17
Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx 48 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64 PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT Ami Roni Fahmy Ramdhany Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Al-Amin, Indramayu [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan media kancing berwarna dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah pembelajaran menggunakan media kancing berwarna pada materi Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat. Penelitian ini menggunanakan metode Penelitian Tinakan kelas Model Kemmis & Mc Taggart melalui dua siklus. Subjek penelitian sebanyak 24 orang siswa. Semua siswa tersebut adalah siswa kelas IV SD di salah satu sekolah dasar di kabupaten Bandung. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi pelaksanaan pembelajaran dan tes pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan kemampuan kognitif siswa dibuktikan dengan indeks gain rata-rata skor kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 0,70 dengan interpretasi sedang. Kata kunci: media kancing berwarna, kemampuan kognitif siswa Abstract The research was aimed of this study are to describe the implementation of mathematics learning by using colored buttons media and to describe the increasing of students‟ cognitive ability after learning by using colored buttons media in Arithmetic Operation in Addition and Subtraction of Integers.. The research use method is Classroom Action Research by Kemmis and Mc Taggart through two cycles. The subject of the study, 24 student. All Students are prospective 4rd class one of elementary school in West Bandung Based on the study, students‟ cognitive ability increases with classroom score average gain index from cycle I to cycle II in the amount of 0.70 with medium interpretation. Keywords: colored buttons media, students‟ cognitive ability

PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

48 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PADA MATERI OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN

PENGURANGAN BILANGAN BULAT

Ami Roni Fahmy Ramdhany

Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Al-Amin, Indramayu

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

menggunakan media kancing berwarna dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan kognitif siswa

setelah pembelajaran menggunakan media kancing berwarna pada materi Operasi Hitung

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat. Penelitian ini menggunanakan metode Penelitian

Tinakan kelas Model Kemmis & Mc Taggart melalui dua siklus. Subjek penelitian sebanyak 24

orang siswa. Semua siswa tersebut adalah siswa kelas IV SD di salah satu sekolah dasar di kabupaten

Bandung. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi pelaksanaan pembelajaran dan

tes pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan kemampuan kognitif siswa

dibuktikan dengan indeks gain rata-rata skor kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 0,70 dengan

interpretasi sedang.

Kata kunci: media kancing berwarna, kemampuan kognitif siswa

Abstract

The research was aimed of this study are to describe the implementation of mathematics learning by

using colored buttons media and to describe the increasing of students‟ cognitive ability after

learning by using colored buttons media in Arithmetic Operation in Addition and Subtraction of

Integers.. The research use method is Classroom Action Research by Kemmis and Mc Taggart

through two cycles. The subject of the study, 24 student. All Students are prospective 4rd class one

of elementary school in West Bandung Based on the study, students‟ cognitive ability increases with

classroom score average gain index from cycle I to cycle II in the amount of 0.70 with medium

interpretation.

Keywords: colored buttons media, students‟ cognitive ability

Page 2: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

49 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

PENDAHULUAN

Salah satu kompetensi dasar yang harus

dimiliki peserta didik kelas IV SD semester 2

pada mata pelajaran Matematika adalah

menjumlahkan dan mengurangkan Bilangan

Bulat. Bilangan bulat merupakan salah satu

kajian dari inti materi yang dipelajari peserta

didik di Sekolah Dasar. Namun pada kenyataan

di lingkungan pendidikan khusunya pendidikan

sekolah dasar, belajar matematika selalu

dipandang sebagai pembelajaran yang paling

sulit terutama dalam materi Penjumlahan dan

Pengurangan Bilangan Bulat, dapat dilihat dari

hasil belajar siswa yang masih rendah.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

mata pelajaran Matematika yang harus

ditempuh oleh siswa kelas IV ini yakni 65.

Namun melihat realita di lapangan untuk

mencapai nilai 65 itu cukup sulit. Berdasarkan

hasil tes ulangan harian, dari 24 orang siswa

kelas IVA SDN Ciburial ini persentase siswa

yang memperoleh nilai ≤ 65 berjumlah 15

orang siswa atau 57,7%, dan siswa yang

memperoleh nilai ≥ 65 berjumlah 11 orang

siswa atau 42,3%. Rata-rata skor yang

diperoleh siswa kelas IVA SDN Ciburial

sebesar 64,81. Oleh karena itu, peneliti

mengambil kelas IVA SDN Ciburial sebagai

subjek dalam penelitian ini.

Rendahnya hasil belajar siswa

dikarenakan dalam pembelajaran matematika,

guru selalu berkecimpung pada sesuatu yang

abstrak, guru tidak memperhatikan pada

karakteristik perkembangan siswa yang

menurut Piaget anak usia sekolah dasar berada

pada masa operasional konkret. Kemudian

dalam menjelaskan materi, guru hanya

memberikan rumus-rumus yang harus

dihapalkan oleh siswa tanpa memahami konsep

materi yang dijelaskan. Siswa hanya

ditekankan untuk dapat menyelesaikan operasi

hitung bilangan secara prosedural tanpa

mengetahui konsep operasi hitung tersebut

secara bermakna. Selain itu, rendahnya hasil

belajar siswa juga disebabkan guru tidak

menggunakan media pembelajaran yang kreatif

dan inovatif, sehingga siswa kurang tertarik

untuk belajar matematika bahkan matematika

akan selalu menjadi momok bagi siswa.

Dengan demikian, minat siswa untuk

belajar matematika semakin hilang dan

matematika akan selalu dipandang pelajaran

yang paling sulit. Salah satu kesulitan siswa

dalam mempelajari materi pelajaran

Matematika yaitu melakukan operasi hitung

bilangan bulat. Pada saat melakukan operasi

hitung bilangan bulat siswa bingung dan

kesulitan untuk menentukan nilai negatif atau

positif hasil operasi hitung tersebut. Hal ini

berarti, siswa belum paham maksud yang

diminta dari soal tersebut. Kemudian siswa

malas untuk membuat garis bilangan ketika

diminta untuk menggunakan garis bilangan

dalam membantu menyelesaikannya, alasannya

malas, ribet dan lain-lain.

Apabila hal tersebut dibiarkan, akan

terjadi masalah yang lebih kompleks lagi ketika

memperoleh materi yang baru di tingkat lanjut.

Mengingat adanya perbedaan karakteristik

tersebut maka diperlukan kemampuan dari

seorang guru untuk menjembatani antara dunia

anak yang belum berpikir deduktif agar dapat

mengerti dunia matematika yang bersifat

deduktif.

Guru sebagai salah satu komponen

dalam proses belajar mengajar memegang

peranan yang sangat penting untuk menangani

masalah tersebut. Peran guru tidak hanya

sebagai penyampai materi saja, melainkan

lebih dari itu guru bisa dikatakan sebagai pusat

pembelajaran dan sebagai pengendali serta

pelaku dalam kegiatan proses belajar mengajar,

guru mengatur arah proses belajar mengajar

yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus

mampu membuat pengajaran menjadi lebih

efektif dan menarik, dengan menggunakan

media pembelajaran konkret yang relevan

dengan materi pelajaran Matematika, sehingga

Page 3: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

50 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

materi pelajaran yang disampaikan dapat

membuat siswa senang dan memiliki rasa perlu

untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut,

serta terlebih Matematika tidak akan lagi

dipandang sebagi pelajaran yang paling sulit.

Salah satu upaya untuk meningkatkan

kemamuan kognitif siswa yaitu dengan

menggunakan media pembelajaran yang

mampu memfasilitasi siswa dalam memahami

suatu konsep materi pelajaran. Susilana dan

Riyana (2008: 4) berpendapat bahwa kata

“media” berasal dari kata latin, merupakan

bentuk jamak dari kata “medium”. Secara

harfiah kata tersebut mempunyai arti tengah,

perantara atau pengantar. Media pembelajaran

menurut Munadi (2008: 7-8) yaitu segala

sesuatu yang dapat menyampaikan dan

menyalurkan pesan dari sumber secara

terencana sehingga tercipta lingkungan belajar

yang kondusif dimana penerimanya dapat

melakukan proses belajar secara efisien dan

efektif.

Dari pengertian di atas, dapat ditarik

simpulan bahwa media pembelajaran adalah

segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk

memudahkan atau membantu guru dalam

menyampaikan pesan-pesan atau materi

pelajaran kepada siswa, sehingga siswa akan

mudah untuk memahami konsep yang

diberikan oleh guru dalam situasi belajar.

Dengan demikian, media pembelajaran

merupakan wadah dari pesan, dan materi yang

ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran

serta tujuan yang ingin dicapai adalah proses

pembelajaran.

Adapun fungsi media pembelajaran

yang dikemukaan oleh Susilana dan Riyana

(2008: 9-10), yaitu:

1) Memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana

bantu untuk mewujudkan situasi

pembelajaran yang lebih efektif.

2) Merupakan bagian integral dari

keseluruhan proses pembelajaran.

3) Penggunaan media dalam pembelajaran

harus selalu melihat kepada komptensi dan

bahan ajar.

4) Bukan berfungsi sebagai alat hiburan.

5) Untuk mempercepat dan mempermudah

siswa dalam menangkap tujuan dan bahan

ajar.

6) Untuk meningkatkan kualitas proses

belajar mengajar.

7) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit

untuk berfikir, untuk mengurangi penyakit

verbalisme.

Susilana dan Riyana (2008: 12),

menyatakan bahwa media pembelajaran terbagi

kedalam dua macam yaitu media penyaji dan

media bukan penyaji. Media penyaji yaitu

media yang menyampaikan pesan melalui

bentuk-bentuknya. Media bukan penyaji yaitu

media objek dan media interaktif. Media objek

merupakan media tiga dimensi yang

menyampaikan informasi tidak dalam bentuk

penyajian, melainkan melalui ciri fisiknya

sendiri, seperti ukurannya, bentuknya,

beratnya, susunannya, warnanya, fungsinya

dan sebagainya.

Kancing berwarna digunakan sebagai

media pembelajaran untuk menyajikan atau

mengkongkritkan operasi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat. Kancing

merupakan salah satu benda yang biasanya

digunakan sebagai kelengkapan pada pakaian.

Kancing biasanya terdapat pada kemeja yang

dilengkapi dengan lubang untuk

mengaitkannya. Ukuran kancing sangatlah

bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang

besar. Warnanya pun bermacam-macam ada

yang satu warna ada juga yang berwarna-warni.

Bentuk kancing beragam mulai dari yang bulat

sampai yang kotak. Kita akan mudah

mendapatkan kancing di toko-toko

perlengkapan menjahit.

Prabawanto (2006) (dalam , 2011)

menyatakan bahwa untuk dapat menjelaskan

konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan

Page 4: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

51 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

bulat pada siswa sekolah dasar dapat

menggunakan alat peraga/media. Media yang

dapat dipilih adalah garis bilangan atau dengan

menggunakan manik-manik. Dalam penelitian

ini, peneliti memilih manik-manik untuk

dijadikan media pembelajaran pada

pembelajaran operasi hitung penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat, dan manik-manik

yang dipilih adalah kancing.

Karena bentuknya yang bervariasi dan

warnanya yang bermacam-macam, kancing

dapat membuat pembelajaran matematika

menjadi lebih menyenangkan dan siswa lebih

termotivasi untuk belajar. Dalam penelitian ini

ada dua warna kancing yang digunakan,

kancing bulat berwarna merah untuk mewakili

bilangan bulat negatif dan kancing bulat

berwarna biru untuk mewakili bilangan bulat

negatif. Dengan demikian, konsep yang bersifat

abstrak akan terbantu mengkonkritkanya

dengan menggunakan media kancing tersebut.

Hal ini sejalan dengan nilai-nilai praktis

media pembelajaran yang dikemukakan oleh

Sudirman N. dkk. (1991) (dalam Djamarah dan

Zain, 2006:138) yaitu meletakkan dasar-dasar

yang konkrit dari konsep yang abstrak,

keseragaman pengamatan dan persepsi pada

siswa karena sumber belajar dalam situasi dan

kondisi yang sama, membangkitkan motivasi

belajar siswa, memungkinkan siswa

berinteraksi langusng dengan

lingkungan/sumber belajar. Nana Sudjana

(1991) (dalam Djamarah dan Zain, 2006: 137)

menyatakan pula bahwa media pembelajaran

memiliki nilai-nilai praktis diantaranya:

meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk

berfikir, memperbesar minat dan perhatian

siswa untuk belajar, meletakkan dasar untuk

perkembangan belajar sehingga hasil belajar

meningkat, bahan pembelajaran akan lebih

jelas maknanya, metode mengajar akan lebih

bervariasi dan siswa akan lebih banyak

melakukan kegiatan belajar. Adapun kelebihan

dari penggunaan media kancing berwarna ini,

adalah:

1) Mudah didapat di toko-toko perlengkapan

menjahit.

2) Harga relatif murah.

3) Bentuknya beragam.

4) Mudah dibawa kemana-mana karena

bentuknya yang kecil mungil sehingga

tidak khawatir rusak atau pecah.

Dalam proses pembelajaran, tipe hasil

belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa

penting diketahui oleh guru, agar guru dapat

merancang/mendesain pengajaran secara tepat

dan penuh arti. Benyamin Bloom (dalan

Sudjana, 2013; Kurniawan, 2013) menyatakan

bahwa tipe hasil belajar yang hendak dicapai

digolongkan atau dibedakan menjadi 3 tiga

domain/ranah kemampuan intelektual

(intellectual behaviors), yakni: 1) kognitif, 2)

afektif, dan 3) psikomotor.

Kognitif seringkali dikenal dengan

istilah intelek. Mahfudin Shalahudin (1989)

(dalam Asrori 2007: 48), menyatakan bahwa

intelek adalah akal budi atau intelegensi yang

berati kemampuan untuk meletakkan

hubungan-hubungan dari proses berpikir.

Menurut Jean Piaget (dalam Asrori 2007: 48),

intelegensi sama dengan kecerdasan yaitu

seluruh kemampuan berpikir dan bertindak

secara adaptif termasuk kemampuan-

kemampuan mental yang kompleks seperti

berpikir, mempertimbangkan, menganalisi,

mensintesis, mengevaluasi dan menyelesaikan

persoalan-persoalan.

Ranah kognitif ini terdiri atas enam

level/tingkatan sebagaimana dikemukakan oleh

Bloom (1965) (dalam Kuswana, 2012;

Kesuma, 2011), yaitu: pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

evaluasi.

Berdasarkan indikator-indikator di atas,

dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif

siswa adalah kemampuan berfikir siswa yang

melibatkan kemampuan intelektual dari tahap

Page 5: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

52 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

yang sederhana sampai kepada tahap yang

lebih kompleks dalam menggabungkan

beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur

yang dipelajari untuk menyelesaikan soal-soal

yang memuat indikator kemampuan kognitif.

Kemampuan kognitif yang dimaksud

dalam penelitian ini yaitu kemampuan berpikir

siswa yang melibatkan kemampuan intelektual

dari tahap pemahaman sampai kepada aplikasi

konsep yang dipelajari untuk menyelesaikan

soal-soal yang memuat indikator kemampuan

kognitif. Indikator kemampuan kognitif

tersebut meliputi: Mengubah bentuk operasi

hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat dari bentuk soal cerita dan gambar

kedalam kalimat matematis, dan menyelesaikan

soal operasi hitung penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat.

Berdasarkan latar belakang masalah

yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran

matematika tentang Operasi Hitung

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

Bulat dengan menggunakan media kancing

berwarna di kelas IVA SDN Ciburial?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan

kognitif siswa Kelas IVA SDN Ciburial

pada materi Operasi Hitung Penjumlahan

dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan

menggunakan media kancing berwarna?

Adapun tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan

pembelajaran matematika tentang Operasi

Hitung Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan Bulat dengan menggunakan

media kancing berwarna di kelas IVA

SDN Ciburial.

2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan

kognitif siswa kelas IVA SDN Ciburial

pada materi Operasi Hitung Penjumlahan

dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan

menggunakan media kancing berwarna.

METODE

Metode penelitian yang digunakan pada

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research). Hermawan et.

al. (2010: 87) mengemukakan bahwa

“penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif dengan

melakukan tindakan-tindakan tertentu agar

dapat memperbaiki dan atau meningkatkan

praktik-praktik pembelajaran di kelas secara

lebih profesional”. Tindakan tersebut diberikan

oleh guru atau dengan arahan guru yang

dilakukan oleh siswa. Penelitian tindakan kelas

dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan efisiensi dan kualitas pendidikan

terutama proses dan hasil belajar siswa. Tujuan

PTK adalah memecahkan permasalahan

pembelajaran yang muncul di dalam kelas

Page 6: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

53 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan yaitu model Kemmis dan Mc. Taggart

Gambar 1. Siklus Spiral dari Kemmis & Mc Taggart

Sumber:http://dc371.4shared.com/doc/9R7RqTN0/preview_html_m54f4bef7.png

Penelitian ini terdiri dari dua siklus,

pada setiap siklus mencakup empat kegiatan

yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi,

serta refleksi. Subjek dalam penelitian ini

adalah siswa Kelas IVA SDN Ciburial

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung

Barat dengan jumlah siswa 26 orang siswa,

yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan

12 orang siswa perempuan. Akan tetapi, ada 2

orang siswa yang tidak hadir pada setiap

siklusnya, sehingga subjek dalam penelitian ini

adalah 24 orang siswa yang terdiri dari 13

orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa

perempuan.

Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu instrumen pembelajaran

yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa

(LKS) dan instrumen pengumpul data yang

digunakan adalah non tes dan tes. Instrumen

non tes dalam penelitian ini adalah lembar

observasi pelaksanaan pembelajaran. Observasi

adalah suatu teknik yang dilakukan dengan

cara mengadakan pengamatan secara teliti serta

pencatatan secara sistematis. Arikunto (2010:

200) bahwa observasi dalam penelitian ini

adalah observasi sistematik, yakni observasi

yang dilakukan oleh pengamat/observer dengan

menggunakan pedoman (lembar observasi)

sebagai instrumen pengamatan. Lembar

observasi digunakan untuk memperoleh data

tentang aktivitas guru dan siswa selama

pembelajaran dengan menggunakan media

kancing berwarna. Lembar observasi ini diisi

oleh observer pada pelaksanaan tindakan setiap

siklus. Data pada lembar observasi juga

berfungsi sebagai bahan refleksi dari tindakan

pada setiap siklusnya. Arikunto (2010: 193),

“tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan

serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu

atau kelompok”. Tes diberikan pada setiap

akhir siklus untuk mengetahui peningkatan

kemampuan kognitif siswa pada materi Operasi

Hitung Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan Bulat. Jenis tes yang digunakan

adalah jenis tes tertulis dengan bentuk uraian

agar dapat menilai siswa dengan objektif.

Data yang telah diperoleh kemudian

dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

Analisis data secara kualitatif dilakukan

terhadap data yang diperoleh dari lembar

observasi pelaksanaan pembelajaran pada

setiap akhir siklus. Analisis data kuantitatif

yang digunakan yaitu model Miles and

Huberman (dalam Sugiyono, 2013: 337-345)

meliputi:

Page 7: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

54 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

a. Data Reduction

Merangkum, memilih data, dan

memfokuskan pada hal-hal pokok yang

diperlukan dalam penelitian ini dari seluruh

data yang tersaji pada lembar observasi.

b. Data Display

Display data dilakukan dengan

menyajikan data kedalam bentuk tabel, grafik

atau sejenisnya sehingga mudah untuk

dipahami.

c. Verification

Verification dilakukan dengan cara

menarik kesimpulan awal sehingga dapat

disusun tindakan untuk selanjutnya dari

kekurangan-kekurangan dan temuan-temuan

dalam pelaksanaan pembelajaran.

Analisis kuantitatif digunakan pada data

hasil tes akhir siklus, dilakukan dengan:

a. Penyekoran hasil tes

Skala poin untuk setiap butir soal

memiliki bobot yang sama. Oleh karena itu,

dibuat skoring rubrik pedoman penyekoran

hasil tes sebagai berikut:

Tabel 1. Skoring Rubrik Soal Tes Akhir Siklus

Skor Deskripsi

0 Tidak merespon sama sekali

1 Siswa menulis cara penyelesaian

(gambar) salah, jawaban salah

3 Siswa tidak menulis cara penyelesaian

(gambar), jawaban benar

5 Siswa menulis cara penyelesaian

(gambar) salah, jawaban benar

8 Siswa menulis cara penyelesaian

(gambar) benar, jawaban salah

10 Siswa menulis cara penyelesaian

(gambar) benar, jawaban benar

b. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan

rumus:

Sudjana (2013: 109) untuk menghitung

nilai rata-rata menggunakan rumus:

Keterangan:

ƩX = total nilai yang diperoleh siswa

n = jumlah siswa

X = nilai rata-rata kelas

c. Menghitung ketuntasa belajar berdasarkan

KKM

KKM yang ditentukan oleh SDN

Ciburial adalah 65. KKM ini ditentukan

berdasarkan tiga kriteria yaitu kompleksitas

materi, daya dukung dan intake siswa. Jadi,

apabila skor siswa ≥65, maka siswa tersebut

dinyatakan tuntas. Namun, apabila skor siswa

<65, maka siswa tersebut dinyatakan belum

tuntas.

d. Menghitung ketuntasan belajar siswa

secara klasikal

Menurut Depdiknas (dalam Gumilar,

2013: 38) bahwa „‟kelas dikatakan sudah tuntas

secara klasikal jika telah mencapai 85% dari

seluruh siswa yang memperoleh nilai Kriteria

Ketuntaan Minimal (KKM)‟‟. Pengolahan data

ketuntasan belajar secara klasikal dihitung

dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

Page 8: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

55 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

ƩS ≥ 65 = jumlah siswa yang yang mendapat

nilai lebih besar dari atau sama dengan 65.

n = banyak siswa

TB = ketuntasan belajar

Kriteria tingkat keberhasilan belajar

(%) menurur Aqib dalam (Gumilar, 2013: 38),

sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar

Tingkat Keberhasilan (%) Kriteria

≥ 80% Sangat Tinggi

60% - 79% Tinggi

40% - 59% Sedang

20% - 39% Rendah

≤ 20% Sangat Rendah

e. Menghitung peningkatan kemampuan

kognitif siswa dengan indeks gain

Prabawanto (dalam Permatasari, 2013:

50) menyatakan bahwa untuk mengetahui

peningkatan kemampuan kognitif siswa pada

materi Operasi Hitung Penjumlahan dan

Pengurangan Bilangan Bulat dari setiap siklus

yang telah dilakukan dengan mmenghitung

gain rata-rata yang telah dinormalisasi dengan

rumus sebagai :

( ) ( )

( ) ( )

Adapun kriteria efektivitas pembelajaran menurut Hake (dalam Nurlaela, 2011) dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Interpretasi Gain yang Ternormalisasi

Nilai <g> Interpretasi/Kriteria

0,00 – 0,30 Rendah

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan

a. Siklus I

Berdasarkan temuan-temuan pada

pelaksanaan pembelajaran siklus I yang

tertuang pada lemabar observasi, peneliti

merangkum dan mendiskusikan dengan

observer mengenai kekurangan yang nampak

pada pembelajaran siklus I dan dijadikan

masukan untuk perbaikan pada siklus

berikutnya. Adapun kekurangan-kekurangan

tersebut, yaitu:

1) Pada langkah orientasi dan demonstrasi,

guru menunjukkan dan menjelaskan

langkah-langkah penggunaan media tidak

menggunakan papan peraga, sehingga

kurang menarik perhatian siswa, siswa

menjadi tidak fokus, dan tidak terlihat jelas

oleh siswa yang duduk di belakang.

2) Pada langkah diskusi, masih ada tiga

kelompok siswa yang bertanya petunjuk

pengerjaan LKS, karena pada setiap soal di

LKS kurang jelas dalam menuliskan

langkah kerja yang harus dilakukan, dan

Page 9: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

56 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

penggunaan media didominasi oleh siswa

yang memiliki prestasi bagus di kelasnya.

3) Pada langkah presentasi, perwakilan

kelompok mempresentasikan tidak

menggunakan papan peraga sehingga ada

beberapa siswa yang tidak memperhatikan

teman yang sedang mempresentasikan

hasil diskusinya.

4) Ketika guru meminta perwakilan dari

setiap kelompok untuk mempresentasikan

hasil diskusinya, siswa berebut ingin

mempresentasikan karena soal berjumlah

empat sedangkan kelompok ada enam.

Sedangkan perwakilan kelompok ingin

maju semua karena termotivasi pula

dengan reward yang akan diberikan oleh

guru ketika siswa benar jawabannya dan

berani mempresentasikan di depan kelas.

5) Guru kurang memberikan penguatan

kepada siswa ketika menggambarkan

kancing berwarna mengenai spidol warna

merah melambangkan bilangan bulat

negatif dan spidol warna biru

melambangkan bilangan bulat positif,

sehingga masih ada beberapa siswa yang

terlihat bingung

6) Guru masih kurang mampu dalam

mengembalikan perhatian

siswa/memfokuskan perhatian siswa,

ketika kondisi kelas dalam keadaan ribut.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan

yang terjadi pada pembelajaran siklus I, maka

harus dilakukan refleksi untuk perbaikan setiap

kekurangan yang ada, agar tindakan

selanjutnya dapat berjalan lebih optimal.

Perbaikan yang dilakukan diantaranya:

1) Pada langkah orientasi dan demonstrasi,

sebaiknya guru menggunakan papan

peraga, ketika menunjukkan dan

menjelaskan langkah-langkah penggunaan

media kancing berwarna, agar menarik

perhatian siswa sehingga siswa dapat fokus

memperhatikan.

2) Pada langkah diskusi, sebaiknya setiap

soal dalam LKS mencantumkan langkah

kerja yang harus dilakukan oleh siswa,

agar siswa tidak lagi bertanya pada guru.

Setiap siswa dalam kelompoknya, harus

mengerjakan satu soal agar penggunaan

media kancing berwarna tidak didominasi

oleh siswa yang memiliki prestasi bagus di

kelasnya.

3) Pada langkah presentasi, sebaiknya siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompok

di depan kelas dengan menggunakan

media kancing berwarna diperagakan

melalui papan peraga, agar siswa yang lain

memperhatikan dan menanggapi.

4) Sebaiknya soal dalam LKS yang

digunakan berjumlah enam soal

disesuaikan dengan jumlah kelompok,

karena soal akan dibahas oleh perwakilan

setiap kelompok sehingga seluruh

kelompok dapat melaporkan hasil

diskusinya di depan kelas.

5) Sebaiknya guru memberikan penguatan

materi kepada siswa setiap kali siswa

menemukan kesalahan, meskipun siswa

tidak ada yang bertanya.

6) Sebaiknya guru menggunakan ice breaking

untuk memfokuskan perhatian siswa dan

pengaturan tempat duduk siswa di atur

kembali, siswa yang selalu ribut tidak

duduk berdekatan dengan temannya yang

sama-sama suka ribut di kelas. Hal ini agar

pembelajaran berjalan efektif dan

kondusif.

b. Siklus II

Secara umum, kegiatan pembelajaran

siklus II berjalan dengan lancar dan berjalan

lebih baik dari siklus I. Observer mencatat

beberapa temuan baik dari aktivitas guru

maupun aktivitas siswa. Adapun temuan-

temuan tersebut sebagai berikut:

1) Pada langkah orientasi dan demonstrasi,

guru menggunakan papan peraga, mampu

Page 10: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

57 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

menarik perhatian siswa dan siswa menjadi

lebih fokus memperhatikan guru.

2) Ketika guru menjelaskan langkah-langkah

penggunaan media melalui contoh soal

operasi hitung pengurangan dengan

menggunakan kancing berwarna kemudian

digambarkan di papan tulis dengan spidol

berwarna, siswa menjadi paham dan tidak

ada lagi siswa yang salah menjawab

soalnya.

3) Pada langkah diskusi, siswa yang memiliki

kemampuan lebih dibandingkan teman

kelompoknya mampu menjadi tutor sebaya

terhadap siswa yang memiliki kemampuan

rendah di kelasnya. Sehingga seluruh

siswa menggunakan media kancing

berwarna. Alokasi waktu diskusi semakin

efektif karena siswa tidak lagi banyak

bertanya pada guru.

4) Pada langkah presentasi, setiap anggota

kelompok mempresentasikan hasil

diskusinya menggunakan papan peraga,

sehingga siswa yang lainnya fokus

memperhatikan teman yang sedang

mempresentasikan di depan kelas.

5) Guru menggunakan ice breaking pada saat

kegiatan awal pembelajaran dan ketika

kondisi kelas dalam keadaan ribut, hal ini

dilakukan untuk memfokuskan kembali

perhatian siswa.

6) Pengaturan tempat duduk, siswa yang

selalu ribut di kelas tidak duduk

berdekatan, dan tidak ada siswa yang

duduk membelakangi guru, sehingga

pembelajaran berjalan lebih efektif dan

kondusif.

Berdasarkan temuan-temuan pada

pelaksanaan pembelajaran siklus II yang

tertuang pada lembar observasi, peneliti

merangkum dan mendiskusikan dengan

observer kemudian membuat simpulan

mengenai pelaksanaan pembelajaran siklus II.

Dapat dinyatkan bahwa pembelajaran siklus II

berjalan lebih baik dari siklus I. Dari siklus I ke

siklus II mengalami peningkatan, peningkatan

tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1) Dengan menggunakan papan peraga,

mampu menarik perhatian siswa dan ketika

guru sedang menjelaskan langkah-langkah

penggunaan media kancing berwarna

maupun ketika siswa sedang

mempresentasikan hasil diskusi.

2) Guru menggunakan ice breaking berupa

tepuk semangat, mampu memfokuskan

perhatian siswa ketika pembelajaran

berlangsung dan mampu mengembalikan

pada situasi kondusif ketika kelas dalam

keadaan ribut.

3) Ketika diskusi kelompok, sudah tidak ada

lagi siswa yang bertanya pada guru,

sehingga alokasi waktu kerja kelompok

semakin efektif.

4) Ketika jumlah soal pada LKS sebanyak

enam butir soal, siswa tidak ribut ketika

perwakilan dari setiap kelompok

mepresentasikan hasil diskusinya di depan

kelas.

5) Ketika guru menjelaskan materi dengan

media kancing berwarna melalui papan

peraga kemudian digambarkan di papan

tulis dengan spidol berwarna, siswa

menjadi lebih paham dan tepat dalam

menggunakan media.

6) Ketika siswa yang suka ribut di kelas,

pengaturan tempat duduknya dipisahkan

dengan siswa yang sama-sama suka ribut

di kelas, pembelajaran menjadi lebih

efektif dan kondusif.

Perbedaan pembelajaran yang terjadi

disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pada

pembelajaran siklus I karena siswa akan

diberikan pula spidol berwarna biru dan spidol

berwarna merah sehingga guru menjelaskannya

melalui gambar menggunakan spidol berwarna

di papan tulis, sehingga guru tidak

menggunakan papan peraga. Kemudian karena

guru menghitung pula pada alokasi waktu

Page 11: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

58 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

pembelajaran sehingga soal pada LKS yang

dibuat hanya berjumlah empat soal.

Selanjutnya untuk pembelajaran pada

siklus II, karena perencanaan dibuat

berdasarkan kekurangan yang terjadi pada

pembelajaran siklus I sehingga pelaksanaan

pembelajaran siklus II lebih baik daripada

pembelajaran siklus I. Diantaranya,

pembelajaran dengan menggunakan papan

peraga, menggunakn ice breaking untuk

memfokuskan perhatian siswa, pengaturan

tempat duduk siswa, dan soal dalam LKS

disesuaikan dengan jumlah kelompok. Meski

demikian, pada pembelajaran setiap siklus

memiliki kelebihan. Kelebihan tersebut

diantaranya, langkah-langkah penggunaan

media sudah terlihat tepat digunakan oleh

siswa ketika sedang diskusi kelompok maupun

ketika mempresentasikan hasil diskusi di depan

kelas, siswa termotivasi untuk belajar

menyelesaikan soal operasi hitung

penjumlahan bilangan bulat terlihat ketika guru

memberikan beberapa soal siswa selalu

antusias menyelesaikan dengan media kancing

berwarna dan ketika sudah menemukan

hasilnya siswa dengan spontan meneriakan

jawabannya dan ketika jawabannya dinyatakan

benar siswa begitu senangnya dengan bertepuk

tangan dan minta guru untuk menuliskan soal

yang lainnya, dengan pemberian reward atau

penghargaan kepada siswa yang berani maju ke

depan kelas untuk presentasi, menjawab

pertanyaan dengan tepat, mampu memotivasi

siswa untuk belajar dan berlatih.

Berdasarkan hasil lembar observasi,

media kancing berwarna ini telah mampu

menunjang kemampuan kognitif siswa pada

materi Operasi Hitung Penjumlahan dan

Pengurangan Bilangan Bulat. Karena media

kancing berwarna ini digunakan untuk

memfasilitasi siswa membedakan bilangan

bulat positif dan bilangan bulat negatif

sehingga siswa dengan mudah menyelesaikan

soal yang berhubungan dengan opersi hitung

penjumlahan dan pengurangan bilangan

bilangan bulat. Dengan demikian, penggunaan

media pada pembelajaran dirasa sangat penting

mengingat tahapan perkembangan siswa yang

masih operasional konkrit. Hal ini selaras

dengan teori yang dikemukaan oleh Piaget

(dalan Heruman 2013a, b) menyatakan bahwa

“tahap oprasional konkret berada pada rentan

usia 7 sampai 12 atau 13 tahun‟‟. Pada

umumnya anak SD berada pada rentan usia 7

sampai 12 atau 13 tahun, sehingga usia anak

SD berada pada tahap oprasional konkret).

Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

kemampuan dalam proses berpikir untuk

mengoperasikan kaidah-kaidah logika,

meskipun masih terikat dengan objek yang

bersifat konkret.

Dengan demikian, pelaksanaan

pembelajaran dari skuls I ke siklus II

mengalami peningkatan menjadi lebih baik, hal

tersebut terlihat dari deskripsi peningkatakan

pelaksanan pembelajaran hasil lembar

observasi pada pelaksanaan pembelajaran

siklus II.

2. Kemampuan Kognitif Siswa

a. Siklus I

Persentase ketuntasan belajar siswa

berdasarkan analisis KKM, dapat dilihat pada

diagram 1 berikut ini.

Page 12: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

59 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

Diagram 1. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarakan Analisis KKM Siklus I

Berdasarkan data pada diagram 1 di

atas, banyaknya siswa yang tuntas pada siklus I

ini adalah 21 orang siswa atau sebesar 87,5%

dengan kriteria keberhasilan belajar sangat

tinggi, sedangkan banyaknya siswa yang belum

tuntas adalah tiga orang atau sebesar 12,5%.

Menurut Depdiknas, kelas dikatakan sudah

tuntas secara klasikal jika telah mencapai 85%

dari seluruh siswa yang mencapai skor KKM.

Pada siklus I ini, siswa yang telah tuntas

sebesar 87,5%, berarti secara klasikal sudah

tuntas.

Setelah menganalisis terhadap jawaban

hasil tes siswa yang belum tuntas mencapai

KKM, siswa mengalami kesalahan dalam

menjawab soal nomor 1, 2, 4 dan 5,

dikarenakan siswa salah dalam

merepresentasikan warna kancing ke dalam

nilai bilangan bulatnya.

Rata-rata skor pada setiap indikator

kemampuan kognitif siswa dan rata-rata skor

kelas pada siklus I dapat dilihat pada diagram 2

berikut ini.

Diagram 2. Rata-Rata Skor Indikator Kemampuan Kognitis Siswa (1), (2) dan Rata-Rata Skor

Kelas Siklus I

Berdasarkan diagram 2 di atas, rata-rata

skor pada indikator kemampuan kogntif (1)

sebesar 6,83 yang terdiri dari satu butir soal.

Rata-rata skor indikator kemampuan kognitif

(2) sebesar 34,12 yang terdiri dari empat butir

soal. Rata-rata skor yang diperoleh oleh siswa

kelas IVA pada siklus I sebesar 81,92.

b. Siklus II

87.5

12.5

0

20

40

60

80

100

Tutas

Belum Tuntas

6,83

34.12

81.92

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Rata-RataSkorIndikator 1

Rata-RataSkorIndikator 2

Rata-RataSkor Kelas

Page 13: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

60 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

Ketuntasan belajar siswa berdasarkan

analisis KKM, dapat dilihat pada diagram 3

berikut ini.

Diagram 3. Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan Analisis KKM Siklus II

Berdasarkan data pada diagram 3 di

atas, banyaknya siswa yang tuntas pada siklus

II ini adalah 23 orang siswa atau sebesar 95,8%

dengan kriteria keberhasilan belajar sangat

tinggi, sedangkan banyaknya siswa yang belum

tuntas adalah satu orang siswa atau sebesar

4,2%. Menurut Depdiknas, kelas dikatakan

sudah tuntas secara klasikal jika telah mencapai

85% dari seluruh siswa yang memperoleh nilai

diatas KKM. Pada siklus II ini siswa yang telah

tuntas sebesar 95,8%, berarti secara klasikal

sudah tuntas.

Setelah menganalisis terhadap hasil tes

siswa yang belum tuntas mencapai KKM yaitu

S20, siswa mengalami kesalahan dalam

menjawab soal nomor 3 dan 5, dikarenakan

siswa salah dalam menjawab solanya dan tidak

menuliskan gambar kancing berwarnanya (cara

penyelesaiannya).

Rata-rata skor pada setiap indikator

kemampuan kognitif siswa dan rata-rata skor

kelas pada siklus II dapat dilihat pada diagram

4 berikut ini.

Diagram 4. Rata-Rata Skor Indikator Kemampuan Kognitif Siswa (1), (2) dan Rata-Rata

Skor Kelas Siklus II

Berdasarkan diagram di atas, rata-rata

skor pada indikator kemampuan kogntif (1)

sebesar 9,92 yang terdiri dari satu butir soal.

Rata-rata skor indikator kemampuan kognitif

(2) sebesar 37,58 yang terdiri dari empat butir

soal. Rata-rata skor yang diperoleh siswa kelas

IVA pada siklus II sebesar 95.

Berdasarkan rata-rata skor indeks gain

dari siklus I ke siklus II, dapat dilihat pada

tabel 4 sebagai berikut.

95.8

4.2

0

20

40

60

80

100

120

Tuntas

Belum Tuntas

9,92

37,58

95

0

20

40

60

80

100 Rata-RataSkorIndikator 1

Rata-RataSkorIndikator 2

Rata-RataSkor Kelas

Page 14: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

61 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

Tabel 4. Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa Berdasarkan Analisis Rata-Rata Skor Kelas

dari Siklus I ke Siklus II

Skor (skala

0-100) G <g>

Inter-

pretasi Sikl

us I

Sikl

us II

Rata-

rata

81,9

2

94,5

8 12,66 0,70 Sedang

Berdasarkan rata-rata skor kemampuan kognitif siswa pada setiap siklusnya, dapat dilihat

pada diagram 5 berikut ini.

Diagram 5. Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa Berdasarkan Analisis Rata-rata Skor

Kelas dari Sikuls I ke Siklus II

Peningkatan kemampuan kognitif siswa

berdasarkan hasil analisis indeks gain dari

siklus I ke siklus II, terjadi peningkatan dengan

interpretasi sedang. Kemudian peningkatan

kemampuan kognitif siswa berdasarkan rata-

rata skor yang diperoleh oleh seluruh siswa

pada setiap siklusnya pun meningkat, pada

siklus I skor rata-rata yang diperoleh mencapai

81,92 dan pada siklus II mencapai 95, dan

kriteria keberhasilan belajar siswa mencapai

kriteria sangat tinggi. Peningkatan kemampuan

kognitif siswa pada materi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat berkaitan erat

dengan pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media kancing berwarna.

Berdasarkan pembahasan mengenai

pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran pada siklus II berjalan lebih baik

dengan menggunakan papan peraga

dibandingkan dengan pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I yang tidak

menggunakan papan peraga, sehingga

berpengaruh pada ketuntasan belajar siswa dan

peningkatan kemampuan kognitif siswa.

Persentase ketuntasan belajar siswa

secara keseluruhan meningkat setiap siklusnya,

walaupun terdapat satu orang siswa yang masih

belum tuntas belajar berdasarkan analisis

KKM. Dikarenakan siswa tersebut belum

lancar membaca dan memiliki kemampuan

yang lebih rendah dibandingkan teman-

temannya, sehingga berpengaruh terhadap

kemampuan prestasinya di kelas. Terdapat pula

siswa yang tetap pada skor dibawah skor

maksimal, hal ini disebabkan karena siswa

tersebut mengalami penurunan skor pada salah

satu indikator kemampuan kognitif, sehingga

ketika skor dari setiap indikator dikalkulasikan

81,92

95

75

80

85

90

95

100

Siklus I

Siklus II

Page 15: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

62 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

total skor yang ia peroleh tidak mengalami

peningkatan. Dan kedua siswa tersebut berada

pada kelompok kriteria siswa yang

berkemampuan rendah. Hal ini sejalan dengan

prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh

Arifin (dalam Tim Pengembang MKDP

Kurikulum dan Pembelajaran, 2011: 187) yang

menyatakan prinsip pembelajaran yaitu prinsip

perbedaan individual, hal ini berhubungan pula

dengan perbedaan kemampuan yang dimiliki

oleh siswa.

Terjadinya peningkatan kemampuan

kognitif siswa pada materi Operasi Hitung

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat

tersebut sejalan dengan pendapat Munadi

(2008:34-35) yang menyebutkan faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu

faktor lingkungan dan faktor instrumental

berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan

guru. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat

dijelaskan secara rinci berbicara kurikulum

berarti berbicara proses pembelajaran, pada

pembelajaran tentunya ada metode atau

pendekatan (strategi) yang digunakan dan ada

tujuan yang harus dicapai oleh siswa, agar

tujuan dapat tercapai tentunya ditunjang oleh

sarana yang mampu memfasilitasi penyajian

materi dalam hal ini media pembelajaran yang

digunakan, selain itu kepribadian guru dan

keterampilan guru dalam menggunakan media

pembelajaran. Munadi (2008: 26-31)

menyatakan bahwa ada pula faktor internal

yang mempengaruhi keberhasilan belajar

siswa, salah satunya adalah faktor psikologis

yang berupa motif dan motivasi, kemampuan

kognitif siswa. Motif dapat berupa kondisi

belajar yang kondusif. Kemampuan kognitif

berupa persepsi, mengingat dan berfikir.

Kemampuan mempersepsi antar siswa yang

satu dengan yang lainnya tidak sama meskipun

berada pada sekolah yang sama. Hal ini terlihat

pada hasil kemampuan kognitif siswa yang

berbeda-beda setiap individunya, selaras

dengan pendapat Arifin (dalam Tim

Pengembang MKDP Kurikulum dan

Pembelajaran, 2011: 187) yang menyatakan

prinsip pembelajaran yaitu prinsip perbedaan

individual, hal ini berhubungan pula dengan

perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh

siswa.

Berdasarkan hasil lembar observasi

pelaksanaan pembelajaran dilihat dari aktivitas

guru maupun siswa, faktor-faktor tersebut

secara keseluruhan berjalan dengan baik.

Pembelajaran dengan menggunakan media

kancing berwarna terbukti efektif untuk

meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada

materi Operasi Hitung Penjumlahan dan

Pengurangan Bilangan Bulat. Kepribadian guru

yang menyenangkan dan keterampilan guru

dalam menyajikan materi dengan

menggunakan media kancing berwarna dengan

terampil membuat siswa termotivasi dalam

mengikuti pembelajaran sehingga

mengakibatkan kemampuan kognitif siswa

dalam materi Operasi Hitung Penjumlahan dan

Pengurangan Bilangan Bulat meningkat.

Suasana kelas pun terasa kondusif dengan

diterapkannya ice breaking yang dapat

mengatasi kejenuhan siswa selama

pembelajaran serta untuk memusatkan

perhatian siswa ketika situasi kelas sudah mulai

ribut tidak kondusif. Terjadinya peningkatan

kemampuan kognitif siswa pada materi Operasi

Hitung Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan Bulat ini juga sejalan dengan hasil

penelitian Nurlaela (2011) bahwa kemampuan

pemahaman konsep penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat meningkat setelah

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga

kancing berwarna. Dimana, pemahaman

konsep merupakan salah satu bagian dari

kemampuan kognitif.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan tentang penggunaan media

kancing berwarna untuk meningkatkan

Page 16: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

63 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

kemampuan kognitif siswa pada materi Operasi

Hitung Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan Bulat pada siswa kelas IV A SDN

Ciburial, diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran matematika

dengan menggunakan media kancing

berwarna pada materi Operasi Hitung

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

Bulat pada siswa kelas IV A SDN Ciburial

terlaksana sesuai dengan perencanaan

pembelajaran yang telah dibuat

sebelumnya yang berdasarakan langkah-

langkah pembelajaran dengan

menggunakan media kancing berwarna.

Langkah-langkah pembelajaran tersebut

yaitu orientasi, pada langkah pembelajaran

ini guru menunjukkan dan

memperkenalkan langkah-langkah

penggunaan media kancing berwarna.

Langkah pembelajaran selanjutnya yaitu

demonstrasi, kegiatannya guru

mendemonstrasikan langkah-langkah

penggunaan media kancing berwarna

dengan menggunakan papan peraga dan

siswa mengikutinya dengan menggunakan

kancing berwarna. Selanjutnya penugasan,

kegiatannya guru memberikan LKS

kemudian siswa berdiskusi dengan teman

kelompoknya untuk menyelesaikan soal

yang ada pada LKS tersebut. Dan langkah

pembelajaran yang terakhir yaitu

presentasi, kegiatannya setiap perwakilan

kelompok melaporkan hasil diskusinya di

depan kelas. Pada langkah demonstrasi

penggunaan media kancing berwarna

dengan menggunakan papan peraga

mampu membuat siswa menjadi lebih

mudah dalam memahami langkah-langkah

penggunaan media kancing berwarna dan

mampu menarik perhatian siswa, sehingga

pembelajaran menjadi kondusif. Aktivitas

guru maupun siswa selama pembelajaran

pun berjalan dengan baik.

2. Kemampuan kognitif siswa pada materi

Operasi Hitung Penjumlahan dan

Pengurangan Bilangan Bulat pada siswa

kelas IV A SDN Ciburial setelah

pembelajaran menggunakan media kancing

berwarna mengalami peningkatan. Hal

tersebut terbukti dari perolehan indeks gain

dari siklus I ke siklus II sebesar 0,70

dengan interpretasi sedang. Rata-rata skor

kelas pun mengalami peningkatan pada

siklus I diperoleh rata-rata kelas 81,92, dan

21 orang siswa atau sebesar 87,5% siswa

yang tuntas dengan kriteria keberhasilan

sangat tinggi. Pada siklus II rata-rata nilai

siswa meningkat menjadi 95, dan 23 orang

siswa atau sebesar 95,8% siswa yang

tuntas dengan kriteria keberhasilan sangat

tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian.

Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran.

Bandung: CV Wacana Prima.

Djamarah, S B. dan Zain. (2006). Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Gumilar, K. (2013). Penerapan Metode Survey,

Question, Read, Recite, Review (SQ3R)

Untuk Meningkatkan Kemampuan

Membaca Pemahaman Siswa Pada

Materi Pelajaran Bahasa Indonesia.

Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Hermawan, R. et al. (2010). Metode Penelitian

Pendidikan SD. Bandung: UPI Press.

Heruman. (2012). Model Pembelajaran

Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya.

Kesuma, D. (2011). Perencanaan

Pembelajaran (Bahan Ajar Mata Kuliah

Perencanaan Pembelajaran Sekolah

Dasar). Bandung; tidak diterbitkan.

Page 17: PENGGUNAAN MEDIA KANCING BERWARNA UNTUK …

Jurnal EDUPEN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 p-ISSN 2722-3426 / e-ISSN xxxx-xxxx

64 | Ami Roni Fahmy Ramdhany, 48-64

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu.

Pembelajaran Terpadu. Bandung: CV.

Pustaka Cendikia Utama.

Kuswana, W. S. (2012). Taksonomi Kognitif.

Banudng: PT. Remaja Rosdakarya.

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran.

Jakarta: Gaung Persada Press.

Nurlaela, Y. (2011). Penggunaan Alat Peraga

Kancing Berwarna Untuk Meningkatkan

Pemahaman Matematika Siswa Tentang

Bilangan Bulat. Skripsi, Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan

Indonesia.

Permatasari, H. R. (2013). Penerapan

Pendekatan Probelm Solving untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman

Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat.

Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana, N. (2013). Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono, (2013). Metode Penelitian

Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susilana, R. dan Riyana, C. (2008). Media

Pembelajaran. Bandung: Jurusan

Kurtekpen FIP UPI.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan

Pembelajaran. (2011). Kurikulum Dan

Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada.