Upload
vuongdat
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, RISIKO BISNIS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
STRUKTUR MODAL DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Silva Oscarina Mahardhika
NIM 7211413065
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Kegagalan dan kesalahan mengajarkan kita untuk mengambil pelajaran dan
menjadi lebih baik.
Selama ada keyakinan, semua akan menjadi mungkin.
Persembahan
Ibu, bapak, serta keluargaku yang senantiasa
mendukung dan mendoakanku
Teman-teman yang memberikan dukungan serta
semangat untukku
vi
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi
ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi untuk mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Skripsi ini dapat
terselesaikan berkat bimbingan, dukungan, dan bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu dengan segala hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Dr. Wahyono, MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.
4. Linda Agustina, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
berkenan membimbing dan memberikan masukan serta saran dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang
telah berkenan membimbing dan memberikan masukan serta saran dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang tak pernah lelah untuk mendoakan dan
memberikan dukungan kepada penulis.
7. Sahabat seperjuangan Riris Andriyani, Umi Latifah, dan Siti Munawaroh
yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
vii
8. Nanang Alvian yang selalu menghibur dan tak henti-hentinya memberikan
semangat kepada penulis.
9. Teman-teman Akuntansi B 2013 yang telah memberikan saran kepada
penulis.
10. Segenap pihak yang telah membantu dan memberikan saran dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
Semarang, 6 Oktober 2017
Silva Oscarina Mahardhika
viii
SARI
Silva Oscarina Mahardhika. 2017. “Pengaruh Struktur Aktiva, Risiko Bisnis,
dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Moderating”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing I. Linda Agustina, S.E., M.Si. Pembimbing II. Dr.
Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si. Kata Kunci : Struktur Modal, Struktur Aktiva, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas.
Struktur modal menjadi bagian penting dalam perkembangan suatu
perusahaan. Kemajuan perusahaan ditentukan oleh permodalannya. Pemenuhan
modal tersebut dapat berasal dari pendanaan internal maupun eksternal.
Pengambilan keputusan berkaitan dengan modal harus dipertimbangkan untuk
menjaga kestabilan keuangan perusahaan. Struktur modal dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh struktur
aktiva, risiko bisnis, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal dengan
profitabilitas sebagai variabel moderating. Objek penelitian ini adalah perusahaan property and realestate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2013-2015. Populasi
berjumlah 49 perusahaan dan sampel penelitian sebanyak 28 perusahaan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis
menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi berganda. Pengujian
pengaruh variabel moderating menggunakan uji Moderated Regression Analysis dengan uji nilai selisih mutlak.
Hasil penelitian ini yaitu struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap
struktur modal. Risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur
modal. Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur
modal. Profitabilitas tidak mampu memoderasi struktur aktiva terhadap struktur
modal. Profitabilitas mampu memoderasi pengaruh risiko bisnis terhadap struktur
modal. Profitabilitas tidak mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan
terhadap struktur modal.
Simpulan penelitian ini yaitu hanya variabel risiko bisnis dan ukuran
perusahaan yang berpengaruh terhadap struktur modal, serta profitabilitas mampu
memoderasi pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal. Saran untuk calon
investor yaitu diharapkan lebih memahami tingkat risiko bisnis serta ukuran
perusahaan sebelum mengambil keputusan bisnis karena hal ini dapat dijadikan
indikasi pertimbangan dalam berinvestasi.
ix
ABSTRACT
Silva Oscarina Mahardhika. 2017. "The Effect of Asset Structure, Business
Risk, and Company Size on Capital Structure with Profitability as Moderating
Variables". Skripsi. Accounting Major. Faculty of Economics. Semarang State
University. Supervisor I. Linda Agustina, S.E., M.Si. Supervisor II. Dr.
Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si.
Keywords: Capital Structure, Asset Structure, Business Risk, Firm Size,Profitability.
Capital structure becomes an important part in the development of a
company. Company progress is determined by its capital. Fulfillment of capital
can come from internal or external funding. Decision-making related to capital
should be considered to maintain the company's financial stability. Capital
structure can be affected by several factors. The purpose of this research to
examine the effect of asset structure, business risk, and firm size, on capital
structure with profitability as a moderating variable.
The object of this research are property and real estate companies listed in
Indonesia Stock Exchange (IDX) during the year 2013-2015. The population are
49 companies and samples are 28 companies. The sampling technique used
purposive sampling technique. The analytical technique used descriptive
statistical analysis and multiple regression analysis. Testing the effect of
moderating variable using Moderated Regression Analysis with the absolute
difference value test.
The result of this research is the asset structure does not affect the capital
structure. Business risk have significant negative effect the capital structure. Firm
size have significant positive effect the capital structure. Profitability not able to
moderate the effect of asset structure the capital structure. Profitability able to
moderate the effect of business risk the capital structure. Profitability not able
moderate the effect of firm size the capital structure.
The conclusion of this research is that only business risk and firm size
variables affect the capital structure, and profitability able to moderate the effect
of business risk on capital structure. Suggestions for potential investors are
expected to better understand the level of business risk and size of the company
before taking business decisions because this can be an indication of consideration
in investing.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................. viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................... 9
1.3. Cakupan Masalah ............................................................................... 10
1.4. Perumusan Masalah ............................................................................ 10
1.5. Tujuan Penelitian ................................................................................ 11
1.6. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 11
1.6.1. Kegunaan Teoritis..................................................................... 11
1.6.2. Kegunaan Praktis ...................................................................... 12
xi
1.7. Orisinilitas Penelitian ......................................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN .................. 14
2.1. Trade Off Theory ................................................................................ 14
2.2. Pecking Order Theory ........................................................................ 14
2.3. Signalling Theory ............................................................................... 16
2.4. Struktur Modal .................................................................................... 17
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal .......................... 21
2.5.1. Struktur Aktiva ....................................................................... 27
2.5.2. Risiko Bisnis ........................................................................... 29
2.5.3. Ukuran Perusahaan ................................................................. 32
2.5.4. Profitabilitas ............................................................................ 34
2.7. Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................... 37
2.8. Kerangka Berpikir .............................................................................. 43
2.8.1. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal ................ 43
2.8.2. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal .................... 45
2.8.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal........... 47
2.8.4. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Moderating .............................. 49
2.8.5. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Moderating .............................. 51
2.8.6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Moderating .............................. 53
2.9. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 56
xii
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 57
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 57
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel.......................... 57
3.3. Variabel Penelitian.............................................................................. 59
3.3.1. Struktur Modal ........................................................................ 59
3.3.2. Struktur Aktiva ....................................................................... 59
3.3.3. Risiko Bisnis ........................................................................... 60
3.3.4. Ukuran Perusahaan ................................................................. 60
3.3.5. Profitabilitas ............................................................................ 60
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 62
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 62
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................... 62
3.5.2. Analisis Statistik Inferensial ................................................... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 63
4.1. Hasil Penelitian ................................................................................... 69
4.1.1. Hasil Statistik Deskriptif ......................................................... 69
4.1.2. Analisis Statistik Inferensial ................................................... 73
4.2. Pembahasan ....................................................................................... 82
4.2.1. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal….. ........... 82
4.2.2. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal .................... 85
4.2.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal........... 87
4.2.4. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Moderating .............................. 89
xiii
4.2.5. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Moderating .............................. 91
4.2.6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Moderating .............................. 93
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 96
5.1. Simpulan ............................................................................................. 96
5.2. Saran ................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 98
LAMPIRAN ................................................................................................... 105
xiv
DAFTAR TABEL
2.1 Tabel Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................ 38
3.1. Daftar Pemilihan Sampel Penelitian .......................................................... 58
3.2. Definisi Operasional .................................................................................. 61
4.1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ............................................................. 70
4.2. Hasil Uji Normalitas .................................................................................. 74
4.3. Hasil Uji Multikolonieritas ........................................................................ 75
4.4. Hasil Uji Autokorelasi (Runt-Test) ............................................................ 76
4.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji White) ................................................. 77
4.6. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................................... 78
4.7. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
............................................................... 81
4.8. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ................................................................... 82
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Model Penelitian ........................................................................................ 55
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Perusahaan Sampel Penelitian ............................................. 106
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Struktur Modal Tahun 2013 .............................. 107
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Struktur Modal Tahun 2014 .............................. 108
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Struktur Modal Tahun 2015 .............................. 109
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Struktur Aktiva Tahun 2013 ............................. 110
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Struktur Aktiva Tahun 2014 ............................. 111
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Struktur Aktiva Tahun 2015 ............................. 112
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Risiko Bisnis Tahun 2013 ................................. 113
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Risiko Bisnis Tahun 2014 ................................. 115
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Risiko Bisnis Tahun 2015 ............................... 117
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan Tahun 2013 ..................... 119
Lampiran 12. Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan Tahun 2014 ..................... 120
Lampiran 13. Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan Tahun 2015 ..................... 121
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Profitabilitas Tahun 2013................................ 122
Lampiran 15. Hasil Perhitungan Profitabilitas Tahun 2014................................ 123
Lampiran 16. Hasil Perhitungan Profitabilitas Tahun 2015................................ 123
Lampiran 17. Hasil Tabulasi Struktur Modal ..................................................... 125
Lampiran 18. Hasil Tabulasi Struktur Aktiva ..................................................... 126
Lampiran 19. Hasil Tabulasi Risiko Bisnis......................................................... 127
Lampiran 20. Hasil Tabulasi Ukuran Perusahaan ............................................... 128
Lampiran 21. Hasil Tabulasi Profitabilitas ......................................................... 129
Lampiran 21. Hasil Output IBM SPSS 21 .......................................................... 130
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap perusahaan memiliki visi dan misi yang berbeda-beda. Namun
secara umum, perusahaan tidak hanya dituntut untuk mencapai laba maksimal,
tetapi juga diharapkan mampu untuk mensejahterakan pemegang saham dan
meningkatkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuannya tersebut, perusahaan
membutuhkan modal yang cukup guna mampu mendanai kegiatan operasi
perusahaan dan menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi serta mampu
bersaing di pasaran. Pemenuhan modal tersebut dapat berasal dari pendanaan
internal maupun eksternal (Joni dan Lina, 2010). Dana yang berasal dari internal
perusahaan dapat dipenuhi melalui laba ditahan. Perusahaan yang telah
memaksimalkan modal yang berasal dari sumber internal, maka perusahaan
tersebut harus mencari alternatif lain yang bersumber dari pendanaan eksternal
dengan cara meminjam melalui kreditur.
Pendanaan dengan sumber internal memiliki risiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan pendanaan dari sumber eksternal. Pendanaan internal tidak
menimbulkan beban bunga hutang yang harus ditanggung perusahaan, sehingga
tidak mengurangi keuntungan dari perusahaan, namun pajak perusahaan menjadi
semakin tinggi akibat tidak adanya beban yang muncul sebagai pengurang pajak.
Sementara penggunaan pendanaan eksternal akan menimbulkan beban bunga
hutang yang dibebankan kepada perusahaan, namun beban tersebut dapat
2
menguntungkan sebagai pengurang pajak perusahaan. Hal tersebut menunjukkan
perlunya kombinasi pendanaan dengan melihat manfaat dan kerugian yang
ditimbulkan dari sumber dana internal dan eksternal.
Struktur modal merupakan pembelanjaan permanen di mana
mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri
(Riyanto, 2011:22). Komposisi struktur modal harus diperhatikan oleh manajemen
perusahaan dengan sebaik-baiknya serta membuat perencanaan yang matang dan
keputusan yang tepat sehingga menghasilkan struktur modal yang dapat
memberikan keuntungan. Cara yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan
menyeimbangkan hutang dan modal sendiri, sehingga mampu meminimalkan
risiko dan mendatangkan keuntungan yang optimal bagi perusahaan dan
pemegang sahamnya. Riyanto (2011:294) mengatakan bahwa untuk menjaga
keseimbangan struktur modal maka sebaiknya hutang yang digunakan tidak lebih
besar dari modal yang dimiliki, sehingga modal yang dijamin (hutang) tidak lebih
besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri).
Perusahaan property and realestate merupakan industri yang bergerak di
bidang pembangunan gedung-gedung fasilitas umum yang menghasilkan produk
berupa perumahan, perkantoran, pabrik, serta pusat perbelanjaan. Perusahaan
property and realestate merupakan perusahaan yang berukuran besar yang
memiliki aset yang besar sehingga membutuhkan dana yang besar pula untuk
mengembangkan usaha. Oleh karena itu perusahaan property and realestate rata-
rata mempunyai struktur modal yang tinggi. Struktur modal pada perusahaan
property and realestate pada tahun 2008 terdapat 16 perusahaan dari 39
3
perusahaan dengan DER di atas 1, pada tahun 2009 terdapat 16 perusahaan dari
40 perusahaan dengan DER di atas 1, pada tahun 2010 tedapat 17 perusahaan dari
41 perusahaan dengan DER di atas 1, kemudian pada tahun 2011 terdapat 13
perusahaan dari 43 perusahaan dengan DER di atas 1, sedangkan pada tahun 2012
terdapat 12 perusahaan dari 46 perusahaan dengan DER di atas 1 (Romdhoni,
2014). Fenomena ini menunjukkan masih banyak perusahaan property and
realestate pada tahun 2018-2012 yang menggunakan hutang dalam keputusan
pendanaannya dibandingkan dengan modal sendiri.
Perusahaan sebaiknya mempunyai nilai Debt to Equity Rasio (DER) yang
tidak berada di atas 1, yang berarti jumlah hutang tidak lebih besar dari modal
sendiri. Namun apabila nilai DER lebih dari 1 berarti perusahaan memiliki lebih
banyak hutang daripada modal sendiri. Semakin besar hutang yang dimiliki maka
semakin meningkatkan risiko perusahaan dan jika perusahaan jatuh pada masa
sulit hingga arus kas dari aktivitas operasinya tidak mampu menutup beban bunga
yang terjadi, perusahaan tersebut akan dinyatakan bangkrut. Sehingga para
investor enggan berinvestasi pada perusahaan tersebut, karena investor tidak ingin
ikut menanggung risikonya. Jadi kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan
modalnya ke dalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai DER yang
besarnya kurang dari 1.
Perusahaan seharusnya memiliki struktur modal yang optimal. Santika dan
Sudiyatno (2011) mengatakan bahwa struktur modal yang optimal seharusnya
jumlah modal eksternal dari hutang perusahaan tidak boleh melebihi modal
sendiri. Kondisi struktur modal yang baik akan mendukung keberlanjutan hidup
4
perusahaan, sehingga dapat dengan mudah untuk mengembangkan usahanya. Hal
ini akan berpengaruh pada tujuan perusahaan yaitu dalam memperoleh
pengembalian dalam bentuk laba yang maksimal, sehingga dapat digunakan untuk
kesejahteraan para pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Permasalahan
tersebut menunjukkan pentingnya perimbangan yang optimal antara modal asing
dan modal sendiri.
Perusahaan dalam rangka menentukan kebijakan struktur modal harus
cermat dan mengetahui faktor-faktor yang akan mempengaruhi struktur modalnya
sehingga perusahaan dapat membuat keputusan dengan tepat untuk memenuhi
kebutuhan dana. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal telah banyak
diteliti oleh peneliti terdahulu, diantaranya struktur aktiva yang diteliti oleh Yovin
dan Suryantini, 2012; Sulaiman, 2013; Santoso dan Priantinah, 2016. Ukuran
perusahaan diteliti oleh Karaye dkk, 2015; Jahanzeb dkk, 2014; Bhawa dan Dewi
S, 2015. Risiko bisnis diteliti oleh Anwar dkk, 2015; Anita dan Sembiring, 2016;
Mufarokah; 2013. Growth opportunity diteliti oleh Indrajaya dkk, 2011; Santoso
dan Priantinah, 2016. Kepemilikan manajerial diteliti oleh Nuswandari, 2013;
Wimelda dan Marlinah, 2013. Umur perusahaan diteliti oleh Stella, 2015; Dimitri
dan Sumani, 2013. Leverage operasi diteliti oleh Shofiyuddin, 2015;
Winahyuningsih dkk, 2011. Pajak diteliti oleh Primantara dan Dewi, 2016;
Wahyuni dan Suryantini, 2012. Likuiditas diteliti oleh Santoso dan Priantinah,
2016; Bhawa dan Dewi, 2015. Pertumbuhan penjualan diteliti oleh Sawitri dan
Lestari, 2015; Sulaiman, 2013.
5
Penelitian-penelitian terdahulu tersebut memperoleh hasil variabel yang
relatif inkonsisten lebih banyak terjadi pada struktur aktiva, risiko bisnis, dan
ukuran perusahaan. Hal ini memungkinkan adanya research gap. Penelitian
mengenai struktur aktiva yang dilakukan oleh Yovin dan Suryantini (2012), serta
Gamaliel dan Sudjarni (2015) menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh
positif dan signifikan terhadap struktur modal. Namun Sulaiman (2013)
menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal. Sedangkan Santoso dan Priantinah (2016) menyatakan bahwa
struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Struktur aktiva merupakan kekayaan perusahaan yang diharapkan dapat
memberikan manfaat di masa yang akan datang yang merupakan perimbangan
atau perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva. Trade off theory
menjelaskan bahwa perusahaan yang sebagian besar aktivanya berasal dari aktiva
tetap, maka akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang
dibandingkan dengan modal sendiri, karena aktiva tetap seperti tanah dan
bangunan, dapat dijadikan jaminan untuk menutupi hutang-hutangnya. Hal ini
sesuai dengan Brigham dan Houston (2001:184) menyatakan bahwa secara umum
perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah
mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan.
Hasil penelitian yang tidak konsisten pada variabel risiko bisnis
diantaranya dilakukan oleh Anwar, dkk (2015), dan Bayunitri dan Malik (2013)
yang menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal. Bertentangan dengan itu, Anita dan Sembiring (2016)
6
menunjukkan bahwa risiko bisnis berpengaruh positif signifikan terhadap struktur
modal. Sedangkan Mufarokah (2013), Sawitri dan Lestari (2015) menyatakan
bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Risiko bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan atas
tingkat pengembalian terhadap total aktiva. Menurut pecking order theory,
semakin tinggi risiko bisnis, maka perusahaan harus menggunakan hutang lebih
kecil dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah. Hal
ini disebabkan karena perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi
menghasilkan laba yang berfluktuasi antara satu periode dengan periode lain,
sehingga penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam
mengembalikan hutangnya. Oleh karena itu perusahaan dituntut menggunakan
retained earning dalam pendanaannya untuk menghindari kebangkrutan dari
pemakaian hutang tersebut.
Hasil penelitian yang tidak konsisten selanjutnya yaitu pada variabel
ukuran perusahaan, yang diteliti oleh Putri (2012), dan Karaye, dkk (2015)
menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap
struktur modal. Hasil ini bertentangan dengan Jahanzeb, dkk (2014) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal. Sedangkan Bhawa dan Dewi S (2015) serta Krisnanda dan
Wiksuana (2015) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
7
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya ukuran suatu
perusahaan dilihat dari penjualan bersih atau total aset dalam perusahaan. Besar
kecilnya ukuran perusahaan sangat mempengaruhi keputusan manajemen dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Semakin besar ukuran suatu perusahaan,
maka kecenderungan penggunaan hutang juga akan semakin besar. Hal ini
disebabkan karena perusahaan yang lebih besar akan membutuhkan modal yang
lebih besar pula untuk membiayai operasionalnya dan untuk mempertahankan
eksistensinya di dunia bisnis. Perusahaan akan berlomba-lomba menciptakan
inovasi baru untuk menghasilkan laba yang akan digunakan untuk
mengembangkan perusahaan. Berdasarkan signalling theory, semakin besar
ukuran perusahaan maka perusahaan akan memperoleh reputasi yang bagus
dimata para kreditur, sehingga akan memudahkan untuk mendapatkan kredit.
Oleh karena itu ukuran perusahaan yang besar merupakan sinyal positif bagi
kreditur untuk memberikan pinjaman.
Hasil yang tidak konsisten pada penjelasan tersebut mendorong peneliti
untuk mengkaji kembali pengaruh struktur aktiva, risiko bisnis, dan ukuran
perusahaan terhadap struktur modal. Research gap mengenai pengaruh struktur
aktiva, risiko bisnis, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal
menimbulkan pertanyaan ada tidaknya pengaruh variabel tersebut terhadap
struktur modal. Sehingga penelitian ini akan memunculkan variabel profitabilitas
sebagai variabel moderating yang diduga dapat memoderasi pengaruh struktur
aktiva, risiko bisnis, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Pengambilan
profitabilitas sebagai variabel moderating karena hasil penelitian terdahulu yang
8
menunjukkan hasil yang konsisten terhadap struktur modal. Profitabilitas adalah
salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan yang merupakan kemampuan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan selama periode tertentu. Profitabilitas
merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan serta
merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting, karena untuk
dapat melangsungkan hidupnya suatu perusahaan harus berada dalam keadaan
yang menguntungkan (profitable).
Nuswandari (2013) mengatakan bahwa perusahaan yang mempunyai
profitabilitas yang tinggi akan mengalokasikan sebagian besar keuntungannya
pada laba yang tidak dibagi, sehingga perusahaan akan menggunakan dana
internal yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan. Hal
ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan
dalam memenuhi pendanaannya lebih memilih menggunakan pendanaan internal
yaitu yang berasal dari laba ditahan daripada menggunakan pendanaan eksternal.
Namun perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi juga diduga akan
menggunakan hutang yang lebih banyak, karena signalling theory menyatakan
apabila nilai ROA meningkat yang berarti laba bersih yang dimiliki perusahaan
juga tinggi, hal ini dapat dijadikan sinyal untuk para kreditur dalam mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar pokok dan bunga pinjaman. Dengan
adanya laba yang memadai, pemberi pinjaman dapat diyakinkan bahwa
perusahaan dapat membayar hutang dan bunga secara teratur pada mereka
sehingga kreditur akan dengan mudah memberikan pinjaman kepada perusahaan
9
tersebut. Jadi profitabilitas diharapkan dapat memoderasi pengaruh struktur
aktiva, risiko bisnis, dan ukuran perusahaan.
Objek penelitian ini yaitu perusahaan property and realestate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2015. Pentingnya
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal serta berdasarkan
fenomena gap dan research gap yang telah disampaikan di atas, maka skripsi ini
akan disusun dengan judul “Pengaruh Struktur Aktiva, Risiko Bisnis, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Struktur Modal dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Moderating”.
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang dan tinggi rendahnya
struktur modal dapat dipengaruhi oleh:
1. Struktur aktiva yang dimiliki perusahaan
2. Risiko bisnis pada perusahaan
3. Pajak yang menjadi tanggungan perusahaan
4. Stabilitas penjualan perusahaan
5. Ukuran perusahaan atau besar kecilnya perusahaan
6. Growth opportunity dalam perusahaan.
7. Tingkat pertumbuhan perusahaan
8. Umur perusahaan
9. Tingkat profitabilitas perusahaan
10. Likuiditas perusahaan
11. Pertumbuhan aktiva perusahaan
10
12. Pertumbuhan penjualan perusahaan
13. Fleksibilitas keuangan
14. Leverage operasi perusahaan
15. Dividend payout ratio yang dibagikan perusahaan.
1.3. Cakupan Masalah
Cakupan masalah berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di
atas yaitu difokuskan pada:
1. Penelitian ini menguji pengaruh struktur aktiva, risiko bisnis, dan ukuran
perusahaan terhadap struktur modal dengan profitabilitas sebagai variabel
moderating.
2. Objek penelitian dilakukan pada perusahaan property and realestate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan
periode 2013-2015.
1.4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan sebelumnya adalah :
1. Apakah struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal?
2. Apakah risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal?
4. Apakah profitabilitas memoderasi pengaruh struktur aktiva terhadap struktur
modal?
11
5. Apakah profitabilitas memoderasi pengaruh risiko bisnis terhadap struktur
modal?
6. Apakah profitabilitas memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap
struktur modal?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini berdasarkan perumusan masalah di atas adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh positif struktur aktiva terhadap struktur modal.
2. Untuk menganalisis pengaruh negatif risiko bisnis terhadap struktur modal.
3. Untuk menganalisis pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap struktur
modal.
4. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas dalam memoderasi struktur aktiva
terhadap struktur modal.
5. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas dalam memoderasi pengaruh
risiko bisnis terhadap struktur modal.
6. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas dalam memoderasi ukuran
perusahaan terhadap struktur modal.
1.6. Kegunaan Penelitian
1.6.1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alat untuk memverifikasi
teori-teori yang dirujuk dalam penelitian ini, yaitu trade off theory, pecking order
theory, dan signalling theory dalam kaitannya dengan pengaruh struktur aktiva,
risiko bisnis, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal yang dimoderasi
oleh profitabilitas. Verifikasi teori tersebut diharapkan dapat memberikan bukti
12
berlaku atau tidak berlakunya teori-teori yang dirujuk dalam penelitian pada
perusahaan property dan realestate dalam kurun waktu 3 tahun, yaitu tahun 2013
sampai dengan tahun 2015.
Dalam penelitian ini dihadirkan profitabilitas sebagai variabel moderating.
Apabila variabel tersebut dapat terbukti secara nyata memiliki peran dalam
memoderasi pengaruh struktur aktiva, risiko bisnis, dan ukuran perusahaan, maka
hasil penelitian ini dapat memberikan wacana baru dan menjadi referensi untuk
mengembangkan trade of theory, pecking order theory, dan signalling theory.
1.6.2. Kegunaan Praktis
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
membuat kebijakan yang berhubungan dengan pembentukan struktur modal
untuk menghasilkan struktur modal yang optimal dan juga dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan besarnya sumber dana yang
diperlukan (baik dari pinjaman ataupun ekuitas) dalam rangka membiayai
aktivitas operasional perusahaan.
2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
investor mengenai kondisi perekonomian atau prospek perusahaan sebelum
investor menanamkan modalnya pada suatu perusahaan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah informasi dan wacana
yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian lebih lanjut.
1.7. Orisinalitas Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen dengan profitabilitas
sebagai variabel moderating. Penelitian terdahulu belum ada yang meneliti
13
variabel tersebut secara bersama. Hadiah (2015) menggunakan tiga variabel
independen yaitu struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan likuiditas dengan
profitabilitas sebagai variabel moderating. Orisinalitas dapat terlihat dari
penambahan variabel risiko bisnis, serta tidak adanya variabel likuditas sebagai
variabel independen dalam penelitian ini. Hal ini didasarkan pada penelitian
sebelumnya yang menunjukkan hasil yang inkonsisten pada variabel risiko bisnis
dan lebih banyak menunjukkan hasil yang konsisten pada variabel likuiditas.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Trade off Theory
Trade off theory dikemukakan oleh Mars (1982). Teori ini menyatakan
bahwa struktur modal yang optimal ditentukan berdasarkan pada perimbangan
antara manfaat dan biaya yang timbul akibat penggunaan hutang. Trade-off theory
merupakan teori struktur modal yang menyatakan bahwa perusahaan menukar
manfaat pajak dari pendanaan hutang dengan masalah yang ditimbulkan oleh
potensi kebangkrutan. Pada dasarnya, tambahan hutang masih dapat dilakukan
(ditoleransi) oleh perusahaan selama manfaat yang diberikan masih lebih besar
daripada biaya akibat hutang itu sendiri. Selain itu tambahan hutang masih dapat
dilakukan selama masih adanya aktiva tetap sebagai jaminan, tetapi jika biaya
hutang sudah terlalu tinggi, perusahaan seharusnya tidak menambah hutang lagi
untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan. Di sisi lain, teori ini juga
menyatakan bahwa suatu perusahaan tidak akan mencapai nilai optimal jika
pendanaan dibiayai oleh hutang sepenuhnya atau tidak menggunakan hutang sama
sekali (Joni dan Lina, 2010). Sehingga untuk itu manajer perusahaan harus secara
cermat dan tepat dalam mengelola hutang dalam struktur modalnya.
2.2. Pecking Order Theory
Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961,
sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers dan Maljuf
tahun 1984. Teori ini menjelaskan bahwa keputusan pendanaan perusahaan
15
memiliki suatu hierarki. Perusahaan akan lebih cenderung untuk menggunakan
sumber pendanaan internal yaitu laba ditahan dibandingkan penggunaan dana
eksternal, karena sumber pendanaan eksternal dapat membahayakan perusahaan
jika perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya (Wigati, 2014). Namun
apabila perusahaan tidak memiliki dana internal yang memadai, maka alternatif
yang dipilih adalah dana yang berasal dari eksternal, akan tetapi perusahaan harus
bisa menciptakan kondisi yang bisa menguntungkan perusahaan, yaitu dengan
cara membatasi penggunaan sumber pendanaan eksternal tersebut. Urut-urutan
yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal pendanaan adalah yang pertama laba
ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan yang terakhir adalah penerbitan
ekuitas baru.
Menurut Myers dan Maljuf (1984) dalam Cristie (2014), ada dua alasan
mengapa pendanaan eksternal dalam bentuk hutang lebih disukai daripada modal
sendiri yang berasal dari luar perusahaan (eksternal). Alasan yang pertama adalah
pertimbangan cost of capital. Perusahaan lebih memilih pendanaan dalam bentuk
hutang karena cost of debt dianggap lebih murah dibandingkan cost of equity yang
muncul ketika menerbitkan saham baru. Alasan yang kedua, manajer khawatir
jika penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para
investor dan membuat harga saham akan turun. Penerbitan saham baru oleh suatu
perusahaan umumnya dipandang negatif oleh investor karena manajer cenderung
menerbitkan saham baru ketika harga saham tersebut overpriced. Hal ini
disebabkan antara lain karena kemungkinan adanya informasi asimetrik
(asymmetric information) antara pihak manajer dengan pihak modal. Menurut
16
Bringham dan Houston (2006:38) asymmetric information adalah situasi dimana
manajer memiliki informasi yang berbeda (lebih baik) tentang prospek perusahaan
daripada yang dimiliki investor.
2.3. Signalling Theory
Istilah sinyal (signal) dalam signalling theory diartikan sebagai tindakan
yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada
investor mengenai bagaimana cara pandang manajemen terhadap prospek
perusahaan (Brigham dan Houston, 2006:40). Signalling theory adalah teori yang
menerangkan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi
petunjuk kepada investor tentang cara manajemen memandang prospek
perusahaan.
Teori signalling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk
memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam perusahaan pada umumnya
memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan investor
luar. Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat
dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.
Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak,
termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan
dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar
manajemen). Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal
terutama karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar
ketidakpastiannya. Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak
17
langsung dengan entitas atau perusahaannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa
yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi
tidak sebesar para pengguna eksternal. Hal tersebut dinamakan asimetri informasi
antara pihak eksternal dan internal di mana pihak internal perusahaan mengetahui
lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dibandingkan
pihak eksternal.
Ukuran perusahaan yang semakin besar memberkan sinyal bagi pihak
eksternal bahwa perusahaan mampu berkembang dengan baik di tengah
persaingan dunia bisnis. Ukuran perusahaan yang besar juga memberikan
kepercayaan kepada kreditur mengenai prospek perusahaan di masa depan dan
diharapkan mampu memberikan pengembalian atas pinjaman yang diberikan oleh
kreditur. Selain itu, tingginya profitabilitas juga akan memberikan sinyal positif
kepada pihak eksternal berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan.
2.4. Struktur Modal
Menurut Riyanto (2011:22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen
di mana mencerminkan pula perimbangan antara hutang jangka panjang dan
modal sendiri. Sedangkan menurut Nuswandari (2013) struktur modal adalah
bauran penggunaan dana yang berasal dari ekuitas dan hutang. Kemudian menurut
Raharjaputra (2009:212) sruktur modal perusahaan merupakan campuran atau
proporsi antara hutang jangka panjang dan ekuitas, dalam rangka mendanai
investasinya (operating assets). Jadi kesimpulannya struktur modal merupakan
perimbangan atau proporsi antara jumlah hutang dan modal sendiri dalam
18
mendanai kegiatan operasional suatu perusahaan. Menurut Riyanto (2011:209),
sumber modal dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Sumber Modal Internal
Sumber modal internal merupakan modal yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan
yang berupa laba ditahan dan akumulasi penyusutan. Laba ditahan adalah
keuntungan yang dihasilkan perusahaan yang sebagian dibayarkan sebagai
dividen dan sebagian lagi ditahan oleh perusahaan.
2. Sumber Modal Eksternal
Sumber modal eksternal merupakan modal yang diperoleh dari luar perusahaan
yang berasal dari kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam
perusahaan. Modal yang berasal dari kreditur merupakan hutang yang disebut
modal asing. Sedangkan modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil
bagian di dalam perusahaan merupakan modal yang akan tetap ditanamkan di
perusahaan yang disebut modal sendiri.
Perusahaan dalam meminimalisir ketergantungan dari pihak luar, tentu
akan lebih memilih modal dari dalam. Akan tetapi, ada kalanya modal dari dalam
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan ataupun untuk
mengembangkan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan juga membutuhkan
dana dari pihak luar. Dana dari pihak luar dapat diperoleh melalui hutang ataupun
menerbitkan saham baru. Akan tetapi menerbitkan saham baru membutuhkan
biaya yang sangat mahal. Jika menggunakan hutang, maka ketergantungan kepada
pihak luar akan semakin besar dan risiko finasial juga semakin besar. Oleh karena
19
itu, diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara sumber dana internal
dan eksternal tersebut.
Riyanto (2011:294) mengatakan, untuk menjaga keseimbangan struktur
modal maka sebaiknya hutang yang digunakan tidak lebih besar dari modal yang
dimiliki sehingga modal yang dijamin (hutang) tidak lebih besar dari modal yang
menjadi jaminannya (modal sendiri). Menurut Natijah (2015) struktur modal yang
optimal mampu menjadi pondasi yang kuat bagi perusahaan untuk menjalankan
aktivitas produksinya, serta mampu mendatangkan keuntungan yang optimal bagi
perusahaan dan para pemegang sahamnya. Dengan demikian akan memberikan
tanggapan yang positif bagi para pemilik modal. Sedangkan menurut Brigham dan
Houston (2006:7) struktur modal yang optimal harus mencapai suatu
keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan
harga saham perusahaan. Jadi kesimpulannya struktur modal yang optimal harus
menyeimbangkan hutang dan modal sendiri sehingga mampu meminimalkan
risiko dan mendatangkan keuntungan yang optimal bagi perusahaan.
Struktur modal dapat dianalisis dengan rumus sebagai berikut :
1. Debt to Assets Ratio (DAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan
dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah
modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan. Rumus untuk mencari DAR dapat digunakan
sebagai berikut (Kasmir, 2008:156) :
20
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiban
yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Rasio ini juga dapat berarti
sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban membayar
hutangnya dengan jaminan modal sendiri. Rumus untuk mencari DER dapat
digunakan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas sebagai berikut
(Kasmir, 2008:158) :
3. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang
diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar
perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri atau seberapa
besar hutang jangka panjang dijamin oleh modal sendiri. Rumus untuk mencari
LTDtER adalah dengan menggunakan perbandingan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri sebagai berikut (Kasmir, 2008:159) :
Rasio struktur modal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah debt
to equity ratio (DER).
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Cristie (2014),
Wahyuni dan Suryantini (2012), Suweta dan Dewi (2016) yang menggunakan
21
debt to equity ratio (DER). DER menunjukkan perbandingan antara total hutang
dengan total modal sendiri. Rasio ini yang paling sering dilihat oleh kreditur saat
akan memberikan hutang pada sebuah perusahaan, karena dari rasio ini bisa
melihat seberapa besar tingkat risiko suatu perusahaan. Semakin tinggi DER
menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibandingkan dengan total
modal sendiri, sehingga tingkat risiko suatu perusahaan semakin tinggi karena
pendanaan dengan menggunakan hutang semakin besar.
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Struktur modal dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, Natijah (2015)
mengemukakan bahwa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap struktur modal
adalah struktur aktiva. Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva
tetap dengan total aktiva yang dimliki perusahaan. Jika nilai aktiva berwujud yang
dimiliki perusahaan semakin besar, maka aktiva ini dapat digunakan sebagai
jaminan hutang jangka panjang yang akan semakin mengurangi risiko dari
kesulitan seperti biaya tetap dari hutang. Aktiva tetap seringkali digunakan
sebagai jaminan dalam mendapatkan hutang yang lebih banyak dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki aktiva tetap lebih sedikit. Sehingga perusahaan
yang aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak
menggunakan hutang.
Hapsari (2017) menjelaskan ukuran perusahaan sebagai faktor yang
mempengaruhi struktur modal. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan
total aktiva atau total penjualan besih. Ukuran perusahaan sering dijadikan
22
indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, di
mana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi
krisis dalam menjalakan usahanya. Perusahaan yang lebih besar cenderung untuk
mengungkapkan lebih banyak informasi kepada investor luar daripada perusahaan
yang kecil. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar
untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Sehingga semakin besar ukuran
perusahaan kecenderungan untuk menggunakan hutang lebih besar untuk
memenuhi kebutuhan modal dari pada perusahaan kecil.
Putri (2012) menjelaskan faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu
profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan keuntungan pada tingkat penjualan tertentu dalam suatu periode.
Menurut Myers dalam Dimitri (2013) menemukan bahwa perusahaan yang
menghasilkan pendapatan tinggi dan diekspektasi untuk menggunakan lebih
sedikit hutang dalam pengoperasian daripada perusahaan yang belum
menghasilkan pendapatan yang cukup tinggi. Perusahaan dengan tingkat
profitable yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai kebutuhan
pendanaannya dengan menggunakan dana internal.
Natijah (2015) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi struktur
modal yaitu pertumbuhan aktiva. Menurut Brigham dan Houston (2006:42),
pertumbuhan aktiva menunjukkan perubahan (peningkatan atau penurunan) total
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dapat dilihat seberapa besar pertumbuhan
aktiva mempengaruhi struktur modal di mana perusahaan yang tumbuh pesat
dengan tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi cenderung mengandalkan modal
23
dari luar perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan aktiva yang rendah
kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba ditahan.
Terjadinya peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin
menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya
kepercayaan pihak luar (kreditur) terhadap perusahaan, maka proporsi hutang
akan semakin lebih besar dari pada modal sendiri.
Menurut Eviani (2015) faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu
dividend payout ratio. Divident payout ratio atau rasio pembayaran dividen
adalah rasio yang melihat earning atau laba yang dibayarkan sebagai dividen
kepada investor dari hasil laba perusahaan. Pembayaran dividen oleh perusahaan
dapat mencerminkan kondisi keuangan perusahaan tersebut. Perusahaan akan
membayar dividen jika mendapatkan laba dan memiliki dana internal yang
mencukupi. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi pada perusahaan yang
menderita kerugian yang tetap membagikan dividen dengan tujuan demi
meningkatkan nilai perusahaan. Besarnya dividen yang dibagikan perusahaan
tergantung pada laba yang dihasilkannya. Apabila perusahaan cenderung
membagikan dividen yang besarnya tetap, maka pembayaran dividen tersebut
akan menjadi beban tetap bagi perusahaan. Kondisi demikian akan mempersulit
perusahaan yang menggunakan hutang dengan porsi yang tinggi. Perusahaan
dengan hutang yang tinggi akan sulit memenuhi pembayaran dividen yang tetap
tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan hutang yang tinggi akan
menimbulkan beban tetap dari hutang yang tinggi pula yang harus dibayar oleh
24
perusahaan. Sehingga perusahaan akan mengandalkan pendanaan internal untuk
mengurangi risiko kesulitan pembayaran deviden.
Menurut Sawitri dan Lestari (2015) faktor yang mempengaruhi struktur
modal yaitu pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan merupakan kenaikan
jumlah penjualan dari tahun ke tahun. Brigham dan Houston (2006) menyatakan
bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat dengan aman
mengambil lebih banyak hutang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi,
dibandingkan perusahaan yang kurang stabil penjualannya. Pertumbuhan
penjualan yang semakin baik akan memperoleh peningkatan pendapatan, sehingga
perusahaan akan mudah melunasi angsuran hutang beserta bunganya.
Amalia dan Hidayati (2016) mengatakan faktor yang mempengaruhi
struktur modal yaitu risiko bisnis. Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang
dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis tersebut
merupakan risiko yang mencakup intrinsic business risk, financial leverage risk,
dan operating leverage risk. Ketika perusahaan menggunakan pendanaan yang
berasal dari hutang maka risiko yang dihadapi perusahaan akan meningkat seiring
dengan penggunaan besarnya hutang. Sehingga perusahaan dengan risiko yang
tinggi seharusnya menggunakan hutang yang lebih sedikit untuk menghindari
kemungkinan kebangkrutan.
Devi dan Wahyuni (2017) mengatakan faktor yang mempengaruhi struktur
modal yaitu kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan
saham oleh manajemen perusahaan. Masalah keagenan akan berkurang karena
selarasnya antara kepentingan pemegang saham dan manajemen perusahaan.
25
Manajer mempunyai jumlah informasi yang sangat banyak karena mereka berada
dalam lingkup operasional. Manajer menginginkan keuntungan untuk perusahaan
sebagai manajer itu sendiri dan keuntungan sebagai pemegang saham. Manajer
akan memilih hutang untuk dijadikan sumber pendanaan modal karena
mempunyai risiko perusahaan lebih kecil dan menguntungkan manajer sebagai
pemegang saham yang dilihat berdasarkan nilai kepemilikan saham
yang tidak berkurang.
Menurut Firnanti (2011) struktur modal dipengaruhi oleh faktor time
interest earned. Time interest earned merupakan kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga pinjamannya kepada pihak kreditur dengan menggunakan
pendapatan dari kegiatan operasionalnya. Secara umum semakin tinggi rasio time
interest earned, maka semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar
bunga pinjaman dan memudahkan mendapatkan pinjaman baru dari pihak
kreditur. Kepercayaan tersebut dapat meningkatkan hutang perusahaan yang
selanjutnya akan berpengaruh pada peningkatan struktur modal perusahaan.
Namun sebaliknya, apabila rasio ini rendah, maka semakin rendah pula
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan biaya lainnya. Hal ini akan
menjadi bahan pertimbangan pihak kreditur dalam memberikan pinjaman kepada
perusahaan tersebut.
Primantara dan Dewi (2016) mengatakan bahwa struktur modal
dipengaruhi oleh pajak. Pajak merupakan hal yang sangat penting dalam
penentuan struktur modal suatu perusahaan. Keuntungan dari digunakannya
hutang yaitu adanya keringanan pajak atau penghematan pajak. Penghematan
26
pajak merupakan besarnya pajak yang dapat dihemat perusahaan akibat dari
digunakannya utang dalam struktur modal. Brigham dan Houston (2006:5)
menyatakan bahwa hutang mempunyai keunggulan berupa pembayaran bunga
dapat digunakan untuk mengurangi pajak sehingga biaya pajak yang harus dibayar
menjadi lebih rendah. Keadaan inilah yang telah mendorong adanya penggunaan
hutang yang semakin besar di dalam struktur modal perusahaan.
Devi dan Wahyuni (2017) mengatakan faktor yang mempengaruhi struktur
modal yaitu likuiditas. Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang
dimilikinya. Semakin besar rasio likuiditas suatu perusahaan maka semakin besar
kemampuan perusahaan tersebut membayar kewajiban dan begitu juga
sebaliknya. Perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung
tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini di sebabkan perusahaan
dengan tingkat likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga
perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internal terlebih dahulu untuk
membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal
menggunakan hutang.
Menurut Stella (2015) umur perusahaan merupakan faktor yang
mempengaruhi struktur modal. Umur perusahaan merupakan hal penting yang
menyangkut dalam perhitungan strukur modal. Umur perusahaan dihitung dari
sejak tahun perusahaan didirikan hingga periode penelitian. Perusahaan yang telah
lama berdiri dimungkinkan memiliki reputasi yang lebih baik daripada perusahaan
yang baru saja berdiri. Perusahaan yang lebih muda akan lebih sulit dalam
27
memenuhi pendanaan dengan modal sendiri dan lebih bergantung pada hutang.
Hal ini memungkinkan perusahaan yang usianya lebih muda akan memiliki rasio
hutang yang lebih tinggi dari perusahaan yang usianya lebih tua. Perusahaan yang
lebih tua diasumsikan mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi dimata para
investor, sehingga memudahkan perusahaan dalam mendapatkan penanaman
modal dari para investor. Kondisi yang demikian mengakibatkan perusahaan akan
lebih memilih pendanaan dengan ekuitas dibandingkan dengan hutang jangka
panjang, sehingga akan menurunkan rasio struktur modal.
Jadi, dari beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut
para peneliti tersebut, penelitian ini akan mencoba untuk menyederhanakannya.
Faktor-faktor yang akan diambil dalam penelitian ini antara lain struktur aktiva,
risiko bisnis, ukuran perusahaan, dan profitabilitas di mana faktor-faktor tersebut
dianggap sangat dominan dalam mempengaruhi struktur modal. Pemilihan faktor-
faktor tersebut juga didasarkan karena keempatnya merupakan faktor intern
perusahaan, di mana kondisi intern perusahaan sangat menentukan komposisi
struktur modal perusahaan serta adanya perbedaaan hasil penelitian-penelitian
sebelumnya yang telah dibahas di bab 1, sehingga penelitian ini tertarik untuk
menguji kembali faktor struktur aktiva, risiko bisnis, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas sebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal.
2.5.1. Struktur Aktiva
Aktiva atau aset merupakan harta atau kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu (Kasmir, 2008:39).
Suatu perusahaan memiliki dua jenis aktiva yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.
28
Menurut Kasmir (2008:39) aktiva lancar adalah harta atau kekayaan yang segera
dapat diuangkan (ditunaikan) pada saat dibutuhkan dan paling lama satu tahun.
Sedangkan aktiva tetap adalah harta atau kekayaan yang dimiliki perusahaan yang
digunakan dalam jangka panjang lebih dari satu tahun.
Kedua unsur aktiva ini akan membentuk struktur aktiva. Menurut Weston
dan Brigham (2005:175) struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan
antara aktiva tetap dan total aktiva. Sama halnya yang dikatakan oleh Suweta dan
Dewi (2016) struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan
total aktiva. Kemudian menurut Ichwan dan Widyawati (2015) struktur aktiva
adalah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan
yang diharapkan akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang, yang terdiri
dari aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, aktiva lancar, dan aktiva tidak lancar. Jadi
dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva adalah kekayaan atau sumber-sumber
ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan bisa memberikan
manfaat di masa yang akan datang yang merupakan perimbangan atau
perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva.
Struktur aktiva diketahui dengan membandingkan total aktiva tetap dan
total aktiva yang dimiliki perusahaan. Total aktiva tetap diketahui dengan
menjumlahkan rekening-rekening aktiva tetap berwujud perusahaan seperti tanah,
gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, dan aktiva tetap berwujud lainnya
kemudian dikurangi akumulasi penyusutan aktiva tetap. Total aktiva dalam
penelitian ini diketahui dengan menjumlahkan aktiva lancar dan aktiva tidak
lancar perusahaan.
29
Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan
jaminan. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan hutang dalam jumlah besar, dikarenakan besarnya aset tetap
tersebut dapat digunakan sebagai jaminan hutangnya. Brigham dan Houston
(2001:184) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan
terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang
tidak memiliki jaminan.
Rasio untuk mengukur struktur aktiva yaitu sebagai berikut (Weston dan
Brigham, 2005:175) :
Rasio struktur aktiva yang menjadi fokus dalam penelitian ini merupakan
perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva yang mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011), Suweta dan
Dewi (2016), Natijah (2015), Ichwan dan Widyawati (2015). Tujuan dari
perhitungan rasio ini adalah untuk mengetahui seberapa besar porsi aktiva tetap
yang dapat dijadikan perusahaan sebagai jaminan atas pinjaman yang
dilakukannya.
2.5.2. Risiko Bisnis
Halim (2005:42) mengatakan risiko adalah besarnya penyimpangan antara
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat
pengembalian aktual (actual return). Sedangkan risiko bisnis adalah suatu fungsi
dari ketidakpastian yang inheren di dalam proyeksi pengembalian atas modal yang
diinvestasikan di dalam perusahaan (Brigham dan Houston, 2006:9). Menurut
30
Amalia dan Hidayati (2016) risiko bisnis adalah ketidakpastian yang melekat
dalam proyeksi tingkat pengembalian aktiva masa depan. Kemudian menurut
Weston dan Copeland (1996:4) menyatakan bahwa risiko bisnis adalah berbagai
variabilitas dari hasil pengembalian yang diharapkan sebelum pajak (EBIT)
terhadap total aktiva perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa risiko bisnis
adalah ketidakpastian tingkat pengembalian atau laba sebelum bunga dan pajak
(EBIT) atas total aktiva yang dimiliki perusahaan.
Suatu perusahaan dinilai menghadapi risiko bisnis jika ia menghasilkan
laba yang berfluktuasi antara satu periode dengan periode lain (Joni dan Lina,
2010). Perusahaan dengan risiko bisnis yang besar harus menggunakan hutang
lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai risiko bisnis
rendah. Hal ini disebabkan karena semakin besar risiko bisnis, penggunaan hutang
besar akan mempersulit perusahaan dalam mengembalikan hutang mereka. Risiko
bisnis tergantung pada sejumlah faktor, di mana faktor yang lebih penting akan
dicantumkan di bawah ini (Brigham dan Houston, 2006:11):
1. Variabilitas Permintaan
Semakin stabil permintaan akan produk sebuah perusahaan, jika hal-hal lain
dianggap konstan, maka semakin rendah risiko bisnisnya.
2. Variabilitas Harga Jual
Perusahaan yang produk-produknya dijual di pasar yang sangat tidak stabil
akan terkena risiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang menjual produk ke pasar yang stabil.
31
3. Variabilitas biaya input
Perusahaan yang biaya inputnya sangat tidak pasti akan terkena tingkat risiko
bisnis yang tinggi.
4. Kemampuan untuk Menyesuaikan Harga Output terhadap Perubahan Biaya
Input
Beberapa perusahaan memiliki kemampuan yang lebih baik daripada yang
lain untuk menaikkan harga outputnya ketika biaya input naik. Semakin besar
kemampuan melakukan penyesuaian harga output untuk mencerminkan
kondisi biaya, maka semakin rendah tingkat risiko bisnisnya.
5. Kemampuan untuk Mengembangkan Produk-Produk Baru pada Waktu yang
Tepat dan Efektif dalam Hal Biaya
Perusahaan dituntut untuk selalu mengembangkan produk dengan inovasi-
inovasi baru agar tidak tergeser oleh pesaing. Semakin cepat produknya
menjadi usang, semakin tinggi risiko bisnis perusahaan.
6. Pemaparan Risiko Luar Negeri
Perusahaan yang menghasilkan sebagian besar labanya dari operasi luar
negeri dapat terkena penurunan laba akibat fluktuasi nilai tukar.
7. Komposisi Biaya Tetap: Leverage Operasi
Risiko bisnis bergantung pada seberapa besar biaya tetap yang digunakan
dalam operasi perusahaan. Jika biaya tetap tinggi, bahkan jika penurunan
penjualan yang kecil sekalipun akan menyebabkan penurunan laba yang
besar. Semakin tinggi biaya tetap suatu perusahaan maka semakin besar
risiko usahanya.
32
Risiko bisnis dapat diukur dengan rumus:
(Amalia dan Hidayati, 2016)
Risiko Bisnis = STD Return Saham
(Seftianne dan Handayani, 2011)
(Mardiansyah, 2013)
Rasio risiko bisnis yang menjadi fokus dalam penelitian adalah standar
deviasi EBIT dibagi total aktiva.
Rasio ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Naur dan Nafi (2017),
Anita dan Sembiring (2016), Mandagi, dkk (2015). Besar kecilnya risiko bisnis
dilihat dari standar deviasi dari EBIT dibagi total aktiva, sehingga dari pembagian
itu dapat dilihat besar kecilnya risiko bisnis yang ditentukan dari total aktiva yang
dimiliki perusahaan.
2.5.3. Ukuran Perusahaan
Brigham dan Houston (2001:117) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai
beberapa tahun kemudian. Sedangkan menurut Joni dan Lina (2010) ukuran
perusahaan merupakan gambaran kemampuan finansial perusahaan dalam suatu
periode tertentu. Dalam beberapa penelitian, kemampuan finansial perusahaan
dilihat dari berbagai sisi, yaitu dilihat dari penjualan bersih atau aktiva yang
33
dimiliki oleh perusahaan. Menurut Wiagustini dan Pertamawati (2015) ukuran
perusahaan merupakan nilai yang menggambarkan besar-kecilnya suatu
perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah besar
kecilnya suatu perusahaan yang didasarkan pada total aktiva atau total penjualan
bersih.
Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan
dibanding perusahaan berukuran kecil. Kelebihan tersebut antara lain (Sawir,
2004:101) :
1. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan
akses ke pasar modal yang teroganisir, baik untuk obligasi maupun saham.
Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah
kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat
dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan
sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor
mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.
2. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak
keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai
bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan
dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil.
3. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba.
34
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan rumus (Seftianne dan Handayani, 2011) :
Rasio ukuran perusahaan yang menjadi fokus dalam penelitian ini
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011),
Devi,dkk (2017), Wiagustini dan Pertamawati (2015). Penelitian ukuran
perusahaan menggunakan tolak ukur total aktiva. Ukuran perusahaan dinilai
dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar aktiva yang dimiliki
maka ukuran perusahaan dapat dikatakan semakin besar. Total aktiva dijadikan
sebagai indikator ukuran perusahaan karena nilai aktiva relatif lebih stabil
dibandingkan nilai market capitalized dan penjualan (Andriyani dan Khafid,
2014). Sedangkan Log natural digunakan untuk memperhalus aktiva karena nilai
dari aktiva tersebut sangat besar dibanding variabel keuangan lainnya.
2.6. Profitabilitas
Dalam penelitian ini profitabilitas sebagai variabel moderating.
Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba (Joni dan Lina, 2010). Sedangkan menurut Munawir (2004:33)
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam
periode waktu tertentu. Kemudian menurut Sartono (2001:122) profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang
diperoleh dari penjualan, total aktiva maupun modal sendiri pada periode tertentu.
35
Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan , dimana
ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan
sebaliknya. Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan
keputusan perusahaan serta merupakan faktor yang seharusnya mendapat
perhatian penting, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya suatu perusahaan
harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Perusahaan yang
memiliki profitabilitas tinggi akan mengalokasikan sebagian besar keuntungannya
pada laba yang tidak dibagi, sehingga perusahaan akan menggunakan dana
internal yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan. Hal
ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan
dalam memenuhi pendanaannya lebih memilih menggunakan pendanaan internal
yaitu yang berasal dari laba ditahan daripada menggunakan pendanaan eksternal.
Hal tersebut bukan karena perusahaan mempunyai target debt ratio yang rendah,
tetapi karena memerlukan external financing yang sedikit (Suryani dan Khafid,
2015). Sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang rendah,
akan lebih banyak menggunakan hutang karena dana internal tidak akan
mencukupi untuk kebutuhan operasionalnya.
Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio
keuntungan atau rasio profitabilitas (Kasmir, 2008:196). Manfaat rasio
profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi
juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan
atau kepentingan dengan perusahaan. Kasmir (2008:197) menerangkan bahwa
36
tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi
pihak luar perusahaan yakni :
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang .
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik pinjaman maupun modal sendiri.
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama
laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk
beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan posisi
keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau
kenaikan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen sehingga dapat
diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan perusahaan tersebut.
Profitabilitas dapat diukur dengan rumus (Kasmir, 2008:200) :
1. Net Profit Margin
37
2. Return On Equity (ROE)
3. Return On Assets
Rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah return
on assets (ROA).
ROA merupakan perbandingan laba bersih setelah bunga dan pajak dengan total
aset. Penggunaan laba bersih setelah bunga dan pajak dikarenakan untuk
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan total aset untuk
memperoleh laba setelah dikurangi pajak dan bunga. Penelitian ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Devi, dkk (2017), Anwar, dkk (2015), Primantara
dan Dewi (2016) yang menggunakan rasio on assets (ROA). Rasio ini
merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang lainnya
(Widiyanti dan Bakar, 2014). Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang
semakin baik, karena tingkat kembalian akan semakin besar. Dengan mengetahui
ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan
aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.
2.7. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal sudah
banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa penelitian yang digunakan
sebagai acuan untuk menunjang penelitian kali ini diantaranya:
38
Tabel 2.1 Tabel Kajian Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti (Tahun) Judul
Variabel yang
DigunakanHasil
1. Yusuf Ibrahim
Karaye, Dr
Mustapha
Nasidi, Bukar
Amos, Garba
Ibrahim (2015)
The Determinants of Capital Structure of Firms Listed InNigerian Food/Beverages and Tobacco Industry
TangibilityFirm GrowthProfitabilityFirm Size
Tangibility berpengaruh
positif signifikan
terhadap struktur modal.
Firm growthberpengaruh positif
signifikan terhadap
struktur modal.
Profitability berpengaruh
positif signifikan
terhadap struktur modal.
Firm size berpengaruh
positif signifikan
terhadap struktur modal
2. Agha
Jahanzeb,
Norkhairul
Hafiz Bajuri
and Aisha
Ghori (2014)
Do the Firm-level Variables and Human Capital Impact Capital StructureDecisions? AStudy of Non-financial Firms in Pakistan
Firm sizeProfitabilityNon-debt tax shieldLiquidityHuman capital
Firm size berpengaruh
negatif signifikan
terhadap struktur modal.
Profitability berpengaruh
negatif signifikan
terhadap struktur modal.
Non-debt tax shieldberpengaruh negatif
signifikan terhadap
struktur modal. Liquidityberpengaruh negatif
signifikan terhadap
struktur modal. Human capital berpengaruh
negatif signifikan
terhadap struktur modal
3. Meidera Elsa
Dwi Putri
(2012)
Pengaruh
Profitabilitas,
Struktur Aktiva
dan Ukuran
Perusahaan
terhadap Struktur
Modal pada
Perusahaan
Manufaktur
Profitabilitas
Struktur
aktiva
Ukuran
perusahaan
Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal. Struktur
aktiva berpengaruh
positif signifikan
terhadap struktur modal.
Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
39
No Nama Peneliti (Tahun) Judul
Variabel yang
DigunakanHasil
Sektor Industri
Makanan dan
Minuman yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
struktur modal
4. Yuswanandre
Santoso dan
Denies
Priantinah
(2016)
Pengaruh
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan,
Struktur Aktiva,
Likuiditas dan
Growth Opportunityterhadap Struktur
Modal
Perusahaan
Profitabilitas
Ukuran
perusahaan
Struktur
aktiva
Likuiditas
Growth Opportunity
Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal. Ukuran
perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap struktur modal.
Struktur aktiva tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal.
Likuiditas tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal. Growth opportunity berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap struktur modal
5. Bunga Indah
Bayunitri dan
Taufik Akbar
Malik (2013)
Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Struktur Modal
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Listing di Bursa
Efek Indonesia
Struktur
aktiva
Tingkat
penjualan
Tingkat
profitabilitas
Risiko bisnis
Kebijakan
dividen
Struktur aktiva
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
struktur modal
Tingkat penjualan
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
struktur modal. Tingkat
profitabilitas
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
struktur modal. Risiko
bisnis berpengaruh
negatif signifikan
terhadap struktur modal.
Kebijakan dividen tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal
40
No Nama Peneliti (Tahun) Judul
Variabel yang
DigunakanHasil
6. Ni Putu
Yuliana Ria
Sawitri dan
Putu Vivi
Lestari (2015)
Pengaruh Risiko
Bisnis, Ukuran
Perusahaan, dan
Pertumbuhan
Penjualan
terhadap Struktur
Modal
Risiko bisnis
Ukuran
perusahaan
Pertumbuhan
penjualan
Risiko bisnis tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal. Ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal.
Pertumbuhan penjualan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
struktur modal
7. Sulaiman
(2013)
Analisis
Pengaruh
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan,
Struktur Aktiva,
dan Pertumbuhan
Penjualan
terhadap Struktur
Modal
Profitabilitas
Ukuran
perusahaan
Struktur
aktiva
Pertumbuhan
penjualan
Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal. Ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal. Struktur
aktiva berpengaruh
negatif signifikan
terhadap struktur modal.
Pertumbuhan penjualan
berpengaruh secara
signifikan terhadap
struktur modal
8. Ida Bagus
Made Dwija
Bhawa dan
Made Rusmala
Dewi S (2015)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan,
Likuiditas,
Profitabilitas, dan
Risiko Bisnis
terhadap Struktur
Modal
Perusahaan
Farmasi
Ukuran
perusahaan
Likuiditas
Profitabilitas
Risiko Bisnis
Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal.
Likuiditas berpengaruh
positif signifikan
terhadap struktur modal.
Profitabilitas
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
struktur modal. Risiko
bisnis tidak berpengaruh
terhadap struktur modal
41
No Nama Peneliti (Tahun) Judul
Variabel yang
DigunakanHasil
9. Birgita
Maryeta Naur
dan Moch.
Nafi (2017)
Analisis
Pengaruh
Pertumbuhan
Aset, Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas dan
Risiko Bisnis
terhadap Struktur
Modal Sub
Sektor Kosmetik
dan Keperluan
Rumah Tangga
Pertumbuhan
aset
Ukuran
perusahaan
Profitabilitas
Risiko Bisnis
Pertumbuhan aset
berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal.
Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal.
Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal. Risiko
bisnis tidak berpengaruh
terhadap struktur modal
10. Jeny Anwar,
Ria Andini,
SE, MM, dan
Kharis
Raharjo,
SE,M.Si,Ak
(2015)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan,
Risiko Bisnis,
Pertumbuhan
Aset,
Profitabilitas,
Struktur
Kepemilikan, dan
Struktur Aktiva
terhadap Struktur
Modal pada
Perusahaan
Manufaktur di
Bursa Efek
Indonesia Periode
2010-2013
Ukuran
perusahaan
Risiko bisnis
Pertumbuhan
aset
Profitabilitas
Struktur
kepemilikan
Struktur
Aktiva
Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap struktur modal.
Risiko bisnis
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
struktur modal.
Pertumbuhan aset tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal.
Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal. Struktur
kepemilikan tidak
berpengaruh terhadap
sruktur modal. Struktur
aktiva tidak berpengaruh
terhadap struktur modal
11. Abiprayasa
Kawiswara
Weko Hartoyo,
Muhammad
Khafid, dan
Linda
Agustina
(2014)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
struktur modal
perusahaan tekstil
dan garmen di
BEI
Profitabilitas
Ukuran
perusahaan
Struktur
aktiva
Profitabilitas tidak
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
struktur modal. Ukuran
perusahaan tidak
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
struktur modal. Struktur
aktiva memiliki
pengaruh negatif
terhadap struktur modal.
42
No Nama Peneliti (Tahun) Judul
Variabel yang
DigunakanHasil
12. Cahyani
Nuswandari
(2013)
Determinan
struktur modal
dalam perspektif
pecking order theory dan
agency theory
Profitabilitas
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
struktur modal. Risiko
bisnis berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap struktur modal.
Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal. Growth opportunity tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal.
Kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
13. Glenn
Indrajaya,
Herlina, dan
Rini Setiadi
(2011)
Pengaruh struktur
aktiva, ukuran
perusahaan,
tingkat
pertumbuhan,
profitabilitas, dan
risiko bisnis
terhadap sturktur
modal: studi
empiris pada
perusahaan sektor
pertambangan
yang listing di
Bursa Efek
Indonesia periode
2004-2007
Struktur
aktiva
Ukuran
perusahaan
Tingkat
pertumbuhan
Risiko bisnis
Profitabilitas
Struktur aktiva
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
struktur modal. Ukuran
perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap struktur modal.
Tingkat pertumbuhan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal. Risiko
bisnis tidak berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal.
Profitabilitas
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
struktur modal.
43
No Nama Peneliti (Tahun) Judul
Variabel yang
DigunakanHasil
14. Rista Bagus
Santika dan
Bambang
Sudiyatno
(2011)
Menentukan
struktur modal
perusahaan
manufaktur di
Bursa Efek
Indonesia
Pertumbuhan
penjualan
Struktur
aktiva
Profitabilitas
Pertumbuhan penjualan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
struktur modal. Struktur
aktiva tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
Profitabilitas
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
struktur modal.
15. Aida Nurul
Hadiah dan
Suwitho
(2015)
Pengaruh struktur
aktiva, ukuran
perusahaan,
likuiditas
terhadap struktur
modal dan
dimoderating
profitabilitas.
Struktur
aktiva
Ukuran
perusahaan
Likuiditas
Profitabilitas
Struktur aktiva
berpengaruh signifikan
dan positif terhadap
struktur modal. Ukuran
perusahaan berpengaruh
signifikan dan positif
terhadap struktur modal.
Likuiditas berpengaruh
signifikan dan positif
terhadap struktur modal.
Profitabilitas
memoderasi pengaruh
struktur aktiva, ukuran
perusahaan, likuiditas
terhadap struktur modal.
Sumber: Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
2.8. Kerangka Berpikir
2.8.1. Pengaruh Strukur Aktiva terhadap Struktur Modal
Struktur aktiva adalah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang
dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan bisa memberikan manfaat di masa
yang akan datang yang merupakan perimbangan atau perbandingan antara aktiva
tetap dan total aktiva. Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang
dapat dijadikan jaminan. Trade off theory menjelaskan bahwa perusahaan yang
44
mempunyai banyak aktiva tetap dalam struktur aktivanya, maka semakin banyak
kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman yang besar pula, karena
semakin banyak aset tetap yang dapat digunakan sebagai jaminan atas
pinjamannya tersebut. Sebaliknya semakin rendah aktiva tetap dalam struktur
aktiva dari suatu perusahaan, menunjukkan semakin rendah kemampuan
perusahaan tersebut untuk menjamin hutangnya, sehingga akan mengurangi
jumlah hutangnya.
Brigham dan Houston (2001:184) menyatakan bahwa secara umum
perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah
mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan. Hal ini
disebabkan apabila perusahaan tersebut tidak dapat membayar hutang dan
dinyatakan bangkrut, adanya jaminan tersebut bisa dijadikan pertimbangan
kreditur saat akan meminjamkan dananya. Selain itu, aktiva tetap digunakan untuk
keperluan ekspansi, penambahan variasi produk dan modernisasi perusahaan.
Terlebih dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat pada saat ini, setiap
perusahaan dituntut untuk selalu berinovasi dan menghasilkan produk yang
bermutu tinggi, sehingga perusahaan akan membutuhkan dana tambahan untuk
aktiva tetapnya, sehingga mendorong perusahaan mengandalkan hutang daripada
dengan modal sendiri karena modal sendiri tidak akan mencukupi perusahaan
untuk menutup kebutuhan akan aktiva tetapnya.
Dengan demikian, berdasarkan trade off theory perusahaan mengandalkan
struktur aktiva dalam memperoleh hutang, karena aktiva tetap dalam struktur
aktiva perusahaan dapat dijadikan jaminan. Penggunaan hutang dapat
45
menimbulkan beban bunga hutang, namun disisi lain dapat digunakan untuk
pemenuhan pendanaan perusahaan serta perkembangan perusahaan. Beban dari
hutang akan mempengaruhi berkurangnya laba yang diperoleh, sehingga pajak
yang menjadi kewajiban perusahaan akan berkurang. Hal tersebut memicu
perusahaan untuk menggunakan pendanaan eksternal dengan mengandalkan
struktur aktiva yang dimiliki dalam mempermudah mendapatkan pinjaman.
Penggunaan hutang pada tingkat optimal terjadi ketika adanya keseimbangan
antara manfaat dan kerugian yang ditimbulkan. Semakin tinggi struktur aktiva,
maka akan menambah struktur modal perusahaan.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012),
Yovin dan Suryantini (2012), serta Gamaliel dan Sudjarni (2015) di mana struktur
aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal,
menggambarkan bahwa perusahaan tersebut memiliki aktiva yang bisa digunakan
sebagai jaminan hutang dan perusahaan tersebut cenderung akan menggunakan
hutang yang besar. Jadi berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
variabel struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Perusahaan
dengan struktur aktiva yang tinggi cenderung menggunakan hutang lebih besar
daripada perusahaan yang struktur aktivanya rendah.
2.8.2. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal
Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya di masa mendatang. Para prinsipal menginginkan
investasi yang aman dan keuntungan yang sebesar-besarnya dari investasi mereka.
Investasi aman adalah apabila memiliki risiko yang kecil. Besar kecilnya risiko
46
bisa dilihat dari standar deviasi EBIT dibagi dengan total aktiva. Dari pembagian
itu dapat dilihat bahwa besar kecil risiko bisnis ditentukan oleh jumlah total aktiva
yang dimiliki perusahaan. Manajemen juga menginginkan keuntungan untuk
mereka sendiri, yaitu dengan cara meningkatkan aktiva melalui upaya-upaya
ekonomis yang diambil oleh manajemen. Peningkatan aktiva bisa dilakukan
dengan menambah hutang atau dengan memutar laba perusahaan itu sendiri.
Penambahan hutang sebagai modal untuk meningkatkan aktiva tidak serta
merta diambil sesuai yang diinginkan, tetapi juga harus memperhatikan risiko
yang ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan dengan risiko bisnis besar harus
menggunakan hutang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang
mempunyai risiko bisnis rendah. Hal ini disebabkan karena semakin besar risiko
bisnis, penggunaan hutang besar akan mempersulit perusahaan dalam
mengembalikan hutang mereka. Suatu perusahaan dinilai menghadapi risiko
bisnis jika ia menghasilkan laba yang berfluktuasi antara satu periode dengan
periode lain (Joni dan Lina, 2010). Perusahaan yang mengalami fluktuasi laba
menghadapi ketidakpastian kemampuan dalam hal mengumpulkan dana untuk
melunasi pinjamannya kepada kreditur. Perusahaan yang memiliki banyak hutang
akan mengakibatkan meningkatnya risiko kebangkrutan yang dihadapi
perusahaan, karena semakin banyak pula kewajiban yang harus dipenuhinya. Oleh
karena itu, perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi akan berusaha menjaga
porsi hutangnya agar tidak membahayakan perusahaan.
Pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal didukung oleh pecking
order theory yang menjelaskan di mana perusahaan dengan tingkat risiko bisnis
47
yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki risiko bisnis lebih rendah. Risiko
perusahaan yang tinggi pada umumnya lebih mengutamakan penggunaan dana
internal daripada penggunaan hutang maupun penerbitan saham. Umumnya
peningkatan penggunaan hutang meningkatkan tingkat pengembalian yang
diharapkan, tetapi lebih banyak hutang berarti lebih banyak risiko yang harus
ditanggung oleh pemegang saham, dan tingkat kepercayaan kreditur untuk
meminjamkan hutang kepada perusahaan tersebut pun menurun. Sehingga
perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi akan mengurangi penggunaan hutang
untuk menghindari peningkatan risiko bisnis perusahaan, dan lebih menggunakan
pendanaan dari internal yaitu laba ditahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi risiko bisnis maka semakin rendah struktur modal perusahaan.
Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Anwar, dkk
(2015), dan Bayunitri dan Malik (2013) yang menyatakan bahwa risiko bisnis
berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Semakin tinggi risiko
bisnis maka semakin rendah struktur modal karena perusahaan lebih banyak
menggunakan pendanaan yang berasal dari modal sendiri (laba ditahan)
dibandingkan dengan hutang untuk menghindari kebangkrutan. Jadi berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel risiko bisnis berpengaruh negatif
terhadap struktur modal.
2.8.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
didasarkan pada total aktiva atau total penjualan bersih. Besar kecilnya ukuran
48
perusahaan sangat mempengaruhi keputusan manajemen dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya. Penelitian ini diindikatori oleh total aktiva. Semakin
besar aktiva yang dimiliki maka ukuran perusahaan dapat dikatakan semakin
besar. Perusahaan yang ukurannya relatif besar, maka kecenderungan penggunaan
modal eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan kebutuhan dana juga
semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan.
Kenaikan ukuran perusahaan merupakan salah satu tujuan perusahaan
untuk tetap bertahan ditengah persaingan dunia bisnis saat ini. Perusahaan yang
berada pada pertumbuhan yang tinggi membutuhkan dukungan modal yang
semakin besar, atau dengan kata lain perusahan yang semakin besar akan
membutuhkan pendanaan yang lebih besar pula karena untuk mengembangkan
usaha dan untuk mempertahankan eksistensinya di dunia bisnis. Sebuah
perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari
penjualan saham dan lebih memilih mendapatkan modal baru dengan cara lain
termasuk menggunakan hutang (Brigham dan Houston, 2006:39).
Signalling theory menjelaskan di mana perusahaan yang berukuran besar
lebih mudah mendapatkan pinjaman dan juga mudah akses ke pasar modal,
dikarenakan kreditur akan berasumsi bahwa perusahaan besar memiliki
kemungkinan yang relatif kecil akan mengalami kebangkrutaan. Abidah (2013)
mengatakan bahwa ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi
kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, di mana perusahaan
dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam
49
menjalankan usahanya. Oleh karena itu kreditur akan merasa aman memberi
pinjaman kepada perusahaan besar.
Ukuran perusahaan yang besar diyakini bahwa perusahaan tersebut
mampu memenuhi segala kewajibannya terhadap kreditur. Dengan demikian
perusahaan yang besar lebih banyak menggunakan hutang sehingga memperbesar
struktur modal, sedangkan perusahaan yang kecil lebih sedikit menggunakan
hutang dan lebih banyak menggunakan modal sendiri (laba ditahan), sehingga
memperkecil struktur modal perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena
perusahaan dengan ukuran lebih besar mempunyai kepercayaan lebih besar dalam
mendapatkan sumber dana, sehingga akan memudahkan untuk mendapatkan
pinjaman dari kreditur. Oleh karena itu ukuran perusahaan yang besar merupakan
sinyal positif bagi kreditur untuk memberikan pinjaman.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012),
dan Karaye,dkk (2015) di mana ukuran perusahaan berpengaruh positif secara
signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan
suatu perusahaan, maka kecenderungan untuk menggunakan hutang juga akan
semakin besar. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
2.8.4. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal denganProfitabilitas sebagai Variabel Moderating
Penelitian terdahulu tentang pengaruh struktur aktiva terhadap sturktur
modal mendapatkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian Yovin dan Suryantini
(2012), serta Gamaliel dan Sudjarni (2015) menyatakan bahwa struktur aktiva
berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan Santoso
50
dan Priantinah (2016) menyatakan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal. Penelitian terdahulu memperoleh hasil tidak
konsisten sehingga mengindikasikan bahwa ada variabel lain yang memoderasi
pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal.
Signalling theory menjelaskan bahwa tingginya tingkat profitabilitas
perusahaan cenderung akan meningkatkan jumlah hutangnya, karena hal ini dapat
dijadikan sinyal untuk para kreditur untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar pokok dan bunga pinjaman. Apabila perusahaan berada dalam
kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk
memperoleh pinjaman dari kreditur. Dengan adanya laba yang memadai, pemberi
pinjaman dapat diyakinkan bahwa perusahaan dapat membayar hutang dan bunga
secara teratur. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas, maka semakin besar
hutang yang diperoleh.
Besar kecilnya struktur aktiva akan menentukan struktur modal
perusahaan. Brigham dan Houston (2001:184) menyatakan bahwa secara umum
perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah
mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan. Apabila
struktur aktiva perusahaan tersebut tinggi berarti jumlah aktiva tetap mereka juga
besar. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan hutang dalam jumlah besar, dikarenakan besarnya aktiva tetap
tersebut dapat digunakan sebagai jaminan hutangnya. Selain itu, aktiva tetap
digunakan untuk keperluan ekspansi, penambahan variasi produk dan modernisasi
perusahaan. Terlebih dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat pada
51
saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk selalu berinovasi dan menghasilkan
produk yang bermutu tinggi, sehingga perusahaan akan membutuhkan tambahan
aktiva tetap. Namun penambahan aktiva tetap dalam perusahaan akan
membutuhkan banyak biaya, sehingga mendorong perusahaan mengandalkan
hutang daripada dengan modal sendiri.
Profitabilitas dapat memoderasi pengaruh struktur aktiva terhadap struktur
modal. Tingkat profitabilitas dapat dijadikan acuan oleh pihak kreditur dalam
memberikan pinjaman. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, yaitu dengan
return on assets yang tinggi, berarti laba bersih yang dimiliki perusahaan tinggi,
maka hal tersebut akan memberikan sinyal positif kepada kreditur saat perusahaan
akan berhutang. Kreditur akan lebih berani meminjamkan uangnya ketika
profitabilitas perusahaan tinggi karena dana internal profitabilitas dapat digunakan
untuk membayar pokok dan bunga hutang, sementara aktiva perusahaan dapat
dijadikan jaminan untuk mempermudah dalam memperoleh hutang. Risiko tidak
terbayarnya hutang dapat berkurang seiring dengan tingkat profitabilitas yang
tinggi.
2.8.5. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating
Penelitian terdahulu tentang pengaruh risiko bisnis terhadap struktur
modal mendapatkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian Anwar, dkk (2015), dan
Bayunitri dan Malik (2013) menemukan bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan Mufarokah (2013) dan Lestari
(2015) menyatakan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur
modal. Penelitian terdahulu memperoleh hasil tidak konsisten sehingga
52
mengindikasikan bahwa ada variabel lain yang memoderasi pengaruh risiko bisnis
terhadap struktur modal.
Nuswandari (2013) mengatakan bahwa perusahaan yang mempunyai
profitabilitas yang tinggi akan mengalokasikan sebagian besar keuntungannya
pada laba yang tidak dibagi, sehingga perusahaan akan menggunakan dana
internal yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan. Hal
ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan
dalam memenuhi pendanaannya lebih memilih menggunakan pendanaan internal
yaitu yang berasal dari laba ditahan daripada menggunakan pendanaan eksternal,
karena perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dianggap mampu
memenuhi kebutuhan dengan laba ditahan.
Besar kecilnya risiko bisnis akan menentukan struktur modal perusahaan.
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi, maka perusahaan harus
menggunakan hutang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang
mempunyai risiko bisnis rendah. Hal ini disebabkan karena semakin besar risiko
bisnis, penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam
mengembalikan hutangnya. Sehingga perusahaan dituntut menggunakan retained
earning dalam pendanaannya untuk menghindari kebangkrutan dari pemakaian
hutang tersebut.
Profitabilitas dapat memoderasi pengaruh risiko bisnis terhadap struktur
modal. Apabila profitabilitas pada perusahaan tinggi, maka perusahaan akan lebih
mudah dalam memenuhi pendanaannya dengan dana internal yaitu yang berasal
dari laba ditahan. Sama halnya perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi, akan
53
menghindari penggunaan dana dari eksternal, sehingga perusahaan akan
menggunakan laba ditahan dalam pendanaannya untuk menghindari
kebangkrutan. Sehingga apabila didukung dengan tingkat profitabilitas yang
tinggi, perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi akan semakin berani
menggunakan pendanaannya dengan menggunakan laba ditahan karena
perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi dianggap sudah mampu
memenuhi kebutuhannya dari laba ditahan. Oleh karena itu, profitabilitas dapat
digunakan untuk memoderasi pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal.
2.8.6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating
Penelitian terdahulu tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap
struktur modal mendapatkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian oleh Putri
(2012), dan Karaye, dkk (2015) menemukan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan Bhawa dan
Dewi S (2015) serta Krisnanda dan Wiksuana (2015) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian terdahulu
memperoleh hasil tidak konsisten sehingga mengindikasikan bahwa ada variabel
lain yang memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal.
Pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal didukung dengan
signalling theory menjelaskan bahwa perusahaan yang mampu menghasilkan laba
yang tinggi atau dengan kata lain perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas
yang tinggi maka cenderung meningkatkan jumlah hutangnya, karena hal ini
dapat dijadikan sinyal untuk para kreditur untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar pokok dan bunga pinjaman. Apabila perusahaan
54
berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi
perusahaan untuk meperoleh pinjaman dari kreditur. Jadi dengan adanya laba
yang memadai, pemberi pinjaman dapat diyakinkan bahwa perusahaan dapat
membayar hutang dan bunga secara teratur pada mereka.
Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap
struktur modal. Perusahaan yang ukurannya relatif besar, maka kecenderungan
penggunaan modal eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan
kebutuhan dana juga semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan.
Perusahaan yang berada pada pertumbuhan yang tinggi membutuhkan dukungan
modal yang semakin besar, atau dengan kata lain perusahan yang semakin besar
akan membutuhkan pendanaan yang lebih besar pula karena untuk
mengembangkan usaha dan untuk mempertahankan eksistensinya di dunia bisnis.
Sebuah perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba
menghindari penjualan saham dan lebih memilih mendapatkan modal baru dengan
cara lain termasuk menggunakan hutang (Brigham dan Houston, 2006:39).
Penelitian ini akan menguji pengaruh profitabilitas dalam memoderasi
pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Riyanto, (2011:59)
menyatakan besar kecilnya perusahaan di lihat dari besarnya nilai equity (modal
sendiri), nilai perusahaan, ataupun hasil nilai total aktiva dari suatu perusahaan.
Tingginya profitabilitas perusahaan akan memberikan pengaruh positif terhadap
ukuran perusahaan karena ukuran perusahaan akan semakin besar seiring dengan
tingginya dana internal dari profitabilitas. Dana internal yang dimaksud adalah
modal sendiri yang berupa laba ditahan. Apabila ukuran perusahaan semakin
55
besar, maka perusahaan akan lebih berani memenuhi kebutuhan pendanaannya
dengan hutang dan kreditur akan lebih percaya kepada perusahaan ketika akan
meminjamkan dana.
Model penelitian berdasarkan kerangka berpikir di atas disajikan pada
gambar 2.1 di bawah ini:
H1
H2
H3
H4 H5 H6
Gambar 2.1 Model Penelitian
STRUKTUR AKTIVA
STRUKTUR MODAL
RISIKO BISNIS
UKURAN
PERUSAHAAN
PROFITABILITAS
56
2.9. Hipotesis Penelitian
Kerangka berpikir dan model penelitian yang disajikan di atas
menghasilkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal
H2 : Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal
H4 : Profitabilitas memoderasi pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal
H5 : Profitabilitas memoderasi pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal
H6 : Profitabilitas memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur
modal
96
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh struktur aktiva,
risiko bisnis, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal dengan profitabilitas
sebagai variabel moderating pada perusahaan property and realestate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2015 dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal
sehingga hipotesis pertama ditolak.
2. Risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal
sehingga hipotesis kedua diterima.
3. Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal
sehingga hipotesis ketiga diterima.
4. Profitabilitas tidak mampu memoderasi secara signifikan pengaruh struktur
aktiva terhadap struktur modal sehingga hipotesis keempat ditolak.
5. Profitabilitas mampu memoderasi secara signifikan pengaruh risiko bisnis
terhadap struktur modal sehingga hipotesis kelima diterima.
6. Profitabilitas tidak mampu memoderasi secara signifikan pengaruh ukuran
perusahaan terhadap struktur modal sehingga hipotesis keenam ditolak.
97
5.2. Saran
Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian di atas adalah :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel risiko binis dan ukuran
perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap struktur modal. Calon
investor diharapkan lebih memahami tingkat risiko bisnis serta ukuran
perusahaan sebelum mengambil keputusan bisnis karena hal ini dapat
dijadikan indikasi pertimbangan dalam penanaman investasi.
2. Profitabilitas mampu memoderasi pengaruh risiko bisnis terhadap struktur
modal sesuai dengan hasil penelitian.ini. Perusahaan yang memiliki laba
fluktuasi harus memperhatikan tingkat proftabilitas dalam mengoptimalkan
struktur modal perusahaan.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh
terhadap struktur modal. Trade off theory tidak dapat dijadikan acuan dalam
menjelaskan pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal sehingga
peneliti selanjutnya diharapkan mengacu pada pecking order theory dalam
menjelaskan variabel tersebut.
96
DAFTAR PUSTAKA
Abidah, Mahjati. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Stabilitas Penjualan, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Amalia, Fina Nur dan Hidayati, Lina Nur. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Andriyani, Rida dan Khafid Muhammad. (2014). Analisis Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan dan Voluntary Diclosure terhadap Manipulasi Aktivitas Rill. Accounting Analysis Journal, Vol. 3 No. 3 Hal. 273-281. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Anita, Desi dan Sembiring, Gio Asona. (2016). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Risiko Bisnis, Tingkat Likuditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Perusahaan Jasa (Sektor Hotel, Restoran dan Pariwisata) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014. Jurnal Procuratio, Vol. 04 No. 04 Hal. 415-433.
Pekanbaru: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pelita Indonesia.
Anwar, Jeny, dkk. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Resiko Bisnis, Pertumbuhan Asset, Profitabilitas, Struktur Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2013. Jurnal Ilmiah Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pandanaran, Vol. 1 No. 1 Hal. 1-12. Semarang:
Universitas Pandanaran Semarang.
Bayunitri , Bunga lndah dan Malik,Taufik Akbar. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yangListing di Bursa Efek Indonesia. Study and Accounting Research, Vol. 12
No.1. Bandung: Universitas Widyatama.
Bhawa, Ida Bagus dwija dan Dewi S, Made Rusmala. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Profitabilitas, dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal Perusahaan Farmasi. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 3 No. 7
Hal. 1949-1966. Bali: Universitas Udayana.
Brigham, Eugene F., and Houston, Joel F. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi sepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
97
Brigham, Eugene F., and Houston, Joel F. (2001). Manajemen Keuangan. EdisiKedelapan Buku 2. Jakarta: Erlangga.
Cristie, Yanuar. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal, dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating. Skipsi. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Devi, Ni Made Noviana Chintya, dkk. (2017). Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Modal Perusahaan (Studi Empiris padaPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015). E-Journal S1 Ak, Vol. 7 No. 1. Bali: Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja.
Dimitri, Michael, dan Sumani. (2013). Analisis Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran, Usia dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal. Jurnal Manajemen (Online), Vol. 1 No.1 Hal. 82-105.
Eviani. Anantia Dewi. (2016). Pengaruh Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, Dividend Payout Ratio, Likuiditas dan Profitabilitas terhadapStruktur Modal. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknolohi Informasi, Vol. 11
No. 2 Hal. 194-202. Surakarta: Universitas Slamet Riyandi.
Firnanti, Friska. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No. 2 Hal. 119-128. Jakarta: STIE Trisakti.
Gamaliel, Joshua., dan Luh Komang Sudjarni. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Transportasi di BEI. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, Vol. 4 No. 1 Hal :59-74. Bali:
Universitas Udayana.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadiah, Aida Nurul. (2015). Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Likuiditas terhadap Struktur Modal dan Dimoderating Profitabilitas. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol. 4 No. 2. Surabaya: STIESIA.
Halim, Abdul. (2005). Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat.
Hapsari, Angga Ayu. (2017). Pengaruh Stuktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas terhadap Struktur Modal. Skripsi. Surakarta:
Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
98
Hardianto, Bram & Herlina. (2010). Prediksi Arus Kas Bebas, Kebijakan Hutang, dan Profitabilitas terhadap Kemungkinan Dibayarkannya Dividen. Jurnal Manajemen Bisnis,Vol. 3 No. 1. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
Hartoyo, dkk. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur ModalPerusahaan Tekstil dan Garmen di BEI. Accounting Analysis Journal,Vol. 3 No. 2 Hal. 247-254. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Ichwan, Fith Yuniar dan Widyawati, Dini. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal. Jurnal Ilmi dan Riset Manajemen, Vol.4 No. 5 Hal. 1-19. Surabaya: STIESIA.
Indrajaya, Glenn, dkk. (2011). Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi. No 6. UKM.
Jahanzeb, Agha, dkk. (2014). Do the Firm-Level Variables and Human Capital Impact Capital Structure Desicions. Jurnal, Vol. 27 Iss 3 pp. 341 – 354.
Joni dan Lina. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No.2 Hal. 81-96. Jakarta: STIE Trisakti.
Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers..
Karaye, Yusuf Ibrahim, dkk. (2015). The Determinan od Capital Structure of Firm Listed In Niderian Foof/Beverages and Tobacco Industry. International Journal of Innovative Science, Engineering & Technology, Vol. 2 Issue 10, October 2015.
Krisnanda, Hary Putu dan Wiksuana, Bagus I Gusti. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan dan Non-Debt Shield terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Telekomunikasi di BEI 2010-2013. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4 No. 5 Hal. 1434-1451. Bali: Universitas
Udayana.
Lestari, Sagita. (2015). Determinan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory dan Agency Theory. Jurnal WRA, Vol. 3 No. 1. Padang:
Fakultas Ekonomi UNP.
Mandagi Yuli Gretha Dini, dkk. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Jurnal Ilmiah Bulettin Ekonomi, Vol. 19
No. 1 Febuari, Issn:1410-3842. Bandung: Universitas Kristen Marantha.
99
Maryanti, Eny. (2016). Analisis Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia,Vol. 1 No. 2. Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Mufarokah. (2013). Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal. Skripsi. Gresik: Universitas Muhammadiyah
Gresik.
Munawir, S. (2004). Analisa Laporan Keuangan, Edisi keempat. Yogyakarta:
Liberty.
Natijah. (2015). Pengaruh Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, Pertumbuhan Aktiva, Net Profit Margin dan Current Ratio terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011–2014. Jurnal. Tanjungpinang: Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
Naur, Brigita Maryeta dan Nafi, Moch. (2017). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga. Jurnal Akuntansi dan Perpajakan, Vol. 3 No. 1. Malang: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Merdeka Malang.
Nuswandari, Cahyani. (2013). Determinan Struktur Modal dalam Perspektif
Pecking Order Theory dan Agency Theory. Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan, dan Perbankan, Vol. 2 No.1 Hal. 92-102. Semarang:
Universitas Stikubank.
Primantara, A.A. Ngr Ag dan Dewi, Made Rusmala. (2016). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan, dan Pajak terhadap Struktur Modal. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5 No. 5. Bali:
Universitas Udayana.
Putri, Meidera Elsa Dwi. (2012). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa EFEK Indoneia (BEI). Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 1, No 01
(2012) Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti.
Raharja Putra, Hendra S. (2009). Buku Panduan Praktis Manajemen Keuangan dan Akuntansi Untuk Eksekutif Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Riyanto, Bambang. (2011). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Empat. Yogyakarta: BDFE.
100
Romdhoni. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Skripsi. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Santika, Rista Bagus dan Sudiyatno, Bambang. (2011). Menentukan Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Dinamika Keuangan Perbankan. Vol. 3 No. 4. Hal 172-182. Semarang: Universitas
Stikubank.
Santoso, Yuswanandre dan Priantinah, Denies. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Likuiditas dan Growth Opportunityterhadap Struktur Modal Perusahaan. Jurnal Profita Edisi 4 Tahun 2016. Yogyakarta: Fakultas Ekomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Sartono, Agus. (2011). Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:
BPFE.
Sawir, Agnes. (2004). Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sawitri, Ni Putu Yuliana Ria dan Lestari, Putu Vivi. (2015). Pengaruh Risiko Bisnis, Ukuran Penjualan dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4 No. 5 Hal. 1238-1251. Bali:
Universitas Udayana.
Seftianne dan Handayani, Ratih. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No. 1 Hal. 39-56. Jakarta: STIE Trisakti.
Sholikhadi, Lutfiana Mufidhatus dan Yahya. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga di BEI. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol 5 No. 7
Hal.1-17. Surabaya: STIESIA.
Stella. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Non Debt Tax Shield dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan yang Terdaftar di Index LQ45. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.17 No.1. Jakarta: STIE
Trisakti.
Sulaiman. (2013). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Sektor Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011). Jurnal Dinamika Manajemen,
Vol. 2 No. 4 Hal. 97-112 Semarang: Fakulkas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
101
Suryani, Ade Dwi dan Khafid, Muhammad. (2015). Pengaruh Free Cash Flow, Pertumbuhan Perusahaan, Kebijakan Deviden dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2013. Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Vol. 4 No. 1 Hal. 20-28. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Suweta, Ni Made NPD dan Dewi, Made Rusmala. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva, dan Pertumbuhan Aktiva terhadap Struktur Modal. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.5 No.8, 2016
Hal. 5172-5199. Bali: Universitas Udayana.
Shofiyuddin. (2015). Analisis Pengaruh Leverage Operasi, Pertumbuhan Aset dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal Studi Kasus pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 16 No 01. Hal. 12-25. Pekalongan: Universitas Pekalongan.
Wahyudin, Agus. (2015). Metodologi Penelitian: Penelitian Bisnis & Pendidikan Edisi 1. Semarang: Unnes Press.
Wahyuni, Indah Ayu Trie dan Suryantini, Ni Putu Santi. (2012). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Penghematan Pajak terhadap Struktur Modal. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Hal. 1457-
1470. Bali: Universitas Udayana.
Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E. (1996). Manajemen Keuangan EdisiKedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Weston, J. Fred & Eugene F. Brigham. (2005). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh, Jilid Dua. Jakarta: Erlangga
Wiagustini, Ni Luh Putu Dan Pertamawati, Ni Putu. (2015). Pengaruh Risiko Bisnis dan Ukuran Perusahaan pada Struktur Modal dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Strategi dan Kewirausahaan, Vol.9 No. 2 Hal.112-122. Bali:
Universitas Udayana.
Widiyanti, Marlina dan Bakar, Samadi S. (2014). Pengaruh Working Capital Turnover, Cash Turnover, Inventory Turnover dan Current Ratio terhadapProfitabilitas (ROA) Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, Vol, 12 No.2 Hal. 111-
126. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Wigati, Tias Penget. (2014). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating. Skripsi.Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
102
Wimelda, Linda dan Marlinah, Aan.(2013). Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Non Keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Jakarta: STIE Trisakti.
Winahyuningsih, Panca, dkk. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manfaktur yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, Hal. 1-17. Kudus: Universitas Muria
Kudus.
Yovin, Devi dan Suryantini, Ni Putu Santi. (2012). Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Foods and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. E-JurnalManajemen Universitas Udayana, Vol. 1 No. 2 (2012) Bali: Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana.