18
1 PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS METODE PDCA DENY AGUSTIAN DAN HARI MOEKTIWIBOWO Program Studi Teknik Industri, Universitas Suryadarma, Jakarta. Email: dagustian@yahoo.com ABSTRACT This researh explained about how to reduce the defects or failure in the end product power cable NFA2X 2x10 mm ² 0.6 / 1 kV which include : " Defect Appearance" ie, defect or damage is visible on the surface or physical appearance of the cable, such as insulation thickness , color insulation and defect marking , with this type of defect by 4 % and " defect function " ie, defects or damage cause a malfunction of the cable as well, breaking the cable conductor of 0.5 %, conductor resitance > standard of 1% and a breakdown voltage of 34 %. Defect or failure is the most dominant breakdown voltage test " caused by insulation failure at one point on the cable to withstand the test voltage of 3.5 kV given / AC for 5 minutes in accordance with the standards SPLN 42-10 1993 . Improved results of the analysis conducted on the electrical wiring NFA2X 2x10 mm ² 0.6 / 1 kV using PDCA 8 ( Eight ) steps and aids statistics, the results obtained from the two different methods were carried out, ie the percentage decrease in the level of failed test breakdown voltage of 19.7 % in getting from before improvement by 34 % with the total cost of repairs Rp 3,405,888, - and after repair using the first method was 14.3 % with a total repair cost of Rp 1,376,352, - so the reduction in repair costs incurred by the company amounted to Rp 2,029,536, - with the percentage decrease costs by 60 %. Improvements to the second method in getting a decrease of 11.8 % from the prior percentage improvement of 34% with a total repair cost of Rp 3,405,888, - and after improvement of 22.2 % with a total repair cost of Rp 1,516,320 , - and a reduction in repair costs incurred by the company amounted to Rp 1,889,568, - the percentage rate of cost reduction by 65 % . From these results it is known that the factors causing the failure of the test comes from the 5 factors, namely : humans, machines, methods, materials and the environment, with the most dominant cause of the factors derived from the method used, ie high temperature in zone 5,6 and 7 801 extrusion machines . Keywords : PDCA 8 steps, breakdown voltage, saving cost. PENDAHULUAN Salah satu aktivitas dalam menciptakan kualitas agar sesuai standar adalah dengan menerapkan sistem pengendalian kualitas yang tepat, mempunyai tujuan dan tahapan yang jelas, serta memberikan inovasi dalam melakukan pencegahan dan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi perusahaan. Kegiatan pengendalian kualitas dapat membantu perusahaan mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya dengan melakukan pengendalian terhadap tingkat kerusakan produk (product defect) sampai pada tingkat kerusakan nol (zero defect). Permasalahan yang dihadapi oleh PT. BICC BERCA Cables adalah besarnya tingkat gagal uji produk akhir pada kabel NFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kV yang meliputi Defect Appearance, yaitu cacat atau kerusakan yang terlihat di permukaan atau berhubungan dengan penampilan fisik kabel yang mencapai 14 %, dan juga Defect Function, yaitu cacat atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan fungsi yang dapat berdampak

PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

  • Upload
    hacong

  • View
    250

  • Download
    15

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

1

PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN UDARADENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS METODE PDCA

DENY AGUSTIAN DAN HARI MOEKTIWIBOWOProgram Studi Teknik Industri, Universitas Suryadarma, Jakarta.Email: [email protected]

ABSTRACT

This researh explained about how to reduce the defects or failure in the end productpower cable NFA2X 2x10 mm ² 0.6 / 1 kV which include : " Defect Appearance" ie, defect ordamage is visible on the surface or physical appearance of the cable, such as insulationthickness , color insulation and defect marking , with this type of defect by 4 % and " defectfunction " ie, defects or damage cause a malfunction of the cable as well, breaking the cableconductor of 0.5 %, conductor resitance > standard of 1% and a breakdown voltage of 34 %.Defect or failure is the most dominant breakdown voltage test " caused by insulation failure atone point on the cable to withstand the test voltage of 3.5 kV given / AC for 5 minutes inaccordance with the standards SPLN 42-10 1993 .

Improved results of the analysis conducted on the electrical wiring NFA2X 2x10 mm ²0.6 / 1 kV using PDCA 8 ( Eight ) steps and aids statistics, the results obtained from the twodifferent methods were carried out, ie the percentage decrease in the level of failed testbreakdown voltage of 19.7 % in getting from before improvement by 34 % with the total costof repairs Rp 3,405,888, - and after repair using the first method was 14.3 % with a totalrepair cost of Rp 1,376,352, - so the reduction in repair costs incurred by the companyamounted to Rp 2,029,536, - with the percentage decrease costs by 60 %. Improvements tothe second method in getting a decrease of 11.8 % from the prior percentage improvementof 34% with a total repair cost of Rp 3,405,888, - and after improvement of 22.2 % with atotal repair cost of Rp 1,516,320 , - and a reduction in repair costs incurred by the companyamounted to Rp 1,889,568, - the percentage rate of cost reduction by 65 % . From theseresults it is known that the factors causing the failure of the test comes from the 5 factors,namely : humans, machines, methods, materials and the environment, with the mostdominant cause of the factors derived from the method used, ie high temperature in zone 5,6and 7 801 extrusion machines .

Keywords : PDCA 8 steps, breakdown voltage, saving cost.

PENDAHULUAN

Salah satu aktivitas dalammenciptakan kualitas agar sesuai standaradalah dengan menerapkan sistempengendalian kualitas yang tepat,mempunyai tujuan dan tahapan yangjelas, serta memberikan inovasi dalammelakukan pencegahan dan penyelesaianmasalah-masalah yang dihadapiperusahaan. Kegiatan pengendaliankualitas dapat membantu perusahaanmempertahankan dan meningkatkankualitas produknya dengan melakukan

pengendalian terhadap tingkat kerusakanproduk (product defect) sampai padatingkat kerusakan nol (zero defect).

Permasalahan yang dihadapi olehPT. BICC BERCA Cables adalahbesarnya tingkat gagal uji produk akhirpada kabel NFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kVyang meliputi Defect Appearance, yaitucacat atau kerusakan yang terlihat dipermukaan atau berhubungan denganpenampilan fisik kabel yang mencapai 14%, dan juga Defect Function, yaitu cacatatau kerusakan yang menyebabkankegagalan fungsi yang dapat berdampak

Page 2: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

2

kepada keselamatan pengguna sepertihalnya : putusnya konduktor kabel yangmencapai 4 % dan juga kegagalan ujitegangan tembus ( Breakdown Voltage )sebesar AC 3,5 kV/5 menit ( SPLN 42-10;1993), dengan prosentase tingkatkegagalan mencapai 34 %. Daripemasalahan tersebut diperlukan sebuahtindakan yang dapat mengidentifikasifaktor-faktor yang berpengaruh terhadapproses isolasi kabel NFA2X 2x10 mm²0.6/1 kV pada sistem produksi, sekaligusmemperbaiki proses produksi yang adapada saat ini dengan sebuah metode yangtepat dalam mendukung pengendaliankualitas yang dilakukan, sehinggadiharapkan tingkat kegagalan dapatberkurang atau bahkan tidak ada.

METODE

Kabel listrik adalah alat atau mediayang digunakan untuk mentransmisikansinyal atau energi listrik dari satu tempatke tempat lainnya.Kabel listrik merupakankawat penghantar listrik berinti tunggal,dua atau lebih kawat berisolasi.Kabellistrik biasanya terdiri dari isolator dankonduktor. Isolator di sini adalah bahanpembungkus kabel yang terbuat daribahan thermoplastik atau thermosetting,sedangkan konduktornya terbuat daribahan tembaga ( Copper ) ataupunaluminium ( Aluminum ).

Gambar 1. Kabel NFA2X-T 2x10 mm² 0,6 / 1 kV

Kabel listrik jenis NFA2X 2x10 mm²0.6/ 1 kV adalah kabel listrik pilin udaraberisolasi XLPE (Cross LinkedPolyethylene), dengan netral bukansebagai penggantung, berinti dua (inti fasadan netral) dengan tegangan pengenal0,6/1 kV, berpenghantar aluminium murniyang dipilin bulat dengan luas penampang10 mm².

Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yangdigunakan dalam penyusunan penelitianini dilakukan dengan tahapan tahapansebagai berikut.

Page 3: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

3

Gambar 2. Diagram Alir Metodologi Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktorpenyebab dominan terjadinya gagal ujitegangan tembus (Breakdown Voltage)sebesar 3,5 kV/AC selama 5 menit padakabel listrik pilin udara NFA2X 2x10 mm²0,6/1 kV dan juga untuk menurunkan

tingkat gagal uji tegangan tembus(Breakdown Voltage) yang mencapai 34%. Dengan pendekatan metode PDCA 8(Delapan) langkah menggunakan alatbantu seven tools, Diagram alir penelitianditunjukan pada gambar berikut.

Page 4: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

4

Gambar 3. PDCA Delapan Langkah

Pengolahan data dengan MetodePDCA 8 (Delapan) Langkahmenggunakan alat bantu 7 tools yang ada,yaitu : stratifikasi, check sheet, histogram,grafik, control chart, diagram sebab akibatatau diagram tulang ikan (cause effectdiagram / fishbone diagram) dan diagrampareto. Digunakannya tools tersebutkarena disesuaikan dengan kebutuhanuntuk pengolahan data pada penelitian ini,dan juga peran utama dari tools tersebutadalah mengumpulkan data dengankarakteristik yang berbeda pada setiaptools agar mendapatkan informasi yangdibutuhkan dan nantinya digunakan untuk

memahami persoalan yang terjadi,menganalisis persoalan, mengendalikanproses, mengambil keputusan danmembuat rencana. Keterkaitan metodaPDCA 8 langkah dan 7 tools terdapatpada tabel pengolahan data dan analisaberikut :

Page 5: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

5

Tabel 1 Objectivitas 8 Langkah Perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada setiap proses produksi, tidaksemua proses dapat berjalan baik sesuaidengan standar yang diharapkan. Padakenyataannya seringkali masih ditemukanketidaksesuaian antara produk yangdihasilkan dengan yang diharapkan,dimana kualitas produk yang dihasilkantidak sesuai dengan standar. Hal tersebutdisebabkan adanya penyimpangan-penyimpangan dari berbagai faktor, baikyang berasal dari bahan baku, tenagakerja maupun kinerja dari fasilitas-fasilitasmesin yang digunakan dalam prosesproduksi.

Hasil observasi lapangan yangdilakukan akan mengangkatpermasalahan pada proses produksi kabelNFA2X 2x10 mm² 0,6/1 kV yangmenyebabkan defect pada kabel. Defectdiartikan dengan cacat atau kerusakan.Menurut Poppy Handayani (2012), Defectterbagi menjadi dua, yaitu DefectAppearance dan Defect Function. Defect

Appearance adalah cacat atau kerusakanyang terlihat dipermukaan atauberhubungan dengan penampilan fisikkabel. Sedangkan Defect Functionmerupakan cacat yang menyebabkankegagalan fungsi yang nantinya akanberdampak kepada keselamatanpengguna (PLN) dan pemakai(Masyarakat umum).

Penerapan Metode PDCA 8(Delapan) Langkah dalamMengurangi Gagal Uji (Defect) PadaKabel Listrik Pilin Udara NFA2X2x10 mm² 0.6/ 1 kV

Langkah Pertama : Menentukan Temadan Analisis SituasiMenentukan Tema dan Analisis Situasiadalah mengumpulkan data sehinggadidapatkan histogram untuk masing-masing defect atau kegagalan yangdisajikan agar dapat terlihat jelas.

Page 6: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

6

Gambar 4. Histogram Defect Kabel NFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kV

Dari Histogram tersebut dapatdisimpulkan bahwa defect dapatdibedakan menjadi dua macam, yaitu :a. Defect Appearance, yaitu cacat atau

kerusakan yang terlihat dipermukaanatau berhubungan denganpenampilan fisik kabel (visual), sepertihalnya kerusakan dikarenakanketebalan rata-rata isolasi yang tidaksesuai standar, cacat karena warnaisolasi dan cacat karena printing.Kerusakan ini sebanyak 18 haspel /drum dengan total panjang kabelmencapai 72,000 meter.

b. Defect Function, yaitu cacat ataukerusakan yang menyebabkankegagalan fungsi yang dapatberdampak kepada keselamatanpengguna, seperti :

a) Kerusakan dikarenakan putusnyakonduktor kabel sebanyak 2 haspel/ drum dengan total panjang kabelmencapai 8,000 meter.

b) Kegagalan hasil uji tahananpenghantar melebihi batasmaksimum yang dipersyaratkan(Conductor Resistance > Spec),sebanyak 6 haspel / drum dengantotal panjang kabel mencapai24,000 meter.

c) Kegagalan uji tegangan tembus(Breakdown Voltage) sebesar AC3,5 kV/5 menit ( SPLN 42-10 ),sebanyak 146 haspel / drumdengan total panjang kabelmencapai 584,000 meter.

Selanjutnya untuk menentukan temayang akan dijadikan penelitian, maka halyang dilakukan adalah membuatstratifikasi dan diagram pareto, sehinggadari stratifikasi dan diagram paretotersebut dapat diketahui defect palingdominan yang terjadi pada kabel listrikpilin udara NFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kV.

Page 7: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

7

Tabel 2. Stratifikasi Hasil Uji Kabel NFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kV Sebelum Perbaikan

Sumber : Data Primer Hasil Pengujian QC Department Periode April - Juni 2013.

Gambar 5. Pareto Defect Kabel NFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kV

Dari Tabel Stratifikasi dan DiagramPareto tersebut ditemukan bahwa defectterbesar yaitu kegagalan uji tegangantembus ( breakdown voltage ) sebesar 34% atau sama dengan 146 drum kabeldengan panjang 584,000 meter dari total434 drum kabel dengan total panjangsebesar 1,736,000 meter dengan panjanguntuk setiap drumnya adalah 2,000 meter.Salah satu tujuan penetapan tema iniadalah untuk mengidentifikasi defect ataukegagalan yang paling banyak muncul.

Langkah Kedua : Menetapkan Target

Kegagalan uji tegangan tembus(breakdown voltage) merupakan defect(kegagalan / kerusakan) yang lolos

sampai dengan proses akhir, dan baruterdeteksi ketika adanya pengujian yangdilakukan oleh inspector atau penguji dariQuality Department. defect ini umumnyadisebabkan karena adanya pin hole(bintik/lubang) di isolasi kabel yangdiakibatkan dari proses mesin atau darimaterial yang digunakan.Untuk mengatasi permasalahan yang ada,maka diperlukan target sebagai sumberacuan dalam penetapan hasilnya.Berdasarkan data aktual kegagalandikarenakan tidak lulus uji tegangantembus (Breakdown Voltage) AC 3,5 kV/5menit yang mencapai 34 % target yangakan dicapai adalah 0 % seperti terlihatpada gambar berikut.

Page 8: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

8

Gambar 6. Grafik Target yang Akan Dicapai

Langkah Ketiga : Analisis Faktor danMenentukan Sumber Penyebab

Pada tahapan analisis faktor danmenentukan sumber penyebab dengandiagram sebab akibat, dilakukanbrainstorming untuk mendapatkaninformasi dalam mencari faktor-faktorpenyebab terjadinya kabel gagal ujitegangan tembus (breakdown voltage)pada kabel NFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kV,yaitu :

1) Mana. Cleaning screw X-head tidak

konsisten dilakukan, jadwal tidakteratur, yang dalam hal ini adalahmenjadi tanggung jawab dariProduction Department.

b. Tidak dilakukan sistem pendinginanscrew oleh operator produksisebelum mesin beroperasi dan saatmesin beroperasi.

c. Drying bin tidak difungsikan padasaat proses berlangsung, sehinggabanyak material dengan kondisilembab yang ikut mengalami prosessehingga menimbulkan bintik lubang/ pin hole pada kabel.

d. Keterampilan dan kepedulianoperator yang minim, tidakmenjalankan tahapan prosesdengan baik dan benar.

2) MaterialPenyebab dari faktor Material

(Material) adalah material yang dipakailembab, baik material XLPE Naturalmaupun pewarna hitam atau PE MB Black

3) Machine

a. Mesin ekstrusi yang dipakai tidakmempunyai mesh screen yangberfungsi sebagai penyaring (filter)dari kotoran atau gumpalan material-material yang diproses.

b. Monitor (display) mesin 801 yangsudah rusak, banyak parameterparameter tidak dapat terbaca danterlihat dikarenakan kondisi monitortersebut yang rusak.

4) Methoda. Tidak adanya alat spark tester

(rusak) yang dapat berfungsisebagai indikator kebocoran isolasipada saat proses dimesin ektrusi801.

b. Tingginya temperature zonepressured di zone 5, 6 dan 7 yangdapat mengakibatkan material XLPEmengalami pre X-link sebelummaterial keluar x-head sehinggadapat menimbulkan kerak ataugumpalan pada isolasi setelahproses ektrusi.

c. Dosage pewarna hitam (PE BlackMaster Batch) yang terlalu besar(1,6%) sehingga dimungkinkan bisamengakibatkan cepat timbulnyakerak dipermukaan kabel.

d. Terlalu besarnya pengapian burner,sehingga dapat memungkinkancepat timbul kerak dipermukaankabel setelah keluar dari prosesekstrusi.

5) EnvironmentPenyebab dari faktor lingkungan(Environment) adalah tercampurnyamaterial dengan debu atau kotoran padasaat material digunakan proses ektrusi.

Page 9: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

9

Dari kelima faktor penyebabpermasalahan yang didapatkan tersebut,selanjutnya dituangkan didalam suatubentuk kuesioner, dimana hal tersebutdilakukan untuk mengetahui penyebabpaling dominan dari faktor-faktorpenyebab terjadinya defect (kegagalan /kerusakan) pada kabel listrik pilin udaraNFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kV.

Berdasarkan data hasil kuesioneryang didapatkan, selanjutnya dibuatdiagram pareto yang bertujuan untukmelihat faktor penyebab terbesarterjadinya defect atau kegagalan padakabel listrik pilin udara NFA2X 2x10 mm²0.6/1 kV seperti yang ditunjukan padagambar berikut.

Gambar 7. Pareto Penyebab Defect Paling Dominan Hasil Kuesioner

Dari Diagram Pareto tersebutdiketahui bahwa, faktor-faktor dominanyang sangat mempengaruhi defect(kegagalan / kerusakan) pada kabel listrikpilin udara NFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kVadalah pada faktor manusia dan faktormetode yang masing-masing mempunyai4 penyebab kegagalan dapat terjadi.Selain menggunakan Diagram Pareto,digunakan juga diagram sebab akibat

seperti ditunjukan pada gambar 7 yangbertujuan untuk menunjukan faktor-faktorpenyebab (sebab) dan karakteristikkualitas (akibat) yang disebabkan olehfaktor-faktor penyebab sehingga dapatterjadi defect (kegagalan / kerusakan)pada kabel listrik pilin udara NFA2X 2x10mm² 0.6/1 kV.

Page 10: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

10

Gambar 8. Diagram Sebab Akibat (Cause Effect Diagram)

Langkah Keempat : Mencari IdePerbaikan (Root Cause Analysis)dengan 5W2H

Setelah diketahui analisis faktor danmenentukan sumber penyebab denganalat bantu pengendalian kualitasmenggunakan diagram pareto dan jugadiagram sebab akibat, maka selanjutnya

diusulkan ide perbaikan dalammenanggulangi permasalahan yang terjadipada kabel listrik pilin udara NFA2X 2x10mm² 0.6/1 kV, seperti yang dituangkandalam tabel Root Cause Analysis dengan5W2H (What, Why, Who, Where, Whendan How)

Tabel 3. Root Cause Analysis dengan 5W2H

Page 11: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

11

Langkah Kelima : Implementasi IdePerbaikan dengan DepenelitianPerbaikan

Mana. Diterbitkannya “ Publish Document

“oleh Process Engineer Department(PE) yang ditanda tangani olehmasing-masing kepala DepartemenProduksi, QC, Design, QA, ManagerPlant dan GM Operation denganhasil diputuskannya jadwal cleaningscrew X-head maksimum 4 hari.Diputuskannya cleaning screw X-head maksimum 4 hari, karenakemungkinan banyaknya materialyang menempel atau meninggalkansisa pada screw setelah diprosessecara terus menerus, sehingga jikadibiarkan melebihi dari 4 hari akanmenimbulkan kerak pada hasilekstrusi

b. Melakukan pengecekan sistempendinginan screw yang terdapat dimesin, seperti halnya : cektemperature control, cek pressurecontrol, dllHal ini dimaksudkan, agar sebelumproses berjalan dan mesin dalamkondisi “ON“ sistem pendinginanpada screw sudah berjalan denganbaik.

c. Memfungsikan drying bin ( prosespengeringan / pemberian uap panassebelum material masuk kecerobong / hopper mesin ) untukmaterial yang akan diproses padatemperatur 60°C selama 3 jam. Halini dilakukan agar material menjadikering atau tidak lembab pada saatmaterial mulai diproses sehinggatidak menimbulkan bintik lubang (pinhole ).

d. Sosialisasi dan Pelatihan Operator.Hal ini dilakukan agar operator dapatlebih memahami proses yang baikdan benar, sekaligus transfer ilmukepada operator-operator barukhususnya. Misalnya : InternalTraining oleh operator senior yangberpengalaman pada mesin ekstrusi801, Briefing oleh kepalaDepartemen atau kepala regusebelum memulai pekerjaan dengan

memberikan arahan atau tahapan-tahapan proses yang baik danbenar.

MaterialDisimpan ditempat dengan resikokerusakan atau kelembaban lebihkecil, seperti : Gudang bahan bakuyang steril dan terjaga temperaturruangnya, hal ini dilakukan agarmaterial XLPE maupun PE MB Blackyang akan dipakai untuk prosesisolasi tidak rusak, gumpal ataulembab yang diakibatkan kemasanmaterial tersebut rusak danterkontaminasi air.

Machinea. Untuk mengatasi kotoran atau

gumpalan material yang terbawaproses dikarenakan mesin tidakmempunyai mesh screen yangberfungsi sebagai penyaring (filter)dari kotoran atau gumpalan material,maka hal yang harus dilakukanadalah menggunakan mesin ekstrusilain yang mempunyai mesh screenuntuk proses kabel jenis ini.

b. Mengganti monitor (display) mesin801 yang rusak dengan monitor baruuntuk menghindari pembacaan yangsalah pada saat setting awal prosesmesin.

Method.a. Memperbaiki alat spark tester dan

memasangnya di mesin ekstrusi 801sehingga kebocoran proses isolasipada saat proses dilakukan dapatterdeteksi sejak awal.Fungsi spark tester : Mendeteksilogam ( jika terjadi kebocoran padaisolasi, penghantar logam aluminumdapat langsung terdeteksi) yangditandai dengan bunyi atau alarm.

c. Menurunkan temperatur zonepressured sebesar 5°C pada zone 5,6 dan zone 7, karena pada zone initemperatur yang digunakandimungkinkan masih terlalu tinggi,diturunkannya temperatur pada zoneini agar tidak terjadi panas yangberlebih (over heating) terhadapmaterial yang diproses, sehingga

Page 12: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

12

dapat menyebabkan terjadi pre X-link terhadap material XLPE yangdapat menyebabkan kerak /gumpalan pada permukaan isolasikabel hasil proses ekstrusi.

d. Menurunkan dosage pewarna hitam( PE Black Master Batch ) dari 1,6 %menjadi 0,8 %. Dari hasil trial yangtelah dilakukan, maka didapatkankomposisi dosage ideal sebagaiberikut :- Dosage pewarna hitam > 0.8 %

maka lebih cepat menimbulkankerak.

- Dosage pewarna hitam < 0.8 %maka warna kabel tidak hitamsempurna atau transparan.

e. Mengatur pengapian burner didepan x-head ektrusi menjadi lebihkecil, sehingga tidak cepat timbulkerak atau gumpalan dipermukaankabel setelah keluar dari prosesekstrusi.EnvironmentUntuk mengatasi masalah dari faktorlingkungan ( Environment ), makadiusulkan ide perbaikan denganmemastikan kemasan material XLPEtidak ada yang rusak ataupun sobeksebelum dipakai, agar tidak tidaktercampur debu / kotoran yangdapat mengakibatkan kerak atau

material kasar setelah materialkeluar dari proses ekstrusi.

Langkah Keenam : Evaluasi HasilJika dilihat pada hasil kuesioner dan jugagambar diagram pareto 4.17, penyebabpaling dominan yang mengakibatkandefect pada kabel listrik pilin udara NFA2X2x10 mm² 0.6/1 kV adalah dari faktormetode. Dimana terlalu tingginyatemperatur yang diberikan pada zone 5, 6dan zone 7. Dari hasil perbaikan yangdilakukan, selanjutnya didapatkan hasilnyata sebagai berikut :

a. Perbaikan dengan MetodePertama ( 1 )

Dari hasil Brainstorming pertamaselanjutnya dilakukan perbaikan denganmetode : Menurunkan temperature zonepressured sebesar 5°C di zone 5, 6 dan 7dan juga melaksanakan cleaning screw X-head pada mesin 801 sebelum mesindigunakan kembali untuk proses isolasikabel yang sama, yaitu proses isolasiuntuk kabel listrik pilin udara NFA2X 2x10mm² 0.6/1 kV. Dari Check Sheet data hasilpengujian di dapatkan hasil startifikasisebagai berikut.

Tabel 4. Stratifikasi Hasil Uji Setelah Perbaikan dengan Metode Satu ( 1 )

Sumber : Data Primer Hasil Pengujian QC Department yang diolah, 2013

Hasil Stratifikasi pada tabel tersebut dapatdisimpulkan, bahwa tingkat gagal ujitegangan tembus (breakdown voltage)mengalami penurunan sebesar 19.7 %

yang didapat dari sebelum perbaikansebesar 34 % dan setelah perbaikan yangdilakukan dengan menggunakan metodepertama adalah sebesar 14.3 %. Gambar

Page 13: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

2

grafik prosentase penurunan breakdowntersebut seperti ditunjukan pada gambar

berikut.

Gambar 9. Grafik Penurunan Breakdown dengan Perbaikan Metode Pertama

b. Perbaikan dengan Metode Kedua(2)

Dari hasil Brainstorming kedua,selanjutnya dilakukan perbaikan denganmetode : Menurunkan dosage MB Blackdari 1,6 % menjadi 0,8 %, MengeringkanMB dari kelembaban dengan caradipanaskan dengan temperatur 60°Cselama 3 jam, Memperbarui kondisi

monitor di mesin 801 yang sudah tidakterbaca, Melakukan pengecekan sistempendinginan screw dan memastikan sparktester terpasang (difungsikan selamaproses isolasi di mesin 801). Dari CheckSheet data hasil pengujian setelahperbaikan kedua selanjutnya di dapatkanstartifikasi seperti ditunjukan pada tabel 2.

Tabel 5. Stratifikasi Hasil Uji Setelah Perbaikan dengan Metode 2

Sumber : Data Primer Hasil Pengujian QC Department yang diolah, 2013

Hasil Stratifikasi pada tabel tersebut dapatdisimpulkan bahwa, tingkat gagal ujitegangan tembus (breakdown voltage)mengalami penurunan sebesar 11.8 %yang didapat dari sebelum perbaikansebesar 34 % dan setelah perbaikan yang

dilakukan dengan menggunakan metodekedua adalah sebesar 22.2 %. Gambargrafik prosentase penurunan breakdowntersebut seperti ditunjukan pada gambarberikut.

Gambar 10. Grafik Penurunan Breakdown dengan Perbaikan Metode Kedua

Page 14: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

14

Dari hasil perbaikan yangdilakukan dengan kedua metode tersebut(kesatu dan kedua), dapat disimpulkanbahwa metode yang dilakukan pada tahappertama lebih efektif dibandingkanperbaikan dengan menggunakan metodekedua. Hal ini sekaligus mengindikasikanbahwa faktor dominan penyebab defect(kegagalan / kerusakan) pada kabel listrikpilin udara NFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kVadalah benar diakibatkan karena tingginyatemperature zone pressured pada zone 5,6 dan 7 dan juga sistem cleaning screwyang selama ini tidak berjalan denganbaik.

Evaluasi Hasil Ditinjau dari BiayaRepair

Dengan menurunnya tingkat gagal ujitegangan tembus (breakdown voltage)dari 34 % menjadi 14.3 % (perbaikanmetode pertama) dan 34 % menjadi 22.2% (perbaikan metode kedua) maka secaratidak langsung akan mempengaruhiberkurangnya beban biaya yangdikeluarkan oleh perusahaan untukperbaikan (repair). Biaya yang dikeluarkanuntuk mengatasi sebuah defect karenagagal uji tegangan tembus (breakdownvoltage) bukan hanya biaya material saja,tetapi meliputi biaya tenaga kerja dan jugabiaya pemakaian listrik. Total biaya yangdikeluarkan untuk melakukan perbaikanterhadap 1 titik lubang (pin hole) padasetiap 1 drum defect breakdown voltageseperti ditunjukan pada tabel berikut.

Tabel 6. Biaya Perbaikan ( Repair )

Total biaya yang dikeluarkan untuksetiap 1 titik berlubang (pin hole) padasetiap 1 drum yang diperbaiki adalahsebesar Rp 23,328,- sehingga total biayayang dikeluarkan untuk perbaikansebanyak 146 drum kabel gagal ujitegangan tembus (breakdown voltage)sebelum perbaikan adalah sebesar Rp3,405,888,- dan total biaya yangdikeluarkan untuk perbaikan sebanyak 59drum kabel gagal uji tegangan tembus(breakdown voltage) setelah perbaikandengan metode pertama adalah sebesar

Rp 1,376,352,- dan 65 drum kabel gagaluji tegangan tembus (breakdown voltage)setelah perbaikan dengan metode keduasebesar Rp 1,516,320,- Sehingga, didapattotal biaya yang dapat dihematperusahaan sesudah dilakukan perbaikandengan metode pertama sebesar Rp2,029,536,- dan perbaikan dengan metodekedua total biaya yang dapat dihematsebesar Rp 1,889,568,- seperti ditunjukanpada grafik penurunan biaya perbaikanberikut ini.

Gambar 11. Grafik Penurunan Biaya Perbaikan dengan Metode Pertama

Page 15: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

15

Gambar 12. Grafik Penurunan Biaya Perbaikan dengan Metode Kedua

Dari hasil penurunan biaya tersebut,maka didapat prosentase penurunan biayasebagai berikut :

Langkah Ketujuh : Standarisasi danRencana PencegahanPada proses perbaikan (Improvement)maka diperlukan standarisasi yangberfungsi sebagai penopang roda PDCAagar tidak kembali ke proses sebelumdilakukan perbaikan. Standarisasi yang

digunakan adalah Standard OperatingProcedure (SOP) dan Working Instruction(WI). SOP merupakan standar-standaryang sudah dibuatkan sebagai petunjukbagi karyawan (Production, Maintenance,PE, QC, dll) dalam melaksanakan sebuahproses yang berkaitan dengan pekerjaan,sedangkan WI (Work Intruction) lebihmengarah kepada perintah – perintah ataukebijakan atasan dalam menunjangproses perbaikan (Improvement) agarberjalan sesuai dengan rencana (PoppyHandayani, 2012). Standarisasi prosesperbaikan yang sudah dilakukan padaproses mengurangi kegagalan ujitegangan tembus dapat dilihat pada tabel7.

Tabel 7. Standarisasi Improvement Proses Isolasi Kabel

Sumber : PT. BICC BERCA Cables, 2013

Langkah Kedelapan : PenetapanRencana BerikutSetelah menentukan solusi yang bisadiimplementasikan maka dipikirkan carauntuk menetapkan rencana berikutnya.

Pada penetapan rencana berikutnya dariproses perbaikan yang dilakukan,selanjutnya dilakukan evaluasi ulang untukmemastikan bahwa implementasi solusitelah berjalan sesuai dengan baik. Target

Page 16: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

16

yang ditetapkan belum sepenuhnyatercapai, aktual dari proses perbaikan barumengurangi kegagalan (defect) dari 34 %menjadi 14.3 % (Perbaikan Pertama) dandari 34 % menjadi 22.2 % (PerbaikanKedua). Agar target bisa mencapai 0 %,

maka perlu dilakukan evaluasi kembaliyang bisa meningkatkan kualitas padaproses produksi kabel listrik pilin udaraNFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kV berikutnya.

Gambar 13. Grafik Target Perbaikan Selanjutnya dari Metode Pertama

Gambar 14. Grafik Target Perbaikan Selanjutnya dari Metode Kedua

KESIMPULAN

a. Faktor-faktor penyebab terjadinya gagaluji tegangan tembus (breakdownvoltage) pada kabel listrik pilin udaraNFA2X 2x10 mm² 0.6/1 kV berasal darifaktor :- Manusia (Man), yaitu cleaning screw

X-head tidak konsisten, tidakdilakukan pengecekan sistempendinginan screw, drying bin tidakdifungsikan dan keterampilan sertakepedulian operator yang minim.

- Bahan baku (Material), yaitu materiallembab.

- Mesin (Machine), yaitu mesin yangdipakai tidak mempunyai meshscreen dan kondisi monitor yangsudah tidak terbaca/rusak.

- Metode kerja (Method), yaitu tidakadanya spark tester, temperaturezone pressured tinggi, dosage MBBlack terlalu besar.

- Lingkungan kerja (Environment),yaitu debu / kotoran tercampurmaterial pada saat proses.

Berdasarkan Diagram Pareto dan hasilperbaikan yang didapatkan, makadiketahui bahwa penyebab terbesarkegagalan berasal dari faktor metodeyang digunakan, yaitu tingginyatemperature pada zone tertentu.

b. Hasil evaluasi perbaikan yangdilakukan, didapatkan penurunantingkat gagal uji tegangan tembusdengan menggunakan metode pertamasebesar 19.7 % (sebelum perbaikan 34% dengan biaya perbaikan Rp3,405,888,- dan setelah perbaikan 14.3

Page 17: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

17

% dengan total biaya perbaikan Rp1,376,352,) sehingga penurunan biayaperbaikan yang dikeluarkan olehperusahaan adalah sebesar Rp2,029,536,- dengan prosentasepenurunan biaya sebesar 60 %.Sementara penurunan tingkat gagal ujidengan menggunakan metode keduadidapatkan penurunan sebesar 11.8 %(sebelum perbaikan 34 % dengan biayaperbaikan Rp 3,405,888,- dan setelahperbaikan 22.2 % dengan total biayaperbaikan Rp 1,516,320,-) sehinggapenurunan biaya perbaikannya adalahsebesar Rp 1,889,568,- denganprosentase penurunan biaya sebesar55 %.

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, Juita. 2005. “EvaluasiPengendalian Kualitas Total ProdukPakaian Wanita Pada PerusahaanKonveksi.” Jurnal Ventura, Vol. 8, No.1, April 2005.

Al Fakhri, Faiz. 2010 “ AnalisisPengendalian Kualitas Produksi diPT. Masscom Graphy dalamMengendalikan Tingkat KerusakanProduk Menggunakan Alat BantuStatistik “ Diakses tanggal 21 Februari2013. dari www.google.com Fak.Ekonomi – Universitas Diponegoro.

Gasperz, Vincent. 2005. Total QualityManagement. Jakarta : PT. GramediaPustaka Utama.

Handayani, Poppy. 2012. “MENURUNKAN BIAYA REPAIRDENGAN MENGURANGI DEFECTUNIT PROSES PAINTINGMENGGUNAKAN METODA PDCA 8LANGKAH PADA PT. ASTRADAIHATSU MOTOR “ Diakses tanggal8 Mei 2013.

Hatani, La. 2008. “ManajemenPengendalian Mutu Produksi RotiMelalui Pendekatan StatisticalQuality Control (SQC).” Diakses 21Februari 2013, dariwww.google.com/Jurusan ManajemenFE Unhalu.

Kuswadi – Erna Mutiara ( 2004 ), Delta –Delapan Langkah & Tujuh Alat

Statistik Untuk Peningkatan MutuBerbasis Komputer, Gramedia.

Nur Ilham, Muhammad. 2012 “ AnalisisPengendalian Kualitas ProdukDengan Menggunakan StatisticalProcessing Control ( SPC ) Pada PT.BOSOWA MEDIA GRAFIKA ( TRIBUNTIMUR ) ” Diakses tanggal 21 Februari2013. dari www.google.com Fak.Ekonomi dan Bisnis – UniversitasHasannudin, Makasar.

Nasution, M. N.. 2005. Manajemen MutuTerpadu. Bogor : Ghalia Indonesia.

Poerwanto, Hendra, Pengertian DanTujuan Statistical Process Control(SPC) / Pengendalian KualitasStatistik (PKS) Oleh Sumber : Yamit,Zulian. 2001. Manajemen KualitasYogyakarta : Ekonosia & Ariani,Dorothea Wahyu. 2004. PengendalianKualitas Statistik. Yogyakarta: AndiOffset. Diakses tanggal 26 april 2013.

Suardi, Rudi. 2003. Sistem ManajemenMutu ISO 9000: 2000 Penerapannyauntuk mencapai TQM. CetakanKedua. Jakarta : Penerbit PPM.

Sugiono, Syahu. 2003. KamusManajemen (mutu), Jakarta :PT.Gramedia Pustaka Utama.

Supranto, 2007. Statistik untukPemimpin Berwawasan Global edisi2, Salemba Empat.

SPLN No.1 : 1995, DepartemenPertambangan Dan Energi(Perusahaan Umum Listrik Negara).

SPLN No.42-10 : 1993, DepartemenPertambangan Dan Energi(Perusahaan Umum Listrik Negara).

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana.2003. Total Quality Management.Edisi 5. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Yuri, M.Z.T, dan Nurcahyo, Rahmat, 2013.TQM : Manajemen Kualitas Totaldalam Perspektif Teknik Industri,Jakarta, Indeks.

Zulian Yamit, 2003. Manajemen Produksidan Operasi Edisi.2, Yogyakarta.Ekonisia.

Sumber Referensi dari Internet :

Wibisono, Agus. 2011. www.google.com :http://aguswibisono.com/2011/7-tujuh-

Page 18: PENGENDALIAN KUALITAS KABEL LISTRIK PIILN …ti.universitassuryadarma.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/JURNAL... · sebagai penggantung, berinti dua (inti fasa dan netral) dengan

18

tools-yang-digunakan-untuk-pengendalian-kualitas-quality-control/Diakses tanggal 4 Maret 2013.

http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=972:pengendalian-kualitas&catid=25:industri&Itemid=14Ensiklopedia/ Pengendalian Kualitas /Tuesday, 28 February 2012 /sumberDiakses tanggal 4 Maret 2013

http://eskampiun.wordpress.com/2012/06/18/siklus-pdca/SUMBER : PDCA CycleModel mencari Akar Masalah-Ikhtisar.com_Manajemen,Kepemimpinan, PengembanganDiri.htm. Diakses tanggal 20 Maret2013

http://qccindonesia.files.wordpress.com/2009/10/pdca.jpg?w=460 Diakses tanggal20 Maret 2013

www.google.com : PDCA /Dari Wikipediabahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.Diakses 4 April 2013