23
BAB II LANDASAN TEORI A. PEMANFAATAN LAYANAN VOLUNTARY COUNSELING TEST (VCT) A.1. Layanan Voluntary Counseling Test (VCT) A.1.1. Definisi Konseling dalam Voluntary Counseling and Testing (VCT) Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggungjawab, pengobatan antiretroviral (ARV) dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS yang bertujuan untuk perubahan perilaku ke arah perilaku lebih sehat dan lebih aman (Pedoman Pelayanan VCT, 2006). A.1.2. Prinsip Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) VCT merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan yang berdasarkan prinsip:. - Sukarela dalam melaksanakan testing HIV Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan klien tanpa paksaan dan tanpa tekanan. Keputusan untuk melakukan pemeriksaan terletak ditangan klien. Testing dalam VCT bersifat sukarela sehingga tidak direkomendasikan untuk testing wajib pada pasangan yang akan menikah, pekerja seksual, Universitas Sumatera Utara

PENGERTIAN VCT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGERTIAN VCT

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PEMANFAATAN LAYANAN VOLUNTARY COUNSELING TEST

(VCT)

A.1. Layanan Voluntary Counseling Test (VCT)

A.1.1. Definisi Konseling dalam Voluntary Counseling and Testing (VCT)

Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan

dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan

HIV, mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggungjawab, pengobatan

antiretroviral (ARV) dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan

HIV/AIDS yang bertujuan untuk perubahan perilaku ke arah perilaku lebih sehat

dan lebih aman (Pedoman Pelayanan VCT, 2006).

A.1.2. Prinsip Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT)

VCT merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai

pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan yang

berdasarkan prinsip:.

- Sukarela dalam melaksanakan testing HIV

Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan klien tanpa paksaan

dan tanpa tekanan. Keputusan untuk melakukan pemeriksaan terletak ditangan

klien. Testing dalam VCT bersifat sukarela sehingga tidak direkomendasikan

untuk testing wajib pada pasangan yang akan menikah, pekerja seksual,

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENGERTIAN VCT

Injecting Drug User (IDU), rekrutmen pegawai / tenaga kerja Indonesia dan

asuransi kesehatan.

- Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas.

Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua klien.

Semua informasi yang disampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya oleh

konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan didiskusikan diluar

konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan dalam

tempat yang tidak dapat dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Untuk

penanganan kasus klien selanjutnya dengan seijin klien maka informasi kasus

dari diri klien dapat diketahui.

- Mempertahankan hubungan relasi konselor dan klien yang efektif

Konselor mendukung klien untuk kembali mengambil hasil testing dan

mengikuti pertemuan konseling pasca testing untuk mengurangi prilaku

beresiko. Dalam VCT dibicarakan juga respon dan perasaan klien dalam

menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasil testing positif.

- Testing merupakan salah satu komponen dari VCT.

WHO dan Departemen Kesehatan RI telah memberikan pedoman yang dapat

digunakan untuk melakukan testing HIV. Penerimaan hasil testing senantiasa

diikuti oleh konseling pasca testing oleh konselor yang sama atau konselor

lain yang disetujui oleh klien.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENGERTIAN VCT

A.1.3. Model Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT)

Pelayanan VCT dapat dikembangkan diberbagai layanan terkait yang

dibutuhkan, misalnya klinik Infeksi Menular Seksual (IMS), klinik Tuberkulosa

(TB), Klinik Tumbuh Kembang Anak dan sebagainya. Lokasi layanan VCT

hendaknya perlu petunjuk atau tanda yang jelas hingga mudah diakses dan mudah

diketahui oleh klien VCT. Namun klinik cukup mudah dimengerti sesuai dengan

etika dan budaya setempat dimana pemberian nama tidak mengundang stigma dan

diskriminasi. Model layanan VCT terdiri atas :

- Mobile VCT (Penjangkauan dan keliling)

Mobile VCT adalah model layanan dengan penjangkauan dan keliling yan

dapat dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau layanan

kesehatan yang langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat yang

memiliki perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS di wilayah

tertentu. Layanan ini diawali dengan survei atau penelitian atas kelompok

masyarakat di wilayah tersebut dan survei tentang layanan kesehatan dan

layanan dukungan lainnya di daerah setempat.

- Statis VCT (Klinik VCT tetap)

Statis VCT adalah sifatnya terintegrasi dalam sarana kesehatan dan sarana

kesehatan lainnya, artinya bertempat dan menjadi bagian dari layanan

kesehatan yang telah ada. Sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya

harus memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan VCT,

layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan terkait dengan

HIV/AIDS.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENGERTIAN VCT

A.1.4. Tahapan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT)

a. Pre-test counseling

Pre-test counseling adalah diskusi antara klien dan konselor yang

bertujuan untuk menyiapkan klien untuk testing, memberikan pengetahuan pada

klien tentang HIV/AIDS. Isi diskusi yang disampaikan adalah klarifikasi

pengetahuan klien tentang HIV/AIDS, menyampaikan prosedur tes dan

pengelolaan diri setelah menerima hasil tes, menyiapkan klien menghadapi hari

depan, membantu klien memutuskan akan tes atau tidak, mempersiapkan

informed consent dan konseling seks yang aman.

Gambar 1. Alur Pre-test Counseling (VCT Toolkit : HIV Voluntary Counseling

and Testing 2004)

Pada beberapa setting (misalnya penyuluhan kesehatan secara umum)

Konselor memberikan penyuluhan informasi umum tentang HIV/AIDS, VCT dan Mother

to child transmission (MTCT)

Di masyarakat

Klien menerima informasi dan memutuskan untuk pergi ke klinik VCT

Di klinik VCT

Klien diberi informasi mengenai prosedur termasuk pilihan untuk menunggu selama

2 jam dan menerima hasil tes pada hari yang sama

Klien diajak berdiskusi mengenai keyakinan menjalani tes

Klien menerima informasi tentang HIV/AIDS

Adanya biaya yang dikeluarkan

Klien terdaftar tanpa nama/rahasia

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENGERTIAN VCT

Jika klien banyak :

Konselor melakukan pre tes secara

berkelompok bagi yang membutuhkan VCT

Syarat untuk pre-tes kelompok :

Pernyataan kesediaan untuk menjalani tes

kelompok.

Kerahasiaan terjaga.

Tidak lebih dari 6 orang per kelompok.

Bila mungkin, anggota kelompok pada usia

dan jenis kelamin yang sama.

Diberikan informasi pre-tes yang sama

seperti konseling pada individu

Lengkapi data VCT pada setiap anggota

kelompok.

Mendapatkan inform consent jika klien memutuskan untuk melakukan tes HIV

Melakukan pengambilan darah

Selama proses pemeriksaan sampel dilakukan diskusi dan demonstrasi penggunaan

kondom

Melakukan penilaian tentang :

Kesiapan klien mengetahui status HIV

Rencana klien setelah mengetahui status HIV.

Hambatan untuk mengubah perilaku.

Rencana dan cara mengatasi jika klien HIV positif.

Dukungan dari keluarga dan teman

Jika klien sedikit :

Konselor melakukan pre tes secara individu

bagi yang membutuhkan VCT

Syarat untuk pre-tes :

Informasi dasar mengenai infeksi HIV dan

AIDS.

Arti tes HIV termasuk window period

Prosedur tes dan kebijakan dalam

menyampaikan hasil tes.

Pre-test counseling termasuk penilaian

resiko individu dan rencana pengurangan

resiko.

Formulir VCT

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENGERTIAN VCT

b. HIV testing

Pada umumnya, tes HIV dilakukan dengan cara mendeteksi antibodi

dalam darah seseorang. Jika HIV telah memasuki tubuh seseorang, maka di dalam

darah akan terbentuk protein khusus yang disebut antibodi. Antibodi adalah suatu

zat yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh manusia sebagai reaksi untuk

membendung serangan bibit penyakit yang masuk. Pada umumnya antibodi

terbentuk di dalam darah seseorang memerlukan waktu 6 minggu sampai 3 bulan

tetapi ada juga sampai 6 bulan bahkan lebih. Jika seseorang memiliki antibodi

terhadap HIV di dalam darahnya, hal ini berarti orang itu telah terinfeksi HIV.

Tes HIV yang umumnya digunakan adalah Enzyme Linked Imunosorbent

Assay (ELISA), Rapid Test dan Western Immunblot Test. Setiap tes HIV ini

memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda. Sensitivitas adalah

kemampuan tes untuk mendeteksi adanya antibodi HIV dalam darah sedangkan

spesifisitas adalah kemampuan tes untuk mendeteksi antibodi protein HIV yang

sangat spesifik.

- Enzyme Linked Imunosorbent Assay (ELISA)

Tes ini digunakan untuk mendeteksi antibodi yang dibuat tubuh terhadap virus

HIV. Tes ELISA ini dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau

air kencing. Hasil positif pada ELISA belum dapat dipastikan bahwa orang

yang diperiksa telah terinfeksi HIV karena tes ini mempunyai sensitivitas

tinggi tetapi spesifisitas rendah. Oleh karena itu masih diperlukan tes

pemeriksaan lain untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan ELISA ini. Jadi

walaupun ELISA menunjukkan hasil positif, masih ada dua kemungkinan,

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENGERTIAN VCT

orang tersebut sebenarnya tidak terinfeksi HIV atau betul-betul telah terinfeksi

HIV.

- Rapid Test

Penggunaan dengan metode rapid test memungkinkan klien mendapatkan

hasil tes pada hari yang sama dimana pemeriksaan tes hanya membutuhkan

waktu 10 menit. Metode pemeriksaan dengan menggunakan sampel darah jari

dan air liur. Tes ini mempunyai sensitivitas tinggi (mendekati 100%) dan

spesifisitas (>99%). Hasil positif pada tes ini belum dapat dipastikan apakah

dia terinfeksi HIV. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan tes lain untuk

mengkonfirmasi hasil tes ini.

- Western Immunoblot Test

Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi terhadap

HIV. Western blot digunakan sebagai tes konfirmasi untuk tes HIV lainnya

karena mempunyai spesifisitas yang lebih tinggi untuk memastikan apakah

terinfeksi HIV atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENGERTIAN VCT

Gambar 2. Alur Strategi Tes HIV ((VCT Toolkit : HIV Voluntary Counseling

and Testing 2004)

HIV negatif

(dilaporkan negatif)

HIV positif

(dilaporkan positif)

HIV negatif

HIV positif

(laporkan positif)

HIV negatif

(dilaporkan

intermediate/tidak

dapat ditentukan)

Tes C

Tes B

HIV positif

Tes A

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENGERTIAN VCT

c. Post-test counseling

Post-test counseling adalah diskusi antara konselor dengan klien yang

bertujuan menyampaikan hasil tes HIV klien, membantu klien beradaptasi dengan

hasil tes, menyampaikan hasil secara jelas, menilai pemahaman mental emosional

klien, membuat rencana dengan menyertakan orang lain yang bermakna dalam

kehidupan klien, menjawab, menyusun rencana tentang kehidupan yang mesti

dijalani dengan menurunkan perilaku berisiko dan perawatan, dan membuat

perencanaan dukungan.

Gambar 3. Alur Post-test Counseling (VCT Toolkit : HIV Voluntary Counseling

and Testing 2004)

Menyampaikan hasil tes

memberikan hasil tes dengan situasi yang tenang dalam ruangan yang tertutup

menyampaikan hasil pada klien sesegera mungkin

memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya tentang hasil tes dan

lainnya

memberikan waktu pada klien untuk bertanya

menawarkan konseling individu atau konseling bersama pasangan tergantung pada keinginan

klien.

Atas permintaan klien, anggota keluarga, teman atau orang yang diminta klien diizinkan masuk

ke ruangan pada saat hasil diberikan.

Untuk hasil tes HIV positif

Memberikan konseling untuk hidup positif yang

meliputi :

menjaga sikap positif

menghindari paparan tambahan terhadap virus

HIV dan infeksi menular seks (IMS) lain.

Memberikan rujukan pelayanan medis.

Menjaga berat badan dengan makanan yang

bergizi dan menghindari diare.

Bergabung dengan kelompok Orang dengan

HIV/AIDS (ODHA) dan kelompok dukungan

sosial lainnya.

Untuk hasil tes HIV negatif

Menyarankan kepada klien yang mempunyai

perilaku beresiko untuk kembali melakukan

VCT sesudah 3 bulan, karena mereka mungkin

sekarang sedang berada dalam periode jendela.

Menyarankan pada klien yang berada pada

window period untuk mengurangi perilaku

beresiko.

Klien dengan hasil tes HIV negatif dan tidak

memiliki kemungkinan terpapar HIV, tidak

perlu melakukan confimatory testing.

Untuk hasil tes positif dan negatif

Mendorong klien untuk memberitahu hasil tes kepada pasangannya (mengetahui hasil tes

bersama adalah cara yang paling baik).

Memberikan pendidikan dan konseling mengenai keluarga berencana.

Memberikan pendidikan dan demonstrasi pemakaian kondom dan menyediakan kondom bagi

klien yang ingin memakai kondom (dengan tidak memaksa klien).

Memberikan informasi konseling dan dukungan tambahan.

Memberikan rujukan sesuai dengan keinginan klien. Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENGERTIAN VCT

A.2. Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT)

Menurut kamus pintar Bahasa Indonesia (1995), pemanfaatan berasal dari

kata dasar manfaat yang artinya guna atau faedah. Dengan demikian kata

pemanfaatan berarti menggunakan sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan

kegunaan atau faedah dari objek tersebut.

Layanan VCT adalah suatu prosedur diskusi pembelajaran antara konselor

dan klien untuk memahami HIV/AIDS beserta resiko dan konsekuensi terhadap

diri, pasangan, keluarga dan orang di sekitarnya dengan tujuan utama adalah

perubahan perilaku ke arah perilaku yang lebih sehat dan lebih aman (Pedoman

Pelayanan VCT, 2006).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa individu dikatakan

memanfaatkan layanan VCT jika dia tahu informasi mengenai layanan VCT dan

mau menggunakan layanan VCT untuk tujuan yang bermanfaat. Dengan demikian

pemanfaatan layanan VCT adalah sejauh mana orang yang pernah melakukan

perilaku beresiko tinggi tertular HIV/AIDS merasa perlu menggunakan layanan

VCT untuk mengatasi masalah kesehatannya, untuk mengurangi perilaku beresiko

dan merencanakan perubahan perilaku sehat.

B. HEALTH BELIEF MODEL

B.1. Definisi Health Belief Model

Health belief model menurut Becker & Rosenstock (dalam Sarafino, 2006)

adalah individu mau melakukan perilaku pencegahan yaitu dalam bentuk perilaku

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENGERTIAN VCT

sehat tergantung pada dua penilaian yaitu perceived threat (perceived seriousness,

perceived susceptibility, cues to action) dan perceived benefits and barriers.

Rosenstock pada tahun 1966 dan Becker & koleganya (dalam Odgen,

2004) menjelaskan bahwa health belief model digunakan untuk memprediksi

perilaku preventif dalam bentuk perilaku sehat dan juga respon perilaku terhadap

pengobatan yang akan dilakukan. Health belief model juga memprediksi bahwa

munculnya suatu perilaku merupakan kumpulan dari core belief yaitu persepsi

individu yang berkaitan dengan susceptibility to illness, the severity of the illness,

the cost involved in carrying out the behavior, the benefit involved in carrying out

the behavior dan cues to action.

Rosenstock, Strecher dan Becker (dalam Family Health International,

2004) menyatakan bahwa health belief model adalah model kognitif yang yang

menjelaskan dan memprediksi perilaku sehat dengan fokus pada sikap dan belief

pada individu.

Hocbaum pada tahun 1958 dan Rosenstock (dalam Taylor 2009)

menyatakan bahwa salah satu teori sikap yang paling berpengaruh dalam

menjelaskan mengapa individu melakukan perilaku sehat adalah health belief

model. Individu melakukan perilaku sehat tertentu tergantung pada dua faktor

yaitu apakah individu tersebut merasakan ancaman kesehatan dan apakah individu

meyakini bahwa perilaku sehat tertentu secara efektif dapat mengurangi ancaman

yang dirasakan.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa health belief model

adalah model kognitif yang menjelaskan dan memprediksi health behavior apa

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENGERTIAN VCT

yang akan dilakukan dengan fokus pada belief individu akan perceived

seriousness, perceived susceptibility, cues to action dan perceived benefits and

barriers.

B.2. Komponen Health Belief Model

Becker & Rosenstock (dalam Sarafino, 2006) menyatakan ada dua

komponen :

1. Perceived threat adalah penilaian individu mengenai ancaman yang dirasakan

yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Ada tiga faktor yang

mempengaruhi perceived threat yaitu:

a. Perceived seriousness of the health problem

Individu mempertimbangkan seberapa parah konsekuensi organik dan

sosial yang akan terjadi jika terus membiarkan masalah kesehatan yang

dialami berkembang tanpa diberi penanganan dari praktisi kesehatan.

Semakin individu percaya bahwa suatu konsekuensi yang terjadi akan

semakin memburuk, maka mereka akan merasakan hal tersebut sebagai

ancaman dan mengambil tindakan preventif.

b. Perceived suspectibility to the health problem

Individu akan mengevaluasi kemungkinan masalah-masalah kesehatan lain

yang akan berkembang. Semakin individu mempersepsikan bahwa

penyakit yang dialami beresiko, maka akan membuat individu itu

mempersepsikannya sebagai ancaman dan melakukan tindakan

pengobatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENGERTIAN VCT

c. Cues to action

Peringatan mengenai masalah kesehatan yang berpotensi dapat

meningkatkan kecenderungan individu untuk mempersepsikannya sebagai

ancaman dan melakukan tindakan. Cues to action meliputi berbagai

macam bentuk seperti iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok,

artikel di koran, dan lain-lain.

2. Perceived benefits and barriers berkaitan dengan keuntungan dan hambatan

yang diperoleh individu ketika melakukan tindakan preventif tertentu. Dalam

perceived benefits, individu menilai bahwa dia akan memperoleh keuntungan

ketika smemperoleh layanan kesehatan tertentu, misalnya semakin sehat dan

dapat mengurangi resiko yang dirasakan, sedangkan perceived barriers yaitu

individu merasakan hambatan ketika memperoleh layanan kesehatan tertentu

misalnya dalam hal pertimbangan biaya, konsekuensi psikologis (misalnya,

takut dikatakan semakin tua jika melakukan cek-up), pertimbangan fisik

(misalnya, jarak rumah sakit yang jauh sehingga sulit untuk mencapainya.

Sum dilihat sebagai keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi hambatan

yang akan diterima. Sum yaitu sejauh mana tindakan yang diambil akan

mendatangkan keuntungan dibandingkan jika tidak melakukannya.

C. HIV/AIDS

C.1. Definisi HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang

kekebalan tubuh manusia. HIV ini menyerang sel-sel darah putih yang berfungsi

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENGERTIAN VCT

untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Salah satu unsur yang penting

dalam sistem kekebalan tubuh adalah sel CD4 yang merupakan salah satu jenis sel

darah putih. Namun sel CD4 dibunuh ketika HIV menggandakan diri dalam

darah. Semakin lama individu terinfeksi HIV maka semakin banyak sel CD4

dibunuh sehingga jumlah sel semakin rendah dan kemampuan sistem kekebalan

tubuh untuk melindungi diri dari infeksi semakin rendah. Seseorang yang

terinfeksi HIV tetapi tanpa gejala disebut HIV positif dan ketika gejala seperti

infeksi oportunistik yang lain muncul maka individu tersebut memasuki fase

AIDS.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

gejala penyakit yang disertai oleh infeksi HIV. Gejala-gejala tersebut tergantung

dari infeksi oportunistik yang menyertainya. Infeksi oportunistik terjadi karena

menurunnya daya tahan tubuh yang disebabkan rusaknya imun tubuh akibat

infeksi HIV tersebut (Pegangan Konselor HIV/AIDS, 2003). Individu yang

terinfeksi HIV dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukkan gejala

atau penyakit tertentu akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh

HIV. Kerusakan sistem kekebalan tubuh terjadi secara bertahap yaitu mula-mula

tidak ada gejala, kemudian diikuti oleh gejala seperti pembesaran kelenjar getah

bening, diare, penurunan berat badan dan sariawan. Gambaran klinik yang berat

mulai timbul ketika jumlah limfosit CD4 kurang dari 200 per mm3 (Djoerban,

2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENGERTIAN VCT

C.2. Cara Penularan HIV/AIDS

HIV tidak dapat tersebar dengan sendirinya atau bertahan lama diluar

tubuh manusia. Virus tersebut membutuhkan cairan tubuh manusia untuk bisa

hidup, bereproduksi dan mampu menularkan ke orang lain. Virus tersebut

ditularkan melalui darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu dari pengidap

HIV. Widjajanti (2009) mengatakan ada tiga metode penyebaran virus HIV

tersebut, yakni:

1. Hubungan seks tidak aman

Hubungan seks melalui vagina, anal, dan oral dengan pengidap HIV atau

penderita AIDS merupakan cara yang banyak terjadi pada penularan HIV dan

AIDS.

2. Melalui Darah yang Tercemar HIV

Penyebaran virus HIV juga terjadi ketika orang menggunakan jarum suntik

atau alat injeksi yang tidak steril secara bersama, biasanya terjadi di kalangan

para pengguna narkoba yang di antara mereka ada yang mengidap HIV.

Penyebaran juga terjadi di beberapa tempat-tempat perawatan kesehatan yang

tidak memenuhi standar atau melalui transfusi darah yang belum dilakukan

screening terhadap HIV. Penggunaan peralatan tato dan alat tindik yang tidak

steril dapat juga menyebarkan virus HIV.

3. Melalui Ibu kepada Anaknya

Seorang wanita yang mengidap HIV dapat menularkan virus HIV kepada

anaknya pada saat kehamilan, kelahiran atau pada masa menyusui.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENGERTIAN VCT

C.3. Aspek Klinik HIV/AIDS

Global Programme on AIDS dari WHO (dalam Djoerban, 2000) membagi

tingkat klinik infeksi HIV menjadi empat yaitu:

Tingkat klinik 1 (Asimptomatik)

Pada tingkat ini terjadi pembesaran kelenjar getah bening di beberapa tempat

yang menetap namin belum tampak gejala sama sekali dan masih dapat

melakukan aktivitas secara normal.

Tingkat klinik II (Dini)

Pada tingkat ini, pasien sudah menunjukkan gejala seperti penurunan berat

badan kurang dari 10%, kelainan mulut dan kulit yang ringan misalnya

dermatitis, seboroika, prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulkus pada mulut

berulang dan cheilitis angularis dan infeksi saluran pernafasan misalnya

sinusitis tetapi aktivitas tetap normal.

Tingkat klinis III (Menengah)

Pada tingkat ini, penderita biasanya mengalami gejala-gejala seperti

penurunan berat badan lebih dari 10%, diare kronik lebih dari 1 bulan dan

penyebab tidak diketahui, panas yang tidak diketahui sebabnya selama lebih

dari 1 bulan, hilang timbul maupun terus menerus, kandidiasis di mulut,

bercak putih berambut di mulut, tuberkulosis paru setahun terakhir, infeksi

bakteriil yang berat misalnya pneumonia dan lebih banyak berbaring di tempat

tidur lebih dari 12 jam sehari selama sebulan lebih.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENGERTIAN VCT

Tingkat klinik IV (Lanjutan)

Pada tingkat ini badan menjadi kurus dimana berat badan turun lebih dari 10%

dan mengalami diare kronik tanpa diketahui sebabnya selama lebih dari satu

bulan atau kelemahan kronik dan panas tanpa diketahui sebabnya selama lebih

dari satu bulan.

- Pneumonia Pneumosistis Karinii

- Toksoplasmosis otak

- Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan

- Kriptokokosis di luar paru

- Penyakit virus sitomegalo pada organ tubuh kecuali di limpa hati atau

kelenjar getah bening

- Infeksi virus herpes simpleks di mukokutan lebih dari 1 bulan atau di alat

dalam lamanya tidak dibatasi

- Leukoensefalopati mutifokal progesif

- Mikosis (infeksi jamur) apa saja yang endemik yang menyerang banyak

organ tubuh

- Kandidiasis esophagus, trakea, bronkus atau paru.

- Mikobakteriosis atipik, disseminate

- Septikemia salmonella non tifoid

- Tuberkulosis di luar paru

- Limfoma

- Sarkoma Kaposi

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENGERTIAN VCT

- Ensefalopati HIV yaitu gangguan kognitif yang mengganggu aktivitas

sehari-hari, progresif sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan tanpa

dapat ditemukan penyebabnya selain HIV.

C.4. Reaksi psikologis orang yang terinfeksi HIV/AIDS

Kubler Ross (dalam Sarafino 2006) menyatakan ada lima tahapan reaksi

psikologis dalam menghadapi kematian pada pasien-pasien terminal illness yaitu

1. Denial

Reaksi pertama ketika menghadapi kematian adalah menyangkal kematian

itu. Pasien terminal illness mengatakan “Tidak, itu tidak benar atau ada

kesalahan pada hasil yang diberikan”. Penyangkalan seperti ini merupakan

reaksi pertama yang ditunjukkan pasien. Menurut Kubler Ross,

penyangkalan akan hilang dengan segera dan berganti dengan kemarahan.

2. Anger

Kemudian pasien menyadari “ Ya, ini terjadi pada saya dan tidak salah”.

Pasien bertanya dalam hati “Mengapa ini terjadi pada saya” Pasien

menyalahkan orang-orang yang sehat dan marah kepada setiap orang

termasuk perawat, dokter dan keluarganya.

3. Bargaining

Pada tahap ini, seseorang mengubah strategi dengan melakukan tawar-

menawar atau negoisasi dengan Tuhan. Misalnya “ Tuhan, saya berjanji

untuk menjadi orang yang lebih baik jika Engkau menyembuhkan

penyakit ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENGERTIAN VCT

4. Depression

Ketika strategi tawar-menawar tidak membantu dan pasien merasa

hidupnya tinggal sebentar lagi maka depresi terjadi. Mereka menangisi

akan apa yang terjadi pada masa lalu dan kehilangan masa depan. Menurut

Kubler Ross, depresi yang terjadi dalam waktu yang lama membuat pasien

melepaskan kesedihan itu dengan menerima apa yang terjadi.

5. Acceptance

Pasien yang sudah cukup lama menjalani hidupnya mencapai tahap

terakhir dimana mereka tidak merasa depresi lagi tetapi sudah merasa agak

tenang dan siap menerima kematian.

D. PERILAKU BERESIKO TINGGI TERTULAR HIV/AIDS

Perilaku beresiko tinggi tertular HIV/AIDS adalah melakukan sesuatu

yang membawa resiko tinggi terkena infeksi pada dirinya atau orang lain baik

melalui hubungan seks yang tidak aman di dalam dan di luar nikah dengan

pasangan yang berganti-ganti, menerima transfusi darah yang terinfeksi dan

memakai jarum suntik secara bersama-sama secara bergiliran dan bergantian

(Harahap, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENGERTIAN VCT

E. GAMBARAN PEMANFAATAN LAYANAN VCT PADA ORANG

DENGAN PERILAKU BERESIKO TINGGI TERTULAR HIV/AIDS

DITINJAU DARI HEALTH BELIEF MODEL

VCT adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam upaya

menanggulangi HIV/AIDS. VCT ini diperlukan karena orang yang positif HIV

dengan orang yang sehat itu tidak bisa dibedakan hanya dari penampilan luarnya

saja. Oleh karena itu untuk mengetahui seseorang negatif atau positif tertular HIV

hanya bisa dilakukan lewat tes HIV. Memeriksakan diri untuk tes HIV merupakan

langkah yang penting dalam kehidupan seseorang terutama mereka yang pernah

melakukan perilaku beresiko tinggi tertular HIV/AIDS.

Namun demikian pemeriksaan tersebut harus selalu disertai dengan

konseling baik sebelum dan sesudah tes HIV. Oleh karena itu sangat dianjurkan

bagi individu yang pernah melakukan perilaku beresiko tinggi tertular HIV/AIDS

agar mau melakukan VCT sehingga mereka dapat lebih yakin mengetahui apakah

terinfeksi virus HIV atau tidak karena semakin dini individu mendapatkan

pengobatan maka semakin besar kemungkinan bahwa pengobatannya akan efektif

(Pedoman Pelayanan VCT, 2006).

Pada kenyataannya untuk mengetahui apakah individu terinfeksi

HIV/AIDS atau tidak melalui VCT bukanlah sesuatu yang mudah seperti

pemeriksaan pada penyakit lain. Adapun faktor penyebabnya karena masyarakat

kurang menyadari bahwa HIV/AIDS sebetulnya mengancam kita semua sehingga

mereka tidak ada keinginan untuk memanfaatkan layanan VCT tersebut. Selain

itu, sistem pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi individu dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENGERTIAN VCT

memanfaatkan layanan VCT. Baik dari petugas kesehatan, fasilitas pelayanan,

cara pelayanan, maupun obat-obatan yang diberikan.

Stigma dan diskriminasi yang ditujukan kepada penderita HIV/AIDS

membuat mereka tidak mau melakukan pemeriksaan VCT. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Meiberg dkk (2008) di Afrika Selatan

menunjukkan bahwa ketakutan untuk menerima stigma dan ketakutan untuk

mengetahui status HIV positif merupakan penghambat utama seseorang

melakukan tes HIV. Kondisi seperti ini membawa konsekuensi negatif terhadap

tindakan pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS. Akibatnya sebagian masyarakat

terutama mereka yang pernah melakukan perilaku beresiko tinggi tertular

HIV/AIDS masih enggan untuk memeriksakan dirinya ke klinik VCT karena

merasa takut mendapatkan hasil yang positif.

Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan

penyembuhan atau pencegahan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang

dirasakan. Semua itu tergantung pada belief masing-masing individu apakah dia

mau mengakses layanan kesehatan yang ada atau tidak. Belief yang dimaksud

berkaitan dengan kognitif seperti pengetahuan tentang masalah kesehatan dan

persepsi individu mengenai simptom penyakit yang dirasakan (Sarafino, 2006).

Persepsi individu terhadap suatu penyakit dibahas dalam health belief

model yang melibatkan dua penilaian yaitu perceived threat dan perceived benefit

dan barriers. Perceived threat yaitu ancaman yang dirasakan individu terhadap

simptom penyakit yang dialami. Semakin individu merasa terancam dengan

simptom penyakit yang ia alami maka semakin cepat individu mencari

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENGERTIAN VCT

pertolongan medis. Perceived benefits yaitu penilaian individu mengenai

keuntungan yang didapat ketika mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan

dan perceived barriers yaitu penilaian individu mengenai hambatan yang

diperoleh ketika mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan. (Becker &

Rosenstock dalam Sarafino,2006).

Belief yang dimiliki oleh masing-masing individu terhadap masalah

kesehatan yang dirasakan akan menentukan bagaimana individu memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang ada. Jika dikaitkan dengan kasus HIV/AIDS,

pengetahuan individu mengenai cara-cara penularan HIV, perilaku beresiko apa

yang dapat menularkan HIV dan persepsi individu mengenai masalah HIV/AIDS

akan mempengaruhi bagaimana pemanfaatan layanan VCT yang akan dilakukan.

Jika individu merasa dengan melakukan VCT dapat mengurangi tingkat

keparahan penyakit, mengurangi kerentanan tertular HIV, memperoleh

manfaat/keuntungan yang lebih besar daripada hambatan/kerugian maka individu

tersebut akan memanfatkan layanan VCT yang ada untuk mengatasi masalah yang

dirasakan, mengurangi perilaku beresiko, merencanakan perubahaan perilaku

sehat dan demikian pula dengan sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENGERTIAN VCT

F. PARADIGMA PENELITIAN

persoalan informasi

petugas kesehatan

fasilitas kesehatan

stigma dan diskriminasi

Perilaku Beresiko Tinggi

Tertular HIV/AIDS

HIV/AIDS

Memanfaatkan Layanan

VCT

(sarana pelayanan

kesehatan yang

merupakan pintu masuk

ke seluruh layanan

HIV/AIDS yang

berkelanjutan dan

merupakan tempat untuk

bertanya, belajar dan

menerima status HIV

seseorang)

Tidak Memanfaatkan

Layanan VCT

(sarana pelayanan

kesehatan yang

merupakan pintu masuk

ke seluruh layanan

HIV/AIDS yang

berkelanjutan dan

merupakan tempat untuk

bertanya, belajar dan

menerima status HIV

seseorang)

P

ersoala

n

informa

si

P

etugas

kesehat

an

F

asilitas

kesehat

an

S

tigma

dan n

diskrim

inasisia

p

ep

HEALTH BELIEF MODEL

- Perceived threat

Perceived seriousness of the health problems

Perceived susceptibility of the health problems

Cues to action

- Perceived benefits and barriers

Universitas Sumatera Utara