15
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015 PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998 DEWI NOVIANAH Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya Email [email protected] Artono Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya Abstrak Pembangunan merupakan salah satu kebijakan pemerintah Indonesia yang intensif dilaksanakan sejak era Orde Baru. Untuk melaksanakan program tersebut, pemerintah Indonesia melalui GBHN 1988 mewajibkan seluruh jenis kesenian daerah untuk ikut serta dalam membangkitkan semangat membangun masyarakat, salah satu daerah yang mendukung program tersebut adalah Kabupaten Jombang. Jombang sebagai kota asal kesenian ludruk, mewajibkan semua kelompok ludruk Jombang untuk mengemban misi pembangunan tersebut, salah satunya adalah ludruk “Budhi Wijaya”. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana latar belakang berdirinya kesenian ludruk “Budhi Wijaya” di Jombang (2) Bagaimana peran ludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang tahun 1987-1998 (3) Bagaimana respon masyarakat terhadap ludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk menjelaskan latar belakang berdirinya kesenian ludruk “Budhi Wijaya” di Jombang, untuk menganalisis peran ludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang tahun 1987-1998 serta untuk mendiskripsikan respon masyarakat terhadap ludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpetasi, dan historiografi. Untuk dapat memperoleh hasil yang baik pada skripsi ini, peneliti melakukan penelusuran berupa wawancara dengan pimpinan ludruk, pelawak, tokoh masyarakat, serta melakukan penelusuran baik di koran, majalah, buku, skripsi, jurnal yang relevan dengan peran ludruk dalam mendukung program pembangunan. Langkah di metode penelitian ini adalah heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber primer maupun sekunder yang terkait mengenai peran kesenian ludruk “Budhi Wijaya” dalam pembangunan, kritik yaitu tahap untuk memilih sumber-sumber yang telah ditemukan, interpretasi yaitu tahap melakukan analisis terhadap fakta-fakta yang ditemukan berbagai sumber baik primer maupun sekunder, historiografi yaitu tahap penyajian hasil laporan penelitian dalam bentuk tulisan dengan penulisan sejarah yang benar. Hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, latar belakang berdirinya ludruk “Budhi Wijaya” pada tahun 1987 didasarkan atas kekecewaan Sahid yakni pimpinan ludruk “Budi Jaya” terhadap sikap pelawak Budi Sumadi yang ingin keluar dari grup ludruk “Budi Jaya” dan mendirikan grup ludruk baru. Selain itu, Budi Sumadi juga meminta kembali nama “Budi Jaya” karena dianggap sebagai hasil dari pemikirannya, sehingga sahid mendirikan ludruk baru dengan nama “Budhi Wijaya” untuk menyaingi ludruk “Budi Jaya”. Kedua, pelaksanaan program pembangunan di Kabupaten Jombang mengalami kesuksesan dengan adanya peran grup ludruk “Budhi Wijaya” yang intensif menyampaikan pesan pembangunan melalui kidungan dan lawakan. Program-program pembangunan yang disampaikan meliputi, masalah KB, kesehatan masyarakat, pertanian, keamanan kampung, koperasi, gotong royong, dan pendidikan. Ketiga, respon masyarakat terhadap peran ludruk “Budhi Wijaya” dalam pembangunan di Jombang adalah sangat mendukung. Masyarakat merasa terbantu dengan adanya informasi-informasi dan pesan-pesan pembangunan dari pemerintah melalui adegan-adegan dalam ludruk yang mudah dimengerti oleh semua kalangan. Dukungan-dukungan lainnya juga datang dari pihak seniman maupun pemerintah yang mengakpresiasi peran ludruk “Budhi Wijaya” dalam pembangunan. Kata Kunci: Kesenian, Ludruk, Budhi Wijaya, Peran, Pembangunan Jombang Abstract 1

PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : DEWI NOVIANAH

Citation preview

Page 1: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANGTAHUN 1987-1998

DEWI NOVIANAHJurusan Pendidikan Sejarah

Fakultas Ilmu SosialUniversitas Negeri Surabaya

Email [email protected]

Artono

Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu SosialUniversitas Negeri Surabaya

Abstrak

Pembangunan merupakan salah satu kebijakan pemerintah Indonesia yang intensif dilaksanakan sejak era OrdeBaru. Untuk melaksanakan program tersebut, pemerintah Indonesia melalui GBHN 1988 mewajibkan seluruh jeniskesenian daerah untuk ikut serta dalam membangkitkan semangat membangun masyarakat, salah satu daerah yangmendukung program tersebut adalah Kabupaten Jombang. Jombang sebagai kota asal kesenian ludruk, mewajibkan semuakelompok ludruk Jombang untuk mengemban misi pembangunan tersebut, salah satunya adalah ludruk “Budhi Wijaya”.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1) Bagaimana latar belakang berdirinya kesenian ludruk “Budhi Wijaya” di Jombang (2) Bagaimana peran ludruk “BudhiWijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang tahun 1987-1998 (3) Bagaimana respon masyarakatterhadap ludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk Untuk menjelaskan latar belakang berdirinya kesenian ludruk “Budhi Wijaya” di Jombang, untuk menganalisisperan ludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang tahun 1987-1998 serta untukmendiskripsikan respon masyarakat terhadap ludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan diJombang.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpetasi, danhistoriografi. Untuk dapat memperoleh hasil yang baik pada skripsi ini, peneliti melakukan penelusuran berupa wawancaradengan pimpinan ludruk, pelawak, tokoh masyarakat, serta melakukan penelusuran baik di koran, majalah, buku, skripsi,jurnal yang relevan dengan peran ludruk dalam mendukung program pembangunan.

Langkah di metode penelitian ini adalah heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber primer maupun sekunderyang terkait mengenai peran kesenian ludruk “Budhi Wijaya” dalam pembangunan, kritik yaitu tahap untuk memilihsumber-sumber yang telah ditemukan, interpretasi yaitu tahap melakukan analisis terhadap fakta-fakta yang ditemukanberbagai sumber baik primer maupun sekunder, historiografi yaitu tahap penyajian hasil laporan penelitian dalam bentuktulisan dengan penulisan sejarah yang benar.

Hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, latar belakang berdirinya ludruk “BudhiWijaya” pada tahun 1987 didasarkan atas kekecewaan Sahid yakni pimpinan ludruk “Budi Jaya” terhadap sikap pelawakBudi Sumadi yang ingin keluar dari grup ludruk “Budi Jaya” dan mendirikan grup ludruk baru. Selain itu, Budi Sumadijuga meminta kembali nama “Budi Jaya” karena dianggap sebagai hasil dari pemikirannya, sehingga sahid mendirikanludruk baru dengan nama “Budhi Wijaya” untuk menyaingi ludruk “Budi Jaya”. Kedua, pelaksanaan programpembangunan di Kabupaten Jombang mengalami kesuksesan dengan adanya peran grup ludruk “Budhi Wijaya” yangintensif menyampaikan pesan pembangunan melalui kidungan dan lawakan. Program-program pembangunan yangdisampaikan meliputi, masalah KB, kesehatan masyarakat, pertanian, keamanan kampung, koperasi, gotong royong, danpendidikan. Ketiga, respon masyarakat terhadap peran ludruk “Budhi Wijaya” dalam pembangunan di Jombang adalahsangat mendukung. Masyarakat merasa terbantu dengan adanya informasi-informasi dan pesan-pesan pembangunan daripemerintah melalui adegan-adegan dalam ludruk yang mudah dimengerti oleh semua kalangan. Dukungan-dukunganlainnya juga datang dari pihak seniman maupun pemerintah yang mengakpresiasi peran ludruk “Budhi Wijaya” dalampembangunan. Kata Kunci: Kesenian, Ludruk, Budhi Wijaya, Peran, Pembangunan Jombang

Abstract

1

Page 2: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Development is one of the Indonesian government's policy of intensive implemented since the New Order era. Toimplement the program, the Indonesian government through the 1988 guidelines require all kinds of local arts toparticipate in stimulating community building, one of the areas that support the program is Jombang. Jombang ashometown ludruk art, requiring all groups ludruk Jombang for the construction mission, one of which is ludruk "BudhiWijaya".

Based on the background of the problem, the formulation of the problem in this study are as follows: 1) How isthe founding artistic background ludruk "Budi Wijaya" in Jombang (2) What is the role ludruk "Budhi Wijaya" insupporting development programs in Jombang year 1987-1998 (3) How is the public response to ludruk "Budhi Wijaya" insupporting development programs in Jombang. The aim of this study is to explain the background to the establishment ofarts ludruk "Budhi Wijaya" in Jombang, to analyze the role of ludruk "Budhi Wijaya" in supporting development programsin Jombang year 1987-1998 and to describe the public response to ludruk "Budhi Wijaya" in supporting developmentprograms in Jombang.

This study uses historical research that includes heuristics, criticism, interpetasi, and historiography. In order toobtain good results in this paper, the researchers conducted a search in the form of interviews with leaders ludruk,comedian, community leaders, as well as perform searches either in newspapers, magazines, books, theses, journalsrelevant to ludruk role in supporting development programs.

Step in this research is a heuristic method that is the collection of primary sources and secondary related about therole of art ludruk "Budhi Wijaya" in development, criticism that stage to select the sources that have been found, namelythe interpretation phase of analysis of the facts found a wide range of primary and secondary sources, historiography,namely the stage presentation of the results of a research report in writing to the writing of history is correct.

Results of this study can be concluded as follows. First, the background of the establishment of ludruk "BudhiWijaya" in 1987 based on the Sahid disappointment led ludruk "Budi Jaya" attitude towards Budi Sumadi comedian whowants to get out of the group ludruk "Budhi Jaya" and establish a new ludruk group. In addition, Budi Sumadi also reclaimthe name "Budhi Jaya" because it is considered as a result of his thinking, so sahid establish new ludruk with the name"Budi Wijaya" to rival ludruk "Budi Jaya". Second, the implementation of development programs in Jombang experiencedsuccess with the role ludruk group "Budhi Wijaya" intensive message development through kidungan and jokes.Development programs were delivered covering, family planning, public health, agriculture, security villages,cooperatives, mutual cooperation, and education. Third, the public response to the role ludruk "Budhi Wijaya" underconstruction in Jombang is very supportive. Community feel that the information and messages from governmentdevelopment through scenes in ludruk that is easily understood by all people. Other support also came from the artists aswell as the role of government appresiation ludruk "Budhi Wijaya" in development.Keywords: Art, Ludruk, Budhi Wijaya, Roles, Development Jombang

PENDAHULUANPada tahun 1960 hingga 1980 ketika politik

Indonesia berada pada titik kestabilan, pemerintah OrdeBaru berusaha untuk memperoleh legitimasi kekuasaanmelalui berbagai cara, salah satunya adalah denganmelakukan propaganda dalam bidang pembangunan.1

Pembangunan yang berkonsep rata, menyeluruh, sertamencakup lingkungan pedesaan maupun perkotaanmerupakan wujud komitmen pemerintah untuk mengubahtatanan kehidupan masyarakat Indonesia kearah yanglebih baik.

Upaya peningkatan dan pemerataan baik dalambidang sosial, ekonomi, dan politik diusahakan untukmengubah dan meningkatkan bentuk kesejahteraanmasyarakat Indonesia. Kesejahteraan masyarakat sebagaitolak ukur kesuksesan pembangunan, tidak bisa lepas dariusaha peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia(SDM) sebagai objek utama dari pembangunan.2

1 Dwi Wahyono Hadi dan Gayung Kusuma, “ Propaganda Orde Baru

1960-1980”, Verlenden, Vol. 1 No. 1 Desember 2012, hlm. 44-45.

2 Fauzie Ridjal dan M. Rusli Karim, 1991, Dinamika Budaya dan

Politik dalam Pembangunan, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, hlm.

Sehubungan dengan hal tersebut, perubahan cara pandangterhadap suatu proses perubahan hidup diperlukanpendekatan-pendekatan yang bersifat kredibel danpersuasif, khususnya untuk masyarakat dalam lingkunganpedesaan.

Pedesaan sebagai sasaran utama pembangunanyang masyarakatnya masih memegang teguh budaya,adat-istiadat dan nilai-nilai, memerlukan suatu alatkomunikasi yang tepat dalam menyampaikan pesanpembangunan tersebut.3 Sehubungan dengan hal itu,maka pemerintah melalui Lembaga Studi Pedesaan danKawasan Universitas Gajah Mada pada tahun 1975melakukan survey terhadap beberapa jenis senipertunjukkan rakyat yang mungkin bisa digunakansebagai alat komunikasi pembangunan. Hasil dari surveymenyatakan bahwa ludruk sebagai salah satu senipertunjukkan rakyat, memenuhi syarat sebagai mediaatau alat komunikasi pembangunan bagi pemerintah.4

200-201.

3 Kasiyanto Kasemin, 1999, Ludruk Sebagai Teater Sosial, Surabaya:

Airlangga University Press, hlm. 41.

2

Page 3: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Wujud keseriusan pemerintah terhadappembangunan pedesaan juga ditunjukkan dengandikeluarkannya GBHN (Garis Besar Haluan Negara)tahun 1988 yang mewajibkan seluruh jenis keseniandaerah, khususnya ludruk untuk ikut serta dalammembangkitkan semangat dan gairah membangunmasyarakat. Salah satu daerah yang mendukung programtersebut adalah Kabupaten Jombang.

Jombang merupakan salah satu kabupaten diJawa Timur. Jombang terletak di bagian tengah ProvinsiJawa Timur yang memiliki letak sangat strategis karenaberada di persimpangan jalur lintas utara dan selatanpulau Jawa (Surabaya-Madiun-Yogyakarta), jalurSurabaya-Tulungagung, serta jalur Malang-Tuban.Jombang juga dikenal sebagai kota santri karenabanyaknya sekolah pendidikan islam di wilayahnya.

Jombang sebagai tempat lahirnnya kesenianludruk, memiliki beberapa kelompok ludruk yang masihada dan berkembang hingga sekarang, salah satunyayakni ludruk “Budhi Wijaya”. Ludruk “Budhi Wijaya”merupakan kelompok ludruk asal Kecamatan Kudu,Kabupaten Jombang. Ludruk “Budhi Wijaya” jugatermasuk ludruk yang terkenal dan masih tetap eksisdengan kebiasaan jula-juli Jombangan dan dagelan yangdibawakan oleh Taji, Sampe dan Konting. Dalampertunjukkannya, ludruk “Budhi Wijaya” melibatkan 30sampai 50 orang anggotanya yang terbagi atas pemainpanggung dan pemain dibalik layar. Pemain panggungbertugas untuk memainkan peran sebagai penari remo,pemain dagelan, dan lakon. Sedangkan, pemain dibaliklayar bertugas untuk menata dekorasi, lampu danmemainkan alat musik gamelan.5 Kreativitas kelompok ludruk “Budhi Wijaya” dalammenyajikan ludruk mampu meningkatkan antusiasmemasyarakat Jombang untuk menyaksikan pentas ludruksecara langsung. Ludruk “Budhi Wijaya” ini berbedadengan ludruk lainnya berkenaan dengan strukturpementasan yang dikemas mengikuti perkembanganjaman. Berdasarkan penjelasan di atas penulis akanmengambil judul Peran Ludruk “Budhi Wijaya” dalamMendukung Program Pembangunan di Jombang Tahun1987-1998 sebagai bahan penelitian. Untukmengembangkan permasalahan tersebut, maka diajukanpertanyaan mengenai (1) Bagaimana latar belakangberdirinya kesenian ludruk “Budhi Wijaya” di Jombang?(2) Bagaimana peran ludruk “Budhi Wijaya” dalammendukung program pembangunan di Jombang tahun1987-1998 (3) Bagaimana respon masyarakat terhadapludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung programpembangunan di Jombang?

METODE

4 Fadhil Nugroho Adi,

www.slideshare.net/mobile/FadhilNugrohoAdi/jurnal-skripsidi-bawah bayangbayang-kekuasaanfadhil-nugroho-adisejarah#14357066481501&fbinitialized, diakses pada 01 Juli 2015, pukul 06:41.

5 Herry Lisbijanto, 2013, Ludruk, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 14-16.

Dalam penelitian ini, penulis berpedoman padametode penelitian sejarah yang terdiri dari beberapatahapan penulisan yaitu, pertama heuristik yangmerupakan proses mencari dan menemukan sumber-sumber sejarah yang diperlukan sesuai dengan topik yangakan diteliti.6 Pada tahap awal, penulis telahmengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya, baiksumber primer maupun sekunder yang terkait denganPeran Ludruk “Budhi Wijaya“ dalam MendukungProgram Pembangunan di Jombang tahun 1987-1998.Adapun sumber primer yang diperoleh berupa koransejaman, artikel-artikel tntang kesenian ludruk, buku-buku tentang kesenian ludruk dan karya ilmiah tentangkesenian ludruk.

Kedua kritik, merupakan pengujian terhadapotentisitas dan kredibilitas sumber. Kritik yang dilakukanpenulis adalah kritik intern. Kritik intern adalahmengidentifikasi sumber untuk mengetahui fakta-faktaterkait dengan masalah kesenian ludruk. Terkait denganmateri sumber dapat diidentifikasi sumber berupa koranmaupun majalah sejaman yang dipilah sesuai dengankajian yang akan dibahas. Kemudian, artikel-artikeltersebut dikelompokkan sesuai dengan tahun terbit danjenisnya.

Sumber primer meliputi wawancara denganpimpinan ludruk “Budhi Wijaya" yaitu Didik Purwanto(2011-sekarang), Agil Suwito selaku asisten ludruk“Budhi Wijaya” (1987-1997), Sampe dan Taji selakupelawak, Gino selaku penari remo ludruk Budhi Wijaya,serta Koran-koran yang sejaman dengan tahun yangdiambil peneliti. Sedangkan, sumber pendukung yangberupa buku dan artikel yang membahas tentang kesenianludruk. Sementara beberapa data didapat peneliti melaluiwawancara dengan pimpinan ludruk dan asisten ludruk diDesa Ketapang Kuning, Kecamatan Ngusikan,Kabupaten Jombang. Berdasarkan hasil kritik yangdilakukan oleh peneliti dalam penelitan, penelitimelakukan pemilihan sumber yang dapat dijadikanreferensi.

Koran-koran yang didapat peneliti antara lain (1)Besutan Mati di Tanah Kelahirannya, Surabaya Post,Sabtu, 30 Mei 1992; (2) Besutan sebagai Cikal BakalLudruk, Sudah Hampir Punah, Jawa Pos, Rabu Wage, 2April 1986; (3) Grup Kesenian Harus Rajin MemantauKeinginan Penggemar, Surabaya Post, 20 Februari 1987;(4) Ludruk Cukup Digemari, Surabaya Post, Jum’at, 20Februari 1987; (5) Ludruk Perlu Mencontoh Dangdut,Surabaya Post, 15 September 1992; (6) PemerintahBelum Menjadi Pengayom Ludruk”, Surabaya Post,Minggu, 28 November 1993; (7) Para Pelawak PerluTingkatkan Kualitas Isi Lawakannya”, Surabaya Post,Sabtu, 3 Mei 1986; (8) Seni Lawak dalam Masyarakatyang Sedang Membangun, Jawa Pos, Selasa Wage, 22April 1986.

Buku-buku yang dijadikan referensi penelitiantara lain 1) Perkembangan Ludruk di Jawa Timur:Kajian Analisis Wacana oleh Sunaryo H.S, HeriSuwignyo; 2) Lakon Ludruk Jawa Timur oleh Henri

6 Aminuddin Kasdi, 2005, Memahami Sejarah, Surabaya: Univercity

Press, hlm. 10.

3

Page 4: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Supriyanto; 3) Ludruk sebagai Teater Sosial olehKasiyanto Kasemin; 4) Ludruk oleh Henry Lisbijanto; 5)Pertumbuhan Seni Pertunjukkan oleh Edi Sedyawati.

Berdasarkan hasil kritik yang telah dilakukanpeneliti dalam penelitian, fakta yang ditemukan bahwaludruk “Budhi Wijaya” merupakan salah satu ludruk yangberkembang mengikuti jaman. Inovasi dan kreasi ludruk“Budhi Wijaya” ditujukkan pada pembaharuan di bidangtari remo, bedhayan dan lakon (cerita) ternyata mampumenarik minat masyarakat Jombang dan sekitarnya untukmenyaksikan pentas ludruk secara langsung.

Ketiga interpretasi, merupakan penafsiranterhadap fakta.7 Pada tahap ini peneliti mencariketerkaitan antar berbagai fakta yang telah diperolehkemudian menganalisa hasil dari tafsirannya. Sehingga,menjadi rangkaian sumber menjadi fakta. Hasil yangdidapat dari tahap interpretasi ini adalah, (a) Sejarahludruk dan perkembangannya di Jombang; (b) Fenomenatergerusnya ludruk oleh hiburan modern; (c) Kreativitasseniman dalam melestarikan ludruk;

Keempat historiografi, merupakan tahapanrekonstruksi berdasarkan objek yang diteliti berdasarkanfakta yang telah ditafsirkan dalam bentuk tulisan secarakronologis dengan bahasa yang menarik.8 Pada tahap inipeneliti akan menyajikan sebuah tulisan sejarah yangberjudul “Peran Ludruk “Budhi Wijaya” dalamMendukung Program Pembangunan di Jombang Tahun1987-1998” dengan benar sesuai dengan tata bahasaIndonesia.

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Ludruk BudhiWijaya” di Jombang

Pada tahun 1980an, seiring denganmeningkatnya animo masyarakat akan hiburan ludruk,menarik seorang Bayan bernama Manan, asal kecamatankudu, kabupaten Jombang untuk mendirikan ludrukdengan nama “Warna Jaya”. Bayan Manan sebagaipemilik dan pimpinan ludruk “Warna Jaya” merasa belummampu untuk memasarkan ludruk tersebut, sehinggabeliau mengangkat seorang nayaga9 bernama Sahid untukmenjadi asistennya. Sahid yang menjadi asisten BayanManan melakukan strategi nobong10 untukmemperkenalkan dan memasarkan ludruk tersebut darisatu desa ke desa lainnya.11

7 Ibid., hlm. 11.

8 Ibid.,

9 Nayaga merupakan penabuh gamelan yang bertugas mengiringi dan

memainkan gendhing (tembang/nyanyian tradisional jawa) dalam setiapbabak pertunjukkan ludruk.

10 Nobong atau tobong merupakan pementasan ludruk dengan cara

berkeliling dari satu kota ke kota yang lain. Waktu pementasan ludruk nobong biasanya sekitar 3 sampai 4 jam.

Setelah ludruk “Warna Jaya” mulai dikenalmasyarakat dengan banyaknya pesanan manggung untukacara pernikahan, khitanan, dan sedekah desa, munculkonflik antara Bayan Manan dan beberapa pemain ludrukberkenaan dengan pembagian honor (gaji) yang dirasakurang dari kesepakatan awal. Untuk menutupiketidakharmonisan pemain dan pimpinan ludruk, Sahidmemberikan honornya sebagai asisten Bayan Manan dannayaga kepada beberapa pemain ludruk dengan tujuanagar konflik tersebut tidak berkepanjangan.12

Pada tahun 1982, konflik antara pemain ludrukdengan pimpinan ludruk semakin parah, sehinggabeberapa dari pemain ludruk memilih untuk keluar dariludruk “Warna Jaya” dan mendirikan ludruk sendiri.Sehubungan dengan itu, Sahid selaku asisten BayanManan diminta oleh beberapa mantan pemain ludruk“Warna Jaya” untuk menjadi pimpinan ludruk barutersebut. Sahid yang saat itu belum berpengalaman dalammemproduksi cerita atau lakon dalam ludruk, disarankanoleh istrinya yakni Sumi’a untuk menggandeng AgilSuwito13 menjadi ketua rombongan sekaligus sutradaradalam ludruk baru yang diberi nama ludruk “Budi Jaya”.

Ludruk “Budi Jaya” sebagai ludruk baru jugamelakukan kegiatan nobong untuk memperkenalkanludruk tersebut kepada masyarakat. Setelah ludruk “BudiJaya” terbilang sukses dengan padatnya kegiatanmanggung, pelawak Budi Sumadi14 memilih untuk keluardari ludruk “Budi Jaya” dan berencana untuk mendirikanludruk sendiri. Budi Sumadi juga secara tegas memintanama ludruk “Budi Jaya” kepada Sahid dengan alasanbahwa nama tersebut merupakan hasil dari pemikirannya.

Sahid sebagai pemimpin ludruk “Budi Jaya”,awalnya menolak permintaan tersebut dengan alasanbahwa nama “Budi Jaya” merupakan hasil pemikiranbersama para anggota kelompok ludruk, akan tetapi BudiSumadi tetap bersikeras memintanya. Untuk menghindarikonflik yang berkepanjangan, Sahid memberikan namaludruk tersebut kepada Budi Sumadi dan selanjutnya,Sahid mengganti nama ludruknya menjadi “BudhiWijaya” dengan harapan bahwa ludruk baru yangdibentuk oleh Sahid ini lebih eksis dan lebih berjayadibandingkan dengan ludruk yang sebelumnya. Ludruk“Budhi Wijaya” yang berdiri pada tahun 1987 memilikiformasi anggota tetap yakni posisi pelawak diduduki olehBudi, Inung, Sampirin, Taji, Sampe, Sulabi, Amin, sertaKonting sebagai pengepur dalam adegan tersebut.Selanjutnya posisi sutradara tetap diduduki oleh AgilSuwito.

11 Wawancara dengan “Didik Purwanto” pimpinan ludruk Budhi

Wijaya (2011-sekarang) sekaligus putra dari Sahid, 30 Maret 2015.

12 Ibid.,

13 Agil Suwito merupakan sutradara dan penulis cerita atau lakon

dalam pementasan ludruk “Budhi Wijaya”.

14 Budi Sumadi merupakan pelawak andalan dalam ludruk “Budi

Jaya” yang memiliki peran sangat penting dalam menarik perhatian masyarakat.

4

Page 5: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Agil Suwito selaku patner Sahid yang bertindaksebagai ketua rombongan dan sutradara dalam ludruk“Budhi Wijaya”, ternyata mampu mengantarkan ludruktersebut menjadi salah satu ludruk yang cukup digemaridan ditunggu oleh masyarakat sekitar. Hal tersebutterbukti, pada setiap acara kegiatan nobong, jumlah kursiyang disediakan selalu penuh, bahkan ada penonton yangrela duduk berdesakan demi melihat pertunjukan ludruk“Budhi Wijaya” tersebut. Kepiawaian Agil Suwito dalammenyutradarai ludruk “Budhi Wijaya” juga dibuktikandengan kemenangan ludruk “Budhi Wijaya” dalamfestival ludruk pada tahun 1987 di Jombang.

B. Karakteristik Ludruk “Budhi Wijaya”

Ludruk “Budhi Wijaya” sebagai salahsatu kelompok ludruk yang cukup diminati olehmasyarakat di Kabupaten Jombang, memilikiciri khas sebagai teater tradisi yang membawamisi pembangunan dalam setiap pementasannya.Unsur tradisi dalam ludruk “Budhi Wijaya”terletak pada dinamika dan teknik pementasanyang terbagi atas alur cerita, dialog, gaya laku,perlambang watak, memiliki konvensi, danmemiliki pembabakan tempat, waktu, dansituasi.15 Sebagai teater tradisi yangkeberadaannya rentan mengalami kepunahanakibat perkembangan teknologi dan komunikasi,ludruk “Budhi Wijaya” melakukan berbagaiinovasi dan kreasi dalam kesenian ludruk,sebagai usaha untuk mempertahankaneksistensinya dalam dunia hiburan. Bentukpembaharuan-pembaharuan dalam kesenianludruk “Budhi Wijaya” dapat dilihat dari bentukstruktur pementasan ludruk yang sedikit berbedadengan ludruk lainnya. Berikut ini merupakanstruktur pementasan ludruk “Budhi Wijaya”:

1. Kur atau Pembukaan

Merupakan penampilan sinden-sindendalam menyanyikan lagu mars “Budhi Wijaya”atau lagu gendhing jawa lainnya yang diiringidengan gamelan. Berikut ini merupakan lirik kuratau pembukaan ludruk “Budhi Wijaya”.

Selamat datang pengunjung sekalian, silahkanduduk menikmati hiburan.Seni hiburan , kebudayaan asli Indonesia,“Budhi Wijaya, Budhi Wijaya, Budhi Wijaya”seni ludruk asli Jawa Timur.

2. Ngremo

Ngremo merupakan salah satu adegan dalamkesenian ludruk. Ngremo juga merupakan bentuk taritradisional Jawa Timur yang diungkapkan melalui getaranjiwa dan emosi seniman, yang mewakili masyarakatnya

15 Edi Sedyawati, 1981, Pertumbuhan Seni Pertunjukkan, Jakarta:

Sinar Harapan, hlm 42.

melalui gerak tari dan ruang ekspresif-spontan.16 Gayatari remo yang dimainkan dalam ludruk “Budhi Wijaya”terbagi atas tari remo putri dan tari remo putra. Dalamkonteks tari remo putra, ludruk “Budhi Wijaya” memilikigaya tari remo khas Jombang yakni tari remo bolet yangcenderung memiliki sikap tubuh lebih banyak condong kedepan, miring kiri, dan tumpuhan badan pada kaki kiri.17

3. BedayanBedayan merupakan atraksi yang dilakukan oleh

kelompok travesty (laki-laki memerankan peranperempuan) untuk menunjukkan kepandaiannya dalammenari dan menyanyikan lagu-lagu atau kidungan ataujula-juli. Dalam ludruk “Budhi Wijaya”, adegan bedayanterbagi atas bedayan lama dan bedayan yang telahmengalami pembaharuan. Bedayan lama yakni atraksibedayan yang pemainnya adalah kelompok travesty atautandak, menggunakan pakaian wanita Indonesia yaknikain panjang (jarit). Selanjutnya, bedayan yang telahmengalami pembaharuan dapat dilihat dari busana yangdigunakan yakni busana bebas. Adegan bedayan yangtelah mengalami pembaharuan itu disebut mode show.Dalam atraksi mode show ini biasanya para travesty,dipandu oleh satu pembawa acara untuk memperkenalkanmereka secara satu per satu.4. Lawakan atau Dagelan

Lawakan atau dagelan merupakan atraksi dalamludruk yang memiliki unsur kuat untuk menarikmasyarakat. Pelawak juga merupakan unsur pentingdalam mendukung suksesnya pagelaran ludruk. Adeganlawak dalam ludruk “Budhi Wijaya” biasanya dilakukansekitar 5 orang baik sebagai peran laki-laki maupunperempuan. Adegan lawak ini biasanya diawali dengankidungan dan disusul dengan dialog yang lucu. Lawakanbiasanya diwujudkan dalam bentuk perpaduan kata dangerakan pelawak yang menarik dan humoris. Pelawakandalan dalam ludruk “Budhi Wijaya” adalah Sulabi,Taji, dan Konthing.

5. Cerita atau Lakon Cerita atau lakon merupakan babak akhir dari

pertunjukkan ludruk. Lakon biasanya terbagi atasbeberapa babak yang setiap babaknya diselingi dengankidungan. Dalam ludruk “Budhi Wijaya” cerita ataulakon terbagi menjadi dua menurut sumbernya. Pertama,cerita pakem yang bersumber dari dogeng, kehidupansehari-hari, dan legenda. Kedua, cerita fantasi yangbersumber dari novel yang memberikan kesan moderndalam setiap alur dan adegannya. Selain melakukanpembaharuan-pembaharuan dalam struktur pementasan,ludruk “Budhi Wijaya” juga memiliki manajemen yangbagus dalam sistem produksinya. Sistem produksi dalamludruk “Budhi Wijaya” terbagi atas tiga sub sistem yaknipembiayaan, penyajian, dan pemasaran.

16 Eri Broto Wibisono, 1982, Ngremo, Protek Pengembangan

Kesenian Jawa Timur, hlm. 15.

17 Wahyudiyanto, 2008, kepahlawanan Tari Ngremo Surabayan:

Refleksi Cita, Citra dan PolitikIdentitas dalam Ruang Estetik, hlm. 139.

5

Page 6: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

C. Program Pembangunan di Jombang

Program pembangunan era Orde Barusangat erat kaitannya dengan upaya mencapaikesejahteraan masyarakat. Kesejahteraanmasyarakat yang dapat dilihat dari pertumbuhanekonomi, kemajuan budaya, dan perubahansosial menjadi tujuan utama pembangunandalam masyarakat pedesaan18, khususnyamasyarakat Jombang. Jombang sebagai salahsatu daerah tingkat II di Jawa Timur yangmengemban misi pembangunan, melaksanakanberbagai program pembangunan yang mencakupbidang politik, ekonomi, dan sosial.

Periode tahun 1987 hingga 1988, ketikaJombang dipimpin oleh Noeroel Koesman,terdapat dua program pembangunan yangintensif dilaksanakan yaitu masalah peningkatanpenghasilan beras dan masalah pengembanganindustri tebu.19 Hal ini merupakan wujudkomitmen pemerintah daerah Jombang terhadappelaksanaan Pelita IV (Pembangunan LimaTahun) yang sedang berlangsung.

Periode tahun 1988-1993, Jombangtelah mengalami pergantian pemimpin dariNoeroel Koesman ke Tarmin Hariadi. TarminHariadi sebagai bupati baru dalam masajabatannya, memiliki target pembangunan yangdibagi menjadi program jangka pendek danprogram jangka menengah.

Program jangka pendek merupakanprogram yang segera dilaksanakan. Sedangkanprogram jangka penjang merupakan programyang dilaksanakan secara bertahap. Program-program jangka pendek tersebut meliputi,pemenuhan kebutuhan masyarakat denganpeningkatan hasil pertanian (pangan), KB(Keluarga Berencana) dan perbaikan prasaranajalan. Sedangkan program-program jangkapanjang meliputi pembangunan industri untukekspor dan mengurangi pengangguran.20

Pada tahun 1993-1998, bupati Jombangkembali berganti dari Tamin Hariadi ke SoewotoAdiwibowo. Dalam kurun waktu lima tahunmasa jabatannya, Soewoto Adiwibowo banyakmelakukan pembaharuan dan pembangunan diJombang. Ketika Pelita VI (Pembangunan Lima

18 Fauzie Ridjal dan M. Rusli Karim, 1991, Dinamika Budaya dan

Politik dalam Pembangunan, Yogyakarta:PT. Tiara Wacana Yogya, hlm.200-201.

19 Fahrudin Nasrullah, Dian Sukarno, dan Yusuf Wibisono, 2010,

Biografi Para Bupati Kabupaten Jombang, Perpustakaan Naional, hlm. 81.

20 Ibid., hlm. 85.

Tahun) dilaksanakan, Bupati telah memilikiprogram-program pembangunan yang siap untukdilaksanakan. Program pembangunan tersebutmeliputi, masalah peningkatan penghasilandalam bidang pertanian, inovasi pupuk, KB(Keluarga Berencana), dan kesehatanmasyarakat.21

Dari beberapa program diatas dapatdisimpulakan bahwa kurun waktu 1987 hingga1998 program pemerintah yang intensifdilaksanakan adalah masalah pertanian. Hal initerjadi karena sebagian besar wilayah Jombangmerupakan wilayah pertanian. Selain itu,masalah KB (Keluarga Berencana) jugamenduduki posisi paling dominan dalamprogram pembangunan di Jombang. Alasan KB(Keluarga Berencana) menjadi fokuspembangunan dalam angka tahun 1990-1995adalah sebagai usaha menekan laju pertumbuhanpenduduk di Jombang. Dampak dari penekananjumlah penduduk tersebut adalah meningkatnyakesehatan masyarakat dan terpenuhi pendidikanyang cukup bagi anak.

D. Ludruk “Budhi Wijaya” Sebagai SaranaPendukung Pembangunan di JombangTahun 1987-1998

Sesuai dengan GBHN tahun 1988-1993 yangmenyatakan bahwa:

“pembinaan dan pengembangan keseniansebagai ungkapan budaya bangsa diusahakanagar mampu menampung dan menumbuhkandaya cipta para seniman, memperkuat jati diribangsa, meningkatkan apresiasi dan kreativitasseni masyarakat, memperluas kesempatanmasyarakat untuk menikmati danmengembangkan seni budaya bangsa sertamemberikan inspirasi dan gairah membangun.Kesenian daerah perlu dipelihara dandikembangkan untuk melestarikan danmemperkaya keanekaragaman budaya bangsa.Upaya itu perlu didukung oleh iklim atau saranadan prasarana yang memadai”,22

maka Kabupaten Jombang sebagaisalah satu kabupaten di wilayah Jawa Timurjuga turut serta dalam mensukseskan programpemerintah terkait dengan pembangunan dilingkungan pedesaan. Wujud keikutsertaanKabupaten Jombang adalah dengan melakukanpembinaan kepada beberapa kelompok ludruk diJombang untuk membantu pemerintah dalammenyampaikan pesan pembangunan melalui

21 Ibid., hlm. 87.

22 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1993

tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

6

Page 7: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

adegan-adegan dalam kesenian tersebut. Salahsatu ludruk di Jombang yang aktif dalammenyampaikan misi pembangunan adalahludruk “Budhi Wijaya”. Ludruk Budhi Wijayasebagai salah satu ludruk Jombangan merasaperlu untuk ikut serta dalam menyampaikan misipembangunan sebagai wujud tanggung jawabseniman ludruk terhadap perkembangan budayadalam negaranya. Menurut Agil Suwito selakuasisten ludruk Budhi Wijaya tahun 1987 sampai1997, misi pembangunan yang disampaikanludruk “Budhi Wijaya” di Jombang meliputiaspek sosial, politik, dan ekonomi.

Pembangunan dalam bidangsosial merupakan satu program pembangunanyang intensif disampaikan oleh ludruk “BudhiWijaya”. Pembangunan sosial yang secaraumum mengajak masyarakat untukmelaksanakan program-program tersebutdidasari atas hubungan yang kompleks antarakemajuan daerah dengan kualitas dan kuantitassumber daya manusianya. Program-programdalam bidang sosial yang pernah disampaikanoleh ludruk “Budhi Wijaya” meliputi: programKB (Keluarga Berencana), kesehatanmasyarakat, pendidikan, dan masalahkemasyarakatan.

1. Program KB (Keluarga Berencana)

Program KB (Keluarga Berencana)merupakan program yang intensif dilaksanakanoleh pemerintah Jombang sejak tahun 1990-1995, sebagai usaha untuk menekan lajupertumbuhan penduduk. Ludruk “BudhiWijaya” sebagai salah satu kesenian daerah yangmendukung program pembangunan di Jombang,sudah seharusnya menyampaikan informasipembangunan tersebut kepada masyarakatmelalui babak adegan dalam kesenian ludruk.

Ludruk “Budhi Wijaya” yang terkenalakan jula-juli jombangan serta lawakan yangkhas, memutuskan untuk menyisipkan program-program pembangunan ke dalam dua adegantersebut. Pemilihan dua adegan kidungan danlawakan sebagai babak untuk menyampaikanpesan pembangunan juga didasarkan ataspertimbangan jumlah penonton yang berangsur-angsur meninggalkan tempat pertunjukkansetelah adegan lawakan berakhir. Berikut inimerupakan contoh kidungan masalah KB(Keluarga Berencana) yang disampaikan olehKonthing:

“Masyarakat Indonesia ayo sing ati-atiAyo podho melok program pemerintah jaman saikiMelok KB ayok dituruti Supoyo urip bisa lestari.

Terjemahan: Masyarakat Indonesia mari berhati-hatiMari ikut program pemerintah jaman sekarangIkut KB mari diikutiSupaya hidup bisa lestari.”

Contoh lain dari kidungan KB yang pernah dikidungkanoleh Konthing adalah sebagai berikut:

Anak loro dadi ukuraneSupaya cukup pendidikaneIso cerah masa depaneUrip mandiri dadi tujuane.

Terjemahan: Anak dua menjadi ukurannya Supaya cukup

pendidikannya Bisa cerahmasa depannya Hidupmandiri menjadi tujuanny.23

Konthing sebagai salah satu pelawak yangsering mengidungkan program KB (KeluargaBerencana) mengaku bahwa kidunganmerupakan sarana yang paling efektif untukmelakukan komunikasi dengan masyarakat.Bahasa yang mudah dimengerti serta intonasiyang menghibur merupakan kunci utama pesantersebut dapat diterima dengan baik olehmasyarakat. Keantusiasan dankomitmen ludruk “Budhi Wijaya” dalammensukseskan program KB (KeluargaBerencana) tidak terlepas dari faktor seringnyaludruk tersebut dalam melakukan pementasan diwilayah Jombang. Berikut ini merupakan tabeljumlah tanggapan ludruk “Budhi Wijaya” dalamangka tahun 1990-1995.

Tabel 3.1Jumlah Tanggapan Ludruk “Budhi

Wijaya”

Tahun JumlahTanggapan

KenaikanRata-Rata Per

Tahun

1990 98 kali -

1991 101 kali 0,45 %

1992 105 kali 0,60 %

1993 110 kali 0,75 %

1994 118 kali 1,21 %

1995 128 kali 1,51 %

Sumber: Arsip Ludruk “Budhi Wijaya”periode 1987-1998.

23 Wawancara dengan “Konthing” selaku pelawak ludruk Budhi

Wijaya, 01 Juni 2015.

7

Page 8: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Melalui tabel tersebut dapatdigambarkan bahwa jumlah tanggapan ludruk“Budhi Wijaya” pada tahun 1990-1995mengalami peningkatan sekitar 0,9 % setiaptahunnya. Peningkatan tanggapan pada setiaptahunnya juga berdampak pada seringnya terjadiproses komunikasi pembangunan antaramasyarakat dengan pemain ludruk yang telahmengemban misi pembangunan.

Masyarakat sebagaiobjek dari pembangunan sedikit banyak telahmenyerap informasi dari pesan-pesan yangdisampaikan oleh para pemain ludruk,khususnya ludruk “Budhi Wijaya”. Hal ini jugadibuktikan dengan menurunnya lajupertumbuhan penduduk Jombang dalam kurunwaktu 1990-1995. Berikut ini merupakan tabellaju pertumbuhan penduduk di Jombang.

Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Jombang

Tahun JumlahPenduduk

Kenaikan rata-rata per tahun

1989 1.009.932 -

1990 1.027.280 1,78%

1991 1.045.541 1,77%

1992 1.053.603 0,77%

1993 1.061.965 0,79%

1994 1.069.151 0,67%

1995 1.078.855 0,90%

Sumber: BPS, Jombang dalam Angka Tahun 1990-1995, Jombang: Badan Pusat Statistik Jombang,Diolah Penulis.

Dari tabel tersebut dapat disimpulkanbahwa menurunnya laju pertumbuhan penduduksekitar 1,11% pertahun dalam kurun waktu limatahun merupakan bukti keberhasilan programKB (Keluarga Berencana) di wilayah Jombang.Puncak kesuksesan program KB (KeluargaBerencana) pada tahun 1995 juga telahmendapatkan apresiasi dari pemerintah berupatropi penghargaan keberhasilan KB (KeluargaBerencana) sebagai wujud pembangunanpedesaan yang tersimpan di dalam kantor BupatiJombang.

2. Kesehatan MasyarakatKesehatan masyarakat merupakan salah satu

kebijakan pemerintah Jombang yang bersifat umum.Kesehatan masyarakat juga merupakan elemen penting

yang harus diperhatikan dalam bidang pembangunan.Masyarakat yang sehat dan lingkungan yang bersih akansangat membantu terselenggaranya pembangunan dalambidang sosial. Partisipasi dan konsistensi masyarakatmerupakan unsur penting dalam mensukseskanpembangunan.

Masyarakat sebagai objek pembangunan dalambidang sosial, seringkali melalaikan bahkan bersikapkurang peduli terhadap kebersihan lingkungannya. Untukitu, pemerintah melalui kesenian ludruk “Budhi Wijaya”sering mendapatkan titipan pesan pembangunanberkenaan dengan masalah tersebut. Selanjutnya, sebagaiupaya tindak lanjut dari titipan tersebut adalah ludruk“Budhi Wijaya” mengkonsep pertunjukkan dengansetting banyolan dan kidungan dalam adegan lawakan.

Menurut Sulabi sebagai pemain lawak dalamludruk “Budhi Wijaya”, titipan pesan kesehatanmasyarakat dan lingkungan yang pernah membuatpenonton merasa sangat terhibur dan tanpa disadaribahwa hal tersebut merupakan motivasi dan sosialisasipemerintah melalui kesenian bertempat di rumah aparatdesa di desa Puri Semanding, kecamatan PlandaanKabupaten Jombang, tepatnya pada tahun 1993.

Konsep yang digunakan pelawak pada saat ituadalah lomba ngidung yang dilakukan oleh Sampe,Sulabi, Tami, dan Konthing sebagai pengepur diataspenggung. Tata pelaksanaannya adalah Sampe selakupemain utama keluar dari bilik dan berbicara sendiri,mengeluhkan tentang masalah sampah yang dibuangbukan pada tempatnya. Kemudian Sulabi yang bertindaksebagai orang kedua, keluar sebagai musuh daru Sampe.Percakapan dua orang yang mengandung unsur salingmenjatuhkan namun lucu menjadi hiburan tersendiri bagipenikmatnya. Tak berselang lama, muncul tokoh ketigayakni Tamin dengan perannya sebagai pak lurah. Paklurah yang ingin melangsungkan acara lomba ngidungdalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia,meminta bantuan kepada Sampe dan Sulabi untukmengumumkan lomba ngidung kepada masyarakat danbagi seseorang diantara mereka yang mampu membawapeserta paling banyak akan mendapatkan uang sebesarRp.50.-.

Sampe dan Sulabi sebagai orang yangserakah berpikir bahwa uang yang dimaksud paklurah adalah sebesar Rp. 50.000.-. Persainganantara keduanya dalam mengumpulkan timngidung menjadi sebuah perdebatan danperebutan. Penonton yang melihat tingkahSampe menangis seperti anak kecil menjadisemakin larut dalam pertunjukkan tersebut. Takberselang lama, lomba ngidungpun dimulai.Sulabi yang mengumpulkan warga palingbanyak mendapatkan kesempatan untuk tampildulu. Berikut ini merupakan kidungan Sulabimengenai lingkungan sehat.

“Kebersihan pangkal kesehatanKesehatan pangkal kebahagiaanKebahagiaan minangka tujuanKesehatan lingkungan dadi tumpuan”

8

Page 9: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Terjemahan:“Kebersihan pangkal kesehatan Kesehatan pangkal kebahagiaanKebahagiaan menjadi tujuanKesehatan lingkungan menjadi tumpuan”

Selanjutnya, sebagai tandingannya Sampemengidungkan masalah kesehatan masyarakat. berikut inimerupakan contoh kidungan masalah kesehatanmasyarakat

“Lingkungan sehat ayo digalaknoKanggo njaga kesehatane kitoKesehatan jantung iku utamo Mulo ojo sampek dilalekno”

Terjemahan: “Lingkungan sehat mari dilaksanakan Untuk menjaga kesehatan Terutama kesehatan jantung Jadi jangan dilupakan”

Akhir dari lomba tersebut adalahdimenangkan oleh tim Sulabi dan mendapatkanuang sebesar Rp. 50.000,-. Sedangkan sampesebagai pemenang dalam jumlah anggotamendapatkan uang Rp. 50,-. Melihat ekspresiSampe dan hasil yang didapat darikeserakahannya, membuat penonton tertawaterbahak-bahak. Ekspresi tawa dan celotehanmasyarakat dalam setiap pertunjukkan ludrukmerupakan bentuk kesuksesan pemain ludrukdalam memberikan hiburan yang segar bagi parapenikmatnya.

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu asetpenting dalam pembangunan. Masyarakat yangcerdas, kreatif, dan inovatif sangat diperlukandalam proses pembangunan. Hal ini terjadikarena sumber daya manusia yang berkualitassangat berperan penting dalam mensukseskanpembangunan. Sehubungan dengan hal tersebutmaka muncul program pemerintah berkenaandengan wajib belajar 9 tahun dan program-program pendidikan lainnya. Ludruk “BudhiWijaya” sebagai kesenian yang memiliki tugasuntuk menyampaikan pesan pembangunan, jugapernah mengidungkan masalah pendidikansebagai wujud komitmennya. Berikut inimerupakan contoh kidungan masalah pendidikanyang pernah dikidungkan dalam ludruk “BudhiWijaya” adalah sebagai berikut:

Dadi pelajar ayo sing ati-ati Pitutur wong tuo ayo diturutiSekolah ayo ditemeni Kanggo awake dewe di masa yang akan terjadi.

Terjemahan: Menjadi pelajar, mari kita hati-hatiNasihat orang tua, mari ditaati.

Sekolah mari bersunggu-sungguh Untuk masa depan kita di masa yang akan terjadi.24

4. Masalah KemasyarakatanMasyarakat merupakan objek dari

pembangunan. Pembangunan. Hal ini terjadi karenamasyarakat merupakan pelaksana dari pembangunan.Tanpa partisipasi masyarakat, program pembangunantidak dapat terlaksana. Sehubungan dengan hal tersebutmaka, Ludruk “Budhi Wijaya” juga pernahmengidungkan pesan pembangunan terkait denganmasalah kesehatan masyarakat. Berikut ini merupakancontoh kidungan yang disampaikan oleh Tamin.

“ Ketenangan deso perlu dijogoTeko uwong sing amri’ih lunggo-tekoPoskamling ayo digalaknoKonggo njogo keamanan kampung kito

Terjemahan: “Ketenangan desa perlu dijagaDari orang-orang yang tidak dikenalPoskamling mari dilaksanakanUntuk menjaga keamanan kampung kita”

“Sistem keamanan lingkungan ikuarane Kanggo nggayuh ketentramanerakyat Kudu gotong royong ikusyarate Petugas lan rakyat padanyambut gawe

Terjemahan: “Sistem keamanan lingkungan itulah namanya Untuk menjaga ketentraman rakyat Harus gotong royong itulah syaratnya Petugas dan rakyat sama-sama bekerja

5. Pemilu Dalam aspek politik, peran ludruk “Budhi

Wijaya“ juga ditunjukkan melalui kidungan atau tembangjula-juli. Berkenaan dengan masalah pemilihan umum.Pemilu atau pemilihan umum yang merupakan kegiatannasional dan dilaksanakan secara menyeluruh diIndonesia, memerlukan partisipasi masyarakat yang luas.Oleh karena itu, ludruk “Budhi Wijaya” sebagai salahsatu ludruk di Jombang yang mengemban misipembangunan juga pernah menyampaikan pesan-pesanpembangunan terkait dengan masalah pemilu. Pesan-pesan pembangunan tersebut tercermin dalam bentukkidungan ludruk “Budhi Wijaya “ yang disampaikan olehTamin sebagai berkut.

“Pemilihan umum wis arep tekaKancaku kabeh ayo padha tata-tataPesta demokrasi dasar pancasilaMula ayo pada dilaksanakna”

Terjemahan: “Pemilihan umum sudah hampir tiba Semua teman-temanku sudah bersiap-siap

24Wawancara dengan “Sampe” selaku pelawak ludruk Budhi Wijaya,

01 Juni 2015.

9

Page 10: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Pesta demokrasi dasarnya pancasila Ayo pada dilaksanakan”

Selain menyuarakan masalah ajakanpemilu, ludruk “Budhi Wijaya” jugamengungkapkan masalah pembangunan negara.Berikut ini merupakan contoh kidungan masalahpembangunan negara yang disampaikan olehSampe.

“Bangsa kita wis cukup dewasaDasar negara yoiku pancasilaSing penting saiki ayo mbangun negaraBebarengan junjung derajate bangsa

Terjemahan: “Bangsa kita sudah cukup dewasa Dasar negara yaitu pencasila Yang penting sekarang ayo membangun negara Bersama menjunjung derajat bangsa

6. PertanianProgram pertanian merupakan salah satu

program yang selalu ada di dalam Pelita daerah Jombang.peningkatan hasil beras sebagai swasembada pangan jugamerupakan tujuan utama dari pembangunan di Jombang.Untuk itu, pemerintah daerah mengeluarkan kebijakanuntuk memakai pupuk jenis baru yakni pupuk urea pil.Untuk mensosialisasikan program tersebut, pemerintahmenitipkan pesan pembangunan tersebut kepada grupludruk “Budhi Wijaya”. Sebagai wujud tanggung jawabludruk “Budhi Wijaya” terhadap perkembangan daerah,berusaha untuk mensosialisasilkan program tersebutmelalui kidungan atau jula-juli jombangan. Berikut inimerupakan contoh kidungan sosialisasi pupuk urea pil.

“Jalan-jalan menyang PareOjo lali nyangking deleiki onok program sejeprogram pertanian salah sijine

Terjemahan: Jalan-jalan ke kota Pare Jangan lupa memnawa kedelai Ini ada program baruSalah satunya program pertanian

“Petani Jombang podo kebingungan Golek pijakan gewe ngramut tanaman Ana program sing jek anyaran Yoiku program pupuk pil tanaman

Terjemahan: “Petani Jombang merasa kebingungan Mencari solusi untuk merawat tanaman Ada program yang masih baru Yaitu program memakai pupuk pil pada tanaman.

Kidungan lain yang berhubungan denganmasalah pertanian adalah masalah pengairan. Berikut iniadalah kidungan masalah pengairan adalah:

“Melik-melik mane konangMangan iwak dhendeng gak ana itunganAyo mulo nang podho tandhangBanyuni sawah lan tanaman.

Terjemahan: “Kelip-kelip matanya kunangMakan ikan tidak ada hitunganMari kita cepat laksanakanMengairi sawah dan tanaman).25

7. Koperasi Koperasi merupakan salah satu program yang

pernah dibawakan oleh ludruk “Budhi Wijaya”. MenurutDidik Purwanto, masalah program koperasi jarangdigunakan karena pada saat itu fokus pemerintah selalutertuju pada pengembangan pangan yakni pertanian,namun “Budhi Wijaya” sebagai ludruk Jombanganpernah mengidungkan program tersebut. Berikut inimerupakan contoh kidungan tentang program koperasiyang disampaikan oleh Konthing.

“Program koperasi akeh bermunculan Kejaba kanggo kesejahteraan, uga bina kerukunan Mula kita aja sampek ketinggalan Melu program koperasi, minangka paguyupan“

Terjemahan: Program koperasi banyak bermunculan Digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan, juga kerukunan Makanya kita jangan ampek ketinggalan Ikut koperasi juga paguyupan

E. Respon Masarakat Terhadap Peran Ludruk“Budhi Wijaya” dalam Mendukung ProgramPembangunan di Jombang Tahun 1987-1998

1. Respon Masyarakat di Jombang

Seiring dengan pemberlakuan GBHNtahun 1988-1993 tentang peran kesenian dalampembangunan, membuat seniman ludruk untukturut serta dalam mensukseskan programpemerintah tersebut. Ludruk sebagai salah satukesenian tradisional memiliki potensi yang kuatdalam menyampaikan pesan pembangunan,karena ludruk merupakan kesenian yangmemiliki audiensi yang luas serta memilikikredibilitas yang tinggi dimata orang pedesaan.Berikut pendapat masyarakat mengenai peranludruk Budhi Wijaya dalam mendukungprogram pembangunan di Jombang.

Masyarakat di Jombang sangatmengapresiasi misi ludruk Budhi Wijaya dalam

25Wawancara dengan “Sulabi” selaku pelawak ludruk Budhi Wijaya,

01 Juni 2015.

10

Page 11: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

menyampaikan pesan-pesan pembangunanterkait dengan kesehatan masyarakat,pendidikan, dan program Keluarga Berencana.Bentuk apresiasi tersebut diwujudkan dalamsindiran-sindiran terhadap anggota masyarakatyang tidak mau mengaplikasikan pesan-pesanpembangunan tersebut. Menurut Mari:

“kidungan yang disampaikan dalam ludruksangat berpengaruh terhadap kehidupan dalammasyarakat. Masyarakat menjadi mengertipentingnya program KB, pentingnya menjagalingkungan, dan pentingnya pendidikan bagianak”.26

Penyampaian pesan pembangunan tidakhanya dilakukan oleh kelompok ludruk BudhiWijaya, melainkan juga dilakukan oleh hampirseluruh kelompok ludruk di Jombang. Faktoryang menyebabkan ludruk Budhi Wijayaintensif menyampaikan program pembangunanlewat kidungan dan lawakan pada tahun 1990-1998 adalah sering pentasnya ludruk tersebut dilingkungan masyarakat Jombang pada setiapminggunya.

Beberapa kalangan masyarakatJombang juga mengungkapkan respon positifterhadap program pembangunan yangdisampaikan oleh ludruk Budhi Wijaya.Pendapat mengenai tersebut disampaikan olehSaikin selaku penikmat ludruk Budhi Wijaya:

“menurut saya ludruk Budhi Wijaya merupakansalah satu ludruk yang paling sering pentas dilingkungan masyarakat Jombang. Uniknyaludruk ini memiliki kidungan dan lawakan yangcukup bagus untuk dijadikan bahan omonganmaupun bahan bercandaan di warung kopi,namun tetap penyampaian nilai moral menjaditujuan utama”.27

Hal yang sama juga disampaikan olehSuma’in selaku ketua RT dusun Ketapang Lor,Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang. MenurutSuma’in:

“ludruk Budhi Wijaya sangat terkenal denganlawakannya yang kocak dan gaya kidungan yangkhas. Bentuk lawakan ludruk ini sangat kental

26 Wawancara dengan Mari usia 56 tahun Di Desa Bendungan No.6

RT/RW 001 Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, tanggal 25 Juni 2015, Pukul 10:51.

27 Wawancara dengan Saikin usia 64 tahun Di Desa Jatiroto,

Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang No. 09 RT/RW 003, tanggal 25 Juni 2015, Pukul 15:00.

akan nilai-nilai pendidikan, nilai moral dan nilai-nilai kultural dalam masyarakat”.28

Respon mengenai peran ludruk BudhiWijaya dalam menyampaikan pesanpembangunan juga disampaikan oleh Sugeng:

“ludruk Budhi Wijaya merupakan ludruk yangcukup pandai dalam melihat selera masyarakatpada saat itu. Ketika selera masyarakat beradapada adegan lawakan, maka pesan pembangunandisampaikan melalui kidungan dalam lawakanserta dalam lawakan itu sendiri. Gaya banyolsang pelawak menjadi daya tarik tersendiri bagimasyarakat yang menontonnya, sedangkan isilawakan dapat dijadikan wawasan dan sumberpengetahuan.”29

Beberapa kelompok ibu PKK diJombang yang namanya tidak ingin disebutkanjuga mengungkapkan bahwa ludruk BudhiWijaya asal Kecamatan Kudu tersebut, sedikitbanyak telah memberikan penerangan kepadapara keluarga untuk mengatur dan membatasijumlah anak agar setiap anak dapat memperolehpendidikan yang cukup dan hidup menjadisejahtera. Berdasarkan pendapatmasyarakat diatas dapat disimpulkan bahwarespon masyarakat mengenai peran ludrukBudhi Wijaya dalam mendukung programpembangunan Jombang, sebagian besarmemberikan pendapat yang positif. Mengenaibentuk kidungan dan lawakan yang dilakukanoleh ludruk Budhi Wijaya merupakan wujudkreativitas seniman ludruk dalammengembangan kesenian tradisional tersebut.

2. Respon Seniman Ludruk JombangRespon masyarakat Jombang terkait dengan misi

ludruk Budhi Wijaya dalam menyampaikan pesan-pesanpembangunan adalah sangat mendukung. Hal inimerupakan bentuk tanggung jawab seniman ludruk untukturut serta dalam membangkitkan semangat dan gairahmembangun di lingkungan masyarakat pedesaan.Pendapat yang demikian juga disampaikan oleh Sonoselaku seniman ludruk dari grup ludruk Putra Budaya asalKecamatan Kudu:

28 Wawancara dengan Suma’in usia 52 tahun Di Desa Ketapang

Kuning No.21 RT/RW 003 Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang, tanggal 25 Juni 2015, Pukul 13:52.

29 Wawancara dengan Sugeng usia 60 tahun Di Desa Puri Semanding

No.01 RT/RW 001 Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, tanggal 26 Juni 2015, Pukul 11:17.

11

Page 12: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

“ludruk merupakan salah satu keseniantradisional yang cukup efektif digunakan sebagaipembawa pesan pembangunan. Sebagai senimanludruk, saya mendukung ludruk Budhi Wijayadan ludruk lainnya untuk tetap menyampaikanpesan pembangunan sebagai bentuk tanggungjawab kita dalam membangkitkan semangat dangairah membangun masyarakat pedesaan.30

Penyampaian pesan pembangunan yangdilakukan oleh ludruk Budhi Wijaya dalamsetiap pementasannya juga mendapatkan responpositif dari seniman ludruk asal KecamatanPloso. Respon tersebut intinya adalah ludrukselaku hiburan rakyat yang mencerminkan adatistiadat dan nilai-nilai kultural dalam masyarakatmerupakan media komunikasi tradisional yangcukup efektif dan mengandung unsur persuasifdalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan.Menurut salah satu seniman ludruk Putra Wijayaasal Ploso:

“pada dasarnya masyarakat awam menganggapludruk Budhi Wijaya sebagai hiburan saja yangtelah akrab dengan khalayak umum. Akan tetapi,lebih dari itu, ludruk tersebut membawa misi-misi pembangunan yang disampaikan melaluikidungan, lawakan maupun cerita yang secaraimplisit dan eksplisit memotivasi masyarakatuntuk ikut serta dalam membangundaerahnya.”31

Di era tahun 1990 ketika pemerintahJombang sedang intensif menjalankan programKeluarga Berencana (KB) sebagai usaha untukmenekan laju pertumbuhan penduduk diJombang. Ludruk Budhi Wijaya selaku ludrukterlaris juga memberikan sajian lawakan dankidungan yang berisi tentang seruan untukmelakukan KB. Pendapat ini juga dibenarkanoleh seorang seniman ludruk Arga Baru asalKecamatan Kudu:

“program KB merupakan salah satu programbesar yang pernah disampaikan oleh ludrukBudhi Wijaya. Program tersebut disampaikansejak tahun 1990 hingga tahun 1996.”32

30 Wawancara dengan Sono usia 69 tahun Di Desa Katemas RT/RW

002 Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, tanggal 26 Juni 2015, Pukul 13:52.

31 Wawancara dengan Suwarto usia 58 tahun Di Desa Jatirowo

RT/RW 003 Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, tanggal 26 Juni 2015, Pukul 14:23.

32 Wawancara dengan Juma’in usia 51 tahun Di Desa Kudu Banjar

RT/RW 002 Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, tanggal 26 Juni

Respon seniman ludruk dari beberapakelompok ludruk di Jombang sama denganrespon masyarakat Jombang selaku pewarispasif dari kesenian ludruk. Seniman ludruk diJombang juga selalu memberikan dukungannyakepada semua kelompok ludruk yang ada diJombang untuk tetap menyampaikan pesanpembangunan kepada khalayak umum sebagaiwujud rasa tanggung jawab seniman ludrukdalam membangkitkan semangat membangun.

3. Respon Generasi Muda di JombangSejak tahun 1999, ludruk Budhi Wijaya mulai

membidik generasi muda melalui kegiatanekstrakurikuler ludruk di sekolah-sekolah. Upaya tersebutdilakukan dengan cara melakukan koordinasi denganguru kesenian serta kepala sekolah agar kesenian ludrukdapat dijadikan sebagai salah satu kegiatanekstrakurikuler di sekolah, namun usaha tersebut kurangmendapatkan sambutan dari sekolah-sekolah di Jombang.Hal ini terjadi karena pihak sekolah lebihmemprioritaskan ekstrakurikuler pramuka dan drum bandyang sedang diminati kalangan pelajar Jombang. Lebihlanjut, terdapat beberapa sekolah di Jombang yangmerespon positif, namun jumlahnya tidak banyak.

Sebagai usaha tindak lanjut pelestarian ludruk dikalangan pelajar, Dinas Kebudayaan dan PariwisataKabupaten Jombang mengadakan festival ludruk yangmelibatkan pelajar di dalamnya. Dalam festival tersebutterdapat beberapa kategori yang di lombakan yakni tariremo, cerita atau lakon maupun karawitan.33

Didik Purwanto sebagai pimpinan baru ludrukBudhi Wijaya juga memiliki visi dan misi untukmengembangkan dan melestarikan kesenian tersebutkepada kalangan muda. Hal ini dibuktikan dengan adanyapembinaan maupun bimbingan terhadap beberapamahasiswa dari beberapa Universitas, seperti UNESA,UINSA, UNIPDU Jombang, dan beberapa mahasiswaasal Yogyakarta yang ingin belajar tentang kesenianludruk.34

2. Respon Pemerintahan di Jombang

Respon pemerintahan di Jombang tidakberbeda dengan respon masyarakat pedesaanmaupun respon para seniman ludruk diJombang. Pemerintah selaku pemimpin daerahjuga mengungkapkan kegembiraannya terhadapkonsistensi ludruk tersebut dalam

2015, Pukul 16:15.

33 Wawancara dengan Didik Purwanto selaku pimpinan ludruk “Budhi

Wijaya” (2011-sekarang) sekaligus putra dari Sahid, 5 April 2015.

34 Ibid.,

12

Page 13: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

menyampaikan misi pembangunan. Pemerintahterkait salah satunya adalah Kepala BidangKebudayaan dan Pariwisata KabupatenJombang, dan perangkat desa di Jombang.

Menurut Tjitrawati selaku KepalaBidang Kebudayaan dan Pariwisata sertaperangkat desa di Jombang:

“ludruk Budhi Wijaya sebagai salah satu ludrukdi Jombang sedikit banyak telah membantupemerintah menyampaikan program-programpembangunan, khususnya program kesehatanmasyarakat dan KB. Dengan adanya komunikasipembangunan yang disampaikan oleh kelompokludruk Budhi Wijaya, kami merasa sangatterbantu. Bukti nyata keberhasilan komunikasipembangunan adalah suksesnya program KB ditahun 1995 hingga mendapatkan penghargaansecara nasional berupa piala yang masihtersimpan di kantor Bupati KabupatenJombang”.35

Para staf Dinas Pariwisata danKebudayaan Kabupaten Jombang jugamengapresiasi ludruk Budhi Wijaya dalammelakukan menyampaikan pesan-pesanpembangunan. Respon yang baik jugadisampaikan oleh perangkat desa di Jombangmengenai peran ludruk Budhi Wijaya. Menurutsalah satu perangkat desa di Jombang:

“ludruk Budhi Wijaya sebagai ludruk terkenaldan terlaris di Jombang selalu mendapatkantitipan dari kepala desa maupun perangkat desauntuk menyampaikan beberapa programpembangunan yang intensif dilaksanakan olehpemerintah Jombang, seperti: program KB,kesehatan masyarakat, dan pendidikan. Takjarang juga para perangkat desa menitipkanpesan mengenai keamanan kampung danmasalah-masalah pertanian”.36

Berdasarkan penelusuran yang dilakukanoleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa responmasyarakat maupun seniman ludruk Jombangmengenai peran ludruk Budhi Wijaya dalammendukung program pembangunan di Jombangsangat baik. Masyarakat maupun seniman ludruksangat mendukung terhadap konsistensi ludruk Budhi

35 Wawancara dengan Tjitrawati usia 53 tahun Di Jl. Gatot Subroto

No.161 Jombang, tanggal 18 Juni 2015, Pukul 12:20.

36 Wawancara dengan Siswaji usia 54 tahun Di Desa Sidokaton

RT/RW 002 Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, tanggal 26 Juni 2015, Pukul 08:45.

Wijaya dalam menyampaikan pesan-pesanpembangunan melalui kidungan maupun lawakan.

PENUTUP1. Simpulan

Hasil penelitian ini adalah peran ludruk “BudhiWijaya” dalam mendukung program pembangunan diJombang mengalami kesuksesan besar. Ludruk “BudhiWijaya” yang awalnya terbentuk karena perpecahandalam tubuh kelompok ludruk “Budi Jaya”, tidakmenyurutkan niat ludruk “Budhi Wijaya” untuk terustetap bekarya dan menghibur masyarakat.

Sejak kemunculannya pada tahun 1987, ludruk“Budhi Wijaya” telah memperkenalkan bentuk-bentukkreativitasnya melalui perubahan pada strukturpementasan dan pembaharuan-pembaharuan dalamadegan ludruk yang dapat menimbulkan minatmasyarakat untuk menonton pertunjukkan ludruk tersebutsecara langsung. Prosentase peningkatan yang mencapaiangka 0,9% pertahun merupakan bukti bahwa ludruk“Budhi Wijaya” cukup digemari oleh masyarakat.

Ludruk “Budhi Wijaya” sebagai salah satuludruk Jombangan, selain menjadi hiburan bagimasyarakat Jombang, ludruk ini juga memiliki peransebagai pembawa pesan pembangunan. Pesan-pesanpembangunan disampaikan oleh ludruk “BudhiWijaya”melalui kidungan dan lawakan. Kidunganmerupakan syair-syair atau nyanyian Jawa yang diiringidengan gamelan, berisi kata-kata yang memiliki maknamendidik, mengajak, maupun berupa kritik sosial.Sedangkan, lawakan merupakan salah satu babak adegandalam ludruk yang cukup digemari oleh masyarakat.Selera humor dan gaya teatrikal pelawak diatas panggungmenjadi daya tarik tersendiri bagi penikmatnya, sehinggababak ini cukup efektif untuk disisipi pesanpembangunan. Pesan-pesanpembangunan yang pernah dikidungkan oleh ludruk“Budhi Wijaya” adalah mengenai masalah KB (KelurgaBerencana), keamanan kampung, pendidikan, kesehatanmasyarakat, masalah pertanian, gotong royong, koperasi,pemilu, dan kesehatan masyarakat. Ludruk “BudhiWijaya” selaku ludruk Jombangan, sejak tahun 1990hingga 1995 intensif membawakan programpembangunan terkait dengan masalah KB (KelurgaBerencana). KB (Kelurga Berencana) yang menjadi misibesar ludruk “Budhi Wijaya” dalam pembangunan sosialdi Jombang, pada tahun 1995 mencapai kesuksesan yangditandai dengan menurunnya laju pertumbuhan penduduksebesar 1,1% per tahun.

Dampak yang demikian besar tersebutmendapatkan respon yang positif dari pemerintah danmasyarakat. Masyarakat selaku objek dari pembangunanmengaku bahwa kidungan dan lawakan yangdisampaikan oleh ludruk “Budhi Wijaya” sedikit banyaktelah memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagimereka. Sedangkan, pemerintah selaku pemimpin daerahjuga merasa sangat terbantu oleh sikap dan konsistensiludruk “Budhi Wijaya” beserta ludruk Jombangan lainnyauntuk tetap menyampaikan pesan-pesan pembangunan.Hal yang sama juga diungkapkan oleh beberapa seniman

13

Page 14: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

ludruk Jombangan mengenai peran ludruk “BudhiWijaya” dalam membangkitkan semangat dan gairahmembangun masyarakat Jombang sebagai bentuktanggung jawab seniman terhadap perkembangankebudayaannya.

2. SaranBerdasarkan simpulan diatas maka dapat ditarik

beberapa saran dalam bidang politik yakni posisikesenian ludruk sebagai sebagian kecil dari kebudayaanyang hingga sekarang masih konsisten dalammenyampaikan misi pembangunan perlu untukmendapatkan apresiasi berupa peningkatan sarana danprasarana yang dapat mendukung perkembangan ludruk.Ludruk sebagai kesenian yang memiliki nilai budayatinggi juga perlu untuk diangkat kembali kepolulerandengan mengadakan pembinaan dan pengarahan gunamelestarikan kesenian tersebut agar tidak punah. Dalamdunia pendidikan wujud pendidikan yang berorientasikepada lingkungan budaya, harusnya lebih intensifdilaksanakan sebagai wujud dari identitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Aji Jawoto. 2008. Mengenal Kesenian Nasional 4.Ludruk. Semarang: Bengawan Ilmu.

A.M. Hermien Kusmayati dan Kusmayanti. tt. IndonesiaHeritage, Seni Pertunjukkan, Buku AntarBangsa untuk Grolier Internasional. Jakarta:INC.

Aminuddin Kasdi. 2005. Memahami Sejarah. Surabaya:Univesity Press.

Bambang Murtiyoso. 1989. Gatra. No. 22. IV. Jakarta:CV. Kurnia Sejati

Clifford Geertz. 1983. Abangan Santri, Priyayi DalamMasyarakat Jawa. Jakarta Pusaka Jaya

Edi Sedyawati. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukkan.Jakarta: Sina Harapan.

Endang Turmudi. 2003. Perselingkuhan Kiai danKekuasaan. Yogyakarta: LKiS.

Eri Broto Wibisono. 1982. Ngremo. ProyekPengembangan Kesenian Jawa Timur.

Fuji Rahayu. 2014. Perkembangan Seni PertunjukkanLudruk Di Surabaya Tahun 1980-1995(TinjauanHistoris Grup Kartolo Cs). (Skripsi tidakdipublikasikan) Prodi PendidikanSejarah,UNESA

GBHN. Surabaya: Bina Pustaka Tama.

Henri Supriyanto. 1992. Lakon Ludruk Jawa Timur.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Herry Lisbijanto. 2013. Ludruk. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kasiyanto Kasemin. 1999. Ludruk sebagai Teater Sosial.Surabaya: Airlangga University Press.

R.M Soedarsono. 1998. Seni Pertunjukkan Indonesia diEra Globalisasi. Jakarta: Direktorat JenderalPendidikan Tinggi Departemen dan

Kebudayaan.

Saini, dkk. 1994. Seni Pertunjukkan Indonesia. JurnalMasyaraat Seni Pertunjukkan Indonesia. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sunaryo H.S, Heri Suwignyo, dkk. 1997. PerkembanganLudruk di Jawa Timur : Kajian Analisis Wacana.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wahyudiyanto. 2008. Kepahlawanan Tari RemoSurabayan. Surakarta: ISI Press Solo

B. Artikel

“Besutan Mati di Tanah Kelahirannya”, Surabaya Post,Sabtu, 30 Mei 1992.

“Besutan sebagai Cikal Bakal Ludruk, Sudah HampirPunah”, Jawa Pos, Rabu Wage, 2 April

1986.

“Dibutuhkan Pemikir untuk Pengembangan Ludruk”,Surabaya Post, Rabu 24 September 1986.

“Ludruk Cukup Digemari”, Surabaya Post, Jum’at, 20Februari 1987.

“Ludruk dan Kesenian Rakyat Perlu Dilindungi,Surabaya Post 22 Januari 1986.

“Ludruk Jangan Dipaksa, atau Memaksa Diri, MasukKota, Jawa Pos 10 Februari 1986.

“Ludruk Perlu Mencontoh Dangdut”, Surabaya Post, 15September 1992.

“Malawak, Juga Memerlukan Teknik dan Strategi”,Surabaya Post, 19 Oktober 1985.

“Merenungkan Ludruk Bertema Keberhasilan KeluargaBerencana”, Surabaya Post, 6 Februari 1993.

“Nonton Ludruk Berhadiah Rock”, Jawa Pos 9 Januari1986.

“Para Pelawak Perlu Tingkatkan Kualitas IsiLawakannya”, Surabaya Post, Sabtu, 13 Mei1986.

“Pemerintah Belum Menjadi Pengayom Ludruk”, JawaPos 28 November 1993

“Seni Lawak dalam Masyarakat yang SedangMembangun”, Jawa Pos, Selasa Wage, 22 April 1986.

14

Page 15: PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

“Stop Mencoba Mengupas Ludruk”, Surabaya Post, 5Februari 1993.

C. InternetAyu Sutarto. “Reog dan Ludruk: Dua Pusaka Budaya dariJawa Timur yang Masih Bertahan”. 17 November2014. www. Javanologi

Info/main/themes/image/pdf/ludruk-reog. Pdf.

Frans Priyohadi Marianno dan Rahardjo. “UpacaraUnduh-Unduh di Mojowarno, Jombang. 17 November 2014. https://jawatimuran.files.wordpress.com/20110

9/undhuh2. pdf.

15