Ridwan Setiawan _0706073_

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS SISTEM INFORMASI PEMBUKAAN REKENING GIRO POS MENGGUNAKAN METODE BERORIENTASI OBJEK(STUDI KASUS DI PT.POS INDONESIA (PERSERO) CABANG GARUT)

LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek

Oleh: RIDWAN SETIAWAN (0706073)

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT 2011

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS SISTEM INFORMASI PEMBUKAAN REKENING GIRO POS MENGGUNAKAN METODE BERORIENTASI OBJEK (STUDI KASUS DI PT.POS INDONESIA (PERSERO) CABANG GARUT) Laporam kerja peraktek ini telah dibaca dan disetujui oleh komisi pembimbing untuk diajukan dalam sidang kerja peraktek Sekolah Tinggi Teknologi Garut Oleh: RIDWAN SETIAWAN NRP. 0706073

Menyetujui: Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

H. Eko Retnadi, M. Kom NIDN : 0410086401

Roni Santika NIPPOS : 974369846

Mengetahui Ketua Jurusan Teknik Informatika

H. Abdusi Syakur Amin, Ir. M. Eng. Ph. D NIDN : 040616801

Ridwan Setiawan, 0706073 Analisis Sistem Informasi Pembukaan Rekening Giro Pos Menggunakan Metode Berorientasi Objek (Studi Kasus di PT.POS Indonesia (Persero) Cabang Garut). Di bawah bimbingan H. Eko Retnadi, M. Kom. 84 Halaman + xi /56 Gambar/17 Tabel/10 Pustaka (1999 2005)/3 Lampiran ABSTRAK PT.POS Indonesia Cabang Garut sebagai salah satu BUMN yang bergerak dibidang pelayanan barang dan jasa merupakan salah satu perusahaan yang dalam aktifitas bisnisnya sudah menerapkan kecanggihan dari teknologi informasi yang sudah berbasiskan komputer baik berupa produk sistem informasi secara on-line maupun offline. Pelayanan PT.POS Cabang Garut semakin lama semakin baik mutunya sehingga dapat melahirkan pelayanan baru dan terkomputerisasi diantaranya adalah pengiriman dokumen dan barang dengan layanan POS Express, rekening tabungan Giro Pos, pembayaran pajak, Pembayaran telepon seluler, Western Union, dan sebagainya. Tujuan dari analisis sistem informasi pembukaan rekening Giro Pos ini adalah untuk menganalisis sistem tersebut dari sisi current systemnya dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan dan untuk memberikan kemudahan kepada nasabah Giro Pos dalam melakukan proses pembukaan rekening Giro Pos. Proses analisis pada kerja praktek ini menggunakan pendekatan berorientasi objek yang terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut: identifikasi aktor, activity diagram, use case diagram, sequence diagram, dan class diagram. Berdasarkan hasil analisis terhadap sistem yang telah berjalan di PT.POS Indonesia Cabang Garut, proses pembukaan rekening Giro Pos sudah berjalan dengan cukup baik dan dapat mengakomodasi kebutuhan dari pengguna sistem kendati demikian masih ada kekurangan yang ditemukan, selain itu penggunaan pendekatan berorientasi objek dinlai cukup mudah dan cepat dalam menganalisis suatu sistem.

Kata Kunci : Giro Pos, Analisis, Sistem, Informasi, Objeck Oriented.

i

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada dzat yang maha segalanya Allah SWT yang masih melimpahkan rahmat dan karunia-Nya hingga saat ini sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini. Shalawat serta salam tak lupa penyusun curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, tabiin dan itbauttabiin sehingga sampai kepada kita. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek di Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut (STTG). Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini penyusun banyak sekali mendapatkan bantuan, dorongan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penyusun sampaikan kepada yang terhormat : 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak henti-henti memberikan doa dan dorongan baik secara moril maupun materil sejak penyusun dilahirkan hingga saat ini, semoga apa yang telah diberikan oleh beliau menjadikan ibadah serta amalan shaleh dihadapan Allah SWT, Amin. 2. Tetehku, Kaka ipar dan adik adikku tersayang, A Purwa, Teh Nisa, Fikri, Rizal dan, yang telah menjadi motivasi penyusun dalam menyelesaikan laporan kerja praktek ini. 3. Keponakanku De Adlin yang selalu menghibur dengan tingkah lucunya yang membuat tersenyum disaat penulis menemukan kejenuhan. 4. Adikku Isma yang selalu memotivasi saat kakanya drop, makasih atas dukungannya dan semoga lancar kuliahnya. 5. Bapak Prof. Dr. HM Ali Ramdhani, STP, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut, yang selalu menjadi inspirasi serta motivasi bagi penyusun untuk menjadi orang yang sukses.

ii

6. Bapak H. Abdusi Syakur Amin, Ir. M. Eng. Ph. D, selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika. 7. Bapak Rd. Erwin Gunadhi, Ir. M.T, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Informatika dan Koordinator Kerja Praktek. 8. Bapak H. Eko Retnadi, M. Kom selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, Terima kasih banyak Pak, atas nasehat, masukan, bimbingan serta motivasinya yang sangat berguna dan menjadi pemicu terselesainya laporan ini. 9. Bapak Roni Santika, selaku pembimbing lapangan di PT. POS Persero Garut yang telah memberikan banyak masukan dan arahan dalam melaksanakan kerja peraktek. 10. Sobat sobat The Geng @-six, Adul, Acot, Apih, Atonk dan Adun yang selalu menjadi tempat sharing serta memberi keceriaan dan inspirasi di kampus STTG tercinta. 11. Rekan-rekan seperjuangan Teknik Informatika Angkatan 2007 kelas A dan B, yang telah memberikan motivasi demi selesainya laporan kerja praktek ini. 12. Adik adik kelasku yang telah memberikan dukungannya, semoga kalian sukses menghadapi perjuangan yang akan datang. 13. Seluruh staf dosen dan civitas akademika di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah menyempatkan waktunya untuk membaca laporan kerja praktek ini. Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam laporan ini. Oleh karena itu, saran kritik dan koreksi pembaca sangat penyusun harapkan. Harapan penyusun, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadi amalan baik bagi penyusun. Amin. Garut, Maret 2011

Penyusun

iii

DAFTAR ISI Halaman Abstark .......................................................................................................... Kata Pengantar ............................................................................................... i ii

Daftar Isi ........................................................................................................ iv Daftar Gambar ............................................................................................... viii Daftar Tabel ................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.4 Batasan Masalah ...................................................................... 1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................. 1.6 Metodologi Penelitian .............................................................. 1.6.1 Metodologi Pengumpulan Data ...................................... 1.6.2 Metode Analisis ............................................................. 1.7 Sistematika Penulisan ............................................................... BAB II LANDASA TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi .............................................. 2.1.1 Definisi Sistem ............................................................... 9 9 1 4 4 5 5 6 6 7 8 xi

2.1.1.1 Karakteristik Sistem ......................................... 10 2.1.1.2 Klasifikasi Sistem ............................................. 11 2.1.2 Definisi Informasi .......................................................... 12 2.1.2.1 Siklus Informasi ............................................... 14 2.1.2.2 Kualitas Informasi ............................................ 14 2.1.3 Definisi Sistem Informasi ............................................... 15 2.1.3.1 Komponen Sistem Informasi ............................ 16 2.2 Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi ........................... 17

iv

2.2.1 Definisi Manajemen ....................................................... 17 2.2.1.1 Tingkat Manajemen .......................................... 18 2.2.2 Definisi Manajemen Sistem Informasi ............................ 19 2.2.3 Ruang Lingkup Pekerjaan Manajemen Sistem Informasi. 20 2.3 Konsep Dasar Data .................................................................. 21 2.3.1 Definisi Data .................................................................. 21 2.3.2 Jenis Data ...................................................................... 21 2.3.3 Sumber Data .................................................................. 22 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 Hubungan Informasi Dengan Manajemen ................................ 23 Analisis Sistem Informasi ........................................................ 24 Pengertian Metodologi Berorientasi Objek .............................. 26 Karakteristik Sistem Berorientasi Objek .................................. 26 Konsep Dasar Pemodelan Berorientasi Objek .......................... 27 Metode Analisis Berorientasi Objek (OOA-Object Oriented Analysis) ................................................................................. 32 2.9.1 Unified Approach (UA) ................................................. 32 2.9.1.1 Identifikasi Aktor ............................................. 34 2.9.1.2 Analisis Bisnis Proses ....................................... 35 2.9.1.3 Identifikasi Use Case ........................................ 36 2.9.1.4 Pemodelan Interaksi Menggunakan Interaction Diagram ........................................................... 37 2.9.1.5 Perancangan Kelas ........................................... 37 2.10 Unified Modelling Language (UML) ....................................... 38 2.10.1 Sejarah UML ................................................................ 38 2.10.2 Definisi Unified Modelling Language ........................... 39 2.10.3 View Dalam UML ........................................................ 40 2.10.4 Diagram-diagram Unified Modelling Language ............ 41 2.10.4.1 Class Diagram .............................................. 43 2.10.4.2 Use Case Diagram ........................................ 48 2.10.4.3 Sequence Diagram ........................................ 50 2.10.4.4 Activity Diagram .......................................... 52 2.11 Perangkat Lunak Pendukung ................................................... 53

v

2.11.1 Rational Rose .............................................................. 53 BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 Analisis Kebutuhan Sistem ...................................................... 55 3.1.1 Identifikasi Aktor ........................................................... 55 3.1.2 Pengembangan Activity Diagram .................................... 57 3.1.3 Pengembangan Use Case ............................................... 61 3.1.3.1 Use Case Costumer Service Login .................... 63 3.1.3.2 Use Case Input Data Nasabah Perorangan ........ 64 3.1.3.3 Use Case Input Data Nasabah Lembaga ........... 65 3.1.3.4 Use Case Keluar Form Pembuatan Rekening .... 66 3.1.3.5 Use Case Pembuatan Laporan .......................... 67 3.1.4 Pengembangan Interaction Diagram ............................... 68 3.1.4.1 Sequence Diagram Costumer Service Login ..... 69 3.1.4.2 Sequence Diagram Input Data Pembuatan Rekening Perorangan ....................................................... 70 3.1.4.3 Sequence Diagram Input Data Pembuatan Rekening Lembaga .......................................................... 70 3.1.4.4 Sequence Diagram Keluar Form Pembuatan Rekening .......................................................... 71 3.1.4.5 Sequence Diagram Pembuatan Laporan ............ 71 3.1.5 Perancangan Kelas Pada Sistem Informasi Pembukaan Rekening Giro Pos ......................................................... 72 3.1.5.1 Identifikasi Kelas............................................... 72 3.1.5.2 Identifikasi Relationship ................................... 78 3.1.5.3 Identifikasi Attributes ....................................... 78 3.1.5.4 Identifikasi Methods .......................................... 80 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 4.2 Kesimpulan ............................................................................. 83 Saran ....................................................................................... 84

vi

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

vii

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ................................................................... Gambar 1.2 Tahap Analisis UA ..................................................................... 6 7

Gambar 2.1 Elemen-elemen Sistem ................................................................ 10 Gambar2.2 Karakteristik Suatu Sistem ........................................................... 11 Gambar 2.3 Siklus Informasi .......................................................................... 14 Gambar 2.4 Pilar Kualitas Informasi .............................................................. 15 Gambar 2.5 Tingkat Manajemen .................................................................... 19 Gambar 2.6 Pengelompokan data ................................................................... 22 Gambar 2.7 Kebutuhan Informasi Sesuai Tingkatan Manajemen .................... 24 Gambar 2.8 Simbol Aktor ............................................................................. 28 Gambar 2.9 Contoh Simbol Kelas .................................................................. 29 Gambar 2.10 Contoh Kelas dan Atribut-atributnya ......................................... 30 Gambar 2.11 Cotoh Kelas dan Operasi-operasinya ......................................... 30 Gambar 2.12 Simbol Paket ............................................................................ 30 Gambar 2.13 Contoh Kelas Mahasiswa dengan Visibilitynya ....................... 31 Gambar 2.14 Asosiasi Antara Pegawai dengan Perusahaan ........................... 31 Gambar 2.15 Contoh Agregasi ...................................................................... 32 Gambar 2.16 Contoh Generalisasi ................................................................. 32 Gambar 2. 17 Tahap Analisis Unified Approach (UA) ................................... 33 Gambar 2.18 Activity Diagram (AD) menunjukan beberapa aktivitas dilakukan aktor .............................................................................................................. 36 Gambar 2.19 Contoh Use case diagram pada sistem perpustakaan .................. 37 Gambar 2.20 Tiga kategori kelas .................................................................... 38 Gambar 2.21 Unsur-unsur pembentuk UML .................................................. 39 Gambar 2.22 Model 4+1 View ....................................................................... 40 Gambar 2.23 Klasifikasi Jenis Diagram UML Versi 1.3 ................................. 41 Gambar 2.24 Diagram Kelas ......................................................................... 45 Gambar 2.25 Contoh Generalisasi .................................................................. 46

viii

Gambar 2.26 Contoh Aggregasi ..................................................................... 47 Gambar 2.27 Contoh Asosiasi ........................................................................ 47 Gambar 2.28 Asosiasi dengan Multiplisitas .................................................... 48 Gambar 2.29 Simbol Use Case Diagram ........................................................ 48 Gambar 2.30 Contoh Kondisi Uses ................................................................ 49 Gambar 2.31 Contoh Kondisi Extends ........................................................... 49 Gambar 2.32 Contoh Use Case Diagram ....................................................... 50 Gambar 2.33 Contoh Sequence Diagram ....................................................... 52 Gambar 2.34 Tampilan Awal Rational Rose ................................................... 54 Gambar 3.1 Tahapan Analisis UA .................................................................. 55 Gambar 3.2 Activity Diagram untuk Sistem Informasi Pembukaan Rekening Giro Pos ................................................................................................................. 58 Gambar 3.3 Activity Diagram untuk Proses Login .......................................... 59 Gambar 3.4 Activity Diagram untuk Proses Input Data Nasabah Perorangan... 59 Gambar 3.5 Activity Diagram untuk Proses Input Data Nasabah Lembaga..... 60 Gambar 3.6 Activity Diagram untuk Proses Keluar Form Pembuatan Rekening 60 Gambar 3.7 Activity Diagram untuk Proses Pembuatan Laporan .................... 61 Gambar 3.8 Use Case Login ........................................................................... 61 Gambar 3.9 Use Case Input Data Nasabah Perorangan ................................... 62 Gambar 3.10 Use Case Input Data Nasabah Lembaga .................................... 62 Gambar 3.11 Use Case Keluar Pembuatan Rekening ...................................... 62 Gambar 3.12 Use Case Pembuatan Laporan ................................................... 63 Gambar 3.13 Sequence Diagram untuk Costumer Service Login .................... 69 Gambar 3.14 Sequence Diagram untuk Input data Pembuatan Rekening Perorangan ..................................................................................................... 70 Gambar 3.15 Sequence Diagram untuk Input data Pembuatan Rekening Lembaga......................................................................................................... 70 Gambar 3.16 Sequence Diagram untuk keluar dari Form Pembuatan Rekening 71 Gambar 3.17 Sequence Diagram untuk Pembuatan Laporan ........................... 71 Gambar 3.18 Relasi Diagram Sistem Informasi Pembukaan Rekening Giro Pos ....................................................................................................................... 78

ix

Gambar 3.19 Attributes Class Diagram Sistem Informasi Pembukaan Rekening Giro Pos ......................................................................................................... 80 Gambar 3.20 Methods Class Diagram Sistem Informasi Pembukaan Rekening Giro Pos ......................................................................................................... 81

x

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Notasi pada Class Diagram ............................................................. 43 Tabel 2.2 Notasi Multiplisitas ........................................................................ 48 Tabel 2.3 Notasi Use Case Diagram ............................................................... 49 Tabel 2.4 Notasi Sequence Diagram .............................................................. 51 Tabel 2.5 Notasi Activity Diagram ................................................................. 53 Tabel 3.1 Identifikasi Aktor dengan Aktivitasnya ........................................... 56 Tabel 3.2 Skenario untuk use case Costumer Service Login .......................... 63 Tabel 3.3 : Skenario untuk use case Input Data Nasabah Perorangan ............ 64 Tabel 3.4 : Skenario untuk use case Input Data Nasabah Perorangan ............. 65 Tabel 3.5 : Skenario untuk use case Keluar Form Pembuatan Rekening ......... 66 Tabel 3.6 Skenario untuk use case Pembuatan Laporan .................................. 67 Tabel 3.7 Kandidat Kelas ............................................................................... 73 Tabel 3.8 Eliminasi Kandidat Kelas ............................................................... 73 Tabel 3.9 Kandidat kelas dengan kategori kelas ............................................. 74 Tabel 3.10 Identifikasi Kelas Redundant ........................................................ 75 Tabel 3.11 Deskripsi Kelas ............................................................................ 76 Tabel 3.12 Keterhubungan (relationship) antar kelas ..................................... 78

xi

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat dewasa ini membawa pengaruh yang besar terhadap kemajuan organisasi di berbagai bidang, dimana Informasi sudah menjadi kebutuhan primer baik bagi individu ataupun organisasi. Dimana Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan berarti bagi yang menerimanya(Jogiyanto, 1999). Informasi pada sebuah organisasi diperoleh dari system informasi dimana Sistem informasi didefinisikan: Suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan(Jogiyanto, 1999). Keterkaitan perkembangan dunia Teknologi Informasi dan Komputer dengan penerapan sebuah sistem informasi pada saat ini semakin banyak digunakan oleh Instansi dan Organisasi baik itu milik Swasta ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dimana penggunaan teknologi informasi diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi sehingga dapat bersaing dengan perusahaan yang lainnya. PT.POS Indonesia Cabang Garut merupakan salah satu instansi BUMN yang bergerak dibidang komunikasi dan jasa yang membantu pemerintah untuk melayani masyarakat dalam hal : pengiriman surat, barang, uang, menyalurkan uang pensiunan dan penjualan berbagai benda pos seperti perangko dan materai. Semunya itu masih dilayani secara manual atau belum terkomputerisasi. Sesuai dengan perkembangan waktu maka pelayanan di PT.POS Indonesia Cabang Garut pun semakin beragam jenisnya dan sudah mulai terkomputerisasi, yaitu dengan hadirnya Pelayanan SOPP (System On-line Payment Pos), Giro Online (Giro Pos), Transaksi Bank (bekerja sama dengan bank).

1

2

Salah satu pelayanan PT. POS adalah Giro Pos atau lebih dikenal dengan Giro Online, dimana giro adalah suatu istilah perbankan untuk suatu cara pembayaran yang hampir merupakan kebalikan dari sistem cek. Suatu cek diberikan kepada pihak penerima pembayaran (payee) yang menyimpannya di bank mereka, sedangkan giro diberikan oleh pihak pembayar (payer) ke banknya, yang selanjutnya akan mentransfer dana kepada bank pihak penerima, langsung ke akun mereka. Perbedaan tersebut termasuk jenis perbedaan sistem 'dorong dan tarik' (push and pull). Suatu cek adalah transaksi 'tarik' menunjukkan cek akan menyebabkan bank penerima pembayaran mencari dana ke bank sang pembayar yang jika tersedia akan menarik uang tersebut. Jika tidak tersedia, cek akan "terpental" dan dikembalikan dengan pesan bahwa dana tak mencukupi. Sebaliknya, giro adalah transaksi 'dorong': pembayar memerintahkan banknya untuk mengambil dana dari akun yang ada dan mengirimkannya ke bank penerima pembayaran sehingga penerima pembayaran dapat mengambil uang tersebut. Karenanya, suatu giro tidak dapat "terpental", karena bank hanya akan memproses perintah jika pihak pembayar memiliki daya yang cukup untuk melakukan pembayaran tersebut. Namun ini juga berarti pihak pembayar tidak mendapatkan keuntungan dari "float". Produk Giro yang dikeluarkan PT. POS selain digunakan seperti tabungan biasa untuk kepentingan pribadi juga sebagai alat bantu untuk pemerintah dalam menyalurkan dana untuk menggaji para tenaga relawan dan membantu pemerintah dalam memberikan bantuan operasional sekolah (BOS), dalam hal ini disebut kepentingan lembaga. Hingga akhir Januari 2011 jumlah nasabah Giro di PT. POS cabang garut mencapai 4955 Nasabah (Sumber: PT. POS Cabang Garut). Untuk membuka rekening Giro seperti umumnya pembukaan rekening biasa di bank, tetapi ada perbedaan dimana pada pembukaan giro, calon pembuka akan ditanya kepentingan membuka rekening giro tersebut, apakah untuk kepentingan pribadi atau kepentingan lembaga. Adapun prosedur secara umum dalam pembukaan rekening giro adalah : 1. Pemohon mendatangi kantor pos.

3

2. Pemohon mengajukan permohonan pembukaan rekening 3. Pegawai Pos menanyakan tujuan pembukaan rekening, apakah untuk perorangan atau lembaga. 4. Pemohon memberikan alasan/tujuan pembukaan rekening dan pegawai POS memberikan formulir pendaftaran sesuai dengan jenis pembukaan rekening. 5. Pemohon mengisi formulir pendaftaran 6. Pemohon menyerahkan data identitas dan persyaratan yang dibutuhkan. 7. Jika data belum memenuhi persyaratan, maka pembukaan rekening gagal, dan pemohon dipersilahkan mengulang kembali atau kembali lagi dan membawa persyaratan yang komplit, jika data terpenuhi maka lanjut ke proses selanjutnya. 8. Pegawai pos memproses data. 9. Pemohon membayar setoran untuk saldo awal di teller. 10. Rekening siap dan buku rekening diberikan. Dalam proses pembukaan rekening Giro Pos, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, diantaranya: 1. Setelah pemohon melakukan pengisian formulir pendaftaran, dan costumer service mengisi data dan menyetujui pembukaan rekening, pemohon yang telah menjadi nasabah diharuskan melakukan pembayaran di teller (di tempat yang berbeda), sehingga waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan rekening menjadi bertambah. 2. Penggunaan sistem aplikasi yang berbeda antara transaksi dan pembukaan rekening, menjadi salah satu masalah dalam pelayanan nasabah baru, dimana penggunaan sistem yang terpisah mengurangi dari tujuan sistem informasi dalam masalah waktu. Dalam menganalisis perangkat lunak atau sistem informasi diperlukan suatu pendekatan yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah, diantaranya adalah pendekatan klasik atau konvensional, pendekatan prosedural, dan pendekatan berorientasi objek. Diantara semua pendekatan, pendekatan yang terbaru dan popular saat ini yaitu pendekatan berorientasi objek. Pendekatan ini merupakan suatu teknik yang memusatkan rancangan pada objek dan antar muka yang dihasilkan. Objek adalah

4

entity yang berisi data atau variabel dan tingkah laku. Data atau variabel yang menggambarkan sifat atau keadaan objek dalam dunia nyata (real world) didefiniskan sebagai attribute, sedangkan tingkah laku yang menggambarkan aksiaksi yang dimiliki objek didefinisikan sebagai method. Kenyataannya, perancangan berorientasi objek sama seperti pendekatan lainnya memerlukan suatu pemodelan untuk menggambarkan sistem yang sedang ditinjau secara keseluruhan. Sistem yang besar dan sangat komplek memerlukan suatu teknik pemodelan dan visualisasi yang baik. Terdapat beberapa faktor berhasilnya suatu perancangan dan pengembangan sistem, salah satu faktor yang sangat penting adalah pemakaian bahasa pemodelan yang tepat. Sehubungan dengan penjelasan di atas, penyusun tertarik untuk menggunakan Unified Modeling Language (UML) dalam sistem yang berorientasi objek ke dalam penelitian kerja praktek yang dilakukan di PT.POS Indonesia (Persero). Dalam penelitian ini penyusun mengambil judul ANALISIS SISTEM INFORMASI PEMBUKAAN REKENING GIRO POS MENGGUNAKAN METODE BERORIENTASI OBJEK (STUDI KASUS DI PT.POS INDONESIA (PERSERO) CABANG GARUT). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat beberapa permasalahan-permasalahan yang dapat diidentifikasi. Adapun permasalahan tersebut yaitu pada proses penyetoran untuk saldo awal, dimana pada prosesnya: 1. Nasabah harus berpindah tempat dalam melakukan transaksi dikarenakan pengunaan sistem yang berbeda dalam pembukaan rekening dan penyetoran saldo. 2. penggunaan sistem yang berbeda mengurangi waktu dalam pelayanan kepada nasabah, dan mengurangi nilasi dari sistem informasi yang harusnya efektiv dan efisien. 1.3 Tujuan penelitian Melalui kegiatan analisis tujuan dari kerja peraktek ini adalah:

5

1. Untuk menganalisis Sistem Sistem Informasi Pembukaan Rekening Giro di PT.POS Indonesia Cabang Garut dan mencari kelemahannya dan menyarankan perbaikan pada sistem yang ada. 2. Untuk mengetahui sejauh mana Sistem Informasi Pembukaan Rekening Giro di PT.POS Indonesia Cabang Garut dapat melayani masyarakat dengan baik dalam melakukan transaksi. 1.4 Batasan Masalah Adapun batasan masalah supaya pembahasan tidak melebar ke pembahasan yang lain dan tertuju ke materi yang dibahas, dalam laporan kerja praktek ini batasan masalah dibatasi sebagai berikut : 1. Sistem Informasi yang diteliti adalah Sistem Informasi Pembukaan Rekening Giro di PT Pos Indonesia cabang Garut. 2. Menganalisis proses-proses yang terlibat dalam Sistem Informasi Pembukaan rekening Giro di PT.Pos Indonesia Cabang Garut. 3. Pemodelan yang digunakan adalah Unified Modelling Languge (UML). 4. Metode analisis yang digunakan yaitu pendekatan berorientasi objek menggunakan dengan Unified Approach (UA). 1.5 Kerangka Pemikiran

1. Studi Pendahuluan, teknik dalam meninjau suatu objek kerja praktek. 2. Studi Kepustakaan, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisa beberapa referensi buku pengumpulan data dengan cara mempelajari beberapa dokumen, literatur, atau file-file yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ada dalam ruang lingkup penelitian ini. 3. Analisis, yaitu proses pengumpulan data dan menganalisis sistem yang berjalan dengan menggunakan Unified Approach(UA).. 4. Kesimpulan, yaitu menjelaskan tentang usulan hasil akhir dari kerja praktek yang telah dilakukan dan bisa diterapkan pada instansi yang bersangkutan.

6

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 1.6 Metodologi Penelitian Metodologi pengumpulan data merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses analisis dan pengembangan sistem. Ada pun metode yang di gunakan pada penelitian kerja praktek ini adalah sebagai berikut : 1.6.1 Metode Pengumpulan Data : 1. Teknik Wawancara Melakukan tanya jawab secara langsung kepada staff pekerja ahli dalam bidang Teknologi Informasi (TI) di PT.Pos Indonesia Cabang Garut. 2. Studi Dokumentasi Mempelajari beberapa dokumen, literatur, atau file-file yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 3. Observasi Mengamati kinerja perusahaan, mempelajari bagaimana proses sistem informasi data yang sedang berjalan, sehingga peneliti bisa mengetahui sejauh mana kelancaran kinerja yang ada dan dapat mengetahui informasi-informasi apa saja yang dihasilkan dan informasi apa yang akan diidentifikasi. 4. Studi Kepustakaan Mempelajari dan menganalisa beberapa referensi buku yang berkaitan dengan masalah yang ada dalam ruang lingkup penelitian.

7

1.6.2 Metode Analisis Metode analisis yang akan digunakan yaitu pendekatan berorientasi objek dengan Unified Approach (UA) dari Ali Bahrami (1999). UA adalah suatu metodologi pengembangan sistem berbasis objek yang menggabungkan proses dan metodologi yang telah ada sebelumnya dan menggunakan UML sebagai standar pemodelannya. Proses dan tahapan yang ada dalam UA merupakan proses-proses terbaik yang diambil dari metode objek yang telah diperkenalkan oleh Booch, Rumbaugh, dan Jacobson. Tahap Analisis dalam UA ditujukan untuk mengidentifikasi kelas-kelas yang terdapat dalam sistem. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada metodologi UA dari Ali Bahrami (1999) adalah sebagai berikut:

Gambar 1.2 Tahap Analisis UA (Bahrami, 1999) Keterangan: Identifikasi Aktor Tahap mengidentifikasi aktor yang akan berinteraksi dengan sistem. Pengembangan Diagram Use Case dan Diagram Aktifitas Tahap yang menggambarkan alur kerja sistem dalam diagram aktifitas dan menggambarkan interaksi antara user dengan sistem dalam diagram use case Pengembangan Diagram Interaksi Diagram interaksi yang digunakan adalah sequence diagram, dalam diagram ini digambarkan interaksi antar objek dalam sistem melalui pesan yang dikirimkan dari objek yang satu ke objek yang lain. Identifikasi Kelas-kelas, relasi, atribut dan method Proses mengidentifikasi kelas, relasi, atribut dan method dalam sistem berdasarkan proses sebelumnya. Pemeriksaan terhadap tahap sebelumnya.

8

Proses pemeriksaan terhadap hasil akhir tahap analisis. Bila terdapat kesalahan maka kembali ke tahap awal analisis bila hasilnya benar maka tahap analisis selesai. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan Kerja Praktek ini terdiri dari empat bab, agar lebih dipahami dari bab-bab tersebut, maka pada penulisan sistematika pembahasan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, metodologi penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika dari penulisan ini. BAB II LANDASAN TEORI Berisikan teori yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan, diantaranya definisi dari sistem informasi, definisi managemen sistem informasi, konsep, hubungan informasi dengan manajemen, analisis sistem informasi, pengertian metodologi berorientasi objek, karakteristik sistem berorientasi objek, konsep dasar pemodelan berorientasi objek, metode analisis berorientasi objek (ooa-object oriented analysis), unified modelling language (uml), perangkat lunak pendukung rational rose. BAB III ANALISIS SISTEM Pada bab ini menerangkan analisis terhadap sistem yaitu mengenai identifikasi masalah, pemodelan dan analisis pada Sistem Pembukaan Rekening Giro di PT.POS Indonesia Cabang Garut. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan masalah yang telah dilakukan sebelumnya, serta saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi pihak PT.POS Indonesia Cabang Garut. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB II LANDASAN TEORI2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Pengembangan Sistem ditentukan oleh pemahaman tentang konsep dasar mengenai sistem, juga disertai dengan pemahaman tentang teknik-teknik, konsep, dan aturan dalam pengembangan sebuah sistem. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu, (Jogiyanto, 1999). Pengertian sistem yang pertama lebih menekankan pada prosedur, sedangkan pengertian sistem yang kedua lebih menekankan pada komponen atau elemennya. Tetapi kedua pengertian atau definisi dari sistem ini adalah benar dan tidak bertentangan, yang berbeda adalah cara pendekatannya. Karena pada hakekatnya setiap komponen sistem, untuk dapat saling berinteraksi dan untuk dapat mencapai tujuan tertentu harus melakukan sejumlah prosedur, metode, dan cara kerja yang juga saling berinteraksi. Suatu sistem dapat terdiri dari empat elemen subsistem, yang secara bersama-sama membentuk satu kesatuan yang disebut sistem. Elemen-elemen tersebut yaitu: 1. Masukan Kumpulan data transaksi ke kesebuah pengolahan data medium, contohnya penyortiran data (surat keluar dan surat masuk). 2. Pengolahan untuk mengelola surat keluar dan surat masuk pengolahannya dilakukan dengan cara manual, seperti mengelompokkan data (surat keluar dan surat masuk) kedalam group berdasarkan ciri surat, no urut surat dan sebagainya. 3. Keluaran menampilkan hasil yang didapat dari kegiatan sebelumnya berupa informasi yang dibutuhkan seperti menampilkan laporan (surat keluar dan surat masuk).

2.1.1 Definisi Sistem

9

10

4. Umpan Balik/Kontrol terdiri dari usul perbaikan yang diberikan oleh unit pengawasan mutu dari instansi yang bersangkutan.

Gambar 2.1 Elemen-elemen Sistem (Amsyah, 2005) 2.1.1.1 Karakteristik Sistem Ada beberapa karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh suatu sistem yaitu adanya komponen-komponen sistem, batasan-batasan sistem, lingkungan luar sistem, penghubung, masukan sistem, keluaran sistem, pengolahan sistem dan sasaran atau tujuan sistem (Jogiyanto, 1999). Suatu sistem mempunyai karakterisitik atau sifat-sifat tertentu, yaitu : 1. Komponen Sistem (component) Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling kerjasama membentuk satu kesatuan. 2. Batasan Sistem (Boundary) Merupakan daerah yang membatasi antara satu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. 3. Subsistem Bagian-bagian dari sistem yang beraktuvitas dan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan dengan sasarannya masing masing. 4. Lingkungan Luar Sistem (Environments) Apapun diluar dari batas sistem yang mempengaruhi operasi. 5. Penghubung Sistem (Interface) Merupakan media penghubung antara sub sistem dengan sistem lainnya. Dengan penghubung satu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya membentuk satu kesatuan. 6. Masukan Sistem (Input) Masukan (input) adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) yaitu energi yang

11

dimasukkan supaya sistem dapat beroperasi, dan dapat berupa masukan sinyal (signal input) yaitu energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran. 7. Keluaran Sistem (Output) Keluaran (output) adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau kepada supra sistem. 8. Pengolahan Sistem (Process) Suatu sistem dapat mempunyai bagian pengolah yang akan mengubah masukan menjadi keluaran. 9. Sasaran Sistem (Objective) Suatu sistem mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.

Gambar2.2 Karakteristik Suatu Sistem (Jogiyanto, 1999). 2.1.1.2 Klasifikasi Sistem Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandangan, diantaranya adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 1999): 1. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak (abstract system) dan sistem fisik (physical system).

12

Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Sedangkan sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik. 2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (natural system)dan sistem buatan manusia (human made system). Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang manusia dengan melibatkan interaksi antara dengan mesin seperti sistem informasi. 3. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic system) dan sistem tidak tentu (probabilistic system). Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sistem tidak tentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas. 4. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system ) dan sistem terbuka (open system). Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan lingkungan luarnya, bekerja secara otomatis tanpa ada turut camput tangan dari pihak luarnya. Sedangkan sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan linkungan luarnya, sistem ini menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan atau subsistem yang lainnya. 2.1.2 Definisi Informasi Definisi informasi menurut Amsyah (2005) :Informasi adalah data yang sudah diolah, dibentuk, atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu. Sementara Jogiyanto (1999) mendefinisikan : Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang setelah diolah atau diproses, menghasilkan informasi yang memiliki nilai dan lebih bermanfaat bagi penggunanya.

13

Informasi merupakan proses lebih lanjut dari data yang sudah memiliki nilai tambah. Berdasarkan pada bentuknya, informasi dapat dibedakan menjadi : 1. Informasi Uraian Informasi Uraian adalah informasi yang disajikan dalam bentuk uraian cerita yang panjang atau singkat yang berisikan kalimat-kalimat yang singkat dan jelas. Informasi ini bisa dalam bentuk laporan, notulen, surat atau memo. 2. Informasi rekapitulasi Informasi rekapitulasi adalah informasi ringkas dengan hasil akhir dari suatu perhitungan (kalkulasi) atau gabungan perhitungan yang berisikan angkaangka yang disajikan dalam bentuk kolom-kolom. Contohnya neraca, kuitansi, rekening, daftar pembelian. 3. Informasi Gambar (Bagan) Informasi Gambar (Bagan) adalah informasi yang di buat dalam bentuk gambar atau bagan, misalnya gambar konstruksi dan bagan organisasi. 4. Informasi Model Informasi Model adalah informasi dalam bentuk formulir dengan modelmodel yang dapat memberikan nilai ramalan atau prediksi dan nilai-nilai lain seperti nilai hasil pemecahan persoalan yang optimal sebagai alternatif bagi pembuatan keputusan. 5. Informasi Statistik Informasi statistik adalah informasi yang disajikan dalam bentuk angka yang ditunjukkan dalam bentuk grafik atau tabel. 6. Informasi Formulir Informasi formulir adalah informasi yang di buat dalam bentuk formulir dengan format (kolom) isian yang sudah ditentukan dan yang disesuaikan dengan keperluan kegiatan masing-masing. 7. Informasi Animasi Informasi animasi adalah informasi dalam bentuk gambar animasi dengan suara dan video. Informasi ini dapat juga disebut informasi multimedia. 8. Informasi Simulasi Informasi simulasi adalah informasi mengenai suatu kegiatan nyata pada suatu situasi atau peralatan yang di buat dalam bentuk serupa tetapi dengan

14

ukuran kecil atau dengan layar komputer menjadi mirip seperti ukuran sebenarnya. Misalnya simulasi untuk pendidikan pilot pesawat terbang dengan perangkat lunak khusus. 2.1.2.1 Siklus Informasi Data yang masih merupakan bahan mentah apabila tidak diolah maka data tersebut tidak akan berguna. Data tersebut akan berguna dan menghasilkan suatu informasi apabila diolah melalui suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut dengan model pengolahan data atau lebih dikenal dengan nama siklus pengolahan data.

Gambar 2.3 Siklus Informasi (Jogiyanto, 1999). Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus. 2.1.2.2 Kualitas Informasi Kualitas dari suatu informasi (quality of information) tergantung dari tiga hal, yaitu (Jogiyanto, 1999): 1. Informasi harus akurat (accurate) Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bisa atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke

15

penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut. 2. Tepat pada waktunya (timeliness) Tepat waktu, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal. 3. Relevan (relevance) Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakaiannya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. John Burch dan Gary Grudnitski menggambarkan kualitas dari informasi dengan bentuk bangunan yang ditunjang oleh tiga buah pilar:

Gambar 2.4 Pilar Kualitas Informasi (Jogiyanto, 1999). 2.1.3 Definisi Sistem Informasi Dari beberapa definisi mengenai sistem dan informasi yang telah dijelaskan diatas, maka Sistem Informasi dapat didefinisikan sebagai berikut: Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. (Jogiyanto, 1999). Sistem informasi merupakan suatu sistem yang saling barkaitan dan berintegrasi satu sama lain dan bertujuan untuk menyediakan informasi untuk

16

mendukung operasi, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Kegiatan di Sistem Informasi mencakup (Jogiyanto, 1999): 1. Input, menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data untuk diproses. 2. Proses, menggambarkan bagaimana suatu data di proses untuk menghasilkan suatu informasi yang bernilai tambah. 3. Output, suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari proses diatas tersebut. 4. Penyimpanan, suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data. 5. Kontrol, ialah suatu aktifitas untuk menjamin bahwa sistem informasi tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 2.1.3.1 Komponen Sistem Informasi Dalam sebuah sistem informasi terdapat komponen-komponen yang berfungsi sebagai pendukung, komponen-komponen tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 1999): 1. Manusia,yaitu semua pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem infomasi, pemrosesan dan penggunaan keluaran sistem informasi. Seperti operator, pemimpin sistem informasi dan sebagainya. 2. Perangkat Keras(Hardware), mencakup berbagai paeranti fisik seperti komputer dan printer. 3. Perangkat Lunak (Software) atau program, merupakan kumpulan perintah/ instruksi/ fungsi yang ditulis dengan aturan tertentu untuk memerintahkan komputer melaksanakan tugas tertentu, yang memungkinkan perangkat keras memproses data. 4. Basis data (database), yaitu sekumpulan tabel, hubungan dan lain-lain yang berkaitan dengan penyimpanan data. 5. Prosedur, yaitu sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki. Seperti dokumentasi prosedur/ proses sistem, buku penuntun operasional (aplikasi) dan teknis.

17

6. Jaringan komputer dan komunikasi data, yaitu sistem penghubung yang memungkinkan sumber (resources) dipakai secara bersama atau diakses oleh sejumlah pemakai. 2.2 Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi 2.2.1 Definisi Manajemen Secara operasional manajemen dapat didefinisikan sebagai berikut: Manajemen adalah Proses mengkoordinasikan, mengintegrasikan, menyederhanakan, dan mensinkronisasikan sumber daya manusia, material, dan metode dengan mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, pengawasan, dan lain-lain agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif, (Amsyah, 2005). Untuk mencapai tujuannya, organisasi memerlukan dukungan manajemen dengan berbagai fungsinya yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi masing-masing. Kegiatan fungsi-fungsi tersebut memerlukan data dan informasi, dan akan menghasilkan data dan informasi pula. Beberapa fungsi manajemen pokok adalah: a. Perencanaan Berkaitan dengan penyusunan dan penjabaran tujuan serta menjabarkannya dalam bentuk perencanaan untuk mencapai tujuan. b. Pengorganisasian Berkaitan dengan pengelompokan personel serta tugasnya untuk menjalankan pekerjaan sesuai tugas dan misinya. c. Pengaturan personel Berkaitan dengan kegiatan bimbingan dan pengaturan kerja personel. d. Pengarahan Berkaitan dengan kegiatan melakukan intruksi tugas-tugas. e. Pengawasan Berkaitan dengan pemeriksaan untuk menentukan sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai dan melakukan koreksi-koreksi.

18

2.2.1.1 Tingkat Manajemen Pengolahan data dan informasi dilakukan sesuai dengan keperluan manajemen sebagai proses kegiatan dan keperluan manajer sebagai pimpinan manajemen. Maka dari itu, dalam organisasi terdapat tingkatan-tingkatan manajemen sebagai ukuran tinggi rendahnya tingkat kelompok pimpinannya. Karena organisasi terbagi dalam unit-unit kerja maka tingkatan tersebut merupakan juga tingkat unit kerja. Tingkat tersebut umumnya terdiri dari (Amsyah, 2005): 1. Manajemen Lini Atas (Top Management) Kegiatan manajemen lini puncak adalah memformulasikan perencanaan dan strategi. Tingkat manajemen ini berorientasi pada masa depan organisasi dan meninjau hasil kerja dan pencapaian tujuan organisasi secara umum dan menyeluruh. Tugas-tugas pada tingkat ini terutama mengkoordinasikan keseluruhan upaya organisasi dan hubungan dengan organisasi lain dan masyarakat. 2. Manajemen Lini Tengah (Middle Management) Manajemen lini tengah ini bertugas meninjau hasil dalam organisasi dan dengan kegiatan-kegiatan pengawasan menggerakkan organisasi mencapai sasaran. Manajemen pada lini ini lebih berorientasi pada masalah-masalah pelatihan personel, pertimbangan terhadap personel, pengadaan peralatan dan bahan, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah-masalah kritis dalam mencapai keberhasilan kinerja. 3. Manajemen Lini Bawah (Lower Management) Pada manajemen lini bawah terdapat jumlah manajer yang banyak sesuai dengan bentuk piramida organisasi yang makin membesar ke bawah. Tingkat ini disebut juga tingkat manajemen operasional. Tugas pentingnya adalah mengawasi dan mengatur personel berketerampilan teknis atau karyawan biasa. Secara umum tugas dan pekerjaan ketiga tingkat manajemen tersebut dapat digambarkan seperti berikut :

19

Gambar 2.5 Tingkat Manajemen (Amsyah, 2005) 2.2.2 Definisi Manajemen Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi (MSI) berasal dari kata Management of Information System yang lazim disingkat MSI. Adapun definisi dari MSI adalah: MSI adalah mata kuliah yang mempelajari cara-cara mengelola pekerjaan informasi dengan menggunakan pendekatan sistem yang berdasarkan pada prinsip-prinsip manajemen, (Amsyah, 2005). Menurut Barry E. Cushing : Suatu SIM adalah kumpulan dari manusia dan sumber-sumber daya modal didalam suatu organisasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menghasilkan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian (Jogiyanto, 1999). Menurut Gordon B. Davis : SIM adalah sistem manusia/mesin yang menyediakan informasi untuk mendukung operasi manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari suatu organisasi( Jogiyanto, 1999). Dari definisi diatas maka dapat dirangkum bahwa sistem informasi dikerjakan dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen dengan komponen manusia/mesin dan sumber daya di dalamnya dan ada data yang diolah untuk menjadi informasi yang berguna dimana tujuan dari organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif maka disebut Manajemen Sistem Informasi (MSI).

20

2.2.3 Ruang Lingkup Pekerjaan Manajemen Sistem Informasi Pekerjaan MSI berkembang melalui empat proses sesuai dengan perkembangan alat pengolah data, yaitu zaman MSI (Amsyah, 2005): 1. Dikerjakan secara manual. 2. Dikerjakan dengan alat mesin manual. 3. Dikerjakan dengan alat mesin elektrik. 4. Dikerjakan dengan elektrik (komputer). Pekerjaan MSI dimulai dari pengumpulan data yang dibuat atau terjadi karena adanya fakta. Fakta tersebut dicatat atau direkam pada komputer sehingga menghasilkan fakta yang disebut data. Data atau fakta tertulis otentik (asli) harus disimpan sebagai arsip (otentik) untuk keperluan pembuktian-pembuktian dan back-up baik sebagai bukti administratif ataupun sebagai bukti hukum tertulis bila terjadi kesalahan pada komputerisasi data bersangkutan untuk pengolahan menjadi informasi dalam pekerjaan sistem informasi. Pengolahan data menjadi informasi disebut juga sebagai proses transformasi, atau manipulasi data menjadi informasi. Bentuk pengolahannya dapat terdiri dari klasifikasi, sortir, kalkulasi, dan penyimpulan. Alat pengolahnya dapat dikelompokkan menjadi alat pengolah manual, mesin manual, mesin elektrik, dan komputer. Hasil pengolahan data adalah informasi yang berbentuk laporan, model deskriptif, dan bentuk statistik. Informasi kemudian dianalisis sebagai bahan pengambilan keputusan. Keputusan pada manajemen lini bawah umumya bersifat teknis, pada manajemen lini tengah umumnya bersifat taktis, dan pada manajemen lini atas umumnya bersifat strategis. Keputusan kemudian dioperasionalkan ke dalam bentuk kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atau penilaian. Pada setiap kegiatan tersebut dilakukan juga kegiatan pengawasan. Kegiatan tersebut secara keseluruhan untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif, terutama dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan, di mana setiap kegiatan memerlukan dukungan data dan informasi.

21

2.3 Konsep Dasar Data 2.3.1. Definisi Data Data adalah fakta yang sudah ditulis dalam bentuk catatan atau direkam ke dalam berbagai bentuk media, (Amsyah, 2005). Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata, (Jogiyanto, 1999). Dalam konteks sistem informasi data di pandang sebagai keterangan yang masih mentah. Agar dapat digunakan untuk keperluan manajemen maka data harus diolah dulu ke dalam bentuk informasi yang sesuai dengan keperluan manajemen yang bersangkutan. Karena itu, sering dikatakan bahwa data adalah bahan yang masih mentah. Sedang arti data menurut isinya adalah keterangan atau bukti mengenai kenyataan yang masih mentah, masih berdiri sendiri-sendiri, belum diorganisasikan, dan belum diolah. Data yang sudah diolah sesuai keperluan disebut informasi. Semua kegiatan memang memerlukan data, serta sebaliknya setiap pekerjaan juga akan menghasilkan data baik untuk keperluan unit kerjanya sendiri maupun untuk keperluan unit kerja lain, ataupun organisasi lain. 2.3.2. Jenis Data Dikatakan bahwa data adalah fakta-fakta kegiatan organisasi dengan unit-unitnya. Untuk keperluan penulisan data di kertas atau kartu dan pemasukan data ke komputer, maka data dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Data statis Data statis adalah jenis data yang umumnya tidak berubah atau jarang berubah, misalnya identitas nama (orang, organisasi, atau tempat), kode-kode nomor ataupun alamat. 2. Data dinamis Data dinamis adalah jenis data yang selalu berubah baik dalam frekuensi waktu yang singkat atau agak lama dan lain-lain. Data tersebut sering dikatakan sebagai peremajaan data. Data tersebut misalnya, data tabungan, data gaji, data nilai mahasiswa, dan sebagainya.

22

Berdasarkan sifatnya, data dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Data kuantitatif Data kuantitatif adalah data dengan hitungan bilangan. Misalnya 5 ekor, Rp.1000, satu juta, dan sebagainya. 2. Data kualitatif Data kualitatif adalah data yang tidak dihitung dengan hitungan bilangan, tetapi diukur dngan kata-kata bernilai. Misalnya banyak, sedikit, kecil, rendah, dan sebagainya. 2.3.3. Sumber Data Berdasarkan sumbernya maka data dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Data internal Data internal adalah data yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri, yaitu oraganisasi pusat dan cabang-cabangnya. 2. Data eksternal Data eksternal adalah data yang berasal dari sumber-sumber yang berada di luar organisasi itu sendiri. Berdasarkan isinya maka baik data internal maupun data eksternal dapat dibagi menjadi empat kelompok.

Gambar 2.6 Pengelompokan data (Amsyah, 2005) 1. Data kegiatan Setiap organisasi mempunyai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan baik oleh perorangan maupun unit-unit kerja yang terdapat dalam organisasi bersangkutan. Kegiatan-kegiatan itu perlu direkam, untuk dipergunakan sebagai bahan pengingat, bukti, pengambil keputusan, laporan, informasi, penelitian, perencanaan, penilaian, pengawasan, dan lain-lain.

23

2. Data Hasil penelitian Hasil penelitian merupakan data yang penting bagi organisasi. Hasil penelitian cenderung disebut data, karena untuk dapat digunakan lebih lanjut oleh unitunit (fungsi) organisasi secara spesifik masih harus diubah terlebih dahulu bentuknya sesuai dengan keperluan. 3. Data lingkungan Data penting untuk keperluan pekerjaan manajer dalam membuat keputusan dan mengerjakan fungsi-fungsi manajemen lainnya seperti perencanaan, penganggaran, pengawasan, evaluasi atau lain-lainnya, adalah data lingkungan. Pengertian data lingkungan ini sangat luas, yaitu mengenai semua bidang yang berkaitan dengan kegiatan organisasi dan yang dapat mempengaruhi kegiatan organisasi. Data tersebut banyak terdapat pada media cetak seperti buku, buku referensi, majalah, koran, dan lain-lain. 4. Data peraturan Data penting lainnya yang sangat berguna sebagai alat bantu dalam pekerjaan manajemen dan pekerjaan operasional adalah bahan-bahan peraturan. 2.4 Hubungan Informasi Dengan Manajemen Untuk mencapai tujuan, tiap organisasi memerlukan manajemen yang tepat dan dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan manajemen membutuhkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang akan dilakukannya. Sumber informasi untuk pengambilan keputusan manajemen bisa didapatkan dari informasi eksternal dan informasi internal. Dengan berkembang pesatnya teknologi alat pengolah data komputer dan teknologi peralatan komunikasi, maka pekerjaan manajemen dan pelayanan masyarakat yang memerlukan dukungan data dan informasi juga mengalami kemajuan pesat. Maka dari itu, sistem informasi mempunyai peranan penting di dalam menyediakan informasi bagi manajemen semua tingkatan. Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat mengena dan berguna bagi manajemen, maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan informasi yang diinginkan oleh manajemen. Untuk maksud ini, maka analis sistem harus mengerti terlebih dahulu apa kegiatan dari manajemen untuk masing-masing tingkatannya dan bagaimana

24

tipe keputusan yang diambilnya. Selanjutnya bagaimana tipe informasi yang dibutuhkan oleh manajemen juga harus diketahui. Akhirnya diharapkan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akan dapat mengena sesuai dengan yang dibutuhkan oleh manajemen. Tanpa dukungan informasi, manajemen suatu organisasi tidak akan dapat mencapai tujuan yang direncanakan. Apalagi untuk mencapai sasaran yang efesien dan efektif. Pekerjaan penting dari MSI adalah terletak pada tujuan untuk menghasilkan informasi untuk tujuan manajemen. Adapun kebutuhan informasi berdasarkan tingkatan manajemen dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Top

TERSARING

Middle

TERINCILower

Gambar 2.7 Kebutuhan Informasi Sesuai Tingkatan Manajemen (Jogiyanto, 1999). Untuk tiap-tiap tingkatan manajemen, tipe informasi yang dibutuhkan berbeda. Untuk manajemen tingkat bawah, tipe informasinya adalah terinci (detail), karena terutama digunakan untuk pengendalian operasi. Sedang untuk manajemen yang lebih tinggi tingkatnya, tipe informasinya adalah semakin tersaring (terfilter) atau lebih ringkas. 2.5 Analisis Sistem Informasi Analisis sistem informasi dapat didefinisikan sebagai berikut : Analisis Sistem Informasi adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagianbagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan permasalahan, kesempatankesempatan, hambatanhambatan yang terjadi dan kebutuhankebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan perbaikannya, (Jogiyanto, 1999).

25

Pada dasarnya, Analisis Sistem merupakan proses untuk memahami sistem yang ada, kemudian mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya. Analisis sistem memiliki tujuan untuk mengetahui sistem secara detail sebagai pedoman untuk melanjutkan proses pengembangannya. Dalam menganalisis suatu sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis sistem sebagai berikut (Jogiyanto, 1999): 1. Identify, yaitu mengidentifikasi masalah. - Mengidentifikasi penyebab masalah. - Mengidentifikasi titik keputusan - Personel-personel kunci 2. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada. - Menentukan jenis penelitian. - Merencanakan jadwal penelitian. - Mengatur jadwal wawancara. - Mengatur jadwal observasi. - Mengatur jadwal pengambilan sample. - Membuat penugasan penelitian. - Membuat agenda wawancara. - Mengumpulkan hasil penelitian. 3. Analyze, yaitu menganalisis system. - Menganalisis kelemahan sistem. - Menganalisis kebutuhan informasi pemakai/manajemen 4. Report, yaitu membuat laporan hasil analisis. Alasan yang melatar belakangi dilakukannya analisis sistem (Jogiyanto, 1999): 1. Problem Solving, dikarenakan sistem yang lama sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan, sehingga diperlukan pengembangan sistem yang baru. Hal ini memerlukan analisis sistem agar sistem yang baru dapat berfungsi sesuai dengan kebutuhan. 2. Adanya kebutuhan baru dalam lingkungan atau organisasi di tempat sistem berjalan yang memerlukan modifikasi untuk mendukung organisasi. 3. Meningkatkan kemampuan atau performansi sistem.

26

4. Meningkatkan performansi sistem secara keseluruhan. 2.6 Pengertian Metodologi Berorientasi Objek Metodologi Berorientasi Objek atau object oriented merupakan suatu strategi pembangunan atau paradigma baru dalam rekayasa perangkat lunak yang memandang sistem sebagai kumpulan obyek-obyek diskrit yang saling berinteraksi. Yang dimaksud berorientasi objek adalah bahwa mengorganisasikan perangkat lunak sebagai kumpulan obyek-obyek diskrit yang bekerja sama antara informasi atau struktur data dan perilaku (behavior) yang mengaturnya. Sebuah sistem yang dibangun dengan berdasarkan metode berorientasi objek adalah sebuah sistem yang komponennya dibungkus (dienkapsulasi) menjadi kelompok data dan fungsi. Setiap komponen dalam sistem tersebut dapat mewarisi atribut dan sifat dan komponen lainnya serta dapat berinteraksi satu sama lainnya. 2.7 Karakteristik Sistem Berorientasi Objek Karakteristik yang dimiliki sebuah sistem berorientasi objek antara lain (Munawar, 2005): 1. Abstraksi (Abstraction) Prinsip untuk merepresentasikan dunia nyata yang kompleks menjadi satu bentuk model yang sederhana dengan mengabaikan aspek-aspek lain yang tidak sesuai dengan permasalahan. Atau secara sederhana dikatakan sebagai proses memilah beberapa attribut dan beberapa operasi suatu objek hanya sampai pada yang benar-benar diperlukan saja, dan membuang attribut dan operasi yang tidak diperlukan untuk persoalan yang dihadapi. 2. Pembungkusan (Encapsulation) Pembungkusan atribut data dan layanan (operasi-operasi) yang dipunyai objek, untuk menyembunyikan implementasi dan objek sehingga objek lain tidak mengetahui cara kerja-nya. Dengan kata lain, menyembunyikan kompleksitas dari luar dan hanya membuka operasi-operasi yang diperlukan saja terhadap objek-objek lain. 3. Pewarisan (Inheritance)

27

Mekanisme yang memungkinkan suatu kelas mewarisi sebagian atau seluruh definisi ke objek lain sebagai bagian dari dirinya. 4. Pengiriman Pesan (message sending) Komunikasi antar objek dilakukan lewat pesan (message) yang dikirim dari satu objek ke objek lainnya. 5. Banyak Bentuk (Polymorphism) Kemampuan suatu objek untuk digunakan di banyak tujuan yang berbeda dengan nama yang sama sehingga menghemat baris program. Atau dengan kata lain, polymorphism yaitu suatu operasi dengan nama yang sama, tetapi jika diberikan pada objek yang berbeda akan mengakibatan operasi yang berbeda. 6. Assosiasi (Association) Hubungan antar objek yang saling membutuhkan. Hubungan ini bisa satu arah ataupun lebih dari satu arah. Selain dengan sesama objek, sebuah class bisa juga berasosiasi dengan lebih dari satu class. Multiplicity adalah sebuah aspek yang penting dalam asosiasi antar objek. Ini berkaitan dengan sejumlah objek dalam satu class yang saling berasosiasi. 7. Aggregasi (Aggregation) Adalah bentuk khusus dari assosiasi yang menggambarkan seluruh bagian suatu objek merupakan bagian dari objek yang lain. Salah satu bentuk aggregasi yang melibatkan hubungan yang sangat erat antar objek dan komponen objek disebut composition. Kata kunci composition adalah komponen itu hanya bisa ada sebagai komponen pada objek composition. 2.8 Konsep Dasar Pemodelan Berorientasi Objek Terdapat beberapa konsep penting dalam pemodelan sistem informasi menggunakan pendekatan objek atau berorientasi objek, diantaranya: Aktor (Actor) Dalam pemodelan sistem dengan UML, aktor adalah seseorang atau sesuatu yang berinteraksi dengan sistem yang sedang dikembangkan. Artinya, seorang aktor dapat mengirim atau menerima pesan dari dan ke sistem atau

28

merubah informasi yang dibutuhkan sistem. Aktor adalah sebuah class bukan sebagai objek. Komunikasi antara aktor dan sistem dilakukan dengan cara mengirim dan menerima pesan. Primary actor adalah seseorang atau sesuatu yang menggunakan fungsi utama dari sistem, sedangkan secondary actor adalah seseorang atau sesuatu yang menggunakan fungsi sekunder dari sistem. Aktor dalam use case dilambangkan dengan gambar sebagai berikut :

Gambar 2.8 Simbol Aktor (Whitten, 2004). Actor terbagi pada empat macam tipe (Whitten, 2004): 1. Primary business actor (Pelaku Bisnis Utama) Stakeholder yang terutama mendapatkan keuntungan dari kegiatan transaksi dengan menerima nilai yang terukur dan terobservasi. 2. Primary system actor (Pelaku Sistem Utama) Stakeholder yang secara langsung dapat berhadapan dengan sistem untuk menginisiasi atau memicu kegiatan atau sistem. Pelaku sistem utama dapat berinteraksi dengan para pelaku bisnis utama untuk menggunakan sistem aktual. Mereka memfasilitasi kejadian dengan menggunakan sistem secara langsung demi mencapai keuntungan para pelaku bisnis utama. 3. External server actor (Pelaku server eksternal) Stakeholder yang melayani kebutuhan user. 4. External receiving actor (Pelaku penerima eksternal) Stakeholder yang bukan pelaku utama tetapi menerima output dari kegiatan transaksi. Objek (Object) Sebuah objek adalah sebuah penggambaran komputer dari beberapa kejadian di dunia nyata. Objek dapat berupa benda konkrit maupun hal-hal yang abstrak. Objek bisa berupa orang, tempat, kejadian, benda atau konsep-konsep lain yang ada di dunia nyata. Setiap objek memiliki identitas, keadaan dan perilaku. Identitas adalah sesuatu yang membedakan suatu objek dari objek lainnya sehingga masing-masing objek dapat dibedakan.

29

Setiap objek juga memiliki keadaan. Keadaan dari sebuah objek adalah kondisi objek tersebut atau himpunan dari yang menggambarkan objek tersebut. keadaan dinyatakan oleh nilai dari atribut objeknya. Atribut adalah nilai internal suatu objek yang mencerminkan antara lain karakteristik objek, kondisi sesaat, koneksi dengan objek lain, dan identitas. Selain memiliki identitas dan keadaan, setiap objek memiliki perilaku yang mendefinisikan bagaimana sebuah objek bertindak dan memberi reaksi. Perilaku sebuah objek dicerminkan oleh antarmuka dan metode dari objek tersebut. Objek-objek juga dapat saling berhubungan atau berinteraksi dengan objek yang lainnya. Hal ini dimungkinkan karena setiap objek memiliki antarmuka yang memfasilitasi terjadinya interaksi antar objek tersebut. Contoh dari objek : - Objek orang : saya, anda, kita dan lain-lain - Objek tempat : kampus, gedung, komputer dan lain-lain - Objek kejadian : kuliah, survei, pendaftaran dan lain-lain. Kelas (Class) Kelas adalah kumpulan dari objek yang didalamnya terdapat atribut dan operasi yang serupa. Dengan penggolongan objek-objek dalam suatu kelas kita bisa melakukan abstraksi masalah. Atribut dan nama kelas untuk beberapa objek yang sejenis dapat dituliskan sekali saja begitu juga dengan fungsi dan metode yang sama cukup dituliskan satu kali saja dan bisa digunakan ulang oleh objek yang termasuk kedalam kelas yang sama.Boeing 737

Gambar 2.9 Contoh Simbol Kelas (Bahrami, 1999). Attribut Atribut adalah property dari sebuah kelas. Atribut ini menggambarkan batas nilai yang mungkin ada pada objek dari kelas. Sebuah kelas mungkin akan mempunyai nol atau lebih atribut. Secara konvensi, jika nama atribut terdiri dari satu kata, maka ditulis dengan huruf kecil. Akan tetapi jika nama atribut

30

mengandung lebih dari suku kata maka semua suku kata digabungkan dengan kata pertama menggunakan huruf kecil dan awal suku kata berikutnya menggunakan huruf besar.

Gambar 2.10 Contoh Kelas dan Atribut-atributnya (Bahrami, 1999). Operasi (Operation) Operasi adalah fungsi yang dapat diaplikasikan ke atau oleh suatu objek dalam kelas. Misalnya kelas window memiliki fungsi close, cancel, open dan lainlain. Operasi yang sama dapat diterapkan pada kelas yang berbeda.

Gambar 2.11 Cotoh Kelas dan Operasi-operasinya (Bahrami, 1999). Paket (Package) Paket adalah pengelompokan untuk menandakan kelompok suatu elemen model. Paket digunakan untuk mempermudah mengorganisasi elemen-elemen model. Sebuah paket dapat mengandung beberapa paket kelas lain didalamnya.

Gambar 2.12 Simbol Paket (Munawar, 2005). Kelas Objek (Object Class) Kelas terdiri dari beberapa objek yang memiliki atribut, operasi, semantik dan relationship yang sama. Kelas objek menggambarkan abstraksi dari suatu objek dalam implementasi. Dalam kelas objek terdapat istilah Derajat Pembungkusan (Visibility) operasi atau atribut yang terdiri dari (Munawar, 2005): a. Protected : operasi atau atribut yang tampak hanya oleh kelas itu sendiri, subkelas atau teman kelas tersebut. Visibility merupakan default dari sebuah

31

operasi yang kita buat. Visibility ini melindungi operasi dari penggunaan oleh kelas-kelas luar. Protected digambarkan dengan tanda (#). b. Public : operasi atau atribut dapat digunakan oleh kelas lain yang berhubungan dengan kelas tersebut. Digambarkan dengan tanda (+). c. Private : operasi atau atribut yang hanya bisa digunakan oleh kelas itu sendiri. Digambarkan dengan tanda (-).

Gambar 2.13 Contoh Kelas Mahasiswa dengan Visibilitynya (Munawar, 2005). Asosiasi Asosiasi adalah kelas-kelas yang terubungkan satu sama lain secara konseptual. Untuk menunjukan asosiasi ini bisa digunakan segitiga yang diarsir pada arah yang dituju. Asosiasi bisa digunakan untuk memodelkan relasi diantara objek-objek. Nama dari asosiasi memberi informasi secara tepat tentang relasi apa yang sedang dimodelkan. Di UML, ada relasi dengan perlakuan khusus yang disebut dengan bagian dari (part of) yang menangani antar objek-objek dimana salah satunya adalah bagian dari yang lain. Dengan kata lain sebuah objek terdiri atas objekobjek yang lain.Pegawai Perusahaan

bekerja Gambar 2.14 Asosiasi Antara Pegawai dengan Perusahaan (Munawar, 2005). Agregasi Agregasi adalah terminology yang digunakan di UML untuk menjelaskan hal tersebut. Sebuah agregasi adalah kasus khusus dari asosiasi. Hal ini

32

disimbolkan dengan jajaran genjang yang diletakkan pada kelas yang mengandung objek.

Gambar 2.15 Contoh Agregasi (Munawar, 2005). Generalisasi Generalisasi digunakan untuk menjelaskan hubungan kesamaan diantara kelas. Objek-objek kelas bisa diatur secara hierarkis. Manfaat yang bisa diambil dengan cara ini diantaranya bisa menampilkan aspek-aspek perbedaan dari kondisi nyata yang ingin dipahami. Dengan menggunakan generalisasi bisa dibangun struktur logis yang bisa menampilkan derajat kesamaan atau perbedaan diantara kelaskelas.

Gambar 2.16 Contoh Generalisasi (Munawar, 2005). 2.9 Metode Analisis Berorientasi Objek (OOA-Object Oriented Analysis) 2.9.1 Unified Approach(UA) Untuk melakukan analisis sistem terdapat beberapa macam pendekatan, diantaranya pendekatan konvensional dan pendekatan berorientasi objek. Pendekatan konvensional terutama mengacu kepada strategi dekomposisi yang berdasar algoritma atau fungsional. Pendekatan ini telah berkembang meliputi seluruh tahap atau aktifitas proses rekayasa perangkat lunak dari mulai pemrograman dengan iterasi perbaikan, pemrograman terstruktur, ditambah

33

dengan perancangan terstruktur kemudian analisis terstruktur dan sebagainya. Sedangkan pendekatan berorientasi objek memusatkan pada rancangan pada objek dan antar muka yang dihasilkan. Objek adalah entiti yang berisi data atau variabel dan tingkah laku. Data atau variabel yang menggambarkan sifat atau keadaan objek dalam dunia nyata (real world) didefiniskan sebagai attribute, sedangkan tingkah laku yang menggambarkan aksi-aksi yang dimiliki objek didefinisikan sebagai method. Unified Approach (UA) merupakan metode analisis berorientasi objek dari Ali Bahrami (1999). UA adalah suatu metodologi pengembangan sistem berbasis objek yang menggabungkan proses dan metodologi yang telah ada sebelumnya dan menggunakan UML sebagai standar pemodelannya. Proses dan tahapan yang ada dalam UA merupakan proses-proses terbaik yang diambil dari metode objek yang telah diperkenalkan oleh Booch, Rumbaugh, dan Jacobson. Tahap Analisis dalam UA ditujukan untuk mengidentifikasi kelas-kelas yang terdapat dalam sistem. Analisis berorientasi objek dengan pendekatan UA (Unified Approach ) dari Ali Bahrami digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 2. 17 Tahap Analisis Unified Approach (UA) (Bahrami, 1999). Keterangan: 1. Identifikasi aktor Identifikasi aktor adalah tahap pertama yang penting dalam OOA. Istilah aktor merepresentasikan peran dari seorang user terhadap sistem. Kandidat aktor dapat ditemukan dengan mencari tahu siapa yang akan menggunakan sistem dan apa yang dilakukan aktor terhadap sistem. 2. Pengembangan Diagram Aktifitas dan Diagram Use Case Pada tahap ini akan digambarkan model aktifitas bisnis menggunakan diagram aktifitas UML untuk menggambarkan kinerja sistem. Dalam diagram aktifitas akan digambarkan alur kerja dari sistem. Dengan mengetahui alur kerja sistem

34

yang

ada,

dapat

dilakukan

pemodelan

diagram

use

case

untuk

menggambarkan interkasi user terhadap sistem. 3 Mengembangkan diagram interaksi Salah satu dari diagram interaksi adalah sequence diagram. Sequence diagram adalah suatu model untuk menggambarkan interaksi antar objek dalam sistem. Interaksi yang dilakukan oleh objek-objek tersebut dilakukan dengan cara satu objek mengirimkan pesan (message) kepada objek lain. Dalam tahap ini akan ditentukan rangkaian diagram aktifitas sistem yang sedang berjalan. 4. Identifikasi kelas Dari sequence diagram akan terlihat kelas-kelas apa saja yang ada dalam sistem. Pada tahap ini dilakukan proses identifikasi kelas-kelas, relationship, atribut serta metode-metode yang digunakan pada setiap kelas. 5. Pemeriksaan terhadap tahap sebelumnya. Proses pemeriksaan terhadap hasil akhir tahap analisis. Bila terdapat kesalahan maka kembali ke tahap awal analisis bila hasilnya benar maka tahap analisis selesai. 2.9.1.1 Identifikasi Aktor Mengidentifikasi aktor merupakan hal penting dalam proses analisis sistem. Istilah aktor menunjukan sekumpulan pengguna yang beraktivitas pada sistem. Satu pengguna mungkin saja melakukan satu atu lebih aktivitas pada sistem. Dalam mengidentifikasi aktor mesti dipahami pula bagaimana aktor tersebut berinterakasi dengan sistem. (Bahrami, 1999). Aktor adalah sesuatu yang perlu berinteraksi dengan sistem untuk pertukaran informasi. Pelaku menginisiasi kegiatan sistem, yakni sebuah use case, dengan maksud melengkapi beberapa tugas bisnis yang menghasilkan sesuatu yang dapat diukur Whitten (2004). 1. Primary Business Actor (Pelaku Bisnis Utama) Stakeholder yang terutama mendapatkan keuntungan dari pelaksanaan use case dengan menerima nilai yang terukur atau terobservasi. Pelaku bisnis utama kemungkinan tidak menginisiasi kejadian bisnis. Sebagai contoh, dalam kejadian bisnis dari seorang karyawan yang menerima gaji (nilai terukur) dari

35

sistem penggajian setiap hari jumat, karyawan tidak menginisiasi kejadian itu, tetapi merupakan penerima utama dari sesuatu yang bernilai. 2. Primary System Actor (Pelaku Sistem Utama) Stakeholder yang secara langsung berhadapan dengan sistem untuk menginisiasi atau memicu kegiatan atau sistem. Pelaku sistem utama dapat berinteraksi dengan para pelaku bisnis utama untuk menggunakan sistem aktual. Mereka memfasilitasi kejadian dengan menggunakan sistem secara langsung demi mencapai keuntungan para pelaku bisnis utama. Contohnya operator telepon yang memberikan bantuan kepada pelanggan dan kasir Bank yang memproses transaksi Bank. Pelaku bisnis utama dan pelaku sistem utama kemungkinan memiliki persamaan, yaitu sama-sama pelaku bisnis yang berhadapan langsung dengan sistem, misalnya seorang yang melayani jasa penyewaan mobil via website. 3. External Server Actor (Pelaku Server Eksternal) Stakeholder yang melayani kebutuhan pengguna use case (misalnya biro kredit yang memiliki kuasa atas perubahan kartu kredit). 4. External Receiving Actor (Pelaku Penerima Eksternal) Stakeholder yang bukan pelaku utama, tapi menerima nilai yang terukur atau teramati (output) dari use case (misalnya gudang menerima paket permintaan untuk menyiapkan pengiriman sesudah seorang pelanggan memesannya). 2.9.1.2 Analisa Bisnis Proses Tahap ini tidak selalu mengawali suatu proyek analisis sistem, akan tetapi jika dibutuhkan, proses bisnis dan kebutuhan pengguna menjelaskan sampai ke level detail. Berikut contoh pemodelan proses bisnis menggunakan diagram aktivitas :

36

Gambar 2.18 Activity Diagram (AD) menunjukan beberapa aktivitas dilakukan aktor (Bahrami, 1999) 2.9.1.3 Identifikasi Use Case Suatu use case adalah interaksi antara aktor dengan sistem. Suatu usecase menyangkut aktivitass dan respon dari suatu aktor. Pemodelan use case dapat dilakukan dengan mengambil beberapa aktor kemudian mendiskusikan apa saja yang akan dilakukan aktor tersebut terhadap sistem. Setiap use case merepresentasikan apa yang akan dilakukan oleh aktor (Bahrami, 1999). Berikut contoh use case diagram pada sistem perpustakaan :

37

Gambar 2.19 Contoh Use case diagram pada sistem perpustakaan (Bahrami, 1999) 2.9.1.4 Pemodelan Interaksi Menggunakan Interaction Diagram Salah satu dari diagram interaksi adalah sequence diagram. Diagram interakasi menjelaskan urutan proses dan interaksi yang terdapat pada use case atau scenario. Pada interaction diagram digambarkan interakasi antar suatu objek terhadap objek yang lain. Pengembangan diagram ini menuntut pengembang untuk mengidentifikasi seluruh objek dan event yang terjadi pada suatu use case, hal ini akan sangat membantu untuk perancangan kelas (class). (Bahrami, 1999). 2.9.1.5 Perancangan Kelas Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek beserta hubungan satu sama lain (Bahrami, 1999). Dalam proses identifikasi kelas ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelas-kelas pada system yang dirancang : Pendekatan Noun Phrase; pendekatan common class patterns; pendekatan use-

38

case driven; dan pendekatan Class, Responsibility and Collaborators (CRC). Adapun pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah noun phrases approach, dengan kata lain pendekatan ini dilakukan dengan cara mendaftar sejumlah objek (kata benda atau frase) pada sistem yang dirancang yang dianggap akan menjadi kandidat kelas. Objek yang telah teridentifikasi menjadi kandidat kelas tersebut kemudian diidentifikasi menjadi tiga kategori kelas, Rellevant class, Fuzzy class (kelas ambigu) dan Irrelevant class. Rellevant class adalah kategori kelas yang terdiri dari objek-objek yang memiliki keterkaitan dengan sistem serta memiliki attribut dan method. Fuzzy class adalah kelas yang memiliki makna ambigu dimana kelas ini tidak jelas apakah relevan atau tidak. Irrelevant class adalah kelas yang tidak mempunyai pengaruh atau keterkaitan langsung dengan sistem, misalkan proses eliminasi pada kelas yang berupa atribut atau method (Bahrami, 1999).

Gambar 2.20 Tiga kategori kelas (Bahrami, 1999). 2.10 Unified Modelling Language (UML) 2.10.1 Sejarah UML Grady Booch dan Jim Rumbaugh memulai penelitian di Rational Software Co. sekitar tahun 1994. Tujuan mereka yakni menciptakan sebuah metode baru yang dapat menciptakan metode-metode sebelumnya yang dapat digunakan pada semua kalangan. Sekitar tahun 1995 Ivar Jacobson, seorang tokoh yang menciptakan OOSE and Objectory Methode bergabung. Selain itu, perusahaan Rational Software Co. membeli lisensi Objectory System dari Swedish Company sebagai pengembang dan pendistribusinya. Maka lahirnya sebuah metode baru yang mereka beri nama Unified Modeling Languange yang diharapkan dapat menjadi sebuah bahasa pemodelan standar.

39

Gambar 2.21 Unsur-unsur pembentuk UML (Munawar, 2005). 2.10.2 Definisi Unified Modelling language Unified Modelling Language merupakan sebuah notasi grafis standar untuk menggambarkan sistem berorientasi objek yang merupakan hasil kerjasama dari Grady Booch, James Rumbaugh dan Ivar Jacobson. Dan didefinisikan sebagai berikut: Unified Modelling Language (UML) adalah keluarga notasi grafis yang didukung oleh meta-model tunggal, yang membantu pendeskripsian dan desain sistem perangkat lunak, khususnya sistem yang dibangun menggunakan pemrograman berorientasi objek (OO), (Flowler, 2005). Unified Modeling Language (UML) adalah suatu bahasa untuk menetapkan, membangun, memvisualisasikan, dan mendokumentasikan sistem perangkat lunak dan komponen-komponennya, (Bahrami, 1999). Dari definisi diatas UML merupakan sebuah bahasa pemodelan suatu sistem berdasarkan grafik atau gambar untuk menspesifikasikan, membangun, menvisualisasikan dan mendokumentasikan suatu sistem perangkat lunak berorientasi objek. UML memberikan standar penulisan sebuah sistem yang meliputi konsep bisnis proses, penulisan kelas, skema data base, dan komponen yang diperlukan dalam sistem perangkat lunak.

40

2.10.3 View Dalam UML UML dibangun atas model 4+1 view. Model ini didasarkan pada fakta bahwa struktur sebuah sistem dideskripsikan dalam 5 view dimana salah satu diantaranya use case view. Use case view ini memegang peran untuk mengintegrasikan content ke view yang lain.Design Use Case Process Deployment Implementation

Gambar 2.22 Model 4+1 View (Munawar, 2005). Keterangan: 1. Use case View Use case view mendefinisikan perilaku eksternal sistem. Hal ini menjadi daya tarik bagi end-user, analis dn tester. Pandangan ini mendefinisikan kebutuhan sistem karena mengandung semua view yang lain yang mendeskripsikan aspek-aspek tertentu dan rancangan sistem. Itulah sebabnya use case view menjadi pusat peran yang dan sering dikatakan yang mendrive proses pengembangan perangkat lunak. 2. Design View Design view mendeskripsikan struktur logika yang mendukung fungsi-fungsi yang dibutuhkan di use case. Design view berisi definisi komponen program, class-class utama bersama-sama dengan spesifikasi data, perilaku dan interaksinya. 3. Implementation View Implementation view menjelaskan komponen-komponen fisik dari sistem yang akan dibangun. Hal ini berbeda dengan komponen logic yang yang dideskripsikan pada design view. Termasuk disini diantaranya file exe, library dan database. Informasi yang ada di view ini relevan dengan aktifitas-aktifitas seperti manajemen konfigurasi dan integrasi sistem. 4. Process View Process view berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan concurency di dalam sistem. Sedangkan deployment view menjelaskan bagaimana

41

komponen-komponen fisik didistribusikan ke lingkungan fisik. Kedua view ini menunjukan kebutuhan non-fungsional dari sistem. 5. Deployment View Deployment View menjelaskan bagaimana komponen-komponen fisik didistribusikan ke lingkungan fisik seperti jaringan komputer, printer dan peralatan lainnya serta bagaimana peralatan tersebut dihubungkan dengan peralatan yang lainnya dimana sistem akan dijalankan. 2.10.4 Diagram-diagram Unified Modelling Language Setiap sistem yang komplek memiliki pendekatan yang terbaik melalui suatu himpunan kecil dalam pandangan semua view dalam suatu model, tidak ada single view yang terpenuhi. Setiap model bisa dinyatakan pada tingkat yang berbeda dari ketepatannya. Adapun diagram-diagram yang terdapat pada UML diantaranya:

Gambar 2.23 Klasifikasi Jenis Diagram UML Versi 1.3 (Munawar, 2005). Keterangan : 1 Diagram Kelas. Bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan himpunan kelaskelas, serta relasi-relasi. Diagram ini umum dijumpai pada pemodelan system berorientasi objek. Meskipun bersifat statis, sering pula digram kelas memuat kelas-kelas aktif.

42

2 Diagram Objek. Bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan objek-objek serta relasi-relasi antar objek. Diagram objek memperlihatkan instansiasi statis dari segala sesuatu yang dijumpai pada diagram kelas. 3 Use Case Diagram. Bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan himpunan use case dan actor-aktor (suatu Jenis khusus dari kelas). Diagram ini terutama sangat penting untuk mengorganisasi dan memodelkanperilaku dari suatu system yang dibutuhkan serta diharapkan pengguna. 4 Sequence Diagram. Bersifat dinamis. Diagram urutan adalah diagram interaksi yang menekankan pada pengiriman pesan (message) dalam suatu waktu tertentu. 5 Collaboration Diagram. Bersifat dinamis. Diagram kolaborasi adalah diagram interaksi yang menekankan organisasi structural dari objek-objek yang menerima serta mengirim pesan (message). 6 Statechart Diagram. Bersifat dinamis. Diagram state ini memperlihatkn state-state pada system; memuat state, transisi, even, serta aktivitas. Diagram ini terutama penting untuk memperlihatkan sifat dinamis dari antarmuka (interface), kelas, kolaborasi dan terutama penting pada pemodelan systemsistem reaktif. 7 Aktivity Diagram. Bersifat dinamis. Diagram aktivitas ini adalah tipe khusus dari diagram state yang memperlihatkan aliran dari suatu aktivitas ke aktivitas lainnya dalam suatu system. Diagram ini teruthama penting dalam pemodelan fungsi-fungsi dalam suatu system yang memberi tekanan pada aliran kendali antar objek. 8 Component Diagram. Bersifat statis. Diagram komponen ini memperlihatkan organisasi serta kebergantungan system/perangkat lunak pada komponen-komponen yang telah ada sebelumnya. Diagram ini berhubungan dengan diagram kelas dimana komponen secara tipikal dipetakan kedalam satu atau lebih kelas-kelas, antarmuka-antarmuka (interfaces), serta kolaborasi-kolaborasi. 9 Deployment Diagram. Bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan konfigurasi saat aplikasi dijalankan (saat run-time). Diagram ini memuat simpul-simpul (node) beserta komponen-komponen yang ada di dalamnya.

43

Deployment diagram berhubungan erat dengan diagram komponen dimana deployment diagram memuat satu atau lebih komponen-komponen. Diagram ini sangat berguna saat aplikasi kita berlaku sebagai aplikasi yang dijalankan pada banyak mesin (distributed computing). 2.10.4.1 Class Diagram Class Diagram, juga dikenal sebagai objek modeling, adalah diagram analisis statis yang utama. Diagram ini menunjukkan struktur yang statis dari suatu model. Suatu class diagram adalah suatu koleksi unsur-unsur modeling yang statis, seperti kelas-kelas dan relationship yang dihubungkan sebagai suatu grafik antara yang satu dengan yang lainnya beserta isi-isinya. Sebagai contoh, hal yang ada (seperti kelas-kelas), struktur-struktur class diagram internal, dan hubungan class diagram dengan kelas-kelas yang lain. Class diagram tidak menunjukkan informasi yang temporal, yang diperlukan di dalam pemodelan yang dinamis. Class diagram memodelkan struktur kelas dan isinya dengan menggunakan elemen-elemen model seperti class, package, dan objek. Kelas terdiri dari tiga bagian yaitu nama kelas, attribut dan operations. Kelas didefinisikan secara global dapat diakses oleh objek diluar kelas tersebut. Berikut adalah notasi notasi yang ada pada class diagram : Tabel 2.1 Notasi pada Class Diagram Class Class adalah blok - blok pembangun pada pemrograman berorientasi objek. Sebuah class digambarkan sebagai sebuah kotak yang terbagi atas 3 bagian.Bagian atas adalah bagian nama dari class. Bagian tengah mendefinisikan property/atribut class. Bagian akhir mendefinisikan methodmethod dari sebuah class.

44

Lanjutan Tabel 2.1 Notasi pada Class Diagram Assosiation Sebuah asosiasi merupakan sebuah relationship paling umum antara 2 class, dan dilambangkan oleh sebuah garis yang menghubungkan antara 2 class. Garis ini bisa melambangkan tipe-tipe relationship dan juga dapat menampilkan (Contoh: Composition One-to-one, hukum-hukum one-to-many, multiplisitas pada sebuah relationship many-to-many). Jika sebuah class tidak bisa berdiri sendiri dan harus merupakan bagian dari class yang lain, maka class tersebut memiliki relasi Composition terhadap class tempat dia bergantung tersebut. dengan Dependency Sebuah ujung relationship jajaran class Umumnya digunakan composition digambarkan sebagai garis berbentuk sebuah genjang berisi/solid. Kadangkala disebut menggunakan class yang lain. Hal ini dependency. dependency penggunaan

untuk menunjukkan operasi pada suatu class yang menggunakan class yang lain. Sebuah dependency dilambangkan sebagai sebuah panah bertitik-titik.

45

Lanjutan Tabel 2.1 Notasi pada Class Diagram Aggregation Aggregation biasanya dari. disebut Sebuah mengindikasikan sebagai relasi keseluruhan bagian relationship dan mempunyai sebuah atau bagian aggregation digambarkan sebagai sebuah garis dengan sebuah jajaran genjang yang tidak berisi/tidak solid. Generalization Sebuah relasi generalization sepadan dengan sebuah relasi inheritance pada konsep berorientasi objek. Sebuah generalization dilambangkan dengan sebuah panah dengan kepala panah yang tidak solid yang mengarah ke kelas parent-nya/induknya. Sumber