6
80 PENGELOLAAN RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL SERPONG CINERE Dendi Purwana 1 ; Fitri Suryani 2 Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Pascasarjana, Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta Email: [email protected]; [email protected] Abstract Serpong - Cinere Toll Road which is being built has a 10.14 km long road that connects South Tangerang City Banten Province with Depok City West Java Province is part of the Jakarta Outer Ring Toll Road 2, which is expected to make it easier for motorists from Jabodetabek which will go to the Airport Soekarno-Hatta International and Jakarta or vice versa. Serpong - Cinere toll road development in its implementation is also possible to carry risks that must be taken seriously. This is related to the impact of risks that arise that can hinder and harm the project implementers in terms of cost, time, quality, and scope of work. To minimize this risk, it is necessary to apply risk management in its implementation. Related to this, the study was conducted to find out the picture of risk management in the implementation of Serpong - Cinere toll road construction. This research used a descriptive qualitative research design with a case study method through a survey strategy using a questionnaire as a research instrument. After the results of the questionnaire are obtained, the next step is to arrange the important level of risk to find out which risks have the most potential to hamper the process of carrying out the work. Furthermore, the Risk Breakdown Structure is analyzed based on the opinion of the respondents to find out what actions are taken to overcome the dominant risks which of course have a large influence on the completion of a job. The next step is the allocation of risk ownership, especially risks in the dominant category so that each party responsible can exercise the best control. The results showed that 40 risks (88.89%) of the 45 risks identified in the implementation of the Serpong - Cinere toll road construction project were included in the category of dominant risk that could potentially hamper work in terms of time, quality and cost. The largest risk ownership with the Serpong - Cinere toll road development project is owned by the Implementing Contractor at 59.38% risk, Owner at 31.25%, and Supervisory Consultant at 9.38%. Keywords: toll road, risk, risk management Abstrak Jalan Tol Serpong Cinere yang sedang dibangun memiliki panjang jalan 10,14 km yang menghubungkan Kota Tengerang Selatan Provinsi Banten dengan Kota Depok Provinsi Jawa Barat merupakan bagian dari Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta 2, dimana diharapkan akan memudahkan pengendara dari Jabodetabek yang akan menuju Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dan Jakarta ataupun sebaliknya. Pembangunan jalan tol Serpong - Cinere didalam pelaksanaannya dimungkinkan juga mengandung risiko yang harus diperhatikan dengan serius. Hal ini terkait dengan dampak dari risiko yang timbul yang dapat menghambat serta merugikan pihak pelaksana proyek baik dari segi biaya, waktu, mutu maupun lingkup pekerjaannya. Untuk meminimalkan resiko tersebut perlu diterapkannya pengelolaan resiko didalam pelaksanaannya. Terkait hal tersebut maka penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran pengelolaan resiko pada pelaksanaan pembangunan jalan tol Serpong - Cinere. Dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus melalui strategi survey menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian. Setelah hasil dari kuesioner didapatkan maka tahap selanjutnya adalah menyusun tingkat kepentingan resiko (importance level) untuk mengetahui resiko mana yang paling berpotensi menghambat proses pelaksanaan pekerjaan. Selanjutnya Risk Breakdown Structure dianalisis berdasarkan pendapat para responden untuk mengetahui tindakan apa yang diambil untuk mengatasi resiko risiko yang dominan yang tentunya mempunyai pengaruh yang besar terhadap penyelesaian suatu pekerjaan. Langkah berikutnya adalah pengalokasian kepemilikan risiko terutama risiko dalam kategori dominan agar E-ISSN : 2621-4164 Vol.3 No. 2

PENGELOLAAN RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL SERPONG CINERE

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGELOLAAN RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL SERPONG CINERE

80

PENGELOLAAN RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL

SERPONG – CINERE

Dendi Purwana1; Fitri Suryani2

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Pascasarjana,

Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta

Email: [email protected]; [email protected]

Abstract

Serpong - Cinere Toll Road which is being built has a 10.14 km long road that connects South Tangerang City

Banten Province with Depok City West Java Province is part of the Jakarta Outer Ring Toll Road 2, which is

expected to make it easier for motorists from Jabodetabek which will go to the Airport Soekarno-Hatta

International and Jakarta or vice versa. Serpong - Cinere toll road development in its implementation is also

possible to carry risks that must be taken seriously. This is related to the impact of risks that arise that can

hinder and harm the project implementers in terms of cost, time, quality, and scope of work. To minimize this

risk, it is necessary to apply risk management in its implementation. Related to this, the study was conducted

to find out the picture of risk management in the implementation of Serpong - Cinere toll road construction.

This research used a descriptive qualitative research design with a case study method through a survey strategy

using a questionnaire as a research instrument. After the results of the questionnaire are obtained, the next

step is to arrange the important level of risk to find out which risks have the most potential to hamper the

process of carrying out the work. Furthermore, the Risk Breakdown Structure is analyzed based on the opinion

of the respondents to find out what actions are taken to overcome the dominant risks which of course have a

large influence on the completion of a job. The next step is the allocation of risk ownership, especially risks in

the dominant category so that each party responsible can exercise the best control. The results showed that 40

risks (88.89%) of the 45 risks identified in the implementation of the Serpong - Cinere toll road construction

project were included in the category of dominant risk that could potentially hamper work in terms of time,

quality and cost. The largest risk ownership with the Serpong - Cinere toll road development project is owned

by the Implementing Contractor at 59.38% risk, Owner at 31.25%, and Supervisory Consultant at 9.38%.

Keywords: toll road, risk, risk management

Abstrak

Jalan Tol Serpong – Cinere yang sedang dibangun memiliki panjang jalan 10,14 km yang menghubungkan

Kota Tengerang Selatan Provinsi Banten dengan Kota Depok Provinsi Jawa Barat merupakan bagian dari

Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta 2, dimana diharapkan akan memudahkan pengendara dari Jabodetabek yang

akan menuju Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dan Jakarta ataupun sebaliknya. Pembangunan

jalan tol Serpong - Cinere didalam pelaksanaannya dimungkinkan juga mengandung risiko yang harus

diperhatikan dengan serius. Hal ini terkait dengan dampak dari risiko yang timbul yang dapat menghambat

serta merugikan pihak pelaksana proyek baik dari segi biaya, waktu, mutu maupun lingkup pekerjaannya.

Untuk meminimalkan resiko tersebut perlu diterapkannya pengelolaan resiko didalam pelaksanaannya.

Terkait hal tersebut maka penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran pengelolaan resiko pada

pelaksanaan pembangunan jalan tol Serpong - Cinere. Dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian

deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus melalui strategi survey menggunakan kuesioner sebagai

instrument penelitian. Setelah hasil dari kuesioner didapatkan maka tahap selanjutnya adalah menyusun

tingkat kepentingan resiko (importance level) untuk mengetahui resiko mana yang paling berpotensi

menghambat proses pelaksanaan pekerjaan. Selanjutnya Risk Breakdown Structure dianalisis berdasarkan

pendapat para responden untuk mengetahui tindakan apa yang diambil untuk mengatasi resiko – risiko yang

dominan yang tentunya mempunyai pengaruh yang besar terhadap penyelesaian suatu pekerjaan. Langkah

berikutnya adalah pengalokasian kepemilikan risiko terutama risiko dalam kategori dominan agar

E-ISSN : 2621-4164 Vol.3 No. 2

Page 2: PENGELOLAAN RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL SERPONG CINERE

Pengelolaan Resiko Pembangunan Jalan Tol Serpong - Cinere CESD Vol 03, No.02, Des 2020

81

masingmasing pihak yang bertanggung jawab dapat melakukan kontrol yang terbaik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa 40 risiko (88,89%) dari 45 risiko yang teridentifikasi pada pelaksanaan proyek

pembangunan jalan tol Serpong - Cinere masuk dalam kategori risiko dominan yang berpotensi menghambat

pekerjaan baik dari segi waktu, mutu maupun biaya. Kepemilikan resiko dengan risiko dominan pada proyek

pembangunan jalan tol Serpong – Cinere ini yang terbesar adalah dimiliki oleh Kontraktor Pelaksana yaitu

sebesar 59,38% risiko, Owner sebesar 31,25% dan Konsultan Pengawas sebesar 9,38%.

Kata Kunci: jalan tol, risiko, pengelolaan risiko

Pendahuluan

Latar Belakang

Jalan Tol Serpong – Cinere yang sedang dibangun

memiliki panjang jalan 10,14 km yang

menghubungkan Kota Tengerang Selatan Provinsi

Banten dengan Kota Depok Provinsi Jawa Barat

merupakan bagian dari Jalan Tol Lingkar Luar

Jakarta 2, dimana diharapkan akan memudahkan

pengendara dari Jabodetabek yang akan menuju

Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dan

Jakarta ataupun sebaliknya.

Pembangunan jalan tol sepanjang 10,14 km, yaitu

dari Serpong – Cinere dimiliki oleh PT. Cinere

Serpong Jaya dengan pelaksana konstruksi PT.

Waskita Karya (Persero), Tbk. yang sudah sangat

berpengalaman dalam pembangunan jalan tol di

Indonesia.

Pembangunan Jalan Tol Serpong – Cinere

menghubungankan Jalan Tol yang sudah beroperasi

yaitu Jalan Tol Serpong BSD dan akan terintegrasi

dengan Jalan tol yang sedang di bangun yaitu

Kunciran- Serpong, sedang di Wilayah Selatan akan

terintegrasi dengan Pembangunan Jalan Tol Depok-

Antasari serta Cinere – Jagorawi. Masa Konsesi

Jalan Tol adalah 35 (tiga puluh lima) tahun

terhitung sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai

Kerja (SPMK) dari Badan Pengatur Jalan Tol

(BPJT).

Berdasarkan keterangan di atas bahwa industri

konstruksi seperti pembangunan Jalan tol tentunya

akan memiliki banyak risiko dan ketidakpastian

dalam proses pelaksanaannya bila dibandingkan

dengan industri lainnya. Hal ini disebabkan proses

pelaksanaan dari proyek konstruksi tersebut yang

membutuhkan waktu cukup lama serta melibatkan

banyak pihak dalam menyelesaikan suatu masalah.

Selain terkendala masalah waktu, biaya dan mutu

pekerjaan juga menjadi kendala pada setiap

pelaksanaan proyek di bidang jasa konstruksi.

Ketiga kendala tersebut diatas yaitu waktu, biaya

dan selanjutnya menjadi sasaran bagi setiap

pelaksanaan proyek yang didefinisikan sebagai

tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu. Suatu

proyek yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan

jasa konstruksi dapat dikatakan berhasil jika ketiga

sasaran tersebut diatas terpenuhi (Nurlela &

Suprapto, 2014).

Pembangunan jalan tol Serpong - Cinere didalam

pelaksanaannya dimungkinkan juga mengandung

risiko yang harus diperhatikan dengan serius. Hal

ini terkait dengan dampak dari risiko yang timbul

yang dapat menghambat serta merugikan pihak

pelaksana proyek baik dari segi biaya, waktu, mutu

maupun lingkup pekerjaannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka

penelitian ini dilakukan guna mengetahui manfaat

dari penerapan pengelolaan risiko untuk

meminimalkan risiko yang timbul dengan

melakukan identifikasi, analisis, mitigasi dan

pengalokasian terhadap kemungkinan risiko yang

akan terjadi terutama risiko yang masuk dalam

kategori dominan sehingga dapat dijadikan sebagai

dasar pengambilan keputusan oleh pihak yang

terkait untuk mengatasi konsekuensi dari risiko

quersioner yang terjadi dalam pembangunan jalan

tol Serpong – Cinere.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Risiko-risiko apa saja yang teridentifikasi pada

pelaksanaan pembangunan jalan tol Serpong –

Cinere?

2. Risiko-risiko apa saja yang termasuk kategori

dominan dan bagaimana tingkat/derajat risiko pada

pelaksanaan pembangunan jalan tol Serpong –

Cinere?

3. Bagaimana tindakan mitigasi (risk mitigation)

untuk meminimalkan dampak negatif yang

mungkin terjadi pada pelaksanaan pembangunan

jalan tol Serpong – Cinere?

4. Bagaimana pengalokasian kepemilikan risiko

(ownership of risk) terhadap risiko-risiko dominan

(major risk) dalam pelaksanaan pembangunan jalan

tol Serpong – Cinere?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk dapat

mengidentifikasi berbagai risiko yang muncul pada

tahap pembangunan jalan tol serta untuk

mengetahui risiko apa saja yang termasuk dalam

kategori dominan sehingga kemudian risiko

tersebut dapat dimitigasi agar dapat mengurangi

konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko tersebut

serta melakukan pengalokasian risiko pihak siapa

Page 3: PENGELOLAAN RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL SERPONG CINERE

Pengelolaan Resiko Pembangunan Jalan Tol Serpong - Cinere CESD Vol 03, No.02, Des 2020

82

yang bertanggung jawab terhadap risiko yang

muncul.

Kajian Pustaka

Jalan tol merupakan bagian dari sistem jaringan

jalan umum yang merupakan jalan lintas alternatif.

Dalam pelaksanaannya jalan tol harus mempunyai

spesifikasi dan pelayanan yang lebih tinggi

daripada jalan umum yang ada (Nurdiana, 2011).

Dilihat dari fungsinya, jalan tol merupakan

alternatif bagi para pelaku perjalanan untuk

menghemat waktu tempuh serta menikmati tingkat

pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan

menggunakan jalan non tol. Keadaan ini tentu saja

merupakan kompensasi dari keharusan membayar

biaya tol (Zuna, Hadiwaryono, & Rahadian, 2015).

Proyek konstruksi sangat rentan terhadap risiko

karena merupakan bidang kerja yang dinamis.

Risiko tersebut tidak dapat dihilangkan tetapi dapat

ditransfer dari satu pihak ke pihak lainnya.

Kesalahan dalam perkiraan dan penanganan risiko

dapat menimbulkan dampak negatif baik secara

langsung maupun tidak langsung pada proyek

konstruksi (Labombang, 2011).

Pengelolaan risiko sangat diperlukan untuk dapat

menghindari risiko dengan cara mengindentifikasi

risiko-risiko yang masuk dalam kategori dominan

sehingga perencanaan yang matang dapat dilakukan

dan dampak atau kerugian baik dari segi biaya

maupun waktu dalam pembangunan jalan tol dapat

diatasi (Astiti, Norken & Purbawijaya, 2015).

Langkah yang paling utama dalam pengelolaan

risiko secara umum terdiri dari identifikasi risiko,

perhitungan risiko, alokasi risiko, penanganan atau

mitigasi risiko serta monitoring dan kontrol

(Rouhani, 2015).

Identifikasi Risiko (Risk Identification)

Menurut Godfrey (1996) identifikasi risiko dapat

dikelompokkan menjadi beberapa sumber risiko: 1.

Risiko politik (political), 2. Risiko lingkungan

(environmental), 3. Risiko perencanaan (planning),

4. Risiko pemasaran (market), 5. Risiko ekonomi

(economic), 6. Risiko anggaran modal (financial),

7. Risiko alam (natural), 8. Risiko proyek (project),

9. Risiko teknis (technical), 10. Risiko sumber daya

manusia (human), 11. Risiko kriminal (criminal)

dan 12. Risiko keamanan/keselamatan (safety).

Menurut Godfrey (1996) besarnya risiko dapat

diketahui dari hasil kali kecenderungan/frekuensi

(likelihood) dan konsekuensi risiko. Tabel 1 adalah

tingkat dan skala frekuensi (Likelihood) Tabel 2

adalah tingkat dan skala konsekuensi.

Tabel 1 Tingkat dan Skala Frekuensi (likelihood)

Tingkat Frekuensi Skala

Sangat sering 5

Sering 4

Kadang-kadang 3

Jarang 2

Sangat jarang 1

Sumber: (Godfrey, Halcrow, & Partners, 1996)

Tabel 2 Tingkat dan Skala konsekuensi

(consequence)

Tingkat Konsekuensi Skala

Sangat besar 5

Besar 4

Sedang 3

Jarang 2

Sangat kecil 1

Sumber: (Godfrey, Halcrow, & Partners, 1996)

Penerimaan Risiko (Risk Acceptability)

Analisis terhadap penerimaan risiko (risk

acceptability) ditentukan berdasarkan nilai

perkalian antara tingkat frekuensi dan tingkat

konsekuensi risiko. Setelah diperoleh tingkat

penerimaan risiko tersebut maka dapat diperoleh

skala penerimaan risiko (risk acceptability) seperti

tabel 3:

Tabel 3 Skala Penerimaan Risiko

Tingkat

Penerimaan Risiko

Skala

Penerimaan Risiko

Unacceptable X ≥ 15

Undesirable 5 ≤ X < 15

Acceptable 3 ≤ X < 5

Negligible X < 3

Sumber: (Saputra, 2005)

Penanganan Risiko (Risk Mitigation)

Mitigasi/penanganan adalah tindakan yang

dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi

risiko yang telah teridentifikasi. Adapun risiko yang

tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, namun hanya

dapat dikurangi sehingga akan ada menimbulkan

risiko sisa.

Desain Penelitian

Penelitian dilakukan pada Proyek pembangunan

jalan Serpong – Cinere dengan metode penelitian

deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan dalam

Page 4: PENGELOLAAN RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL SERPONG CINERE

Pengelolaan Resiko Pembangunan Jalan Tol Serpong - Cinere CESD Vol 03, No.02, Des 2020

83

penelitian deskriptif kualitatif. Permasalahan

diperoleh dengan metode wawancara dan survey

untuk mendapatkan pendapat atau opini dari

responden dan expert dalam pembangunan jalan tol.

Lokasi Obyek Penelitian

Lokasi proyek pembangunan jalan tol Serpong –

Cinere yang sedang dibangun memiliki panjang

jalan 10,14 km yang menghubungkan Kota

Tengerang Selatan Provinsi Banten dengan Kota

Depok Provinsi Jawa Barat merupakan bagian dari

Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta 2, dimana

diharapkan akan memudahkan pengendara dari

Jabodetabek yang akan menuju Bandar Udara

Internasional Soekarno-Hatta dan Jakarta ataupun

sebaliknya.

Sumber data : PT. Jasamarga

Gambar 1 Peta Lokasi Proyek Pembangunan Jalan

Tol Serpong – Cinere

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari

data primer dan data sekunder. Data primer dari

penelitian ini diperoleh dari data opini responden.

Identifikasi risiko yang dihasilkan dari pengkajian

data sekunder (penelitian terdahulu, jurnal, laporan-

laporan, dan literatur) kemudian dikembangkan

dengan pengamatan/investigasi lapangan dan

melakukan wawancara serta brainstorming dengan

pihak yang berkompetensi dan berpengalaman di

bidang pembangunan jalan khususnya jalan tol.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari paper

penelitian, jurnal, laporan-laporan dan literature

sesuai dengan objek penelitian untuk memperoleh

identifikasi awal risiko.

Uji Instrumen Penelitian

Suatu data dikatakan valid jika ada korelasi dengan

skor total. Hal ini menunjukkan adanya dukungan

data tersebut dalam mengungkapkan sesuatu yang

ingin diteliti. Uji reliabilitas merupakan kelanjutan

dari uji validitas dimana item yang masuk pengujian

adalah item yang valid saja. Uji validasi dilakukan

dengan Teknik korelasi Product Moment Pearson

(r). Jika r hitung > r table, maka item tersebut valid

dengan menggunakan distribusi table r untuk α =

0,05 dengan df = N2 (Riduan, 2011). Uji reliabilitas

dilakukan dengan menganalisa data yang berasal

dari satu kali pengujian kuesioner yang diukur dari

koefisien Alpha. Bila koefisien Alpha (Cronbach’s

Alpha) > 0,60 maka instrument tersebut dinyatakan

reliabel sehingga dapat disimpulkan bahwa

kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai alat

ukur dalam penelitian (Priyatno, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan uji validitas dengan SPSS for

Windows ver. 22 dengan teknik Produk Momen

Pearson, diperoleh nilai koefisien korelasi setiap

item pertanyaan nilainya melebihi 0.281 (nilai r

tabel, 2-tailed dengan signifikansi 0.05) maka dapat

disimpulkan bahwa item-item pertanyaan dalam

kuesioner memiliki kolerasi signifikan dengan skor

total sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item

tersebut valid. Dan untuk uji reliabilitas diperoleh

koefisien alpha (Crobach’s Alfa) > 0.6 maka data

tersebut dinyatakan reliabel.

Analisis Identifikasi Risiko Pelaksanaan

Pembangunan Jalan Tol Serpong - Cinere

Terdapat 45 risiko yang teridentifikasi pada tahap

pelaksanaan pembangunan jalan tol Serpong -

Cinere.

Analisis Penerimaan Risiko (Risk Acceptability)

Pelaksanaan Pembangunan Jalan Tol Serpong -

Cinere

Hasil penerimaan risiko dapat dijelaskan sebagai

berikut risiko yang tergolong unacceptable (tidak

dapat diterima) sebanyak 3 risiko (8%), risiko yang

tergolong undesirable (tidak diharapkan) sebanyak

26 risiko (65%), risiko yang tergolong acceptable

(dapat diterima) sebanyak 4 risiko (10%), dan risiko

yang tergolong negligible (dapat diabaikan)

sebanyak 7 risiko (17%) dapat dilihat pada gambar

1.

Page 5: PENGELOLAAN RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL SERPONG CINERE

Pengelolaan Resiko Pembangunan Jalan Tol Serpong - Cinere CESD Vol 03, No.02, Des 2020

84

Sumber : Olahan sendiri

Gambar 2 Penerimaan Risiko

Sumber : Olahan sendiri

Gambar 3 Distribusi penerimaan risiko

bedasarkan sumber risiko

Mitigasi Risiko

Mitigasi risiko (risk mitigation) dilakukan setelah

diperoleh risiko yang memberikan dampak besar

terhadap suatu aktivitas (Major Risk). Mitigasi

risiko dapat dilakukan dengan menahan risiko

(retention risk), mengurangi risiko (reduction risk),

memindahkan risiko (risk transfer) dan

menghindari risiko ( risk avoidance).

Kepemilikan Risiko

Adapun hasil alokasi risiko Unacceptable dan

Undesirable dilihat pada Gambar 3 dibawah ini:

Sumber : Olahan sendiri Gambar 4 Kepemilikan Risiko

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil brainstorming, interview, delphi

technique dan dengan cara studi literatur didapat 45

risiko yang teridentifikasi pada pelaksanaan proyek

pembangunan jalan tol Serpong – Cinere dan

setelah dievaluasi oleh pakar ada 4 risiko yang harus

dihilangkan karena kurang relevan atau frekuensi

kejadiannya sangat kecil, sehingga total ada 40

risiko yang teridentifikasi dan diterima oleh para

pakar. Dan sumber risiko yang terbesar nilai

prosentasinya yaitu bersumber dari Politik, Alami,

Proyek, Teknis dan Manusia, yang masing-masing

sebesar 12,50%.

2. Dari hasil penerimaan risiko yang terjadi pada

pelaksanaan pembangunan jalan tol Serpong –

Cinere tersebut didapatkan sebagai berikut :

Tabel 4 Penerimaan Risiko Penerimaan

Risiko

Jmh % Faktor

Dominan

Unacceptable 3 8% 29

Undesirable 26 65%

Acceptable 4 10%

Negligible 7 17%

Jumlah 40 100%

Sumber : Olahan sendiri

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

29 risiko (72,50%) dari 40 risiko masuk dalam

kategori risiko dominan, risiko dominan tersebut

berpotensi akan menghambat suatu pekerjaan baik

dari segi waktu, biaya dan mutu apabila tidak segera

diantisipasi.

3. Respon Risiko

Dari 29 risiko dominan (major risk) terdapat 15

risiko yang mempunya dampak yang cukup

signifikan terhadap waktu dan biaya, dan dari 15

risiko tersebut ada 2 kategori risiko yang menurut

peneliti membutuhkan waktu penyelesaian yang

8%

65%

10%18%

0%

0%

0%

0%

0%

5%

3%

0%

0%

8%

8%

10

%

8%

5%

5%

8%

8%

8%

3%

3%

0%

0%

0%

3%

3%

0%

0%

3%

0%

0%

3%

8%

0%

0%

5%

0%

Unacceptable Undisirable

Acceptable Negligible

31.25%

59.38%

9.38%

Owner Kontraktor Konsultan

Page 6: PENGELOLAAN RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL SERPONG CINERE

Pengelolaan Resiko Pembangunan Jalan Tol Serpong - Cinere CESD Vol 03, No.02, Des 2020

85

cukup lama dan harus segera mendapat respon yang

cepat, yaitu risiko yang berkaitan dengan

pembebasan lahan dan resiko yang berkaitan

dengan desain

4. Kepemilikan Risiko

Kepemilikan risiko dengan risiko dominan pada

proyek pembangunan jalan tol Serpong – Cinere

tersebut yang terbesar dimiliki oleh Kontraktor

dengan prosentase risiko sebesar 59,38%, diikuti

oleh Owner sebesar 31,25% dan Konsultan sebesar

9,38%.

Daftar Pustaka

A Guide to the Project Management Body of

Knowledge (PMBOK® Guide –2017

Edition.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu

Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI .

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Astiti, N (2014). Analisis Risiko Pelaksanaan

Pembangunan Jalan Tol Benoa-Bandara-

Nusa Dua. Jurnal Spektran Vol.3 No.2 , 84-

89.

Flanagan, R., & Norman, G. (1993). Risk

Management and Construction. Cambridge:

University Press. Godfrey, P., Halcrow, W.

S., & Partners, L. (1996). Control of Risk A

Guide to Systematic Management of Risk

from Construction. Westminster, London:

Construction Industry Research and

Information Association (CIRIA).

Harahap, K., Nurcahyo, B. C., & Putri, E. Y. (2010).

Analisa Risiko pada Proyek Pembangunan

Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa,

Bali. Jurnal Teknik Sipil FTSP ITS , 1-7.

Kerzner, H. (1995). Project Management A System

Approach to Planning Scheduling and

Controlling (Fifth Edition). New York: Van

Nostrand

Reinhold. Khan, M. (2013). Risk Factors in Toll

Road Life Cycle Analysis. Transportmetrica

A: Transport Science, Vol.9, No.5, 408-428.

Labombang, M. (2011). Manajemen Risiko pada

Proyek Konstruksi. Jurnal SMARTek Vol.9

No.1 , 39-46.

Lokobal, A., & Marthin, D. (2014). Manajemen

Risiko pada Perusahaan Jasa Pelaksana

Konstruksi di Propinsi Papua. Jurnal Ilmiah

Media Engineering

Vol.4 No.2, 109-118. Mulcahy, R. (2010). Risk

Management Tricks of the Trade for Project

Managers (Second Edition). Chicago: RMC

Publications Inc.

Nurdiana, A. (2011, Feb 20). Aplikasi Manajemen

Risiko dari Persepsi Para Stakeholders

(Studi Kasus Proyek Pembangunan Jalan

Tol Semarang-Solo

Seksi I Ruas Tembalang-Gedawang). Retrieved

from eprints.undip.ac.id: eprints.undip.ac.id

Nurlela, & Suprapto, H. (2014). Identifikasi dan

Analisis Manajemen Risiko pada Proyek

Pembangunan Infrastruktur Bangunan

Gedung Bertingkat. Jurnal Desain

Konstruksi Volume 13 No.2 , 114-124.

Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat

Melakukan Analisis Data Penelitian dengan

SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Rouhani, O. M. (2015). Revenue Risk Mitigation

Options for Toll Roads. MPRA Journal, 1-

14.

Sandhyavitri, A., & Zulfikar, M. (2014). Analisis

Risiko Pembangunan Jalan Tol pada Tahap

Konstruksi (Studi Kasus Jalan Tol

Pekanbaru-Dumai). Jurnal Teknik Sipil

Vol.10 No.1 , 1-16.

Santoso (2017). Analisis Manajemen Risiko Pada

Proyek Pembangunan Jalan Tol Ngawi –

Kertosono. Jurnal Teknik Sipil Universitas

Muhammadiayah Surakarta.

Saputra, I. (2005). Analisis Risiko pada

Pembangunan Pusat Pemerintahan

Kabupaten Bandung (Tesis). Denpasar:

Universitas Udayana.

Setiawan, A., Walujodjati, E., & Farida, I. (2014).

Analisis Manajemen Risiko pada Proyek

Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu (Studi

Kasus: Development of Cileumyi -

Sumedang Dawuan Toll Road Phase I).

Jurnal Konstruksi STT Garut Vol 11 No.1 ,

1-11.

Thompson, P., & Perry, J. (1991). Engineering

Construction Risk. London: Thomas Telford

Ltd.

Wideman, M. R. (1992). Project and Program Risk

Management: A Guide to Managing Project

Risks and Opportunities (PMBOK

Handbooks). Philadelphia: Project

Management Institute.

William, A. C., Smith, M., & Young, P. C. (1998).

Risk Management and

Insurance. Boston: McGraw Hill. Zuna, H. T.,

Hadiwaryono, S. P., & Rahadian, H. (2015).

Atribut Pelayanan Jalan Tol dalam

Peningkatan Kualitas Berkendara di Jalan

Tol Makassar. Jurnal HPJI Vol.1 No.2 , 115-

126.