57
PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI, P TINGGI DAN pH RENDAH SEBAGAI ANTAGONIS Ganoderma boninense DAN PGPF (Skripsi) Fitri Widyanti FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

  • Upload
    trandat

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN

TAHAN N TINGGI, P TINGGI DAN pH RENDAH

SEBAGAI ANTAGONIS Ganoderma boninense

DAN PGPF

(Skripsi)

Fitri Widyanti

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

ABSTRAK

PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

P TINGGI DAN pH RENDAH SEBAGAI ANTAGONIS

Ganoderma boninense DAN PGPF

Oleh

Fitri Widyanti

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Ganoderma

boninense merupakan salah satu penyakit penting yang menyerang tanaman

kelapa sawit. Salah satu alternatif pengendalian penyakit tersebut yaitu dengan

memanfaatkan mutan jamur Trichoderma sp. hasil perendaman EMS. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan mutan Trichoderma sp.

koleksi Laboratorium Bioteknologi Pertanian FP Unila hasil perendaman EMS

dalam pertumbuhuan, sporulasi, viabilitas spora dan daya antagonis secara in vitro

dan sebagai Plant Growth Promoting Fungi (PGPF) di lapangan. Pelaksanaan

penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengujian pertumbuhan

Trichoderma sp., pengujian antagonis Trichoderma sp., pengamatan sporulasi

Trichoderma sp., pengujian viabilitas Trichoderma sp. dan pengujian kemampuan

Trichoderma sp. sebagai PGPF. Penelitian terdiri dari 31 perlakuan yaitu 10

isolat Trichoderma sp. tahan P tinggi, 7 isolat Trichoderma sp. tahan N tinggi, 10

isolat Trichoderma sp. tahan pH rendah dan 4 wild type dan perlakuan tersebut

Page 3: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan disusun dalam rancangan acak lengkap

(RAL). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, kemudian dilanjutkan

dengan membandingkan nilai tengah pada uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple

Range Test) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat mutan

Trichoderma sp. tahan N tinggi, P tinggi dan pH rendah memiliki kemampuan

pertumbuhan koloni Trichoderma sp. dan persentase viabilitas yang tidak berbeda

nyata dengan wild type. Pada hasil uji antagonis 7 hsi, isolat NT 7 (4.1)

menghasilkan daya hambat yang lebih baik dari isolat wild type aslinya (WT 4).

Isolat NT 1 (1.2), NT 2 (3.3), NT 3 (4.1), NT 5 (4.3), PT 1 (1.1) memiliki

kemampuan daya hambat yang tidak berbeda nyata dari isolat wild type aslinya.

Isolat NT 1 (1.2), NT 4 (4.3), NT 6 (4.2), PT 2 (1.2) dan PT 6 (4.3) memiliki

kemampuan daya hambat yang lebih rendah dari isolat wild type aslinya. Pada

hasil analisis persentase kerapatan spora isolat mutan pHT 7 (2.3), PPT 9 (3.2)

dan pHT 4 (2.3) menunjukkan hasil yang lebih baik dan berbeda nyata dengan

wild type. Kemudian dari semua isolat yang diuji PGPF di rumah kaca

menunjukkan bahwa isolat mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi, P tinggi dan

pH rendah yang diuji kemampuannya sebagai PGPF tidak ada yang berpotensi

sebagai PGPF di lapangan.

Kata kunci: busuk pangkal batang, ethyl methane sulfonate, Plant Growth

Promoting Fungi, Trichoderma sp.

Fitri Widyanti

Page 4: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

P TINGGI DAN pH RENDAH SEBAGAI ANTAGONIS

Ganoderma boninense DAN PGPF

Oleh

Fitri Widyanti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,
Page 6: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,
Page 7: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,
Page 8: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Umas Jaya, Lampung Tengah pada 29 Maret 1996 sebagai

anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Khoiri dan Ibu Susmawati.

Pendidikan yang ditempuh penulis pertama pada TK IT Bustanul Ulum yang

diselesaikan pada tahun 2002. Kemudian pendidikan selanjutnya di SD IT

Bustanul Ulum yang diselesaikan pada tahun 2008. Kemudian pendidikan

sekolah lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2011 di SMPT IT

Bustanul Ulum Terbanggi Besar. Sekolah Menengah Atas diselesaikan penulis

pada tahun 2013 di MAN 1 Poncowati. Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai

mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung Program Studi Agroteknologi

melalui jalur SBMPTN.

Penulis telah melaksanakan Praktik Umum pada tahun 2016 di PT Great Giant

Food, Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Kemudian pada tahun 2017 penulis

telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Teluk Dalem Ilir

kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah. Selama menjadi mahasiswa

penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman

Page 9: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

selama dua periode yaitu pada tahun 2015 dan 2017. Kemudian penulis juga

pernah menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman pada

tahun 2016. Selain itu penulis juga pernah mengikuti monitoring Pekan

Kreatifitas Mahasiswa (PKM) 2015 “Eskrim Gulma Pegagan (Centella asiatica

(L) Urban) Kaya Nutrisi.

Page 10: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT.

ku persembahkan karya kecil ini untuk kedua orang tuaku

dan Almamater tercinta, Universitas Lampung.

Page 11: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

Masa depan sukses tidak memandang level pendidikan.

Tapi lebih memandang siapa yang paling kuat memiliki kemauan,

lebih lama bertahan, dan paling gigih dalam memperjuangkan

(Merry Riana)

Jika engkau tak belajar bersabar dalam pahitnya kegagalan,

engkau tak akan sampai pada manisnya keberhasilan

(Mario Teguh)

Daripada mengkhawatirkan apa yang orang katakan tentang Anda,

mengapa tidak menghabiskan waktu untuk berusaha

meraih sesuatu yang mereka akan kagumi

(Dale Carnige)

Ketika do’a, usaha dan tawakal sudah dikerjakan dengan maksimal,

namun Tuhan belum juga memberikan yang kita harapkan

itu tandanya Tuhan ingin melihat seberapa kuat tekad kita

(Fitri Widyanti)

Page 12: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Pada

kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M.P., selaku pembimbing utama yang telah

memberikan banyak ilmu dan wawasan, nasihat serta semangat, bimbingan

dan juga teguran pada setiap proses yang terlewati dalam penelitian hingga

selesainya penulisan skripsi ini.

2. Ibu Ivayani, S.P., M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan

arahan, bimbingan dan saran serta kesabaran dalam proses penelitan hingga

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Radix Suharjo, S.P., M.Agr., Ph.D., selaku penguji atas nasehat,

bimbingan serta kritik yang membangun dalam proses penelitian hingga

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

5. Ibu Prof. Dr, Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Page 13: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., Ketua Bidang Proteksi Tanaman,

Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Kukuh Setiawan, M.Sc. Ph.D., selaku Pembimbing

Akademik (PA) atas saran dan bimbingannya selama perkuliahan.

8. Kedua orang tuaku Ayahanda Khoiri dan Ibunda Susmawati tercinta yang

telah memberikan doa, harapan dan kepercayaan serta untaian panjang

nasehatnya.

9. Abangku Novri Setyawan, adikku Septia Rahma Dini, keponakan tercinta

Jasmine Chaira Mirza dan kakak iparku Maya Sari yang senantiasa

memberikan dukungan semangat, senyum dan do’a.

10. Ibu Yuyun Fitriana, S.P., M.P., Ph.D. atas bantuan, do’a dan dukungannya.

11. Teman-teman satu tim penelitian Rio Aji Sindapati dan Rian Adi Nata atas

bantuan, kerjasama dan semangatnya.

12. Keluarga besar laboratorium Bioteknologi, Siti Jarlina, Rully Pebriansyah,

Catur Putra Satdaga, Ika Rachma Pangesti, Lina Nur Hayati, Dwi Yanti

Kusumaningrum, Putri Septia Ningrum, Yohan Yogaswara, Fransiska Dina

Marlinawati, Warisman, Frendika Mahendra, Santia Putri, dan Windari atas

nasehat, semangat, serta motivasi yang diberikan selama penelitian.

13. Sahabat penulis Erisa Setyowati, Endah Martia Ningsih, Endah

Kusumayuni, Kronika Silalahi dan Gietha Putri Aroem yang senantiasa

memberikan dukungan semangat, senyum dan do’a.

14. Keluarga besar kelas B dan Agroteknologi 2013 dan 2014 atas

kebersamaannya selama ini.

Page 14: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan amiiin.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.

Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk

perbaikan di masa yang akan datang dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Bandar Lampung, 24 Februari 2018

Penulis,

Fitri Widyanti

Page 15: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

1.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4

1.4 Hipotesis .......................................................................................... 7

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit ..................................................................... 8

2.2 Penyakit Busuk Pangkal Batang ........................................................ 10

2.2.1 Penyebab Penyakit .................................................................... 10

2.2.2 Gejala Penyakit ......................................................................... 11

2.2.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penyakit ......................... 12

2.2.4 Pengendalian Penyakit .............................................................. 12

2.3 Trichoderma sp. sebagai Agens Antagonis ....................................... 14

2.4 Trichoderma sp. sebagai Plant Growth Promoting Fungi ................ 15

Page 16: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 17

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................... 17

3.3 Metode Penelitian .............................................................................. 18

3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 19

3.4.1 Penyiapan media ...................................................................... 19

3.4.2 Peremajaan Trichdoderma sp. .................................................. 20

3.4.3 Pengujian Pertumbuhan Trichdoderma sp ................................ 20

3.4.4 Pengamatan Sporulasi Trichdoderma sp. .................................. 21

3.4.5 Pengujian Viabilitas Trichdoderma sp. ..................................... 22

3.4.6 Pengujian Antagonis Trichdoderma sp ..................................... 23

3.4.6.1 Penyiapan Isolat Ganoderma boninense ...................... 23

3.4.6.2 Pengujian Antagonis ..................................................... 23

3.4.7 Uji kemampuan Trichdoderma sp. sebagai PGPF .................... 25

3.4.7.1 Penyiapan Tanaman Indikator ...................................... 23

3.4.7.2 Penyiapan Media Beras untuk Perbanyakan Isolat ...... 23

3.4.7.3 Penyiapan Media Tanam .............................................. 26

3.4.7.4 Pengamatan................................................................... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 27

4.1.1 Pengujian Mutan Trichoderma sp. Tahan N Tinggi dan

Wild type secara in vitro ........................................................... 27

4.1.1.1 Uji Pertumbuhan Mutan Trichoderma sp. Tahan

N Tinggi dan Wild type ................................................. 27

4.1.1.2 Uji Kerapatan dan Viabilitas Spora Mutan

Trichoderma sp. Tahan N Tinggi dan Wild type .......... 29

4.1.1.3 Uji Antagonis Mutan Trichoderma sp.

Tahan N Tinggi dan Wild type ...................................... 31

4.1.2 Pengujian Mutan Trichoderma sp. Tahan P Tinggi dan

Wild type secara in vitro ........................................................... 35

Page 17: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

4.1.2.1 Uji Pertumbuhan Mutan Trichoderma sp. Tahan

P Tinggi dan Wild type ................................................. 35

4.1.2.2 Uji Kerapatan dan Viabilitas Spora Mutan

Trichoderma sp. Tahan P Tinggi dan Wild type ........... 37

4.1.2.3 Uji Antagonis Mutan Trichoderma sp.

Tahan P Tinggi dan Wild type ...................................... 38

4.1.3 Pengujian Mutan Trichoderma sp. Tahan pH Rendah dan

Wild type secara in vitro ........................................................... 40

4.1.3.1 Uji Pertumbuhan Mutan Trichoderma sp. Tahan

pH Rendah dan Wild type ............................................. 40

4.1.3.2 Uji Kerapatan dan Viabilitas Spora Mutan

Trichoderma sp. Tahan pH Rendah dan Wild type ....... 43

4.1.3.3 Uji Antagonis Mutan Trichoderma sp.

Tahan pH Rendah dan Wild type .................................. 45

4.1.4 Pengujian Trichoderma sp.sebagai PGPF................................. 47

4.2 Pembahasan ....................................................................................... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ........................................................................................... 59

5.2 Saran ................................................................................................. 60

PUSTAKA ACUAN ....................................................................................... 61

LAMPIRAN .................................................................................................... 65

Tabel 12-142 .................................................................................................... 66-105

Page 18: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Isolat yang digunakan pada penelitian ...................................................... 18

2. Pertumbuhan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan wild type ......... 28

3. Kerapatan dan viabilitas spora mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type .................................................................................................... 30

4. Daya hambat mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan wild type

terhadap G. boninense ............................................................................... 32

5. Pertumbuhan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan wild type ......... 35

6. Kerapatan dan viabilitas spora mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type .................................................................................................... 38

7. Daya hambat mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan wild type

terhadap G. boninense ............................................................................... 39

8. Pertumbuhan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dan wild type ..... 41

9. Kerapatan dan viabilitas spora mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dan

wild type .................................................................................................... 44

10. Daya hambat mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dan wild type

terhadap G. boninense ............................................................................... 46

11. Trichoderma sp. sebagai PGPF pada tanaman mentimun ........................ 49

12. Hasil pengamatan diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan N tinggi dan wild type pada 1 hsi .................................................... 66

13. Data anara diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan N tinggi dan wild type pada 1 hsi ................................................... 66

Page 19: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

14. Hasil pengamatan diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan N tinggi dan wild type pada 2 hsi .................................................... 66

15. Data anara diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan N tinggi dan wild type pada 2 hsi ................................................... 66

16. Hasil pengamatan diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan N tinggi dan wild type pada 3 hsi .................................................... 67

17. Hasil pengamatan diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan P tinggi dan wild type pada 1 hsi ..................................................... 67

18. Data anara diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan P tinggi dan wild type pada 1 hsi .................................................... 67

19. Hasil pengamatan diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan P tinggi dan wild type pada 2 hsi ..................................................... 68

20. Hasil pengamatan diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan P tinggi dan wild type pada 2 hsi ..................................................... 68

21. Hasil pengamatan diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan P tinggi dan wild type pada 3 hsi ..................................................... 68

22. Hasil pengamatan diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan pH rendah dan wild type pada 1 hsi ................................................. 69

23. Data anara diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan pH rendah dan wild type pada 1 hsi ................................................ 69

24. Hasil pengamatan diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan pH rendah dan wild type pada 2 hsi ................................................. 69

25. Data anara diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan pH rendah dan wild type pada 2 hsi ................................................ 70

26. Hasil pengamatan diameter koloni pertumbuhan mutan Trichoderma sp.

tahan pH rendah dan wild type pada 3 hsi ................................................. 70

27. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 2 hsi ................................................................................... 70

28. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 2 hsi ................................................................................... 71

29. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 3 hsi .................................................................................. 71

30. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 3 hsi ................................................................................... 71

31. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 4 hsi ................................................................................... 71

32. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 4 hsi .................................................................................. 72

Page 20: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

33. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 5 hsi .................................................................................. 72

34. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 5 hsi ................................................................................... 72

35. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 6 hsi ................................................................................... 72

36. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 6 hsi ................................................................................... 73

37. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 7 hsi ................................................................................... 73

38. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dan

wild type pada 7 hsi ................................................................................... 73

39. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 2 hsi ................................................................................... 74

40. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 2 hsi ................................................................................... 74

41. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 3 hsi ................................................................................... 74

42. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 3 hsi .................................................................................. 75

43. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 4 hsi ................................................................................... 75

44. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 4 hsi ................................................................................... 75

45. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 5 hsi ................................................................................... 76

46. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 5 hsi ................................................................................... 76

47. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 6 hsi ................................................................................... 76

48. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 6 hsi .................................................................................. 77

49. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 7 hsi .................................................................................. 77

50. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dan

wild type pada 7 hsi .................................................................................. 77

51. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dan

wild type pada 2 hsi .................................................................................. 78

52. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dan

Page 21: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

wild type pada 2 hsi ................................................................................... 78

53. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dan

wild type pada 3 hsi ................................................................................... 78

54. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dan

wild type pada 3 hsi .................................................................................. 79

55. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dan

wild type pada 4 hsi .................................................................................. 79

56. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah

dan wild type pada 4 hsi ........................................................................... 79

57. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dan

wild type pada 5 hsi .................................................................................. 80

58. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah

dan wild type pada 5 hsi ............................................................................ 80

59. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah

dan wild type pada 6 hsi ............................................................................ 80

60. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah

dan wild type pada 6 hsi ............................................................................ 81

61. Hasil penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah

dan wild type pada 7 hsi ............................................................................ 81

62. Data anara penghambatan mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah

dan wild type pada 7 hsi ............................................................................ 81

63. Hasil kerapatan spora mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi

dan wild type ............................................................................................. 82

64. Data anara kerapatan spora mutan Trichoderma sp.

tahan N tinggi dan wild type .................................................................... 82

65. Hasil kerapatan spora mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi

dan wild type ............................................................................................. 82

66. Data anara kerapatan spora mutan Trichoderma sp.tahan P tinggi

dan wild type ............................................................................................. 83

67. Hasil kerapatan spora mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah

dan wild type ............................................................................................. 83

68. Data anara kerapatan spora mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah

dan wild type ............................................................................................. 83

69. Hasil persentase viabilitas spora mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi

dan wild type ............................................................................................. 84

70. Data anara viabilitas spora mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi

dan wild type ............................................................................................. 84

71. Hasil persentase viabilitas spora mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi

dan wild type ............................................................................................. 84

Page 22: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

72. Data anara viabilitas spora mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi

dan wild type ............................................................................................. 85

73. Hasil persentase viabilitas spora mutan Trichoderma sp.

tahan pH rendah dan wild type ................................................................. 85

74. Data anara viabilitas spora mutan Trichoderma sp.

tahan pH rendah dan wild type ................................................................. 85

75. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 2 hst .......................... 86

76. Data anara tinggi tanaman mentimun umur 2 hst ..................................... 86

77. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 4 hst .......................... 86

78. Data anara tinggi tanaman mentimun umur 4 hst ..................................... 86

79. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 6 hst .......................... 87

80. Data anara tinggi tanaman mentimun umur 6 hst ..................................... 87

81. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 8 hst .......................... 87

82. Data anara tinggi tanaman mentimun umur 8 hst ..................................... 87

83. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 10 hst ........................ 88

84. Data anara tinggi tanaman mentimun umur 10 hst ................................... 88

85. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 12 hst ........................ 88

86. Data anara tinggi tanaman mentimun umur 12 hst ................................... 88

87. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 14 hst ..................... 89

88. Data anara tinggi tanaman mentimun umur 14 hst ................................. 89

89. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 16 hst ..................... 89

90. Data anara tinggi tanaman mentimun umur 16 hst ................................. 89

91. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 18 hst ..................... 90

92. Data anara tinggi tanaman mentimun umur 18 hst ................................. 90

93. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 20 hst ..................... 90

94. Data anara tinggi tanaman mentimun umur 20 hst ................................. 90

95. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 22 hst ..................... 91

96. Data anara tinggi tanaman mentimun pengamatan umur 22 hst............. 91

97. Hasil pengamatan tinggi tanaman mentimun umur 24 hst ..................... 91

98. Data anara tinggi tanaman mentimun pengamatan umur 24 hst............. 91

99. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 2 hst ............. 92

100. Data anara jumlah daun tanaman mentimun umur 2 hst ........................ 92

101. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 4 hst ............. 92

Page 23: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

102. Data anara jumlah daun tanaman mentimun umur 4 hst ........................ 92

103. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 6 hst ............. 93

104. Data anara jumlah daun tanaman mentimun umur 6 hst ........................ 93

105. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 8 hst ............. 93

106. Data anara jumlah daun tanaman mentimun umur 8 hst ........................ 93

107. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 10 hst ........... 94

108. Data anara jumlah daun tanaman mentimun umur 10 hst ...................... 94

109. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 12 hst ........... 94

110. Data anara jumlah daun tanaman mentimun umur 12 hst ...................... 95

111. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 14 hst ........... 95

112. Data anara jumlah daun tanaman mentimun umur 14 hst ...................... 95

113. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 16 hst ........... 96

114. Data anara jumlah daun tanaman mentimun umur 16 hst ...................... 96

115. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 18 hst ........... 96

116. Data anara jumlah daun tanaman mentimun umur 18 hst ...................... 96

117. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 20 hst ........... 97

118. Data anara jumlah daun tanaman mentimun pengamatan umur 20 hst .. 97

119. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 22 hst ........... 97

120. Data anara jumlah daun tanaman mentimun umur 22 hst ...................... 98

121. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 24 hst ........... 98

122. Data anara jumlah daun tanaman mentimun umur 24 hst ...................... 98

123. Hasil pengamatan kehijauan daun tanaman mentimun umur 16 hst ...... 99

124. Data anara kehijauan daun tanaman mentimun umur 16 hst .................. 99

125. Hasil pengamatan kehijauan daun tanaman mentimun umur 18 hst ...... 99

126. Data anara kehijauan daun tanaman mentimun umur 18 hst .................. 100

127. Hasil pengamatan kehijauan daun tanaman mentimun umur 20 hst ...... 100

128. Data anara kehijauan daun tanaman mentimunumur 20 hst ................... 100

129. Hasil pengamatan kehijauan daun tanaman mentimun umur 22 hst ...... 101

130. Data anara kehijauan daun tanaman mentimun umur 22 hst .................. 101

131. Hasil pengamatan kehijauan daun tanaman mentimun umur 24 hst ...... 101

132. Data anara kehijauan daun tanaman mentimun umur 24 hst .................. 102

133. Hasil bobot basah tajuk tanaman mentimun ........................................... 102

Page 24: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

134. Data anara bobot basah tajuk tanaman mentimun .................................. 102

135. Hasil bobot basah akar tanaman mentimun ............................................ 103

136. Data anara bobot basah akar tanaman mentimun ................................... 103

137. Hasil panjang akar tanaman mentimun................................................... 103

138. Data anara panjang akar tanaman mentimun .......................................... 104

139. Hasil bobot kering tajuk tanaman mentimun .......................................... 104

140. Data anara bobot kering tajuk tanaman mentimun ................................. 104

141. Hasil pengamatan bobot kering akar tanaman mentimun....................... 104

142. Data anara bobot kering akar tanaman mentimun .................................. 105

Page 25: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengujian pertumbuhan Trichoderma sp. ............................................... 21

2. Pengujian viabilitas Trichoderma sp. pada media PDA ......................... 22

3. Pengujian antagonis Trichoderma sp. terhadap G. boninense ................ 24

4. Koloni jamur Trichoderma sp. ................................................................ 43

5. Uji antagonis dengan metode kultur ganda Trichoderma sp.

terhadap G. boninense ............................................................................ 47

6. Akar tanaman mentimun......................................................................... 52

Page 26: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang perkembanganya didukung oleh sektor

pertanian. Sub sektor pertanian tersebut salah satunya adalah perkebunan. Kelapa

sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang

memiliki peranan yang sangat penting bagi pendapatan nasional dan devisa negara

yaitu sebagai penghasil minyak masak, bahan industri maupun bahan bakar.

Usaha perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak

hutan atau perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Luas

lahan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2012 yaitu 9.572.715 ha, pada tahun

2013 yaitu 10.465.020 ha, pada tahun 2014 yaitu 10.754.801 ha, pada tahun 2015

yaitu 11.300.370 ha dan pada 2016 yaitu 11.672.861 ha dengan hasil produksi

mencapai 37 juta ton (Direktorat Jendral Perkebunan, 2015).

Fluktuasi produksi kelapa sawit tersebut, tidak selalu diikuti oleh hasil panen yang

selalu meningkat. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor diantaranya

budidaya tanaman yang kurang optimal dan tingkat kesuburan tanah yang

semakin menurun. Selain itu, penurunan produksi juga diduga disebabkan oleh

adanya permasalahan hama dan penyakit tanaman. Salah satu penyakit penting

yang dapat menurunkan hasil produksi yaitu penyakit busuk pangkal batang

Page 27: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

2

(BPB) yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense. Menurut Purnamasari

et al., (2012) secara nasional, tingkat serangan G. boninense diperkirakan

menyebabkan kerugian lebih dari Rp 40 trilyun setiap tahunnya.

Perkembangan BPB yang disebabkan oleh G.boninense akan semakin meningkat

seiring bertambahnya usia tanaman kelapa sawit. Serangan G. boninensi, dapat

terjadi pada lahan bekas hutan yang telah ditanami kelapa sawit berusia 10-12

tahun dengan tingkat serangan sekitar 1-2% dari total populasinya. Serangan

G. boninense akan terus meningkat menjadi 25% pada saat tanaman kelapa sawit

berusia 25 tahun. Intentisitas serangan G. boninense ini bahkan dapat mencapai

sekitar 60% dari populasi tanaman kelapa sawit (Priyatno, 2012).

Upaya pengendalian penyakit BPB kelapa sawit telah banyak dilakukan oleh

petani perkebunan kelapa sawit. Saat ini penggunaan fungisida sintetik masih

menjadi alternatif utama yang dipilih untuk mengendalikan penyakit tanaman.

Salah satu fungisida sintetis yang sering digunakan oleh para petani yaitu

fungisida berbahan aktif hexaconazole. Pada beberapa negara banyak yang

melaporkan bahwa penggunaan fungisida sintetis secara terus-menerus dapat

menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran lingkungan dan resistensi

patogen tanaman serta dapat menurunkan populasi mikroorganisme yang hidup di

dalam tanah (Sodiq, 2000). Sedangkan sebagian besar mikroorganisme seperti

jamur ataupun bakteri yang berada di dalam tanah memiliki peranan yang sangat

penting, yaitu sebagai sumber bahan organik tanah, membantu pertumbuhan

tanaman dan mampu menekan perkembangan patogen tanaman (Murali et al.,

2012).

Page 28: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

3

Agens hayati merupakan alternatif pengendalian lain untuk mengendalian

penyakit tanaman yang efektif dan efisien serta tidak mengganggu keseimbangan

lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia. Trichoderma sp. merupakan salah

satu mikroorganisme tanah yang dapat berkembang biak dengan cepat pada

daerah perakaran dan bersifat menguntungkan karena mampu menyerang jamur

patogen tanaman (Gusnawaty et al., 2014). Selain itu, ternyata Trichoderma sp.

juga memiliki kemampuan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman, sehingga

dikenal sebagai Plant Growth Promoting Fungi (PGPF) (Murali et al., 2012).

Terdapat 31 isolat jamur Trichoderma sp. yang berasal dari koleksi laboratorium

Bioteknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Jamur

Trichoderma sp. tersebut merupakan 7 isolat terduga mutan tahan N tinggi,

10 isolat Trichoderma sp. Tahan P tinggi dan, 10 isolat Trichoderma sp. tahan pH

rendah. Isolat-isolat tersebut merupakan hasil perendaman ethyl methane

sulfonate (EMS) yang belum diketahui kemampuannya dalam menghambat

G. boninense dan sebagai PGPF. Sedangkan 4 isolat lainnya merupakan wild type

(Trichoderma sp. tanpa perlakuan perendaman EMS). Untuk itu, perlu dilakukan

pengujian terhadap kemampuan isolat jamur Trichoderma sp. tersebut serta

mendapatkan mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi, P tinggi dan pH rendah yang

memiiki kemampuan sebagai antagonis G. boninense dan PGPF yang lebih baik

daripada wild type.

Page 29: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

4

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kemampuan mutan Trichoderma sp. koleksi Laboratorium

Bioteknologi Pertanian FP Unila hasil perendaman EMS dalam

pertumbuhan, sporulasi, viabilitas spora dan daya antagonis secara in

vitro.

2. Mengetahui kemampuan mutan Trichoderma sp. koleksi Laboratorium

Bioteknologi Pertanian FP Unila hasil perendaman EMS sebagai PGPF.

1.3 Kerangka Pemikiran

Trichoderma sp. merupakan salah satu jamur tanah yang mempunyai sifat

antagonis yang tinggi terhadap patogen tanaman. Mekanisme pengendalian yang

bersifat kompetisi terhadap patogen tanaman dan mampu meningkatkan hasil

produksi tanaman, menjadi keunggulan tersendiri bagi jamur Trichoderma sp. ini

sebagai agens hayati (Purwantisari & Hastuti, 2009). Berdasarkan penelitian

Gusnawaty et al., (2014), menyatakan bahwa terbukti pada hasil uji secara in vitro

Trichoderma sp. memiliki persentase daya hambat yang cukup tinggi terhadap

pertumbuhan koloni Colletotrichum sp. yaitu mencapai 77,69% pada hari ke-7.

Menurut Retnosari (2011), dikemukakan bahwa interaksi antara koloni T.

harzianum dan Botryodiplodia pada uji antagonis ditunjukkan pada hari k-2

dengan presentase penghambatan sebesar 41.32% dan mencapai 100% pada hari

ke-7.

Page 30: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

5

Pada penelitian Fairuzah et al., (2014), terbukti pada hasil uji di lapangan

menunjukkan bahwa gabungan dari beberapa spesies jamur Trichoderma sp. yang

terkandung dalam biofungisida endohevea memiliki kemampuan untuk

mengendalikan penyakit jamur akar putih (JAP) pada perkebunan karet yaitu

sebesar 78,94%. Sedangkan pada tanaman kontrol mulai dari pengamatan

pertama, justru menunjukkan terjadinya peningkatan serangan JAP yaitu hingga

mencapai 22%.

Pada penelitian Soenartiningsih et al., (2014), dilaporkan bahwa pada uji secara in

vitro diperoleh isolat dua Trichoderma spp. dan Gliocladium sp. yang mampu

menekan perkembangan patogen Rhizoctonia solani penyebab penyakit busuk

pelepah daun jagung yaitu < 50%. Sedangkan pada uji lapang tiga isolat tersebut

mampu menurunkan penyakit busuk pelepah daun jagung hingga mencapai 70%

dan juga mampu menekan kehilangan hasil produksi tanaman jagung hingga

mencapai 23%.

PGPF merupakan golongan dari jamur tanah yang dapat memberikan pengaruh

pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (Murali et al., 2012). Salah satu jamur

PGPF yaitu berasal dari genus Trichoderma yang dapat memacu pertumbuhan

tanaman, karena mampu menghasilkan hormone IAA (Indole Asetic Acid) yang

berperan penting dalam proses pembentukan dan juga pemanjangan akar tanaman

inang, sehingga menyebabkan serapan hara tanaman mejadi semakin luas dan

nutrisi tanaman tercukupi (Chamzurni et al., 2011).

Page 31: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

6

Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa keberadaan jamur yang berperan

sebagai PGPF mampu memacu pertumbuhan dan hasil produksi berbagai tanaman

seperti tanaman karet (Berlian et al., 2013), kedelai (Chamzurni et al., 2011) dan

kentang (Purwantisari &Hastuti, 2009). Trichoderma sp. merupakan salah satu

jenis jamur yang berperan sebagai PGPF dan ternyata juga dapat berperan sebagai

agens hayati (Hyakumachi, 1994).

Ethyl methane sulfonate (EMS) merupakan salah satu bahan yang efektif

menginduksi mutasi (Natarajan, 2005). Dibandingkan dengan mutagen kimia

lainnya, EMS paling banyak digunakan karena mudah diperoleh, murah, dan tidak

bersifat mutagenik setelah terhidrolisis (Van Harten, 1998). Telah banyak

dilaporkan bahwa penggunaan EMS terbukti sebagai bahan yang mampu memicu

terjadinya mutasi, misalnya yaitu pada tanaman kakao yang tahan terhadap

Phytophtora palmivora (Yusuf, 2010). Pada penelitian Sukmadjaja et al., (2013),

mengemukakan bahwa pembentukan tanaman mutan secara in vitro dengan

menggunakan 0,1% EMS mampu menghasilkan tanaman pisang Ambon Kuning

yang tahan terhadap penyakit layu Fusarium sp. Semua studi tersebut

menyatakan bahwa EMS adalah suatu mutagen kimia yang efektif menginduksi

mutasi oleh karenanya dilakukan uji kemampuan jamur Trichoderma sp. terduga

mutan tahan N tinggi, P tinggi dan pH rendah hasil perendaman ethyl methane

sulfonate (EMS) sebagai agens antagonis G. boninense dan PGPF.

Page 32: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

7

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Isolat Trichoderma sp. terduga mutan tahan N tinggi, P tinggi dan pH

rendah hasil perendaman EMS yang diuji secata in vitro memiliki

kemampuan pertumbuhan, sporulasi, viabilitas spora dan daya antagonis

yang lebih tinggi atau tidak berbeda nyata dengan wilde type.

2. Isolat Trichoderma sp. terduga mutan tahan N tinggi, P tinggi dan pH

rendah hasil perendaman EMS memiliki kemampuan sebagai PGPF.

Page 33: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit

Klasifikasi botani tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2006) berikut :

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Palmales

Famili : Palmaceae

Sub-famili : Palminae

Genus : Elaeis

Spesies : E. guineensis Jacq.

E. oleifera (H.B.K) Cortes

E. odora

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang paling potensial yaitu dengan area lahan terluas dan mampu

menghasilkan produksi tanaman tertinggi di Indonesia. Tanaman kelapa sawit

berasal dari Afrika Barat, namun ada juga yang mengatakan bahwa tanaman

tersebut berasal dari Brazil. Pada awalnya tanaman kelapa sawit masuk ke

Indonesia pada tahun 1848 yang didatangkan langsung oleh pemerintah kolonial

Belanda, kemudian pada tahun 1911 tanaman kelapa sawit mulai dibudidayakan

dan hasil produksinya diperdagangkan diseluruh dunia (Fauzi et al., 2014).

Page 34: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

9

Jika dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya, kelapa sawit merupakan

tanaman perkebunan yang memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai

penyumbang devisa negara terbesar di Indonesia. Tanaman kelapa sawit secara

morfologi terdiri atas dua bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian

generatif (bunga dan buah) (Sunarko, 2007).

Tanaman kelapa sawit mempunyai jenis perakaran serabut dan batang yang tidak

bercabang dan tidak berkambium. Kelapa sawit memiliki bentuk batang yang

silinder dengan diameter 20-75 cm. Pada saat kelapa sawit sudah memasuki usia

4 tahum, maka tinggi batang tanaman kelapa sawit akan nampak mengalami

pertumbuhan yang dapat terlihat jelas (Fauzi et al., 2014).

Daun kelapa sawit merupakan daun yang tersusun majemuk menyirip, sejajar dan

berkumpul membentuk satu pelepah yang panjangnya dapat mencapai 7-9 m.

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang memiliki biji tunggal.

Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang, sedangkan bunga betina

ukurannya lebih besar dan mekar. Bunga-bunga betina dalam satu inflor

membuka dalam tiga hari dan siap dibuahi selama 3-4 hari. Sementara itu, bunga-

bunga yang berasal dari inflor jantan melepaskan serbuk sarinya dalam lima hari

(Andoko & Widodoro, 2013).

Menurut (Fauzi et al., (2014), mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor iklim

penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi kelapa sawit,

diantaranya yaitu curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara dan angin.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah diantara 12°

Page 35: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

10

LU-12°LS pada ketinggian 0-500 m dpl dengan curah hujan 2.500-3.000

mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa terjadinya defisit air

dalam waktu yang lama. Pada zona khatulistiwa, tanaman kelapa sawit dapat

tumbuh secara liar dan mampu menghasilkan tandan pada ketinggian 1.300 dpl.

Kendala utama yang sering terjadi pada tanaman kelapa sawit adalah adanya

serangan penyakit tanaman yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, sekaligus

dapat menurunkan hasil produksi tanaman. Salah satu penyakit penting yang

dapat menyerang tanaman kelapa sawit adalah penyakit Busuk Pangkal Batang

(BPB) yang disebabkan oleh jamur G. boninense (Semangun, 2000). BPB dapat

menyerang perkebunan kelapa sawit mulai dari fase peremajaan tanaman

(Susanto, 2002).

2.2 Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB)

2.2.1 Penyebab Penyakit

Klasifikasi penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur

G. boninense Susanto (2011) berikut :

Kingdom : Fungi

Filum : Basidiomycota

Kelas : Agarimycetes

Ordo : Polyporales

Famili : Ganodermataceae

Genus : Ganoderma

Spesies : G.boninense Pat.

Busuk pangkal batang (BPB) kelapa sawit yang disebabkan oleh

G. boninense merupakan penyakit penting di perkebunan kelapa sawit di

Indonesia. Patogen ini dapat menyerang tanaman dari segala usia, baik tanaman

Page 36: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

11

berusia tua ataupun yang masih muda. Laju penyebaran penyakit BPB, sampai

saat ini pun semakin meningkat, khususnya pada tanah dengan tekstur berpasir

(Susanto et al., 2013).

Semangun (2000) mengemukakan, bahwa G. boninense memiliki morfologi

basidiokarp yang sangat bervariasi mulai dari bentuk hingga warnanya. Pada

awalnya basidiokarp G. boninense awalnya menyerupai gembungan kecil

kemudian berkembang membentuk lingkaran yang tebal dan saling menutupi

sehingga tampak seperti suatu susunan yang besar. Permukaan atas basidiokarp

patogen ini berwarna coklat muda hingga coklat tua, sedangkan pada permukaan

bawahnya berwarna putih pucat.

2.2.2 Gejala Penyakit

Gejala yang nampak pertama kali ditimbulkan oleh penyakit busuk pangkal yaitu

pada tiga bulan setelah inokulasi G. boninense. Gejala utama penyakit busuk

pangkal batang kelapa sawit ialah terjadinya penghambatan pertumbuhan pada

tahap pembibitan dan produksi tanaman. Gejala yang khas dari patogen

G. boninense yaitu terjadinya pembusukan pada bagian pangkal batang, sehingga

menyebabkan terjadinya nekrosis pada bagin dalam daun. Setelah itu barulah

terbentuknya tubuh buah jamur G. boninense (Susanto et al., 2013).

Page 37: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

12

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit

Serangan G.boninense pada kelapa sawit meningkat sejalan dengan semakin

bertambahnya umur tanaman. Semakin tua umur tanaman kelapa sawit, maka

akar tanaman yang dihasilkan akan semakin panjang, sehingga akan terjadi

penyebaran penyakit busuk pangkal batang dari sumber inokulum ke tanaman

sawit yang sehat melalui kontak akar maupun batang tanaman yang sebelumnya

telah terinfeksi patogen G. boninense (Susanto, 2002). Selain itu serangan

G.boninense akan semakin meningkat dan dapat menurunkan hasil produksi

tanaman apabila, lahan bekas pertanaman kelapa sawit tersebut sebelumnya tanpa

diawali proses pengolahan lahan dengan cara pemberaan minimal selama 2 tahun

lamanya (Priyatno, 2012).

2.2.4 Pengendalian Penyakit

Pengendalian penyakit BPB yang disebabkan G. boninense pada tanaman kelapa

sawit, yang perlu diusahakan sejauh mungkin adalah:

Secara kultur teknis. Pengendalian penyakit BPB secara kultur teknis dapat

dilakukan melalui beberapa metode, diantaranya yaitu sanitasi sumber infeksi,

sistem penanaman hole in hole, dan pembedahan. Meskipun upaya tersebut telah

dilakukan, terkadang sering tidak berhasil dalam mengendalikan penyakit

tanaman agar dapat benar-benar bersih dari sumber infeksi. Upaya ini hanya

mengurangi jumlah inokulum saja, sehingga kemungkinan besar masih banyak

Page 38: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

13

tanaman sawit di lapangan yang dapat terinfeksi patogen G. boninense

(Semangun, 2000).

Secara kimiawi. Pengendalian yang paling sering digunakan oleh petani untuk

mengendalikan pohon kelapa sawit yang telah terinfeksi G. boninense yaitu secara

kimiawi dengan menggunakan fungisida sistemik. Salah satu fungisida yang

memberikan harapan dalam menekan bahkan membunuh miselium G. boninense.

adalah digunakan fungisida triadimenol dengan metoda absorbsi akar dan

penyiraman, masing-masing dengan konsentrasi 2,5 dan 5 g bahan aktif, serta

7,5 g dan 15 g bahan aktif dengan rotasi 2 dan 4 bulan. Meskipun demikian, hasil

tersebut masih perlu diteruskan penelitiannya untuk mengetahui berapa lama

fungisida triadimenol dapat menahan perkembangan penyakit busuk pangkal

batang kelapa sawit (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).

Tanaman toleran. Pengendalian penyakit BPB yang paling efektif adalah

dengan menggunakan tanaman yang tahan terhadap serangan G. boninense.

Terdapat beberapa tanaman yang toleran terhadap G. boninense diantaranya yaitu

dura dari Afrika menunjukkan perkembangan penyakit BPB yang lebih lambat

daripada tanaman teenera di Sumatra. Elaeis melanococca lebih toleran patogen

tanaman daripada Elaeis guineensis. Namun, untuk mendaptakan tanaman yang

toleran masih membutuhkan waktu yang relatif lama (Susanto, 2002).

Secara hayati. Pengendalian secara hayati penting untuk dikembangkan

mengingat semakin besarnya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan

bahan kimia sintetik. Upaya pengendalian penyakit BPB kelapa sawit secara

Page 39: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

14

hayati dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan mikroorganisme. Sebagian besar

mikroorganisme sebenarnya bersifat menguntungkan bagi tanaman, salah satunya

yaitu Trichoderma spp. yang merupakan jamur tanah bersifat saprofit yang secara

alami menyerang jamur patogen dan bersifat menguntungkan bagi tanaman

(Murali et al., 2012).

2.3 Trichoderma sp. sebagai Agens Antagonis

Trichoderma sp. merupakan jamur rhizosfer yang dapat memacu pertumbuhan

tanaman melalui mekanisme berupa kompetisi ruang hidup dan penyerapan

nutrisi, sehingga mampu berperan sebagai agens antagonis yang dapat

menghambat perkembangan patogen tanaman. Pemanfaatan dengan

menggunakan Trichoderma sp. merupakan salah satu alternatif penting untuk

mengendalikan jamur Phytopthora infestans tanpa menimbulkan dampak negatif

terhadap lingkungan (Purwantisari & Hastuti, 2009).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Suharna (2002), dilaporkan bahwa

pada zona perakaran tanaman di dalam tanah, lahan non vegetasi dan tunggul

telah ditemukan beberapa jenis jamur Trichoderma diantaranya yaitu T. hamaium,

T. harzianum, T. koningi, T. longibrachialuin, T. polysporum, T. pseudokoningii

T. viride dan T. virens. Dalam penelitian Amaria et al., (2013), ditemukan juga

beberapa jenis jamur tanah yang berasal dari genus Trichoderma yang berhasil

diisolasi dari rizosfer tanaman karet di Lampung, diantaranya yaitu T. virens,

T. hamatum, dan T. amazonicum. Pada beberapa spesies Trihoderma yang

ditemukan pada umumnya memiliki potensi yang berbeda-beda dalam

Page 40: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

15

menghambat perkembangan patogen tanaman yang berbeda (Benitez et al., 2004).

Trichoderma sp. adalah merupakan salah satu jamur tanah yang dapat berperan

sebagai agens biokontrol, karena dapat mengendalikan beberapa patogen tular

tanah seperti Fusarium sp pada tanaman pisang (Alfizar et al.,2013) dan penyakit

jamur akar putih yang disebabkan patogen Rigidoporus microporus pada tanaman

karet (Berlian, 2013., Amaria et al., 2013) keunggulan lain dari Trichoderma sp.

adalah selain memiliki daya kompetisi sumber nutrisi, antibiosis, parasitisme dan

daya hidup yang tinggi, Trichoderma sp. juga mampu mengkolonisasi substrat

dengan cepat.

Purwantisari & Hastuti (2009), melaporkan bahwa Trichoderma sp. adalah salah

satu jamur antagonis yang mempunyai sifat spesifik lokasi dan mampu

mengendalikan pertumbuhan jamur patogen P. infestans penyebab penyakit busuk

daun tanaman kentang secara in vitro. Pada penelitian Asrul (2009),

mengemukakan bahwa pada hari ke 18 uji daya hambat antagonis Trichoderma

spp. dengan menggunakan formulasi kering berupa 4 butir tablet telah berhasil

menekan perkembangan patogen P. palmivora yaitu sebesar 99,99%.

2.4 Trichoderma sp. sebagai Plant Growth Promoting Fungi (PGPF)

PGPF merupakan kelompok jamur yang mampu meningkatkan pertumbuhan

tanaman melalui pemanjangan akar (Usha & Padmavati, 2013). Kelompok jamur

PGPF telah terbukti memiliki kemampuan sebagai penghambat perkembangan

patogen tanaman dan mampu menghasilkan beberapa hormon dapat memacu

pertumbuhan tanaman seperti siderophores, IAA (Indole Asetic Acid), aktivitas

Page 41: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

16

enzim katalase (Abri et al., 2015). Pada umumnya jamur yang berperan sebagai

PGPF berasal dari jenis kelompok jamur tular tanah dan hanya dapat ditemukan di

zona perakaran tanaman yang sehat. Salah satu jamur PGPF yaitu berasal dari

genus Trichoderma. Hal ini dikarenakan jamur Trichoderma mampu

menghasilkan hormon auksin berupa IAA yang berperan dalam peningkatan

produksi pemanjangan akar, sehingga menyebabkan serapan hara semakin tinggi

dan nutrisi tanaman menjadi tercukupi (Chamzurni et al., 2011).

Pada zona rizosfer tanaman ternyata banyak ditemukan jamur tanah yang

mempunyai kemampuan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman dan mampu

berperan sebagai agens biokontrol, serta dianggap sebagai Plant Growth

Promoting Fungi (PGPF). Dua diantara jamur tanah tersebut diantaranya adalah

Trichoderma sp. dan Penicillium sp. yang telah diketahui dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman dan juga bersifat sebagai agens antagonis yang dapat

menekan perkembangan patogen tanaman (Murali et al., 2012).

Page 42: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

17

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan rumah kaca

Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Maret 2017 sampai dengan

Agustus 2017.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, tabung

erlenmeyer, mikroskop majemuk, haemocytometer, jarum suntik, rak tabung,

tabung reaksi, korek api, pembakar bunsen, gelas ukur 100 ml, Laminar Air Flow,

autoclave, drigalski, jarum ose, bor gabus, penggaris, aluminium foil, plastic

wrap, tissue, kertas label, nampan, panci, kompor, plastik tahan panas, polybag,

gunting, ember plastik, timbangan elektrik, chlorophyl meter, oven dan alat tulis.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat jamur

Trichoderma sp. terduga mutan tahan N tinggi, P tinggi, dan pH rendah hasil

perendaman EMS, wild type Trichoderma sp. (Tabel 1). Kemudian sodium

hypochlorite 2 %, kertas merang, beras, isolat jamur G.boninense, media PDA

Page 43: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

18

(Potato Dextrose Agar), agar bubuk dan aquades, alkohol 70%, air steril, asam

laktat, pasir, benih mentimun dan kompos.

Tabel 1. Isolat yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

No. Nama Isolat Keterangan

1 NT 1 (1.2) Mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dengan konsentrasi 1% EMS selama 1 jam

2 NT 2 (3.3) Mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dengan konsentrasi 3% EMS selama 3 jam

3 NT 3 (4.1) Mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dengan konsentrasi 4% EMS selama 1 jam

4 NT 4 (4.3) Mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dengan konsentrasi 4% EMS selama 3 jam

5 NT 5 (4.3) Mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dengan konsentrasi 4% EMS selama 3 jam

6 NT 6 (4.2) Mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dengan konsentrasi 4% EMS selama 2 jam

7 NT 7 (4.1) Mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi dengan konsentrasi 4% EMS selama 1 jam

8 PT 1 (1.1) Mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dengan konsentrasi 1% EMS selama 1 jam

9 PT 2 (1.2) Mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dengan konsentrasi 1% EMS selama 2 jam

10 PT 3 (2.1) Mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dengan konsentrasi 2% EMS selama 1 jam

11 PPT 4 (2.3) Mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dengan konsentrasi 2% EMS selama 3 jam

12 PT 5 (4.2) Mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dengan konsentrasi 4% EMS selama 2 jam

13 PT 6 (4.3) Mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dengan konsentrasi 4% EMS selama 3 jam

14 PPT 7 (2.3) Mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dengan konsentrasi 2% EMS selama 3 jam

15 PPT 8 (2.2) Mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dengan konsentrasi 2% EMS selama 2 jam

16 PPT 9 (3.2) Mutan Trichoderma sp. tahan P tinggi dengan konsentrasi 3% EMS selama 2 jam

17 PPT 10 (3.2) Mutan Trichodermasp. tahan P tinggi dengan konsentrasi 3% EMS selama 2 jam

18 pHT 1 (1.1) Mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dengan konsentrasi 1% EMS selama 1 jam

19 pHT 2 (1.3) Mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dengan konsentrasi 1% EMS selama 3 jam

20 pHT 3 (2.2) Mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dengan konsentrasi 2% EMS selama 2 jam

21 pHT 4 (2.3) Mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dengan konsentrasi 2% EMS selama 3 jam

22 pHT 5 (2.1) Mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dengan konsentrasi 2% EMS selama 1 jam

23 pHT 6 (2.2) Mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dengan konsentrasi 2% EMS selama 2 jam

24 pHT 7 (2.3) Mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dengan konsentrasi 2% EMS selama 3 jam

25 pHT 8 (3.1) Mutan Trichoderma sp. tahan pH rendah dengan konsentrasi 3% EMS selama 1 jam

26 pHT 9 (4.1) Mutan Trichodermasp. tahan pH rendah dengan konsentrasi 4% EMS selama 1 jam

27 pHT 10 (4.2) Mutan Trichodermasp. tahan pH rendah dengan konsentrasi 4% EMS selama 2 jam

28 WT 1 Wild typeTrichoderma sp.

29 WT 2 Wild typeTrichoderma sp.

30 WT 3 Wild typeTrichoderma sp.

31 WT 4 Wild typeTrichoderma sp.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan pada penelitian ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL).

Penelitian terdiri dari 31 perlakuan yaitu 10 isolat Trichoderma sp. tahan P tinggi,

7 isolat Trichoderma sp. tahan N tinggi, 10 isolat Trichoderma sp. tahan pH

rendah dan 4 wild type dan perlakuan tersebut diulang sebanyak tiga kali

Page 44: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

19

(Tabel 1). Setiap isolat mutan dengan konsentrasi 1%, maka isolat Trichoderma

sp. aslinya adalah WT 1. Kemudian pada isolat mutan dengan konsentrasi 2%,

maka isolat Trichoderma sp. aslinya adalah WT 2. Pada isolat mutan dengan

konsentrasi 3%, maka isolat Trichoderma sp. aslinya adalah WT 3 dan begitu pula

untuk setiap isolat mutan dengan konsentrasi 4%, maka isolat Trichoderma sp.

aslinya adalah WT 4. Variabel yang diamati meliputi pertumbuhan koloni,

kemampuan antagonisme Trichoderma sp. terhadap G. Boninense, kerapatan

spora dan viabilitas spora secara in vitro. Semua isolat yang digunakan tersebut

merupakan isolat koleksi dari laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Lampung. Hasil seleksi dari beberapa isolat mutan tersebut akan

digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu sebagai uji PGPF di rumah kaca Fakultas

Pertanian Universitas Lampung. Hasil pengamatan yang diperoleh akan dianalisis

ragam dan apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji

Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan Media

Pada pelaksanaan penelitian, media digunakan untuk peremajaan, uji

pertumbuhan, uji antagonis dan viabilitas adalah media PDA (Potato Dextrose

Agar). Media PDA dibuat dengan komposisi 39 g PDA siap pakai dan 2 g agar

bubuk yang dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Kemudian ditambahkan

1000 ml aquades lalu dikocok hingga media menjadi homogen. Setelah itu tabung

erlenmayer ditutup menggunakan alumunium foil dan dikencangkan dengan

Page 45: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

20

menggunakan karet. Media PDA yang berada pada tabung erlenmayer, kemudian

dimasukkan ke dalam plastik tahan panas dan diikat dengan karet, setelah itu

diautoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. Setelah

media steril, didiamkan sejenak hingga suhu media turun. Selanjutnya

ditambahkan asam laktat sebanyak 1,4 ml ke dalam media tersebut. Diaduk

media secara perlahan hingga homogen, lalu media dituang ke dalam cawan petri.

3.4.2 Peremajaan Trichoderma sp.

Trichoderma sp. dilakukan peremajaan menggunakan media PDA. Langkah

pertama ialah bor isolat Trichoderma sp. pada media lama dengan menggunakan

bor gabus yang telah disterilkan, kemudian diletakkan isolat tersebut di tengah

media PDA. Selanjutnya direkatkan dengan plastik wrap dan diberi

keterangan/label pada cawan petri tersebut. Setelah dua hari, Trichoderma sp.

hasil peremajaan digunakan untuk uji pertumbuhan.

3.4.3 Pengujian Pertumbuhan Trichoderma sp.

Trichoderma sp. yang telah diremajakan selama dua hari kemudian diuji daya

pertumbuhannya pada media PDA. Setelah itu, isolat tersebut diambil

menggunakan bor gabus berdiameter 0,5 cm untuk dipindahkan ke media PDA

baru. Pada setiap bagian bawah cawan petri dibuat 4 garis diameter yang berbeda

dengan pusat di isolat yang telah diinokulasikan untuk mempermudah pengukuran

diameter (Gambar 1). Pengamatan pertumbuhan ini dilakukan selama 7 hari

setelah isolasi (hsi).

Page 46: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

21

Gambar 1. Pengujian Pertumbuhan Trichoderma sp. pada cawan petri

(a) isolat Trichoderma sp.

3.4.4 Pengamatan Sporulasi Trichoderma sp.

Pengamatan kerapatan spora dilakukan dengan cara memanen spora dari biakan

murni Trichoderma sp. yang berumur 7 hari. Panen spora dilakukan dengan

menambahkan 10 ml air steril pada cawan petri yang berisi biakan murni jamur

Trichoderma sp. Selanjutnya spora jamur dikeruk secara hati-hati agar media

tidak ikut terangkat dengan menggunakan drigalski sehingga diperoleh suspensi

spora pekat.

Suspensi pekat tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air steril

sebanyak 10 ml dan dihomogenkan menggunakan rotamixer selama 1 menit.

Sebanyak 1 ml larutan pekat yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi diambil

dan ditambahkan ke dalam 9 ml aquades. Larutan ini dihomogenkan kembali

selama 1 menit, sehingga didapatkan pengenceran tingkat 10-1

. Pengenceran ini

dilanjutkan sampai pengenceran tingkat 10-3

.

Pengamatan spora dilakukan dengan menggunakan haemocytometer yang telah

ditetesi suspensi tersebut kemudian hitung jumlah sporanya di bawah mikroskop

dengan perbesaran 40 kali. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan bantuan

a

Page 47: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

22

haemocytometer. Kerapatan spora dihitung dengan menggunakan rumus

(Syahnen et al., 2014) sebagai berikut:

S= R x K x F

Keterangan:

S = Jumlah spora

R = Jumlah rata-rata spora pada haemocytometer

K = Konstanta koefisien alat (2,5 x 105)

F =Faktor pengenceran yang dilakukan

3.4.5 Pengujian Viabilitas Trichoderma sp.

Viabilitas spora Trichoderma sp. diamati dengan membuat suspensi dari

masing - masing isolat Trichoderma sp. yang digunakan. Selanjutnya suspensi

dari masing - masing isolat tersebut diteteskan menggunakan jarum suntik pada

media PDA sebanyak 3 titik yang berbeda sebagai ulangan, kemudian suspensi

diinkubasi pada media PDA selama 12 jam. Setelah diinkubasi selama 12 jam,

kemudian diamati dibawah mikroskop majemukdengan perbesaran 40 kali

untuk menghitung jumlah spora yang berkecambah dan yang tidak

berkecambah (Gambar 2).

Gambar 2. Pengujian viabilitas spora Trichoderma sp. pada media PDA

(a) suspensi Trichoderma sp

Page 48: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

23

Data yang diperoleh adalah jumlah spora yang berkecambah dan yang tidak

berkecambah. Persentase viabilitas perkecambahan spora Trichoderma sp.

dihitung menggunakan rumus Syahnen et al.,(2014).

%

Isolat mutan Trichoderma sp. yang memiliki kemampuan lebih baik saat uji

pertumbuhan, antagonis, kerapatan spora dan viabilitas diremajakan dengan

menggunakan media PDA selama 3 hsi.

3.4.6 Pengujian Antagonisme Trichoderma sp.

3.4.6.1 Penyiapan Isolat G. boninense

Isolat G.boninense yang terdapat pada Laboraotorium Bioteknologi, Fakultas

Pertanian Universitas Lampung, diperbanyak dan dibiakkan pada media PDA

yang baru dan diinkubasi selama empat hari, kemudian biakkan yang telah

tumbuh selama empat hari tersebut digunakan untuk uji antagonis.

3.4.6.2 Pengujian Antagonisme

Uji antagonis dilakukan pada media PDA dalam cawan petri berdiameter 8 cm

dengan metode kultur ganda, pengujian dilakukan menggunakan isolat jamur

G.boninense dan isolat Trichoderma sp. berumur empat hari (Gambar 3b). Pada

permukaan bawah cawan petri dibuat garis yang saling berpotongan dibagian

tengah cawan dengan menggunakan spidol permanen. Kemudian pada garis

Page 49: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

24

tersebut ditentukan dua titik yang berjarak 3 cm. Titik-titik tersebut digunakan

sebagai tempat infestasi cuplikan jamur berdiameter 0,5 cm. Pengamatan

pengujian antagonis dilakukan setiap hari mulai dari hari kedua setelah inokulasi

sampai hari ketujuh. Variabel yang diamati adalah persentase penghambatan

Trichoderma sp. terduga mutan tahan N tinggi, P tinggi dan pH rendah hasil

perendaman EMS.

Selain pengujian secara kultur ganda, isolat G.boninense juga ditumbuhkan pada

media PDA tanpa adanya jamur antagonis (Gambar 3a). Pengamatan hasil

pengujian semua isolat dilakukan mulai dari hari ke-2 sampai dengan hari ke-7

setelah isolasi. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang dari zona

kosong tersebut. Persentase penghambatan dihitung dengan rumus yang

digunakan (Muksin et al., 2013):

Keterangan :

D = Presentase penghambatan pertumbuhan (%)

D1 = Diameter pertumbuhan G. boninense pada kontrol (cm)

D2 = Diameter G. boninense pada tiap perlakuan (cm)

Gambar 3. Pengujian antagonis Trichoderma sp. terhadap G. boninense

(A) Kontrol G. boninense = D1 dan (B) kultur ganda Trichoderma sp.

dan G. boninense = D2

Page 50: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

25

3.4.7 Uji Kemampuan Trichoderma sp. sebagai PGPF

3.4.7.1 Penyiapan Tanaman Indikator

Uji kemampuan sebagai PGPF, dilakukan dengan menggunakan mentimun

sebagai tanaman indikator. Mentimun digunakan karena tanaman mentimun

merupakan salah satu jenis tanaman yang sangat peka terhadap serangan patogen

tanaman. Langkah pertama yaitu benih didesinfeksi terlebih dahulu dengan

menggunakan alkohol 70% dan sodium hypochlorite 2%. Setelah itu benih

dikecambahkan dalam cawan petri yang sebelumnya telah dilapisi kertas merang

yang telah dibasahi dengan air steril dan diinkubasi selama 2 hari pada suhu

kamar.

3.4.7.2 Penyiapan Media Beras untuk Perbanyakan Isolat

Media yang digunakan untuk memperbanyak isolat Trichoderma sp. adalah media

beras. 100 g beras dimasak setengah matang, kemudian didinginkan, lalu

dimasukkan ke dalam plastik tahan panas, kemudian distrerilkan dalam autoklaf

pada suhu 121oC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. Isolat mutan

Trichoderma sp. yang memiliki kemampuan lebih baik saat uji pertumbuhan,

antagonis, kerapatan spora dan viabilitas diremajakan dengan menggunakan

media PDA selama 3 hsi. Begitu pula dengan isolat wild type juga dilakukan

peremajaan pada media PDA selama 3 hsi. Setelah berumur 3 hsi, satu potong

bor gabus biakan murni dengan diameter ±5 mm dipindahkan ke dalam masing –

masing kantong plastik yang berisi media beras 100 g steril, lalu diikat dan

Page 51: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

26

diinkubasi selama 10 hari pada suhu kamar untuk dijadikan sebagai inokulum

pada pengujian lebih lanjut (Worosuryani et al., 2006).

3.4.7.3 Penyiapan Media Tanam

Penyiapan media tanam untuk uji PGPF yaitu dengan menyiapkan 10 g formulasi

Trichoderma sp. yang dicampur merata dengan media tanam. Media tanam yang

digunakan adalah pasir dan kompos steril (1:1) yang telah disterilkan

menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit.

Kemudian dimasukkan sebanyak 0,5 kg/ polybag. Setelah itu, mentimun berumur

2 hari dipindah tanamkan ke dalam polybag dan ditumbukan selama 21 hari di

rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.4.7.4 Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap dua hari sekali selama 24 hari. Variabel yang

diamati pada tanaman mentimun yang digunakan sebagai indikator adalah

kehijauan daun (menggunakan chlorophyl meter), jumlah daun, dan tinggi

tanaman. Pada akhir pengamatan dilakukan pengamatan terhadap bobot basah dan

bobot kering berangkasan tanaman yang meliputi bagian akar, tajuk dan panjang

akar, yang digunakan sebagai data penunjang untuk mengetahui efek perlakuan

terhadap pertumbuhan tanaman. Bobot basah tanaman ditimbang setelah tanaman

baru dicabut dan dicuci bersih. Sedangkan bobot kering tanaman ditimbang

setelah dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven selama 3 hari dengan

suhu 80oC sampai bobot konstan.

Page 52: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

59

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Isolat mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi, P tinggi dan pH rendah

koleksi Laboratorium Bioteknologi Pertanian FP Unila memiliki

kemampuan pertumbuhan koloni Trichoderma sp. dan persentase

viabilitas yang tidak berbeda nyata dengan wild type.

2. Pada hasil uji antagonis 7 hsi, isolat NT 7 (4.1) menghasilkan daya

hambat yang lebih baik dari isolat wild type aslinya (WT 4). Isolat NT 1

(1.2), NT 2 (3.3), NT 3 (4.1), NT 5 (4.3), PT 1 (1.1) memiliki kemampuan

daya hambat yang tidak berbeda nyata dari isolat wild type aslinya. Isolat

NT 1 (1.2), NT 4 (4.3), NT 6 (4.2), PT 2 (1.2) dan PT 6 (4.3) memiliki

kemampuan daya hambat yang lebih rendah dari isolat wild type aslinya.

3. Pada hasil analisis persentase kerapatan spora isolat mutan pHT 7 (2.3),

PPT 9 (3.2) dan pHT 4 (2.3) menunjukkan hasil yang lebih baik dan

berbeda nyata dengan wild type.

4. Isolat mutan Trichoderma sp. tahan N tinggi, P tinggi dan pH rendah yang

diuji kemampuannya sebagai PGPF tidak ada yang berpotensi sebagai

PGPF di lapangan.

Page 53: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

60

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut terkait

mekanisme isolat mutan jamur Trichoderma sp. dalam memacu pertumbuhan

tanaman.

Page 54: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

61

DAFTAR PUSTAKA

Abri, T., E. L. Kuswinanti, Sengin & R. Sjahrir. 2015. Production of indole

acetic acid (IAA) hormone from fungal isolates collected from rhizosphere

of aromatic rice in Tana Toraja. Int. J. Curr. Res. Biosci. Plant Biol. 2 (6):

198-201.

Alfizar, Marlina, & F. Susanti. 2013. Kemampuan antagonis Trichoderma sp.

terhadap beberapa jamur patogen in vitro. J. Floratek. 8: 45-51.

Amaria, W., E. Taufiq & R. Harni. 2013. Seleksi dan identifikasi jamur

antagonis sebagai agens hayati jamur akar putih (Rigidoporus microporus)

pada tanaman karet. Buletin RISTRI. 4 (1): 1-8.

Andoko, A. & Widodoro. 2013. Berkebun Kelapa Sawit si Emas Cair. Agro

Media Pustaka. Jakarta. 130 hlm.

Asrul. 2009. Uji daya hambat jamur antagonis Trichoderma spp. dalam

formulasi kering berbentuk tablet terhadap luas bercak Phytophthora

palmivora pada buah kakao. J. Agrisains. 10 (1): 21-27.

Aulia, D. 2016. Identifikasi dan Uji Kemampuan Jamur Rhizosfer Tanaman

Nanas sebagai Plant Growth Promoting Fungi (PGPF). (Skripsi). Fakultas

Pertanian. Universitas Lampung.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Abstrak Hasil Penelitian

Badan Litbang Pertanian Komoditas Kelapa Sawit. Pusat Perpustakaan dan

Penyebaran Teknologi Pertanian. 237 hlm.

Benitez. T., A. M. Rincon, M.C. Limon & A. C. Codon. 2004. Biocontrol

mechanisms of Trichoderma strains. International Microbiology. 7: 249-

260.

Berlian, I., B. Setyawan & H. Hadi. 2013. Mekanisme antagonisme Trichoderma

spp. terhadap beberapa patogen tular tanah. Warta Perkaretan. 32 (2): 74–

82.

Chamzurni, T., R. Sriwati & R. D. Selian. 2011. Efektifitas dosis dan aplikasi

Trichoderma virens terhadap serangan Sclerotium rolfsii pada kedelai.

Jurnal Floratek. 6 : 62-73.

Page 55: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

62

Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas

Kelapa Sawit 2014 – 2016. Jakarta. 69 hlm.

Djafaruddin. 2000. Dasar-dasar Perlindungan Penyakit Tanaman. Budi Aksara,

Jakarta.

Fauzi ,Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyaawibawa & R. H. Paeru. 2014. Kelapa

Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 234 hlm.

Fairuzah, Z. C. I. Dalimunthe, Karyudi, S. Suryaman & W. E. Widhayati

2014. Keefektifan beberapa fungi antagonis (Trichoderma sp.) dalam

biofungisida endohevea terhadap penyakit jamur akar putih (Rigidoporus

microporus) di lapangan. Jurnal Penelitian Karet. 32 (2): 122-138.

Gusnawaty, H. S., M. Taufik, Herman. 2014. Efektifitas Trichoderma indigenus

Sulawesi Tenggara sebagai biofungisida terhadap Colletotrichum sp. secara

in-vitro. Jurnal Agroteknos. 4 (1): 38-43.

Hyakumachi, M. 1994. Plant Growth Promoting Fungi from turfgrass

rhizozphere with potential for disease Supession. Journal Soil

Microorganisme. 44: 53-68.

Ismail, N, & Tenrirawe, A. 2011. Potensi Agens Hayati Trichoderma spp.

sebagai Agens Pengendali Hayati. Seminar Regional Inovasi Teknologi

Pertanian, Mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi

Utara.

Kurniawati, C. D. 2015. Pengaruh Plant Growth Promoting Fungi ( PGPF) pada

Pertumbuhan dan Ketahanan Mentimun terhadap Penyakit Bercak Daun

Alternia. (Skripsi). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Muksin R, Rosmini & P. Johanis. 2013. Uji antagonisme Trichoderma sp.

terhadap jamur patogen Alternaria porri penyebab penyakit bercak ungu

pada bawang merah secara in vitro. Jurnal Agrotekbis. 1 (2) : 140-144.

Murali, M., K. N. Amruthesh, J. Sudisha., S. R. Niranjana & H. S. Shetty. 2012.

Screening for plant growth promoting fungi and their ability for growth

promotion and induction of resistance in pearl millet against downymildew

disease. Journal of Phytology. 4 (5): 30-36.

Natarajan, A. T. 2005. Chemical mutagenesis: from plants tohuman. Curr. Sci.

89: 312-317.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar swadaya. Medan.

Priyatno, T. P. 2012. Pendekatan ekologis mengatasi penyakit busuk pangkal

batang Ganoderma pada Kelapa Sawit. Balai Besar Penelitian dan

Page 56: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

63

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Jurnal

Agroinovasi. Edisi 5-11.

Purwantisari, S. 2009. Isolasi dan identifikasi jamur Indigenous Rhizosfer

tanaman kentang dari lahan pertanian kentang organik di desa Pakis.

Magelang. Jurnal BIOMA. 11 (2): 45-52.

Purwantisari, S. & R. B. Hastuti. 2009. Uji antagonisme jamur patogen

Phythopthora infestans penyebab penyakit busuk daun dan umbi tanaman

kentang dengan menggunakan Trichoderma spp. Jurnal BIOMA. 1 (11): 24-

32.

Retnosari E. 2011. Identifikasi penyebab busuk pangkal batang jeruk (Citrus spp)

serta uji antagonisme in vitro dengan Trichoderma harzianum dan

Gliocladium virens [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Ed

ke-4 (revisi). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 835 hlm.

Sodiq, M. 2000. Pengaruh pestisida terhadap kehidupan organisme tanah.

Mapeta. 2 (5): 1411-2817.

Soenartiningsih, N. Djaenuddin & M. Sujak Saenong. 2014. Efektivitas

Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. sebagai agen biokontrol hayati

penyakit busuk pelepah daun pada jagung. Jurnal Penelitian Pertanian

Tanaman Pangan. 33 (2): 129-135.

Suharna, N. 2002. Keberadaan dan distribusi jenis-jenis Trichoderma di hutan

kawasan taman nasional Gunung Halimun. Beriia Biologi. 6 (1): 159-165.

Sukmadjaja, D., R. Purnamaningsih & T. P. Priyatno. 2013. Seleksi in vitro dan

pengujian mutan tanaman pisang ambon kuning untuk ketahanan terhadap

penyakit layu fusarium. Jurnal Agrobiogen. 9: 66-76.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.

Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hlm.

Susanto A. 2002. Kajian pengendalian hayati Ganoderma boninense Pat,

penyebab penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit [disertasi]. Bogor:

Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Susanto, A. 2011. Penyakit busuk pangkal batang Ganoderma boinense pat.

informasi organisme pengganggu tanaman. Pusat Penelitian Kelapa

SawitMedan. Vol. P - 0001.

Susanto A, A. E. Prasetyo, Wening, S. 2013. Laju infeksi Ganoderma pada

empat kelas tekstur tanah. J Fitopatol Indonesia. 9 (2): 39-46.

Page 57: PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N …digilib.unila.ac.id/30664/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK PENGUJIAN Trichoderma sp. TERDUGA MUTAN TAHAN N TINGGI,

64

Syahnen, D. D. N., Sirait & S. E. Br. Pinem. 2014. Teknik Uji Mutu Agens

Pengendali Hayati (APH) di Laboratorium. Laboratorium Lapangan Balai

Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP). Medan.

Usha, S. & T. Padmavathi. 2013. Effect of plant growth promoting

microorganisms from rhizosphere of Piper nigrum L. International Journal

Pharmacy Biological Sciences. 4 (1): 835-846.

Van Harten, A. M. 1998. Mutation Breeding: Theory and Practical Application.

Cambridge University Press. New York. 353 hlm.

Winarsih, S. & J. B. Baon. 1999. Pengaruh masa Inkubasi dan jumlah spora

terhadap infeksi mikoriza dan pertumbuhan planet kopi. Jurnal Penelitian

Kopi & Kakao 15 (1): 13-21.

Worosuryani, C., A. Priyatmojo & A. Wibowo. 2006. Uji kemampuan jamur

yang diisolasi dari lahan pasir sebagai PGPF (Plant Growth Promoting

Fungi). Jurnal Agrosains 19: 179-192.

Yusuf, M. 2010. Aktivitas Enzim Β-1,3-Glukanase, Kandungan Fenol dan

Karbohidrat pada Kakao (Theobroma Cacao L.) Hasil Mutasi menggunakan

EthylMethane Sulfonate (EMS). (Skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas

Jember.