26.Batubara Proseding Mangole

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    1/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI I.26

    PENYELIDIKAN BATU BARA DI DAERAH MANGOLE DAN SEKITARNYA KABU-

    PATEN KEPULAUAN SULA,MALUKU UTARA

    Oleh :

    Untung Triono *

    Mulyana**

    *KPP Energi Fosil

    ** Laboratorium Fisika Mineral

    SARI

    ” Formasi pembawa batubara di Kepulauan ini adalah Formasi Bobong yang berumur Yura, batubaratersebar di Kepulauan Sulabesi dan Kep.Taliabu, kualitas batubara di kedua lokasi adalah sebagaiberikut Untuk conto SN -01 batubara di kepulauan Sulabesi didapatkan hasil analisa kimia adalah Free

     Moisture (ar). 19,52 %, Total moisture (ar). 27,16%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture(adb).9,49%. Volatile Matter (adb). 41,97%. Fixed Carbon (adb).37,62%. Ash (adb) 10,92 %. TotalSulphur (adb). 3,10 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 5523 cal/gr.

    Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui kandungan Karbon (daf) 71,73 %, Hydrogen (daf) 3,88 %.Nitrogen (daf) 1.07 %, sulfur (daf) 3,90% dan Oxigen (daf), 19,42 %.

    Conto ini di ambil dari singkapan tunggal di P.Sulabesi yang mempunyai ketebalan 30 cm, batubarahitam berkilat, keras, concoidal yang tersingkap pada tebing yang mengalami ke longsoran, top danbottom lapisan ini berupa batulempung abu-abu, masive kompak dan berlapis.

    Conto no 2. pada lokasi TA-01 A, adalah Free Moisture (ar). 5,20 %, Total moisture (ar). 7,47%. Untukanalisa proksimat yang meliputi Moisture (adb).2,50%. Volatile Matter (adb). 49,62%. Fixed Carbon(adb).31,50%. Ash (adb) 16,38 %. Total Sulphur (adb). 8,01 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar6580 cal/gr. Conto ini di ambil di daerah batubulan dipinggir sungai dan merupakan lapisan atas dari

    batubara yang tersingkap, ketebalan 3 m, lapisan ini di apit oleh batulempung abu-abu.Conto no.3. diambil dari lokasi yang sama dengan lokasi di atas dan merupakan lapisan bagian bawah

     yang terendam oleh air, ketebalan terukur 1 m karena bottom lapisan tidak bisa di ketahui karenaterendam air. Hasil analisa adalah sebagai berikut,

    Untuk conto TA -01B batubara di kepulauan Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah Free Moisture (ar). 4,78 %, Total moisture (ar). 7,38%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture(adb).2,73%. Volatile Matter (adb). 50,31%. Fixed Carbon (adb).34,08%. Ash (adb) 12,88 %. TotalSulphur (adb). 3,78 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 6919 cal/gr. Sumberdaya batubara

    1.350.878,75 ton” 

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    2/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Pusat Sumberdaya Geologi merupakan salah

    satu Pusat yang bernaung di bawah Badan

    Geologi, salah satu tugas pokok dan fungsinya

    adalah melaksanakan kegiatan penyelidikan

    batubara, dimana hal ini dilaksanakan dalam

    rangka mendukung program pemerintah untuk

    mencari wilayah yang bisa dijadikan sebagai

    wilayah pencadangan nasional untuk komoditiEnergi .

    Penyelidikan yang dilaksanakan melalui pen-

    danaan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

    (DIPA) tahun anggaran 2011, yaitu melaksana-

    kan penyelidikan batubara di daerah kepulauan

    Taliabu dan kepulauan Sulabesi yang dikenal

    sebagai daerah Mangole Kabupaten Kepulauan

    Sula, Provinsi Maluku Utara.

    Penyelidikan ini diharapkan bisa memberi-

    kan data tambahan pada data base batubara

    nasional, sehingga data potensi batubara

    nasional menjadi semakin lengkap.

    1.2 Maksud dan Tujuan.

    Maksud penyelidikan ini adalah untuk meng-etahui pola sebaran serta ketebalan endapan

    batubara di lokasi penyelidikan, dalam rangka

    penyiapan wilayah pencadangan nasional.

    Tujuannya adalah untuk penyediaan data

    potensi sumberdaya batubara bagi pemerin-

    tah sebagai salah satu upaya konservasi energi

    yang diperlukan untuk menjaga dan memeli-

    hara pasokan energi di masa yang akan datang

    1.3.Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah

    Penyelidikan

    Daerah yang diselidiki terdiri dari 2 (dus) lokasi,

    secara administrasi lokasi penyelidikan meru-

    pakan wilayah kabupaten Kepulauan Sula,

    provinsi Maluku Utara dan secara Geografis

    lokasi pertama tercakup dalam koordinat 2˚ 00΄

    00˝ – 02˚ 30΄ 00˝ LS – 120˚ 50΄ 00˝ – 120˚ 70΄

    00˝ BT. meliputi kepulauan Sula Besi, sedan-

    gkan lokasi ke dua yang terletak di kepulauan

    Taliabu tercakup dalam koordinat 125˚ 25΄ 00˝– 124˚ 40΄ 00˝ BT – 1˚ 37΄ 00 ˝– 1˚ 45΄ 00˝ LS.

    Untuk mencapai lokasi penyelidikan dapat

    di lakukan dengan dua cara, antara lain, dari

    Jakarta – Ternate dilanjutkan ke Sanana melalui

     jalur laut, dengan waktu tempuh satu malam ke

    Sanana, atau dari Jakarta – Ternate, dilanjutkan

    ke Tikong dengan jalan laut melalui Falabisa-

    haya , dengan waktu tempuh dua malam.

     1.4.Keadaan Lingkungan.

    Berdasarkan data yang di kutip dari web site

    Pemda Kabupaten Sula , luas wilayah kabu-

    paten Sula Kepulauan 24.082,30 km2, dengan

     jumlah penduduk 124.784 jiwa yanag tersebar

    dalam enam kecamatan dan 82 desa. Potensi

    ekonomi daerah ini di dukung oleh berba-

    gai sektor, seperti pertanian, perkebunan,kehutanan, perikanan, kelautan, pertamban-

    gan , industri dan pariwisata.Sebagian besar

    wilayah Maluku Utara bergunung-gunung dan

    berbukit-bukit yang terdiri dari pulau-pulau

    vulkanis dan pulau karang, sedangkan seba-

    gian lainnya merupakan dataran. Penduduk

    yang mendiami pulau-pulau Sulabesi, P.Taliabu

    dan Mangole mayoritas adalah pendatang dari

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    3/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    Sulawesi Selatan, P.Buton dan pulau-pulau

    kecil sekitarnya, juga berbagai suku dari Jawa

    dan Sumatera dan suku-suku lain yang meru-pakan pendatang yang bekerja sebagai Pegawai

    Negeri maupun swasta pada perusahaan yang

    ada di wilayah ini. Fasilitas kesehatan di pulau-

    pulau ini cukup memadai, dimana di tiap

    Kecamatan sudah tersedia layanan kesehatan

    oleh Puskesmas dan Bidan desa, sedangkan

    Fasilitas pendidikan sudahcukup maju, dimana

    di ibu kota kabupaten Sanana sudah ada

    sekolah dengan tingkatan Universitas, sekolahmenengah umum dan Kejuruan.

    Pada daerah inventarisasi sebagian besar pen-

    duduk asli memeluk agama Islam sedangkan

    agama lain seperti Kristen dan Katolik di anut

    oleh para pendatang dari luar pulau.

    Wilayah Maluku Utara dipengaruhi oleh iklim

    laut tropis dan iklim musim. Oleh karena itu

    iklimnya sangat dipengaruhi oleh lautan dan

    bervariasi antara tiap bagian wilayah yaitu iklim

    Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Halma-

    hera Barat, Halmahera Selatan dan Kepulauan

    Sula. Iklim didaerah Kepulauan Sula; terdiri

    atas dua musim, musim Utara pada bulan Okto-

    ber-Maret diselingi angin Barat dan pancaroba

    pada bulan April dan musim Selatan pada bulan

    April-September, diselingi angin Timur dan

    pancaroba pada bulan September.

    Sedangkan jenis curah hujan di deaerah Maluku

    Utara adalah sebagai berikut:

    1. Curah hujan antara 1000 mm - 2000 mm,

    meliputi pulau Tobelo, pulau Mangote,

    pulau Sulabesi, pulau Obi dan sekitarnya,

    pulau Bacan dan sekitamya, pulau Halma-

    hera bagian Selatan.

    2. Curah hujan antara 2500 mm - 3000 mm,meliputi pulau Halmahera bagian Utara,

    sebagian Kecamatan Ibu. Galela dan Loloda.

    3. Sedangkan wilayah Iainnya adalah curah

    hujan antara 2000 - 2500 mm per tahun.

    Jenis tanah yang tersebar di Provinsi Maluku

    Utara yaitu terdiri dari:

    1. Jenis Tanah Mediteran terdapat di Pulau

    Morotai bagian barat, timur dan selatan,

    Pulau Doi Kecamatan Loloda.

    2. Jenis Tanah Podsolik Merah Kuning ter-

    dapat di Pulau Halmahera dan Utara ke

    Selatan, Tobelo, Ibu, Obi bagian Timur,

    Sanana, Pulau Taliabu, Wasiley, Oba, Weda,

    Patani dan Maba.

    3. Jenis Tanah Kompleks terdapat di Pulau

    Morotai bagian Barat dan Timur, Obi bagian

    tengah, Pulau Halmahera bagian tengah

    sampai timur.

    4. Jenis Latosol terdapat di Lologa, Calela,

    Jailolo bagian Selatan, Cane Barat, Cane

    Timur, Bacan, Obi, Wasilei, Weda dan Maba.

    5. Jenis Tanah Regosol terdapat di Loloda,

    Calela, Sahu, Kao, Pulau Ternate, Pulau

    Makian, Pulau Obi di pesisir utara.

    6. Jenis Tanah Alivial terdapat di Pulau Obi

    bagian barat, Pulau Taliabu bagian utara

    dan tenggara, Oba, Wasilei, Weda, Patani

    dan Maba.

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    4/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    Secara keseluruhan, penggunaan lahan di

    Provinsi Maluku Utara didominasi oleh peng-

    gunaan lahan hutan dan lahan perkebunan.Dan luas daratan seluas 45.069,66 Km2 dian-

    taranya merupakan lahan perkebunan dengan

    luas 830.683,6 Ha atau 8.306.836 Km2 dan luas

    lahan hutan 534.409,0 Ha atau 5.344.090 Km2

    serta selebihnya adalah lahan untuk sawah,

    perumahan dan permukiman, tegalan dan ban-

    gunan lainnya.

    1.5.Waktu dan Pelaksana Kegiatan.

    Pelaksanaan pekerjaan inventarisasi ini ber-

    langsung dari tanggal 20 juni sampai dengan

    30 Agustus 2011, selama 45 hari dan di lak-

    sanakan oleh satu tim dari Pusat sumberdaya

    Geologi terdiri dari satu orang ketua Tim dan

    beberapa anggota

    1.6.Penyelidik Terdahulu.

    Para penyelidik terdahulu yang pernah mel-

    akukan penyelidikan di daerah sekitar lokasi

    penyelidikan adalah sebagai berikut.

    -PT. Gerbang Multi Sejahtera, 2008, berupa

    Laporan Survey Tinjau Sumberdaya Bijih Besi

    dan mineral pendampingnya di daerah Pulau

    Taliabu, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi

    Maluku Utara.

    - Kusnama, Pusat Survey Geologi, Fasies dan

    lingkungan pengendapan Formasi Bobong

    berumur Jura sebagai pembawa lapisan batu-

    bara di Taliabu, Kepulauan Sanana- Sula,

    Maluku Utara, 2008

    -Surono dan Sukarna, D., 1993. Peta Geologi

    Lembar Sanana, Maluku, skala 1:250.000. Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Geologi, Band-

    ung.

    GEOLOGI UMUM

    Berdasarkan cekungan sedimen Tersier Indo-

    nesia (Simanjuntak, 1992) Pulau Taliabu dan

    P.Mangole termasuk kedalam cekungan

    Sula, sedangkan berdasarkan Peta cekun-gan sedimen Indonesia (Badan Geologi, 2009)

    merupakan bagian tersendiri yaitu termasuk

    cekungan Taliabu- Mangole.

    2.1. Stratigrafi Regional

    Susunan stratigrafi Pulau Taliabu tersaji pada

    Gambar 3. Runtunan batuan paling bawah ada-

    lah Kompleks Batuan Malihan yang terdiri atas

    sekis, genes, amfibolit, filit, argilit, dan kuarsit

    yang diduga berumur Karbon. Ketebalan kom-

    pleks ini diduga lebih dari 1000 m. Berdasarkan

    hasil pentarikhan radiometri, batuan malihan

     jenis sekis satuan ini berumur 305 + 6 juta

    tahun atau Karbon (Sukamto,

    Secara tak selaras di atas Kompleks Batuan

    Malihan diendapkan Formasi Menanga yang

    terdiri atas perselingan batugamping hablur,batupasir malih, batusabak, dan filit.

    Tebal satuan Formasi Menanga yang diper-

    kirakan 1000 m diendapkan dalam lingkungan

    fluviatil - laut dangkal. Umurnya diperkirakan

    Perem (Supandjono & Haryono, 1993; Surono

    & Sukarna, 1993). Lokasi tipe berada di Sungai

    Menanga Pulau Taliabu.

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    5/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    Formasi Menanga ditindih tak selaras oleh

    Batuan Gunung Api Mangole yang dikuasai

    breksi gunung api, tuf terkersikkan, dan ign-imbrit. Terobos-an Granit Banggai terdiri atas

    granit, diorit kuarsa, granodiorit, dan pegmatit

    (Gambar 4) yang berumur Perem Akhir - Trias

    (Sukamto, 1975a,b,c).

    Secara tak selaras di atas batuan Paleozoikum

    dan Trias diendapkan Formasi Bobong yang

    terdiri atas breksi, konglomerat, dan batupasir

    kuarsa di bagian bawah, dan perselingan serpihdan batulempung-batulumpur di bagian atas.

    Setempat terdapat lensa batugamping, sisipan

    batulanau, bintal pirit, dan lapisan batubara.

    Berdasarkan fasies, runtunan batuannya ter-

    diri dari batubara menunjukkan bahwa satuan

    batuan Formasi Bobong ini diendapkan dalam

    lingkungan fluviatil, peralihan, sampai laut dan-

    gkal, dan diduga berumur Jura Awal - Tengah

    Formasi Bobong tersebar luas di bagian barat,

    utara dan timur Pulau Taliabu. Tebal formasi ini

    sekitar 2000 m (Supandjono & Haryono, 1993),

    dan terlipat dengan kemiringan lapisan batuan

    rata-rata 20°-30°.

    Secara selaras dan sebagian menjemari di

    atas Formasi Bobong diendapkan Formasi

    Buya yang terdiri atas serpih bersisipan batu-pasir dan konglo-merat, bintal batulempung

    gampingan, dan oksida besi. Keberadaan fosil

    foraminifera, belemnit, dan amonit terutama

    dalam batuan serpih memberikan indikasi

    kisaran umur Jura Tengah - Akhir. Lingkungan

    pengendapan Formasi Buya adalah lingkungan

    laut dalam sampai peralihan (Sato drr., 1978);

    dan lingkungan laut dangkal, dalam, sam-

    pai terbuka (Bizon drr., 1982). Tebal satuan ini

    diduga lebih dari 1000 m.

    Formasi Buya secara selaras ditindih oleh For-

    masi Tanamu yang terdiri atas napal, kelabu

    agak kecoklat- an, berlapis baik, dan tersebar di

    bagian timur dan utara Pulau Taliabu. Surono &

    Sukarna (1993) menjumpai adanya batugamp-

    ing kapuran dan serpih pada seri napal

    Formasi Tanamu ini. Formasi ini ber-umur

    Kapur (Supandjono & Haryono, 1993; Surono

    & Sukarna, 1993). Berdasarkan runtunannapal yang berasosiasi dengan batugamping

    dan batupasir, maka lingkungan pengenda-

    pan Formasi Tanamu adalah garis pantai - laut

    dangkal. Tebal satuan batuan Formasi Tanamu

    sekitar 300 m.

    Secara tak selaras dan terpisah di atas For-

    masi Tanamu diendapkan Formasi Salodik yang

    terdiri atas batugamping dan napal (Surono &

    Sukarna, 1993), sedangkan di Pulau Mangole

    ada sisipan batupasir pada runtunan batugamp-

    ing. Sebaran Formasi Salodik di Pulau Taliabu

    dijumpai terutama di pantai utara bagian timur

    dan bagian selatan; sedangkan di Pulau Sehu

    terdapat di seberang barat Pulau Taliabu.

    Batugamping formasi ini berwarna kelabu

    terang yang sebagian berlapis baik, sementara

    sisipan batupasir, dan napal, berwarna coklat,

    agak padat dan agak keras, berlapis baik den-gan ketebalan lapisan 1-10 cm.

    2.2. Struktur Geologi

    Pulau Taliabu dan Pulau Sulabesi merupakan

    bagian dari deretan Kepulauan Banggai Sula,

    secara tektonik merupakan bagian dari mint-

    akat Banggai Sula (Metcalfe, 1990) atau benua

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    6/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    micro (micro continent, Audley –Charles drr.,

    1972; Simanjuntak & Barber, 1996)

    Merupakan hasil tumbukan dengan sistem

    penunjaman sepanjang batas timur Paparan

    Sunda yang menghasilkan kerangka tektonik

    Indonesia Bagian Timur (Silver, 1977; Hamilton

    1979). Pulau ini diyakini berasal dari batas Utara

    benua Australia (Klompe , 1954), yang terpisah

    pada akhir Mesozoikum atau hingga Paleogen,

    dan terdorong disepanjang sesar besar Sorong

    yang di akibatkan oleh pergerakan lempenglaut Filipina ( Mc Caffrey drr., 1981).

    Sesar Sorong di wilayah Kepulauan Sula terpi-

    sah menjadi dua sistem sesar, masing-masing

    adalah Sesar Sula Utara dan Sesar Sula Sela-

    tan Kepulauan Banggai-Taliabu-Mangole yang

    terpisah dengan pulau Sulabesi di Selatannya.

    Bentuk pulauTaliabu- Mangole mencerminkan

    pergerakan sesar Sorong yang berarah Barat-

    Timur. Sementara itu , Pulau Sulabesi – Sula

    yang berarah Utara-Selatan memotong tegak

    lurus kedua pulau tersebut.

    2.3. Indikasi Endapan Batubara

    Indikasi lapisan batubara dilokasi penyelidikan

    didapat dari publikasi yang sudah diterbitkan,

    antara lain, dari peta Geologi lembar Sanana,

    Maluku, skala 1:250.000. Pusat Penelitian danPengembangan Geologi, Bandung. Surono dan

    Sukarna,D, 1993 yang menyebutkan bahwa

    pada Formasi Bobong yang berumur Yura dida-

    pati lapisan batubara.

    Demikian juga Kusnama pada paper yang ber-

     judul Fasies dan lingkungan pengendapan

    Formasi Bobong berumur Jura sebagai pem-

    bawa lapisan batubara di Taliabu, Kepulauan

    Sanana- Sula, Maluku Utara, 2008

    KEGIATAN PENYELIDIKAN

    3.1. Penyelidikan Lapangan

    3.1.1.Pengumpulan Data Sekunder

    Dalam pengumpulan data Sekunder, penulismemanfaatkan berbagai sumber data, antara

    lain website Pemda Maluku Utara, Jurnal dan

    makalah yang diterbitkan oleh Badan Geologi

    Serta berbagai tulisan ilmiah lain yang ber-

    hubungan dengan lokasi daerah penyelidikan

    Data sekunder lain yang dikumpulkan adalah

    informasi yang berkaitan dengan infrastruk-

    tur menuju lokasi, keadaan sosial masyarakat

    sekitar lokasi penyelidikan.

     3.1.2.Pengumpulan Data Primer.

    Pengumpulan data primer dilakukan dengan

    metode pemetaan geologi batubara, dimana

    data-data yang dimaksud adalah data yang

    berkaitan dengan lokasi singkapan batubara

    meliputi arah jurus dan kemiringan, ketebalan,litologi pengapit, struktur sedimen, posisi geo-

    grafis serta kenampakan fisik singkapan dan

    bentang alam daerah sekitar lokasi singkapan.

    Selanjutnya singkapan maupun data penunjang

    yang di dapati di ukur arah dan kemiringannya,

    dicatat kondisi fisik yang terlihat dan ditentukan

    posisinya dengan memakai alat GPS Garmin 12

    XL dan di plotkan pada peta dasar 1: 50.000 dari

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    7/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    Bakosurtanal.

    Selain itu juga di lakukan pengambilan contosingkapan yang diperlukan untuk keperluan

    analisa kualitatif di laboratorium, pengambilan

    conto batubara yang akan di analisa dilakukan

    dengan metoda Grab Sampling dan diusaha-

    kan sedapat mungkin conto tersebut mewakili

    lapisan batubara yang akan di analisa, kualitas

    batubara yang di ambil contonya adalah bagian

    yang segar yang belum mengalami pelapukan

    dan terbebas dari pengotoran akibat prosespelapukan dan pengaruh humus, conto terse-

    but selanjutnya di simpan pada kantong conto

    yang sudah dipersiapkan dan di beri label yang

    berhubungan dengan no conto, lokasi, posisi

    conto pada lapisan batubara.

     Pada lokasi penyelidikan pertama, di kepu-

    lauan Sula Besi, b atubara tersingkap pada

    suatu tebing curam dan sempit yang memben-

    tuk sebuah sungai kecil terjal, singkapan yang

    dijumpai tersingkap akibat longsornya dinding

    tebing , batubara dijumpai diapit oleh batupa-

    sir halus-sedang, berwarna abu-abu dengan

    struktur sedimen paralel laminasi yang jelas

    sekali.

    3.2. Analisa Laboratorium

    Conto yang sudah di ambil di lokasi singkapan,selanjutnya di bawa ke laboratorium Fisika

    Mineral untuk di analisa secara Petrografi,

    sedangkan untuk analisa kimia conto di bawa

    ke laboratorium Kimia Mineral, Pusat Sumber-

    daya Geologi.

    Untuk analisa Petrografi, conto yang sudah

    digerus selanjutnya di preparasi dan dianalisa

    dibawah mikroskop untuk mengetahui Rank

    conto batubara tersebut.

    Analisa kimia, yang dilakukan pada batubara,

    meliputi Free Moisture dengan metoda standard

    dari ASTM D.2013 – 03, Total Moisture dengan

    metoda Standard ASTM D.3302-02a, Moisture

    dengan metoda standard ASTM D.3171-04,

    Volatile Matter  dengan metoda standard ASTM

    D.3175-04, serta Fixed Carbon dengan metoda

    standard ASTM D.3172-04, kandungan abu (Ash) 

    dengan metode standard ASTM 3174 – 04, nilaikalori  dengan metode standard ASTM 5865-

    04, Total sulfur  dengan metode standard ISO

    351.1996, analisa diatas merupakan analisa

    Proximate, sedangkan untuk analisa Ultimate

    dilakukan analisa Carbon, analisa Hydrogen,

    analisa Nitrogen, analisa sulfur dan analisa Oxy-

     gen. Jumlah conto yang di analisa sebanyak

    tujuh conto dari semua formasi yang diang-

    gap mewakili, serta empat conto untuk analisa

    petrografi

    3.3. Pengolahan Data

    3.3.1 Pengeplotan Data

    Pengolahan data dilakukan dengan melaku-

    kan pengeplotan data pada peta dasar skala 1

    : 50.000 berupa data singkapan yang didapat

    dilapangan, data yang dimaksud adalah dataarah jurus dan kemiringan lapisan.

    3.3.2 Korelasi Antar Singkapan

    Dalam pekerjaan korelasi singkapan, hal

    yang perlu diperhatikan adalah keadaan

    batuan pengapit serta kesamaan arah jurus

    dan kemiringan, keadaan batuan pengapit

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    8/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    mengindikasikan kemenerusan lapisan,

    kondisi ini ditopang oleh kesamaan arah jurus

    dan kemiringan lapisan, seberapa jauh satusingkapan dengan singkapan lainnya bisa

    dikorelasikan sangat tergantung pada jenis

    litologi batuan pengapit, struktur sediment

    yang berkembang dan cirri litologi lainnya.

    HASIL PENYELIDIKAN

    4.1. Geologi Daerah Penyelidikan

    4.1.1.Morfologi

    Daerah penyelidikan terdiri dari 2(dua )satuan

    morfologi, masing-masing adalah sebagai beri-

    kut .Moirfologi perbukitan landai dan Morfologi

    perbukitan Karst.

    Satuan Morfologi Perbukitan landai

    Satuan ini ddominasi oleh litologi batupasir

    lempungan dengan pola aliran membentuk

    pola yang relatif sejajar, bentuk atau pola ini

    dikenal sebagai pola aliran Trellis, dimana arah

    aliran berasal dari puncak perbukitan ke arah

    dataran pantai, dalam hal ini punggungan per-

    bukitan berfungsi sebagai water devide.

    Satuan Perbukitan Karst

    Satuan morfologi perbukitan Karst di dominasi

    oleh batugamping dengan pola penyebaran

    yang khas membentuk puncak-puncak dengan

    pola penyebaran sejajar, menempati beberapa

    pulau besar maupun kecil di wilayah ini, pola

    aliran tidak jelas karena pada umumnya sun-

    gai-sungai yang mengalir pada daerah ini

    sering hilang secara tiba-tiba.

    4.1.2.Stratigrafi

    Susunan stratigrafi daerah penyelidikan den-

    gan berpedoman pada peta geologi P.Taliabu

    dan sekitarnya (Supandjono, 1993; Surono &

    Sukarna, 1993) dapat di gambarkan sebagai

    berikut: Runtunan batuan paling bawah ada-

    lah Kompleks Batuan Malihan yang terdiri atas

    sekis, genes, amfibolit, filit, argilit, dan kuarsityang diduga berumur Karbon. Ketebalan kom-

    pleks ini diduga lebih dari 1000 m. Berdasarkan

    hasil pentarikhan radiometri, batuan malihan

     jenis sekis satuan ini berumur + 6 juta tahun

    atau Karbon

    Secara tak selaras di atas Kompleks Batuan

    Malihan diendapkan Formasi Menanga yang

    terdiri atas perselingan batugamping hablur,

    batupasir malih, batusabak, dan filit.

    Tebal satuan Formasi Menanga yang diper-

    kirakan 1000 m diendapkan dalam lingkungan

    fluviatil - laut dangkal. Umurnya diperkirakan

    Perem (Supandjono & Haryono, 1993; Surono

    & Sukarna, 1993). Lokasi tipe berada di Sungai

    Menanga Pulau Taliabu.

    Formasi Menanga ditindih tak selaras olehBatuan Gunung Api Mangole yang dominasi

    breksi gunung api, tuf terkersikkan, dan ign-

    imbrit. Terobos-an Granit Banggai terdiri atas

    granit, diorit kuarsa, granodiorit, dan pegmatit

    (Gambar 2) yang berumur Perem Akhir - Trias

    (Sukamto, 1975a,b,c).

    Secara tak selaras di atas batuan Paleozoikum

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    9/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    dan Trias diendapkan Formasi Bobong yang

    terdiri atas breksi, konglomerat, dan batupasir

    kuarsa di bagian bawah, dan perselingan serpihdan batulempung-batulumpur di bagian atas.

    Setempat terdapat lensa batugamping, sisipan

    batulanau, bintal pirit, dan lapisan batubara.

    Berdasarkan fasies, runtunan batuannya terdiri

    atas fasies darat sampai laut. Hadirnya lapisan

    batubara menunjukkan bahwa satuan batuan

    Formasi Bobong ini diendapkan dalam lingkun-

    gan fluviatil, peralihan, sampai laut dangkal,dan diduga berumur Jura Awal - Tengah

    Formasi Bobong tersebar luas di bagian barat,

    utara dan timur Pulau Taliabu. Tebal formasi ini

    sekitar 2000 m (Supandjono & Haryono, 1993),

    dan terlipat dengan kemiringan lapisan batuan

    rata-rata 20°-30°.

    Secara stratigrafis Formasi Bobong terdiri atas

    tiga fasies, yaitu (a) breksi – konglomerat; (b)

    batupasir kuarsa dengan sisipan serpih, bat-

    ulempung dan batulumpur; dan (c) perselingan

    serpih dan batulempung-batulumpur .

    Alas Fomasi Bobong merupakan suatu runtu-

    nan material rombakan batuan tua hasil suatu

    erosi akibat pengangkatan pada Trias yang

    kemudian diendapkan menjadi suatu runtunan

    batuan sedimen klastika kasar yang berangsurmenjadi sedimen klastika halus, dan semakin

    ke lingkungan marin. Runtunan terperinci For-

    masi Bobong tersaji berikut ini.

    (a) Fasies breksi-konglomerat

    Fasies ini merupakan bagian bawah Formasi

    Bobong yang terdiri atas breksi berwarna

    merah kecoklatan, tersusun oleh kepingan

    granit, malihan, kuarsa, dan fragmen batuan

    lain dengan butiran menyudut, kemas tertutup,dan pilahan buruk, sangat padu sekali. Bat-

    uan ini diduga diendapkan sebagai hasil erosi

    berupa endapan rombakan (reworked deposit)

    dan bersentuhan secara tak selaras dengan

    batuan Granit Banggai (Supandjono & Haryono,

    1993) dan Batuan Gunung Api Mangole (Surono

    & Sukarna, 1993) di bawahnya.

    Breksi ini menjemari di bagian atasnya dengankonglomerat berwarna kecoklatan agak kem-

    erahan. Tingkat konsolidasi batuan padat dan

    keras, yang mengandung komponen penyusun

    berupa batuan malihan, sedimen termalihkan,

    granit, batuan vulkanik dan kuarsa. Ukuran

    butir fragmen penyusun konglomerat ini mulai

    dari 10 cm sampai 25 cm dengan butiran mem-

    bulat tanggung sampai membulat. Massa dasar

    berupa batupasir kasar dengan kemas terbuka.

    Tidak dijumpainya batubara pada fasies ini

    membuktikan bahwa lingkungan pengenda-

    pannya tidak mendukung untuk tumbuhnya

    flora dengan baik. Akibat kontrol struktur yang

    cukup aktif pada awal Trias – Jura Awal, di

    kawasan ini telah terjadi suatu proses tekton-

    ika dan pengangkatan regional (Klompe, 1954;

    Pigram drr., 1985).

    Lingkungan pengendapan fasies breksi dan

    konglomerat ini menunjukkan lingkungan flu-

    viatil atau darat yang bersinggungan dengan

    suatu erosi atau aliran runtuhan (debris flow)

    atau kipas yang di sebabkan adanya pengangka-

    tan (uplifting) akibat kontrol tektonika regional

    antara Lempeng Laut Filipina (Phillipine Sea

    Plate; Mc Caffrey drr., 1981) dengan Mintakat

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    10/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    Benua Australia Utara (Northern Australian Con-

    tinental Terrane; Silver, 1977 ).

    (b) Fasies batupasir kuarsa

    Fasies batupasir kuarsa merupakan bagian

    tengah Formasi Bobong. Batupasir dikua-

    sai oleh kepingan/butiran kuarsa berwarna

    putih kemerahan yang terkonsolidasi cukup

    baik, berukuran menengah -kasar, membun-

    dar – membundar tanggung, kemas tertutup,

    setempat mengandung mika dan lapisan tipismaterial karbon kehitaman setebal 3-5 cm.

    Butiran kuarsa yanng tertanam di dalam

    matriks terdiri atas lempung dan oksida besi.

    Struktur sedimen dijumpai berupa perarian

    sejajar dan silang siur, struktur bergradasi

    (graded bedding) dijumpai setempat di daerah

    Sungai Dege dan Sungai Gela bagian utara

    Pulau Taliabu.

    Pada bagian atas fasies batupasir kuarsa

    dijumpai sisipan dan lensa-lensa tipis serpih

    dan batulumpur dengan tebal perlapisan 5 -

    10 cm, juga lensa dan lapisan batubara serta

    material karbon yang semakin ke bagian atas

    perselingan ini semakin menebal dan lapisan

    batupasir semakin menipis.

    Ketebalan fasies batupasir kuarsa di wilayah

    penelitian berkisar dari beberapa meter sampaipuluhan meter. Dijumpainya struktur sedi-

    men berupa laminasi sejajar, silang siur, toreh

    dan isi (scour and fill) dan struktur bergradasi

    (graded bedding) mengindikasikan bahwa fasies

    batupasir ini mengalami proses sedimentasi

    mulai dari energi arus kuat sampai tenang.

    Terdapatnya sisipan serpih, batulempung, dan

    batulumpur di bagian atas fasies batupasir ini

    memberi gambaran bahwa proses sedimentasi

    mulai mendekati wilayah yang memiliki media

    air dan kondisi tenang.

    Endapan batubara pada fasies ini memiliki

    karak-teristik warna hitam, masif, banyak men-

    gandung parting batulempung dan serpih, dan

    umumnya berlapis baik dengan tebal perla-

    pisan antara 1 - 3 cm. Tebal batubara mencapai

    40 cm, dan di antaranya dijumpai sebagai sisi-

    pan-sisipan tipis berwarna kehitaman dalam

    batupasir.

    Dengan dijumpainya struktur sedimen seperti

    toreh dan isi, gradasi menghalus ke atas dan

    sisipan batuan yang diendapkan dalam kondisi

    arus tenang, maka lingkungan pengenda-

    pan fasies ini adalah flu viatil dengan karakter

    endapan sungai (river deposit) mendekati pantai

    (Jones & Hutton, 1984).

    (c) Fasies perselingan serpih dan batulempung-

    batulumpur

    Bagian paling atas Formasi Bobong terdiri atas

    perselingan serpih dan batulempung /batulum-

    pur berwarna kelabu sampai kelabu kehitaman,

    terkonsolidasi cukup padat, mengandung

    lapisan batubara, material karbon, dan sisipan

    batupasir serta batulempung gampingan.

    Lapisan serpih berwarna kelabu kehitaman,

    memperlihatkan struktur perarian sejajar den-

    gan tebal perlapisan antara 3 - 5 cm, banyak

    dijumpai material karbon kehitaman, secara

    fisik getas (brittle) dan sebagian mudah dire-

    mas (friable). Serpih ini berselingan dengan

    batulempung dan batulumpur berwarna kelabu

    gelap, dengan perlapisan tipis sekitar 1 - 3 cm.

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    11/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    Rasio perbandingan antara serpih dan bat-

    ulempung-batulumpur adalah 2:1.

    Di bagian bawah fasies ini dijumpai sisipan tipis

    batupasir dengan tebal 1 - 3 cm dan setempat

    di jumpai berupa lensa-lensa tipis, baik dalam

    lapisan serpih maupun dalam lapisan batulem-

    pung dan batulumpur.

    Fasies perselingan serpih batulempung-batu-

    lumpur membentuk suatu rutunan cukup tebal

    dan secara kasat mata dijumpai adanya suatuperulangan lapisan berupa duplikasi runtunan.

    Pada lapisan serpih banyak dijumpai cetakan

    dan fosil amonit dan belemnit yang berupa

    suatu horizon fauna yang tersimpan secara ber-

    ulang mengikuti perulangan seri lapisan. Posisi

    fauna yang dijumpai mengikuti dan sejajar den-

    gan bidang perlapisan serpih.

    Semakin ke atas pada perselingan serpih dan

    batulempung-batulumpur dijumpai adanya

    sisipan batulempung gampingan dan serpih

    gampingan. Suatu perselingan serpih dan bat-

    ulempung gam-pingan di bagian atas runtunan

    Formasi Bobong mengindikasikan adanya

    suatu hubungan menjemari dengan formasi

    batuan di atasnya. Batulempung gamping dan

    napal merupakan karakteristik Formasi Buya

    berumur Jura Akhir.

    Batubara yang dijumpai pada fasies perselin-

    gan serpih dan batulempung-batulumpur yang

    merupakan bagian atas Formasi Bobong ini

    secara fisik berwarna hitam, kilap baik, ber-

    lapis baik, setempat pejal, terutama di bagian

    bawah runtunan batuan. Lantai (floor) batubara

    terdiri atas serpih sedangkan tudung (roof)

    berupa batulumpur dan batupasir kuarsa. Tebal

    batubara bervariasi mulai dari 15 - 40 cm (Seam

    A) dan 50 – 120 cm (Seam B), dengan lapisanpenutup setebal 150 cm serta lapisan antara

    (interburden) setebal 50 cm.

    Dijumpainya sisipan batupasir yang terben-

    tuk pada kondisi energi kuat atau paling tidak

    telah mengalami transportasi cukup jauh dan

    batulempung gampingan yang terbentuk pada

    kondisi laut dangkal dan tenang menunjukkan

    fasies serpih dan batulempung-batulumpurFormasi Bobong diendapkan di lingkungan

    pantai berawa (swampy beach) sampai laut dan-

    gkal-terbuka (Sato drr., 1978; Jones & Hutton,

    1984; Gambar 6). Demikian pula keterdapatan

    fosil belemnit dan amonit yang banyak dijumpai

    pada bagian atas fasies ini menjadi ciri hadirnya

    binatang yang hidup pada habitat laut

    Secara selaras dan sebagian menjemari di

    atas Formasi Bobong diendapkan Formasi

    Buya yang terdiri atas serpih bersisipan batu-

    pasir dan konglo-merat, bintal batulempung

    gampingan, dan oksida besi. Keberadaan fosil

    foraminifera, belemnit, dan amonit terutama

    dalam batuan serpih memberi kan indikasi

    kisaran umur Jura Tengah - Akhir. Lingkungan

    pengendapan Formasi Buya adalah lingkungan

    laut dalam sampai peralihan (Sato drr., 1978);

    dan lingkungan laut dangkal, dalam, sam-pai terbuka (Bizon drr., 1982). Tebal satuan ini

    diduga lebih dari 1000 m.

    Formasi Buya secara selaras ditindih oleh

    Formasi Tanamu yang an, berlapis baik, dan

    tersebar di bagian timur dan utara Pulau

    Taliabu. Surono & Sukarna (1993) menjumpai

    adanya batugamping kapuran dan serpih

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    12/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    pada seri napal Formasi Tanamu ini. Formasi

    ini ber-umur Kapur (Supandjono & Haryono,

    1993; Surono & Sukarna, 1993). Berdasar-kan runtunan napal yang berasosiasi dengan

    batugamping dan batupasir, maka lingkungan

    pengendapan Formasi Tanamu adalah garis

    pantai - laut dangkal. Tebal satuan batuan For-

    masi Tanamu sekitar 300 m.

    Secara tak selaras dan terpisah di atas For-

    masi Tanamu diendapkan Formasi Salodik yang

    terdiri atas batugamping dan napal (Surono &Sukarna, 1993), sedangkan di Pulau Mangole

    ada sisipan batupasir pada runtunan batugamp-

    ing. Sebaran Formasi Salodik di Pulau Taliabu

    dijumpai terutama di pantai utara bagian timur

    dan bagian selatan; sedangkan di Pulau Sehu

    terdapat di seberang barat Pulau Taliabu.

    Batugamping formasi ini berwarna kelabu

    terang yang sebagian berlapis baik, sementara

    sisipan batupasir, dan napal, berwarna coklat,

    agak padat dan agak keras, berlapis baik den-

    gan ketebalan lapisan 1-10 cm. (Kusnama, 2008)

    4.1.3.Struktur Geologi

    Pada lokasi penyelidikan di P.Sulabesi struk-

    tur geologi yang berkembang berupa struktur

    perlapisan yang dijumpai pada formasi Bobong

    dengan arah relative barat laut- tenggara dan

    mempunyai kemiringan rata-rata antara 10˚- 20˚, sedangkan pada Formasi lain sulit di

    temukan perlapisan.

    Pada lokasi kepulauan Taliabu, struktur geologi

    yang berkembang adalah struktur perlapisan

    pada formasi Bobong dengan arah jurus relative

    Barat daya – Timur laut, mempunyai kemir-

    ingan bervariasi antara 10˚ - 30˚. Struktur

    sesar geser dengan arah relative Barat- Timur

    dan struktur sesar normal yang diperkirakan,

    mempunyai arah relative Utara – Selatan.

    4.2. POTENSI BATUBARA

    4.2.1.LOKASI DAN PENYEBARAN BATU-

    BARA

    Endapan Batubara P.SULABESI

    SN 01.Batubara dengan ketebalan 30 cm,dengan kedudukan N 290 E/30, tersingkap

    memotong aliran sungai secara lateral pada

    suatu longsoran yang di perkirakan seba-

    gai zona sesar, batubara warna hitam, bright,

    keras. Batubara di apit oleh batupasir abu-abu,

    berbutir halus- sedang, blocky massive dengan

    kenampakan struktur paralel laminasi

     Endapan Batubara P.Tali abu

    Sedangkan di Pulau Taliabu, batubara ters-

    ingkap di sungai Bulan desa Sahu dengan

    ketebalan 3 m, untuk seam A dan Seam B >

    1m. Kedudukan N 154 E/15, dijumpai interseam

    dengan ketebalan 1,5 m, pada bagian atas seam

    A di apit oleh lapisan batu lempung abu-abu

    kehijauan, massive, sedangkan bagian bawah

    seam B tidak bisa di kenali karena terendam air

    sungai yang dalam keadaan banjir, singkapanini di identifikasi sebagai TA 01 A dan TA 01 B,

    dengan koordinat 01˚ 34’ 27,3” LS dan 124˚ 42’

    30,9” BT

    Batubara TA 02, tersingkap di daerah sungai

    Dege taliabu, dengan ketebalan 0,4 m, Bagian

    bawah lapisan batubara bersen tuhan secara

    tajam dengan serpih dan batulempung - batu-

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    13/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    lumpur kelabu gelap. Batulumpur sebagian

    hancur dan lembek, mengandung bahan karbo-

    nan dan lensa-lensa batubara, dan terkadangmenerus tipis searah bidang perlapisan.

    Bagian atas batubara menyerpih dan seba-

    gian hancur, dengan  parting berupa lempung

    kelabu kecoklatan. Di dalam parting lempung

    ini dijumpai material damar (resin) berwarna

    bening, dan lapisan tipis pirit. Sifat belah sub-

    konkoidal, kemungkinan karena banyaknya

    buntal-buntal damar dan pirit. Top batubarabatupasir kelabu kehitaman, lembek, men-

    gandung lensa-lensa lempung dan material

    karbonan. Bagian atas runtunan batupasir ini

    sangat halus dengan struktur laminasi sejajar

    dan silang–siur skala kecil. Bagian bawah batu-

    pasir agak kasar, padu, dikuasai kuarsa dengan

    pilahan menengah, kemas tertutup, dan banyak

    mengandung karbon kehitaman.

    Jurus dan kemiringan batubara terukur

    N10°E/12° dan N80°E/20° dengan total tebal

    sekitar 0,8 m. Koordinat singkapan batubara

    pada lokasi ini 01˚ 45’ 2” LS dan 125˚ 20’ 30”

    BT.

     Batubara TA 03, tersingkap di daerah Jorjooga

    dengan koordinat 01˚ 34’ 27,5” LS dan 124˚

    42’ 30” BT, Batubara dijumpai pada perselin-

    gan serpih dan batulempung-batulumpur yangmemiliki sifat fisik berwarna hitam, gores

    hitam, dengan litotipe bright banded, sifat beban

    ringan, berlapis baik dan seba gian pejal teru-

    tama di bagian bawahnya; kekerasan menengah

    sampai getas. Butiran pirit dijumpai pada

    bidang perlapisan batubara, berwarna kuning

    pucat. Sesar kecil berarah N 35°/45°E dijumpai

    memotong lapisan batubara mengakibatkan

    penggerusan pada bidang perlapisan batubara,

    sehingga sebagian mengalami kehancuran

    (fractured). Tebal batubara mencapai 0,6 m den-gan jurus dan kemiringan berarah N20°E/15°.

    Secara kontak tajam di atas batubara terendap-

    kan asies batulempung berbatulumpur, kelabu

    kehi-taman, getas, berlapis baik.  Fo t o 4 .

    Kenampakan lapisan konglomerat dengan posisi

    di bawah lapisan batubara pada lokasi TA 01.

    4.2.2. KUALITAS BATUBARA

    Dari beberapa conto batubara yang dianalisa,

    secara kimia maupun petrografi didapatkan

    hasil sebagai berikut

    Untuk conto SN -01 batubara di kepulauan

    Sulabesi didapatkan hasil analisa kimia ada-

    lah Free Moisture (ar). 19,52 %, Total moisture

    (ar). 27,16%. Untuk analisa proksimat yang

    meliputi Moisture (adb).9,49%. Volatile Matter

    (adb). 41,97%. Fixed Carbon (adb).37,62%. Ash

    (adb) 10,92 %. Total Sulphur (adb). 3,10 % dan

    mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 5523 cal/

    gr.

    Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui

    kandungan Karbon (daf) 71,73 %, Hydrogen

    (daf) 3,88 %. Nitrogen (daf) 1.07 %, sulfur (daf)

    3,90% dan Oxigen (daf), 19,42 %.

    Conto ini di ambil dari singkapan tunggal di

    P.Sulabesi yang mempunyai ketebalan 30 cm,

    batubara hitam berkilat, keras, concoidal yang

    tersingkap pada tebing yang mengalami ke

    longsoran, top dan bottom lapisan ini berupa

    batulempung abu-abu, masive kompak dan

    berlapis.

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    14/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    Conto no 2. pada lokasi TA-01 A, adalah Free

    Moisture (ar). 5,20 %, Total moisture (ar). 7,47%.

    Untuk analisa proksimat yang meliputi Mois-ture (adb).2,50%. Volatile Matter (adb). 49,62%.

    Fixed Carbon (adb).31,50%. Ash (adb) 16,38 %.

    Total Sulphur (adb). 8,01 % dan mempunyai

    nilai kalori (adb) sebesar 6580 cal/gr. Conto ini

    di ambil di daerah batubulan dipinggir sungai

    dan merupakan lapisan atas dari batubara yang

    tersingkap, ketebalan 3 m, lapisan ini di apit

    oleh batulempung abu-abu.

    Conto no.3. diambil dari lokasi yang sama

    dengan lokasi di atas dan merupakan lapisan

    bagian bawah yang terendam oleh air, keteba-

    lan terukur 1 m karena bottom lapisan tidak

    bisa di ketahui karena terendam air. Hasil ana-

    lisa adalah sebagai berikut,

    Untuk conto TA -01B batubara di kepulauan

    Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah

    Free Moisture (ar). 4,78 %, Total moisture (ar).

    7,38%. Untuk analisa proksimat yang meliputi

    Moisture (adb).2,73%. Volatile Matter (adb).

    50,31%. Fixed Carbon (adb).34,08%. Ash (adb)

    12,88 %. Total Sulphur (adb). 3,78 % dan mem-

    punyai nilai kalori (adb) sebesar 6919 cal/gr.

    Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui

    kandungan Karbon (daf) 77,43 %, Hydrogen

    (daf) 5,20 %. Nitrogen (daf) 0,74 %, sulfur (daf)4,48% dan Oxigen (daf), 12,15 %.

    Untuk conto TA -02 batubara di kepulauan

    Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah

    Free Moisture (ar). 6,13 %, Total moisture (ar).

    10,92%. Untuk analisa proksimat yang meli-

    puti Moisture (adb).2,54%. Volatile Matter (adb).

    31,73%. Fixed Carbon (adb).26,22%. Ash (adb)

    39,51 %. Total Sulphur (adb). 3,83 % dan mem-

    punyai nilai kalori (adb) sebesar 4442 cal/gr.

    Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui

    kandungan Karbon (daf) 72,183 %, Hydrogen

    (daf) 5,05 %. Nitrogen (daf) 0,71 %, sulfur (daf)

    6,61% dan Oxigen (daf), 15,46 %.

     Untuk conto TA -03 batubara di kepulauan

    Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah

    Free Moisture (ar). 7,82 %, Total moisture (ar).

    10,92%. Untuk analisa proksimat yang meli-puti Moisture (adb).3,36%. Volatile Matter (adb).

    43,88%. Fixed Carbon (adb).40,06%. Ash (adb)

    12,70 %. Total Sulphur (adb). 3,55 % dan mem-

    punyai nilai kalori (adb) sebesar 6598 cal/gr.

    Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui

    kandungan Karbon (daf) 77,42 %, Hydrogen

    (daf) 4.66 %. Nitrogen (daf) 0,73 %, sulfur (daf)

    4,23% dan Oxigen (daf), 12,95 %.

    Dengan kualitas batubara tersebut, maka batu-

    bara di lokasi penyelidikan bisa di kelompokkan

    pada batubara jenis Lignit – Sub Bituminous,

    bisa di kembangkan untuk briket batubara guna

    keperluan lokal dalam rangka mendukung

    Indusatri Skala kecil di lokasi ini.

    1.2.3 SUMBERDAYA BATUBARA

    Dari tata cara perhitungan sumberdaya yang

    telah di uraikan pada Bab.3 terdahulu, di dapat

    sumberdaya Hipotetik sebesar 1.350.878,75 Ton

    4.3. Prospek Pemanfaatan dan Pengem-

    bangan Batubara

    Dari ke dua lokasi ini, yang mempunyai

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    15/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    kemungkinan dikembangkan adalah pada

    lokasi P.Taliabu, karena dari tinjauan litologi

    pengapitnya masih bisa punya kemungkinanuntuk menerus penyebarannya. Dari tinjauan

    kualitas batubara P.Taliabu termasuk dalam

    klasifikasi Lignite- Sub-bituminous.

    Karena kuantitasnya yang tidak begitu besar,

    maka bisa dimanfaatkan untuk bahan baku

    Briket Batubara.

    5.KESIMPULAN DAN SARAN

    Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan

    1. Struktur geologi yang berkembang berupa

    struktur perlapisan dan struktur sesar

    normal dengan arah relatif Utara- Selatan,

    sedangkan struktur perlapisan relatif bera-

    rah Barat daya - timur laut dan mempunyai

    kemiringan relatif landai ke Tenggara

    2. Satuan morfologi yang berkembang adalah

    satuan morfologi Pegunungan landai dan

    satuan Morfologi pegunungan Karst.

    3. Singkapan batubara di pulau Sulabesi ters-

    ingkap 1 singkapan

    4. Singkapan batubara di P.Taliabu 3 singka-

    pan, dengan jumlah lapisan 2 lapisan.

    5. Pada lokasi lokasi tersebut Formasi pem-

    bawa batubara adalah Formasi Bobong

    yang berumur Yura.

    6. Batubara di lokasi ini termasuk batubara

     jenis Lignit – Sub Bituminous

    7. Sumberdaya Hypotetik 1.350.870,752 ton

    DAFTAR PUSTAKA

    Sato, T., Westermann, G.E.G., Skwarko, S.K.,

    dan Hasibuan, F., 1978. Jurassic biostratigra-phyofthe Sula Islands, Indonesia. Bulletin of

    Geological Survey of Indonesia, 4 (1), h.1-28.

    Silver, E.A., 1977. The Sula Spur Enigma. Geo-

    logical Society of America Abstract, 9 (7), h.1175.

      Simanjuntak, T.O. dan Barber, A.J., 1996.

    Contrasting tectonic styles in the Neogene-

    OrogenicBelts of Indonesia. Dalam: Hall, R. &

    Blundell, D. (eds.): Tectonic Evolution of South-

    east Asia. Geological Society Special Publication, 

    106h.

    Sukamto, R. 1975a. Peta Geologi Indonesia,

    Ujung Pandang, skala 1:1000.000, Lembar V111. 

    Direktorat Geolo

    Sukamto, R. 1975b. The structure of Sulawesi in

    the light of plate tectonics. Association Indone-sian Geologists. Regional Coference on Geology

    and Mineral Resources of Southeast Asia, 25h.

    -Sukamto, R., 1975c. Geologi daerah Kepulauan

    Banggai dan Sula. Geologi Indonesia, 2 (3), h.23-

    28.

    -Supandjono, J.B. dan Haryono, E., 1993 . Peta

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    16/24

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    Geologi Lembar Banggai, Maluku Utara, skala

    1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Geologi, Bandung.

    -Surono dan Sukarna, D., 1993. Peta Geologi

    Lembar Sanana, Maluku, skala 1:250.000. Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Geologi, Band-

    ung.

    -Kusnama encus, Fasies dan lingkungan pen-

    gendapan Formasi Bobong berumur Yura

    sebagai pembawa batubara di Taliabu, Kepu-

    lauan Sanana- Sula, Maluku Utara , Pusat Survei

    Geologi, Badan Geologi, Jl. Diponegoro 57 Bandung, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 September 2008:

    161-173

     

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    17/24

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

    Lokasi 1. Lokasi 2  Gambar.1. Lokasi dan Kesampaian daerah Penyelidikan

    No WaktuKegiatan

    JUNI JULI AGUSTUS

    I I III III IV V VI VII VIII IX X XII XII

    1 Persiapan

    2 Lapangan

    3 Analisa

    4 Laporan

     

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    18/24

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

      Kusnama, 2008Gambar 2. PetaGeologi Pulau Taliabu dan sekitarnya (Supandjono , 1993; Surono & Sukarna,

    1993).

      Kusnama 2008 

    Tabel.2. Kolom Stratigrafi Regional daerah penyelidikan

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    19/24

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

      Kusnama, 2008

    Gambar 3. Tektonika wilayah Taliabu dan sekitarnya (modifikasi dari Audley-Charles, 1972; Silver,1977; Hamilton, 1979).

     

    Foto.1. Kenampakan Morfologi perbukitan landai di lihat dari arah bagian barat pesisir

    Pulau Sulabesi

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    20/24

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

    Foto.1. Kenampakan singkapan batubara pada lokasi pengamatan SN 01Di sungai wai walina, fuata N 290˚E/30˚

      Foto 2. Kenampakan batubara SN 01 wai walina

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    21/24

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

    Foto 3. Kenampakan singkapan TA 01.batubara pada sungai Bulan desa Sahu, ( a). lapisanbatubara, (b)inter seam lempung abu-abu, (c), batubara.

     

    Foto 4. Kenampakan lapisan konglomerat dengan posisi di bawah lapisan batubara padalokasi TA 01.

      a

    b

    c

     

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    22/24

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

    Tabel.2. Data singkapan Batubara.

    No Lokasi Kode Tebal DISKRIPSI Keterangan

    1 P.SULA BESI SN.01 0.30 M Batubara, hitamberkilat, diapit olehbatupasir abu-abu,kasar

    Di sungai waiwalina02˚ 22΄ 02.2˝LS126 00 12.4 BT 

    2 P. TALI ABU

    TA.01 A 3 M

    Batubara, hitamberkilat, diapit olehbatulempung bagianatas dan lempungabu-abu, bagianbawah

    TA 01A dan TA 01 B,dengan koordinat  01˚ 34’ 27,3”LS dan 124˚ 42’30,9” BT

     

    3

    TA.01 B > 1M

    Batubara, hitamberkilat, bagian atasdi apit oleh lempungabu-abu

    Terendam airsungai bulan

    4

    TA.02 0.8 M

    Batubara hitam,bagian bawah diapit oleh serpih danbatulempung, bagianatas batupasir abu-abu

    ini 01˚ 45’ 2” LSdan 125˚ 20’ 30”BT. 

    5

    TA.03 0,6 MBatubara hitam,bagian atas di apitoleh batulempung

      01˚ 34’ 27,5” LSdan 124˚ 42’ 30”BT,

    Tabel.3. Hasil Analisa Batubara

    Analysis Unit Basis

    Kode Contoh

    SN-01 TA-01A TA-01B TA-02 TA-03

    Free Moisture % ar 19,52 5,10 4,78 6,13 7,82Total Moisture % ar 27,16 7,47 7,38 8,51 10,92

    PROXIMATE

    Moisture % adb 9,49 2,50 2,73 2,54 3,36

    Volatile

    Matter% adb 41,97 49,62 50,31 31,73 43,88

    Fixed Carbon % adb 37,62 31,50 34,08 26,22 40,06

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    23/24

    BUKU 1 : BIDANG ENERGI

    PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

    Ash % adb 10,92 16,38 12,88 39,51 12,70

    Total Sulfur % adb 3,10 8,01 3,78 3,83 3,55Caloric Value

    Cal/

    gradb 5523 6580 6919 4420 6598

    ULTIMATE %

    Carbon % daf 71,73 75,42 77,43 72,18 77,42

    Hydrogen % daf 3,88 5,22 5,20 5,05 4,66

    Nitrogen % daf 1,07 0,70 0,74 0,71 0,73

    Sulphur % daf 3,90 9,88 4,48 6,61 4,23

    Oxygen % daf 19,42 8,79 12,15 15,46 12,95

    Tabel.4. Sumberdaya Batubara

    No Lokasi Singkapan Perhitungan Sumberdaya Hypotetik (Ton)

    Sula besi SN.01 3000 x 0,3 x 115,47x1,3 135.099,9

    Taliabu TA-01A 3000x3x103,82 x 1, 3 1.214.694

    TA-01B 3000x 1x 103,82x 1,3 404.898TA-02 3000x 0,8 x 107,52 x

    1,3335.462

    TA-03 3000x 0,6 x 143,8 x 1,3 336.492

    Total 1.350.878,75

  • 8/18/2019 26.Batubara Proseding Mangole

    24/24