Upload
vohanh
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA
DI SMA DARUSSALAM CIMANGGIS CIPUTAT
Disusun Oleh :
HAFIZ BAHAR
(104011000097)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
i
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Hafiz Bahar NIM : 104011000097 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan
Akhlak di SMA Darussalam Cimanggis Ciputat Dosen Pembimbing : Dr. Abdul Fattah Wibisono, MA Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.
2. Jika dikemudian hari terbukti ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Desember 2008 Penulis
Hafiz Bahar NIM:104011000097
ii
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SMA DARUSSALAM CIMANGGIS CIPUTAT
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam
Oleh
Hafiz Bahar
NIM 104011000097
Dibawah bimbingan
Dr. H. Abd Fattah Wibisono,MA NIP.150236009
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan
Akhlak Siswa di SMU Darussalama Ciputat” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus
dalam Ujian Munaqasyah pada 16 Desember 2008 dihadapan dewan penguji. Karena
itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan
Agama Islam.
Jakarta, 16 Desember 2008
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua/Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan Dr. Abdul Fattah Wibisono, MA .................. .......................... NIP : 150 236 009 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. Sapiuddin Shidiq, MA ................... .......................... NIP : 150 299 477 Penguji I Drs. Ghufron Ihsan, MA .................... .......................... NIP : 150 202 340 Penguji II Drs. Sapiuddin Shidiq, MA ..................... .......................... NIP :150 299 477
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP: 150 231 356
iv
ABSTRAKSI
Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa SMA Darussalam Cimanggis Ciputat. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan pengaruh pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak siswa yang dilakukan di SMA Darussalam Cimanggis Ciputat dan dapat memberikan saran yang positif kepada guru-guru pendidikan agama Islam baik yang dilakukan melalui keteladanan, bimbingan maupun pendidikan yang melalui proses belajar mengajar dalam upaya membentuk dan meningkatkan akhlak siswa di sekolah SMA Darussalam Cimanggis Ciputat. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian lapangan yang dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan penyebaran angket. Wawancara dilakukan kepada guru Pendidikan Agama Islam. Penyebaran angket ditujukan kepada 50 orang siswa kelas X dn XI yang beragama Islam yang diambil secara random atau acak dan dijadikan objek penelitian. Dalam pengumpulan data, baik wawancara, observasi maupun penyebaran angket berjalan dengan lancar, seluruh pertanyaan yang diajukan dapat dijawab sesuai dengan kondisi dan kenyataan yang sebenarnya di SMA Darussalam Cimanggis Ciputat sehingga data yang terkumpul dapat dijadikan sebagai sumber yang akurat dalam penulisan skripsi ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa SMA Darussalam Cimanggis Ciputat, dengan menyatakan hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nihil ditolak. Pada akhirnya tujuan yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini adalah agar siswa menjadi manusia yang berakhlakul karimah baik dalam beribadah, dikehidupan sehari-hari, terhadap guru maupun terhadap sesama manusia.
Penulis
Hafiz Bahar NIM: 104011000097
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah zat yang Maha Rahman dan Maha
Rahim terhadap seluruh makhluknya. Dialah yang menganugrahkan berbagai nikmat
dan karunia khususnya kepada penulis, sehingga dengan hidayah dan inayahnya
memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini guna
mencapai gelar sarjana pendidikan pada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Univesitas Islam Negeri Jakarta.
Tiada terlupakan shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
penyelamat umat manusia di dunia, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW sebagai
insan utama pilihan Allah yang telah memancarkan cahaya kebenaran dalam sisi
kehidupan manusia.
Setelah sekian lama mengikuti proses bimbingan, akhirnya penyusunan skripsi
ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skirpsi ini terwujud
bukan semata-mata atas upaya pribadi penulis, melainkan berkat bantuan dan
dorongan dari semua pihak. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur kepada Allah, dalam
kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan
terimakasih yang terdalam dan tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta
2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Drs. H Nurdin Idris, MA selaku dosen penasehat akademik.
4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah mendidik dan mendewasakan penulis tentang berbagai
wawasan dan ilmu perguruan yang sangat berguna selama mengikuti studi di
kampus.
5. DR.H Abdul Fatah Wibisono, MA yang dengan ketulusan dan keikhlasannya
berkenan menjadi dosen pembimbing dan telah meluangkan waktu serta
kesabaran beliau yang tidak pernah merasa lelah sedikitpun untuk memberikan
bimbingan, membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
6. Marul Wa’id S.Ag selaku kepala Sekolah SMA Darussalam Ciputat, Ir. Ismail
Fahmi sebagai wakil kepala sekolah bagian kurikulum, Ubaidillah SS sebagai
wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, beserta staf-stafnya yang mengizinkan
vi
penulis untuk mengadakan penelitian serta selalu mendampingi penulis semasa
riset dan observasi.
7. Guru Bidang studi Pendidikan Agama Islam yang bersedia diwawancarai oleh
penulis sehingga memperoleh data dengan mudah dan akurat.
8. Ayahanda, Ibunda dan keluarga terkasih yang selalu memberikan semangat, doa
dan kasih sayangnya. Terimakasih atas dukungan, baik moril maupun materil
yang telah diberikan selama ini.
9. The Angel 9486, makasih atas semua kerja samanya dan bantuannya.
10. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam, sahabat-
sahabat kelas C dan kawan-kawan alumni pondok pesantren As-syafiiyah Pulo
Air Sukabumi yang selalu memberikan semangat dan dukungan.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat sederhana dan jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik sangatlah diharapkan. Semoga Allah
memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuannya kepada penulis.
Penulis
Hafiz Bahar
vii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN PENULIS....................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI................................................................... iii ABSTRAKSI............................................................................................................ iv KATA PENGANTAR……………………………………………………………. v DAFTAR ISI……………………………………………………………………… vii DAFTAR TABEL.................................................................................................... ix BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................... 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Islam......................................................................... 6
1. Pengertian Pendidikan Islam.................................................. 6
2. Dasar Pendidikan Agama Islam............................................. 8
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................... 10
4. Ruang Lingkup pendidikan Agama Islam .............................. 16
5. Fungsi Pendidikan Agama Islam............................................ 17
B. Pembinaan Akhlak ..................................................................... 18
1. Pengertian Pembinaan Akhlak ............................................... 18
2. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ...................................... 20
3. Tujuan Pendidikan Akhlak .................................................... 20
4. Macam-macam Akhlak.......................................................... 21
5. Metode Pembinaan Akhlak.................................................... 24
C. Kerangka Berfikir........................................................................ 27
D. Hipotesis ..................................................................................... 28
viii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ........................................................................ 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 29
C. Populasi dan Sampel ................................................................... 29
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 30
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 30
F. Teknik Analisis Data................................................................... 31
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Profil SMA Darussalam .............................................................. 32
B. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak di SMA Darussalam.................. 35
C. Faktor Penghambat dan Pendukung............................................. 36
D. Usaha Sekolah Dalam Membina Akhlak Siswa ........................... 38
E. Deskripsi dan Analisis Data......................................................... 39
F. Interpretasi Data.......................................................................... 60
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 63
B. Saran........................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...…..... 65
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Halaman
1 Kisi-kisi instrumen penelitian 31
2 Keadaan guru dan karyawan 33
3 Keadaan siswa 34
4 Pertanyaan angket no.1 39
5 Pertanyaan angket no.2 39
6 Pertanyaan angket no.3 40
7 Pertanyaan angket no.4 40
8 Pertanyaan angket no.5 41
9 Pertanyaan angket no.6 41
10 Pertanyaan angket no.7 42
11 Pertanyaan angket no.8 42
12 Pertanyaan angket no.9 43
13 Pertanyaan angket no.10 43
14 Pertanyaan angket no.11 44
15 Pertanyaan angket no.12 44
16 Pertanyaan angket no.13 44
17 Pertanyaan angket no.14 45
18 Pertanyaan angket no.15 45
19 Pertanyaan angket no.16 46
20 Pertanyaan angket no.17 46
21 Pertanyaan angket no.18 47
22 Pertanyaan angket no.19 47
23 Pertanyaan angket no.20 48
24 Pertanyaan angket no.21 48
25 Pertanyaan angket no.22 49
26 Pertanyaan angket no.23 49
27 Pertanyaan angket no.24 50
28 Pertanyaan angket no.25 50
29 Pertanyaan angket no.26 51
x
30 Pertanyaan angket no.27 51
31 Pertanyaan angket no.28 51
32 Pertanyaan angket no.29 52
33 Pertanyaan angket no.30 52
34 Perhitungan mencari data variabel X dari hasil penyebaran angket
53
35 Perhitungan mencari data variabel X dari hasil penyebaran angket
55
36 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara variabel X (Pendidikan Agama Islam) dan
variabel Y (Pembinaan Akhlak Siswa)
58
37 Interpretasi nilai ‘r’ product moment 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hidup dan
kehidupan manusia. John Dewey, berpendapat bahwa pendidikan merupakan
salah satu kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial, sebagai bimbingan dan sarana
pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin
hidup.1 Seseorang tidak akan mampu memahami dan menjalani hidup tanpa
aspirasi (cita-cita) untuk maju. Untuk memajukan kehidupan mereka itulah maka
pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan
konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang
waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri.
Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih
kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriyah,
batiniyah, dunia dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tidak mungkin tercapai
jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya
seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Proses pendidikan adalah suatu
kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai
tujuan atau cita-cita yang diharapkan oleh setiap pendidik dalam proses
pembinaan dan peningkatan moralitas dan keilmuan di masa-masa yang akan
datang.
1 A. Malik fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia: 1999), h. 35
2
Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi
mengetahui, dan membentuk jasmani dan rohani yang matang. Sebagaimana
tujuan pendidikan, menurut Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) UU RI
NO. 20 TH. 2003 BAB II Pasal 3 dinyatakan
”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2
Tujuan pendidikan setidaknya terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan
bertujuan mengembangkan aspek batin atau rohani dan pendidikan bertujuan
mengembangkan jasmani atau lahiriyah. Pendidikan bersifat rohani merujuk
kepada kualitas kepribadian, karakter, akhlak dan watak, semua itu menjadi
bagian penting dalam pendidikan, kedua pengembangan terfokus kepada aspek
jasmani, seperti ketengkasan, kesehatan, cakap dan kreatif. Pengembangan
tersebut dilakukan di institusi sekolah dan di luar sekolah seperti di dalam
keluarga dan masyarakat.
Tujuan pendidikan berusaha membentuk pribadi berkualitas baik jasmani
dan rohani. Dengan demikian secara konseptual pendidikan mempunyai peran
strategis dalam membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas, tidak saja
berkualitas dalam segi skill, kognitif, afektif, tetapi juga aspek spiritual. Hal ini
membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak didik
mengembangkan diri berdasarkan potensi dan bakatnya. Melalui pendidikan anak
memungkinkan menjadi pribadi soleh, pribadi berkualitas secara skill, kognitif
dan spiritual.
Tetapi realitas di masyarakat membuktikan pendidikan belum mampu
menghasilkan anak didik berkualitas secara keseluruhan. Kenyataan ini dapat
dicermati dengan banyaknya perilaku tidak terpuji terjadi di masyarakat, sebagai
contoh merebaknya penggunaan narkoba, penyalahgunaan wewenang, korupsi,
2 Depdiknas, UU SISDIKNAS 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003) h.5
3
manipulasi, perampokan, pembunuhan, pelecehan seksual, pelanggaran hak azasi
manusia, penganiayaan terjadi setiap hari. Realitas ini memunculkan anggapan
bahwa pendidikan belum mampu membentuk anak didik berkepribadian
sempurna. Anggapan tersebut menjadikan pendidikan diposisikan sebagai institusi
yang dianggap gagal membentuk berakhlak mulia. Padahal tujuan pendidikan di
antaranya adalah membentuk pribadi berwatak, bermartabat beriman dan
bertakwa serta berakhlak.
Dalam pendidikan Islam, agama merupakan salah satu aspek yang perlu
ditanamkan dalam diri anak didik. Karena melalui pendidikan agama, bukan
hanya pengetahuan dan pengembangan potensi anak didik yang akan terbentuk
secara keseluruhan dari mulai pengetahuan agama, latihan-latihan sehari-hari,
sikap keberagamaannya dan perilaku (akhlak) yang sesuai dengan ajaran agama
baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan
manusia lain, serta manusia dengan dirinya sendiri
Begitu pentingnya pendidikan agama dalam kehidupan manusia, oleh
karena itu pendidikan agama berperan dalam membina siswa yang sedang dalam
masa pertumbuhan, dengan mengadakan pendekatan dan perhatian yang bersifat
tuntunan dan bimbingan. Hal senada dikemukakan pula oleh Mahmud Yunus
bahwa: “ pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling mulia,
karena pendidikan agama menjamin untuk memperhatikan akhlak anak-anak dan
mengangkat mereka ke derajat yang tinggi dan berbahagia dalam hidup dan
kehidupannya.3
Sementara kenyataan sekarang membuktikan banyak pemuda telah
terjangkit demoralisasi dan dekadensi moral yang buruk. Akhlak dianggap usang,
akhlak dianggap tidak perlu lagi dalam tatanan kehidupan dan tata pergaulan
hidup sehari-hari. ini terbukti dengan maraknya berbagai. kemaksiatan baik
pemakaian narkoba serta pergaulan bebas pria dan wanita yang dilakukan pada
generasi muda terlebih dilakukan oleh pemuda dan pemudi yang masih berada
dibangku sekolah.
3 Mahmud Yunus, H, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung), h. 7
4
Kenyataan itu sangat relevan dengan kondisi dan situasi yang ada di
sekolah SMU Darussalam Cimanggis. Sering ditemukan siswa-siswi yang
melanggar peraturan sekolah, seperti ketidakdisiplinan mereka dalam masuk
sekolah, mencontek pada saat ujian, merokok di lingkungan sekolah dan kurang
hormatnya siswa terhadap guru.
Untuk mengatasi hal ini perlu adanya pendidikan yang baik dalam
penerapan pendidikan akhlak agar tercipta generasi muda yang berakhlak
karimah. Pendidikan Islam merupakan penawar dan berperan dalam mengatasi
problem tersebut. Pendidikan Islam merupakan konsep yang sangat relevan untuk
menangani hal tersebut. Dan pendidikan Islam merupakan faktor pendukung
untuk menyelesaikan persoalan remaja dan masyarakat yang rentan sekali dengan
tindakan-tindakan yang jauh dari nilai agama dan masyarakat. Generasi Islam
harus dibekali dengan pendidikan Islam, sebagai pedoman moral untuk
mengendalikan dampak perkembangan zaman yang dapat menggeser nilai-nilai
moral dan kemanusiaan.
Usaha untuk mengatasi dan menanggulangi hal itu merupakan salah satu
tujuan pendidikan Islam yaitu agar anak didiknya menjadi insan kamil yang
berakhlak mulai serta mendapatkan kebahagiaan didunia dan akhirat.
Melihat fenomena-fenomena tersebut, penulis tertarik untuk membuat
judul penelitian “Pengaruh Pendidikan Islam Terhadap Pembentukan
Akhlak Siswa SMU Darussalam Ciputat”. Dengan alasan sebagai berikut:
1. Karena pendidikan Islam mampu membentuk generasi muda yang
berakhlak mulia.
2. Karena akhlak merupakan barometer runtuh dan tegaknya suatu
bangsa.
B. Identifikasi Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka dapat di
identifikasikan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pendidikan agama Islam yang diterapkan di SMA Darussalam
Cimanggis Ciputat dalam pembentukan akhlak siswa
2. Akhlak siswa terhadap guru
5
3. Akhlak siswa terhadap sesama teman
4. Pendidikan agama Islam berpengaruh terhadap pembentukan akhlak siswa
5. Upaya yang dilakukan pihak sekolah SMA Darussalam dalam membentuk
akhlak siswa
6. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan agama Islam
dalam pembentukan akhlak siswa
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan hasil penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat lebih
terarah oleh peneliti, maka penulis membatasi masalah yang diteliti yaitu:
Pendidikan agama Islam yang diterapkan di SMA Darussalam dan pengaruhnya
terhadap pembentukan akhlak siswanya.
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh antara pendidikan agama
Islam terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA Darussalam ?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:
1. Sebagai masukan bagi pihak sekolah dalam mengupayakan dan membina
akhlak siswa-siswinya.
2. Sebagai bahan kelengkapan wawasan pengetahuan keterampilan serta
aplikasinya dari ilmu yang didapat dalam menempuh pendidikan
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Sebelum membahas pengertian pendidikan Islam maka terlebih dahulu
dikemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata
didik dengan memberikan awalan ‘pe’ dan akhiran ‘kan’ yang mengandung arti
perbuatan (hal, cara). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani
yaitu paedagogia, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan kata education yang
berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab ini sering
diterjemahkan dengan kata Tarbiyah yang berarti pendidikan.4
Pedagogia atau ilmu kependidikan ialah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki, merenungkan tentang segala gejala perbuatan mendidik. Paedagogos
(pendidik atau ahli didik) ialah orang yang tugasnya membimbing anak dalam
pertumbuhannya ke arah dapat berdiri sendiri. 5
Sedangkan pendidikan menurut para ahli adalah:
a. Pendidikan menurut Ahmad D Marimba ialah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
si terdidik menuju terbentuknya kepribadin yang utama.6
4 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), h. 1
5 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1993) h. 1
6 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: al-Ma’rif, 1987), h. 19
7
b. Pendidikan menurut Muhibbin Syah ialah memelihara dan memberi
latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan, diperlukan adanya
ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasaan pikiran.7
c. Zuhairini mengemukakan bahwa pendidikan dalam arti luas adalah
meliputi seluruh perbuatan atau semua usaha genersi tua untuk
mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, percakapan serta
keterampilan pada generasi muda sebagai usaha untuk menyiapkan mereka
agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. 8
Dari beberapa pengertian atau batasan pendidikan yang diberikan para ahli
tersebut, meskipun berbeda secara redaksional, namun secara essensial terdapat
kesatuan unsur-unsur yang terdapat didalamnya, yaitu bahwa pengertian
pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tutunan atau pimpinan
yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan
dan sebagainya.
Secara terminologi pendidikan agama Islam adalah merupakan usaha sadar
untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan segala potensi
yang dianugrahkan Allah kepadanya agar mampu mengemban amanat dan
tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengabdiannya kepada
Allah.9
Menurut Nur Uhbiyati, pendidikan agama Islam ialah suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh
hamba Allah.10
Zakiyah Daradjat mendefinisikan pendidikan agama Islam sebagai suatu
usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT remaja
Rosda Karya, 2002), h. 10 8 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 92 9 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT Gemawindu
Pancaperkasa, 2000), h.2 10
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h. 13
8
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup. 11
Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
agama Islam adalah kegiatan pendidikan berupa pengajaran, bimbingan dan
asuhan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani anakyang bertujuan membentuk
anak didik agar setelah mereka memperoleh pendidikan itu ia dapat meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan seluruh ajaran islam sehingga
mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu :
a. Dasar Religius
Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar
yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam al-Qur’an maupun al-
Hadits. Menurut ajaran Islam melaksanakan pendidikan agama Islam merupakan
perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.12
Firman Allah surat at-Tahrim ayat 6:
$ pκš‰ r'‾≈tƒ t Ï% ©! $# (#θ ãΖtΒ# u (# þθè% ö/ä3 |¡ à�Ρr& ö/ä3‹Î=÷δr& uρ # Y‘$ tΡ $yδߊθ è% uρ â¨$ ¨Ζ9 $# äοu‘$ yf Ïtø:$# uρ $ pκö� n=tæ îπ s3 Í×‾≈n=tΒ ÔâŸξÏî
׊# y‰Ï© āω tβθÝÁ ÷è tƒ ©! $# !$tΒ öΝèδt� tΒr& tβθ è=yè ø� tƒuρ $tΒ tβρâ÷s∆ ÷σム∩∉∪
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.13
11
Zakiah Daradjat, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara dan Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam DEPAG, 1996), h. 84
12 Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama,(Surabaya, Biro IlmiahFakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang), h. 23
13 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: PT Syaamil Cipta Media),
h.560
9
Dari ayat di atas memberikan pengertian kita bahwa dalam ajaran Islam
memang perintah untuk melaksanakan pendidikan agama ini secara langsung
dipahami dari perintah, seperti menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka.
b. Dasar Yuridis Formal
Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan yuridis formal yaitu
pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang-undangan yang
secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah ataupun lembaga-
lembaga pendidikan formal di Indonesia.
Adapun dari segi yuridis formal dasar pendidikan agama Islam ada tiga
macam, yakni dasar ideal, konstitusional dan operasional.14
1) Dasar Ideal, yaitu pancasila di mana sila pertama adalah Ketuhanan
Yang Maha Esa, berarti menjamin setiap warga negara untuk
memeluk, beribadah serta menjalankan aktivitas yang berhubungan
dengan pengmbangan agama termasuk pelaksanaan pendidikan
agama.15 Untuk merealisir hal tersebut, maka diperlukan adanya
pendidikan agama kepada anak-anak, karena tanpa adanya pendidikan
agama akan sulit mewujudkan sila pertama dari Pancasila tersebut.16
2) Dasar Struktural atau Konstitusional adalahUndang-undang 1945
dalam pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
a) Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut
agama dan kepercayaannya itu.17
3) Dasar Operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur
pelaksanaan agama di sekolah-sekolah Indonesia seperti yang
14
Abu Ahmadi, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Bandung: CV Armico, 1986), h. 62-63
15 Zuhairini, Filsafat Pendidikan..., h. 154.
16 Yunus Namsa, Metodologi Pengarahan Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000),
h. 26 17
Zuhairini, dkk, Metode Khusus..., h. 22
10
diterapkan PP No. 55 tahun 2007 pasal 3 ayat 1 dan Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
c. Dasar Psikologis
Semua manusia dalam hidupnya di dunia ini selalu membutuhkan adanya
suatu pegangan hidup hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam
jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya suatu zat yang maha kuasa,
tempat berlindung dan tempat mereka memohon pertplongan. Mereka akan
merasa tenang dan tentram hatinya jika mereka mendekat dan mengabdi kepada
zat yang maha kuasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat ar- Rad ayat 28:
t Ï%©!$# (#θãΖtΒ# u ’ È⌡uΚôÜ s? uρ Ο ßγç/θ è=è% Ì� ø.É‹ Î/ «! $# 3 Ÿωr& Ì� ò2 É‹ Î/ «! $# ’ È⌡yϑôÜ s? Ü>θ è=à) ø9 $# ∩⊄∇∪
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”18
Karena manusia akan terus berusaha mendekatkan diri pada Tuhannya tetapi cara
mereka mengabdi dan mendekatkan diri pada tuhan itu berbeda-beda sesuai
dengan ajaran agama yang dianut, itulah sebabnya bagi orang-orang muslim
diperlukan adanya pendidikan agama Islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka
kearah yang benar sehingga mereka akan mendapat mengabdi dan beribadah
sesuai dengan ajaran Islam Tanpa adanya pendidikan agama Islam dari suatu
generasi ke generasi berikutnya maka orang akan semakin jauh dari agama yang
benar.19
3. Tujuan Pendidikan Islam
Untuk merumuskan tujuan pendidikan Islam harus diketahui lebih dahulu
ciri manusia sempurna menurut islam. Untuk mengetahui ciri manusia sempurna
menurut Islam harus diketahui lebih dahulu hakikat manusia menurut Islam.
a. Hakikat Manusia Menurut Islam
Apa hakikat manusia menurut Islam? Menurut Islam, manusia adalah
makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh
18
Departemen Agama, Al-Qur’an..., h. 252 19
Zuhairini, dkk, Metode Khusus...,h.25
11
dirinya sendiri, al-Qur’an surat al- Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu
diciptakan Tuhan dari segumpal darah, al- Qur’an surat al- Thariq ayat 5
menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah dan masih banyak sekali ayat
al-Qur’an yang menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Tuhan.
Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Pandangan tentang kemakhlukkan
manusia cukup menggambarkan hakikat manusia. Manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan, inilah salah satu hakikat wujud manusia. 20
Hakikat wujud yang lain adalah bahwa manusia adalah makhluk yang
perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Dalam teori
pendidikan yang dikembangkan oleh dunia barat, dikatakan bahwa perkembangan
seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme), sebagai lawannya
berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya
dipengaruhi oleh lingkungannya (empirisme), sebagai sintesisnya dikembangkan
pula teori ketiga yang mengatakan bahwa seseorang ditentukan oleh pembawaan
dan lingkungan (konvergensi).
Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang berkembang dipengaruhi
oleh pembawaan dan lingkungannnya, sehingga ia berkecenderungan beragama.
Inilah antara lain hakikat wujud manusia. Yang lain ialah bahwa manusia itu
adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal dan rohani sebagai potensi
pokok.
Al-Qu’an menjelaskan bahwa manusia itu mempunyai aspek jasmani dan
itu sungguh-sungguh. Dalam surat al- Qashasah ayat 77. Allah berfirman:
Æ�tG ö/ $# uρ !$yϑ‹ Ïù š�9t?#u ª! $# u‘# ¤$!$# nο t� ÅzFψ$# ( Ÿω uρ š[Ψ s? y7 t7ŠÅÁ tΡ š∅ ÏΒ $u‹ ÷Ρ‘‰9$# ( Å¡ ôm r&uρ
!$ yϑŸ2 z|¡ ôm r& ª! $# š� ø‹s9 Î) ( Ÿωuρ Æ�ö7s? yŠ$ |¡ x� ø9 $# ’ Îû ÇÚö‘F{ $# ( ¨βÎ) ©! $# Ÿω �=Ïtä† t ωš ø� ßϑø9 $# ∩∠∠∪
“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
20 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 1992), h. 34
12
Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”21
Yang dimaksud dengan dunia dalam ayat ini ialah hal-hal yang diperlukan
oleh jasmani. dijelaskan bahwa makan dan minum merupakan keharusan, tetapi
tidak boleh berlebihan, maksudnya tentu saja untuk kepentingan jasmani.
Manusa juga mempunyai aspek akal, semua manusia normal mengakui hal
itu. Al- Qur’an dan hadits juga menjelaskan hal tersebut, ungkapan ulul albab, ulul
ilmi, ulul abshar dan ulul nuha, semuanya menggambarkan pengakuan al-Qur’an
akan adanya (pentingnya akal) dan perlunya berfikir.
Aspek ketiga manusia ialah potensi rohani. Penjelasan adanya aspek ini
antara lain terdapat dalam surat al- Hijr ayat 29:
“Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah
meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”22
Al-Syaibani mengatakan bahwa manusia terdiri dari tiga potensi yang
sama pentingnya, yaitu Jasmani, akal dan roh. Lebih lanjut, Muhammad Quth
menyatakan bahwa eksistensi manusia ialah jasmani dan rohani, atau jasmani,
akal dan roh. Ketiganya bersatu menyusun manusia menjadi satu kesatuan. 23
b. Manusia Sempurna Menurut Islam
Manusia menurut Islam tidak mungkin di luar hakikatnya. Berikut ini
diuraikan ciri manusia sempurna menurut Islam diantaranya yaitu:
1) Jasmani yang Sehat serta Kuat dan Berketerampilan
Orang Islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama
berhubungan dengan keperluan penyiaran dan pembelaan serta penegakan ajaran
islam. Di lihat dari sudut ini, maka islam mengidealkan Muslim yang sehat serta
kuat jasmaninya.
21
Departemen Agama, Al-Qur’an..., h. 394 22
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 263 23
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan ..., h. 39
13
Dalam penegakan ajaran Islam, terutama pada masa penyiarannya dalam
sejarah, tidak jarang ditemukan rintangan yang pada akhirnya memerlukan
kekuatan dan kesehatan fisik (jasmani). Kadang-kadang kekuatan dan kesehatan
itu diperlukan untuk berperang menegakkan ajaran Islam.
Dalam surat al- Anfal ayat 60 disebutkan agar orang Islam mempersiapkan
kekuatan dan pasukan berkuda untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Yang
dimaksud dengan musuh-musuh Allah ialah yang mengancam agama Islam.
Persiapan itu diselenggarakan antara lain berupa pendidikan jasmani.
Kesehatan dan kekuatan juga berkaitan dengan kemampuan menguasai
filsafat dan sains serta pengelolaan alam. Oleh karena itu, semakin wajarlah
kiranya bila Islam memandang jasmani yang sehat serta kuat sebagai salah satu
ciri muslim yang sempurna. Pada jasmani yang demikian itu terdapatlah indera
yang sehat dan bekerja dengan baik.
Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan dengan ciri lain yang dikehendaki
ada pada muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu keterampilan yang
diperlukan dalam mencari rizki untuk kehidupan. 24
2) Cerdas serta Pandai
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang
berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan
mengeyelasikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai
dengan memiliki banyak pengetahuan, jadi memiliki informasi yang banyak.
Kecerdasan dan kepandaian itu dapat ditilik melalui indikator-indikator sebagai
berikut:
Pertama, memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi. Sains adalah
pengetahuan manusia yang merupakan produk indera dan akal, dalam sains akan
terlihat tinggi atau rendahnya mutu akal.
Kedua, mampu memahami dan menghasilkan filsafat. Berbeda dengan
sains, filsafat adalah jenis pengetahuan yang semata-mata akliah. Dengan ini
orang Islam akan mampu menyelesaikan masalah filosofis.
24
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan..., h.42
14
Jadi, jelaslah bahwa Islam menghendaki agar orang Islam berpengetahuan.
Ini adalah salah satu ciri akal yang berkembang baik. Akal berkembang baik itu
berisi dengan banyaknya pengetahuan sains, filsafat serta mampu menyelesaikan
masalah secala ilmiah dan filosofis.25
3 Rohani yang Berkualitas Tinggi
Rohani yang dimaksud disini adalah aspek manusia selain jasmani dan
akal. Kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud materi yang dapat
ditangkap oleh indera. Kekuatan akal sangat luas, dapat mengetahui objek yang
abstrak, tetapi sebatas dapat berpikir secara logis. Sedangkan kekuatan rohani
lebih jauh dari pada kekuatan akal. Bahkan ia dapat mengetahui objek yang tak
terbatas, karena itu Islam amat mengistimewakan aspek rohani (kalbu). Kalbu
dapat menembus alam ghaib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang
merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh.
Bahkan iman menurut al- Qur’an tempatnya di dalam kalbu. 26
c. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau
kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan
yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap
dan meningkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap
dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,
berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.27
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan
tujuan hidupnya sebagaimana telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia
itu menurut Allah ialah beribadah kepadaNya. Ini diketahui dari ayat 56 surat al-
Dzariyat:
$ tΒuρ àM ø)n=yz £Åg ø:$# }§ΡM}$# uρ āω Î) Èβρ߉ç7÷è u‹ Ï9 ∩∈∉∪
25
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan ..., h.43-44 26
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan ..., h.44-46 27 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h.29
15
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.28
Menurut Quth, tujuan pendidikan Islam hádala manusia yang takwa. Itulah
manusia yang baik menurutnya. Ini diambil dari al-Qur’an surat al- Hujurat ayat
13:
$ pκš‰ r'‾≈tƒ â¨$ ¨Ζ9 $# $‾Ρ Î) /ä3≈oΨ ø) n=yz ÏiΒ 9� x. sŒ 4 s\Ρ é& uρ öΝä3≈oΨ ù=yè y_ uρ $ \/θãè ä© Ÿ≅ Í←!$ t7s% uρ (# þθèù u‘$ yè tG Ï9 4 ¨βÎ) ö/ä3 tΒt�ò2 r& y‰ΨÏã «! $# öΝä39s) ø? r& 4 ¨βÎ) ©! $# îΛÎ=tã ×��Î7yz ∩⊇⊂∪
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”29
Menurut Athiyah al- Abrasy dalam kajiannya tentang pendidikan Islam
telah menyimpulkan tiga tujuan umum pendidikan Islam yaitu:
a. Pembentukan akhlak mulia
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat
c. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi
pemanfaatannya.30
Menurut al-Ghazaly tujuan pendidikan adalah beribadah dan taqarrub
kepada Allah dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia dan
akhirat.31
Sedangkan Ramayulis mengatakan bahwa tujuan umum dari pendidikan
agama Islam adalah meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara. 32
28
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 523 29
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 517 30
Thalib Khasan, Dasar-dasar Pendidikan, ( Jakarta: Studia Press, 2005), h. 7 31 Thalib Khasan, Dasar-dasar ..., h. 7
32 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2005),h. 22
16
Sampai di sini dapat dilihat bahwa para ahli pendidikan Islam sepakat
bahwa tujuan umum pendidikan Islam ialah manusia yang baik itu ialah manusia
yang beribadah kepada Allah. Quth menghendaki manusia yang baik itu ádalah
manusia yang takwa lepada Allah.
4. Ruang Lingkup Pendidikan agama Islam
Secara garis besar ruang lingkup pendidikan agama Islam itu terdiri dari
bidang akidah, ibadah dan akhlak. Adapun bidang lainnya dapat diberikan setelah
anak dapat memahami dan mengaplikasikan ketiga bidang pokok diatas.
Mengenai hal-hal tersebut diatas dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Bidang Akidah, merupakan bidang yang sangat prinsipil bagi ajaran Islam,
yaitu bertugas untuk mengajarkan makhluk agar percaya (beriman) kepada
Allah.
2. Bidang Ibadah, bidang ini merupakan implementasi dari pengakuan (iman)
seorang hamba kepada Tuhannya dan cenderung untuk diartikan sebagai
kegiatan ritual (ibadah makhdah) yaitu ibadah secara langsung, misalnya
shalat, puasa, zakat dan haji.
3. Bidang Akhlak, bidang ini menekankan pada ketinggian prilaku moral
seorang muslim dalam kehidupannya sehari-hari dan hal ini dapat
dikatakan sebagai cerminan dari kualitas atau kesempurnaan iman
seseorang.33
Dalam kaitan tersebut dapat dipahami bahwa ruang lingkup pendidikan
agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:
a. Hubungan manusia dengan Allah
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
c. Hubungan manusia dengan dirinya
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.34
33 Ramayulis, dkk, Metode Pendidikan ..., h.23 34 Yunus Namsa, Metodologi Pengarahan..., h.23
17
5. Fungsi Pendidikan Agama Islam
a. Pengembangan
Pengembangan merupakan upaya peningkatan, keimanan dan ketaqwaan
anak didik kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
Sekolah berfungsi untuk mengembangkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik
kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga sehingga
nilai keimanan dan ketaqwaan terus berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
b. Penyaluran yaitu memberikan kesempatan kepada anak didik yang
memiliki bakat dan kemampuan khusus dalam bidang pendidikan agama Islam
untuk menyalurkannya agar bakat tersebut berkembang secara optimal.
c. Perbaikan
Perbaikan adalah usaha yang dilaksanakan utnuk memperbaiki kesalahan-
kesalahan, kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Pencegahan
Pencegahan merupakan upaya menangkal hal-hal negatif yang datang dari
lingkungan atau budaya asing yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. Oleh
karena itu anak didik diberikan penjelasan tentang hal-hal negatif yang datang dari
lingkungan atau budaya asing yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam dan
kepribadian bangsa Indonesia. Anak didik diberikan motivasi agar mereka
memahami, mnghayati dan mengamalkan ajaran islam untuk menangkal pengaruh
negatif yang datang baik dari dalam maupun yang datang dari luar mereka.
e. Penyesuaian
Penyesuaian adalah usaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungan
sesuai dengan ajaran agama Islam.
18
f. Sumber Nilai
Pendidikan agama Islam merupakan sumber nilai yang memberikan
pedoman hidup bagi pemeluknya dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
g. Pengajaran
Pengajaran merupakan usaha penyampaian materi pelajaran kepada siswa
dalam kegiatan proses belajar mengajar, lembaga pendidikan harus dapat
menentukan dan memilih pengetahuan apa saja yang bermanfaat bagi anak didik
yang dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu anak didik
haruslah diberikan pengetahuan yang fungsional agar ditanamkan dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.35
B. Pendidikan Islam Dalam Membentuk Akhlak
1. Pengertian Pembinaan Akhlak
Pengertian akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab Jama’ dari
bentuk mufradnya (khalaqa) yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai,
tingkah laku. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan khalkan yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan kata
khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.36
Secara Istilah akhlak menurut Ibnu Maskawaih (421 H) adalah
“sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi.”37
Menurut Imam Ghazaly, akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika suatu sikap itu yang darinya lahir perbuatan baik dan terpuji baik dari akal dan syara’ maka ia disebut akhlak yang baik. Tetapi jika lahir dari perbuatan tercela maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.38
Indikasi bahwa akhlak dapat dipelajari dengan metode pembiasaan,
meskipun pada awalnya anak didik menolak atau terpaksa melakukan suatu
35
Ramayulis, dkk, Metode Pendidikan ..., h.25-26 36
Zahruddin A R, Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004), h.1
37 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Mitra Cahaya Utama, 2005), h. 27
38 Mohammad Ardani, Akhlak..., h. 29
19
perbuatan atau akhlak yang baik, tetapi setelah lama dipraktekkan secara terus-
menerus dibiasakan akhirnya anak mendapatkan akhlak mulia.
Dari defenisi di atas dapat dipahami bahwa akhlak bersumber dari dalam
diri anak dan dapat juga berasal dari lingkungannya. Secara umum akhlak
bersumber dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan akhlak buruk,
tergantung pembiasaannya, kalau anak membiasakan perilaku buruk, maka akan
menjadi akhlak buruk bagi dirinya, sebaliknya anak membiasakan perbuatan baik,
maka akan menjadi akhlak baik bagi dirinya.
Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa akhlak dapat dipelajari dan
diinternalisasikan dalam diri seseorang melalui pendidikan, di antaranya dengan
metode pembiasaan. Dengan adanya kemungkinan diinternalisasikan nilai-nilai
akhlak ke diri anak, memungkinkan pendidik melakukan pembinaan akhlak.
Pada kenyataannya dilapangan, usaha-uasaha pembinaan akhlak melalui
berbagai lembaga pendidikan dan berbagai macam metode terus dikembangkan.
Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan ini ternyata
membawa hasil berupa terbentuknya pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat
kepada Allah dan Rosul-Nya, hormat kepada orang tua dan sayang kepada
sesama.
Dengan uraian diatas, kita dapat mengatakan bahwa akhlak merupakan
hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap
berbagai potensi rohani yang terdapat dalam diri manusia. Jika program
pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik, sistematik dan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka akan menghasilkan anak-anak atau
orang-orang yang baik akhlaknya. Disinilah letak peran dan fungsi lembaga
pendidikan.
Dengan demikian pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai usaha
sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana
pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh dan konsisten. 39
39 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1999), h. 157-158
20
2. Ruang Lingkup Pendidikan akhlak
Akhlak dalam Islam cakupannya sangat luas, karena akhlak bukanlah
sekedar perilaku manusia yang bersifat bawaan lahir, tetapi merupakan salah satu
dari kehidupan manusia yang m,encakup aqidah, akhlak dan syari’ah, karena itu
akhalk dalam Islam meliputi Ethos, Ethis, Moral, Estetika.
a. Ethos yaitu pandangan hidup yang mengatrur hubungan seseorang dengan
khaliknya serta kelengkapan uluhiyah dan ubudiyah seperti pada para rosul
Allah dan kitab Allah.
b. Ethis, sesuatu yang sesuai dengan perilaku yang disepakati secara umum
yang mengatur hubungan sesseorang dengan sesamanya dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Moral, yaitu baik buruknya perbuatan dan kelakuan yang mengatur
hubungan seseorang dengan sesamanya yang menyangkut kehormatan
pribadi.
d. Estetika, yaitu keindahan yang mendorong seseorang untuk meningkatkan
keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebih indah menuju
kesempurnaan.40
Jadi secara garis besar ruang lingkup akhlak meliputi cara berhubungan
manusia dengan khaliknya, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan
manusia dengan lingkungannya.
3. Tujuan pendidikan Akhlak
Tujuan pendidikan akhlak ialah seperti yang diuraikan para ahli berikut
ini:
a. Oemar M.M al-Toumy bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah
menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi
individu-individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan
dan keteguhan bagi masyarakat.41
40
Abdul Salim, Akhlak Islam, (Jakarta, Gunung Agung), h.95 41 Oemar. M M.Al-Toumy, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
h.346
21
b. Barmawi Umar berkata bahwa tujuan pendidikan akhlak itu ialah
supaya hubungan kita dan sesama makhluik selalu terpelihara dengan
baik dan harmonis.42
c. Menurut Ibn Maskawih tujuan pendidikan akhlak adalah terwujudnya
sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan
semua perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan
dan mencapai kebahagiaan sejati dan sempurna. 43
d. Menurut M. Ali Hasan tujuan pendidikan akhlak ialah:
1) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah dan terpuji
dan terhindar dari yang buruk, jelek, hina dan tercela.
2) Supaya hubungan kita dengan Allah dan hubungan kita dengan
sesama manusia terpelihara dengan baik.
3) Dapat memperoleh irsyad, taufik, hidayah yang dengan demikian
kita akan dapat kebagahaiaan di dunia dan akhirat. 44
4. Macam-macam akhlak
Sesuai dengan pengertian pembinaan akhlak yang telah dipaparkan
sebelumnya bahwa akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan memerlukan
pikiran.
Dengan demikian dapat disimpulkan akhlak terdiri dari dua macam yaitu
akhlak terpuji dan tercela. Akhlak terpuji adalah perbuatan baik terhadap Allah,
sesama manusia dan makhluk lainnya, seperti: 45
a. Mentauhidkan Allah, sebagaimana telah dijelaskan dalam Q.S. al- Ikhlas
ayat 1-4 .
ö≅ è% uθèδ ª! $# î‰ ym r& ∩⊇∪ ª!$# ߉yϑ ¢Á9 $# ∩⊄∪ öΝs9 ô$ Î# tƒ öΝs9 uρ ô‰ s9θ ム∩⊂∪ öΝs9 uρ ä3 tƒ …ã&©! #�θ à�à2 7‰ ym r&
42 Barmawi Umar, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhan, 1993), h. 2 43
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 11
44 M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 11
45 Mahyuddin, Kuliah Akhlak tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), h. 9
22
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."46 b. Bertawakal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah
berbuat semaksimal mungkin, hal ini digambarkan dalam surat al- Imron
ayat 159.47
$ yϑÎ6 sù 7π yϑôm u‘ z ÏiΒ «! $# |MΖÏ9 öΝßγs9 ( öθs9 uρ |MΨä. $ ˆà sù xá‹ Î=xî É=ù=s) ø9 $# (#θ ‘Ò x�Ρ]ω ôÏΒ y7 Ï9öθ ym ( ß#ôã$$ sù
öΝåκ÷] tã ö�Ï� øó tGó™$# uρ öΝçλm; öΝèδö‘Íρ$ x© uρ ’ Îû Í÷ö∆ F{ $# ( # sŒÎ*sù |MøΒ z• tã ö≅ ©. uθtG sù ’ n? tã «! $# 4 ¨β Î) ©! $# �=Ïtä† t, Î# Ïj. uθ tG ßϑø9 $#
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”48
c. Bersyukur yaitu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-
baiknya nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Sikap yang demikian
dijelaskan dalam Q.S. an-Nahl ayat 14.49
uθ èδuρ ”Ï% ©! $# t� ¤‚y™ t� ós t7ø9 $# (#θè=à2ù' tGÏ9 çµ ÷ΖÏΒ $Vϑ ós s9 $ wƒ Ì� sÛ (#θã_ Ì� ÷‚tG ó¡ n@uρ çµ ÷Ψ ÏΒ Zπ uŠù=Ïm $ yγtΡθ Ý¡t6 ù=s? ”t� s? uρ
š� ù=à� ø9 $# t� Åz#uθ tΒ ÏµŠÏù (#θäó tFö7tFÏ9 uρ ∅ ÏΒ Ï&Î# ôÒ sù öΝà6 ‾=yè s9 uρ šχρ ã�ä3 ô± s? ∩⊇⊆∪
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”(QS an-Nahl: 14)50
Sebaliknya yang dimaksud dengan akhlak tercela adalah perbuatan buruk
terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya.
46
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 603 47
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 207
48 Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 71
49 Mahyuddin, Kuliah Akhlak..., h 10
50 Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 268
23
a. Musyrik, yaitu sikap mempersekutukan Allah dengan makhlukNya
dengan cara menganggap bahwa ada suatu makhluk yang menyamai
kekuasaannya. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. az-Zumar 65
ô‰ s)s9 uρ z Çrρé& y7ø‹ s9Î) ’ n<Î)uρ t Ï% ©!$# ÏΒ š� Î=ö6 s% ÷È⌡ s9 |M ø. u�õ°r& £sÜ t6ós u‹s9 y7è=uΗxå £ tΡθä3 tGs9 uρ zÏΒ zƒ Î�Å£≈sƒø: $# ∩∉∈∪
“Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”51
b. Munafik, yaitu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan
kemauan hatinya dalam kehidupan beragama. Q.S. al munafiqun ayat 1.
# sŒÎ) x8 u!% y tβθà)Ï�≈uΖßϑø9 $# (#θ ä9$s% ߉pκô¶ tΡ y7 ¨ΡÎ) ãΑθß™t� s9 «! $# 3 ª! $#uρ ãΝn=÷è tƒ y7 ¨Ρ Î) …ã&è!θ ß™t�s9 ª! $# uρ
߉ pκô¶ tƒ ¨β Î) tÉ) Ï�≈uΖßϑø9 $# šχθ ç/É‹≈s3 s9 ∩⊇∪ “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami
mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.”52
c. Boros adalah sikap yang selalu melampaui batas ketentuan agama. Hal
ini diterangkan dalam Q.S. as-Syu’ara ayat 151.53
Ÿωuρ (#þθ ãè‹ÏÜè? z÷ö∆ r& tÏù Î�ô£ ßϑ ø9 $# ∩⊇∈⊇∪
“Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas”54
Hal ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina agar menghasilkan
akhlak yang mulia begitu juga sebaliknya anak-anak yang tidak dibina akhlaknya
akan menjadi anak yang nakal dan dapat dengan mudah melakukan perbuatan
yang tercela.
51
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 465 52
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 554 53
Mahyuddin, Kuliah Akhlak ..., h 10-12 54
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 373
24
5. Metode Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal
ini dapat dilihat dari salah satu misi kerosulan Nabi Muhammad SAW yang utama
adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia. Cara yang dapat ditempuh untuk
pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan
berlangsung secara terus menerus.
Selain itu pembinaan akhlak bisa juga bisa dilakukan melalui metode
keteladanan, metode pembiasaan, metode kisah dan metode mauizah. Berikut
akan dijelaskan keempat metode tersebut:
a. Metode Keteladanan
Kurikulum pendidikan yang sempurna telah dibuat dengan rancangan yang
jelas bagi perkembangan manusia melalui sistematika bakat, psikologis, emosi,
mental dan potensi manusia. Namun tidak dapat dipungkiri jika timbul masalah
bahwa kurikulum seperti itu masih tetap memerlukan pola pendidikan realistis
yang dicontohkan oleh pendidik melalui perilaku dan metode pendidikan yang
diperlihatkan kepada anak didiknya sambil tetap berpegang pada landasan,
metode dan tujuan kurikulum.55 Untuk kebutuhan itulah Allah mengutus Nabi
Muhammad sebagai hamba dan RasulNya menjadi teladan bagi manusia dalam
mewujudkan tujuan pendidikan Islam, melalui firmanNya dalam surat al-Ahzab
ayat 21:
ô‰ s)©9 tβ%x. öΝä3 s9 ’ Îû ÉΑθß™u‘ «!$# îοuθ ó™é& ×πuΖ|¡ ym yϑÏj9 tβ% x. (#θã_ ö�tƒ ©! $# tΠ öθ u‹ø9 $# uρ t� ÅzFψ$# t� x. sŒuρ ©!$#
# Z��ÏV x. ∩⊄⊇
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”56
55
Abdurrahman an-Nahlawy, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam,(Bandung: CV Diponegoro, 1992), h. 260
56 Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h.420
25
Yang dimaksud dengan metode keteladanan yaitu suatu metode
pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik
di dalam ucapan maupun perbuatan.57
Tinjauan dari sudut ilmiah menunjukkan bahwa pada dasarnya
keteladanan memiliki sejumlah azas kependidikan, yaitu pendidikan Islam
merupakan konsep yang senantiasa menyeru pada jalan Allah. Dengan demikian,
seorang pendidik dituntut untuk menjadi teladan dihadapan anak didiknya, artinya
setiap anak didik akan meneladani pendidiknya dan benar-benar puas terhadap
ajaran yang diberikan kepadanya sehingga perilaku ideal yang diharapkan dari
setiap anak merupakan tuntutan realistis dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
di masyarakat.
b. Metode Pembiasaan
Pembiasaan menurut M.D Dahlan seperti dikutip oleh Hery Noer Ally
merupakan proses penanaman kebiasaan, sedang kebiasaan (habit) ialah cara
bertindak yang tidak disadari oleh pelakunya.58 Manusia dilahirkan dalam
keadaan suci dan bersih, dalam keadaan seperti ini manusia akan mudah
menerima kebaikan atau keburukan. Karena pada dasarnya manusia mempunyai
potensi untuk menerima kebaikan atau keburukan hal ini dijelaskan Allah, sebagai
berikut:” Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.
c. Metode Kisah
Kisah berasal dari kata al- qassu yang berarti mencari atau mengikuti
jejak59. Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik murid agar
mengambil pelajaran dari kejadian di masa lampau. Apabila kejadian tersebut
57
Syahidin, Metodologi Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, (Jakarta: CV Misaka Galiza, 1999), h. 135
58 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Mulia,1999), h.182
59 Manna Khalil al- Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, tejmh. oleh Mudzakir AS, (Bogor:
PT Pustaka Litera Antarnusa, 2001), h. 435
26
merupakan kejadian baik maka harus diikutinya, sebaliknya apabila kejadian
tersebut kejadian yang bertentangan dengan agama Islam maka harus dihindari.
An-Nahlawi menegaskan dampak penting pendidikan melalui metode kisah:
1) Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan kesadaran pembaca tanpa cerminan kesantaian dan keterlambatan, sehingga dengan kisah setiap pembaca akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah tersebut sehingga terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.
2) Mampu membina perasaan ketuhanan melalui cara berikut: a. Mempengaruhi emosi seperti takut perasaan diawasi, dan lain-
lain b. Mengarahkan semua emosi tersebut sehingga menyatu pada satu
kesimpulan yang menjadi akhir cerita c. Melalui topik cerita, kisah dapat memuaskan pikiran seperti
pemberian sugesti, keinginan dan keantusiasan.60 Dalam al-Quran banyak ditemui kisah menceritakan kejadian masa lalu,
kisah mempunyai daya tarik tersendiri yang tujuannnya mendidik akhlak, kisah-
kisah para Nabi dan Rasul sebagai pelajaran berharga
Metode mendidik akhlak melalui kisah akan memberi kesempatan bagi anak
untuk berfikir, merasakan, merenungi kisah tersebut, sehingga seolah ia ikut
berperan dalam kisah tersebut. Adanya keterkaitan emosi anak terhadap kisah
akan memberi peluang bagi anak untuk meniru tokoh-tokoh berakhlak baik, dan
berusaha meninggalkan perilaku tokoh-tokoh berakhlak buruk.
d. Metode Mauizah
Nasihat mempunyai beberapa bentuk dan konsep penting yaitu, pemberian
nasehat berupa penjelasan mengenai kebenaran dan kepentingan sesuatu dengan
tujuan orang diberi nasehat akan menjauhi maksiat, pemberi nasehat hendaknya
menguraikan nasehat yang dapat menggugah perasaan afeksi dan emosi, seperti
peringatan melalui kematian peringatan melalui sakit peringatan melalui hari
perhitungan amal. Kemudian dampak yang diharapkan dari metode mauizah
adalah untuk membangkitkan perasaan ketuhanan dalam jiwa anak didik,
membangkitkan keteguhan untuk senantiasa berpegang kepada pemikiran
60
Abdurrahman an-nahlawy, Prinsip-Prinsip ..., h.242
27
ketuhanan, berpegang kepada keimanan dan yang terpenting adalah terciptanya
pribadi bersih dan suci. 61
Pendidik hendaknya memperhatikan cara-cara menyampaikan dan
memberikan nasehat, memberikan nasehat hendaknya disesuaikan dengan situasi
dan kondisi, pendidikan hendaknya selalu sabar dalam menyampaikan nasehat
dan tidak merasa bosan atau putus asa. Dengan memperhatikan waktu dan tempat
tepat akan memberi peluang bagi anak untuk rela menerima nasehat dari pendidik.
Dengan cara tersebut akan memaksimalkan dampak nasehat terhadap
perubahan tingkah laku dan akhlak anak, perubahan yang dimaksud adalah
perubahan yang tulus ikhlas tanpa ada kepura-puraan, kepura-puraan akan muncul
ketika nasehat tidak tepat waktu dan tempatnya, anak akan merasa tersinggung
dan sakit hati. Kalau hal ini sampai terjadi maka nasehat tidak akan membawa
dampak apapun, yang terjadi adalah perlawanan terhadap nasehat yang diberikan.
C. Kerangka Berfikir
Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang utama dan pertama usaha
manusia untuk mencerdaskan bangsanya dan sekaligus mempertinggi cita-cita
bangsanya. Akan tetapi, pendidikan dan pengajaran Islam lebih dari itu, ia juga
menuntun orang untuk mencapai kebahagaian hidup di dunia dan di akhirat.
Pendidikan Islam dapat membina akhlak mulia bagi peserta didiknya.
Pendidikan Islam mempunyai tiga unsur dasar yaitu mencapai keridhoan
Allah, menjauhi murka dan siksa-Nya serta melaksanakan penghambaan yang
ikhlas kepada-Nya, mewujudkan ketentraman di dalam jiwa dan aqidah yang
dalam penghambaan semata-mata dan kepatuhan ikhlas kepada Allah, hasil yang
pasti bagi ketentraman hati, menghapus khufarat-khufarat yang bercampur baur
dengan hakekat agama.
Untuk itu pendidikan Islam merupakan suatu jalan bagi terciptanya generasi
muda yang mempunyai akhlak karimah, karena tujuan pendidikan Islam lebih
memprioritaskan pembentukan akhlak yang baik bagi peserta didiknya,
pembentukan akhlak tersebutlah yang merupakan tujuan pendidikan yang hakiki.
61
Abdurrahman an-nahlawy, Prinsip-Prinsip ..., h. 279
28
Proses pembentukan akhlak bukanlah suatu proses yang berlangsung
cepat, melainkan mengalami proses yang cukup memakan waktu lama. Dalam
pembentukan akhlak siswa, sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan
latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena
pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak yang
lambat laun akan bertambah kuat dan akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah
masuk menjadi bagian dari kepribadiannya.
Oleh karena itu, jika pendidikan akhlak telah meresap ke dalam jiwa
siswa, dan telah menjadi bagian kepribadiannya maka ia akan berfungsi sebagai
pengendali segala sikap dan tingkah lakunya dalam menjalani kehidupan dimasa
yang akan datang sehingga akan membahagiakan hidupnya didunia dan di akhirat.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan dibuat
berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan kebenarannya. Maka dugaan
sementara penelitian ini berdasarkan tinjauan dari teori yang telah dikemukakan
adalah sebagai berikut:
Ha: Terdapat pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak
siswa SMU Darussalam Ciputat
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Apakah pendidikan agama Islam di SMA Darussalam mempengaruhi
pembentukan akhlak siswanya
b. Upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah SMA Darussalam sebagai
lembaga pendidikan Islam dalam membentuk akhlak siswanya
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil tempat di SMA Darussalam yang
bertempat di daerah Cimanggis Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November Tahun 2008.
3. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini, penulis memilih salah satu SMA yang berada
di wilayah Cimanggis Ciputat yaitu SMA Darussalam kelas X dan kelas XI
dengan jumlah ± 340 siswa tahun ajaran 2007/2008 dan guru pendidikan agama
Islam dengan jumlah 2 orang.
Sampel pada penilitian ini menggunakan teknik random sampling atau
dengan cara acak tanpa memilih untuk menjadi anggota sampel. Diambil dari
siswa kelas X dan kelas XI sebanyak 15 % yaitu sekitar 50 siswa dengan
menggunakan angket pemahaman siswa mengenai pendidikan agama Islam dan
akhlak siswa, satu orang guru Pendidikan Agama Islam kelas XI di sekolah
tersebut dengan menggunakan pedoman wawancara.
30
4. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Adapun yang menjadi variabel bebasnya yaitu pendidikan Islam dan yang menjadi
variabel terikatnya adalah aklahk siswa
5. Metode Penelitian
Penelitian dirancang dengan metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian korelasi yaitu untuk menguji hubungan antar variabel. Kemudian
dilakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan statistika yaitu
statistik deskriptif untuk memaparkan dan menggambarkan objek yang diteliti
serta menggunakan statistik inferensial yang cocok untuk penelitian korelasi.62
6. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Pengamatan dan pencatatan sistematis tentang fenomena-fenomena yang
diselidiki.63 Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi yaitu mengadakan
pengamatan secara langsung ke SMA Darussalam untuk mengetahui mengenai
pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswanya.
b. Wawancara
Ialah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari yang diwawancarai. Wawancara dilakukan pada guru pendidikan
agama Islam dengan mengajukan pertanyaan mengenai sistem pembelajaran yang
diberikan dan metode yang digunakan dalam membentuk akhlak siswa.
c. Angket
Angket berupa pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk dimintai
pendapatnya guna mengetahui bagaimana sikap siswa setelah mendapat
pengajaran agama dari gurunya.
62 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rieneka Cipta,, 2007), cet. 9, h.
298 63 Sutrisno hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Off Set, 1992), Cet II, h. 136
31
Tabel 1
Kisi-kisi Instrument
No. Variabel Indikator Butir Soal Jumlah
- Ketertarikan siswa untuk mengikuti pelajaran PAI
1, 2, 3, 4, 9 5
- Pemahaman siswa mengenai materi PAI
5, 6, 7, 8,
11 5
1.
Pendidikan
Agama
Islam - Pengamalan siswa terhadap materi PAI
10, 12, 13,
14, 15 5
- Akhlak siswa terhadap guru 1, 2, 7 3
- Akhlak siswa terhadap sesame
3, 10, 13 3
- Akhlak siswa dalam beribadah
8, 9 2
2.
Akhlak
Siswa
- Akhlak siswa di kehidupan sehari-hari
4, 5, 6, 11,
12, 14, 15 7
7. Tekhnik Analisis Data
Adapun dalam pengolahan data yang dihasilkan dari lapangan penulis
menggunakan rumus:
P : F x 100 % N
Ket: P : Angka Prosentase
F : Nilai yang diperoleh (frekuensi)
N : Jumlah Individu
Sedangkan data yang dibahas adalah dua variable yang saling
berhubungan maka data tersebut juga dianalisis secara kauntitatif dengan
menggunakan rumus korelasi product moment untuk mengkaji hipotesis tentang
ada atau tidaknya hubungan antara variable X dengan vaeiabel Y. Adapun rumus
“r” korelasi product moment adalah sebagai berikut:
rxy = ( )( )( ) ( ) ]][[ 2222 YYNXXN
YXYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑
32
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil SMA Darussalam
SMA Darussalam didirikan pada tahun 1987 kemudian dinonaktifkan
karena masalah sarana prasarana yang kurang memadai, tapi kemudian dibuka
kembali pada tahun 2000 dengan SK pendirian Nomor : 125/102/07/1987 oleh
Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darussalam. dibukanya kembali sekolah ini
disambut baik oleh masyarakat sekitar dan alumni SMP Darussalam yang ingin
melanjutkan ke SMA. Hal ini bisa terlihat dari jumlah murid yang terus bertambah
setiap tahunnya. Sekolah ini didirikan sebagai suatu wujud turut serta dalam
pembangunan generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu
pendidikan, baik di bidang IPTEK maupun IMTAQ, serta membekali siswa-
siswinya dengan keterampilan melalui penyaluran minat dan pengembangan
bakat, sebagai bekal bagi masa depan siswa. Untuk itu, sejalan dengan penerapan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), YPI Darussalam telah
menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk penyelenggaraan
pendidikan yang senantiasa membina prestasi siswa dan syarat dengan aktifitas.
1. Visi dan Misi SMA Darussalam
Visi : Cerdas, Inovatif, Nalar, Taqwa dan Aktif.
Misi :
a. Membentuk siswa yang cerdas, kreatif dan mandiri
b. Mengembangkan daya nalar siswa dan melatih sikap percaya diri
c. Membentuk siswa yang beriman dan berbudi pekerti
33
d. Menumbuh kembangkan minat dan bakat di dalam maupun di luar
sekolah
e. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan
2. Keadaan Guru SMA Darussalam
Tabel 2
No. Nama Tempat/Tanggal
lahir Pendidikan
Mulai Tugas
Jabatan
1. Marul Wa’id
S.Ag Tangerang, 09-
09-1970 S1
12 Juli 2000
Kepala Sekolah + Guru Pendidikan Agama
Islam
2. Dasuki, S.Pd.
MM Tangerang, 12 -
05-1970 S2
12 Juli 2000
Guru Sejarah
3. Nazharuddin Tangerang, 06-
05-1979 S1
19 Juli 2004
Guru Sosiologi
4. Drs. Marfuddin Tangerang, 16-
07-1965 S1
12 Juli 2000
Guru B. Indonesia
5. Riswadi, SE Banjar Negara,
12-12 1965 S1
12 Juli 2000
Guru Penjaskes
6. Bambang Adi
Rustam Klaten, 08-01-
1957 -
12 juli 2003
Guru krtangkes
7. Nur Asma, SE
MM Ujung pandang,
15-07-1973 S2
12 juli 2000
Guru Ekonimi
8. Drs. Pepen
Efendi Bogor 13-07-
1964 S1
12 Juli 2003
Guru PPKN
9. Nugroho Setyo,
S.Si Jakarta, 09-07-
1978 S1
12 juli 2003
Guru Kimia
10. Drs. Ardillah Cirebon, 18-03-
1967 S1
12 Juli 2000
Guru Sosiologi
11. Firman H, SPd Jakarta, 09-01-
1976 S1
1 Desember 2006
Guru B. Inggris
12. Shophan
Sophian S. Kom Tangerang, 18-
06-1975 S1
19 Juli 2004
Guru Komputer
13. Drs. Al Badri Agam, 24-11-
1965 S1
19 Juli 2004
Guru B. Indonesia
14. M. Ridwan, A.
Md Jakarta, 25-10-
1976 S1
20 Juli 2006
Guru Penjaskes
34
15. Yati Rochayati,
S.Pd Tegal, 25-10-
1976 S1
1 Juni 2004
Guru Akuntansi
16. Ubaidillah, SS Jakarta, 08-11-
1978 S1
1 Desember 2005
Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan
17. Najmudin - - 16 Juli 2007
Guru Penjaskes
18. Mulyadi Tangerang, 14-
07-1982
16 Juli 2007
Guru Biologi
19. Rizka Anggraini Bogor, 20-01-
1982 S!
16 Juli 2007
Guru B. Inggris
20. Azye Murni, SS Sungai Limau,
29-05-1983 S!
16 Juli 2007
Guru B. Indonesia
21. M. Yahya, SPd.I Tangerang, 24-
03-1964 S1
16 Juli 2007
Guru al- Qur’an
22. Tuti
Nurhidayah, SPd
Tangerang, 17-04-1981
S1 16 Juli 2007
Guru Matematika
23. Dra, Srikasih
Purwerejo, 14-06-1957
S1 16 Juli 2007
Tata Usaha
24. Hendra Wijaya
Tangerang, 10-04-1974
S1 16 Juli 2007
Tata usaha
25. Ismail Fahmi
Bogor, 14-11-1974
S1 1
Desember 2005
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
26. Wisa Dwitiara,
S.Si. ART Jakarta. 14-02-
1973 S1
26 Juli 2005
Guru Geografi
27. Edi Haryono,
SPd Banjar Negara,
05-01-1977 S1
21 Juli 2005
Guru B. Inggris
3. Keadaan Siswa
Tabel 3
NO KELAS Laki-laki Perempuan Jumlah
1 X 120 50 170
2 XI 112 58 170
3 XII 121 78 199
35
4. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, SMA Darussalam memiliki
sarana dan prasarana yang dapat membantu kelancaran proses kegiatan belajar
mengajar, diantaranya adalah ruang belajar lantai tiga, laboratorium bahasa,
laboratorium komputer, laboratorium IPA, sarana olah raga (lapangan olahraga),
sarana ibadah (masjid), kantin sekolah, dan lain sebagainya.
5. Kegiatan Ekstra kulikuler
SMA Darussalam memiliki kegiatan ektrakulikuler yang merupakan
kegiatan di luar jam pelajaran di sekolah. Kegiatan ekstrakulikuler berguna untuk
menetapkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan
penguasaan dan keterampilan yang dimilikinya dan dapat menerapkannya di
dalam kehidupan yang nyata. Kegiatan ekstrakulikuler juga bertujuan membantu
siswa untuk menjadi kreatif, mandiri dan dapat menumbuh kembangkan bakat
yang terpendam pada diri mereka. Kegiatan tersebut antara lain adalah paskibra,
rohis, putsal, basket dan volley.
B. Pelaksanaan pendidikan Akhlak di SMA Darussalam Ciputat
Pada pelaksanaannya, pelajaran pendidikan agama Islam di SMA
Darussalam dalam membentuk akhlak berdasarkan kurikulum yang telah dibuat
oleh pihak sekolah dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta sarana dan
prasarana yang ada. Pendidikan agama Islam di sekolah Darussalam ditujukan
untuk menimbulkan kesadaran siswa untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT serta membiasakan kepada tingkah laku, sikap dan pandangan hidup yang
sesuai dengan ajaran-ajaran agama.
SMA Darussalam melaksanakan pengajaran agama Islam dua jam
perminggu, materi akhlak yang diajarkan di SMA Darussalam berupa sejumlah
bahan materi tentang akhlak, misalnya mengenai akhlak terpuji kepada Allah,
sifat terpuji bagi diri sendiri dan terhadap orang lain serta akhlak terpuji kepada
lingkungan. Pembelajaran akhlak ini bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang
terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta
pengalaman peserta didik tentang akhlak Islam, sehingga menjadi manusia
36
muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan
ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Agar tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam membentuk
akhlak tercapai maka seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memilih
cara yang tepat dalam penyampaian pelajaran. Guru harus mampu menggunakan
metode yang bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan. Berbicara mengenai
metode, dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, metode
pengajaran yang digunakan di SMA Darussalam adalah metode ceramah, metode
diskusi, tanya jawab, penugasan dan observasi atau kunjungan ke suatu tempat
yang relevan dengan materi agama Islam. 64
Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam, guru pendidikan agama Islam melakukan sistem penilaian dengan
menilai ketiga ranah belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk
mengukur ranah kognitif siswa, guru menggunakan pertanyaan lisan dikelas, tugas
rumah, tugas individu dan ulangan harian serta ulangan semester. Sedangkan
ranah afektif dan psikomotorik siswa, guru menilai perkembangan perilaku siswa
setelah mendapatkan pembelajaran.
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam.
Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMA Darusslam Ciputat,
perlu ditinjau dan diperhatikan beberapa kemungkianan yang akan menjadi
kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam, diantaranya:
1. Faktor Penghambat
a. Tidak adanya buku paket
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa tidak menggunakan buku paket,
pihak sekolahpun tidak menyediakan buku paket untuk siswa. Pihak sekolah
hanya menyediakan lembar kerja siswa (LKS), tetapi ada beberapa siswa yang
tetap tidak mempunyai buku paket ataupun LKS.
64
Marul, Wa’id, Wawancara, Jakarta, Kamis 06 November 2008
37
b. Sarana Prasarana yang belum memadai
Guru agama dalam memberikan bahan-bahan pelajaran tidak cukup hanya
untuk diketahui, difahami dan dihayati saja, tetapi dituntut untuk dapat diamalkan
oleh siswa dalam kegiatan sehari-hari. Dalam hal ini guru agama disamping
memberikan teori juga harus mempraktekannya, namun fasilitas untuk menunjang
pembelajaran agama Islam belum memadai, hanya ada masjid yang terdapat di
luar sekolah.
c. Minimnya pendidikan orang tua dalam keagamaan
Kurangnya pengetahuan keagamaan orang tua, mengakibatkan kurangnya
perhatian mereka terhadap sikap dan perilaku anak, sehingga hal inipun membawa
pengaruh terhadap sikap anak disekolah. Seharusnya sebagai pendidik awal orang
tua dituntut pula memberikan pembinaan terhadap anak agar menjadi insan yang
memiliki akhlak yang mulia.65
2. Faktor Pendukung
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMA Darussalam memiliki
beberapa faktor yang mendukung terbentuknya akhlak siswa diantaranya adalah
adanya peraturan dan tata tertib sekolah yang berlaku bagi seluruh anggota
sekolah yang terkait, mulai dari tata tertib untuk siswa dan juga tata tertib bagi
guru dan karyawan. Pada tata tertib ini terdapat point-point yang bertujuan untuk
membentuk akhlak siswa agar berperilaku dan bersikap sesuai dengan akhlak
yang mulia, seperti contohnya peraturan setiap hari jum’at siswa dan siswi SMA
Darussalam diwajibkan memakai baju muslim dan muslimah, untuk pria memakai
baju koko dan wanita memakai jilbab.
Selain peraturan dan tata tertib, untuk mendukung terbentuknya akhlak
siswa di SMA Darussalam, sekolah mengadakan kegiatan ekstrakulikuler yang
menunjang pembentukan akhlak siswa seperti shalat berjama’ah bergilir tiap
kelas dan ada beberapa kegiatan keagamaan seperti rohani Islam yang
dilaksanakan setiap seminggu sekali dengan pembahasan berbagai ilmu tentang
keagamaan dengan nara sumber yang bergantian.
65
Marul, Wa’id, Wawancara, Jakarta, Kamis 06 November 2008
38
D. Usaha-usaha Sekolah Dalam Membina Akhlak di SMA Darussalam
Upaya Sekolah dalam membentuk akhlak siswa dapat dilakukan melalui
berbagai cara dan usaha. Dari hasil wawancara penulis dengan guru pendidikan
agama Islam, yaitu : mengenai usaha peningkatan pelaksanaan pendidikan agama
Islam di SMA Darussalam dalam membentuk akhlak siswanya, diantaranya:
memberikan suri tauladan yang baik dan melakukan pembiasaan akhlak yang baik
kepada siswa.
Untuk lebih jelasnya lagi, penulis akan uraikan usaha-usaha sekolah dalam
meningkatkan pendidikan agama Islam, yaitu:
1. Keteladanan dan Akhlak guru yang baik
Agar situasi sekolah didominasi oleh semangat keagamaan. Hal ini
berpengaruh bagi pembinaan kestabilan emosi, akhlak mulia dan prinsip-prinsip
sosial yang baik bagi kehidupan siswa. Guru dan semua warga sekolah harus
menjadi contoh teladan yang baik dalam berpegang pada ajaran agama, nilai-nilai
moral, pergaulan, melaksanakan syiar-syiar agama, seperti berpuasa, shalat,
pemeliharaan kesehatan, kebersihan, pengendalian emosi, mengatasi kesulitan
dengan lapang dada dan lain sebagainya. Oleh karena itu seorang guru di samping
harus mempunyai kompetensi dibidang profesinya, juga dituntut memiliki
kepribadian yang baik, sehingga anak didik akan meneladani sifat atau
kepribadian guru tersebut.
2. Melalui Bimbingan dan Penyuluhan
Melalui bimbingan dan penyuluhan ini, diharapkan siswa yang memiliki
akhlak yang kurang baik dapat dibina dan diberi nasehat. Bimbingan ini biasanya
dilakukan jika siswa berkonsultasi tentang masalahnya dan juga jika siswa
bertingkah laku tidak baik sehingga dipanggil ke ruang kepala sekolah untuk
diberikan bimbingan dan penyuluhan.
3. Pembiasaan dengan Tingkah Laku.
Dalam mendidik sikap terhadap siswa disekolah metode pembiasaan
memang sangat cukup efektif, misalnya pendidikan agama Islam yang
dilaksankan di SMA Darussalam ini juga melalui proses metode pembiasaan,
yaitu dengan menanamkan pembiasaan yang baik-baik di sekolah, seperti
39
mengucap salam, membayar infaq dan juga shalat berjama’ah. Hal ini
dimaksudkan untuk membentuk sikap dan perilaku siswa agar sesuai dengan
syariat agama.
D. Deskripsi dan Analisis Data
Untuk memperoleh data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
yaitu menyebarkan angket kepada responden dan wawancara dengan kepala
sekolah. Untuk memudahkan dalam menganalisis dan menginterpretasikan, tiap-
tiap item dikemukakan dalam bentuk tabel. Tiap tabel berisi satu item pertanyaan.
Tabel. 4
Bidang studi Pendidikan Agama Islam penting dipelajari bagi umat Islam
No. Alternatif Jawaban F P 1. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
46 4 - -
92% 8% - -
Jumlah 50 100%
Pendidikan agama merupakan pendidikan yang penting untuk dipelajari,
karena dari situlah kita mengetahui ajaran-ajaran Islam, sehingga kita dapat
menjalankan perintah agama dan menjauhi apa yang dilarang agama. Banyak
generasi muda cenderung mengabaikan pendidikan agama, namun dilihat dari
tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa hampir seluruh responden menjawab
sangat setuju jika pendidikan agama merupakan pelajaran yang sangat penting
untuk diajarkan dengan persentase sebesar 92% atau sebanyak 46 orang,
sedangkan yang menjawab setuju hanya 8 %.
Tabel 5
Bidang studi Pendidikan Agama Islam bermanfaat untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman agama Islam
No. Alternatif Jawaban F P 2. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
37 13 - -
74% 26%
- -
Jumlah 50 100%
40
Selain untuk mengetahui ajaran-ajaran agama, manfaat mempelajari
pendidikan agama memberikan penambahan pengetahuan, wawasan serta
pengalaman agama Islam, khususnya bagi generasi muda pendidikkan agama
memberikan pedoman dan acuan untuk mereka menjalankan kehidupannya. Pada
tabel di atas, dapat terlihat bahwa 74% responden menyatakn sangat setuju dengan
pernyataan bahwa pendidikan agama Islam bermanfaat untuk menambah ilmu dan
wawasan mereka tentang agama, dan 13 orang atau 26% menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut.
Tabel 6 Bidang studi Pendidikan Agama Islam merupakan cara yang efektif untuk
membiasakan siswa untuk selalu berakhlak mulia
No. Alternatif Jawaban F P 3. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
32 18 - -
64% 36%
- -
Jumlah 50 100% Pendidikan agama Islam memiliki salah satu tujuan yaitu membentuk
manusia agar memiliki akhlak yang karimah. Dari tabel di atas kita dapat melihat
bahwa lebih dari setengah responden atau sekitar 64% menyatakan sangat setuju
dengan pernyataan tersebut, sedangkan sisanya yaitu sekitar 36% menyatakan
setuju kalau pendidikan agama Islam itu merupakan cara yang efektif dalam
membentuk akhlak seseorang.
Tabel 7 Materi Pendidikan Agama Islam sulit untuk dipelajari
No. Alternatif Jawaban F P 4. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
21 27 2 -
42% 54% 4% -
Jumlah 50 100% Dari Tabel di atas dapat dilihat sebanyak 21 responden atau 42%
menyatakan sangat setuju dan 54% menjawab setuju bahwa pendidikan agama
Islam termasuk pelajaran yang sulit dipelajari. Hanya 4% yang menjawab
pelajaran agama Islam tidak sulit, hal ini dapat menggambarkan latar belakang
41
mereka yang berasal dari lulusan sekolah umum yang notabennya belum pernah
mempelajari pelajaran agama sebelumnya sehingga ketika menerima pelajaran
agama Islam siswa sulit memahaminya, oleh karena itu mereka mengganggap
materi pendidikan agama Islam termasuk pelajaran yang sulit.
Tabel 8 Allah selalu memperhatikan kita walaupun kita tidak melihatnya, oleh karena itu
kita harus selalu berbuat baik
No. Alternatif Jawaban F P 5. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
40 10 - -
80% 20%
- -
Jumlah 50 100%
Selain Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah juga Maha Melihat dan
Maha Mengetahui apa yang kita kerjakan, sekalipun kita bersembunyi dari
keramaian. Tetapi manusia cenderung tidak mempedulikannya, sehingga mereka
berbuat sesuka hati tanpa tahu ada yang selalu mengawasinya. Untuk itu,
dimanapun kita berada kita harus berbuat baik, sesuai dengan hadits Nabi yang
mengatakan bahwa, ‘berbuat baiklah kamu dimanapun kamu berada’. 80%
responden menyatakan sangat setuju, bila kita harus bebuat baik, karena
dimanapun kita berada Allah selalu mengawasi kita, dan 20% menyatakan sangat
setuju.
Tabel 9
Siswa dibimbing dan dibina untuk berakhlak mulia
No. Alternatif Jawaban F P 6. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
28 20 2 -
56% 40% 4% -
Jumlah 50 100%
Tujuan dari pendidikan adalah membimbing dan membina siswa untuk
memiliki akhlak yang mulia. 56% responden menyatakan setuju dengan pernytaan
42
tersebut, 40% menyatakan setuju dan hanya 4% atau 2 orang yang menyatakan
tidak setuju.
Tabel 10 Menurut Pendidikan Agama Islam bertutur kata yang baik adalah perbuatan
terpuji
No. Alternatif Jawaban F P 7. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
28 22 - -
56% 44%
- -
Jumlah 50 100%
Agama Islam menganjurkan agar umatnya berperilaku dan bersikap sopan
santun terhadap orang lain. Untuk itu Islam memiliki tata cara dan adab bergaul,
diantaranya adalah bertutur kata yang baik, hal itu merupakan perbuatan dan
akhlak yang terpuji. 56 % responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan
tersebut, dan 22 orang atau 44% menyatakan setuju.
Tabel 11 Menurut Pendidikan Agama Islam mencuri untuk memenuhi kebutuhan hidup
diperbolehkan
No. Alternatif Jawaban F P 8. a. Sangat Tidak Setuju
b. Tidak Setuju c. Setuju d. Sangat Setuju
34 15 1 -
68% 30% 2% -
Jumlah 50 100% Agama Islam melarang dan tidak memperbolehkan umatnya untuk
melakukan tindakan kejahatan yang dapat merugikan orang lain, seperti mencuri.
Mencuri merupakan perbuatan tercela karena mengambil barang yang bukan
haknya, sekalipun itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
karena masih banyak usaha yang dapat dilakukan untuk memnuhi kebutuhan
hidup seperti berdagang dan bekerja. Dilihat dari tabel diatas, bahwa hanya 1
orang yang menyatakan setuju apabila mencuri diperbolehkan karena untuk
memenuhi kebutuhan, sedangkan 68% dan 30% menyatakan sangat tidak setuju
43
dan tidak setuju jika untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang diperbolehkan
untuk mencuri oleh agama.
Tabel 12 Agama Islam mengajarkan kita untuk bergaul secara baik dengan kawan yang
berbeda agama
No. Alternatif Jawaban F P 9. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
19 28 3 -
38% 56% 6% -
Jumlah 50 100%
Agama Islam dengan pedomannya al-Qur’an dan Hadits telah
menjabarkan cara bergaul yang baik dengan orang yang berbeda agama, hal ini
semata-mata agar terciptanya keharmonisan antar umat beragama. Dari hasil tabel
di atas dapat menggambarkan kesadaran siswa akan pentingnya keharmonisan
antar umat beragama, yaitu 38% menjawab sangat setuju, 56% menjawab setuju,
6% menjawab tidak setuju dan tidak ada siswa yang menjaab sangat tidak setuju.
Tabel 13 Menggunakan waktu luang atau istirahat dengan baik seperti diskusi adalah hal
yang berguna
No. Alternatif Jawaban F P 10. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
18 31 1 -
36% 62% 2% -
Jumlah 50 100%
Pada tabel di atas menggambarkan bahwa siswa yang menggunakan waktu
ketika istirahat untuk berdiskusi sangat banyak, hal ini tampak jelas dari jawaban
siswa dengan prosentase yaitu, 36% menjawab sangat setuju, 62% menjawab
setuju, 2% menjawab tidak setuju dan tidak ada yang menjawab untuk pilihan
sangat tidak setuju.
44
Tabel 14 Menurut Pendidikan Agama Islam menyontek adalah perbuatan yang curang
No. Alternatif Jawaban F P 11. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
17 26 4 3
34% 52% 8% 6%
Jumlah 50 100%
Kesadaran sisiwa akan perbuatan mencontek merupakan perbuatan yang
tidak terpuji dijawab siswa dengan 34% sangat setuju, 52% setuju dan hanya 14%
yang menjawab tidak setuju, dengan demikian siswa memiliki kesadaran yang
tinggi bahwa mencontek merupakan perbuatan yang curang.
Tabel 15 Demi kebersihan, membuang sampah sembarangan adalah perbuatan yang tidak
baik
No. Alternatif Jawaban F P 12. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
24 18 5 3
48% 36% 10% 6%
Jumlah 50 100% Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa siswa memperhatikan kebersihan
lingkungannya, hal ini dibuktikan dengan jawaban-jawaban mereka atas
pertanyaan tersebut. 18% sangat setuju, 36% menjawab setuju, 10% tidak setuju
dan 6% menjawab sangat tidak setuju
Tabel 16 Datang tepat pada waktunya ke sekolah adalah wajib begitu pula halnya bila tiba
waktu sholat
No. Alternatif Jawaban F P 13. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
35 14 1 -
70% 28% 2% -
Jumlah 50 100%
Menghargai waktu dalam agama Islam sangat dianjurkan bahkan
dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Ashr ayat 1-5, itu berarti menghargai waktu
45
sangat diperlukan karena bias dianggap sebagai latihan kedisiplinan siswa dalam
setiap keadaan dan kegiatan. Dari item pertanyaan di atas lebih dari setengah
responden atau 70% menjawan sangat setuju, 28% menjawab setuju dan hanya
2% menjawab tidak setuju dan 0% menjawab sangat tidak setuju.
Tabel 17
Shalat berjamaah lebih baik dari pada shalat sendiri karena selain mendapat
pahala yang berlipat ganda juga dapat menggalang persatuan dan persaudaraan
No. Alternatif Jawaban F P 14. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
44 6 - -
88% 12%
- -
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat kesadaran dalam diri
siswa mengenai pentingnya persatuan dan persaudaraan, hal ini bisa dilihat dari
jawaban siswa atas petanyaan tersebut yaitu hamper seluruh responden menjawab
sangat setuju atau sekitar 88% dan 12% responden menjawab setuju.
Tabel 18
Berpakaian seragam ke sekolah adalah penting agar tidak terjadi perbedaan
antara si kaya dan si miskin
No. Alternatif Jawaban F P 15. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
24 24 - 2
48% 48% 4% -
Jumlah 50 100%
Berdasarkan pada hasil prosentase dari jawaban siswa mengenai item soal
di atas, dapat dijabarkan sebagai berikut, 48% siswa menjawan sangat setuju, 48%
menjawab setuju, dan hanya 4% yang menjawab tidak setuju. Hal ini
membuktikan kesadaran siswa akan pentingnya seragam sebagai sarana
penyetaraan antara si kaya dan si miskin sehingga di sekolah tidak terjadi
diskriminasi pada pihak si miskin.
46
Tabel 19 Nasehat guru tidak perlu didengar karena guru bukan orang tua kita
No. Alternatif Jawaban F P 16. a. Sangat Tidak Setuju
b. Tidak Setuju c. Setuju d. Sangat Setuju
34 14 1 1
68% 28% 2% 2%
Jumlah 50 100%
Dari pertanyaan angket di atas, ternyata siswa tidak sepakat apabila
dikatakan nasehat guru tidak perlu didengar karena guru bukanlah orang tua kita.
Hal ini tampak jelas dari jawaban yang mereka berikan, yakni 68% menjawab
sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut, 28% menjawab tidak setuju, dan
hanya 2% menjawab setuju dan 2% menjawab sangat setuju. Dengan demikian,
siswa telah mengetahui bahwa guru merupakan seseorang yang patut dihormati
dan dipatuhi karena mereka merupakan pengganti orang tua di sekolah.
Tabel 20
Mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru adalah tindakan yang baik
No. Alternatif Jawaban F P 17. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
34 16 - -
68% 32%
- -
Jumlah 50 100% Bersikap sopan dan hormat kepada guru atau orang yang lebih tua
memang diajarkan dalam agama Islam. Islam memberikan adab-adab besrsikap
dan berperilaku yang sopan dengan guru, seperti memberikan serta mengucapkan
salam ketika bertemu guru dijalan merupakan akhlak yang baik. 68% respoden
menyatakan sangat setuju dengan pernyataan mengucapkan salam kepada guru
adalah tindakan baik dan sebanyak 32% menyatakan setuju. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa-siswi mengetahui dan telah mampu
mengamalkan ajaran agama Islam.
47
Tabel 21 Membantu teman yang sedang mengalami musibah adalah perbuatan yang terpuji
No. Alternatif Jawaban F P 18. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
25 25 - -
50% 50%
- -
Jumlah 50 100%
Manusia merupakan makhluk sosial, keberadaannya di dunia memerlukan
pertolongan dan bantuan orang lain. Untuk itu sebagai makhluk sosial, membantu
teman yang terkena musibah adalah salah satu perbuatan yang terpuji. Dari tabel
di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kebersamaan dan sikap saling tolong
menolong tetap melekat pada diri generasi muda, ini dapat dilihat dari jumlah
responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju dengan prosentase yang
sama masing-masing sebesar 50%.
Tabel 22 Memberi contekan kepada teman saat ujian merupakan perbuatan yang baik
No. Alternatif Jawaban F P 19. a. Sangat Tidak Setuju
b. Tidak Setuju c. Setuju d. Sangat Setuju
21 27 2 -
42% 54% 4% -
Jumlah 50 100%
Mencontek merupakan perbuatan yang curang, begitu juga dengan
memberikan contekan kepada teman saat ujian, itu merupakan perbuatan yang
tidak baik. Kesadaran siswa terhadap perilaku memberi contekan kepada orang
lain adalah perbuatan tidak baik, nampaknya telah menemui hasil terlihat dari
jawaban responden yang menyatakan bahwa 42% responden menjawab sangat
tidak setuju jika memberi contekan kepada orang lain dikatakan perbuatan baik,
54% menjawab tidak setuju dan 4% atau 2 orang responden menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut.
48
Tabel 23 Kita wajib mengikuti upacara di sekolah begitu pula dengan hari besar agama
No. Alternatif Jawaban F P 20. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
19 30 - 1
38% 60%
- 2%
Jumlah 50 100% Dari hasil penyebaran angket ini, diketahui bahwa jawaban mereka cukup
beragam, hal ini dapat dilihat dari alternatif jawaban yang diberikan yakni sebagai
berikut: 19% siswa menjawab sangat setuju, 30% menjawab setuju, mereka
menyatakan bahwa upacara sekolah dan perayaan hari besar agama memang perlu
dirayakan dan harus diikuti, namun begitu ada satu orang yang tidak setuju
sebesar 2%.
Tabel 24 Sering terlambat masuk kelas dengan alasan mengerjakan shalat adalah tindakan
yang baik
No. Alternatif Jawaban F P 21. a. Sangat Tidak Setuju
b. Tidak Setuju c. Setuju d. Sangat Setuju
16 18 15 1
32% 36% 30% 2%
Jumlah 50 100%
Mengerjakan shalat adalah perbuatan terpuji, akan tetapi bila dikerjakan
dan mengabaikn tugas dan kewajiban yang lain maka hal itu menjadi perbuatan
yang tidak baik, karena Islam mengajarkan kepada kita untuk disiplin dalam hal
waktu dan menempatkan sesuatu pada tempatnya dalam artian mengerjakan suatu
pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dari tabel di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa siswa telah memiliki kesadaran yang baik terhadap
kedisiplinan waktu, terlihat dari jumlah responden yang menyatakan 36%
responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut, 32% menyatakan
sangat tidak setuju, 15 % menyatakan setuju dan hanya 2% yang menyatakan
sangat setuju. .
49
Tabel 25 Siswa wajib hormat dan sopan terhadap guru sesuai ajaran agama
No. Alternatif Jawaban F P 22. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
26 24 - -
52% 48%
- -
Jumlah 50 100% Bersikap sopan dan hormat kepada guru dan orang yang lebih tua adalah
memang diajarkan dalam agama Islam, lebih dari 52% responden menjawab
sangat setuju dan sisanya yaitu 48% menjawab setuju, dari prosentase di atas
dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki rasa hormat dan sopan yang sangat
tinggi kepada guru.
Tabel 26
Bercanda dalam shalat adalah perbuatan yang tidak baik karena dalam shalat
perlu ketertiban
No. Alternatif Jawaban F P 23. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
27 15 5 3
54% 30% 10% 6%
Jumlah 50 100% Shalat adalah salah satu perbuatan atau tindakan rasa syukur dan carayang
efektif untuk berkomunikasi kepada Allah, dengan demikian di saat sedang shalat
haruslah dengan khusyu’ dan penuh ketertiban karena dalam shalat terdapat rukun
dan syarat syahnya tertentu. Untuk pertanyaan di atas lebih dari setengah
responden atau 54% menjawab sangat setuju, 30% menjawab setuju, 10% tidak
setuju dan 6% sangat tidak setuju. Ini menekankan bahwa banyak terdapat dalam
diri siswa kesadaran penuh akan pentingnya kekhusyu’an dan ketertiban dalam
shalat.
50
Tabel 27
Berjudi dan mabuk-mabukan adalah perbuatan yang dilarang agama
Alternatif Jawaban F P
24. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
37 9 1 3
74% 18% 2% 6%
Jumlah 50 100%
Dalam agama Islam ada hal-hal yang memang diharamkan atau tidak
diperbolehkan, salah satunya berjudi dan mabuk-mabukan, karena dengan kedua
perbuatan tersebut sangat merugikan diri sendiri dan banyak pula yang merugikan
orang lain, alternatif yang diberikan kepada responden sangat tepat sekali, yaitu
74% menjawab sangat setuju, 18% setuju, 2% tidak setuju, 6% sangat tidak setuju.
Tabel 28 Mengikuti kegiatan bakti sosial adalah baik dan perbuatan terpuji
No. Alternatif Jawaban F P 25. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
20 29 1 -
40% 58% 2% -
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diasumsikan bahwa siswa sangat antusias sekali
dengan kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan di sekolah, hal ini menunjukkan
bahwa dalam diri siswa tumbuh rasa empati dan akhlak yang sangat tinggi, bias
kita lihat dari jawaban siswa atas pertanyaan di atas, yaitu 40% menjawab sangat
setuju, 58% menjawab setuju, 2% menjawab tidak setuju dan tidak ada siswa yang
menjawab sangat tidak setuju.
51
Tabel 29 Sebagai siswa kita perlu belajar tekun dalam menuntut ilmu karena sangat
berguna No. Alternatif Jawaban F P 26. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
33 17 - -
66% 34%
- -
Jumlah 50 100% Sebagai siswa tugasnya adalah belajar, tetpai belajar bukan hanya di
sekolah bahkan dalam setiap keadaan hendaknya kita dapat mengambil pelajaran
dari apa uyang kita lihat, dengar dan juga apa yang kita rasakan. Ketekunan siswa
dalam belajar ini dapat dilihat dari jawaban yang diberikan yakni siswa memilih
sangat setuju sebanyak 66% untuk jawaban sangat setuju sebesar 34%.
Tabel 30 Kita wajib menjaga kebersihan di sekolah karena kebersihan sebagian dari iman
No. Alternatif Jawaban F P 27. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
33 17 - -
66% 34%
- -
Jumlah 50 100% Kebersihan merupakan bukan hanya pangkal dari kesehatan tetapi juga
merupakan sebagian dari iman. Dari pertanyaan yang diajukan siswa menjawab
33% untuk alternatif jawaban sangat setuju dan 34 % menjawab setuju. Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa siswa-siswi sangat paham dan mengerti akan arti
kebersihan.
Tabel 31 Memberi sedekah kepada fakir miskin adalah perbuatan baik
No. Alternatif Jawaban F P 28. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
36 14 - -
72% 28%
- -
Jumlah 50 100% Rukun Islam ke-4 adalah zakat, dalam zakat ini Islam mengajarkan kepada
hambanya untuk dapat berbagi kepada orang lain dan hal itupun dapat membentuk
diri kita menjadi pribadi yang dermawan, begitu pula dengan sedekah. Lebih dari
52
setengah responden menyatakan sangat setuju dengan jumlah persentase sebesar
72% dan jawaban setuju dengan persentase sebesar 28%. Ini menampakan bahwa
dalam diri siswa memiliki pribadi dermawan yang baik.
Tabel 32 Memandang perlu menggunakan perhiasan dan berpakaian mewah ke sekolah
No. Alternatif Jawaban F P 29. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
33 17 - -
66% 34%
- -
Jumlah 50 100%
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang tidak memandang antara si
kaya dan si miskin, maka sangat perlu bagi sekolah untuk menyiapkan seragam
agar tidak terjadi kesenjangan sosial. Dengan pernyataan ini siswa menjawab
sangat setuju sebesar 66% dan jawaban setuju sebesar 34%. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa menggunakan perhiasaan dan berpakaian mewah menurut
mereka adalah tidak perlu, karena sekolah merupakan tempat belajar bukan
tempat untuk memamerkan kekayaan.
Tabel 33 Berputus asa jika mendapat nilai yang jelek
No. Alternatif Jawaban F p 30. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
23 25 1 1
46% 50% 2% 2%
Jumlah 50 100% Dalam Islam, berputus asa merupakan hal yang tidak diperbolehkan,
karena Islam mengajarkan kepada umatnya agar terus berusaha dan optimis dalam
mengerjakan sesuatu. Dari tabel diatas, kita dapat mengetahui bahwa generasi
muda sering melakukan kesalahan yang besar ketika dirinya tidak berhasil dalam
belajar, ini terlihat dari jumlah responden sebesar 50% setuju jika mendapat nilai
jelek mereka berputus asa, sebesar 46% menyatakan sangat setuju, hanya 1 orang
yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini dengan
persentase masing-masing sebesar 2%.
53
Tabel 34
Perhitungan Untuk Mencari Data Variabel X Dari Hasil Penyebaran Angket
Butir Soal No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah
1. 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 1 4 4 4 53
2. 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 4 4 4 52
3. 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 55
4. 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 52
5. 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48
6. 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 51
7. 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 54
8. 4 4 3 2 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 52
9. 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 57
10. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
11. 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 52
12. 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 52
13. 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 52
14. 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 48
15. 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 48
16. 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 1 4 4 3 52
17. 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 55
18. 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 2 1 3 4 1 42
19. 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 56
20. 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 1 54
54
21. 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 52
22. 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 53
23. 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 2 3 2 4 1 45
24. 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 52
25. 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 55
26. 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 54
27. 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 51
28. 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 51
29. 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 54
30. 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 55
31. 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 55
32. 4 3 4 3 4 2 4 4 3 4 1 3 3 4 4 50
33. 4 3 4 3 4 2 4 4 3 4 1 3 3 4 4 50
34. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 57
35. 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 46
36. 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 52
37. 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 49
38. 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 53
39. 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 53
40. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
41. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
42. 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 52
43. 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 54
44. 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 52
55
45. 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 54
46. 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 58
47. 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 59
48. 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 58
49. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
50. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
Jml 196 188 182 169 189 176 178 183 166 167 157 163 184 194 167 2659
Tabel 35
Perhitungan Untuk Mencari Data Variabel Y Dari Hasil Penyebaran Angket
Butir Soal No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah
1. 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 49
2. 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 4 46
3. 3 4 4 3 3 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 53
4. 3 4 4 3 3 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 52
5. 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 49
6. 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 49
7. 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 53
8. 4 3 3 4 3 3 4 2 2 3 3 4 4 3 1 46
9. 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 50
10. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
11. 4 3 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 51
12. 4 4 3 3 3 3 4 3 1 3 4 4 3 4 4 50
13. 4 4 3 3 3 3 4 3 1 3 4 4 3 4 4 50
56
14. 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 48
15. 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 56
16. 4 4 4 3 3 4 4 1 4 3 4 3 4 4 3 52
17. 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
18. 4 4 3 4 3 2 3 2 3 4 3 3 4 4 4 50
19. 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
20. 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
21. 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 48
22. 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 54
23. 3 3 4 2 1 1 3 3 4 3 3 4 4 4 3 45
24. 2 4 3 3 4 3 3 2 4 2 4 3 4 3 4 48
25. 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 4 4 50
26. 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
27. 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 50
28. 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 50
29. 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 4 3 4 3 3 49
30. 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 52
31. 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 52
32. 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 53
33. 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 54
34. 1 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 2 50
35. 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 47
36. 4 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 49
37. 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 4 52
38. 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 52
39. 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 52
57
40. 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
41. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
42. 3 4 4 3 3 3 3 1 3 3 4 4 4 3 3 48
43. 4 3 4 2 3 3 4 1 1 4 4 4 4 3 4 48
44. 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46
45. 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
46. 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 54
47. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
48. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
49. 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
50. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
Jml 181 184 175 167 167 148 176 166 180 169 183 183 185 183 170 2617
58
Tabel 36
Perhitungan Untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X
(pendidikan Agama Islam) dabn Variabel Y (Pembinaan Akhlak Siswa)
No. Responden X Y XY X2 Y2
1. Agil Irwanto 53 49 2597 2809 2401
2. Siswanto 52 46 2392 2704 2116
3. A. Bastian 55 53 2915 3025 2809
4. Windi Maulana 52 52 2704 2704 2704
5. Yanuar 48 49 2352 2304 2401
6. Boy 51 49 2499 2601 2401
7. Dede Suhendi 54 53 2862 2916 2809
8. Tya Listiani 52 45 2392 2704 2116
9. Imas Irmawati 57 50 2850 3249 2500
10. M. Akbar 60 60 3600 3600 3600
11. Yodi Permana 52 51 2652 2704 2601
12. Randi 52 50 2600 2704 2500
13. Tripanstya 52 50 2600 2704 2500
14. Heru Driyogo 48 48 2304 2304 2304
15. Ikfini 48 56 2688 2304 3136
16. Tohid Anwar 52 52 2704 2704 2704
17. Eka Dharma 55 59 3245 3025 3481
18. Wiwi Desi Yanti 42 50 2100 1764 2500
19. Danang W 56 59 3304 3136 3481
20. Tri Sutrisna 54 59 3186 2916 3481
21. Eliawati 52 48 2496 2704 2304
22. Vivi Juniarsil 53 54 2862 2809 2916
23. Sigit P 45 45 2025 2025 2025
24. Safrudin Tri Aji 52 48 2496 2704 2304
25. Nurul Hidayat 55 50 2750 3025 2500
59
26. Ega Seprilian 54 56 3024 2916 3136
27. Fandy 51 50 2550 2601 2500
28. Heru 51 50 2550 2601 2500
29. Adi Putra 54 49 2646 2916 2401
30. Shilvia 55 52 2860 3025 2704
31. Alamsyah 55 52 2860 3025 2704
32. Fadli H 50 53 2650 2500 2809
33. Sony Irawan 50 54 2700 2500 2916
34. Titih Adiyati 57 50 2850 3249 2500
35. Julius Sihotang 46 47 2162 2116 2209
36. M Iqbal Fauzi 52 49 2548 2704 2401
37. M Ramdzan 49 52 2548 2401 2704
38. Anggia Deby 53 52 2756 2809 2704
39. Elga H W 53 52 2756 2809 2704
40. Adjie Massaid 60 59 3540 3600 3481
41. M.Rizki 60 60 3600 3600 3600
42. Regi 52 48 2496 2704 2304
43. Adi Surowibowo 54 48 2592 2917 2304
44. Ananda H 52 46 2392 2704 2116
45. Eni Meliani 54 59 3186 2916 3481
46. Ridha Septiani 58 54 3132 3364 2916
47. Siti Marfuah 59 60 3540 3481 3600
48. Devi Mayangsari 58 60 3480 3364 3600
49. Indira Kartika 60 59 3540 3600 3481
50. Artiyah 60 60 3600 3600 3600
Jumlah 2659 2617 139733 142170 138539
Setelah keseluruhan data dihitung dan diletakkan dalam tabel koefisien
korelasi, selanjutnya hasil perhitungan di atas akan di uji keabsahannya dengan
menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
60
rxy = ( )( )
( ) ( ) ]][[ 2222 YYNXXN
YXYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑
=
( )[ ] ( )[ ]22 261713853950265914217050
2617265913973350
−−
−
xx
xx
= [ ][ ]6848689692695070702817108500
69586036986650
−−−
= 2991057159
28047
= 54690
28047
= 0,512 (dibulatkan menjadi 0,52
E. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan dari nilai ”rxy”, maka penulis
memberikan interpretasi terhadap angka Inseks Korelasi Product Moment melakui
dua cara yakni:
1. Interpretasi dengan cara sederhana atau secara kasar
Tabel 37
Interpretasi nilai ”r” Product Moment
Besar ”r” Interpretasi
0,00 - 0,20 Antara variabel X dengan Y terdapat
korelasi namun tingkatnya sangat
lemah atau sangat rendah
0,20 – 0,40 Antara variabel X dengan Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel X dengan Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel X dengan Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi
61
0,90 – 01,00 Antara variabel X dengan Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat
tinggi
Interpretasi terhadap rxy dari perhitungan di atas ternyata angka variabel
X dan variabel Y tidak bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut
terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Dengan memperhatikan
besarnya rxy (yaitu = 0,52), yang berkisar antara 0,40 – 0,70 berarti terdapat
korelasi positif antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sadang
atau cukup.
2. Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai ”r” Product
Moment
Rumusan hipotesis kerja/alternatif Ha dan Hipotesa nihil (ho), yang
penulis ajukan diawal adalah:
Ha : ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam
dengan pembinaan akhlak siswa
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama
Islam dengan pembinaan akhlak siswa
Adapun kriteria pengajuannya adalah: Jika r hitung > r tabel maka Ha
diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka Ha ditolak dan
Ho diterima. Kemudian penulis mencari derajat bebasnya (df atau db), rumusnya
sebagai berikut:
df = N – nr
= 50 – 2
= 48
Dengan memberikan tabel ”r” Product Moment ternyata dengan df
sebesar 48 dan taraf signifikansi 5 % diperoleh r tabel = 0, 288; sedangkan pada
taraf signifikansi 1 % diperoleh r tabel = 0,372, oleh karena itu karena rxy atau ro
pada taraf signifikansi 5 %, r hitung lebih besar dari r tabel (0,52 > 0,288), maka
pada taraf 5 % Hipotesa Alternatif (Ha) diterima sedangkan Hipotesis Nol (Ho)
ditolak , berarti pada taraf signifikansi 5 % itu memang terdapat korelasi positif
62
(searah) yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Selanjutnya, karena
pada taraf signifikansi 1 %, r hitung juga lebih besar dari r tabel, (0,52 – 0,372),
maka pada taraf signifikansi 1 % Hipotesa Alternatif (Ha) diterima sedangkan
Hipotesis Nol (Ho) ditolak, sihingga pada taraf ini juga terlihat bahwa memang
terdapat korelasi positif (searah) yang signifikan antara variabel X dengan
variabel Y. Maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah tinggi rendahnya akhlak
siswa di sekolah dipengaruhi oleh peran pendidikan agama Islam.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh
pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut
Terdapat pengaruh pendidikan agam Islam di SMA Darussalam
Cimanggis Ciputat terhadap pembentukan akhlak siswa. Berdasarkan hasil
korelasi antara dua variabel dinyatakan korelasi searah (positif). Dengan
memperhatikan hasil dari besarnya rxy aitu 0,52 yang berkisar antara 0,40 sampai
0,70 maka korelasi positif ini termasuk dalam kategori korelasi yang sedang atau
cukup. Oleh karena itu tinggi rendahnya akhlak siswa dalam kehidupan sehari-
hari dipengaruhi oleh berhasil tidaknya pengajaran bidang studi Pendidikan agama
Islam yang diberikan oleh guru di sekolah. Siswa yang kurang menaruh
perhatiannya pada bidang studi pendidikan agama Islam menyebabkan mereka
berakhlak kurang baik.
Kecenderungan yang timbul pada anak akan membawa pengaruh berarti,
anak yang memiliki minat tentu akan berbeda dengan anak yang tidak punya
minat dalam belajar, oleh karena itu peran pendidikan agama Islam sangat
diperlukan untuk meningkatkan akhlak siswa dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran-saran
1. Hendaknya guru lebih meningkatkan mutu pengajaran khususnya bidang
studi pendidikan agama Islam karena bidang studi ini bukan karena
kewajiban sekolah saja tetapi merupakan pelajaran yang dapat
64
memberikan manfaat dan pedoman hidup siswa baik di dunia dan di
akhirat.
2. Guru dan seluruh elemen sekolah juga wali murid senantiasa untuk selalu
memberikan arahan dan bimbingan pada siswa selalu berbuat baik.
3. Hendaknya siswa tidak hanya memahami bidang studi PAI secara kognitif
saja tetapi juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
65
DAFTAR PUSTAKA .
Ahmadi, Abu. Metode Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung: CV Armico. 1986
Ahmadi, Abu & Noor Salimi. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara. 2001
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta. 2007
Daradjat Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006
____________. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara dan Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam DEPAG. 1996
Depdiknas. UU SISDIKNAS 2003. Jakarta: Sinar Grafika. 2003
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjamah. Bandung: Syaamil Cipta Media.
Fadjar. A. Malik. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Dunia. 1999
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Off Set. 1992
Hasan, M. Ali. Tuntunan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
Kasan, Tholib. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Studia Press. 2005
Mahyuddin. Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia. 2003
Marimba, D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.Bandung: al-Ma’rif. 1987
Nahlawi, Abdurrahaman. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 1992
Namsa Yunus, Metodologi Pengaharan Agama Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2000
Nata, Abudin . Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo. 1999.
___________. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2001
66
Purwanto, M. Ngalim .Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 1993
Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Penterjemah oleh Mudzakir AS, Bogor: PT Pustaka Litera Antarnusa. 2001
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2005
________. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2004
Salam, Abdul. Akhlak Islam. Jakarta. Gunung Agung
Shaleh, Abdul Rachman. Pendidikan Agama dan Keagamaan. Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa. 2000
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2002
Syahidin, Metodologi Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi. Jakarta: CV Misaka Galiza. 1999
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 1992
Umar, Barmawi. Materi Akhlak. Solo: Ramadhan. 1993
Yunus Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: PT Hidakarya Agung
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1991
_______. Metode Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Biro Ilmiyah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang.