Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENGENAL
LAMBANG BILANGAN MELALUI MEDIA PERMAINAN PAPAN RABA
PADA ANAK KELOMPOK A RA MIFTAHUL HUDA 1 LOPAIT
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
EKA PURNAWATI
NIM 11613028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
iii
iv
v
vi
MOTTO
Satu sayang Allah
Dua cinta Rasulullah
Tiga cintailah orang tua
Satu dua tiga Kunci dunia akhirat
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Keluarga saya yang selalu membimbing dan mendukung setiap usaha.
2. Suamiku tercinta bapaknya Ener yang telah memberi dukungan spiritual,
material dan kasih sayang.
3. Mas Ener yang selalu setia menungguku
4. Teman-teman seperjuangan, satu kelas PIAUD IAIN Salatiga Angkatan 2013
yang selalu memberikan motivasi.
5. Bapak dan ibu Dosen yang selalu membimbing dengan sabar.
6. Semua Dosen dan Karyawan yang selalu mendukung dan membimbing.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas segala rahmat dan hidayah-Nya
skripsi dengan judul “Peningkatan Pengembangan Kemampuan Mengenal
Lambang Bilangan Melalui Permainan Media Papan Raba Pada Anak Kelompok
A RA Miftahul Huda 1 Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2017/2018 telah selesai.
Shalawat salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi
Muhammad SAW semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT.
Penulisan ini tidak akan selesai tanpa dukungan, motivasi, dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini
4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd selaku pembimbing yang telah
membimbing, memberi motivasi dan meluangkan waktunya dalam
penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta
bantuan kepada penulis.
ix
6. Dewan Guru PAUD RA Miftahul Huda 1 Lopait Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian dari awal hingga selesai.
7. Segenap keluargaku tercinta yang selalu mendoakanku.
8. Teman-teman PIAUD angkatan 2013 yang telah berjuang bersama-sama.
Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimakasih.
Semoga amal yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik
dalam isi maupun metodologi. Kritik serta saran yang membangun penulis
harapkan bagi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman.
Amin.
Salatiga, 12 Februari 2018
Penulis
Eka Purnawati
NIM. 11613028
x
ABSTRAK
Purnawati,Eka.2017.Peningkatan Pengembangan Kemampuan Mengenal
Lambang Bilangan Melalui Permainan Media Papan Raba Pada
Anak Kelompok A RA Miftahul Huda 1 Lopait Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dr
Budiyono Saputro, M.Pd.
Kata kunci: Lambang Bilangan, Papan Raba
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 14, PAUD adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui penggunaan
media permainan papan raba pada anak kelompok A di RA Miftahul Huda 1
Lopait.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan secara
kolaboratif partisipatif dengan menggunakan model penelitian Kemmis dan MC
Taggart. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A RA Miftahul Huda
1 Lopait yang berjumlah 18 anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 11 anak
perempuan. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi,
dokumentasi dan lembar kerja anak. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media papan raba dapat
meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan. Tindakan pra siklus
sebesar 55% kemudian di siklus I rata-rata kemampuan mengenal lambang
bilangan pada anak sebesar 70% selanjutnya di siklus II rata-rata kemampuan
mengenal lambang bilangan mencapai 86%. Selisih peningkatan dari pra tindakan
dan siklus I sebesar 15%, selisih peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar
16%. Berdasarkan hasil Penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa melalui media papan raba dapat dikembangkan kemampuan mengenal
lambang bilangan pada Anak kelompok A RA Miftahul Huda 1 Lopait
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018 telah
terbukti dan dapat diterima kebenarannya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR LOGO IAIN .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... v
MOTTO…………………………………………………………………… . vi
PERSEMBAHAN………………………………………… .......................... vii
KATA PENGANTAR………………………………………… ................... viii
ABSTRAK………………………………………… ..................................... x
DAFTAR ISI………………………………………… .................................. xi
DAFTAR TABEL………………………………………… .......................... xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………… ..................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………… .................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 6
E. Kegunaan Penelitian .................................................................... 7
F. Metode Penelitian ........................................................................ 8
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 18
xii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ................................................................................. 20
B. Kajian Pustaka .............................................................................. 36
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………. ....................... 38
B. Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 42
C. Intrument penelitian …………………………………………… 48
BAB IV ANALISIS DATA
A. Deskripsi Per Siklus .................................................................... 49
B. Pembahasan…………………………………………………… .. 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 62
B. Saran ............................................................................................ 62
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Riwayat Hidup Penulis
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan
pada Anak Kelompok A ……………………………………. 13
Tabel 1.2 Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan … 13
Tabel 1.3 Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan Indikator
Keberhasilan …………………………………………………… 16
Tabel 3.1 Data Guru RA Miftahul Huda I Lopait ………………………... 40
Tabel 3.2 Data Anak Kelompok A RA Miftahul Huda 1 Lopait …………. 41
Tabel 3.3 Indikator yang diamati ………………………………………… 48
Tabel 4.1 Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan … 49
Tabel 4.2 Hasil Penilaian Pra Siklus ……………………………………… 50
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Siklus I ………………………….……..........….. 52
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus II ………………………………..……….. 53
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Pencapaian Pra Siklus dengan KKM ……… 55
Tabel 4.6 Rekapitulasi Data Pra Siklus ……………………………………. 56
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus I dengan KKM ……….....58
Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Siklus ………………………………………... 58
Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus II dengan KKM ……….. 59
Tabel 4.10 Rekapitulasi Data Siklus II …………………………………….. 60
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart ……….. 11
Gambar 3.1 Struktur organisasi Guru ……………………………………….. 42
Gambar 4.1 Diagram Peningkatan kemampuan Mengenal Lambang bilangan 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 Lembar Observasi Guru dan Siswa
Lampiran 6 RPPH
Lampiran 7 Dokumentasi Foto Penelitian
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup
2
PENINGKATAN PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENGENAL
LAMBANG BILANGAN MELALUI MEDIA PERMAINAN PAPAN RABA
PADA ANAK KELOMPOK A RA MIFTAHUL HUDA 1 LOPAIT
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
EKA PURNAWATI
NIM 11613028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 ayat 1,
disebutkan bahwa termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam
rentang usia 0-6 tahun. Berbeda dengan NAEYC (National Assosiation
Education For Young Children) anak usia dini merupakan sekelompok
individu yang berbeda pada rentang usia antara 0-8 tahun (Sofia, 2005:7).
Pendapat lain menyebutkan bahwa anak usia dini ialah kelompok anak
yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat
unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi
motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan
emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berdasarkan keunikan dan perkembangannya anak usia dini terbagi
menjadi empat tahapan, yaitu masa lahir sampai 12 bulan, masa batita
(toddler) usia 1-3 tahun, masa pra sekolah usia 3-6 tahun, dan masa kelas
awal 6-8 tahun (Mansur, 2009:88). Untuk itu, usia 3-6 tahun anak memasuki
pendidikan pra sekolah.
Anak usia dini disebut masa golden age karena pada usia ini pertumbuhan
dan perkembangan fisik motorik kasar maupun halus, sosial emosional,
intelektual, dan bahasa berlangsung sangat pesat (Suyanto, 2005:6).
4
Kemudian para ahli pendidikan anak memandang usia dini merupakan masa
emas (the golden age) yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang.
Bloom mengemukakan bahwa pada usia dini ini perkembangan intelektual
anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan mereka (Ardy,
2014: 28).
Stimulasi sejak dini kepada anak yang berusia 0 hingga 6 tahun sangatlah
penting, karena pada masa tersebut perkembangan otak mereka dapat
berlangsung optimal dan itu sangat berpengaruh terhadap kehidupannya
kelak. Contoh perkembangan kognitif anak tentang warna, ketika anak
diberitahu tentang benda berwarna biru dan dikelompokkan dengan warna
biru lainnya. Anak akan mendapat rangsangan tentang warna biru dan ketika
melihat benda warna biru maka anak akan mengelompokkan.
Stimulasi yang diberikan ketika anak usia dini akan berdampak saat
dewasa, maka orang tua dan guru mempunyai peran penting dalam
memberikan stimulus kepada anak. Stimulasi-stimulasi yang diberikan dapat
melalui tiga aktivitas antara lain pengindraan, persepsi dan belajar. Beberapa
contoh fungsi matematika dalam kehidupan antara lain, memasak,
menghitung benda, memahami waktu. Matematika dapat dikenalkan anak
sejak dini sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Matematika sangat penting bagi kehidupan manusia, maka dari itu mulai
sejak dini anak diajak untuk belajar tentang matematika. Melalui belajar dan
bermain anak di ajak belajar dunia matematika. Konsep-konsep matematika
5
dalam dunia anak berbeda dengan anak yang sudah dewasa, perbedaannya
terdapat dalam menyampaikan.
Menurut Piaget tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia dini
sebagai logic-mathematical learningatau belajar berpikir logis dan matematis
dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit (Suyanto, 2005: 161).
Bukan agar anak dapat cepat berhitung namun dapat memahami bahasa
matematis dan penggunaannya untuk berpikir. Anak usia dini bukan hanya
belajar matematika sebagai persiapan untuk memahami konsep matematika
pada tingkat yang lebih tinggi namun hal yang penting adalah matematika
digunakan untuk mengajarkan anak berpikir logis. Konsep matematika
berhubungan dengan lambang bilangan atau angka.
Menurut Principles and Standards for School matehematisc, dasar bagi
perkembangan matematika anak-anak dibangun pada tahun-tahun dini.
Matematika dibangun oleh keingintahuan dan semangat anak-anak dan
tumbuh secara alami dari pengalaman mereka. Anak-anak belajar konsep
matematika sesuai dengan usia, mereka harus mengembangakan bahasa
matematika, punya kesempatan interaktif untuk pengalaman matematika dan
termotivasi untuk tertarik pada matematika (Carol & Barabara, 2008: 386).
Konsep angka melibatkan pemikiran tentang “berapa jumlahnya atau
berapa banyak” termasuk menghitung (Sujiono, 2007:11.11). Anak yang
mempelajari nama bilangan kemudian akan mempelajari simbol dari bilangan
tersebut. Menghitung selalu berhubungan dengan angka atau lambang
bilangan. Benda-benda di sekitar anak dapat mengenal lambang bilangan,
6
contoh penggaris, jam, timbangan, permainanan. Anak perlu mengenal
lambang bilangan agar dapat memahami benda-benda sekitarnya.
Pembelajaran mengenal konsep bilangan kepada anak usia dini dilakukan
dengan cara bermain. Bagi anak, permainan merupakan wahana belajar yang
sangat penting sebagai proses pendewasaan diri, membantu menjaga stabilitas
emosi mendorong perilaku proposial, sekaligus memperkenalkannya terhadap
dunia yang lebih luas.
RA Miftahul Huda 1 Lopait yang berada di Dusun Lopait mempunyai 2
kelas terdiri dari kelompok A dan kelompok B. Jumlah siswa pada kelompok
A adalah 18 anak, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan,
sedangkan kelompok B adalah 11 anak terdiri dari 9 siswa perempuan dan 2
siswa laki-laki. Penilitian ini dilakukan di kelompok A karena kemampuan
mengenal lambang bilangan masih rendah.
Menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di kelompok A RA
Miftahul Huda 1 Lopait dalam mengembangkan kemampuan mengenal
lambang bilangan menggunakan metode klasikal yang dimana masih
monoton dan membosankan, sebagian besar anak masih kesulitan
menunjukkan lambang bilangan satu dan yang lain. Selain itu media yang
digunakan dalam pembelajaran hanya mengandalkan indera pendengaran dan
indera penglihatan.
Anak kelompok A belum mampu mengenal lambang bilangan. Misalnya
saat anak diminta menunjukan angka 3, namun belum tepat dalam
menunjukkannya. Saat kegiatan meniru angka, anak belum dapat mengikuti
7
lambang bilangan yang dimaksud. Pada waktu menjodohkan benda dengan
lambang bilangan yang sesuai jumlahnya, guru sudah membimbing anak
dengan cara menghitung bersama-sama terlebih dahulu kemudian anak
dibiarkan mengerjakan mandiri. Namun sebagian anak belum tepat dalam
menjodohkan lambang bilangan.
Dengan adanya permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “ Peningkatan Kemampuan
Mengenal Lambang Bilangan Melalui Permainan Media Papan Raba Pada
Anak Kelompok A RA Miftahul Huda 1 Lopait Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Apakah kemampuan mengenal lambang bilangan dapat dikembangkan
melalui media permainan papan raba pada anak kelompok A RA Miftahul
Huda 1 Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengembangan kemampuan mengenal lambang bilangan
melalui media permainan papan raba pada anak kelompok A RA Miftahul
Huda 1 Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang 2017/2018.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
8
Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperluas
wawasan yang berkaitan dengan perkembangan kognitif, khususnya
kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10, dan menambah
pengetahuan bahwa dengan media bermain papan raba dapat
meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak
kelompok A.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan
sekolah:
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada guru dalam
merancang pembelajaran untuk menggunakan media papan raba untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal lambang bilangan
1-10.
b. Bagi Siswa
Melalui media bermain papan raba, siswa menjadi senang dan
antusias dalam belajar dalam mengenal lambang bilangan 1-10.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan
belajar mengajar di RA Miftahul Huda 1 Lopait dalam peningkatan
9
kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10 melalui penggunaan
media bermain papan raba.
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2006: 71). Hipotesis penelitian merupakan anggapan
sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis
dalam penelitian ini adalah: “Ada peningkatan kemampuan mengenal
lambang bilangan melalui media permainan papan raba pada anak
kelompok ARA Miftahul Huda 1 Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang 2017/2018.
2. Indikator Keberhasilan
Siswa dikatakan tuntas jika nilai yang diperoleh 75. Dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), keberhasilan dapat dinyatakan berhasil apabila
terjadi peningkatan dalam proses pembelajaran mengenal lambang
bilangan menggunakan media papan raba mecapai kriteria ketuntasan
minimal kelas 85% yang disepakati peneliti dengan pihak sekolah dari
jumlah seluruh anak kelompok A.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 angka 14
tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tanggal 17 September 2009 kemampuan
mengenal lambang bilangan anak meliputi indikator, sebagai berikut:
10
a. Menunjukan lambang bilangan 1-10
b. Meniru lambang bilangan 1-10
c. Menghubungkan lambang bilangan dengan benda sampai 10
F. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk kajian yan bersifat reflektif,
yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan - tindakannya dalam melaksanakan tugas dan
memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran
(Muslich, 2012: 8). PTK atau Classroom Action Research termasuk
penelitian kualitatif yang proses penelitiannya menggunakan metode
penelitian deskriptif analitik, yang dilakukan subyektif dengan
berdasarkan semata-mata atas fakta.
Penelitian ini direncanakan dilakukan 2 siklus namun jika siklus
tersebut belum memenuhi target pencapaian maka siklus selanjutnya akan
dilakukan. Setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Komponen-komponen tersebut
terdapat pada setiap pembelajaran berlangsung. Kegiatan pada siklus I
dapat digunakan sebagai acuan pada siklus selanjutnya.
2. Subyek Penelitian
Subjek penlitian ini adalah siswa kelompok A RA Miftahul Huda 1
Lopait berjumlah 18 siswa, terdiri dari putra 7 siswa dan putri 11 siswa.
11
Waktu yang diperlukan oleh peneliti untuk melakukan penelitian adalah
mulai tanggal 1 November 2017 - 5 Februari 2018.
3. Langkah-Langkah Penelitian
Menurut Samsu Somadayo (2013: 41) menjelaskan bahwa ciri
khusus PTK terletak pada langkahnya, yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflection).
Menurut Arikunto (2006: 16) secara umum, terdapat empat langkah
dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Berikut adalah penjelasan dari empat langkah dalam PTK :
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan perencanaan
antara lain sebagai berikut :
1) Membuat konsep atau sekenario pembelajaran dengan
media papan raba, yaitu membuat Rencana Kegiatan Harian
(RKH).
2) Membuat dan menyiapkan media papan raba yang akan
digunakan dalam penelitian dan diajarkan kepada anak
didik.
3) Menyiapkan penugasan kepada anak didik, yang mana dari
hasil penugasan anak didik tersebut akan diberi nilai dan
akan dianalisis peneliti lebih lanjut.
4) Membuat sismulasi perbaikan
b. Tahap Tindakan
12
Tahap ini merupakan pelaksanaan yang telah dibuat berupa
penerapan pembelajaran sesuai konsep dan sekenario yang
telah tertulis pada RKH dan pelaksanaan tahap perencanaan.
c. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini pengamatan dilakukan selama proses segala
aktivitas anak didik diamati, dicatat, dan dinilai, dan dianalisis
untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan ini dilakukan untuk
mengamati dan menilai hasil proses belajar anak didik sehingga
dapat menjadi masukkan untuk peneliti dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar.
d. Tahap Refleksi
Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan
penelitian, maka pada tahap refleksi ini peneliti melakukan :
1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
2) Evaluasi hasil observasi.
3) Analisis hasil observasi, apabila pada siklus 1 belum
tercapai indikatornya, maka peneliti akan melakukan
perbaikan pada siklus 2.
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran di kelas. Refleksi
merupakan kegiatan instropeksi atau evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran. Hubungan keempat konsep tersebut dapat digambarkan
dengan diagram sebagai berikut:
13
Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart
(Suyadi, 2010: 50)
4. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2005: 10) metode pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Metode-metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Dalam kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan kegiatan belajar
mengajar di RA Miftahul Huda 1 Lopait. Dalam penilaian dapat
diketahui melalui lembar observasi dengan menggunakan ceklis.
b. Dokumentasi
Hasil observasi akan lebih nyata apabila didukung dengan adanya
foto. Dokumentasi dapat digunakan apabila ada kekeliruan sumber
datanya masih tetap dan tidak berubah (Arikunto, 2006:231).
14
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah foto ketika anak melakukan
pembelajaran mengenal lambang bilangan.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian (Sanjaya, 2010:84). Instrument penelitian
digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan pengumpulan data. Data
yang diambil dalam penelitian ini menggunakan checklist. Checklist atau
daftar chek adalah pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua
aspek yang akan diobservasi, sehingga observer tinggal memberi tanda
ada atau tidak adanya dengan tanda cek (√) tentang aspek yang
diobservasi (Sanjaya, 2010:93).
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 angka 14
tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tanggal 17 September 2009 kemampuan
mengenal lambang bilangan anak meliputi indikator, sebagai berikut:
a. Menunjukan lambang bilangan 1-10
b. Meniru lambang bilangan 1-10
c. Menghubungkan lambang bilangan dengan benda sampai 10
Di bawah ini merupakan kisi-kisi instrument kemampuan
mengenal lambang bilangan dan rubrik kemampuan mengenal lambang
bilangan pada anak kelompok A menggunakan media papan raba.
Tabel 1.1 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Mengenal
Lambang Bilangan pada Anak Kelompok A
15
Variabel Indikator
Skor
1 2 3 4
Kemampuan
mengenal
lambang
bilangan
a. Menunjukkan lambang
bilangan 1-10
b. Meniru lambang
bilangan 1-10
c. Menghubungkan
lambang bilangan
dengan benda sampai
10
Tabel 1.2 Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan
Simbol Skor/Nilai Kategori Kriteria/Ketentuan
1 Belum Muncul
(BM)
Anak tidak mau
mengerjakan
V 2 Mulai Muncul
(MM)
Jika anak bisa dengan
bantuan guru
3 Berkembang Sesuai
Harapan (BSH)
Jika anak bisa namun
masih kurang tepat
4 Berkembang Sangat
Baik (BSB)
Jika anak bisa tanpa
bantuan
6. Analisis Data
Sesuai dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan belajar siswa, analisis
diarahkan untuk mencari dan menemukan peningkatan tersebut. Analisis
data adalah suatu proses mengolah dan menginterpresentasi data dengan
tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya
16
hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan
penelitian (Sanjaya, 2010: 106).
Analisis data dapat berupa analisis data deskriptif kualitatif dan
statistis deskriptif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan
peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan
guru, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menentukan
peningkatan hasil belajar siswa sebagai pengaruh dari setiap tindakan
yang dilakukan guru (Sanjaya, 2010:106).
Pada umumnya analisis statistis deskriptif dilakukan dengan tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Pemaparan data
Menelaah semua data yang diperoleh dari hasil observasi,
dokumentasi dan catatan lapangan.
b. Reduksi data
Mereduksi data yang diperlukan dengan menyeleksi data
tindakan aktivitas seorang guru dan aktivitas setiap murid
dalam menerapkan permainan papan raba.
c. Display Data
Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis
berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran maupun dari hasil
tindakan yang telah dilakukan. Analisis data observasi terhadap
guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran digunakan untuk
17
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir
amatan
melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan
yang dapat diambil pada siklus berikutnya. Analisis data
terhadap anak dilakukan beberapa tahap seperti Mulyasa (2009
: 101) yaitu:
1) Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir
amatan.
2) Menghitung persentase peningkatan kemampuan mengenal
lambang bilangan, persentase pencapaian kemampuan
rumusnya, yaitu:
Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan X
100 %
Jumlah skor maksimum
Persentase Keberhasilan Kelas= Total persentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
3) Membuat tabulasi skor observasi pengamatan peningkatan
kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10 melalui
media papan raba, adapun rancangan tabel sebagai berikut:
18
Tabel 1. 3. Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan
Indikator Keberhasilan
Keterangan :
a) Persentase pencapaian: diperoleh dari perhitungan
persentase peningkatan kemampuan mengenal lambang
bilangan 1- 10 pada masing-masing anak.
b) Persentase keberhasilan: diperoleh dari persentase
standar ketuntasan belajar (Kriteria Ketuntasan
Minimum) yang ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu
KKM/standar keberhasilan hasil belajar tiap anak
sebesar 85%.
c) Status Pencapaian: diperoleh dari perbandingan antara
skor persentase pencapaian dengan KKM/standar
keberhasilan (85%). Jika hasil persentase pencapaian <
(kurang dari) persentase KKM/standar keberhasilan
maka status pencapaian yaitu “Belum Tuntas”. Dan bila
persentase pencapaian ≥ (lebih dari atau sama dengan)
persentase KKM/standar keberhasilan maka status
pencapaian yaitu “Tuntas”..
No Nama Anak Persentase
Pencapaian
Persentase
Keberhasilan
Status
Pencapaian
19
4) Penelitian pada setiap Siklus akan berhasil bila anak sudah
mencapai persentase yang telah ditentukan.
d. Penyimpulan Hasil Analisis
Menyimpulkan data yang telah tersedia. Analisis data
dilakukan terhadap tiga kelompok data, yaitu data hasil
observasi teman sejawat, data refleksi guru, dan hasil belajar
siswa.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Hipotesis Penelitian dan
Indikator Keberhasilan, Metode Penelitian, Rancangan
Penelitian, Subjek Penelitian, Langkah-Langkah Penelitian,
Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan
Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai:
A. Kajian teori
20
B. Kajian pustaka
1. Karakteristik Perkembangan Anak Kelompok A
2. Mengenal Lambang Bilangan
3. Media Papan Raba
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal mengenai:
A. Gambaran Umum lokasi penelitian di RA Mifatahul
Huda 1 Lopait
B. Pelaksanaan Penelitian, yang mendiskripsikan
pelaksanaan pada Siklus I dan Siklus II
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN SPEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Karakteristik Perkembangan Anak Kelompok A
a. Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak
Gagne mengatakan bahwa kognitif adalah proses yang terjadi
secara internal di dalamm pusat susunan syaraf pada waktu manusia
berpikir (Martini, 2005: 18). Kognitif adalah suatu proses berpikir
yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa (Yuliani Nurani
Sujiono, 2011: 178). Kognitif merupakan suatu proses berpikir
sesorang yang terjadi dalam otak anak yang digunakan untuk
memahami dan menghadapi suatu kejadian.
Perkembangan kognitif pada anak usia dini dapat diartikan sebagai
perubahan psikis yang berpengaruh terhadap kemampuan berfikir
anak usia dini. Ada tiga aktivitas yang merupakan proses dasar
kognitif yang kerap kali dianggap sebagai pusat perkembangan
manusia, ketiga aktivitas tersebut adalah penginderaan, persepsi, dan
belajar. Penginderaan atau sensation merupakan deteksi dari
stimulasi sensorik (Aliah,2006: 16). Penginderaan terjadi manakala
objek-objek eksternal berinteraksi dengan lima organ indera, yaitu
telinga, mata, kulit hidung, dan lidah (Soemanto, 2006: 14).
22
Perkembangan kognitif ditandai oleh suatu kemampuan untuk
merencanakan, menjalankan suatu strategi untuk mengingat dan
untuk mencari solusi terhadap suatu pemasalahan (Yuliani,
2011:78). Perkembangan kognitif seseorang bertambah sesuai
dengan usia, mengikuti dimensi yang dimulai dari hal sederhana
menuju ke hal yang kompleks sesuatu yang abstrak subjektif menuju
ke objektif, dan hal yang dikenal menuju hal yang asing (Sunardi
dan Sunaryo, 2007: 147). Perkembangan kognitif seseorang akan
berkembang sesuai pengalaman yang didapat, maka dari pengalaman
tersebut seseorang akan belajar mendapatkan pengeatahuan yang
baru sehingga seseorang berkembang.
Fase perkembangan kognitif Piaget, anak kelompok A atau usia 4-
5 tahun berada pada tahap pra operasional. Fase ini merupakan
permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam
menyusun pikirannya. Pada fase operasional anak mulai memahami
benda-benda di sekitarnya yang dapat dilakukan dengan kegiatan
sensorimotor dan juga kegiatan simbolis. Pada fase ini tidak boleh
dipaksa untuk menarik kesimpulan dari dua variabel yang tidak
dapat diamati secara langsung (Slamet Suyanto, 2005: 105). Anak
perlu menggunakan benda-benda atau media yang dapat diamati
secara langsung sehingga membuat anak mampu belajar dan
membuat kesimpulan dari pengamatan benda tersebut.
23
Perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun adalah membentuk
peremainan dengan kreatif, mencipatakan bentuk dari tanah liat,
membentuk bangunan dari balok, menyebut dan membilang 1-20,
mengenal lambang bilangan, menghubungkan konsep dengan
lambang bilangan, mengenal perbedaan antara sama, lebih banyak
dan lebih sedikit, menjumlah dengan benda, mengenal waktu,
menyusun puzzle, mengenal alat-alat ukur, mengenal asal usul
terjadinya suatu hal, dan mengetahui suatu kejanggalan dari buah
gambar. Anak usia 4-6 tahun berada pada tahap perkembangan
kognitif yang sudah mampu berkreasi dengan benda-benda, mampu
sesuatu yang berhubungan dengan lambang bilangan, dapat
memahami hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan
mampu membedakan dua benda yang berbeda (Hartati, 2005: 19).
Dari karakteristik-karakteristik perkembangan kognitif di atas,
anak mampu mengenal konsep matematika. Anak sudah berada pada
tahap mengenal lambang bilangan, lambang bilangan yang dapat
diajarkan pada anak adalah 1-10. Anak tidak hanya sekedar
mengenal lambang bilangan tersebut namun mulai mengerti bahwa
angka atau lambang bilangan mewakili suatu bilangan tersebut.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 angka 14 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tanggal 17 September 2009, tingkat
24
pencapaian mengenal bilangan pada kelompok A dikembangkan
menjadi indikator-indikator, sebagai berikut:
a. Menunjuk lambang bilangan 1-10
b. Meniru lambang bilangan 1-10
c. Menghubungkan / memasangkan lambang bilangan dengan
benda-benda sampai 10.
Dari uraian tersebut peneliti menggunakannya sebagai acuan untuk
menentukan indikator dalam penelitian. Kemampuan mengenal
lambang bilangan anak usia 4-5 tahun yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menghitung benda.
b. Karakteristik Proses Pembelajaran Anak
Dunia anak adalah dunia bermain, maka proses pembelajaran
dilakukan dengan cara belajar melalui bermain. Bermain merupakan
kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Semua anak pasti bermain
walaupun belum pernah diajarkan. Menurut Dewey mengemukakan
bahwa anak belajar tentang dirinya sendiri serta dunianya melalui
bermain (Mountolalu, 2008: 1.7). Melalui pengalaman menggunakan
benda konkret, anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam
memecahkan masalah.
Bermain dapat memberikan informasi dan pengalaman bagi anak.
Seperti halnya Jean Piaget yaitu anak menciptakan sendiri
pengetahuan mereka tentang dunianya melalui interaksi mereka
(Montolalu, 2008: 1.9). Anak menggabungkan informasi yang sudah
25
di dengar sebelumnya dengan informasi baru. Vigotsky mengatakan
bahwa kegiatan bermain secara langsung berperan dalam berbagai
usaha pengembangan kemampuan kognitif anak (Jamaris,
2006;115). Melalui keaktifan anak dalam bermain membuat anak
berinteraksi secara langsung dan mendapat pengalaman dari kegiatan
bermain tersebut.
Montessori mengemukakan bahwa indera digunakan untuk
menyempurnakan persepsi terhadap rangsangan-rangsangan melaui
latihan-latihan yang diulang-ulang (Montessori,2013: 238). Berbagai
macam indera untuk belajar anak adalah penglihatan, penciuman,
pengecap, dan peraba.
Pengenalan objek melalui sentuhan dan rabaan membuat anak
mengenal bentuk dari suatu benda (Montessori, 2013: 251). Melalui
sentuhan langsung dengan benda, anak dapat merasakan benda
tersebut dan mengamati benda dari sentuhan dan rabaan tangan
anak. Anak akan mendapat informasi dengan menyentuh
permukaan-permukaan benda di sekitar mereka.
Pembelajaran lambang bilangan menggunakan media papan raba
tergolong dalam permainan aktif. Dimana anak diajak untuk bermain
dan merasakan papan raba menggunaka indera peraba. Selain itu
permainan aktif memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak
karena melibatkan aktivitas tubuh dan gerakan-gerakan tubuh.
26
Perkembangan anak yang berubah sewaktu – waktu karena anak
pra sekolah mempunyai masa emas untuk mengembangkan dirinya.
Anak yang berusia 1-6 tahun belajar dengan cara melihat, menyerap,
mencerna dan mempraktikkan. Menggunakan indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, peraba dan pengecap. Perkembangan
kognitif anak ini dapat dilihat dari cara berpikir anak, tingkah laku
anak, dan interaksi anak.
Perkembangan kognitif anak sangat penting kita amati karena
perkembangan ini akan dibawanya sampai dewasa kelak, maka dari
itu anak diajarkan tentang mengenalkan warna, bilangan, tanya
jawab agar anak kritis, mengajari anak tentang mengelompokkan,
mengurutkan dan memisahkan. Perkembangan anak sangat
membutuhkan peran orang tua dan guru untuk mencapai standar
tingkat pencapaian perkembangan anak.
2. Mengenal Lambang Bilangan
a. Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan
Lambang adalah sesuatu sebagai tanda, huruf, benda yang
digunakan untuk menyampaikan maksud pesan. Bilangan adalah
jumlah yang menunjukkan banyaknya benda. Sedangkan menurut
Caufield bilangan merupakan bagian dari belajar tata cara berhitug
dan juga bagian dari pengalaman anak-anak sehari-hari (Seefeldt &
Wasik, 2008: 393).
27
Kemampuan mengenal lambang bilangan diartikan kemampuan
seseorang dalam mengenal atau mengetahui symbol atau lambang
yang dimiliki jumlah yang dapat dihitung. Dalam mengenalkan
lambang bilangan terdapat tahapan-tahapan, antara lain tahapan
konsep, tahap transisi dan tahap lambang.
Aritmatika merupaka salah satu pengembangan kognitif yang
mencakup kemampuan berhitung atau konsep berhitung permulaan.
Dalam aritmatika terdapat beberapa kemampuan tentang lambang
bilangan. Salah satu kemampuan aritmatika yang perlu
dikembangkan adalah mengenal angka atau lambang bilangan.
Lambang bilangan dikenalkan pada anak agar dapat mempersiapkan
kemampuan berhitung. Bilangan dan lambang bilangan mempunyai
makna yang berbeda.
Lambang bilangan adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan
jumlah atau banyaknya bilangan tertentu (Rukhmansyah, 2006: 19).
Sama seperti yang diungkapkan Baharin Samsudin bahwa lambang
bilangan adalah simbol untuk suatu bilangan (Baharin, 2002: 3-4).
Lambang bilangan atau angka merupakan lambang-lambang untuk
bilangan. Anak usia 4-5 tahun belajar bahwa “satu” ditulis “1” dan
itu berarti kuantitas dari “satu” (Carol Seefeld dan Barbara A Wasik,
2008: 393). Lambang bilangan digunakan untuk menulis banyaknya
bilangan.
28
Menurut teori Bruner, belajar bilangan dimulai dari objek nyata,
dimana anak-anak dilatih untuk menghubungkan antara jumlah
benda dengan simbol bilangan. Mengajarkan lambang bilangan anak
dimulai dari benda-benda yang konkret terlebih dahulu kemudian
baru mengenalkann lambang bilangan.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan kemampuan
aritmatika merupakan salah satu konsep yang perlu dikenalkan untuk
mengembangkan kognitif anak usia dini. Lambang bilangan adalah
simbol yang digunakan untuk menuliskan banyaknya suatu bilangan.
b. Cara Mengenalkan Lambang Bilangan pada Anak RA
Angka atau lambang bilangan merupakan salah satu konsep
matematika perlu dikenalkan pada anak usia dini. Pengenalan angka
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Melatih anak mengenal
lambang bilangan melalui (Suyanto, 2005: 68-73), antara lain:
1) Menghitung dengan jari
2) Bermain domino
3) Berhitung sambil bernyanyi dan olah raga
4) Menghitung benda-benda
5) Menghitung di atas 10
6) Tunjuk dan sembunyi
7) Berhitung dengan kelipatan 10
8) Mengenal operasi bilangan
29
Jean piaget mengemukakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada
tahap pra operasional. Penguasaan matematika anak usia dini akan
melalui tahapan (Susanto, 2011:100), sebagai berikut:
1) Tahap konsep
Tahap konsep ini anak menghitung segala macam benda yang
data dihitung dan dilihat.
2) Tahap transmisi/peralihan
Tahap transmisi merupakan peralihan dari konkret ke lambang.
3) Tahap lambang
Pada tahap ini anak sudah diberi kesempatan untuk mengenal
dan menulis lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan sebagainya.
Tingkat penguasaan tahapan yang dimiliki anak adalah tingkat
pemahaman, konsep, tingkat menghubungkan konsep konkret dengan
lambang bilangan, dan tingkat lambang bilangan. Anak mulai
memahami konsep matematika seperti bilangan atau berhitung,
geometri, dan sebagainya kemudian anak mulai menghubungkan
benda-benda nyata dengan lambang bilangan, dan akhirnya anak
memahami lambang bilangan. Lambang bilangan yang dikenalkan anak
sesuai dengan tahapan usia anak. Tahapan mengenal lambang bilangan
untuk anak usia dini ada tiga yaitu membilang melalui benda-benda
konkrit, membilang benda sesuai dengan nama bilangannya, dan
menulis lambang bilangan. Media pembelajaran diperoleh di
lingkungan sekitar anak dan sesuai tema.
30
Dapat ditarik kesimpulan dari pengertian di atas bahwa
mengenalkan lambang bilangan kepada anak menggunakan benda-
benda yang konkret. Selain itu, cara mengenalkan lambang bilangan
kepada anak melalui berbagai cara, salah satunya dengan cara
menghitung dengan jari, bermain, bernyanyi, tunjuk dan sembunyi dan
dilakukan secara terus menerus.
3. Media Papan Raba
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari kata jamak medium, yang memiliki arti
perantara (Suwarna, 2006: 127). Berbeda dengan pendapat Yusuf
hadi yang dinamakan media pembelajaran ialah segala sesuatu yang
digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan si pembelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan
tekendali (Yusuf hadi, 2007: 458).
Menurut Association for education and communication tehnology
(AECT), media didefinisikan sebagai segala bentuk yang
dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan
Education Association (NEA), mengartikan media sebagai benda
yang dapat di manipulasi, di lihat, di dengar, di baca atau
dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan, baik dalam
kegiatan belajar mengajar yang dapat dipergunakan, baik dalam
31
kegiatan belajar mengajar yang dapat mempengaruhi efektivitas
program instruksional (Asnawir dan Basyirudin, 2002: 11).
Media adalah suatu alat saluran untuk menyampaikan suatu pesan
atau informasi dari suatu sumber kepada penerima. Pesan atau
informasi dalam pembelajaran adalah guru. Sedangkan penerima
pesan tau informasi adalah siswa. Pesan yang dikomunikasikan
tersebut berupa sejumlah keterampilan yang perlu dikuasi oleh siswa
(Soeparno, 1980: 1).
Media pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu
untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Setiap proses
pembelajaran ditandai dengan adanya beberapa unsur, antara lain
tujuan, bahan, metode, media, dan evaluasi. Unsur media tidak dapat
dilepaskan dari unsur lainnya, yang berfungsi sebagai alat atau
sarana untuk mengantarkan bahann pelajaran agar sampai tujuan.
Proses pembelajaran terdapat pesan-pesan yang ingin disampaikan
guru. Perlu adanya media untuk mempermudah pesan agar sampai
ke penerima pesan. Contoh media yaitu televisi, gambar, papan raba,
dan lain-lain. Media pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Media pembelajaran dapat memeprluas area of experience atau
daerah pengalaman yang sama antara guru san anak sebagai
indikator terjadinya proses komunikasi pembelajaran yang efektif.
Dengan adanya media pembelajaran maka komunikasi guru dan
32
anak menjadi meningkat sehingga akan terjadi timbal balik
pengetahuan dari guru ke murid dan murid ke guru. Kegiatan
pembelajaran akan lebih bermakna dan lebih efektif karena anak
bukan hanya pasif mendengarkan guru namun ada komunikasi
timbale balik antara keduanya, (Zaman, 2008: 4.13).
Macam-macam media pembelajaran terbagi menjadi tiga jenis
yaitu media audio, media visual, dan media audiovisual. Media
audiao merupakan media pembelajaran yang mengandung pesan
dalam bentuk auditif (pendengaran ), serta hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, kaset. Media visual merupakan
media yang hanya mengandalkan indera penglihatan, seperti gambar,
poster, kartun, komik. Sedangkan media audiovisual merupakan
media yang mempunyai unsur suara dan unsure gambar, seperti film,
televisi, video interaktif ( Fadillah, 2012: 211-212).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
merupakan sarana perantara untuk mencapai menyampaikan sebuah
pesan yang diinginkan dapat tersampai dengan tepat, mudah dan
diterima serta dipahami. Media terdiri dari tiga jenis yaitu media
audio (didengar), media visual (di lihat) dan media audio visual
(didengan dan dilihat).
b. Fungsi Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran di PAUD (Badru Zaman, dkk, 2008:
4.11), antara lain:
33
1) Media pembelajaran mempunyai fungsi sendiri agar
pembelajaran lebih efektif.
2) Media pembelajaran merupakan bagian dari proses belajar
mengajar
3) Media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai
4) Media pembelajaran digunakan untuk membantu anak agar
lebih cepat dan mudah menangkap bahan pembelajaran
5) Media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran
6) Media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran
7) Media pembelajaran pembelajaran digunakan untuk
meletakkan dasar-dasar konkret untuk berpikir
Media pembelajaran merupakan alat yang mempunyai fungsi
tersendiri dalam pembelajaran yang digunakan tujuan yang ingin
disampaikan guru kepada anak dapat lebih mudah dan cepat. Media
pembelajaran digunakan untuk mengkonkretkan benda-benda yang
abstrak sehingga pengetahuan anak lebih berkualitas karena adanya
media pembelajaran anak menjadi aktif melakukan kegiatan.
Manfaat media pembelajaran menurut kemp dan Dayton (Suwarna,
2006:128-129), antara lain:
1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
34
2) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif
4) Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
5) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
6) Proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja dan kapan saja
7) Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan
8) Peran guru berubah kearah yang lebih positif dan produktif.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat media
pembelajaran untuk anak usia dini antara lain dapat dapat lebih
efektif dalam menyampaikan materi, selain itu, memudahkan
pendidik memberikann informasi kepeserta didik, anak lebih terterik
dan kualitas pembelajaran dapat meningkat.
c. Pengertian Media Papan Raba
Piaget mengemukakan bahwa anak belajar mengkonstruksi
pengetahuan dengan berinteraksi dengan objek yang ada di
sekitarnya (Santoso, 2008: 4.60). Anak menggunakan indera meraba,
melihat dan mendenar untuk mengetahui sifat objek. Melalui indera,
anak mendapat informasi, fakta dan pengalaman sebagai dasar anak
untuk berpikir abstrak.
Secara alamiah pada umumnya anak usia dini senang menyentuh
benda untuk mengeksplorasi apa yang terkandung di dalamnya
(Hartati, 2005: 350. Melalui meraba benda, anak mendapat informasi
dan pengetahuan dari benda tersebut. Meraba merupakan kegiatan
35
berinteraksi secara langsung oleh objek sehingga aoa yang diraba
aka membuat seseorang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan.
Papan raba merupakan salah satu media raba untuk mengenalkan
lambang bilangan pada anak. Papan raba dalam penelitian ini adalah
papan berukuran 10 x 20 cm yang terbuat dari kertas karton yang
dilapisi kertas kemudian terdapat lambang bilangan yang terbuat dari
kain flannel. Setiap papan teridiri dari satu lambang bilangan
sehingga satu set media terdiri dari 10 papan raba yaitu lambang
bilangan 1-10. Papan raba melibatkan indera penglihatan untuk
melihat bentuk papan raba, indera perabaan untuk meraba dan
menyentuh papan raba tersebut dan indera pendengaran untuk
mengetahaui informasi tentang lambang bilangan yang diberikan
guru.
Setiap media mempunyai kelebihan dan kelemahan, salah satunya
media papan raba. Kelebihan papan raba, antara lain:
1) Anak dapat merasakan lambang bilangan
2) Melatih fisik motorik kasar anak
3) Melatih fisik motorik halus anak
4) Melatih kogniti bahasa, kreatif anak
5) Anak dapat mengenal lambang bilangan dengan cepat
6) Media yang asyik, menarik dan murah
Kelemahan media papan raba, antara lain:
1) Media mudah rusak karena terbuat dari kardus
36
2) Media yang membutuhkan ketelitian dan kejeliaan dalam
pembuatannya
3) Harus satu persatu membuatnya
Cara penggunaan Media Papan Raba
1) Anak – anak di ajak menyanyi yang menyangkut tema atau
materi terlebih dahulu agar suasana kondusif
2) Anak-anak di ajak tanya jawab tentang materi yang akan
disampaikan
3) Kemudian guru mengenalkan media papan raba
4) Anak diajak untuk meraba media papan raba
5) Anak diajak untuk menyebutkan lambang bilangan yang diraba
6) Lakukan tanya jawab agar anak lebih paham
7) Gunakan media papan raba dengan menarik dan
menyenangkan
B. Kajian Pustaka
1. Penelitian Safitri (2016) menunjukkan bahwa melalui media kartu
angka bergambar dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang
bilangan pada Anak Usia 4 tahun di PAUD Baitusshibyaan Srumbung
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017
telah terbukti dan dapat diterima kebenarannya.
2. Penelitian Zakiyah (2016) menunjukkan bahwa mengunakan media
kotak cerdas dalam kegiatan pembelajarandapat meningkatkan
37
kemampuan kognitif anak kelompok A TKIT Al-Furqon Kecamatan
Tegalrejo Kabupaten Magelang. Dibuktikan dengan nilai siswa dalam
siklus I dan II, dengan prosentase sebesar 44,82% pada siklus I dan
meningkat menjadi 82, 75% pada siklus II, dengan peningkatan
sebesar 37,93%. Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan
kognitif anak melalui media kotak cerdas di kelompok A TKIT Al-
Furqon Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran
2016/2017 terbukti dan dapat diterima kebenaranya.
3. Penelitian Musiyam (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika melalui penggunaan alat peraga petak persegi satuan
mampu meningkatkan aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM). Aktifitas siswa dalam pembelajaran serta ketuntasan belajar
siswa secara klasikal juga meningkat yaitu siklus I mencapai (68,
75%), siklus II (81, 25%), dan siklus III (87, 5%).
Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut di atas, maka perbedaan
yang peneliti lakukan sekarang adalah bahwa media yang digunakan
dalam penelitian ini adalah media papan raba.
38
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Profil Sekolah
Profil atau identitas sekolah yang didapat peneliti dari wawancara
kepada Kepala Sekolah RA Miftahul Huda 1 Lopait adalah sebagai
berikut:
a. Nama Sekolah : RA Miftahul Huda I
b. Nomor Statistik : 1012233220079
c. NPSN : 69742509
d. Alamat : Lopait 02/01
e. Desa : Lopait
f. Kecamatan : Tuntang
g. Kabupaten : Semarang
h. Kode Pos : 50773
i. Provinsi : Jawa Tengah
j. Telepone : -
k. Fax/Email : -
l. Status Sekolah : Swasta
m. Akreditasi : B
n. Tahun Pendirian Sekolah : 1985
39
2. Letak Geografis RA Miftahul Huda 1 Lopait
Lembaga pendidikan RA Miftahul Huda I Lopait tepatnya berada di Jl.
Lopait 02/01, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dengan kode
pos 50773.
3. Visi, Misi dan Tujuan RA Miftahul Huda 1 Lopait
a. Visi
Terwujudnya generasi Muslim yang Sehat, Ceria, Kreatif, dan
Mandiri dengan dilandasi keimanan, ke-Islaman, dan berakhlak
mulia.
b. Misi
1) Menyiapkan sistem pendidikan yang murah dan berkualitas.
2) Menyiapkan peserta didik yang berpotensi untuk melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3) Mengembangkan potensi, kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki anak sesuai tahap perkembangan sebagai pribadi
muslim.
4) Menerapkan pembelajaran yang “PAKEM” (pembelajaran
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).
5) Memperdalam keimanan dan ke-Islaman dengan praktek
ibadah dan lancar membaca Iqro’
6) Menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan
selaras dalam berhubungan sosial, budaya, dan alam sekitar.
c. Tujuan
40
1) Terwujudnya pelayanan pendidikan yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat.
2) Membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta
rohani agar peserta didik memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
3) Terwujudnya peserta didik yang mempunyai karakter Islami.
4) Terciptanya kegiatan pembelajaran yang tertib, disiplin,
sehat, dan nyaman.
5) Mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan
tahap perkembangan peserta didik.
6) Terwujudnya peningkatan mutu pendidikan melalui kegiatan
pembelajaran yang terintegritas antara teori dan praktik.
4. Data Guru dan Siswa Kelompok A
Adapun nama-nama guru di RA Miftahul Huda I terlihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 3.1. Data Guru RA Miftahul Huda I Lopait
No Nama Tanggal Lahir Jabatan
1 Rohwayati, S.Pd 25 Maret 1968 Kepala Sekolah
2 Mely Rosa Nila,
S.Pd.I 25 Juni 1989
Guru Kelas Kelompok
A1
3 Dina Nur Apriani 19 April 1992
Guru Kelas Kelompok
B1
4 Tri Utami, S.Pd.I
12 Februari
1993
Guru Kelas Kelompok
B2
Tabel 3.2. Data Anak Kelompok A RA Miftahul Huda 1 Lopait
41
No Nama Anak Nama Orang Tua Jenis Kelamin
1. Afifa Defitasari Nur Adi S P
2. Itsnaini Rohmatah Budiyanto P
3. Ahmad Luthfi K Eriyadi L
4. Fatimatuz Zahro Muslihun P
5. Addrin Maela A Heri suheri P
6. Rizky Akbar I P Doni Irawan L
7. Bima Yudi D P Sayudi L
8. Adiba Khanza A Budi Listyono P
9. Aqifa Naria Z Sugeng Widodo P
10. Syahria Nadira F Sumarsono P
11. Eijaz Arta D Ahmad Sarif L
12. Varisha Nur A Iwan Nurdiyato P
13. Himatus Syarifah Widarto P
14. Zery Kharisma Agus Arip L
15. Anindya Putri S Adi Nuryanto P
16. Farid Efendi Agus Samsudin L
17. Tsuraya Haura A M. Ricat P
Jumlah 11 8
5. Struktur Organisasi
Adapun Struktur organisasi di RA Miftahul Huda 1 terlihat pada gambar
di bawah ini:
Kepala Sekolah
Rohwayati, S.Pd
Ketua Komite
Ernawadi
Guru
Kelompok B2
Tri Utamai,
S.Pd.I
Guru Kelompok
B1
Dina Nur
Apriyani, S.Pd
Guru Kelompok
A
Mely Rosa Nila,
S.Pd.I
42
Gambar 3.1 Struktur organisasi Guru
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I, dan siklus II Rincian
pelaksanaan dalam tiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Deskripsi Penelitian Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Kegiatan perencanaan pembelajaran Siklus I dilakukan pada hari
Selasa, 16 Januari 2018 pukul 08.00 WIB sampai dengan 09.00
WIB adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH),
2) Media papan raba,
3) Menyiapkan lingkungan pembelajaran,
4) Instrumen penelitian,
5) Menyiapkan pertanyaan untuk membawa anak berpikir ke tingkat
yang lebih tinggi.
b. Pelaksanaan (Acting)
1) Pra Pembelajaran
Siswa
43
a) Guru mengkondisikan anak untuk tenang dan memperhatikan
pembelajaran yang berlangsung.
b) Menyiapkan RKH
c) Menyiapkan lembar kerja
2) Kegiatan awal
a) Guru mengucapkan salam
b) Membaca Al Fatihah dan asmaul Husna
c) Absensi
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
e) Tanya jawab tentang materi yang akan dielajari
3) Kegiatan Inti
a) Guru bertanya jawab tentang tema yang dipelajari hari ini
tentang rekreasi
b) Guru mendemosntrasikan materi lambang bilangan tentang
angka 1 sampai 10 dengan menggunakan media papan raba
c) Guru memberikan kegiatan yang berkaitan dengan materi
4) Kegiatan Akhir
a) Guru mengajak anak untuk bernyayi satu dua tiga empat
b) Guru mengulas kembali kegiatan belajar dai awal hingga
akhir
c) Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan doa dan
salam.
c. Observasi
44
Guru melakukan pengamatan ketika anak sedang melakukan
kegiatan bermain. Mengamati aspek perkembangan mengenai
kemampuan mengenal lambang bilangan melalui bermain.
Observasi pada penelitian ini menggunakan lembar observasi
checklist.
d. Refleksi
Tahap akhir dari siklus pertama ini peneliti dapat menemukan
beberapa keberhasilan yang dicapai diantaranya;
1) Sebagian besar siswa mendengarkan dan memperhatikan guru
2) Siswa aktif dalam proses pembelajaran
Walaupun sudah ada beberapa keberhasilan dalam pembelajaran
namun masih ada beberapa kekurangan dalam pembelajaran, antara
lain:
1) Dalam pembelajaran masih ada siswa yang pasif
2) Masih ada siswa yang mengabaikan pembelajaran
3) Penggunaan waktu yang kurang efesien
4) Keberanian siswa untuk bertanya belum muncul
Untuk mengatasi kekurangan sikus I peneliti melakukan ide
perbaikan. Hal ini dilakukan supaya pra siklus berikutnya tidak
terjadi kekurangan yang sama, antara lain:
1) Guru lebih terampil dalam mengkondisikan anak
2) Menentukan strategi yang dapat menarik perhatian anak
45
3) Guru mengelola waktu secara baik
4) Memotivasi anak
2. Deskripsi Penelitian Siklus II
a. Perencanaan (Planning)
Kegiatan perencanaan pembelajaran Siklus I dilakukan pada hari
Kamis, 18 Januari 2018 pukul 08.00 WIB sampai dengan 09.00
WIB adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH),
2) Media papan raba,
3) Menyiapkan lingkungan pembelajaran,
4) Instrumen penelitian,
5) Menyiapkan pertanyaan untuk membawa anak berpikir ke
tingkat yang lebih tinggi.
b. Pelaksanaan (Acting)
1) Pra Pembelajaran
a) Guru mengkondisikan anak untuk tenang dan memperhatikan
pembelajaran yang berlangsung.
b) Menyiapkan RKH
c) Menyiapkan lembar kerja
2) Kegiatan awal
a) Guru mengucapkan salam
b) Membaca Al Fatihah dan asmaul Husna
c) Absensi
46
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
e) Tanya jawab tentang materi yang akan dielajari
3) Kegiatan Inti
a) Guru bertanya jawab tentang tema yang dipelajari hari ini
tentang rekreasi
b) Guru memberikan materi menghubungkan lambang
bilangan dengan benda dengan menggunakan media papan
raba
c) Guru memberikan kegiatan pada siswa menghubungkan
benda dengan lambang bilangan yang berkaitan dengan
materi
4) Kegiatan Akhir
a) Guru mengajak anak untuk bertepuk menggunakan irama
satuan dan tanya jawab tentang lambang bilangan
b) Guru mengulas kembali kegiatan belajar dai awal hingga
akhir
c) Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan doa dan
salam.
c. Observasi
Dari pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan lembar
pengamatan, pada siklus II ini terjadi peningkatan dalam
pemahaman mengenal lambang bilangan. Siswa sudah memahami
tentang lambang bilangan dalam mengikuti proses pembelajaran
47
yang menyenangkan dan menarik, sehingga mengalami
peningkatan. Kondisi kelas juga menjadi lebih kondusif dan siswa
aktif dalam mengikuti pembelajaran.
d. Refleksi
Setelah mengumpulkan dan menganalisis data, didapati bahwa
pemahaman lambang bilang pada siklus II sudah jauh lebih baik
dari siklus I, karena semua siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran secara aktif dengan menggunakan media papan raba.
Selain itu hasil nilai yang di dapat juga menunjukkan perubahan
hasil yang sangat baik. Siswa terlihat aktif dan senang dalam proses
pembelajaran berlangsung, maka tidak diperlukan untuk siklus
selanjutnya.
C. Instrumen Penilaian
Menurut Suharsimi Arikunto (2008 : 101) instrument penelitian
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan penelitian
untuk mengumpulkan data.
Tabel 3.3 Indikator yang diamati tiap Siklus
No Indikator Siklus I Siklus II
1 a. Menunjukkan lambang bilangan 1-10 V V
2 b. Meniru lambang bilangan 1-10 V V
3 c. Menghubungkan / memasangkan
lambang bilangan dengan benda sampai
10
V V
48
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Per Siklus
1. Ketentuan Penilaian
Adapun penilaian pada lembar kerja anak didik, berupa symbol
gambar bintang, yang mana symbol tersebut akan di ubah ke data yang
bersifat angka atau kuantitatif untuk sementara, kemudian akan dioalah
ke dalam bahasa kualitatif, dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel. 4.1Tabel Rubrik Penilaian Kemampuan Mengenal Lambang
Bilangan
Simbol Skor/Nilai Kategori Kriteria/Ketentuan
1 Belum Muncul
(BM)
Anak tidak mau
mengerjakan
V 2 Mulai Muncul
(MM)
Jika anak bisa dengan
bantuan guru
3
Berkembang
Sesuai Harapan
(BSH)
Jika anak bisa namun
masih kurang tepat
4
Berkembang
Sangat Baik
(BSB)
Jika anak bisa tanpa
bantuan
Peneliti berdiskusi bersama teman sejawat dan kepala sekolah,
bahwa penentuan indikator keberhasilan kemampuan mengenal lambang
bilangan juga penting dibuat, berdasarkan kesepakatan bersama pihak
49
sekolah, maka diputuskan indikator keberhasilan dalam proses
pembelajaran yaitu sebesar 85%. Bila anak mampu mencapai nilai/hasil
pencapaian lebih dari 85% pada siklus II, anak dapat dikatakan sudah
berhasil memahami pembelajaran kemampuan mengenal lambang
bilangan dan sebaliknya jika hasil pencapaian kurang dari 85% pada
Siklus II, maka anak dikatakan belum mampu menguasai pembelajaran
kemampuan mengenal lambang bilangan.
2. Data Hasil Pengamatan Pra Siklus
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data
pada Pra Siklus, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Penilaian Pra Siklus
No Nama
Indikator Pra Siklus
Nilai
(%)
Menunjuk
kan
lambang
bilangan
1-10
Meniru
lambang
bilangan
1-10
Menghubungkan
lambang
bilangan dengan
benda sampai 10
1 A D 2 2 2 50
2 I R 2 2 3 58
3 A L K 2 2 2 50
4 F Z 2 2 3 58
5 AM A 2 2 3 58
6 R AI P 2 2 3 58
7 BYD P 3 2 2 58
8 A K A 2 2 2 50
9 A N Z 2 3 2 58
10 S NF 2 2 2 50
11 E A D 2 2 3 58
12 V N A 2 3 2 58
13 H S 2 3 1 58
14 Z K 2 3 2 58
50
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir
amatan
Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 % Jumlah skor maksimum
Persentase Keberhasilan Kelas= Total persentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
15 A P S 2 2 1 42
16 FE 2 1 2 42
17 T HA 1 2 2 52
Jumlah nilai total satu kelas 916
Keterangan :
= 4 x 3 = 12
Nama AD =
= 50 %
=
Dari tabel tersebut, maka diketahui persentase pencapaian tiap anak,
karena nilainya dibawah KKM/standar keberhasilan yaitu 85%,
maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar anak belum maksimal, dan
masih memerlukan perbaikan. Sedang rata–rata persentase
pencapaian kelas pada saat Pra Siklus yaitu sebesar 55 %.
3. Data Hasil Pengamatan Sikus I
Berdasarkan hasil pengamatan , pengumpulan data dan pengolahan data
pada Siklus I, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Siklus I
No Nama Indikator Siklus I Nilai
51
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir
amatan
Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 % Jumlah skor maksimum
Persentase Keberhasilan Kelas= Total persentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
Menunjuk
kan
lambang
bilangan
1-10
Meniru
lambang
bilangan
1-10
Menghubungkan
lambang bilangan
dengan benda
sampai 10
(%)
1 A D 3 2 2 58
2 I R 4 2 3 75
3 A L K 3 3 3 75
4 F Z 3 3 3 75
5 AM A 2 4 3 75
6 R AI P 2 4 3 75
7 BYD P 4 3 2 75
8 A K A 4 4 2 83
9 A N Z 3 3 3 75
10 S NF 2 3 2 58
11 E A D 3 4 2 75
12 V N A 3 3 4 83
13 H S 3 2 2 58
14 Z K 3 2 2 58
15 A P S 3 2 2 58
16 FE 3 3 3 75
17 T HA 3 2 3 67
Jumlah nilai total satu kelas 1198
Keterangan :
= 4 x 3 = 12
Nama AD =
= 58 %
=
52
Dari tabel tersebut, maka diketahui persentase pencapaian tiap anak,
ada 11 anak yang nilai pencapaiannya diatas KKM/standar
keberhasilan yaitu 85%, akan tetapi 6 anak lainnya masih dibawah
KKM/standar keberhasilan, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil
belajar anak belum maksimal, dan masih memerlukan perbaikan.
Peningkatan dari rata–rata persentase pencapaian kelas pada saat
Pra Siklus sebesar 55% dan pada Siklus I Selasa 14 Januari 2018
yaitu sebesar 70%.
4. Data Hasil Pengamatan Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data
pada Siklus II, maka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus II
No Nama
Indikator Siklus II
Nilai
(%)
Menunjuk
kan
lambang
bilangan
1-10
Meniru
lambang
bilangan
1-10
Menghubungkan
lambang bilangan
dengan benda
sampai 10
1 A D 3 2 3 67
2 I R 3 3 4 83
3 A L K 4 4 3 92
4 F Z 3 3 3 75
5 AM A 4 3 3 83
6 R AI P 4 4 4 100
7 BYD P 3 4 4 92
8 A K A 3 4 3 83
9 A N Z 3 3 4 83
10 S NF 3 3 2 67
11 E A D 4 4 3 92
12 V N A 4 4 4 100
13 H S 4 4 4 100
53
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan
Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 %
Jumlah skor maksimum
Persentase Keberhasilan Kelas= Total persentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
14 Z K 4 3 4 92
15 A P S 3 3 3 75
16 FE 3 4 4 92
17 T HA 4 3 3 83
Jumlah nilai total satu kelas 1459
Keterangan :
= 4 x 3 = 12
Nama AD =
= 67 %
=
Dari tabel diatas, maka diketahui persentase pencapaian tiap anak,
diatas nilai KKM/standar keberhasilan (85%), sehingga dapat
dikatakan bahwa hasil belajar anak sudah maksimal dan tidak
memerlukan perbaikan. Peningkatan dari rata–rata persentase
pencapaian kelas pada saat Pra Siklus sebesar 55%, pada Siklus I
sebesar 70% dan pada Siklus II Senin 18 Januari 2018 sebesar 86% .
Artinya bahwa ada peningkatan yang baik dari tiap Siklus.
B. Pembahasan
1. Ketentuan Hasil Akhir Penguasaan Lambang Bilangan
Apabila persentase pencapaian anak lebih kecil dari KKM/standar
keberhasilan yaitu 85%, maka anak tersebut dikatakan belum
54
menguasai lambang bilangan yang telah diajarkan, dilambangkan
“Belum Tuntas”
Apabila persentase pencapaian anak sama atau lebih besar dari
KKM/standar keberhasilan yaitu 85%, maka anak tersebut dikatakan
sudah menguasai lambang bilangan yang telah diajarkan,
dilambangkan “Tuntas”.
2. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian dengan Persentase KKM
Pra Siklus.
Adapun hasil pengolahan data dari penelitian Pra Siklus yang
didapatkan hasil persentase pencapaian penguasaan lambang bilangan
sebagai berikut:
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Pencapaian Pra Siklus dengan
KKM
No Nama Presentase
Pencapaian
KKM (%) Status
Pencapaian
1 A D 50 85 Belum Tuntas
2 I R 58 85 Belum Tuntas
3 A L K 50 85 Belum Tuntas
4 F Z 58 85 Belum Tuntas
5 AM A 58 85 Belum Tuntas
6 R AI P 58 85 Belum Tuntas
7 BYD P 58 85 Belum Tuntas
8 A K A 50 85 Belum Tuntas
9 A N Z 58 85 Belum Tuntas
55
10 S NF 50 85 Belum Tuntas
11 E A D 58 85 Belum Tuntas
12 V N A 58 85 Belum Tuntas
13 H S 58 85 Belum Tuntas
14 Z K 58 85 Belum Tuntas
15 A P S 42 85 Belum Tuntas
16 FE 42 85 Belum Tuntas
17 T HA 52 85 Belum Tuntas
Adapun rekapitulasi data pada Pra Siklus seperti terlihat di atas, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Data Pra Siklus
No Uraian Hasil Pra Siklus
1 Nilai rata-rata kelas 55%
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 0
3 Standar keberhasilan kelas 85%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pencapaian
kemampuan mengenal lambang bilangan dalam satu kelas yaitu 55%,
masih jauh dari standar keberhasilan yang disepakati peneliti dengan
pihak sekolah yaitu 75%. Sehingga perlu diadakan tindakan perbaikan
yaitu perlu adanya Siklus I.
3. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian dengan Persentase KKM
Siklus I
56
Adapun hasil pengolahan data dari penelitian Siklus I yang
dilaksanakan Selasa 14 Januari 2018 didapatkan hasil pencapaian
kemampuan mengenal lambang bilangan sebagai berikut:
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus I dengan KKM
No Nama Presentase
Pencapaian
KKM (%) Status
Pencapaian
1 A D 58 85 Belum Tuntas
2 I R 75 85 Tuntas
3 A L K 75 85 Tuntas
4 F Z 75 85 Tuntas
5 AM A 75 85 Tuntas
6 R AI P 75 85 Tuntas
7 BYD P 75 85 Tuntas
8 A K A 83 85 Tuntas
9 A N Z 75 85 Tuntas
10 S NF 58 85 Belum Tuntas
11 E A D 75 85 Tuntas
12 V N A 83 85 Tuntas
13 H S 58 85 Belum Tuntas
14 Z K 58 85 Belum Tuntas
15 A P S 58 85 Belum Tuntas
16 FE 75 85 Tuntas
17 T HA 67 85 Belum Tuntas
57
Adapun rekapitulasi data pada Siklus I seperti terlihat di atas,
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Siklus I
No Uraian Hasil Pra Siklus
1 Nilai rata-rata kelas 70 %
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 11
3 Standar keberhasilan kelas 85%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pencapaian
kemampuan mengenal lambang bilangan dalam satu kelas yaitu 70%,
masih jauh dari KKM/standar keberhasilan yang disepakati peneliti
dengan pihak sekolah yaitu 85%. Anak yang sudah mampu menguasai
atau sudah tuntas lambang bilangan berjumlah 11 anak, sehingga
perlu diadakan tindakan perbaikan yaitu perlu adanya Siklus II.
4. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian dengan Persentase KKM
Siklus II
Adapun hasil pengolahan data dari penelitian Siklus II yang
dilaksanakan Kamis 18 Januari 2018 didapatkan hasil pencapaian
kemampuan mengenal lambang bilangan sebagai berikut.
Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus II dengan KKM
No Nama Presentase
Pencapaian
KKM (%) Status
Pencapaian
1 A D 67 85 Belum Tuntas
2 I R 83 85 Tuntas
58
3 A L K 92 85 Tuntas
4 F Z 75 85 Tuntas
5 AM A 83 85 Tuntas
6 R AI P 100 85 Tuntas
7 BYD P 92 85 Tuntas
8 A K A 83 85 Tuntas
9 A N Z 83 85 Tuntas
10 S NF 67 85 Belum Tuntas
11 E A D 92 85 Tuntas
12 V N A 100 85 Tuntas
13 H S 100 85 Tuntas
14 Z K 92 85 Tuntas
15 A P S 75 85 Tuntas
16 FE 92 85 Tuntas
17 T HA 83 85 Tuntas
Adapun rekapitulasi data pada Siklus II seperti terlihat di atas, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10 Rekapitulasi Data Siklus II
No Uraian Hasil Pra Siklus
1 Nilai rata-rata kelas 86 %
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15
3 Standar keberhasilan kelas 85%
Dari tabel diatas bahwa rata-rata penguasaan lambang bilangan 1-10
dalam satu kelas yaitu 86%, diatas KKM/standar keberhasilan yang
59
disepakati peneliti dengan pihak sekolah yaitu 85%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan mengenal
lambang bilangan dengan sangat baik. Dari data diatas dapat
disimpulkan ada 15 anak yang mempunyai kategori “Tuntas” yaitu
sudah memenuhi KKM/standar keberhasilan.
Adapun data peningkatan dari Pra Siklus sampai Siklus II, dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.1 Diagram Peningkatan kemampuan Mengenal
Lambang bilangan
Dapat disimpulkan dari data yang telah disajikan, bahwa media papan
raba dapat meningkatkan kemampuan mengenalkan lambang bilangan
pada anak kelompok A. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan
dari Pra Siklus yang rata-rata pencapaian kelas bernilai 55%
meningkat pada Siklus I yang rata–rata pencapaian kelas bernilai 70%,
ditambah lagi adanya peningkatan pada Siklus II dimana rata-rata
pencapaian kelas bernilai 86%.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pencapaian
Diagram Peningkatan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
60
Jadi media papan raba terbukti dapat meningkatkan kemampuan
mengenal lambang bilangan pada anak kelompok A di RA Mitahul
Huda 1 Lopait Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan sangat baik.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus I dan
Siklus II dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal lambang bilangan
melalui media permaianan papan raba paa anak kelompok ARA Mitahul
Huda 1 Lopait Tahun Pelajaran 2017/2018 meningkat. Hal ini dapat
dibuktikan dari data hasil observasi pembelajaran pada tiap Siklus. Sebelum
tindakan kemampuan mengenal lambang bilangan menggunakan media
papan raba anak didik sebesar 55% meningkat pada Siklus 1 sebesar 70%
dan ketika dilanjutkan pada Siklus II meningkat menjadi sebesar 86% .
Total peningkatan yang terjadi dari sebelum tindakan (Pra Siklus) sampai
Siklus II sebesar 31%, yaitu dari 55% menjadi 86%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan penulis memberikan saran-
saran antara lain:
1. Bagi Pendidik
Media papan raba dapat digunakan oleh pendidik sebagai alternatif
dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan mengenal
lambang bilangan pada anak. Pembuatan media harus semenarik
mungkin, ukuran dibuat tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil,
pembelajaran mengunakan media papan raba sebaiknya dilakukan
secara bersama-sama.
62
2. Bagi Kepala Sekolah
a. Menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran
dengan pengunaan media papan raba.
b. Mendukung upaya guru dalam menggunakan media papan raba
untuk mengembangkan kemampuan mengenal lambang bilangan
pada anak.
3. Bagi Wali Murid
a. Meluangkan waktu untuk bermain dengan anak, karena melalui
bermain anak dapat belajar.
b. Memperhatikan kepentingan anak dengan tidak memaksa anak untuk
belajar seperti di Sekolah Dasar sehingga anak menjadi enggan ketika
datang ke sekolah.
c. Saat ada undangan pengambilan Laporan Perkembangan Anak,
sempatkan untuk hadir agar perkembangan mengetahui perembangan
anak di sekolah, dan dapat ditindaklanjuti sesuai hasil
perkembangannya.
4. Bagi Kemendikbud
Agar memberikan pengetahuan yang lebih tentang anak usia dini dan
terjun langsung kedalam pendidikan khususnya pendidikan anak usia
dini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi,dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Badru Zaman, dkk. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta : Universitas
Terbuka
Depdiknas. 2009. Permendiknas No 58 Tahun 2009 Tentang Standar pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal Pendidikan, Direktorat Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi
Fadlillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Yogyakarta: Ar Ruzz
Media
Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan,
Direktorat Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi
Kasimin, dkk. 2012. Media Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Trust
Media Publishing
Musiyam, Siti. 2011. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika melalui
Penggunaan Alat Peraga Persegi Satuan dalam Mengukur Luas Daerah
Persegi dan Persegi Panjang (Di Siswa Kelas III MI Darussalam Bantal
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2010-2011).
Skripsi. PGMI FTIK IAIN Salatiga
Montessori, Maria. 2013. Metode Montesori: Panduan Wajib Guru Dan Orang
Tua Didik PAUD. Penerjemah: Ahmad Lintan Lazuardi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Rukmansyah. 2006. Kamus Pintar Matsains. Bandung: Epsilon grup
Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana
Santoso, Soegeng.2008. Dasar-Dasar Pendidikan TK. Jakarta: Universitas
Terbuka
Seefeld, Carol dan Wasik, Barbar A. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini,
Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta:
PT Indeks
Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT. Indeks
Sunardi dan Sunaryo. 2007. Interverensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus.
Jakarta: Departemen pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan,
Direktorat Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam
Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana
Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Hikayat Publishing
Upton, Penny. 2012. Belajar Cepat Psikologi. Jakarta: Erlangga
Wykke, Safitri. 2016. Peningkatan Kemampuan Lambang Bilangan Melalui
Media Bermain Kartu Angka Bergambar pada Anak Usia 4 Tahun Di
PAUD Baitussyhibhan Srumbung Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.Skripsi. PIAUD FTIK IAIN
Salatiga
Zakiyah, Iffah. 2016. Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Peraga
Kotak Cerdas di Kelompok A TKIT Al Furqon Kabupaten Magelang
Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. PIAUD FTIK IAIN Salatiga
LAMPIRAN
Lampiran
Kegiatan Anak
Gambar 1: Anak Mengurutkan lambang
bilangan
Gambar 2: Anak meraba media papan raba
Gambar 4: Guru melakukan tanya jawab tentang
lambang bilangan
Gambar 5: Guru memberikan materi lambang
bilangan pada anak
Gambar 6: Guru m