115
BAB I PENDAHULUAN Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang semakin meningkat, termasuk bidang kesehatan secara umum. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran telah mencapai taraf yang sangat memuaskan dalam hal mengatasi penderitaan dan kematian penyakit tertentu. Namun demikian, masalah kesehatan bagi masyarakat umum masih sangat rawan. Walaupun pada beberapa tahun terakhir ini sejumlah penyakit menular tertentu sudah dapat diatasi, tetapi di lain pihak timbul pula masalah baru dalam bidang kesehatan masyarakat, baik yang berhubungan dengan penyakit menular dan tidak menular, maupun yang erat hubungannya dengan gangguan kesehatan lainnya. Dewasa ini banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi bahkan ada yang telah dapat dibasmi berkat kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan biologis yang erat hubungannya dengan penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara sedang berkembang, di samping munculnya masalah baru pada negara yang sudah maju. Penguasaan teknologi terhadap pengaruh lingkungan biologi yang erat hubungannya dengan penyakit menular maka penguasaan terhadap lingkungan fisik sedang dikembangkan di berbagai negara dewasa ini yang sejalan dengan penguasaan terhadap lingkungan biologis. Di lain pihak, kemajuan ilmu dan teknologi juga ikut mempengaruhi lingkungan sosial budaya dan sangat erat hubungannya dengan pola tingkah laku masyarakat. Perubahan lingkungan sosial

Penyakit menular

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penyakit menular

Citation preview

Page 1: Penyakit menular

BAB I

PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang semakin meningkat,

termasuk bidang kesehatan secara umum. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran telah

mencapai taraf yang sangat memuaskan dalam hal mengatasi penderitaan dan kematian penyakit

tertentu. Namun demikian, masalah kesehatan bagi masyarakat umum masih sangat rawan.

Walaupun pada beberapa tahun terakhir ini sejumlah penyakit menular tertentu sudah dapat

diatasi, tetapi di lain pihak timbul pula masalah baru dalam bidang kesehatan masyarakat,

baik yang berhubungan dengan penyakit menular dan tidak menular, maupun yang erat

hubungannya dengan gangguan kesehatan lainnya.

Dewasa ini banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi bahkan ada

yang telah dapat dibasmi berkat kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan

biologis yang erat hubungannya dengan penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit

menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara sedang berkembang, di

samping munculnya masalah baru pada negara yang sudah maju. Penguasaan teknologi

terhadap pengaruh lingkungan biologi yang erat hubungannya dengan penyakit menular maka

penguasaan terhadap lingkungan fisik sedang dikembangkan di berbagai negara dewasa ini

yang sejalan dengan penguasaan terhadap lingkungan biologis. Di lain pihak, kemajuan

ilmu dan teknologi juga ikut mempengaruhi lingkungan sosial budaya dan sangat erat

hubungannya dengan pola tingkah laku masyarakat. Perubahan lingkungan sosial budaya

tersebut memberikan dampak positif dan negatif terhadap pola penyakit yang ada dalam

masyarakat, termasuk penyakit menular. Di lain pihak, dengan semakin meningkatnya kemajuan di

bidang komunikasi perhubungan dan transportasi antarnegara dewasa ini, maka setiap

kejadian penyakit menular pada suatu negara tertentu akan merupakan ancaman yang potensial

untuk negara lainnya.

Manusia sebagai makhluk sosial sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut di

atas dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam hal ini manusia harus selalu

berusaha untuk mengatasi berbagai pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan oleh ketiga

faktor tersebut dengan: (1) menyesuaikan kebutuhan hidupnya dengan keadaan lingkungan

sekitamya, terutama terhadap keadaan lingkungan yang sulit diubah, atau (2) berusaha

mengubah lingkungannya untuk disesuaikan dengan kebutuhannya, terutama keadaan

lingkungan yang dapat mengganggu ketenteraman hidupnya.

Page 2: Penyakit menular

Dewasa ini berbagai jenis penyakit menular telah dapat diatasi terutama pada negara-

negara maju, tetapi sebagian besar penduduk dunia yang mendiami belahan dunia yang sedang

berkembang, masih terancam dengan berbagai penyakit menular tertentu. Dalam hal ini maka

penyakit menular dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok utama yakni:

1. Penyakit yang sangat berbahaya karena kematiannya cukup tinggi

2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walaupun

akibatnya lebih ringan dibanding dengan yang pertama.

3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian atau cacad, tetapi dapat mewabah

sehingga dapat menimbulkan kerugian waktu maupun materi/biaya.

Untuk dapat rnengambil tindakan yang berarti dalam usaha mengatasi serta

menanggulangi berbagai penyakit menular tertentu, maka harus diketahui dengan pasti berbagai

aspek epidemiologis penyakit menular secara umum.

Page 3: Penyakit menular

BAB II

BEBERAPA DEFINISI

ISTILAH PENTING DALAM

PENYAKIT MENULAR

1. Carrier: Manusia (orang) atau hewan tempat berdiamnya agent menular spesifik

dengan adanya penyakit yang secara klinis tidak terlihat nyata, tetapi dapat bertindak

sebagai amber infeksi yang cukup penting. Kemampuan sebagai pembawa/carrier bisa

terdapat pada seseorang dengan infeksi yang tidak tampak nyata sepanjang waktu tersebut

(umumnya dikenal sebagai orang sehat atau pembawa yang tidak jelas gejalanya), atau

berada dalam masa tunas (incubatory carrier), masa penyembuhan dan sesudah masa

penyembuhan dari suatu penyakit infeksi tertentu (convalescent carrier). Pada kondisi

tertentu maka kemampuan sebagai pembawa bisa berlaku dalam waktu singkat atau

panjang (temporary carrier/ transient carrier, atau chronic carrier).

2. Case Fatality Rate: Biasanya dinyatakan sebagai persentase dari jumlah orang yang

didiagnosis menderita penyakit yang telah ditentukan dan meninggal karenanya. Istilah

ini lebih sering dipergunakan untuk kejadian luar biasa (outbreak) penyakit akut di

mana semua penderita setelah diikuti dengan periode waktu yang cukup untuk sampai

mengakibatkan kematiannya. Angka kefatalan (fatality rate) harus dengan jelas

dibedakan dan angka kematian (mortality rate). Sinonim: Angka kefatalan (fatality rate),

Persentase kefatalan (Fatality percentage).

3. Chemopraphilaxis: Pemberian bahan kimiawi termasuk antibiotika, untuk

mencegah pertumbuhan atau perkembangan infeksi menjadi penyakit yang nyata.

Selanjutnya chemoteraphy yang berkenaan dengan penggunaan bahan-bahan kimiawi

untuk penyembuhan suatu penyakit yang secara klinis dapat diketahui, atau membatasi

perkembangannya lebih jauh.

4. Cleaning: pembersihan dengan menggosok dan mencuci, seperti dengan air panas,

sabun atau deterjen yang sesuai, ataupun dengan menghisap debu maupun agent

menular atau zat organik dan permukaan badan di mana agent menular tersebut dapat

menemukan keadaan yang menguntungkan untuk bisa bertahan atau berkembang

Page 4: Penyakit menular

biak.

5. Communicable disease: penyakit yang disebabkan oleh unsur/agent penyebab menular

tertentu atau hasil racunnya, yang terjadi karena perpindahan/penularan agent atau

hasilnya dan orang yang terinfeksi, hewan, atau reservoir lainnya (benda lain) kepada

pejamu yang rentan (potential host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

pejamu perantara hewan (vektor), atau lingkungan yang tidak hidup (lihat

transmission of infectious agent).

6. Communicabel period: waktu atau selama waktu tertentu di mana agent menular dapat

dipindahkan baik secara langsung maupun tidak langsung dan orang terinfeksi ke orang

lain, dan hewan terinfeksi ke manusia atau dan orang terinfeksi ke hewan, termasuk

arthropoda. Pada penyakit-penyakit seperti dipteria dan infeksi oleh streptococcus yang

melibatkan selaput lendir sebagai pintu keluar masuknya penyakit, maka waktu periode

penularannya adalah tanggal pada saat terjadi keterpaparan (eksposur) dengan sumber

infeksi yang pertama kali sampai mikro-organisme yang dapat menularkan tidak lagi

disebarkan dan selaput lendir yang terlibat. Beberapa penyakit lebih bersifat menular

selama periode inkubasi dari pada selama masa klinis penyakitnya. Pada beberapa

penyakit tertentu seperti tuberkulosis, lepra, sifilis, gonorrhea, dan beberapa bentuk

salmonellosis, masa penularannya bisa berada dalam waktu yang lama dan kadangkala

periode yang berselang bilamana luka-luka yang belum sembuh memberikan peluang

masuknya kotoran/agent penyebab dan permukaan kulit atau juga melalui lubang-lubang

tubuh yang manapun. Pada penyakit yang ditularkan oleh vektor arthropoda seperti

malaria dan demam kuning/berdarah, periode penularannya (atau lebih tepatnya

infektivitasnya) adalah selama agent menular terdapat dalam darah atau jaringan lain

orang yang terinfeksi dalam jumlah yang cukup untuk dapat memberikan infeksi pada

vektor. Juga periode penularan pada vektor arthropoda, yaitu pada saat agent berada

dalam jaringan arthropoda (tahap infektif) untuk dapat dipindahkan ke pejamu potensial

tertentu.

7. Contact: orang atau hewan yang telah berhubungan/mengalami hubungan dengan orang

atau hewan terinfeksi, atau lingkungan yang terkontaminasi sehingga dapat memberikan

peluang untuk memperoleh agent penyakit menular.

Page 5: Penyakit menular

8. Contamination: adanya agent menular pada permukaan tubuh, pada atau dalarn pakaian,

termasuk semua yang berkaitan dengan tempat tidur (bedding), mainan, alat-alat bedah

atau baju operasi maupun benda/zat coati termasuk air dan makanan. Pollution

(pencemaran) berbeda dengan kontaminasi dan secara langsung memperlihatkan adanya

perusakan pada lingkungan tetapi tidak harus menular. Kontaminasi pada permukaan

tubuh tidak- bisa dianggap sebagai pembawa kuman (carrier).

9. Desinfection: mematikan agent penyakit menular dengan bahan-bahan kimiawi

atau alat/cara yang bersifat fisik yang mengena secara langsung agent penyakit

menular di luar tubuh. Concurrent desinfection: penerapan usaha untuk

mendesinfeksi secepatnya setelah pengeluaran bahan yang menular dan tubuh orang

terinfeksi, atau setelah terjadi pengotoran benda-benda dengan kotoran-kotoran

menular; semua hubungan perorangan dengan kotoran-kotoran atau benda-benda

yang sebelumnya dianggap tidak perlu untuk didesinfeksi. Terminal desinfection:

penerapan usaha untuk mendesinfeksi setelah penderita dipindahkan karena meninggal

atau ke rumah sakit, atau setelah tidak lagi menjadi sumber infeksi, atau setelah isolasi

rumah sakit maupun tindakan-tindakan lain yang sudah tidak dilakukan lagi. Tindakan

ini jarang sekali dilakukan; pembersihan terakhir (terminal cleaning) umumnya sudah

mencukupi (lihat cleaning) sejalan dengan mendinginkan dan memanaskan ruangan agar

terkena matahari langsung, juga alat-alat rumah tangga dan semua yang berhubungan

dengan tempat tidur. Disinfeksi hanya penting untuk penyakit-penyakit yang menyebar

melalui hubungan langsung; dianjurkan melakukan usaha sterilisasi dengan uap panas,

atau pembakaran semua yang berhubungan dengan tempat tidur (bedding) dan barang-

barang lain setelah penyakit seperti lassa fever dan penyakit-penyakit lain yang sangat

menular.

10. Desinfestation: semua proses baik secara fisik maupun kimiawi untuk

merusak/menghancurkan atau memusnahkan bentuk-bentuk hewan kecil yang

tidak dikehendaki khususnya arthropoda atau rodent (binatang pengerat), yang ada

pada orang, pakaian, atau dalam lingkungan seseorang, atau pada hewan-hewan

peliharaan (insecticide dan rodenticide). Disinfestasi juga termasuk menghilangkan

kutu-kutu untuk infestasi dengan kutu kepala (pediculus humanus), dan kutu-kutu pada

tubuh. Sinonim: termasuk disinsektasi dan disinsektisasi akhir jika sasaran hanya pada

insekta yang terlibat.

Page 6: Penyakit menular

11. Endemic: adanya penyakit atau agent menular yang tetap dalam suatu area geografis

tertentu; dapat juga berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa

timbal dalam suatu area tertentu.

Hyperendemic : Menyatakan suatu penularan hebat yang menetap (terus

menerus).

Holoendernic : Tingkat infeksi yang cukup tinggi sejak awal kehidupan dan

dapat mempengaruhi hampir seluruh populasi; sebagai contoh:

penyakit malaria pada beberapa daerah tertentu (lihat

zoonosis).

12. Epidemic: kejadian atau peristiwa dalam suatu masyarakat atau wilayah dari suatu

kasus penyakit tertentu (atau suatu kasus kejadian yang luar biasa) yang secara nyata

melebihi dari jumlah yang diperkirakan. Jumlah kasus menandakan adanya wabah

yang akan berubah-ubah berdasarkan agent penularannya, jumlah dan jenis populasi

yang terkena, adanya kejadian sebelumnya atau tidak adanya keterbukaan (kerentanan)

terhadap penyakit, dan waktu serta tempat kejadian.

Epidemicity: keadaan yang berkaitan dengan frekuensi penyakit yang sering dalam

satu area yang sama, di antara populasi yang telah ditentukan, dalam satu musim tahun

yang sama. Kasus tunggal suatu penyakit menular yang lama tidak terjadi dalam populasi

tertentu, atau serangan pertama oleh suatu penyakit yang tidak dijumpai sebelumnya

dalam area tersebut memerlukan laporan yang cepat dan penyidikan (investigast)

epidemiologi; dua kasus penyakit tertentu yang berhubungan dalam waktu dan tempat

tertentu adalah bukti transmisi yang cukup untuk dapat dianggap sebagai suatu wabah

atau kejadian luar biasa (lihat report of a disease dan zoonosis).

13. Fumigation: semua proses untuk mematikan bentuk-bentuk hewan khususnya

arthropoda, rodent dan binatang kecil lainnya yang dilakukan dengan menggunakan gas

(lihat Pada insecticide dan rodenticidel.

14. Health education: adalah proses yang secara individu maupun secara berkelompok;

orang-orang belajar untuk miningkatkan, memelihara maupun memulihkan derajat

kesehatan. Pendidikan kesehatan ini dimulai dengan segala macam tujuan yang mereka

inginkan dalam usaha memajukan taraf hidup mereka. Tujuannya adalah menumbuhkan

rasa tanggung jawab dalam diri mereka untuk mencapai taraf hidup yang sehat, secara

Page 7: Penyakit menular

individu dan sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam penanggulangan penyakit

menular, pendidikan kesehatan pada umumnya termasuk penilaian tentang apa yang

dikenal oleh masyarakat mengenai suatu penyakit tertentu penilaian kebiasaan dan tingkah

laku masyarakat yang berkenan dengan frekuensi serta penyebaran penyakit, maupun

pengenalan cara/alat khusus untuk mengamati kekurangan dalam usaha pengobatan.

15. Host (pejamu) : manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan arthropoda, yang

dapat memberikan kehidupan atau tempat tinggal untuk agent menular dalam kondisi

alam (lawan dan percobaan). Beberapa protozoa dan cacing melalui tahapan yang

berturut-turut dalam pejamu pilihan (alternatif host) dan jenis yang berbeda. Pejamu di

mana parasit mencapai kematangan/ pendewasaan atau melewati tahap seksual adalah

pejamu definitife atau pejamu primer. Sedangkan parasit dalam tahap larva atau tahap

aseksual adalah pejamu intermediate atau sekunder. Pejamu pembawa (transport host)

adalah pembawa, di mana organisme tetap bertahan hidup tetapi tidak bekembang/ berubah.

16. Imune individual: yaitu manusia atau hewan yang mempunyai perlindungan antibodi

khusus atau kekebalan seluler sebagai hasil infeksi yang terjadi sebelumnya, atau hasil

imunisasi, atau satu keadaan yang disebabkan kejadian khusus sebelumnya dan

memberikan reaksi yang sama untuk mencegah penyakit dan/atau adanya gejala klinis

penyakit tertentu setelah mengalami keterpaparan dengan agent penyakit menular

tersebut. Kekebalan adalah keadaan yang tidak mutlak (relatin: suatu perlindungan

efektif biasa, dapat melemah oleh dosis agent menular yang berlebihan atau oleh

keterpaparan melalui pintu masuk yang tidak lazim. Juga bisa dirusak oleh terapi

dengan obat yang menekan kekebalan, penyakit yang terjadi bersamaan, atau oleh

proses ketuaan.

17. Immunity: kekebalan yang biasanya dihubungkan dengan adanya antibodi atau hasil

aksi sel-sel yang spesifik terhadap mikro-organisme penyebab atau racunnya, dan yang

dapat menimbulkan penyakit menular tertentu. Passive humeral immunity adalah

kekebalan yang didapat dengan pemindahan secara buatan melalui inokulasi antibodi

pelindung yang spesifik (dari hewan yang dikebalkan, atau dengan serum seseorang

yang baru sembuh dari sakit yang daya kekebalannya sangat tinggi atau dengan kekebalan

serum dari sakit yang daya kekebalannya sangat tinggi atau dengan kekebalan serum

globulin); dan yang berlangsung dengan durasi yang pendek (beberapa hari sampai

beberapa bulan). Active Immoral immunity atau kekebalan yang biasanya dapat berlangsung

Page 8: Penyakit menular

lama sampai bertahun-tahun, didapat baik secara alamian melalui proses infeksi, dengan

atau tanpa gejala klinis yang jelas, atau secara buatan dengan cara inokulasi agent

penyebabnya itu sendiri yang telah dimatikan, atau telah dilemahkan, atau dari bagian

protein maupun hasil produk agent penyebabnya. Kekebalan efektif tali bergantung pada

kekebalan seluler yang diberikan oleh sel limfosit-T yang dibuat lebih peka dan

humoral immunity yang berdasarkan atas reaksi respon limfosit-B.

18. Inapparent infection: adanya infeksi pejamu tanpa adanya tanda-tanda klinis yang jelas

atau yang dapat dikenal. Infeksi yang tidak nyata dapat diidentifikasi hanya secara

laboratorium, atau oleh timbulnya satu reaksi positif pada tes kulit yang spesifik.

Sinonim: Asymptomatic, subclinical, occult-infection.

19. Insidence rate: nilai suatu hasil bagi (angka), antara jumlah penderita baru suatu

penyakit yang telah didiagnosis sebagai suatu penyakit khusus, atau dilaporkan dalam

periode waktu yang telah ditentukan (sebagai pembilang), dan jumlah person dalam

populasi yang telah ditentukan, di mana kasus tersebut terjadi (sebagai penyebut). Biasanya

ini mencerminkan sebagian kasus per 1000 atau 100.000/tahun. Angka tersebut biasanya

menggambarkan dalam bentuk umur atau jenis kelamin tertentu, atau khusus untuk sifat

populasi yang lain atau sifat suatu subdivisi (lihat morbidity rate dan prevalence rate).

Attack rate, or case rate: adalah angka kejadian yang sering digunakan untuk

kelompok-kelompok khusus yang diamati untuk periode yang terbatas dan dalam keadaan

khusus pula, seperti dalam suatu wabah, dan biasanya dinyatakan dalam nilai persen

(kasus per 100).

The secondary attack rate pada penyakit menular adalah jumlah kasus di antara

keluarga atau hubungan institusional/ serumah yang terjadi di antara periode inkubasi

setelah keterpaparan (eksposur) pada kasus utama dalam kaitannya pada keterpaparan

secara umum; jika ditentukan hanya terbatas pada mereka yang rentan (risk group). Infection

rate menyatakan kejadian dari semua infeksi, yang nyata maupun yang tidak

nyata/tampak.

20. Incubation periode: selang waktu antara terjadinya permulaan kontak dengan agent

penyebab penyakit menular sampai timbulnya gejala yang pertama kali atau gejala

penyakit yang dicurigai atau transmisi yang pertama kali pada vektor penyakit.

21. Infected individual: Manusia atau hewan yang merupakan tempat berdiamnya

suatu agent penyakit menular, yang dapat disertai dengan gejala penyakit yang nyata atau

Page 9: Penyakit menular

dalam bentuk infeksi yang tanpa gejala klinis (lihat carrier). Orang atau hewan yang

dapat menularkan salah satu dari agent penyakit menular yang secara alami dapat

diperoleh.

22. Infection: masuknya, bertumbuh dan berkembangnya agent penyakit menular dalam

tubuh manusia atau hewan. Infeksi tidaklah sama dengan penyakit menular; akibatnya

mungkin tidak kelihatan (lihat inapparent infection), atau nyata (lihat infectious

disease). Adanya kehidupan agent menular pada permukaan luar tubuh, atau pada barang

pakaian atau barang-barang lainnya, bukanlah infeksi, tetapi merupakan kontarninasi pada

permukaan tubuh atau benda (lihat Contamination).

23. Infectious agent: suatu organisme (virus, rickettsia, bakteri, jamur, protozoa dan

casing) yang mampu menimbulkan infeksi atau penyakit menular.

24. Infectious disease: penyakit yang secara klinis tampak nyata pada manusia atau

hewan yang merupakan akibat suatu infeksi.

25. Infestation: manusia atau hewan sebagai tempat menempelnya, berkembang biaknya

arthropoda pada permukaan tubuh atau di dalam pakaian. Barang, benda atau tempat-

tempat yang tertular adalah semua yang merupakan tempat berdiamnya atau memberi

tempat untuk tinggal pada agent penyakit tersebut, khususnya arthropoda dan rodent.

26. Insecticide: semua zat kimia yang digunakan untuk mematikan, menghancurkan /

membasmi serangga, bisa berupa sebagai tepung, cairan, cairan yang disemprotkan,

aerosol atau seperti cat semprot; lazim adanya residu (akibat sisa penggunaan zat

tersebut). Pada istilah larvasida seringkali digunakan untuk menunjukkan pemakaian

insektisida khususnya pemakan bentuk jentik sebelum tahap dewasa (tahap larva) dari

arthropoda; adultisida atau imagosida menunjukkan pemakaian untuk merusak

bentuk serangga yang dewasa. Istilah insektisida seringkali digunakan secara luas

mencakup zat-zat untuk membasmi semua arthropoda, tetapi akarisida lebih tepat

dipakai untuk agent pembunuh caplak dan kutu-kutu. Istilah-istilah yang lebih khusus,

seperti lousisida (pembasmi belalang) dan mitisida (pembasmi rayap) kadang juga

dipakai.

27. Isolation: untuk penderita isolasi dilakukan dengan melakukan pemisahan, selama

masa penularan terhadap orang atau hewan yang terinfeksi dari yang lain pada tempat

tertentu, serta dalam kondisi tertentu, sebagai usaha untuk mencegah maupun

Page 10: Penyakit menular

membatasi penularan langsung dan tidak langsung terhadap agent menular dan

mereka yang terinfeksi kepada mereka yang rentan atau mereka yang dapat

menyebarkan agent tersebut kepada yang lain. Sebaliknya adalah karantina yang

berarti mencegah semua hubungan mereka yang sehat dan suatu kasus menular.

Rekomendasi yang dibuat untuk mengisolasi kasus-kasus adalah didasarkan pada

metode-metode yang direkomendasikan oleh CDC (CDC Guideline for Isolation

Precautions in Hospital) sebagai tindakan pencegahan isolasi kategori khusus.

Kategori khusus tersebut dibedakan menjadi 7 hal tertentu, dan terdapat dua syarat

umum untuk semua ketegori:

1. Tangan harus dicuci setelah kontak dengan penderita atau barang-barang yang

sangat berpotensi untuk terkontaminasi dan sebelum merawat penderita lain.

2. Semua barang yang terkontaminasi dengan bahan yang menular seharusnya

dibuang atau dibungkus dan diberi tanda sebelum dikirimkan untuk dilakukan

dekontaminasi dan diproses kembali.

Ke-7 kategori tersebutadalah

a. Isolasi yang tegas/keras: kategori ini diciptakan untuk mencegah penularan

penyakit yang sangat menular atau yang virulen, yang dapat disebarkan

melalui udara dan hubungan kontak. Spesifikasinya, dan sebagai tambahan

pengertian tersebut di atas, juga termasuk ruangan khusus dan pemakaian

masker, baju pelindung dan sarung tangan untuk semua orang yang masuk ke dalam

ruangan. Syarat-syarat ventilasi khusus dengan ruangan pada tekanan negatif

untuk area sekitarnya sangat diperlukan.

b. Isolasi kontak: untuk mengurangi infeksi yang sangat cepat menular atau serius, dan

untuk penyakit atau kondisi yang terutama menyebar oleh hubungan yang dekat atau

langsung. Sebagai tambahan untuk syarat-syarat pokok, disediakan adanya ruangan

khusus, tetapi penderita yang terinfeksi dengan patogen yang sama, dapat

ditempatkan dalam satu ruangan. Di anjurkan pemakaian masker untuk mereka yang

mendekat pada penderita juga pemakaian baju pelindung jika kemungkinan

keadaannya kotor dan sarung tangan dipergunakan untuk memegang benda/bahan

yang menular.

c. Isolasi pemapasan: untuk mencegah penularan penyakit menular dalam jarak dekat

melalui udara, diusulkan adanya ruangan khusus, tetapi penderita yang terinfeksi

dengan organisme yang sama dapat ditempatkan dalam satu ruangan. Sebagai

Page 11: Penyakit menular

tambahan untuk syarat-syarat pokok, maka masker di anjurkan bagi mereka yang

datang mendekat pada penderita sedangkan baju pelindung dan sarung tangan

tidak.

d. Isolasi tuberkulosis (AFB isolation): untuk penderita TBC paru-paru yang positif

terhadap ulasan sputum atau X -ray dada yang menunjukkan adanya TBC yang

sangat aktif. Spesifikasinya termasuk menggunakan ruangan khusus dengan

ventilasi khusus dan pintu yang tertutup. Sebagai tambahan untuk syarat-syarat

pokok, masker digunakan hanya untuk penderita yang batuk, serta tidak dapat

diandalkan untuk terus menerus menutup mulutnya. Baju pelindung digunakan

untuk mencegah kontaminasi yang lebih besar pada pakaian.

e. Tindakan pencegahan bagian dalam: untuk infeksi yang ditularkan melalui

kontak langsung, atau tidak langsung dengan kotoran (feces). Sebagai tambahan

untuk syarat-syarat pokok, spesifikasinya termasuk menggunakan ruangan khusus jika

kebersihan penderita amat jelek (jorok). Tidak dianjurkan pemakaian masker, dan baju

pelindung seharusnya digunakan jika kemungkinan keadaannya kotor, begitu juga

sarung tangan untuk memegang materi yang terkontaminasi.

f. Tindakan pencegahan pembuangan: untuk mencegah infeksi yang ditularkan

melalui kontak langsung dan tidak langsung dengan materi yang purulent atau

pembuangan dan bagian tubuh yang terinfeksi. Tidak dianjurkan untuk

menyediakan ruangan khusus dan penggunaan masker; dan sebagai tambahan

syarat-syarat pokok, baju pelindung seharusnya digunakan, jika kemungkinan

keadaannya kotor dan sarung tangan untuk memegang materi yang

terkontaminasi.

g. Tindakan pencegahan darah/cairan tubuh: untuk mencegah infeksi yang

ditularkan oleh adanya kontak langsung atau tidak langsung dengan darah yang

terinfeksi atau cairan tubuh. Sebagai tambahan syarat-syarat pokok, ruangan

khusus dianjurkan jika kebersihan penderita jelek, sedang masker tidak

dilanjutkan. Baju pelindung seharusnya digunakan jika kemungkinan terdapat

pengotoran pakaian dengan darah atau cairan tubuh, begitu juga penggunaan

sarung tangan jika memegang darah atau cairan tubuh.

28. Molluscicide: zat kimia yang digunakan untuk membasmi bekicot (snails) atau

molluska (binatang lunak) yang lain.

29. Morbidity rate: angka kejadian insidensi yang digunakan dengan memasukkan

Page 12: Penyakit menular

semua orang dalam populasi tertentu yang diamati yang secara klinis menderita penyakit

dalam satu batas waktu tertentu. Populasinya dapat dibatasi untuk jenis kelamin atau

golongan umur tertentu, atau dengan sifat khusus yang lain.

30. Mortality rate: suatu angka yang dihitung dengan cara yang sama seperti pada

perhitungan incidence rate dengan pembilang adalah jumlah orang yang meninggal

dalam satu populasi selama periode waktu tertentu, biasanya 1 (satu) tahun. Angka

kematian total atau perkiraan angka kematian kasar yang menggunakan kematian

dari semua sebab, biasanya mencerminkan sebagai kematian per 1000 penduduk,

sedangkan angka kematian penyakit khusus hanya meliputi kematian akibat satu penyakit

tertentu dan biasanya dilaporkan berdasarkan pada kejadian per 100.000 penduduk. Dasar

populasinya dapat ditentukan berdasarkan jenis kelamin, umur atau sifat-sifat lainnya.

Angka kematian harus tidak dikacaukan dengan angka kematian karena penyakit tertentu

(case fatality rate)

31. Nosocomial infection: terjadinya infeksi pada penderita di rumah sakit atau pada

fasilitas pelayanan kesehatan yang lain dan pada siapa pun yang pada waktu masuk

tidak terdapat tanda-tanda infeksi atau dalam masa inkubasi. Termasuk mendapatkan

infeksi dan rumah sakit, tetapi muncul setelah ke luar dari rumah sakit, atau kejadian

infeksi petugas maupun pengunjung fasilitas tersebut.

32. Pathogenicity: kemampuan agent penyebab penyakit menular untuk menyebabkan

penyakit pada pejamu (host) yang rentan.

33. Patient or sick people: adalah orang yang secara jelas sakit

34. Personal hygiene: tindakan pencegahan yang menyangkut tanggung jawab individu

untuk meningkatkan kesehatan serta membatasi menyebamya penyakit menular,

terutama yang ditularkan secara kontak langsung. Tindakan tersebut menyangkut:

a. Mencuci tangan dengan sabun dan menyiram dengan air segera setelah buang air

besar air kecil dan selalu sebelum menangani makanan atau makan.

b. Hindari memegang semua benda yang tidak bersih atau segala benda yang sudah

terpakai oleh orang lain untuk keperluan di kamar kecil (toilet), jauhkan dan mulut,

hidung, mata, telinga, alat genitalia dan luka-luka.

c. Hindarkan penggunaan secara umum atau peralatan makan yang tidak bersih, gelas

minum, handuk, sapu tangan, sisir dan rambut serta pipa-pipa.

d. Hindari adanya keterpaparan (eksposur) dari orang lain, karena semprotan dan hidung

Page 13: Penyakit menular

dan mulut seperti pada saat batuk, bersin, tertawa atau bicara.

e. Mencuci tangan seluruhnya setelah menangani penderita atau semua barang miliknya.

f. Menjaga kebersihan tubuh dengan sering menyabun dan mandi.

35. Prevalence rate: suatu hasil bagi (angka) yang diperoleh dengan menggunakan

pembilang sebagai jumlah orang yang sakit atau gambaran dari suatu keadaan yang

sebenamya dalam suatu populasi tertentu pada satu waktu tertentu (point prevalence)

atau selama jangka waktu tertentu (periode prevalence), tanpa memperhatikan

kapan mereka mulai sakit atau mulai mengalami kondisi tersebut; dan sebagai penyebut

adalah jumlah orang dalam populasi di mana kasus tersebut terjadi.

36. Quarantine: larangan/pembatasan kegiatan orang atau hewan yang sehat yang telah

mengalami kontak/terpapar dengan kasus penyakit menular selama periode

penularan, untuk mencegah penularan penyakit selama periode inkubasi andai kata

infeksi sudah terjadi.

a. Absolute or Complete Quarantine: pembatasan kebebasan bergerak bagi mereka

yang terpapar/kontak dengan kasus penyakit menular untuk periode waktu yang

tidak lebih dari waktu inkubasi terpanjang dan penyakit tersebut, sebagai usaha

untuk mencegah hubungan dengan mereka yang tidak terpapar.

b. Mudifled Quarantine: suatu pilihan pembatasan sebagian dan kebebasan bergerak

terhadap mereka yang mengalami kontak, umumnya atas dasar diduga atau dicurigai

memiliki tingkat kerentanan yang berbeda dan dihubungkan dengan bahaya

terjadinya penularan penyakit. Hal semacam ini dilakukan pada keadaan yang

khusus. Sebagai contoh: diberlakukannya larangan masuk sekolah bagi murid

tertentu, pembebasan orang yang kebal dari perlengkapan yang khusus dapat

dipakai untuk orang yang rentan, atau larangan bagi anggota mileter ke barak

atau markasnya. Hal ini termasuk: pengawasan perorangan atau surveillans

individu, yakni pengawasan langsung secara sederhana oleh dokter atau

supervisor lainnya terhadap mereka yang mengalami kontak agar dapat

dengan segera mengenal tiap kejadian penyakit infeksi atau penderita tanpa

melakukan larangan yang ketat terhadap kebebasan bergerak; sedangkan

segregation atau pemisahan adalah memisahkan sebagian dari anggota

sekelompok orang atau hewan ternak dari yang lainnya, untuk suatu

pertimbangan khusus, kontrol atau pengamatan/observasi adalah usaha

pemindahan anak yang rentan ke rumah orang yang kebal, atau penentuan

Page 14: Penyakit menular

batas sehat atau batas lingkungan sehat untuk melindungi mereka yang tidak

terinfeksi terhadap kelompok populasi yang terkena infeksi.

37. Repellent: bahan kimia yang di aplikasikan pada kulit atau pakaian atau tempat lain

untuk mengurangi:

a. Penyinaran dan penyerangan arthropoda secara individu.

b. Penusukan agent lain pada kulit seperti larva cacing.

38. Report of a Disease : laporan resmi memberitahukan kepada pihak yang

berwewenang atas terjadinya penularan tertentu atau penyakit menular yang lain pada

manusia atau pada hewan. Penyakit pada manusia dilaporkan di Dinas Kesehatan

setempat; sedang pada hewan, ke Dinas Kehewanan atau Dinas Pertanian atau Dinas

Petemakan. Sebagian kecil penyakit pada yang menular ke manusia bisa dilaporkan ke dua

dinas tersebut di atas. Setiap penegak hukum kesehatan dapat mengeluarkan daftar

penyakit-penyakit yang wajib dilaporkan sesuai kebutuhan khusus. Laporan juga

seharusnya mencatat daftar kasus-kasus penyakit tertentu yang dicurigai, untuk

kepentingan kesehatan masyarakat, biasanya memerlukan investigasi epidemiologi

atau permulaan tindakan pengawasan khusus. Jika seorang terkena infeksi dalam satu

yurisdiksi kesehatan dan kasus dilaporkan dan pihak lain, maka Dinas Kesehatan yang

menerima laporan harus memberitahukan yurisdiksi yang lain, khususnya jika

penyakit tersebut memerlukan pengujian kontak untuk infeksi, atau apabila makanan

atau air atau wahana infeksi lain yang umum mungkin terlibat. Sebagai tambahan

laporan rutin kasus penyakit tertentu, diperlukan pemberitahuan khusus dan semua

wabah atau kejadian luar biasa (outbreak) penyakit, termasuk semua penyakit yang

tidak didaftar sebagai penyakit yang harus dilaporkan.

39. Reservoir of infectious agent: hewan, arthropoda, tanaman, tanah atau zat atau

kombinasinya di mana agent yang menular dapat secara normal hidup dan

berkembang. Pertama bergantung untuk bisa bertahan, kemudian bisa memproduksi

diri sendiri (berbiak), dan pada kondisi tertentu akan bisa ditransmisikan ke pejamu

yang rentan.

40. Resistence: mekanisme tubuh yang secara keseluruhan membuat rintangan untuk

berkembangnya penyerangan atau pembiakan agent menular atau kerusakan oleh racun

yang dihasilkannya.

Inherent resistence: kemampuan untuk melawan penyakit tidak bergantung kepada

antibodi atau respon jaringan yang tumbuh secara khusus; umumnya terletak pada

Page 15: Penyakit menular

sifat-sifat anatomi atau faali yang khusus dan pejamu dan kemungkinan secara genetis

atau diperoleh secara permanen atau sementara. Sinonim: Non Specific Immunity

(kekebalan yang tidak khusus).

41. Rodenticide: bahan kimia yang digunakan untuk memusnahkan kelompok rodensia

(binatang pengerat sebangsa tikus) umumnya melalui pencernaan (ingestion).

42. Source of infection : manusia, hewan, objek atau zat lainnya, di mana suatu agent

menular berada pada/di dalam tubuh pejamu (host). Sumber infeksi harus jelas dapat

dibedakan dari sumber kontaminasi, seperti meluapnya bak penampung kotoran sehingga

mencemari persediaan air bersih, atau tukang masak yang sedang terinfeksi mencemari

masakan. (lihat “Reservoir").

43. Surveillance of disease: berbeda dari pengawasan pada orang, maka pengawasan

penyakit merupakan kelanjutan penelitian yang cermat dari segala aspek terjadinya dan

penyebaran penyakit yang berhubungan dengan penanggulangan yang berlaku.

Termasuk di dalamnya pengumpulan dan penilaian yang sistematik dari:

a. Laporan-laporan morbiditas dan mortalitas.

b. Laporan khusus investigasi lapangan dari wabah dan kasus perorangan.

c. Isolasi dan identifikasi faktor penyebab penyakit menular melalui

pemeriksaan laboratorium.

d. Data tentang adanya, guna dan efek yang tidak menguntungkan dari vaksin

dan toksoid, imun globulin, insektisida dan zat lain yang digunakan dalam

kontrol.

e. Informasi mengenai tingkat kekebalan dalam kelompok atau golongan dalam

suatu populasi tertentu.

f. Data epidemiologi lainnya yang berhubungan. Keseluruhan laporan dari data

di atas harus disiapkan dan disebarkan kepada semua pihak yang bekerja

sama dan pihak lain yang perlu mengetahui hasil kegiatan pengawasan.

Tata cara ini berlaku untuk semua tingkat yurisdiksi kesehatan masyarakat dari tingkat

lokal sampai ke tingkat internasional. Pengawasan serologi mengidentifikasi bentuk-

bentuk infeksi sekarang ini dan sebelumnya dengan menggunakan tes serologi.

44. Susceptible: orang atau hewan yang dianggap tidak mempunyai kekebalan (daya tahan)

yang cukup untuk melawan agent patogen khusus untuk mencegah terjadinya infeksi

atau penyakit jika mengalami keterpaparan pada agent (rentan).

Page 16: Penyakit menular

45. Suspect case: orang yang mempunyai riwayat kesehatan dan tanda-tanda yang dianggap

bahwa dia mungkin menderita atau sedang terjangkit penyakit yang menular.

46. Transmission of infectious agent: segala cara atau mekanisme di mana agent menular

menyebar dari sumber atau reservoir ke manusia.

Mekanisme-mekanisme tersebut adalah:

a. Direct transmission: penularan langsung yang pada dasarnya pemindahan yang

cepat dari agent menular ke pintu masuk yang sesuai di mana akan menimbulkan

infeksi pada manusia atau hewan. Hal ini bisa karena adanya kontak langsung

seperti sentuhan, gigitan, ciuman atau hubungan kelamin, atau secara proyeksi

langsung dan semprotan droplet pada conjunctiva atau pada selaput lendir mata,

hidung atau mulut pada waktu bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau berbicara

(biasanya pada jarak sekitar 1 meter atau kurang).

b. Indirect transmission:

1. Vehicle-Borne: bahan/benda mati yang terkontaminasi atau benda fomites

seperti mainan, sapu tangan, pakaian kotor, segala sesuatu yang ada

hubungannya dengan tempat tidur, alat-alat masak dan makan, alat-alat bedah

atau bajunya, air, makanan, susu, produk-produk biologi termasuk darah, serum,

plasma, jaringan atau anggota tubuh atau semua bahan yang dapat dipakai

sebagai media perantara di mana agent menular diangkut dan masuk ke dalam

pejamu (host) yang rentan melalui pintu masuk yang sesuai.

2. Vector-Borne :

a. Secara mekanis: termasuk mekanisme penularan yang sederhana di mana

serangga yang pada kakinya melekat berlumpur/kotoran, lalu hinggap dan

merangkak atau berjalan atau dengan jalan organisme masuk ke dalam

saluran pencernaan. Di sini organisme tersebut tidak memerlukan pembiakan

pertumbuhan dalam tubuh vektor.

b. Secara biologis: perkembangbiakan, siklus maupun pertumbuhan atau

kombinasi dari keduanya diperlukan sebelum arthropoda dapat memindahkan

bentuk infektif unsur penyebab ke manusia. Setelah terjadi infeksi diperlukan

masa inkubasi sebelum arthropoda menjadi infektif. Unsur penyebab yang

menular dapat dilewati secara vertikal untuk generasi berikutnya (penularan

transovarium): menunjukkan adanya jalan pintas dari satu tahap siklus hidup

ke yang lain, sebagaimana bentuk ke dewasa. Transmisi mungkin melalui

Page 17: Penyakit menular

injeksi cairan kelenjar saliva sewaktu penggigitan, atau dengan muntah

atau endapan tinja pada kulit, atau bahan lain yang dapat menembus melalui

luka gigitan ataupun masuk melalui area yang luka karena garukan atau

gosokan. Penularan ini adalah oleh pejamu (host) invertebrata yang

terinfeksi dan pemindahan terjadi melalui suatu mekanisme yang cukup

kompleks oleh vektor sebagai penghubung. Walaupun arthropoda di sini pada

setiap peranan, adalah sebagai vektor.

3. Air-Borne: penyebaran unsur penyebab secara aerosol ke pintu masuk yang

sesuai, biasanya saluran pernapasan. Unsur aerosol adalah pengandung partikel-

partikel di udara yang terdiri dari sebagian, atau dapat seluruhnya jasad renik.

Keberadaannya di udara dapat mencapai periode waktu yang lama, di mana

sebagian kembali aktif dan lainnya kemudian menjadi tidak efektif dan tidak

virulen. Partikel di antara diameter 1- 5 u dengan mudah masuk ke dalam alveolus

paru-paru dan mungkin tertahan di sana. Yang tidak dianggap sebagai air-borne

ialah droplet dan partikel besar yang lain.

a. Droplet nuclei: biasanya merupakan sisa/residu yang hanya sedikit, dihasilkan

dari penguapan cairan droplet yang dipancarkan oleh pejamu yang terinfeksi.

Bentuk ini dapat juga diciptakan dengan sengaja oleh alat yang dapat

mengubah cairan menjadi bagian yang sangat kecil atau dengan tidak

sengaja seperti pada laboratorium mikrobiologi atau pada rumah potong

hewan, atau ruang autopsi. Biasanya mereka berada di udara dalam

periode waktu yang lama.

b. Dust: partikel kecil yang ukurannya sangat bervariasi, bisa berasal dari

tanah (umpanianya spora jamur yang terpisah dan tanah kering karena

angin), pakaian, segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat tidur

dan lantai yang terkontaminasi.

47. Virulence: adalah tingkat patogenitas suatu agent menular, yang dinyatakan oleh angka

kefatalan kasus atau kemampuannya untuk menyerang dan merusak jaringan pada

pejamu.

48. Zoonosuis: adalah suatu infeksi atau penyakit menular yang secara alam dapat

ditularkan dari hewan vertebrata ke pejamu manusia. Bisa enzootik atau epizootik (lihat

"Endemic" dan "Epidemic").

Page 18: Penyakit menular

BAB III

MANIFESTASI KLINIK

SECARA UMUM

1. Spektrum Penyakit Menular

Pada proses penyakit menular secara umum, maka dapat dijumpai berbagai

manifestasi klinik sebagai hasil proses penyakit pada individu, mulai dari gejala klinik yang

tidak tampak (inapparent infection) sampai pada keadaan yang berat disertai komplikasi dan

berakhir cacat atau meninggal dunia.

Akhir dari proses penyakit adalah sembuh atau meninggal dunia. Penyembuhan

dapat lengkap atau dapat berlangsung jinak (mild) atau dapat pula dengan gejala sisa yang

berat (severe sequele). Ada pula penyakit yang biasanya tidak tampak secara jelas tetapi

dianggap sebagai kelompok penyakit berat karena mempunyai angka kematian (case fatality

rate) yang tinggi atau angka manifestasi klinik berat yang cukup tinggi. Dalam hal ini

harus diingat bahwa CFR merupakan jumlah kematian penyakit tertentu dibagi dengan

jumlah penderita penyakit dengan gejala Minis jelas, sedangkan arteka kematian

penyakit tertentu (mortality rate) adalah jumlah kematian penyakit tertentu dibagi

dengan jumlah penduduk yang risk terhadap penyakit tersebut.

Suatu penyakit menular dianggap berat bila penyakit tersebut mempunyai CFR yang

tinggi atau apabila sembuh maka sebagian besar penderita sembuh dengan disertai gejala

sisa (neat). Dalam menilai berat ringannya penyakit dapat dilihat dari dua segi yakni dari

segi perorangan/individual serta dari segi masyarakat yakni pengaruhnya terhadap

kelompok populasi.

Page 19: Penyakit menular

Gambar 1

Proses Kejadian Penyakit

Meningal

Penyakit dengan insidensi rendah tetapi dengan CFR yang tinggi seperti

rabies, merupakan penyakit yang berat secara perorangan, sedangkan penyakit dengan

insidensi yang tinggi tetapi tidak berat (umpamanya diare) akan memberikan keadaan

yang lebih serius sebagai masalah kesehatan masyarakat karena merupakan unsur

yang menimbulkan peningkatan kematian populasi secara keseluruhan. Dalam hal ini

maka yang dimaksud dengan peningkatan kematian dalam masyarakat adalah jumlah

kematian di atas dan tingkat/batas normal yang telah diperkirakan pada suatu daerah

tertentu dalam jangka waktu tertentu pula (di luar kejadian luar biasa/wabah).

Adapun bentuk berat ringannya penyakit secara individu juga akan memberikan

dampak terhadap status kesehatan masyarakat terutama yang berkaitan dengan sumber

penularan baik sebagai penderita maupun sebagai pembawa kuman (karier). Manifestasi

Page 20: Penyakit menular

Tanpa gejala

Gejala ringan

Gejala sedang

Gejala berat

fatal

klinik penyakit menular pada penderita dapat dibagi dalam tiga kelompok utama. (lihat

gambar 2)

Gambar 2

Penyebaran Karakteristik Manifestasi Klinik dari Tiga Jenis

Penyakit menular

I. Lebih banyak dengan tanpa gejala klinik

Contoh : tuberk

II. Lebih banyak dengan gejala klinik jelas

Contoh : campak

III. Penyakit yang umumnya berakhir dengan kematian

Contoh : rabies

1. Kelompok pertama, yakni penyakit dengan keadaan lebih banyak penderita

terselubung yakni penderita tanpa gejala atau hanya disertai gejala ringan saja, di

mana penyakit tidak menampakkan diri pada berbagai tingkatan. Bentuk

demikian ini mempunyai tingkat patogenitas yang rendah, di mana hanya

sebagian kecil yang menampakkan diri secara klinis dan sangat sedikit yang

menjadi berat atau meninggal dunia. Bentuk penyakit seperti ini dalam

masyarakat disebut sebagai bentuk gunung es (iceberg), di mana yang tampak di

permukaan hanya sebagian kecil saja dan keseluruhan.Contoh penyakit seperti ini

umpamanya tuberkulosis, di mana jumlah penduduk dengan tes tuberkulosis cukup

tinggi berarti pernah terserang penyakit TBC pada waktu yang lampau, tetapi hanya

Page 21: Penyakit menular

sejumlah kecil anggota populasi yang dilaporkan menderita TBC selama ini.

Contoh lain adalah poliomyelitis dalam masyarakat, hepatitis A pada anak

serta infeksi lainnya.

2. Kelompok kedua, adalah penyakit dengan bagian yang berselubung (tanpa

gejala) relatif sudah kecil. Sebagian besar penderita tampak secara klinis dan

dapat dengan mudah didiagnosis, karena umumnya penderita muncul dengan gejala

klasik. Di antara mereka yang menderita, hanya sebagian kecil saja yang menjadi

berat atau berakhir dengan kematian. Contoh penyakit kelompok ini antara lain

penyakit campak (measles), penyakit cacar air (chickenpox) dan lainnya.

3. Kelompok terakhir, adalah penyakit yang menunjukkan proses kejadian yang umumnya

berakhir dengan kelainan atau berakhir dengan kematian. Kelompok penyakit ini

secara klinik selalu disertai dengan gejala klinis berat, dan sebagian besar meninggal.

Contoh yang paling klasik adalah penyakit rabies (gila anjing) dengan angka

kematian (CFR) sangat tinggi. Selain itu dikenal pula penyakit tetanus bayi serta

beberapa penyakit virus yang menyerang selaput otak dan lain-lain.

2. Infeksi Terselubung (Tanpa Gejala Minis)

Infeksi terselubung adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakkan diri

secara jelas dan nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas. Dengan demikian maka

berbeda dengan penyakit yang jelas diagnosisnya, yang dapat diketahui dengan cara

klinis raja, maka infeksi terselubung tidak dapat didiagnosis tanpa cara tertentu seperti

tes tuberkulosis, kultur tenggorokan, pemeriksaan antibodi dalam tubuh dan bentuk

lainnya. Penderita campak umpamanya sangat mudah dikenal berdasarkan gejala klinik,

begitu pula penderita penyakit rabies. Sebaliknya, mereka yang ketularan polio

umpamanya, sangat sulit untuk mendeteksi keseluruhannya, karena sebagian besar dan

mereka tanpa gejala klinik atau dengan gejala klinik yang tidak jelas.

Untuk mendapatkan perkiraan yang tepat tentang besamya clan luasnya kejadian

infeksi terselubung penyakit tertentu dalam masyarakat, dibutuhkan pengamatan/survei

epidemiologis di mana dilakukan tes tertentu pada semua populasi untuk mengetahui

berapa besarnya penyebaran penyakit dalam masyarakat. Hasil survei ini sangat

berguna untuk kepentingan pelaksanaan program, di samping sangat bernilai dalam

memberikan keterangan untuk kepentingan pendidikan. Di samping itu, pemeriksaan

Page 22: Penyakit menular

laboratorium juga memegang peranan untuk pengobatan berbagai penyakit dengan

gejala yang bersifat umum selain untuk kepentingan epidemiologis.

Peranan infeksi terselubung dalam usaha pencegahan serta penanggulangan

penyakit menular tertentu sangat penting karena infeksi terselubung mempunyai

potensi sebagai sumber penularan yang cukup berbahaya. Pada waktu yang lalu

sebelum dikenal adanya infeksi terseluhung, maka usaha penanggulangan penyakit

menular diarahkan pada kasus/penderita yang tampak jelas saja. Penekanan kegiatan lebih

diarahkan pada isolasi penderita, membebas hamakan barang/alat, serta melakukan tindakan

karantina terhadap mereka yang terpapar dan dicurigai sedang dalam masa tunas

penyakit.

Gambar 3

Hubungan Antara Keadaan Manifestasi Penyakit dengan

Pencatatan dan pelaporan

Dewasa ini walaupun isolasi penderita beberapa penyakit menular tertentu

masih dilakukan demikian pula berbagai usaha membebas hamakan benda/alat, akan tetapi

dalam usaha penanggulangan penyakit menular pada umumnya lebih diarahkan pada

kemungkinan penyebaran organisme penyebab dalam masyarakat. Penderita tanpa gejala

klinik memegang peranan penting karena mereka merupakan sumber utama

penyebaran penyakit menular tertentu di masyarakat. Sebagai contoh adalah usaha

penyembuhan dan pengobatan penderita penyakit gonorrhoe tanpa gejala (melalui

usaha penyaringan kelompok dengan risiko yang tinggi) merupakan salah satu usaha

penanggulangan penyakit tersebut dalam masyarakat.

Dengan adanya perbedaan manifestasi klinik pada berbagai jenis penyakit

menular maka tidak semua penderita/kejadian penyakit menular dalam masyarakat dapat

tercatat dengan baik (gambar 3) oleh petugas kesehatan. Pada umumnya, hanya

Tanpa gejala klinik Ringan Sedang Berat Fatal

Page 23: Penyakit menular

penyakit dengan manifestasi penyakit yang berat yang akan tercatat sebagai penderita

rawat nginap di rumah sakit. Sedangkan penderita dengan gejala klinik ringan atau

sedang, mungkin sebagian besar akan pergi ke pusat pelayanan kesehatan atau ke

dokter untuk berobat sehingga dapat tercatat pada laporan kejadian penyakit.

Sedangkan penyakit tanpa gejala klinik umumnya tidak tercatat dan tidak

dilaporkan. Oleh sebab itu, pada penyakit tertentu akan terjadi pelaporan

peristiwa kejadian infeksi lebih rendah dan sebenamya, sedangkan untuk penyakit

yang manifestasi klinik berat, akan menghasilkan angka kematian (CFR) lebih tinggi

dari yang sebenamya. Dcngan demikian, maka pada analisis penyakit menular dalam

masyarakat, harus ditetapkan pula kriteria diagnosis yang digunakan.

Page 24: Penyakit menular

BAB IV

KOMPONEN PROSES

PENYAKIT MENULAR

1. Faktor Penyebab Penyakit Menular

Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat, maka dikenal

adanya beberapa faktor yang memegang peranan penting antara lain adanya faktor

penyebab (agent) yakni organisme penyebab penyakit, adanya sumber penularan

(reservoir maupun resources), adanya cara penularan khusus (mode of transmission),

adanya cara meninggalkan pejamu dan cara masuk ke pejamu lainnya, serta keadaan

ketahanan pejamu itu sendiri.

Yang merupakan penyebab kausal (agent) penyakit menular adalah unsur

biologis, yang bervariasi mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme

multiselular yang cukup kompleks yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

Unsur penyebab ini dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok yakni:

1. Kelompok arthropoda (serangga), seperti pada penyakit scabies, pediculosis dan

lain-lain;

2. kelompok cacing/helminth baik cacing darah maupun cacing perut dan lain

sebagainya;

3. kelompok protozoa, seperti plasmodium, amuba dan lain-lain..

4. fungus atau jamur, baik uni maupun multiselular,

5. bakteri termasuk spirochaeta maupun ricketsia yang memiliki sifat tersendiri;

6. virus sebagai kelompok penyebab yang paling sederhana.

Sebagai makhluk biologis yang sebagian besar adalah kelompok

mikroorganisme, unsur penyebab penyakit menular tersebut juga mempunyai potensi

untuk tetap berusaha untuk mempertahankan diri terhadap faktor lingkungan di mana

ia berada dalam usaha mempertahankan hidupnya serta mengembangkan

keturunannya.

Adapun usaha tersebut yang meliputi berkembang biak pada lingkungan yang

sesuai/menguntungkan, terutama pada host/pejamu di mana mikro-organisme tersebut

Page 25: Penyakit menular

Sumber PenularanPenderita

Pembawa kumanBinatang sakit

Tumbuhan/benda

Keadaan PejamuKeadaan umum

Kekebalan Status giziKeturunan

Cara penularanKontak langsungMelalui udaraMelalui makanandan minumanMelalui vektor

berada, berpindah tempat dari satu pejamu ke pejamu lainnya yang lebih

sesuai/menguntungkan, serta membentuk pertahanan khusus pada gituasi lingkungan

yang jelek seperti membentuk spora atau bentuk lainnya.

Gambir 4

Proses penularan penyakit

Cara keluar dari sumber dan cara masuk ke pejamu melalui :

1. Mukosa/kulit

2. Saluran pencernaan

3. Saluran pernafasan

4. Saluran urogenitalia

5. Gigitan, suntikan, luka

6. Placenta

Berbagai sifat karakteristik unsur penyebab ditentukan oleh unsur itu sendiri

dan tidak tergantung pada interaksinya dengan pejamu. Sifat-sifat tersebut antara lain

adalah morfologi/bentuk, sifat kimiawi, perubahan antigenik, kebutuhan akan

pertumbuhan (suhu, makanan dan lainnya), kesanggupan hidup di luar tubuh pejamu

pada berbagai perantara (seperti air, susu dan tanah), kesanggupan hidup di dalam

berbagai keadaan suhu dan kelembaban, macamnya pejamu (binatang, manusia dan lain-

lain), kesanggupan menghasilkan toksin, kesanggupan untuk resisten terhadap

antibiotik dan berbagai zat kimiawi lainnya, serta kesanggupan untuk mendapat

informasi genetik yang baru dan plasmid atau partikel kehidupan lainnya. Pada

umumnya, semua penyebab penyakit infeksi/menular bervariasi nyata dalam sifat-

sifat intrinsik ini. Pengertian sifat intrinsik mungkin sangat esensial untuk memahami

sifat epidemiologi dan faktor penyebab, termasuk di dalamnya cara penularan.

Selain itu strain atau isolasi penyebab tertentu dan berbagai kejadian luar biasa serta

Page 26: Penyakit menular

dari berbagai daerah geografis dan pada berbagai waktu tertentu dapat memberikan

perbedaan yang nyata dalam sifat-sifat yang ada.

2. Interaksi Penyebab dengan Pejamu

Berbagai sifat yang sering dianggap berasal dan unsur penyebab tetapi temyata

sesungguhnya bukanlah sifat intrinsik penyebab, melainkan merupakan sifat yang

sangat tergantung/dipengaruhi oleh interaksi antara pejamu dengan penyebab tersebut.

Termasuk dalam hal ini tingkat infeksivitas, patogenesis, virulensi, serta imunogenitis.

Kondisi lingkungan, besamya dosis dan cara penularan tertentu dapat mengubah sifat-

sifat penyebab tersebut. Pada patogenitas yang sama tetapi berasal dan sumber yang

berbeda akan berbeda pula dalam berbagai sifat tersebut di atas. Faktor pejamu seperti

umur, ras, status gizi, dapat pula secara drastis mengubah kesanggupan penyebab

dalam menimbulkan infeksi, atau menghasilkan penyakit dengan gejala sedang

maupun berat, bahkan dapat meningkatkan kekebalan pejamu maupun kekebalan

masyarakat secara umum.

Infektivitas dapat diartikan sebagai kemampuan unsur penyebab (agent) untuk

masuk dan berkembang biak (menghasilkan infeksi) dalam tubuh pejamu.

Berdasarkan hasil percobaan maka infeksivitas dapat dianggap sebagai jumlah minimal

dari unsur penyebab (mikroorganisme) yang dibutuhkan untuk menimbulkan infeksi

terhadap 50% dari sekelompok pejamu pada spesies yang sama (LD50). Angka

ini dapat bervariasi tergantung pada sifat penyebab, cara penularan, sumber

penularan serta berbagai faktor yang berhubungan dengan pejamu seperti umur, jenis

kelamin dan lain-lain. Contoh penyakit dengan derajat infektivitas yang tinggi

adalah campak sedangkan yang infektivitasnya relatif rendah adalah lepra.

Derajat infektivitas pada manusia tidak dapat dihitung melalui suatu percobaan

karena hal ini melanggar etik. Beberapa teknik untuk menganalisis dan mempelajari

besarnya infektivitas dengan melihat kemudahan dan kecepatan dari unsur penyebab

menyebar dalam masyarakat, proporsi dan kontak langsung (kontak serumah) yang

mengalami infeksi/ketularan (angka serangan sekunder) atau dengan melakukan survei

sero-epidemiologis pada saat segera setelah epidemi berakhir untuk menentukan

banyaknya anggota masyarakat yang ketularan/terkena infeksi.

Patogenesis adalah kemampuan untuk menghasilkan penyakit dengan gejala

klinik yang jelas. Bila pada suatu populasi tertentu dilakukan penelitian

laboratorium selama dan/atau mengikut suatu letusan (kejadian luar biasa) suatu

penyakit tertentu dengan menggunakan cara diagnosis laboratorium yang tepat, cukup

Page 27: Penyakit menular

sensitif dan spesifik, maka patogenesis atau proporsi infeksi yang muncul dengan

gejala klinik jelas dapat ditentukan/dihitung. Seperti halnya dengan derajat infektivitas,

maka faktor pejamu dan faktor lingkungan, dosis penyebab, serta cara masuknya

penyebab ke dalam pejamu serta bentuk sumber penularan mungkin dapat mengubah

atau mempengaruhi tingkat patogenesis penyebab atau penyakit menular tertentu. Sebagai

contoh, staphilococcus tidak bersifat patogen bila berada dalam rektum, tetapi

dengan organisme yang sama bila ditemukan di rongga peritoneum atau selaput

otak, akan menimbulkan penyakit yang cukup serius. Bentuk ini merupakan penyakit

infeksi dan bukan suatu bentuk penyakit menular. Beberapa mekanisme lain di

mana satu penyebab patogen akan mengakibatkan kelainan yang sedang atau bcrat

pada pejamu akan diterangkan tersendiri.

Virulensi dapat diartikan sebagai nilai proporsi penderita dengan gejala klinis

yang berat, terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis jelas. Dalam hal ini maka

Case Fatality Rate (CFR) dapat pula merupakan ukuran virulensi. Virulensi dapat

tergantung pada dosis, cara masuknya faktor penyebab atau cara penularan, serta faktor

pejamu sendiri seperti umur, jenis kelamin, ras dan lainnya. Contoh dapat kita lihat

pada penyakit pes yang akan menjadi berat bila masuk melalui pernapasan ke paru-

paru (bubonik) dari pada masuk tubuh pejamu melalui gigitan kutu tikus (pes kelenjar).

Begitu pula penyakit oleh bakteri Nisseria Meningitis akan sangat ringan bila hanya

infeksi pada nasopharinx, tetapi dapat berat bahkan fatal bila terjadi meningitis. Pada

penyakit poliomyelitis, kemungkinan akan lebih berat bila mengenai orang dewasa bila

dibanding dengan infeksi pada anak. Sedangkan untuk penyakit tetanus, akan banyak

dipengaruhi oleh cara masuknya ke dalam tubuh serta umur penderita di mana tetanus

neonatorum biasanya lebih fatal dibanding tetanus pada orang dewasa.

Imunogenisitas adalah kemampuan menghasilkan kekebalan atau imunitas.

Tergantung pada jenis patogen penyebab, maka bentuk kekebalan dapat berupa

kekebalan humoral primer, kekebalan selular atau campuran keduanya. Imunitas dapat

dipengaruhi oleh faktor keadaan pejamu seperti umur, ras, status gizi, dan juga dapat

oleh dosis dan virulensi daripada infeksi yang terjadi. Unsur penyebab yang

berkembang biak pada tempat tertentu seperti pada saluran pernapasan, saluran

genitalia serta permukaan/mukosa saluran pencemaan akan mungkin hanya

menghasilkan imunitas lokal/ setempat dan bukan dalam bentuk sistemik. Di samping

itu berbagai unsur penyebab juga berbeda dalam kesanggupan intrinsiknya merangsang

pembentukan dan kelangsungan imunitas. Umpamanya unsur penyebab penyakit

Page 28: Penyakit menular

campak dapat menghasilkan kekebalan seumur hidup, sedangkan di lain pihak,

gonococcus tidak memiliki kemampuan semacam itu sehingga seseorang dapat

terserang gonorrhoe beberapa kali.

3. Mekanisme Patogenesis

Bila unsur penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh pejamu berbagai

kemungkinan akan timbul. Kemungkinan pertama adalah tidak terjadi proses

patogenesis seperti masuknya bakteri tetanus melalui makanan ke dalam rongga perut.

Akibat lain adalah terjadinya proses patogenesis tetapi tidak menimbulkan gejala

klinis, dan seterusnya berbagai kondisi tersebut telah diterangkan pada bab

sebelumnya.

Efek patogen yang dihasilkan oleh unsur penyebab penyakit menular/infeksi

dapat terjadi karena berbagai mekanisme tertentu. Di antara mekanisme tersebut

antara lain: invasi jaringan secara langsung, produksi toksin, rangsangan imunologis

atau reaksi alergi yang menyebabkan kerusakan pada tubuh pejamu, infeksi yang

menetap (infeksi laten), merangsang kerentanan pejamu terhadap obat dalam

menetralisasi toksititas, serta ketidakmampuan membentuk daya tangkal (immuno

supression). Dan berbagai mekanisme tersebut tidak jarang dijumpai lebih dari satu

mekanisme terlibat secara bersamaan, atau dapat pula terjadi perbedaan

manifestasi klinik karena perbedaan mekanisme yang terjadi walaupun oleh unsur

penyebab patogen yang sama.

Sejumlah besar unsur penyebab menimbulkan penyakit melalui mekanisme

invasi langsung ke jaringan. Termasuk dalam kelompok ini sejumlah penyakit

parasit seperti amubiasis, giardiasis, serta beberapa jenis cacing nematoda,

cestoda serta nematoda. Juga beberapa jenis infeksi oleh bakteri seperti

meninghitis bakteri, berbagai jenis infeksi saluran kemih, pharingitis dan lain

sebagainya. Sedangkan infeksi virus dalam kelompok ini seperti infeksi virus

saluran pernapasan atas, saluran pencemaan serta virus selaput otak (arbovirus

encephalitis dan rabies).

Sejumlah tertentu penyakit terjadi karena mekanisme produksi toksin oleh

unsur penyebab. Berbagai penyakit dalam kelompok ini seperti tetanus, dipteria,

serta infeksi oleh enterotoksin dan E. Coli. Di lain pihak, infeksi oleh

Staphilococcus aureus yang termasuk dalam kelompok invasi langsung, dapat pula

menimbulkan penyakit karena produksi toksinnya seperti pada penyakit keracunan

Page 29: Penyakit menular

makanan (food poisoning).

Pada beberapa penyakit lainnya, mekanisme imunologis termasuk alergis

merupakan bagian dan mekanisme/proses patogen terjadinya penyakit. Di antara

penyakit-penyakit yang mempunyai komponen imunologis yang penting adalah

tuberkulosis, demam berdarah dengue dan berbagai penyakit lainnya.

Infeksi oleh bakteri yang bersifat menahun atau mungkin tetap serta infeksi

virus yang bersifat laten adalah bagian mekanisme patogenesis penting yang dapat

menimbulkan berbagai penyakit tertentu. Bakteri mungkin tetap berada dengan

keadaan tanpa gejala setelah mengalami infeksi penyakit tertentu seperti

Hemophilus influensa, Neisseria meningitidis, streptococcus dan lain-lain pada saluran

pernapasan bagian atas. Demikian pula di saluran empedu dengan Salmonella typhii,

atau di bagian saluran pcncemaan lainnya pada beberapa spesies salmonela tertentu.

Pada saluran kemih dapat terjadi mekanisme yang sama umpamanya pada infeksi

oleh pseudonhonas, serratia dan lain-lain. Dalam bentuk tersebut di atas, semua bakteri

dapat diperoleh pada daerah yang terinfeksi dan dapat dikultur.

Dalam hal infeksi virus yang bersifat laten seperti herpes I dan II,

Varicella zoster, enchepalitis, dan beberapa jenis virus lainnya, dijumpai bahwa asam

nukleus dan virus tersebut menetap dalam sel tetapi mekanisme seluler mencegah

terjadinya lingkaran replikasi virus dan tidak terjadi pembentukan virus baru. Pada

suatu keadaan stres atau gangguan hormonal, maupun adanya faktor lingkungan

yang mengubah pengaturan/hubungan sel pejamu (tempat virus menetap) maka

pembentukan virus lengkap akan terjadi dan kemungkinan akan menghasilkan

penyakit dengan gejala klinis jelas.

Juga dijumpai suatu unsur penyebab yang dapat menimbulkan penyakit dengan

gejala yang berat melalui mekanisme peningkatan kepekaan pejamu melawan obat

yang relatip tidak toksis. Keadaan sepeni ini diperkirakan terjadi pada mekanisme

patogenesis sindrom dari Reye (Reye's syndrom) di mana infeksi oleh sejenis

virus variccella dan virus influenza B yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit

dengan gejala yang berat (encephalopathy) jika penderita diobati dengan obat yang

mengandung salisilat.

Akhir-akhir ini, telah ditemukan suatu keadaan baru yang cukup

mengkhawatirkan dalam biding penyakit menular dengan munculnya apa yang dikenal

dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Penyakit ini diperkirakan

Page 30: Penyakit menular

mempunyai CFR sebesar 70%. Pada kondisi penyakit AIDS ini maka berbagai

organisme penyebab dapat menggunakan kesempatan, termasuk pneumocystic carinii,

kelompok atypical mycoplasma, toxoplasma gondii serta inveksi cytomegalovinis, serta

kanker kaposi's sarcoma pernah diketemukan. AIDS dapat dihubungkan dengan

penekanan atau perubahan mekanisme imunoseluler yang timbul karena perubahan rasio

T-cell helperlsuppressor serta tidak ada reaksi terhadap antigen pada tes kulit yang

umum. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengisolasikan serta mengidentifikasi

unsur penyebab yang dapat menimbulkan penekanan imunitas yang kemudian

menyebabkan keganasan serta manifestasi penyakit infeksi.

Gambar 5

Spektrum patogenesis antara penyebab dengan pejamu

Jenis penyakit Invasi Produksi Hipertensi

Botulismus

Tetanus

Diphtheria

Stapyhyloccosis

Pneumococcosis

Streptococcosis

Tuberculosis

0

+

++

+++

++++

+++

+++

++++

++++

++++

++

0

++

0

0

0

0

+/-

-

++

++++

4. Sumber Penularan (Reservoir)

Oleh karena unsur penyebab penyakit menular adalah unsur biologis yang

merupakan unsur organisme hidup, maka unsur penyebab ini membutuhkan tempat

yang sesuai untuk berkembang biak serta untuk mempertahankan kelanjutan

hidupnya. Reservoir atau sumber penularan adalah organisme hidup atau barang

mati (misalnya tanah ataupun air), di mana unsur penyebab penyakit menular

hidup secara normal dan berkembang biak. Dengan demikian, maka reservoir penyakit

menular dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan serta sumber-sumber lingkungan

lainnya. Konsep reservoir merupakan pusat penyakit menular karena reservoir adalah

komponen utama dari lingkaran penularan di mana unsur penyebab meneruskan dan

mempertahankan hidupnya, dan juga sekaligus sebagai pusat/ sumber penularan dalam

Page 31: Penyakit menular

suatu lingkaran penularan. Reservoir khusus untuk unsur penyebab adalah mereka yang

sesuai dengan lingkaran hidup unsur penyebab tersebut secara alamiah.

a. Manusia Sebagai Reservoir

Dari sekian banyak jenis dan kelompok penyakit menular, ada sebagian di

antaranya yang hanya dijumpai atau lebih sering _hanya dijumpai pada manusia.

Penyakit ini umumnya berpindah dari manusia ke manusia dan hanya dapat

menimbulkan penyakit pada manusia saja. Dengan demikian reservoir satu-

satunya tentu hanya manusia saja. Suatu lingkaran penularan penyakit yang

sangat sederhana dengan reservoir manusia serta penularan dan manusia ke

manusia. Bentuk lingkaran penularan ini merupakan bentuk khusus dari

berbagai penyakit tertentu di mana secara umum manusia merupakan subjek

utamanya. Kebanyakan penyakit kelompok ini dijumpai pada penyakit saluran

pernapasan oleh virus maupun bakteri seperti pada infeksi staphylooccus dan

streptooccus, dipteria, nertusis, TBC influensa, pada beberapa penyakit kelamin

seperti gonorrhoe dan sipilis, serta pada penyakit lepra dan penyakit kulit lainnya.

Proses infeksi dikatakan terjadi bila unsur penyebab penyakit masuk dan

berkembang biak dalam tubuh pejamu yang menimbulkan reaksi dari pejamu

tersebut. Reaksi pejamu mungkin timbul dan tampak secara jelas, tetapi dapat

pula hanya pada tingkat yang paling minimal di mana unsur penyebab hanya

berada pada permukaan tubuh dan pada tingkat yang cukup untuk

mempertahankan diri tanpa menghasilkan gejala yang dapat tampak sebagai reaksi

dari pejamu. Keadaan seperti ini disebut kolonisasi sepeni beradanya Stophylococcus

aureus pada mukosa hidung.

Tingkat selanjutnya adalah infeksi terselubung/tanpa gejala dan dalam

bentuk subklinik. Pada tingkat ini, unsur penyebab tidak hanya berkembang biak

dalam tubuh pejamu, tetapi juga menimbulkan reaksi yang dapat diukur,

walaupun secara klinik belum dapat ditentukan. Pada keadaan di mana infeksi

Page 32: Penyakit menular

telah mencapai tingkat gejala klinik yang jelas yang disertai dengan gejala dan

kelainan fisik, maka keadaan pejamu disebut penderita klinik atau kasus

penyakit infeksi. Dengan demikian, maka penularan penyakit ke pejamu

potensial lainnya akin memberikan berbagai keadaan antara lain bentuk

kolonisasi, infeksi terselubung (covert) serta kasus penderita (overt). Dengan

demikian maka manusia sebagai reservoir dapat sebagai penderita dengan gejala

klinis yang jelas tetapi dapat pula dalam bentuk pembawa kuman (carrier)

dengan tanpa gejala klinis sama sekali.

Carrier atau pembawa kuman adalah penderita/atau mereka yang

sedang/pemah terinfeksi yang masih mengandung unsur penyebab penyakit

menular tetapi tanpa gejala klinis. Dengan demikian pembawa kuman adalah

reservoir yang punya potensi sebagai sumber penularan (lihat definisi carrier).

Melihat perjalanan penyakit pada pejamu, bentuk pembawa kuman (carrier)

dapat dibagi dalam beberapa jenis.

1. Healthy carrier (inapparent) adalah mereka yang dalam sejarahnya tidak

pernah menampakkan menderita penyakit tersebut secara klinis akan tetapi

mengandung unsur penyebab yang dapat menular pada orang lain, seperti pada

penyakit poliomyelitis, hepatitis B dan meninggococcus.

2. Incubatory carrier (masa tunas) ialah mereka yang masih aalam masa

tunas, tetapi telah mempunyai potensi untuk menularkan penyakit/sebagai

sumber penularan, seperti pada penyakit cacar air (chickenpox), campak

(measles) dan pada virus hepatitis.

3. Convalescent carrier (baru sembuh klinis) ialah mereka yang baru sembuh

dan penyakit menular tertentu, tetapi masih merupakan sumber penularan

penyakit tersebut untuk masa tertentu, yang masa penularannya

kemungkinan hanya sampai tiga bulan umpamanya kelompok salmonela,

pada hepatitis B, dan pada dipteri.

4. Chronis carrier (menahun) merupakan sumber penularan yang cukup lama

seperti pada penyakit tifus abdominalis dan pada hepatitis B.

Perlu diperhatikan di sini bahwa carrier/pembawa kuman hanya berlaku bagi

mereka yang dapat menjadi sumber penularan, artinya sejumlah penyakit tertentu

dengan infeksi tanpa gejala, berarti mengandung unsur penyebab tetapi tidak

bersifat carrier karena tidak dapat menularkan unsur penyebab tersebut kepada

Page 33: Penyakit menular

orang lain. Contohnya pada mereka dengan TBC primer atau dengan tes tuberkulin

yang positif, tidak bersifat carrier.

Jadi manusia dalam kedudukannya sebagai reservoir penyakit menular dapat

dibagi dalam tiga kategori utama.

1. Reservoir yang umumnya selalu muncul sebagai penderita, umpamanya

pada penyakit cacar, campak maupun TBC dan lepra dapat pula

digolongkan pada kelompok ini.

2. Reservoir yang dapat sebagai penderita maupun sebagai carrier seperti

pada dipteria, kolera, tifus abdominalis dan beberapa lagi lainnya.

3. Reservoir yang umumnya selalu bersifat penderita, akan tetapi tidak dapat

menularkan langsung penyakitnya ke pejamu potensial lainnya, tetapi

harus melalui perantara hidup seperti vektor atau pejamu antara lain seperti

pada malaria, filaria dan lain sebagainya.

b. Reservoir Binatang atau Benda Lain

Selain dan manusia sebagai reservoir, maka penyakit menular yang

mengenai manusia dapat berasal dan binatang terutama yang termasuk dalam

kelompok penyakit zoonosis seperti: brucellosis, antraks, TBC bovine,

leptospirosis, rabies dan lain-lain. Penyakit zoonosis adalah penyakit yang secara

alamiah dijumpai di kalangan hewan bertulang belakang (vertebrata), yang dapat

juga menular ke manusia, walaupun reservoir utamanya adalah binatang.

Beberapa penyakit zoonosis utama dan reservoir utamanya

1. Pes (plaque) Tikus

2. RABIES (penyakit gila anjing) Anjing

3. Bovine Tuberculosis Sapi

4. Thypus, Scrub & Murine Tikus

5. Leptospirosis Tikus

6. Virus Encephalitides Kuda

7. Trichinosis Babi

8. Hidatosis Anjing

9. Brocellossis Sapi, Kambing

Page 34: Penyakit menular

Pada umumnya penyakit tersebut di atas tidak menimbulkan pada manusia

kedudukan sebagai reservoir. Tetapi pada beberapa penyakit virus tertentu seperti

virus demam dengue, maka terjadi perubahan sirkulasi penularan dari binatang-

kebinatang/manusia, menjadi dari manusia ke manusia.

Gambar 7

Di samping itu, pada berbagai penyakit ditandai dengan sifat-sifat yang lebih

kompleks. Gambarannya mungkin melibatkan beberapa reservoir dan tingkat

perkembangan unsur penyebab yang juga berbeda. Lingkaran penularannya

mungkin melibatkan berbagai tuan rumah maupun pejamu tertentu yang juga berbeda

sifatnya. Contoh beberapa lingkaran penularan yang cukup rumit seperti pada penyakit

echinococus, schistosomiasis, malaria serta infeksi virus yang ditularkan melalui vektor.

Page 35: Penyakit menular

BAB V

MEKANISME PENULARAN

PENYAKIT

Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah mekanisie

penularan (mode of transmissions) yakni berbagai mekanisme di mana unsur penyebab

penyakit dapat mencapai manusia sebagai pejamu yang potensial. Mekanisme tersebut

meliputi cara unsur penyebab (agent) meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai

pejamu petensial, serta cara masuknya ke pejamu potensial tersebut. Scseorang yang sehat

sebagai salah seorang pejamu potensial dalam masyarakat, mungkin akan ketularan suatu

penyakit menular tertentu sesuai dengan posisinya dalam masyarakat serta pengaruh berbagai

reservoir yang ada di sekitamya. Kemungkinan tersebut sangat dipengaruhi pula oleh berbagai

faktor antara lain: (1) Faktor lingkungan fisik sekitamya yang menipakan media yang ikut

mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur penyebab: (2) faktor lingkungan biologis

yang menentukan jenis vektor dan reservoir penyakit serta unsur biologis yang hidup dan

berada di sekitar manusia; dan (3) faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam

masyarakat, termasuk kebiasaan hidup serta kegiatanr sehari-hari, dan lain sebagainya.

1. Cara Unsur Penyebab Keluar dari Pejamu (Reservoir)

Pada umumnya selama unsur penyebab atau mikro-organisme penyebab masih

mempunyai kesempatan untuk hidup dan berkembang biak dalam tubuh pejamu, maka ia

akan tetap tinggal di tempat yang potensial tersebut. Namun di lain pihak, tiap individu

pejamu memiliki usaha perlawanan terhadap setiap unsur penyebab patogen yang

mengganggu dan mencoba merusak keadaan keseimbangan dalam tubuh pejamu.

Unsur penyebab yang akan meninggalkan pejamu di mana ia berada dan berkembang

biak, biasanya keluar dengan cara tersendiri yang cukup beraneka ragam sesuai dengan

jenis dan sifat masing-masing. Secara garis besarnya, maka cara ke luar unsur penyebab

dan tubuh pejamu dapat dibagi dalam beberapa bentuk, walaupun ada di antara unsur

penyebab yang dapat menggunakan lebih dan satu cara.

1. Melalui conyunctive yang biasanya hanya dijumpai pada beberapa penyakit

mata tertentu seperti trakom dan lainnya.

2. Melalui saluran napas (hidung dan tenggorokan) dalam bentuk droplet

sewaktu reservoir/penderita bicara, bersin atau batuk, atau melalui udara pernapasan.

Page 36: Penyakit menular

Cara ini sering dijumpai pada penyakit-penyakit TBC, dipteria, influensa, campak dan

lain sebagainya.

3. Melalui pencernaan, baik bersama ludah, muntah maupun bersama dengan tinja

umpamanya pada penyakit kolera, tifus abdominalis pada beberapa jenis cacing dan

lain-lain.

4. Melalui saluran urogenitalia yang biasanya bersama-sama dengan urine, atau zat

lain yang keluar melalui saluran tersebut umpamanya pada penyakit hepatitis.

5. Melalui luka pada kulit ataupun mukosa seperti pada penyakit sifilis, frambusia dan

lainnya.

6. Secara mekanik, seperti suntikan atau gigitan pada beberapa penyakit tertentu

antara lain malaria, filariasis, hepatitis serum dan lain sebagainya.

Peristiwa keluarnya unsur penyebab penyakit dan pejamu tidak semudah dan

sesederhana seperti apa yang sering diperkirakan orang pada umumnya. Sebagai contoh pada

penyakit sifilis, spirochaeta pada umumnya keluar melalui alat kelamin hanya pada saat

kontak langsung, kecuali bila terjadi proses biologis tertentu. Demikian pula unsur

penyebab lainnya, hanya mampu keluar dan pejamu potensial sangat erat

hubungannya dengan cara penularan yang terjadi, walaupun pada sejumlah

penyakit menular tertentu, menggunakan cara yang sama dengan cara keluarnya

dari pejamu.

2. Cara Penularan (Mode of Transmission)

Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan

potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu lingkaran perjalanan khusus atau

suatu jalur khusus yang disebut jalur penularan. Tiap kelompok penyakit memiliki

jalur penularan tersendiri dan pada garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian

utama yakni: (1) penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara

langsung dan penderita atau reservoir, langsung ke pejamu potensial yang baru; (2)

penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan melalui media

tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet dan dust, melalui

benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector borne).

Page 37: Penyakit menular

a. Penularan Langsung (Direct Transmission)

Penularan langsung yakni perpindahan sejumlah unsur penyebab dan

reservoir langsung ke pejamu potensial melalui pintu masuk (portal of entry) yang

sesuai. Dalam pengertian penularan langsung ini tidaklah berarti bahwa harus

terjadi persentuhan antara sumber dengan pejamu, potensial tetapi dapat saja

dalam bentuk berada pada jarak yang dekat umpamanya pada penularan

dengan droplet nuklei, atau juga pada persentuhan dengan sumber penularan

seperti tanah pada cacing tambang, atau pada berbagai spora dan jamur pada

benda maupun pada tumbuhan.

Penyakit-penyakit yang dikategorikan dalam penularan langsung dapat

terjadi karena bersentuhan langsung dengan penderita sebagai reservoir

(manusia maupun hewan), dengan tumbuhan atau benda lain yang mengalami

kontaminasi, serta melalui droplet nuklei. Adapun penularan langsung tersebut

dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok tertentu.

1. Penularan langsung dari orang ke orang

Dalam kelompok ini termasuk semua penyakit yang hanya dapat menyerang

manusia di mana reservoir satu-satunya adalah manusia semata. Kelompok

terbesar dalam penularan langsung dari orang ke orang, adalah berbagai

penyakit kelamin yang ditularkan secara seksual. Dalam kelompok ini,

selain penyakit kelamin tradisional seperti sifilis , gonorrhoe,

lymphogranuloma venerum, chancroid dan granuloma inguinale, dikenal pula

sejumlah penyakit kelamin bentuk baru seperti chlamydia trachomatis,

trichomonas vaginalis, herpes simplex tipe I dan II.

Di samping itu dengan semakin berkembangnya praktek seksual yang

abnormal seperti kontak oral-genilatil serta anal-intercost disertai dengan

kehidupan kebebasan seksual dan kebebasan pasangan seks telah mendukung

peningkatan penularan secara seksual dari penyakit hepatitis B, herpes

simplex tipe II, giardiasis, amubiasis dan salmonellosis serta shigellosis.

Adapun penyakit AIDS kemungkinan besar termasuk dalam kategori ini, di

mana pada masyarakat tertentu menunjukkan bahwa kelompok lelaki

homoseks menunjukkan adanya risiko tinggi yang khusus terhadap

penyakit ini.

Page 38: Penyakit menular

Risiko AIDS yang tinggi pada pria homoseks, mungkin sekali karena

seringnya hubungan seksual dengan berbagai pasangan yang berbeda-beda.

Namun demikian, penyakit ini tidak terbatas hanya pada pria yang

homoseks tetapi juga pada mereka yang heteroseks, termasuk wanita dan

anak-anak. Adapun faktor risiko tambahan untuk penyakit AIDS termasuk

pemberian obat intravenous, transfusi darah serta berbagai faktor tambahan

lainnya. Sedang anak-anak yang terserang penyakit ini pada umumnya dari

orang tua dengan risiko tinggi. Sampai saat ini belum dijumpai pengobatan

yang memuaskan terhadap AIDS, sedangkan pencegahan hanya dengan

menghindari kontak maupun menghindari hubungan seksual yang multipamer.

Selain itu usaha pengurangan risiko termasuk berhati-hati dalam

menggunakan obat intravenous, mencegah kelompok risiko tinggi untuk

menjadi donor darah serta mendorong usaha untuk penyaringan (screening)

yang lebih sering dan terarah untuk mendeteksi penyakit tersebut dalam

masyarakat.

2. Penularan langsung dari binatang ke orang

Penyakit yang dapat menular langsung dari binatang ke orang dalam

kelompok ini dimaksudkan penyakit yang pada umumnya hanya dijumpai

pada binatang tetapi dapat menular dan menjangkit orang lain secara langsung.

Penyakit kelompok ini terutama yang termasuk kelompok penyakit zoonosis. Cara

penularan langsung dalam hal ini dimaksudkan secara bersentuhan melalui dua cara:

(1) karena bersentuhan langsung dengan binatang yang menderita, termasuk

melalui gigitan, atau bagian-bagian binatang yang mati karena penyakit

terscbut (contoh rabies, brucellosis); dan (2) sumber penyakit dari binatang

yang menderita atau pembawa kuman, tetapi cara penularannya melalui benda

lain ataupun alat perantara lain yang terkontaminasi (contoh antrax).

3. Penularan dari tumbuhan ke orang

Dalam kelompok ini termasuk penyakit yang disebabkan oleh jamur, yang

selain penularannya dapat melalui kontak langsung dengan tumbuhan maupun

dengan tanah yang mengandung jamur, juga ada yang menular melalui udara.

Juga dapat terjadi dan orang ke orang.

Page 39: Penyakit menular

4. Penularan dari orang ke orang melalui kontak benda lain

Penularan ini lebih bersifat kontak dengan benda yang terkontaminasi

seperti tanah maupun benda lainnya seperti penyakit cacing tambang

(ancylostomiasis), cacing kremi (trichuris) dan berbagai penyakit lainnya.

Jenis penyakit lain yang penularannya melalui kontak dengan air dan

masuk melalui kulit adalah penyakit schistosomiasis yang penularannya sangat

kompleks, baik sumber manusia maupun sumber binatang dengan proses

pendewasaan melalui vektor (dapat pula digolongkan dalam penularan melalui

vektor).

b. Penularan Melaka Udara (Air Borne)

Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang

terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda yang terkontaminasi.

Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung,

namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena mengisap

udara yang mengandung unsur penyebab/ mikro-organisme penyebab.

Penularan penyakit melalui udara dapat terjadi dalam bentuk droplet \

nuklei maupun dalam bentuk dust (lihat definisi). Droplet nuklei yang keluar

melalui mulut atau hidung baik waktu batuk atau bersin maupun waktu bicara

atau bernapas, mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Droplet nuklei merupakan

partikel yang sangat kecil sebagai sisa droplet yang mengering. Pembentukannya

dapat melalui berbagai cara, antara lain dengan melalui evaporasi droplet yang

dibatukkan atau yang dibersihkan ke udara. Droplet nuklei juga dapat terbentuk

dan aerolisasi materi-materi penyebab infeksi di dalam laboratorium. Karena

ukurannya yang sangat kecil, bentuk ini dapat tetap berada di udara untuk waktu yang

cukup lama dan dapat diisap pada waktu bernapas dan masuk ke alat pernapasan.

Dust adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai hasil dan

resuspensi partikel yang terletak di lantai, di tempat tidur serta yang tertiup angin

bersama debu lantai/tanah. Ukuran besarnya droplet nuklei maupun dust yang

sangat menentukan kemungkinan terjadinya penularan atau tidak. Pada droplet

nuklei dengan ukuran yang besar, akan tersangkut pada jalan napas dan dapat

dibuang ke luar oleh mekanisme yang terjadi dalam saluran napas.

Page 40: Penyakit menular

Penularan melalui udara (air borne) memegang peranan yang cukup

penting pada beberapa penyakit menular tertentu. Umpamanya batuk dan seseorang

penderita penyakit tuberkulosis terbuka akan menghasilkan formasi droplet yang dapat

berpindah kepada prang lain yang rentan (pejainu potensial) dalam jarak dekat,

sehingga dapat bersifat penularan kontak langsung., Namun demikian, droplet

tersebut mungkin jatuh ke lantai dalam bentuk droplet nuklei dan kemudian

terisap orang lain bersama debu dan terjadi penularan. Dari kedua bentuk

tersebut di atas diperkirakan penyakit TBC dapat menular dalam masyarakat.

Perbedaan antara penyebaran langsung dengan penyebaran melalui udara sangat

penting artinya dalam usaha penanggulangan penyakit menular tertentu. Dalam

hal penyakit ditularkan secara langsung/kontak langsung, maka usaha

penanggulangannnya tergantung pada ketepatan penanganan sumber penularan.

Penanganannya harus diarahkan pada upaya menghilangkan semua sumber

penularan yang ada (umpamanya pengobatan penderita) atau usaha lain mencegah

proses penularan. Sedangkan untuk penyakit yang penularannya melalui udara,

peranan konstruksi bangunan terutama ventilasi dan pertukaran udara sangat

penting.

Kedua bentuk penularan melalui udara hanya mungkin pada unsur

penyebab penyakit yang mempunyai daya tahan yang kuat terhadap

lingkungan dan kekeringan, seperti pada basil tuberkulosis, virus smallpox,

streptococcus hemoliticus, diptheria dan lain sebagainya. Penularan melalui udara

pada umumnya terjadi di dalam ruangan yang ter tutup seperti pada gedung,

rumah sakit atau pada laboratorium.

c. Penularan Melalui Makanan/Minuman dan Benda Lain

Penularan penyakit melalui makanan, minuman dan benda lainnya

(vechicle borne) adalah penularan kontak tidak langsung melalui benda mati (fornites)

seperti makanan, minuman, susu, perlengkapan dapur, perlengkapan bedah, mainan

anak-anak dan lain sebagainya. Dalam hal ini maka penyakit -penyakit saluran

pencernaan, termasuk penyakit di mana penularannya kebanyakan melalui cara

ini. Perlu diperhatikan bahwa benda-benda yang mengandung unsur penyebab

dan berfungsi sebagai penyalur dalam proses penularan ini tidak dapat disebut

terinfeksi (karena tidak mengalami proses infeksi) dan hanya terkontaminasi.

Page 41: Penyakit menular

Pada waktu yang lalu, banyak pendapat yang menganggap bahwa benda-

benda yang mengalami kontaminasi merupakan alat penularan yang paling baik.

Tetapi khusus benda-benda yang bersifat alat seperti pakaian, tempat tidur, alat-

alat dapur dan alat-alat makan tidaklah besar peranannya karena banyak di

antara mikro-organisme penyebab tidak dapat bertahan lama pada keadaan kering.

Dilain pihak, semua benda-benda seperti air, makanan/minuman, susu dan

tumbuhan merupakan media yang cukup berperanan di dalam penularan penyakit

karena berbagai mikro-organisme dapat bertahan lama dalam media ini.

Penularan penyakit melalui makanan, minuman serta benda-benda

lainnya, dapat bersumber dari manusia, tetapi dapat pula bersumber dan

binatang atau sumber lain, tetapi pada umumnya termasuk dalam golongan

penyakit menular yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut.

Berdasarkan media utama penularan, maka kelompok penyakit ini dapat

kita bagi dalam beberapa kelompok utama.

1. Melalui air (water borne disease)

Penyakit yang penularannya melalui air pada umumnya masuk ke dalam

tubuh melalui mulut (oral penetration), tetapi ada pula di antaranya yang

masuk ke dalam tubuh melalui kulit (contact penetration)seperti

schistosomiasis yang dapat pula digolongkan dalarn penyakit kontak langsung

Adapun penyakit yang penularannya terutama melalui air, dan masuk ke

dalam tubuh melalui mulut, merupakan golongan penyakit yang cukup

penting karena masih seringnya dijumpai kejadian dalam masyarakat, bahkan

beberapa di antaranya dapat mewabah (water borne epidemics). Penyakit

kelompok ini masih cukup banyak memakan korban jiwa dan harta,

terutama pada daerah dengan sumber air minum yang tidak memenuhi syarat-

syarat kesehatan serta keadaan sanitasi lingkungan yang masih jelek.

Keadaan ini lebih sering dijumpai pada negara-negara yang sedang

berkembang, sedangkan pada negara maju, masalah kelompok penyakit ini

sudah tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat.

Beberapa penyakit utama yang termasuk di dalam kelompok ini antara lain:

kolera dan parakholera eltor, tifus abdorniralis, disentri amuba dan basiler, infeksi

hepatitis, beberapa jenis infeksi virus lainnya, dan lain-lain.

2. Melalui makanan (food borne disease)

Page 42: Penyakit menular

Sebenarnya kelompok ini tidak jauh berbeda dengan yang pertama di atas

(melalui air), hanya ada di antaranya yang secara langsung berada dalam zat

makanan atau unsur makanan yang dimakan. Adapun penyakit-penyakit

yang berasal dari manusia dan penularannya dapat terjadi melalui makanan

antara lain: (1) organisme usus (enteric organisms) yang meliputi tifus

abdominalis (tyhoid), salmonellosis, disentri, koleralparakolera, diare pada

bayi (infant); (2) organisme yang masuk ke dalam makanan melalui droplet

nuklei, seperti pada penyakit tuberkulosis dan streptococcus; (3) berbagai jenis

infeksi pada kulit oleh streptococcus maupun staphilococcus yang dapat

menimbulkan keracunan makanan, dan (4) beberapa jenis parasit seperti

askaries, amubiasis dan lain-lain.

Selain itu, sejumlah penyakit menular tertentu yang berasal dan binatang ke

manusia dengan jalur makanan atau bahan makanan antara lain: (1) melalui

daging hewan seperti trichinosis dan taenia solium (daging babi), taenia

saginata, (sapi) dan diphilobothriunz (ikan); (2) melalui telur/pada peternakan

unggas seperti salmonellosis; (3) melalui kontaminasi pada makanan dengan

binatang tertentu seperti leptospirosis (tikus), echinococcosisihidatidosis

(anjing) dan salmonellosis (tikus dan anjing).

3. Melalui susu (milk borne disease)

Susu sebagai salah satu bahan makanan merupakan media yang cukup baik

untuk penularan penyakit tertentu karena sifat susu itu sendiri. Susu

merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan

mikro-organisme penyebab. Juga susu sering diminum dalam keadaan segar

tanpa dimasak atau dipasturisasi, sedangkan susu yang mengalami

kontaminasi oleh bakteri tidak memperlihatkan tanda-tanda tertentu, ataupun

gejala yang berbahaya. Juga mengingat bahwa susu merupakan minuman bagi

bayi dan anak usia muda, yang pada umumnya memiliki tingkat resistensi

yang masih rendah.

Cukup banyak jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui media susu,

walaupun berbagai penyakit tersebut penularannya dapat melalui cara lain

yang mungkin lebih sering.

1. Penyakit yang berasal dari manusia dan yang dapat menular melalui

susu, meliputi penyakit kelompok droplet nuklei, kelompok penyakit yang

Page 43: Penyakit menular

menular melalui makanan dan minuman seperti tuberculosis, dipteria,

disentri, enteric fever, scarlet fever, streptococcal sorethroat, staphilococcus

food poisoning, salmonellosis, infant diarre oleh E. coli, polio dan

hepatitis (yang dua terakhir agak jarang).

2. Penyakit yang berasal dari sapi dan dapat menular kepada manusia

melalui susu antara lain: tuberkulosis (bovine), brucellosis, streptococcus

(bovine), Q-fever serta penyakit mulut dan kuku. Di samping itu dikenal

pula penyakit menular tertentu yang berasal dari manusia ke sapi, dan

kemudian menular ke manusia melalui susu, umpamanya pada penyakit

streptococcus dan staphilococcus mastitis pada sapi, walaupun bentuk

ini jarang dijumpai.

Melihat berbagai bentuk penularan melalui minuman dan makanan

yang mencakup banyak jenis penyakit menular, maka bentuk

penularan ini sangat penting dalam usaha pencegahan dan

penanggulangan serta sangat erat hubungannya dengan keadaan

sanitasi iingkungan, maupun higiene perorangan.

d. Penularan Melalui Vektor (Vector Borne Disease)

Perkataan vektor berasal dari bahasa Latin yang berarti si pembawa

(one she carries). Pengertian vektor yang sebenamya ialah golongan arthrophoda atau

binatang yang tidak bertulang belakang lainnya (avertebrata) yang dapat

memindahkan penyakit dari satu sumber/reservoir ke pejamu potensial.

Dalam hal ini maka vektor mungkin hanya membawa unsur penyebab secara

mekanik dengan cara menempatkan mikroorganisme penyebab pada kaki atau

bagian badan lainnya, sehingga unsur penyebab tidak mengalami perubahan

selama berada pada vektor (vektor mekanik). Di samping itu, yang sangat

penting adalah keadaan di mana vektor membawa unsur penyebab secara

biologis, di mana unsur penyebab tadi mengalami perubahan atau

berkembang biak dalam tubuh vektor sebelum dipindahkan ke pejamu yang

potensial.

Pada penularan penyakit melalui vektor secara mekanik, maka unsur

penyebab penyakit yang mungkin berasal dari tinja, urine maupun sputum

penderita, hanya melekat pada bagian tubuh vektor dan kemudian dapat

Page 44: Penyakit menular

dipindahkan pada makanan maupun minuman pada waktu hinggap/menyerap pada

makanan tersebut.

Yang cukup menarik adalah penularan penyakit melalui vektor secara

biologis karena unsur penyebab harus masuk ke dalam tubuh vektor melalui gigitan

ataupun melalui keturunannya. Selama dalam tubuh vektor, unsur penyebab

berkembang biak atau hanya mengalami perubahan morfologis saja, sampai pada

akhimya menjadi bentuk yang invektif terhadap pejamu potensial. Keadaan

unsur penyebab dalam tubuh vektor dipengaruhi oleh hubungan antara vektor

dengan unsur penyebab serta pengaruh lingkungan terhadap vektor maupun terhadap

unsur penyebab itu sendiri. Selanjutnya, setelah mencapai bentuk yang invektif,

unsur penyebab penyakit keluar dari vektor melalui gigitan, tinja atau cara lain

untuk berpindah ke pejamu potensial.

Penyakit menular yang penularannya terutarna oleh vektor dapat

dibagi menurut jenis vektomya.

1. Vektor nyamuk (mosquito borne diseases) antara lain: malaria, filariasis, dan

beberapa jenis virus encephalitis, demam virus seperti demam dengue, virus

hemorrhagic seperti dengue hemorrhagic fever serta yellow fever.

2. vektor kutu louse (louse borne disease) antara lain: epidemic tifus fever

dan epidemic relapsing fever.

3. Vektor kutu flea (flea borne disease) pada penyakit pes, dan tifus murin.

4. Vektor kutu mite (mite borne disease) antara lain: scrub tifus

(tsutsugamushi) dan vesicular ricketsiosis.

5. Vektor kutu jenis tick (rick borne disease) antara lain: spotted fever,

epidemic relapsing fever dan lain-lain.

6. Penyakit oleh serangga lainnya seperti sunfly fever, lesmaniasis,

barthcnellosis oleh lalat phlebotonus, onchocerciasis oleh blackflies

genus simulium, serta trypanosomiasis di Afrika oleh lalat tsetse, dan

juga di Amerika oleh kotoran kutu triatomid.

Page 45: Penyakit menular

BAB VI

BEBERAPA ASPEK PENULARAN PENYAKIT

DARI ORANG KE ORANG

Bila kita memperhatikan berbagai sifat penularan penyakit, maka bentuk

penularan penyakit dari orang ke orang merupakan bentuk yang sangat penting karena

sifat penyakit ini lebih sering mewabah dan lebih mudah menyebar dalam masyarakat.

Melihat sifatnya, maka penyakit yang menular dari orang ke orang mempunyai 3 sifat utama

yang perlu mendapatkan perhatian khusus meliputi waktu generasi, kekebalan masyarakat

serta angka serangan sekunder.

1. Waktu Generasi (Generation Time)

Pada penyakit yang menular langsung dari orang ke orang maka jarak

antara kasus yang satu ke kasus berikutnya ditentukan dengan waktu generasi

(generation time), yakni masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai

masa kemampuan maksimal pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit.

Sebenarnya waktu generasi ini pada beberapa penyakit tertentu sama dengan masa tunas

penyakit tersebut, yakni waktu antara masuknya unsur penyebab ke dalam tubuh sampai

timbulnya gejala klinik yang biasanya disertai dengan tingkat kemampuan penularan

yang optimal. Namun demikian, pada berbagai penyakit tertentu lainnya, waktu

penularan tidak bersamaan dengan waktu timbulnya gejala penyakit, kadang-kadang

lebih awal atau agak terlambat dari akhir masa tunas.

Waktu generasi ini walaupun kadang-kadang sama waktunya dengan masa

tunas, tetapi keduanya harus dibedakan secara jelas. Masa tunas ditentukan oleh

masuknya unsur penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat

ditentukan pada penyakit yang tidak manifes atau yang terselubung. Sedangkan

waktu generasi ditentukan antara masuknya unsur penyebab sampai timbulnya

kemampuan untuk menularkan kepada pejamu lain walaupun tanpa gejala klinik atau

terselubung. Jadi waktu generasi dapat terjadi. pada mereka dengan gejala klinis jelas

maupun pada mereka dengan infeksi terselubung. Mengingat bahwa waktu generasi ini

ditujukan kepada kemampuan penularan penyakit dalam kelompok penduduk tertentu,

maka sangat penting peranannya dalam mempelajari proses penularan penyakit, karena tidak

Page 46: Penyakit menular

hanya terbatas pada penderita klinis saja, tetapi juga pada mereka dengan infeksi

terselubung.

2. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)

Kekebalan kelompok atau herd immunity adalah istilah yang digunakan untuk

mengemukakan keadaan kekebalan suatu kelompok penduduk tertentu. Yang dimaksud

dengan kekebalan kelompok adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok

penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran penyebab penyakit menular

tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.

Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 8.

Pada gambar 8 penduduk kelompok A semuanya rentan terhadap suatu

penyakit tertentu. Sehingga pada waktu P terjangkit penyakit tersebut, maka dengan

mudah menular ke dua orang teman dekatnya yang kemudian menularkan masing-masing

kepada 3 orang lainnya sehingga pada waktu epidemi, jumlah penderita seluruhnya

sebesar 9 orang. Sedangkan pada penduduk kelompok B, terdapat individu X yang

kebal terhadap penyakit tersebut. Akibatnya, hanya Y yang ketularan dan X tidak

ketularan. Selanjutnya, Y menularkan lagi kepada 3 orang lainnya sehingga pada saat

epidemi hanya ada 5 penderita sedangkan X tidak menularkan kepada 3 orang kontaknya,

walaupun ketiga orang tersebut tidak kebal.

Page 47: Penyakit menular

Gambar 8

Perbandingan tingkat kekebalan kelompok A dan B

sebelum dan sesudah epidemiologi

Sebelum Epidemi Sesudah Epidemi

Kelompok A (Semuanya Rentan)

Dari keadaan tersebut di atas tampak bahwa pada waktu epidemi semua

anggota kelompok A menderita sakit karena seluruhnya berada pada keadaan tidak

kebal/rentan terhadap penyakit tersebut serta terjadi kontak antaranggota kelompok

yang menyebabkan terjadinya proses penularan. Sedangkan pada kelompok B, dengan

adanya anggota X yang kebal dan tidak ketularan, maka selama kontak dengan

anggota lainnya tidak terjadi dengan penderita sebagai sumber penularan dan

selama X dapat berfungsi sebagai barier, selama itu pula tidak akan terjadi

penularan yang meluas. Jadi selama masa epidemi pada kelompok B, ketiga teman

dekat X tidak akan ketularan kecuali bila terjadi kontak langsung dengan penderita.

Dengan demikian, maka X telah berhasil melindungi teman dekatnya yang tidak

kebal terhadap penyakit tersebut.

Herd immunity dianggap sebagai faktor yang utama dalam proses kejadian

wabah dalam masyarakat, serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk

tertentu, seperti penyakit campak dan cacar air/ sang mewabah pada setiap periode

tertentu sebelum adanya usaha imunisasi. Keadaan tersebut terjadi karena selama

berlangsungnya wabah penyakit tertentu dalam masyarakat, maka sejumlah mereka yang

rentan akan jatuh sakit dan merupakan sumber penularan untuk anggota kelompok lainnya

Page 48: Penyakit menular

yang tidak kebal. Akan tetapi karena setiap penderita akan membentuk kekebalan

aktif dalam tubulmya, maka selama wabah berlangsung, banyak bekas penderita yang

akan menjadi kebal, sehingga proporsi anggota masyarakat yang kebal menjadi

meningkat sehingga proses penularan menjadi lebih lambat. Namun demikian, dengan

kelahiran bayi yang terus berlangsung dalam kelompok tersebut dengan kerentanan yang

tinggi, maka pada kondisi proporsi anggota-kelompok yang rentan menjadi tinggi,

mendorong terjadinya wabah berikutnya dalam kelompok tersebut.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam menilai pengaruh herd immunity

pada masyarakat secara umum ialah proporsi tingkat kekebalan suatu kelompok

masyarakat yang dapat dianggap mempunyai cukup daya tangkal untuk

mencegah terjadinya wabah. Secara teori, dapat dikatakan bahwa untuk suatu

masyarakat tertentu maka tingkat kekebalan yang dibutuhkan secara merata adalah

70%-80% atau dengan kata lain tingkat kekebalan masyarakat tidak harus 100%

untuk mencegah terjadinya wabah penyakit tertentu dalam masyarakat tersebut. Namun

demikian Bari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk masyarakat

yang berpenduduk padat proporsi tersebut tidak dapat menahan suatu wabah, demikian

pula bila nilai proporsi tersebut tidak merata dalam masyarakat. Hal ini dapat kita

lihat bahwa pada penyakit dipteri, tingkat kekebalan masyarakat harus lebih tinggi

karena sebagian dari yang telah mendapatkan imunisasi dipteri masih mungkin

mengandung bakteri tersebut dan merupakan sumber penularan bagi anggota

masyarakat lain yang tidak kebal. Demikian pula halnya pada penyakit campak

yang mewabah pada tahun 1986 di South Carolina USA timbul pada kelompok

anak sekolah yang mayoritas kulit hitam, yang pada umumnya lolos dari imunisasi

sebelumnya. Dalam hal ini, walaupun mereka tinggal menyebar dalam masyarakat tetapi

karena berkumpul dalam satu sekolah menyebabkan mereka membentuk satu kelompok

masyarakat dengan tingkat kekebalan yang rendah.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan herd immunity

adalah kemungkinan terjadinya kantong-kantong kelompok kecil dalam masyarakat

tanpa kekebalan, walaupun proporsi tingkat kekebalan masyarakat cukup tiaggi. Hal ini

mungkin karena keadaan sosio-kultural dari kelompok tersebut yang berbeda dengan

umumnya masyarakat di sekitamya, atau adanya faktor lain dalam kelompok tersebut

yang menyebabkan tingkat kekebalannya lebih rendah. Pada negara maju

umpamanya, masih ditemukan adanya letusan wabah polio maupun dipteri pada

subkelompok masyarakat tertentu, walaupun tingkat kekebalan masyarakatnya secara

Page 49: Penyakit menular

umum sudah cukup tinggi. Pada kondisi yang demikian ini, umumnya terjadi

pergeseran umur rata-rata penderita yang menjadi lebih tinggi. Hal ini dijumpai pada

penyakit campak di beberapa subkelompok penduduk tertentu.

Pada dasarnya ada dua keadaan khusus yang dapat mempengaruhi

perkembangan wabah dalam masyarakat. Pertama, keadaan kekebalan populasi yakni

suatu wabah besar dapat terjadi bila agent penyebab infeksi masuk ke dalarn suatu

populasi yang tidak pemah terpapar oleh agent tersebut, atau kemasukan suatu agent

penyakit menular yang sudah lama absen dari populasi bersangkutan (disebut populasi

yang masih perawan). Kedua, bila suatu populasi yang tertutup seperti asrama,

barak dan lain-lain, di mana keadaan kehidupan sangat padat dan mudah terjadi kontak

langsung, kemasukan sejumlah orang-orang yang peka/rentan terhadap penyakit tertentu,

maka penyebaran penyakit akan lebih mudah dan lebih cepat sehingga dapat

mewabah/Keadaan seperti ini dapat terjadi pada kelompok tentara atau asrama

mahasiswa untuk beberapa penyakit menular tertentu.

3. Angka Serangan (Attack Rate)

Aspek lain yang cukup penting dalam proses penularan penyakit adalah

tatacara dan konsep kehidupan keluarga, sistem hubungan keluarga dalam masyarakat

serta sistem hubungan antara individu dalam kehidupan sehari-hari pada kelompok

populasi tertentu yang merupakan suatu unit epidemiologi di mana penyebaran penyakit dapat

berlangsung. Kasus atau penderita penyakit menular tertentu yang timbul pada suatu

keluarga atau kelompok penghuni tertentu yang menjadi titik perhatian petugas kesehatan

masyarakat disebut index case. Penyebaran penyakit ke dalam suatu kelompok tertentu

dapat diukur dengan angka serangan yang disebut secondary attack rate yakni jumlah kasus

yang berkembang/muncul dalam satu satuan waktu tertentu di kalangan anggota kelompok

yang mengalami kontak serta memiliki risiko (risk) atau kerentanan tertentu terhadap

penyakit tersebut.

Banyaknya kasus baru (tidak termasuk kasus pertama)

S.A. Rate = dalam satu jangka waktu tertentu

Banyaknya orang yang peka/risk dalam kelompok tersebut

Page 50: Penyakit menular

Dengan menggunakan rumus di atas dalam perhitungan SAR maka kasus

indeks yaitu kasus yang merupakan sumber penularan dalam kelompok/keluarga tidak

lagi dimasukkan dalam perhitungan tersebut, baik pada pembilang maupun pada

penyebut. Hal ini berlaku pula pada kasus yang mempunyai waktu ketularan yang

sama dengan kasus indeks (masih dalam batas kurang dan satu masa tunas) juga tidak

dimasukkan dalam perhitungan karena dianggap kasus generasi pertama (satu

generasi dengan kasus indeks).

Dalam analisis tingkat penularan dan tingkat keterancaman dalam keluarga,-

maka anggota rumah tangga merupakan kelompok yang mengalami kontak dengan

penderita cukup erat satu terhadap yang lain maka dalam hal ini cukup banyak kejadian

atau sifat kejadian yang dapat dipelajari dari proses penularan antar keluarga. Nilai dari

suatu perhitungan SAR dapat kita lihat pada apa yang digambarkan dari suatu hasil

penelitian yang dilakukan pada tahun 1979 oleh Ward dan kawan-kawannya.

Page 51: Penyakit menular

BAB VII

KEJADIAN LUAR BIASA: WABAH

Penularan penyakit dalam masyarakat umum biasanya berjalan sesuai dengan poly

kejadian penyakit serta sifat penularannya secara umum. Mekanisme penularan penyakit

dalam masyarakat dapat menyebabkan terjadinya tingkat kesakitan yang biasa (bersifat

endemik) dan mungkin pula tingkat kesakitan lebih dari yang diharapkan (keadaan luar

biasa atau wabah). Menurut sifatnya wabah dapat dibagi dalam dua bentuk utama yakni:

bentuk common source dan bentuk propagated atau progressive. Secara umum, kedua

bentuk wabah ini dapat dibedakan dengan membuat grafik penyebaran kasus/kejadian

berdasarkan waktu mulainya sakit (waktu onset) yang biasanya disebut kurva epidemi.

1. Common Source Epidemic

Keadaan wabah dengan bentuk common source (CSE) adalah suatu letusan

penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok

secara menyeluruh dan terjadinya dalam waktu yang relatif singkat (sangat mendadak).

Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung sangat cepat dalam

waktu yang sangat singkat (point of epidemic atau poit source of epidemic), maka

resultan dari semua kasus/kejadian berkembang hanya dalam satu masa tunas saja.

Pada dasarnya dijumpai bahwa pada CSE kurva epidemi mengikuti suatu

distribusi normal, sehingga dengan demikian bila proporsi kumulatif kasus

digambarkan menurut lamanya kejadian sakit (onset) akan berbentuk suatu garis

lurus. Median dari masa tunas dapat ditentukan secara mudah dengan membaca waktu

dari setengah (50%) yang terjadi pada grafik. Dalam hal ini, pengetahuan tentang

median dari masa tunas dapat menolong kita dalam mengidentifikasi agent

penyebab, mengingat tiap jenis agent mempunyai masa tunas tertentu.

Pada gambar berikut ini (gambar 9) memperlihatkan waktu onset penyakit

dari suatu kejadian letusan wabah keracunan makanan (food intoxication) pada suatu

asrama mahasiswa tunas belajar. Melihat cepatnya naik dan turun dari kurva

epidemi tersebut tampaknya sangat sesuai dengan sifat dari suatu point source

epidemic.

Page 52: Penyakit menular

Gambr 9

Gambaran kejadian letusan diare karena keracunan

Makanan di asrama mahasiswa

Jika bahan perantara (vehicle) atau sumber epidemi (termasuk makanan, air

maupun udara) masih memungkinkan epidemi terus berlangsung, maka keadaan akan

menjadi lebih kompleks. Mengingat bahwa kurva epidemi terbentuk dari keterpaparan

berganda pada waktu yang berbeda dan disertai dengan masa tunas yang bervariasi,

maka puncak kurva akan kurang memperlihatkan puncak yang tajam dan letusan

penyakit akan berlangsung lebih lama.

Gambar 9 tersebut di atas adalah kejadian letusan pada suatu asrama

mahasiswa setelah mereka makan bersama pada suatu pesta wisuda yang dilakukan

pada tanggal 10 September jam 19.00 malam. Dari lebih seratus hadirin yang ikut

makan bersama, ternyata 78 orang mengalami keracunan makanan dengan gejala diare

ringan dan sedang yang kejadiannya sangat singkat yakni sekitar 2 jam setelah pesta

dimulai dan kasus terakhir adalah pada jam 15.00 keesokan harinya.

Penyebaran insidens kasus pada gambar di atas menunjukkan gambaran

dengan satu puncak epidemi. Sedang jarak kejadian antara kasus dengan kasus lainnya

menunjukkan waktu yang sangat pendek hanya dalam jam. Dalam hal ini perbedaan

jarak antara waktu keterpaparan (waktu pesta/waktu makan) dengan waktu

10 SEPTEMBER 11 SEPTEMBERWaktu terjadinya gejala pertama menurut jam

Page 53: Penyakit menular

timbulnya gejala pertama pada individu dapat disebabkan karena perbedaan daya

tahan perorangan, tetapi dapat pula karena perbedaan dosis yang dimakan

terutama jenis makanan yang mengandung materi penyebab (bakteri atau terutama

toksinnya).

Gambar 9 di atas menunjukkan suatu keadaan letusan gastroenteritis

yang disebabkan oleh Clostridium parfringens dengan masa tunas yang bervariasi antara 7

sampai 24 jam setelah keterpaparan dengan frekuensi tertinggi terjadi pada 12 jam

setelah keterpaparan tersebut. Bentuk ini sangat spesifik untuk letusan yang

disebabkan oleh mikroorganisme tersebut.

Dari bentuk letusan yang terjadi biasanya dapat diterka faktor penyebabnya

atau sekurang-kurangnya dan kelompok penyebab yang mana yang menimbulkan

wabah tersebut. Salah satu contoh yang menarik adalah timbulnya letusan pada tahun

1976 di Philadelphia selama musim panas yakni sewaktu dilakukan suatu konvensi

American Legion. Penelitian wabah yang dilakukan oleh tim ahli menemukan patogen

penyebab yang sebelumnya belum dikenal yakni Legionella pneumophili. Tetapi

setelah dipelajari dan dianalisis sifat epidemiologis wabah, maka dikemukakan bahwa

penyakit seperti ini bukanlah sesuatu yang baru tetapi sebenarnya organisme ini telah

menimbulkan beberapa wabah yang sama sebelumnya. Dengan demikian maka sejak

terjadinya wabah di Philadelphia tahun 1976 tersebut dengan 221 penderita dan 34

orang meninggal, maka beberapa letusan lainnya dapat segera dikenal. Sejak adanya

letusan penyakit tersebut di Philadelphia, maka secara epidemiologis telah ditemukan

berbagai informasi tentang penyakit tersebut yang ternyata sudah sering terjadi letusan

pada beberapa tempat walaupun dalam keadaan yang lebih ringan dengan angka

kematian yang rendah sekali. Di samping itu, diketemukan pula berbagai gambaran

sifat pidemiologis penyakit ini seperti angka insidensi lebih tinggi pada pria dari pada

wanita, serta beberapa faktor lain ikut mempengaruhi kejadian penyakit ini.

Point source epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh aktor penyebab

bukan infeksi yang menimbulkan keterpaparan umum seperti adanya zat beracun

polusi zat kimia yang beracun udara terbuka.

Page 54: Penyakit menular

2. Propagated atau Progressive Epidemic

Bentuk epidemi ini terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui udara, makanan maupun vektor.

Kejadian epidemi semacam ini relative waktunya sesuai dengan sifat penyakit serta

lamanya masa tunas. Juga sangat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta

penyebaran anggota masyarakat yang rental terhadap penyakit tersebut. Masa tunas

penyakit tersebut di atas adalah sekitar satu bulan sehingga tampak bahwa masa

epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dan waktu ke

waktu sampai pada saat di mana jumlah anggota masyarakat yang rentan mencapai

batas yang minimal. Pada saat sebagian besar anggota masyarakat sudah terserang

penyakit maka jumlah yang rentan mencapai batas kritis, sehingga kurva epidemi

mulai menurun sampai batas minimal.

Bila kita membandingkan kedua bentuk epidemi tersebut di atas, maka jelas

tampak perbedaan terutama dalam kurva epidemi menurut waktu. Pada letusan dengan

bentuk common source epidemic, tampak kurva epidemi yang meningkat secara

cepat dan juga menurun sangat cepat dalam batas satu masa tunas saja, sehingga

angka serangan kedua (secundary attack rate) tidak dijumpai pada bentuk ini. Di lain

pihak, bentuk kurva epidemi pada propagated epidemic berkembang lanjut dan

melampaui satu masa tunas. Pada keadaan tertentu dengan sistem surveillans yang

baik, kita dapat menentukan turunan dan setiap kasus pada angka serangan berikutnya.

Namun demikian, kadang-kadang terjadi variasi masa tunas yang dapat

mengaburkan pola epidemi yang terjadi.

Selain dan kedua bentuk epidemi tersebut di atas, masih dikenal pula

bentuk epidemi lain yang dihasilkan oleh penyakit menular yang penyebarannya

melalui vektor (vector borne epidemics). Bentuk epidemi ini biasanya agak sama kecilnya

dengan area dan common source epidemic, tetapi dalam lingkaran penularannya dapat

dijumpai peranan zoonosis, manusia, atau campuran dan keduanya sebagai sumber

penularan kepada vektor. Kebanyakan wabah vector baru mempunyai lingkaran

penularan berganda antara vektor dan host sebelum cukup banyak kasus manusia

yang terserang untuk dapat dinyatakan sebagai suatu wabah.

Ada kemungkinan di mana kita sulit untuk menentukan keadaan dan

sifat suatu epidemi dengan hanya berdasarkan pada kurva epidemi semata.

Page 55: Penyakit menular

Umpamanya suatu kurva yang khas sebagai bentuk point source/common source

mungkin dipengaruhi oleh perkembangan terjadinya kasus sekunder, yang

terjadi karena berlanjutnya kontaminasi dengan sumber penularan atau mungkin

pula oleh karena lamanya dan adanya variasi dan masa tunas. Di lain pihak pada

penyakit influenza klasik, umpamanya yang bersifat propagated dengan masa tunas yang

relatif pendek dan sifat infestisitas yang cukup tinggi, dapat menghasilkan kurva

epidemi yang cepat naik dan cepat pula turun sehingga mirip dengan kurva

common source epidemic. Namun demikian sifat penyebaran penyakit menurut tempat

(penyebaran geografis) dapat membantu kita untuk membedakan kedua jenis epidemi

tersebut. Dalam hal ini, bentuk propagated lebih cenderung memperlihatkan penyebaran

geografis yang sesuai dengan urutan generasi kasus.

Gambar 10

Bentuk khusus dari suatu epidemi yang bersifat

propagated di mana penularan terjadi melalui kontak

langsung

X: penderita yang menulari orang berikutnya

0: penderita yang berakhir tanpa menulari orang lain.

Page 56: Penyakit menular

Sebenarnya bila kita menganalisis secara luas maka awal dari suatu wabah

pada dasarnya lebih banyak ditentukan oleh perilaku pejamu, dibanding dengan

sifat infeksi/penularan maupun sifat kimiawi dari produk mikro-organisme. Seperti

halnya dengan agent infeksi, maka ide serta pola tingkah laku dapat pula disebarkan

dari orang ke orang. Kemampuan penularan dari pola tingkah laku telah diamati sejak

lama, mulai dari tartan kegilaan (dancing maniac) pada abad pertengahan sampai pada

ledakan gejala histeris pada akhir-akhir ini yang memberikan suatu sifat yang mudah

menular dalam masyarakat. Penyalahgunaan obat terlarang dewasa ini merupakan

suatu fenomena tingkah laku dewasa ini dan dapat menyebarkan berbagai bentuk

penyakit menular yang sebelumnya tidak diketahui cara penyebarannya. Sebagai

contoh, penyakit hepatitis B dan malaria telah menyebar dan meluas melalui

berbagai alat yang digunakan dalam penggunaan obat. Perkembangan kasus tidak

hanya tergantung pada penularan dari orang ke orang, tetapi juga erat hubungannya

dengan kuatnya ikatan atau kebersamaan dalam kelompok tertentu. Kebiasaan yang

berkaitan erat dengan penggunaan obat melalui suntikan, atau merokok, adalah

sama peranannya dengan efek pisiologis pada tingkat awal penyakit.

Secara konseptual dan secara teoretis maka rantai peristiwa pada suatu

letusan common source (common vehicle) epidemic relatif tampaknya sangat sederhana.

Dengan melakukan pengamatan yang berkesinambungan terhadap keterpaparan

umum, maka pada suatu saat sejumlah tertentu dari mereka yang terpapar tersebut

akan menderita penyakit (tidak seluruhnya). Penderita yang muncul dari kelompok

tersebut mempunyai waktu sakit (onset) yang berbeda-beda sesuai dengan

rentangan masa tunas kejadian penyakit tersebut.

Sedangkan pada epidemi bentuk propagated/progressif, upaya penentuannya

akan lebih sulit. Hal ini terutama disebabkan karena tingkat penularan penyakit/infeksi

dari orang ke orang yang potensial lainnya sangat tergantung kepada berbagai faktor,

terutama jumlah orang yang kebal/rentan (peka) dalam populasi tersebut (keadaan

herd immunity). Di samping itu, juga sangat dipengaruhi oleh kepadatan

penduduk serta mobilitas penduduk setempat.

Page 57: Penyakit menular

3. Pelacakan Kejadian Luar Biasa

1. Garis Besar Pelacakan Wabah/Kejadian Luar Biasa

Usaha pelacakan kejadian luar biasa/wabah merupakan suatu kegiatan

yang cukup menarik dalam bidang epidemiologi. Keberhasilan suatu kegiatan

pelacakan wabah sangat ditentukan oleh berbagai kegiatan khusus.

Pengumpulan data dan infonnasi secara saksama langsung di lapangan/tempat

kejadian, yang disusul dengan analisis data yang teliti dengan ketajaman

pemikiran merupakan landasan dari suatu keberhasilan pelacakan. Dengan

demikian maka dalam usaha pelacakan suatu peristiwa luar biasa atau wabah,

diperlukan adanya suatu garis besar tentang sistematika langkah-langkah yang

pada dasamya harus ditempuh dan dikembangkan dalam setiap usaha pelacakan.

Langkah-langkah ini hanya merupakan pedoman dasar yang kemudian harus

dikembangkan sendiri oleh setiap investigator (pelacak) dalam menjawab setiap

pertanyaan yang mungkin timbul dalam kegiatan pelacakan tersebut. Walaupun

penentuan langkah-langkah tersebut sangat tergantung pada tim pelacak, namun

beberapa hal yang bersifat prinsip dasar seperti penentuan diagnosis serta

penentuan adanya wabah harus mendapatkan perhatian lebih awal dan harus

ditetapkan sedini mungkin.

2. Analisis Situasi Awal

Pada tahap awal pelacakan suatu situasi yang diperkirakan bersifat

wabah atau situasi luar biasa, diperlukan sekurang-kurangnya empat kegiatan awal

yang bersifat dasar dari pelacakan.

a. Penentuan/penegakan diagnosis

Untuk kepentingan diagnosis maka diperlukan penelitian/pengamatan klinis dan

pemeriksaan laboratorium. Harus diamati secara tuntas apakah laporan awal

yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenamya (perhatikan tingkat

kebenarannya). Umpamanya wabah penyakit "demam berdarah" harus jelas

secara klinis maupun laboratorium. Hal ini mengingat bahwa gejala

demam berdarah dapat didiagnosis secara tidak tepat. Di samping itu,

pemeriksaan laboratorium kadang-kadang harus dilakukan lebih dan satu

kali.

Page 58: Penyakit menular

Dalam hal menegakkan diagnosis, harus pula ditetapkan kapan seseorang

dapat dinyatakan sebagai kasus. Dalam hal ini sangat tergantung pada

keadaan dan jenis masalah yang sedang dihadapi. Seseorang dapat dinyatakan

kasus dapat dengan gejala klinis saja, atau dengan pemeriksa dan

laboratorium saja atau keduanya. Umpamanya wabah diare, bila kita

mengarah pada masalah diare secara umum, maka gejala klinis tertentu

sudah cukup untuk menentukan kasus atau bukan kasus. Tetapi bila

masalah diare lebih diarahkan khusus untuk kolera eltor, maka

pemeriksaan laboratorium sangat menentukan di samping gejala klinis dan

analisis epidemiologi.

b. Penentuan adanya wabah

Sesuai dengan definisi wabah dan kejadian luar biasa, maka untuk menentukan

apakah situasi yang sedang dihadapi adalah wabah atau tidak, maka perlu

diusahakan melakukan perbandingan keadaan jumlah kasus sebelumnya

untuk melihat apakah terjadi kenaikan frekuensi yang istimewa atau tidak.

c. Uraian keadaan wabah

Bila keadaan dinyatakan wabah, lakukan uraian keadaan wabah berdasarkan

tiga unsur utama yakni waktu, tempat dan orang. Buatlah kurva epidemi

dengan menggambarkan penyebaran kasus menurut waktu mulainya timbul

gejala penyakit. Di samping itu, gambarkan penyebaran sifat epidemi

berdasarkan penyebaran kasus menurut tempat (spot map epidemi).

Lakukanlah berbagai perhitungan epidemiologi seperti perhitungan angka

kejadian penyakit pada populasi dengan risiko menurut umur, jenis

kelamin, pekerjaan, keterpaparan terhadap faktor tertentu (makanan, minuman

atau faktor penyebab lainnya) serta berbagai sifat orang lainnya yang

mungkin berguna dalam analisis. Juga hal yang sama untuk kasus yang

mengalami kematian karena wabah. Dalam hal ini melakukan identhfikasi

berbagai sifat yang mungkin berkaitan dengan timbulnya penyakit

merupakan langkah yang sangat penting sekali dalam usaha memecahkan

masalah wabah.

Page 59: Penyakit menular

3. Analisis Lanjutan

Setelah melakukan analisis awal dan menetapkan adanya situasi

wabah, maka selain tindak pemadaman wabah, perlu dilakukan pelacakan lanjut

serta analisis yang berkesinambungan. Ada beberapa hal pokok yang perlu

mendapatkan perhatian pada tindak lanjut tersebut.

a. Usaha penemuan kasus tambahan

Untuk hal tersebut harus ditelusuri kemungkinan adanya kasus yang tidak

dikenal dan kasus yang tidak dilaporkan melalui berbagai cara.

1) Adakan pelacakan ke rumah sakit dan ke dokter praktek umum setempat

untuk mencari kemungkinan mereka menemukan kasus penderita

penyakit yang sedang diteliti dan belum termasuk dalam laporan

yang ada.

2) Adakan pelacakan yang intehsif terhadap mereka yang tanpa gejala atau

mereka dengan gejala ringan/tidak spesifik tetapi mempunyai potensi

menderita atau termasuk kontak dengan penderita. Keadaan ini sering

dijumpai pada beberapa penyakit tertentu umpamanya pada penyakit

hepatitis, yang selain penderita dengan klinik jelas, juga

kemungkinan adanya penderita gejala ringan tanpa gejala kuning, di

mana diagnosis hanya mungkin ditegakkan dengan melalui

pemeriksaan laboratorium (tes fungsi hati).

b. Analisis data

Lakukan analisis data secara berkesinambungan sesuai dengan tambahan

informasi yang didapatkan dan laporkan hasil interpretasi data tersebut.

c. Menegakkan hipotesis

Berdasarkan hasil analisis dan seluruh kegiatan, dibuat keputusan yang

bersifat hipotesis tentang keadaan yang diperkirakan. Dalam hal ini harus

diperhatikan bahwa kesimpulan dari semua fakta yang ditemukan dan

diketahui harus sesuai dengan apa yang tercantum dalam hipotesis

tersebut.

Page 60: Penyakit menular

d. Tindakan pemadaman wabah dan tindak lanjut

Tindakan diambil berdasarkan hasil analisis dan sesuai dengan keadaan

wabah yang terjadi. Harus diperhatikan bahwa setiap tindakan

pemadaman wabah harus disertai dengan berbagai kegiatan tindak lanjut

(follow up) sampai keadaan sudah normal kembali. Biasanya kegiatan tindak

lanjut dan pengamatan dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali masa tunas

penyakit yang mewabah. Setelah keadaan normal, maka untuk beberapa

penyakit tertentu yang mempunyai potensi dapat menimbulkan keadaan luar

biasa, disusunkan suatu program pengamatan yang berkesinambungan dalam

bentuk surveillans epidemiologi, terutama pada kelompok dengan risiko

tinggi.

Pada akhir dari setiap pelacakan harus dibuat laporan lengkap yang

dikirim kepada semua instansi terkait. Laporan tersebut meliputi berbagai

faktor yang menyebabkan terjadinya wabah, analisis dan evaluasi upaya

yang telah dilaksanakan serta saran-saran untuk mencegah berulangnya

kejadian luar biasa untuk masa yang akan datang.

Page 61: Penyakit menular

BAB VIII

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

PENYAKIT MENULAR

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa proses kejadian penyakit menular dalam

masyarakat ditentukan oleh tiga unsur utama yakni sumber penularan (reservoir), cara

penularan dan keadaan pejamu yang potensial (Gambar 4, halaman 32). Sebagaimana

diketahui bahwa epidemiologi merupakan ilmu dasar pencegahan dan penanggulangan

penyakit serta masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat.

1. Pencegahan Penyakit Menular

Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu

sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan, haruslah

didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil

pengamatan/ penelitian epidemiologis.

Pada dasamya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:

pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan

pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi

diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary

prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cara dan rehabilitasi. Ketiga tingkat

pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaannya sering

dijumpai keadaan yang tumpang tindih.

1. Pencegahan Tingkat Pertama

Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab,

lingkungan serta faktor pejamu.

a. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk mengurangi

penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan

usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk

menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit, penyemprotan

/insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan sumber penularan

maupun memutuskan rantai penularan, di samping karantina dan isolasi yang

juga dalam rangka memutuskan rantai penularan. Selain itu usaha untuk

Page 62: Penyakit menular

mengurangi/menghilangkan sumber penularan dapat dilakukan melalui

pengobatan penderita serta pemusnahan sumber yang ada (biasanya pada

binatang yang menderita), serta mengurangi/menghindari perilaku yang

dapat meningkatkan risiko perorangan dan masyarakat.

b. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik

seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk

pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis seperti

pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan

lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar

individu dan kehidupan sosial masyarakat.

c. Meningkatkan daya tahan pejamu yang meliputi perbaikan status gizi, status

kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta

berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikhologis,

persiapan perkawinan seta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan,

dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta

olah raga kesehatan.

2. Pencegahan Tingkat Kedua

Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita atau

dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas).

Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat ke dua ini yang meliputi diagnosis dini dan

pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk

mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih

lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi.

a. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha surveillans

penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan kelompok tertentu

(calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan lain sebagainya), penyaringan

(screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta

pengobatan dan perawatan yang efektif.

b. Pemberian chernoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai

berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.

Page 63: Penyakit menular

3. Pencegahan Tinikat Ketiga

Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu dengan

tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen,

mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat

penyakit tersebut. Berbagai usaha dalam mencegah proses penyakit lebih lanjut

seperti pada penderita diabetes militus (kencing manis), penderita tuberkulosis pare

yang berat, penderita penyakit measles agar jangan terjadi komplikasi dan lain

sebagainya.

Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya

akibat samping dan penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah

usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang

meliputi rehabilitasi fisik/medis, rahabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi

sosial.

4. Strategi Pencegahan Penyakit

Dalam usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi

pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan. Dalam

strategi penerapan ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip tingkat pencegahan

seperti tersebut di atas, sasaran kegiatan diutamakan pada peningkatan derajat

kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan

gangguan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan

serta masalah kesehatan, serta usaha rehabilitasi lingkungan.

a. Sasaran yang bersifat umum yang ditujukan kepada individu maupun organisasi

masyarakat, dilakukan dengan pendekatan melalui usaha setempat/mandiri yang

sesuai dengan bentuk dan tatanan hidup masyarakat setempat (tradisional) maupun

melalui berbagai program pelayanan kesehatan yang tersedia.

b. Usaha pencegahan melalui pelaksanaan yang berencana dan terprogram (bersifat

wajib maupun sukarela) seperti pemberian imunisasi dasar serta perbaikan sanitasi

lingkungan dan pengadaan air bersih, peningkatan status gizi melalui

pemberian makanan tambahan maupun berbagai usaha yang bertujuan untuk

menghentikan/mengubah kebiasaan yang mengandung risiko tinggi atau yang dapat

mempertinggi risiko penyakit tertentu.

Page 64: Penyakit menular

c. Usaha yang diarahkan pada peningkatan standar hidup dan lingkungan

pemukiman seperti perbaikan perumahan dan pemukiman, perbaikan sistem

pendidikan serta sosial ekonomi masyarakat, yang pada dasamya merupakan

kegiatan di luar bidang kesehatan.

d. Usaha pencegahan dan penanggulangan keadaan luar biasa seperti kejadian

wabah, adanya bencana alam/situasi perang serta usaha penanggulangan

melalui kegiatan rawat darurat.

Dalam menilai derajat kesehatan termasuk situasi morbiditas dan

mortalitas untuk kepentingan penyusunan program pencegahan dan

penanggulangan penyakit, harus dipertimbangkan pula berbagai hal dalam

masyarakat di luar bidang kesehatan seperti sistem produksi dan persediaan

makanan, keadaan keamanan, sistem perekonomian penduduk termasuk keadaan

lapangan kerja, kehidupan social dan adat kebiasaan masyarakat setempat serta

kebijakan pemerintah dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

2. Penanggulangan Penyakit Menular

Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular (kontrol)

adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat

serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi

masyarakat tersebut.

Seperti halnya pada upaya pencegahan penyakit, maka upaya

penanggulangan penyakit menular dapat pula dikelompokkan pada tiga kelompok

sesuai dengan sasaran utamanya yang meliputi: sasaran langsung melawan sumber

penularan atau reservoir, sasaran ditujukan pada cara penularan penyakit, dan sasaran

yang ditujukan terhadap pejamu dengan menurunkan kepekaan pejamu.

1. Sasaran Langsung pada Sumber Penularan Pejamu

Keberadaan suatu sumber penularan (reservoir) dalam masyarakat

merupakan faktor yang sangat penting dalam rantai penularan. Dengan

demikian keberadaan sumber penularan tersebut memegang peranan yang

Page 65: Penyakit menular

cukup penting serta menentukan cara penanggulangan yang paling tepat dan

tingkat keberhasilannya cukup tinggi.

a. Sumber penularan adalah binatang

Bila sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan (domestik) maka

upaya mengatasi penularan dengan sasaran sumber penularan lebih

mudah dilakukan dengan memusnahkan binatang yang terinfeksi serta

melindungi binatang lainnya dari penyakit tersebut (imunisasi dan

pemeriksaan berkala).

Tetapi bila sumber penyakit dijumpai pada binatang liar di samping binatang

peliharaan, maka keadaanya akan lebih sulit. Penanganan penyakit rabies (gila

anjing) umpamanya akan lebih mudah pada daerah perkotaan dengan hampir

seluruh anjing yang ada merupakan anjing peliharaan. Sedangkan

penanganan penyakit ini di daerah pedesaan di mana selain anjing juga adanya

binatang liar yang dapat tertular, akan usaha penanggulangan seperti tersebut di

atas lebih sulit dilaksanakan. Dalam keadaan yang demikian ini maka usaha

penanggulangan dilakukan dengan kombinasi, cara lain, dengan kerja sama

instansi lain yang terkait.

b. Sumber penularan adalah manusia

Apabila sumber penularan adalah manusia, maka cara pendekatannya

sangat berbeda mengingat bahwa dalam keadaan ini tidak mungkin dilakukan

pemusnahan sumber. Sasaran penanggulangan penyakit pada sumber penularan

dapat dilakukan dengan isolasi dan karantina, pengobatan dalam berbagai

bentuk umpamanya menghilangkan unsur penyebab (mikro-organisme) atau

menghilangkan fokus infeksi yang ada pada sumber (bedah saluran empedu atau

cholecystectomy) pada carrier typhoid menahun).

Salah satu usaha penanggulangan yang sasarannya terpusat pada sumber

penularan adalah isolasi penderita. Bentuk ini memang sangat bermanfaat pada

situasi penyakit yang baru muncul dan punyai potensi mewabah. Sedang bentuk

ini kurang bermanfaat pada penyakit yang telah menyebar dalam masyarakat

terutama yang mempunyai bentuk infeksi terselubung atau iceberg phenomena,

atau juga terhadap penderita yang telah mengalami infeksi yang mencapai

puncaknya dan mungkin telah menularkan ke sekitarnya.

Page 66: Penyakit menular

Bentuk penanggulangan lainnya yang mirip dengan isolasi adalah karantina.

Karantina adalah pembatasan gerak seseorang atau sekelompok orang sehat

atau binatang yang dicurigai menderita atau akan menderita penyakit

menular tertentu. Bentuk karantina biasanya dengan menempatkan orang, atau

binatang tersebut pada lokasi tertentu dengan pengawasan yang ketat

selama satu masa tunas tertinggi. Mengingat sulitnya dan mahalnya biaya

karantina disertai dengan kemajuan alit komunikasi dewasa ini, maka bentuk

karantina untuk beberapa penyakit menular tertentu pada manusia telah

dimodifikasi dalam bentuk surveillans individu, sedangkan bentuk

binatang masih tetap.

Surveillans individu dimaksudkan pengawasan dan pengamatan terus

menerus secara ketat terhadap mereka yang kontak untuk menderita

penyakit yang dapat menjadi sumber penularan, tanpa membatasi kebebasan

bergeraknya. Pengawasan dan pengamatan dilakukan oleh petugas kesehatan

setempat sampai satu masa tunas maksimal. Dalam hal ini individu yang

berada di bawah surveillans diharuskan tetap melaporkan diri dan tetap

berada di bawah pengawasan petugas kesehatan setempat di mana yang

bersangkutan berada.

2. Sasaran Ditujukan pada Cara Penularan

Sebagaimana diketahui bahwa cara penularan penyakit meliputi kontak langung,

melalui udara, melalui makanan serta melalui vektor perantara. Upaya pencegahan

penularan melalui kontak langsung biasanya dititik beratkan pada penyuluhan

kesehatan yang dilaksanakan bersama-sama dengan usaha menghilangkan sumber

penularan. Usaha pencegahan ini sangat erat hubungannya dengan pola dan kebiasaan

hidup sehari-hari, sistem sosial dan perilaku sehat anggota masyarakat.

Upaya mencegah dan menurunkan penularan penyakit yang ditularkan melalui

udara, terutama infeksi saluran pernapasan dilakukan desinfeksi udara dengan

bahan kimia atau dengan sinar ultra violet, ternyata kurang berhasil.

Sedangkan usaha lain dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam

ruangan tampaknya lebih bermanfaat. Mengingat bahwa sebagian besar penyakit

yang ditularkan melalui udara pada umumnya membutuhkan kontak tidak

langsung di samping itu sebagian penyakit tersebut dapat dicegah melalui

imunisasi.

Page 67: Penyakit menular

Adapun upaya perbaikan lingkungan dalam upaya mencegah dan

menanggulangi penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman.

dikembangkan dengan memberantas bahan-bahan yang mengalami

kontaminasi seperti penyehatan air minum, pasteurisasi susu, serta pengawasan

terhadap semua pengobatan bahan makanan dan minuman. Usaha seperti ini

biasanya dilakukan secara bersama antara petugas pengawasan bahan berbahaya

dengan petugas kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan penanggulangan penyakit yang ditularkan oleh vektor

terutama serangga dan binatang lainnya dilakukan melalui pemberantasan serangga

serta binatang perantara lainnya. Di samping itu, pengawasan terhadap

berbagai penyakit zoonosis dilakukan dengan sasaran utama adalah binatang

meningkatnya penularan berbagai penyakit melalui vektor oleh ulah manusia

sendiri (man made disease), seperti penularan penyakit schistosomiasis melalui

irigasi, peningkatan penularan penyakit malaria dan filariasis di daerah

pemukiman baru, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi hal seperti ini perlu

kerja sama instansi dalam setiap program pembangunan, terutama pembangunan

yang dapat menimbulkan perubahan rekosistem setempat.

3. Sasaran Ditujukan pada Pejamu Potensial

Sebagaimana diterangkan sebelumnya bahwa faktor yang berpengaruh pada

pejamu potensial terutama tingkat kekebalan (imunitas) serta tingkat

kerentanan/kepekaan yang dipengaruhi oleh status gizi, keadaan umum serta

faktor genetika.

a. Peningkatan kekebalan khusus (imunitas)

Berbagai penyakit dewasa ini dapat dicegah melalui usaha imunisasi yakni

peningkatan kekebalan aktif pada pejamu dengan pemberian vaksinasi.

Pemberian imunisasi aktif untuk perlindungan terhadap penyakit dipteria,

pertusis dan tetanus (DPT) merupakan pemberian imunisasi dasar kepada

anak-anak sebagai bagian terpenting dalam program kegiatan kesehatan

masyarakat. Di samping itu, juga termasuk imunisasi dasar yang

diprogramkan pemerintah secara umum di Indonesia adalah BCG (Bacillus

CalmetteGuerine) untuk mencegah penyakit tuberkulosis, vaksinasi campak

Page 68: Penyakit menular

(measles) serta vainasi poliomyelitis. Sedangkan vaksinasi yang ditujukan

untuk perlindungan terhadap hepatitis belum diprogramkan secara umum.

Selain pemberian imunisasi aktif tersebut di atas, juga dikenal adanya

usaha perlindungan terhadap beberapa penyakit tertentu dengan

pemberian antibodi pelindung yang berasal dan pejamu lain dalam

bentuk serum antibodi yang memberikan perlindungan sementara dan

disebut imunisasi pasif. Imunisasi pasif ini juga cukup berperan seperti

pada pemberian tetanus toksoid pada ibu hamil untuk kemudian dapat

memindahkan antibodi ibu kepada bayi melalui placenta. Juga pemberian

antisera pada mereka yang dicurigai ketularan penyakit gila anjing (rabies)

serta pemberian serum globulin imun untuk pencegahan hepatitis dan

pemberian antitoksin tetanus untuk luka berat (sudah jarang digunakan).

Pemberian imunisasi dasar sebagai bagian dan program pembangunan

kesehatan temyata cukup berhasil dalam usaha meningkatkan derajat

kesehatan serta menurunkan angka kematian bayi dan balita. Demikian pula

pemberian antisera terhadap rabies yang sudah tersedia pada hampir setiap

Puskesmas telah mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian

penyakit rabies.

b. Peningkatan kekebalan umum (resistensi)

Berbagai usaha lainnya dalam meningkatkan daya tahan pejamu terhadap

penyakit infeksi telah diprogramkan secara luas seperti perbaikan gizi keluarga,

peningkatan gizi balita melalui program Kartu Menuju Sehat (KMS),

peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta pelayanan kesehatan terpadu

melalui Posyandu. Keseluruhan program ini bertujuan untuk meningkatkan daya

tahan tubuh secara umum dalam usaha menangkal berbagai ancaman

penyakit infeksi.

3. Surveillans Epidemiologi

Surveillans epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus-menerus

terhadap semua aspek penyakit tertentu. baik keadaan maupun penyebarannya dalam satu

kelompok penduduk tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan.

Page 69: Penyakit menular

Surveillans penyakit menular adalah suatu kegiatan pengumpulan data teratur,

peringkasan dan analisis data kasus baru dari semua jenis penyakit infeksi dengan tujuan

untuk identifikasi kelompok risiko tinggi dalam masyarakat, memahami cara penularan

penyakit serta berusaha memutuskan rantai penularan. Dalam hal ini setiap kasus harus

dilaporkan secara lengkap dan tepat. Keterangan mengenai tiap kasus meliputi diagnosis

penyakit, tanggal mulainya timbul gejala, keterangan tentang orang yang meliputi nama,

umur, jenis kelamin, alamat dan nomor telepon (bila ada), serta sumber rujukan bila

penderita hasil rujukan (dokter, klinik, Puskesmas dan lain-lain).

1. Surveillans Epidemiologi dalam Masyarakat

Dengan analisis secara teratur berkesinambungan terhadap data seperti

tersebut di atas terhadap berbagai penyakit menular akan dapat memberikan kesempatan

lebih mengenal kecenderungan penyakit menurut musim atau periode waktu tertentu,

mengetahui daerah, geografis di mana jumlah kasus/penularan meninggi atau

menurun, serta berbagai kelompok risiko tinggi menurut umur, jenis kelamin, ras,

agama, status sosial ekonomi serta pekerjaan (penyakit akibat kerja atau

lingkungan kerja).

Adapun data kejadian penyakit menular yang telah lampau yang terdapat

pada suatu wilayah administrasi atau kelompok populasi tertentu biasa berasal dari

kegiatan surveillans yang ada. Data seperti ini sangat penting untuk mengetahui

berbagai keadaan ledakan berbagai penyakit waktu lampau serta berbagai bentuk

dan sifat epidemiologisnya. Biasanya data yang demikian ini terdapat pada pusat

pelayanan kesehatan atau pusat data dan informasi kesehatan serta pusat informasi

data lainnya yang selain memiliki data kesehatan yang dikumpulkan secara

sistematis, juga memiliki berbagai data informasi lainnya termasuk data

demografi.

Pelaksanaan surveillans dilakukan dengan dua cara yakni surveilans pasif

dan aktif. Surveilans pasif atau disebut juga pengumpulan keterangan tentang

kejadian penyakit dalam masyarakat yang dilakukan oleh unit surveillans mulai

dari tingkat Puskesmas sampai ke tingkat nasional. Dalam hal ini sejumlah

penyakit tertentu secara teratur dilaporkan baik melalui rumah sakit maupun

melalui Puskesmas atau institusi pelayanan kesehatan lainnya. Data yang

terkumpul dari program ini dianalisis dan disebarluaskan serta dilakukan

pengamatan khusus bila ada kejadian yang bersifat luar biasa.

Page 70: Penyakit menular

Surveillans aktif merupakan pengumpulan data terhadap satu atau lebih

penyakit tertentu pada suatu masa waktu tertentu yang ditakukan secara teratur

oleh petugas kesehatan yang telah ditugaskan untuk hal tersebut. Secara teratur

petugas kesehatan tertentu yang telah ditunjuk, dalam masa interval tertentu

(biasanya mingguan) mengumpulkan keterangan tentang ada atau tidak adanya

kasus batu penyakit tersebut (yang berada di bawah surveilans) serta mencatat

data yang telah ditentukan (biasanya dengan menggunakan formulir khusus yang

tclah tersedia) serta data tambahan lainnya yang dianggap perlu.

Bentuk surveillans aktif ini biasanya dilakukan bila ada penyakit baru yang

diketemukan, atau suatu bentuk penularan dalam masyarakat yang sedang dalam

pengamatan, atau bila ada perkiraan peningkatan risiko penduduk karena

peruhahan musim, begitu pula bila adanya penyakit yang baru muncul pada suatu

daerah geografis tertentu atau pada suatu kelompok populasi tertentu. Juga

surveillans aktif seperti ini dilakukan pada masa transisi dari suatu penyakit yang

baru saja dibasmi dari suatu wilayah data populasi tertentu, maupun penyakit yang

sebelumnya sudah berada di bawah tingkat penanggulangan (under control) tetapi

kemudian mulai memperlihatkan peningkatan jumlah kasus yang berarti atau

insidensi yang meninggi.

2. Surve i l lans Epidemiolog i d i Rumal i Saki t

Dewasa ini perkembangan rumah sakit semakin maju dan sedang

menghadapi masa transisi dari perawatan penyakit menular, sebagai tugas utama

ke arah penyakit tidak menular termasuk kecelakaan: Namun demikian, penderita

penyakit menular yang dirawat di rumah sakit masuk cukup besar. Suatu keadaan

khusus di mana faktor lingkungan, secara bermakna dapat mendukung terjadinya

risiko mendapatkan penyakit infeksi, sehingga teknik surveillans termasuk analisis

data serta kontrol penyakit memerlukan perlakuan tersendiri adalah pada rumah

sakit besar terutama rumah sakit regional dan rumah sakit daerah.

Pada nimah sakit umum yang memberikan pclayanan kepada masyarakat

dalam wilayah yang luas seperti rumah sakit rujukan pada tingkat provinsi dan

regional terdapat beberapa penularan penyakit dan dapat menirnbulkan infeksi

nosokomial.

Masih tingginya angka penyakit menular dalam masyarakat sehingga

penderita (penyakit menular maupun tidak menular) yang masuk ke rumah sakit

Page 71: Penyakit menular

kemungkinan besar akan membawa serta kuman patogen bersamanya. Di lain

pihak, setiap penderita di rumah sakit akan menerima perawatan dan beberapa

individu di mana salah seorang di antaranya mungkin akan berperan sebagai alas

pengangkut kuman antar penderita atau antara perawat dengan penderita. Di

samping itu penderita yang dirawat nginap di rumah sakit mengalami kepekaan

terhadap berbagai jenis infeksi karena keadaannya/penyakitnya (umpamanya bayi

lahir tidak cukup bulan atau prematur) maupun karena pengobatan/perawatannya

(seperti imunostipresi, chernoterapi, pengobatan radiasi, transplantasi organ,

hemodialisis, berbagai tindakan bedah), yang juga mengalami keterpaparan

terhadap produksi/ sumber darah, cairan intravena, jarum, kateter serta

berbagai alat medis lainnya. Dalam hal penggunaan alat, meskipun alat-alat

tersebut (atau bagian tertentu alat tersebut) telah dibebaskumankan (desinfeksi)

seperti respirator, berbagai alat kemih serta alat-alat sistem reproduksi, tetapi

pengulangan penggunaan alat-alat dapat menyebabkan timbulnya infeksi

nosokomial.

Selain itu, rumah sakit mungkin dapat menjadi tempat berkembang

biaknya serta tumbuh suburnya berbagai jenis mikro-organime. Pemakaian

secara luas berbagai jenis antibiotika dapat menimbulkan terjadinya

resistensi dari komponan genetik seperti plastid, serta penggunaan alat-alat

khusus pembantu resirkulasi cairan tubuh menghasilkan keadaan yang

tidak biasa dan cukup baik untuk mikro-organisme patogen. Umpamanya

terdapatnya pseudomonas pada alat respirasi dan hepatitis B pada alat

dialisis. Juga ventilasi serta sistem pengudaraan yang terkontaminasi dapat

menyebarkan agent penyakit kepada pejamu yang peka/potensial.

Untuk mengatasi masalah penularan penyakit infeksi di rumah sakit

maka telah dikembangkan sistem epidemiologi surveillans yang khusus

dan cukup efektif untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya penularan

infeksi nosokomial di dalam lingkungan rumah sakit. Untuk pelaksanaan

kegiatan tersebut oleh beberapa rumah sakit menyediakan tenaga khusus

yang terlatih dalam epidemilogi surveillans rumah sakit. Dengan demikian

dapat dilakukan surveillans yang teratur melalui pencatatan kejadian

infeksi pada unit-unit tertentu seperti pada laboratorium, angka dan jenis

infeksi di ruang-ruang perawat an , pada unit bedah, serta unit-unit lainnya

seperti bagian persalinan dan ruang bayi, bagian anak dan lainnya. Dengan

Page 72: Penyakit menular

kegiatan pengamatan yang terus menerus disertai dengan analisis yang

teratur serta pengamatan langsung terhadap kelompok-kelompok risiko

tinggi dalam rumah sakit, dapat memungkinkan pengenalan awal,

pelacakan serta penangkalan dan penanggulangan ledakan/kejadian luar

biasa dalam rumah sakit.

4. Pemberantasan Penyakit Menular

Konsep pemberantasan (eradication) penyakit menular yakni penghapusan total

penyakit tersebut sampai ke akar-akarnya secara global (seluruh dunia) merupakan

impian masa lalu yang kemudian dapat menjadi kenyataan pada suatu penyakit

menular yang cukup berbahaya yakni penyakit cacar (smallpox).

Penyakit cacar merupakan salah satu penyakit menular yang mempunyai potensi

endemi di berbagai belahan dunia dan dapat mewabah dan meluas ke berbagai daerah

yang potensial melalui penularan langsung. Dari pengalaman berbagai daerah yang

bebas cacar menunjukkan bahwa penyakit ini tidak mudah memasuki wilayah yang

telah bebas cacar. Dari berbagai pengalaman oleh WHO diputuskan untuk

memberantas penyakit ini sampai ke akar-akarnya secara global pada awal tahun

1960an. Adapun factor-faktor yang menjadi pertimbangan yang kuat dalam

mengambil keputusan ini antara lain: (1) reservoir satu-satunya adalah manusia; (2)

penyakit ini tidak memiliki infeksi berselubung artinya semua penderita muncul

dengan gejala klinik yang sangat spesifik, sehingga surveillans mudah diterapkan; (3)

adanya vaksin yang dapat memberikan perlindungan secara meyakinkan dan dapat

berjalan seumur hidup; (4) cara pemberian imunisasi/vaksinasi relatif mudah dan dapat

menjangkau penduduk yang terisolir sekalipun. Hasil yang diperoleh adalah

berhasilnya diberantas penyakit tersebut secara total di seluruh dunia dan sejak tahun

1976 dinyatakan dunia bebas dan penyakit smallpox.

Beberapa penyakit lainnya mempunyai potensi untuk dilakukan pemberantasan

antara lain penyakit campak yang mempunyai sifat mirip dengan penyakit cacar. Pada

berbagai negara maju, penyakit ini sudah dapat ditekan sampai ke prevalensi yang

sangat rendah dan adanya kasus yang kadang-kadang mewabah sangat bersifat

sporadis saja.

Page 73: Penyakit menular

Adapun penyakit menular lainnya seperti malaria, filaria dan berbagai penyakit

yang ditularkan oleh nyamuk, mempunyai potensi untuk dapat ditekan sampai batas

tertentu melalui usaha penanggulangan penyakit tertentu.