Upload
hadieu
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP KECEMASAN
MENGHADAPI PERNIKAHAN PADA ORANG
DEWASA YANG MELAJANG
Skripsi
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
EVA FAROHA107070000524
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M/1432 H
PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP KECEMASAN
MENGHADAPI PERNIKAHAN PADA ORANG
DEWASA YANG MELAJANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
EVA FAROHA107070000524
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs, Rachmat Mulyono, M.Si. Psi M. Avicenna, M.HSc. PsyNIP. 196502201999031003 NIP. 197709062001121004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M/1432 H
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP
KECEMASAN MENGHADAPI PERNIKAHAN PADA ORANG DEWASA
YANG MELAJANG telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 08 Desember
2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 08 Desember 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.SiNIP. 130885522 NIP. 19561223198302001
Anggota
Dra, Netty Hartati, M.Si Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, PsiNIP. 195310021983032001 NIP. 196502201999031003
M. Avicenna, M.HSc. PsyNIP. 197709062001121004
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Eva Faroha
NIM : 107070000524
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Religiusitas
Terhadap Kecemasan Menghadapi Pernikahan Pada Orang Dewasa Yang
Melajang” adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan
plagiat dalam menyusun skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam
penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar
pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-
undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Oktober 2011
Eva FarohaNIM 107070000524
Karya Sederhana ini Ku PersembahkanTeruntuk Keluarga Ku Tercinta,
Orang-orang Yang Ku Sayang danYang Menyayangi Ku
Semoga Allah SWT Memberikan Kebahagiaandi Dunia dan Akhirat
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta(B) Oktober 2011(C) Eva Faroha(D) Pengaruh Religiusitas Terhadap Kecemasan Menghadapi Pernikahan Pda
Orang Dewasa Yang Melajang(E) Halaman : xviii + 92 Halaman + 41 Lampiran(F) Permasalahan manusia, dewasa ini sangat kompleks dan beragam. Satu
diantaranya adalah kondisi kecemasan. Kondisi kecemasan seseorang bisamenjadi lebih parah apabila dalam pikirannya tidak tertanam kekuatan untukmengatasinya. Terkadang, pada diri seseorang yang akan menikah untuk yangpertama kalinya ada suatu rasa tidak siap untuk melaksanakan pernikahan.Masalah dapat muncul setiap saat. Hal ini membutuhkan kesiapan yangmatang untuk menghadapinya. Dalam hal ini, sebuah pernikahan adalah suatuyang sangat sakral, banyak orang yang cemas dan khawatir dibuatnya, yangmerubah sikap seseorang menjadi berpikir hal-h al yang tidak baik, akantetapi jika seseorang dibekali dengan pemahaman tentang religiusitas dalamdirinya maka orang tersebut akan berpikir baik tentang pernikahan dandijauhkan dari rasa cemas dan khawatir yang ditimbulkan dalam menghadapipernikahan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruhreligiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. Penelitian inimenggunakan metode deskriptif dan analisis regresi untuk mendapatkangambaran yang jelas mengenai pengaruh religiusitas terhadap kecemasanmenghadapi pernikahan.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 301, kemudian yang dijadikansampel dalam penelitian ini terdiri dari 75 responden dengan tehnik nonprobability sampling . Masing-masing responden diberikan angket denganjumlah item sebanyak 44 item yang terdiri dari 29 item skala religiusitas dan15 item skala kecemasan.
Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada pengaruh signifikan religiusitasterhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yangmelajang dengan nilai signifikansi sebesar 0,353 atau P > 0,05, akan tetapisecara koefisien terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kecemasanmenghadapi pernikahan dengan nilai signifikan sebesar 0.008 atau p< 0,05.Adapun nilai R Square (R2) dari semua variabel penelitian yang telahdiujikan adalah sebesar 0,194 atau 19,4% dan sisanya sebesar 80,6% dapatdisebabkan oleh aspek atau faktor lainnya yang dapat memberikan pengaruhterhadap kecemasan menghadapi pernikahan. Sedangkan dari ke-13 IV yangada, terdapat satu IV yang memiliki pengaruh dan taraf signifikansi yangtinggi terhadap kecemasan menghadapi pernikahan, yakni Islamic religious
struggle. Adapun variabel lainnya bila diujikan satu per satu, tidak memilikipengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
Berdasarkan hasil tersebut diharapkan kepada seluruh kalangan masyarakatkhususnya kepada orang dewasa yang melajang agar lebih mengontrolkondisi psikis masing-masing, sehingga pada saat menghadapi suatu masalahyang terjadi pada individu dapat terselesaikan dengan baik. Dalam hal inisebaiknya mengikuti kegiatan yang bersifat positif yang dapat mengurangikecemasan, yakni kecemasan dalam menghadapi pernikahan atau yanglainnya.
(G) Daftar Bacaan : 33 Buku, 6 Jurnal, 1 Disertasi, 5 Skripsi, dan 3 Internet.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Puji dan syukur kupersembahkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan
berbagai nikmat, taufik dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat beserta salam
senantiasa tercurah kepada junjungan alam, penegak keadilan, pemberantas
kedzaliman umat yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan
semua umat manusia yang selalu berusaha melaksanakan sunahnya.
Akhirnya, berakhir juga langkah awal dari sebuah perjuangan panjang
yang penuh kerja keras dan doa. Meskipun penulis menemui banyak hambatan
dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi yang ditujukan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Religiusitas Terhadap Kecemasan Mengahadapi
Pernikahan Pada Orang Dewasa Yang Melajang.” Dalam penyusunan skripsi
ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah
semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat do’a, dukungan,
bantuan, dorongan dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari pihak-pihak
lain. Ucapan terimakasih tak terhingga, penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, dekan Fakultas Psikologi, ibu Dra. Fadhila Suralaga,
M.Si, pembantu dekan I.
2. Bapak Drs. Rachmat Mulyono, M.Si Psi pembimbing I sekaligus dosen
pembimbing akademik, dan Bapak M. Avicenna, M.Hsc. Psy pembimbing II
yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta dengan
sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis, dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini. Para pegawai bidang
akademik dan kemahasiswaan, bagian keuangan, bagian umum, serta seluruh
civitas akademika Fakultas Psikologi atas bantuannya.
4. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai Ayahanda Abbas Syukur
dan Ibunda Aminah yang senantiasa dengan sabar mendidik, membesarkan,
memotivasi, memberi semangat dan memberikan dukungan baik moril
maupun materil dengan penuh kasih sayang yang tak terhingga dan tak pernah
putus, terima kasih sekali dengan kesabaranmu dan do’amu akhirnya skripsi
ini selesai juga. Ma’afkan Anandamu belum bisa membalas pengorbananmu,
semoga Allah Swt senantiasa memberikan curahan rahmat dan kasi sayang-
Nya, Aamiin.
5. Saudara kandung penulis terutama kepada kakanda tercinta Aminul Aziz, S.Ip
yang telah memberi semangat dan bantuan fasilitasnya sehingga skripsi ini
bisa selesai, beserta istrinya (Yuliyanti), kemudian tak tertinggal pula kepada
Suna’iyah beserta suami (Supriyadi), Wadihah, S.Hi, dan kepada adik-adik
tercinta penulis Hadi Muhadi dan Jami’atul Miladah, terima kasih atas
perhatian dan dorongan semangat dari kalianlah yang membuat penulis
bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Terima kasih banyak kepada yang terkasih Muhamad Amar yang telah
membantu penulis dengan do’a dan semangat kepada penulis agar tidak
pantang menyerah.
7. Kepada sahabat-sahabatku tercinta Samsul Arifin (Ipink), Leli Novianti (Leli),
Saryati, S.Ei (Lya), dan Safariyudin (Ari). Kalian benar-benar memberikan
warna-warni dalam kehidupan Penulis, yang selalu bersama baik suka maupun
duka. Semoga persahabatan kita tidak akan habis ditelan waktu.
8. Rekan-rekan pengurus & anggota KMC (Keluarga Mahasiswa Cilegon),
Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Psikologi Cabang Ciputat, dan rekan-
rekan PUI (Persatuan Umat Islam) Jakarta. Terima kasih atas proses
kekeluargaan dan berorganisasi yang sangat luar biasa.
9. Kepada teman-teman dan sahabatku yang membantu memberi semangat dan
membantu merampungkan skripsi ini: Jusra Nur Hasmi, Fitratul Yanah, Elis
Wiryanti Kusuma, Maya Nursita, Nuryati, Yurniati, Saiful Arif, Fredy
Kundarto, Aminudin, dan kak Adiyo R S.Psi.
10. Teman-teman psikologi angkatan 2007 khususnya kelas D yang tak mungkin
Penulis sebutkan satu persatu, serta teman-teman angkatan di atas dan di
bawah penulis, terima kasih banyak atas kebersamaannya dalam bersahabat
dan begitu pula atas pembelajarannya selama ini.
11. Terima kasih kepada seluruh masyarakat Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon
yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian skripsi ini.
Hanya asa dan doa yang dapat penulis panjatkan semoga pihak yang membantu
dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat
ganda dari Allah SWT, amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih cukup jauh dari kesempurnaan,
harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk
mengeksplorasinya lebih lanjut.
Jakarta, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Persetujuan ....................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Halaman Pernyataan ........................................................................................ iv
Abstrak ............................................................................................................ vii
Kata Pengantar ................................................................................................ ix
Daftar Isi ................................................................................................................... xiii
Daftar Tabel .................................................................................................... xvii
Daftar Gambar ................................................................................................. xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 8
1.2.1 Pembatasan Masalah ................................................... 8
1.2.2 Perumusan Masalah .................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................. 11
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................ 11
1.3.2 Manfaat Penelitia ........................................................ 11
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................. 11
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan .............................................................................. 13
2.1.1 Pengertian Kecemasan ................................................ 13
2.1.2 Aspek-Aspek Kecemasan ............................................ 17
2.1.3 Faktor-Faktor Kecemasan ........................................... 18
2.1.4 Bentuk-Bentuk Kecemasan ......................................... 19
2.1.5 Sumber-Sumber Kecemasan ....................................... 20
2.1.6 Klasifikasi Tingkat Kecemasan ................................... 21
2.2 Pernikahan………………………………………………….... 22
2.2.1 Pengertian Perniakahan……………………………… 22
2.3 Kecemasan Menghadapi Perniakahan……………………...... 23
2.4 Religiusitas .............................................................................. 23
2.4.1 Pengertian Religiusitas ................................................ 23
2.4.2 Aspek-Aspek Religiusitas ........................................... 27
2.4.3 Ciri-Ciri Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa..... 28
2.5 Dewasa .................................................................................... 29
2.5.1 Definisi Dewasa .......................................................... 29
2.5.2 Masalah-Masalah Masa Dewasa…………………….. 31
2.5.3 Pembagian Masa Dewasa ............................................ 32
2.6 Kerangka Berpikir ................................................................... 33
2.7 Hipotesis Penelitian ................................................................. 38
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................... 40
3.1.1 Pendekatan Penelitian ................................................. 40
3.1.2 Metode Penelitian ........................................................ 40
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 41
3.2.1 Populasi Penelitian ...................................................... 41
3.2.2 Sampel Penelitian ........................................................ 41
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ....................................... 42
3.3 Variabel Penelitian .................................................................. 42
3.3.1 Identifikasi Variabel .................................................... 43
3.3.2 Definisi Operasional .................................................... 43
3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 44
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 44
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data ..................................... 47
3.5 Uji Instrumen Penelitian ......................................................... 52
3.5.1 Uji Reliabilitas ............................................................ 52
3.5.2 Analisis Data ............................................................... 53
3.6 Prosedur Penelitian .................................................................. 54
3.6.1 Tahap Persiapan .......................................................... 54
3.6.2 Tahap Pengambilan Data ............................................ 55
3.6.3 Tahap Pengolahan Data ............................................... 55
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Responden ................................................. 56
4.2 Analisis Deskriptif .................................................................. 59
4.3 Uji Hipotesis ........................................................................... 62
4.3.1 Uji Hipotesis Mayor .................................................... 63
4.3.2. Uji Hipotesis Minor .................................................... 65
4.4 Proporsi Varian ....................................................................... 67
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 80
5.2 Diskusi .................................................................................... 82
5.3 Saran ........................................................................................ 86
5.3.1 Saran Teoritis .............................................................. 86
5.3.2 Saran Praktis ............................................................... 86
Daftar Pustaka .................................................................................................. 88
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Skor Item Skala Likert Variabel Kecemasan............................... 38
Tabel 3.2. Skor Item Skala Likert Variabel Religiusitas .............................. 38
Tabel 3.3. Blue Print Try Out Skala Kecemasan ......................................... 40
Tabel 3.4. Blue Print Skala Kecemasan ....................................................... 40
Tabel 3.5. Blue Print Try Out Skala Religiusitas......................................... 41
Tabel 3.6. Blue Print Skala Religiusitas ....................................................... 43
Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas ...................................................................... 45
Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 49
Tabel 4.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia......................... 50
Tabel 4.3. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 50
Tabel 4.4. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Bekerja......... 51
Tabel 4.5. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Suku Bangsa ........... 52
Tabel 4.6. Distribusi Skor Kecemasan.......................................................... 52
Tabel 4.7. Kategorisaasi Skor Kecemasan.................................................... 53
Tabel 4.8. Distribusi Skor Religiusitas ......................................................... 53
Tabel 4.9. Kategorisaasi Skor Religiusitas ................................................... 54
Tabel 4.10. Anova Analisi Regresi 8 Variabel ............................................... 55
Tabel 4.11. Koefisien 13 Variabel .................................................................. 56
Tabel 4.12. Model Summary Analisis Regresi 13 Variabel ............................ 60
Tabel 4.13. Anova Analisis Regresi 13 Variabel............................................ 60
Tabel 4.14. Model Summary Analisis Regresi 8 Variabel .............................. 61
Tabel 4.15 Koefisien Regresi 8 Variabel ...................................................... 62
Tabel 4.16. Analisis Proposi Varian ............................................................... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ........................................................ 37
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki alam kedewasaan, seorang laki-laki harus mempersiapkan diri untuk
dapat hidup dan menghidupi keluarganya, ia harus mulai bekerja mencari nafkah
dan membina kariernya. Kaum perempuan juga harus mempersiapkan diri untuk
berumah tangga. Di Indonesia masih terdapat risiko untuk dianggap “perawan
tua”, kalau belum mendapat pasangan pada umur tiga puluhan. Kalau ia berhasil
mendapatkan suami, maka timbul pula problem-problem keluarga dan problem-
problem anak-anaknya. demikian seterusnya problem itu berdatangan. Sarwono
(2009).
Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral dan titik awal dari sebuah
pembentukan keluarga serta peristiwa bersejarah dalam kehidupan manusia.
Pernikahan merupakan hubungan yang intim dan abadi serta menyatukan dua
individu untuk menjalani hidup bersama sebagai pasangan suami istri dengan
berbahagia. Dengan keadaan seperti itu seharusnya pernikahan tersebut tidak
menjadi hambatan atau kendala bagi tiap orang untuk merasakan kebahagiaan
dalam menghadapi pernikahannya. (Nastalia, 2008)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah
dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik
radliyallahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan
larangan yang keras." Dan beliau bersabda, "Nikahilah perempuan yang banyak
anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku di
hadapan para Nabi kelak di hari kiamat." “HR. Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu
Hibban” (Bayu, 2008).
Setiap orang yang sudah aqil baligh dapat melakukan suatu pernikahan
kapanpun ia mau asalkan ia sudah mampu. Orang yang dikatakan mampu adalah
orang yang nantinya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya dari segi materi
maupun immateri. Oleh karena itu jika seseorang sudah mampu untuk menikah
maka menikahlah. (BKKBN Rubrik Remaja, 2006). Disamping itu Rasulullah
pernah berkata kepada Ali, "Hai Ali, ada tiga perkara yang jangan kamu tunda
pelaksanaannya, yaitu shalat apabila tiba waktunya, jenazah apabila sudah siap
penguburannya, dan wanita bila menemukan pria sepadan yang
meminangnya."(HR. Ahmad).
Tetapi pernikahan juga menjadi salah satu sumber kecemasan dan akan
menjadi hal yang tidak normal apabila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi
ancaman atau menjadi sangat ekstrem (Nastalia, 2008). Karena pada hakikatnya
suatu pernikahan banyak sekali hal-hal yang muncul dan terjadi pada diri
seseorang, salah satunya suatu kecemasan akan dirasakan oleh seseorang. Mereka
memikirkan banyak hal jika mereka menikah, yakni menjadi kepala rumah
tangga/ibu rumah tangga yang baik, memberi nafkah lahir dan batin untuk
keluarganya, dll.
Banyak sekali orang-orang dewasa yang merasakan cemas dalam
menghadapi sebuah pernikahan, adanya hal-hal yang mereka duga-duga jika
dirinya sudah menikah. Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak perempuan
dan laki-laki di usia cukup dengan kondisi kehidupan mapan namun masih enggan
untuk menikah karena berbagai sebab. Salah satu diantaranya adalah para wanita
lebih memikirkan karir atau berada pada sektor publik. Akhir-akhir ini fenomena
tersebut semakin banyak terjadi, tentunya hal ini terjadi karena dilatarbelakangi
oleh banyak hal. Sebagaian besar perempuan merasakan kecemasan dan ketakutan
berlebih hingga kemudian melahirkan berbagai situasi psikologis tanpa arah. Di
lain pihak, banyak perempuan yang justru menikmati masa lajangnya. Bagi
mereka hidup melajang merupakan sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan.
Perceraian atau ditinggal pasangan bisa jadi alasan yang membuat mereka enggan
untuk menikah. Trauma dengan kegagalan sebuah pernikahan bukan hal yang
baru lagi yang bisa mendorong orang untuk enggan membina rumah tangga lagi.
Dan masalah-masalah ini cukup mempengaruhi kondisi kejiwaan manusia.
Permasalahan manusia, dewasa ini sangat kompleks dan beragam. Satu
diantaranya adalah kondisi kecemasan. Kondisi kecemasan seseorang bisa
menjadi lebih parah apabila dalam pikirannya tidak tertanam kekuatan untuk
mengatasinya. Terkadang, pada diri seseorang yang akan menikah untuk yang
pertama kalinya ada suatu rasa tidak siap untuk melaksanakan pernikahan.
Masalah dapat muncul setiap saat. Hal ini membutuhkan kesiapan yang matang
untuk menghadapinya. Kemampuan pikir indifidu yang bersifat positif dalam
menghadapi setiap masalah sangat menentukan. (Asmarini, 2003)
Menurut pendapat Henderson dan Gillespie (dalam Fahmi) mengatakan
bahwa banyak situasi menekan yang menghambat dan menyebabkan terjadinya
konflik jiwa (cemas), diantaranya adalah keadaan ekonomi, gagal dalam
kehidupan berkeluarga, gagal dalam bekerjaan dan yang lainnya.
Freud (dikutip dalam Fahmi) cemas berarti tidak lain dari bentuk lahir
dari proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika terjadinya frustasi dan
konflik. Cemas seperti proses lainnya juga, ada segi yang disadari dan yang tidak
disadari, segi yang disadari dari cemas tersebut tampak dalam rasa takut, ngeri,
rasa lemah, rasa dosa, rasa terancam dan seterusnya. Akan tetapi disamping
perasaan-perasaan tersebut, cemas mengandung pula proses-proses yang
kompleks dan bercampur baur, yang banyak bekerja tanpa disadari oleh individu,
yang berarti bahwa individu merasa takut tanpa mengetahui factor-faktor yang
mendorongnya kepada keadaan itu. Kemudian Freud (dikutip dalam Kuswara,
1991) membagi kecemasan kedalam tiga jenis, yakni: cemas obyektif (objective
anxiety), cemas penyakit (neurotic anxiety), dan cemas moral (moral anxiety).
Post (dalam Trismiati, 2004) Kecemasan adalah kondisi emosional yang
tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti
ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem
syaraf pusat. Kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan disebabkan
karena mereka takut tidak dapat menafkahi keluarga/memenuhi perekonomian
keluarga, takut karena belum bisa membina keluarga dengan baik.
Fenomena dalam sebuah buku yang saya temukan terdapat seorang yang
telah cukup usia untuk menikah akan tetapi dirinya takut untuk menikah. Ia
seorang pria berusia 38 tahun yang hingga saat ini masih merasa takut dan
khawatir terhadap kemampuannya untuk menyediakan materi dan ekonomi jika
dirinya menikah. Dirinya takut jika dirinya menikah dirinya tidak dapat memenuhi
kebutukan ekonomi keluarga, padahal dirinya sudah bekerja dan memiliki posisi
yang baik, dirinya menyadari bahwa seusianya seharusnya sudah menikah dan
menjadi seorang bapak. Menurutnya terdapat beberapa hal yang ikut andil yang
mendorong dalam pembentukan ketakutan dan kekhawatiran yang Ia alami,
seperti pengalaman yang ia rasakan dalam akhir-akhir ini yakni seorang
kekasihnya yang memiliki kehidupan yang pas-pasan, rekan-rekan kerjanya
semasa kuliah yang kebanyakan perempuan karena minimnya ekonomi yang
mereka rasakan mendorong mereka untuk bekerja meski mereka perempuan,
ibunya yang terlilit hutang, banyakanya rekan kerjanya sekarang yang di PHK.
Dari semua itu dalapat disimpulkan bahwa pria terebut ketakutan dan khawatir
dirinya tidak dapat memenuhi perekonomian keluarganya kelak jika sudah
menikah.(Budiman, 1999)
Fakta yang penulis lihat bahwa hidup membujang/ melajang terasa
semakin marak terjadi. Terlebih di sebuah perkotaan, seakan tak ada masalah
dalam kehidupan mereka. Begitu santai menapaki kehidupan dunia yang semakin
terasa keras. Banyak sekali orang-orang dewasa yang merasa keberatan jika
mereka meninggalkan masa lajang, mereka beranggapan bahwa separuh
kebebasannya akan tersita karenanya.
Pada tahun 2003, Sekitar 75% dari perempuan usia 20 hingga 40 dan 80%
laki-laki usia tersebut tidak menikah, disbanding dengan 36% dan 55% pada tahun
1970. Bahkan diantara mereka yang berusia 30 hingga 34 sebanyak 23%
perempuan dan 33% laki-laki belum menikah hingga tahun 2003. (Fields, 2004
dikutip dalam Papalia, 2009).
Terdapat seseorang yang dewasa yang tetap memilih untuk melajang
karena mereka belum menemukan pasangan yang tepat, dan yang lain melajang
karena memilih. Makin banyak perempuan sekarang menunjang diri sendir, dan
terdapat lebih sedikit dorongan untuk menikah. Bebrapa orang ingin tetap bebas
mengambil resiko, bereksperimen, dan melakukan berbagai perubahan, mengejar
karier, melanjutkan pendidikan mereka, lebih merasa bahwa menyendiri itu
menyenangkan, dan ada juga yang menunda pernikahan atau menghindari
pernikahan karena takut bahwa bahwa pernikahan akan berakhir dengan
perceraian. (Papalia, 2009)
Apapun alasannya, menunda pernikahan sampai umur tua tak diharapkan,
selain tentunya tidak disukai oleh agama. Sebaliknya, mempercepat pernikahan
sangat dianjurkan, sebagaimana tersirat dalam ayat, "Dan nikahkanlah orang-
orang yang bersendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah)
dari hambar-hamba sahayamu, laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin,
Allah yang akan memampukan mereka dengan karuniaNya, dan Allah Maha Luas
Pemberian lagi Maha Mengetahui." (QS. An-Nur : 32).
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suwanti (2003) yang
berjudul “Hubungan antara Kematangan Emosi Dan Tingkat Religiusitas Dengan
Kecemasan Dalam Menghadapi Pernikahan “ menghasilkan bahwa Peranan atau
sumbangan efektif kematangan emosi terhadap kecemasan dalam menghadapi
pernikahan = 23,594% sedangkan peranan atau sumbangan efektif tingkat
religiusitas terhadap kecemasan dalam menghadapi pernikahan = 25,595%. Total
sumbangan efektif = 49,2% ditunjukkan oleh R2 = 0,492. Yang artinya ada
hubungan yang sangat signifikan antara kematangan emosi dan tingkat religiusitas
dengan kecemasan dalam menghadapi pernikahan.
Seseorang yang kurang membekali dirinya dengan pengetahuan agama,
bimbingan dan arahan keagaman dalam kehidupannya, maka kondisi seperti ini
akan menjadi salah satu pemicu berkembangnya perilaku seseorang yang semakin
meningkat dan akan berdampak pada sikap dan perbuatannya, serta lebih
memudahkan seseorang untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.
Menurut Wulff (dalam Raiya, 2006) "religion" berasal dari bahasa Latin
religio, beberapa ahli mengatakan awalnya digunakan untuk menunjuk lebih dari
kekuatan manusia, yang membutuhkan seseorang untuk merespon dengan cara
tertentu untuk menghindari beberapa konsekuensi yang mengkhawatirkan.
Religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,
seberapa pelaksanaan ibadah dan akidah, dan seberapa dalam penghayatan atas
agama yang dianutnya. (Nashori & Muchtar, 2002)
Religiusitas memiliki peranan dalam penyesuaian diri. Penelitian oleh
Bergins, Masters dan Richards (dalam, Astuti, 1999) yang hasilnya bahwa
individu yang religius (dalam arti benar-benar menginternalisasikan
kepercayaankepercayaan agama mereka dan hidup dengan aturan agama itu secara
tulus dan ikhlas), dapat menyesuaikan diri dengan baik dan jarang mengalami
kecemasan. (Sari, 2008)
Oleh karena itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Religiusitas Terhadap Kecemasan Menghadapi Pernikahan Pada Orang
Dewasa yang Melajang”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Guna mengarahkan pelaksanaan penelitian ini, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini hanya dibatasi pada aspek “Pengaruh Religiusitas
Terhadap Kecemasan Menghadapi Pernikahan pada Orang Dewasa yang
Melajang.”
1. Cemas berarti tidak lain dari bentuk lahir dari proses emosi yang
bercampur baur, yang terjadi ketika terjadinya frustasi dan konflik. Cemas
seperti proses lainnya juga, ada segi yang disadari dan yang tidak disadari,
segi yang disadari dari cemas tersebut tampak dalam rasa takut, ngeri, rasa
lemah, rasa dosa, rasa terancam dan seterusnya. Akan tetapi disamping
perasaan-perasaan tersebut, cemas mengandung pula proses-proses yang
kompleks dan bercampur baur, yang banyak bekerja tanpa disadari oleh
individu, yang berarti bahwa individu merasa takut tanpa mengetahui
factor-faktor yang mendorongnya kepada keadaan itu. Cemas tersebut
terdiri dari cemas obyektif, cemas penyakit, dan cemas moral. (Freud,
dikutip dalam Fahmi)
2. Menurut Wulff (dalam Raiya, 2006) "religion" berasal dari bahasa Latin
religio, beberapa ahli mengatakan awalnya digunakan untuk menunjuk
lebih dari kekuatan manusia, yang membutuhkan seseorang untuk
merespon dengan cara tertentu untuk menghindari beberapa konsekuensi
yang mengkhawatirkan. Kemudian (Raiya, 2006) mengatakan terdapat
delapan aspek religiusitas trsebut, yakni: islamic dimension, islamic
religious conversion,islamic positive religious coping, islamic negative
religious coping, islamic religious struggle, islamic religious
internalization-identification, islamic religious internalization-
introjection, dan islamic religious exclusivism.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian ini yaitu:
1. Apakah ada pengaruh Islamic Dimensions pada variabel religiusitas
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang?
2. Apakah ada pengaruh Islamic Religious Conversion pada variabel
religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang
dewasa yang melajang?
3. Apakah ada pengaruh Islamic Positive Religious Coping pada variabel
religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang
dewasa yang melajang?
4. Apakah ada pengaruh Islamic Negative Religious Coping pada variabel
religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang
dewasa yang melajang?
5. Apakah ada pengaruh Islamic Religious Struggle pada variabel religiusitas
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang?
6. Apakah ada pengaruh Islamic Religious Internalization-Identification pada
variabel religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada
orang dewasa yang melajang?
7. Apakah ada pengaruh Islamic Religious Internalization-Introjection pada
variabel religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada
orang dewasa yang melajang?
8. Apakah ada pengaruh Islamic Religious Exclusivism pada variabel
religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang
dewasa yang melajang?
9. Apakah ada pengaruh Jenis Kelamin (Gender) terhadap kecemasan
menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang?
10. Apakah ada pengaruh Usia terhaap kecemasan menghadapi pernikahan
pada orang dewasa yang melajang?
11. Apakah ada pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap kecemasan
menghadapi pernikahan pada orang dewasa yan melajang?
12. Apakah ada pengaruh Status Bekerja terhaap kecemasan menghadapi
pernikahan pada orang dewasa yang melajang?
13. Apakah ada pengaruh Suku Bangsa terhaap kecemasan menghadapi
pernikahan pada orang dewasa yang melajang?
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitin
1.3.1 Tujuan Penelitian`
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
bagi khazanah psikologi terutama tentang religiusitas.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh
religiusitas pada kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa
yang melajang, sehingga dapat mengembangkan metode untuk
mengurangi kecemasan menghadapi pernikahan.
1.4 Sistematika Penulisan
Bab 1 : Pendahuluan meliputi latar belakang, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penelitian.
Bab 2 : Kajian teori meliputi definisi religiusitas, dan kecemasan menghadapi
pernikahan.
Bab 3 : Metode penelitian : pendekatan dan desain penelitian, Variabel
penelitian, populasi dan sampel, teknik sampling, metode
pengumpulan data, instrument pengumpulan data, dan teknik analisa.
Bab 4 : Hasil Penelitian : Meliputi gambaran umum responden, distribusi
penyebaran skor responden, analisa data, pengujian hipotesis.
Bab 5 : Penutup : Meliputi kesimpulan, diskusi dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan
2.1.1 Pengertian Kecemasan
Menurut Atkinson (1999), Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan,
yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa
takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkah laku berbeda-beda. Segala
bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme seperti ancaman fisik,
ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar
kemampuan dapat menimbulkan kecemasan.
Lefrancois (dalam Trismiati, 2004) juga menyatakan bahwa kecemasan
merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan
ketakutan. Hanya saja, menurut Lefrancois, pada kecemasan bahaya bersifat
kabur, misalnya ada ancaman, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi,
adanya perasaan-perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran.
Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas
sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan
masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan termasuk
kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku. Baik tingkah laku yang
normal maupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu, kedua-duanya
merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap
kecemasan itu. Rasa takut ditimbulkan oleh adanya ancaman, sehingga seseorang
akan menhindar diri dan sebagainya. Kecemasan atau anxietas dapat di timbulkan
oleh bahaya dari luar, mungkin juga oleh bahaya dari dalam diri seseorang, pada
umumnya ancaman itu samar-samar. Bahaya dari dalam timbul bila ada suatu hal
yang tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran, perasaan, keinginan, dan
dorongan.(Gunarsa, 1986)
Anxiety menurut kamus lengkap psikologi merupakan perasaan campuran
berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa
sebab khusus untuk ketakutannya tersebut, rasa takut atau kekhawatiran kronis
pada tingkat yang ringan., kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap-
luap, dan satu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi penghindaran yang
dipelajari (Chaplin, 2006).
Nietzel (dalam Gufron, 2010) berpendapat bahwa kecemasan berasal dari
bahasa latin (anxius) dan Jerman (anst) yaitu suatu kata yang digunakan untuk
menggambarkan efek negative dan rangsangan sosiologi.
Shaleh (2009) menjelaskan bahwa kekhawatiran atau was-was adalah rasa
takut yang tidak mempunyai objek yang jelas atau tidak ada objeknya sama sekali.
Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak
aman.
Menurut Daradjat (1985) “Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami
tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik).
Muchlas 1976 (dalam Gufron, 2010) mendefinisikan istilah kecemasan
sebagai sesuatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan
tekanan yang menyertai konflik atau ancaman.
Kecemasan merupakan suatu pengalaman perasaan yang menyakitkan
yang ditimbulkan oleh ketegangan faal intern tubuh. (Jalaludin, 1993)
Cemas adalah ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi.
Perasaan cemas biasanya muncul bila kita berada dalam suatu keadaan yang kita
duga akan merugikan dan kita rasakan akan mengancam diri kita dimana kita
merasa tidak berdaya menghadapinya (Bastaman, 2005)
Konsep kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam teori-
teori tentang stres dan penyesuaian diri. Lazarus (dalam Trismiati, 2004). Menurut
Post (dalam Trismiati), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak
menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti
ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem
syaraf pusat. Freud (dalam Trismiati, 2004) menggambarkan dan mendefinisikan
kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh
reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan.
Kartono (dalam Trismiat, 2004) juga mengungkapkan bahwa neurosa
kecemasan ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis,
sungguhpun tidak ada rangsangan yang spesifik.
Menurut Wignyosoebroto (dalam Trismiati, 2004), ada perbedaan
mendasar antara kecemasan dan ketakutan. Pada ketakutan, apa yang menjadi
sumber penyebabnya selalu dapat ditunjuk secara nyata, sedangkan pada
kecemasan sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk dengan tegas, jelas dan
tepat.
Kecemasan biasanya berlangsung terus-menerus, tapi dapat pula berganti-
ganti. Ada yang menjadi cemas dan bingung kalau bertemu dengan situasi
tertentu. Proses kecemasan ini biasanya berlanjut dan makin lama makin berat.
(Anoraga, 1995)
Kecemasan (ansietas) merupakan stressor yang dapat merangsang sistim
saraf simpati dan modula kelenjar andrenal. Pada keadaan ini akan terjadi
peningkatan sekresi hormone adrenalin sehingga dapat menimbulkan tingkat
kecemasan. (Ghofur, 2007)
Selanjutnya, berkaitan dengan sebab-sebab kecemasan, Freud (dalam
Trismiati, 2004) mengemukakan bahwa lemahnya ego akan menyebabkan
ancaman yang memicu munculnya kecemasan. Freud berpendapat bahwa sumber
ancaman terhadap ego tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id
dan tuntutan-tuntutan dari superego. Freud (dalam Trismiati, 2004) menyatakan
bahwa ego disebut sebagai eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintu-
pintu ke arah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana ia akan memberikan
respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan
bagaimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif ini, ego harus
berusaha mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering
bertentangan. Hal ini sering menimbulkan tegangan berat pada ego dan
menyebabkan timbulnya kecemasan.
Lazarus 1976 (dalam Gufron, 2010) membedakan perasaan cemas menurut
penyebabnya menjadi 2, yaitu;
1. State anxiety
State anxiety merupakan reaksi emosi sementara yang timbul pada
situasi tertentu yang dirasakan sebagai ancaman, misalnya pada orang tua
yang mengetahui ternyata anaknya mengalami gangguan autisme.
2. Trait anxiety
Trait anxiety merupakan disposisi untuk menjadi cemas dalam
menghadapi berbagai macam situasi (gambaran kepribadian). Ini
merupakan cirri atau sifat yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang
atau menginterpretasikan suatu keadaan menetap pada individu (bersifat
bawaan) dan berhubungan dengan kepribadian yang demikian.
Dari pemaparan para ahli tersebeut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kecemasan merupakan suatu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, dan tidak
tentram dan disertai gangguan fisik.
2.1.2 Aspek-aspek kecemasan
Dalam Beck Anxiety Inventory (BAI) Aaron T. Beck, MD, dan rekan-rekan
kecemasan terdapat empat aspek, yaitu:
(1) Subjective ; yang dialami sebagai perasaan takut, tidak nyaman, merasa
tidak dapat santai/rileks, dan tidak siap untuk menangani secara efektif
saat ini (langsung) atau diantisipasi.
(2) Neurophysiologic ; kecemasan yang dialami sebagai paresthesia (mati
rasa atau kesemutan), peningkatan respon kejut (hypervigilance) dan
kesulitan berkonsentrasi.
(3) Autonomic ; kecemasan dimana perasaan " panas", keluar keringat
(diaforesis), denyut jantung meningkat, wajah kosong, dll .
(4) Panic-related ; kecemasan terkait
Setiap item pada BAI adalah deskripsi sederhana dari gejala kecemasan
dalam salah satu dari empat aspek menyatakan:
(1) Subjective/subyektif (misalnya, "tidak bisa rileks”)
(2) Neurophysiologic/ neurofisiologis (misalnya, "mati rasa atau kesemutan" )
(3) Autonomic/ Otonom (misalnya, "perasaan panas")
(4) Panic-Related/ panik-terkait (misalnya, "takut kehilangan kendali/
kontrol”).
2.1.3 Faktor-faktor kecemasan
Adler dan Rodman (dalam Gufron, 2010) menyatakan terdapat 2 faktor yang
menyebabkan adanya kecemasan, yaitu:
1. Pengalaman negative pada masa lalu
Pengalaman negative pada masa lalu merupakan hal yang tidak
menyenangkan pada masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang
lagi pada masa mendatang, apabila indvidu tersebut menghadapi situasi
atau kejadian yang sama dan juga tidak menyenangkan
2. Pikiran yang tidak rasional
Para psikolog memperdebatkan bahwa kecemasan terjadi bukan karena
suatu peristiwa, melainkan keyakinan tentang peristiwa itulah yang
menjadi penyebab kecemasan.
2.1.4 Macam-Macam Kecemasan
Sigmund Freud (dalam Fahmi) membagi kecemasan dalam tiga macam, yaitu:
1) Kecemasan obyektif (objective anxiety) adalah reaksi terhadap pengenalan
akan adanya bahaya dari luar atau adanya kemungkinan bahaya yang
disangkanya akan terjadi. Kecemasan jenis ini dapat disebut sebagai
reality anxiety (kecemasan nyata), true anxiety (kecemasan yang
sebenarnya), atau normal anxiety (kecemasan yang wajar).
2) Kecemasan penyakit (neurotic anxiety), Freud (dalam Fahmi) berpendapat
bahwa cemas penyakit tampak dalam tiga bentuk yaitu :
a) Cemasan umum. Kecemasan ini merupakan cemas yang paling
sederhana, karena ia tidak berhubungan dengan sesuatu hal tertentu.
Individu merasa takut yang samar dan umum serta tidak menentu.
b) Cemasan penyakit yaitu cemas yang mencakup pengenalan pada
obyek atau situasi tertentu, sebagai penyebeb dari cemas, misalnya ada
orang yang takut melihat darah, atau serangga.
c) Cemasan dalam bentuk ancaman, kecemasan ini adalah dalam bentuk
cemas yang menyertai gejala gangguan kejiwaan seperti Hysteria.
Individu yang menderita gejala tersebut kadang-kadang merasa cemas,
karena takut akan terjadi hal itu.
3) Kecemasan moral (moral anxiety) dan rasa dosa, yakni kecemasan yang
timbul akibat tekanan dari dorongan zat yang tinggi.
2.1.5 Sumber-Sumber Kecemasan
Menurut Horney (dalam Trismiati, 2004), sumber-sumber ancaman yang dapat
menimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan
menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau
dapat terletak di dalam diri seseorang.
Suatu kekaburan atau ketidakjelasan, ketakutan akan dipisahkan dari
sumber-sumber pemenuhan kekuasaan dan kesamaan dengan orang lain adalah
penyebab terjadinya kecemasan dalam konsep kecemasan (Trismiati, 2004).
Menurut Murray (dalam Trismiati, 2004) sumber-sumber kecemasan
adalah need-need untuk menghindar dari terluka (harmavoidance), menghindari
teracuni (infavoidance), menghindar dari disalahkan (blamavoidance) dan
bermacam sumber-sumber lain. Disamping ketiga need tersebut, Murray (dalam
Trismiati) juga menyebutkan bahwa kecemasan dapat merupakan reaksi
emosional pada berbagai kekhawatiran, seperti kekhawatiran pada masalah
sekolah, masalah finansial, kehilangan objek yang dicintai dan sebagainya.
Salah satu gejala cemas adalah perasaan kuatir yang berlebihan. Kadang-
kadang ada perasaan kuatir atau takut tanpa sebab yang pasti. Tetapi juga ada
yang kuatir tentang hal yang spele, atau sesuatu hal yang tak ada dasar. (Anoraga,
1995)
2.1.6 Respon Fisiologis terhadap Kecemasan
Kardio vaskuler;Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar,
denyut
nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
Respirasi;napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
Kulit:perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat
seluruh
tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
Gastro intestinal;Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di
Epigastrium, nausea, diare.
Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedeip,
insomnia, kejang, wajah tegang, gerakan lambat.
2.1.7 Respon Psikologis terhadap Kecemasan
• Perilaku; gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi,
menarik diri, menghindar.
• Kognitif; gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir,
• Bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang
berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut
kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
• Afektif; tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa,
sangat gelisah dan lain-lain.
2.1.8. Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Selanjutnya, Jersild (dalam, Trismiati 2004) menyatakan bahwa ada dua tingkatan
kecemasan. Pertama, kecemasan normal, yaitu pada saat individu masih
menyadari konflik-konflik dalam diri yang menyebabkan cemas. Kedua,
kecemasan neurotik, ketika individu tidak menyadari adanya konflik dan tidak
mengetahui penyebab cemas, kecemasan kemudian dapat menjadi bentuk
pertahanan diri.
Menurut Bucklew (dalam, Trismiati 2004), para ahli membagi bentuk
kecemasan itu dalam dua tingkat, yaitu:
1) Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan,
seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak
menentu dan sebagainya.
2) Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada
gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem syaraf, misalnya tidak dapat
tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Sue, dkk (dalam Trismiati, 2004) menyebutkan bahwa manifestasi
kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini.
1) Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali
memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.
2) Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak
menentu seperti gemetar.
3) Perubahan somatik, muncul dalam keadaaan mulut kering, tangan dan kaki
dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan
lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan detak
jantung, respirasi, ketegangan otot dan tekanan darah.
4) Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang
berlebihan.
2.2 Pernikahan
2.2.1 Pengertian Pernikahan
Pernikahan adalah memberikan keintiman, komitmen, persahabatan, afeksi,
pemuasan seksual, dan kesempatan untuk pertumbuhan emosional, juga sebagai
sumber identitas dan harga diri (Gardiner & Kosmitzky, dalam Papalia, 2009).
Pernikahan merupakan komitmen public, dan pasangan yang membuat
komitmen demikian menaruh rasa percaya terhadap ikatan tersebut. (Papalia,
2009)
Anwar (1991) berpendapat bahwa pernikahan menurut bahasa adalah
berkumpul dan menurut istilah adalah aqad yang menghalalkan persetubuhan.
Kemudian menurut UU no.1 tahun 1974 tentang perkawinan mengartikan bahwa
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhan Yang Maha Esa.
2.3 Kecemasan Menghadapi Pernikahan
Ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi, dimana seseorang takut akan
adanya kegagalan dalam berkeluarga, ikatan lahir batin antara seorang pria dan
wanita sebagai suami istri, dan takut akan kegagalan membentuk keluarga yang
bahagia. Takut tidak bisa menjadi kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga.
Bagi pria takut tidak mampu untuk menafkahi keluarganya.
Kekhawatiran yang dialami oleh individu ketika menghadapi masa dimana
dirinya dianjurkan untuk melangkah ke jenjang pernikahan yang mengharuskan
dirinya untuk menjalin suatu ikatan dengan lawan jenisnya untuk hidup bersama.
Akan tetapi dalam hal ini individu merasa dirinya belum siap untuk hal tersebut.
2.4 Religiusitas
2.4.1 Pengertian Religiusitas
Religiusitas memiliki peranan dalam penyesuaian diri. Penelitian oleh Bergins,
Masters dan Richards (dalam, Astuti, 1999) yang hasilnya bahwa individu yang
religius (dalam arti benar-benar menginternalisasikan kepercayaan-kepercayaan
agama mereka dan hidup dengan aturan agama itu secara tulus dan ikhlas), dapat
menyesuaikan diri dengan baik dan jarang mengalami kecemasan. (Sari, 2008)
Religiusitas didefinisikan sebagai manifestasi seberapa jauh individu
menganut agama, meyakini, menghayati, memahami, dan mengamalkan agama
yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dari semua aspek agama. (Ancok,
2005)
Gazalba 1987 (dalam Ghufron, 2010) mengatakan religiusitas berasal dari
kata religi dalam bahasa latin "religio" yang akar katanya adalah religure yang
berarti mengikat. Ini mengandung makna bahwa religi atau agama pada umumnya
memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh pemeluknya.
Anshori 1980 (dalam Ghufron, 2011) mengatakan bahwa religiusitas
menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati.
Pendapat tersebut senada dengan Dister (Subandi, 1988 yang dikutip dalam
Ghufron, 2011) mengartikan bahwa religiusitas sebagai keberagamaan karena
adanya internalisasi agama ke dalam diri seseorang.
Mons 1989 (dalam Ghufron, 2011) mengartikan keberagamaan sebagai
keterdekatan yang lebih tinggi dari manusia kepada Yang Maha Kuasa yang
memberikan perasaan aman.
Menurut Nasution (dalam Arifin, 2008) secara definitive agama adalah
kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
Kemudian Harun Nasution merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu
al-din, religi (relegere, religare), dan agama. Al-din (Semit) berarti undang-
undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab, kata ini mengandung arti
menguasai, mendudukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Adapaun dari
kata religi (Latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian,
religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a = tak, gam = pergi
mengandung arti tak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun. (Arifin,
2008).
Menurut Thouless (1995) religious adalah sikap/cara penyesuaian diri
terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukan lingkungan yang lebih
luas dari pada lingkungan dunia fisik yang terkait ruang dan waktu.
Definisi lainnya, seperti yang dikutip oleh Pargemen dalam Rakhmat
(2005). Agama telah didefinisikan sebagai: perasaan, tindakan dan pengalaman
individu-individu dalam kesepiannya, sepanjang mereka melihat dirinya
berhadapan dalam hubungan dengan apa yang dianggapnya sebagai Tuhan.
Menurut Glock & Stark (dalam Ancok, 2004), religious adalah symbol
system keyakinan, system nilai, dan system perilaku yang terlembagakan, yang
semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang
paling maknawi (ultimate meaning). Kemudian Glock & Stark juga berpendapat,
ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis),
dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi penghayatan
(eksperiensial), dimensi pengamalan (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama
(intelektual).
Menurut Fetzer (1999) definisi religiusitas adalah seberapa kuat individu
penganut agama merasakan pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual
experience), mengalami kebermaknaan hidup dengan beragama (religion
meaning), mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai (value), meyakini
ajaran agamnya (belief), memaafkan (forgiveness), melakukan praktek beragama
(ibadah) secara menyendiri (private religious practice), menggunakan agama
sebagai coping (religious/spiritual coping), mendapat dukungan penganut sesama
agama (religious support), mengalami sejarah keberagamaan (religious/spiritual
history), komitmen beragama (commitment), mengikuti organisasi/kegiatan
keagamaan (organizational religiusness) dan meyakini pilihan agamanya
(religious preference).
Dewey (2001) memberikan definisi agama secara substantif yaitu,
pengakuan menusia terhadap kekuatan yang lebih tinggi dan tidak tampak yang
mengawasi nasib manusia dan berhak atas kepatuhan, hormat, dan pujian.
Smith (dalam Raiya 2006) berpendapat bahwa kata religio yang disebut
"sesuatu yang sedang dilakukan, atau salah satu pikiran yang paling dalam, atau
yang melanggar komitmen, menuntut ketaatan atau mengancam bencana dan
menawarkan hadiah atau mengikat dalam komunitas seseorang.
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan ketaatannya pada agama
yang dianutnya. (Sururin, 2004)
Dari pemaparan para ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
religiusitas merupakan suatu pernilaian, pemahaman, praktek dalam kehidupan
sehari-hari individu tentang keberagamaan yang di anutnya.
2.4.2 Aspek-aspek Religiusitas
Menurut Raiya (2006), menjelaskan bahwa terdapa delapan aspek religiusitas,
yaitu:
1. Islamic Religious Conversion, Pargamant 1997 (dalam Raiya, 2006)
mengusulkan definisi konversi agama: "Dalam rangka untuk menciptakan
kehidupan, individu tentu saja mengalami perubahan dramatis, perubahan
di mana diri menjadi diidentifikasi dengan suci" (hal. 248). Fitur utama
dari proses ini adalah bahwa pengakuan itu sendiri adalah terbatas dan
penggabungan suci itu sendiri (Mahoney & Pargaamant 2004, dalam
Raiya 2006).
2. Islamic Dimensions dan Islamic Religious Struggle adalah dimensi
keyakinan, dimensi praktek, dimensi etika melakukan atau tidak, etika
jangan melakukan, pertahanan/perjuangan agama ketika menghadapi
kesulitan, keraguan, dan konflik yang individu alami.
3. Islamic Positive Religious Coping, Pargament dkk. 2000 (dalam Raiya,
2006), metode yang positif dari agama mencerminkan hubungan rasa
aman dengan Allah, suatu keyakinan bahwa ada makna yang lebih besar
untuk ditemukan, dan rasa keterhubungan spiritual dengan orang lain
4. Islamic Negative Religious Coping, Menurut Pargament dkk 2000(dalam
Raiya, 2006), pola negatif agama coping melibatkan ekspresi kurang aman
dengan Allah, pandangan lemah dan tak menyenangkan dari dunia dan
perjuangan agama untuk menemukan dan melestarikan penting dalam
hidup. Pola coping diukur menggunakan bentuk pendek terhadap subskala
agama Islam negatif.
5. Islamic Religious Internalization-Identification, menurut Ryan dkk.1993
(dalam Raiya, 2006), mengidentifikasi keagamaan merupakan adopsi dari
keyakinan agama sebagai nilai-nilai pribadi.
6. Islamic Religious Internalization-Introjection, perilaku didorong oleh
tujuan lain, cemas merasa bersalah, dan kehilangan harga diri. Ryan
dkk.1993 (dalam Raiya, 2006).
7. Islamic Religious Exclusivism, menurut Pargamant 1997 (dalam Raiya,
2006), eksklusivisme agama mencerminkan asumsi bahwa ada realitas
mutlak dan cara tunggal untuk melakukan pendekatan.
2.4.3 Ciri-Ciri Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Menurut jalaludin (dalam Sururin, 2004), sejalan dengan tingkat perkembangan
usianya, sikap keberagamaan pada orang dewasa mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran
matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha
untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung
jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap
hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan
beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan
atas pertimabangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kebribadian
masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang
diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan
sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial
keagamaan sudah berkembang.
2.5 Dewasa
2.5.2 Definisi Dewasa
Masa dewasa kendati yang sah yang menandai awal masa dewasa dapat dengan
mudah ditentukan, lebih sukar untuk menunjukkan permulaannya secara
psikologis. Masa dewasa membawa serta tingkat kedewasaan/kematangan tertentu
yang tidak selalu merupakan dampak pencapaian usia tertentu. Pada masa dewasa
belajar menerima tanggung jawab atas tindakan kita, mengambil keputusan
sendiri dan belajar dari kesalahan kita. (Andrew, 1996)
Istilah adult berasal dari kata kerja Latin, seperti juga istilah adolescene-
adolescere- yang berarti ”tumbuh menjadi kedewasaan”. Akan tetapi, kata adult
berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah
tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna”. Atau “telah menjadi
dewasa”. Oleh karena itu orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama
dengan orang dewasa lainnya. (Harlock, 1980)
Dewasa (adulthood) bisa mengandung banyak arti. Tergantung dari sudut
pandangnya, bahkan bisa saling bertentangan. Di Jepang, misalnya, dimana usia
harapan hidupnya mencapai 72 tahun, seseorang yang berusia 69 tahun masih
diangap usia pertengahan, sedangkan di Indonesia yang usia harapan hidupnya 62
tahun, orang tersebut sudah di anggap manusia lansia (lanjut usia). (Sarwono,
2009).
Selama masa awal kedewasaan, seseorang mengikat diri pada suatu
pekerjaan dan banyak yang menikah atau membentuk jenis hubungan intim lain.
Keintiman berarti masa suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan
membagi pengalaman dengan mereka. Orang yang tidak dapat menjalin hubungan
mesra (karena mereka takut disakiti atau tidak mampu berbagi) menanggung
akibat diisolasikan. Studi menunjukkan bahwa hubungan intim dengan pasangan
yang penuh dorongan secara nyata mendukung kesehatan emosi dan fisik
seseorang. (Atkinson, 1999)
2.5.3 Masalah-Masalah Masa Dewasa
Banyak masalah yang dihadapi oleh orang dewasa, (Andrew, 1996) yakni:
1. Pekerjaan
Menekankan kebutuhan manusia untuk menemukan maksud dan makna dalam
kehidupan dan tentunya pekerjaan memberikan situasi dimana orang dewasa
mungkin dapat berharap menemukan suatu maksud dan keberhasilan seperti
itu. Akan tetapi pekerjaan masih menimbulkan banyak masalah. Sebagian
besar masalah ini timbul karena sifat pekerjaan yang harus kompetitif.
2. Pendekatan dan Pernikahan
Orang dewasa dihadapkan pada sebuah pernikahan, beberapa orang menikah
dengan gambaran ideal tentang pasangannya yang amat kecil hubungannya
dengan orang yang sebenarnya. Bentuk ikatan semacam ini kemungkinan
tidak akan membuahkan pernikahan yang sukses karena tidak ada pria atau
wanita yang dapat menjalani kehidupan tersebut dan memperoleh kebahagiaan
dengan suami istri yang tidak mampu mengemban tanggung jawab dari hidup
pernikahan.
3. Menjadi Orang Tua
Bila keberhasilan pernikahan menunjukkan salah satu tanda utama dari
kedewasan, mungkin benar bila kita mengatakan bahwa penyesuaian diri
terhadap fungsi sebagai orang tua bahkan lebih penting lagi.
4. Kehilangan Orang-Orang yang Disayang
Banyak ayah-ibu muda usia masih mempunyai orang tua sendiri dan akhirnya
kehilangan orang tua sendirilah yang kemudian menimbulkan situasi menekan
jiwa yang harus dihadapi oleh semua oran dewasa.
5. Proses Menjadi Manula
Tahap lanjut dari kehidupan orang dewasa, masa separuh baya, yang
menimbulkan masalah-masalah baru yang menuntut penyesuaian diri lagi dari
pria maupun wanita.
2.5.4 Pembagian Masa Dewasa
1. Masa Dewasa Dini
Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40
tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduksi. (Harlock, 1980)
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan. Orang dewasa muda diharapkan memainkan
peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah, dan
mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai
dengan tugas-tugas baru ini. Dimana dewasa dini tersebut memiliki cirri-ciri
sebagai berikut; (Harlock, 1980)
Masa pengaturan
Usia reproduksi
Masa bermasalah
Masa ketegangan emosional
Masa keterasingan sosial
Masa komitmen
Masa ketergantungan
Masa perubahan nilai
Masa Penyesuaian diri dengan cara hidup baru
Masa kreatif
2. Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya masa dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60
tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik an psikologis yang jelas
Nampak pada setiap orang
3. Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)
Masa dewasa lanjut-senescence, atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun
sampai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis
cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal
berpakaian dan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan,
bertindak, dan berperasaan seperti kala mereka masih lebih muda.
2.6 Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Status Bekerja, dan Suku
Bangsa
Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies
sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk
mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin merupakan suatu
akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan
perempuan.
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur diukur dari lahir sampai
masa kini atau dari kejadian bermula sampai masa yang sedang dijalani. Semakin
dewasa manusia, semakin mudah individu tersebut memiliki sikap toleransi dan
menyikapi suatu keadaan.
Pendidikan terakhir/tingkat pendidikan individu sangat penting untuk
diperhatikan karena tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan
mempengaruhi pola pikir, sikap dan tingkah laku mereka.
Suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya
mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis
keturunan yang dianggap sama. Anggota suatu suku bangsa pada umumnya
ditentukan menurut garis keturunan ayah, ibu, atau menurut keduanya.
2.7 Kerangka Berfikir
Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai
kekhawatiran atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang
dialami oleh seseorang. Kecemasan dalam suatu keadaan tertentu (state anxiety),
yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap
kemampuannya dalam menghadapi objek tersebut. (Ghufron, 2010)
Menurut Cendrawati (dalam Sari & Kuncoro, 2011) bahwa faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah keadaan pribadi individunya, pengalaman yang
tidak menyenangkan, dukungan sosial, konflik serta lingkungan, dan kehilangan
orang terdekat.
Religiusitas menunjuk pada tingkat ketertarikan individu terhadap
agamanya, hal ini menunjukkan bahwa individu telah menghayati dan
menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala
tindakan dan pandangan hidupnya. (Ghufron, 2010)
Raiya (2006), mengatakan bahwa kesejahteraan beragama adalah ukuran
yang menilai sejauh mana individu merasa agama sebagai aspek yang
mempengaruhi dari kehidupan individu (rasa makna hidup, identitas pribadi, rasa
kebersamaan, rasa kenyamanan pribadi, rasa ketenangan pikiran, kesehatan fisik,
dan kemampuan untuk mengatasi situasi sulit dalam kehidupan). Dengan berserah
diri kepada Allah/keberagamaan yang kuat ini akan menyebabkan kita menjadi
orang yang selalu siap menghadapi masalah kita. Kita akan siap menghadapi
tantangan yang selalu menghadang di depan kita, karena kita yakin dan sesulit
apapun masalah kita, Allah selalu berada didepan kita membimbing kita unruk
menyelesaikan masalah tersebut. (Setiyo, 2011)
Sebagian besar penyebab dari rasa cemas menghadapi pernikahan adalah
kurangnya rasa religiusitas yang tinggi, belum matangnya kehidupan emosi serta
belum berkembangnya sikap mandiri dalam menghadapi berbagai persoalan. Hal
ini dapat diasumsikan bahwa tingkat religiusitas salah satu faktor untuk
mengurangi kecemasan ketika akan menghadapi pernikahan. (Suwanti, 2003)
Dengan memiliki pengetahuan akan agama yang cukup baik itu dari orang
tua, tempat ia menempuh pendidikan, maupun lingkungan masyarakat, maka
secara tidak langsung seseorang yang seperti itu akan terhindar dan tidak
terjerumus kedalam pelanggaran, dan dapat menjauhi larangan-larangan agama
serta terhindar dari perbuatan yang tidak diinginkan.
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berfikir
1. Islamic Dimension
2. Islamic Religious Conversion
3. Islamic Positive Religious
Coping
4. Islamic Negative Religious
Coping
5. Islamic Religious Struggle
6. Islamic Religious
Internalization-identification
7. Islmaic Religious
Internalization-introjuction
8. Islamic Religious Exclusivism
Religiusitas
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Pendidikan Terakhir
4. Status Bekerja
5. Suku Bangsa
Kecemasan
Menghadapi
Pernikahan
Biografis
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori di atas, peneliti merumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
Hipotesis Mayor
Ha : Adanya pengaruh yang signifikan religiusitas terhadap kecemasan
menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang
Hipotesis Minor
Ho1 : Tidak ada pengaruh variabel Islamic Dimensions terhadap kecemasan
menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang
Ho2 : Tidak ada pengaruh variabel Islamic Religious Conversion terhadap
kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang
Ho3 : Tidak ada pengaruh varoiabel Islamic Positive Religious Coping terhadap
kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang
Ho4 : Tidak ada pengaruh variabel Islamic Negative Religious Coping terhadap
kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang
Ho5 : Tidak ada pengaruh variabel Islamic Religious Struggle terhadap
kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang
Ho6 : Tidak ada pengaruh variabel Islamic Religious Internalization-
Identification terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang
dewasa yang melajang
Ho7 : Tidak ada pengaruh variabel Islamic Religious Internalization-Introjection
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang
Ho8 : Ada pengaruh variabel Konsep Islamic Religious Exclusivism tehadap
kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang
Ho9 : Tidak ada pengaruh variabel karakteristik demografis (jenis
kelamin/gender) terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang
dewasa yang melajang
Ho10 : Tidak ada pengaruh variabel kerakteristik demografis (tingkat pendidikan)
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang
Ho11 : Tidak ada pengaruh variabel karakteristik demografis (Usia) terhadap
kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
Ho12 : Tidak ada pengaruh variabel karakteristik demografis (Status Bekerja)
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang
Ho13 : Tidak ada pengaruh variabel karakteristik demografis (Suku Bangsa)
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Berikut ini akan di uraikan mengenai mentode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yang mana terdiri dari beberapa sub-bab, dimana sub-bab tersebut
adalah populasi dan sampel, variable penelitian, metode dan instrument
pengumpulan, tehnik pengolahan data, dan prosedur penelitian.
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
3.1.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini ingin melihat pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi
pernikahan pada orang dewasa yang melajang, pengaruh tersebut disajikan dalam
data yang berbentuk angka-angka sehingga bisa diketahui nilai hubungannya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instruman penulisan, analisis bersifat kuantitatif atau statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Proses penulisan
bersifat deduktif, dimana untuk merumuskan masalah digunakan konsep atau teori
sehingga dapat dirumuskan hipotesis. (Sugiyono, 2008).
3.1.2. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Gay (dalam
Sevilla, 1993) mengungkapkan bahwa metode deskriptif adalah kegiatan yang
meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipoteis atau menjawab
pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari
pokok suatu penelitian. Tujuan utama metode deskriptif adalah untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian
dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
3.2. Populasi, Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas Responden yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peniliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003). Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Pabean dan Tegal Bunder di Kota
Cilegon sebanyak 301 responden.
3.2.2 Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang diambil adalah 75 responden. Hal ini
mengacu pada pendapat Bailey yang menyebutkan, bahwa untuk penelitian yang
akan menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel yang paling minimum
adalah 30 (Iqbal, 2002).
Karakteristik sampel yang akan diambil pada penelitian ini ialah :
1. Orang Dewasa laki-laki dan perempuan yang Melajang
2. Berumur 27 tahun sampai 40 tahun
3.2.3 Teknik Pengambilan sampel
Teknik pengambilan sample pada penelitian ini adalah non-probability sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan
yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel,
(Sugiyono,2007). Atau bentuk lain dari non-probability sampling adalah sampling
purposive (bertujuan), dengan cara mendatangi subjek yang memang termasuk
dalam kriteria dalam penelitian, ciri sampling ini adalah penilaian dan upaya
cermat untuk memperoleh sampel representative dengan cara meliputi wilayah-
wilayah atau kelompok-kelompok yang diduga sebagai anggota sampelnya.
(Kerlinger, 1990)
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai, atau sifat
yang berdiri sendiri (Sevilla, 1993). Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu
variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable).
Sarwono (2006) menyebutkan variabel bebas merupakan variabel stimulus atau
variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel
yang variabelnya di ukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk
menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang di observasi. Dan variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas.
Sesuai judul dalam penelitian ini, yang menjadi Dependen Variabel dalam
penelitian ini ialah kecemasan (Y), sedangkan Independen Variabel dalam
penelitian ini ialah religiusitas yang mencakup islamic dimensions (X1), islamic
religious conversion (X2), islamic positive religious coping (X3), islamic negative
religious coping (X4), islamic religious struggle (X5), islamic religious
Internalization identification (X6) islamic religious internalization-introjection
(X7), islamic religious exclusivism (X8). Kemudian variabel tambahan yaitu
jenis kelamin /gender (X9), usia (X10), tingkat pendidikan (X11), status bekerja
(X12), dan Suku Bangsa (X13).
3.3.1. Identifikasi Variabel
1. Kecemasan
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,
1990).
2. Religiusitas
Religiusitas didefinisikan sebagai sistem cara pandang individu mengenai
kedudukan agama dalam hidupnya, yang menentukan pola bentuk relasi individu
dengan agamanya.
3.3.2 Definisi Operasional
Nazir (1983) menyebutkan definisi operasional adalah suatu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Definisi operasional
yang dibuat dapat membentuk definisi opersaional yang diukur (measured),
ataupun definisi operasional eksperimental. Adapun definisi operasional dari
masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Religiusitas
Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor dari skala
religiusitas yang terdiri dari Islamic dimensions, Islamic religious conversion,
Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping, Islamic
religious struggle, Islamic religious internalization-indentification, Islamic
religious internalization-introjection, dan islamic religious exclusivism.
2. Kecemasan
Kecemasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor dari skala
kecemasan yang terdiri dari kecemasan obyektif (objective anxiety),
kecemasan penyakit (neurotic anxiety), dan kecemasan moral (moral anxiety)
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala sebagai alat pengumpul data,
yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban dari reponden.
Skala yang digunakan adalah model skala likert, yaitu pernyataan pendapat yang
disajikan kepada responden yang memberikan indikasi pernyataan setuju atau
tidak setuju (Sevilla,1993). Untuk skala kecemasan diambil dari bentuk-bentuk
kecemasan menurut Freud, dengan pernyataan yang dibuat dengan kategori
favoriable dan unfavoriable dengan empat alternatif jawaban yaitu : (SS) Sangat
Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, dan (STS) Sangat Tidak Setuju. Dimana
masing-masing memiliki skor item sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skor Item Skala Variabel Kecemasan
Item Favorable Skor Item Unfavorable Skor
SS (sangat setuju) 4 SS (sangat setuju) 1
S (setuju) 3 S (setuju) 2
TS (tidak setuju) 2 TS (tidak setuju) 3
STS (sangat tidak setuju) 1 STS (sangat tidak setuju) 4
Kemudian pada skala religiusitas mengacu pada aspek-aspek religiusitas
dari Hisham Abu Raiya. Dimana sebuah pernyataan yang memiliki alternative
jawaban sebagai berikut ;
(1) Aspek Islamic Dimension & Islamic Religious Conversion: Sangat Tidak
Percaya, Tidak Percaya, Ragu, Percaya, dan Sangat Percaya.
(2) Aspek Islamic Positive Religious Coping & Islamic negative Religious
Coping: Tidak Pernah, Kadang-Kadang, Pernah, Sering, Sangat Sering.
(3) Aspek Islamic Religious Struggle & Islamic Religious Internalization-
Identification: Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Netral, Setuju, Sangat
Setuju.
(4) Aspek Islamic Religious Internalization-Identification & Islamic Religious
Exclusivism: Sama sekali tidak benar, Tidak benar, Netral, Benar, Sangat
Benar.
Dimana masing-masing memiliki skor item sebagai berikut:
Tabel 3.2
Skor Item Skala Variabel Religiusitas
(1) Aspek Islamic Dimension & Islamic Religious Conversion:
Item Skor
Sangat Tidak Percaya 1
Tidak Percaya 2
Ragu 3
Percaya 4
Sangat Percaya 5
(2) Aspek Islamic Positive Religious Coping & Islamic negative Religious
Coping:
Item Skor
Tidak Pernah 1
Kadang-Kadang 2
Pernah 3
Sering 4
Sangat Sering 5
(3) Aspek Islamic Religious Struggle & Islamic Religious Internalization-
Identification:
Item Skor
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Netral 3
Setuju 4
Sangat Setuju 5
(4) Aspek Islamic Religious Internalization-Identification & Islamic Religious
Exclusivism:
Item Skor
Sama sekali tidak benar 1
Tidak benar 2
Netral 3
Benar 4
Sangat Benar 5
Dalam penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu :
a. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,
kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima kasih
peneliti.
b. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek (usia, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, status bekerja, dan suku bangsa). Data kontrol ini berisi
pertanyaan terbuka.
c. Bagian inti, berisi dua alat ukur penelitian ini yaitu alat ukur kecemasan dan
religiusitas.
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Skala yang dipergunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua,
yaitu skala kecemasan dan religiusitas.
a. Skala Kecemasan
Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti untuk melakukan
pengukuran kecemasan menggunakan skala yang disusun oleh peneliti sendiri
berdasarkan acuan dari macam-macam kecemasan menurut Freud sebagaimana
dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.3
Blue Print Try Out Skala Kecemasan
No. Aspek/Komponen IndikatorPernyataan
JumlahFavorabel Unfavorabel
1. Kecemasanobyektif (objectiveanxiety)
Reaksiterhadappengenalanakan adanyabahaya
1*, 2, 3*,4*, 5
13*, 14*,15*, 16*, 17 10
2. Kecemasanpenyakit (neuroticanxiety)
Kecemasanyang tidakmenentu
Kecemasanpada situasi
6, 7, 8* 18*, 19*,20* 6
3. Kecemasan moral(moral anxiety)
Kecemasandari doronganmerasaberdosa/bersalah
9*, 10,11*, 12
21*, 22, 23*,24 8
Jumlah 12 12 24
Keterangan : * = Validitas > 0,3
Tabel 3.4
Blue Print Skala Real Kecemasan
No.Aspek/
KompenenIndikator
PernyataanJumlah
Favorabel Unfavorabel
1. Kecemasanobyektif(objectiveanxiety)
Reaksi terhadappengenalan akanadanya bahaya
1, 3, 4 13, 14, 15, 16
7
2. Kecemasanpenyakit
(neuroticanxiety)
Kecemasan yangtidak menentu
Kecemasan padasituasi
8 18, 19, 20
4
3. Kecemasanmoral (moralanxiety)
Kecemasan daridorongan merasaberdosa/bersalah
9, 11 21, 23
4
Jumlah 6 10 15
b. Skala Religiusitas
Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti untuk melakukan
pengukuran religiusitas menggunakan skala yang disusun mengikuti acuan dari
Raiya (2006) sebagaimana dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.5
Blue Print Try Out Skala Religiusitas
No. Indikator Indikator Indtrumen/Pernyataan Jumlah
1. Islamic
Dimensions
Keyakinan
Praktek
1*, 2*, 3, 4, 5*, 6, 7, 8*,
9, 10
10
2. Islamic Religious
Conversion
Adanya perubahan
terhadap Agama
11*, 12, 13, 14*, 15*,
16*, 17, 18, 19, 20*, 21,
22, 23, 24, 25
15
3. Islamic Positive
Religious Coping
Rasa aman dengan
keberadaan Allah
26, 27, 28*, 29*
4
4. Islamic Negative
Religious Coping
Ekspresi tidak aman
dengan Allah
30, 31, 32, 33*, 34, 35,
36, 37 8
5. Islamic Religious
Struggle
Tetap yakin
kebesaran Allah
meski saat
mendapat kesulitan
38, 39, 40*, 41, 42*, 43
6
6. Islamic Religious
Internalization-
Identification
Keyakinan Agama
sebagai nilai pribadi
44, 45, 46, 47, 48, 49*,
50, 51*, 52*, 53*, 54*,
55, 56, 57, 58, 59*, 60,
61
18
7. Islamic Religious
Internalization-
Introjection
Adanya dorongan
dari tujuan lain dan
rasa bersalah
77*, 78*
2
8. Islamic Religious
Exclusivism
Pendekatan diri
terhadap Agama
62, 63, 64*, 65*, 66, 67,
68, 69*, 70, 71, 72*,
73*, 74*, 75, 76, 79* 16
Jumlah 79 79
Keterangan : * = Validitas > 0,3
Tabel 3.6
Blue Print Skala Real Religiusitas
No.Aspek/
KomponenIndikator
Instrumen/Pernyataan
Jumlah
1. Islamic
Dimensions
Keyakinan
Praktek
1, 2, 5, 8 4
2. Islamic Religious
Conversion
Adanya perubahan
terhadap Agama
11, 14, 15, 16, 20
5
3. Islamic Positive
Religious Coping
Rasa aman dengan
keberadaan Allah
28, 29
2
4. Islamic Negative
Religious Coping
Ekspresi tidak aman
dengan Allah
33
1
5. Islamic Religious
Struggle
Tetap yakin
kebesaran Allah
meski saat mendapat
kesulitan
40, 42
2
6. Islamic Religious
Internalization-
Identification
Keyakinan Agama
sebagai nilai pribadi
49, 51, 52, 53,
54, 59 6
7. Islamic Religious
Internalization-
Introjection
Adanya dorongan
dari tujuan lain dan
rasa bersalah
77, 78
2
8. Islamic Religious
Exclusivism
Pendekatan diri
terhadap Agama
64, 65,69, 72,
73, 74, 79 7
Jumlah 29 29
3.5. Uji Instrumen Penelitian
3.5.1 Uji Reliabilitas
Reliabililitas adalah kemantapan, konsistensi, prekditabilitas/keteramalan, dan
kejituan/ketepatan alias akurasi. (Kerlinger, 2006). Hasil pengukuran dapat
dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama, selama aspek
yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. (Azwar, 2003)
Uji reliabilitas kedua skala ini menggunakan uji Statistic Alpha Cronbach
dengan menggunakan SPSS versi 16. hasil uji reliabilitas skala religiusitas dan
kecemasan adalah sebagai berikut:
1. Nilai reliabilitas skala religiusitas dengan 29 item valid adalah sebesar
0,833. Oleh karena itu, skala religiusitas dapat dikatakan reliabel dan dapat
digunakan sebagai alat ukur penelitian.
2. Nilai reliabilitas skala kecemasan dengan 15 item valid adalah sebesar
0,886. oleh karena itu, skala kecemasan ini dapat dikatakan reliabel dan
dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
Hal ini berdasarkan norma reliabilitas yang dikemukakan Guilford seperti dikutip
oleh Iqbal (2002) dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.7
Kriteria Reliabilitas
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel > 0,9
Reliabel 0,7 – 0,9
Cukup Reliabel 0,4 – 0,7
Kurang Reliabel 0,2 – 0,4
Tidak Reliabel < 0,2
3.5.2 Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh
religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan adalah menggunakan
analisi regresi. Analisis regresi adalah analisis yang digunakan untuk
memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai
variabel independen di manipulasi/dirubah-rubah atau dinaik-turunkan.
(Sugiyono, 2007) .Jenis analisis regresi yang digunakan adalah anilisis regresi
berganda, yaitu analisis yang digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan
(naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen
sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nialinya). Analisis regresi
ganda dilakukan bila jumlah variabel indipenden nya minimal 2. (Sugiyono 2007)
Adapun persamaan regresi untuk n prediktor adalah:
y’= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bnXn
Ŷ : Dependent variable (DV) yang dalam hal ini adalah kecemasan
X1, X2,....., XP : Independent variable (IV) yang jumlahnya p
p : Jumlah independent variable (IV)
a : Intercept / konstanta
b1, b2,......, bp : Koefisien regresi untuk masing-masing IV
Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu :
1. R² yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dan dependent
variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV).
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yag signifikan dari
independent variabel (IV) yang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi
tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui.
3.6. Prosedur Penelitian
Untuk mendapatkan data yang baik maka dibutuhkan suatu prosedur penenlitian
yang sudah dirancang dengan sebaik mungkin, dimana prosedur penelitian yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
3.6.1 Tahap Persiapan
a. Dimulai dengan perumusan masalah
b. Menentukan Variabel penelitian
c. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teoritis yang tepat mengeni Variabel penelitian yang akan di angkat
d. Menentukan, menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan
dalam penelitian.
e. Melakukan tahap Uji Coba (Try Out) pada 35 responden yang berasal dari
masyarakat Kelurahan Pabean RW 004, didsini peneliti melakukan Uji Coba
(Try Out) sebanyak 2 kali karena terdapat kelemahan terhadap hasil ke validan
item,
3.6.2 Tahap Pengambilan Data
a. Menentukan populasi dan sampel penelitian
b. Meminta kesediaan responden untuk mengisi angket
c. Melaksanakan pengambilan data dengan memberikan alat ukur yang telah
disiapkan kepada responden penelitian
Dimana dalam tahap pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti
melakukan tahap Field Study pada 75 responden yang berasal dari masyarakat
Kelurahan Pabean RW 003 dan Kelurahan Tegal Bunder di Kecamatan
Purwakarta Cilegon Banten.
3.6.3 Tahap Pengolahan Data
a. Melakukan scoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden
b. Melakukan Analisis Data dengan menggunakan metode Statistic untuk
menguji hipotesis penelitian
c. Melakukan interpretasi dan analisis dari hasil penelitian
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan
tersebut meliputi empat bagian yaitu gambaran umum responden, analisis
deskriptif, uji hipotesis, dan proposi varian
4.1. Gambaran Umum Responden
Dalam sub bab ini dibahas mengenai gambaran responden dari sampel yang
digunakan dalam penelitian. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah Orang
Dewasa yang Melajang, dimana yang dimaksud dengan orang dewasa yang
melajang adalah orang dewasa yang belum memiliki pasangan hidup/belum
menikah, dimana peneliti mengunakan sampel yang berusia 27 sampai 40 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Group Statistics
JenisKelami
n N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Kecemasan Laki-Laki 52 46.9615 3.79867 .52678
Perempuan 23 45.0870 2.66139 .55494
Dari hasil data di atas, diketahui bahwa responden dalapenelitian ini
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 52 orang dan perempuan sebanyak 23 orang.
Jadi responden yang lebih banyak digunakan dalam penelitian ini berjenis kelamin
laki-laki.
Tabel 4.2
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
NO Usia Jumlah Persentasi
1 27-29 Tahun 43 57.33 %
2 30-34 Tahun 23 30.67 %
3 35-40 Tahun 9 12 %
Total 75 100 %
Dari hasil di atas, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal
dari usia yang berbeda, yaitu dari usia 27 tahun sampai 29 tahun sebanyak 43
responden (57.33%), usia 30 tahun sampai 34 tahun sebanyak 23 responden
(30.67%), dan usia 35 tahun sampai 40 tahun sebanyak 9 responden (12%). Jadi
dapat disimpulkan bahwa responden yang lebih banyak digunakan dalam
penelitian ini berasal dari usia 27 sampai 29 tahun.
Tabel 4.3
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
NO Pendidikan Jumlah Persentasi
1 SD/MI 2 2.67 %
2 SMP/MTS 13 17.33 %
3 SMA/ALIYAH 40 53.33 %
4 S1 20 26.67 %
Total 75 100 %
Dari hasil di atas, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal
dari pendidikan yang berbeda, yaitu dari SD/MI sebanyak 2 responden (2.67%),
SMP/MTS sebanyak 13 responden (17.33%), SMA/ALIYAH sebanyak 40
responden (53.33%), dan S1 sebanyak 20 responden (26.67%). Jadi dapat
disimpulkan bahwa responden yang lebih banyak digunakan dalam penelitian ini
berasal dari yang memiliki pendidikan terakhir SMA/ALIYAH.
Tabel 4.4
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Bekerja
NO Status Bekerja Jumlah Persentasi
1 Tidak Bekerja 22 29.33 %
2 Pekerja Swasta 18 24.01 %
3 Pekerja Wira Swasta 16 21.33 %
4 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 19 25.33 %
Total 75 100 %
Dari hasil di atas, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal
dari status bekerja yang berbeda, yaitu dari yang tidak bekerja sebanyak 22
responden (29.33%), dari pegawai swasta sebanyak 18 responden (24.01%), dari
pegawai wira swasta sebanyak 16 responden (21.33%), dan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sebanyak 19 responden (25.33%). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden
yang lebih banyak digunakan dalam penelitian ini berasal dari responden yang
tidak bekerja.
Tabel 4.5
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Suku Bangsa
NO Suku Bangsa Jumlah Persentasi
1 Jawa 54 72 %
2 Sunda 18 24%
3 Minang 3 4 %
Total 75 100 %
Dari hasil di atas, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal
dari suku bangsa yang berbeda, yaitu dari suku bangsa jawa sebanyak 54 responen
(72%), dari suku bangsa sunda sebanyak 18 responden (24%), dan dari suku
bangsa minang sebanyak 3 responden (4%). Jadi dapat disimpulkan bahwa
responden yang lebih banyak digunakan dalam penelitian ini berasal dari
responden yang memiliki suku bangsa jawa.
4.2 Analisi Deskriptif
Berikut ini akan di uraikan analisis deskriptif religiusitas dan kecemasan
menghadapi pernikahan, yang trdiri dari distribusi skor pada masing-masing
variabel.
Tabel 4.6
Distribusi Skor Religiusitas dan Kecemasan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum MeanStd.Deviation
Kecemasan 75 39.00 60.00 46.3867 578
Valid N (listwise) 75
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.6 tentang analisis deskriptif di
atas, maka dapat diketahui bahwa mean dari variabel kecemasan adalah 46.3867
standar deviasi sebesar 3.57882, dengan nilai minimum 39 dan nilai maksimum
60. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 60-39 = 21, jarak tersebut kemudian
dibagi tiga untuk dilihat nila tengahnya yaitu 21/3 = 7. Maka diperoleh
kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 4.7
Kategorisasi Skor Kecemasan
Kategori Rentang Frekuensi %
Tinggi 54-60 16 16%
Sedang 47-53 16 16%
Rendah 39-46 43 43%
Jumlah 75 75%
Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor kecemasan, seperti
ditunjukkan dalam tabel 4.7, diketahui bahwa mayoritas responden (16%)
memiliki kecemasan mengahadapi pernikahan tinggi, (16%) memiliki kecemasan
menghadapi pernikahan sedang, dan (43%) memiliki kecemasan menghadapi
perniakahan rendah.
Tabel 4.8
Distribusi Skor Religiusitas dan Kecemasan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum MeanStd.Deviation
Religiusitas 75 101.00 134.00 118.5867 9.01814
Valid N (listwise) 75
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.8 tentang analisis deskriptif di
atas, maka dapat diketahui bahwa mean dari variabel religiusitas adalah 586
standar deviasi sebesar 9.01814, dengan nilai minimum 101 dan nilai maksimum
134. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 134-101 = 33, jarak tersebut
kemudian dibagi tiga untuk dilihat nila tengahnya yaitu 33/3 = 11. Maka diperoleh
kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 4.9
Kategorisasi Skor Religiusitas
Kategori Rentang Frekuensi %
Tinggi 124-134 29 29%
Sedang 113-123 23 23%
Rendah 101-112 23 23%
Jumlah 75 75%
Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor religiusitas, seperti
ditunjukkan dalam tabel 4.9, diketahui bahwa mayoritas responden (29%)
memiliki religiusitas tinggi, (23%) memiliki religiusitas sedang, dan (23%)
memiliki religiusitas rendah.
4.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing IV
terhadap DV. Langkah pertama peneliti menganalisis islamic dimension, islamic
religious conversion, islamic positive religious coping, islamic negative religious
coping, islamic religious struggle, islamic religious Internalization identification,
islamic religious internalization-introjection, islamic religious exclusivism, jenis
kelamin /gender, usia, pendidikan terakhir , status bekerja, dan suku bangsa
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
Tabel 4.10
Anova Analisi Regresi 8 Variabel
ANOVAb
ModelSum ofSquares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 141.961 8 17.745 1.453 .192a
Residual 805.826 66 12.209
Total 947.787 74
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousExclusivism,IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIntrojection,IslamicReligiousConversion, IslamicDimensions, IslamicReligiousStruggle,IslamicPositiveReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIdentification
b. Dependent Variable: Kecemasan
4.3.1 Uji Hipotesis Mayor
Uji hipotesis mayor merupakan uji hipotesis untuk menjawab pertanyaan : apakah
ada pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang
dewasa yang melajang. Dari tabel 4.10 dapat diketahui F hitung sebesar 1,453
dengan signifikansi 0,192. Artinya ke 8 IV (Islamic dimensions, Islamic religious
conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping,
Islamic religious struggle, Islamic religious internalization-identification, Islamic
religious internalization-introjection, Islamic religious exclusivism) tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
Tabel 4.11
Tabel Koefisien 13 Variabel
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 55.582 6.989 7.953 .000
IslamicDimensions .348 .283 .178 1.232 .223
IslamicReligiousConversion .029 .272 .017 .106 .916
IslamicPositiveReligiousCoping -.112 .581 -.036 -.192 .848
IslamicNegativeReligiousCoping
-.146 .714 -.029 -.204 .839
IslamicReligiousStruggle -2.149 .763 -.530 -2.815 .007
IslamicReligiousInternalizationIdentification
.090 .258 .067 .348 .729
IslamicReligiousInternalizationIntrojection
.110 .454 .032 .242 .810
IslamicReligiousExclusivism .146 .183 .121 .798 .428
JenisKelamin -.075 1.182 -.010 -.064 .949
Usia -1.139 .656 -.224 -1.735 .088
PendidikanTerakhir .031 .625 .006 .049 .961
StatusBekerja -.196 .442 -.064 -.443 .660
SukuBangsa -.120 .749 -.023 -.160 .873
a. Dependent Variable: Kecemasan
Berdasarkan tabel diatas, persamaan regresi berdasarkan nilai B yaitu :
(y’)= 55,582 + (348)X1 + (029)X2 + (-112) X3 + (-146) X4 + (-2,149) X5 + (090)
X6 + (110) X7 + (146) X8 + (-075) X9 + (-1.139) X10 + (031) X11 + (-196) X12 + (-
120) X13
Keterangan
y ‘ = Kecemasan , X1= islamic dimension, X2 = islamic religious
conversion, X3 = islamic positive religious coping, X4 = islamic negative religious
coping, X5 = islamic religious struggle, X6 = islamic religious Internalization
identification, X7 = islamic religious internalization-introjection, X8 = islamic
religious exclusivism, X9 = jenis kelamin /gender, X10 = usia, X11 = pendidikan
terakhir , X12 = status bekerja, X 13 = suku bangsa.
Tabel diatas menjawab berbagai hipotesis dalam penelitian ini, yaitu :
4.3.2 Uji Hipotesis Minor
Uji hipotesis ini merupakan uji hipotesis untuk menjawab hipotesis minor,
rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic dimension= 0,223. Karena p >
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic dimension tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
2. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic religious conversion = 0,916.
Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic religious conversion
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi
pernikahan.
3. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic positive religious coping =
0,848. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic positive
religious coping tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan
menghadapi pernikahan.
4. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic negative religious coping =
0,839. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic positive
religious coping tidak memiliki pengaruh yang signifikan kecemasan
menghadapi pernikahan.
5. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic religious struggle = 0,007.
Karena p <0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic religious struggle
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi
pernikahan.
6. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic religious internalization
identification = 0,729. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
Islamic religious internalization identification tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
7. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic religious internalization
introjection = 0,810. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic
religious internalization introjections tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
8. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic religious exclusivism = 0,428.
Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic religious exclusivism
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi
pernikahan.
9. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk jenis kelamin = 0,949. Karena p > 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
10. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk usia = 0, 088. Karena p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
11. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk pendidikan terakhir = 0, 961. Karena p
> 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan terakhir tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
12. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk status bekerja = 0, 660. Karena p >
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa status bekerja tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
13. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p suku bangsa = 0, 873. Karena p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa suku bangsa tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
Jika akan dilakukan intervensi terhadap pengurangan kecemasan
menghadapi pernikahan, maka variabel yang perlu diperhatikan adalah Islamic
religious struggle.
4.4 Proporsi Varian
Untuk melihat proporsi varian dari kecemasan menghadapi pernikahan yang
secara keseluruhan dapat diterapkan pada 13 aspek IV (islamic dimension, islamic
religious conversion, islamic positive religious coping, islamic negative religious
coping, islamic religious struggle, islamic religious Internalization identification,
islamic religious internalization-introjection, islamic religious exclusivism, jenis
kelamin /gender, usia, pendidikan terakhir , status bekerja, suku bangsa), peneliti
melakukan uji analisis regresi berganda menggunakan SPSS, hasilnya adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.12
Model sumari Analisis Regresi 13 Variabel
Model Summary
ModelR R Square Adjusted R Square
Std. Error of theEstimate
1 .441a .194 .022 3.53869
a. Predictors: (Constant), SukuBangsa,IslamicNegativeReligiousCoping,IslamicReligiousInternalizationIntrojection,IslamicReligiousExclusivism, Usia, IslamicReligiousConversion,PendidikanTerakhir, StatusBekerja, IslamicDimensions, JenisKelamin,IslamicReligiousInternalizationIdentification,IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping
Dari tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa nilai R = 0, 441 dengan nilai
R2 = 0, 194. Artinya adalah proporsi varians dari kecemasan menghadapi
pernikahan yang secara keseluruhan dapat diterapkan pada 13 variabel ialah 19,4
%. Atau dengan kata lain, 13 IV tersebut memberi pengaruh sebesar 19,4 %
terhadap kecemaan menghadapi penikahan. Sedangkan sisanya 80,6 % dapat
dijelaskan dengan variabel lain.
Tabel 4.13
Anova Analisis Regresi 13 Variabel
ANOVAb
ModelSum ofSquares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 183.927 13 14.148 1.130 .353a
Residual 763.860 61 12.522
Total 947.787 74
a. Predictors: (Constant), SukuBangsa, IslamicNegativeReligiousCoping,IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousExclusivism, Usia,IslamicReligiousConversion, PendidikanTerakhir, StatusBekerja,IslamicDimensions, JenisKelamin, IslamicReligiousInternalizationIdentification,IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping
b. Dependent Variable: Kecemasan
Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 1,130 dengan
signifikansi 0,353. Artinya ke 13 IV tidak berpengaruh terhadap kecemasan
menghadapi pernikahan.
Sedangkan untuk mengetahui proporsi varians dari religiusitas (8 variabel:
Islamic dimensions, Islamic Religious conversion, Islamic Positivere ligious
coping, Islamic negative religious coping, Islamic Religious struggle, Islamic
Religious internalization-identification, Islamic Religious internalization-
introjection, Islamic Religious exclusivism) terhadap kecemasan menghadapi
pernikahan, dapa dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.14
Model Summary Analisis Regresi 8 Variabel
Model Summary
Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the
Estimate
1 .387a .150 .047 3.49421
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousExclusivism,IslamicNegativeReligiousCoping,IslamicReligiousInternalizationIntrojection,IslamicReligiousConversion, IslamicDimensions,IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping,IslamicReligiousInternalizationIdentification
Dari tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa nilai R = 0, 387 dengan nilai
R2 = 0, 150. Artinya adalah proporsi varians dari kecemasan menghadapi
pernikahan yang secara keseluruhan dapat diterapkan pada 8 variabel ialah 15 %.
Atau dengan kata lain, 8 IV memberi pengaruh sebesar 15 % terhadap kecemaan
menghadapi penikahan. Sedangkan sisanya 85 % dapat dijelaskan dengan variabel
lain.
Berikut ini ditampilkan tabel koefisien analisis regresi dari ke 8 variabel,
sebagai berikut :
Tabel 4.15
Tabel Koefisien Analisis Regresi 8 Variebel
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
BStd.
ErrorBeta T Sig.
1 (Constant) 53.645 5.744 9.339 .000
IslamicDimensions .294 .276 .150 1.065 .291
IslamicReligiousConversion .032 .256 .018 .125 .901
IslamicPositiveReligiousCoping
-.129 .521 -.042 -.247 .806
IslamicNegativeReligiousCoping
-.085 .644 -.017 -.132 .895
IslamicReligiousStruggle -1.804 .661 -.445 -2.732 .008
IslamicReligiousInternalizationIdentification
.020 .246 .015 .081 .936
IslamicReligiousInternalizationIntrojection
.179 .428 .053 .420 .676
IslamicReligiousExclusivism .080 .164 .066 .491 .625
a. Dependent Variable: Kecemasan
Adapun persamaan regresi berdasarkan nilai B pada tabel 4.15 diatas yaitu:Kecemasan (y’)= 53,645 + 0,294 X1 + 0,032 X2 -0,129 X3 -0,085 X4 -1,804 X5 +0,020 X6 + 0,179 X7 + 0,080 X8
Keterangan :
y ‘ = Kecemasan , X1= islamic dimension, X2 = islamic religious
conversion, X3 = islamic positive religious coping, X4 = islamic negative religious
coping, X5 = islamic religious struggle, X6 = islamic religious Internalization
identification, X7 = islamic religious internalization-introjection, X8 = islamic
religious exclusivism.
Selanjutnya peneliti menganalisis proporsi varians untuk masing-masing
variabel. Pengujian pada tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan
tidaknya penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap IV, yang mana IV
tersebut dianalisis dengan menambahkan satu per satu IV, berikut ini ialah tabel
proposi varian perilaku inovatif yang terkait dengan IV, yaitu:
Tabel 4.16
Tabel Analisis Proposi Varians
NO IV R2
R2
Change/Kontribusi Varian
(%)
Sig
1 X1 0,001 0,1 % TIDAK SIGNIFIKAN
2 X12 0,019 1,8% TIDAK SIGNIFIKAN
3 X123 0,026 0,7% TIDAK SIGNIFIKAN
4 X1234 0,029 0,3% TIDAK SIGNIFIKAN
5 X12345 0,144 11,5% SIGNIFIKAN
6 X123456 0,144 0% TIDAK SIGNIFIKAN
7 X1234567 0,147 0,3% TIDAK SIGNIFIKAN
8 X12345678 0,150 0,3% TIDAK SIGNIFIKAN
9 X123456789 0,150 0% TIDAK SIGNIFIKAN
10 X12345678910 0,191 4,2% TIDAK SIGNIFIKAN
11 X1234567891011 0,191 0% TIDAK SIGNIFIKAN
12 X123456789101112 0,194 0,2% TIDAK SIGNIFIKAN
13 X12345678910111213 0,194 0% TIDAK SIGNIFIKAN
Total 19,4 %
Keterangan :
X1= islamic dimension, X2 = islamic religious conversion, X3 = islamic
positive religious coping, X4 = islamic negative religious coping, X5 = islamic
religious struggle, X6 = islamic religious Internalization identification, X7 =
islamic religious internalization-introjection, X8 = islamic religious exclusivism,
X9 = jenis kelamin /gender, X10 = usia, X11 = pendidikan terakhir , X12 = status
bekerja, X 13 = suku bangsa.
Berdasarkan tabel 4.16, diketahui kontribusi masing-masing IV terhadap
kecemasan menghadapi pernikahan, yaitu:
1. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension diperoleh R2
(R Squere) sebesar 0,001. Artinya variabel Islamic dimension memiliki
kontribusi sebesar 0,1 % dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi
pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,348, artinya
Islamic dimension secara positif mempengaruhi kecemasan menghadapi
pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic dimension
seseorang, maka semakin tinggi kecemasan seseorang dalam menghadapi
pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.
2. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension dan islmaic
religious conversion diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,019. Artinya variabel
Islamic religious conversion memiliki tambahan kontribusi sebesar 1,8 %
dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada
tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,029, artinya Islamic religious conversion
secara positif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic religious conversion seseorang,
maka semakin tinggi kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan dan
juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.
3. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic
religious conversion dan Islamic positive religious coping diperoleh R2 (R
Squere) sebesar 0,026. Artinya variabel Islamic positive religious coping
memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,7% dalam mempengaruhi kecemasan
menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar -
0,112, artinya Islamic religious coping secara negatif mempengaruhi perilaku
inovatif. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic positive religious
coping seseorang, maka semakin rendah kecemasan seseorang dalam
menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak
signifikan.
4. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic
religious conversion, Islamic positive religious coping dan Islamic negative
religious coping diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,029. Artinya variabel
Islamic negative religious coping memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,3 %
dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada
tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar -0,146, artinya Islamic negative religious
coping secara negatif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan.
Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic negative religious coping
seseorang, maka semakin rendah kecemasan seseorang dalam menghadapi
pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.
5. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic
religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative
religious coping dan Islamic religious struggle diperoleh R2 (R Squere)
sebesar 0,144. Artinya variabel Islamic religious struggle memiliki tambahan
kontribusi sebesar 11,5 % dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi
pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar -2,149, artinya
Islamic religious struggle secara negatif mempengaruhi kecemasan
menghadapi pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic
religious struggle seseorang, maka semakin rendah kecemasan seseorang
dalam menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya.
6. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic
religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative
religious coping, Islamic religious struggle dan Islamic religious
internalization-identification diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,144. Artinya
variabel Islamic religious internalization-identification tidak memiliki
kontribusi sama sekali dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi
pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,090, artinya
Islamic religious internalization-identification secara positif mempengaruhi
kecemasan menghadapi pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
Islamic religious internalization-identification seseorang, maka semakin tinggi
kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya,
namun hal tersebut tidak signifikan.
7. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic
religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative
religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalization-
identification dan Islamic religious internalization-introjuction diperoleh R2
(R Squere) sebesar 0,147. Artinya variabel Islamic religious internalization-
introjuction memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,3 % dalam
mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11
diperoleh nilai B sebesar 0,110, artinya Islamic religious internalization-
introjuction secara positif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan.
Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic religious internalization-
introjuction seseorang, maka semakin tinggi kecemasan seseorang dalam
menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak
signifikan.
8. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic
religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative
religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalization-
identification, Islamic religious internalization-introjuction dan Islamic
religious exclusivism diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,150. Artinya variabel
Islamic religious exclusivism memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,3 %
dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada
tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,146 artinya Islamic religious
exclusivism secara positif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan.
Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic religious exclusivism
seseorang, maka semakin tinggi kecemasan seseorang dalam menghadapi
pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.
9. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic
religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative
religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalization-
identification, Islamic religious internalization-introjuction, Islamic religious
exclusivism dan jenis kelamin diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,150 Artinya
variabel jenis kelamin memiliki tambahan kontribusi sebesar 0 % dalam
mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11
diperoleh nilai B sebesar -0,075 artinya jenis kelamin secara negatif
mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan, namun hal tersebut tidak
signifikan.
10. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic
religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative
religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalization-
identification, Islamic religious internalization-introjuction, Islamic religious
exclusivism. jenis kelamin dan usia diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,191.
Artinya variabel usia memiliki tambahan kontribusi sebesar 4,2 % dalam
mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11
diperoleh nilai B sebesar -1,139 artinya usia secara negative mempengaruhi
kecemasan menghadapi perniakahan, namun hal tersebut tidak signifikan.
11. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic
religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative
religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalization-
identification, Islamic religious internalization-introjuction, Islamic religious
exclusivism, jenis kelamin, usia dan pendidikan terakhir diperoleh R2 (R
Squere) sebesar 0,191. Artinya variabel pendidikan terakhir tidak memiliki
tambahan kontribusi sama sekali dalam mempengaruhi kecemasan
menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar
0,031 artinya pendidikan terakhir secara positif mempengaruhi kecemasan
menghadapi pernikahan, namun hal tersebut tidak signifikan.
12. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic
religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative
religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalization-
identification, Islamic religious internalization-introjuction, Islamic religious
exclusivism, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan status bekerja
diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,194. Artinya variabel status bekerja
memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,2 % dalam mempengaruhi kecemasan
menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar -
0,196 artinya status bekerja secara negatif mempengaruhi kecemasan
menghadapi pernikahan, namun hal tersebut tidak signifikan.
13. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic
religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative
religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalization-
identification, Islamic religious internalization-introjuction, Islamic religious
exclusivism, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status bekerja dan suku
bangsa diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,194. Artinya variabel suku bangsa
memiliki tambahan kontribusi sebesar 0 % dalam mempengaruhi kecemasan
menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar -
0,120 artinya suku bangsa secara negatif mempengaruhi kecemasan
menghadapi pernikahan, namun hal tersebut tidak signifikan.
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Pembahasan ini meliputi tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa secara simultan tidak adanya
pengaruh antara religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada
orang dewasa yang melajang.
Kemudian secara koefisien salah satu variabel menghasilkan adanya
pengaruh antara religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada
orang dewasa yang melajang. Dengan rincian sebagai berikut:
a. Islamic dimension tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
b. Islamic religious conversion tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang.
c. Islamic positive religious coping tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang.
d. Islamic negative religious coping tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang.
e. Islamic religious struggle memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
f. Islamic religious internalization-identification tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang
dewasa yang melajang.
g. Islamic religious internalization-introjuction tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa
yang melajang.
h. Islamic religious exclusivism tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang.
i. Jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
j. Usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan
menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
k. Pendidikan terakhir tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
l. Status bekerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
m. Suku bangsa tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan
menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
5.2 Diskusi
Berdasarkan perhitungan dan analisis statistic, dapat dilihat bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi pernikahan
pada orang dewasa yang melajang sebesar 15%, sesuai dengan pendapat Thouless
(dikutip dalam Kurniawan, 2008) bahwa religiusitas mempengaruhi kecemasan
seseorang terhadap kebutuhan cinta kasih, yang telah dipaparkan dalam
membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan (religiusitas)
seseorang, yaitu:
1) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (faktor
sosial) ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap
keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial,
tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai
pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.
2) Berbagai pengalaman yang dialami oleh seseorang dalam membentuk sikap
keagamaan terutama pengalaman-pengalaman seperti: keindahan, keselarasan
dan kebaikan di dunia lain (factor alamiah) seperti menjalin hubungan yang
baik pada sesama dengan saling tolong menolong, adanya konflik moral
(faktor moral) seperti mendapatkan tekanan-tekanan dari lingkungan, dan
pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif) seperti perasaan mendapat
peringatan atau pertolongan dari Tuhan.
3) Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama terhadap kebutuhan terhadap
keagamaan, cinta kasih, harga diri, dan ancaman kematian.
4) Berbagai proses pemikiran verbal atau proses intelektual dimana faktor ini
juga dapat mempengaruhi religiusitas individu.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor
yang mempengaruhi tingkat religiusitas seseorang yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor eksternal meliputi: pendidikan formal, pendidikan agama
dalam keluarga, tradisi sosial yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, tekanan-
tekanan lingkungan sosial dalam kehidupan seseorang. Faktor internal sendiri
meliputi: pengalaman-pengalaman emosional keagamaan, kebutuhan seseorang
yang mendesak untuk dipenuhi seperti kebutuhan akan rasa aman, harga diri dan
cinta kasih.
Islam mengajarkan pada umatnya agar tidak mengalami kecemasan dalam
menghadapi apapun termasuk kecemasan dalam menghadapi pernikahan. Untuk
itu perlu meningkatkan religiusitas dalam kondisi apapun, agar merasa tentram,
berserah diri pada Tuhan. (Kurniawan, 2008).
Kemudian menurut Jones & Francis (2004) dalam jurnal penelitiannya
pada skala kecemasan yang mencapai suatu koefisien 70 dengan instrumen
psychometric homogen dan unidimensional dan penghitungan rata-rata p-value
0125 menghasilkan bahwa pada perspektif psikologis terdapat hubungan hipotesis
korelasi yang negatif antara religiusitas dan kecemasan.
Selanjutnya, variabel Islamic religious struggle memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan, dengan sumbangan
pengaruh sebesar 11,5%. Dengan arah hubungan yang negative, artinya semakin
tinggi nilai Islamic religious struggle seseorang, maka semakin rendah kecemasan
seseorang dalam mengahadapi pernikahan dan juga sebaliknya. Nilai Islamic
religious struggle mempengaruhi kecemasan seseorang dalam menghadapi
pernikahan, karena dalam hal ini adanya kepercayaan individu terhadap nilai
agama disaat mendapatkan kesulitan dan konflik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ancok (2004) bahwa keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai
sisi kehidupan manusia, aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas yang
lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan
dengan aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Jadi walaupun
seseorang belum menikah, namun jika mempraktekan agamanya secara
menyuluruh kecemasannya akan berkurang. Kemudian menurut Ahira, Islam
diartikan sebagai ketundukan atau kepasrahan dan berserah diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Orang berserah memunculkan sikap tenang, karena kita
menyerahkan diri kepada sesuatu yang “mampu” yaitu Allah SWT. (Setiyo, 2011)
Sedangkan variabel Islamic dimension, Islamic religious conversion,
Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping, Islamic
religious internalization-identification, Islamic religious internalization-
introjuction, Islamic religious exclusivism, jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, status bekerja dan suku bangsa tidak memiliki pengaruh yang signifikan
dengan kecemasan menghadapi pernikahan. Disini mungkin banyak faktor yng
membuat tidak berpengaruh, seperti halnya responden sudah nyaman dengan
masa lajangnya dan sesuai dengan data yang ada, disini lebih banyak responden
yang bekerja dibanding yang tidak bekerja, jadi ada factor individu yang lebih
memprioritaskan bekerja ketimbang menikah sehingga membuat mereka tidak
lagi memikirkan sebuah pernikahan. Kemudian ada faktor-faktor pendukung
lainnya juga yang mempengaruhi hal tersebut.
Berikut ini merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan:
a. Keadaan pribadi individu
Priest (dalam Sari & Kuncoro, 2011) mengungkapkan bahwa
dalam hal yang menpengaruhi kecemasan adalah situasi pada diri individu
yang dirasakan belum siap untuk dihadapi seperti kehamilan, menuju usia
tua, kenaikan pangkat dan masalah kesehatan yang pada akhirnya akan
menjadi suatu konflik dalam diri individu sehingga dapat menimbulkan
kecemasan.
b. Tingkat pendidikan
Kondisi kecemasan yang dialami individu juga dipengaruhi oleh
perbedaan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikannya akan
semakin baik pemecahan terhadap masalah yang dihadapinya.
c. Pengalaman tidak menyenangkan
Freud (dalam Sari & Kuncoro, 2011) mengatakan bahwa suatu
pengalaman yang menyulitkan ditimbulkan oleh k etegangan-ketegangan
dalam alat-alat intern dari tubuh dapat menyebabkan kecemasan. Ketegangan-
ketegangan tersebut akibat dari dorongan-dorongan dalam dan luar tubuh.
d. Dukungan sosial
Dukungan sosial dari orang-orang sekitar individu yaitu orang tua,
kakak, adik, kekasih, teman dekat, saudara dan masyarakat. Dukungan yang
positif berhubungan dengan kurangnya kecemasan. Pendapat ini didukung
oleh Conel (dalam Sari & Kuncoro, 2011) menyatakan bahwa kecemasan akan
rendah apabila individu memiliki dukungan sosial. Dukungan sosial tersebut
diperoleh dari keluarga, teman dan atasan.
Sesuai juga dengan pendapat Debi Bernt, seorang konselor hubungan dan
penulis buku 'Let Love In', bahwa bentuk kecanduan menjadi lajang seperti
merokok, dan seringkali tidak disadari, yang akhirnya bisa membuatnya lupa
untuk menikah. (Noviara, 2010).
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut.
5.3.1. Saran Teoritis
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian
tentang pengaruh religiusitas dengan melibatkan variabel lain selain kecemasan
berkaitan dengan pernikahan sebagai pembanding.
5.3.2. Saran Praktis
Diharapkan kepada seluruh kalangan masyarakat khususnya kepada orang
dewasa yang melajang agar memperhatikan aspek-aspek psikologis dan
religiusitasnya masing-masing, sehingga pada saat menghadapi suatu masalah
yang terjadi pada individu dapat terselesaikan dengan baik. Dalam hal ini
sebaiknya mengikuti kegiatan yang bersifat positif yang dapat mengurangi
kecemasan, yakni kecemasan dalam menghadapi pernikahan atau yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, A, Definisi agama islam. http://www.anneahira.com/definisi-agama-
islam.htm (Diambil pada tanggal 24 November 2011)
Anoraga. P. (1995). Perilaku keorganisasian, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Ancok, D dan Fuad. A. (2004), Psikologi islam: solusi islam atas problem-
problem psikologi,. Yogyakarta ; Pustaka Belajar
Anwar, M. (1991). Dasar-dasar hokum islam dalam menetapkan keputusan di
pengadilan agama. Bandung: CV Diponogoro.
Arifin, B. S, (2008), Psikologi agama, Bandung: Pustaka Setia
Asmarini, F. C. (2003). Hubungan antara berpikir positif dengan kecemasan
menghadapi pernikahan. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Atkinson R. L. (1999), Pengantar psikologi, Jakarta : Penerbit Erlangga
Arikunto S. (1997). Prosedur penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bastaman, H. D. (2005), Integrasi psikologi dengan islam:menuju psikologi
islami Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil & Pustaka Pelajar
Bayu, H. (2008). Pernikahan adalah sebuah fitrah kemanusiaan. Artikel.
(http://www.haryobayu.web.id/?aksi=detail_blog&nomor=369 ). Di ambil
pada tanggal 02 Juni 2011.
Budiman, L. CH. (1999). Berdamai engan Stress, PT kompas media nusantara
Chaplin, J. P. (2006). Kamus lengkap psikologi. penerjemah kartini kartono.
Jakarta : Raja Grafindo Persada
Darajat, Z. (1985). Kesehatan mental. Jakarta: Gunung Agung
Fahmi, M. Kesehatan Jiwa, dalam keluarga, sekolah dan masyarakat (jilid II).
Bandung : Bulan Bintang
Fetzer. (1999). Multidimensional measurment of religiosness, spirutually for use
in health research. Fetzer Institute in Collaboration with the National
Institute on Aging. Kalmazoo.
Gufron, MN & Risnawit. (2010). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Gunarsa S. D & Gunarsa Ny Y. S. (1986). Psikologi perawatan, PT BPK Gunung
Mulia
Ghofur A & Purwoko E, (2007), Pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan
tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala i di pondok bersalin ngudi
saras trikilan kali jambe sragen,. Jurnal Kesehatan Surya Medika
Yogyakarta
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Iqbal, H. M. (2002). Pokok-pokok materi metodologi penelitian & aplikasinya.
Bogor : Ghalia Indonesia.
Jalaludin & Ramayulis, (1993), Pengantar ilmu jiwa agama, Jakarta: Kalam
Mulia
John, D. (2001). Agama Pragmatis telaah atas konsepsi agama, Haniah
Magelang: Indonesia Tera.
Jones, S.H & Francis, L. J. (2004). The relationship between religion and anxiety:
a study among anglician clergymen and clergywomen. journal of
psychology and theology : 2004, Vol. 32, No. 2, 137-142
Kerlinger, F.N. 1990. Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : UGM Press.
Kurniawan, H. (2008). Hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat
kecemasan dalam menghadapi ujian nasional. Skripsi : Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Kuswara, E. (1991). Teori-teori kepribadian. Bandung: PT ERESCO
Leyfer, O. T; Ruberg, J. L; Borden, J. W. (2006). Manual for the beck anxiety
inventory. San Antonio, TX: Psychological Corporation.
Nazir, M. (1983). Metode penelitian. Ghalia Indonesia
Nastalia, F. A. (2008). Kecemasan menghadapi pernikahan pada dewasa awal.
Skripsi: http://library.gunadarma.ac.id/abstraction_10505071-
ssm_fpsi.pdf
Nashori, H. F & Mucharam, F. D. (2002). Mengembangkan kreativitas dalam
perspektif psikologi islami. Jogjakarta: Menara Kudus
Noviara, W. (2011). Lima tanda wanita betah melajang. Oct 23, '10 9:38 AM
(http://wennynoviara.multiply.com/journal/item/1000).
Papalia, D.E; Olds, S. W & Feldman, R. D. (2009). Human development. Jakarta:
Salemba Humanica.
Rakhmat, J. (2005). Psikologi agama sebuah pengantar. Bandung: PT Mizan
Pustaka
Raiya, H. A. (2006). A Psychological measure of islamic religiousness: evidence
for relevance, reliability and validity. A Dissertation, Submitted to The
Graduate Of Bowling Green State University.
Sari, D. S & Kuncoro, J.(2011). Kecemasan dalam menghadapi masa pensiun
ditinjau dari dukungan sosial. http://psikologi-
unissula.com/article/3185/kecemasan-dalam-menghadapi-masa-pensiun--
-ditinjau-dari-dukungan-sosial- (Diambil pada tanggal 24 November
2011)
Sari, F. Y. (2008). Hubungan religiusitas dengan penyesuaian perkawinan pada
dewasa dini muslim. Skripsi: Universitas Sumatera Utara.
Sarwono, W. S. (2009). Pengantar psikologi umum. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sevilla, C. G; Ochavo, J. A; Punsalan, T. G; Regala, B. P; Uriarte.G. G. (1993).
Pengantar metode penelitian. Jakarta : UI-Press.
Setiyo, (2011). Berserah diri dengan penuh keyakinan kepada allah.
http://solospiritislam.com/berserah-dengan-penuh-keyakinan-kepada-
allah/ (Diambil pada tanggal 24 November 2011)
Shaleh, A.R. (2009). Psikologi:suatu pengantar dalam perspektif islam, Jakarta:
Kencana
Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif. R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sururin, (2004), Ilmu jiwa agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Suwanti. (2003). Hubungan antara kematangan emosi dan tingkat religiusitas
dengan kecemasan menghadapi pernikahan. Skripsi: Universitas
Muhammadiyah surakarta
Trismiati (2004), Perbedaan Tingkat kecemasan antara pria dan wanita akseptor
kontrasepsi mantap di rsup dr. sardjito yogyakarta, fakultas psikologi
universitas bina darma palembang.. Jurnal Psyche: Vol.1. No.1, Juli 2004.
Thouless, R.H. (1995), Pengantar psikologi agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
LAMPIRAN
ANGKET TRY OUT
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan, saya bermaksud
mengadakan suatu penelitian. Penelitian ini tidak dapat saya
selesaikan tanpa partisipasi Anda. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kesedian Anda untuk menjawab kuesioner
yang telah saya persiapkan.
Demi menjamin kualitas hasil penelitian ini, saya
mengharapkan Anda mengisi kuesioner ini sesuai dengan
pendapat dan keadaan diri Anda yang sesungguhnya, tanpa
dipengaruhi oleh orang lain. Respon Anda tidak akan dapat
diolah bila ada nomor-nomor yang terlewati. Untuk itu
pastikanlah Anda telah menjawab kuesioner dengan lengkap
sebelum menyerahkannya kembali. Jawaban Anda dalam
kuesioner ini terjamin kerahasiaannya dan hanya akan
digunakan untuk keperluan penelitian.
Selanjutnya, Saya ucapkan terima kasih banyak atas
partisipasi Anda dalam penelitian ini. Semoga Allah memberi
keberkahan untuk kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Peneliti
Eva Faroha
107070000524
Identitas Pribadi
Usia : Tahun
Jenis Kelamin : L / P
Pendidikan Terakhir ?
___ SD/MI
___ SMP/MTS
___ SMA/ALIYAH (Sederajat)
___ S1
Suku Bangsa ?
___ Jawa
___ Sunda
___ Melayu
___ Minang
___ Betawi
Status Bekerja?
___ Tidak Bekerja
___ Pekerja Swasta
___ Pekerja Wira Swasta
___ Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut adalah beberapa pertanyaan tentang
Kecemasan dan Agama (Religiusitas). Harap memberikan
respon terhadap setiap pernyataan dengan memilih jawaban
yang paling sesuai dengan diri Anda.
Perlu diketahui tidak ada jawaban benar atau salah dan
semua jawaban Anda akan tetap sepenuhnya bersifat
rahasia. Harap jujur dan terbuka dalam menanggapinya
Sesuai Dengan Pendapat Anda.
Jawab sesuai dengan diri Anda dengan cara Check List
(SS) Sangat Setuju
(S) Setuju
(TS) Tidak Setuju
(STS) Sangat Tidak Setuju
Skala Kecemasan
No
.
Pernyataan SS S TS
1. Walaupun banyak kejadian perceraian dalam rumah
tangga, tapi saya tidak takut untuk menikah
2. Jika saya sudah menikah, saya yakin saya mampu untuk
menafkahi keluarga saya baik lahir maupun batin.
3. Saya yakin bahwa saya mampu membina rumah tangga
kelak dengan baik
4. Jika saya sudah menikah, saya mampu mengurus dan
membimbing anak dengan baik
5. Saya memaklumi, jika saya sudah menikah nanti
kebebasan saya akan terbatasi.
6. Saya siap untuk menikah/berumah tangga
7. Saya biasa saja ketika mendengar tentang pernikahan
8. Saya percaya hal-hal yang baik akan menghampiri saya jika
saya sudah menikah
9. Saya ingin sekali menikah secepatnya
10. Saya ingin memiliki pendamping hidup.
11. Saya menginginkan sekali untuk menjadi kepala
keluarga/ibu rumah tangga (suami/istri)
12. Saya yakin saya akan bahagia jika saya sudah menikah
13. Dengan banyaknya rumah tangga yang bercerai, saya jadi
takut untuk menikah
14. Jika saya menikah, saya takut tidak dapat member nafkah
lahir & batin buat keluarga
15. Saya takut tidak dapat membina rumah tangga dengan
baik
16. Saya takut tidak mampu mengurus dan membimbing anak
dengan baik
17. Bagi saya, jika sudah menikah (berkeluarga) saya menjadi
tidak bebas.
18. Saya takut untuk menikah/berumah tangga
19. Saya cemas ketika mendengar tentang pernikahan
20. JIka saya menikah, saya takut hal buruk akan terjadi pada
saya.
21. Lebih baik saya menunda pernikahan saya tahun-tahun
depan, sampai saya siap untuk menikah
22. Untuk saat ini lebih baik saya memilih untuk sendiri (tidak
menikah)
23. Saya belum siap untuk menjadi kepala keluarga/ibu rumah
tangga (suami/istri)
24. Jika saya sudah menikah (berkeluarga) hidup saya menjadi
tidak bahagia
Skala Religiusitas
Jawablah sesuai dengan diri Anda:
1. Saya percaya pada keberadaan Tuhan.
a. Tidak Percaya
b. Kadang-Kadang
c. Ragu
d. Percaya
e. Sangat Percaya
2. Saya percaya pada hari kiamat.
a. Tidak Percaya
b. Kadang-Kadang
c. Ragu
d. Percaya
e. Sangat Percaya
3. Sangat Percaya Saya percaya akan keberadaan surga
dan neraka.
a. Tidak Percaya
b. Kadang-Kadang
c. Ragu
d. Percaya
e. Sangat Percaya
4. Sangat Percaya Saya percaya pada adanya malaikat, jin,
dan setan.
a. Tidak Percaya
b. Kadang-Kadang
c. Ragu
d. Percaya
e. Sangat Percaya
5. Saya percaya bahwa semua Nabi utusan Allah dan
ayat-ayat suci diturunkan kepada mereka.
a. Tidak Percaya
b. Kadang-Kadang
c. Ragu
d. Percaya
e. Sangat Percaya
Untuk pertanyaan-pertanyaan berikut, silahkan cek list
jawaban yang cocok dengan Anda.
6. Seberapa sering anda berdoa?
___ tidak Pernah
___ Beberapa kali setahun
___ Beberapa kali sebulan
___ Beberapa kali seminggu
___Setiap Sholat 5 waktu
___ Lima kali sehari atau lebih
7. Seberapa sering Anda puasa?
___ tidak Pernah
___ beberapa kali dalam hidup
___ beberapa hari di bulan Ramadhan setiap tahun
___ setengah dari sebulan Ramadhan setiap tahun
___ Sebulan Ramadhan setiap tahun
___ Puasa sunah atau di samping bulan puasa Ramadhan
8. Berapa kali Anda pergi ke mesjid?
___ tidak Pernah
___ beberapa kali dalam hidup saya
___ beberapa kali setahun
___ beberapa kali sebulan
___ pada satu atau dua kali seminggu
___ sekali sehari atau lebih
9. Kecuali dalam doa, seberapa sering Anda membaca atau
mendengarkan al-qur’an?
___ tidak Pernah
___ beberapa kali dalam hidup saya
___ beberapa kali setahun
___ beberapa kali sebulan
___ pada satu atau dua kali seminggu
___ sekali sehari atau lebih
10. Kecuali dalam doa, seberapa sering Anda berdzikir?
___ tidak Pernah
___ beberapa kali dalam hidup saya
___ beberapa kali setahun
___ beberapa kali sebulan
___ pada satu atau dua kali seminggu
___ sekali sehari atau lebih
Pilih jawaban yang menurut Anda sesuai dengan diri Anda.
11. Islam adalah alasan utama mengapa saya seorang yang
rendah hati.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
12. Islam adalah alasan utama mengapa saya menghormati
orang tua.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
13. Islam adalah alasan utama mengapa saya membantu
kerabat dan tetangga.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
14. Islam adalah alasan utama mengapa saya harus
membantu orang miskin dan yatim piatu.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
15. Islam adalah alasan utama mengapa Saya orang yang
toleran.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
16. Islam adalah alasan utama untuk tidak makan daging
babi
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
17. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak minum
alkohol.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
18. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak
berhubungan seks sebelum menikah atau di luar.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
19. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak
melakukan bunuh diri.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
20. Islam adalah alasan utama mengapa saya membicarakan
orang lain (gosip).
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
21. Saya menganggap setiap muslim di dunia seperti
keluarga saya sendiri.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
22. Aku akan ikut merasakan kesedihan yang orang lain
rasakan.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
23. Salah satu yang membuat saya bangga adalah menjadi
seorang Muslim.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
24. Saya ingin hidup di dunia diatur oleh hukum Islam.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
25. Saya percaya bahwa persaudaraan dan solidaritas
merupakan salah satu prinsip fundamental Islam.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
26. Islam adalah agama yang saya yakini dalam kehidupan
saya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
27. Saya menyadari bahwa Allah adalah solusi untuk semua
masalah saya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
28. Saya merasa bahwa hidup saya tidak memiliki makna
apa-apa jika tanpa ajaran agama Islam.
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
29. Tiba-tiba, saya merasa bahwa saya berada di jalan yang
salah dan bahwa aku harus mengikuti cara Tuhan.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
30. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya
menjalin hubungan yang lebih kuat dengan Allah.
a. Saya tidak melakukan ini di semua
b. Saya melakukan ini sedikit
c. Saya melakukan ini sejumlah media
d. saya melakukan ini banyak
31. Ketika saya menghadapi masalah dalam kehidupan, saya
menganggap bahwa ini ujian dari Allah untuk
memperdalam iman saya.
a. Saya tidak melakukan ini di semua
b. Saya melakukan ini sedikit
c. Saya melakukan ini sejumlah media
d. saya melakukan ini banyak
32. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya
memohon petunjuk Allah.
a. Saya tidak melakukan ini di semua
b. Saya melakukan ini sedikit
c. Saya melakukan ini sejumlah media
d. saya melakukan ini banyak
33. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya
percaya bahwa saya sedang dihukum atas tindakan buruk
yang saya lakukan.
a. Sa Saya tidak melakukan ini di semua
b. Saya melakukan ini sedikit
c. Saya melakukan ini sejumlah media
d. saya melakukan ini banyak
34. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya
marah dan menganggap bahwa Allah tidak menjawab
permintaan saya.
a. Saya tidak melakukan ini di semua
b. Saya melakukan ini sedikit
c. Saya melakukan ini sejumlah media
d. saya melakukan ini banyak
35. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, aku
membaca al-qur’an agar hati saya tenang
a. Saya tidak melakukan ini di semua
b. Saya melakukan ini sedikit
c. Saya melakukan ini sejumlah media
d. saya melakukan ini banyak
36. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, aku
meminta pengampunan Allah
a. Saya tidak melakukan ini di semua
b. Saya melakukan ini sedikit
c. Saya melakukan ini sejumlah media
d. saya melakukan ini banyak
37. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya
beranggapan bahwa Allah mengingatkan saya untuk
bersabar.
a. Saya tidak melakukan ini di semua
b. Saya melakukan ini sedikit
c. Saya melakukan ini sejumlah media
d. saya melakukan ini banyak
38. Saya merasa diri saya meragukan keberadaan Allah.
a. Tidak Pernah
b. Kadang-kadang
c. Jarang
d. Sering
e. Sangat sering
39. Saya menemukan beberapa aspek dari Islam tidak adil.
a. Tidak Pernah
b. Kadang-kadang
c. Jarang
d. Sering
e. Sangat sering
40. Saya menemukan diri saya meragukan keberadaan
akhirat.
a. Tidak Pernah
b. Kadang-kadang
c. Jarang
d. Sering
e. Sangat sering
41. Saya berpikir bahwa Islam tidak sesuai dengan zaman
modern.
a. Tidak Pernah
b. Kadang-kadang
c. Jarang
d. Sering
e. Sangat sering
42. Saya ragu bahwa Al-Qur’an adalah kata-kata yang benar
dari Allah.
a. Tidak Pernah
b. Kadang-kadang
c. Jarang
d. Sering
e. Sangat sering
43. Saya merasa bahwa Islam membuat orang tersiksa
a. Tidak Pernah
b. Kadang-kadang
c. Jarang
d. Sering
e. Sangat sering
44. Saya berdoa karena saya menikmatinya
a. Sama sekali tidak benar
b. Tidak benar
c. Benar
d. Sangat benar
45. Saya berdoa karena jika tidak, Tuhan akan membenci
saya.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
46. Saya berdoa karena saya merasa Allah akan
mengabulkan do’a saya.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
47. Saya membaca Al-Qura'n karena pada saat itu saya
merasa dekat sekali dengan Allah
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
48. Saya membaca Al-Qura'n karena saya akan merasa
bersalah jika saya tidak membacanya.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
49. Saya berpuasa di bulan Ramadhan, karena ketika saya
berpuasa saya merasa dekat dengan Tuhan.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
50. Aku berpuasa selama Ramadhan karena saya akan
merasa salah jika saya tidak.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
51. Aku pergi ke masjid karena orang lain akan
membicarakan saya jika saya tidak.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
52. Allah akan menghukum lebih parah mereka yang
meninggalkan agama sejati.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
53. Akar penyebab kejahatan di dunia ini adalah Setan, yang
masih terus-menerus dan sengit melawan Allah
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
54. Islam mempengaruhi perasaan saya tentang makna
kehidupan.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
55. Islam mempengaruhi perasaan saya tentang identitas
pribadi.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
56. Islam mempengaruhi perasaan saya untuk perduli
terhadap masyarakat.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
57. Islam mempengaruhi perasaan saya pada ketenangan
pikiran.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
58. Islam mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani saya.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
59. Islam mempengaruhi perasaan saya tentang harga diri.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
60. Islam mempengaruhi kedekatan perasaan saya kepada
Tuhan.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
61. Islam mempengaruhi kemampuan saya untuk mengatasi
situasi sulit dalam hidup.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
62. Saya merasa bahwa saya sama baiknya dengan orang
lain.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
63. Saya merasa kesepian dan tidak memiliki teman.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
64. Saya senang bermusuhan dengan orang lain.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
65. Saya merasa bahwa orang tidak menyukai saya.
a. Sama sekali tidak benar
b. tidak benar
c. benar
d. Sangat benar
66. Saya merasa tidak kesepian karena aku punya beberapa
teman dekat untuk berbagi ketakutan saya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
67. Saya suka dengan hal-hal yang saling menguntungkan
dengan anggota keluarga atau teman.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
68. Saya tidak memiliki banyak orang yang ingin
mendengarkan pembicaraan saya
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
69. Saya pikir kebanyakan orang memiliki lebih banyak
teman daripada saya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
70. Orang-orang akan menggambarkan saya sebagai
seseorang yang memberikan, bersedia untuk berbagi
waktu dengan orang lain.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
71. Saya tidak pernah punya hubungan hangat dan banyak
kepercayaan dengan orang lain.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
72. Saya selalu mempercayai teman-teman saya dalam
menjaga amanat
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
73. Saya marah sangat cepat ketika orang lain menghina
saya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
74. Saya membuat komentar sinis kepada orang-orang yang
tidak saya sukai.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
75. Saya merasa sedih ketika saya tidak diberikan
kepercayaan untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
76. Saya merasa marah ketika mereka lebih dapat
melakukan pekerjaan dengan baik dibandingkan saya
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
77. Saya selalu bersedia untuk mengakui ketika aku salah.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
78. Saya sangat cemburu dan kehilangan harga diri karena
nasib orang lain baik disbanding nasib saya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
79. Saya kesal sekali dengan orang-orang yang meminta
bantuan saya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
80. Saya tidak pernah mengatakan sesuatu yang menyakiti
perasaan seseorang.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
81. Saya selalu merasa salah ketika saya berbuat dosa
terhadap Allah
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
82. Saya cemas jika saya belum melaksanakan sholat 5
waktu
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
ANGKET FIELD TEST
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan, saya bermaksud
mengadakan suatu penelitian. Penelitian ini tidak dapat saya
selesaikan tanpa partisipasi Anda. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kesedian Anda untuk menjawab kuesioner
yang telah saya persiapkan.
Demi menjamin kualitas hasil penelitian ini, saya
mengharapkan Anda mengisi kuesioner ini sesuai dengan
pendapat dan keadaan diri Anda yang sesungguhnya, tanpa
dipengaruhi oleh orang lain. Respon Anda tidak akan dapat
diolah bila ada nomor-nomor yang terlewati. Untuk itu
pastikanlah Anda telah menjawab kuesioner dengan lengkap
sebelum menyerahkannya kembali. Jawaban Anda dalam
kuesioner ini terjamin kerahasiaannya dan hanya akan
digunakan untuk keperluan penelitian.
Selanjutnya, Saya ucapkan terima kasih banyak atas
partisipasi Anda dalam penelitian ini. Semoga Allah memberi
keberkahan untuk kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Peneliti
Eva Faroha
107070000524
Identitas Pribadi
Usia : Tahun
Jenis Kelamin : L / P
Pendidikan Terakhir ?
___ SD/MI
___ SMP/MTS
___ SMA/ALIYAH (Sederajat)
___ S1
Suku Bangsa ?
___ Jawa
___ Sunda
___ Melayu
___ Minang
___ Betawi
Status Bekerja?
___ Tidak Bekerja
___ Pekerja Swasta
___ Pekerja Wira Swasta
___ Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut adalah beberapa pertanyaan tentang
Kecemasan dan Agama (Religiusitas). Harap memberikan
respon terhadap setiap pernyataan dengan memilih jawaban
yang paling sesuai dengan diri Anda.
Perlu diketahui tidak ada jawaban benar atau salah dan
semua jawaban Anda akan tetap sepenuhnya bersifat
rahasia. Harap jujur dan terbuka dalam menanggapinya
Sesuai Dengan Pendapat Anda.
Jawab sesuai dengan diri Anda dengan cara Check List
(SS) Sangat Setuju(S) Setuju(TS) Tidak Setuju(STS) Sangat Tidak Setuju
Skala Kecemasan
No
.
Pernyataan SS S TS
1. Walaupun banyak kejadian perceraian dalam rumah
tangga, tapi saya tidak takut untuk menikah
2. Saya yakin bahwa saya mampu membina rumah tangga
kelak dengan baik
3. Jika saya sudah menikah, saya mampu mengurus dan
membimbing anak dengan baik
4. Saya percaya hal-hal yang baik akan menghampiri saya jika
saya sudah menikah
5. Saya ingin sekali menikah secepatnya
6. Saya menginginkan sekali untuk menjadi kepala
keluarga/ibu rumah tangga (suami/istri)
7. Dengan banyaknya rumah tangga yang bercerai, saya jadi
takut untuk menikah
8. Jika saya menikah, saya takut tidak dapat member nafkah
lahir & batin buat keluarga
9. Saya takut tidak dapat membina rumah tangga dengan
baik
10. Saya takut tidak mampu mengurus dan membimbing anak
dengan baik
11. Saya takut untuk menikah/berumah tangga
12. Saya cemas ketika mendengar tentang pernikahan
13. JIka saya menikah, saya takut hal buruk akan terjadi pada
saya.
14. Lebih baik saya menunda pernikahan saya tahun-tahun
depan, sampai saya siap untuk menikah
15. Saya belum siap untuk menjadi kepala keluarga/ibu rumah
tangga (suami/istri)
Skala Religiusitas
Jawablah sesuai dengan diri Anda:
6. Saya percaya pada keberadaan Tuhan.
a. Sangat Tidak Percaya
b. Tidak Percaya
c. Ragu
d. Percaya
e. Sangat Percaya
7. Saya percaya pada hari kiamat.
a. Sangat Tidak Percaya
b. Tidak Percaya
c. Ragu
d. Percaya
e. Sangat Percaya
8. Saya percaya bahwa semua Nabi utusan Allah dan ayat-
ayat suci diturunkan kepada mereka.
a. Sangat Tidak Percaya
b. Tidak Percaya
c. Ragu
d. Percaya
e. Sangat Percaya
4. Berapa kali Anda pergi ke mesjid?
a. Tidak Pernah
b. Kadang-Kadang
c. Pernah
d. Sering
e. Sangat Sering
5. Islam adalah alasan utama mengapa saya seorang yang
rendah hati.
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
6. Islam adalah alasan utama mengapa saya harus
membantu orang miskin dan yatim piatu.
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
7. Islam adalah alasan utama untuk tidak makan daging babi
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
8. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak minum
alkohol.
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
9. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak
berhubungan seks sebelum menikah atau di luar.
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
10. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak
melakukan bunuh diri.
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
11. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak
membicarakan orang lain (gosip).
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
12. Saya ingin hidup di dunia diatur oleh hukum Islam.
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
13. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya
memohon petunjuk Allah.
e. Sangat Tidak Setuju
f. Tidak Setuju
g. Netral
h. Setuju
i. Sangat Setuju
14. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya
percaya bahwa saya sedang dihukum atas tindakan buruk
yang saya lakukan.
a. Sangat Tidak Setuju
b. Tidak Setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat Setuju
15. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya
beranggapan bahwa allah mengingatkan saya untuk
bersabar
a. Sangat Tidak Setuju
b. Tidak Setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat Setuju
16. Saya berdo’a dan memohon kepada Allah dengan
khusyu’
a. Sangat Tidak Setuju
b. Tidak Setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat Setuju
17. Saya berdoa karena saya merasa Allah akan
mengabulkan do’a saya.
e. Sama sekali tidak benar
f. Tidak benar
g. Netral
h. Benar
i. Sangat benar
18. Islam mempengaruhi perasaan saya untuk perduli
terhadap masyarakat.
e. Sama sekali tidak benar
f. Tidak benar
g. Netral
h. Benar
i. Sangat benar
19. Islam mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani saya.
e. Sama sekali tidak benar
f. Tidak benar
g. Netral
h. Benar
i. Sangat benar
20. Islam mempengaruhi perasaan saya tentang harga diri.
e. Sama sekali tidak benar
f. Tidak benar
g. Netral
h. Benar
i. Sangat benar
21. Islam mempengaruhi kedekatan perasaan saya kepada
Tuhan.
e. Sama sekali tidak benar
f. Tidak benar
g. Netral
h. Benar
i. Sangat benar
22. Islam mempengaruhi kemampuan saya untuk mengatasi
situasi sulit dalam hidup.
e. Sama sekali tidak benar
f. Tidak benar
g. Netral
h. Benar
i. Sangat benar
23. Saya merasa tidak kesepian karena saya memiliki
beberapa teman dekat untuk berbagi ketakutan saya.
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
24. Saya tidak pernah punya hubungan hangat dan banyak
kepercayaan dengan orang lain.
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
25. Saya selalu mempercayai teman-teman saya dalam
menjaga amanat
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
26. Saya merasa marah ketika mereka lebih dapat
melakukan pekerjaan dengan baik dibandingkan saya
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
27. Saya kesal sekali dengan orang-orang yang meminta
bantuan saya.
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
28. Saya tidak pernah mengatakan sesuatu yang menyakiti
perasaan seseorang.
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
29. Saya merasa bedosa ketika saya berbuat kesalahan
terhadap Allah
f. Sangat tidak setuju
g. Tidak setuju
h. Netral
i. Setuju
j. Sangat setuju
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM RELIGIUSITAS (Try Out)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
268.66 207.055 14.389 79
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
1 264.17 197.382 .661 . .742
2 264.20 208.282 -.102 . .756
3 264.23 203.887 .134 . .752
4 263.74 206.608 .045 . .753
5 264.94 193.585 .379 . .742
6 265.46 212.491 -.222 . .765
7 265.46 213.667 -.262 . .766
8 265.17 197.146 .402 . .744
9 265.31 217.339 -.462 . .768
10 265.26 207.255 -.036 . .756
11 264.20 200.871 .309 . .747
12 264.51 207.963 -.076 . .756
13 264.43 199.017 .240 . .748
14 264.43 194.076 .461 . .740
15 264.31 201.339 .355 . .747
16 264.37 198.593 .398 . .745
17 264.11 207.692 -.061 . .755
18 264.49 209.610 -.133 . .760
19 264.49 208.787 -.103 . .758
20 264.46 200.726 .306 . .747
21 264.34 208.938 -.115 . .758
22 264.00 206.176 .047 . .753
23 264.54 201.844 .230 . .749
24 264.83 203.205 .197 . .750
25 264.83 201.970 .330 . .748
26 265.71 206.975 -.027 . .757
27 266.11 205.045 .069 . .753
28 266.06 188.526 .549 . .735
29 265.51 197.728 .381 . .744
30 265.43 192.487 .523 . .738
31 265.46 207.079 -.035 . .758
32 266.11 200.457 .195 . .750
33 265.46 207.079 -.035 . .758
34 266.60 209.482 -.136 . .759
35 267.14 204.185 .082 . .753
36 266.60 202.424 .186 . .750
37 267.03 210.734 -.179 . .761
38 267.06 207.232 -.036 . .757
39 266.94 201.408 .225 . .749
40 265.57 202.605 .290 . .749
41 266.00 197.765 .266 . .747
42 264.86 199.126 .678 . .744
43 265.31 204.810 .091 . .753
44 265.29 207.857 -.065 . .756
45 266.26 204.667 .033 . .757
46 265.49 203.610 .193 . .750
47 265.26 205.432 .064 . .753
48 265.51 201.904 .280 . .748
49 265.20 201.576 .364 . .747
50 265.29 203.504 .208 . .750
51 264.94 198.644 .458 . .744
52 265.34 198.173 .521 . .743
53 265.09 190.787 .770 . .734
54 265.03 195.087 .560 . .740
55 266.37 208.887 -.108 . .758
56 267.09 208.963 -.138 . .757
57 267.14 206.950 -.013 . .755
58 266.29 207.328 -.042 . .758
59 264.51 184.492 .723 . .728
60 265.23 205.711 .005 . .757
61 266.40 212.482 -.306 . .762
62 265.94 206.820 -.031 . .759
63 264.69 202.810 .162 . .751
64 265.06 189.291 .486 . .737
65 264.69 190.045 .612 . .735
66 265.97 213.911 -.246 . .768
67 265.00 203.176 .133 . .752
68 265.23 203.358 .123 . .752
69 265.40 183.894 .721 . .727
70 265.00 206.118 .020 . .755
71 266.43 219.017 -.508 . .771
72 265.63 185.534 .614 . .731
73 265.03 186.087 .687 . .730
74 264.14 200.361 .336 . .747
75 264.23 209.476 -.184 . .757
76 264.46 213.667 -.324 . .764
77 264.23 198.829 .347 . .745
78 264.43 191.958 .491 . .738
79 264.74 192.373 .444 . .740
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.757 .752 79
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM RELIGIUSITAS (Field Test)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
118.59 81.327 9.018 29
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
1 114.08 77.858 .362 . .829
2 114.19 78.586 .286 . .831
3 114.07 76.955 .441 . .827
4 114.47 72.414 .404 . .827
5 114.36 74.315 .463 . .824
6 114.16 75.028 .494 . .824
7 114.03 77.270 .262 . .831
8 114.04 81.525 -.053 . .840
9 114.21 76.873 .440 . .827
10 114.03 78.729 .222 . .832
11 114.12 75.188 .494 . .824
12 114.47 73.604 .605 . .820
13 114.09 74.059 .576 . .821
14 114.41 74.246 .393 . .827
15 114.12 75.188 .608 . .822
16 114.32 78.058 .340 . .829
17 114.23 73.853 .743 . .818
18 114.21 73.278 .735 . .817
19 114.29 74.021 .483 . .823
20 114.11 77.691 .253 . .832
21 114.17 74.388 .616 . .821
22 114.24 74.644 .506 . .823
23 114.48 78.253 .198 . .833
24 115.59 71.408 .414 . .827
25 115.37 79.156 .058 . .843
26 116.59 82.057 -.098 . .842
27 116.56 80.871 -.004 . .840
28 115.16 76.082 .252 . .833
29 114.27 76.117 .315 . .830
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.833 .853 29
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM KECEMASAN (Try Out)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
74.69 31.516 5.614 24
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
1 71.49 28.610 .310 . .780
2 71.34 30.291 .187 . .785
3 71.37 29.417 .367 . .776
4 71.43 28.252 .445 . .771
5 71.54 31.726 -.084 . .801
6 71.63 29.417 .220 . .785
7 71.57 30.899 .143 . .785
8 71.51 27.787 .514 . .767
9 71.57 27.664 .442 . .771
10 71.43 30.252 .181 . .785
11 71.57 26.370 .587 . .759
12 71.43 29.487 .282 . .780
13 71.37 29.182 .415 . .774
14 71.74 29.079 .369 . .776
15 71.71 28.269 .546 . .767
16 71.80 29.106 .431 . .774
17 71.60 29.835 .257 . .781
18 71.49 27.845 .540 . .766
19 71.57 29.723 .370 . .777
20 71.71 28.210 .446 . .771
21 71.83 26.676 .473 . .768
22 71.77 31.358 -.025 . .796
23 71.74 29.844 .330 . .779
24 71.54 31.844 -.113 . .794
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.786 .776 24
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM KECEMASAN (Field Test)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
47.3553 83.939 9.16181 15
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00003 43.9211 88.180 -.410 .414 .904
VAR00004 44.1053 85.215 -.174 .382 .896
VAR00005 44.0658 83.502 .027 .531 .892
VAR00006 44.1711 75.904 .487 .390 .881
VAR00007 44.1184 73.039 .735 .623 .872
VAR00008 44.1974 70.854 .865 .818 .867
VAR00009 44.2368 69.516 .824 .818 .867
VAR00010 44.1316 81.289 .221 .353 .889
VAR00011 43.9079 69.205 .814 .792 .867
VAR00012 44.0921 66.485 .843 .826 .864
VAR00013 43.9737 64.933 .880 .854 .861
VAR00014 44.3158 78.992 .346 .307 .886
VAR00015 44.0658 77.689 .422 .347 .883
VAR00016 44.9605 60.945 .807 .842 .866
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00003 43.9211 88.180 -.410 .414 .904
VAR00004 44.1053 85.215 -.174 .382 .896
VAR00005 44.0658 83.502 .027 .531 .892
VAR00006 44.1711 75.904 .487 .390 .881
VAR00007 44.1184 73.039 .735 .623 .872
VAR00008 44.1974 70.854 .865 .818 .867
VAR00009 44.2368 69.516 .824 .818 .867
VAR00010 44.1316 81.289 .221 .353 .889
VAR00011 43.9079 69.205 .814 .792 .867
VAR00012 44.0921 66.485 .843 .826 .864
VAR00013 43.9737 64.933 .880 .854 .861
VAR00014 44.3158 78.992 .346 .307 .886
VAR00015 44.0658 77.689 .422 .347 .883
VAR00016 44.9605 60.945 .807 .842 .866
VAR00017 44.7105 59.995 .832 .869 .865
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.886 .844 15
Regresi variabel 1 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .060a
.004 -.010 3.59672
a. Predictors: (Constant), IslamicDimensions
Regresi variabel 1&2 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .197a
.039 .012 3.55716
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousConversion,
IslamicDimensions
Regresi variabel 1, 2, 3 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .198a
.039 -.001 3.58120
a. Predictors: (Constant), IslamicPositiveReligiousCoping,
IslamicDimensions, IslamicReligiousConversion
Regresi variabel 1, 2, 3, 4 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .233a
.054 .000 3.57842
a. Predictors: (Constant), IslamicNegativeReligiousCoping,
IslamicDimensions, IslamicReligiousConversion,
IslamicPositiveReligiousCoping
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .379a
.144 .082 3.42963
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousStruggle,
IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicDimensions,
IslamicReligiousConversion, IslamicPositiveReligiousCoping
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .379a
.144 .068 3.45461
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousInternalizationIdentification,
IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicDimensions,
IslamicReligiousConversion, IslamicPositiveReligiousCoping,
IslamicReligiousStruggle
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .383a
.147 .058 3.47436
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousInternalizationIntrojection,
IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousConversion,
IslamicDimensions, IslamicPositiveReligiousCoping,
IslamicReligiousStruggle, IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .387a
.150 .047 3.49421
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousExclusivism,
IslamicNegativeReligiousCoping,
IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousConversion,
IslamicDimensions, IslamicReligiousStruggle,
IslamicPositiveReligiousCoping,
IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .387a
.150 .032 3.52094
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .387a
.150 .032 3.52094
a. Predictors: (Constant), JenisKelamin, IslamicDimensions,
IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousExclusivism,
IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousConversion,
IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping,
IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .437a
.191 .065 3.46059
a. Predictors: (Constant), Usia, IslamicReligiousConversion,
IslamicNegativeReligiousCoping,
IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousExclusivism,
JenisKelamin, IslamicDimensions, IslamicReligiousStruggle,
IslamicPositiveReligiousCoping,
IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .437a
.191 .050 3.48792
a. Predictors: (Constant), PendidikanTerakhir,
IslamicReligiousInternalizationIntrojection,
IslamicNegativeReligiousCoping, Usia, IslamicReligiousExclusivism,
IslamicReligiousConversion, IslamicDimensions, JenisKelamin,
IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping,
IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .440a
.194 .038 3.51077
a. Predictors: (Constant), StatusBekerja, IslamicReligiousStruggle,
PendidikanTerakhir, IslamicReligiousInternalizationIntrojection, Usia,
IslamicReligiousExclusivism, IslamicNegativeReligiousCoping,
IslamicDimensions, IslamicReligiousConversion, JenisKelamin,
IslamicPositiveReligiousCoping,
IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dengan kecemasan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .441a
.194 .022 3.53869
a. Predictors: (Constant), SukuBangsa,
IslamicNegativeReligiousCoping,
IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousExclusivism,
Usia, IslamicReligiousConversion, PendidikanTerakhir, StatusBekerja,
IslamicDimensions, JenisKelamin,
IslamicReligiousInternalizationIdentification, IslamicReligiousStruggle,
IslamicPositiveReligiousCoping