Upload
hoangbao
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS
SISWA KELAS V SD NEGERI MUDAL
TAHUN AJARAN 2011/ 2012
SKRIPSI
Oleh:
RINA MARLINA
X7210117
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober 2012
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Rina Marlina
NIM : X7210117
Jurusan / Program Studi : Ilmu Pendidikan/ S1 PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM
PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI
MUDAL TAHUN AJARAN 2011/ 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Oktober 2012
Yang membuat pernyataan
Rina Marlina
iii
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS
SISWA KELAS V SD NEGERI MUDAL
TAHUN AJARAN 2011/ 2012
Oleh:
RINA MARLINA
X7210117
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober 2012
iv
v
vi
ABSTRAK
Rina Marlina. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI MUDAL TAHUN AJARAN 2011/ 2012, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2012. Penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match; dan 2) menemukan kendala dan solusi penggunaan model pembelakaran kooperatif tipe Make A Match dalam peningkatan pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan selama tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Mudal yang berjumlah 21 siswa. Sumber data diperoleh dari guru, teman sejawat, siswa, dan peneliti. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan observasi, angket, dan tes.Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan analisis diskriptif komparatif dan analisis diskriptif kualitataif. Prosedur penelitian menggunakan sistem spiral.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dapat meningkatkan pembelajaran IPS. Langkah-langkah yang dapat meningkatkan pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match adalah: a) guru menunjukkan kartu; b) guru membagikan kartu; c) mencari pasangan; d) pemberian poin; e) diskusi; f) presentasi; g) evaluasi atau kuis. Peningkatan hasil pembelajaran terjadi pada siklus I sampai siklus III, pada siklus I 53,09%, pada siklus II meningkat 66,91%, dan pada siklus III meningkat menjadi 75,74%. 2) Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match yaitu siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match; siswa malu atau enggan bekerja sama dengan teman pasangannya saat kegiatan diskusi; keaktifan siswa masih kurang maksimal saat diskusi dan presentasi; dan pemberian poin oleh guru kurang bervariasi. Sedangkan solusi-solusinya adalah guru memberikan gambaran yang jelas tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match; guru memberikan pengarahan tentang pentingnya kerjasama, guru mengingatkan siswa yang atau kurang aktif dalam kegiatan diskusi, guru menunjuk beberapa siswa untuk menyampaikan hasil diskusi; dan guru akan memberikan poin yang bervariasi agar siswa tidak bosan..
Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match, IPS, Pembelajaran.
vii
ABSTRACT
Marlina, Rina. THE USING OF COOPERATIVE LEARNING MODEL MAKE A MATCH TYPE IN IMPROVING SOCIAL STUDIES LEARNING V GRADE STUDENTS AT MUDAL STATE ELEMENTARY SCHOOL IN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Faculty of Education and Teacher Training of Sebelas Maret University of Surakarta, Oktober 2012. This study aims to (1) improve the social studies learning through a Cooperative Learning Model Make A Match Type; (2) find out the problems and their solution in the use of cooperative learning model Make A Match to improve social studies learning for grade 5 students at Mudal State Elementary School in academic year 2011/2012. This research includes Classroom Action Research (CAR) which was performed in three cycles. Subject of the study were twenty one grade 5 students at Mudal State Elementary School. Data were obtained from teachers, colleagues, students, and the researcher. Observation, questionnaires, and tests were used to collect data. Data validity was examined using source triangulation and method triangulation. Data analysis were descriptive comparative and descriptive qualitative. Spiral system was applied as the procedure of this study.
Results suggest that 1) the use of Cooperative Learning Model Make A Match type can improve social studies learning as well as learning process with the step: a) the teacher extended the card, b) the teacher devided the card, c) find couple, d) give point e) discussion, f) presentation, and g) evaluation. The improving of social studies learning in cycle I from 53,09% to 66,91% in cycle II, and to 75,74% in cycle III ; 2) The problems to deal with in the implementation of cooperative learning Make A Match type include: students were not accustomed to using cooperative learning model type Make A Match; students were shy or reluctant to cooperate with their partners during the discussions; lack of students activity in discussion and presentation, and points given by teachers were less various. Despite these problems, it is recommended teachers employ the following action plan: provide clear explanation about how to implement the cooperative learning Make A Match type; tell the students about the importance of teamwork, remind students who were not or less active in class discussion¸ have some students present the results of discussion, and give points in a certain way that keeps the students enthusiastic.
Key words: Cooperative Learning Model Make A Match Type, social science, learning
viii
MOTTO
Dalam belajar yang terpenting bukan nilai atau prestasi, melainkan minat yang
tinggi akan ilmu pengetahuan dan pengembangan diri.
Kerikil yang menghalangi jalan tak akan pernah lebih besar dari jalan yang
akan dilalui
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(QS. Al Mujaadalah:11)
Sesungguhnya ada kesulitan itu ada juga kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain dan hanya kepada Tuhan kamu berharap (Q.S Allam Nasryah 6-7).
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
· Suamiku tercinta, Eko Sigit Purwanto, yang selalu memberiku dukungan,
doa, dan motivasi. Terima kasih atas segalanya;
· Anak-anakku tersayang Alan Eri Pratama dan Fauzan Dwi Prasetya, yang
selalu memberiku semangat;
· Bapakku terkasih, bapak Sarino yang selalu memberikan motivasi dan doa
yang tak henti-hentinya;
· Mertuaku, Bapak Riyadi dan Ibu Rukiyati, yang selalu memberikan motivasi,
dukungan serta doa;
· Saudara dan teman-teman terkasih, yang selalu membantu dalam
penyelesaian skripsi ini;
· Kampusku tercinta, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selalu
kubanggakan.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alllah SWT yang telah
memberikan rakhmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar
Sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Sebelas
Maret Surakarta.
Selama pembuatan skripsi ini penulis mendapat bantuan, dukungan,
dorongan, semangat dan bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis ingin menyampaikan ucapkan terima kasih kepada:
1. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta;
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3. Koordinator Pelaksana Program Studi SI PGSD FKIP UNS Kampus
Kebumen;
4. Sekretaris Pelaksana Program Studi S1 PGSD FKIP UNS Kampus Kebumen;
5. Dra. Tri Saptuti Susiani, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, dan pengarahan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini;
6. Drs. M. Chamdani, S.Pd.M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini;
7. Sri Kapti Rohyatun, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Mudal UPT P
dan K Purworejo, yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian;
8. Sukini, S.Pd.SD, selaku Guru Kelas V SD Negeri Mudal UPT P dan K
Purworejo yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam pelaksanaan
penelitian;
9. Siswa-siswi kelas V SD Negeri Mudal UPT P dan K Purworejo yang telah
bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini;
10. Semua pihak telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
xi
Penulis menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, baik dalam proses penulisan maupun hasil. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………...…………………………………………
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………
HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………..……………………….
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………
ABSTRAK ……………………………………………………………………
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………..
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….
KATA PENGANTAR …………………………………………..…………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………..…….
DAFTAR TABEL……………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..…
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..…..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………...…..…
B. Rumusan Masalah ………………………………………….……..…..
C. Tujuan Penelitian ……………………………………..………..……...
D. Manfaat Penelitian …………………………………………..…….......
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………….……...…
1. Pembelajaran IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar ………………
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ….................
3. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas V….................
B. Penelitian yang Relevan …………………………..…………………..
C. Kerangka Berpikir ………………………………………....................
D. Hipotesis Tindakan …………………………...…………………..……
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
x
xii
xiv
xv
xvi
1
3
4
4
5
5
16
28
29
30
32
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian ………………………………..………………...…...
B. Subjek Penelitian …………………………….…………..……………
C. Sumber Data …………………………………………………………...
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ………………….......................
1. Teknik Pengumpulan Data ……………………………..……..……
2. Alat Pengumpulan Data …....……………………….....................
E. Validitas Data …………………………………………..………..…….
F. Analisis Data ……………………………………………….................
G. Indikator Kinerja ………………………………………………………
H. Prosedur Penelitian …………………………………………...……….
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Pratindakan ………..…………………………………….....
B. Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………………….…
1. Siklus I ……………………………………………..………..........
2. Siklus II …………………………………….…..…......................
3. Siklus III …………………………….………………………….....
4. Perbandingan Antarsiklus …………………………………………
C. Pembahasan ……………………………………….………………..…
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan …………………………………………………..……..……
B. Implikasi ……………………………………..……………………….
C. Saran …………………………………………………………..….…...
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..……....
LAMPIRAN ……………………………………………..……………….…..
33
35
35
36
36
37
43
44
45
46
53
55
56
70
84
98
102
106
107
107
109
112
xiv
DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1. Silabus Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester II …………………
3.1 Kisi-Kisi Observasi Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Make AMatch …………………………………………………………..
3.2 Kisi-Kisi Lembar Angket Sikap Siswa …………………………………..
3.3 Indikator dan Ranah Soal Tes ……………………………………………
4.1 Nilai Pre Test Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran
2011/2012………………………………………………………………….
4.2 Nilai Siklus I Pertemuan Pertama Siswa kelas V SD Negeri
Mudal Tahun Ajaran 2011/2012…………………………………………
4.3 Nilai Siklus I Pertemuan Kedua Siswa kelas V SD Negeri
Mudal Tahun Ajaran 2011/2012…………………………………………
4.4 Nilai Siklus I Pertemuan Ketiga Siswa kelas V SD Negeri
Mudal Tahun Ajaran 2011/2012…………………………………………..
4.5 Nilai Siklus II Pertemuan Pertama Siswa kelas V SD Negeri
Mudal Tahun Ajaran 2011/2012…………………………………………
4.6 Nilai Siklus II Pertemuan Kedua Siswa kelas V SD Negeri
Mudal Tahun Ajaran 2011/2012…………………………………………
4.7 Nilai Siklus II Pertemuan Ketiga Siswa kelas V SD Negeri
Mudal Tahun Ajaran 2011/2012…………………………………………
4.8 Nilai Siklus III Pertemuan Pertama Siswa kelas V SD Negeri
Mudal Tahun Ajaran 2011/2012………………………………………..
4.9 Nilai Siklus III Pertemuan Kedua Siswa kelas V SD Negeri
Mudal Tahun Ajaran 2011/2012………………………………………..
4.10. Nilai Siklus III Pertemuan Ketiga Siswa kelas V SD Negeri
Mudal Tahun Ajaran 2011/2012……………………………….............
4.11 Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe Make AMatch ………
10
39
41
42
54
62
64
66
76
78
80
91
93
95
102
7
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kerangka Berfikir ………………………………………………………
3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ……………………………
3.2 Proses Penelitian Tindakan Kelas ………………………………………
4.1. Ketuntasan Belajar Pretest Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun
Ajaran 2011/2012 ………………………………………………………
4.2 Ketuntasan Belajar Siklus I Pertemuan Pertama Siswa Kelas
V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012…………………………
4. 3 Ketuntasan Belajar Siklus I Pertemuan Kedua Siswa Kelas
V SD negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012 ………………………….
4.4 Ketuntasan Belajar Siklus I Pertemuan Ketiga Siswa Kelas
V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012…………….……………
4.5 Ketuntasan Belajar Siklus II Pertemuan Pertama Siswa Kelas
V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012…………….……………
4.6 Ketuntasan Belajar Siklus II Pertemuan Kedua Siswa Kelas
V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012………….….…………...
4.7 Ketuntasan Belajar Siklus II Pertemuan Ketiga Siswa Kelas
V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012 ……………..………….
4.8 Ketuntasan Belajar Siklus III Pertemuan Pertama Siswa Kelas
V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012…………………………
4.9 Ketuntasan Belajar Siklus III Pertemuan Kedua Siswa Kelas
V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012………………………….
4.10 Ketuntasan Belajar Siklus III Pertemuan Ketiga Siswa Kelas
V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012…………..…………….
4.11 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match ....................................................................................................
4.12 Rata-rata Penilaian Proses Siswa Kelas V SD Negeri Mudal dalam
Pembelajaran IPS Siklus I – III ……………………………………….
32
34
48
55
63
65
67
77
79
81
92
94
96
99
101
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Daftar Nilai Ulangan Tengah Semester …………………………
2 Silabus Pembelajaran………………………………..………….
3. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match………………………………………..............
4 Lembar Angket Siswa……………………………………
5 Lembar Soal Pretest …………………………………..............
6 Daftar Hadir Pretest …………………………………………………
7 Daftar Nilai Preetest…………………………………………….
8 Skenario Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ……..
9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I …………………..
10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II …………………
11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ………………..
12 Daftar presensi Siklus I …………………………….................
13 Daftar presensi Siklus II ……………………………………….
14 Daftar presensi Siklus III ……………………………………….
15 Rekapitulasi Penilaian Proses Siklus I …………………………
16 Rekapitulasi Penilaian Proses Siklus II …………………………
17 Rekapitulasi Penilaian Proses Siklus III ………………………..
18 Rekapitulisasi Nilai Pretest, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ……..……
19 Rekapitulisasi Hasil Observasi Siklus I…………………………
20 Rekapitulisasi Hasil Observasi Siklus II…………………………
21 Rekapitulisasi Hasil Observasi Siklus III………………………
22 Hasil Angket Sikap Siswa Siklus I….........................................
23 Hasil Angket Sikap Siswa Siklus II …..…………………………
24 Hasil Angket Sikap Siswa Siklus III.……………………………
25 Contoh Hasil Observasi Pelaksanaan pembelajaran Kooperatif Tipe
Make A Match Siklus I ………………………………………..
26 Contoh Hasil Observasi Pelaksanaan pembelajaran Kooperatif Tipe
Make A Match Siklus II ……………………………………
113
114
116
119
120
122
123
124
127
164
201
238
239
240
241
242
243
244
246
247
248
249
250
251
252
253
xvii
27 Contoh Hasil Observasi Pelaksanaan pembelajaran Kooperatif Tipe Make
A Match Siklus III ………………………
28 Contoh Lembar Angket Sikap siswa Siklus I…………………..
29 Contoh Lembar Angket Sikap siswa Siklus II……………………
30 Contoh Lembar Angket Sikap siswa Siklus III…………………
31 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I …………………………
32 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ………………………
33 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus III ………………………
34 Surat ijin Menggunakan SD ……………………………………
35 Surat Keterangan Penelitian ……………………………………
36 Foto Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match …………………………………………………………..
254
255
256
257
258
260
262
264
265
266
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sampai saat ini mata pelajaran IPS masih merupakan mata pelajaran yang
tidak terlalu disukai dan dianggap tidak penting bagi peserta didik. Pelajaran
membaca, menulis dan berhitung lebih disukai dan diperhatikan daripada
pelajaran IPS, karena pelajaran tersebut lebih pasti dan tegas. Dalam pelajaran IPS
juga sering terdapat konsep-konsep yang abstrak sehingga apa yang dipelajari
sulit dimengerti karena tidak ada batasan-batasan yang tegas. Selain itu dalam
pelajaran IPS juga banyak terdapat bahan belajar yang sudah peserta didik
ketahui karena merupakan kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
IPS sebagai salah satu pelajaran di Sekolah Dasar yang mengajarkan
peserta didik untuk bersosialisasi, baik dengan teman, dengan guru, maupun
dengan masyarakat. Selain itu IPS juga membekali peserta didik tentang
kehidupan bermasyarakat yang penuh tantangan. Dengan IPS peserta didik
diharapkan akan lebih peka dan tanggap terhadap masalah-masalah yang sering
terjadi di masyarakat, sehingga ia akan mampu menjadi manusia yang sesuai
dengan tuntutan masyarakat.
IPS sebenarnya bukan merupakan mata pelajaran yang membosankan
apabila bahan belajar dalam IPS disajikan dalam bentuk yang menarik. Dalam hal
ini peran seorang guru sangat penting dalam menanggulangi peserta didiknya
yang merasa bosan terhadap pelajaran IPS. Guru dianjurkan untuk
memperlihatkan semangat yang tinggi, agar dalam diri peserta didik juga timbul
semangat yang tinggi untuk belajar IPS. Selain itu guru juga harus terampil dalam
hal pemilihan media, metode maupun model pembelajaran yang akan digunakan
dalam kegiatan belajar IPS. Ketepatan dalam pemilihan model pembelajaran akan
mempengaruhi berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran.Namun demikian
pemilihan media, metode, maupun model pembelajaran harus tetap
memperhatikan karakteristik dari peserta didikagar keberhasilan pembelajaran
dapat tercapai.
2
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran IPS adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
(mencari pasangan). Make A Match merupakan salah satu tipe dari pembelajaran
kooperatif. Make A Match dikembangkan oleh Larana Curran. Salah satu
keunggulan Make AMatch adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
(Sugiyanto, 2008: 47). DenganMake A Match, siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan,
Make A Matchjugaakan mendorong peserta didik untuk dapat bersosialisasi dan
bekerja sama dengan temannya, dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik. Selanjutnya kelebihan metode Make A
Match menurut Amin (2011) adalah sebagai berikut: a) dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; b) karena ada unsur
permainan, metode ini menyenangkan; c) meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang dipelajari; d) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
terutama jika; e) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi; f) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar
SD Negeri Mudal merupakan satuan pendidikan di UPT Pendidikan dan
Kebudayaan Purworejo, yang terletak di Kecamatan Purworejo, Kabupaten
Purworejo. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri Mudal masih kurang maksimal
khususnya dalam mata pelajaran IPS tentangpenggunaan metode, media, dan
model pembelajaran.Metodepembelajaran yang lebih sering digunakanoleh
guruadalah metode ceramah, pemberian tugas dan kerja kelompok. Sedangkan
media pembelajaran yang lebih sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran
IPS yaitu LKS, dan buku-buku pelajaran. Model pembelajaran, yang digunakan
guru masih bersifat tradisional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada
guru.Penggunaan metode, media, dan model pembelajaran yang kurang menarik
dan bervariatif menyebabkan kurangnya antusias peserta didikdalam mengikuti
pelajaran IPS, sehingga hasil belajar menjadi kurang maksimal.Hal ini terbukti
dari hasil analisis nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) padamata pelajaran IPS
3
di kelas V semester I,diketahui bahwa siswa yang tuntasada 14 dari 21 siswa,
dengan rincian siswa yang mendapat nilai 60 ada 14 anak, dan 7 anak mendapat
nilai < 60. Nilai rata-ratanya 69,1. Adapun daftar nilai Ulangan Tengah Semester
(UTS) pada mata pelajaran IPS di kelas V semester I SD Negeri Mudal
terdapatpadalampiran 1, halaman113. Dari hasil observasi tersebut menurut
peneliti kegiatan belajar mengajar di SD Negeri mudal perlu untuk ditingkatkan
demi memaksimalkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match dalam pembelajaran IPS siswa kelas V di SD Negeri Mudal.
Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi pada semester II
tentang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Dengan
penggunaan Make A Matchpeneliti berharap pembelajaran IPS di SD Mudal
khususnya pada siswa kelas V semester II dapat meningkat, serta hubungan sosial
dan kerja sama diantara siswa juga akan meningkat. Oleh karena itu peneliti
memilih judul penelitian tentang “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make A Match dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD Negeri
Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan Model Pembelajaran KooperatifTipe Make A
Matchdapatmeningkatkan pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Mudal
Tahun Ajaran 2011/ 2012?
2. Apakah kendala dan solusi dalam penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make A Match dalam peningkatan pembelajaran IPS siswa kelas V SD
Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012?
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkanpembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Mudal Tahun
Ajaran 2011/ 2012 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match.
2. Menemukan kendala dan solusi penggunaan model pembelakartan kooperatif
tipe Make A Match dalam peningkatan pembelajaran IPS siswa kelas V SD
Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan bermanfaat dalam dunia pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk peningkatan dunia
pendidikan khususnya untuk meningkatkan pembelajaran IPSdi Sekolah
Dasar melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memberikan masukan kepada guruyang melakukan Make A
Match dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dalam mata
pelajaran IPS di Sekolah Dasar.
b. Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Dasar
dalampembelajaran IPS, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPS, dan dapat menumbuhkan hubungan sosial dan kerja
sama yang baik antar siswa.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD
a. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Siswa kelas V SD pada umumnya berusia 10 sampai 11 tahun,
kerja sama yang terjalin diantara mereka sudah cukup baik, rasa ingin tahu
mereka pada umumnya cukup tinggi, dan dalam memilih kelompok belajar
dan teman bermain mereka cenderung memilih teman yang sebaya dengan
mereka.
Pada masa operasi konkret anak dapat melakukan banyak
pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang dapat mereka
lakukan pada masa sebelumnya. Pemahaman tentang konsep ruangan,
kausalitas, kategorisasi, konversi dan penjumlahan lebih baik (Izzaty, dkk,
2008: 106)
Pentahapan perkembangan pribadi secara agak luas menurut
Djaali meliputi tahap: 1) kematangan prenatal (antara umur 2.5 bulan – 9
bulan prenatal); 2) perkembangan vital (sejak lahir – 2 tahun); 3) tahap
perkembangan ingatan (umur 2-3 tahun); 4) tahap perkembangan kekuatan
dan imajinasi (mulai umur 3-4 tahun); 5) tahap perkembangan pengamatan
(umur 4-6 tahun); 6) tahap perkembangan itelektual (antara umur 6 atau 7
tahun-12 atau 13 tahun), masa intelektual ini meliputi masa siap sekolah,
dan masa anak bersekolah (umur 7-12 tahun);7) tahap perkembangan
praremaja (umur 13-16 tahun); 8) tahap perkembangan remaja (antara
umur 16-20 tahun)(2009: 27-28).
Selanjutnya Djaali (2009: 27) menjelaskan beberapa ciri pribadi
anak pada masa intelektual antara lain sebagai berikut: a) kritis dan
realistis; b) banyak ingin tahu dan suka belajar; c)ada perhatian terhadap
hal-hal yang praktis dan konkret dalam kehidupan sehari-hari; d) mulai
timbul minat terhadap bidang-bidang pelajaran tertentu; e) sampai umur
6
11, tahun anak suka minta bantuan kepada orang dewasa dalam
menyelesaikan tugas belajar; f) mendambakan angka raport yang tinggi
tanpa memikirkan tingkat prestasi belajarnya; g) setelah umur 11 tahun,
anak mulai ingin bekerja sendiri dalam menyelesaikan tugas belajarnya; h)
anak suka berkelompok dan memilih teman sebaya dalam bermain dan
belajar; i) masa pueral (umur 11 atau 12 tahun). Beberapa ciri pribadi anak
masa pueral antara lain mempunyai harga diri yang kuat, inginberkuasa
dan menjadi juara, tingkah lakunya sering berorientasi kepada orang lain,
suka bersaing, suka bergaya tetapi penakut, dan suka memerankan tokoh
besar.
Menurut Piaget ada empat tahap perkembangan kognitif anak
yaitu: (1) tahap sensori-motorik, anak berusia sekitar 0 sampai 2 tahun, (2)
tahap praoperasional, usia anak 2 sampai 7 tahun, (3) tahap konkret-
operasional, anak berusia 7 sampai 11 tahun, dan (4) tahap formal
operasional, anak berusia sekitar 11 tahun atau lebih (Abdurrahman, 2003:
86).
Berdasarkan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang telah
diungkapkan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V
Sekolah Dasar termasuk ke dalam golongan masa operasi konkret atau
masa intelektual. Pada masa ini, anak bersikap kritis dan realistis, serta
masih membutuhkan bimbingan atau bantuan dari orang dewasa dalam
belajar, serta pemikirannya masih terbatas mengenai benda nyatayang
dapat mereka lihat.
b. IPS
1) Pengertian IPS
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di
SD/ MI/ SDLB sampai SMP/ MTs/ SMPLB. IPS mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
social. Pada jenjang SD/ MI mata pelajaran IPS memuat materi
geografi, Sejarah, Sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
7
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia
yang demokratik yang demokratiks, dan bertanggung jawab, serta
warga Negara yang cinta damai. (KTSP, 2007: 121)
Pengertian IPS lebih lanjut dikemukakan oleh Sumaatmadja
(2008) bahwa:
Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannnya. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materialnya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya. Pokoknya mempelajari, menelaah, mengkaji system kehidupan manusia di permukaan bumi ini, itulah hakikat yang dipelajari pada pengajaran IPS(Gunawan, 2011: 19).
Berdasarkan pengertian tentang IPS diatas maka dapat
disimpulkan bahwa IPS adalah suatu cara manusia menggunakan usaha
memenuhi kebutuhan materialnya, memenuhi kebutuhan budayanya,
kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang ada di
permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan
lain sebagainya.
2) Tujuan IPS
Tujuan IPS dijelaskan dalam KTSP (2007: 121),yaitu IPS
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1)
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis
dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
ketrampilan dalam kehidupan social; 3) Memiliki komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan; 4) Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan global.
Selanjutnya Gunawan (2011) menjelaskan bahwa secara
keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut: 1)
8
Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupannya kelak di masyarakat; 2) Membekali anak didik dengan
kemampuan , mengidentifikasi, menganalisis, dan menyususn alternatif
pemecahan masalah social yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat
; 3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan
sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang
keahlian; 4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental
yang positif dan ketrampilan dalam pemanfaatan lingkungan hidup
yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut; 5) Membekali anak didik
dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS
sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Berdasarkan uraian tentang tujuan IPSdiatas, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah untuk membekali siswa menjadi
pribadi yang bertanggung jawab serta sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh masyarakat; membekali anak didik dengan kemampuan
, mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan
masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat ;membekali
anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang
keahlian;membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang
positif dan ketrampilan dalam pemanfaatan lingkungan hidup yang
menjadi bagian dari kehidupan tersebut;membekali anak didik dengan
kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai
dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Berdasarkan tujuan tersebut di atas, penelitian ini lebih
memfokuskan pada tujuan IPS yaitu membekali anak didik dengan
kemampuan, mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternative
pemecahan masalah sosialyang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
9
3) Ruang Lingkup IPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPSdalam KTSP (2007:
121)meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Manusia, tempat, dan
lingkungan; b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan; c) Sistem social
dan budaya; dan d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Selanjutnya Gunawan (2011: 42) menjelaskan bahwa ruang
lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a)
Manusia, tempat, dan lingkungan; b) Waktu, keberlanjutan, dan
perubahan; c) Sistem social dan budaya; d) Perilaku ekonomi dan
kesejahteraan;
Berdasarkan uraian tentang ruang lingkup IPS tersebut,maka
dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPS meliputi: manusia, tempat,
dan lingkungan; waktu, keberlanjutan, dan perubahan; Sistem social
dan budaya; dan perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Selanjutnya
dalam penelitian ini, ruang lingkup yang akan digunakan oleh peneliti
adalahmanusia, tempat, dan lingkungan. Adapun materi yang akan
digunakan adalah perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
4) Silabus IPS
Silabus yang akan digunakan oleh peneliti dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah silabus kelas V Sekolah Dasar pada semester
II, yang tercantum dalamBadan Standar Nasional Pendidikan (2008: 37-
39). Berikut ini adalah penjabaran silabusIPS Kelas V Sekolah Dasar
padasemester II, yang berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi
dasar.
10
Tabel 2.1Silabus IPS Kelas V Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat dalammempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia.
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
Berdasarkan silabus pada tabel 2.1, pada penelitian ini peneliti
hanya akan menekankan pada kompetensi dasar 2.4, yaitu menghargai
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
5) Materi IPS
Materi yang akan digunakan untuk mengadakan Penelitian
Tindakan Kelas di kelas V SD Negeri Mudal adalah tentang perjuangan
para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.Adapun materipokok
yang akan disampaikanpada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perjuangan Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
(1) Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya
(2) Peristiwa di daerah-daerah dalam mempertahankan kemerdekaan
(Bandung Lautan Api, Pertempuran Ambarawa, pertempuran medan
area, Pertempuran lima hari di Semarang)
(3) Agresi Militer Belanda
(a) Agresi Militer Belanda I
(b) Aggresi Militer Belanda II
11
(4) Usaha perdamaian melalui perundingan (perjanjian Linggarjati,
Perjanjian Renville, Perjanjian Roem Royen,dan Konferensi meja
bundar)
(5) Pengakuan kedaulatan
(6) Menghargai jasa tokoh-tokoh perjuangan dalam mempertahankan
kemerdekaan (Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Jendral
Sudirman, Bung Tomo, Sri Sultan Hamengku Buwono IX)
c. Hakekat Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Menurut Sumiati dan Asra (2009: 1), pembelajaran adalah cara
guru mengajar dengan menciptakan situasi dan kondisi belajar yang
memungkinkan siswa dapat memperolah pengalaman belajar sesuai
dengan tujuan. Seorang guru untuk dapat mencapai tujuan dalam
kegiatan pembelajaran melakukan berbagai ragam pembelajaran, dari
pembelajaran yang sederhana sampai yang komplek.
Winataputra, dkk (2007: 1.18) menjelaskan, “Pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi,
dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta
didik”.Dengan adanya fasilitas yang diberikan oleh guru maka akan
memudahkan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ketepatan pembelajarn yang digunakan, dapat mempengaruhi intensitas
dan kualitas belajar peserta didik.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi
transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa,
maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Hernawan, 2010: 11.3). Proses komunikasi yang dimaksud
adalah proses komunikasi yang berhubungan dengan apa yang
dipelajari oleh peserta didik.
Berdasarkan ketiga pengertian tentang pembelajaran tersebut,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
12
dilakukan oleh guru dengan siswa dengan menggunakan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar untuk dapat memperoleh pengalaman
belajar.
2) Ciri Pembelajaran
Winataputra, dkk (2007: 1.20) menjelaskan bahwa ciri utama
pembelajaran adalah inisiasi, fasilitas, peningkatan proses belajar siswa,
interaksi yang sengaja diprogramkan, dan adanya komponen-komponen
yang saling terkait satu sama lain. Selanjutnya Winataputra, dkk (2007:
1.20) menjelaskan ciri lain dari pembelajaran yaitu adanya komponen-
komponen yang saling terkait satu sama lain, komponen tersebut adalah
tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik, pembelajaran adalah
dialog interaktif, dan pembelajaran merupakan proses organik dan
konstruktif (Suprijono, 2011:13)
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
ciri pembelajaran adanya inisiasi, fasilitas, peningkatan proses belajar
siswa, interaksi yang sengaja diprogramkan, berpusat pada siswa,
merupakan dialog interaktif, merupakan proses organik dan konstruktif,
dan adanya komponen-komponen yang saling terkait satu sama lain.
Dengan adanya keterkaitan antar komponen maka diharapkan dalam
kegiatan pembelajaran komponen-komponen tersebut dapat saling
berhubungan dan berinteraksi dengan baik, agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
3) Tujuan Pembelajaran
Menurut Sumiati dan Asra (2009: 3), Kegiatan pembelajaran
pada hakekatnya untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa
sesuai dengan tujuan. Selanjutnya Winataputra, dkk menjelaskan bahwa
tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang
13
diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran
tertentu(2007: 1.21).
Berdasarkan tujuan pembelajaran diatas maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk memberikan
pengalaman belajar sehingga siswa mempunyai kemampuan atau
kompetensi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4) Pengertian Belajar
Belajar merupakan usaha untuk menyesuaikan diri terhadap
kondisi atau situasi di sekitar kita, dalam proses ini termasuk
mendapatkan pengertian dan sikap yang baru. Dengan demikian, terjadi
perubahan perilaku yang sebelumnya tidak mengenal atau mengerti
menjadi mengerti terhadap sesuatu hal(Djaali, 2009). Individu yang
tadinya belum mengerti atau tahu tentang berbagai pengetahuan,
dengan belajar, mereka akan menjadi tahu. Selain itu seorang individu
juga akan mengalami perubahan dalam tingkah lakunya setelah belajar
tentang suatu hal.
Winataputra, dkk (2007: 1.4) menyatakan bahwa, “Belajar
diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca
dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu
perilaku pada masa yang akan datang”. Membaca sebagai bagian dari
cara seseorang dalam belajar, dengan membaca seseorang akan tahu apa
maksud dari bacaan yang ia baca. Dengan demikian pembaca juga akan
mendapat pengetahuan dari bacaan yang dibacanya.
Seseorang akan mendapat pengetahuan baru setelah ia
mengalami suatu pengalaman. Hal ini sejalan dengan pengertian belajar
menurut Morgan, belajar adalah perubahan tingkah laku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman (Suprijono, 2011: 3).
Berdasarkan ketiga pengertian belajar yang dikemukakan oleh
para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
14
perubahan tingkah laku seseorang yang diperoleh dari membaca dan
hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.
5) Hasil Belajar
Menurut Abdurahman, hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Setelah melakukan
kegiatan belajar maka diharapkan anak akan memiliki kemampuan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya
(2003: 37).
A.J. Romiszowski (1981) menjelaskan bahwa hasil belajar
merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan
(inputs). Masukan dari system tersebut berupa bermacam-macam
informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja
(performance)(Abdurahman, 2003: 38).
Suprijono menjelaskan bahwa hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
ketrampilan (2001: 5).
Berdasarkan berbagai pendapat tentang hasil belajar maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang
akan diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, yang berupa
perbuatan atau kinerja, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi, dan ketrampilan yang sesuai dengan yjujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan sebelumnya.
6) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Djaali (2009: 99-100) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar berasal dari dalam diri orang
yang belajar dan dari luar dirinya, antara lain: a) faktor dari dalam diri:
kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi, dan cara belajar;b) faktor
dari luar diri: keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
15
Sumiati dan Asra (2009: 59-60) menjelaskan bahwa ada
beberapa faktor dalam belajar, yaitu: motivasi untuk belajar; tujuan
yang hendak dicapai; dan situasi yang mempengaruhi proses belajar
pada siswa berkaitan dengan diri siswa sendiri, keadaan belajar, proses
belajar, guru yang memberi pelajaran, teman belajar dan bergaul, serta
program belajar yang ditempuh.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor dari dalam diri,
yaitu kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi, sikap, konsep diri serta
cara belajar; dan faktor dari luar diri yaitu: keluarga, sekolah,
masyarakat, dan lingkungan sekitar. Berdasarkan faktor-faktor tersebut,
maka peneliti menetapkan faktor yang akan ditekankan dalam
penelitian ini adalah faktor dari sekolah, dalam hal ini guru.
d. Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Pembelajaran di sekolah dasar, dalam hal ini IPS, harus
memperhatikan kebutuhan anak (siswa), khususnya siswa kelas V yang
berusia sekitar 11 tahun. Anak-anak pada usia tersebut berada dalam
kelompok operasi konkret. Pada masa operasi konkret, anak bersikap kritis
dan realistis, serta masih membutuhkan bimbingan atau bantuan dari orang
dewasa dalam belajar, serta pemikirannya masih terbatas mengenai benda
nyatayang dapat mereka lihat.
Konsep-konsep pada mata pelajaran IPS seperti manusia, tempat,
dan lingkungan; waktu, keberlanjutan, dan perubahan; sistem social dan
budaya; dan perilaku ekonomi dan kesejahteraan masih bersifat abstark
bagi siswa, padahal berdasarkan usianya, siswa di sekolah dasar
pemikirannya masih terbatas mengenai benda nyata yang mereka lihat.
Oleh sebab itu guru harus dapat memfasilitasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
oleh guru dengan siswa dengan menggunakan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar untuk dapat memperoleh pengalaman belajar.
16
Pengalaman belajar siswa telah ditentukan dalam tujuan pembelajaran,
untuk mencapai tujuan tersebut, maka pelaksanaan pembelajaran harus
sesuai dengan kebutuhan anak. Tujuan pembelajaran, termasuk IPS
berorientasi pada siswa yang meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Peningkatan pembelajaran IPS khususnya pada siswa kelas V SD
dapat dilihat melalui proses dan hasil belajar. Peningkatan pada proses
pembelajaran dapat diamati melalui keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran, sedangkan pada hasil belajar dapat diamati melalui nilai tes atau
evaluasi yang diadakan setelah pembelajaran. Apabila proses dan hasil
belajar siswa telah sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka dapat
dikatakan bahwa pembelajaran juga mengalami peningkatan.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
a. Model Pembelajaran
1) Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurutJoice dan Weil adalah suatu
pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran,
dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya, dalam
penerapannya model pembelajaran ini harus disesuaikan dengan
kebutuhan siswa(Isjoni, 2011: 73).
Model pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar(Suprijono, 2011: 46).
Selanjutnya menurut Winataputra (2001), model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
17
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
dan melaksanakan aktivitas pembelajaran(Sugiyanto, 2008: 7).
Berdasarkan uraian tentang pengertian model pembelajaran,
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola yang
direncanakan oleh para pengajar untuk melaksanakan pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan siswa atau peserta didik sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2) Jenis-jenis Model Pembelajaran
Bertitik tolak pada proporsi-proporsi Kontruktivisme
berbagai model dikembangkan, yaitu: model pembelajaran langsung,
model pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran berbasis
masalah (Suprijono, 2011: 78).
Sugiyanto (2008: 7) menjelaskan bahwa ada banyak model
atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam
mengoptimalkan hasil belajar siswa, yaitu: model pembelajaran
kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran
quantum, model pembelajaran terpadu, dan pembelajaran berbasis
masalah.Adapun model pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif dengan tipe Make
A Match.
b. Pembelajaran Kooperatif
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Sugiyanto mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooparatif
(Cooperativ learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”(2008:
35). Kegiatan pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui
pembentukan kelompok-kelompok kecil, dimana setiap anggota
18
kelompok saling bekerja sama untuk mencapai hasil belajar yang
maksimal dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Nurhadi dan Senduk mengemukakan bahwa “Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan
interaksi yang silih asuhsehingga sumber belajar bagi siswa bukan
hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa” (Wena, 2009).
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif akan menciptakan interaksi
antar anggota kelompok yang berupa kerja sama antar anggota
kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru,
dalam hal ini kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa.
Selanjutnya Lie menyebutkan pembelajaran kooperatif
dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur
(Isjoni, 2011: 23). Pembelajaran kooperatif disebut pembelajaran
gotong royong karena dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik
saling bekerjasama atau saling membantu dalam menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pengertian tentang pembelajaran kooperatif di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilaksanakan melalui pembentukan kelompok
kecil, dimana setiap anggota kelompok saling bekerjasama untuk
mencapai tujuan belajar.
2) Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang saling
terkait satu sama lain. Menurut Nurhadi, Senduk dan Lie (2003), ada
berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu: saling ketergantungan positif (Positive
Interdepedence), Interaksi tatap muka (face to face interaction),
akuntabilitas individual (individual accountability), dan ketrampilan
19
untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosialyang
secara sengaja diajarkan ( use of collarative skill)) (Wena, 2009)
Selanjutnya Isjoni menjelaskan bahwa prinsip pembelajaran
kooperatif yaitu: Positive Interdepedence, Interaction face to face,
adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok, membutuhkan keluwesan, meningkatkan
ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses
kelompok)(2011: 60).
Pembelajaran kooperatif dapat berjalan secara maksimal
apabila unsur-unsur yang harus ada dalam pembelajaran kooperatif
diterapkan dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Roger dan
David, bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsure
dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan, lima unsur tersebut
yaitu: Positive Interdepedence(saling ketergantungan positif), personal
responsibility (tanggung jawab perseorangan), face to face promotive
interaction (interaksi promotif), interpersonal skill (komunikasi antar
anggota), dan group processing (pemrosesan kelompok)(Suprijono,
2011; 58).
Selanjutnya Huda (2011: 46) menjelaskan bahwa ada
beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih
produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan
individual. Elemen tersebut antara lain: interpedensi positif (Positive
interpendence), interaksi promotif (promotive interaction),
ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and
small- group skill), pemrosesan kelompok (group processing).
Berdasarkan uraian tentang unsur-unsur dalam pembelajaran
kooperatif, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pembelajaran
kooperatif meliputi: adanya saling ketergantungan positif, adanya
tanggung jawab perseorangan, adanya interaksi tatap muka, adanya
hubungan kerja sama antar kelompok.
20
3) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Suprijono menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik,
toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan ketrampilan
social (2011: 61). Berdasarkan pernyataan tersebut telah dijelaskan
bahwa pembelajaran kooperatif bertujuan untuk: meningkatnya hasil
belajar; meningkatkan toleransi antar anggota kelompok;
menumbuhkan sikap menerima perbedaan yang ada dalam kelompok;
serta dapat menngembangkan ketrampilan social, misalnya kerja sama
antar anggota kelompok.
Selanjutnya Jhonson (1993) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif menghasilkan peningkatan kemampuan
akademik; meningkatkan kemampuan berpikir kritis; membentuk
hubungan persahabatan; menimba berbagai informasi; belajar
menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa;
memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah
laku yang kurang baik; serta membantu siswa dalam menghargai
pikiran pokok orang lain (Isjoni, 2011: 35).
Berdasarkan uraian tentang tujuan pembelajaran kooperatif di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif
adalah menghasilkan peningkatan kemampuan akademik;
meningkatkan kemampuan berpikir kritis; membentuk hubungan
persahabatan; menimba berbagai informasi; belajar menggunakan
sopan santun; memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar
mengurangi tingkah laku yang kurang baik; serta membantu siswa
dalam menghargai pikiran pokok orang lain; meningkatkan toleransi
antar anggota kelompok; menumbuhkan sikap menerima perbedaan
yang ada dalam kelompok; serta dapat menngembangkan ketrampilan
sosial.
21
4) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Sanjaya mengemukakan bahwa “Prosedur pembelajaran
kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: a)
penjelasan materi; b) belajar dalam kelompok; c) penilaian; dan d)
pengakuan tim (2009).
Suprijono menjelaskan fase-fase pembelajaran kooperatif,
yaitu: a) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik,
menyajikan informasi, mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim
belajar, membantu kerja tim dan belajar, mengevaluasi, dan
memberikan pengakuan atau penghargaan (2011: 65).
Selanjutnya Lie (2000)menjelaskan bahwa dalam
pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu: pengelompokan, pemberian motivasi kepada
kelompok, dan penataan ruang kelas (Isjoni, 2011: 94).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu: a)
penjelasan materi; b) belajar dalam kelompok; c) penilaian; dan d)
pengakuan tim.
5) Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Sugiyanto mengemukakan empat metode dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu: a) Metode STAD (Student
Achievemen Divisions); b) Metode Jigsaw; c) Metode GI (Group
Investigation); d) Metode sruktural. Teknik-teknik pembelajaran
sruktural contohnya; mencari pasangan (Make A Match), bertukar
pasangan, berkirim salam dan soal, bercerita berpasangan, dua tinggal
dua tamu, keliling kelompok, kancing gemerincing (2008: 42).
Isjoni mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif
terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu: a)
Student Achievemen Divisions (STAD), b) Jigsaw, c) Teams-Games
22
Tournaments, d) Group Investigation, e) Rotating Trio Exchange, dan
f) Group Resume (2011: 73).
Metode-metode pembelajaran kooperatif menurut Slavin
(2005: 9-10), yaitu: a) Pembelajaran Tim Siswa, b) Student
Achievemen Divisions (STAD), c) Teams-Games Tournaments (TGT),
d) Jigsaw, e) Cooperative Integrated reading and composition
(CIRC), f) Team Accelerated Instruction (TAI)
Berdasarkan uraian tentang jenis-jenis pembelajaran
kooperatif diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:a) Metode STAD (Student
Achievemen Divisions), b) Metode Jigsaw, c) Metode GI (Group
Investigation), d) Metode sruktural, e) Cooperative Integrated reading
and composition (CIRC), f) Team Accelerated Instruction (TAI), g)
Teams-Games Tournaments (TGT), h) Pembelajaran Tim Siswa.
Berdasarkan jenis-jenis pembelajaran kooperatif diatas, maka
peneliti akan menggunakan jenis pembelajaran kooperatif dengan
metode struktural. Adapun teknik-teknik dalam metode struktural
antara lain, mencari pasangan (Make A Match), berkirim soal,
bercerita berpasangan, dua tinggal dua tamu, killing kelompok, dan
kancing gemerincing ( Sugiyanto, 2008). Pada penelitian ini peneliti
memilih pembelajaran kooperatif metode structural dengan tipe Make
A Match.
c. Make A Match
1) Pengertian
Make A Match merupakan salah satu tipe dari pembelajaran
kooperatif. Make A Match dikembangkan oleh Larana Curran. Salah
satu keunggulan Make AMatch adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. (Sugiyanto, 2008: 47)
23
Selanjutnya Huda(2011: 135) menjelaskan bahwa Make A
Match (mencari pasangan), yaitu siswa mencari pasangan sambil
mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana
yangmenyenangkan. Make A Match bisa diterapkan untuk semua mata
pelajaran dan tingkatan kelas.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwaMake A
Match adalah suatu tipe pembelajaran yang menyenangkana dimana
siswa mencari pasangan sambil belajar tentang suatu konsep atau
topik tertentu.
2) Tujuan Make A Match
Suprijono menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik,
toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan ketrampilan
sosial. Sejalan dengan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan Make A Match juga hampir sama dengan tujuan
pembelajaran kooperatif, karena Make A Match merupakan salah satu
tipe dari pembelajaran kooperatif(2011: 61).
Selanjutnya Amin (2011)menjelaskan bahwa ada tiga tujuan
penerapan metode Make AMatch, yaitu: (a) pendalaman materi; (b)
menggali materi; dan (c) untuk selingan. Tujuan Make A Match
sebagai pendalaman materi siswa melatih penguasanaan materi
dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Jika tujuan
ini yang akan digunakan, maka siswa harus membekali dulu dengan
materi yang akan dilatihkan. Tujuan Make A Match untuk menggali
materi yaitu siswa tidak perlu dibekali dengan materi, karena siswa
sendiri yang akan membekali dirinya sendiri. Siswa diminta untuk
mencocokkan atau memasangkan kartu yang sesuai. Siswa yang sudah
menemukan pasangannya, secara otomatis menjadi satu
kelompok.Metode Make AMatch juga dapat dipakai sebagai metode
24
selingan. Teknik yang dipakai sama dengan teknik mencari pasangan
untuk mendalami materi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan Make A Match adalah: menghasilkan peningkatan kemampuan
akademikdalam pembelajaran melalui Make A Match, yang dapat
dilakukan denganpendalaman materi,menggali materi dan untuk
selingan; meningkatkan kemampuan berpikir kritis; membentuk
hubungan persahabatan; menimba berbagai informasi; belajar
menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa; membantu
siswa dalam menghargai pikiran pokok orang lain; meningkatkan
toleransi antar anggota kelompok; menumbuhkan sikap menerima
perbedaan yang ada dalam kelompok; serta dapat mengembangkan
ketrampilan social, .
3) Langkah-langkah Make A Match
Sugiyanto (2008: 47)menjelaskan tentang langkah-langkah
pembelajaran Make A Match yang antara lain sebagai berikut: a) Guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik; b)
Setiap siswa mendapat satu buah kartu; c) Setiap siswa mencari
pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya; d)
Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang
memegang kartu yang cocok; e) Siswa menyelesaikan tugas secara
bersama-sama; dan f) Presentasi hasil kelompok atau kuis.
Selanjutnya Huda (2011: 135)menjelaskan tentang prosedur
pembelajaran mencari pasangan(Make A Match) antara lain: a) Guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang mungkin
cocok untuk sesi review (menjelang tes atau ujian); b) Setiap siswa
mendapat satu buah kartu; c) Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya; d) Siswa bisa juga
bergabung dengan 2 atau 3 siswa lain yang memegang kartu yang
berhubungan.
25
Menurut Dzaki (2009), langkah-langkah pembelajaran tipe
Make A Match, yaitu: a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu
berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban); b) Setiap
siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari
kartu yang dipegang; c) Siswa mencari pasangan yang mempunyai
kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban); d)
Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin; e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya;
dan f) Kesimpulan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah pembelajaran Make AMatch adalah:a) guru
menyiapkan kartu; b) pembagian kartu; c) mencari pasangan; d)
pemberian poin; e) diskusi; f) presentasi; dan g) kuis atau evaluasi.
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, peneliti akan
menggunakan langkah-langkah tersebut dalam penelitian ini. Adapun
penjelasan dari masing-masing langkah adalah sebagai berikut: a)
guru menunjukkan kartu, guru sebelumnya menyiapkan kartu yang
berupa kartu soal dan kartu jawaban, kemudian guru menunjukkannya
kepada siswa; b) membagikan kartu, pada langkah ini guru
membagikan kartu kepada masing-masing siswa satu buah kartu, yaitu
berupa kartu soal atau kartu jawaban; c) mencari pasangan, siswa
mencari pasangan sesuai dengan kartu yang dipegangnya, siswa yang
mendapat kartu soal mencari pasangan dengan siswa yang mendapat
kartu jawaban; d) pemberian poin, guru memberikan poin kepada
pasangan yang berhasil mendapat pasangan sebelum batas waktu yang
ditentukan; e) diskusi, bersama teman pasangannya, mereka
bekerjasama untuk menyelesaikan tugas dari guru; f) presentasi, pada
langkah ini siswa mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas,
sedangkan siswa yang lain menanggapi; g) kuis atau evaluasi, pada
26
langkah ini siswa melaksanakan evaluasi dengan mengerjakan tugas
yang dilaksanakan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.
4) KelebihandanKekuranganMake A Match
a) Kelebihan Make A Match
Isjoni (2011: 112) mengemukakan bahwa keunggulan
Make A Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. Selain itu juga bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Dengan belajar dalam
suasana yang menyenangkan maka diharapkan kegiatan belajar
mengajar akan menjadi lebih bermakna, sehingga tujuan belajar
akan tercapai.
Selanjutnya Huda (2011: 135) menjelaskan bahwa dalam
Make A Match, siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu
konsep atau topic tertentu dalam suasana yang menyenangkan,
selain itu juga Make A Match bisa diterapkan untuk semua mata
pelajaran dan tingkatan kelas. Penggunaan Make A Match dalam
pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan tingkat usia anak atau
peserta didik.
Menurut Amin (2011) kelebihan metode Make A
Matchadalah sebagai berikut: a) dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; b) karena ada
unsur permainan, metode ini menyenangkan; c) meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari; d) dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa; e) efektif sebagai sarana
melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; f) efektif melatih
kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kelebihanMake A Match adalah dapat digunakan dalam
semua mata pelajaran dan dalam semua tingkatan kelas, serta siswa
27
dapat belajar mengenai suatu konsep dalam suasana yang
menyenangkan, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik
secara kognitif maupun fisik;karena ada unsur permainan, metode
ini menyenangkan;meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi yang dipelajari;dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi;efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu
untuk belajar. Berdasarkan kelebihan tersebut peneliti akan
berusaha memaksimalkan kelebihan Make A Match, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b) Kekurangan Make A Match
Menurut Amin (2011), kekurangan Make A Matchadalah
sebagai berikut: a) jika Anda tidak merancangnya dengan baik,
maka banyak waktu terbuang; b) pada awal-awal penerapan metode
ini, banyak siswa yang malu bisa berpasangan dengan lawan
jenisnya; c) jika Anda tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat
presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan; d) Anda
harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa
yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; e)
menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan
kebosanan.
Berdasarkan kekurangan tersebut, maka peneliti akan
berusaha meminimalkan kekurangan yang ada dengan
memaksimalkan kelebihan dari Make A Match.
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Model pembelajaran adalah pola yang direncanakan oleh para
pengajar untuk melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
siswa atau peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Model pembelajaran sangat beragam seperti, model pembelajaran
28
kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran
quantum, model pembelajaran terpadu, dan pembelajaran berbasis
masalah. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
dilaksanakan melalui pembentukan kelompok kecil, dimana setiap anggota
kelompok saling bekerjasama untuk mencapai tujuan belajar. Jenis-jenis
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:a) Metode STAD (Student
Achievemen Divisions), b) Metode Jigsaw, c) Metode GI (Group
Investigation), d) Metode sruktural, e) Cooperative Integrated reading and
composition (CIRC), f) Team Accelerated Instruction (TAI), g) Teams-
Games Tournaments (TGT), h) Pembelajaran Tim Siswa.
Make A Match merupakan salah satu tipe dari metode structural.
Make A Match suatu tipe pembelajaran yang menyenangkana dimana
siswa mencari pasangan sambil belajar tentang suatu konsep dalam suatu
mata pelajaran.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah suatu pola yang
direncanakan oleh para pengajar (guru) untuk melaksanakan pembelajaran
melalui kerja sama dalam tim yang dilakukan dengan cara mencari
pasangan terlebih dahulu melalui mencocokan kartu soal dengan kartu
jawaban.
3. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
dalamPeningkatanPembelajaran IPS Siswa Kelas V
Berdasarkan uraian-uraian tentang karakteristik siswa kelas V, IPS,
pembelajaran, model pembelajaran, pembelajaran kooperatif, dan Make A
Match maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match dalampeningkatanpembelajaran IPS siswa
kelas V adalah penggunaan suatu pola yang direncanakan oleh para pengajar
29
(guru) untuk melaksanakan pembelajaran melalui kerja sama dalam tim yang
dilakukan dengan cara mencari pasangan terlebih dahulu melalui mencocokan
kartu soal dengan kartu jawabanuntuk meningkatkan pengalaman belajar siswa
tentang manusia dan lingkungannya dengan bimbingan atau bantuan dari guru
tentang menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalan penelitian
oleh:Retno Wahyuningsih tentang meningkatkan kualitas pembelajaran Sosiologi
melalui implementasi pendekatan contructivist learning dengan model make a
match di SMA N I Mlati Sleman. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
dilaksanakan oleh peneliti adalah: 1) sama-sama menggunakan Make A Match,
dan 2) sama-sama melakukan penelitian yang berkaitan dengan IPS, 3) sama-sama
merupakan penelitian tidakan kelas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang dilaksanakan oleh peneliti adalah: Subyek yang di teliti dalam penelitian ini
adalah siswa SMA, sedangkan subyek yang diteliti oleh peneliti adalah siswa SD.
Penelitian lain yang juga relevan dengan penelitian yang dilaksanakan
peneliti adalah penelitian oleh Nurhasanah tentang efektivitas teknik make a
match untuk meningkatkan kerja sama dan prestasi belajar IPS di SDN 3 Lingsar
Kabupaten Lombok Barat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilaksanakan oleh peneliti adalah: 1) sama-sama menggunakan make a match, 2)
sama-sama meneliti yang berkaitan dengan IPS (materi yang diteliti sama), 3)
sama-sama subyek yang digunakan adalah siswa SD.Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah: penelitian ini
menggunakan penelitian eksperimen semu dengan desain the one-group pre-test
dan post- test, sedangkan penelitian yang dilaksanakan peneliti menggunakan
metode penelitian tindakan kelas.
30
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran IPS di SD merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan
siswa untuk memperoleh pengalaman belajar tentang manusia dan lingkungannya
dengan bimbingan atau bantuan dari guru untuk memperoleh pengalaman belajar.
Pembelajaran IPS yang dilakukan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa.
Siswa di sekolah dasar berusia sekitar 7-11 tahun (masa operasi konkret), pada masa
ini anak bersikap kritis dan realistis, serta masih membutuhkan bimbingan atau
bantuan dari orang dewasa dalam belajar, serta pemikirannya masih terbatas
mengenai benda nyatayang dapat mereka lihat. Oleh sebab seorang guru harus
dapat menentukan model pembelajaran yang tepat, agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai.Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri Mudal masih kurang maksimal
khususnya dalam mata pelajaran IPS tentang penggunaan metode, media, dan
model pembelajaran. Metode pembelajaran yang lebih sering digunakanoleh
guruadalah metode ceramah, pemberian tugas dan kerja kelompok. Sedangkan
media pembelajaran yang lebih sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran
IPS yaitu LKS, dan buku-buku pelajaran. Model pembelajaran, yang digunakan
guru hanya berpusat pada guru. Penggunaan metode, media, dan model
pembelajaran yang kurang menarik dan bervariatif menyebabkan kurangnya
antusias peserta didikdalam mengikuti pelajaran IPS, sehingga hasil belajar
menjadi kurang maksimal.
Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah suatu pola
yang direncanakan oleh para pengajar (guru) untuk melaksanakan pembelajaran
melalui kerja sama dalam tim yang dilakukan dengan cara mencari pasangan
terlebih dahulu melalui mencocokan kartu soal dengan kartu jawaban. Tujuan
Make A Match adalah: menghasilkan peningkatan kemampuan akademikdalam
pembelajaran melalui Make A Match, dapat dilakukan denganpendalaman
materi,menggali materi dan untuk selingan; meningkatkan kemampuan berpikir
kritis; membentuk hubungan persahabatan; menimba berbagai informasi; belajar
menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa; membantu siswa
dalam menghargai pikiran pokok orang lain; meningkatkan toleransi antar anggota
31
kelompok; menumbuhkan sikap menerima perbedaan yang ada dalam kelompok;
serta dapat mengembangkan ketrampilan social. Adapun kelebihan pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match adalah:siswa dapat belajar mengenai suatu konsep
dalam suasana yang menyenangkan, dapat digunakan dalam semua mata pelajaran
dan dalam semua tingkatan kelas, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa,
baik secara kognitif maupun fisik;karena ada unsur permainan, meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari;dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa, efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi;efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchcocok untuk
digunakan dalam peningkatan pembelajaran IPS siswa kelas V.Karena dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match siswa dapat
belajar mengenai suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan, sehingga akan
meningkatkan keaktifan dan kerja sama siswa dalam pembelajaran, khususnya
pada mata pelajaran IPS. Dengan demikian dapat diduga bahwa penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe make A Match dapat meningkatkan
pembelajaran IPS, untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dapat dilihat pada
gambar 2.1.
32
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir di atas, dapat
diajukan hipotesis tindakan, yaitu:penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Matchdengan tepat dapat meningkatkan pembelajaran IPS siswa kelas V
SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012.
KONDISI
AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Proses dan hasil pembelajaran IPS siswa kurang maksimal
Guru melakukan tindakan dari siklus I-III dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match
Diduga proses dan hasil pembelajaran IPS siswa lebih meningkat
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting penelitian ini mengacu pada waktu, tempat penelitian, dan subjek
yang akan diteliti, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tempat Penelitian
PenelitianTindakan Kelas ini dilaksanakan di SDNegeriMudal,
khususnya pada siswa kelas VSD Negeri Mudal yang terletak di Kelurahan
Mudal, Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo, tepatnya di Jalan Ismail
Nomor 3 Kelurahan Mudal. SDNegeriMudal memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang
guru,1 ruang kepala sekolah dan ruang tamu, 1 ruang dapur dan kantin, 1
gedung untuk rumah penjaga sekolah, dan 1gedung perputakaan. Selain itu,
juga memiliki halaman yang cukup luas, sehingga mempermudah dalam
berbagai kegiatan, seperti upacara, olahraga, dan lain-lain. Kondisi gedung
pada umumnya sudah cukup baik, karena belum lama ini diadakan renovasi
gedung, yaitu gedung untuk ruang kelas, dan pembangunan gedung
perpustakaan yang merupakan bantuan dari pemerintah,sedangkan untuk
gedung-gedung yang lain hanya mengalami kerusakan yang ringan.
Sekolah Dasar Negeri Mudal terletak jauh dari keramaian kota,yaitu
kurang lebih 3km dari pasat kota kabupaten, sehingga situasinya cukup
tenang dan sangat mendukung dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Namun demikian letaknya mudah terjangkau karena berada di tepi jalan desa,
dan berdekatan dengan kantor Kelurahan Mudal.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian berlangsung pada semester II tahun ajaran
2011/2012, tepatnya pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Sebelum
melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat proposal penelitian,
pelaksanaan penelitian, analisis data, pembuatan laporan dan lai-lain. Adapun
jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat pada gambar 3.1.
34
Kegiatan Des 2011
Jan 2012
Feb 2012
Mar 2012
Apr 2012
Mei 2012
Juni 2012
Juli 2012
Agt 2012
Sep 2012
0kt 2012
Persiapan
Observasi dan wawancara
Identifikasi masalah
Menyusun proposal
Seminar Proposal
Revisi dan Pengiriman proposal
Pelaksanaan
Koordinasi perijinan
Menyiapkan Kelas dan alat
Siklus I
a. Rencana
b. Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
Siklus II
a. Rencana
b. Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
Siklus III
a. Rencana
b. Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
Analisis Data
Pembuatan draf laporan
Konsultasi Jurnal
Ujian/ seminar Laporan
Revisi Laporan
Penggandaan laporan
Gambar 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
35
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian menurut Amirin (2009) adalah sesuatu, baik orang,
benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan
diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya
melekat atau terkandung objek penelitian. Subjek penelitian yang peneliti teliti
adalah siswa kelas V SDNMudal Tahun Ajaran 2011/2012. Adapunjumlah siswa
kelas V adalah 21 siswa, yaitu 8 siswa perempuan, dan 13 siswa laki-laki.
C. Sumber Data
Supardi mengungkapkan bahwa data yang baik adalah data yang diambil
dari sumber yang tepat dan akurat (Arikunto, dkk, 2008:129). Menurut peneliti,
sumber data yang tepat dan akurat dalam penelitian ini adalah siswa, teman
sejawat, guru, dan peneliti sendiri, karena mereka terlibat langsung dalam
kegiatanpenelitian.
1. Siswa
Sumber data diperoleh dari siswa kelas V SDNegeriMudaltahun
ajaran 2011/ 2012.Data yang didapatkan dari siswa adalah berupa data
penerapan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menerapkan langkah-
langkah pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan hasil belajar yang
diperoleh melalui angket dan tes hasil belajar siswa.
2. Teman Sejawat
Data yang diperoleh dari teman sejawat berupa data tentang penerapan
langkah-langkah pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchdi
kelas V SDNegeriMudal Tahun Ajaran 2011/2012. Data tersebut didapat
melalui observasi.
3. Guru
Data yang diperoleh dari guru berupa data tentang penerapan langkah-
langkah pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Make A Match di kelas V
SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012. Data tersebut didapat melalui
observasi.
36
4. Peneliti
Peneliti sebagai orang yang sering berjumpa dengan siswa merupakan
salah satu sumber data yang sangat dibutuhkan juga. Selain mengajar, peneliti
juga sebagai sumber data.Data yang didapat dari peneliti berupa data tentang
penerapan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada
siswa kelas V SDN Mudal.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2009: 224-225) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket),
dokumentasi, dan gabungan keempatnya. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, observasi, dan tes.
a. Kuesioner atau Angket
Kuesioner juga sering disebut dengan angket. Sugiyono (2009:
142) mengemukakan bahwa kuesioner atau angket adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Penggunaan angket dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui informasi tentang langkah-langkah penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yang diberikan kepada siswa,
guru,dan teman sejawat.
b. Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2009: 145).
37
Teknik observasi dilaksanakan ketika guru sedang mengajar.Data
yang diambil dengan metode observasi ini berupa penerapan tindakan saat
pembelajaran dan langkah-langkah penggunaan pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match. Data yang diperoleh nantinya akan turut menentukan
bagaimana penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.di
kelas, apakah sudah sesuai dengan yang telah direncanakan atau belum.
c. Tes
Padmono mengemukakan bahwa “Tes adalah suatu cara untuk
mengadakan pengukuran berupa tugas atau serangkaian kegiatan yang
harus dilakukan subyek, sehingga menghasilkan informasi tentang
performan atau penampilan perilaku tertentu yang dapat dibandingkan
dengan skor standard atau dengan kelompokkannya.” (2002: 7).
Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang
kemampuan siswa dalam memahami pelajaran IPS tentang menghargai
peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tes yang digunakan pada
penelitian ini adalah tes tertulis dan tes perbuatan.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan
teknik pengumpulan data, yaitu terdiri dari lembar kuesioner, observasi, dan
tes.
a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
1) Definisi Konsep
Make A Match merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran
yang mengutamakan kerja sama dalam tim. Make A match sebagai
salah satu tipe pembelajaran kooperatif juga mengutamakan kerja
sama dalam tim. Siswa belajar suatu konsep mata pelajaran dalam
suasana yang menyenangkan, mereka mencari pasangan sesuai kartu
yang cocok dengan kartu yang dipegangnya.
38
2) Definisi Operasional
Make A Match merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran
yang mengutamakan kerja sama dalam tim. Make A match sebagai
salah satu tipe pembelajaran kooperatif juga mengutamakan kerja
sama dalam tim. Siswa belajar suatu konsep mata pelajaran dalam
suasana yang menyenangkan, mereka mencari pasangan sesuai kartu
yang cocok dengan kartu yang dipegangnya sehingga menghasilkan
kualitas pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, yang dapat
diketahui melalui instrument penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match, yang berupa lembar angket, dan
lembar observasi. Adapun yang akan diamati adalah mengenai
bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Matchyang dilaksanakan oleh peneliti, apakah sudah sesuai dengan
langkah-langkah yang telah direncanakan atau belum.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
adalah langkah-langkah dari pembelajaran kooperatif tipe make A
Match, yaitu menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban, membagikan
kartu soal dan kartu jawaban,mencari pasangan,memberikan poin,
diskusi,presentasi kelompok,dan pelaksanaan kuis atau evaluasi.
Berdasarkan teknik yang digunakan, maka alat pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Lembar Observasi
Alat pengumpul data pada teknik observasi dilakukan oleh
teman sejawat kepada peneliti dan siswa, yaitu dengan
menggunakan pedoman observasi. Pedoman observasi ini berfungsi
untuk penilaian proses peneliti saat melaksanakan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
39
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Variabel Indikator (Langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match)
Nomor Item
Penggunanaan Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
Persiapan
1. Persiapan guru untuk mengajar (kelas,siswa,materi,media/alat peraga)
1
Pelaksanaan
2. Penyampaian materi pelajaran 2
3. Menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban
3
4. Membagikan kartu soal dan kartu jawaban
4
5. Mencari pasangan 5
6. Memberikan poin 6
7. Diskusi 7
8. Presentasi kelompok 8
Penilaian
9. kuis atau evaluasi 9
40
b. Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD
1) Definisi Konsep
Peningkatan pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDdapat
dilihat melalui proses dan hasil belajar. Peningkatan pada proses
pembelajaran dapat diamati melalui pada saat kegiatan belajar
mengajar dilaksanakan yaitu keaktifan dan kerjasama siswa dalam
mengikuti pelajaran, sedangkan pada hasil belajar dapat diamati
melalui nilai tes atau evaluasi yang diadakan setelah pembelajaran.
Apabila proses dan hasil belajar siswa telah sesuai dengan tujuan
pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran juga
mengalami peningkatan.
2) Definisi Operasional
Peningkatan pembelajaran IPS khususnya pada siswa kelas V
SD dapat dilihat melalui proses dan hasil belajar. Peningkatan pada
proses pembelajaran dapat diamati melalui keaktifandan kerjasama
siswa dalam mengikuti pelajaran, sedangkan pada hasil belajar dapat
diamati melalui nilai tes atau evaluasi yang diadakan setelah
pembelajaran. Apabila proses dan hasil belajar siswa telah sesuai
dengan tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa
pembelajaran juga mengalami peningkatan. Peningkatan
pembelajaran IPS khususnya pada siswa kelas V SD dapat diketahui
melalui instrument yang berupa lembar observasi, lembar angket dan
tes hasil belajar. Adapun yang akan diamati adalah proses dan hasil
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make
A Match. Proses pembelajaran diamati dari aspek guru dan dari aspek
siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel
peningkatan pembelajaran IPS siswa kelas V Sekolah Dasar adalah 1)
peningkatan proses pembelajaran IPS, yang meliputi keaktifan,
kerjasama, dan komunikasi siswa saat mengikuti pelajaran;2)
41
peningkatan hasil pembelajaran yang meliputi indikator yang sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam silabus.
Berdasarkan teknik yang digunakan, maka alat pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Lembar Angket
Alat pengumpulan data yang digunakan pada teknik
angket yaitu berupa lembar angket. Lembar angket ini untuk
mengetahui bagaimana proses pembelajaran IPS menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar AngketSiswa
No Indikator Banyak Butir No. Item Soal
1 2 3
Keaktifan Kerjasama Komunikasi
3 3 2
1-3 4-6 7-8
b) Lembar Tes
Alat pengumpulan data yang digunakan pada teknik tes
yaitu berupa tes tertulis tentang pemahaman materi
pelajarantentang menghargai peranan tokoh pejuang dan
masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Alat yang digunakan pada teknik tes ini
berupa soal-soal tes berbentuk objektif. Berikut ini kisi-kisi tes
yang akan diteskan kepada siswa kelas V semester II pada mata
pelajaran IPS:
Standar Kompetensi :
2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kompetensi Dasar:
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan
42
Tabel 3.3Indikator dan Ranah SoalTes
SIKLUS/ PERT.
INDIKATOR RANAHSOAL (C 2)
∑ % SOAL NO
Siklus I pert. 1
Menceritakan pertempuran 10 November 1945
v 10 11,11 1-10
Siklus I pert 2
Menceritakan pertempuran Ambarawa dan pertempuran Medan Area
v 10 11,11 1-10
Siklus I pert. 3
Menceritakan pertempuran Bandung Lautan api dan pertempuran Lima Hari di Semarang
v 10 11,11 1-10
Siklus II pert. 3
Menceritakan perjanjian Linggarjati
v 8 8.89 1-8
Menceritakan Agresi Militer Belanda I
v 2 2,22 9-10
Siklus II pert. 2
Menceritakan perjanjian Renville
v 10 11,11 1-10
Siklus II pert. 3
Menceritakan Agresi Militer Belanda II
v 10 11,11 1-10
Siklus III pert. 1
Menceritakan perjanjian Roem Royen
v 6 6,67 1-6
Menceritakan perjanjian KMB
4 4,44 7-10
Siklus III pert. 2
Menceritakan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda
v
10 11,11 1-10
43
Siklus III pert. 3
Menjelaskan peranan para tokoh perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia
v 8 8.89 1-8
Menjelaskan cara menghargai jasa para tokoh perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia
v 2 2,22 9-10
E. Validitas Data
Validasi digunakan agar diperoleh data yang valid dari suatu penelitian.
Wahyudi (2008: 23) menjelaskaan bahwa untuk data kuantitatif (berbentuk
angka), umumnya yang divalidasi instrumennya, sedangkan untuk data kualitatif
(misalnya observasi, dan wawancara) dapat divalidasi melalui triangulasi.
Triangulasi yaitu dengan cara memanfaatkan sesuatu di luar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data (Moleong, 2007:
248).
Selanjutnya menurut Supardi (2008), triangulasi merupakan suatu proses
memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang. Ada beberapa macam
triangulasi, yaitu: 1) triangulasi teori, menggunakan teori dalam upaya menelaah
sesuatu; 2) triangulasi data, mengambil data dari berbagai suasana, waktu, tempat,
dan jenis; 3) triangulasi sumber, mengambil data dari berbagai nara sumber; 4)
triangulasi metode, menggunakan berbagai metode pengumpulan data; 5)
triangulasi instrument, dengan menggunakan berbagai jenis alat atau instrumen; 6)
triangulasi analitik, menggunakan berbagai metode atau cara analisis (Arikunto,
dkk, 2008: 128).
Teknik triangulasi data di pada Penelitian Tindakan Kelas ini melibatkan
guru, teman sejawat, peneliti, dan siswa. Teknik triangulasi yang akan
digunakandalam penelitian ini adalah:
44
1. Triangulasi dengan sumber yang dilakukan dengan cara membandingkan data
hasil observasi teman sejawat dengan hasil observasi peneliti dan guru pada
tiap siklus mata pelajaran. Kemudian teman sejawat, peneliti, danguru
melakukan diskusi untuk merencanakan tindakan berikutnya agar dapat
diketahui kendala dan solusinya.
2. Triangulasi dengan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan
informasi yang diperoleh melalui, angket, observasi dan tes pada setiap akhir
tindakan tiap siklus.
F. Analisis Data
Supardi (2008)menjelaskan bahwa analisis merupakan usaha untuk
memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta menyusun ke dalam
kategorisasi, mengklarifikasi data untuk menjawab pertanyaan pokok: 1) tema apa
yang dapat ditemakan pada data; 2) seberapa jauh data dapat mendukung tema/
arah atau tujuan penelitian (Arikunto, dkk, 2008: 132).
Wahyudi (2008: 23) menjelaskan bahwa analisis data yang digunakan
dalam penelitian disesuaikan dengan metode dan jenis data yang dikumpulkan.
Pada Penelitian Tindakan Kelas, data yang dikumpulkan dapat berbentuk
kuantitatif maupun kualitatif. Data yang berbentuk kuantitatif menggunakan
analisis diskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai
tes siklus I, dan nilai tes siklus II. Data kualitatif hasil pengamatan maupun
wawancara menggunakan analisis diskriptif kualitataif berdasarkan hasil observasi
dan refleksi dari tiap-tiap siklus. Sejalan dengan penjelasan tersebut, maka analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif komparatif dan
analisis diskriptif kualitataif
Langkah-langkah dalam analisis data perlu dilakukan agar dapat
menghasilkan suatu kesimpulan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Menurut
Miles and Huberman(1984) langkah-langkah dari analisis data terdiri dari tiga
(Sugiyono, 2009: 246-252).Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
45
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.Data yang diperoleh peneliti
semakin banyak, untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
2. Data Display (penyajian data)
Agar peneliti lebih mudah untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami, maka
peneliti perlu mendisplay data. Penyajian data selain dengan teks naratif, juga
dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja), dan chart.
3. Conclusion Drawing/ verification
Tahap akhir dalam analisis data yaitu melakukan penarikan
kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
G. Indikator Kinerja
Setelah melakukan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di
SDNegeriMudal, peneliti berharap:
1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Guru dinyatakan berhasil menerapkanmodel pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match, jika hasil presentase pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Matchmencapai presentase sama dengan atau lebih
dari 80%.
2. Dalam proses pembelajaran siswa aktif, dan dapat bekerjasama;
46
3. Siswa dapat melaksanakan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match;
4. Adanya peningkatan hasil belajar IPS. Siswa dinyatakan tuntas belajar jika
mendapat nilai lebih dari/sama dengan KKMIPS yaitu 70, nilai rata-rata kelas
sama dengan atau lebih dari 70, dan rata-rata hasil belajar siswa mencapai
70%.
H.Prosedur Penelitian
Arikunto (2008) menjelaskan bahwa secara garis besar Penelitian
Tindakan Kelas pada hakekatnya memiliki empat tahapan penting, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, dkk, 2008: 16-20).
Adapun penjelasan dari masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan. Peneliti
menentukan focus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk
ndiamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu
peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.Pada
penelitian ini peneliti menyusun perencanaan tindakan penelitian yaitu: (1)
meminta ijin kepada Kepala SDNegeriMudal untuk melaksanakan penelitian;
(2) menyusun rencana pembelajaran; (3) mempersiapkan lembar angket,
lembar observasi,dan soal tes; dan (4) menghubungi guru dan teman sejawat
untuk menjadi observer.
2. Pelaksanaan Tindakan (acting)
Tahap kedua dari penelitian adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan dari rancangan, yaitu ,engenakan tindakan di
kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap dua ini pelaksana
penelitian, yakni guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-
47
buat. Pada penelitian ini peneliti melaksanakan tindakan berdasarkan skenario
pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti.
3. Pengamatan (observing)
Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat. Kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar
melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan
berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini guru pelaksana mencatat
sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk
perbaikan siklus berikutnya. Pada penelitian ini yang melakukan observasi atau
pengamatan adalah peneliti sendiri, guru, dan teman sejawat.
4. Refleksi (reflecting)
Tahap empat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Kegiatan releksi ini dilakukan ketika guru pelaksana
sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan observer
untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Jika penelitian
tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir,
peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila ia
menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan
pada kesempatan lain. Catatan-catatan yang dibuat sebaiknya secara rinci
sehingga siapapun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan
menjumpai kesulitan.
Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti menggunakan
konsep dari Kemmis dan Mc Taggart. Dalam perencanaan Kemmis dan Mc
Taggart menggunakan siklus sistem spiral dan tertera pada gambar 3.2.
48
Gambar 3.2. Proses Penelitian Tindakan Kelas
(Wiriaatmadja, 2008: 66)
Penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus, dalam setiap siklus
dilaksanakan 3 kali pertemuan.Adapun setiap siklus terdiri dari empat tahapan,
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berikut gambaran
terperinci dari siklus:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun skenario dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat dalammempersiapkan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Selain itu guru menyiapkan alat peraga dan hal-
hal yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
b. Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Pada
49
siklus I direncanakan tiga kali pertemuan, adapun pertemuan pertama
membahas tentangpertempuran 10 November 1945 di Surabaya,
pertemuan kedua membahas tentang pertempuran Ambarawa dan
pertempuran Medan Area, dan pada pertemuan ketiga membahas tentang
pertempuran Bandung Lautan Api dan pertempuran Lima Hari di
Semarang. Pada kegiatan ini guru telah membuat skenario pembelajaran
yang telah disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match.
c. Observasi atau Pengamatan
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Pada tahap ini, data-data tentang pelaksanaan tindakan dari
rencana yang sudah dibuat serta dampaknya terhadap proses dan rencana
pembelajaran dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pelaksanaan yang
telah disusun sebagai bahan masukan dalam tahap refleksi.Adapun yang
diamati dalam tahap observasi adalah tentang pelaksanaan pembelajaran
dan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi ini, peneliti memproses data atau masukan
yang diperoleh dari observer dan siswa. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan awal yang dapat
digunakan dalam merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi dan merumuskan
masalah berdasarkan masalah pada refleksi tindakan I.Pada siklus II ini
peneliti menetapkan tindakan II ini dengan memaksimalkan penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
50
b. Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS
tentang jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pada siklus
II direncanakan 3 kali pertemuan, setiap pertemuan guru melaksanakan
kegiatan belajar mengajar berdasarkan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Make A Matchyang ada.Pertemuan pertama guru
membahas tentang perjanjian Linggarjati dan Agresi Militer Belanda I,
pertemuan kedua guru membahas tentang perjanjian Renville antara
Indonesia dengan Belanda, dan pada pertemuan ketiga membahas tentang
Agresi Militer Belanda II, dalam kegiatan ini guru telah membuat skenario
pembelajaran yang telah disesuaikan dengan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
c. Observasi atau pengamatan
Guru akan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchdan observer
mengamati jalannya proses kegiatan pembelajaran sesuai dengan pedoman
observasi yang telah dibuat. Selanjutnya hasil dari keduanya dianalisis dan
dirata-rata untuk mendapatkan nilai proses guru dan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match tersebut.
d. Refleksi
Data dari hasil evaluasi siswa dan lembar observasi dianalisis dan
direfleksi untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPS tentang menghargai peranan tokoh pejuang dan
masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Dalam tahap refleksi siklus II ini, diharapkan akan diperoleh
hasil yang lebih baik atau meningkat dari siklus I.
51
3. Siklus III
a. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah
berdasarkan masalah pada refleksi tindakan II, yaitu belum mencapai
kriteria keberhasilan yang peneliti tetapkan. Untuk itu peneliti menetapkan
tindakan II ini dengan memaksimalkan penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match.
b. Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus III ini, peneliti juga
melakukan proses pembelajaran yang tidak jauh berbeda dengan siklus I
dan siklus II. Adapun pertemuan dalam siklus tiga juga sama dengan
pertemuan pada siklus I dan II, yaitu tiga pertemuan. Pada pertemuan
pertama siklus III, guru membahas materi tentang perjanjian Rum Royen
dan KMB, pada pertemuan kedua membahas tantang pengakuan
kedaulatan RI oleh Belanda, dan pada pertemuan ketiga membahas tentang
peranan dan cara menghargai para tokoh perjuangan dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran pada siklus III telah disesuaikan dengan langkah-langkah
pembelajaran Make A Match, dan juga telah disesuaikan dengan skenario
pembelajaran.
c. Observasi atau pengamatan
Pada tahap ini observer tetap mengamati jalannya proses kegiatan
pembelajaran berdasarkan lembar observasi, adapun yang diamati adalah
pelaksanaan pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran
koopertatif tipe Make A Match, apakah sudah sesuai dengan langkah-
langkah atau belum. Setelah itu peneliti bersama observer menganalisis
hasil observasi, kemudian hasilnya di rata-ratauntuk mendapatkan nilai
proses guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
52
d. Refleksi
Data dari hasil evaluasi siswa dan lembar observasi dianalisis dan
direfleksi untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa
pada pembelajaran sains tentang menghargai peranan tokoh pejuang dan
masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Dalam tahap refleksi siklus III ini, diharapkan akan diperoleh
hasil yang lebih baik atau meningkat dari siklus II sehingga kriteria
keberhasilan dapat tercapai.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di salah satu lembaga
pendidikan dasar negeri yang beralamatkan di Kelurahan Mudal RT. 02 RW. I,
Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejoyakni SDNegeri Mudal. Jumlah
seluruh siswanya yaitu 168 siswa. SD Negeri Mudal memiliki karyawan yang
terdiri dari 9 guru negeri,3 GWB, dan 1 Penjaga Sekolah. Hubungan yang terjalin
antara kepala sekolah, guru dan karyawan di SD Negeri Mudal cukup baik. Selain
itu hubungan yang terjadi antara guru dengan siswa baik pada saat di dalam kelas
maupun di luar kelas juga cukup baik.
Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas V SD
Negeri Mudal Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo dengan jumlah siswa
21 yang terdiri dari 8 siswa perempuan, dan 13 siswa laki-laki. Kelas V terletak
diantara kelas IV dan kelas VI, ruang kelasnya cukup luas dan nyaman.
Proses belajar mengajar di SD Negeri Mudal selama ini dilaksanakan
sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
berjalan cukup efektif. Kondisi belajar mengajar dikelas V SD Negeri Mudal
Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo khususnya dalam pembelajaran IPS
sebelum diadakan penelitian masih belum optimal. Siswa terlihat duduk tenang
memperhatikan penjelasan dari guru, dan ada pula ada beberapa anak yang ramai
sendiri saat diajar oleh guru. Pada proses pembelajaran dikelas V SD Negeri
Mudal, guru masih mendominasi pemberian materi dengan menggunakan
ceramah, tanya jawab, dan mengerjakan latihan soal yang ada di LKS (Lembar
kerja Siswa). Kegiatan pembelajaran yang berlangsung setiap hari adalah siswa
yang mendengarkan guru ceramah, dan jarang sekali guru menggunakan media
ataupun model pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa kurang berantusias
terhadap pelajaran IPS. Kurangnya keantusiasan siswa dalam menerima suatu
pelajaran akan berdampak terhadap hasil belajarnya, yaitu menjadi kurang
maksimal. Hal ini membuat peneliti terdorong untuk menerapkan suatu model
54
pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran IPS, yang dapat membantu siswa
kelas V dalam meningkatkan pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran IPS,
yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match .
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS kelas V SD
Negeri Mudal pada semester II tahun ajaran 2011/ 2012 adalah 60 dan pada
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang peneliti lakukan, indikator kinerja
yang direncanakan adalah jika hasil belajar siswa mencapai 70% dan nilai rata-
rata kelas yang dicapai siswa70. Adapun KKM yang ditetapkan peneliti adalah 70.
Penelitian ini diawali dengan pretest yang dilakukan pada hari Rabu,
tanggal 21 Maret 2012 tentang pembelajaran IPS pada materi perjuangan para
tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan hasil yang kurang
memuaskan. Pada saat pre test semua siswa kelas V mengikuti kegiatan pre test ,
daftar hadir pre test pada lampiran 6 halaman 122. Adapunhasil pre testsiswa pada
mata pelajaran IPSkelas V SD Negeri Mudal, Kecamatan Purworejo, Kabupaten
Purworejo tahun ajaran 2011/ 2012 terdapat pada tabel 4.1(selengkapnya pada
lampiran 7 halaman 123).
Tabel 4.1 Nilai Pre-Test Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Interval Nilai (x) Frekwensi (f) f.x Persen(%) Keterangan
0-20
21-40
41-60
61-80
81-100
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
7 11 2 1 - - - - - -
70 220 60 40
- - - - - -
33,33 52,38 9,52 4,76
- - - - - -
Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
- - - - - -
Jumlah 21 390 100 Rata-rata 18,57
55
Berdasarkan tabel 4.1, nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 40,
sedangkan nilai terendahnya adalah 10. Pada saat dilakukan pre test tidak ada
siswa yang tuntas. Ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri Mudal pada saat
pre test dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Ketuntasan Belajar Pretest Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa kelas V
SD Negeri Mudal, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo tahun ajaran
2011/2012 pada mata pelajaran IPS adalah 0 % atau tidak ada siswa yang tuntas
belajarnya.
Berdasarkan uraian diatas dan sesuai dengan proposal penelitian tindakan
kelas yang peneliti ajukan, maka peneliti akan melaksanakan penelitian tindakan
kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
dalam pembelajaran IPS. Dengan harapan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match pada siswa V SD Negeri Mudal, Kecamatan
Purworejo, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2011/2012 dapat meningkatkan
pembelajaran IPS.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Kegiatan pada tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaaan,
tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi.
56
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan siklus
I diantaranya adalah pembuatan skenario pembelajaran, pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok bahasan
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia,
menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran, menyiapkan lembar kerja siswa serta lembar evaluasi untuk
siswa, menyiapkan lembar penilaian proses, menyiapkan instrumen
penelitian, dan menghubungi teman sejawat untuk menjadi observer dalam
pelaksanaan penelitian.
Pelaksanaan siklus I direncanakan oleh peneliti dalam tiga kali
pertemuan dengan alokasi waktu 70 menit dalam setiap pertemuan.
Adapun materi yang akan disampaikan berbeda-beda dalam setiap
pertemuan. Untuk pertemuan pertama, materi yang akan disampaikan
adalah tentang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, pertemuan
kedua tentang pertempuran Ambarawa dan pertempuran Medan Area,
pertemuan ketiga tentang pertempuran Bandung Lautan Api dan
pertempuran Lima Hari di Semarang.
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Maret 2012, pertemuan
kedua pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012, dan pertemuan ketiga pada
hari Sabtu tanggal 31 Maret 2012.
1) Pertemuan Pertama
Pembelajaran siklus I pertemuan pertama dilaksanakan
berdasarkan skenario dan Perencanaan Pembelajaran (RPP) (lampiran
9 halaman127) yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya. Secara
garis besar pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama dibagi
57
menjadi 3 kegiatan yang meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir.
Kegiatan pembelajaran silkus I pertemuan pertama diawali
dengan guru mengucapkan salam, mengabsen kehadiran siswa, tes
penjajagan, acuan dan apersepsi. Pada pertemuan pertama semua
siswa kelas V hadir mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Adapun daftar hadir
siswa pada siklus I pertemuan pertama selengkapnya terdapat pada
lampiran 12 halaman 238.
Pada kegiatan inti peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yang
diawali dengan penjelasan guru tentang pertempuran 10 November
1945 di Surabaya. Selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yaitu:a)
siswa memperhatikan kartu-kartu yang ditunjukkan oleh guru kartu-
kartu ini dibuat berdasarkan materi tentang pertempuran 10 November
1945 di Surabaya(guru menunjukkan kartu); b) siswa memperhatikan
guru menjelaskan cara penggunaan dari kartu-kartu tersebut.
Penjelasan tentang cara penggunaan kartu ini hanya dilakukan oleh
guru pada pertemuan pertama saja. Sebelum guru membagikan kartu,
kelas dibagi menjadi dua kelompok. Pada kelompok pertama
dibagikan kartu soal, dan pada kelompok dua dibagikan kartu
jawaban, dimana setiap siswa mendapat satu kartu(pembagian kartu);
c) siswa mencari pasangan dengan cara mencocokan kartu yang
dipegangnya dengan kartu yang dipegang oleh temannya. Pada
pertemuan pertama, banyak siswa yang masih bingung dengan
kegiatan mencari pasangan. Selain itu ada beberapa anak yang malu
setelah mendapatkan pasangan yang berbeda jenis kelamin (mencari
pasangan); d) siswa yang berhasil mendapatkan pasangan sebelum
batas waktu yang ditentukan akan diberikan poin oleh guru
(pemberian poin); e) siswa bekerja sama dengan teman pasangannya
58
untuk mendiskusikan lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru
(diskusi); dan f) Siswa melakukan presentasi, dimana salah satu siswa
maju ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusinya, kemudian
teman yang lain menanggapi (presentasi)
Langkah terakhir dalam pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match adalah (g) evaluasi. Adapun evaluasi diadakan pada kegiatan
akhir, dimana sebelum melaksanakan evaluasi siswa diberikan
kesempatan untuk menanyakan hal yang belum jelas, menyimpulkan
materi pelajaranbersama guru, mencatat hal-hal yang penting.
2) Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan kedua
berlangsung pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 10.10 WIB,
dan tahap pelaksanaan pembelajaran berdasarkan pada RPP
(selengkapnya terdapat pada lampiran 9 halaman 139) yang telah
disusun oleh peneliti sebelumnya, dan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu:
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal yang dilaksanakan oleh peneliti terdiri dari
salam pembuka, berdoa, absen, tes penjajagan, acuan dan apersepsi
tentang pertempuran Ambarawa dan pertempuran Medan Area. Pada
saat penelitian siklus I pertemuan kedua berlangsung semua siswa
kelas V hadir mengikuti kegiatan pembelajaran. Daftar hadir siswa
pada siklus I pertemuan kedua terdapat pada lampiran 12 halaman
238.
Kegiatan inti siklus I pertemuan pertama diawali dengan
penjelasan materi oleh guru. Siswa memperhatikan penjelasan guru,
dan bertanya jawab dengan guru tentang materi. Kemudian
dilanjutkan dengan dengan langkah pembelajaran yang sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran Make A Match, yaitu a) siswa
mengamati kartu yang diperlihatkan oleh guru, yang berupa kartu soal
dan kartu jawaban yang disusun berdasarkan materi tentang
59
pertempuran Ambarawa dan pertempuran Medan Area (menunjukkan
kartu).; b) siswa kelas V dibagi menjadi dua kelompok, kelompok
pertama dan kelompok kedua. Kelompok pertama dibagi lagi menjadi
empat kelompok. Kelompok pertama dan kedua dibagikan kartu soal,
sedangkan kelompok tiga dan empat mendapatkan kartu jawaban
(pembagian kartu) c) setelah siswa mendapatkan kartu, mereka
mencari pasangan berdasarkan kartu yang dipegangnya (mencari
pasangan); d) siswa akan mendapatkan poin setelah mereka berhasil
menemukan pasangannya. (pemberian poin); e) siswa bekerja sama
dengan pasangannya untuk berdiskusi tentang pertempuran Ambarawa
dan pertempuran Medan Area; dan f) siswa melakukan presentasi
untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas (presentasi).
Selanjutnyag) evaluasi, sebelumnyasiswa diberi kesempatan untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas tentang materi, menyimpulkan
materi pelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencatat hal-hal yang penting dari materi pelajaran, dan mengucapkan
salam untuk mengakiri pelajaran.
3) Pertemuan Ketiga
Siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan di ruang kelas V SD
Negeri Mudal, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo pada
pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 10.10 WIB. Adapun materi
yang akan dibahas dalam pertemuan ini adalah tentang pertempuran
Bandung Lautan Api dan pertempuran Lima Hari di Semarang. Tahap
pelaksanaan tindakan penelitian pada siklus I pertemuan ketiga
dilaksanakan berdasarkan pada Perencanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah disusun oleh peneliti sebelumnya (selengkapnya terdapat pada
lampiran 9 halaman 152)
Kegiatan awal berlangsung kurang lebih sepuluh menit,
dengan kegiatan: a) ucapan salam dari guru “Assalamu’alsikum Wr.
Wb; b) mengabsen kehadiran siswa. Pada saat penelitian siklus I
60
pertemuan ketiga berlangsung semua siswa kelas V hadir mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match. Adapun daftar hadir siswa pada pelaksanaan siklus I
pertemuan ketiga terdapat pada lampiran 12 halaman 238; dan c)
Melaksanakan tes penjajagan, acuan dan apersepsi tentang
pertempuran Bandung Lautan Api dan pertempuran Lima Hari di
Semarang.
Pada kegiatan inti peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam
pembelajaran IPS, yang diawali dengan penjelasan materi, kemudian
dilanjutkan dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match: a) Siswa memperhatikan kartu soal dan kartu jawaban
yang berisi materitentang pertempuran Bandung Lautan Api dan
pertempuran Lima Hari di Semarang (menunjukkan kartu); b) siswa
menerima masing-masing satu kartu, ada yang menerima kartu soal,
ada juga yang menerima kartu jawaban(pembagian kartu); c) siswa
mencari pasangan yang sesuai dengan kartunya (mencari pasangan);
d) siswa yang berhasil mendapatrkan poin akan mendapatkan poin
dari guru (pemberian poin); e) pada kegiatan diskusi siswa bekerja
sama untuk menyelesaikan tugas dari guru untuk mendiskusikan
tentang pertempuran Bandung Lautan Api dan pertempuran Lima Hari
di Semarang. (diskusi); f) siswa melaksanakan kegiatan presentasi
setelah kegiatan diskusi selesai. Pada kegiatan presentasi di pertemuan
ketiga, ada seorang siswa yang mau maju untuk mempresentasikan
hasil diskusinya tanpa ditunjuk oleh guru (presentasi);g)
melaksanakan evaluasi. Kegiatan yang dilakukan guru pada akhir
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah evaluasi,
sebelumnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas tentang materi pertempuran
Bandung Lautan Api dan pertempuran Lima Hari di Semarang,
menyimpulkan materi pelajaran bersama siswa, dan memberikan
61
kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting dari
materi pelajaran. Adapun hasil evalusai pada siklus I pertemuan ketiga
selengkapnya terdapat pada tabel 4.4
c. Observasi
1) Pertemuan Pertama
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh dua orang teman
sejawat dan satu orang guru kelas terhadap pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match pada siklus I pertemuan pertama di
dapatkan skor 22 (observer I), 22(observer II), dan 23 (observer III)
dengan skor rata-rata 22.33 atau 62,03%, sedangkan rata-rata nilainya
adalah 2,48, dan termasuk dalam kategori cukup(selengkapnya
terdapat pada lampiran 19 halaman 246). Hal tersebut menunjukkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe MakeA Match belum
maksimal. Masih ada beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki, yaitu
persiapan guru untuk mengajar, kemampuan dalam penguasaan serta
kejelasan penyajian materi pelajaran, pengaktifan siswa dalam
pembelajaran, pemberian poin, serta kegiatan diskusi dan presentasi
yang masih kurang maksimal. Selain itu pada saat siswa mencari
pasangan, keadaan kelas juga sangat ramai karena guru masih belum
dapat mengatur kondisi kelas dengan maksimal.
Tindakan siswa pada pertemuan pertama masih banyak siswa
kelas V yang ramai sendiri, keaktifan dan kerjasama siswa dalam
kegiatan pembelajaran kurang maksimal, selain itu siswa masih
bingung dengan kegiatan pembelajaran menggunakan model Make A
Match, karena baru pertama kali mereka melakukannya. Selama
proses pembelajaran berlangsung, guru (peneliti) juga mengamati
proses pembelajaran. Guru melakukan penilaian proses pada saat
siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Adapun aspek keaktifan pada
pertemuan pertama mencapai 60,95, aspek kerjasama mencapai 61,19,
dan aspek komunikasi mencapai 60,48. Selengkapnya hasil penilaian
proses yang dilaksanakan guru terdapat pada lampiran 9 halaman 137.
62
Terakhir observasi yang dilaksanakan oleh guru adalah
observasi hasil, yaitu untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan
tindakan siklus I pertemuan pertama. Selengkapnya perolehan nilai
pada siklus I pertemuan pertama terdapat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Nilai Siklus I Pertemuan Pertama Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Interval Nilai (x)
Frekuensi (f)
f.x Persen(%) Keterangan
0-20
21-40
41-60
61-80
81-100
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
2 4 4 4 3 1 2 1 - -
20 80 120 160 150 60 140 80 - -
9,52 19,05 19,05 19,05 14,29 4,76 9,52 4,76
- -
Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Tuntas Tuntas
- -
Jumlah 21 810 100 Rata-rata 38,57
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
kelas yang diperoleh masih dibawah indicator yang ditetapkan oleh
peneliti yaitu 38,57. Siswa yang belum tuntas pada siklus I pertemuan
pertama adalah 18 orang, sedangkan siswa yang tuntas adalah 3 orang.
Nilai tertinggi yang diperoleh pada siklus I pertemuan pertama adalah
80, sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 10.
Ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri Mudal, Kecamatan
Purworejo, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2011/2012 dapat dilihat
pada gambar 4.2.
63
Gambar 4.2 Ketuntasan Belajar Siklus I Pertemuan Pertama Siswa Kelas V SD Negeri MudalTahun Ajaran 2011/ 2012
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa
kelas V SD Negeri Mudal pada pertemuan pertama mencapai 14 %
atau sebanyak 3 siswa tuntas belajarnya, sedangkan 86% atau
sebanyak 18 siswa belum tuntas belajar.
2) Pertemuan Kedua
Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terhadap
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siklus I
pertemuan kedua di dapatkan skor 23 (observer 1), 23 (observer 2),
dan 24 (observer 3). Adapun rata-rata nilai yang diperoleh adalah 2,59
dan termasuk dalam kategori cukup(lampiran 19 halaman 246). Hal
tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match belum maksimal.
Selain hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran,
didapatkan penilaian proses pembelajaran terhadap tindakan siswa
siklus I pada pertemuan kedua. Adapun hasil penilaian proses yang
dilakukan oleh guru didapatkan nilai rata-rata keaktifan 61,67
(cukup); nilai rata-rata kerjasama 62,86 (cukup); dan nilai rata-rata
64
komunikasi 61,90 (cukup). Selengkapnya hasil penilaian proses yang
dilaksanakan guru terhadap kegiatan siswa pada siklus I pertemuan
kedua terdapat pada lampiran 9 halaman 150.
Guru melaksanakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar
siswa. Pada siklus I pertemuan kedua rata-rata kelasnya meningkat
jika dibandingkan dengan siklus I pertemuan pertama. Adapun
perolehan nilai pada pertemuan kedua selengkapnya terdapat pada
tabel 4.3 (lampiran 9 halaman 151).
Tabel 4.3 Nilai Siklus I Pertemuan Kedua Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Interval Nilai (x) Frekwensi (f) f.x Persen(%) Keterangan 0 - 20
21- 40
41 – 60
61 – 80
81-100
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1 3 5 5 2 3 2 - - -
10 60 150 200 100 180 140
- - -
4,76 14,29 23,81 23,81 9,52 14,29 9,52
- - -
Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas
Tuntas - - -
Jumlah 21 840 100 Rata-rata 40
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi
yang diperoleh siswa pada siklus I pertemuan kedua adalah 70,
sedangkan nilai terendahnya adalah 10. Pada siklus I pertemuan kedua
ada 2 siswa yang tuntas belajarnya, dan 19 siswa belum tuntas
belajarnya. Hal ini disebabkan oleh penguasaan kelas dan juga
penguasaan materi oleh guru yang masih kurang maksimal. Selain itu
materi yang disampaikan oleh guru lebih banyak jika dibandingkan
dengan materi yang disampaikan pada siklus I pertemuan pertama.
65
Adapun ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri mudal pada
siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Ketuntasan Belajar siklus I Pertemuan Kedua Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa ketuntasan
belajar siswa kelas V SD Negeri Mudal pada pertemuan kedua adalah
10%, sedangkan siswa yang belum tuntas belajarnya mencapai 90%.
3) Pertemuan Ketiga
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh dua orang
teman sejawat dan satu orang guru kelas terhadap pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siklus I pertemuan
ketiga di dapatkan skor 25 (observer 1), 24 (observer 2), dan 26
(observer 3). Rata-rata dari ketiga observer adalah 25, sedangkan rata-
rata nilai yang diperoleh adalah 2,78 (termasuk dalam kategori
cukup). Selengkapnya hasil observasi pada psiklus I pertemuan ketiga
terdapat padalampiran 19 halaman 246.
Tindakan siswa pada pertemuan ketiga berdasarkan hasil
penilaian proses didapatkan nilai rata-rata keaktifan sebesar 61,9
66
(cukup); nilai rata-rata kerjasama 63,81(cukup); dan nilai rata-rata
komunikasi sebesar 62,14 (cukup). Selengkapnya hasil penilaian
proses yang dilaksanakan guru terhadap kegiatan siswa terdapat pada
lampiran 9 halaman 162.
Pada pertemuan ketiga guru membagikan angket kepada
siswa daan guru. Angket yang dibagikan kepada observer untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan
Make A match yang dilaksanakan oleh guru pada siklus I. Sedangkan
angket yang dibagikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa
terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match. Pada siklus I rata-rata hasil angket adalah 6,38 atau 79,77%
dan termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun hasil angket siklus I
selengkapnya terdapat pada lampiran 22 halaman 249.
Terakhir observasi yang dilaksanakan oleh peneliti adalah
observasi hasil, yaitu untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan
tindakan siklus I. Selengkapnya perolehan nilai evaluasi pada siklus I
pertemuan ketiga terdapat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Nilai Siklus I Pertemuan Ketiga Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012
Interval Nilai (x)
Frekuensi (f)
f.x Persen(%) Keterangan
0-20
21-40
10 20 30 40
- - - 7
- - -
280
- - -
33,33
- - -
Belum Tuntas 41-60 50 5 250 23,81 Belum Tuntas
60 4 240 19,05 Belum Tuntas 61-80
80-100
70 3 210 14,29 Tuntas 80 90 100
2 - -
160 - -
9,52 - -
Tuntas - -
Jumlah 21 1140 100 Rata-rata 54,29
67
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi
yang diperoleh siswa pada siklus I pertemuan ketiga adalah 80, dan
nilai terendahnya dalah 40. Siswa kelas V SD Negeri Mudal pada
siklus I pertemuan ketiga yang sudah tuntas belajarnya sebanyak 5
siswa, sedangkan yang belum tuntas belajar sebanyak 16 siswa.
Ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri Mudal dapat dilihat pada
gambar 4.4.
Gambar 4.4 Ketuntasan Belajar Siklus I Pertemuan Ketiga Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa ketuntasan
belajar siswa kelas V SD pada siklus I pertemuan ketiga adalah 24 %,
dan yang belum tuntas belajar sebanyak 76%.
d. Refleksi
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama belum dapat
dikatakan berhasil karena dalam proses pembelajaran masih banyak
ditemukan kendala-kendala, antara lain: 1) siswa belum terorganisir
dengan baik saat mengikuti pembelajaran; 2) penguasaan materi
pelajaran oleh guru kurang maksimal; 3) siswa belum terbiasa diajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match,
68
sehingga masih perlu banyak bimbingan; 4) masih ada beberapa anak
yang malu atau enggan bekerja sama dengan teman pasangannya saat
kegiatan diskusi; dan 5) pada kegiatan diskusi dan presentasi,
keaktifan siswa masih kurang maksimal.
Kendala-kendala yang dihadapi oleh peneliti pada siklus I
pertemuan pertama akan lebih ditingkatkan lagi pada pertemuan
selanjutnya. Adapun beberapa solusi yang dapat peneliti buat dari
kendala-kendala yang dihadapi oleh peneliti adalah: 1) guru akan
mengkondisikan kesiapan siswa saat akan belajar; 2) guru akan
berusaha mempelajari materi dengan baik sebelum melakukan
kegiatan pembelajaran; 3) guru akan memberikan gambaran tentang
kegiatan pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match dengan jelas; 4)
guru akan memberikan penjelasan bahwa saat bekerja sama dengan
siapapun tidak usah memilih-milih, siapapun pasangannya, harus tetap
bekerja sama dengan baik; 5) guru akan mengkondisikan keaktifan
siswa saat kegiatan diskusi dan presentasi.
Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi oleh peneliti
serta perolehan nilai evaluasi pada siklus I pertemuan pertama yang
kurang maksimal, maka peneliti bermaksud melanjutkan ke pertemuan
kedua, dengan harapan kendala-kendala yang dihadapi dapat teratasi
dan hasil evaluasi siswa juga meningkat.
2) Pertemuan Kedua
Refleksi pada siklus I pertemuan ketiga berdasarkan hasil
observasi yang sudah guru dan observer laksanakan, adapun
kesimpulannya adalah proses belajar mengajar sudah berjalan cukup
lancar, namun masih ada beberapa kendala yang dihadapi oleh
peneliti, yaitu: 1) siswa masih banyak yang ramai pada saat mencari
pasangan, karena pembagian kelompok yang menerima kartu, baik
kartu soal maupun kartu jawaban masih terlalu banyak, sehingga guru
kesulitan dalam mengkoordinasi siswa; 2) terlalu banyak penggunaan
69
media papan tulis, yaitu guru terlalu banyak menulis di papan tulis,
sehingga pada saat ditinggal menulis siswa ramai sendiri; 3) materi
yang disampaikan oleh guru terlalu panjang lebar, sehingga siswa
agak kesulitan dalam menerimanya; 4) siswa masih kurang maksimal
dalam melakanakan kegiatan diskusi dan presentasi.
Kendala-kendala yang dihadapi pada pembelajaran siklus I
pertemuan kedua, peneliti akan membuat solusi untuk mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi agar dapat meningkatkan kegiatan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Adapun solusi-solusi yang
dibuat peneliti adalah: 1) peneliti akan membagi kelompok yang
menerima kartu soal dan kartu jawan menjadi lebih kecil untuk
menguragi kegaduhan pada saat siswa mencari pasangan; 2) guru akan
membagikan ringkasan materi agar tidak perlu lagi menulis di papan
tulis; 3) guru akan membimbing siswa dalam kegiatan diskusi dan
presentasi dengan maksimal.
3) Pertemuan Ketiga
Refleksi pada siklus I pertemuan ketiga berdasarkan hasil
observasi yang sudah guru dan observer laksanakan, adapun
kesimpulannya adalah: pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur, namun
belum maksimal.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan ketiga
sudah cukup baik, namun ada beberapa kendala yang dihadapi, yaitu:
1) pengkondisian siswa saat akan mengikuti pelajaran kurang
maksimal, sehingga pada saat kegiatan awal banyak siswa yang masih
sibuk berbicara sendiri dengan temannya; 2) Pemberian poin oleh
guru kurang bervariasi, sehingga siswa merasa bosan.
Berdasarkan kendala yang dihadapi pada siklus I pertemuan
ketiga, guru berusaha memperbaikinya dengan membuat solusi dari
70
kendala yang dihadapi, yaitu: 1) guru akan mengkondisikan siswa
sebelum memulai pelajaran, dan akan memulai pelajaran apabila siswa
telah siap menerima pelajaran; 2) guru akan memberikan poin yang
lebih bervariasi kepada siswa yang berhasil menemukan pasangannya.
Berdasarkan proses pembelajaran dan hasil pembelajaran pada siklus
I, peneliti berkesimpulan bahwa proses pembelajaran dan hasil pembelajaran
siklus I masih perlu diperbaiki dan belum maksimal. Oleh karena itu peneliti
mengambil keputusan untuk melanjutkan ke siklus II dengan memperbaiki
kekurangan-kekurangan pada siklus I.
2. Siklus II
Kegiatan pada siklus II ini terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaaan,
tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi.
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan siklus
II pada dasarnya sama dengan tahap perencanaan pada siklus I,
diantaranya adalah pembuatan skenario pembelajaran, pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan media
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran, menyiapkan
lembar kerja siswa serta lembar evaluasi untuk siswa, menyiapkan
lembar penilaian proses, menyiapkan instrumen penelitian, dan
menghubungi teman sejawat untuk menjadi observer dalam pelaksanaan
penelitian.
Pelaksanaan siklus II direncanakan oleh peneliti dalam tiga kali
pertemuan dengan alokasi waktu 70 menit dalam setiap pertemuan.
Adapun pelaksanaan siklus II ini untuk pertemuan pertama direncanakan
pada hari Sabtu tanggal 14 April 2012, pertemuan kedua pada hari Rabu
tanggal 25 April 2012, dan pertemuan ketiga pada hari Sabtu tanggal 28
April 2012. Materi yang akan disampaikan berbeda-beda dalam setiap
pertemuan. Adapun untuk pertemuan pertama, materi yang akan
71
disampaikan adalah tentang perjanjian Linggarjati dan Agresi Militer
Belanda I, pertemuan kedua tentang perjanjian Renville antara Indonesia
dengan Belanda, pertemuan ketiga tentang Agresi Militer Belanda II.
b. Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan Pertamauan
Siklus II pertemuan pertama terlaksana pada tanggal 14
April 2012 pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 10.10 WIB.
Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini dilaksanakan berdasarkan
scenario yang telah disusun oleh peneliti. Adapun pelaksanaan
proses pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan
berdasarkan RPP (lampiran 10 halaman 164) yang telah disusun oleh
peneliti. Secara garis besar pelaksanaan tindakan pada siklus II
pertemuan pertama sebagaimana tercantum dalam RPP dibagi
menjadi 3 kegiatan yang meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh guru pada kegiatan awal
adalah salam, mengabsen kehadiran siswa, tes penjajagan,
menyampaikan acuan dan apersepsi. Pada saat penelitian siklus II
pertemuan pertama berlangsung semua siswa kelas V hadir
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match. Adapun daftar hadir siswa pada siklus II pertemuan
pertama selengkapnya terdapat pada lampiran 13 halaman 239.
Pada kegiatan inti peneliti masih melaksanakan
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match. Guru memberikan penjelasan materi seperti halnya kegiatan
pembelajaran pada umumnya. Kemudian guru melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Make A Match:1) guru
menunjukkan kartu kepada siswa yang berupa kartu soal dan kartu
jawaban yang berhubungan dengan materi tentang perjanjian
Linggarjati dan Agresi Militer Belanda I (menunjukkan kartu); 2)
72
siswa menerima kartu yang dibagikan oleh guru. Sebelum guru
membagikan kartu kepada siswa, guru membagi siswa menjadi 4
kelompok. Kemudian guru membagi kartu soal dan kartu jawaban
pada masing-masing kelompok(membagikan kartu); 3) siswa
mencari pasangan dengan mencocokkan kartu dengan kartu
temannya yang cocok (mencari pasangan); 4) Siswa yang mendapat
pasangan sebelum batas waktu yang telah ditentukan mendapat poin,
poin yang diberikan berupa tanda bintang bagi setiap
siswa(pemberian poin); 5) siswa melakukan diskusi tentang
perjanjian Linggarjati dan Agresi Militer Belanda I bersama dengan
pasangannya, dan guru membimbing siswa saat melakukan diskusi;
6) siswa melakukan presentasi dengan membacakan hasil diskusi
tentang perjanjian Linggarjati dan Agresi Militer Belanda I
(presentasi). Siswa yang lain menanggapi hasil diskusi temannya
melalui kegiatan presentasi.
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan melakukan
kegiatan: 1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas dari materi tentang perjanjian
Linggarjati dan Agresi Militer Belanda I, 2) bersama siswa
menyimpulkan materi pelajaran, 3) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mencatat hal-hal yang penting dari materi pelajaran; dan
4) melaksanakan evaluasi. Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh
siswa selama kurang lebih 10 menit, dengan jumlah soal 10 nomor.
Adapun hasil evaluasi siklus II pertemuan kedua selengkapnya
terdapat pada tabel 4.5
b. Pertemuan Keduauan
Siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 25
April 2012 pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 10.10 WIB.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II pertemuan kedua
73
dilaksanakan berdasarkan RPP (lampiran 10 halaman 176) yang
telah disusun oleh peneliti.
Pelaksanaan kegiatan awal yang dilaksanakan oleh peneliti
kurang lebih selama 10 menit, adapun kegiatan yang dilakukan pada
kegiatan awal adalah ucapan salam dari guru “Assalamu’alaikum
Wr. Wb”, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa.
Pada saat penelitian siklus I pertemuan kedua berlangsung semua
siswa kelas V hadir mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Adapun daftar hadir
siswa pada pelaksanaan siklus II pertemuan kedua terdapat pada
lampiran 13 halaman 239. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh
guru pada kegiatan awal adalah tes penjajagan, acuan dan apersepsi
tentang perjanjian Renville antara Indonesia dengan Belanda.
Seperti pada pertemuan sebelumnya, langkah pembelajaran
pada pertemuan kedua ini sesuai dengan langkah pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Langkah-langkah tersebut meliputi a) guru menunjukkan kartu yang
berisi soal dan jawaban yang berhubungan dengan materi perjanjian
Renville antara Indonesia dengan Belanda kepada siswa, siswa
memperhatikan kartu yang ditunjukkan oleh guru (menunjukkan
kartu); b) guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban.
Sebelumnya kelas dibagi menjadi empat kelompok, dua kelompok
mendapatkan kartu soal, dan dua kelompok yang lain mendapatkan
kartu jawaban (membagikan kartu); c) siswa mencari pasangan
dengan mencocokkan kartu yang telah diterimanya (mencari
pasangan); d) siswa yang mendapat pasangan sebelum batas waktu
yang telah ditentukan, akan mendapatkan poin yang berupa tanda
bintang; e) siswa melakukan diskusi kelompok bersama pasangannya
tentang perjanjian Renville antara Indonesia dengan Belanda
(diskusi), dan f) siswa membacakan hasil diskusi tentang perjanjian
Renville antara Indonesia dengan Belanda, dan siswa yang lainnya
74
menanggapi (presentasi).g) kegiatan pembelajaran diakhiri dengan
pengerjaan soal evaluasi oleh siswa (evaluasi).Kegiatan evaluasi
dilaksanakan oleh siswa selama kurang lebih 10 menit dengan
mengerjakan soal yang berjumlah 10 soal. Adapun hasil dari
evaluasi yang dikerjakan oleh siswa selengkapnya terdapat pada
tabel 4.6.
Sebelum guru melaksanakan evaluasi, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
jelas dari materi tentang perjanjian Renville antara Indonesia dengan
Belanda, menyimpulkan materi pelajaranbersama siswa, dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang
penting dari materi pelajaran.
c. Pertemuan Ketigauan
Siklus II pertemuan ketiga terlaksana pada tanggal 28 April
2012 pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 10.10 WIB.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II pertemuan ketiga
dilaksanakan berdasarkan RPP (lampiran 10 halaman 189) yang
telah disusun oleh peneliti. Secara garis besar pelaksanaan tindakan
pada siklus II pertemuan ketiga sebagaimana tercantum dalam RPP
dibagi menjadi 3 kegiatan yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada kegiatan awal
adalah mengucapkan salam, mengabsen kehadiran siswa, tes
penjajagan, acuan dan apersepsi. Pada pertemuan ketiga berlangsung
ada dua orang siswa kelas V tidak hadir mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, karena
sakit, dan karena mengikuti lomba MAPSI. Adapun daftar hadir
siswa pada pertemuan ketiga selengkapnya terdapat pada lampiran
13 halaman 239.
75
Pada siklus II pertemuan ketiga, guru masih menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam kegiatan
pembelajaran dengan langkah-langkah: a) guru menunjukkan kartu
yang berisi soal dan jawaban yang berhubungan dengan materi
Agresi Militer Belanda II kepada siswa, siswa memperhatikan kartu
yang ditunjukkan oleh guru (menunjukkan kartu); b) Siswa
mendapatkan kartu dari guru masing-masing satu kartu. Sebelumnya
membagikan kartu, kelas dibagi menjadi empat kelompok, dua
kelompok mendapatkan kartu soal, dan dua kelompok yang lain
mendapatkan kartu jawaban (membagikan kartu soal dan kartu
jawaban); c) siswa mencari pasangan dengan mencocokkan kartu.
Siswa yang mendapat kartu soal mencari pasangan dengan siswa
yang mendapat kartu jawaban, dan sebaliknya (mencari pasangan);
d) setiap siswa yang mendapat pasangan sebelum batas waktu yang
telah ditentukan, akan diberi poin atau penghargaan dari guru
(pemberian poin); e) siswa melakukan diskusi kelompok bersama
pasangannya tentang Agresi Militer Belanda II (diskusi);f) siswa
melaksanakan presentasi dengan bimbingan dari guru (presentasi
kelompok); dan g) melaksanakan evaluasi untuk mengetahui sampai
sejauh mana daya serap siswa terhadap materi yang telah diajarkan
(evaluasi). Adapun untuk hasil evaluasi selengkapnya pada tabel
4.7.Sebelum melaksanakan evaluasi guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas, bersama
siswa menyimpulkan materi pelajaran, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting dari materi
pelajaran.
c. Observasi
1) Pertemuan Pertamaan
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh dua orang
teman sejawat dan satu orang guru kelas terhadap pelaksanaan
76
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siklus II
pertemuan pertama di dapatkan skor 25 (observer 1), 26 (observer
2), dan 25 (observer 3). Hasil rata-rata observasi dari ketiga observer
adalah 25,33, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II
pertemuan pertama adalah 2,81 (cukup). (lampiran 20 halaman 247).
Tindakan siswa pada siklus II pertemuan pertama
berdasarkan hasil penilaian proses yang dilakukan oleh guru
didapatkan nilai rata-rata aspek keaktifan 64,05 (cukup); nilai rata-
rata aspek kerjasama 64,76 (cukup); dan nilai rata-rata aspek
komunikasi 62,38 (cukup)(lampiran 10 halaman 174).
Terakhir observasi yang dilaksanakan adalah untuk
mengetahui hasil dari pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan
pertama melalui observasi hasil dengan mengadakan evaluasi.
Adapun perolehan nilai siklus II Pertemuan pertama siswa kelas V
SD Negeri Mudal, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo
tahun ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Nilai Siklus II Pertemuan Pertama Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012
Interval Nilai
(x) Frekuensi
(f) f.x Persen(
%) Keterangan
0-20
21-40
10 20 30 40
- - 1 2
- -
30 80 300 360
- -
- -
Belum Tuntas Belum Tuntas
4,76 9,52
41-60 50 60
6 6
28,6 Belum Tuntas Belum Tuntas 28,6
61-80 70 2 140 9,52 Tuntas 80 1 80 4,76 Tuntas
81-100 90 1 90 4,76 Tuntas 100 2 200 9,52 Tuntas
Jumlah 21 1280 100 Rata-rata 60,95
77
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi
yang diperoleh siswa pada siklus II pertemuan ketiga adalah 100,
sedangkan nilai terendahnya adalah 30. Siswa yang tuntas belajar
sebanyak 6 orang siswa, dan 15 siswa belum tuntas belajar. Adapun
ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri Mudal dapat dilihat pada
gambar 4.5.
Gambar 4.5 Ketuntasan Belajar siklus II Pertemuan PertamaSiswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Berdasarkan gambar 4.5 dapat diketahui bahwa siswa yang
sudah tuntas belajar mencapai 29%, sedangkan siswa yang belum
tuntas belajar mencapai 71%.
2) Pertemuan Keduaa
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh dua orang
teman sejawat dan satu orang guru kelas terhadap pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siklus I pertemuan
kedua di dapatkan skor 27, 26, dan 27 . adapun skor rata-rata dari
ketiga observer adalah 26,67, dan nilai rata-ratanya adalah 2,96
(lampiran 20 halaman 247). Berdasarkan hasil nilai rata-rata skor
78
dari ketiga observer menunjukkan bahwa Pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II pertemuan kedua termasuk dalam kategori cukup baik.
Berdasarkan hasil penilaian proses yang dilakukan oleh
guru terhadap kegiatan siswa pada siklus II pertemuan kedua,
tindakan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah cukup baik.
Adapun hasil rata-rata penilaian proses pada siklus II pertemuan
kedua untuk aspek keaktifan adalah 66,32 (cukup); aspek kerja sama
adalah 65,26 (cukup); dan aspek komunikasi adalah 64,47
(cukup)(selengkapnya terdapat pada lampiran 10 halaman 187).
Guru melakukan observasi hasil terhadap siswa dengan
melaksanakan evaluasi pada akhir kegiatan pembelajaran. Adapun
perolehan nilai siklus II pertemuan kedua siswa kelas V SD Negeri
Mudal, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo tahun ajaran
2011/2012 selengkapnya terdapat pada tabel 4.6 (lampiran 10
halaman 188).
Tabel 4.6 Nilai Siklus II Pertemuan Kedua Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012
Interval Nilai
(x) Frekuensi
(f) f.x Persen(
%) Keterangan
0-20
21-40
10 - - - - - -
Belum Tuntas
20 - - - 30 - - - 40 1 40 4,76
41-60 50 2 100 9,52 Belum Tuntas
61-80 60 8 480 38,1 Belum Tuntas 70 4 280 19,05 Tuntas
Tuntas 80 2 160 9,52 81-100 90 1 90 4,76 Tuntas
100 3 300 14.29 Tuntas Jumlah 21 1450 100 Rata-rata 69,05
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi yang
diperoleh siswa pada siklus II pertemuan kedua adalah 100,
79
sedangkan nilai terendahnya adalah 40. Siswa yang sudah tuntas
belajar sebanyak 6 orang siswa, sedangkan yang belum tuntas belajar
sebanyak 15 orang siswa. Ketuntasan belajar siswa kelas V SD
Negeri Mudal pada siklus II pertemuan kedua dapat dilihat pada
gambar 4.6
Gambar 4.6 Ketuntasan BelajarSiklus II Pertemuan Kedua Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Berdasarkan gambar 4.6 dapat diketahui bahwa siswa yang
sudah tuntas belajar mencapai 48%, sedangkan siswa yang belum
tuntas belajar mencapai 52%.
3) Pertemuan Ketigaan
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh dua orang
teman sejawat dan satu orang guru kelas terhadap pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siklus II
pertemuan ketiga masing-masing di dapatkan skor 29, 28, dan 29
(lampiran 20 halaman 247). Hasil rata-rata dari ketiga observer
adalah 28,67, sedangkan nilai rata-ratanya adalah 3,19. Berdasarkan
80
hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus
II pertemuan ketiga termasuk dalam kategori baik.
Pada siklus II pertemuan ketiga diperoleh penilaian proses
yang dilakukan oleh guru. Adapun hasil rata-rata penilaian proses
untuk aspek keaktifan mencapai 68,33 (cukup); aspek kerjasama
mencapai 66,43 (cukup); dan aspek komunikasi mencapai 66,43
(cukup)(lampiran 10 halaman 199).
Hasil angket siklus II pada umumnya sudah baik. Adapun
rata-rata hasil angket siklus II adalah 7,19 (termasuk dalam kategori
sangat baik, dan selengkapnya terdapat pada lampiran 23 halaman
250.
Hasil evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus II
pertemuan kedua pada umumnya meningkat jika dibandingkan
dengan pertemuan sebelumnya. Adapun perolehan nilai siklus II
Pertemuan ketiga siswa kelas V SD Negeri Mudal, Kecamatan
Purworejo, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2011/2012 dapat
dilihat pada tabel 4.7selengkapnya pada lampiran 10 halaman 200.
Tabel 4.7 Nilai Siklus II Pertemuan Ketiga Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012
Interval Nilai
(x) Frekuensi
(f) f.x Persen(
%) Keterangan
0-20
10 - - - -
- 20 - - -
21-40 30 - - - -
- 40 - - -
41-60 50 - - - - 60 4 240 19,05 Belum Tuntas
61-80 70 8 560 38,1 Tuntas 80 2 160 9,52 Tuntas
81-100 90 3 270 14,29 Tuntas 100 1 100 4,76 Tuntas
Jumlah 19 1430 100 Rata-rata 75,26
81
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi
yang diperoleh siswa pada siklus II pertemuan ketiga adalah 100,
sedangkan nilai terendahnya adalah 60. Siswa yang tuntas belajar
sebanyak 14 orang siswa, dan 5siswa belum tuntas belajar. Adapun
ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri Mudal dapat dilihat pada
gambar 4.7.
Gambar 4.7 Ketuntasan BelajarSiklus II Pertemuan Ketiga Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Berdasarkan gambar 4.7 dapat diketahui bahwa siswa yang
sudah tuntas belajar mencapai 74%, sedangkan siswa yang belum
tuntas belajar mencapai 26%.
d. Refleksi
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan siklus II pertemuan pertama belum dapat
dikatakan berhasil karena dalam proses pembelajaran masih banyak
ditemukan kendala-kendala, antara lain: 1) penguasaan materi
pelajaran oleh guru kurang maksimal; 2) masih ada beberapa anak
82
yang hanya bermain-main saja saat kegiatan diskusi; dan 4) pada
kegiatan presentasi, keaktifan siswa masih kurang maksimal.
Guru akan berusaha mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi pada siklus II pertemuan pertama dengan berbagai solusi.
Adapun beberapa solusi yang dapat peneliti buat dari kendala-
kendala yang dihadapi oleh peneliti adalah: 1) guru akan berusaha
mempelajari materi dengan baik sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran, selain itu guru juga akan menggunakan ringkasan
materi yang dibagikan kepada siswa agar siswa lebih mudah
menyimak materi yang dibahas oleh guru; 2) guru akan lebih
membimbing dan memotivasi siswa saat melakukan diskusi; 3) guru
akan mengkondisikan keaktifan siswa saat kegiatan presentasi,
dengan menunjuk siswa untuk melakukan presentasi ataupun dalam
memberikan tanggapan terhadap presentasi temannya.
Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi oleh peneliti
serta perolehan nilai evaluasi pada siklus II pertemuan pertama yang
kurang maksimal, maka peneliti bermaksud melanjutkan ke
pertemuan kedua, dengan harapan kendala-kendala yang dihadapi
dapat teratasi dan hasil evaluasi siswa pada pertemuan selanjutnya
dapat meningkat.
2) Pertemuan Kedua
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II pertemuan kedua
dapat disimpulkan bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II pertemuan kedua sudah berjalan cukup lancar, namun
masih ada beberapa kendala yang dihadapi oleh peneliti, yaitu
pengaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran masih kurang
maksimal.
Berdasarkan kendala yang dihadapi pada pembelajaran
siklus II pertemuan kedua, peneliti akan membuat solusi untuk
mengatasi kendala yang dihadapi agar dapat meningkatkan kegiatan
83
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Adapun solusi yang akan
dibuat peneliti untuk mengatasi kendala yang dihadapi pada siklus II
pertemuan kedua adalah dengan menunjuk siswa yang kurang aktif
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga siswa yang tidak
aktif dalam kegiatan pembelajaran akan menjadi aktif.
Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi oleh peneliti
serta perolehan nilai evaluasi pada siklus II pertemuan pertama yang
belum maksimal, maka peneliti bermaksud melanjutkan ke
pertemuan ketiga, dengan harapan kendala-kendala yang dihadapi
dapat teratasi dan hasil evaluasi siswa pada pertemuan selanjutnya
dapat meningkat.
3) Pertemuan Ketiga
Berdasarkan hasil observasi yang sudah peneliti dan
observer laksanakan pada siklus II pertemuan ketiga, maka dapat
disimpulkan bahwa: 1) pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
make A match telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur, namun
belum berhasil; 2) rata-rata kelas pada siklus II pertemuan ketiga
belum mencapai indicator yang ditetapkan oleh peneliti.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan ketiga
sudah cukup baik, namun ada beberapa kendala yang dihadapi, yaitu:
1) pengkondisian siswa saat akan mengikuti pelajaran kurang
maksimal, sehingga pada saat kegiatan awal banyak siswa yang
masih sibuk berbicara sendiri dengan temannya; 2) pemberian poin
oleh guru kurang bervariasi, sehingga siswa merasa bosan.
Berdasarkan kendala yang dihadapi pada siklus II
pertemuan ketiga, guru berusaha memperbaikinya dengan membuat
solusi dari kendala yang dihadapi, yaitu: 1) guru akan
mengkondisikan siswa sebelum memulai pelajaran, dan akan
memulai pelajaran apabila siswa telah siap menerima pelajaran; 2)
84
guru akan memberikan poin yang lebih bervariasi kepada siswa yang
berhasil menemukan pasangannya.
Setelah selesai melaksanakan siklus II dengan tiga kali pertemuan
dengan hasil yang telah diuraikan diatas, maka peneliti berkesimpulan bahwa
siklus II belum berhasil secara maksimal, karena masih ada beberapa
kekurangan yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran, selain itu hasil
pembelajaran juga masih perlu ditingkatkan.Oleh karena itu peneliti
mengambil keputusan untuk melanjutkan ke siklus III dengan memperbaiki
kekurangan-kekurangan pada siklus II.
C. Siklus III
Kegiatan pada siklus III ini terdiri dari 4 tahap yaitu tahap
perencanaaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap
refleksi.
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan
siklus III pada dasarnya sama dengan tahap perencanaan pada siklus I
dan siklus II , diantaranya adalah pembuatan skenario pembelajaran,
pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan
media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran,
menyiapkan lembar kerja siswa serta lembar evaluasi untuk siswa,
menyiapkan lembar penilaian proses, menyiapkan instrumen penelitian,
dan menghubungi teman sejawat untuk menjadi observer dalam
pelaksanaan penelitian.
Pelaksanaan siklus III direncanakan oleh guru dalam tiga kali
pertemuan dengan alokasi waktu 70 menit dalam setiap pertemuan.
Materi yang akan disampaikan pada siklus III berbeda-beda dalam setiap
pertemuan. Adapun untuk pertemuan pertama, materi yang akan
disampaikan adalah tentang perjanjian Rum Royen dan KMB, pertemuan
kedua tentang pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, pertemuan ketiga
85
tentang peranan dan cara menghargai para tokoh perjuangan dalam
mempertahankan kemerdekaan.
2. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertamauan
Siklus III pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 2
Mei 2012 pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 10.10 WIB.
Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini dilaksanakan berdasarkan
scenario yang telah disusun oleh peneliti. Adapun pelaksanaan
proses pembelajaran pada siklus III pertemuan pertama dilaksanakan
berdasarkan RPP (lampiran 11 halaman 201) yang telah disusun oleh
peneliti. Secara garis besar pelaksanaan tindakan pada siklus III
pertemuan pertama sebagaimana tercantum dalam RPP dibagi
menjadi 3 kegiatan yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir.
Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam, mengabsen kehadiran siswa, memberikan tes
penjajagan, menyampaikan acuan dan apersepsi. Pada saat penelitian
siklus III pertemuan pertama berlangsung semua siswa kelas V hadir
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match. Adapun daftar hadir siswa pada siklus III pertemuan
pertama selengkapnya terdapat pada lampiran 14 halaman 240.
Pada kegiatan inti guru melaksanakan pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Sebelumnya
guru menjelaskan materi tentang perjanjian Rum Royen dan KMB,
kegiatan yang dilakukan siswa pada saat guru menjelaskan materi
adalah memperhatikan dan bertanya jawab dengan guru tentang
materi pelajaran yang sedang disampaikan oleh guru. Kemudian
dilanjutkan dengan melaksanakan langkah-langkahpembelajaran
Make A Match, yaitu:a) guru menunjukkan kartu kepada siswa.
Kartu-kartu tersebut berisi kartu soal dan kartu jawaban yang ada
86
hubungannya dengan materi perjanjian Rum Royen dan KMB
(menunjukkan kartu); b) guru membagikan kartu soal dan kartu
jawaban. Sebelum guru membagikan kartu kepada siswa, guru
membagi kelas menjadi 4 kelompok. Kemudian guru membagi kartu
soal dan kartu jawaban pada masing-masing kelompok, dimana
setiap siswa dalam kelompok mendapat masing-masing satu kartu
(pembagian kartu); c) Siswa mencari pasangan dengan mencocokkan
kartu dengan kartu temannya yang cocok (mencari pasangan); d)
siswa yang mendapat pasangan sebelum batas waktu yang telah
ditentukan mendapat poin (pemberian poin); e) siswa melakukan
diskusi kelompok bersama pasangannya tentang Perjanjian Rum
Royen dan KMB, guru membimbing siswa saat melakukan diskusi
(diskusi); f) siswa melakukan presentasi dengan membacakan hasil
diskusi tentang perjanjian Rum Royen dan KMB (presentasi); g) dan
melaksanakan evaluasi (kuis atau evaluasi).Kegiatan yang
dilaksanakan oleh guru sebelum melaksanakan evaluasi pada akhir
pembelajaran adalah: memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas dari materi tentang perjanjian
Rum Royen dan KMB, bersama siswa menyimpulkan materi
pelajaran. Adapun hasil dari evaluasi yang dikerjakan oleh siswa
selengkapnya terdapat pada tabel 4.8.
2) Pertemuan Keduauan
Siklus III pertemuan kedua terlaksana pada tanggal 5 Mei
2012 pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 10.10 WIB.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus III pertemuan kedua
dilaksanakan berdasarkan RPP (lampiran 11 halaman 214) yang
telah disusun oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan pada siklus III
pertemuan kedua meliputi tiga kegiatan sebagaimana tercantum
dalam RPP, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
87
Pada saat penelitian siklus III pertemuan kedua berlangsung
semua siswa kelas V hadir mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Adapun daftar hadir
siswa pada pelaksanaan siklus III pertemuan kedua terdapat pada
lampiran 14 halaman 240.
Kegiatan pembelajaran pada siklus III pertemuan kedua ini
sesuai dengan langkah pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match. Kegiatan penjelasan materi
mengawali kegiatan inti sebelum melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Adapun materi yang
disampaikan oleh guru adalah tentang pengakuan kedaulatan RI oleh
Belanda, siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi
yang sedang dijelaskan. Selanjutnya guru melaksanakan langkah-
langkah pembelajaran kooperatif tipe Make A Match: a) guru
menunjukkan kartu yang berisi soal dan jawaban yang berhubungan
dengan materi pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda kepada siswa,
siswa memperhatikan kartu yang ditunjukkan oleh guru
(menunjukkan kartu); b) guru membagikan kartu kepada siswa.
Sebelumnya guru membagi kelas menjadi empat kelompok, dua
kelompok mendapatkan kartu soal, dan dua kelompok yang lain
mendapatkan kartu jawaban, masing-masing siswa mendapat satu
kartu (pembagian kartu); c) siswa mencari pasangan dengan
mencocokkan kartu, setelah siswa mendapatkan kartu, mereka
mencari pasangan dengan cara mencocokan kartu yang dipegangnya
(mencari pasangan); d) Siswa yang mendapat pasangan akan
mendapatkan poin atau penghargaan. Bagi siswa yang paling cepat
mendapatkan pasangan akan diberi penghargaan sebuah alat tulis
(pemberian poin); e) siswa melakukan diskusi kelompok bersama
pasangannya tentang pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda
(diskusi); f) siswa mempresentasikan hasil diskusi tentang
pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda di depan kelas (presentasi).
88
Siswa yang lain menanggapi presentasi yang dilakukan oleh
temannya, g) guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan oleh
siswa (kuis atau evaluasi) Adapun hasil dari evaluasi yang
dikerjakan oleh siswa selengkapnya terdapat pada tabel 4.9. Sebelum
mengadakan evaluasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dari materi tentang
pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, bersama siswa
menyimpulkan materi pelajaran, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mencatat hal-hal yang penting dari materi pelajaran.
3) Pertemuan Ketigauan
Siklus III pertemuan ketiga terlaksana pada tanggal 12 Mei
2012 pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 10.10 WIB.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus III pertemuan ketiga
dilaksanakan berdasarkan RPP (lampiran 11 halaman 226) yang
telah disusun oleh guru. Pada RPP siklus III pertemuan ketiga
kegiatandalam penelitian dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu:
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada kegiatan awal
adalah mengucapkan salam, mengabsen kehadiran siswa, tes
penjajagan, acuan dan apersepsi. Pada pertemuan ketiga berlangsung
semua siswa kelas V hadir mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Adapun daftar hadir
siswa pada pertemuan ketiga selengkapnya terdapat pada lampiran
14 halaman 240.
Kegiatan inti pada siklus III pertemuan ketiga, guru
menjelakan materi tentang peranan dan cara menghargai para tokoh
perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan, siswa melakukan
tanya jawab dengan guru tentang materi yang sedang dijelaskan
guru. Selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match dengan langkah-langkah: a) guru menunjukkan kartu
89
yang berisi soal dan jawaban yang berhubungan dengan materi
peranan dan cara menghargai para tokoh perjuangan dalam
mempertahankan kemerdekaan kepada siswa, siswa memperhatikan
kartu yang ditunjukkan oleh guru (menunjukkan kartu); b) guru
membagikan kartu kepada siswa. Sebelumnya guru membagi kelas
menjadi empat kelompok, dua kelompok mendapatkan kartu soal,
dan dua kelompok yang lain mendapatkan kartu jawaban, masing-
masing siswa mendapat satu kartu (pembagian kartu); c) siswa
mencari pasangan dengan mencocokkan kartu, setelah siswa
mendapatkan kartu, mereka mencari pasangan dengan cara
mencocokan kartu yang dipegangnya (mencari pasangan); d) siswa
yang mendapat pasangan akan mendapatkan poin atau penghargaan.
Bagi siswa yang paling cepat mendapatkan pasangan akan diberi
penghargaan sebuah alat tulis (pemberian poin); e) siswa melakukan
diskusi kelompok bersama pasangannya tentang peranan dan cara
menghargai para tokoh perjuangan dalam mempertahankan
kemerdekaan (diskusi); f) siswa mempresentasikan hasil diskusi
tentang peranan dan cara menghargai para tokoh perjuangan dalam
mempertahankan kemerdekaan di depan kelas. Siswa yang lain
menanggapi presentasi yang dilakukan oleh temannya; dan g) kuis
atau evaluasi Adapun untuk hasil evaluasi selengkapnya pada tabel
4.10. Sebelum mengadakan evaluasi, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas, bersama
siswa menyimpulkan materi pelajaran, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang penting dari materi
pelajaran.
c. Observasi
1) Pertemuan Pertamauan
Berdasarkan hasil observasi pada siklus III pertemuan
pertama terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Make A
90
Match diperoleh skor 31, 30, dan 29. Rata-rata yang diperoleh dari
ketiga observer adalah 30, dengan nilai rata-rata 3,33. (lampiran 21
halaman 248). Berdasarkan hasil nilai rata-rata dari ketiga observer
menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran termasuk dalam
kategori baik.
Berdasarkan hasil penilaian proses yang dilakukan oleh
guru terhadap kegiatan siswa pada siklus III pertemuan pertama,
tindakan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah baik. Adapun
hasil rata-rata untuk aspek keaktifan siswa mencapai 68,57 (cukup);
aspek kerja sama mencapai 68,10 (cukup); dan aspek komunikasi
mencapai 67,86 (cukup), (selengkapnya terdapat pada lampiran 11
halaman 212). Siswa kelas V sudah cukup aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Pada saat diskusi semua anak melaksanakan
diskusi dengan cukup tertib. Kegiatan presentasi juga sudah berjalan
cukup lancar, ada beberapa anak yang berani maju ke depan kelas
untuk menyampaikan hasil diskusinya, selain itu ada beberapa anak
yang menanggapi hasil presentasi yang disajikan oleh temannya.
Terakhir observasi yang dilaksanakan oleh guru adalah
observasi hasil, yaitu dengan mengadakan evaluasi. Adapun
perolehan nilai siklus III Pertemuan pertama siswa kelas V SD
Negeri Mudal, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo tahun
ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada tabel 4.8.
91
Tabel 4.8 Nilai Siklus III Pertemuan Pertama Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012
Interval Nilai
(x) Frekuensi
(f) f.x Persen(
%) Keterangan
0-20
10 - - - - 20 - - - -
21-40 30 - - - - 40 - - - -
41-60 50 - - - - 60 4 240 19,05 Belum Tuntas
61-80 70 6 420 28,57 Belum Tuntas 80 5 400 23,81 Tuntas
81-100 90 5 450 23,81 Tuntas 100 1 100 4,76 Tuntas
Jumlah 21 1610 100 Rata-rata 76,67
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi yang
diperoleh siswa pada siklus III pertemuan pertama adalah 100,
sedangkan nilai terendahnya adalah 60. Siswa yang sudah tuntas
belajar sebanyak 17 orang siswa, sedangkan yang belum tuntas
belajar sebanyak 4 orang siswa. Ketuntasan belajar siswa kelas V SD
Negeri Mudal pada siklus III pertemuan pertama dapat dilihat pada
gambar 4.8.
92
Gambar 4.8 Ketuntasan BelajarSiklus III Pertemuan Pertama Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Berdasarkan gambar 4.5 dapat diketahui bahwa siswa yang
sudah tuntas belajar mencapai 82%, sedangkan siswa yang belum
tuntas belajar mencapai 18%.
2) Pertemuan Keduaua
Berdasarkan hasil observasi pada siklus III pertemuan
kedua diperoleh skor 31, 30, dan 31. Adapun rata-rata skor dari
ketiga observer adalah 30,67, sedangkan nilai rata-ratanya adalah
3,41(lampiran 21 halaman 248). Hasil rata-rata observasi dari ketiga
observer menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran termasuk
dalam kategori baik.
Berdasarkan hasil penilaian proses yang dilakukan oleh
guru terhadap tindakan siswa dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus III pertemuan kedua sudah baik. Adapun hasil penilaian
proses terhadap aspek keaktifan pada siklus III pertemuan kedua
adalah 71,43 (baik); aspek kerja sama 71,19 (baik); dan aspek
komunikasi 70,71(baik) (lampiran 11 halaman 224).
93
Terakhir observasi yang dilaksanakan oleh guru adalah
observasi hasil dengan mengadakan evaluasi. Adapun perolehan
nilai siklus III Pertemuan kedua siswa kelas V SD Negeri Mudal,
Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo tahun ajaran
2011/2012 dapat dilihat pada tabel 4.9, selengkapnya pada lampiran
11 halaman 225.
Tabel 4.9 Nilai Siklus III Pertemuan Kedua Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Interval Nilai (x)
Frekuensi (f)
f.x Persen (%)
Keterangan
0-20
21-40
- -
30 40
- - - -
- - - -
- - - - -
- - -
41-60 50 60
- 3
- 120
- - Belum tuntas 14,29
61-80 70 5 700 23,81 Tuntas 80 9 480 42,86 Tuntas
81-100 90 2 90 9,52 Tuntas 100 2 200 9,52 Tuntas
Jumlah 21 1630 100 Rata-rata 77,62
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi
yang diperoleh siswa pada siklus III pertemuan kedua adalah 100,
sedangkan nilai terendahnya adalah 60. Siswa yang tuntas belajar
sebanyak 19 orang siswa, dan yang belum tuntas belajarnya2 siswa.
Adapun ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri Mudal dapat
dilihat pada gambar 4.9.
94
Gambar 4.9 Ketuntasan BelajarSiklus III Pertemuan Kedua Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun ajaran 2011/ 2012
Berdasarkan gambar 4.8 dapat diketahui bahwa siswa yang
sudah tuntas belajar mencapai 90%, sedangkan siswa yang belum
tuntas belajar mencapai 10%.
3) Pertemuan Ketiga
Berdasarkan lembar observasi siklus III pertemuan ketiga
untuk tindakan guru dalam proses pembelajaran diperoleh skor 33,
32, 32 . rata-rata observasi yang diperoleh ketiga observer adalah
32,33, sedangkan nilai rata-ratanya adalah 3,59 (lampiran 21
halaman 248). Berdasarkan hasil nilai rata-rata yang diperoleh ketiga
observer pa siklus III pertemuan ketiga menunjukkan bahwa
tindakan guru dalam proses pembelajaran termasuk dalam kategori
baik.
Tindakan siswa berdasarkan penilaian proses yang
dilakukan oleh guru terhadap kegiatan siswa pada siklus III
pertemuan ketiga sudah baik. Dari hasil penilaian proses didapat
nilai rata-rata untuk aspek keaktifan mencapai 74,52 ( baik); aspek
95
kerjasama mencapai 75,48 (baik); dan aspek komunikasi mencapai
75,00 (baik) (lampiran 11 halaman 236).
Hasil angket siklus III pada umumnya sudah baik. Adapun
rata-rata hasil angket siklus III adalah 7,67 (termasuk dalam kategori
sangat baik, dan selengkapnya terdapat pada lampiran 24 halaman
251).
Terakhir observasi yang dilaksanakan adalah untuk
mengetahui hasil dari pelaksanaan tindakan pada siklus III
pertemuan ketiga yaitu melalui observasi hasil melalui tes evaluasi.
Adapun perolehan nilai siklus III pertemuan ketiga siswa kelas V SD
Negeri Mudal, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo tahun
ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada tabel 4.10 ( lampiran 11
halaman 237).
Tabel 4.10 Nilai Siklus III Pertemuan Ketiga Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/2012
Interval Nilai
(x) Frekuensi
(f) f.x Persen(%) Keterangan
0-20
10 - - - - 20 - - -
21-40 30 - - - 40 - - -
41-60 50 - - - 60 - - -
61-80 70 2 140 9,52 Tuntas 80 10 800 47,62 Tuntas
81-100 90 4 360 19,05 Tuntas 100 4 400 19,05 Tuntas
Jumlah 21 1800 100 Rata-rata 85,71
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi
yang diperoleh siswa pada siklus III pertemuan ketiga adalah 100,
sedangkan nilai terendahnya adalah 70. Siswa yang tuntas belajar
96
sebanyak 21 siswa. Adapun ketuntasan belajar siswa kelas V SD
Negeri Mudal dapat dilihat pada gambar 4.10.
Gambar 4.10 Ketuntasan Belajar siklus III Pertemuan Ketiga Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012
Berdasarkan gambar 4.10 dapat diketahui bahwa siswa yang
sudah tuntas belajar mencapai 100%, sedangkan siswa yang belum
tuntas belajar mencapai 0%.
3. Refleksi
1) Pertemuan Pertama
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
dan observer dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan siklus III
pertemuan pertama sudah berlangsung lebih baik, jika dibandingkan
dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Kendala-kendala yang
dihadapi pada pertemuan sebelumnya sudah berkurang. Siswa sudah
terlihat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Namun masih ada
beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran
siklus III pertemuan pertama, yaitu pada kegiatan diskusi dibutuhkan
waktu yang cukup lama, hal ini dipicu dengan adanya anak yang
97
ramai sendiri saat melaksanakan diskusi. Sehingga menghambat
selesainya kegiatan diskusi.
Berdasarkan kendala yang dihadapi pada siklus III
pertemuan pertama, guru akan berusaha membuat solusi untuk
mengatasinya, yaitu dengan meningkatkan perhatian kepada siswa
saat melakukan diskusi, dan akan berusaha memperingatkan siswa
yang ramai sendiri saat melakukan diskusi.
Berdasarkan kendala yang dihadapi oleh peneliti pada siklus
III pertemuan pertama, maka peneliti bermaksud melanjutkan ke
pertemuan kedua, dengan harapan kendala yang dihadapi dapat
teratasi dan hasil evaluasi siswa dpata meningkat.
2) Pertemuan Kedua
Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus III
pertemuan kedua sudah berjalan cukup baik dan lancar. Siswa sudah
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dapat bekerja sama
dengan baik dengan temannya. Namun demikian masih ada kendala
yang dihadapi oleh guru pada pembelajaran siklus III pertemuan
kedua, yaitu pada kegiatan presentasi. Pada kegiatan presentasi,
masih ada beberapa siswa yang belum pernah melakukan presentasi
ataupun menanggapi presentasi dari temannya.
Berdasarkan kendala tersebut maka peneliti akan berusaha
mengatasinya dengan menunjuk siswa yang belum pernah
melakukan presentasi maupun menanggapi presentasi. Dengan
demikian diharapkan semua siswa lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Siklus III pertemuan kedua belum dapat dikatakan berhasil
secara maksimal. Masih ada yang perlu diperbaiki pada siklus III
pertemuan II, terutama pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu
peneliti akan melanjutkan penelitian pada pertemuan ketiga.
98
3) Pertemuan Ketiga
Berdasarkan hasil observasi yang sudah peneliti dan
observer laksanakan pada siklus III pertemuan ketiga, maka dapat
disimpulkan bahwa: 1) Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
Make A match telah dilaksanakan sesuai dengan baik; 2) Rata-rata
kelas pada siklus III pertemuan ketiga telah mencapai indicator yang
ditetapkan oleh peneliti. Adapun nilai rata-rata kelas yang dicapai
pada siklus III pertemuan ketiga adalah 85,71.
Setelah selesai melaksanakan siklus III dengan tiga kali pertemuan
dengan hasil yang telah diuraikan diatas, maka peneliti berkesimpulan bahwa
proses dan hasil pembelajaran pada siklus III telah berhasil dan sesuai dengan
indicator yang telah ditetapkan oleh peneliti. Oleh karena itu guru mengambil
keputusan untuk menghentikan penelitian pada siklus III.
4. Perbandingan Antar Siklus
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan
data hasilproses pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchyang
diamati oleh observer, dan data hasil pelaksanaan pembelajaran yang meliputi:
penilaian proses terhadap tindakan siswa saat mengikuti kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, dan penilaian hasil belajar siswa.
Secara jelas perbandingan hasil tindakan antarsiklus akan diuraikan berikut
ini.
a. Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data hasil
observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada
siklus I yaitu 65,42% dan pada siklus II meningkat menjadi 74,69%,
sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 86,11%. Peningkatan hasil
observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match secara
jelas dapat dilihat pada gambar 4.11
99
Gambar 4.11 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Berdasarkan gambar 4.11 dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe make A match mengalami peningkatan
pada setiap siklusnya, yaitu pada siklus I ke siklus II meningkat 9,27%,
dan pada siklus II ke siklus III meningkat sebesar 11,42%.
b. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini meliputi
penilaian proses siswa saat pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa.
Penilaian proses pada penelitian ini meliputi aspek keaktifan, kerjasama,
dan komunikasi. Adapun hasil rata-rata penilaian proses yang dilakukan
oleh guru pada siklus I pada aspek keaktifan adalah 61,51; aspek
kerjasama adalah 62,62; aspek komunikasi 61,51(lampiran 15
halaman241). Pada siklus II rata-rata aspek keaktifan adalah 66,43; aspek
kerjasama 65,63; dan aspek komunikasi 64,60 (lampiran 16 halaman 242).
Siklus III hasil rata-rata penilaian proses aspek keaktifan adalah 71,67;
100
aspek kerjasama adalah 71,59; dan aspek komunikasi adalah 71,19
(lampiran 17 halaman 243).
Selanjutnya peningkatan hasil rata-rata penilaian proses dari
siklus I sampai dengan siklus III dapat digambarkan menggunakan
diagram garis pada gambar 4.12.
Gambar 4.12 Rata-rata Penilaian Proses Siswa Kelas V SD Negeri MudaldalamPembelajaran IPS Siklus I – III
Berdasarkan gambar 4.12 dapat disimpulkan bahwa hasil
penilaian proses dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Adapun dan
rata-rata penilaian proses pada siklus I 61,88%; rata-rata penilaian proses
pada siklus II 65,55%; dan rata-rata penilaian proses pada siklus III adalah
71,48%. Peningkatan rata-rata penilaian proses pada siklus I ke siklus II
adalah 4,59%, dan pada siklus II ke siklus III meningkat 7,43%.
Pada penilaian hasildata yang diperoleh berdasarkan rata-rata
hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Adapun hasilnya dapat diketahui
bahwa pada setiap siklusnya selalu mengalami peningkatan, baik dari
siklus I ke siklus II, ataupun dari siklus II ke siklus III. Pada siklus I 44,29,
siklus II 68,26; dan pada silkus III 80,00 (lampiran 18 halaman 244).
101
Selanjutnya peningkatan nilai rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPS dapat digambarkan menggunakan diagram garis pada gambar 4.12
Gambar 4.12 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Mudal pada siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Berdasarkan gambar 4.12 hasil rata-rata nilai yang diperoleh pada
penelitian ini mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu selalu
meningkat dalam setiap siklus, baik pad, siklus I, siklus II, maupun siklus
III. Pada siklus I ke siklus II meningkat 23,97%, pada siklus II ke siklus III
meningkat 11,74%.
Hasil pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Make AMatch
yang meliputi penilaian proses siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
dan penilaian hasil belajar siswa, dirata-rata untuk mengetahui hasil
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Adapun hasil
rata-ratanya selengkapnya terdapat pada tabel 4.11.
102
Tabel 4.11 Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatof tipe Make A Match
Uraian Siklus I Siklus II Siklus III
Penilaian Proses Siswa 61,88% 65,55% 71,48% Hasil Belajar Siswa 44,29% 68,26% 80,00%
Rata-rata 53,09% 66,91% 75,74%
Berdasarkan tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa hasil
pelaksanaan Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III.
Adapun peningkatannya pada siklus I ke siklus II adalah 13,82%, dan pada
siklus II ke siklus III adalah 8,83%.
C. Pembahasan
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk
mengatasi permasalahan yang ada, yaitu tentang rendahnya hasil belajar dan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang disebabkan karena
variasi pembelajaran yang monoton yakni ceramah. Guru kurang
memperhatikan pengelolaan kelas, kurang memanfaatkan media
pembelajaran yang ada, serta keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
kurang maksimal karena kegiatan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung hanya memperhatikan penjelasan dari guru. Pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match menurut peneliti dirasa cocok digunakan pada
pembelajaran IPS kelas V SD Negeri Mudal
Berdasarkan temuan data dari hasil tes pada setiap tindakan, maka
dapat diketahui bahwa pada kondisi awal siswa kelas V SD Negeri Mudal
belum menguasai materi tentang Perjuangan Para Tokoh dalam
Mempertahankan Kemerdekaan, hal ini dapat diketahui dari hasil rata-rata tes
yang diperoleh siswa masih sangat rendah, yaitu 18,57 dan belum mencapai
indicator yang telah ditetapkan oleh peneliti pada penelitian ini, yaitu 70.
103
Pada siklus I peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match. Pada pertemuan pertama masih banyak siswa yang bingung
dengan proses pembelajaran Make A Match, selain itu masih ada beberapa
siswa yang malu mendapatkan pasangan yang berbeda jenis kelamin. Selain
itu pada saat pelaksanaan diskusi dan presentasi masih banyak siswa yang
enggan untuk bekerjasama dengan teman pasangannya. Kendala-kendala
yang dihadapi oleh peneliti pada pertemuan pertama dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk mecari solusi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran
pada pertemuan kedua, dan kendala yang dihadapi pada pertemuan kedua
juga sebagai pertimbangan untuk mencari solusi pada pertemuan ketiga.
Berdasarkan hasil rata-rata observasi pada siklus I, proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau peneliti termasuk dalam kategori
cukup baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata 2,62 dengan presentase 65,42%;
sedangkan hasil penilaian proses menunjukkan bahwa pada siklus I diperoleh
rata-rata untuk aspek keaktifan 61,51 (cukup), aspek kerjasama 62,62
(cukup), dan aspek komunikasi 61,51(cukup); untuk hasil angket pada siklus
I menunjukkan hasil yang sangat baik, yaitu rata-rata angket yang diperoleh
pada siklus I adalah 6,38; untuk nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa
pada siklus I mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan nilai rata-rata
pada saat pre tes. Adapun nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa pada
siklus I adalah 44,29.
Pada siklus II peneliti masih menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match. Berdasarkan hasil observasi, hasil penilaian
proses, hasil angket, dan hasil belajar siswa pada siklus II mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Adapun hasilnya dapat dilihat
sebagai berikut: 1) hasil observasi siklus II diperolehnilai rata-rata 2,99
(termasuk kategori cukup baik) dengan presentase 74,69%; 2) hasil penilaian
proses, aspek keaktifan 66,43 (cukup), aspek kerjasama 65,63 (cukup), aspek
komunikasi 64,60 (cukup); 3) hasil angket pada siklus II diperoleh skor rata-
rata 7,19 (termasuk kategori sangat baik); 4) hasil belajar siswa juga
104
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II
diperoleh nilai rata-rata kelas 68,26.
Siklus III model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match masih
digunakan. Peneliti berusaha meminimalisir kendala yang terjadi pada siklus-
siklus sebelumnya, dan berusaha mencari solusi dari kendala yang dihadapi.
Proses belajar mengajar pada siklus III pada umumnya sudah berjalan dengan
baik. Hal ini berdasarkan hasil observasi, hasil penilaian proses, hasil angket,
dan hasil belajar siswa pada siklus III mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan siklus I dan siklus II. Adapun hasilnya adalah: 1) hasil
observasi siklus III diperoleh nilai rata-rata 3,44 (termasuk kategori baik)
dengan presentase 86,11%; 2) hasil penilaian proses, aspek keaktifan 71.67
(baik), aspek kerjasama 71.59 (baik), aspek komunikasi 71.19 (baik); 3) hasil
angket pada siklus II diperoleh skor rata-rata 7,67 (termasuk kategori sangat
baik); 4) hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan siklus I dan siklus II, pada siklus IIIdiperoleh nilai rata-rata kelas 80.
Hasil penelitian pada setiap siklus di atas, menunjukkan bahwa
proses pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya baik pada proses maupun
hasilpembelajaran. Pada siklus I rata-rata proses pembelajaran mencapai
65,55%, meningkat menjadi 74,69% pada siklus II, dan pada siklus III
meningkat menjadi 86,11%. Sedangkan pada hasil belajar siswa (rata-rata
penilaian proses siswa dan hasil belajar siswa) juga mengalami peningkatan,
yaitu pada siklus I mencapai 53,09%, pada siklus II 66,91%, dan pada siklus
III 75,74%. Berdasarkan hasil tersebut indicator yang telah ditetapkan oleh
peneliti telah tercapai, yaitu proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
mencapai 85%, dan hasil belajar siswa mencapai 70%.
Berdasarkan hasil temuan penelitian tindakan Kelas diatas dan
sejalan dengan pendapat Amin (2011) yang menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: a)
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun
fisik; b) karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan; c)
105
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari; d) dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa; e) efektif sebagai sarana melatih
keberanian siswa untuk tampil presentasi; f) efektif melatih kedisiplinan
siswa menghargai waktu untuk belajar.Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS,
khususnya pada siswa kelas V SD Negeri Mudal tahun Ajaran 2011/ 2012.
106
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul ” Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dalam Peningkatan
Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD Negeri Mudal Tahun Ajaran 2011/ 2012”,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe Make A Matchdapat
meningkatkan pembelajaran IPS tentang perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan pada siswa kelas V SD Negeri Mudal tahun
ajaran 2011/2012. Adapun langkah-langkah yang dapat meningkatkan
pembelajaran kooperatif Tipe Make A Matchadalah: a) guru menunjukkan kartu;
b) guru membagikan kartu; c) mencari pasangan; d) pemberian poin; e) diskusi;
f) presentasi; g) evaluasi atau kuis. Peningkatan hasil pembelajaran yang terjadi
dalam penelitian ini, pada siklus I 53,09%, pada siklus II 66,91%, dan pada
siklus III meningkat menjadi 75,74%.
2. Kendala-kendala selama menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe
Make A Matchdalam pembelajaran IPS perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan pada siswa kelas V SD Negeri Mudal tahun
ajaran 2011/2012 pada siklus I sampaiIII yaitu: siswa belum terbiasa
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match; siswa malu
atau enggan bekerja sama dengan teman pasangannya saat kegiatan diskusi;
keaktifan siswa masih kurang maksimal saat diskusi dan presentasi; dan
pemberian poin oleh guru kurang bervariasi. Sedangkan solusi-solusinya
adalah guru memberikan gambaran yang jelas tentang pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match; guru memberikan pengarahan
tentang pentingnya kerjasama, guru mengingatkan siswa yang kurang aktif
dalam kegiatan diskusi, guru menunjuk beberapa siswa untuk menyampaikan
hasil diskusi; dan guru akan memberikan poin yang bervariasi agar siswa
tidak bosan.
107
B. Implikasi
Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan,
maka dapat dikemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match dengan tepat pada siswa kelas V SD Negeri Mudal tahun ajaran
2011/2012 dalam pembelajaran IPS tentang perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan dapat meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa.Hasil penelitian ini mempunyai implikasi baik bagi guru, siswa, maupun
sekolah.
Bagi guru, pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match dalam pembelajaran IPS dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
untuk meningkatkan hasil belajar dan proses belajar IPS siswa.
Bagi siswa, pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match dalam pembelajaran IPS bermanfaat untuk meningkatkan kerjasama antar
siswa, keaktifan siswa, serta komunikasi antar siswa dalam kegiatan belajar IPS
Bagi sekolah, pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match dalam pembelajaran IPS dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah Dasar pada khususnya.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe make A Match dalam pembelajaram IPS
pada siswa kelas V SD negeri Mudal tahun ajaran 2011/ 2012 dapat meningkatkan
proses dan hasil belajar siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat
dikembangkan tidak hanya untuk penelitian pada mata pelajaran IPS, namun
dapat juga untuk semua mata pelajaran.
2. Bagi guru, agar penyampaian materi oleh guru tidak membosankan maka guru
perlu untuk menyampaikan materi pelajaran dengan suasana yang
menyenangkan, yang salah satunya yaitu dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match.
108
3. Bagi siswa, penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe Make A
Matchdapat meningkatkan hasil belajar IPS dan dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu diharapkan siswa
meningkatkan frekuensi belajar dan keaktifannya dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat.
109
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulittan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Amin, S. (2011). Metode Make A Match: Tujuan, Persiapan, dan
Implementasinya dalam Pembelajaran. Diakses dari http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html.pada tanggal 7 Januari 2012.
Amirin, T.M. (2009). Subyek penelitian, responden penelitian, dan informan
(narasumber) penelitian. Diakses dari http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/04/21/subjek-responden-dan-informan-penelitian/pada tanggal 21 Januari 2012.
Arikunto, S., dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Asy’ari, dkk. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial SD untuk Kelas V. Jakarta:
Erlangga BSNP. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Model
Silabus Kelas V. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dinas Pendidikan Nasional. 2007. KTSP. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Djaali. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dzaki M.F. (2009). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
(membuat pasangan), Langkah-Langkah Pembelajaran. Diakses darihttp://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-make.html pada tanggal 25 September 2011.
Gunawan, R. (2011). Pendidikan IPS (filosofi, konsep, dan aplikasi). Bandung:
Alfabeta Hernawan, A.H., dkk. (2010). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Tterbuka Huda, M. (2011). Cooperative Learning (Metode, Teknik, Struktur, dan Model
Terapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif (Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
110
Izzatty, R.E., dkk. (2008). Perkembangan Peserta didik. Yogyakarta: UNY Press. Moleong, L.J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Nurhasanah. (2010). Efektivitas Teknik Make A Match untuk Meningkatkan Kerja
Sama dan Prestasi Belajar IPS di SDN 3 Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Tesis. Yogyakarta: FISE UNY
Padmono. (2002). Evaluasi Pengajaran. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning (Teori, Riset, dan praktik). Bandung:
Nusa Media. Sugiyanto. (2008). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru (PSG) rayon 13. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Sumiati & Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. Suprijono A. (2011). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi Paikem).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susilaningsih, L.,&Limbong L.S. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial 5 untuk SD/ MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Wahyudi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Wahyuningsih, R. (2010). Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Sosiologi Melalui Implementasi Pendekatan Construktivist learning dengan Model Make A Matchdi SMAN 1 Mlati Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: FISE UNY.
Wena,M .(2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Winataputra, U.S., dkk. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
111
Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yuliati,R., & Munajat A. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/ MI Kelas V.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
112
LAMPIRAN
113
Lampiran 1: Daftar Nilai Ulangan Tengah Semester
DAFTAR NILAI ULANGAN TENGAH SEMESTER (UTS) I
KELAS V SD NEGERI MUDAL TAHUN AJARAN 2011/ 2012
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Tedi Prabowo 47 Belum Tuntas
2 Desy Setyowati 54 Belum Tuntas
3 Diki Prabowo Mukti 53 Belum Tuntas
4 Faizal Rifai 77 Tuntas
5 Fajar Laela R 63 Tuntas
6 Joko Setyawan 58 Belum Tuntas
7 M.Rizal Mustopa 87 Tuntas
8 Rizki Wahyu Ramadhan 45 Belum Tuntas
9 Aprilia Hesti Kinanti 53 Belum Tuntas
10 Arby Yudha Maulana 85 Tuntas
11 Dony Reonaldi 83 Tuntas
12 Eko Nur Widiyanto 70 Tuntas
13 Frida Ristiana 45 Belum Tuntas
14 Hesti Anggita 85 Tuntas
15 Irfan Hari Wijaya 93 Tuntas
16 Putri Ayu Wandira 73 Tuntas
17 Rini Haniyah 72 Tuntas
18 Riskya Putri Ramadhani 88 Tuntas
19 Satrio Pamungkas 65 Tuntas
20 Tias Wiji Arwanti 88 Tuntas
21 Puja Kusuma 67 Tuntas
Jumlah 1451
Nilai Rata-rata 69.1
114
Lampiran 2: Silabus Pembelajaran SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SD Negeri Mudal Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/ Semester : V (Lima)/ 2 (Dua) Standar Kompetensi : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
2.4.Menghar-gai perjuangan para tokoh dalam mem-pertahan-kan kemerde-kaan
Perjuang-an memper-tahankan kemerde-kaan
§ Menyanyi bersama lagu ”Maju Tak Gentar”
§ Berdiskusi tentang peristiwa 10 november 1945 di surabaya
§ Mencari informasi tentang penyebab meletusnya pertempuran di surabaya
§ Mencata secara kronologis peristiwa pertempuran Ambarawa dan Medan area
§ Melakukan penelitian dengan cara wawancara atau study pustaka untuk
§ Menceritakan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya
§ Menceritakan peristiwa pertempuran Ambarawa, medan Area, dan Bandung Lautan Api.
§ Menceritakan peristiwa mempertahankan kemerdekaan yang terjadi di wilayah
§ Tes Tertulis § Lisan § Produk
(LKS) § Portofo
-lio
10 jp x 35 mnt
§ Atlas Indone- sia
§ Gambar tokoh yang sesuai
§ Buku IPS Kelas V
§ Buku referensi lain yang relevan
§ Album pahlawan
115
mencari data tentang peristiwa-peristiwa mempertahankan kemerdekaan yang terjadi di wilayah tempat tinggal.
§ Berdisklusi untuk memahami materi tentang agresi militer belanda
§ Mencari isi perjanjian linggarjati
§ Siswa menanggapi tentang penangkapan para pemimpin Indonesia ketika terjadi agresi militer belanda II. Dilanjutkan dengan melakukan pengamatan terhadap peta gerilya panglima Sudirman.
§ Membuat rangkuman tentang agresi militer Belanda dalam bentuk tabel.
setempat. § Menceritakan
agresi militer belanda terhadap Republik Indonesia
§ Menceritakan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh belanda
§ Menceritakan peranan beberapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, misalnya Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Panglima Besar Soedirman, dan Bung Tomo.
116
Lampiran 3: Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
LEMBAR OBSERVASI
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
No Langkah Pembelajaran Skor *) Nilai Ket
Persiapan 4: Sangat
baik
3: Baik
2: Cukup
baik
1: Kurang
baik
1 Persiapan guru untuk mengajar
(kelas,siswa,materi,media/alat
peraga)
1 2 3 4
Pelaksanaan
2 Penyampaian materi pelajaran 1 2 3 4
3 Guru menyiapkan kartu soal dan
kartu jawaban 1 2 3 4
4 Guru membagikan kartu soal dan
kartu jawaban 1 2 3 4
5 Siswa mencari pasangan 1 2 3 4
6 Pemberian poin 1 2 3 4
7 Diskusi 1 2 3 4
8 Presentasi 1 2 3 4
Penilaian
9 Evaluasi 1 2 3 4
*) Pilih salah satu dengan melingkari Purworejo,
Observer
117
DESKRIPTOR PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
1. Persiapan guru untuk mengajar (kelas,siswa,materi,media/alat peraga)
4 = Siap kondisi kelas, siswa, materi, dan media / alat peraga
3 = Kurang dalam menyiapkan salah satu dari hal-hal diatas
2 = Kurang menyiapkan 2 bagian dari hal-hal diatas
1 = Hanya menyiapkan salah satu bahkan sama sekali tidak menyiapkan hal-hal
diatas
2. Penyampaian materi
4 = Jelas dalam meyampaikan materi
3 = Cukup jelas dalam meyampaikan materi
2 = Kurang jelas dalam menyampaikan materi
1 = Tidak jelas dalam penyampaian materi
3. Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban
4 = Siap kartu soal dan kartu jawaban dengan lengkap
3 = Siap kartu soal dan kartu jawaban namun kurang lengkap
2 = Hanya menyiapkan kartu soal atau kartu jawaban saja
1 = Sama sekali tidak menyiapkan kartu soal atau kartu jawaban
4. Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban
4 = Guru membagikankartu soal dan kartu jawaban pada siswa dengan lengkap
3 = Guru membagikankartu soal dan kartu jawaban namun kurang lengkap
2 = Guru hanya membagikan kartu soal atau kartu jawaban saja
1 = Sama sekali tidak membagikan kartu soal atau kartu jawaban
5. Siswa mencari pasangan
4 = Semua siswa aktif mencari pasangan
3 = 75 % Siswa aktif mencari pasangan
2 = 50 % Siswa aktif mencari pasangan
1 = Siswa tidak aktif mencari pasangan
118
6. Pemberian poin
4 = Semua pasangan diberi poin
3 = 1 pasangan tidak diberikan poin
2 = 2 pasangan tidak diberikan poin
1 = lebih dari 3 pasangan yang tidak diberi poin
7. Diskusi kelompok
4 = Semua siswa aktif melaksanakan diskusi
3 = 75 % Siswa aktif melaksanakan diskusi
2 = 50 % Siswa aktif melaksanakan diskusi
1 = Siswa tidak aktif melaksanakan diskusi
8. Presentasi
4 = Jika ada siswa yang mau melakukan presentasi dan siswa yang lain aktif dalam
kegiatan presentasi
3 = Jika ada siswa yang mau melakukan presentasi dan siswa yang lain tidak aktif
dalam kegiatan presentasi
2 = Jika siswa yang melakukan presentasi ditunjuk oleh guru dan siswa yang lain
aktif dalam kegiatan presentasi
1 = Jika siswa yang melakukan presentasi ditunjuk oleh guru dan siswa yang lain
tidak aktif dalam kegiatan presentasi
9. Evaluasi
4 = Melaksanakan evaluasi sesuai dengan rencana pembelajaran dan alokasi waktu
yang tersedia
3 = Melaksanakan evaluasi sesuai dengan rencana pembelajaran dan tidak sesuai
dengan alokasi waktu yang tersedia
2 = Melaksanakan evaluasi tidak sesuai dengan RPP dan sesuai dengan alokasi
waktu yang tersedia
1 = Melaksanakan evaluasi tidak sesuai dengan RPP dan tidak sesuai dengan
alokasi waktu yang tersedia
119
Lampiran 4: Lembar Angket Sikap Siswa
LEMBAR ANGKET SIKAP SISWA
Nama :
No :
Berilah tanda cek (√) pada kolom yang sesuai!
No Pertanyaan Penilaian
Ya Tidak 1. Saya aktif bertanya 2 Saya aktif mengikuti kegiatan pembelajaran 3. Saya aktif mengerjakan tugas dari guru 4. Saya bekerjasama dengan teman saya saat mencari
pasangan
5. Saya bekerjasama dengan teman pasangan saya saat berdiskusi
6. Saya menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti saat menjawab atau mengajukan pertanyaan
7. Saya cukup lancara saat menjawab atau mengajukan pertanyaan
8. Saya menggunakan bahasa yang baik dan benar saat menjawab atau mengajukan pertanyaan
Interval Nilai Keterangan Huruf Keterangan
6,1-8,0 A Sangat Baik
4,1- 6,0 B Baik
2,1- 4,0 C Cukup
<2,0 D Kurang
120
Lampiran 5: Lembar Soal Pretest
LEMBAR SOAL PRETEST
Nama Sekolah : SD Negeri Mudal
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas/Semester : V/II
Waktu : 35 menit
Hari, Tanggal Pelaksanaan : Sabtu, 21 Maret 2012
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Penyebab terjadinya pertempuran di daerah untuk mempertahankan kemerdekaan
adalah ....
2. Peristiwa 10 November 1945 terjadi di kota ....
3. Pemimpin sekutu yang tewas dalam pertempuran di Surabaya pada tanggal 30
Oktober 1945 adalah ....
4. Pertempuran rakyat Semarang dengan sekutu terkenal dengan sebutan ....
5. Pertempuran Ambarawa diawali oleh mendaratnya tentara sekutu di bawah
pimpinan ... di Semarang.
6. Pertempuran rakyat medan terkenal dengan sebutan ....
7. Pemimpin pasukan Inggris yang mendarat di Medan pada tanggal 9 Oktober 1945
adalah ....
8. Peristiwa pertempuran di Bandung terkenal dengan sebutan ....
9. Serangan Umum 1 Maret 1949 terjadi di ....
10. Pertempuran Margarana terjadi di ....
11. Tokoh yang mengobarkan semangat rakyat surabaya lewat pidato-pidatonya adalah
....
12. Panglima Divisi Banyumas yang menggantikan Letkol Isdiman adalah ....
13. Seorang mantan perwira tentara sukarela (Giyugun) yang membentuk Barisan
pemuda Indonesia adalah ....
14. Pejuang yang gugur dalam peristiwa Bandung lautan api adalah ....
121
15. Di desa jambu (desa sekitar ambarawa), pasukan sekutu dihadang oleh pejuang
angkatan muda yang dipimpin oleh ....
16. Para pejuang indonesia yang mengejar pasukan sekutu mundur ke ambarawa
dipimpin oleh ....
17. Salah satu pejuang yang berjasa dalam pertempuran lima hari di semarang adalah
....
18. Pemimpin pertempuran Margarana adalah ....
19. Pemimpin serangan umum 1 maret adalah ....
20. Pemimpin pertempuran di sulawesi selatan pada tanggal 3 November 1949 adalah
....
21. Untuk mengenang perjuangan para tokoh pejuang kemerdekaan di bangun ....
22. Nama-nama pahlawan atau tokoh pejuang juga digunakan sebagai nama ...
23. Peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah perjuangan bangsa ditetapkan oleh
pemerintah sebagai hari besar ...
24. Untuk memperingati kepahlawanan para pejuang surabaya, maka ditetapkan 10
November sebagai hari ....
25. Kota yang dikenal sebagai kota pahlawan adalah ....
26. Untuk memperingati peristiwa pertempuran lima hari di Semarang, maka dibangun
sebuah tugu yang diberi nama ....
27. Namanya diabadikan dalam sebuah nama rumah sakit di Semarang Jawa Tengah,
yaitu rumah sakit ....
28. Untuk mengenang jasa para pahlawan dalam pertempuran ambarawa dibuatlah
monumen ....
29. Peristiwa Bandung Lautan Api diabadikan dalam sebuah lagu yang berjudul ....
30. Untuk memperingati peristiwa pertempuran di ambarawa, setiap tanggal 15
Desember diperingati sebagai hari ....
122
Lampiran 6: Daftar Hadir Pretest
DAFTAR HADIR PRETEST
KELAS V SD NEGERI MUDAL TAHUN AJARAN 2011/ 2012
No Nama Siswa Pretest Keterangan
1 Tedi Prabowo V
2 Desy Setyowati V
3 Diki Prabowo Mukti V
4 Faizal Rifai V
5 Fajar Laela R V
6 Joko Setyawan V
7 M.Rizal Mustopa V
8 Rizki Wahyu Ramadhan V
9 Aprilia Hesti Kinanti V
10 Arby Yudha Maulana V
11 Dony Reonaldi V
12 Eko Nur Widiyanto V
13 Frida Ristiana V
14 Hesti Anggita V
15 Irfan Hari Wijaya V
16 Putri Ayu Wandira V
17 Rini Haniyah V
18 Riskya Putri Ramadhani V
19 Satrio Pamungkas V
20 Tias Wiji Arwanti V
21 Puja Kusuma V
Jumlah 21
123
Lampiran 7: Daftar Nilai Pretest
DAFTAR NILAI PRETEST
KELAS V SD NEGERI MUDAL TAHUN AJARAN 2011/ 2012
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Tedi Prabowo 20 Belum Tuntas
2 Desy Setyowati 10 Belum Tuntas
3 Diki Prabowo Mukti 30 Belum Tuntas
4 Faizal Rifai 20 Belum Tuntas
5 Fajar Laela R 20 Belum Tuntas
6 Joko Setyawan 10 Belum Tuntas
7 M.Rizal Mustopa 20 Belum Tuntas
8 Rizki Wahyu Ramadhan 20 Belum Tuntas
9 Aprilia Hesti Kinanti 10 Belum Tuntas
10 Arby Yudha Maulana 20 Belum Tuntas
11 Dony Reonaldi 40 Belum Tuntas
12 Eko Nur Widiyanto 20 Belum Tuntas
13 Frida Ristiana 10 Belum Tuntas
14 Hesti Anggita 10 Belum Tuntas
15 Irfan Hari Wijaya 30 Belum Tuntas
16 Putri Ayu Wandira 10 Belum Tuntas
17 Rini Haniyah 20 Belum Tuntas
18 Riskya Putri Ramadhani 20 Belum Tuntas
19 Satrio Pamungkas 10 Belum Tuntas
20 Tias Wiji Arwanti 20 Belum Tuntas
21 Puja Kusuma 20 Belum Tuntas
Jumlah 390
Nilai Rata-rata 18,57
124
Lampiran 8: Skenario Pembelajaran
Skenario Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
No Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban
a. Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban.
b. Guru menunjukkan kepada siswa tentang kartu soal dan kartu jawaban
c. Guru memperhatikan penjelasan guru tentang penggunaan kartu soal dan kartu jawaban.
a. Siswa memperhatikan kartu soal dan kartu jawaban yang diperlihatkan oleh guru.
b. Siswa memperhatikan guru menjelaskan tentang penggunaan kartu soal dan kartu jawaban
2 Membagikan kartu soal dan kartu jawaban
a. Guru membagi kelas dalam dua kelompok (kelompok I dan kelompok II)
b. Guru membagikan kartu kepada siswa sesuai kelompok (kelompok I mendapat kartu soal, dan kelompok II mendapatkan kartu jawaban, dapat pula sebaliknya)
c. Guru membagikan kartu kepada siswa, masing-masing 1 kartu
a. Siswa melaksanakan instruksi guru untuk membentuk kelompok
b. Siswa menerima kartu dari guru sesuai dengan kelompoknya (kelompok I mendapat kartu soal, dan kelompok II mendapatkan kartu jawaban, dapat pula sebaliknya)
c. Siswa menerima kartu yang dibagikan oleh guru, masing-masing 1 kartu
3. Mencari pasangan
a. Guru memberikan pengarahan kepada siswa tentang tata cara mencari pasangan
b. Guru membuat kesepakatan dengan siswa tentang waktu yang dibutuhkan
a. Siswa memperhatikan guru tentang tata cara mencari pasangan
b. Siswa membuat kesepakatan dengan guru tentang waktu yang dibutuhkan untuk
c. mencari pasangan d. Siswa memperhatikan
125
untuk mencari pasangan
c. Guru menjelaskan tentang poin yang akan diberikan jika siswa dapat menemukan pasangnnya sebelum waktu yang ditentukan habis.
d. Guru membuat kesepakatan dengan siswa tentang sanksi yang akan diberikan jika siswa tidak dapat menemukan pasangnnya sebelum waktu yang ditentukan habis.
e. Guru mengarahkan siswa saat mencari pasangan sesuai dengan kartu yang dipegangnya.
penjelasan guru tentang poin yang akan diberikan jika siswa dapat menemukan pasangnnya sebelum waktu yang ditentukan habis.
d. Siswa membuat kesepakatan dengan guru tentang sanksi yang akan diberikan jika siswa tidak dapat menemukan pasangnnya sebelum waktu yang ditentukan habis.
e. Siswa mencari pasangan sesuai dengan kartu yang dipegangnya.
4. Memberikan poin
a. Guru memberikan poin kepada siswa yang berhasil menemukan pasangannya sebelum batas waktu yang telah ditentukan
b. Guru memberikan sanksi kepada siswa yang tidak berhasil mendapatkan pasangan
a. Siswa yang berhasil menemukan pasangannya sebelum batas waktu yang telah ditentukan menerima poin dari guru
b. Siswa yang tidak berhasil mendapatkan pasangan mendapatkan sanksi dari guru
5. Diskusi a. Guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan diskusi bersama pasangannya
b. Guru memberikan tugas berupa LKS (Lembar Kerja Siswa)
a. Siswa memperhatikan arahan dari guru untuk melaksanakan diskusi
b. Siswa melaksanakan diskusi bersama pasangannya dengan mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru