Upload
eddo-oto-dinata
View
344
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian menuntut setiap
mahasiswa mampu beradaptasi serta melakukan riset. Hal ini sangat menunjang
kemampuan mahasiswa untuk bersaing di dunia kerja. Praktikum adalah salah
satu upaya dalam melatih keterampilan mahasiswa. Praktikum dilakukan tidak
hanya di dalam ruangan, tetapi juga dilakukan di lapangan. Perlakuan tersebut
bertujuan untuk mengetahui secara langsung keadaan objek yang akan diteliti.
Penggunaan alat dalam praktikum merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan.
Begitu juga pada praktikum ekologi umum ini yang akan menggunakan beberapa
alat yang mempunyai fungsi dan cara kerja yang berbeda-beda. Perbedaan ini
menyebabkan diperlukan adanya pengenalan alat yang meliputi nama alat, fungsi
atau kegunaan, cara pemakaian, serta prinsip kerja.
Pengenalan alat dalam sebuah praktikum sangat penting. Pengenalan ini
bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam menggunakan alat-alat tersebut
secara tepat dan sesuai prosedur sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.
Pengenalan alat juga bertujuan untuk menghindari gagalnya praktikum atau
terjadinya kecelakaan kerja yang dapat membahayakan keselamatan praktikan.
Pengoperasian alat-alat praktikum diharuskan untuk berhati-hati, karena alat dapat
rusak dan dapat menyebabkan kegagalan, sehingga diperlukannya praktikum
berupa pengenalan alat yang menjelaskan tentang nama, fungsi, cara kerja, serta
prinsip kerja dari alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum ekologi umum.
2
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dapat diambil berdasarkan latar belakang pada
praktikum ini antara lain sebagai berikut:
1. Alat apa saja yang digunakan dalam praktikum?
2. Bagaimana cara kerja dari alat-alat yang digunakan dalam praktikum?
3. Apa saja fungsi dari macam-macam alat yang digunakan dalam praktikum?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengenalan alat ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekologi umum.
2. Mengetahui cara kerja alat dengan tepat dan benar.
3. Mengetahui fungsi dari alat-alat yang digunakan dalam praktikum.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat-alat yang digunakan dalam Praktikum Ekologi Umum
Praktikum pengenalan alat ekologi umum ini menggunakan beberapa alat
sebagai berikut:
2.1.1 Termometer maksimum minimum Six Bellani
Termometer maksimum minimum Six Bellani adalah termometer yang
digunakan untuk mengukur suhu maksimum dan minimum dalam suatu ruangan
(Basuki, 1998). Alat ini biasanya digunakan untuk mengukur suhu ekstrem di
lokasi, misalnya dalam meteorologi dan hortikultura. Termometer ini ditemukan
oleh James Six pada tahun 1782, dan penamaannya diambil sesuai dengan
namanya yaitu termometer maksimum minimum Six Bellani. Termometer ini
berbentuk seperti huruf U dengan pembacaan yang berbeda antara kedua
tabungnya. Bagian persimpangan antara tabung 1 dan tabung 2 diisi dengan
menggunakan merkuri (Basuki, 1998).
Termometer ini menggunakan raksa, alkohol cair, dan uap alkohol sebagai
pengukurnya. Alkohol pada tabung satuakan memuai jika suhu udara naik, dan
alkohol akan mendorong raksa bergerak turun. Akibatnya, raksa akan naik dan
mendorong besi penunjuk C2 naik. Makin tinggi suhu udara, makin tinggi letak
penunjuk C2. Jika suhu udara turun, alkohol di tabung satu akan menyusut
sehingga dorongan alkohol di kaki b menyebabkan raksa di kaki itu turun.
Akibatnya, raksa di kaki a naik sambil mendorong penunjuk C1. Makin rendah
suhu udara, makin tinggi kedudukan penunjuk C1. Pada saat raksa di kaki b turun,
penunuk C2 tidak ikut turun karena kedua penunjuk itu dilengkapi dengan
penjepit untuk menahan agar penunjuk tidak mudah turun. Untuk mengembalikan
kedudukan kedua penunjuk itu digunakan magnet untuk menarik turun kembali.
Termometer Six Bellani banyak digunakan di stasiun pemancar cuaca (Suwardjo,
2008).
4
Gambar 1. Termometer maksimum minimum Six Bellani (Suwardjo, 2008)
2.1.2 Termometer Biasa
Termometer biasa merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu
udara di ruangan, komponen alat ini yaitu air raksa. Skala pada termometer ini -
10C sampai dengan 110C. Termometer ini biasa yang digunakan di
laboratorium. Hasil pengukuran alat ini ditandai dengan naik dan turunnya air
raksa. Metode penggunaan termometer biasa dengan memegang bagian atas
termometer tetapi tidak boleh menyentuh bagian dari termometer karena bisa
memengaruhi hasil pengukuran. Termometer ini dapat membaca suhu setelah
beberapa menit sampai menunjukkan suhu yang stabil hingga raksa pada posisi
yang tetap (Suwardjo, 2008).
Gambar 2. Termometer Biasa (Suwardjo, 2008)
2.1.3 Sling psychrometer
Sling psychrometer adalah alat yang dirancang untuk menentukan
kelembaban udara di atmosfer. Prinsip pengukuran alat ini menggunakan
teknologi pengukuran kelembaban udara yang paling akurat saat ini. Nilai
kelembaban dihitung dari perbedaan temperatur diantara kedua termometer.
5
Termometer pertama mengukur suhu udara kering dan termometer kedua
mengukur suhu udara basah (Tatang, 2006).
Sling psychrometer terdiri dari dua termometer yaitu termometer bola
basah dan termometer bola kering yang diletakkan dalam tabung anti radiasi
matahari dan tabung aliran udara (intake tube). Tabung aliran udara dihubungkan
dengan tabung saluran udara utama yang memiliki sebuah ventilasi diatasnya.
Ventilasi berfungsi untuk membuang udara yang melalui tabung utama dan dua
tabung saluran udara. Udara mengalir pada kedua termometer dengan kecepatan
minimum 2 m/s. Metode penggunaan alat ini dengan membasahi kain pada
termometer dengan air kemudian alat diputar secara konstan selama dua menit di
atas kepala (Tatang, 2006).
Gambar 3. Sling Psycrometer (Tatang, 2006)
2.1.4 Secchi disk
Secchi disk adalah alat sederhana yang digunakan untuk mengukur
intensitas cahaya pada perairan. Secchi disk ini berupa lempengan berbentuk
cakram yang diberi warna pada permukaan cakram (biasanya menggunakan dua
warna, hitam dan putih, dengan bentuk arsiran 4 bagian pada cakram). Caranya,
piringan diturunkan ke dalam air secara perlahan menggunakan pengikat/tali
sampai pengamat tidak melihat bayangan secchi. Saat bayangan piringan sudah
tidak tampak, tali ditahan/berhenti diturunkan. Selanjutnya secara perlahan
piringan diangkat kembali sampai bayangannya tampak kembali. Kedalaman air
dimana piringan tidak tampak dan tampak oleh penglihatan adalah pembacaan
dari alat ini. Dengan kata lain, kedalaman kecerahan oleh pembacaan piringan
secchi adalah penjumlahan kedalaman tampak dan kedalaman tidak tampak
6
bayangan secchi dibagi dua. Metode penggunaan alat ini yaitu dengan meletakkan
alat pada permukaan air sampai warna putih dari piringannya, kemudian talinya
dipegang mulai permukaan air dan tali diukur dari permukaan air sampai batas
secchi disk (Linsley, 1989).
Faktor yang memengaruhi hasil pengukuran secchi disk meliputi
penglihatan pada waktu pembacaan, waktu pembacaan pada hari tersebut, faktor
refleksi disk, warna air, partikel lumpur dan material lain yang tersuspensi dalam
air. Perubahan angka terbesar pada pengukuran dengan secchi disk dapat dilihat
jika kita melakukan pengukuran secara bertahap perminggu, perbulan atau
permusim pada suatu lokasi penelitan seperti danau atau air laut (Linsley, 1989).
Gambar 4. Secchi disk (Linsley, 1989)
2.1.5 Lux meter
Lux meter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat
penerangan pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini terdiri dari rangka,
sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut diletakkan pada
sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya. Cahaya akan menyinari sel foto
sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak
cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan pun semakin besar. Sensor
yang digunakan pada alat ini adalah photo diode. Sensor ini termasuk kedalam
jenis sensor cahaya. Sensor cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan
cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengenai
suatu daerah tertentu. Kemudian dari hasil dari pengukuran yang dilakukan akan
ditampilkan pada layar panel. Pembacaan hasil pada Luxmeter dibaca pada layar
panel yang format pembacaannya pun memakai format digital (Haddy, 1989).
7
Gambar 5. Lux meter (Haddy, 1989)
2.1.6 Refraktometer
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar atau
konsentrasi bahan terlarut misalnya: gula, garam, protein, dsb. Prinsip kerja dari
refraktometer adalah dengan memanfaatkan refraksi cahaya. Refraktometer
ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari German pada permulaan
abad ke-20. Pengukurannya didasarkan atas prinsip bahwa cahaya yang masuk
melalui prisma cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan dan prisma
kerja dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang ditentukan
oleh sudut batas antara cairan dan alas. Metode penggunaan refraktometer dengan
meneteskan sampel air yang akan diketahui salinitasnya, kemudian dilihat
ditempat bercahaya maka akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih.
Garis batas antara kedua bidang tersebut yang menunjukkan salinitas air (Basuki,
1998).
Gambar 6. Refraktometer (Basuki, 1998)
2.1.7 DO meter (Dissolved Oxygen meter)
DO Meter adalah alat untuk mengukur kadar oksigen terlarut (dissolved
oxygen). Dissolved oxygen merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
8
kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukan jumlah oksigen (O) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin
besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang
bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah
tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu
menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme (Wirakusumah, 2003).
Gambar 7. DO meter (Wirakusumah, 2003)
2.1.8 Eckman grab
Eckman grab adalah alat yang berfungsi untuk mengambil sedimen
permukaan yang ketebalannya tergantung dari tinggi dan dalamnya grab masuk
kedalam lapisan sedimen. Alat ini biasa digunakan untuk mengambil sampel
sedimen pada perairan dangkal. Berdasarkan ukuran dan cara operasional, ada dua
jenis grab sampler yaitu grab sampler berukuran kecil dan besar. Metode
penggunaan eckman grab diletakkan pada dasar perairan kemudian tombol
pengunci alat ini akan otomatis terlepas sehingga sedimen perairan yang
terkandung benthos didalamnya dapat terambil (Tatang, 2006).
Gambar 8. Eckman grab (Tatang, 2006)
9
2.1.9 Net plankton
Net plankton merupakan alat untuk sampling dengan objek plankton. Net
plankton merupakan jaring dengan mesh size yang disesuaikan dengan plankton.
Penggunaan jaring plakton selain praktis juga sampel yang diperoleh cukup
banyak. net plankton biasa terbuat dari nilon, umumnya berbentuk kerucut
dengan berbagai ukuran, tetapi rata-rata panjang jaring adalah 4-5 kali diameter
mulutnya. Jaring berfungsi untuk menyaring air serta plankton yang berada
didalamnya (Basuki, 1998).
Metode pengambilan sampel menggunakan net plankton terbagi atas dua
cara yaitu, dengan metode lempar dan metode tuang. Pada metode lempar, net
plankton dilemparkan ke perairan secara perlahan dan posisi net plankton dijaga
agar selalu berada di bawah permukaan air. Air yang diperoleh dimasukkan ke
dalam botol film dan diawetkan dengan formalin. Pada metode tuang, sebanyak
seratus liter air dituangkan ke dalan net plankton. Volume air yang didapat
dimasukkan ke botol film dan diawetkan dengan formalin (Tatang, 2006).
Gambar 9. Net plankton (Basuki, 1998)
2.1.10 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, tebal,
kedalaman lubang, dan diameter luar maupun diameter dalam suatu benda. Jangka
sorong mempunyai dua rahang, yaitu rahang tetap dan rahang sorong. Pada rahang
tetap dilengkapi dengan skala utama, sedangkan pada rahang sorong terdapat
skala nonius atau skala vernier. Skala nonius mempunyai panjang 9 mm yang
terbagi menjadi 10 skala dengan tingkat ketelitian 0,1 mm. Hasil pengukuran
menggunakan jangka sorong berdasarkan angka pada skala utama ditambah angka
pada skala nonius yang dihitung dari nol sampai dengan garis skala nonius yang
berimpit dengan garis skala utama. Metode penggunaannya yaitu bagian rahang
10
geser dari alat ini digeser hingga benda dapat terjepit oleh kedua rahang kemudian
hasil pengukuran dibaca dengan teliti (Basuki, 1998).
Gambar 10. Jangka Sorong (Basuki, 1998)
2.1.11 Roll meter
Roll meter merupakan alat ukur panjang yang dapat digulung dengan
panjang 2550 meter. Meteran ini dipakai oleh tukang bangunan atau pengukur
lebar jalan. Ketelitian pengukuran dengan Roll meter sampai 0,5 mm. Meteran ini
biasanya dibuat dari plastik atau pelat besi tipis. Seperti namanya, alat ini adalah
alat ukur yang sangat penting dipergunakan. Alat ukur ini dapat dijumpai dalam
berbagai bentuk dan ukuran, bahan alat ukur ada yang terbuat dari kayu, kain,
plastik, dan juga dari plat besi. Umumnya alat ukur dibuatkan dalam dua satuan
ukuran metrik yaitu dalam satuan meter dan inchi yang mana harus mengikuti
ukuran standard yang berlaku. Meter ukur saat ini dipasaran banyak dijumpai
dalam berbagi ukuran panjang. Meter ukur kecil biasanya mempunyai ukuran
panjang 3 m dan 5 m. Sedangkan meter ukur panjang yang biasanya dalam bentuk
roll terdapat dalam ukuran 10 m, 20 m, 30 m , 50 m dan 100 m (Basuki, 1998).
Gambar 11. Roll meter (Basuki, 1998)
2.1.12 Turbidimeter
Turbidimeter merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk mengukur
tingkat kekeruhan air. Turbidimeter memiliki sifat optik akibat dispersi sinar dan
dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya
11
yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi
konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Metode penggunaan alat ini
yakni dengan air yang dimasukkan kedalam botol film dan dipastikan botol film
tersebut dalam kondisi bersih. Botol luvet kemudian dimasukkan ke dalam alat
Turbidimeter dan diukur nilai kekeruhannya (Tatang, 2006).
Gambar 12. Turbidimeter (Tatang, 2006)
2.1.13 Ponar grab
Ponar grab adalah alat pengambil sampel sedimen yang biasa dipakai
pada perairan berarus deras dan dasar perairan yang keras seperti pasir, batu
kerikil dan lumpur. Alat ini dapat juga digunakan dalam aliran, danau, kolam air,
dan lautan. Metode penggunaannya meletakkan pada dasar perairan kemudian
tombol pengunci alat ini akan otomatis terlepas sehingga sedimen perairan yang
terkandung benthos didalamnya dapat terambil (Tatang, 2006).
Gambar 13. Ponar grab (Tatang, 2006)
2.1.14 Surber net
Surber net adalah jaring yang digunakan untuk mengambil benthos pada
perairan yang berarus kurang dari 40 cm. Waktu yang dibutuhkan untuk sampling
menggunakan alat ini sekitar sepuluh menit untuk menghasilkan benthos. Metode
12
penggunaan dengan mengunci ujung dari Surber net dan menarik perlahan di
permukaan air sehingga menghasilkan benthos dari perairan tersebut (Haddy,
1989).
Gambar 14. Surber net (Haddy, 1989)
2.1.15 Kick net
Kick net adalah alat yang digunakan untuk menjaring benthos pada
perairan. Metode penggunaan alat ini dengan mendorong dengan kaki secara
perlahan dalam panjang lintasan 10 meter hingga menghasilkan sampel benthos
dari perairan tersebut (Basuki, 1998).
Gambar 15. Kick net (Basuki, 1998)
2.1.16 Neraca
Neraca adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur massa benda.
Massa merupakan banyaknya zat yang terkandung di dalam suatu benda. Satuan
SI-nya adalah kilogram (Basuki, 1998). Ada beberapa jenis neraca yaitu, neraca
analitis dua lengan, neraca Ohauss, neraca lengan gantung, dan neraca digital.
Pada praktikum ini neraca yang digunakan adalah neraca Ohauss. Neraca Ohauss
dibagi menjadi dua macam yaitu neraca Ohauss dua lengan dan neraca Ohauss
tiga lengan. Neraca Ohauss dua lengan terdiri dari lengan depan yang memiliki
satu anting logam yang dapat digeser dari skala 0 sampai 100 gram dan lengan
belakang yang dapat digeser dari skala 100 sampai 500 gram. Selain dua lengan,
neraca ini memiliki skala utama dan skala nonius. Skala utama 0 sampai 9 gram
dan skala nonius 0 sampai 0,9 gram. Neraca Ohauss tiga lengan memiliki tiga
13
batang skala. Batang pertama berskala ratusan gram, batang kedua berskala
puluhan gram dan batang ketiga berskala satuan gram. Prinsip kerja neraca adalah
dengan membanding massa benda yang akan dikur dengan anak
timbangan. Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi
anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada
juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas. Batas
ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram (Basuki, 1998).
Gambar 16. Neraca (Basuki, 1998)
2.1.17 Calipers
Calipers adalah alat untuk mengukur diameter pohon. Penggunaan
calipers sendiri sangatlah mudah yaitu hanya dengan melingkarkan alat ke batang
pohon yang tingginya sekitar dada orang dewasa. Skala didalam calipers tidak
memiliki skala setengah maupun seperempat sehingga memudahkan praktikan
untuk langsung membaca skala yang ada. Metode penggunaan dari alat ini dengan
melingkarkan pada pohon yang akan diukur sehingga terlihat angka yang terletak
pada lingkaran tengan calipers. Angka tersebut menunjukkan diameter dari pohon
(Basuki, 1998).
Gambar 17. Calipers (Basuki, 1998)
14
2.1.18 PH meter
PH Meter adalah alat untuk mengukur tingkat keasaman suatu cairan.
Sebuah pH meter terdiri dari sebuah elektroda yang terhubung ke sebuah alat
elektronik yang mengukur dan menampilkan nilai pH. Metode penggunaan alat ini
dengan mencelupkan bagian elektrodanya ke dalam sampel yang akan diukur.
Kemudian tekan tombol on hingga muncul angka pH. Pembacaan nilai pH lebih
efektif jika menunggu beberapa menit hingga nilai pH stabil (Suwardjo, 2008).
Gambar 18. PH meter (Suwardjo, 2008)
2.1.19 Titrasi Winkler
Metode titrasi dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi
iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan
MnCl2 dan NaOH atau KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan
menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan
juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standard
natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (Basuki,
1998).
Gambar19. Rangkaian alat titrasi winkler (Basuki, 1998)
15
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
3.1.1 Tempat
Praktikum dilaksanakan di ruang Laboratorium 226, Departemen Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.
3.1.2 Waktu
Praktikum dilaksanakan pada musim hujan, tanggal 13 Maret 2014 pukul
10.40 hingga pukul 12.20 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum adalah:
1. Termometer Mak Min Six Bellani
2. Termometer biasa
3. Sling psychrometer
4. Secchi disk
5. Lux meter
6. Refraktometer
7. DO meter
8. Net plankton
9. Jangka sorong
10. Roll meter
11. Turbidimeter
12. Eckman grab
13. Ponar grab
14. Surber net
15. Neraca Ohauss
16. Calipers
17. PH meter
18. Kick net
19. Titrasi Winkler
16
3.3 Cara Kerja
Praktikum di awali dengan penjelasan mengenai tata cara praktikum oleh
asisten dosen. Metode praktikum dilaksanakan dengan metode singgah pos
dengan jumlah 8 pos setiap pos terdapat asisten dosen yang mana akan dijelaskan
tentang nama, merk, cara penggunaan, pengukuran, dan pembacaan alat, dan
setiap persinggahan pos diberi waktu 8 menit. Dengan metode singgah pos ini
diharapkan alat-alat dapat dikenali dan dioperasikan oleh praktikan secara cermat
dan juga metode ini lebih efisien terhadap waktu. Skema jalannya praktikum
dapat dilihat pada lampiran 1.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel alat dapat dilihat pada lampiran 2.
4.2 Pembahasan
Pos pertama pada praktikum pengenalan alat akan dilakukan pengamatan
termometer maksimum minimum six bellani, termometer biasa, dan sling
psychrometer. Pengamatan pertama pada termometer maksimum minimum six
bellani dengan merek PSG, digunakan untuk mengukur suhu udara maksimal dan
minimal (biasanya pada suhu ruang). Pengukuran suhu menggunakan termometer
maksimum minimum six bellani membutuhkan waktu cukup lama, apabila suhu
mulai diukur pada pagi hari, pengukuran baru dapat dilihat pada sore hari. Prinsip
kerja termometer maksimum minimum six bellani didasarkan pada pemuaian
alkohol dan air raksa. Ketika suhu naik, alkohol akan memuai sehingga petunjuk
maksimum akan bergerak naik. Namun, apabila suhu turun indek petunjuk suhu
minimum akan bergerak turun.
Alat kedua yang diamati pada pos pertama adalah termometer biasa,
digunakan untuk mengukur suhu larutan dan udara. Penggunaan termometer biasa
adalah jika suhu naik air raksa mengembang dan panjang kolom air raksa dalam
tabung bertambah, sebaliknya jika penurunan suhu air raksa menyusut dan kolom
dalam air raksa akan memendek. Termometer tidak hanya berisi air raksa, tetapi
terdapat juga termometer biasa yang berisi alkohol, yang dalam pengukuran lebih
teliti daripada termometer yang berisi air raksa (lebih peka terhadap suhu rendah).
Alat ketiga yang diamati pada pos pertama adalah sling psychrometer dengan
merek ERTCO, digunakan untuk mengukur kelembapan udara. Sling
psychrometer memiliki dua termometer, yaitu termometer basah dan kering.
Sebelum digunakan, kain pada termometer basah harus dibasahi dengan air, hal
ini dilakukan agar suhu yang terukur adalah suhu yang diperlukan uap air di udara
dapat berkondensasi.
Pengamatan yang dilakukan pada pos kedua adalah secchi disk, dan lux
meter. Pengamatan pertama pada pos kedua adalah secchi disk dengan merek
18
Lamotte dan ketelitian 0,5 cm. Secchi disk digunakan untuk mengukur penetrasi
cahaya dalam air (kemampuan cahaya menembus air) dengan satuan meter. Secchi
disk berupa piringan porselen berwarna putih yang cara kerjanya adalah Secchi
disk dimasukkan ke dalam air hingga warna putihnya tidak terlihat dan apabila
ditarik sedikit terlihat warna putihnya, kemudian beri tanda pada batas permukaan
air dan ukur dari bawah piringan secchi disk. Alat kedua yang diamati adalah lux
meter dengan merek Yokogawa, Alat ini berfungsi untuk mengukur intensitas
cahaya dengan cara mengarahkan sensor penerima cahaya pada arah datangnya
cahaya. Terdapat tiga skala yang digunakan yakni 300, 1000, dan 3000 dengan
satuan lux. Ketika akan memulai pengukuran, lux meter harus pada skala 300,
apabila jarum menunjukkan hasil maksimum, maka skala dapat ditingkatkan lebih
tinggi, yaitu 1000 dan apabila masih menunjukkan hasil maksimum, maka dapat
ditingkatkan pada skala 3000.
Pengamatan yang dilakukan pada pos ketiga adalah refraktometer, pH
meter, dan turbidimeter. Alat pertama yaitu refraktometer dengan merek Atago,
digunakan untuk mengukur kandungan bahan terlarut salah satunya yaitu salinitas
atau kadar garam dalam air. Penggunaan refraktometer yaitu meneteskan sampel
air yang ingin diuji di atas kaca prisma, pastikan kaca prisma telah di kaliberasi
dengan menggunakan akuades. Setelah itu, lihat di tempat cahaya, perhatikan
garis batas antara bidang berwarna biru dan putih itulah yang menunjukkan nilai
salinitas sampel air tersebut. Pada sampel di pos ketiga, nilai salinitas yang
didapat sebesar 0%, Setelah itu pengukuran kaca prisma dibersihkan dengan
akuades.
Alat kedua yang akan diamati adalah pH meter dengan merek Hanna
Instruments, pH meter digunakan untuk mengukur derajat keasaman,
penggunaanya yaitu elektroda dicuci menggunakan akuades (kalibrasi), lalu
dimasukkan ke dalam sampel yang ingin diukur, kemudian tombol ON ditekan
dan tunggu hingga mucul ready yang menandakan nilai pH telah diperoleh,
Setelah pH meter digunakan, elektroda pH meter dicuci dengan akuades. Nilai pH
sampel pada pos ketiga sebesar 6,83. Alat terakhir yang diamati pada pos ketiga
adalah turbidimeter dengan merek Hanna Instruments, turbidimeter digunakan
untuk mengukur tingkat kekeruhan air. Turbidimeter memiliki nilai satuan NTU
19
(Nephellomatrich Turbidy Unit). Penggunaan alat ini yaitu pertama botol sampel
(botol cuvet) dibersihkan dengan akuades, lalu keringkan dengan tisu.
Selanjutnya, sampel air dimasukkan ke dalam botol cuvet (lapisi mulut botol
dengan tisu agar sidik jari tidak menempel, yang nantinya dapat mempengaruhi
hasil pengukuran), Setelah itu botol ditutup dan dimasukkan pada turbidimeter,
tekan tombol ON lalu gunakan tombol panah ke bawah untuk memilih pilihan tr
yang menunjukkan uji turbiditas. Setelah itu tekan tombol read lalu tunggu
hingga hasil pengukuran muncul.
Pos selanjutnya, alat yang akan diamati adalah net lankton, alat yang
berfungsi untuk menjaring plankton ini digunakan pada praktikum faktor
ekologis. Net plankton memiliki dua cara penggunaan, yaitu metode lempar dan
metode tuang. Penggunaan metode lempar membutuhkan tali dengan panjang
kurang lebih 10 meter. Sebelum melemparkan jaring (net) ke perairan, jangan lupa
untuk mengunci corong pipa plastik pada ujung jaring agar plankton ditampung
saat proses filtrasi nanti. Plankton termuat dalam corong di ujung jaring, kunci
dilepas dan plankton dipindahkan ke otol film yang akan ditambah dengan
formalin dengan konsentrasi 4% (1/10 dari sampel yang diperoleh). Metode tuang
membutuhkan ember dengan kapasitas 10 liter untuk mengambil air yang
nantinya air tersebut dituang ke net plankton yang kemudian diletakkan di botol
film dengan perlakuan yang sama. Perbedaan antara metode lempar dengan
metode tuang yaitu metode lempar membutuhkan tali sedangkan metode tuang
jaringnya lebih sederhana.
Pos berikutnya, terdapat ponar grab, surber net, dan kick net. Alat pertama
yang diamati adalah ponar grab dengaan merek Wildco. Ada dua tipe grab yaitu
ponar grab untuk perariran berarus tenang dan eckman grab untuk perariran
berarus deras, keduanya sama-sama berfungsi untuk mengambil benthos di dasar
perairan. Sistem pengoperasian dari alat ini yaitu lubang yang terdapat di tengah
tengah lengan penghubung dengan kunci yang pertama dikunci supaya tetap
terbuka saat diturunkan diperairan dengan kedalaman kirakira 30 cm. Saat ponar
grab sudah diangkat kembali ke permukaan, kunci yang kedua digunakan untuk
mengunci lengan supaya tetap terbuka saat menuang hasil dari sedimen yang
20
didapat. Sampel sedimen yang didapat akan diletakkan disuatu tempat untuk
dipisahkan antara sedimen dengan benthos yang terdapat dalam sampel tersebut.
Alat selanjutnya adalah surber net, dan kick net. Keduanya juga berfungsi
untuk mengambil benthos di dasar perariran. Untuk surber net, digunakan untuk
mengambil benthos di perairan berarus
21
permukaan benda yang akan diukur dalamnya, geser rahang geser ke bawah
sehingga ujung ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung.
Membaca hasil pengukuran pada jangka sorong menggunakan persamaan : Hasil
= Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong),
karena skala terkecil jangka sorong yang digunakan sebesar 0,05 mm, maka : hasil
= Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,05 mm).
Pengamatan yang dilakukan pada pos terakhir adalah DO meter dan titrasi
winkler. Keduanya digunakan untuk mengukur DO dalam air. DO meter dengan
merek Hanna ini memiliki cara penggunaan cukup sederhana, pertama bilas gelas
ukur dan elektroda dengan akuades kemudian sampel dimasukkan ke dalam gelas
ukur. Masukkan elektroda ke dalam gelas ukur, tekan tombol ON/OFF tunggu
beberapa menit lalu tekan tombol CAL. Tunggu kurang lebih satu menit, lalu
tekan tombol RANGE. DO memilik satuan ppm atau mgO2/l, dan jangan lupa
untuk mencuci elektroda dan gelas ukur dengan akuades.
Titrasi winkler adalah salah satu metode mengetahui kadar Dissolved
Oxygen (DO) dalam suatu perairan. Saat mengambil sampel air yang akan diuji
kadar oksigen terlarutnya, praktikan harus benar-benar teliti dan hati-hati.
Pengambilan sampel air dilakukan secara perlahan-lahan diatas permukaan air
supaya tidak terbentuk gelembung di dalam botol (aerasi) yang akan
memengaruhi hasil pengujian kadar DO. Titrasi Winkler dilakukan dengan
menambahkan reagen MnSO4 ke dalam sampel air yang berfungsi untuk mengikat
oksigen dan membentuk endapan putih. Kemudian ditambahkan juga NaIN3 yang
befungsi membentuk endapan putih. Setelah terbentuk endapan, selanjutnya
endapan yang berbentuk gumpalan dilarutkan kembali dengan asam sulfat.
Kemudian air sampel yang telah diproses dan berwarna kuning dituang ke dalam
enlenmeyer sebanyak 100 ml dan dititrasi dengan N2S2O3 sehingga menunjukkan
perubahan warna menjadi bening pertama. Kemudian ditambahkan amilum untuk
menguji ada tidaknya I2 pada larutan sampel, kemudian dititrasi untuk kedua
kalinya sehingga terbentuk air dengan warna bening.
22
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Dalam praktikum ekologi umum, alat-alat yang digunakan adalah neraca
ohauss, roll meter, jangka sorong, refraktometer, sling psychrometer, lux
meter, secchi disk, termometer maksimum minimum six bellani, termometer
biasa, DO meter, pH meter, eckman grab, ponar grab, surber net, kick net,
net plankton, titrasi winkler, calipers, dan turbidimeter.
2. Setiap alat memiliki karakteristik penggunaan yang berbeda sehingga
diperlukan ketelitian dalam mengoperasikannya.
3. Setiap alat yang memiliki fungsi yang berbeda sesuai dengan kegunaannya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Basuki. 1998. Prinsip Kerja Alat Ukur. Jakarta : Dikmenjur
Haddy, S. 1989. Pengantar Ekologi. Jakarta : Rajawali Press
Linsley, K. 1989. Hidrologi untuk Insinyur. Jakarta : Erlangga.
Resosoedarmo, dkk. 1993. Pengantar Ekologi. Jakarta: Remaja Rosdakarya
Suwardjo. 2008. Iklim dan Cuaca. Jakarta : Bumi aksara
Tatang. 2006. Ilmu Iklim dan Pengairan. Bandung : Binacipta
Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta : Universitas
Indonesia