Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGAWASAN MUTU GULA PASIR SECARA FISIKA-
KIMIA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SUSU
DI PT. INDOLAKTO JAKARTA
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Oleh :
NOVI ANDRIANI
2305310411
PROGRAM STUDI D3 KIMIA TERAPAN
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK
2008
LEMBAR PENGESAHAN
PENGAWASAN MUTU GULA PASIR SECARA FISIKA-KIMIA
SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SUSU
DI PT. INDOLAKTO
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Disusun Oleh :
NOVI ANDRIANI
2305310411
Disetujui oleh :
Loekito Bimo Irianto, Dipl. Kim., S.pd Dra. Tresye Utari MS
Pembimbing I Pembimbing II
ii
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya atas
rahmat dan hidayah-Nya penulisan laporan PKL “ Pengawasan Mutu Gula
Pasir Secara Fisika-Kimia Sebagai Bahan Baku Pembuatan Susu Di PT.
Indolakto Jakarta ” yang merupakan salah satu syarat kelulusan program D3
Kimia Terapan ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan laporan PKL ini menemukan banyak sekali hambatan,
khususnya dari diri penulis ini sendiri, sehingga membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk menyelesaikan penulisan laporan PKL ini, namun Alhamdullilah
rintangan-rintangan tersebut dapat dilalui sehingga penulisan laporan PKL ini
dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan PKL ini dapat terwujud berkat
bantuan dan dorongan berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1) Bapak Loekito Bimo Irianto, Diplm Chem. Spd , selaku Manager QA PT.
Indolakto dan sebagai pembimbing. Terimakasih atas waktu, kesempatan,
dan sarannya selama penulis melaksanakan PKL.
2) Ibu Dra Tresye Utari MS, atas segala masukan, bantuan, dan juga sebagai
pembimbing penulis dalam menyelesaikan laporan PKL.
3) Bapak Riswiyanto, selaku ketua program studi D3 Kimia Terapan UI.
4) Ir. Widyastuti, Msi, selaku pembimbing akademik.
iii
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
5) Bapak dan Ibu tercinta. Terima kasih atas segala curahan kasih sayang,
perhatian, dan dukungan baik moral maupun material serta doa yang telah
diberikan hingga saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
PKL.
6) Kakakku tersayang, Mba Tuti, Mas Wahyu, Mas Doni dan Mas Renal atas
segala dukungan dan pengertiannya.
7) Semua Pimpinan baik di QC, QA, dan QM, yang telah memberikan izin
dan menerima kehadiran penulis untuk PKL di PT. Indolakto.
8) Mas Aksari Gunawan ST, selaku supervisor Lab Physchem PT. Indolakto
atas segala izin tempat, waktu, kesempatan dan bimbingannya.
9) Special thanks to…Mas Sri n Mas Ridwan atas waktu, bimbingan,
kesabaran, keceriaan dan masukan serta kesediaanya menemani dalam
mengatasi segala macam hambatan yang ditemui dilapangan.
10) Pak Prase, Mas Budi, Mas Yadi, Bu Erni, Mba Ita, dan Pak Nana atas
keramahan selama penulis melaksanakan PKL.
11) Sahabat-sahabatku di lab PT. Indolakto, (Lab Physchem dan Lab Incoming
Material) Mas Jaya, Mas agus “bacek”, Mang Ocit, Pak Akhlori, Pak
Sayuti, Mas Nunung, Pak Bram, Mas Supriyanto, Mas Agus, Mas Fendi,
Pak Basuki, Pak Setyo, Mas Supri, Pak Heri. (Lab Butter dan In Process)
Special thanks to Pak Odjie “thanks susu PLM nya”, Pak Dwi, banyak
kenangan dan kesulitan di lapangan yang dilalui bersama, untuk semua
karyawan In Process “thanks keceriaan dan keramahannya”. (Lab Powder)
Mas Ucup, Pak Driyo, Mas Rinto, Pak Sumeru, terima kasih telah
iv
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
menemani hari-hariku selama analisa di sana. Mbak Wati, Bu Titik, Mas
Marno (Lab Mikrobiological), (Lab Fresh Milk) Mas Dedi “thanks tuk
pengetahuannya about milkoscan” ..… See u next time…
12) Rekan seperjuanganku di Indolakto, Nurbaiti… bermacam hal telah kita
lalui di sana, baik suka maupun duka. Serta rekan-rekan di Kimia Terapan
yang berjuang menyelesaikan tugas akhir...semangat...yach...
13) Kakak-kakakku di Laboratorium Afiliasi, Kimia UI.. Kak Puji, Kak
Rasyid, Bang Rai, Kak Ijul, Kak Yudha, terima kasih atas saran dan
dukungannya.
14) Ayah ke-duaku, Pak Sunardi... terima kasih telah memberikan kesempatan
untuk belajar di Afiliasi, mendengar cerita dan memberikan saran yang
begitu berharga bagiku.
15) Special thanks to my lovely...Arpan Ash Shyiddiqi (AAS) yang telah
memberi semangat, saran, setia menemani dan membantu dalam
menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
16) Semua dosen Kimia “Terima kasih tuk ilmu dan pengetahuannya”, dan
seluruh staff di Departemen Kimia “Mas Hadi, Pokoknya tetap jadi yang
terbaik”
17) Semua sahabat terbaikku di KT khususnya angkatan 2005….miss u all…
18) Seluruh keluarga besarku, baik di Jakarta maupun di Cirebon.
19) Keponakan-keponakanku tercinta, Tito dan Lia.... Lebih semangat lagi
belajarnya..
v
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan masukan demi kesempurnaan laporan ini.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Depok, 18 Juni 2008
Penulis
(Novi Andriani)
vi
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
ABSTRAK
PROGRAM STUDI D3 KIMIA TERAPAN
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
NOVI ANDRIANI
2305310411
PENGAWASAN MUTU GULA PASIR SECARA FISIKA-KIMIA
SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SUSU DI PT. INDOLAKTO
( xiv + 59 hal., tabel, gambar, lampiran)
Gula pasir adalah gula kristal sakarosa kering dari tebu atau bit yang
dibuat melalui proses sulfitasi atau karbonatasi atau proses lainnya sehingga
langsung dapat dikonsumsi. Gula pasir digunakan sebagai bahan baku pada
pembuatan susu, disamping fresh milk yang merupakan bahan baku utama
pembuatan susu.
Gula pasir berasal dari tanaman tebu, dimana batang tebu tersebut diolah
melalui proses tertentu, hingga diperoleh gula dengan bentuk kristal padat. Gula
tebu (sugar cane) tersusun dari 2 unit monosakarida, yaitu fruktosa dan glukosa.
Oleh karena itu, gula tebu masuk ke dalam karbohidrat golongan disakarida.
Sukrosa (sakarosa) merupakan gabungan dari fruktosa dan glukosa, yang
merupakan kandungan terbesar pada gula tebu.
vii
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
Sebagai bahan baku, gula pasir hendaknya dianalisa untuk mengetahui
mutunya apakah layak digunakan atau tidak. Parameter yang diujikan sacara
fisika-kimia, antara lain Extraneous Matter, pH, Reducing Sugar, CaCO3, SO2,
Moisture dan kandungan sukrosa, yang merupakan parameter kritis dari gula
pasir. Gula pasir bermutu baik hendaknya memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan PT. Indolakto.
Berdasarkan hasil pengujian, hasil untuk Extranenous Matter tidak
melebihi 0,02% wt/wt, untuk pH nilainya lebih dari 5,5, penentuan Reducing
Sugar tidak melebihi 20 mg/100 gram, CaCO3 yang diperoleh kurang dari 30
mg/100 gram, kadar SO2 tidak melebihi 20 mg/Kg, Moisture dari gula berada
pada nilai 0,10% meskipun ada beberapa sampel bernilai 0,13% namun dampak
yang ditimbulkan tidak terlalu berpengaruh. Serta kandungan sukrosa pada gula
memiliki hasil 99,3%, bahkan lebih. Hal tersebut menunjukkan bahwa gula pasir
memiliki kemurnian.
Dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa gula pasir
memiliki mutu yang baik, sehingga dapat digunakan untuk proses pengolahan
susu. Gula pasir yang baik dapat menghasilkan produk susu yang baik karena
parameter-parameter kritis tersebut memberikan dampak yang kecil bila bereaksi
dengan susu ketika dilakukan pencampuran.
viii
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL……..…………………………………………...................i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………..ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………..iii
ABSTRAK……………………………………………………………………vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………....xii
DAFTAR GAMBAR........…………………………………………………....xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1
I.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan ………………………..1
I.2. Tempat Praktik Kerja Lapangan...................……………………2
I.3. Tujuan Praktik Kerja Lapangan ………………………………...3
I.3.1. Tujuan Umum …………………………………………….3
I.3.2. Tujuan Khusus …………………………………………....4
BAB II INSTITUSI TEMPAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN………….5
II.1. Sejarah dan Pengembangan Perusahaan………....……………...4
II.2. Lokasi dan Tata Letak Pabrik..........……………………………6
II.3. Visi dan Misi Perusahaan.....…………………………………....7
II.4. Struktur Organisasi Perusahaan…………………………………7
II.5. Ketenagakerjaan………………………………………………...9
II.6. Sistem Kerja.....................................…………………………...10
ix
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
II.7. Sistem Pembayaran Upah Karyawan…….....…………………..10
II.8. Tunjangan dan Fasilitas Karyawan..............................................11
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN……………..13
III.1. Latar Belakang Teori.....................……………………………..13
III.2. Pengertian Karbohidrat.………………………………………...13
III.3. Definisi Gula Pasir………….....………………………………..16
III.4. Proses Pembuatan Gula Tebu......................................................18
III.5. Reaksi Pencoklatan Pada Gula...............……………………….22
III.6. Prinsip Alat...............................................……………………...25
BAB IV BAHAN DAN CARA KERJA……………………………………....28
IV.1. Alat dan Bahan………..........…………………………...............28
IV.1.1. Alat...........................................…………………………28
IV.1.2. Bahan Kimia...........................…………………………..29
IV.2. Cara Kerja.....................................……………………………...30
IV.2.1. Pelaksanaan Sampling Bahan..........................................30
IV.2.2. Penyiapan Sampel dan Larutan Reagen..........................31
IV.2.2. Analisa Sampel…………………….…………………...33
BAB V DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN………..………….38
V.1. Data Pengamatan....…………………………………………….38
V.2. Pembahasan................................……………………………….44
V.3. Kesimpulan…….………………………………………………57
BAB VI PENUTUP..........................................................................................58
VI.1. Hasil............................................................................................58
x
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
VI.2. Manfaat.......................................................................................58
VI.3. Saran...........................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………........60
xi
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persyaratan Mutu Gula .................................................................17
Tabel 2. Contoh Lembar Identitas Pada Sampel..........................................30
Tabel 3. Identitas Gula Pasir Yang Diterima...............................................31
Tabel 4.A. Perbandingan Moisture (%) Sampel dan Standard........................38
Tabel 4.B. Perbandingan pH Sampel dan Standard........................................38
Tabel 4.C. Perbandingan Extraneous Matter (%) Sampel dan Standard........39
Tabel 4.D. Perbandingan Reducing Sugar (mg/100gram) Sampel
dan Standard..................................................................................40
Tabel 4.E. Perbandingan CaCO3 (mg/100gram) Sampel dan Standard.........41
Tabel 4.F. Perbandingan SO2 (mg/Kg) Sampel dan Standard.......................42
Tabel 4.G. Perbandingan Kandungan Sukrosa (%) Sampel dan Standard......43
xii
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Sukrosa...........................................................................18
Gambar 2. Perbandingan Moisture (%) Sampel dan Standard... …………...44
Gambar 3. Perbandingan pH Sampel dan Standard ...................…………...46
Gambar 4. Reaksi Hidrolisis Sukrosa.........................................…………....47
Gambar 5. Perbandingan Extraneous Matter (%) Sampel dan Standard........48
Gambar 6. Reaksi Hidrolisis Sukrosa.............................................................49
Gambar 7. Perbandingan Reducing Sugar (mg/100gram) Sampel
dan Standard .................................................................................51
Gambar 8. Reaksi Logam dengan indikator EBT……........……...................52
Gambar 9. Reaksi Ca2+ dengan EDTA…………..........................................52
Gambar 10. Perbandingan CaCO3 (mg/100gram) Sampel dan Standard …...53
Gambar 11. Perbandingan SO2 (mg/Kg) Sampel dan Standard......................54
Gambar 12. Perbandingan Kandungan Sukrosa (%) Sampel dan Standard.....56
xiii
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Faktor Koreksi EDTA Terhadap Reducing Sugar (%)…....61
Lampiran 2. Syarat Mutu Gula Pasir Di PT. Indolakto………..........................62
Lampiran 3. Bagan Polarimeter…….................................................................63
Lampiran 4. Struktur Quality Management PT. Indolakto………....................64
xiv
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan
Mahasiswa merupakan bagian yang terpenting dalam masyarakat,
dimana perannya sangat dibutuhkan dalam membangun kehidupan
bermasyarakat, khususnya untuk memajukan bangsa dan negara dengan
ilmu yang telah diserapnya dalam berbagai tingkat pendidikan. Saat ini
sudah selayaknya mahasiswa lebih mengembangkan segala potensi yang
dimilikinya sebagai bekal menuju dunia kerja di kemudian hari.
Di Era Globalisasi yang saat ini tengah dihadapi oleh seluruh
bangsa di dunia, khususnya Indonesia, sudah sepatutnya lembaga
pendidikan tinggi (universitas) menyiapkan generasi muda Indonesia yang
handal dan kompeten untuk menghadapi tantangan global tersebut.
Dengan adanya peran serta dari universitas diharapkan mahasiswa, yang
merupakan asset bangsa, dapat mengembangkan teori yang didapat dalam
perkuliahan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan, khususnya di
dunia kerja.
Program D3 Kimia Terapan, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia sebagai lembaga pendidikan
tinggi memiliki visi dan misi, yakni mewujudkan lulusan yang terampil,
berkualitas di bidang kimia, serta menjadi pusat unggulan dalam
pendidikan Ahli Madya dalam mendukung pembangunan industri. Untuk
1
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
2
mengimplementasikannya, pada Program Studi D3 Kimia Terapan
dilakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan harapan mahasiswa
dapat menyiapkan dirinya untuk terjun ke lingkungan masyarakat,
khususnya masyarakat industri atau lembaga, berdasarkan bekal yang telah
diperoleh, sehingga tercipta kesinambungan antara dunia pendidikan
dengan dunia kerja yang dapat meningkatkan mutu pendidikan,
persyaratan kelulusan bagi mahasiswanya, serta mengembangkan industri
yang sudah ada ataupun mampu membangun industri baru untuk kemajuan
bersama.
I.2. Tempat Praktek Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada:
Nama Institusi : PT. Indolakto, tbk.
Alamat : Jl. Raya Bogor, km 26,6, Kelurahan
Gandaria, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta
Timur.
Bidang Usaha : Industri Pengolahan Susu.
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 7 sampai 30 Mei 2008.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
3
I.3. TUJUAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Praktik Kerja Lapangan yang diselenggarakan oleh Program Studi
D3 Kimia Terapan memiliki tujuan yang meliputi:
I.3.1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat merealisasikan antara kemampuan dan
keterampilan dengan teori yang didapat selama perkuliahan
dilangsungkan ke dalam dunia kerja.
b. Meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kreativitas
mahasiswa sebagai bekal dalam memasuki dunia kerja kelak di
kemudian hari.
c. Mengembangkan sikap profesionalisme dan disiplin dalam
bekerja serta mensosialisasikan diri pada lingkungan kerja agar
tercipta suatu hubungan yang harmonis dan dinamis.
d. Memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa sehingga dapat
lebih mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
4
I.3.2. Tujuan Khusus
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Laboratorium Incoming
Material PT. Indolakto untuk menganalisis secara fisika dan kimia gula
pasir yang merupakan raw material atau bahan baku untuk pembuatan
susu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari gula pasir
yang akan digunakan sebelum didistribusi dan diolah bersama bahan
lainnya. Gula pasir yang akan digunakan merupakan raw material atau
bahan dasar pemanis bagi pembuatan susu.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
BAB II
INSTITUSI TEMPAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN
II.1. Sejarah dan Pengembangan Perusahaan
PT. Indomilk, saat ini telah berganti nama menjadi Indolakto, merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan susu, didirikan dengan
Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1967
dan surat Presiden Republik Indonesia No. 33/Press/II/1967. Penanaman Modal
Asing telah menyetujui permohonan izin untuk usaha bersama (joint venture)
antara Australia Dairy Product Board (ADPB) dari Australia dengan Pd dan I
Marison NV dari Indonesia. Kemudian pada tanggal 15 desember 1967,
ditandatangani akte pendirian perusahaan dengan akte notaries A. Latief no. 26
yang diberi nama PT. Australia Indonesian Milk Industries dan disingkat dengan
PT. Indomilk.
Kontrak manajemen dilakukan antara PT. Indomilk dengan Australia
Dairy Industries Ltd. (ADI), yaitu perusahaan yang tergabung dalam APB dan
mengkhususkan diri di bidang manajemen. Berdasarkan kontrak tersebut,
Australia Dairy Industries Ltd. diserahi tanggung jawab atas segi teknis dan
administrasi, sedangkan PD dan I Marison NV ditunjuk sebagai distributor hasil-
hasil perusahaan untuk seluruh Indonesia.
Pembangunan PT. Indolakto dimulai pada tanggal 1 Mei 1968, di atas
tanah seluas 3 hektar dan dengan luas bangunan 10.728 m2. Pembangunan
5
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
6
tersebut selesai pada bulan Juli 1969, dan pada tanggal 3 Juli 1969 PT. Indolakto
diresmikan oleh Presiden Soeharto (ketika masih menjabat sebagai Presiden).
Untuk produk utama dari PT. Indolakto adalah susu kental manis, yang
mulai dipasarkan ke seluruh Indonesia. Pada tahun 1971, PT. Indolakto
menambah jenis produksinya berupa susu pasteurisasi atau Pasteurisasi Liquid
Milk (PLM) dari bahan baku untuk es krim. Tahun 1972 diproduksi mentega
dengan merk dagang Orchid, yang terdiri dari dua jenis, yaitu Fresh Butter dan
Recombined Butter. Pada pertengahan tahun 1972, PT. Indolakto bekerjasama
dengan PT. Dairy Ville untuk memproduksi es krim dengan merk Peters.
Mulai bulan Oktober 1986, PT. Australia Indonesian Milk Industries
mengalami perubahan bentuk dari Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sehingga PT. Indolakto bukan lagi
perusahaan antara Indonesia dan Australia. Pada tahun 1992, untuk memperluas
dan meningkatkan produksinya, PT. Indolakto mengadakan kerjasama dengan PT.
Ultra Jaya di Bandung, untuk pembuatan susu bubuk. Anak perusahaan ini diberi
nama PT. Ultrindo dibawah naungan PT. Indolakto. Salah satu produk hasil dari
pengembangan produk PT. Indolakto adalah susu steril yang dikenal dengan nama
Susu Cair Indomilk (SCI).
II.2. Lokasi dan Tata Letak Pabrik
PT. Indolakto berlokasi di Jalan Raya Bogor, Km 26,6, Kelurahan
Gandaria, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Lokasi PT. Indolakto sangat
strategis, sehingga memudahkan transportasi barang-barang lokal maupun impor.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
7
Selain itu, dengan adanya pabrik yang terletak di kawasan tersebut, maka dapat
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.
Saat ini, PT. indolakto memiliki luas bangunan kurang lebih 10.728 m2.
yang terdiri dari kantor, laboratorium, ruang produksi, kantin, gudang, ruang ketel
uap, bengkel, ruang generator/diesel, tempat pengolahan air (water treatment),
tempat pengolahan limbah dan tempat pencucian pakaian kerja pabrik.
II.3. Visi Dan Misi Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki visi dan misi untuk membangun dan
memajukan perusahaan tersebut. PT. Indolakto memiliki visi untuk turut
mencerdaskan anak bangsa, dan misi untuk menyediakan produk unggul yang
halal, menyehatkan, bermutu, aman dan mudah diperoleh.
II.4. Struktur Organisasi Perusahaan
Suatu perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang jelas untuk
mengatur segala aktivitas perusahaan, sehingga kegiatan dapat berjalan dengan
lancar. PT. Indolakto merupakan PMDN. Penentuan kebijaksanaan perusahaan
tinggi di PT. indolakto dipegang oleh dewan direksi, yang merupakan pemegang
kekuasaan legislativ dalam organisasi perusahaan.
Kegiatan operasional sehari-hari PT. Indolakto dipimpin oleh Chief
Executive Officer (CEO) yang bertanggungjawab kepada para pemegang saham.
CEO dibantu oleh Deputi CEO, yang selanjutnya membawahi lima divisi, yaitu
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
8
divisi pabrik, divisi administrasi, divisi pemasaran, divisi penelitian dan
pengembangan serta divisi keuangan dan akunting. Masing-masing divisi dibagi
menjadi departemen-departemen yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggungjawab kepada kepala divisi. Struktur organisasi PT. Indolakto secara
lengkap terdapat pada lampiran 4.
Divisi pabrik terdiri dari departemen produksi, keteknikan dan Can line.
Departemen produksi bertugas untuk memproduksi susu kental manis, susu
pasteurisasi, mentega, susu steril dan es krim. Departemen keteknikan bertugas
menangani hal-hal yang bersangkutan dengan mesin-mesin produksi, alat
transportasi, pembangkit tenaga, alat pendingin, komunikasi dan mesin-mesin lain
yang dapat menunjang kelancaran operasional perusahaan. Departemen Can line
bertugas untuk memproduksi kaleng untuk produksi susu kental manis.
Divisi Administrasi terdiri dari departemen inventori, pelayanan umum,
ekspor-impor, logistik dan personalia. Departemen inventori bertugas mengatur
penyimpanan dan pemakaian bahan, yaitu bahan baku, bahan pembantu, bahan
pengemas dan bahan-bahan lain yang diperlukan departemen lain guna
memperlancar operasional perusahaan. Departemen pelayanan umum bertugas
menangani hal-hal yang berhubungan dengan instansi pemerintah, misalnya
Badan Urusan Logistik (Bulog), Departemen Perindustrian, Direktur Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan (POM), tentang perizinan, dan sebagainya.
Departemen Ekspor-Impor bertugas melaksanakan penjualan ke luar negeri,
pembelian mesin dan pembelian bahan baku. Departemen Logistik bertugas
membuat perencanaan dan pelaksanaan pengadaan barang-barang (mesin, suku
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
9
cadang, bahan baku, pengemasan, dan sebagainya), yang diperlukan dalam
operasional perusahaan. Departemen Personalia bertugas mengatur
pendayagunaan sumber daya manusia, meliputi penerimaan pegawai, seleksi
penempatan, pemeliharaan iklim dan hubungan kerja baik, penyelenggaraan gaji
dan jaminan sistem (keamanan, pelayanan kantin, dan kebersihan).
Divisi Pemasaran terdiri dari departemen pengadaan dan distribusi, serta
pemantauan pasar. Divisi ini bertugas menjual seluruh produk perusahaan, baik ke
dalam negeri maupun luar negeri, dan berusaha mencari dan mempertahankan
pangsa pasar yang sedang dikuasai.
Divisi Keuangan dan Akunting terdiri dari departemen keuangan dan
manajemen. Tugasnya mengelola sumber dana perusahaan yang disesuaikan
dengan kebutuhan operasional perusahaan.
Divisi Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) terdiri
dari departemen penelitian dan pengembangan, dan departemen pengawasan
mutu. Tugasnya adalah meneliti semua bahan pokok, bahan pembantu dan bahan
lainnya, sehingga tercapai barang jadi yang mempunyai standard dan layak untuk
dikonsumsi serta mengembangkan produk yang sudah ada dan menciptakan yang
belum ada sesuai dengan sasaran perusahaan.
II.5. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di PT. Indolakto terbagi menjadi non shift, shift pagi (1),
shift sore (2) dan shift malam (3). Karyawan kontrak memiliki sifat hubungan
kerja untuk waktu tertentu yang juga terdiri dari kerja sistem shift dan non shift.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
10
Karyawan harian memiliki sifat kerja harian yang merupakan karyawan kerja
sistem shift.
II.6. Sistem Kerja
Karyawan PT. Indolakto bekerja selama lima hari dalam seminggu, mulai
dari senin sampai jumat dengan jumlah jam kerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.
Karyawan administrasi bekerja dari jam 08.00-16.30 WIB, sedangkan karyawan
pabrik sesuai dngan pengatur shift yang terdiri dari tiga shift.
II.7. Sistem Pembayaran Upah Karyawan
Pembagian upah karyawan PT. Indolakto berdasarkan jabatannya di dalam
perusahaan. Pembayaran gaji bagi karyawan overtime dilakukan setiap dua
minggu, sedangkan karyawan non-overtime dilakukan setiap bulan. Pembayaran
gaji (upah biasa dan upah lembur) dilakukan pada tanggal 28 tiap bulan bagi
pekerja yang digaji secara bulanan. Bagi pekerja yang digaji secara mingguan,
pembayaran gaji dilakukan pada tanggal 10 dan 15 setiap bulannya. Karyawan
akan menerima 14 gaji dalam setahun, yang terdiri dari 12 kali gaji bulanan
ditambah 1 kali gaji untuk tunjangan hari raya dan 1 kali gaji untuk bonus
tahunan.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
11
II.8. Tunjangan dan Fasilitas Karyawan
Tunjangan dan fasilitas karyawan berupa tunjangan makan siang,
transportasi antar jemput, jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, hak cuti,
sumbangan pemakaman, sarana ibadah dan rekreasi. Sistem cuti yang ada dalam
perusahaan ini, yaitu cuti tahunan selama 12 hari kerja, cuti hamil diberikan
selama 3 bulan dan selama cuti hamil karyawan mendapat upah penuh. Selain itu,
terdapat cuti panjang selama 90 hari untuk karyawan yang telah bekerja selama 6
tahun dan kelipatannya. Cuti khusus selama 2 hari diberikan kepada karyawan
untuk urusan penting, seperti pernikahan, istri melahirkan, tertimpa musibah dan
khitanan anak.
Tunjangan berupa asuransi untuk karyawan PT. Indolakto sesuai dengan
peraturan pemerintah no. 33 tahun 1977 tentang Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK),
yaitu:
1. Asuransi tabungan hari tua sebesar 2,5% dari gaji pokok yang dibayarkan
setiap bulannya. Uang asuransi ini dapat diambil setelah karyawan berusia
55 tahun atau akan keluar dari perusahaan.
2. Asuransi kematian dibayarkan 0,5% dari gaji pokok yang dibayarkan dari
setiap bulan.
3. Asuransi kematian dibayarkan 0,85% dari gaji pokok yang dibayarkan
setiap bulan.
Jaminan keselamatan kerja merupakan hal yang mendapatkan perhatian
besar dari perusahaan. Perusahaan menyediakan alat keselamatan dalam
bekerja berupa alat pemadam kebakaran, perlengkapan diri selama di
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
12
pabrik untuk melindungi diri dari bahaya, berupa sepatu karet, sarung
tangan, jas laboratorium, masker, penutup wajah, dan penutup kepala
untuk menghindari kontak langsung dengan bahan kimia, helm untuk
menghindari kepala dari benturan, serta pemberian tanda-tanda peringatan
khusus pada tempat berbahaya.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
III.1. Latar Belakang Teori.
III.2. Pengertian Karbohidrat. (1,2,3)
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi seluruh penduduk di
dunia. Bila dibandingkan dengan lemak dan protein, karbohidrat merupakan
sumber kalori yang murah dan mudah diperoleh. Selain itu, ada beberapa jenis
karbohidrat dapat menghasilkan serat-serat yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh
karena itu, keberadaan karbohidrat sangat penting, baik bagi makhluk hidup
maupun bagi zat tambahan bagi makanan dan minuman, seperti pemanis,
stabilizers, pemberi aroma dan warna ketika diproses.
Karbohidrat adalah senyawa polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton
atau bahan-bahan yang dapat menghasilkan senyawa-senyawa tersebut bila
dihidrolisis. Karbohidrat memiliki peran yang sangat penting. Selain berperan
bagi makhluk hidup, khususnya manusia, tetapi berperan pula bagi makanan.
Fungsi dari karbohidrat, antara lain :
1) Makanan pokok (sumber energi);
2) Lubrikasi pada sendi;
3) Unsur pelindung dan struktural;
4) Mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh yang
berlebihan, dan kehilangan mineral;
13
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
14
5) Membantu metabolisme lemak dan protein;
6) Dapat menentukan karakteristik bahan makanan, seperti warna, rasa,
tekstur, dll.
Pada tumbuhan, karbohidrat diperoleh dari sintesis CO2 dengan H2O
dengan bantuan sinar matahari, klorofil dan enzim melalui proses fotosintesis.
Reaksi :
Sinar matahari
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6O2
klorofil, enzim
Gula yang dihasilkan kemudian disimpan sebagai amilum pada akar dan biji-
bijian, serta sebagai selulosa pada kerangka tumbuhan.
Pada manusia dan hewan, karbohidrat dibentuk dari beberapa asam amino
dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi, sebagian besar asupan karbohidrat
diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuhan. Sumber karbohidrat yang
merupakan makanan pokok di berbagai daerah, diperoleh dari biji-bijian,
khususnya beras dan jagung, serealia, umbi-umbian dan batang tanaman, seperti
sagu.
Karbohidrat (biasa disebut sakarida) memiliki rumus molekul Cn(H2O)n
dan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida. Masing-masing kelompok tersebut memiliki jenis
yang berbeda.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
15
1) Monosakarida.
Monosakarida adalah bentuk gula yang sederhana karena
merupakan unit polihidroksi aldehid (aldosa) atau keton (ketosa) tunggal
yang memiliki rumus molekul (CH2O)n. Monosakarida yang paling
sederhana terdiri dari 3 buah atom C, yaitu gliseraldehid dan
dihidroksiaseton. Untuk aldosa maupun ketosa, disisipkan gugus CHOH di
unit rantai karbonnya. Pada aldosa, penamaan dilakukan berdasarkan
jumlah karbonnya, misalnya triosa (mulai dari gliseraldehid yang memiliki
3 buah atom C sebagai penyusunnya), tetrosa, pentosa, heksosa, dan lain-
lain. Sedangkan ketosa, dimulai dengan unit penyusun sederhana, seperti
dihidroksiaseton, misalnya triulosa, kemudian dilanjutkan dengan trulosa,
pentulosa, heksulosa, dan sebagainya.
2) Oligosakarida.
Oligosakarida adalah polimer dengan derajat polimerisasi 2 sampai
10 dan biasanya larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari dua
molekul disebut disakarida, bila tiga molekul disebut triosa, dsb.
Disakarida terdiri atas 2 buah monosakarida yang berikatan kovalen
dengan ikatan glikosida. Gugus –OH antara gula satu berikatan dengan
atom C anomerik molekul gula yang lain. Biasanya ikatan glikosida ini
terjadi antara atom nomor 1 dengan atom nomor 4 atau dengan
melepaskan 1 mol air (hidrolisis). Ikatan glikosida jarang terjadi antara
karbon anomerik dengan karbon bernomor ganjil, tetapi dengan ikatan
karbon bernomor genap, seperti 2, 4 atau 6. Contoh disakarida:
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
16
Maltosa, tersusun atas 2 buah glukosa, yaitu 4-0-(α-D-
Glukopiranosil)-D-Glukopiranosa;
Sellobiosa, tersusun atas 2 buah glukosa (namun memiliki ikatan
yang berbeda dengan Maltosa), yaitu 4-0-(β-D-Glukopiranosil)-D-
Glukopiranosa;
Laktosa, tersusun atas galaktosa dan glukosa, yaitu 4-0-(β-D-
Galaktopiranosil)-D-Glukopiranosa;
Sukrosa (Sakarosa atau gula tebu), tersusun atas fruktosa dan
glukosa, yaitu β-D-Fruktofuranosil-α-D-Glukopiranosida.
3) Polisakarida.
Polisakarida merupakan polimer dari molekul-molekul monosakari
dapat berbentuk rantai lurus ataupun bercabang, serta dapat dihidrolisis
dengan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik. Berdasarkan monomer
penyusunnya, polisakarida dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
Homopolisakarida
Heteropolisakarida
III.3. Definisi Gula Pasir.
Gula adalah gula kristal sakarosa kering dari tebu atau bit yang dibuat
melalui proses sulfitasi atau karbonatasi atau proses lainnya sehingga langsung
dapat dikonsumsi (SNI No. 01-3140-2001).
Standar Nasional Indonesia (SNI) telah menetapkan persyaratan mutu
untuk gula pasir, sebagai berikut:
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
17
Tabel 1. Persyaratan Mutu Gula (SNI No. 01-3140-2001)
Spesifikasi Satuan Syarat GKP I GKP II GKP III 1. Warna - a. Kristal % Min 90 Min 60 Min 60
b. Larutan IU Maks 250
Maks 350 Maks 450
2. Bj Larutan mm 0,8-1,2 0,8-1,2 0,8-1,2
3. Susut Pengeringan % b/b Maks 0,10
Maks 0,15 Maks 0,20
4. Polarisasi (Z, 20˚C) "Z" Min 99,6
Min 99,5 Min 99,4
5. Polarisasi (Z, 20˚C) "Z" Min 99,6
Min 99,5 Min 99,4
6. Polarisasi (Z, 20˚C) "Z" Min 99,6
Min 99,5 Min 99,4
7. Gula Pereduksi % b/b Maks 0,1
Maks 0,15 Maks 0,20
8. Abu % b/b Maks 0,1
Maks 0,15 Maks 0,20
9. Bahan Asing Tak Larut Derajat Maks 5 Maks 5 Maks 5 10. Bahan Tambahan Makanan (SO2) mg/kg Maks 30 Maks 30 Maks 30 11. Cemaran Logam a. Timbal (Pb) mg/kg Maks 2 Maks 2 Maks 2 b. Tembaga (Cu) mg/kg Maks 2 Maks 2 Maks 2 12. Cemaran Arsen mg/kg Maks 1 Maks 1 Maks 1
Gula pasir berasal dari tanaman tebu, dimana batang tebu tersebut diolah
melalui proses tertentu, hingga diperoleh gula dengan bentuk kristal padat. Gula
tebu (sugar cane) tersusun dari 2 unit monosakarida, yaitu fruktosa dan glukosa.
Oleh karena itu, gula tebu masuk ke dalam karbohidrat golongan disakarida.
Sukrosa (sakarosa) merupakan gabungan dari fruktosa dan glukosa, yang
merupakan kandungan terbesar pada gula tebu. Sukrosa memiliki struktur,
sebagai berikut :
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
18
Gambar 1. Struktur Sukrosa
III.4. Proses Pembuatan Gula Tebu. (4,5)
Tebu mengalami berbagai tahapan untuk menjadi gula pasir, yaitu :
1. Pemanenan.
Pemanenan dilakukan bila tebu telah dewasa.
2. Ekstraksi.
Tebu digiling dengan menggunakan rol-rol baja. Cairan dan serat
tebu dipisahkan dalam sebuah reboiler. Pada industri lainnya digunakan
diffuser untuk pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan berupa cairan
kotor yang mengandung sisa-sisa tanah lahan, serat berukuran kecil, dan
ekstraksi dari daun dan kulit tanaman. Jus dari hasil ekstraksi ini
mengandung sekitar 15% gula dan serat residu (bagasse), yang
mengandung 1-2% gula, 50% air dan abu (berasal dari pasir dan bebatuan
kecil). Sebuah tebu bisa mengandung 12 hingga 14% serat, dimana untuk
setiap 50% air mengandung sekitar 25 hingga 30 ton bagasse untuk tiap
100 ton tebu atau 10 ton gula.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
19
3. Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming).
Jus dibersihkan dengan menggunakan kapur (slaked lime) yang
akan mengendapkan kotoran. Proses ini dinamakan liming. Kemudian
kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Kapur yang digunakan berupa
Kalsium hidroksida atau Ca(OH)2. Kemudian dimasukkan ke dalam
clarifier (tangki penjernih). Hasilnya berupa jus yang jernih.
4. Evaporasi.
Jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara menguapkan air yang
terkandung di dalamnya dengan menggunakan uap panas dalam suatu
proses yang dinamakan evaporasi. Jus yang sudah jernih hanya
mengandung 15% gula, tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang
diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga
80%.
5. Kristalisasi.
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci
yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air
diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai.
Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke
dalam sirup untuk memancing terbentuknya kristal. Kristal-kristal ini
kemudian dipisahkan dengan menggunakan alat sentrifugasi. Larutan
induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah
gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Gula dalam jus
tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbentuklah produk samping (by
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
20
product) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut
menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol.
6. Penyimpanan.
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat
lengket selama penyimpanan. karena kotor dalam penyimpanan dan
memiliki rasa yang berbeda, maka gula kasar tersebut dimurnikan kembali.
7. Afinasi (Affination).
Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan
dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal
dengan proses yang dinamakan dengan “afinasi”. Gula kasar dicampur
dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih
tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal,
tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Kemudian dilakukan sentrifugasi
untuk memisahkan kristal dari sirup. Cairan yang dihasilkan dari pelarutan
kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel
halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini
kemudian dikeluarkan dari proses.
8. Karbonatasi.
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya
bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang
menyebabkan cairan gula keruh. Pada proses ini ditambahkan lime atau
Ca(OH)2 ke dalam cairan dan dialirkan gas CO2. Gas karbondioksida ini
akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
21
berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya
mudah untuk dipisahkan.
Reaksi :
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
Selain karbonatasi, ada pula proses pemurnian gula dengan
menggunakan lime atau Ca(OH)2 dan dialirkan gas SO2, yang dikenal
dengan sebutan Sulfitasi. Selain sebagai pemurnian, proses sulfitasi juga
berfungsi untuk pemucatan dan proses klarifikasi dengan bantuan
koagulan untuk mengendapkan makromolekul terlarut.
Reaksi :
Ca(OH)2 + SO2 CaSO3 + H2O
9. Pendidihan.
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang
tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke
dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika
kristal sudah tumbuh, campuran dari kristal-kristal dan cairan induk
kemudian dimasukkan ke dalam alat sentrifugasi. Kemudian dikeringkan
dengan udara panas sebelum dikemas dan atau disimpan.
10. Pengolahan sisa (Recovery).
Cairan sisa, baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari
pembersihan pada tahap afinasi, masih mengandung sejumlah gula yang
dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini diolah di ruang pengolahan ulang
(recovery) yang beroperasi, seperti pengolahan gula kasar, bertujuan untuk
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
22
membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar hasil
pembersihan setelah afinasi. Gula yang tidak dapat seluruhnya diekstrak
dari cairan diolah menjadi produk samping, yaitu molasse murni.
III.5. Reaksi Pencoklatan Pada Gula. (1)
Karbohidrat mengalami berbagai macam jenis reaksi pencoklatan, baik
secara enzimatik ataupun non-enzimatik. Reaksi enzimatik biasa terjadi pada
buah-buahan yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik. Khusus gula
pasir (sukrosa), reaksi yang terjadi merupakan reaksi non-enzimatik. Ada tiga
macam reaksi non-enzimatik, antara lain :
1. Karamelisasi.
Bila suatu larutan sukrosa diuapkan, maka konsentrasinya dan titik
didihnya akan meningkat. Titik lebur sukrosa adalah 160˚C. Bila gula
yang telah mencair, kemudian dipanaskan terus hingga suhunya
melampaui titik leburnya, misalkan 170˚C, maka mulailah terjadi
karamelisasi sukrosa. Gula karamel biasa digunakan sebagai penambah
cita rasa.
2. Reaksi Maillard.
Reaksi Maillard merupakan reaksi khusus bagi gula pereduksi
dengan gugus amina primer. Gugus amina primer biasanya terdapat pada
bahan awal sebagai asam amino. Hasil reaksinya akan menghasilkan
bahan berwarna coklat.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
23
Tahap-tahap Reaksi Maillard :
a. Suatu aldosa bereaksi dengan asam amino atau suatu gugus amino
dari protein akan menghasilkan basa Schiff.
b. Menurut Reaksi Amadori akan terjadi perubahan menjadi amino
ketosa.
c. Dehidrasi dari hasil reaksi Amadori membentuk turunan-turunan
furfuraldehid.
d. Proses dehidrasi selanjutnya menghasilkan hasil antara metil α-
dikarbonil yang diikuti penguraian menghasilkan reduktor-reduktor
dan α-dikarboksil, seperti metilglioksal, asetol dan diasetil.
e. Aldehid-aldehid aktif dari c dan d terpolimerisasi tanpa
mengikutsertakan gugus amino (disebut kondensasi aldol) atau
dengan gugus amino membentuk senyawa berwarna coklat yang
disebut melanoidin.
3. Pencoklatan Akibat Vitamin C.
Vitamin C (asam askorbat) merupakan suatu senyawa reduktor dan
juga dapat bertindak sebagai precusor untuk pembentukan warna coklat
non-enzimatik. Asam-asam askorbat berada dalam kesetimbangan dengan
asam dehidroaskorbat. Dalam suasana asam, cincin lakton asam
dehidroaskorbat terurai secara irreversible dengan membentuk suatu
senyawa diketogulonat. Kemudian berlangsunglah reaksi Maillard dan
proses pencoklatan.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
24
Gula pasir merupakan salah satu raw material atau bahan baku yang
digunakan sebagai pemanis untuk berbagai jenis makanan dan minuman,
khususnya dalam pembuatan susu. Di PT. Indolakto, ada 3 jenis bahan baku bagi
pembuatan susu, yaitu:
1. fresh milk (susu segar), merupakan bahan baku utama bagi susu. Susu
segar berasal dari sapi perah yang diternak. Sebelum digunakan, susu
segar mengalami pengawasan mutu agar susu segar yang akan digunakan
tidak mengandung zat-zat yang dapat membahayakan, sehingga aman bila
dikonsumsi oleh masyarakat.
2. palm oil, berfungsi sebagai penambah lemak bagi susu. Sama seperti susu
segar, palm oil yang datang pun ditampung dalam tangki dan harus
melalui pengawasan mutu agar minyak yang akan digunakan berada dalam
kondisi yang baik (tidak rusak).
3. gula pasir, berfungsi sebagai pemanis utama pada susu. Gula pasir ini
digunakan untuk semua jenis susu. Hal ini disebabkan karena gula pasir
memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dibandingkan yang lainnya. Selain
itu, gula pasir juga digunakan sebagai bahan pengawet alami untuk susu.
Pengawasan mutu gula pasir pun sangat penting agar tidak berpengaruh
bagi produk akhir (finished good).
Ketiga bahan baku di atas, sebelum diterima oleh pihak perusahaan,
dilakukan pengujian terlebih dahulu. Masing-masing bahan baku dilakukan
penyamplingan oleh Laboratorium Incoming Material. Sampel yang telah
disampling kemudian diberikan identitas lengkap dan kode sampel. Identitas
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
25
dicatat pada buku khusus input data raw material. Setiap bahan baku yang datang,
hendaknya diperhatikan :
1. Mengambil sertifikat hasil analisis dari industri asal bahan baku yang
dikirim dan spesifikasi.
2. Memeriksa bahan baku tersebut.
3. Analisa yang harus dilakukan terhadap bahan baku.
4. Memeriksa apakah bahan terkonsesi atau tidak.
5. Memberi kode sampel.
6. Melaporkan ketidaksesuai yang terjadi.
Tiap bahan baku memiliki parameter yang berbeda. Setelah dinyatakan
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, barulah ketiga bahan baku tersebut
diterima perusahaan. Namun bila ternyata diluar dari spesifikasi, bahan baku
tersebut ditolak (reject). Khusus untuk gula pasir, ada parameter-parameter kritis
yang perlu dianalisis dengan segera karena berhubungan dengan proses ketika
gula pasir tersebut dibuat, seperti pH, moisture (kadar air), extraneous matter,
Reducing Sugar (gula pereduksi), CaCO3, SO2, dan kandungan sukrosa.
III.6. Prinsip Alat:
1. pH Meter Metler Toledo
pH meter merupakan voltmeter elektronik yang memiliki input
tinggi dengan tipe khusus dari potensiometer, hanya saja disini
memerlukan pH absolute, sehingga sebelum penitaran pH meter harus
ditera dahulu dengan larutan dapar sebagai standar. Pada prinsipnya, alat
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
26
ini digunakan untuk mengukur pH suatu larutan atau sel, dimana
elektroda-elektrodanya berisi ion-ion hydrogen. pH meter mengubah
isyarat bolak-balik, kemudian digandakan dan komponen arus searah
disaring dan pada akhirnya isyarat yang telah digandakan tersebut diubah
kembali menjadi suatu meteran yang telah dikalibrasi dalam satuan pH.
Untuk pengukuran, alat ini memiliki 2 jenis elektroda, yaitu:
Elektroda pembanding
Pada elektroda ini, nilai potensial elektrodanya telah
diketahui.
Elektroda penunjuk
Potensial elektroda ini idak diketahui besar nilainya. Dalam
pengukuran pH, elektroda ini hanya menangkap aktivitas
ion H+ yang kemudian dibandingkan dengan elektroda
pembanding.
2. Polarimeter.
Polarimeter merupakan alat optik yang spesifik, yang digunakan
untuk mengukur rotasi zat aktif optik, yaitu senyawa atau zat yang
mempunyai kemampuan untuk memutar polarisasi sinar yang melewati
larutan. Penentuan keaktifan optik ini dapat dipergunakan dalam:
identifikasi, pengujian kemurnian dan penetapan kadar.
Pada prinsipnya, polarimeter mengukur sudut pemutar (sudut
rotasi) bidang polarisasi yang terjadi jika sinar dilewatkan melalui larutan
setebal 1 dm yang mengandung 1 gram zat/ml., yang diukur dengan
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
27
menggunakan sinar lampu Natrium dengan panjang gelombang 589,3 nm
(pada umumnya dilakukan pada suhu 20˚C). Suatu zat yang dapat
memutar bidang polarisasi disebut zat aktif optic, yaitu yang bersifat
transparan karena bentuk kristalnya atau yang dalam bentuk struktur
molekulnya mempunyai atom C kiral yang sifat pemutar bidang polarisasi.
Zat tersebut dalam polarimeter akan memutar bidang polarisasi ke kiri
(Levo) untuk fruktosa, dan akan memutar bidang polarisasi ke kanan
(Dekstro) untuk glukosa.
3. Moisture Balance.
Moisture Balance merupakan alat untuk menentukan kadar air
pada sample, baik gula pasir ataupun susu bubuk. Alat ini menggunakan
metode Infra Red. Moisture Balance memiliki dua fungsi, yaitu sebagai
neraca analitik dan oven. Sampel yang telah ditimbang ± 3 gram pada
cawan aluminium yang terdapat di dalam alat, secara otomatis akan
dipanaskan ketika alat ini ditutup. Panas yang timbul dari bagian bawah
cawan aluminium akan menguapkan air yang terkandung dalam sampel.
Besar kandungan air ini kemudian akan diubah menjadi % dan nilai
Moisture didapat pada pembacaan di layar alat tersebut.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
BAB IV
BAHAN DAN CARA KERJA
IV.1. Alat dan Bahan
IV.1.1. Alat
1. Infra Red Drying Mettler LP 16
2. Balance PM 100
3. Cawan Alumunium
4. Spatula
5. Kantong plastik
6. Labu ukur 500 mL
7. Timbangan digital
8. Kertas saring lintine
9. Beaker glass 600 mL
10. Erlenmeyer 250 mL
11. pH meter
12. Bulb pipet
13. Pipet volumetrik 50 mL
14. Pipet volumetrik 20 mL
15. Buret
16. Pipet volumetrik 10 mL
17. Gelas ukur 100 mL
28
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
29
18. Labu ukur 100 mL
19. Polarimeter
20. Beaker glass 300 mL
IV.1.2. Bahan Kimia
1. Gula Pasir
2. Aquades
3. Larutan buffer pH 4,00 dan pH 7,00
4. Versenat Buffer pH 10
5. Indikator EBT
6. EDTA 0,005 M
7. NaOH 5 N
8. H2SO4 (1:3)
9. Indikator kanji 1%
10. Larutan Iodine 0.0028 N
11. Indikator Murexid
12. Pereaksi Cu-Alkali
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
30
IV.2. Cara Kerja
IV.2.1. Pelaksanaan Sampling Bahan
Sampling gula pasir dilakukan setiap kedatangannya di PT. Indolakto.
Data gula pasir tersebut kemudian dicatat dan dilaporkan dari divisi ware house
(inventori) ke Laboratorium Incoming Material. Petugas Laboratorium melakukan
sampling terhadap gula yang akan dianalisis. Sampling dilakukan secara random
atau acak agar diperoleh hasil yang representative. Sampel yang dikirimkan ada
beberapa ton dan diangkut dengan beberapa truk. Sampel yang dikirimkan berasal
dari beberapa perusahaan penghasil gula, antara lain PT. Permata, PT. Sentra
Usahatama Jaya, PT. Jawamanis dan PT. Angels. Namun perusahaan yang rutin
mengirimkan sampel adalah PT. Permata. Identitas sampel yang diterima
kemudian dicatat dalam logbook Incoming Material dan dibubuhi stiker pada
sampel tersebut.
Tabel 2. Contoh Lembar Identitas pada Sampel
Kode Sampel
Nama Sampel
Tanggal Sampling
Expired Date
Petugas Sampling
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
31
Tabel 3. Identitas Gula Pasir yang Diterima.
Kode Sampel Klien Tanggal Penerimaan
82368 PT. Permata 15 Mei 2008
82422 PT. Permata 19 Mei 2008
82465 PT. Permata 20 Mei 2008
82469 PT. Permata 21 Mei 2008
82502 PT. Permata 22 Mei 2008
82528 PT. Permata 23 Mei 2008
82553 PT. Permata 26 Mei 2008
82598 PT. Permata 27 Mei 2008
IV.2.2. Penyiapan Sampel dan Larutan Reagen
IV.2.2.1 Original Filtrat Sampel 50%
Sebanyak 250 gram sampel gula pasir ditimbang kedalam beaker glass.
Sampel tersebut dilarutkan dengan aquades dan dipindahkan secara kuantitatif ke
dalam labu ukur 500 mL. Kemudian ditepatkan sampai tanda batas.
IV.2.2.2. Original Filtrat Sampel 26%
Sebanyak 26 gram sampel gula pasir ditimbang ke dalam beaker glass.
Sampel tersebut dilarutkan dengan aquades dan dipindahkan secara kuantitatif ke
dalam labu ukur 100 mL. Kemudian ditepatkan sampai tanda batas.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
32
IV.2.2.3. Versenat Buffer pH 10
67,5 gram NH4Cl ditambahkan 58,3 mL Oxonia BD 0,88 dilarutkan
dengan aquades hingga volumenya 100 mL.
IV.2.2.4. Indikator EBT (Eriochrom Black T)
Sebanyak 25 gram NaCl ditambahkan dengan 250 mg EBT.
IV.2.2.5. Larutan EDTA 0,005 M
1,8612 gram EDTA dilarutkan dengan aquades dan pindahkan secara
kuantitatif ke dalam labu 1000 mL. Ditepatkan hingga tanda batas.
IV.2.2.6. Indikator Murexide
0,25 gram murexid dilarutkan dalam 50 mL air dan tambahkan 20 mL
larutan Metilen Blue.
IV.2.2.7. Pereaksi Cu-Alkali
Sebanyak 25 gram Na2CO3 + 25 gram K-Na-Tartrat dilarutkan dalam 600
mL aquades yang mengandung 40 mL NaOH 1 N.
Sebanyak 6 gram CuSO4.5H2O (terusi) dilarutkan dalam 100 mL aquades
dan campuran tersebut dimasukkan ke dalam larutan tartrat. Kemudian diencerkan
hingga volumenya 1000 mL.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
33
IV.2.3. Analisa Sampel
IV.2.3.1. Penentuan Moisture (Metode Infra-Red)
Prinsip: Penentuan kandungan air (kelembaban) dari suatu sampel dapat
diketahui dengan cepat, yaitu dengan menggunakan metode infra red
dengan suhu ± 105ºC selama 3 menit.
Sampling dilakukan terhadap gula pasir dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik. Gula dicampurkan dengan cara dikocok ( ± 20 kali) dalam
kantong plastik. Sebanyak ± 3 gram sampel gula pasir ditimbang dan ditempatkan
pada cawan alumunium yang terdapat pada alat. Kemudian ditekan tombol “start”
pada alat moisture balance, dan setelah 3 menit 10 detik, % Moisture dapat
terbaca pada layar yang ada.
IV.2.3.2. Penetapan Extraneous Matter (6)
Prinsip: Penentuan partikel asing yang tak larut pada sampel dapat diketahui
dengan cara melarutkannya dalam air, disaring dan dimasukkan ke
dalam oven. Selisih antara berat kertas saring dan endapan yang
diperoleh dengan berat kertas saring kosong dibagi dengan berat sampel
awal yang ditimbang dikalikan 100% dapat diperoleh nilai Extraneous
Matter.
Kertas saring lintine ditimbang sebagai berat kosong (awal). Larutan
original filtrat sampel disaring dengan kertas saring lintine tersebut dan filtratnya
ditampung dalam Erlenmeyer 250 mL. Filtrat ini digunakan untuk pengujian
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
34
berikutnya. Endapan yang ada dicuci dengan 100 mL aquades secara bertahap
(distribusi penyebaran endapan extraneous matter dalam kertas saring harus
merata). Kertas saring dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama ± 1 jam.
Setelah kering, kemudian dimasukkan dalam desikator, dan selanjutnya
ditimbang.
Perhitungan:
IV.2.3.3. Penetapan pH (7)
Prinsip: Pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktivitas ion Hidrogen dengan
menggunakan metode potensiometrik terhadap standar primer dan
electrode pembanding.
Dilakukan adjusting (kalibrasi) pH dengan memakai larutan buffer.
Elektroda dibilas dengan aquades dan direndam dalam larutan sampel yang akan
diukur pH-nya. Pembacaan pH dari sampel dicatat pada suhu yang sesuai.
IV.2.3.4. Penetapan Kesadahan/ Total Hardness (CaCO3) (8)
Prinsip: Total Hardness dari suatu contoh larutan dapat ditetapkan dengan cara
menitar larutan tersebut dengan larutan standar EDTA 0,005 M dengan
menggunakan indikator EBT.
Dipipet 20 mL original filtrat sampel 50% ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
Ke dalam sample tersebut ditambahkan 50 mL aquades. Diberi indikator EBT
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
35
secukupnya. Bila berwarna biru, maka sampel tidak perlu dititrasi (total hardness
= 0). Bila berwarna merah, maka dilakukan titrasi dengan EDTA 0,005 M sampai
biru. Untuk blanko dilakukan pengerjaan yang sama.
Perhitungan:
IV.2.3.5. Penetapan SO2 (7)
Prinsip: SO2 akan bereaksi dengan NaOH menghasilkan senyawa yang dapat
ditetapkan secara iodometri, sehingga SO2 setara dengan iod sebagai
penitar.
Sebanyak 50mL original filtrat sampel 50% dipipet ke dalam
Erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan 100 mL aquades. Tambahkan 2 mL NaOH 5 N
dan 5 mL H2SO4 (1:3). Kemudian bubuhi 2-3 tetes indikator kanji 1%. Dititar
dengan Iod 0,0028 N hingga menjadi larutan biru pada titik akhir titrasi.
Perhitungan:
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
36
IV.2.3.6. Reducing Sugar (Metode Knight-Allen) (9)
Prinsip: Gula pereduksi akan mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ dalam larutan Cu-
Alkali. Kelebihan Cu-Alkali dititrasi dengan EDTA sampai indikator
murexid-Metilen Blue berwarna ungu.
Sebanyak 2 mL original filtrat sampel 50% dipipet ke dalam Erlenmeyer
100 mL. Ditambahkan 2 mL pereaksi Cu-Alkali. Erlenmeyer diletakkan di dalam
air mendidih (water bath) selama 5 menit. Didinginkan dan ditambahkan 50 mL
aquades. Bubuhi 1 tetes indikator Metilen Blue dan sedikit murexid, kemudian
dititar dengan menggunakan EDTA 0,005. Perubahan yang terjadi dari hijau ke
ungu.
Perhitungan:
Bila dari penetapan CaCO3 ≠ 0, maka dibutuhkan faktor koreksi. Dengan
faktor koreksi dari mL EDTA 0,005 M pada penetapan CaCO3, maka mg
reducing sugar/100 gram dapat dihitung melalui tabel (terlampir).
mL EDTA 0,005 M untuk RS= (titar untuk RS)−(faktor koreksi)
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
37
IV.2.3.7. Penentuan Sukrosa
Prinsip: Kadar sukrosa dapat ditentukan melalui sudut perputarannya ketika
mengalami mutarotasi. Hasil yang diperoleh merupakan kadar murni
dari sukrosa.
Original filtrat sampel 26% disaring dengan kertas saring lintine.
Filtratnya ditampung ke dalam erlenmeyer 250 mL. Alat polarimeter dipanaskan
selama ± 1 jam. Original filtrat sampel diukur dengan polarimeter, kemudian
dibaca hasil yang diperoleh pada alat tersebut.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
BAB V
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
V.1. Data Pengamatan
Tabel 4.A. Perbandingan Moisture (%) Sampel dan Standard
Kode Moisture (%)
Sampel Standard (% max) Sampel
82368 0.1 0,13 82422 0.1 0,1 82465 0.1 0,13 82469 0.1 0,13 82502 0.1 0,1 82528 0.1 0,06 82553 0.1 0,13 82598 0.1 0,1
Tabel 4.B. Perbandingan pH Sampel dan Standard
Kode pH
Sampel Standard (min) Sampel
82368 5.5 6,09 82422 5.5 5,87 82465 5.5 6,16 82469 5.5 5,69 82502 5.5 5,83 82528 5.5 6,74 82553 5.5 5,75 82598 5.5 6,54
38
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
39
Tabel 4.C. Perbandingan Extranenous Matter (%) Sampel dan Standard
Kode Extranenous Matter (%)
Sampel Standard (% max) Sampel
82368 0.02 0,00652 82422 0.02 0,00508 82465 0.02 0,00056 82469 0.02 0,00032 82502 0.02 0,00204 82528 0.02 0,00292 82553 0.02 0,00064 82598 0.02 0,00408
Contoh perhitungan:
Berat kertas saring lintine kosong = 0,1056 gram
Berat kertas saring lintine + isi setelah oven = 0,1172 gram
Berat sampel gula awal = 250 gram
% Extraneous Matter = (0,1172-0,1056)gram
× 100%
250 gram
= 0,00652%
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
40
Tabel 4.D. Perbandingan Reducing Sugar (mg/100 gram) Sampel dan Standard
Kode Reducing Sugar (mg/100 gram ) Sampel Standard (max) Sampel 82368 20 <10 82422 20 10 82465 20 <10 82469 20 20 82502 20 10 82528 20 <10 82553 20 10 82598 20 10
Contoh Perhitungan :
Volume EDTA 0,005 M untuk titrasi penentuan CaCO3 = 1,5 mL
Faktor Koreksi = [(1,5/10)-0,05] × 2 = 0,2
Volume EDTA 0,005 M saat titrasi penentuan Reducing Sugar = 7,6 mL
Volume EDTA 0,005 M untuk titrasi = (7,6-0,2) mL = 7,4 mL
Dari Tabel Faktor Koreksi EDTA Terhadap Reducing Sugar :
7,6 mL berada tepat dibawah setelah interval 6,7-7,2, maka mg/100 gram
Reducing Sugar < 10.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
41
Tabel4.E. Perbandingan CaCO3 (mg/100 gram) Sampel dan Standard
Kode CaCO3 (mg/100 gram) Sampel Standard (max) Sampel 82368 30 7,5 82422 30 5,5 82465 30 8,5 82469 30 8 82502 30 2,5 82528 30 5 82553 30 5 82598 30 4
Contoh Perhitungan :
Volume EDTA 0,005 M untuk titrasi sampel Penentuan CaCO3 = 1,5 mL
Volume EDTA 0,005 M untuk titrasi blanko = 0 mL
Volume sampel yang dipipet = 20 mL
= (1,5-0) × 0,005 N × 100 × 100 × 500/20
250 gram
= 7,5 mg/100 gram
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
42
Tabel 4.F. Perbandingan SO2 (mg/Kg) Sampel dan Standard
Kode SO2 (mg/Kg) Sampel Standard (max) Sampel 82368 20 4.48 82422 20 3.76 82465 20 2.87 82469 20 4.12 82502 20 4.12 82528 20 5.55 82553 20 4.48 82598 20 3.76
Contoh Perhitungan :
Volume I2 0,0028 N untuk titrasi sampel = 1,25 mL
Volume I2 0,0028 N untuk titrasi blanko = 0 mL
Volume sampel yang dipipet = 50 mL
= (1,25-0) mL × 0,0028 N × 32 × 500/50
0,25 Kg
= 4,48 mg/Kg
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
43
Tabel 4.G. Perbandingan Kandungan Sukrosa (%) Sampel dan Standard
Kode Kandungan Sukrosa (%) Sampel Standard (min) Sampel 82368 99.3 99,7 82422 99.3 99,5 82465 99.3 99,3 82469 99.3 99,3 82502 99.3 99,3 82528 99.3 99,5 82553 99.3 99,4 82598 99.3 99,6
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
44
V.2. Pembahasan
V.2.1. Penentuan Moisture (Kadar Air)
Pada penentuan moisture (kadar air) digunakan alat Moisture Balance,
dimana pada alat tersebut dapat berfungsi sebagai neraca analitik dan oven. Hasil
yang diperoleh dari penentuan moisture ini, seperti contoh yang dapat dilihat dari
Tabel pengamatan 4.A dan Gambar 2. Perbandingan Moisture (%) Sampel dan
Standard.
Grafik % Moisture
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
8236
882
422
8246
582
469
8250
282
528
8255
382
598
Kode sampel
% M
oist
ure
SampelGulastandar=max 0,1%
Gambar 2. Perbandingan Moisture (%) Sampel dan Standard.
Moisture yang dianalisa pada sampel memiliki hasil yang bervariasi.
Namun ada beberapa data yang melebihi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Namun data ini masih dapat digunakan karena data tersebut masih dapat
diabaikan. Hal ini dikarenakan data tersebut tidak terlalu jauh dari spesifikasi
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
45
yang ada dan tidak memberikan dampak negatif yang besar terhadap proses
pencampuran dan pada produk susu tersebut. Besarnya kadar air yang diperoleh
disebabkan oleh lamanya penyimpanan dimulai dari gula pasir tersebut diproduksi
sampai pengiriman ke PT. Indolakto. Pengaruh dari air yang terkandung dalam
gula memiliki dampak terhadap rasa manis pada susu. Sedangkan pengaruh kadar
air terhadap gula itu sendiri adalah dalam hal ketahanannya (lama penyimpanan),
memiliki pengaruh yang besar. Apabila kadar airnya tinggi, maka dapat
berdampak pada ketahanan gula pasir terhadap masa penyimpanan dan dapat
menimbulkan tumbuhnya jamur pada gula, sehingga gula yang datang harus
segera diproses untuk menghindari dampak tersebut.
V.2.2. Penentuan pH
Penentuan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, dimana sampel
gula dilarutkan dengan aquades dan disaring dengan kertas saring. Kemudian
diukur pH larutan gula tersebut. Hasil yang diperoleh dapat dilihat dari data
pengamatan pada Tabel 4.B dan Gambar 3. Perbandingan pH Sampel dan
Standard.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
46
Grafik Penentuan pH
012345678
8236
882
422
8246
582
469
8250
282
528
8255
382
598
Kode sampel
pH
SampelgulaStandar= min 5,5
Gambar 3. Perbandingan pH Sampel dan Standard.
pH semua sampel diperoleh nilai di atas 5,5 yang merupakan batas
minimum pH berdasarkan spesifikasi yang telah ditetapkan PT. Indolakto. Hal ini
menunjukkan gula yang digunakan memenuhi syarat mutu spesifikasi. Pada
suasana asam, gula (sukrosa) akan cepat terhidrolisis menjadi glukosa dan
fruktosa (Gambar 4), yang merupakan monosakarida penyusun dari sukrosa
tersebut. Dengan demikian nilai kandungan gula pereduksi akan semakin besar.
Selain itu, pH yang terlalu asam pada gula dapat berpengaruh terhadap produk
susu yang dihasilkan. Protein yang terkandung dalam susu dapat mengalami
denaturasi karena berada pada suasana asam. Karena hal itu, maka akan terjadi
pengendapan pada susu. Oleh karena itu, pH gula pasir tidak boleh kurang dari
5,5.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
47
Reaksi:
Gambar 4. Reaksi Hidrolisis Sukrosa
V.2.3. Penentuan Extraneous Matter
Extraneous Matter merupakan partikel asing yang tak dapat larut dalam
air, biasa disebut sebagai pengotor. Pengotor ini didapat ketika proses pembuatan
gula pasir. Ketika proses penyaringan dilakukan, ada partikel yang terbawa
sehingga tidak tersaring seluruhnya. Selain itu, Extraneous Matter didapat karena
adanya proses pengendapan yang kurang sempurna. Partikel asing atau pengotor
ini akan tersaring pada kertas saring lintine. Kemudian kertas saring ini
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105˚ C selama ± 1 jam. Suhu yang
digunakan sebesar 105˚ C karena air memiliki titik didih 100˚ C sehingga
diharapkan pada suhu tersebut air dapat menguap seluruhnya. Lamanya
pengovenan tidak boleh lebih dari 1 jam untuk menghindari gosongnya kertas
saring. Besar nilai Extraneous Matter pada sampel gula pasir yang diujikan dapat
dilihat dari Tabel 4.C dan Gambar 5. Perbandingan Extraneous Matter (%)
Sampel dan Standard
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
48
Grafik Extraneous Matter
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
8236
882
422
8246
582
469
8250
282
528
8255
382
598
Kode sampel
% E
xtra
neou
s M
atte
r
sampelgula
standar=max0,02%
Gambar 5. Perbandingan Extraneous Matter (%) Sampel dan Standard.
Proses penggilingan dan penyaringan sangat berperan dalam penentuan
Extraneous Matter ini. Berdasarkan Tabel 4.C dan Gambar 5, diperoleh hasil
Extraneous Matter yang sangat kecil bila dibandingkan dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa gula pasir yang digunakan
memenuhi salah satu syarat mutu gula pasir. Semakin kecil nilai Extraneous
Matter yang didapat, maka gula akan semakin baik. Bila gula memiliki nilai
Extraneous Matter yang tinggi, maka susu yang dihasilkan akan keruh karena
banyak partikel pengotor ketika proses mixing dilakukan. Adanya hasil yang
bervariasi untuk pengujian ini dikarenakan dalam sebuah pabrik (industri) gula
tidak mungkin akan menghasilkan suatu produk yang akan sama hasilnya.
Meskipun telah melewati proses yang sama antara bahan baku yang satu dengan
yang lainnya, namun hal tersebut tidak dapat menjamin bahwa hasil yang didapat
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
49
akan sama. Melalui proses filtrasi (penyaringan) dan pengendapan yang sempurna
akan mengurangi tingginya partikel pengotor pada gula.
V.2.4. Penentuan Reducing Sugar
Sukrosa merupakan karbohidrat golongan disakarida. Sukrosa tidak
termasuk golongan gula pereduksi karena tidak memiliki –OH laktol. Hal ini
dikarenakan terbentuknya ikatan Glikosida antara glukosa dan fruktosa, yang
merupakan monosakarida penyusunnya. Sukrosa bila dihidrolisis akan
menghasilkan glukosa dan fruktosa.
Reaksi:
Gambar 6. Reaksi Hidrolisis Sukrosa
Penentuan Reducing Sugar atau gula pereduksi ini merupakan suatu
parameter kritis untuk menentukan apakah gula yang akan digunakan baik atau
tidak. Bila nilai kandungan gula pereduksi yang didapat besar, maka gula tidak
dapat digunakan. Hal ini dikarenakan semakin besarnya sukrosa terhidrolisis,
maka kandungan glukosa dan fruktosa semakin besar juga. Glukosa dan Fruktosa
merupakan gula pereduksi karena memiliki –OH laktol yang terikat pada ujung
strukturnya.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
50
Mula-mula 2 mL filtrat sampel dipipet ke dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan 2 mL larutan Cu-Alkali. Fungsi larutan ini adalah untuk
menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Larutan Cu-Alkali ini
merupakan Cu2+ dalam kompleks Tartrat. Kemudian dilakukan pemanasan dalam
air mendidih (water bath) selama lima menit untuk mempercepat reaksi hidrolisis.
Gula pereduksi pada sukrosa akan mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ dalam larutan
Cu-Alkali. Setelah itu, didinginkan dan ditambahkan 50 mL aquades untuk
pengenceran. Indikator yang digunakan adalah Metilen Blue dan Murexid. Saat
ditambahkan Metilen Blue, larutan sampel akan berwarna kebiruan dan akan
berubah menjadi hijau ketika ditambahkan murexid. Seharusnya indikator ini
dilarutkan menjadi satu, dimana murexid dilarutkan dalam aquades dan
ditambahkan larutan Metilen Blue. Namun indikator ini harus selalu fresh atau
segar ketika digunakan agar warna dapat terlihat dengan jelas. Karena waktu
simpannya tidak terlalu lama, maka kedua indikator ini dipisah. Setelah itu,
kelebihan Cu-Alkali inilah dititrasi dengan menggunakan EDTA 0,005 N hingga
indikator murexid-metilen blue berwarna ungu (titik akhir titrasi).
Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.D dan Gambar 7.
Perbandingan Reducing Sugar (mg/100 gram) Sampel dan Standard Berdasarkan
data tersebut, nilai Reducing Sugar pada gula memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan, walaupun ada satu sampel yang hasilnya telah mencapai nilai
maksimum untuk penentuan ini. Lama dan tingginya suhu pemanasan merupakan
salah satu faktor besarnya pembentukan gula pereduksi. Oleh sebab itu, pada
pengujian sampel dipanaskan selama lima menit.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
51
Grafik Reducing Sugar
0
5
10
15
20
25
8236
882
422
8246
582
469
8250
282
528
8255
382
598
Kode sampel
Red
ucin
g Su
gar
(mg/
100g
ram
) sampelgulastandar=max 20
Gambar 7. Perbandingan Reducing Sugar (mg/100 gram) Sampel dan Standard.
Tingginya kandungan gula pereduksi pada sukrosa atau gula pasir, dapat
berdampak pada susu yang dihasilkan, yaitu warna susu akan menjadi coklat
karena adanya reaksi antara protein dengan gula pereduksi (glukosa dan fruktosa),
yang dikenal dengan reaksi Maillard. Semakin tinggi nilai Reducing Sugar, maka
warna coklat yang ditimbulkan akan semakin pekat. Reaksi ini merupakan sumber
utama menurunnya nilai gizi protein pangan selama pengolahan dan
penyimpanan. Oleh karena itu, parameter ini sangat berpengaruh pada pembuatan
susu. Saat proses pembuatan susu, suhu yang digunakan untuk pemanasan tidak
terlalu tinggi. Hal ini untuk mencegah terbentuknya gula pereduksi pada gula
pasir (sukrosa) dan susu (adanya kandungan laktosa), serta menjaga protein agar
tidak terdenaturasi.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
52
V.2.5. Penentuan CaCO3
Penentuan Kadar CaCO3 pada sukrosa dilakukan dengan metode titrasi
dengan menggunakan EDTA yang merupakan zat pengikat logam (sekuestran)
dengan indicator Eriochrom Black T (EBT). Mula-mula original filtrate sampel
dipipet 20 mL ke dalam Erlenmeyer. Kemudian dilakukan penambahan Versenat
Buffer sebanyak 2 mL. Fungsi Versenat Buffer adalah untuk menjaga larutan
sampel agar berada dalam keadaan basa. Hal ini bertujuan untuk untuk
memperoleh pH konstan karena larutan EDTA sangat berpengaruh pada pH.
Titrasi harus diatur pada pH 7 atau lebih sehingga indicator yang digunakan bebas
dalam bentuk Hin3- yang berwarna biru.
Dilakukan penambahan aquades 50 mL sebagai pengencer. Kemudian
ditambahkan indicator EBT. Bila larutan sampel tetap berwarna biru, maka titrasi
tidak perlu dilakukan karena nilai kesadahan (Total Hardness) nol. Sedangkan
bila sampel berubah menjadi merah, maka dilakukan titrasi hingga terjadi
perubahan warna merah menjadi biru.
Reaksi :
MIn- + HY3- HIn2- + MY2-
merah biru
Gambar 8. Reaksi Logam dengan indikator EBT
Reaksi :
Ca2+ + EDTA Ca-EDTA
Gambar 9. Reaksi Ca2+ Dengan EDTA
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
53
Berdasarkan Tabel 4.E dan Gambar 10. Perbandingan CaCO3 (mg/100
gram) Sampel dan Standard, hasil yang diperoleh memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan dengan nilai maksimum 30 mg/100gram. Adanya kandungan CaCO3
akibat proses karbonatasi saat pembuatan gula pasir.
Grafik Penentuan CaCO3
05
101520253035
8236
882
422
8246
582
469
8250
282
528
8255
382
598
Kode Sampel
CaC
O3
(mg/
100
gram
)
gula permatastandar = 30
Gambar 10. Perbandingan CaCO3 (mg/100 gram) Sampel dan Standard.
Kandungan CaCO3 yang pada gula pasir dapat mempengaruhi kualitas
susu. Kandungan CaCO3 yang tinggi dapat mengakibatkan perubahan warna,
ketengikan, kekeruhan, perubahan rasa serta pengendapan pada susu. Hal ini
dikarenakan ion logam yang berada dalam keadaan bebas akan mudah bereaksi
dengan komponen-komponen pembentuk susu. Bila garam netral (CaCO3) berada
dalam konsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap karena daya larutnya
akan semakin berkurang. Kasein, yang merupakan protein susu, akan bereaksi
dengan Ca2+ (ion logam bebas), maka terbentuklah Ca-Kaseinat.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
54
V.2.6. Penentuan SO2
Pada penentuan SO2 digunakan metode titrasi iodometri, dimana
digunakan larutan I2 sebagai penitar dan larutan kanji 1% sebagai indikatornya.
Original filtrat sampel dipipet 50 mL ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 50
mL aquades untuk pengenceran. Setelah itu dilakukan penambahan NaOH 5 N
sebanyak 2 mL dan 5 mL H2SO4 1:3. Fungsi penambahan NaOH 5 N adalah
untuk membentuk garam Na2SO3. Sedangkan fungsi H2SO4 adalah pemberi
suasana asam. SO2 dalam larutan sampel akan setara dengan iod sebagai penitar.
Berdasarkan Tabel 4.F. dan Gambar 11. Perbandingan SO2 (mg/Kg)
Sampel dan Standard diperoleh hasil yang memenuhi spesifikasi standar mutu PT.
Indolakto dengan nilai maksimum 20 mg/Kg.
Grafik Penentuan SO2
0
5
10
15
20
25
82368 82422 82465 82469 82502 82528 82553 82598Kode sampel
SO2
(mg/
Kg)
sampelgulastandar =20
Gambar 11. Perbandingan SO2 (mg/Kg) Sampel dan Standard
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
55
Kandungan SO2 didapat dari proses sulfitasi pembuatan gula pasir. SO2
digunakan sebagai zat pemutih dan pengawet gula pasir. SO2 di dalam tubuh akan
membentuk SO32- yang mudah bereaksi dengan asetaldehid membentuk senyawa
yang tidak dapat difermentasikan oleh enzim mikroba. Pada produk susu,
kelebihan SO2 dapat merusak susu karena protein yang terkandung didalamnya
mengalami denaturasi akibat terlalu asam. Selain itu, SO2 bersifat karsinogenik,
sehingga bila kadar yang masuk ke dalam tubuh berada pada jumlah yang besar,
maka dapat berbahaya.
V.2.7. Penentuan Sukrosa
Sukrosa merupakan zat aktif optik yang dapat memutar bidang polarisasi.
Sukrosa dan glukosa bersifat pemutar kanan bagi cahaya berkutub dan fruktosa
bersifat pemutar ke kiri. Karena sifat pemutar kiri fruktosa lebih besar daripada
sifat pemutar ke kanan glukosa, maka sudut polarisasi akan semakin menurun dan
akhirnya reaksi akan bersifat pemutar ke kiri. Kadar sukrosa yang ditentukan,
tidak menggunakan polarisasi sebelum inverse dan sesudah inverse karena yang
dilihat adalah kadar sukrosa murni. Bukan glukosa dan fruktosanya.
Sebelum dilakukan pengukuran, dibuat larutan gula pasir 26% pada labu
100 mL. Larutan sampel kemudian disaring dengan kertas saring lintine. Setelah
itu barulah dilakukan dengan menggunakan polarimeter. Hasil yang diperoleh
dapat terlihat langsung pada layar polarimeter. Hasil yang diperoleh dapat dilihat
pada Tabel 4.G dan Gambar 12. Perbandingan Sukrosa (%) Sampel dan Standard.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
56
Grafik Kandungan Sukrosa
99,1
99,2
99,3
99,4
99,5
99,6
99,7
99,8
82368 82422 82465 82469 82502 82528 82553 82598Kode sampel
% S
ukro
sa
sampelgulastandar =99,3
Gambar 12. Perbandingan Sukrosa (%) Sampel dan Standard.
Dari Grafik di atas dapat disimpulkan bahwa sampel memiliki kandungan sukrosa
yang tinggi. Hal ini dapat terlihat sampel memiliki nilai di atas daripada standar
yang ditetapkan. Semakin tinggi kandungan sukrosa, maka gula pasir semakin
murni. Dengan demikian mutu gula pasir akan semakin baik. Namun perlu
diperhatikan pula, kadar sukrosa yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
kristalisasi dan karamelisasi. Sebaliknya, apabila kadar sukrosa terlalu rendah
dapat menyebabkan kemampuan gula sebagai pengawet dapat berkurang.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
57
V.3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan analisa terhadap gula,
maka dapat disimpulkan bahwa gula pasir yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan susu dikategorikan memiliki mutu yang baik dan aman untuk diproses
berikutnya. Hal ini mengingat dalam pembuatan susu sangat rentan, baik
kontaminan terhadap mikroba maupun reaksi-reaksi yang dapat mengubah fungsi
dari susu itu sendiri. Oleh karena itu, pengawasan mutu dari berbagai macam
bahan baku sangat diperlukan.
Pengawasan mutu gula pasir perlu diperhatikan karena adanya keterkaitan
antara proses saat pembuatan gula dari tanaman tebu dengan proses yang akan
dihadapi saat pembuatan susu. Gula pasir bermutu baik akan memberikan hasil
yang baik pula.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Hasil
Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Laboratorium Incoming
Material, PT. Indolakto, penulis memperoleh pengetahuan akan pengujian gula
pasir yang merupakan salah satu bahan baku pembuatan susu. Mutu dari gula
pasir perlu dilakukan pengawasan untuk memperoleh produk susu yang baik dan
berkualitas. Selain itu, penulis menjadi lebih mengenal berbagai metode dan cara-
cara pengawasan mutu bahan baku serta pengujian bagi susu sebelum ataupun
setelah mengalami proses hingga menjadi finished good.
VI.2. Manfaat
Penulis memperoleh manfaat setelah melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan di PT. Indolakto, yaitu :
1. Mendapat pengalaman kerja dan merealisasikan antara teori yang didapat
dengan praktik yang dilakukan.
2. Mengetahui pengawasan mutu bahan baku dan produk akhir dalam suatu
industri.
3. Mendapat pengetahuan proses pembuatan susu.
58
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
59
VI.2. Saran
1. Sebaiknya disediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai serta
dilakukan pengawasan yang ketat sehingga tercipta keselamatan kerja.
2. Perlu adanya perhatian yang lebih terhadap Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3).
3. Diadakan training dan pelatihan kerja yang aman dalam laboratorium
untuk menghindari kejadian berbahaya yang tidak diinginkan.
4. Hendaknya lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang
dihasilkan.
5. Tiap personil hendaknya menjalin komunikasi yang lebih baik serta
kekeluargaan.
59
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
60
DAFTAR PUSTAKA
1. Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
2. Anonimus. 2001. Gula Kristal Putih., SNI No. 01-3140-2001. Jakarta:
Badan Standar Nasional.
3. Meyer, Lillian Hoagland. 1973. Food Chemistry. New Delhi: Affiliated
East-West Press PVT. LTD.
4. http://www.food-info.net/id/products/sugar/prodcane.htm (25 Mei 2008,
17:30)
5. http://www.sucrose.com/ (25 Mei 2008, 17:45)
6. AOAC. 1990. 15th Ed.
7. Petersville. 1980. Australian Standard.
8. AWWA/APHA. 1970. Standard Methode For Examination Of Water.
9. ICUMSA Methode, 1994.
60
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
61
LAMPIRAN 1
TABEL FAKTOR KOREKSI EDTA TERHADAP REDUCING SUGAR (%)
mL EDTA 0,005 M (corrected) % RS mg/100 gram RS 0.0 - 0.4 0.12 120 0.5 - 1.1 0.11 110 1.2 - 1.7 0.1 100 1.8 - 2.3 0.09 90 2.4 - 2.9 0.08 80 3.0 - 3.5 0.07 70 3.6 - 4.1 0.06 60 4.2 - 4.8 0.05 50 4.9 - 5.4 0.04 40 5.5 - 6.0 0.03 30 6.1 - 6.6 0.02 20 6.7 - 7.2 0.01 10
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
62
LAMPIRAN 2
SYARAT MUTU GULA PASIR DI PT. INDOLAKTO
Parameter Uji Spesifikasi
Physical
Extraneous Matter 0.02 wt/wt % max
Chemical
Moisture 0.1 % max
Calcium Carbonate 30 mg/100 gram max
SO2 20 mg/Kg max
Reducing Sugar 20 mg/100 gram max
pH (50% sol. In water) 5.5 min
Sukrosa 99.30%
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.
Pengawasan mutu..., Novi Andriani, FMIPA UI, 2008.