Upload
fajar-ahmad-prasetya
View
66
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
environmental, disease, lung,
Citation preview
PENYAKIT PARU KERJA DAN
LINGKUNGAN
Dr. DIAH SYAFRIANI, SpPD Medical Faculty, Sriwijaya University
Dr. DIAH SYAFRIANI, SpPD Medical Faculty, Sriwijaya University
Definisi
Berbagai jenis penyakit paru yang terjadi akibat menghirup udara yang telah tercemar oleh bahan bahan yang berbahaya bagi kesehatan
Ciri penyakit akan memberat saat individu berada di tempat kerja dan berkurang atau hilang saat meninggalkan tempat kerja penyakit paru kerja
Noksa :
Bahan yang bisa merusak struktur anatomis organ tubuh dan sekaligus menimbulkan perubahan fungsi
Dalam lingkungan kerja para pekerja terpapar dan menghirup noksa yang dapat berasal dari bahan baku, hasil produksi, produk sampingan atau dari limbah.
Noksa dapat dibagi menjadi:
1. Debu organik : nabati, hewani
2. Debu inorganik : pertambangan , industri logam, keramik
3. Gas iritan : industri petrokimia, farmasi
Mekanisme pengendapan dan penimbunan noksa di dalam paru :
1. Inertia (kelambanan)
partikel ukuran 2-100μ
karena partikel berukuran besar, sehingga sullit mengikuti aliran udara yang berkelok kelok membentur selaput lendir dan
terperangkap di percabangan bronkus besar.
2. Sedimentasi (gravitasi)
partikel ukuran 0,5-2 μ
akan mengendap di percabangan bronkus kecil dan bronkioli.
Gravitasi pengendapan partikel dimungkinkan karena kecepatan aliran udara cukup lamban
3. Gerakan brown (proses difusi)
partikel ukuran ± 1 μ
akibat gerakan brown ini maka partikel akan membentur permukaan alveoli dan mengendap
4. Intersepsi
partikel berbentuk serat (fiber), dengan perbandingan panjang/diameter 3:1
berhubung dengan bentuknya, mudah tersangkut dalam mukosa saluran napas
5. Elektrostatik
daya tarik elektrostatik antara partikel-mukosa saluran nafas, berperan pula pada pengendapan noksa.
Ukuran debu
- 10μ mudah tertahan di saluran nafas atas
- 3-5 μ tertahan dan tertimbun di sal. nafas bagian tengah
- 1-3μ paling berbahaya, tertahan dan tertimbun di sal. Nafas kecil yaitu: bronkiolus terminalis hingga alveoli
- < 1μ tidak mudah mengendap di paru, 80% ukuran 0,4-0,5μ dihembuskan lagi keluar saat ekspirasi
Mekanisme pertahanan paru terhadap noksa
1. Arsitektur saluran nafas.
Bentuk, struktur dan kaliber sal. napas yang berbeda beda merupakan saringan mekanik terhadap udara yg dihirup mulai dari hidung, nasofaring, laring dan percabangan tracheobronkial.
2. Lapisan cairan dan silia yang melapisi sal. nafas. Lapisan ini menangkap debu dan mengeluarkan melalui gerakan mucociliary escalator. Juga mengandung zat yang bersifat detoksifikasi dan bakterisid
3. Mekanisme pertahanan spesifik, baik humoral atau seluler.
Kelainan paru akibat noksa
1. Iritasi mukosa sal napas yang berakibat sembab mukosa dan produksi lendir yang berlebihan
2. Peningkatan reaktifitas bronkus sal. nafas lebih peka thp rangsangan
3. Spasme bronkus peningkatan obstruksi sal. nafas
4. Pembentukan jaringan radang granuler yang biasanya difus pd parenkim paru
5. Pembentukan jaringan fibrosis
6. Terjadinya neoplasma baik pd paru maupun pd pleura.
Menurut manifestasi klinik penyakit:Jenis penyakit paru Agen penyebab yang tepat
Iritasi saluran napas atasGangguan saluran napas::-Asma kerja sensitisasi: * berat molekul rendah*berat molekul tinggi oleh iritan-Byssinosis-efek debu padiJejak inhalasi akut:-pneumonitis toksik-demam uap logam-demam uap polimer-inhalasi asapPneumonitis hipersensitif
Infeksi paruPneumoconiasisKeganasan:Kanker sinonasalKanker parumesothelioma
diisosionat, anhidrid, debu kayuAlergen asal binatang, lateksGas-gas iritanDebu kapasDebu padi, gandum
gas-gas iritan, debu logamMetal oksida (Zn, Co ) plastikProduk pembakarnBakteri, jamur, protein hewani
tuberkulosis, virus, bakteriAsbes, silika, batubara, kobalt
Debu kayuasbestos., radonasbestos
Pendekatan diagnosis
Anamnesis:
-Anamnesis tentang riwayat pekerjaan /lingkungan
-Riwayat penyakit paru dan kesehatan umum
Pemeriksaan fisik Kelainan fisik yang ditemui dapat bervariasi
PPOK, asma : suara mengi, ekspirasi memanjang, ronki kering
Pneumonia/pneumonitis:batuk,demam, ronki basah
Fibrosis paru: redup sebagian toraks, retraksi interkosta, suara napas mengurang
Pemeriksaan penunjang
Foto toraks CT scan Tes fungsi paru (spirometri,volume paru, kapasitas
difusi) Tes provokasi Bronkoskopi Tes serologi atau tes kulit
Pneumokoniosis
Penyakit paru lingkungan yang disebabkan oleh inhalasi kronis debu inorganik atau bahan partikel yang berasal dari udara lingkungan atau tempat kerja
Penyebab tersering: asbes, silika, batu bara, berilium, bauksit, besi/baja dll
Etiologi
1. Ukuran partikel debu, yaitu: 0,3-0,5 μm, bisa mencapai alveoli
2. Struktur kimiawi debu
3. Konsentrasinya di udara lingkungan
4. Lamanya paparan
5. Suseptibilitas individu terhadap debu inorganik yang jadi penyebab
Patogenesis
Debu inorganik dan bahan partikel terinhalasi melekat pada permukaan mukosa sal.napas respon inflamasi dan fagositosis oleh makrofag alveolus makrofag memfagositosis debu dan membawa ke bronkiolus terminalis oleh gerakan mukosiliar debu dikeluarkan dari paru. Sebagian debu diangkut ke pembuluh limfe sampai limfonodi regional di hilus paru.
Bila paparan debu banyak, mukosiliar tidak mampu bekerja, debu akan menumpuk di mukosa saluran napas debu akan tersusun membentuk anyaman kolagen dan fibrin saluran napas/paru menjadi kaku compliance paru menurun
Debu silika yang terhirup mukosa saluran napas terfagositosis oleh makrofag makrofag mengalami desintegrasi dan mengeluarkan bahan kimia yang dapat mengaktifkan makrofag lain. makrofag banyak rusak daya tahan individu berkurang pasien silikosis mudah terinfeksi kuman tb dan terbentuk siliko-tuberkulosis
Banyaknya debu inorganik dan bahan partikel tertumpuk di saluran napas kecil inflamasi kronis atau pembengkakan obstruksi bronkus
Pada kasus pneumokoniosis terdapat kombinasi kelainan obstruktif dan restriktif
Beberapa penyakit paru akibat paparan debu inorganik
- Asbestosis- Silikosis- Coal workers pneumokoniosis- Beryl-liosis- Bauxite pneumokoniosis- Sederosis
Asbestosis
Timbul sebagai respon paru berupa fibrosis/pneumonitis interstisial sebagai akibat inhalasi debu (serabut) asbestosis
Manifestasi dapat berupa:
fibrosis interstisial paru, pleural plaques, mesotelioma, pleura/peritoneum, karsinoma paru, karsinoma laring, karsinoma saluran cerna
Nilai ambang batas debu asbestosis di udara: 2 serabut/cm3/berat badan/8 jam
Patogenesis:
debu asbes terhirup terdeposisi di dinding bronkus makrofag memfagositosis debu asbestosis bila pembersihannya tidak sempurna akan timbul fibrosis di dinding bronkus tingkatan fibrosis tergantung pada banyaknya debu yang terpapar timbul penyakit paru kronis progresif
Manifestasi klinis: sesak saat aktifitas, batuk nonproduktif
Pemeriksaan klinis: ronki basah di basal kedua paru dan pada keadaan lanjut jari tabuh
Radiologis: gambaran garis garis opasitas kecil di basis paru dan dapat meluas sampai pleura
lanjut:distorsi arsitektur paru,pleural plaques
Diagnosis
Adanya riwayat paparan debu asbestosis Adanya gambaran radiologis berupa garis garis opasitas
dilap.bawah paru Kelainan faal paru tipe restriktif Biopsi paru
Silikosis
Penyakit parenkim paru berupa fibrosis paru difus akibat inhalasi, retensi dan reaksi parenkim paru terhadap debu atau kristal silika (SiO2)
Debu silika mempunyai ukuran 0,5-5μm
Berasal dari pemotongan batu, pabrik keramik, tambang batu kapur
Tiga macam bentuk silikosis
1. Silikosis kronik
paparan debu silika terjadi>15 tahun sebelum timbul gejala, terdapat kelainan berupa nodul trdri dari: jaringan hialin tersusun konsentris, dikelilingi kapsul seluler, isi nodul adalah silika
2. Silikosis cepat
perubahan terjadi dalam waktu 5-15 thn, sering terjadi infeksi tb, juga skleroderma
3. Silikosis akut
perubahan terjadi <5 thn, gejala predominan pada paru bagian bawah,kelainan ektrapulmonal mengenai ginjal dan hati, menglaami progresifitas dan timbul gagal napas dan berakhir kematian.
Manifestasi klinik silikosis
1. Silikosis simpel
asimptomatis,
bila ada sputum/batuk disebabkan oleh rokok atau debu lain,
kelainan pada basal paru, gejala dapat progresif seperti batuk, sesak napas, kelainan faal paru tipe restriktif,
beresiko tinggi untuk terinfeksi( tu tb)
nodul silikosis di lobus atas paru, menglami kalsifikasi
2. Silikosis kompleks
merupakan lanjutan dari silikosis simpel, menglami progresifitas, menderita infeksi tb atau jamur paru, nodul yang terpisah dapat bergabung menjadi satu, menyebabkan distorsi paru.
dapat menjadi fibrosis masif progresif menimbulkan kelainan faal paru( restriktif, obstruktif, atau campuran
kelenjar limfe hilus dapat membesar dan kalsifikasi
Diagnosis
1. Ada riwayat inhalasi debu silika
2. Ada gambaran radiologis abnormal
3. Ada kelainan faal paru (restriktif,obstruktif atau campuran )
Problem diagnostik timbul bila ada komplikasi (infeksi pyogenik, jamur atau tb) dan pada keadaan lanjut timbul penyakit kolagen (skleroderma, rrematoid artritis)
Pengobatan
Secara definitif tidak ada Bila ada infeksi sekunder berikan terapi yang sesuai Infeksi piogenik berikan antibiotik yang sesuai secara
empirik, infeksi jamur berikan obat anti jamur Infeksi terhadap tuberkulosis diberikan OAT
Coal workers’pneumoconiosis, black lung
Merupakan penyakit paru akibat deposisi (penimbunan) debu batu bara dalam paru atau respons paru tehadap debu batu bara yang tertimbun dan menetap dalam paru.
Respons paru kurang menimbulkan fibrosis bila dibandingkan dengan silika
Jenis coal workers pneumoconiosis:
1. Simple CWP:
opasitas kecil,bulat dan ukuran kurang dari 1 cm
2. Complicated CWP
opasitas satu atau multipel, ukuran >1 cm
Pengobatan
Secara spesifik tidak ada Pencegahan: memakai masker basah
Berylliosis
Kelainan paru akibat debu berilium Debu berilium merupakan debu paling halus dari sejenis
metal Debu timbul dari campuran berilium dengan logam
(aluminium, nikel, tembaga) pada industri lampu fluoresens, industri nuklir dan senjata militer
Efek debu berilium pada paru:
Efek akut: berupa bercak infiltrat paru,bronkopneumoni
Efek kronis: timbul beberapa kerusakan paru (granuloma pada septum alveoli dan timbul nodul halus, fibrosis, kerusakan jaringan elastis dan timbul emfisema paru, adenopati hilus tidak dijumpai
Manifestasi klinis:
Bentuk akut:
keadaan toksis, doserelated berylliosis injury syndrome, menyerang saluran napas bagian atas, bila paparannya hebat timbul bronkitis dan pneumonitis kernikal
Bentuk kronis:
timbul 6-18 bulan sesudah paparan
gejala awal asimptomatik
berat: batuk nonproduktif,nyeri dada, sesak napas
PF: ronkhi kering di bagian bawah paru
Gambaran radiologis
Bentuk akut: timbul bercak infiltrat Kronis: nodul nodul kecil Lanjut: nodul besar,gambaran retikuler difus, tidak
tampak adenopati hilus
Diagnosis
Ditemukan rekasi granulomatous pada paru dan hipersensitivitas terhadap berrilium
Diperlukan biopsi dan pemeriksaan histopatologi Bilasan bronkus: ditemukan jumlah sel makrofag
yang bertambah Tes respon proliferatif limfosit darah tepinthp
berrilium positif
Pengobatan
Akut : Menjauhi paparan terhadap berrilium oksigen, bantuan ventilasi mekanik dan kortikosteroid
Kronik: tidak ada pengobatan yang spesifik
TENGGELAM(DROWNING)
Definisi:
Tenggelam (drowning) adalah suatu proses
kegagalan respirasi akibat terbenam pada media
cair yang mengakibatkan cairan masuk dalam sal.
nafas shg korban tidak bisa menghisap oksigen
Istilah
Drowning: kematian oleh aspiksia dalam jangka waktu < 24 jam setelah terbenam.
Near drowning: keadaan survival walau sementara setelah 24 jam setelah terbenam.
Wet drowning: Bila cairan teraspirasi ke dalam paru sebanyak 85-90%.
Dry drowning: Bilamana timbul kejang otot dari laring yg menghalangi respirasi shg tidak terjadi aspirasi cairan yang berarti ke dalam paru (10-15%)
Faktor Predisposisi:
1. Faktor keletihan sewaktu berenang
2. Terperangkap atau terjerat di dalam air
3. Kejang-kejang sewaktu di dalam air
4. Mengalami trauma
5. Kecelakaan waktu menyelam
6. Kurang pengawasan thd anak
Mekanisme:
Seorang yg tidak bisa berenang jatuh ke dalam air tenggelam berusaha bergerak ke permukaan disertai ekspirasi dan teriakan utk berusaha bernafas air terinhalasi merangsang pita suara utk menutup & disertai batuk menghalangi udara masuk ke paru.
Saat inspirasi banyak menghisap air bronkospasme.
Proses terbenam & bergerak ke permukaan terjadi berulang kali paru kekurangan oksigen kehilangan kesadaran & tenggelam.
Sejumlah air akan masuk ke dalam paru setelah terjadi relaksasi dari pita suara.
Patofisiologi
Akibat tenggelam prolong hipoksemia dan asidosis serta gangguan fungsi multi organ.
Edema paru (75%) air laut yang teraspirasi ( NaCl 3%) bergesernya cairan intravaskuler ke dalam alveoli.
Akibat hipoksia lama edema cerebral, pelepasan neurotransmiter, kejang, hipotensi, ggn autoregulasi otak.
Akibat hipoksia dan asidosis:
1. Hemolisis
2. Gagal ginjal
3. Kerusakan tulang belakang akibat kecelakaan menyelam
4. Emboli udara
5. Hipotermia
Penatalaksanaan
1. Pertolongan untuk bantuan nafas2. Chest Compressions3. Mengatasi hipotermia4. Segera ditransportasi ke RS utk pertolongan selanjutnya
Penatalaksanaan di RS difokuskan utk mengatasi hipoksia, edema paru dan asidosis
5. Pemberian IVFD6. NGT7. Folley catheter8. ECG
PENYAKIT PARU RADIASI
Patogenesis
Ada 2 tipe kerusakan yang timbul:
1.Cepat / akut terjadi setelah 4-6 minggu setelah
selesai radioterapi
Adanya infiltrasi sel-sel, dijumpai kerusakan difus dari
alveolus.
2.Lambat / kronis terjadi setelah 6-12 bulan setelah
radioterapi.
Diagnosis banding
1. Keganasan berulang
2. Limphangitis
3. Infeksi (bakteri, virus, jamur)
4. Pneumonitis karena bahan kimia
Diagnosis1. Foto torak
2. CT scan
Gambaran klinis1. Pneumonitis
4-12 mg setelah radioterapi dan kemoterapi
Gejala: batuk, sesak nafas, demam tidak tinggi,
sakit di dada
Gambaran radiologis: bayangan berbatas tegas,
konsolidasi parenkim paru, volumebparu berkurang
2. Fibrosis Paru
Umumnya timbul setelah 6-12 bulan radioterapi
Gambaran radiologis
1. Perubahan paru bukan hanya pada lapangan paru yang diradiasi
2. Fibrosis parenkim paru
3. Efusi pleura
4. Penebalan pleura
5. Efusi perikard
6. Bronkiektasis
Pengobatan dan Prognosis
1. Pneumonitis steroid, tapi bisa menjadi kronis dan akhirnya timbul fibrosis paru
2. Fibrosis paru tidak ada pengobatan, hanya pemantauan jangan timbul rekurens.
PENYAKIT PARU AKIBAT OBAT
Mekanisme
1. Akibat langsung
2. Reaksi hipersensitifitas
3. Edema paru
4. Perdarahan paru
Tipe reaksi
1. Bronkokonstriksi : aspirin, beta bloker
2. Batuk: obat-obat yang bersifat bronkostriksi, ACE inhibitor
3. Bronchiolitis obliterans organizing pneumonia: anti inflamasi, imunosupresif, mis: bleomycin, MTX, antibiotika sulfasalazin, sefalosporin, amphoterisin B, kokain
4. Alveolitis: Antibiotika nitrofurantoin, sulfonamide, anti konvulsan phenitoin, carbamazepin, antiaritmia amiodaron, procainamide, obat2 sitostatika bleomycin, busulfan.
5. Edema paru akut non kardiogenik: opiate, aspirin, amiodaron, darah, produk darah
6. Pulmonary vascular disease: antikoagulan oral, obat fibrinolitik
7. Hypersensitivity pneumonitis: MTX, cyclophosphamide,
nitropurantoin, anti depresan
8. Pleural san mediastinal fibrosis: beta bloker, ergotamin,
bromokriptin
9. Reaksi lain
gagal nafas pada pemakai narkotika yg berlebihan,
infeksi paru pada pemberian obat kanker.
Diagnosis
Sulit gambaran klinis, radiologis dan histologis tidak spesifik
Berdasarkan anamnesis thd obat yg digunakan Pemeriksaan dasar yg diperlukan: torak foto, faal
paru.
Penatalaksanaan
Stop obat yang menimbulkan kelainan paru Pemberian kortikosteroid Bila infeksi antibiotika
Terima kasih