25
Peran Kedokteran Keluarga Dalam Menanggulangi Penyakit Tuberkulosis Albert Chandra Wijaya Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Email: [email protected] Pendahuluan Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman dipindahkan melalui udara ketika seseorang sedang batuk, bersin, yang kemudian terjadi droplet. Seseorang penderita TBC akan mengalami tanda dan gejala seperti kelelahan, lesu, mual, anoreksia, penurunan berat-badan, haid tidak teratur pada wanita, demam sub febris dari beberapa minggu sampai beberapa bulan, malam batuk, produksi sputum mukuporolent atau disertai darah, nafas bunyi crakles (gemercik), Wheezing (mengi), keringat banyak malam hari, dan merasa kedinginan. Penatalaksanaan TBC dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Penatalasanaan secara

Peran Kedokteran Keluarga Dalam Menanggulangi Penyakit Tuberkulosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tbc

Citation preview

Peran Kedokteran Keluarga Dalam Menanggulangi Penyakit Tuberkulosis

Albert Chandra WijayaFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No.6, Kebon Jeruk, Jakarta BaratEmail: [email protected]

PendahuluanTuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman dipindahkan melalui udara ketika seseorang sedang batuk, bersin, yang kemudian terjadi droplet. Seseorang penderita TBC akan mengalami tanda dan gejala seperti kelelahan, lesu, mual, anoreksia, penurunan berat-badan, haid tidak teratur pada wanita, demam sub febris dari beberapa minggu sampai beberapa bulan, malam batuk, produksi sputum mukuporolent atau disertai darah, nafas bunyi crakles (gemercik), Wheezing (mengi), keringat banyak malam hari, dan merasa kedinginan.Penatalaksanaan TBC dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Penatalasanaan secara promotif yaitu peningkatan kesehatan diberikan pada individu dan keluarga baik yang kontak dengan penderita TBC maupun tidak, adapun cara-cara untuk meningkatkan kesehatan terkait dengan TBC meliputi hal-hal : menghindari factor resiko, mengelola stress, menjaga kebersihan diri (Personal higiene), nutrisi yang seimbang, imunisasi, pemeriksaan rutin (laboratorium).

Pendekatan Kedokteran KeluargaDokter Keluarga adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama pasien (di fasilitas/ sistem pelayanan kesehatan) untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin sedini dan sedapat mungkin, secara paripurna, dengan pendekatan holistik, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menerapkan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien yang mengutamakan pencegahan serta menjunjung tinggi tanggungjawab profesional, hukum, etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya (wewenang) sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran dasar ditambah dengan kompetensi dokter layanan primer yang diperoleh melalui CME/ CPD terstruktur atau program spesialisasi kedokteran keluarga. Secara lebih sederhana Dokter Keluarga dapat didefinisikan sebagai Dokter Praktik Umum penyelenggara Pelayanan Primer Paripurna dengan pendekatan Kedokteran Keluarga. Gelar DK adalah gelar profesi sementara gelar SpFM adalah gelar akademik professional karena untuk memperolehnya harus melakukan riset dan menyusun tesis selain peningkatan keterampilan klinis pelayanan primerPelayanan dokter keluarga merupakan salah satu upaya penyelenggaraan kesehatan perorangan di tingkat primer untuk memenuhi ketersediaan, ketercapaian, keterjangkauan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Diharapkan akan mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang hingga sekarang belum terselesaikan karena belum jelasnya bentuk sub sistem pelayanan kesehatan dan terkait dengan sub sistem pembiayaan kesehatan.Sistem dokter keluarga merupakan antisipasi perkiraan bergesernya status puskesmas menjadi sarana umum. Tugas puskesmas adalah mengatur sanitasi dan lingkungan atau yang bersifat Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), sedangkan dokter keluarga menjadi private good, dokter akan menjadi bagian dari keluarga. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau merupakan sesuatu yang esensial, dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan model dokter keluarga diharapkan dokter keluarga sebagai ujung tombak dalam pelayanan kedokteran tingkat pertama, yang dapat berkolaborasi dengan pelayanan kedokteran tingkat kedua dan yang bersinergi dengan sistem lain.19 Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga1. Komprehensif dan holistik 2. Kontinu 3. Mengutamakan pencegahan 4. Koordinatif dan kolaboratif 5. Personal sebagai bagian integral dari keluarganya 6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan 7. Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum 8. Sadar biaya dan sadar mutu 9. Dapat diaudit dan dipertangungjawabkan Tujuan pelayanan dokter keluarga secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni :1.Tujuan umumTujuan umum pelayanan dokter keluarga pada dasarnya adalah sama dengan tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, yakni terwujud-nya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.2. Tujuan khususTujuan khusus pelayanan dokter keluarga erat hubungannya dengan sejarah perkembangan pelayanan dokter keluarga di satu pihak serta ciri-ciri pelayanan dokter keluarga dipihak lain.Tujuan khusus yang dimaksud adalah terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif dan efisien.

Ciri-Ciri Pelayanan Dokter KeluargaMenurut Ikatan Dokter Indonesia (1982) Ikatan Dokter Indonesia melalui Muktamar ke 19 yang dilaksanakan di Surakarta pada tahun 1982 telah pula merumuskan ciri-ciri pelayanan dokter keluarga tersebut. Ciri-ciri yang dimaksud adalah : Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang-perorang, melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajatkesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit danmengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhandan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

Bentuk Prakter Dokter KeluargaPada tahap awalnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Debra P. Hymovich bentuk dan wadah praktek dokter keluarga ditentukan oleh pengalaman masing-masing dokter. Tergantung dari pengalaman hubungan pasien dokter, bentuk dan wadah yang diselenggarakan dapat berbeda-beda. Ada yang hanya menekankan pentingnya pelayanan berobat jalan yang diselenggarakan di tempat praktek saja, ada pula yang juga sekaligus melakukan kunjungan rumah serta ada yang menggabungkannya dengan pelayanan rawat nginap yang biasanya dilakukan di rumah sakit.Pada tahap selanjutnya, berkembangan bentuk dan wadah praktek dokter keluarga mulai terarah. Disepakati bentuk dan wadah praktek dokter keluarga yang baik, seharusnya mencakup ketiga macam pelayanan di atas. Dokter keluarga harus mempunyai tempat praktek yang memenuhi syarat, tempatdimana pelayanan yang menyeluruh dan berkesinambungan diselenggarakan.Dokter keluarga harus mempunyai semacam sistim komunikasi yang meng-hubungkan dokter dengan pasien, yang diwujudkan misalnya dengan meng-ikutsertakan tenaga paramedis, terutama untuk pelayanan kunjungan rumahyang bersifat tindak lanjut. Dokter keluarga harus mempunyai hubungan yangbaik dengan rumah sakit, tempat dimana dokter keluarga merawat sendiri parapasiennya.

Pelayanan Dokter KeluargaDari kedua pengertian yang seperti ini, jelaslah bahwa pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa ciri tersendiri. Ciri-ciri yang dimaksud adalah (McWhinney, 1981; Carmichael, 1973; Hymovick and Barnards, 1973; IDI, 1982);1. mengikatkan diri pada kebutuhan pasien secara keseluruhan, bukan pada disiplin ilmu kedokteran, kelompok penyakit atau kiat kedokteran tertentu.2. mengungkapkan kaitan munculnya suatu penyakit dengan pelbagai faktor yang mempengaruhinya.3. berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.4. berhubungan dengan pasien sebagai anggota dari unit keluarga, dan memandang keluarga sebagai dasar dari suatu organisasi sosial dan atau suatu kelompok fungsional yang saling terkait.5. memanfaatkan pendekatan menyeluruh dan memperhatikan pasien secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan.6. mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.7. melayani kepentingan pasien di tempat praktek, di rumah dan di rumah sakit.

Apabila pelayanan dokter keluarga yang seperti ini dapat diselenggarakan, memang akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat yang dimaksud antara lain (Cambridge Research Institute, 1976):1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan penanganan keluhan yang disampaikan saja,2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dari"terjamin kesinambungan pelayanan yang diselenggarakan.3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, maka pengaturannya akan lebih baik dan terarah.4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan satu masalah kesehatan tidak menimbulkan pelbagai masalah lainnya.5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan tentang keluarga tersebut dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.6. Akan dapat diperhitungkan pelbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan. 2,3

Periode Prepatogenesis4 FaktorAgent(Mycobacterium tuberculosis)Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama.PadaHost, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementaraMycobacterium Tuberculosissangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisiHost. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru.Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.

Faktor LingkunganDistribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis.Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini.Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya. Faktor HostUmur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan kematian :1. paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita,2.paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita,3. puncak sedang pada usia lanjut.

Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi.Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi sosioekonomi.Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga.Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian.Status gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar.Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.4

Periode Pathogenesis (InteraksiHost-Agent)4,5Interaksi terutama terjadi akibat masuknyaAgentke dalam saluran respirasi dan pencernaanHost. ContohnyaMycobacteriummelewati barrier plasenta, kemudian berdormansi sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis. Infeksi berikut seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dariAgent,Hostdan Lingkungan.

Basil TB yang masuk ke dalam paru melalui bronkhus secara langsung dan pada manusia yang pertama kali kemasukan disebutprimary infection. Infeksi pertama (primer) terjadi ketika seseorang pertama kali kemasukan basil atau kuman TB umumnya tidak terlihat gejalanya. Dan sebagian besar orang, berhasil menahan serangan kuman tersebut dengan cara melakukan isolasi dengan cara dimakanmacrophages, dan dikumpulkan pada kelenjar regional disekitar hilus paru. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru yang menyebabkan peradangan di dalam paru. Oleh sebab itu, kemudian disebut sebagai kompleks primer. Pada saat terjadi infeksi, kuman masuk hingga pembentukan kompleks primer sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat diketahui dengan reaksi positif pada tes tuberkulin.5Biasanya hal tersebut terjadi pada masa kanak-kanak dibawah umur 1 tahun. Apabila gagal melakukancontainmentkuman, maka kuman TB masuk melalui aliran darah dan berkembang, maka timbulah peristiwa klinik yang disebut TB milier. Bahkan kuman bisa dibawa aliran darah ke selaput otak yang disebut meningitis radang selaput otak yang sering menimbulkansequelegejala sisa yang permanen.5Secara umum tubuh memiliki kemampuan perlawanan, kecuali pada penderita AIDS/HIV. Di Amerika 95% anak-anak tubuhnya mampu melawan kuman TB. Di negara-negara yang mempunyai status gizi buruk, angka tersebut jauh lebih besar. Ada ukuranAnnual Risk of Tubercolosis Infection(ARTI).Indonesia tercatat memiliki ARTI sebesar 1-2%, sedangkan Eropa memiliki ARTI 0,1-0,3%. Pada ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 orang penduduk akan ada 10 orang yang tertular. Sebagian besar yang tertular belum tentu berkembang menjadi TB klinis, hanya sekitar 10% menjadi TB klinis. Dengan ARTI sebesar 1% maka diantara 100.000 penduduk, rata-rata 1000 orang penderita TB baru setiap tahunnya, dimana 100 orang diantaranya adalah BTA positif.5Sebagian besar dari kuman TB yang beredar dan masuk ke dalam paru orang-orang yang tertular mengalami fase atau menjadidormantdan muncul bila kondisi tubuh mengalami penurunan kekebalan, gizi buruk, atau menderita HIV/AIDS (Achmadi, 2005). TB secara teoritis menyerang berbagai organ, namun terutama menyerang organ paru. Sedangkan pada paru-paru tempat yang paling disukai atau tempat yang sering terkena adalahapical pasterior. Hal ini disebabkan karenaMycrobacterium tubercolocisbersifat aerobik, sedangkan pada daerah tersebut adalah bagian paru-paru yang banyak memiliki oksigen.5

Manifestasi Klinis6

Gejala Sistemik TuberkulosisSecara sistemik pada umumnya penderita akan mengalami demam. Demam berlangsung pada sore dan malam hari, disertai keringat dingin meskipun tanpa aktifitas, kemudian kadang hilang. Gejala ini akan timbul lagi beberapa bulan kemudian seperti demam, influenza biasa, dan kemudian seolah-olah sembuh tidak ada demam.Gejala lain adalahmalaise(perasaan lesu) bersifat berkepanjangan kronis, disertai rasa tidak fit, tidak enak badan, lemah, lesu, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan semakin kurus, pusing, serta mudah lelah. Gejala sistemik ini terdapat baik pada TB Paru maupun TB yang menyerang organ lain.6

Gejala Respiratorik TuberkulosisAdapun gejala repiratorik atau gejala saluran pernafasan adalah batuk. Batuk bisa berlangsung secara terus-menerus selama 3 mingggu atau lebih. Hal ini terjadi apabila sudah melibatkan brochus. Gejala respiratorik lainnya adalah batuk produktif sebagai upaya untuk membuang ekskresi peradangan berupa dahak atau sputum. Dahak ini kadang bersifatpurulent.Kadang gejala respiratorik ini ditandai dengan batuk berdarah. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah pecah, akibat luka dalam alveoli yang sudah lanjut. Batuk darah inilah yang sering membawa penderita berobat ke dokter. Apabila kerusakan sudah meluas, timbul sesak nafas dan apabila pleura sudah terkena, maka disertai pula dengan rasa nyeri pada dada.6

EpidemiologiDalam hal mempertimbangkan kepekaan seseorang terhadap tuberkulosis, ada dua faktor yang harus dipikirkan.Pertama, adalah resiko mendapatkan infeksi dan yang lain adalah resiko timbulnya penyakit klinik sesudah infeksi terjadi. Resiko mendapatkan infeksi dan timbulnya penyakit klinik tergantung dari adanya infeksi di dalam masyarakat, kepadatan penduduk, keadaan sosial dari populasi tersebut dari tidak tepatnya perawatan medis. Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif yang dapat menularkan kepada orang yang berada di sekelilingnya, terutama kontak erat. Resiko penularan setiap tahun (annual risk of tuberculosis infection: ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita tuberculosis hanya 10% yang akan terinfeksi. Hal ini dipengaruhi daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.7WHO memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia, kurang lebih sejumlah 2 bilyun orang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India dan Amerika Latin. Data yang dilaporkan WHO Indonesia menempati urutan nomor tiga setelah india dan cina yaitu dengan angka 1,7 juta orang Indonesia, menurut teori apabila tidak diobati, tiap satu orang penderita tuberkulosis akan menularkan pada sekitar 10 sampai 15 orang dan cara penularannya dipengaruhi berbagai factor.15Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang mengalami stress nutrisi jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan perpindahan tempat. 8Pada orang dewasa dua pertiga kasus terjadi pada laki-laki, tetapi ada sedikit dominasi tuberculosis pada wanita di masa anak-anak. Pada anak, kebanyakan terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis di rumahnya dari seseorang yang dekat padanya. Orang dewasa yang terinfeksi virus HIV dengan tuberculosis dapat menularkan Mycobacterium tuberculosis ke anak, beberapa darinya berkembang penyakit tuberculosis, dan anak dengan infeksi HIV bertambah resiko berkembang tuberculosis sesudah infeksi. 8,9

Upaya PreventiveBanyak cara yang dapat dilakukan guna mencegah dan menghindari TBC dari anak-anak salah satunya yaitu dengan cara sebagai berikut:

Vaksinasi BCGPemberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis yang virulen. Imunitas timbul 6-8 minggu setelah pemberian BCG. Pemberian BCG juga dapat mengurangi morbiditas sampai 74%. BCG biasanya diberikan pada anak dengan uji tuberkulin negatif dan biasanya uji tuberkulin diulangi 6 minggu setelah BCG dan kalau masih negatif dianjurkan untuk mengulangi BCG. Tetapi sekarang dianjurkan pemberian pemberian BCG secara langsung karena dapat menghemat ongkos dan mencangkup lebih banyak anak.10 Jika setelah di vaksin BCG hasil tes tuberkulin positif menandakan bahwa adanya kuman TBC yang resisten. Kerugian BCG adalah bahwa vaksin ini dapat menimbulkan hipersensitivitas terhadap tuberkulin yang dapat mengganggu nilai tes tuberkulin yang dilakukan untuk mendiagnosis tuberkulosis.11

KemoprofilaksisSebagai kemoprofilaksis biasanya dipakai INH dengan dosis 5-10mg/kgbb/hari selama 2-3 bulan.4 Kemoprofilaksis primer diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pada anak dengan kontak tuberkulosis dan uji tuberkulin masih negatif yang berarti masih belum terkena infeksi atau masih dalam inkubasi. Kemoprofilaksis sekunder diberikan untuk mencegah berkembangnya infeksi menjadi penyakit.10Diberikan pada anak dengan tes tuberkulin positif, tanpa gejala klinis, dan foto paru normal, tetapi memiliki faktor risiko menjadi TB aktif. Golongan ini adalah balita, anak yang mendapat pengobatan kortikosteroid atau imunosupresan lain, penderita penyakit keganasan, infeksi virus (HIV dan morbili), gizi buruk, masa akil balik, atau infeksi baru Tb, konversi uji tuberkulin kurang dari 12 bulan. Obat yang digunakan adalah INH 5-10 mg/kgbb/hari.12

Penemuan Anak Yang TerinfeksiPrioritas tinggi setiap program pengendalian tuberkulosis harus berupa penemuan kasus dan pengobatan, yang mengganggu penyebaran infeksi kontak dekat. Anak dan orang dewasa yang berkontak dekat dengan orang dewasa yang dicurigai menderita tuberkulosis paru infeksius harus diuji kulit tuberkulin dan diperiksa sesegera mungkin. Anak terutama muda harus mendapatkan prioritas tinggi selama pengamat-kontak karena resiko infeksinya tinggi dan pada mereka lebih mungkin berkembang bentuk tuberkulosis yang berat.13

Lain-lain1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan4. Menghindari udara dingin5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.9. menciptakan lingkungan rumah yang sehat, menyediakan tempat pembuangan ludah bagi penderita dan menghindari perilaku merokok.

Program Pengendalian TBC PuskesmasPedoman Nasional Pemberantasan TBDalam perkembangannya dalam upaya ekspansi penanggulangan TB, kemitraan global dalam penanggulangan TB mengembangkan strategi sebagai berikut:1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintahmaupun swasta5. Memberdayakan pasien dan masyarakat6. Melaksanakan dan mengembangkan risetAdapun kegiatan P2TB dilaksanakan dengan cara penemuan dan pengobatan pasien, perencanaan, pemantauan dan evaluasi, peningkatan SDM (pelatihan, supervisi), penelitian, promosi kesehatan, dan kemitraan dengan lintas sector.

Tujuan Dan TargetTujuan P2TB adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan rantaipenularan, serta mencegah terjadinya multidrug resistance (MDR),sehingga TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat.

Kebijakana. Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sertamenjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana)b. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTSc. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadapprogram penanggulangan TBd. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadappeningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan danpengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegahterjadinya MDR-TBe. Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TBdilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputiPuskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, Rumah Sakit Paru(RSP), Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP4), Klinik Pengobatanlain serta Dokter Praktek Swasta (DPS)f. Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan kerjasama dan kemitraan dengan program terkait, sektor pemerintah, nonpemerintah dan swasta dalam wujud Gerakan Terpadu NasionalPenanggulangan TB (Gerdunas TB)g. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayananditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan jejaringh. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikankepada pasien secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannyai. Ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam jumlah yangmemadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja programj. Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dankelompok rentan terhadap TBk. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannyal. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam Millennium Development Goals (MDGs)

Strategia. Peningkatan komitmen politis yang berkesinambungan untuk menjamin ketersediaan sumberdaya dan menjadikan penanggulangan TB suatuprioritasb. Pelaksanaan dan pengembangan strategi DOTS yang bermutu dilaksanakan secara bertahap dan sistematisc. Peningkatan kerjasama dan kemitraan dengan pihak terkait melaluikegiatan advokasi, komunikasi dan mobilisasi sociald. Kerjasama dengan mitra internasional untuk mendapatkan komitmen dan bantuan sumber daya.e. Peningkatan kinerja program melalui kegiatan pelatihan dan supervisi,pemantauan dan evaluasi yang berkesinambungan14

Daftar Pustaka1. Moeloek, A.F (2005) IDI usulkan pembentukan dokter keluarga. Tempo Interaktif {internet}: http://www.JPKM.com ( 26 Juni 2007).2. Azwar Azrul. Praktek dokter keluarga. In: Menuju pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia; 1996. hal: 115-493. Azwar Azrul. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006. hal:104-194. Universitas Indonesia (FKUI). 2004. Kuliah Tuberculosis. Diunduh dari http://ui.org/ fk/kuliah/respirasi/tuberculosis.htm. 5 juli 2015.5. Chin J (Ed), Kandun IN (Editor Penterjemah). Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: Infomedika. 2006.6. Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2005.7. Santoso, M. Masalah Pengelolaan TBC Paru di Indonesia. Departemen Penyakit Dalam FK UKRIDA. RSUD Koja Jakarta. 2006.8. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Edisi IV. Pusat Penerbitan IPD FKUI. 2006. 9. Anonim. Tuberculosa Pada Anak. Maret 2006. Diunduh dari http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=epidemiologi+tbc+pada+anak&source=web&cd=3&ved=0CFMQFjAC&url=http%3A%2F%2Flast3arthtree.files.wordpress.com%2F2009%2F02%2Ftb-pada-anak.pdf&ei=cVvcT_G7BYqIrAfk4Im9DQ&usg=AFQjCNEbuKhFp2Jr4hgvdBYTYC7P5lmMOg&cad=rja. 5 juli 2015.10. Hasan R, Alatas H. Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. Cetakan 9. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 200711. Rudolph A. M. Buku ajar pediatri rudolph. Jilid 2. Edisi 20. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.12. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius; 2000 13. Henry F, Gomez, Cleary TG . Nelson ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Volume 2. Jakarta: EGC; 2000 14. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 200215. Dphill C D. global epidemiology of tuberculosis journal. 18 maret 2006. Diunduh dari : http://www.sciencedirect.com/science?_ob=PdfExcerptURL&_imagekey=1-s2.0-S0140673606683840-main.pdf&_piikey=S0140673606683840&_cdi=271074&_orig=article&_zone=centerpane&_fmt=abst&_eid=1-s2.0-S0140673606683840&_user=12975512&md5=167de48174876ca24c0733e1b1b259eb&ie=/excerpt.pdf. 5 juli 2015