81
PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus Penyimpangan Etika dan Perilaku Hakim) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : M. Zulfikar Rhomi Prayoga NIM : 1113048000032 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439H/2018

PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

  • Upload
    lamkien

  • View
    236

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL

(Studi Kasus Penyimpangan Etika dan Perilaku Hakim)

SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

M. Zulfikar Rhomi Prayoga

NIM : 1113048000032

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439H/2018

Page 2: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL(Studi Kasus Penyimpangan Etika dan Periluku Hakim)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

M. ZULFIKAR RIIOMI PRAYOGA

NIM: 1113048000032

NiP. 197202032007 011034 NIP. 19630305199103 1002

PROGRAM STT]DI ILMU HUKUMJAKULTAS SYARI'AII DAN HUKTJM

UNIVERSITAS ISLA1VI NE GERI

SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1439 rV2018 M

0leh:

Pembimbing I: Pembimbing II:

Page 3: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

LEMBAR PENGESAHAN UJTAN

SKTiPSi YANg bETJUdUI PENCAWASAN PERILAI(LJ HAKIM OLEH KOIVIISI YUDISIAL(Sl UDI KASUS PENYIMPANGAN ETIKA DAN PERILAI(U HAKIM) telah diajukan datam

sidang tnunaqasah Fakr-rltas Syariah dan Hukum Prograrn Stucli Ihnu Hukum Universitas Islam

Negeri SyarilHidayatullah.lakarta pad,a27 Maret 2018. Skripsi ini telah cliterima sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pacla Program Studi Ilmu Hukurn.

Jakarta, April2018

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukurn

Ketua

Sekr-etaris

Pembirnbing I

Pembimbing II

Penguji I

Pengqji II

PANITIA UJIAN

: Dr. Asep S),arifuddin Hidayat. S.H.. M.H.

NIP. 19691216199603 l00l: Drs- Abu Thamrin. S-H.. M.Hum

NrP. 19650908 199s03 1001

: Dr. Al Fitra. S.H.. M.Hunt

NIP. 1 9720203200701 1 034

: Drs. Nor Yamin aini. M.A.

NIP. 196303051 99103 I 002

: Dr. Burhanudin. M.Hum

NiP. 19590319t97912 l00l

: Ir. M. Nadratuzzaman Hosen. M.S.. MSc.. ph. D-,

NIP. 196 t0624 t 985 l2 t00l

NrP. 19691 2161996031001

Page 4: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

LEMBAR PERNYATAAN

ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri OfN)Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas IslamNegeri rufN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jika kernudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya berse<iia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri Of$ Syarif Hidayatullah Jakarta.

i9 Maret 2018

M. ZULFIKAR RHOMI PRAYOGA

aJ.

iii

Page 5: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

ABSTRAK

M. Zulfikar Rhomi Prayoga NIM 1113048000032, “PENGAWASAN

PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (STUDI KASUS

PENYIMPANGAN ETIKA DAN PERILAKU HAKIM)”, Strata Satu (S1),

Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Kelembagaan Negara, Fakultas Syari’ah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439

H/2018 M, X+67 halaman.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengawasan perilaku hakim oleh

Komisi Yudisial. Secara khusus, skripsi ini mencoba mendalami kewenangan Komisi

Yudisial dalam mengawasi hakim dalam rangka menegakkan Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim. Disamping itu skripsi ini juga mencoba membahas tentang

beberapa kasus yang terjadi dalam penegakkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku

Hakim oleh Komisi Yudisial. Terakhir Penulis mencoba membahas peran Komisi

Yudisial dan Mahkamah Agung dalam pemberian sanksi apabila terjadinya perbedaan

pendapat antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung..

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) melalui

pendekatan perundang-undangan (statute approach). Penelitian ini menggunakan

metode pengumpulan data berupa studi pustaka. Melalui studi pustaka peneliti

mengumpulkan dokumen dan data untuk diolah menggunakan metode analisis isi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kewenangan pengawasan Komisi Yudisial

dalam mengawasi hakim masih lemah. Terbukti dengan tidak adanya kekuatan

hukum mengikat dan sanksi apabila rekomendasi sanksi yang diajukan oleh Komisi

Yudisil kepada Mahkamah Agung ditolak. Walaupun dalam Undang-Undang Nomor

18 Tahun 2011 diatur apabila rekomendasi sanksi dari Komisi Yudisial ditolak oleh

Mahkamah Agung dapat berlaku otomatis. Lalu, Peran Komisi Yudisial dan

Mahkamah Agung juga tidak berjalan dengan baik dalam menegakkan Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim. Tidak adanya penjelasan yang lebih rinci terhadap mana

teknis yudisial dan mana ranah kode etik. Sehingga menyebabkan terjadinya benturan

pendapat antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung yang Mengakibatkan

banyaknya rekomendasi sanksi dari Komisi Yudisial yang ditolak oleh Mahkamah

Agung.

.

Kata Kunci : Pengawasan, Hakim, Komisi Yudisial, Mahkamah Agung. Kode Etik,

Perilaku Hakim

Pembimbing : 1. Dr. Al Fitra, S.H., M.Hum

2. Drs. Noryamin Aini, M. A.

Daftar Pustaka : Tahun 1996 s.d Tahun 2017.

SMESTA
Typewritten Text
SMESTA
Typewritten Text
iv
Page 6: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

“Pengawasan Perilaku Hakim Oleh Komisi Yudisial (Studi Kasus Penyimpangan Etika

dan Perilaku Hakim” tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa

terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, kerabat dan

sahabatnya. Rasa syukur yang amat mendalam serta beribu-ribu ungkapan terima kasih

Penulis sampaikan kepada para pihak yang telah berkontribusi dalam menyumbangkan

ide, gagasan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini, Penulis

ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum

beserta Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan dan

masukannya dalam penyusunan skripsi.

3. Dr. Al Fitra, S.H., M.Hum dan Drs. Noryamin Aini, M.A, selaku dosen

pembimbing yang penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian senantiasa

memberikan banyak ide, gagasan serta kritikan yang membangun dalam

Penulisan skripsi ini. Semoga ilmu yang diberikan dapat menjadi amal jariah

serta bernilai pahala yang berlimpah disisi Allah SWT.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu dan wawasan kepada Penulis

selama perkuliahan.

5. Kedua orang tua tercinta dan tersayang Nasron Husein, S.H dan Dra. Mulyana

(Alm), atas kasih sayang, motivasi, dukungan, doa, perhatian, ilmu

Page 7: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

vi

pengetahuan, arti kedisiplinan, serta tidak henti-hentinya menyemangati dan

mendoakan keberhasilan Penulis dalam penyusunan skripsi. Sehingga Penulis

dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi Negeri

Strata1.

6. Kepada saudara Penulis, kakak dan keponakan tercinta dan tersayang,

Novendaria Rosa Anita, S.H., M.H, Zakia Tiara Faragista, S.H., M.H , M.H

Azzam Al-Ghifary, dan Zhafira,. Terima kasih atas segala dukungan, perhatian,

dan kasih sayang yang telah kalian berikan.

7. Teman hidup Penulis, Erisya Ramadia Dardi yang telah membantu, memberi

semangat, serta menemani Penulis setiap waktu baik suka maupun duka.

Terima kasih atas perhatian, cinta, kasih sayang, dan waktunya yang diberikan

kepada Penulis. Semoga Allah senantiasa memberkati dan meridhai

kebersamaan kita.

8. Sahabat yang sudah menjadi layaknya Keluarga Deka Faiz Albar, M. Husaini,

Ade Juraynaldi, Arum Trigunadi dan Sahabat Sincan. Terima kasih telah

menghibur, menyemangati dan memberikan motivasi kepada penulis. Sukses

untuk kita semua.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan Penulis yang sekaligus menjadi keluarga,

Ahmad Kandiaz, Muh. Eddy kurniawasn, Khaidir Musa, Mizana Ramadhan,

M. Nasrulloh, dan Wulida Misdillah Almatin yang telah membantu dalam

pengetahuan, memberikan semangat dan dukungan kepada Penulis sehingga

penelitian ini dapat terselesaikan.

10. Kawan-kawan HMPS Ilmu Hukum & KKN ON FIRE 2016 yang telah

membantu menambah wawasan erta memberikan semangat dan dukungan

untuk penulis.

11. Keluarga Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum

Cabang Ciputat, selalu yakin atas usaha kita untuk sampai pada tujuan.

Page 8: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

vii

Besar harapan Penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berarti

bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang hukum Kelembagaan

Negara. Kritik dan saran yang membangun sangat Penulis harapkan dari seluruh

pembaca, sehingga dapat memperbaiki kesalahan serta menyempurnakan kekurangan

dari hasil penelitian ini.

Jakarta, 19 Maret 2018

M. Zulfikar Rhomi Prayoga

Page 9: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN .............................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah....................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................... 7

D. Tinjauan Kajian Terdahulu............................................................ 8

E. Metode Penelitian.......................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan................................................................... 12

BAB II PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL

DALAM SISTEM PENGAWASAN HAKIM

A. Teori Pengawasan dan Sistem Pengawasan Hakim ..................... 13

B. Kedudukan Komisi Yudisial Dalam Hukum Tata Negara ........... 17

C. Kewenangan Komisi Yudisial Mengawasi Perilaku Hakim ........ 21

BAB III KOMISI YUDISIAL DALAM FUNGSI PENGAWASAN

PERILAKU HAKIM

A.Pengawasan Perilaku Hakim oleh Komisi Yudisial...................... 27

B.Pelaksanaan Kerjasama antara Komisi Yudisial dan Mahkamah

Agung dalam Pemberian Sanksi terhadap Hakim Yang di Duga

Melanggar Kode Etik dan Perilaku Hakim ................................... 35

BAB IV PENEGAKAN KODE ETIK DAN PERILKU HAKIM OLEH

KOMISI YUDISIAL

A. Kewenangan Komisi Yudisial dalam Penyelesaian Kasus Hakim

yang Melanggar Ketentuan Undang-Undang dan Peraturan

Bersama yaitu Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim ............. 49

Page 10: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

ix

B. Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim oleh Komisi

Yudisial dan Mahkamah Agung ................................................... 55

C. Dinamika Kerjasama antara Komisi Yudisial dan Mahkamah

Agung...................... ...................................................................... 61

Bab V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 65

B. Saran.................................................... ......................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ……………………….................................... 67

Page 11: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

x

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Rekapitulasi Laporan Masyarakat dan Tembusan Tahun 2005-

2015.................................................................................................................. 31

TABEL 3.2 Penanganan Laporan yang Dapat Ditindak Lanjuti Tahun 2005-

2015.................................................................................................................. 33

TABEL 3.3 Pemeriksaan Hakim, Pelapor dan Saksi Tahun 2005-

2015.................................................................................................................. 34

TABEL 3.4 Rekomendasi Sanksi Oleh Komisi Yudisial Kepada Mahkamah

Agung Tahun 2005- Maret 2015...................................................................... 37

TABEL 3.5 Pendapat/Penilaian Mahkamah Agung Terhadap Rekomendasi

Penjatuhan Sanksi Periode 2005- 30 Juni 2012 ............................................... 38

TABEL 3.6 Pelaksanaan Sidang Majelis Kehormatan Hakim Tahun 2009-Maret

2015.................................................................................................................. 41

Page 12: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengawasan terhadap hakim merupakan fungsi dari Komisi Yudisial

yang dijamin oleh Undang-Undang. Komisi Yudisial dibentuk sebagai

lembaga pembantu (Auxiliary State`s Organ) di dalam rumpun kekuasaan

kehakiman yang diatur dalam Pasal 24B Undang-Undang Dasar 1945 dan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial.1 Pentingnya

akuntabilitas dalam sistem kekuasaan kehakiman juga mendorong lahirnya

Komisi Yudisial ini. Kehadiran Komisi Yudisial dalam sistem kekuasaan

kehakiman bukan sekedar “pemanis” demokrasi atau sekedar “keterpaksaan”

proses pembaruan penegakan hukum. Pembentukan Komisi Yudisial

merupakan konsekuensi logis yang muncul dari penyatuan atap lembaga

peradilan pada Mahkamah Agung.

Dalam pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang kekuasaan kehakiman disebutkan bahwa Komisi yudisial merupakan

pengawas eksternal yang melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim

berdasarkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku hakim. Apabila ada Pengawas

eksternal pasti ada pula pengawas internal. Pengawasan internal hakim

dilakukan oleh Mahkamah Agung dengan badan pengawasnya untuk

mengawasi hakim.2 Mahkamah Agung adalah lembaga Negara yang

menjalankan kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah

1 Auxiliary State`s Organ menurut Muchlis Hamdi adalah lembaga yangumumnya berfungsi untuk mendukung lembaga negara utama. Tujuan dibentuknya lembaganegara penunjang adalah dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan kekuasaanyang menjadi tanggung jawabnya. Lihat Ahmad Basarah, “Kajian Teoritis TerhadapAuxiliary State`s Organ Dalam Struktur Ketatanegaraan”,Masalah-Masalah Hukum, Vol.43 (Januari, 2014), h., 6

2 Badan Pengawasan merupakan badan yang dibentuk oleh Mahkamah Agunguntuk melaksanakaan pengawasan terhadap hakim khususnya dan peradilan yang beradadibawah Mahkamah Agung. Lihat Ahmad Fadlil Sumadi, “Pengawasan dan PembinaanMahkamah Agung terhadap Pengadilan dibawahnya”, Jurnal Media Hukum, Vol. 19 (Juni,2012), h., 64

Page 13: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

2

Konstitusi. Mahkamah Agung adalah lembaga yang “merdeka”, artinya bebas

dari campur tangan kekuasaan lainnya dalam menyelenggarakan peradilan

untuk menegakan hukum dan keadilan. Mahkamah Agung merupakan puncak

perjuangan keadilan bagi setiap warga negara, karena Mahkamah Agung

sebagai Peradilan Tertinggi Negara dari badan-badan peradilan yang berada di

bawahnya, termasuk peradilan khusus yang banyak dibentuk sekarang ini.

Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung melakukan kerjasama dalam

melakukan pengawasan eksternal dan pengawasan internal.

Cita-cita dibentuknya Komisi yudisial adalah untuk mengawasi

perilaku hakim yang menyimpang dan bekerjasama dengan Mahkamah Agung

sebagai mitra kerjanya. Kerjasama yang dilakukan oleh Komisi Yudisial dan

Mahkamah Agung sejauh ini dinilai publik masih belum memuaskan. Padahal

seharusnya sebagai lembaga negara yang sama sama ingin menjaga dan

menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim harusnya

dapat bekerja sama dengan baik, bukan hanya kegaduhan yang diciptakan dan

dinilai publik. Kegaduhan tersebut terjadi lantaran Komisi Yudisial dan

Mahkamah Agung tidak menjalankan kerjasama yang bersifat kemitraan

secara baik dan benar. Hal tersebut memicu konflik berkepanjangan antara

kedua lembaga negara tersebut. Dalam kerjasama kemitraan akan terjalin

hubungan yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Namun,

dewasa ini yang publik saksikan adalah kusutnya kerjasama antara Komisi

Yudisial dan Mahkamah Agung dalam mengawasi hakim.3 Padahal keduanya

merupakan lembaga negara yang sama-sama diamanatkan oleh Undang-

Undang untuk mengawasi hakim.

3 Disharmonisasi yang terjadi antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial daritahun 2005-2016 kurang lebih terjadi sebanyak 11 kali. Jumlah tersebut sudah termasuktinggi untuk lembaga negara yang seharusnya dapat menjalin kerja sama yang baik. LihatIsmail Rumadan, “Membangun Hubungan Harmonis dalam Pelaksanaan FungsiPengawasan Hakim Oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial dalam RangkarMenegakkan Kehormatan, Keluhuran dan Martaba Hakim”, Jurnal Hukum dan Peradilan,Vol. 5 (Juli, 2016), h., 215

Page 14: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

3

Pengawasan merupakan salah satu aspek dari tugas Komisi yudisial.

Pengawasan diperlukan karena para hakim belum semuanya mempraktikan

sikap independen dan imparsial dalam memutus perkara. Pengawasan

bukanlah wujud dari intervensi terhadap kekuasaan kehakiman. Namun, para

hakim memandang pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial

merupakan suatu ancaman yang dapat menggangu independensi, integritas,

dan kehormatan hakim. Hal tersebut didasari pada kasus-kasus dimana Komisi

Yudisial yang seharusnya menjaga dan menegakkan kehormatan hakim namun

malah menjatuhkan kehormatan hakim tersebut. Seperti contoh dimana Komisi

Yudisial membocorkan aduan masyarakat terhadap adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim oleh hakim agung, hal

tersebut merupakan pelanggaran terhadap etika pelaksanaan fungsi

pengawasan yang dilakukan Komisi Yudisial. Komisi Yudisial dinilai bukan

menjaga dan menegakkan kehormatan hakim namun malah menjatuhkan

kehormatan hakim dengan membocorkan aduan masyarakat tersebut.4 Komisi

Yudisial sebagai lembaga pengawas seharusnya mampu menjaga kerahasiaan

tentang aduan dari masyarakat, karena aduan tersebut belum dilakukan

investigasi lanjutan apakah hakim yang diadukan tersebut diputuskan

melanggar atau tidak.

Ada pula kasus lainnya, Seperti halnya kasus Hakim Sarpin yang

menjadi kontroversi karena putusannya yang menggugurkan status tersangka

Budi Gunawan. Hakim Sarpin menolak untuk diperiksa oleh Komisi Yudisial

dan secara tidak langsung menganggap remeh Komisi Yudisial.5 Lalu Komisi

Yudisial memberikan Sanksi nonpalu selama 6 bulan, namun sanksi tersebut

di tolak oleh Mahkamah Agung dengan alasan bukan kewenangan Komisi

Yudisial.

4 Salman Luthan, “Sinergitas Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalamPembaruan Peradilan”, Dalam Dialektika Pembaruan Sistem Hukum Indonesia: SebuahBunga Rampai (Jakarta: Komisi Yudisial,2012) h. 308

5 Monique Shintami dan Ibad Durrohman dari majalah detik, mewawancarai hakimSarpin Rizaldi di kantornya, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,https://news.detik.com/berita/hakim-sarpin-rizaldi-saya-harus-melawan-siapapun-dia

Page 15: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

4

Ada juga kasus yang sama dengan hakim Sarpin yaitu hakim Haswandi.

Hakim Haswandi menjadi ketua majelis dalam sidang praperadilan kasus

mantan ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Purnomo. Hakim Haswandi

yang memimpin sidang tersebut tidak diberikan rekomendasi sanksi oleh

Komisi Yudisial seperti yang mereka lakukan terhadap Hakim sarpin. Apa

yang menyebabkan adanya perbedaan antara Hakim Sarpin dan Hakim

Haswandi padahal apa yang dilakukan oleh Hakim Haswandi dalam sidang

praperadilan sama seperti Hakim Sarpin?

Banyaknya laporan dari masyarakat yang masuk kepada Komisi

Yudisial terkait permasalahan Hakim untuk dapat diawasi karena diduga hakim

melakukan pelanggaran. Hal ini membuat Komisi Yudisial melaksanakan

fungsinya untuk menindak lanjuti laporan tersebut. Namun setelah ditindak

lanjuti, banyak rekomendasi yang dikeluarkan oleh Komisi Yudisial tidak

dilaksanakan oleh Mahkamah Agung. Dari tahun 2005- april 2015 ada 1068

hakim yang diperiksa oleh Komisi Yudisial, dari 1068 hakim yang diperiksa

hanya 389 hakim yang diberikan rekomendasi sanksi oleh Komisi Yudisial

kepada Mahkamah Agung,6 Namun, tidak semua rekomendasi sanksi tersebut

dilaksanakan oleh Mahkamah Agung karena menurut Mahkamah Agung ada

beberapa kasus yang bukan kewenangan Komisi Yudisial.

Saat adanya perbedaan pendapat yang berakhir dengan tidak

dilaksanakannya rekomendasi sanksi dari Komisi Yudisial oleh Mahkamah

Agung Komisi Yudisial sebagai lembaga yang mempunyai otoritas untuk

mengawasi Hakim seperti tidak mempunyai kekuatan. Adanya perbedaan

pendapat dalam memberikan sanksi kepada Hakim sebenarnya sudah diatur

Secara tegas dan jelas di dalam Dalam Undang-Undang No 18 tahun 2011

Pasal 22E dan Pasal 2 peraturan bersama No.04/PB/MA/IX/2012-

04/PB/P.KY/09/2012. Tujuan dibuatnya peraturan bersama tersebut adalah

6 Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi YudisialMenjaga Etik Dalam Peradilan Bersih, (Jakarta: Pusat Analisis dan Layanan Informasi,2015), h., 95

Page 16: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

5

untuk mencari solusi atas perbedaan pendapat antara Komisi Yudisial dan

Mahkamah Agung. Namun dalam faktanya Undang-Undang dan Peraturan

bersama yang sudah dibuat itu diabaikan. Pengabaian tersebut membuat tidak

adanya kepastian hukum dalam pengawasan Hakim.

Tidak adanya sanksi administratif dalam Undang-Undang yang

mengatur apabila rekomendasi sanksi yang diberikan Komisi Yudisial tidak

dilaksanakan oleh Mahkamah Agung. Hal itu dapat berdampak adanya ketidak

pastian hukum. Sehingga dapat menimbulkan ketidak percayaan publik

terhadap kinerja Mahkamah Agung untuk benar-benar serius dalam mengawasi

hakim.

Pembentukan Komisi Yudisial diharapkan dapat memperbaiki kinerja

peradilan Indonesia dan mendukung terwujudnya kekuasaan kehakiman yang

mandiri untuk mengakkan hukum dan keadilan. Sehingga, para pencari

keadilan tidak merasa keadilan itu sangat jauh. hal yang terjadi dewasa ini

adalah berlawanan dari cita-cita dan semangat pembentukan Komisi Yudisial.

Banyak hal yang menjadikan peran dan kehadiran Komisi Yudisial belum

berjalan seperti apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang.

Pengawasan Komisi Yudisial terhadap Hakim secara tegas diatur di

dalam Pasal 24B Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang nomor 18

tahun 2011 tentang Komisi Yudisial.7 Profesi Hakim yang memiliki tanggung

jawab sangat besar terhadap pelaksanaan hukum di suatu negara, Maka dari itu

harus ada lembaga yang bebas dari intervensi pihak manapun untuk mampu

mengawasi hakim.

Berangkat dari masalah di atas dirasa menarik untuk mengkaji

permasalahan tersebut dalam sebuah skripsi yang akan dilaksanakan dengan

judul PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL

(Studi Kasus Penyimpangan Etika dan Perilaku Hakim).

7 Lihat Pasal (13) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011.

Page 17: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

6

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang berhasil diidentifikasi oleh peneliti dalam

penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah benar kewenangan Komisi Yudisial untuk mengawasi hakim

lemah?

b. Apakah ada rekomendasi sanksi yang diberikan oleh Komisi Yudisial

tidak dilaksanakan oleh Mahkmah Agung?

c. Apa karakteristik Pelanggaran yang dilakukan oleh hakim yang

cenderung Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial sejalan tanpa adanya

perbedaan pendapat?

d. Apa karakteristik Pelanggaran yang dilakukan oleh hakim yang

cenderung Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial berbeda pendapat?

e. Bagaimana Posisi Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalam

pemberian sanksi Hakim?

f. Apakah Peraturan bersama Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung multi

tafsir sehingga menyebabkan kedua lembaga tersebut sering

bertentangan?

g. Bagaimana penyelesaian kasus Hakim yang melakukan pelanggaran

yang berbenturan dengan kewenangan Komisi Yudisial dan Mahkamah

Agung?

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta masalah yang berhasil diidentifikasi

peneliti, maka tampak begitu kompleksnya persoalan yang timbul terkait

pengawasan perilaku hakim oleh Komisi Yudisial. Untuk itu peneliti

memberi batasan-batasan demi mempertajam bahasan dalam penelitian ini,

yakni sebagai berikut:

a. Skripsi ini berpijak pada pengawasan perilaku hakim oleh Komisi

Yudisial. Skripsi ini juga mengupas penyimpangan etika dan perilaku

hakim.

Page 18: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

7

b. Sumber hukum yang digunakan dalam skripsi ini yakni Undang-Undang

No 18 tahun 2011 tentang Komisi Yudisial Undang-Undang No. 48

tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman, Undang-Undang No. 3 tahun

2009 tentang Mahkamah Agung, Peraturan bersama Mahkamah Agung

dan Komisi Yudisial Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan

02/PB/P.KY/09/2012 tentang Panduan Penegakan Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim, Peraturan bersama Mahkamah Agung dan

Komisi yudisial Nomor 04/PB/MA/IX/2012-04/PB/P.KY/09/2012

Tentang Tata Cara Pembentukan, Tata Kerja, dan tata Cara Pengambilan

Keputusan Majelis Kehormatan Hakim, Keputusan bersama ketua

Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial Nomor:

047/KMA/SKB/IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik

dan Pedoman Perilaku Hakim, Keputusan bersama ketua Mahkamah

Agung dan Komisi Yudisial Nomor:047/KMA/SKB/IV/2009 dan

02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku

Hakim.

3. Perumusan Masalah

Agar penelitian ini berjalan dengan baik, maka perlu dibuat

perumusan masalah sebagai berikut:

a. Apa kewenangan Komisi Yudisial dalam penyelesaian kasus Hakim yang

melanggar ketentuan Undang-Undang dan Peraturan bersama yaitu kode

etik perilaku hakim?

b. Apa peran Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalam penegakan kode

etik dan pedoman perilaku hakim?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap hal

berikut:

a. Untuk mengetahui kewenangan Komisi Yudisial dalam penyelesaian

kasus Hakim yang melanggar Undang-Undang dan Peraturan Bersama.

Page 19: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

8

b. Untuk mengetahui peran Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalam

penegakan kode etik dan pedoman perilaku hakim.

2. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang ingin dicapai, tentunya peneliti berharap hasil

penelitian ini juga dapat memberi manfaat yang nyata untuk penguatan

kewenangan Komisi Yudisial dalam mengawasi hakim. Adapun manfaat

penelitian yang ingin dihadirkan peneliti sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah keilmuan

dalam bidang hukum, lebih spesifiknya terkait hukum tata negara.

b. Secara Praktis

Secara praktis tulisan ini bertujuan menggali lebih dalam, serta sebagai

bahan rujukan di masa yang akan datang tentang pengawasan hakim.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dalam penelitian skripsi ini peneliti merujuk kepada buku serta skripsi

terdahulu dengan membedakan apa yang menjadi fokus masalah dalam rujukan

dengan fokus masalah yang peneliti terbitkan, diantaranya:

1. Ayu yustitia dalam skripsinya yang berjudul “Pengawasan Perilaku

Hakim Oleh Majelis Kehormatan Hakim Dalam Sistem

Ketatanegaraan Republik Indonesia. (Universitas Andalas: 2011)”.

Skripsi ini menganalisa mengenai Bagaimana aturan-aturan tentang

perilaku dan kode etik Hakim dalam rangka menegakkan kehormatan dan

keluhuran. Membahas bagaimana fungsi Pengawasan Komisi Yudisial pada

Hakim dan Pengaruhnya, yang tidak terfokus pada Majelis Kehormatan

Hakim.

2. Hariyanto dalam skripsinya yang berjudul “Menjaga Marwah hakim

Melalui Peran Komisi Yudsial. (IAIN Purwokerto: 2016)”. Skripsi ini

menganalisa mengenai kedudukan Komisi Yudisial dalam mengawasi

hakim. Dan juga pentingnya memperkuat kewenangan Komisi Yudisal.

Page 20: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

9

3. Ruslan Abdul Ghani dalam skripsinya “Pengawasan Hakim oleh Komisi

Yudisial Dalam Perspektif Hukum Islam. (UIN Lampung: 2017).

Skripsi ini lebih membahas tentang pengawasan Komisi Yudisial yang

diambil dari sudut pandang hukum islam. Perbedaan dengan peneliti adalah

dari segi sudut pandang yang peneliti ambil yaitu peneliti tidak mengambil

dari sudut pandang hukum islam.

4. Amir Syamsuddin dalam bukunya yang berjudul ”Integritas Penegak

Hukum (Hakim, Jaksa, dan Pengacara) (Kompas: 2008)”. Membahas

tentang MA versus KY dalam hal kewenangan menjalankan fungsi

pengawasan yang masih dianggap saling berbenturan baik secara yuridis

maupun akses publik atas informasi. Perbedaan dengan peneliti adalah

dimana peneliti Membahas bagaimana Implementasi pelaksanaan fungsi

Pengawasan Komisi Yudisial pada Hakim dan Pengaruhnya, membahas

tentang rekomendasi sanksi dari Komisi Yudisial kepada Mahkamah

Agung.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian

kepustakaan (library research). Objek penelitian yang dikaji peneliti

terfokus pada literatur (kepustakaan) berupa buku-buku, peraturan

perundang-undangan, dokumen-dokumen, baik dokumen cetak maupun

elektronik serta berbagai hasil penelitian terdahulu yang membahas

persoalan terkait pengawasan perilaku hakim.

Sedangkan untuk pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan

Perundang-undangan (statute approach), mengingat peneliti berusaha

mengalisis beberapa peraturan perundang-undangan sebagai fokus

penelitian, Undang-Undang No 18 tahun 2011 tentang Komisi Yudisial

Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman,

Undang-Undang No. 3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, Peraturan

bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial Nomor

Page 21: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

10

02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 tentang Panduan Penegakan

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, Peraturan bersama Mahkamah

Agung dan Komisi yudisial Nomor 04/PB/MA/IX/2012-

04/PB/P.KY/09/2012 Tentang Tata Cara Pembentukan, Tata Kerja, dan tata

Cara Pengambilan Keputusan Majelis Kehormatan Hakim, Keputusan

bersama ketua Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial Nomor:

047/KMA/SKB/IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik

dan Pedoman Perilaku Hakim, Keputusan bersama ketua Mahkamah Agung

dan Komisi Yudisial Nomor:047/KMA/SKB/IV/2009 dan

02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

2. Data, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini berupa informasi

terkait Pengawasan Perilaku Hakim Oleh Komisi Yudisial, seperti rekomendasi

sanksi yang diberikan Komisi Yudisial kepada Mahkamah Agung, tidak

dilaksanakannya rekomendasi dari Komisi Yudisial oleh Mahkamah Agung,

adanya perbedaan pendapat antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung.

Penelitian ini menggunakan sumber penelitian yang berkaitan

dengan pengawasan perilaku hakim oleh Komisi Yudisial. Informasi

tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 2 (dua) sumber sebagai berikut:

a. Sumber Primer

Sumber primer dari penelitian ini yakni buku tahunan Komisi

Yudisial yang diterbitkan oleh Komisi Yudsial untuk meneliti rekomendqsi

sanksi yang diberikan Komisi Yudisial kepada Mahkamah Agung.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yakni

sejumlah Peraturan Bersama antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung

yang berisi mekanisme pelaksanaan undang-undang tentang Pengawasan

perilaku hakim.

Adapun sumber sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1) Undang-Undang No 18 tahun 2011 tentang Komisi Yudisial

Page 22: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

11

2) Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman

3) Undang-Undang No. 3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung

4) Peraturan bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial Nomor

02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 tentang Panduan

Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

5) Peraturan bersama Mahkamah Agung dan Komisi yudisial Nomor

04/PB/MA/IX/2012-04/PB/P.KY/09/2012 Tentang Tata Cara

Pembentukan, Tata Kerja, dan tata Cara Pengambilan Keputusan Majelis

Kehormatan Hakim.

6) Keputusan bersama ketua Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

Nomor: 047/KMA/SKB/IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

7) Keputusan bersama ketua Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

Nomor:047/KMA/SKB/IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

Selanjutnya peneliti menggunakan metode pengumpulan data

berupa studi pustaka. Melalui studi pustaka peneliti mengumpulkan

berbagai referensi terkait, baik dalam bentuk buku-buku, dokumen, media

cetak maupun elektronik yang memiliki relevansi dengan permasalahan

yang sedang diteliti.

3. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif berdasarkan

studi kasus. Metode deskriptif digunakan karena penelitian ini meneliti

suatu permasalahan dengan tujuan untuk menggambarkan secara tepat

bagaimana permasalahan tersebut dituntaskan. Sedangkan kasus dalam

penelitian ini adalah Penyimpangan etika dan perilaku hakim.

4. Teknik Penulisan

Teknik penyusunan dan penulisan skripsi ini berpedoman pada buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan pada tahun 2017.

Page 23: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

12

F. Sistematika Penelitian

Untuk menjelaskan isi skripsi secara menyeluruh ke dalam penelitian

yang sistematis dan terstruktur maka skripsi ini disusun dengan sistematika

penelitian yang terdiri dari lima bab sebagai berikut:

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang berisi uraian latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori. Dalam bab ini, dijelaskan teori-teori tentang

teori pengawasan dan sistem pengawasan hakim serta kedudukan

Komisi Yudisial.

BAB III : Komisi Yudisial dalam fungsi pengawasan perilaku hakim.

Dalam bab ini, terdiri dari uraian mengenai Pengawasan Komisi

Yudisial terhadap hakim dan kerjasama antara Komisi Yudisial

dan Mahkamah Agung.

BAB IV : Analisis Kasus Hakim yang melanggar Undang-Undang dalam

Pengawasan Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas Hakim.

Bab ini merupakan inti dari penelitian skripsi, dalam bab ini akan

dibahas duduk perkara, Penyelesaian kasus hakim yang

melanggar Kode etik dan Pedoman Perilaku Hakim oleh Komisi

Yudisial, analisis peran Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

dalam mengawaasi hakim.

BAB V : Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dimana akandisimpulkan dari pembahasan bab-bab sebelumnya dan jugaberisi rekomendasi.

Page 24: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

13

BAB II

PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL DALAM

SISTEM PENGAWASAN HAKIM

Tahun 2001 menjadi tonggak sejarah Komisi Yudisial. Saat itu sedang

berlangsung amandemen ketiga Undang Undang Dasar 1945. Di tengah kondisi

peradilan di Indonesia yang masih dalam proses mencari tatanan terbaik, lalu lahir

pemikiran untuk mengembalikan kekuasaan kehakiman dalam satu atap yang pada

akhirnya menjadi komitmen bersama. Namun hal tersebut dikhawatirkan dapat

memicu monopoli kekuasaan kehakiman, sehingga dibutuhkan suatu lembaga yang

mandiri untuk dapat menjaga kesimbangan dalam pelaksanaan kekuasaan

kehakiman, Maka dari itu lahir Komisi Yudisial.

Menurut Jimly Asshidqie “tujuan dibentuknya Komisi Yudisial dalam

struktur kekuasaan kehakiman di Indonesia adalah agar warga masyarakat di luar

struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan,

penilaian kerja, dan kemungkinan pemberhentian hakim”.1 Hal itu sejalan dengan

prinsip checks and balances yang selalu disuarakan di era reformasi. Salah satu

kewenangan Komisi Yudisial adalah melakukan pengawasan terhadap perilaku

hakim dalam rangka menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta

menjaga perilaku hakim. Sehingga besar harapan masyarakat terhadap Komisi

Yudisial untuk dapat mewujudkan penegakan hukum dan pencapaian keadilan

melalui putusan hakim yang terjaga kehormatan dan keluhuran martabat serta

perilakunnya.

A. Teori Pengawasan dan Sistem Pengawasan Hakim

Kata pengawasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

“awas yang berarti penjagaan, kontrol, pemeriksaan, pemeliharan, penyelian,

pengamatan, pengendalian, pencegahan, inspeksi, penilikan”.2 Menurut

1 Jimly asshidqie, “Kata Pengantar” dalam buku A. Ahsin Tohari, Komisi Yudisial danReformasi Peradilan (Jakarta: ELSAM, 2004), h., Xiii-xiv

2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: TP, 2008), h.,123.

Page 25: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

14

Komaruddin, “pengawasan berhubungan dengan perbandingan antara pelaksanaan

dan rencana, dan untuk langkah perbaikan terhadap penyimpangan”.3 Sedangkan

menurut Saiful Anwar “pengawasan atau kontrol terhadap tindakan aparatur

pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat

mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan”.4 Pengawasan

menurut Sujamto adalah “segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai

kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan apakah telah

sesuai dengan semestinya atau tidak”.5

Lord Acton seperti dikutip oleh Koentjoro mengatakan bahwa setiapkekuasaan sekecil apapun cenderung untuk disalahgunakan. Oleh sebab itu, denganadanya keleluasaan bertindak dari administrasi negara yang memasuki semuasektor kehidupan masyarakat, kadang-kadang dapat menimbulkan kerugian bagimasyarakat itu sendiri. Maka wajar apabila diadakan pengawasan terhadap jalannyapemerintahan, yang merupakan jaminan agar jangan sampai keadaan negaramenjurus ke arah diktator, yang berarti bertentangan dengan ciri negara hukum”.6

Cara-cara pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan dapat dirincisebagai berikut.1. Ditinjau dari segi kedudukan badan/lembaga yang melaksanakan pengawasan:

a. Pengawasan intern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh satu

badan/lembaga yang secara organisatoris/struktural masih termasuk dalam

lingkungan organ/lembaga itu sendiri.7

b. Pengawasan ekstern

Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh organ/lembaga

secara organisatoris/struktural berada diluar lembaga itu sendiri.8

2. Ditinjau dari segi saat/waktu dilaksanakannya:

a. Pengawasan preventif

3 Pengertian Pengawasan, http://itjen-depdagri.go.id.2017/08/04/Pengertian-Pengawasan.4Saiful Anwar, Sendi-sendi Hukum Administrasi Negara (Medan: Gelora Madani Press,

2004), h., 1275 Jum Anggraini, Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 2016 Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara (Bogor Selatan: Ghalia

Indonesia,2004), h., 707 Sujamto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan (Solo: TB Rahma, 1986), h., 858 Ibid.

Page 26: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

15

Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum

pelaksanaan, dapat dikatakan sebagai pengawasan untuk mencegah dari

kegiatan yang menyimpang.9

b. Pengawasan represif

Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan atau

pekerjaan tersebut selesai dilaksanakan.10

Makna Pengawasan dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2011 tentang

Komisi Yudisial adalah menjadi lembaga yang berhak untuk memverifikasi,

mengklarifikasi, dan menginvestigasi apa saja yang di duga pelanggaran kode etik

yang dilakukan oleh hakim sehingga dapat terciptanya lembaga peradilan yang

bersih dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.11 Pengawasan menurut hukum

adalah untuk memberikan penilaian apakah pelaksanaan tugas dan pekerjaan yang

dilakukan sudah sesuai dengan norma hukum yang berlaku, dan bagaimana hasil

tujuan yang telah ditetapkan itu dilaksanakan tanpa adanya pelanggaran terhadap

norma hukum yang berlaku.

Dalam melakukan pengawasan terhadap Hakim, menurut Undang-Undang

Nomor 48 Taahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakimaan ada 2 (dua) lembaga yang

berwenang yaitu Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Kedua lembaga tersebut

berwenang mengawasi hakim, namun mempunyai wilayah pengawasan masing

masing. Kewenangan pengawasan yang dimiliki Komisi Yudisial berbeda dalam

beberapa hal dari wewenang/fungsi pengawasan Mahkamah Agung. Meskipun

sama-sama mengawasi hakim, Mahkamah Agung juga dapat mengawasi dugaan

pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku serta teknis peradilan, administrasi,

dan keuangan. Sebaliknya, Komisi Yudisial terbatas pada pengawasan dugaan

pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH). Dasar pelaksanaan

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim adalah keputusan bersama ketua

9 Ibid.10 Ibid.11 Lihat Pasal (20 ayat 1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011

Page 27: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

16

Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial Nomor:047/KMA/SKB/IV/2009 dan

02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.12

Seiring perjalanan Komisi Yudisial untuk menjalankan kewenangannya ada

saja perbedaan pendapat dalam mengawasi hakim dengan Mahkamah Agung

sebagai lembaga yang juga mempunyai kewenangan dalam mengawasi hakim.

Perbedaan pendapat yang seharusnya dapat diselesaikan dengan penjabaran

Undang-Undang dan peraturan bersama sering tidak terselesaikan sehingga

memunculkan ketidak pastian hukum. Fenomena ini terjadi berulang-ulang dan

belum dapat diselesaikan dengan peraturan yang berlaku.

1. Pelaksanaan Pengawasan Hakim oleh Mahkamah Agung

Sejak pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Mahkamah Agung organisasi, administrasi dan finansial seluruh badan peradilan

berada dibawah kekuasaan Mahkamah Agung. Hal ini juga yang kemudian

mengubah kedudukan dan fungsi pengawasan Mahkamah Agung. Sejak

pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tersebut kemudian

dibentuklah Badan Pengawasan Mahkamah Agung yang mempunyai tugas untuk

melakukan pengawasan fungsional di Mahkamah Agung dan seluruh Badan

Peradilan yang ada dibawahnya.13 Tugas pengawasan atau pemantauan diberikan

kepada badan pengawas dengan kewenangan serta kewibawaan di hadapan

peradilan-peradilan dibawahnya.

Tugas Badan Pengawas adalah membantu Sekretaris Mahkamah Agung

dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan

Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua lingkungan Peradillan. Fungsi Badan

Pengawasan adalah menyiapkan perumusan kebijakan pengawasan serta

12 Dibentuknya Peraturan Bersama antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agungdiharapkan dapat menciptakan sinergitas antara kedua lembaga sehingga fungsi pengawasan dapatberjalan sebagaimana mestinya. Peraturan Bersama Komisi Yudisial dan Mahkamah Agungmerupakan wujud komitmen kedua lembaga untuk selalu berusaha menjaga dan menegakkankehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

13Amran Suhadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia (Jakarta: RajawaliPers, 2014), h.,198

Page 28: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

17

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Mahkamah

Agung dan Pengadilan dibawahnya.14

2. Pelaksanaan Pengawasan Hakim oleh Komisi Yudisial

Hakim dikatakan melakukan pelanggaran kode etik apabila hakim

melanggar 10 prinisp Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Seperti misalnya

hakim bersekongkol dengan siapapun yang berkaitan dengan perkara yang akan

ataupun yang sedang ditangani. Membicarakan suatu perkara yang sedang

ditanganinya di luar persidangan, mengeluarkan pendapat hukum terhadap kasus

yang ditanganinya yang mana mendahului putusan. 15

Dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2011 tentang Perubahan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial

mempunyai kewenangan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

martabat, serta perilaku hakim. Dalam rangka melaksanakaan kewenangan tersebut

Komisi Yudisial melakukan langkah-langkah, yaitu;16

a. Melakukan pemantauan dan pengawasan perilaku hakim;b. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran kode etik dan

pedoman perilaku hakim;c. Melakukan verikfikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan

pelaggaran kode etik dan atau pedoman perilaku hakim;d. Memutuskan benar atau tidaknya laporan duaan pelanggaran kode etik dan atau

pedoman perilkau hakim;e. Mengambil langkah hukum dan atau langkah lain terhadap orang perseorangan,

kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dankeluhuran martabat hakim.

B. Kedudukan Komisi Yudisial Dalam Hukum Tata Negara

Komisi Yudisial adalah lembaga Negara yang dibentuk dalam rumpun

kekuasaan kehakiman. Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang lahir

pasca amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Dalam konteks ketatanegaraan

14 Tugas dan Fungsi Badan Pengawasan Hakim http://bawas.mahkamahagung.go.id/2018/03/19/portal/profil/tugas-dan-fungsi

15Amran Suhadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, h.,19816 Lihat Pasal (20) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Komisi Yudisial.

Page 29: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

18

Komisi Yudisial memiliki peranan yang sangat penting, yaitu: (1) mewujudkan

kekuasaan kehakiman yang merdeka melalui pencalonan hakim agung; (2)

melakukan pengawasan terhadap hakim untuk menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.17 Ide

pembentukan lembaga yang berfungsi mengawasi kekuasaan kehakiman

sebenarnya sudah lama muncul. Berawal dari tahun 1968 muncul ide pembentukan

Majelis Pertimbangan Penelitian Hakim (MPPH). Namun ide tersebut tidak

berhasil dimasukkan dalam undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman. Baru

pada tahun 1998 muncul kembali dan menjadi wacana yang semakin kuat dan solid

sejak adanya berbagai desakan penyatuan atap bagi hakim, tentunya hal tersebut

memerlukan pengawasan eksternal dari lembaga yang bebas dari intervensi

manapun agar cita-cita untuk mewujudkan peradilan yang jujur, bersih, transparan

dan profesional dapat tercapai. Atas dasar itulah pada amandemen Undang-Undang

Dasar 1945 yang ketiga munculah pasal yang menjelaskan Komisi Yudisial pada

bab kekuasaan kehakiman.18

Keberadaan Komisi Yudisial secara normatif diatur dalam Bab IX tentang

Kekuasaan Kehakiman pada Pasal 24B Undang-Undang Dasar 1945. Eksistensi

Komisi Yudisial dalam sistem ketatanegaraan menimbulkan adanya permasalahan

hukum, yaitu karena Komisi Yudisial bukan pelaku kekuasaan kehakiman tetapi

keberadaannya diatur dalam bab kekuasaan kehakiman. Menanggapi hal tersebut

Sri Sumantri mengatakan bahwa Komisi Yudisial yang oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) ditempatkan dalam bab IX tentang kekuasaan

kehakiman dapat dianggap sebagai kekeliruan, Mahkamah Agung dan Komisi

Yudisial dalam hal tertentu mempunyai kesamaan, akan tetapi dia bukan badan

peradilan.19 Sri Sumantri berpendapat bahwa Komisi Yudisial setidaknya memiliki

17 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca AmandemenUUD 1945 (Jakarta: Kencana, 2010), h., 225

18 Sejarah Pembentukan Komisi Yudisial Ri,http://www.komisiyudisial.go.id2018/03/19/frontend/static_content/history/about_ky

19 Sri Sumantri, Lembaga Negara dan State Auxiliary Bodies Dalam SistemKetatanegaraan Menurut UUD 1945, (Surabaya: Airlangga University Press,2006), h., 203

Page 30: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

19

dua sifat lembaga negara yaitu sebagai lembaga negara utama dan sebagai lembaga

negara penunjang (Auxiliary State`s Organ).20

Menurut Sri Soemantri, “lembaga- lembaga negara merupakan lembaga-

lembaga yang ditentukan dalam konstitusi. Hal ini mengacu pada pendapat K.C.

Wheare, bahwa konstitusi digunakan untuk menggambarkan keseluruhan sistem

ketatanegaraan suatu negara”.21 Sri Soemantri mengatakan bahwa di luar konstitusi

juga terdapat lembaga-lembaga negara. Hal ini karena adanya pendapat yang

mengatakan bahwa di Indonesia terdapat tiga kelompok lembaga negara yakni

lembaga negara yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar 1945, lembaga

negara yang ditentukan dalam undang-undang, dan lembaga negara yang

ditentukan dalam Keputusan Presiden.22 Terhadap hal tersebut, Sri Soemantri

membagi dua sistem ketatanegaraan Indonesia. Pertama, sistem ketatanegaraan

dalam arti sempit, yakni hanya berkenaan dengan lembaga-lembaga Negara yang

terdapat dalam Undang-Undang Dasar.23 Kedua, sistem ketatanegaraan dalam

arti luas, yakni meliputi lembaga-lembaga negara yang terdapat di dalam dan di luar

Undang-Undang Dasar. Menurut Sri Soemantri, lembaga negara yang bersumber

pada Undang-Undang Dasar 1945 hasil perubahan adalah BPK, DPR, DPD, MPR,

Presiden (termasuk Wakil Presiden) MA, MK dan KY.24 Jika dilihat dari

wewenangnya, kedelapan lembaga itu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni

lembaga negara yang mandiri yang disebut lembaga negara utama (Main State`s

Organ) dan lembaga negara yang mempunyai fungsi melayani yang disebut

(Auxiliary State`s Organ). BPK, DPR, DPD, MPR, Presiden, MA dan MK

merupakan Main State`s Organ sedangkan Komisi Yudisial adalah Auxiliary

State`s Organ.25

Jimly Asshiddiqie mengklasifikasikan lembaga-lembaga negara baru

tersebut ke dalam dua kriteria, yang pertama kriteria hierarki bentuk sumber

20 Ibid.21 Ibid.22 Ibid.23 Ibid.24 Ibid.25 Ibid.

Page 31: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

20

normatif yang menentukan kewenangannya, dan yang kedua kriteria fungsinya

yang bersifat utama atau penunjang.26 Jika dilihat dari kriteria hierarki Jimly

Asshiddiqie mengelompokkan lembaga-lembaga baru itu menjadi tiga yaitu:27

1. Organ-organ lapis pertama yang disebut dengan lembaga tinggi negara yakni:

Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, MPR, MK, MA, BPK. Seluruh

lembaga tersebut mendapatkan kewenangan dari Undang-Undang Dasar.

2. Organ-organ lapis kedua disebut dengan lembaga negara, yakni menteri negara,

TNI, kepolisian negara, KY, KPU dan BI. Lembaga- lembaga ini mendapatkan

kewenangan dari Undang-Undang Dasar dan ada pula yang mendapatkan

kewenangan dari undang-undang.

3. Organ-organ lapis ketiga adalah organ negara yang sumber kewenangannya

berasal dari regulator atau pembentuk peraturan di bawah undang-undang,

misalnya Komisi Ombudsman.

Jika dilihat dari kriteria fungsi, lembaga negara dapat dibagi menjadi dua, yaitu

lembaga negara yang bersifat utama dan yang bersifat sekunder atau penunjang.

Kejelasan kedudukan Komisi Yudisial dalam struktur ketatanegaraan

terutama di dalam kekuasaan kehakiman, dapat dikaji dari ketentuan Pasal 24B ayat

(1) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi Komisi Yudisial bersifat mandiri

yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai

wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

martabat serta perilaku hakim. Pada Pasal 24B ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945

yang dijabarkan dalam pasal 13 Undang Undang nomor 18 tahun 2011 tentang

Komisi Yudisial, bahwa dalam kedudukannya sebagai lembaga negara Komisi

Yudisial diberi kewenangan yaitu:

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di MahkamahAgung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan;

2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilakuhakim;

26 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,(Jakarta: Sekjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,2006), h.,106

27 Ibid.

Page 32: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

21

3. Menetapkan kode etik dan/atau pedoman perilaku hakim bersama-sama denganMahkamahAgung;

4. menjaga dan menegakkan pelaksanaan kode etik dan/atau pedoman perilakuhakim.

Dalam cabang kekuasaan kehakiman, meskipun lembaga pelaksana atau

pelaku kekuasaan kehakiman itu ada dua, yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah

Konstitusi, tetapi di samping keduanya ada pula Komisi Yudisial sebagai lembaga

yang melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim dalam rangka menegakkan

kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim. Keberadaan

fungsi Komisi Yudisial ini bersifat penunjang (auxiliary) terhadap cabang

kekuasaan kehakiman. Komisi ini bukanlah lembaga penegak hukum, tetapi

merupakan lembaga penegak etika hakim. Sehingga dapat di pahami bahwa posisi

Komisi Yudisial di dalam ketatanegaraan berada pada lembaga penunjang atau

Auxiliary State’s Organ.

C. Kewenangan Komisi Yudisial Mengawasi Perilaku Hakim

Kewenangan menjaga yang termaktub didalam Undang-Undang Dasar

1945 bermakna Komisi Yudisial melakukan pengawasan terhadap hakim untuk

tidak melakukan tindakan-tindakan yang melanggar kode etik dan pedoman

perilaku hakim. Pengawasan yang dilakukan Komisi Yudisial tersebut disebut

preventif atau pencegahan. Lalu kewenangan menegakkan bermakna Komisi

Yudisial melakukan tindakan represif terhadap hakim yang melanggar kode etik

dan pedoman perilaku hakim. Tindakan ini dapat dijatuhkannya sanksi kepada

hakim.28

Ada dua lembaga yang berhak untuk mengawasi hakim yaitu Mahkamah

Agung dan Komisi Yudisial, yang masing-masing lembaga mempunyai tugas dan

Fungsi yang berbeda didalam pengawasan Hakim. Dalam hal pengawasan Hakim

yang menyangkut dengan kode etik dan perilaku Hakim, Komisi Yudisial lah yang

berwenang dalam mengawasi Hakim sebagaimana yang tertuang di dalam Pasal 13

28 Komisi Yudisial Republik Indonesia (KY RI), Mengenal Lebih Dekat Komisi Yudisial(Jakarta: Pusat Data dan Layanan Informasi, 2012), h., 41

Page 33: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

22

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa Komisi Yudisial

mempunyai wewenang, yaitu:

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di MahkamahAgung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan.

2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran dan martabat, sertaperilakuhakim.

3. Menetapkan kode etik dan/atau pedoman perilaku hakim bersama-sama denganMahkamah agung

4. Menjaga dan menegakan pelaksanaan kode etik dan/atau pedoman perilakuhakim.

Berdasarkan ketentuan lain Komisi Yudisial berwenang untuk menganalisis

putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap sebagai dasar untuk melakukan

mutasi hakim (pasal 42 Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009), dan memberikan

rekomendasi untuk melakukan mutasi hakim Pengadilan Negeri, Pengadilan

Agama, Pengadilan Militer, dan Pengadilan Tata Usaha Negara berama Mahkamah

agung.29

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang komisi Yudisial dijelaskan

ada 3 macam sanksi yang dapat diberikan kepada hakim yaitu;

1. Sanksi ringan terdiri atas:a. Teguran lisan;b. Teguran tertulis, atau;c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.

2. Sanksi sedang terdiri atas;a. Penundaan kenaikan gaji berkala paling lama 1 (satu) tahun.b. Penurunan gaji sebesar 1 (satu) tahun kenaikan gaji berkala paling lama

selama 1(satu) tahun;\c. Penundaan kenaikan pagkat paling lama 1 (satu) tahun; ataud. Hakim non-palu selama 6 (enam) bulan.

3. Sanksi berat terdiri atas;a. Pembebeasan dari jabatan struktural.b. Hakim non-palu selama lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 2 (dua)

tahun;c. Pemberhentian sementara;d. Pemberhentiasn tetap dengan hak pensiun; ataue. Pemberhentian tetap tidak dengan hormat.

29 Amran Suhadi, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, h., 167

Page 34: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

23

Kehadiran Komisi Yudisial didasari oleh ide tentang pentingnya

pengawasan hakim dalam rangka melakukan reformasi yang mendasar terhadap

sistem peradilan, tidak saja menyangkut penataan lembaganya (institutional

reform) ataupun menyangkut mekanisme aturan yang bersifat instrumental

(procedural reform), tetapi juga menyangkut personalitas dan budaya kerja aparat

peradilan serta perilaku hukum masyarakat kita sebagai keseluruhan (ethical and

cultural reform).30 Pembentukan Komisi Yudisial ditujukan juga sebagai jawaban

atas masalah pertanggung jawaban Mahkamah Agung sebagai salah satu lembaga

negara dan kontrol masyarakat terhadap kekuasaan kehakiman.31

Kewenangan Komisi Yudisial dalam mengawasi hakim diatur di dalam

Undang-Undang No.18 Tahun 2011 dan juga di dalam Peraturan bersama antara

Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung tentang Panduan Penegakan Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim. Kewenangan yang diberikan Undang-Undang kepada

Komisi Yudisial untuk mengawasi hakim adalah dalam hal menjaga kode etik dan

perilaku hakim. Hal yang dimaksud dengan kode etik dan perilaku hakim adalah

sikap, ucapan dan/atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang hakim dalam

kapasitas pribadinya yang dapat dilakukan kapan saja termasuk perbuatan yang

dilakukan pada waktu melaksanakan tugas profesi yang mana hal ini secara tegas

termaktub di dalam Peraturan bersama Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung

Pasal 1 ayat (5).

Adanya Komisi Yudisial diharapkan fungsi checks and balances berjalan

sebagaimana mestinya, sehingga dapat mengontrol perilaku-perilaku hakim.32

Pengawasan Komisi Yudisial terhadap hakim secara tegas dan jelas termaktub di

dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 yang mana Komisi Yudisial

30 Jimly Asshidqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi(Jakarta: Sekjen Mahkamah Kontitusi RI, 2006), h.,46

31 Ibid.32 Checks and Balances antar satu lembaga dan lembaga negara lainnya bertujuan agar

terciptanya suatu tatatanan pemerintahan yang konstitusional serta dapat memngurangi adanyapraktik yang tidak sehat dan atau melanggar hukum. Lihat Hesky Firnando Pitoy, MekanismeChecks and Balances antara Presiden dan DPR Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial diIndonesia,lex et societatis, Vol. 2, 5 (Mei, 2014), h., 29

Page 35: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

24

berwenang untuk mengawasi perilaku hakim.33 Sejatinya seorang hakim haruslah

memiliki kepribadian dan perilaku yang baik, dalam lingkungan kerja maupun di

luar lingkungan kerja. Dalam kode etik kehormatan hakim diatur mengenai sikap

hakim yang dibagi kedalam sikap hakim dalam kedinasan dan sikap hakim diluar

kedinasan. Dalam kedinasan sikap hakim dibagi menjadi 6 sikap, yaitu:

1. Sikap hakim dalam persidangan;

2. Sikap hakim terhadap sesama rekan;

3. Sikap hakim terhadap bawahan/pegawai;

4. Sikap hakim terhadap atasan;

5. Sikap hakim bawahan/rekan hakim;

6. Sikap hakim keluar/terhadap instansi lain.

Untuk sikap hakim di luar kedinasan terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Sikap Hakim Sendiri;

2. Sikap dalam rumah tangga;

3. Sikap dalam Masyarakat.

Senada dengan sikap seorang hakim diatas menurut Liliana toedjasaputro,

“sikap hakim adalah tidak memihak, tegas, sopan dan sabar, serta memberi

landasan yang baik. Oleh karena itu hakim tidak boleh memihak, jujur dan bebas

dari pengaruh siapapun juga dan adil, tidak berprasangka”.34

Menurut Wahyu Affandi sikap seorang hakim terdapat 3 syarat yaitu:35

1. Tangguh, tabah menghadapi keadaan dan kuat mental;

2. Terampil, mengetahui dan menguasai segala peraturan perundang

undangan yang sudah ada dan masih berlaku;

33 Lihat Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 201134 Liliana Tedjosaputro, Etika profesi dan Profesi Hukum, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003),

h., 10335Ibid.

Page 36: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

25

3. Tanggap, artinya penyelesaian pemeriksaan perkara harus dilakukan dengan

cepat, benar serta menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat.

Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan dituntut harus memiliki

moralitas yang tinggi. Hakim juga harus bekerja secara professional, hati-hati,

tekun, kritis, dan mempunyai jiwa pengabdian yang tinggi karena hakim harus

bertanggung jawab kepada diri sendiri, masyarakat dan bahkan kepada Allah

SWT. Maka dari itu, Hakim harus bekerja sesuai dengan kode etiknya, apabila

terjadi penyimpangan atau pelanggaran kode etik, mereka harus siap untuk

mempertanggung jawabkan akibatnya sesuai dengan kode etik yang berlaku.

Page 37: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

26

BAB III

KOMISI YUDISIAL DALAM FUNGSI PENGAWASAN PERILAKU HAKIM

Sebagai negara hukum, hakim memiliki kedudukan dan peranan yang penting

demi tegaknya hukum. Oleh karena itu, terdapat beberapa nilai yang dianut dan wajib

dihormati oleh salah satu penegak hukum yaitu hakim dalam menjalankan tugasnya.

Perlu dipahami bahwa setiap profesi di berbagai bidang memiliki nilai-nilai yang

dijunjung untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan profesi yang bersangkutan.

Begitu pula halnya dengan profesi hakim di Indonesia. Pada profesi hakim melekat

kode etik yang didasarkan pada nilai-nilai yang berlaku di Indonesia serta nilai-nilai

universal bagi hakim sebagai pelaksana fungsi yudikatif. Kode etik sangat penting bagi

hakim karena untuk mengatur tata tertib dan perilaku hakim dalam menjalankan

tugasnya.

Sebagai jantung utama peradilan, peran hakim sangat vital apalagi dengan

kewenangan yang dimilikinya. Melalui putusannya seorang hakim dapat menyatakan

sah atau tidaknya tindakan pemerintah terhadap masyarakat, mengalihkan hak

kepemilikan seseorang, mencabut kebebasan, bahkan dapat menghilangkan hak hidup

seseorang. Maka dari itu, Hakim tidaklah dapat dipisahkan denga nilai-nilai yang harus

dimiliki dan dijunjung tinggi oleh seorang hakim yang di istilahkan dengan etika. Etika

hakim adalah perbuatan yang patut dilaksanakan oleh seorang hakim, baik di dalam

pengadilan maupun diluar pengadilan. Etika hakim merupakan sesuatu yang wajib

menyatu dengan hakim dimanapun dia berada. Etika tersebut haruslah melekat dan

menjadi kepribadian seorang hakim dalam menjalankan kehidupannya di tengah

masyarakat luas bukan hanya di dalam menjalankan tugasnya. Maka dari itu,

Page 38: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

27

Pengawasan terhadap perilaku hakim adalah bagian kepentingan publik yang tidak bisa

diabaikan.1

Penegakan kode etik sangat penting sebagai alat kontrol terhadap pelaksanaan

nilai-nilai luhur yang dimuat dalam aturan kode etik, sekaligus memberikan sanksi

terhadap hakim yang terbukti melanggar kode etik. Dalam rangka memastikan kode

etik dapat ditaati dan dilaksanakn maka dibentuklah Komisi Yudisial yang

diamanatkan langsung oleh Undang-Undang untuk menjaga dan menegakkan etika dan

perilaku hakim. Dengan demikian bagi para hakim yang terbukti melanggar kode etik,

maka Komisi Yudisial sebagai lembaga yang berwenang mengawasi etika dan perilaku

hakim dapat memberikan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggarannya. Namun, dapat

kita sadari bahwa Komisi Yudisial masih belum optimal dalam melaksanakan tugasnya

apalagi sering terjadinya perbedaan pendapat dalam mengawasi hakim antara Komisi

Yudisial dan Mahkamah Agung, padahal sudah ada peraturan yang mengatur hal

tersebut. Namun, masih saja ada beberapa benturan yang terjadi. Apkah hal tersebut

berkaitan dengan kepentingan kedua lembaga tersebut atau untuk saling unjuk gigi

mana yang lebih kuat dan super power?

A. Pengawasan Perilaku Hakim oleh Komisi Yudisial

Hakim adalah aktor utama dalam penegakan hukum (law enforcement) di

pengadilan. Pada saat ditegakkan, hukum mulai memasuki wilayah das sein

(kenyataan) dan meninggalkan wilayah das sollen (harapan). Hukum bukan hanya

barisan pasal-pasal mati yang terdapat dalam suatu peraturan perundang-undangan,

tetapi sudah dihidupkan oleh hakim.2

Hakim sebagai penegak hukum harus dijamin independensinya, hakim tidak

boleh terpengaruh dan dipengaruhi oleh siapapun. Hakim yang independen akan

1 Amir Syamsudin, Integritas Penegak Hukum (Hakim, Jaksa, Polisi, dan Pengacara),(Jakarta: Kompas, 2008), h., 31

2 A. Ahsin Tohari, Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan (Jakarta: ELSAM, 2004) h., 16

Page 39: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

28

memberikan kesempatan yang sama dan terbuka kepada setiap pihak untuk didengar

tanpa mengaitkannya dengan identitas atau kedudukan sosial pihak-pihak tersebut.

Seorang hakim yang independen akan terbebas dari pengaruh dan tekanan dari pihak

luar. Seorang hakim yang independen akan memutus dengan kejujuran, berdasarkan

hukum sebagaimana yang diketahuinya, tanpa memikirkan akibat yang bersifat

personal, politis, maupun finansial.

Profesionalisme hakim yang dipertanyakan sekarang ini kurang lebih

disebabkan karena lunturnya makna sebuah kode etik yang mana seharusnya menjadi

pedoman dalam melakukan penegakan hukum. Kode etik profesi memunculkan

kesetiaan pengabdian pada pekerjaan dari profesi yang dijalani yang berkaitan dengan

profesionalitas dan kehormatan dirinya. Seperti yang dikemukakan oleh K. Bertens

kode etik adalah “Norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang

mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya

berbuat dan berperilaku sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di masyarakat”.3

Dalam menjalankan profesinya hakim haruslah taat pada 10 prinsip Kode Etik

dan Pedoman Perilaku Hakim. Sebagai salah satu aparat penegak hukum dalam sistem

hukum di Indonesia, hakim merupakan tempat masyarakat berupaya untuk mencari

keadilan. Dalam menjalankan tugasnya secara profesional, hakim harus patuh terhadap

kode etik profesinya. Seperti yang disebutkan oleh socrates, etika profesi kode etik

hakim ialah the four commandments for judges yakni:4

1. To hear courteously (mendengar dengan sopan)

2. To answer wisely ( menjawab dengan bijaksana)

3. To consider soberly (mempertimbangkan tanpa pengaruh apapun)

4. To decide impartially (memutus tidak berat sebelah)

3 Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h., 114 Wildan Suyuthi, Kode Etik, Etika Profesi dan Tanggung Jawab Hakim (Jakarta: Pusdiklat

MA-RI, 2004), h., 7

Page 40: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

29

Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar putusan hakim

sesuai dengan hukum dan keadilan. Dalam kode etik hakim juga diatur larangan-

larangan seperti halnya dilarang melakukan kolusi dengan siapapun yang berkaitan

dengan perkara yang akan dan sedang ditangani, kemudian dilarang juga untuk

menerima pemberian ataupun janji dari pihak-pihak yang berperkara.

Dalam hal menjalankan tugasnya sebagai lembaga negara yang berhak

mengawasi Hakim Komisi Yudisial berpedoman pada kode etik dan pedoman perilaku

hakim (KEPPH) yang dirumuskan bersama dengan Mahkamah Agung. sebagaimana

diatur dalam keputusan bersama Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Komisi

Yudisial Republik Indonesia Nomor 047/KMA/SKB/IV/2009-02/SKB/P.KY/IV/2009

tertanggal 8 april 2009, yang mana Komisi Yudisial memiliki kewenangan untuk:

1. Menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat dan/atau informasi tentangdugaan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim;

2. Memeriksa dan memutus dugaan pelanggaran atas kode etik dan pedoman perilakuhakim;

3. Komisi yudisial dapat menghadiri persidangan di pengadilan;4. Menerima dan menindaklanjuti pengaduan mahkamah agung dan badan-badan

peradilan dibawah mahkamah agung atas dugaan pelanggaran kode etik danpedoman perilaku hakim;

5. Melakukan verfikasi terhadap pengaduan;6. Meminta keterangan atau data kepada Mahkamah agung dan/atau pengadilan;7. Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari hakim yang diduga

melanggar kode etik dan perilaku hakim utuk kepentingan pemeriksaan; dan/ataumenetapkan keputusan berdasarkan hasil pemeriksaan.

Pengawasan perilaku hakim diatur didalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2011 tentang perubahan atas undang-undang nomor 22 tahun 2004 tentang Komisi

Yudisial. Pada pasal 20 ayat (1) disebutkan dalam rangka menjaga dan menegakkan

Page 41: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

30

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim, Komisi Yudisial memiliki

tugas:5

1. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim;2. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran kode etik dan/atau

pedoman perilaku hakim;3. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan

pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilaku hakim secara tertutup;4. Memutuskan benar atau tidaknya laporan dugaan pelanggaran kode etik dan/atau

pedoman perilaku hakim; dan5. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan,

kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuranmartabat hakim.

Urgensi pengawasan terhadap perilaku hakim merupakan hal yang sangat

dibutuhkan dalam membangunan peradilan yang dapat dipercaya oleh publik. Selain

menyeleksi hakim agung, berdasarkan undang-undang Komisi Yudisial memiliki

fungsi pengawasan terhadap perilaku hakim. Adanya kewenangan komisi yudisial

dalam mengawasi hakim merupakan peran penting mengenai fungsi pengawasan

eksternal dalam menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim.

Kewenangan Komisi Yudisial dalam mengawasi hakim merupakan fungsi penting

untuk menunjang independensi peradilan dan memperkokoh kinerja pengawasan

internal yang dilakukan oleh Mahkamah Agung terhadap hakim, yang mana di dalam

undang-undang Komisi Yudisial pasal 1 angka 5 secara terminologi yang dimaksud

dengan hakim adalah hakim dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung dan Badan

Peradilan.6

Kewenangan Komisi Yudisial dalam menegakan kehormatan dan keluhuran

martabat serta menjaga perilaku hakim pada dasarnya merupakan bentuk kesadaran

5 Idul Rishan, Komisi Yudisial “Suatu Upaya Mewujudkan Wibawa Peradilan” (Jakarta: GentaPress, 2013), h., 89

6 Hakim adalah pejabat negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili(Pasal 1 butir 8 KUHAP). Hakim ad hoc adalah hakim non-karir yang mempunyai keahlian maupunkemampuan untuk mengadili suatu perkara khusus. Rekruitmen hakim ad-hoc berbeda dengan hakimbiasa, hakim ad hoc melakukan serangkaian seleksi yang berbeda prosesnya dengan hakim biasa.

Page 42: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

31

bahwa pengawasan objektif terhadap kekuasaan kehakiman hanya dapat dilakukan

dengan cara melibatkan unsur-unsur masyarakat seluasnya-luasnya, bukan hanya

pengawasan secara internal agar terhindar dari semangat korupsi, manipulasi, dan

distorsi.7 Dengan kewenangan yang diberikan kepada Komisi Yudisial untuk

mengawasi hakim, Komisi Yudisial dapat menerima dan menindaklanjuti pengaduan

masyarakat dan/atau informasi tentang dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman

perilaku hakim, sesuai dengan peraturan bersama antara Mahkamah Agung dan Komisi

Yudisial. Dalam pelaksanaan penanganan laporan masyarakat yang dilakukan Komisi

Yudisial dari tahun 2005- 2015, Komisi Yudisial menerima laporan masyarakat

sebanyak 12.338 laporan dan laporan surat tembusan sebanyak 9.673. (lihat tabel 3. 1)

Tabel 3. 1

Rekapitulasi Laporan Masyarakat dan Tembusan Tahun 2005-2015

No Jenis surat 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 jumlah

1. Registrasi 382 481 228 330 380 757 847 577 709 545 151 5387

2. Belum

Registrasi

6 4 269 317 480 695 826 809 1454 1339 423 6622

3. Laporan

Baru

(Online)

0 0 0 2 0 0 44 84 81 80 0 291

Jumlah 388 485 497 649 860 1452 1717 1470 2244 1964 574 12338

4 Surat

tembusan

0 0 0 0 0 1642 1622 1779 1928 2003 699 9673

7 Titik triwulan tutik, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai LembagaNegara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), cet-ke 1, h., 178

Page 43: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

32

Sumber: Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi Yudisial menjaga

etik dalam mewujudkan peradilan bersih.8

Dalam penerimaan laporan masyarakat terhitung sejak berdirinya Komisi

Yudisial pada tahun 2005 sampai tahun 2015 cenderung mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Laporan masyarakat yang telah diregistrasi selanjutnya dilakukan

pendalaman laporan masyarakat melalui kegiatan anotasi, investigasi, dan pemantauan.

Hasil dari anotasi, investigasi dan pemantauan akan dibahas dalam sidang panel untuk

menentukan apakah laporan dari masyarakat tersebut dapat ditindaklanjuti pada proses

investigasi, dan pemantauan ataukah tidak dapat dilanjutkan.

Dalam penanganan laporan yang dapat ditindaklanjuti oleh komisi Yudisial

terkait pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim mulai dari 2005-2015

terdapat sebanyak 2145 laporan. Dari 2145 laporan tersebut sebanyak 450 laporan

ditindaklanjuti sampai dengan pemeriksaan hakim, 526 laporan ditindaklanjuti sampai

dengan pemeriksaan pelapor/saksi. Sedangkan laporan yang ditindaklanjutin sampai

dengan surat permintaan klarifikasi dan meneruskan/pemberitahuan ke instansi lain

untuk ditindaklanjuti sebanyak 1105 berkas. Dan sebanyak 64 berkas laporan yang

ditindaklanjuti sampai dengan permintaan alat bukti, investigasi,

meneruskan/pemberitahuan ke Mahkamah Agung. (lihat tabel 3. 2)

8 Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi Yudisial menjaga etikdalam mewujudkan peradilan bersih, h., 95

Page 44: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

33

Tabel 3. 2

Penanganan Laporan yang Dapat Ditindak Lanjuti Tahun 2005-2015

NoKlasifikasi

penanganan laporan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah

1

Laporan yang

ditindaklanjuti

langsung dengan

pemeriksaan hakim

9 28 5 27 45 118 41 20 54 72 31 450

2 Laporan yang

ditindaklanjuti mulai

dengan pemeriksaan

pelapor/saksi

1 21 37 49 20 21 94 63 91 108 21 526

3 Laporan yang

ditindaklanjuti dengan

surat permintaan

klarifikasi

6 27 86 111 197 86 178 182 105 111 16 1105

4 Lain-lain (termasuk

permintaan alat bukti,

investigasi,

meneruskan

pemberitahuan ke

MA)

- - - - - 0 47 8 6 3 0 64

Jumlah 14 76 128 187 262 225 360 273 256 294 68 2145

Sumber: Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi Yudisial menjaga

etik dalam mewujudkan peradilan bersih.9

9 Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi Yudisial menjaga etikdalam mewujudkan peradilan bersih, h., 95

Page 45: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

34

Kemudian dari laporan yang dapat ditindaklanjuti tersebut dilakukanlah

pemeriksaan terhadap hakim, pelapor dan saksi berdasarkan hasil sidang panel

pembahasan/pemeriksaan. Pada tahun 2005-2015 Komisi yudisial telah melakukan

pemeriksaan terhadap 3171 orang dengan rincian 1068 hakim dan 2103 orang pelapor

dan saksi.10 (lihat tabel 3. 3)

Tabel 3. 3

Pemeriksaan Hakim, Pelapor dan Saksi Tahun 2005-2015

No. Tahun

Terperiksa

JumlahHakim Pelapor & Saksi

1 2005 30 6 36

2 2006 56 27 83

3 2007 10 64 74

4 2008 36 71 107

5 2009 96 137 233

6 2010 153 147 300

7 2011 77 206 283

8 2012 160 322 482

9 2013 252 432 684

10 2014 148 522 670

11 2015 50 169 219

Jumlah 1068 2103 3171

10 Ibid.

Page 46: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

35

Sumber: Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi Yudisial menjaga

etik dalam mewujudkan peradilan bersih.11

Setelah dilakukannya pemeriksaan Hakim, pelapor dan saksi oleh Komisi

Yudisial, kemudian masuk ke tahapan selanjutnya yaitu pemberian rekomendasi

sanksi. Rekomendasi sanksi ini disampaikan kepada Mahkamah Agung untuk segera

dapat dilaksanakan. Rekomendasi sanksi dari Komisi Yudisial berupa sanksi ringan,

sedang dan berat sesuai dengan ketentuan di dalam Pasal 22D ayat (2) Undang Undang

Nomor 18 tahun 2011. Penulis akan memberikan data terkait rekomendasi sanksi yang

dikeluarkan Komisi Yudisial pada sub bab berikutnya.

B. Pelaksanaan Kerjasama antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalam

Pemberian Sanksi Terhadap Hakim yang di Duga Melanggar Kode Etik dan

Perilaku Hakim

Keberadaan dan Kewenangan Komisi Yudisial sebagai lembaga negara diatur

dalam pasal 24B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 hasil amandemen yang

menyebutkan bahwa Komisi Yudisial mempunyai kewenangan untuk mengangkat

hakim agung dan mempunyai kewenangan lain untuk menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim. Mahkamah Agung sebagai

lembaga negara juga dengan tegas diatur keberadaan dan kewenangannya dalam

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 24A ayat (1) yaitu Mahkamah Agung berwenang

mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah

undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang

diberikan oleh undang-undang. Dalam menjalankan kewenangan dan fungsinya

menurut ketentuan pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 tahun 2011, Komisi Yudisial

memiliki tugas untuk meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan hakim. Berdasarkan

fungsi, tugas dan kewenangan Komisi Yudisial dapat diidentifikasi fungsi, tugas dan

kewenangan Komisi Yudisial yang berhubungan langsung atau bersinggungan

11 Ibid.

Page 47: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

36

langsung dengan fungsi, tugas dan wewenang Mahkamah Agung dalam hal

pengawasan perilaku hakim, yaitu:12

1. Melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim berdasarkan kepada Kode Etik danPedoman Perilaku Hakim. Komisi Yudisial melakukan pengawasan eksternal danMahkamah Agung melakukan pengawasan internal terhadap perilaku hakim.

2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.3. Menetapkan kode etik dan/atau pedoman perilaku hakim bersama-sama dengan

Mahkamah Agung.4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan kode etik dan/atau pedoman perilaku hakim.5. Mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim.

Dengan adanya fungsi, tugas, dan kewenangan antara Komisi Yudisial dan

Mahkamah Agung yang saling berkaitan mengharuskan kedua lembaga negara tersebut

saling bekerja sama untuk melaksanakan amanat konstitusi dan undang-undang.

Permasalahan-permasalahan yang muncul juga merupakan faktor yang mengharuskan

dilakukannya kerjasama antar lembaga guna mendorong terciptanya fungsi

pengawasan yang baik. Bentuk hubungan kerjasama antara Komisi Yudisial dan

Mahkamah Agung adalah kerjasama yang bersifat kemitraan (partnership), bukan

kerjasama mandiri yang terlepas dari saling ketergantungan. Bentuk kerjasama

kemitraan itu dapat terlihat dari adanya wewenang Komisi Yudisial

merekomendasikan sanksi terhadap hakim yang terbukti melanggar kode etik dan

perilaku hakim kepada Mahkamah Agung, dan Mahkamah Agung yang melaksanakan

rekomendasi sanksi tersebut.13

Rekomendasi sanksi dari Komisi Yudisial merupakan usulan untuk

dijatuhkannya sanksi terhadap hakim-hakim nakal yang melanggar kode etik dan

perilaku hakim. Eksekutor utama dalam melaksanakan sanksi kepada hakim adalah

Mahkamah Agung. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 sanksi bagi hakim

yang melanggar kode etik adalah teguran tertulis, pemberhentian sementara, dan

12 Salman Luthan, “Sinergitas Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalam PembaruanPeradilan”, Dalam Dialektika Pembaruan Sistem Hukum Indonesia: Sebuah Bunga Rampai (Jakarta:Komisi Yudisial,2012) h. 308

13 Ibid.

Page 48: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

37

pemberhentian. Dalam Undang-Undang Komisi Yudisial terbaru yaitu Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2011 Rekomendasi sanksi berubah menjadi sanksi ringan,

sanksi sedang, dan sanksi berat. (lihat tabel 3. 4)

TABEL 3. 4

Rekomendasi Sanksi Oleh Komisi Yudisial Kepada Mahkamah Agung Tahun

2005- Maret 2015

NO. Jenis Sanksi

TAHUN

Jumlah

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari

-Maret

2015

Sebelum Perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004

1 Teguran

tertulis

6 5 1 0 7 45 8 - - - - 72

2 Pemberhentian

sementara

2 5 7 1 6 16 7 - - - - 44

3 Pemberhentian 0 0 1 1 3 12 1 - - - - 18

Sesudah Perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 (Berdasarkan Undang-Undang Nomor

18 tahun 2011)

1 Sanksi Ringan - - - - - - - 19 59 96 23 197

2 Sanksi Sedang - - - - - - - 3 3 22 1 29

3 Sanksi Berat - - - - - - - 5 9 13 2 29

Jumlah 8 10 9 2 16 73 16 27 71 131 26 389

Sumber: Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi Yudisial menjaga

etik dalam mewujudkan peradilan bersih.14

14 Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi Yudisial menjaga etikdalam mewujudkan peradilan bersih, h., 99

Page 49: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

38

Rekomendasi Sanksi yang diberikan oleh Komisi Yudisial kepada Mahkamah

Agung akan menjadi sia-sia apabila Mahkamah Agung sebagai eksekutor utama tidak

menjalankan rekomendasi sanksi bagi hakim yang melakukan pelanggaran etik dari

Komisi Yudisial. Suksesnya kerjasama kemitraan merupakan kesuksesaan bersama

antar lembaga, bukan masing-masing lembaga. Yang mana berarti Komisi Yudisial

tidak akan sukses dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kewenanganya apabila tidak

di dukung oleh Mahkamah Agung, begitu pula sebaliknya.

Dalam Peraturan bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial nomor:

02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 tentang Panduan Penegakan Kode etik

dan Perilaku Hakim rekomendasi yang diberikan oleh Komisi Yudisial ke Mahkamah

Agung dapat dikategorikan dalam dua macam, rekomendasi yang diterima oleh

Mahkamah Agung dan rekomendasi yang masih dikaji oleh Mahkamah Agung. Penulis

mendapatkan data rekomendasi sanksi oleh Komisi Yudisial yang diterima atau ditolak

oleh Mahkamah Agung mulai tahun 2005-juni 2012. Adapun rekapitulasi dua macam

kategori tersebut sebagai berikut: (Lihat tabel 3.5)

Tabel 3. 5

Pendapat/Penilaian Mahkamah Agung Terhadap Rekomendasi Penjatuhan

Sanksi Periode 2005- 30 Juni 2012

NO Uraian Jumlah

Rekomendasi diterima oleh Mahkamah Agung

1 Diterima dan dijatuhi sanksi oleh Mahkamah Agung 33

2 Diambil alih untuk ditindaklanjuti oleh Mahkamah Agung 34

3 Diterima namun menunggu sidang pemeriksaan lanjutan

Mahkamah Agung

5

Page 50: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

39

Lanjutan Tabel 3.5

4 Diajukan ke Majelis Kehormatan Hakim 9

Jumlah Rekomendasi Diterima 81

Rekomendasi yang masih dikaji Mahkamah Agung

1 Ditolak dengan alasan merupakan ranah teknis/tugas yudisial 16

2 Telah dijatuhi sanksi oleh Mahkamah Agung 10

3 Ditolak dengan alasan lain 4

4 Menunggu tanggapan Komisi Yudisial 1

5 Ditolak dengan alasan ditutup 3

6 Tidak/belum ada tanggapan 33

Jumlah Rekomendasi yang masih dikaji Mahkamah Agung 67

Jumlah Rekomendasi Keseluruhan 148

Sumber: Aryo Bawono dan Joko susilo,Menjaga Keseimbangan Meneguhkan Kehormatan.15

Komisi Yudisial dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewenangannya

berpedoman kepada kode etik dan perilaku hakim yang disahkan bersama antara

Komisi Yudisial dan Mahkamah agung yang tertuang dalam Surat Keputusan Bersama

Nomor: 047/KMA/SKB/IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009 keputusan bersama ini

berisi Prinsip-prinsip dasar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim yang

diimplementasikan dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut :

1. Berperilaku Adil

15 Aryo Bawono dan Joko susilo, “Menjaga Keseimbangan Meneguhkan Kehormatan”,(Jakarta: Komisi Yudisial,2012), h., 52

Page 51: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

40

2. Berperilaku Jujur3. Berperilaku Arif dan Bijaksana4. Bersikap Mandiri5. Berintegritas Tinggi6. Bertanggung Jawab7. Menjunjung Tinggi Harga Diri8. Berdisplin Tinggi9. Berperilaku Rendah Hati10. Bersikap Profesional

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim merupakan acuan Komisi Yudisial

untuk memberikan rekomendasi sanksi bagi siapa saja hakim yang di duga melanggar

kode etik. Dari data diatas dapat dilihat masih banyaknya rekomendasi sanksi yang

ditolak oleh Mahkamah Agung dengan alasan maupun tidak dengan alasan. Apa yang

menyebabkan Mahkamah Agung menolak rekomendasi sanksi oleh Komisi Yudisial

tersebut? tentunya Komisi Yudisial ketika melakukan pengawasan hakim sudah sudah

sejauh mungkin untuk menghindari teknis yudisial dalam memberikan rekomendasi

sanksi seperti yang dikatakan oleh Wakil Ketua Komisi Yudisial Sukma Violetta

karena Komisi Yudisial.16 Fokus Komisi Yudisial adalah pada pelanggaran perilaku

yang dilakukan hakim. Maka dari itu, penulis akan mencoba membahas lebih dalam

terkait permasalahan di atas pada bab selanjutnya.

Hakim yang diberikan rekomendasi sanksi lalu hakim tersebut keberatan atas

sanksi yang diberikan, hakim kemudian dapat membela dirinya di depan Majelis

Kehormatan Hakim. Majelis Kehormatan Hakim adalah forum yang dibentuk oleh

Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial yang bertugas memeriksa dan memutuskan

adanya dugaan pelanggaraan Kode Etik dan/atau Perilaku Hakim17. Sebagaimana

diatur dalam Peraturan Bersama Nomor 129/KMA/SKB/IX/2009 dan

04/SKB/P.KY/IX/2009 Tentang Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja Majelis

16 Statement Sukma Violetta http://bangka.tribunnews.com/2016/12/17/sukma-violetta-sebut-banyak-rekomendasi-sanksi-hakim-nakal-ditolak-ma

17 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Mengenal Lebih Dekat Komisi Yudisial, h.,53

Page 52: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

41

Kehormatan Hakim18. Sejak diterbitkannya keputusan bersama antara Mahkamah

Agung dan Komisi Yudisial pada tahun 2009-maret 2015, sidang majelis kehormatan

hakim sudah bersidang sebanyak 40 kali. (lihat tabel 3. 6)

TABEL 3. 6

Pelaksanaan Sidang Majelis Kehormatan Hakim Tahun 2009-Maret 2015

No No. Penetapan

Sidang MKH

Hakim

Terlapor

Asal

Rekomendasi

Tanggal

Putusan

Jenis Putusan

1. 01/MKH/IX/2009 SD MA 29 September

2009

Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

2. 02/MKH/XI/2009 AS KY 14 Desember

2009

Hakim Non palu 2 tahun

dimutasikan ke PT Banda

Aceh

3. 03/MKH/XI/2009 AKS KY 14 Desember

2009

Hakim Non palu 20 bulan

dan dimutasikan ke PT

Kupang

4. 01/MKH/I/2010 ER MA 23 Februari

2010

Hakim Non Palu 2 tahun

dan dimutasikan ke PT

Palangkaraya dan ditunda

kenaikan pangkat selama 1

tahun

5. 02/MKH/I/2010 AK MA mengundurkan

diri

Tidak jadi disidangkan

karena mengundurkan diri

18 Majelis Kehormatan Hakim dibentuk dengan penetapan bersama Ketua Mahkamah Agungdan Ketua Komisi Yudisial paling lama 14 hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya usulpemberhentian dari Mahkama Agung dan Komisi Yudisial. Majelis Kehormatan Hakim bersifat tidaktetap. Keanggotaan Majelis kehormatan Hakim terdiri dari 3 orang anggota hakim agung dan 3 oranganggota Komisi Yudisial. Lihat Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. LihatPeraturan Bersama Mahkmah Agung dan Komisi Yudisial.

Page 53: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

42

Lanjutan Tabel 3.6

6. 03/MKH/I/2010 RB KY 16 februari

2010

Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

7. 04/MKH/IV/2010 MA MA 15 November

2010

Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

8. 05/MKH/X/2010 AF MA 15 November

2010

Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

9. 06/MKH/XI/2010 RMM KY 2 Desember

2010

Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

10. 01/MKH/IV/2011 ED KY 24 Mei 2011 Hakim Non Palu 2 tahun

dan dimutasikan ke PT

Jambi

11. 02/MKH/XI/2011 DS MA 22 November

2011

Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

12. 03/MKH/XI/2011 DD KY 22 November

2011

Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

13. 04/MKH/XI/2011 JP MA 6 Desember

2011

Disiplin ringan berupa

teguran tertulis dengan

akibat hukumnya dikurangi

tunjangan kinerja sebesar

75% selama 3 bulan

14. 05/MKH/XII/2011 HP KY 4 Januari 2012 Hakim Non Palu 1 tahun

dan dimutasi

Page 54: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

43

Lanjutan Tabel 3.6

15. 01/MKH/II/2012 ABD MA 6 Maret 2012 Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

16. 02/MKH/VII/2012 PS KY 10 Juli 2012 Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

17. 03/MKH/VII/2012 ABS KY 10 Juli 2012 Hakim Non Palu 2 tahun

dan dimutasi ke PT

Semarang

18. 04/MKH/ XII/2012 AY MA 11 Desember

2012

Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat dari Hakim

Agung

19. 01/MKH/II/2013 ADA KY 14 Februari

2013

Hakim Non Palu 2 tahun

dan dimutasi ke PT Medan

20. 02/MKH/II/2013 NH KY 6 Maret 2013 Hakim Non Palu 2 tahun

21. 03/MKH/II/2013 ASN MA 3 Juli 2013 Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

22. 04/MKH/II/2013 AS KY 3 Juli 2013 Pemberhentian tetap dengan

hormat dengan hak pensiun

23. 05/MKH/X/2013 VN MA 6 November

2013

Pemberhentian tetap dengan

hormat dengan hak pensiun

24. 06/MKH/X/2013 RLT KY 6 November

2013

Pemberhentian tetap dengan

hormat dengan hak pensiun

25. 07/MKH/X/2013 SMOS KY 7 November

2014

Hakim Non Palu 1 tahun

Page 55: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

44

Lanjutan Tabel 3.6

26. 01/MKH/II/2014 PJZ KY 25 Februari

2014

Hakim Non Palu 6 bulan

dan tidak menerima

tunjangan

27. 02/MKH/II/2014 ELS MA 4 Maret 2014 Pemberhentian tetap dengan

hormat dengan hak pensiun

28. 03/MKH/II/2014 MS MA 4 Maret 2014 Pemberhentian tetap dengan

hormat dengan hak pensiun

29. 04/MKH/ II/2014 PSL KY 27 Februari

2014

Pemberhentian tetap dengan

hormat dengan hak pensiun

30. 05/MKH/ II/2014 MRL MA 25 Februari

2014

Hakim Non Palu 2 tahun

dan tidak menerima

tunjangan

31. 06/MKH/ II/2014 RC MA 12 Maret 2014 Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

32. 07/MKH/ II/2014 JMN MA 5 Maret 2014 Pemberhentian tetap dengan

hormat dengan hak pensiun

33. 08/MKH/ II/2014 PR KY 5 Maret 2014 Pemberhentian tetap dengan

hormat dengan hak pensiun

34. 09/MKH/VIII/2014 BS KY 12 Agustus

2014

Hakim Non Palu 6 bulan

dan tidak menerima

tunjangan

35. 10/MKH/VIII/2014 JEI KY 18 September

2014

Pemberhentian tetap dengan

hormat dengan

Page 56: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

45

Lanjutan Tabel 3.6

36. 11/MKH/VIII/2014 IGN MA 11 September

2014

Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat sebagai

hakim dan PNS

37. 12/MKH/VIII/2014 PN MA 09 September

2014

Hakim Non Palu 5 bulan

38. 13/MKH/VIII/2014 NS MA 10 September

2014

Pemberhentian tetap dengan

hormat dengan hak pensiun

39 O1/MKH/I/2015 KAJ KY 10 Februari

2015

Pemberhentian tetap tidak

dengan hormat

40. 02/MKH/II/2015 RH KY 11 Februari

2015

Hakim Non Palu 3 bulan

Sumber: Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi Yudisial Menjaga

Etik Dalam Mewujudkan Peradilan Bersih.19

Majelis Kehormatan Hakim adalah forum bagi hakim untuk membela diri yang

berdasarkan pemeriksaan sebelumnya mendapatkan rekomendasi sanksi. Forum ini

menjadi tempat hakim untuk membela dirinya habis-habisan agar terhindar dari jeratan

sanksi yang sudah diberikan sebelumnya. Pembentukan forum Majelis kehormatan

hakim merupakan suatu hal yang sangat menakutkan bagi para hakim. Dalam

menjalankan kewenangan pengawasan terhadap perilaku hakim maupun dalam hal

pemeriksaan Majelis Kehormatan Hakim, Majelis Kehormatan Hakim wajib menjaga

independensi dan tidak mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus

perkara, mentaati norma, menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperoleh serta

wajib berpedoman pada kode etik dan pedoman perilaku hakim. Sehingga tidak terjadi

19 Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi Yudisial Menjaga Etik DalamMewujudkan Peradilan Bersih, h., 100-101

Page 57: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

46

hal yang tidak di inginkan selama proses pengawasan. Karena dalam menjalankan

tugasnya majelis pengawasan hakim berpedoman pada peraturan yang berlaku.

Page 58: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

47

BAB IV

PENEGAKAN KODE ETIK DAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI

YUDISIAL

Salah satu tuntutan yang digelorakan pada era reformasi adalah perbaikan

sistem peradilan. Lembaga peradilan lazim dipredikati sebagai benteng pencari

keadilan. Benteng ini perlu di reformasi karena menjadi salah satu sumber

ketidakpercayaan masyarakat terhadap tatanan hukum di tanah air. Guna

mengembalikan kepercayaan publik dibuatlah suatu lembaga baru yang mampu

mengawasi kinerja lembaga peradilan yang diberi nama Komisi Yudisial Republik

Indonesia, yang muncul pada perubahan ketiga Undang-Undang Dasar 1945, yang

ditetapkan dalam sidang Musyawarah Perwakilan Rakyat tanggal 9 November

2001. Menurut pasal 24B ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Komisi Yudisial

bersifat mandiri yang berwenang merekomendasikan pengangkatan hakim agung

dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan meningkatkan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

Komisi Yudisial mempunyai posisi dan peran penting sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 dalam usaha untuk mewujudkan

kekuasaan kehakiman yang merdeka melalui pencalonan hakim agung, dan

menegakkan kehormatan, keluhuran martabat dan perilaku hakim. Komisi Yudisial

merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanan

wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya. Komisi

Yudisial dirancang untuk menciptakan fungsi checks and balances dalam

kekuasaan kehakiman dengan kewenangannya mengangkat hakim agung dan

pengawasan hakim. Keberadaan Komisi Yudisial sangat diperlukan sebagai bagian

dari pengawasan eksternal peradilan akibat kegagalan sistem yang telah ada untuk

menciptakan pengadilan yang lebih baik. Lahirnya Komisi Yudisial merupakan

efek dari ketidak berhasilannya good governance yang dilakukan oleh Mahkamah

Agung. Good governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen yang solid dan

bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,

Page 59: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

48

penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara

politik maupun administratif.

Posisi komisi Yudisial sebagai lembaga negara yang diamanatkan langsung

oleh konstitusi sebagai pengawas hakim dianggap mempunyai peran dan posisi

yang kuat untuk menegakkan kode etik dan perilaku hakim. Dalam pembukaan

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim dinyatakan bahwa Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim merupakan pedoman bagi seluruh hakim dan juga Komisi

Yudisial dan Mahkamah Agung dalam melakukan pengawasan, baik pengawasan

internal maupun pengawasan eksternal. Pengertian pengawasan internal disini

adalah pengawasan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung, sedangkan

pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial.

Semangat dibentuknya lembaga baru yaitu Komisi Yudisial adalah untuk

memperbaiki sistem peradilan yang dinilai tidak maksimal dalam menjalankan

tugasnya. Kewenangan Komisi Yudisial dalam menegakkan kehormatan dan

keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim pada dasarnya merupakan bentuk

kesadaran bahwa pengawasan yang objektif terhadap kekuasaan kehakiman hanya

dapat dilakukan dengan cara melibatkan unsur-unsur masyarakat seluas-luasnya,

bukan hanya pengawsan secara internal agar terhindar dari semangat korupsi,

manipulasi, dan distorsi.1 Pada bab ini akan dijelaskan tentang lemahnya

kewenangan Komisi Yudisial dalam mengawasi Perilaku Hakim dalam Undang-

Undang dan Peraturan yang berlaku dan juga akan dibahas mengenai kedudukan

dan kewenangan dua lembaga yang sama-sama mempunyai kewenangan

mengawasi hakim secara internal maupun eksternal yang mana dalam praktiknya

masih banyak ketidak selarasan antar kedua lembaga ini dan juga tumpang

tindihnya kewenangan pengawasan hakim antara Komisi Yudisial dan Mahkmah

Agung.

1 Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial SebagaiLembaga Negara Dalam SIstem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amanemen UUD 1945,cet-ke1, h., 178

Page 60: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

49

A. Lemahnya Kewenangan Komisi Yudisial Dalam Penyelesaian Kasus Hakim

yang Melanggar Ketentuan Undang-Undang dan Peraturan Bersama yaitu

Kode Eetik dan Pedoman Perilaku Hakim

Dasar hukum Komisi Yudisial menjaga harkat dan martabat hakim dari

berbagai bentuk yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim

telah diatur secara tegas di Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Komisi Yudisial.

Menurut ketentuan ini Komisi Yudisial dapat mengawasi hakim hingga melakukan

langkah hukum bagi siapa saja yang merendahkan kehormatan hakim. Karena yang

diawasi oleh Komisi Yudisial adalah profesi hakim yang terhormat (officium

nobile) dan mulia berbeda dengan masyarakat biasa, maka selama proses

pengawasan hakim berlangsung, peranan Komisi Yudisial terikat oleh rules of law.2

Rules of law yang dimaksud disini harus tunduk kepada pasal 20A ayat 1 huruf (a)

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2011 tentang Komisi Yudisial yang menekankan

agar setiap melakukan tugas pokok dan fungsinya Komisi Yudisial harus menaati

peraturan perundang-undangan yang dimilikinya.3

Komisi Yudisial dalam mengawasi hakim berpedoman pada kode etik dan

pedoman perilaku hakim (KEPPH) yang dirumuskan bersama dengan Mahkamah

Agung. sebagaimana diatur dalam keputusan bersama Mahkamah Agung Republik

Indonesia dan Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor

047/KMA/SKB/IV/2009-02/SKB/P.KY/IV/2009 tertanggal 8 april 2009, yang

mana Komisi Yudisial memiliki kewenangan untuk:

1. Menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat dan/atau informasitentang dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim;

2. Memeriksa dan memutus dugaan pelanggaran atas kode etik dan pedomanperilaku hakim;

3. Komisi yudisial dapat menghadiri persidangan di pengadilan;4. Menerima dan menindaklanjuti pengaduan mahkamah agung dan badan-badan

peradilan dibawah mahkamah agung atas dugaan pelanggaran kode etik danpedoman perilaku hakim;

5. Melakukan verfikasi terhadap pengaduan;

2 Binsar M. Gultom, Pandangan Kritis Seorang Hakim “Dalam Penegakan Hukum diIndonesia” (Jakarta: PT Gramedia, 2017), h., 72

3 Ibid.

Page 61: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

50

6. Meminta keterangan atau data kepada Mahkamah agung dan/atau pengadilan;

Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari hakim yang diduga

melanggar kode etik dan perilaku hakim utuk kepentingan pemeriksaan; dan/atau

menetapkan keputusan berdasarkan hasil pemeriksaan.

Mahkamah Agung adalah lembaga pengawasan internal yang memegang

fungsi kontrol dari dalam terhadap kinerja hakim agar sesuai dengan amanat

Undang-undang Dasar. Dalam konteks pengawasan internal ini, maka tugas

pengawasan Mahkamah Agung terhadap para hakim sangat nampak dalam pasal 32

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, di sana

dijelaskan bahwa: Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap

penyelengaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan

kekuasaan kehakiman (ayat (1)); Mahkamah Agung mengawasi tingkah laku dan

perbuatan para hakim di semua lingkungan lingkungan peradilan dalam

menjalankan tugasnya. Dalam konteks ini, MA juga memiliki wewenang untuk

meminta keterangan tentang hal – hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan

dari semua lingkungan peradilan(ayat (2) dan (3)); dan Mahkamah Agung

berwenang memberi petunjuk, teguran, atau peringatan yang di pandang perlu

kepada pengadilan di semua lingkungan peradilan (ayat (4)).

Pengawasan dibutuhkan karena para hakim belum semuanya mampu untuk

mempraktikan sikap independen dan imparsial dalam menangani perkara. Seorang

hakim dalam memutus perkara haruslah didasarkan pada intelegensi dan kemauan

belajar, dikontrol oleh prinsip-prinsip hukum yang didukung keberanian dan

pikiran yang dingin, bebas dari pengaruh luar dan tidak goyah karena simpati

ataupun prasangka. Pengawasan bukan merupakan wujud dari intervensi terhadap

kekuasaan kehakiman. Namun, yang sering terjadi bahwa para hakim

mempersepsikan pengawasan sebagai ancaman terhadap independensi, integritas,

dan kehormatan hakim. bukan sebaliknya sebagai norma dan institusi penguatan

Page 62: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

51

independensi, integritas, dan kehormatan dalam rangka terbangunnya peradilan

yang bersih.4

Pada masa awal Komisi Yudisial menjalankan tugas dan fungsinya, terdapat

tantangan terkait dengan fungsi pengawasan hakim. Pertama, adanya gejala

resistensi dikalangan hakim. Hal ini dipicu oleh anggapan ketidakjelasan yurisdiksi

pengawasan hakim, implikasinya berpengaruh kepada hubungan tidak harmonis

antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Kedua, terbitnya Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 005/PUU-IV/2006 dimana Pasal 13 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2004 tidak dibatalkan, namun pasal-pasal yang menyangkut

wewenang pengawasan dibatalkan Mahkamah Konstitusi, akibatnya Komisi

Yudisial sulit menjalankan tugas dan kewenangan konstitusionalnya sesuai mandat

Pasal 24B Undang-Undang Dasar 1945.

Sejak berdirinya Komisi Yudisial pada tahun 2005 – april 2015 Komisi

Yudisial telah menerima laporan masyarakat sebanyak 12.338 laporan, yang dapat

di tindaklanjuti sebanyak 2145 laporan. Lalu dilakukanlah pemeriksaan oleh

Komisi Yudisial sebagai tindak lanjut dari laporan masyarakat berdasarkan hasil

sidang panel pembahasan/pemeriksaan. Pada tahun 2005- april 2015, Komisi

Yudisial telah melakukan peeriksaan terhadap 3171 orang, dengan rincian 1068

orang hakim dan 2103 orang pelaopr dan saksi. Kemudian rekomendasi penjatuhan

sanksi yang mana Komisi Yudisial menyampaikan rekomendasi kepada Mahkamah

Agung untuk ditindaklanjuti. Rekomendasi sanksi berupa sanksi ringan, sedang,

dan berat. 5

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi

Yudisial tentang perubahan Undang-Undang nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi

Yudisial terdapat perbedaan dalam pemberian rekomendasian penjatuhan sanksi,

pada Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi

Yudisial menyatakan bahwa rekomendasi penjatuhan sanksi terhadap hakim berupa

4 Suparman Marzuki, Pengawasan Hakim untuk Peradilan yang Fair dalam MembumikanTekad Menuju Peradilan Bersih, (Jakarta: Komisi Yudisial, 2011), h. 58

5 Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi Yudisial, h., 94

Page 63: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

52

teguran tertulis, pemberhentian sementara, dan pemberhentian. Sementara pada

pasal 22D Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial

menyatakan bahwa rekomendasian penjatuhan sanksi terhadap hakim yang diduga

melakukan pelanggaran kode etik kepada Mahkamah Agung berupa sanksi ringan,

sanksi sedang, dan sanksi berat. Dalam pemberian rekomendasi penjatuhan sanksi

ini Komisi Yudisial telah merekomendasikan penjatuhan sanksi sebanyak 389

rekomendasi sanksi.

Dari jumlah laporan, pemeriksaan dan rekomendasi penjatuhan sanksi

diatas, sangatlah banyak kasus yang ditangani oleh Komisi Yudisial. Artinya, dari

segi kuantitas laporan pengaduan masyarakat sebenarnya Komisi Yudisial telah

bekerja cukup keras untuk melayani masyarakat. Namun jika kita lihat dari

rekomendasi penjatuhan sanksi untuk para hakim, hanya 389 rekomendasi sanksi

yang diajukan ke Mahkamah Agung. Dari jumlah sebanyak itu, sebanyak 40 orang

hakim dilanjutkan untuk diperiksa dalam Majelis Kehormatan Hakim. Dari 40

orang hakim tersebut, 34 orang hakim dijatuhkan sanksi berat berupa

pemberhentian, 4 orang hakim dijatuhkan sanksi sedang, 1 orang hakim dijatuhkan

sanksi ringan, dan 1 orang hakim tidak jadi disidangkan karena mengundurkan diri

sebagai hakim. Data diatas menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan

masyarakat terkait seberapa optimalnya pengawasan yang dilakukan Komisi

Yudisial untuk mengawasi hakim.

Komisi Yudisial sebagai pengawas hakim secara tegas termaktub didalam

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 24B yang berbunyi Komisi Yudisial bersifat

mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai

wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

martabat, serta perilaku hakim. Menjaga berarti preventif dan menegakkan berarti

represif. Namun dengan adanya Undang-Undang Nomor 22 tahun 2004 tentang

Komisi Yudisial merupakan awal mula pelemahan kewenangan pengawasan

Komisi Yudisial, karena Hasil akhir dari pengawasan yang dilakukan oleh Komisi

Yudisial bukanlah berhak untuk memberikan sanksi terhadap hakim yang

melanggar ketentuan Undang-Undang, namun hanya sebatas rekomendasi sanksi

Page 64: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

53

yang selanjutnya diberikan kepada Mahkamah Agung sebagai eksekutor dalam

menerapkan sanksi tersebut.

Rekomendasi sanksi tersebut yang bersifat tidak mengikat meyebabkan

banyaknya rekomendasi sanksi yang diserahkan kepada Mahkamah Agung

mendapat penolakan dari Mahkamah Agung, yang mana seharusnya terdapat

konsekuensi yang jelas apabila rekomendasi sanksi yang diberikan oleh Komisi

Yudisial tidak di indahkan oleh Mahkamah Agung. Walaupun didalam

Undang_undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial pada pasal 22E

ayat (3) dijelaskan bahwa apabila tidak ada kata sepakat, rekomendasi sanksi yang

dikeluarkan oleh Komisi Yudisial kepada Mahkamah Agung dapat berlaku.

Apabila sepanjang pemeriksaan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial sudah

benar seharusnya rekomendasi sanksi yang diberikan Komisi Yudisial kepada

Mahkamah Agung langsung otomatis berlaku dan wajib dilaksanakan oleh

Mahkamah Agung. Sebagaimana diatur dalam pasal 22E ayat (1) Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2011. Lalu pada ayat 22E ayat (2) dijelaskan:

“Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara Komisi Yudisial dan MahkamahAgung mengenai usulan Komisi Yudisial tentang penjatuhan sanksi ringan, sansksisedang, dan sanks berat selain sebagaimansa dimaksud dalam Pasal 22D ayat (2)huruf c (angka 4 dan angka 5), dilakukan pemeriksaan bersama antara KomisiYudisial dan Mahkamah Agung terhadap hakim yang bersangkutan.

Kemudian pada Pasal 22E ayat (3) ditegaskan bahwa rekomendasi sanksi

dari Komisi Yudisial berlaku secara otomatis walaupun tidak tercapainya kata

sepakat dalam pemeriksaan bersama antara Komisi Yudisial dan Mahkamah

Agung. Namun, dalam praktiknya rekomendasi sanksi dari Komisi Yudisial banyak

ditolak untuk dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dengan alasan Komisi Yudisial

sudah memasuki ranah teknis yudisial yang mana hal tersebut merupakan wilayah

pengawasan Mahkamah Agung. Padahal sebagaimana yang dikatakan oleh Wakil

Ketua Komisi Yudisial Sukma Violetta bahwasannya Komisi Yudisial sudah sejauh

Page 65: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

54

mungkin untuk menghindari teknis yudisial dalam memberikan rekomendasi sanksi

karena Komisi Yudisial fokus pada pelanggaran perilaku yang dilakukan hakim.6

Lemahnya kewenangan Komisi Yudisial merupakan permasalahan yang

berlarut-larut. Lahirnya Komisi Yudisial merupakan harapan masyarakat Indonesia

agar dapat menjadi lembaga yang mampu mengawasi hakim tidak hanya berupa

rekomendasi sanksi namun juga dalam semua aspek. kehadiran Komisi Yudisial

dianggap menggangu oleh banyak hakim. Seharusnya hakim tidak perlu merasa

terganggu dengan kehadiran Komisi Yudisial. Hakim yang merasa terganggu dapat

di indikasikan bahwa hakim tersebut ingin ataupun sudah melakukan perbuatan

yang melanggar ketentuan Undang-Undang. Selama hakim tersebut tidak

melanggar Undang-Undang seharusnya tidak perlu menghawatirkan Komisi

Yudisial. Kelemahan utama dari kewenangan Komisi Yudisial adalah produk

hukumnya hanya bisa memberikan rekomendasi sanksi, hanya itu saja. Seharusnya

Komisi Yudisial sebagai pengawas eksternal yang di jamin Undang-Undang

diberikan kewenangan yang seluas-luasnya demi menciptakan peradilan yang

bermartabat dan bersih, bukan hanya sebatas memberikan rekomendasi sanksi itu

pun tidak jelas kelanjutannya apabila tidak dilaksanakan oleh Mahkamah Agung.

Sanksi Administratif tentu perlu kepada Mahkamah Agung apabila tidak

melaksanakan rekomendasi sanksi dari Komisi Yudisial. Mengingat banyaknya

rekomendasi sanksi yang diberikan oleh Komisi Yudisial hanya sebatas “angin

lalu” yang tidak di anggap oleh Mahkamah Agung. Hal semacam inilah yang

menurut penulis menjadikan kewenangan Komisi Yudisial lemah dalam

mengawasi hakim.

Banyaknya rekomendasi sanksi yang di tolak rata-rata merupakan kasus-

kasus pelanggaran kode etik ringan dan sedang, apabila terjadi kasus pelanggaran

berat dibentuklah Majelis Kehormatan Hakim. Pasal 1 ayat (1)

04/PB/MA/IX/2012-04/PB/P.KY/09/2012 Tentang Tata Cara Pembentukan, Tata

6 Statement Sukma Violetta http://bangka.tribunnews.com/2016/12/17/sukma-violetta-sebut-banyak-rekomendasi-sanksi-hakim-nakal-ditolak-ma

Page 66: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

55

Kerja, dan tata Cara Pengambilan Keputusan Majelis Kehormatan Hakim yang

menyebutkan bahwa:

“Majelis Kehormatan Hakim adalah forum pembelaan diri bagi hakim yangberdasarkan hasil pemeriksaan dinyatakan terbukti melanggar ketentuansebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, serta diusulkan untukdijatuhi sanksi berat berupa pemberhentian”.

Majelis Kehormatan Hakim merupakan perangkat yang dibentuk

Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial yang memiliki tugas memeriksa dan

memutus adanya dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim

(KEPPH).7 Dalam laporannya, Komisi Yudisial mengungkapkan, sejak pertama

kali digelar pada 2009, sidang MKH baru dilakukan sebanyak 40 kali (sampai

september 2016). Data menunjukkan, pelanggaran hakim yang paling banyak

dalam sidang tersebut berupa penyuapan, memainkan putusan, perselingkuhan, dan

indisipliner. 8

B. Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim oleh Komisi Yudisial dan

Mahkamah Agung Serta Perbandingan Komisi Yudisial di Beberapa Negara

Berdasarkan konstitusi, Komisi Yudisial mempunyai dua kewenangan

konstitusional, yaitu utuk menyeleksi calon hakim agung dan mempunyai

wewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

martabat, serta perilaku hakim. Kewenangan Komisi Yudisial dalam menjaga dan

menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim harus dimaknai

bahwa kehormatan, martabat dan perilaku hakim jangan sampai jatuh karena

perbuatannya sendiri maupun perbuatan orang lain. Demikian juga halnya apabila

perilaku hakim tidak sesuai dengan tata susila, baik di dalam tugas maupun saat

diluar tugas kedinasannya maka sebenarnya hakim telah menjatuhkan kehormatan

dan martabatnya sendiri sebagai seorang hakim. Disinilah Komisi Yudisial hadir

untuk menegakkanya. Kehadiran Komisi Yudisial sebagai pengawas terhadap

perilaku hakim sebenarnya diharapkan juga oleh Mahkamah Agung yang mana

7 Inggrid Namirazswara dan Zara Zestya, Kiprah 10 Tahun Komisi Yudisial, h., 948Komisi Yudisial Desak Mahkamah Agung Tindak Hakim Nakal,

perpustakaan.mahkamahagung.go.id/15/09/2016/read/detailKliping/

Page 67: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

56

dapat dilihat pada ide awal pembentukan Majelis Pertimbangan Penelitian Hakim

(MPPH) tahun 1968. Majelis Pertimbangan Penelitian Hakim diharapkan

mengemban fungsi memberikan usul pengangkatan, promosi, pemberhentian serta

tindakan hukuman.9

Seiring berjalannya waktu keberadaan Komisi Yudisial dianggap

“mengganggu” oleh Mahkamah Agung. Persoalan yang memicu adanya gesekan

antara kedua lembaga tersebut adalah perbedaan penafsiran tugas pengawasan

perilaku hakim antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Mahkamah Agung

menganggap bahwa yang dimaksud pengawasan perilaku hakim tidak termasuk

pengawasan terhadap putusan hakim. Pengawasan terhadap putusan (teknis

yudisial) adalah kewenangan Mahkamah Agung. Sebab, jika hal tersebut dilakukan

oleh Komisi Yudisial dapat mengancam independensi hakim. Dalam batas tertentu,

alasan ini dapat dimengerti. Apalagi ada kekhawatiran apabila nantinya bisa jadi

Komisi Yudisial ditempatkan selayaknya lembaga banding jika ada ketidakpuasan

pencari keadilan atas suatu putusan. Pada gilirannya hal ini akan merusak sistem

dan melahirkan ketidakpastian hukum. Adanya dualisme dalam penafsiran atas

tugas pengawasan hakim antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung

menjadikan peran kedua lembaga dalam mengawasi hakim tidak berjalan

sebagaimana mestinya.

Pengawasan hakim yang dilakukan oleh Komisi Yudisial dan Mahkamah

Agung merupakan amanat konstitusi dan Undang-Undang. Keharusan adanya

kerjasama antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung bukan hanya karena

amanat konstitusi dan Undang-Undang saja, tapi juga di dorong oleh adanya

sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh badan peradilan. Mahkamah Agung

sebagai organisasi peradilan belum sepenuhnya mampu melaksanakan fungsinya

pasca penyatuan atap. Berdasarkan data ODA (Organizational Diagnostic

Assessment) ditemukan bahwa masih terdapat posisi/jabatan yang tumpang tindih,

fungsi organisasi yang kurang efektif dan distribusi kerja yang kurang merata.

9 Elza Faiz dkk, Risalah Komisi Yudisial RI (Cikal Bakal, Pelembagaan, dan DinamikaWewenang), (Jakarta: Pusat Analisis dan Layanan Informasi, 2013) h., 13

Page 68: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

57

Budaya organisasi yang cenderung feodal dan masih kentalnya KKN (Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme) juga menjadi sebab belum profesionalnya organisasi

Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan dibawahnya.10

Fenomena di atas seharusnya menjadikan peran Komisi Yudisial dapat

diperkuat karena di tubuh Mahkamah Agung sendiri terdapat penyakit yang sulit

untuk dihilangkan. Sehingga Komisi Yudisial seharusnya mendapatkan

kewenangan yang lebih luas dari hanya mengawasi perilaku hakim dan produk

hukumnya hanya sebatas rekomendasi. Undang-Undang Komisi Yudisial saat ini

yaitu Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 haruslah diperkuat mengenai

kewenangan Komisi Yudisial. Bukan hanya bisa mengawasi perilaku hakim tetapi

juga mampu mengawasi teknis yudisial dan hal lainnya yang diharapkan bisa

menjadi solusi untuk tegaknya hukum dan profesionalisme hakim.

Keharusan Komisi Yudisial menjalin kerjasama strategis yang efektif

dengan Mahkamah Agung juga di dorong oleh kondisi tidak adanya kerjasama yang

baik diantara kedua lembaga terebut selama ini. Sehingga, menyebabkan

terhambatnya proses reformasi peradilan, khususnya untuk mencetak hakim-hakim

professional dan sekaligus menertibkan hakim-hakim nakal yang tidak

menjalankan fungsi yudisialnya untuk menegakkan hukum dan keadilan. Bentuk

hubungan kerjasama antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung adalah

kerjasama yang bersifat kemitraan, bukan kerjasama mandiri yang terlepas dari

saling ketergantungan. Bentuk kerjasama kemitraan antara Komisi Yudisial dan

Mahkamah Agung ini terlihat dari adanya kewenangan Komisi Yudisial

merekomendasikan sanksi terhadap hakim yang melanggar Kode etik dan Pedoman

Perilaku Hakum kepada Mahkamah Agung, kemudian Mahkamah Agunglah yang

mengeksekusi rekomendasi sanksi dari Komisi Yudisial tersebut. Tanpa adanya

eksekusi dari Mahkamah Agung, rekomendasi sanksi yang diajukan oleh Komisi

Yudisial akan sia-sia. Suksesnya kerjasama kemitraan adalah kesuksesan bersama,

yang mana apabila Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung sama-sama komitmen

10 Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA RI), Cetak Biru Pembaharuan Peradilan2010-2035, (Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2010) h. 7

Page 69: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

58

untuk mengawasi hakim dan menegakkan Kode etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

Dalam upaya untuk menjalankan efektifitas penegakan kode etik dan

perilaku hakim Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial membuat Peraturan

Bersama Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012. Peraturan bersama

tersebut dibuat agar mekanisme penegakan kode etik dan perilaku hakim akan lebih

optimal dan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan. Sebagaimana

dijelaskan didalam Pasal 3 ayat (11) Peraturan Bersama Nomor 02/PB/MA/IX/2012

dan 02/PB/P.KY/09/2012 yang mana prinsip kemitraan dimaksudkan bahwa

Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial bekerjasama dan saling mendukung dalam

pengawasan dan penanganan dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku

hakim. Peraturan bersama yang memuat kode etik dan perilaku hakim diatas

bukanlah satu-satunya ketentuan yang memuat rambu-rambu moral bagi profesi

hakim.

Mahkamah Agung sendiri menerbitkan Keputusan Ketua Mahkamah

Agung Nomor KMA/104A/SK/XII/2006 tentang Pedoman Perilaku Hakim dan

Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor 215/KMA/SK/XII/2007 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Perilaku Hakim. Dengan memperhatikan Pasal

32A juncto pasal 81B Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan

Kedua Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung,

disepakatilah bahwa Mahkamah Agung melaksanakan pengawasan internal

terhadap hakim. Sedangkan, Komisi Yudisial melaksanakan pengawasan eksternal.

Komisi Yudisial dibentuk sebagai institusi pengawasan diluar struktur Mahkamah

Agung, struktur baru ini membuka peluang masyarakat terlibat dalam proses

pengangkatan hakim agung serta peduli dalam proses penilaian terhadap etika kerja

dan kemungkinan pemberhentian para hakim karena pelanggaran terhadap etika itu,

dengan demikian pengertian independensi atau mandiri disini haruslah dipahami

dalam arti bebas dari intervensi kepentingan para hakim yang kewibawaannya

sendiri perlu dijaga oleh Komisi Yudisial.11 Tujuan dari fungsi pengawasan

11 Jimly asshidqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Amandemen Keempat, (Jakarta:Yarsif Watampone, 2003), h., 54

Page 70: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

59

eksternal Komisi Yudisial terhadap hakim adalah agar seluruh hakim dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagai pelaku kekuasaan kehakiman

senantiasa dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kebenaran, dan rasa

keadilan masyarakat dengan berpedoman kepada Kode Etik dan Pedoman Perilaku

Hakim (KEPPH).

Dibuatnya peraturan bersama seperti yang dijelaskan diatas diharapkan

mampu menjadikan Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial bekerja sama layaknya

mitra kerja yang saling bantu untuk menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode

Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim. Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

seharusnya dapat bekerja sinergis. Dalam hal ini temuan Komisi Yudisial dapat

direspon positif oleh Mahkamah Agung dengan ikut menindaklanjutinya, demikian

sebaliknya mengenai mekanismenya Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial dapat

duduk bersama dan menyelesaikan permaslahan yang ada. Jika yang menjadi tujuan

adalah tegaknya martabat hakim, kehadiran Komisi Yudisial tak perlu dianggap

sebagai pesaing. Justru Mahkamah Agung dapat memanfaatkan Komisi Yudisial

untuk membantu menegakkan martabat hakim.12

Indonesia bukanlah satu satunya negara di dunia yang mempunyai Komisi

Yudisial sebagai lembaga pengawas hakim. Terdapat kurang lebih 60 negara yang

memiliki Komisi Yudisial pada sistem peradilannya dengan fungsi, tugas, dan

kewenangannya yang berbeda-beda.13 Adanya lembaga seperti Komisi Yudisial di

banyak negara membuktikan bahwa Komisi Yudisial sangatlah diperlukan untuk

menjadi lembaga pengawasan bagi kekuasaan kehakiman. Komisi Yudisial di

Indonesia memiliki tugas dan kewenangan yang sempit yang hanya terbatas pada

mengusulkan pengangkatan hakim agung dan menegakkan Kode Etik dan Pedoman

Perilaku hakim. Berbeda dari beberapa Negara yang memiliki Komisi Yudisial

pula, seperti halnya Komisi Yudisial Italia yang di dalam sistem ketatanegaraan

12 Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial SebagaiLembaga Negara Dalam SIstem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amanemen UUD 1945,h. 121

13 Autheman, Violaine and Sandra Elena, IFES Rule of Law White Paper Series, GlobalBest Practices: Judicial Councils, Lessons Learned From Europe and Latin America, April, 2014.

Page 71: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

60

Italia disebut Consiglio Superiore della magistratura.14 Consiglio Superiore della

magistratura bersifat independen, dan mempunyai tugas dan kewenangan yang

lebih luas dibandingkan dengan Komisi Yudisial di Indonesia. Kewenangan dari

Consiglio Superiore della magistratura adalah pengangkatan, penentuan tugas,

penempatan dan kenaikan pangkat serta menegakkan dan memberikan sanksi

apabila hakim terbukti melakukan dindakan indisipliner.15 Pemberhentian hakim di

Italia yang memiliki kuasa penuh adalah Komisi Yudisialnya, sehingga apabila

hakim akan diberhentikan harus atas persetujuan dari Komisi Yudisial italia yaitu

Consiglio Superiore della magistratura. Dapat pula kita bandingkan Komisi

Yudisial Indonesia dengan Komisi Yudisial dari negara bagian Amerika serikat

yaitu Wisconsin. KY di negara bagian Wisconsin dikenal dengan nama Wisconsin

Judicial Commission. Komisi Yudisial Wisconsin merupakan bagian dari

Kekuasaan kehakiman. Persamaannya dengan Komisi Yudisial Indonesia adalah

sama-sama tidak memiliki kewenangan teknis yudisial dan hanya berwenang untuk

mengawasi etika hakim.16 Lalu ada Komisi Yudisial negara Belanda yang disebut

Raad Voor de Rechtspraak atau Netherland Council for Judiciary (NCJ).17

Kewenangan yang dimiliki oleh Komisi Yudisial Belanda sangatlah luas, bukan

hanya sekedear mengangkat hakim agung dan mengawasi etika hakim saja seperti

halnya di Indonesia. Komisi Yudisial Belanda mempunyai tugas dan wewenang

untuk mengelola manajemen dari mulai keamanan hingga informasi administrasi,

pembuat kebijakan, penyusun anggaran dan kewenangan berupa kedisiplinan,

kenaikan pangkat, dan peningkatan kualitas pengadilan.18

Dari beberapa negara yang penulis paparkan diatas sudah semestinya

Komisi Yudisial Republik Indonesia berbenah diri dan berusaha untuk memperkuat

14 Wim Voermans, diterjemahkan oleh Adi Nugroho dan M. Zaki Hussin, Komisi Yudisialdi Beberapa Negara Uni Eropa, LeIP (Lembaga Kajian dan Advokasi untuk IndependenPeradilan, 2002), h., 75

15 Ibid16 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Studi Perbandingan Komisi Yudisial di Beberapa

Negara (Jakarta: Pusat Analisi dan Layanan Informasi), h., 8017 Lihat Netherland Judicial Act 1827, Section 83a[repealed on 1/1/2002] PART 6.

Council for Judiciary.18 Lihat Staatsblaad No. 248

Page 72: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

61

kewenangannya. Pengawasan Komisi Yudisial di Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2011 sangatlah sempit hanya mengawasi kode etik dan pedoman perilaku

hakim. Komisi Yudisial harus belajar dari negara-negara lain untuk memperkuat

kewenangan yang sudah ada sekarang. Bukan hanya sekedar pengawas etika dan

perilaku hakim tetapi juga mampu menjadi pengawasan di berbagai aspek yang

dirasa perlu untuk ada di dalam kewenangan Komisi Yudisial, seperti halnya ranah

teknis yudisial. Sehingga Peradilan di Indoenseia menjadi lebih baik dan bersih.

C. Dinamika Kerjasama antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung

Hubungan kelembagaan yang bersifat kemitraan antara Komisi Yudisial

dan Mahkamah Agung sejak berdinya Komisi Yudisial pada tahun 2005 sampai

saat ini belum berjalan dengan baik. Hubungan Komisi Yudisial dan Mahkamah

Agung memang kurang harmonis yang mana diawali dengan adanya resistensi

kalangan hakim terhadap Komisi Yudisial yang dalam pandangan Komisi Yudisial

dipicu oleh angapan adanya ketidakjelasan yuridiksi pengawasan hakim. Namun,

dalam pandangan para hakim, resistensi itu muncul sebagai reaksi atas pelaksanaan

fungsi Komisi Yudisial yang memasuki ranah teknis yudisial, yang mana teknis

yudisial bukanlah kewenangan pengawasan Komisi Yudisial. Perlawanan para

hakim terhadap Komisi Yudisial itu dipicu karena Komisi Yudisial memeriksa

majelis hakim di tingkat banding yang memutus perkara pemilihan kepala daerah

Depok. Majelis hakim tersebut diberikan rekomendasi sanksi oleh Komisi Yudisial

kepada Mahkamah Agung karena telah melakukan kesalahan berupa

unprofessional conduct.19 Namun, rekomendasi sanksi tersebut ditolak oleh

Mahkamah Agung. Hal inilah yang memicu terjadinya ketidak harmonisan antara

Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung

Hubungan yang kurang harmonis diawal berdirinya Komisi Yudisial

tersebut berlanjut. Dipicu oleh kebijakan pimpinan Komisi Yudisial generasi

19 Unprofessional conduct adalah ketidak profesionalan seorang hakim dalam menanganisuatu perkara. Suatu hal yang mutlak bagi hakim unutk mampu memahami secara mendalam etikaprofesi hakim sebagai dasar hakim untuk terhindar dari unprofessional conduct. Lihat Harifin A.Tumpa, (Komisi Yudisial dalam Perspektif Hakim) Dalam Bunga Rampai Komisi Yudisial Tahun2016, (Jakarta: Sekretariat Jendral Komisi Yudisial RI, 2016) h., 223

Page 73: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

62

pertama yang menginginkan adanya seleksi ulang hakim agung. Kebijakan

pimpinan Komisi Yudisial tersebut mengundang reaksi keras dari para pimpinan

Mahkamah Agung dan para hakim agung. Kebijakan tersebut dinilai merupakan

bentuk arogansi institusional Komisi Yudisial dalam melakukan pengawasan

eksternal terhadap hakim. Akibat dari kebijak tersebut timbullah sikap apriori

dikalangan hakim terhadap keberadaan Komisi Yudisial sebagai mitra Mahkamah

Agung dalam menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat hakim.

Bahkan oleh para hakim Komisi Yudisial lah yang dinilai tidak menjaga dan

menegakkan kehormatan, keluhuran martabat hakim.

Upaya Komisi Yudisial membangun kerjasama yang baik dengan

Mahkamah Agung tertunda lagi dengan adanya tindakan Komisi Yudisial yang

mempublikasikan kompilasi hasil pengaduan masyarakat mengenai dugaan

pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim yang dilakukan sejumlah

hakim agung. Tindakan Komisi Yudisial yang mempublikasikan pengaduan

masyarakat mengenai nama-nama hakim agung yang diduga melanggar Kode Etik

dan Pedoman Perilaku Hakim tanpa memverifikasi dan mengklarifikasi kebenaran

pengaduan masyarakat tersebut merupakan pelanggaran terhadap etika pelaksanaan

fungsi pengawasan yang dilakukan Komisi Yudisial. Komisi Yudisial wajib

menjamin kerahasiaan mengenai hakim yang diduga melanggar Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim sesuai Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2004. Sebelum adanya putusan yang menyalahkan hakim terlapor, Komisi

Yudisial dilarang keras menyebarluaskan hasil investigasi dugaan kesalahan hakim

dan putusannya kepada publik.20 Tindakan Komisi Yudisial mempublikasikan

pengaduan masyarakat tersebut membuat Hakim agungyang disebutkan namanya

dalam publikasi Komisi Yudisial geram dan melaporkan ketua Komisi Yudisial

periode pertama ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik. Namun, proses

hukum tidak berlanjut karena terjadi perdamaian antara Komisi Yudisial dan hakim

agung. Reaksi keras para hakim agung berlanjut yang mana mendorong 31 hakim

20 Binsar M. Gultom, Pandangan Kritis Seorang Hakim “Dalam Penegakan Hukum diIndonesia”, h., 77

Page 74: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

63

agung mengajukan uji materil (judicial review) Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2004 tentang Komisi Yudisial ke Mahkamah Konstitusi yang berakhir dengan

pembatalan sebagian wewenang pengawasan Komisi Yudisial melalu putusan

Nomor 005/PUU-IV/2006.

Dalam kepemimpinan Komisi Yudisial periode kedua, ada pimpinan

Komisi Yudisial yang dilaporkan oleh Humas dan Bagian Kepegawaian Mahkamah

Agung kepada polisi karena dugaan pencemaran nama baik institusi yaitu

Mahkamah Agung. Pimpinan Komisi Yudisial tersebut berkomentar kepada media

bahwa adanya rumor “budaya setor” di lingkungan badan peradilan untuk menjadi

ketua pengadilan. Namun masalah ini akhirnya dapat diselesaikan juga dengan

damai oleh kedua belah pihak.

Dinamika selanjutya yang terjadi antara Komisi Yudisial dan Mahkamah

Agung adalah kasus hakim Sarpin Rizaldi yang mana masih hangat di telinga kita

tentang kasus yang sempat menghebohkan masyarakat. kasus Hakim Sarpin Rizaldi

yang menjadi kontroversi yang mana putusannya menggugurkan status tersangka

Budi Gunawan dan juga pembangkangannya terhadap pemanggilan dirinya oleh

Komisi Yudisial dan menganggap remeh Komisi Yudisial. Hakim Sarpin Rizaldi

semakin menuai kontroversi dengan menantang para pimpinan Komisi Yudisial

yang mengkritik putusan dan juga perilaku hakim Sarpin Rizaldi, yang mana

menyebabkan saling lapor ke polisi antara hakim Sarpin Rizaldi dan Pimpinan

Komisi Yudisial. Kemudian, Komisi Yudisial pun mengeluarkan rekomendasi

sanksi terhadap hakim Sarpin Rizaldi berupa non palu selama 6 bulan. Namun,

rekomendasi sanksi tersebut di tolak oleh Mahkamah Agung. Menurut Mahkamah

Agung, Komisi Yudisial telah memasuki ranah teknis yudisial yang mana hal itu

bukan kewenangan Komisi Yudisial.

Dari beberapa dinamika kerjasama antara Komisi Yudisial dan Mahkamah

Agung diatas, Komisi Yudisial memandang bahwasannya Mahkamah Agung dan

badan peradilan dibawahnya tidaklah sungguh-sungguh menghargai kewenangan

Komisi Yudisial dalam melakukan pengawasan eksternal. Hal ini dipandang dari

Page 75: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

64

banyaknya hakim yang tidak mau dating dan tidak mau memberi klarifikasi

mengenai tuduhan yang ditujukan kepadanya. Disamping itu, banyak rekomendasi

sanksi yang telah di putuskan oleh Komisi Yudisial tidak ditindaklanjuti oleh

Mahkamah Agung sebagai lembaga yang berwenang mengeksekusi rekomendasi

sanksi dari Komisi Yudisial tersebut. Mahkamah Agung beralasan bahwa

ditolaknya rekomendasi sanksi tersebut karena Komisi Yudisial telah memasuki

ranah teknis Yudisial yang mana hal tersebut bukanlah kewenangan Komisi

Yudisial. Tetapi di satu sisi Komisi Yudisial membantah bahwa mereka sudah

memasuki ranah teknis yudisial.

Dengan banyaknya dinamika yang terjadi dalam menjalin hubungan antara

Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung menurut penulis ada tiga Faktor yang

melatar belakangi kurang baiknya kerjasama antara Komisi Yudisial dan

Mahkamah Agung. Pertama, pengawasan eksternal yang dilakukan oleh Komisi

Yudisial merupakan hal yang tabu bagi Mahkamah Agung, dan juga bagi para

hakim. Sikap para hakim yang lebih terlihat tidak setuju dibandingkan mendukung

pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial. Sikap hakim tersebut dapat

dilandasi oleh semangat untuk mempertahankan diri dan eksistensi lembaga dari

campur tangan Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas eksternal. Ditambah

pula dengan awal yang buruk dari Komisi Yudisial ketika baru dibentuk langsung

membuat kebijakan yang kontroversi dimata Mahkamah Agung. Kedua, banyaknya

perbedaan pendapat (khususnya yang menyangkut teknis yudisial) yang sering

terjadi antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung mengenai objek pengawasan

perilaku hakim. Dalam pandangan Mahkamah Agung teknis yudisial bukanlah

merupakan kewenangan Komisi Yudisial, yang mana teknis yudisial adalah domain

hakim yang ditegakkan berdasarkan prinsip independesi peradilan yang tidak dapat

dicampuri Komisi Yudisial. Sedangkan bagi Komisi Yudisial, Komisi Yudisial

sebisa mungkin dan bahkan merasa tidak pernah memasuki ranah teknis yudisial.

Ketiga, kurangnya komitmen dari Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung untuk

menjalin kerjasama kemitraan.

Page 76: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan, dapat penulis

kemukakan kesimpulan dari permasalahan yang dibahas mengenai

Pengawasan Perilaku Hakim Oleh Komisi Yudisial:

1. Kewenangan pengawasan Komisi Yudisial dalam mengawasi hakim

masih lemah. Terbukti dengan tidak adanya kekuatan hukum mengikat

dan sanksi apabila rekomendasi sanksi yang diajukan oleh Komisi

Yudisil kepada Mahkamah Agung ditolak. Walaupun dalam Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2011 diatur apabila rekomendasi sanksi dari

Komisi Yudisial ditolak oleh Mahkamah Agung dapat berlaku otomatis.

Namun hal ini masih dipandang lemah karna tidak adanya sanksi bagi

Mahkamah Agung apabila tidak menjalankan rekomendasi sanksi dari

komisi Yudisial. Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas eksternal

dipandang sebelah mata keberadaannya oleh para hakim, terbukti

dengan banyaknya hakim yang mangkir dalam panggilan Komisi

Yudisial. Mahkamah Agung sebagai lembaga pengawas internal tidak

tegas untuk menindaklanjuti panggilan yang dialamatkan kepada hakim

yang berada dibawah naungannya.

2. Peran Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung tidak berjalan dengan

baik dalam menegakkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Tidak

adanya penjelasan yang lebih rinci terhadap mana teknis yudisial dan

mana ranah kode etik. Sehingga menyebabkan terjadinya benturan

pendapat antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung yang

mengakibatkan banyaknya rekomendasi sanksi dari Komisi Yudisial

yang ditolak oleh Mahkamah Agung.

Page 77: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

66

B. REKOMENDASI

1. Komisi Yudisial sebaiknya diberikan kewenangan yang lebih luas

dalam mengawasi hakim dengan cara berusaha untuk merevisi Undang-

Undang yang mengatur tentang kewenangan Komisi Yudisial. Terutama

apabila terjadinya penolakan oleh Mahkamah Agung terkait

rekomendasi sanksi, yang menyebabkan tidak dijalankannya

rekomendasi sanksi tersebut.

2. Perlunya redefinisi atas apa yang dimaksud dengan pengawasan teknis

yudisial dan perilaku hakim. Agar terukur dengan jelas mana ranah

teknis yudisial dan mana ranah perilaku. Memaksimalkan peran majelis

Kehormatan Hakim yang sesuai amanat Undang-Undang dalam

pengambilan keputusan apabila terjadi perbedaan pendapat.

Page 78: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

67

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Anggraini, Jum, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Anwar, Saiful, Sendi-sendi Hukum Administrasi Negara, Medan: Gelora MadaniPress, 2004

Asshiddiqie, Jimly, Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta:Sinar Grafika, 2011.

______________, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Amandemen Keempat,Jakarta: Yarsif Watampone, 2003.

______________, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara PascaReformasi, Jakarta: Sekjen dan Kepaniteraan Mahkamah KonstitusiRI,2006.

Bertens, Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005

Faiz, Elza dkk, Risalah Komisi Yudisial RI (Cikal Bakal, Pelembagaan, danDinamika Wewenang), Jakarta: Pusat Analisis dan Layanan Informasi,2013

Gultom, Binsar M., Pandangan Kritis Seorang Hakim “Dalam Penegakan Hukumdi Indonesia” Jakarta: PT Gramedia, 2017.

Ibrahim, Johnny, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:Bayumedia Publishing, 2007.

Indrayana, Denny, Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi HukumKetatanegaraan, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,2008.

Koentjoro, Diana Halim, Hukum Administrasi Negara, Bogor Selatan: GhaliaIndonesia,2004.

Komisi Yudisial Republik Indonesia, Mengenal Lebih Dekat Komisi YudisialJakarta: Pusat Data dan Layanan Informasi, 2012.

Luthan, Salman “Sinergitas Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalamPembaruan Peradilan”, Dalam Dialektika Pembaruan Sistem HukumIndonesia: Sebuah Bunga Rampai (Jakarta: Komisi Yudisial,2012) h. 308

Page 79: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

68

Marzuki, Suparman, Pengawasan Hakim untuk Peradilan yang Fair dalamMembumikan Tekad Menuju Peradilan Bersih, Jakarta: Komisi Yudisial,2011.

Mahendra, Yusril Ihza, Dinamika Tata Negara Indonesia: Kompilasi AktualMasalah Konstitusi Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian, JakartaGema Insani Press, 1996.

Mahmuzar, Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Sebelum danSesudah Amandemen, cet. I, Bandung, Nusa Media, 2010.

Mahkamah Agung RI, Cetak Biru Pembaharuan Peradilan 2010-2035, Jakarta:Mahkamah Agung RI, 2010.

Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, Jakarta, Badan Penerbit Iblam, 2006.

Namirazswara, Inggrid dan Zara Zestya, dan, Kiprah 10 Tahun Komisi YudisialMenjaga Etik Dalam Peradilan Bersih, Jakarta: Pusat Analisis danLayanan Informasi, 2015

Peter, Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana, 2010.

Philipus, M Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, cet-ke 10,Gajahmada University PressYogyakarta, 1994.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: TP, 2008

Rishan, Idul, Komisi Yudisial “Suatu Upaya Mewujudkan Wibawa Peradilan”Jakarta: Genta Press, 2013.

Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu TinjauanSingkat), Jakarta, Rajawali Pers, 2011.

Suhadi, Amran, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, Jakarta:Rajawali Pers, 2014

Sumantri, Sri, Lembaga Negara dan State Auxiliary bodies dalam sistemketatanegaraan menurut UUD 1945, (Surabaya: Airlangga UniversityPress,2006

Syamsudin, Amir, integritas penegak hukum (hakim, jaksa, polisi, dan pengacara),Jakarta: Kompas, 2008.

Susilo, Joko, dan Aryo “Menjaga Keseimbangan Meneguhkan Kehormatan”,Kiprah 7 tahun Komisi Yudisial RI, Jakarta:Komisi Yudisial,2012.

Page 80: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

69

Tim Penyusun FSH, Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum2017, Jakarta, Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM), 2012.

Tedjosaputro, Liliana, Etika profesi dan Profesi Hukum, Semarang: Aneka Ilmu,2003.

Tohari, A. Ahsin, Komisi Yudisial dan reformasi Peradilan, Jakarta: ELSAM, 2004

Tutik, Titik Triwulan, konstruksi hukum tata negara Indonesia pasca amandemenUUD 1945 Jakarta: Kencana, 2010.

______________, Eksistensi, kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial SebagaiLembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik IndonesiaPasca Amandemen UUD 1945, cet-ke 1, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan : Panduan Kuliah diPerguruan Tinggi, Jakarta, PT Bumi Akasara, 2009.

Wildan Suyuthi, Kode Etik, Etika Profesi dan Tanggung Jawab Hakim (Jakarta:Pusdiklat MA-RI, 2004),1),1 Titik triwulan tutik, Eksistensi, kedudukan,dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai Lembaga Negara Dalam SistemKetatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, cet-ke 1 (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007

Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang No 18 tahun 2011 tentang Komisi Yudisial

Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman.

Undang-Undang No. 3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung.

Peraturan bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial Nomor02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012 tentang PanduanPenegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

Peraturan bersama Mahkamah Agung dan Komisi yudisial Nomor04/PB/MA/IX/2012-04/PB/P.KY/09/2012 Tentang Tata CaraPembentukan, Tata Kerja, dan tata Cara Pengambilan Keputusan MajelisKehormatan Hakim.

Page 81: PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42148/1/M. ZULFIKAR... · PENGAWASAN PERILAKU HAKIM OLEH KOMISI YUDISIAL (Studi Kasus

70

Keputusan bersama ketua Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial Nomor:047/KMA/SKB/IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etikdan Pedoman Perilaku Hakim

Keputusan bersama ketua Mahkamah Agung dan Komisi YudisialNomor:047/KMA/SKB/IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentangKode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

Jurnal

Basarah , Ahmad “Kajian Teoritis Terhadap Auxiliary State`s Organ DalamStruktur Ketatanegaraan”,Masalah-Masalah Hukum, Vol. 43, 1 (2014): 1-8

Pitoy ,Hesky Firnando, Mekanisme Checks and Balances antara Presiden dan DPRDalam Sistem Pemerintahan Presidensial di Indonesia, lex et societatis,Vol. 2, 5 (2014):28-38

Rumadan, Ismail, Membangun Hubungan Harmonis dalam Pelaksanaan FungsiPengawasan Hakim Oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial dalamRangkar Menegakkan Kehormatan, Keluhuran dan Martaba Hakim,Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 5, 2 (2016): 209-226

Sumadi , Ahmad Fadlil, Pengawasan dan Pembinaan Mahkamah Agung terhadapPengadilan dibawahnya, Jurnal Media Hukum, Vol. 19, 1 (2012): 59-71

Tumpa, Harifin A., “Komisi Yudisial dalam Perspektif Hakim”, Dalam BungaRampai Komisi yudisial tahun 2016 Jakarta: Komisi Yudisial RI, 2016 h.,223

Internet

https://nasional.tempo.co/read/news/2015/10/16/063710201/taufiq-ky-tantang-Hakim-Sarpin-ayo-pak-pengadu Diakses pada 09 Januari 2017.

Pengertian Pengawasan, http://itjen-depdagri.go.id. Diakses pada 04 Agustus 2017.

Pengawasan Perilaku Hakim, http://mcrizzwan.blogspot.com diakse pada 05Agustus 2017

Komisi Yudisial Desak Mahkamah Agung Tindak Hakim Nakal,perpustakaan.mahkamahagung.go.id, diakses pada 12 februari 2018