Upload
vodat
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RETURN ON ASSETS, AUDIT
TENURE, AUDIT LAG, DAN PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN
TERHADAP OPINI GOING CONCERN
(Studi pada Perusahaan Sektor Jasa yang Terdaftar di BEI dan Menerima Opini Going
Concern Periode 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
AHMAD MAKIEN
NIM: 1110082000139
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Assets, Audit Tenure, Audit Lag,
dan Proporsi Komisaris Independen Terhadap Opini Going Concern
(Studi pada Perusahaan Sektor Jasa yang Terdaftar di BEI dan Menerima Opini
Going Concern Periode 2010-2014)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ahmad Makien
NIM. 1110082000139
Di bawah bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM. Yulianti, SE., M.Si.
NIP. 19490602 197803 1 001 NIP. 19820318 201101 2 011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 06 Oktober 2015 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Ahmad Makien
2. NIM : 1110082000139
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Assets, Audit
Tenure, Audit Lag, dan Proporsi Komisaris Independen
Terhadap Opini Going Concern
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan
selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan mahasiswa tersebut di atas
dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 06 Oktober 2015
1. Rizqon Halal Syah Aji, M.Si. (_____________________)
NIP. 19790405 201101 1 005 Penguji I
2. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. (_____________________)
NIP. 19760924 200604 2 002 Penguji II
3. Fitri Damayanti, SE., M.Si. (_____________________)
NIP. 19810731 200604 2 003 Penguji III
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 21 Maret 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa:
1. Nama : Ahmad Makien
2. NIM : 1110082000139
3. Jurusan : Akuntansi (Audit)
4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Assets, Audit
Tenure, Audit Lag, dan Proporsi Komisaris Independen
terhadap Opini Going Concern
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Maret 2016
1. Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., CA. (_____________________)
NIP. 19720516 200901 1 006 Ketua
2. Yulianti, SE., M.Si. (_____________________)
NIP. 19820318 201101 2 011 Sekretaris
3. Yusro Rahma, SE., M.Si. (_____________________)
NIP. 19800506 200801 2016 Penguji Ahli
4. Dr. Yahya Hamja, MM. (_____________________)
NIP. 19490602 197803 1 001 Pembimbing I
5. Yulianti, SE., M.Si. (_____________________)
NIP. 19820318 201101 2 011 Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Makien
NIM : 1110082000139
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat atas naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 04 Februari 2016
Ahmad Makien
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ahmad Makien
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Desember 1991
3. Alamat : Jl. Padurenan No. 102 RT 02/08 Pabuaran,
Cibinong – Bogor
4. Telepon : 0857 8036 8505
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN Kampung Utan 02 Tahun 1997-2003
2. SMPN 02 Ciputat Tahun 2003-2006
3. SMAN 02 Ciputat Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2016
III. PENGALAMAN BERORGANISASI
1. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi Tahun 2011-2012
2. PMII Komfeis Tahun 2010-2012
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Moersjied Qorie Indra
2. Ibu : Srie Suratie
3. Anak ke : 3 dari 4 bersaudara
vi
THE EFFECTS OF COMPANY’S SIZE, RETURN ON ASSETS, AUDIT
TENURE, AUDIT LAG, AND PROPORTION OF INDEPENDENT
COMMISIONERS ON GOING CONCERN OPINION
(Study on Services Sector Companies Listed in IDX and Receive Going Concern
Opinion Periods of 2010-2014)
ABSTRACT
This research aims to determine the effects of company’s size, return on
assets, audit tenure, audit lag, and proportion of independent commisioners on
going concern opinion.
The samples of this research are service sector companies which listed
on Indonesia Stock Exchange (IDX) between 2010 to 2014. The number of
companies in this research are 32 companies. Based on purposive sampling
method, the total of final samples are 160 samples. Testing the hypothesis in this
research using logistic regression analysis.
The result of this research is indicating that company’s size effects on the
acceptance of going concern opinion with significance level of 1,6%. On the other
return on assets, audit tenure, audit lag, and proportion of independent
commisioners not effecting on the acceptance of going concern opinion with
significance levels of 97,6%, 94,3%, 31,3%, and 33,5%.
Keywords: Going Concern Opinion, Company’s Size, Return on Assets, Audit
Tenure, Audit Lag, Proportion of Independent Commisioners
vii
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RETURN ON ASSETS, AUDIT
TENURE, AUDIT LAG, DAN PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN
TERHADAP OPINI GOING CONCERN
(Studi Pada Perusahaan Sektor Jasa yang Terdaftar di BEI dan Menerima
Opini Going Concern Periode 2010-2014)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan,
return on assets, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen
terhadap opini going concern.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor jasa yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerima opini going concern periode 2010
hingga 2014. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 32
perusahaan. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel yang diperoleh
adalah 160 sampel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap penerimaan opini going concern dengan tingkat signifikansi sebesar
1,6%. Sedangkan return on assets, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern dengan
tingkat signifikansi sebesar 97,6%, 94,3%, 31,3% dan 33,5%.
Kata Kunci: Opini Going Concern, Ukuran Perusahaan, Return on Assets, Audit
Tenure, Audit Lag, Proporsi Komisaris Independen.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya berupa ilmu serta ilham sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, Sang teladan yang selalu membimbing kita menuju kebenaran.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Moersjied Qorie Indra dan Srie Suratie yang selalu
memberikan cinta, kasih sayang, dan doa serta dukungan semangat, moril,
dan materi. Serta untuk kakak Ahmad Kautsar & Ahmad Tasniem dan adik
Siti Ainun Jaariyah yang menjadi motivasi untuk terus semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
3. Ibu Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Program Studi Akuntasi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan S.E., M.M., Ak., CA selaku Sekertaris Program
Studi Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Putriesty Mandasari, SP., M.Si. selaku Pembimbing Akademik penulis
selama menempuh masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM. selaku dosen pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat,
bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti dalam proses
penulisan skripsi ini.
7. Ibu Yulianti, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi bimbingan, arahan, nasihat,
semangat, motivasi, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama proses
penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima
kasih banyak atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan
selama ini.
ix
8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama
menempuh masa studi.
9. Om Mukminin Wibayu yang telah banyak memberikan bantuan dan
dukungan moril maupun materi, serta selalu memotivasi dan menginspirasi
agar tidak pantang menyerah dalam meraih tujuan.
10. Rakhmi Aulia, gadis bungas yang tidak pernah lelah menemani, berbagi
cerita, memberikan semangat, motivasi, dukungan, dan doa untukku agar
terus berjuang untuk mencapai tujuan. Terima kasih atas segala hal dan cerita
selama ini.
11. Teman-teman seperjuangan selama perkuliahan, teman-teman Daeng Tata
Akuntansi UIN 2010, Angga AWP, Umam „Kempet‟, Harits „Kempet‟,
Zamzam Ribe, Bashir, Nando „Doblay‟, Rezza, Yoggi, Radis, Qonita, dan
teman-teman lainnya yang terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu.
Terima kasih telah berjuang dan berbagi banyak cerita selama ini, terima
kasih atas segala bantuan, semangat, motivasi, dan pembelajarannya selama
ini.
12. Kalian yang pernah dan sempat menjadi kekuatan solid sejak SMA selama
kurang lebih delapan tahun, terima kasih atas kerja sama selama ini. Semoga
sukses & Good Luck Your Way!.
13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak
membantu dan memberi masukan serta inspirasi bagi peneliti, suatu
kebahagian telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua.
Terima kasih banyak atas semuanya.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran,
masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi serta pengetahuan
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 04 Februari 2016
Ahmad Makien
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB. I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian............................................................ 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 11
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 13
A. Tinjauan Literatur ........................................................................ 13
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ........................................... 13
2. Audit ....................................................................................... 17
xi
a. Definisi Audit ..................................................................... 17
b. Jenis-jenis Audit ................................................................. 18
c. Jenis-jenis Auditor ............................................................. 20
d. Opini Audit ........................................................................ 22
3. Going Concern ........................................................................ 25
a. Definisi Going Goncern ..................................................... 25
b. Opini Going Concern ......................................................... 26
4. Variabel-variabel Independen ................................................. 29
a. Ukuran Perusahaan ............................................................ 29
b. Return on Assets ................................................................. 30
c. Audit Tenure ....................................................................... 31
d. Audit Lag ............................................................................ 33
e. Proporsi Komisaris Independen ......................................... 34
B. Penelitian Terdahulu .................................................................... 37
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 44
D. Hipotesis ...................................................................................... 45
1. Ukuran Perusahaan terhadap Opini Going Concern .............. 45
2. Return on Assets terhadap Opini Going Concern ................... 46
3. Audit Tenure terhadap Opini Going Concern ......................... 47
4. Audit Lag terhadap Opini Going Concern .............................. 47
5. Proporsi Komisaris Independen terhadap Opini Going
Concern ................................................................................... 48
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 50
xii
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 50
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 50
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 52
D. Metode Analisis Data .................................................................. 53
1. Statistik Deskriptif .................................................................. 54
2. Pengujian Hipotesis ................................................................ 54
a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) .............. 55
b. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) .................. 56
c. Menguji Kelayakan Model Regresi ................................... 57
d. Matriks Klasifikasi ............................................................. 57
e. Model Regresi Logistik yang Terbentuk ........................... 57
E. Operasionalisasi Variabel ............................................................ 58
1. Variabel Dependen (Y): Opini Going Concern ...................... 59
2. Variabel Independen (X) ........................................................ 59
a. Ukuran Perusahaan (X1)..................................................... 60
b. Return on Assets (X2) ......................................................... 60
c. Audit Tenure (X3) ............................................................... 61
d. Audit Lag (X4) .................................................................... 62
e. Proporsi Komisaris Independen (X5) ................................. 63
BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 67
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 67
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .................................................... 73
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................. 73
xiii
2. Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 76
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) ....... 78
4. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ....................................... 80
5. Hasil Matriks Klasifikasi ....................................................... 80
6. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................ 82
BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 90
A. Kesimpulan .................................................................................. 90
B. Saran ............................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 94
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 99
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 38
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................ 65
4.1 Daftar Perusahaan Sektor Sumber Daya Alam yang Menerima
Opini Going Concern ....................................................................... 68
4.2 Daftar Perusahaan Sektor Manufaktur yang Menerima Opini
Going Concern ................................................................................. 68
4.3 Daftar Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini Going
Concern ............................................................................................ 69
4.4 Persentase Sektor Perusahaan yang Menerima Opini Going
Concern ............................................................................................ 70
4.5 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria......................................... 71
4.6 Sampel Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini Going
Concern ............................................................................................ 72
4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................ 74
4.8 Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Block Number 0:
Beginning Block) .............................................................................. 77
4.9 Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Block Number 1) ............... 78
4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................................... 79
4.11 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi................................................. 80
4.12 Matriks Klasifikasi ........................................................................... 81
4.13 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ............................................... 82
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................. 44
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Lampiran A: Data Sampel .............................................................. 100
2 Lampiran 1: Sampel Perusahaan ..................................................... 101
3 Lampiran 2: Hasil Variabel Ukuran Perusahaan ............................. 102
4 Lampiran 3: Hasil Variabel Return on Assets ................................. 104
5 Lampiran 4: Hasil Variabel Audit Tenure ....................................... 105
6 Lampiran 5:Hasil Variabel Audit Lag ............................................. 110
7 Lampiran 6: Hasil Variabel Proposi Komisaris Independen ........... 111
8 Lampiran 7: Hasil Variabel Opini Going Concern ......................... 112
9 Lampiran B: Output SPSS .............................................................. 113
10 Lampiran 8: Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................... 114
11 Lampiran 9: Hasil Uji Regresi Logistik .......................................... 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Belakangan tahun terakhir, kondisi ekonomi dunia terus bergerak
fluktuatif. Krisis keuangan yang dialami di berbagai negara adidaya ikut
berimbas pada kondisi ekonomi di Indonesia. Sebagai negara berkembang,
pergerakan ekonomi negara lain yang lebih maju menyebabkan Indonesia
mau tidak mau juga terkena dampak yang seharusnya tidak diharapkan untuk
terjadi. Akibatnya, perusahaan yang berperan sebagai salah satu penggerak
ekonomi sudah pasti harus menanggung resiko kesulitan keuangan. Salah satu
jenis perusahaan yang terkena dampak kesulitan keuangan tersebut adalah
perusahaan jasa. Tidak sedikit perusahaan jasa yang terkena dampak tersebut,
banyak perusahaan level mikro hingga makro yang mengalami kerugian besar
dan tidak sedikit pula perusahaan yang collapse hingga tidak bisa
melanjutkan usahanya.
Ketidakmenentuan kondisi dunia usaha yang dipengaruhi berbagai
faktor seperti politik, ekonomi, maupun kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah berdampak pada langkah manajemen suatu perusahaan agar tetap
dapat mempertahankan eksistensinya dalam hal kelangsungan hidup
perusahaan (going concern). Padahal perusahaan didirikan dengan tujuan
memiliki kelangsungan hidup untuk jangka panjang. Kondisi dan peristiwa
yang dialami suatu perusahaan dapat memberikan indikasi-indikasi tentang
kelangsungan usaha (going concern) perusahaan tersebut (Foroghi, 2012).
2
Kapabilitas dalam suatu manajemen akan menentukan kelangsungan
hidup perusahaan yang dikelolanya. Manajemen selalu berusaha mencari cara
agar perusahaannya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan
agar berada pada posisi yang menguntungkan. Hal tersebut dilakukan pihak
manajemen agar dapat menarik minat para investor atau nasabah untuk
mentitipkan dananya di perusahaan karena merasa aman untuk melakukan
investasi. Tetapi tak jarang dalam prosesnya terdapat kepentingan pribadi
yang berimbas pada munculnya praktik-praktik curang yang dilakukan pihak
manajemen. Ketika terjadi ketidaksesuaian antara kondisi perusahaan yang
sebenarnya dengan hasil laporan audit perusahaan, maka pihak yang pertama
kali disalahkan adalah pihak manajemen baru kemudian auditor. Oleh karena
itu, dibutuhkan pihak ketiga (auditor) yang independen sebagai mediator pada
hubungan prinsipal dengan agen. Pihak ketiga ini berfungsi memonitor
perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan aturan yang
berlaku.
Dalam kaitannya dengan perusahaan jasa, salah satu jenis sektor yang
bergerak dalam bidang jasa adalah sektor industri perbankan. Walaupun
masih banyak jenis sektor lain yang juga bergerak di bidang jasa, tetapi
sebagai salah satu contoh kasus dapat kita lihat pada kasus yang terjadi di
sektor industri perbankan. Tentu masih kita ingat pada beberapa tahun
belakangan, perekonomian Indonesia khususnya di sektor perbankan
mengalami guncangan dari kasus yang cukup serius yaitu skandal keuangan
PT. Bank Century Tbk.. Skandal besar Bank Century hingga saat ini masih
3
menjadi sebuah masalah yang gawat bagi stabilitas ekonomi negara ini.
Kasus tersebut bermula dari penemuan surat berharga valuta asing milik PT.
Bank Century Tbk. oleh Bank Indonesia (BI) pada tahun 2005 sebesar US$
210 juta, hingga pada akhir 2008 surat berharga tersebut telah jatuh tempo
dan menyebabkan Bank Century mengalami kesulitan likuidasi dan gagal
bayar dengan jumlah hutang sebesar US$ 56 juta. Padahal, dua tahun
sebelumnya laporan auditor milik Bank Century dinyatakan wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion), sebuah pernyataan yang seharusnya
ditujukan kepada entitas yang tidak memiliki masalah kesulitan keuangan
untuk kelangsungan hidupnya. Dalam laporan tersebut tidak ditambahkan
bahasa penjelas (explanatory language) pertimbangan auditor tentang
keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Seharusnya
auditor memberikan opini dengan modifikasi going concern kepada Bank
Century jika melihat kondisi kesulitan likuidasi yang dialami. Tetapi
kenyataannya auditor tidak menerapkan pertimbangan terhadap keraguan atas
kelangsungan hidup perusahaan.
Jauh sebelum kasus Bank Century, terdapat beberapa kasus serupa
yang terjadi pada awal 1990 hingga 2005 yaitu dilikuidasinya beberapa bank
setelah sebelumnya menerima pendapat wajar tanpa pengecualian. Bank
Summa yang dilikuidasi pada awal 1990, kemudian terdapat 16 bank telah
dilikuidasi oleh pemerintah per 1 November 1997, Bank Prashida Utama dan
Bank Ratu dilikuidasi di tahun 2000, Unibank dilikuidasi tahun 2001, Bank
Asiatic dan Bank Dagang Bali dilikuidasi tahun 2004, dan Bank Global
4
International di tahun 2005 (Rahayu, 2007). Lebih lanjut Rahayu, (2007)
menjelaskan dalam laporan audit yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik
(KAP) pada peristiwa dilikuidasinya beberapa bank tersebut dinyatakan
bahwa kondisi perbankan saat itu sangat baik, walaupun dalam kenyataannya
buruk. Akibat kesalahan yang dilakukan oleh sejumlah KAP ketika
melakukan audit terhadap laporan keuangan 88 Bank Beku Kegiatan Usaha
(BBKU), terjadi pembekuan izin empat KAP yang dilakukan pada tanggal 18
November 2002.
Salah satu dampak yang timbul dari kasus-kasus tersebut, terutama
akibat kelalaian auditor dalam menanggapi kelangsungan hidup perusahaan
adalah banyaknya investor dan nasabah yang mengalami kerugian karena
menerima informasi yang salah tentang kondisi keuangan perusahaan,
padahal mereka terlanjur menyalurkan dana yang dimilikinya kepada
perusahaan. Informasi tentang kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan usahanya (going concern) sangat penting bagi para
pengguna laporan keuangan, karena merupakan salah satu faktor
pertimbangan investasi (Praptitorini dan Januarti, 2007). Dalam pertimbangan
investasi, investor membutuhkan berbagai macam informasi bukan hanya dari
segi laporan keuangan saja, tetapi juga dari segi yang lainnya. Para investor
seringkali hanya melihat pada kondisi keuangan perusahaan khususnya
profitabilitasnya tetapi mengesampingkan informasi yang lain seperti
kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Akibatnya selain opini audit
yang bermasalah, banyak investor yang kehilangan dana investasinya karena
5
tidak memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan yang dipilihnya untuk
berinvestasi
Dalam memberikan opini, auditor harus memberikan informasi yang
benar-benar menggambarkan bagaimana keadaan perusahaan yang
sebenarnya. Jika perusahaan mengalami masalah ketidakpastian akan
kelangsungan hidup perusahaan atau auditor ragu akan kelangsungan hidup
perusahaan, maka sudah seharusnya seorang auditor harus berani mengambil
sikap profesional untuk memberikan opini going concern dalam laporan opini
audit. Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status
kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya (Fanny dan
Silvia, 2005). Auditor memiliki peran yang begitu penting sebagai
penghubung antara kepentingan investor dengan kepentingan perusahaan
sebagai pengguna dan penyedia laporan keuangan. Peran auditor dalam
memberikan informasi sangat diandalkan untuk memberi keyakinan kepada
investor agar dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi pada suatu
perusahaan. Informasi yang dilaporkan auditor harus dapat mencerminkan
kinerja dan kondisi keuangan perusahaan perusahaan berdasarkan berbagai
pertimbangan dari kegiatan operasional perusahaan, kondisi ekonomi yang
mempengaruhi perusahaan, kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajibannya, serta kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang (Setyarno
et. al., 2006). Hal tersebut dilakukan auditor dengan tujuan mencegah
diterbitkannya laporan yang menyesatkan investor atau para pengguna
laporan keuangan lainnya.
6
Pemberian opini going concern lebih sering dikeluarkan oleh auditor
kepada perusahaan berskala kecil. Hal ini disebabkan oleh keyakinan auditor
bahwa perusahaan berskala besar lebih bisa menyelesaikan kesulitan
keuangan yang dihadapinya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar juga lebih bisa
menawarkan fee audit yang lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh
perusahaan kecil. Dalam kaitannya dengan kehilangan fee audit yang
signifikan tersebut, maka auditor mungkin ragu untuk mengeluarkan opini
going concern pada perusahaan besar (Dewayanto, 2011). Besar atau
kecilnya skala perusahaan salah satunya dapat dilihat dari kondisi keuangan
perusahaan seperti kepemilikan aset total perusahaan. Penelitian tentang
pengaruh ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini going concern
dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) yang menemukan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan dengan opini going concern.
Hal tersebut berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Januarti dan
Fitrianasari (2008) serta Junaidi dan Hartono (2010) yang menemukan bukti
empiris bahwa ukuran perusahaan klien tidak berpengaruh terhadap opini
going concern.
Salah satu indikator kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat
diukur berdasarkan kondisi keuangan perusahaan. Salah satu cara untuk
menganalisis kondisi keuangan perusahaan adalah dengan cara mengukur
tingkat profitabilitas perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan akan
menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
7
keuntungan. Umumnya, tingkat profitabilitas perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan rasio return on assets (ROA). Tingkat ROA yang tinggi
menunjukkan efektivitas dan efisiensi penggunaan aktiva yang dimiliki
perusahaan. Semakin tinggi tingkat ROA suatu perusahaan akan semakin
menjauhkan perusahaan dari masalah going concern. Sebaliknya, tingkat
ROA yang rendah akan semakin memungkinkan perusahaan mengalami
permasalahan going concern.
Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara
Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan auditee yang sama. Ketika hubungan
antara auditor independen dengan klien sudah berlangsung lama, maka klien
akan dipandang sebagai sumber penghasilan bagi auditor. Karena dipandang
sebagai sumber penghasilan, maka akan timbul kekhawatiran bagi KAP jika
kehilangan sumber penghasilannya yang berdampak pada timbulnya
keraguan bagi auditor untuk memberikan opini going concern kepada
kliennya. Dewayanto (2011) menemukan bahwa audit tenure berpengaruh
signifikan terhadap opini going concern, sedangkan menurut Januarti dan
Fitrianasari (2008) mengungkapkan bahwa audit tenure tidak berpengaruh
signfikan.
Audit lag atau dalam beberapa penelitian disebut audit delay adalah
interval waktu antara tanggal berakhirnya laporan keuangan tahunan (31
Desember) dengan tanggal laporan audit. Pemeriksaan laporan keuangan
yang dilakukan oleh auditor independen yang bertujuan untuk menilai
kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan memerlukan waktu yang
8
cukup panjang. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan secara
berkala merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan. Laporan keuangan yang
terlambat dipublikasikan dapat menjadi suatu indikasi adanya masalah dalam
laporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang mendapatkan opini going
concern lebih cenderung membutuhkan waktu audit (audit lag) yang lebih
lama,sehingga penyampaian laporan audit bisa terlambat. Lennox (2002)
mengungkapkan bahwa hal ini mungkin terjadi karena auditor lebih banyak
melakukan pengujian, manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika
terdapat ketidakpastian kelangsungan usaha, dan auditor berharap bahwa
perusahaan dapat mengatasi masalah yang dihadapi untuk menghindari
dikeluarkannya opini going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Januarti
dan Fitrianasari (2008) menunjukkan bahwa audit terdapat hubungan positif
antara audit lag yang panjang dengan opini going concern.
Suatu perusahaan diharuskan untuk dapat menerapkan good corporate
governance untuk mengantisipasi hal yang berkaitan dengan masalah
keagenan yang sering muncul dalam perusahaan. Salah satu mekanisme
corporate governance yang penting adalah keberadaan komisaris independen.
Hal ini menjadi penting karena komisaris independen diharapkan mampu
menempatkan prinsip keadilan dan independensi di dalam perusahaan.
Komisaris independen diharapkan membawa pengaruh positif bagi
perusahaan dengan laporan keuangan yang berkualitas sehingga perusahaan
akan menerima opini going concern dari auditor. Perusahaan yang memiliki
proporsi komisaris independen yang lebih besar diharapkan mampu
9
mendapatkan pengawasan yang lebih baik sehingga kemungkinan auditor
memberikan opini going concern akan lebih kecil. Penelitian yang dilakukan
oleh Adjani dan Rahardja (2013) mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh
negatif proporsi komisaris independen terhadap penerimaan opini going
concern.
Beberapa penelitian telah menguji tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan opini going concern dan mendapatkan hasil
penelitian yang berbeda-beda. Penelitian ini merupakan replikasi dari
penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nursasi dan Maria (2015) yang
meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan
opini going concern pada perusaahaan perbankan dan pembiayaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Di dalam penelitian tersebut juga
digunakan salah satu variabel yang sama dengan penelitian ini yaitu audit
tenure. Di dalam penelitian ini, peneliti menambahkan variabel independen
lain yaitu return on assets (ROA), audit tenure, audit lag, dan proporsi
komisaris independen. Peneliti khususnya memilih untuk menambahkan
variabel proporsi komisaris independen karena berdasarkan literatur yang
peneliti dapatkan masih cukup jarang diteliti mengenai pengaruh proporsi
komisaris independen terhadap penerimaan opini going concern.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi penerimaan opini going concern serta untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independen dalam mempengaruhi variabel
dependen. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan membuat suatu
10
penelitian dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Assets,
Audit Tenure, Audit Lag, dan Proporsi Komisaris Independen terhadap
Opini Going Concern”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan permasalahan yang hendak diteliti di dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini
going concern?
2. Apakah tingkat return on assets perusahaan berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern?
3. Apakah audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini going
concern?
4. Apakah audit lag berpengaruh terhadap penerimaan opini going
concern?
5. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap
penerimaan opini going concern.
11
2. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh tingkat return on assets
perusahaan terhadap penerimaan opini going concern.
3. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh audit tenure terhadap
penerimaan opini going concern.
4. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh audit lag terhadap
penerimaan opini going concern.
5. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh proporsi komisaris
independen terhadap penerimaan opini going concern.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
masyarakat atau praktisi bisnis dan bagi dunia akademis. Manfaat penelitian
yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Profesi Auditor dan Kantor Akuntan Publik
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi untuk
membuat pertimbangan keputusan opini audit yang mengacu pada
kelangsungan hidup (going concern) perusahaan di masa yang akan
datang.
2. Investor
Diharapkan hasil penelitian ini investor dapat membuat pertimbangan
dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di suatu perusahaan
dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini
going concern pada laporan keuangan perusahaan.
12
3. Dunia Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi dunia
pendidikan mengenai wawasan terhadap pengembangan studi akuntansi
khususnya dalam bidang audit.
4. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dan
informasi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penyempurnaan dan
perluasan dalam penelitian selanjutnya mengenai opini going concern.
5. Penulis
Penelitian ini menjadi sarana dalam memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai auditing khususnya mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern. Sehingga
diharapkan wawasan yang didapat penulis dapat bermanfaat di masa
yang akan datang.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori agensi menggambarkan
suatu hubungan antara dua pihak yang berbeda kepentingan yaitu
prinsipal selaku pihak pemegang saham (pemilik) dan agen
(manajemen). Hubungan agensi yang terjadi diartikan sebagai suatu
kontrak di bawah satu orang prinsipal atau lebih yang menunjuk pihak
lain sebagai agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka
dengan memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen.
Diana dan Irianto (2008) menjelaskan bahwa prinsipal adalah satu
orang atau lebih pemegang saham yang menyediakan fasilitas dan dana
untuk menjalankan kegiatan perusahaan, sedangkan agen adalah
pengelola yang mendapatkan wewenang dari pihak prinsipal untuk
mengelola apa yang telah dipercayakan oleh pemegang saham kepadanya
untuk kemudian dipertanggungjawabkan pada prinsipal. Berdasarkan
kontrak yang terjadi, pihak prinsipal (pemegang saham) akan
memperoleh hasil berupa pembagian dividen, sedangkan pihak agen
(manajemen) akan memperoleh gaji, bonus, dan berbagai macam
kompensasi lainnya.
Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para
peneiliti di bidang akuntansi keuangan (Fuad, 2005 dalam Dewayanto,
14
2011). Masalah tersebut akan muncul ketika terjadi konflik kepentingan
antara prinsipal dan agen. Konflik kepentingan ini terdiri dari 3 (tiga)
masalah, yaitu: (1) antara shareholders dan manajer; (2) antara
shareholders dan debtholders; (3) antara manajer, shareholders, dan
debtholders (Suparlan dan Andayani, 2010). Pemilik saham dan
manajemen merupakan pemaksimum kesejahteraan, hal ini
mengakibatkan adanya kecenderungan manajer untuk senantiasa mencari
keuntungan sendiri dengan mengorbankan pihak lain. Manajer sebagai
pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan. Sejatinya
agen mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan para pemegang
saham, namun manajemen juga memiliki kepentingan untuk
memaksimumkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, permasalahan
penyatuan kepentingan pihak-pihak inilah yang dapat menimbulkan
masalah yang disebut dengan masalah keagenan.
Lebih lanjut Dewayanto (2011) mengasumsikan bahwa prinsipal
dan agen sebagai orang ekonomi yang rasional, memiliki kepentingan
masing-masing, dan bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Prinsipal
diasumsikan hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau
investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen diasumsikan
menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang
menyertai dalam hubungan tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini
masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi dirinya
15
sendiri. Informasi keuangan dan laporan keuangan yang disampaikan
terkadang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Kondisi ini
dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetris informasi
(information asymetryc). Untuk meminimaliasasi adanya asimetri
informasi diperlukan adanya pihak ketiga yang independen sebagai
mediator hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini merfungsi
untuk memonitor perikaku manajer (agen) apakah bertidak sesuai dengan
keinginan prinsipal.
Terkait dengan penerimaan opini going concern, agen ditugaskan
untuk mengelola perusahaan dan menghasilkan laporan sebagai bentuk
dari pertanggungjawaban agen kepada prinsipal. Laporan keuangan yang
dihasilkan akan menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan
digunakan oleh prinsipal sebagai dasar pengambilan keputusan.
Kaitannya terhadap ukuran perusahaan yaitu semakin besar perusahaan
maka sistem dan manajemen yang dilakukan akan semakin baik, dimana
manajer bertanggung jawab atas perkembangan perusahaan. Ukuran
perusahaan akan menjadi suatu tolak ukur tertentu bagi auditor dalam
menjalankan proses auditnya. Sedangkan terkait dengan return on assets
yaitu peningkatan tingkat ROA yang terjadi pada perusahaan akan diikuti
oleh peningkatan laba suatu perusahaan, maka perusahaan akan dapat
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Oleh karena itu perusahaan
besar akan cenderung tidak memperoleh opini going concern
(Dewayanto, 2011). Begitupun dengan perusahaan yang memiliki tingkat
16
ROA yang tinggi akan memperoleh laba yang tinggi dan terhindar dari
penerimaan opini going concern.
Shareholders selaku pemilik perusahaan (prinsipal) akan selalu
memantau kinerja manajernya (agen). Salah satu cara yang dilakukan
oleh prinsipal untuk menilai kinerja agennya adalah melalui audit yang
dilakukan oleh auditor yang profesional dan independen. Semakin lama
auditor melakukan perikatan audit dengan auditee yang sama,
dikhawatirkan independensi auditor tersebut akan berkurang, akibatnya
opini yang diberikan oleh auditor tersebut akan bias. Maka semakin lama
auditor tersebut melakukan perikatan audit dengan auditee yang sama,
akan membuuat auditor semakin sulit untuk memberikan opini going
concern.
Berdasarkan teori keagenan, manajer juga bertanggung jawab atas
penyusunan laporan keuangan yang tepat waktu sehingga akan terhindar
dari keterlambatan pengeluaran opini oleh auditor. Ketepatan waktu
penerbitan laporan keuangan auditan merupakan hal yang sangat penting
bagi perusahaan-perusahaan publik. Karena biasanya perusahaan yang
terlambat menerbitkan laporan keuangan auditan cenderung menerima
opini going concern, hal ini didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menyatakan bahwa opini
going concern lebih banyak ditemukan ketika pengeluaran opini audit
terhambat.
17
Adjani dan Rahardja (2013) mengungkapkan bahwa kaitan
komisaris dengan teori agensi yaitu dibutuhkannya keberadaan komisaris
sebagai salah satu unsur penting dalam penerapan good corporate
governance pada perusahaan. Untuk mewujudkannya, maka pengelolaan
perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa
pengelolaan telah dilakukan dengan penuh kepatuhan pada setiap
peraturan dan ketentuan yang berlaku. Selain sebagai fungsi pengawasan,
komisaris independen juga diharapkan menjamin strategi perusahaan
telah berjalan sesuai dan memastikan terciptanya akuntabilitas, sehingga
auditor tidak mengeluarkan opini going concern untuk perusahaan.
2. Audit
a. Definisi Audit
Menurut Agoes (2012: 4), auditing adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang
independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Report of The Committee on Basic Auditing Concepts of the
American Accounting Association (Accounting Review, vol. 47) dalam
Boynton et. al. (2006: 5) memberikan definisi auditing sebagai suatu
proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi
18
dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa auditing adalah suatu proses kritis dan sistematis yang
dilakukan oleh auditor independen dalam mengevaluasi secara
objektif laporan keuangan yang telah disusun manajemen beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti berdasarkan peristiwa
ekonomi yang terjadi dengan tujuan untuk menentukan tingkat
kesesuaian dan kewajaran antara informasi dengan kriteria yang telah
ditetapkan untuk kemudian disampaikan hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan.
b. Jenis-jenis Audit
Boynton et. al. (2006: 6) mengklasifikasikan tiga jenis audit yaitu
audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.
Uraian mengenai ketiga audit tersebut adalah sebagai berikut:
1) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan
maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan
tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
19
Hasil audit laporan keuangan tersebut akan didistribusikan kepada
para pengguna dalam cakupan yang luas, seperti para pemegang
saham, kreditor, kantor pemerintah, dan masyarakat umum melalui
laporan auditor atas laporan keuangan. Selain itu, auditor eksternal
juga menyiapkan laporan kepada dewan direksi tentang
pengendalian intern perusahaan serta temuan-temuan lainnya.
2) Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan
keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan
persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu.
Laporan audit kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang
menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari (1) ringkasan
temuan atau (2) pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan
dengan kriteria tersebut.
3) Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan
operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan
tertentu. Terkadang audit jenis ini disebut juga sebagai audit kinerja
atau audit manajemen. Pada sisi lain, auditor operasional dapat juga
membantu menyusun kriteria yang akan digunakan. Secara khas,
laporan untuk audit operasional tidak hanya memuat pengukuran
20
efisiensi dan efektivitas saja, namun juga memuat rekomendasi
peningkatan kinerja.
c. Jenis-jenis Auditor
Boynton et. al. (2006: 8) mengklasifikasikan auditor menjadi tiga
kelompok, yaitu auditor independen, auditor internal, dan auditor
pemerintah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiga jenis
auditor tersebut:
1) Auditor Independen
Auditor independen atau yang sering disebut sebagai auditor
eksternal merupakan akuntan publik bersertifikat yang bertindak
sebagai praktisi perorangan ataupun anggota Kantor Akuntan
Publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien.
Untuk menjadi seorang auditor independen biasanya harus
memiliki lisensi yang diperoleh dari ujian persamaan akuntan
publik bersertifikat dan memiliki pengalaman praktik dalam bidang
audit.
Auditor independen memiliki hubungan profesional dengan klien
yang berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba,
organisasi nirlaba, kantor pemerintah, atau perorangan. Perangkat
yang harus dipatuhi oleh auditor independen dalam menjalankan
tugasnya adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Kode
Etik Akuntan Publik, dan Quality Control.
21
2) Auditor Internal
Auditor internal adalah pegawai dari organisasi yang diaudit.
Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian
independen dalam lingkungan organisasi sebagai suatu bentuk jasa
bagi organisasi.
Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen
organisasi agar dapat mengetahui kesesuaian standar operasional
perusahaan dengan pelaksanaan operasional perusahaan, sehingga
manajemen dapat memberikan pertanggungjawaban yang efektif.
Auditor internal umumnya memiliki tugas pada lingkup kepatuhan
dan operasional, tetapi tidak menutup kemungkinan seorang auditor
bertugas di luar kedua lingkup tersebut seperti evaluasi sistem
komputer perusahaan atau di luar bidang akuntansi.
3) Auditor Pemerintah
Auditor pemeritah merupakan auditor profesional yang berasal dari
lembaga pemerintahan. Di Indonesia, lembaga yang bertanggung
jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan dan
keuangan negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
sebagai lembaga tertinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), dan Inspektorat Jendral (Itjen) yang ada
pada departemen-departemen pemerintah.
Auditor pemerintah memiliki tugas pokok melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh departemen-
22
departemen atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban
yang ditujukan kepada pemerintah.
d. Opini Audit
Salah satu tugas dari seorang auditor yaitu menyatakan
pendapatnya tentang kewajaran suatu laporan keuangan perusahaan
dalam sebuah laporan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu
laporan tertulis yakni laporan audit bentuk baku. Laporan auditor
bentuk baku terdiri dari tiga paragraf yakni paragraf pengantar
(Introduction Paragraph), paragraf lingkup audit (Scope Paragraph),
dan paragraf pendapat (Opinion Paragraph) (Mulyadi, 2002: 410).
Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan
pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan
tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan
pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus
menyatakan auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2011: 110.1).
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen
adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas,
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (IAI, 2011: 110.1).
Halim (2008: 75) menyatakan bahwa terdapat lima jenis pendapat
yang diberikan oleh auditor, yaitu sebagai berikut:
23
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila
audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar
auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat kondisi atau
keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.
2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa
penjelasan (unqualified opinion with explanatory languange)
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau
diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan
bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa
penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
a) pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor
independen lain,
b) adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan
oleh IAI,
c) laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang
material,
d) auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya,
24
e) auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam
penggunaan prinsip dan metode akuntansi.
3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat
ini diberikan apabila:
a) tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya
pembatasan lingkup audit yang material tapi tidak
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan,
b) auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material
tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara
keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa
pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam
prinsip akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan
pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf
pendapat.
4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus
menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak
utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan
terhadap laporan keuangan.
25
5) Pernyataan tidak memberikan opini (disclaimer of opinion)
Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat diberikan
apabila:
a) ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh
klien maupun karena kondisi tertentu,
b) auditor tidak independen terhadap klien.
3. Going Concern
a. Definisi Going Concern
Going concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa
kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka
waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung
jawab serta aktifitas-aktifitasnya yang tidak berhenti (Belkaoui, 2006:
271). Dalil tersebut menggambarkan suatu entitas akan diharapkan
untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak
diarahkan menuju arah likuidasi. Entitas tersebut memerlukan
kegiatan operasional yang berkelanjutan dan berkesinambungan untuk
menciptakan suatu konsekuensi bahwa laporan keuangan yang terbit
di suatu periode mempunyai sifat yang sementara sebab masih
merupakan satu rangkaian laporan yang berkelanjutan.
Menurut Komalasari (2004), going concern adalah kelangsungan
hidup suatu badan usaha, dengan adanya going concern maka suatu
badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan
usahanya dalam jangka waktu yang panjang, tidak akan dilikuidasi
26
dalam jangka waktu yang pendek. Asumsi going concern dapat
dikatakan sebagai sebuah pendapat atau asumsi mengenai
kemungkinan bahwa perusahaan tersebut mampu bertahan minimal
hingga 5 tahun yang akan datang.
Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal
berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara
signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan satuan
usaha adalah berhubungan dengan satuan usaha dalam memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian
besar aktiva pada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang,
perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa
lainnya (IAI, 2011: 341.1).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa going concern adalah kemampuan suatu entitas untuk terus
menjalankan operasinya dalam jangka waktu yang panjang tidak akan
dilikuidasi dalam jangka waktu yang pendek.
b. Opini Going Concern
Opini going concern merupakan opini yang diberikan oleh auditor
untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya (IAI, 2011: 341.01). Opini going concern
merupakan salah satu bentuk opini yang berada dalam lingkup
27
pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan (unqualified opinion with explanatory languange ).
Auditor harus memperoleh dan mempertimbangkan informasi
mengenai rencana manajemen dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya selama jangka waktu pantas. Jika setelah
mempertimbangkan rencana manajemen auditor tetap menyimpulkan
adanya keraguan substansial atas kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas,
maka auditor harus mempertimbangkan dampak terhadap laporan
keuangan, termasuk kecukupan pengungkapan dalam laporan
keuangan (IAI, 2011: 341.4). Adapun pertimbangan auditor yang
berhubungan dengan rencana manajemen dapat meliputi:
1) Rencana untuk menjual aktiva
2) Rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang
3) Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran
4) Rencana untuk menaikkan modal pemilik
Opini going concern merupakan asumsi dalam pelaporan
keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi
yang berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas
tersebut dimungkinkan mengalami masalah (Juandini, 2011). Laporan
audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu
indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko auditee tidak
dapat mempertahankan bisnisnya.
28
Menurut Venuti, (2007) dalam Januarti, (2009), pemberian opini
audit ini merupakan bad news bagi pengguna laporan keuangan.
Masalah yang sering timbul adalah bahwa sangat sulit untuk
memprediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan, sehingga banyak
auditor yang mengalami dilema antara moral dan etika dalam
memberikan opini going concern. Perusahaan berusaha menghindari
opini going concern karena berdampak pada menurunnya harga
saham, menurunnya kepercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan
karyawan tetap terhadap manajemen perusahaan. Menurunnya
kepercayaan publik terhadap citra perusahaan dan manajemen
perusahaan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap
keberlanjutan bisnis perusahaan di masa yang akan datang dalam hal
mencari tambahan dana guna membiayai kegiatan operasional
perusahaan. Begitu juga dengan pelanggan, hilangnya pelanggan akan
mengakibatkan terhentinya bisnis perusahaan. Apabila perusahaan
tidak segera mengambil tindakan penanganan, maka kebangkrutan
usaha dipastikan akan benar-benar terjadi (Juandini, 2011).
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
opini going concern merupakan opini wajar tanpa pengecualian
dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion with explanatory
language) yang dikeluarkan oleh auditor independen ketika auditor
mengetahui terdapat kesangsian substansial mengenai kelansungan
hidup perusahaan klien. Namun jika auditor yakin bahwa manajemen
29
dapat mengatasi masalah perusahaan, dengan rencana manajemen
yang dapat mengurangi dampak yang mengancam kelangsungan
hidup perusahaan, maka auditor tidak akan mengeluarkan opini going
concern.
4. Variabel-variabel Independen
a. Ukuran Perusahaan
Mutchler (1985) dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan
bahwa auditor lebih cenderung mengeluarkan opini going concern
pada perusahaan yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan karena
auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat
menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya
daripada perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan besar juga lebih bisa
menawarkan fee audit yang lebih tinggi daripada yang ditawarkan
oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya dengan kehilangan fee audit
yang signifikan tersebut, maka auditor mungkin ragu untuk
mengeluarkan opini going concern pada perusahaan besar
(Dewayanto, 2011).
Besar atau kecilnya skala perusahaan salah satunya dapat dilihat
dari kondisi keuangan perusahaan seperti kepemilikan aset total
perusahaan. Semakin tinggi total aset yang dimiliki, maka perusahaan
dianggap memiliki ukuran yang besar sehingga mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan besar juga
cenderung lebih dipercaya oleh masyarakat bisnis terutama investor,
30
karena mereka percaya bahwa perusahaan besar bisa memberikan
pelayanan serta produk yang lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Karena kepercayaan dari investor begitu besar,
maka perusahaan dapat meningkatkan atau mempertahankan
kelangsungan hidupnya, sehingga semakin kecil pula kemungkinan
auditor untuk mengeluarkan opini going concern.
b. Return on Assets
Return on assets merupakan salah satu parameter dari rasio
keuangan (profitabilitas) yang juga merupakan indikator baik atau
tidaknya kondisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Muljono
(1998) dalam Hani et. al. (2003), salah satu bentuk informasi
keuangan akuntansi yang penting adalah berupa rasio-rasio keuangan
perusahaan. Penggunaan analisa keuangan akan dapat membantu
manajemen dan investor untuk mengetahui posisi, kondisi keuangan
suatu perusahaan, maupun performance yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan untuk suatu periode tertentu. Rasio-rasio keuangan dapat
memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan selama satu
periode dan biasanya rasio yang digunakan investor untuk melihat
kinerja perusahaan adalah rasio profitabilitas (dalam hal ini adalah
return on assets). Return on assets biasanya digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Menurut Petronela (2004), semakin besar nilai return on assets
suatu perusahaan, maka semakin besar laba yang diperoleh. Laba yang
31
semakin besar akan semakin menghindarkan perusahaan dari
kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri merupakan salah satu dasar bagi
auditor untuk memberikan opini going concern. Laba yang semakin
besar akan memperkecil kemungkinan penerimaan opini going
concern.
Peningkatan laba perusahaan menjadi salah satu dasar bagi
auditor untuk menentukan apakah perusahaan layak diberikan opini
going concern atau tidak. Ketika perusahaan mengalami peningkatan
laba, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan semakin menjauh dari
kebangkrutan. Selain itu, peningkatan laba perusahaan juga menjadi
salah satu dasar yang dipertimbangkan investor dalam membuat
keputusan investasi.
c. Audit Tenure
Audit tenure merupakan jumlah tahun dimana KAP melakukan
perikatan audit dengan auditee yang sama. Perikatan audit yang lama
berpotensi mengakibatkan auditor kehilangan independensinya,
sehingga kemungkinan untuk memberikan opini going concern akan
sulit. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga independensi auditor maka
di beberapa negara menetapkan peraturan mengenai rotasi KAP. Di
Indonesia sendiri peraturan mengharuskan adanya pergantian Kantor
Akuntan Publik setiap 6 tahun dan auditor setiap 3 tahun yang
mengaudit sebuah perusahaan secara berturut-turut (Dewayanto,
2011).
32
Terdapat dua pandangan yang berbeda dalam masalah lamanya
perikatan antara auditor dengan auditee. Dalam sudut pandang
pertama, ketika hubungan antara auditor independen dengan klien
sudah berlangsung lama, maka klien akan dipandang sebagai sumber
penghasilan bagi auditor. Karena dipandang sebagai sumber
penghasilan, maka akan timbul kekhawatiran bagi KAP jika
kehilangan sumber penghasilannya yang berdampak pada timbulnya
keraguan bagi auditor untuk memberikan opini going concern kepada
kliennya.
Dalam sudut pandang kedua, perikatan untuk jangka waktu yang
lama dengan auditor dipandang sebagai hal yang ekonomis dan efisien
bagi klien. Selain itu, pemahaman auditor tentang bisnis klien yang
telah lama menjalin hubungan dengan auditee belum tentu bisa
ditemukan pada auditor yang baru. Auditor yang baru menjalin
perikatan dengan klien tentu memerlukan waktu untuk memahami
bisnis klien, sehingga efisiensi waktu dalam menentukan opini audit
semakin berkurang. Hal tersebut dapat menimbulkan pemberian opini
audit yang kurang tepat. Tetapi tidak menutup kemungkinan auditor
yang telah lama menjalin hubungan dengan klien bisa menyebabkan
rendahnya kualitas opini audit karena adanya rasa ingin saling
menguntungkan antara auditor dan klien.
33
d. Audit Lag
Menurut McKeown et. al. (1991) dalam Januarti (2009)
menjelaskan bahwa audit lag adalah jumlah kalender antara tanggal
disusunnya laporan keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan
lapangan. Lennox (2002) mengungkapkan bahwa hal ini mungkin
terjadi disebabkan oleh tiga hal berikut, antara lain:
1) Auditor lebih banyak melakukan pengujian,
2) Manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika terdapat
ketidakpastian kelangsungan usaha,
3) Auditor memperlambat pengeluaran opini karena berharap
manajemen perusahaan dapat mengatasi masalah yang dihadapi
untuk menghindari dikeluarkannya opini going concern.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa audit lag
atau dalam beberapa penelitian disebut audit delay merupakan interval
waktu antara tanggal berakhirnya laporan keuangan tahunan (31
Desember) dengan tanggal laporan audit. Pemeriksaan laporan
keuangan yang dilakukan oleh auditor independen yang bertujuan
untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan
memerlukan waktu yang cukup panjang. Ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan secara berkala merupakan suatu
kewajiban bagi perusahaan. Laporan keuangan yang terlambat
dipublikasikan dapat menjadi suatu indikasi adanya masalah dalam
laporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang mendapatkan opini
34
going concern lebih cenderung membutuhkan waktu audit (audit lag)
yang lebih lama sehingga penyampaian laporan audit bisa terlambat.
e. Proporsi Komisaris Independen
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
(2006), dewan komisaris merupakan salah satu unsur terpenting dari
corporate governance yang memiliki tanggung jawab untuk menjamin
strategi perusahaan berjalan sesuai tujuan, mengawasi manajemen
dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas. Keberadaan komisaris independen dalam susunan
dewan komisaris diharapkan mampu memperhatikan kepentingan
pihak-pihak yang mungkin sering terabaikan seperti pemegang saham
minoritas serta para stakeholder lainnya, sebab komisaris independen
harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun yang dianggap
sebagai campur tangan untuk bertindak demi kepentingan yang
menguntungkan perusahaan.
Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia, komposisi atau jumlah komisaris independen tidak
ditentukan dalam jumlah tertentu namun demikian jumlah atau
komposisi komisaris independen harus dapat menjamin agar
mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Adapun kriteria yang ditetapkan yaitu
salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar belakang
akuntansi atau keuangan (BAPEPAM-LK, 2010).
35
BAPEPAM-LK (2010) menyatakan lebih lanjut bahwa meskipun
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia tidak
menentukan jumlah komisaris independen, untuk membentuk elemen
yang kuat dan independen dari dewan, perlu adanya komisaris
independen yang sekurang-kurangnya berjumlah sepertiga dari
jumlah anggota dewan atau satu orang komisaris independen,
sedangkan Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya
30% dari Dewan Komisaris adalah komisaris independen. Kriteria
komisaris independen secara rinci diatur dalam peraturan BAPEPAM-
LK, yaitu:
1) Berasal dari luar emiten atau perusahaan publik,
2) Tidak mempunyai saham emiten atau perusahaan publik baik
langsung maupun tidak langsung,
3) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan komisaris, direksi, dan
pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik,
4) Tidak mempunyai hubungan usaha dengan emiten atau perusahaan
publik baik langsung maupun tidak langsung.
Adapun contoh hubungan yang dianggap dapat menjadikan
seorang komisaris tidak independen, meliputi:
1) Komisaris yang saat ini masih dipekerjakan oleh perusahaan atau
afiliasinya untuk saat tiga tahun terakhir,
2) Seorang komisaris yang memiliki keluarga dekat dengan anggota
komisaris atau salah satu komisaris yang sudah bekerja selama tiga
36
tahun terakhir atau mempunyai hubungan dengan anggota direksi
yang remunerasinya ditentukan oleh komite remunerasi,
3) Seorang komisaris, atau seorang anggota keluarga dekat yang
meminta kompensasi dari perusahaan atau salah satu anak
perusahaan selain kompensasi yang diberikan kepada anggota
dewan dalam tahun berjalan atau tahun sebelumnya,
4) Seorang komisaris, atau seorang anggota keluarga dekat, menjadi
pemegang saham substansial atau seorang partner (mempunyai 5%
atau lebih saham), karyawan eksekutif, atau seorang komisaris dari
sebuah perusahaan yang memberikan atau menerima pembayaran
secara signifikan dari perusahaan atau salah satu anak perusahaan
selama tahun berjalan dan tahun sebelumnya (US$ 200.000
dianggap sebagai pembayaran yang signifikan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
komisaris Independen adalah salah satu unsur penting pada susunan
dewan komisaris di dalam perusahaan yang berasal dari luar emiten
atau perusahaan publik yang berjumlah sekurang-kurangnya satu
orang dan berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan
keseluruhan. Tujuan dihadirkannya komisaris independen adalah
untuk sebagai penyeimbang dalam pengambilan keputusan khususnya
dalam rangka memberikan perlindungan kepada pemegang saham
minoritas dan stakeholders lainnya.
37
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas tentang opini going concern dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya telah banyak dibahas oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut menjadi referensi dan banyak
memberikan kontribusi pada penelitian ini. Berikut ini adalah tabel yang
menampilkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan opini
going concern.
38
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Variabel & Metode Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
1
Totok
Dewayanto
(2011)
Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Penerimaan Opini
Audit Going Concern
Pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
a. Opini Audit Going
Concern (Y)
b. Ukuran Perusahaan (X2)
c. Audit Client Tenure (X4)
d. Regresi Logistik
a. Kondisi Keuangan
(X1)
b. Opini Audit
Sebelumnya (X3)
c. Opinion Shopping
(X5)
d. Reputasi Auditor (X6)
e. Perusahaan
Manufaktur
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh
positif terhadap penerimaan
opini audit going concern
dan variabel kondisi
keuangan, audit client
tenure berpengaruh negatif
terhadap penerimaan opini
audit going concern.
Sedangkan variabel ukuran
perusahaan, opinion
shopping, dan reputasi
auditor tidak mempengaruhi
penerimaan opini audit
going concern.
39
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Variabel & Metode Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
2
Nurul Ardiani,
Emrinaldi Nur
DP, dan Nur
Azlina (2012)
Pengaruh Audit
Tenure, Disclosure,
Ukuran KAP, Debt
Default, Opinion
Shopping, dan
Kondisi Keuangan
Terhadap Penerimaan
Opini Audit Going
Concern Pada
Perusahaan Real
Estate dan Property
di Bursa Efek
Indonesia
a. Opini Audit Going
Concern (Y)
b. Audit Tenure (X1)
c. Regresi Logistik
a. Debt Default (X3)
b. Ukuran KAP (X2)
c. Opinion Shopping
(X4)
d. Kondisi Keuangan
(X5)
e. Perusahaan Real
Estate dan Property
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel disclosure, ukuran
KAP, dan debt default
berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit
going concern. Sedangkan
variabel audit tenure,
opinion shopping, dan
kondisi keuangan tidak
berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit
going concern.
3
Yunita dan
Deasy Ariyanti
Rahayuningsih
(2013)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Kecenderungan
Penerimaan
Unqualified Opinion
with Modified
Paragraph Going
Concern
a. Unqualified Opinion with
Modified Paragraph
Going Concern (Y)
b. Ukuran Perusahaan (X5)
c. Regresi Logistik
a. Kualitas Audit (X1)
b. Kondisi Keuangan
Perusahaan (X2)
c. Opini Audit Tahun
Sebelumnya (X3)
d. Pertumbuhan
Perusahaan (X4)
e. Debt Default (X6)
f. Perusahaan Non
Keuangan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya
variabel opini audit tahun
sebelumnya yang
berpengaruh terhadap
penerimaan unqualified
opinion with modified
paragraph going concern.
Sedangkan variabel kualitas
audit, kondisi keuangan
perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, ukuran
perusahaan, dan debt default
40
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Variabel & Metode Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
tidak berpengaruh terhadap
penerimaan unqualified
opinion with modified
paragraph going concern.
4
Ayu Febri
Sulistya dan
Pt. Dyan
Yaniartha
Sukartha
(2013)
Pengaruh Prior
Opinion,
Pertumbuhan, dan
Mekanisme
Corporate
Governance Pada
Pemberian Opini
Audit Going Concern
a. Opini Audit Going
Concern (Y)
b. Komposisi Komisaris
Independen (X3)
c. Regresi Logistik
a. Prior Opinion (X1)
b. Pertumbuhan
Perusahaan (X2)
c. Keberadaan Komite
Audit (X4)
d. Perusahaan
Manufaktur
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel prior opinion
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pemberian opini audit going
concern. Sedangkan variabel
pertumbuhan perusahaan,
komposisi komisaris
independen, dan keberadaan
komite audit tidak
berpengaruh signifikan
terhadap pemberian opini
audit going concern.
5
Ismawati
Haribowo
(2013)
Analisis
Perbandingan
Pengaruh Kualitas
Audit, Likuiditas,
Solvabilitas,
Profitabilitas
terhadap Opini Audit
a. Opini Audit Going
Concern (Y)
b. Return on Assets (X11)
c. Regresi Logistik
d. Perusahaan Perbankan
a. Kualitas Audit (X1)
b. Quick Ratio (X2)
c. Banking Ratio (X3)
d. Loan to Deposit Ratio
(X4)
e. Primary Ratio (X5)
f. Risk Asset Ratio (X6)
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya
loan deposit ratio
berpengaruh terhadap opini
audit going concern di
negara Asia Selatan,
sedangkan variabel-variabel
41
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Variabel & Metode Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
Going Concern
(Studi Perbankan
Syariah di Asia)
g. Secondary Risk Ratio
(X7)
h. Gross Profit Margin
(X8)
i. Net Profit Margin
(X9)
j. Return on Equity (X10)
k. Rate Return on Loan
(X12)
l. Perusahaan Perbankan
di Asia
lainnya tidak menunjukkan
pengaruh terhadap opini
audit going concern.
6
Gea Cherlita
Putrady dan
Haryanto
(2014)
Analisis Faktor
Keuangan dan Non
Keuangan yang
Mempengaruhi
Penerimaan Opini
Audit Going Concern
a. Opini Audit Going
Concern (Y)
b. Audit Tenure (X4)
c. Audit Lag (X7)
d. Regresi Logistik
a. Kondisi Keuangan
(X1)
b. Debt Default (X2)
c. Pertumbuhan
Perusahaan (X5)
d. Opinion Shopping
(X6)
e. Disclosure (X8)
f. Perusahaan
Manufaktur
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel kondisi keuangan,
debt default, dan disclosure
berpengaruh signifikan
terhadap probabilitas
penerimaan opini audit
going concern. Sedangkan
variabel pertumbuhan
perusahaan, auditor client
tenure, opinion shopping,
dan audit lag tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap
probabilitas penerimaan
opini audit going concern.
42
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Variabel & Metode Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
7
Enggar Nursasi
dan Evi Maria
(2015)
Pengaruh Audit
Tenure, Opinion
Shopping, Leverage,
dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap
Penerimaan Opini
Audit Going Concern
pada Perusahaan
Perbankan dan
Pembiayaan yang Go
Public di Bursa Efek
Indonesia
a. Opini Audit Going
Concern (Y)
b. Audit Tenure (X1)
c. Perusahaan Perbankan
a. Opinion Shopping
(X2)
b. Leverage (X3)
c. Pertumbuhan
Perusahaan (X4)
d. Metode analisis
GESCA (Generalized
Structured Component
Analysis)
e. Perusahaan
Pembiayaan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa seluruh
variabel independen, yaitu
audit tenure, opinion
shopping, leverage, dan
pertumbuhan perusahaan
berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit
going concern.
8
Daruosh
Foroghi dan
Amir
Mirshams
Shahshahani
(2012)
Audit Firm Size and
Going-Concern
Reporting Accuracy
a. Going-Concern
Reporting Accurarcy (Y)
a. Audit Firm Size (X) Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kantor
audit besar di Iran tidak
memiliki akurasi pelaporan
going-concern yang lebih
tinggi dibandingkan kantor
audit yang lebih kecil yang
tergabung dalam Iranian
Association of Certified
Public Accountants.
9
Andrés Guiral,
Emiliano Ruiz,
dan Hyun Jung
Choi (2014)
Audit Report
Information Content
and The Provision of
Non-Audit Services:
a. Professional Sceptism of
Loan Officers (Y)
a. Auditor Economic
Independence who
reporting unqualified
but modified going
Berdasarkan respon dari 80
Spanish loan officers,
ditemukan bahwa auditor
economic indepence yang
43
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Variabel & Metode Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
Evidence from
Spanish Lending
Decisions
concern opinion to
borrower (X1)
b. Auditor Economic
Independence who
reporting qualified but
going concern opinion
to borrower (X2)
diukur dari provision of non-
audit services (NAS)
berdampak langsung
terhadap skeptisme
profesional loan officers
apabila peminjam
(borrower) menerima
unqualified but modified
going concern report.
44
C. Kerangka Pemikiran
Gambaran kerangka pemikiran tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi opini audit going concern ini disajikan dalam gambar berikut:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going
Concern
Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini Going Concern di
BEI Periode 2010-2014
Metode Analisis:
Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Opini Going
Concern (Y)
(Nursasi dan
Maria, 2015)
Ukuran Perusahaan (X1)
(Yunita dan Rahayuningsih,
2013)
Kesimpulan dan Saran
Return on Assets (X2)
(Martono, 2010: 91)
Audit Tenure (X3)
(Putrady dan Haryanto, 2014)
Audit Lag (X4)
(Putrady dan Haryanto, 2014)
Proporsi Komisaris Independen
(X5)
(Sulistya dan Sukartha, 2013)
45
D. Hipotesis
Hubungan atau keterkaitan antar variabel independen dan variabel
dependen dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Ukuran Perusahaan terhadap Opini Going Concern
Semakin besarnya suatu entitas akan diikuti dengan pengelolaan
sistem dan manajemen yang baik, dimana manajer akan bertanggung
jawab atas perkembangan perusahaan. Tanggung jawab besar yang
dipegang oleh manajemen akan membuat seluruh aspek di dalam
perusahaan berusaha untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan.
Dewayanto (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan akan menjadi
suatu tolak ukur tertentu bagi auditor dalam menjalankan proses
auditnya. Semakin besar ukuran suatu perusahaan berdampak pada
semakin tingginya aset yang dimiliki, maka perusahaan akan dapat
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Oleh karena itu perusahaan
besar akan cenderung tidak memperoleh opini going concern.
Mutchler (1985) dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan
bahwa auditor lebih cenderung mengeluarkan opini going concern pada
perusahaan yang lebih kecil. Ukuran perusahaan yang diproksikan
dengan logaritma natural total aset yang dimiliki menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usaha.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Setyarno et. al. (2006),
Santosa dan Wedari (2007), Januarti (2009), Yunita dan Rahayuningsih
(2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
46
opini going concern. Sedangkan hasil penelitian Januarti dan Fitrianasari
(2008) dan Dewayanto (2011) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap opini going concern.
H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Opini Going Concern
2. Return on Assets terhadap Opini Going Concern
Return on assets (ROA) merupakan rasio yang diperoleh dari
pembagian laba atau rugi bersih setelah pajak terhadap total aktiva yang
dimiliki. ROA digunakan untuk menunjukkan kemampuan manajemen
perusahaan dalam memperoleh laba secara efektif dan efisien
berdasarkan aset yang tersedia dalam perusahaan. Menurut Gitman
(2003) dalam Sutedja (2010), return on assets (ROA) merupakan salah
satu unsur dari rasio profitabilitas. ROA mengukur seberapa efektif
manajemen dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang
tersedia.
ROA menunjukkan bagaimana manajemen dapat memaksimalkan
efektivitas dan efisiensi penggunaan aset yang dimiliki perusahaan untuk
memperoleh laba. Semakin tinggi tingkat ROA suatu perusahaan, maka
semakin besar laba yang diperoleh perusahaan dan semakin kecil
kemungkinan bagi perusahaan untuk mendapatkan opini going concern
dari auditor.
H2: Return on Assets berpengaruh terhadap Opini Going Concern
47
3. Audit Tenure terhadap Opini Going Concern
Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang telah terjalin
antara pihak auditor dengan pihak auditee yang sama. Di Indonesia telah
ditetapkan peraturan yang mengharuskan adanya pergantian KAP setiap
6 (tahun) dan auditor setiap 3 (tiga) tahun yang mengaudit klien secara
berturut-turut. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menjaga sikap
independensi seorang auditor yang telah lama menjalin perikatan dengan
klien.
Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009), Junaidi dan
Hartono (2010), dan Dewayanto (2011) menunjukkan bahwa audit
tenure berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Junaidi dan
Hartono (2010) menyatakan bahwa semakin lama hubungan auditor yang
terjalin dengan klien, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor
untuk memberikan opini going concern.
H3: Audit Tenure berpengaruh terhadap Opini Going Concern
4. Audit Lag terhadap Opini Going Concern
Audit lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya
laporan keuangan tahunan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan
(Januarti, 2009). Menurut Lennox (2002), keterlambatan opini yang
dikeluarkan dapat disebabkan oleh (1) auditor lebih banyak melakukan
pengujian, (2) manajer mungkin melakukan negosiasi dengan auditor
untuk mengeluarkan opini yang diharapkannya, (3) auditor berharap
manajemen dapat memecahkan masalah perusahaan yang sedang
48
dihadapi, sehingga terhindar dari opini going concern. Auditor cenderung
terlambat untuk mengeluarkan opini pada perusahaan yang mengalami
masalah going concern.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari
(2008) dan Lennox (2002) menunjukkan bahwa audit lag berpengaruh
positif terhadap opini going concern. Hasil sebaliknya didapatkan oleh
penelitian yang didapatkan Januarti (2009) yang menunjukkan bahwa
audit lag tidak berpengaruh terhadap opini going concern.
H4: Audit Lag berpengaruh terhadap Opini Going Concern
5. Proporsi Komisaris Independen terhadap Opini Going Concern.
Dalam kaitannya dengan going concern, peran komisaris
independen dalam komite audit ditunjukkan lewat penelitian yang
dilakukan oleh Carcello dan Neal (2000) yang menyatakan bahwa
semakin besar persentase komisaris independen yang terdapat di dalam
komite audit maka semakin rendah kemungkinan penerimaan opini going
concern. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Adjani dan Rahardja (2013) yang menyatakan bahwa proporsi komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap opini going concern.
Semakin besar proporsi komisaris independen dalam suatu emiten
maka semakin tinggi pula pengawasan dan pengaruhnya terhadap kinerja
manajemen dalam mengelola perusahaan. Selain itu, pengawasan yang
dilakukan oleh komisaris independen dapat mengurangi masalah yang
dapat terjadi antara pihak manajemen dengan pemilik, sehingga
49
diharapkan dapat mencegah timbulnya manipulasi atas laporan keuangan.
Hal tersebut diharapkan dapat menghadirkan laporan keuangan yang
berkualitas serta meningkatkan kinerja perusahaan sehingga
kemungkinan auditor untuk mengeluarkan opini going concern semakin
kecil.
H5: Proporsi Komisaris Independen berpengaruh terhadap Opini Going
Concern.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel
atau lebih. Penelitian kausalitas (asosiatif kausalitas) adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk mengungkapkan permasalahan yang bersifat hubungan
sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2009: 11). Penelitian
ini juga merupakan pengujian hipotesis karena penelitian ini menggunakan
hipotesis yang sudah dapat ditentukan di awal penelitian (Hartono, 2004: 40).
Penelitian ini membatasi permasalahan mengenai pengaruh variabel
independen ukuran perusahaan, return on asset, audit tenure, audit lag, dan
proporsi komisaris independen terhadap opini going concern. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan sektor jasa yang menerima opini going
concern yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2009: 90). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
51
sektor jasa terdaftar di BEI dan menerima opini going concern selama
periode tahun 2010 sampai dengan 2014. Alasan penggunaan tahun 2010
sampai dengan tahun 2014 karena pada periode tersebut keadaan ekonomi
Indonesia relatif stabil dan merupakan periode terbaru dalam laporan audit
tahunan di BEI. Alasan pemilihan sektor jasa adalah untuk menghindari
adanya industrial effect, yaitu resiko industri yang berbeda antara satu sektor
industri dengan sektor yang lain. Selain itu, berdasarkan pengamatan yang
telah dilakukan peneliti diketahui bahwa sektor jasa memiliki jumlah
perusahaan yang menerima opini going concern yang lebih banyak
dibandingkan dengan sektor sumber daya alam dan manufaktur, pemilihan
sektor jasa untuk penelitian mengenai opini going concern juga dirasa masih
cukup jarang.
Menurut Sugiyono (2009: 91), sampel merupakan bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dan sampel yang
diambil harus betul-betul representatif (mewakili). Teknik sampling adalah
teknik pengambilan sampel dari suatu populasi (Sugiyono, 2009: 91).
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2009: 96). Adapun kriteria penggunaan sampel yang ditentukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan sektor jasa yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2010
sampai dengan tahun 2014 dan tidak sedang dalam proses keluar dari
daftar BEI (delisting) pada periode pengamatan .
52
2. Perusahaan sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2010.
3. Perusahaan menerima opini going concern minimal satu kali selama
periode 2010-2014.
4. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan lengkap dan laporan tahunan
yang telah diaudit oleh auditor independen dan berisi informasi total aset,
laba atau rugi sebelum & setelah pajak, nama auditor yang mengaudit,
dan susunan dewan komisaris selama periode 2010-2014.
5. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dalam mata
uang rupiah.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan sumber data yang diperoleh oleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara berupa bukti, catatan, atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan
tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2009: 147). Pertimbangan
alasan penggunaan data sekunder adalah karena data ini mudah untuk
diperoleh dan memiliki waktu yang lebih luas. Dalam memperoleh data-data
pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode, yaitu penelitian
pustaka dan penelitian lapangan.
53
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Perolehan data yang berkaitan masalah yang sedang diteliti melalui buku,
jurnal, majalah, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan
dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Perolehan data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan dan
laporan tahunan yang telah diaudit dalam sektor jasa yang telah
dipublikasikan secara lengkap melalui situs resmi Indonesian Stock
Exchange yaitu www.idx.co.id.
D. Metode Analisis Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan bantuan alat analisis perhitungan statistik berupa
software statistik yaitu IBM SPSS (Statistical Package for Social Sciences)
versi 21. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi logistik (logistic regression) yang variabel bebasnya merupakan
kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal). Alasan penggunaan alat
analisis regresi logistik (logistic regression) adalah karena variabel dependen
bersifat dummy (dikotomi), yaitu menerima atau tidak menerima opini going
concern. Asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi
karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik)
dan non metrik (kategorial). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan regresi
logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas pada
54
variabel bebasnya. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji
regresi logistik (logistic regression) dapat dijelaskan sebagai berikut
(Ghozali, 2011: 333)
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(Sugiyono, 2009: 147). Statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi (standard deviation), dan nilai maksimum-minimum. Mean
digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang
diperkirakan sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai disperse
rata-rata dari sampel. Nilai maksimum-minimum digunakan untuk
melihat nilai maksimum dan minimum dari populasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil
dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian
(Ghozali, 2011: 19).
2. Pengujian Hipotesis
Ghozali (2011) mengungkapkan bahwa pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik dengan tipe logistik
biner (binary logistic regression). Regresi logistik biner digunakan ketika
hanya ada dua kemungkinan variabel dependen (Y), misalnya sukses atau
55
gagal, ya atau tidak, berganti atau tidak berganti, benar atau salah, pria
atau wanita, dan sebagainya.
Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan metode α = 5%.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternalif (Ha)
diterima.
b. Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternalif (Ha)
ditolak.
Tahapan yang digunakan dalam penggunaan logistic regression
sebagai pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Menurut Ghozali (2011: 340), langkah pertama adalah menilai
overall model fit terhadap data. Uji ini digunakan untuk menilai
model yang telah dihipotesiskan apakah telah fit atau tidak dengan
data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis tersebut kita tidak akan menolak hipotesis nol
agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan
pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas
bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk
menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -
2LogL. Output SPSS memberikan dua nilai -2 LogL yaitu satu untuk
56
model yang hanya memasukkan konstanta saja dan satu lagi model
dengan konstanta serta tambahan bebas. Terjadinya penurunan nilai
antara -2LogL awal dengan -2LogL pada langkah berikutnya
menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain
model yang dihipotesiskan fit dengan data.
b. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Cox dan Snell’s Square merupakan ukuran yang mencoba
meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada
teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1
(satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R Square
merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk
memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu).
Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R2
dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Semakin besar nilai Nagelkerke’s R Square
(mendekati 100%) berarti semakin baik model regresi (Ghozali,
2011: 341).
57
c. Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris
cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model
dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau
kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada
perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya
sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka
hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2011:
341).
d. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini
going concern perusahaan.
e. Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh
58
ukuran perusahaan, return on asset, audit tenure, audit lag, dan
proporsi komisaris independen terhadap opini going concern pada
perusahaan sektor jasa yang menerima opini going concern dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
GC = Opini Going Concern (Variabel dummy, 1 untuk opini
going concern dan 0 untuk selain opini going
concern)
α = Konstanta
SIZE = Ukuran Perusahaan
ROA = Return on Assets
TEN = Audit Tenure
LAG = Audit Lag
KI = Proporsi Komisaris Independen
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi
dua kelompok, yaitu variabel dependen (terikat) dan variabel independen
(bebas). Menurut Indriantoro dan Supomo (2009: 61), variabel adalah
GC = α + β1(SIZE) + β2(ROA) + β3(TEN) + β4(LAG) + β5(KI) + e
59
construct yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan
gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena. Sedangkan
operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat
diukur.
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang terkait dengan penelitian yang disertai dengan operasional serta cara
pengukurannya.
1. Variabel Dependen (Y): Opini Going Concern
Menurut Indriantoro dan Supomo (2009: 63), variabel depeden atau
variabel terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
opini going concern.
Opini going concern adalah opini audit modifikasi yang diberikan
oleh auditor apabila terdapat keraguan atas kemampuan going concern
perusahaan atau terdapat ketidakpastian yang signifikan atas
kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (IAI,
2011: 341.4). Variabel ini merupakan variabel dummy yang diukur
dengan angka 1 bila perusahaan menerima opini going concern dan
angka 0 bila perusahaan menerima selain opini going concern (Nursasi
dan Maria, 2015).
2. Variabel Independen (X)
Menurut Indriantoro dan Supomo (2009: 63), variabel independen
atau variabel bebas adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
60
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ukuran Perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan adalah besarnya ukuran sebuah
perusahaan yang menggambarkan reputasi perusahaan di mata
publik dan dapat diukur berdasarkan total aset, penjualan, atau
nilai pasar saham. Semakin besar total aset sebuah perusahaan
mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar,
sebaliknya jika semakin kecil total aset sebuah perusahaan
mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut kecil.
Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan
skala rasio dan diukur dengan menggunakan natural logarithm
dari total aset (Yunita dan Rahayuningsih, 2013).
b. Return on Assets (X2)
Return on assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk
menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam
memaksimalkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aktiva untuk
memperoleh laba secara keseluruhan. Skala pengukuran yang
digunakan dalam variabel return on assets adalah skala rasio
(Hani, et. al., 2003). Umumnya, perhitungan ROA dapat
diperoleh dengan lewat rumus:
ROA = Laba atau Rugi Setelah Pajak
Total Aktiva
61
Namun untuk perusahaan yang bergerak di sektor industri
perbankan terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA
berdasarkan ketentuan teoritis dengan ketentuan yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia (Dendawijaya, 2003: 120). Berdasarkan
ketentuan dalam Surat Edaran No 26/5/BPPP tanggal 29 Mei
1993 yang dikeluarkan oleh BI, telah diatur tentang metode
penilaian tingkat kesehatan bank yang dikenal dengan metode
CAMEL yang meliputi lima aspek, yaitu Capital (Kecukupan
Modal), Asset (Kualitas Aktiva), Management (Kualitas
Manajemen), Earnings (Rentabilitas), dan Liquidity (Likuiditas).
ROA merupakan salah satu unsur dalam earnings pada metode
CAMEL, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut (Martono,
2010: 91):
c. Audit Tenure
Audit tenure adalah lamanya tahun perikatan yang terjalin
antara auditor dengan klien yang sama. Menurut Junaidi dan
Hartono (2010), semakin lama hubungan antara auditor dengan
klien maka semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima
opini going concern. Variabel audit tenure ini menggunakan
skala interval sesuai dengan lama hubungan KAP dengan klien.
Audit tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun, dimana
ROA = Laba atau Rugi Sebelum Pajak
Total Aktiva
62
tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah
dengan satu untuk tahun-tahun berikutnya (Knechel dan
Vonstraelen, 2007).
d. Audit Lag
Audit lag adalah jumlah interval waktu antara tanggal
berakhirnya laporan keuangan tahunan (31 Desember) dengan
tanggal laporan audit. Untuk pengukurannya digunakan skala
rasio dan menggunakan jumlah hari antara akhir periode
akuntansi (31 Desember) sampai dengan dikeluarkannya laporan
audit (90 hari) sesuai dengan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK
Nomor: KEP-36/PM/2003 tanggal 30 September 2003 dan
Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-134/BL/2006
tanggal 7 Desember 2006 yang menyatakan bahwa laporan
keuangan tahunan disertai dengan laporan audit dengan pendapat
wajar harus disampaikan kepada BAPEPAM-LK selambat-
lambatnya pada akhir bulan ketiga atau 90 hari setelah tanggal
yang tercantum dalam laporan keuangan tahunan.
Untuk laporan keuangan tahunan yang berakhir pada periode
tahun 2011, menggunakan acuan dari Keputusan Ketua
BAPEPAM-LK Nomor: KEP-346/BL/2011 dalam Peraturan
Nomor X.K.2 tanggal 5 Juli 2011, dinyatakan bahwa laporan
keuangan tahunan wajib disampaikan kepada BAPEPAM-LK dan
diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan
63
ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Untuk laporan
keuangan tahunan yang berakhir periode 2012 dan setelahnya,
menggunakan acuan dari Keputusan Ketua BAPEPAM-LK
Nomor: KEP-431/BL/2012 dalam Peraturan Nomor X.K.6
tanggal 1 Agustus 2012, dinyatakan bahwa emiten atau
perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan
tahunan kepada BAPEPAM-LK paling lama 4 (empat) bulan
setelah tahun buku berakhir, dan tetap berlaku pasca peralihan
wewenang BAPEPAM-LK kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
tertanggal 31 Desember 2012.
e. Proporsi Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah salah satu unsur penting pada
susunan dewan komisaris di dalam perusahaan yang berasal dari
luar emiten atau perusahaan publik yang berjumlah sekurang-
kurangnya satu orang dan berfungsi untuk menilai kinerja
perusahaan secara luas dan keseluruhan. Setyawan (2011) dalam
Sulistya dan Sukartha (2013) mengemukakan bahwa Keberadaan
komisaris independen didalam perusahaan diharapkan mampu
menjamin transparansi laporan keuangan perusahaan serta
mengawasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang
berlaku. Sehingga semakin besar proporsi komisaris independen
mampu mengurangi kemungkinan pemberian opini going
concern. Menurut Sulistya dan Sukartha (2013), variabel ini
64
menggunakan skala rasio dan dapat diukur dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Proporsi Dewan Komisaris = Jumlah Komisaris Independen
Jumlah Total Komisaris
65
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Indikator Pengukuran
1
Variabel
Dependen (Y):
Opini Going
Concern
(Nursasi dan
Maria, 2015)
Variabel dummy, jika perusahaan
klien mendapatkan opini going
concern diberikan nilai 1 dan jika
perusahaan klien tidak
mendapatkan opini going concern
diberikan nilai 0
Nominal
2
Variabel
Independen
(X1):
Ukuran
Perusahaan
(Yunita dan
Rahayuningsih,
2013)
Logaritma natural (Ln) atas total
aset perusahaan
Rasio
3
Variabel
Independen
(X2):
Return on
Assets
(Martono,
2010: 91)
ROA
Perusahaan Umum (Non Bank):
Industri Keuangan (Bank):
Rasio
4
Variabel
Independen
(X3):
Audit Tenure
(Putrady dan
Haryanto,
2014)
Lama hubungan KAP dengan klien
dan diukur dengan menghitung
jumlah tahun, dimana tahun
pertama perikatan dimulai dengan
angka 1 dan ditambah dengan satu
untuk tahun-tahun berikutnya
Interval
5
Variabel
Independen
(X4):
Audit Lag
(Putrady dan
Haryanto,
2014)
Jumlah hari antara akhir periode
akuntansi (31 Desember) sampai
dikeluarkannya laporan audit
Rasio
Laba atau Rugi Setelah Pajak
Total Aktiva
Laba atau Rugi Sebelum Pajak
Total Aktiva
66
6
Variabel
Independen
(X5):
Proporsi
Komisaris
Independen
(Sulistya dan
Sukartha, 2013)
Proporsi Dewan Komisaris
Jumlah Komisaris Independen
Jumlah Total Komisaris
Rasio
67
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan populasi perusahaan sektor jasa yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014. Perusahaan sektor jasa tersebut telah terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) sebelum 1 Januari 2010, menerima opini going concern
minimal satu kali selama periode pengamatan, dan selama periode tersebut
perusahaan tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting.
Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh ukuran perusahaan, ROA,
audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen.
Ditinjau dari jenis usaha di Bursa Efek Indonesia, perusahaan sektor
jasa merupakan salah satu dari tiga macam jenis perusahaan selain sektor
Sumber Daya Alam (SDA) dan sektor manufaktur. Sektor jasa terbagi
menjadi beberapa sub bagian perusahaan jasa, yaitu property real estate &
building construction, infrastructure utilities & transportation, finance, serta
trade services & investment.
Adapun sektor tersebut terdiri dari beberapa jenis berikut ini:
1. Property, Real Estate & Building Construction terdiri dari property &
real estate, building construction, dan sub sektor lainnya.
2. Infrastructur, Utilities & Transportation terdiri dari energy, toll road,
airport, harbor, and allied products, telecommunication, transportation,
non building construction, dan sub sektor lainnya.
68
3. Finance terdiri dari bank, financial institution, securities company,
insurance, investment fund/mutual fund, dan sub sektor lainnya.
4. Trade, Services & Investment terdiri dari wholesale (durable & non-
durable goods), retail trade, restaurant, hotel and tourism, advertising,
printing and media, health care, computer and services, investment
company, dan sub sektor lainnya.
Sektor jasa dipilih karena dalam periode pengamatan memiliki jumlah
perusahaan yang menerima opini going concern yang paling banyak
dibandingkan dengan sektor lain sehingga data yang spesifik untuk sampel
yang ada semakin banyak. Rincian daftar dan jumlah perusahaan yang
mendapatkan opini going concern dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan Sektor Sumber Daya Alam yang Menerima Opini
Going Concern
No. Kode Emiten Nama Emiten
1 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk.
2 BUMI Bumi Resources Tbk.
3 BYAN Bayan Resources Tbk.
4 CPRO Central Proteina PrimaTbk.
5 DEWA Darma Henwa Tbk.
6 DSFI Dharma Samudera Fishing Industries Tbk.
7 ENRG Energi Mega Persada Tbk.
8 IIKP Inti Agri Resources Tbk.
9 MYOH Samindo Resources Tbk.
10 SMMT Golden Eagle Energy Tbk.
11 UNSP Bakrie Sumatera Plantation
Sumber: data diolah
Tabel 4.2
Daftar Peusahaan Sektor Manufaktur yang Menerima Opini Going
Concern
No. Kode Emiten Nama Emiten
1 ADMG Polychem Indonesia Tbk.
2 ARGO Argo Pantes Tbk.
69
3 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
4 DAVO Davomas Abadi Tbk.
5 ERTX Eratex Djaja Tbk.
6 IKAI Intikeramik Alamsari Industri Tbk.
7 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk.
8 KBRI Kertas Basuki Rakhmat Tbk.
9 MLIA Mulia Industrindo Tbk.
10 MYTX Apac Citra Centertex Tbk.
11 POLY Asia Pacific Fibers Tbk.
12 SIMA Siwani Makmur Tbk.
13 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk.
14 SULI SLJ Global Tbk.
15 UNTX Unitex Tbk.
16 VOKS Voksel Electric Tbk.
Sumber: data diolah
Tabel 4.3
Daftar Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini Going Concern
No. Kode Emiten Nama Emiten
1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.
2 BCIC Bank JTrust Indonesia Tbk.
3 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk.
4 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
5 BKDP Bukit Darmo Property Tbk.
6 BNBR Bakrie & Brothers Tbk.
7 BTEL Bakrie Telecom Tbk.
8 CMPP Rimau Multi Putra Pratama Tbk.
9 DNET Indoritel Makmur Internasional Tbk.
10 ELTY Bakrieland Development Tbk.
11 FREN Smartfren Telecom Tbk.
12 IATA Indonesia Transport & Infrastructure Tbk.
13 INTD Inter Delta Tbk.
14 ITTG Leo Investments Tbk.
15 KARW ICTSI Jasa Prima Tbk.
16 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk.
17 LAPD Leyand International Tbk.
18 LPLI Star Pacific Tbk.
19 LPPS Lippo Securities Tbk.
20 MIRA Mitra International Resources Tbk.
21 MTFN Capitalinc Investment Tbk.
22 MYRX Hanson International Tbk.
23 OCAP Onix Capital Tbk.
24 PGLI Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk.
25 RIMO Rimo Catur Lestari Tbk.
70
No. Kode Emiten Nama Emiten
26 SAFE Steady Safe Tbk.
27 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
28 SUGI Sugih Energy Tbk.
29 TKGA Permata Prima Sakti Tbk.
30 TRAM Trada Maritime Tbk.
31 TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk.
32 WAPO Wahana Pronatural Tbk.
33 WICO Wicaksana Overseas International Tbk.
34 ZBRA Zebra Nusantara Tbk.
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui jumlah perusahaan yang
mendapatkan opini going concern dari masing-masing sektor. Persentase
masing-masing sektor dari jumlah keseluruhan perusahaan yang mendapatkan
opini going concern dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Persentase Sektor Perusahaan yang Menerima Opini Going Concern
Sektor Jumlah Perusahaan Persentase
Sumber Daya Alam 11 18,03%
Manufaktur 16 26,23%
Jasa 34 55,74%
Total 61 100%
Sumber: data diolah
Berdasarkan uraian tabel tersebut, dapat diketahui perusahaan sektor
jasa memiliki persentase perusahaan yang paling banyak dibandingkan
dengan perusahaan dari sektor lainnya. Perhitungan persentase untuk masing-
masing perusahaan didapatkan dari hasil (jumlah perusahaan/jumlah total
perusahaan) x 100. Oleh karena itu, hasil tersebut menjadi dasar bagi peneliti
untuk menggunakan sampel dari perusahaan sektor jasa.
Alasan penggunaan data lima tahun dari tahun 2010 sampai tahun
2014 adalah karena pada tahun tersebut dapat memberikan gambaran
71
mengenai kondisi perusahaan yang dapat berubah-ubah karena dipengaruhi
oleh faktor internal maupun eksternal perusahaan. Selain itu, periode tersebut
merupakan periode terbaru dimana laporan keuangan dan laporan tahunan
perusahaan tersedia di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 4.1 berikut ini menyajikan tahapan seleksi sampel berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan:
Tabel 4.5
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria
Kriteria Jumlah
Jumlah perusahaan sektor jasa yang listing di BEI tahun 2010-
2014 dan tidak mengalami delisting 304
Perusahaan terdaftar sebelum 1 Januari 2010 220
Perusahaan yang menerima opini going concern minimal satu
kali selama periode 2010-2014 34
Perusahaan yang tidak memberikan informasi lengkap (2)
Perusahaan yang menggunakan mata uang selain rupiah dalam
laporan keuangannya -
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 32
Periode penelitian (tahun) 5
Jumlah sampel total selama periode penelitian 160
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan
sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010
sampai 2014 berjumlah 304 perusahaan. Dari 304 perusahaan tersebut,
terdapat 220 perusahaan sektor jasa yang terdaftar sebelum 1 Januari 2010.
Dari 220 perusahaan ini terdapat 34 perusahaan yang pernah menerima opini
going concern minimal satu kali selama periode pengamatan. Dari 34
perusahaan tersebut terdapat 2 perusahaan yang memberikan informasi
keuangan berupa laporan keuangan atau laporan tahunan yang tidak lengkap.
Sehingga perusahaan sektor jasa yang dapat dijadikan sampel adalah
72
sebanyak 32 perusahaan. Sedangkan total sampel penelitian ini adalah 32
perusahaan dikalikan 5 tahun pengamatan, sehingga sampel penelitian
berjumlah 160.
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive
sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Sampel dipilih bagi perusahaan sektor jasa yang menyajikan data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, seperti total aset, laba atau rugi sebelum &
setelah pajak, nama auditor, tanggal penerbitan laporan auditor, susunan
dewan komisaris, serta opini audit yang diberikan. Berikut adalah tabel
sampel perusahaan sektor jasa yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.6
Sampel Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini Going Concern
No. Kode Emiten Nama Emiten
1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.
2 BCIC Bank JTrust Indonesia Tbk.
3 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk.
4 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
5 BKDP Bukit Darmo Property Tbk.
6 BNBR Bakrie & Brothers Tbk.
7 BTEL Bakrie Telecom Tbk.
8 CMPP Rimau Multi Putra Pratama Tbk.
9 DNET Indoritel Makmur Internasional Tbk.
10 ELTY Bakrieland Development Tbk.
11 FREN Smartfren Telecom Tbk.
12 IATA Indonesia Transport & Infrastructure Tbk.
13 INTD Inter Delta Tbk.
14 ITTG Leo Investments Tbk.
15 KARW ICTSI Jasa Prima Tbk.
16 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk.
17 LAPD Leyand International Tbk.
18 LPLI Star Pacific Tbk.
19 LPPS Lippo Securities Tbk.
20 MIRA Mitra International Resources Tbk.
21 MTFN Capitalinc Investment Tbk.
22 MYRX Hanson International Tbk.
73
No. Kode Emiten Nama Emiten
23 OCAP Onix Capital Tbk.
24 RIMO Rimo Catur Lestari Tbk.
25 SAFE Steady Safe Tbk.
26 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
27 SUGI Sugih Energy Tbk.
28 TRAM Trada Maritime Tbk.
29 TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk.
30 WAPO Wahana Pronatural Tbk.
31 WICO Wicaksana Overseas International Tbk.
32 ZBRA Zebra Nusantara Tbk.
Sumber: data diolah
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (ukuran
perusahaan, ROA, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris
independen) terhadap variabel dependen yaitu opini going concern.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Tabel deskriptif menjelaskan variabel dependen (Y) yaitu opini
going concern serta variabel independen (X), yaitu ukuran perusahaan,
ROA, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen.
Berikut adalah tabel hasil olahan data mengenai statistik deksriptif
dengan sampel perusahaan sektor jasa yang menerima opini going
concern.
74
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
SIZE 160 8,1116 17,2740 13,363650 2,2369294
ROA 160 -1,7290 9,5562 ,031923 ,8756737
TENURE 160 1 5 2,05 1,196
LAG 160 13 310 94,15 33,912
KI 160 ,00 1,00 ,4540 ,13542
Valid N
(listwise)
160
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 160 data
observasi yang berasal dari perkalian antara periode penelitian (5 tahun;
dari tahun 2010 sampai 2014) dengan jumlah perusahaan sampel (32
perusahaan).
Tabel 4.7 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel
penelitian. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif
terhadap ukuran perusahaan (SIZE) menunjukkan nilai minimum sebesar
8,11 dari PT Leo Investments Tbk. (ITTG) tahun 2010 , nilai maksimum
sebesar 17,27 dari PT Bakrie and Brothers Tbk. (BNBR) tahun 2010,
nilai rata-rata sebesar 13,36, dan standar deviasi sebesar 2,23. Nilai rata-
rata sebesar 13,36 mendekati nilai maksimum sebesar 17,27
menunjukkan sampel penelitian termasuk ke dalam perusahaan dengan
total aktiva yang cukup besar.
75
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
Return on Assets (ROA) menunjukkan nilai minimum sebesar -1,72 dari
PT Rimo Catur Lestari Tbk. (RIMO) tahun 2012, nilai maksimum
sebesar 9,55 dari PT Mitra International Resources Tbk. (MIRA) tahun
2011, nilai rata-rata sebesar 0,03, dan standar deviasi sebesar 0,87. Nilai
rata-rata sebesar 0,03 menunjukkan bahwa banyak sampel penelitian
yang memiliki tingkat ROA yang kecil.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
audit tenure (TENURE) menunjukkan nilai minimum sebesar 1, nilai
maksimum sebesar 5, nilai rata-rata sebesar 2,05, dan standar deviasi
sebesar 1,19. Nilai rata-rata sebesar 2,05 menunjukkan bahwa rata-rata
hubungan perikatan auditor dengan klien dalam penelitian ini adalah 2,05
tahun.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
audit lag (LAG) menunjukkan nilai minimum sebesar 13 dari PT
Wahana Pronatural Tbk. (WAPO) tahun 2011, nilai maksimum sebesar
310 dari PT Mitra International Resources Tbk. (MIRA) tahun 2011,
nilai rata-rata sebesar 94,15, dan standar deviasi sebesar 33,91. Nilai rata-
rata sebesar 94,15 menunjukkan bahwa auditor dalam sampel penelitian
menerbitkan laporan audit selama 94,15 hari.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
proporsi komisaris independen (KI) menunjukkan nilai minimum sebesar
0,00 dari PT Bank Jtrust Indonesia Tbk. (BCIC) tahun 2010, nilai
76
maksimum sebesar 1,00 dari PT Bank Jtrust Indonesia Tbk. (BCIC)
tahun 2014, PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) tahun 2010, dan PT
Steady Safe Tbk. (SAFE) tahun 2010, nilai rata-rata sebesar 0,45, dan
standar deviasi sebesar 0,13. Nilai rata-rata sebesar 0,45 menunjukkan
bahwa rata-rata proporsi jumlah komisaris independen pada sampel
penelitian adalah sebesar 45%.
Variabel ukuran perusahaan, audit tenure, audit lag, dan proporsi
komisaris independen yang menggunakan skala pengukuran rasio
memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar deviasi. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut cukup baik
karena nilai rata-rata yang lebih besar dari standar deviasinya
menunjukkan bahwa standar error dari variabel tersebut kecil.
Sedangkan untuk variabel opini going concern menggunakan skala
pengukuran nominal. Nilai rata-rata dan standar deviasi tidak tepat bila
digunakan sebagai alat analisis kualitas data pada variabel tersebut
karena kode angka yang digunakan dalam skala pengukuran nominal
hanya berfungsi sebagai label kategorial semata tanpa nilai intrinsik dan
tidak memiliki arti apa-apa (Ghozali, 2011: 4).
2. Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Untuk pengujian ini statistik digunakan berdasarkan pada fungsi
likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model
yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis
nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Output SPSS
77
memberikan dua nilai -2LogL yaitu satu untuk model yang hanya
memasukkan konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta
variabel bebas.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log
Likelihood (-2LogL) awal (block number = 0) dengan nilai -2 Log
Likelihood (-2LogL) akhir (block number = 1). Adapun penurunan nilai
Likelihood (-2LogL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau
dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Tabel 4.8
Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model
(Block Number 0: Beginning Block)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant
Step 0
1 201,820 ,700
2 201,786 ,731
3 201,786 ,731
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan nilai -2 Log Likelihood (-2LogL) pada blok
pertama (block number = 0) terlihat nilai -2 Log Likelihood (-2LogL)
sebesar 201,786. Kemudian nilai -2 Log Likelihood (-2LogL) berikutnya
(block number = 1) ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut:
78
Tabel 4.9
Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model
(Block Number 1)
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant SIZE ROA TENURE LAG KI
Step 1
1 194,692 1,968 -,165 ,001 ,018 ,005 1,038
2 194,298 2,274 -,199 ,005 ,011 ,006 1,241
3 194,296 2,286 -,201 ,009 ,010 ,006 1,252
4 194,296 2,286 -,201 ,009 ,010 ,006 1,252
Initial -2 Log Likelihood: 201,786
Sumber: data sekunder yang diolah
Pada tabel 4.9 terlihat bahwa nilai -2 Log Likelihood (-2LogL) pada
block number = 1 setelah dimasukkan kelima variabel independen yaitu
ukuran perusahaan, ROA, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris
independen menjadi sebesar 194,296.
Seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.8 dan 4.9, nilai -2 Log
Likelihood (-2LogL) awal (block number = 0) sebesar 201,786 dan - 2
Log Likelihood (-2LogL) berikutnya (block number = 1) sebesar 194,296.
Terjadi penurunan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan berikutnya
sebesar 7,49. Penurunan nilai Likelihood (-2LogL) ini menunjukkan
bahwa penambahan variabel independen ke dalam model dapat
memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik
atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R2 dapat
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang
79
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Semakin besar nilai Nagelkerke R Square (mendekati 100%)
berarti semakin baik model regresi. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji
koefisien determinasi sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke
R Square
1 194,296a ,046 ,064
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil output SPSS yang ditunjukkan dalam tabel 4.10
tersebut, dapat dilihat bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar
0,064. Hal ini berarti variabilitas variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh kelima variabel independen dalam penelitian ini adalah
sebesar 6,4%, sedangkan sisanya 92,6% (100% - 6,4%) dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini. Variabel
tersebut seperti variabel opini audit sebelumnya (Dewayanto, 2011),
variabel debt default (Ardiani, et. al., 2012), kualitas audit dan
solvabilitas (Haribowo, 2013), kondisi keuangan dan disclosure (Putrady
dan Haryanto, 2014), atau opinion shopping (Nursasi dan Maria, 2015).
80
4. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan goodness of
fit model yang diukur dengan Chi-Square pada kolom Hosmer and
Lemeshow’s Test (Ghozali, 2011: 269). Jika nilai Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test < 0,05 maka model dikatakan tidak fit.
Sebaliknya, jika signifikansi > 0,05 maka model dinilai fit atau sesuai
dengan data. Tabel 4.11 menyajikan hasil uji kelayakan model regresi
sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 5,910 8 ,657
Sumber: data sekunder yang diolah
Hasil output SPSS yang disajikan dalam tabel 4.11 menunjukkan
bahwa nilai Chi-Square sebesar 5,910 dengan signifikansi sebesar 0,657.
Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar (>) dari
0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai
observasinya atau model dikatakan fit dengan data dan model dapat
diterima sehingga model ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
5. Hasil Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini
going concern.
81
Tabel 4.12
Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
OPINI Percentage
Correct Non
GC
GC
Step 1 OPINI
Non GC 2 50 3,8
GC 4 104 96,3
Overall Percentage 66,3
Sumber: data sekunder yang diolah
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan perusahaan menerima opini going concern adalah sebesar
96,3%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi
yang digunakan, terdapat sebanyak 104 sampel penelitian (96,3%) yang
diprediksi akan menerima opini going concern. Kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan tidak
menerima opini going concern adalah sebesar 3,8%. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 2
sampel penelitian (3,8%) yang diprediksi tidak menerima opini going
concern dari total 52 sampel penelitian yang tidak menerima opini going
concern.
Secara keseluruhan ketepatan klasifikasi dari prediksi model ini
adalah sebesar 66,3% dimana sebesar 96,3% perusahaan menerima opini
going concern dan 3,8% perusahaan tidak menerima opini going concern
yang telah mampu diprediksi oleh model. Artinya, kemampuan prediksi
82
model dengan kelima variabel dalam penelitian ini secara statistik adalah
sebesar 66,3%.
6. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Hasil pengujian model regresi logistik yang terbentuk disajikan
dalam tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Keterangan
Step 1a
SIZE -,201 ,084 5,774 1 ,016 ,818 Signifikan
ROA ,009 ,289 ,001 1 ,976 1,009 Tidak Signifikan
TENURE ,010 ,145 ,005 1 ,943 1,010 Tidak Signifikan
LAG ,006 ,006 1,016 1 ,313 1,006 Tidak Signifikan
KI 1,252 1,299 ,929 1 ,335 3,499 Tidak Signifikan
Constant 2,286 1,290 3,139 1 ,076 9,836 -
Sumber: data sekunder yang diolah
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model
regresi logistik yang terbentuk sebagai berikut:
GC = 2,286 – 0,201 SIZE + 0,009 ROA + 0,010 TENURE + 0,006
LAG + 1,252 KI
Berdasarkan pengujian regresi logistik sebagaimana yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam
lima bagian. Bagian pertama membahas pengaruh ukuran perusahaan
(SIZE) terhadap opini going concern (GC) (H1). Bagian ke dua
membahas pengaruh return on assets (ROA) terhadap opini going
concern (GC) (H2). Bagian ke tiga membahas pengaruh audit tenure
(TENURE) terhadap opini going concern (GC) (H3). Bagian ke empat
83
membahas pengaruh audit lag (LAG) terhadap opini going concern (GC)
(H4). Dan bagian ke lima membahas pengaruh proporsi komisaris
independen (KI) terhadap opini going concern (GC) (H5). Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Opini Going
Concern (GC)
Variabel ukuran perusahaan menunjukkan koefisien regresi
negatif sebesar -0,201 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,016
yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena tingkat signifikansi (p) lebih
kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama
berhasil didukung (Ha diterima), sehingga dapat dikatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini going concern.
Dalam hal ini semakin besar perusahaan, maka perusahaan cenderung
tidak menerima opini going concern.
Hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan yang
diproksikan dengan logaritma natural total aset berarti perusahaan
dengan total aset yang besar memiliki lebih sedikit kemungkinan
untuk gagal dalam melangsungkan usahanya. Selain itu suatu
perusahaan yang besar biasanya akan memiliki pengelolaan sistem
dan manajemen yang baik, dimana manajer akan bertanggung jawab
atas perkembangan perusahaan. Tanggung jawab besar yang dipegang
oleh manajemen akan membuat seluruh aspek di dalam perusahaan
berusaha untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan. Hal tersebut
84
tentunya akan menjadi penilaian tersendiri bagi auditor dalam
memberikan opini pada perusahaan tersebut, sehingga kecil
kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini going concern.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Santosa dan Wedari (2007) yang menunjukkan hasil bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif dengan opini audit going
concern, dalam penelitiannya dijelaskan bahwa semakin besar
perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan bagi perusahaan
untuk mendapatkan opini going concern, sedangkan semakin kecil
perusahaan maka kemungkinan untuk mendapatkan opini going
concern pun akan cenderung besar. Penelitian yang dilakukan oleh
Januarti (2009) juga menunjukkan hasil yang signifikan negatif,
karena perusahaan yang memiliki total penjualan yang besar akan
lebih mampu dalam mengatasi kesulitan keuangan sehingga tidak
akan mudah menerima opini going concern.
Namun penelitian ini juga memberikan hasil yang tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewayanto (2011) serta Yunita
dan Rahayuningsih (2013) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan
opini going concern.
2) Pengaruh Return on Assets terhadap Opini Going Concern
Variabel return on assets (ROA) menunjukkan koefisien regresi
positif sebesar 0,009 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,976
85
yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena tingkat signifikansi (p) lebih
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke dua tidak
berhasil didukung (Ha ditolak), sehingga dapat dikatakan bahwa ROA
tidak berpengaruh terhadap opini going concern.
Hal ini terjadi karena pada saat auditor melakukan pemeriksaan
audit terhadap rasio keuangan suatu perusahaan, banyak hal yang
harus dipertimbangkan oleh seorang auditor untuk memberikan suatu
opini audit. Hal yang dipertimbangkan oleh auditor bukan hanya
didasarkan pada tingkat ROA saja, tetapi juga pada aspek lain seperti
rasio likuiditas dan solvabilitas. Oleh karena itu walaupun ROA dapat
dijadikan cerminan sejauh mana tingkat pengembalian aset yang
terjadi di perusahaan, tetapi tidak dapat dijadikan satu-satunya dasar
oleh auditor untuk memberikan opini going concern.
Hasil penelitian yang didapat konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sussanto dan Aquariza (2012) yang menyatakan
profitabilitas yang diproksikan dengan ROA tidak memiliki pengaruh
terhadap opini going concern. Selain itu penelitian yang dilakukan
oleh Haribowo (2013) terhadap industri perbankan syariah di Asia
juga menunjukkan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap opini
going concern.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Susanto (2009) yang menemukan hasil bahwa ROA
berpengaruh terhadap opini going concern. Menurutnya tingkat ROA
86
yang rendah membuat auditor cenderung memberikan opini going
concern. Penelitian Sutedja (2010) juga menunjukkan hasil bahwa
ROA berpengaruh terhadap pemberian opini going concern.
3) Pengaruh Audit Tenure terhadap Opini Going Concern
Variabel audit tenure menunjukkan koefisien regresi positif
sebesar 0,010 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,943 yang
berarti lebih besar dari 0,05. Karena tingkat signifikansi (p) lebih
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke tiga tidak
berhasil didukung (Ha ditolak), sehingga dapat dikatakan bahwa audit
tenure tidak berpengaruh terhadap opini going concern.
Tidak berpengaruhnya audit tenure terhadap opini going concern
berkaitan dengan independensi dan profesionalitas yang dimiliki oleh
auditor. Seorang auditor yang baik tidak akan terpengaruh oleh
lamanya perikatan yang telah dilakukan dengan klien, sehingga
pemberian opini going concern oleh auditor terhadap kliennya masih
dimungkinkan bisa terjadi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hutajulu, Agusti, dan Silfi (2014) serta Putrady dan Haryanto
(2014) yang menyatakan bahwa audit client tenure tidak berpengaruh
signifikan terhadap opini going concern. Hal tersebut terjadi karena
auditor yang baik tidak akan takut kehilangan fee audit yang akan
diterimanya di masa mendatang karena dia tetap mengedepankan
sikap independen dan profesionalnya. Selain itu BAPEPAM-LK juga
87
telah mengeluarkan peraturan yang bertujuan agar auditor dapat
menjaga independensinya.
Namun penelitian ini tidak memberikan hasil yang konsisten
dengan penelitian Junaidi dan Hartono (2010) serta Nursasi dan Maria
(2015) yang menunjukkan hasil bahwa audit tenure berpengaruh
terhadap opini going concern. Menurutnya independensi auditor dapat
terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor
dengan kliennya, karena semakin lama hubungan auditor dengan klien
maka semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan
opini going concern.
4) Pengaruh Audit Lag terhadap Opini Going Concern
Variabel audit lag menunjukkan koefisien regresi positif sebesar
0,006 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,313 yang berarti lebih
besar dari 0,05. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke empat tidak berhasil
didukung (Ha ditolak), sehingga dapat dikatakan bahwa audit lag
tidak berpengaruh terhadap opini going concern.
Lamanya suatu proses audit yang dilakukan oleh auditor tidak
hanya disebabkan perusahaan sedang mengalami masalah keuangan,
tetapi juga karena auditor memerlukan waktu yang lebih untuk
melakukan audit agar mendapatkan hasil yang detail dan lebih teliti.
Selain itu, banyaknya lingkup dan materi yang harus diaudit juga
dapat menjadi penyebab auditor membutuhkan waklu yang lebih
88
lama. Jumlah hari yang relatif lama bagi auditor untuk melakukan
proses audit tidak dapat dijadikan acuan bahwa perusahaan itu akan
menerima opini going concern. Oleh karena itu audit lag tidak
memiliki pengaruh terhadap opini going concern.
Hasil penelitian yang konsisten dengan penelitian ini
ditunjukkan dalam penelitian Januarti (2009) serta Putrady dan
Haryanto (2014) yang menyatakan bahwa audit lag tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap opini going concern. Namun hasil
penelitian sebaliknya juga ditunjukkan dalam penelitian Lennox
(2002) serta Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menyatakan bahwa
audit lag tidak memiliki pengaruh terhadap opini going concern.
5) Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Opini Going
Concern
Variabel proporsi komisaris independen menunjukkan koefisien
regresi positif sebesar 1,252 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar
0,335 yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena tingkat signifikansi
(p) lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke
lima tidak berhasil didukung (Ha ditolak), sehingga dapat dikatakan
bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
opini going concern.
Tidak berpengaruhnya proporsi komisaris independen terhadap
opini going concern karena dihadirkannya komisaris independen oleh
suatu perusahaan lebih bertujuan untuk mematuhi peraturan yang telah
89
dibuat oleh BAPEPAM-LK. Peraturan yang mewajibkan perusahaan
publik untuk memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris
independen tidak memberikan perbedaan ataupun peningkatan yang
berarti terhadap kondisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu auditor
tidak terlalu mempertimbangkan komposisi komisaris independen
sebagai salah satu dasar pemberian opini audit.
Hasil penelitian yang konsisten dengan hasil yang didapatkan
dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistya
dan Sukartha (2013) yang menunjukkan hasil bahwa proporsi
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap opini going
concern. Namun sebaliknya, hasil penelitian Carcello dan Neal (2000)
menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh
terhadap opini going concern.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik
(logistic regression) dengan menggunakan bantuan alat analisis perhitungan
statistik berupa software statistik yaitu IBM SPSS (Statistical Package for
Social Sciences) versi 21. Penelitian ini menggunakan data sampel sebanyak
160 sampel penelitian dari 32 perusahaan sektor jasa terdaftar di BEI yang
menerima unqualified opinion with modified paragraf going concern periode
2010-2014. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Santosa dan Wedari (2007) serta Januarti (2009), namun tidak
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewayanto (2011) serta
Yunita dan Rahayuningsih (2013).
2. Hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa return
on assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sussanto dan Aquariza (2012) serta Haribowo (2013), namun tidak
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2009) serta
Sutedja (2010).
91
3. Hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa audit
tenure tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil penelitian
ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hutajulu, Agusti,
dan Silfi (2014) serta Putrady dan Haryanto (2014), namun tidak
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono
(2010) serta Nursasi dan Maria (2015).
4. Hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa audit
lag tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) serta
Putrady dan Haryanto (2014), namun tidak mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Lennox (2002) serta Januarti dan Fitrianasari
(2008).
5. Hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa
proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap opini going
concern. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sulistya dan Sukartha (2013), namun tidak mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Carcello dan Neal (2000).
B. Saran
Beberapa saran dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Manajemen Perusahaan
Didapatinya hasil yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
yang diproksikan dengan logaritma natural total aset merupakan satu-
92
satunya faktor yang berpengaruh terhadap opini going concern
diharapkan dapat menjadi referensi bagi manajemen untuk mengenali
tanda-tanda kebangkrutan perusahaan, mengevaluasi kemampuan
perusahaan dalam menjalankan operasinya, serta mengelola aset secara
lebih baik lagi. Sehingga manajemen dapat mengambil kebijakan
sesegera mungkin untuk mengatasi masalah tersebut dan terhindar dari
penerimaan opini going concern.
2. Bagi Praktisi Akuntan Publik
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi praktisi
akuntan publik agar lebih teliti dalam memeriksa sumber pendapatan dan
pengeluaran klien. Karena dari proses pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti, perusahaan yang menerima laba belum tentu terhindar dari opini
going concern dan sebaliknya bila rugi juga belum tentu menerima opini
going concern. Selain itu, diharapkan bagi para akuntan publik agar lebih
menaati peraturan yang telah dibuat pemerintah guna menjaga
independensi dan profesionalitas dari akuntan publik.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan wawasan
bagi pembaca ataupun peneliti selanjutnya mengenai faktor-faktor yang
memperngaruhi opini going concern serta dapat memberikan kontribusi
bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi khususnya
mengenai opini going concern.
93
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan alternatif variabel
independen selain variabel yang terdapat pada penelitian ini seperti
strategic action perusahaan, kepemilikan asing dan kepemilikan dalam
negeri, auditor changes, dan sebagainya. Selain itu penelitian selanjutnya
juga diharapkan menggunakan metode pengukuran dari variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, seperti ukuran perusahaan yang diukur
dari total penjualan atau audit tenure yang diukur dengan menggunakan
dummy short dan long tenure. Penelitian selanjutnya juga diharapkan
dapat meneliti sektor yang lain seperti sektor sumber daya alam atau
manufaktur dan menggunakan periode penelitian yang paling terbaru
dengan tahun pengamatan yang lebih panjang.
94
DAFTAR PUSTAKA
Adjani, Ema Diandra dan Rahardja, Surya. “Analisis Pengaruh Corporate
Governance terhadap Kemungkinan Pemberian Opini Audit Going
Concern oleh Auditor Independen (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011”. Diponegoro Journal
of Accounting Vol. 2 No.2, Semarang 2013.
Agoes, Sukrisno. “AUDITING Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik”. Penerbit Salemba, Jakarta, 2012.
Ardiani, Nurul, Nur DP, Emrinaldi, dan Azlina, Nur. “Pengaruh Audit Tenure,
Disclosure, Ukuran KAP, Debt Default, Opinion Shopping, dan Kondisi
Keuangan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Jurnal
Ekonomi Vol. 20 No. 4, Riau, 2012.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. “Kajian Tentang
Pedoman Good Corporate Governance di Negara-negara Anggota ACMF”.
2010.
Belkaoui, Ahmed. R. “Teori Akuntansi”. Edisi Lima, Jilid 1, Salemba Empat,
Jakarta, 2006.
Boynton, William C, Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell. “Modern
Auditing”. 8th
Edition, John Wiley & Sons Inc, United States of America,
2006.
Carcello, J.V. dan Neal, T. L.. “Audit Committee Composition and Auditor
Reporting”. The Accounting Review Vol. 75 No. 4, Pg. 453-467, 2000.
Dendawijaya, Lukman. “MANAJEMEN PERBANKAN”. Cetakan Kedua, Penerbit
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
Dewayanto, Totok. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”. Fokus Ekonomi Vol. 6 No.1, Hal. 81-104, 2011.
Diana, Devi Nurvida Avri dan Irianto, Gugus. “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Sebaran Kepemilikan terhadap
Kebijakan Hutang Perusahaan ditinjau dari Teori Keagenan”. Emisi Vol. 1
No. 1, Hal. 1-16, April 2008.
Fanny, Margaretta & Silvia, Saputra. “Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Prediksi Model Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan
95
Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”.
Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 2005.
Foroghi, Daruosh. “Audit Firm Size and Going Concern Reporting Accuracy”.
Interdiciplinary Journal of Contemporary Research In Business Vol. 3 No.
9, 2012.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”.
Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Guiral, Andrés, Ruiz, Emiliano, dan Choi, Hyun Jung. “Audit Report Information
Content and The Provision of Non-Audit Services: Evidence from Spanish
Lending Decisions”. Journal of International Accounting, Auditing, and
Taxation 23, Pg. 44-57, 2014.
Halim, Abdul. “Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan)”. Edisi
Keempat Cetakan Pertama, Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2008.
Haribowo, Ismawati. “Analisis Perbandingan Pengaruh Kualitas Audit,
Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern
(Studi Perbankan Syariah di Asia)”. STAR – Study & Accounting Research
Vol. X No. 3, 2013.
Hartono, Jogiyanto M. “Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan
Pengalaman-pengalaman”. BPFE Yogyakarta, 2004.
Hutajulu, Bernandus, Agusti, Restu, dan Silfi, Alfiati. “Pengaruh Opini Audit
Tahun Sebelumnya, Kondisi Keuangan, dan Auditor Client Tenure terhadap
Opini Audit Going Concern dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel
Kontrol (Studi Empiris pada Perusahaan Automotive and Components yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. JOM FEKON Vol. 1 No. 2, 2014.
Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik. “Standar Profesional
Akuntan Publik”.Salemba Empat, Jakarta, 2011
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis”. Edisi
Pertama Cetakan Ketiga, BPFE Yogyakarta, 2009.
Januarti, Indira dan Fitrianasari, Ella. “Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non
Keuangan yang Mempengaruhi Auditor Dalam Memberikan Opini Going
Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEJ Tahun 2000-2005)”. Jurnal Maksi Vol. 8 No. 1, Hal. 43-
58, UNDIP, 2008.
96
Januarti, Indira. “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,
Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
(Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang, 2009.
Jensen, Michael C. dan Meckling, William H. “Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs dan Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics Vol. 3 No. 4, Pg. 305-360, October 1976.
Juandini, Wulandari. “Factors That Influence The Acceptance of A Going
Concern Audit Opinion Manufacturing Companies Listed In Indonesia
Stock Exchange (BEI)”. Universitas Gunadarma, Depok, 2011.
Junaidi dan Hartono, Jogiyanto. “Faktor Non-Keuangan pada Opini Going
Concern”. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, 2010.
Knechel, W. Robert dan Vonstraelen, Ann. “The Relationship Between Auditor
Tenure and Audit Quality Implied By Going Concern Opinions”. Auditing:
A Journal of Practice and Theory Vol. 26 No.1, Pg. 113-131, 2007.
Komalasari, Agrianty. “Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proksi Going
Concern terhadap Opini Auditor”. Jurnal Akuntansi Keuangan Vol. 9 No. 2,
2004.
Komite Nasional Kebijakan Governance. “Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia”. Jakarta, 2006.
Lampiran Surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-36/PM/2003.
Lennox, Clive S. “Going-concern Opinions in Failing Companies: Auditor
Independence and Opinion Shopping”. Diakses dari
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=240468, 2002.
Martono. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Penerbit EKONISIA, Kampus
Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2010.
Mulyadi. “Auditing”. Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Nursasi, Enggar dan Maria, Evi. “Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping,
Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern pada Perusahaan Perbankan dan Pembiayaan yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal JIBEKA Vol. 9 No. 1, Februari
2015.
Petronela, Thio. “Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian
Opini Audit”. Jurnal Balance, 2004.
97
Praptitorini, Mirna dan Januarti, Indira. “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan,
Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini
Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia)”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 2007.
Putrady, Gea Cherlita dan Haryanto. “Analisis Faktor Keuangan dan Non
Keuangan yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern”. Diponegoro
Journal of Accounting Vol. 3 No. 2, Semarang, 2014.
Rahayu, Puji. “Assessing Going Concern Opinion: A Study Based on Financial
and Non-Financial Information”. Simposium Nasional Akuntansi X,
Makassar, 2007.
Santosa, Arga Fajar, dan Wedari, Linda Kusumaning. “Analisis Faktor Faktor
yang Mempengaruhi Kecendeunagan Penerimaan Opini Audit Going
Concern”. JAAI Vol. 11 No. 2, Hal. 141-158, Semarang, 2007.
Setyarno, Eko Budi, Januarti, Indira, dan Faisal. “Pengaruh Kualitas Audit,
Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan
Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern”.
Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 2006.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D)”. Cetakan ke 13, 2009.
Sulistya, Ayu Febri dan Sukartha, Pt. Dyan Yaniartha. “Pengaruh Prior Opinion,
Pertumbuhan, dan Mekanisme Corporate Governance pada Permberian
Opini Audit Going Concern”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
Bali, 2013.
Susanto, Yulius Kurnia. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini
Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur”. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol. 11 No. 3, 2009.
Sussanto, Herry dan Aquariza, Nur Mettani. “Analisis Pengaruh Opini Audit
Tahun Sebelumnya, Kualitas Auditor, Profitabilitas, Likuiditas dan
Solvabilitas Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada
Perusahaan Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. UG Jurnal Vol. 6 No. 12, 2012.
Sutedja, Christian. “Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pemberian Opini
Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur”. Jurnal Akuntansi
Kontemporer, Vol. 2 No. 2, Surabaya, Juli 2010.
98
Yunita dan Rahayuningsih, Deasy Ariyanti. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kecenderungan Penerimaan Unqualified Opinion with Modified Paragraph
Going Concern”. Media Bisnis, STIE Trisakti, 2013.
99
LAMPIRAN-LAMPIRAN
100
LAMPIRAN A DATA SAMPEL
101
Lampiran 1: Sampel Perusahaan
SAMPEL PERUSAHAAN SEKTOR JASA YANG MENERIMA OPINI
GOING CONCERN
No. Kode Emiten Nama Emiten
1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.
2 BCIC Bank JTrust Indonesia Tbk.
3 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk.
4 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
5 BKDP Bukit Darmo Property Tbk.
6 BNBR Bakrie & Brothers Tbk.
7 BTEL Bakrie Telecom Tbk.
8 CMPP Rimau Multi Putra Pratama Tbk.
9 DNET Indoritel Makmur Internasional Tbk.
10 ELTY Bakrieland Development Tbk.
11 FREN Smartfren Telecom Tbk.
12 IATA Indonesia Transport & Infrastructure Tbk.
13 INTD Inter Delta Tbk.
14 ITTG Leo Investments Tbk.
15 KARW ICTSI Jasa Prima Tbk.
16 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk.
17 LAPD Leyand International Tbk.
18 LPLI Star Pacific Tbk.
19 LPPS Lippo Securities Tbk.
20 MIRA Mitra International Resources Tbk.
21 MTFN Capitalinc Investment Tbk.
22 MYRX Hanson International Tbk.
23 OCAP Onix Capital Tbk.
24 RIMO Rimo Catur Lestari Tbk.
25 SAFE Steady Safe Tbk.
26 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
27 SUGI Sugih Energy Tbk.
28 TRAM Trada Maritime Tbk.
29 TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk.
30 WAPO Wahana Pronatural Tbk.
31 WICO Wicaksana Overseas International Tbk.
32 ZBRA Zebra Nusantara Tbk.
102
Lampiran 2: Hasil Variabel Ukuran Perusahaan
No. Kode
Emiten
Total Aset
2010
Total Aset
2011
Total Aset
2012
Total Aset
2013
Total Aset
2014
1 APOL 5.505.205 4.265.546 3.008.037 2.577.574 1.858.191
2 BCIC 10.783.886 13.127.198 15.240.091 14.576.094 12.682.021
3 BEKS 1.561.622 5.993.039 7.682.938 9.003.124 9.044.046
4 BIPP 191.368 197.343 178.404 561.407 617.584
5 BKDP 1.017.544 976.489 899.948 845.487 829.193
6 BNBR 31.768.029 25.212.651 15.657.587 11.866.660 11.296.048
7 BTEL 12.352.891 12.213.109 9.052.428 9.128.135 7.588.561
8 CMPP 65.280 56.711 68.629 59.997 143.353
9 DNET 16.640 17.119 16.821 7.192.369 7.584.772
10 ELTY 17.064.196 17.707.950 15.235.633 12.301.124 14.506.123
11 FREN 4.483.610 12.296.579 14.339.807 15.866.493 17.758.685
12 IATA 593.413 589.977 730.932 1.326.955 1.581.056
13 INTD 42.587 57.331 53.766 53.413 50.957
14 ITTG 3.333 7.340 93.979 93.718 96.361
15 KARW 73.648 13.173 549.107 674.051 667.338
16 KONI 84.841 75.296 82.759 107.741 118.362
17 LAPD 1.258.506 1.184.679 1.155.885 1.017.448 938.096
18 LPLI 1.363.969 1.177.715 1.590.431 1.870.675 2.491.626
19 LPPS 586.580 616.896 764.459 943.603 1.184.066
20 MIRA 7.761.381 405.720 405.043 491.868 515.578
21 MTFN 523.396 643.102 757.447 818.100 3.071.795
22 MYRX 133.216 861.975 1.116.299 5.335.863 5.414.788
23 OCAP 56.674 83.459 149.046 138.605 117.867
24 RIMO 17.738 10.483 6.187 5.081 7.000
25 SAFE 86.632 60.507 41.542 14.395 11.155
26 SMDM 2.063.047 2.454.962 2.637.665 2.950.314 3.156.291
27 SUGI 40.819 40.819 3.659.459 6.423.077 6.761.851
28 TRAM 2.184.538 2.595.440 3.247.103 3.917.160 3.551.863
29 TRUB 6.400.427 3.967.224 2.780.591 2.710.182 2.505.608
30 WAPO 204.817 79.991 97.486 114.564 109.001
31 WICO 213.289 189.755 154.301 169.324 204.951
32 ZBRA 62.199 56.650 47.105 39.645 36.642
*)Dalam Jutaan
103
No. Kode
Emiten
Ln Total
Aset 2010
Ln Total
Aset 2011
Ln Total
Aset 2012
Ln Total
Aset 2013
Ln Total
Aset 2014
1 APOL 15,5212 15,2661 14,9168 14,7624 14,4351
2 BCIC 16,1936 16,3902 16,5394 16,4949 16,3557
3 BEKS 14,2612 15,6061 15,8545 16,0131 16,0176
4 BIPP 12,1620 12,1927 12,0918 13,2382 13,3336
5 BKDP 13,8329 13,7917 13,7101 13,6477 13,6282
6 BNBR 17,2740 17,0429 16,5665 16,2892 16,2400
7 BTEL 16,3294 16,3180 16,0185 16,0269 15,8422
8 CMPP 11,0864 10,9457 11,1365 11,0020 11,8731
9 DNET 9,7196 9,7479 9,7304 15,7885 15,8417
10 ELTY 16,6525 16,6895 16,5391 16,3252 16,4901
11 FREN 15,3159 16,3248 16,4785 16,5797 16,6924
12 IATA 13,2936 13,2878 13,5021 14,0984 14,2736
13 INTD 10,6593 10,9566 10,8924 10,8858 10,8387
14 ITTG 8,1116 8,9011 11,4508 11,4480 11,4759
15 KARW 11,2071 9,4859 13,2160 13,4211 13,4111
16 KONI 11,3485 11,2292 11,3237 11,5875 11,6815
17 LAPD 14,0454 13,9850 13,9604 13,8328 13,7516
18 LPLI 14,1259 13,9791 14,2795 14,4418 14,7284
19 LPPS 13,2821 13,3325 13,5469 13,7575 13,9845
20 MIRA 15,8647 12,9134 12,9117 13,1060 13,1530
21 MTFN 13,1681 13,3741 13,5377 13,6147 14,9378
22 MYRX 11,7997 13,6670 13,9255 15,4900 15,5046
23 OCAP 10,9451 11,3321 11,9120 11,8394 11,6773
24 RIMO 9,7835 9,2575 8,7302 8,5333 8,8537
25 SAFE 11,3694 11,0105 10,6345 9,5746 9,3196
26 SMDM 14,5397 14,7136 14,7854 14,8974 14,9649
27 SUGI 10,6169 10,6169 15,1128 15,6754 15,7268
28 TRAM 14,5969 14,7693 14,9933 15,1809 15,0830
29 TRUB 15,6719 15,1936 14,8382 14,8125 14,7340
30 WAPO 12,2299 11,2897 11,4875 11,6489 11,5991
31 WICO 12,2704 12,1535 11,9467 12,0396 12,2305
32 ZBRA 11,0381 10,9446 10,7601 10,5877 10,5090
104
Lampiran 3: Hasil Variabel Return on Assets
No. Kode
Emiten ROA 2010 ROA 2011 ROA 2012 ROA 2013 ROA 2014
1 APOL - 0,2969 - 0,4843 - 0,2394 - 0,3746 0,0110
2 BCIC 0,0202 0,0198 0,0096 - 0,0779 - 0,0522
3 BEKS - 0,0568 - 0,0246 0,0061 0,0107 - 0,0132
4 BIPP - 0,0262 - 0,1023 - 0,0848 0,1945 0,0318
5 BKDP - 0,0144 - 0,0213 - 0,0649 - 0,0699 0,0087
6 BNBR - 0,2203 0,0034 0,0227 - 1,0721 0,0132
7 BTEL 0,0008 - 0,0641 - 0,3468 - 0,2898 - 0,3784
8 CMPP - 0,0037 0,0028 0,0009 0,0009 0,0549
9 DNET 0,0264 0,0405 0,0131 0,0268 0,0518
10 ELTY 0,0123 0,0042 - 0,0723 - 0,0189 0,0327
11 FREN - 0,3127 - 0,1952 - 0,1090 - 0,1597 - 0,0777
12 IATA - 0,0668 - 0,0569 - 0,0449 - 0,0220 - 0,0176
13 INTD 0,0469 0,1095 0,0723 0,0805 0,0706
14 ITTG 2,6283 - 0,1653 - 0,0397 0,0163 0,0042
15 KARW - 0,1371 3,4747 0,1014 - 0,0859 - 0,0564
16 KONI 0,0589 0,0162 0,0409 0,0270 0,0119
17 LAPD 0,0062 0,0055 0,0137 - 0,0037 - 0,0767
18 LPLI 0,2392 - 0,1740 0,1836 0,1494 0,2116
19 LPPS 0,2267 - 0,0046 0,1574 0,1789 0,1751
20 MIRA - 0,2530 9,5562 0,0246 - 0,0035 - 0,0870
21 MTFN 0,0078 - 0,0199 - 0,0497 0,2567 - 0,5119
22 MYRX 0,2528 0,1182 0,2520 0,0000 0,0003
23 OCAP - 0,0317 - 0,0611 - 0,0735 - 0,2132 - 0,1878
24 RIMO - 0,6307 - 1,2168 - 1,7290 - 1,1174 - 0,6810
25 SAFE 0,0281 - 0,1387 - 0,1516 0,3248 0,4024
26 SMDM - 0,0013 0,0141 0,0176 0,0090 0,0140
27 SUGI 0,0555 0,0547 0,0076 0,0594 0,0085
28 TRAM 0,0653 0,0558 - 0,0914 0,0121 - 0,1185
29 TRUB - 0,0082 - 0,1149 - 0,2924 - 0,2005 - 0,0233
30 WAPO - 0,0693 - 0,8692 0,0408 0,0013 0,0020
31 WICO - 0,0031 0,0066 0,5433 - 0,0285 0,1924
32 ZBRA - 0,1536 - 0,1648 - 0,1847 - 0,2001 - 0,2456
105
Lampiran 4: Hasil Variabel Audit Tenure
No. Kode
Emiten
2010 2011 2012 2013 2014
Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten
1 APOL
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
1
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
2
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
3
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
1
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
2
2 BCIC
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
1
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
2
Tjahjadi &
Tamara (Morison
International)
1
Tjahjadi &
Tamara (Morison
International)
2
Tjahjadi &
Tamara (Morison
International)
3
3 BEKS
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
1
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
2
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
3
Hendrawinata
Eddy &
Siddharta
(Kreston
International)
1
Hendrawinata
Eddy Siddharta &
Tanzil (Kreston
International)
1
4 BIPP
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International)
1
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International
2
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International
3
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International
4
Paul Hadiwinata,
Hidajat, Arsono,
Ade Fatma &
Rekan (PKF
1
5 BKDP Hadori Sugiarto
Adi & Rekan 1
Hadori Sugiarto
Adi & Rekan 2
Hadori Sugiarto
Adi & Rekan 3
Hadori Sugiarto
Adi & Rekan 4
Hadori Sugiarto
Adi & Rekan 5
6 BNBR
Tjiendradjaja &
Handoko Tomo
(Mazars)
1
Tjiendradjaja &
Handoko Tomo
(Mazars)
2
Tjiendradjaja &
Handoko Tomo
(Mazars)
3
Tjiendradjaja &
Handoko Tomo
(Mazars)
4
Handoko Tomo,
Samuel Gunawan
& Rekan (Moores
Rowland)
1
7 BTEL
Tjiendradjaja &
Handoko Tomo
(Mazars)
1
Tjiendradjaja &
Handoko Tomo
(Mazars)
2
Tjiendradjaja &
Handoko Tomo
(Mazars)
3
Tjiendradjaja &
Handoko Tomo
(Mazars)
4 Y. Santosa
Rekan (Praxity) 1
106
No. Kode
Emiten
2010 2011 2012 2013 2014
Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten
8 CMPP Griselda, Wisnu
& Arum 1
Griselda, Wisnu
& Arum 2
Achmad, Rasyid,
Hisbullah & Jerry
(Nozaka Japan
CPA Firm)
1
Achmad, Rasyid,
Hisbullah & Jerry
(Nozaka Japan
CPA Firm)
2
Achmad, Rasyid,
Hisbullah & Jerry
(Nozaka Japan
CPA Firm)
3
9 DNET
Krisnawan,
Busroni, Achsin,
& Alamsyah
1
Krisnawan,
Busroni, Achsin,
& Alamsyah
2
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
1
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
2
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
3
10 ELTY
Tjahjadi,
Pradhono &
Teramihardja
(Morison
International)
1
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
1
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
2
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
3
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
4
11 FREN
Mulyamin Sensi
Suryanto (Moore
Stephens)
1
Mulyamin Sensi
Suryanto &
Lianny (Moore
Stephens)
1
Mulyamin Sensi
Suryanto &
Lianny (Moore
Stephens)
2
Mulyamin Sensi
Suryanto &
Lianny (Moore
Stephens)
3
Mulyamin Sensi
Suryanto &
Lianny (Moore
Stephens)
4
12 IATA
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
1
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
2
Kosasih,
Nurdiyaman,
Tjahjo & Rekan
(Crowe
Horwarth)
3
Asep
Rahmansyah &
Rekan (IECnet
Associate)
1
Noor Salim,
Nursehan &
Sinarahardja
1
13 INTD
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International)
1
Richard
Risambessy &
Rekan
1
Richard
Risambessy &
Rekan
2
Richard
Risambessy &
Rekan
3 Arsyad & Rekan 1
14 ITTG
Abubakar Usman
& Rekan (GMN
International)
1
Drs. Basri
Hardjosumarto,
M.Si, Ak &
Rekan
1
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International)
1
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International)
2
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International)
3
107
No. Kode
Emiten
2010 2011 2012 2013 2014
Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten
15 KARW
Tjahjadi,
Pradhono &
Teramihardja
(Morison
International)
1
Tjahjadi &
Tamara (Morison
International)
1
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
1
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
2
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
3
16 KONI
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
1
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
2
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
3
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
4
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
5
17 LAPD
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
1
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
2
Hananta
Budianto &
Rekan (UHY)
1
Hananta
Budianto &
Rekan (UHY)
2 Hananta Budianto
& Rekan (UHY) 3
18 LPLI
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
1
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
2
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
3
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
4
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
5
19 LPPS
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
1
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
2
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
3
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
4
Aryanto, Amir
Jusuf, Mawar &
Saptoto (RSM
AAJ Associates)
5
20 MIRA
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International)
1
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International)
2
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International)
3
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International)
4
Johan Malonda
Mustika & Rekan
(Baker Tilly
International)
5
21 MTFN
Ishak, Saleh,
Soewondo &
Rekan
1
Rama Wendra
(McMillan
Woods)
1
Rama Wendra
(McMillan
Woods)
2
Rama Wendra
(McMillan
Woods)
3
Rama Wendra
(McMillan
Woods)
4
108
No. Kode
Emiten
2010 2011 2012 2013 2014
Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten
22 MYRX
Achmad, Rasyid,
Hisbullah & Jerry
(Nozaka Japan
CPA Firm)
1
Achmad, Rasyid,
Hisbullah & Jerry
(Nozaka Japan
CPA Firm)
2
Hendrawinata
Eddy &
Siddharta
(Kreston
International)
1
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
1
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
2
23 OCAP
Mulyamin Sensi
Suryanto (Moore
Stephens)
1
Mulyamin Sensi
Suryanto &
Lianny (Moore
Stephens)
1
Mulyamin Sensi
Suryanto &
Lianny (Moore
Stephens)
2
Mulyamin Sensi
Suryanto &
Lianny (Moore
Stephens)
3
Mulyamin Sensi
Suryanto &
Lianny (Moore
Stephens)
4
24 RIMO
Doli, Bambang,
Sudarmadji &
Dadang
1
Achmad, Rasyid,
Hisbullah & Jerry
(Nozaka Japan
CPA Firm)
1 Hasnil, M. Yasin
& Rekan (YSK) 1
Indra, Sumijono
& Rekan (YSK) 1
Jamaludin, Ardi,
Sukimto & Rekan 1
25 SAFE
Rasin, Ichwan &
Rekan (Alliott
Group)
1 Santoso & Rekan 1 Santoso & Rekan 2 Santoso & Rekan 3 Suganda Akna
Suhri & Rekan 1
26 SMDM
Osman Bing
Satrio & Rekan
(Deloitte)
1 Hadori Sugiarto
Adi & Rekan 1
Hadori Sugiarto
Adi & Rekan 2
Hadori Sugiarto
Adi & Rekan 3
Hadori Sugiarto
Adi & Rekan 4
27 SUGI Drs. Bambang S.
& Rekan 1
Drs. Bambang S.
& Rekan 2
Mulyamin Sensi
Suryanto &
Lianny (Moore
Stephens)
1
Mulyamin Sensi
Suryanto &
Lianny (Moore
Stephens)
2
Anwar Sugiharto
& Rekan (DFK
International)
1
28 TRAM
Mulyamin Sensi
Suryanto (Moore
Stephens)
1
Mulyamin Sensi
Suryanto &
Lianny (Moore
Stephens)
1
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
1
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
2
Arman
Hendiyanto &
Rekan
1
29 TRUB
Tanubrata
Sutanto Fahmi &
Rekan (BDO)
1
Tanubrata
Sutanto Fahmi &
Rekan (BDO)
2
Tanubrata
Sutanto Fahmi &
Rekan (BDO)
3
Tanubrata
Sutanto Fahmi &
Rekan (BDO)
4
Tanubrata
Sutanto Fahmi &
Rekan (BDO)
5
109
No. Kode
Emiten
2010 2011 2012 2013 2014
Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten Auditor Ten
30 WAPO
Drs. Basri
Hardjosumarto,
M.Si, Ak &
Rekan
1
Supoyo, Sutjahjo,
Subyantara &
Rekan
1
Supoyo, Sutjahjo,
Subyantara &
Rekan
2
Supoyo, Sutjahjo,
Subyantara &
Rekan
3
Supoyo, Sutjahjo,
Subyantara &
Rekan
4
31 WICO
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
1
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
2
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
3
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
4
Purwantono,
Suherman &
Surja (EY)
5
32 ZBRA
Rasin, Ichwan &
Rekan (Alliott
Group)
1 Santoso & Rekan 1 Santoso & Rekan 2 Santoso & Rekan 3 Suganda Akna
Suhri & Rekan 1
110
Lampiran 5: Hasil Variabel Audit Lag
No. Kode
Emiten
Audit Lag
2010
Audit Lag
2011
Audit Lag
2012
Audit Lag
2013
Audit Lag
2014
1 APOL 125 111 121 101 96
2 BCIC 104 137 105 98 86
3 BEKS 77 79 77 86 65
4 BIPP 84 121 60 62 68
5 BKDP 84 86 84 84 82
6 BNBR 90 121 84 94 79
7 BTEL 76 86 81 83 86
8 CMPP 84 90 77 83 82
9 DNET 94 75 135 84 86
10 ELTY 80 89 152 153 118
11 FREN 81 89 84 84 83
12 IATA 88 80 84 83 79
13 INTD 66 75 79 76 76
14 ITTG 80 86 64 38 84
15 KARW 70 90 84 84 85
16 KONI 69 76 81 80 79
17 LAPD 77 80 78 92 92
18 LPLI 54 55 81 85 86
19 LPPS 67 71 85 85 86
20 MIRA 134 310 81 79 84
21 MTFN 88 124 95 127 142
22 MYRX 88 55 84 86 107
23 OCAP 70 66 85 78 85
24 RIMO 84 145 126 80 82
25 SAFE 88 109 178 146 111
26 SMDM 97 89 86 83 76
27 SUGI 83 164 87 84 100
28 TRAM 83 80 115 84 86
29 TRUB 167 200 203 243 132
30 WAPO 88 13 87 79 71
31 WICO 87 88 85 76 84
32 ZBRA 68 90 151 141 121
111
Lampiran 6: Hasil Variabel Proporsi Komisaris Independen
No. Kode
Emiten
Proporsi
KI 2010
Proporsi
KI 2011
Proporsi
KI 2012
Proporsi
KI 2013
Proporsi
KI 2014
1 APOL 0,33 0,33 0,50 0,50 0,33
2 BCIC 0,00 0,50 0,67 0,33 1,00
3 BEKS 0,50 0,67 0,75 0,67 0,67
4 BIPP 0,50 0,50 0,50 0,33 0,33
5 BKDP 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
6 BNBR 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
7 BTEL 0,40 0,40 0,60 0,50 0,40
8 CMPP 0,33 0,50 0,33 0,33 0,50
9 DNET 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
10 ELTY 0,33 0,40 0,33 0,40 0,40
11 FREN 1,00 0,33 0,50 0,60 0,60
12 IATA 0,33 0,33 0,33 0,33 0,40
13 INTD 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
14 ITTG 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
15 KARW 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
16 KONI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
17 LAPD 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
18 LPLI 0,67 0,67 0,67 0,67 0,33
19 LPPS 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67
20 MIRA 0,33 0,33 0,40 0,40 0,40
21 MTFN 0,33 0,33 0,33 0,50 0,50
22 MYRX 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
23 OCAP 0,50 0,50 0,33 0,33 0,33
24 RIMO 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
25 SAFE 1,00 0,50 0,50 0,50 0,50
26 SMDM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
27 SUGI 0,50 0,50 0,33 0,25 0,33
28 TRAM 0,33 0,33 0,50 0,50 0,50
29 TRUB 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
30 WAPO 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
31 WICO 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
32 ZBRA 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
112
Lampiran 7: Hasil Variabel Opini Going Concern
No. Kode
Emiten
Dummy
Opini 2010
Dummy
Opini 2011
Dummy
Opini 2012
Dummy
Opini 2013
Dummy
Opini 2014
1 APOL 1 1 1 1 1
2 BCIC 1 1 1 1 1
3 BEKS 1 0 0 0 0
4 BIPP 1 1 1 1 1
5 BKDP 0 0 0 1 0
6 BNBR 0 0 0 1 1
7 BTEL 0 0 0 1 1
8 CMPP 1 1 1 1 0
9 DNET 1 1 0 0 0
10 ELTY 1 1 1 1 1
11 FREN 1 1 1 1 1
12 IATA 1 1 1 1 1
13 INTD 1 1 1 1 1
14 ITTG 1 1 0 0 1
15 KARW 1 1 0 1 1
16 KONI 1 1 0 1 0
17 LAPD 0 0 0 0 1
18 LPLI 1 1 1 1 1
19 LPPS 1 1 1 1 1
20 MIRA 1 1 1 1 1
21 MTFN 0 1 0 0 0
22 MYRX 1 1 1 1 0
23 OCAP 0 0 0 1 1
24 RIMO 1 1 1 1 0
25 SAFE 1 1 1 1 1
26 SMDM 1 0 0 0 0
27 SUGI 1 0 0 0 0
28 TRAM 0 0 1 1 1
29 TRUB 0 0 1 1 1
30 WAPO 0 1 1 1 1
31 WICO 1 1 0 0 0
32 ZBRA 1 1 1 1 1
113
LAMPIRAN B OUTPUT SPSS
114
Lampiran 8: Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
OPINI 160 0 1 ,68 ,470
SIZE 160 8,1116 17,2740 13,363650 2,2369294
ROA 160 -1,7290 9,5562 ,031923 ,8756737
TENURE 160 1 5 2,05 1,196
LAG 160 13 310 94,15 33,912
KI 160 ,00 1,00 ,4540 ,13542
Valid N (listwise) 160
Lampiran 9: Hasil Uji Regresi Logistik
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 160 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 160 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 160 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number
of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Non GC 0
GC 1
115
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant
Step 0
1 201,820 ,700
2 201,786 ,731
3 201,786 ,731
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 201,786
c. Estimation terminated at iteration number 3
because parameter estimates changed by less than
,001.
Classification Tablea,b
Observed Predicted
OPINI Percentage
Correct Non GC GC
Step 0 OPINI
Non GC 0 52 ,0
GC 0 108 100,0
Overall Percentage 67,5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant ,731 ,169 18,750 1 ,000 2,077
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables
SIZE 5,242 1 ,022
ROA ,216 1 ,642
TENURE ,003 1 ,955
LAG ,645 1 ,422
KI ,454 1 ,500
Overall Statistics 7,131 5 ,211
116
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant SIZE ROA TENURE LAG KI
Step 1
1 194,692 1,968 -,165 ,001 ,018 ,005 1,038
2 194,298 2,274 -,199 ,005 ,011 ,006 1,241
3 194,296 2,286 -,201 ,009 ,010 ,006 1,252
4 194,296 2,286 -,201 ,009 ,010 ,006 1,252
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 201,786
d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 7,490 5 ,187
Block 7,490 5 ,187
Model 7,490 5 ,187
Model Summary
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 194,296a ,046 ,064
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 5,910 8 ,657
117
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
OPINI = Non GC OPINI = GC Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1
1 8 7,883 8 8,117 16
2 9 6,936 7 9,064 16
3 3 6,397 13 9,603 16
4 6 5,858 10 10,142 16
5 6 5,386 10 10,614 16
6 6 4,935 10 11,065 16
7 4 4,579 12 11,421 16
8 5 4,216 11 11,784 16
9 2 3,506 14 12,494 16
10 3 2,304 13 13,696 16
Classification Tablea
Observed Predicted
OPINI Percentage
Correct Non GC GC
Step 1 OPINI
Non GC 2 50 3,8
GC 4 104 96,3
Overall Percentage 66,3
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
SIZE -,201 ,084 5,774 1 ,016 ,818
ROA ,009 ,289 ,001 1 ,976 1,009
TENURE ,010 ,145 ,005 1 ,943 1,010
LAG ,006 ,006 1,016 1 ,313 1,006
KI 1,252 1,299 ,929 1 ,335 3,499
Constant 2,286 1,290 3,139 1 ,076 9,836
a. Variable(s) entered on step 1: SIZE, ROA, TENURE, LAG, KI.
118
Correlation Matrix
Constant SIZE ROA TENURE LAG KI
Step 1
Constant 1,000 -,744 -,020 -,123 -,289 -,362
SIZE -,744 1,000 ,128 -,058 -,181 -,113
ROA -,020 ,128 1,000 ,018 -,278 ,055
TENURE -,123 -,058 ,018 1,000 -,071 -,059
LAG -,289 -,181 -,278 -,071 1,000 ,054
KI -,362 -,113 ,055 -,059 ,054 1,000
119
Step number: 1
Observed Groups and Predicted Probabilities
16 + +
I I
I I
F I I
R 12 + +
E I I
Q I I
U I G I
E 8 + G G +
N I G G GGG G I
C I G G GN G GGGGG I
Y I G G G GN GGGGGGGG I
4 + G G GGNGGGG GNGGGGGGGGGG G G +
I G G NGNGGGGGGNGGGGNNGGNGGGGG GG G I
I NGN G NNNGGGGGGNGNNGNNGGNNGGGG GG NGG G I
I G G NNNNNNNNNNGNNNNNNNNNNNNNNNNNGGGGGGNGGNG G I
Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+----------
Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 1
Group: NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
Predicted Probability is of Membership for GC
The Cut Value is ,50
Symbols: N - Non GC
G - GC
Each Symbol Represents 1 Case.