13
1 PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ATOM DAN TABEL PERIODIK Desmaria Lumbantoruan 1* , Eka Putra Ramdhani 2 , Inelda Yulita 2 , Ermiyati Sibagariang, S.Pd. Kim 3 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia 2 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia 3 Guru Kimia SMAN 3 Tanjungpinang *Keperluan Korespondensi, email: [email protected] Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Tujuan penelitian yaitu mengembangkan suatu instrumen e-diagnostic test two tier multiple choice untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi atom dan tabel periodik. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (R&D). Penelitian ini menggunakan model 4D, yaitu Define (pendefinisian), Design (perancangan), Development (pengembangan), dan Disseminate (penyebaran). Dalam penelitian ini hanya digunakan sampai tahap Development. Pengumpulan data dilakukan di SMAN 3 Tanjungpinang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 2 yang berjumlah 27 orang. Teknik analisis data menggunakan metode uji validitas dan reliabilitas. Hasil validitas konstruk oleh ahli diperoleh rata-rata 95,88% dan hasil uji reliabilitas sebesar 0,98 menunjukkan bahwa soal tes reliable dan layak digunakan. Hasil pengembangan instrumen e-diagnostic test two tier multiple choice dengan rata-rata persentase hasil validasi pakar evaluasi pada tahap 1 dan tahap 2 mencapai 85,71% dan 97,61%. Hasil penelitian juga diketahui miskonsepsi pada subkonsep partikel penyusun atom sebesar 43%, subkonsep perkembangan model atom sebesar 80%, subkonsep nomor atom dan nomor massa sebesar 67%, subkonsep isotop, isoton, dan isobar sebesar 51%, subkonsep konfigurasi elektron sebesar 56%, subkonsep bilangan kuantum dan orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel periodik sebesar 46%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk e-diagnostic test two tier multiple choice telah layak digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa. Kata kunci : e-diagnostic, miskonsepsi, atom dan tabel periodik, two tier, multiple choice

PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

1

PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE

CHOICE UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA

MATERI ATOM DAN TABEL PERIODIK

Desmaria Lumbantoruan1*, Eka Putra Ramdhani2, Inelda Yulita2, Ermiyati

Sibagariang, S.Pd. Kim3

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia

2Dosen Program Studi Pendidikan Kimia

3Guru Kimia SMAN 3 Tanjungpinang

*Keperluan Korespondensi, email: [email protected]

Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Tujuan penelitian yaitu mengembangkan suatu instrumen e-diagnostic test two

tier multiple choice untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi atom

dan tabel periodik. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (R&D).

Penelitian ini menggunakan model 4D, yaitu Define (pendefinisian), Design

(perancangan), Development (pengembangan), dan Disseminate (penyebaran).

Dalam penelitian ini hanya digunakan sampai tahap Development. Pengumpulan

data dilakukan di SMAN 3 Tanjungpinang. Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas X MIPA 2 yang berjumlah 27 orang. Teknik analisis data menggunakan

metode uji validitas dan reliabilitas. Hasil validitas konstruk oleh ahli diperoleh

rata-rata 95,88% dan hasil uji reliabilitas sebesar 0,98 menunjukkan bahwa soal

tes reliable dan layak digunakan. Hasil pengembangan instrumen e-diagnostic test

two tier multiple choice dengan rata-rata persentase hasil validasi pakar evaluasi

pada tahap 1 dan tahap 2 mencapai 85,71% dan 97,61%. Hasil penelitian juga

diketahui miskonsepsi pada subkonsep partikel penyusun atom sebesar 43%,

subkonsep perkembangan model atom sebesar 80%, subkonsep nomor atom dan

nomor massa sebesar 67%, subkonsep isotop, isoton, dan isobar sebesar 51%,

subkonsep konfigurasi elektron sebesar 56%, subkonsep bilangan kuantum dan

orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel periodik sebesar

46%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk e-diagnostic test two tier

multiple choice telah layak digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

Kata kunci : e-diagnostic, miskonsepsi, atom dan tabel periodik, two tier,

multiple choice

Page 2: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

2

PENDAHULUAN

Kimia adalah suatu mata pelajaran yang mempelajari mengenai materi dan

perubahan yang terjadi di dalamnya. Salah satu tujuan yang harus dicapai dalam

pembelajaran kimia adalah siswa mampu menguasai konsep-konsep kimia yang

dipelajarinya, kemudian siswa diharapkan mampu mengaitkan konsep-konsep yang

telah diketahui sebelumnya dengan materi yang sedang dipelajari. Siswa yang

mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep pada pelajaran kimia

terkadang membuat penafsiran sendiri terhadap konsep yang dipelajari sebagai

suatu upaya untuk mengatasi kesulitan belajarnya. Namun, hasil tafsiran siswa

terhadap konsep terkadang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang disampaikan

oleh para ahli (Yunitasari dkk., 2013). Hal inilah yang akan berdampak pada

munculnya miskonsepsi.

Miskonsepsi merupakan suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu

pernyataan yang tidak dapat diterima (Perwitasari, 2015). Miskonsepsi pada suatu

materi akan berdampak pada kesulitan belajar pada materi selanjutnya (Mentari

dkk., 2014). Miskonsepsi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya

berasal dari siswa, yang dapat terjadi akibat beberapa hal seperti prakonsepsi awal,

tahap perkembangan dan pengetahuan awal siswa. Oleh sebab itu, miskonsepsi

yang terjadi pada siswa harus dapat diketahui sedini mungkin oleh guru agar tidak

tejadi miskonsepsi secara terus menerus yang dapat mengakibatkan prestasi belajar

menurun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia dan siswa

di salah satu SMA Negeri Tanjungpinang bahwa ketuntasan siswa pada materi

struktur atom dan tabel periodik berkisar 65% terbilang cukup memuaskan namun

Page 3: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

3

belum tergolong tinggi dengan rata-rata nilai 72. Beliau mengatakan bahwa hasil

tersebut diperoleh selama proses mengajar dan tanya jawab yang dilakukan dengan

siswa. Beberapa konsep yang dimiliki sesuai namun ada juga yang tidak sesuai, hal

tersebut dapat menyebabkan miskonsepsi. Pembentukan pengetahuan siswa yang

tidak utuh dapat terjadi dalam proses konstruksi, karena kemampuan yang terbatas,

atau dalam mengonstruksi bercampur dengan gagasan lain (Suparno, 2013).

Atom dan tabel periodik merupakan materi yang perlu dipahami

dengan baik karena menjadi dasar untuk penguasaan konsep pada pokok

bahasan ikatan kimia, rumus kimia, persamaan reaksi serta stoikiometri. Pada

saat proses pembelajaran kimia, masih ada beberapa siswa yang bermain dan

bercerita dibelakang ketika pelajaran dimulai. Hal ini mengakibatkan kurang

fokusnya siswa dalam memahami konsep yang disampaikan guru sehingga

dapat menimbulkan perbedaan konsep dari yang seharusnya dipelajari. Siswa

masih kesulitan menghubungkan antara struktur atom yang meliputi kulit, sub

kulit, dan orbital yang dikaitkan dengan tingkat energi terhadap bilangan

kuantum. Hubungan submateri tersebut digunakan untuk menentukan

konfigurasi elektron yang akhirnya mereka harus menentukan periode dan

golongan berdasarkan bilangan kuantum dan konfigurasi elektron.

Secara umum, ada beberapa cara untuk mendiagnosis miskonsepsi

siswa yaitu tes diagnostik, peta konsep, tes multiple choice dengan reasoning

terbuka, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, dan tanya

jawab. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendiagnosis miskonsepsi

siswa adalah dengan tes diagnostik. Tes diagnostik terdiri atas two tier multiple

choice, three tier, four tier, dan sebagainya. Tes diagnostik yang akan

Page 4: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

4

digunakan adalah two tier multiple choice. Pertanyaan tes diagnostik two-tier

multiple-choice pada tingkat pertama mempunyai kemiripan dengan soal

objektif biasa yaitu memilih jawaban yang benar dari soal yang diberikan,

sedangkan pada tingkat kedua siswa diminta untuk memilih alasan dari

jawaban yang dipilih ditingkat pertama. Melalui tes two-tier multiple-choice,

guru dapat mengukur kemampuan siswa dengan lebih akurat dibandingkan soal

objektif biasa, karena terdapat dua tingkat jawaban yang harus dipilih siswa.

Tes diagnostik akan sangat bermanfaat untuk mengetahui kesulitan belajar

siswa dan merupakan langkah awal perbaikan proses belajar mengajar

(Suwarto, 2010).

Tes diagnostik yang umum digunakan adalah berbentuk paper pencil

test (PPT). Inovasi yang akan dikembangkan peneliti kali ini yaitu

pengembangan tes diagnostik two tier multiple choice berbasis komputer

dengan menggunakan aplikasi adobe flash professional CS6. Melalui aplikasi

adobe flash professional CS6 dengan berbagai fitur yang mudah digunakan

yang membantu dalam pembuatan e-diagnostic test two tier multiple choice

sehingga tes ditampilkan dengan lebih menarik.

Pemanfaatan komputer sebagai media dalam pelaksanaan tes

merupakan upaya untuk membiasakan siswa berinteraksi dengan teknologi dan

memanfaatkan TIK. Tes semacam ini lebih memudahkan guru dalam

persiapan, pengolahan, dan pengambilan kebijakan akademik bagi siswa yang

nilainya masih di bawah kriteria ketuntasan minimal. Setelah diketahui konsep-

konsep yang kurang dikuasai, maka dapat dilaksanakan proses perbaikan

sebagai langkah lanjutan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti

Page 5: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

5

bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan E-

Diagnostic Test Two Tier Multiple Choice untuk Mengidentifikasi

Miskonsepsi Siswa pada Materi Atom dan Tabel Periodik”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Research

and Development (R&D). Metode penelitian dan pengembangan adalah

metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan

validasi produk tersebut (Sugiyono, 2010). Model yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model pengembangan 4D. Desain 4D terdiri atas 4

tahapan yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan

(develop), dan penyebaran (disseminate). Namun pada penelitian ini hanya

sampai pada tahap pengembangan (develop). Penelitian pengembangan ini

bertujuan untuk mengembangkan tes diagnostik berbasis komputer (e-

diagnostic test two tier multiple choice) pada mata pelajaran kimia untuk siswa

SMA/MA berdasarkan kurikulum 2013. Subjek penelitian dan pengembangan

ini adalah siswa kelas X MIPA 2 SMA Negeri 3 Tanjungpinang.

Prosedur penelitian dan pengembangan ini terdiri atas 4 tahapan yaitu

(1) Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-

syarat pembelajaran (Thiagarajan dkk, 1974). Tahap define memiliki tujuan

untuk mengumpulkan informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian

yang dilakukan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mencakup

analisis masalah dan analisis materi. (2) Tahap design adalah tahap untuk

merancang prototype produk yang dibuat (Thiagarajan dkk, 1974). Tahap

Page 6: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

6

design memiliki tujuan untuk mendesain instrumen-instrumen yang

diperlukan selama penelitian dan mendesain rancangan produk yang hendak

dikembangkan. Pada tahap design dilakukan tahapan desain soal yaitu

menyusun kisi-kisi soal dan mengembangkan kisi-kisi soal menjadi soal

pilihan ganda bertingkat (two tier multiple choice), dalam tahapan desain soal

juga dilakukan validasi konstruk oleh ahli dan validasi empiris untuk

mengetahui apakah soal valid dan layak digunakan untuk uji coba pada subjek

penelitian. Setelah soal valid langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas untuk

mengetahui apakah soal reliabel.

(3) Tahap develop adalah tahap untuk menghasilkan produk

pengembangan yang dibuat (Thiagarajan dkk, 1974). Tahap develop memiliki

tujuan untuk menghasilkan produk yaitu instrumen tes yang telah direvisi

berdasarkan masukan para pakar. Tahap develop dibagi menjadi tiga yaitu

pembuatan e-diagnostic test two tier multiple choice, validasi produk oleh

pakar evaluasi, dan uji coba produk. Pembuatan produk e-diagnostic test two

tier multiple choice dengan menggunakan aplikasi adobe flash CS6 yang

dibuat menarik dan menggunakan komputer. Kemudian pada tahap design

juga dilakukan validasi produk oleh pakar evaluasi yaitu untuk mengetahui

apakah e-diagnostic test yang dikembangkan telah layak digunakan untuk

mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

Setelah produk dinyatakan layak oleh pakar evaluasi maka dapat

dilakukan uji coba soal pada subjek penelitian yaitu siswa. Uji coba soal

bertujuan untuk mengetahui karakteristik soal e- diagnostic test two tier

multiple choice yang telah dikembangkan. Hasil uji coba soal e-diagnostic test

Page 7: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

7

meliputi validitas, reliabilitas soal. Setelah diketahui hasil uji coba, tahapan

dilanjutkan dengan analisis hasil uji coba soal. Hasil analisis ini yaitu

identifikasi pemahaman konsep siswa pada materi atom dan tabel periodik.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu lembar wawancara,

lembar tes objektif beralasan terbuka, lembar validasi konstruk oleh ahli, dan

angket uji kelayakan produk oleh ahli evaluasi dengan teknik analisis data

yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah

jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa

informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk

angka (Sugiyono, 2010). Data kuantitatif diperoleh dari lembar validasi

dengan akumulasi skor yang diperoleh dari setiap butir soal dari validasi ahli

serta lembar validasi pakar evaluasi. data-data yang diperoleh dalam penelitian

akan dianalisis dengan menggunakab beberapa metode dan rumus hitung

sebagai berikut.

1. Uji Validasi

Validasi merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen tes.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Uji validasi dilakukan pada penelitian

ini adalah validasi isi dan validasi empiris.

a. Validasi Isi

Validasi isi dilakukan oleh para ahli evaluasi dan materi yaitu satu

orang dosen kimia. Butir soal akan divalidasi dari segi: substansi,

konstruksi, dan bahasa. Skor yang diperoleh akan menjadi nilai yang

Page 8: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

8

dikategorikan sesuai dengan kriteria evaluasi yang tertera pada tabel

berikut ini.

Tabel 1. Kriteria Hasil Evaluasi Validator

b. Validasi Empiris

Validasi empiris dapat diketahui dengan menghitung hasil uji coba

soal dengan rumus korelasi poin biserial yang dapat dihitung

melalui rumus berikut.

𝑟𝑝bis =𝑀𝑝−𝑀𝑡

𝑆𝑡 √

𝑝

𝑞 (Persamaan 3.1)

Keterangan:

𝑟𝑝bis = koefisien korelasi poin biserial

Mp = Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab

benar item yang dicari korelasi

Mt = Mean skor total

St = Simpangan baku

p = proporsi subjek yang menjawab benar item tersebut

q = 1- p

Kaidah keputusan: Jika t Hitung > dari t Tabel berarti valid dan t

Hitung < dari t Tabel berarti tidak valid (Yusup, 2018).

Persentase Kategori

81,26% - 100,00% Sangat valid atau dapat digunakan tanpa revisi

62,51% - 81,25% Valid atau dapat digunakan namun perlu revisi

kecil

43,76% - 62,50% Tidak valid, disarankan tidak dipergunakan

karena perlu revisi besar

25,00% - 43,75% Sangat tidak valid, tidak boleh dipergunakan

Page 9: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

9

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah tes tersebut memiliki

tetapan. Reliabilitas skor tes menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi, 2006).

Uji reabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha :

𝑟11 = (n

n−1) (

s2+ ∑ pq

s2 ) (Persamaan 3.2)

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi Subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi Subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

∑ pq = Hasil kali p dan q

n = banyaknya item

S = Standar devIasi dari tes

Kaidah Keputusan: Jika r11 > dari r tabel berarti reliabel dan r11 < dari r

tabel berarti tidak reliable.

Tabel 2. Kriteria Reliabilitas Soal

(Arikunto, 2012)

Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata verbal

bukan dalam bentuk angka (Basuki, 2010). Data kualitatif diperoleh dari saran

dari validator untuk perbaikan produk yang tidak sesuai. Data kualiatatif adalah

data yang berbentuk kata, kalimat, gambar yang berasal dari kritik, saran, dan

Batasan Kategori

0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 1,00 Tinggi

0,40 < r11 ≤ 1,00 Cukup

0,20 < r11 ≤ 1,00 Rendah

0r11 ≤ 1,00 Sangat Rendah

Page 10: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

10

komentar para ahli terhadap produk e-diagnostic test two tier multiple choice

materi atom dan tabel periodik sedangkan pada uji coba lapangan data kualitatif

diperoleh dari hasil wawancara. Instrumen pengumpulan data disusun dengan

menggunakan skala likert dengan empat variasi respon. Setiapa jawaban yang

analisis kevalidan oleh responden kemudian dikonversikan ke dalam bentuk

angka untuk dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Instrumen tes e-diagnostic test two tier multiple choice sebelum diujikan

pada siswa dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validasi konstruk oleh ahli

adalah valid dengan hasil dari aspek isi 94%, konstruksi 98%, dan bahasa 100%

sedangkan pada uji validasi empiris dengan menggunakan rumus poin biserial

diperoleh data bahwa 18 soal valid dari 20 butir soal yang diuji coba pada siswa.

Setelah memperoleh hasil validitas tersebut kemudian dilakukan uji reliabilitas

dari 18 soal valid sehingga diperoleh hasil sebesar 0,98 yaitu reliabel.

E-diagnostic test two tier multiple choice diujikan pada siswa untuk

mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi atom dan tabel periodik.

Berdasarkan hasil uji e-diagnostic test two tier multiple choice kemudian

dilakukan identifikasi untuk mengetahui persentase miskonsepsi siswa.

Identifikasi hasil jawaban siswa diklasifikasikan menjadi tiga yaitu paham

konsep apabila jawaban kedua tier benar, miskonsepsi apabila tier pertama benar

dan tier kedua salah atau tier pertama benar dan tier kedua salah serta tidak

paham konsep apabila kedua tier salah. Berikut grafik yang menunjukkan

perbandingan rata-rata hasil tiap kelompok.

Page 11: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

11

Gambar 1 Grafik Persentase Rata-Rata Tiap Kelompok

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa hasil persentase rata-rata tes e-

diagnostic test two tier multiple choice kategori tiap kelompok yaitu paham

konsep dengan persentase 20%, miskonsepsi 47% dan tidak paham konsep 31%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari rata-rata persentase kategori tiap

kelompok, miskonsepsi siswa terhadap materi atom dan tabel periodik cukup

tinggi yaitu sebesar 47%. Hasil jawaban siswa dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Persentase Tingkat Miskonsepsi Siswa

0%

10%

20%

30%

40%

50%

Paham Konsep Miskonsepsi Tidak paham

Konsep

20%

47%

31%

Persentase Rata- Rata Tiap Kelompok

Sub Konsep No

Soal

Klasifikasi Jawaban Siswa

Paham

Konsep (B-B)

Miskonsepsi

(B-S & S-B)

Tidak Paham

Konsep (S-S)

N % n % n %

Partikel penyusun

atom

1 14 52% 12 44% 1 4%

2 16 59% 11 41%

0 0% Rata-rata = 43%

Perkembangan

model atom

4 1 4% 21 78% 5 22%

5 1 4%

22 81%

4

15%

Rata-rata = 80%

Nomor atom dan

nomor massa 6 4 15%

18 67% 5 19%

Rata-rata = 67%

Isotop, Isoton,

Isobar

8 5 19% 17 63% 5 19%

9 10 37% 11 41% 6 22%

10 8 30% 13 48%

6 22% Rata-rata = 51%

Konfigurasi

elektron unsur 12 5 19%

15 56% 7 26%

Rata-rata = 56%

13 2 7% 14 52% 11 41%

Page 12: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

12

Identifikasi miskonsepsi yang dilakukan dengan menggunakan instrumen

tes e-diagnostic test two tier multiple choice bertujuan untuk mengukur tingkat

pemahaman siswa mengenai suatu konsep yang telah dipelajari. Berdasarkan

hasil yang diperoleh menggunakan e-diagnostic test two tier multiple choice

menggunakan komputer di SMAN 3 Tanjungpinang terdapat persentase

miskonsepsi siswa yang bervariasi pada setiap subkonsep materi. Persentase

miskonsepsi yang diperoleh dari setiap subkonsep soal yaitu pada konsep

partikel penyusun atom sebesar 43%, konsep perkembangan model atom sebesar

80%, konsep nomor atom dan nomor massa sebesar 67%, konsep isotop, isoton,

dan isobar sebesar 51%, konsep konfigurasi elektron 56%, konsep bilangan

kuantum dan orbital sebesar 52%, konsep sifat-sifat unsur dalam tabel periodik

sebesar 46%. Terdapat miskonsepsi hampir di semua subkonsep materi atom dan

tabel periodik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Hasil validasi konstruk dan empiris e-diagnostic test two tier multiple choice

diperoleh rata-rata 95,88% dengan keterangan sangat valid dan sangat baik

digunakan serta nilai reliabilitas sebesar 0,98 menunjukkan kategori sangat

tinggi maka instrumen tes ini reliable dan layak digunakan.

Bilangan kuantum

dan bentuk orbital Rata-rata = 52%

Sifat-sifat unsur

dalam tabel

periodik

16 2 7% 12 44% 13 48%

17 0 0% 13 48%

14 52% Rata-rat = 46%

Total Rata-rata Miskonsepsi Setiap Sub Konsep = 56%

Page 13: PENGEMBANGAN E-DIAGNOSTIC TEST TWO TIER MULTIPLE …repository.umrah.ac.id/3569/1/DESMARIA LUMBANTORUAN-150384… · orbital sebesar 52%, dan subkonsep sifat-sifat unsur dalam tabel

13

2. Miskonsepsi siswa yang terjadi pada setiap subkonsep materi yaitu pada

konsep partikel penyusun atom sebesar 43%, konsep perkembangan model

atom sebesar 80%, konsep nomor atom dan nomor massa sebesar 67%, konsep

isotop, isoton, dan isobar sebesar 51%, konsep konfigurasi elektron 56%,

konsep bilangan kuantum dan orbital sebesar 52%, konsep sifat-sifat unsur

dalam tabel periodik sebesar 46%.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Basuki, S. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.

Mentari, L., Suardana, I. N., & Subagia, I. W. (2014). Analisis Miskonsepsi

Siswa SMA pada Pembelajaran Kimia Untuk Materi Larutan Penyangga.

Jurnal Pendidikan Kimia, 2(1), 76–87.

Perwitasari, A. D. (2015). Pengembangan Tes Diagnostik Berbasis Web pada

Materi Termodinami. Skripsi.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika.

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Suwarto. (2010). the Development of the Two-Tier Diagnostic Test Apply on

Biology Computerized. Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 14(2), 206–

224.

Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. I. (1974). Instructional

development for training teacher of exceptional children. Bloomington

Indiana: Indiana University.

Yunitasari, W., Susilowati, E., & Nurhayati, D. (2013). Pembelajaran Direct

Instruction Disertai Hierarki Konsep Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa

Pada Materi Larutan Penyangga Kelas Xi Ipa Semester Genap Sma Negeri

2 Sragen Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 2(3).

Yusup, F. (2018). Uji Validasi Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Kuantitatif. Jurnal Ilmiah Pendidikan, (7) 1, 17–23.