29
BAB I PENDAHULUAN Dermatitis berasal dari kata derm/o- (kulit) dan itis (radang/inflamasi), sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana kulit mengalami inflamasi. Klasifikasi dermatitis saat ini masih beragam. Hal tersebut diakibatkan oleh penentuan etiologi dalam dermatitis secara umum berdasarkan sumber agen penyebab dermatitis : dermatitis eksogen dan endogen. Dermatitis eksogen salah satunya adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak merupakan inflamasi non-infeksi pada kulit yang disebabkan oleh senyawa yang kontak dengan kulit tersebut. Ciri umum dermatitis kontak adalah adanya eritema (kemerahan), edema (bengkak), papul (tonjolan padat diameter kurang dari 5mm), vesikel (tonjolan berisi cairan diameter kurang dari 5mm), crust. Secara umum, dermatitis kontak dibagi menjadi dua, yakni dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Walaupun demikian, beberapa pustaka lain ada yang memasukkan jenis dermatitis lainnya ke dalam kelompok dermatitis kontak, seperti fototoksik dermatitis, fotoalergi dermatitis, sindrom urtikaria kontak dan dermatitis kontak sistemik. Penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria. Dermatitis kontak merupakan 1

Dermatitis Akibat Kerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas IKM novikemala

Citation preview

Page 1: Dermatitis Akibat Kerja

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis berasal dari kata derm/o- (kulit) dan –itis (radang/inflamasi),

sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana kulit

mengalami inflamasi. Klasifikasi dermatitis saat ini masih beragam. Hal tersebut

diakibatkan oleh penentuan etiologi dalam dermatitis secara umum berdasarkan

sumber agen penyebab dermatitis : dermatitis eksogen dan endogen. Dermatitis

eksogen salah satunya adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak merupakan

inflamasi non-infeksi pada kulit yang disebabkan oleh senyawa yang kontak

dengan kulit tersebut. Ciri umum dermatitis kontak adalah adanya eritema

(kemerahan), edema (bengkak), papul (tonjolan padat diameter kurang dari 5mm),

vesikel (tonjolan berisi cairan diameter kurang dari 5mm), crust. Secara umum,

dermatitis kontak dibagi menjadi dua, yakni dermatitis kontak iritan dan

dermatitis kontak alergi. Walaupun demikian, beberapa pustaka lain ada yang

memasukkan jenis dermatitis lainnya ke dalam kelompok dermatitis kontak,

seperti fototoksik dermatitis, fotoalergi dermatitis, sindrom urtikaria kontak dan

dermatitis kontak sistemik.

Penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria.

Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua PAK (penyakit akibat kerja),

terbanyak bersifat nonalergi atau iritan . Dikenal dua jenis dermatitis kontak, yaitu

dermatitis kontak iritan yang merupakan respon nonimunologi dan dermatitis

kontak alergik yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik. Keduanya

dapat bersifat akut maupun kronis. Bahan penyebab dermatitis kontak alergik

pada umumnya adalah bahan kimia yang terkandung dalam alat-alat yang

dikenakan oleh penderita, yang berhubungan dengan pekerjaan/hobi, atau oleh

bahan yang berada di sekitarnya. Disamping bahan penyebab tersebut, ada faktor

penunjang yang mempermudah timbulnya dermatitis kontak tersebut yaitu suhu

udara, kelembapan, gesekan, dan oklusi.

1

Page 2: Dermatitis Akibat Kerja

Dermatitis kontak sering dihubungkan dengan risiko dari suatu pekerjaan,

seperti petugas kehutanan, nelayan, polisi lalu lintas, dan sebagainya. Dermatitis

kontak alergik pada lingkungan kerja terjadi lebih sedikit dari pada dermatitis

kontak iritan. Dermatitis kontak akibat kerja dapat diartikan dengan kelainan kulit

yang disebabkan oleh pekerjaan secara langsung atau penyakit kulit yang dapat

diperberat dan merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang dapat

mempengaruhi hasil produksi.

Berdasarkan data di Inggris menunjukkan bahwa dari 1,29 kasus per 1000

pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit

kulit akibat kerja, maka lebih dari 95% adalah dermatitis kontak, sedangkan yang

lain berupa penyakit kulit yang lain seperti akne, urtikaria kontak, dan tumor kulit.

Prevalensi dermatitis kontak di Indonesia sangat bervariasi. Menurut

Perdoski (2009) Sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis

kontak, baik iritan maupun alergik. Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan

dermatitis kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1%

penyakit kulit karena sebab lain. Pada studi epidemiologi, Indonesia

memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana

66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis

kontak alergi (Hudyono, 2002). Di Bandar Lampung sendiri, sekitar 63% kejadian

dermatitis kontak menurut survailence tahunan yang dilakukan oleh dinas

kesehatan kota Badar Lampung pada tahun 2012 dan menjadi peringkat pertama

penyakit kulit yang paling sering dialami (Dinkes, 2012).

2

Page 3: Dermatitis Akibat Kerja

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Dermatitis

Dermatitis berasal dari kata derm/o- (kulit) dan –itis

(radang/inflamasi), sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu

keadaan di mana kulit mengalami inflamasi. Dermatitis adalah peradangan

kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor

eksogen da atau faktor endoge, menimbulkan kelainan klinis berpa

efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,

likenifikasi) dan terkadang disertai keluhan gatal.

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen) misalnya

bahan kimia seperti detergen, asam, basa, oli, semen. Bahan fisik seperti

sinar dan suhu; miroorganisme seperti bakteri dan jamur, dan dapat berupa

endogen misalnya dermatitis atopik.

Dermatitis kontak merupakan peradangan kulit yang disertai

dengan adanya spongiosis /edema interseluler pada epidermis karena kulit

berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan

dengan kulit. Bahan-bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun alergik.

Gambar.1 Gambaran Dermatitis

3

Page 4: Dermatitis Akibat Kerja

2.2. Klasifikasi Dermatitis

Hingga kini belum ada kesepakatan intenasional mengenai

tatanama dan klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya yang

multifaktor, tetapi karena seseorang dapat menderita lebih dari satu jenis

dermatitis pada waktu yang bersamaan atau bergantian.

Berdasarkan etiologi dapat dibedakan sebagai dermatitis kontak,

radiodermatitis, dermatitis medikamentosa. Dermatitis kontak merupakan

dermatitis yang paling sering terjadi pada pekerja.

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh

bahan/substansi yang menempel pada kulis. Dermatitis kontak dapat

dibagi menjadi 2 yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak

alergi. Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan kulit

nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului

proses sensitisasi. Sebaliknya dermatitis kontak alergik (DKA) terjadi

pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu allergen.

a. Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari

berbagai golongan umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI

diperkirakan cukup banyak terutama yang berhubungan dengan

pekerjaan (DKI akibat kerja)

Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan yang

bersifat iritan misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam,

alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi ditentukan oleh

ukuran molekuk, daya laru, konsetrasi bahan tersebut dan vehikulum,

juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor yang dimaksud yaitu

lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi

sehingga menyebabkan kulit lebih pemeabel, demikian pula gerakan

dan trauma fisis. Suhu dan kelembapan juga ikut berpengaruh.

4

Page 5: Dermatitis Akibat Kerja

Jenis Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan penyebabnya

1. Dermatitis Kontak Iritan Akut

Dermatitis kontak iritan akut disebabkan oleh single exposure yang

biasanya terjadi karena kecelakaan (accident). Dermatitis ini

bergantung pada dosis dan kekuatan atau jenis iritan yang mengenai

kulit. Tanda-tanda fisik klasik dari dermatitis kontak iritan akut adalah

eritema (kemerahan pada kulit karena dilatasi pembuluh darah), edema

(penimbunan cairan), inflamasi, dan vesiculation (pembentukan

vesikula). Tingkat keparahan penyakit ini mulai dari eritema ringan

through exudative cutaneous inflammation hingga ulcerative lesion dan

nekrosis epidermis yang jelas, tergantung pada jenis iritan dan lamanya

paparan. Pada tingkat ekstrim dapat berupa “chemical burn” dengan

kerusakan jaringan yang parah yang diakibatkan oleh senyawa yang

bersifat sangat basa dan sangat asam.

Gejala-gejala dermatitis kontak iritan akut adalah pruritus, burning,

stinging, dan pain. Daerah inflamasi hanya pada area yang kontak

dengan pajanan dan berbatas tegas. Efek yang ditimbulkan sama pada

hampir semua orang, terlepas dari kerentanan individu, berbeda dengan

dermatitis kontak iritan kronis. (Chew, 2006, p.6-7). Zat yang bersifat

asam dan basa yang dapat menyebabkan chemical burn dan nekrosis

bila konsentrasinya cukup adalah hydroflouric acid, semen, chromic

acid, phosphorus, ethylene oxide, phenol, dan metal salt. (Wolff, 2009,

p.21).

5

Page 6: Dermatitis Akibat Kerja

Gambar tangan pekerja yang terkena pelarut

2. Dermatitis Kontak Iritan Kronik

Dermatitis kontak iritan kronis disebabkan karena pajanan

berulang oleh iritan lemah, sehingga frekuensi pajanan terlalu tinggi

berkaitan dengan pemulihan kulit ketika luka. Kebanyakan penyakit ini

terlokalisasi di tangan. Penyakit ini ditandai dengan kekeringan

(dryness), pecah-pecah (fissuring), dan hyperkeratosis (penebalan yang

terjadi karena penebalan stratum korneum/lapisan teratas kulit) dan

didiagnosis ketika berlangsung selama lebih dari 6 minggu. Penyakit ini

merupakan kelainan multifaktor dengan faktor endogen dan eksogen

yang terlibat dalam perkembangannya. Faktor eksogen berkaitan dengan

paparan langsung yang diterima kulit, sedangkan faktor endogen

berkaitan dengan kerentanan individu. (Johansen, 2011, p. 46).

6

Page 7: Dermatitis Akibat Kerja

3. Dermatitis Kontak Iritan Gesekan (Friction ICD)

Gesekan berulang dengan intensitas yang rendah dapat

menyebabkan pembentukan callus, yaitu penebalan kulit

(hyperkeratosis dan acanthosis), hiperpigmentasi, dan kulit melepuh.

Respon awal pada area kontak gesekan adalah eritema, scaling, pecah-

pecah (fissuring), and gatal-gatal (itching). (Chew, 2006, p.9)

b. Dermatitis kontak Alergi (DKA)

Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih

sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat

peka (hipersensitif).

7

Page 8: Dermatitis Akibat Kerja

Tabel.1 Alergen yang sering menyebabkan terjadinya DKA

Sensitasi terjadi sesudah kontak dengan suatu zat (allergen)

tanpa terjadinya perubahan kulit yang jelas. Sensitivitas biasanya

timbul beberapa minggu sesudah pajanan pertama, dan kontak

berikutnya dengan allergen yang sama, walaupun jumlahnya sedikit,

akan menimbulkan dermatitis kontak. Sensitivitas dapat bertahan

selama beberapa bulan, beberapa tahun, bahkan seumur hidup.

Beberapa zat kimia dapat bersifat sebagai allergen (sensitizer) maupun

iritan. Beberapa faktor yang membantu terjadinya dermatitis kontak

alergik maupun iritan adalah penyakit kulit yang telah ada sebelumnya

(misalnya dermatitis atopic), suhu panas, kelembaban dan gesekan.

2.3. Penyebab Dermatitis Akibat Lingkungan Kerja

Pada dermatitis akibat lingkungan kerja dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, Dermatitis akibat kerja biasanya dikelompokkan menurut

8

Page 9: Dermatitis Akibat Kerja

mekanisme yang menyebabkannya yaitu mekanik, fisik, biologik dan

kimiawi.

i. Faktor mekanik

Gesekan dan trauma Gesekan dan tekanan akibat

pemakaian terus menerus suatu alat sering menimbulkan

penebalan kulit, kalus, abrasi dan ulkus.

ii. Faktor fisik

Faktor lingkungan misalnya panas, lembab, dingin,

asap, tumbuh–tumbuhan, kayu, sinar matahari dan ultraviolet

dapat menyebabkan berbagai kelainan kulit. Reaksi fototoksik

dan foto alergik dapat juga terjadi akibat pajanan tertentu.

Suhu tinggi ditempat kerja dapat menyebabkan miliara,

dan combustion.

Suhu rendah ditempat kerja menyebabkan frostbite.

Kelembaban terlalu rendah dapat menyebabkan kulit

dan selaput lendir saluran perfasan menjadi kering dan

pecah-pecah sehingga dapat terjadi perdarahan pada

kulit dan selaput lendir.

Radiasi elektromagnetik non ionisasi seperti ultraviolet

dan infra merah.

Kelembaban yang menyebabkan kulit menjadi basah,

hal ini dapat menyebabkan timbulnya jamur.

Perneranganyang kurang baik di tempat kerja dapat

menyebabkan terganggunya indra penglihatan sehingga

cenderung terjadinya kecelakaan kerja.

Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan

kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk

gas.

9

Page 10: Dermatitis Akibat Kerja

Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan

kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk

gas, uap, asap, kabut menjadi lebih besar.

iii. Faktor biologik

Bakteri, ragi, jamur, virus, dan parasit dapat

menimbulkan penyakit kulit primer pada lingkungan pekerjaan.

Infeksi bacterial skunder dapat merupakan komplikasi suatu

erupsi eksematosa.

iv. Faktor kimiawi

Zat kimia merupakan penyebab tersering suatu

dermatosis akibat kerja, dan biasanya digolongkan menurut

pengaruhnya pada permukaan kulit sebagai iritan atau

sensitizer. Zat Iritan digolongkan sesuai dengan kerjanya pada

kulit yaitu

Zat yang merusak lapisan tanduk : alkali, sabun, pelarut

organic

Zat yang melarutkan lipid permukaan kulit : pelarut

anorganik dan organic, deterjen

Zat penghidrasi : asam anorganik, anhidrida, alkali

Zat pengoksidasi : pemutih, krom, garam arsen dan seng,

peroksida

Zat pengendap protein : krom, arsen, garam seng’

Zat penghidrolisa : senyawa kalsium

Zat pereduksi : asam oksalat, asam format

Photosensitizer : ter batubara, zat pewarna dan petroleum

Zat teratogenik : arsen, arang batubara, petroleum, radiasi

matahari, radiasi berion

10

Page 11: Dermatitis Akibat Kerja

Selain itu pada dermatitis dalam lingkunngan kerja dapat juga

terjadi sebagai reaksi alergi. Pada orang yang peka, suatu reaksi alergik

dapat terjadi setelah terpajan dengan zat kimia. Keadaan ini sangat khas

dan penyebabnya adalah reaksi hipersensitivitas. Gejala klinis reaksi ini

tidak terjadi pada pajanan pertama, tetapi timbul setelah melewati

periode sensititasi sekitar 2 minggu dan pajanan berikutnya

menyebabkan dermatitis kontak eksematosa. Alergen industry sangat

banyak jumlahnya dan bersifat khas untuk setiap industry. Allergen

yang paling sering ialah garam nikel, kromat alkali, etilendiamin,

senyawa air raksa, resin (epoksi, fenolformaldehid), dinitroklorobenzen,

parafenilendiamin.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Dermatitis dalam

Lingkungan Kerja

a. Lama kontak

Lama kontak mempengaruhi kejadian dermatitis kontak

akibat kerja. Lama kontak dengan bahan kimia yang terjadi akan

meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Semakin

lama kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau iritasi

kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit.

Pengendalian risiko, yaitu dengan cara membatasi jumlah dan

lama kontak yang terjadi perlu dilakukan. Misalnya seperti upaya

pengendalian lama kontak dengan bahan kimia dengan

menggunakan terminologi yang bervariasi seperti Occupational

Exposure Limits (OELs) atau Threshold Limit Values (TLVs)

yang dapat diterapkan bagi pekerja yang melakukan kontak

dengan bahan kimia selama rata-rata 8 jam per hari.

b. Frekuensi kontak

Frekuensi kontak yang berulang untuk bahan yang

mempunyai sifat sensitisasi akan menyebabkan terjadinya

11

Page 12: Dermatitis Akibat Kerja

dermatitis kontak jenis alergi, yang mana bahan kimia dengan

jumlah sedikit akan menyebabkan dermatitis yang berlebih baik

luasnya maupun beratnya tidak proporsional. Oleh karena itu

upaya menurunkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja

adalah dengan menurunkan frekuensi kontak dengan bahan kimia.

c. Ras

Orang berkulit hitam lebih tahan terhadap lingkungan

industry karena kulitnya kaya akan melanin, sehingga jarang

menderita tumor kulit oleh radiasi ultraviolet, kurang peka

terhadap debu kimia, dan bahan pelarut alkali.

d. Tipe Kulit

Kulit yang berminyak lebih tahan terhadap sabun, bahan,

dan zat-zat yang larut dalam air, sedangkan kulit yang kering

rentan terhadap asam, basa, deterjen, dan bahan pelarut lemak.

e. Pengeluaran Keringat

Keringat melindungi kulit dengan cara mengencerkan dan

menghanyutkan bahan-bahan iritan. Keringat dapat pula merubah

bahan-bahan yang laurt dalam air menjadi bentuk lain dan

mempermudah absorbs kulit melalui pori-pori kulit.

f. Iklim/Musim

Dermatitis akibat kerjabanyak dijumpai pada waktu musim

panas karena pengeluaran keringat meningkat dan pekerja kurang

senang memakai alat pelindung diri.

12

Page 13: Dermatitis Akibat Kerja

g. Personal Hygiene

Pekerja yang kurang bersih misalnya tidak membersihkan

diri setelah selesai bekerja menjadipenyebab terjadinya dermatitis

kontak.

h. Pengetahuan

Kebanyakan pekerja tidak mengetahui prosedur kerja,

mereka bekerja dengan cara sendiri yang lebih mementingkan

kenyamanan tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan

kerja.

i. Tindakan

Tindakan pekerja ketika melakukan pekerjaan, meskipun

pekerja sudah mengetahui prosedur kerja dan risiko pekerja

namun pekerja tidak bertindak seusai dengan pengetahuan yang

merak miliki.

2.5. Penegakan Diagnosis Dermatitis dalam Lingkungan Kerja

Diagnosis dermatitis akibat kerja didasarkan pada riwayat

penyakit, pemeriksaan jasmani, perjalanan erupsi dan pemeriksaan

laboratorik (uji tempel dan biopsy)

Riwayat penyakit :

Informasi yang tepat yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah:

Jenis pekerjaan

Keadaan kulit sebelum erupsi timbul

Zat yang ditangani langsung atau yang terdapat di lingkungan

kerja

Pakaian pelindung, tindakan protektif dan bahan pembersih

yang digunakan

13

Page 14: Dermatitis Akibat Kerja

Permulaan dan perjalanan erupsi (perbaikan atau penyembuhan

lesi bila bebas dari pekerjaan untuk periode tertentu).

Pengobatan sebelumnya (sendiri atau tenaga professional)

Pemeriksaan jasmani

Penampilan klinis erupsi dan lokasinya dapat member keterangan

tentang kemungkinan penyebabnya. Seluruh permukaan tubuh

seharusnya diperiksa untuk mencari tempat – tempat erupsi.

Pemeriksaan Laboratorik :

Pada uji tempel, sejumlah kecil zat penyebab yang dicurigai dalam

konsentrasi tertentu, dioleskan atau ditempelkan pada permukaan kulit.

Reaksi uji tempel dinilai positif bila dalam 24 sampai 48 jam timbul

kemerahan, edema atau vesikel pada tempat yang ditempelkan. Untuk

mengerjakan dan menilai hasil uji tempel, dibutuhkan pengetahuan

yang khusus. Untuk menghindari terjadinya eksaserbasi erupsi,

sebaiknya hanya dokter yang berpengalaman dalam uji tempel yang

melakukannya. Biopsy dan pemeriksaan histopatologik dilakukan

untuk membatu mengidentifikasi beberapa dermatosis akibat kerja dan

bila telah dicurigai terjadinya suatu keganasan.

2.6. Bahan-bahan yang menyebabkan dermatitis dalam lingkungan Kerja

a. Natrium Hidroksida

Natrium hidroksida dikenal sebagai kaustik soda, kekuatan basa

sangat bergantung pada kemampuan abasa tersebut melepaskan ion

OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut. Natrium

hidroksida bersifat sebagai basa kuat dalam air, dan bersifat iritan

yang dapat menimbulkan kerusakan dan peradangan pada kulit. NaOH

juga bersifat reaktif, karena bila berekasi dengan air akan

mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.

14

Page 15: Dermatitis Akibat Kerja

b. Kromium

Banyak sekali dermatitis akibat kerja yang disebabkan oleh iritasi atau

sensitasi senyawa kromium. Sensitasi terjadi perlahan dan baru timbul

setelah bertahun-tahun, pekerja konstruksi dan industri lain yang

terpajan dengan senyawa yang mengandung krom misalnya cat warna

kuning atau hijau, bahan fotografi dan percetakan. Zat anti korosif dan

uap las patri. Kromat yang terdapat dalam semen merupakan

penyebab utama sensitasi pada tukang dan pekerja semen.

c. Nikel

Pajanan terhadap nikel dan garamnya merupakan penyuebab paling

sering dari dermatitis kontak alergik yang diindukasi logam. Nikel

banayak dipakai diu pabrik peralatan dari logam dan sebagai bahan

pengeras logam lain. Pajanan nikel dapat merupakan hal yang

berhubungan dengan pekerjaan ataupun tidak. Sensitasi pada pria

biasanya akibat pajanan pekerjaan, namun dapat juga akibat kontak

dengan jam tangan, penjepit atau kacamata. Pada wanita, sumbernya

adalah pengait logam pada pakaian dan perhiasan. Individu yang telah

tersensitasi dapat menderita erupsi beberapa tahun kemudian bila

terpajan dengan nikel atau garamnya di lingkungan kerja. Pekerja

yang sering terkena ialah pekerja yang memakai alat yang dilapisi

nikel (penata rambut, tukang jahit, pekerja kantor, sering memegang

uang logam). Trauma, tekanan dan keringat yang berlebihan dapat

melepaskan nikel dari benda yang mengandung nikel.

d. Tumbuhan dan Kayu

Tumbuhan, serbuk-sari, duri, kayu, sayur-mayur dan zat yang berasal

dari tumbuhan misalnya terpentin, berhubungan dengan dermatitis

kontak pada berbagai jenis pekerjaan. Tanaman dan serbuk-sarinya :

petani, tukang kebun, perangkai bunga, pengunjung taman bunga,

pembangun jalan, ahli kehutanan. Kayu : tukang tebang, tukang kayu

15

Page 16: Dermatitis Akibat Kerja

dan perabot, pekerja yang memakai kayu dalam pekerjaannya. Sayur-

mayur :tukang masak, penjual sayur. Terpentin (balsam yang berasal

dari pinus): artis, tukang cat, tukang ukir, litografer, pekerja

kebersihan yang memakai terpentin sebagai pelarut.

e. Plastik

Bahan ini banyak digunakan dalam industri dan banyak pula

menyebankan dermatosis. Zat-zat plastik yang dapat menyebabkan

dermatosis kontak:

i. Resin epoksi : merupakan iritan dan sensitizer kuat yang

banyak dipakai dalam pembuatan alat listrik, lem kantor

dan rumah tangga, perekat (karet,keramik,logam) dan cat.

ii. Plastik urea formaldehis : pelapis pengkilap kayu, sebagai

bahan adesif dalam industri tekstil

iii. Plastik akrilik : diapaki dalam cat, bahan gigi palsu, kuku

palsu, lensa kontak dan protesa ortopedik

2.7. Terapi pada Dermatitis dalam Lingkungan Kerja

Pada dermatitis kontak iritan dilakukan dengan cara

menghilangkan inflamasi, mencegah pemaparan lebih lanjut, dan edukasi

pada pasien bagaimana cara untuk mencegah terjadinya kekambuhan.

Sedangkan pada dermatitis kontak alergi melindungi area yang terpapar

sleama fase akut ruam, mencegah gatal dan garukan yang berlebihan yang

dapat memicu membukanya luka yang dapat menyababkan infeksi kulit

sekunder serta mencegah penyebaran dermatitis.

2.8. Pencegahan Dermatitis dalam Lingkungan Kerja

Alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan yang harus

digunakan oleh pekerja disuatu tempat yang berbahaya. Alat Pelindung

diri standar untuk bahan kimia berbahaya adalah

16

Page 17: Dermatitis Akibat Kerja

a. Pelindung kepala (safety helmet)

Bertujuan melindungi kepala dari benda jatuh atau benturan.

b. Pelindung mata (safety glasses)

Pelindung ini dapa menahan sinar ultraviolet sampai persentase

tertentu.

c. Pelindung wajah (face shield)

Melindungi wajah dari sistuasi yang mungkin terjadi seperti percikan

bahan kimia, uap, serbuk,debu dank abut.

d. Pelindung tangan (safety gloves)

Untuk mengurangi dan mencegah kecelakaan kerja yang disebabkan

oleh bahan kimia, beracun, listrik, suhu yang terlalu dingin.

e. Pelindung kaki

Sepatu dapat melindungi kaki dari asam, basa, ketone, aldehid.

17

Page 18: Dermatitis Akibat Kerja

BAB III

KESIMPULAN

Kejadian dermatitis kontak yang disebabkan oleh iritan ataupun alergi

sangat berkaitan dengan suatu pekerjaan. Sehingga orang orang yang memiliki

aktivitas pekerjaan diluar memiliki resiko terkena dermatitis. Pada dermatitis

kontak iritan, iritan yang kuat seperti asam kuat atau basa kuat dapat

mengakibatkan dermatitis kontak iritan akut, sedangkan iritan lemah seperti

deterjen membutuhkan waktu yang lama untuk mengakibatkan dermatitis kontak

iritan kronik. Dermatitis kontak alergik lebih jarang terjadi pada pekerja.

Sehingga yang sebaiknya dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan

dengan cara memberikan edukasi kepada pekerja tersebut bagaimana cara

mencegah terjadinya dermatitis pada lingkungan kerja. Pencegahan dapat berupa

penggunaan pelindung kepala, pelindung mata, pelindung tangan, pelindung kaki.

Selain itu dapat diberikan edukasi mengenai bahaya-bahaya yang dapat terjadi

saat bekerja. Menjaga higienitas saat sesudah bekerja juga merupakan hal penting

dalam pencegahan terjadinya dermatitis pada pekerja.

18

Page 19: Dermatitis Akibat Kerja

DAFTAR PUSTAKA

Emmet, EA. Occupational Dermatoses. Dalam: Fitzpatrick TB, Eisen AZ;

Wolff K, Freeberg IM, Austen KF eds Dermatology in General

Medicine. Edisi 3. Mc Graw Hill, New York, 2000

Chew, Ai-Lean & Howard I. Maibach. 2006. Irritant Dermatitis.

Heidelberg: Springer.

Dinkes. 2012. Laporan Bulanan Data Kesehatan ICDX. Dinas Kesehatan

Kota Bandar Lampung. Lampung.

Hudyono J. 2002. Dermatosis akibat kerja. Majalah Kedokteran

Indonesia, November 2002.

Johansen, Jeanne Duus, Peter J. Frosch, & Jean Pierre Lepoittevin (ed).

2011. Contact Dermatitis Fifth Edition. Heidelberg: Springer.

Lestari, F dan Utomo H. Faktor Faktor yang berhubungan dengan

dermatitis kontak pada pekerja. Dalam: MAKARA kesehatan.

Vol 11. 2007:2.

Sularsito, S dan Djuanda S. Dermatitis. Dalam ilmu Penyakit Kulit

Kelamin, Djuanda A (ed). Edisi 5. Jakarta: FKUI. 2007.

Situmeang S. Analisa Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol di

PTX Medan. Universitas Sumatera Utara. 2008.

Sumantri, S. Dermatitis Kontak. 2007. Diunduh dari pharma-

c.blogspot.com

Wolff, Klaus & Richard Allen Jhonson (ed). 2009. Fitzpatrick’s Color

Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology Sixth Edition. New

York: The McGraw-Hill Companies.

19