Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“Fintech dan E-Commerce untuk Mendorong Pertumbuhan UMKM dan Industri Kreatif”
Hotel Atria Magelang, Selasa, 15 Oktober 2019
406
Pengaruh Perceived Organizational Support, Work Engagement, Affective
Commitment, Workplace Bullying, dan Work-Related Fatigue terhadap Intention To
Leave pada Perawat di Surakarta
Asri Laksmi Riani
Universitas Sebelas Maret
Muhammad Cholil
Universitas Sebelas Maret
Puspa Devi Maharani
Universitas Sebelas Maret
Tria Haniefa
Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji serta menganalisis pengaruh Perceived
Organizational Support, Work Engagement, Affective Commitment, Workplace Bullying, dan Work-
Related Fatigue terhadap Intention to Leave pada Perawat di Surakarta. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan regresi linear berganda, untuk mengetahui besaran kontribusi masing-masing varabel
independen terhadap variabel dependen. Keseluruhan analisis regresi diuji dengan menggunakan
Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 22. Data dikumpulkan melalui hasil penyebaran
kuesioner pada Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Surakarta. Hasil pengujian terhadap 236 perawat
di Surakarta yaitu perceived organizational support tidak mempengaruhi intention to leave, work
engagement berpengaruh negatif signifikan terhadap intention to leave, affective commitment
berpengaruh negatif signifikan terhadap intention to leave, workplace bullying berpengaruh positif
signifikan terhadap intention to leave, work-related fatigue berpengaruh positif signifikan terhadap
intention to leave.
Kata Kunci: Perceived Organizational Support Work Engagement, Affective Commitment,
Workplace Bullying, Work-Related Fatigue, Intention to Leave.
A. Pendahuluan
Tenaga kesehatan merupakan
kunci utama keberhasilan pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan suatu
negara. Menurut Badan PPSDM
Kesehatan (2019) rasio perbandingan
tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk
di Indonesia yaitu 1 : 100.000. Untuk
Provinsi Jawa Tengah perbandingan antara
tenaga kesehatan yaitu perawat dengan
jumlah penduduk yaitu 1 : 133. Artinya
bahwa 1 orang perawat harus melayani
133 orang penduduk Indonesia. Kebutuhan
tenaga perawat masih sangat dibutuhkan,
hal ini dikarenakan perbandingan antara
perawat dengan jumlah penduduk yang
sangat tinggi. Menurut Buerhaus & Staiger
(1999) dalam penelitiannya memprediksi
bahwa tenaga keperawatan akan terus
mengalami penurunan dan tidak dapat
Prosiding SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS
Fakultas Ekonomi Universitas Tidar
407
memenuhi permintaan dalam beberapa
dekade ke depan. Sebuah organisasi yang
berbasis pada pelayanan hospitality,
sumber daya manusia memegang
peranan penting.
Perkembangan manajemen rumah
sakit dalam bidang manajemen sumber
daya manusia dipengaruhi oleh adanya
tuntutan untuk lebih memperhatikan
kebijaksanaan yang diterapkan terhadap
karyawannya. Profesi perawat
membutuhkan adanya dukungan organisasi
yang tinggi untuk dapat membentuk
komitmen terhadap organisasi dan
membuat mereka merasa terikat dengan
pekerjaannya, sehingga dapat menurunkan
keinginan untuk keluar dari organisasi
maupun pekerjaan. Howell dan Dipboye,
1986 (dalam Munandar, 2001)
memandang kepuasan kerja sebagai hasil
keseluruhan dari derajat rasa suka atau
tidak suka tenaga kerja terhadap berbagai
aspek dari pekerjaan. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa pekerja yang
memiliki tekanan kerja yang tinggi (setres
kerja) akan mempengaruhi penurunan
kepuasan kerja karyawan (Utami &
Hariwibowo, 2013). Tingkat keinginan
untuk keluar yang tinggi pada perawat
dapat berpengaruh pada kesejahteraan
perawat yang kemudian berpengaruh pada
kualitas pelayanan terhadap pasien
(Pahlevan Sharif, Ahadzadeh, & Sharif,
2018).
Allen dan Meyer (1990)
mendefinisikan organizational
commitment sebagai suatu hal yang
membuat karyawan merasa terikat dengan
organisasinya dan mengurangi keinginan
dalam diri karyawan untuk keluar dari
organisasi atau perusahaannya. Intention to
leave dalam hal ini didefinisikan sebagai
keinginan individu untuk keluar dari unit
kerjanya saat ini, organisasi tempatnya
bekerja, ataupun profesinya (Krausz,
Koslowsky, Shalom, & Elyakim, 1995).
Salah satu faktor yang dapat menurunkan
tingkat keinginan seseorang untuk keluar
adalah work engagement. Individu dengan
work engagement yang tinggi merasa sulit
untuk terlepas dari pekerjaannya karena
mereka mengenal dan mampu
mengidentifikasi pekerjaannya dengan
baik, sehingga menurunkan keinginan
mereka untuk keluar dari pekerjaannya
(Saks, 2006). Dalam dunia kesehatan,
perawat perlu untuk terus didukung di
dalam organisasi sehingga dapat terikat
dengan pekerjaannya dan berkomitmen
dengan organisasi maupun pekerjaanya
(Beukes & Botha, 2013).
Penelitian yang dilakukan Grant,
Dutton, & Rosso, (2008) berfokus pada
affective commitment karena komitmen ini
“Fintech dan E-Commerce untuk Mendorong Pertumbuhan UMKM dan Industri Kreatif”
Hotel Atria Magelang, Selasa, 15 Oktober 2019
408
berkaitan dengan perasaan secara
emosional dan motivasi intrinsik karyawan
dibandingkan dengan perasaan dalam
tekanan (continuance commitment)
maupun kewajiban (normative
commitment), yang kemudian berpengaruh
terhadap perilaku positif dibandingkan dua
komitmen lain (continuance dan
normative). Workplace bullying
merupakan paparan terus menerus akan
agresi interpersonal dan penganiayaan dari
rekan kerja, atasan, maupun bawahan,
yang biasanya berbentuk psikis (Einarsen,
Hoel, & Notelaers, 2009). Faktor lain yang
mendorong keinginan perawat untuk
keluar adalah tuntutan kerja yang berat dan
jam kerja yang panjang. Hal ini akan
mengakibatkan kelelahan bekerja (work-
related fatigue) yang seringkali
menimbulkan kesalahan dan kecelakaan
kerja (Geiger-Brown, Rogers, Trinkoff,
Kane, Bausell, & Scharf, 2012).
B. Kajian Teori
Sebuah studi tentang pekerja di
Rumah Sakit Khusus (RSK) Bedah Bali
Indonesia Medika Citra (BIMC) Kuta
menunjukkan adanya hubungan negatif
Perceived Organizational Support
terhadap intention to leave dengan
komitmen organisasional sebagai
variabel pemediasi (Agustini et al. 2017).
Selain dari itu, hasil penelitian lain
menemukan bahwa keterlibatan kerja
berperan sebagai perantara hubungan
antara dukungan organisasi yang dirasakan
dan niat untuk keluar pada karyawan yang
bekerja di Sri Lanka (Wickramasinghe &
Wickramasinghe, 2011). Penelitian-
penelitian tersebut mendukung adanya
pengaruh negatif perceived organizational
support pada intention to leave. Oleh
karena itu, dapat ditarik hipotesis berikut:
H1: Perceived organizational
support berpengaruh secara negatif
pada intention to leave.
Penelitian yang dilakukan Merissa
(2018) bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dari work engagement terhadap
turnover intention melalui job
satisfaction sebagai variabel mediasi
pada PT. Lotte Shopping Indonesia
Sidoarjo. Hasilnya, menunjukkan bahwa
variabel work engagement memiliki
pengaruh negatif dan siginifikan terhadap
turnover intention di PT. Lotte Shopping
Indonesia Sidoarjo. Karyawan yang
memiliki keterikatan dengan sebuah
pekerjaan akan cenderung rendah
keinginan untuk keluar. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Alfes et al. (2014)
juga menemukan bahwa karyawan yang
memiliki keterikatan dengan pekerjaannya
Prosiding SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS
Fakultas Ekonomi Universitas Tidar
409
cenderung akan memiliki keinginan lebih
rendah untuk keluar dari perkerjaannya.
Penelitian-penelitian tersebut mendukung
adanya pengaruh negatif work engagement
pada intention to leave. Oleh karena itu,
dapat ditarik hipotesis berikut:
H2: Work engagement
berpengaruh secara negatif pada
intention to leave.
Meyer at al. (1993) menemukan
hasil bahwa terdapat hubungan negatif
yang kuat antara affective commitment
dengan intention to leave pada karyawan.
Karyawan dengan komitmen afektif
rendah akan dianggap menarik diri dari
pekerjaan mereka, hal ini mengakibatkan
timbulnya masalah dalam kinerja,
sehingga peningkatan intensi turnover.
Demikian pula, karyawan yang merasakan
adanya ikatan afektif dengan organisasi
mereka mungkin merasakannya sebagai
hutang yang menuntun mereka untuk
membalas melalui peningkatan semangat,
dedikasi dan penyerapan kerja yang tinggi,
sehingga menghasilkan hasil kerja yang
berharga bagi organisasi mereka.
Penelitian-penelitian tersebut mendukung
adanya pengaruh negatif affective
commitment pada intention to leave. Oleh
karena itu, dapat ditarik hipotesis berikut:
H3: Affective commitment
berpengaruh secara negatif pada
intention to leave.
Workplace bullying merupakan hal
yang berbahaya bagi karyawan maupun
organisasi. Secara psikis, korban akan
merasa depresi, self-esteem rendah, hingga
ingin bunuh diri (Einarsen, 1999).
Kekerasan di tempat kerja bukan hanya
berkaitan dengan kekerasan verbal maupun
non verbal. Penelitian yang dilakuan Putra
dan Pujiastuti (2015) meneliti pengaruh
workplace bullying pada kepuasan kerja,
komitmen organisasi, dan niat untuk
berpindah dengan strain sebagai variabel
mediasi. Hasil penelitian mengindikasikan
bahwa semakin sering seseorang
mengalami perilaku wor kplace bullying
hingga memunculkan strain akan
mengakibatkan peningkatan pada niat
seorang karyawan untuk berpindah. Oleh
karena itu, ketika menyaksikan terjadinya
bullying, karyawan lain akan ikut terkena
dampaknya secara psikis. Akibatnya,
terjadi ketidaknyaman di lingkungan kerja.
Berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu, disusun hipotesis sebagai
berikut:
H4: Workplace bullying
berpengaruh positif pada intention to
leave.
“Fintech dan E-Commerce untuk Mendorong Pertumbuhan UMKM dan Industri Kreatif”
Hotel Atria Magelang, Selasa, 15 Oktober 2019
410
Work-related fatigue atau
kelelahan yang berhubungan dengan
pekerjaan biasanya diakibatkan oleh
tuntutan kerja yang tinggi dengan durasi
jam kerja yang panjang, yang seringkali
menimbulkan kesalahan dan kecelakaan
kerja (Geiger-Brown et al. 2012).
Karyawan yang memiliki beban kerja lebih
besar dari kemampuannya akan sering
menimbulkan kelelahan yang berakibat
pada keinginan untuk keluar dari
pekerjaannya. Hal ini didukung oleh Hayes
et al. (2012) yang mengemukakan bahwa
pekerjaan yang terlalu banyak dan
menuntut akan menyebabkan kelelahan
fisik, psikis, dan emosi. Berdasarkan
penelitian-penelitian terdahulu, disusun
hipotesis sebagai berikut:
H5: Work-related fatigue
berpengaruh positif pada intention to
leave.
C. Metodologi Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu
struktur perencanaan yang mengarahkan
hasil dari penelitian menjadi valid,
objektif, efektif, serta efisien. Kuesioner
digunakan sebagai alat pengumpulan data
dan unit analisis yang digunakan adalah
individu yang merupakan perawat Rumah
Sakit dan Puskesmas di Surakarta.
Populasi yang digunakan dalam penelitian
adalah seluruh perawat yang bekerja di
rumah sakit dan puskesmas di Kota
Surakarta sebanyak 3.624 perawat. Terdiri
dari rumah sakit yang ada di Kota
Surakarta berjumlah 15 dan puskesmas
yang ada di Kota Surakarta berjumlah 17.
Metode convenience sampling digunakan
untuk pengambilan sampel, karena hanya
perawat yang bersedia dan diizinkan oleh
manajemen puskesmas dan rumah sakit
saja yang dijadikan sebagai responden.
Jumlah responden sebanyak 236 yang
dapat digunakan untuk diolah dalam
penelitian. Analisis menggunakan regresi
linier berganda. Variabel independen
dalam penelitian meliputi perceived
organizational support, work engagement,
affective commitment, workplace bullying,
dan work-related fatigue. Variabel
dependen dalam penelitian yaitu intention
to leave. Persamaan umumnya adalah:
IL = a - bPOS - bWE - bAC + bWB + bWF
Prosiding SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS
Fakultas Ekonomi Universitas Tidar
411
H1
H2
H3
H4
H5
V
Gambar 1 Kerangka Penelitian
D. Hasil dan Pembahasan
Uji Validitas dan Reliabilitas
Item Component Cronbach's
Alpha 1 2 3 4 5 6
Perceived Org. Support
0,898
POS1
,751
POS2
,804
POS4
,805
POS5
,795
POS6
,830
POS7
,736
Work Engagement
0,926
WE1
,747
WE2
,875
WE3
,885
WE4
,827
WE5
,769
WE6
,711
WE7
,724
Affective Commitment
0,913
AC1
,627
AC2
,624
AC3
,760
AC4
,732
AC5
,692
AC6
,640
Workplace Bullying
0,962
WB7 ,728
WB8 ,648
WB9 ,783
POS
WE
AC
WB
WF
IL
“Fintech dan E-Commerce untuk Mendorong Pertumbuhan UMKM dan Industri Kreatif”
Hotel Atria Magelang, Selasa, 15 Oktober 2019
412
WB10 ,813
WB11 ,839
WB12 ,824
WB13 ,800
WB14 ,862
WB15 ,818
WB16 ,816
WB17 ,852
WB18 ,834
WB19 ,771
WB20 ,741
WB21 ,746
WB22 ,666
Item Component Cronbach's
Alpha 1 2 3 4 5 6
Work-Related Fatigue
0,960
WF2
,772
WF3
,808
WF4
,719
WF5
,830
WF6
,690
WF7
,807
WF8
,826
WF9
,831
WF10
,817
WF15
,831
WF16
,695
WF17
,724
WF18
,727
WF19
,630
WF20
,774
Intention to Leave
0,883
IL1
,725
IL2
,735
IL3
,730
Hasil uji di atas menunjukkan bahwa instrumen kuisioner telah valid yaitu seluruh
item pernyataan memiliki nilai loadings > 0,5 dan seluruh dimensi dan variabel telah
mengelompok pada kuadrannya masing-masing. Reliabilitas ditunjukkan oleh nilai
cronbach’s alpha yang memiliki nilai > 0,7 sehingga dapat dinyatakan bahwa instrumen telah
reliable untuk digunakan.
Prosiding SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS
Fakultas Ekonomi Universitas Tidar
413
Regresi Simultan (Uji F)
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,589a ,347 ,333 2,63418
a. Predictors: (Constant), WF, POS, WB, WE, AC
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 847,290 5 169,458 24,422 ,000b
Residual 1595,943 230 6,939 Total 2443,233 235
a. Dependent Variable: IL
b. Predictors: (Constant), WF, POS, WB, WE, AC
Secara simultan variabel perceived
organizational support, work engagement,
affective commitment, workplace bullying,
dan work-related fatigue memiliki
kontribusi sebesar 58,9 persen dalam
menjelaskan perubahan yang terjadi pada
variabel intention to leave, sedangkan
sisanya sebesar 41,1 persen dijelaskan oleh
variabel lain di luar model. Hal ini
mengindikasi bahwa kelima faktor tersebut
yang mempengaruhi niat perawat untuk
berhenti atau bertahan dalam pekerjaannya
pada Puskesmas, RSUD, dan RSUNS.
Faktor lain diluar pengamatan peneliti
cukup besar pengaruhnya pada variabel
intention to leave perawat yang bekerja di
Surakarta. Pada bagian Anova (uji F)
terlihat bahwa secara simultan variabel-
variabel bebas memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel intention to
leave yang ditunjukkan dari nilai Sig.
0,000 < Alpha 5% yang artinya perceived
organizational support, work engagement,
affective commitment, workplace bullying,
dan work-related fatigue mempengaruhi
intention to leave.
Regresi Parsial (uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 11,779 2,038 5,780 ,000
POS -,050 ,045 -,065 -1,118 ,265
WE -,109 ,048 -,158 -2,262 ,025
AC -,140 ,057 -,189 -2,451 ,015
WB ,044 ,013 ,190 3,317 ,001
WF ,053 ,014 ,238 3,803 ,000
a. Dependent Variable: IL
“Fintech dan E-Commerce untuk Mendorong Pertumbuhan UMKM dan Industri Kreatif”
Hotel Atria Magelang, Selasa, 15 Oktober 2019
414
Pada Coefficients, uji t-parsial
terlihat bahwa, hipotesis pertama
penelitian ini adalah pengaruh variabel
perceived organizational support pada
intention to leave. Analisis pengaruh
variabel perceived organizational support
pada intention to leave di puskesmas dan
rumah sakit negeri menunjukkan hasil
yang tidak signifikan dan negatif
(0,265>0,05; B=-0,065). Artinya bahwa
hipotesis pertama di tolak dan menerima
hipotesis nol (H0). Pada perawat yang
bekerja di Puskesmas dan RS Pemerintah
tidak merasakan dampak yang besar yang
timbul dari dukungan organisasi atas niat
untuk berhenti atau bertahan dalam
pekerjaan. Sedangkan hasil penelitian untuk
hipotesis kedua, membuktikan bahwa
terdapat pengaruh langsung variabel work
engagement pada intention to leave.
Pengaruh variabel work engagement pada
intention to leave di puskesmas dan rumah
sakit menunjukkan hasil yang signifikan
dan negatif (0,025<0,05; B=-0,158). Hal
tersebut berarti bahwa work engagement
berpengaruh negatif pada intention to
leave. Perawat pada Puskesmas dan RS
Pemerintah merasakan pengaruh yang
signifikan atas keterlibatan perawat dalam
bekerja terhadap niat untuk berhenti.
Pengaruh keterlibatan kerja dengan niat
berhenti yaitu negatif, yang artinya saat
perawat semakin tinggi keterlibatan
karyawan dalam organisasi akan
berdampak pada menurunnya niat perawat
untuk berhenti. Penelitian Merissa (2018)
menunjukkan hasil bahwa variabel work
engagement memiliki pengaruh negatif
dan siginifikan terhadap turnover
intention karyawan PT. Lotte Shopping
Indonesia Sidoarjo.
Hipotesis ketiga penelitian ini
adalah pengaruh variabel affective
commitment pada intention to leave.
Pengaruh variabel affective commitment
pada intention to leave di puskesmas dan
rumah sakit menunjukkan hasil yang
signifikan dan negatif (0,015<0,05; B=-
0,189). Artinya bahwa saat affective
commitment perawat meningkat akan
mempengaruhi penurunan intention to
leave perawat pada puskesmas dan rumah
sakit. Hal ini menandakan bahwa perawat
yang memiliki komitken afektif yang
tinggi terhadap organisasi akan merasa
enggan untuk berhenti dari pekerjaannya
saat ini. Meyer at al. (1993) menemukan
hasil bahwa terdapat hubungan negatif
yang kuat antara affective commitment
dengan intention to leave pada karyawan
Prosiding SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS
Fakultas Ekonomi Universitas Tidar
415
Hipotesis keempat penelitian ini
adalah pengaruh langsung variabel
Workplace bullying pada intention to
leave. Pengaruh variabel Workplace
bullying pada intention to leave di
puskesmas dan rumah sakit menunjukkan
hasil yang signifikan dan positif
(0,001<0,05; B=0,190). Artinya bahwa
saat Workplace bullying perawat
meningkat akan mempengaruhi
meningkatnya keinginanan perawat untuk
berhenti bekerja pada puskesmas dan
rumah sakit. Kekerasan yang diterima
perawat baik verbal maupun non verbal
fitempat kerja akan meningkatkan
keinginan perawat untuk berhenti bekerja.
Putra dan Pujiastuti (2015) melakukan
penelitian, yang hasilnya mengindikasikan
bahwa semakin sering seseorang
mengalami perilaku workplace bullying
hingga memunculkan strain akan
mengakibatkan peningkatan pada niat
seorang karyawan untuk berpindah.
Hipotesis kelima penelitian ini adalah
pengaruh langsung variabel Work-related
fatigue pada intention to leave. Pengaruh
variabel Work-related fatigue pada
intention to leave di puskesmas dan rumah
sakit menunjukkan hasil yang signifikan
dan positif (0,000<0,05; B=0,238). Artinya
bahwa saat Work-related fatigue perawat
meningkat akan mempengaruhi
meningkatnya intention to leave perawat
pada puskesmas dan rumah sakit. Hal ini
sesuai dengan penelitian Hayes et al.
(2012) yang mengemukakan bahwa
pekerjaan yang terlalu banyak dan
menuntut akan menyebabkan kelelahan
fisik, psikis, dan emosi.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dapat diambil kesimpulan pengujian
penelitian terhadap 236 perawat di
Surakarta. Pertama, perceived
organizational support tidak
mempengaruhi intention to leave. Pada
penelitian yang dilakukan pada perawat
menunjukkan hasil yang menyatakan
bahwa dukungan organisasi tidak
berpengaruh terhadap intention to leave.
Kedua, work engagement berpengaruh
negatif signifikan terhadap intention to
leave. Pada perawat Puskesmas dan
Rumah Sakit di Surakarta ternyata
keterlibatan kerja mempengaruhi perawat
untuk berhenti di pekerjaannya. Ketiga,
affective commitment berpengaruh negatif
signifikan terhadap intention to leave.
Perawat merasakan saat dirinya memiliki
komitmen afektif terhadap pekerjaannya
maka akan menurunkan keinginan untuk
keluar. Keempat, workplace bullying
berpengaruh positif signifikan terhadap
intention to leave. Saat seseorang
menerima kekerasan verbal maupun non
“Fintech dan E-Commerce untuk Mendorong Pertumbuhan UMKM dan Industri Kreatif”
Hotel Atria Magelang, Selasa, 15 Oktober 2019
416
verbal akan berdampak pada keinginan
untuk keluar dari pekerjaan. Terakhir,
work-related fatigue berpengaruh positif
signifikan terhadap intention to leave.
Menurut perawat kelelahan akibat
pekerjaan akan mendorong keinginan
untuk keluar dari pekerjaannya.
F. Daftar Pustaka Agustini, N.P.L., Dewi, I.G.A.M., dan
Subudi, M. (2017). Pengaruh
Perceived Organizational Support
terhadap Turnover Intention
dengan Komitmen Organisasional
sebagai Variabel Pemediasi. E-
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana 6(1): 251-
276.
Alfes, K., Truss, C., Soane, E.C., Rees, C.,
and Gatenby, M. (2014), ‘The
Relationship Between Line
Manager Behavior, Perceived
HRM Practices and Individual
Performance. Examining the
Mediating Role of Engagement,’
Human Resource Management.
Allen, N. J., & Meyer, J. P. (1990). The
measurement and antecedents of
affective, continuance and
normative commitment to the
organization. Journal of
occupational psychology, 63(1), 1-
18.
Badan PPSDB Kesehatan. 2019. Informasi
SDM Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia:
Ministry of health republik of
indonesia versi 4.0.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_
sdmk/info/renbut
Beukes, I., & Botha, E. (2013).
Organisational commitment, work
engagement and meaning of work
of nursing staff in hospitals. SA
Journal of Industrial Psychology,
39(2), 1-10.
Buerhaus, P. I., & Staiger, D. O. (1999).
Trouble in the nurse labor market?
Recent trends and future outlook.
Health Affairs, 18(1), 214.
Einarsen, S. (1999). The nature and causes
of bullying at work. International
Journal of Manpower, Vol. 20 No.
1/2, pp. 16-27.
Einarsen, S., Hoel, H., & Notelaers, G.
(2009). Measuring exposure to
bullying and harassment at work:
Validity, factor structure and
psychometric properties of the
Negative Acts Questionnaire-
Revised. Work & stress, 23(1), 24-
44.
Geiger-Brown, J., Rogers, V. E., Trinkoff,
A. M., Kane, R. L., Bausell, R. B.,
& Scharf, S. M. (2012). Sleep,
sleepiness, fatigue, and
performance of 12-hour-shift
nurses. Chronobiology
international, 29(2), 211-219.
Grant, A.M., Dutton, J.E., & Rosso, B.D.
(2008). Giving commitment:
Employee support programs and
the prosocial sensemaking process.
Academy of Management Journal,
51(5), 898 – 918.
Hayes, L. J., O’Brien-Pallas, L., Duffield,
C., Shamian, J., Buchan, J.,
Hughes, F., ... & North, N. (2012).
Nurse turnover: a literature review–
an update. International journal of
nursing studies, 49(7), 887-905.
Krausz, M., Koslowsky, M., Shalom, N.,
& Elyakim, N. (1995). Predictors
of intentions to leave the ward, the
hospital, and the nursing
profession: A longitudinal study.
Journal of Organizational
Behavior, 16(3), 277-288.
Prosiding SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS
Fakultas Ekonomi Universitas Tidar
417
Merisa, B. (2018). Pengaruh Work
Engagement terhadap Turnover
Intention melalui Job Satisfaction
sebagai Variabel Mediasi pada PT.
Lotte Shopping Indonesia Sidoarjo.
AGORA, 6(1).
Meyer, J. P., Allen, N. J., & Smith, C. A.
(1993). Commitment to
organizations and occupations:
Extension and test of a three-
component conceptualization.
Munandar, A.S. (2001). Psikologi Industri
dan Organisasi. Jakarta: UI-Press.
Pahlevan Sharif, S., Ahadzadeh, A. S., &
Sharif Nia, H. (2018). Mediating
role of psychological well‐being in
the relationship between
organizational support and nurses’
outcomes: A cross‐sectional study.
Journal of advanced nursing,
74(4), 887-899.
Putra, D.K., dan Pujiastuti, I.S.S. 2015.
Pengaruh Workplace Bullying Pada
Kepuasan Kerja, Komitmen
Organisasi, Dan Niat Untuk
Berpindah Dengan Strain Sebagai
Variabel Mediasi. Fokus
Manajerial, 13(2): 177-188
Saks, A. M. (2006). Antecedents and
consequences of employee
engagement. Journal of managerial
psychology, 21(7), 600-619.
Utami, S.W., dan Hariwibowo, H. 2013.
Pengaruh Stres Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Pegawai di Kantor
Cabang PT. Pegadaian (Persero).
Jurnal Penelitian dan Pengukuran
Psikologi, 2(1):72-77.
https://doi.org/10.21009/JPPP.021.
11
Wickramasinghe, D., & Wickramasinghe,
V. 2011. Perceived organisational
support, job involvement and
turnover intention in lean
production in Sri Lanka. The
International Journal of Advanced
ManufacturingTechnology, 55,
817–830.