Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
111
PENGARUH SURFACE ACTING TERHADAP KETIDAKHADIRAN
DENGAN SURFACE ACTING SELF-EFFICACY SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI PADA PERAWAT RUMAH SAKIT
UMUM CUT NYAK DHIEN DI KOTA MEULABOH
Irhamna Putri1, Fairuzzabadi2
1)Mahasiswa Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
2)Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
e-mail: [email protected]
Abstrack :This study aims to determine the effect of surface acting to absenteeism with surface
acting self-efficacy as a moderating. The empirical study conducted at Cut Nyak Dhien Hospital's
nurse used a questionnaire as a research instrument, which samples in this study of 148 people.
Probability sampling is used as a sampling technique with Simple Random Smpling. Methods MRA
(Moderated Regression Analysis) is used as a method of data analysis using IBM SPSS software
22. These results indicate that the surface acting positive and significant impact on absenteeism,
surface acting self-efficacy positive and significant to absenteeism, and in addition showed that the
surface acting self-efficacy moderate negatively effect of surface acting to absenteeism.
Keywords :Surface Acting, Surface Acting Self-Efficacy, Absenteeism.
Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh surface acting terhadap
ketidakhadiran dengan surface acting self-efficacy sebagai pemoderasi. Studi empiris dilakukan
pada perawat Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh menggunakan kuesioner sebagai
instrument penelitian, yang mana sampel pada penelitian ini yaitu sebesar 148 orang. Probability
Sampling digunakan sebagai teknik pengambilan sampel dengan metode Simple Random
Sampling. Metode MRA (Moderated Regression Analysis) digunakan sebagai metode analisis data
dengan menggunakan software IBM SPSS 22. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa surface
acting berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketidakhadiran, surface acting self-efficacy
berpengaruh positif terhadap ketidakhadiran, dan selain itu diperoleh hasil bahwa surface acting
self-efficacy memoderasi pengaruh negatif surface acting terhadap ketidakhadiran.
Kata Kunci :Surface Acting, Surface Acting Self-Efficacy, Ketidakhadiran
PENDAHULUAN
Rumah sakit memiliki sumber
daya manusia yaitu karyawan sebagai
aset berharga untuk mewujudkan visi dan
misinya. Karyawan berperan untuk
melakukan tugasnya masing-masing dan
saling bekerja sama agar visi dan misi
rumah sakit dapat terwujud. Rumah sakit
sebagai penyedia fasilitas kesehatan,
memiliki sejumlah tenaga kerja sebagai
pendukung operasionalnya. Dalam hal
ini, rumah sakit tidak terlepas dari
keberadaan perawat sebagai pihak yang
paling intens untuk berinteraksi secara
langsung dengan pasien.
Peran perawat secara umum
adalah memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat sesuai
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
112
diagnosis masalah yang terjadi, mulai
dari masalah yang bersifat sederhana
sampai pada masalah yang kompleks dan
memperhatikan kebutuhan signifikan dari
pasien. Untuk dapat menjalankan peran-
peran tersebut, ada beberapa karakteristik
seorang perawat yang harus dipenuhi.
Untuk menjadi seorang perawat yang
baik, harus mempunyai rasa peduli,
empati, dan penuh belas kasih untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada
pasien. Seorang perawat juga harus
bertanggung jawab dan berorientasi pada
tugas keperawatan yang bersifat detail
misalnya membuat catatan yang akurat,
bekerja dengan peralatan medis yang
mahal atau obat dengan dosis tinggi.
Tenaga medis yang memiliki intensitas
tinggi dalam berhubungan langsung
dengan pasien adalah perawat, untuk itu
pelayanan perawat sangat penting
didalam sebuah rumah sakit. Pelayanan
para tenaga medis merupakan kunci
pokok keberhasilan pelayanan di rumah
sakit. Tenaga medis inilah yang secara
langsung berhubungan dan memberikan
pelayanan kepada para pasien. Perawat
sebagai profesi yang berorientasi kepada
pelayanan kesehatan memerlukan suatu
keterampilan dalam mengelola emosinya.
Ketidakhadiran telah lama dianggap
sebagai masalah yang signifikan pada organisasi.
Ketidakhadiran mengakibatkan ketidakberfungsian
suatu organisasi dan menjadi masalah yang harus
dikontrol (Goodman & Atkin, 1984).
Ketidakhadiran memiliki pengaruh pada
organisasi maupun pada karyawan dalam
organisasi tersebut. Johns (2010)
mengemukakan bahwa ketidakhadiran
telah menjadi penelitian sejak lama
karena menimbulkan biaya bagi
organisasi. Dari segi organisasi,
ketidakhadiran dapat menimbulkan biaya
tidak langsung bagi organisasi, seperti
mengurangi produktivitas yang berakibat
mengurangi efisiensi, meningkatkan
biaya kecelakaan kerja, dan
meningkatkan beban pengelolaan laporan
dan administrasi organisasi. Biaya yang
langsung ditimbulkan akibat
ketidakhadiran yaitu biaya untuk
merekrut, menyeleksi, mempekerjakan,
mengadakan pelatihan, membayar
karyawan tambahan, membayar
tunjangan perkerjaan tambahan, dan
meningkatkan beban pengawasan terkait
dengan ketidakhadiran (Goodman &
Atkin, 1984). Dari perspektif organisasi,
tidak diragukan lagi bahwa
ketidakhadiran mengakibatkan gangguan
pada proses kerja terutama pada
produktivitas dan menimbulkan biaya-
biaya bagi organisasi. Dengan menurunnya
semangat kerja karyawan akan berdampak
besar pada organisasi/perusahaan,
dampak tersebut antara lain tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang
tinggi, banyaknya perpindahan karyawan,
kerusakan alat yang tinggi, selain itu juga
berhubungan dengan penurunan prestasi
kerja dan produktivitas kerja. Hal
tersebut dapat di buktikan oleh data
rekapan ketidakhadiran perawat di
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien per
satu periode (1 tahun), mulai dari
Oktober 2016 sampai dengan September
2017.
Peneliti telah melakukan
observasi dengan mewawancarai pada
sebagian besar perawat rumah sakit
umum Cut nyak Dhien Meulaboh, dalam
wawancara tersebut terdapat beberapa
kondisi yang tidak menyenangkan,
misalnya sikap pasien yang tidak layak;
seperti marah-marah, keras kepala,
frustasi dan ada beberapa pasien
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
113
melampiaskan kemarahannya pada
perawat atau bahkan hingga melakukan
kekerasan, kurangnya kepedulian ini
menyebabkan perawat menganggap
dirinya tidak terlalu berharga dan tidak
dihargai di pekerjaannya. Adanya
peningkatan dan penurunan pada tingkat
ketidakhadiran karyawan pada tiap
bulannya menunjukkan kurang
optimalnya kinerja, kedisiplinan dan
semangat kerja dari para karyawan.
Dampak yang ditimbulkan oleh
ketidakhadiran dapat berupa dampak
negatif maupun positif (Goodman &
Atkin, 1984). Meskipun ketidakhadiran
menyebabkan kerugian bagi organisasi,
dalam kondisi tertentu ketidakhadiran
memberikan keuntungan bagi organisasi.
Kerugian yang diakibatkan karena
ketidakhadiran karyawan dapat
berkurang atau dihindari apabila
karyawan yang tidak hadir di tempat
kerja merupakan pegawai yang memang
tepat untuk melakukan hal tersebut,
seperti karyawan yang bekerja di bawah
standar produktivitas perusahaan. Hal
tersebut akan memberikan keuntungan
bagi perusahaan karena karyawan yang
tidak hadir di tempat kerja yang memiliki
produktivitas rendah akan memberikan
kesempatan bagi perusahaan untuk
mengganti pegawai tersebut dengan
pegawai yang memiliki keahlian lebih
besar. Namun secara umum,
ketidakhadiran memiliki dampak negatif
lebih besar jika dibandingkan dengan
konsekuensi positif yang secara
insidental terbentuk. Organisasi akan
mengalami kerugian dan risiko apabila
tingkat ketidakhadiran tinggi. Akan
tetapi, organisasi akan lebih diuntungkan
apabila tingkat ketidakhadiran karyawan
rendah (Robbins & Judge, 2013). Selain
berdampak bagi organisasi,
ketidakhadiran juga berdampak bagi
karyawan itu. Dari segi karyawan,
ketidakhadiran dapat mengurangi
kedisiplinan karyawan. Selain itu,
karyawan akan merasa kurang akrab
ketika kembali ke tempat kerja. Di sisi
lain, ketidakhadiran mengakibatkan
berkurangnya semangat karyawan yang
menggantikan karyawan yang tidak
hadir. Penggantian karyawan yang tidak
hadir dengan karyawan lain juga dapat
menimbulkan masalah dalam koordinasi
dan mengurangi produktivitas apabila
keahlian yang dimiliki karyawan
pengganti tidak sesuai dengan tuntutan
keahlian untuk mengerjakan tugas
pekerjaan yang diberikan (Goodman &
Atkin, 1984). Maka dari itu,
ketidakhadiran merupakan hal yang
penting bagi organisasi maupun
karyawan dalam organisasi tersebut.
Ketidakhadiran adalah suatu fenomena
perilaku yang muncul dengan berbagai
faktor yang melatarbelakanginya.
Terdapat anteseden internal individu
yang menyebabkan munculnya perilaku
ketidakhadiran (Johns & Nicholson,
1985). Anteseden internal individu yang
menyebabkan munculnya ketidakhadiran
salah satunya adalah emotional labor.
Ketidakhadiran erat kaitannya dengan
emotional labor. Emotional labor yang
dilakukan pegawai terus-menerus dalam
jangka panjang dapat memberikan
dampak pada ketidakhadiran (Grandey,
2000). Dua strategi emotional labor
berdasarkan pada referensi sebelumnya
yaitu deep acting yang melibatkan
modifikasi emosi perasaan untuk
menghasilkan tampilan ekspresi emosi
yang diinginkan, dan surface acting yang
melibatkan perubahan pada tampilan luar
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
114
emosi menjadi sesuai dengan tampilan
yang diinginkan tanpa secara nyata
memodifikasi perasaan emosi menjadi
berbeda (Hochschild, 1983).
Penelitian sebelumnya telah
menemukan bahwa surface acting
mempunyai efek yang lebih mengganggu
kesejahteraan karyawan dari pada deep
acting (Judge dkk., 2009). Perubahan
emosi seperti halnya surface acting yang
dilakukan karyawan memberikan dampak
negatif karena hal tersebut menghasilkan
efek merugikan seperti membuat
karyawan menjadi lebih pasif dan
menurunkan kinerja (Baumeister,
Bratslavsky, Muraven, & Tice, 1998).
Surface acting mempengaruhi
perilaku ketidakhadiran (Nguyen dkk.,
2016). Selain itu, dalam penelitian ini
memasukkan kontribusi dari teori yang
dikemukakan oleh Hobfoll pada
penelitian emotional labor dengan
melibatkan peran kapasitas sumber daya
psikologi individu (Hobfoll, 2002) dalam
menangkal efek penipisan sumber daya
akibat surface acting yang dilakukan
karyawan yang mengakibatkan perilaku
penarikan (Nguyen dkk., 2016).
Seseorang mempunyai kapasitas sumber
daya internal yang besarnya berbeda
dengan orang lain yang tidak bisa
disamakan (Hobfoll, 2002). Nguyen dkk
(2016) mengemukakan bahwa surface
acting menyebabkan kerugian bagi
karyawan yaitu menyebabkan dampak
negatif atau risiko yang besar yang
dihadapi karyawan ketika hal itu
mengancam citra diri karyawan tersebut
yang berkaitan dengan keahlian,
kepentingan, dan nilai-nilai yang dimiliki
karyawan. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini juga memasukkan variabel
surface acting self-efficacy sebagai
variabel yang penting dalam memperkuat
atau memperlemah hubungan antara
surface acting dengan ketidakhadiran.
Karyawan yang melakukan surface
acting dan memiliki level surface acting
self-efficacy yang tinggi akan terhindar
dari efek negatif perilaku penarikan yaitu
intensitas melakukan ketidakhadiran
yang lebih kecil (Nguyen dkk., 2016).
Nguyen dkk. (2016) mengemukakan
bahwa surface acting self-efficacy
signifikan memoderasi hubungan antara
surface acting dan ketidakhadiran.
Banyak penelitian mengenai
ketidakhadiran, tetapi masih sedikit yang
meneliti peran surface acting self-
efficacy pada ketidakhadiran. Menurut
pengetahuan peneliti, studi yang meneliti
tentang surface acting self-efficacy baru
dilakukan oleh Nguyen dkk (2016) dan
Pugh dkk (2011). Selain itu, belum ada
studi yang meneliti peran efikasi diri
pada hubungan antara surface acting dan
ketidakhadiran sebelumnya (Nguyen
dkk., 2016). Persoalan umum yang
dialami pada rumah sakit adalah
ketidakhadiran perawat. Setiap anggota
organisasi atau karyawan suatu institusi
pasti pernah mengalami ketidakhadiran
dari tempat kerjanya karena alasan
tertentu, tidak terkecuali perawat.
Emotional labor merupakan bagian
penting dari peran karyawan yang
bergerak dalam bidang pelayanan saat
berinteraksi dengan pelanggan (Grandey,
2000). Emotional labor juga diharapkan
dilakukan oleh perawat sebagai
persyaratan profesional pekerjaan
perawat. Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa emotional labor yang
mencakup surface acting diharapkan
dilakukan oleh perawat sebagai
persyaratan profesional perawat terutama
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
115
ketika berinteraksi dengan pasien. Dalam
hal ini, ketidakhadiran menjadi penting
karena ketidakhadiran dapat mengurangi
kedisiplinan karyawan (Goodman &
Atkin, 1984). Berdasarkan latar belakang
diatas maka tujuan penelitian adalah
sebagai berikut: 1) Untuk menganalisis
apakah Surface Acting berpengaruh
terhadap Ketidakhadiran pada Perawat
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien di
Kota Meulaboh. 2) Untuk menganalisis
apakah Surface Acting Self efficacy
berpengaruh terhadap Ketidakhadiran
pada Perawat Rumah Sakit Umum Cut
Nyak Dhien di Kota Meulaboh. 3) Untuk
menganalisis apakah Surface Acting Self
Efficacy pemoderasi antara Surface
Acting terhadap Ketidakhadiran pada
Perawat Rumah Sakit Umum Cut Nyak
Dhien di Kota Meulaboh.
TELAAH PUSTAKA DAN
HIPOTESIS
Johns (2010) mendeskripsikan
ketidakhadiran (absenteeism) dalam
penelitiannya sebagai ketidakhadiran
karyawan dalam pekerjaan yang telah
terjadwalkan. Jenis ketidakhadiran yaitu
involuntary absenteeism (absen yang
tidak dapat dihindari) dan voluntary
absenteeism (absen yang dilakukan
secara suka rela dan biasanya telah
direncanakan).
Surface acting adalah menyembunyikan
perasaan terdalam seseorang dan
menghilangkan ekspresi-ekspresi
emosional sebagai respon terhadap
aturan-aturan penampilan. Surface acting
self-efficacy mencerminkan tingkat
keyakinan seseorang dalam melakukan
surface acting (Nguyen dkk., 2016).
Pugh dkk (2011) mengemukakan
pentingnya efikasi diri bagi pekerjaan
pegawai yang banyak melibatkan
perilaku surface acting. Ketidakhadiran
adalah suatu fenomena perilaku yang
muncul dengan berbagai faktor yang
melatarbelakanginya. Terdapat anteseden
internal individu yang menyebabkan
munculnya perilaku ketidakhadiran
(Johns & Nicholson, 1985). Anteseden
internal individu yang menyebabkan
munculnya ketidakhadiran salah satunya
adalah emotional labor yaitu surface
acting (Grandey, 2000). Grandey (2000)
mengemukakan bahwa emotional labor
yang dilakukan karyawan dalam jangka
panjang dapat memberikan dampak pada
ketidakhadiran (Grandey, 2000). H1:
Surface acting berpengaruh positif pada
ketidakhadiran.
Efek moderat dari self-efficacy
terhadap ketidakhadiran sebagai
penyumbang penting bagi kapasitas
sumber daya individu yang dapat
membantu penyangga efek penurunan
sumber daya dari surface acting. Secara
umum, self-efficacy mengacu pada
kepercayaan individu bahwa dia
memiliki kemampuan dan sumber daya
untuk berhasil dalam melakukan tugas
tertentu (Bandura, 1982). Self-efficacy
telah ditemukan terkait dengan berbagai
hasil penting dalam pekerjaan, termasuk
sikap kerja (Saks, 1995), kinerja
pelatihan (Karl, O'Leary-Kelly, &
Martocchio, 1993), dan efektivitas
kinerja tugas (Stajkovic & Luthans,
1998).
H2: Surface Acting Self-Efficacy berpengaruh
terhadap Ketidakhadiran.
Berdasarkan teori Hobfoll (2002)
mengenai kapasitas sumber daya,
karyawan yang memiliki Surface Acting
Self-Efficacy tinggi akan lebih terhindar
dari dampak negatif yang terkait dengan
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
116
Surface Acting (Grandey, 2000). Dengan
kata lain, karyawan dengan tingkat
Surface Acting Self-Efficacy yang tinggi
terhindar dari kehilangan sumber daya
individu dalam menghadapi kondisi
tertentu. Karyawan yang sering terlibat
dalam surface acting dan memiliki
tingkat surface acting self-efficacy yang
tinggi kurang terlibat dalam perilaku
ketidakadiran karena mereka tidak
mengalami kehilangan sumber daya
akibat surface acting (Hobfoll, 2002;
Nguyen dkk., 2016).
H3: Surface acting berpengaruh terhadap
Ketidakhadiran yang dimoderasi
Surface Acting Self-Efficacy.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
Perawat Rumah sakit Umum Cut Nyak
Dhien di Kota Meulaboh yang berjumlah
148 perawat. Teknik yang digunakan
dalam pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah metode sampling
jenuh atau total sampling, dan metode
yang digunakan Stratified Random
Sampling.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dan
informasi yang digunakan dalam
penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner (angket). Peneliti membagikan
kuesioner secara langsung kepada
responden.
Variabel Operasional
Dalam penelitian ini untuk
mengukur pengaruh surface acting
terhadap ketidakhadiran dengan surface
acting self-efficacy sebagai variable
pemoderasi pada perawat Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien di Kota
Meulaboh, maka peralatan yang
digunakan adalah Hierarchical Linear
Modelling (HLM). Variabel operasional
dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (Independent)
Surface Acting (X)
2. Variabel Terikat (Dependent)
Ketidakhadiran (Y)
3. Variabel Moderasi
Surface Acting Self-Efficacy
(Z)
Gambar 1. Model kerangka penelitian
Surface Acting
(X)
Surface Acting
Self-Efficacy
(Z)
Ketidakhadiran (Y) H1
H3
H2
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
117
Peralatan Analisis Data
Peralatan analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode Hierarchical
Linear Modelling (HLM) (Baron dan
Kenny, 1986). Metode ini dilakukan
untuk mengukur seberapa besar pengaruh
surface acting terhadap ketidakhadiran
dengan surface acting self-efficacy
sebagai variable pemoderasi yang diolah
melalui program SPSS versi 22. Adapun
model HLM dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Y = α + β1X
Y = α + β1X + β2Z
Y = α + β1X + β2Z + β3XZ
Keterangan:
Y = Ketidakhadiran
X = Surface Acting
Z = Surface Acting Self-Efficacy
β = Koefisien regresi
α = Konstanta
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Penyajian data mengenai identitas
responden dibuat untuk memberikan
skema tentang keadaan diri responden.
Identitas responden dalam penelitian ini
antara: jenis kelamin, umur, dan tingkat
pendidikan. Identifikasi karakteristik dari
responden dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan tabel 2. dapat dilihat bahwa
semua variabel dalam penelitian ini
dinyatakan valid karena nilai MSA dan
nilai KMO telah sesuai dengan kriteria
yaitu diatas 0,5. Pada tabel di atas juga
dapat diketahui bahwa nilai cronbach’s
alpha telah sesuai dengan kriteria yaitu
diatas 0.6. Dengan demikian seluruh
pertanyaan yang digunakan dalam
variabel penelitian ini handal.
Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh
surface acting terhadap kinerja dengan
surface acting self-efficacy sebagai
pemoderasi pada perawat Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien di Kota
Meulaboh perlu dilakukan analisis dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Karakteristik Responden
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 50 38,5%
Perempuan 80 61,5%
Jumlah 130 100%
2 Umur
20-30 Tahun 75 57,7%
31-40 Tahun 45 34,6%
41-50 Tahun 10 7,7%
Jumlah 130 100%
3 Tingkat Pendidikan
SLTA Sederajat 13 10.0%
Akademi/Diploma (D-3) 81 62,3%
Sarjana (S1) 36 27,7%
Jumlah 130 100%
Sumber: Data Primer, 2017 (diolah)
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
118
Hasil pengujian hipotesis 1 pada
Tabel 3 menjelaskan hasil analisis
pengaruh Surface Acting terhadap
Ketidakhadiran menunjukkan bahwa
surface acting (X) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ketidakadiran (Y)
dan (H1) diterima. Artinya ketika Surface
Acting pada perawat Rumah Sakit Umum
Cut Nyak Dhien meningkat, maka akan
meningkatkan ketidakhadiran pada
perawat Rumah Sakit Umum Cut Nyak
Dhien.
Hasil pengujian hipotesis 2 pada
tabel 4 menjelaskan hasil analisis
pengaruh surface acting self-efficacy
terhadap Ketidakhadiran menunjukkan
bahwa surface acting self-efficacy (Z)
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ketidakadiran (Y) dan (H2)
diterima.
Tabel 2. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Surface Acting (X)
No. Peryataan MSA KMO Cronbach’s
Alpha
1. Saya harus melakukan perilaku yang tidak sesungguhnya
agar dapat menghadapi pasien dengan cara yang tepat 0,827
0,786 0,842
2. Saya harus berpura-pura menunjukkan suasana hati yang
baik ketika berinteraksi dengan pasien 0,706
3. Saya harus melakukan suatu perilaku tertentu ketika
berinteraksi dengan pasien 0,772
4. Saya harus berpura-pura menunjukkan emosi yang
dibutuhkan untuk pekerjaan saya 0,747
Surface Acting Self-Efficacy (Y1)
No. Pernyataan MSA KMO Cronbach’s
Alpha
1.
Saya percaya diri saat menunjukkan perilaku yang tidak
sesungguhnya agar dapat menghadapi pasien dengan cara
yang tepat 0,640
0,673 0,740 2.
Saya percaya diri berpura-pura menunjukkan suasana hati
yang baik ketika berinteraksi dengan pasien 0,666
3. Saya percaya diri saat melakukan suatu perilaku tertentu
ketika berinteraksi dengan pasien 0,732
Sumber: Data Primer, 2017 (diolah)
Tabel 3. Analisis Pengaruh Surface Acting terhadap Ketidakhadiran
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.965 1.147 9.151 .000
Surface Acting (X) .360 .087 .342 4.119 .000
a. Dependent Variable: Ketidakhadiran
Sumber: Data Primer, 2017 (diolah)
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
119
Tabel 4. Analisis Pengaruh Surface Acting Self-Efficacy terhadap Ketidakhadiran
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 10.740 1.381 7.777 .000
Surface Acting
Self-Efficacy .726 .148 .542 4.902 .000
a. Dependent Variable: Ketidakhadiran
Sumber: Data Primer, 2017 (diolah)
Tabel 5. Analisis Pengaruh Surface Acting terhadap Ketidakhadiran dengan Surface
Acting Self-Efficacy sebagai Pemoderasi
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 18.075 5.118 3.532 .001
Surface Acting Self-
Efficacy (Z) -.093 .450 .070 .207 .836
2 Moderasi (X*Z) .046 .031 .924 1.488 .139
a. Dependent Variable: Effort Behavior
Sumber: Data Primer, 2017 (diolah)
Hasil pengujian hipotesis 3 pada
tabel 5 menjelaskan hasil analisis
pengaruh surface acting terhadap
ketidakhadiran dengan surface acting
self-efficacy sebagai pemoderasi
menunjukkan bahwa variabel surface
acting yang dimoderasi oleh surface
acting self-efficacy diperoleh nilai
koefisien regresi sebesar 0.924
menyatakan bahwa setiap penambahan
(karena tanda +) satu nilai pada variabel
XZ akan memberikan kenaikan skor
sebesar 0.924. Sehingga menunjukkan
bahwa surface acting self-efficacy
memoderasi surface acting berada pada
pengaruh positif terhadap ketidakhadiran
pada perawat Rumah Sakit Umum Cut
Nyak Dhien, Hal ini terlihat dari tingkat
signifikansi variabel surface acting self-
efficacy (Z) sebesar 0.139 lebih besar dari
0.05 (0.139 > 0.05), yang artinya tidak
signifikan.
Dalam penelitian ini surface acting
self-efficacy berperan sebagai predictor
moderasi, yang mana variabel moderasi
ini hanya berperan sebagai variabel
predictor (independent) dalam model
hubungan yang dibentuk.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian menunjukan bahwa
ada pengaruh positif dan signifikan
secara langsung antara Surface Acting
terhadap Ketidakhadiran pada perawat
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien.
Dengan begitu semakin tinggi Surface
Acting semakin besar kemungkinan
ketidakhadiran pada perawat tersebut
tersebut. Menurut Hobfoll (1989),
sejauh bahwa investasi sumber daya
yang terbatas tidak menghasilkan hasil
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
120
seperti yang diharapkan untuk
mengimbangi usaha yang dikeluarkan,
akan menyebabkan dampak negatif
dan akan memotivasi karyawan untuk
tidak hadir dari tempat kerjanya untuk
mencegah kerugian psikologis lebih
lanjut. Ketidakhadiran yang dilakukan
atau waktu dari pekerjaan yang hilang
memberikan kesempatan untuk
mengurangi efek dari hilangnya
sumber daya, mencegah hilangnya
sumber daya lebih lanjut (Johns,
2010). Dengan kata lain, semakin
seseorang terlibat dalam surface
acting maka seseorang akan sering
merasakan kemungkinan tindakan
surface acting tidak menghasilkan
imbalan yang diharapkan (Grandey
dkk., 2005) yang memicu
ketidakadiran yang lebih tinggi
(Nguyen dkk., 2016).
2. Hasil pengujian menunjukan bahwa
ada pengaruh positif dan signifikan
secara langsung antara Surface Acting
Self-Efficacy terhadap Ketidakhadiran
pada perawat Rumah Sakit Umum Cut
Nyak Dhien. Hobfoll (1989) menarik
diri dari pekerjaan meningkat ketika
sumber daya berharga habis, teori
tersebut juga menetapkan bahwa
orang berbeda dalam jumlah sumber
daya internal yang mereka miliki, dan
oleh karena itu dampak pada
penarikan diri dalam pekerjaan akan
bervariasi sebagai fungsi internal
kapasitas sumber daya. Artinya,
individu dengan kapasitas sumber
daya yang lebih besar akan memiliki
perlindungan yang lebih kuat terhadap
penipisan sumber daya, sehingga
membuat mereka kurang rentan
terhadap kehilangan sumber daya.
Sejalan dengan prinsip utama ini, efek
moderat dari Self-Efficacy terhadap
ketidakhadiran sebagai penyumbang
penting bagi kapasitas sumber daya
individu yang dapat membantu
penyangga efek penurunan sumber
daya dari Surface Acting. Secara
umum, Self-Efficacy mengacu pada
kepercayaan individu bahwa dia
memiliki kemampuan dan sumber
daya untuk berhasil dalam melakukan
tugas tertentu (Bandura, 1982).
3. Hasil pengujian menunjukkan Surface
Acting Self-Efficacy memoderasi
pengaruh Surface Acting terhadap
Ketidakhadiran pada perawat Rumah
Sakit Umum Cut Nyak Dhien.
berdasarkan teori Hobfoll (2002)
mengenai kapasitas sumber daya,
karyawan yang memiliki Surface
Acting Self-Efficacy tinggi akan lebih
terhindar dari dampak negatif yang
terkait dengan Surface Acting
(Grandey, 2000). Dengan kata lain,
karyawan dengan tingkat Surface
Acting Self-Efficacy yang tinggi
terhindar dari kehilangan sumber daya
individu dalam menghadapi kondisi
tertentu. Karyawan yang sering
terlibat dalam Surface Acting dan
memiliki tingkat Surface Acting Self-
Efficacy yang tinggi kurang terlibat
dalam perilaku ketidakhadiran karena
mereka tidak mengalami kehilangan
sumber daya akibat Surface Acting
(Hobfoll, 2002; Nguyen dkk., 2016).
Ketika karyawan memiliki keyakinan
yang tinggi terhadap kemampuan
mereka untuk mengelola tampilan
emosional mereka seperti Surface
Acting di tempat kerja, Surface Acting
kurang memiliki efek pada
ketidakhadiran. Sebaliknya, pegawai
dengan tingkat Surface Acting Self-
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
121
Efficacy yang rendah lebih
dipengaruhi oleh hilangnya sumber
daya yang terjadi ketika
mengekspresikan emosi yang tidak
benar-benar mereka rasakan Ssurface
Acting) dan untuk mencegah kerugian
lebih lanjut, mereka cenderung lebih
sering menarik diri dari pekerjaan.
Dapat dikatakan bahwa seseorang
yang memiliki Surface Acting Self-
Efficacy yang tinggi maka pengaruh
Surface Acting pada ketidakhadiran
akan semakin lemah (Nguyen dkk.,
2016).
REFERENSI
Goodman, P. S., & Atkin, R. S. (1984).
Consequences of absenteeism.
Research Showcase, 1- 44.
Johns, G. (2010). Presenteeism in the
workplace: A review and research
agenda. Journal of
Organizational Behavior, 31, 519–
542.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013).
Organizational behavior (15th ed.).
New Jersey: Prentice Hall.
Johns, G., & Nicholson, N. (1985). The
absence culture and the
psychological contract-Who's in
control of absence?. The Academy
of Management Review,10(3), 397–
407.
Grandey, Alicia A. (2000). Emotion
regulation in the workplace: A new
way to conceptualize emotional
labor. Journal of Occupational
Health Psychology, 5(1), 95-
110.
Hochschild, A. R. 1983. The managed
heart: Commercialization of human
feeling. Berkeley: University of
California Press.
Judge, T. A., Woolf, E. F., & Hurst, C.
(2009). Is emotional labor more
difficult for some than for
others? A multilevel, experience-
sampling study. Personnel
Psychology, 62, 57-88.
Baumeister, R., Bratslavsky, E.,
Muraven, M., & Tice, D. M.
(1998). Ego depletion: Is the
active self a limited resource?.
Journal of Personality and Social
Psychology, 74, 1252-1265.
Nguyen, H., Groth, M., & Johnson, A.
(2016). When the going gets tough,
the tough keep working:
Impact of emotional labor on
absenteeism. Journal of
Management, 42, 615-643.
Hobfoll, S. E. (2002). Social and
psychological resources and
adaptations. Review of General
Psychology, 6, 302-324.
Pugh, S. D., Groth, M., & Hennig-Thrau,
T. (2011). Willing and able to fake
emotions: A closer examination of
the link between emotional
dissonance and employee weel-
being. Journal of Applied
Psychology, 96: 377-390.
Bakker, A. B., Demerouti, E., De Boer,
E., & Schaufeli, W. B. (2003). Job
demands and job resources as
predictors of absence duration and
frequency. Journal of Vocational
Behavior, 62: 341-356.
Robbins, Stephen P. & Judge, Timothy
A. (2008). Perilaku Organisasi.
Buku 2, Jakarta: Selemba Empat
Hal 256.
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 2 Mei: 111-122
122
Tafarodi, R. W. (1998). Paradoxical self-
esteem and selectivity in the
processing of social information.
Journal of Personality and Social
Psychology, 74, 1181 1196.
Wilk, S. L., & Moynihan, L. M. (2005).
Display rule “regulators”: The
relationship between
supervisors and worker emotional
exhaustion. Journal of Applied
Psychology, 90, 917–927.
Saks, A. M. (1995). Longitudinal field
investigation of moderating and
mediating effects of self-
efficacy on the relationship
between training and new comer
adjustment. Journal of Applied
Psychology, 80: 211-225.
Bandura, A. (1982). Self-efficacy
mechanism in human agency.
American Psychologist, 37,
122-147.
Karl, K. A., O’Leary-Kelly, A. M. &
Martocchio, J. J. (1993). The
impact of feedback and self-
efficacy on performance in
training. Journal of Organizational
Behavior, 14: 379-395.
Stajkovic, A. D., & Luthans, F. (1998).
Self-Efficacy and work-related
performance: A meta-analysis.
Psychological Bulletin, 124: 240-
261.
Hobfoll, S. E. (1989). Conservation of
resources: A new attempt at
conceptualizing stress. American
Psychologist, 44: 513-524.
Grandey, A., Fisk, G., Mattila, A.,
Jansen, K. J., & Sideman, L.
(2005). Is service with a
smile enough? Authenticity of
positive displays during service
encounters. Organizational
Behavior and Human Decision
Processes, 96, 3855.