24
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 BUKU 1 : BIDANG ENERGI I.26 PENYELIDIKAN BATU BARA DI DAERAH MANGOLE DAN SEKITARNYA KABU- PATEN KEPULAUAN SULA,MALUKU UTARA Oleh : Untung Triono * Mulyana** *KPP Energi Fosil ** Laboratorium Fisika Mineral SARI Formasi pembawa batubara di Kepulauan ini adalah Formasi Bobong yang berumur Yura, batubara tersebar di Kepulauan Sulabesi dan Kep.Taliabu, kualitas batubara di kedua lokasi adalah sebagai berikut Untuk conto SN -01 batubara di kepulauan Sulabesi didapatkan hasil analisa kimia adalah Free Moisture (ar). 19,52 %, Total moisture (ar). 27,16%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture (adb).9,49%. Volatile Matter (adb). 41,97%. Fixed Carbon (adb).37,62%. Ash (adb) 10,92 %. Total Sulphur (adb). 3,10 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 5523 cal/gr. Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui kandungan Karbon (daf) 71,73 %, Hydrogen (daf) 3,88 %. Nitrogen (daf) 1.07 %, sulfur (daf) 3,90% dan Oxigen (daf), 19,42 %. Conto ini di ambil dari singkapan tunggal di P.Sulabesi yang mempunyai ketebalan 30 cm, batubara hitam berkilat, keras, concoidal yang tersingkap pada tebing yang mengalami ke longsoran, top dan bottom lapisan ini berupa batulempung abu-abu, masive kompak dan berlapis. Conto no 2. pada lokasi TA-01 A, adalah Free Moisture (ar). 5,20 %, Total moisture (ar). 7,47%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture (adb).2,50%. Volatile Matter (adb). 49,62%. Fixed Carbon (adb).31,50%. Ash (adb) 16,38 %. Total Sulphur (adb). 8,01 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 6580 cal/gr. Conto ini di ambil di daerah batubulan dipinggir sungai dan merupakan lapisan atas dari batubara yang tersingkap, ketebalan 3 m, lapisan ini di apit oleh batulempung abu-abu. Conto no.3. diambil dari lokasi yang sama dengan lokasi di atas dan merupakan lapisan bagian bawah yang terendam oleh air, ketebalan terukur 1 m karena bottom lapisan tidak bisa di ketahui karena terendam air. Hasil analisa adalah sebagai berikut, Untuk conto TA -01B batubara di kepulauan Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah Free Moisture (ar). 4,78 %, Total moisture (ar). 7,38%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture (adb).2,73%. Volatile Matter (adb). 50,31%. Fixed Carbon (adb).34,08%. Ash (adb) 12,88 %. Total Sulphur (adb). 3,78 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 6919 cal/gr. Sumberdaya batubara 1.350.878,75 ton

penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI I.26PENYELIDIKAN BATU BARA DI DAERAH MANGOLE DAN SEKITARNYA KABU-PATEN KEPULAUAN SULA,MALUKU UTARA

Oleh :

Untung Triono *

Mulyana**

*KPP Energi Fosil

** Laboratorium Fisika Mineral

SARI

”Formasi pembawa batubara di Kepulauan ini adalah Formasi Bobong yang berumur Yura, batubara tersebar di Kepulauan Sulabesi dan Kep.Taliabu, kualitas batubara di kedua lokasi adalah sebagai berikut Untuk conto SN -01 batubara di kepulauan Sulabesi didapatkan hasil analisa kimia adalah Free Moisture (ar). 19,52 %, Total moisture (ar). 27,16%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture (adb).9,49%. Volatile Matter (adb). 41,97%. Fixed Carbon (adb).37,62%. Ash (adb) 10,92 %. Total Sulphur (adb). 3,10 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 5523 cal/gr.

Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui kandungan Karbon (daf) 71,73 %, Hydrogen (daf) 3,88 %. Nitrogen (daf) 1.07 %, sulfur (daf) 3,90% dan Oxigen (daf), 19,42 %.

Conto ini di ambil dari singkapan tunggal di P.Sulabesi yang mempunyai ketebalan 30 cm, batubara hitam berkilat, keras, concoidal yang tersingkap pada tebing yang mengalami ke longsoran, top dan bottom lapisan ini berupa batulempung abu-abu, masive kompak dan berlapis.

Conto no 2. pada lokasi TA-01 A, adalah Free Moisture (ar). 5,20 %, Total moisture (ar). 7,47%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture (adb).2,50%. Volatile Matter (adb). 49,62%. Fixed Carbon (adb).31,50%. Ash (adb) 16,38 %. Total Sulphur (adb). 8,01 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 6580 cal/gr. Conto ini di ambil di daerah batubulan dipinggir sungai dan merupakan lapisan atas dari batubara yang tersingkap, ketebalan 3 m, lapisan ini di apit oleh batulempung abu-abu.

Conto no.3. diambil dari lokasi yang sama dengan lokasi di atas dan merupakan lapisan bagian bawah yang terendam oleh air, ketebalan terukur 1 m karena bottom lapisan tidak bisa di ketahui karena terendam air. Hasil analisa adalah sebagai berikut,

Untuk conto TA -01B batubara di kepulauan Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah Free Moisture (ar). 4,78 %, Total moisture (ar). 7,38%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture (adb).2,73%. Volatile Matter (adb). 50,31%. Fixed Carbon (adb).34,08%. Ash (adb) 12,88 %. Total Sulphur (adb). 3,78 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 6919 cal/gr. Sumberdaya batubara 1.350.878,75 ton”

Page 2: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pusat Sumberdaya Geologi merupakan salah satu Pusat yang bernaung di bawah Badan Geologi, salah satu tugas pokok dan fungsinya adalah melaksanakan kegiatan penyelidikan batubara, dimana hal ini dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah untuk mencari wilayah yang bisa dijadikan sebagai wilayah pencadangan nasional untuk komoditi Energi .

Penyelidikan yang dilaksanakan melalui pen-danaan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun anggaran 2011, yaitu melaksana-kan penyelidikan batubara di daerah kepulauan Taliabu dan kepulauan Sulabesi yang dikenal sebagai daerah Mangole Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara.

Penyelidikan ini diharapkan bisa memberi-kan data tambahan pada data base batubara nasional, sehingga data potensi batubara nasional menjadi semakin lengkap.

1.2 Maksud dan Tujuan.

Maksud penyelidikan ini adalah untuk meng-etahui pola sebaran serta ketebalan endapan batubara di lokasi penyelidikan, dalam rangka penyiapan wilayah pencadangan nasional.Tujuannya adalah untuk penyediaan data potensi sumberdaya batubara bagi pemerin-tah sebagai salah satu upaya konservasi energi yang diperlukan untuk menjaga dan memeli-hara pasokan energi di masa yang akan datang

1.3.Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah Penyelidikan

Daerah yang diselidiki terdiri dari 2 (dus) lokasi, secara administrasi lokasi penyelidikan meru-pakan wilayah kabupaten Kepulauan Sula, provinsi Maluku Utara dan secara Geografis lokasi pertama tercakup dalam koordinat 2˚ 00΄ 00˝ – 02˚ 30΄ 00˝ LS – 120˚ 50΄ 00˝ – 120˚ 70΄ 00˝ BT. meliputi kepulauan Sula Besi, sedan-gkan lokasi ke dua yang terletak di kepulauan Taliabu tercakup dalam koordinat 125˚ 25΄ 00˝ – 124˚ 40΄ 00˝ BT – 1˚ 37΄ 00 ˝– 1˚ 45΄ 00˝ LS.

Untuk mencapai lokasi penyelidikan dapat di lakukan dengan dua cara, antara lain, dari Jakarta – Ternate dilanjutkan ke Sanana melalui jalur laut, dengan waktu tempuh satu malam ke Sanana, atau dari Jakarta – Ternate, dilanjutkan ke Tikong dengan jalan laut melalui Falabisa-haya , dengan waktu tempuh dua malam.

1.4.Keadaan Lingkungan.

Berdasarkan data yang di kutip dari web site Pemda Kabupaten Sula , luas wilayah kabu-paten Sula Kepulauan 24.082,30 km2, dengan jumlah penduduk 124.784 jiwa yanag tersebar dalam enam kecamatan dan 82 desa. Potensi ekonomi daerah ini di dukung oleh berba-gai sektor, seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan, pertamban-gan , industri dan pariwisata.Sebagian besar wilayah Maluku Utara bergunung-gunung dan berbukit-bukit yang terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan pulau karang, sedangkan seba-gian lainnya merupakan dataran. Penduduk yang mendiami pulau-pulau Sulabesi, P.Taliabu dan Mangole mayoritas adalah pendatang dari

Page 3: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Sulawesi Selatan, P.Buton dan pulau-pulau kecil sekitarnya, juga berbagai suku dari Jawa dan Sumatera dan suku-suku lain yang meru-pakan pendatang yang bekerja sebagai Pegawai Negeri maupun swasta pada perusahaan yang ada di wilayah ini. Fasilitas kesehatan di pulau-pulau ini cukup memadai, dimana di tiap Kecamatan sudah tersedia layanan kesehatan oleh Puskesmas dan Bidan desa, sedangkan Fasilitas pendidikan sudahcukup maju, dimana di ibu kota kabupaten Sanana sudah ada sekolah dengan tingkatan Universitas, sekolah menengah umum dan Kejuruan.

Pada daerah inventarisasi sebagian besar pen-duduk asli memeluk agama Islam sedangkan agama lain seperti Kristen dan Katolik di anut oleh para pendatang dari luar pulau.

Wilayah Maluku Utara dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim. Oleh karena itu iklimnya sangat dipengaruhi oleh lautan dan bervariasi antara tiap bagian wilayah yaitu iklim Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Halma-hera Barat, Halmahera Selatan dan Kepulauan Sula. Iklim didaerah Kepulauan Sula; terdiri atas dua musim, musim Utara pada bulan Okto-ber-Maret diselingi angin Barat dan pancaroba pada bulan April dan musim Selatan pada bulan April-September, diselingi angin Timur dan pancaroba pada bulan September.

Sedangkan jenis curah hujan di deaerah Maluku Utara adalah sebagai berikut:

1. Curah hujan antara 1000 mm - 2000 mm, meliputi pulau Tobelo, pulau Mangote, pulau Sulabesi, pulau Obi dan sekitarnya, pulau Bacan dan sekitamya, pulau Halma-

hera bagian Selatan.

2. Curah hujan antara 2500 mm - 3000 mm, meliputi pulau Halmahera bagian Utara, sebagian Kecamatan Ibu. Galela dan Loloda.

3. Sedangkan wilayah Iainnya adalah curah hujan antara 2000 - 2500 mm per tahun.

Jenis tanah yang tersebar di Provinsi Maluku Utara yaitu terdiri dari:

1. Jenis Tanah Mediteran terdapat di Pulau Morotai bagian barat, timur dan selatan, Pulau Doi Kecamatan Loloda.

2. Jenis Tanah Podsolik Merah Kuning ter-dapat di Pulau Halmahera dan Utara ke Selatan, Tobelo, Ibu, Obi bagian Timur, Sanana, Pulau Taliabu, Wasiley, Oba, Weda, Patani dan Maba.

3. Jenis Tanah Kompleks terdapat di Pulau Morotai bagian Barat dan Timur, Obi bagian tengah, Pulau Halmahera bagian tengah sampai timur.

4. Jenis Latosol terdapat di Lologa, Calela, Jailolo bagian Selatan, Cane Barat, Cane Timur, Bacan, Obi, Wasilei, Weda dan Maba.

5. Jenis Tanah Regosol terdapat di Loloda, Calela, Sahu, Kao, Pulau Ternate, Pulau Makian, Pulau Obi di pesisir utara.

6. Jenis Tanah Alivial terdapat di Pulau Obi bagian barat, Pulau Taliabu bagian utara dan tenggara, Oba, Wasilei, Weda, Patani dan Maba.

Page 4: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Secara keseluruhan, penggunaan lahan di Provinsi Maluku Utara didominasi oleh peng-gunaan lahan hutan dan lahan perkebunan.  Dan luas daratan seluas 45.069,66 Km2 dian-taranya merupakan lahan perkebunan dengan luas 830.683,6 Ha atau 8.306.836 Km2 dan luas lahan hutan 534.409,0 Ha atau 5.344.090 Km2 serta selebihnya adalah lahan untuk sawah, perumahan dan permukiman, tegalan dan ban-gunan lainnya.

1.5.Waktu dan Pelaksana Kegiatan.

Pelaksanaan pekerjaan inventarisasi ini ber-langsung dari tanggal 20 juni sampai dengan 30 Agustus 2011, selama 45 hari dan di lak-sanakan oleh satu tim dari Pusat sumberdaya Geologi terdiri dari satu orang ketua Tim dan beberapa anggota

1.6.Penyelidik Terdahulu.

Para penyelidik terdahulu yang pernah mel-akukan penyelidikan di daerah sekitar lokasi penyelidikan adalah sebagai berikut.

-PT. Gerbang Multi Sejahtera, 2008, berupa Laporan Survey Tinjau Sumberdaya Bijih Besi dan mineral pendampingnya di daerah Pulau Taliabu, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara.

- Kusnama, Pusat Survey Geologi, Fasies dan lingkungan pengendapan Formasi Bobong berumur Jura sebagai pembawa lapisan batu-bara di Taliabu, Kepulauan Sanana- Sula, Maluku Utara, 2008

-Surono dan Sukarna, D., 1993. Peta Geologi

Lembar Sanana, Maluku, skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Band-ung.

GEOLOGI UMUM

Berdasarkan cekungan sedimen Tersier Indo-nesia (Simanjuntak, 1992) Pulau Taliabu dan P.Mangole termasuk kedalam cekungan Sula, sedangkan berdasarkan Peta cekun-gan sedimen Indonesia (Badan Geologi, 2009) merupakan bagian tersendiri yaitu termasuk cekungan Taliabu- Mangole.

2.1. Stratigrafi Regional

Susunan stratigrafi Pulau Taliabu tersaji pada Gambar 3. Runtunan batuan paling bawah ada-lah Kompleks Batuan Malihan yang terdiri atas sekis, genes, amfibolit, filit, argilit, dan kuarsit yang diduga berumur Karbon. Ketebalan kom-pleks ini diduga lebih dari 1000 m. Berdasarkan hasil pentarikhan radiometri, batuan malihan jenis sekis satuan ini berumur 305 + 6 juta tahun atau Karbon (Sukamto,

Secara tak selaras di atas Kompleks Batuan Malihan diendapkan Formasi Menanga yang ter diri atas perselingan batugamping hablur, batupasir malih, batusabak, dan filit.

Tebal satuan Formasi Menanga yang diper-kirakan 1000 m diendapkan dalam lingkungan fluviatil - laut dangkal. Umurnya diperkirakan Perem (Supandjono & Haryono, 1993; Surono & Sukarna, 1993). Lokasi tipe berada di Sungai Menanga Pulau Taliabu.

Page 5: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Formasi Menanga ditindih tak selaras oleh Batuan Gunung Api Mangole yang dikuasai breksi gunung api, tuf terkersikkan, dan ign-imbrit. Terobos-an Granit Banggai terdiri atas granit, diorit kuarsa, granodiorit, dan pegmatit (Gambar 4) yang berumur Perem Akhir - Trias (Sukamto, 1975a,b,c).

Secara tak selaras di atas batuan Paleozoikum dan Trias diendapkan Formasi Bobong yang terdiri atas breksi, konglomerat, dan batupasir kuarsa di bagian bawah, dan perselingan serpih dan batulem pung-batulumpur di bagian atas. Setempat terdapat lensa batugamping, sisipan batulanau, bintal pirit, dan lapisan batubara.

Berdasarkan fasies, runtunan batuannya ter-diri dari batubara menunjukkan bahwa satuan batuan Formasi Bobong ini diendapkan dalam lingkungan fluviatil, peralihan, sampai laut dan-gkal, dan diduga berumur Jura Awal - Tengah

Formasi Bobong tersebar luas di bagian barat, utara dan timur Pulau Taliabu. Tebal formasi ini sekitar 2000 m (Supandjono & Haryono, 1993), dan terlipat dengan kemiringan lapisan batuan rata-rata 20°-30°.

Secara selaras dan sebagian menjemari di atas Formasi Bobong diendapkan Formasi Buya yang terdiri atas serpih bersisipan batu-pasir dan konglo-merat, bintal batulempung gampingan, dan oksida besi. Keberadaan fosil foraminifera, belemnit, dan amonit terutama dalam batuan serpih memberi kan indikasi kisaran umur Jura Tengah - Akhir. Lingkungan pengendapan Formasi Buya adalah lingkungan laut dalam sampai peralihan (Sato drr., 1978); dan lingkungan laut dangkal, dalam, sam-

pai terbuka (Bizon drr., 1982). Tebal satuan ini diduga lebih dari 1000 m.

Formasi Buya secara selaras ditindih oleh For-masi Tanamu yang terdiri atas napal, kelabu agak kecoklat- an, berlapis baik, dan tersebar di bagian timur dan utara Pulau Taliabu. Surono & Sukarna (1993) menjumpai adanya batugamp-ing kapuran dan serpih pada seri napal Formasi Tanamu ini. Formasi ini ber-umur Kapur (Supandjono & Haryono, 1993; Surono & Sukarna, 1993). Berdasarkan runtunan napal yang berasosiasi dengan batugamping dan batupasir, maka lingkungan pengenda-pan Formasi Tanamu adalah garis pantai - laut dangkal. Tebal satuan batuan For masi Tanamu sekitar 300 m.

Secara tak selaras dan terpisah di atas For-masi Tanamu diendapkan Formasi Salodik yang terdiri atas batugamping dan napal (Surono & Sukarna, 1993), sedangkan di Pulau Mangole ada sisipan batupasir pada runtunan batugamp-ing. Sebaran Formasi Salodik di Pulau Taliabu dijumpai terutama di pantai utara bagian timur dan bagian selatan; sedangkan di Pulau Sehu terdapat di seberang barat Pulau Taliabu. Batugamping formasi ini berwarna kelabu terang yang sebagian berlapis baik, sementara sisipan batupasir, dan napal, berwarna coklat, agak padat dan agak keras, berlapis baik den-gan ketebalan lapisan 1-10 cm.

2.2. Struktur Geologi

Pulau Taliabu dan Pulau Sulabesi merupakan bagian dari deretan Kepulauan Banggai Sula, secara tektonik merupakan bagian dari mint-akat Banggai Sula (Metcalfe, 1990) atau benua

Page 6: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

micro (micro continent, Audley –Charles drr., 1972; Simanjuntak & Barber, 1996)

Merupakan hasil tumbukan dengan sistem penunjaman sepanjang batas timur Paparan Sunda yang menghasilkan kerangka tektonik Indonesia Bagian Timur (Silver, 1977; Hamilton 1979). Pulau ini diyakini berasal dari batas Utara benua Australia (Klompe , 1954), yang terpisah pada akhir Mesozoikum atau hingga Paleogen, dan terdorong disepanjang sesar besar Sorong yang di akibatkan oleh pergerakan lempeng laut Filipina ( Mc Caffrey drr., 1981).

Sesar Sorong di wilayah Kepulauan Sula terpi-sah menjadi dua sistem sesar, masing-masing adalah Sesar Sula Utara dan Sesar Sula Sela-tan Kepulauan Banggai-Taliabu-Mangole yang terpisah dengan pulau Sulabesi di Selatannya. Bentuk pulauTaliabu- Mangole mencerminkan pergerakan sesar Sorong yang berarah Barat-Timur. Sementara itu , Pulau Sulabesi – Sula yang berarah Utara-Selatan memotong tegak lurus kedua pulau tersebut.

2.3. Indikasi Endapan Batubara

Indikasi lapisan batubara dilokasi penyelidikan didapat dari publikasi yang sudah diterbitkan, antara lain, dari peta Geologi lembar Sanana, Maluku, skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Surono dan Sukarna,D, 1993 yang menyebutkan bahwa pada Formasi Bobong yang berumur Yura dida-pati lapisan batubara.

Demikian juga Kusnama pada paper yang ber-judul Fasies dan lingkungan pengendapan Formasi Bobong berumur Jura sebagai pem-

bawa lapisan batubara di Taliabu, Kepulauan Sanana- Sula, Maluku Utara, 2008

KEGIATAN PENYELIDIKAN

3.1. Penyelidikan Lapangan

3.1.1.Pengumpulan Data Sekunder

Dalam pengumpulan data Sekunder, penulis memanfaatkan berbagai sumber data, antara lain website Pemda Maluku Utara, Jurnal dan makalah yang diterbitkan oleh Badan Geologi

Serta berbagai tulisan ilmiah lain yang ber-hubungan dengan lokasi daerah penyelidikan

Data sekunder lain yang dikumpulkan adalah informasi yang berkaitan dengan infrastruk-tur menuju lokasi, keadaan sosial masyarakat sekitar lokasi penyelidikan.

3.1.2.Pengumpulan Data Primer.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode pemetaan geologi batubara, dimana data-data yang dimaksud adalah data yang berkaitan dengan lokasi singkapan batubara meliputi arah jurus dan kemiringan, ketebalan, litologi pengapit, struktur sedimen, posisi geo-grafis serta kenampakan fisik singkapan dan bentang alam daerah sekitar lokasi singkapan. Selanjutnya singkapan maupun data penunjang yang di dapati di ukur arah dan kemiringannya, dicatat kondisi fisik yang terlihat dan ditentukan posisinya dengan memakai alat GPS Garmin 12 XL dan di plotkan pada peta dasar 1: 50.000 dari

Page 7: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Bakosurtanal.

Selain itu juga di lakukan pengambilan conto singkapan yang diperlukan untuk keperluan analisa kualitatif di laboratorium, pengambilan conto batubara yang akan di analisa dilakukan dengan metoda Grab Sampling dan diusaha-kan sedapat mungkin conto tersebut mewakili lapisan batubara yang akan di analisa, kualitas batubara yang di ambil contonya adalah bagian yang segar yang belum mengalami pelapukan dan terbebas dari pengotoran akibat proses pelapukan dan pengaruh humus, conto terse-but selanjutnya di simpan pada kantong conto yang sudah dipersiapkan dan di beri label yang berhubungan dengan no conto, lokasi, posisi conto pada lapisan batubara.

Pada lokasi penyelidikan pertama, di kepu-lauan Sula Besi, b atubara tersingkap pada suatu tebing curam dan sempit yang memben-tuk sebuah sungai kecil terjal, singkapan yang dijumpai tersingkap akibat longsornya dinding tebing , batubara dijumpai diapit oleh batupa-sir halus-sedang, berwarna abu-abu dengan struktur sedimen paralel laminasi yang jelas sekali.

3.2. Analisa Laboratorium

Conto yang sudah di ambil di lokasi singkapan, selanjutnya di bawa ke laboratorium Fisika Mineral untuk di analisa secara Petrografi, sedangkan untuk analisa kimia conto di bawa ke laboratorium Kimia Mineral, Pusat Sumber-daya Geologi.

Untuk analisa Petrografi, conto yang sudah digerus selanjutnya di preparasi dan dianalisa

dibawah mikroskop untuk mengetahui Rank conto batubara tersebut.

Analisa kimia, yang dilakukan pada batubara, meliputi Free Moisture dengan metoda standard dari ASTM D.2013 – 03, Total Moisture dengan metoda Standard ASTM D.3302-02a, Moisture dengan metoda standard ASTM D.3171-04, Volatile Matter dengan metoda standard ASTM D.3175-04, serta Fixed Carbon dengan metoda standard ASTM D.3172-04, kandungan abu (Ash) dengan metode standard ASTM 3174 – 04, nilai kalori dengan metode standard ASTM 5865-04, Total sulfur dengan metode standard ISO 351.1996, analisa diatas merupakan analisa Proximate, sedangkan untuk analisa Ultimate dilakukan analisa Carbon, analisa Hydrogen, analisa Nitrogen, analisa sulfur dan analisa Oxy-gen. Jumlah conto yang di analisa sebanyak tujuh conto dari semua formasi yang diang-gap mewakili, serta empat conto untuk analisa petrografi

3.3. Pengolahan Data

3.3.1 Pengeplotan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melaku-kan pengeplotan data pada peta dasar skala 1 : 50.000 berupa data singkapan yang didapat dilapangan, data yang dimaksud adalah data arah jurus dan kemiringan lapisan.

3.3.2 Korelasi Antar Singkapan

Dalam pekerjaan korelasi singkapan, hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan batuan pengapit serta kesamaan arah jurus dan kemiringan, keadaan batuan pengapit

Page 8: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

mengindikasikan kemenerusan lapisan, kondisi ini ditopang oleh kesamaan arah jurus dan kemiringan lapisan, seberapa jauh satu singkapan dengan singkapan lainnya bisa dikorelasikan sangat tergantung pada jenis litologi batuan pengapit, struktur sediment yang berkembang dan cirri litologi lainnya.

HASIL PENYELIDIKAN

4.1. Geologi Daerah Penyelidikan

4.1.1.Morfologi

Daerah penyelidikan terdiri dari 2(dua )satuan morfologi, masing-masing adalah sebagai beri-kut .Moirfologi perbukitan landai dan Morfologi perbukitan Karst.

Satuan Morfologi Perbukitan landai

Satuan ini ddominasi oleh litologi batupasir lempungan dengan pola aliran membentuk pola yang relatif sejajar, bentuk atau pola ini dikenal sebagai pola aliran Trellis, dimana arah aliran berasal dari puncak perbukitan ke arah dataran pantai, dalam hal ini punggungan per-bukitan berfungsi sebagai water devide.

Satuan Perbukitan Karst

Satuan morfologi perbukitan Karst di dominasi oleh batugamping dengan pola penyebaran yang khas membentuk puncak-puncak dengan pola penyebaran sejajar, menempati beberapa pulau besar maupun kecil di wilayah ini, pola aliran tidak jelas karena pada umumnya sun-

gai-sungai yang mengalir pada daerah ini sering hilang secara tiba-tiba.

4.1.2.Stratigrafi

Susunan stratigrafi daerah penyelidikan den-gan berpedoman pada peta geologi P.Taliabu dan sekitarnya (Supandjono, 1993; Surono & Sukarna, 1993) dapat di gambarkan sebagai berikut: Runtunan batuan paling bawah ada-lah Kompleks Batuan Malihan yang terdiri atas sekis, genes, amfibolit, filit, argilit, dan kuarsit yang diduga berumur Karbon. Ketebalan kom-pleks ini diduga lebih dari 1000 m. Berdasarkan hasil pentarikhan radiometri, batuan malihan jenis sekis satuan ini berumur + 6 juta tahun atau Karbon

Secara tak selaras di atas Kompleks Batuan Malihan diendapkan Formasi Menanga yang ter diri atas perselingan batugamping hablur, batupasir malih, batusabak, dan filit.

Tebal satuan Formasi Menanga yang diper-kirakan 1000 m diendapkan dalam lingkungan fluviatil - laut dangkal. Umurnya diperkirakan Perem (Supandjono & Haryono, 1993; Surono & Sukarna, 1993). Lokasi tipe berada di Sungai Menanga Pulau Taliabu.

Formasi Menanga ditindih tak selaras oleh Batuan Gunung Api Mangole yang dominasi breksi gunung api, tuf terkersikkan, dan ign-imbrit. Terobos-an Granit Banggai terdiri atas granit, diorit kuarsa, granodiorit, dan pegmatit (Gambar 2) yang berumur Perem Akhir - Trias (Sukamto, 1975a,b,c).

Secara tak selaras di atas batuan Paleozoikum

Page 9: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

dan Trias diendapkan Formasi Bobong yang terdiri atas breksi, konglomerat, dan batupasir kuarsa di bagian bawah, dan perselingan serpih dan batulem pung-batulumpur di bagian atas. Setempat terdapat lensa batugamping, sisipan batulanau, bintal pirit, dan lapisan batubara.

Berdasarkan fasies, runtunan batuannya terdiri atas fasies darat sampai laut. Hadirnya lapisan batubara menunjukkan bahwa satuan batuan Formasi Bobong ini diendapkan dalam lingkun-gan fluviatil, peralihan, sampai laut dangkal, dan diduga berumur Jura Awal - Tengah

Formasi Bobong tersebar luas di bagian barat, utara dan timur Pulau Taliabu. Tebal formasi ini sekitar 2000 m (Supandjono & Haryono, 1993), dan terlipat dengan kemiringan lapisan batuan rata-rata 20°-30°.

Secara stratigrafis Formasi Bobong terdiri atas tiga fasies, yaitu (a) breksi – konglomerat; (b) batu pasir kuarsa dengan sisipan serpih, bat-ulempung dan batulumpur; dan (c) perselingan serpih dan batulempung-batulumpur .

Alas Fomasi Bobong merupakan suatu runtu-nan material rombakan batuan tua hasil suatu erosi akibat pengangkatan pada Trias yang kemudian diendapkan menjadi suatu runtunan batuan sedimen klastika kasar yang berangsur menjadi sedimen klastika halus, dan semakin ke lingkungan marin. Runtunan terperinci For-masi Bobong tersaji berikut ini.

(a) Fasies breksi-konglomerat

Fasies ini merupakan bagian bawah Formasi Bobong yang terdiri atas breksi berwarna

merah kecoklatan, tersusun oleh kepingan granit, malihan, kuarsa, dan fragmen batuan lain dengan butiran me nyudut, kemas tertutup, dan pilahan buruk, sangat padu sekali. Bat-uan ini diduga diendapkan sebagai hasil erosi berupa endapan rombakan (reworked deposit) dan bersentuhan secara tak selaras dengan batuan Granit Banggai (Supandjono & Haryono, 1993) dan Batuan Gunung Api Mangole (Surono & Sukarna, 1993) di bawahnya.

Breksi ini menjemari di bagian atasnya dengan konglomerat berwarna kecoklatan agak kem-erahan. Tingkat konsolidasi batuan padat dan keras, yang mengandung komponen penyusun berupa batuan malihan, sedimen termalihkan, granit, batuan vul kanik dan kuarsa. Ukuran butir fragmen penyusun konglomerat ini mulai dari 10 cm sampai 25 cm dengan butiran mem-bulat tanggung sampai mem bulat. Massa dasar berupa batupasir kasar dengan kemas terbuka.

Tidak dijumpainya batubara pada fasies ini membuktikan bahwa lingkungan pengenda-pannya tidak mendukung untuk tumbuhnya flora dengan baik. Akibat kontrol struktur yang cukup aktif pada awal Trias – Jura Awal, di kawasan ini telah terjadi suatu proses tekton-ika dan pengangkatan regional (Klompe, 1954; Pigram drr., 1985).

Lingkungan pengendapan fasies breksi dan konglomerat ini menunjukkan lingkungan flu-viatil atau darat yang bersinggungan dengan suatu erosi atau aliran runtuhan (debris flow) atau kipas yang di sebabkan adanya pengangka-tan (uplifting) akibat kontrol tektonika regional antara Lempeng Laut Filipina (Phillipine Sea Plate; Mc Caffrey drr., 1981) dengan Mintakat

Page 10: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Benua Australia Utara (Northern Australian Con-tinental Terrane; Silver, 1977 ).

(b) Fasies batupasir kuarsa

Fasies batupasir kuarsa merupakan bagian tengah Formasi Bobong. Batupasir dikua-sai oleh kepingan/butiran kuarsa berwarna putih kemerahan yang terkonsolidasi cukup baik, berukuran menengah -kasar, membun-dar – membundar tanggung, kemas tertutup, setempat mengandung mika dan lapisan tipis material karbon kehitaman setebal 3-5 cm. Butiran kuarsa yanng tertanam di dalam matriks terdiri atas lempung dan oksida besi. Struktur sedimen dijumpai berupa perarian sejajar dan silang siur, struktur bergradasi (graded bedding) dijumpai setempat di daerah Sungai Dege dan Sungai Gela bagian utara Pulau Taliabu.

Pada bagian atas fasies batupasir kuarsa dijumpai sisipan dan lensa-lensa tipis serpih dan batulumpur dengan tebal perlapisan 5 - 10 cm, juga lensa dan lapisan batubara serta material karbon yang semakin ke bagian atas perselingan ini semakin menebal dan lapisan batupasir semakin menipis.

Ketebalan fasies batupasir kuarsa di wilayah penelitian berkisar dari beberapa meter sampai pu luhan meter. Dijumpainya struktur sedi-men berupa laminasi sejajar, silang siur, toreh dan isi (scour and fill) dan struktur bergradasi (graded bedding) mengindikasikan bahwa fasies batupasir ini menga lami proses sedimentasi mulai dari energi arus kuat sampai tenang. Terdapatnya sisipan serpih, batulem pung, dan batulumpur di bagian atas fasies batupasir ini

memberi gambaran bahwa proses sedimentasi mulai mendekati wilayah yang memiliki media air dan kondisi tenang.

Endapan batubara pada fasies ini memiliki karak-teristik warna hitam, masif, banyak men-gandung parting batulempung dan serpih, dan umumnya berlapis baik dengan tebal perla-pisan antara 1 - 3 cm. Tebal batubara mencapai 40 cm, dan di antaranya dijumpai sebagai sisi-pan-sisipan tipis berwarna kehitaman dalam batupasir.

Dengan dijumpainya struktur sedimen seperti toreh dan isi, gradasi menghalus ke atas dan sisipan batuan yang diendapkan dalam kondisi arus tenang, maka lingkungan pengenda-pan fasies ini adalah flu viatil dengan karakter endapan sungai (river deposit) mendekati pantai (Jones & Hutton, 1984).

(c) Fasies perselingan serpih dan batulempung-batulumpur

Bagian paling atas Formasi Bobong terdiri atas perselingan serpih dan batulempung /batulum-pur berwarna kelabu sampai kelabu kehitaman, terkon solidasi cukup padat, mengandung lapisan batubara, material karbon, dan sisipan batupasir serta batulem pung gampingan.

Lapisan serpih berwarna kelabu kehitaman, memperlihatkan struktur perarian sejajar den-gan tebal perlapisan antara 3 - 5 cm, banyak dijumpai material karbon kehitaman, secara fisik getas (brit tle) dan sebagian mudah dire-mas (friable). Serpih ini berselingan dengan batulempung dan batulum pur berwarna kelabu gelap, dengan perlapisan tipis sekitar 1 - 3 cm.

Page 11: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Rasio perbandingan antara serpih dan bat-ulempung-batulumpur adalah 2:1.

Di bagian bawah fasies ini dijumpai sisipan tipis batupasir dengan tebal 1 - 3 cm dan setempat di jumpai berupa lensa-lensa tipis, baik dalam lapisan serpih maupun dalam lapisan batulem-pung dan batulumpur.

Fasies perselingan serpih batulempung-batu-lumpur membentuk suatu rutunan cukup tebal dan secara kasat mata dijumpai adanya suatu perulangan lapisan berupa duplikasi runtunan.

Pada lapisan serpih banyak dijumpai cetakan dan fosil amonit dan belemnit yang berupa suatu horizon fauna yang tersimpan secara ber-ulang mengikuti perulangan seri lapisan. Posisi fauna yang dijumpai mengikuti dan sejajar den-gan bidang perlapisan serpih.

Semakin ke atas pada perselingan serpih dan batulempung-batulumpur dijumpai adanya sisipan batulempung gampingan dan serpih gampingan. Suatu perselingan serpih dan bat-ulempung gam-pingan di bagian atas runtunan Formasi Bobong mengindikasikan adanya suatu hubungan menjemari dengan formasi batuan di atasnya. Batulempung gamping dan napal merupakan karakteristik Formasi Buya berumur Jura Akhir.

Batubara yang dijumpai pada fasies perselin-gan serpih dan batulempung-batulumpur yang meru pakan bagian atas Formasi Bobong ini secara fisik berwarna hitam, kilap baik, ber-lapis baik, setempat pejal, terutama di bagian bawah runtunan batuan. Lantai (floor) batubara terdiri atas serpih sedang kan tudung (roof)

berupa batulumpur dan batupasir kuarsa. Tebal batubara bervariasi mulai dari 15 - 40 cm (Seam A) dan 50 – 120 cm (Seam B), dengan lapisan penutup setebal 150 cm serta lapisan antara (interburden) setebal 50 cm.

Dijumpainya sisipan batupasir yang terben-tuk pada kondisi energi kuat atau paling tidak telah mengalami transportasi cukup jauh dan batulempung gampingan yang terbentuk pada kondisi laut dangkal dan tenang menunjukkan fasies serpih dan batulempung-batulumpur Formasi Bobong diendapkan di lingkungan pantai berawa (swampy beach) sampai laut dan-gkal-terbuka (Sato drr., 1978; Jones & Hutton, 1984; Gambar 6). Demikian pula keterdapatan fosil belemnit dan amonit yang banyak dijumpai pada bagian atas fasies ini menjadi ciri hadirnya binatang yang hidup pada habitat laut

Secara selaras dan sebagian menjemari di atas Formasi Bobong diendapkan Formasi Buya yang terdiri atas serpih bersisipan batu-pasir dan konglo-merat, bintal batulempung gampingan, dan oksida besi. Keberadaan fosil foraminifera, belemnit, dan amonit terutama dalam batuan serpih memberi kan indikasi kisaran umur Jura Tengah - Akhir. Lingkungan pengendapan Formasi Buya adalah lingkungan laut dalam sampai peralihan (Sato drr., 1978); dan lingkungan laut dangkal, dalam, sam-pai terbuka (Bizon drr., 1982). Tebal satuan ini diduga lebih dari 1000 m.

Formasi Buya secara selaras ditindih oleh Formasi Tanamu yang an, berlapis baik, dan tersebar di bagian timur dan utara Pulau Taliabu. Surono & Sukarna (1993) menjumpai adanya batugamping kapuran dan serpih

Page 12: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

pada seri napal Formasi Tanamu ini. Formasi ini ber-umur Kapur (Supandjono & Haryono, 1993; Surono & Sukarna, 1993). Berdasar-kan runtunan napal yang berasosiasi dengan batugamping dan batupasir, maka lingkungan pengendapan Formasi Tanamu adalah garis pantai - laut dangkal. Tebal satuan batuan For-masi Tanamu sekitar 300 m.

Secara tak selaras dan terpisah di atas For-masi Tanamu diendapkan Formasi Salodik yang terdiri atas batugamping dan napal (Surono & Sukarna, 1993), sedangkan di Pulau Mangole ada sisipan batupasir pada runtunan batugamp-ing. Sebaran Formasi Salodik di Pulau Taliabu dijumpai terutama di pantai utara bagian timur dan bagian selatan; sedangkan di Pulau Sehu terdapat di seberang barat Pulau Taliabu. Batugamping formasi ini berwarna kelabu terang yang sebagian berlapis baik, sementara sisipan batupasir, dan napal, berwarna coklat, agak padat dan agak keras, berlapis baik den-gan ketebalan lapisan 1-10 cm. (Kusnama, 2008)

4.1.3.Struktur Geologi

Pada lokasi penyelidikan di P.Sulabesi struk-tur geologi yang berkembang berupa struktur perlapisan yang dijumpai pada formasi Bobong dengan arah relative barat laut- tenggara dan mempunyai kemiringan rata-rata antara 10˚ - 20˚, sedangkan pada Formasi lain sulit di temukan perlapisan.

Pada lokasi kepulauan Taliabu, struktur geologi yang berkembang adalah struktur perlapisan pada formasi Bobong dengan arah jurus relative Barat daya – Timur laut, mempunyai kemir-ingan bervariasi antara 10˚ - 30˚. Struktur

sesar geser dengan arah relative Barat- Timur dan struktur sesar normal yang diperkirakan, mempunyai arah relative Utara – Selatan.

4.2. POTENSI BATUBARA

4.2.1.LOKASI DAN PENYEBARAN BATU-BARA

Endapan Batubara P.SULABESI

SN 01.Batubara dengan ketebalan 30 cm, dengan kedudukan N 290 E/30, tersingkap memotong aliran sungai secara lateral pada suatu longsoran yang di perkirakan seba-gai zona sesar, batubara warna hitam, bright, keras. Batubara di apit oleh batupasir abu-abu, berbutir halus- sedang, blocky massive dengan kenampakan struktur paralel laminasi

Endapan Batubara P.Tali abu

Sedangkan di Pulau Taliabu, batubara ters-ingkap di sungai Bulan desa Sahu dengan ketebalan 3 m, untuk seam A dan Seam B > 1m. Kedudukan N 154 E/15, dijumpai interseam dengan ketebalan 1,5 m, pada bagian atas seam A di apit oleh lapisan batu lempung abu-abu kehijauan, massive, sedangkan bagian bawah seam B tidak bisa di kenali karena terendam air sungai yang dalam keadaan banjir, singkapan ini di identifikasi sebagai TA 01 A dan TA 01 B, dengan koordinat 01˚ 34’ 27,3” LS dan 124˚ 42’ 30,9” BT

Batubara TA 02, tersingkap di daerah sungai Dege taliabu, dengan ketebalan 0,4 m, Bagian bawah lapisan batubara bersen tuhan secara tajam dengan serpih dan batulempung - batu-

Page 13: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

lumpur kelabu gelap. Batulumpur sebagian hancur dan lembek, mengandung bahan karbo-nan dan lensa-lensa batubara, dan terkadang menerus tipis searah bidang perlapisan.

Bagian atas batubara menyerpih dan seba-gian hancur, dengan parting berupa lempung kelabu kecoklatan. Di dalam parting lempung ini dijumpai material damar (resin) berwarna bening, dan lapisan tipis pirit. Sifat belah sub-konkoidal, kemungkinan karena banyaknya buntal-buntal damar dan pirit. Top batubara batupasir kelabu kehitaman, lembek, men-gandung lensa-lensa lempung dan material karbonan. Bagian atas runtunan batupasir ini sangat halus dengan struktur laminasi sejajar dan silang–siur skala kecil. Bagian bawah batu-pasir agak kasar, padu, dikuasai kuarsa dengan pilahan menengah, kemas tertutup, dan banyak mengandung karbon kehitaman.

Jurus dan kemiringan batubara terukur N10°E/12° dan N80°E/20° dengan total tebal sekitar 0,8 m. Koordinat singkapan batubara pada lokasi ini 01˚ 45’ 2” LS dan 125˚ 20’ 30” BT.

Batubara TA 03, tersingkap di daerah Jorjooga dengan koordinat 01˚ 34’ 27,5” LS dan 124˚ 42’ 30” BT, Batubara dijumpai pada perselin-gan serpih dan batulempung-batulumpur yang memiliki sifat fisik berwarna hitam, gores hitam, dengan litotipe bright banded, sifat beban ringan, berlapis baik dan seba gian pejal teru-tama di bagian bawahnya; kekerasan menengah sampai getas. Butiran pirit dijumpai pada bidang perlapisan batubara, berwarna kuning pucat. Sesar kecil berarah N 35°/45°E dijumpai memotong lapisan batubara mengakibatkan

penggerusan pada bidang perlapisan batubara, sehingga sebagian mengalami kehancuran (fractured). Tebal batubara menca pai 0,6 m den-gan jurus dan kemiringan berarah N20°E/15°.

Secara kontak tajam di atas batubara terendap-kan asies batulempung berbatulumpur, kelabu kehi-taman, getas, berlapis baik. F o t o 4 . Kenampakan lapisan konglomerat dengan posisi di bawah lapisan batubara pada lokasi TA 01.

4.2.2. KUALITAS BATUBARA

Dari beberapa conto batubara yang dianalisa, secara kimia maupun petrografi didapatkan hasil sebagai berikut

Untuk conto SN -01 batubara di kepulauan Sulabesi didapatkan hasil analisa kimia ada-lah Free Moisture (ar). 19,52 %, Total moisture (ar). 27,16%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture (adb).9,49%. Volatile Matter (adb). 41,97%. Fixed Carbon (adb).37,62%. Ash (adb) 10,92 %. Total Sulphur (adb). 3,10 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 5523 cal/gr.

Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui kandungan Karbon (daf) 71,73 %, Hydrogen (daf) 3,88 %. Nitrogen (daf) 1.07 %, sulfur (daf) 3,90% dan Oxigen (daf), 19,42 %.

Conto ini di ambil dari singkapan tunggal di P.Sulabesi yang mempunyai ketebalan 30 cm, batubara hitam berkilat, keras, concoidal yang tersingkap pada tebing yang mengalami ke longsoran, top dan bottom lapisan ini berupa batulempung abu-abu, masive kompak dan berlapis.

Page 14: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Conto no 2. pada lokasi TA-01 A, adalah Free Moisture (ar). 5,20 %, Total moisture (ar). 7,47%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Mois-ture (adb).2,50%. Volatile Matter (adb). 49,62%. Fixed Carbon (adb).31,50%. Ash (adb) 16,38 %. Total Sulphur (adb). 8,01 % dan mempunyai nilai kalori (adb) sebesar 6580 cal/gr. Conto ini di ambil di daerah batubulan dipinggir sungai dan merupakan lapisan atas dari batubara yang tersingkap, ketebalan 3 m, lapisan ini di apit oleh batulempung abu-abu.

Conto no.3. diambil dari lokasi yang sama dengan lokasi di atas dan merupakan lapisan bagian bawah yang terendam oleh air, keteba-lan terukur 1 m karena bottom lapisan tidak bisa di ketahui karena terendam air. Hasil ana-lisa adalah sebagai berikut,

Untuk conto TA -01B batubara di kepulauan Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah Free Moisture (ar). 4,78 %, Total moisture (ar). 7,38%. Untuk analisa proksimat yang meliputi Moisture (adb).2,73%. Volatile Matter (adb). 50,31%. Fixed Carbon (adb).34,08%. Ash (adb) 12,88 %. Total Sulphur (adb). 3,78 % dan mem-punyai nilai kalori (adb) sebesar 6919 cal/gr.

Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui kandungan Karbon (daf) 77,43 %, Hydrogen (daf) 5,20 %. Nitrogen (daf) 0,74 %, sulfur (daf) 4,48% dan Oxigen (daf), 12,15 %.

Untuk conto TA -02 batubara di kepulauan Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah Free Moisture (ar). 6,13 %, Total moisture (ar). 10,92%. Untuk analisa proksimat yang meli-puti Moisture (adb).2,54%. Volatile Matter (adb). 31,73%. Fixed Carbon (adb).26,22%. Ash (adb)

39,51 %. Total Sulphur (adb). 3,83 % dan mem-punyai nilai kalori (adb) sebesar 4442 cal/gr.

Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui kandungan Karbon (daf) 72,183 %, Hydrogen (daf) 5,05 %. Nitrogen (daf) 0,71 %, sulfur (daf) 6,61% dan Oxigen (daf), 15,46 %.

Untuk conto TA -03 batubara di kepulauan Taliabu didapatkan hasil analisa kimia adalah Free Moisture (ar). 7,82 %, Total moisture (ar). 10,92%. Untuk analisa proksimat yang meli-puti Moisture (adb).3,36%. Volatile Matter (adb). 43,88%. Fixed Carbon (adb).40,06%. Ash (adb) 12,70 %. Total Sulphur (adb). 3,55 % dan mem-punyai nilai kalori (adb) sebesar 6598 cal/gr.

Sedangkan untuk analisa Ultimate, diketahui kandungan Karbon (daf) 77,42 %, Hydrogen (daf) 4.66 %. Nitrogen (daf) 0,73 %, sulfur (daf) 4,23% dan Oxigen (daf), 12,95 %.

Dengan kualitas batubara tersebut, maka batu-bara di lokasi penyelidikan bisa di kelompokkan pada batubara jenis Lignit – Sub Bituminous, bisa di kembangkan untuk briket batubara guna keperluan lokal dalam rangka mendukung Indusatri Skala kecil di lokasi ini.

1.2.3 SUMBERDAYA BATUBARA

Dari tata cara perhitungan sumberdaya yang telah di uraikan pada Bab.3 terdahulu, di dapat sumberdaya Hipotetik sebesar 1.350.878,75 Ton

4.3. Prospek Pemanfaatan dan Pengem-bangan Batubara

Dari ke dua lokasi ini, yang mempunyai

Page 15: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

kemungkinan dikembangkan adalah pada lokasi P.Taliabu, karena dari tinjauan litologi pengapitnya masih bisa punya kemungkinan untuk menerus penyebarannya. Dari tinjauan kualitas batubara P.Taliabu termasuk dalam klasifikasi Lignite- Sub-bituminous.

Karena kuantitasnya yang tidak begitu besar, maka bisa dimanfaatkan untuk bahan baku Briket Batubara.

5.KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan

1. Struktur geologi yang berkembang berupa struktur perlapisan dan struktur sesar normal dengan arah relatif Utara- Selatan, sedangkan struktur perlapisan relatif bera-rah Barat daya - timur laut dan mempunyai kemiringan relatif landai ke Tenggara

2. Satuan morfologi yang berkembang adalah satuan morfologi Pegunungan landai dan satuan Morfologi pegunungan Karst.

3. Singkapan batubara di pulau Sulabesi ters-ingkap 1 singkapan

4. Singkapan batubara di P.Taliabu 3 singka-pan, dengan jumlah lapisan 2 lapisan.

5. Pada lokasi lokasi tersebut Formasi pem-bawa batubara adalah Formasi Bobong yang berumur Yura.

6. Batubara di lokasi ini termasuk batubara jenis Lignit – Sub Bituminous

7. Sumberdaya Hypotetik 1.350.870,752 ton

DAFTAR PUSTAKA

Sato, T., Westermann, G.E.G., Skwarko, S.K., dan Hasibuan, F., 1978. Jurassic biostratigra-phyofthe Sula Islands, Indonesia. Bulletin of Geological Survey of Indonesia, 4 (1), h.1-28.

Silver, E.A., 1977. The Sula Spur Enigma. Geo-logical Society of America Abstract, 9 (7), h.1175.

Simanjuntak, T.O. dan Barber, A.J., 1996. Contrasting tectonic styles in the Neogene-OrogenicBelts of Indonesia. Dalam: Hall, R. & Blundell, D. (eds.): Tectonic Evolution of South-east Asia. Geological Society Special Publication, 106h.

Sukamto, R. 1975a. Peta Geologi Indonesia, Ujung Pandang, skala 1:1000.000, Lembar V111. Direktorat Geolo

Sukamto, R. 1975b. The structure of Sulawesi in the light of plate tectonics. Association Indone-sian Geologists. Regional Coference on Geology and Mineral Resources of Southeast Asia, 25h.

-Sukamto, R., 1975c. Geologi daerah Kepulauan Banggai dan Sula. Geologi Indonesia, 2 (3), h.23-28.

-Supandjono, J.B. dan Haryono, E., 1993 . Peta

Page 16: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Geologi Lembar Banggai, Maluku Utara, skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

-Surono dan Sukarna, D., 1993. Peta Geologi Lembar Sanana, Maluku, skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Band-ung.

-Kusnama encus, Fasies dan lingkungan pen-gendapan Formasi Bobong berumur Yura

sebagai pembawa batubara di Taliabu, Kepu-lauan Sanana- Sula, Maluku Utara , Pusat Survei

Geologi, Badan Geologi, Jl. Diponegoro 57 Bandung, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 September 2008:

161-173

Page 17: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

Lokasi 1. Lokasi 2 Gambar.1. Lokasi dan Kesampaian daerah Penyelidikan

No Waktu Kegiatan

JUNI JULI AGUSTUS

I I III III IV V VI VII VIII IX X XII XII

1 Persiapan

2 Lapangan

3 Analisa

4 Laporan

Page 18: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

Kusnama, 2008

Gambar 2. PetaGeologi Pulau Taliabu dan sekitarnya (Supandjono , 1993; Surono & Sukarna, 1993).

Kusnama 2008 Tabel.2. Kolom Stratigrafi Regional daerah penyelidikan

Page 19: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

Kusnama, 2008

Gambar 3. Tektonika wilayah Taliabu dan sekitarnya (modifikasi dari Audley-Charles, 1972; Silver, 1977; Hamilton, 1979).

Foto.1. Kenampakan Morfologi perbukitan landai di lihat dari arah bagian barat pesisir

Pulau Sulabesi

Page 20: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

Foto.1. Kenampakan singkapan batubara pada lokasi pengamatan SN 01Di sungai wai walina, fuata N 290˚E/30˚

Foto 2. Kenampakan batubara SN 01 wai walina

Page 21: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

Foto 3. Kenampakan singkapan TA 01.batubara pada sungai Bulan desa Sahu, ( a). lapisan batubara, (b)inter seam lempung abu-abu, (c), batubara.

Foto 4. Kenampakan lapisan konglomerat dengan posisi di bawah lapisan batubara pada

lokasi TA 01.

a

b

c

Page 22: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.26

Tabel.2. Data singkapan Batubara.

No Lokasi Kode Tebal DISKRIPSI Keterangan

1 P.SULA BESI SN.01 0.30 M Batubara, hitam berkilat, diapit oleh batupasir abu-abu, kasar

Di sungai wai walina02˚ 22΄ 02.2˝LS126 00 12.4 BT

2 P. TALI ABU

TA.01 A 3 M

Batubara, hitam berkilat, diapit oleh batulempung bagian atas dan lempung abu-abu, bagian bawah

TA 01 A dan TA 01 B, dengan koordinat 01˚ 34’ 27,3” LS dan 124˚ 42’ 30,9” BT

3

TA.01 B > 1M

Batubara, hitam berkilat, bagian atas di apit oleh lempung abu-abu

Terendam air sungai bulan

4

TA.02 0.8 M

Batubara hitam, bagian bawah di apit oleh serpih dan batulempung, bagian atas batupasir abu-abu

ini 01˚ 45’ 2” LS dan 125˚ 20’ 30” BT.

5

TA.03 0,6 MBatubara hitam, bagian atas di apit oleh batulempung

01˚ 34’ 27,5” LS dan 124˚ 42’ 30” BT,

Tabel.3. Hasil Analisa Batubara

Analysis Unit Basis

Kode Contoh

SN-01 TA-01A TA-01B TA-02 TA-03

Free Moisture % ar 19,52 5,10 4,78 6,13 7,82

Total Moisture % ar 27,16 7,47 7,38 8,51 10,92

PROXIMATE

Moisture % adb 9,49 2,50 2,73 2,54 3,36

Volatile Matter

% adb 41,97 49,62 50,31 31,73 43,88

Fixed Carbon % adb 37,62 31,50 34,08 26,22 40,06

Page 23: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.26

Ash % adb 10,92 16,38 12,88 39,51 12,70

Total Sulfur % adb 3,10 8,01 3,78 3,83 3,55

Caloric ValueCal/gr

adb 5523 6580 6919 4420 6598

ULTIMATE %

Carbon % daf 71,73 75,42 77,43 72,18 77,42

Hydrogen % daf 3,88 5,22 5,20 5,05 4,66

Nitrogen % daf 1,07 0,70 0,74 0,71 0,73

Sulphur % daf 3,90 9,88 4,48 6,61 4,23

Oxygen % daf 19,42 8,79 12,15 15,46 12,95

Tabel.4. Sumberdaya BatubaraNo Lokasi Singkapan Perhitungan Sumberdaya Hypotetik (Ton)

Sula besi SN.01 3000 x 0,3 x 115,47x1,3 135.099,9

Taliabu TA-01A 3000x3x103,82 x 1, 3 1.214.694

TA-01B 3000x 1x 103,82x 1,3 404.898

TA-02 3000x 0,8 x 107,52 x 1,3

335.462

TA-03 3000x 0,6 x 143,8 x 1,3 336.492

Total 1.350.878,75

Page 24: penyelidikan batu bara di daerah mangole dan sekitarnya