18
1 PENGARUH TOMAT (Solanum lycopersicum L. ) TERHADAP SPERMATOGENESIS DAN KUALITAS SPERMATOZOA Rattus norvegicus L. PASCA PEMBERIAN NIKOTIN Naskah Publikasi Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh Anggraini Seprika Wulandari M 0404024 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

PENGARUH TOMAT (Solanum lycopersicum L.) …/PENGAR… · 6 pematangan akhir spermatozoa. Dengan terhambatnya pembentukan FSH dan LH, maka spermatogenesis akan terganggu (Guyton,

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENGARUH TOMAT (Solanum lycopersicum L.) TERHADAP

SPERMATOGENESIS DAN KUALITAS SPERMATOZOA

Rattus norvegicus L. PASCA PEMBERIAN NIKOTIN

Naskah Publikasi

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh

Anggraini Seprika Wulandari

M 0404024

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

2

PERSETUJUAN

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TOMAT (Solanum lycopersicum L.)

TERHADAP SPERMATOGENESIS DAN KUALITAS SPERMATOZOA

Rattus norvegicus L. PASCA PEMBERIAN NIKOTIN

Oleh :

Anggraini Seprika Wulandari

NIM. M0404024

telah disetujui untuk dipublikasikankan

Surakarta, Januari 2009

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Okid Parama A, M.S. Shanti Listyawati, M.Si

NIP. 131 569 270 NIP. 132 169 256

Mengetahui,

Ketua Jurusan Biologi

Dra. Endang Anggarwulan, M.Si.

NIP. 130 676 864

3

PENGARUH TOMAT (Solanum lycopersicum L.) TERHADAP

SPERMATOGENESIS DAN KUALITAS SPERMATOZOA Rattus

norvegicus L. PASCA PEMBERIAN NIKOTIN

ANGGRAINI SEPRIKA WULANDARI

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.

ABSTRAK

Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, buahnya mengandung likopen yang mrupakan senyawa karotenoid dan memiliki peranan sebagai antioksidan yang berfungsi melawan radikal bebas yang ditimbulkan oleh nikotin. Likopen mampu memperbaiki gangguan spermatogenesis dan meningkatkan kualitas spermatozoa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan filtrat jus tomat (S. lycopersicum L.) dalam memperbaiki spermatogenesis dan kualitas spermatozoa Rattus norvegicus L. setelah pemberian nikotin.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengelompokkan tikus jantan dengan berat rata-rata 200 g menjadi 7 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 ulangan, selama 30 hari. Kelompok I merupakan kontrol dan diberi 9 mL aquades, kelompok II perlakuan nikotin dosis 0,25 mg/g bb/hari, kelompok III perlakuan filtrat jus tomat dosis 9 mL/g bb/hari, kelompok IV perlakuan nikotin dosis 0,25 mg/g bb/hari dan filtrat jus tomat dosis 3 mL/g bb/hari, kelompok V perlakuan nikotin dosis 0,25 mg/g bb/hari dan filtrat jus tomat dosis 6 mL/g bb/hari, kelompok VI perlakuan nikotin dosis 0,25 mg/g bb/hari dan filtrat jus tomat dosis 9 mL/g bb/hari, kelompok VII perlakuan nikotin dosis 0,25 mg/g bb/hari dan filtrat jus tomat dosis 12 mL/g bb/hari. Tikus diberi pakan berupa Br II dan minum secara ad libitum. Data kuantitatif dianalisis dengan one way anova dan uji beda dengan DMRT, sedangkan data kualitatif diperoleh dengan membandingkan struktur anatomi tubulus seminiferus antar kelompok perlakuan.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa nikotin dapat menurunkan kualitas spermatogenesis dan kualitas spermatozoa tikus putih (R. norvegicus L.). Pemberian filtrat jus tomat (S. lycopersicum L.) dapat memperbaiki spermatogenesis dan meningkatkan kualitas spermatozoa R. norvegicus L. setelah pemberian nikotin. Dosis efektif filtrat jus tomat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas spermatozoa setelah pemberian nikotin adalah 9 mL /g bb/hari.

Kata kunci : Tomat, likopen, nikotin, spermatogenesis, kualitas spermatozoa

4

THE INFLUENCE OF TOMATO (Solanum lycopersicum L.) TOWARD

SPERMATOGENESIS AND QUALITY OF SPERMATOZOA Rattus

norvegicus L. AFTER THE EXTENSION OF NICOTINE

ANGGRAINI SEPRIKA WULANDARI

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.

ABSTRACT

Tomato (S. lycopersicum L.) is a plant which come from family of Solanaceae. Lycopen is one of carotenoid compound which is contained in tomato, where lycopen is one of antioksidan which has function to fight the free radical of nicotine. That is contained in tomato is able to repair the spermatogenesis disturbance and increase the quality of spermatozoa. The purpose of this research is to know the ability of tomato juice filtrat in repairing spermatogenesis and quality of spermatozoa R. norvegicus after the extension of nicotine.

This research was held by grouping the male mouse with average weight 200 g become 7 group which consist of 5 tests for 30 days. Group I is the control and it is given 9 mL aquades, group II uses nicotine in dose 0,25 mg/g bb/day, group III uses tomato juice filtrat in dose 9 mL/g bb/day, group IV uses nicotine in dose 0,25 mg/g bb/day and tomato juice filtrat in dose 3 mL/g bb/day, group V uses nicotine in dose 0,25 mg/g bb/day and tomato juice filtrat in dose 6 mL/g bb/day, group VI uses nicotine in dose 0,25 mg/g bb/day and tomato juice filtrat in dose 9 mL/g bb/day, gruop VII uses nicotine in dose 0,25 mg/g bb/day and tomato juice filtrat in dose 12 mL/g bb/day. The mouse is given food Br II and drink according to ad libitum. The quantitive data of is analysed by one way anova and different test with DMRT.

The conclusion of research is nicotine can decrease the quality of spermatogenesis and quality of spermatozoa of R. norvegicus. The extension of tomato juice filtrat can repair spermatogenesis and increase the quality of spermatozoa R. norvegicus after extension of nicotine. The efective dose of tomato juice filtrat to repair and increase the quality of spermatozoa is 9 mL/g bb/day.

Keyword : Tomato, Lycopen, Nicotine, Spermatogenesis, Quality of spermatozoa.

5

Pendahuluan

Nikotin merupakan suatu senyawa alkaloid cair alami yang ditemukan

dalam konsentrasi tinggi pada tembakau, bahan utama penyusun rokok. Pada

proses merokok, nikotin serta asap rokok akan mengeluarkan racun karsinogenik

yang dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan. Saat seseorang

merokok, nikotin dalam asap akan terisap dan masuk ke paru-paru kemudian ikut

terserap oleh darah, dan selanjutnya akan menyebar ke seluruh tubuh.

Penyakit yang dapat dipicu oleh rokok antara lain penyakit kanker (paru-

paru, tenggorokan, pita suara, lambung), penyakit jantung koroner, bronkitis,

emfisema (melebarnya gelembung paru-paru), tekanan darah tinggi yang bisa

menyebabkan stroke, katarak, sinusitis (Mayong & Nanny, 2001). Rokok juga

dapat mengganggu pertumbuhan janin dan gangguan kesuburan baik pada pria

maupun wanita (Anonima, 2004).

Anita (2004) menjelaskan bahwa asap rokok dapat mempengaruhi proses

spermatogenesis, kualitas semen dan perubahan kadar hormon testosteron.

Nikotin dapat menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan katekolamin yang

dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, sehingga dapat mengganggu proses

spermatogenesis dan sintesis hormon testosteron melalui mekanisme umpan balik

antara hipotalamus-hipofisis anterior testis. Terganggunya proses spermatogenesis

dapat juga disebabkan adanya radikal bebas, sehingga diketahui bahwa nikotin

dapat menyebabkan gangguan kesuburan bagi pria, antara lain berupa penurunan

densitas spermatozoa, penurunan motilitas spermatozoa, spermatozoa tidak dapat

mencapai sel telur, spermatozoa dengan kepala yang salah bentuk, sehingga tidak

mampu menembus membran sel telur, dan juga impotensi. Motilitas spermatozoa

menurun dari 69% pada non perokok menjadi 57% pada perokok yang

mengkonsumsi 10 batang rokok per hari atau 10 mg nikotin.

Menurut Nugraheni (2003) nikotin mempengaruhi kerja sistem saraf pusat

dengan cara menghambat kerja GnRH sehingga pembentukan FSH dan LH

terhambat. Sementara itu FSH bekerja memacu sel Sertoli untuk menghasilkan

ABP. Follicle Stimulating Hormone mengawali proses proliferasi spermatogenesis

dan testosteron yang berdifusi dari sel interstitital yang diperlukan untuk

6

pematangan akhir spermatozoa. Dengan terhambatnya pembentukan FSH dan

LH, maka spermatogenesis akan terganggu (Guyton, 1991).

Untuk mengurangi efek negatif dari nikotin tersebut dibutuhkan suatu

senyawa yang dapat menghalangi terbentuknya radikal bebas. Berbagai cara

dilakukan untuk mengurangi efek negatif dari nikotin, hingga ditemukan

pengobatan melalui bahan alami.

Ada beberapa spesies tanaman yang mampu menghalangi terbentuknya

radikal bebas, diantaranya berasal dari buah tomat. Tomat (Solanum

lycopersicum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae. Manfaat buah tomat

antara lain sebagai antiradang, anti kanker terutama kanker prostat, menurunkan

kadar serum kolesterol yang tinggi dan menurunkan jumlah kolesterol di dalam

hati. Selain itu buah tomat juga mampu memulihkan lemah syahwat dan gangguan

fungsi lever (Zoechni, 2007).

Likopen merupakan pigmen karotenoid yang membawa warna merah.

Konsumsi likopen dapat meningkatkan jumlah spermatozoa dan memperbaiki

struktur membran sitoplasma di kepala spermatozoa (akrosom), sehingga akan

mempertahankan gerakan spermatozoa untuk tetap progresif. Konsumsi likopen

juga dapat meningkatkan agresivitas spermatozoa setelah mengalami kerusakan

dengan mencegah kerusakan kontraksi fibril-fibril yang berada pada ekor

spermatozoa sehingga mampu bergerak normal kembali (Asrorudin, 2004).

Dengan demikian, likopen dipercaya dapat meningkatkan fertilitas seorang pria.

Sebuah penelitian yang dilakukan di India terhadap 30 pasangan yang tidak subur

membuktikan bahwa, konsumsi likopen sebanyak 20 mg selama 3 bulan secara

terus-menerus dapat meningkatkan jumlah spermatozoa sebanyak 67 %,

memperbaiki struktur spermatozoa sebanyak 63 %, dan meningkatkan kecepatan

spermatozoa sebanyak 73 % (Zoechni, 2007).

Menurut Briggs (1981) mekanisme kerja likopen sebagai antioksidan

dengan memperbaiki spermatogenesis dengan cara melindungi otak dan cairan

otak untuk melawan radikal bebas dalam tubuh yang mungkin ditimbulkan oleh

nikotin sehingga reaksi berantai akan terhenti dan sistem saraf pusat akan

terlindungi dari kerusakan dan kelenjar hipofisis akan memproduksi hormon-

7

hormon seperti FSH dan LH dengan normal. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui manfaat likopen yang terdapat

pada ekstrak buah tomat untuk dapat memperbaiki spermatogenesis dan kualitas

spermatozoa sesudah mengalami gangguan oleh nikotin.

Bahan dan Metode

A. Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini:

1. Bahan perlakuan : Tikus putih jantan umur 90 hari dengan berat

badan rata-rata 200 gram sebanyak 35 tikus diperoleh dari UPHP UGM

Yogyakarta, Pellet G, aquades, tomat buah, nikotin.

2. Bahan Kimia : Kloroform teknis, larutan fiksatif Bouin, alkohol

70%, alcohol absolut 96%,aquadestilata, xylol, toluol, pewarna

Hematoxylin-Eosin, Meyers albumin, parafin, Larutan NaCl 0,9% Merck,

neutral red.

B. Cara Kerja

Dalam penelitian ini digunakan rancangan percobaan berupa RCBD

(Randomized Complete Block Design) yang menggunakan tujuh perlakuan dengan

lima ulangan pada masing-masing perlakuan (Gomez dan Gomez, 1995).

1. Preparasi Tomat

Untuk memperoleh cairan tomat dilakukan dengan membuat jus tomat

buah yang berwarna merah. Pembuatan jus tomat dilakukan setiap hari

sebelum perlakuan dengan diblender kurang lebih 2,5 menit, diambil filtratnya

dengan disaring dan dibuang residunya (Gunawan, 2006).

2. Tahap Perlakuan

Tikus putih jantan umur 90 hari sebanyak 35 yang dibagi dalam 7

kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5 tikus dan diberi perlakukan selama 15

hari pertama dengan nikotin dan 15 hari terakhir dengan 4 variasi dosis tomat

yaitu 3 ml; 6 ml; 9 ml; 12 ml. Kontrol dengan pemberian 9 ml aquades,

kontrol positif dengan pemberian 9 ml tomat, dan kontrol negatif dengan

pemberian 0,25 mg/g bb nikotin. Volume maksimal lambung tikus 5 mL,

8

sehingga setiap dosis perlakuan diberikan 3 kali sehari. Dosis lazim yang

ditentukan adalah angka yang mendekati 10 mL yaitu sebesar 9 mL (@ 3 mL).

3. Pembuatan Preparat Histologis Testis

Tikus dibedah terlebih dahulu untuk pengambilan testis dan selanjutnya

ditimbang. Dari setiap organ dibuat preparat irisan dengan metode parafin

dengan larutan fiksatif Bouin. Kemudian dipilih irisan yang paling baik,

diwarnai dengan HE (Hematoxylin eosin) menurut metode Suntoro (1980).

Selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop cahaya dengan

perbesaran 400X dan dihitung jumlah lapisan sel spermatogenik, jumlah sel

spermatogonia, jumlah sel spermatosit dan jumlah sel spermatidnya.

4. Pengambilan Suspensi Sperma

Tikus dibedah dan diambil epididimisnya dan cepat-cepat direndam

dalam larutan fisiologis (NaCl 0,9%). Epididimis dipindah ke dalam gelas

arloji yang berisi larutan fisiologis dengan temperatur 37-40oC dan dipotong-

potong dengan menggunakan gunting bedah sehingga diperoleh suspensi

sperma untuk diperiksa kualitasnya.

5. Pemeriksaan Kualitas Spermatozoa

a. Pemeriksaan Kecepatan Gerak Spermatozoa

Pemeriksaan kecepatan gerak spermatozoa dengan menggunakan

metode Partodiharjo (1982), yaitu dengan alat bantu bilik hitung

Haemositometer Neubaeur. Pengukuran kecepatan dilakukan dengan cara

mengambil suspensi sperma yang telah diencerkan dengan NaCl 0,9% dan

diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Dengan

menggunakan stop watch, ditentukan waktu yang digunakan spermatozoa

untuk bergerak lurus menempuh jarak antara 2 sisi bujur sangkar kecil dan

kemudian dikonversikan ke dalam Mikrometer/detik.

b. Pengamatan Motilitas Spermatozoa

Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan

1 tetes suspensi sperma pada gelas benda, kemudian diperiksa di bawah

mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Dengan menggunakan alat bantu

hitung (Handcounter), dari 100 spermatozoa yang teramati kemudian

9

dihitung persentasenya berdasarkan pola pergerakan yang dimiliki masing-

masing spermatozoa yang meliputi motilitas baik, buruk dan immotil.

c. Pengamatan Viabilitas dan Morfologi Spermatozoa

Pengamatan viabilitas dan morfologi spermatozoa dilakukan dengan

meneteskan 1 tetes suspensi sperma pada gelas benda lalu ditetesi dengan

pewarna Neutral red dan dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.

Dengan alat bantu hitung (handcounter), dari 100 spermatozoa yang

teramati kemudian dihitung prosentase yang hidup dan yang mati.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian dapat dilihat pada grafik rata-rata spermatogenesis dan

kualitas spermatozoa pada Gambar 1.

Gambar 1. Rata-rata nilai spermatogenesis dan kualitas spermatozoa tikus

Keterangan : I. Kelompok perlakuan Aquades II. Kelompok perlakuan 9 ml tomat. III. Kelompok perlakuan nikotin dosis 0,25 mg/g bb/hari IV. Kelompok perlakuan nikotin dosis 0,25 mg/g bb & 3 ml tomat. V. Kelompok perlakuan nikotin dosis 0,25 mg/g bb & 6 ml tomat. VI. Kelompok perlakuan nikotin dosis 0,25 mg/g bb & 9 ml tomat VII.Kelompok perlakuan nikotin dosis 0,25 mg/g bb & 12 ml tomat.

Grafik Spermatogenesis

0

50

100

150

200

250

I II III IV V VI VII

Kelompok Perlakuan

Jm

l S

el &

Lap

Sel

Jml Lap Sel Spermatogenik

Jml Spermatogonia

Jml Spermatosit Primer

Jml Spermatid

Grafik Kualitas Spermatozoa

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV V VI VII

Kelompok Perlakuan

Pro

sen

tase

Abnormalitas Spermatozoa

Motilitas Baik Spermatozoa

Viabilitas Hidup Spematozoa

Grafik Kecepatan Gerak

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV V VI VII

Kelompok Perlakuan

Ke

c G

era

k (

Mik

rom

ete

r/d

tk)

Grafik Berat Testis

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

I II III IV V VI VII

Kelompok perlakuan

Bera

t te

sti

s (

g)

10

Hasil analisis kuantitatif spermatogenesis yang meliputi jumlah

spermatogonia, spermatosit primer, spermatid dan jumlah lapisan sel

spermatogenik membuktikan bahwa pemberian filtrat jus tomat dalam beberapa

variasi dosis setelah pemberian nikotin akan meningkatkan jumlah sel

spermatogenik dan jumlah lapisan selnya. Apabila pemberian nikotin tanpa

dilanjutkan dengan penambahan filtrat jus tomat sama sekali seperti perlakuan

pada kelompok III yaitu perlakuan dosis nikotin 0,25 mg/g bb atau hanya dosis

kecil seperti kelompok IV dan V yaitu sebesar 3 ml dan 6 ml maka diperoleh hasil

proses spermatogenesis yang mengalami perbaikan, namun berbeda secara nyata

jika dibandingkan dengan kelompok I, artinya perbaikan yang dialami kelompok

IV dan V tidak mampu mencapai kelompok I.

Menurut Sagi (1994) secara garis besar aktivitas testis dalam kaitannya

dengan spermatogenesis dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal antara lain adalah temperatur tubuh, lokasi testis dan kontrol

hipofisis. Faktor eksternal yang mempengaruhinya adalah rangsang psikis, dan

perubahan-perubahan lingkungan seperti temperatur lingkungan, makanan, zat-zat

kimia tertentu, dan kontak-kontak sosial. Dalam penelitian ini zat kimia yang

mempengaruhinya yaitu nikotin. Nikotin akan mempengaruhi kerja sistem saraf

pusat dengan cara menghambat kerja GnRH sehingga pembentukan FSH dan LH

akan terhambat. Sementara itu FSH bekerja memacu sel Sertoli untuk

menghasilkan ABP. Follicle Stimulating Hormone akan mengawali proses

proliferasi spermatogenesis dan testosteron yang berdifusi dari sel interstitial

diperlukan untuk pematang akhir spermatozoa (Guyton, 1991). Dengan

terhambatnya pembentukan FSH dan LH maka spermatogenesis berjalan tidak

normal. Penambahan filtrat jus tomat sebagai antioksidan akan memperbaiki

spermatogenesis tikus setelah pemberian nikotin dengan cara melindungi otak dan

cairan otak terhadap kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang ditimbulkan

oleh nikotin dalam tubuh sehingga reaksi berantai akan terhenti dan sistem saraf

pusat akan terlindungi dari kerusakan dan kelenjar hipofisis akan memproduksi

hormon-hormon seperti FSH dan LH secara normal.

11

Pada grafik rata-rata jumlah sel spermatogonia, spermatosit primer dan

spermatid (Gambar 1) terlihat bahwa kelompok II perlakuan dengan 9 ml tomat,

memiliki jumlah sel spermatogenik yang lebih kecil jika dibanding dengan

kelompok I. Sedangkan pada kelompok VI dan VII dengan sebelumnya diberi

perlakuan nikotin sebesar 0,25 mg/bb, kemudian dilanjutkan dengan pemberian

filtrat tomat justru memiliki jumlah sel spermatogenik yang lebih tinggi dibanding

kelompok I dan II. Analisis statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

nyata (P>0,05). Hasil tersebut kemungkinan dikarenakan tomat yang diberikan

dalam bentuk jus sehingga masih ada kemungkinan bahwa dalam jus tomat

tersebut juga terdapat senyawa-senyawa lain selain likopen yang mampu

menghambat kinerja likopen. Senyawa penghambat tersebut kemungkinan

alkaloid (solanin, tanin, tomatin) dimana alkaloid tersebut bersifat menghambat

pembelahan sel (Asroruddin, 2004; Bogi, 2006). Selain itu kemungkinan juga

dikarenakan oleh sifat senergisme suatu obat, menurut Mutschler (1991) bahwa

senergisme ini dapat terjadi pada pemakaian dua senyawa (obat) atau lebih secara

bersamaan dimana efek salah satu obat diperkuat oleh obat lainnya. Dengan

penambahan nikotin kemungkinan akan lebih memperkuat kerja likopen sehingga

pada kelompok VI dan VII memiliki jumlah sel spermatogenik lebih tinggi

dibanding kelompok I dan II.

Analisis kualitas spermatozoa meliputi analisa motilitas spermatozoa,

viabilitas spermatozoa dan kecepatan gerak spermatozoa dapat diketahui bahwa

kelompok III dengan perlakuan nikotin dosis 0,25 mg/gbb/hari merupakan

spermatozoa dengan kualitas terburuk. Hal ini disebabkan karena nikotin akan

membentuk radikal bebas sehingga akan merusak membran sel spermatozoa

(akrosom) dan menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga lebih sulit

untuk membuahi sel telur. Kecepatan gerak dan motilitas spermatozoa menurun

karena spermatozoa yang belum masak, teraglutinasi, bergerak lambat, bergerak

melingkar, tanpa arah atau tidak bergerak sama sekali. Spermatozoa yang belum

masak dikarenakan gangguan spermatogenesis. Nikotin punya pengaruh

teratogenik sehingga dapat diasumsikan nikotin punya pengaruh terhadap sel

epitel germinal di dalam tubuli seminiferi testis, sehingga sel epitel germinal yang

12

dihasilkan terganggu pertumbuhannya dan perkembangannya. Keadaan

terganggunya pertumbuhan dan perkembangan sel epitel germinal tersebut

akhirnya akan menyebabkan spermatozoa yang dihasilkan belum masak, hal ini

akan berpengaruh terhadap energi yang dihasilkan yang kemudian menghasilkan

motilitas yang kurang baik. Spermatozoa yang belum masak mempunyai

mitokondria yang belum sempurna susunannya (tidak melingkar), sehingga tenaga

yang dihasilkan bukan merupakan energi yang terotasi. Akibatnya energi yang

dihasilkan tidak efisien untuk mengerakkan ekor. Dengan adanya penghantaran

energi gerak melingkar (rotasi) yang tidak normal merupakan salah satu penyebab

motilitas spermatozoa kurang baik (Hafez, 1980 ; Soehadi dan Arsyad, 1982).

Pada kelompok II, V, VI dan VII kualitas spermatozoa mendekati kelompok I,

jadi seiring dengan peningkatan dosis pemberian filtrat jus tomat maka

keabnormalitasan spermatozoa tikus dapat dikurangi. Hal ini mungkin karena

likopen yang terkandung pada tomat sebagai antioksidan berfungsi untuk

menanggulangi radikal bebas sehingga membran sel (akrosom) spermatozoa akan

tetap terlindungi.

Dari pengamatan secara kualitatif yaitu dengan cara membandingkan

struktur histologi tubulus seminiferus testis (Gambar 2) dapat diketahui bahwa

pada kelompok I tubulus seminiferus terlihat adanya membrana basalis dan

tahapan perkembangan serta susunan sel spermatogeniknya ke arah lumen tubulus

tampak jelas, dan padat. Lumennya penuh dengan spermatozoa. Hal ini berarti

bahwa pada kelompok ini spermatogenesis berjalan dengan normal. Struktur

tubulus seminiferus kelompok II tidak jauh beda dengan kelompok I. Pada

kelompok III (Gambar 2 (b)) terlihat adanya kerusakan, susunan antar sel-sel

spermatogeniknya renggang, tidak rapat, terdapat ruang-ruang kosong dan jumlah

lapisan sel spermatogenik menuju lumen pendek. Lumen hanya terisi sel-sel

spermatozoa yang berjumlah sedikit dan tidak teratur. Hal ini kemungkinan

dikarenakan adanya radikal bebas yang disebabkan oleh nikotin. Menurut Guyton

(1991) nikotin mempengaruhi spermatogenesis dengan cara merangsang susunan

saraf pusat yang memproduksi FSH, sehingga keseimbangan FSH akan terganggu

dan mengakibatkan terhambatnya proses spermatogenesis. Selain itu juga tampak

13

terdapat ruang-ruang kosong pada tubulus seminiferus. Ruang-ruang kosong

tersebut kemungkinan dikarenakan terjadinya perlemakan pada tubulus

seminiferus tersebut yang ditimbulkan oleh nikotin, sehingga lemak tersebut larut

pada saat pembuatan preparat histologis dan menyisakan ruang-ruang kosong.

Pada kelompok IV dan V kenampakan tubulus seminiferus hampir mendekati

struktur tubulus seminiferus pada kelompok III.

(a) (b)

Keterangan :

a. Sel Sertoli b. Spermatogonium c. Spermatosit Primer d. Spermatozoa e. Spermatid f. Ruang-ruang kosong g. Lapisn sel spermatogenik pendek h. Struktur spermatozoa tidak jelas i. Sel Leydig

(c)

Gambar 2. Struktur Tubulus Seminiferus Tikus Kelompok I (a), Kelompok 3 (b), Kelompok 7 (c). Perbesaran 400 X. Pewarnaan HE

Kelompok VII tubulus seminiferus terlihat hampir sama dengan kelompok I

dan II, begitu juga yang terjadi pada kelompok IV. Susunan sel spermatogeniknya

tersusun padat, rapat dan kompak, dengan lumen yang terisi penuh oleh sel

spermatozoa. Sel spermatogonianya tampak rapat, spermatosit primernya tampak

jelas, lumen terlihat mampat dengan struktur spermatozoa yang tampak jelas

dengan ekor yang mengarah ke lumen, hal ini berarti semakin tinggi dosis

pemberian filtrat jus tomat akan meningkatkan aktivitas spermiogenesis. Dari

i

b

a

d

e

c

100µm

d

a

b

c

e

g

h

f

100µm

100µm

i

a

b

c

e

d

14

Gambar 2 (c) terlihat juga sel Leydig yang nampak besar dan jelas, kemungkinan

terjadi peningkatan aktivitas sel Leydig, maka testosteron yang terbentuk pun

semakin besar yang menyebabkan kapasitas spermatozoa dapat berjalan normal

kembali tetapi tidak dapat diketahui besarnya peningkatan testosteron karena tidak

dapat ditentukan aktivitas fungsional sel Leydig secara akurat (Turner dan

Bagnara, 1988). Hal ini diduga penambahan filtrat jus tomat pada tikus yang

sebelumnya diberi perlakuan dengan nikotin berfungsi sebagai antioksidan yaitu

memperbaiki spermatogenesis karena adanya kandungan likopen di dalam tomat

(Briggs, 1981).

Spermatozoa normal memiliki kepala, leher, badan dan ekor. Kepala

spermatozoa tikus berbentuk kait. Abnormalitas dapat terjadi pada kepala, leher,

badan, ekor atau kombinasi dari bagian-bagian tersebut. Abnormalitas pada

kepala meliputi kepala kembar, pipih atau berbentuk bulat, mengerut, membesar,

menyempit, memanjang, dan kepala kecil. Abnormalitas pada bagian leher terdiri

atas leher patah dan bengkok (melekuk), sedangkan abnormalitas pada badan

diantaranya adalah bengkok (melekuk), patah, pendek membesar, filiform ganda

dan seperti benang. Abnormalitas pada ekor yaitu melingkar, ganda patah,

menggelung, dan keriting (Salisbury & Vandenmark, 1985).

Morfologi spermatozoa normal ditunjukkan pada gambar 19 berikut ini:

Gambar 19. Morfologi Spermatozoa normal Pewarnaan : Neutral Red. Perbesaran : 400X

Keterangan gambar : 1. Kepala 2. Leher 3. Badan 4. Ekor

4

3

2

1

15

16

Morfologi spermatozoa abnormal disajikan pada Gambar3 berikut ini:

Keterangan: a. Badan terputus b. Macrocephalic c. Ekor melipat d. Badan melekuk e. Tanpa kepala f. Ekor melekuk

Gambar 3. Morfologi Spermatozoa Abnormal.

Pewarnaan Neutral Red. Perbesaran 200X

Dari pengamatan testis diperoleh hasil bahwa pada kelompok-kelompok

perlakuan memiliki berat testis yang lebih kecil dari normal (kelompok I), testis

lebih lunak, memipih dan kadang terjadi perubahan warna menjadi kebiru-biruan.

Analisa data penelitian diduga bahwa nikotin mempengaruhi berat testis yaitu

mampu menyebabkan penurunan berat testis. Pemberian filtrat jus tomat berfungsi

untuk melindungi testis dari kerusakan dan mampu meningkatkan berat testis

yang berbeda nyata (P<0,05). Hal ini dapat dilihat pada kelompok VI, V, VI dan

VII bahwa terjadi peningkatan berat testis berturut-turut sebesar 0,088 g, 0,187 g,

0,192 g dan 0,224 g jika dibandingkan dengan kontrol negatif yaitu kelompok III

perlakuan dengan nikotin sebesar 0,25 mg/g bb/hari.

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pemberian filtrat jus tomat dapat

memperbaiki spermatogenesis dan kualitas spermatozoa. Hal ini menunjukkan

bahwa likopen pada tomat sebagai antioksidan berpengaruh positif dalam

memelihara struktur dan perkembangan serta fungsi sel-sel spermatogenik,

sehingga dengan adanya zat aktif tersebut maka jumlah sel-sel benih yang

mengalami kegagalan perkembangan, degenerasi, kematian akibat radikal bebas

dapat ditekan atau dikurangi.

a

b

c

d

b

c

e f

17

Kesimpulan

1. Nikotin dapat menurunkan jumah sel spermatogenik tikus (Rattus norvegicus

L.) yang meliputi jumlah sel spermatogonia, spermatosit primer, spermatid

dan lapisan sel serta menurunkan kualitas spermatozoa yang meliputi

viabilitas, motilitas, kecepatan gerak serta morfologi spermatozoa.

2. Pemberian filtrat jus tomat setelah perlakuan oleh nikotin mampu

memperbaiki spermatogenesis dan meningkatkan kualitas spermatozoa tikus

(Rattus norvegicus L.).

3. Dosis pemberian filtrat jus tomat yang efektif untuk memperbaiki

spermatogenesis dan meningkatkan kualitas spermatozoa tikus (Rattus

norvegicus L.) adalah sebesar 9-12 ml/g bb/ hari.

Saran

1. Nikotin merupakan zat yang bersifat toksik tidak hanya pada organ reproduksi

saja tetapi juga terhadap organ-organ lain seperti jantung, hati, paru-paru,

ovarium, maka perlu diadakan penelitian pengaruh tomat terhadap organ-

organ tersebut setelah perlakuan nikotin.

2. Perlu adanya penelitian untuk mengetahui dosis efektif jus tomat yang dapat

memperbaiki spermatogenesis dan kualitas spermatozoa pada manusia yang

mengalami gangguan fertilitas.

Daftar Pustaka

Anita, N., 2004. “Perubahan Sebaran Stadia Epitel Seminiferus, Penurunan Jumlah Sel-sel Spermatogenik dan Kadar Hormon Testosteron Total Mencit (Mus musculus L.) Galur DDY yang Diberi Asap Rokok Kretek”. Badan Litbang Kesehatan. http://digilib.litbang.depkes.go.id

Anonima.Gangguan kesuburan lelaki. http://www.plazaraya.com [Juli 2004] Asroruddin, M. 2004. Likopen sebagai Senyawa Fitonutrien dan Peranannya bagi

Kesehatan Manusia. http://eternalmovement.blogspot.com Bogi. 2006. Jangan Sepelekan Tomat. http://www.miisonline.org Briggs, M. 1981. Vitamins in Human Biology and medicine. Florida: CRC Press Gunawan, I. 2006. Tomat, Antioksidan Paling Tinggi. http://www.halalguide.info

[11 Februari 2008]

18

Hafez, E. S. E., 1980. Reproduction Conception and Contraception, 2nd Ed.,

Harper and Row Publishers Inc, 2350 Virginia Avenue, Haegerstown Maryland, pp. 48-52,

Mayong, S.L., dan Nanny, S. 2001. Rokok : Risiko Janin dan Impotensi.

http://www.indomedia.com [11 Februari 2008] Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. (diterjemahkan oleh Mathilda dan Anna).

Bandung: Penerbit ITB. Nugraheni, T. 2003. “Pengaruh Vitamin C Terhadap Perbaikan Spermatogenesis

dan Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Tembakau (Nicotiana tabacum L.)”. Skripsi. Surakarta: Biologi F MIPA UNS

Soehadi, K. dan K. M. Arsyad. 1982. Analisa Sperma. Airlangga University Press, Surabaya, p. 25-32

Suntoro, H.S. 1980. Metode Pewarnaan. Jakarta: Penerbit Bharatara Karya

Aksara Turner, C.D dan Bagnara, J.T., 1988. Endokrinologi Umum, diterjemahkan oleh

Harsojo. Airlangga University Press, Surabaya. Zoechni, A. 2007. Likopen, Tingkatkan Agresivitas Sperma.

http://cybermed.cbn.net.id [30 Januari 2008]