34
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga tugas matakuliah Industri dan Kelautan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul ini Penyakit akibat Kerja merupakan salah satu tugas yang harus kami kerjakan dalam mengikuti kuliah. Selain itu makalah ini juga merupakan salah satu bahan acuan bagi kami dalam mempelajari berbagai hal tentang penyakit-penyakit yang timbul akibat pekerjaan. Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada dosen pengajar kami Pak Takdir Tahir karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini sehingga kami pun tahu banyak tentang penyakit-penyakit yang timbul akibat pekerjaan. Kami juga menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik dari semua pihak sangat kami harapkan. Akhir kata semoga kehadiran makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa Makassar, 28 Februari 2008 PENYUSUN 1

Penyakit2 akibat kerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

inkel

Citation preview

Pejabat organisasi buruh dunia, ILO, Annemarie Reerink, mengungkapkan rata-rata 6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga tugas matakuliah Industri dan Kelautan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul ini Penyakit akibat Kerja merupakan salah satu tugas yang harus kami kerjakan dalam mengikuti kuliah. Selain itu makalah ini juga merupakan salah satu bahan acuan bagi kami dalam mempelajari berbagai hal tentang penyakit-penyakit yang timbul akibat pekerjaan.

Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada dosen pengajar kami Pak Takdir Tahir karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini sehingga kami pun tahu banyak tentang penyakit-penyakit yang timbul akibat pekerjaan.

Kami juga menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik dari semua pihak sangat kami harapkan.

Akhir kata semoga kehadiran makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa

Makassar, 28 Februari 2008

PENYUSUN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

.. 1

DAFTAR ISI

.. 2

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

.. 3

I.2 Tujuan percobaan

.............................................................. 4BAB II ISI

.. 5BAB III.PENUTUP

III.1 Kesimpulan

.. 27 III.2 Saran

.. 27DAFTAR PUSTAKA .................................................................28PENYAKIT-PENYAKIT AKIBAT KERJAI.1 Latar Belakang

Kemajuan dalam bidang industri sampai sekarang telah menghasilkan sekitar 70.000 jenis bahan berupa logam, kimia, pelarut, plastik, karet, pestisida, gas, dan sebagainya yang di-gunakan secara umum dalam kehidupan sehari-hari dan mem-berikan kenyaman dan kemudahan bagi penduduk di seluruh dunia. Namun di lain pihak, bahan-bahan tersebut menimbulkan berbagai dampak seperti cedera dan penyakit. Cedera akibat kerja dapat bersifat ergonomik, ortopedik, fisik, mengenai mata, telinga dan lainnya. Penyakit-penyakit akibat pajanan di lingkungan kerja dapat berupa toksik, infeksi, kanker, gangguan hati, saraf, alat reproduksi, kardiovaskular, kulit dan saluran napas.

Pejabat organisasi buruh dunia, ILO, Annemarie Reerink, mengungkapkan rata-rata 6.000 orang tewas akibat kecelakaan dan penyakit di tempat kerja. Dalam setahun, rata-rata terjadi 2,2 juta kematian pekerja terkait dengan pekerjaannya.Di negara-negara industri, 25-40 persen kematian terkait pekerjaan terjadi di sektor konstruksi, meski sektor tersebut hanya memanfaatkan 6-10 persen tenaga kerja. Sedangkan kematian pekerja akibat material berbahaya di tempat kerja, angkanya mencapai 138 ribu orang per tahun. Pada 2003, 12 ribu anak-anak yang jadi pekerja juga menjadi korban akibat kecelakaan dan penyakit yang terkait dengan pekerjaannya.Sameera Maziadi Al Tuwaijri, direktur Program Safework ILO, mengemukakan kebanyakan kecelakaan kerja dan penyakit yang terkait dengan dunia kerja itu sebenarnya bisa diantisipasi. ''Karena itu, penting disosialisasikan kepada pemerintah dan para pekerja, tentang pentingnya mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja,''.Di Indonesia sendiri, berdasar hasil penelitian tentang pengetahuan keselamatan kerja siswa SMK di enam provinsi yang termuat dalam situs Depdiknas menunjukkan pengetahuan murid SMK soal keselamatan kerja masih terbilang rendah. Hanya 46 persen dari sekitar 4.000 responden yang memahami tentang keselamatan kerja. Padahal, murid-murid SMK adalah kalangan yang disiapkan untuk langsung memasuki pasar tenaga kerja.Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Mennakertrans), Erman Suparno, pernah mengungkapkan bahwa angka kasus kecelakaan kerja belum menggembirakan. Selanjutnya dia pun mengingatkan agar para pekerja dan manajemen perusahaan terus meningkatkan kedisplinan dalam memenuhi standar keselamatan kerja.

Sebagai mahasiswa keperawatan yang nantinya akan terjun ke masyarakat dan akan mendapati berbagai kondisi yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja, maka perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan diantaranya tentang penayakit akibat pekerjaan.I. 2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah adalah untuk mengkaji lebih jauh tentang:

1. Jenis-jenis penyakit akibat pekerjaan terutama di daerah industri

2. Faktor-faktor predisposisi penyakit akibat pekerjaan.

3. Penanganan beberapa penyakit akibat pekerjaan.

4. Usaha-usaha pencegahan beberapa penyakit akibat pekerjaan. TINJAUAN PUSTAKAPelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Kemajuan dalam bidang industri sampai sekarang telah menghasilkan sekitar 70.000 jenis bahan berupa logam, kimia, pelarut, plastik, karet, pestisida, gas, dan sebagainya yang di-gunakan secara umum dalam kehidupan sehari-hari dan mem-berikan kenyaman dan kemudahan bagi penduduk di seluruh dunia. Namun di lain pihak, bahan-bahan tersebut menimbulkan berbagai dampak seperti cedera dan penyakit. Cedera akibat kerja dapat bersifat ergonomik, ortopedik, fisik, mengenai mata, telinga dan lainnya. Penyakit-penyakit akibat pajanan di lingkungan kerja dapat berupa toksik, infeksi, kanker, gangguan hati, saraf, alat reproduksi, kardiovaskular, kulit dan saluran napas.1. GANGGUAN PENGLIHATANBanyak hal yang menyebabkan mata terganggu. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor pekerjaan, kondisi lingkungan maupun kebiasaan. Dengan demikian, keluhan dan gangguan mata yang dialami oleh polisi lalu lintas, tentulah akan sangat berbeda dengan teknisi komputer. Sebab kondisi lingkungan dan jenis pekerjaannya berbeda. Yang sama adalah mata mereka mengalami gangguan.Perokok

Mata orang perokok juga bisa mengalami gangguan tersendiri. Penyebabnya bisa ditebak dengan pasti yaitu karena asap rokok yang dikeluarkannya. Mata pada dasarnya memiliki sistem perlindungan tersendiri.Mata yang normal akan mampu secara otomatis melakukan pelumasan dengan mengeluarkan air mata. Jika ada debu atau benda asing yang secara sengaja maupun tidak sengaja masuk ke mata, maka air matalah yang berfungsi untuk membersihkannya.

Pada perokok, kelenjar pada air mata mengalami gangguan akibat pencemaran yang dimunculkannya sendiri dengan asap rokok. Asap rokok ini mempengaruhi kondisi luar dan dalam tubuh.Untuk kondisi luar, asap rokok ini bisa dengan cepat memunculkan kerutan di sudut-sudut kelopak mata (crow's feet), iritasi mata serta membuat kelenjar air mata mengering.

Keringnya kelenjar air mata inilah yang menyebabkan mata para perokok menjadi lebih kusam, tidak bercahaya serta berwarna merah karena menurunnya kualitas air mata selaku pelumas. Nikotin yang terdapat pada rokok bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah halus, baik di jantung, otak maupun mata.Akibatnya daya ketajaman mata khusus untuk melihat benda-benda yang jaraknya dekat sehingga memaksanya untuk menggunakan kaca mata baca.

Pengguna Komputer

Para pengguna komputer juga rentan mengalami gangguan mata. Ini disebabkan karena pancaran radiasi layar komputer yang diterima mata dalam waktu yang cukup lama. Bagi para pengguna komputer, keluhan yang sering muncul adalah mata terasa pedih, berair, mata lebih lelah, mual-mual, pusing bahkan muntah.Gejala yang seperti ini sering disebut Computer Vision Syndrom (CVS).. Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang panas seperti warna merah, kuning, ungu, oranye akan lebih mempercepat kelelahan pada mata. Selain dari itu, pantulan cahaya (silau) pada layar monitor yang berasal dari sumber lain seperti jendela, lampu penerangan dan lain sebagainya, akan menambah beban mata. Pencahayaan ruangan kerja juga berpengaruh pada beban mata. Pemakaian layar monitor yang tidak ergonomis dapat menyebabkan keluhan pada mata. Berdasarkan hasil penelitian, 77 % para pemakai layar monitor akan mengalami keluhan pada mata, mulai dari rasa pegal dan nyeri pada mata, mata merah, mata berair, sampai pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata. Bila operator komputer menggunakan soft lens (lensa mata), kelelahan mata akan lebih cepat terasa, karena mata yang dalam keadaan memfokuskan ke layar monitor akan jarang berkedip sehingga bola mata cepat menjadi kering dan ini menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak mata2. PENYAKIT KULIT

Penyakit kulit akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan pekerjaan, banyak penyebabnya. Agen sebagai penyebab penyakit kulit tersebut antara lain berupa agen-agen fisik, kimia maupun biologis. Kebanyakan agen terdapat dalam pekerjaan industri. Paparan terhadap kondisi cuaca lazim pada pekerja pertanian dan nelayan. Beberapa kelompok pekerja yang berisiko tinggi antara lain

(a) pekerja pertanian, akibat kondisi cuaca, agen-agen zoonotik, pestisida, pupuk dan sebagainya, (b) pekerja bangunan, akibat kontak dengan semen, cat, serat-serat mineral dan sebagainya, (c) pekerja industri rekayasa, akibat kontak dengan minyak atau pelumas pemotong,

(d) penyepuh elektrik, akibat pembersih pelumas, asam-asam, garam-garam logam,

(e) petugas kesehatan, akibat kontak dengan antibiotika, anestesi lokal, desinfektan.

Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan langsung merusak kulit dengan cara :

(a) mengubah pH nya,

(b) bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi),

(c) mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya, atau

(d) merendahkan daya tahan kulit. Sedangkan reaksi yang menimbulkan alergi kulit umumnya adalah hipersensitivitas tipe lambat.

Agen-agen sensitisasi bereaksi dengan protein dalam epidermis membentuk kompleks hapten-protein, yang merangsang pembentukan antibodi. Sementara itu, agen-agen aknegenik menyumbat kelenjar dan saluran-saluran minyak, mengakibatkan peradangan lokal. Photosensitizer meningkatkan sensitivitas kulit terhadap radiasi ultraviolet .Efek Klinis

Efek klinis yang ditimbulkan oleh agen-agen tersebut, bermanifestasi sebagai penyakit kulit antara lain sebagai berikut:

Dermatitis kontak iritan primer, adalah dermatosis akibat kerja yang paling sering ditemukan. Bentuk akut ditandai dengan eritema, edema, papula, vesikel atau bula, yang biasanya terdapat pada tangan, lengan bawah dan wajah. Bentuk kronik tidak khas, mirip dengan kebanyakan dermatosis yang lain dan penyebabnya tidak mudah dikenali.

Dermatitis (ekzema) kontak alergi, baik akut maupun kronis, mempunyai ciri-ciri klinis yang sama dengan ekzema bukan akibat kerja.

Akne (jerawat) akibat kerja. Mirip dengan jerawat pada umumnya, tetapi terutama menyerang bagian yang kontak dengan agen. Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit ini dianggap sebagai penyakit kulit akibat kerja, jika sangat dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang digunakan dalam pekerjaan tersebut. Kanker kulit akibat kerja. Biasanya berupa kanker sel skuamosa atau sel basal. Kanker akibat kerja cenderung terjadi pada permukaan kulit yang paling banyak terpapar terhadap karsinogen. Penyakit kulit menular akibat kerja. Paling sering adalah penyakit zoonotik, kandidiasis, tuberkulosis verukosa.

Pemeriksaan Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum penempatan dan berkala, juga perhatian khusus pada kulit di seluruh tubuh serta alergi. Pemeriksaan kesehatan berkala dianjurkan dilakukan dengan selang waktu 6 bulan sampai 2 tahun, tergantung pada tingkat paparan di tempat kerja.

Alergen yang kuat, sensitizer dan karsinogen, sebaiknya diganti dengan bahan-bahan yang kurang berbahaya. Kontak agen penyebab dengan kulit hendaknya dibatasi dengan upaya pengendalian teknis. Pakaian pelindung, sarung tangan, maupun krem pelindung, sepatu boot dan topeng wajah, sangat diperlukan3. PENYAKIT PARUPenyakit Paru Akibat Pekerjaan terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya pada saat seseorang sedang bekerja. Lokasi tersangkutnya zat tersebut pada saluran pernafasan atau paru-paru dan jenis penyakit paru yang terjadi, tergantung kepada ukuran dan jenis partikel yang terhirup. Partikel yang lebih besar mungkin akan terperangkap di dalam hidung atau saluran pernafasan yang besar, tetapi partikel yang sangat kecil bisa sampai ke paru-paru. Di dalam paru-paru, beberapa partikel dicerna dan bisa diserap ke dalam aliran darah. Partikel yang lebih padat yang tidak dapat dicerna akan dikeluarkan oleh sistem pertahanan tubuh. Tubuh memiliki beberapa cara untuk membersihkan partikel yang terhirup:

1. Di dalam saluran pernafasan, lendir akan membungkus partikel, sehingga bisa lebih mudah dikeluarkan melalui batuk

2. Di dalam paru-paru, sel-sel pembersih tertentu, akan menelan partikel tersebut dan melenyapkannya.

Partikel yang berbeda akan menghasilkan reaksi yang berbeda pula di dalam tubuh. Beberapa partikel (misalnya serbuk tanaman) dapat menyebabkan reaksi alergi seperti rhinitis alergika atau asma. Serbuk batubara, karbon dan oksida perak tidak menimbulkan reaksi yang berarti dalam paru-paru. Serbuk silika dan asbes bisa menimbulkan jaringan parut yang menetap pada jaringan paru-paru (fibrosis paru). Dalam jumlah yang cukup besar, asbes bisa menyebabkan kanker pada perokok. 1. Silikosis

Silikosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru. terdapat 3 jenis silikosis:

1. silikosis kronis simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka panjang (lebih dari 20 tahun). Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk di paru-paru dan kelenjar getah bening dada.

2. silikosis akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama waktu yang lebih pendek (4-8 tahun), peradangan, pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat.

3. silikosis akut, terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu yang lebih pendek, paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah.

. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.

Pada silikosis simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif masif progresif. fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur paru yang normal.2. Paru-Paru Hitam (Pneumokoniosis)

Paru-paru Hitam (Pneumokoniosis penambang batubara) adalah suatu penyakit pernafasan yang terjadi karena menghirup debu batubara dalam jangka panjang. Pneumokoniosis pekerja batubara terjadi dalam 2 bentuk, yaitu simplek dan komplikata (fibrosis masif progresif). Tipe simplek biasanya bersifat ringan, sedangkan tipe komplikata bisa berakibat fatal. Pada paru-paru hitam simplek, serbuk batubara berkumpul di sekeliling saluran nafas kecil (bronkiolus). Walupun relaitif lembam dan tidak menimbulkan banyak reaksi, serbuk batubara akan menyebar ke seluruh paru-paru dan terlihat sebagai bercak-bercak kecil pada foto dada. Serbuk batubara tidak menyumbat saluran nafas. Tetapi setiap tahunnya, 1-2% penderita paru-paru hitam simplek, akan berkembang menjadi bentuk penyakit yang lebih serius yang disebut sebagai fibrosis masif progresif, yang ditandai dengan terbentuknya jaringan parut yang luas di paru-paru (minimal dengan diameter 1 cm). Meskipun sudah tidak lagi terjadi pemaparan debu batubara, tetapi fibrosis masif progresif akan semakin memburuk. Jaringan parut bisa menimbulkan kerusakan pada jaringan dan pembuluh darah paru-paru. Penyebab

Paru-paru hitam merupakan akibat dari terhirupnya serbuk batubara dalam jangka waktu yang lama. Merokok tidak menyebabkan meningkatnya angka kejadian paru-paru hitam, tetapi bisa memberikan efek tambahan yang berbahaya bagi paru-paru. Resiko menderita paru-paru hitam berhubungan dengan lamanya dan luasnya pemaparan terhadap debu batubara. Kebanyakan pekerja yang terkena berusia lebih dari 50 tahun. Penyakit ini ditemukan pada 6 dari 100.000 orang.Gejala

Paru-paru hitam simplek biasanya tidak menimbulkan gejala. Tetapi banyak penderita yang mengalami batuk menahun dan mudah sesak nafas karena mereka juga menderita emfisema (karena merokok) atau bronkitis (karena merokok atau terpapar polutan industri toksik lainnya). Fibrosis masif progresif yang berat juga menyebabkan batuk dan sesak nafas. Diagnosa Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen dada dan tes fungsi paru-paru. Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk mengobati komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru). Jika terjadi gangguan pernafasan, maka diberikan bronkodilator dan ekspektoran. Dianjurkan untuk menghindari pemaparan lebih lanjut.

Pencegahan

Paru-paru hitam dapat dicegah dengan menghindari debu batubara pada lingkungan kerja. Pekerja tambang batubara harus menjalani pemeriksaan foto dada tiap 4-5 tahun sehingga penyakit ini dapat ditemukan pada stadium awal. Jika ditemukan penyakit, maka pekerja tersebut harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debu batubaranya rendah, untuk menghindari terjadinya fibrosis masif progresif.3. AsbestosisPenyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.

Gejala

Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis iniDiagnosa

Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan berikut: Rontgen dada

Tes fungsi paru-paru

CT scan paru. Pengobatan

Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang dipasang di lubang hidung. Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan tumor tidak menyembuhkan kanker. 4.Penyakit BeriliosisUdara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut Beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit Beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.

Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit Beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan Beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit Beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus menerus. 5. Asma

Asma Karena Pekerjaan adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang ditandai dengan serangan sesak nafas, bengek dan batuk, yang disebabkan oleh berbagai bahan yang ditemui ditempat kerja. Gejala-gejala tersebut biasanya timbul akibat kejang pada otot-otot yang melapisi saluran udara,sehinggasaluran udara menjadi sangat sempit.

Penyebab Banyak bahan (alergen, penyebab terjadinya gejala) di tempat kerja yang bisa menyebabkan asma karena pekerjaan. Yang paling sering adalah molekul protein (debu kayu, debu gandum, bulu binatang, partikel jamur) atau bahan kimia lainnya (terutama diisosianat). Angka yang pasti dari kejadian asma karena pekerjaan tidak diketahui, tetapi diduga sekitar 2-20% asma di negara industri merupakan asma karena pekerjaan.

Para pekerja yang memiliki resiko tinggi untuk menderita asma karena pekerjaan adalah; Pekerja plastic, logam, pembakaran, penggilingan, pengangkut, gandum, laboratorium, kayu, di pabrik obat, dan di pabrik deterjen..

GejalaGejala biasanya timbul sesaat setelah terpapar oleh alergen dan seringkali berkurang atau menghilang jika penderita meninggalkan tempat kerjanya. Gejala seringkali semakin memburuk selama hari kerja dan membaik pada akhir minggu atau hari libur.Beberapa penderita baru mengalami gejalanya dalam waktu 12 jam setelah terpapar oleh alergen.Gejalanyaberupa:

Sesak nafas

Bengek

Batuk

Merasakan sesak di dada

DiagnosaDalam riwayat perjalanan penyakit, biasanya penderita merasakan gejala yang semakin memburuk jika terpapar oleh alergen tertentu di lingkungan tempatnya bekerja.Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan terdengar bunyi wheezing (bengek, mengi).Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan :

-Tes fungsi paru -Pengukuran puncak laju aliran ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja -Rontgen dada -Hitungjenisdarah-Tes provokasi bronkial (untuk mengukur reaksi terhadap alergen yang dicurigai)-Tes darah untuk menemukan antibodi khusus.Pengobatan Pengobatan sama seperti jenis asma lainnya, yaitu diberikan bronkodilator (obat yang membuka saluran pernafasan), baik dalam bentuk obat hirup (contohnya albuterol) atau dalam bentuk tablet (contohnya theophylline). Untuk serangan yang hebat, dapat diberikan corticosteroid (misalnya prednisone) per-oral (melalui mulut) dalam jangka pendek.Untuk penanganan jangka panjang, lebih baik diberikan corticosteroid dalam bentuk hirup.Pencegahan Industri yang menggunakan zat-zat yang dapat menyebabkan asma, harus mengkontrol debu dan udara, karena untuk menghilangkannya adalah suatu hal yang mustahil.Pekerja dengan asma yang berat, jika memungkinkan, harus mengganti pekerjaannya karena pemaparan yang terus menerus akan menjadikan asma bertambah berat dan bersifat menetap.Jika alergen/penyebabnya telah diketahui, untuk mencegah terjadinya gejala, sebaiknya penderita menghindari alergen tersebut.6.Penyakit Bisinosis Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

Bakteri yang sering ditemukan adalah golongan Enterobacter aglomerans. Pernah pula ditemukan bakteri Pseudomonas syringae, Pseudomonas stuszeril, dan lain-lain.Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

Gejala khas dari bisinosis adalah timbulnya "Sindrom hari Senin", terutama saat tingkat penyakit masih ringan. Ditandai dengan rasa berat atau sesak di dada dan keluhan sesak napas pada hari pertama masuk kerja, mirip orang-orang yang enggan betul ke kantor pada hari Senin setelah menikmati akhir pecan

Berat ringannya gejala tergantung pada derajat penyakit. Schilling membuat urutan derajat beratnya penyakit sebagai berikut

Derajat setengah: Kadang-kadang ada keluhan rasa berat di dada pada hari pertama masuk kerja. Derajat satu: Ada keluhan rasa berat di dada atau sesak napas pada hari pertama masuk kerja.

Derajat dua: Keluhan rasa berat di dada dan sesak napas tidak hanya terjadi pada hari pertama masuk kerja, tetapi berlanjut pada hari-hari lain.

Derajat tiga: kecuali gejala-gejala pada derajat dua, ditambah adanya kelainan paru menetap.

Pencegahan

Mengingat industri tekstil termasuk strategis dan sangat penting bagi Indonesia, karena menyangkut penyedia lapangan kerja yang cukup besar, maka pencegahan penyakit paru akibat pencemaran debu kapas perlu perhatian saksama. Upaya pencegahan dapat dilakukan baik terhadap bahan dan lingkungan kerja maupun tenaga kerjanya sendiri. Terhadap lingkungan kerja, dapat dibuat ventilasi umum dengan mengisap udara keluar. Meniup atau membersihkan lantai dengan sapu sebaiknya tidak dilakukan, karena akan memperberat pencemaran. Pembersihan mesin sebaiknya menggunakan pompa hampa udara, jadi bukan secara mekanis.

Terhadap bahan kapasnya, sebaiknya dilakukan pemasakan (steaming) kapas, untuk mengurangi efek biologis dari debu kapas. Pencucian kapas sebelum proses pembuatan tekstil akan mengurangi pencemaran debu kapas di lingkungan kerja. Pengolahan ulang kapas menggunakan autoclave juga dianggap berperan mencegah penyakit ini. Untuk para pekerjanya, sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Bagi mereka yang mulai mengeluhkan gejala bisinosis, sebaiknya dipertimbangkan untuk dipindahkan ke bagian lain yang bebas pencemaran debu kapas.

7. PENYAKIT SILO FILLER

Nitrogen dioksida terbentuk dari proses pembakaran berbagai industri dan rumah tangga, melalui proses oksidasi oksigen dan nitrogen di udara bebas akibat panas tinggi. Rumah memakai kompor gas memiliki kadar NOlebih tinggi dibandingkan dengan rumah yang memakai kompor listrik, dan kadar puncaknya dapat mencapai 2,0 ppm. Nitrogen dioksida juga didapat pada bangunan kedap udara penyimpan makanan yang disebut silo. Dalam silo NO terbentuk dari pem-busukan rumput dan tanaman lainnya, juga tanah yang mengandung nitrogen mengalami oksidasi membentuk NOdi dasarnya. Ketika silo dibuka NOakan keluar sehingga langsung dapat terhirup dalam konsentrasi tinggi dan menyebabkan efek toksik berat yang dikenal dengan istilah silo fillers' disease.Gejala

Petani dapat terpajan NO bila masuk ke dalam silo setelah 1 minggu pengisian, bahkan kadang terjadi meskipun hanya mendekati silo tanpa membukanya. Gambaran klinis fase awal tergantung kepada konsentrasi. Bila inhalasi NO2tidak lama dan konsentrasi rendah hanya menimbulkan gejala respiratorik ringan. Pada fase ke dua muncul batuk dengan sputum berbusa dan sesak napas, dalam 1-2 jam kemu-dian dapat terjadi edema paru dan sianosis disertai takipnea, takikardi, ronki dan mengi di seluruh paru. Sesak dan batuk-batuk selama beberapa jam dapat bertahan 2-3 minggu meskipun gejala lain membaik. Pada fase ini pasien terkadang menggigil dan demam. Gambaran radiologis Pada tingkat awal bervariasi, mulai dari gambaran normal sampai tanda-tanda edema paru. Sebagian besar kasus menunjukkan gambaran nodul berukuran buah ceri tersebar di seluruh lapangan paru pada fase awal. Gambaran nodul kemudian hilang, Pada fase kedua hanya terlihat gambaran infiltrat milier seperti penyebaran hematogen tuberkulosis. Pemeriksan fungsi paru pada fase awal menun-jukkan pengurangan volume paru dan kapasitas difusi. Saturasi oksigen juga menurun pada fase kedua. Beberapa kasus menunjukkan kapasitas difusi yang rendah, dengan perbaikan yang lambat hingga 2 sampai 6 bulan.Gambaran patologis lesi akut menunjukkan edema mukosa luas dan eksudasi sel inflamasi. Kapiler alveoli melebar, terisi cairan dan sel darah. Lesi lanjut menunjukkan gambaran bronkiolitis. Bronkus dan bronkiolus terbungkus oleh sel-sel inflamasi dengan fibrin mengisi seluruh lumen. Biopsi paru serial pada satu pasien menunjukkan bahwa lesi tersebut akan menghilang dalam 6 bulan dengan meninggalkan kolagen interstisial dan dilatasi alveoli.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan silo fillers' disease sesuai dengan gejala, diikuti dengan pemberian kortikosteroid. Hal yang penting adalah pencegahan dengan memberikan informasi terutama kepada pekerja resiko tinggi seperti petani atau peternak di-sertai peringatan bahaya di silo dan menjauhkan anak-anak dari silo. Kematian dapat terjadi baik pada awal maupun fase kedua peyakit ini. Bila pasien mampu bertahan pada tahap ini, dalam 2-3 minggu pasien dapat sembuh. Saat ini belum ada terapi antidot spesifik terhadap intoksikasi akibat inhalasi gas beracun. Penatalaksanaan pertama akibat pajanan akut inhalasi gas toksik adalah memindahkan pasien dari daerah pajanan, resusitasi pengamatan tanda vital dengan observasi ketat. Jika terjadi efek pada saluran napas bawah perlu kewaspadaan meskipun penderita tidak menunjuk-kan gejala apapun karena mungkin masih berada pada kondisiedema paru laten. Pemeriksaan meliputi uji fungsi paru, saturasi oksigen (oksimetri) atau tekanan parsial oksigen berdasar analisis gas darah. Pemeriksaan foto toraks sebaiknya dilakukan dalam 8 jam setelah pajanan.

Pencegahan Penyakit Paru1Menambah Alat Bantu Untuk melengkapi cara penaggulangan pencemaran lingkungan secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran. Alat bantu yang digunakan tergantung pada keadaan dan macam kegiatan. 2Filter Udara Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru. Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya. Beberapa contoh filter udara yang banyak digunakan dalam industri dapat dilihat pada Tabel 23.

No.Jenis FilterBahanKetahanan

IIIIIIIV

1.Catton Cellulose BDBB

2.Nylon Polymide ADCB

3.Orlon Polyacrylonitrile BBBC

4.Dacron Polyester ABBB

5.Fiberglass Glass C-DAAD

6.Polypropylene Olefin AAAA

7.Wool Protein BCCC

8.Nomex Polyamide ACAB

9.Teflon Polyfluoreothylen CAAA

Catatan :Ketahanan I=tahan terhadap abrasi

II=tahan terhadap asam anorganik

III= tahan terhadap asam organik

IV=tahan terhadap aklai

A=sangat baik

B=Baik

C=Sedang

D=Buruk

3Pengendap Siklon Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif berat akan jatuh ke bawah. Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan. 4Filter Basah Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan. Pengendap Siklon Filter Basah seperti tampak pada gambar di bawah ini: 5Pegendap Sistem Gravitasi Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya. 6Pengendap ElektrostatikAlat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.

Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar. 4. KETULIANBising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif,tergantung dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising.6Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni denganberbagai frekwensi.Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced hearing loss ) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorangyang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan olehbising terus menerus dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakintinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yangdialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut.

Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling sering dijumpaisetelah presbikusis. Lebih dari 28 juta orang Amerika mengalami ketulian denganberbagai macam derajat, dimana 10 juta orang diantaranya mengalami ketulianakibat terpapar bunyi yang keras pada tempat kerjanya.ETIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :1. Intensitas kebisingan

2. Frekwensi kebisingan

3. Lamanya waktu pemaparan bising

4. Kerentanan individu

5. Jenis kelamin

6. Usia

. 7 Kelainan di telinga tengah

Pengaruh kebisingan pada pendengaran Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekwensi

bunyi, intensitas dan lama waktu paparan, dapat berupa :2,13

1. Adaptasi

Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa nterganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.

2. Peningkatan ambang dengar sementara

Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahanlahan akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampaibeberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekwensi 4000 Hz,tetapi bila pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaransementara akan menyebar pada frekwensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas danlama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya.Respon tiap individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitasmasing-masing individu.

3. Peningkatan ambang dengar menetap

Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama terjadi pada frekwensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifatpermanen, tidak dapat disembuhkan . Kenaikan ambang pendengaran yang menetapdapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakanbaru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidakmenyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelahdilakukan pemeriksaan audiogram.

Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh setelah istirahat beberapa jam ( 1 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalamwaktu yang cukup lama ( 10 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Proses ini belum jelasterjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktulama dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga terjadikerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut organ Corti. Akibatnya terjadikehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya frekwensi pendengaran yangmengalami penurunan intensitas adalah antara 3000 6000 Hz dan kerusakan alatCorti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada frekwensi 4000 Hz (4 Knotch). Ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi, sehingga padatahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat dibuktikan denganpemeriksaan audiometri. Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama, akhirnya pengaruh penurunanpendengaran akan menyebar ke frekwensi percakapan ( 500 2000 Hz ). Padasaat itu pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat mendengar pembicaraan sekitarnya.Pembagian Secara umum efek kebisingan terhadap pendengaran dapat dibagi atas 2

kategori yaitu :

1. Noise Induced Temporary Threshold Shift ( TTS )

2. Noise Induced Permanent Threshold Shift ( NIPTS )

NOISE INDUCED TEMPORARY THRESHOLD SHIFT ( NITTS/TTS )

Seseorang yang pertama sekali terpapar suara bising akan mengalamiberbagaiperubahan, yang mula-mula tampak adalah ambang pendengaranbertambah tinggi pada frekwensi tinggi. Pada gambaran audiometri tampak sebagai notch yang curam pada frekwensi 4000 Hz, yang disebut juga acoustic notch.15Pada tingkat awal terjadi pergeseran ambang pendengaran yang bersifatsementara, yang disebut juga NITTS. Apabila beristirahat diluar lingkungan bisingbiasanya pendengaran dapatkembali normal.

NOISE INDUCED PERMANENT THRESHOLD SHIFT ( NIPTS /PTS)

Didalam praktek sehari-hari sering ditemukan kasus kehilangan pendengaranakibat suara bising, dan hal ini disebut dengan occupational hearing loss ataukehilangan pendengaran karena pekerjaan atau nama lainnya ketulian akibat bisingindustri.15

Dikatakan bahwa untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktubekerja dilingkungan bising selama 10 15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga

kepada :

1. tingkat suara bising

2. kepekaan seseorang terhadap suara bising

NIPTS biasanya terjadi disekitar frekwensi 4000 Hz dan perlahan-lahanmeningkat dan menyebar ke frekwensi sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan,tetapi apabila sudah menyebar sampai ke frekwensi yang lebih rendah ( 2000 dan3000 Hz ) keluhan akan timbul. Pada mulanya seseorang akan mengalami kesulitanuntuk mengadakan pembicaraan di tempat yang ramai, tetapi bila sudah menyebarke frekwensi yang lebih rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar suarayang sangat lemah. Notch bermula pada frekwensi 3000 6000 Hz, dan setelahbeberapa waktu gambaran audiogram menjadi datar pada frekwensi yang lebihtinggi. Kehilangan pendengaran pada frekwensi 4000 Hz akan terus bertambah danmenetap setelah 10 tahun dan kemudian perkembangannya menjadi lebih lambat.TULI KARENA TRAUMA AKUSTIK

Perubahan pendengaran terjadi secara tiba-tiba, karena suara impulsif dengan intensitastinggi, seperti letusan, ledakan dan lainnya. Diagnosis mudah dibuat karena penderita dapat mengatakan dengan tepat terjadinya ketulian. Tuli ini biasanya bersifat akut, tinitus, cepat sembuh secara parsial atau komplit.Patogenesis Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-selrambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkanadanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan.Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangirespon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparanakan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yangpertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-selrambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakinluasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yangjuga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak. Perubahan anatomi yang berhubungan dengan paparan bising

Dari sudut makromekanikal ketika gelombang suara lewat, membranabasilaris meregang sepanjang sisi ligamentum spiralis, dimana bagian tengahnyatidak disokong. Pada daerah ini terjadi penyimpangan yang maksimal. Sel-selpenunjang disekitar sel rambut dalam juga sering mengalami kerusakan akibatpaparan bising yang sangat kuat dan hal ini kemungkinan merupakan penyebabmengapa baris pertama sel rambut luar yang bagian atasnya bersinggungan denganprocess dari sel pilar luar dan dalam merupakan daerah yang palingsering rusak.

Bagaimana energi mekanis ditransduksikan kedalam peristiwa intraseluleryang memacu pelepasan neurotransmitter ? Saluran transduksi berada padamembran plasma pada masing-masing silia, baik didaerah tip atau sepanjangtangkai ( shaft ), yang dikontrol oleh tip links, yaitu jembatan kecil diantara siliabagian atas yang berhubungan satu sama lain. Gerakan mekanis pada barisan yangpaling atas membuka ke saluran menyebabkan influks K+ dan Ca++ danmenghasilkan depolarisasi membran plasma. Pergerakan daerah yang berlawananakan menutup saluran serta menurunkan jumlah depolarisasi membran. Apabiladepolarisasi mencapai titik kritis dapat memacu peristiwa intraseluler.Telah diketahui bahwa sel rambut luar memiliki sedikit afferen dan banyakefferen. Gerakan mekanis membrana basilaris merangsang sel rambut luar berkontraksi sehingga meningkatkan gerakan pada daerah stimulasi danmeningkatkan gerakan mekanis yang akan diteruskan ke sel rambut dalam dimananeurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar mengurangi sensitifitas dari bagiankoklea yang rusak.Kekakuan silia berhubungan dengan tip links yang dapat meluas ke daerah basal melalui lapisan kutikuler sel rambut. Liberman dan Dodds (1987)memperlihatkan keadaan akut dan kronis pada awal kejadian dan kemudian padastimulasi yang lebih tinggi, fraktur daerah basal dan hubungan dengan hilangnyasensitifitas saraf akibat bising. Fraktur daerah basal menyebabkan kematian sel.Paparan bising dengan intensitas rendah menyebabkan kerusakan minimal silia,tanpa fraktur daerah basal atau kerusakan tip links yang luas. Tetapi suara denganintensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan tip links sehingga menyebabkankerusakan yang berat, fraktur daerah basal dan perubahan-perubahan sel yangirreversibel.PERUBAHAN HISTOPATOLOGI TELINGA AKIBAT KEBISINGAN

Lokasi dan perubahan histopatologi yang terjadi pada telinga akibat kebisingan adalah sebagai berikut :13

1. Kerusakan pada sel sensoris

a. degenerasi pada daerah basal dari duktus koklearis

b. pembengkakan dan robekan dari sel-sel sensoris

c. anoksia

2. Kerusakan pada stria vaskularis

Suara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan stria vaskularis oleh karena penurunan bahkan penghentian aliran darah pada stria vaskularis dan ligamen spiralis sesudah terjadi rangsangan suara dengan intensitas tinggi.

3. Kerusakan pada serabut saraf dan nerve ending

Keadaan ini masih banyak dipertentangkan, tetapi pada umumnya kerusakan ini merupakan akibat sekunder dari kerusakan-kerusakan sel-sel sensoris.

4. Hidrops endolimfa

Gambaran klinis Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara( speech discrimination ) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapatmenyebabkan kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyidengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidakdidengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi.Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced hearing loss ) adalah :

1. Bersifat sensorineural

2. Hampir selalu bilateral

3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss )

Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.

4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan

pendengaran yang signifikan.

5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000Hz.

6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 15 tahun.Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihanjuga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasiwicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibatgangguan pendengaran yang terjadi.Diagnosis Di dalam menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harus melakukan anamnesisyang teliti, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan audiologik. Dari anamnesis didapati riwayat penah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalamjangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun. Sedangkan padapemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan tes penala didapatkan hasil Rinne positip, Weberlateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik dan Schwabach memendek.Kesan jenis ketuliannya adalah tuli sensorineural yang biasanya mengenai keduatelinga.

Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang biasanya terjadi dalam 8 10 tahun pertama paparan.5 Pemeriksaan audiometrinada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi( umumnya 3000 6000 Hz ) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik( notch ) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.Sedangkan pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI ( Short IncrementSensitivity Index ), ABLB ( Alternate Binaural Loudness Balance ) dan SpeechAudiometry menunjukkan adanya fenomena rekrutmen( recruitment ) yang khas untuk tuli saraf koklea.Untuk menegakkan diagnosis klinik dari ketulian yang disebabkan oleh bisingdan hubungannya dengan pekerja, maka seorang dokter harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut :

1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya.

2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja.

3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran.

4. Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan intensitas dan durasi bisingyang menyebabkan ketulian.

5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala selama kerja.

Pentingnya mengetahui tingkat pendengaran awal para pekerja dengan melakukan pemeriksaan audiometri sebelum bekerja adalah bila audiogram menunjukkan ketulian, maka dapat diperkirakan berkurangnya pendengaran

tersebut akibat kebisingan di tempat kerja.

6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab ketulian non industrial

seperti riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau riwayat penyakit

sebelumnya.Penatalaksanaan Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya

dari lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung telinga yaitu berupa sumbat telinga ( ear plugs ), tutup telinga ( ear muffs) dan pelindung kepala ( helmet ). 1Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli saraf koklea yang bersifat menetap (irreversible ), bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan biasa, dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar ( ABD ). Apabila pendengarannya telah sedemikian buruk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat berkomunikasi dengan adekuat, perlu dilakukan psikoterapi supaya pasien dapat menerima keadaannya. Latihan pendengaran (auditory training ) juga dapat dilakukan agar pasien dapat menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir ( lip reading ), mimik dan gerakan anggota badan serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi.PrognosisOleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea yang sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupunpembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpentingadalah pencegahan terjadinya ketulian.PencegahanTujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalah untuk mencegah terjadinya NIHL yang disebabkan oleh kebisingan di lingkungan kerja.

Program ini terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. Pengukuran pendengaran

Test pendengaran yang harus dilakukan ada 2 macam, yaitu :

a. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.

b. Pengukuran pendengaran secara periodik.

2. Pengendalian suara bising

Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a. Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai earmuff ( tutup telinga ), ear plugs ( sumbat telinga ) dan helmet (pelindung kepala ).b. Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukandengan cara :

- memasang peredam suara

- menempatkan suara bising ( mesin ) didalam suatu ruanganyang terpisah dari pekerja3. Analisa bising

Analisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai intensitas bising, frekwensi bising, lama dan distribusi pemaparan serta waktu total pemaparan bising. Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter .SOUND LEVEL METER ( SLM )

SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan,yang terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit attenuator dan beberapa alat lainnya.Alat ini mengukur kebisingan antara 30 130 dB dan dari frekwensi 20 20.000Hz. SLM dibuat berdasarkan standar ANSI( American National Standard Institute ) tahun 1977 dan dilengkapi dengan alatpengukur 3 macam frekwensi yaituA, B dan C yang menentukan secara kasarfrekwensi bising tersebut.15Jaringan frekwensi A mendekati frekwensi karakteristik respon telinga untuksuara rendah yang kira-kira dibawah 55 dB . Jaringan frekwensi B dimaksudkan mendekati reaksi telinga untuk batas antara 55 85 dB. Sedangkan jaringan frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB. KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan

Jenis-jenis penyakit akibat kerja terdiri dari 1. gangguan penglihatan2. penyakit-penyakit kulit3. keracunan bahan kimia4. penyakit-penyakit paru5. ketulian.

Faktor-faktor predisposisi penyakit akibat pekerjaan tergantung tempat kerja seperti Silikosis akibat menggunakan silika. Penanganan dan pencegahan beberapa penyakit akibat pekerjaan dengan mengurangi atau menghindari faktor predisposisi seperti memakai alat pelindung.III.2 Saran

Dalam proses diskusi diharapkan semua mahasiswa aktif dalam memberikan tanggapan dan saling mengeksplorasi pemikiran untuk pengembangan wawasan yang Insya Allah berguna sebagai bekal dalam bidang kesehatan

PAGE 25