Upload
vankiet
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFIUniversitas Gadjah Mada
EditorDjati Mardiatno
Dyah R. HizbaronEstuning T.W. Mei
Fiyya K. ShafaraniFaizal Rachman
Yanuar SulistiyaningrumWidiyana Riasasi
Seminar Nasional ke-2Pengelolaan Pesisir
dan Daerah Aliran Sungai
PROSIDING
Ikatan Geograf Indonesia
MPPDASFakultas Geografi
UGM
Badan InformasiGeospasial
Diselenggarakan oleh
PROSID
ING SEM
INA
R N
ASION
AL K
E-2Pengelolaan Pesisir dan D
aerah Aliran Sungai
ISBN 978-979-8786-61-7
i
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR
DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2
Editor:
Djati Mardiatno
Dyah R. Hizbaron
Estuning T. W. Mei
Fiyya K. Shafarani
Faizal Rachman
Yanuar Sulistiyaningrum
Widiyana Riasasi
BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA, YOGYAKARTA
ii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR DAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2
ISBN: 978-979-8786-61-7
© 2016 Badan Penerbit Fakultas Geografi
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun
mekanis tanpa izin tertulis dari editor. Permohonan perbanyakan dan pencetakan
ulang dapat menghubungi Dyah R. Hizbaron, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 atau melalui email ke semnas-
Hak kekayaan intelektual tiap makalah dalam prosiding ini merupakan milik para
penulis yang tercantum pada tiap makalahnya.
Tanggal terbit:
20 Juli 2016
Dipublikasikan oleh:
Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara, Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Telp:+62 274 649 2340, +62 274 589 595
Email: [email protected]
Website: www.geo.ugm.ac.id
Desain sampul:
Widiyana Riasasi
iii
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai ke-2 dilaksanakan di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tanggal 12 Mei 2016. Seminar ini diselenggarakan oleh Program Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) yang merupakan minat dari Program Studi S2 Geografi. Salah satu tujuan utama seminar ini adalah untuk mendiskusikan perkembangan dan tren penelitian pengelolaan di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai. Sebanyak 70 makalah yang telah direview dari tim editor ditampilkan dalam prosiding ini. Tema dari prosiding ini dibagi menjadi tiga, antara lain 1. Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran
sungai 2. Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai 3. Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam
pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
Hasil dari seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kepadu-padanan pengelolaan pesisir dan DAS yang meliputi aspek fisik, lingkungan, regulasi, tata ruang, pemanfaatan ruang dan sumber daya. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat untuk acuan peneliti maupun praktisi pada bidang yang terkait. Terima Kasih Ketua Panitia Kegiatan Prof. Dr. rer.nat. Muh Aris Marfai, M.Sc.
iv
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iv
Pembicara Utama
PERAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL DALAM PENGELOLAAN PESISIR DAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI ................................................................................................................. 1
PERAN DAN FUNGSI EKOSISTEM BENTANGLAHAN KEPESISIRAN DALAM
PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ........................................................ 11
TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI ................................................................................................................................. 18
HOLOCENE SEA-LEVEL VARIABILITY IN INDONESIA .............................................................. 51
Tema 1: Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran
sungai
PEMANFAATAN METODE GALDIT DALAM PENENTUAN KERENTANAN AIRTANAH
TERHADAP INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR KOTA CILACAP .................................................... 58
IDENTIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN PURWARUPA ARDUINO UNTUK
MONITORING SAMPEL AIR OTOMATIS ........................................................................................ 68
PENDUGAAN KEBERADAAN AIRTANAH ASIN DI SEBAGIAN KABUPATEN
BANJARNEGARA, JAWA TENGAH .................................................................................................. 79
ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DENGAN AIRTANAH DI DAERAH
ALIRAN SUNGAI KAYANGAN KABUPATEN KULONPROGO .................................................... 86
UJI AKURASI APLIKASI ELECTROMAGNETIC VERY LOW FREQUENCY (EM VLF) UNTUK
ANALISIS POTENSI AIRTANAH DI PULAU SANGAT KECIL ...................................................... 96
KAJIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI BEBERAPA SUB DAS DENGAN FORMASI GEOLOGI
PEGUNUNGAN SELATAN(Studi di Sub DAS Keduang, Temon, Wuryantoro, dan Alang) ............ 106
RESPON HIDROLOGI SEBAGAI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI KAWASAN DANAU
KASKADE MAHAKAM..................................................................................................................... 117
EMBUNG SEBAGAI SARANA PENYEDIAAN AIR BAKU DI PESISIR TARAKAN TIMUR .... 129
ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL B-VALUE SEBAGAI IDENTIFIKASI POTENSI
GEMPABUMI TSUNAMI DI PULAU JAWA ................................................................................... 140
ANCAMAN BAHAYA PENGUATAN REFRAKSI GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT JEBAKAN
STRUKTUR GEOMETRI TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK DESA
RAWA MAKMUR KOTA BENGKULU ............................................................................................ 148
BAHAYA PENGUATAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT CEKUNGAN TELUK SUNGAI
SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK KELURAHAN PASAR BENGKULU DAN PONDOK
BESI, KOTA BENGKULU ................................................................................................................. 159
FENOMENA BANJIR BANDANG DAN PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH ............. 167
KONSEP TATA RUANG UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN PARIWISATA TERPADU DI
WILAYAH PESISIR PULAU BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH ............................... 177
ANALISIS MULTI KRITERIA UNTUK ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN
MALANG BAGIAN SELATAN ......................................................................................................... 187
ZONASI EKOSISTEM ZONA NERITIK UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN
BERKELANJUTAN DI PULAU KECIL STUDI KASUS PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU 199
v
EFEKTIVITAS CEMARA LAUT DALAM RANGKA PENCEGAHAN EROSI ANGIN DI PANTAI
KEBUMEN .......................................................................................................................................... 204
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI DI RESERVAT
BATU BUMBUN DAS MAHAKAM ................................................................................................. 212
INDIKATOR KEANEKARAGAMAN HAYATI DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN DAS
BERKELANJUTAN (Studi Kasus Daya Dukung Lingkungan Pemanfaatan Alur Sungai Kedang
Kepala untuk Transportasi Tongkang Batubara) .................................................................................. 223
ANALISIS KETERKAITAN EKOSISTEM DI SUNGAI CODE PENGGAL JETISHARJO,
YOGYAKARTA .................................................................................................................................. 233
PERAMALAN LUAS HUTAN PENUTUP LAHAN PADA KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI
INDONESIA TAHUN 2015 ................................................................................................................ 242
INVESTASI DAERAH DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK
KETANGGUHAN (Tingkat Kesiapan Pembangunan Sosial di Wilayah Pesisir Kulonprogo) ........... 251
PEMETAAN GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BLUKAR, JAWA TENGAH
.............................................................................................................................................................. 263
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG BERBASIS UPAYA PENCEGAHAN BENCANA
KEKERINGAN DI KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BINANGA LUMBUA
KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN ................................................... 270
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KEPULAUAN TANAH KEKE KECAMATAN
MAPAKASUNGGU KABUPATEN TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN .................... 280
PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR UNTUK PENENTUAN LOKASI
PERMUKIMAN DI KECAMATAN PANDAWAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
KALIMANTAN SELATAN ................................................................................................................ 290
EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH
SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN LIMPASAN DI SUB DAS NGALE .................................... 299
ANALISIS POLA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN NILAI KOEFISIEN LIMPASAN
DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDUKUNG
PROGRAM PEMULIHAN DAS MENTAYA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ................... 309
MONITORING PERUBAHAN MORFOLOGI HULU SUNGAI SENOWO TAHUN 2012-2014
DENGAN PEMANFAATAN DATA LiDAR DAN UAV .................................................................. 323
KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA PINGGIR SUNGAI/PARIT DI
KECAMATAN TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ............................................... 330
Tema 2: Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
VARIASI BULANAN DAERAH PREDIKSI PENANGKAPAN IKAN DI WILAYAH
PENGELOLAAN PERIKANAN RI 711 ............................................................................................. 338
STRATEGI PEMETAAN DAERAH PASANG SURUT DENGAN CITRA SATELIT YANG
DIREKAM PADA PASUT EKSTRIM ................................................................................................ 347
ANALISIS LINGKUNGAN GIANT SEA WALL DI TELUK JAKARTA BERDASARKAN
PENDEKATAN SPASIAL .................................................................................................................. 355
KAJIAN ANALISA PENGARUH PERUBAHAN LAHAN TERHADAP LUAS DAN
KEDALAMAN GENANGAN DI SUB DAS BANG MALANG DENGAN PEMODELAN HEC
GEORAS .............................................................................................................................................. 367
PEMANFAATAN TEKNOLOGI SINGLEBEAM ECHOSOUNDER (SBES) DAN SIDE SCAN
SONAR (SSS) UNTUK PEMETAAN KEDALAMAN PERAIRAN ................................................. 380
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH KAWASAN SAGARA
ANAKAN, KABUPATEN CILACAP BERDASARKAN PENDEKATAN ANALISIS LANDSKAP
.............................................................................................................................................................. 386
vi
PENGELOLAAN KAWASAN KARST MELALUI PENDEKATAN KARAKTER BIOFISIK (Studi
di Sub DAS Alang Kabupaten Wonogiri) ............................................................................................ 397
ANALISIS KEMAMPUANLAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PENTUNG,
KECAMATANPATUK, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ................... 408
MITIGASI BENCANA GERAKAN TANAH PADA DAS SERAYU HULU, BANJARNEGARA . 421
PENYUSUNAN BASIS DATA PETA DESA UNTUK OPTIMALISASI PERKEMBANGAN
WILAYAH KEPESISIRAN: STUDI KASUS DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK
KABUPATEN BANTUL ..................................................................................................................... 433
ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL
RUPABUMI INDONESIA .................................................................................................................. 444
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP LINGKUNGAN ATMOSFER DAN PANTAI DI
WILAYAH PESISIR PAMEUNGPEUK GARUT .............................................................................. 454
Tema 3: Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam
pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA YOGYAKARTA
TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (Kasus di Bantaran Sungai Code) 464
URGENSI KONSERVASI PASIR VULKAN DI PESISIR SELATAN DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA .................................................................................................................................. 476
LUBUK LARANGAN UJUNG TANJUNG DESA GUGUK: UPAYA PELESTARIAN
LINGKUNGAN DAN SUMBERDAYA PERIKANAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TIPE
TRANSPORTING SYSTEM .................................................................................................................. 487
KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU
KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA
BARAT ................................................................................................................................................ 497
PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL DALAM PEMASANGAN TETENGER ZONA INTI
SEBAGAI UPAYA RESTORASI GUMUK PASIR BARKHAN ....................................................... 507
KLASIFIKASI LIMBAH HASIL BUDIDAYA PEMANFAATAN LAHAN PESISIR DI DESA
PATUTREJO PURWOREJO ............................................................................................................... 519
KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR BESI SEBAGAI UPAYA
OPTIMALISASI SUMBER DAYA ALAM TERBARUKAN DALAM KAITANNYA DENGAN
PENGELOLAAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO ................................................................ 528
WTP UNTUK KONSERVASI AIR DI KAWASAN RESAPAN SLEMAN, YOGYAKARTA ........ 534
PEMANFAATAN DELTA BARITO SEBAGAI LAHAN PERTANIAN RAWA POTENSIAL
DENGAN SISTEM BANJAR .............................................................................................................. 547
ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR PULAU GILI KETAPANG DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISA SWOT ............................................................................................... 557
PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL BERBASIS
MASYARAKAT DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA, MALUKU ....................................... 564
OPTIMALISASI PELESTARIAN EKOWISATA MANGROVE BERBASIS LOCAL WISDOM DI
BEDUL BANYUWANGI .................................................................................................................... 582
PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PANTAI DITINJAU DARI PENDEKATAN
KELINGKUNGAN DI KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR ...................................................... 592
STRATEGI PENGHIDUPAN NELAYAN DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT
DI PANTAI DEPOK ............................................................................................................................ 603
PERAN PARIWISATA UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT WILAYAH KEPESISIRAN
TANJUNGSARI DAN TEPUS, KABUPATEN GUNUNGKIDUL ................................................... 610
vii
DAS SEBAGAI BASIS PENILAIAN MANFAAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG
SUMBERDAYA HUTAN ................................................................................................................... 618
ASPEK MORFOMETRI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI STUDI
KASUS DAS CITANDUY .................................................................................................................. 629
PELUANG DAN TANTANGAN REVITALISASI DAS LIMBOTO, SEBUAH PENDEKATAN
HASIL PROSES ................................................................................................................................... 638
KONFLIK SPASIAL PEMANFAATAN LAHAN
DALAM MANAGEMENT DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU PROVINSI BANTEN ....... 652
KONDISI PEMBANGUNAN DESA-DESA PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .... 661
KONFLIK KEPENTINGAN DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN PESISIR
CANGGU, BALI .................................................................................................................................. 672
PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR
UTARA JAWA (Studi Kasus: Kota Semarang dan Kota Tegal) ......................................................... 689
EFEKTIFITAS TRANSPORTASI AIR ANTAR PULAU DI KABUPATEN KEPULAUAN
MERANTI ............................................................................................................................................ 703
KEHARMONISAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR BERDASARKAN SUDUT PANDANG
LINGKUNGAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI DESA PUTUTREJO, KECAMATAN
GRABAG, KABUPATEN PURWOREJO .......................................................................................... 716
PENGELOLAAN PESISIR SELATAN SEBAGIAN KULON PROGO DAN PURWOREJO
BERDASARKAN KONDISI BANGUNAN FISIK ............................................................................ 725
STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN BERBASIS ANALISIS
SWOT PASKA KEGIATAN TAMBANG PASIR BESI KABUPATEN PURWOREJO, JAWA
TENGAH.............................................................................................................................................. 735
PELAJARAN BERHARGA DARI KEGIATAN TAMBANG PASIR PANTAI DI DESA SELOK
AWAR-AWAR KECAMATAN PASIRIAN - LUMAJANG.............................................................. 746
KAJIAN KOMPARATIF FAKTOR PENYEBAB PERKAWINAN ANAK DI PERKOTAAN DAN
PERDESAAN DI KABUPATEN GROBOGAN (Analisis Survei Pernikahan Dini Tahun 2011) ...... 756
KECENDERUNGAN AKSEPTOR MEMAKAI NON METODE KONTRASEPSI JANGKA
PANJANG DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
.............................................................................................................................................................. 765
159
BAHAYA PENGUATAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT
CEKUNGAN TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI
PENDUDUK KELURAHAN PASAR BENGKULU DAN PONDOK
BESI, KOTA BENGKULU
Budi Harlianto1, Suwarsono1, Supiyati1
1Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu, [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahaya penguatan gelombang tsunami akibat teluk
Sungai Serut yang dapat mengancam sekitar 3.000 jiwa penduduk Desa Pasar Bengkulu dan Pondok
Besi yang berada di ujung teluk dengan ketinggian rata-rata 1,5 sampai 6 meter di atas permukaan laut.
Penelitian ini menggunakan metode pengukuran langsung di lapangan berbagai faktor yang
mempengaruhi penguatan gelombang tsunami, yang meliputi: sudut cekungan, panjang teluk, topografi,
kedalam laut, ketinggian pemukiman, dan faktor peredaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan gelombang tsunami di ujung teluk dan
sekitarnya mencapai 1,5 sampai 2 kali lipat dari ketinggian tsunami di mulut teluk atau mengalami
penguatan antara 150% sampai 200%. Berdasarkan peta ketinggian run up gelombang tsunami yang
dihasilkan, maka ada tiga lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat berkumpul (dengan ketinggian 18-
23 meter dari permukaan laut), seperti; Benteng Malborough, lapangan di jalan M. Kasim, dan sekitar
kampus Universitas Prof. Hazairin Bengkulu.
Kata kunci: Teluk; Tsunami; Sungai Serut; Pasar Bengkulu.
PENDAHULUAN Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang dapat menimbulkan dampak
kerugian bagi manusia, baik kerugian materil bahkan kerugian jiwa terutama daerah yang
berasosiasi dengan morfologi pantai yang berupa teluk. Misalnya beberapa daerah disekitar
pantai Aceh, Pangandaran, Maumere dan sekitarnya didukung dengan keadaan morfologi
yang berupa teluk pernah mengalami kerusakan cukup parah akibat bencana tsunami [4].
Oleh karena itu, wilayah permukiman penduduk yang berada disekitar pantai yang memiliki
morfologi berupa teluk, seperti di Kelurahan Pasar Bengkuku dan Pondok Besi Kota
Bengkulu perlu diberikan penjelasan mengenai besarnya ancaman bencana tsunami dan
sekaligus arahan jalur evakuasi karena daerah pesisir pantai barat Bengkulu termasuk dalam
salah satu wilayah yang berada pada zona rawan tsunami di Indonesia [1].
Bencana tsunami pada umumnya dilatar belakangi oleh kejadian gempa bumi
terutama gempa bumi yang terjadi di laut atau zona subduksi dan memiliki magnetudo gempa
yang cukup besar. Provinsi Bengkulu yang termasuk didalamnya Kota Bengkulu merupakan
salah satu wilayah yang berada di sekitar zona subduksi atau biasanya juga disebut Segmen
Mentawai yang dapat menyebabkan gempa bumi dengan periode waktu perulangan sekitar
175 tahun yang juga diperkirakan berpotensi disertai tsunami. Berdasarkan sejarah
kegempaan disekitar pantai Provinsi Bengkulu pernah terjadi tsunami pada tahun 1833 yang
didahului dengan terjadinya gempa besar di segmen Mentawai tersebut. Setelah peristiwa
160
tersebut terjadi, maka aktivitas gempa dengan pusat gempa di samudera Hindia (zona
subduksi) meningkat tajam sehingga dapat memicu terjadinya tsunami.
Selain magnitudo dan lokasi gempa bumi, tsunami juga dipengaruhi oleh kedalaman
hiposenter dan jarak episenter dengan permukian penduduk atau garis pantai. Gempa bumi
dengan hiposenter yang dangkal dan jarak episenter yang pendek terhadap permukian tentu
lebih berbahaya dibandingkan dengan hiposenter yang dalam dan jarak episenter yang jauh.
Berdasarkan sejarah kegempaan tersebut di atas juga diketahui bahwa jarak episenter gempa
yang pernah disekitar Provinsi Bengkulu tergolong sangat dekat dengan garis pantai, sehingga
jika terjadi tsunami maka diperkirakan waktu yang dibutuhkan gelombang tsunami untuk
menjangkau garis pantai sekitar 15 sampai 30 menit. Tetapi hingga saat ini belum ada alat dan
metode untuk memperkirakan lokasi dan waktu terjadinya gempa bumi secara tepat, sehingga
ada kemungkinan terjadinya sumber tsunami yang lebih dekat dengan garis pantai dan waktu
yang dibutuhkan gelombang maka tsunami untuk menjangkau daratan akan lebih cepat.
Waktu penjalaran gelombang tsunami yang tergolong singkat (15-30 menit) tersebut
diperkirakan tidak mungkin cukup untuk mengevakuasi masyarakat menuju tempat-tempat
yang aman jika tempat-tempat yang memiliki ketinggian >10 meter cukup jauh dari tempat
tinggal mereka. Oleh karena itu perlu diberikan penjelasan mengenai tempat evakuasi yang
realistis dan mudah dijangkau, seperti bukit kecil, tanggul, pohon besar, rumah bertingkat,
hutan yang lebat dan potensi lokal lain yang memungkinkan. Hingga saat ini penjelasan atau
informasi tentang tempat evakuasi yang realistis dan mudah dijangkau tersebut belum banyak
dilakukan, sehingga upaya untuk mewujudkan desa siaga bencana tsunami yang mandiri
masih mengalami stagnasi [5].
Energi gelombang tsunami dan jangkauan run-up genangan air ke daratan tidak hanya
ditentukan oleh magnitudo, kedalaman hiposenter, dan jarak episenter gempa bumi dengan
garis pantai tetapi juga dipengaruhi oleh bentuk morfologi pantai yang berupa teluk. Hal
tersebut ditunjukan oleh beberapa fakta bahwa walaupun lokasi sumber tsunaminya sama
tetapi menyebabkan tingkat kerusakan dan jangkauan run-up gelombang tsunami yang
berbeda-beda, dimana wilayah yang mengalami tingkat kerusakan yang parah terjadi pada
wilayah yang berada disekitar teluk dan yang mengalami tingkat kerusakan paling parah
terjadi pada wilayan yang berada disekitar teluk yang juga terdapat muara sungai.
Morfologi pantai disekitar Kelurahan Pasar Bengkulu dan Pondok Besi berupa teluk
yang juga terdapat muara Sungai Serut. Sehingga ke dua keluraha tersebut memiliki
kerentanan yang tinggi terhadap bencana tsunami karena bentuk morfologi pantainya dapat
menyebabkan penguatan gelombang tsunami akibat jebakan cekungan berupa teluk dan uara
Sungai Serut. Ke dua kelurahan tersebut merupakan permukiman padat penduduk, dan
terdapat beberapa fasilitas sosial seperti pasar Barokuto dan tempat wisata Pantai Tapak
Paderi, serta beberapa bangunan pemerintas seperti Mess Pemda Provinsi Bengkulu. Hal ini
sangat penting untuk dilakukan upaya mitigasi bencana tsunami terhadap penduduk di kedua
kelurahan tersebut yang mencapai 1.850 jiwa [2]. Oleh karena itu kewaspadaan penduduk di
desa-desa yang terletak di teluk seharusnya lebih tinggi dan melakukan mitigasi yang intensif,
pemerintah juga seharusnya memberikan perhatian khusus terhadap wilayah-wilyah tersebut.
Salah satu indikator kesiapsiagaan suatu daerah terhadap bencana tsunami adalah tersedianya
peta jalur evakuasi yang dilengkapi dengan rambu-rambu petunjuk arah menuju tempat yang
aman atau tempat berkumpul sementara. Syarat jalur evakuasi dan rambu-rambu tersebut
harus mudah dikenali dan jelas terlihat.
Gelombang tsunami yang masuk ke teluk yang menyempit akan mengalami:
perubahan panjang dan tinggi gelombang, refraksi, difraksi dan refleksi [6]. Amplifikasi
energi dan ketinggian tsunami di teluk ini telah terbukti di beberapa tempat seperti, tsunami di
Aceh tahun 2004, tsunami di teluk Thailand tahun 2004, tsunami di Flores tahun 1992, pantai
Pangandaran di pantai selatan Jawa tahun 2010, dan tsunami di Jepang tahun 2011. Pantai
Pulau Flores di sebelah selatan pulau Babi berbentuk cekungan bagaikan parabola yang
memperbesar efek refleksi, sehingga member efek kerusakan lebih besar dibanding di daerah
utara yang langsung berhadapan dengan tsunami [7].
161
Gambar 1. Kondisi Teluk Sungai Serut Rawa Makmur Kota Bengkulu 2015
Berdasarkan gambar (1) terlihat bahwa bentuk teluk Sungai Serut di sekitar Kelurahan
Pasar Bengkulu dan Pondok Besi memiliki pola parabola, sehingga untuk menghitung
ketinggian gelombang tsunami akibat teluk akan digunakan persamaan persamaan
menurut [3], yang dituliskan:
dengan : h(x) = tinggi tsunami di suatu titik/titik pengamatan (m)
ho = tinggi tsunami mula-mula (m)
x = jarak/spasi pengamatan yang diinginkan (m)
L = panjang teluk (m)
Gambar 2. Model penguatan gelombang tsunami di teluk
METODE
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pasar Bengkulu dan Pondok dengan
menggunakan metode observasi dan survei langsung ke lapangan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan data kependudukan atau data statistik dan kondisi geografis wilayah yang
akan diteliti.
2. Mengumpulkan hasil-hasil penelitian dan teori yang berkaitan dengan judul penelitian
yang akan dilaksanakan sebagai referensi.
162
3. Menyiapkan peta topografi, geologi dan tutupan lahan Kelurahan Pasar Bengkulu dan
Pondok Besi dan sekitarnya.
4. Membuat (mendigitasi) peta lokasi penelitian dengan menggunakan ArcGis versi 9.3.
5. Membuat grid pada peta lokasi penelitian untuk menentukan titik pengukuran ketinggian
tempat dari permukaan laut.
6. Menyiapkan tim untuk melakukan survei ke lokasi penelitian.
7. Mengamati dan mencatat potensi lokal yang ada di Kelurahan Pasar Bengkulu dan
Pondok Besi untuk keperluan jalur evakuasi dan mitigasi. Beberapa hal yang diamati dan
dicatat untuk evakuasi antara lain:
a. Mengukur ketinggian setiap titik yang sudah ditentukan sebelumnya dengan
menggunakan Global Position System (GPS).
b. Tempat-tempat yang memiliki ketinggian >10 meter di atas permukaan air laut di
sekitar pemukiman penduduk.
c. Kondisi jaringan jalan, sungai dan jembatan serta kepadatan bangunan di pemukiman
penduduk.
d. Memetakan jalur jalan evakuasi menuju tempat tinggi, jauh dari pantai dan aman baik
evakuasi secara horisontal maupun evakuasi secara vertikal.
e. Gedung/bangunan yang layak untuk penampungan sementara (sekolah, masjid/gereja
atau tempat ibadah lainnya, balai desa, dan lain-lain).
f. Penghitungan perkiraan ketinggian run-up landaan tsunami dengan menggunakan
persamaan 1.
g. Hasil perhitungan ketinggian run-up landaan tsunami dianalisis dengan
mempertimbangkan kondisi hutan (vegetasi), geometri sungai, morfologi garis pantai
dan muara sungai, dan geologi permukaan di sekitar lokasi penelitian.
h. Membuat peta kontur ketinggian run-up landaan tsunami dengan menggunakan surfer
versi 12.
i. Membuat peta jalur evakuasi desa (digitasi, editing, ploting), berdasarkan informasi
semua pengamatan penting di lapangan secara proporsional kemudian digambarkan
pada peta. Peta tetap harus ditampilkan sederhana, menarik dan informatif.
j. Mengoverlay peta dasar lokasi penelitian dengan peta kontur ketinggian run-up
landaan tsunami dengan menggunakan ArcGis versi 9.3.
8. Membuat rekomendasi segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mewujudkan desa
siaga bencana mandiri yang dituangkan dalam buku ”pedoman/panduan mitigasi bencana
tsunami berbasis keunggulan potensi lokal desa menuju desa siaga bencana mandiri”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan persamaan 1 serta model penguatan tsunami di teluk seperti ditunjukkan Gambar
2. Penguatan gelombang tsunami akibat jebakan teluk Sungai Serut diperkirakan mencapai 30
meter yang diperlihatkan dengan warna merah, sebagai acuan awal ketinggian tsunami di
tengah laut sebelum masuk area teluk di asumsikan 10 meter. Hasil pengolahan data landaan
tsunami di daratan (run up) menunjukan bahwa, secara umum beberapa tempat di bagian
Barat Kelurahan Pasar Bengkulu dan Pondok Besi mengalami landaan tsunami yang sangat
parah yang ditunjukan dengan warna merah pada Gambar 4. Tempat-tempat tersebut meliputi:
Jl. Dr Panjaitan, Jl. Pasar Barukoto, Jl. Berlian, Jl. Ayani, Jl. Indra Cahaya, dan sebagian di Jl.
Abu Hanifah, sehingga perlu dirancang jalur evakuasi untuk menuju tempat yang aman,
tempat-tempat yang aman tersebut ditunjukkan dengan warna biru pada Gambar 4.
163
Gambar 4. Peta ketinggian run-up/landaan tsunami di Kelurahan Pasar Bengkulu dan Pondok Besi
Berikut ini uraian jalur evakuasi dari tempat-tempat yang mengalami landaan tsunami yang parah
menuju tempat aman yang direkomendasikan yang didukung dari hasil kajian kearifan lokal yang ada
di sekitar permukiman penduduk dalam Kelurahan Pasar Bengkulu dan Pondok Besi.
Gambar 5. Jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan menuju Jl. Arrau
Gambar 5 menunjukan jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan dan Jl. Berlian menuju
tempat yang aman yakni sekitar Jl. Arrau dan Jl. Pari. Tempat aman yang
direkomendasikan tersebut memiliki ketinggian 18 meter dari permukaan laut dan
berjarak 737 meter.
164
Gambar 6. Jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan menuju Jl. Rejamat
Gambar 6 menunjukan jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan, Jl. Pasar Barukoto, Jl. A. Yani,
dan Jl. Indra Cahaya menuju tempat yang aman yakni sekitar Jl. Rejamat dan Jl. M. Hasan.
Tempat aman yang direkomendasikan tersebut memiliki ketinggian 18 meter dari permukaan
laut dan berjarak 800 meter.
Gambar 7. Jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan dan Pasar Barukoto menuju Jl. Iskandar Baksir
Gambar 7 menunjukan jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan, Jl. Pasar Barukoto, Jl. A. Yani, Jl.
Indra Cahaya, dan Jl. Kerapu menuju tempat yang aman yakni sekitar Jl. Jend. Sudirman, Jl.
Iskandar Baksir dan Jl. Letkol Santosa. Tempat aman yang direkomendasikan tersebut
165
memiliki ketinggian 18 meter dari permukaan laut dan berjarak 995 meter serta di sekitar Jl.
Jend. Sudirman terdapat kampus Universitas Hazairin.
Gambar 8. Jalur evakuasi dari Jl. Abu Hanifah menuju Jl. Berniat atau Jl. Benteng Malborough
Gambar 8 menunjukan jalur evakuasi dari Jl. Abu Hanifah menuju tempat yang aman yakni
sekitar Jl. Berniat dan Jl. Benteng Malbrough. Tempat aman yang direkomendasikan tersebut
memiliki ketinggian 23 meter dari permukaan laut dan berjarak 737 meter.
Gambar 9. Jalur evakuasi dari jalan Abu Hanifah menuju jalan Kasim Nasir
166
Gambar 9 menunjukan jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan dan Jl. Abu Hanifah menuju
tempat yang aman yakni sekitar Jl. Kasim Nasir. Tempat aman yang direkomendasikan
tersebut memiliki ketinggian 18 meter dari permukaan laut dan berjarak 1,05 meter.
Kondisi jalan yang digunakan untuk jalur evakuasi tersebut pada umumnya tergolong
jalan lokal sehingga akan lebih baik jika jalan evakuasi tersebut dapat di lebarkan menjadi 6
sampai 8 meter. Jalan yang lebar akan sangat ideal untuk meningkatkan aksessibilitas
masyarakat untuk mencapai tempat yang aman. Untuk masa yang akan datang perlu
direncanakan upaya pelebaran jalan terutama Jl. Dr. Panjaitan, Jl. Abu Hanifah, dan Jl. Kasim
Nasir karena saat ini lebar jalan tersebut masih 4 meter. Serta perlu dibuat jalan pintas dari Jl.
Abu Hanifah menuju Jl. Benteng Malborough yang memiliki ketinggian 23 meter dari
permukaan laut.
Sebagian jalan sudah lurus sehingga lebih mudah untuk diakses, seperti dari Jl. Dr.
Panjaitan menuju Jl. Arrau dan Jl. Pari. Kemudian Jl. Rejamat dan Jl. M. Husin. Namun
sebagian jalan masih membelok dan banyak gang buntu, sehingga perlu dilakukan pelurusan
dan penyambungan jalan. Selain itu perlu juga dibuat jalur akses menuju tempat-tempat
sosial, seperti sekolah, masjid, gereja atau sarana yang lainnya.
KESIMPULAN
Hasil penelitian memperkirakan penguatan ketinggian ujung teluk dan sekitarnya
mencapai 1,5 – 2 kali lipat dari ketinggian tsunami sebelum masuk cekungan atau mengalami
penguatan antara 50 % sampai 200%. Ditemukan ada 5 (lima) jalur evakuasi tsunami
mengarah ke timur dan selatan. Tempat-tempat evakuasi yang aman, meliputi: Jl. Arrau, Jl.
Pari, Jl. Rejamat, Jl. M. Hasan, Jl. Iskandar Baksir, Jl. Letkol Santoso, dan Jl. Kasim Nasir.
UCAPAN TERIMAKASIH (Acknowledgement)
Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang didanai oleh Sumber APBN Kemenrstek
Dikti melalui skema Hibah Bersaing tahun anggaran 2016. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan Kemenristek Dikti dan Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Bengkulu, serta semua pihak yang telah membantu
sehingga penelitian datap terlaksana dengan baik.
REFERENSI
[1] Badan Geologi, 2007: Tanggapan Bencana, (www.pdat.co.id)., Jakarta.
[2] Badan Pusat Statistik, 2013: Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu Tahun 2013, BPS Kota
Bengkulu, Bengkulu.
[3] Dean R.G. dan Dalrymple R, 2000. Water Wave Mechanics For Engineers and Scientist.
Advanced Series On Ocean Eingineering – Volume 2.World Scientific. Singapore.
[4] Permana H., 2007: Pedoman pembuatan Peta Jalur Evakuasi Bencana Tsunami, Kementerian
RISTEK.
[5] Purwanto H. S. dkk. 2008: Mewaspadai morfologi teluk sebagai zona bahaya tsunami, Jurnal
Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008.
[6] Triatmadja R., 2010: Tsunami Kejadian, Penjalaran, Daya Rusak dan Mitigasinya, Gadjah
Mada University Press
[7] USC, 2010: Flores Indonesia Tsunami Picture,
http://www.usc.edu/dept/tsunamis/indonesia/flores.