Upload
dothu
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH STRES KERJA DAN KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA
KARYAWAN PADA PT. MARCOPOLO SHIPYARD DI KOTA BATAM
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya
Oleh:
JANIESISCA
NIM. 11002843
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN
BATAM
2016
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting
bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun
perusahaan. SDM juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan
perusahaan. Pada hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah
organisasi sebagai penggerak untuk mencapai tujuan organisasi itu.
Pengertian SDM dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengertian mikro dan
makro. Pengertian SDM secara mikro adalah individu yang bekerja dan menjadi
anggota suatu perusahaan atau institusi dan biasa disebut sebagai pegawai, buruh,
karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian SDM
secara makro adalah penduduk suatu negara yang sudah memasuki usia angkatan
kerja, baik yang belum bekerja maupun yang sudah bekerja.
Secara garis besar, pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah
individu yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun
perusahaan dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan
kemampuannya.
Perhatian terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) sangatlah penting guna
memperoleh kinerja karyawan seperti yang diharapkan dalam rangka mencapai
visi dan misi serta tujuan organisasi. Apabila kinerja karyawan tidak sesuai yang
diharapkan, tingkat absensi serta ketidakhadiran karyawan tinggi, dapat dipastikan
3
terdapat suatu masalah yang bersangkutan dengan karyawan dan akan berdampak
pada penurunan kinerja perusahaan. Kinerja yang menurun salah satunya dapat
disebabkan oleh stres yang dialami karyawan.
Sasono (2004) mengungkapkan bahwa stres mempunyai dampak positif
dan negatif. Dampak positif stres pada tingkat rendah sampai pada tingkat
moderat bersifat fungsional dalam arti berperan sebagai pendorong peningkatan
kinerja karyawan. Sedangkan pada dampak negatif stres tingkat yang tinggi
adalah penurunan pada kinerja karyawan yang drastis.
Stres kerja merupakan aspek yang penting bagi perusahaan terutama
keterkaitannya dengan kinerja karyawan. Perusahaan harus memiliki kinerja,
kinerja yang baik/tinggi dapat membantu perusahaan memperoleh keuntungan.
Sebaliknya, bila kinerja menurun dapat merugikan perusahaan. Oleh karenanya
kinerja karyawan perlu memperoleh perhatian antara lain dengan jalan
melaksanakan kajian berkaitan dengan variabel stres kerja.
Bahaya stres diakibatkan karena kondisi kelelahan fisik, emosional dan
mental yang disebabkan oleh adanya keterlibatan dalam waktu yang lama dengan
situasi yang menuntut secara emosional. Proses berlangsung secara bertahap,
akumulatif, dan lama kelamaan menjadi semakin memburuk. Dalam jangka
pendek, stres yang dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang serius dari pihak
perusahaan membuat karyawan menjadi tertekan, tidak termotivasi, dan frustasi
menyebabkan karyawan bekerja tidak optimal sehingga kinerjanya pun akan
terganggu. Dalam jangka panjang, karyawan tidak dapat menahan stres kerja
maka ia tidak mampu lagi bekerja diperusahaan. Pada tahap yang semakin parah,
4
stres bisa membuat karyawan menjadi sakit atau bahkan akan mengundurkan diri
(turnover).
Stres kerja yang dialami oleh karyawan dapat merugikan perusahaan
karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk
membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak
masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya
entah karena kelambanan ataupun karena banyaknya kesalahan yang berulang.
Agar karyawan terhindar dari stres yang merugikan bagi perusahaan,
dibutuhkan kouminkasi yang baik dalam suatu orgnisasi atau perusahaan.
Komunikasi adalah suatu pertukaran konsep yang sederhana tapi vital,
pentingnya komunikasi manusia tidak dapat dipungkiri begitu juga bagi organisasi
dan perusahaan. Dengan adanya komunikasi yang efektif, suatu perusahaan dapat
berjalan dengan lancar dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya
komunikasi akan berakibat buruk pada perusahaan. Kadang-kadang penyebab
rusaknya antar individu dalam organisasi. Misalnya antara manajer dan karyawan
atau diantara karyawan itu sendiri.
Untuk berkomunikasi dengan baik dibutuhkanketerampilan dan
kemampuan dasar untuk mengirim dan menguraikan pesan secara akurat dan
efektif, untuk memperlancar dan memahami cara terbaik dalam penyebaran
informasi dalam suatu organisasi, serta untuk memahami tindakan-tindakan
seseorang sebagai seorang manajer. Sebagai seorang manajer berperan penting
dalam menciptakan suasana yang tertib dan nyaman diantara sesama anggota
organisasi. Apalagi di tengah-tengah perkembangan zaman yang semakin pesat,
5
setiap perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dan tetap bertahan agar tujuan
yang diinginkan tercapai dengan baik. Pencapaian tujuan harus di dukung dengan
komunikasi yang baik dan lancer sehingga dapat meningkatkan semangat dan
kepuasan sehingga kinerja karyawan juga meningkat.
Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau kelompok
orang yang sesuai dengan wewenang/tanggung jawab masing-masing karyawan
selama periode tertentu. Penilaian hendaknya memberikan suatu gambaran akurat
mengenai prestasi karyawan. Untuk tujuan ini sistem-sistem penilaian harus
mempunyai standar dan menggunakan berbagai ukuran yang dapat diandalkan.
Adapun faktor-faktor yang dinilai pada penilaian karyawan yaitu hasil kerja
diantaranya kualitas, kuantitas pekerjaan dan sifat pribadi, diantaranya orientasi
pada pelanggan, kerjasama, kemampuan teknik, akhlak, kedisiplinan, motivasi
berprestasi, inisiatif dan pengembangan diri. Dengan demikian untuk mencapai
kinerja seperti yang diinginkan, harus diperhatikan tingkat stres kerja karyawan
dan komunikasi yang efektifantara atasan dan bawahan dan sesama karyawan.
Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi penelitian di PT. Marcopolo
Shipyard. Dimana PT. Marcopolo Shipyard merupakan salah satu anak perusahan
yang dimiliki oleh Marcopolo Marine PTE LTD (perusahaan terbuka publik di
Bursa Efek Singapura) yang berlokasi strategis di Batam, Indonesia (hanya
berjarak 45 menit dari Singapore dengan kapal ferry). PT. Marcopolo Shipyard
merupakan salah satu galangan kapal terbesar di Batam, yang memiliki luas lahan
total sekitar 35 hektar dan pinggir laut sekitar 650m. Terletak di bagian selatan
Pulau Batam, Batu Aji.
6
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
dituangkan dalam Tugas Akhir yang berjudul: “Pengaruh Stres Kerja dan
Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Marcopolo Shipyard di
Kota Batam”.
1.2 Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, penulis membatasi masalah yang
terjadi pada karyawan kantor (bukan lapangan) perusahaan PT. Marcopolo
Shipyard yang berlokasi dikota Batam.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka
penulis mencoba untuk merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah stres kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT.
Marcopolo Shipyard?
2. Apakah komunikasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT.
Marcopolo Shipyard?
3. Apakah stres kerja dan komunikasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan
pada PT. Marcopolo Shipyard?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penulis membuat laporan tugas akhir ini yaitu:
7
1. Untuk mengetahui pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan pada PT.
Marcopolo Shipyard.
2. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi terhadap kinerja karyawan pada PT.
Marcopolo Shipyard.
3. Untuk mengetahui pengaruh stres kerja dan komunikasi terhadap kinerja
karyawan barang pada PT. Marcopolo Shipyard.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara umum mengenai isi laporan tugas
akhir ini, maka sistematika penulisan dari laporan ini disusun sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai setiap isi yang ada pada masing-
masing pokok permasalahan yang ada di tempat penelitian, seperti latar
belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dijelaskan pengertian masing - masing variabel penelitain,
hubungan antar variabel, penelitian-penelitian terdahulu, kerangka
penelitian dan hipotesis penelitian
8
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Didalam bab 3, terdapat penjelasan menggenai objek dan lokasi
penelitian, populasi dan sempel, teknik dan alat pengumpulan data,
indikator masiang-masing variable, dan yang teakhir macam-macam
metode analisis data.
BAB 4 :HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab 4, diuraikan mengenai profil responden, hasil uji statistik
deskriptif, hasil uji kualitas data antara lain uji validitas dan uji reabilitas
data, uji normalitas dan terakhir hasil uji hipotesis.
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir dalam penelitian ini, dijelaskan kesimpulan dari hasil
akhir uji data dalam penelitian yang penulis lakukan,keterbatasan dalam
penelitian, dan saran.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Stres Kerja
2.1.1 Pengertian Stres Kerja
Stres berasal dari bahasa latin, Stringere yang digunakan pada abad XVII
untuk menggambarkan kesukaran, penderitaan dan kemalangan. Stres adalah
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kerja
seseorang. Stres yang terlalu besar akan dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungan, dan bagi seseorang karyawan dapat
menganggu pelaksanaan kerja mereka.
Stres diartikan suatu kondisi terhadap situasi eksternal yang berdampak
pada perilaku seseorang (Luthans, 2006). Menurut Ivancevich, et al, (2007)
mendefinisikan stres kerja sebagai perasaan tegang, gelisah atau khawatir, semua
perasaan merupakan manifestasi dari pengalaman stres, suatu terprogram yang
kompleks untuk mempersepsikan ancaman yang dapat menimbulkan hasil yang
positif maupun negatif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan kondisi fisik dan
psikologis seseorang yang ditunjukkan melalui sikap atau perilaku seperti
kecemasan, ketegangan, gelisah, yang disebabkan oleh suatu permasalahan yang
mengganggu pikiran seseorang yang tidak dapat diselesaikannya sendiri.
Menurut Robbins (2008), indikator yang digunakan untk mengukur tingkatan
stres tersebut yaitu pertama dengan melihat kondisi dari gejala fisiologis, seperti sakit
10
kepala, meningkatnya tekanan darah dan laju detak jantung. Yang kedua kondisi
gejala psikologis, seperti ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, depresi,
dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan. Dan yang ketiga kondisi gejala
perilaku, seperti kemangkiran, perubahan kebiasaan makan, meningkatkan konsumsi
rokok dan alkohol.
2.1.2 Faktor Penyebab Stres Kerja
Menurut Robbins (2003) penyebab stres itu ada 3 faktor,yaitu:
1. Faktor Lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan, yaitu:
a. Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila
perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan
kesejahteraan mereka.
b. Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang
terjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan
yang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat
membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena ada
yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat para
karyawan terlambat masuk kerja.
c. Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel
pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat
karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.
d. Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin
meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung
11
WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang Amerika merasa
terancam keamanannya dan merasa stres.
2. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.
Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun
waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka,
serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas,
penulis mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-contoh
itu terkandung di dalamnya, yaitu:
a. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau
tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
b. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam
organisasi itu. Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang
barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila
karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan
oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak dipahami
dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus
dikerjakan.
c. Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.
Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi
yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya di
antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
12
d. Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi,
tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan
yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber
stres.
3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor
persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian
bawaan.
a. Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan
bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai
sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan
dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh masalah hubungan
yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.
b. Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola
sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi
yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian
mereka dalam bekerja.
c. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting
mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang.
Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya
berasal dari dalam kepribadian orang itu.
13
2.2 Komunikasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam manajemen, karena proses
manajemen baru terlaksana jika komunikasi dilakukan. Pemberian perintah,
laporan, informasi, berita, saran dan menjalin hubungan-hubungan hanya
dilakukan dengan komunikasi saja tanpa kumonikasi proses manajemen tidak
akan terlaksana. Menurut Badrudin (2013), dalam bahasa Inggris Common,
memiliki arti sama. Berkomunikasi berarti berusaha untuk mencapai kesamaan
makna atau kesamaan arti (commonness). Melalui komunikasi, seseorang
mencoba membagi 28 informasi, gagasan, atau sikap dengan pihak lain agar
diperoleh persepsi yang sama. Menurut Richard (2011) menyatakan bahwa:
“Komunikasi (communication) adalah proses pertukaran dan pemahaman
informasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, biasanya dengan tujuan
memotivasi atau mempengaruhi perilaku.” Menurut Wilson Bangun (2012)
menyakan bahwa komunikasi adalah proses menyampaikan informasi dari
pengirim kepada penerima pesan secara efektif.
Komunikasi bukan hanya sekedar mengirimkan informasi. Mengetahui
perbedaan antara berbagi dan membuat pernyataan sangat penting bagi
kesuksesan manajemen. Komunikasi yang dilakukan oleh manajer diarahkan oleh
tujuan, yang berarti bahwa komunikasi ini mengarahkan perhatian semua orang
kepada visi, nilai-nilai dan tujuan yang dikehendaki oleh tim atau organisasi, serta
mempengaruhi orang lain untuk bertindak sehingga mencapai tujuan.
14
Komunikasi berperan penting dalam memperlancar kegiatan perusahaan,
hal ini dapat terlihat dalam beberapa hal berikut ini:
1. Dengan komunikasi fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat tercapai.
2. Meningkatkan kegairahan dan motivasi kerja.
3. Dengan menggunakan komunikasi sebagai alat koordinasi dan pengendalian
para pimpinan dapat mengetahui keadaan dari bidang yang menjadi tugasnya.
4. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan
atasan, bawahan dengan bawahan, dan antara atasan karena pengawasan yang
jelas dan mantap.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan sumber kehidupan organisasi. Tiada kehidupan manusia tanpa
komunikasi. Komunikasi adalah dasar bergeraknya organisasi. Para pimpinan
harus aktif berkomunikasi. Kalau pimpinan pasif dalam berkomunikasi,
administrasi kegiatan organisasi dapat terhenti. Harapan berkomunikasi adalah
untuk memperlancar pelaksanaan kerja. Komunikasi dalam organisasi menjadi hal
penting untuk menciptakan kesamaan pemahaman atas informasi yang
disampaikan satu sama lain. Komunikasi sesungguhnya adalah lebih luas dari
pada hubungan saja, tetapi juga meliputi cara penyampaian maksud manajemen,
mengatakan sesuatu atau menunjukan bagaimana sesuatu tersebut harus
dikerjakan dan sebaliknya.
15
2.2.2 Proses dan Unsur-unsur Komunikasi
Menurut Sopiah (2008), proses komunikasi terdiri dari tujuh unsur
diantaranya adalah:
1. Pengirim adalah orang yang memiliki informasi dan kehendak untuk
menyampaikannya kepada orang lain. Pengirim atau komunikator dalam
organisasi bisa karyawan dan juga bisa pimpinan.
2. Penyandinan (encoding) merupakan proses mengubah informasi ke dalam
isyarat-isyarat atau simbol-simbol tertentu untuk ditransmisikan. Proses
penyandian ini dilakukan oleh pengirim.
3. Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan pengirim kepada penerima.
Sebagian besar pesan dalam bentuk kata, baik berupa ucapan maupun tulisan.
Akan tetapi beraneka ragam perilaku non-verbal dapat juga digunakan untuk
menyampaikan pesan, seperti gerakan tubuh, raut muka dan lain sebagainya.
4. Saluran atau sering disebut dengan media adalah alat dengan mana pesan
berpindah dari pengirim ke penerima. Saluran merupakan jalan yang dilalui
informasi secara fisik. Saluran yang paling mendasar dari komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi berhadapan muka secara langsung. Beberapa
saluran media utama seperti televisi, radio, jaringan komputer, surat kabar,
majalah, buku dan lain sebagainya.
5. Penerima adalah orang yang meneima informasi dari pengirim. Penerima
melakukan proses penafsiran atas informasi yang diterima dari pengirim.
6. Penafsiran (decoding) adalah proses menerjemahkan (menguraikan sandi-
sandi) pesan dari pengirim, seperti mengartikan huruf morse dan sejenisnya.
16
Sebagian besar proses decoding dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi pesan
oleh penerima.
7. Umpan balik (feedback) balik pada dasarnya merupakan tanggapan penerima
atas informasi yang disampaikan pengirim. Umpan balik hanya terjadi pada
komunikasi dua arah.
8. Gangguan (noise) adalah setiap faktor yang mengganggu penyampaian atau
penerimaan pesan dari pengirim kepada penerima. Gangguan dapat terjadi
pada setiap elemen komunikasi.
2.2.3 Komunikasi Organisasi
Sistem komunikasi yang dianut oleh perusahaan dalam menjalankan arus
komunikasi tergantung dari kompleksitas lingkup kerja dari organisasi tersebut.
Pengertian sistem adalah sebagai suatu keselurahan komponen/bagian yang saling
berinteraksi sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang terpadu untuk
mencapai komunikasi yang efektif dan efisien. Sistem komunikasi yang dianut
oleh organisasi akan langsung mempengaruhi tipe atau jenis komunikasi.
Berdasarkan hal ini sistem komunikasi bergantung pada struktur organisasi dan
mekanisme koordinasi.
Menurut Suwatno dan Donni Juni Priansa (2013) menyatakan bahwa:
Komunikasi organisasi dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi antara
orang-orang yang berada di dalam organisasi itu sendiri, juga diantara orang-
orang yang berada di dalam organisasi dengan publik luar, dengan maksud untuk
mencapai suatu tujuan.
17
Menurut Richard (2011) menyatakan bahwa komunikasi di lingkup
organisasi biasanya mengalir ke tiga arah: ke bawah, ke atas dan horizontal.
1. Komunikasi ke bawah (downward communication), aliran komunikasi formal
paling akrab dan jelas, adalah sebutan untuk pesan dan informasi yang
dikirimkan dari manajemen puncak kepada bawahan ke arah bawah.
Komunikasi ke bawah biasanya mencakup lima topik berikut:
a. Instruksi dan dasar pekerjaan. Kedua arahan ini menunjukkan cara untuk
mengerjakan tugas tertentu dan bagaimana tugas tersebut terkait dengan
kegiatan lain di organisasi.
b. Implementasi tujuan dan strategis. Mengimplementasikan strategi dan
tujuan baru memberikan informasi tentang target khusus dan perilaku yang
diharapkan. Ini memberi arahan bagi di tingkat organisasi yang lebih
bawah.
c. Umpan balik kinerja. Kedua pesan ini menilai sebaik apa para individu
dan departemen dalam mengerjakan tugas mereka.
2. Komunikasi ke atas (upward communication) formal meliputi pesan-pesan
yang mengalir dari tingkat hierarki organisasi yang lebih bawah ke tingkat
yang lebih tinggi. Lima jenis komunikasi ke atas adalah:
a. Laporan kinerja. Pesan ini meliputi laporan periodik yang
menginformasikan kinerja para individu dan departemen kepada para
manajer.
b. Saran perbaikan. Pesan ini adalah ide-ide untuk memperbaiki prosedur-
prosedur terkait tugas untuk meningkatkan kualitas dan efesiensi.
18
c. Informasi keuangan. Pesan-pesan ini berhubungan dengan biaya, piutang,
volume penjualan, perkiraan laba, laba investasi dan masalah-masalah lain
yang menjadi kepentingan manajer senior.
3. Komunikasi horizontal (horizontal communication) adalah pertukaran pesan
secara lateral atau diagonal antara sesama pegawai. Komunikasi horizontal
dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:
a. Pemecahan masalah di dalam departemen. Komunikasi ini dilakukan oleh
para anggota departemen yang sama dan menyangkut penyelesaian tugas.
b. Komunikasi antardepartemen. Komunikasi antardepartemen memfasilitasi
penyelesaian proyek-proyek atau tugas-tugas gabungan.
c. Inisiatif perubahan dan perbaikan. Komunikasi ini bertujuan untuk
membagikan informasi kepada berbagai tim dan departemen yang dapat
membantu organisasi berubah, berkembang dan mengalami peningkatan.
2.3 Kinerja Karyawan
2.3.1 Pengertian Kinerja
Pemahaman tentang kinerja (performance) memperlihatkan sampai sejauh
mana sebuah organisasi baik pemerintah, swasta, organisasi laba ataupun nirlaba,
menafsirkan tentang kinerja sebagai suatu pencapaian yang relevan dengan tujuan
organisasi. Sehingga, terdapat dua asumsi umum tentang pemahaman pengertian
kinerja. Asumsi pertama, pengertian kinerja yang menitikberatkan pada kinerja
individu, sebagai bentuk prestasi yang dicapai individu berdasarkan target kerja
atau tingkat pencapaian dari beban kerja yang telah ditargetkan oleh organisasi
19
kepadanya. Asumsi kedua, pengertian kinerja yang dinilai dari pencapaian secara
totalitas tujuan sebuah organisasi dari penetapan tujuan secara umum dan
terperinci organisasi tersebut. Misalnya pencapaian visi dan misi serta tujuan
organisasi dari penjabaran visi dan misi organisasi tersebut. Tetapi ada asumsi lain
yang tidak terlalu umum digunakan sebagai titik berangkat dalam pemahaman
kinerja, yaitu penilaian kinerja proses.
Menurut Wilson Bangun (2012) menyatakan bahwa sistem manajemen
kinerja (performance management system) merupakan proses untuk
mengidentifikasikan, mengukur, dan mengevaluasi kinerja karyawan dalam
perusahaan. Kinerja itu sendiri menurut Wilson Bangun (2012) adalah: “Hasil
pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan
(job requirement).
Menurut Suwatno dan Donni Juni Priansa (2013) menyatakan bahwa
kinerja merupakan performance atau unjuk kerja. Kinerja juga dapat pula
diartikan sebagai prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja.
Kinerja merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia.
Pengertian kinerja yang terdapat dalam Mangkunegara (2007) adalah:
“Istilah kinerja berasal dari job performance atau actual performance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang), atau juga hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang ingin dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan
kepadanya.”
20
Dari definisi diatas kinerja merupakan suatu konsep yang strategis dalam
mengelola sumber daya manusia yang memiliki kualitas dan kuantitas dalam diri
seorang karyawan yang akan memberikan hasil yang kerja yang baik. Kualitas
dan kuantitas bagi seseorang akan mempengaruhi hasil kerja yang diberikan untuk
perusahaan baik hasil yang baik maupun buruk.
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Mangkunegara (2007), terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian kinerja adalah: “Faktor kemampuan (ability) dan
faktor motivasi (motivation).” Penjelasan tentang kedua faktor ini, adalah:
1. Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan realita, artinya karyawan yang memiliki IQ yang
rata-rata (IQ 110-120) dengan memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai
kinerja yang diharapkan oleh karena itu karyawan perlu ditempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
2. Faktor Motivasi. Motivasi terbentuk dari sikap (Attitude) seorang karyawan
dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi
(tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri
pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. (Sikap
mental yang siap secara psikofik) artinya, seorang karyawan harus siap
mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang
akan dicapai, mampu memanfaatkan dalam mencapai situasi kerja.
21
Dan menurut Mangkunegara (2007), faktor-faktor kinerja, antara lain :
1. Kualitas Kerja, dalam hal ini menyangkut ketepatan, ketelitian, keterampilan
dan juga kebersihan.
2. Kuantitas Kerja, dalam hal ini output perlu diperhatikan juga, bukan hanya
output rutin, tetapi juga seberapa cepat bisa menyelesaikan kerja ekstra.
3. Tanggung Jawab, dalam hal ini dapat mengikuti instruksi, inisiatif, hati- hati
dan juga kerajinannya.
4. Sikap Karyawan, dalam hal ini sikap terhadap perusahaan pegawai lain dan
pekerjaan serta kerja sama.
2.3.3 Penilaian Kinerja
Seorang karyawan dikatakan berhasil melaksanakan pekerjaannya atau
memilki kinerja baik, apabila hasil kerja yang diperoleh lebih tinggi dari standar
kinerja. Untuk mengetahui hal itu perlu dilakukan penilaian kinerja setiap
karyawan dalam perusahaan. Berikut adalah gambar proses penilaian kinerja:
Gambar 2.1
Proses Kinerja
Menurut Veitzhal Rivai (2009) menyatakan bahwa: “Penilaian kinerja
mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk
Persyaratan /
Standart Pekerjaan Hasil Kerja
Kinerja
Standar ≤ Hasil
Standar > Hasil
22
mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku dan hasil termasuk ketidakhadiran.” Menurut Richard L. Daft
(2011) menyatakan bahwa: “Penilaian kinerja adalah proses pengamatan dan
pengevaluasian kinerja seorang pegawai, pencatatan penilaian dan pemberian
umpan balik pada pegawai.” Persyaratan/Standar Pekerjaan Kinerja Standar ≤
hasil Standar > hasil kerja.
Sedangkan menurut Wilson Bangun (2012) menyatakan bahwa penilaian
kinerja adalah proses yang dilakukan organisasi untuk mengevaluasi atau menilai
keberhasilan karyawan dalam melaksanakan tugasnya.
Penilaian kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian dan
pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam
satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang
ditetapkan lebih dahulu. Penilaian kinerja merupakan cara yang paling adil dalam
memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerja. Penilaian dapat
dilaksanakan dengan membandingkan hasil kerja yang dicapai karayawan dengan
standar pekerjaan. Bila hasil kerja yang diperoleh sampai atau melebihi standar
pekerjaan dapat dikatakan kinerja seorang keryawan termasuk pada kategori baik.
Demikian sebaliknya, seorang karyawan yang hasil pekerjaannya tidak mencapai
standar pekerjaan termasuk pada kinerja yang tidak baik atau berkinerja rendah.
Standar pekerjaan dapat ditentukan dari isi suatu pekerjaan, dapat
dijadikan sebagai dasar penilaian setiap pekerjaan. Suatu pekerjaan dapat diukur
dengan indikator-indikator yang diantaranya adalah:
23
1. Kuantitas Hasil Kerja
Sebagian besar organisasi mempersiapkan laporan formal, tentang pengukuran
kinerja kuantitatif. Pengukuran-pengukuran ini berhubungan dengan standar-
standar yang telah ditetapkan, misalkan target pertumbuhan penjualan. Selain
itu juga jumlah pekerjaan, dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang
dihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar
pekerjaan.
2. Kualitas Hasil Kerja
Setiap karyawan dalam perusahaan harus memenuhi persyaratan tertentu
untuk menghasilkan pekerjaan sesuai kualitas yang dituntut suatu pekerjaan
tertentu. Setiap pekerjaan mempunyai standar kualitas tertentu yang harus
disesuaikan oleh karyawan untuk dapat mengerjakannya sesuai ketentuan.
3. Kerjasama
Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu orang karyawan saja.
Untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang
karyawan atau lebih, sehingga membutuhkan kerja sama antarkaryawan sangat
dibutuhkan. Kinerja karyawan dapat dinilai dari kemampuannya bekerjasama
dengan rekan sekerja lainnya.
4. Kehadiran
Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut karyawan dalam mengerjakannya
sesuai waktu yang ditentukan. Kinerja karyawan ditentukan oleh tingkat
kehadiran dalam mengerjakannya.
24
5. Ketepatan Waktu
Setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda, untuk jenis pekerjaan
tertentu harus diselesaikan tepat waktu, karena memiliki ketergantungan atas
pekerjaan lainnya. pada dimensi ini, karyawan dituntut untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
6. Loyalitas
Dalam dimensi ini karyawan dituntut serius mengerjakan pekerjaan sampai
tuntas sesuai standar yang sudah ditentukan dan menaruh perhatian tinggi
terhadap pekerjaan.
2.3.4 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk menjamin pencapaian sasaran dan
tujuan perusahaan dan juga untuk mengetahui posisi perusahaan dan tingkat
pencapaian sasaran perusahaan, terutama untuk mengetahui bila terjadi
keterlambatan atau penyimpangan supaya segera diperbaiki, sehingga sasaran atau
tujuan tercapai. Hasil penilaian kinerja individu dapat dimanfaatkan untuk banyak
penggunaan.
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan
prestasi organisasi melalui peningkatan prestasi dari sumber daya manusia
organisasi. Menurut Wilson Bangun (2012) mengemukakan bahwa bagi suatu
perusahaan penilaian kinerja memiliki berbagai manfaat antara lain, evaluasi
antarindividu dalam organisasi, pengembangan dalam diri setiap individu,
pemeliharaan sistem dan dokumentasi.
25
1. Evaluasi Antar Individu dalam Organisasi
Penilaian kinerja dapat bertujuan untuk menilai kinerja setiap individu dalam
organisasi. Tujuan ini dapat memberi manfaat dalam menentukan jumlah dan
jenis kompensasi yang merupakan hak bagi setiap individu dalam organisasi.
2. Pengembangan Diri Setiap Individu dalam Organisasi
Penilaian kinerja pada tujuan ini bermanfaat untuk pengembangan karyawan.
Setiap individu dalam organisasi dinilai kinerjanya, bagi karyawan yang
memiliki kinerja rendah dilakukan pengembangan baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
3. Pemeliharaan Sistem
Tujuan pemeliharaan sistem akan memberi beberapa manfaat antara lain,
pengembangan perusahaan dari individu, evaluasi pencapaian tujuan oleh
individu atau tim, perencanaan sumber daya manusia, penentuan dan
identifikasi kebutuhan pengembangan organisasi, dan audit atas sistem sumber
daya manusia.
4. Dokumentasi
Penilaian kinerja akan memberi manfaat sebagai dasar tindak lanjut dalam
posisi pekerjaan karyawan di masa yang akan datang. Manfaat penilaian
kinerja disini berkaitan dengan keputusan-keputusan manajemen sumber daya
manusia, pemenuhan secara legal manajemen sumber daya manusia, dan
sebagai kriteria untuk pengujian validitas.
26
2.4 Hubungan Antar Variable
2.4.1 Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Karyawan
Dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang sudah ditargetkan dalam
perusahaan. Tujuan inilah yang biasanya membuat karyawan yang bekerja
menjadikan beban yang lebih berat. Karena dalam pengerjaannya seorang
karyawan bisa ditambahkan porsi kerjanya lebih berat dari biasanya. Dan beban
berat ini bisa mengakibatkan stres. Selain dari beban yang berlebihan ini, stres
yang dialami terdapat pada lingkungan bekerjanya. Lingkungan kerja yang tidak
kondusif akanmengakibatkan masing-masing individu menjadi stres.
Hal ini didukung oleh teori yang menurut Ivancevich, el al (2007), yaitu:
“Banyak stres yang dialami oleh masyarakat individu berawal dari organisasi;
banyak stres yang berasal dari tempat lain mempengaruhi perilaku dan kinerja kita
diorganisasi yang sama.”
Sedangkan menurut Robbins (2008), menyatakan bahwa: Manajemen
mungkin tidak peduli ketika karyawan mengalami tingkat stres rendah hingga
menengah. Karena kedua tingkat stres ini mungkin bermanfaat dan membuahkan
kinerja karyawan yang lebih tinggi. Akan tetapi tingkat stres yang tinggi, atau
meski rendah tetapi berlangsung terus-menerus dalam periode yang lama, dapat
menurunkan kinerja karyawan dan dengan demikian, membutuhkan tindakan dari
pihak manajemen.” Dan dapat disimpulkan adanya hubungan negatif antara stres
kerja dengan kinerja karyawan.
27
2.4.2 Hubungan Komunikasi dengan Kinerja Karyawan
Karyawan yang memiliki informasi yang lebih baik akan menjadi
karyawan yang lebih baik pula. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui
bahwa komunikasi yang baik akan membuat karyawan menjadi karyawan yang
baik pula, artinya bahwa karyawan ini dapat melaksanakan pekerjaannya dengan
baik.
Menurut Suwatno dan Donni Juni Priansa (2013) menyatakan bahwa:
Komunikasi berfungsi untuk membangkitkan motivasi karyawan, fungsi ini
berjalan ketika manajer ingin meningkatkan kinerja karyawan, misalnya manajer
menjelaskan atau menginformasikan seberapa baik karyawan telah bekerja dan
dengan cara bagaimana karyawan dapat meningkatkan kinerjanya.
Menurut Richard L. Daft (2012) meyatakan bahwa “Peran manajer dalam
menciptakan dialog, mengelola komunikasi krisis. Menggunakan umpan balik dan
pembelajaran untuk meningkatkan kinerja pegawai, serta menciptakan iklim
kepercayaan dan keterbukaan.
Menurut M. Kiswanto (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa:
Komunikasi merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap kinerja
karyawan, berarti komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi
kinerja karyawan, seyogyanya bagi pimpinan agar terus meningkatkan
komunikasinya dan tetap memperhatikan secara terus menerus dengan tidak
melupakan variabel lain yang juga sama penting.
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hubungan antara variabel
adalah komunikasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Komunikasi
28
berfungsi untuk membangkitkan motivasi karyawan, fungsi ini berjalan ketika
manajer ingin meningkatkan kinerja karyawan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan teori yang didapatkan dari berberapa sumber, maka untuk
memperkuat hasil penelitian ini, berikut penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan penelitian ini.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Dan Judul Variable Subjek
Penelitian Hasil Penelitain
1
Noviansyah &
Zunaidah
(2011)
“Pengaruh Stres
Kerja Dan
Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja
Karyawan”
Variabel bebas X:
Stres Kerja dan
Motivasi Kerja
Variabel terikat Y:
Kinerja Karyawan
PT.
Perkebunan
Minanga
Ogan
Baturaja
Hasil penelitian
memberikan hasil
bahwa
stres kerja lebih
berpengaruh dari pada
motivasi kerja terhadap
kinerja karyawan
PT. Perkebunan
Minanga Ogan
Baturaja.
Ida Bagus
Komang Surya
Dharma Putra &
Agoes Ganesha
Rahyuda
(2015)
“Pengaruh
Lingkungan Kerja
Fisik dan Stres
Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai”
Variabel bebas X:
Lingkungan Kerja
Fisik dan Stres Kerja
Variabel terikat Y:
Kinerja Pegawai
UPT.
Pengujian
Kendaraan
Bermotor
Dinas
Perhubungan
Kota
Denpasar
Stres kerja mampu
memediasi hubungan
antara pengaruh
lingkungan kerja fisik
terhadap kinerja.
Semakin baiknya
kondisi lingkungan
kerja fisik maka
karyawan akan
menjadi nyaman dalam
bekerja sehingga
karyawan tidak mudah
mengalami stres dan
akan berdampak
terhadap meningkatnya
29
kinerja karyawan
tersebut.
3
Mariskha Z.
(2011)
“Pengaruh Stres
Kerja dan
Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja
Karyawan”
Variabel bebas X:
Stres Kerja dan
Kepuasan Kerja
Variabel terikat Y:
Kinerja Karyawan
Surat Kabar
Harian Lokal
Di Kota
Palembang
Pengaruh stres kerja
dan kepuasan kerja
terhadap kinerja
karyawan secara
parsial memberikan
hasil yang tidak
mendukung di dalam
penelitian, jadi stres
kerja dan kepuasan
kerja tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
karyawan surat kabar
harian lokal kota
Palembang. sedangkan
secara simultan
memberikan hasil yang
mendukung di dalam
penelitian, jadi stres
kerja dan kepuasan
kerja berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja karyawan surat
kabar harian lokal kota
Palembang akan tetapi
pengaruhnya adalah
lemah.
4
Tri Diah
Ningrum
(2014)
“Pengaruh Stres
Kerja dan
Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja
Karyawan”
Variabel bebas X:
Stres Kerja dan
Lingkungan Kerja
Variabel terikat Y:
Kinerja Karyawan
PT. Makmur
Alam Lestari
Kec.
Gringsing
Kab. Batang
1. Terdapat pengaruh
negatif dan
signifikan antara
stres kerja terhadap
kinerja karyawan di
PT. Makmur Alam
Lestari Kec.
Gringsing Kab.
Batang.
2. Terdapat pengaruh
antara stres kerja,
lingkungan kerja
fisik dan
Lingkungan kerja
non fisik terhadap
kinerja karyawan di
30
PT. Makmur Alam
Lestari Kec.
Gringsing Kab.
Batang.
5
Militya Ch.
Takasenseran
Silvya L. Mandey
Christoffel Kojo
(2014)
“Pengaruh
Lingkungan
Kerja,
Komunikasi dan
Stres Kerja
Terhadap Kinerja
Pegawai”
Variabel bebas X:
Lingkungan Kerja,
Komunikasi dan
Stres Kerja
Variabel terikat Y:
Kinerja Pegawai
Dinas
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Provinsi
Sulut
Hasil uji hipotesis
ditemukan bahwa
lingkungan kerja,
komunikasi dan stres
kerja memiliki
pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap
kinerja kerja pegawai
di Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan
Provensi Sulawesi
Utara, dan Stres Kerja
merupakan faktor atau
variable yang paling
dominan
mempengaruhi kinerja
kerja pegawai di dinas
ini
2.6 Kerangka Pemikiran
Seperti halnya dengan alat pengambilan data, rancangan penelitian juga
didiktekan oleh variabel-variabel penelitian yang telah diidentifikasi serta oleh
hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Dalam menentukan rancangan penelitian
yang mana akan digunakan, perlu sekali selalu diingat bahwa seluruh komponen
penelitian itu harus terjalin secara serasi dan tertib (Suryabrata, 2014).
Berdasarkan teori-teori yang telah diperoleh dan dijelaskan, maka
kerangka berpikir dari penelitian, digambarkan pada kerangka pemikiran yang
disajikan pada gambar di bawah ini:
31
Gamabe 2.2
Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis (2016)
2.7 Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
H1 : Stres kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Marcopolo
Shipyard.
H2 : Komunikasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Marcopolo
Shipyard.
H3 : Stres kerja dan komunikasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT.
Marcopolo Shipyard.
Komunikasi
(X2)
Stres Kerja
(X1)
Kinerja Karyawan
(Y)
H1
H3
H2
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek dan Lokasi Penelitian
Dalam penelitain ini, objek penelitian yang penulis gunakan adalah stres
kerja (X1) dan komunikasi (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) dengan lokasi
penelitian di PT. Marcopolo shipyard.
Perusahaan PT. Marcopolo Shipyard didirikan pada tanggal 1 Desember
2005, PT. Marcopolo Shipyard yang bergerak dibidang jasa-galangan kapal
menerima pengerjaan pembuatan kapal baru (new building) dan perbaikkan kapal
(repair), baik kapal dalam negeri maupun luar negeri. Dalam pengerjaan tersebut,
tidak hanya dikerjakan oleh karyawan PT. Marcopolo Shipyard sendiri, tetapi juga
menggunakan jasa Subkontraktor.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).
Populasi bertindak sebagai wilayah totalitas yang terdiri atas objek,
subjek, dan benda-benda alam lainnya yang mempunyai kualitas dan karateristik
tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi tidak hanya menyatakan orang, tetapi bisa menyatakan
33
objek. Populasi juga bukan sekedar menyatakan dalam bentuk jumlah yang ada
pada subjek dan objek yang dipelajari, tetapi dapat menyatakan seluruh sifat atau
karakteristik yang ada pada subjek, objek, dan benda-benda alam lainnya.
Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai populasi adalah karyawan
bagian office dari PT. Marcopolo Shipyard di Kota Batam, dengan jumlah 30
orang (sehingga tingkat kepercayaan dalam penelitian ini yang digunakan adalah
90% atau error sebesar 10%).
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel
(Sugiyono, 2012).
Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu
Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling
meliputi Simple Random, Proportionate Startified Random, Disproportionate
Startified Random dan Cluster Random. Nonprobability Sampling meliputi
Systematic Sampling (Sampling Sistematis), Quota Sampling (Sampling Kuota),
Accidental/Incidental Sampling (Sampling aksidental/insidental), Purposive
Sampling, Sampling Jenuh (Sampling Sensus) dan Snowball Sampling.
Penelitian ini memiliki populsi jenuh yaitu seluruh anggota populasi
adalah anggota sampel (Non Probability sampling) yaitu 30 orang atau responden.
34
3.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam metode
penelitian yang sifatnya ilmiah, karena pada umumnya data dikumpulkan dan
digunakan kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan.
Validitas data dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas dari
pengambilan datanya sendiri cukup valid.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
menurut Sugiyono (2012), yaitu:
1. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Pada penelitian ini,
penulis melakukan wawancara dengan manajemen, karyawan PT. Marcopolo
Shipyard.
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab. Pada penelitian ini, penulis menyebarkan kuesioner sesuai
dengan jumlah sampel yang telah ditetapkan sebelumnya, dimana responden
35
akan mengisi kuesioner tersebut sesuai dengan pernyataan yang disajikan dan
akan dijawab secara objektif.
3. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung ke kantor PT.
Marcopolo Shipyard.
3.3.2 Alat Pengumpulan Data
Untuk menyempurnakan pada pembahasan berikutnya, maka diperlukan
adanya data atau informasi baik dari dalam maupun dari luar objek penelitian.
Menurut Sugiyono (2009), untuk memperoleh data dapat menggunakan metode
sebagai berikut:
1 Penelitian Lapangan (Field Research)
Adalah penelitian yang dilakukan langsung dilakukan dilapangan atau pada
responden. Hasan (2008). Penelitian yang dilakukan dilapangan oleh penulis
pada objek penelitian yang berhubungan dengan variable stres kerja,
komunikasi dan kinerja karyawan.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Sugiyono (2009). Pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan
lengkap. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
36
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif. Pengisian kuesioner diukur dengan
menggunakan skala Likert dengan lima poin. Adapun skor yang diberikan
pada setiap jawaban responden, sebagai berikut:
1. Sangat Setuju (SS), Skor 5
2. Setuju (S), Skor 4
3. Kurang Setuju (KS), Skor 3
4. Tidak Setuju (TS), Skor 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS), Skor 1
2 Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan studi literature
(kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian
penelitian terdahulu. Hasan (2008). Penelitian kepustakaan ini dilakukan
dengan membaca beberapa studi kepustakaan, mengumpulkan dokumen,
arsip, maupun catatan penting objek penelitian yang ada hubungannya dengan
permasalahan penulisan tugas akhir ini dan selanjutnya diolah kembali.
3.4 Indikator Masing – Masing Variabel
Dalam membuat pertanyaan pada kuesioner merujuk pada indikator
masing – masing variabel.
37
Tabel 3.1
Indikator Masing-Masing Variabel
No Variabel Indikator
1 Stres Kerja (X1)
Tuntutan tugas
Kepemimpinan organisasi
Tuntutan antar pribadi
Struktur organisasi
2 Komunikasi (X2)
Komunikasi antara atasan dan bawahan
Komunikasi yang berkaitan dangan tugas
Komunikasi sesama karyawan
3 Kinerja Karyawan (Y)
Kualitas
Kuantitas
Ketepatan Waktu
Efektifitas Kemandirian
Sumber: Penulis (2016)
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah,
karena dengan analisislah dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu
dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan
manipulasi, serta diperas sedemikian rupa, sehingga data tersebut mempunyai
makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesis.
Menurut Sugiyono (2012), analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sember data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis
data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
38
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan.
3.5.1 Uji Kualitas data
Berkaitan dengan metode analisis data yang telah dijelaskan pada bagian
metode penelitian sebelumnya, pengujian pertama yang dilakukan pada penelitian
ini adalah uji kualitas data. Uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji
reliabilitas.
3.5.1.1 Uji Validitas Data
Menurut Cooper (2006) validitas adalah: “Validity is a characteristic of
measurement concerned with the extent that a test measures what the researcher
actually wishes to measure”, yang memiliki arti validitas merupakan karakteristik
dari pengukuran yang bersangkutan dengan sejauh mana tes tersebut mengukur
apa yang benar benar peneliti inginkan.
Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara masing
– masing pernyataan dengan skor total. Rumus yang di gunakan untuk mengukur
validitas adalah Pearson Product Moment sebagai berikut:
Rumus 3.1
Rumus Pearson Product Moment
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }
39
Dimana:
rhitung = Koefisien korelasi
∑ Xi = Jumlah skor item
∑ Yi = Jumlah skor total
N = Jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:
Rumus 3.2
Rumus Uji Validitas Data
Dimana:
t = Nilai t-hitung
r = Koefisien korelasi hasil r-hitung
n= Jumlah responden
Taraf signifikansi ditentukan 10%. Jika diperoleh hasil korelasi yang lebih
besar dari r-tabel pada taraf signifikansi 0,1 berarti butir pertanyaan tersebut valid.
3.5.1.2 Uji Reliabilitas Data
Menurut Cooper (2006) reliabilitas adalah: “Reliability is a characteristic
of measurenment concerned with accuracy, precision, and consistency”, yang
memiliki arti reliabilitas merupakan karakteristik dari pengukuran berkaitan
dengan akurasi, presisi, dan konsistensi.
40
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas alat ukur
misalnya: metode Anova Hoyt, Formula Flanagan, Formula Belah Dua
Spearman-Brown, dan metode Tes Ulang. Dalam penelitian ini akan digunakan
metode Cronbach’s Alpha.
Metode ini sangat popular digunakan pada skala uji yang berbentuk likert
(scoring scale). Uji ini menghitung koefisien alpha. Data dikatakan reliable
apabila r-alpha positif dan r-alpha > r-tabel df = (α, n-2). Menurut Suliyanto
dalam Agung (2012) untuk mencari besaran angka reliabilitas dengan
menggunakan Conbrach Alpha dapat digunakan rumus berikut:
Rumus 3.3
Rumus Cronbach’s Alpha
Dimana :
r11 = Reliabilitas Instrumen
k = jumlah butir pertanyaan
= jumlah varian pada butir
= varian total
Nilai uji akan dibuktikan dengan menggunakan uji dua sisi pada taraf
signifikan 0,1. Kriteria diterima dan tidaknya suatu data atau reliable atau
tidaknya suatu data dapat dilihat jika nilai alpha lebih besar dari pada nilai kritis
product moment atau nilai r-tabel. Dapat pula dilihat dengan menggunakan nilai
41
batasan penentu, misalnya 0,6. Nilai yang kurang dari 0,6 dianggap memiliki
reliabilitas kurang, sedangkan nilai 0,7 dapat diterima dan 0,8 dianggap baik.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2007) tujuan dari uji normalitas adalah untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian variabel
lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik
parametrik tidak dapat digunakan.
3.5.3 Uji Hipotesis
Hipotesis didefinisikan sebagai dugaan atas jawaban sementara mengenai
sesuatu masalah yang masih perlu diuji secara empiris, untuk mengetahui apakah
pernyataan itu dapat diterima atau tidak. Dalam penelitian ini yang akan diuji
adalah seberapa besar pengaruh stres kerja (X1) dan komunikasi (X2) terhadap
kinerja karyawan (Y). Pengujian hipotesis dilakukan melalui dua tahap, yaitu
pengujian hipotesis secara simultan dan parsial.
3.5.3.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji – T)
Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut:
42
a. Rumus uji t yang digunakan adalah :
Rumus 3.4
Rumus Uji-T
Hasilnya dibandingkan dengan table t untuk derajat bebas n-k-1 dengan taraf
signifikansi 10%.
b. Hipotesis
, Stres kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT.
Marcopolo Shipyard.
, Stress kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan PT.
Marcopolo Shipyard.
, Komunikasi tidak berpengaru terhadap kinerja karyawan PT.
Marcopolo Shipyard.
, Komunikasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT.
Marcopolo Shipyard.
c. Kriteria pengujian
Jika menggunakan tingkat kekeliruan ( = 0,1) untuk diuji dua pihak, maka
kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut:
Jika t-hitung ≥ t-tabel maka Ho ada di daerah penolakan, berarti Ha
diterima artinya antara variabel X dan variabel Y ada hubungannya.
√
43
Jika t-hitung ≤ t-tabel maka Ho ada di daerah penerimaan, berarti Ha
ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada hubungannya.
3.5.3.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan/Total (Uji – F)
Melakukan uji-F untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat.
a. Rumus uji-F yang digunakan adalah:
Rumus 3.5
Rumus Uji-F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variable bebas secara
bersama–sama dapat berperan atas variable terikat. Pengujian ini dilakukan
menggunakan distribusi F dengan membandingkan anatara nilai F-kritis
dengan nilai F-test yang terdapat pada Tabel Analisis of Variance (ANOVA)
dari hasil perhitungan dengan program SPSS versi 23. Jika nilai F-hitung > F-
tabel, maka Ho yang menyatakan bahwa variasi perubahan nilai variabel bebas
(Stres kerja dan komunikasi) tidak dapat menjelaskan perubahan nilai variabel
terikat (kinerja karyawan) ditolak dan sebaliknya.
b. Hipotesis
; semua , Secara sumulan stres kerja dan komunikasi tidak
berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Marcopolo
Shipyard.
44
; ada , Secara simulan stres kerja dan komunikasi berpengaruh
terhadap Kinerja Karyawan PT. Marcopolo Shipyard.
c. Kriteria pengujian
Ho ditolak apabila F-hitung > dari F-tabel ( = 0,1)
Apabila pada pengujian secara simultan Ho ditolak, artinya sekurang-
kurangnya ada sebuah yxi 0.
3.6 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk melihat sejauh
mana model yang terbentuk dapat menjelaskan kondisi yang sebenarnya. Nilai ini
merupakan ukuran ketepatan/kecocokan garis regresi yang diperoleh dari
pendugaan data yang diobservasi atau diteliti. Nilai R2 dapat diinterpretasikan
sebagai persentase nilai yang menjelaskan keragaman nilai Y, sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. (Wibowo, 2012).
Rumus 3.6
Rumus Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi berada antara 0 sampai 1 (0 <KD< 1), dengan
ketentuan:
1. Jika nilai koefisien determinasi (KD) = 0, berarti tidak pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
45
2. Jika nilai (KD) = 1, berarti variasi (naik/turunnya) variabel dependen (Y)
adalah 100% dipengaruhi oleh variabel independen (Y).
3. Jika nilai koefisian determinasi (KD) berada di antara 0 dan 1 (0 < KD < 1),
maka besarnya pengaruh variabel independent terhadap variasi (naik/turunya)
variabel dependent adalah sesuai dengan nilai KD itu sendiri, dan selebihnya
berasal dari faktor-faktor lain.