13
1 PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi Anak yang mengalami gangguan ADHD adalah anak yang secara psikologis mengalami hambatan didalam proses penyesuaian dirinya dengan lingkungan yang ditandai dengan gejala utama seperti kurang mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsivitas. Akibat dari segala perilaku yang ditampilkan tersebut membuat anak ADHD cenderung bermasalah di sekolah. Disisi lain, sekolah seringkali tidak mentolerir perilaku yang bermasalah pada anak didiknya. Akibatnya, anak bisa dikeluarkan dari sekolah karena anak-anak seperti ini adalah dianggap anak yang nakal. Untuk itu, kiranya perlu pihak sekolah memahami perilaku-perilaku ADHD dari anak didiknya. Dengan lebih memahami gejala serta perilaku yang ditampilkan anak ADHD memudahkan pihak sekolah menerima serta memperlakukan anak didiknya dengan baik sehingga pihak sekolah tetap memberikan kesempatan bagi anak didik yang mengalami ADHD ini untuk dapat terus melanjutkan pendidikannya. Kata Kunci: Peran sekolah, anak ADHD A. Pendahuluan Akhir-akhir ini, banyak dari orangtua mengeluhkan bahkan mengalami kewalahan serta rasa frustasi terhadap perilaku hiperaktif anaknya yang tampak tidak mau diam, selalu bergerak dengan tidak mengenal lelah dan akibat keaktifan yang terlalu berlebihan tersebut membuat anakpun rentan akan cidera yang dialami. Hal yang sama dikeluhkan pula oleh para guru dimana anak tersebut menimba ilmu di sekolah mereka. Ketika disekolah anak-anak ini terlibat keributan dengan teman yang lain. Anak juga menganggu situasi atau proses belajar mengajar yang sedang berjalan, seperti berlarian kesana kemari disaat siswa lain sedang belajar, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya.

PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

1

PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD

Oleh RIDWAN

Abstraksi

Anak yang mengalami gangguan ADHD adalah anak yang

secara psikologis mengalami hambatan didalam proses

penyesuaian dirinya dengan lingkungan yang ditandai dengan

gejala utama seperti kurang mampu memusatkan perhatian,

hiperaktif dan impulsivitas. Akibat dari segala perilaku yang

ditampilkan tersebut membuat anak ADHD cenderung

bermasalah di sekolah.

Disisi lain, sekolah seringkali tidak mentolerir perilaku

yang bermasalah pada anak didiknya. Akibatnya, anak bisa

dikeluarkan dari sekolah karena anak-anak seperti ini adalah

dianggap anak yang nakal. Untuk itu, kiranya perlu pihak

sekolah memahami perilaku-perilaku ADHD dari anak

didiknya. Dengan lebih memahami gejala serta perilaku yang

ditampilkan anak ADHD memudahkan pihak sekolah

menerima serta memperlakukan anak didiknya dengan baik

sehingga pihak sekolah tetap memberikan kesempatan bagi

anak didik yang mengalami ADHD ini untuk dapat terus

melanjutkan pendidikannya.

Kata Kunci: Peran sekolah, anak ADHD

A. Pendahuluan

Akhir-akhir ini, banyak dari orangtua mengeluhkan bahkan mengalami

kewalahan serta rasa frustasi terhadap perilaku hiperaktif anaknya yang tampak

tidak mau diam, selalu bergerak dengan tidak mengenal lelah dan akibat

keaktifan yang terlalu berlebihan tersebut membuat anakpun rentan akan cidera

yang dialami. Hal yang sama dikeluhkan pula oleh para guru dimana anak

tersebut menimba ilmu di sekolah mereka. Ketika disekolah anak-anak ini terlibat

keributan dengan teman yang lain. Anak juga menganggu situasi atau proses

belajar mengajar yang sedang berjalan, seperti berlarian kesana kemari disaat

siswa lain sedang belajar, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya.

Page 2: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

2

Akibatnya, anak dianggap tidak bisa bekerjasama bahkan bisa saja menyebakan

anak dikeluarkan dari sekolah.

Menurut Sani seperti yang dikutip oleh Ferdinand Zaviera, ”ditinjau secara

psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal,

disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan

perhatian. Hiperaktif sendiri merupakan turunan dari Attention Deficit

Hiperactivity Disorder atau ADHD”.

Pada beberapa literatur ditemukan bahwa anak-anak dengan masalah

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) mengalami permasalahan pada

fungsi neurotransmitternya, sehingga muncul dalam bentuk perilakunya.

Perilaku yang dapat terobservasi pada anak-anak yang mengalami Attention

Deficit And Hyperactivity Disorder (ADHD) berupa gangguan pemusatan

perhatian (inattention), hiperaktivitas, dan impulsivitas (Kriteria berdasarkan

DSM IV, APA, 1994) (Swaiman, 2006;585). Berdasarkan pernyataan Shaywitz

and Shaywitz pada tahun 1994, telah terjadi perubahan konsep mengenai ADHD.

ADHD dulu dikatakan sebagai minimal brain disfunction (Swaiman, 2006;585),

namun saat ini penggunaan istilah tersebut telah berubah dan lebih dispesifikasi

menjadi Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). ADHD menurut

penelitian, ditemukan bahwa:

• 80% gejala persisten sampai remaja

• 30-65% gejala persisten sampai dewasa

• 50% disertai gangguan perilaku lain / KOMORBID

Umumnya anak yang menderita ADHD terasa bermasalah jika sudah

masuk playgroup/sekolah. Penderita ADHD mengalami kesulitan dalam

memusatkan perhatian (defisit dalam memusatkan perhatian) sehingga tidak

dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya secara baik. Mereka

juga mengalami kesulitan dalam bermain dan berinteraksi dengan teman karena

tidak memiliki kemampuan memusatkan perhatian.

Kesulitan mempertahankan perhatian ini tidak berkaitan dengan tingkat

kecerdasan pada anak ADHD. Saat dilakukan tes kecerdasan untuk mengukur

tingkat IQ, diperoleh angka kecerdasan berada pada taraf rata-rata (average) atau

di atas rata-rata. Ketika ditemukan anak-anak yang aktif dan sulit beratensi

dengan tingkat IQ berada di bawah rata-rata, maka tidak dapat didiagnosa sebagai

ADHD.

Page 3: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

3

B. Sejarah Pemahaman ADHD

ADHD menyebabkan anak-anak pandai menjadi tidak berfungsi secara

tepat di sekolah, dan meskipun dengan pengasuhan yang baik, mereka dapat

bertingkah laku buruk di sekolah. (Green,2001; p.1). Suatu kondisi medis yang

ditunjukkan dengan kesulitan untuk memberikan atensi, dan/atau perilaku

hiperaktivitas serta impulsivitas yang muncul secara signifikan baik di rumah

maupun di sekolah.

ADHD merupakan salah satu gangguan mental yang paling sering

terjadi: pada anak-anak usia sekolah ±5-7% dan pada orang dewasa ±2-5%.

ADHD telah di gambarkan 100 tahun yang lalu, dan menghasilkan

pengetahuan pengobatan stimulan yang dikenal sejak lebih dari setengah abad

yang lalu.

Saat ini ADHD lebih menunjukkan masalah pada fungsi otak yang

menyebabkan anak yang pintar menjadi tidak berprestasi secara akademis dan

berperilaku buruk, meskipun telah diberikan pengasuhan dengan standar yang

tinggi.(Green, 2001;3).

Sejarah perkembangan pemahaman mengenai ADHD:

1902: Gambaran yang jelas mengenai perilaku ADHD.

Tidak disebabkan oleh kerusakan otak atau

pengasuhan yang buruk

1930-an: Kerusakan otak menyebabkan perilaku ADHD

1937: Pengobatan stimulan digunakan pertama kali

1950an-

1960an:

Saat ini dipercayai sebagai disfungsi otak –

‘Minimal Brain Dysfunction’

Psikiatri psikoanalitik anak melihat ADHD dalam

term masalah peran orangtua dan lingkungan

1957: Methylphenidate (Ritalin) diperkenalkan.

1960-

1970:

“Sindrom Anak Hiperaktif”menjadi populer.

Ritalin digunakan secara luas dan banyak

penelitian mengenai pengobatan tersebut

(stimulan)

1970-

1975:

Media yang tidak akurat menentang penggunaan

obat.

Page 4: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

4

Diet Feingold menjadi populer

1975-

1980:

Medikasi kembali popular

1980: American Psychiatric Association menggunakan

istilah Ättention Deficit Hyperactivity

Disorder”(DSM-III).Positron

1987: American Psychiatric Association menggunakan

istilah Ättention Deficit Hyperactivity

Disorder”(DSM-IIIR).

Kampanye anti pengobatan menyesatkan banyak

orangtua dan para profesional.

1990: Emission Tomography (ETscan) menunjukkan

perbedaan yang signifikan antara fungsi otak

ADHD dan otak bukan ADHD

1994: APA mendefinisikan kembali ÄDHD” di DSM-IV

1997: ADHD pengaruh dari 4 faktor: attention and

learning; impulsive, perilaku dengan kontrol yang

buruk; ada atau tidaknya kondisi komorbid;

pengasuhan atau permusuhan yang muncul di

lingkungan anak.

2001: Penemuan bukti dari genetik molekular, penelitian

neurotransmitter, scan otak, EEG, dan penelitian

antar budaya membuktikan validitas dari ADHD.

C. Penyebab ADHD

Banyak peneliti masih belum sepakat mengenai penyebab tepatnya dari

ADHD, tetapi 2 ada hal yang pasti. Pertama, ADHD merupakan kondisi yang

diturunkan (hereditary) dan kedua, masalah ADHD merupakan hasil dari

perbedaan kecil pada irama otak (dopamine).

Banyak peneliti percaya bahwa ADHD merupakan kondisi dimana

fungsi area otak yang mengendalikan perilaku mengalami permasalahan.

Fungsi pada area frontal lobe yang mengendalikan tingkah laku yang tidak tepat

Page 5: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

5

dan area basal ganglia and cerebellar circuits yang berkoneksi berdekatan.

Ada ketidak seimbangan pada neurotransmitters yang menyampaikan pesan.

Menurut Green(2001), kondisi anak yang mengalami ADHD tidak

disebabkan karena masalah diet atau karena pola pengasuhan yang salah.

1. Kondisi Hereditary (Keturunan)

Biasanya orangtua yang ADHD cenderung akan menurunkan secara

genetik pada anaknya. Setidaknya 2 genetik telah ditemukan, yaitu gen

DRD4 dan gen DAT. Pada penelitian pada anak kembar, ditemukan jika

salah satunya ADHD, maka 90% anak yang lain juga mengalaminya (Green,

2001; 19, Accordo & Blondis, 2000;129)

2. Kesulitan Menemukan Irama yang Tepat Pada Otak

Neuropsychology

Impulsivitas pada anak dengan ADHD menunjukkan disfungsi pada

area frontal lobe. Mereka kesulitan untuk mengendalikan perilaku mereka

sendiri.

Anak-anak yang murni mengalami kesulitan untuk memberikan atensi

atau inatensi (tanpa impulsivitas, perilaku aktif) menunjukkan masalah juga

pada area frontal lobe tetapi juga mengalami kelambatan melakukan

pengolahan, sehingga akan berespon dengan lambat. (Green, 2001)

Pengukuran Aktivitas

Anak-anak dengan ADHD overaktif ketika mereka seharusnya tenang

dan sangat tidak aktif ketika mereka seharusnya aktif. Hal tersebut bukan

over aktivitas, namun kesulitan untuk mengendalikan aktivitas dirinya (self-

monitoring).

Ketidak seimbangan Kimiawi otak

Ketidak seimbangan atau pengurangan noradrenaline dan dopamine di

otak. Pengobatan stimulan membantu menyeimbangkan kondisi tersebut.

3. Pengasuhan dan ADHD

Perilaku anak ADHD akan diikuti dengan cara orangtua menerapkan

disiplin. Buruknya pola pengasuhan tidak menyebabkan ADHD, namun

dapat membuat perilaku anak ADHD semakin buruk dengan penguatan yang

Page 6: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

6

diberikan. Anak ADHD biasanya adalah anak yang sulit, sehingga seringkali

orangtua sulit menerapkan disiplin secara konsisten. Kondisi ini biasanya

dapat memunculkan masalah dalam keluarga. (Green, 2001).

D. Cara Mendiagnosa ADHD

Sebelum melakukan diagnosa apakah anak mengalami ADHD/GPPH,

maka perlu dipahami bahwa perlu pengumpulan data melalui observasi yang

sangat tajam dan wawancara dari berbagai pihak yang terlibat dengan anak.

Perlu data yang obyektif dan akurat.

Diperlukan kerjasama dan diskusi antara orangtua, guru, dan ahli untuk

dapat menentukan adalah masalah ADHD pada seorang anak. Hal ini perlu

dilakukan untuk melihat pola perilaku yang muncul pada anak pada setiap

setting atau situasi yang dialui oleh anak.

Untuk menetapkan diagnosis ADHD perlu dilakukan 4 tahap

pemeriksaan:

1. memperhatikan tanda-tanda yang muncul

2. Menyingkirkan diagnosa yang serupa dengan ADHD

3. Menggunakan alat yang obyektif

4. wawancara secara detail mengenai pola yang muncul untuk memperkuat

hipotesis mengenai masalah ADHD

Ada 2 tanda penting yang harus kita perhatikan yang membuat kita

memikirkan kemungkinan ADHD:

a. Anak menunjukkan kesulitan di sekolah (underfunctions at school),

meskipun memiliki tingkat intelegensi yang normal dan tidak mengalami

masalah kesulitan belajar (learning disabilities).

b. Anak-anak dengan ADHD memiliki serangkaian masalah perilaku yang

sangat buruk daripada yang diharapkan dari standar lingkungan.

Dalam DSM-IV-TR (APA, 2000), kriteria atau ciri-ciri diagnosis

ADHD adalah sebagai berikut:

Jenis Masalah Pola Perilaku Khusus

Kurangnya

perhatian

Gagal memperhatikan detail atau

melakukan kecerobohan dalam tugas

Page 7: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

7

sekolah, dan lainnya.

Kesulitan memperhatikan perhatian

disekolah atau saat bermain.

Tampak tidak memperhatikan apa yang

dikatakan orang lain.

Tidak bisa mengikuti instruksi atau

menyelesaikan tugas.

Kesulitan mengatur pekerjaan dan

aktivitas lain.

Menghindari pekerjaan atau aktivitas yang

menuntut perhatian.

Kehilangan alat-alat sekolah (misalnya,

pensil, buku, mainan, tugas-tugas).

Mudah teralihkan perhatiannya.

Sering lupa melakukan aktivitas ehari-

hari.

Hiperaktivitas Tangan atau kaki bergerak gelisah atau

menggeliat-geliat di kursi.

Meninggalkan kursi pada situasi belajar

yang menuntut duduk tenang.

Berlarian atau memanjat benda-benda

secara terus menerus.

Kesulitan untuk bermain dengan tenang.

Impulsivitas Sering berteriak di kelas.

Tidak bisa menunggu giliran dalam

antrean, permainan dan sebagainya.

Untuk dapat didiagnosis ADHD, gangguan ini harus muncul sebelum

usia 7 tahun, harus secara signifikan menghambat fungsi akademik,

sosial dan pekerjaan, dan harus ditandai oleh sejumlah ciri klinis yang

tersebut di atas, serta telah terjadi lebih dari 6 bulan dan paling tidak

terjadi pada dua situasi seperti di sekolah, rumah, atau pekerjaan

Page 8: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

8

Perilaku Inti dari ADHD

Inatensi

Perilaku yang dapat menggambarkan bahwa anak mengalami

kesulitan untuk mempertahankan atensinya (Inattention) adalah perilaku anak

yang mudah terdistraksi atau teralih perhatiannya, lupa terhadap instruksi

yang diberikan, mudah beralih dari satu tugas ke tugas yang lain sebelum

menyelesaikannya. Anak tampak lebih baik ketika berada pada pengawasan

perorangan (satu guru dengan satu anak).

Beberapa anak memiliki masalah hanya pada atensinya (inattentive

type). Pada tipe ini, anak cenderung berespon lambat, tidak memperhatikan

hal-hal yang berada di hadapannya.

Impulsivitas

Anak berbicara dan berperilaku tanpa dipikirkan. Seringkali

melakukan suatu hal secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Mudah tersulut

atau bereaksi dengan sangat cepat.

Hiperaktifitas

Kecenderungan anak tidak dapat duduk dengan tenang. Hiperaktivitas

ini juga dapat dikatakan anak beraktivitas secara berlebihan. Anak tampak

selalu gelisah, melakukan aktivitas yang tidak terarah.

Perlu dilakukan wawancara dan observasi yang tajam untuk dapat

mengenali perilaku anak dengan ADHD, karena perilaku yang hampir serupa

dapat muncul pada anak yang tidak mengalami ADHD.

E. Menyingkirkan diagnosa yang serupa dengan ADHD

Perilaku yang tampak pada anak ADHD dapat membingungkan, karena

dapat muncul juga pada anak-anak yang tidak mengalami ADHD. Perilaku

yang muncul akan tampak serupa dengan perilaku yang ditampilkan oleh anak

ADHD. Perlu diperhatikan secara seksama mengenai perbedaan-perbedaan

antara anak ADHD dengan anak-anak yang berperilaku serupa anak ADHD.

Beberapa diagnosa dengan perilaku yang muncul serupa dengan yang

ditampilkan anak ADHD adalah:

- Anak Pra-sekolah yang normal, namun aktif

- Anak dengan keterbatasan intelektual

Page 9: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

9

- Anak dengan masalah pendengaran

- Anak dengan masalah kesulitan belajar spesifik (specific learning disabilities)

- Bipolar disorder

- Anak dengan Autism-sindrom Asperger

- Anak gifted atau berbakat

- Anak dengan masalah tidur

- Anak dengan masalah epilepsy

- Anak yang depresi

- Anak dengan masalah kerusakan otak

- Anak dengan masalah keluarga

Dengan adanya kriteria dari DSM-IV-TR, maka kemungkinan dalam

menerapkan kesalahan dalam diagnosis ADHD dapat dihindari. Perlu

diperhatikan, bahwa banyak anak ADHD yang muncul dengan gejala masalah

perilaku yang serupa dengan gejala yang dikeluhkan pada anak-anak yang

sebenarnya tidak mengalami masalah ADHD. Berdasarkan hal tersebut, maka

perlu melakukan wawancara dengan sangat hati-hati dengan memperhatikan

tanda-tanda yang biasa muncul.

F. Gambaran ADHD pada aspek perkembangan

Ketika permasalahan yang muncul dari masa kana-kanak ini tidak segera

ditangani, maka 70% akan berlanjut sampai masa remaja atau masa dewasa

dengan perkembangan bentuk perilaku yang tidak adaptif. Dapat dikatakan

gejala yang muncul pada masa kanak-kanak berkembang persisten sampai

dewasa.

Perilaku yang tidak adaptif dan dapat menetap hingga dewasa (ADHD

yang persisten) mengarah pada tindak kriminalitas, seperti vandalisme,

kepribadian anti sosial, pengguna alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang,

marijuana/substance abuse, premanisme.

Masalah inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas akan mempengaruhi

aspek-aspek perkembangan individu. Ketika anak sulit untuk fokus dan selalu

bergerak, maka informasi yang ia terima menjadi tidak utuh (Green, 2001).

Meskipun tingkat kecerdasan anak ADHD berada taraf rata-rata atau di atas rata-

Page 10: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

10

rata, namun mereka cenderung mengalami kesulitan pada bidang akademik,

kendali emosi, dan interaksi sosial.

Kesulitan anak dalam bidang akademik, kendali emosi, dan interaksi

sosial akan menghambat kemampuan anak untuk mengembangkan ketrampilan

bersikap sosial, berempati dengan orang lain, memahami situasi, menurunnya

motivasi dalam pencapaian bidang akademik.

Ketika bertindak, anak cenderung mengandalkan impulsnya tanpa

mempertimbangkan akibatnya baik bagi dirinya maupun orang lain. Anak

ADHD kurang terlatih dalam mencari solusi penyelesaian masalah karena mereka

terbiasa menyelesaikan masalah menggunakan instingnya (impuls) secara spontan

atau perilaku otomatik.

Menurut Grenn (2001), anak tidak dapat melihat diri mereka sendiri,

mereka melakukan penilaian (judgment) terhadap diri mereka sendiri dari reaksi

yang dimunculkan orang-orang di sekitar mereka.

Orangtua dan guru dapat menurunkan harga diri (self-esteem) mereka

tidak hanya melalui kata-kata, namun penggunaan kata tersebut. Intonasi, ketidak

tertarikan pada pembicaraan anak, merendahkan anak, dapat menurunkan harga

dirinya.

G. Peran dan bantuan dari pihak sekolah

Bukan merupakan suatu keanehan sekiranya anak ADHD bermasalah

dengan sekolahnya. Sekolah mengharuskan anak untuk dapat berkonsentrasi dan

secara aktif mengikuti seluruh kegiatan yang ada di kelas. Tidak ada ruang dalam

meningkatkan prestasi belajar bagi anak yang mengalami gangguan konsentrasi

serta kelihatan sangat aktif.

Semua siswa diharuskan mengikuti rutinitas-rutinitas kelas, mengikuti

peraturan-peraturan guru, dan siswa juga diharapkan bisa mengendalikan semua

perilakunya yang tidak sesuai. Guru seolah-olah kurang memperdulikan dengan

apa yang terjadi pada anak didiknya. Hal ini dikarenakan kekurang tahuan guru

mengenai apa yang terjadi pada anak didiknya.

Page 11: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

11

Untuk itu diperlukan pendidikan yang tepat yang dapat dilakukan untuk

para guru oleh pihak sekolah, diantaranya:

1. Guru harus didik mengenai penyebab dan sifat dasar dari gangguan-gangguan

ADHD serta memahami sudut pandang perkembangan yang terkait dengan

lemahnya perhatian dari seorang siswa.

2. Mencari bidang-bidang persoalan yang paling bermasalah. Guru diharapkan

dapat mengidentifikasi dan menentukan perilaku-perilaku yang membutuhkan

perhatian segera.

3. Memberikan pendidikan bagi guru mengenai definisi, penyebab, dan sifat

dasar perkembangan gangguan-gangguan perhatian melalui buku, brosur,

video, lokakarya, dan komunikasi pribadi. Sekolah-sekolah bisa menyediakan

narasumber untuk memberikan pelatihan bagi para guru.

Sekolah juga dapat memberikan kesempatan pada anak yang mengalami

ADHD ini untuk:

Mendapatkan layanan-layanan pendidikan

Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak dibeda-

bedakan antara satu dengan yang lainnya. Ketika diketemukan ada anak yang

bermasalah seperti halnya anak ADHD maka tidak serta merta anak dicap

sebagai anak penganggu atau anak yang nakal apalagi sampai harus

dikeluarkan dari sekolah. Untuk itu pihak sekolah seharusnyalah

menyediakan jasa layanan bagi anak seperti ini dengan bekerjasama dengan

seorang psikolog, atau orang yang memiliki keahlian dalam bidang

pendidikan terutama mengenai anak berkebutuhan khusus.

Perkembangan rencana pendidikan individual

Untuk anak yang mengalami gangguan ADHD perlu kiranya pihak sekolah

dalam hal ini guru memberikan penerapan program sejenis Rencana

Pendidikan Individual (IEP). Program ini membuat anak ADHD lebih dapat

diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan kesulitan-kesulitan serta

kekurangan-kekurangan yang ada pada diri mereka sehingga lebih

memudahkan mereka untuk dapat beradaptasi dengan tuntutan sekolah.

Dengan program ini, diharapkan kesulitan anak ADHD dalam mengikuti

kegiatan proses belajar mengajar bisa diminimalisir.

Page 12: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

12

H. PENUTUP

Anak ADHD adalah anak yang mengalami gangguan fungsi neurologisnya

sehingga mereka kesulitan untuk mengontrol diri mereka sendiri baik dalam

berperilaku, bersikap serta menfokuskan diri pada suatu tugas.

Ketidakmampuan dalam mengontrol diri inilah yang pada intinya

mempengaruhi proses adaptasi anak ADHD dengan lingkungannya, baik itu di

rumah, sekolah dan tempat bermain. Akibatnya anak mengalami pengucilan,

diperlakukan tidak baik serta diberi label nakal oleh lingkungannya bahkan

karena perilaku yang sangat menganggu seringkali pula membuat anak ini selalu

berurusan dengan pihak sekolah dalam hal ini guru kelasnya. Banyak guru

merasa kewalahan menghadapi anak seperti ini yang sudah tentu dianggap

menganggu jalannya proses belajar yang terjadi.

Untuk itu pihak sekolah perlu kiranya memberikan pemahaman mengenai

pengertian mengenai ADHD serta faktor-faktor yang melatar belakanginya.

Dengan pemahaman yang sama mengenai ADHD, diharapkan pihak sekolah

dalam hal ini guru dapat memperlakukan anak ADHD ini sesuai dengan tingkat

permasalahan yang mereka hadapi.

DAFTAR BACAAN

Ferdinand, 2008. Anak Hiperaktif. Jogyakarta. Kata Hati.

Green, Christopher and Kit Chee (2001). Understanding ADHD. Sidney: Doubleday.

Grant, 1998. Terapi Untuk Anak ADHD. Terj. Jakarta. Bhuana Ilmu Populer.

Jefrey,2005. Abnormal Psychology. terj. Jakarta. Erlangga.

Swaiman, Kenneth F and Stephen Ashwal (2006). Pediatric Neurology. Principles and practice.

Missouri: Mosby, Inc.

Page 13: PERAN SEKOLAH BAGI ANAK ADHD Oleh RIDWAN Abstraksi

13