Upload
phungkiet
View
276
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH SIKAP, PERSEPSI KONTROL PERILAKU DAN
RELIGIUSITAS TERHADAP NIAT WHISTLEBLOWING
EKSTERNAL - INTERNAL DENGAN PERSEPSI DUKUNGAN
ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat–Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Widyawati Noviandini Rahayu
NIM. 11140820000011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Widyawati Noviandini Rahayu
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 6 November 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat Rumah : Gg. Remaja II RT.007 RW.003 No.35A
Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo
Jakarta Timur-13760
6. Nomor Handphone : 085778607880
7. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Tat Twam Asi Tahun 2001 - 2003
2. SD Negeri 05 Pagi Gedong Tahun 2003 - 2008
3. SMP Negeri 223 Jakarta Tahun 2008 - 2011
4. SMA Negeri 104 Jakarta Tahun 2011 - 2014
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Tahun 2014 - 2018
Hidayatullah Jakarta
III. PENDIDIKAN INFORMAL
1. Brevet Pajak A&B Bina Fiscal Indonesia (Januari – Maret 2018)
IV. LATAR BELAKANG ORANG TUA
1. Ayah : Sumarno, SH.
2. Ibu : Budhi Harti
3. Anak ke- : Dua dari tiga bersaudara
vii
V. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Paskibraka SMPN 223 Jakarta
2. Anggota Basket SMPN 223 Jakarta
3. Anggota Marching Band SMAN 104 Jakarta
4. Anggota HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2014-
2016)
5. Sekretaris I GALAKSI (Gebyar Lomba Akuntansi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2016
6. Bendahara KKN PEMUKA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017-
2018)
viii
THE INFLUENCEOF ATTITUDE, PERCEIVED BEHAVIOR
CONTROL AND RELIGIOUSITY TO THE EXTERNAL -
INTERNAL WHISTLEBLOWING INTENTIONS WITH THE
PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT AS MODERATOR
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of attitudes,
perceived behavior control and religiosity towards the external-internal
whistleblowing intentions with the perceived organizational support as a
moderating variables . This research using survey method with the 66 respondents
of the auditor from The Audit Board of Indonesia (BPK RI). This data was
analyzed by using moderate regression analysis in SPSS.
The results of this research showed that attitudes, perceived behavior
control and religiosity has no significant effect toward the external-internal
whistleblowing intentions. The perceived organizational support can’t be a
moderating for attitude and perceived behavior control toward the external-
internal the whistleblowing intentions. But the perceived organisations support
can be a moderating for religiosity toward the external-internal whistleblowing
intentions.
Keyword: Attitude, Perceived Behavior Control, Religiousity, Perceived
Organizational Support, External - Internal Whistleblowing Intention.
ix
PENGARUH SIKAP, PERSEPSI KONTROL PERILAKU DAN
RELIGIUSITAS TERHADAP NIAT WHISTLEBLOWING
EKSTERNAL - INTERNAL DENGAN PERSEPSI DUKUNGAN
ORGANISASI SEBAGAI VARIABLE PEMODERASI
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh sikap, persepsi
kontrol perilaku dan religiusitas terhadap niat whistleblowing eksternal-internal
dengan persepsi dukungan organisasi sebagai variabel pemoderasi. Pada
penelitian ini menggunakan metode survei dengan responden sebanyak 66 yang
berasal dari auditor di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).
Model analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi moderat dengan
bantuan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap, persepsi kontrol perilaku dan
religiusitas tidak berpengaruh signifikan terhadap niat whistleblowing eksternal-
internal, Persepsi dukungan organisasi tidak mampu memoderasi pengaruh sikap
dan persepsi kontrol perilaku terhadap niat whistleblowing eksternal-internal.
Tetapi persepsi dukungan organisasi mampu memoderasi pengaruh religiusitas
terhadap niat whistleblowing eksternal dan internal.
Kata kunci: Sikap,Persepsi Kontrol Perilaku, Religiusitas, Persepsi Dukungan
Organisasi, Niat Whistleblowing Eksternal - Internal.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Pengaruh Sikap,
Persepsi Kontrol Perilaku dan Religiusitas terhadap Niat Whistleblowing
Eksternal-Internal dengan Persepsi Dukungan Organisasi sebagai variabel
Pemoderasi” dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW teladan bagi insan di muka bumi.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur alhamdulillah
penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan. Selain
itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua (Papa dan Mama) yang telah menjadi penyemangat terbesar
dan terbaik dalam hidup, yang selalu percaya bahwa penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir ini dan juga telah memberikan dukungan tiada
henti baik moril dan materil, yang mana berkat jasa dan kebaikan Papa dan
Mama akhirnya penulis bisa mencapai gelar SE.
2. Kakak penulis, Dimas Reza Handika Prabowo dan Adik penulis, Diah
Pitaloka Permatasari, yang telah memberikan doa, motivasi, inspirasi dan
bantuan yang tiada henti kepada penulis.
3. Bapak Dr.Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA Selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus selaku Dosen
Pembimbing Akademik penulis.
6. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah, terimakasih atas bantuan, perhatian dan pelayanan yang
diberikan kepada penulis.
9. Seluruh bagian BPK RI khususnya bagian SDM yang telah membantu
penulis dalam menyebar kuisioner di BPK RI serta mendoakan kelancaran
pembuatan skripsi ini.
10. Terima kasih terkhusus untuk Zavita Mufariza dan Luniar Aulia Rahmah
yang telah membantu membimbing peneliti dalam mengolah data penelitian
dan juga memberi semangat agar skripsi ini bisa selesai tepat pada waktunya.
11. Sahabat tercinta di kampus dari awal semester hingga sekarang alias
GORENGAN (Andri, Dio, Pepi, Cika, Otoy, Ratu dan Erni) yang selalu
bersama-sama berjuang dari awal semester hingga saat ini dan melewati
banyak pengalaman baru selama masa kuliah, yang pasti akan selalu
memberikan bantuan, doa, dan dukungan untuk penulis. Thank you Guysss!
12. Sahabat sekaligus partner dalam suka maupun duka, tempat berbagi cerita dan
keluh kesah serta tempat untuk tertawa tanpa beban (Ami, Kak Nanda,
Daulay dan Vino) terimakasih atas momen yang sudah kita habiskan selama
kuliah. It’s mean a lot for me!
13. Seluruh teman Akuntansi 2014 (Khususnya Akuntansi A, Akuntansi
Billingual dan Kelas Konsentrasi Audit) terutama kelas brevet generasi 1
yang telah memberikan banyak ilmu dan motivasi kepada penulis.
14. Semua pihak yang terlibat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
xii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk dan saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta Agustus 2018
(Widyawati Noviandini Rahayu)
xiii
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ..................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...........................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................vi
ABSTRACT .......................................................................................................viii
ABSTRAK ............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ..........................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Perumusan Masalah ...................................................................................9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur ....................................................................................13
1. Teori Perencanaan Perilaku ...............................................................13
2. Teori Pertukaran Sosial ......................................................................17
3. Teori Akuntansi Perilaku ...................................................................19
xiv
4. Sikap ...................................................................................................20
5. Persepsi Kontrol Perilaku ...................................................................21
6. Religiusitas .........................................................................................22
7. Intensi atau Niat..................................................................................23
8. Whistleblowing Eksternal dan Internal ...............................................24
9. Persepsi Dukungan Organisasi ...........................................................26
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ..............................................................28
C. Pengembangan Hipotesis ..........................................................................34
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................................42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .........................................................................43
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................43
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................44
D. Operasional Variabel Penelitian ...............................................................45
1. Sikap ...................................................................................................45
2. Persepsi Kontrol Perilaku ...................................................................46
3. Religiusitas .........................................................................................47
4. Persepsi Dukungan Organisasi............................................................48
5. Niat Whistleblowing Eksternal dan Internal .......................................48
E. Metode Analisis Data ................................................................................55
1. Statistik Deskriptif ..............................................................................55
2. Uji Kualitas Data ................................................................................55
a. Uji Validitas ..............................................................................55
b. Uji Reliabilitas ..........................................................................56
3. Uji Asumsi Klasik ..............................................................................57
a. Uji Multikolinearitas ................................................................57
b. Uji Heterokedastisitas ..............................................................57
c. Uji Normalitas ..........................................................................59
4. Uji Hipotesis ......................................................................................60
a. Uji Koefisiensi Determinasi (R2) .............................................62
xv
b. Uji Statistik F ............................................................................62
c. Uji Signifikasi Parsial (Uji t) ....................................................63
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................65
1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................65
2. Karakteristik Responden ....................................................................67
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin ......................67
b. Deskripsi responden berdasarkan jabatan auditor ....................68
c. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman auditor ............69
d. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir .............70
e. Deskripsi responden berdasarkan agama ..................................70
B. Hasil Penelitian .........................................................................................71
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ..............................................................71
2. Hasil Uji Kualitas Data ......................................................................72
a. Hasil Uji Validitas ....................................................................72
b. Hasil Uji Reliabilitas ................................................................76
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................................77
a. Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................77
b. Hasil Uji Heterokedastisitas .....................................................77
1) Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik ......................77
2) Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Statistik ...................79
c. Hasil Uji Normalitas ...................................................................80
1) Hasil Uji Normalitas dengan Grafik ..................................80
2) Hasil Uji Normalitas dengan Statistik ...............................84
4. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................85
a. Hasil Uji Hipotesis Niat Whistleblowing Eksternal ..................86
1) Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2).................................86
2) Hasil Uji Statistik F ...........................................................88
3) Hasil Uji Signifikasi Parsial (Uji t) ...................................88
b. Hasil Uji Hipotesis Niat Whistleblowing Internal ....................90
xvi
1) Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2).................................90
2) Hasil Uji Statistik F ...........................................................91
3) Hasil Uji Signifikasi Parsial (Uji t) ...................................92
C. Pembahasan ..............................................................................................96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................113
B. Keterbatasan ............................................................................................115
C. Saran ........................................................................................................115
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................117
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................124
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ...........................................................28
Tabel 3.1.Operasional Variabel Penelitian ............................................................50
Tabel 4.1.Distribusi Penyebaran Kuesioner ..........................................................66
Tabel 4.2.Data Sampel Penelitian .........................................................................67
Tabel 4.3.Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...............68
Tabel 4.4.Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jabatan Auditor .............68
Tabel 4.5.Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pengalaman Auditor .....69
Tabel 4.6.Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir......70
Tabel 4.7.Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Agama Auditor .............70
Tabel 4.8.Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................................71
Tabel 4.9.Hasil Uji Validitas Niat Whistleblowing Eksternal & Internal .............73
Tabel 4.10.Hasil Uji Validitas Sikap .....................................................................73
Tabel 4.11.Hasil Uji Validitas Persepsi Kontrol Perilaku .....................................74
Tabel 4.12.Hasil Uji Validitas Religiusitas ...........................................................75
Tabel 4.13.Hasil Uji Validitas Persepsi Dukungan Organisasi .............................75
Tabel 4.14.Hasil Uji Reliabilitas ...........................................................................76
Tabel 4.15.Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................................77
Tabel 4.16.Hasil Uji Statistik Heteroskedastisitas dengan Glejser .......................79
Tabel 4.17.Hasil Uji Statistik Kolmogorov Smirnov NWE ...................................84
Tabel 4.18.Hasil Uji Statistik Kolmogorov Smirnov NWI ....................................85
Tabel 4.19.Hasil Uji Koefisiensi Determinasi NWE ............................................87
Tabel 4.20.Hasil Uji Statistik F NWE ..................................................................88
Tabel 4.21.Hasil Uji Statistik t NWE ....................................................................89
xviii
Tabel 4.22.Hasil Uji Koefisiensi Determinasi NWI .............................................90
Tabel 4.23.Hasil Uji Statistik F NWI .............. ....................................................91
Tabel 4.24.Hasil Uji Statistik t NWI .....................................................................92
Tabel 4.25.Hasil Pengujian Hipotesis .................................................................112
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Teori Perencanaan Perilaku ............................................................13
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran ......................................................................42
Gambar 4.1. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot NWE ...............78
Gambar 4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot NWI ................78
Gambar 4.3. Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram NWE .................80
Gambar 4.4. Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-Plot NWE ........................81
Gambar 4.5. Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram NWI ..................82
Gambar 4.6. Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-Plot NWI .........................83
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penelitian Skripsi ...............................................................124
Lampiran 2 Surat Keterangan dari BPK RI ....................................................126
Lampiran 3 Surat Permohonan Pengisian Kuesioner .....................................128
Lampiran 4 Kuesioner Pilot Test ....................................................................130
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian yang Disebar .............................................139
Lampiran 6 Daftar Identitas dan Jawaban Responden ...................................147
Lampiran 7 Output Hasil Pengujian Data .......................................................162
Lampiran 8 Output Hasil Validitas dan Reliabilitas Pilot Test ......................183
1
BAB.I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Whistleblowing sudah menjadi trending topic di Indonesia setelah
terungkapnya kasus di PT. Asian Agri, di Kemenhumham dan dugaan suap
sejumlah anggota DPR RI dalam pemilihan gubernur Bank Indonesia Bapak
Murdiyanto. Di negara Amerika sudah terlebih dahulu membentuk sebuah
aturan mengenai whistleblowing yaitu Sarbanes Oxley Act of 2002 (SOX) yang
bertujuan untuk memulihkan kepercayaan masyarakat dan juga agar
perusahaan-perusahaan di Amerika menerapkan whistleblowing system. Salah
satu seruan SOX adalah perusahaan publik diwajibkan untuk mengembangkan
sistem whistleblowing yang merupakan bagian dari sistem pengendalian
internal (Krystella dan Sitorus, 2017). Sarbanes-Oxley Act 2002, Section 301
dan 806, dirancang secara khusus untuk mendorong whistleblowing dan
menyediakan perlindungan dari retaliasi bagi karyawan yang mengungkapkan
hal-hal yang tidak jelas atas masalah akuntansi dan audit.
Sedangkan di Indonesia salah satu kasus whistleblowing yang sedang
ramai diperbincangkan yaitu mengenai kasus E-KTP dimana Kasus “Papa
Minta Saham” bermula pada tanggal 16 November 2015, ketika Sudirman Said
(SS), yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), melaporkan Setya Novanto (SN) karena meminta sejumlah
saham PT Freeport Indonesia dengan mengatasnamakan Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).
2
Kasus ini dinyatakan berakhir oleh MKD dengan diterimanya surat
pengunduran diri dari SN pada tanggal 16 Desember 2015 (sebelum akhirnya
kembali menjadi Ketua DPR pada November 2016). Walaupun kasus tersebut
telah dinyatakan berakhir oleh MKD, bukan berarti perseteruan antara SN
dengan SS berakhir begitu saja. SN kemudian melaporkan SS terkait UU ITE
No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(www.medium.com). Dari kasus ini dapat diketahui bahwa peran sebagai
whistleblower bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh mereka yang
telah mengetahui terjadinya suatu praktik ilegal.
Hal tersebut dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang kemudian
membuat orang tersebut tidak berani antara lain pembalasan dari pihak yang
dilaporkan serta perhatian dari media. Selain itu, ada juga faktor lain seperti
perasaan mengkhianati perusahaan dengan tindakan yang akan mereka
lakukan, sehingga mereka enggan melaporkan tindakan-tindakan ilegal
tersebut. Indonesia sendiri sudah mengeluarkan regulasi mengenai
whistleblowing telah diatur dalam Undang-Undang pasca revisi UU nomor 13
tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban menjadi Undang-undang
31 tahun 2014, Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Perlakuan terhadap Pelapor Tindak Pidana (whistleblower) dan Saksi Pelaku
yang Bekerja Sama, serta Inpres nomor 7 tahun 2015. Bahkan Inpres No.7
tahun 2015 telah terjadi MoU antara LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban) 17 kementerian lembaga.
3
Dengan adanya aturan tersebut, maka sistem whistleblowing sangat
penting bagi organisasi, sehingga diperlukan sistem whistleblowing yang
efektif yang diharapkan dapat meningkatkan partisipasi karyawan dalam
melaporkan kecurangan. Tetapi pelaksanan whistleblowing system di lembaga
atau kementerian memiliki kendala akibat belum optimalnya sistem yang
dibuat dan bergantung pada kebijakan di setiap lembaga. Mudahnya penerapan
sistem serta belum optimalnya jaringan membuat sistem di 17 kementerian
lembaga masih rentan. Belum adanya dasar hukum yang kuat untuk menjamin
perlindungan terhadap whistleblower, undang-undang yang ada masih bersifat
umum terhadap saksi, pelapor dan korban. Kalau pun ada hanya berbentuk
Surat Edaran Mahkamah Agung RI (SEMA) yang sifatnya tidak punya
kekuatan hukum mengikat, sehingga mengakibatkan belum maksimalnya
pemberian perlindungan terhadap whistleblower. Hal ini karena hakim masih
mengabaikan rekomendasi aparat penegak hukum terhadap status seseorang
sebagai whistleblower. Demikian juga masalah keamanan dan kerahasiaan,
tidak hanya melindungi individu agar bersedia menjadi pelapor, tetapi harus
dipastikan adanya tindak lanjut dan investigasi pengungkapan laporan secara
memadai, profesional dan independen.
Whistleblowing adalah suatu mekanisme yang memungkinkan seluruh
komponen organisasi melaporkan pelanggaran apapun yang disaksikannya,
untuk kemudian ditindaklanjuti oleh pihak berwenang di dalam perusahaan.
Menurut Park & Blenkinsopp (2009) jalur pelaporan whistleblowing tidak
hanya sebatas internal dan eksternal tetapi juga terdiri dari formal dan informal,
4
serta anonim dan teridentifikasi. Pada umumnya pengertian whistleblowing
adalah aksi yang dilakukan karyawan untuk mengungkapkan kecurangan
kepada manejemen perusahaan (Internal whistleblowing) atau kepada publik
(Eksternal whistleblowing). Yang menjadi permasalahan yaitu apabila
karyawan sudah mengetahui mengenai kecurangan tersebut tapi enggan untuk
melaporkannya kepada atasan ataupun kepada pihak diluar organisasi (penegak
hukum) maupun ke pihak di dalam organisasi (atasan atau menejemen yang
lebih tinggi), dikarenakan kenyataan yang sering terjadi mereka akan mendapat
banyak ancaman (retaliasi) dari berbagai macam pihak. Menurut Rothschild
dan Miethe (1999) mereka menyatakan bahwa sebagian besar whistleblower
dinilai tidak loyal terhadap organisasi, dan mereka mungkin akan dapat
penolakan dari karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini tentu menjadi
dilema tersendiri dalam penerapan whistleblowing di organisasi atau entitas.
Melihat fenomena itu dapat maka dapat disimpulkan secara general bahwa
keamanan yang diberikan organisasi atau entitas kepada karyawan yang ingin
melakukan whistleblowing sangat penting.
Pengaruh sikap seseorang dalam niatan untuk melakukan whistleblowing
sangat bergantung kepada dari diri seseorang itu sendiri. Menurut Ponnu et al.
(2008) sikap terhadap whistleblowing yaitu mengenai sejauh mana individu
memiliki evaluasi menguntungkan atau tidak menguntungan dari
whistleblowing adalah jumlah keyakinan yang dimiliki karyawan tentang
konsekuensi dari whistleblowing dan evaluasi subjektif terhadap konsekuensi
tersebut. Jadi bagi whistleblower yang ingin melakukan whistleblowing harus
5
memiliki keyakinan bahwa whistleblowing akan mendatangkan konsekuensi
positif bagi individu yang melakukan hal itu, seperti kepuasan moral dan tugas
para karyawan terjamin, kontrol terhadap tindakan korupsi makin baik,
pencegahan yang dapat merugikan perusahaan atau entitas, dll. Jadi, apabila
seseorang memiliki sikap positif yang baik, maka hal tersebut akan mendorong
niat orang itu untuk melakukan whistleblowing.
Persepsi kontrol perilaku sebenarnya didasari oleh keyakinan kontrol,
maksudnya adalah faktor yang menghambat atau faktor yang mendukung
individu melakukan whistleblowing. Faktor kontrol yang dilakukan perusahaan
yaitu dengan cara menggagalkan atau dengan sengaja mengabaikan laporan,
hal ini tentu akan menghambat individu dalam melakukan whistleblowing
(Ponnu et al., 2008). Apabila individu memiliki keyakinan bahwa ia memiliki
kesempatan yang besar untuk mengungkapkan wrongdoing dan tidak memiliki
hambatan yang besar dalam melakukan whistleblowing, maka persepsi individu
tersebut akan semakin kuat terhadap kontrol yang dilakukan ketika melakukan
whistleblowing. Menurut teori perilaku yang direncanakan oleh Ajzen (1991)
menjelaskan bahwa semakin individu merasakan banyak faktor pendukung dan
sedikit faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka lebih
besar kontrol yang mereka rasakan atas perilaku tersebut dan sebaliknya, jika
semakin sedikit individu merasakan faktor pendukung dan banyak faktor
penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka individu cenderung
mempersepsikan diri sulit untuk melakukan perilaku tersebut.
6
Religiusitas juga merupakan hal yang berpengaruh pada niatan seseorang
untuk melakukan whistleblowing. Menurut Bruks dan Sellani (2005)
menyatakan bahwa religiusitas dapat dipisahkan menjadi dua kategori:
religious affiliation dan religious commitment. Religious affiliation mengacu
pada konsep bahwa orang-orang itu merupakan anggota dari sebuah lembaga
atau afiliasi sebuah kelompok agama tertentu. Religious affiliation bisa berupa
tempat ibadah, universitas atau lembaga-lembaga lain. Sedangkan religious
commitment mengacu pada usaha untuk mengukur tingkat religiusitas dari
komitmen individu terhadap kepercayaan religi atau gaya hidup religinya pada
organisasi religius dan dapat diukur dalam hal kedatangan ke gereja atau
masjid, amal (zakat) yang diberikan, serta ketelibatanya dalam aktifitas
keagamaan. Itu berarti bahwa tingkat religius individu bisa mendorong untuk
melaporkan wrongdoing yang terjadi di organisasi atau perusahaan. Karena
tingkat religius mencerminkan seberapa individu mengimani Tuhan-Nya atau
Allah dan juga di mayoritas agama yang ada mengajarkan untuk selalu berbuat
kebaikan dan menjauhi perbuatan tercela.
Persepsi dukungan organisasi sebagai variable moderasi yang berati dapat
memperlemah atau memperkuat penelitian juga berpengaruh terhadap
keinginan atau niat individu dalam melakukan whistleblowing. Tidak semua
perusahaan yang ada di indonesia melegalkan dukungan organisasi atau entitas
dalam pengungkapan kesalahan dan perlindungan bagi whistleblower,
kebanyakan dari perusahaan tersebut kurang memperhatikan bahwa ada
undang-undang yang mengatur mengenai kebebasan seseorang untuk
7
melakukan whistleblowing. Hal ini sungguh disayangkan karena kegiatan
whistleblowing sangat diperlukan guna memperbaiki pengendalian internal
perusahaan.
Di sisi lain menunjukkan bahwa adanya persepsi dukungan organisasi
yang tinggi menghasilkan dampak positif terhadap sikap dan perilaku
karyawan untuk suatu kebaikan yang bermanfaat bagi organisasi atau entitas,
misalnya melaporkan kecurangan yang terjadi dalam organisasi. Dengan
demikian, dukungan organisasi yang dirasakan diharapkan dapat memperkuat
hubungan faktor sikap dan persepsi kontrol perilaku terhadap niat seseorang
untuk melaporkan tindakan kecurangan. Alleyne et al. (2013) menjelaskan
pentingnya persepsi dukungan organisasi bagi individu untuk melaporkan
tindakan tidak etis.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) merupakan
salah satu instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang pemeriksa
pengelolaan keuangan negara. BPK RI memiliki visi menjadi pendorong
pengelolaan keuangan negara untuk mencapai tujuan negara melalui
pemeriksaan yang berkualitas dan bermanfaat (http://www.bpk.go.id/page/visi-
dan-misi). Dengan adanya visi dan misi BPK RI tersebut perlu adanya sebuah
whistleblowing system di lingkungan BPK RI untuk menunjang para staff
maupun auditor dan jajaran lainnya untuk melaporkan adanya tindakan
kecurangan yang bisa mempengaruhi pemeriksaan pengelolaan keuangan di
berbagai lembaga dan kementerian. Untuk itu BPK RI sudah mengatur
mengenai whistleblowing system di dalam Surat Keputusan Badan Pemeriksa
8
Keuangan Republik Indonesia No.3/K/I-XIII.2/7/2014 tentang organisasi dan
tata kerja pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan di Pasal 170 poin e yang
berbunyi: “Inspektorat Penegak Integritas (PI) menyelenggarakan fungsi
pengadministrasian pengaduan pelanggaran melalui whistleblowing system
(WBS)”.
Dengan adanya WBS yang disediakan oleh BPK RI bagi yang mempunyai
informasi dan ingin melaporkan tentang adanya dugaan perbuatan yang
melanggar peraturan perundang-undangan, melanggar standar, melanggar kode
etik, dan melanggar kebijakan yang terjadi di lingkungan BPK
(http://www.bpk.go.id/news/launching-aplikasi-whistle-blowing-system-wbs-
dan-program-pengendalian-gratifikasi-ppg-bpk). Diharapkan tidak ada lagi
para pegawai BPK maupun auditor yang tidak melaporkan adanya kecurangan
yang diketahui dan terjadi di BPK RI.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian
tentang Sikap, Persepsi Kontrol Perilaku, Religiusitas dan Persepsi Dukungan
Organisasi yang berkaitan dengan Niat atau Intensi seseorang terutama auditor
untuk melaporkan suatu tindakan kecurangan (Whistleblowing). Penelitian ini
merupakan pengembangan dari penelitian Dewa Gede Yudha Dananjaya dan
Mawardi Rizal pada tahun 2018, Anissa Hakim Purwantini pada tahun 2016
dan Ilham Maulana Saud pada tahun 2016, dimana modifikasi pada penelitian
Dananjaya dan Rizal, peneliti menggunakan religiusitas, yang dijadikan
variabel independen pada penelitian Purwantini. Dan pada penelitian Saud,
peneliti menggunakan whistleblowing eksternal, yang dijadikan variabel
9
dependen dan persepsi dukungan organisasi yang dijadikan variabel
pemoderasi pada penelitian Purwantini.
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini, dapat berguna bagi para
profesi akuntan terutama akuntan publik, untuk dapat membantu mengetahui
faktor – faktor individual apa saja yang mempengaruhi seseorang melakukan
pelaporan kecurangan yang terjadi di tempat kerja, serta mengevaluasi dan
meningkatkan fungsi dari whistleblowing system yang terdapat di BPK RI.
Dengan demikian, peneliti memberi judul penelitian ini : “Pengaruh Sikap,
Persepsi Kontrol Perilaku dan Religiusitas terhadap Niat Whistleblowing
Eksternal - Internal dengan Persepsi Dukungan Organisasi sebagai
Variable Pemoderasi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang hendak
diteliti adalah:
1. Apakah sikap berpengaruh terhadap niat whistleblowing eksternal -
internal?
2. Apakah persepsi kontrol perilaku berpengaruh terhadap niat
whistleblowing eksternal - internal?
3. Apakah religiusitas berpengaruh terhadap niat whistleblowing eksternal
– internal?
10
4. Apakah persepsi dukungan organisasi dapat memoderasi pengaruh
sikap terhadap niat whistleblowing eksternal – internal?
5. Apakah persepsi dukungan organisasi dapat memoderasi pengaruh
persepsi kontrol perilaku terhadap niat whistleblowing eksternal –
internal?
6. Apakah persepsi dukungan organisasi dapat memoderasi pengaruh
religiusitas terhadap niat whistleblowing eksternal – internal?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini
bertujuan untuk menemukan bukti – bukti empiris sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan bukti – bukti yang kuat mengenai pengaruh sikap
terhadap niat untuk melakukan whistleblowing eksternal–internal.
2. Untuk mendapatkan bukti – bukti yang kuat mengenai pengaruh
persepsi kontrol perilaku terhadap niat untuk melakukan whistleblowing
eksternal – internal.
3. Untuk mendapatkan bukti – bukti yang kuat mengenai pengaruh
religiusitas terhadap niat untuk melakukan whistleblowing eksternal –
internal.
4. Untuk mendapatkan bukti – bukti yang kuat mengenai pengaruh sikap
terhadap niat untuk melakukan whistleblowing eksternal – internal
dengan persepsi dukungan organisasi sebagai pemoderasi.
11
5. Untuk mendapatkan bukti – bukti yang kuat mengenai pengaruh
persepsi kontrol perilaku terhadap niat untuk melakukan whistleblowing
eksternal – internal dengan persepsi dukungan organisasi sebagai
pemoderasi.
6. Untuk mendapatkan bukti – bukti yang kuat mengenai pengaruh
religiusitas terhadap niat untuk melakukan whistleblowing eksternal –
internal dengan persepsi dukungan organisasi sebagai pemoderasi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak
di antaranya:
1. Kontribusi Teoritis
a. Penelitian selanjutnya. Penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan
sebagai bahan referensi untuk menambah ilmu pengetahuan terkait
dengan whistleblowing, pengaruh sikap, persepsi kontrol perilaku
dan religiusitas serta persepsi dukungan organisasi dalam
memengaruhi seorang auditor melaporkan tindakan kecurangan
(whistleblowing eksternal – internal).
b. Pendidikan. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk
menambah menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hal –
hal yang dapat mendorong seseorang dalam hal ini auditor untuk
melaporkan tindakan kecurangan (whistleblowing eksternal –
12
internal) terutama pada pengaruh sikap, persepsi kontrol perilaku,
religiusitas serta persepsi dukungan organisasi.
2. Kontribusi Praktis
a. Lembaga pemerintahan khususnya Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI), sebagai tinjauan yang diharapkan
dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan whistleblowing
system yang ada agar dapat berjalan secara maksimal.
13
BAB.II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Perencanaan Perilaku (Theory of Planned Behavior)
Teori umum yang digunakan adalah Theory of Planned Behavior
yaitu teori yang meramalkan pertimbangan perilaku karena perilaku dapat
dipertimbangkan dan direncanakan. Kemudian teori ini dikembangkan lagi
oleh beberapa peneliti, salah satunya Ajzen (1991). Theory of planned
behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang
rasional yang akan memperhitungkan implikasi dari tindakan mereka
sebelum mereka memutuskan untuk melakukan suatu perilaku tertentu.
Kelebihan theory of planned behavior yaitu dapat mengidentifikasikan
keyakinan seseorang terhadap pengendalian atas sesuatu yang terjadi dari
perilaku yang dilakukan, sehingga dapat membedakan perilaku yang
dikehendaki dan tidak dikehendaki.
Teori ini merupakan hasil perluasan teori tindakan beralasan
(Theory of reasoned action), dimana intensi untuk melakukan perilaku
memiliki dua prediktor utama yaitu sikap terhadap suatu perilaku (attitude
toward the behavior) dan norma subjektif (subjective norm).
Pengembangan dari teori ini yaitu theory of planned behavior, menemukan
prediktor lain yang juga memengaruhi intensi untuk melakukan suatu
perilaku dengan memasukan konsep persepsi kontrol perilaku (Perceived
behavioral control). Sehingga terdapat tiga prediktor utama yang
14
Sumber : Ajzen (2001)
memengaruhi intensi individu untuk melakukan suatu perilaku, yaitu sikap
terhadap suatu perilaku (attitude toward the behavior), norma subjektif
(subjektive norm) dan persepsi kontrol perilaku (perceived behavioral
control).
Gambar 2.1
Teori Perencanaan Perilaku
a. Sikap terhadap suatu perilaku (Attitude toward the behavior)
Sikap merupakan suatu faktor dalam diri seseorang yang dipelajari
untuk memberikan respon positif atau negatif pada penilaian terhadap
sesuatu yang diberikan. Menurut Ajzen (1991) sikap yaitu mengenai
sejauh mana individu menilai dan mengevaluasi perilaku yang
menguntungkan ataupun tidak menguntungkan yang dapat
memengaruhi niat individu untuk melakukan perilaku tersebut. Sikap
didasari oleh 2 hal yang pertama yaitu Behavioral Belief (keyakinan
perilaku) tentang keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku yang
akan dilakukan (konsekuensi perilaku positif atau negatif) dan kedua
yaitu Evaluation of Important (evaluasi tentang kepentingan) tentang
evaluasi atas hasil dari suatu perilaku yang akan dilakukan, sehingga
Behavioral
Belief
Normative
Belief
Control
Belief
Behavior Intention
Perceived
Behavioral Control
Subjective Norm
Attitude toward
Behavior
15
akan menghasilkan respon positif atau negatif mengenai seberapa
penting atau tidak perilaku dilakukan dengan pertimbangan keyakinan
menguntungkan atau tidak menguntungkannya perilaku tersebut
(konsekuensi positif atau negatif). Sebagai contoh apabila seseorang
meyakini bahwa suatu perilaku yang nanti dilakukan akan
menguntungkan (konsekuensi positif) bagi dirinya atau organisasinya,
maka dia akan memberikan respon positif bahwa perilaku tersebut
penting untuk dilakukan dan mendorong niat melakukan perilaku
tersebut, sebaliknya jika sesuatu tersebut tidak bermanfaat (konsekuensi
negatif) maka dia akan memberikan respon negatif dan berkesimpulan
bahwa perilaku tersebut tidak penting dilakukan, niat untuk melakukan
perilaku tersebut juga akan berkurang atau bahkan hilang.
b. Norma Subjektif (Subjektif Norm)
Menurut Ajzen (1991) Subjective norm (norma subjektif)
merupakan persepsi seseorang tentang pemikiran orang lain yang akan
mendukung atau tidak mendukungnya dalam melakukan sesuatu.
Subjective norm mengacu pada tekanan sosial yang dihadapi oleh
individu untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seorang
individu akan cenderung melakukan perilaku jika termotivasi oleh
orang lain yang menyetujuinya untuk melakukan perilaku tersebut.
Begitu pula sebaliknya apabila orang lain tidak menyetuji untuk
melakukan perilaku tersebut maka individu cenderung tidak melakukan
perilaku tersebut.
16
c. Persepsi Kontrol Perilaku (Perceived Behavioral Control)
Menurut Ajzen (1991) Persepsi kontrol perilaku adalah persepsi
kemudahan atau kesulitan dalam melakukan suatu perilaku, jadi
semakin besar kontrol perilaku yang dirasakan maka semakin kuat niat
seseorang melakukan perilaku tersebut. Persepsi kontrol perilaku
didasari oleh 2 hal yang pertama yaitu Control Belief (Keyakinan
Kontrol) atau keyakinan individu tentang keberadaan hal-hal yang
mendukung atau menghambat perilaku yang akan dilakukan dan yang
kedua yaitu Perceived Power (Kekuatan Persepsi) mengenai bagaimana
individu mempersepsikan diri mudah atau sulit melakukan suatu
perilaku dengan pertimbangan hal-hal yang dapat mendukung atau
menghambat untuk melakukan perilaku nanti. Sebagai contoh apabila
seseorang meyakini bahwa faktor pendukung yang didapat ketika akan
melakukan perilaku lebih besar daripada faktor penghambat, maka
seseorang tersebut akan mempersepsikan diri bahwa ia akan
mendapatkan kemudahan dalam melakukan perilaku tersebut nantinya.
Alasan digunakannya Theory of Planned Behavior (Teori
Perencanaan Perilaku) adalah karena teori ini mampu mengidentifikasikan
keyakinan seseorang terhadap pengendalian atas sesuatu yang terjadi dari
perilaku yang akan dilakukan, sehingga dapat membedakan perilaku yang
dikehendaki individu dan yang tidak dikehendaki individu. Dalam hal ini
mengukur tentang seberapa besar pengaruh perilaku yang direncanakan
oleh auditor di BPK RI dengan mempertimbangkan implikasi sebelum
17
melaporkan sebuah tindakan kecurangan yang diketahui dan yang sedang
terjadi di BPK RI. Ruang lingkup yang memengaruhi lebih difokuskan
pada sikap, persepsi kontrol perilaku serta niat whistleblowing eksternal –
internal.
2. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
Teori yang kedua adalah Social Exchange Theory (Teori
Pertukaran Sosial) dimana cara seseorang berhubungan sosial dengan
orang lain dan menentukan sebuah keseimbangan antara keuntungan dan
pengorbanan yang akan didapatkan dari hubungan tersebut. Penemu teori
ini yaitu George Homans (1961) dalam Syahri (2017) berasumsi bahwa
setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan
sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari
segi ganjaran dan biaya. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut
Cropanzano dan Mictchell (2005) menjelaskan bahwa dasar teori
pertukaran sosial adalah hubungan yang meningkat dari waktu ke waktu
menjadi hubungan yang saling mempercayai, loyal, dan saling
berkomitmen selama kedua belah pihak menaati aturan-aturan pertukaran.
Teori ini yang menjadi penghubung antara apa yang diyakini
karyawan mengenai loyalitas mereka pada organisasi dan bagaimana
organisasi berkomitmen kepada karyawan tersebut. Jadi apabila karyawan
berkomitmen kepada organisasi maka organisasi pun akan berkomitmen ke
karyawan. Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward),
pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala
18
hal yang diperoleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan
semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi
oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit
antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi.
Sementara pendapat mengenai teori pertukaran sosial menurut Blau
(1964) dalam Syahri (2017) yaitu bahwa tidak jauh berbeda dengan teori
Homans, namun teori Blau lebih dikembangkan lagi dan ditekankan pada
konteks individu dalam kelompoknya. Hubungan sosial dapat
dikategorikan dalam dua kategori umum yang didasarkan pada apakah
reward yang ditukarkan itu bersifat instrinsik atau ekstrinsik. Reward yang
intrinsik berasal dari hubungan itu sendiri. Hubungan ekstrinsik berfungsi
sebagai alat bagi suatu reward yang lain dan bukan reward untuk
hubungan itu sendiri. Perbedaan antara pertukaran instrinsik dan ekstrinsik
sejajar dengan perbedaan antara pertukaran sosial dan pertukaran ekonomi.
Dalam beberapa aspek yang penting kedua tipe ini berbeda secara kontras.
Salah satu perbedaan utamanya ialah bahwa pertukaran sosial tidak tunduk
pada negosiasi dan tawar menawar yang disengaja seperti dalam ekonomi.
Pada sosial reward banyak berjalan dengan sistem ketidak
sengajaan dibicarakan dahulu. Seperti dikatakan oleh Blau bahwa seorang
individu merasa tertarik satu sama lain kalau dia mengharapkan sesuatu
yang bermanfaat bagi dia sendiri karena hubungan itu. Jadi teori
pertukaran sosial berasumsi bahwa kita dapat dengan teliti mengantisipasi
pemberian imbalan berbagai interaksi.
19
Alasan digunakan social exchange theory (teori pertukaran sosial)
dalam penelitian ini adalah karena ini merupakan penelitian tentang
persepsi yang mempengaruhi seorang akuntan publik melaporkan tindakan
kecurangan yang diketahui dan sedang terjadi di BPK RI, dengan
mempertimbangkan pengorbanan yang diberikan untuk melaporkan
tindakan kecurangan itu dengan perlindungan kemananan, kerahasiaan
serta penghargaan yang akan diperoleh oleh whistleblower nya. Ruang
lingkup yang mempengaruhi lebih difokuskan pada persepsi dukungan
organisasi sebagai variabel pemoderasi.
3. Teori Akuntansi Perilaku (Behavioral Accounting Theory)
Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari akuntansi yang
belakangan ini semakin luas diminati masyarakat akademik. Lingkup
akuntansi keperilakuan lebih luas daripada akuntansi tradisional. Lingkup
akuntansi tradisional adalah proses pengumpulan, penilaian, pencatatan,
peringkasan, dan pelaporan informasi keuangan. Sedangkan akuntansi
keperilakuan merupakan dimensi akuntansi yang menyangkut perilaku
manusia dan hubungannya dengan pendesainan, penyusunan dan
penggunaan sistem informasi akuntansi yang efektif dan efisien. Akuntansi
keperilakuan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan
sistem akuntansi, merefleksikan dimensi sosial organisasi, dan menjadi
tambahan penting informasi keuangan yang dilaporkan oleh para akuntan
(Supriyono, 2018:7). Teori akuntansi keperilakuan adalah hubungan antara
perilaku seseorang, kelompok maupun organisasi terutama yang
20
berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan pengauditan (Ihsan
dan Ishak, 2015:68-69). Tujuan dasar dari perilaku akuntansi adalah untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dalam semua konteks
akuntansi yang memungkinkan (Belkoui, 2004:368). Menurut Siegel dan
Marconi (1989) dalam Supriyono (2018) menggolongkan lingkup
akuntansi keperilakuan menjadi tiga yaitu pengaruh perilaku manusia
terhadap desain, penyusunan dan penggunaan informasi akuntansi, lalu
pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia serta metode
memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia.
Alasan menggunakan teori ini adalah karena penelitian ini meneliti
tentang sikap dan persepsi kontrol perilaku yang dapat mempengaruhi niat
auditor melakukan whistleblowing, yang nantinya akan berpengaruh
kepada perilaku whistleblowing yang akan auditor lakukan dengan
mengacu pada proses pembuatan informasi akuntansi yang dihasilkan
auditor dari pemeriksaan laporan keuangan lembaga atau instansi
pemerintah.
4. Sikap (Attitude )
Sikap merupakan suatu faktor dalam diri seseorang yang dipelajari
untuk memberikan respon positif atau negatif pada penilaian terhadap
sesuatu yang diberikan. Sikap terhadap whistleblowing menurut Park dan
Blenkinsopp (2009) mengenai sejauh mana individu memiliki evaluasi
menguntungkan atau tidak menguntungan dari whistleblowing adalah
jumlah keyakinan yang dimiliki karyawan tentang konsekuensi dari
21
whistleblowing dan evaluasi subjektif terhadap konsekuensi tersebut.
Dengan demikian, seseorang untuk dapat menjadi whistleblower harus
memiliki kompenen keyakinan bahwa whistleblowing adalah tindakan
yang memiliki konsekuensi positif misalnya pencegahan yang dapat
merugikan organisasi, kontrol terhadap tindakan korupsi, peningkatan
kepentingan umum, kepuasan moral dan tugas karyawan (Callahan dan
Dworkin, 2000). Jadi sikap merupakan suatu wahana dalam membimbing
seorang individu untuk berperilaku.
5. Persepsi Kontrol Perilaku (Perceived Behavioral Control)
Menurut ilmu psikologi persepsi merupakan pengertian kita tentang
situasi sekarang dalam artian pengalaman-pengalaman kita yang telah lalu
(Mahmud, 1990). Persepsi yang dihasilkan oleh seorang individu akan
bersifat subjektif dan situasional. Hal ini dikarenakan persepsi tentang
suatu objek akan bergantung pada suatu kerangka ruang dan waktu.
Sehingga suatu persepsi akan terbentuk bukan dikarenakan jenis atau
bentuk stimulinya, tetapi karakter dari orang yang menerima stimuli
tersebut. Dalam berperilaku seorang individu tidak dapat mengkontrol
sepenuhnya perilakunya dibawah kendali individu tersebut atau dalam
suatu kondisi dapat sebaliknya dimana seorang individu dapat
mengkontrol perilakunya dibawah kendali individu tersebut.
Pengendalian seorang individu terhadap perilakunya disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor
internal berasal dari dalam diri individu tersebut seperti keterampilan,
22
kemauan, informasi, dan lain-lain. Persepsi terhadap kontrol perilaku
adalah bagaimana seseorang mengerti bahwa perilaku yang
ditunjukkannya merupakan hasil pengendalian yang dilakukan oleh
dirinya. Teori ini memprediksi bahwa semakin besar kontrol perilaku yang
dirasakan, maka semakin kuat niat seseorang untuk melakukan perilaku
tersebut (Ajzen, 1991).
6. Religiusitas (Religiousity)
Menurut Burks dan Sellani (2005) tingkat religiusitas dibagi
menjadi 2 jenis yaitu Religious Afiliation atau afiliasi keagamaan yaitu
suatu label bahwa individu tersebut merupakan bagian dari golongan
organisasi atau lembaga keagamaan tertentu. Bentuk dari Religious
Afiliation bisa berbentuk universitas yang berafiliasi agama, organisasi
keagamaan dan lain sebagainya. Religious Commitment atau komitmen
keagamaan yaitu usaha dari masing-masing individu untuk mengukur
komitmen dan tingkat religiusitas terhadap kepercayaan dan gaya hidup
berdasarkan agama yang dianutnya. Religiusitas menurut Worthington
(2003) dibagi menjadi dua jenis yaitu komitmen agama intrapersonal yang
berasal dari keyakinan dan sikap individu, dan komitmen agama
interpersonal yang berasal dari keterlibatan individu dengan komunitas
atau organisasi keagamaan. Religiusitas seseorang dapat diukur dari
komitmen religius yang dimilikinya.
Menurut Alleyne et al. (2010) menyatakan bahwa mahasiswa yang
memiliki tingkat komitmen religius yang lebih tinggi lebih etis
23
dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki komitmen religius yang
lebih rendah. Apabila seseorang memiliki religiusitas lebih tinggi dan
mengikuti kegiatan religi lebih banyak maka cenderung lebih sedikit
terlibat dalam perbuatan yang tidak etis. Keller et al. (2007) menyatakan
bahwa religiusitas berperan sebagai dasar pembentukan standar etika.
Karena religiusitas seseorang mencerminkan seberapa individu
mengimani Tuhan-Nya atau Allah dan juga di mayoritas agama yang ada
mengajarkan untuk selalu berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan
tercela. Berdasarkan jenis tingkat religius tersebut,dapat dijadikan acuan
bahwa tingkat religius individu bisa menjadi cerminan untuk menilai
perilaku etis seseorang.
7. Intensi atau Niat
Intensi atau niat adalah keinginan kuat untuk melakukan sesuatu
yang muncul dari dalam diri setiap individu. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti kehendak atau keinginan melakukan sesuatu. Ada
beberapa definisi intensi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Diantaranya adalah pernyataan Ajzen (1991) sebagai berikut:
“We have defined intention as a person location on a subjective
probability dimension involving a relation between himself and some
action. Behavioral intention, therefore, refers to a person’s subjective
probability that he will perform some behavior.”
Ajzen (1991) mengartikan intensi sebagai disposisi tingkah laku
yang hingga terdapat waktu dan kesempatan yang tepat, akan diwujudkan
24
dalam bentuk tindakan. Sejalan dengan definisi tersebut, Feldman (1995)
menyatakan intensi adalah rencana atau resolusi individu untuk
melaksanakan tingkah laku yang sesuai dengan sikap mereka. Intensi akan
terwujud dalam perilaku yang sebenarnya, jika individu mempunyai
kesempatan yang baik dan waktu yang tepat untuk merealisasikannya.
Selain itu, intensi tersebut akan dapat memprediksi tingkah laku jika
diukur dengan tepat. Niat erat hubungannya dengan motivasi seseorang
untuk melakukan suatu tindakan. Jika tindakan tersebut dilakukan terus
menerus oleh seseorang maka akan dapat menciptakan suatu pribadi
dengan perilaku yang dilakukannya secara terus menerus tersebut.
8. Whistleblowing Eksternal-Internal
Whistleblowing kalau diartikan artinya adalah praktik-praktik tiup
peluit atau pengungkap kecurangan merupakan suatu perilaku
menceritakan keadaan atau rahasia suatu organisasi kepada orang lain.
Menurut Near dan Miceli (1985) dalam Elias (2008) mendefinisikan
whistleblowing sebagai pengungkapan oleh anggota organisasi (mantan
atau yang masih menjadi anggota) atas suatu praktik-praktik ilegal, tidak
bermoral, atau tanpa legitimasi dibawah kendali pimpinan kepada individu
atau organisasi yang dapat menimbulkan efek tindakan perbaikan. Dengan
demikian pencegahan praktik atau tindakan kecurangan dapat dilakukan
oleh karyawan atau oleh manajemen perusahaan.
Sedangkan Whistleblower atau peniup peluit adalah individu atau
orang yang melaporkan tindakan kecurangan atau pelanggaran kepada
25
organisasi. Whistleblower bisa berasal dari internal organisasi seperti
pegawai di perusahaan atau dari pihak eksternal seperti auditor eksternal.
Menurut PP No.71 Tahun 2000, whistleblower adalah orang yang
memberi suatu informasi kepada penegak hukum atau komisi mengenai
terjadinya suatu tindak pidana korupsi dan bukan pelapor. Bagi
whistleblower merupakan suatu hal yang dilematis apabila berkeinginan
untuk mengungkapkan wrongdoing atau kecurangan dikarenakan berbagai
pertimbangan tertentu.
Whistleblowing yang biasa terjadi di lingkungan kerja dapat
dilakukan oleh pihak internal atau eksternal dari lingkungan kerja.
Whistleblowing internal dilakukan oleh pihak intern perusahaan yang
berusaha untuk mengungkap tindakan tidak etis yang terjadi dalam
perusahaan dimana tempat ia bekerja. Whistleblowing eksternal dilakukan
oleh pihak diluar perusahaan. Dapat pula terjadi jika whistleblower internal
tidak mendapat dukungan yang mereka inginkan dari atasannya atas
tindakan tidak etis yang terjadi, sehingga mereka menggunakan sarana
eksternal untuk melaporkan kesalahan yang ada (Jalil, 2014). Pasar Modal
Amerika Serikat sudah mengeluarkan regulasi yaitu Sarbanes Oxley Act of
2002 (SOX), dimana didalamnya terdapat seruan bahwa perusahaan publik
diwajibkan untuk mengembangkan sistem whistleblowing untuk
pengendalian kecurangan.
26
9. Persepsi Dukungan Organisasi
Menurut teori pertukaran sosial bahwa menyatakan bahwa persepsi
dukungan organisasi yang dirasakan merupakan salah satu faktor yang
mendukung seorang individu untuk melaporkan tindakan tidak etis dalam
organisasinya. Individu harus mengukur tingkat persepsi dukungan
organisasi ketika ingin melakukan whistleblowing, mengingat akan muncul
dampak negatif dan positif yang muncul seiring dengan whistleblowing
yang dilakukan untuk itu dukungan organisasi sangat diperlukan oleh
individu yang bersangkutan.
Persepsi dukungan organisasi tidak hanya terletak pada tingkat
respon organisasi terhadap wrongdoing yang dilaporkan ke pihak
menejemen tapi juga tingkat perlindungan keamanan whistleblower yang
melaporkan tindakan wrongdoing dan juga tingkat reward yang diberikan
organisasi atau perusahaan kepada individu yang melakukan
whistleblowing. Karyawan merasa nyaman atas pengambilan
keputusannya yang terkait dengan pelaporan tindakan tidak etis ketika
organisasi mendukung tindakan karyawan (Alleyne et al., 2013). Sarbanes
Oxley Act of 2002 (SOX) juga mengeluarkan regulasi yang mengatur
tentang perlindungan whistleblower.
Selain itu Indonesia juga sudah mengatur mengenai perlindungan
whistleblower yaitu dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban serta Surat Edaran Mahkamah Agung
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlakuan terhadap Pelapor Tindak Pidana
27
(whistleblower) dan Saksi Pelaku yang Bekerja Sama. Dan BPK RI sudah
mengatur mengenai whistleblowing system di dalam Surat Keputusan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No.3/K/I-XIII.2/7/2014
tentang organisasi dan tata kerja pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan di
Pasal 170 poin e yang berbunyi: “Inspektorat Penegak Integritas (PI)
menyelenggarakan fungsi pengadministrasian pengaduan pelanggaran
melalui whistleblowing system (WBS)”
Dengan adanya WBS yang disediakan oleh BPK RI bagi yang
mempunyai informasi dan ingin melaporkan tentang adanya dugaan
perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan, melanggar
standar, melanggar kode etik, dan melanggar kebijakan yang terjadi di
lingkungan BPK (http://www.bpk.go.id/news/launching-aplikasi-whistle-
blowing-system-wbs-dan-program-pengendalian-gratifikasi-ppg-bpk). Dan
di pihak eksternal seperti aparat penegak hukum juga sudah
mengembangkan whistleblowing system yang kemudian bisa dimanfaatkan
sebagai wadah melaporkan whistleblowing. Hal ini merupakan hasil
kerjasama LPSK dengan pemerintah yang melibatkan 17 lembaga
pemerintahan yang diantaranya yaitu aparat penegak hukum (Kepolisian &
Kejagung) dan juga Sekretariat Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia.
28
B. Hasil-hasil penelitian terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini
dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Dewa Gede
Yudha
Dananjaya dan
Mawardi
Rizal (2018)
Gender, religiosity,
positive mood and
whistleblowing intention.
Variabel religiusitas,
dan Penelitian
kuantitatif
menggunakan
survei.
Variabel gender dan
positive mooddan
variabel dependen
yaitu niat
whistleblowing.
Reponden, objek
dan juga lokasi
penelitian.
Gender dapat mempengaruhi niat
whistleblowing, tetapi religiusitas
tidak dapat mempengaruhi niat
seseorang untuk melakukan
whistleblowing. Positive mood
dirasakan terbukti sebagai variabel
moderasi yang memperkuat pengaruh
gender terhadap niat seseorang
melakukan whistleblowing.
2. Syf Salsabila
(2018)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi niat dan
perilaku whistleblowing
Mahasiswa Akuntansi
Variabel sikap,
persepsi dukungan
organisasi niat
whistleblowing,
objek,lokasi
penelitian dan
penelitian kuantitatif
Menggunakan
survei.
Variabel perilaku
whistleblowing, dan
responden
penelitian,
menggunakan
software PLS-SEM
(Partial Least
Squares-Structural
Equation Modeling).
Sikap, norma subjektif dan persepsi
dukungan organisasi berpengaruh
pada niat dan perilaku whistleblowing.
29
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Hengky Latan,
Christian M.
Ringle dan
Charbel Jose
Chiappetta
Jabbour
(2017)
Whistleblowing Intentions
Among Public
Accountants in Indonesia:
Testing for the
Moderation Effect.
Variabel sikap,
persepsi kontrol
perilaku,niat
whistleblowing
eksternal-internal,
persepsi dukungan
organisasi,
responden dan
penelitian kuantitatif
menggunakan
survei.
Variabel komitmen
indepedensi,
personal
responsibility,
personal cost of
reporting, team
norm, persepsi
intensi moral, objek
dan lokasi
penelitian.
Menggunakan
software PLS-SEM
(Partial Least
Squares-Structural
Equation Modeling)
Sikap, persepsi kontrol perilaku,
komitmen independensi, personal
responsibility dan personal cost of
reporting dapat digunakan untuk
memprediksi niat seseorang
melakukan whistleblowing eksternal-
internal. Persepsi dukungan
organisasi, team norm dan persepsi
intensi moral yang dirasakan terbukti
sebagai variabel pemoderasi yang
memperkuat pengaruh sikap, persepsi
kontrol perilaku, komitmen
independensi, personal responsibility
dan personal cost of reporting
terhadap niat whistleblowing internal-
eksternal.
4. H.Siallagan,
A. Rohman,
Indira Januarti,
dan
Muhammad
Din (2017)
The effect of professional
commitment, attitude,
subjective norms and
perceived behavior
control on whistleblowing
intention.
Variabel yaitu sikap
danpersepsi kontrol
perilaku,niat
whistleblowing.
Penelitian kuantitatif
Menggunakan
survei.
Variabel komitmen
profesional dan
variabel niat
whistleblowing.
Responden, objek
serta lokasi
penelitian.
Sikap, norma subjektif dan persepsi
kontrol perilaku dapat digunakan
untuk memprediksi niat
whistleblowing sedangkan komitmen
profesional tidak dapat digunakan
untuk memprediksi niat
whistleblowing.
Bersambung pada halaman selanjutnya
30
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Kadek Shintya
Rahayu Dewi
Damayanthi,
Edhi Sujana
danNyoman
Trisna
Herawati
(2017)
Pengaruh Norma
subjektif, sikap pada
perilaku, persepsi kontrol
perilaku terhadap niat
melakukan pengungkapan
kecurangan
(whistleblowing) (Studi
empiris pada mahasiswa
akuntansi program S1 dan
D3 UniversitasPendidikan
Ganesha)
Variabel sikap,
persepsi kontrol
perilaku, niat
whistleblowing,
Penelitian
kuantitatif
menggunakan
survei.
Variabel norma
subjektif,niat
whistleblowing
eksternal – internal,
responden, objek
dan lokasi penelitian
Norma subjektif, sikap pada perilaku
dan persepsi kontrol perilaku
berpengaruh signifikan terhadap niat
melakukan pengungkapan kecurangan
(whistleblowing).
6. Anissa Hakim
Purwantini
(2016)
Pengaruh komitmen
profesionel, pertimbangan
etis dan komponen
perilaku terencana
terhadap intensi
whistleblowing internal.
Variabel sikap,
persepsi kontrol
perilaku dan
whistleblowing
internal. Penelitian
kuantitatif (survei).
Variabel norma
subjektif, komitmen
profesional dan
pertimbangan etis,
responden. Objek
dan lokasi
penelitian.
Komitmen profesional, pertimbangan
etis, sikap dan persepsi kontrol
perilaku tidak berpengaruh terhadap
niat whistleblowing internal, hanya
norma subjektif saja yang
berpengaruh terhadap whistleblowing
internal.
7. Muhammad
Ilham Saud
(2016)
Pengaruh sikap, persepsi
Kontrolperilaku terhadap
niat whistleblowing
eksternal-internaldengan
persepsi dukungan
organisasi sebagai
variabel moderasi.
Variabel sikap,
persepsi kontrol
perilaku niat
whistleblowing
eks-int dan persepsi
dukungan
organisasi.
Responden, objek
dan lokasi
penelitian, dan uji
validitas analisis
faktor.
Sikap dapat digunakan untuk
memprediksi niat seseorang
melakukan whistleblowing internal
dan persepsi dukungan organisasi
yang dirasakan terbukti sebagai
variabel pemoderasi yang memperkuat
pengaruh persepsi kontrol perilaku
terhadap niat whistleblowing eks-int.
31
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8. Caesar Marga
Putri (2015)
Pengaruh Pelaporan dan
tingkat religiusitas
terhadap niat seseorang
melakukan
whistleblowing.
Variabel tingkat
Religiusitas dan niat
seseorang
melakukan
whistleblowing.
Variabel pelaporan.
Responden, objek
dan lokasi
penelitian, penelitian
menggunakan survei
ekperimen.
Hasil menunjukkan bahwa hanya
universitas yang non-affiliasi dengan
agama yang bisa membuktikan
hipotesis ini. Tingkat religiusitas
dalam penelitian ini tidak berpengaruh
terhadap niat individu melaporkan
wrongdoing dalam kondisi non-
anonymous, partisipan dari universitas
religious affiliation lebih besar
kecenderungan melaporkan dibanding
universitas non-afiliasi.
9. Fitri Yani Jalil
(2014)
Pengaruh Komitmen
Profesional dan sosialisasi
antisipatif mahasiswa audit
terhadap perilaku
whistleblowing.
Penelitian kuantitatif
menggunakan
survei.
Variabel komitmen
Profesional,
sosialisasi
antisipastif dan
perilaku
whistleblowing
eksternal-internal.
Responden, objek
dan lokasi
penelitian.
Sosialisasi antisipatif tidak
berpengaruh terhadap tindakan
whistleblowing, serta tidak ada
perbedaan yang signifikan untuk
tingkat sosialisasi antisipatif setiap
mahasiswa.dan mahasiswa dengan
tingkat komitmen profesional yang
tinggi akan merasa lebih perlu untuk
melakukan whistleblowing
dibandingkan dengan mahasiswa
dengan tingkat komitmen profesional
yang rendah.
Bersambung pada halaman selanjutnya
32
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
10. Turhan
Erkmen,Arzu
Ozsozgun
Caliskan, dan
Emel Esen
(2014)
An empirical research
about whistleblowing
behavior in accounting
context.
Penelitian kuantitatif
menggunakan
survei.
Variabel working
circumstances,
gender, total tenure,
age, membership,
number of customer,
objek dan lokasi
penelitian.
Working circumtances,total
tenure,membership, dan number of
customer tidak berpengaruh signifikan
terhadap whistleblowing internal.
Tetapi gender berpengaruh positif
sgnifikan terhadap whistleblowing
internal.
11. Philmore
Alleyne,
Muhammad
Hudaib dan
Richard Pike
(2013)
Toward a conceptual
models of whistleblowing
intentions among
exsternal auditor.
Variable sikap,
persepsi kontrol
perilaku, persepsi
dukungan organisasi
dan intensi atau niat
whistleblowing,
dan penelitian
kuantitatif meng-
gunakan survei.
Variabel komitmen
indepeden, biaya
pelaporan, norma
organisasi, persepsi
intensi moral objek
dan lokasi
penelitian.
Persepsi dukungan organisasi,norma
organisasi dan persepsi intensi moral
dirasakan terbukti sebagai varibel
moderasi yang memperkuat
sikap,persepsi kontrol
perilaku,komitmen independen dan
biaya pelaporan pribadi berpengaruh
signifikan terhadap intensi
whistleblowing.
12. Rijadh Djatu
Winardi
(2013)
The influence of individual
and situational factors on
Lower-level civil servants’
whistle-blowingIntention
in indonesia.
Variabel sikap,
persepsi kontrol
perilaku, niat
whistleblowing, dan
penelitian kuantitatif
menggunakan
survei.
Variabel norma
subjektif, keseriusan
kecurangan, status
pelaku kecurangan,
personal cost,
responden, objek
dan lokasi
penelitian.
sikap, persepsi kontrol perilaku,norma
subjektif, keseriusan kecurangan,
status pelaku kecurangan, personal
cost berpengaruh signifikan terhadap
niat whistleblowing.
Bersambung pada halaman selanjutnya
33
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
13. Siti Aliyah
(2013)
Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi minat
Pegawai dalam melakukan
tindakan whistleblowing.
Variabel sikap,
minat atau niat
melakukan
whistleblowing,dan
penelitian kuantitatif
menggunakan
survei.
Variabel komitmen
organisasi, tingkat
keseriusan
kecurangan,
personal cost,
tanggung jawab
personal, responden,
objek dan lokasi
penelitian.
sikap terhadap whistleblowing,
komitmen organisasi, tingkat
keseriusan kecurangan, dan tanggung
jawab personal tidak berpengaruh
terhadap minat pegawai dalam
melakukan tindakan whistleblowing.
Hanya faktor personal cost yang
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap minat pegawai dalam
melakukan tindakan whistleblowing.
14. Rizki
Bagustianto
dan Nurkholis
(2013)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi minat
pegawai negeri sipil
(PNS) untuk melakukan
tindakan whistle-blowing
(studi pada PNS BPK
RI)
Variabel sikap, niat
atau minat
melakukan
whistleblowing,
objek,lokasi
penelitian dan
penelitian kuantitatif
Menggunakan
survei.
Variabel komitmen
organisasi, personal
cost, tingkat
keseriusan
kecurangan, dan
responden
penelitian.
sikap terhadap whistleblowing,
komitmen organisasi, dan tingkat
keseriusan kecurangan berpengaruh
signifikan terhadap minat atau niat
melakukan whistleblowing sedangkan
personal cost tidak berpengaruh
signifikan terhadap minat
whistleblowing.
15. Heungsik Park
dan John
Blenkinsopp
(2009)
Whistleblowing as planned
behavior- a survey of south
korean police officers.
Variable sikap,
persepsi kontrol
perilaku, niat
whistleblowing
eksternal-internal.
Variable norma
subjektif dan
responden, objek
dan lokasi
penelitian.
Sikap terhadap perilaku, norma
subjektif, dan kontrol perilaku secara
signifikan mempengaruhi niat
whistleblowing internal. Norma
subjektif mempengaruhi niat
whistleblowing eksternal.
34
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Sikap Terhadap Niat Whistleblowing Eksternal - Internal.
Menurut Park dan Blenkinsopp (2009) sikap terhadap
whistleblowing yaitu mengenai sejauh mana individu memiliki evaluasi
menguntungkan atau tidak menguntungan dari whistleblowing adalah
jumlah keyakinan yang dimiliki karyawan tentang konsekuensi dari
whistleblowing dan evaluasi subjektif terhadap konsekuensi tersebut. Ini
berarti bahwa whistleblower harus memiliki keyakinan bahwa apabila
ingin melakukan whistleblowing maka akan berdampak positif yaitu
seperti dapat dilakukan pencegahan dari fraud oleh perusahaan,
memberikan efek jera terhadap pelakunya dan lain sebagainya. Dampak
positif ini juga yang nantinya akan mendorong niat atau intensi
whistleblower untuk melakukan whistleblowing.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya seperti penelitian
yang dilakukan oleh Purwantini (2016) bahwa sikap mahasiswa akuntansi
Universitas Muhammadiyah tidak berpengaruh signifikan terhadap niat
melakukan whistleblowing internal. Menurut Alleyne et al. (2013) bahwa
tingkat sikap atau perilaku auditor eksternal berpengaruh positif signifikan
terhadap intensi whistleblowing. Hal ini juga didukung dari penelitian
Damayanthi et al. (2017) yang menyatakan bahwa sikap berpengaruh
signifikan terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan
(whistleblowing). Dan juga menurut Saud (2016) menyatakan bahwa sikap
berpengaruh positif signifikan terhadap niat whistleblowing internal dan
35
tidak berpengaruh terhadap whistleblowing eksternal. Berdasarkan uraian
tersebut, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:
H1a: Sikap bepengaruh terhadap niat whistleblowing eksternal.
H1b: Sikap bepengaruh terhadap niat whistleblowing internal.
2. Pengaruh Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Niat Whistleblowing
Eksternal - Internal.
Mengadopsi dari teori Perencanaan perilaku, bahwa persepsi
kontrol perilaku yaitu mengacu pada persepsi-persepsi individu akan
kemampuannya untuk menampilkan perilaku tertentu. Atau dengan kata
lain yaitu persepsi tentang kemudahan atau kesulitan dalam melakukan
suatu perilaku. Menurut Park dan Blenkinsopp (2009) bahwa persepsi
kontrol perilaku yang dirasakan dalam whistleblowing dapat diperkirakan
dengan cara faktor kontrol dan evaluasi hasil. Faktor kontrol
whistleblowing yaitu berasal dari keyakinan adanya dukungan atau
hambatan yang dilakukan organisasi ketika individu melaporkan adanya
wrongdoing di organisasi tersebut, dukungan bisa berbentuk perlindungan
whistleblower dan hambatan bisa berbentuk pengabaian dengan sengaja
atas laporan wrongdoing tersebut. Hal ini menyebabkan munculnya
keyakinan negatif individu berupa kekhawatiran atas pembalasan dari
organisasi apabila melaporkan whistleblowing itu. Untuk itu penting bagi
individu yang akan melakukan whistleblowing untuk mendapat
pembalasan dari organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi
36
terhadap kontrol perilaku adalah bagaimana seseorang mengerti bahwa
perilaku yang ditunjukkannya merupakan hasil pengendalian yang
dilakukan oleh dirinya. Apabila individu berniat mengungkapkan
kecurangan dan tidak mendapatkan hambatan ketika ingin
mengungkapkan kecurangan, maka semakin kuat persepsi individu
terhadap kontrol atas laporan wrongdoing tersebut.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Park dan Blenkinsopp (2009) bahwa persepsi kontrol perilaku
berpengaruh signifikan terhadap niat whistleblowing internal. Menurut
Alleyne (2014) bahwa persepsi kontrol perilaku bepengaruh signifikan
terhadap niat whistleblowing pada auditor eksternal. Hal ini juga didukung
dari penelitian Damayanthi et al. (2017) yang menyatakan bahwa persepsi
kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan
pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Sedangkan pada penelitian
Saud (2016) bahwa persepsi kontrol perilaku mahasiswa tidak berpengaruh
signifikan terhadap niat whistleblowing internal dan whistleblowing
eksternal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatifnya yaitu :
H2a : Persepsi kontrol perilaku berpengaruh terhadap niat
whistleblowing eksternal.
H2b : Persepsi kontrol perilaku berpengaruh terhadap niat
whistleblowing internal
37
3. Pengaruh Religiusitas terhadap Niat Whistleblowing Eksternal-
Internal.
Keller (2007) menyatakan bahwa religiusitas berperan sebagai
dasar pembentukan standar etika atau untuk cerminan untuk menilai
perilaku etis seseorang. Karena religiusitas seseorang mencerminkan
seberapa individu mengimani Tuhan-Nya atau Allah dan juga di mayoritas
agama yang ada mengajarkan untuk selalu berbuat kebaikan dan menjauhi
perbuatan tercela. Menurut Alleyne et al. (2010) religisuitas
mempengaruhi niat seseorang dalam membuat suatu keputusan etis.
Apabila seseorang memiliki komitmen religiusitas atau religiusitas yang
tinggi, maka ia akan memiliki niat lebih besar dalam melakukan tindakan
jujur termasuk melakukan whistleblowing. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Barnett et al. (1996) yang menyatakan
bahwa religiusitas seseorang berpengaruh terhadap keputusan untuk
melaporkan tindakan salah (wrongdoing).
Dapat disimpulkan bahwa religious commitment atau religiusitas
bisa dijadikan sebagai ukuran untuk menilai seberapa besar pengaruhnya
terhadap kemungkinan munculnya niat melakukan whistleblowing.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Putri (2015)
menunjukan bahwa tingkat religiusitas afiliasi berpengaruh terhadap niat
whistleblowing pada lembaga yang tidak berafiliasi keagamaan. Afiliasi
keagamaan pada lembaga atau entitas tidak mempengaruhi niat seseorang
dalam melaporkan tindakan kecurangan yang terjadi. Tetapi terdapat
38
pendapat yang berbeda yakni menurut Dananjaya dan Rizal (2018)
religiusitas tidak mempengaruhi niat seseorang untuk melaporkan
whistleblowing di tempat kerja, karena orang yang memiliki tingkat
religiusitas yang tinggi tidak dapat, menerapkan ajaran-ajaran moral yang
mereka miliki dan tidak akan mengubah moral yang sudah mereka miliki.
Berdasarkan hipotesis tersebut, hipotesis alternatif sebagai berikut:
H3a : Religiusitas berpengaruh terhadap niat whistleblowing
eksternal.
H3b: Religiusitas berpengaruh terhadap niat whistleblowing
internal.
4. Kemampuan Persepsi Dukungan Organisasi dalam Memoderasi
Sikap terhadap Niat Whistleblowing Eksternal - Internal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alleyne et al. (2013)
bahwa persepsi dukungan organisasi sebagai variable moderating
berpengaruh positif terhadap hubungan Sikap dengan niat whistleblowing
pada auditor eksternal. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Saud (2016) yaitu persepsi dukungan organisasi
berpengaruh signifikan terhadap sikap dengan niat whistleblowing karena
jika individu sudah memiliki respon yang baik mengenai hal yang terjadi
disekitar terutama tindakan kecurangan yang terjadi maka niat individu
tersebut untuk melaporkan tindakan wrongdoing semakin kuat ditambah
39
dengan dukungan perlindungan dan diperolehnya reward dari
organisasinya. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis alternatifnya yaitu :
H4a: Persepsi dukungan organisasi dapat memoderasi pengaruh sikap
terhadap niat whistleblowing eksternal.
H4b: Persepsi dukungan organisasi dapat memoderasi pengaruh sikap
terhadap niat whistleblowing internal.
5. Kemampuan Persepsi Dukungan Organisasi dalam Memoderasi
Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Niat Whistleblowing Eksternal -
Internal.
Berdasarkan pada penelitian sebelumnya menurut Saud (2016)
menyebutkan bahwa persepsi dukungan organisasi merupakan variabel
pemoderasi yang memperkuat pengaruh persepsi kontrol perilaku terhadap
niat whistleblowing internal-eksternal. Temuan ini menunjukkan bahwa
ketika seseorang meyakini bahwa tidak ada hambatan dan memiliki
kesempatan besar untuk melaporkan tindakan kecurangan, maka semakin
besar pula niat seseorang tersebut untuk melakukan tindakan
whistleblowing, terlebih jika seseorang tersebut merasa bahwa organisasi
mendukung dan memberikan perlindungan atau reward atas
pengungkapan kecurangan tersebut. Berdasarkan uraian diatas,maka
hipotesis alternatifnya yaitu :
H5a : Persepsi dukungan organisasi dapat memoderasi pengaruh
persepsi kontrol perilaku terhadap niat whistleblowing eksternal.
40
H5b: Persepsi dukungan organisasi dapat memoderasi pengaruh
persepsi kontrol perilaku terhadap niat whistleblowing internal.
6. Kemampuan Persepsi Dukungan Organisasi dalam Memoderasi
Religiusitas terhadap Niat Whistleblowing Eksternal - Internal.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Barnett et al. (1996)
yang menyatakan bahwa religiusitas seseorang berpengaruh terhadap
keputusan untuk melaporkan tindakan salah (wrongdoing). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa religious commitment atau religiusitas bisa dijadikan
sebagai ukuran untuk menilai seberapa besar pengaruhnya terhadap
kemungkinan munculnya niat melakukan whistleblowing. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Putri (2015) menunjukan bahwa tingkat
religiusitas afiliasi berpengaruh terhadap niat whistleblowing pada
lembaga yang tidak berafiliasi keagamaan. Afiliasi keagamaan pada
lembaga atau entitas tidak mempengaruhi niat seseorang dalam
melaporkan tindakan kecurangan yang terjadi.
Tetapi terdapat pendapat yang berbeda yakni menurut Dananjaya
dan Rizal (2018) religiusitas tidak mempengaruhi niat seseorang untuk
melaporkan whistleblowing di tempat kerja, karena orang yang memiliki
tingkat religiusitas yang tinggi tidak dapat menerapkan ajaran-ajaran
moral yang mereka miliki dan tidak akan mengubah moral yang sudah
mereka miliki. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti beranggapan bahwa
mungkin tingkat religiusitas tiap individu dapat berpengaruh terhadap niat
41
individu itu untuk melaporkan adanya kecurangan dengan dukungan
organisasi berupa perlindungan atau reward yang akan diberikan kepada
individu tersebut. Atas dasar uraian itu, maka hipotesis alternatifnya yaitu:
H6a: Persepsi dukungan organisasi memoderasi pengaruh
religiusitas terhadap niat whistleblowing eksternal.
H6b: Persepsi dukungan organisasi memoderasi pengaruh
religiusitas terhadap niat whistleblowing internal.
42
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2. adalah gambar kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
Auditor di lembaga pemerintahan
seharusnya melaporkan jika terjadi
kecurangan atau pelanggaran etis dan
norma yang terjadi di lembaga
pemerintahan.
Adanya auditor yang masih
membiarkan kecurangan terjadi di
lembaga pemerintahan karena
whistleblowing system yang belum
beroperasi secara menyeluruh.
GAP
Basis Teori : Teori Perencanaan Perilaku, Teori Pertukaran Sosial dan
Teori Akuntansi Perilaku.
Pengaruh Sikap, Persepsi Kontrol Perilaku dan Religiusitas terhadap
Niat Whistleblowing Eksternal - Internal dengan Persepsi Dukungan
Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi.
Sikap
Persepsi Kontrol Perilaku
Religiusitas
Niat Whistleblowing
Eksternal - Internal.
Persepsi Dukungan Organisasi
H3a
H2a
H1a
H4a H5a H6a
Metode Analisis : Analisis Regresi Moderat (MRA)
Hasil Yang Diharapkan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran.
Gambar 2.2.
Kerangka Pemikiran
H1b
H2b
H3b
H4b H5b H6b
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan
pengaruh variabel independen, yaitu sikap, persepsi kontrol perilaku dan
religiusitas terhadap variabel dependen, yaitu niat whistleblowing eksternal-
internal dengan persepsi dukungan organisasi sebagai variabel moderating.
Agar lebih fokus terhadap penelitian yang dilakukan, maka ruang lingkup
penelitian difokuskan hanya pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK RI).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, peneliti selanjutnya
menentukan populasi yang akan diuji. Populasi adalah wilayah generalisasi
objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).
Menurut Sugiyono (2017) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi, sampel dilakukan karena peneliti
memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian baik dari segi waktu,
biaya, tenaga dan populasi yang sangat banyak. Populasi dalam penelitian
ini adalah akuntan publik yang bekerja di Lembaga atau Instansi
44
Pemerintah, dan auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) merupakan sampel.
2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pemilihan sample dalam penelitian ini adalah metode
convenience sampling yaitu pemilihan sampel sesuai dengan keinginan
peneliti (Sugiyono, 2017). Metode pemilihan sampel yang digunakan
dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya kemungkinan tidak
didapatkannya jawaban dari para auditor yang bekerja di Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Dalam
memperoleh data-data penelitian, peneliti menggunakan cara penelitian
lapangan.
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan,
peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada
penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor yang bekerja
pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Peneliti
memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner kepada Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) secara langsung ataupun melalui
perantara (google docs). Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan
informasi dari auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan
45
Republik Indonesia (BPK RI) sebagai responden dalam penelitian. Sumber
data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang
diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada auditor
yang berkerja di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI)
sebagai responden.
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Sikap (X1)
Sikap merupakan suatu faktor dalam diri seseorang yang dipelajari
untuk memberikan respon positif atau negatif pada penilaian terhadap
sesuatu yang diberikan. Sikap terhadap whistleblowing menurut Park dan
Blenkinsopp (2009) dalam Saud (2016) mengenai sejauh mana individu
memiliki evaluasi menguntungkan atau tidak menguntungkan dari
whistleblowing adalah jumlah keyakinan yang dimiliki karyawan tentang
konsekuensi dari whistleblowing (behavioral belief) dan evaluasi subjektif
terhadap konsekuensi berperilaku tersebut (evaluation of important).
Dalam penelitian ini Sikap diukur dengan menggunakan kuesioner
yang dikembangkan oleh menurut Park dan Blenkinsopp (2007) kemudian
disesuaikan dengan topik penelitian dimana terdapat dua jenis pertanyaan
untuk menilai kepercayaan terhadap perilaku (behavioral belief) dan
mengevaluasi seberapa penting jika melakukan perilaku tersebut (evaluation
of important) yang masing-masing memiliki 5 item pernyataan yang diukur
46
dengan menggunakan skala Likert dengan Interval, 1 sampai 5. Jawaban
yang didapatkan dibuat skor yaitu:
a. Pertanyaan pertama: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3)
netral, (4) setuju dan (5) sangat setuju.
b. Pertanyaan kedua: nilai (1) sangat tidak penting, (2) tidak penting, (3)
netral, (4) penting dan (5) sangat penting.
Item-item pada pertanyaan behavioral belief masing-masing
dikalikan dengan item-item pertanyaan evaluation of important, kemudian
dirata-rata lalu ditambahkan untuk menghasilkan skor sikap.
2. Persepsi Kontrol Perilaku (X2)
Menurut Park dan Blenkinsopp (2009) Persepsi terhadap kontrol
perilaku adalah bagaimana seseorang mengerti bahwa perilaku yang
ditunjukkannya merupakan hasil pengendalian yang dilakukan oleh dirinya
(control belief) dan menilai persepsi tentang kekuatan jika melakukan
perilaku tersebut (perceived power). Teori ini memprediksi bahwa semakin
besar kontrol perilaku yang dirasakan, maka semakin kuat niat seseorang
untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 1991).
Dalam penelitian ini Persepsi Kontrol Perilaku diukur dengan
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh menurut Park dan
Blenkinsopp (2007) kemudian disesuaikan dengan topik penelitian dimana
terdapat dua jenis pertanyaan untuk menilai keyakinan mengenai
kemampuan untuk mengendalikan (control belief) dan menilai persepsi
tentang kekuatan jika melakukan perilaku tersebut (perceived power) yang
47
masing-masing memiliki 5 item pernyataan yang diukur dengan
menggunakan skala Likert dengan Interval, 1 sampai 5. Jawaban yang
didapatkan dibuat skor yaitu:
a. Pertanyaan pertama: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3)
netral, (4) setuju dan (5) sangat setuju.
b. Pertanyaan kedua: nilai (1) tidak berpengaruh, (2) sedikit berpengaruh,
(3) netral, (4) berpengaruh dan (5) amat sangat berpengaruh.
Item-item pada pertanyaan control belief masing-masing dikalikan
dengan item-item pertanyaan perceived power, kemudian dirata-rata lalu
ditambahkan untuk menghasilkan skor persepsi kontrol perilaku.
3. Religiusitas (X3)
Religiusitas seseorang dapat diukur melalui komitmen religi atau
agama yang dimilikinya. Religiusitas menurut Worthington (2003) dibagi
menjadi dua jenis yaitu komitmen agama intrapersonal yang berasal dari
keyakinan dan sikap individu, dan komitmen agama interpersonal yang
berasal dari keterlibatan individu dengan komunitas atau organisasi
keagamaan.
Dalam penelitian ini Religiusitas atau komitmen agama diukur
dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Worthington
(2003) dan menjadi satu alat ukur yang kemudian disesuaikan dengan topik
penelitian yang diukur dengan menggunakan skala Likert dengan Interval, 1
sampai 5. Jawaban yang didapatkan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak
setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
48
4. Persepsi Dukungan Organisasi (Xmod atau X4)
Menurut teori pertukaran sosial menyatakan bahwa persepsi
dukungan organisasi yang dirasakan merupakan salah satu faktor yang
mendukung seorang individu untuk melaporkan tindakan tidak etis dalam
organisasinya. Individu harus mengukur tingkat persepsi dukungan
organisasi ketika ingin melakukan whistleblowing, mengingat akan muncul
dampak negatif dan positif yang muncul seiring dengan whistleblowing
yang dilakukan untuk itu dukungan organisasi sangat diperlukan oleh
individu yang bersangkutan.
Dalam penelitian ini menggunakan kuisioner Eisenberger et al.
(1986) yang dikembangkan oleh Saud (2016) dan menjadi satu alat ukur
yang kemudian disesuaikan dengan topik penelitian yang diukur dengan
menggunakan skala Likert dengan Interval, 1 sampai 5. Jawaban yang
didapatkan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju,
(3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju. Namun untuk pernyataan nomer
2 dan 5 skor yang diberikan terbalik.
5. Niat Whistleblowing Eksternal-Internal (Y)
Intensi atau niat adalah keinginan kuat untuk melakukan sesuatu
yang muncul dari dalam diri setiap individu. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti kehendak atau keinginan melakukan sesuatu. Niat erat
hubungannya dengan motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
Jika tindakan tersebut dilakukan terus menerus oleh seseorang maka akan
dapat menciptakan suatu pribadi dengan perilaku yang dilakukannya secara
49
terus menerus tersebut. Whistleblowing internal dilakukan oleh pihak intern
perusahaan yang berusaha untuk mengungkap tindakan tidak etis yang
terjadi dalam perusahaan dimana tempat ia bekerja. Whistleblowing
eksternal dilakukan oleh pihak diluar perusahaan. Dapat pula terjadi jika
whistleblower internal tidak mendapat dukungan yang mereka inginkan dari
atasannya atas tindakan tidak etis yang terjadi, sehingga mereka
menggunakan sarana eksternal untuk melaporkan kesalahan yang ada (Jalil,
2014).
Dalam penelitian ini niat whistleblowing dibagi menjadi dua jenis
yaitu eksternal dan Internal diukur dengan menggunakan kuesioner yang
dikembangkan oleh menurut Park dan Blenkinsopp (2007) kemudian
disesuaikan dengan topik penelitian yang diukur dengan menggunakan skala
Likert dengan Interval, 1 sampai 5. Jawaban yang didapatkan dibuat skor
yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan
(5) sangat setuju.
50
Table 3.1.
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator No. Butir
Pernyataan
Skala
Pengukuran
Niat Whistle-
Blowing
Eksternal-
Internal (Y)
(Park dan
Blenkinsopp,
2007)
Whistleblowing Eksternal:
Likert
1. Jika mengetahui sebuah
kecurangan, akan
melaporkan ke pihak
berwenang di luar
organisasi.
1
2. Jika mengetahui sebuah
kecurangan, akan
menggunakan media
pelaporan di luar
organisasi.
2
3. Jika mengetahui sebuah
kecurangan, akan
menyediakan informasi
ke pihak berwenang di
luar organisasi.
3
4. Jika mengetahui sebuah
kecurangan, akan
memberitahukan kepada
publik.
4
Whistleblowing Internal:
5. Jika mengetahui sebuah
kecurangan, akan
melaporkan ke pihak
berwenang di dalam
organisasi.
5
6. Jika mengetahui sebuah
kecurangan, akan
menggunakan media
pelaporan di dalam
organisasi.
6
51
Table 3.1.
Operasional Variabel Penelitian
(Lanjutan)
Variabel Indikator No. Butir
Pernyataan
Skala
Pengukuran
7. Jika mengetahui sebuah
kecurangan, akan menyediakan
informasi ke pihak berwenang
di dalam organisasi
7
Likert 8. Jika mengetahui sebuah
kecurangan, akan
memberitahukan kepada
publik.
8
Sikap (X1)
(Park dan
Blenkinsopp,
2007)
Berikan penilaian dan pendapat terhadap tiap-
tiap manfaat whistleblowing di bawah ini:
Likert
1. Melindungi tempat kerja dari
dampak negatif yang lebih
besar akibat perilaku korupsi.
9.
2. Membantu memberantas
korupsi. 10.
3. Melindungi kepentingan
umum. 11.
4. Menjalani kewajiban sebagai
karyawan. 12.
5. Menegakan kewajiban etis dan
keyakinan moral. 13.
Berikan penilaian seberapa penting tiap manfaat
whistleblowing dibawah ini:
6. Melindungi tempat kerja dari
dampak negatif yang lebih
besar akibat perilaku korupsi.
14
52
Table 3.1.
Operasional Variabel Penelitian
(Lanjutan)
Variabel Indikator No. Butir
Pernyataan
Skala
Pengukuran
7. Membantu memberantas
korupsi. 15
Likert
8. Melindungi kepentingan
umum. 16
9. Menjalani kewajiban sebagai
karyawan. 17
10. Menegakan kewajiban etis
dan keyakinan moral. 19
Persepsi
Kontrol
Perilaku (X2)
(Park dan
Blenkinsopp,
2007)
Berikan penilaian seberapa setuju ketika
melakukan whistleblowing di bawah ini:
Likert
1. Tempat kerja ini akan
mengabaikan laporan korupsi. 19
2. Pelapor akan menghadapi
banyak kesulitan dalam proses
pelaporan korupsi.
20
3. Laporan adanya korupsi tidak
akan membuat perbedaan
apapun di tempat kerja.
21
4. Pelaku korupsi akan
melakukan balas dendam
kepada pelapor.
22
5. Mendapatkan pandangan
negatif dari rekan kerja atau
lingkungan kerja.
23
53
Table 3.1.
Operasional Variabel Penelitian
(Lanjutan)
Variabel Indikator No.Butir
Pernyataan
Skala
Pengukuran
Berikan penilaian seberapa besar pengaruh
isu-isu ketika melakukan whistleblowing di
bawah ini:
Likert
6. Tempat kerja ini akan
mengabaikan laporan
korupsi.
24
7. Pelapor akan menghadapi
banyak kesulitan dalam
proses pelaporan korupsi.
25
8. Laporan adanya korupsi
tidak akan membuat
perbedaan apapun di
tempat kerja.
26
9. Pelaku korupsi akan
melakukan balas dendam
kepada pelapor.
27
10. Pelapor akan memperoleh
pandangan negatif dari
rekan kerja atau
lingkungan kerja
28
Religiusitas
(X3)
(Worthington,
2003)
1. Sering membaca buku atau
majalah tentang
keagamaan.
29
Likert
2. Memberikan kontribusi
finansial kepada
organisasi keagamaan.
30
3. Berusaha menghabiskan
waktu untuk
memperdalam keimanan.
31
4. Agama adalah hal yang
penting untuk menjawab
tentang makna kehidupan.
32
54
Table 3.1.
Operasional Variabel Penelitian
(Lanjutan)
Variabel Indikator No.Butir
Pernyataan
Skala
Pengukuran
5. Keyakinan religius berada di
balik keseluruhan
pendekatan hidup saya.
33
Likert
6. Menikmati untuk
menghabiskan waktu dengan
orang-orang lain dari afiliasi
religius.
34
7. Keyakinan agama
mempengaruhi semua
hubungan saya dalam
kehidupan.
35
8. Penting untuk menghabiskan
waktu dalam mendalami dan
merefleksikan kepercayaan. 36
9. Senang bekerja di dalam
kegiatan afiliasi religius. 37
10. Mengetahui informasi terkait
kelompok religius di
lingkungan yang dapat
mempengaruhi keputusan.
38
Persepsi
Dukungan
Organisasi
(X4)
(Eisenberger
at all, 1986
dan Saud,
2016)
1. Organisasi secara maksimal
mempertimbangkan tujuan
dan nilai auditor.
39
Likert
2. Organisasi tidak bersedia
membantu saya ketika saya
memerlukan bantuan dalam
kasus tertentu yang penting..
40
55
Table 3.1.
Operasional Variabel Penelitian
(Lanjutan)
Variabel Indikator No.Butir
Pernyataan
Skala
Pengukuran
3. Organisasi peduli terhadap
kepuasan kerja saya di tempat
kerja.
41
Likert
4. Organisasi, peduli dengan
pendapat yang saya utarakan. 42
5. Pertolongan tidak selalu
tersedia dari Organisasi,
ketika saya menghadapi
masalah dalam pekerjaan.
43
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data,
dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2013:19). Penelitian ini hanya menggambarkan rata-rata (mean),
standar deviasi, maksimum, minimum, dan sum untuk statistik deskriptif.
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
56
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Jadi, validitas dapat mengukur apakah pertanyaan
dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa
yang hendak kita ukur (Ghozali, 2013:52). Pengujian validitas dalam
penelitian ini dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan (r-
hitung) dengan total skor konstruk atau variabel (r-tabel, dengan melihat
r-tabel dan nilai Sig. 0,05). Apabila nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel
(df-2), maka pernyataan dianggap valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu
(Ghozali,2013:47).
Penulis menggunakan cara one shot atau pengukuran sekali
saja,dimana pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya
dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar
jawaban pertanyaan. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan
pengujian Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika
memberikan nilai Cronbach Alpha >0,7 (Ghozali, 2013). Data diolah
menggunakan SPSS 24.0 (Stastistical Program for Social Science).
57
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini,maka peneliti
melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas, dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol (Ghozali, 2013:105). Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jika nilai tolerance <0,10 atau sama dengan nilai
VIF >10, maka dalam model regresi tersebut terdapat multikolonieritas
yang tidak dapat ditoleransi dan variabel tersebut harus dikeluarkan dari
model regresi agar hasil yang diperoleh tidak bias (Ghozali, 2013:106).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
58
pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.Untuk
mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilihat lewat analisis grafik
dan uji statistik.
Analisis Grafik
Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik plot. Deteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual
(Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar
pengambilan keputusannya yaitu:
1) Jika ada pola tertentu pada grafik scatterplot, seperti titik yang
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Analisis dengan grafik plots memiliki
kelemahan yang cukup signifikan karena jumlah pengamatan
mempengaruhi hasil ploting.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
59
Uji Statistik
Oleh karena itu diperlukan uji statistik yaitu uji Glejser untuk
melihat adanya indikasi terjadi heteroskedastisitas. Uji Glejser
mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel
independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi di atas
tingkat kepercayaan 5% (Ghozali, 2013:139-143).
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalammodel
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka
uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013:160).
Analisis Grafik
Analisis grafik menggunakan grafik histogram dan probability plot
(P-Plot). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Namun
analisis grafik dapat menyesatkan jika tidak hati-hati secara visual
terlihat normal padahal secara statistik bisa sebaliknya.
60
Uji Statistik
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini selain menggunakan analisis
grafik juga dilengkapi dengan uji statistik menggunakan non-parametik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dalam uji K-S dilihat dari angka
probabilitas signifikansi data residual. Jika angka probabilitas di atas
0,05 berarti data residual telah terdistribusi secara normal (Ghozali,
2011:164).
4. Uji Hipotesis
Pengujian dengan Analisis Regresi Moderate (Moderate Regression
Analysist-MRA)
Pengujian hipotesis ini untuk menentukan pengaruh moderasi dari
persepsi dukungan organisasi pada pengaruh variabel utama dengan
menggunakan tahap - tahap analisis regresi berganda. dilakukan dengan
menggunakan Analisis data yang digunakan adalah Moderate Regression
Analysist (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda
dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi. Uji MRA
dapat dihitung dengan persamaan berikut:
a. Model 1 (Niat Whistleblowing Eksternal/NWE):
Y1 = 𝛼 + b1X1 + b2 X2 + b3 X3+ b4X4 + b5(X1 X4) + b6(X2 X4) +
b7(X3 X4) + e
b. Model 2 (Niat Whistleblowing Internal/NWI):
Y2 = 𝛼 + b1X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4X4 + b5(X1 X4) + b6(X2 X4) +
b7(X3 X4) + e
61
Keterangan:
Y1 = Niat Whistleblowing Eksternal
Y2 = Niat Whistleblowing Internal
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Sikap
X2 = Persepsi Kontrol Perilaku
X3 = Religiusitas
X4 = Persepsi Dukungan Organisasi
X1 X4 = Variabel perkalian antara sikap dengan persepsi
dukungan organisasi yang menggambarkan pengaruh
variabel moderating, persepsi dukungan organisasi
terhadap hubungan sikap dengan niat whistleblowing
eksternal – internal.
X2 X4 = Variabel perkalian antara persepsi kontrol perilaku
dengan persepsi dukungan organisasi yang
menggambarkan pengaruh variabel moderating, persepsi
dukungan organisasi terhadap hubungan persepsi
kontrol perilaku dengan niat whistleblowing eksternal –
internal.
X3 X4= Variabel perkalian antara religiusitas dengan persepsi
dukungan organisasi yang menggambarkan pengaruh
variabel moderating, persepsi dukungan organisasi
62
terhadap hubungan religiusitas dengan niat
whistleblowing eksternal – internal.
e = Error term (tingkat kesalahan pendugaan dalam
penelitian)
Secara statistik, ketepatan fungsi regresi setidaknya dapat diukur
dari nilai koefisien determinasi (R2), nilai statistik F dan nilai statistik t
(Ghozali, 2013).
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara
umum koefisien determinasi untuk data silang (crossesction)
relatif lebih rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan (Ghozali, 2013:97).
2) Uji Kelayakan Model (Uji F)
Uji F dilakukan untuk menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen atau
63
terikat. Uji F juga untuk mengetahui apakah model yang
digunakan layak (fit) untuk memprediksi variabel Y. Dasar
pengambilan keputusannya adalah dengan melihat nilai
signifikasi F pada output hasil regresi, dimana jika nilai
signifikasi yang di dapat <0,05 (α = 5%) maka model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen yang
menandakan bahwa variabel-variabel independen secara bersama
– sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau dengan kata
lain hipotesis diterima (Ghozali, 2013:98).
3) Uji Signifikasi Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh suatu variabel penjelas atau independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2013:98).
Ada atau tidaknya pengaruh signifikan dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat
diketahui dengan membandingkan nilai signifikannya dengan
derajat kepercayaannya. Apabila tingkat signifikan lebih kecil
dari 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima. Hasil ini menunjukan
bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh
secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
Demikian pula sebaliknya jika tingkat signifikan lebih besar dari
0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak, maka hasil ini
64
menunjukan bahwa variabel independen atau bebas tidak
mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
dependen atau terikat (Ghozali, 2013:99).
65
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum objek penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan melakukan Pilot Test Questionnaire
terlebih dahulu sebelum melakukan penyebaran kuesioner yang
sesungguhnya. Tujuan dilakukan pilot test adalah untuk melihat nilai
validitas dan reliabilitas atas setiap instrumen yang digunakan dalam
kuesioner penelitian. Pilot test dilakukan pada bulan April 2018,
dengan 30 responden yang merupakan seseorang yang bekerja di
Sistem Pengendalian Internal (SPI UIN Jakarta) dan seseorang yang
sudah atau sedang mengaudit.
Jumlah item pernyataan saat melakukan pilot test sebanyak 43
butir pertanyaan yang terdiri dari item pernyataan variabel niat
whistleblowing eksternal – internal sebanyak 8 butir, variabel sikap
sebanyak 10 butir, variabel persepsi kontrol perilaku sebanyak 10
butir, variabel religiusitas sebanyak 10 butir dan variabel persepsi
dukungan organisasi sebanyak 5 butir. Setelah dilakukan pilot test,
item peryataan yang valid berjumlah 41 butir yang terdiri dari item
pernyataan niat whistleblowing eksternal – internal sebanyak 8
butirvariabel sikap sebanyak 10 butir, variabel persepsi kontrol
perilaku sebanyak 10 butir, variabel religiusitas sebanyak 10 butir dan
variabel persepsi dukungan organisasi sebanyak 3 butir. Item – item
66
pernyataan hasil pilot test adalah item – item yang akan digunakan
dalam kuesioner yang disebar kepada responden penelitian ini. Hasil
uji validitas dan reliabilitas disajikan dalam lampiran.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angket atau
kuesioner yang disebarkan secara langsung kepada auditor yang
bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI)
yang tersebar di 3 Auditorat Keuangan Negara (AKN). Auditor yang
berpartisipasi pada penelitian ini adalah meliputi auditor junior,
auditor senior, manajer dan partner yang melaksanakan pekerjaan di
bidang auditing. Distribusi penyebaran kuesioner dilakukan di 3 AKN,
yaitu AKN II, AKN V dan AKN VI. Proses perizinan, penyebaran dan
pengembalian kuesioner dilakukan mulai tanggal 14 Maret 2018
sampai dengan 16 Juli 2018. Distribusi penyebaran kuesioner pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Distribusi Penyebaran Kuesioner
No. Auditorat
Keuangan Negara
Jumlah
Kuesioner
Dikirim
Jumlah
Kuesioner
Dikembalikan
1. AKN II 30 12
2. AKN V 30 29
3. AKN VI 30 29
Total 90 70 Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Sementara data sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
4.2.
67
Tabel 4.2.
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah
1. Kuesioner yang dikirim 90
2. Kuesioner yang tidak kembali 20
3. Kuesioner yang tidak dapat diolah 4
4. Kuesioner yang dapat diolah 66
Kuesioner yang dikirim sebanyak 90 eksemplar dan kuesioner
yang tidak kembali sebanyak 20 eksemplar. Kuesioner yang tidak
dapat diolah sebanyak 4 eksemplar karena tidak diisi lengkap dibagian
identitas responden. Oleh karena item kuesioner yang dapat diolah
adalah sebanyak 66 eksemplar.
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor di 3 AKN Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), yaitu AKN II,
AKN V dan AKN VI. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas
responden penelitian yang terdiri atas jenis kelamin, jabatan,
pengalaman auditor, pendidikan terakhir dan agama.
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3. menunjukan hasil uji deksriptif responden
berdasarkan jenis kelamin.
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
68
Tabel 4.3.
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
S
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa responden berjenis
kelamin pria mendominasi dengan jumlah 39 responden atau
sebesar 59,1%, sedangkan sisanya sebanyak 27 responden atau
sebesar 40,9% berjenis kelamin wanita.
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan
Tabel 4.4. menunjukan hasil uji deksriptif responden
berdasarkan jabatan.
Tabel 4.4.
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan Auditor
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa mayoritas
responden memiliki jabatan sebagai Setara Auditor Junior
dengan jumlah 36 responden atau sebesar 54,5%. Sedangkan
Jenis Kelamin
Freque
ncy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Wanita 27 40.9 40.9 40.9
Pria 39 59.1 59.1 100.0
Total 66 100.0 100.0
Jabatan Auditor
Freque
ncy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Setara Auditor
Junior
36 54.5 54.5 54.5
Setara Auditor
Senior
26 39.4 39.4 93.9
Setara Manajer 4 6.1 6.1 100.0
Total 66 100.0 100.0
69
untuk jabatan sebagai Setara Auditor Senior dengan jumlah 26
reponden atau sebesar 39,4% dan sebanyak 4 responden atau
sebesar 6,1% memiliki jabatan sebagai Setara Manajer.
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Auditor
Tabel 4.5. menunjukan hasil uji deksriptif responden
berdasarkan pengalaman auditor.
Tabel 4.5.
Hasil Uji Deskripsi Responden Pengalaman Auditor
Pengalaman Auditor
Freque
ncy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang dari
5 Tahun
27 40.9 40.9 40.9
5 Sampai 10
Tahun
19 28.8 28.8 69.7
10 Sampai
20 Tahun
18 27.3 27.3 97.0
Lebih dari
20 Tahun
2 3.0 3.0 100.0
Total 66 100.0 100.0 Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa mayoritas
responden telah lama bekerja sebagai auditor selama kurang dari
5 tahun dengan jumlah responden 27 responden atau 40,9%.
Sedangkan 5 sampai 10 tahun dengan jumlah 19 responden atau
sebesar 28,8%. Sementara sebanyak 18 responden atau sebesar
27,3% telah bekerja sebagai auditor selama 10 sampai 20 tahun,
dan 2 responden atau 3% dengan lama bekerja lebih dari 20
tahun.
70
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.6. menunjukan hasil uji deksriptif responden
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir.
Tabel 4.6.
Hasil Uji Deskripsi Responden Pendidikan Terakhir
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa mayoritas
pendidikan terakhir responden adalah S1 dengan jumlah 50
responden atau sebesar 75,8%. Sedangkan untuk pendidikan
terakhir responden S2 dengan jumlah 15 reponden atau sebesar
22,7% dan sebanyak 1 responden atau sebesar 1,5% memiliki
pendidikan terakhir yaitu Diploma.
e. Deskripsi Responden Berdasarkan Agama
Tabel 4.7. menunjukan hasil uji deksriptif responden
berdasarkan agama.
Tabel 4.7.
Hasil Uji Deskripsi Responden Agama Auditor
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Pendidikan Terakhir Auditor
Freque
ncy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Diploma 1 1.5 1.5 1.5
S1 50 75.8 75.8 77.3
S2 15 22.7 22.7 100.0
Total 66 100.0 100.0
Agama Auditor
Freque
ncy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Islam 54 81.8 81.8 81.8
Kristen 12 18.2 18.2 100.0
Total 66 100.0 100.0
71
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa mayoritas agama
yang dianut responden adalah islam dengan jumlah
responden 54 atau sebesar 81,8% dan sebanyak 12 responden atau
sebesar 18,2% menganut agama kristen.
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Hasil uji statistik deskriptif terhadap variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu sikap, persepsi kontrol
perilaku, religiusitas, persepsi dukungan organisasi dan niat
whistleblowing eksternal - internal ditunjukan dalam tabel 4.8.
Tabel 4.8.
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Berdasarkan tabel 4.8, dapat dideskripsikan bahwa jumlah
responden (N) yang valid dan dapat diproses lebih lanjut sebesar
66 responden. Pada variabel sikap, jawaban minimum responden
Descriptive Statistics
N Min. Max. Mean Std.
Deviation
Sikap 66 9 23,2 61,303 71,1873
Persepsi Kontrol
Perilaku
66 1 13,6 43,061 38,4111
Religiusitas 66 24 48 35,70 4,151
Persepsi Dukungan
Organisasi
66 4 15 10,44 2,185
Niat Whistleblowing
Eksternal
66 4 18 11,20 3,250
Niat Whistleblowing
Internal
66 4 20 15,42 2,712
Valid N (listwise) 66 Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
72
sebesar 9 dan maksimum sebesar 23,2 dengan rata – rata jawaban
sebesar 61,303 dan standar deviasi sebesar 71,1873. Pada variabel
persepsi kontrol perilaku, jawaban minimum responden sebesar 1
dan maksimum sebesar 13,6 dengan rata-rata jawaban sebesar
43,061 dan standar deviasi sebesar 38,4111. Pada variabel
religiusitas, jawaban minimum responden sebesar 24 dan
maksimum sebesar 48 dengan rata-rata jawaban sebesar 35,7 dan
standar deviasi sebesar 4,151. Pada variabel pemoderasi yaitu
persepsi dukungan organisasi, jawaban minimum responden
sebesar 4 dan maksimum sebesar 15 dengan rata-rata sebesar
10,44 dan standar deviasi sebesar 2,185. Sedangkan pada variabel
niat whistleblowing eksternal, jawaban minimum sebesar 4 dan
maksimum sebesar 18 dengan rata-rata sebesar 11,20 dan standar
deviasi sebesar 3,25. Pada niat whistleblowing internal, jawaban
minimum sebesar 4 dan maksimum sebesar 20 dengan rata-rata
sebesar 15,42 dan standar deviasi sebesar 2,712.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah niat
whistleblowing eksternal, niat whistleblowing internal, sikap,
persepsi kontrol perilaku, religiusitas, dan persepsi dukungan
organisasi. Tabel – tabel di bawah ini menunjukan hasil uji
validitas untuk setiap variabel. Tabel 4.9. menunjukan hasil uji
73
validitas untuk variabel niat whistleblowing eksternal –
internal.
Tabel 4.9.
Hasil Uji Validitas Niat Whistleblowing Eksternal dan Internal
Pernyataan r-hitung r-tabel (2 Tailed) Keterangan
NWE1 0,890 0,242 VALID
NWE2 0,911 0,242 VALID
NWE3 0,868 0,242 VALID
NWE4 0,773 0,242 VALID
NWI1 0,875 0,242 VALID
NWI2 0,857 0,242 VALID
NWI3 0,737 0,242 VALID
NWI4 0,889 0,242 VALID Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.9. diketahui bahwa semua item NWE
dan NWI memiliki nilai r hitung lebih besar dari r tabel.
Kesimpulan yang diperoleh adalah semua item pernyataan
variabel niat whistleblowing eksternal dan internal dinyatakan
valid. Tabel 4.10. di bawah ini menunjukan hasil uji validitas
untuk variabel sikap.
Tabel 4.10.
Hasil Uji Validitas Sikap
Pernyataan r-hitung r-tabel (2 Tailed) Keterangan
SKP1 0,829 0,242 VALID
SKP2 0,959 0,242 VALID
SKP3 0,901 0,242 VALID
SKP4 0,875 0,242 VALID
SKP5 0,892 0,242 VALID Sumber: Data Primer diolah, 2018
74
Tabel 4.10.
Hasil Uji Validitas Sikap (Lanjutan)
Pernyataan r-hitung r-tabel (2 Tailed) Keterangan
SKP6 0,891 0,242 VALID
SKP7 0,940 0,242 VALID
SKP8 0,924 0,242 VALID
SKP9 0,836 0,242 VALID
SKP10 0,939 0,242 VALID Sumber: Data Primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.10. diketahui bahwa semua item
pertanyaan sikap memiliki nilai r hitung lebih besar dari r
tabel. Kesimpulan yang diperoleh adalah semua item
pernyataan sikap dinyatakan valid. Tabel 4.11. di bawah ini
menunjukan hasil uji validitas untuk variabel persepsi kontrol
perilaku.
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Persepsi Kontrol Perilaku
Pernyataan r-hitung r-tabel (2 Tailed) Keterangan
PKP1 0,726 0,242 VALID
PKP2 0,859 0,242 VALID
PKP3 0,700 0,242 VALID
PKP4 0,783 0,242 VALID
PKP5 0,828 0,242 VALID
PKP6 0,883 0,242 VALID
PKP7 0,904 0,242 VALID
PKP8 0,851 0,242 VALID
PKP9 0,834 0,242 VALID
PKP10 0,925 0,242 VALID Sumber: Data Primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.11. diketahui bahwa semua item
pertanyaan variabel persepsi kontrol perilaku memiliki nilai r
hitung lebih besar dari r tabel. Kesimpulan yang diperoleh
75
adalah semua item pernyataan variabel persepsi kontrol
perilaku dinyatakan valid. Tabel 4.12. di bawah ini
menunjukan hasil uji validitas untuk variabel religiusitas.
Tabel 4.12.
Hasil Uji Validitas Religiusitas
Pernyataan r-hitung r-tabel (2 Tailed) Keterangan
RLG1 0,673 0,242 VALID
RLG2 0,484 0,242 VALID
RLG3 0,734 0,242 VALID
RLG4 0,627 0,242 VALID
RLG5 0,631 0,242 VALID
RLG6 0,659 0,242 VALID
RLG7 0,617 0,242 VALID
RLG8 0,765 0,242 VALID
RLG9 0,652 0,242 VALID
RLG10 0,619 0,242 VALID Sumber: Data Primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa item pertanyaan
variabel religiusitas memiliki nilai r hitung lebih besar dari r
tabel. Kesimpulan yang diperoleh adalah semua item
pernyataan variabel religiusitas dinyatakan valid. Tabel 4.13.
di bawah ini menunjukan hasil uji validitas untuk variabel
persepsi dukungan organisasi.
Tabel 4.13.
Hasil Uji Validitas Persepsi Dukungan Organisasi
Pernyataan r-hitung r-tabel (2 Tailed) Keterangan
PDO1 0,833 0,242 VALID
PDO2 0,892 0,242 VALID
PDO3 0,922 0,242 VALID Sumber: Data Primer diolah, 2018
76
Berdasarkan tabel 4.13. diketahui bahwa item pertanyaan
variabel persepsi dukungan organisasi memiliki nilai r hitung
lebih besar dari r tabel. Kesimpulan yang diperoleh adalah
semua item pernyataan persepsi dukungan organisasi
dinyatakan valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsoistensi dari
instrumen penelitian dengan mengukur koefisien Cronbach
Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha >0,7 (Ghozali, 2013). Tabel
4.14. menunjukan hasil uji reliabilitas pada variabel penelitian
yang terdiri dari variabel sikap, persepsi kontrol perilaku,
religiusitas, persepsi dukungan organisasi dan niat
whistleblowing eksternal-internal.
Tabel 4.14.
Hasil Uji Reliabilitas
Item Cronbach
Alpha Keterangan
Niat Whistleblowing:
Eksternal 0,883 Reliabel
Internal 0,857 Reliabel
Sikap:
Behavioral Belief 0,933 Reliabel
Evaluation of Important 0,945 Reliabel
Persepsi Kontrol Perilaku:
Control Belief 0,835 Reliabel
Perceived Power 0,927 Reliabel
Religiusitas 0,841 Reliabel
Persepsi Dukungan Organisasi 0,857 Reliabel Sumber: Data Primer diolah, 2018
77
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat
apakah terjadi korelasi antara variabel bebas atau satu sama
lainnya. Tabel 4.15. menunjukan hasil pengujian
multikolinearitas.
Tabel 4.15.
Hasil Uji Multikolinearitas
Model 1 (NWE)
Collinearity Statistic
Model 2 (NWI)
Collinearity Statistic
Tolerance VIF Tolerance VIF
(Constant)
TOTALSKP 0,977 1,024 0,977 1,024
TOTALPKP 0,980 1,020 0,980 1,020
TOTALRLG 0,890 1,123 0,890 1,123
TOTALPDO 0,893 1,119 0,893 1,119
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel
4.15. dapat terlihat bahwa penelitian ini baik model 1 yaitu
niat whistleblowing eksternal dan model 2 yaitu niat
whistleblowing internal terbebas dari multikolinearitas
karena memiliki nilai tolerance ≥0,1 dan VIF <10. Maka
dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas antar
variabel.
b) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan
menggunakan analisis grafik dan analisis statistik.
Analisis Grafik
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
78
a. Model 1 (Niat Whistleblowing Eksternal/NWE)
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
b. Model 2 (Niat Whistleblowing Internal/NWI)
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
79
Dari gambar 4.1 dan gambar 4.2 terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi (Ghozali, 2013:141).
Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan untuk melihat
adakah terjadinya heteroskedastisitas dalam penelitian ini
menggunakan uji glejser yang ditunjukan dalam Tabel
4.16. untuk menguji apakah terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.16.
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser
Sig.
Kriteria Model 1
(NWE)
Model 2
(NWI)
(Constant)
TOTALSKP 0,731 0,893 P>0,05
TOTALPKP 0,429 0,696 P>0,05
TOTALRLG 0,856 0,311 P>0,05
TOTALPDO 0,614 0,506 P>0,05 Sumber: Data Primer diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji glejser pada tabel 4.16. dapat
dilihat bahwa untuk model 1 yaitu niat whistleblowing
eksternal untuk variabel sikap sebesar 0,731, persepsi
kontrol perilaku sebesar 0,429, religiusitas sebesar 0,856
dan persepsi dukungan organisasi sebesar 0,614. Dan untuk
model 2 yaitu niat whistleblowing internal untuk variabel
sikap sebesar 0,893, persepsi kontrol perilaku sebesar
80
0,696, religiusitas sebesar 0,311 dan persepsi dukungan
organisasi sebesar 0,506. Model regresi dikatakan terbebas
dari heteroskedastisitas jika memiliki nilai signifikansi di
atas 0,05 (Ghozali, 2013:143). Maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas.
c) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
analisis grafik dan analisis statistik.
Analisis Grafik
a. Model 1 (Niat Whistleblowing Eksternal/NWE)
Gambar 4.3
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik histogram
Berdasarkan gambar 4.3 grafik histogram
memberikan pola distribusi data yang normal. Hal ini
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
81
terlihat dari grafik histogram yang menggambarkan
bentuk lonceng dan mengikuti arah grafik
histogramnya. Hal ini sesuai dengan dasar pengambilan
keputusan untuk menentukan apakah model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Model regresi dikatakan
memenuhi asumsi normalitas apabila data mengikuti
arah grafik histogramnya (Ghozali, 2013:163). Gambar
4.4 menunjukan hasil analisis grafik P-Plot.
Gambar 4.4
Hasil Uji Normalitas dengan P-Plot
Berdasarkan gambar 4.4 grafik normal P-Plot
memberikan pola distribusi data yang normal. Hal ini
terlihat dari grafik normal P-Plot yang titik mendekati
garis diagonal. Hal ini sesuai dengan dasar
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
82
pengambilan keputusan untuk menentukan apakah
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Model
regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila
data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal (Ghozali, 2013:163).
b. Model 2 (Niat Whistleblowing Internal/NWI)
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas dengan grafik histogram
Berdasarkan gambar 4.5 grafik histogram
memberikan pola distribusi data yang normal. Hal ini
terlihat dari grafik histogram yang menggambarkan
bentuk lonceng dan mengikuti arah grafik
histogramnya. Hal ini sesuai dengan dasar pengambilan
keputusan untuk menentukan apakah model regresi
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
83
memenuhi asumsi normalitas. Model regresi dikatakan
memenuhi asumsi normalitas apabila data mengikuti
arah grafik histogramnya (Ghozali, 2013:163). Gambar
4.6 menunjukan hasil analisis grafik P-Plot.
Gambar 4.6
Hasil Uji Normalitas dengan P-Plot
Sumber: Data Primer diolah, 2018
Berdasarkan gambar 4.6 grafik normal P-Plot
memberikan pola distribusi data yang normal. Hal ini
terlihat dari grafik normal P-Plot yang titik mendekati
garis diagonal. Hal ini sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan untuk menentukan apakah
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Model
regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila
84
data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal (Ghozali, 2013:163).
Analisis Statistik
Analisis statistika yang digunakan untuk melihat
apakah data sudah terdistribusi normal dengan melakukan
pengujian Kolmogorov Smirnov. Tabel 4.17. dan tabel
4.18. menunjukan hasil pengujian statistik normalitas
Kolmogorov Smirnov.
a. Model 1 (Niat Whistleblowing Eksternal/NWE)
Tabel 4.17.
Hasil Uji Statistik Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 66
Normal
Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation
2.67344973
Most
Extreme
Differences
Absolute .107
Positive .088
Negative -.107
Test Statistic .107
Asymp. Sig. (2-tailed) .057c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction. Sumber: Data Primer diolah, 2018
b. Model 2 (Niat Whistleblowing Internal/NWI)
85
Tabel 4.18.
Hasil Uji Statistik Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 66
Normal
Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation
2.47722368
Most
Extreme
Differences
Absolute .080
Positive .067
Negative -.080
Test Statistic .080
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true
significance. Sumber: Data Primer diolah, 2018
Berdasarkan hasil tabel 4.17. dan tabel 4.18. Hasil
pengujian Kolmogorov Smirnov menunjukan nilai
signifikan sebesar 0,057 dan 0,200 hal tersebut
menunjukan bahwa data telah terdistribusi normal
karena nilai signifikasi berada di atas 0,05 (Ghozali,
2013:165).
4. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
kebenaran hipotesis yang menyatakan bahwa diduga sikap,
persepsi kontrol perilaku, religiusitas memiliki pengaruh terhadap
niat whistleblowing eksternal dan internal dengan persepsi
86
dukungan organisasi sebagai variabel pemoderasi. Adapun hasil uji
hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi
moderat.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah
variabel moderasi akan memperkuat atau memperlemah hubungan
antara variabel independen dan dependen. Ada tiga cara menguji
regresi dengan variabel moderasi, yaitu:
1) Uji interaksi
2) Uji nilai selisih mutlak
3) Uji residual
Uji hipotesis secara regresi moderasi pada penelitan ini
menggunakan uji interaksi. Pengujian terhadap pure moderator
dilakukan dengan membuat regresi interaksi, dan variabel
moderator tidak berfungsi sebagai variabel independen.
Semua variabel dapat dikatakan sebagai variabel moderasi
apabila memiliki nilai signifikan <0,05 (Ghozali,2013). Berikut
hasil uji interaksi (pure moderator) dengan persepsi dukungan
organisasi sebagai variabel pemoderasi, pengaruh sikap, persepsi
kontrol perilaku dan religiusitas terhadap niat whistleblowing
eksternal – internal.
a. Hasil Pengujian Niat Whistleblowing Eksternal
1) Uji Koefisiensi Determinasi (Adjusted R-Square)
87
Dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel
independen menjelaskan variabel dependen. Tabel 4.19.
menyajikan hasil uji koefisiensi determinasi (Adjusted R-
Square) untuk penelitian ini.
Tabel 4.19.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
1 .570a .325 .256 2.80233
a. Predictors: (Constant), Interaksi RLG*PDO, Persepsi
Kontrol Perilaku, Sikap, Religiusitas, Interaksi PKP*PDO,
Interaksi SKP*PDO Sumber: Data Primer diolah, 2018
Tabel 4.19. menunjukan bahwa variabel niat
whistleblowing eksternal dapat dijelaskan oleh variable
sikap, persepsi kontrol perilaku, religiusitas dan interaksi
antara variabel independen dengan moderasi sebesar 0,256
atau 25,6%. Sedangkan sisanya sebesar 0,744 atau74,4%
dijelaskan faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam
penelitian ini. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
niat whistleblowing eksternal di antaranya gender,
komitmen organisasi, tingkat keseriusan kecurangan,
komitmen independen, personal responsibility, personal
cost, locus of control, pertimbangan etis, dan komitmen
profesional.
88
2) Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk menguji apakah
model yang digunakan sudah signifikan. Apabila nilai
signifikan <0,05, maka dapat dinyatakan bahwa model
yang digunakan sudah signifikan. Tabel 4.20. menyajikan
hasil uji statistik F untuk penelitian ini.
Tabel 4.20.
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 223.109 6 37.185 4.735 .001b
Residual 463.330 59 7.853
Total 686.439 65
a. Dependent Variable: Niat Whistleblowing Eksternal
b. Predictors: (Constant), Interaksi RLG*PDO, Persepsi Kontrol
Perilaku, Sikap, Religiusitas, Interaksi PKP*PDO, Interaksi
SKP*PDO Sumber: Data Primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.20. memperlihatkan bahwa
nilai signifikan pada kolom Sig. sebesar 0,001 yaitu <0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa model penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini sudah fit.
3) Uji Signifikasi Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t dilakukan untuk melihat seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual
menerangkan variabel dependen. Apabila nilai signifikasi
<0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen
secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen
89
(Ghozali,2013). Berikut hasil uji signifikasi parsial (uji
statistik t) yang disajikan pada tabel 4.21.
Tabel 4.21.
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) 9.678 3.164 3.059 .003
Sikap .000 .016 .007 .021 .984
Persepsi
Kontrol
Perilaku
.009 .027 .101 .317 .752
Religiusitas -.161 .115 -.206 -1.404 .166
Interaksi
SKP*PDO
.001 .002 .178 .486 .629
Interaksi
PKP*PDO
.001 .002 .191 .581 .563
Interaksi
RLG*PDO
.015 .005 .470 3.013 .004
a. Dependent Variable: Niat Whistleblowing Eksternal Sumber: Data Primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.21, maka dapat diperoleh persamaan
regresi model 1 sebagai berikut:
Dimana:
Y1 = Niat Whistleblowing Eksternal
X1 = Sikap
X2 = Persepsi Kontrol Perilaku
X3 = Religiusitas
X4 = Persepsi Dukungan Organisasi
X1X4 = Variabel perkalian antara Sikap dengan Persepsi
Y1 = 9,678+0,000X1+0,009X2-0,161X3+0,001(X1X4)+0,001(X2X4)+0,015(X3X4)+3,164
90
Dukungan Organisasi.
X2X4 =Variabel perkalian antara Persepsi Kontrol
Perilaku dengan Persepsi Dukungan Organisasi .
X3X4= Variabel perkalian antara Religiusitas dengan
Persepsi Dukungan Organisasi.
E = Error Term (tingkat kesalahan penduga dalam
penelitian)
b. Hasil Pengujian Niat Whistleblowing Internal
1) Uji Koefisiensi Determinasi (Adjusted R-Square)
Dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel
independen menjelaskan variabel dependen. Tabel 4.22.
menyajikan hasil uji koefisiensi determinasi (Adjusted R-
Square) untuk penelitian ini.
Tabel 4.22.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
1 .442a .195 .114 2.55347
a. Predictors: (Constant), Interaksi RLG*PDO, Persepsi
Kontrol Perilaku, Sikap, Religiusitas, Interaksi
PKP*PDO, Interaksi SKP*PDO Sumber: Data Primer diolah, 2018
Tabel 4.22. menunjukan bahwa variabel niat
whistleblowing internal dapat dijelaskan oleh variabel
sikap, persepsi kontrol perilaku, religiusitas dan interaksi
91
antara variabel independen dengan moderasi sebesar 0,114
atau 11,4%. Sedangkan sisanya sebesar 0,886 atau 88,6%
dijelaskan faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam
penelitian ini. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
niat whistleblowing internal di antaranya gender, komitmen
organisasi, tingkat keseriusan kecurangan, komitmen
independen, personal responsibility, personal cost, locus of
control, pertimbangan etis dan komitmen profesional.
2) Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk menguji apakah
model yang digunakan sudah signifikan. Apabila nilai
signifikan <0,05, maka dapat dinyatakan bahwa model
yang digunakan sudah signifikan. Tabel 4.23. menyajikan
hasil uji statistik F untuk penelitian ini.
Tabel 4.23.
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1 Regression 93.429 6 15.571 2.388 .039b
Residual 384.693 59 6.520
Total 478.121 65
a. Dependent Variable: Niat Whistleblowing Internal
b. Predictors: (Constant), Interaksi RLG*PDO, Persepsi Kontrol
Perilaku, Sikap, Religiusitas, Interaksi PKP*PDO, Interaksi SKP*PDO Sumber: Data Primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.23, memperlihatkan bahwa
nilai signifikan pada kolom Sig. sebesar 0,039 yaitu <0,05.
92
Maka model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
sudah fit.
3) Uji Signifikasi Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t dilakukan untuk melihat seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual
menerangkan variabel dependen. Apabila nilai signifikasi
<0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen
secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen
(Ghozali,2013). Berikut hasil uji signifikasi parsial (uji
statistik t) yang disajikan pada tabel 4.24.
Tabel 4.24.
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) 11.060 2.883 3.836 .000
Sikap .027 .015 .710 1.805 .076
Persepsi
Kontrol
Perilaku
-.013 .025 -.183 -.526 .601
Religiusitas .003 .105 .005 .031 .975
Interaksi
SKP*PDO
-.002 .001 -.563 -
1.406
.165
Interaksi
PKP*PDO
.002 .002 .292 .814 .419
Interaksi
RLG*PDO
.010 .005 .349 2.044 .045
a. Dependent Variable: Niat Whistleblowing Internal Sumber: Data Primer diolah, 2018
93
Berdasarkan tabel 4.24 maka dapat diperoleh persamaan
regresi model 2 sebagai berikut:
Dimana:
Y2 = Niat Whistleblowing Internal
X1 = Sikap
X2 = Persepsi Kontrol Perilaku
X3 = Religiusitas
X4 = Persepsi Dukungan Organisasi
X1X4 = Variabel perkalian antara Sikap dengan Persepsi
Dukungan Organisasi.
X2X4 = Variabel perkalian antara Persepsi Kontrol
Perilaku dengan Persepsi Dukungan Organisasi .
X3X4= Variabel perkalian antara Religiusitas dengan
Persepsi Dukungan Organisasi.
E = Error Term (tingkat kesalahan penduga dalam
penelitian)
1. Pengaruh sikap terhadap niat whistleblowing eksternal –
internal.
Hasil uji hipotesis pada tabel 4.21. dan tabel 4.24.
menunjukan bahwa tingkat signifikasi pada variabel sikap
sebesar 0,984 dan 0.076. Hal ini berarti penelitian ini tidak
Y2 = 11,060+0,027X1-0,013X2+0,003X3-0,002(X1X4)+0,002(X2X4)+0,010(X3X4)+2,883
94
mendukung hipotesis pertama model 1 dan model 2
(H1adan H1b), karena tingkat signifikasi yang dimiliki oleh
variabel sikap >0,05.
2. Pengaruh persepsi kontrol perilaku terhadap niat
whistleblowing eksternal – internal
Hasil uji hipotesis pada tabel 4.21. dan tabel 4.24.
menunjukan bahwa tingkat signifikasi variabel persepsi
kontrol perilaku sebesar 0,752 dan 0,601. Hal ini berarti
penelitian ini tidak mendukung hipotesis kedua model 1
dan model 2 (H2a dan H2b), karena tingkat signifikasi yang
dimiliki variabel persepsi kontrol perilaku >0,05.
3. Pengaruh religiusitas terhadap niat whistleblowing
eksternal – internal
Hasil uji hipotesis pada tabel 4.21. dan tabel 4.24.
menunjukan bahwa tingkat signifikasi variabel religiusitas
sebesar 0,166 dan 0,975. Hal ini berarti penelitian ini tidak
mendukung hipotesis ketiga model 1 dan model 2 (H3a
dan H3b), karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel
religiusitas >0,05.
4. Pengaruh persepsi dukungan organisasi sebagai
pemoderasi pengaruh sikap terhadap niat whistleblowing
eksternal – internal
95
Hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.21. dan tabel
4.24. menunjukan bahwa interaksi antara sikap dengan
persepsi dukungan organisasi mempunyai tingkat signifikasi
sebesar 0,629 dan 0,165. Hal ini berarti penelitian ini tidak
mendukung hipotesis keempat model 1 dan model 2 (H4a
dan H4b), karena nilai signifikasi >0,05 sehingga dikatakan
bahwa persepsi dukungan organisasi tidak dapat menjadi
variabel moderasi antara sikap dan niat whistleblowing
eksternal – internal.
5. Pengaruh persepsi dukungan organisasi sebagai
pemoderasi pengaruh persepsi kontrol perilaku terhadap
niat whistleblowing eksternal – internal
Hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.21. dan tabel
4.24. menunjukan bahwa interaksi antara persepsi kontrol
perilaku dengan persepsi dukungan organisasi mempunyai
tingkat signifikasi sebesar 0,563 dan 0,419. Hal ini berarti
penelitian ini tidak mendukung hipotesis kelima model 1
dan model 2 (H5a dan H5b), karena nilai signifikasi >0,05
sehingga dikatakan bahwa persepsi dukungan organisasi
tidak dapat menjadi variabel moderasi antara persepsi kontrol
perilaku dan niat whistleblowing eksternal – internal.
96
6. Pengaruh persepsi dukungan organisasi sebagai
pemoderasi pengaruh religiusitas terhadap niat
whistleblowing eksternal – internal
Hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.21. dan tabel
4.24. menunjukan bahwa interaksi antara religiusitas dengan
persepsi dukungan organisasi mempunyai tingkat signifikasi
sebesar 0,004 dan 0,045. Hal ini berarti penelitian ini
mendukung hipotesis keenam model 1 dan model 2 (H6a
dan H6b), karena nilai signifikasi <0,05 sehingga dikatakan
bahwa persepsi dukungan organisasi dapat menjadi variabel
moderasi antara religiusitas dan niat whistleblowing eksternal
– internal.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Sikap terhadap Niat Whistleblowing Eksternal –
Internal
Hasil uji hipotesis pertama pada model 1 menunjukan
bahwa tidak terdapat pengaruh sikap terhadap niat whistleblowing
eksternal. Uji regresi moderat menunjukan bahwa sikap
mempunyai tingkat signifikan sebesar 0,984 yang dapat dikatakan
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini tidak mendukung hipotesis pertama model 1 (H1a). Begitu pula
hasil uji hipotesis pertama pada model 2 niat whistleblowing
97
internal menunjukan hal yang sama yaitu tidak terdapat pengaruh
sikap terhadap niat whistleblowing internal. Hasil uji regresi
moderat menunjukan bahwa sikap mempunyai tingkat signifikasi
sebesar 0,076 yang dapat dikatakan lebih besar dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak mendukung hipotesis
pertama model 2 (H1b).
Penelitian ini model 1 dan 2 tidak sejalan dengan penelitian
Salsabila (2018), Damayanthi et al. (2017), Siallagan et al., (2017)
dan Bagustianto & Nurkholis (2013). Tetapi hasil penelitian pada
model 1 ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang lain yang
dilakukan oleh Saud (2016) dan Park & Blenkinsopp (2009) yang
menyatakan bahwa sikap tidak berpengaruh terhadap niat
whistleblowing eksternal. Begitu pula hasil penelitian pada model 2
ini juga sejalan dengan peneliti terdahulu yang lain yang dilakukan
oleh Purwantini (2016) yang menyatakan bahwa sikap tidak
berpengaruh terhadap niat whistleblowing internal, hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor emosional
seseorang, lembaga (perusahaan), pengalaman pribadi ataupun
karena faktor budaya. Sikap auditor tidak memiliki efek secara
langsung dalam pengambilan keputusan apakah akan melakukan
whistleblowing atau tidak.
Pengaruh sikap seseorang dalam niatan untuk melakukan
whistleblowing sangat bergantung kepada dari diri seseorang itu
98
sendiri. Jadi bagi whistleblower yang ingin melakukan
whistleblowing harus memiliki keyakinan bahwa whistleblowing
akan mendatangkan konsekuensi positif bagi individu yang
melakukan hal itu, seperti kepuasan moral dan tugas para karyawan
terjamin, kontrol terhadap tindakan korupsi makin baik,
pencegahan yang dapat merugikan perusahaan atau entitas, dll.
Apabila individu memiliki sikap positif yang baik, maka hal
tersebut akan mendorong niat orang itu untuk melakukan
whistleblowing artinya individu tersebut menganggap bahwa
memiliki niat melakukan whistleblowing merupakan suatu hal yang
penting untuk dia miliki karena memunculkan dampak positif atau
menguntungkan bagi individu tersebut atau orang lain. Tapi
terdapat pendapat berbeda menurut Parker et al. (1992)
menyatakan bahwa sikap memiliki pengaruh yang sangat lemah
terhadap intensi individu untuk dalam menampilkan perilaku.
Lemahnya pengaruh sikap seorang auditor menunjukan bahwa
auditor seringkali mengabaikan pertimbangan apakah
whistleblowing merupakan perilaku yang menguntungkan atau
tidak bagi auditor.
Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti – peneliti sebelumnya kemungkinan besar
dikarenakan adanya perbedaan responden. Dalam penelitian ini
mayoritas responden adalah setara auditor junior yang pengalaman
99
bekerjanya baru kurang dari 5 tahun baik dari sebelum dan sesudah
menjadi auditor di BPK RI, sehingga mereka cenderung
mengabaikan atau acuh terhadap tindakan pelaporan kecurangan
mengingat segala konsekuensi yang akan diterima oleh auditor jika
memiliki niat melakukan whistleblowing. Auditor akan
beranggapan bahwa melakukan whistleblowing tidak
menguntungkan untuk dilakukan dengan pertimbangan
konsekuensi negatif yang akan diterima sehingga berdampak pada
menurun atau bahkan hilangnya niat auditor untuk melakukan
whistleblowing baik di pihak eksternal yaitu aparat penegak hukum
ataupun di pihak internal yaitu BPK RI. Hal ini didukung dengan
penelitian Purwantini (2016) yang menyatakan bahwa lemahnya
pengaruh sikap terhadap intensi whistleblowing dikarenakan ada
banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap seseorang yaitu
faktor emosional, lembaga (organisasi), pengalaman pribadi atau
faktor budaya.
2. Pengaruh Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Niat
Whistleblowing Eksternal – Internal
Hasil uji hipotesis kedua model 1 menunjukan bahwa tidak
terdapat pengaruh persepsi kontrol perilaku terhadap niat
whistleblowing eksternal. Uji regresi moderat menunjukan bahwa
tingkat signifikasi persepsi kontrol perilaku sebesar 0,752 yang
dapat dikatakan lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
100
bahwa penelitian ini tidak mendukung hipotesis kedua model 1
(H2a). Begitu pula hasil uji hipotesis kedua model 2 menunjukan
bahwa tidak terdapatnya pengaruh persepsi kontrol perilaku
terhadap niat whistleblowing internal. Uji regresi moderat
menunjukan bahwa tingkat signifikasi persepsi kontrol perilaku
sebesar 0,601 yang dapat dikatakan lebih besar dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak mendukung hipotesis
kedua model 2 (H2b).
Penelitian pada model 1 dan 2 ini tidak sejalan dengan
penelitian Siallagan et al. (2017), Damayanthi et al. (2017), dan
Latan et al. (2017). Tetapi hasil penelitian pada model 1 dan 2
sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Saud (2016)
yang menyatakan bahwa persepsi kontrol perilaku tidak
berpengaruh terhadap niat whistleblowing ekternal dan internal.
Penelitian pada model 1 juga sejalan dengan penelitian terdahulu
yang lainnya yang dilakukan Park & Blenkinsopp (2009) juga
mengatakan bahwa persepsi kontrol perilaku tidak berpengaruh
terhadap intensi whistleblowing eksternal. Menurut Park &
Blenkinshopp (2009) Ketika sebuah organisasi telah membuat dan
mengembangkan prosedur efektif untuk pelaporan whistleblowing
di internal organisasi, artinya organisasi sedang berusaha untuk
mencegah terjadinya pelaporan whistleblowing di eksternal
organisasi. Dan hasil penelitian pada model 2 ini juga sejalan
101
dengan penelitian terdahulu yang lain yang dilakukan Purwantini
(2016) yang menyatakan bahwa persepsi kontrol perilaku tidak
berpengaruh terhadap niat whistleblowing internal. Hasil ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Chang (1998) yang
menyatakan bahwa persepsi kontrol perilaku merupakan prediktor
utama yang memengaruhi perilaku tidak etis.
Persepsi kontrol perilaku sebenarnya didasari oleh
keyakinan kontrol atau faktor kontrol, maksudnya adalah faktor
yang menghambat atau faktor yang mendukung individu
melakukan whistleblowing. Apabila individu memiliki keyakinan
bahwa ia memiliki kesempatan yang besar untuk mengungkapkan
wrongdoing dan tidak memiliki hambatan yang besar dalam
melakukan whistleblowing, maka persepsi individu tersebut akan
semakin kuat terhadap kontrol yang dilakukan ketika melakukan
whistleblowing.
Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti – peneliti sebelumnya dikarenakan karena
perbedaan responden. Dalam penelitian ini mayoritas responden
adalah setara auditor junior yang memiliki pengalaman kerja
kurang dari 5 tahun baik dari sebelum dan sesudah menjadi auditor
di BPK RI, sehingga mereka cenderung ragu untuk menyampaikan
tindak kecurangan yang terjadi dan mempersepsikan diri sulit
untuk memiliki niat whistleblowing dikarenakan faktor
102
penghambat dirasakan jauh lebih besar daripada faktor pendukung.
Mudah atau sulitnya sistem organisasi atau pemerintah yang
disediakan sebagai jalur pelaporan kecurangan secara langsung
tidak mempengaruhi tingkat kemungkinan auditor melakukan
pelaporan kecurangan (whistleblowing) pada pihak eksternal yaitu
aparat penegak hukum atau di pihak internal BPK RI. Hal ini
didukung oleh penelitian Purwantini (2016) yang menyatakan
bahwa ada faktor lain yang dipertimbangkan auditor seperti faktor
budaya dan lingkungan yang berbeda, dan juga faktor locus of
control tiap responden yang juga berbeda.
3. Pengaruh Religiusitas terhadap Niat Whistleblowing Eksternal
– Internal
Hasil uji hipotesis ketiga pada model 1 menunjukan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara religiusitas terhadap niat
whistleblowing eksternal. Uji regresi moderat menunjukan bahwa
tingkat signifikasi sebesar 0,166 yang dapat dikatakan lebih besar
dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak
mendukung hipotesis ketiga pada model 1 (H3a). Begitu pula untuk
uji hipotesis ketiga model 2 menunjukan bahwa tidak adanya
pengaruh religiusitas terhadap niat whistleblowing internal. Hasil
uji regresi moderat menunjukan bahwa tingkat signifikasi sebesar
0,975 yang dapat dikatakan lebih besar dari 0,005 sehingga dapat
103
disimpulkan bahwa penelitian ini tidak mendukung hipotesis ketiga
model 2 (H3b).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Putri (2015) dan Alleyne et al. (2010) yang
menyatakan bahwa religiusitas berpengaruh terhadap niat
melaporkan kecurangan. Religiusitas mempengaruhi niat seseorang
dalam membuat sebuah keputusan etis, niat seseorang dalam
melakukan whistleblowing adalah salah satu bentuk dari
pembuatan keputusan etis (Alleyne et al., 2010). Tetapi hasil
penelitian baik model 1 dan model 2 sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dananjaya & Rizal (2018) dan Abdilla (2017)
yang menyatakan bahwa religiusitas seseorang tidak berpengaruh
terhadap niat whistleblowing. Niat whistleblowing akan berkurang
atau bahkan hilang meskipun individu tersebut dapat dikatakan
sebagai orang yang religius yang tinggi, dikarenakan masih
terdapatnya retalasi (ancaman) dan kurang terlindunginya pelapor
(Dananjaya & Rizal, 2018). Dan menurut Abdilla (2017) bahwa
auditor yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi belum tentu
memiliki niat melakukan whistleblowing.
Religiusitas adalah mengenai seberapa tingkat komitmen
agama seseorang yang diukur dari komitmen individu terhadap
kepercayaan religi atau gaya hidup berdasarkan agama yang dianut.
Dan komitmen individu mengenai hubungan individu dengan
104
organisasi keagamaan yang sesuai dengan agama yang dianutnya.
Menurut Keller et al. (2007) Religiusitas berperan sebagai dasar
pembentukan standar etika atau cerminan untuk menilai perilaku
etis seseorang.
Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya disebabkan karena perbedaan responden. Dalam
penelitian ini mayoritas responden adalah auditor yang memiliki
pengalaman mengaudit baik sebelum dan sesudah bekerja di BPK
RI kurang dari 5 tahun, sehingga auditor cenderung enggan untuk
memiliki niat untuk melakukan whistleblowing di BPK RI ataupun
ke pihak eksternal yaitu aparat penegak hukum yang disebabkan
karena adanya ancaman dan tekanan dari berbagai pihak yang
dapat mempengaruhi keputusan akhir untuk melakukan
whistleblowing walaupun auditor tersebut memiliki tingkat
religiuistas yang rendah atau bahkan tinggi sekalipun. Hal ini juga
didukung dari penelitian Abdilla (2017) bahwa semakin tinggi
ancaman (retalasi) maka akan semakin rendah pula intensi auditor
melakukan whistleblowing. Selain itu, sebagian besar sampel
menganut agama islam yang mungkin dapat menyebabkan
perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
Dan dikarenakan juga tingkat pemahaman agama dapat
dianggap hanya sebatas memberikan dasar dan pegangan terutama
dalam dasar pertimbangan membuat keputusan, tetapi tidak pada
105
keputusan akhir sehingga tidak mempengaruhi niatan seseorang
dalam melakukan suatu perilaku dalam hal ini melakukan
whistleblowing. Hal ini didukung oleh penelitian Rokeach (1969)
yang menyatakan bahwa orang yang memiliki religiusitas tetapi
tidak dapat menerapkan pengetahuan moral yang dia dapatkan dari
mempelajari agamanya, tidak akan dapat menjadikan pengetahuan
atau ilmu moral yang dimilikinya sebagai dasar dalam bertindak
dalam hal ini untuk memiliki niat melakukan whistleblowing.
4. Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi dalam Memoderasi
Pengaruh Sikap terhadap Niat Whistleblowing Eksternal –
Internal
Hasil uji hipotesis keempat pada model 1 menunjukan
bahwa persepsi dukungan organisasi tidak dapat memoderasi
pengaruh sikap terhadap niat whistleblowing eksternal. Uji regresi
moderat menunjukan bahwa nilai signifikasi sebesar 0,629 yang
dapat dikatakan lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini tidak mendukung hipotesis keempat model 1
(H4a). Begitu pula untuk uji hipotesis keempat pada model 2
menunjukan bahwa persepsi dukungan organisasi tidak dapat
memoderasi pengaruh sikap terhadap niat whistleblowing internal.
Uji regresi moderat menunjukan bahwa nilai signifikasi sebesar
0,615 yang dapat dikatakan lebih besar dari 0,05, sehingga dapat
106
disimpulkan bahwa penelitian ini tidak mendukung hipotesis
keempat model 2 (H4b).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitin sebelumnya
yang dilakukan oleh Salsabila (2018), Latan et al. (2017), Alleyne
et al. (2013) dan Kamarunzaman et al. (2012) yang menyatakan
bahwa persepsi dukungan organisasi dapat memoderasi pengaruh
sikap terhadap niat whistleblowing. Tetapi penelitian model 1 dan
model 2 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saud
(2016) yang menyatakan bahwa persepsi dukungan organisasi
tidak dapat memoderasi pengaruh sikap terhadap niat
whistleblowing eksternal dan internal. Dukungan organisasi yang
diberikan belum bisa mendorong individu untuk memiliki sikap
positif agar mau melakukan whistleblowing, dikarenakan individu
masih ragu sehingga mengabaikan pertimbangan bahwa memiliki
niat melakukan whistleblowing merupakan hal yang penting dan
positif yang menyebabkan menurunnya niatan melakukan
pelaporan kecurangan (Saud, 2016).
Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya dikarenakan ketika auditor mengabaikan pertimbangan
apakah tindakan whistleblowing yang dilakukan menguntungkan
atau tidak bagi auditor, walaupun dukungan organisasi yang
diberikan pihak eksternal yaitu aparat penegak hukum dan internal
yaitu BPK RI untuk menjamin kerahasiaan, keamanan dan
107
perlindungan dengan menyediakan whistleblowing system sebagai
media pelaporan, tetap tidak akan menumbuhkan niat auditor untuk
melakukan whistleblowing. Hal ini dikarenakan auditor junior yang
ragu cenderung menganggap bahwa memiliki niat melakukan
whistleblowing bukan merupakan suatu hal yang dianggap penting
dan bermanfaat untuk auditor ataupun organisasinya dengan
mempertimbangan juga konsekuensi negatif yang nantinya akan
diterima si auditor jika memiliki niatan itu, sehingga dapat
mempengaruhi persepsi auditor dan bisa menurunkan atau bahkan
menghilangkan niat auditor untuk melakukan whistleblowing.
5. Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi dalam Memoderasi
Pengaruh Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Niat
Whistleblowing Eksternal – Internal
Hasil uji hipotesis kelima model 1 menunjukan bahwa
persepsi dukungan organisasi tidak dapat memoderasi pengaruh
persepsi kontrol perilaku terhadap niat whistleblowing eksternal.
Uji regresi moderat menunjukan bahwa nilai signifikasi sebesar
0,563 dapat dinyatakan lebih besar dari 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini tidak mendukung hipotesis
kelima model 1 (H5a). Begitu pula untuk uji hipotesis kelima model
2 menunjukan bahwa persepsi dukungan organisasi tidak dapat
memoderasi pengaruh persepsi kontrol perilaku terhadap niat
whistleblowing internal. Hasil uji regresi moderat menunjukan nilai
108
signifikasi sebesar 0,419 dinyatakan lebih besar dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak mendukung hipotesis
kelima model 2 (H5b).
Penelitian pada model 1 dan model 2 tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Salsabila (2018), Latan et al.
(2017), Saud (2016) dan Kamarunzaman et al. (2012) yang
menyatakan bahwa persepsi dukungan organisasi dapat
memoderasi pengaruh persepsi kontrol perilaku terhadap niat
whistleblowing eksternal dan internal. persepsi dukungan
organisasi menjadi salah satu faktor yang mendukung individu
untuk melaporkan tindakan tidak etis dalam organisasinya.
Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena dukungan
organisasi yang diberikan belum membuat auditor junior yakin
bahwa dukungan dari pihak eksternal dan internal lebih besar
daripada hambatan yang akan diterima jika melakukan
whistleblowing, sehingga auditor cenderung mempersepsikan
dirinya akan kesulitan ketika akan melakukan whistleblowing
nantinya. Hal ini dapat dilihat dari sistem whistleblowing yang baru
dibangun di pihak eksternal yaitu aparat penegak hukum dan juga
di pihak internal yaitu BPK RI juga belum dapat dirasakan secara
menyeluruh manfaatnya dalam memberikan dukungan bagi si
auditor ketika akan melaporkan kecurangan, sehingga
mempengaruhi keyakinan dan persepsi auditor mengenai apakah
109
dukungan dari organisasi lebih banyak daripada hambatannya.
Mengingat semakin banyaknya hambatan lain seperti ancaman dari
rekan kerja atau posisi di tempat kerja yang akan terancam, atau
bahkan pengabaian dan sulitnya proses pelaporan kecurangan.
6. Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi dalam Memoderasi
Pengaruh Religiusitas terhadap Niat Whistleblowing Eksternal
– Internal
Hasil uji hipotesis keenam pada model 1 menunjukan
bahwa persepsi dukungan organisasi dapat memoderasi pengaruh
religiusitas terhadap niat whistleblowing eksternal. Uji regresi
moderat menunjukan bahwa nilai signifikasi sebesar 0,004 dapat
dinyatakan lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini mendukung hipotesis keenam model 1 (H6a). Begitu
pula untuk uji hipotesis keenam pada model 2 menunjukan bahwa
persepsi dukungan organisasi dapat memoderasi pengaruh
religiusitas terhadap niat whistleblowing internal. Hasil uji regresi
moderat menunjukan nilai signifikasi sebesar 0,045 dinyatakan
lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini mendukung hipotesis keenam model 2 (H6b). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Salsabila (2018) dan Kamarunzaman et
al. (2012), yang menyatakan bahwa persepsi dukungan organisasi
berpengaruh terhadap niat whistleblowing.
110
Persepsi dukungan organisasi yang dirasakan merupakan
salah satu faktor yang mendukung seorang individu untuk
melaporkan tindakan tidak etis dalam organisasinya. Individu harus
mengukur tingkat persepsi dukungan organisasi ketika ingin
melakukan whistleblowing, mengingat akan muncul dampak
negatif dan positif yang muncul seiring dengan whistleblowing
yang dilakukan untuk itu dukungan organisasi sangat diperlukan
oleh individu yang bersangkutan. Karyawan yang diperlakukan
dengan baik akan cenderung lebih berkomitmen terhadap tempat
kerja, dukungan organisasi juga akan mendorong karyawan untuk
melaporkan whistleblowing (Kamarunzaman et al.,2013). Hal ini
juga didukung penelitian yang dilakukan Abdilla (2017)
berpendapat bahwa semakin tingginya ancaman (retalasi) maka niat
untuk melakukan whistleblowing semakin berkurang. Dan juga
didukung oleh penelitian Dananjaya & Rizal (2018) bahwa niat
seseorang untuk melaporkan kecurangan (whistleblowing) dapat
berkurang atau hilang, meskipun individu tersebut bisa dikatakan
orang yang religius dikarenakan masih adanya ancaman dan
kurangnya perlindungan bagi si whistleblower. Sehingga seseorang
yang memiliki tingkat religiusitas baik rendah ataupun tinggi akan
beranggapan bahwa dukungan organisasi yang diberikan dalam
bentuk whistleblowing system dari pihak eksternal yaitu aparat
penegak hukum dan pihak internal yaitu BPK RI akan
111
memunculkan efek positif karena adanya jaminan keamanan,
kerahasiaan dan perlindungan bagi auditor yang dapat mendorong
auditor untuk memiliki niat melakukan whistleblowing baik di jalur
eksternal maupun internal.
Tabel 4.25. menunjukan ringkasan hasil pengujian hipotesis
dalam penelitian ini.
112
Tabel 4.25.
Hasil Pengujian Hipotesis
Model Pengujian Hipotesis Hasil
Pengujian
1. Model 1
(NWE)
Pengaruh Sikap terhadap Niat
Whistleblowing Eksternal Ditolak
Model 2
(NWI)
Pengaruh Sikap terhadap Niat
Whistleblowing Internal Ditolak
2. Model 1
(NWE)
Pengaruh Persepsi Kontrol Perilaku
terhadap Niat Whistleblowing Eksternal
Ditolak
Model 2
(NWI)
Pengaruh Persepsi Kontrol Perilaku
terhadap Niat Whistleblowing Internal Ditolak
3. Model 1
(NWE)
Pengaruh Religiusitas terhadap Niat
Whistleblowing Eksternal Ditolak
Model 2
(NWI)
Pengaruh Religiusitas terhadap Niat
Whistleblowing Internal Ditolak
4. Model 1
(NWE)
Pengaruh Sikap terhadap Niat
Whistleblowing Eksternal dengan Persepsi
Dukungan Organisasi sebagai variabel
Pemoderasi
Ditolak
Model 2
(NWI)
Pengaruh Sikap terhadap Niat
Whistleblowing Internal dengan Persepsi
Dukungan Organisasi sebagai variabel
Pemoderasi
Ditolak
5. Model 1
(NWE)
Pengaruh Persepsi Kontrol Perilaku
terhadap Niat Whistleblowing Eksternal
dengan Persepsi Dukungan Organisasi
sebagai variabel Pemoderasi
Ditolak
Model 2
(NWI)
Pengaruh Persepsi Kontrol Perilaku
terhadap Niat Whistleblowing Internal
dengan Persepsi Dukungan Organisasi
sebagai variabel Pemoderasi
Ditolak
6. Model 1
(NWE)
Pengaruh Religiusitas terhadap Niat
Whistleblowing Eksternal dengan Persepsi
Dukungan Organisasi sebagai variabel
Pemoderasi
Diterima
Model 2
(NWI)
Pengaruh Religiusitas terhadap Niat
Whistleblowing Internal dengan Persepsi
Dukungan Organisasi sebagai variabel
Pemoderasi
Diterima
113
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti – bukti yang kuat
mengenai pengaruh sikap, persepsi kontrol perilaku, dan religiusitas
terhadap niat whistleblowing eksternal – internal dengan persepsi
dukungan organisasi sebagai variabel pemoderasi. Responden dalam
penelitian ini 66 auditor yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI). Berdasarkan pola data yang telah
dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap
permasalahan dengan menggunakan bantuan SPSS 24, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sikap yang dimilki oleh seseorang khususnya seorang auditor tidak
memengaruhi niatnya untuk melakukan whistleblowing eksternal dan
internal. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Saud (2016), Park
& Blenkinsopp (2009) dan Purwantini (2016). Tetapi hasil penelitian
ini tidak mendukung hasil penelitian Damayanthi et al. (2017),
Siallagan et al., (2017) dan Bagustianto & Nurkholis (2013).
2. Persepsi kontrol perilaku yang dimiliki seseorang khususnya seorang
auditor tidak memengaruhi niatnya untuk melakukan whistleblowing
eksternal dan internal. Hasil ini mendukung penelitian Saud (2016),
Park & Blenkinsopp (2009) dan Purwantini (2016). Tetapi hasil
114
penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Siallagan et al.
(2017), Damayanthi et al. (2017) dan Latan et al. (2017).
3. Religiusitas yang dimiliki setiap orang khususnya seorang auditor
tidak memengaruhi niatnya untuk melakukan whistleblowing eksternal
dan internal. Hasil ini mendukung penelitian Dananjaya & Rizal
(2018) dan Abdilla (2017). Tetapi hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) dan Alleyne et al. (2010).
4. Persepsi dukungan organisasi yang diberikan oleh organisasi atau
tempat kerja, tidak dapat memoderasi pengaruh sikap terhadap niat
whistleblowing eksternal dan internal. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Saud (2016). Tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Salsabila (2018), Latan et al. (2017),
Alleyne et al. (2013) dan Kamarunzaman et al. (2012).
5. Persepsi dukungan organisasi yang diberikan oleh organisasi atau
tempat kerja, tidak dapat memoderasi pengaruh persepsi kontrol
perilaku terhadap niat whistleblowing eksternal dan internal. Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Salsabila (2018), Latan et
al. (2017), Saud (2016) dan Kamarunzaman et al. (2012). Hal ini
dijelaskan dari perhitungan regresi moderat.
6. Persepsi dukungan organisasi yang diberikan oleh organisasi atau
tempat kerja, dapat memoderasi pengaruh religiusitas terhadap niat
whistleblowing eksternal dan internal. Hasil ini mendukung penelitian
Salsabila (2018) dan Kamarunzaman et al. (2012).
115
B. Keterbatasan
Dalam melaksanakan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan
yang dialami peneliti, di antaranya:
1. Jumlah data yang dikumpulkan belum maksimal karena penyebaran
data dilakukan pada masa sibuk auditor yang sedang melaksanakan
pemeriksaan lapangan.
2. Data primer yang diperoleh langsung dari responden terbatas hanya
pada daftar pernyataan dalam kuesioner.
3. Ruang lingkup penelitian hanya dilakukan di 3 Auditoriat Keuangan
Negara (AKN) pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK RI) sehingga hasil penelitian terbatas generalisasi.
C. Saran
Penulis menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis
baik secara teoristis maupun praktisi terbatas. Penelitian ini dimasa
mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih
berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan, diantaranya:
1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan pengumpulan
data bukan pada waktu sibuk auditor yaitu sekitar awal dan akhir
tahun. Pengambilan data dapat dilakukan pada bulan Mei sampai
Juni agar data yang didapatkan lebih relevan.
116
2. Peneliti selanjutnya disarankan menambahkan data berupa hasil
wawancara dari beberapa auditor yang menjadi responden
penelitian.
3. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas daerah survei
tidak hanya di 3 Auditoriat Keuangan Negara (AKN) pada Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) saja melainkan
di seluruh AKN pada BPK RI, sehingga hasil penelitian memiliki
kemampuan generalisasi yang lebih luas.
117
DAFTAR PUSTAKA
Abdilla, Zulfa Feba N. 2017. “Pengaruh Gender, Religiusitas, dan Retalasi
terhadap Intensi melakukan Whistleblowing”. Department of Accounting,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Ajzen, I. 1991. “The Theory of Planned Behavior”. Organizational Behaviour
and Human Decision Processes, Vol.50, No.2 : 179 - 211.
Alleyne, P., D. Devonish, J.Allman dan Ayanna Young. 2010. “Measuring
Ethical Perceptions and Intentions Among Undergraduate Student in
Barbados”. The Journal of American Academy of Business, Cambrige,
Vol.15, No.2 : 319 - 326.
Alleyne, P., M. Hudaib, dan R. Pike. 2013. “Towards a Conceptual Model of
Whistle-blowing Intention Among External Auditors”. The British
Accounting Review, No.45: 10 - 23.
Aliyah, Siti. 2016. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Pegawai
dalam Melakukan Tindakan Whistle-Blowing”. Jurnal Dinamika Ekonomi
& Bisnis, Vol.12 No.2.
Amal, Muhammad Khusna. 2013. “State of The Art Teori Pertukaran Sosial: Dari
Teori Pertukaran Sosial Klasik sampai Teori Pertukaran Sosial
Kontemporer”. Surabaya : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Airlangga.
Andika, Manda., dan Madjid Iskandarsyah. 2012. “Analisis Pengaruh Sikap,
Norma Subjektif, dan Efikasi Diri terhadap Intensi Berwirausaha pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala”. Eco-
Entrepreneurship Seminar and Call for Paper, Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang. 190 - 197.
Anonim. “The Sarbanes-Oxley Act of 2002 section 301”. Diakses melalui
https://www.whistleblower.org, pada tanggal 4 April 2017.
Anonim. “Undang-Undang Informasi dan Teknologi Republik Indonesia No.11
Tahun 2008”. Diakses melalui https://aptika.kominfo.go.id, pada tanggal
15 Januari 2018.
Anonim. “Undang-Undang No.31 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban”. Diakses melalui https://www.jdihn.bphn.go.id, pada tanggal 15
Januari 2018.
118
Anonim. “ Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No.4 Tahun 2011 tentang
Perlakuan terhadap Pelapor Tindak Pidana dan Saksi Pelaku yang
Bekerja sama”. Diakses melalui
https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.ig, pada tanggal 15 Januari 2018.
Anonim. “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.7 Tahun 2015 tentang
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)”. Diakses melalui
http://www.lkpp.go.id, pada tanggal 15 Januari 2018.
Anonim. “Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Peran Serta Masyarakat”. Diakses melalui https://www.kpk.go.id, pada
tanggal 15 Januari 2018.
Anonim. “Kasus “PAPA Minta Saham dan Kondisi Whistleblowing di Indonesia”.
Diakses melalui https://medium.com, pada tanggal 2 Februari 2018.
Anonim. “Sudirman Said: Seharusnya Pengadu Dimuliakan”. Diakses melalui
https://www.liputan6.com, pada tanggal 2 Februari 2018.
Anonim. “Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
No.3/K/I-XIII.2/7/2014 tentang organisasi dan tata kerja pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan di Pasal 170 poin e”. Diakses melalui
https://bpk.go.id, pada tanggal 20 Juli 2018.
Bagustianto, Rizki., dan Nurkholis. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Minat Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk melakukan Whistleblowing
(Studi pada PNS BPK RI)”.
Barnett, Tim., Ken Bass, dan Gene Brown. 1996. “Religiousity, Ethical Ideology,
and Intentions to Report a Peer’s Wrongdoing”. Journal of Business
Ethics, Vol.15, No.11 : 1161 - 1174.
Brennan, N., Dan J. Kelly. 2007. “A Study of Whistle-blowing Among Trainee
Auditors”. British Accounting Review, No.39 (1) : 61 - 87.
Burks, Bryan D., dan Robert J. Sellani. 2005. “Ethics, Religiousity, and Moral
Development of Business Student”. Journal of Leadership, Accountability
and Ethics.
Callahan, E.S., dan T. M. Dworkin. 2000. “The State of State Whistleblower
Protecyion”. American Business Law Journal, No.38, No.1 : 99 - 175.
Cropanzano, Russell., dan Marie S. Mitchell. 2005. “Social Exchange Theory: An
Interdisciplinary Review”. Journal of Management, Vol.31, No.6 : 874 -
900.
119
Damayanthi, Kadek Shintya Rahayu Dewi., Edy Sujana, dan Nyoman Trisna
Herawati. 2017. “Pengaruh Norma Subjektif, Sikap pada Perilaku,
Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Niat melakukan Pengungkapan
Kecurangan (Whistleblowing) (Studi empiris pada Mahasiswa
Akuntansi Program S1 dan D3 Universitas Pendidikan Ganesha)”. E-
jurnal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha, Vol.8, No.2.
Dananjaya, Dewa Gede Yudha., dan Mawardi Rizal. 2018. “Gender, Religiosity,
Positive Mood, and Whistleblowing Intention”. Jurnal Economics and
Business Airlangga University. Vol.1, No.73.
Eisenberger, Robert., dan Robin Huntington. 1986. “Perceived Organizational
Support”. Journal of Applied Psychology, Vo.71, No.3 : 500 - 507.
Elias, R. Z. 2008. “Auditing Students’ Professional Commitment and
Anticipatory Socialization and Their Relationship to Whistleblowing”. The
Managerial Auditing Journals, Vol.23, No.3 : 283 - 294.
Elliston, F. A. 1982. “Anonymity and Whistleblowing”. Journal of Business
Ethics. Vol.1, No.3 : 167 - 177.
Erkmen, Caliskan., Arzu Özsözgün Çalışkan, dan Esen Emel. 2014. “An
Emperical Research about Whistleblowing Behavior in Accounting
Context”. Journal of Accounting and Organizational Change, Vol.10,
No.2 : 229 - 243.
Ghozali, Imam. 2013. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi Edisi 7”. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hamid, Muhammad Hariz., dan Nasruddin Zainudin. 2015. “Whistleblowing an
Organizational Support Perpective”. International Journal of
Management Research & Review, Vol.5, No.1 : 479 - 487.
Hanif, Rheny Afriana., dan Fajar Odiatma. 2017. “Pengaruh Personal Cost
Reporting, Status Wrong Doer dan Tingkat Keseriusan Kesalahan
terhadap Whistleblowing Intention”. Jurnal Politeknik Celtex Riau,
Vol.10, No.1 : 11 - 20.
Husniati, Sri. 2017. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi untuk melakukan
Whistleblowing Internal”. JOM Fekom, Vol.4, No.1 : 1223 - 1237.
120
https://www.bpk.go.id/news/launching-aplikasi-whistle-blowing-system-wbs-dan-
program-pengendalian-gratifikasi-ppg-bpk, diakses pada tanggal 5 Juni
2018.
https://www.bpk.go.id/page/visi-dan-misi, diakses pada tanggal 5 Juni 2018.
Ihsan, Arfan., dan Muhammad Ishak. 2015. “Akuntansi Keperilakuan”. Salemba
Empat.
Jalil, Fitri Yani. 2014. “Pengaruh Komitmen Profesional dan Sosial Antisipatif
Mahasiswa Audit terhadap Perilaku Whistleblowing”. Jurnal Bisnis dan
Manajemen, Vol.4, No.2.
Jeon, So Hee. 2017. “Where to Report Wrongdoing? Exploring the determinants
of Internal versus External Whistleblowing”. International Review of
Public Administration.
Kamarunzaman, Nur Zafifa., Azlyn Ahmad Zawawi, Zaliha Hussin, dan James,
K. Campbell. 2012. “Whistle Blowing Intention in Relation to Perceived
Organizational Support, Attitude to Whistle-blow, Channel of
Communication among Public Servant”. IEEE Symposium on Business,
285 - 289.
Keller, A. Craig., Katherin T. Smith, dan L. Murphy Smith. 2007. “Do Gender,
Educational Level, Religiousity, and Work Experience Affect the Etchical
Decision-Making of U.S Accountants”. Elsevier Ltd, Vol.18, Issues 3 : 299
- 314.
Krystella., dan Tigor Sitorus. 2017. “Sistem Pengendalian Internal, Fraud
Diamond, dan Larceny sebagai Efek Mediasi Whistleblowing System
(Studi pada BPK RI)”. Jurnal Akuntansi, Vol. 11, No.1.
Latan, Hengky., Christian M. Ringle, dan Charbel Jose Chiappetta Jabbour. 2017.
“Whistleblowing Intentions Among Public Accountants in Indonesia:
Testing for the Moderation Effects”. Journal Business and Ethics.
Lestari, Rohmaida., dan Rizal Yahya. 2017. “Whistleblowing dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Niat Melaksanakannya oleh Aparatur Sipil Negara”.
Jurnal Akuntansi, Vol.XXI, No.3 : 336 - 350.
Mahmud, Dimyati. 1990. “Psikologi Pendidikan”. BPFE:Yogyakarta.
121
Napitupulu, Giovani Beatrice., dan Yustrida Bernawati. 2016. “Pengaruh Faktor
Organisasional, Faktor Individual dan Faktor Demografi terhadap Intensi
Whistleblowing”. Simposium Nasional Akuntansi XIX: Lampung.
Pangesti, Swandika Ninggar., dan Sri Rahayu. 2017. “Pengaruh Komitmen
Profesional dan Sosial Antisipatif Mahasiswa Akuntansi terhadap
Whistleblowing (Studi empiris pada mahasiswa akuntansi Universitas
Telkom di Bandung tahun akademik 2015/2016)”. E-proceeding of
Management, Vol.4, No.3 : 2750 - 2761.
Park, H., J. Blenkinsopp, M. Kemal Oktem, dan Ugur Omurgonulsen. 2007.
“Cultural Orientation and Attitudes Towars Different Form of
Whistleblowing: A Comparison of South Korea, Turkey and the U.K”.
Journal of Business Ethics, No.82, 929 - 939.
Park, H., dan J. Blenkinsopp. 2009. “Whistle-blowing as Planned Behavior – a
Survey of South Korean Police Officers”. Journal of Business Ethics,
Vol.85, No.4 : 545 - 556.
Ponnu, C. H., K. Naidu, dan W. Zamri. 2008. “Determinants of Whistle Blowing”.
International Review of Business Research Papers, Vol.4, No.1 : 276 -
298.
Putri, Caesar Marga. 2015. “Pengaruh Pelaporan dan Tingkat Religiusitas
terhadap Niat Seseorang melakukan Whistleblowing”. Jurnal Akuntansi
dan Investasi, Vol.17, No.1 : 42 - 52.
Purwantini, Anissa Hakim. 2016. “Pengaruh Komitmen Profesional,
Pertimbangan Etis, dan Komponen Perilaku Terencana terhadap Intensi
Whistleblowing Internal”. Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.4, No.1 : 142 -
159.
Ratna, Maria Mediatrix., dan Dodik Ariyanto. 2017. “Determinan Tindakan
Whistleblowing”. Jurnal Akuntansi, Vol.12, No.1 : 84 - 95.
Riahi-Belkoui, Ahmed. 2004. “Accounting Theory”, 5th
ed. Salemba Empat.
Riandi, Giovanni. 2017. “Pengaruh Sifat Machiavellian, Lingkungan Etika dan
Personal Cost terhadap Intensi melakukan Whistleblowing (Studi empiris
pada Bank BRI Provinsi Riau)”. JOM Fekon, Vol.4, No.1 : 2538 - 2550.
Rokeach, M. 1969. “Religion Values & Social Comparison”. Review of Religious
Research. Vo.11 (5) : 24 - 38.
122
Rotchild, J., dan Terance Miethe. 1999. “Whistle-Blower Disclosure and
Management Retalitation”. Work and Occupations, Vol.26, No.1 : 107 -
128.
Rustiarini, Ni Wayan., dan Ni Made Sunarsih. 2014. “Fraud dan
Whistleblowing : Pengungkapan Kecurangan Akuntansi oleh Auditor
Pemerintah”. Jurnal Akuntansi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Salsabila, Syf. 2018. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat dan Perilaku
Whistleblowing Mahasiswa Akuntansi”. Jurnal Kajian Ilmiah Akuntansi
Fakultas Ekonomi UNTAN (KIAFE), Vol.7, No.1 : 1 - 21.
Saragih, Rahmaluddin., dan Iskandar Azwar. 2018. “Pengaruh Sikap ke arah
Perilaku, Norma Subjektif dan Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Niat
dan Perilaku Whistleblowing CPNS”. Jurnal Tata Kelola & Akuntabilitas
Keuangan Negara BPK RI, Vol.4, No.1 : 63 - 84.
Saud, Maulana Ilham. 2016. “Pengaruh Sikap dan Persepsi Kontrol Perilaku
terhadap Niat Whistleblowing Eksternal – Internal dengan Persepsi
Dukungan Organisasi sebagai variabel Moderasi”. Jurnal Akuntansi dan
Investasi, Vol.17, No.2 : 209 - 219.
Siallagan, H., A. Rohman, dan Muhammad Din. 2017. “The Effect of
Professional Commitment, Attitude, Subjektif Norms and Perceived
Behavior Control on Whistleblowing Intention”. International Journal of
Civil and Technology, Vol.8, No.8 : 508 - 519.
Smith, Malcolm., Rahimah Mohamed Yunos, dan Zubaidah Ismail. 2011.
“Internal Whistleblowing Intention: Influence of Internal Auditor’s
Demographic and Individual Factor”. Annual Summit on Business and
Entrepreneurial Studies (ASBES 2011), 918 - 940.
Sugiyono. 2017. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”.
Alfabeta:Bandung
Supriyono, R. 2018. “Akuntansi Keperilakuan”. Gajah Mada University
Press:Yogyakarta.
Syahri, Moch. 2017. “Teori Pertukaran Sosial George C. Homans dan Peter M.
Blau”. Working Paper, Universitas Negeri Malang.
Winardi, Rijadh Djatu. 2013. “The Influence of Individual and Situational
Factors on Lower-Level Civil Servants’ Whistle-Blowing Intention in
123
Indonesia”. Journal of Indonesian Economy and Business, Vol.28, No.3 :
361 - 376.
Worthington, Everett L Jr., Nathaniel G. Wade, dan Terry L. Hight. 2003. “The
Religious Commitment Inventory-10: Development, Refinement, and
Validation of a Brief Scale for Research and Counseling”. Journal of
Conseling Psychology, Vol.50, No.1 : 84 - 96.
Xu, Y., dan D. Ziegenfuss. (2008). “Reward Systems, Moral Reasoning, and
Internal Auditors Reporting Wrongdoing”. Journal of Business
Psychology, No.22 : 323 - 331.
124
LAMPIRAN 1
Surat Penelitian Skripsi
125
126
LAMPIRAN 2
Surat Keterangan dari BPK RI
127
128
LAMPIRAN 3
Surat Permohonan Pengisian
Kuesioner
129
Bapak/Ibu Auditor BPK Republik Indonesia
Di Jakarta
Dengan Hormat,
Kami adalah Dosen dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta yang saat ini sedang melakukan
penelitian.Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas penelitian
sebagai Dosen dan Mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan komposisi tim
sebagai berikut :
1. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. (Ketua)
2. Widyawati Noviandini Rahayu (Anggota)
Berkaitan dengan hal tersebut, kami memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk
mengisi kuisioner yang terlampir berikut ini. Semua pendapat yang telah
Bapak/Ibu berikan dalam kuisioner akan dijamin kerahasiannya. Hal ini
semata-mata untuk kepentingan penelitian ilmiah. Hanya ringkasan dan hasil
analisis secara keseluruhan yang akan dilaporkan atau dipublikasi.
Jika Bapak/Ibu memerlukan informasi terkait dengan kuisioner terlampir,
silahkan hubungi Widyawati Noviandini Rahayu di nomer telepon
085778607880 atau email: [email protected]
Kami memohon kuisioner diisi dengan lengkap.Atas bantuan dan
kerjasama Bapak/Ibu, kami mengucapkan terimakasih. Tanpa bantuan Bapak/Ibu,
penelitian ini tidak mungkin terselesaikan.
Salam Hormat,
Peneliti
130
LAMPIRAN 4
Kuesioner Pilot Test
131
No. PERNYATAAN SR R N T ST
1.
Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan melaporkan kepada pihak berwenang di Eksternalorganisasi/tempat kerja (misal: Penegak Hukum).
2. Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan menggunakan media pelaporan di Eksternalorganisasi/tempat kerja .
3.
Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan menyediakan informasi tersebut kepada pihak berwenang di Eksternal organisasi/tempat kerja.
4. Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan memberitahukan kepada publik.
5.
Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan melaporkan kepada pihak berwenang di Internal organisasi/tempat kerja.
6. Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan menggunakan media pelaporan di Internal organisasi/tempat kerja.
7.
Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan membiarkan informasi tersebut diketahui oleh atasan atau manajemen yang lebih tinggi.
8.
Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan memberitahukan kepada pengawas di Internal organisasi/tempat kerja.
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu dari
pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan Bapak/Ibu, dengan
memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Rendah (SR) Skor / Nilai 4 : Tinggi (T)
Skor / Nilai 2 : Rendah (R) Skor / Nilai 5 : Sangat Tinggi (ST)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
132
Jika Anda melaporkan korupsi di tempat kerja Anda, setujukah Anda
terhadap manfaat pelaporan korupsi yang Anda lakukan dibawah
ini?
No. PERNYATAAN STS TS N S SS
9. Melindungi tempat kerja dari dampak negatif yang lebih besar akibat perilaku korupsi.
10. Membantu memberantas korupsi.
11. Melindungi kepentingan umum.
12. Menjalankan kewajiban sebagai auditor.
13. Menegakan kewajiban etis dan keyakinan moral.
Jika Anda melaporkan korupsi di tempat kerja Anda, seberapa
pentingkah hasil berikut untuk Anda?
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu
dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan Bapak/Ibu,
dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan
kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Setuju (STS) Skor / Nilai 4 : Setuju (S)
Skor / Nilai 2 : Tidak Setuju (TS) Skor / Nilai 5 : Sangat Setuju (SS)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu
dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan
Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai
dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Penting (STP) Skor / Nilai 4 : Penting (P)
Skor / Nilai 2 : Tidak Penting (TP) Skor / Nilai 5 : Sangat Penting (SP)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
133
No. PERNYATAAN STP TP N P SP
14. Melindungi tempat kerja dari dampak negatif yang lebih besar akibat perilaku korupsi.
15. Membantu memberantas korupsi.
16. Melindungi kepentingan umum.
17. Menjalankan kewajiban sebagai auditor.
18. Menegakan kewajiban etis dan keyakinan moral.
Jika Anda melaporkan korupsi ditempat kerja Anda, setujukah Anda
dengan pernyataan berikut ini?
No. PERNYATAAN STS TS N S SS
19. Tempat kerja akan mengabaikan laporan Saya.
20. Saya akan menghadapi banyak kesulitan dalam proses pelaporan.
21. Laporan adanya korupsi tidak akan membuat perbedaan apapun di tempat kerja Saya ini.
22. Pelaku korupsi akan melakukan balas dendam kepada Saya.
23. Saya akan memperoleh pandangan negatif dari rekan kerja atau lingkungan kerja.
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu
dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan
Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling
sesuai dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Setuju (STS) Skor / Nilai 4 : Setuju (S)
Skor / Nilai 2 : Tidak Setuju (TS) Skor / Nilai 5 : Sangat Setuju (SS)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
134
Seberapa besar pengaruh isu-isu dibawah ini terhadap niat Anda
untuk melaporkan korupsi di tempat kerja Anda?
No. PERNYATAAN TB SB N B AB
24. Pengabaian laporan korupsi oleh Tempat kerja Saya.
25. Kesulitan dalam proses pelaporan.
26. Laporan korupsi tidak berpengaruh bagi Tempat kerja Saya.
27. Bales dendam oleh pelaku korupsi.
28. Pandangan negatif dari rekan kerja atau lingkungan kerja.
No. PERNYATAAN STB TB N B SB
29. Saya sering membaca buku dan majalah tentang keagamaan.
30. Saya memberikan kontribusi finansial pada organisasi keagamaan Saya.
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu
dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan
Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai
dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Tidak Berpengaruh (TB) Skor / Nilai 4 : Berpengaruh (B)
Skor / Nilai 2 : Sedikit Berpengaruh (SB) Skor / Nilai 5 : Amat Berpengaruh (AB)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu
dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan
Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling
sesuai dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Benar (STB) Skor / Nilai 4 : Benar (B)
Skor / Nilai 2 : Tidak Benar (TB) Skor / Nilai 5 : Sangat Benar (SB)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
135
31. Saya menghabiskan waktu untuk memperdalam keimananan Saya.
32. Bagi Saya agama adalah hal utama yang penting untuk menjawab pertanyaan tentang makna kehidupan.
33. Keyakinan religius saya berada di balik keseluruhan pendekatan hidup Saya.
34. Saya menikmati menghabiskan waktu dengan orang lain dari afiliasi religius Saya.
35. Keyakinan agama mempengaruhi semua hubungan dalam hidup Saya.
36. Bagi Saya penting untuk menghabiskan waktu mendalami dan merefleksikan kepercayaan Saya.
37. Saya senang bekerja dalam kegiatan afiliasi religius Saya.
38. Saya mengetahui dengan baik informasi terkait kelompok keagamaan di lingkungan Saya, yang dapat mempengaruhi keputusan Saya.
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah
satu dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan
Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling
sesuai dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Setuju (STS) Skor / Nilai 4 : Setuju (S)
Skor / Nilai 2 : Tidak Setuju (TS) Skor / Nilai 5 : Sangat Setuju (SS)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
136
No. PERNYATAAN STS TS N S SS
39. Tempat kerja Saya secara maksimal mempertimbangkan tujuan dan nilai auditor.
40. Pertolongan tidak selalu tersedia dari tempat kerja, ketika Saya menghadapi masalah dalam pekerjaan.
41. Tempat kerja bersedia membantu Saya ketika saya memerlukan bantuan dalam kasus tertentu yang penting.
42. Tempat kerja peduli terhadap kepuasan kerja Saya di tempat kerja.
43. Tempat kerja, tidak peduli dengan pendapat yang Saya utarakan.
137
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin : Pria Wanita
Posisi Kerja : Manajer Audit S Staff Audit
Ketua Tim Audit
Pengalaman Auditor : ≤ 5 Tahun 10- 20 Tahun
5 - 10 Tahun ≥ 20 Tahun
Pendidikan Auditor : Diploma S2
S1 S3
Agama : Islam Hindu
Kristen Budha
Lainnya......
~Terimakasih atas kerjasama dan partisipasinya~
138
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin : Pria Wanita
Posisi Kerja : Auditor Junior Manajer
Auditor Senior Partner
Pengalaman Auditor : ≤ 5 Tahun 10- 20 Tahun
5 - 10 Tahun ≥ 20 Tahun
Pendidikan Auditor : Diploma S2
S1 S3
Agama : Islam Hindu
Kristen Budha
Lainnya......
Saya adalah seorang Auditor : Ya
Tidak
~Terimakasih atas kerjasama dan partisipasinya~
139
LAMPIRAN 5
Kuesioner Penelitian yang Disebar
140
No. PERNYATAAN SR R N T ST
1.
Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan melaporkan kepada pihak berwenang di Eksternal BPK RI (misal: Penegak Hukum).
2. Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan menggunakan media pelaporan di Eksternal BPK RI.
3.
Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan menyediakan informasi tersebut kepada pihak berwenang di Eksternal BPK RI.
4. Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan memberitahukan kepada publik.
5. Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan melaporkan kepada pihak berwenang di Internal BPK RI.
6. Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan menggunakan media pelaporan di Internal BPK RI.
7.
Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan membiarkan informasi tersebut diketahui oleh atasan atau manajemen yang lebih tinggi.
8. Apabila mengetahui sebuah tindakan kecurangan/korupsi, Saya akan memberitahukan kepada pengawas di Internal BPK RI.
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu dari
pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan Bapak/Ibu, dengan
memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Rendah (SR) Skor / Nilai 4 : Tinggi (T)
Skor / Nilai 2 : Rendah (R) Skor / Nilai 5 : Sangat Tinggi (ST)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
141
Jika Anda melaporkan korupsi di tempat kerja Anda, setujukah Anda
terhadap manfaat pelaporan korupsi yang Anda lakukan dibawah
ini?
No. PERNYATAAN STS TS N S SS
9. Melindungi BPK RI dari dampak negatif yang lebih besar akibat perilaku korupsi.
10. Membantu memberantas korupsi.
11. Melindungi kepentingan umum.
12. Menjalankan kewajiban sebagai auditor.
13. Menegakan kewajiban etis dan keyakinan moral.
Jika Anda melaporkan korupsi di tempat kerja Anda, seberapa
pentingkah hasil berikut untuk Anda?
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu
dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan Bapak/Ibu,
dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan
kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Setuju (STS) Skor / Nilai 4 : Setuju (S)
Skor / Nilai 2 : Tidak Setuju (TS) Skor / Nilai 5 : Sangat Setuju (SS)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu
dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan
Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai
dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Penting (STP) Skor / Nilai 4 : Penting (P)
Skor / Nilai 2 : Tidak Penting (TP) Skor / Nilai 5 : Sangat Penting (SP)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
142
No. PERNYATAAN STP TP N P SP
14. Melindungi BPK RI dari dampak negatif yang lebih besar akibat perilaku korupsi.
15. Membantu memberantas korupsi.
16. Melindungi kepentingan umum.
17. Menjalankan kewajiban sebagai auditor.
18. Menegakan kewajiban etis dan keyakinan moral.
Jika Anda melaporkan korupsi ditempat kerja Anda, setujukah Anda
dengan pernyataan berikut ini?
No. PERNYATAAN STS TS N S SS
19. BPK RI akan mengabaikan laporan Saya.
20. Saya akan menghadapi banyak kesulitan dalam proses pelaporan.
21. Laporan adanya korupsi tidak akan membuat perbedaan apapun di BPK RI ini.
22. Pelaku korupsi akan melakukan balas dendam kepada Saya.
23. Saya akan memperoleh pandangan negatif dari rekan kerja atau lingkungan kerja.
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu
dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan
Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling
sesuai dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Setuju (STS) Skor / Nilai 4 : Setuju (S)
Skor / Nilai 2 : Tidak Setuju (TS) Skor / Nilai 5 : Sangat Setuju (SS)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
143
Seberapa besar pengaruh isu-isu dibawah ini terhadap niat Anda
untuk melaporkan korupsi di tempat kerja Anda?
No. PERNYATAAN TB SB N B AB
24. Pengabaian laporan korupsi oleh BPK RI.
25. Kesulitan dalam proses pelaporan.
26. Laporan korupsi tidak berpengaruh bagi BPK RI.
27. Bales dendam oleh pelaku korupsi.
28. Pandangan negatif dari rekan kerja atau lingkungan kerja.
No. PERNYATAAN STB TB N B SB
29. Saya sering membaca buku dan majalah tentang keagamaan.
30. Saya memberikan kontribusi finansial pada organisasi keagamaan Saya.
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu
dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan
Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai
dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Tidak Berpengaruh (TB) Skor / Nilai 4 : Berpengaruh (B)
Skor / Nilai 2 : Sedikit Berpengaruh (SB) Skor / Nilai 5 : Amat Berpengaruh (AB)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah satu
dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan
Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling
sesuai dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Benar (STB) Skor / Nilai 4 : Benar (B)
Skor / Nilai 2 : Tidak Benar (TB) Skor / Nilai 5 : Sangat Benar (SB)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
144
31. Saya menghabiskan waktu untuk memperdalam keimananan Saya.
32. Bagi Saya agama adalah hal utama yang penting untuk menjawab pertanyaan tentang makna kehidupan.
33. Keyakinan religius saya berada di balik keseluruhan pendekatan hidup Saya.
34. Saya menikmati menghabiskan waktu dengan orang lain dari afiliasi religius Saya.
35. Keyakinan agama mempengaruhi semua hubungan dalam hidup Saya.
36. Bagi Saya penting untuk menghabiskan waktu mendalami dan merefleksikan kepercayaan Saya.
37. Saya senang bekerja dalam kegiatan afiliasi religius Saya.
38. Saya mengetahui dengan baik informasi terkait kelompok keagamaan di lingkungan Saya, yang dapat mempengaruhi keputusan Saya.
No. PERNYATAAN STS TS N S SS
39. BPK RI secara maksimal mempertimbangkan tujuan dan nilai auditor.
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilih salah
satu dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsi atau pilihan
Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling
sesuai dengan kriteria jawaban:
Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Setuju (STS) Skor / Nilai 4 : Setuju (S)
Skor / Nilai 2 : Tidak Setuju (TS) Skor / Nilai 5 : Sangat Setuju (SS)
Skor / Nilai 3 : Netral (N)
145
40. BPK RI bersedia membantu Saya ketika saya memerlukan bantuan dalam kasus tertentu yang penting.
41. BPK RI peduli terhadap kepuasan kerja Saya di tempat kerja.
146
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin : Pria Wanita
Posisi Kerja : Setara Auditor Junior Setara Manajer
Setara Auditor Senior Setara Partner
Pengalaman Auditor : ≤ 5 Tahun 10- 20 Tahun
5 - 10 Tahun ≥ 20 Tahun
PendidikanTerakhir : Diploma S2
S1 S3
Agama : Islam Hindu
Kristen Budha
Lainnya......
~Terimakasih atas kerjasama dan partisipasinya~
147
LAMPIRAN 6
Daftar Identitas dan Jawaban
Responden
148
Tabel Identitas Responden
No. Jenis
Kelamin Jabatan Auditor
Pengalaman
Auditor
Pendidikan
Terakhir Agama
1 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S2 Islam
2 Wanita Setara Auditor Junior 10 - 20 Tahun S1 Islam
3 Wanita Setara Auditor Junior 5 - 10 Tahun S1 Kristen
4 Wanita Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S1 Islam
5 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Kristen
6 Pria Setara Auditor Junior 5 - 10 Tahun S1 Islam
7 Pria Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S1 Islam
8 Pria Setara Manajer ≥ 20 Tahun S2 Islam
9 Pria Setara Manajer ≤ 5 Tahun S2 Islam
10 Wanita Setara Auditor Junior 5 - 10 Tahun Diploma Islam
11 Wanita Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S2 Kristen
12 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
13 Pria Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S2 Islam
14 Pria Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S1 Islam
15 Pria Setara Auditor Senior ≤ 5 Tahun S2 Islam
16 Pria Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S1 Islam
17 Wanita Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
18 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
19 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
20 Pria Setara Auditor Junior 10 - 20 Tahun S1 Islam
21 Pria Setara Auditor Junior 10 - 20 Tahun S1 Islam
22 Wanita Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S1 Islam
23 Pria Setara Auditor Senior ≤ 5 Tahun S1 Islam
24 Pria Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S1 Islam
25 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S2 Islam
26 Pria Setara Auditor Senior 5 - 10 Tahun S1 Islam
27 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
28 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
29 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
30 Wanita Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
31 Wanita Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Kristen
32 Wanita Setara Auditor Senior 5 - 10 Tahun S2 Kristen
33 Pria Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S1 Islam
34 Pria Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S1 Islam
35 Wanita Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S2 Kristen
36 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
149
37 Wanita Setara Auditor Senior 5 - 10 Tahun S2 Islam
38 Pria Setara Auditor Senior 5 - 10 Tahun S2 Islam
39 Pria Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S1 Islam
40 Wanita Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S2 Kristen
41 Wanita Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
42 Wanita Setara Auditor Junior 5 - 10 Tahun S1 Islam
43 Wanita Setara Auditor Junior 5 - 10 Tahun S1 Islam
44 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
45 Pria Setara Auditor Senior 5 - 10 Tahun S1 Islam
46 Wanita Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
47 Wanita Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
48 Pria Setara Auditor Senior 5 - 10 Tahun S1 Islam
49 Wanita Setara Auditor Senior 5 - 10 Tahun S1 Islam
50 Wanita Setara Auditor Senior ≤ 5 Tahun S1 Islam
51 Wanita Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Kristen
52 Wanita Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
53 Wanita Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
54 Wanita Setara Auditor Junior 5 - 10 Tahun S2 Islam
55 Pria Setara Auditor Senior 5 - 10 Tahun S2 Islam
56 Wanita Setara Auditor Junior 5 - 10 Tahun S1 Kristen
57 Pria Setara Auditor Junior ≤ 5 Tahun S1 Islam
58 Pria Setara Auditor Junior 5 - 10 Tahun S1 Islam
59 Pria Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S1 Kristen
60 Pria Setara Manajer ≥ 20 Tahun S2 Islam
61 Pria Setara Auditor Junior 5 - 10 Tahun S1 Islam
62 Pria Setara Auditor Senior 10 - 20 Tahun S1 Islam
63 Pria Setara Auditor Senior ≤ 5 Tahun S1 Islam
64 Wanita Setara Auditor Junior 5 - 10 Tahun S1 Kristen
65 Wanita Setara Auditor Junior 5 - 10 Tahun S1 Kristen
66 Pria Setara Manajer 10 - 20 Tahun S2 Islam
150
Tabel Jawaban Responden Variabel Niat Whistleblowing Eksternal
No.Responden NWE1 NWE2 NWE3 NWE4 Total
1 3 3 3 3 12
2 5 5 5 3 18
3 4 4 3 2 13
4 2 2 2 1 7
5 4 4 4 4 16
6 3 2 2 2 9
7 2 2 2 2 8
8 3 3 3 3 12
9 1 1 1 1 4
10 3 3 3 3 12
11 3 3 3 3 12
12 3 3 3 3 12
13 3 3 4 3 13
14 3 2 2 2 9
15 3 3 4 3 13
16 3 4 3 3 13
17 3 3 3 3 12
18 3 3 3 3 12
19 2 2 4 2 10
20 3 3 3 3 12
21 2 2 2 2 8
22 4 4 4 3 15
23 3 4 4 3 14
24 4 4 4 3 15
25 3 3 3 3 12
26 4 4 4 2 14
27 3 3 3 3 12
28 3 2 4 3 12
29 3 3 3 3 12
30 2 2 2 2 8
31 4 5 5 3 17
32 2 2 1 1 6
33 3 3 4 3 13
34 4 2 2 2 10
35 3 3 3 3 12
36 4 3 4 3 14
151
37 3 4 4 2 13
38 3 3 4 2 12
39 2 2 2 2 8
40 1 1 1 1 4
41 4 4 4 4 16
42 1 1 1 1 4
43 3 5 3 2 13
44 3 3 3 1 10
45 4 4 4 4 16
46 2 2 2 1 7
47 4 3 4 1 12
48 3 3 2 2 10
49 3 3 3 3 12
50 2 2 2 3 9
51 1 1 4 1 7
52 4 3 4 1 12
53 1 1 1 1 4
54 1 1 1 1 4
55 3 3 3 3 12
56 3 3 3 2 11
57 4 2 3 2 11
58 3 3 3 3 12
59 3 2 2 2 9
60 3 3 1 2 9
61 3 3 3 3 12
62 3 3 3 2 11
63 4 4 4 2 14
64 4 4 4 4 16
65 3 3 3 3 12
66 4 4 3 3 14
152
Tabel Jawaban Responden Variabel Niat Whistleblowing Internal
No. Responden NWI1 NWI2 NWI3 NWI4 Total
1 3 3 3 3 12
2 5 5 4 5 19
3 4 4 4 3 15
4 5 1 5 3 14
5 4 4 4 4 16
6 3 4 4 4 15
7 4 4 4 4 16
8 5 5 5 4 19
9 5 4 5 4 18
10 4 4 1 4 13
11 3 3 3 3 12
12 5 4 5 5 19
13 4 4 4 3 15
14 4 4 4 4 16
15 5 4 4 4 17
16 5 4 5 4 18
17 4 4 4 4 16
18 4 4 4 4 16
19 4 4 4 4 16
20 5 5 5 5 20
21 4 4 4 4 16
22 4 4 4 4 16
23 4 4 4 4 16
24 4 4 4 4 16
25 4 4 4 4 16
26 5 4 4 3 16
27 3 3 3 3 12
28 5 3 3 3 14
29 4 4 4 4 16
30 3 3 3 3 12
31 5 5 5 5 20
32 4 4 4 5 17
33 5 4 2 5 16
34 4 3 4 4 15
35 1 1 1 1 4
36 4 4 3 4 15
153
37 5 5 4 5 19
38 5 5 5 5 20
39 4 4 2 4 14
40 4 4 4 4 16
41 4 4 4 4 16
42 4 4 4 4 16
43 4 4 4 4 16
44 3 2 4 3 12
45 4 4 4 4 16
46 2 2 4 2 10
47 4 4 4 4 16
48 3 3 4 3 13
49 5 5 5 5 20
50 4 4 4 4 16
51 4 4 4 4 16
52 4 4 4 4 16
53 3 3 3 3 12
54 3 3 3 3 12
55 3 3 3 3 12
56 3 3 3 3 12
57 4 4 4 3 15
58 4 4 4 4 16
59 4 4 5 4 17
60 4 3 4 3 14
61 4 4 4 4 16
62 5 5 5 5 20
63 4 4 5 4 17
64 4 4 3 3 14
65 3 4 3 4 14
66 4 4 4 4 16
154
Tabel Jawaban Responden Variabel Sikap
No.Responden SKP1 SKP2 SKP3 SKP4 SKP5 Total
1 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
2 5 5 5 5 5 25
3 3,2 3,2 3,2 1,8 3,2 14,6
4 5 5 5 5 5 25
5 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
6 3,2 3,2 3,2 3,2 5 17,8
7 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
8 5 5 5 5 5 25
9 5 5 4 3,2 5 22,2
10 4 4 2,4 3 4 17,4
11 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
12 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
13 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
14 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
15 1,8 3,2 1,8 3,2 3,2 13,2
16 3,2 3,2 1,8 3,2 3,2 14,6
17 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
18 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
19 3,2 3,2 3,2 1,6 3,2 14,4
20 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
21 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
22 5 4 3,2 3,2 3,2 18,6
23 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
24 5 4 3,2 3,2 3,2 18,6
25 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
26 5 5 5 5 5 25
27 4 4 4 4 4 20
28 4 4 3,2 1,8 3,2 16,2
29 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
30 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
31 5 5 5 3,2 5 23,2
32 4 5 5 5 5 24
33 1,6 3,2 3,2 3,2 5 16,2
34 3,2 3,2 2,4 2,4 3,2 14,4
35 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
155
36 4 3,2 3,2 3,2 3,2 16,8
37 4 5 5 2,4 5 21,4
38 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
39 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
40 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
41 5 4 4 4 5 22
42 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
43 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
44 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
45 3,2 3,2 3,2 2,4 3,2 15,2
46 5 5 4 4 5 23
47 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
48 3,2 1,8 1,8 0,6 1,2 8,6
49 3,2 4 4 3,2 3,2 17,6
50 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
51 5 5 5 5 5 25
52 5 5 5 5 5 25
53 0,4 0,2 0,8 0,8 0,6 2,8
54 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 9
55 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 9
56 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 9
57 2 4 4 4 4 18
58 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
59 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
60 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
61 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
62 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
63 5 5 5 5 5 25
64 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
65 3,2 5 3,2 4 4 19,4
66 5 5 5 5 5 25
156
Tabel Jawaban Responden Variabel Persepsi Kontrol Perilaku
No.Responden PKP1 PKP2 PKP3 PKP4 PKP5 Total
1 1,8 3,2 2,4 2,4 1,8 11,6
2 2,4 1,6 0,8 2,4 1,6 8,8
3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 6
4 0,6 3 0,6 3 1,8 9
5 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 9
6 1,6 1,6 1,6 2,4 2,4 9,6
7 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
8 1 3 1,2 3,2 3,2 11,6
9 0,2 1,2 0,6 0,6 0,6 3,2
10 0,8 1,2 1,8 1,8 1,8 7,4
11 2,4 2,4 2,4 1,8 1,6 10,6
12 1,2 0,8 0,4 0,8 0,8 4
13 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 6
14 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 8
15 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 2
16 1,6 1,6 2,4 1,2 1,2 8
17 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 6
18 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 6
19 2,4 3,2 2,4 1,8 0,8 10,6
20 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 6
21 1,2 0,8 1,2 3,2 0,8 7,2
22 1,2 0,8 1,6 0,4 1,2 5,2
23 1,8 1,8 1,2 0,4 0,4 5,6
24 1,2 0,8 1,6 0,4 1,2 5,2
25 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 9
26 0,8 1,2 1,8 1,2 0,8 5,8
27 1,8 4 2,4 2,4 1,8 12,4
28 0,8 0,8 0,4 0,6 0,4 3
29 0,8 0,8 0,8 1,2 1,2 4,8
30 0,4 1,8 1,2 1,8 1,8 7
31 2 2 3,2 2,4 1,2 10,8
32 0,4 0,4 0,8 0,4 0,4 2,4
33 1,6 0,4 0,8 0,4 0,4 3,6
34 1,2 1,2 1,2 1,8 1,8 7,2
35 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 9
36 0,8 1,2 1,2 0,8 1,2 5,2
157
37 1,2 1,2 0,6 0,6 1,2 4,8
38 1,2 1,8 1,8 1,8 1,8 8,4
39 2 3 3 2 3 13
40 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
41 1,8 2,4 0,4 1,8 1,8 8,2
42 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 16
43 1,2 1,2 1,8 1,2 1,2 6,6
44 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 12
45 0,8 1,6 0,4 0,4 0,2 3,4
46 0,2 0,4 0,4 2,4 0,2 3,6
47 0,4 0,4 0,4 0,6 0,4 2,2
48 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 9
49 1,2 0,8 1,6 0,4 0,8 4,8
50 0,8 1,8 0,8 1,8 0,8 6
51 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 1
52 0,4 0,4 0,4 1,2 0,4 2,8
53 0,2 0,4 0,4 0,4 0,4 1,8
54 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 9
55 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 9
56 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 9
57 0,4 0,4 1,6 2,4 0,4 5,2
58 1,6 3,2 2,4 3,2 3,2 13,6
59 0,8 1,6 0,8 1,6 1,6 6,4
60 1,2 0,8 1,6 1,8 0,8 6,2
61 3 4 2 4 3 16
62 1,8 2,4 1,6 1,2 1,8 8,8
63 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 4
64 1,8 3,2 3,2 1,8 1,8 11,8
65 0,8 1,2 1,2 1,2 1,2 5,6
66 1,8 1,8 1,2 1,8 1,2 7,8
158
Tabel Jawaban Responden Variabel Religiusitas
No.Responden RLG
1
RLG
2
RLG
3
RLG
4
RLG
5
RLG
6
RLG
7
RLG
8
RLG
9
RLG
10
Tota
l
1 2 2 3 4 4 4 4 3 3 3 32
2 3 3 3 5 3 3 4 4 3 3 34
3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 2 25
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
8 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 43
9 3 3 3 5 4 3 3 3 3 4 34
10 3 2 2 4 3 2 4 4 4 4 32
11 3 2 3 3 3 3 4 3 2 2 28
12 4 3 4 4 5 3 4 4 3 3 37
13 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 34
14 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 38
15 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 37
16 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 40
17 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 37
18 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 37
19 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 39
20 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 42
21 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 35
22 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 38
23 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 38
24 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 38
25 3 4 4 5 5 3 3 4 3 4 38
26 3 3 4 5 5 3 4 4 4 3 38
27 3 3 4 5 4 4 4 4 3 3 37
28 4 4 4 5 3 3 3 4 4 3 37
29 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 36
30 3 5 3 4 3 3 3 4 4 4 36
31 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 34
32 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 36
33 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 36
34 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 37
35 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 35
159
36 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39
37 4 3 4 4 4 3 5 4 3 4 38
38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
39 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 48
40 2 3 3 4 4 2 4 3 4 3 32
41 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3 39
42 2 3 3 4 4 1 4 3 4 3 31
43 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 33
44 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31
45 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 34
46 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32
47 3 3 3 5 4 3 4 4 4 3 36
48 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 35
49 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 37
50 4 2 4 5 5 4 5 4 2 2 37
51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
52 3 3 3 4 4 2 4 4 4 3 34
53 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 34
54 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
55 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
57 2 4 3 4 4 2 4 4 2 2 31
58 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 33
59 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 35
60 4 4 2 4 4 2 4 2 3 3 32
61 3 3 2 2 2 2 2 2 2 4 24
62 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 35
63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
65 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 37
66 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 41
160
Tabel Jawaban Responden Variabel Persepsi Dukungan Organisasi
No.Responden PDO1 PDO2 PDO3 Total
1 3 1 2 6
2 4 3 4 11
3 3 3 3 9
4 4 4 4 12
5 4 4 4 12
6 4 4 4 12
7 4 4 4 12
8 4 4 4 12
9 3 3 2 8
10 3 3 3 9
11 3 3 3 9
12 4 4 4 12
13 4 4 3 11
14 4 4 4 12
15 4 4 4 12
16 4 4 4 12
17 4 4 4 12
18 4 4 4 12
19 4 4 2 10
20 4 4 4 12
21 3 4 3 10
22 4 4 3 11
23 4 4 3 11
24 4 4 3 11
25 4 3 3 10
26 4 4 4 12
27 4 3 2 9
28 4 4 4 12
29 4 4 4 12
30 4 4 4 12
31 4 4 4 12
32 4 4 4 12
33 4 2 3 9
34 3 3 3 9
35 4 3 3 10
36 4 4 4 12
161
37 4 3 4 11
38 4 4 4 12
39 2 3 1 6
40 2 1 1 4
41 4 4 5 13
42 2 1 1 4
43 4 4 4 12
44 4 3 3 10
45 5 4 3 12
46 5 3 3 11
47 4 3 3 10
48 2 2 2 6
49 4 3 3 10
50 4 4 4 12
51 5 5 5 15
52 4 3 3 10
53 1 2 1 4
54 4 2 2 8
55 3 3 3 9
56 3 3 3 9
57 4 4 4 12
58 4 4 4 12
59 3 3 3 9
60 4 4 3 11
61 4 3 3 10
62 5 3 3 11
63 4 3 4 11
64 4 4 4 12
65 4 3 4 11
66 3 4 4 11
162
LAMPIRAN 7
Output Hasil Pengujian Data
163
1. Hasil Uji Statistik deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sikap 66 9.0 232.0 61.303 71.1873
Persepsi Kontrol Perilaku 66 1.0 136.0 43.061 38.4111
Religiusitas 66 24 48 35.70 4.151
Persepsi Dukungan Organisasi 66 4 15 10.44 2.185
Niat Whistleblowing Eksternal 66 4 18 11.20 3.250
Niat Whistleblowing Internal 66 4 20 15.42 2.712
Valid N (listwise) 66
2. Hasil Uji Validitas
1) Hasil Uji Validitas Variabel Niat Whistleblowing Eksternal
Correlations
NWE1 NWE2 NWE3 NWE4 TOTALNWE
NWE1 Pearson Correlation 1 .808**
.699**
.561**
.890**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66
NWE2 Pearson Correlation .808**
1 .715**
.604**
.911**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66
NWE3 Pearson Correlation .699**
.715**
1 .541**
.868**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66
NWE4 Pearson Correlation .561**
.604**
.541**
1 .773**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66
TOTALNWE Pearson Correlation .890**
.911**
.868**
.773**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
164
2) Hasil Uji Validitas Variabel Niat Whistleblowing Internal
Correlations
NWI1 NWI2 NWI3 NWI4 TOTALNWI
NWI1 Pearson Correlation 1 .662**
.557**
.726**
.875**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66
NWI2 Pearson Correlation .662**
1 .413**
.817**
.857**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000
N 66 66 66 66 66
NWI3 Pearson Correlation .557**
.413**
1 .464**
.737**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000
N 66 66 66 66 66
NWI4 Pearson Correlation .726**
.817**
.464**
1 .889**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66
TOTALNWI Pearson Correlation .875**
.857**
.737**
.889**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
3) Hasil Uji Validitas Sikap
a. Behavioral Belief Correlations
SKP1 SKP2 SKP3 SKP4 SKP5 TOTALSKP1
SKP1 Pearson Correlation 1 .781**
.712**
.563**
.600**
.829**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
SKP2 Pearson Correlation .781**
1 .858**
.819**
.813**
.959**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
SKP3 Pearson Correlation .712**
.858**
1 .695**
.768**
.901**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
SKP4 Pearson Correlation .563**
.819**
.695**
1 .821**
.875**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
SKP5 Pearson Correlation .600**
.813**
.768**
.821**
1 .892**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
TOTALSKP1 Pearson Correlation .829**
.959**
.901**
.875**
.892**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
165
b. Evaluation of Important Correlations
SKP6 SKP7 SKP8 SKP9 SKP10 TOTALSKP2
SKP6 Pearson Correlation 1 .829**
.770**
.664**
.772**
.891**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
SKP7 Pearson Correlation .829**
1 .837**
.671**
.916**
.940**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
SKP8 Pearson Correlation .770**
.837**
1 .742**
.848**
.924**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
SKP9 Pearson Correlation .664**
.671**
.742**
1 .712**
.836**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
SKP10 Pearson Correlation .772**
.916**
.848**
.712**
1 .939**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
TOTALSKP2 Pearson Correlation .891**
.940**
.924**
.836**
.939**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4) Uji Validitas Variabel Persepsi Kontrol Perilaku
a. Control Belief Correlations
PKP1 PKP2 PKP3 PKP4 PKP5 TOTALPKP1
PKP1 Pearson Correlation 1 .527**
.538**
.320**
.478**
.726**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .009 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
PKP2 Pearson Correlation .527**
1 .394**
.721**
.707**
.859**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
PKP3 Pearson Correlation .538**
.394**
1 .333**
.416**
.700**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .006 .001 .000
N 66 66 66 66 66 66
PKP4 Pearson Correlation .320**
.721**
.333**
1 .661**
.783**
Sig. (2-tailed) .009 .000 .006 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
PKP5 Pearson Correlation .478**
.707**
.416**
.661**
1 .828**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
TOTALPKP1 Pearson Correlation .726**
.859**
.700**
.783**
.828**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
166
b. Perceived Power Correlations
PKP6 PKP7 PKP8 PKP9 PKP10 TOTALPKP2
PKP6 Pearson Correlation 1 .783**
.672**
.634**
.787**
.883**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
PKP7 Pearson Correlation .783**
1 .702**
.685**
.796**
.904**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
PKP8 Pearson Correlation .672**
.702**
1 .620**
.753**
.851**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
PKP9 Pearson Correlation .634**
.685**
.620**
1 .733**
.834**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
PKP10 Pearson Correlation .787**
.796**
.753**
.733**
1 .925**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
TOTALPKP2 Pearson Correlation .883**
.904**
.851**
.834**
.925**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
167
5) Uji Validitas Variabel Religiusitas
Correlations
RLG1 RLG2 RLG3 RLG4 RLG5 RLG6 RLG7 RLG8 RLG9 RLG10 TOTALRLG
RLG1 Pearson
Correlation
1 .293* .470
** .178 .228 .521
** .293
* .406
** .391
** .506
** .673
**
Sig. (2-
tailed)
.017 .000 .153 .066 .000 .017 .001 .001 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
RLG2 Pearson
Correlation
.293* 1 .355
** .212 .065 .225 -.014 .203 .295
* .407
** .484
**
Sig. (2-
tailed)
.017
.003 .088 .606 .069 .914 .102 .016 .001 .000
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
RLG3 Pearson
Correlation
.470**
.355**
1 .440**
.483**
.474**
.432**
.561**
.274* .321
** .734
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .003
.000 .000 .000 .000 .000 .026 .009 .000
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
RLG4 Pearson
Correlation
.178 .212 .440**
1 .667**
.217 .495**
.535**
.299* .103 .627
**
Sig. (2-
tailed)
.153 .088 .000
.000 .080 .000 .000 .015 .411 .000
168
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
RLG5 Pearson
Correlation
.228 .065 .483**
.667**
1 .285* .574
** .543
** .292
* .075 .631
**
Sig. (2-
tailed)
.066 .606 .000 .000
.021 .000 .000 .017 .547 .000
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
RLG6 Pearson
Correlation
.521**
.225 .474**
.217 .285* 1 .321
** .459
** .249
* .407
** .659
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .069 .000 .080 .021
.008 .000 .043 .001 .000
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
RLG7 Pearson
Correlation
.293* -.014 .432
** .495
** .574
** .321
** 1 .531
** .321
** .173 .617
**
Sig. (2-
tailed)
.017 .914 .000 .000 .000 .008
.000 .009 .166 .000
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
RLG8 Pearson
Correlation
.406**
.203 .561**
.535**
.543**
.459**
.531**
1 .466**
.323**
.765**
Sig. (2-
tailed)
.001 .102 .000 .000 .000 .000 .000
.000 .008 .000
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
RLG9 Pearson
Correlation
.391**
.295* .274
* .299
* .292
* .249
* .321
** .466
** 1 .554
** .652
**
169
Sig. (2-
tailed)
.001 .016 .026 .015 .017 .043 .009 .000
.000 .000
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
RLG10 Pearson
Correlation
.506**
.407**
.321**
.103 .075 .407**
.173 .323**
.554**
1 .619**
Sig. (2-
tailed)
.000 .001 .009 .411 .547 .001 .166 .008 .000
.000
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
TOTALRLG Pearson
Correlation
.673**
.484**
.734**
.627**
.631**
.659**
.617**
.765**
.652**
.619**
1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
170
6) Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Dukungan Organisasi
Correlations
PDO1 PDO2 PDO3 TOTALPDO
PDO1 Pearson Correlation 1 .595**
.654**
.833**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 66 66 66 66
PDO2 Pearson Correlation .595**
1 .756**
.892**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 66 66 66 66
PDO3 Pearson Correlation .654**
.756**
1 .922**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 66 66 66 66
TOTALPDO Pearson Correlation .833**
.892**
.922**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 66 66 66 66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
171
Hasil Uji Validitas (r-hitung > r tabel, n=66,Sig.=0,05)
Pernyataan r-hitung r-tabel (2
Tailed) Keterangan
NWE1 0,890 0,242 VALID
NWE2 0,911 0,242 VALID
NWE3 0,868 0,242 VALID
NWE4 0,773 0,242 VALID
NWI1 0,875 0,242 VALID
NWI2 0,857 0,242 VALID
NWI3 0,737 0,242 VALID
NWI4 0,889 0,242 VALID
SKP1 0,829 0,242 VALID
SKP2 0,959 0,242 VALID
SKP3 0,901 0,242 VALID
SKP4 0,875 0,242 VALID
SKP5 0,892 0,242 VALID
SKP6 0,891 0,242 VALID
SKP7 0,940 0,242 VALID
SKP8 0,924 0,242 VALID
SKP9 0,836 0,242 VALID
SKP10 0,939 0,242 VALID
PKP1 0,726 0,242 VALID
PKP2 0,859 0,242 VALID
PKP3 0,700 0,242 VALID
PKP4 0,783 0,242 VALID
PKP5 0,828 0,242 VALID
PKP6 0,883 0,242 VALID
PKP7 0,904 0,242 VALID
PKP8 0,851 0,242 VALID
PKP9 0,834 0,242 VALID
PKP10 0,925 0,242 VALID
172
Pernyataan r-hitung r-tabel (2 Tailed) Keterangan
RLG1 0,673 0,242 VALID
RLG2 0,484 0,242 VALID
RLG3 0,734 0,242 VALID
RLG4 0,627 0,242 VALID
RLG5 0,631 0,242 VALID
RLG6 0,659 0,242 VALID
RLG7 0,617 0,242 VALID
RLG8 0,765 0,242 VALID
RLG9 0,652 0,242 VALID
RLG10 0,619 0,242 VALID
PDO1 0,833 0,242 VALID
PDO2 0,892 0,242 VALID
PDO3 0,922 0,242 VALID
3. Hasil Uji Reliabilitas
1) Hasil Uji Reliabilitas Variabel Niat Whistleblowing Eksternal
2) Hasil Uji Reliabilitas Variabel Niat Whistleblowing Internal
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.883 4
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.857 4
173
3) Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sikap
a. Behavioral Belief
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.933 5
b. Evaluation of Important
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.945 5
4) Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Kontrol Perilaku
a.Control Belief
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.835 5
b. Perceived Power
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.927 5
5) Hasil Uji Reliabilitas Variabel Religiusitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.841 10
174
6) Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Dukungan Organisasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.857 3
4. Hasil Uji Asumsi Klasik
A. Niat Whisteblowing Eksternal
a) Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.602 3.069 1.174 .245
TOTALSKP .008 .005 .167 1.564 .123 .977 1.024
TOTALPKP .022 .009 .260 2.440 .018 .980 1.020
TOTALRLG -.024 .087 -.030 -.272 .787 .890 1.123
TOTALPDO .674 .166 .453 4.063 .000 .893 1.119
a. Dependent Variable: TOTALNWE
b) Uji Heterokedastisitas
Uji Grafik ScatterPlot
175
Uji Statistika
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.603 1.726 .929 .356
TOTALSKP -.001 .003 -.044 -.346 .731
TOTALPKP -.004 .005 -.102 -.796 .429
TOTALRLG .009 .049 .025 .182 .856
TOTALPDO .047 .093 .068 .506 .614
a. Dependent Variable: AbsUt
c) Uji Normalitas
Uji Grafik Histogram dan P-Plot
176
177
Uji Statistika
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 66
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 2.67344973
Most Extreme Differences Absolute .107
Positive .088
Negative -.107
Test Statistic .107
Asymp. Sig. (2-tailed) .057c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
B. Niat Whisteblowing Internal
a) Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 7.977 2.844 2.805 .007
TOTALSKP .007 .005 .183 1.546 .127 .977 1.024
TOTALPKP .007 .008 .093 .785 .435 .980 1.020
TOTALRLG .099 .081 .152 1.226 .225 .890 1.123
TOTALPDO .306 .154 .246 1.992 .051 .893 1.119
a. Dependent Variable: TOTALNWI
b) Uji Heterokedastisitas
Uji Grafik ScatterPlot
178
Uji Statistika
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.427 1.910 2.318 .024
TOTALSKP .000 .003 -.017 -.135 .893
TOTALPKP .002 .006 .050 .392 .696
TOTALRLG -.056 .054 -.136 -1.021 .311
TOTALPDO -.069 .103 -.089 -.670 .506
a. Dependent Variable: AbsUt
c) Uji Normalitas
Uji Grafik Histogram dan P-Plot
179
180
Uji Statistika
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 66
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 2.47722368
Most Extreme Differences Absolute .080
Positive .067
Negative -.080
Test Statistic .080
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
5. Hasil Uji Analisis Regresi Moderat
A. Niat Whistleblowing Eksternal
1) Hasil Uji Koefisiensi Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .570a .325 .256 2.80233
a. Predictors: (Constant), Interaksi RLG*PDO, Persepsi Kontrol
Perilaku, Sikap, Religiusitas, Interaksi PKP*PDO, Interaksi SKP*PDO
2) Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 223.109 6 37.185 4.735 .001b
Residual 463.330 59 7.853
Total 686.439 65
a. Dependent Variable: Niat Whistleblowing Eksternal
181
b. Predictors: (Constant), Interaksi RLG*PDO, Persepsi Kontrol Perilaku, Sikap,
Religiusitas, Interaksi PKP*PDO, Interaksi SKP*PDO
3) Hasil Uji Parsial t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 9.678 3.164 3.059 .003
Sikap .000 .016 .007 .021 .984
Persepsi Kontrol
Perilaku
.009 .027 .101 .317 .752
Religiusitas -.161 .115 -.206 -1.404 .166
Interaksi SKP*PDO .001 .002 .178 .486 .629
Interaksi PKP*PDO .001 .002 .191 .581 .563
Interaksi RLG*PDO .015 .005 .470 3.013 .004
a. Dependent Variable: Niat Whistleblowing Eksternal
B. Niat Whistleblowing Internal
1) Hasil Uji Koefisiensi Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .442a .195 .114 2.55347
a. Predictors: (Constant), Interaksi RLG*PDO, Persepsi Kontrol
Perilaku, Sikap, Religiusitas, Interaksi PKP*PDO, Interaksi SKP*PDO
2) Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 93.429 6 15.571 2.388 .039b
Residual 384.693 59 6.520
Total 478.121 65
a. Dependent Variable: Niat Whistleblowing Internal
182
b. Predictors: (Constant), Interaksi RLG*PDO, Persepsi Kontrol Perilaku, Sikap,
Religiusitas, Interaksi PKP*PDO, Interaksi SKP*PDO
3) Hasil Uji Parsial t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 11.060 2.883 3.836 .000
Sikap .027 .015 .710 1.805 .076
Persepsi Kontrol
Perilaku
-.013 .025 -.183 -.526 .601
Religiusitas .003 .105 .005 .031 .975
Interaksi SKP*PDO -.002 .001 -.563 -1.406 .165
Interaksi PKP*PDO .002 .002 .292 .814 .419
Interaksi RLG*PDO .010 .005 .349 2.044 .045
a. Dependent Variable: Niat Whistleblowing Internal
183
LAMPIRAN 8
Output Hasil Pengujian Validitas dan
Reliabilitas Pilot Test
184
A. Uji Validitas
1. Hasil Uji Validitas Variabel Niat Whistleblowing Eksternal
Correlations
NWE1 NWE2 NWE3 NWE4 TOTALNWE
NWE1 Pearson Correlation 1 .810** .590
** .433
* .820
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .017 .000
N 30 30 30 30 30
NWE2 Pearson Correlation .810** 1 .683
** .705
** .929
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
NWE3 Pearson Correlation .590** .683
** 1 .629
** .859
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
NWE4 Pearson Correlation .433* .705
** .629
** 1 .812
**
Sig. (2-tailed) .017 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
TOTALNWE Pearson Correlation .820** .929
** .859
** .812
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
2. Hasil Uji Validitas Variabel Niat Whistleblowing Internal
Correlations
NWI1 NWI2 NWI3 NWI4 TOTALNWI
NWI1 Pearson Correlation 1 .050 .323 .352 .617**
Sig. (2-tailed) .795 .081 .056 .000
N 30 30 30 30 30
NWI2 Pearson Correlation .050 1 .288 .227 .577**
Sig. (2-tailed) .795 .122 .228 .001
N 30 30 30 30 30
NWI3 Pearson Correlation .323 .288 1 .700** .813
**
Sig. (2-tailed) .081 .122 .000 .000
N 30 30 30 30 30
NWI4 Pearson Correlation .352 .227 .700** 1 .799
**
Sig. (2-tailed) .056 .228 .000 .000
N 30 30 30 30 30
TOTALNWI Pearson Correlation .617** .577
** .813
** .799
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000
N 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
185
3. Hasil Uji Validitas Sikap
a. Behavioral Belief Correlations
SKP1 SKP2 SKP3 SKP4 SKP5 TOTALSKP1
SKP1 Pearson Correlation 1 .524** .486
** .573
** .584
** .806
**
Sig. (2-tailed) .003 .006 .001 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30
SKP2 Pearson Correlation .524** 1 .590
** .605
** .510
** .793
**
Sig. (2-tailed) .003 .001 .000 .004 .000
N 30 30 30 30 30 30
SKP3 Pearson Correlation .486** .590
** 1 .450
* .642
** .815
**
Sig. (2-tailed) .006 .001 .013 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
SKP4 Pearson Correlation .573** .605
** .450
* 1 .459
* .746
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .013 .011 .000
N 30 30 30 30 30 30
SKP5 Pearson Correlation .584** .510
** .642
** .459
* 1 .813
**
Sig. (2-tailed) .001 .004 .000 .011 .000
N 30 30 30 30 30 30
TOTALSKP1 Pearson Correlation .806** .793
** .815
** .746
** .813
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
b. Evaluation of Important Correlations
SKP6 SKP7 SKP8 SKP9 SKP10 TOTALSKP2
SKP6 Pearson Correlation 1 .733** .599
** .528
** .487
** .811
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .003 .006 .000
N 30 30 30 30 30 30
SKP7 Pearson Correlation .733** 1 .641
** .669
** .579
** .901
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30
SKP8 Pearson Correlation .599** .641
** 1 .461
* .405
* .758
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .010 .027 .000
N 30 30 30 30 30 30
SKP9 Pearson Correlation .528** .669
** .461
* 1 .688
** .831
**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .010 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
SKP10 Pearson Correlation .487** .579
** .405
* .688
** 1 .769
**
Sig. (2-tailed) .006 .001 .027 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
TOTALSKP2 Pearson Correlation .811** .901
** .758
** .831
** .769
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
186
4. Hasil Uji Validitas Persepsi Kontrol Perilaku
a.Control Belief
Correlations
PKP1 PKP2 PKP3 PKP4 PKP5 TOTALPKP1
PKP1 Pearson Correlation 1 .541** .596
** .524
** .677
** .830
**
Sig. (2-tailed) .002 .001 .003 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
PKP2 Pearson Correlation .541** 1 .303 .740
** .748
** .813
**
Sig. (2-tailed) .002 .104 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
PKP3 Pearson Correlation .596** .303 1 .462
* .450
* .711
**
Sig. (2-tailed) .001 .104 .010 .013 .000
N 30 30 30 30 30 30
PKP4 Pearson Correlation .524** .740
** .462
* 1 .635
** .825
**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .010 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
PKP5 Pearson Correlation .677** .748
** .450
* .635
** 1 .863
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .013 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
TOTALPKP1 Pearson Correlation .830** .813
** .711
** .825
** .863
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
b. Perceived Power Correlations
PKP6 PKP7 PKP8 PKP9 PKP10 TOTALPKP2
PKP6 Pearson Correlation 1 .827** .564
** .680
** .674
** .867
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
PKP7 Pearson Correlation .827** 1 .667
** .818
** .763
** .941
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
PKP8 Pearson Correlation .564** .667
** 1 .570
** .581
** .772
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .001 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30
PKP9 Pearson Correlation .680** .818
** .570
** 1 .760
** .885
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
PKP10 Pearson Correlation .674** .763
** .581
** .760
** 1 .872
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
TOTALPKP2 Pearson Correlation .867** .941
** .772
** .885
** .872
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
187
5. Hasil Uji Validitas Religiusitas
Correlations
RLG1 RLG2 RLG3 RLG4 RLG5 RLG6 RLG7 RLG8 RLG9 RLG10 TOTALRLG
RLG1 Pearson Correlation 1 .706** .400
* .176 .407
* .585
** .195 .182 .386
* .601
** .711
**
Sig. (2-tailed) .000 .028 .352 .026 .001 .303 .335 .035 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
RLG2 Pearson Correlation .706** 1 .304 .102 .473
** .401
* -.076 -.079 .457
* .311 .560
**
Sig. (2-tailed) .000 .103 .590 .008 .028 .692 .680 .011 .094 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
RLG3 Pearson Correlation .400* .304 1 .537
** .610
** .505
** .584
** .270 .593
** .307 .769
**
Sig. (2-tailed) .028 .103 .002 .000 .004 .001 .149 .001 .099 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
RLG4 Pearson Correlation .176 .102 .537** 1 .344 .250 .424
* .245 .416
* .242 .544
**
Sig. (2-tailed) .352 .590 .002 .063 .183 .020 .192 .022 .197 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
RLG5 Pearson Correlation .407* .473
** .610
** .344 1 .654
** .218 .181 .628
** .448
* .750
**
Sig. (2-tailed) .026 .008 .000 .063 .000 .248 .338 .000 .013 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
RLG6 Pearson Correlation .585** .401
* .505
** .250 .654
** 1 .332 .447
* .654
** .556
** .820
**
Sig. (2-tailed) .001 .028 .004 .183 .000 .073 .013 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
188
RLG7 Pearson Correlation .195 -.076 .584** .424
* .218 .332 1 .477
** .301 .257 .548
**
Sig. (2-tailed) .303 .692 .001 .020 .248 .073 .008 .106 .170 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
RLG8 Pearson Correlation .182 -.079 .270 .245 .181 .447* .477
** 1 .339 .342 .502
**
Sig. (2-tailed) .335 .680 .149 .192 .338 .013 .008 .067 .064 .005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
RLG9 Pearson Correlation .386* .457
* .593
** .416
* .628
** .654
** .301 .339 1 .297 .772
**
Sig. (2-tailed) .035 .011 .001 .022 .000 .000 .106 .067 .111 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
RLG10 Pearson Correlation .601** .311 .307 .242 .448
* .556
** .257 .342 .297 1 .653
**
Sig. (2-tailed) .000 .094 .099 .197 .013 .001 .170 .064 .111 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTALRLG Pearson Correlation .711** .560
** .769
** .544
** .750
** .820
** .548
** .502
** .772
** .653
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .002 .000 .000 .002 .005 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
189
6. Hasil Uji Validitas Persepsi Dukungan Organisasi
a. Hasil Uji Validitas dengan 2 Pernyataan Tidak Valid Correlations
PDO1 PDO2 PDO3 PDO4 PDO5 TOTALPDO
PDO1 Pearson Correlation
1 -.046 .208 .402* -.274 .696
**
Sig. (2-tailed) .811 .269 .028 .143 .000
N 30 30 30 30 30 30
PDO2 Pearson Correlation
-.046 1 -.088 -.019 -.079 .295
Sig. (2-tailed) .811 .643 .921 .678 .113
N 30 30 30 30 30 30
PDO3 Pearson Correlation
.208 -.088 1 .478** -.365
* .666
**
Sig. (2-tailed) .269 .643 .007 .047 .000
N 30 30 30 30 30 30
PDO4 Pearson Correlation
.402* -.019 .478
** 1 -
.835**
.615**
Sig. (2-tailed) .028 .921 .007 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
PDO5 Pearson Correlation
-.274 -.079 -.365* -
.835**
1 -.350
Sig. (2-tailed) .143 .678 .047 .000 .058
N 30 30 30 30 30 30
TOTALPDO Pearson Correlation
.696** .295 .666
** .615
** -.350 1
Sig. (2-tailed) .000 .113 .000 .000 .058 N 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
b. Validitas Pernyataan Valid Semua
Correlations
PDO1 PDO3 PDO4 TOTALPDO
PDO1 Pearson Correlation 1 .208 .402* .696
**
Sig. (2-tailed) .269 .028 .000
N 30 30 30 30
PDO3 Pearson Correlation .208 1 .478** .666
**
Sig. (2-tailed) .269 .007 .000
N 30 30 30 30
PDO4 Pearson Correlation .402* .478
** 1 .615
**
Sig. (2-tailed) .028 .007 .000
N 30 30 30 30
TOTALPDO Pearson Correlation .696** .666
** .615
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
190
Hasil Uji Validitas (r-hitung > r tabel, n=30,Sig.=0,05)
No.Pertanyaan r-hitung
r-tabel
(N=30) Keterangan
NWE1 0,82 0,361 VALID
NWE2 0,929 0,361 VALID
NWE3 0,859 0,361 VALID
NWE4 0,812 0,361 VALID
NWI1 0,617 0,361 VALID
NWI2 0,577 0,361 VALID
NWI3 0,831 0,361 VALID
NWI4 0,799 0,361 VALID
SKP1 0,731 0,361 VALID
SKP2 0,795 0,361 VALID
SKP3 0,776 0,361 VALID
SKP4 0,757 0,361 VALID
SKP5 0,783 0,361 VALID
SKP6 0,718 0,361 VALID
SKP7 0,87 0,361 VALID
SKP8 0,733 0,361 VALID
SKP9 0,846 0,361 VALID
SKP10 0,728 0,361 VALID
PKP1 0,666 0,361 VALID
PKP2 0,813 0,361 VALID
PKP3 0,469 0,361 VALID
PKP4 0,844 0,361 VALID
PKP5 0,806 0,361 VALID
PKP6 0,778 0,361 VALID
PKP7 0,856 0,361 VALID
PKP8 0,694 0,361 VALID
PKP9 0,904 0,361 VALID
PKP10 0,765 0,361 VALID
RLG1 0,711 0,361 VALID
RLG2 0,56 0,361 VALID
RLG3 0,769 0,361 VALID
RLG4 0,544 0,361 VALID
RLG5 0,75 0,361 VALID
RLG6 0,82 0,361 VALID
191
RLG7 0,548 0,361 VALID
RLG8 0,502 0,361 VALID
RLG9 0,772 0,361 VALID
RLG10 0,653 0,361 VALID
PDO1 0,696 0,361 VALID
PDO2 0,295 0,361 TIDAK VALID
PDO3 0,666 0,361 VALID
PDO4 0,615 0,361 VALID
PDO5 0,350 0,361 TIDAK VALID
B. Uji Reliabilitas
1. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Niat Whistleblowing Eksternal
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.875 4
2. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Niat Whistleblowing Internal
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.646 4
3. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sikap
a. Behavioral Belief
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.849 5
192
b. Evaluation of Important
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.871 5
4. Hasil Uji Reliabilitas Persepsi KontrolPerilaku
a.Control Belief
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.865 5
b.Perceived Power
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.918 5
5. Hasil Uji Reliabilitas Religiusitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.860 10
6. Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Dukungan Organisasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.635 3