Upload
iman-usman-gani
View
852
Download
23
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua merupakan pondasi bagi pendidikan anak, karena dalam keluarga (pendidikan Informal), anak pertama kali memperoleh pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam arti bahwa dalam keluarga sebenarnya proses pendidikan telah terjadi semenjak anak masih bayi sampai mereka memasuki masa remaja/dewasa. Meskipun pada awalnya dalam keluarga pada umumnya mereka tidak secara jelas dan sestematis dalam memberikan pendidikan pada anak-ana
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Orang tua merupakan pondasi bagi pendidikan anak, karena dalam
keluarga (pendidikan Informal), anak pertama kali memperoleh pendidikan baik
secara langsung maupun tidak langsung, dalam arti bahwa dalam keluarga
sebenarnya proses pendidikan telah terjadi semenjak anak masih bayi sampai
mereka memasuki masa remaja/dewasa. Meskipun pada awalnya dalam keluarga
pada umumnya mereka tidak secara jelas dan sestematis dalam memberikan
pendidikan pada anak-anaknya.
Dalam perkembangan anak, keluarga sebenarnya memegang peranan yang
sangat penting, karena dalam keluarga perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya
dalam membimbing, mengarahkan, dan melatih mereka ke arah yang baik agar
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat dalam perkembangan
selanjutnya.
Keluarga merupakan contoh bagi anak-anaknya, sehingga biasanya apa
yang dilakukan anak atau perilaku yang timbul pada anak sebenarnya merupakan
cerminan perilaku dari hasil pendidikan keluarga, meskipun faktor lingkungan
juga dapat mempengaruhi perkembangan perilaku anak. Dalam dunia pendidikan
ada teori yang menjelaskan bahwa perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh
faktor keturunan atau keluarga, juga oleh faktor lingkungan.
Dengan demikian apabila anak telah memasuki usia sekolah, sebenarnya
orang tua jangan terlalu mempercayakan pendidikan anak-anaknya, sepenuhnya
terhadap lembaga pendidikan formal (sekolah), karena sekolah tidak akan dapat
memberikan layanan yang maksimal jika peran orang tua siswanyapun tidak
memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam pengelolaan pendidikan yang
baik.
Dalam beberapa kasus, ada kalanya ketika anaknya belum sekolah dia
memiliki perilaku atau akhlaq yang baik, tetapi setelah masuk ke sekolah anak
tersebut memiliki perilaku/akhlaq yang tidak baik. Meskipun dalam pengetahuan
dan keterampilan anak tesebut berkembang, sebenarnya kasus ini tidak semuanya
kesalahan dari pihak sekolah. Tetapi ada beberapa kemungkinan yang dapat
mempengaruhi permasalahan yang terjadi seperti hal tersebut di atas, diantaranya :
1. Sekolah lebih mengutamakan aspek pengetahuan (akademik) dan
keterampilan saja, sehingga asfek afektif atau perilaku/akhlaq kurang
mendapatkan perhatian.
2. Orang tua kurang memberikan perhatian dan kontribusi yang berarti terhadap
sekolah, dalam upaya peningkatan pelayanan pendidikan.
3. Orang tua siswa di rumah, pada umumnya tidak melakukan koreksi dan
arahan yang baik terhadap anak-anaknya, sehingga anak kurang sekali
mendapatkan bimbingan orang tuanya.
Mengingat pentingnya peningkatan akhlaq bagi peserta didik di sekolah,
karena aklhaq merupakan perilaku yang mencerminkan tingkat pengakuan diri
maupun masyarakat yang tidak bertentangan baik dengan aturan bermasyarakat
ataupun aturan agama. Apalagi apabila akhlaq tersebut dibarengi dengan tingkat
kepercayaan terhadap Agama, maka anak akan memperlihatkan aklhaq yang
mulia.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang “Peranan Orang Tua siswa dalam Peningkatan Aklhaq Anak di SDN
Sukalaksana Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peranan orang tua siswa dalam peningkatan akhlaq anak di
SDN Sukalaksana Kecamatan Campaka ?
2. Kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi orang tua siswa dalam peningkatan
akhlaq anak di SDN Sukalaksana Kecamatan Campaka ?
3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan orang tua siswa untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi dalam peningkatan akhlaq anak di SDN Sukalaksana
Kecamatan Campaka ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peranan orang tua siswa dalam peningkatan aklhak anak di
SDN Sukalaksana Kecamatan Campaka.
2. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang tua siswa dalam
peningkatan akhlaq anak di SDN Sukalaksana Kecamatan Campaka.
3. Untuk mengetahui Upaya-upaya yang dilakukan orang tua siswa dalam
mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam peningkatan akhlaq anak di SDN
Sukalaksana Kecamatan Campaka.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah dalam menggali persoalan-persoalan yang berhubungan dengan peranan
orang tua siswa dalam peningkatan akhlaq anak di SDN Sukalaksana
Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
2. Memberikan gambaran secara nyata mengenai peranan orang tua siswa dalam
peningkatan akhlaq anak di SDN Sukalaksana Kecamatan Campaka.
1.5 Langkah-Langkah Penelitian
1.5.1 Menentukan jenis Data Penelitian
Jenis Data dalam penelitian ini adalah data deskriptif, berupa kata-kata
tertulis, lisan, gambar-gambar atau dekomen lainnya yang mendukung dalam
penelitian. Jadi data yang dihasilkan tidak berupa angka-angka.
1.5.2 Menentukan Sumber Data Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN Sukalaksana Desa Margaluyu
Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
b. Sumber Data
1) Orang tua siswa kelas V yang berjumlah 35 orang.
2) Siswa-siswi SDN Sukalaksana Kelas VI sebanyak 35 siswa.
1.5.3 Menentukan Metode dan Teknik Pengumpulan Data
a. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode ini digunakan untuk mengungkap peristiwa atau gambaran atas
fenomena yang terjadi pada keseluruhan makna. Hal ini sejalan dengan
pendapat Suprian (1995:14) bahwa : “Penelitian deskriptif yaitu penelitian
yang berusaha mendeskripsikan sesuatu gejala, peristiwa, kejadian yang
terjadi masa sekarang”.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
naturalistik, yaitu menekankan pada sifat alamiah dan apa adanya. sesuai
dengan Lexy J. Maleong (2007:5) bahwa : “Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai
metode”.
Dengan metode dan pendekatan di atas maka penulis berharap mendapatkan
gambaran tentang peranan orang tua dalam peningkatan akhlak anak di SDN
Sukalaksana Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan, Nazir (1988:211). Adapaun teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Wawancara
Wawancara adalah kegiatan tanya jawab, tatap muka atau
mengkomfirmasikan subyek penelitian dengan menggunakan pedoman
wawancara. Nasution (2007: 32) mengemukakan bahwa : “wawancara
dilakukan bertujuan untuk menggali data atau informasi dari subyek
penelitian yang berkaitan dengan item-item pertanyaan penelitian”.
Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada orang tua siswa SDN
Sukalaksana Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
2) Observasi
Observasi secara harfiah mengandung arti lihat dan catat atau
memperhatikan secara seksama. Di sini dapat dipahami bahwa kegiatan
observasi lebih mengutamakan kerja mata dan telinga. Observasi ini
dilakukan untuk menunjang hal-hal yang berhubungan dengan data
yang diperoleh dari hasil wawancara. Obyek observasi pada penelitian ini
adalah Akhlaq anak ketika berada di kelas, di luar kelas, atau ketika
sedang bersosialisasi di lingkungan sekolah di SDN Sukalaksana Kec
Campaka Kabupaten Cianjur.
3) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah pengumpulan data dan informasi melalui
dokumen-dokumen atau catatan-catatan penting mengenai responden
yang diteliti. Dalam peranan orang tua dalam peningkatan akhlaq anak di
SDN Sukalaksana Kec. Campaka, berupa; data anak, foto-foto kegiatan,
dokumen pribadi resmi, dll.
1.5.4 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis induksi (induction analysis) maksudnya untuk penyederhanaan,
menilai (katagorisasi) data, sehingga dapat terwujud kesimpulan-kesimpulan
yang lebih singkat dan jelas proses analisis ini dilakukan setelah diperoleh
data secara keseluruhan.
Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan terhadap seluruh data
yang terkumpul dari sumber penelitian melalui hasil wawancara, observasi
dan dokumentasi. Secara operasional tahap analisis data adalah sebagai
berikut :
1. Mereduksi data
Terdapat dua macam data yang diperoleh dari penelitian ini yakni
data hasil observasi atau pengamatan terhadap aktivitas anak di sekolah
yang berhubungan dengan akhlaq.
2. Display data /penyajian data
Pendeskripsian hasil pengamatan sesuai kemampuan atau aktifitas
yang dilakukan subyek penelitian, dalam hal ini siswa-siswa SDN
Sukalaksana Kec. Campaka Kab. Cianjur.
Untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh maka peneliti
menggunakan triangulasi seperti menurut Lexy J. Maleong (2007 ; 330)
bahwa : ”Teknik triangulasi digunakan untuk keperluan pangecekan atau
sebagai pembanding terhadap data agar lebih jelas dan dapat diakui
keabsahannya”. Jadi teknik ini merupakan cara terbaik untuk
menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam
kontek suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian
dan hubungan dari berbagai pandangan.
3. Verifikasi data / Analisis dan pembahasan
Analisis dan pembahasan data dilakukan setelah kedua data hasil
wawancara dan observasi lengkap. Kemudian data tersebut dianalisis
dengan hasil studi dokumentasi, yang kemudian melakukan pembahasan
sesuai dengan hasil dari verifikasi/analisis data. Aspek yang dianalisis
yaitu akhlaq siswa-siswa SDN Sukalaksana Kec. Campaka Kab. Cianjur.
4. Penarikan kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan data maka dapat
diperoleh kesimpulan mengenasi ketercapaian tujuan penelitian ini,
berdasarkan data-data yang diperoleh. Maka sebelum penarikan
kesimpulan perlu dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Pengumpulan data hasil wawancara dan observasi
b. Mendeskripsikan data-data yang diperoleh baik hasil dari wawancara
maupun dari hasil observasi.
c. Menganalisis data-data yang telah dideskripsikan beserta hasil
dokumentasi, kemudian dari data tersebut dibahas sesuai dengan
tujuan dari penelitian ini.
d. Penarikan kesimpulan dilaksanakan dari pengambilan topik-topik dari
hasil pembahasan yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian,
pada tahapan ini penarikan kesimpulan baru bersifat kesimpulan
sementara.
1.5.5 Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Orang tua Siswa SDN Sukalaksana,
dan para siswa SDN Sukalaksana. Adapun data subyek penelitian adalah terdapat
pada tabel berikut :
Tabel 1Orang Tua Siswa SDN Sukalaksana
No Nama Umur Nama Siswa Pendidikan Kode
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
MISBAH
MAHMUD
SAEPUDIN
PAHRU
ODANG
SAEP
ARIPIN
AGUS
ILHAM
MUNAWAR
JAJULI
AHMAD
DANI
DADANG
JAKARIA
FALAH
JAENUDIN
FATUR
30
40
50
34
43
26
30
32
45
29
45
32
55
44
34
43
27
30
LIA AMELIA
HENDI
MIRAH SITI WATI
NIA
ALDI HARTONO
DEDERIANTI
DINAH
MUNAWAROH
ENENG RENI
EUIS KUSWATI
ABDUL KHOLIK
MAMAN
ACE
DADI
ATING
TATANG
GANI
SD
SMP
TANI
SD
SMP
SD
SD
SD
SMP
SD
SMP
SMP
SD
SD
SD
SMP
SD
SMP
MBH
MMD
SPD
PHR
OD
SP
ARP
AG
IH
MNR
JJL
AHM
DN
DDG
JKR
FLH
JND
FTR
Dalam penelitian kualitatif subyek penelitian merupakan sumber penting
dalam memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian. Dimana
penelitian ini untuk menggali informasi atau gambaran obyekif dan factual
tentang Peranan orang tua dalam peningkatan akhlaq anak di SDN Sukalaksana
Kec. Campaka kabupaten Cianjur. Obyek penelitiannya adalah aklhaq anak
dalam aktivitas di lingkungan sekolah, sikap anak terhadap guru, teman sekelas,
atau lingkungan sekitar sekolah.
1.5.6 Prosedur Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian penulis memakai langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Menyusun rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang secara teknis terangkum dalam
proposal penelitian yang diajukan pada dewan skripsi atau
pembimbing
b. Memilih lapangan penelitian
Memilih lapangan dengan mempertimbangkan lokasi, waktu,
biaya dan tenaga, maka peneliti memilih penelitian ini dilakukan di
SDN Sukalaksana Kec. Campaka kabupaten Cianjur.
c. Mengurus perijinan
Perijinan diawali dengan keluarnya surat keputusan dari
fakultas tentang pengangkatan pembimbing I dan II, selanjutnya
meminta surat pengantar dari fakultas untuk melaksanakan penelitian,
membuat surat keterangan melaksanakan penelitian yang akan
ditandatangani oleh Kepala Sekolah SDN Sukalaksana Kecamatan
Campaka.
d. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Perlengkapan yang disediakan dalam penelitian ini adalah pedoman
wawancara dan observasi.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Memahami Latar Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian terbuka
yakni menganalisis peranan orang tua dalam peningkatan akhlaq anak
di SDN Sukalaksana Kec. Campaka Kab. Cianjur.
b. Explorasi data
Explorasi data merupakan tahap penggalian dan pengumpulan
data sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Tahap ini juga
merupakan tahap pemantapan dari tahap-tahap sebelumnya.
c. Pengolah data
Pengolaha data pada tahap ini merupakan tahap seleksi dan
interpretasi. Dalam prakteknya setiap data yang diperoleh
dikonfirmasikan dan diteliti kembali dan disesuaikan dengan
sumbernya. Selanjutnya diolah dan ditafsirkan, kegiatan ini
dilaksanakan sambil penelitian ini berlangsung.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERANAN ORANG TUA DALAM
MENINGKATKAN AKHLAQ ANAK
2.1. Peranan Orang tua dan Keluarga
2.1.1 Pengertian Orang Tua
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan.
Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah
melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita
ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing
anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-
hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang
tidak dimengerti oleh anak.
Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang
tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai
penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan
pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya
di permulaan hidupnya dahulu. Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang
peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Sejak
seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia
meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya,
apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu
merupakan orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temanya dan yang
pertama untuk dipercayainya.
Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental si
anak terletak pada peranan orang tuanya, sehingga baik buruknya budi pekerti itu
tergantung kepada budi pekerti orang tuanya. Sesungguhnya sejak lahir anak
dalam keadaan suci dan telah membawa fitrah beragama, maka orang tuanyalah
yang merupakan sumber untuk mengembang fitrah beragama bagi kehidupan anak
dimasa depan. Sebab cara pergaulan, aqidah dan tabiat adalah warisan orang tua
yang kuat untuk menentukan subur tidaknya arah pendidikan terhadap anak.
2.1.2 Peranan Orang Tua dalam Keluarga
Untuk mencapai interaksi yang baik antara orang tua dengan anak-anaknya
maka dalam keluarga itu harus menjalankan peranannya sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya, baik di dalam keluarga itu sendiri maupun di lingkungan
masyarakat berikut ini penulis akan menguraikan peranan-peranan tersebut:
a. Peranan Ibu
Peranan seorang ibu bagi anak-anaknya sangat besar artinya, karena anak-
anak lebih dekat hubungannya kepada ibu daripada kepada ayahnya dalam
kehidupan sehari-hari, oleh karena itu seorang ibu harus benar-benar berfungsi
dalam menunaikan tugasnya, antara lain meliputi pemeliharaan pendidikan anak-
anaknya agar mereka menjadi anak yang berguna dan menjadi anak yang shaleh.
Pembinaan pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan
pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang
ibu hendaknya bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Nyatalah betapa
berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik
buruknya pendidikan seorang ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar
terhadap perkembangan dan watak anaknya dikemudian hari, karena ibu adalah
seseorang yang pertama berkomunikasi langsung dengan anaknya. Pernyataan
rasa kasih sayang dan perlindunngan merupakan hal sangat penting bagi anak
untuk mengembangkan rasa percaya diri dan terhindar dari rasa takut. Gelisah
yang akan mengganggu perkembangan jiwa anak.
Peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sumber dan pemberi
rasa kasih sayang, pengasuh dan pemelihara, tempat mencurahkan isi hati
pengatur kehidupan dalam rumah tangga, pendidik dalam segi-segi emosional.
b. Peran Ayah
Di samping ibu, peran ayah memegang peranan penting yang sangat
penting pula ayah sebagai kepala keluarga merupakan penanggung jawab dalam
perkembangan anak-anaknya, baik secara fisik maupun secara psikis. Dengan
demikian di samping memenuhi kebutuhan secara fisik seperti makan, minum,
sandang dan sebagainya, juga ayah aktif membina perkembangan pendidikan
anak.
Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi prestasinya,
berarti ayah merupakan Pimpinan yang sangat patut dijadikan cermin bagi
anaknya atau dengan kata lain ayah merupakan figure yang terpandai dan
berwibawa. Dengan demikian, setiap perilaku ayah merupakan contoh dorongan
bagi anak untuk mengikutinya
Orang tua harus menyadari bahwa anak selalu membutuhkan perhatian dan
bimbingan orang tuanya, oleh karena itu orang tua harus mengerti betul ciri-ciri
pertumbuhan yang dilalui oleh anak. Maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
orang tua dalam mendidik anak antara lain:
1) Pembinaan Pribadi Anak
Setiap orang tua ingin membina anak agar menjadi anak yang baik
mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang
terpuji. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Setiap
pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran maupun
perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.
Acapkali orang tua yang tidak sengaja, tanpa di sadari mengambil suatu
sikap tertentu, anak melihat dan menerima sikap orang tuanya dan memperhatikan
suatu reaksi dalam tingkah lakunya yang dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi
suatu pola kepribadian. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka
merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya
akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Di sini tugas orang tua
untuk menjadi pembimbing anaknya, supaya perkembangan anak yang dialami
pada permulaan hidup dapat berlangsung sebaik-baiknya, tanpa gangguan yang
berarti.
Hubungan orang tua sesama anak sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa
anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa
anak kepada pembinaan pribadi yang tenang, terbuka dan mudah dididik, karena
anak mempunyai kesempatan yang baik untuk tumbuh berkembang.
Hubungan yang sangat erat yang terjadi dalam pergaulan sehari-hari antara
orang tua dan anak merupakan hubungan berarti yang diikat pula oleh adanya
tanggung jawab yang benar sehingga sangat memungkinkan pendidikan dalam
keluarga dilaksanakan atas dasar rasa cinta kasih sayang yang murni, rasa cinta
kasih sayang orang tua terhadap anaknya
Tetapi hubungan orang tua yang tidak serasi, banyak perselisihan dan
percekcokan akan membawa anak kepada pertumbuhan pribadi dan tidak
dibentuk, karena anak tidak mendapat suasana yang baik untuk berkembang,
sebab selalu terganggu oleh suasana orang tuanya. Dan banyak lagi faktor-faktor
tidak langsung dalam keluarga yang mempengaruhi pembinaan pribadi anak. Di
samping itu, banyak pula pengalaman-pengalaman yang mempunyai nilai
pendidikan baginya, yaitu pembinaan-pembinaan tertentu yang dilakukan oleh
orang terhadap anak, baik melalui latihan-latihan atau pembiasaan, semua itu
merupakan unsur pembinaan pribadi anak.
2) Perkembangan Agama Pada Anak
Perkembangan keagamaan seseorang di tentukan oleh pendidikan dan latihan-
latihan yang dilakukan pada masa kecilnya, karena melalui pendidikan secara
terpadu akan membantu pertumbuhan dan perkembangan keagamaan secara
terpadu pula. Anak yang di waktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman
agama seperti ibu bapaknya orang yang tau dan mengerti agama, lingkungan
sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula
dengan pendidikan agama secara sengaja di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Oleh karena itu, pertumbuhan agama pada anak tergantung kepada orang tuanya,
karena anak-anak sikap, tindakan, dan perbuatan orang tua sangat mempengaruhi
perkembangan agama pada anak.
3) Pembentukan Pembinaan Pada Anak
Hendaknya setiap orang tua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi
anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang sesuai
dengan perkembangan jiwanya, karena dengan pembiasaan-pembiasaan dan
latihan-latihan akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laut sikap
itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah
masuk menjadi bagian dari pribadinya.
Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin
dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk
melakukan yang baik buat anak cenderung melakukan perbuatan yang baik seperti
latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah, dibiasakan sejak kecil
sehingga lambat laun akan merasa senang dan terdorong oleh sikap tersebut untuk
melakukannya atas dasar keinginan dari hati nurani yang ikhlas.
4) Dibawa Orang Tua
Anak akan meniru segala perbuatan yang dilakukan oleh orangtuanya dan
mau melaksanakan perintah orang tuanya bila semua itu akan merasa enggan
kepada orang tua. Maksud enggan ialah si anak menganggap orang tuanya
dianggap dan diakui sebagai pembimbing dan panutan. Maka orang tua wajib
ditaatinya, ditiru perbuatannya, dan dihormati. Akibat dari rasa enggan kepada
orang tua timbul rasa patuh dan penuh kesadaran dan rela hati.
5) Contoh Tauladan
Suatu sikap keteladanan dan perbuatan yang baik dan positif yang
dilaksanakan oleh orang tua sangat diperlukan. Hal ini merupakan proses
pendisiplinan diri anak sejak dini, agar anak kelas terbiasa berbuat baik sesuai
dengan aturan dan norma yang ditetapkan di masyarakat berdasarkan kaidah yang
berlaku orang tua yang dapat memberi contoh tauladan yang baik kepada anak-
anaknya adalah orang tua yang mampu dan dapat membimbing anak-anaknya ke
jalan yang baik sesuai dengan yang diharapkan.
6) Pembentukan Sikap
Dalam pergaulan sehari-hari kata sikap sering kali digunakan dalam arti
yang salah dan kurang tepat. Untuk lebih jelasnya Ngalim Purwanto (1997:140),
mengemukakan definisi sikap ialah “Suatu cara bereaksi terhadap suatu
perangsang” suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap
suatu perangsang atau situasi yang dihadapi.
2.1.3 Pola Asuh
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat
berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan
kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut
berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga
yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian adalah praktik
pengasuhan anak.
Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Brown (1961: 76) yang mengatakan
bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak.
Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu di antaranya ialah
mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh
budaya yang ada di lingkungannya.
Di samping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam
memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut
tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda, karena
orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu. Pola asuhan itu menurut Stewart
dan Koch (1983: 178) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu:
a. Pola asuh otoriter,
b. Pola asuh demokartis, dan
c. Pola asuh permisif.
Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat
berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap,
perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya
yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar diresapinya dan kemudian
menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak
mengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi
dengan orang lain (Bonner 1953: 207).
Faktor lingkungan sosial memiliki sumbangannya terhadap perkembangan
tingkah laku individu (anak) ialah keluarga khususnya orang tua terutama pada
masa awal (kanak-kanak) sampai masa remaja. Dalam mengasuh anaknya orang
tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu.
Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan dalam
mewarnai perkembangan terhadap bentukbentuk perilaku sosial tertentu pada
anaknya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua
selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Kohn (dalam Taty Krisnawaty, 1986: 46) menyatakan bahwa pola asuhan
merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang
tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun
hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua
memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.
Dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, individu banyak
dipengaruhi oleh peranan orang tua tersebut. Peranan orang tua itu memberikan
lingkungan yang memungkinkan anak dapat menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya. Melly Budiman (1986: 6) mengatakan bahwa keluarga yang
dilandasi kasih sayang sangat penting bagi anak supaya anak dapat
mengembangkan tingkah laku sosial yang baik. Bila kasih sayang tersebut tidak
ada, maka seringkali anak akan mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, dan
kesulitan ini akan mengakibatkan berbagai macam kelainan tingkah laku sebagai
upaya kompensasi dari anak. Sebenarnya, setiap orang tua itu menyayangi
anaknya, akan tetapi manifestasi dari rasa sayang itu berbeda-beda dalam
penerapannya; perbedaan itu akan nampak dalam pola asuh yang diterapkan.
Adapaun ciri-ciri yang dapat membedakan ketiga pola asuh di atas adalah :
1. Pola asuh otoriter :
a. Menurut Stewart dan Koch (1983: 203), orang tua yang menerapkan pola
asuh otoriter mempunyai ciri sebagai berikut:
1) kaku,
2) tegas,
3) suka menghukum,
4) kurang ada kasih sayang serta simpatik.
5) orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta
mencoba membentuk lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta
cenderung mengekang keinginan anak.
6) orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk
mandiri dan jarang memberi pujian.
7) hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa.
b. Dalam penelitian Walters (dalam Lindgren 1976: 306) ditemukan bahwa orang
yang otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman fisik.
c. Sementara itu, menurut Sutari Imam Barnadib (1986: 24) dikatakan bahwa
orang tua yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk mengemukakan
pendapat serta mengutarakan perasaan-perasaannya.
d. Sedangkan menurut Sri Mulyani Martaniah (1964: 16) orang tua adalah :
1) orang tua amat berkuasa terhadap anak,
2) memegang kekuasaaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-
perintah orangtua.
3) dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat.
2. Pola Asuh Demoktaris, memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan oleh
beberapa ahli dibawa ini
a. Baumrind & Black (dalam Hanna Wijaya, 1986: 80) dari hasil penelitiannya
menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua yang demokratis akan
menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-
tindakan mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah
laku mandiri yang bertanggung jawab.
b. Stewart dan Koch (1983: 219) menyatakan ciri-cirinya adalah:
1) bahwa orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara
orang tua dan anak.
2) secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anakanaknya
terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa.
3) mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima,
selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anakanaknya.
4) dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak,
mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif, tegas tetapi
hangat dan penuh pengertian.
c. Menurut Hurlock (1976: 98) pola asuhan demokratik ditandai dengan ciriciri:
1) bahwa anak-anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan
kontrol internalnya,
2) anak diakui keberadaannya oleh orang tua,
3) anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
d. Sutari Imam Barnadib (1986: 31) mengatakan bahwa :
1) orang tua yang demokratis selalu memperhatikan perkembangan anak,
2) dan tidak hanya sekedar mampu memberi nasehat dan saran tetapi juga
bersedia mendengarkan keluhan-keluhan anak berkaitan dengan persoalan-
persoalannya.
e. Pola asuhan demokratik seperti dikemukakan oleh Bowerman Elder dan Elder
(dalam Conger, 1975: 97) memungkinkan semua keputusan merupakan
keputusan anak dan orang tua.
3. Pola Asuh Permisif, memiliki ciri-ciri seperti apa yang disampaikan oleh
beberapa tokoh dibawa ini, yaitu :
a. Stewart dan Koch (1983: 225) menyatakan bahwa :
1) orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan
kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali.
2) anak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi
mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa.
3) anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak
banyak mengatur anaknya.
b. Menurut Spock (1982: 37) orang tua permisif memberikan kepada anak untuk
berbuat sekehendaknya dan lemah sekali dalam melaksanakan disiplin pada
anak.
c. Hurlock (1976: 107) mengatakan bahwa pola asuhan permisif bercirikan :
1) adanya kontrol yang kurang,
2) orang tua bersikap longgar atau bebas,
3) bimbingan terhadap anak kurang.
d. Sementara itu, Bowerman, Elder dan Elder (dalam Conger, 1975: 113)
mengatakan, ciri pola asuh ini adalah semua keputusan lebih banyak dibuat
oleh anak daripada orang tuanya.
e. Sutari Imam Bamadib (1986: 42) menyatakan bahwa orang tua yang permisif
yaitu :,
1) kurang tegas dalam menerapkan peraturan-peraturan yang ada,
2) anak diberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk berbuat dan memenuhi
keinginannya.
Lewin, Lippit, dan White (dalam Gerungan, 1987: 57) mendapatkan
keterangan bahwa kelompok anak laki-laki yang diberi tugas tertentu di bawah
asuhan seorang pengasuh yang berpola demokratis tampak bahwa tingkah laku
agresif yang timbul adalah dalam taraf sedang. Kalau pengasuh kelompok itu
adalah seorang yang otoriter maka perilaku agresif mereka menjadi tinggi atau
justru menjadi rendah. Hasil yang ditemukan oleh Lewin dkk tersebut diteruskan
oleh Meuler (Gerungan, 1987: 84) dalam penelitiannya dengan menemukan hasil
bahwa anakanak yang diasuh oleh orang tua yang otoriter banyak menunjukkan
ciri-ciri adanya sikap menunggu dan menyerah segala-galanya pada pengasuhnya.
Watson (1967: 109), menemukan bahwa di samping sikap menunggu itu
terdapat juga ciri-ciri keagresifan, kecemasan dan mudah putus asa. Baldin (dalam
Gerungan, 1987: 91) menemukan dalam penelitiannya dengan membandingkan
keluarga yang berpola demokratis dengan yang otoriter dalam mengasuh anaknya,
bahwa asuhan dari orang tua demokratis menimbulkan ciri-ciri berinisiatif, berani,
lebih giat, dan lebih bertujuan. Sebaliknya, semakin otoriter orang tuanya makin
2.1.4 Peran Keluarga dalam Proses Pendidikan
Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan
memperoleh kehidupan emosional. Sehingga keluarga mempunyai pengaruh yang
mendalam dalam terhadap anak. Keluarga merupakan lingkungan alami yang
memberi perlindungan dan keamanan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok
anak. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang penting, tempat anak mulai
berhubungan dengan dunia sekitarnya serta membentuk pengalaman-pengalaman
yang membantunya berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya.
Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat penting, karena anak lahir
dalam keadaan lemah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya atau member keamanan
dan perlindungan bagi dirinya sendiri.keluarga tidak hanya berpengaruh pada tahun-
tahun pertama dari kehidupan anak, tetapi terus berlangsung dalam berbagai fase
umur anak. Sehingga pendidikan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap anak dan
akan terbawa ke dalam pusat pendidikan atau lembaga sosial lainnya.
Oleh sebab itu anak pada hakekatnya merupakan ekspresi kebudayaan
keluarga. Karenanya perbaikan terhadap kebudayaan keluarga serta upaya
memperkaya dengan berbagai pengalaman edukatif dan pola-pola tingkah laku yang
lurus pada gilirannya akan membias pada perbuatan sekolah dan pusat-pusat
pendidikan l;ainnya.
Karena keluarga memiliki peran yang penting dalam mempersiapkan anak
bagi kehidupan sosial, pengaruh orang tua, saudara, dan anggota keluarga lainnya
terhadap tingkah laku anak di sekolah menjadi sangat kuat. Dari orang tua dan teman
pergaulan, anak banyak memperoleh arahan yang mendasar untuk bersekolah dan
mengikuti proses pendidikan. Karenanya, apabilaterjadi komplik antara nilai-nilai
yang diterima dari teman pergaulan dan nilai-nilai yang diterima dari sekolah,
bantuan keluarga terhadap anak sangat penting dalam menetapkan hubungan yang
menguntungkan antara siswa dan sekolah.
Peran keluarga dewasa ini tampak semakin bertambah dengan membantu
anak dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah di rumah serta memberi pengalaman
dan pengetahuan yang melengkapi fungsi pengajaran sekolah. Hal ini disebabkan
kemampuan orang tua untuk andil dalam proses belajar semakin bertambah karena
adanya peningkatan intelektualitas keluarga, oleh karena itu latar belakang sosial
anakpun akan menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan besar dalam
keberhasilan anak-anak di sekolah.
Dengan demikian untuk menghadapi aruys informasi dan pengetahuan yang
mesti disikapi. Bekal yang diperoleh anak dari keluarga akan memberikan
kemampuan untuk mengambil haluan di tengah-tengah lautan pengetahuan yang terus
meluap.
2.1.5 Hubungan Keluarga dengan Sekolah
Perkembangan hubungan antara keluarga dan sekolah dapat dibagi ke dalam
tiga periode menurut Heri Nor dkk (2003:208), yaitu sebagai berikut :
A. Tahap pertama
Sekolah dipandang sebagai masyarakat teladan, disini para guru, siswa,
dan orang tua dipersatukan dalam satu tujuan, yaitu satu kemaslahatan
komunitas pada umumnya. Pandangan ini didasarkan atas anggapan bahwa
masyarakat ideal adalah masyarakat yang memberi kesempatan kepada
individu-individunya untuk berbuat hal yang sama. Di dalam masyarakat
teladan inilah berbagai hubungan kemanusiaan dan nilai moral yang lurus
terrealisasi.
Hubungan antara guru dengan siswa, siswa dan teman-temannya, guru
dengan tenaga kependidikan lainnya, serta semuanya dan keluarga dibangun
atas dasar hubungan kemanusiaan yang lurus, kebebasan mengekspresikan
pendapat, serta saling menolong dan saling menghargai. Yang penting adalah
berlakunya hubungan kemanusiaan yang lurus serta nilai-nilai dan orientasi
yang membentuk masyarakat teladan di mana setiap individunya mempunyai
peran di dalam motivasi kerja sekolah dan merealisasikan tujuan.
B. Tahap ke dua
Sekolah ke luar ke masyarakat sekitar dan kerja sekolah bertalian dengan
lingkungan sekitar sebagai labotarium studi. Para guru bersama siswa ke luar
dari sekolah menuju ladang atau pabrik sebagai lapangan studi. Perlawatan-
perlawatan yang terarah menjadi metode pengajaran yang berorientasi pada
aktivitas.
Kurikulum disusun berdasarkan prinsif aktivitas dengan anggapan bahwa
proses pendidikan berpusat pada anak setelah sebelumnya berpusat pada mata
pelajaran.
C. Tahap ke tiga
Sekolah menjadi bagian dari kehidupan hakiki di dalam masyarakat, dan
sekolah menjadi pusat aktivitas masyarakat sekitar. Para orang tua membawa
pengalaman mereka ke sekolah dan ikut berperan aktif bersama para guru
dalam proses pendidikan dan pemecahan berbagai problema lingkungan.
Di dalam sekolah-sekolah semacam ini pengalaman pengajaran lahir dari
kehidupan masyarakat, sehingga menjadi pengalaman yang hidup dan
bertalian dengan kehidupan siswa. Demikian pula siswa ikut serta di dalam
aktivitas msyarakat dan memanfaatkan fasilitas sekolah bagi kemaslahatan
masyarakat sekitar.
Pemahaman terhadap semua hal di atas memberi gambaran yang jelas
bahwa pengajaran apapun yang diberikan kepada anak di sekolah tidak mungkin
dapat merealisasikan tujuan apabila tidak ada suasana saling menolong,
melengkapi, dan koordinasi antara keluarga dan sekolah.
Agar pengaruh pengajaran yang diterima anak di sekolah terus
berkesinambungan, dan sesudah itu tingkah laku anak berubah ke arah yang
benar, para orang tua hendaknya bekerja sama dengan sekolah untuk mencapai
tujuan. Sekolah tanpa bantuan keluarga tidak akan mampu merealisasikan tujuan
pendidikan yang diharapkan.
2.2. Pemahaman Akhlak
2.2.1 Pengertian Akhlak
Perkataan akhlak dari bahasa arab, jamak dari khuluk, secara lugowi
diartikan tingkah laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangi,
tingkah laku, atau tabiat. Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini
penulis akan kemukakan beberapa pendapat diantaranya:
a. Al-Ghozali (Moh. Rifai, 1987: 40) mengemukakan bahwa “akhlak ialah yang
tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa
memerlukan pertimbangan.”
b. Ahmad Amin (Moh. Rifai, 1987: 41) mengemukakan bahwa “akhlak yang
dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka
kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Dari definisi-definisi di atas memberikan suatu gambaran, bahwa tingkah laku
merupakan bentuk kepribadian dari seseorang tanpa dibuat-buat tanpa ada
dorongan dari luar. Kalau pun adanya dorongan dari luar sehingga seseorang
menampakan pribadinya dengan bentuk tingkah laku yang baik, namun suatu
waktu tanpa di pasti akan terlihat tingkah laku yang sebenarnya.
Sifat-sifat yang tertanam pada manusia sejak lahir berupa perbuatan baik
disebut akhlak yang mulia atau perbuatan buruk disebut akhlak tercela. Awal
seseorang mempunyai tingkah laku karena adanya pengaruh, baik secara langsung
maupun tidak langsung sesuai dengan pembinaannya, karena didikan dan
bimbingan dalam keluarga secara langsung maupun tidak langsung banyak
memberikan bekas bagi penghuni rumah itu sendiri dalam tindak-tanduknya,
maka ilmu akhlak menjelaskan tentang arti baik dan buruk, menerangkan apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyarankan tujuan yang harus dituju
oleh manusia dalam perbuatan yang harus menunjukan jalan apa yang harus di
perbuat.
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi akhlak
Setiap orang ingin agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian
yang kuat, dan sikap mental yang kuat dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat
diusahakan dengan melalui pendidikan, untuk itu perlu dicari jalan yang dapat
membawa kepada terjaminnya akhlak perilaku ihsan sehingga ia mampu dan mau
berakhlak sesuai dengan niali – nilai moral. Nilai – nilai moral akan dapat dipatuhi
oleh seorang dengan kesadaran tanpa adanya paksaan.
Dengan demikian akhlak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah :
a. Faktor keluarga
Dalam pembinaan akhlak anak, faktor orang tua sangat menentukan, karena
akan masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan unsur – unsur pribadi yang
didapatnya melalui pengalaman sejak kecil. Pendidikan keluarga sebagai orang tua
mempunyai tanggungjawab dalam mendidik anak – anaknya karena dalam keluarga
mempunyai waktu banyak untuk membimbing, mengarahkan anak – anaknya agar
mempunyai perilaku islami.
Kebahagiaan orang tua atas hadirnya seorang anak yang dikaruniakan
kepadanya, akan semakin terasa karena tumbuhnya harapan bahwa garis
keturunannya akan berlangsung terus. Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian
serius dari para orang tua muslim ialah tentang kesalehan anak – anak mereka. Ada
beberapa hal yang perlu direalisasikan oleh orang tua yakni aspek pendidikan akhlak
karimah. Pendidikan akhlak sangat penting dalam keluarga, karena dengan jalan
membiasakan dan melatih pada hal – hal yang baik, menghormati kepada orang tua,
bertingkah laku sopan yang baik dalam berperilaku keseharian maupun dalam
bertutur kata.
Pendidikan akhlak tidak hanya secara teoritik namun disertai contohnya untuk
dihayati maknanya, seperti kesusahan ibu yang mengandungnya, kemudian dihayati
apa yang ada dibalik yang nampak tersebut, kemudian direfleksikan dalam kehidupan
kejiwaannya. Menerima pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung,
disamping itu keluarga merupakan unit kehidupan bersama manusia terkecil dan
alamiah, artinya secara alamiah dialami setiap kehidupan manusia, karenanya
keluarga merupakan jembatan meniti bagi generasi, oleh karena itu orang tua
berperan penting sebagai pendidik, yakni memikul pertanggungjawaban terhadap
pendidikan anak.
Keluarga merupakan wadah pertama dan utama, peletak dasar perkembangan
anak. Dari keluarga pertama kali anak mengenal agama dari kedua orang tua, bahkan
pendidikan anak sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan pembentukan keluarga.
Setelah mendapatkan pendidikan akhlak dalam keluarga secara tidak langsung
nantinya akan berkembang di lingkungan masyarakat.
Oleh karena itu maka kebiasaan – kebiasaan dalam keluarga harus dalam
pengawasan, karena akan sangat berpengaruh pada diri anak, kebiasaan yang buruk
dari keluarga terutama dari kedua orang tua akan cepat ditiru oleh anak – anaknya,
menjadi kebiasaan anak yang buruk. Dengan demikian juga kebiasaan yang baik akan
menjadi kebiasaan anak yang baik. Peran orang tua dan anggota keluarga sangat
penting bagi pendidikan akhlak dan selektivitas bergaul.
b. Faktor kepribadian (dari orang itu sendiri)
Dengan menggunakan kaidah fikih mengemukakan bahwa diri sendiri
termasuk orang yang dibebani tanggungjawab pendidikan menurut Islam, apabila
manusia telah mencapai tingkat mukallaf maka ia menjadi bertanggung jawab sendiri
terhadap mempelajari dan mengamalkan ajaran agama Islam. Kalau ditarik dalam
istilah pendidikan Islam orang mukallaf adalah orang yang sudah dewasa sehingga
sudah semestinya ia bertanggungjawab terhadap apa yang harus dikerjakan dan apa
yang harus ditinggalkan.
Hal ini sangat erat kaitannya dengan keluarga atau semua anggota keluarga
yang mendidik pertama kali. Perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan
oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa – masa
pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun. Kemampuan
seseorang dalam memahami masalah – masalah agama atau ajaran- ajaran agama, hal
ini sangat dipengaruhi oleh intelejensi pada orang itu sendiri. Orang pandai akan
mudah memahami ajaran – ajaran Islam.
c. Faktor Lingkungan (Masyarakat)
Lembaga non formal akan membawa seseorang berperilaku yang lebih baik
karena di dalamnya akan memberikan pengarahan – pengarahan terhadap norma –
norma yang baik dan buruk. Misalnya pengajian, ceramah yang barang tentu akan
memberikan pengarahan yang baik, tak ada seorang mubaligh yang mengajak hadirin
untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.
Dengan demikian pendidikan yang bersifat non formal yang terfokus pada
agama ternyata akan mempengaruhi pembentukan akhlak pada diri seseorang. Maka
tepat sekali dikatakan bahwa nilai – nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak
bertentangan dengan nilai – nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan
dengan nilai – nilai Islam apalagi yang membawa maslahat dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dalam menentukan kebijaksanaan.
Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai itu selanjutnya perlu diinstitusikan.
Institusi nilai yang terbaik adalah melalui upaya interaksi edukatif, pandangan
Freeman Butt dalam bukunya Cultural History of Western Education, menyatakan
bahwa hakekat interaksi edukatif adalah proses tranformasi dan internalisasi nilai,
proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian
terhadap nilai.
Akhlak yang baik dapat pula diperoleh dengan memperhatikan orang – orang
baik dan bergaul dengan mereka, secara alamiah manusia itu meniru, tabiat seseorang
tanpa dasar bisa mendapat kebaikan dan keburukan dari tabiat orang lain. Interaksi
edukatif antara individu dengan individu lainnya yang berdasarkan nilai-nilai Islami
agar dalam masyarakat itu tercipta masyarakat yang berakhlakul karimah.
Lingkungan masyarakat yakni lingkungan yang selalu mengadakan hubungan dengan
cara bersama orang lain.
Oleh karena itu lingkungan masyarakat juga dapat membentuk akhlak
seseorang, di dalamnya orang akan menatap beberapa permasalahan yang dapat
mempengaruhi bagi perkembangan baik dalam hal – hal yang positif maupun
negative dalam membentuk akhlak pada diri seseorang. Oleh karena itu lingkungan
yang berdampak negative tersebut harus diatur, supaya interaksi edukatif dapat
berlangsung dengan sebaik – baiknya. Bentuk – bentuk organisasi lain di dalam
masyarakat merupakan persekutuan hidup yang memanifestasikan ajaran agama
Islam dalam kehidupan sehari – hari.
Dari penjelasan di atas di jelaskan bahwa manusia hidup membutuhkan orang
lain. Maksudnya bahwa tak seorangpun manusia yang bisa hidup sendiri. Jika
dikaitkan lingkungan sekolah, hal ini sama bahwa mereka dalam hidup saling
membutuhkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Misalkan ketika ia melihat
temannya yang rajin melakukan kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah maka
secara tidak langsung dia akan terpengaruh juga dengan kegiatan temannya. Jadi
lingkungan sangat memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan pola pikir dan
akhlak seseorang.
2.2.3 Ciri – Ciri Kepribadian Muslim
Sekiranya sebagian kita ditakdirkan dapat melihat melalui sebuah jendela kea
lam manusia pada setiap zaman dan tempat sesungguhnya, kita akan melihat suatu
khalayak yang heterogen, pandangan hidup yang berbeda – beda dalam kelompok–
kelompok yang berbeda status sosialnya. Kita akan melihat umat manusia, kadang–
kadang jalan itu buntu dan kadang – kadang jalan itu banyak simpang siurnya.
Disaat inilah manusia butuh teman untuk berbagi dalam memecahkan
masalah yang dia hadapi. Oleh karena itu selektif dalam memilih teman adalah salah
satu kunci untuk selamat dunia dan akherat. Hanya orang – orang yang paham akan
ajara agama (Islam) yang bisa selektif dalam bergaul. Karena pada dasarnya Islam
mempunyai misi universal dan abadi, intinya adalah mengadakan bimbingan bagi
kehidupan mental dan jiwa manusia atau akhlak. Bangsa Indonesia yang mengalami
multi krisis juga disebabkan kurangnya pendidikan pendidika akhlak.
Secara umum pembinaan akhlak mahasiswa perguruan tinggi juga sangat
memprihatinkan. Hal ini setidaknya bisa dibuktikan dengan banyaknya
penyelewengan (korupsi) yang mencapai 30% dari dana pembangunan yang
dilakukan oleh orang – orang besar yang notabene adalah para sarjana. Oleh karena
itu program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha adalah pembinaan atau
pendidikan akhlak. Allah SWT menetapkan akhlak adalah alat yang dapat
membahagiakan kita dalam kehidupan dunia dan akherat. Karena dengan akhlak
manusia akan berjalan di atas rel sesuai dengan aturan yang sudah ada, yakni dalam
ajaran agama Islam.
Kepribadian muslim masa kini tergambar olehnya merupakan warisan yang
diterimanya dari orang tua dan nenek moyang selama beberapa abad. Ia merupakan
warisan yang besar, yang dalam pembentukkannya telah ikut serta ide yang berbeda –
beda, yang sebagainya tidak menghendaki kebaikan bagi Islam dan umatnya.
Tambahan lagi bahwa perlawanan pada masa sekarang ditujukan untuk menguasai
pemikiran manusia serta mempengaruhi akidahnya serta akhlaknya. Bila persolannya
demikian, sedang kepribadian Ummat Islam masa sekarang tidak mengambarkan
kepribadian muslim yang sesungguhnya- kecuali orang yang mendapatkan rahmat
Allah. Maka wajiblah kita memulai kembali pembentukkan kepribadian muslim yang
jelas ciri – cirinya dan sifat-sifatnya, serta kepribadian dan akhlak-akhlak yang
tampak pada rasul-rasul, nabi-nabi, pada para sahabat yang mulai dan imam-imam
yang terkemuka.
Dari paparan diatas maka kita ketahui bahwa akhlakul karimah itu merupakan
suatu tingkah laku seseorang baik secara individu maupun suatu kelompok dalam
berbuat atau bertingkah laku dalam kehidupan sehari – harinya sesuai dengan ajaran-
ajaran agama Islam. Dengan demikian berarti akhlakul karimah harus berdasarkan
akidah Islam, karena akhlakul karimah berhubungan dengan keimanan dan hukum.
Karena akhlak menentukan hukum atau nilai perbuatan manusia dengan keputusan
baik atau buruk, perbedaan terletak pada tolak ukurnya ajaran al-Quran dan Sunnah,
etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adapt kebiasaan yang
umum berlaku di masyarakat.
Karena perilaku ihsan berhubungan dengan keimanan dan hukum maka
akidahlah yang merupakan standar penilaian. Apapun yang bertentangan dengan
kaidah Islam tidak diambil atau tidak diyakini. Oleh karena itu apabila perilaku yang
sekiranya bertentangan dengan akidah maka harus ditinggalkannya. Akhlak mulia
bukanlah sekedar taktik yng bersifat sementara, melainkan suatu sikap yang terus
menerus.23 Akhlak merupakan kekuatan jiwa dari dalam, yang mendorong manusia
untuk melakukan yang baik dan mencegah perbuatan yang buruk. Allah mendorong
manusia untuk memperbaiki akhlaknya bila terlanjur salah, sesuai firman Allah SWT.
Artinyan : “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
Kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nisa:110).
Pemahaman akhlak sesuai dengan ayat tersebut yang menjelaskan bahwa
perbuatan akhlak mempunyai tujuan langsung yang dekat, yaitu harga diri, dan tujuan
jauh yakni ridla Allah melalui amal sholeh dan jaminan kebahagian dunia akherat.
Sudah kita ketahui bersama bahwa manusia dalam kehidupannya itu selalu
mengadakan hubungan dengan orang lain. Dengan adanya hubungan ini ia berusaha
untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang dihadapinya. Dalam berperilaku yang
baik itu manusia harus tahu sifat yang dihadapinya. Dan pada hakekatnya manusia itu
telah diberi kesadaran untuk memilih yang baik dan buruk dari sang pencipta.
Masalah akhlakul karimah itu merupakan ilmu yang berkaitan dengan ilmu akherat,
karena perilaku tersebut merupakan kualitas positif dan terpuji yang melahirkan
tindakan mulia.
Perilaku baik dan buruk merupakan suatu yang mendasar dalam diri manusia
karena manusia mempunyai kebebasan untuk memilih bahwa manusia adalah
kehendak bebas dan bertanggung jawab yang menempati station antara dua kutub
yang berlawanan yakni Allah dan setan, selanjutnya kehendak bebas yang berhadapan
dengan pilihan yang berat dan rumit apakah ia akan memilih roh Allah atau terbenam
dalam lempung dibawah endapan Lumpur.
Dengan adanya kehendak bebas manusia itu maka manusia perlu pengarahan
untuk memilih atau menentukan kehendak agar manusaia tidak terperosok ke dalam
Lumpur yang busuk. Untuk itu diperlukan suatu pendidikan yang akan mendidik
manusia untuk berperilaku ihsan atau baik, dalam kehidupan di masyarakat manusia
tidak dapat hidup sendiri bahkan ia selalu bergaul dengan sesamanya.
a. Ruang Lingkup Akhlak
Dari cirri-ciri diatas bisa kita ketahui bahwa setiap manusia mempunyai
kesempatan untuk menjadi pembiasaan hidupnya sehingga akan lekat pada jiwanya,
dan akhirnya akan menjadi akhlak. Selanjutnya dengan adanya kebiasaan-kebiasaan
yang baik tersebut akan membentuk akhlak.
Dalam hal akhlak dapat dirinci sebagai berikut:
a). Akhlakul karimah dalam pergaulan siswa dengan guru. Meliputi sikap hormat,
sopan santun dalam berbicara, minta ijin bila meninggalkan ruangan, memberi
salam bila bertemu, suka membantu, melaksanakan nasehat dan perintah guru,
sikap jujur, berani menyampaikan kebenaran, tepat waktu bila berjanji.
b). Akhlakul karimah terhadap sesama siswa yang meliputi sikap rendah hati dan
ramah-tamah, suka memberi salam terlebih dahulu, suka memberi maaf kepada
sesame siswa yang salah, sopan santun dalam bicara, menunjukkan rasa gembira
jika bertemu, tidak suka meneng sendiri. Disamping itu juga bersikap adil dalam
bergaul, meliputi suka memberi dan menerima nasehat terhadap sesama siswa,
tidak membeabedakan sesame siswa, tidak suka mengucilkan sesama siswa. Juga
mempunyai sikap jujur dalam bergaul, meliputi tidak suka berbohong, berani
menyampaikan kebenaran.
c) Akhlakul karimah terhadap Alam sekitarnya,atau terhadap makhluk-maklhuk
ciptaan Allah SWT selain manusia, misalnya : tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
sumber daya lainnya.
b. Cara Menumbuhkan Serta Membiasakan Akhlak Yang Baik
Tingkah laku seseorang yang diukur dengan norma yang dianut
menentukan nilai kepribadian orang tersebut. Ciri dari kepribadian adalah lahirnya
sifat-sifat maupun perbuatan-perbuatan yang baik (terpuji), dan sifat atau
perbuatan tersebut dapat dibentuk walaupun menumbuhkan waktu yang cukup
lama. Tumbuhnya sifat atau perbuatan seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain, lingkungan (alam sekitarnya), keluarga, masyarakat dan
sebagainya.
Adapun cara menumbuhkan dan membiasakan akhlak terpuji tersebut
antara lain : Menumbuhkan dan memelihara akhlak terpuji Rendah hati
(Tawadh’u) Manusia sebagai makhluk Allah yang mulia dalam kata lain luhur dan
mulia dari makhluk lain, memang diberi beberapa keistimewaan dan kelebihan,
jasmani yang bagus dan rohani yang lengkap, dengan karunia akal dan iman yang
sempurna. Akan tetapi walaupun demikian kita harus sadar bahwa manusia sering
berbuat salah dan lupa, oleh sebab itu kita harus mempunyai sifat rendah hati,
adapun cara menumbuhkannya dapat dilakukan antara lain :
Dengan menyadari akan kekurangan yang ada pada diri kita, maka sifat
sombong dan menbanggakan diri akan hilang sendrinya. Kalau ada orang lain
yang memuji diri kita, karena pada diri kita ada sesuatu kelebihan, maka ucapkan
terimaksih kepadanya dan sampaikan pula kepadanya bahwa itulah karunia Allah
yang patut disyukuri.
Sebaliknya kepada orang yang tidak senang terhadap prestasi kita atau
mungkin juga mencela diri kita, perlihatkan kepadanya dengan jiwa besar serta
ketabahan dan tidak melayani atau berusaha memberi reaksi kepada orang
tersebut. Sabar. Kalau kita ucapkan lapadz “Basmallah” berarti telah tumbuh
keyakinan dalam diri kita bahwa Allah maha pengasih dan maha penyayang.
Oleh karena itu apapun yang terjadi pada diri kita berarti dasarnya kasih
sayang dari Allah SWT. Hanya saja yang kita terima ada berupa nikmat yang
menggembirakan, adapula berupa musibah yang menimpa diri kita yang
menyedihkan,menghadapi semua itu kita dituntut untuk bersifat sabar. Maka
untuk menmbuhkan sifat sabar pada diri kita ada beberapa hal yang perlu
dilakukan antara lain:
Kita boleh bergembira atas nikmat dan boleh bersedih karena musibah
yang menimpa, akan tetapi harus sadar bahwa keduanya dari Allah dalam
menjalani hidup ini dan tentunya kita harus mengambil hikmah yang tersembunyi
pada-Nya. Kita harus dapat menerima musibah tersebut dengan lapang dada,
tabah dan ikhlas menerima takdir, seraya mengucapkan
راجعون اليه وانا لله انا
Artinya:”Sesungguhnya kita kepunyaan Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya”.
Jujur
Jujur adalh suatu sifat yang terpuji, arti jujur ialah benar dalam perkataan
sesuai dengan hati ang sesungguhnya tidak menutup-nutupi kebenaran atau
kesalahan, dengankata lain yang salah dikatakan salah dan yang benar dikatakan
benar. Oleh karena itu kejujuran merupakan modal mencapai sukses. Kita dapat
mencontoh sifat jujur pada diri Rasulullah SAW. Sehingga sejak remaja beliau
mendapat gelar Al-Amin artinya orang yang jujur.
Maka dalam hal ini setiap muslimin hendaknya dapat menumbuhkan
dalam jiwanya mengai sifat jujur bagaimanpun caranya, adapun yang dapat kita
lakukan salah satunya yaitu, seorang muslimin dituntut untuk berani menyatakan
benar terhadap yang benar dan menyatakan salah kepada yang salah. Keberanian
ini harus dilatih sejak masih anak-anak, jangan dibiasakan berdusta yang pada
akhirnya dapat merugikan dirinya sendiri.
Pemaaf
Dalam setiap diri manusia terdapat dua unsur yaitu akal dan nafsu, ada
kalanya pertimbangan akal dikalahkan oleh dorongan nafsu. Jiwa dan akal yang
dipengaruhi oleh nafsu yang akan menimbulkan emosi yang tidak terkendalikan
yaitu marah. Marah itu biasaya disebabkan akibat kesalahan pihak lain,
menghadapi situasi yang demikian agama Islam memberi pelajaran kepada kita
agar menjauhkan diri dari sifat marah dan suka memaafkan kesalahan orang lain.
Memberi maaf atas kesalahan orang lain yang telah merugikan kita, merupakan
pengorbanan moril yang cukup tinggi nilainya. Sebab hanya orang yang berjiwa
besarlah yang mudah memberikan maaf kepada saudaranya yang telah berbuat
salah.
Sifat pemaaf merupakan sifat terpuji yang harus ditumbuhkan pada setiap
kaum muslimin, adapun cara menumbuhkannya, diantaranya sebagai berikut :
Menyadari bahwa manusia adalah sering berbuat salah dan lupa, dengan
kenyataan ini maka memaafkan kesalah orang lain akan muda dilakukan, terutama
karena didorong oleh iman yang kuat. Salah satu yang dapat menyenangkan orang
lain adalah, jika kesalahan yang diperbuatnya dapat kita maafkan. Dengan saling
maaf-memaafkan maka persahabatan akan semakin erat terutama sesama
muslimin dan permusushan dapat dihindari. Penyantun Penyantun adalah suatu
sifat terpuji yang patut ditanamkan, ditumbuhkan dan dipelihara dalam diri
seorang muslim, cara yang dapat kita lakukan untuk dapat menumbuhkan sifat ini,
sebagai berikut :
1. Pertama-tama kita belajar mengenal semua famili dan tetangga dekat,
bergaullah dengan memperhatikan nasehat orang tua, guru dan orang lain yang
dihormati.
2. Belajarlah meringankan beban orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
3. Belajar mengasihani fakir miskin dengan member sumbangan alakadarnya
sesuai kemampuan. Cara-cara diatas hendaknya dilakukan sejak masih kecil
atau anak-anak.
Cermat
Cermat artinya teliti dan hati-hati serta penuh kewaspadaan. Sifat cermat
ada pikiran dan perbuatan, pikiran yang cermat dapat membedakan antara yang
baik dan yang buruk, dengan berdasakan perhitungan yang matang serta
memperhatikan segi maslahat dan mudharat dalam melaksanakan suatu tindakan
adakah sebagai ciri khas orang yang bijaksana. Untuk dapat menumbuhkan sifat
ini dapat ditempuh dengan cara, antara lain: Setiap perbuatan hendaknya
diperhitungkan lebih dahulu baik atau buruknya sebelum dilaksanakan. Kita
berada dilingkungan masyarakat sebagai muslimin yang baik, harus tanggap
terhadap peraturan yang berlaku dilingkungan tersebut. Membiasakan perbuatan
terpuji
a. Taat kepada perintah Allah dan Rasul Taat kepada perintah Allah dan Rasul,
adalah merupakan suatu kewajiban yang harus ditaati oleh setiap kaum muslimin.
Untuk menumbuhkan perbuatan ini seseorang harus meyakininya terlebih
dahulu dan kepada orang tua harus menanamkan keyakinan ini kepada anak-
anaknya sejak masih kecil. Didalam agama islam dianjurkan bahwa manusia
harus selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, kepada-Nyalah kita mohon
segala harapan dan permintaan.
Dia lah tempat kembali semua persoalan, baik hal-hal yang
menggembirakan maupun yang menyedihkan. Kita juga harus taat kepada
perintah rasul karena secara tidak langsung kita juga telah menaati perintah Allah
dan Rasuln-Nya, dapat ditempuh dengan cara ceramah-ceramah agama dan
memperbanyak membaca buku-buku tentang sejarah Rasul-rasul allah SWT.
b. Patuh kepada orang tua Patuh kepada orang tua adalah dengan cara mematuhi
setap perintah-Nya, asal tidak bertentangan dengan agama islam. Kita wajib
mematuhi perintah tersebut, seperti disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia(Allah SWT), dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu dan Bapakmu dengan sebaik-baiknya”.(Q.S.Al-Isra:23)
Kepatuhan kita terhadap perintah keduanya harus dilaksanakan dengan
penuh kesadaran pengabdian yang tulus ikhlas, dalam berbakti kepada orang tua.
Kalau keduanya memerintahkan agar melakukan yang bertentangan dengan
agama maka tidak perlu mematuhinya, namun demikian memperlakukan
keduanya dengan cara yang baik tetap wajib.
c. Halus budi
Untuk menjadi orang yang halus budi kita harus berlatih merasakan apa
yang dirasakan orang lain misalnya yaitu: bila orang lain mendapat kegembiraan
kita ikut merasakan kegembiraan tersebut, sebaliknya bila orang lain mendapat
kesulitan atas musibah, kita dapat merasakan penderitaan itu dengan
membayangkan bagaimana kalau hal itu terjadi pada diri kita.
Dengan demikian sikap halus budi dapat dinyatakan dalam tingkah laku. Sikap ini
juga dapat membiasakan kita dapat memaafkan orang lain dengan segala
kerendahan hati, sebaliknya kita sendiri berbuat kesalahan dengan ksatria
mengakui kesalahan dan meminta maaf.
Dengan sikap budi pula kita akan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan menjauhkan sifat iri dengki dan dendam. Oleh karena itu orang
yang halus budi dan tingkah lakunya dapat membuat orang lain aman dan senang.
d. Memanfaatkan waktu
Pandai memanfaatkan waktu termasuk perbuatan baik, waktu harus dijaga
dan dipelihara dengan cara memanfaatkannya untuk sesuatu yang mendatangkan
keuntungan atau faedah. Memanfaatkan waktu tidak berarti menghabiskan enek
kerja saja akan tetapi dapat membaginya sesuai dengan keperluan jasmani dan
rohani kita. Pandai memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang bermanfaat harus
dibiasakan sejak usia muda belia jangan membiasakannya dengan berpangku
tangan sebab sulit untuk mencapai cita-cita atau maksud dan tujuan.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Obyektif SDN Sukalaksana Kec. Campaka Kab. Cianjur
3.1.1 Kondisi Lingkungan Fisik
a. Gedung sekolah dan kelas
Gedung SDN Sukalaksana Kecamatan Campaka di bangun di atas tanah
kas desa seluas 4250 m2 dengan status sewa. Bangunan terletak dikampung
Kampung Pasir Eurih Desa Margaluyu Kecamatan Campaka. Gedung terdiri dari:
12 ruangan kelas, 1 ruang kepala sekolah dan guru, 1 gedung perpustakaan, 1
gedung UKS, 2 gedung rumah guru, 1 gedung rumah KS, 1 gedung rumah
penjaga sekolah, 6 kamar mandi putra dan putri dan 1 gedung musola dengan 2
kamar wudhu putra dan putri dan 1 kamar kecil, dan halaman sekolah.
Adapun ruangan di SDN Sukalaksana memiliki Ruangan kelas 12 lokal
dengan ukuran 7 X 8 m² masing-masing kelas. Ruangan kelas ini masing-masing
mempunyai luas 56 m² dan memiliki fasilitas yang cukup baik. Didalam kelas
sudah dilengkapi dengan administrasi kelas yang dibutuhkan, semua tertata rapi
dan kebersihannya terjaga sehingga sangat mendukung bentuk pelancaran proses
belajar mengajar.
b. Perpustakaan
Ruang perpustakaan berada didepan bersebelahan dengan mushola.
Perpustakaan mempunyai luas 56m² dalam ruangan terdiri dari 10 buah almari
serta meja dan kursi untuk membaca para siswa koleksi buku-buku perpustakaan
sebagian besar merupakan buku paket dari dinas pendidikan nasional yang berasal
dari dana Dep Swep Th 2008 dan dana DAK. Jumlah buku lebih dari dari 5000
exsemplar terdiri dari fiksi dan non fiksi. Kondisi perpustakaan sangat bagus dan
sarananya memadai sehingga sekolah menunjuk satu karyawan untuk
mengelolanya dan bertanggung jawab segala pelayanannya, sehingga keberadaan
gedung perpustakaan dan fasilitasnya menambah pemberian konstribusi yang
optimal dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar siswa.
c. Ruang UKS
Ruang UKS bersebelahan dengan ruang laboratorium sains. Dalam ruang
UKS terdapat satu tempat tidur untuk menunjang kegiatan UKS dan dua almari
yang berisi obat-obatan dan perlengkapan UKS seperti timbangan dan arsip-arsip
buku UKS. Ruang UKS ini di manfaatkan untuk pertolongan pertama pada siswa
misalnya, siswa pingsan saat upacara maupun pusing-pusing. Sehingga siswa
disuruh istirahat tiduran di tempat tidur tersebut.
Untuk pemeriksaan kesehatan sekolah, menjalin kerjasama dengan
Puskesmas Kalasan dan pelaksanaanya tidak diruang UKS tetapi diruang kelas,
misalnya pemeriksaaan gigi, mata, imunisasi dan lain-lain. Dengan adanya
program UKS ini sekolah telah berupaya agar masalah belajar yang disebabkan
dari gangguan fisik atau kesehatan dapat di atasi.
d. Kamar Kecil (kamar mandi dan WC)
Kamar kecil di sekolah dasar ini cukup memadai bagi siswa. Tersedia 6
kamar kecil dengan ukuran 5 x 6 m². Satu kamar kecil khusus untuk guru. Namun
kondisi kamar kecil di SDN Sukalaksana masih tergolong memprihatinkan karena
masih dalam bentuk yang sangat jelek karena sejak sekolah di bangun tahun 1982
sampai sekarang belum direnovasi sehingga banyak siswa yang memilih pulang
dari pada memakai kamar mandi yang jelek.
Dalam penggunaan kamar kecilpun sekolah memberikan perhatian dengan
menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam diri siswa. Tulisan-tulisan
yang berbunyi : annadhofatu minal iman” kebersihan sebagian dari iman.
Kemudian doa-doa saat masuk dan keluar kamar kecil siswa dapat membaca
sekaligus mempraktekannya. Dengan uraian di atas dapat diketahui bahwa
sekolah juga memperhatikan masalah kesehatan lingkungan kamar kecil,
meskipun bentuknya kurang bagus. Karena bagaimanapun juga hal ini merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
e. Halaman Sekolah
Halaman sekolah seluas 350 m² di sekolah digunakan sebagai sarana
sekolah antara lain: lapangan olahraga dan tempat bermain siswa. Lingkungan
fisik di sekolah telah digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi siswa yang semua itu
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
3.1.2 Kondisi Lingkungan Sosial
Hubungan sosial yang terjadi di lingkungan SDN Sukalaksana sudah
berjalan cukup baik. Di SD Sukalaksana sudah dibiasakan siswa selalu berjabat
tangan dengan Bapak/Ibu Guru maupun Kepala Sekolah sebelum masuk kelas
siswa berbaris di depan kelas di siapkan oleh ketua kelas dan bergiliran masuk
ruangan sambil berjabat tangan terlebih dahulu dengan Bapak/Ibu Guru. Sebelum
pulang sekolah siswa juga di biasakan selalu berjabat tangan dengan Guru
sebelum meninggalkan kelas.
a. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar di SDN Sukalaksana dimulai pukul 07.30 WIB
dan diakhiri 12.50 WIB. Pada saat masuk kelas anak-anak itu wajib belajar dan
keberhasilan dapat diraih dengan tekun belajar dan berdoa memohon kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar usahanya dikabulkan sehingga dalam kegiatan belajar
mengajar siswa mempunyai semangat yang tinggi namun juga selalu berdoa.
Sebelum pelajaran dimulai selalu diawali dengan doa menurut ajaran
agama dari masing-masing anak. Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran pertama
oleh guru kelas. Sholat dhuhur bagi yang beragama islam dilaksanakan sepulang
sekolah yaitu pukul 12.50 WIB sampai selesai.
b. Kondisi Siswa SDN Sukalaksana
Sebagaimana telah dijelaskan di atas tentang keadaan sekolah pada
umumnya, maka di sini akan di jelaskan mengenai keadaan siswa di SDN
Sukalaksana Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, serta dapat dijelaskan
alasan SDN Sukalaksana dijadikan penelitian. Berdasarkan hasil observasi yang
dilaksanakan, maka keadaan siswa di SDN Sukalaksana dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Dalam pergaulan dengan temannya di sekolah pada umumnya jarang terlihat
perselisihan dengan teman-temannya.
2. Sikap siswa di SDN Sukalaksana terhadap Guru-gurunya memperlihatkan
perilaku yang taat dan tidak memiliki perilaku yang menentang terhadap guru
atau karyawan lainnya yang ada di sekolah.
3. Sudah dibiasakan dan telah terprogram sesuai dengan KTSP, bahwa di SDN
Sukalaksana pada waktu pulang sekolah yaitu waktu dhuhur, sebelum pulang
anak dengan guru melaksanakan shalat berjama’ah di Mesjid sekitar sekolah,
dan ketika beres shalat diadakan kultum (ceramah tujuh menit).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijadikan alasan penulis dalam
menentukan pilihan terhadap SDN Sukalaksana kecamatan Campaka kabupaten
Cianjur sebagai tempat dilaksanakannya penelitian.
c. Kondisi Orang tua dan Masyarakat
Berdasarkan data yang diperoleh dari SDN Sukalaksana, maka keadaan
kondisi orang tua siswa rata-rata keadaan ekonominya masih tergolong miskin,
karena mererka pada umumnya mata pencahariannya bertani dan buruh, selain itu
pula pendidikan orang tua paling tinggi hanya menyelesaikan pendidikan di
tingkat SMP.
Dengan demikian dari kondisi orang tua tersebut dapat digambarkan
keadaan masyarakat di lingkungan SDN Sukalaksana dalam pendidikan mereka
masih kurang memperhatikan, tetapi dalam masalah keagamaan khususnya
pendidikan agama Islam mereka sangat mendukung sekali, sehingga dalam
kegiatan pengembangan akhlak siswa diharapkan peran orang tua akan membantu
segala upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah, terutama dalam pengembangan
aklhak siswa.
3.2 Peranan Orang Tua dalam Peningkatan Akhlak anak di SDN Sukalaksana
Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak orang tua siswa, dan hasil
observasi yang dilakukan terhadap para siswa kelas V SDN Sukalaksana
Kecamatan Campaka kabupaten Cianjur yang berhubungan dengan peran orang
tua dalam peningkatan akhlak siswa, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. Selain di sekolahkan di SDN Sukalaksana, para orang tua memasukkan anak-
anaknya ke sekolah atau pengajian-pengajian yang ada di lingkungan tempat
tinggalnya.
2. Orang tua berusaha menjadikan mereka sebagai contoh yang baik bagi para
anak-anaknya, yaitu dengan cara, mengajak mereka beribadah ke mesjid,
menghadiri pengajian, dan memberikan bimbingan tentang aklhak yang
diperintahkan oleh agama Islam.
3. Orang tua selalu mengadakan komunikasi dengan pihak sekolah mengenai
perkembangan anak-anaknya, baik yang berhubungan dengan akademis
maupun yang berhubungan dengan peningkatan akhlak anak-anaknya di
sekolah.
4. Para orang tua memiliki keyakinan bahwa anak-anaknya sampai wawancara
ini dilakukan, mereka mengakui bahwa anak-anaknya sampai saat ini
memiliki akhlah yang baik.
3.3 Kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang tua dalam peningkatan Akhlak
anak di SDN Sukalaksana Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua dan observasi terhadap
anak-anak kelas V SDN Sukalaksana Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur,
yang berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang tua dalam
peningkatan aklhak anak, maka dapat di deskripsikan sebagai berikut :
1. Banyaknya jenis permainan berupa Play Station, dll yang dapat mengganggu waktu
anak-anaknya untuk pergi ke pengajian atau menghadiri kegiatan keagamaan
lainnya, sehingga adakalanya anak-anak sering meninggalkan rumah tampa pamit
dan bahkan mereka sudah mulai berani untuk tidak menghadiri pengajian se pulang
sekolah. Hal ini bagi orang tua yang diwawancarai mereka sampai saat ini sulit
untuk mencegah atau melarang anak-anaknya untuk meninggalkan kebiasaanya
tersebut.
2. Hubungan pergaulan anak-anaknya yang telah melihat teman-teman yang lainnya
yang telah masuk ke SMP atau SMA, mereka rata-rata yang telah bersekolah di SMP
atau di SMA, telah berhenti mengikuti pengajian, atau menghadiri kegiatan
keagamaan lainnya, sehingga dengan melihat kondisi terebut akan berpengaruh
terhadap anak-anaknya yang masih di SD, yaitu akan mempengaruhi terhadap
motivasi mereka untuk mengikuti pengajian, bahkan mereka kadang-kadang ikut
bermain dengan teman-temanya tersebut.
3. waktu yang tersedia bagi orang tua dalam rangka membimbing anak-anaknya
kadang-kadang kurang, karena mereka seharian bekerja di sawah atau kebun yang
begitu banyak menguras tenaga, sehingga para orang tua merasa kelelahan dan
akhirnya pengawasan dan bimbingan terhadap anak-anaknya menjadi kurang
optimal.
3.4 Upaya-upaya yang dilakukan orang tua dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
yang di hadapi dalam peningkatan akhlak anak di SDN Sukalaksana
Kecamatan Campaka kabupaten Cianjur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa kelas V SDN
Sukalaksana Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, mengenai upaya-upaya
yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
peningkatan akhlak anak dapat di deskripsikan sebagai berikut :
1. Orang tua memberikan hukuman atau teguran terhadap anak-anaknya yang telah
melakukan kesalahan diantaranya : tidak mengikuti pengajian, bertengkar dengan
temanya, meninggalkan shalat yang lima waktu, bahkan anak telah berani melawan
orang tuanya, maka hukuman atau teguran yang dilakukan oleh orang tua
diantaranya adalah :
a. Teguran dilakukan apabila anak-anaknya melakukan pelanggaran yang dianggap
ringan, dan perilaku yang tidak baik tersebut masih dapat diperbaiki.
b. Hukuman diberikan apabila anak telah beberapa kali mendapatkan teguran,
tetapi anaknya belum juga berubah, maka hukuman tersebut bisanya berupa
uang jajan yang tidak diberikan atau tidak boleh meninggalkan rumah setelah
pulang dari sekolah.
2. Apabila pelanggaran atau perilaku anak sulit di rubah atau diperbaiki oleh orang tua,
biasanya orang tua meminta bantuan ke pihak-pihak lain, misalnya ke pihak guru di
sekolahnya, atau anak tersebut dibawa ke guru pengajian dengan didampingi oleh
orang tuanya, dengan harapan anak-anaknya akan dapat mengurungi pelanggaran-
pelanggaran yang telah dilakukannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap para orang
tua siswa di SDN Sukalaksana Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur tentang
peranan orang tua dalam peningkatan akhlak anak, maka dapat disimpulkan
berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan pada Bab I.
Adapaun kesimpulannya adalah sebagai berikut :
1. Peranan orang tua dalam rangka peningkatan akhlak anak diantaranya adalah :
a. Orang tua berperan untuk menjadikan contoh yang baik bagi anak-anaknya,
terutama dalam membimbing mereka dalam peningkatan akhlak-akhlak
anak-anaknya.
b. Memasukkan anak-anaknya ke tempat pengajian atau sekolah-sekolah
agama, guna memperoleh pengetahuan, keterampilan dan aklhak mulia yang
dapat bermanfaat dalam peningkatan akhlak anak-anaknya.
c. Menjalin hubungan dengan pihak sekolah dalam upaya memperoleh
informasi tentang anak-anaknya di sekolah yang berhubungan dengan
peningkatan akhlak anak-anaknya.
2. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang tua dalam peningkatan akhlak anak di
SDN Sukalaksana adalah :
a. Banyaknya permainan elektronik yang mengganngu perhatian anak-anak.
b. Pergaulan dari teman-teman yang sudah menginjak sekolah di tingkat SMP
dan SMA, karena biasanya mereka sudah jarang menghadiri kegiatan
keagamaan.
c. Waktu yang tersedia bagi orang tua dalam membina anak-anaknya kurang,
karena mereka sudah kehabisan tenaga,sisa bekerja siang harinya, sehingga
mereka kadang-kadang tidak sempat melaksanakan bimbingan terhadap
anak-anaknya.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang
tua dalam peningkatan akhlak anak, diantaranya adalah :
a. Memberikan teguran terhadap anak-anak yang melakukan pelanggaran kecil.
b. Memberikan hukuman, apabila pelanggaran yang dilakukan sudah sering
sekali atau teguran yang disampaikan oleh anak tidak ditaati.
c. Meminta bantuan kepada pihak-pihak lain diantaranya dengan guru kelas,
dan pihak guru pengajian anak-anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad D. Marimba.1989.Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Al-Ma’arif.
Anas Sudiyono.1995.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta:Raja Garfindo Persada.
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. XI
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I
Arifin, M., H., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.Ke-3.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1999), cet. Ke-10.
Depag RI.1988: Al-Qur’an dan terjemahannya. Yayasan penyelenggaraan Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an.Jakarta.1988.
Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet. Ke-4, jilid 3
H.M. Arifin.1995.Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum).Jakarta : Bumi Aksara.
Hadi, Aminul dan Haryono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Bandung CV Pustaka Setia, 1998)
Hary Hoer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Lobos Wacana Ilmu,1999), hlm. 2
Koncoroningrat.1985.Pengantar Umum Antropologi. Jakarta : Aksara Baru.
Muh. Ali.1982. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Aksara.
Purwanto Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1988),
Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya 1995),cet. Ke-10.
Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Surabaya: Pustaka Islam, 1985), h. 217
Suharsini Arikunto.1989. Prosedur Penelitian. Jakarta. : Bina Aksara.
Sutrisno Hadi. 1981. Metodologi Research II. Penulisan Skripsi Thesis dan Desertasi. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,(Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
Surjono Sukanto. 1992. Sosiologi Keluarga Tentang Ihwal Keluarga Remaja dan anak. Jakarta.
Zakiah Darojat. 1978. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang.
Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)
Wahyu M. S. 1986. Wawasan-wawasan Ilmu Sosial Dasar. Surabaya : Usaha Nasional.