248
i PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PAKEM PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI MANGIRAN, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Siska Difki Rufaida NIM 09108244052 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JULI 2013

PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL SISWA …eprints.uny.ac.id/15615/1/SISKA DIFKI RUFAIDA, NIM 09108244052... · PENDEKATAN PAKEM PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB ... BAB II KAJIAN TEORI

Embed Size (px)

Citation preview

i

PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL SISWA MENGGUNAKAN

PENDEKATAN PAKEM PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB

SD NEGERI MANGIRAN, KECAMATAN SRANDAKAN,

KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Siska Difki Rufaida

NIM 09108244052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JULI 2013

ii

iii

iv

v

MOTTO

“Janganlah sia-siakan waktumu larut dalam kesedihan, karena itu hanya akan

membuat kamu terpuruk, bangkitlah dan kejar cita-citamu” (Peneliti)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Ibu dan bapakku tercinta yang tidak henti-hentinya mendoakanku, memberikan

semangat, dan kasih sayang.

2. Almamater Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

vii

PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL SISWA MENGGUNAKAN

PENDEKATAN PAKEM PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD

NEGERI MANGIRAN, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN

BANTUL

Oleh

Siska Difki Rufaida

NIM 09108244052

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sikap sosial siswa

menggunakan pendekatan Pakem pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri

Mangiran, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan

model Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB

SD Negeri Mangiran yang berjumlah 21 siswa, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki

dan 10 siswa perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah sikap sosial siswa.

Pengumpulan data dilakukan melalui tes sikap, observasi, dan wawancara. Data

dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap sosial siswa kelas VB SD

Negeri Mangiran dapat mengembang setelah diberi tindakan menggunakan

pendekatan PAKEM pada pembelajaran IPS. Hasil tes sikap pratindakan

menunjukkan sikap sosial siswa kelas VB mencapai 66%. Pada siklus I meningkat

menjadi 71% dan pada siklus II mencapai 84%. Pada siklus II sikap sosial siswa

kelas VB SD Negeri Mangiran telah mencapai indikator keberhasilan yaitu sikap

sosial siswa mencapai kriteria baik atau ≥ 76%. Dengan demikian, penggunaan

pendekatan PAKEM pada pembelajaran IPS dapat mengembangkan sikap sosial

siswa kelas VB SD Negeri Mangiran.

Kata kunci : sikap sosial, pendekatan PAKEM, IPS

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, petunjuk, kekuatan, hidayah, sehingga penulis dapat melakukan penelitian

dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Sikap Sosial Siswa

menggunakan Pendekatan Pakem pada Pembelajaran IPS Kelas VB SD Negeri

Mangiran, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya kerjasama, bantuan,

bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Seiring dengan selesainya skripsi ini,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., MA. selaku Rektor Universitas

Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd. selaku Dekan FIP Universitas Negeri Yogyakarta

yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

3. Bapak Dr. Sugito, MA. selaku Wakil Dekan I FIP Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

4. Ibu Hidayati, M. Hum sebagai Ketua Prodi PGSD yang telah mendukung

kelancaran penyelesaian skripsi.

5. Ibu Hidayati, M. Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

membimbing, membantu, dan memberikan arahan serta masukan yang sangat

membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

ix

6. Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II

yang telah membimbing, membantu, dan memberikan arahan serta masukan

yang sangat membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Supomo, A. Ma. Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Mangiran yang

telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Diah Susilowati, S. Pd. selaku wali kelas VB SD Negeri Mangiran yang

telah membantu penelitian.

9. Siswa kelas VB SD Negeri Mangiran tahun ajaran 2012/ 2013 yang telah

memberikan data untuk peneliti.

10. Teman-teman yang selalu memberi semangat dan dukungan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak.

Yogyakarta, Juli 2013

Peneliti

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN ............................................................................................. ii

PERNYATAAN .............................................................................................. iii

PENGESAHAN .............................................................................................. iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 8

C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 9

D. Rumusan Masalah ............................................................................... 9

E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 10

F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 10

G. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sikap Sosial

1. Pengertian Sikap Sosial .................................................................. 13

2. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial..................................... 16

3. Ciri-ciri Sikap................................................................................. 19

4. Fungsi Sikap................................................................................... 21

5. Pengukuran Sikap........................................................................... 23

6. Hubungan Sikap dengan Tingkah Laku......................................... 25

xi

B. Pendekatan PAKEM

1. Pengertian PAKEM ........................................................................ 26

2. Ciri-ciri PAKEM............................................................................ 30

3. Prinsip PAKEM.............................................................................. 31

4. Metode PAKEM............................................................................. 34

5. Hal-hal yang diperhatikan dalam Menerapkan Pendekatan

PAKEM.......................................................................................... 36

6. Kelebihan PAKEM......................................................................... 39

7. Metode-Metode Pembelajaran yang Bernuansa PAKEM.............. 40

C. Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Pengertian IPS ................................................................................ 48

2. Tujuan IPS...................................................................................... 49

3. Ruang Lingkup IPS........................................................................ 52

4. Dimensi IPS.................................................................................... 54

5. Strategi Pembelajaran IPS.............................................................. 56

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ...................................................... 58

E. Penerapan Pendekatan PAKEM dalam Pembelajaran IPS SD ............ 61

F. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 63

G. Kerangka Pikir .................................................................................... 64

H. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 65

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 66

B. Desain Penelitian ................................................................................. 67

C. Setting Penelitian ................................................................................ 69

D. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................... 70

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 70

F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 72

G. Validitas Instrumen.............................................................................. 76

H. Metode Analisis Data........................................................................... 77

I. Indikator Keberhasilan ........................................................................ 78

BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................. 79

B. Deskripsi Kondisi Awal ...................................................................... 79

C. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................... 84

D. Pembahasan ......................................................................................... 139

E. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 142

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 143

B. Saran .................................................................................................... 144

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 146

LAMPIRAN .................................................................................................... 149

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas VB.................................. 6

Tabel 2 Kisi-kisi Tes Sikap Sosial Siswa............................................................ 74

Tabel 3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa........................................ 75

Tabel 4 Pedoman Wawancara............................................................................. 75

Tabel 5 Kriteria Keberhasilan Tindakan............................................................. 78

Tabel 6 Hasil Analisis Tes Sikap Sosial Siswa Pratindakan.............................. 80

Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Tes Sikap Sosial Siswa Pratindakan........................ 84

Tabel 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I.............................................. 98

Tabel 9 Hasil Analisis Tes Sikap Sosial Siswa Siklus I..................................... 103

Tabel 10 Perbandingan Hasil Analisis Tes Sikap Pratindakan dan Siklus I...... 104

Tabel 11 Rekapitulasi Hasil Tes Sikap Sosial Siswa Siklus I............................ 108

Tabel 12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II.......................................... 124

Tabel 13 Hasil Analisis Tes Sikap Sosial Siswa Siklus II................................. 130

Tabel 14 Perbandingan Hasil Analisis Tes Sikap Pratindakan, Siklus I dan

Siklus II............................................................................................... 131

Tabel 15 Rekapitulasi Hasil Tes Sikap Sosial Siswa Siklus II.......................... 137

Tabel 16 Perbandingan Hasil Post Test Siklus I dan Siklus II.......................... 141

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Desain Penelitian Menurut Kemmis dan Mc. Taggert........................ 67

Gambar 2 Menunjukkan Siswa Menempel Gambar Tokoh................................. 88

Gambar 3 Menunjukkan Tempat Duduk Berpola Huruf “U”.............................. 89

Gambar 4 Menunjukkan Siswa Berdiskusi Kelompok........................................ 90

Gambar 5 Menunjukkan Kelompok Mempresentasikan Hasil Diskusi............... 90

Gambar 6 Menunjukkan Siswa Memajangan Hasil Karyanya............................ 91

Gambar 7 Menunjukkan Siswa Menjawab Pertanyaan Guru.............................. 91

Gambar 8 Menunjukkan Siswa Menempel Nama Tokoh pada Media............... 93

Gambar 9 Menunjukkan Ketua Kelompok diberi Materi.................................... 94

Gambar 10 Menunjukkan Siswa Menulis Pertanyaan......................................... 95

Gambar 11 Menunjukkan Siswa Melempar Bola Kertas.................................... 95

Gambar 12 Menunjukkan Siswa Mendapat Bola Kertas.................................... 96

Gambar 13 Menunjukkan Siswa Menjawab Pertanyaan di depan Kelas............ 96

Gambar 14 Menunjukkan Siswa Belum Menerima Kelompoknya..................... 99

Gambar 15 Menunjukkan Siswa Mampu Kerjasama......................................... 100

Gambar 16 Menunjukkan Siswa Peduli terhadap Teman.................................. 101

Gambar 17 Menunjukkan Siswa Serius Mengerjakan Tugas............................ 101

Gambar 18 Menunjukkan Siswa Kurang Memperhatikan Kelompok lain....... 102

Gambar 19 Menunjukkan Siswa Memperhatikan Gambar Tokoh.................... 115

Gambar 20 Menunjukkan Siswa Mempelajari Peran........................................ 116

Gambar 21 Menunjukkan Siswa Bermain Drama............................................. 116

xiv

Gambar 22 Menunjukkan Guru Memberi Tanggapan....................................... 117

Gambar 23 Menunjukkan Siswa Mengangkat Tangan Menjawab Kuis............ 117

Gambar 24 Menunjukkan Siswa Kerjasama dengan Kelompoknya.................. 120

Gambar 25 Menunjukkan Siswa Membuka Undian Maju di depan Kelas........ 120

Gambar 26 Menunjukkan Pemajangan Hasil Karya.......................................... 121

Gambar 27 Menunjukkan Siswa Melakukan Tongkat Berjalan........................ 122

Gambar 28 Menunjukkan Siswa Mengambil Undian Nomor Soal................... 122

Gambar 29 Diagram Batang Aktivitas Pembelajaran IPS oleh Siswa............... 124

Gambar 30 Menunjukkan Siswa Menerima Anggota Kelompoknya................ 126

Gambar 31 Menunjukkan Siswa dapat Kerjasama dengan Baik....................... 127

Gambar 32 Menunjukkan Siswa Meminjamkan Alat Tulis............................... 128

Gambar 33 Menunjukkan Siswa Serius Berpikir Menyelesaikan Tugas........... 128

Gambar 34 Menunjukkan Siswa Memperhatikan Kelompok lain..................... 129

Gambar 35 Menunjukkan Siswa Menjelaskan kepada Teman.......................... 130

Gambar 36 Diagram Batang Peningkatan Hasil Tes Sikap Sosial Siswa.......... 132

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ...................................................................... 149

Lampiran 2 RPP................................................................................................. 157

Lampiran 3 Hasil Penelitian .............................................................................. 206

Lampiran 4 Foto Kegiatan Pembelajaran............................................................ 225

Lampiran 5 Surat Perijinan Penelitian................................................................ 228

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peran yang penting

untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara, karena pendidikan

merupakan upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

manusia. Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan siswa supaya dapat

berperan aktif dan positif dalam hidupnya baik sekarang maupun masa yang akan

datang.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 (Made Pidarta, 2007: 10-11)

mendefinisikan “Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga siswa secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan masyarakat, bangsa, dan negara”.

Pendidikan merupakan keseluruhan proses dimana seseorang

mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku yang bernilai dalam

kehidupan masyarakat. Crow and Crow (Arif Rohman, 2009: 6) mengemukakan

“Pendidikan merupakan proses yang berisi berbagai macam kegiatan sesuai

individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya

serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi”. Pendidikan tidak hanya

terjadi di dalam ruangan melainkan ada dalam realita sosial yang selalu berubah-

ubah.

2

Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan

pendidikan secara formal. Sekolah bukan hanya merupakan tempat kegiatan

belajar mengajar berlangsung dan mencari ilmu tetapi juga tempat berkumpul,

bermain, serta berbagai keceriaan antara siswa yang satu dengan siswa lainnya.

Sekolah merupakan tempat terjadinya interaksi antara siswa dengan teman dan

guru, apabila siswa tidak memiliki sikap yang baik maka siswa akan sulit untuk

beradaptasi dan menjalin interaksi dengan orang lain dalam kehidupan sosialnya.

Sekolah mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan karakter pribadi dan

moral siswa, oleh karena itu peran guru cukup besar untuk menjadikan siswanya

pintar dan cerdas sebagaimana diharapkan oleh orang tua siswa (Isjoni, 2006: 10).

Peran guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebagai pengajar lagi

seperti yang menonjol selama ini, melainkan juga sebagai pelatih, pembimbing,

dan pengatur pembelajaran siswa, hal ini sesuai dengan peran guru masa depan.

Guru sebagai pelatih akan berperan mendorong siswa untuk menguasai alat

belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras, mencapai prestasi tinggi dan

memiliki sikap yang baik. Peranan guru dalam proses pembelajaran belum dapat

digantikan oleh mesin, radio, ataupun komputer yang paling modern sekalipun.

Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem, nilai, perasaan,

motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang diharapkan dari hasil proses pembelajaran,

semua itu tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Guru mempunyai

kelebihan dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu

dan mempermudah kehidupannya.

3

Siswa tidak hanya pasif dalam proses pembelajaran, tetapi siswa aktif dalam

bertanya, menjawab, dan menanggapi suatu pertanyaan atau permasalahan. Siswa

dan guru sama-sama belajar sehingga akan saling berinteraksi memberi informasi

dalam proses pembelajaran yang dapat mengembangkan sikap sosial dan tingkah

laku siswa. Pendidikan belum ada artinya apabila guru mengajarkan siswa dengan

ilmu pengetahuan yang luas, tetapi siswa tidak mempunyai tata krama, sikap yang

kurang baik, menganggap orang lain rendah, dan dirinya yang paling hebat. Siswa

tidak ada artinya pintar dan cerdas apabila tidak memiliki hati nurani, tidak peduli

sesama, angkuh, sombong, dan menganggap orang lain tidak ada apa-apanya

(Isjoni, 2006: 11).

IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan salah satu mata pelajaran yang

wajib diajarkan di sekolah terutama sekolah dasar. IPS mempelajari tentang

kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi,

tata negara, dan sejarah. Pendidikan IPS diharapkan mampu mengembangkan

nilai, sikap, serta keterampilan siswa untuk dapat menelaah, menganalisis gejala

dan masalah sosial di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran IPS diharapkan mampu membentuk siswa menjadi aktif,

memiliki sikap yang baik, saling menghargai dan menjadi warga negara yang baik

dalam kehidupan sosialnya di masyarakat. Siswa akan mudah berinteraksi dengan

orang lain, diterima dalam masyarakat dan dapat mengambil keputusan ketika

menghadapi masalah dalam kehidupannya. Siswa juga dapat mengenal tentang

hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya, memahami peristiwa-

peristiwa serta perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya, memahami bahwa

4

antara manusia yang satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan, saling

menghormati, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya.

Hubungan pembelajaran IPS dengan karakteristik usia siswa sekolah dasar,

menurut Piaget (Rita Eka Izzaty, 2008: 105-106) bahwa “masa kanak-kanak akhir

berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir yaitu usia 7-12 tahun, anak

mulai berpikir logis terhadap objek yang konkret, rasa egonya berkurang dan

mulai bersikap sosial”. Apabila ego siswa masih tinggi dan selalu merasa paling

benar, maka siswa tersebut akan dijauhi oleh siswa yang lain. Siswa mulai dapat

berpikir dalam berteman, mana teman yang menguntungkan atau merugikan, dan

teman yang membuat lebih nyaman atau sebaliknya. Pembelajaran IPS dapat

mengajarkan siswa supaya mempunyai sikap sosial yang baik terhadap

lingkungan sekitarnya.

Sikap sosial sangat dibutuhkan untuk menjalin hubungan dengan orang lain

dalam kehidupan sehari-hari. Sikap sosial merupakan suatu tindakan seseorang

untuk hidup dalam masyarakatnya seperti saling membantu, saling menghormati,

saling berinteraksi, dan sebagainya. Sikap sosial perlu dikembangkan karena

dapat menciptakan suasana hidup yang damai, rukun, nyaman, dan tentram. Sikap

sosial merupakan tindakan yang dapat mengatasi berbagai masalah yang ada

dalam masyarakat dengan berpikir secara bersama-sama.

Setelah masuk sekolah, siswa harus menyesuaikan diri dengan kondisi dan

aturan-aturan sekolah yang berlaku. Siswa pada masa awal sekolah ada yang

menangis karena belum dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang

baru. Siswa ketika masih di rumah mendapat perhatian dari beberapa orang (orang

5

tua, kakek, nenek, paman, bibi, kakak, pembantu, dan sebagainya), sedangkan di

sekolah seorang guru sulit untuk memperhatikan siswa dalam satu kelas, sehingga

siswa ingin mencari perhatian yang lebih besar dari guru. Secara bertahap proses

sosialisasi harus dilakukan siswa di sekolah untuk menjalin hubungan yang baik

dengan teman dan guru.

Siswa mulai mengenal dan menjalin interaksi satu sama lain di sekolah,

sehingga siswa mulai berteman dengan siswa yang lain, dalam berteman siswa

memilih teman yang disukai, siswa akan percaya diri apabila memiliki banyak

teman yang sesuai dengan pilihannya. Siswa akan membentuk seperti kelompok

atau gang dalam bermain dan menjauhi siswa yang tidak disukai sehingga kurang

terjadi interaksi yang menyebabkan rasa saling membenci dan tidak peduli dengan

siswa yang lain. Jika dicermati lebih dalam, hakekat dari sistem pendidikan adalah

menghasilkan siswa yang beriman, berakhlak mulia, berbudi pekerti, terampil,

memiliki jiwa kebangsaan dan sikap yang baik terhadap orang lain.

Rendahnya sikap sosial siswa terlihat dari pengamatan lapangan ketika

observasi pada Senin, 12 November 2012 pukul 09.00 di SD N Mangiran kelas

VB yaitu kurangnya kepedulian sosial siswa dengan teman, kurang peka terhadap

lingkungan, kurangnya sosialisasi dan komunikasi antar siswa. Selain itu, masih

banyak siswa yang saling bermusuhan dengan siswa lain, tidak mengetahui ada

teman yang sedang sakit atau tidak berangkat sekolah, tidak meminjamkan pensil

kepada teman yang tidak membawa, sulit menyesuaikan diri dengan teman, ingin

menang sendiri, saling berebut ketika sedang bermain, dan dalam berteman masih

suka memilih-milih sehingga ketika bermain hanya bersama gang/ kelompoknya.

6

Pada proses pembelajaran berlangsung mereka masih saling mengejek dan

menertawakan jika ada siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan guru.

Hasil observasi dan wawancara dengan guru pada Kamis, 15 November

2012 pukul 08.45 menemukan data bahwa dari rata-rata nilai UTS dan ulangan

harian, nilai IPS selalu paling rendah. Dalam upaya pengembangan sikap sosial

siswa ini maka peneliti memilih mata pelajaran IPS, meskipun bukan berarti

apabila nilai IPS siswa rendah maka sikap sosialnya juga rendah atau sebaliknya.

Mata pelajaran IPS sangat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk membentuk

sikap dan hubungan yang baik dengan sesamanya, mengetahui sejarah bangsa,

menghargai para pahlawan, dan mampu menghadapi masalah sosial yang

dihadapinya. Berikut daftar rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VB.

Tabel 1

Rata-rata Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas VB SD N Mangiran

No Mata Pelajaran Rata-rata nilai ulangan harian

1 Pendidikan Kewarganegaraan 71

2 Bahasa Indonesia 71

3 Matematika 55

4 Ilmu Pengetahuan Alam 68

5 Ilmu Pengetahuan Sosial 52

Sumber: dokumentasi guru

Guru melakukan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode

ceramah dan kurang menggali potensi yang dimiliki siswa. Metode ceramah yang

tidak divariasikan dengan metode lain kurang efektif untuk digunakan dalam

proses pembelajaran karena menyebabkan siswa pasif. Pembelajaran IPS sulit

ditangkap siswa karena cenderung menghafal dan kurangnya ketersediaan media

pembelajaran yang mendukung. Penggunaan media pembelajaran yang jarang

dilakukan juga menjadi penyebab belum berhasilnnya proses pembelajaran yang

7

berlangsung. Siswa merasa bosan karena pembelajaran yang dilakukan guru

monoton.

Guru lebih menekankan nilai kognitif saat menyampaikan materi

pembelajaran di kelas, sedangkan nilai afektif dan psikomotor kurang

diperhatikan. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas masih terpusat pada

guru dan kurang melibatkan siswa. Siswa datang ke sekolah hanya duduk dan

diam mendengarkan guru, belum berani untuk bertanya dan mengemukakan

pendapatnya tentang materi yang dipelajari, sehingga interaksi antar siswa dan

pengembangan sikap sosial siswa masih kurang diperhatikan ketika proses

pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut membuat siswa kurang aktif dan

bersosialisasi dengan teman sebayanya, padahal sesuai karakteristik usia siswa

sekolah dasar, berinteraksi dengan lingkungannya sangat penting karena dapat

membentuk suatu sikap sosial siswa terhadap sekitarnya.

Siswa dalam berteman sering membentuk suatu kelompok, ketika istirahat

siswa bermain dengan kelompoknya, tidak bermain dengan siswa yang lain

karena kurang saling mengenal dekat dan jarang terjadi interaksi dengan siswa

satu kelas ketika proses pembelajaran, sehingga membuat siswa kurang peka dan

peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Pada akhirnya dapat berpengaruh pada

rendahnya sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran maupun di luar proses

pembelajaran.

Guru harus bisa menyesuaikan metode pembelajaran dan penggunaan

media pembelajaran dengan materi yang akan disampaikan supaya proses

pembelajaran berlangsung menarik dan terjalin interaksi antar siswa yang dapat

8

mengembangkan sikap sosial siswa ketika pembelajaran berlangsung. Guru dapat

memilih pendekatan pembelajaran untuk memberikan kesempatan kepada siswa

sesuai dengan keinginan dan kemampuannya sehingga siswa akan merasa senang,

tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran dan terlibat langsung di dalamnya.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti melakukan penelitian tentang

pengembangan sikap sosial siswa menggunakan pendekatan PAKEM pada

pembelajaran IPS kelas VB di SD Negeri Mangiran, Kecamatan Srandakan,

Kabupaten Bantul. PAKEM merupakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif

dan menyenangkan. PAKEM diharapkan membuat pembelajaran tidak

membosankan dan monoton karena siswa terlibat langsung dalam pembelajaran

dan terjadi interaksi antar siswa sehingga siswa peka terhadap keadaan sosial baik

di lingkungan sekolah maupun permasalahan sosial di sekitarnya, dan akhirnya

dapat mengembangkan sikap sosial siswa kelas VB.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,

maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang terjadi di SD N Mangiran

sebagai berikut :

1. Sikap sosial siswa kelas VB SD Negeri Mangiran, Kecamatan Srandakan,

Kabupaten Bantul masih rendah.

2. Pemahaman siswa tentang materi mata pelajaran IPS masih kurang.

3. Guru kurang menggali potensi yang dimiliki siswa ketika menyampaikan

materi pelajaran.

9

4. Pembelajaran IPS yang berlangsung masih terpusat pada guru.

5. Guru masih jarang menggunakan media pembelajaran.

6. Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran IPS dan pendekatan

pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran selama ini kurang

menarik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan,

peneliti membatasi masalah pada:

1. Sikap sosial siswa yang masih rendah.

2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan selama ini kurang menarik dan

kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran IPS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dirumuskan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Bagaimana mengembangkan sikap sosial siswa dengan menggunakan

pendekatan PAKEM dalam pembelajaran IPS kelas VB di SD Negeri Mangiran,

Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul?

10

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sikap sosial siswa kelas VB

SD Negeri Mangiran, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul menggunakan

pendekatan PAKEM pada pembelajaran IPS.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah referensi bagi guru dalam melakukan variasi

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi Perjuangan

Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Mengembangkan sikap sosial siswa terhadap kehidupan di sekitarnya.

2) Melatih siswa untuk aktif dan terlibat langsung dalam proses

pembelajaran serta lebih memahami materi pembelajaran IPS yang

diberikan oleh guru.

b. Bagi guru

1) Mampu memahami hubungan siswa yang satu dengan yang lain.

2) Menambah wawasan guru akan keterampilan pembelajaran yang

digunakan seperti pendekatan PAKEM untuk meningkatkan mutu

pembelajaran IPS.

11

c. Bagi sekolah

1) Peningkatan kualitas sekolah dengan memiliki siswa yang sikap

sosialnya tinggi.

2) Memberikan sumbangan dalam meningkatkan mutu dan efektifitas

pembelajaran IPS yang baik.

d. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman secara langsung dalam upaya pengembangan

sikap sosial siswa dengan menggunakan pendekatan PAKEM dalam

pembelajaran IPS.

G. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan sesuai dengan judul penelitian sebagai berikut:

1. Sikap sosial yang diukur dalam penelitian ini didasari dengan beberapa

indikator yaitu: menunjukkan sikap terbuka pada teman, membentuk pendapat

secara jelas, melakukan sesuatu dengan kerjasama, menunjukkan sikap peduli

kepada teman, merasakan apa yang dirasakan teman, membangun suasana

yang komunikatif, melaksanakan tanggung jawab, mendengarkan pendapat

teman, menghargai orang lain, dan menunjukkan sikap suka menolong teman.

2. Pembelajaran PAKEM dalam penelitian dilaksanakan dengan beberapa

metode yang bervariasi yaitu metode diskusi kelompok, bermain peran,

ceramah bervariasi dan permainan seperti lempar bola kertas dan tongkat

berjalan supaya proses pembelajaran siswa menjadi aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan.

12

3. Materi IPS yang menjadi fokus penelitian terkait dengan SK: Menghargai

peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia; KD: Menghargai jasa dan peranan

tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia; Indikator:

(a) Menyebutkan beberapa usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan

Indonesia, (b) Menjelaskan peranan BPUPKI dan PPKI, (c) Mendeskripsikan

proses dan hasil perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan, (d) Mengenal

dan menghormati tokoh-tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia;

dan Materi: Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.

13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Sikap Sosial

1. Pengertian Sikap Sosial

Eagly dan Chaicken (Ratna Djuwita dkk, 2009: 121) mengemukakan

“sikap dapat merefleksikan sebuah fondasi yang terpenting dan awal dari

pemikiran sosial”. Berbeda dengan Krech dan Crutchfield (Michael Ardyanto,

2009: 137) yang mendefinisikan “sikap sebagai organisasi yang bersifat

menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif

mengenai beberapa aspek dunia individu”.

Berbeda juga dengan pendapat Allport (Michael Ardyanto, 2009: 137)

yang mengemukakan bahwa “sikap adalah keadaan mental dan saraf dari

kesiapan, diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau

terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang

berkaitan”. Senada dengan pendapat Harvery dan Smith (Abu Ahmadi, 2007:

150) yang menyatakan “sikap merupakan kesiapan merespon secara konsisten

dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi”.

Atkinson dkk (Nurdjannah Taufiq, 2008: 371) mengemukakan “sikap

meliputi rasa suka dan tidak suka; mendekati atau menghindari situasi, benda,

orang, kelompok; dan aspek lingkungan yang dapat dikenal lainnya, termasuk

gagasan abstrak, dan kebijakan sosial”. Senada juga dengan pendapat

Davidoff (Mari Juniati, 1991: 333) yang mendefinisikan “attitude atau sikap

sebagai konsep evaluatif yang telah dipelajari dan dikaitkan dengan pola

14

pikiran, perasaan, dan perilaku”. Sama halnya dengan pendapat Gerungan

(Abu Ahmadi, 2007: 150) yang menyatakan bahwa pengertian attitude dapat

diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat

merupakan sikap, pandangan atau perasaan, sikap disertai oleh kecenderungan

untuk bertindak terhadap suatu objek. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan

sebagai sikap terhadap suatu hal atau objek tertentu.

Abu Ahmadi (2007: 151-152) mengemukakan bahwa Traves, Gagne,

dan Cronbach sependapat sikap melibatkan 3 aspek atau komponen yang

saling berhubungan yaitu:

a. Aspek kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran,

berupa pengetahuan, kepercayaan, atau pikiran yang didasarkan pada

informasi yang berhubungan dengan objek.

b. Aspek afektif yaitu menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, emosi

yang berhubungan dengan objek berwujud proses yang menyangkut

perasaan-perasaan tertentu seperti senang, tidak senang, ketakutan,

kedengkian, simpati, dan sebagainya.

c. Aspek konatif yaitu melibatkan salah satu predisposisi/kecenderungan

untuk bertindak terhadap objek.

Definisi tentang sikap dari para ahli di atas dikuatkan dengan pendapat

Thomas (Abu Ahmadi, 2007: 149), yang memberi batasan “Sikap sebagai

suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata

ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial”. Dari

beberapa definisi tentang sikap yang telah disebutkan para ahli di atas, maka

15

dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesadaran individu yang menentukan

perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi dalam

kegiatan-kegiatan sosial.

Chaplin (Kartini Kartono, 2006: 469) mendefinisikan social attitudes

(sikap sosial) yaitu (1) satu predisposisi atau kecenderungan untuk bertingkah

laku dengan cara tertentu terhadap orang lain; (2) satu pendapat umum; dan

(3) satu sikap yang terarah kepada tujuan-tujuan sosial, sebagai lawan dari

sikap yang terarah pada tujuan-tujuan prive (pribadi). Senada dengan pendapat

Sudarsono (1997: 216) yang mendefinisikan social attitudes (sikap sosial)

yaitu sebagai perbuatan-perbuatan atau sikap yang tegas dari seseorang atau

kelompok di dalam keluarga atau masyarakat.

Sama halnya dengan Abu Ahmadi (2007: 152) yang menyebutkan

sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan

berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial dinyatakan tidak oleh

seorang tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya

adalah objek sosial (banyak orang dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-

ulang. Misalnya sikap masyarakat terhadap bendera kebangsaan, mereka

selalu menghormatinya dengan cara khidmat dan berulang-ulang pada hari-

hari nasional di negara Indonesia. Contoh lainnya sikap berkabung seluruh

anggota kelompok karena meninggalnya seorang pahlawannya.

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan para ahli di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa sikap sosial adalah kesadaran individu yang

menentukan perbuatan nyata untuk bertingkah laku dengan cara tertentu

16

terhadap orang lain dan mementingkan tujuan-tujuan sosial daripada tujuan

pribadi dalam kehidupan masyarakat. Indikator yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menunjukkan sikap terbuka pada teman, membentuk

pendapat secara jelas, melakukan sesuatu dengan kerjasama, menunjukkan

sikap peduli kepada teman, merasakan apa yang dirasakan teman, membangun

suasana yang komunikatif, melaksanakan tanggung jawab, mendengarkan

pendapat teman, menghargai orang lain, dan menunjukkan sikap suka

menolong teman.

2. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial

Abu Ahmadi (2007: 156-157) mengemukakan “terbentuknya suatu

sikap banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan

seperti keluarga, sekolah, norma, golongan agama, dan adat istiadat”. Sikap

tumbuh dan berkembang dalam basis sosial tertentu, seperti ekonomi, politik,

agama, dan sebagainya. Sikap dalam perkembangannya banyak dipengaruhi

oleh lingkungan, norma-norma atau kelompok. Hal ini mengakibatkan

perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan

pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa

interaksi manusia terhadap suatu objek tertentu.

Senada dengan Baron dan Byrne (Ratna Djuwita dkk, 2009: 123-126)

yang menyebutkan “salah satu sumber penting yang dapat membentuk sikap

yaitu dengan mengadopsi sikap orang lain melalui proses pembelajaran

sosial”. Pandangan terbentuk ketika berinteraksi dengan orang lain atau

17

mengobservasi tingkah laku mereka. Pembelajaran ini terjadi melalui

beberapa proses yaitu:

a. Classical conditioning yaitu pembelajaran berdasarkan asosiasi, ketika

sebuah stimulus muncul berulang-ulang diikuti stimulus yang lain,

stimulus pertama akan dianggap sebagai tanda munculnya stimulus yang

mengikutinya.

b. Instrumental conditioning yaitu belajar untuk mempertahankan pandangan

yang benar.

c. Observational learning yaitu pembelajaran melalui observasi/belajar dari

contoh, proses ini terjadi ketika individu mempelajari bentuk tingkah laku

atau pemikiran baru dengan mengobservasi tingkah laku orang lain.

d. Perbandingan sosial yaitu proses membandingkan diri dengan orang lain

untuk menentukan pandangan kita terhadap kenyataan sosial benar atau

salah.

Sama halnya dengan Sears dkk (Michael Adryanto dan Savitri

Soekrisno, 2009: 198-203) menyatakan “suatu model tentang situasi

perubahan sikap yang mengklasifikasikan berbagai kemungkinan pengaruh

terhadap seseorang dipandang dari sudut komunikasi dan situasi”. Terjadinya

perubahan sikap akan semakin besar apabila sumber dapat dipercaya dan

secara umum disukai oleh orang tersebut. Pengulangan pesan merupakan

sesuatu yang penting apabila perubahan sikap dipertahankan. Pengulangan

yang terlalu banyak akan menimbulkan kebosanan dan mengurangi dukungan

terhadap perubahan sikap.

18

Dengan begitu maka terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan sikap sosial, yaitu:

a. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.

Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan

mengolah pengaruh-pengaruh dari luar yang biasanya disesuaikan dengan

motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat

perhatian.

b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor

ini berupa interaksi sosial di dalam maupun di luar kelompok. (Abu

Ahmadi, 2007: 157-158).

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya.

Sikap terbentuk karena hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok,

lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam

kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi, dan

sebagainya. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak

memiliki peranan seperti lingkungan sekolah. Dalam penelitian ini

pembentukan sikap dengan menggunakan pendekatan PAKEM dapat terjadi

ketika siswa melakukan berbagai kegiatan kelompok dalam proses

pembelajaran karena dengan kegiatan yang dilakukan secara berkelompok

akan terjalin suatu interaksi dan komunikasi antara siswa satu dengan siswa

yang lain.

19

3. Ciri-ciri Sikap

Abu Ahmadi (2007: 164-165) mengemukakan ciri-ciri sikap sebagai

berikut:

a. Sikap itu dipelajari. Sikap merupakan hasil belajar perlu dibedakan dari

motif-motif psikologis lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja

dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu, kemungkinan terjadi

mempelajari sikap dengan sengaja apabila individu mengerti bahwa hal itu

akan membawa dampak yang lebih baik untuk dirinya sendiri, membantu

tujuan kelompok, atau memperoleh suatu nilai yang sifatnya perseorangan.

b. Memiliki kestabilan. Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi

lebih kuat, tetap, dan stabil melalui pengalaman.

c. Personal-societal significance. Sikap melibatkan hubungan antara

seseorang dengan orang lain dan juga antara orang dengan situasi. Jika

seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat,

maka akan sangat berarti bagi dirinya dan orang itu merasa bebas.

d. Berisi cognisi. Komponen cognisi daripada sikap adalah berisi informasi

yang nyata, misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak

menyenangkan.

e. Approach-avoidance directionality. Bila seseorang memiliki sikap yang

favorable terhadap sesuatu objek, mereka akan mendekati dan

membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang

unfavorable, mereka akan menghindarinya.

20

Sedangkan dengan ciri–ciri sikap menurut WHO adalah sebagai

berikut:

a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling). Hasil pemikiran dan

perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan

pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk

bertindak dengan pertimbangan untung-rugi, manfaat serta sumber daya

yang tersedia.

b. Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal references). Merupakan

faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu

pada pertimbangan-pertimbangan individu.

c. Sumber daya (resurces). Sumber daya yang tersedia merupakan

pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau

stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu

tersebut.

d. Sosial budaya (culture). Sosial budaya berperan besar dalam

mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/

stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2005: 125).

Jadi dapat disimpulkan ciri-ciri sikap dari beberapa peneliti diatas

yaitu sikap itu dipelajari, sikap memiliki kestabilan, sikap melibatkan

hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga antara orang dengan

situasi, sikap berisi informasi nyata, dan sikap berasal dari pemikiran serta

perasaan seseorang.

21

4. Fungsi Sikap

Baron dan Byrne (Ratna Djuwita dkk, 2009: 128) mengemukakan

sikap memiliki beberapa fungsi yang berguna yaitu:

a. Sikap beroperasi sebagai skema. Kerangka kerja mental membantu

manusia untuk menginterpretasi dan memproses berbagai jenis informasi,

sikap juga mempengaruhi persepsi dan pemikiran terhadap isu, objek, atau

kelompok dengan kuat.

b. Sikap sebagai fungsi pengetahuan yaitu kegunaan sikap dalam

mengorganisasi dan menginterpretasi informasi sosial.

c. Sikap sebagai ekspresi diri dan identitas diri yaitu memungkinkan untuk

mengekspresikan nilai-nilai utama atau keyakinan seseorang.

d. Sikap memiliki fungsi self-esteem yaitu membantu untuk mempertahankan

atau meningkatkan perasaan harga diri.

e. Sikap berfungsi untuk mempertahankan ego, membantu orang untuk

melindungi diri dari informasi yang tidak diinginkan tentang dirinya.

f. Sikap berfungsi sebagai motivasi.

Berbeda dengan Abu Ahmadi (2007: 165-168) yang menyebutkan

sikap memiliki fungsi (tugas) yang dibagi menjadi empat golongan yaitu:

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah

sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuatu yang mudah

menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi

rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota

kelompok yang lain.

22

b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Antara perangsang dan

reaksi terdapat sesuatu yang disisipkan yaitu sesuatu yang berwujud

pertimbangan-pertimbangan/ penilaian-penilaian terhadap perangsang itu,

sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang

erat hubungannya dengan cita-cita, tujuan hidup, peraturan-peraturan

kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan pada orang

lain dan sebagainya.

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal

ini dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-

pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara

aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak

semua dilayani manusia, tetapi manusia memilih yang perlu dan tidak

perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.

d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering

mencerminkan kepribadian seseorang. Sikap tidak pernah terpisah dari

pribadi yang mendukungnya. Melihat sikap pada objek-objek tertentu,

orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai

pernyataan pribadi, untuk dapat memahami sikap sosial biasanya tidak

mudah, maka terdapat metode-metode sebagai berikut:

1) Metode langsung ialah metode dimana orang itu secara langsung

diminta pendapatnya mengenai objek tertentu. Metode ini lebih mudah

pelaksanaannya tetapi hasilnya kurang dipercayai.

23

2) Metode tidak langsung ialah metode dimana orang diminta supaya

menyatakan dirinya mengenai objek sikap yang diselidiki, tetapi secara

tidak langsung.

3) Tes tersusun ialah tes yang menggunakan skala sikap yang

dikonstruksikan terlebih dahulu menurut prinsip-prinsip tertentu.

4) Tes yang tidak tersusun ialah misalnya wawancara, daftar pertanyaan,

dan bibliografi.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan fungsi sikap yaitu

sebagai alat untuk menyesuaikan diri, alat pengatur tingkah laku, alat pengatur

pengalaman-pengalaman, dan pernyataan kepribadian seseorang.

5. Pengukuran Sikap

Abu Ahmadi (2007: 168-176), mengemukakan para ahli Psikologi

Sosial telah berusaha untuk mengukur sikap dengan berbagai cara. Beberapa

bentuk pengukuran sudah mulai dikembangkan sejak diadakannya penelitian

sikap yang pertama yaitu pada tahun 1920. Subjek diminta untuk merespon

objek sikap dalam berbagai cara. Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara:

a. Pengukuran sikap secara langsung.

Pada umumnya digunakan tes psikolgi yang berupa sejumlah item

yang telah disusun secara hati-hati, saksama, selektif sesuai dengan

kriteria tertentu. Tes psikologi ini kemudian dikembangkan menjadi skala

sikap. Skala sikap ini diharapkan mendapat jawaban atas pertanyaan

dengan berbagai cara oleh responden terhadap suatu objek psikologi.

24

b. Pengukuran sikap secara tidak langsung.

Teknik pengukuran sikap secara langsung yang telah dibahas

tertuju pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk

dikomunikasikan secara lisan. Dengan teknik demikian, subjek juga tahu

bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan ini akan mempengaruhi

jawabannya. Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam penggunaan

teknik pengukuran secara langsung adalah seperti ini, sebab kemungkinan

untuk menjawab tidak jujur dalam arti tidak seperti apa adanya besar

sekali. Apabila kita ditanya tentang perasaan atau sikap kita terhadap

tetangga, kemungkinan besar akan menjawab yang positif meskipun tidak

demikian halnya. Sebenarnya masalah ini sudah dikurangi dengan

konstruksi item yang secermat-cermatnya. Namun demikian tidak berarti

bahwa masalah tersebut sudah teratasi sepenuhnya. Berdasar atas masalah

tersebut beberapa ahli berusaha mengembangkan suatu teknik mengukur

sikap secara langsung. Di dalam teknik tidak langsung, subjek tidak tahu

bahwa tingkah laku atau sikapnya sedang diteliti. Teknik tidak langsung

khususnya berguna bila responden kelihatan tidak mau mengutarakan

sikapnya secara jujur.

Pengukuran sikap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

melakukan pengukuran sikap secara langsung karena peneliti menggunakan

tes sikap berupa pernyataan dengan skala sikap yang diisi oleh responden.

25

6. Hubungan Sikap dengan Tingkah Laku

Pada umumnya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang

menentukan tingkah lakunya. Schuman dan Johnson (Michael Adryanto dan

Savitri Soekrisno, 2009: 150) menyatakan sebagian besar penelitian sikap-

tingkah laku memberikan hasil yang positif, hubungan yang terjadi untuk

menunjukkan sesuatu yang penting untuk dilibatkan, apapun prosesnya yang

mendasari seseorang tersebut.

Senada dengan pendapat Allport (Ratna Djuwita dkk, 2009: 130) yang

menyatakan “sikap dengan tingkah laku sebagai sebuah kecenderungan untuk

bertingkah laku dengan cara tertentu dalam situasi sosial”. Sama halnya

dengan Abu Ahmadi (2007: 159) yang menyatakan adanya hubungan yang

erat antara sikap tingkah laku didukung oleh pengertian sikap yang

mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.

Baron dan Byrne (Ratna Djuwita dkk, 2009: 129-132) juga

mengemukakan “sikap adalah determinan penting dalam tingkah laku”.

Beberapa faktor mempengaruhi kekuatan hubungan antara sikap dan tingkah

laku:

a. Aspek situasi yaitu keadaan ketika sikap diaktifkan. Hambatan situasi

dapat mencegah untuk mengekspresikan sikap secara terbuka, manusia

cenderung menyukai situasi yang mengizinkan untuk mengekspresikan

sikap.

b. Aspek dari sikap itu sendiri yaitu sifat dari asal-usul sikap itu sendiri yang

mencakup bagaimana sikap terbentuk, kekuatan sikap (kemudahan sikap

26

untuk diakses, pengetahuan, kepentingan, dan kepentingan pribadi), serta

kekhususan sikap.

Sikap mempengaruhi tingkah laku melalui mekanisme yang berbeda,

ketika manusia dapat memberikan pemikiran yang mendalam terhadap sikap,

intensi yang berasal dari sikap dapat memprediksi dengan kuat tingkah laku

seseorang. Dalam situasi ketika manusia tidak dapat melakukan pertimbangan

tersebut, sikap mempengaruhi tingkah laku dengan membentuk persepsi

terhadap situasi tersebut.

Dalam penelitian ini penggunaan pendekatan PAKEM dalam

pembelajaran IPS dengan kegiatan yang dilakukan secara berkelompok dapat

membentuk sikap siswa yang nantinya akan berpengaruh terhadap tingkah

laku siswa. Apabila siswa sadar dan mengetahui akan tanggung jawab

terhadap kegiatan yang dilakukan maka siswa tersebut akan menyelesaikan

tugasnya secara sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin.

B. Pendekatan PAKEM

1. Pengertian PAKEM

PAKEM merupakan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,

dan Menyenangkan. PAKEM adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan

siswa mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan,

sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Guru

menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan

27

lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif

(La Iru dan La Ode Safiun Arihi, 2012: 79).

Tujuan pembelajaran telah ditetapkan dalam kurikulum, guru perlu

melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan,

menentukan pemilihan materi dan metode pembelajaran sampai pada

penilaian. Serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan tersebut, sering disebut dengan pendekatan pembelajaran. Ujang

Sukandi (Jamal Ma’mur Asmani, 2012: 61-62) mengemukakan “pendekatan

adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian”.

Pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran, guru harus

menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis penuh aktivitas sehingga

siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan (Syaiful

Sagala, 2010: 59). Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam

proses pembelajaran seperti mencari informasi, mengolah informasi,

menyimpulkan, dan diterapkan. Belajar merupakan suatu proses aktif dari

siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya

menerima ceramah guru tentang pengetahuan. Apabila pembelajaran tidak

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka

pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari

siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi kreatif, yang

mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain

(Jamal Ma’mur Asmani, 2012: 60).

28

Beberapa ciri dari pembelajaran aktif yang dikemukakan dalam

panduan pembelajaran model ALIS (Active Learning In School, 2009) adalah

sebagai berikut : (1) pembelajaran berpust pada siswa, (2) pembelajaran terkait

dengan kehidupan nyata, (3) pembelajaran mendorong anak untuk berpikiran

tingkat tinggi, (4) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-

beda, (5) pembelajaran mendorong anak berinteraksi multi arah (siswa-guru),

(6) pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber

belajar, (7) pembelajaran berpusat pada anak, (8) penataan lingkungan belajar

memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar, (9) guru memantau

proses belajar siswa, dan (10) guru memberikan umpan balik terhadap hasil

kerja anak (Hamzah B Uno dan Nurdin Mohamad, 2011: 75-76).

Pembelajaran yang kreatif yaitu guru menciptakan kegiatan belajar

yang beragam serta mampu membuat alat bantu/ media belajar sederhana yang

memudahkan pemahaman siswa dan siswa diarahkan dalam kelompok kecil

dalam proses pembelajaran (Syaiful Sagala, 2010: 59). Pembelajaran kreatif

adalah salah satu pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan berpikir siswa (Jamal Ma’mur Asmani, 2012: 60). Pembelajaran

kreatif pada dasarnya mengembangkan otak kanan anak yang dalam teori

Hemosfir disebutkan bahwa belahan otak anak terdiri belahan kiri dan belahan

kanan. Belahan kiri sifatnya konvergen dengan ciri utamanya berpikir linier

dan teratur, sementara belahan otak kanan sifatnya difergen dengan ciri

utamanya berpikir konstruktif dan kreatif. Pembelajaran kreatif merupakan

suatu pembelajaran yang mampu membuat atau menciptakan hal-hal baru

29

berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang ada (Hamzah B Uno dan

Nurdin Mohamad, 2011: 12-13).

Pembelajaran yang efektif yaitu proses pembelajaran yang bermakna

bagi siswa. Keadaan aktif dan menyenangkan tidak cukup jika proses

pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai

siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Belajar memiliki sejumlah

tujuan yang harus dicapai. Pembelajaran efektif adalah salah satu

pembelajaran yang menghendaki supaya siswa membawa sejumlah potensi

untuk dikembangkan melalui kompetensi yang telah ditetapkan, dan dalam

waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa dengan baik atau tuntas

(Hamzah B Uno dan Nurdin Mohamad, 2011: 13-14).

Pembelajaran yang efektif dan bermakna membawa pengaruh tertentu

untuk siswa, perencanaan pembelajaran yang telah dibuat guru harus

dilaksanakan dengan tepat dan mencapai hasil belajar serta kompetensi yang

ditetapkan. Pembelajaran yang efektif dan bermakna menunjukkan bahwa

selama pembelajaran berlangsung dapat mewujudkan keterampilan, yaitu

siswa menguasai kompetensi dan keterampilan yang diharapkan (Syaiful

Sagala, 2010: 60).

Pembelajaran menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran

yang di dalamnya terdapat sebuah hubungan yang kuat antara siswa dengan

siswa tanpa ada perasaan takut dan tertekan. Pembelajaran berlangsung lebih

menyenangkan apabila ruang kelas ditata dalam suasana yang menarik. Guru

30

menghindari cara-cara intimidasi dalam mengajar, tetapi mengedepankan

cara-cara yang persuasive dan memberi penguatan (Syaiful Sagala, 2010: 60).

Jamal Ma’mur Asmani (2012: 61) menyatakan “pembelajaran yang

menyenangkan yaitu proses pembelajaran yang membuat suasana belajar

mengajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa memusatkan perhatiannya

secara penuh pada materi dan waktu siswa menjadi tinggi pada pembelajaran”.

Pembelajaran yang menyenangkan, guru harus dapat mengkondisikan siswa

supaya berani bertanya, mengemukakan pendapat ataupun mempertanyakan

pendapat orang lain.

2. Ciri-ciri PAKEM

La Iru dan La Ode Safiun Arihi (2012: 79) mengemukakan ciri-ciri

PAKEM adalah:

a. Pembelajarannya mengaktifkan siswa,

b. Mendorong kreativitas siswa dan guru,

c. Pembelajarannya efektif, dan

d. Pembelajarannya menyenangkan terutama bagi siswa.

Sama halnya dalam Jamal Ma’mur Asmani (2012: 83-84) yang

menyebutkan bahwa ciri-ciri PAKEM antara lain:

a. Siswa terlibat dalam berbagai keadaan yang mengembangkan pemahaman

dan kemampuan dengan penekanan pada belajar melalui tindakan.

b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara dalam membangkitkan

semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar

31

untuk menjadikan pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan, dan

tepat bagi siswa.

c. Guru mengatur kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan ajar

yang lebih menarik.

d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih interaktif, termasuk belajar

kelompok.

e. Guru mendorong siswa untuk menemukan cara sendiri dalam pemecahan

suatu masalah, mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam

menciptakan lingkungan sekolahnya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan ciri-ciri PAKEM

yaitu pembelajarannya mengaktifkan siswa, mendorong kreativitas siswa dan

guru, pembelajarannya efektif, dan pembelajarannya menyenangkan bagi

siswa.

3. Prinsip PAKEM

La Iru dan La Ode Safiun Arihi (2012: 78-79) menyatakan ada empat

prinsip utama dalam proses pembelajaran PAKEM yaitu:

a. Proses interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, siswa,

multimedia, referensi, lingkungan, dan sebagainya).

b. Proses komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar

mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau

simulasi role-play).

32

c. Proses refleksi (siswa memikirkan kembali tentang manfaat yang telah

dipelajari dan dilakukan).

d. Proses eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua

indera melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan, atau wawancara).

Senada dengan pendapat Jamal Ma’mur Asmani (2012: 123-126) yang

menyebutkan dalam pelaksanaan PAKEM terdapat empat komponen atau

prinsip yaitu :

a. Mengalami

Siswa belajar banyak melalui berbuat dan pengalaman langsung

dengan mengaktifkan banyak indera. Beberapa contoh dari prinsip

mengalami adalah melakukan pengamatan, percobaan, penyelidikan,

wawancara, dan penggunaan alat peraga.

b. Interaksi

Interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru

perlu untuk selalu dijaga supaya mempermudah dalam membangun

makna. Adanya interaksi, pembelajaran menjadi lebih menarik, kesalahan

makna berpeluang terkoreksi, makna yang terbangun semakin mantap, dan

kualitas hasil belajar meningkat. Prinsip interaksi memberikan peluang

para siswa untuk berekspresi dan berartikulasi sesuai kemampuan masing-

masing. Potensi mereka akan berkembang karena aktualisasi yang terus

dikembangkan.

33

c. Komunikasi

Komunikasi dapat diartikan sebagai cara menyampaikan apa yang

diketahui. Interaksi belum cukup jika tidak dilengkapi dengan komunikasi

yang baik, karena interaksi akan lebih bermakna jika interaksi itu

komunikatif. Makna yang terkomunikasikan kepada orang lain secara

terbuka memungkinkan untuk mendapat tanggapan. Beberapa cara

komunikasi yang dapat dilakukan misalnya dengan pajangan, presentasi,

maupun laporan.

d. Refleksi

Refleksi berarti memikirkan kembali apa yang diperbuat/

dipikirkan. Refleksi dapat memberikan peluang untuk memunculkan

gagasan baru yang bermanfaat dalam perbaikan hasil pembelajaran,

dengan refleksi kesalahan dapat dihindari sehingga tidak terulang. Prinsip

refleksi dapat dijadikan sebagai wahana evaluasi dari strategi yang telah

diterapkan dan hasil yang didapatkan. Refleksi dapat mengetahui

kelemahan dan kelebihan atau efektif dan tidaknya suatu jenis

pembelajaran yang berlangsung.

Empat prinsip diatas harus diaplikasikan di lapangan, guru tidak boleh

menyimpang dari keempat prinsip tersebut. Keempat prinsip PAKEM berjalan

pada kerangka dasar yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu membentuk

pembelajaran yang berkualitas dan mampu menghasilkan siswa yang siap

berkreasi demi bangkitnya potensi bangsa.

34

4. Metode PAKEM

Jamal Ma’mur Asmani (2012: 127-147) untuk menerapkan PAKEM

secara efektif dan produktif, ada delapan metode yang harus dilakukan oleh

guru, yaitu :

a. Mendorong siswa untuk menghafalkan.

Hafalan mempunyai pengaruh besar terhadap keilmuan seseorang.

Siswa yang hafal mempunyai kekuatan untuk memperdalam pemahaman

dan mengembangkan pemikiran secara lebih luas. Dengan menghafal

pelajaran, siswa dapat langsung menarik kembali ilmu setiap waktu.

Dalam konteks PAKEM, hafalan menjadi fondasi utama dalam

mengadakan komunikasi interaktif dalam bentuk diskusi, debat, dan

sebagainya.

b. Menekankan siswa untuk bertanya.

Selanjutnya melatih siswa untuk berpikir kritis, yaitu dengan

banyak bertanya kepada guru. Berpikir kritis berarti mempertanyakan

sesuatu yang belum jelas, sesuatu yang masih menjadi perdebatan. Siswa

terlalu banyak diberi ilmu pengetahuan, tanpa ada celah untuk mengolah

dan menyempurnakannya. Bertanya dapat menjadi sarana efektif untuk

mengetes daya kritis siswa.

c. Memulai diskusi interaktif.

Pada tahap ini, siswa berlatih untuk berpikir analisis dan solutif.

Siswa akan mengamati faktor yang tidak kelihatan dari suatu masalah dan

35

mengidentifikasikan faktor-faktor penyebabnya, kemudian menawarkan

solusi persoalan dengan ide-ide cerdas, visioner, dan aplikatif.

d. Mengajak siswa belajar di luar kelas.

Upaya penyegaran (refreshing), siswa diajak jalan-jalan ke luar

kelas, misalkan ke halaman dengan mengamati fenomena sosial dan

mendiskusikannya bersama, lebih efektif siswa diajak ke perpustakaan.

Siswa dapat menyatu dengan lingkungan dan budaya yang berkembang

sehingga siswa mudah beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat.

e. Mengembangkan kreativitas siswa.

Salah satu ciri PAKEM adalah kreativitas. Guru harus mendorong

kreativitas siswa supaya dapat berkembang dengan cepat. Tanpa

kreativitas yang terlatih, siswa akan sulit menghadapi ketatnya persaingan

dan perbedaan yang muncul.

f. Melatih penelitian.

Penelitian melatih siswa supaya termotivasi untuk mengetahui hal-

hal yang belum terpikirkan. Terjun langsung sebagai peneliti dengan bekal

metodologi yang mantap, membuat kepercayaan diri dan keyakinan yang

tinggi bahwa siswa mampu memecahkan masalah yang timbul.

g. Mengadakan studi banding.

Studi banding akan meningkatkan kepercayaan yang tinggi dalam

diri siswa. Selain berkreasi dan wisata ke tempat-tempat yang menarik,

studi banding membuat pemahaman seseorang terhadap sesuatu menjadi

komperehensif dan bermakna.

36

h. Melatih jurnalistik.

Jurnalistik atau segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia

tulis menulis dapat menjadi cara efektif bagi guru untuk menggali dan

mengembangkan potensi siswa.

5. Hal-hal yang diperhatikan dalam Menerapkan Pendekatan PAKEM

Jamal Ma’mur Asmani (2012: 99-105) dalam pelaksanaan PAKEM,

ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

a. Memahami sifat yang dimiliki siswa.

Pada dasarnya, siswa memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi.

Sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangannya sikap/

berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu

proses yang harus diperhatikan, sehingga kedua sifat tersebut dapat

berkembang dengan baik.

b. Mengenal siswa secara perseorangan.

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan

memiliki kemampuan yang berbeda. PAKEM memperhatikan perbedaan

individual siswa dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa dalam kelas

tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda dengan

kecepatan belajarnya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat

dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).

37

c. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar.

Sebagai makhluk sosial, secara alami siswa akan bermain secara

berpasangan atau berkelompok. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam

pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu,

siswa dapat melakukannya secara berpasangan atau berkelompok.

Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas dengan baik

apabila siswa duduk berkelompok. Duduk seperti itu memudahkan siswa

untuk berinteraksi dan bertukar pikiran, di samping itu siswa perlu

menyelesaikan tugas secara perorangan supaya bakat individunya juga

bekembang.

d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan memecahkan

masalah.

Pada dasarnya, hidup ini adalah untuk memecahkan masalah

sehingga dibutuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk

menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan

masalah. Kedua jenis berpikir kritis tersebut, barasal dari rasa ingin tahu

dan imajinasi, keduanya ada pada diri siswa sejak lahir. Guru perlu

mengembangkannya dengan sering memberikan tugas atau mengajukan

pertanyaan secara terbuka.

e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan

dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk

memenuhi ruang kelas. Hasil pekerjaan yang dipajang, baik hasil

38

perorangan maupun kelompok tersebut diharapkan dapat memotivasi

siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa yang

lain. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan

ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena

dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang

sangat bermanfaat untuk bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan

sebagai media belajar dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan

lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat siswa merasa senang

dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu ke

luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk

menghemat biaya dan waktu.

g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar.

Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam

belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah

satu bentuk interaksi antara guru dan siswa tersebut. Umpan balik itu

hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa.

Memberikan umpan balik dilakukan secara santun supaya siswa lebih

percaya diri dalam mengahadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru

harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan

komentar serta catatan demi peningkatan kemampuan siswa. Catatan ini

39

akan lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya nilai

angka.

h. Membedakan aktif fisik dan aktif mental.

Banyak guru sudah merasa puas apabila meyaksikan para siswa

terlihat sibuk bekerja dan bergerak, apalagi jika kursi dan meja diatur

berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut

bukan ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan

daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain,

dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat

berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, baik

takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Guru

hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang

dari guru itu sendiri maupun dari temannya.

Berdasarkan paparan tentang prinsip PAKEM, ciri-ciri PAKEM, dan

Proses Pelaksanaan PAKEM seperi yang dijelaskan yang diatas, pendekatan

PAKEM dapat membawa perubahan pembelajaran yang tidak lagi

memposisikan siswa sebagai objek belajar melainkan sebagai subjek belajar.

Pembelajaran disajikan lebih menarik, bervariasi, dan mengaktifkan siswa

dalam proses pembelajaran.

6. Kelebihan PAKEM

La Iru dan La Ode Safiun Arihi (2012: 80) mengemukakan kelebihan

PAKEM yaitu:

40

a. Pakem merupakan pembelajaran yang mengembangkan kecakapan hidup.

b. Dalam pakem siswa belajar bekerja sama.

c. Pakem mendorong siswa menghasilkan karya kreatif.

d. Pakem mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses.

e. Pakem menghargai potensi semua siswa.

f. Program untuk meningkatkan pakem di sekolah harus ditingkatkan

kuantitas dan kualitasnya.

Senada dengan pendapat Syaiful Sagala (2010: 59-60) yang

menyebutkan kelebihan PAKEM:

a. Melatih siswa untuk bekerjasama.

b. Menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

c. Melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan

masalah.

d. Siswa dapat menguasai kompetensi dan keterampilan pembelajaran.

e. Siswa tidak merasa takut, bosan dan tertekan ketika proses pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan kelebihan PAKEM yaitu melatih siswa untuk

bekerjasama, lebih aktif, berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan

masalah, serta siswa tidak merasa takut dan tertekan mengikuti proses

pembelajaran yang berlangsung.

7. Metode-Metode Pembelajaran yang Bernuansa PAKEM

Beberapa metode pembelajaran pendukung pendekatan PAKEM yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

41

a. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok merupakan cara untuk memecahkan berbagai

masalah kehidupan, siswa belajar menghargai pendapat orang lain,

bersikap terbuka, mengaktualisasi diri, percaya diri dan sebagainya. Gulo

(2004: 133) mengemukakan langkah-langkah kegiatan siswa dalam

metode diskusi kelompok:

1) Siswa mendengar, bertanya, mengusulkan, dan mencatat materi yang

berhubungan dengan konten serta aturan diskusi yang ditetapkan guru.

2) Siswa masuk ke dalam kelompok.

3) Siswa merumuskan, mengklarifikasikan, menyusun berbagai tujuan,

dan mengatur urutan tugas.

4) Siswa membaca, wawancara, pengamatan, mengambil catatan,

meneliti, mengorganisasi data secara individu.

5) Siswa menganalisis data, membuat kesimpulan secara individual dan

menyiapkan laporan kepada kelompok.

6) Siswa membahas materi secara bersama, saling mengkritik,

mengambil catatan, dan membuat kesimpulan sementara.

7) Siswa menulis laporan kelompok.

8) Siswa berpartisipasi membahas materi, bertanya, dan menanggapi

antar kelompok.

9) Siswa secara bersama menyimpulkan materi yang telah dibahas

dengan mencatat.

42

10) Siswa mengemukakan saran dan kegiatan lanjutan berdasarkan

kesimpulan.

Senada dengan Hasibuan dan Moedjiono (2006: 23-24) yang

mengemukakan langkah-langkah metode diskusi kelompok seperti berikut:

1) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan

memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara

pemecahannya.

2) Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-kelompok

diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor),

mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya.

3) Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan

guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain,

menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan supaya

setiap kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi berjalan lancar.

4) Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil diskusi

tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama kelompok lain.

5) Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan

laporan hasil diskusi setiap kelompok.

Dari beberapa pendapat tentang langkah-langkah metode diskusi

kelompok diatas, dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Siswa memahami masalah yang akan didiskusikan.

2) Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.

43

3) Setiap kelompok mendapat lembar kerja siswa dan mendiskusikan

jawaban yang benar serta memastikan anggota mengetahui

jawabannya.

4) Siswa dikelilingi guru ketika berdiskusi.

5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas.

6) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan tanggapan,

kemudian menyimpulkan materi yang telah dibahas.

b. Bermain Peran

Bermain peran merupakan suatu teknik atau cara supaya para guru

dan siswa memperoleh nilai-nilai perasaan. Hidayati (2002: 93)

mengemukakan langkah-langkah dalam bermain peran, yaitu:

1) Pemanasan (pengantar serta pembahasan cerita dari guru).

2) Memilih siswa yang akan berperan.

3) Menyiapkan penonton yang akan mengobservasi.

4) Mengatur panggung.

5) Permainan.

6) Diskusi dan evaluasi.

7) Permainan berikutnya.

8) Diskusi lebih lanjut.

9) Generalisasi.

Senada dengan Hamzah B. Uno (2010: 26-28) yang

mengemukakan langkah-langkah bermain peran sebagai berikut:

1) Pemanasan.

44

2) Memilih pemain (partisipan).

3) Menata panggung.

4) Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat.

5) Permainan peran dimulai.

6) Guru bersama siswa mendiskusikan permainan yang telah dilakukan

dan mengevaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan.

7) Permainan peran ulang.

8) Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas.

9) Berbagi pengalaman dan membuat kesimpulan.

Sedangkan dalam penelitian ini, menggunakan metode bermain

peran dengan langkah-langkah sebagai brikut:

1) Siswa memahami cerita dari guru tentang materi yang akan dipelajari.

2) Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.

3) Setiap siswa mendapat naskah dan membagi peran dalam kelompok.

4) Setiap kelompok memainkan drama secara bergantian.

5) Siswa kelompok lain dan guru mengamati permainan drama.

6) Siswa dan guru menanggapi permainan drama yang dilakukan.

7) Siswa dan guru membuat kesimpulan.

c. Snowball Throwing

Jamal Ma’mur Asmani (2012: 47) mengemukakan langkah-

langkah metode snowball throwing:

1) Siswa mendengarkan materi yang disajikan guru.

45

2) Siswa dibentuk kelompok-kelompok dan masing-masing ketua

kelompok dipanggil untuk diberi penjelasan materi oleh guru.

3) Ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian

menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temannya.

4) Setiap siswa diberikan satu lembar kertas untuk menuliskan satu

pertanyaan menyangkut materi yang dijelaskan ketua kelompok.

5) Kertas yang berisi pertanyaan dibuat seperti bola dan dilempar dari

satu siswa ke siswa lain selama ± 15 menit.

6) Setelah waktu melempar habis, setiap siswa akan mendapatkan satu

bola kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Siswa diberikan

kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas

tersebut secara bergantian.

7) Siswa melakukan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari.

8) Guru menutup pembelajaran.

Senada dengan Martinis Yamin (2007: 92) yang mengemukakan

langkah-langkah menggunakan bola pertanyaan:

1) Setiap siswa mendapat selembar kertas kosong.

2) Siswa menulis pertanyaan pada kertas tanpa menulis nama atau

identitas.

3) Siswa meremas kertas menjadi seperti bola.

4) Guru mengumpulkan bola pertanyaan dalam keranjang dan melempar

bola-bola itu kepada setiap siswa.

46

5) Bola yang didapat siswa dilempar kembali ke siswa lain seperti

bermain perang-perangan dalam waktu 30 detik.

6) Setelah ada aba-aba, setiap siswa mengambil sebuah bola, membuka,

dan menjawab pertanyaan tersebut di depan kelas.

7) Siswa dan guru menanggapi jawaban tersebut bila perlu.

Dalam penelitian ini menggunakan istilah lempar bola kertas dalam

proses pembelajaran, yang intinya sama dengan langkah-langkah

pembelajaran dari beberapa pendapat diatas. Langkah-langkah lempar bola

kertas dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Siswa memahami materi yang dijelaskan oleh guru.

2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.

3) Ketua kelompok maju ke depan kelas dan diberi penjelasan tentang

materi oleh guru.

4) Ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian

menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada kelompoknya.

5) Masing-masing siswa diberi satu lembar kertas untuk menuliskan satu

pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari.

6) Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar

dari satu siswa ke siswa lain.

7) Setiap siswa mendapat satu bola kertas yang berisi pertanyaan.

8) Siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut

secara begantian dan memberikan tanggapan terhadap jawaban teman.

47

d. Ceramah Bervariasi

Ceramah bervariasi merupakan suatu metode ceramah yang

divariasikan dengan metode lain supaya proses pembeljaran tidak monoton

dan siswa merasa senang (Gulo, 2004: 142). Dalam penelitian ini, metode

ceramah divariasikan dengan permainan lempar bola kertas.

e. Tongkat Berjalan

Tongkat berjalan adalah salah satu permainan untuk mengasah cara

berpikir siswa apabila mendapat suatu masalah dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Siswa yang duduk di barisan paling depan pojok kanan ditunjuk

sebagai starter.

2) Siswa pertama memberikan tongkat kepada teman sebelahnya dan

seterusnya sambil menyanyi lagu Hari Kemerdekaan.

3) Siswa yang mendapat tongkat tepat pada lagu habis berhak mengambil

satu undian yang berisi nomor soal yang harus dijawab.

4) Siswa dibantu kelompoknya menjawaban pertanyaan tersebut tentang

apa yang harus dilakukan apabila mendapat suatu masalah.

5) Siswa dan guru menanggapi jawaban tersebut, kemudian

menyimpulkan materi.

48

C. Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Pengertian IPS

Somantri (Sapriya, 2009: 11) yang mengemukakan “Pendidikan IPS

adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan

humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan

secara ilmiah dan pedagogis/ psikologis untuk tujuan pendidikan”. Diperjelas

dengan pendapat Dahrendorf (Dadang Supardan, 2011: 30) yang menyebutkan

“ilmu-ilmu sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi,

geografi, sosial, politik, bahkan sejarah walaupun disatu sisi termasuk ilmu

humaniora”.

Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (1998: 1) juga mengemukakan

“Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan

konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui

pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan maknanya bagi

siswa dalam kehidupannya”. Senada dengan pendapat Trianto (2010: 171),

yang menyebutkan “Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas

dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari

aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,

politik, hukum, dan budaya)”.

Senada juga dengan Djodjo Suradisastra dkk (1991: 4), “Ilmu

Pengetahuan Sosial merupakan kajian tentang manusia dan dunia

sekelilingnya”. Pokok kajian IPS yaitu tentang hubungan antar manusia.

Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, manusia hidup

49

saling bergantungan, saling tolong-menolong satu sama lain dalam

lingkungannya sehingga timbul suatu hubungan antar manusia.

Sama halnya dengan pendapat Ichas H. A dan Tuti Istianti I (2006: 9-

10) mengemukakan bahwa “materi pengetahuan sosial merupakan wahana

pembelajaran dan pembangunan pengetahuan yang diharapkan tumbuh seiring

dengan perkembangan peserta didik dalam melihat diri dan lingkungannya”.

Proses dan hasilnya menjadi penuntun pula dalam menjawab sejumlah

pertanyaan dasar, antara lain : 1) Siapa diri saya?; 2) Pada masyarakat apa

saya berada?; 3) Persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi

anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?; 4) Apakah artinya menjadi

anggota masyarakat bangsa dan dunia?; dan 5) Bagaimanakah kehidupan

manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu?.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas tentang pengertian IPS dapat

disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang

mempelajari tentang gejala dan masalah-masalah sosial dalam aspek

kehidupan di lingkungan masyarakat, yang bertujuan supaya siswa dapat

memahami dan menghadapi masalah-masalah sosial yang ada dari berbagai

waktu pada masa lampau, masa sekarang maupun masa yang akan datang baik

dari masalah yang dekat dari siswa atau yang jauh dari siswa.

2. Tujuan IPS

Djodjo Suradisastra dkk (1991: 6) mengemukakan “tujuan Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) ada beberapa kesesuaian, yaitu upaya para siswa

50

supaya dapat menjadi warga negara yang baik”. Senada dengan Nursid

Sumaatmadja, 2008: 110) yang mengemukakan “Pendidikan IPS bertujuan

membina siswa menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan,

keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta

bagi masyarakat dan negara”. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, proses

mengajar dan membelajarkannya, tidak hanya terbatas pada aspek-aspek

pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) saja, melainkan

meliputi aspek sikap (afektif) dalam menghadapi kehidupan yang penuh

dengan masalah, tantangan, hambatan, dan persaingan.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD bertujuan supaya siswa mampu

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna untuk

dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPS bertujuan supaya

siswa dapat mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat

sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan

sebagai bangsa Indonesia (Kurikulum Pendidikan Dasar, 1993: 120).

Senada dengan Buchari Alma (2010: 6), yang mengemukakan “tujuan

utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi siswa

supaya peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki

sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan

terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang

menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat”.

Sependapat juga dengan Gross (Trianto, 2010: 173) yang menyebutkan

bahwa “tujuan IPS adalah mengembangkan kemampuan siswa menggunakan

51

penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapi”. Sama

halnya dengan Kosasih (Etin Solihatin dan Raharjo, 2007: 15) yang

menyatakan “Pendidikan IPS dapat membantu siswa dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti

dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya”.

Chapin, J.R, Messick, R.G (Ichas Hamid A dan Tuti Istianti I, 2006:

15) mengemukakan hakikat tujuan mata pelajaran IPS sebagai berikut:

a. Membina pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam

kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan dimasa yang akan

datang,

b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk

mencari dan mengolah/ memproses informasi,

c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/ sikap (values) demokrasi

dalam kehidupan bermasyarakat, dan

d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/

berperan serta dalam kehidupan sosial.

NCSS sebagai organisasi para ahli Social Studies (Ichas Hamid A dan

Tuti Istianti I, 2006: 15) juga merumuskan tujuan pembelajaran IPS untuk

mengembangkan siswa menjadi warganegara yang memiliki pengetahuan,

nilai, sikap dan keterampilan yang memadai unuk berperan serta dalam

kehidupan demokrasi dimana konten mata pelajarannya digali dan diseleksi

berdasarkan sejarah dan ilmu sosial, serta dalam banyak hal termasuk

52

humaniora dan sains. Tujuan utama pembelajaran IPS tidak dapat terpisahkan

karena saling berhubungan dan saling melengkapi.

Dari beberapa pendapat di atas tentang tujuan IPS dapat disimpulkan

bahwa Pendidikan IPS bertujuan mendidik dan memberi bekal kemampuan

dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,

kemampuan, dan lingkungannya. Tujuan IPS dalam penelitian ini adalah

supaya siswa dapat mengembangkan sikap sosial yang dimiliki, peka terhadap

lingkungan dan dapat mengatasi masalah yang dihadapi secara kekeluargaan.

3. Ruang Lingkup IPS

Ruang lingkup pengajaran ilmu pengetahuan sosial meliputi hal-hal

yang berkaitan dengan keluarga, masyarakat setempat, uang, tabungan, pajak,

ekonomi setempat, wilayah provinsi, wilayah kepulauan, pemerintahan

daerah, negara Republik Indonesia, dan pengenalan kawasan dunia

(Kurikulum Pendidikan Dasar, 1993: 121).

Senada dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun

2006 yang mengemukakan ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-

aspek sebagai berikut:

a. Manusia, Tempat dan Lingkungan.

b. Waktu, Keberlanjutan dan Perubahan.

c. Sistem sosial dan Budaya.

d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

53

Sama halnya dengan Nursid Sumaatmadja (2008: 1.17-1.23)

mengemukakan “ruang lingkup IPS yaitu kehidupan manusia dalam

masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat atau dapat juga

dikatakan manusia dalam konteks sosial”. Ditinjau dari berbagai aspek-

aspeknya, ruang lingkup tersebut meliputi hubungan sosial, ekonomi,

psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi, dan aspek politik. Dari ruang

lingkup kelompoknya, meliputi keluarga, rukun tetangga, rukun kampung,

warga desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat bangsa. Ditinjau dari

ruangnya, meliputi tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global. IPS

sebagai program pendidikan, ruang lingkupnya sama dengan yang telah

diuraikan di atas, namun ditambah dengan nilai-nilai yang menjadi karakter

program pendidikannya untuk dikembangkan.

Selain itu Djodjo Suradisastra dkk (1991: 9-11), juga menyebutkan

ruang lingkup IPS yaitu tentang manusia dan dunia sekelilingnya, yang terdiri

dari:

a. Kelas I SD disajikan keluarga dan lingkungannya.

b. Kelas II mendapat kajian tentang lingkungan pertetanggaan dan

komunitasnya di wilayah yang berbeda, umumnya di negara sendiri, akan

tetapi ada kalanya juga di negara lain pun diungkapkan.

c. Kelas III dihadapkan dengan komunitas sendiri dan luar negeri yang lebih

menitikberatkan tentang masalah sumber komunitas sendiri, kebutuhan

pangan, sandang dan papan, selain itu juga bentuk-bentuk komunikasi dan

transportasi serta kehidupan di kota.

54

d. Kelas IV memperoleh bahan belajar tentang beberapa lingkungan wilayah

dan kebudayaan di dunia. Ditegaskan bahwa titik berat terutama tentang

komunitas dalam kebudayaan tersebut.

e. Kelas V membahas sejarah dan geografi negara sendiri, meliputi tentang

sosiologi dan antropologi negara sendiri. Dalam beberapa program

diungkapkan pula tentang negara tetangga.

f. Kelas VI membahas tentang sejarah, geografi, dan beberapa segi dari

wilayah tertentu di dunia, terutama dibelahan dunia sebelah timur.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang

lingkup IPS yaitu: manusia; keluarga; tempat dan lingkungan; waktu;

keberlanjutan dan perubahan; sosial dan budaya; politik; perilaku ekonomi

dan kesejahteraan masyarakat. Ruang lingkup IPS dalam penelitian ini yaitu

siswa, sekolah, lingkungan, serta hubungan sosial antar siswa dan guru.

4. Dimensi IPS

Sapriya (2009: 48-56) mengemukakan program pendidikan IPS yang

komprehensif adalah program yang mencakup empat dimensi yaitu meliputi :

a. Dimensi Pengetahuan (Knowledge).

Setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial yang

berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa pengetahuan sosial meliputi

peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu. Ada pula yang

mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencakup keyakinan-

keyakinan dan pengalaman belajar siswa. Secara konseptual, pengetahuan

55

hendaknya mencakup: fakta, konsep, dan generalisasi yang dipahami oleh

siswa.

b. Dimensi Keterampilan (Skills).

Pendidikan IPS sangat memperhatikan dimensi keterampilan

disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Kecakapan mengolah

dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting

untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu

berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Terdapat

sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam

dimensi IPS dalam proses pembelajaran:

1) Keterampilan meneliti

2) Keterampilan berpikir

3) Keterampilan partisipasi sosial

4) Keterampilan berkomunikasi

c. Dimensi Nilai dan Sikap (Values and Attitudes).

Pada hakikatnya, nilai merupakan sesuatu yang berharga. Nilai

yang dimaksud adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang

telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu

yang terungkap ketika berpikir atau bertindak. Nilai dipelajari sebagai

hasil dari pergaulan atau komunikasi antar individu dalam kelompok

seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau

persatuan dari orang-orang yang satu tujuan.

56

d. Dimensi Tindakan (Action).

Tindakan sosial merupakan dimensi yang penting karena tindakan

dapat memungkinkan siswa menjadi aktif. Siswa dapat belajar berlatih

secara konkret dan praktis. Dengan belajar dari apa yang diketahui dan

terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas apa

yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, para siswa belajar menjadi

warga negara efektif di masyarakat.

5. Strategi Pembelajaran IPS

Trianto (2010: 184-187) membahas tentang strategi pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial, yaitu:

a. Strategi urutan penyampaian suksesif.

Apabila guru menyampaikan materi pembelajaran lebih dari satu,

maka sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam kemudian

secara berurutan menyajikan materi berikutnya.

b. Strategi penyampaian fakta.

Apabila guru menyampaikan materi pembelajaran termasuk jenis

fakta (nama benda, nama tempat, nama orang, peristiwa sejarah, dll)

strategi yang tepat untuk mengajarkan materi tersebut dengan menyajikan

materi dengan lisan, tulisan, atau gambar.

c. Strategi penyampaian konsep.

Tujuan mempelajari konsep adalah supaya siswa paham, dapat

menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan,

57

menggeneralisasi, dan sebagainya. Langkah-langkah mengajarkan konsep:

menyajikan konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,

dan contoh), pemberian latihan/ tugas, pemberian umpan balik, dan

pemberian tes.

d. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip.

Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi

pembelajaran jenis prinsip (rumus, hukum, dan teori) yaitu dengan

menyajikan prinsip oleh siswa hasil penelusuran di perpustakaan lewat

penugasan, memberikan bantuan berupa contoh penerapan prinsip dalam

kehidupan sehari-hari, memberikan soal latihan, memberikan umpan balik,

dan memberikan tes atau penilaian praktek.

e. Strategi penyampaian prosedur.

Tujuan mempelajari prosedur adalah supaya siswa dapat

melakukan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Strategi ini

merupakan langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut yaitu

menyajikan prosedur, memberikan bantuan dengan jalan

mendemonstrasikan cara melaksanakan prosedur, memberikan latihan/

praktik, memberikan umpan balik, dan memberikan tes.

f. Strategi mengajarkan/ menyampaikan materi aspek sikap (afektif).

Materi pembelajaran aspek sikap (afektif) adalah pemberian

respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian. Beberapa

strategi mengajarkan materi aspek sikap antara lain: penciptaan kondisi,

pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi, dan penyampaian ajaran.

58

Strategi pembelajaran IPS yang digunakan dalam penelitian ini strategi

penyampaian fakta yaitu guru menyampaikan materi tentang Usaha

Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia (nama tempat, nama orang, dan

peristiwa sejarah) dengan menyajikan materi secara lisan, tulisan, dan gambar.

Selain strategi penyampaian fakta juga digunakan strategi menyampaikan

materi aspek sikap yaitu tentang apa yang harus kita lakukan untuk

mempertahankan perjuangan para tokoh untuk kemerdekaan Indonesia.

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Masa kanak-kanak akhir disebut sebagai masa sekolah dasar, pada usia 6

tahun sampai masa remaja awal pada usia 11-13 tahun. Kebutuhan siswa

bervariasi sesuai dengan tahapan perkembangannya, meliputi kebutuhan fisik,

kognitif, emosi, sosial, dan intelektual. Pada masa kanak-kanak akhir, rasa egonya

berkurang dan mulai bersikap sosial (Rita Eka Izzaty dkk, 2008: 104-106). Masa

kanak-kanak akhir disebut sebagai usia berkelompok karena ditandai dengan

adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang

kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok dan merasa tidak puas

apabila tidak bersama dengan teman-temannya (Hurlock, 2009: 155-156).

Perkembangan sosial sering disebut sebagai perkembangan tingkah laku

sosial. Sejak lahir anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial secara terus menerus,

orang-orang disekitarnya banyak mempengaruhi tingkah laku sosial anak.

Interaksi dengan keluarga dan teman sebaya memiliki peran penting, sekolah dan

59

hubungan dengan guru menjadi hal penting dalam hidup anak (Rita Eka Izzaty

dkk, 2008: 113-114).

Pada waktu mulai sekolah, anak memasuki “usia gang” yaitu usia yang

kesadaran sosialnya berkembang pesat. Menjadi pribadi yang sosial merupakan

salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini. Anak menjadi

anggota suatu kelompok teman sebaya yang secara bertahap menggantikan

keluarga dalam mempengaruhi perilaku (Hurlock, 2008: 264). Kehidupan anak

dalam perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka

berinteraksi dengan lingkungannya. Anak senang melakukan permainan yang

dilakukan secara berkelompok kecuali anak-anak yang kurang diterima dalam

kelompoknya dan cenderung memilih bermain sendiri. Bermain yang sifatnya

menjelajah ketempat-tempat yang belum pernah dikunjungi baik di kota maupun

di desa sangat mengasyikkan bagi anak.

Minat terhadap kegiatan berkelompok dengan teman sebaya mulai timbul.

Anak memiliki teman-teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.

Keinginan untuk berada di tengah-tengah temannya membawa anak untuk keluar

rumah menemui temannya sepulang sekolah. Kegiatannya meliputi belajar

bersama, melihat pertunjukan, bermain, masak memasak dan sebagainya. Mereka

sering melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan orang dewasa.

Santrock (Rita Eka Izzaty dkk, 2008: 115) menyatakan bahwa anak sering

berpikir: apa yang bisa aku lakukan supaya semua teman menyukaiku? apa yang

salah padaku?. Anak berupaya supaya mendapat simpati dari teman-temannya

bahkan ingin menjadi anak yang paling populer dikelompoknya. Anak yang

60

populer cenderung sebagai anak yang terbaik dan banyak disukai oleh teman-

temannya.

Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase:

1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6/7

tahun-9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar.

Adapun ciri-ciri anak masa kelas-kelas rendah sekolah dasar:

a. Suka memuji diri sendiri.

b. Apabila tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, maka tugas atau

pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.

c. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu

menguntungkan dirinya.

d. Suka meremehkan orang lain.

2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang berlangsung antara usia 9/10

tahun-12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar.

Ciri-ciri khas anak masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar:

a. Perhatiannya tertuju kehidupan praktis sehari-hari.

b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.

c. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi

belajarnya di sekolah.

d. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama,

mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya Rita Eka Izzaty

dkk, 2008: 116-117).

61

Karakteristik sosial siswa SD yaitu (1) siswa lebih suka bermain daripada

belajar, (2) siswa suka bermain dalam kelompok dan cenderung memilih-milih

teman, (3) siswa kurang peduli dengan teman yang kurang disukai sehingga

belum terjalin komunikasi yang baik, (4) siswa bermain menjelajah ketempat-

tempat yang belum pernah dikunjungi, (5) kegiatan siswa meliputi belajar

bersama, melihat pertunjukan, bermain, masak memasak dan sebagainya, dan (6)

siswa melakukan sesuatu supaya banyak teman yang menyukainya.

E. Penerapan Pendekatan PAKEM dalam Pembelajaran IPS SD

1. Siswa berperan aktif dalam pembelajaran IPS dengan kegiatan belajar

mengajar yang telah dirancang oleh guru. Misalnya dengan menerapkan

metode diskusi kelompok, role playing, dan permainan.

2. Siswa melakukan pengembangan menggunakan alat bantu dan sumber

belajar sesuai dengan mata pelajaran IPS yang akan dijabarkan dengan

Pokok Bahasan Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia, guru

dapat menggunakan media gambar tokoh-tokoh pahlawan dan buku-buku

paket untuk menggali sumber informasi.

3. Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan melalui

latihan terkontrol. Pada pembelajaran IPS siswa diajak untuk

mengumpulkan data informasi dari materi pelajaran yang diajarkan,

menulis dan mengerjakan tugas melalui penugasan baik dikerjakan secara

individu maupun kelompok.

62

4. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara

lisan. Pada pembelajaran IPS dapat dilaksanakan melalui pemberian

pertanyaan seputar materi dan kegiatan kerja kelompok. Siswa melaporkan

hasil keja kelompok atau individu secara lisan di depan kelas. Guru juga

mendorong siswa lain untuk memberikan gagasan berupa tanggapan

kepada kelompok atau siswa lain.

5. Siswa dibagi dalam berbagai kelompok pada pembelajaran IPS. Guru

menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar. Bahan pelajaran disesuaikan

dengan kemampuan siswa, guru memberikan penugasan sesuai dengan

materi yang diajarkan.

6. Siswa melakukan pendalaman materi melalui permainan. Pada

pembelajaran IPS siswa dapat diajak bermain tebak gambar nama tokoh-

tokoh dan tanya jawab pertanyaan melalui kuis.

7. Siswa memajang hasil karya kelompoknya. Pada proses pembelajaran IPS

hasil karya siswa baik individu maupun kelompok dipajang pada papan

pajangan kelas dengan tujuan memotivasi siswa untuk kreatif.

8. Siswa diberikan umpan balik pada akhir pembelajaran. Guru mengelola

kegiatan belajar mengajar dan kemampuan siswa secara terus menerus.

Pada pembelajaran IPS guru melaksanakan kegiatan dengan memantau

hasil kerja siswa, memberikan koreksi dan penilaian.

63

F. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa pihak telah melakukan penelitian yang mengemukakan tentang

sikap sosial. Beberapa penelitian itu diantaranya adalah:

1. Penelitian Helma Dwi Utami (2011) yang berjudul “Penanaman Sikap Sosial

Siswa melalui Pembelajaran IPS pada siswa SD kelas V” yang menyimpulkan

bahwa hasil penelitian menunjukkan sikap sosial siswa sudah mulai tertanam

dalam pembelajaran IPS. Dalam diri siswa tertanam nilai-nilai sikap sosial dan

menjadikan siswa memiliki sikap sosial yang baik dan siswa bisa menerapkan

sikap tersebut baik di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

2. Penelitian Kolaboratif Mahasiswa UPI dan SDN Lembursitu Cianjur (2011)

yang berjudul “Meningkatan Sikap Sosial Siswa dan Hasil Belajar melalui

Model Pembelajaran Cooperative Learning teknik STAD dalam pembelajaran

IPS kelas IV Sekolah Dasar” yang menyimpulkan bahwa hasil penelitian

menunjukkan siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi dapat

membantu anak yang kurang dalam hal akademisnya, saling berdiskusi

dengan baik, saling menghargai dan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam

kelompoknya.

Dari beberapa penelitian tentang sikap sosial seperti di atas, peneliti

merasa bahwa sikap sosial memiliki beberapa keungguluan diantaranya adalah

dapat membantu siswa peka terhadap lingkungan sekitarnya, dapat bekerjasama

dengan teman sekelas, mampu saling menghargai dan berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran. Dari beberapa sikap sosial tersebut maka peneliti tertarik untuk

64

melakukan penelitian mengenai pengembangan sikap sosial menggunakan

pendekatan PAKEM dalam Pembelajaran IPS.

G. Kerangka Pikir

Selama ini masih dijumpai siswa yang sikap sosialnya kurang, siswa

hanya bermain dengan teman-teman yang disukai seperti membuat gang/

kelompok tanpa memperhatikan teman-teman yang lain. Siswa masih sering

mengejek teman yang tidak disukai, kurang mempedulikan teman-teman yang lain

dan masih sering bermusuhan. Hal-hal seperti itu terjadi bukan hanya di luar kelas

saja, melainkan juga di dalam kelas saat pembelajaran. Ketika pembelajaran IPS

berlangsung, guru menggunakan metode ceramah yang belum divariasikan

sehingga proses pembelajaran bersifat monoton dan siswa cenderung pasif dalam

menerima pelajaran. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang aktif dan kurang

bersosialisasi dengan teman yang lain sehingga dapat berpengaruh pada

rendahnya sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran.

Siswa harus merasa senang dan terlibat langsung dalam proses

pembelajaran sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan mengembangkan sikap

sosial yang dimiliki terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan memilih pendekatan pembelajaran yang dapat

memberikan kesempatan siswa untuk berkembang dan saling berinteraksi salah

satunya dengan pendekatan PAKEM.

Pendekatan PAKEM merupakan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan. Dengan pendekatan PAKEM membuat siswa tidak

65

merasa bosan untuk mengikuti proses pembelajaran dan siswa dapat saling

berinteraksi dengan semua teman sekelasnya. Pendekatan PAKEM membuat

siswa belajar dengan cara bermain sehingga terjadi interaksi dengan teman satu

kelas, menggunakan berbagai media, perangkat, dan lain-lain. Hal tersebut dapat

menimbulkan kesenangan belajar pada siswa yang berdampak pada

pengembangan sikap sosial siswa.

Dengan demikian antara pendekatan PAKEM dengan sikap sosial siswa

mempunyai hubungan yang erat, karena pendekatan PAKEM dapat berpengaruh

dalam membangkitkan semangat dan terjalinnya suatu interaksi siswa dalam

pembelajaran. Diharapkan proses pembelajaran akan efektif dan pada akhirnya

dapat mengembangkan sikap sosial siswa pada mata pelajaran IPS.

H. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan ini adalah “Pendekatan PAKEM

dalam pembelajaran IPS dapat mengembangkan sikap sosial siswa kelas VB SD

Negeri Mangiran, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul.”

66

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suharsimi

Arikunto dkk (2007: 3) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan

suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Sama halnya

dengan Wina Sanjaya (2010: 26) yang mengartikan penelitian tindakan kelas

sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi

diri dalam upaya memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai

tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh

dari perlakuan tersebut.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010: 9) menyebutkan bahwa

PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan

cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif

dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar

siswa dapat meningkat. Suharsimi Arikunto (2007: 17) menjelaskan bahwa dalam

penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru kelas itu

sendiri sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses

tindakan adalah peneliti. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengembangkan sikap sosial siswa menggunakan pendekatan PAKEM

dalam Pembelajaran IPS.

67

B. Desain Penelitian

Desain Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart

(Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 21) yang pada hakekatnya terdiri

dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Keterangan:

Siklus I: Plan (perencanaan)

Act (tindakan)

Observe (pengamatan)

Reflect (refleksi)

Siklus II: Plan (perencanaan)

Act (tindakan)

Observe (pengamatan)

Reflect (refleksi)

Gambar 1. Desain Penelitian menurut Kemmis dan Mc. Taggert

Berdasarkan gambar di atas, kegiatan dalam setiap siklus terdapat empat

komponen yang terdiri dari:

1. Planning (Perencanaan)

Tahap perencanaan merupakan proses merencanakan tindakan yang

akan dilakukan untuk mengembangkan sikap sosial siswa sekolah dasar kelas

VB SD Negeri Mangiran. Perencanaan dalam penelitian ini meliputi:

a. Peneliti dan guru menentukan cara mengembangkan sikap sosial siswa

dengan menggunakan pendekatan PAKEM dalam pembelajaran IPS.

b. Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Peneliti menyiapkan media pembelajaran berupa contoh gambar pahlawan

tentang materi yang akan diajarkan.

68

d. Peneliti menyusun format tes sikap dan lembar observasi mengenai

aktivitas pembelajaran siswa.

2. Action (Tindakan)

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan

pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah disusun oleh peneliti dan

kolabolator. Guru melakukan perubahan dan perbaikan proses pembelajaran

dengan menjadikan kelas aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga

akan mengembangkan sikap sosial siswa ketika pembelajaran IPS. Selama

kegiatan pemberian tindakan kelas berlangsung, peneliti bertugas mengamati

aktivitas siswa, perubahan perilaku dan sikap yang terjadi pada diri siswa.

Data hasil pelaksanaan tindakan diperoleh dari pengamatan kepada siswa dan

hasil tes sikap yang diisi siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

3. Observing (Pengamatan)

Dalam kegiatan ini peneliti melakukan pengumpulan data serta

mencatat setiap aktivitas siswa ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.

Observasi ini dilakukan peneliti dengan mengamati aktivitas siswa yang

mengacu pada lembar observasi yang telah disusun. Observer mengukur sikap

sosial siswa dengan melakukan pengamatan dan memberikan tes sikap sosial

kepada siswa. Hasil dari pengamatan dan tes sikap sosial tersebut dilakukan

untuk mengumpulkan data yang dimanfaatkan sebagai bahan tindakan yang

akan dilakukan selanjutnya.

69

4. Reflecting (Refleksi)

Refleksi merupakan kegiatan untuk memahami proses dan hasil yang

terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

Refleksi merupakan kegiatan analisis terhadap semua informasi yang

diperoleh saat pelaksanaan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji,

melihat, dan mempertimbangkan hasil dari tindakan yang telah dilakukan

berdasarkan data yang telah terkumpul. Semua informasi yang terkumpul akan

menghasilkan kesimpulan mengenai ketercapaian tujuan penelitian. Peneliti

bersama kolabolator mendiskusikan hasil tindakan yang telah dilakukan,

apabila tujuan penelitian belum tercapai, maka dilakukan tindakan

penyempurnaan dan pengembangan pada siklus selanjutnya.

C. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Mangiran

yang terletak di Desa Mangiran, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul,

Yogyakarta.

2. Waktu Peneliitan

Penelitian dilaksanakan pada semester genap pada tahun pelajaran

2012 / 2013.

70

D. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri Mangiran,

Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul tahun pelajaran 2012/2013 yang

berjumlah 21 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sikap sosial siswa kelas VB SD Negeri

Mangiran, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa metode:

1. Tes

Suharsimi Arikunto (2006: 150) mengemukakan tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki

oleh individu atau kelompok. Eko Putro (2010: 45) tes merupakan salah satu

alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi

karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa

kecakapan peserta didik, minat, motivasi, dan sebagainya. Djemari (Eko

Putro, 2010: 45) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya

kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang

terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes dapat juga diartikan sebagai sejumlah

pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

71

tingkat kemampuan orang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes.

2. Observasi

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010: 66) menyatakan

pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian

dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Suharsimi Arikunto

(2006: 157) mengemukakan observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan

pedoman sebagai instrumen pengamatan.

b. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak

menggunakan instrumen pengamatan.

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi sistematis dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen

pengamatan untuk menggambarkan proses pengembangan sikap sosial siswa

dengan pendekatan PAKEM dalam pembelajaran IPS.

3. Catatan Lapangan

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010: 65) menyatakan catatan

lapangan merupakan catatan sederhana milik pribadi untuk membantu ingatan

dalam memperoleh gambaran, isu khusus, ataupun studi khusus saat

pengamatan atau observasi. Catatan lapangan digunakan untuk

mendeskripsikan proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS dengan

menggunakan pendekatan PAKEM. Catatan lapangan digunakan untuk

mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung untuk

72

mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi selama pembelajaran. Catatan

lapangan dilakukan pada setiap pertemuan baik siklus I dan II.

4. Wawancara

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010: 77) menyatakan

wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara lisan kepada subjek yang diteliti. Ada dua jenis wawancara yaitu

berstruktur dan tidak berstruktur. Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan

dan alternatif jawaban yang diberikan kepada subjek telah ditetapkan terlebih

dahulu oleh pewawancara. Wawancara tidak berstruktur bersifat informal.

Pertanyaan tentang pandangan, sikap, kenyakinan subjek, atau keterangan

lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek.

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan

benda-benda tertulis maupun tidak tertulis (Suharsimi Arikunto, 2006: 158-

159). Dokumen merupakan catatan peristiwa bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya dari seseorang. Dalam penelitian ini, dokumen dijadikan

sebagai bukti hasil dari penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan cara

mengambil foto siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan lebih mudah (Suharsimi Arikunto, 2010: 101).

73

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes sikap dan

lembar observasi aktivitas siswa. Instrumen tes sikap digunakan untuk mengetahui

perkembangan sikap sosial siswa setelah melalui proses pembelajaran IPS dengan

menerapkan pendekatan PAKEM. Instrumen lembar observasi digunakan untuk

memperoleh data mengenai sikap sosial siswa serta aktivitas kegiatan siswa pada

saat pembelajaran berlangsung. Alat yang digunakan oleh peneliti sebagai alat

pengumpul data adalah:

1. Tes sikap

Tes sikap disebut dengan istilah skala sikap, yaitu alat yang digunakan

untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang (Suharsimi

Arikunto, 2006: 151). Tes sikap ini dilaksanakan untuk mengukur sikap sosial

yang dimiliki siswa. Tes sikap diberikan pada akhir siklus yang digunakan

untuk menunjukkan sikap sosial siswa terhadap kehidupan disekelilingnya

sesuai bahan ajar yang disampaikan. Tes sikap ini bertujuan untuk mengetahui

apakah ada perkembangan sikap sosial siswa setelah menerapkan pendekatan

PAKEM dalam pembelajaran IPS. Tes sikap ini diisi oleh siswa secara

individu. Tes sikap ini menggunakan skala likert yaitu sejumlah pernyataan

untuk mengukur sikap dan responden diminta untuk menunjukkan tingkatan

dimana responden setuju atau tidak setuju pada setiap pernyataan dengan 4

pilihan skala: untuk sangat setuju bernilai 4, setuju bernilai 3, tidak setuju

bernilai 2, dan sangat tidak setuju bernilai 1. Kisi-kisi Tes sikap terhadap sikap

sosial siswa melalui pendekatan PAKEM sebagai berikut.

74

Tabel 2

Kisi-kisi Tes Sikap Sosial Siswa

No Aspek

yang

diamati

Sub Aspek Indikator Nomor Item Jumlah

Item Positif Negatif

1. Sikap

Sosial

Siswa

Bertingkah

laku dengan

cara tertentu

terhadap

orang lain

Menunjukkan sikap

terbuka pada teman

1, 3 2 3

Membentuk

pendapat secara jelas

4, 6 5 3

Melakukan sesuatu

dengan kerjasama

7 8, 9 3

Menunjukkan sikap

peduli kepada teman

10, 12 11 3

Merasakan apa yang

dirasakan teman

13 14, 15 3

Mementing

kan tujuan-

tujuan

sosial

daripada

tujuan

pribadi

Membangun suasana

yang komunikatif

16, 18 17 3

Melaksanakan

tanggung jawab

19, 21 20 3

Mendengarkan

pendapat teman

22, 24 23 3

Menghargai orang

lain

25 26, 27 3

Menunjukkan sikap

suka menolong

28, 30 29 3

2. Lembar Observasi

Penelitian ini juga menggunakan instrumen berupa lembar observasi.

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama

proses pembelajaran berlangsung, lembar observasi ini menggunakan

indikator yang sama dengan tes sikap. Aspek yang diamati dalam lembar

observasi ini sudah disesuaikan dengan indikator tes sikap sosial siswa. Proses

observasi dilakukan setiap melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan PAKEM. Lembar observasi disusun menurut

pedoman observasi. Kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa melalui

pendekatan PAKEM sebagai berikut.

75

Tabel 3

Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Variabel Aspek yang

diamati

Sub Aspek Deskripsi Nomor

item

Sikap

sosial

siswa

Aktivitas siswa

dalam proses

pembelajaran

IPS menggunakan

pendekatan

PAKEM

Bertingkah

laku dengan

cara tertentu

terhadap orang

lain

Siswa dapat

menunjukkan

tingkah laku

dengan cara

tertentu terhadap

orang lain

disekelilingnya.

1, 2, 3

Mementingkan

tujuan-tujuan

sosial daripada

tujuan pribadi

Siswa dapat

mementingkan

tujuan/kepentingan

sosial daripada

tujuan/kepentingan

pribadi.

4, 5, 6

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan bagi peneliti untuk

kegiatan wawancara terhadap guru. Pedoman wawancara digunakan sebagai

panduan untuk mengetahui kebenaran data atau informasi yang diperoleh

tentang sikap sosial siswa dengan instrumen lain dan memungkinkan data

yang diperoleh lebih luas. Pedoman wawancara terhadap pengembangan sikap

sosial siswa menggunakan pendekatan PAKEM sebagai berikut.

Tabel 4

Pedoman Wawancara

Nara Sumber Daftar Pertanyaan

Guru 1. Bagaimana menurut Ibu pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan PAKEM?

2. Apa dampak positif dengan menggunakan pendekatan

PAKEM pada pembelajaran?

3. Bagaimana respon siswa mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan PAKEM?

4. Apa kendala Ibu menggunakan pendekatan PAKEM

dalam pembelajaran?

5. Apakah dengan pendekatan PAKEM dapat

mengembangkan sikap sosial siswa?

76

G. Validitas Instrumen

Validitas menurut Sugiyono (2009: 363) merupakan derajad ketepatan

antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan

oleh peneliti. Sugiyono menerangkan bahwa data yang valid adalah data sama

antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada objek penelitian. Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu

pengujian validitas internal karena yang diukur sikap sosial siswa.

1. Pengujian Validitas Konten/Isi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes sikap.

Pengujian validitas isi untuk instrumen berbentuk tes sikap dilakukan dengan

cara mengkaji dan merumuskan indikator sikap sosial berdasarkan referensi

yang menjadi acuan yaitu Kartini Kartono (2006), Sudarsono (1997), dan

Abu Ahmadi (2007), kemudian dikembangkan menjadi butir-butir atau item

pernyataan.

2. Pengujian Validitas Konstruk

Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan meminta pendapat dosen

pembimbing yang sekaligus menjadi ahli yang disebut dengan expert

judgement. Mekanismenya adalah instrumen yang akan digunakan harus

dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori

tertentu. Ahli mengarahkan instrumen diperbaiki dalam hal menyeimbangkan

pernyataan positif negatif, mempersingkat pernyataan, dan mengganti

beberapa pernyataan yang kurang tepat. Setelah ahli memberikan persetujuan,

maka instrumen dapat digunakan oleh peneliti.

77

H. Metode Analisis Data

Wina Sanjaya (2010: 106) mengemukakan bahwa menganalisis data

adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk

mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki

makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini

menggunakan triangulasi data, yaitu mencari kebenaran hasil tes sikap dengan

pengamatan dan wawancara oleh guru. Analisis data dalam penelitian tindakan

kelas dapat dilakukan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini

dilakukan dengan cara menafsirkan data kuantitatif secara verbal yaitu dengan

membandingkan hasil observasi dan tes sikap sosial yang diperoleh subjek

sebelum dan sesudah dikenai tindakan, kemudian dibahas secara kualitatif dari

hasil tes sikap, pengamatan, wawancara, dan catatan lapangan yang terjadi selama

proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM.

Analisis data diwakili oleh refleksi putaran penelitian tindakan. Dengan

melakukan refleksi peneliti dapat membantu dalam menafsirkan data penelitian.

Hasil tes sikap sosial dan observasi aktivitas siswa pada penelitian ini

menggunakan teknik analisis data melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mencari skor maksimum dari tes yang dilakukan.

2. Menjumlah skor mentah yang diperoleh siswa.

3. Mencari persentase hasil tes dan observasi dengan rumus sebagai berikut:

Sumber: Ngalim Purwanto (2006: 102)

78

Data yang berwujud angka-angka hasil perhitungan dan pengukuran

tersebut diproses dengan cara dijumlah dan dibandingkan dengan jumlah yang

diharapkan sehingga diperoleh persentase. Berdasarkan pendapat tersebut, hasil

dan perhitungan persentase penelitian ini, peneliti menafsirkan ke dalam kriteria

sebagai berikut.

Tabel 5

Kriteria Keberhasilan Tindakan

No Kriteria Persentase

1 Sangat baik 86% - 100%

2 Baik 76% - 85%

3 Cukup 60% - 75%

4 Kurang 55% - 59%

5 Kurang sekali ≤ 54%

Sumber: Ngalim Purwanto (2006: 103)

Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 267), keuntungan menggunakan

persentase sebagai alat informasi adalah bahwa dengan persentase pembaca akan

lebih mudah mengetahui seberapa jauh sumbangan tiap-tiap aspek terkait dengan

penelitian yang sedang dilakukan. Dengan demikian dapat diketahui adanya

peekembangan sikap sosial siswa ketika pembelajaran IPS pada siswa kelas VB

SD Negeri Mangiran, Srandakan, Bantul.

I. Indikator Keberhasilan

Penelitian dikatakan berhasil apabila sikap sosial siswa kelas VB SD

Negeri Mangiran mampu berkembang dalam pembelajaran IPS menggunakan

pendekatan PAKEM dengan mencapai kriteria baik yaitu ≥ 76%.

79

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Negeri Mangiran yang terletak

di Dusun Mangiran, Kelurahan Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten

Bantul, Yogyakarta. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VB

yang diampu oleh guru kelas bernama Ibu Diah Susilowati, S. Pd. Siswa kelas VB

berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Kelas VB SD Negeri Mangiran memiliki luas ruangan sekitar 7m x 8m, kelas VB

memiliki fasilitas berupa papan tulis, almari yang digunakan untuk menyimpan

tugas-tugas siswa, kata-kata mutiara yang ditempel di dinding, papan administrasi,

globe, lambang garuda dan foto presiden beserta wakil presiden. Kelas VB juga

memiliki meja dan kursi yang melebihi jumlah siswa, meja dan kursi itu terbuat

dari kayu, sehingga peneliti sedikit kesulitan dalam meletakkan posisi meja dan

kursi untuk pembelajaran PAKEM. Dinding kelas VB belum terdapat pajangan-

pajangan hasil karya siswa, sehingga pemajangan hasil karya siswa di kelas VB

belum dilakukan.

B. Deskripsi Kondisi Awal

Kegiatan awal yang dilakukan peneliti sebelum mengadakan penelitian

tindakan kelas ini adalah mengetahui kondisi awal siswa sebelum tindakan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap pratindakan ini adalah melakukan

tanya jawab dengan Ibu Diah Susilowati, S. Pd selaku guru kelas VB tentang

80

sikap sosial siswa. Peneliti juga mendiskusikan RPP dan materi pembelajaran

yang akan dilakukan selama pengambilan data.

Data awal tentang sikap sosial siswa diperoleh peneliti dengan memberikan

tes sikap kepada siswa ketika pembelajaran IPS. Data hasil pengisian tes sikap

sosial siswa pratindakan dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut adalah tabel data

awal sikap sosial siswa pratindakan:

Tabel 6

Hasil Analisis Tes Sikap Sosial Siswa Pratindakan

No Indikator Persentase Kategori

1 Menunjukkan sikap terbuka pada teman 69% Cukup

2 Membentuk pendapat secara jelas 57% Kurang

3 Melakukan sesuatu dengan kerja sama 66% Cukup

4 Menunjukkan sikap peduli kepada teman 68% Cukup

5 Merasakan apa yang dirasakan teman 72% Cukup

6 Membangun suasana yang komunikatif 70% Cukup

7 Melaksanakan tanggung jawab 58% Kurang

8 Mendengarkan pendapat teman 59% Kurang

9 Menghargai orang lain 67% Cukup

10 Menunjukkan sikap suka menolong teman 70% Cukup

Rata-rata 66% Cukup

No Kriteria Persentase

1 Sangat baik 86% - 100%

2 Baik 76% - 85%

3 Cukup 60% - 75%

4 Kurang 55% - 59%

5 Kurang sekali ≤ 54%

Berdasarkan kriteria sikap sosial, diketahui bahwa rata-rata sikap sosial

siswa sebelum diberi tindakan adalah 66% yang berarti termasuk dalam kriteria

cukup. Dari hasil beberapa indikator tes sikap sosial pada siklus I tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut:

81

a) Menunjukkan sikap terbuka pada teman.

Pada aspek menunjukkan sikap terbuka pada teman ini hasil rata-rata tes sikap

mencapai 69% termasuk dalam kriteria cukup. Siswa belum terlihat

menunjukkan sikap terbuka pada temannya terbukti ketika siswa bermain

hanya dengan teman-teman tertentu, dan di dalam kelas pada waktu proses

pembelajaran siswa belum saling berinteraksi satu sama lain, posisi tempat

duduknya juga selalu bersama dengan teman dekatnya, jarang duduk dengan

teman-teman yang lain dalam satu kelas.

b) Membentuk pendapat secara jelas.

Dalam aspek membentuk pendapat secara jelas, hasil rata-rata tes sikap sosial

siswa mencapai 57% yang termasuk dalam kriteria kurang. Berdasarkan

pengamatan yang diperoleh, siswa belum mampu mengeluarkan pendapat,

siswa hanya diam di kelas dan belum berani untuk berbicara. Siswa masih

takut untuk mengeluarkan pendapat atau berbicara dalam proses pembelajaran,

siswa takut apabila salah akan diejek dan ditertawakan oleh teman satu kelas.

c) Melakukan sesuatu dengan kerjasama.

Pada aspek melakukan sesuatu dengan kerjasama ini hasil rata-rata tes sikap

mencapai 66% yang termasuk dalam kriteria cukup. Sebagian besar siswa

terlihat belum mampu melakukan tugasnya dengan bekerjasama, baru 4-5

siswa yang mampu bekerjasama dengan temannya. Siswa yang lain masih

terlihat diam ketika sedang melakukan kegiatan tugas kelompok di dalam

kelas.

82

d) Menunjukkan sikap peduli kepada teman.

Dalam aspek menunjukkan sikap peduli kepada teman, hasil rata-rata tes sikap

sosial siswa mencapai 68% dalam kriteria cukup. Sebagian besar siswa belum

menunjukkan sikap peduli terhadap temannya pada saat pembelajaran

berlangsung ataupun sedang bermain ketika istirahat. Sewaktu di kelas ada

siswa yang kehilangan uang, siswa yang lain tidak peduli, hanya ada 2 orang

siswa yang membantu mencarinya.

e) Merasakan apa yang dirasakan teman.

Dalam aspek merasakan apa yang dirasakan teman ini, hasil rata-rata indikator

tes sikap mencapai 72% yang termasuk dalam kriteria cukup. Siswa belum

mampu merasakan apa yang dirasakan teman, ketika ada siswa yang

kehilangan uang, kebanyakan siswa tidak peduli, siswa belum bisa ikut

merasakan kesedihan yang dialami oleh temannya.

f) Membangun suasana yang komunikatif.

Pada aspek membangun suasana yang komunikatif ini, hasil rata-rata indikator

tes sikap sosial siswa mencapai 70% dalam kriteria cukup. Siswa belum

mampu membangun suasana yang komunikatif dengan siswa yang lain dan

masih terlihat saling tidak peduli, terlebih dengan siswa yang bukan teman

dekatnya.

g) Melaksanakan tanggung jawab.

Dalam aspek melaksanakan tanggung jawab ini, hasil rata-rata indikator tes

sikap sosial siswa mencapai 58% yang termasuk dalam kriteria kurang. Pada

83

aspek melaksanakan tanggung jawab ini, peran siswa belum terlihat, siswa

belum menyadari tanggung jawab tugas yang akan dilakukan.

h) Mendengarkan pendapat teman.

Pada aspek ini hasil rata-rata indikator tes sikap sosial mencapai 59% dalam

kriteria kurang. Siswa belum mampu mendengarkan pendapat teman ketika

ada teman yang sedang mengeluarkan pendapat, siswa lebih memilih

berbicara sendiri dengan teman lain, terlebih ketika ada pendapat teman yang

berbeda dengan pendapat siswa tersebut.

i) Menghargai orang lain.

Dalam aspek menghargai orang lain, hasil rata-rata indikator tes sikap sosial

siswa mencapai 67% yang termasuk dalam kriteria cukup. Pada aspek ini,

siswa terlihat belum mampu menghargai teman, ketika ada siswa yang

mengemukakan pendapat, siswa belum memperhatikan, dan masih banyak

siswa yang menertawakan teman yang salah menjawab pertanyaan dari guru.

j) Menunjukkan sikap suka menolong teman.

Pada aspek menunjukkan sikap suka menolong teman, hasil rata-rata indikator

tes sikap sosial mencapai 70% yang termasuk dalam kriteria cukup. Saling

tolong menolong diantara siswa belum terlihat dengan jelas, tetapi sebagian

kecil siswa suka menolong teman yang sedang kesulitan, terlihat ketika ada

teman yang kehilangan uang ada 2-3 siswa yang membantunya.

Adapun rekapitulasi dari data hasil tes sikap sosial siswa pada pratindakan

dapat dilihat pada tabel berikut:

84

Tabel 7

Rekapitulasi Hasil Tes Sikap Sosial Siswa Kelas VB pada Pratindakan

Kriteria Skor Jumlah siswa Persentase

Sangat baik 86% - 100% 0 0%

Baik 76% - 85% 2 10%

Cukup 60% - 75% 11 52%

Kurang 55% - 59% 6 28%

Kurang sekali ≤ 54% 2 10%

Jumlah 21 100%

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ketercapaian hasil tes sikap sosial siswa

kelas VB pada pratindakan masih rendah karena yang mencapai kriteria baik atau

≥76% hanya sebanyak 2 siswa. Dari beberapa indikator seperti di atas juga masih

ada beberapa yang termasuk dalam kriteria kurang yaitu membentuk pendapat

secara jelas, melaksanakan tanggung jawab, dan mendengarkan pendapat teman.

Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa sikap sosial siswa kelas VB perlu

dikembangkan.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dengan

metode pembelajaran yang berbeda-beda setiap pertemuan yaitu diskusi

kelompok, ceramah bervariasi, bermain peran, dan permainan. Siklus I

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada

hari Kamis tanggal 28 Maret 2013 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x35

menit) menggunakan metode diskusi kelompok. Pertemuan kedua dilaksanakan

pada hari Sabtu tanggal 30 Maret 2013 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran

(2x35 menit) menggunakan metode ceramah bervariasi. Siklus II juga

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dari sikus II

85

dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 April 2013 selama 2 jam pelajaran (2x35

menit) dengan menggunakan metode bermain peran. Pertemuan kedua dilakukan

hari Sabtu tanggal 6 April 2013 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x35

menit) dengan menggunakan metode permainan.

1. Tahapan PTK Siklus I

a. Perencanaan

Peneliti mengadakan diskusi terlebih dahulu dengan guru kelas yang

bersangkutan untuk merencanakan dan mempersiapkan tindakan yang akan

dilaksanakan. Persiapan-persiapan yang dilakukan:

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan Pendekatan PAKEM.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun oleh peneliti dengan

menggunakan pendekatan PAKEM dan didiskusikan dengan guru kelas.

RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran IPS di kelas VB. RPP yang dibuat disesuaikan dengan

materi yang akan diteliti dan disampaikan guru kelas VB sesuai jadwal

pelajaran IPS yaitu materi tentang Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan

Indonesia.

2) Menyiapkan media atau alat pembelajaran yang digunakan.

Peneliti dan guru kelas berdiskusi terlebih dahulu untuk menentukan

media yang akan digunakan supaya sesuai dengan materi yang akan

diajarkan dan dapat menarik perhatian siswa. Berdasarkan hasil diskusi

peneliti dengan guru kelas, media yang digunakan dalam siklus I adalah

86

gambar tokoh-tokoh yang berperan dalam Usaha Mempersiapkan

Kemerdekaan Indonesia.

3) Membentuk kelompok.

Pembelajaran menggunakan pendekatan PAKEM yang dilakukan pada

siklus I, yaitu dengan metode diskusi kelompok dan ceramah bervariasi

yang melibatkan siswa untuk bekerja kelompok. Sebelum melakukan

tindakan, peneliti mencari cara untuk membagi siswa menjadi beberapa

kelompok tetapi secara acak supaya siswa tidak hanya bergerombol

dengan teman dekatnya tetapi bisa berkelompok dengan semua teman

yang berada di kelas. Dalam mencari cara untuk pembentukan kelompok,

peneliti berdiskusi terlebih dahulu dengan guru kelas, hal ini dimaksudkan

karena guru kelas tentunya lebih tahu mengenai karakteristik dan latar

belakang siswa.

4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).

Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun oleh guru dan peneliti secara

bervariasi. Lembar Kerja Siswa dibuat untuk membantu siswa berlatih

melakukan kerja kelompok dengan siswa lain dan membantu siswa lebih

memahami materi IPS yang sedang diajarkan oleh guru.

5) Menyusun Tes Sikap.

Tes sikap digunakan untuk mengukur sikap sosial siswa. Tes diberikan

pada akhir pertemuan siklus untuk mengetahui tingkat perkembangan

sikap sosial siswa setelah diberi tindakan menggunakan pendekatan

PAKEM pada Pembelajaran IPS.

87

6) Menyusun Lembar Observasi.

Menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas

siswa selama mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan

pendekatan PAKEM.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah guru kelas VB SD

Negeri Mangiran, sedangkan peneliti bertindak sebagai observer. Tindakan

pada siklus I disusun untuk 4 jam pelajaran dengan 2 kali pertemuan atau tatap

muka. Pertemuan pertama 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 70 menit dan

pertemuan kedua juga 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 70 menit. Setiap

pertemuan terdapat 3 tahapan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhir. Alokasi waktu pertemuan pertama dan kedua untuk kegiatan awal

kurang lebih 10 menit, kegiatan inti kurang lebih 50 menit dan kegiatan akhir

kurang lebih 10 menit.

Pertemuan I

Pertemuan pertama dilakukan pada hari Kamis tanggal 28 Maret 2013.

Pelaksanaan pembelajaran berlangsung selama 70 menit yaitu pukul 09.00-

10.10 WIB. Pada pertemuan pertama, materi yang dibahas adalah Usaha

Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Kegiatan pembelajaran mengacu

pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun yaitu

menggunakan metode diskusi kelompok. Berikut ini langkah-langkah

pembelajaran IPS menggunakan pendekatan PAKEM pada siklus I pertemuan

1.

88

1) Melakukan apersepsi.

Guru melakukan apersepsi dengan menyanyikan lagu “Hari

Kemerdekaan” dan bertanya jawab dengan siswa “Kapan kemerdekaan

Indonesia diproklamasikan? usaha apa yang dilakukan bangsa Indonesia

untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia?”.

2) Siswa memperhatikan guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan. Guru menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan siswa

dalam kegiatan pembelajaran supaya siswa dapat menyebutkan beberapa

usaha serta peran dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

3) Siswa menempel gambar tokoh yang dibawa guru di depan kelas,

kemudian memperhatikan media gambar tokoh-tokoh persiapan

kemerdekaan Indonesia tersebut, siswa menjawab nama tokoh dari gambar

yang ditunjuk guru dan mengemukakan pendapatnya tentang tokoh

tersebut (aspek aktif dan menyenangkan).

Gambar 2

Menunjukkan Siswa Menempel Gambar Tokoh

89

4) Siswa memahami masalah yang akan didiskusikan. Siswa dibagi menjadi

5 kelompok, tiap kelompok terdiri 4-5 siswa. Guru membagi kelompok

dengan cara mengajak siswa berhitung 1-5, siswa yang mendapat nomor 1

berarti kelompok 1, siswa yang mendapat nomor 2 berarti kelompok 2 dan

seterusnya sampai kelompok 5. Penghitungan dimulai dari siswa yang

duduk dibagian pojok depan sebelah kanan (aspek kreatif dan efektif).

5) Siswa berkumpul bersama teman kelompoknya.

Pada pembelajaran dengan Pendekatan PAKEM, guru mengubah posisi

tempat duduk siswa berpola huruf “U” (aspek menyenangkan).

Gambar 3

Menunjukkan Tempat Duduk Siswa Berpola Huruf “U”

6) Setiap kelompok mendapat tugas untuk membuat peta konsep dan

menjawab pertanyaan mengenai Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan

Indonesia (aspek kreatif dan efektif).

7) Setiap kelompok bekerjasama mendiskusikan jawaban yang benar dan

memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan/ mengetahui

jawabannya (aspek kreatif dan efektif).

90

Gambar 4

Menunjukkan Siswa yang sedang Berdiskusi Kelompok

8) Setelah semua kelompok selesai berdiskusi mengerjakan tugas, guru

memanggil kelompok secara bergantian maju ke depan kelas untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (aspek aktif).

Gambar 5

Menunjukkan Kelompok yang Mempresentasikan Hasil Diskusi

9) Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tangapan terhadap kelompok

lain. Setelah kelompok lain selesai mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya, siswa diberi kesempatan untuk bertanya, menyampaikan

pendapat atau memberi masukan (aspek aktif dan kreatif).

10) Pembahasan secara bersama-sama dengan bimbingan guru. Dalam

kegiatan ini guru terus memberikan bimbingan dan mengklarifikasi

apabila terjadi kesalahan jawaban siswa yang kurang tepat.

91

11) Pemajangan hasil karya.

Perwakilan dari anggota kelompok memajang hasil karya kelompoknya di

dinding kelas. Siswa merasa senang dan dihargai hasil karyanya,

pemajangan hasil karya siswa dimaksudkan untuk membuat siswa lebih

kreatif (aspek kreatif dan menyenangkan).

Gambar 6

Menunjukkan Perwakilan Kelompok Memajang Hasil Karyanya

12) Siswa menjawab evaluasi yang diberikan guru dengan pertanyaan lisan

secara bergantian terkait dengan materi yang diajarkan untuk mengukur

tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi (aspek aktif).

Gambar 7

Menunjukkan Siswa yang Mengangkat Tangan untuk Menjawab

Pertanyaan dari Guru

92

13) Siswa bersama guru membahas evaluasi yang telah diberikan, guru

melengkapi jawaban siswa dan menjelaskan supaya siswa benar-benar

memahami materi (aspek efektif).

14) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi atau hal-hal yang

belum dipahami.

15) Siswa bersama guru menyimpulkan materi.

Setelah pembelajaran berlangsung, siswa dibimbing guru untuk

menyimpulkan materi dan guru menuliskan kesimpulan materi di papan

tulis.

16) Guru memberikan pujian terhadap siswa karena telah melakukan kegiatan

dengan baik.

Pertemuan II

Pertemuan kedua dilakukan pada hari Sabtu tanggal 30 Maret 2013.

Pelaksanaan pembelajaran berlangsung selama 70 menit yaitu pukul 07.00-

08.10 WIB. Pada pertemuan kedua, materi yang dibahas adalah Proses

Perumusan Dasar Negara. Kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan 2

mengacu pada rencana langkah-langkah pembelajaran IPS menggunakan

pendekatan PAKEM dengan metode ceramah bervariasi dan permainan

lempar bola kertas.

1) Melakukan apersepsi.

Guru melakukan apersepsi dengan menyanyikan lagu “Hari

Kemerdekaan” dan bertanya jawab dengan siswa “Mengapa suatu dasar

negara perlu dirumuskan? bagaimana hasil perumusan dasar negara kita?”.

93

2) Siswa memperhatikan guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan. Guru menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan siswa

dalam kegiatan pembelajaran supaya siswa dapat menjelaskan proses dan

hasil perumusan dasar negara.

3) Siswa memperhatikan media gambar tokoh-tokoh proses perumusan dasar

negara yang berada di depan kelas. Siswa melakukan permainan tebak

nama tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan gambar yang ditunjuk guru

dengan menempel potongan nama tokoh pada gambar tokoh yang berada

di papan tulis. Siswa bersama guru mencocokkan jawaban siswa secara

bersama-sama (aspek aktif, kreatif dan menyenangkan).

Gambar 8

Menunjukkan Siswa Menempel Potongan Nama Tokoh sesuai Gambar

Tokoh

4) Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan mengemukakan pendapatnya

tentang tokoh-tokoh tersebut (aspek aktif dan menyenangkan).

5) Siswa mencari informasi tentang topik/ tema materi yang dipelajari

dengan buku paket sebagai sumber belajar (aspek aktif dan efektif).

6) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri 4-5 siswa. Guru

membagi kelompok dengan cara mengajak siswa berhitung 1-5, siswa

yang mendapat nomor 1 berarti kelompok 1, siswa yang mendapat nomor

94

2 berarti kelompok 2 dan seterusnya sampai kelompok 5. Penghitungan

dimulai dari siswa yang duduk dibagian pojok depan sebelah kiri (aspek

kreatif dan efektif).

7) Siswa berkumpul bersama teman kelompoknya.

Pada pembelajaran dengan Pendekatan PAKEM, guru mengubah posisi

tempat duduk siswa berpola huruf “U” (aspek menyenangkan).

8) Ketua kelompok dipanggil ke depan kelas dan diberi penjelasan tentang

materi Proses Perumusan Dasar Negara oleh guru. Setelah ketua kelompok

paham tentang materi yang djelaskan guru dan kegiatan yang akan

dilakukan, ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing.

Ketua kelompok menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada

anggota kelompoknya dengan belajar bersama menggunakan buku.

Gambar 9

Menunjukkan Ketua Kelompok diberi Penjelasan Materi oleh Guru

9) Masing-masing siswa diberi satu lembar kertas untuk menuliskan satu

pertanyaan yang menyangkut materi yang dijelaskan ketua kelompok

setelah mereka memahami materi yang telah dipelajari bersama (aspek

aktif dan kreatif).

95

Gambar 10

Menunjukkan Siswa sedang Menulis Pertanyaan pada Kertas

10) Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar

dari satu siswa ke siswa lain yang berbeda kelompok (aspek

menyenangkan).

Gambar 11

Menunjukkan Siswa Melempar Bola Kertas kepada Kelompok lain

11) Setiap siswa mendapat satu bola kertas yang berisi pertanyaan. Siswa

diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut secara

bergantian, apabila siswa mengalami kesulitan dalam menjawab dapat

didiskusikan dengan anggota kelompoknya (aspek aktif, kreatif dan

menyenangkan).

96

Gambar 12

Menunjukkan Setiap Siswa Mendapat Bola Kertas Berisi Pertanyaan

12) Siswa membacakan jawabannya di depan kelas. Siswa yang lain diberi

kesempatan untuk memberikan tangapan terhadap jawaban siswa tersebut

(aspek aktif dan kreatif).

Gambar 13

Menunjukkan Siswa Menjawab Pertanyaan di depan kelas

13) Siswa mengerjakan post test secara individu berkaitan dengan materi yang

diajarkan untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaan siswa

terhadap materi (aspek aktif).

14) Siswa bersama guru membahas post test.

Siswa setelah selesai mengerjakan post test kemudian hasil jawaban siswa

ditukarkan dengan temannya dan dibahas bersama guru (aspek efektif).

15) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi atau hal-hal yang

belum dipahami (aspek efektif).

97

16) Siswa bersama guru menyimpulkan materi.

Setelah pembelajaran berlangsung, siswa dibimbing guru untuk

menyimpulkan materi dan guru menuliskan kesimpulan materi di papan

tulis.

17) Siswa mengerjakan tes sikap sesuai petunjuk yang diberikan guru. Siswa

mengerjakan tes sikap untuk mengukur tingkat sikap sosial siswa terhadap

lingkungannya setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan

Pendekatan PAKEM.

18) Guru memberikan pujian terhadap siswa karena telah melakukan kegiatan

dengan baik.

c. Observasi

Observasi pelaksanaan tindakan kelas dilakukan oleh peneliti dengan

dibantu oleh satu observer yang bertugas membantu peneliti mendapatkan

data tentang sikap sosial siswa ketika pembelajaran IPS dengan menggunakan

lembar observasi aktivitas siswa terhadap pelaksanaan tindakan dan tes sikap

sosial yang diberikan oleh siswa diakhir siklus I. Hasil yang diperoleh sebagai

berikut:

1) Hasil observasi aktivitas siswa terhadap pelaksanaan tindakan.

Hasil observasi aktivitas siswa terhadap pelaksanaan tindakan yang

dilakukan oleh peneliti pada siklus I yaitu sebagai berikut:

98

Tabel 8

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No Indikator

Persentase Kategori

1 Menerima anggota kelompok yang

dibentuk secara acak.

63% Cukup

2 Melakukan kerjasama dengan sesama

anggota kelompok.

62% Cukup

3 Menunjukkan sikap peduli terhadap

teman.

47% Kurang

sekali

4 Menyelesaikan tugas kelompok

dengan serius.

64% Cukup

5 Menghargai pendapat teman.

53% Kurang

sekali

6 Menjelaskan materi yang belum

dipahami teman.

49% Kurang

sekali

Rata-rata 56% Kurang

Berdasarkan hasil dari beberapa indikator observasi aktivitas siswa

diatas, dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Menerima anggota kelompok yang dibentuk secara acak.

Pada aspek ini rata-rata indikator hasil observasi mencapai 63%. Pada

saat pembentukan kelompok dibagi guru secara acak dengan cara

siswa diminta untuk berhitung 1-5, siswa banyak yang ribut dan protes

karena tidak bisa sekelompok dengan teman dekatnya dan tidak suka

sekelompok dengan teman yang pengetahuannya rendah atau kurang.

Guru memberi penjelasan jika semua teman itu sama, tidak dibeda-

bedakan, semua jika dilakukan dengan kerjasama yang baik pasti akan

mendapatkan hasil yang baik juga. Pada siklus I pertemuan 1, masih

terdapat banyak siswa yang hanya diam didalam kelompoknya karena

siswa belum bisa menerima anggota kelompok yang terbentuk.

99

Gambar 14

Menunjukkan Siswa yang Diam dalam Kelompok karena Belum Bisa

Menerima Anggota Kelompoknya

Pada siklus I pertemuan 2, sebagian siswa sudah mulai menerima

kelompok yang telah dibentuk, terlihat ketika siswa mulai berbicara

dengan anggota kelompoknya. Siswa diam terjadi pada awal

pembentukan kelompok, setelah melakukan kegiatan dengan

pendekatan PAKEM, siswa mulai dapat saling berinteraksi dengan

teman yang lain.

b) Melakukan kerjasama dengan sesama anggota kelompok.

Aspek melakukan kerjasama ini, rata-rata indikator hasil observasi

mencapai 62%. Siswa terlihat mampu bekerjasama dengan anggota

kelompoknya, meski pada awalnya siswa masih terlihat diam. Siswa

tidak ikut mengerjakan tugas karena belum dapat menerima anggota

kelompoknya, tetapi seiring berjalannya waktu dengan melakukan

kegiatan bersama, siswa dapat bekerjasama dengan baik. Pada siklus I

pertemuan 1, siswa mengerjakan LKS yang dibagikan guru dan

membuat peta konsep secara berkelompok dengan membagi tugas

masing-masing anggota kelompok. Pada siklus I pertemuan 2, siswa

bekerjasama melakukan kegiatan kelompok dengan baik, siswa

100

bersama-sama mempelajari materi yang disampaikan guru kepada

ketua kelompok. Siswa mulai terlihat kompak dalam mengerjakan

kegiatan kelompok, siswa juga dapat belajar tentang sikap sosial untuk

bekerjasama dan peduli terhadap lingkungan temannya.

Gambar 15

Menunjukkan Siswa Mampu Melakukan Kerjasama

c) Menunjukkan sikap peduli terhadap teman.

Pada aspek ini rata-rata indikator hasil observasi mencapai 47%.

Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti mengamati sikap kepedulian

siswa terhadap temannya belum terlihat. Pada siklus I pertemuan 1 ada

siswa yang sakit dalam kelompoknya, siswa itu hanya diam, tetapi

siswa sekelompoknya tidak peka dan tidak bertanya kenapa siswa

tersebut hanya diam. Pada siklus I pertemuan 2 siswa mulai membantu

temannya, ketika ada teman sekelompok mendapat pertanyaan yang

tidak bisa dijawab, siswa berusaha membantu memikirkan jawaban

bersama dengan kelompoknya.

101

Gambar 16

Menunjukkan Siswa Membantu Teman Sekelompok Menjawab

Pertanyaan Guru

d) Menyelesaikan tugas kelompok dengan serius.

Dalam aspek ini rata-rata indikator hasil observasi mencapai 64%.

Pada aktivitas kerja kelompok dengan anggotanya, siswa mampu

bertanggung jawab menyelesaikan tugas kelompoknya dengan

sungguh-sungguh. Siswa berusaha berpikir untuk dapat mengerjakan

tugas kelompok meski merasa kesulitan dan kemudian bertanya

kepada guru atau peneliti tentang sesuatu yang belum dipahami.

Gambar 17

Menunjukkan Siswa Serius dalam Mengerjakan Tugas Kkelompok

e) Menghargai pendapat teman.

Pada aspek menghargai pendapat teman ini, rata-rata indikator hasil

observasi mencapai 53%. Pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan

secara berkelompok, banyak perbedaan pendapat diantara siswa satu

102

kelompok maupun kelompok lain. Pada awalnya banyak siswa tidak

mendengarkan pendapat teman yang berbeda dan menganggap

pendapat dirinya paling benar. Ketika kelompok lain maju didepan

kelas mempresentasikan hasil kelompoknya, sebagian siswa tidak

memperhatikan, namun dengan bimbingan guru akhirnya siswa mulai

menghargai perbedaan pendapat dan memperhatikan teman yang

mempresentasikan hasil karya kelompoknya di depan kelas.

Gambar 18

Menunjukkan Beberapa Siswa Kurang Memperhatikan Kelompok

yang Maju di depan kelas

f) Menjelaskan materi yang belum dipahami teman.

Dalam aspek ini, rata-rata indikator hasil observasi mencapai 49%.

Pada kegiatan pembelajaran secara kelompok, masih terdapat sebagian

siswa yang kurang jelas dengan materi yang diberikan guru dan belum

memahami apa yang menjadi tugas kelompok siswa. Siswa yang sudah

paham belum mampu menjelaskan kepada teman yang belum

memahami materi dan tugas yang diberikan guru. Pada siklus I

pertemuan 1, belum terlihat siswa yang mampu menjelaskan kepada

teman karena siswa yang belum menerima anggota kelompoknya

masih kurang peduli dengan temannya. Pada siklus I pertemuan 2,

103

sudah mulai terlihat 2-3 siswa yang mampu menjelaskan kepada

temannya.

Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I

mencapai 56%. Hasil observasi siklus I ini belum mencapai indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan.

2) Hasil Tes Sikap Sosial Siswa

Hasil tes sikap sosial siswa setelah mengikuti pembelajaran IPS

dengan menggunakan Pendekatan PAKEM pada siklus I dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 9

Hasil Analisis Tes Sikap Sosial Siswa Siklus I

No Indikator Persentase Kategori

1 Menunjukkan sikap terbuka pada teman 71% Cukup

2 Membentuk pendapat secara jelas 65% Cukup

3 Melakukan sesuatu dengan kerja sama 69% Cukup

4 Menunjukkan sikap peduli kepada teman 72% Cukup

5 Merasakan apa yang dirasakan teman 75% Cukup

6 Membangun suasana yang komunikatif 74% Cukup

7 Melaksanakan tanggung jawab 72% Cukup

8 Mendengarkan pendapat teman 69% Cukup

9 Menghargai orang lain 74% Cukup

10 Menunjukkan sikap suka menolong teman 74% Cukup

Rata-rata 71% Cukup

No Kriteria Persentase

1 Sangat baik 86% - 100%

2 Baik 76% - 85%

3 Cukup 60% - 75%

4 Kurang 55% - 59%

5 Kurang sekali ≤ 54%

Hasil tes sikap sosial siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan

tindakan pada siklus I mengalami peningkatan yang cukup baik dari

104

masing-masing indikator. Peningkatan dan perbandingan hasil tes sikap

sosial tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10

Perbandingan Hasil Analisis Tes Sikap Pratindakan dan Siklus I

No Indikator Pra

Tindakan

Siklus I Keterangan

1 Menunjukkan sikap

terbuka pada teman

69% 71% Meningkat

2 Membentuk pendapat

secara jelas

57% 65% Meningkat

3 Melakukan sesuatu

dengan kerja sama

66% 69% Meningkat

4 Menunjukkan sikap

peduli kepada teman

68% 72% Meningkat

5 Merasakan apa yang

dirasakan teman

72% 75% Meningkat

6 Membangun suasana

yang komunikatif

70% 74% Meningkat

7 Melaksanakan

tanggung jawab

58% 72% Meningkat

8 Mendengarkan

pendapat teman

59% 69% Meningkat

9 Menghargai orang

lain

67% 74% Meningkat

10 Menunjukkan sikap

suka menolong teman

70% 74% Meningkat

Rata-rata 66%

(Cukup)

71%

(Cukup)

Meningkat

Berdasarkan hasil tes sikap diatas sudah mengalami peningkatan

dari pratindakan ke siklus I sebesar 5% dari rata-rata secara keseluruhan

indikator yaitu 66% menjadi 71%, meskipun masih dalam kriteria cukup.

Dari hasil beberapa indikator tes sikap sosial pada siklus I tersebut

dapat dijabarkan sebagai berikut:

105

a) Menunjukkan sikap terbuka pada teman.

Dalam aspek menunjukkan sikap terbuka pada teman ini hasil rata-rata

tes sikap mencapai 71% dalam kriteria cukup. Aspek ini memang

masih kurang terlihat ketika peneliti mengamati aktivitas siswa ketika

pembelajaran. Masih banyak siswa kurang terbuka dengan teman,

karena pembentukan kelompok yang dibagi guru dengan berhitung,

siswa merasa keberatan tidak satu kelompok dengan teman dekatnya

atau teman yang disuka, tetapi seiring dengan berlangsungnya

pembelajaran siswa akhirnya dapat saling menerima.

b) Membentuk pendapat secara jelas.

Pada aspek membentuk pendapat secara jelas ini, hasil rata-rata tes

sikap sosial siswa mencapai 65% dalam kriteria cukup. Sebagian siswa

belum mampu mengeluarkan pendapat, ada beberapa siswa yang sudah

mampu mengeluarkan pendapatnya tetapi belum dapat tersampaikan

secara jelas di depan kelas.

c) Melakukan sesuatu dengan kerjasama.

Dalam aspek melakukan sesuatu dengan kerjasama ini, hasil rata-rata

tes sikap sosial siswa mencapai 69% dalam kriteria cukup. Siswa

cukup melakukan kerjasama dengan baik, pada awalnya karena

pembagian kelompok yang terbentuk tidak sesuai dengan keinginan

siswa, siswa hanya diam di dalam kelompok, tetapi setelah siswa

melakukan kegiatan pembelajaran, akhirnya siswa dapat bersosialisasi

106

dengan teman dan dapat melakukan kerjasama yang baik dalam

kelompoknya.

d) Menunjukkan sikap peduli kepada teman.

Aspek yang menunjukkan sikap peduli kepada teman, hasil rata-rata

tes sikap sosial siswanya mencapai 72% dalam kriteria cukup.

Beberapa siswa mulai menunjukkan sikap peduli terhadap teman

sekitarnya, ketika teman satu kelompok mendapat kesulitan dalam

melakukan kegiatan pembelajaran yang dilakukan, siswa berusaha

membantu temannya.

e) Merasakan apa yang dirasakan teman.

Pada aspek merasakan apa yang dirasakan teman ini, hasil rata-rata

indikator tes sikap sosial siswa mencapai 75% termasuk dalam kriteria

cukup. Siswa mampu merasakan apa yang dirasakan temannya pada

saat pembelajaran berlangsung, siswa ada yang merasa senang ketika

temannya mendapat nilai atau penghargaan dari guru, tetapi ada yang

tidak senang karena merasa iri dan dirinya juga ingin mendapat nilai

baik. Sebagian siswa juga ikut merasa gelisah ketika ada teman yang

tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru.

f) Membangun suasana yang komunikatif.

Dalam aspek membangun suasana yang komunikatif ini, hasil rata-rata

tes sikap mencapai 74% termasuk dalam kriteria cukup. Sebagian

siswa mampu membangun suasana yang komunikatif terhadap teman-

temannya, beberapa siswa mau menanggapi teman yang sedang

107

mempresentasikan hasil karyanya meskipun masih ada juga siswa yang

tidak memperhatikan. Beberapa siswa juga saling menyapa jika

berhadapan, tetapi ada juga siswa yang masih diam ketika berhadapan

dengan temannya.

g) Melaksanakan tanggung jawab.

Pada aspek melaksanakan tanggung jawab, hasil rata-rata indikator tes

sikap sosial siswa mencapai 72% dalam kriteria cukup. Siswa kelas

VB cukup melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik dalam

melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan PAKEM.

Sebagian siswa mampu berpartisipasi dalam mengerjakan tugas secara

kelompok, tetapi masih ada siswa yang belum fokus dalam

mengerjakan tugas kelompok karena ada beberapa siswa ketika teman

sedang berdiskusi kelompok, siswa itu mengerjakan tugas yang lain.

h) Mendengarkan pendapat teman.

Dalam aspek mendengarkan pendapat teman, hasil rata-rata indikator

tes sikap sosial siswa mencapai 69% termasuk dalam kriteria cukup.

Siswa cukup mendengarkan pendapat teman dalam melakukan

kegiatan pembelajaran, sebagian siswa mau mendengarkan perbedaan

pendapat dari teman, tetapi ada juga yang tidak mau mendengarkan

pendapat temannya.

i) Menghargai orang lain.

Pada aspek menghargai orang lain, hasil rata-rata indikator tes sikap

sosial siswa mencapai 72% termasuk dalam kriteria cukup. Siswa

108

mampu menghargai teman, memperhatikan teman yang sedang maju

di depan kelas, sebagian siswa memberi pujian terhadap temannya

yang bekerja keras, meskipun ada beberapa siswa menertawakan

teman yang melakukan kesalahan dalam kegiatan pembelajaran.

j) Menunjukkan sikap suka menolong teman.

Dalam aspek menunjukkan sikap suka menolong teman, hasil rata-rata

indikator tes sikap sosial siswa mencapai 74% dalam kriteria cukup.

Pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

PAKEM, siswa mampu menolong teman dengan baik, ketika ada

teman yang belum paham dengan materi atau kegiatan yang akan

dilakukan, siswa mampu menjelaskannya.

Adapun rekapitulasi dari data hasil tes sikap sosial siswa pada

siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11

Rekapitulasi Hasil Tes Sikap Sosial Siswa Kelas VB Pada Siklus I

Kriteria Skor Jumlah siswa Persentase

Sangat baik 86% - 100% 0 0%

Baik 76% - 85% 11 52%

Cukup 60% - 75% 10 48%

Kurang 55% - 59% 0 0%

Kurang sekali ≤ 54% 0 0%

Jumlah 21 100%

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ketercapaian hasil tes sikap

sosial siswa kelas VB yang mencapai kriteria baik atau ≥76% meningkat

dari 2 siswa pada pratindakan menjadi 11 siswa pada siklus I. Berdasarkan

hasil tes sikap sosial siswa ini, guru bersama peneliti mengajak siswa

untuk lebih mengembangkan sikap sosialnya kepada teman dengan

109

melakukan kegiatan pembelajaran secara kelompok yang kelompoknya

ditentukan oleh guru. Hasil tes sikap sosial siswa pada siklus I dapat

dilihat pada lampiran 3.

d. Refleksi

Pada akhir siklus I diadakan refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan

guru kelas VB. Refleksi digunakan untuk membahas kekurangan dan

hambatan pada siklus I. Refleksi didasarkan pada hasil observasi dan hasil tes

sikap, adapun beberapa kekurangan pada siklus I, yaitu:

1) Guru masih terlihat canggung ketika melakukan pembelajaran karena guru

belum terbiasa menggunakan pendekatan PAKEM dalam kegiatan

pembelajaran.

2) Siswa kurang aktif karena pada saat siswa melakukan kegiatan

pembelajaran, siswa kurang memperhatikan dan baru beberapa siswa

menanggapi pendapat teman yang maju ke depan kelas menyampaikan

hasil diskusinya.

3) Siswa kurang kreatif karena ketika melakukan proses pembelajaran siswa

belum bisa mengeluarkan ide-ide baru.

4) Pembelajaran kurang efektif karena masih ada beberapa siswa yang tidak

memperhatikan penjelasan dari guru, sehingga ketika melakukan kegiatan

pembelajaran siswa masih belum paham tentang tugas yang diberikan

guru.

5) Pembelajaran sedikit kurang menyenangkan karena pada saat siswa dibagi

menjadi beberapa kelompok kecil yang dibentuk guru dengan cara

110

berhitung, masih banyak siswa yang belum menerima dan masih ribut

karena tidak sekelompok dengan teman dekat atau teman yang diharapkan

siswa. Pembagian kelompok dengan cara berhitung juga kurang heterogen

berdasarkan segi kemampuan dan jenis kelamin sehingga guru harus

menukar kembali kelompok yang sudah terbentuk.

Berdasarkan data hasil tes sikap, sikap sosial siswa sudah cukup

mengalami pengembangan setelah diberi tindakan pada siklus I. Rata-rata

semua indikator persentasenya mencapai 71% yaitu masih dalam kategori

cukup dan baru 11 siswa yang mencapai kriteria baik. Selain itu, data hasil

observasi sikap sosial siswa melalui aktivitas pembelajaran siswa pada siklus I

mencapai 56%. Dari hasil observasi dan tes sikap sosial siswa masih kurang

dari indikator keberhasilan yang ingin dicapai. Kekurangan itu kemungkinan

disebabkan karena guru kurang memahami langkah-langkah pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan PAKEM dan siswa kurang bersosialisasi

dengan teman sekelas, oleh karena itu perlu diadakan tindakan selanjutnya

untuk meningkatkan sikap sosial siswa.

2. Tahapan PTK Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi dan diskusi pada siklus I, perlu ada

perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada

siklus I, maka perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah:

1) Guru dan peneliti berdiskusi mengenai pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan PAKEM. Guru lebih memahami mengenai

langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan pendekatan PAKEM

111

supaya metode pembelajarannya dapat diterapkan dengan maksimal dan

pada pelaksanaan pembelajaran siklus II guru tidak merasa canggung lagi.

2) Guru memberikan bimbingan dan dorongan kepada siswa supaya siswa

aktif bertanya dan menyampaikan pendapatnya ketika kegiatan

pembelajaran berlangsung.

3) Guru lebih memotivasi dan menggali pikiran siswa supaya siswa dapat

berpikir kreatif dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

metode bermain peran dan permainan. Metode bermain peran dapat

membantu siswa berpikir bagaimana caranya supaya siswa dapat

memainkan peran sesuai dengan karakter tokoh tersebut. Metode

permainan berupa tongkat berjalan, berisi tentang pertanyaan-pertanyaan

tentang apa yang harus dilakukan siswa jika mendapat suatu masalah.

4) Guru memberikan penjelasan kepada siswa sejelas mungkin sebelum

melakukan pembelajaran tentang aturan dalam kegiatan yang akan

dilakukan supaya siswa memahami tugasnya.

5) Guru lebih memberi penegasan dan penjelasan kepada siswa apabila

teman sekelas itu sama, tidak boleh saling membedakan dan memilih-

milih karena semua adalah teman, sehingga ketika guru membagi siswa ke

dalam kelompok-kelompok kecil, siswa dapat menerima siapapun anggota

di dalam kelompoknya dan siswa dapat saling mengenal dekat dengan

teman yang lain.

112

a. Perencanaan

Sebelum melakukan tindakan pada siklus II, peneliti dan guru

mengadakan diskusi terlebih dahulu untuk mempersiapkan kegiatan

pembelajaran selanjutnya. Persiapan-persiapan yang dilakukan:

1) Menyiapkan pembelajaran dengan pendekatan PAKEM.

Guru mempelajari lebih maksimal mengenai langkah-langkah dalam

pembelajaran menggunakan pendekatan PAKEM. Guru mempelajari

metode pembelajaran yang akan digunakan yaitu metode bermain peran

dan permainan sehingga guru tidak merasa canggung serta pembelajaran

dapat berjalan dengan lancar .

2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan Pendekatan PAKEM.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun oleh peneliti dengan

menggunakan pendekatan PAKEM dan didiskusikan dengan guru kelas.

RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran IPS di kelas VB pada siklus II. RPP yang dibuat disesuaikan

dengan materi yang akan diteliti dan disesuaikan dengan materi yang akan

disampaikan guru kelas VB sesuai jadwal pelajaran IPS yaitu materi

tentang Proses Perumusan Dasar Negara.

3) Menyiapkan media atau alat pembelajaran yang digunakan.

Peneliti dan guru kelas berdiskusi terlebih dahulu untuk menentukan

media yang akan digunakan supaya sesuai dengan materi yang akan

diajarkan dan dapat menarik perhatian siswa. Berdasarkan hasil diskusi

113

peneliti dengan guru kelas, media yang digunakan dalam siklus II adalah

gambar tokoh-tokoh yang berperan dalam Proses Perumusan Dasar

Negara.

4) Membentuk kelompok.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM pada siklus II

dilakukan dengan metode bermain peran dan permainan yang juga

melibatkan siswa untuk bekerja kelompok. Sebelum melakukan tindakan

peneliti membentuk siswa menjadi beberapa kelompok supaya siswa tidak

bergerombol dengan teman dekatnya saja tetapi bisa berkelompok dengan

semua teman yang berada dikelas. Pembentukan kelompok dibuat secara

acak dan heterogen memperhatikan keragaman akademik, jenis kelamin

serta latar belakang siswa supaya tidak terjadi keributan seperti siklus I.

Dalam pembentukan kelompok, peneliti berdiskusi dengan guru kelas

terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan karena guru kelas lebih tahu

mengenai kemampuan akademik siswa, karakteristik dan latar belakang

siswa.

5) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).

Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun oleh guru dan peneliti secara

bervariasi. Lembar Kerja Siswa dibuat untuk membantu siswa berlatih

melakukan kerja kelompok dengan siswa lain dan membantu siswa lebih

paham tentang materi IPS yang sedang diajarkan oleh guru.

114

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah guru kelas VB SD

Negeri Mangiran, sedangkan peneliti bertindak sebagai observer. Tindakan

pada siklus II disusun untuk 4 jam pelajaran dengan 2 kali pertemuan atau

tatap muka. Pertemuan pertama 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 70

menit dan pertemuan kedua juga 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 70

menit. Setiap pertemuan terdapat 3 tahapan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,

dan penutup. Alokasi waktu pertemuan pertama dan kedua untuk kegiatan

awal kurang lebih 10 menit, kegiatan inti kurang lebih 50 menit dan kegiatan

akhir kurang lebih 10 menit.

Pertemuan I

Pertemuan pertama dilakukan pada hari Kamis tanggal 4 April 2013.

Pelaksanaan pembelajaran berlangsung selama 70 menit yaitu pukul 09.00-

10.10 WIB. Pada pertemuan pertama, materi yang dibahas adalah Proses

Pelaksanaan BPUPKI dan PPKI dengan menggunakan metode bermain peran.

Kegiatan pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang

telah disusun. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran IPS menggunakan

pendekatan PAKEM pada siklus II pertemuan 1.

1) Melakukan apersepsi.

Guru melakukan apersepsi dengan menyanyikan lagu “Hari

Kemerdekaan” dan bertanya jawab dengan siswa “Bagaimana proses

pelaksanaan sidang BPUPKI dan PPKI?”. Guru juga memberi penjelasan

kepada siswa apabila teman satu kelas itu sama, tidak boleh saling

115

membedakan dan harus saling mengenal dekat seperti tokoh pejuang yang

saling bersatu dan bekerjasama hingga dapat mencapai kemerdekaan.

2) Siswa memperhatikan guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan

dilakukan sampai semua siswa jelas dan siswa dapat menjelaskan proses

pelaksanaan sidang BPUPKI dan PPKI.

3) Siswa memperhatikan gambar-gambar tokoh pejuang yang dibawa oleh

guru. Guru memberi pertanyaan-pertanyaan pembuka supaya siswa lebih

aktif bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Siswa aktif menjawab

pertanyaan dari guru secara bergantian “Apa peran masing-masing tokoh

dalam proses pelaksanaan BPUPKI dan PPKI?” (aspek aktif ).

Gambar 19

Menunjukkan Siswa Memperhatikan Gambar yang dibawa Guru

4) Siswa memahami cerita dari guru tentang materi yang akan dipelajari

sebagai pemanasan.

5) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

Guru membagi kelompok secara acak, setiap kelompok terdiri dari siswa

yang heterogen dari segi kemampuan akademik dan jenis kelamin. Setiap

kelompok diberi nama kelompok BPUPKI 1, BPUPKI 2, PPKI 1, dan

116

PPKI 2 karena yang memainkan peran BPUPKI ada 2 kelompok dan yang

memainkan peran PPKI juga ada 2 kelompok (aspek kreatif dan efektif).

6) Siswa berkumpul bersama kelompoknya, setiap siswa mendapat naskah

untuk bermain drama. Setiap kelompok membagi peran masing-masing

dan bekerjasama supaya dapat mempelajari perannya. Guru mengelilingi

siswa dan memberi penegasan supaya siswa dapat memainkan peran

sesuai dengan karakter tokoh (aspek kreatif dan menyenangkan).

Gambar 20

Menunjukkan Siswa Mempelajari Perannya Masing-masing

7) Setiap kelompok bergantian maju ke depan kelas memainkan perannya.

Siswa dan guru mengamati permainan drama yang sedang dilakukan.

Gambar 21

Menunjukkan Siswa Bermain Drama

8) Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan kepada kelompok

yang memainkan peran (aspek aktif dan kreatif).

117

9) Guru memberi tanggapan permainan drama yang dilakukan siswa. Setelah

kelompok lain selesai memainkan dramanya, siswa diberi kesempatan

untuk bertanya atau menyampaikan pendapatnya (aspek aktif dan kreatif).

Gambar 22

Menunjukkan Guru Memberikan Tanggapan Permainan Drama Siswa

10) Guru memberikan permainan kuis berupa pertanyaan-pertanyaan kepada

siswa sebagai bahan evaluasi yang berkaitan dengan materi yang

diajarkan. Hal ini bertujuan untuk mengasah kemampuan siswa.

11) Siswa mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan dari guru, apabila

siswa dapat menjawab, kelompoknya mendapat poin tambahan sehingga

setiap kelompok bersaing untuk mengumpulkan poin. Pemberian poin

bertujuan untuk memotivasi siswa berkompetensi dengan siswa lain

dalam menjawab soal dari guru (aspek aktif dan menyenangkan).

Gambar 23

Menunjukkan Siswa Mengangkat Tangan untuk Menjawab Kuis

118

12) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi atau hal-hal yang

belum dipahami (aspek efektif).

13) Siswa bersama guru menyimpulkan materi.

Setelah pembelajaran berlangsung, siswa dibimbing guru untuk

menyimpulkan materi dan guru menuliskan kesimpulan materi di papan

tulis.

14) Guru memberikan pujian terhadap siswa karena telah melakukan kegiatan

dengan baik, memberikan pesan moral dan motivasi supaya siswa selalu

belajar.

Pertemuan II

Pertemuan kedua dilakukan pada hari Sabtu tanggal 6 April 2013.

Pelaksanaan pembelajaran berlangsung selama 70 menit yaitu pukul 07.00-

08.10 WIB. Pada pertemuan kedua, materi yang dibahas adalah mengenal dan

menghormati tokoh-tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

dengan menggunakan metode diskusi kelompok dan permainan tongkat

berjalan. Kegiatan pembelajaran mengacu pada rencana langkah-langkah

pembelajaran IPS menggunakan pendekatan PAKEM pada siklus II

pertemuan 2.

1) Melakukan apersepsi.

Guru melakukan apersepsi dengan menyanyikan lagu “Hari

Kemerdekaan” dan bertanya jawab dengan siswa “Kapan Indonesia

merayakan kemerdekaan? sebelum merdeka apa yang perlu disiapkan?”.

Guru juga kembali mengingatkan kepada siswa apabila teman satu kelas

119

itu sama, tidak boleh saling membedakan dan harus saling mengenal

dekat seperti tokoh pejuang yang saling bersatu dan bekerjasama hingga

akhirnya dapat mencapai kemerdekaan.

2) Siswa memperhatikan guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan

dilakukan sampai semua siswa jelas dan siswa dapat meneladani sikap

para tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan baik.

3) Siswa mengamati media gambar tokoh-tokoh Persiapan Kemerdekaan

Indonesia dengan mendengarkan penjelasan guru. Guru memberi

pertanyaan-pertanyaan pembuka supaya siswa lebih aktif bertanya dan

menyampaikan pendapatnya. Siswa aktif melakukan permainan tebak

nama tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan gambar yang ditunjuk guru

(aspek aktif, kreatif dan menyenangkan).

4) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri 4-5 siswa. Guru

membagi kelompok secara acak, setiap kelompok terdiri dari siswa yang

heterogen dari segi kemampuan akademik dan jenis kelamin. Setiap

kelompok diberi nama kelompok 1, 2, 3, 4, dan 5 (aspek kreatif dan

efektif).

5) Siswa berkumpul bersama teman kelompoknya. Pada pembelajaran

dengan Pendekatan PAKEM, guru mengubah posisi tempat duduk siswa

berpola huruf “U” (aspek menyenangkan).

6) Setiap kelompok mendapat Lembar Kerja Siswa untuk mendiskusikan

hasil rumusan dasar negara. Setiap kelompok bekerjasama mendiskusikan

120

jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat

mengerjakan/ mengetahui jawabannya (aspek kreatif dan efektif).

7) Guru mengelilingi siswa yang sedang melakukan kerja kelompok dan

membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

Gambar 24

Menunjukkan Siswa Bekerjasama dengan Kelompoknya

8) Setelah semua kelompok selesai berdiskusi mengerjakan tugas, setiap

kelompok mengambil undian yang telah dibuat guru untuk menentukan

urutan kelompok yang maju ke depan kelas mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya (aspek aktif).

G

Gambar 24 Gambar 25

Menunjukkan Kelompok yang sedang Membuka Undian Nomor Urut

untuk Mempresentasikan Hasil Kelompoknya

9) Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap

kelompok lain. Setelah kelompok lain selesai mempresentasikan hasil

121

kerja kelompoknya, siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau

menyampaikan pendapatnya (aspek aktif dan kreatif).

10) Pembahasan secara bersama-sama dengan bimbingan guru. Dalam

kegiatan ini guru terus memberikan bimbingan dan mengklarifikasi

apabila terjadi kesalahan jawaban siswa yang kurang tepat.

11) Pemajangan hasil karya.

Perwakilan dari anggota kelompok memajang hasil karya kelompoknya di

dinding kelas. Siswa merasa senang dan dihargai hasil karyanya,

pemajangan hasil karya siswa dimaksudkan untuk memotivasi siswa

supaya lebih kreatif (aspek kreatif dan menyenangkan).

Gambar 26

Menunjukkan Perwakilan Kelompok Memajang Hasil Karyanya

12) Siswa melakukan permainan tongkat berjalan untuk mengasah cara

berpikir apabila mendapat suatu masalah. Siswa yang duduk di barisan

paling depan pojok kanan ditunjuk sebagai starter. Siswa pertama

memberikan tongkat kepada teman sebelahnya dan seterusnya sambil

menyanyi lagu Hari Kemerdekaan (aspek aktif dan menyenangkan).

122

Gambar 27

Menunjukkan Siswa Melakukan Permainan Tongkat Berjalan

13) Siswa yang mendapat tongkat tepat pada lagu habis berhak mengambil

satu undian yang berisi nomor soal yang harus dijawab. Siswa dibantu

kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang diperoleh (aspek aktif,

kreatif, dan menyenangkan).

Gambar 28

Menunjukkan Siswa Mengambil Undian Nomor Soal

14) Siswa mengerjakan post test secara individu berkaitan dengan materi

yang diajarkan untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaan

siswa terhadap materi (aspek aktif).

15) Siswa bersama guru membahas post test.

Siswa setelah selesai mengerjakan post test kemudian hasil jawaban siswa

ditukarkan dengan temannya dan dibahas bersama guru (aspek efektif).

16) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi atau hal-hal yang

belum dipahami (aspek efektif).

123

17) Siswa bersama guru menyimpulkan materi.

Setelah pembelajaran berlangsung, siswa dibimbing guru untuk

menyimpulkan materi dan guru menuliskan kesimpulan materi di papan

tulis.

18) Siswa mengerjakan tes sikap sesuai petunjuk yang diberikan guru. Siswa

mengerjakan tes sikap untuk mengukur tingkat sikap sosial siswa

terhadap lingkunannya setelah melakukan pembelajaran dengan

menggunakan Pendekatan PAKEM.

19) Guru memberikan pujian terhadap siswa karena telah melakukan kegiatan

dengan baik, memberikan pesan moral dan motivasi supaya siswa selalu

belajar.

c. Observasi

Observasi pelaksanaan tindakan kelas dilakukan oleh peneliti dengan

dibantu oleh satu observer yang bertugas membantu peneliti mendapatkan

data tentang sikap sosial siswa ketika pembelajaran IPS dengan menggunakan

lembar observasi aktivitas siswa terhadap pelaksanaan tindakan dan tes sikap

sosial yang diberikan oleh siswa diakhir siklus II. Hasil yang diperoleh

sebagai berikut:

1) Hasil observasi aktivitas siswa terhadap pelaksanaan tindakan

Hasil observasi aktivitas siswa terhadap pelaksanaan tindakan yang

dilakukan oleh peneliti pada siklus II sudah mengalami pengembangan

yang sangat baik, yaitu sebagai berikut:

124

Tabel 12

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

No Indikator

Persentase Kategori

1 Menerima anggota kelompok yang

dibentuk secara acak.

90% Sangat baik

2 Melakukan kerjasama dengan sesama

anggota kelompok.

94% Sangat baik

3 Menunjukkan sikap peduli terhadap

teman.

77% Baik

4 Menyelesaikan tugas kelompok

dengan serius.

83% Baik

5 Menghargai pendapat teman.

78% Baik

6 Menjelaskan materi yang belum

dipahami teman.

76% Baik

Rata-rata 83% Baik

Dari data yang didapat pada hasil observasi aktivitas pembelajaran

IPS oleh siswa pada siklus I dan siklus II dapat diperjelas melalui diagram

di bawah ini:

Gambar 29

Diagram Batang Aktivitas Pembelajaran IPS oleh Siswa

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Siklus I Siklus II

56%

83%

Aktivitas Pembelajaran Siswa

Per

sen

tase

125

Dari diagram batang aktivitas siswa kelas VB di atas dapat dilihat

bahwa pada siklus I rata-rata persentase aktivitas siswa adalah 56%. Hasil

observasi aktivitas pembelajaran IPS oleh siswa ini mengalami

peningkatan kembali pada siklus II yaitu mencapai 83%, hasil observasi

terdapat pada lampiran 3.

Berdasarkan hasil dari beberapa indikator observasi aktivitas siswa

diatas, dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Menerima anggota kelompok yang dibentuk secara acak.

Dalam aspek ini, rata-rata indikator hasil observasi aktivitas siswa

mencapai 90%. Pada siklus II ini keterbukaan siswa terhadap teman

meningkat. Pada saat pembentukan kelompok dibagi guru secara acak

dan heterogen, siswa banyak yang menerima anggota kelompok yang

dibentuk guru karena dari kegiatan-kegiatan sebelumnya siswa mulai

saling akrab dengan teman satu kelas tidak hanya dengan teman

dekatnya. Pada siklus II pertemuan 1, awalnya masih terdapat 3 siswa

yang mengeluh satu kelompok dengan siswa yang tidak disuka, tetapi

setelah melakukan kegiatan akhirnya siswa bisa menerima dengan baik

terbukti siswa itu dapat melakukan kerjasama dengan anggota

kelompoknya untuk menyelesaikan tugas kelompok. Pada siklus II

pertemuan 2, siswa tidak ada yang keberatan dengan pembagian

kelompok yang dibentuk guru.

126

Gambar 30

Menunjukkan Siswa Menerima Anggota Kelompoknya dan dapat

Bekerjasama dengan Baik

b) Melakukan kerjasama dengan sesama anggota kelompok.

Pada aspek ini, rata-rata indikator hasil observasi aktivitas siswa

mencapai 95%. Kerjasama siswa pada siklus II ini juga meningkat dan

lebih baik dari sebelumnya. Pada siklus II pertemuan 1 siswa

bekerjasama untuk melakukan drama atau bermain peran tentang

pelaksanaan sidang BPUPKI dan PPKI. Setiap kelompok membagi

perannya masing-masing dan latihan memahami perannya secara

bersama-sama sebelum tampil di depan kelas, ada yang menjadi

narator dan ada yang memerankan tokoh-tokoh dalam naskah tersebut.

Pada siklus II pertemuan 2 siswa terlihat kompak dalam mengerjakan

tugas secara berkelompok. Siswa mampu bekerjasama dengan anggota

kelompoknya secara baik karena tidak ada hambatan lagi siswa merasa

keberatan dengan anggota kelompok yang dibentuk oleh guru. Siswa

bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing yang telah dibagi adil

dalam kelompok, dan saling berdiskusi jika terdapat kesulitan. Siswa

sangat kompak dalam mengerjakan tugas secara berkelompok, selain

127

itu siswa juga dapat belajar tentang sikap sosial untuk bekerjasama dan

peduli terhadap lingkungan sekelilingnya.

Gambar 31

Menunjukkan Siswa dapat Bekerjasama dengan Baik dan Kompak

c) Menunjukkan sikap peduli terhadap teman.

Dalam aspek menunjukkan sikap peduli ini, rata-rata indikator hasil

observasi aktivitas siswa mencapai 74%. Pada siklus II sikap peduli

siswa terhadap teman meningkat. Dalam kegiatan pembelajaran,

peneliti mengamati siswa mulai banyak yang memperhatikan teman

sekelilingnya. Kepedulian ini ditunjukkan ketika ada teman yang diam

dalam kelompoknya, kemudian siswa bertanya dan temannya

menjawab dengan menangis jika dia sedang sakit, lalu siswa tersebut

melapor kepada peneliti dan guru, siswa ingin mengantar pulang tetapi

temannya yang sakit tidak ingin pulang. Selain itu ketika kegiatan

kelompok, ada kelompok lain yang tidak mempunyai buku yang

termasuk menjadi sumber dalam kegiatan siswa kemudian ada siswa

yang membawa dipinjamkan secara bergantian kepada kelompok lain

dan ada juga siswa yang meminjamkan alat tulis kepada siswa yang

tidak membawa.

128

Gambar 32

Menunjukkan Siswa Meminjamkan Alat Tulis kepada Temannya

d) Menyelesaikan tugas kelompok dengan serius.

Dalam aspek ini, rata-rata indikator hasil observasi aktivitas siswa

mencapai 83%. Siswa dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan

tanggung jawab yang tinggi. Pada aktivitas kerja kelompok dengan

anggotanya, siswa mampu bertanggung jawab menyelesaikan tugas

kelompoknya dengan sungguh-sungguh. Siswa berusaha berpikir

untuk dapat mengerjakan tugas kelompok tersebut dengan

mengeluarkan ide-ide dan pendapat di dalam kelompoknya.

Gambar 33

Menunjukkan Siswa Serius Berpikir dalam Menyelesaikan Tugas

e) Menghargai pendapat teman.

Pada aspek ini, rata-rata indikator hasil observasi aktivitas siswa

mencapai 76%. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara

berkelompok, banyak terdapat perbedaan pendapat diantara siswa satu

129

kelompok maupun kelompok lain. Pada siklus II, siswa telah

mendengarkan pendapat teman yang berbeda dan saling bertukar

pikiran mencari solusi yang terbaik. Siswa sudah mampu

memperhatikan dan menghargai kelompok lain yang maju didepan

kelas mempresentasikan hasil karya kelompoknya, serta memberikan

tanggapan dan masukan-masukan yang positif terhadap kelompok lain.

Gambar 34

Menunjukkan Siswa Memperhatikan Kelompok yang Maju di depan

Kelas

f) Menjelaskan materi yang belum dipahami teman.

Pada aspek ini, rata-rata indikator hasil observasi aktivitas siswa

mencapai 67%. Dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok, masih

terdapat beberapa siswa yang kurang jelas dengan materi dan belum

memahami tugas kelompoknya. Banyak siswa yang sudah jelas dan

paham mampu menjelaskan kepada temannya yang belum paham

dengan materi dan tugas yang diberikan guru secara berulang-ulang

sampai temannya paham, kemudian mereka mengerjakan bersama-

sama.

130

Gambar 35

Menunjukkan Siswa Menjelaskan kepada Teman Anggota Kelompok

Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa, sikap sosial siswa

kelas VB mengalami pengembangan yang sangat baik yaitu meningkat

sebesar 27%. Pada siklus I, hasil observasi aktivitas siswa mencapai 56%

meningkat menjadi 83% pada siklus II. Hasil observasi siklus II ini sudah

mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2) Hasil Tes Sikap Sosial Siswa

Pengembangan sikap sosial siswa ketika pembelajaran IPS dengan

menggunakan Pendekatan PAKEM pada siklus II dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 13

Hasil Analisis Tes Sikap Sosial Siswa Siklus II

No Indikator Persentase Kategori

1 Menunjukkan sikap terbuka pada teman 85% Baik

2 Membentuk pendapat secara jelas 79% Baik

3 Melakukan sesuatu dengan kerja sama 83% Baik

4 Menunjukkan sikap peduli kepada teman 87% Sangat Baik

5 Merasakan apa yang dirasakan teman 86% Sangat Baik

6 Membangun suasana yang komunikatif 87% Sangat Baik

7 Melaksanakan tanggung jawab 84% Baik

8 Mendengarkan pendapat teman 84% Baik

9 Menghargai orang lain 85% Baik

10 Menunjukkan sikap suka menolong teman 85% Baik

Rata-rata 84% Baik

131

No Kriteria Persentase

1 Sangat baik 86% - 100%

2 Baik 76% - 85%

3 Cukup 60% - 75%

4 Kurang 55% - 59%

5 Kurang sekali ≤ 54%

Perbandingan hasil tes sikap sosial siswa pada pratindakan, siklus I

dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14

Perbandingan Hasil Analisis Tes Sikap Pratindakan, Siklus I dan Siklus II

No Indikator Pra

Tindakan

Siklus I Siklus II Keterangan

1 Menunjukkan sikap

terbuka pada teman

69% 71% 85% Meningkat

2 Membentuk pendapat

secara jelas

57% 65% 79% Meningkat

3 Melakukan sesuatu

dengan kerja sama

66% 69% 83% Meningkat

4 Menunjukkan sikap

peduli kepada teman

68% 72% 87% Meningkat

5 Merasakan apa yang

dirasakan teman

72% 75% 86% Meningkat

6 Membangun suasana

yang komunikatif

70% 74% 87% Meningkat

7 Melaksanakan

tanggung jawab

58% 72% 84% Meningkat

8 Mendengarkan

pendapat teman

59% 69% 84% Meningkat

9 Menghargai orang lain 67% 74% 85% Meningkat

10 Menunjukkan sikap

suka menolong teman

70% 74% 85% Meningkat

Rata-rata 66%

(Cukup)

71%

(Cukup)

84%

(Baik)

Meningkat

Dari tabel presentase hasil tes sikap sosial siswa pada pratindakan,

siklus I, dan siklus II dapat diperjelas melalui diagram di bawah ini:

132

Gambar 36

Diagram Batang Peningkatan Hasil Tes Sikap Sosial Siswa Kelas VB

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa pada pratindakan hasil

tes sikap sosial siswa mencapai rata-rata 66% dalam kriteria cukup,

kemudian meningkat pada siklus I menjadi 71% meski masih dalam

kriteria cukup, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 84% dalam

kriteria baik. Hasil pada siklus II ini sudah mencapai indikator

keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

Berdasarkan hasil tes sikap diatas sudah mengalami peningkatan

dari pratindakan ke siklus I sebesar 5% dari rata-rata keseluruhan indikator

yaitu 65% menjadi 71%, dan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan

sebesar 13% yaitu dari 71% menjadi 84%, dan sudah mencapai dalam

kriteria baik.

Dari hasil beberapa indikator tes sikap sosial pada siklus II tersebut

dapat dijabarkan sebagai berikut:

0

20

40

60

80

100

Pratindakan Siklus I Siklus II

66% 71%

84%

Pratindakan

Siklus I

Siklus II

Sikap Sosial Siswa

Per

senta

se

133

a) Menunjukkan sikap terbuka pada teman.

Pada aspek menunjukkan sikap terbuka pada teman ini hasil rata-rata

tes sikap mencapai 85% sudah mencapai kriteria baik. Setelah diberi

tindakan pada siklus II ini, terjadi peningkatan hasil tes sikap sosial

siswa sesuai dengan kenyataan yang terlihat ketika pembelajaran

berlangsung. Sebagian besar siswa sudah terbuka dengan teman

sekelas, terbukti ketika pembentukan kelompok yang dibagi oleh guru

secara acak, siswa tidak merasa keberatan lagi satu kelompok dengan

siapapun karena pada siklus I siswa telah mulai mengenal dekat siswa

lain yang bukan teman dekatnya, meski awalnya sedikit terkesan

memaksa, tetapi seiring berjalannya kegiatan pembelajaran dengan

pendekatan PAKEM siswa bisa saling menerima dan dekat dengan

teman satu kelas.

b) Membentuk pendapat secara jelas.

Dalam aspek membentuk pendapat secara jelas ini, hasil rata-rata tes

sikap sosial siswa mencapai 79% sudah termasuk dalam kriteria baik.

Aspek ini mengalami peningkatan dari sebelumnya terlihat ketika

pembelajaran siswa sudah mampu mengeluarkan pendapatnya dengan

jelas, membenarkan teman yang salah menjawab ketika siswa tahu

jawabannya yang benar, dan berani bertanya apabila ada sesuatu yang

belum dipahami siswa.

134

c) Melakukan sesuatu dengan kerjasama.

Pada aspek melakukan sesuatu dengan kerjasama ini, hasil rata-rata tes

sikap sosial siswa mencapai 83% sudah mencapai dalam criteria baik.

Pada siklus II aspek ini mengalami peningkatan yang baik dari

sebelumnya. Siswa sudah mampu melakukan kerjasama dengan baik,

siswa saling berdiskusi dengan teman sekelompoknya, mencari solusi

dan berpikir bersama dalam menyelesaikan tugas atau kegiatannya.

Siswa tidak merasa canggung satu sama lain lagi karena sudah mulai

mengenal dekat semua teman sekelas, sehingga siswa dapat melakukan

kerjasama dengan baik.

d) Menunjukkan sikap peduli kepada teman.

Pada aspek yang menunjukkan sikap peduli kepada teman, hasil rata-

rata tes sikap sosial siswanya mencapai 87% termasuk dalam criteria

sangat baik. Hasil tes sikap aspek ini mengalami peningkatan dari

sebelumnya sesuai dengan kenyataan yang terjadi di kelas. Siswa

sudah mampu menunjukkan sikap peduli terhadap teman, ketika ada

teman yang hanya diam siswa bertanya kenapa kepada temannya,

ternyata temannya sakit kemudian siswa melapor kepada guru, dan

siswa meminjamkan buku terhadap teman kelompok lain yang tidak

mempunyai buku itu secara bergantian karena dalam buku itu terdapat

informasi yang jelas tentang tugas yang diberikan guru.

135

e) Merasakan apa yang dirasakan teman.

Dalam aspek merasakan apa yang dirasakan teman ini, hasil rata-rata

indikator tes sikap sosial siswa mencapai 86% termasuk dalam kriteria

sangat baik. Aspek ini mengalami peningkatan dari sebelumnya, yang

awalnya hanya sebagian siswa saja yang merasa senang ketika

temannya mendapat nilai atau penghargaan dari guru karena merasa

iri, akhirnya kebanyakan dari siswa ikut merasa senang karena mereka

sadar itu merupakan hasil yang sepantasnya sesuai dengan kerja keras

temannya sehingga dapat dijadikan motivasi untuk siswa lain supaya

lebih kerja keras untuk mendapatkan nilai yang baik.

f) Membangun suasana yang komunikatif.

Pada aspek membangun suasana yang komunikatif ini, hasil rata-rata

tes sikap mencapai 87% yang termasuk dalam kriteria sangat baik.

Pada siklus II aspek ini mengalami peningkatan dari siklus

sebelumnya. Siswa sudah mampu membangun suasana yang

komunikatif terhadap teman-temannya. Siswa sudah mampu

memperhatikan dan menanggapi teman yang seang maju

mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas. Siswa juga mampu

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dengan

komunikatif dan baik sehingga mudah dipahami oleh kelompok lain.

g) Melaksanakan tanggung jawab.

Dalam aspek melaksanakan tanggung jawab, hasil rata-rata indikator

tes sikap sosial siswa mencapai 84% sudah termasuk dalam kriteria

136

baik. Hasil tes sikap siklus II pada aspek ini mengalami peningkatan

yang baik sesuai dengan kenyataan ketika kegiatan pembelajaran

berlangsung. Semua siswa terlihat fokus ketika melakukan kegiatan

pembelajaran, tidak ada yang mengerjakan tugas lain seperti pada

pertemuan sebelumnya, sehingga semua siswa ikut berpartisipasi dan

berpikir bersama untuk menyelesaikan tugas kelompoknya.

h) Mendengarkan pendapat teman.

Pada aspek mendengarkan pendapat teman, hasil rata-rata indikator tes

sikap sosial siswa mencapai 84% sudah dalam kriteria baik. Aspek ini

mengalami peningkatan dari sebelumnya. Sebagian banyak siswa

sudah mampu mendengarkan pendapat teman dalam melakukan

kegiatan pembelajaran, siswa mau mendengarkan pendapat yang

berbeda dari teman, siswa juga menerima tanggapan dan masukan dari

kelompok lain atas hasil kerja kelompoknya.

i) Menghargai orang lain.

Dalam aspek menghargai orang lain, hasil rata-rata indikator tes sikap

sosial siswa mencapai 85% yang sudah termasuk dalam kriteria baik.

Pada siklus II aspek ini mengalami peningkatan yang cukup baik dari

siklus sebelumnya. Sebagian banyak siswa sudah mampu menghargai

teman dan memperhatikan teman yang sedang maju di depan kelas,

siswa mampu memberi pujian dan tepuk tangan terhadap temanya

yang telah bekerja keras.

137

j) Menunjukkan sikap suka menolong teman.

Pada aspek menunjukkan sikap suka menolong teman, hasil rata-rata

indikator tes sikap sosial siswa mencapai 85% sudah termasuk dalam

kriteria baik. Hasil tes sikap sikus II pada aspek ini mengalami

peningkatan yang cukup baik sesuai dengan yang terjadi di kelas.

Siswa mampu menjelaskan secara berulang-ulang kepada teman yang

belum paham tentang materi atau kegiatan yang dilakukan sampai

temannya benar-benar paham. Sebagian besar siswa ikut membantu

teman yang diperintahkan guru untuk membagikan atau

mengumpulkan tugas teman-temannya.

Adapun rekapitulasi dari data hasil tes sikap sosial siswa pada siklus

II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15

Rekapitulasi Hasil Tes Sikap Sosial Siswa Kelas VB Pada Siklus II

Kriteria Skor Jumlah siswa Persentase

Sangat baik 86% - 100% 6 29%

Baik 76% - 85% 15 71%

Cukup 60% - 75% 0 0%

Kurang 55% - 59% 0 0%

Kurang sekali ≤ 54% 0 0%

Jumlah 21 100%

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ketercapaian hasil tes sikap

sosial siswa kelas VB yang mencapai kriteria baik atau ≥76% meningkat

dari 11 siswa pada siklus I menjadi 21 siswa pada siklus II atau seluruh

siswa mencapai indikator keberhasilan. Berdasarkan data yang diperoleh,

hasil ini sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan

sebelumnya yaitu mencapai kriteria baik. Hasil ini diperoleh dengan

138

adanya refleksi dan tindakan yang berbeda dari yang dilakukan pada siklus

I. Pengembangan sikap sosial siswa ini terjadi juga dikarenakan adanya

kesadaran siswa menganggap semua teman itu sama. Hasil tes sikap sosial

siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 3.

d. Refleksi

Pada akhir siklus II diadakan refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan

guru kelas VB untuk melakukan penilaian sikap sosial siswa selama proses

pembelajaran IPS menggunakan pedekatan PAKEM. Berdasarkan hasil

diskusi yang dilakukan peneliti dengan guru kelas VB SD Negeri Mangiran

dapat dikatakan bahwa hampir semua langkah yang telah disusun dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan pendekatan PAKEM

sudah terlaksana dengan baik.

Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes sikap sosial siswa pada siklus

II menunjukkan adanya pengembangan sikap sosial siswa yang dibuktikan

dengan skor observasi dan tes sikap yang didapat dari siswa. Pembelajaran

juga terlihat semakin efektif, siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan senang

ketika melakukan kegiatan pembelajaran.

Siswa lebih terbuka dengan temannya, pada saat pembentukan

kelompok dibagi guru secara acak, siswa sudah banyak yang menerima

anggota kelompok yang dibentuk guru karena dari kegiatan-kegiatan

sebelumnya siswa mulai saling akrab dengan teman satu kelas tidak hanya

dengan teman dekatnya saja. Siswa mampu bekerjasama dan menyelesaikan

tugas dengan baik antara anggota kelompok maupun antar anggota kelompok

139

lain. Kepedulian siswa terhadap temannya juga meningkat, siswa lebih peka

terhadap lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan hasil tes sikap dari siklus I sampai siklus II, sudah banyak

mengalami pengembangan. Pada siklus I sikap sosial siswa hanya 71% yang

termasuk dalam kriteria cukup, setelah siklus II sikap sosial siswa meningkat

menjadi 84% yang sudah mencapai kriteria baik. Dari hasil refleksi siklus II,

peneliti memutuskan untuk mengakhiri penelitian. Menurut kriteria

keberhasilan penelitian akan dihentikan apabila sikap sosial siswa sudah

mencapai kriteria baik yaitu ≥ 76%.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II yang

dilakukan di SD Negeri Mangiran kecamatan Srandakan kabupaten Bantul,

diketahui bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan PAKEM

mampu mengembangkan sikap sosial siswa. Sikap sosial siswa kelas VB SD N

Mangiran sebelum dilakukan tindakan menggunakan pendekatan PAKEM belum

terlihat ketika pembelajaran karena siswa jarang melakukan kerja kelompok dan

melakukan permainan ketika pembelajaran. Setelah dilakukan tindakan

pembelajaran IPS menggunakan pendekatan PAKEM pada siklus I dan II, sikap

sosial siswa mampu mengalami pengembangan. Hal ini sejalan dengan pendapat

Robert A Baron and Donn Byrne (terjemahan Ratna Djuwita dkk, 2009: 123-126)

yang menyebutkan “salah satu sumber penting yang dapat membentuk sikap yaitu

dengan mengadopsi sikap orang lain melalui proses pembelajaran sosial”. Apabila

140

dalam pembelajaran sebelumnya cenderung didominasi dengan metode ceramah

yang menyebabkan keaktifan siswa kurang, maka dalam pembelajaran PAKEM

ini siswa aktif berinteraksi dengan teman sebayanya sehingga perkembangan

sikap sosial siswa semakin meningkat melalui proses pembelajaran sosial dalam

IPS. Selain sikap sosial siswa yang meningkat, proses aktivitas pembelajaran IPS

yang berlangsung juga ikut mengalami peningkatan lebih baik dari sebelumnya.

Pengembangan sikap sosial siswa menggunakan pendekatan PAKEM pada

pembelajaran IPS dapat diketahui dari hasil observasi sikap sosial siswa melalui

aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil tes sikap yang diberikan

pada pra tindakan, akhir siklus I, dan akhir siklus II, serta hasil post test siswa

selama siklus I dan siklus II.

Hasil observasi sikap sosial siswa melalui aktivitas pembelajaran siswa

kelas VB pada siklus I diperoleh mencapai 56% dari rata-rata seluruh indikator

dengan masing-masing indikator: menerima anggota kelompok yang dibentuk

secara acak mencapai 63%, melakukan keejasama dengan sesama anggota

kelompok mencapai 62%, menunjukkan sikap peduli terhadap teman mencapai

47%, menyelesaikan tugas kelompok dengan serius mencapai 64%, menghargai

pendapat teman mencapai 53%, dan menjelaskan materi yang belum dipahami

teman mencapai 49%.

Pada siklus II hasil observasi mengalami peningkatan sebesar 27% yaitu

56% pada siklus I menjadi 83% pada siklus II. Hasil observasi beberapa indikator

pada siklus II: menerima anggota kelompok yang dibentuk secara acak mencapai

90%, melakukan keejasama dengan sesama anggota kelompok mencapai 95%,

141

menunjukkan sikap peduli terhadap teman mencapai 77%, menyelesaikan tugas

kelompok dengan serius mencapai 83%, menghargai pendapat teman mencapai

78%, dan menjelaskan materi yang belum dipahami teman sekelompok mencapai

76%.

Peningkatan ini sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi (2007: 158) yang

menyatakan bahwa faktor ekstern yang mempengaruhi perubahan sikap sosial

seseorang bisa berupa interaksi sosial di dalam kelompok.

Hasil persentase tes sikap sosial siswa pada pratindakan mencapai rata-rata

66% dalam kriteria cukup, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 71% meski

masih dalam kriteria cukup, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 84% dalam

kriteria baik. Jumlah siswa yang mencapai kriteria baik pada pratindakan hanya 2

siswa, meningkat 11 siswa pada siklus I, dan meningkat lagi pada siklus II

menjadi 21 siswa yang sudah mencapai kriteria baik. Hasil pada siklus II ini sudah

mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti .

Selain itu terdapat juga terdapat peningkatan pada nilai post test yang siswa

kerjakan pada siklus I dan siklus II. Peningkatan nilai post test dapat dilihat dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 16

Perbandingan Hasil Post Test Siklus I dan Siklus II

No Perbandingan Siklus I Siklus II

1 Rata-rata nilai siswa 6,1 7,8

2 Jumlah siswa tuntas KKM 10 17

3 Persentase siswa tuntas KKM 47,6% 80,9%

142

Dari tabel di atas dapat diketahui siswa yang tuntas KKM pada siklus I

yaitu 10 siswa dengan persentase 47,6%, kemudian pada siklus II meningkat

menjadi 16 siswa yang tuntas KKM dengan persentase 80,9%.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VB SD Negeri Mangiran ini

telah diupayakan untuk memeperoleh hasil yang maksimal, namun pada

kenyataannya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh

beberapa keterbatasan, diantaranya sebagai berikut:

1. Pendekatan PAKEM merupakan pendekatan yang jarang digunakan untuk

guru kelas, sehingga guru kelas perlu meningkatkan pemahaman tentang

pendekatan PAKEM.

2. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran dengan

pendekatan PAKEM, seperti papan pajangan yang permanen, meja dan kursi

yang terbuat dari kayu sehingga mempersulit peneliti untuk merubah posisi

tempat duduk.

143

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pendekatan PAKEM dapat mengembangkan sikap sosial siswa kelas

VB SD Negeri Mangiran dalam pembelajaran IPS pada Pokok Bahasan

Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Tindakan dilaksanakan

melalui dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dan setiap

pertemuan menggunakan metode yang berbeda yaitu:

1. Siklus I Pertemuan 1

Siswa diminta membuat peta konsep mengenai materi usaha

mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan menjawab LKS secara

berkelompok. Siswa mempresentasikan hasil kelompok, memajang hasil

karyanya di dinding kelas dan menjawab pertanyaan lisan.

2. Siklus II Pertemuan 2

Setiap ketua kelompok diberi penjelasan materi oleh guru kemudian

disampaikan pada anggota kelompoknya dan dipelajari bersama. Siswa

menulis satu pertanyaan pada kertas lalu dibuat seperti bola dan dilempar

ke teman kelompk lain. Setiap siswa mendapat satu bola dan menjawab

pertanyaan secara bergantian.

3. Siklus II Pertemuan 1

Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, setiap siswa mendapat naskah untuk

dipelajari dan membagi peran masing-masing. Siswa bermain drama di

144

depan kelas dan melakukan kuis antar kelompok dengan menjawab

pertanyaan dari guru.

4. Siklus II Pertemuan 2

Siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru secara berkelompok. Siswa

mempresentasikan hasil kelompoknya dan memajang hasil karyanya di

dinding kelas. Siswa melakukan permainan tongkat berjalan yang berisi

pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan siswa apabila

mendapat suatu masalah.

Hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh saat pembelajaran IPS

adalah 56% pada siklus I dan meningkat menjadi 83% pada siklus II. Selain

hasil observasi aktivitas siswa, diperoleh juga hasil dari tes sikap, adapun

peningkatannya diperoleh dari rata-rata indikator hasil tes sikap ketika

pratindakan 66% menjadi 71% pada siklus I, kemudian pada siklus II

meningkat menjadi 84% yang sudah mencapai indikator keberhasilan. Jadi

kesimpulan akhir dari penelitian ini sikap sosial siswa mengalami

pengembangan yang signifikan menggunakan pendekatan PAKEM pada

pembelajaran IPS.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang sudah peneliti paparkan di atas, maka

peneliti memberikan saran sebagai berikut:

145

1. Bagi guru:

a. Guru sebaiknya mampu menggunakan metode pembelajaran yang

bervariasi supaya siswa tidak merasa jenuh saat pembelajaran

berlangsung.

b. Guru diharapkan dapat melaksanakan pendekatan PAKEM dalam

pembelajaran IPS di kelas sebagai salah satu cara untuk

mengembangkan sikap sosial siswa.

c. Guru perlu melakukan permainan dan memberikan kegiatan yang

membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

2. Bagi siswa:

a. Siswa hendaknya tidak membeda-bedakan dan memilih-milih

dalam berteman.

b. Siswa hendaknya bersikap ramah dengan teman yang lain supaya

dapat mengembangkan sikap sosial terhadap semua orang.

c. Siswa hendaknya mengeluarkan ide-ide yang baru dalam proses

pembelajaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya:

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya untuk mengembangkan pendekatan PAKEM dalam

pembelajaran di sekolah-sekolah dasar lainnya sehingga dapat

meningkatkan sikap sosial siswa terhadap teman dan lingkungannya.

146

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.

Yogyakarta: LaksBang Mediatama

Buchari Alma. (2010). Pembelajaran Studi Sosial. Bandung: Alfabeta

Dadang Supardan. (2011). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

David O Sears dkk. (2009). Social Psichology. (Michael Adryanto dan Savitri

Soekrisno. Psikologi Sosial. Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1993). Kurikulum Pendidikan

Dasar. Jakarta: Depdikbud

Djodjo Suradisastra dkk. (1991). Pendidikan IPS 3. Jakarta: Depdikbud

Eko Putro. (2010). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Elizabeth B. Hurlock. (2008). Child Development. (Meitasari Tjandrasa dan

Muslichah Zarkasih. Perkembangan Anak. Terjemahan). Jakarta:

Erlangga

. (2009). Developmental Psycology. (Istiwidayanti dan

Soedjarwo. Psikologi Perkembangan. Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Etin Solihatin dan Raharjo. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: Bumi

Aksara

Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh. (1998). Konsep Dasar IPS. Jakarta:

Depdikbud

Hamzah B Uno dan Nurdin Mohamad. (2011). Belajar dengan Pendekatan

PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara

. (2010). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hasibuan dan Moedjiono. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Hidayati. (2002). Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Yogyakarta: FIP UNY

147

Ichas Hamid A dan Tuti Istianti I. (2006). Pengembangan Pendidikan Nilai

dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.

Yogyakarta: Dirjen Dikti

Isjoni. (2006). Dari Substansi ke Praksis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Jamal Ma’mur Asmani. (2012). 7 Tips Aplikasi PAKEM. Yogyakarta: Diva

Press

J. P. Chaplin. (2006). Dictionary of Psychology. (Kartini Kartono. Kamus

Lengkap Psikologi. Terjemahan). Jakarta: Grafindo

La Iru dan La Ode Safiun Arihi. (2012). Pendekatan, Metode, Strategi, dan

Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo

Linda L Davidoff. (1991). Introduction To Psychology. (Mari Juniati.

Psikologi Suatu Pengantar. Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Made Pidarta. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Martinis Yamin. (2007). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Press

Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: Rosdakarya

Nursid Sumaatmadja. (2008). Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka

Rita Eka Izzaty dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY

Press

Rita L Atkinson dkk. (2008). Introduction To Psychology. (Nurdjannah

Taufiq. Pengantar Psikologi. Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Robert A Baron and Donn Byrne. (2009). Social Psychology. (Ratna Djuwita

dkk. Psikologi Sosial. Terjemah). Jakarta: Erlangga

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: Rosdakarya

Sudarsono. (1997). Kamus Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

148

. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara

Syaiful Sagala. (2010). Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Ttrianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

W. Gulo. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2010). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Indeks

Wina Sanjaya. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana

149

LAMPIRAN 1

Instrumen Penelitian

150

Kisi-kisi Tes Sikap Sosial Siswa

No Aspek

yang

diamati

Sub Aspek Indikator Nomor Item Jumlah

Item Positif Negatif

1. Sikap

Sosial

Siswa

Bertingkah

laku dengan

cara tertentu

terhadap orang

lain

Menunjukkan sikap

terbuka pada teman

1, 3 2 3

Membentuk pendapat

secara jelas

4, 6 5 3

Melakukan sesuatu

dengan kerjasama

7 8, 9 3

Menunjukkan sikap

peduli kepada teman

10, 12 11 3

Merasakan apa yang

dirasakan teman

13 14, 15 3

Mementingkan

tujuan-tujuan

sosial daripada

tujuan pribadi

Membangun suasana

yang komunikatif

16, 18 17 3

Melaksanakan

tanggung jawab

19, 21 20 3

Mendengarkan

pendapat teman

22, 24 23 3

Menghargai orang lain

25 26, 27 3

Menunjukkan sikap

suka menolong teman

28, 30 29 3

Skor Tes Sikap Sosial Siswa

No Tipe Tes Sikap Keterangan skor Nomor Item

1. Positif 1= sangat tidak setuju

2= tidak setuju

3= setuju

4= sangat setuju

1, 3, 4, 6, 7, 10, 12, 13,

16, 18, 19, 21, 22, 24, 25,

28, 30

2. Negatif 1= sangat setuju

2= setuju

3= tidak setuju

4= sangat tidak setuju

2, 5, 8, 9, 11, 14, 15, 17,

20, 23, 26, 27, 29

151

TES SIKAP SOSIAL SISWA

Nama : ………………………………… No. Absen : ……..

Petunjuk :

1. Jawablah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda centang

(√) sesuai dengan jawaban anda.

2. Semua jawaban benar tidak ada yang salah. Oleh karena itu, jawablah semua

pernyataan di bawah ini!

No

Pernyataan

Pilihan Jawaban

Sangat

setuju

Setuju Tidak

setuju

Sangat

tidak

setuju

1. Saya menerima anggota kerja kelompok

secara acak.

2. Saya memilih-milih teman ketika bermain

atau belajar.

3. Saya mengaku kepada teman apabila

belum paham tentang materi.

4. Saya memberikan penjelasan dengan benar

supaya pendapat saya dapat diterima

teman.

5. Saya diam ketika ada teman yang salah

menjawab meski saya mengetahui

jawabannya.

6. Saya menengahi teman yang sedang

berdebat karena perbedaan pendapat.

7. Saya bekerjasama dengan anggota

kelompok.

8. Saya merasa santai satu kelompok dengan

orang pintar.

9. Saya mengerjakan tugas kelompok tanpa

meminta pendapat teman.

10. Saya melapor guru dan mengantar ke UKS

apabila ada teman yang sakit ketika

pelajaran.

11. Saya membiarkan teman yang kesulitan

ketika sedang bekerja kelompok.

12. Saya bertanya apabila ada teman terlihat

sedih ketika pelajaran.

13. Saya senang apabila teman saya mendapat

penghargaan siswa teladan dari guru.

152

14. Saya senang ada teman yang mendapat

nilai dibawah saya.

15. Saya senang ketika teman saya tidak dapat

mengerjakan tugas kelompok dengan

benar.

16. Saya menanggapi teman yang

mempresentasikan hasil karyanya.

17. Saya malas menyapa teman-teman setiap

bertemu, apalagi ketika saya sedang sibuk.

18. Saya berusaha mempresentasikan hasil

kerja kelompok saya dengan baik.

19. Saya ikut berpartisipasi apabila

mengerjakan tugas secara kelompok.

20. Saya mengerjakan tugas saya diluar materi

kerja kelompok ketika teman sekelompok

sedang sibuk berpikir.

21. Saya sebagai ketua memimpin kelompok

saya supaya menghasilkan yang terbaik.

22. Saya mendengarkan teman yang berbeda

pendapat dengan saya.

23. Saya malas mendengarkan teman yang

sedang mengatakan pendapatnya.

24. Saya menerima masukan dan tanggapan

dari teman-teman atas hasil kerja saya.

25. Saya memberi pujian terhadap teman-

teman yang bekerja keras.

26. Saya menertawakan teman sekelompok

yang melakukan kesalahan.

27. Saya sibuk bermain ketika ada teman yang

sedang maju di depan kelas.

28. Saya menjelaskan kepada teman

sekelompok yang belum paham tentang

materi pelajaran.

29. Saya membiarkan teman yang tidak

membawa alat tulis.

30. Saya membantu teman yang diperintah

guru untuk membagikan tugas kepada

teman-teman.

153

Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Variabel Aspek yang

diamati

Sub Aspek Deskripsi Nomor

item

Sikap

sosial

siswa

Aktivitas siswa

dalam Proses

pembelajaran

IPS mengguna-

kan pendekatan

PAKEM

Bertingkah

laku dengan

cara tertentu

terhadap orang

lain

Siswa dapat menunjukkan

tingkah laku dengan cara

tertentu terhadap orang lain

disekelilingnya.

1, 2, 3

Mementingkan

tujuan-tujuan

sosial daripada

tujuan pribadi

Siswa dapat mementingkan

tujuan /kepentingan sosial

daripada tujuan/kepentingan

pribadi.

4, 5, 6

Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa

No Aspek yang

diamati

Kriteria pemberian skor

4

(sangat baik)

3

(baik)

2

(cukup)

1

(kurang)

1. Menerima

anggota

kelompok

yang

dibentuk

secara acak.

Siswa

menerima

tanpa ada rasa

keberatan dan

berpartisipasi

mengerjakan

tugas

kelompoknya.

Siswa menerima

dan mulai

berbicara

dengan teman

sekelompok.

Siswa cukup

menerima tetapi

tidak mau

berbicara

dengan teman

sekelompok.

Siswa tidak

menerima hasil

pembentukan

kelompok.

2. Melakukan

kerjasama

dengan

sesama

anggota

kelompok.

Siswa dapat

mengerjakan

tugas

secara bersama

-sama dengan

anggota

kelompok dan

aktif

memberikan

pendapat/ide.

Siswa dapat

mengerjakan

tugas

secara bersama-

sama dengan

anggota

kelompok.

Siswa cukup da-

pat

mengerjakan tu-

gas

secara bersama-

sama dengan

anggota

kelompok.

Siswa tidak

mengerjakan tu-

gas

secara bersama-

sama dengan

anggota

kelompok.

3. Menunjuk-

kan sikap

peduli

terhadap

teman.

Siswa

menujukkan

sikap peduli

terhadap teman

dan berusaha

membantu

teman yang

sedang

kesulitan.

Siswa

menunjukkan

sikap peduli

terhadap teman

dengan bertanya

apa yang sedang

terjadi dengan

temannya.

Siswa cukup

memperhatikan

temannya tetapi

belum mau

bertanya apa

yang sedang

terjadi dengan

temannya.

Siswa tidak

pernah

mempedulikan

teman di

sekelilingnya.

154

4. Menyelesai-

kan tugas

kelompok

dengan

serius.

Siswa ikut

berpikir dan

menemukan

ide-ide dalam

menyelesaikan

tugas

kelompoknya.

Siswa berusaha

ikut berpikir

menyelesaikan

tugas

kelompoknya,

meskipun dia

kesulitan.

Siswa sadar

akan tanggung

jawabnya tetapi

tidak ikut

berpikir

menyelesaikan

tugas kelompok.

Siswa merasa

tidak ada

tanggung jawab

untuk

menyelesaikan

tugas kelompok.

5. Menghargai

pendapat

teman.

Siswa

menerima,

mendengarkan,

dan

mendiskusikan

pendapat yang

tepat.

Siswa menerima

dan

mendengarkan

baik-baik

pendapat teman

yang berbeda.

Siswa cukup

mendengarkan

tetapi

menganggap

pendapat orang

lain tidak

penting.

Siswa tidak mau

mendengarkan

pendapat yang

berbeda dengan

pendapatnya.

6. Menjelaskan

materi yang

belum

dipahami

teman

sekelompok.

Siswa

membantu

menjelaskan

kepada

temannya

secara

berulang-ulang

sampai

temannya

memahami

materi

tersebut.

Siswa

membantu

menjelaskan

kepada

temannya,

apabila

temannya tetap

belum paham,

dia tidak mau

mengulangi.

Siswa bertanya

kepada teman,

materi bagian

mana yang

belum dipahami,

tetapi siswa

tidak bisa cara

menjelaskan

kepada

temannya.

Siswa tidak

peduli dengan

teman yang

belum

memahami

materi meskipun

dia sudah jelas.

Pedoman Wawancara

Nara Sumber Daftar Pertanyaan

Guru 1. Bagaimana menurut Ibu pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan PAKEM?

2. Apa dampak positif dengan menggunakan pendekatan

PAKEM pada pembelajaran?

3. Bagaimana respon siswa mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan PAKEM?

4. Apa kendala Ibu menggunakan pendekatan PAKEM

dalam pembelajaran?

5. Apakah dengan pendekatan PAKEM dapat

mengembangkan sikap sosial siswa?

155

156

157

LAMPIRAN 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

158

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS I

Nama Sekolah : SD Negeri Mangiran

Mata Pelajaran : IPS

Kelas / Semester : V (lima) / 2 (dua)

Pertemuan ke : 1 (satu)

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)

Hari / Tanggal : Kamis, 28 Maret 2013

A. Standar Kompetensi

2 Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan

dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

B. Kompetensi Dasar

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia.

C. Indikator

1. Menyebutkan beberapa usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan

Indonesia.

2. Menjelaskan peranan BPUPKI dan PPKI.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui kerja kelompok, siswa dapat menyebutkan beberapa usaha dalam

rangka mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan benar.

159

2. Melalui metode diskusi, siswa dapat menjelaskan peranan BPUPKI dan

PPKI dengan benar.

E. Materi Pokok

BPUPKI dan PPKI

F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan Pembelajaran : PAKEM

2. Metode Pembelajaran : Diskusi Kelompok dan Tanya Jawab

G. Kegiatan Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu

(menit)

1. Kegiatan Awal

1. Siswa membuka pelajaran dengan salam.

2. Siswa memimpin doa sebelum memulai pelajaran.

3. Siswa dipresensi oleh guru.

4. Siswa bersama guru melakukan apersepsi dengan

menyanyikan lagu “Hari Kemerdekaan” dan

melakukan tanya jawab dengan siswa “Kapan

Kemerdekaan Indonesia di Proklamasikan? usaha

apakah yang dilakukan bangsa Indonesia untuk

mempersiapkan Kemerdekaan?”.

5. Siswa mengetahui tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

6. Siswa memahami kegiatan yang akan dilakukan.

10

160

2. Kegiatan Inti

1. Siswa menempelkan media gambar tokoh-tokoh

pejuang yang dibawa oleh guru.

2. Siswa memperhatikan gambar yang ada di papan

tulis.

3. Siswa menjawab pertanyaan dari guru “Siapa nama

dari tokoh-tokoh tersebut?, apa peran dari masing-

masing tokoh dalam usaha mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia?” (aspek aktif dan

menyenangkan).

4. Siswa diberi tanggapan atas jawabannya.

5. Siswa memahami masalah yang akan didiskusikan.

6. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil secara acak.

7. Siswa berkumpul bersama teman kelompoknya. Pada

pembelajaran dengan Pendekatan PAKEM siswa

mengubah posisi tempat duduk menjadi berpola

huruf “U” (aspek menyenangkan).

8. Setiap kelompok mendapat tugas untuk membuat

peta konsep dan menjawab pertanyaan mengenai

materi Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan

Indonesia (aspek kreatif dan efektif).

9. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar

dan memastikan tiap anggota kelompok dapat

50

161

mengerjakan/mengetahui jawabannya (aspek kreatif

dan efektif).

10. Siswa dikelilingi oleh guru ketika melakukan

diskusi.

11. Setelah semua siswa selesai berdiskusi mengerjakan

tugas, guru memanggil kelompok secara bergantian

untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

(aspek aktif).

12. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan

tanggapan (aspek aktif dan kreatif).

13. Perwakilan dari anggota kelompok memajang hasil

diskusi kelompoknya di dinding kelas (aspek kreatif

dan menyenangkan).

14. Siswa diberi evaluasi oleh guru dengan pertanyaan

lisan secara bergantian.

15. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang

materi atau hal-hal yang belum dipahami.

16. Siswa bersama guru menyimpulkan materi.

3. Kegiatan Akhir

1. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan.

2. Siswa mendapat pesan moral dan motivasi.

3. Siswa menutup pelajaran dengan berdoa dan salam.

10

162

H. Sumber dan Media Pembelajaran

1. Silabus kelas V

2. Susilaningsih Endang. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 5 Untuk SD / MI

Kelas 5. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

3. Yuliati Reny. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD/MI Kelas 5.

Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

4. Gambar tokoh-tokoh dalam Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

I. Penilaian

1. Penilaian Kognitif

a. Teknik Penilaian : Tes Lisan

b. Rubrik Penilaian : Siswa yang dapat menjawab mendapat nilai lebih.

2. Penilaian Afektif

a. Teknik penilaian : Non Tes (pengamatan)

b. Rubrik penilaian :

No Nama

Siswa

Aspek yang diamati

Kerjasama Tanggung

jawab

Komuni-

katif

Menghargai

teman

Peran

serta

Keterangan skor :

4 = Sangat baik; 3 = Baik; 2 = Kurang; 1 = Sangat kurang

3. Penilaian psikomotorik

a. Teknik penilaian : Produk dan Proses

b. Rubrik penilaian :

163

No Nama

siswa Aspek

Skor

1 2 3 4

1.

Keaktifan bertanya dan

menjawab pertanyaan.

Keaktifan menanggapi dan

berpendapat dalam diskusi

kelompok.

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Pembelajaran dikatakan berhasil jika 75 % siswa mendapatkan nilai lebih

besar dari 70.

Yogyakarta , 28 Maret 2013

Mengetahui,

Guru Kelas VB, Peneliti,

Diah Susilowati, S. Pd Siska Difki Rufaida

NIP. - NIM. 09108244052

164

LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS 1

Pertemuan 1

Nama Kelompok : 1. .............................................

2. .............................................

3. .............................................

4. .............................................

5. .............................................

Kerjakanlah dengan kelompomu!

1. Buatlah peta konsep tentang materi Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan

Indonesia!

2. Apa tugas dari PPKI, apakah PPKI dapat melaksanakan tugasnya dengan

baik?

3. Apa tugas dari BPUPKI, apakah BPUPKI dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik?

Jawab : .......................................................................................................................

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

165

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS 1

Pertemuan 1

1. (menyesuaikan)

2. Tugas PPKI adalah mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah

ketatanegaraan bagi Indonesia Baru. PPKI dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik.

a. Sidang pertama dilaksanakan tanggal 18 Agustus 1945 di Gedung

Kesenian Jakarta, menghasilkan: mengesahkan UUD 1945, memilih

presiden dan wakil presiden, yakni Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta, dan

menetapkan Presiden untuk sementara akan dibantu oleh Komite Nasional.

b. Sidang kedua dilakukan pada tanggal 19 Agutus 1945, menghasilkan:

membentuk 12 departemen dan menunjuk pemimpinnya, menetapkan

pembagian wilayah negara Republik Indonesia menjadi 8 provinsi dan

menunjuk gubernurnya, serta memutuskan agar tentara kebangsaan segera

dibentuk.

c. Sidang ketiga (20 Agustus 1945) PPKI membahas tentang Badan

Penolong Keluarga Korban Perang. Sidang ini menghasilkan 8 pasal

ketentuan.

d. Sidang keempat dilakukan pada tanggal 22 Agustus 1945 membahas

tentang: Komite Nasional, Partai Nasional, dan Badan Keamanan Rakyat.

3. Tugas BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal penting untuk

mendirikan Negara Indonesia merdeka. BPUPKI dapat melaksanakan

tugasnya dengan baik.

166

a. Sidang resmi pertama berlangsung lima hari, yaitu 28 Mei sampai 1 Juni

1945 membahas dasar negara.

b. Sidang resmi kedua tanggal 10-17 Juli 1945, membahas bentuk negara,

wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan undang-undang dasar,

ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran.

Pada termin ini, anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia

kecil. Panitia-panitia yang terbentuk antara lain Panitia Perancan

Undang-Undang Dasar (diketuai Sukarno), Panitia Pembelaan Tanah Air

(diketuai Abikusno Cokrosuyoso), dan Panitia Ekonomi dan Keuangan

(diketuai Mohammad Hatta).

Ringkasan Materi

Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia

a. Persiapan kemerdekaan oleh BPUPKI

Perdana Menteri Jepang, Jenderal Kuniaki Koiso, pada tanggal 7

September 1944 mengumumkan Indonesia akan dimerdekakan, sesudah tercapai

kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya. Pada tanggal 1 Maret 1945,

Pemerintah Militer Jepang di Jawa, Kumakici Harada, mengumumkan

pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 29 April 1945, bertepatan dengan ulang

tahun kaisar Jepang. Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat ditunjuk menjadi ketua

didampingi dua orang ketua muda, yaitu R.P Suroso dan Ichibangase. Selain

menjadi ketua muda, R.P. Suroso juga diangkat menjadi kepala kantor tata usaha

167

BPUPKI dibantu Toyohiko Masuda dan Mr. A.G. Pringgodigdo. Tanggal 28 Mei

1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus upacara pembukaan sidang

pertama BPUPKI di gedung Chuo Sangiin (Gedung Pancasila sekarang). Selama

berdiri BPUPKI mengadakan dua kali masa sidang resmi, yaitu:

1. Sidang resmi pertama

Sidang resmi pertama tanggal 28 Mei sampai 1 Juni 1945 membahas

dasar negara. Masa sidang pertama BPUPKI ini dikenang dengan sebutan

detik-detik lahirnya Pancasila. Seluruh anggota BPUPKI yang berjumlah 62

orang ditambah 6 anggota tambahan berkumpul dalam satu ruang sidang.

2. Sidang resmi kedua

Sidang resmi kedua tanggal 10-17 Juli 1945 membahas bentuk negara,

wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan UUD, ekonomi dan keuangan,

pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Panitia-panitia yang terbentuk

antara lain Panitia Perancan Undang-Undang Dasar (diketuai Sukarno),

Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai Abikusno Cokrosuyoso), dan Panitia

Ekonomi dan Keuangan (diketuai Mohammad Hatta). Di antara dua sidang

resmi itu, berlangsung pula sidang tidak resmi yang dihadiri 38 orang. Sidang

yang dipimpin Bung Karno ini membahas rancangan Pembukaan UUD 1945,

yang kemudian dibahas pada sidang resmi kedua BPUPKI (10-17 Juli 1945).

b. Persiapan kemerdekaan oleh PPKI

Setelah BPUPKI menyelesaikan tugas-tugasnya, 7 Agustus 1945 dibentuk

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Badan ini bertugas

mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah ketatanegaraan bagi

168

negara Indonesia baru. Badan ini beranggotakan 21 orang. Adapun yang ditunjuk

sebagai ketua adalah Ir. Sukarno, wakil ketuanya Drs. Moh Hatta. Sebagai

penasihat ditunjuk Mr. Ahmad Subarjo, kemudian anggota PPKI ditambah lagi

sebanyak 6 orang, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Mr. Kasman

Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri, dan Ahmad Subarjo. Ketika

PPKI terbentuk, keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka semakin memuncak.

Selama terbentuk PPKI melakukan beberapa kali sidang.

1. Sidang pertama tanggal 18 Agustus 1945 di Gedung Kesenian Jakarta

menghasilkan beberapa keputusan menyangkut kehidupan ketatanegaraan

serta landasan politik bagi bangsa Indonesia yang merdeka, yaitu:

mengesahkan UUD 1945 setelah mendapat beberapa perubahan, memilih

presiden dan wakil presiden, yakni Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta, dan

menetapkan bahwa Presiden untuk sementara akan oleh Komite Nasional.

2. Sidang kedua tanggal 19 Agutus 1945 menghasilkan keputusan: membentuk

12 departemen dan menunjuk pemimpinnya (menteri), menetapkan pembagian

wilayah negara Republik Indonesia menjadi 8 provinsi dan menunjuk

gubernurnya, dan memutuskan agar tentara kebangsaan segera dibentuk.

3. Sidang ketiga (20 Agustus 1945) PPKI membahas tentang Badan Penolong

Keluarga Korban Perang. Sidang ketiga PPKI menghasilkan 8 pasal

ketentuan. Salah satu pasalnya, yakni pasal 2 berisi tentang pembentukan

Badan Keamanan Rakyat (BKR).

4. Sidang keempat dilakukan pada tanggal 22 Agustus 1945 membahas tentang:

Komite Nasional, Partai Nasional, dan Badan Keamanan Rakyat.

169

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS I

Nama Sekolah : SD Negeri Mangiran

Mata Pelajaran : IPS

Kelas / Semester : V (lima) / 2 (dua)

Pertemuan ke : 2 (dua)

Alokasi Waktu : 1 x 35 menit (1 x pertemuan)

Hari / Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2013

A. Standar Kompetensi

2 Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan

dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

B. Kompetensi Dasar

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia.

C. Indikator

1. Menjelaskan perlunya perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan.

2. Mendeskripsikan proses dan hasil perumusan dasar negara sebelum

kemerdekaan.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui penjelasan dari guru, siswa dapat menjelaskan perlunya perumusan

dasar negara sebelum kemerdekaan dengan benar.

170

2. Melalui tanya jawab, siswa dapat mendeskripsikan proses dan hasil

perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan dengan benar.

E. Materi Pokok

Proses Perumusan Dasar Negara

F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan Pembelajaran : PAKEM

2. Metode Pembelajaran : Ceramah Bervariasi dan Permainan (Lempar Bola

Kertas)

G. Kegiatan Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu

(menit)

1. Kegiatan Awal

1. Siswa membuka pelajaran dengan mengucapkan

salam.

2. Siswa memimpin doa sebelum memulai pelajaran.

3. Siswa dipresensi oleh guru.

4. Siswa dan guru melakukan apersepsi dengan

menyanyikan lagu “Hari Kemerdekaan” dan

melakukan tanya jawab dengan siswa “Mengapa

suatu dasar negara perlu dirumuskan? bagaimana

hasil perumusan dasar negara kita?”.

5. Siswa mengetahui tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

10

171

6. Siswa memahami kegiatan yang akan dilakukan.

2. Kegiatan Inti

1. Siswa memperhatikan media gambar tokoh pejuang

dalam Proses Perumusan Dasar Negara.

2. Siswa melakukan permainan tebak nama tokoh

dengan menempel potongan nama tokoh sesuai

dengan gambar yang ditunjuk guru (aspek aktif,

kreatif dan menyenangkan).

3. Siswa memahami materi yang dijelaskan oleh guru.

4. Siswa mencari informasi tentang topik/ tema materi

yang dipelajari dengan buku paket sebagai sumber

belajar (aspek aktif dan efektif).

5. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil secara acak,

kemudian kelompok tersebut diberi nama kelompok

1, 2, 3, 4, dan 5.

6. Ketua kelompok maju ke depan kelas dan diberi

penjelasan tentang materi oleh guru.

7. Ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-

masing, kemudian menjelaskan materi yang

disampaikan guru kepada kelompoknya. Pada

pembelajaran dengan Pendekatan PAKEM posisi

tempat duduk siswa berpola “U” (aspek efektif dan

menyenangkan).

50

172

8. Masing-masing siswa diberi satu lembar kertas untuk

menuliskan satu pertanyaan yang menyangkut materi

yang dijelaskan ketua kelompok (aspek aktif dan

kreatif).

9. Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti

bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain

(aspek menyenangkan).

10. Setiap siswa mendapat satu bola kertas yang berisi

pertanyaan (aspek menyenangkan).

11. Siswa diberikan kesempatan untuk menjawab

pertanyaan tersebut secara begantian dan

memberikan tanggapan terhadap jawaban teman

(aspek aktif dan kreatif).

12. Siswa mengerjakan post test yang berkaitan dengan

materi yang diajarkan.

13. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang

materi atau hal-hal yang belum dipahami (aspek

efektif).

14. Siswa bersama guru menyimpulkan materi.

15. Siswa mengerjakan tes sikap sesuai petunjuk guru.

3. Kegiatan Akhir

1. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan.

10

173

2. Siswa mendapat pesan moral dan motivasi untuk

selalu belajar.

3. Siswa menutup pelajaran dengan doa bersama dan

mengucapkan salam.

H. Sumber dan Media Pembelajaran

1. Silabus kelas V

2. Susilaningsih Endang. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 5 Untuk SD / MI

Kelas 5. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

3. Yuliati Reny. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD/MI Kelas 5.

Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

4. Gambar tokoh-tokoh yang berperan dalam Perumusan Dasar Negara

I. Penilaian

1. Penilaian Kognitif

a. Teknik Penilaian : Tes Tertulis

b. Rubrik Penilaian : Jumlah soal 10 setiap soal mempunyai skor 1

2. Penilaian Afektif

a. Teknik penilaian : Non Tes (pengamatan)

b. Rubrik penilaian :

No Nama

Siswa

Aspek yang diamati

Kerjasama Tanggung

jawab

Komuni-

katif

Menghargai

teman

Peran

serta

Keterangan skor : 4 = Sangat baik; 3 = Baik; 2 = Kurang; 1 = Sangat kurang

174

3. Penilaian psikomotorik

a. Teknik penilaian : produk dan proses

b. Rubrik penilaian :

No Nama

siswa Aspek

Skor

1 2 3 4

1.

Keaktifan bertanya dan ketepatan

menjawab pertanyaan.

Ketertiban mengikuti permainan.

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Pembelajaran dikatakan berhasil jika 75 % siswa mendapatkan nilai lebih

besar dari 70.

Yogyakarta , 30 Maret 2013

Mengetahui,

Guru Kelas VB, Peneliti,

Diah Susilowati, S. Pd Siska Difki Rufaida

NIP. - NIM. 09108244052

175

POST TEST SIKLUS I

Berilah tanda silang (x) paa huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar!

1. Kemerdekaan Indonesia sudah dipersiapkan sejak ...

a. Pasukan Jepang terdesak olah pasukan Sekutu

b. Jepang masuk Indonesia

c. Inggris menduduki Indonesia

d. Jauh hari sebelum kesempatan memproklamasikan kemerdekaan tiba

2. Ketua Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI) adalah ...

a. Kumaci Harada c. Radjiman Wedyodiningrat

b. Soekarno d. Ichibangase

3. Upacara pelantikan dan pembukaan sidang pertama BPUPKI dilakukan pada

tanggal ...

a. 1 Maret 1945 c. 10 Juli 1945

b. 28 Mei 1945 d. 17 Juli 1945

4. Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesi (PPKI) adalah ...

a. Ahmad Subarjo c. Radjiman Wedyodiningrat

b. Soekarno d. Moh. Hatta

5. Wakil ketua panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) adalah ...

a. Soekarno c. Drs. Moh. Hatta

b. Ahmad Subarjo d. Radjiman Wedyodiningrat

6. Sidang pertama PPKI dilakukan pada tanggal ...

a. 1 Maret 1945 c. 10 Juli 1945

176

b. 28 Mei 1945 d. 18 Agustus 1945

7. Berikut ini alasan megapa suatu dasar negara perlu dirumuskan, kecuali ...

a. Negara memerlukan dasar untuk melangkah maju

b. Negara membutuhkan dasar untuk melandasi semua kegiatan kenegaraan

yang dibuat

c. Mendapat pengakuan kemerdekaan dari negar lain

d. Nilai-nilai kepribadian banga dapat diakui secara resmi

8. Konsep dasar negara yang diusulkan Ir. Soekarno adalah ...

a. Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau perikemanusian, Persatuan

Indonesia, Mufakat atau demokrasi, dan Kekeluargaan.

b. Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau perikemanusian, Persatuan

Indonesia, Mufakat atau demokrasi, dan Kesejahteraan sosial.

c. Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau perikemanusian, Mufakat

atau demokrasi, Kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

d. Ketuhanan Yang Maha Esa, Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau

perikemanusian, mufakat atau demokrasi, dan Keadilan rakyat.

9. Berikut ini tokoh yang mengusulkan dasar-dasar negara adalah ...

a. Ahmad Subarjo c. Muhammad Yamin

b. Mohammad Hatta d. Wachid Hasyim

10. Dasar negara Kesatuan Republik Indonesia adalah ...

a. Liberalisme c. Komunisme

b. Pancasila d. Sosialisme

177

KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI SIKLUS 2

1. D 6. D

2. C 7. C

3. B 8. C

4. B 9. C

5. C 10. B

Ringkasan Materi

Proses Perumusan Dasar Negara

A. Perlunya perumusan dasar negara

Hal-hal yang menjadi alasan mengapa suatu dasar negara perlu

dirumuskan, antara lain:

1. Nilai-nilai kepribadian bangsa perlu dirumuskan secara resmi.

Semua bangsa di dunia ini mempunyai nilai-nilai kepribadian luhur.

Nilai-nilai itu telah dihayati dari masa ke masa sebagai pandangan dan

penghayatan hidup.

2. Negara memerlukan dasar untuk melangkah maju.

Negara membutuhkan dasar untuk melandasi semua kegiatan

kenegaraan yang akan dibuatnya. Semua kegiatan negara akan mendapatkan

dasarnya jika sudah ada dasar negara yang dirumuskan dan ditetapkan.

178

B. Perumusan dasar negara Indonesia

Dasar negara menjadi salah satu agenda pembicaraan sidang pertama

BPUPKI, ada tiga tokoh yang menawarkan konsep dasar negara, yaitu Mr.

Mohammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo, dan Ir.Sukarno.

1. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. M. Yamin menawarkan lima asas dasar

Negara Republik Indonesia sebagai berikut: Peri Kebangsaan; Peri

Kemanusiaan; Peri Ketuhanan; Peri Kerakyatan; dan Kesejahteraan yang

berkebudayaan.

2. Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Supomo, mengajukan dasar-dasar

negara sebagai berikut: Persatuan; Kekeluargaan; Keseimbangan lahir dan

batin; Musyawarah; dan Keadilan rakyat.

3. Ir. Sukarno mengusulkan konsep dasar negara dalam rapat BPUPKI tanggal 1

Juni 1945. Bung Karno juga mengusulkan nama bagi dasar negara yaitu

Pancasila. Berikut ini lima dasar yang diusulkan oleh Bung Karno:

Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau perikemanusiaan; Mufakat atau

demokrasi; Kesejahteraan sosial; dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Kecil mengadakan pertemuan dengan

38 anggota BPUPKI. Bung Karno menyebut pertemuan itu sebagai “rapat

pertemuan antara Panitia Kecil dengan anggota BPUPKI”. Panitia ini dikenal

dengan nama Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan terdiri dari Ir. Sukarno,

Drs. Moh. Hatta, Mr. M. Yamin, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A. A. Maramis,

Abdulkadir Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso.

Mereka menghasilkan suatu rumusan pembukaan UUD yang menggambarkan

179

maksud dan tujuan pembentukan negara Indonesia Merdeka. Rumusan Panitia

Sembilan itu kemudian diberi nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.

Rumusan dasar negara dalam Piagam Jakarta itu berbunyi:

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-

pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan dasar negara yang resmi bukan rumusan individual yang

dikemukakan oleh Mr. Mohammad Yamin, Prof.Dr. Mr. Supomo, maupun Ir.

Sukarno. Dasar negara yang resmi juga bukan rumusan Panitia Kecil. Pancasila

Dasar Negara yang resmi adalah rumusan yang disahkan PPKI pada tanggal 18

Agustus 1945. Rumusan itu berbunyi, sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

180

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS II

Nama Sekolah : SD Negeri Mangiran

Mata Pelajaran : IPS

Kelas / Semester : V (lima) / 2 (dua)

Pertemuan ke : 1 (satu)

Alokasi Waktu : 1 x 35 menit (1 x pertemuan)

Hari / Tanggal : Kamis, 4 April 2013

A. Standar Kompetensi

2 Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan

dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

B. Kompetensi Dasar

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia.

C. Indikator

1. Menjelaskan proses pelaksanaan sidang BPUPKI dan PPKI.

2. Menyebutkan hasil keputusan sidang BPUPKI dan PPKI.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui bermain peran, siswa dapat menjelaskan proses pelaksanaan sidang

BPUPKI dan PPKI dengan baik.

181

2. Melalui bermain peran, siswa dapat menyebutkan hasil keputusan sidang

BPUPKI dan PPKI dengan benar.

E. Materi Pokok

Proses Pelaksanaan BPUPKI dan PPKI

F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan Pembelajaran : PAKEM

2. Metode Pembelajaran : Bermain Peran dan Tanya Jawab

G. Kegiatan Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu

(menit)

1. Kegiatan Awal

1. Siswa membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.

2. Siswa memimpin doa sebelum memulai pelajaran.

3. Siswa dipresensi oleh guru.

4. Siswa dan guru melakukan apersepsi dengan

menyanyikan lagu “Hari Kemerdekaan” dan

melakukan tanya jawab “Bagaimana proses

pelaksanaan sidang BPUPKI dan PPKI?”.

5. Siswa mengetahui tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

6. Siswa memahami kegiatan yang akan dilakukan.

5

2. Kegiatan Inti

1. Siswa memperhatikan gambar-gambar tokoh pejuang

25

182

yang dibawa oleh guru.

2. Siswa menjawab pertanyaan dari guru “Apa peran dari

masing-masing tokoh dalam proses pelaksanaan

BPUPKI dan PPKI?”(aspek aktif dan menyenangkan).

3. Siswa diberi tanggapan atas jawabannya.

4. Siswa memahami cerita dari guru tentang materi yang

akan dipelajari.

5. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok kecil secara acak,

kemudian kelompok tersebut diberi nama kelompok 1,

2, 3, dan 4.

6. Siswa diminta untuk berkumpul bersama teman

anggota satu kelompoknya (aspek aktif dan

menyenangkan).

7. Setiap kelompok mendapat naskah untuk bermain

drama di depan kelas.

8. Setiap kelompok membagi peran masing-masing dan

bekerjasama supaya dapat memahami perannya (aspek

kreatif dan menyenangkan).

9. Siswa dan guru mengamati permainan drama yang

sedang dilakukan.

10. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan

tanggapan kepada kelompok yang memainkan peran

(aspek aktif dan kreatif).

183

11. Siswa diberi tanggapan atas permainan drama yang

dilakukan.

12. Siswa diberi kuis berupa pertanyaan-pertanyaan

sebagai bahan evaluasi yang berkaitan dengan materi

yang diajarkan (aspek aktif).

13. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang

materi atau hal-hal yang belum dipahami (aspek

efektif).

14. Siswa bersama guru menyimpulkan materi.

3. Kegiatan Akhir

1. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan.

2. Siswa mendapat pesan moral dan motivasi untuk

selalu belajar.

3. Siswa menutup pelajaran dengan doa bersama dan

mengucapkan salam.

5

H. Sumber dan Media Pembelajaran

1. Silabus kelas V

2. Susilaningsih Endang. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 5 Untuk SD / MI

Kelas 5. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

3. Yuliati Reny. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD/MI Kelas 5.

Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

184

4. Gambar tokoh dalam BPUPKI dan PPKI

5. Naskah drama BPUPKI dan PPKI

I. Penilaian

1. Penilaian Kognitif

a. Teknik Penilaian : Tes Lisan

b. Rubrik Penilaian : Siswa yang dapat menjawab mendapat nilai lebih.

2. Penilaian Afektif

a. Teknik penilaian : Non Tes (pengamatan)

b. Rubrik penilaian :

No Nama

Siswa

Aspek yang diamati

Kerjasama Tanggung

jawab

Komuni-

katif

Menghargai

teman

Peran

serta

Keterangan skor : 4 = Sangat baik; 3 = Baik; 2 = Kurang; 1 = Sangat kurang

3. Penilaian psikomotorik

a. Teknik penilaian : Produk dan Proses

b. Rubrik penilaian :

No Nama

siswa Aspek

Skor

1 2 3 4

1.

Menghayati peran.

Memerankan tokoh dengan suara yang

jelas.

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Pembelajaran dikatakan berhasil jika 75 % siswa mendapatkan nilai lebih

besar dari 70.

185

Yogyakarta , 4 April 2013

Mengetahui,

Guru Kelas VB, Peneliti,

Diah Susilowati, S. Pd Siska Difki Rufaida

NIP. - NIM. 09108244052

186

NASKAH SOSIODRAMA BPUPKI

Tokoh yang diperankan:

Dr. Rajiman Wedyodiningrat, Mr. Moh. Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Soekarno.

Prolog

Pada tahun 1944 Jepang dalam perang Pasifik mulai terdesak, beberapa

pulau di sekitar Papua mulai diserahkan tentara Sekutu. Pertahanan Jepang mulai

rapuh dan kalah, namun Jepang berusaha menarik simpati rakyat Indonesia

dengan memberikan kemerdekaan di kemudian hari. Pada tanggal 1 Maret 1945

Pemerintah Jepang di Jawa yang dipimpin Saiko Syikikan Kumakici Harada

membentuk BPUPKI. Ketua BPUPKI adalah Dr. Radjiman Wedyodiningrat,

dibantu dua ketua muda, yaitu R. Panji Suroso dan Syukokan (Jepang), dua orang

sekretaris, yaitu Mr. AG. Pringgodigdo dan Toyohiko Masuda (Jepang).

Pelantikan anggota BPUPKI pada tanggal 28 Mei 1945 dan tanggal 29 Mei 1945

mengadakan sidang pertama, sidang dipimpin oleh Radjiman W.

Radjiman W. : Saudara peserta sidang, permasalahan yang pertama adalah

konsep dasar negara, yang akan mengajukan konsep tersebut

adalah Mr. Moh. Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Soekarno.

Bagaimana pendapat Saudara?

Anggota : Setuju.

Radjiman W. : Mr. Muh. Yamin. Apakah anda sudah siap?

Mr. Muh. Yamin: Ya. Saya siap. (Mr. Muh. Yamin memang sudah

mempersiapkan konsep tersebut dan langsung memulai pidato).

Pidato yang saya sampaikan berjudul “Asas dan Dasar Negara

187

Kebangsaan Indonesia”. Ada lima hal yang pantas menjadi

dasar negara Indonesia Merdeka, yaitu: 1. Peri kebangsaan; 2.

Peri kemanusiaan; 3. Peri ketuhanan; 4. Peri kerakyatan; 5.

Kesejahteraan.

Radjiman W. : Terima kasih kepada Sdr. Muh. Yamin, selanjutnya konsep

dasar negara akan disampikan pada hari ketiga sidang

berikutnya.

Sidang tanggal 31 Mei 1945 dimulai dan dipimpin juga oleh ketua

BPUPKI. Seperti yang sudah direncanakan, giliran Mr. Supomo akan berpidato.

Radjiman W. : Sdr. Mr. Supomo, apakah sudah siap?

Mr. Supomo : Ya. Saya siap Sdr. Ketua.

Saya akan menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan dasar

negara meliputi lima hal, yaitu: 1. Paham negara kesatuan; 2.

Perhubungan negara dan agama; 3. Sistem badan

permusyawaratan; 4. Sosialisme negara; dan 5. Hubungan

antarbangsa. Kelima hal di atas tidak diusulkan sebagai dasar

negara, tetapi sebagai masukan merumuskan dasar negara.

Radjiman W. : Terima kasih Mr. Supomo. Hadirin yang kami hormati, untuk

penyampaian pidato berikutnya dilanjutkan besok hari. Apakah

dapat disetujui?

Anggota : Setuju.

Pada tanggal 1 Juni 1945 sidang dimulai. Seperti hari sebelumnya sidang

dipimpin oleh ketua BPUPKI. Akan mendengarkan pidato Ir. Soekarno.

188

Radjiman W : Apakah Sdr. Ir. Soekarno sudah siap?

Ir. Soekarno : Siap Sdr. Ketua. Hadirin yang kami hormati. Dasar falsafah

negara Indonesia yang saya ajukan juga terdiri atas lima asas,

yaitu: 1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme atau peri

kemanusiaan; 3. Mufakat atau demokrasi; 4. Kesejahteraan

sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kelima asas itu atas petunjuk seorang ahli bahasa oleh Ir.

Soekarno diberi nama Pancasila, kemudian diusulkan untuk

dijadikan Dasar Negara Indonesia. Demikian dan terima kasih.

Radjiman W. : Terima kasih Sdr. Ir. Soekarno. Sidang kali ini ditutup.

Dalam masa sidang pertama belum diperoleh kata sepakat mengenai dasar

negara, namun sudah mulai adanya kesamaan tentang perlunya dasar negara.

Sambil menunggu masa sidang kedua, anggota BPUPKI ada yang sebagai panitia

kecil berjumlah 9 orang (Panitia Sembilan) yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,

Mr. A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosujoso, Abdul Kahar Muzakkir, Haji Agus

Salim, Mr. Ahmad Soebardjo, K.H.A. Wachid Hasyim, dan Mr.Moh. Yamin

bekerja merumuskan Rancangan Pembukaan UUD. Rancangan Pembukaan UUD

itu harus mengandung asas dan tujuan negara Indonesia Merdeka. Tugas

diselesaikan tanggal 22 Juni 1945 dan hasilnya disebut Piagam Jakarta atau

Jakarta Charter. Nama itu diberikan atas usulan Mr. Moh. Yamin.

Di dalam Piagam Jakarta alinea ke-4 dirumuskan lima asas yang akan

diusulkan menjadi dasar falsafah negara Indonesia Merdeka, yaitu:

189

1. Ketuhanan dengan menjalankan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi

pemeluk-pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sidang kedua tanggal 10–16 Juli 1945 membahas Rancangan UUD 1945.

Tanggal 14 Juli 1945 panitia yang dipimpin Soekarno melaporkan hasil kerjanya.

Radjiman W : Saudara-saudara. Sidang kali ini akan mendengarkan panitia

yang dipimpin Ir. Soekarno. Apakah Sdr. Ir. Soekarno siap?

Ir. Soekarno : Siap Sdr. Ketua. Hadirin yang kami hormati. Hasil kerja panitia

perancang UUD adalah sebagai berikut:

1. Pernyataan Indonesia merdeka.

2. Pembukaan Undang-Undang Dasar.

3. Undang-Undang Dasar (batang tubuh)

Demikian hasil kerja kami, semoga bermanfaat. Waktu

dikembalikan kepada ketua.

Radjiman W : Terima kasih Sdr. Ir. Soekarno.

Akhirnya, sidang BPUPKI menerima bulat hasil kerja panitia itu. Sidang-

sidang BPUPKI di gedung Cuo Sangi In, Pejambon yang sekarang dikenal

sebagai Gedung Pancasila. Setelah tugas-tugas BPUPKI selesai, maka pada

tanggal 7 Agustus 1945 secara resmi dibubarkan.

190

NASKAH SOSIODRMA PPKI

Tokoh yang diperankan:

Ir. Soekarno, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Drs. Moh. Hatta, Sutan Syahrir,

Jenderal Terauci, Laksamana Maeda, Tokoh Pemuda, dan Tokoh Tua.

Prolog

BPUPKI telah menyelesaikan tugasnya, maka badan ini resmi dibubarkan

tanggal 7 Agustus 1945. Pada saat pemerintah militer Jepang di Jawa atas perintah

Jenderal Terauci membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

atau Dokuritsu Junbi Inkai. Anggota PPKI akan dipilih langsung oleh Terauci,

penguasa perang tertinggi di Asia Tenggara yang berpusat di Saigin (Vietnam).

Kala itu tanggal 9 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman

Widyodiningrat di panggil ke Dalat (Vietnam) atas perintah Jenderal Terauci.

Jend. Terauci : Saudara-saudara tahu maksudku mengundang kalian ke sini?

Soekarno dkk. : Belum. Tapi baru meraba-raba apa yang mungkin akan

dilakukan Tuan kepada kami dan bangsa kami (Ketiganya

secara serempak).

Jend. Terauci : Betul. Kami akan memberikan kepada kamu dan bangsamu

suatu kemerdekaan dan untuk keperluan itu saya akan

membentuk panitia, namanya Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI). Bagaimana, kalian setuju?

Soekarno dkk. : Kami setuju. Asal tidak ada pemaksaan-pemaksaan akibat dari

keputusan itu.

191

Jend. Terauci : Baik. Dalam PPKI nanti ketuanya adalah Soekarno dan

wakilnya adalah Moh. Hatta. Perlu kalian ketahui bahwa

kemerdekaan yang kami janjikan bagi bangsamu adalah besok

tanggal 24 Agustus 1945. Setuju?

Soekarno : Kami akan bermusyawarah tentang hal itu. Tapi bolehkah kami

mengusulkan sesuatu?

Jend. Terauci : Oh silakan. Saya menunggu di luar.

Kemudian ketiganya berunding tentang keanggotaan dari PPKI tersebut.

Mereka sepakat bahwa harus menambah anggota agar dapat mewakili daerah-

daerah di Indonesia dan ketiga mengambil keputusan akan lebih baik bagi rakyat

Indonesia. Dan diatur agar Jenderal Terauci mau menerima usulan mereka.

Soekarno : Jenderal yang kami hormati. Karena panitia ini akan

memikirkan rakyat Indonesia yang begitu besar maka kurang

sesuai kalau hanya kami bertiga. Artinya harus ada

penambahan.

Moh. Hatta : Dan perlu Jenderal ketahui bahwa akan percuma kalau kami

bertiga saja, sulit untuk menaruh kepercayaan yang Tuan

berikan kepada kami.

Radiman W. : Saya juga sependapat bahwa dengan penambahan nanti rakyat

Indonesia juga akan menaruh hormat kepada Tuan.

Jend. Terauci : Kalau begitu terserah kepada Saudara-saudaraku. Tambahan

anggota akan kuserahkan sepenuhnya kepada kalian. Saya tidak tahu persis siapa

orang-orang yang akan kamu pakai.

192

Soekarno dkk. : Terima kasih Tuan. (Jawaban serempak disampaikan mereka).

Jawaban Jenderal Terauci seperti yang sangat diharapkan mereka bertiga.

Setelah kembali ke tanah air pada tanggal 15 Agustus 1945 segera melengkapi

keanggotaan PPKI, yaitu terdiri atas 12 orang wakil dari Jawa, 2 orang wakil

Sumatera, 2 orang wakil Sulawesi, seorang wakil Nusa Tenggara dan 2 orang

wakil Cina. Jumlah seluruhnya ada 21 orang. Dan Mr. Achmad Soebardjo

diangkat sebagai penasihat PPKI.

Soekarno : Demikian saudara-saudara. Ini adalah awal dari kerja kita yang

akan menentukan kemana rakyat Indonesia akan dibawa.

Radjiman W. : Kita harus membuat yang terbaik bagi bangsa yang besar ini.

Kita berusaha agar secepatnya kemerdekaan yang kita impikan

segera terwujud.

Soekarno : Dan yang penting lagi, jangan ada kesan bahwa kemerdekaan

kita ini adalah hadiah dari Jepang. Kasihan teman-teman kita

dan pendahulu-pendahulu kita yang sudah rela mengorbankan

segala jiwa dan raganya demi bumi pertiwi ini.

Pertemuan malam itu cukup menegangkan karena yang dipikirkan adalah

perjuangan untuk mewujudkan proklamasi kemerderkaan. Kemerdekaan adalah

hal yang tidak ternilai harganya bagi bangsa yang sedang memimpikan. Tinggal

waktu yang tepat saja yang akan dipilih mereka.

193

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS II

Nama Sekolah : SD Negeri Mangiran

Mata Pelajaran : IPS

Kelas / Semester : V (lima) / 2 (dua)

Pertemuan ke : 2 (dua)

Alokasi Waktu : 1 x 35 menit (1 x pertemuan)

Hari / Tanggal : Sabtu, 6 April 2013

A. Standar Kompetensi

2 Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan

dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

B. Kompetensi Dasar

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia.

C. Indikator

1. Mengidentifikasi peranan beberapa tokoh dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia.

2. Menyebutkan sikap-sikap yang harus diteladani para tokoh persiapan

kemerdekaan Indonesia.

194

D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui penjelasan dari guru, siswa dapat mengidentifikasi peranan

beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan

benar.

2. Melalui metode diskusi, siswa dapat menyebutkan sikap-sikap yang harus

diteladani para tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan benar.

E. Materi Pokok

Mengenal dan menghormati tokoh-tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan

Indonesia

F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan Pembelajaran : PAKEM

2. Metode Pembelajaran : Diskusi kelompok dan Permainan (Tongkat

Berjalan)

G. Kegiatan Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu

(menit)

1. Kegiatan Awal

1. Siswa membuka pelajaran dengan mengucapkan

salam.

2. Siswa memimpin doa sebelum memulai pelajaran.

3. Siswa dipresensi oleh guru.

4. Siswa dan guru melakukan apersepsi dengan

menyanyikan lagu “Hari Kemerdekaan” dan

10

195

melakukan tanya jawab dengan siswa “Kapan Bangsa

Indonesia merayakan Kemerdekaan? sebelum

merdeka apa yang perlu disiapkan?”.

5. Siswa mengetahui tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

6. Siswa memahami kegiatan yang akan dilakukan.

2. Kegiatan Inti

1. Siswa mengamati media gambar tokoh-tokoh

Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan

mendengarkan penjelasan guru (aspek

menyenangkan).

2. Siswa melakukan permainan tebak nama tokoh-tokoh

tersebut sesuai dengan gambar yang ditunjuk guru

(aspek aktif, kreatif dan menyenangkan).

3. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil secara acak,

kemudian kelompok tersebut diberi nama kelompok

1, 2, 3, 4, dan 5.

4. Siswa diminta untuk berkumpul bersama teman

anggota satu kelompoknya. Pada pembelajaran

dengan menggunakan Pendekatan PAKEM siswa

mengubah posisi tempat duduk menjadi berpola “U”

(aspek menyenangkan).

5. Masing-masing kelompok siswa diberi Lembar Kerja

50

196

Siswa untuk mendiskusikan hasil rumusan dasar

negara (aspek kreatif).

6. Perwakilan dari kelompok maju ke depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya (aspek

aktif).

7. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan

tanggapan kepada kelompok lain (aspek kreatif).

8. Perwakilan dari anggota kelompok memajang hasil

diskusi kelompoknya di dinding kelas (aspek kreatif

dan menyenangkan).

9. Siswa melakukan permainan tongkat berjalan, siswa

yang duduk di barisan paling depan pojok kanan

ditunjuk sebagai starter.

10. Siswa pertama memberikan tongkat kepada teman

sebelahnya dan seterusnya sambil menyanyi lagu

Hari Kemerdekaan (aspek aktif dan menyenangkan).

11. Siswa yang mendapat tongkat tepat pada lagu habis

berhak mengambil satu undian yang berisi nomor

soal yang harus dijawab (aspek menyenangkan).

12. Siswa dibantu kelompoknya menjawaban pertanyaan

tersebut (aspek aktif dan kreatif).

13. Siswa mengerjakan post test yang berkaitan dengan

materi yang diajarkan.

197

14. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang

materi atau hal-hal yang belum dipahami (aspek

efektif).

15. Siswa dan guru menyimpulkan materi.

16. Siswa mengerjakan tes sikap sesuai petunjuk yang

diberikan guru.

3. Kegiatan Akhir

1. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan.

2. Siswa mendapat pesan moral dan motivasi untuk

selalu belajar.

3. Siswa menutup pelajaran dengan doa bersama dan

mengucapkan salam.

10

H. Sumber dan Media Pembelajaran

1. Silabus kelas V

2. Susilaningsih Endang. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 5 Untuk SD / MI

Kelas 5. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

3. Yuliati Reny. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD/MI Kelas 5.

Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

4. Gambar tokoh-tokoh yang berperan dalam Persiapan Kemerdekaan

Indonesia

198

I. Penilaian

1. Penilaian Kognitif

a. Teknik Penilaian : Tes Tertulis

b. Rubrik Penilaian : Jumlah soal 10 setiap soal mempunyai skor 1

2. Penilaian Afektif

a. Teknik penilaian : Non Tes (pengamatan)

b. Rubrik penilaian :

No Nama

Siswa

Aspek yang diamati

Kerjasama Tanggung

jawab

Komuni-

katif

Menghargai

teman

Peran

serta

Keterangan skor :

4 = Sangat baik 2 = Kurang

3 = Baik 1 = Sangat kurang

3. Penilaian psikomotorik

a. Teknik penilaian : Produk dan proses

b. Rubrik penilaian :

No Nama

siswa Aspek

Skor

1 2 3 4

1.

Keaktifan bertanya dan ketepatan

menjawab pertanyaan.

Keaktifan menanggapi dan

berpendapat dalam diskusi kelompok.

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Pembelajaran dikatakan berhasil jika 75 % siswa mendapatkan nilai lebih

besar dari 70.

199

Yogyakarta , 6 April 2013

Mengetahui,

Guru Kelas VB, Peneliti,

Diah Susilowati, S. Pd Siska Difki Rufaida

NIP. - NIM. 09108244052

200

LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS 2

Pertemuan 2

Tuliskan peran tokoh-tokoh berikut ini dalam mempersiapkan negara Indonesia

merdeka dan dalam perumusan dasar negara!

201

SOAL EVALUASI SIKLUS 2

Pertemuan 2

Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar!

1. Tokoh persiapan kemerdekaan yang dikenal sebagai seorang dokter dan tokoh

pergerakan adalah ...

a. Radjiman Wedyodiningrat c. Ahmad Subarjo

b. Soekarno d. Supomo

2. Proklamator kemerdekaan Indonesia ...

a. Supomo-Hatta c. Soekarno-Ahmad Subarjo

b. Supomo-Yamin d. Soekarno-Hatta

3. Tokoh yang mengusulkan dasar negara dalam rapat BPUPKI adalah ...

a. Agus Salim c. Radjiman Wedyodiningrat

b. Moh. Yamin d. Ahmad Subarjo

4. Tokoh yang menghasilkan Piagam Jakarta dalam Panitia Sembilan adalah ...

a. Soekarno c. Supomo

b. Radjiman Wedyodiningrat d. Mohammad Hatta

5. Nama “Pancasila” untuk dasar negara diusulkan oleh ...

a. Ir. Soekarno c. Ahmad Subarjo

b. Mr. Moh. Yamin d. Supomo

6. Tokoh yang menjadi penengah antara golongan muda dan Soekarno dalam

peristiwa Rengasdengklok adalah ...

a. Agus Salim c. Moh. Yamin

b. Radjiman Wedyodiningrat d. Ahmad Subarjo

202

7. Tokoh pergerakan kemerdekaan yang dikenal sebagai penyair angkatan

pujangga baru adalah ...

a. Ir. Soekarno c. Ahmad Subarjo

b. Mr. Moh. Yamin d. Supomo

8. Tokoh yang sangat berperan dalam perumusan UUD 1945 adalah ...

a. Supomo c. Ahmad Subarjo

b. Mr. Moh. Yamin d. Ir. Soekarno

9. Ketua BPUPKI adalah ...

a. Radjiman Wedyodiningrat c. Supomo

b. Soekarno d. Mohammad Hatta

10. Tokoh persiapan kemerdekaan yang merupakan ketua PPKI adalah ...

a. Supomo c. Soekarno

b. Radjiman Wedyodiningrat d. Mohammad Hatta

KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI SIKLUS 2

1. A 6. D

2. D 7. B

3. B 8. A

4. D 9. A

5. C 10. C

203

Ringkasan Materi

Tokoh-tokoh Persiapan Kemerdekaan

1. Mengenal tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan

a. Ir. Sukarno (1901-1970)

Sukarno dilahirkan tanggal 6 Juni 1901. Pada tahun 1928 beliau

mendirikan Partai Nasional Indonesia. Pada tahun 1930-an, karena perjuangannya

beliau sering masuk penjara dan harus menjalani hidup di pengasingan. Pada

tanggal 1 Juni 1945 beliau menyampaikan usul dasar-dasar negara dalam sidang

BPUPKI. Beliau mengusulkan nama Pancasila bagi dasar negara Indonesia.

b. Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (1879-1952)

Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat adalah seorang dokter dan tokoh

pergerakan. Beliau masuk Budi Utomo sejak organisasi itu berdiri. Beliau

termasuk anggota Volksraad angkatan pertama ketika lembaga dibentuk

Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1918 hingga tahun 1931.

c. Prof. Dr. Mr. Supomo (1903-1958)

Supomo dilahirkan di Sukoharjo, Solo. Setelah tamat dari Sekolah Tinggi

Hukum, beliau melanjutkan studi ke Universitas Leiden, Belanda, dan

memperoleh gelar doktor di sana. Sekembalinya di tanah air, beliau bekerja di

Pengadilan Negeri Yogyakarta. Supomo terpilih menjadi anggota BPUPKI dan

PPKI. Sebagai seorang ahli hukum, beliau menjadi anggota tim perumus UUD.

Beliau juga mengusulkan dasar-dasar negara pada rapat BPUPKI tanggal 31 Mei

1945.

204

d. Mohammad Hatta (1902-1980)

Mohammad Hatta lahir di Bukit Tinggi, 12 Agustus 1902. Ketika menjadi

mahasiwa di Belanda beliau sudah aktif dalam gerakan mahasiswa nasionalis.

Sepulang dari Belanda beliau bergabung dengan PNI. Tahun 1934 beliau

ditangkap dan dimasukkan penjara kemudian dibuang ke Digul. Menjelang

kemerdekaan, beliau terpilih menjadi anggota BPUPKI. Beliau masuk dalam

Panitia Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta.

e. Muhammad Yamin (1903 - 1962)

Muhammad Yamin adalah seorang ahli hukum, tokoh pergerakan

kemerdekaan, penyair angkatan Pujangga Baru, dan penggali sejarah Indonesia.

Sejak muda beliau mengikuti kegiatan organisasi, bersama Bung Hatta ia

mendirikan Jong Sumatranen Bond. Dalam gerakan politik ia mula-mula

bergabung dengan Partindo. Menjelang kemerdekaan Indonesia, beliau terpilih

menjadi anggota BPUPKI. Beliau salah seorang yang mengajukan usul dasar

negara dalam rapat BPUPKI tanggal 29 Mei 1945.

f. Ahmad Subarjo (1896-1978)

Ahmad Subarjo adalah pejuang kemerdekaan dari golongan tua. Semasa

kuliah beliau giat dalam Perhimpunan Indonesia. Menjelang proklamasi

kemerdekaan, ia duduk dalam keanggotaan BPUPKI. Beliau juga termasuk dalam

Panitia Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta. Perannya yang sangat

penting adalah menjadi penengah antara golongan muda dan Sukarno dalam

peristiwa Rengas Dengklok.

205

2. Menghormati usaha para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan

Kita pantas menghargai usaha tokoh-tokoh bangsa dalam mempersiapkan

kemerdekaan kita. Berkat usaha mereka, kita dapat hidup di alam merdeka dan

menikmati sistem ketatanegaraan yang mereka perjuangkan. Bentuk

penghormatan kepada mereka dapat kita ungkapkan dengan mengenang jasa-jasa

mereka. Kita juga bisa berziarah ke makam mereka da berdoa untuk mereka.

Bentuk penghargaan yang tak kalah penting adalah mencontoh sikap-sikap positif

yang mereka tunjukkan dan meneruskan perjuangan mereka.

1. Rela berjuang demi bangsa dan negara.

2. Berpendirian tetapi juga menghormati pendapat orang lain. Para tokoh bangsa

terkenal memegang teguh pendapat dan memperjuangkan pendapatnya. Namun,

ketika suatu kesepakatan bersama telah diambil dengan lapang dada mereka

menerima keputusan itu. Karya mereka membangun dasar negara harus kita

teruskan agar sendi-sendi negara ini makin kokoh. UUD 1945 yang dihasilkan

merupakan karya yang amat mengagumkan. Namun demikian, seiring dengan

perkembangan zaman undang-undang dasar itu ternyata dirasa perlu untuk

disempurnakan. Maka kita mengenal adanya amandemen terhadap UUD 1945.

Usaha ini harus tetap kita lakukan agar tercipta suatu sistem yang lebih baik. Ini

menjadi tugas kita sekarang sebagai generasi penerus bangsa.

206

LAMPIRAN 3

Hasil Tes Sikap Sosial, Observasi,

Post-test, Wawancara, dan Catatan

Lapangan

207

208

209

210

211

212

213

214

215

216

217

218

219

220

HASIL WAWANCARA

Waktu wawancara : 6 April 3013

Tempat wawancara : Ruang Guru

Permasalahan : Sikap Sosial Siswa

Responden : Guru Kelas VB

No Pertanyaan Deskripsi jawaban

1. Bagaimana menurut Ibu

pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan

PAKEM?

Pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan PAKEM sangat

mengasikkan karena siswa menjadi

lebih tertarik dalam mengikuti

pembelajaran.

2. Apa dampak positif dengan

menggunakan pendekatan

PAKEM pada pembelajaran?

Dampak positifnya banyak sekali,

siswa menjadi lebih aktif, bisa

kerjasama dengan baik bersama

kelompoknya dan tanggung jawab

dalam mlakukan kegiatan

pembelajaran.

3. Bagaimana respon siswa

mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan

PAKEM?

Siswa sangat antusias sekali

mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan PAKEM,

siswa merasa senang karena terdapat

permainan-permainan dalam

pembelajaran sehin gga siswa tidak

merasa jenuh dan bosan.

4. Apa kendala Ibu menggunakan

pendekatan PAKEM dalam

pembelajaran?

Saya belum pernah menerapkan

pendekatan ini, disini banyak sekali

metode-metode pembelajaran yang

belum pernah saya lakukan, jadi

saya masih merasa canggung dan

asing.

5. Apakah dengan pendekatan

PAKEM dapat mengembangkan

sikap sosial siswa?

Ya, karena dengan kerja kelompok

yang anggotanya dibagi oleh guru,

siswa menjadi lebih mengenal dekat

teman satu kelas, yang biasanya

siswa hanya dekat dan bermain

dengan teman dekatnya saja,

sekarang siswa lebih membaur dan

saling peduli dengan teman-teman

yang lain.

221

CATATAN LAPANGAN SIKLUS I

(Pertemuan 1)

Lokasi : SD Negeri Mangiran

Hari/Tanggal : Kamis, 28 Maret 2013

Waktu : 09.00 – 10.10

Objek Penelitian : Siswa kelas VB SD Negeri Mangiran

Deskripsi Siswa memulai kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan

mengucapkan salam untuk membuka pelajaran dan mengkondisikan siswa supaya

siap mengikuti pelajaran.

Pada langkah awal, guru memberi apersepsi dengan menyanyikan lagu

Hari Kemerdekaan dan bertanya kepada siswa kapan kemerdekaan Indonesia

diproklamasikan dan usaha apa saja yang dilakukan Indonesia untuk

mempersiapkan kemedekaan Indonesia. Kemudian guru menjelaskan kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan dengan metode diskusi kelompok.

Pada kegiatan inti, siswa menempel gambar-gambar tokoh persiapan

kemerdekaan Indonesia yang dibawa guru di depan kelas. Siswa aktif menjawab

dan mengemukakan pendapatnya tentang gambar tokoh tersebut. Siswa dibagi

menjadi 5 kelompok, guru membagi kelompok secara acak, supaya siswa tidak

hanya berkelompok dengan teman dekatnya saja.

Pada kegiatan diskusi, sebagian siswa belum menunjukan sikap berdiskusi,

masih terdapat siswa yang diam didalam kelompok karena ada siswa yang tidak

satu kelompok dengan teman dekatnya sehingga sebagian siswa belum bisa

melakukan kerjasama dengan baik. Guru memberi motivasi terhadap siswa

apabila kita semua adalah teman, tidak usah membeda-bedakan satu sama lain.

Seiring berjalannya proses pembelajaran tanpa disadari siswa yang tadinya hanya

diam mulai berbicara sedikit demi sedikit dengan kelompoknya. Kegiatan diskusi

kurang berjalan dengan lancar karena semua siswa belum terlibat aktif dalam

membuat peta mengerjakan tugas. Masih ada anggota kelompok yang

mengerjakan tugas di luar materi ketika teman yang lain sibuk mendiskusikan

tugasnya. Setelah semua selesai, setiap kelompok maju mempresentasikan hasil

diskusi dan dibahas bersama-sama. Setelah itu perwakilan kelompok memajang

hasil karya kelompoknya di dinding kelas. Guru memberikan evaluasi dengan

pertanyaan lisan kepada siswa secara bergantian dan dibahas bersama. Setelah

siswa dan guru menyimpulkan materi, guru menutup pelajaran dengan salam.

Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran awalnya sebagian besar siswa hanya diam

dalam kelompok karena tidak bisa satu kelompok dengan teman dekatnya dan

satu kelompok dengan teman yang tidak disuka meski seiring berjalannya

kegiatan pembelajaran mereka mau berbicara sedikit demi sedikit. Pada saat

kegiatan diskusi masih ada anggota kelompok yang tidak aktif dan tidak mau

bekerjasama. Siswa kurang memperhatikan kelompok lain yang

mempresentasikan hasil karyanya, minat bertanya dan menjawab pertanyaan juga

msih rendah.

222

CATATAN LAPANGAN SIKLUS I

(Pertemuan 2)

Lokasi : SD Negeri Mangiran

Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2013

Waktu : 07.00 – 108.10

Objek Penelitian : Siswa kelas VB SD Negeri Mangiran

Deskripsi Guru memulai kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan

mengucapkan salam untuk membuka pelajaran dan mengkondisikan siswa supaya

siap mengikuti pelajaran.

Pada langkah awal, guru memberi apersepsi dengan menyanyikan lagu

Hari Kemerdekaan dan bertanya kepada siswa alasan suatu dasar negara perlu

dirumuskan dan bagaimana hasil perumusan dasar negara kita. Guru menjelaskan

kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan metode ceramah bervariasi

dan permainan lempar bola kertas.

Pada kegiatan inti, siswa menempel potongan-potongan nama tokoh di

bawah gambar tokoh yang ada di depan kelas. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok

oleh guru secara acak. Ketua kelompok maju ke depan kelas diberi penjelaan oleh

guru tentang materi kemudian kembali ke kelompoknya menjelaskan materi yang

disampaikan guru kepada anggota kelompoknya dengan belajar bersama.

Setiap siswa menuliskan satu pertanyaan yang menyangkut materi yang

dijelaskan ketua kelompok pada kertas, kemudian dibuat seperti bola dan

dilempar dari satu siswa ke siswa lain yang berbeda kelompok. Setiap siswa

mendapat satu bola kertas yang berisi pertanyaan untuk dijawab di depan kelas

secara bergantian. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk memberikan tangapan

terhadap jawaban siswa tersebut.

Siswa merasa senang ketika melakukan kegiatan pembelajaran ini. Siswa

diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami kemudian

siswa mengerjakan post test dan tes sikap sosial siswa sesuai petunjuk yang

diberikan guru.

Pada akhir pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan materi kemudian

menutup dengan salam.

Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran berjalan cukup optimal meski pada awalnya

masih ada beberapa siswa yang belum bisa menerima anggota kelompoknya.

Ketika siswa salah menjawab pertanyaan masih ada siswa yang menertawakan

dan mengejek temannya tetapi siswa merasa senang dan lebih semangat mengikuti

pembelajaran dibanding pertemuan sebelumnya.

223

CATATAN LAPANGAN SIKLUS II

(Pertemuan 1)

Lokasi : SD Negeri Mangiran

Hari/Tanggal : Kamis, 4 April 2013

Waktu : 09.00 – 10.10

Objek Penelitian : Siswa kelas VB SD Negeri Mangiran

Deskripsi Guru memulai kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan

mengucapkan salam untuk membuka pelajaran dan mengkondisikan siswa supaya

siap mengikuti pelajaran.

Pada langkah awal, guru memberi apersepsi dengan menyanyikan lagu

Hari Kemerdekaan dan bertanya kepada siswa bagaimana proses pelaksanaan

sidang BPUPKI dan PPKI. Kemudian guru menjelaskan kegiatan pembelajaran

yang akan dilakukan dengan metode bermain peran.

Pada kegiatan inti, siswa memperhatikan gambar-gambar tokoh yang

berperan dalam BPUPKI dan PPKI. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok yang

dibagi guru secara acak. Siswa berkumpul bersama kelompoknya membagi

perannya masing-masing, setiap siswa mendapat naskah untuk menghayati peran.

Dalam pembagian peran terjadi perebutan tokoh diantara siswa tetapi akhirnya

ada yang mau mengalah dengan sendirinya. Setiap kelompok maju di depan kelas

secara bergantian memainkan perannya, ketika ada siswa yang salah masih ada

teman yang menertawakan. Siswa dan guru memberikan tanggapan terhadap

kelompok yang memaikan drama. Siswa diberi kuis berupa pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan materi.

Pada akhirnya guru bersama siswa menyimpulkan materi dan menutup

pelajaran dengan salam.

Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran sudah tampak baik. Siswa sudah saling

menerima siapapun yang menjadi kelompoknya karena dari kegiatan sebelumnya

mereka sudah saling mengenal dekat satu sama lain. Semua kelompok sudah

berani tampil di depan kelas bermain drama, meskipun masih ada kelompok yang

kurang keras dalam menampilkan dramanya. Guru sudah memberi penegasan dan

motivasi untuk bisa saling bersaing dengan kelompok lain untu memainkan

perannya secara maksimal.

224

CATATAN LAPANGAN SIKLUS II

(Pertemuan 2)

Lokasi : SD Negeri Mangiran

Hari/Tanggal : Sabtu, 6 April 2013

Waktu : 07.00 – 108.10

Objek Penelitian : Siswa kelas VB SD Negeri Mangiran

Deskripsi Guru memulai kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan

mengucapkan salam untuk membuka pelajaran dan mengkondisikan siswa supaya

siap mengikuti pelajaran.

Pada langkah awal, guru memberi apersepsi dengan menyanyikan lagu

Hari Kemerdekaan dan bertanya kepada siswa Kapan Bangsa Indonesia

merayakan Kemerdekaan. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan dengan metode diskusi kelompok dan permainan tongkat berjalan.

Pada kegiatan inti, siswa mengamati media gambar tokoh-tokoh Persiapan

Kemerdekaan Indonesia dengan mendengarkan penjelasan guru. Siswa melakukan

permainan tebak nama tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan gambar yang ditunjuk

guru. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang dibagi guru secara acak. Setiap

kelompok bekerjasama mendiskusikan hasil rumusan dasar negara. Setelah semua

selesai setiap kelompok bergantian maju mempresentasikan hasil diskusinya,

siswa sudah banyak yang memperhatikan dan mau menaggapi atau bertanya

kepada kelompok yang sedang maju. Perwakilan kelompok memajang hasil karya

kelompoknya ke dinding kelas. Siswa melakukan permainan talking stick untuk

mengasah kemampuan mereka. Siswa yang duduk di barisan paling depan pojok

kanan ditunjuk sebagai starter. Siswa pertama memberikan tongkat kepada teman

sebelahnya dan seterusnya sambil menyanyi lagu Hari Kemerdekaan. Siswa yang

mendapat tongkat tepat pada lagu habis berhak mengambil satu undian yang berisi

nomor kartu yang harus dijawab. Siswa dibantu kelompoknya mencari jawaban

dari kartu yang sudah tersedia dan seterusnya.

Kegiatan diakhiri dengan siswa mengerjakan post test dan tes sikap yang

diberi petunjuk oleh guru. Guru menutup peljaran dengan salam.

Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Siswa sudah

menerima semua teman menjadi anggota kelompoknya. Siswa senang sekali

mengikuti kegiatan pembelajaran karena terdapat berbagai macam metode dan

permainan dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan.

225

LAMPIRAN 4

Foto Kegiatan Pembelajaran

226

Guru melakukan apersepsi Siswa menjawab permainan tebak

nama tokoh

Guru bertanya pendapat siswa Guru memberi singkatan untuk

menghafal panitia sembila

Guru membagi kelompok secara heterogen Siswa meremas kertas berbentuk seperti

bola

227

Siswa mempresentasikan hasil diskusi Siswa mengerjakan post test

Siswa dan guru menyimpulkan materi Hasil pemajangan karya siklus I

Hasil pemajangan karya siklus II Media anggota panitia sembilan

228

LAMPIRAN 5

Lembar Validasi Instrumen,

Perijinan Penelitian dan

Pernyataan Melakukan Penelitian

229

230

231

232

233