Upload
hoangcong
View
240
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
09/08/2018
1
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
PERANAN KOMERSIALISASI HASIL LITBANG DALAM
STRATEGI KEBIJAKAN ENERGISEMINAR NASIONAL DEWAN RISET NASIONAL
“MEMBANGUN EKOSISTEM INOVASI PANGAN DAN ENERGI MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0”
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERALPekanbaru, 9 Agustus 2018
OUTLINE
I. Pendahuluan
Tujuan litbang ESDM
Permasalahan
II. Peran BLU dalam Komersialisasi Hasil Litbang
III. Sinergi Kegiatan dan Pendanaan dalam RangkaKomersialisasi Hasil Litbang (Tahap start up danpengembangan pasar)
IV. Penutup
09/08/2018
2
I. PENDAHULUAN Tujuan Litbang ESDM
Permasalahan
TUJUAN LITBANG ESDMKontribusi nyata bagi peningkatan ketahanan energi dan nilai tambah mineral melalui :
1. Peningkatan kapasitas panas bumi lebih dari 300 MW
2. Peningkatan kapasitas PLTS lebih dari 100 MW, termasuk Tanito Harum dan Roof Top
3. Pengurangan pemakaian BBM melalui substitusi dengan:
Pengembangan Bioethanol melalui pembangunan kilang bioethanol berbasis tanaman lokal lebihdari 50.000 barel per hari (berbasis Aren : Gorontalo termasuk Boalemo, Sulawesi Utara : 34 kL/h (213,85 BOPD); berbasis Sorgum Manis: Yogyakarta dan NTB: 100 L/Day (0,63 BOPD)
Pemanfaatan batubara bersih melalui komersialisasi 1.000 unit Gasmin dengan konsumsi batubara lebih dari 30.000 ton per tahun
Pengembangan energi biomassa melalui pemanfaaan tungku siklon biomassa/ batubara(TUSINA) untuk pembakaran langsung dan pembangkit listrik, dengan potensi 700 MW di NTB dan NTT
pemanfaatan DME untuk rumah tangga dan transportasi lebih dari 1,5 juta ton per tahunPengembangan infrastruktur BBM di Indonesia Bagian Timur dalam rangka mendukung kebijakanBBM Satu Harga dengan pembangunan Depo BBM di wilayah Sulawesi Tenggara dan Papua
4. Pengembangan infrastruktur energi :
Depo BBM di Indonesia bagian Timur
Terminal LNG di Jawa Tengah dalam rangka pengembangan gas di jawa
5. Survei dan Jasa Teknologi Geologi Kelautan
09/08/2018
3
POTENSI PENINGKATAN KAPASITAS PANAS BUMI LEBIH DARI 300 MW
WKP GUCI 3 x 20 MW
WKP MARANA 1 x 20 MW WKP BORA PULU
1 x 40 MWWKP JAILOLO 1 x 5 MW
WKP CIREMAI 2 x 55 MW
WKP CUBADAK 1 x 40 MW
WILAYAH MW
SUMATERA
1. KS Orka 1 X 40 MW
WILAYAH MW
JAWA
1. Anglo 2 X 55 MW
2. PT. Linton EnergiIndonesia
3 x 20 MW
WILAYAH MW
SULAWESI
1. PT. Marana Geothermal Nusantara
1 X 20 MW
2. GWDC-CNPC 1 x 40 MW
WILAYAH MW
MALUKU
1. PT. EDC Panas BumiIndonesia
1 X 5 MW
POTENSI PENINGKATAN KAPASITAS PLTS LEBIH DARI 100 MW
PEMALANG 40 MW
SAMARINDA• 50 MW
PADANG 10 MW
WILAYAH MW
SUMATERA
1. Teluk Bayur 10 MW
WILAYAH MW
JAWA
1. Pemalang 40 MW
WILAYAH MW
KALIMANTAN
1. Eks Lahan Tambang Tanito Harum
50 MW
09/08/2018
4
PENGEMBANGAN DEPO BBM UNTUK DISTRIBUSI BBM DI INDONESIA BAGIAN TIMUR
WILAYAH KL
SULAWESI
PT. Vale 28000 *)
PT. Bintang Delapan 4,000
PT. Virue Dragon Konawe 2,000
PT. Sulawesi Mining Morowali 2,000
PT. Indo Guang Ching Morowali 2,000
PT. Macha Mineral Konawe 2,000
PT. Antam Pomala 1,500
TOTAL SULAWESI 13,500
WILAYAH KL PAPUA
PT. Freepot Indonesia 36,000
BP Bintuni Project 6,000
Petrosea Tbk 4,000
Saipem Indonesia 1,000
Andi Jaya Makmur 400
Pulau Adi 300
Industri Perikanan Papua Barat 3,000
TOTAL PAPUA 50,700
Ket: *) Terdiri dari 8,000 HSD dan 20,000 MFO
“KERJASAMA BLU LEMIGAS – PT. TUNAS MANDIRI MIGAS – PT ASDP” WILAYAH YANG DISASAR: SULAWESI TENGGARA , PAPUA BARAT DAN
PAPUA TENGAH BAGIAN SELATAN
“KERJASAMA BLU LEMIGAS – PT. TUNAS MANDIRI MIGAS – PT ASDP” WILAYAH YANG DISASAR: SULAWESI TENGGARA , PAPUA BARAT DAN
PAPUA TENGAH BAGIAN SELATAN
POTENSI
POTENSI PENGEMBANGAN BIOFUEL DI INDONESIA BIOETHANOL BERBASIS AREN
09/08/2018
5
PROYEK COAL TO DME DI INDONESIA
PROYEK COAL TO CHEMICAL KONSORSIUM PT BA
PROYEK COAL TO DME PT BERAU NUSANTARA KAWASAN INDUSTRI
KAPASITAS PRODUKSI DME 0.35 – 1 Jt ton/tahun(batubara: 2 – 5.5 jt ton/ tahun)
DME digunakan untuk mengurangi LPG disektor rumah tangga dan BBM
transportasi darat, dan pembangkit listrik
Alat pengubah bahan bakar padat (batubara) menjadi bahan bakar gas dengan proses gasifikasi untuk skala industri kecilKeunggulan produk:• Harga unit terjangkau dan pengoperasian mudah• Dapat diintegrasikan pada berbagai pemanfaatan
(internal maupun external combustion)• Sangat tepat apabila digunakan pada industri
padat energi• Dapat dioperasikan secara terus menerus
dengan biaya energi yang relatif murah
No. Sumber pendanaan Jul Aug Sep Okt Nov Des Jumlah
1 Kemendes 4 4 5 5 5 5 28
2 KKP 4 5 8 8 8 8 41
3 Kementan 5 5 10 10 10 10 50
4 Kementerian KUKM 4 4 10 10 10 10 48
5 CSR K3S 1 1 2 2 2 2 10
6 CSR Mineral 1 1 2 2 2 2 10
7 CSR batubara 2 2 6 6 6 6 28
8 Kemenristek* 1 1 2 2 2 2 10
9 Penjualan via Futura 50 50 50 50 200
10 Penjualan via UPN 50 50 50 50 200
TOTAL 22 23 145 145 145 145 625
Target Pemasaran Gasmin 2018
Target Produksi Gasmin 10 kg
2018
Juli Agus Sept Okt Nov Des Total
22 23 145 145 145 145 625
Kalsel
Kaltim
PapuaPapua
NTT
Sumsel
Sulsel
Peta Distribusi Gasmin
Implementasi di IKM Alumunium, Batik, Atsiri di
DI Yogya (6 unit)
TargetImplementasi
Keterangan:
2019 2020 2021 2022 2023
2700 2700 2700 2700 2700
09/08/2018
6
TUSINA BARASEGER
Keunggulan:1. Mampu menekan biaya produksi;2. Pengoperasian alat mudah;3. Mengurangi permasalahan pencemaran lingkungan (pengurangan carbon
footprint),
Manfaat:• Berkurangnya biaya energi oleh IKM sampai dengan 53%. • Serbuk gergaji yang belum dimanfaatkan masyarakat dicampur dengan
tepung batubara sebagai bahan bakar tungku siklon merupakan langkahmaju yang signifikan secara teknis dan ekonomis, karena menghasilkanefisiensi energi tinggi.
• Pembakaran campuran 80% kayu serbuk gergaji dan 20% tepungbatubara menghasilkan pembakaran yang stabil dengan efisiensi energitinggi (56% - 69%) sesuai hasil penelitian co-firing sebelumnya.
IKM
Biaya Bahan Bakar
(Rp per bulan)%
penghematanSebelum Sesudah
Kecap, Majalengka 9.408.000 5.472.000 42
Kerupuk, Plumbon 1.478.400 864.000 42
Gula Batu, Cirebon 20.400.000 9.648.000 53
o No. Paten IDP0033147 (2013)
o 105 Inovasi Indonesia Prospek BIC (2015)
o kerjasama dengan KEMENKUMHAM implementasi di lapas Kuningan dan Indramayu(2015)
o Implementasi di IKM daerah Jawa Barat, yaitu: Pontren di Kuningan, Kecap dan Kerupuk di Majalengka, Gula Batu dan Sohun di Cirebon,Jamur Tiram di Subang.
o Top 99 Inovasi Kementeriaan PANRB (2018)
Penghematan
Perkembangan
TUSINA BARASEGER (Tungku Siklon Sederhana Batubara dan SumberEnergi Terbarukan) merupakan teknologi tungku siklon sederhanamenggunakan pembakaran bersama (co-firing) batubara dan sumberenergi terbarukan yang mudah digunakan pada industri kecil.
JASA SURVEI, LITBANG DAN OLAH DATA GEOLOGI KELAUTAN
BADAN LAYANAN UMUM
Mitra : PHE Mahakam, PT. Elnusa, TbkNILAI KONTRAK Rp. 4,52 Milyar
BLU P3GL
Melaksanakan Site Survei Pre-Konstruksi Platform Sumur Produksi di Lokasi PHM Mahakam menggunakan Kapal Riset GeoMarine III
Melaksanakan Site Survei Pre-Konstruksi Platform Sumur Produksi di Lokasi PHM Mahakam menggunakan Kapal Riset GeoMarine III
Output :• Dokumen Pre-Konstruksi Platform• Data 2D High Resolution Seismik• Data Side Scan Sonar• Data Singlebeam Echosounder
09/08/2018
7
JASA SURVEI, LITBANG DAN OLAH DATA GEOLOGI KELAUTAN
KR. Geomarin III Dukung Indonesia Prima
BADAN LAYANAN UMUM
Indonesia Program Initiative on Maritim Observation and Analysis (INAPRIMA 2018)
NILAI KONTRAK Rp. 3,36 Milyarpemanfaatan KR. Geomarin III kerjasama dengan BMKG danNOAA (Amerika Serikat): survei bersama di perairan bagianbarat Sumatera Utara mengambil data milik BMKG/ NOAAterkait dengan data iklim yang direkam oleh alat yang beradadi dasar laut
PERMASALAHAN
Pelaksanaan litbang sering tidak dirancang end to end
Keterbatasan sumber daya dan dukungankelembagaan
Sistem dan mekanisme BLU belummelembaga
09/08/2018
8
II. Peran BLU dalam KomersialisasiHasil Litbang
AP
BN
SWAKELOLASWAKELOLA
SATKER BLUSATKER BLU
Peraturan/Regulasi
SATKERKESDMSATKERKESDM
BADAN USAHA/MITRA
BADAN USAHA/MITRA
Peraturan/Regulasi
Penunjukan Penunjukan
Pemilihan
• UU No. 1/2004• PP 29/2000
• Perpres 16/2018• Perpres 4/2015
PMK 136/2016
OUTSOURCINGOUTSOURCING
OUTSOURCINGOUTSOURCING
PENUNJUKAN/PEMILIHAN PEKERJAAN DI SATKER BLU
• BLU LEMIGAS (28 Desember 2009)• BLU tekMIRA (4 Desember 2017)• BLU P3GL (4 Desember 2017)• BLU KEBTKE (8 Desember 2017)
09/08/2018
9
BisnisBLU
BisnisBLU
Konvensional(Existing)
Konvensional(Existing)
Non Konvensional(Kontemporer)
Non Konvensional(Kontemporer)
APBN(Rupiah Murni)
Non APBN
Jasa Laboratorium
Jasa Penelitian
Jasa Tenaga Ahli
Non APBN
Intangible Asset(WK Gas Suar, WK Panas Bumi, WK Migas, WK Minerba)
Tangible Asset(Kapal Geomarin)
Dikerjakan Sendiri
Dikerjakan Sendiri
Dikerjakan oleh KSO/
KSM
Dikerjakan oleh KSO/
KSM
MODEL BISNIS BLU: KONVENSIONAL DAN NON KONVENSIONAL
BLU LITBANG ESDM
PLATFORM KERJASAMA
CO-CREATION
SBU(KSO)
• MODAL + DANA OPERASI• FABRIKASI/FASILITAS PRODUKSI• PEMASARAN
INOVASI TEKNOLOGI
MITRA BISNIS
UPAYA KOMERSIALISASI MELALUI KERJA SAMA
09/08/2018
10
III. Sinergi Kegiatan dan PendanaanDalam Rangka Komersialisasi Hasil Litbang (tahap start-up dan pengembangan pasar)
Sumber: Richard Menko, 2016
KEGIATAN LITBANG VS KOMERSIALISASI HASIL LITBANG
09/08/2018
11
IV. Penutup
1. Balitbang ESDM telah memulai kerja sama dengan Swasta/BUMN/BUMD namun belum masifdan komprehensif untuk membawa inovasi ke pasar.
2. Perlu dibangun sistem dan mekanisme nasional untuk menjadikan Swasta/BUMN/BUMD sebagaiujung tombak kebijakan nasional
3. Ps 31 Ayat 5 UUD 1945: “Pemerintah memajukan Iptek dengan menjunjung tinggi nilai-nilaiagama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”
Hasil litbang harus iptek yang mampu menjadi solusi permasalahan pemerintah danmasyarakat
Hasil litbang harus dapat didayagunakan melalui upaya komersialisasi dan hilirisasi
4. Konsekuensi:
Kegiatan litbang harus didukung dengan perencanaan yang optimal yang mampumengakomodasikan kebutuhan masyarakat
Pelaksanaan litbang harus didukung dengan sumber daya yang memadai: SDM, pendanaandan sarana serta prasarana
Harus ada system yang mendukung implementasi hasil litbang ke arah komersialisasi danhilirisasi serta rekomendasi kebijakan dan regulasi
5. Instrumen kebijakan Iptek yang ada belum mampu mendukung terwujudnya tujuan UUD 1945 Ps 31 ayat 5
PENUTUP
09/08/2018
12
www.litbang.esdm.go.id
#bersamakitabisa
#BLUuntukkitasemua
II. Hasil Litbang Siap Komersialisasi
09/08/2018
13
INOVASI TEKNOLOGI HULU-HILIR MIGAS
Airgun Mini
Surfactant EOR Tabung ANG
Passive Soil Gas Radon
Unit IFO TestAdsorben komponenkorosif gas bumi
GiroskopGravitymeter Laut
Pengolahan Top Bottom Tank Oil
Unit Biodiesel Plant
Rig Lemigas
SPBG DaughterLube Oil Blending Plant
Konverter Kit untukPerahu Nelayan
DME
Pelumas Fuel Grade
Ultrasonography Bidang Migas
Membrane untukmemisahkan CO2 dari aliran Gas
INOVASI TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH BIDANG MINERAL DAN BATUBARA
Akuabat(Untuk Bahan Bakar Boiler)
Co-Firing Batubara -Biomasa
Pemantauan Otomatis (untuk Pengendalian Drainase Air Tambang Batubara Bawah Tanah)
Tungku Pembakar Ter
Gasifier Batubara(Untuk Industri Kecil –Menengah)
Deteksi Longsor
(Sistem Peringatan DiniUntuk Daerah RawanLongsor)
Karbon Aktif dariBatubara
Gasifikasi Batubara (Untuk PLTD Dengan SistemDual Fuel)
Sistem OtomatisPemantauan Level Air Tanah
Kokas Dari Batubara Noncoking
Konversi Ampas Pencucian Bauksit Menjadi Bahan Baku Deterjen
Alat Pemantauan TerpaduUntuk Keselamatan Kerja Tambang Bawah Tanah
Rotary drum scrubber (RDS)
Pembakar SiklonBatubara Nan Ekonomis
PencairanBatubara
09/08/2018
14
PLT Sampah/ Biogas PLTMH PLTP Biner
Teknologi Pemanfaatan LangsungPanas Bumi untuk Pengering Hasil
Pertanian dan Perkebunan
Gasifikasi Biomassa untuk Pembakaran Keramik Biofuel
Sistem Penerangan Jalan Umum (PJU) Pintar
Peta potensi EBT: Potensitenaga angin, tenaga surya,
dan mikrohidro Peta potensi energi laut
INOVASI TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH BIDANG KETENAGALISTRIKAN DAN EBTKE
PEMANFAATAN DME
09/08/2018
15
PROYEK COAL TO CHEMICAL KONSORSIUM PT BA, PERTAMINA,
CHANDRA ASRI, PUPUK INDONESIA
PROYEK COAL TO DME PT BERAU NUSANTARA KAWASAN INDUSTRI
KAPASITAS PRODUKSI DME 0.35 –1 Jt ton/tahun(batubara: 2 – 5.5 jt ton/ tahun)
PROYEK COAL TO DME DI INDONESIA
Peleburan aluminium
IMPLEMENTASI GASMIN DI IKM/UMKM DIY
Pembuatan Minyak Atsiri
Pembuatan Tahu
Keunggulan:• Pengoperasian mudah• Dapat diintegrasikan pada berbagai pemanfaatan pembakaran
tidak langsung pada industry berbasis pertanian• Sangat tepat apabila digunakan pada industri peleburan logam non
fero dan yang menggunakan boiler• Dapat dioperasikan secara terus menerus dengan biaya energi
relative murni
Kenapa GasMin:• Sebagian besar kebutuhan bahan bakar IKM dan UKM dipenuhi
oleh BBM dan BBG• Ketersediaan BBM dan BBG 50% dipenuhi melalui impor, dengan
harga non-subsidi kondisi tersebut berpengaruh terhadapkeberlangsungan IKM dan UKM
• Indonesia memiliki sumber daya batubara yang melimpah, 70% untuk di ekspor
• Untuk penggunaan energi murah, seperti batubara, IKM dan UKM membutuhkan teknologi pembakaran yang mirip BBM dan BBG serta ramah lingkungan
Industri Pengguna:• Pengguna dengan proses produksi minimal 8 jam• Pengguna boiler: industri makanan, minyak atsiri, oven pengering
hasil pertanian• Penggunan tungku tegak: peleburan aluminium, pengrajin batik
09/08/2018
16
Keunggulan:1.Mampu menekan
biaya produksi;2.Pengoperasian alat
mudah;3.Mengurangi
permasalahanpencemaranlingkungan(pengurangan carbon footprint),
Manfaat:•Berkurangnya biaya energi oleh IKM sampai dengan 53%. •Serbuk gergaji yang belum dimanfaatkan masyarakat dicampurdengan tepung batubara sebagai bahan bakar tungku siklonmerupakan langkah maju yang signifikan secara teknis dan ekonomis, karena menghasilkan efisiensi energi tinggi.
•Pembakaran campuran 80% kayu serbuk gergaji dan 20% tepungbatubara menghasilkan pembakaran yang stabil dengan efisiensienergi tinggi (56% - 69%) sesuai hasil penelitian co-firingsebelumnya.
IKM
Biaya Bahan Bakar (Rp per
bulan)%
penghematanSebelum Sesudah
Kecap, Majalengka 9.408.000 5.472.000 42
Kerupuk, Plumbon 1.478.400 864.000 42
Gula Batu, Cirebon 20.400.000 9.648.000 53
o Tahun 2013 memperoleh No. Paten IDP0033147dan menjadi 105 Inovasi Indonesia Prospek dariBisnis Innovation Center
o Tahun 2015 bekerjasama dengan KEMENKUMHAM implementasi di lapas Kuningan dan Indramayu. •Pemasangan alat TUSINA BARASEGER sebagaisumber energi untuk memasak pada dapurlapas.
•Dari hasil implementasi ini diperoleh uji kehandalan alat dan mendapatkan data teknis.
o Implementasi di IKM daerah Jawa Barat, yaitu :•Pontren di Kuningan, kecap dan kerupuk di Majalengka, gula batu dan sohun di Cirebon,jamur tiram di Subang.
Penghematan
Perkembangan
TUSINA BARASEGER (Tungku Siklon Sederhana Batubara dan SumberEnergi Terbarukan) merupakan teknologi tungku siklon sederhanamenggunakan pembakaran bersama (co-firing) batubara dan sumberenergi terbarukan yang mudah digunakan pada industri kecil.
TUSINA BARASEGER
BATUBARA KARBON AKTIF
09/08/2018
17
• Definisi :Sistem PLTS atap yang dikenal dengan istilah Listrik Surya Atap (LSA) atau PV rooftopmemanfaatkan energi dari sinar matahari untuk dikonversi menjadi energi listrik. Pada sistem ini solar PV atau panel surya yang berfungsi sebagai alat konversi radiasi matahari menjadi listrik diletakkanpada atap rumah/bangunan.
• Tujuan : Pemanfaatan PV Rooftop akan mengurangi pemakaian listrik dari jaringan PLN dan juga Sebagai langkah kepedulian terhadap pencegahan perubahan iklim.
• Keuntungan / Keunggulan : Tidak membutuhkan investasi lahan sumber energi gratis Penghematan tagihan listrik PLN Mendukung penggunaan energi bersih yang ramah lingkungan Mudah dioperasikan Biaya operasional dan perawatan sangat rendah bahkan nyaris tidak ada Tidak berisik Nilai estetika bangunan meningkat Nilai tambah bangunan/rumah meningkat Investasi jangka panjang
PANEL SURYA UNTUK GEDUNG (PV ROOFTOP)
Sistem Listrik Surya Atap (LSA) bekerja menggunakan modul/panel surya yang di pasang dibagian ataprumah/bangunan. Energi radiasi matahari yang mengenai modul/panel surya dikonversi langsung menjadi energilistrik DC.
Listrik yang dihasilkan dapat dikoneksi ke jaringan PLN menggunakan grid tied inverter dan digunakan langsungmelalui mekanisme net metering. Pada konsep ini, sistem LSA hanya beroperasi pada saat tidak terjadi pemadamanlistrik di sisi jaringan PLN. Agar sistem LSA dapat beroperasi pada saat pemadaman listrik PLN, diperlukan sistembaterai untuk back-up.
Konfigurasi Sistem PV Rooftop on-grid (Tanpa Baterai) Konfigurasi Sistem PV Rooftop on-grid (dengan Baterai)
KONSEP PV ROOFTOP
09/08/2018
18
Pengganti LPG 3KG/bahan bakar genset(bioethanol < 90%)
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
(glukosa) (etanol) (karbondioksida)
Pupuk oraganik cair
Sorghum manis untuk tepung
PENGEMBANGAN BIOETANOL BERBASIS SORGUM DAN AREN
36
Kebun Sorgum di Lombok Utara seluas 4 Ha dan Pemprosesan Batang Sorgum menjadi Bioetanol di UniversitasMataram NTB Kapasitas 100 L/day
Kebun Energi seluas 6,8 Ha berbasis Kemiri Sunan dengan TumpangSari Tanaman Sorgum Bekerja sama dengan UPN “Veteran” Yogyakarta
dengan Pilot Plan Bioetanol Kapasitas 100 L/day
Pembuatan Biodiesel dari Bahan Baku Minyak Kemiri Sunan di Mobile Plan Biodiesel kapasitas 500 L/Batch
RISET BBN BERBASIS TANAMAN LOKAL
09/08/2018
19
Proses progradasi yaitu sedimentasi masih berlangsung dari rekaman Sub Bottom Profilling
PREDIKSI DAN MODEL GELOMBANGPERIODE 50 TAHUN
MODEL ARUS LAUT DAN TRANSPORTSEDIMEN
ADCP SontekValeport ADCP Teledin
Proses penurunan alat ADCP
SURVEY ALUR PELAYARAN
Sumber: Richard Menko, 2016
BANYAK INOVASI TERSUNGKUR DI VALLEY OF DEATH
09/08/2018
20
• Instrumen kebijakan yang ada belum cukup mampu mengatur mekanisme koordinasi
antarlembaga dan sektor pada level perumusan kebijakan, perencanaan program-
anggaran dan level pelaksanaan secara jelas dan lugas
• Belum ada instrumen kebijakan yang secara komprehensif mengatur secara jelas
dan lugas aspek pembinaan pemerintah terhadap kelembagaan, SDM, jaringan
litbang, dan penerapan iptek
• Belum ada instrumen kebijakan yang secara tegas menetapkan sistem prioritas Iptek
• Belum ada instrumen kebijakan yang secara tegas dan komprehensif menunjukkan
konsensus nasional tentang urgensi kegiatan Iptek
• Belum ada instrumen kebijakan yang secara tegas mendorong penerapan Iptek
• Peraturan yang ada belum mewajibkan integrasi hasil Iptek ke dalam kebijakan
TANTANGAN SISTEM NASIONAL IPTEK
• Pemilihan topik Iptek secara top-down belum disyaratkan. Sistem bottom-up
kurang berhasil melahirkan teknologi baru yang berkontribusi secara berarti dalam
perekonomian nasional. Sehingga misalnya, 50% dana Iptek APBN untuk kegiatan
Iptek yang memecahkan persoalan nasional. Dipilih secara top-down
• Pemilihan prioritas riset dilakukan Bapenas melalui forum Musrenbang belum ada
• Masing-masing lembaga Iptek K/L mengambil porsi pekerjaan (bukan porsi
anggaran)
• 50% dana Iptek APBN diakolasikan ke K/L untuk kegiatan policy support dan
problem solving dalam rangka mengisi gap antara Iptek penting di K/L dengan
Iptek prioritas nasional serta problem solving sektor yang bersifat lebih teknis.
Pendekatan yang digunakan juga bersifat sistem top-down
BELUM ADA INSTRUMEN KEBIJAKAN YANG SECARA TEGAS MENETAPKAN SISTEM PRIORITAS IPTEK
09/08/2018
21
• Instrumen kebijakan yang ada belum menunjukkan adanyakonsensus nasional bahwa kegiatan Itpek memang perlu untuk memperkuat bangsa.
• Konsensus Nasional terkait urgensi Iptek tidak cukup dengan pernyataan dsb., tetapi harus dengan komitmen pendanaan yang kuat.
• Belum ada instrumen kebijakan yang menetapkan sasaranpendanaan Iptek dikaitkan dengan GDP.
• Tanpa sasaran pendanaan yang jelas, upaya menjadikan Ipteksebagai salah satu kekuatan memenangkan persaingan global akanmenjadi impian belaka.
BELUM ADA INSTRUMEN KEBIJAKAN YANG SECARA TEGAS DAN KOMPREHENSIF MENUNJUKKAN KONSENSUS NASIONAL TENTANG URGENSI KEGIATAN IPTEK
• Instrumen kebijakan yang ada belum secara tegas mewajibkan Pemerintah menggunakan hasil kegiatan Iptek Indonesia dalam sistem perekonomiannasional (melalui K/L, BUMN, BUMD, dan swasta).
• Kontribusi Iptek dalam perekonomian nasional akan lebih cepat dan lebih terasa, jika ada kewajiban penggunaannya teknologi nasional secara bertahap.
• Kewajiban penggunaan teknologi nasional dikaitkan dengan kepemilikan negaradalam bisnis dan sistem perijinan yang ada ditangan Pemerintah.
• Jika dilakukan, hasilnya akan lebih dahsyat dibanding sistem TKDN yang dipakaiselama ini.
BELUM ADA INSTRUMEN KEBIJAKAN YANG SECARA TEGAS MENDORONG PENERAPAN IPTEK
09/08/2018
22
• Pemimpin BLU melakukan KSO dan/atau KSM dalam rangka Tugas dan Fungsi pada BLU.
• KSO dan/atau KSM dilaksanakan dengan melibatkanpihak lain sebagai Mitra.
• KSO dan/atau KSM dituangkan dalam naskah perjanjian antara pemimpin BLU dengan Mitra.
• Tarif yang dikenakan kepada masyarakat terhadaplayanan yang dihasilkan dari KSO dan/atau KSM ditetapkan oleh pemimpin BLU sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan keuangan BLU.
• badan usaha milik negara;• badan usaha milik daerah;• perusahaan swasta;• BLU;• BLU daerah;• yayasan;• koperasi;• Perorangan;• pemerintah daerah
• Pemimpin BLU menyusun rencana KSO dan/atau KSM yang paling sedikit menjelaskan secara ringkas mengenai maksud dan tujuan, bentuk, dan hasil analisis dan evaluasi dari aspek teknis, aspek keuangan, dan aspek hukum.
• Analisis dan evaluasi dari aspek teknis termasuk berupa spesifikasi teknis/kualifikasi dan/atau kegiatan terkait objek KSO dan/atau KSM.
• Analisis dan evaluasi dari aspek keuangan termasukproyeksi pendapatan dan biaya yang timbul dari pelaksanaan KSO dan/atau KSM.
• Analisis dan evaluasi dari aspek hukum termasuk kelengkapan bukti kepemilikan aset, resiko, dan/atau rekam jejak Mitra.
• Rencana KSO dan/atau KSM dicantumkan dalam RBA.
• meningkatkan penyediaan pelayanan umum kepada masyarakat;
• mengoptimalkan daya guna dan hasil guna Aset BLU;• meningkatkan pendapatan BLU yang dapat digunakan
langsung untuk membiayai belanja BLU sesuai RBA.
Tujuan
Mitra
Perencanaan
Pelaksanaan
KSO/KSM (PMK 136/PMK.05/2016)
44
• BLU LEMIGAS (28 Desember 2009)
• BLU tekMIRA (4 Desember 2017)
• BLU P3GL (4 Desember 2017)
• BLU KEBTKE (8 Desember 2017)
• Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
• Mendayagunakan hasil litbang supaya dapat diterapkan pada industri
• Meningkatkan PNBP untuk pendanaan litbang
• Meningkatkan kapasitas peneliti dan teknisi Puslitbang
• Instansi pemerintah yang dibentukuntuk memberikan pelayanan kepadamasyarakat tanpa mengutamakanmencari keuntungan
• Didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas
• Menyediakan barang dan/atau jasa pelayanan umum di bidang riset/ penelitian
• Menyediakan barang dan/atau jasa pelayanan umum di bidang IPTEK
• Menyediakan jasa pelayanan umum di bidang energi (migas, batubara, listrik, ebtke) dan mineral
BLU BALITBANG ESDM
09/08/2018
23
SATKER BLUService/PNBP Excellent
SATKER BLUService/PNBP Excellent
Badan Litbang ESDMBadan Litbang ESDM
Tanah & BangunanTanah &
Bangunan
Sumber DanaSumber Dana
Center of ExcellentCenter of Excellent
SDMSDMAPBNAPBN
NonAPBNNon
APBN
Optimalisasi(Wajib mengikuti UU
No. 1/2004:Pasal 1, 16, 17, 68,69)
Selain Tanah & BangunanIntangible Aset (WK Gas Suar, WK
Panas Bumi, WK Migas, WK Minerba)
Laboratorium, Kapal Geomarindll
Selain Tanah & BangunanIntangible Aset (WK Gas Suar, WK
Panas Bumi, WK Migas, WK Minerba)
Laboratorium, Kapal Geomarindll
Suatu keharusan yang harus dilakukan: Monetisasi Asset Non Tanaha dan Bangunan
AssetAsset
SATKER BLU BADAN LITBANG ESDM