15
Pengertian pola asuh orang tua Pendidikan anak dalam keluarga merupakan awal dan pusat bagi seluruh pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menjadi dewasa, dengan demikian menjadi hak dan kewajiban orang tua sebagai penanggung jawab yang utama dalam mendidik anak-anaknya. Tugas orang tua adalah melengkapi anak dengan memberikan pengawasan yang dapat membantu anak agar dapat menghadapi kehidupan dengan sukses. Pola asuh pada dasarnya diciptakan oleh adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang waktu, sehingga orang tua akan menghasilkan anak-anak sealiran, karena orang tua tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata tetapi juga dengan contoh-contoh (Shochib, 1998). Hurlock (1990) mengatakan bahwa di dalam pengasuhan anak para orang tua mempunyai tujuan untuk membentuk anak menjadi yang terbaik sesuai dengan apa yang dianggap ideal oleh para orang tua dan dalam pengasuhan anak diberikan istilah disiplin sebagai pelatihan dalam mengendalikan dan mengontrol diri. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Turmudji, 2003). Berdasarkan uraian tersebut pola asuh adalah interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan untuk membentuk anak menjadi yang

Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Embed Size (px)

DESCRIPTION

b

Citation preview

Page 1: Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pengertian pola asuh orang tuaPendidikan anak dalam keluarga merupakan awal dan pusat bagi seluruh

pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menjadi dewasa, dengan demikian menjadi hak dan kewajiban orang tua sebagai penanggung jawab yang utama dalam mendidik anak-anaknya. Tugas orang tua adalah melengkapi anak denganmemberikan pengawasan yang dapat membantu anak agar dapat menghadapi kehidupan dengan sukses.

Pola asuh pada dasarnya diciptakan oleh adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang waktu, sehingga orang tua akan menghasilkan anak-anak sealiran, karena orang tua tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata tetapi juga dengan contoh-contoh (Shochib,1998).

Hurlock (1990) mengatakan bahwa di dalam pengasuhan anak para orangtua mempunyai tujuan untuk membentuk anak menjadi yang terbaik sesuai dengan apa yang dianggap ideal oleh para orang tua dan dalam pengasuhan anakdiberikan istilah disiplin sebagai pelatihan dalam mengendalikan dan mengontroldiri. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat(Turmudji, 2003).

Berdasarkan uraian tersebut pola asuh adalah interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan untuk membentuk anak menjadi yang terbaik sesuai dengan apa yang dianggap ideal oleh para orang tua.

5. Pengertian persepsi terhadap pola asuh orang tuaMenurut Hurlock (1990) perlakuan terhadap seorang anak oleh orang tua

mempengaruhi bagaimana anak itu memandang, menilai, dan mempengaruhi sikap anak tersebut terhadap orang tua serta mempengaruhi kualitas hubungan yang berkembang di antara mereka. Selain mengalami pertumbuhan fisik, seorang anak juga mengalami perkembangan dalam hal intelektual. Kemampuan intelektual anak memungkinkan untuk menilai pengalaman dengan pandangan yang baru. Cara memandang yang baru itu tidak hanya ditunjukkan pada lingkungan sekitarnya saja, melainkan juga pada dirinya sendiri dan orang tuanya (Gunarsa, 1991).

Rakhmat (2001) mengatakan persepsi terhadap pola asuh merupakan carapandang anak terhadap pola asuh orang tua yang diterimanya, sehingga apabila seorang anak yang mempersepsi pola asuh orang tuanya secara positif menurut pengalaman yang diterima anak, maka hal ini cenderung dapat menciptakan motivasi belajar yamg tinggi.

Page 2: Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap pola asuh orang tua adalah cara pandang anak terhadap orang tua dalam memberikan penerapan pendidikan dan melakukan bimbingan pada anak-anaknyadan menanamkan norma-norma yang ada, sehingga apabila seorang anak yang mempersepsi pola asuh orang tuanya secara positif menurut pengalaman yang diterima anak, maka hal ini cenderung dapat menciptakan motivasi belajar yamg tinggi.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap pola asuh orang tuaHasil dari proses persepsi yang dilakukan oleh setiap individu berbeda

meskipun objeknya sama. Hal ini disebabkan karena faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Walgito (1997) secara sederhana menyebutkan adanya faktoryang memengaruhi persepsi individu yaitu: a. Faktor internal, adalah segala hal yang ada dalam diri seseorang bersumber pada dua hal yaitu kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik meliputi kesehatan badan, sedangkan kondisi psikis meliputi unsur pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, dan motivasi yang dimiliki. b. Faktor eksternal meliputi stimulus dan lingkungan, dimana proses persepsi ini berlangsung, berupa unsur kejelasan stimulus serta lingkungan atau situasi khusus yang melatar belakangi munculnya stimulus.

Rakhmat (2001) berpendapat bahwa persepsi bisa dipengaruhi oleh: a. Faktor personal (fungsional), bahwa menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli. b. Faktor situasional (struktural), bahwa persepsi berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu.

Menurut Satiadarma (2001), persepsi seseorang dipengaruhi olehbeberapa faktor yaitu: a. Pengalaman dimasa lampau. Ingatan-ingatan seseorang pada masa lampau berpengaruh terhadap terbentuknya persepsi pada diri seseorang. Pengalaman secara pribadi cenderung membentuk standar subjektif yang belum tentu cocok dengan kondisi objektif pada saat berbeda, sehingga dapat menimbulkan kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu. b. Harapan. Harapan sering berperan terhadap proses interpretasi sesuatu, hal ini sering disebut sebagai set. Set adalah suatu bentuk ide yang dipersiapkan terlebih dahulu sebelum munculnya stimulus. Apabila set itu terbentuk sedemikian besarnya, maka pandangan seseorang akan dapat mengalami bias dan menimbulkan kesalahan persepsi. c. Motif dan kebutuhan. Seseorang akan lebih cenderung menaruh perhatian terhadap hal-hal yang dibutuhkannya, dimana hal itu akan mengarah pada

Page 3: Pengertian Pola Asuh Orang Tua

tindakan atau perilaku yang didorong oleh motif kebutuhannya, sehingga keadaan tersebut dapat menimbulkan kesalahan dalam persepsi seseorang.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain faktor internal, faktor eksternal, adanya pengalaman seseorang dimasa lampau, harapan seseorang, serta motif dan kebutuhan seseorang, dimana hal tersebut termasuk dalam faktor personal. Selainitu faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor situasional.

7. Aspek-aspek persepsi terhadap pola asuh orang tuaMussen dkk (1994) menyatakan bahwa ada beberapa aspek persepsi

terhadap pola asuh orang tua, yaitu:

a. Kontrol, merupakan usaha mempengaruhi aktivitas anak untuk mencapai tujuan, memodifikasi ekspresi ketergantungan, agresifitas, tingkah laku, dan bermain. Orang tua yang senantiasa menjaga keselamatan anak-anak (over protection) dan mengambil tindakan-tindakan yang berlebihan agar anak-anaknyaterhindar dari bermacam-macam bahaya akan menghasilkan perkembangan anak dengan ciri-ciri sangat tergantung kepada orang tuanya dalam bertingkah laku.

b. Tuntutan kedewasaan, menekankan kepada anak untuk mencapai suatu tingkat kemampuan secara intelektual, sosial dan emosional. Dengan memberikan kesempatan belajar pada anak untuk mengalami pahit getirnya kehidupan, menghadapi dan mengatasi berbagai masalah mereka, diharapkan dari pengalaman tersebut anak bisa menjadi dewasa namun anak masih tetap memerlukan campur tangan orang tuanya untuk mengubah dan mengarahkan proses-proses perkembangan pada seluruh aspek kepribadian dalam arti orang tua perlu berusaha mempersiapkan anak dalam menghadapi masa remaja.

c. Komunikasi anak dan orang tua, menggunakan penalaran untuk memecahkan masalah, menanyakan bagaimana pendapat dan perasaan anak. Sangat bijaksana jika orang tua menyediakan cukup waktu untuk percakapan yang bersifat pribadi, pada kesempatan ini orang tua akan mendengarkan dan menemukan banyak hal di luar masalah rutin.

d. Kasih sayang, meliputi penghargaan dan pujian terhadap prestasi anak. Komunikasi keluarga dapat dilakukan melalui gerakan, sentuhan, belaian, senyuman, mimik wajah, dan ungkapan kata. Pola komunikasi keluarga yang demikian, keakraban, keintiman, saling memiliki, rasa melindungi anak oleh orang tuanya semakin besar.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut maka dapat diketahui ciri-ciri dari setiap pola asuh. Ciri-ciri tersebut dapat dijadikan aspek-aspek dari pola asuh itu sendiri, yaitu:

Page 4: Pengertian Pola Asuh Orang Tua

a. Aspek pandangan orang tua terhadap anak, yaitu bagaimana orang tua memandang dan memberikan penilaian kepada anaknya.

b. Aspek komunikasi, yaitu bentuk komunikasi yang diterapkan orang tua, cara untuk menyampaikan keinginan, harapan, keluh kesah, dan cara berdialog dalam keluarga.

c. Aspek penerapan disiplin, yaitu cara yang dipakai orang tua terhadap perilaku anak dan aturan yang dibuat melalui hukuman maupun hadiah.

d. Aspek pemenuhan kebutuhan anak, yaitu cara orang tua dalam memenuhi keinginan dan harapan anak.

Wagito (1994) menambahkan ada tiga aspek dalam persepsi, antara lain:a. Aspek kognisi, yaitu pandangan individu terhadap sesuatu berdasarkan

pengalaman yang pernah di dengar atau dilihat dalam kehidupan sehari-hari.b. Aspek konasi, yaitu pandangan individu terhadap sesuatu yang

berhubungan dengan motif atau tujuan timbulnya suatu perilaku yang terjadi disekitar yang diwujudkan dalam sikap atau perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.

c. Aspek afeksi, yang menyangkut emosi dari individu dalam mempersepsi sesuatu melalui afeksi-afeksi yang berdasarkan pada emosi, hal ini dapat muuncul karena adanya pendidikan moral dan etika yang didapat sejak kecil.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek-aspekpersepsi terhadap pola asuh orang tua adalah kontrol, tuntutan kedewasaan,komunikasi anak dengan orang tua, kasih sayang, pandangan orang tua terhadapanak, komunikasi, penerapan disiplin, dan pemenuhan kebutuhan anak, kognisi,konasi, dan aspek afeksi.

Penilaian Pertumbuhan Anak.

Prinsip dasar pertumbuhan anak mencakup BB, PB/TB dan membandingkan dengan Standar Pertumbuhan. Tujuannya adalah menentukan apakah anak tumbuh secara normal atau mempunyai masalah pertumbuhan (ada kecenderungan) yang perlu ditangani. Jika pertumbuhan mempunyai suatu masalah atau kecenderungan mengalami masalah pertumbuhan, petugas kesehatan harus membicarakan dengan ibu atau pengasuh untuk mengetahui faktor penyebab. Petugas kesehatan harus melakukan tindakan untuk mengatasi/memecahkan masalah terhadap faktor-faktor yang menyebabkan adanya gangguan pertumbuhan tersebut. Menilai pertumbuhan jika tidak didukung oleh tidak lanjut yang sesuai tidak dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan anak.Pada keadaan tertentu seperti keadaan darurat dan banyaknya kemiskinan,

Page 5: Pengertian Pola Asuh Orang Tua

penilaian pertumbuhan diarahkan untuk identifikasi anak-anak yang perlu intervensi mendesak, seeprti pemberian makanan tambahan dan makanan pemulihan untuk mencegah kematian.Pelayanan Gizi untuk balita dimasyarakat saat ini menggunakan KMS yang dibedakan untuk laki-laki dan perempuan, dengan menggunakan Indikator BB/U dan standar deviasi. Disamping itu disediakan juga buku KIA sebagai alat komunikasi dan pegangan.Untuk penilaian pertumbuhan dalam hal ini digunakan grafik pertumbuhan anak berdasarkan standar WHO 2005, yang telah diadaptasi dan disetujui oleh pemerintah Indonesia untuk digunakan diseluruh Indonesia. 

1.2. Standar Pertumbuhan Anak (WHO 2005)

Dimasa lalu, rujukan pertumbuhan dikembangkan menggunakan data dari satu negara dengan mengukur contoh anak yang dianggap sehat, tanpa memperhatikan cara hidup dan lingkungan mereka. Mengingat cara menghasilkan rujukan tersebut, maka rujukan tersebut tidak dapat dipakai diseluruh dunia.World Health Organization (WHO) telah mengembangkan standar pertumbuhan yang berasal dari sampel anak-anak dari enam negara yaitu Brazil, Ghana, India, Noerwegia, Oman dan Amerika Serikat. WHO Multicentre Growth Reference Study (MGRS) telah dirancang untuk menyediakan data yang menggambarkan bagaimana anak-anak harus tumbuh, dengan cara memasukan kriteria tertentu (misalnya: menyusui, pemeriksaan kesehatan, dan tidak merokok). Penelitian tersebut mengikuti bayi normal dari lahir sampai usia 2 tahun, dengan pengukuran yang sering pada awal minggu pertama pada setiap bulan, kelompok anak-anak lain umur 18 sampai 71 bulan diukur satu kali. Data dari kedua kelompok umur tersebut disatukan untuk menciptakan standar pertumbuhan anak umur 0 sampai 5 tahun.MGRS menghasilkan Standar Pertumbuhan Normal (preskriptif), berbeda dengan yang hanya deskriptif. Standar baru memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat dicapai apabila memenuhi syarat-syarat tertentu misalnya pemberian makan, imunisasi dan asuhan selama sakit. Standar baru ini dapat digunakan diseluruh dunia, karena penelitian menunjukan bahwa anak-anak dari negara manapun akan tumbuh sama bila gizi, kesehatan dan kebutuhan asuhannya dipenuhi.Manfaat lain dari standar pertumbuhan baru meliputi hal-hal sebagai berikut :• Standar baru menetapkan bayi yang disusui sebagai model pertumbuhan dan perkembangan bayi normal. Hasilnya kebijakan kesehatan dan dukungan publik untuk menyusui harus diperkuat.• Standar baru lebih dini dan sensitif untuk mengidentifikasi anak pendek dan

Page 6: Pengertian Pola Asuh Orang Tua

anak gemuk/sangat gemuk.• Standar baru seperti IMT (Indeks Masa Tubuh) sangat berguna untuk mengukur peningkatan kejadian Sangat Gemuk.• Grafik yang menunjukan pola laju pertumbuhan yang diharapkan dari waktu ke waktu memungkinkan petugas kesehatan mengidentifikasikan anak-anak yang beresiko menjadi kurang gizi atau gemuk secara dini, tanpa menunggu sampai anak menderita masalah gizi.

Disamping standar untuk pertumbuhan fisik, standar baru WHO 2005 menghasilkan enam tahapan perkembangan motorik kasar – milestone – (duduk tanpa bantuan, merangkak, berdiri dengan bantuan, berdiri tanpa bantuan, berjalan dengan bantuan, dan berjalan tanpa bantuan) yang diharapkan dapat dicapai oleh anak-anak sehat pada umur antara 4 dan 18 bulan.Oleh karena WHO telah mengeluarkan standar rujukan yang baru untuk menilaia pertumbuhan dan penentuan status gizi pada anak, maka berdasarkan hasil kesepakatan RTL 2006 oleh Depkes RI disusunlan Kartu Menuju Sehat (KMS) baru. Pada KMS baru telah dirancang ulang untuk anak Indonesia yang dibedakan menurut jenis kelamin, dicantumkan 12 tahapan perkembangan motorik. 

Tabel Indikator Pertumbuhan Menurut Z-Score

Garis Z-Score Indikator PertumbuhanPB/U atau TB/U BB/U BB/PB atau BB/TB IMT/UDiatas +3 Lihat Catatan 1 Lihat Catatan 2 Sangat Gemuk (Obes) Sangat Gemuk (Obes)Diatas +2 Gemuk(Overweight) Gemuk(Overweight)Diatas +1 Risiko Gemuk(Lihat Catatan 3) Risiko Gemuk(Lihat Catatan 3)0 (Median) Dibawah -1 Dibawah -2 Pendek (Stunted)(Lihat Catatan 4) BB Kurang (Underweight) Kurus (Wasted) Kurus (Wasted)Dibawah -3 Sangat Pendek (Severe Stunted)(Lihat Catatan 4) BB Sangat Kurang (Severe Underweight) Sangat Kurus (Severe Wasted) Sangat Kurus (Severe Wasted)

Page 7: Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Catatan :1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah kecuali anak yang sangat tinggi mungkin mengalami gangguan endokrin seperti adanya tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuklah anak tersebut jika diduga mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang tinggi sekali menurut umurnya, sedangkan tinggi orang tua normal).2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada katagori ini, kemungkinan mempunyai masalah pertumbuhan, tetapi akan lebih baik bila anak ini dinilai berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB atau IMT/U.3. Hasil ploting diatas +1 menunjukan kemungkinan resiko. Bila kecenderungannya menuju garis z-score +2 berarti resiko lebih pasti.4. Anak yang pendek atau sangat pendek, kemungkinan akan menjadi gemuk bila mendapatkan intervensi gizi yang salah. 

D. PENGOLAHAN DATA ANTROPOMETRI BERDASARKAN Z-SCORE (SIMPANGAN BAKU) WHO 2005.

Z-Score atau simpangan baku digunakan untuk menilai seberapa jauh penyimpangannya dari angka median (nilai tengah). Perhitungan Z-Score berbeda untuk populasi yang distribusinya normal atau tidak normal.

4.1. Pengukuran Distribusi Normal.Konsep distribusi normal sangat membantu untuk memahami apa itu z-score. Dlam satu distribusi normal, sebagian besar nilai dikelompokan di tengah, dan distribusi pengukuran berada disekitar angka median yang berbentuk lonceng, seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Pada kurva normal, satu z-score menggambarkan seberapa jauh penyimpangan baku seorang anak dari angka median.Bentuk Kurva Normal

Kurva tersebut diatas dihasilkan dari pengukuran Panjang/Tinggi Badan anak-anak yang dibuat dalam grafik, hasilnya menyerupai distribusi normal . Perhatikan bahwa sebagian besar Tinggi Badan anak berada ditengah-tengah dengan sedikit angka ekstrim pada masing-masing ujung kurva. Setiap segmen pada sumbu horizontal menggambarkan satu simpangan baku atau z-score. Pada distribusi normal, z-score -1 dan +1 mempunyai jarak yang sama dari angka median ( 0 ). Jarak dari angka median ke +1 z-score adalah setengah dari jarak ke +2 z-score.Cara perhitungan Z-Score adalah sebagai berikut :

Page 8: Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Keterangan :Xi : Nilai yang diamati atau hasil pengukuran yang sebenarnyaMi : Nilai Referensi MedianSBi : Z-Score (standar baku) dari populasi referensi/rujukan

Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan dacin yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang badan diukur dengan length-board dengan presisi 0,1 cm, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-Score masing-masing indicator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut :a. Berdasarkan indikator BB/U :1. Kategori Gizi Buruk, jika Z-score < -3,02. Kategori Gizi Kurang, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,03. Kategori Gizi Baik, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,04. Kategori Gizi Lebih, jika Z-score >2,0

b. Berdasarkan indikator TB/U:1. Kategori Sangat Pendek, jika Z-score < -3,02. Kategori Pendek, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,03. Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0

c. Berdasarkan indikator BB/TB:1. Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,02. Kategori Kurus, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,03. Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,04. Kategori Gemuk, jika Z-score >2,0

Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut:• Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh balita) x 100%

Page 9: Pengertian Pola Asuh Orang Tua

• Prevalensi gizi kurang = (Jumlah balita gizi kurang/jumlah seluruh balita) x 100%• Prevalensi gizi baik = (Jumlah balita gizi baik/jumlah seluruh balita) x 100%• Prevalensi gizilebih = (Jumlah balita gizi lebih/jumlah seluruh balita) x 100%

4.2. Cara Penilaian Status Gizi dalam Program Kesehatan Masyarakat.

Salah satu cara yang digunakan dalam penentuan status gizi masyarakat adalah dengan cara pengukuran terhadap nilai-nilai dari indeks antropometri. Dalam penentuan status gizi suatu kelompok masyarakat, lebih baik kita mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

1. Nilai-nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U atau BB/TB) dibandingkan dengan nilai RUJUKAN yang dalam hal ini digunakan Rujukan WHO-2005).2. Dengan menggunakan batas ambang (“cut-off point”) untuk masing-masing indeks, maka status gizi seseorang atau anak dapat ditentukan.Didasarkan pada asumsi resiko kesehatan:a. Antara -2 SD s/d +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk menderita masalah kesehatanb. Antara -2 s/d -3 atau antara +2 s/d +3 memiliki resiko cukup tinggi (“mode-rate”) untuk menderita masalah kesehatanc. Di bawah -3 SD atau di atas +3 SD memiliki resiko tinggi untuk menderita masalah kesehatan

3. Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi kerancuan dalam interpretasi.4. Bila dalam masyarakat ada lebih dari 2,5% balita berada <-2 SD tetapi kurang dari 0,5% berada <-3 SD à kemungkinan besar penyebabnya masa-lahnya adalah kekurangan zat gizi karena berbagai faktor (kemiskinan, ketidak tahuan, pola asuh yang berkaitan dengan penyakit)5. Bila dalam suatu masyarakat ada lebih dari 2,5 % balita <-2 SD dan lebih dari 0,5% anak < -3 SD, maka masyarakat tersebut masih memiliki masalahgizi yang perlu penanganan secara komprehensif terhadap akar masalahnya.