Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENANAMAN
KEBIASAAN BERIBADAH SISWA KELAS IV DI SD INPRES
PAKKINGKINGAN KECAMATAN BAJENG
KABUPATEN GOWA
PROPOSAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
MARDIKAWATI
105191101616
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H / 2020 M
ii
iii
iv
vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mardikawati
NIM : 105191101616
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam
Kelas : A
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)
Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi
Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran
Makassar, 12 Muharram 1442 H
31 Agustus 2020 M
Yang Membuat Pernyataan
Mardikawati
NIM:105191101616
vii
vii
ABSTRAK
Mardikawati. Nim 105191101616. 2016 Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres
Pakkingkinga Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. (Di bimbing oleh Amirah
Mawardi dan Mahlani Sabae).
Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui: 1) Peran Guru PAI
dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres
Pakkingkingan, 2) Penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres
Pakkingkingan, 3) faktor pendukung dan penghambat Guru PAI dalam
penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Sumber data
dalam penelitian adalah guru dan siswa instrumen penelitian yang digunakan yaitu
pedoman observasi, pedoman wawancara, dokumentasi. Tekhnik analisis data
yang digunakan yaitu tekhnik reduksi data, penyajian data, verifikasi data.
Hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut: 1) Peran Guru
Pendidikan Agama Islam dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa yakni
memberikan teladan atau contoh, memberikan nasehat, membiasakan beribadah
shalat duhur secara berjamaah, menegakkan kedisiplinan, dan memberikan
motivasi terhadap siswa. Kemudian menanamkan ibadah shalat lima waktu
kepada siswa. 2) penanaman kebiasaan beribadah siswa seperti: shalat duhur
secara berjamaah, shalat jum’at, shalat dhuha, membaca Al-qur’an, kultum,
menghafal surat-surat pendek, membaca doa, dan membiasakan hidup bersih pada
saat melaksanakan shalat. 3) Faktor Pendukung dalam penanaman kebiasaan
beribadah siswa yaitu: sarana dan prasarana, pemberian motivasi, adanya
kerjasama yang baik antara kepala sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam,
dalam hal ini kepala sekolah memberikan keleluasaan pada kami (Guru PAI)
untuk menjalankan kebiasaan beribadah shalat yang baik di sekolah. Sedangkan
faktor penghambat yaitu: faktor lingkungan, kurangnya kerja sama antara orang
tua dan Guru Pendidikan Agama Islam dalam penanaman kebiasaan beribadah
siswa, dan media massa dalam hal ini sangat mempengaruhi berhasil atau
tidaknya proses penanaman kebiasaan beribadah siswa.
Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, Penanaman Kebiasaan
Beribadah
viii
KATA PENGANTAR
حين ي ٱلسه حو ٱلسه بسن ٱلله
Alhamdulillah, itulah kata yang sepantasnya penulis ucapkan sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt atas inayah, taufik dan hidayahnya
sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Banyak kendala dan hambatan yang
dilalui oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi dengan segala usaha
yang penulis lakukan sehingga semuanya itu dapat teratasi shalawat dan salam tak
lupa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi pembawa
risalah, petunjuk dan menjadi suri tauladan di permukaan bumi ini.
Keberadaan skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah membantu peneliti. Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima
kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:
1. Kedua orangtua Bapak Abd. Rahim dan Ibu Maemuna, serta saudara-
saudaraku tercinta, yang dengan kelembutan dan kesabaran hati telah
memberikan perhatian, kasih sayang dan motivasi baik spiritual maupun
material yang senangtiasa mengiringi langkahku.
2. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof. Dr. H. Ambo Asse,
M,Ag. dan para wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
3. Dekan fakultas Agama Islam Drs.Mawardi Pewangi M.Pd.I beserta seluruh
wakil Dekan.
4. Dr.Amirah Mawardi,S.Ag., M.Si selaku ketua prodi Pendidikan Agama
Islam di fakultas Agama Islam universitas muhammadiyah makassar
5. Dr.Amirah Mawardi,S.Ag., M.Si dan Mahlani Sabae, S.Thi., M.A. yang
telah membimbing penulis dengan mencurahkan segala waktu dan
fikirannya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Para Dosen serta Pegawai dalam lingkup Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bantuan,
bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan
7. Ibu Syamsiar, S. Pd selaku kepala sekolah SD Inpes Pakkingkingan, yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
8. Bapak/Ibu guru SD Inpres Pakkingkingan
9. Peserta didik SD Inpres Pakkingkingan
10. Teman-teman dan sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Dan masih banyak lagi yang tidak disebut satu persatu, akhirnya kepada
Allah peneliti serahkan segalanya, semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca,terutama bagi diri pribadi penulis, Amin.
Makassar, 14 Dzulqaidah 1441 H
04 Agustus 2020 M
Mardikawati
105191101616
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH .................................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORITAS ............................................................................. 9
A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ..................................................... 9
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ................................................. 9
2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ....................................... 11
3. Tujuan pendidikan Agama Islam ...................................................... 14
4. Sumber-Sumber Pendidikan Agama Islam ....................................... 14
xi
B. Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa ............................................... 15
1. Pengertian Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa ........................ 15
2. Mendidik Anak Agar Mau Berbakti Kepada Orang tua
Melalui Ajaran Agama ...................................................................... 16
3. Macam-Macam Ibadah ..................................................................... 23
4. Shalat sebagai salah satu bentuk ibadah ........................................... 23
5. Faktor pendukung Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa ............ 25
6. Faktor penghambat Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa .......... 27
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 30
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 30
B. Lokasi dan Objek Penelitian .................................................................. 30
C. Fokus Penelitian dan Deksripsi Penelitian ............................................ 30
D. Sumber Data .......................................................................................... 32
E. Instrumen Penelitian .............................................................................. 32
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 33
G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................. 36
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................... 36
B. Pembahasan ........................................................................................... 41
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman
Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres
Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ........................... 41
2. Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres
Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ........................... 45
xii
3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Guru PAI dalam
Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres
Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ........................... 48
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 55
A. Kesimpulan ............................................................................................ 55
B. Saran ................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Sarana Dan Prasarana.................................................... ................... 38
Tabel 2 Data Guru............................................................................. .................... 39
Tabel 3 Data Siswa............................................................................. ................... 40
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara eksistesi
setiap bangsa di dunia sepanjang zaman. Pendidikan sangat menentukan bagi
terciptanya peradaban masyarakat yang lebih baik. Untuk itulah perwujudan
masyarakat yang berkualitas tersebut mejadi tanggug jawab pendidikan, terutama
dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan
menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan berdaya
saing dengan bangsa-bangsa didunia.
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menurut Bab 1 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
katerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Pengertian pendidikan di atas menunjukkan bahwa tugas seorang pendidik
adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
anak didik, serta ikut berperan serta di dalam meningkatkan Keimanan dan
kataqwaan serta membentuk kepribadian baik secara lahir maupun batin.
1Hasbullah, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)
h. 304
2
Hal lain dikemukakan oleh fungsi dan tujuan pendidikan nasional Bab 1
dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mendidik
watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mecerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang
Maha Esa, berakhlah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Pengertian pendidikan dan fungsi serta tujuan pendidikan di atas, maka
akan tampak jelas target dari pendidikan itu sendiri yaitu diharapkan akan
terwujudnya manusia-manusia indonesia yang mempunyai potensi dan
kepribadian seutuhnya, yang mampu bertanggung jawab untuk dirinya maupun
orang-orang yang berada disekitarnya. Tujuan utama pendidikan ialah
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara simultan dan
seimbang, sehingga terjadi suatu hubungan baik antara masing-masing kecakapan
yang menjadi tujuan dari pendidikan tersebut. Dunia pendidikan kita telah
memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, namun di sisi lain
mengesampingkan pengembangan sikap atau nilai dan perilaku dalam
pembelajarannya.3
Salah satu perintah yang ada dalam Agama Islam yaitu ibadah. Ibadah
merupakan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah
SWT, yang terdiri dari rukun Islam dan ibadah lainnya.4
Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu fitrah
manusia.5 Salah satu ciri fitrah ini adalah manusia menerima Allah sebagai Tuhan.
2 Ibid., h. 307
1997) h. 7 4 Abu ahmadi dan Noor Salim, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), h. 239
3
Dengan kata lain manusia mempunyai kecenderungan beragama, sebab Agama itu
melekat dalam fitrahnya, sehingga pengakuan terhadap Allah sebagai Tuhan
sudah tertanam kuat dalam jiwa manusia semenjak azali. Dengan demikian anak
yang baru lahir sudah memiliki potensi untuk menjadi manusia yang percaya
terhadap keberadaan Allah. Akan tetapi potensi dasar ini perlu dikembangkan agar
manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjalankan ajaran
Agamanya dengan baik dan benar.
Ibadah mengandung nilai-nilai yang agung, membawa efek baik kepada
setiap orang lain. Ia merupakan manifestasi rohaniyyah, pengagungan terhadap zat
yang maha kuasa, ibadah juga merupakan realisasi pernyataan terimakasih hamba
kepada tuhannya, yang telah menganugrahkan hidup dan kehidupan serta berbagai
nikmat dan rahmat yang ada didalamnya, maka manusia yang melakukan ibadah
akan menjadi manusia yang mempunyai “shibgah” (ciri-ciri karakteristik
muslim).
Manusia yang telah menyatakan dirinya sebagai muslim dituntut untuk
senantiasa melaksanakan ibadah sebagai pertanda keikhlasan mengabdi diri
kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan beribadah, berarti pengakuannya
sebagai seorang muslim diragukan dan dipertanyakan. Jika ada kesengajaan
memahami antara pengakuan dan amal ibadah, berarti ia belum memahami
sepenuhnya konsepsi syariat tentang kewajiban pengabdian kepada Allah SWT.6
Melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh akan membawa manfaat
bagi pelaku ibadah tersebut. Ibadah yang didasarkan kepada kecintaan dan
5 Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia Dan Makna Ibadah, (Jakarta: Zaman, 2011), h. 20
6 Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam,
(Jakarta: PRENADA MEDIA, 2003), h. 141
4
keikhlasan kepada Allah SWT, akan membawa dampak positif bagi kehidupan.
Hal ini karena pembawaan manusia yang bersifat dualistis yaitu terdiri dari unsur
jasmani dan rohani. Dengan beribadah, kedua unsur tersebut akan seimbang.7
Dalam Islam ibadah sangatlah penting bagi kehidupan karena dapat
mendidik jiwa seorang muslim menjadi seseorang yang ikhlas dan taat, melalui
kegiatan yang ditujukan semata-mata hanya karena Allah. Ibadah yang dilakukan
secara terus-menerus akan melahirkan seseorang yang memiliki sikap disiplin.
Lebih dari itu, ibadah dalam pandangan islam merupakan refleksi bentuk syukur
pada Allah SWT atas segala nikmat yang timbul dari dalam lubuk hati yang
dalam. Pada gilirannya, ibadah tidak lagi dipandang semata-mata sebagai
kewajiban yang memberatkan, melainkan suatu kebutuhan yang sangat
diinginkan8
Jika suatu ibadah dilakukan dengan dasar dan cara yang benar, maka
ibadah tersebut akan menjauhkan pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar,
sebaliknya jika kita mendapati seseorang yang melaksanakan ibadah, akan tetapi
ia masih berbuat yang keji dan mungkar, bisa dikatakan ibadah yang selama ini ia
lakukan kemungkinan belum benar.
Allah SWT menciptakan manusia beserta segala kebutuhan hidupnya di
dunia tentu bukan tanpa tujuan, bahkan hal tersebut sudah diberitakan kepada
manusia pada saat ia masih berada dalam kandungan. Allah berfirman dalam
surah Al-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:
7 Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008), H. 32 8 Budiman Mustofa dan Nur Silaturrohmah, Buku Pintar Ibadah Muslimah, (Surakarta:
Ziyad Visi Media, 2011), H, 44
5
س إله لي عبدوى ٱل ل قت ٱلجيه و ا خ ه و
Terjemahnya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.9
Ayat tersebut menjadi landasan kuat atas kejelasan tujuan diciptakannya
manusia di hamparan bumi ini, yang mana tiada lain kecuali untuk beribadah
kepada Allah SWT. Ibadah itulah yang kemudian menjadi bukti pengejewantahan
atas ketaqwaan dan keimanan yang dimilikinya.
Tertanamnya iman pada diri seseorang tercermin pada kesediannya untuk
menjalankan ibadah. Ketika seseorang rajin beribadah berarti kesadaran beragama
telah tertanam pada dirinya. Sebaliknya apabila seseorang enggan beribadah maka
asumsinya ia belum memiliki iman yang kuat, karena yang disebut iman adalah
mengucapkan dengan lisan atas apa yang diyakini, lalu membenarkannya dalam
hati, dan mengamalkan dengan anggota badan. Untuk itu benar jika dikatakan
bahwa aktifitas peribadahan merupakan cerminan atas adanya kesdaran beragama
atau keimanan pada diri seseorang. Yang dimana keimanan itu akan timbul
menyertai penghayatan ketuhanan, sedangkan peribadahan adalah suatu sikap dan
tingkah laku keagamaan yang merupakan efek dari adanya penghayatan
ketuhanan dan keimanan.
Masa anak-anak adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, rasa dalam
peralihan atau diatas jembatan goyang yang menghubungkan masa kanak-kanak
yang penuh dengan ketergantungan dengan masa dewasa yang matang dan
9 Departemen Agama RI Al-Qur’an dan tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi 2010), jilid IX,
H. 485
6
berdiri sendiri.10
Kondisi anak-anak seperti itu ternyata membias kepada
perseolan rohani yang mengalami perkembangan pesat, tetapi disamping itu juga
mengalami perkembangan dan kegoncangan.11
Menurut Zakiyah Darajat bahwa:
“kepercayaan anak-anak kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan
tetapi kadang menjadi ragu dan berkurang, yang terlihat pada cara
ibadahnya yang kadang rajin dan malas.
Banyaknya para pelajar saat ini yang tergelimang oleh arus media dan
teknologi sehingga membuat mereka enggan atau lalai menjalankan shalat. Hal ini
juga kemungkinan disebabkan oleh kesadaran anak yang masih kurang, sekaligus
kontrol dan pengawasan dari orang tua dan guru di sekolah. Oleh karena itu
pentingnya orang tua dan guru menjadi patner bagi pengawasan dan kontrol
sekaligus memberikan penanaman ibadah bagi para pelajar.
Dalam kenyataanya, ternyata pelaksanaan program penanaman ibadah di
sekolah tidak terlaksana dengan baik, lantaran perilaku siswa yang tidak
mendukung. Sebagai contoh dalam pelaksanaan jamaah sholat dhuha, ketika
jadwal waktu sholat dhuha tiba banyak siswa tidak datang melaksanakan shalat
dhuha di mesjid untuk mengambil air wudhu dan menunaikan sholat, sebagian
besar dari mereka justru mengerjakan aktivitas lain yang mungkin kurang ada
manfaatnya, misalnya berlarian, pergi kekantin, atau membuat gaduh. Tentu
dalam situasi tersebut para guru terdesak untuk bekerja lebih ekstra dalam
mengarahkan dan menggerakkan siswa pada setiap menjalankan jamaah sholat
dhuha.
10
Zakiah Daradjat, Ilmu jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 85. 11
Nur Uhbiyati, long life education: pendidikan anak sejak dalam kandungan sampai
lansia, (Semarang: walisongo press, 2009) cet. 1, h. 98
7
Hal inilah yang menarik peneliti untuk menulis dan menelaah lebih lanjut
tentang hal-hal yang terkait dengan Pendidikan Agama Islam khususnya terhadap
Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Kebiasaan Beribadah
Siswa Kelas IV Di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten
Gowa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Peran guru PAI dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas
IV di SD Inpres Pakkingkingan?
2. Bagaimana Penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres
Pakkingkingan?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam penanaman kebiasaan
beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan?
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian diantaranya:
1. Untuk mengetahui Peran Guru PAI Dalam penanaman kebiasaan beribadah
siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan
2. Untuk mengetahui Penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD
Inpres Pakkingkingan
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam
penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan
8
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penelitian adalah:
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi
ilmu pendidikan terutama mengenai peran guru PAI dalam penanaman
kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres pakkingkingan.
2. Praktis
a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam
menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah apabila nanti
berkecimpung dalam dunia pendidikan sesungguhnya.
b. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan tentang peran guru PAI dalam
penanaman kebiasaan beribadah
c. Bagi lembaga, dapat dijadikan rujukan dan pertimbangan dalam
pelaksanaan pembelajaran agama islam terlebih dalam penanaman
pelaksanaan kebiasaan beribadah siswa
d. Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru
dalam penanaman ibadah pada siswa.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya peran guru pendidikan Agama Islam dan guru umum itu
sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia
miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan
mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Tugas dan peran guru tidaklah
terbatas didalam masyarakat dimana sang guru berada, sebab seorang guru pada
hakikatnya merupakan pribadi dan komponen strategis yang memiliki peran yang
sangat penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa, sehingga ia
harus bisa bersinergi dengan siapapun selama bertujuan memberikan kebaikan
dan kemanfaatan kepada orang lain12
. Diantara peran guru adalah sebagai berikut:
a) Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki
standar kualitas yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
b) Guru sebagai Orang tua kedua
Guru adalah orang tua kedua setelah orang tua kandung kita. Oleh karena
itu guru harus memperhatikan kesehatan, keselamatan, intelektualitas,
emosionalitas dan spiritualitas peserta didik.
12
Asef Umar fahruddin, menjadi guru favorit, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), cet. 1, h. 75
10
c) Guru sebagai motivator
Motivasi juga merupakan hal yang prinsipil. Tanpa adanya motivasi dalam
diri siswa, semua kegiatan di sekolah berkenaan dengan siswa akan kurang
terlaksana dengan baik. Maka dari itu agar siswa tergugah semangatnya,
hendaknya guru bisa memberikan motivasi.
d) Guru sebagai teladan
Guru adalah sosok panutan bagi siswa, sehingga apabila guru hendak
menumbuhkan kesadaran beragama atau pengalaman siswa terhadap ajaran agama
maka guru hendaknya memberikan contoh atau tauladan dengan pengalaman
ajaran-ajaran agama atau peribadahan.
e) Guru sebagai inovator
Guru sebagai bagian dari komponen pendidikan dituntut untuk
menjembatani kesenjagan ini. Guru harus bertindak sebagai pembaharu yang
dapat memperkecil perbedaan antara pelaksanaan pendidikan dan kemajuan
masyarakat. Untuk itu guru harus selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan
serta keterampilannya agar dapat menciptakan hal-hal baru guna peningkatan
mutu pendidikan sehingga sejalan dengan perkembangan masyarakat13
.
f) Guru sebagai pengemong/pembimbing
Seorang pendidik berperan sebagai pembimbing dan predikat ini sangat
berkaitan erat dengan praktek keseharian. Untuk dapat menjadi seorang
pembimbing seorang pendidik harus mampu memperlakukan para siswa dengan
menghormati dan menyayangi (mencintai).
13
Asef Umar fahruddin, menjadi guru favorit, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), cet. 1, h.
73-78
11
g) Guru sebagai penasehat (Mentor)
Dengan adanya hubungan batin atau emosional antara siswa dengan
gurunya, maka guru mempunyai peran sebagai penasehat (Mentor). Pada dasarnya
guru tidak hanya menyampaikan materi dikelas, kemudian terserah siswa apakah
paham terhadap apa yang diberikan atau tidak. Lebih dari itu guru harus sanggup
menjadi penasehat pribadi bagi siswa-siswa, erat sekali kaitannya dengan guru
sebagai pembimbing, guru harus sanggup memberikan nasehat ketika siswa
membutuhkan14
.
h) Peran guru sebagai pengajar
Tugas utama seorang guru adalah mengajar, memberikan berbagai materi
yang belum dipahami siswa, dan sebagainya. Kegiatan belajar siswa akan berjalan
baik, apabila faktor motivasi, kematangan, hubungan siswa dengan guru,
kemampuan verbal, rasa aman, dan keterampilan guru berkomunikasi berjalan
dengan baik15
.
2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Guru Pendidikan Agama Islam adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani
dan ruhaniyah agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya
sebagai khalifa dibumi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai individu yang
sanggup berdiri sendiri.16
14
Moh. User Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), H.
15 15
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung, Remaja Rosdakarya: 2006), H, 36 16
Moh. Haitami Salim & Samsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), h. 137
12
Meurut E Mulyasa dan AgusNuryatno menyatakan bahwa:
Guru merupakan pendidik profesional diidealkan maupun menjadi agen
pembelajaran yang edukatif, yaitu dapat menjadi fasilitator, motivator,
pemacu, perekayasa, dan inspirator pembelajaran.17
Sedangkan menurut
M. AgusNuryatno, guru merupakan tenaga pendidik profesioal yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pebimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat18
Hal lain dikemukakan oleh UU RI tentang guru dan dosen :
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, mebimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan megevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menegah19
.
Dengan demikian dapat diartikan guru adalah seseorang profesional
dibidang pendidikan yang mengabdikan dirinya untuk mentransfer ilmu kepada
peserta didik, sehingga membuat peserta didik menjadi seseorang yang dapat
menjalankan kodratnya sebagai kholifa dibumi.
Guru merupakan pribadi yang menentukan maju atau tidaknya sebuah
bangsa dan peradaban manusia. Di tangannya, seorang anak yang awalnya tidak
tahu apa-apa menjadi pribadi yang jenius. Melalui sepuhannyalah lahir generasi-
generasi unggul. Dia turun untuk memberantas kebodohan umat manusia,
sekaligus menghunjamkan kearifan sehingga manusia bisa paham tentang makna
kedirian dan makna kehidupan.20
Dan pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik dalam menyakini, memahami, menghayati Agama Islam melalui
17
Agus Nuryatno, Mazhab Pendidikan Kritis, (Yogyakarta: Resist Book, 2011), h. 84. 18
Agus Nuryatno, Mazhab pendidikan Kritis, (Yoyakarta: Resist Book, 2011), h. 83. 19
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 1 20
Asef Umar fahruddin, Menjadi Guru favorit, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), cet. 1, h.
8
13
kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntunan
untuk menghormati agama islam dalam hubungan kerukunan antara umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional21
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Pengertian Guru Pendidikan
Agama Islam adalah orang yang memberikan materi pengetahuan Agama
Islam dan memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, dan juga
mendidik murid-muridnya agar mereka kelak menjadi manusia yang takwa
kepada Allah SWT. Disamping itu Guru Pendidikan Agama Islam juga berfungsi
sebagai pebimbing agar para murid mulai dari sekarang dapat bertindak dengan
prinsip-prinsip islam dan dapat mempraktikkan syariat Islam.
Sebagai Guru Pendidikan Agama Islam haruslah taat kepada tuhan,
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala laranganya. Bagaimana ia
akan mengajarkan dan mendidik anak untuk berbakti kepada tuhan kalau ia
sendriri tidak mengamalkanya. Jadi sebagai Guru Pendidikan Agama Islam
haruslah berpegang teguh kepada agamanya, memberikan teladan yang baik dan
menjauhi yang buruk.
Dengan demikian seorang Guru Pendidikan Agama Islam merupakan figur
seorang pemimpin yang mana setiap perbuatannya akan menjadi panutan bagi
anak didik, maka disamping sebagai profesi seorang Guru Pendidikan Agama
Islam hendaklah menjaga kewibawaan agar jangan sampai seorang Guru
21
Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Teras,
2009), h.. 263
14
Pendidikan Agama Islam melakukan hal-hal yang bisa menyebabkan hilangnya
kepercayaan yang telah diberikan masyarakat.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Kalau dilihat kembali pengertian Guru Pendidikan Agama Islam, maka
terdapat sesuatu yang diharapkan dapat terwujud ketika seseorang telah
mengalami sebuah proses pendidikan Islam. Tujuan pendidikan merupakan suatu
kondisi yang menjadi target penyampaian pengetahuan. Tujuan merupakan acuan
dan panduan untuk seluruh sistem pendidikan.
Menurut Muhaimin, bahwa:
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan
Islam. Jadi adapun tujuan pendidikan Agama Islam adalah selaras dengan
tujuan pendidikan Islam yaitu agar siswa memahami, menghayati,
menyakini dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak
mulia22
. Sedangkan menurut Abdul Majid dan Dian Andayani tujuan
Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang
Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang
dalam hal keimanan, ketakwaanya, berbangsa dan bernegara, serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi23
.
4. Sumber-sumber Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai sumber utama dan pertama dalam Islam, kitab suci al-
qur’an ini diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat jibril
untuk dijadikan pedoman bagi manusia. Juga menceritakan peristiwa yang benar-
22
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT
Rosadakarya, 2005), h. 6-7 23
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi,
(Bandung: PT Rosadakarya, 2004), h. 135
15
benar terjadi pada manusia terdahulu dan merupakan sejarah yang dapat
dibuktikan kebenarannya.24
b. Sunnah (hadis) merupakan jalan atau acuan yang pernah dicontohkan Nabi
Muhammad dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam.
c. Ijtihad, sebagai sumber pendidikan Agama Islam pada dasarnya
merupakan proses penggalian dan menetapkan hukum syariat yang dilakukan oleh
para mujtahid dengan salah satunya menggunakan pendekatan nalar. Hal ini
dilakukan untuk memberi jawaban atas berbagai persoalan umat yang ketentuan
hukumnya tidak terdapat dalam al-qur’an dan al-hadis.
Pendidikan Agama Islam bersumber utama yaitu al-qur’an dan al-hadis
yang menjadi rujukan dan pedoman manusia dalam menjalani kehidupan di dunia.
Sedangkan ijtihad merupakan pendapat para mujtahid yang tidak lepas dari
rujukan yang bersumber dari al-qur’a dan al-hadis.
B. Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa
1. Pengertian penanaman kebiasaan beribadah siswa
Penanaman kebiasaan beribadah siswa harus dimulai di rumah dan
menjadi tanggung jawab pada siswa sejak pada usia dini dan membiasakannya
melaksanakan kewajiban setelah dewasa kelak.
Dalam kaitan ini Zakiah Daradjat mengakatakan bahwa:
“orang tua hendaknya dapat menjadi contoh yang baik dalam aspek
kehidupan bagi anak”. Ajaran agama akan lebih muda ditanamkan pada
diri siswa apabila orang tuanya selalu hidup dalam suasana kekeluargaan
dan berdimensi agama”.25
24
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 41 25
Zakiah Dradjat, pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet. 1, h. 89
16
Anak mendapat pendidikan sejak ia berupa janin, setelah itu ia lahir dan
mendapatkan pendidikan lebih lanjut yang berpengaruh pada kepribadiannya.
Pendidikan Agama Islam yang berhasil insya Allah akan menghasilkan anak-
anak yang berbakti kepada orang tuanya dan selalu menanamkan ibadah shalat
dalam dirinya.26
Arahan Nabi SAW untuk mendidik anak sejak usia dini yaitu menyuruh
anak melaksanakan ibadah shalat pada saat usia 7 tahun dan pada saat usia 10
tahun mulai berkelakuan hukuman, yakni memukul yang tanpa mencederai dan
hukuman ruangan yakni tidak membolehkannya tidur berdua antara anak laki-laki
dan perempuan pada tempat tidur yang sama.
2. Mendidik anak agar mau berbakti kepada orang tua melalui ajaran agama
dapat diajarkan melalui cara-cara sebagai berikut:
a. Memperkenalkan agama kepada anak
1) Memperkenalkan Tuhan yang maha esa (Allah) melalui ciptaanya,
seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, langit dan bumi
2) Harus selalu bersyukur dengan yang dimiliki seperti memiliki
anggota tubuh yang lengkap
3) Memperkenalkan sifat-sifat Tuhan, misalnya maha pengasih,
penyayang, pemurah, dan lain- lain
b. Memperkenalkan dan menanamkan ibadah kepada anak
1) Melakukan pembinaan dan pembiasaan shalat
2) Melakukan pembinaan dan pembiasaan puasa
26
Muhammad Arifuddin, Mendidik Anak Agar Tidak Durhaka, (Sidoarjo, Buana Pustaka,
2009), cet. 1, h. 88.
17
3) Mengajarkan anak berzakat dan infaq
4) Mengajak ibadah haji dan umrah
5) Membiasakan membaca Al-Qur’an
6) Mengajak anak untuk gemar bersedekah
7) Sosial
8) Mengajak berdo’a bersama-sama
c. Mengajak anak ketempat ibadah
1) Mengajak anak shalat ke mesjid agar terbiasa
2) Mengajak anak tadarus di mesjid saat bulan puasa
3) Mengajak anak menghadiri maulid Nabi Muhammad SAW27
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak adalah amanah
dari Allah dan kita diperintahkan agar bisa menunaikan amanah dengan sebaik-
baiknya yang dimana penanaman nilai-nilai agama diterapkan dalam kehidupan
anak-anak dengan mengajak atau mengajarkan sesuatu yang berhubungan dengan
ibadah sehingga dasar-dasar keimanan, akhlak, kepribadiannya serta
ketaqwaannya kepada Allah SWT tertanam dalam diri anak tersebut.
Pengertian kebiasaan adalah dapat diartikan sebagai sebuah cara yang
dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak
sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Kebiasaan dinilai efektif jika penerapannya
dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman”
27
Said Agil Husin Al-Munawwar, aktualisasi Nilai- Nilai Qur’an Dalam Sistem
pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputan Press, 2009), cet. 1, h. 25
18
ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka
mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari28
.
Kebiasaan selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman
khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa
memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan postif
dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu,
arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang
berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural29
.
Hakikat kebiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Kebiasaan adalah
sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu, uraian tentang kebiasaan selalu menjadi
satu rangkaian tentang perlunya melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
disetiap harinya. Inti dari kebiasaan adalah pengulangan dalam pembinaan sikap,
kebiasaan merupakan penanaman kecakapan-kecakapan berbuat dan
mengucapkan sesuatu, agar cara-cara yang tepat dapat disukai oleh anak.
Kebiasaan pada hakikatnya mempunyai implikasi yang lebih mendalam dari pada
penanaman cara-cara berbuat atau mengucapkan.30
Kebiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam
pembentukan pribadi dan akhlak. Kebiasaan agama akan memasukkan unsur-
unsur politik pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang
28
Ibid., h. 110 29
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 123 30
Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia
Dini: Konsep dan Aplikasinya Dalam PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2013), h. 173-174
19
didapat anak melalui kebiasaan, maka semakin mudahlah ia memahami ajaran
agama.31
Jika kebiasaan sudah ditanamkan, maka anak tidak akan merasa berat lagi
untuk beribadah, bahkan ibadah akan menjadi bingkai amal atau sumber
kenikmatan dalam hidupnya karena bisa berkomunikasi langsung dengan Allah
dan sesama manusia. Agar anak dapat melaksanakan shalat secara benar dan rutin
mereka perlu dibiasakan shalat sejak masih kecil, dari waktu- kewaktu.32
Guru sebagai pendidik dan orang tua di sekolah sangat memiliki peran
penting. Karena dalam pelaksanaan penanaman kebiasaan ini pastilah
memerlukan dukungan dari siswa. Apabila siswa tidak memiliki minat dan
motivasi dalam mengikuti pelaksanaan penanaman kebiasaan. Motivasi
sangatlah dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan ini agar jiwa keagamaan dan
kesadaran peserta didik dapat muncul. Sehingga mereka menjadi generasi muda
umat muslim yang selalu menjaga ibadah.
Anak dalam melakukan proses belajar tidak terlepas dari kebiasaan diri
yang muncul karena adanya faktor dari luar, bila lingkungan tempat tinggal
mendukung dengan segala kebaikan maka sudah barang tentu anak akan tumbuh
dan berkembang secara positif. Tetapi sebaliknya bila lingkungan di dominasi
oleh hal-hal yang kurang baik maka anak akan tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan perilaku negatif yang pasti mempengaruhi diri anak sehingga anak
cenderung melakukan perbuatan negatif. Oleh karena itu lembaga pendidikan dan
31
Zakiah Darajad, Ilmu Jiwa agama, (Jakarta: Bulan Bintang,1993), h. 64 32
Muchtar dan Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
h. 18
20
keluarga harus menciptakan lingkungan yang dapat mendukung proses
pembelajaran tersebut.
Kebiasaan ibadah siswa merupakan perbuatan yang diulang-ulang terus-
menerus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang, seperti kebiasaan berjalan,
berpakaian, berpidato, mengajar dan lain sebagainya. Siswa akan terbiasa
melaksanakan ibadah jika ada kebiasaan pada dirinya.
Dalam kebiasaan beribadah dapat dilakukan oleh orang tua apabila anak
berada di rumah, dan dapat dilakukan oleh guru atau pendidik serta siswa berada
di sekolah. Menurut Jamaludin dalam bukunya Psikologi anak dan Remaja
Muslim, menegaskan bahwa islam menekankan kepada kaum muslimin untuk
memerintahkan anak-anak mereka menjalankan ibadah ketika mereka berumur
tujuh tahun. Hal itu dimaksud agar mereka senang melakukannya dan sudah
terbiasa semenjak kecil33
.
Ibadah yang diterapkan sejak anak masih kecil akan melahirkan
pengalaman-pengalaman yang baik terhadap anak, hal itu berpengaruh positif,
sedangkan pengalaman yang buruk akan memberikan pengaruh negatif terhadap
perkembangan agama anak ketika berusia dewasa. Ibadah-ibadah yang akan bahas
dalam hal ini adalah ibadah sholat, wudhu, puasa, do’a, dan hafalan surat-surat
pendek34
.
33
Jamaluddin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Muslim, 2001), cet.
1, h. 128 34
M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h.
255
21
a. Shalat
Shalat merupakan ibadah yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim.
Sebagai salah satu dari rukun islam, shalat menjadi dasar yang harus ditegakkan
sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan. Dalam pendidik wajib memerintahkan
atau pun mengajari anak shalat. Dalam surah Luqman ayat 17 disebutkan:
زم ٱلهىز لك هي ع اب ك إىه ذ ا أ ص ل ى ه ٱصبس ع س و ي ٱلوك ه ع ٱ عسوف و أهس بٱلو ة و ل ى ب يه أ قن ٱلصه ي
Terjemahnya :
”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.35
Shalat mempunyai kedudukan yang istimewa dalam agama islam,
keistimewaan itu antara lain:
1). Shalat diperintahkan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW
2). Shalat adalah tiang agama, barang siapa yang meninggalkannya maka ia
menghancurkan agama.
3). Berbeda dengan ibadah lainnya, shalat dikerjakan lima waktu dalam sehari36
Praktek kebiasaan shalat dibagi menjadi 2 macam, yaitu praktek kebiasaan
shalat fardhu lima waktu dilaksanakan pada shalat duhur dan praktek shalat dhuha
dimulai pas munculnya matahari dan sebelum tiba shalat duhur.
b. Wudhu
Sebelum menjalankan shalat wajib maupun shalat sunnah maka
diwajibkan bagi setiap muslim untuk mengambil air wudhu terlebih dahulu yang
35
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 605 36
Ibid,, h. 255
22
berfungsi untuk menghilangkan kotoran yang dapat menghalangi sahnya
shalat.37
c. Do’a
Do’a sebaiknya diajarkan pada peserta didik sejak usia dini, hal ini sangat
perlu dilakukan agar anak dapat mengawali aktivitasmya dengan awalan yang
baik. Dalam surah Al-Ghafir ayat 60:
اخسيي هن د ه ي دخلىى ج تي س ي عب اد بكن ٱدعىي أ ست جب ل كن إىه ٱلهريي ي ست كبسوى ع ق ال ز و
Terjemahnya:
Dan Tuhanmu berkata: “Berdoalah kepadaku, niscaya akan aku
perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau
menyembahku akan masuk ke nerakan jahanam dalam keadaan hina dina". 38
d. Menghafal surat pendek
Kebiasaan menghapal surat-surat pendek bertujuan agar siswa selalu ingat
dengan surat-surat yang telah dipelajari dan dihafalkan tersebut. Kegiatan ini
dilakukan berulang-ulang sehingga anak didik hafal dengan bacaan surat
tersebut.39
e. Hikmah ibadah shalat
Shalat mengandung makna pembinaan pribadi, yaitu dapat menghindari
dari perbuatan dosa dan kemungkaran. Orang yang melakukan shalat hidupnya
akan terkontrol dengan baik, sebab setiap waktu shalat, ia menghadapkan dirinya
kehadapan Allah, meminta ampunan dan petunjuknya melalui bacaan shalat yang
diucapkannya, sehingga setelah usai shalat ia dapat kembali kedalam kegiatan
rutinnya dengan jiwa yang sudah bersih, semangat baru dan harapan yang segar.
37
M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998),
h. 225 38
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 159 39
Ibid,...h. 225
23
3. Macam-macam ibadah
a. Ibadah Madhah (ibadah Khusus)
Ibadah madhah atau ibadah yang ketentuannya pasti, yakni ibadah yang
ketentuan atau pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari
ibadah kepada Allah SWT seperti Shalat wajib, puasa, zakat, dan haji.
b. Ibadah Ghairu Madhah (ibadah ammah)
Ibadah Ghairu Madhah adalah ibadah yakni semua perbuatan yang
mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah
SWT seperti minum, makan, dan bekerja mencari nafkah. Hal ini berarti niat
merupakan kriteria sahnya ibadah ghairu madhah dengan kata lain, semua bentuk
amal kebaikan dapat dikatakan ibadah ammah bila dilandasi dengan niat semata-
mata karena Allah SWT.40
4. Shalat sebagai salah satu bentuk ibadah
a. Pengertian Shalat
Shalat adalah ibadah utama dalam Islam sekaligus bentuk aktual dari
penghambaan total yang pertama kali wajib hukumnya untuk dilaksanakan oleh
setiap muslim yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, baligh, dan sehat
secara jasmani dan rohani. Jika seorang manusia tidak menjalankan shalat dan
tidak menjadikan shalat sebagai jiwa dalam hidupnya, maka ia belum dapat
dikatakan menjalankan ibadah kepada Allah SWT, atau dapat dengan kata lain
manusia itu bukan seorang muslim.
40
Ahmad Thib Raya dan Siti Musda Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam,
(Jakarta: PRENADA MEDIA, 2003), h. 142
24
b. Tata cara shalat
1. Wudhu
2. Niat
3. Berdiri sambil mengangkat tangan kemudian bertakbir
4. Membaca do’a iftitah
5. Membaca surah Al-fatihah
6. Ruku’
7. Sujud
8. Duduk diantara dua sujud
9. Tasyahud akhir
10. Salam41
c. Hukum meninggalkan shalat
Selain memerintahkan kita untuk selalu mendirikan shalat, Allah dan
rasulnya juga menegaskan hukuman bagi mereka yang meninggalkan shalat.
shalat merupakan amalan yang akan pertama kali dihisab oleh Allah dihari akhir
nanti. Siapa saja diantara seorang muslim meninggalkan shalat dengan sengaja
karena mengingkari wajibnya shalat hukumnya adalah kafir, murtad, dan keluar
dari islam berdasarkan al-qur’an dan as-sunnah serta kesepakatan para ulama,
karena berarti ia telah mendustakan Allah dan rasulnya.
d. Hukum orang yang meninggalkan shalat
1) Meninggalkan shalat karena mengingkari kewajiban
2) Meninggalkan shalat karena uzur
41
Abu Sayyit Alit Ibrahim, Buku Pintar Mendirikan Shalat Sesuai Tuntunan Rasulullah,
(Jakarta: Tangga Pustaka, 2019) , h.37-93
25
3) Meninggalkan shalat karena malas42
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai ummat
muslim yang taat beragama hendaknya kita menjaga shalat-shalat dan tak lupa
tentunya menambahnya dengan shalat-shalat lain yang disunnahkan oleh nabi
muhammad SAW yang dimana seorang ummat muslim yang meninggalkan shalat
adalah suatu kezaliman yang sangat besar, sebuah perbuatan yang sangat fatal
bagi ummat muslim. Sebagaimana hukum orang yang meninggalkan shalat ialah
bahwa mereka telah dianggap kafir atau keluar dari Agama Islam.
Ibadah shalat adalah sebagai salah satu perintah dalam Agama Islam
dimana ibadah shalat ada peraturan- peraturan yang mengatur
hubungan Allah SWT dengan hambanya. Ibadah shalat juga dapat memberikan
manfaat bagi siapa saja yang melakukannya dengan sempurna, tidak ada nikmat
yang lebih besar selain merasakan diri dan hati dalam kekhusyu’an ketika
beribadah kepada Allah SWT.
5. Faktor pendukung penanaman kebiasaan beribadah siswa
a) Faktor lingkungan keluarga
Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak
dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena itu sebagai intervensi
terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua diberi beban
tanggung jawab.43
42
Asep Maulana dan Ust. Abdullah Jinaan, Panduan Lengkap Shalat Fardhu dan Shalat
Sunnah, (Jakarta: PT Grasindo 2017), h. 7-8 43
Jalaluddin, Said Usman, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya (Jakarta: raja Grafindo Persada, 1994), h. 219
26
Ada semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan kepada orang tua,
yaitu mengazangkan telinga bayi yang baru lahir, mengakikah, memberi nama
yang baik, mengajarkan membaca Al-Qur’an, menanamkan kebiasaan ibadah
shalat serta bimbingan lainnya yang sejalan dengan perintah agama. Keluarga
dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi
perkembangan jiwa keagamaan.44
Dari penjelasan diatas, dapat menyimpulkan bahwa lingkungan keluarga
adalah merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh sekali dalam kebiasaan
beribadah siswa atau anak, dalam arti apabila lingkungan keluarga mendukung
pasti kebiasaan beribadah anak akan berhasil, yang mana hal tersebut merupakan
alat penunjang dalam penanaman kebiasaan ibadah siswa.
b) Faktor lingkungan sekolah
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh
dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Yang dimana pengaruh itu
dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: kurikulum dan anak, hubungan guru
dan murid, dan hubungan antar anak.
Dilihat dari kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan,
tampaknya ketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh. Sebab pada prinsipnya
perkembangan jiwa keagamaan tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan dalam
membentuk kepribadian yang luhur.
Melalui kurikulum, yang berisi materi pengajaran, sikap dan keteladanan
guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai berperan
44
Ibid., h. 221
27
dalam menanamkan kebiasaan yang baik. Kebiasaan yang baik merupakan bagian
dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa
keagamaan seseorang.45
c) Lingkungan masyarakat (pergaulan)
Lingkungan masyarakat merupakan Lingkungan yang sebenarnya, dalam
membentuk kepribadian yang religius. Dilingkungan inilah seorang anak akan
melangsungkan kehidupan yang sesungguhnya, dengan berbagai macam karakter
manusia yang hidup ditengah-tengah siswa atau anak, pasti akan besar
pengaruhnya terhadap kepribadiannya.
Lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang mengandung
unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh belakang,
tapi norma dan tata nilai yang ada terkadang lebih mengikat sifatnya. Bahkan
terkadang pengaruhnya lebih besar dan perkembangan jiwa keagamaan baik
dalam bentuk positif maupun negatif. Misalnya lingkungan masyarakat yang
memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi
perkembangan jiwa keagamaan anak, akan tetapi lingkungan masyarakat yang
tradisi keagamaannya kurang maka akan membawa pengaruh yang negatif
terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak.
6. Faktor penghambat penanaman kebiasaan beribadah siswa
a) Terbatasnya pengawasan pihak sekolah
Pihak sekolah khususnya guru tidak bisa selalu memantau atau
mengawasi pelaksanaan ibadah siswa diluar sekolah. Selain itu guru diluar tidak
45
Ibid.., h. 221
28
mengetahui baik buruk lingkungan tempat tinggal siswa terutama sekali orang tua
atau keluarga yang sangat memegang peranan penting dalam menanamkan
kebiasaan beribadah siswa.
Lembaga sekolah mempunyai keterbatasan dalam melaksanakan
pengawasan bagi siswa, ini dikarenakan lembaga sekolah pada umumnya tidak
memberlakukan sistem full day. Ini semua bisa teratasi kalau semua komponen
dalam lingkungan pendidikan selalu bekerja sama untuk saling mengawasi.
Dengan demikian pastinya Guru Pendidikan Agama Islam tidak bisa maksimal
dalam mengawal siswa untuk melaksanakan kebiasaan beribadah siswa.
b) Kesadaran para siswa
Siswa kurang sadar akan pentingnya menanamkan kebiasaan diri untuk
beribadah yang dilakukan oleh sekolah, padahal kegiatan tersebut berkaitan sekali
dengan kebutuhan siswa untuk menentukan kepribadian yang bersifat relegius.
c) Kurangnya sarana dan prasarana
Guru menunjang strategi dalam menanamkan kebiasaan beribadah siswa
maka juga harus ada kegiatan-kegiatan yang bisa mendukungnya. Kegiatan-
kegiatan tersebut bisa berjalan lancar apabila sarana dan prasarananya dapat
terpenuhi, namun apabila sarana dan prasarananya kurang maka hal tersebut
menjadi kendala bagi pelaksanaan kegiatan.
d) Pengaruh media elektronik
Media elektronik diakui atau tidak merupakan sebuah penghambat dalam
terlaksananya kebiasaan beribadah siswa, karena dalam diri anak tidak terlepas
29
dari kebutuhan terhadap media elektronik. Siswa tidak menutup kemungkinan
juga akan selalu merasa penasaran dalam menggunakan media elektronik tersebut.
Seperti tontonan televisi yang kurang mendidik merupakan pengaruh
yang tidak baik bagi anak-anak, karena secara tidak langsung memberikan rasa
suka, dan tertanam terhadap siswa tayangan tersebut sayang untuk ditinggalkan,
padahal biasanya anak tersebut sudah melaksanakan ibadah shalat sebelumnya.46
46
Op.cit., h. 221
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
berusaha menangkap gejala secara holistik konsektual melalui pengumpulan data
dari subjek yang diteliti sebagai sumber langsung dengan instrumen kunci peneliti
sendiri, yaitu peneliti merupakan perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data,
analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil
penelitiannya.
Penelitian kualitatif yang ingin mengetahui tentang Peran Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa
Kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,
peneliti senantiasa mengamati, mencatat, berkonsultasi, dan melakukan dialog
untuk menemukan konsep tentang judul penelitian tersebut.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini adalah di SD Inpres Pakkingkingan
Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Yang menjadi objek penelitian ini adalah
peran guru Pendidikan Agama Islam.
C. Fokus penelitian dan Deksripsi penelitian
1. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian adalah:
1) Peran Guru Pendidikan Agama Islam
2) Penanaman kebiasaan beribadah siswa
31
2. Deksripsi Fokus Penelitian
Untuk menghindari dari berbagai argumentasi dan penafsiran-penafsiran
yang berbeda-beda akan timbul setelah membaca tulisan ini serta untuk mencegah
kesimpangsiuran penjelasan dan pokok permasalahan yang terdapat didalam judul
adalah sebagai berikut:
a. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya Peran Guru Pendidikan Agama Islam dan guru umum itu
sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia
miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan
mengetahui ilmu pegetahuan yang lebih luas lagi. Tugas dan peran guru tidaklah
terbatas didalam masyarakat dimana sang guru berada, sebab seorang guru pada
hakikatnya merupakan pribadi dan komponen strategis memiliki peran yang
sangat penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa, sehingga ia
harus bisa besinergi dengan siapapun selama bertujuan memberikan kebaikan dan
kemanfaatan kepada orang lain.
b. Penanaman kebiasaan ibadah shalat
Kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang terus-menerus
sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang, seperti kebiasaan berjalan,
berpakaian, berpidato, mengajar dan lain sebagainya. Peserta didik akan terbiasa
melaksanakan ibadah jika ada pembiasaan pada dirinya.
Dalam pelaksanaan pembiasaan beribadah dapat dilakukan oleh orang
tua apabila anak berada di rumah, dan dapat dilakukan oleh guru atau pendidik
serta peserta didik berada di sekolah.
32
D. Sumber Data
Suharsimi Arikunto mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan
sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data yaitu :
1. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari objek
penelitian. Adapun sumber data yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian adalah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan
Bajeng Kabupaten Gowa
2. Data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh tidak secara lanngsung dari
objek penelitian atau data diperoleh dari pihak ketiga.47
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sebagai alat bantu untuk mengumpulkan dan
memverifikasi data yang diperlukan, untuk menjawab rumusan masalah penelitian
diperoleh melalui instrumen. Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini berupa: pedoman wawancara (interview) adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data-data melalui proses tanya jawab berupa pertanyaan
dari pihak yang diwawancarai dan jawaban yang diberikan oleh yang
diwawancarai.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitaf (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet.
14, h. 225
33
F. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah bahan mentah yang dikumpulkan peneliti dari lapangan
penelitian. Data merupakan bahan spesifik dalam melakukan analisis penelitian
ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data:
1. Interview (Wawancara)
Penelitian ini, interview digunakan Untuk memperoleh data yang
diinginkan, peneliti menggunakan pedoman interview dengan informan sebagai
berikut: waka kurikulum, waka sarana prasarana, guru pembimbing Pendidikan
Agama Islam dan siswa di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa.
2. Observasi
Hal ini peneliti mengobservasi yang dapat digunakan dalam penelitian
untuk mengamati peran guru pendidikan agama islam dalam penanaman
Kebiasaan Beribadah di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengetahui hasil ujian responden, juga
data-data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini pada hakekatnya berwujud penelitian deskriptif kualitatif.
Maka teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa
34
deskriptif. Penerapan teknik analisa deskriptif dilakukan melalui 3 alur kegiatan,
yaitu:
1. Data Reduction (reduksi data)
Reduksi data diartikan sebagai proses penelitian, pemusatan pada
penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang memajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu untuk
menghasilkan data yang potensial untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian.
Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabdian, transformasi, data mentah atau data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, reduksi data berlangsung secara
terus-menerus selama pengumpulan data berlangsung.
2. Data Display ( Penyajian Data)
Penyajian data display yaitu mendeskripsikan sekumpulan informasi
tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentu teks naratif.
Penyajian juga berbentuk matrik, diagram tabel dan bagan. Semua dirancang guna
menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah
dipahami.
Sehubungan dengan data yang diperoleh terdiri dari kata-kata, kalimat-
kalimat, paragraph, maka penyajian data yang paling sering digunakan adalah
berbentuk uraian naratif yang panjang dan terpencar-pencar bagian demi bagian,
35
tersusun kurang baik, maka dari itu informasi yang bersifat kompleks, disusun ke
dalam suatu kesatuan bentuk yang lebih sederhana dan selektif, sehingga mudah
dipahami.
3. Conclusion Drawing/ verification
Penarikan kesimpulan atau verification merupakan bagian akhir dari
analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yang
menemukan makna data yang telah disajikan. Cara yang digunakan bervariasi,
dapat menggunakan perbandingan kontras, menemukan pola dan tema,
pengelompokkan, dan menghubung-hubungkan satu sama lain. Makna yang
ditemukan peneliti harus diuji kebenarannya, kecocokan, dan kekokohannya.
Verifikasi merupakan rangkaian analisis data puncak. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi dimaksudkan untuk mengahsilkan kesimpulan yang valid.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Identitas sekolah
Nama sekolah : SD Inpres Pakkingkingan
Nomor Statistik Sekolah : 1011190305045
NPSN : 40300974
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Tamacinna
Kode Pos : 92153
RT/RW : 003/001
Desa/Kelurahan : Maradekaya
Kecamatan : Bajeng
Kabupaten : Gowa
Provinsi : Sulawesi Selatan
Status Gedung : Pemda
NPWP : 004578043807000
Status Akreditasi : B
Luas Tanah : 1800 m2
2. Visi dan Misi
a. Visi
Terwujudnya siswa yang berprestasi, berakhlak mulia, dan berbudaya.
37
b. Misi
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif
2) Menyiapkan generasi unggul dan berkarakter
3) Menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya daerah
4) Mengembangkan dan membina kegiatan ekstrakurikuler
5) Melaksanakan kedisiplinan secara menyeluruh
6) Menyiapkan lulusan yang berprestasi, berakhlak mulia, dan bertaqwa
kepada tuhan yang maha esa
3. Tujuan Sekolah
“Sedikit bicara banyak berbuat”
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat menunjang proses belajar mengajar,
disamping kemampuan siswa menerima pelajaran dan cara guru menyajikan
materi pelajaran yang disampaikan yang sesuai dengan keadaan dan situasi siswa,
akan tetapi sangat berpengaruh juga dengan fasilitas atau sarana dan prasarana
yang dapat menunjang keefektiifan belajar siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung di sekolah SD Inpres Pakkingkingan memiliki fasilitas yang dapat
dikategorikan memadai dan mendukung berlangsungnya proses pembelajaran
yang kondusif, fasilitas tersebut meliputi.48
48
Sumber Data: Kantor TU SD Inpres Pakkingkingan Kec. Bajeng Kab. Gowa
38
Tabel 1. Sarana dan Prasarana SD Inpres Pakkingkingan
No Fasilitas Jumlah Ket.
1 Ruang Kelas 6 Buah
2 Kantor 1 Buah
3 Ruang TU 1 Buah
4 Ruang guru 1 Buah
5 Perpustakaan 1 Buah
6 Tempat Ibadah/Musholla 1 Buah
7 Kantin 1 Buah
8 Toilet 2 Buah
9 Lapangan Sekolah 1 Buah
10 Rumah guru 1 Buah
11 Rumah penjaga sekolah 1 Buah
5. Keadaan Guru
Mengenai keberadaan guru di sekolah SD Inpres Pakkingkingan, peneliti
memberi gambaran sebagaimana tercamtum dalam tabel berikut ini:49
49
Sumber Data: Kantor TU SD Inpres Pakkingkingan Kec. Bajeng Kab. Gowa
39
Tabel 2. Data Guru SD Inpres Pakkingkingan
No Nama Jabatan Status Guru
1 SYAMSIAR, S.Pd Kepala Sekolah PNS
2 HJ.ST. KAMARIAH, S.Pd Guru Wali Kelas II PNS
3 HJ.ST. JOHORAH, S.Pd Guru Wali Kelas 3 PNS
4 JUMA ALI, S.Pd Guru Wali Kelas VI PNS
5 NURBIA, S.Pd Guru Wali Kelas I PNS
6 RAHMI ISTIFAWATI RAJAB, S.Pd Operator HONOR
7 NURBAITI, S.Pd.,I Guru Agama HONOR
8 RAFIUDDIN, S.Pd Guru PJOK HONOR
9 SYAMSIAH, S.Pd Guru Wali Kelas V HONOR
10 ANDI RASNAWATI, S.Pd Guru Mulok HONOR
11 NININ ANGGRAENI, S.Pd Guru Seni budaya HONOR
12 NUR ANNISA, S.Pd Guru Wali Kelas IV HONOR
13 ANNISA AULIA, S.Pd Guru Bhs. Indonesia HONOR
14 M. KASIR BS HONOR
40
6. Keadaan Siswa
Siswa bagian dari komponen yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah
karena siswa merupakan objek pendidikan dan tujuan untuk diberi pengajaran.
Pendidik tidak mungkin terlaksana tanpa adanya siswa sebagai objek yang
menerima pendidikan.
Dengan demikian sehingga menjadi sarana pokok dalam proses belajar mengajar
adalah siswa sehingga tujuan dari pendidikan dan pengajaran adalah merubah pola
tingkah laku anak didik kearah kematangan kepribadiannya. Untuk mengetahui
keadaan siswa sekolah SD Inpres Pakkingkingan.50
Tabel 3. Data siswa SD Inpres pakkingkingan
NO KELAS
JUMLAH
TOTAL
L P
1 I 15 15 30
2 II 16 18 34
3 III 15 8 23
4 IV 18 19 37
5 V 8 14 22
6 VI 8 14 22
TOTAL JUMLAH 80 88 168
50
Sumber Data: Kantor TU SD Inpres Pakkingkingan Kec. Bajeng Kab. Gowa
41
B. Pembahasan
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Kebiasaan
Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan
Bajeng Kabupaten Gowa
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan siswa untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena
manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembangannya
senantiasa membutuhkan orang lain sejak lahir bahkan pada saat meninggal.
Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam
perkembangannya, demikian halnya siswa ketika orang tua mendaftarkan
anaknya kesekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan guru, agar anaknya
dapat berkembang secara optimal
a. Memberikan contoh atau teladan yang baik
Guru tidak hanya berperan sebagai mengembangkan wawasan
pemahaman siswa tentang beribadah, menanamkan untuk beribadah, dan
menggerakkan siswa untuk beribadah secara berjamaah, tetapi juga memberikan
tauladan terhadap siswa dengan aktif juga melaksanakan kegiatan-kegiatan
keagamaan dalam hal beribadah seperti kultum, menghapal surat-surat pendek,
tadarus, serta melaksanakan shalat duhur secara berjamaah, shalat dhuha secara
berjamaah dengan siswa di lingkungan sekolah. Tentunya hal ini dilakukan tidak
hanya semata-mata memberikan contoh yang baik kepada siswa dengan
menanamkan kebiasaan beribadah yang baik, namun lebih dari itu yakni didorong
oleh pemahaman, penghayatan, dan pengalaman terhadap ajaran agama islam
untuk mencari ridho Allah SWT.
42
b. Memberikan nasehat
Guru pendidikan Agama Islam selalu memberikan nasehat terhadap
siswa di sela-sela jam pelajaran berlangsung atau ketika setelah melaksanakan
beribadah shalat duhur secara berjamaah, pada saat itu Guru Pendidikan Agama
Islam memberikan kultum yang biasanya digunakan oleh Guru Pendidikan
Agama Islam untuk memberikan nasehat tentang apa saja, tentang pentingnya
beribadah yakni shalat 5 waktu dan ibadah lainnya apalagi dilaksanakan secara
berjamaah.
c. Membiasakan ibadah shalat duhur secara berjamaah
Guru Pendidikan Agama Islam selalu membiasakan siswanya untuk
menjalankan ibadah shalat duhur secara berjamaah, hal yang terpenting dari
semua itu adalah konsisten, Guru Pendidikan Agama Islam dalam membiasakan
beribadah terhadap siswa tidak akan berhasil jika apabila tidak ada konsisten dari
Guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri sehingga tujuan membiasakan ini bisa
tercapai dan siswa bisa menjalankan beribadah yakni shalat duhur secara
berjamaah tanpa kucing-kucingan terlebih dahulu dengan para guru.
d. Menegakkan kedisiplinan
Guru Pendidikan Agama Islam dan guru-guru lain selalu menerapkan
kedisiplinan bagi semua siswa tanpa terkecuali, yaitu dengan cara setiap siswa
tidak mengikuti shalat duhur dan shalat dhuha secara berjamaah akan diberikan
hukuman terhadap siswa yaitu seperti teguran, membersihkan kelas, dan
menghafal surat-surat pendek atau menghafal bacaan shalat.
43
e. Memberikan motivasi
Dengan adanya motivasi sangat dibutuhkan oleh siswa, dimana siswa
akan termotivasi jika Guru Pendidikan Agama Islam memperhatikan dan
memberikan contoh-contoh kepada siswa yang akan membangkitkan semangat
belajar, terutama dalam hal beribadah seperti menunjukkan video hafiz qur’an dan
serta murotal anak hafiz qur’an pada saat melaksanakan shalat sehingga siswa
akan termotivasi dan mengikuti atau meniru apa yang perlihatkan oleh gurunya
dalam hal beribadah siswa tersebut.
Uraian di atas dikuatkan dengan hasil wawancara ibu Nur Annisa, S.Pd.
selaku Guru Wali Kelas IV mengatakan bahwa:
“Setiap pertemuan dalam mata pelajaran PAI, Guru selalu mengajak
siswa membaca doa sebelum dan sesudah pembelajaran kemudian tepat
waktu dalam shalat serta Guru PAI senantiasa memberikan contoh yang
baik seperti mengarahkan siswa untuk bertadarus, bershalawat, dan
menghapal bacaan shalat serta senantiasa membiasakan shalat lima
waktu dan shalat sunnah.”51
Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa siswa harus
ditanamkan bagaimana melaksanakan ibadah shalat dengan tepat waktu seperti
shalat wajib dilakukan dengan tepat waktu (waktu yang ditentukan) dan sebelum
mata pelajaran pendidikan agama islam atau mata pelajaran umum dilaksanakan
harus membaca doa sesudah atau sebelum mata pelajaran tersebut dimulai.
Wawancara dengan ibu Nurbaiti, S.Pd.I selaku Guru Pendidikan Agama
Islam mengatakan bahwa:
51
Nur Annisa, S.Pd.,Guru Wali Kelas Iv (Wawancara 29-06-2020)
44
“Setiap hari Guru Pendidikan Agama Islam menerapkan ibadah rutinitas
sebelum masuk di kelas memberikan salam, berjabat tangan dengan
gurunya. Kemudian sampai didalam sebelum siswa belajar harus
membaca do’a, surat-surat pendek atau bershalawat setiap hari khusus
kelas IV. Dan setiap kelas Guru PAI mengevaluasi bacaan shalat serta
bacaan al-quran siswa tersebut.”52
Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru terkhusus
peran Guru PAI dalam menanamkan kebiasaan beribadah siswa yaitu guru yang
aktif melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, sehingga siswa aktif dan
berpengalaman kemudian jadi kebiasaan dalam melaksanakan ibadah shalat,
seperti shalat jum’at, shalat dhuha, serta ibadah shalat sunnah lainnya.
Wawancara dengan saudara Muh Ghaizan selaku Siswa Kelas IV
mengatakan bahwa:
“Sebagaimana Guru Pendidikan Agama Islam sering mengajak semua
siswa ke mushollah untuk melaksanakan shalat duhur secara berjamaah
akan tetapi pada saat siswa diarahkan untuk ke musholla ada sebagian
siswa langsung ke kantin untuk makan atau belanja.”53
Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa diajak
ke musholla untuk melaksanakan shalat secara berjamaah sehingga Guru PAI
dapat menanamkan kebiasaan beribadah terhadap siswanya dalam hal untuk
melaksanakan ibadah shalat secara berjamaah baik di sekolah maupun di rumah
agar siswa tidak lagi merasa bosan untuk diajak shalat karena Guru PAI berperan
aktif untuk mengarahkan siswa dalam melaksankan ibada shalat di musholla serta
dapat memberikan pengertian dan pemahaman tentang pentingnya ibadah shalat,
memberitahu siswa bahwa banyak sekali manfaat yang didapatkan dari ibadah
shalat apalagi dilakukan dengan berjamaah.
52
Nurbaiti, S.Pd. I., Guru Pendidikan Agama Islam (Wawancara 26-06-2020) 53
Muh Ghaizan, Siswa Kelas IV (Wawancara 28-06-2020)
45
2. Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres
Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
Penanaman kebiasaan beribadah siswa harus dimulai sejak pada usia
dini dan para siswa dibiasakan melaksanakan kewajiban ibadah shalat, sehingga
kebiasaan para siswa memiliki kepribadian yang baik. Adapun kebiasaan yang
dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam terhadap siswa yaitu:
a. Kebiasaan beribadah shalat duhur secara berjamaah, Guru Pendidikan Islam
selalu membiasakan shalat duhur secara berjamaah hal ini dilakukan oleh siswa
sebagai bentuk kepatuhan seorang hamba kepada penciptanya dengan cara
shalat, yaitu ibadah yang tersusun dari perbuatan, perkataan, dimulai dengan
takbir, diakhiri dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.
b. Kebisaan shalat jum’at, guru pendidikan agama islam sebelum memulai
pembelajaran akan membiasakan segala aktivas beribadah shalat wajib yang
dilksanakan secara berjamaah, bagi lelaki muslim setiap hari jum’at
menggantikan shalat duhur.
c. Kebiasaan shalat dhuha, Guru Pendidikan Agama Islam dapat membiasakan
beribadah siswa dengan selalu melaksanakan ibadah shalat dhuha maupun
ibadah lainnya.
d. Membaca al-qur’an
Guru Pendidikan Agama Islam selalu menanamkan nilai-nilai ibadah yang
dimana setiap hari wajib bertadarus bagi setiap peserta didik.
46
e. Kultum
Kultum biasanya dilakukan peserta didik pada setiap kali menyelesaikan
beribadah shalat, sehingga Guru Pendidikan Agama Islam dapat menanamkan
kebiasaan ibadah shalat peserta didik dengan nilai-nilai ibadah tersebut.
f. Menghafal surat-surat pendek, guru pendidikan agama islam sebelum
melakukan suatu aktivitas atau memulai pembelajaran setiap sisiwa diharuskan
menghafal surat-surat pendek minimal 1 surat
g. Membaca do’a, sebelum mata pelajaran dimulai setiap siswa dibiasakan
membaca doa terlebih dahulu sebelum memulai sesuatu pekerjaan atau dalam
proses belajar.
h. Guru Pendidikan Agama Islam membiasakan hidup bersih terhadap siswa
pada saat melaksanakan ibadah shalat.
Uraian di atas dikuatkan dengan wawancara ibu Nurbaiti, S.Pd.I selaku
Guru Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa:
“Sebagai Guru pendidikan Agama Islam melakukan banyak program
kegiatan dari pemerintah seperti jum’at ibadah, setiap hari jum’at mulai
dari jam 7 pagi sampai jam 8 sebelum masuk dikelas siswa melaksanakan
jum’at ibadah. Jum’at ibadah terdiri dari 2 bagian yaitu tadarus, dan
shalat dhuha secara berjamaah. Dalam kegiatan jum’at ibadah selalu
dilakukan dengan tadarus secara bergantian dengan dipilihnya salah satu
dari siswa tersebut dengan cara bergantian ada yang bertugas menjadi
MC, mengaji, menghapal surat-surat pendek, dan ceramah kemudian
dalam kegiatan tersebut dengan adannya shalat dhuha secara berjamaah
Guru PAI akan menunjuk salah satu dari siswa kelas IV jadi imam.”54
Hasil wawancara di atas menyimpulkan bahwa Guru Pendidikan Agama
Islam menanamkan kebiasaan terhadap siswa melalui beberapa kegiatan seperti
54
Nurbaiti, S.Pd. I., Guru Pendidikan Agama Islam (Wawancara 28-06-2020)
47
jum’at ibadah, tadarus, shalat dhuha, menghapal surat-surat pendek, kemudian
ceramah atau kultum, dan lain-lain.
Wawancara dengan ibu Nur Annisa, S.Pd. selaku Guru Wali Kelas IV
mengatakan bahwa:
“Peserta didik harus dibiasakan hidup bersih, memberi salam ketika
bertemu ibu atau bapak guru dalam lingkungan sekolah dan
membiasakan membaca doa ketika memulai sesuatu pekerjaan atau
dalam proses belajar kemudian mengajak siswa untuk selalu berjamaah
di musholla”.55
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa setiap siswa
harus membiasakan dan diajarkan hidup bersih karena kebersihan itu sebagian
dari iman, kemudian Guru Pendidikan Agama Islam dapat menanamkan
kebiasaan beribadah shalat di musholla dan nilai-nilai ibadah lainnya terhadap
siswa akan terwujudnya kebiasaan yang akan berdampak positif terhadap
perilaku dan akhlak siswa itu sendiri.
Wawancara dengan saudari zalza fajriani marzuki selaku Siswa Kelas IV
mengatakan bahwa:
“Guru Pendidikan Agama Islam Selalu menanamkan dan mengajarkan
bagaimana cara beribadah yang baik dan benar sesuai dengan dalam al-
qur’an”56
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Guru Pendidikan Agama
Islam setiap hari mengajarkan dan menanamkan cara-cara beribadah dengan baik
dan benar sesuai dalam al-qur’an dan syariat islam, sehingga terwujud beberapa
model dalam penanaman kebiasaan ibadah siswa untuk mengajak dan
mengarahkan siswa untuk selalu rajin melaksanakan ibadah di musholla serta
55
Nur Annisa, S. Pd. Guru Wali Kelas IV (Wawancara 27-06-2020) 56
Zalza Fajriani Marzuki, Siswa Kelas IV (wawancara 26-06-2020)
48
menanamkan nilai-nilai shalat berjamaah kepada siswa dengan cara pembiasaan
dan penanaman nilai-nilai disiplin.
3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Penanaman Kebiasaan
Beribadah Di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten
Gowa
a. Faktor pendukung
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Guru Pendidikan
Agama Islam ada beberapa faktor pendukung dalam penanaman kebiasaan
beribadah siswa ini berjalan dengan baik, adapun faktor tersebut sebagai berikut:
1) Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor pendukung dalam
penanaman kebiasaan beribadah siswa, Guru Pendidikan Agama Islam akan
mengalami kesulitan jika sarana dan prasarana yang di sekolah tidak
memadai.sehingga Peran Guru Pendidikan Agama Islam lebih mudah tercapai
dengan adanya sarana dan prasarana yang baik, seperti yang di sediakan oleh
sekolah berupa Al-quran, buku tajwid, juz amma, musholla, dan sarana dan
prasarana yang mendukung dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa.
Uraian di atas dikuatkan oleh hasil wawancara ibu Nurbaiti, S.Pd., I.
Selaku Guru Pendidikan Agama Islam mengatakan Bahwa:
“Di sekolah sudah menyediakan fasilitas berupa Juz Amma, Tersedinya
alat peraga atau perangkat pembelajaran yang mendukung siswa senang
karena ditampilkannya gambar atau film yang memperlihatkan tentang
bagaimana beribadah dengan baik melalui LCD.”57
Pernyataan di atas dapat diperkuat oleh hasil wawancara dengan ibu
Syamsiar, S.Pd selaku kepala sekolah mengatakan bahwa:
57
Nurbaiti, S.Pd.I., Guru Pendidikan Agama Islam (wawancara 30-06-2020)
49
“Beberapa fasilitas di sekolah sudah lengkap seperti al-qur’an, juz amma,
dan buku panduan tentang ibadah shalat sehingga siswa bisa membaca
dan mempelajari buku panduan shalat tersebut, Ketika kegiatan jum’at
ibadah Guru pendidikan Agama islam memberikan tugas pada siswa dari
masing-masing perwakilan dikelas tersebut, seperti ceramah dan lain-
lain. Sehingga itu juga jadi faktor pendukung dalam penanaman
kebiasaan beribadah siswa.”58
Berdasarkan Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sarana
dan prasana yang ada di SD Inpres Pakkingkingan sudah cukup baik, sarana dan
prasarana yang baik dan memadai diharapkan membantu Peran Guru Pendidikan
Agama Islam dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa serta dengan adanya
buku panduan ilmu tajwid akan memudahkan siswa dalam melaksanakan ibadah
shalat.
2) Pemberian motivasi
Adapun Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam penanaman
kebiasaan beribadah siswa. Pemberian motivasi ini sangat bermanfaat bagi
siswa dalam membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa
untuk selalu memperbaiki kebiasaan-kebiasaan dalam melaksanakan ibadah
shalat siswa serta bacaan al-qur’an terhadap siswa agar tidak mengalami kesulitan
dalam menanamkan kebiasaan beribadah.
Dalam memberikan motivasi siswa, maka seorang guru khususnya
Guru PAI juga harus mampu memotivasi dirinya, menjadi teladan yang baik
karena segala perbuatannya selalu menjadi sorotan bagi siswanya. Seperti
kebiasaan guru dalam melaksanakan ibadah, membaca al-quran, tutur kata,
maupun dalam bertindak.
58
Syamsiar, S.Pd., Kepala Sekolah SD Inpres Pakkingkingan (wawancara 06-07-2020)
50
3) Adanya kerja sama yang baik antara Guru PAI dan Kepala Sekolah
Peran yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam akan sia-sia
apabila tidak ada kerja sama yang baik dengan kepala sekolah dan guru-guru lain
dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa di sekolah, dalam hal ini kepala
sekolah memberikan keleluasan kepada kami terkhusus Guru Pendidikan Agama
Islam dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab kami sebagai pendidik. Yang
dimana guru-guru lain membantu Guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengarahkan dan mengontrol siswa ketika waktu shalat tiba. Sehingga kebiasaan
ibadah siswa juga akan terkontrol dengan baik ketika guru-guru bergerak dalam
hal mengajak siswa untuk ke musholla dan melaksanakan ibadah shalat secara
berjamaah.
Uraian di atas dikuatkan oleh hasil wawancara dengan ibu Nur Annisa,
S.Pd., Selaku Wali Kelas IV mengatakan Bahwa:
“Dengan adanya kerja sama yang baik antara Guru Pendidikan Agama
Islam dan kepala sekolah serta guru-guru yang lain dalam mengarahkan
siswa dan mengontrol ibadah shalat siswa tersebut kemudian Guru
Pendidikan Agama Islam memberikan motivasi terhadap siswa dengan
adanya contoh yang dilihat atau yang menampilkan anak-anak yang hafiz
dalam vidio atau media pembelajaran, siswa yang fasih dalam membaca
al-qur’an, akan mendukung siswa yang lain dalam penanaman kebiasaan
beribadah.”59
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa siswa
akan termotivasi terhadap hal-hal yang membuatnya senang seperti dengan
menampilkan vidio atau murotal anak-anak hafiz qur’an, sehingga siswa akan
termotivasi dalam membaca al-qur’an kemudian Guru Pendidikan Agama Islam
59
Nur Annisa S.Pd., Guru Wali Kelas IV (wawancara 01-07-2020)
51
juga bisa menanamkan kebiasaan beribadah siswa dengan adanya media audio
visual yang ditampilkan.
b. Faktor penghambat
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru pendidikan
agama islam ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam penanaman
kebiasaan beribadah siswa ini berjalan kurang baik, adapun faktor tersebut sebagai
berikut:
1) Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang siswa,. siswa
yang berada pada lingkungan keluarga yang religius akan tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan yang religius. Begitu juga
sebaliknya siswa yang berada pada lingkungan yang kurang peka terhadap
kesadaran beragama, maka tumbuh kembang siswa tersebut sama dengan
lingkungan sekitarnya.
Uraian di atas diperkuat oleh hasil wawancara dengan ibu Nurbaiti,
S.Pd., I. Selaku Guru Pendidikan Agama Islam mengatakan Bahwa:
“Tidak mau disiplin dalam hal beribadah, Faktor keluarga, kurangnnya
perhatian dari orang tua untuk mengontrol kebiasaan beribadah siswa,
Faktor lingkungan, siswa kebanyakan bergaul dengan sebagian temannya
yang mengajak dalam hal-hal yang berdampak negatif atau tidak
bermanfaat”60
Berdasarkan Hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa Faktor
yang menghambat Guru PAI dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa yaitu
60
Nurbaiti, S.Pd. I., Guru Pendidikan Agama Islam (wawancara 30-06-2020)
52
dengan tidak kedisiplinan siswa dalam hal ibadah shalat serta kurangnya
pengontrolan orang tua terhadap kebiasaan ibadah shalat siswa di rumah.
2) Kurangnya kerjasama antara orang tua dan Guru Pendidikan Agama Islam
dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa
Kerja sama orang tua dan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
penanaman kebiasaan beribadah siswa memang sangat penting, hal ini sebagai
bentuk kepedulian yang diberikan oleh orang tua dan guru agar siswa bisa
membiasakan beribadah seperti ibadah shalat secara berjamaah, tadarus, dan
menghapal surat-surat pendek baik di sekolah maupun di rumah, guru diharapkan
memiliki hubungan baik dengan orang tua siswa terkhususnya Guru Pendidikan
Agama Islam diharapkan agar komunikasi dengan orang tua siswa terjalin dengan
baik agar dapat mengontrol kebiasaan-kebiasaan siswanya terutama dalam
kebiasaan beribadah siswa tersebut.
Uraian di atas dikuatkan dengan hasil wawancara ibu Nur Annisa, S.Pd.,
Selaku Wali Kelas IV mengatakan Bahwa:
“Ada sebagian siswa belum fasih dalam membaca al-qur’an sehingga
menjadi penghambat dalam penanaman kebiasaan beribadah yang
dijalankan yakni shalat duhur berjamaah, kurangnya perhatian siswa
terhadap kebiasaan beribadah yang sering dilakukan oleh Guru PAI, serta
kurangnya kerja sama antara orang tua dan Guru PAI dalam hal
penanaman kebiasaan beribadah.”61
Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor
penghambat siswa dalam hal melaksanakan ibadah shalat yaitu kurangnya
pemahaman serta kedisiplinan siswa itu sendiri dalam materi atau pemahaman
yang diajarkan oleh Guru Pendidikan Agama Islam sehingga dalam memberikan
pemahaman, mengevaluasi, serta membimbing dan mengajarkan siswa dalam
61
Nur Annisa, S. Pd., Guru Wali Kelas IV (Wawancara 01-07-2020)
53
membaca al-qur’an yang belum fasih, melatih siswa, dan mengenalkan huruf-
huruf hijaiyah dan menghafalkan surat-surat pendek atau bacaan shalat.
3) Media massa
Media massa sekarang ini begitu mengalami kemajuan yang begitu pesat
khususnya media elektronik seperti televisi, handphone, dan internet menjadi
salah satu faktor penghambat pada siswa dalam melaksanakan ibadah shalat
secara berjamaah, serta dalam memperlajari al-quran. Siswa lebih cenderung
sering memainkan handphone dibandingkan membaca al-quran, sehingga tak
jarang banyak siswa yang lalai dalam membaca al-quran maupun dalam hal
beribadah. Sehingga pengontrolan orang tua di rumah sangat dibutuhkan dalam
penanaman kebiasaan beribadah siswa karena sebagian orang tua sibuk dengan
urusannya masing-masing, seperti ketika dalam waktu sholat tiba tak jarang orang
tua akan mengajak dan mengarahkan anaknya untuk pergi ke musholla atau
masjid untuk melaksanakan ibadah shalat secara berjamaah sehingga kebiasaan
ibadah shalat siswa masih belum dilakukan baik dalam lingkungan sekolah.
Uraian di atas dapat diperkuat oleh hasil wawancara dengan ibu
Syamsiar, S.Pd selaku kepala sekolah mengatakan bahwa:
“Orang tua siswa tidak mengontrol sikap dan perilaku siswa pada saat di
rumah, siswa tersebut lebih banyak waktunya main game dari pada waktu
dalam melaksanakan ibadah shalatnya, Tempat ibadah di sekolah tidak
memungkingkan seluruh siswa untuk melakukan ibadah shalat duhur
secara berjamaah.62
”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
penghambat perilaku siswa itu sendiri karena hal ini sangat mempengaruhi
berhasil atau tidaknya proses penanaman kebiasaan beribadah, serta kurangnnya
pengontrolan orang tua siswa di rumah terhadap kebiasaan beribadah siswa
62
Syamsiar, S.Pd., Kepala Sekolah SD Inpres Pakkingkingan (Wawancara 06-07-2020)
54
sehingga di sekolah sebagian siswa banyak belum bisa melaksanakan ibadah
shalat dengan benar serta banyak yang belum fasih dalam membaca al-quran.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di atas tentang Peran Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres
Pakkingkingan, maka penulis dapat simpulkan sebagai berikut:
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam di SD Inpres Pakkingkingan yakni selalu
memberikan teladan yang baik, memberikan nasehat, motivasi, membiasakan
beribadah shalat siswa di sekolah, dan menegakkan kedisiplinan terhadap siswa
dalam kebiasaan beribadah shalat (shalat dhuha, shalat duhur dan shalat
jum’at) kemudian guru mengajari siswa kelas IV yang belum bisa
melaksanakan shalat dengan cara terus-menerus membiasakan shalat dan
mengontrol perkembangan beribadah shalat siswa di sekolah.
2. Penanaman kebiasaan beribadah siswa di SD Inpres Pakkingkingan yaitu
dengan cara siswa diberi arahan oleh guru untuk memperbaiki kebiasaan
beribadah shalat secara berjamaah, yakni, kebiasaan shalat duhur, kebiasaan
shalat dhuha, kebiasaan shalat jum’at, kebiasaan membaca Al-Qur’an,
kebiasaan kultum, kebiasaan menghafal surat-surat pendek, kebiasaan
membaca doa, dan kebiasaan hidup bersih pada saat melaksanakan shalat.
3. A. Faktor pendukung Guru Pendidikan Agama Islam dalam penanaman
kebiasaan ibadah siswa yaitu: adanya kerjasama yang baik antara kepala
sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam, dalam hal ini kepala sekolah
memberikan keleluasaan pada kami (Guru PAI) untuk menjalankan kebiasaan
56
ibadah shalat yang baik sehingga dapat menjadi faktor pendukung bagi peserta
didik.
B. Faktor penghambat Guru Pendidikan Agama Islam dalam penanaman
kebiasaan beribadah siswa yaitu: lingkungan siswa itu sendiri karena hal ini
sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses penanaman kebiasaan
beribadah siswa dan kurangnnya pengontrolan orang tua siswa dengan Guru
Pendidikan Agama Islam terhadap kebiasaan ibadah shalat pada saat di
rumah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang Peran Guru Dalam Penanaman
Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres Pakkingkingan, maka
disampaikan saran sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah memberikan aturan dalam penanaman kebiasaan beribadah
shalat duhur secara berjamaah.
2. Untuk semua guru seharusnya ikut berperan aktif dalam mensukseskan
penanaman kebiasaan beribadah shalat, ini bukan semata-mata menjadi
tanggung jawab guru pendidikan agama islam.
3. Untuk siswa seharusnya taat dan patuh kepada guru sehingga dalam
penanaman kebiasaan beribadah shalat bisa berjalan tertib dan hikmat.
58
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahnya
Ahmadi Abu dan Salim Noor, 2008 Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arifuddin Muhammad, 2009 Mendidik Anak Agar Tidak Durhaka, Sidoarjo,
Buana Pustaka,
Ali M. Daud, 1998 Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ali Yunasril, 2011 Buku Induk Rahasia Dan Makna Ibadah, Jakarta: Zaman.
Daradjat Zakiah, 1993 Ilmu Jiwa agama, Jakarta: Bulan Bintang,
, 1997 pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
, 2003 Ilmu jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang,
Fahruddin Umar Asef, 2009 menjadi guru favorit, Jogjakarta: DIVA Press,
Fadillah Muhammad dan Khorida Mualifatu Lilif, 2013 Pendidikan Karakter
Anak Usia Dini: Konsep dan Aplikasinya Dalam PAUD, Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media,
Hasbullah, 2012 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Rajawali
Pers,
Ibrahim Alit Sayyit Abu, 2019 Buku Pintar Mendirikan Shalat Sesuai Tuntunan
Rasulullah, Jakarta: Tangga Pustaka,
Jamaluddin, 2001 Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Muslim
Mulyasa, 2006 Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung, Remaja Rosdakarya:
Majid Abdul dan Andayani Dian, 2004 Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompotensi, Bandung: PT Rosadakarya,
Munawwar Al- Husin Agil Said, 2009 aktualisasi Nilai- Nilai Qur’an Dalam
Sistem pendidikan Islam, Jakarta: Ciputan Press,
Maulana Asep dan Jinaan Ust. Abdullah, 2017 Panduan Lengkap Shalat Fardhu
dan Shalat Sunnah, Jakarta: PT Grasindo
59
Mustofa Budiman dan Silaturrohmah Nur, 2011 Buku Pintar Ibadah Muslimah,
Surakarta: Ziyad Visi Media,
Muchtar dan Jauhari Heri, 2005 Fikih Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Muhaimin, 2005 Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
PT Rosadakarya,
Nuryatno Agus, 2011, Mazhab Pendidikan Kritis, Yogyakarta: Resist Book,
Raya Ahmad Thib dan Mulia Musda Siti, 2003 Menyelami Seluk-Beluk Ibadah
Dalam Islam, Jakarta: PRENADA MEDIA,
Shapiro E Lawrence 1997, Kiat-Kiat Mengerjakan Emosional Anak, Jakarta:
Gramedia,
Salim Moh.haitami & Kurniawan Samsul, 2012 Studi Ilmu Pendidikan Islam,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
Sri Minarti, 2013 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah,
Syah Muhibin, 2000 Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Sugiyono, 2011 Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitaf Bandung: Alfabeta,
Usman Moh.user, 2000 Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja
Rosdakarya,
Usman Said Jalaluddin, 1994 Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan
Perkembangan Pemikirannya Jakarta: raja Grafindo Persada
Uhbiyati Nur, 2009 long life education: pendidikan anak sejak dalam kandungan
sampai lansia, Semarang: walisongo press,
Z, Zurinal dan Aminuddin, 2008 Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta,
60
L
A
M
P
I
R
A
N
61
INSTRUMEN PENELITIAN
PEDOMAN WAWANCARA
Kepala Sekolah Dan Guru
1. Bagaimana model ibu dalam penanaman kebiasaan ber ibadah siswa?
2. Bagaimana peran ibu sebagai guru PAI dalam penanaman kebiasaan ber ibadah
siswa?
3. Faktor apa yang mendukung ibu dalam penanaman kebiasaan beribadah
siswa?
4. Faktor apa yang menghambat ibu dalam penanaman kebiasaan beribadah
siswa?
5. Bagaimana strategi ibu dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa?
6. Kendala apa yang ibu alami dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa?
62
Untuk Siswa
1. Bagaimana menurut kalian apakah Guru PAI sudah menanamkan kebiasaan
dalam hal beribadah?
2. Apakah kebiasaan itu dilaksanakan setiap hari atau hanya hari tertentu saja?
3. model kebiasaan beribadah seperti apa yang kalian jalankan disekolah?
4. Adakah faktor pendukung dan penghambat selama melaksanakan beribadah
disekolah?
5. Bagaimana peran guru anda terhadap penanaman kebiasaan beribadah?
63
Gambar 1: Pengantaran surat izin penelitian dan wawancara terhadap
kepala sekolah SD Inpres Pakkingkingan
Gambar 2: Wawancara Dengan Guru Pendidikan Agama Islam di SD
Inpres Pakkingkingan
64
Gambar 3: Wawancara Dengan Guru Wali Kelas IV SD Inpres
Pakkingkingan
Gambar 4: Wawancara dengan saudara Muh. Ghaizan salah satu siswa
kelas IV SD Inpres Pakkingkingan
65
Gambar 5: Wawancara Dengan saudari zalza fajriani marzuki salah satu
siswa Kelas IV SD Inpres Pakkingkingan
Dokumentasi Kegiatan Kebiasaan Ibadah Shalat
Kegiatan kebiasaan ibadah Shalat Duhur Berjamaah
66
Kegiatan Jum’at Ibadah
Kegiatan Praktek Ibadah Shalat Di Kelas
67
RIWAYAT HIDUP
Mardikawati. Dilahirkan di Limbung pada tanggal 08
Oktober 1997, penulis adalah anak ketiga dari 3 bersaudara
buah hati dari Bapak Abd. Rahim dan Ibu Maemuna, mulai
memasuki jenjang pendidikan formal di SD Inpres
Pakkingkingan, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 1 Bajeng, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Bajeng, penulis melanjutkan pendidikan kejenjang perguruan tinggi di Universitas
Muhammadiyah Makassar dan mengambil Jurusan Pendidikan Agama Islam
fakultas Agama Islam pada tahun 2016.