59
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dewasa ini, perkembangan dunia komunikasi berkembang dengan pesat, dimana dapat dirasakan secara langsung pengaruhnya bagi aspek kehidupan sosial manusia dalam menjalin suatu komunikasi sesamanya. Komunikasi sendiri dapat didefinisikan sebagai “process through which individuals in relationships, groups, organizations, and societies create and use information to relate with others” (Edwards, 2007), sedangkan tujuan dari komunikasi menurut Alwi Dahlan adalah pemahaman bersama untuk tujuan bersama, yakni kesejahteraan umum. Saat ini, telah ada berbagai cara dan berbagai macam media untuk berkomunikasi terutama semenjak berkembangnya internet sebagai medium baru dalam berkomunikasi yang bahkan mampu mengaburkan batas negara. Menurut Reddick dan Elliot King, 1996, Internet merupakan suatu jaringan komputer yang memungkinkan pengguna komputer di seluruh dunia untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi dengan cara menghubungkan jaringan komputer satu dengan komputer yang lain, mengirim dan menerima file dalam bentuk teks, audio, video untuk membahas topik tertentu sehingga saling terhubung untuk keperluan komunikasi dan informasi. Perkembangan internet dimanfaatkan pula untuk mengembangkan 1

Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Dewasa ini, perkembangan dunia komunikasi berkembang dengan pesat, dimana

dapat dirasakan secara langsung pengaruhnya bagi aspek kehidupan sosial manusia

dalam menjalin suatu komunikasi sesamanya. Komunikasi sendiri dapat didefinisikan

sebagai “process through which individuals in relationships, groups, organizations, and

societies create and use information to relate with others” (Edwards, 2007), sedangkan

tujuan dari komunikasi menurut Alwi Dahlan adalah pemahaman bersama untuk tujuan

bersama, yakni kesejahteraan umum.

Saat ini, telah ada berbagai cara dan berbagai macam media untuk

berkomunikasi terutama semenjak berkembangnya internet sebagai medium baru dalam

berkomunikasi yang bahkan mampu mengaburkan batas negara. Menurut Reddick dan

Elliot King, 1996, Internet merupakan suatu jaringan komputer yang memungkinkan

pengguna komputer di seluruh dunia untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi

dengan cara menghubungkan jaringan komputer satu dengan komputer yang lain,

mengirim dan menerima file dalam bentuk teks, audio, video untuk membahas topik

tertentu sehingga saling terhubung untuk keperluan komunikasi dan informasi.

Perkembangan internet dimanfaatkan pula untuk mengembangkan media-media baru

dalam berkomunikasi, seperti Facebook, Twitter, Myspace, Yahoo Messanger, Tumblr

dan sebagainya, yang merupakan bagian dari jejaring sosial yang dikenal dengan istilah

new social media.

New social media atau media sosial baru merupakan suatu media komunikasi

yang saat ini dianggap penting sebagai bagian dari membangun, menjalin atau

memantapkan suatu hubungan intrapersonal maupun interpersonal. Hal ini sesuai

dengan apa yang diungkapkan oleh Ellison, Steinfield, & Lampe (2007) bahwa situs

seperti MySpace dan Facebook sebagai media sosial memungkinkan individu untuk

menampilkan diri, mengartikulasikan jaringan sosial mereka, dan membangun atau

mempertahankan hubungan dengan orang lain. Selain itu, Hampton & Wellman (2003)

1

Page 2: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

menguatkan pernyataan ini dengan mengungkapkan bahwa telah ada bukti empiris yang

berulang kali menunjukkan bahwa teknologi komunikasi digunakan untuk

mempertahankan hubungan yang sudah ada. Ellison, Steinfield, dan Lampe (2007) pun

menunjukkan bahwa Facebook digunakan untuk menjaga hubungan online yang ada

atau memperkuat koneksi offline.

Facebook sebagai media sosial yang saat ini telah dilirik oleh perusahaan-

perusahaan sebagai media untuk mengkomunikasi apa yang mereka inginkan kepada

target audience mereka pada awalnya dirancang untuk mendukung jaringan perguruan

yang berbeda saja pada tahun 2004 (Cassidy, 2006), dimana untuk bergabung, pengguna

harus memiliki email harvard.edu terlebih dahulu, namun Dimulai pada bulan

September 2005, Facebook diperluas untuk mencakup siswa sekolah tinggi, profesional

di dalam jaringan perusahaan, dan, akhirnya, semua orang dapat mengaksesnya.

Sehingga saat ini, siapapun dapat mengakses Facebook dan dapat membuat akun

Facebook tanpa harus membayar. Fitur lain yang membedakan Facebook, yaitu

kemampuannya dalam pengembangan membangun "Aplikasi" yang memungkinkan

pengguna untuk mempersonalisasikan profil mereka. Berbicara mengenai pengguna

Facebook yang dapat mempersonalisasikan profil mereka, ini dapat diartikan bahwa ada

konsep diri yang dapat dibentuk atau dibangun oleh para pengguna sebagai identitas diri

yang dibentuk dan dibangun yang mereka tampilkan dalam aplikasi informasi profil

mereka.

Konsep diri sendiri memiliki pengertian persepsi yang stabil dalam diri manusia

mengenai dirinya sendiri. LaRossa dan Reitzes berpendapat bahwa setiap manusia

membangun konsep diri dari sebuah interaksi dan konsep diri memberikan motif

penting dalam perilaku manusia. Konsep diri dalam bahasan kali ini dapat dilihat dari

bagaimana pengguna Facebook menggunakan aplikasi-aplikasi dalam Facebook itu

sendiri. Misalnya aplikasi “Status Update”, dimana pengguna dapat menuliskan atau

mengungkapkan apa yang mereka rasakan tentang kondisi mereka saat itu dengan

meng-update status terbarunya, dan atau dalam penggunaan aplikasi “info Profil”

dimana pengguna dapat mengatur tampilan informasi profil mereka.

Informasi profil terkait dengan konsep keterbukaan identitas atau self disclosure,

yaitu dimana pengguna mengungkapkan identitas mereka dalam profil mereka, apakah

2

Page 3: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

pengguna menampilkan seluruh informasi dirinya, atau hanya menampilkan sebagian

informasi dirinya dan atau tidak menampilkan informasi dirinya sama sekali, kemudian

apakah mereka mengungkapkan identitas yang sesungguhnya atau membuat suatu

identitas baru. Hal ini akan dinilai oleh pengguna lainnya sebagai sesame pengguna

Facebook, yang terkait dengan perceived credibility atas pengguna tersebut dimata

pengguna lainnya, sehingga menentukan bagaimana komunikasi yang akan mereka

jalin.

Pengguna Facebook sendiri di Indonesia sampai Maret tahun 2011 telah

mencapai 35 juta pengguna, yaitu menempati posisi atau peringkat kedua dengan

melampaui Inggris dan Jepang sebagai negara pelopor teknologi tak tertandingi.1 Selain

itu, berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan iCrossing, perusahaan konsultan iklan

di Inggris, pengguna Facebook di Indonesia rata-rata paling muda sedunia dimana rata-

rata pengguna Facebook di Indonesia adalah 23 tahun, sedangkan di negara berkembang

lainnya seperti Filipina, India, dan Afrika Selatan sedikit lebih tua yakni 25 tahun, dan

untuk negara maju, Inggris dan Amerika rata-rata pengguna Facebook berusia 31

tahun.2

Melihat jumlah pengguna Facebook yang memberikan informasi tentang diri

mereka sendiri, dengan sifat yang relatif terbuka informasi dan kurangnya kontrol

privasi yang ditetapkan oleh pengguna, Gross dan Acquisti (2005) berpendapat bahwa

pengguna dapat menempatkan diri pada dua risiko, yaitu offline, misalnya menguntit

dan online misalnya, mengidentifikasi pencurian.

Dari sekian banyak pengguna Facebook di Indonesia, berdasarkan pengamatan

awal peneliti terhadap beberapa akun secara acak, ternyata tidak semua akun

menampilkan informasi profil mereka secara lengkap atau terbuka sepenuhnya. Di sisi

lain secara teori, yakni teori interaksi simbolik, konsep diri itu sangatlah penting,

dimana konsep diri terbentuk dari adanya interaksi dengan orang lain, sedangkan

hubungan dapat terjalin ketika masing-masing pihak mengungkapkan identitasnya

sebagai perkenalan atau tahap awal suatu hubungan, yaitu saling mengenal dan

1 (http://id.ibtimes.com/articles/3964/20110110/jumlah-pengguna- Facebook -di- indonesia-lampaui-inggris.htm).2 (http://tekno.kompas.com/read/2011/04/07/00274410/Ratarata.Pengguna. Facebook .Ind onesia.Paling.Muda.di.Dunia)

3

Page 4: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

berangkat dari pengenalan tahap awal dengan melihat bagaimana keterbukaan

identitasnya inilah seseorang diharapkan akan mampu melihat gambaran kredibilitas

dari lawan komunikasinya tersebut. Kemudian, hal inilah yang menjadi pertanyaan

dasar bagi kami, apakah keterbukaan indentitas atau self disclosure seperti yang telah

dijelaskan diatas berlaku pula untuk komunikasi dan jalinan hubungan seseorang

dengan orang yang lainnya di dalam Facebook dengan memicu kepada penilaian

mereka terhadap perceived credibility masing-masing.

Melihat hal ini, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara self disclosure

seseorang dalam Facebook dengan perceived credibility mereka dimata pengguna

lainnya. Berdasarkan penelitian sebelum-sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan

oleh Mazer, Murphy & Simonds (2009) bahwa adanya hubungan antara self disclosure

seseorang dalam Facebook dengan perceived credibility mereka dimata pengguna

lainnya. Maka kali ini, peneliti ingin melihat kembali hubungan tersebut, hanya saja jika

Mazer et all membahas memalui hubungan mahasiswa dengan dosennya, maka kami

ingin melihat hubungan tersebut dilihat dari sisi antara seorang pengguna Facebook

dengan pengguna lainnya, dimana melihat bagaiama pengguna Facebook yang lainnya

melihat perceived credibility seseorang melalui Facebook berdasarkan self disclosure

dalam tampilan profil Facebook mereka.

Kemudian kami juga ingin melihat berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu pria dan

wanita karena seperti yang telah diketahui berdasarkan banyaknya penelitian biologis

maupun psikologis bahwa wanita lebih emosional dibandingkan pria, dan pria lebih

rasional dibandingkan wanita.3 Peneliltian yang dilakukan oleh Bukhart (1989)

menemukan bahwa wanita dianggap penulis yang lebih baik, lebih akurat, lebih bisa

dipercaya, dan lebih kredibel serta cerdas dibandingkan dengan pria, sedangkan, Noel

dan Allen (1976) menemukan bahwa wanita untuk kategori menulis dan editorial,

kualitasnya lebih rendah dibandingkan pria, tetapi lebih dapat dipercaya dibandingkan

dengan pria.4 Penelitian lainnya, menunjukan bahwa terdapat perbedaan perceived

credibility antara pria dan wanita, misalnya pria memiliki perceived credibility yang

3 Pease, Allan dan Pease, Barbara (1999) Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps. Australia: Pease International4 Furman, Suzane. “Credibility”. http://www.usability.gov.

4

Page 5: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

lebih tinggi mengenai pesan yang ada di website di banding wanita (Flanagan,

Metzger). Perceived credibility juga ditemukan lebih tinggi untuk pria kepada wanita

dan wanita kepada pria dibanding sesama jenis kelamin. Faktor lain yang dapat

memepengaruhi perbedaan antar sesama jenis kelamin adalah tingkat keterlibatan

seseorang terhadap suatu pesan. Untuk pria, semakin tinggi tingkat keterlibatan

seseorang akan suatu pesan semakin tinggi perceived credibility-nya. Sedangkan untuk

wanita semakin rendah tingkat keterlibatan seseorang semakin tinggi perceived

credibility-nya (Ferebee, 2007). Sehingga kami pun ingin melihat kembali hubungan

antara self disclosure seseorang dalam Facebook dengan perceived credibility mereka

berdasarkan pandangan pria dan wanita, apakah hasilnya akan berbeda atau tidak.

Selain itu, kajian di bidang komunikasi dalam media sosial baru di Indonesia belumlah

terlalu banyak, sehingga penelitian ini dirancang untuk menambah pengetahuan

mengenai kajian ilmu komunikasi di Indonesia, terutama dalam konteks komunikasi di

media sosial baru.

I.2 Rumusan Permasalahan

Dalam penelitian sebelumnya, seperti yang sempat disinggung sebelumnya,

yang dilakukan oleh Mazer, Murphy & Simonds (2009) pada mahasiswa di Amerika

Serikat, ditemukannya adanya pengaruh mediated self disclosure pendidik di kelas atau

dosen melalui Facebook terhadap persepsi mahasiswanya terhadap kredibilitas dosen

tersebut. Dimana ditemukan suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat

keterbukaan identitasnya (self disclosure) melalui Facebook, semakin tinggi pula

persepsi mengenai tingkat kredibilitas dosen tersebut dimata mahasiswanya. Ada tiga

dimensi untuk melihat dan menilai kredibilitas seseorang dalam Facebook, yaitu

competence, trusthworthiness dan goodwill. Hasil penelitian Mazer et al (2009) melihat

bahwa untuk dimensi competence dan trusthworthiness ada perbedaan signifikan untuk

skor perceived credibility-nya, sedangkan untulk dimensi goodwill tidak. Pada

penelitiannya lainnya yang dilakukan oleh McCroskey dan Young (1981) di Amerika,

dimensi goodwill juga mengalami permasalahan pada validitas dimensi ini.

Melihat penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti pun ingin melihat kembali

mengenai hubungan antara mediated self disclosure dan perceived credibility. Hanya

saja peneliti menganti objek penelitiannya bukan lagi pendidik atau dosen dan siswanya,

5

Page 6: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

melainkan ingin melihat bagaiamana penilaian yang dilakukan oleh jenis kelamin pria

dan wanita dalam menilai kredibilitas seseorang dengan melihat keterbukaan identitas

seseorang tersebut dalam Facebook. Maka dari itu, peneliti pun merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan antara pria dan wanita dalam menilai kredibilitas

berdasarkan keterbukaan identitas di Facebook?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ingin melihat hubungan antara keterbukaan identitas dengan

kredibilitas seseorang di Facebook dengan menggunakan metode eksperimen.

Adapun tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara keterbukaan identitas dengan

kredibilitas seseorang di Facebook.

2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan antara pria dan wanita khususnya

mahasiswa FISIP UI dalam menilai kredibilitas berdasarkan keterbukaan

identitas seseorang di Facebook.

I.4. Signifikansi Penelitian

Dengan rumusan masalah serta tujuan yang telah diuraikan sebelumnya,

maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan signifikansi sebagai berikut:

1.4.1. Signifikansi Akademis

Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan serta

pengetahuan bagi penelti dan pembaca. Selain itu, penelitian ini secara khusus

memberikan penjelasan teoretis mengenai hubungan antara perceived credibility,

self-disclosure, dan social presents. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi

kajian akademis yang memperkaya referensi serta pengembangan ilmu

khususnya di bidang komunikasi.

1.4.2. Signifikansi Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi

para pengguna Facebook yang kini semakin marak, terutama terkait dengan

kredibilitasnya melalui informasi serta interaksinya dalam Facebook. Dengan

6

Page 7: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

kredibilitas yang tinggi maka dengan sendirinya akan mendapat kepercayaan

dari orang lain kemudian mudah pula dalam menyampaikan pesan atau

informasi ke pihak lain.

7

Page 8: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Jaringan Sosial online

International Networking, yang disingkat dengan kata internet merupakan dua

komputer atau lebih yang saling berhubungan membentuk jaringan komputer

sehingga meliputi jutaan komputer di dunia (internasional), yang saling berinteraksi

dan bertukar informasi.5 Menurut Reddick dan Elliot King, 1996, Internet

merupakan suatu jaringan komputer yang memungkinkan pengguna komputer di

seluruh dunia untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi satu sama lain.6

Caranya yaitu dengan menghubungkan jaringan komputer satu dengan komputer

yang lain, mengirim dan menerima file dalam bentuk teks, audio, video untuk

membahas topik tertentu sehingga saling terhubung untuk keperluan komunikasi

dan informasi. Informasi tersebut dibuat oleh penyelenggara atau pemilik jaringan

komputer atau dibuat pemilik informasi yang menitipkan informasinya kepada

penyedia layanan internet. Internet secara etimologis berasal dari kata

Interconnection Networking, artinya hubungan berbagai jaringan komputer dari

berbagai tipe dan jenis yang menggunakan alat komunikasi seperti telepon, satelit,

dan lainnya.7

Dalam internet terdapat suatu jaringan sosial atau yang biasa disebut dengan

situs jejaring sosial atau social network. Terdapat beberapa situs jejaring sosial yang

ada seperti Facebook, Myspace, Twitter, Friendster dan lainnya. Jejaring sosial ini

adalah suatu tempat atau situs dimana orang-orang atau komunitas berkumpul.

Individu yang ada di dalamnya akan saling berinteraksi dan berbagi informasi. Tiap

individu memiliki biodata atau profile tersendiri yang bisa diperlihatkan oleh

individu-individu lain yang tergabung di jejaring tersebut.

5 Daryanto, Memahami Kerja Internet, (Bandung : Yrama Widya, 2005). Hal. 226 Reddick, Randy, dan Elliot King, 1996. Internet Untuk Wartawan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal. 1007 http://www.sejarah-internet.com/pengertian-internet/ diakses 29-September 2011 pkl 15.45 wib

8

Page 9: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

2.2 Facebook

Salah satu jejaring sosial yang paling populer dan banyak di gunakan saat ini di

internet adalah Facebook. Facebook awalnya merupakan suatu situs yang dibangun

oleh mahasiswa Universitas Harvard bernama Mark Zuckeberg pada tahun 2004

yang hanya dapat digunakan oleh mahasiswa Harvard. Bulan Maret 2004, Facebook

memperluas diri ke Stanford, Columbia, dan Yale. Setelah itu, Facebook menyebar

ke ribuan kampus-kampus dan sekolah tinggi di seluruh Amerika Serikat dan

menarik lebih dari 9 juta pengguna. 8 Karena situs ini berkembang sangat pesat

dengan peningkatan pengguna yang signifikan, sehingga pada tahun 2006 bulan

September, situs ini pun resmi bisa digunakan bagi masyarakat umum. Sejak saat

itu, pengguna Facebook pun lebih meningkat tajam hingga 116 %. Penetrasi pasar

Facebook sungguh mengesankan hingga dapat menarik lebih dari 80% dari populasi

sarjana di banyak perguruan tinggi.9

Facebook merupakan layanan situs jejaring sosial yang gratis. Untuk mendaftar

individu hanya tinggal mengisi formulir pendaftaran yang berisi nama, tempat

tanggal lahir, tempat tinggal, alamat email, serta password untuk log in ke situs

tersebut. Informasi yang ada bisa ditambahakan maupun dihilangkan setelah akun

baru tersebut diverifikasi.

Facebook memiliki format dan layanan yang terus diperbaharui atau di update

setiap waktu. Para penggunanya bisa membuat profile mereka, memasukkan foto-

foto, data diri, video, tulisan, bermain games, mengirim pesan pribadi dan yang

paling penting, Facebook menghubungkan individu dengan individu lainnya dalam

satu jaringan. Sehingga individu dapat bertukar informasi dan mengetahui informasi

dan kabar atau aktivitas orang lain karena profile yang ada terhubung satu sama lain.

Para pengguna dapat bebas menampilkan atau pun tidak menampilkan profilnya.

Individu bisa berteman dan berkenalan dengan yang lainnya, saling berkomentar

mengenai aktivitas terbaru dan Facebook akan mengirimkan notifikasi setiap kali

ada kegiatan baru yang berhubungan dengan individu tersebut.

8 Acquisti, Alessandro dan Gross, Ralph (2006). Imagined Communities: Awareness, Information Sharing, and Privacy on the Facebook, Pittsburgh: PET.

9 Ibid

9

Page 10: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

2.3 The Self

Self terdiri dari dua konsep yakni identitas dan self concept. Secara lahiriah,

identitas dapat dibentuk dari jenis kelamin, ras, status ekonomi dan sebagainya.

Identitas adalah kesadaran diri berdasarkan cara seseorang menegosiasikan

kemampuan, bakat, dan peran yang diberikan oleh masyarakat. (Erickson, 1968).

Selanjutnya perkembangan diri tidak terjadi dengan sendirinya tetapi juga

dipengaruhi proses pengalaman sosial (Mead, 1934). Perkembangan identitas diri

dibagi menjadi dua tahapan yakni play dan games. Kedua tahapan ini bersinergi

dalam membentuk kesadaran diri. Dalam tahapan play seorang anak akan mengikuti

peran yang ada dalam lingkungan sekitarnya. Misalnya menjadi dokter, tentara, guru

dan sebagainya. Berlanjut ke tahap berikutnya, dalam tahap games terdapat

peraturan yang harus diikuti anak. Disini anak sudah mengerti peran orang lain

(generalized others) (Mead, 1925).

Disisi lain, self concept adalah kesadaran seseorang mengenai diri sendiri dan

bagaimana perasaaan mengenai diri sendiri. (McMartin, 1995). Selain itu juga

terdapat konsep I dan me. I adalah bagaimana seseorang berperilaku terhadap orang

lain sedangkan me adalah bagaimana orang lain berperilaku terhadap dirinya.

(Mead, 1934). Kedua konsep ini membentuk bagaimana peran seseorang dalam

bermasyarakat. Terdapat beberapa konsep yang mempengaruhi bagaimana diri

berkembang. Misalnya self appraisal yang melihat terjadinya pelabelan pola

perilaku domain berdasarkan perilaku yang diterima atau ditolak oleh masyarakat.

Konsep lainya adalah looking glass self dimana penilaian orang lain dapat

berpengaruh dalam pembentukan konsep diri. Konsep berikutnya social comparison

yang melihat bahwa konsep diri seseorang tergantung dari bagaimanca cara

seseorang menghubungkan diri mereka dengan orang lain. Konsep terakhir yang

mempengaruhi perkembangan diri adalah biased scanning yakni teori yang melihat

bahwa perkembangan konsep diri yang dipengaruhi cara pandang seseorang dalam

melihat lingkungan sekitarnya untuk mencapai aspirasinya sendiri.6 Dari penelitian-

penelitian tersebut dapat dilihat bahwa kehidupan bermasyarakat sangat

mempengaruhi the self. Selain itu, manusia secara fundamental termotivasi untuk

meningkatkan dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. (Cialdini &

Goldstein, 2004) Dari hubungan itu maka akan terbentuk identitas diri tergantung

10

Page 11: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

kemampuan mereka dalam menyikapi lingkungan sekitar mereka (Gratz & Salem,

1984). Selanjutnya di dalam suatu kelompok masyarakat konsep diri ini berkembang

definisinya sebagai pengetahuan individu mengenai nilai-nilai dalam kelompok

tersebut. (Tajfel, quoted in Hogg & Abrams, 1988). Keanggotaan seseorang dalam

suatu kelompok bisa jadi memperkuat atau bisa juga malah melemahkan konsep diri

(Ellemers et al., 2002; Cialdini & Goldstein, 2004). Hal ini bisa terjadi tergantung

bagaimana seseorang membandingkan keanggotaannya dalam suatu kelompok

dengan keanggotaan kelompok lain.

2.4 Self disclosure

Dalam berkomunikasi dengan orang lain agar proses komunikasi berlangsung

baik, dibutuhkan latar belakang informasi masing-masing pembicara. Pengungkapan

informasi diri kepada orang lain ini disebut self disclosure. Lebih lanjut self

disclosure merupakan pengungkapan reaksi atau tanggapan diri terhadap lingkungan

sekitarnya (Johnson, 1981). Self-disclosure juga bisa dikatakan sebagai kegiatan

membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain (Morton, 1978).

Informasi ini terbagi dua, yakni deskriptif dan evaluatif. Deskriptif berarti

bagaimana seseorang menggambarkan fakta diri untuk diketahui orang lain.

Sedangkan evaluatif berarti pengungkapan pendapat mengenai kehadiran seseorang.

Self disclosure memilki dua sisi, yakni terbuka kepada orang lain dan terbuka bagi

orang lain. Apabila kedua hal ini dijalankan serentak akan menghasilkan hubungan

relasi yang baik. (Johnson, 1981). Suatu hubungan akan berjalan makin intim

apabila terdapat pembukaan diri (Altman dan Taylor, 1973). Pembukaan diri ini bisa

terjadi dipengaruhi oleh situasi yang menyenangkan (Raven dan Rubin, 2001),

kedekatan hubungan personal yang tak terlalu dekat ataupun terlalu jauh (1988),

ataupun karena perbedaan budaya (Kurt Lewin, 2001).

Dalam pengungkapannya, terdapat lima fungsi pengungkapan yakni ekspresi,

klarifikasi diri, keabsahan sosial, kendali sosial, dan perkembangan hubungan.

(Derlega dan Grzelak, 1989). Kelima fungsi pengungkapan ini berlangsung secara

bertahap. Ekspresi misalnya, saat seseorang mengalami hal yang mengecewakan

atau menyenangkan, seseorang akan menyatakan perasaannya kepada orang lain.

11

Page 12: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Disaat seseorang bercerita untuk mendapatkan penjelasan orang lain mengenai

masalahnya untuk membantu mengatasinya, masuk ke dalam tahapan klarifikasi

diri. Lalu saat seseorang selesai membicarakan masalahnya dan mendengar

pendapat orang lain yang bisa jadi memperkuat kedudukannya atau malah

memperlemah kedudukannya, berarti memasuki tahap keabsahan sosial.

Selanjutnya, ditahap kendali sosial yang merupakan tahapan pembenaran diri, disini

seseorang bisa jadi merahasiakan atau mengungkapkan informasi dirinya untuk

menimbulkan kesan baik yang mata orang lain.

2.5 Perceived Credibility

Perceived credibility sendiri memiliki tiga dimensi yaitu competence,

trustworthiness, dan goodwill. Competence adalah bagaimana persepsi seseorang

mengenai orang lain dilihat dari pengetahuan dan kemampuannya. Trustworthiness

adalah keyakinan seseorang dalam merasakan kebenaran pernyataan yang

diungkapkan oleh seseorang. Sedangkan, goodwill adalah tingkatan dimana

seseorang merasa ada yang peduli dengan mereka sehingga memiliki keterkaitan

yang kuat. (McCroskey dan Teven, 1997). Di sisi lain, terdapat pendapat lain dari

Aristoteles mengenai tiga dimensi dari Perceived Credibility, yakni kecerdasan,

karakter, dan niat baik. Kredibilitas sumber sangat berpengaruh dalam proses

komunikasi (McCroskey dan Young , 1981) Hal ini diperkuat dengan konsep ethos

dimana citra yang diberikan seseorang pembicara akan mempengaruhi audiens.

Untuk membangun Perceived credibility terdapat tiga elemen yang ada dalam

kehidupan sehari-hari yakni kepercayaan, keahlian, dan dinamisme (Larson, 2004).

Kepercayaan muncul dari hal-hal positif yang dilakukan di masa lalu. Kepercayaan

juga bisa muncul dari isyarat semisal kontak mata dan tatapan yang menenangkan.

Selanjutnya untuk menilai keahlian, bisa dilihat dari performa seseorang dalam

menyelesaikan tugasnya di masa lalu, Perceived credibility seseorang dapat

ditentukan dengan melihat gabungan keahlian dan latar belakang seseorang.

Sehubungan dengan kepercayaan yang bisa muncul dengan tanda-tanda non verbal,

keahlian bisa diisyaratkan dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan

memberikan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan topik. Elemen terakhir dalam

membangun Perceived credibility adalah dinamisme atau bisa juga disebut karisma

12

Page 13: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

yang terkadang terkait dengan penampilan fisik dimana orang yang atraktif akan

lebih menarik perhatian dibanding yang kurang atraktif.

2.6 Information Revelation

Dalam sebuah studi Carnegie Mellon, telah dilakukan penelitian pada sebanyak

lima puluh sarjana Universitas yang merupakan pengguna jejaring sosial. Govani

dan Pashley menyimpulkan bahwa pengguna umumnya merasa nyaman berbagi

informasi pribadi mereka dalam lingkungan kampus. Peserta mengatakan mereka

"tidak menyembunyikan apa pun" dan "mereka tidak benar-benar peduli jika orang

lain melihat informasi mereka." Kesamaan latar belakang juga mempengaruhi

keterbukaan informasi dalam pertemanan di jejaring sosial.

Disamping itu, sebuah studi terpisah pada lebih dari empat ribu anggota

Facebook di lembaga yang sama oleh Gross dan Acquisti, telah membandingkan

keterlihatan identitas dalam mesin pencari oleh anggota Facebook, MySpace,

Friendster. University of North Carolina Direktori, Stutzman menemukan bahwa

sejumlah besar pengguna berbagi informasi pribadi mengenai diri mereka sendiri

dalam jaringan sosial online, khususnya Facebook, yang memiliki tingkat tertinggi

dalam partisipasi kampus. Gross dan Acquisti memberikan daftar penjelasan

menunjukkan mengapa anggota Facebook begitu terbuka dalam berbagi informasi

pribadi secara online.

Tiga penjelasan yang sangat meyakinkan adalah bahwa "manfaat yang dirasakan

dari pengungkapan data dan keterlihatan data atau informasi yang lebih besar dirasa

lebih menguntungkan, daripada konsekuensi yang harus dibayar, yaitu kehilangan

privasi ", alasan lain masih berkaitan yaitu "sikap santainya pengguna atau

kurangnya minat pengguna dalam melindungi wilayah privasinya sendiri ", dan

alasan terakhir “para pengguna sangat percaya tehadap layanan jejaring sosial

tersebut dan juga percaya pada anggota atau komunitas pengguna lain di

dalamnya10. "

2.7 Trust and Privacy

10 Charnigo, Laurie dan Barnett-Ellis, Paula. (2007). Checking Out Facebook.com: The Impact of a Digital Trend on Academic Libraries. Alabama: Marchanch.

13

Page 14: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

(Mayer, Davis, dan Schoorman, 1995) mendefinisikan kepercayaan sebagai

"kesediaan suatu pihak untuk menjadi rentan terhadap tindakan pihak lain

berdasarkan harapan bahwa yang lain akan melakukan tindakan tertentu yang

penting, terlepas dari kemampuan untuk memantau atau mengontrol pihak lain"(hal.

712). Kepercayaan adalah penentu penting berbagi informasi dan juga penting

dalam mengembangkan suatu hubungan yang baru (Fukuyama, 1995, Lewis dan

Weigert, 1985). Kepercayaan juga penting untuk membangun interaksi online yang

sukses (Coppola, Hiltz, dan Rotter, 2004, Jarvenpaa dan Leidner, 1998, Meyerson,

1996, Piccoli dan Ives, 2003). Pada e-commerce atau perdagangan jual beli melalui

internet, peneliti telah menemukan bahwa tingkat kepercayaan sangat terkait dengan

keterbukaan pengungkapan informasi (Metzger, 2004). Kepercayaan juga

merupakan komponen sentral dari teori pertukaran sosial (Roloff, 1981). Teori

pertukaran sosial menyajikan analisis manfaat interaksi sosial. Jika pertukaran

tersebut dianggap menguntungkan, maka besar kemungkinan individu akan masuk

ke dalam hubungan pertukaran atau jual beli. Kepercayaan yang tinggi akan

mengakibatkan persepsi biaya yang rendah, dan sebaliknya. Studi situasi pertukaran

interpersonal mengkonfirmasi bahwa kepercayaan merupakan prasyarat untuk self-

disclosure, karena mengungkapkan informasi pribadi yang artinya terlibat dalam

mengurangi risiko (Metzger, 2004).

Jutaan orang telah bergabung dalam situs jejaring sosial dengan membuat dan

menambahkan profil yang mengungkapkan informasi pribadi. Reputasi situs jejaring

sosial telah berkurang disebabkan oleh sejumlah insiden yang dipublikasikan oleh

media (Chiaramonte dan Martinez, 2006, Hass, 2006, Mintz, 2005, Baca, 2006).

Saat ini, pergaulan offline terasa semakin tertinggal di belakang seiring dengan

perkembangan pergaulan online dalam teknologi. Sebut saja telepon seluler dan

internet. Dan masalah privasi pun seakan tidak begitu penting dalam kehidupan

online, Privasi dalam situs jaringan sosial sering tidak diharapkan atau tidak

terdefinisi (Dwyer, 2007). Hingga akhirnya muncul insiden tidak menyenangkan

dalam ranah privasi seseorang. Oleh karena itu situs jejaring sosial memerlukan

kebijakan eksplisit dan mekanisme perlindungan data dalam rangka memberikan

14

Page 15: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

tingkat privasi yang sama dalam kehidupan sosial offline maupun dalam kehidupan

nyata. 11

2.8 Implikasi Privasi

Setiap jejaring sosial mempunyai sistem keamanannya tersendiri untuk

melindungi si pengguna dari hal-hal yang tidak diinginkan melalui penggunaan

informasi secara tidak bertanggung jawab oleh pihak-pihak tertentu maupun

masalah lainnya. Hal ini terkait dengan masalah privasi. Pada saat mendaftarkan

diri pada akun Facebook atau akun jejaring lainnya, pasti selalu ada perjanjian yang

harus di baca dan disetuji oleh pengguna jaringan untuk dapat tergabung dalam

jejaring tersebut. Seringkali individu yang mendaftarkan dirinya atau membuat akun

baru, merasa malas membaca keseluruh perjanjian karena dirasa “aman-aman” saja

bersosialisasi dan berbagi informasi di situs tersebut. Padahal, jika diperhatikan

lebih lanjut, sebenarnya pihak jejaring sosial sama sekali tidak bertanggung jawab

dalam melindungi informasi dan kejadian tidak dinginkan selama penggunaan situs

mereka. Pihak pengguna pun merasa tidak terlalu peduli dengan informasi yang bisa

di akses orang banyak, tidak peduli siapapun orangnya dan apa niat dibaliknya. Hal

ini karena individu sudah merasa aman, dan layanan yang di sediakan sudah cukup

memfasilitasi individu untuk melakukan proteksi tersendiri terhadap akunnya

mengenai apa yang bisa dilihat di publik, ataupun yang tidak bisa dilihat secara

umum.

Kemudahan bergabung dan memperluas jaringan individu, dan kurangnya

langkah-langkah keamanan dasar di situs jejaring merupakan hal yang paling

membuat mudah untuk pihak ketiga seperti hacker untuk mengakses data pengguna.

Banyak kasus yang terjadi mengenai implikasi dari privasi, contohnya tahun 2003,

LiveJournal menerima setidaknya lima laporan dari ID atau akun yang dibajak per

hari. Suatu informasi akan digunakan tergantung pada informasi yang sebenarnya

disediakan oleh pengguna itu sendiri - yang mungkin, dalam kasus tertentu, sangat

luas dan intim. Risiko yang terjadi pun berkisar dari pencurian identitas, menguntit

11 Dwyer, Catherine, Roxanne H, Starr dan Passerini, Katia. (2007). Trust and privacy concern within social networking sites: A comparison of Facebook and MySpace. Colorado: Proceedings of the Thirteenth Americas Conference on Information Systems.

15

Page 16: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

secara online dan fisik; sampai pemerasan. Namun, ada beberapa yang percaya

bahwa situs jejaring sosial juga dapat menawarkan solusi untuk masalah privasi

online. Dalam sebuah wawancara, Tribe.net CEO Mark Pincus mencatat bahwa

“jejaring sosial memiliki potensi untuk membuat perintah cerdas dalam mengatasi

resiko, yaitu dengan membiarkan Anda mengelola dalam menampilkan dan

membuat profile diri secara bijaksana dan mengatur proteksi atas siapa saja yang

bisa berhubungan dan melihat profil Anda12.

2.9 Perbedaan pria dan wanita

Terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam menilai sesuatu. Hal ini dilihat

dari perkembangan otak mereka yang berbeda. Otak wanita lebih berkembang

dalam kinerja memori, kemampuan mengartikan bahasa tubuh dan perasaan

seseorang. Sedangkan otak pria memiliki kemampuan lebih dalam persepsi, logika,

perkiraan dan kemampuan melihat gambar tiga dimensi13 Wanita lebih emosional

dalam hubungan dibandingkan pria yang lebih egois. Perbedaan ini tidak

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka tapi karena perbedaan biologis

mereka.14 Perbedaan perkembangan otak ini berdampak dalam kehidupan sosial

mereka. Saat melihat permasalahan, pria akan menawarkan penyelesaian tanpa

memperdulikan perasaan orang lain, sedangkan wanita cenderung memberikan

nasihat-nasihat tertentu. Di saat-saat yang penuh ketegangan, pria akan berusaha

menarik diri sedangkan wanita akan berusah membuka diri membicarakan

permasalahan. Pria akan termotivasi saat merasa dibutuhkan sedangkan wanita akan

termotivasi saat dihargai.15 Perbedaan ini juga terbawa dalam kehidupan mereka

dalam penggunaan media sosial. Dominasi wanita di media sosial lebih tinggi

dibanding pria.16 Hal ini diakibatkan oleh keinginan wanita untuk selalu dekat

dengan teman dan keluarga lebih tinggi dibanding pria.

12 Acquisti, Alessandro dan Gross, Ralph. (2005). Privacy and information revelation in online social networks. Pittsburgh: Workshop on Privacy in the Electronic Society.13 Pearlson, Godfrey et al. Sex differences in the inferior parietal lobule. Cerebral Cortex, 1999, 9:896-901.14 Pease, Allan dan Pease, Barbara (1999) Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps. Australia: Pease International 15 Gray, John. (1992). Men from Mars, Woman from Venus, New york: Harper Collins. 16 http://www.prweb.com/releases/2011/9/prweb8819065.htm 12.20 30 oktober2011

16

Page 17: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Dalam penilaian perceived credibility, terdapat perbedaan antara pria dan

wanita. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa penelitian. Misalnya pria memiliki

perceived credibility yang lebih tinggi mengenai pesan yang ada di website di

banding wanita (Flanagan, Metzger). Perceived credibility juga ditemukan lebih

tinggi untuk pria kepada wanita dan wanita kepada pria dibanding sesama jenis

kelamin. Faktor lain yang dapat memepengaruhi perbedaan antar sesama jenis

kelamin adalah tingkat keterlibatan seseorang terhadap suatu pesan. Untuk pria,

semakin tinggi tingkat keterlibatan seseorang akan suatu pesan semakin tinggi

perceived credibility-nya. Sedangkan untuk wanita semakin rendah tingkat

keterlibatan seseorang semakin tinggi perceived credibility-nya (Ferebee, 2007).

17

Page 18: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

BAB 3

METODOLOGI

3.1. METODE PENELITIAN

3.1.1. Paradigma Penelitian

Dalam ilmu social deikenal adanya tiga paradigm penelitian, yakni

positivis, konstrukstivis, dan kritis. Paradigm positivis mengacu pada cara

berpikir yang melihat ilmu social sebagai metode yang terorganisir dalam

mengkombinasikan logika deduktif dengan observasi empiris yang tepat dari

perilaku individu dalam upaya untuk menemukan dan mengkonfirmasi

serangkaian aturan kausal yang mungkin, sehingga dapat digunakan untuk

memprediksi pola umum dari aktivitas manusia (Neuman : 2003). Paradigm ini

bebas nilai, sehingga menuntut peneliti untuk objektif.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigm positivis. Peneliti

ingin menilai kausalitas antara keterbukaan identitas di jejaring social (dalam hal

ini Facebook) terhadap kredibilitas seseorang. Pengukuran kredibilitas akan

diukur secara seragam menggunakan ukuran-ukuran yang ditentukan melalui

dimensi-dimensi konsep.

3.1.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

kuantitatif mempunyai pola bebas nilai, deduktif, dan bertujuan mencari

kebenaran yang berlaku umum. Data yang disajikan berupa data statistik dari

hasil pengukuran secara matematis. Variabel-variabel penelitian dengan

pendekatan kuantitatif biasanya diukur dengan hypothetic deductive method

yaitu penelitian yang melibatkan pengujian hipotesis dimana hipotesisnya

dideduksi dari hipotesis lain yang tingkat abstraksinya lebih tinggi. Dengan kata

lain, dalam pendekatan kuantitatif peneliti harus berangkat dari teori atau konsep

yang sudah ada.

Pendekatan ini cocok menggunakan pendekatan kuantitatif karena

penelitian ini menggambarkan kausalitan antara keterbukaan identitas dan

kredibilitas seseorang. Variable keterbukaan identitas akan menjadi sebab dan

18

Page 19: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

variable kredibilitas akan menjadi akibat. Variabel-variabel dalam penelitian ini

akan diukur dalam besaran angka. Sampel dari penelitian ini akan diatur

sedemikian rupa sehingga bisa mewakili suatu populasi. Dengan semikian hasil

penelitian ini adalah hukum yang berlaku secara universal.

3.1.3. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif berusaha

menjelaskan bagaimana suatu fenomena social bisa terjadi. Dalam penelitian ini,

peneliti ingin menjelaskan bagaimana seseorang mengukur kredibilitas orang

lain berdasarkan keterbukaan identitas dalam Facebook.

Berdasarkan dimensi waktunya, penelitian ini bersifat cross sectional.

Artinya, penelitian ini hanya mengambil suatu gejala social di waktu tertentu.

Peneliti meneliti tentang pengaruh keterbukaan identitas di Facebook terhadap

kredibilitas seseorang hanya pada satu waktu tertentu. Peneliti tidak melakukan

pembandingan dengan orang-orang terdahulu ataupun dengan fenomena lain

yang terjadi pada waktu berlainan. Peneliti juga tidak meneliti gejala ini secara

temporer atau melakukan pengujian kembali pada selang waktu tertentu.

Secara teknik pengumpulan data, penelitian ini merupakan penelitian

eksperimen. Dalam penelitian eksperimen, responden akan diberi treatment

dalam sebuah ruangan khusus. Responden akan diberi treatment berupa tampilan

beberapa halaman info profil pada beberapa akun Facebook. Kemudian,

responden akan diberi kuesioner untuk mengukur kredibilitas pemilik akun-akun

yang ditampilkan.

3.2. SUBJEK PENELITIAN

3.2.1. Unit Analisis

Unit analisis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah individu.

Individu adalah unit yang paling sering diteliti dalam penelitian social. Hal ini

karena individu terkait langsung dengan interaksi social, sehingga perilakunya

dapat mewakili individu-individu lain dalam masyarakat.

19

Page 20: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

3.2.2. Populasi

Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri dan kualitas sama

yang ditetapkan peneliti. Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini harus

memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1. Laki-laki dan perempuan berusia 19-22 tahun.

2. Mempunyai akun Facebook.

3. Aktif dalam menggunakan Facebook

Berdasarkan kriteria di atas maka peneliti memilih mahasiswa FISIP UI S1

Reguler angkatan 2009-2011 sebagai populasi dalam penelitian ini. Total

mahasiswa aktif dalam populasi tersebut adalah 7912 mahasiswa.

3.2.3. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan sebagai subjek

penelitian. Jumlah sampel dari penelitian ini adalah 50 orang yang dipilih

dengan menggunakan metode nonprobabilita (quota sampling) berdasarkan jenis

kelamin mengingat dalam penelitian ini peneliti juga ingin melihat perbedaan

antara laki-laki dan perempuan dalam memaknai kredibilitas berdasarkan

keterbukaan identitas di Facebook. Peneliti menentukan jatah untuk masing-

masing jenis kelamin adalah 25 responden.

3.3 METODE PENGUMPULAN DATA

3.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden

melalui proses penelitian. Data primer dalam penelitian ini diambil dari melalui

eksperimen yang dilakukan kepada responden dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup dengan alternatif jawaban yang

sudah disediakan. Pertanyaan tertutup meminimalisir variasi jawaban yang

mungkin timbul, sehingga akan mempermudah peneliti dalam menganalisis.

Jawaban dalam kuesioner dibuat dalam skala Semantic differential.

20

Page 21: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

3.3.2 Data Sekunder

Berbeda dengan data primer, data sekunder tidak diperoleh secara

langsung dari responden melainkan dari sumber. Data ini biasanya berupa data

jadi yang siap untuk disajikan. Data ini biasanya digunakan sebagai data

pendukung penelitian. Oleh karena itu, data sekunder harus berasal dari sumber

yang kredibel.

Dalam penelitian ini, peneliti pun menggunakan data sekunder sebagai

data pendukung. Peneliti mengambil data sekunder ini dari sumber yang

kredibel seperti buku, jurnal, dan website berbayar.

3.4 METODE ANALISIS DATA

3.4.1 Analisis Data Univariat

Merupakan analisis awal untuk menguji karakteristik sampel. Data yang

dianalisis dalam analisis univariat ini adalah data demografi yang terdiri

dari angkatan, jurusan, dan jenis kelamin.

3.4.2 Analisis Data Bivariat

Analisis data bivariat digunakan untuk menguji perbedaaan perceived

credibility antara kelompok sampel (pria dan wanita). Pengukurannya

menggunakan uji ANOVA.

3.5 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

3.6.1 Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan

alat ukur dalam melakukan fungsinya (Saifuddin Azwar, 2002:7).

Walizer dan Wienir, 1991 juga mendefinisikan validitas sebagai berikut,

validitas merupakan tingkat kesesuaian antara suatu batasan konspetual

yang diberikan dengan batsan operasional yang dikembangkan Validitas

dibedakan menjadi tiga jenis yakni validitas isi (content validity),

validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan validitas

konstruk. Suatu penelitian dikatakan memiliki validitas tinggi apabila

instrument yang digunakan memberikan hasil ukur sesuai dengan

21

Page 22: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

maksud pengukuran. Sebaliknya, validitas penelitian dikatakan rendah

apabila instrument pengukur memberikan hasil pengukuran yang jauh

berbeda dengan maksud pengukuran.

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas menurut Bailey (1987) adalah “the consistency of a

measure” atau dengan kata lain reliabilitas adalah tingkatan sejauh mana

pengukuran yang dilakukan mendapatkan hasil yang konsisten. Neuman

(2006) mengatakan bahwa relaibilitas penelitian dapat disepadankan

dengan konsistensi dalam penelitian. Pada penelitian kuantitatif, terdapat

measurable reliability, yaitu keterandalan pengukuran dimana hasil

penelitian yang reliabel pengukurannya itu adalah yang konsisten dan

tidak berubah-ubah jika diukur berulang kali (Neuman, 2006).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

teknik Alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS. Nilai

Alpha Cronbach yang menyatakan bahwa sebuah pengukuran dikatakan

adalah lebih besar dari 0,5. Setelah diperoleh hasil perhitungan yang

tepat, kemudian disesuaikan dengan kaidah yang berlaku untuk

mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas alat tes tersebut yang dapat

dilihat dalam table kaidah reliabilitas. Menurut Guilford (Kuncono,

2004:27) merumuskan kriteria koefisian reliabilitas sebagai berikut:

Tabel Kaidah Reliabilitas Menurut Guilford

Kriteria Koefisien reliabilitas

Sangat reliabel >0.9

Reliabel 0.7-0.9

Cukup reliabel 0.4-0.7

Kurang reliable 0.2-0.4

Tidak reliabel <0.2

22

Page 23: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

3.6 OPERASIONALISASI KONSEP

3.6.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah self disclosure. Self

disclosure dalam Facebook oleh peneliti dikategorisasikan menjadi tiga

yaitu terbuka, semi terbuka/tertutup, dan tertutup. Self disclosure terbuka

ditandai dengan pemilik akun Facebook menampilkan info profil secara

lengkap mulai dari pendidikan, aktivitas dan minat, informasi umum,

informasi kontak, filsafat, seni dan hiburan, dan pendidikan dan

pekerjaan. Self disclosure semi terbuka ditandai dengan pemilik akun

hanya membuka sebagian informasi yang bisa diakses secara umum di

Facebook. Selanjutnya, self disclosure tertutup ditandai dengan pemilik

akun merahasiakan seluruh informasi pada info profilnya kepada umum.

Variabel Independen : Self disclosure

Variabel Dimensi Indicator

Self disclosure Terbuka Menampilkan info profil

secara lengkap

(pendidikan pekerjaan,

aktivitas dan minat,

informasi umum,

informasi kontak,

filsafat, seni dan

hiburan)

Semi Terbuka Membuka sebagian

informasi.

Tertutup Sama sekali tidak mau

membuka informasi.

3.6.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perceived credibility atau

penilaian khalayak terhadap kredibilitas seseorang dilihat dari

kompetensi, keterpercayaan, dan kemauan baiknya. Perceived credibility

23

Page 24: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

dalam penelitian ini dibagi lagi menjadi dua dimensi yakni competence

dan trustworthiness. Kedua dimensi tersebut kemudian dijabarkan

menjadi indikator-indikator yang relevan. Indikator tersebut nantinya

akan disusun menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian tertutup dengan

pengukuran menggunakan skala semantic differential.

Variabel Dependen : Perceived Credibility

Variabel Dimensi Indikator Skala

Perceived

CredibilityCompetence

1. Berwawasan

sempit/

Berwawasan Luas

2. Berpengalaman

sedikit/

berpengalaman

banyak

3. Pintar/Bodoh

4. Terampil/Tidak

terampil

5. Soliter/sosialita

Interval

Semantic-differential

Trustworthiness

1. Jujur/bohong

2. Terhormat/tidak

terhormat

3. Bermoral/tidak

bermoral

4. Sederhana/rumit

5. Favorable/

unfavorable

Interval

Semantic-differential

3.7 Prosedur Penelitian

Untuk eksperimen ini peneliti menyiapkan 3 akun Facebook yang

berbeda tingkat self disclosurenya dengan ketentuan keterbukaan seperti

yang dijelaskan pada operasionalisasi konsep self disclosure. Ketiga akun

24

Page 25: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

tersebut adalah akun milik Nathaniel Narendra, Daniel Syailendra, dan Fery

Narwestu. Akun Nathaniel Narendra dikategorikan memiliki self disclosure

terbuka dengan menampilkan seluruh info profile secara utuh, sedangkan

akun Daniel Syailendra dikategorikan self disclosure semi terbuka/tertutup

dengan hanya menampilkan sebagian info Facebook. Akun ketiga milik Fery

Narwestu dikategorikan self disclosure tertutup dengan tidak menampilkan

info profil sama sekali.

Responden diberikan diberi tampilan akun Facebook Nathaniel Narendra

kemudian diminta mengisi kuesioner bagian 1 yang telah disediakan oleh

peneliti. Setelah selesai, responden diberi tampilan akun Daniel Syailendra

kemudian diminta mengisi kuesioner bagian 2. Selanjutnya akun ketiga

milik Fery Narwestu ditampilkan dan responden diminta untuk mengisi

kuesioner bagian 3. Treatment ini dilakukan sama kepada 50 responden baik

laki-laki maupun perempuan.

3.8 HIPOTESIS

3.8.1 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh self disclosure terhadap perceived credibility di

Facebook.

2. Ada perbedaan antara pria dan wanita dalam menilai perceived credibility

berdasarkan self disclosure di Facebook.

3.8.2 Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1(1) : Terdapat pengaruh self disclosure terhadap perceived credibility di

Facebook.

Ho(1) : Tidak terdapat pengaruh self disclosure terhadap perceived credibility

di Facebook.

H1(2) : Terdapat perbedaan skor signifikan antara pria dan wanita dalam

menilai perceived credibility berdasarkan self disclosure di Facebook.

25

Page 26: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Ho(2) : Tidak terdapat perbedaan skor signifikan antara pria dan wanita dalam

menilai perceive credibility berdasarkan self disclosure di Facebook.

BAB IV

ANALISI DAN INTERPRETASI DATA

26

Page 27: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

4.1 Analisis Data

Data yang diolah dalam penelitian ini didapat dari 50 kuesioner yang dibagikan

oleh peneliti. Data-data tersebut kemudian diolah menggunakan software

pengolahan data SPSS 17.0.

4.1.1 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen

Peneliti melakukan pengujian reliabilitas dan validitas pada tingkat

dimensi. Dimensi-dimensi tersebut adalah competence dan

trustworthiness.

4.1.1.1 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Competence

Dari uji reliabilitas dimensi competence diperoleh nilai Alpha

Cronbach sebesar 0,720. Dari 5 indikator yang diuji hanya indikator

solidaritas yang mempunyai nilai koefisien Alpha di atas 0,720. Jika

indikator solidaritas dihapus nilai Alphanya menjadi 0,746. Akan

tetapi, peneliti memutuskan untuk tidak menghapus indikator ini

karena dinilai tidak terlalu signifikan mempengaruhi hasil

penghitungan penilaian Alpha Cronbach. Selain itu, tanpa

menghapus indikator ini, nilai Alpha dari dimensi Competence dinilai

sudah reliabel.

Selanjutnya peneliti melakukan uji validitas pada dimensi

competence. Uji validitas ini diukur melihat nilai KMO (Kaiser-

Mayers-Olkin). Nilai KMO dari dimensi competence di atas 0,5 dan

signifikansi 0,000 dengan Measure of Adequacy di atas 0,5. Angka

ini menunjukkan bahwa variable ini valid dan dapat dianalisis lebih

lanjut dengan analisis faktor. Oleh karena dimensi competence tidak

memiliki subdimensi.

Nilai TVE (Total Variance Explained) pada dimensi ini adalah

49,785 %. Angka ini menunjukkan bahwa dimensi competence

mampu menerangkan variable Perceived credibility sebesar 49,785

%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.

27

Page 28: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

4.1.1.2 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Trustworthiness

Selain competence, dimensi yang diuji dalam penelitian ini

adalah trustworthiness. Dari uji reliabilitas dimensi Trustworthiness

diketahui nilai Alpha Cronbachnya sebesar 0,704. Dari 5 pertanyaan

yang diajukan hanya pertanyaan tentang “sederhana” yang

mempunyai nilai Alpha di atas 0,704. Jika pertanyaan ini dihapus,

maka nilai Alphanya menjadi 0,840. Peneliti memutuskan untuk

tidak menghapusnya karena tanpa menghapus pertanyaan tersebut

nilai Alpha dari dimensi Trustworthiness dinilai sudah cukup

reliabel.

Hasil uji validitas pada dimensi Trustworthiness menunjukkan

angka KMO diatas 0,5 dengan signifikansi 0,000 dan MSA di atas

0,5. Angka ini menunjukkan bahwa indikator pada dimensi

Trustworthiness valid dan dapat dilakukan uji analisis faktor. Akan

tetapi, dimensi Trustworthiness tidak memiliki sub dimensi sehingga

tidak perlu dilakukan analisis faktor.

Dimensi Trustworthiness mempunyai nilai TVE sebesar 55,589

%. Artinya, dimensi ini dapat menjelaskan variable Perceived

credibility sebesar 55,589%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh hal-

hal lain.

4.1.2 Hasil Uji Univariat

Pada bagian ini akan dijelaskan data demografis responden

berdasarkan jenis kelamin, tahun angkatan dan jurusan untuk mengetahui

keberagaman responden.

4.1.2.1 Data Jenis Kelamin

Tabel Data Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah Presentase

28

Page 29: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Laki-laki 25 50%Perempuan 25 50%Tidak menyebutkan

0 0%

Total 50 100%

Dalam penelitian ini data jenis kelamin sangat seimbang yakni 25

orang laki-laki (50%) dan 25 orang perempuan 50%. Dan tidaka ada

yang tidak menyebutkan jenis kelamin. Berdasarkan data diatas

jumlah data yang valid adalah 50 orang.

4.1.2.2 Data Tahun Angkatan

Tabel Tahun angkatan

Tahun angkatan Jumlah Presentase

2011 7 14%2010 19 38%2009 18 36%2008 6 12%Tidak menyebutkan

0 0%

Total 50 100%

Responden dalam penelitian ini terbagai menjadi 4 tahun angkatan,

yakni 2011 sebanyak 7 orang (14%), tahun angkatan 2010 sebanyak

19 orang (38%), tahun angkatan 2009 mencapai 18 orang (36%) dan

terakhir tahun angkatan 2008 sebanyak 6 orang (12%). Tidak ada

responden yang tidak menyebutkan tahun angkatannya sehingga data

yang valid adalah 50 orang.

4.1.2.3 Data Jurusan

Tabel Data Jurusan

29

Page 30: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Jurusan Jumlah PresentaseKomunikasi 9 18%Kesejahteraan sosial 4 8%Administrasi 10 20%Politik 5 10%Hubungan Internasional

6 12%

Kriminologi 6 12%Sosiologi 4 8%Antropologi 6 12%Tidak menyebutkan 0 0%Total 50 100%

4.1.3 Hasil Uji Bivariat

Dalam penelitian ini kami menggunakan uji ANOVA untuk menguji

korelasi jenis kelamin dengan perceived credibility di Facebook dilihat

dari self disclosure. Dalam kuesioner yang kami ajukan, kami

menggunakan skala semantic differential dengan skala 1-7. Dari uji

deskriptif anova yang dilakukan diketahui bahwa baik pria dan wanita

dalam meloihat perceived credibility seseorang tidak terlalu dipengaruhi

oleh self disclosurenya di Facebook. Ini dibuktikan dengan nilai mean

yang didapat berkisar di antara 4 yang mana angka tersebut adalah nilai

tengah karena kami menggunakan skala semantic differential 1-7. Untuk

pria dalam melihat perceived credibility pada self disclosure terbuka

sebesar 4,72, semi terbuka 4,51, dan tertutup 4,11. Sedangkan, wanita

menilai perceived credibility pada self disclosure terbuka sebesar 4,61,

semi terbuka 4,73, dan tertutup 3,82.

30

Page 31: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum MaximumLower Bound Upper Bound

terbuka pria 25 4.7200 .70000 .14000 4.4311 5.0089 3.70 7.00

wanita 25 4.6120 .80173 .16035 4.2811 4.9429 3.00 5.60

Total 50 4.6660 .74686 .10562 4.4537 4.8783 3.00 7.00

semi_ter

buka

pria 25 4.5160 .62761 .12552 4.2569 4.7751 3.60 5.90

wanita 25 4.7320 1.00113 .20023 4.3188 5.1452 2.80 8.50

Total 50 4.6240 .83411 .11796 4.3869 4.8611 2.80 8.50

tertutup pria 25 4.1120 .84426 .16885 3.7635 4.4605 2.40 5.80

wanita 25 3.8200 .76757 .15351 3.5032 4.1368 1.60 4.90

Total 50 3.9660 .81205 .11484 3.7352 4.1968 1.60 5.80

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

terbuka Between Groups .146 1 .146 .257 .614

Within Groups 27.186 48 .566

Total 27.332 49

semi_terbuka Between Groups .583 1 .583 .835 .365

Within Groups 33.508 48 .698

Total 34.091 49

tertutup Between Groups 1.066 1 1.066 1.637 .207

Within Groups 31.246 48 .651

Total 32.312 49

Hasil Uji ANOVA juga menunjukkan nilai signifikansi perbedaan antara

pria dan wanita dalam melihat perceived credibility berdasarkan self

disclosure di Facebook. Untuk self disclosure terbuka nilai

sighifikansinya 0,614, semi terbuka 0,365, dan tertutup 0,207.

4.1.4 Interpretasi Data

31

Page 32: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Hipotesis kerja 1 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada

pengaruh signifikan self disclosure di Facebook terhadap perceived

credibility”. Akan tetapi, hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan yang

tidak signifikan antara self disclosure terbuka, semi terbuka/tertutup, dan

tertutup. Nilai mean masing-masing adalah terbuka 4,6660, semi

terbuka/tertutup 4,6240, dan tertutup 3,9660. Selisih nilai-nilai tersebut

<1, sehingga kami menyimpulkan perbedaannya tidak terlalu signifikan.

Jadi hipotesis kerja pertama kami ditolak. Hasilnya adalah tidak ada

pengaruh signifikan antara self disclosure di Facebook terhadap

perceived credibility.

Hipotesis kerja 2 yang kami ajukan adalah “terdapat perbedaan

skor signifikan antara pria dan wanita dalam menilai perceived

credibility berdasarkan self disclosure di Facebook”. Akan tetapi, hasil

uji ANOVA menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara pria

dan wanita dalam memandang perceived credibility berdasarkan self

disclosure di Facebook. Pada self disclosure terbuka nilai signifikansinya

0,614, semi terbuka 0,365, dan tertutup 0,207. Dalam uji ANOVA nilai

signifikansi dinyatakan signifikan apabila nilainya di bawah 0.05. Maka

kami menyimpulkan perbedaannya tidak signifikan. Jadi, hipotesis kerja

kami ditolak. hasilnya adalah tidak terdapat perbedaan skor signifikan

antara pria dan wanita dalam menilai perceived credibility berdasarkan

self disclosure di Facebook.

32

Page 33: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

BAB 5

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

tidak terdapat perbedaan perceived credibility yang signifikan antara pria dan wanita

dalam melihat subjek yang sama. Selain itu tidak terdapat perbedaan perceived

credibility antara Facebook dengan informasi yang terbuka, semi terbuka dan tertutup.

Pada pria ditemukan urutan perceived credibility dari yang tinggi sampai yang rendah

adalah informasi terbuka, informasi semi terbuka dan informasi tertutup. Sedangkan

untuk wanita tingkat perceived credibility dari tinggi ke rendah lebih kompleks dengan

urutan informasi semi terbuka, informasi terbuka dan terakhir informasi tertutup.

Kesamaan terjadi antara pria dan wanita dalam tingkat perceived credibility yang

rendah bagi informasi tertutup.

5.1.1 Implikasi akademis

Karena penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pria

dan wanita, sehingga penelitian ini tidak terdapat implikasi akademis yang berarti.

Penlitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan apabila ada peneliti lain yang ingin

meneliti tentang perbedaan dalam memandang perceived credibility seseorang melalui

self disclosure info Facebook

5.1.2 Implikasi Praktis

Tidak ditemukannya perbedaan signifikas antara perceived credibility wanita dengan

pria. Sehingga akan lebih baik jika peneliti selanjutnya mencoba menelaah lebih jauh

dengan metode yang lain.

33

Page 34: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

5.2.1 Rekomendasi Praktis

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak adanya perbedaan signifikan antara

perceived credibility pria dengan wanita melalui mediated self disclosure menggunakan

Facebook yang dilihat hanya berdasarkan info.

5.2.2 Rekomendasi Akademis

Peneliti selanjutnya bisa meneliti dengan melihat aspek lain, seperti melihat Facebook

secara keseluruhan dari akun, atau melihat dari segi foto-foto saja. Peneliti selanjutnya

juga bisa meneliti dari social media yang lain seperti self disclosure seseorang di

Twitter atau Blog.

34

Page 35: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Daftar Pustaka

Charnigo, Laurie dan Barnett-Ellis, Paula. (2007). Checking Out Facebook.com:

The Impact of a Digital Trend on Academic Libraries. Alabama: Marchanch.

Hewitt, Anne dan Forte, Andrea. (2006) Crossing Boundaries: Identity

Management and Student/Faculty Relationships on the Facebook. Georgia: GVU

Center.

Arrington, Michael (2005). 85% of college students use Facebook. TechCrunch.

Acquisti, Alessandro dan Gross, Ralph (2006). Imagined Communities: Awareness,

Information Sharing, and Privacy on the Facebook, Pittsburgh: PET.

Acquisti, Alessandro dan Gross, Ralph. (2005). Privacy and information revelation

in online social networks. Pittsburgh: Workshop on Privacy in the Electronic Society.

Stutzman, Frederic. (2006). An evaluation of identity-sharing behavior in social

network communities. Chapel Hill: School of Information and Library Science,

University of North Carolina.

Flanagan, A. & Metzger, M. (2003). The perceived credibility of personal web

page information as influenced by the sex of the source. Computers in Human

Behavior,19(6). 683-701.

Ferebee, S. (2207). An examination of the influences of involvement level of web

credibility of web sites. In de Kort, Y. IJsselsteijn, W., Midden, C., Eggen, B

Laraqui, Jawad. (2007). Activity Based Interfaces in Online Social Networks.

Massachusetts: Massachusetts Institute of Technology.

Dwyer, Catherine, Roxanne H, Starr dan Passerini, Katia. (2007). Trust and

privacy concern within social networking sites: A comparison of Facebook and

MySpace. Colorado: Proceedings of the Thirteenth Americas Conference on

Information Systems.

35

Page 36: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Chun Ho, Kevin Lo. (2006). Perceived Credibility, Loneliness, and Self-disclosure

on Blogs. Hong Kong: The Chinese University of Hong Kong.

Pearlson, Godfrey et al. Sex differences in the inferior parietal lobule. Cerebral

Cortex, 1999, 9:896-901.

Pease, Allan dan Pease, Barbara (1999) Why Men Don't Listen and Women Can't

Read Maps. Australia: Pease International

Gray, John. (1992). Men from Mars, Woman from Venus, New york: Harper

Collins.

Supratiknya, A. (1995). Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Derlega, Valerian J dan Berg, John H. (1987) Self-disclosure: theory, research, and

therapy. New York: Plenum Press

Honess, Terry dan Yardley, Krysia. (1987). Self and identity: perspectives across

the lifespan. New York: Routledge & Kegan Paul Inc.

(http://id.ibtimes.com/articles/3964/20110110/jumlah-pengguna-Facebook-di-

indonesia-lampaui-inggris.htm).

(http://tekno.kompas.com/read/2011/04/07/00274410/

Ratarata.Pengguna.Facebook.Indonesia.Paling.Muda.di.Dunia)

Pease, Allan dan Pease, Barbara (1999) Why Men Don't Listen and Women Can't

Read Maps. Australia: Pease International

Furman, Suzane. “Credibility”. http://www.usability.gov

36

Page 37: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Lampiran kuesioner

Selamat sore teman-teman FISIP UI, terima kasih atas kesedian teman-teman

untuk bisa hadir dalam ruangan ini. Kami sekelompok mahasiswa S1 Regular

Komunikasi ingin melakukan penelitian mengenai self disclosure dalam facebook dalam

pengaruhnya terhadap perceived credibility. Penelitian ini kami lakukan dalam rangka

memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi 1.

Mohon teman-teman mengisi isian di bawah ini dengan sejujur-jujurnya tanpa

terpengaruh pihak lain setelah melihat ketiga akun facebook yang telah diperlihatkan

sebelumnya. Semua data yang diberikan dalam kuesioner ini akan dijamin

kerahasiaannya.

Sekali lagi, terima kasih atas partisipasinya J

Data diri :

1. Nama lengkap :

2. Jurusan :

3. Angkatan :

4. Usia :

Setelah melihat facebook Nathaniel, silahkan melingkari pendapat anda mengenai Nathaniel dibawah ini

Dimensi kompetensi

1 2 3 4 5 6 7 37

Page 38: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Berwawasan sempit - - - - - - - Berwawasan luas

Pengalaman sedikit - - - - - - - Pengalaman banyak

Bodoh - - - - - - - pintar

Tidak terampil - - - - - - - terampil di bidangnya

Soliter - - - - - - - sosialita

Dimensi trustworthiness

1 2 3 4 5 6 7 Bohong - - - - - - - jujurTidak terhormat - - - - - - - terhormatTidak bermoral - - - - - - - bermoralSederhana - - - - - - - rumitUnfavorable - - - - - - - favorable

Setelah melihat facebook Daniel, silahkan melingkari pendapat anda mengenai Daniel dibawah ini

Dimensi kompetensi

1 2 3 4 5 6 7

Berwawasan sempit - - - - - - - Berwawasan luas

Pengalaman sedikit - - - - - - - Pengalaman banyak

Bodoh - - - - - - - pintar

Tidak terampil - - - - - - - terampil di bidangnya

Soliter - - - - - - - sosialita

38

Page 39: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Dimensi trustworthiness

1 2 3 4 5 6 7 Bohong - - - - - - - jujurTidak terhormat - - - - - - - terhormatTidak bermoral - - - - - - - bermoralSederhana - - - - - - - rumitUnfavorable - - - - - - - favorable

Setelah melihat facebook Fery , silahkan melingkari pendapat anda mengenai Fery dibawah ini

Dimensi kompetensi

1 2 3 4 5 6 7

Berwawasan sempit - - - - - - - Berwawasan luas

Pengalaman sedikit - - - - - - - Pengalaman banyak

Bodoh - - - - - - - pintar

Tidak terampil - - - - - - - terampil di bidangnya

Soliter - - - - - - - sosialita

Dimensi trustworthiness

1 2 3 4 5 6 7 Bohong - - - - - - - jujur

39

Page 40: Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook

Tidak terhormat - - - - - - - terhormatTidak bermoral - - - - - - - bermoralSederhana - - - - - - - rumitUnfavorable - - - - - - - favorable

40