6
2 nd International Seminar on Education 2017 Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue Batusangkar, September 05-06-2017 247 PERAN KONSELOR MELALUI COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY (CBT) DALAM PENGEMBANGAN SELF-CONCEPT AKADEMIK POSITIF PADA MASA REMAJA AWAL Joni Adison, Ahmad Zaini, Rahma Wira Nita [email protected] [email protected] [email protected] ABSTRACT School and environment can build many effects academic self-concept of each individual at first’s adolescent which academic self-concept in first’s adolescent is not a congenital or present at birth, but are build to the interaction with the outside first’s adolescent. Because the cognitive component causing emotional release and evaluative with varied intensity depending on the context and cognitive abilities. Where their ability to compare what one has and achieved what others have achieved may cause a different impression. So that what you have is lower than the property of others can pose a pessimistic view of self and lead to negative self-concept. The concept of individual positive or negative supports that cognitive behavior therapy approach is an alternative approach that can be used counselors provide guidance and counseling services to help client developing a positive selfconcept. This approach is done by giving special treatments counselor at client. In the process of counseling, the counselor role as teachers, guide, and experts who diagnose maladaptive behavior and determine procedures to overcome the problem behavior. The counselor has a role to congruence or genuineness, the unconditional positive regard. Keywords: cognitive behavior therapy, self-concept, first adolescent PENAHULUAN asa remaja awal merupakan masa yang penuh gelora dengan suasana hati yang bergejolak dari berbagai aspek kehidupan, dimana pada masa remaja awal mereka mengalami masa perubahan fisik, kognitif, dan sosio-emosional. Di masa remaja awal, terjadi banyak perubahan dalam diri baik secara fisik maupun psikis. Pada tataran fisik, perubahan dapat diamati melalui perubahan bentuk tubuh pada diri remaja. Sedangkan secara psikis, pada diri remaja awal juga terjadi perubahan dan perkembangan bik dalam bentuk persepsi, komunikasi, berpikir, kepribadian, hubungan sosial, emosi, pemahaman moral, dsb. Senada yang disampaikan Livesley dan Bromley (dalam Burns, 1993:211) dari hasil penelitian diperoleh 35% remaja berusia 14 tahun memiliki minat dalam mengembangkan sifat-sifat kepribadian dan konsistensi tingkah laku bertanggungjawab. Perubahan aspek psikis dalam diri remaja, salah satunya melalui kognitif. Kemampuan kognitif akan terus berkembang secara selaras dan dinamis, seiring dengan bertambahnya pengetahuan, motivasi, pengalaman hidup, pengalaman belajar, dan aspek-aspek lainnya. Sehubung dengan di atas Moshman (2005:1) juga berpendapat bahwa pada masa remaja awal juga terjadi perubahan bentuk dan tingkat pemikiran, penalaran, dan rasionalitas. Kemampuan berpikir seringkali dikaitkan dengan kemampuan akademik dan capaian prestasi akademik di sekolah. Melalui M

PERAN KONSELOR MELALUI COGNITIVE BEHAVIOUR …

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN KONSELOR MELALUI COGNITIVE BEHAVIOUR …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

247

PERAN KONSELOR MELALUI COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY(CBT) DALAM PENGEMBANGAN SELF-CONCEPT AKADEMIK

POSITIF PADA MASA REMAJA AWAL

Joni Adison, Ahmad Zaini, Rahma Wira Nita

[email protected]@[email protected]

ABSTRACT

School and environment can build many effects academic self-concept of each individual atfirst’s adolescent which academic self-concept in first’s adolescent is not a congenital or presentat birth, but are build to the interaction with the outside first’s adolescent. Because the cognitive

component causing emotional release and evaluative with varied intensity depending on thecontext and cognitive abilities. Where their ability to compare what one has and achieved whatothers have achieved may cause a different impression. So that what you have is lower than the

property of others can pose a pessimistic view of self and lead to negative self-concept. Theconcept of individual positive or negative supports that cognitive behavior therapy approach is

an alternative approach that can be used counselors provide guidance and counseling services tohelp client developing a positive self–concept. This approach is done by giving special

treatments counselor at client. In the process of counseling, the counselor role as teachers,guide, and experts who diagnose maladaptive behavior and determine procedures to overcome

the problem behavior. The counselor has a role to congruence or genuineness, the unconditionalpositive regard.

Keywords: cognitive behavior therapy, self-concept, first adolescent

PENAHULUAN

asa remaja awal merupakan masa yangpenuh gelora dengan suasana hati yang

bergejolak dari berbagai aspek kehidupan,dimana pada masa remaja awal merekamengalami masa perubahan fisik, kognitif, dansosio-emosional. Di masa remaja awal, terjadibanyak perubahan dalam diri baik secara fisikmaupun psikis. Pada tataran fisik, perubahandapat diamati melalui perubahan bentuk tubuhpada diri remaja. Sedangkan secara psikis,pada diri remaja awal juga terjadi perubahandan perkembangan bik dalam bentuk persepsi,komunikasi, berpikir, kepribadian, hubungansosial, emosi, pemahaman moral, dsb.

Senada yang disampaikan Livesleydan Bromley (dalam Burns, 1993:211) darihasil penelitian diperoleh 35% remaja berusia

14 tahun memiliki minat dalammengembangkan sifat-sifat kepribadian dankonsistensi tingkah laku bertanggungjawab.Perubahan aspek psikis dalam diri remaja,salah satunya melalui kognitif. Kemampuankognitif akan terus berkembang secara selarasdan dinamis, seiring dengan bertambahnyapengetahuan, motivasi, pengalaman hidup,pengalaman belajar, dan aspek-aspek lainnya.

Sehubung dengan di atas Moshman(2005:1) juga berpendapat bahwa pada masaremaja awal juga terjadi perubahan bentuk dantingkat pemikiran, penalaran, dan rasionalitas.Kemampuan berpikir seringkali dikaitkandengan kemampuan akademik dan capaianprestasi akademik di sekolah. Melalui

M

Page 2: PERAN KONSELOR MELALUI COGNITIVE BEHAVIOUR …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

248

kemampuan berpikir, mengembangkan konsepatas apa yang dipahami terhadap diri sendiriterkait kemampuan akademik remaja. Hal inidapat disebut dengan self-concept akademik.Self-concept akademik pada diri remaja bukanfaktor bawaan atau di bawa sejak lahir,melainkan terbentuk karena adanya interaksidengan luar diri remaja. Pengembangan self-concept akademik pada diri remaja waldipengaruhi oleh faktor seperti minat,pengalaman, emosi, hubungan sosial, nilai-nilai budaya, dsb.

Menurut Slameto (2010:184) adabeberapa faktor yang mempengaruhi self-concept yaitu pernyataan hal-hal positiftentang diri, pemberian penguatan, interaksiindividu dengan orang lain dan kehangatansuasana lingkungan. Berbagai macam faktortersebut memberikan kontribusi yang berbeda-beda pula. Dalam berbagai bidang khususnyabidang akademik, remaja seringkalimembanding-bandingkan apa yang dimilikidan dicapai dengan apa yang orang lain milikidan orang lain capai. Sehingga ketika apa yangdimiliki lebih rendah dari miliki orang laindapat menimbulkan pandangan pesimisterhadap diri dan mengarahkan pada self-concept negatif.

Terbentuknya self-concept akademikdapat melalui dari pengalaman bermain disekolah, karena memiliki peran penting dalampembentukan persepsi diri, dimana siswamengalami kesulitan dalam mengelolakemampuan ini dianggap berisiko untukmengembangkan self-concept yang buruk.Peran penting pengalaman hidup dangambaran tentang identitas diri akademik yangterbangun secara negatif dapat mengurangirasa kompetensi yang dimiliki remaja sehinggadapat mengubah self-concept yang dimiliki.Kondisi seperti ini dapat menghasilkangambaran negatif yang terbentuk secara

otomatis ketika berhadapan dengan situasiakademik. Sesuai dengan pendapat Beck(Mennuti, Freeman, dan Christner, 2006:129)bahwa self-concept akademik negatifberkembang melalui asosiasi negatif,asumsi,dan kayakinan diri dan sekolah.Remaja yang mampu mengembangkan self-

concept akademik positif akan mampumengikuti pelajaran, menghadapi danmenyelesaikan tantangan, bersemangat dalammenjalankan aktivitas belajar, dan mampumemberikan respon positif dalam setiapkegiatan akademik. Sebaliknya remaja yangtidak mampu mengembangkan self-conceptakademik positif menganggap apa yangdiperolehnya merupakan suatu keberuntungandan bukan dari usaha yang dilakukannya. Dilain hal pendekatan cognitive behavioraltherapy (CBT) pada penyandang tunadaksadapat mereduksi kecemasan menghadapi duniakerja yang dialami. Hal ini terlihat adanyapenurunan setelah mengikuti treatment padakomponen penyebab kecemasan.

Dari hal di atas dapat disimpulkanbahwa cognitive behaviour therapy (CBT)didasarkan pada keyakinan tentang apa yangdipikirkan mempengaruhi apa yang dirasa,yang dilakukan, dan bagaimana dan apa yangdipikirkan dapat diubah melalui teknikintervensi seperti modeling, penalaran,praktek, dan penguatan. Dalam proses dalammengembangkan self-concept akademik positifpada remaja awal seyogyanya diawali denganpengubahan persepsi remaja terhadapkemampuan akademik yang mereka dimiliki.Pembentukan persepsi terhadap kemampuandilakukan dengan meningkatkan kesadaranbahwa diri sendiri adalah pemegang kendaliterhadap keyakinan kegagalan atau sikapnegatif yang mereka miliki..

Page 3: PERAN KONSELOR MELALUI COGNITIVE BEHAVIOUR …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

249

PEMBAHASAN

Seiring dengan bertambahnyapengetahuan dan pengalaman yang dimilikioleh remaja awal, self-concept akademik yangdimiliki juga akan berkembang. Self-concept

akademik ini berkenaan dengan sifat,kemampuan, perilaku, dan nilai dalam bidangakademik. Jersild (Burns, 1993:209)menjelaskan self-concept adalah gambaran diriyang terkait dengan “apa yang saya sukaitentang diri saya” dan “apa yang tidak sayasukai mengenai diri saya”. Self-concept yangtidak baik bagi diri remaja merupakan self-

concept yang tidak sesuai dengan kondisinyata yang ada pada diri remaja itu sendiri.

Prapskah, Brown, & Gore(Areepattamannil dan Freeman, 2008:704)mengemukakan self-concept akademikmerupakan seperangkat sikap, keyakinan, danpersepsi yang dimiliki oleh remaja tentangkemampuan akademis. Cokley (2007)mengemukakan self-concept akademikdianggap sebagai kondisi psikologis yangpenting untuk dikembangkan karena dapatmemberikan pengaruh terhadap prestasiakademik remaja di sekolah.

Dari pedapat para ahli di atas dapatditarik kesimpulan bahwa self-concept

akademik yang negatif berpengaruh terhadapcapaian prestasi siswa mereka peroleh,selajutnya kemampuan akademik yang rendahdan orientasi tujuan yang ingin dicapai. Begitujuga remaja yang kurang berprestasicenderung menghubungkan keberhasilandengan keberuntungan dari pada usaha. Siswayang menunjukkan prestasi rendah memilikiperasaan negatif terhadap sekolah, danperasaan tersebut dapat menjadi lebih buruksetiap waktunya. Perubahan self-conceptakademik pada remaja awal dapat dipengaruhioleh pengalaman dan interaksi remaja awal

dengan lingkungan, sehingga dapatmembentuk suatu cara pandang baru.

Lebih lanjut Berk (2010:457) jugamenekankan bahwa perubahan konsep diri danpenghargaan diri, pemahaman tentang oranglain, dan banyak ragam keterampilan sosialdidukung oleh pengambilan perspektif, yaitukemampuan untuk membayangkan apakemungkinan yang sedang dipikirkan dandirasakan oleh orang. Pembentukan self-concept yang dipengaruhi pengalaman daninteraksi yang baik akan dapat membentukself-concept yang positif, sedangkanpengalaman dan interaksi yang negatifcenderung membentuk self-concept yangnegatif.

Kemudian Suwardani, Dharsana, danSuranata (2014) mengemukakan karakteristikself-concept yang positif dan negatif dalam diriseseorang. Karakteristik self-concept positifantara lain:(1) merasa mampu mengatasi masalah;(2) merasa setara dengan orang lain;(3) mampu menerima pujian dan kritikansesuai dengan apa yang dikerjakan;(4) mampu memperbaiki diri.

Adapun karakteristik self-conceptnegatif antara lain:(1) tidak mampu menerima kritikan dari oranglain sebagai bentuk refleksi;(2) merasa segala tindakannya perlu mendapatpenghargaan;(3) cenderung merasa tidak disukai orang lain;(4) suka memberikan kritikan negatif secaraberlebihan terhadap orang lain;(5) mengalami hambatan dalam berinteraksidengan lingkungannya.

Dalam proses konseling cognitive

behaviour therapy terdapat empat tahapkonseling yang perlu dilaksanakan menurutKomalasari, Wahyuni, dan Karsih (2011:157),

Page 4: PERAN KONSELOR MELALUI COGNITIVE BEHAVIOUR …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

250

antara lain (1) melakukan assesmen(assessment) dengan tujuan untuk menentukanapa yang akan dilakukan oleh konseli padasaat ini, seperti tingkah laku, motivasi,hubungan sosial, kontrol diri, dan sebagainya;(2) menentukan tujuan (goal setting), tahap inidilakukan dengan tiga langkah yaitumemabantu konseli memandang masalah atasdasar tujuan yang diinginkan, memperhatikantujuan konseling berdasarkan kemungkinanhambatan situasional tujuan belajar yang dapatditerima dan diukur, dan memecahkan danmenyusun tujuan; (3) mengimplementasikanteknik (technique implementation), yaitumenentukan strategi yang akan digunakandalam membantu konseli mencapai perubahanself-concept akademik yang diinginkan; dan(4) evaluasi dan mengakhiri konseling(evaluation-termination).

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa ketidakmampuan remaja awaldalam menghadapi kondisi real yang tidaksesuai dengan kondisi ideal seperti yangdiharapkan, maka self-concept yang terbentukberupa self-concept negatif. Hal tersebutterjadi karena komponen kognitifmenimbulkan pelepasan emosional danevaluatif dengan beragam intensitas yangbergantung pada konteks dan kemampuankognitif. Pengaruh dari komponen kognitifdalam terbentuknya konsep diri individu yangpositif atau negatif mendukung bahwapendekatan cognitive behaviour therapymerupakan salah satu alternatif pendekatanyang dapat digunakan konselor dalammemberikan layanan bimbingan dan konselinguntuk membantu konseli dalammengembangkan self-concept positif.

Dimana intervensi kognitif juga dapatdigunakan untuk mengubah gambaran diriseseorang yang tidak sesuai dengan kondisinyata. Disini peran konselor untuk

mengembangkan self-concept akademikremaja awal juga dapat mengunakanpendekatan cognitive behaviour therapy.

Dimana natinya juga dapat berfungsi sebagaiguru, pengarah dan ahli yang mendiagnosatingkah laku maladaptif dan menentukanprosedur yang mengatasi persoalan tingkahlaku individu. Selama proses pemberianlayanan, konselor harus memiliki sikap yangselaras dan keaslian, penerimaan tanpa syarat,dan pemahaman empati yang tepat. Selamaproses pelaksanaan konseling melalui tahapantersebut, didalamnya terdapat teknik-teknikyang dapat digunakan oleh konselor dalammembantu remaja untuk dapat meningkatkandan mengembangkan self-concept akademik.

Menurut Komalasari, Wahyuni, danKarsih (20011:161) Teknik-teknik konselingcounseling behaviour therapy untukmeningkatkan tingkahlaku diantranya sebagiberikut: (1) melalui penguatan positif, yaitumemberikan penguatan menyenangkan setelahtingkah laku yang diinginkan ditampilkanyang bertujuan agar tingkah laku yangdiinginkan cenderung diulang, meningkat, danmenetap. (2) token economy, yaitu strategimenghindari reinforcement secara langsung.Token merupakan penghargaan yang dapatditukar dengan barang berharga yangdiinginkan oleh klien, (3) pembentukantingkah laku (shaping), yaitu membentuktingkah laku baru yang sebelumnya belumditampilkan, (4) pembuatan kontrak(contingency contracting), adalah mengaturkondisi sehingga klien menampilkan tingkahlaku yang diinginkan berdasarkan kesepakatanantara klien dan konselor.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas dapatdisimpulkan remaja merupakan anak-anakyang mengalami masa perubahan fisik,

Page 5: PERAN KONSELOR MELALUI COGNITIVE BEHAVIOUR …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

251

kognitif, dan sosio-emosional. Dimana self-

concept akademik merupakan salah satu aspekyang terdapat dalam diri remaja awal, yakniseperangkat sikap, keyakinan, dan persepsiyang dimiliki oleh remaja awal tentangkemampuan akademis. Hal tersebutberkembang melalui asosiasi, asumsi, dankeyakinan diri dan sekolah. Untuk dapatmengubah dan mengembangkan self-concept

akademik yang positif agar sesuai dengankondisi nyata, salah satu cara yang dapatdigunakan yaitu melalui intervensi kognitifdengan mengunakan pendekatan cognitive

behaviuor therapyCognitive behaviuor therapy ini

dilakukan melalui empat tahap, antara lain:melakukan assesmen, menentukan tujuan,mengimplementasikan teknik, dan evaluasidan pengakhiran. Peran konselor dalammengembangkan self-concept remaja melaluipendekatan cognitive behaviuor therapy yaitusebagai guru, pengarah dan ahli yangmendiagnosa tingkah laku maladaptif danmenentukan prosedur yang mengatasipersoalan tingkah laku individu. Dimanaproses pemberian layanan konselor harusmenunjukkan sikap yang selaras dan keaslian,penerimaan tanpa syarat, dan pemahamanempati yang tepat agar tercapai proses yangdiinginkan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Adiana Dorotea H., Hubungan antara Self-

Esteem Dan Dukungan Sosial DenganKesempatan Kerja Pada PenyandangCacat Fisik, Jurnal Skripsi UniversitasSanta Darmha, Yogyakarta, 2015.

Ansori Adib, Terapi kognitif perilaku untukmengatasi gangguan kecemasan sosial,Vol.03, No.01, Jurnal Psikologi

Terapan Universitas Muhamaddiyah

Malang, Januari 2015.

Ariesta Ayu, Kecemasan Orangtua TerhadapKarier Anak Berkebutuhan Khusus,EJournal Bimbingan dan Konseling

Edisi 4 , 2016.

Arreepattamannil, S., dan Freeman, J. G.(2008). Academic Achievement,Academic Self-Concept, and AcademicMotivation of Immigrant Adolescents inthe Greater Toronto area SecondarySchools. Journal of Advancedacademics, 19 (4): 700-743

Berk, L.E. (2010). Development Through theLifespan (Edisi Kelima). Terjemahanoleh Dayatno. 2012. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.

Boeree George, General Psikologi, PsikologiKeperibadian, Persepsi, Kognisi, Emosi

dan Perilaku, Yogyakarta: Prismashopi,2013.

Burns, R.B. (1993). Konsep Diri (Teori,Pengukuran, Perkembangan, danPerilaku). Terjemahan oleh Eddy. 2004.Jakarta: Arcan.

Komalasari, G., Wahyuni, E., dan Karsih.(2011). Teori dan Teknik Konseling.Jakarta: Indeks.

Mennuti, R. B., Freeman, A., dan Christner, R.W. (2006). Cognitive Behavioral

Interventions in Educational Settings.London: Routledge.

Moshman, D. (2005). AdolescentPsychological Development Rationality,

Morality, and Identity. London: LEA.

Suwardani, N. P., Dharsana, I. K., danSuranata, K. (2014). PenerapanKonseling Behavioral dengan Teknik

Page 6: PERAN KONSELOR MELALUI COGNITIVE BEHAVIOUR …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

252

Self Management untuk MeningkatkanKonsep Diri Siswa Kelas VIII B3 SMPNegeri 4 Singaraja. Jurnal Undiksa

Jurusan Bimbingan dan Konseling, 2(1)

Wilding Cristine dan Aileen Milne, Cognitive

Behavior Teraphy, Penerjemah AhmadFuandy, Jakarta: PT. Indek, 2013.