Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum 2013 Terhadap
Efektivitas Pembelajaran PAI Di SMA Negeri 1 Parung
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Yayah Novianti
NIM. 11150110000037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/1441 H
i
ABSTRAK
Yayah Novianti (11150110000037). Pengaruh Pemahaman Guru PAI
Tentang Kurikulum 2013 Terhadap Efektivitas Pembelajaran di SMA Negeri 1
Parung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman guru PAI tentang
kurikulum 2013, efektivitas pembelajaran PAI dan pengaruh pemahaman guru PAI
tentang kurikulum 2013 terhadap efektivitas pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Parung.
Penelitian ini di tunjukan pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung dengan sampel 100
dari populasi sebanyak 985 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket
dengan menggunakan skala likert. Kemudian diolah menggunakan teknik analisa korelasi
product moment secara sederhana.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman guru PAI tentang kurikulum
2013 memberikan pengaruh yang kuat terhadap efektivitas pembelajaran PAI. hal ini
ditunjukan dari nilai korelasi sebesar 0,720. Dengan demikian, pada penelitian ini
pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 memberikan pengaruh yang kuat terhadap
efektivitas pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Parung dan besarnya pengaruh tersebut
sebesar 62%, sedangkan selebihnya ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada
penelitian ini.
Kata Kunci : Pemahaman, Kurikulum 2013, Efektivitas Pembelajaran
ii
ABSTRACT
Yayah Novianti (11150110000037). The Effect of PAI Teachers' Understanding of
the 2013 Curriculum on the Effectiveness of Learning in SMA Negeri 1 Parung.
This study aims to determine the PAI teacher's understanding of the 2013
curriculum, the effectiveness of PAI learning and the influence of the PAI teacher's
understanding of the 2013 curriculum on the effectiveness of PAI learning in SMA
Negeri 1 Parung. This study was shown to the students of SMA Negeri 1 Parung with a
sample of 100 from a population of 985 students. The research instrument used was a
questionnaire using a Likert scale. Then processed using simple product-moment
correlation analysis techniques.
The results showed that the PAI teacher's understanding of the 2013 curriculum
had a strong influence on the effectiveness of PAI learning. It is shown from the
correlation value of 0.720. Thus, in this study the PAI teacher's understanding of the 2013
curriculum had a strong influence on the effectiveness of PAI learning in SMA Negeri 1
Parung and the magnitude of the effect was 62%, while the rest was determined by other
variables which not examined by this study.
Keywords: Understanding, 2013 Curriculum, Learning Effectiveness.
iii
KATA PENGANTAR
حيم حمن الر بسم الله الر
Alhamdulillahi robbil ‘alamin segala puji kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat iman, Islam dan ikhsan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan sebaik-baiknya dan semoga memberi manfaat bagi yang membaca. Tak
lupa pula shalawat teriring salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW. beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat do’a, perjuangan, kesungguhan hati
dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk
penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Rusdi Jamil M.Ag., Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Bahrissalim M.Ag., selaku Dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, dan arahan kepada penulis.
Kebaikan Bapak dalam segala hal akan selalu terkenang bagi diri penulis. Semoga
keberkahan hidup senantiasa mengiringi dan senantiasa dalam lindungan-Nya.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dari awal hingga akhir perkuliahan.
Semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan dapat mendapatkan keberkahan
dari Allah SWT.
iv
6. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan
penulis dalam setiap proses administratif selama perkuliahan.
7. Bapak Drs. Sodikin M.Si., Ibu Fatma Yeni, S.Ag dan Pak Dendi Suhendar,
S.Pd.I., Selaku guru Pendidikan Agama Islamdi SMA Negeri 1 Parung yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah ini dan
telah membantu banyak dalam kegiatan penelitian di SMA Negeri 1 Parung.
8. Keluarga tercinta, kepada Ibu Lilis Anggraini, Bapak Rusdianto, dan adinda
Zailika Fazriah yang selalu mendoakan penulis, mendengarkan keluhan-keluhan
penulis dan memberikan moril dan materil kepada penulis agar dapat
menyelesaikan studi dalam meraih kesuksesan.
9. Guru dan orang tua kedua yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan
selama kuliah, Kepada Bapak H Rifa’i, Bapak Samat dan Ibu Rachmawati.
10. Teman terbaik serta pasangan terkasih, Reza Athalariq Syam yang selalu
mendukung, memberikan semangat dari awal kuliah sampai akhir perkuliahan
serta membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
11. Kepada sahabat terbaik Nurul Chuirun Nisa, S.Pd dan Reziza Destia Istifawa, S.S
yang selalu memberikan motivasi dan teman seperjuangan dalam menyelesaikan
akhir perkuliahan.
Ucapan terimakasih juga dihanturkan kepada pihak-pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, namun turut membantu penulis dalam penulisan skripsi
ini ataupun memberikan pelajaran hidup bagi penulis, dimana penulis tidak dapat
membalasnya dengan apapun, semoga Allah SWT senantiasa membalasnya.
Jakarta, 06 Januari 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI
ABSTRAK ................................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………..…………....... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 7
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
BAB II : KAJIAN TEORITIK…………………………………………..…... 10
A. Dasar Teoritik ............................................................................. 10
1. Pengertian Pemahaman .......................................................... 10
2. Kurikulum 2013 (Kurtilas) ..................................................... 12
3. Efektivitas Pembelajaran PAI ................................................ 27
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 35
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 36
D. Hipotesis Penelitian .................................................................... 38
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN…………..……………………….. 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 39
B. Metode Penelitian ....................................................................... 39
vi
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 39
D. Variabel Penelitian ..................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 43
F. Instrumen Penelitian ................................................................... 44
G. Teknik Analisis Data .................................................................. 46
1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................... 48
2. Pengujian Hipotesis .............................................................. 49
H. Hipotesis Statistik ....................................................................... 50
BAB IV : HASIL PENELITIAN……………………………………………... 52
A. Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 52
1. Biografi SMA Negeri 1 Parung ............................................ 52
2. Karakteristik Variabel .......................................................... 64
3. Prosentase Hasil Angket Penelitian ...................................... 67
B. Pengujian Prasyarat Analisis ...................................................... 85
1. Uji Normalitas ...................................................................... 85
2. Uji Homogenitas ................................................................... 87
3. Uji Linieritas ......................................................................... 88
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ........................................ 89
1. Uji Hipotesis Penelitian ........................................................ 89
2. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 91
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 93
BAB V : PENUTUP………………………………………………………….. 94
A. Kesimpulan ................................................................................. 94
B. Implikasi ..................................................................................... 94
C. Saran ........................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA 97
LAMPIRAN 100
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ciri-Ciri Pengajaran dan Pembelajaran………………………….......... 32
Tabel 3.1 Variabel X…………………………………………………………….. 40
Tabel 3.2 Variabel Y…………………………………………………………….. 42
Tabel 3.3 Skala Pemahaman Guru PAI dan Efektivitas Pembelajaran PAI…….. 48
Tabel 3.4 Koefisien dan Tingkat Hubungan……………………………………... 50
Tabel 4.1 Data Guru……………………………………………………………... 53
Tabel 4.2 Data Sertifikasi Guru…………………………………………………. 60
Tabel 4.3 Data Kelas X………………………………………………………….. 60
Tabel 4.4 Data Kelas XI…………………………………………………………. 61
Tabel 4.5 Data Kelas XII………………………………………………………... 61
Tabel 4.6 Data Sarana dan Prasana SMA Negeri 1 Parung……………………... 62
Tabel 4.7 Hasill Perhitungan Uji Validitas Instrumen Pemahaman Guru PAI
Tentang Kurikulum 2013………………………………………….….. 65
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Validitas Efektivitas Pembelajaran PAI…….… 65
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum
2013…………………………………………………….……………... 66
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Efektivitas Pembelajaran PAI…………………. 67
Tabel 4.11 Menyiapkan RPP setiap mengajar………………………….………… 68
Tabel 4.12 Mengacu pada silabus………………………………….……….…….. 69
viii
Tabel 4.13 Guru menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Dikelas………………………………………………………………... 70
Tabel 4.14 Guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi…………... 71
Tabel 4.15 Guru menggunakan media dalam proses pembelajaran……………… 72
Tabel 4.16 Guru mampu berkomunikasi secara aktif terhadap siswa dalam proses
belajar mengajar di kelas……………………………………….…… 73
Tabel 4.17 Guru PAI menggunakan penilaian autentik dalam pembelajaran....... 73
Tabel 4.18 Pelatihan atau workshop untuk guru PAI……………………...….… 74
Tabel 4.19 Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum 2013 Berdasarkan
Indikator…………………………………………………………..… 75
Tabel 4.20 Guru menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh siswa…..… 77
Tabel 4.21 Materi pembelajaran sesuai dengan KI-KD…………………….…... 77
Tabel 4.22 Siswa terlibat dalam pembelajaran aktif di kelas………………..…... 78
Tabel 4.23 Guru mengekplorasi pelajaran dengan kondisi atau fenomena alam
sekitar…………………………………………………...……..….…. 79
Tabel 4.24 Siswa menekuni dalam mempelajari sumber belajar yang ditentukan
oleh guru……………………………………………………...……… 80
Tabel 4.25 Siswa memahami materi yang di sampaikan oleh guru PAI……….... 81
Tabel 4.26 Guru mengingatkan tentang kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.... 82
Tabel 4.27 Siswa menerapkan kebaikan dan hal positif yang disampaikan oleh
guru PAI dalam menjalankan kehidupan sehari-hari……………..….. 82
ix
Tabel 4.28 Siswa tidak merasa bosan saat belajar PAI…………..…….……..… 83
Tabel 4.29 Efektivitas Pembelajaran PAI Berdasarkan Indikator…….………… 83
Tabel 4.30 Hasil Uji Normalitas……………………………………………..….. 86
Tabel 4.31 Plot Uji Normalitas……………………………………………..…… 87
Tabel 4.32 Hasil Uji Homogenitas……………………………………………..... 87
Tabel 4.33 Hasil Uji Linearitas………………………………………………….. 88
Tabel 4.34 Hasil Uji Regresi Output Model Summary………………………….. 89
Tabel 4.35 Hasil Uji Regresi dengan Uji t………………………………………..90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan menjadi suatu hal yang penting karena maju dan tertinggalnya
suatu negara dapat dilihat dari kondisi pendidikannya. Semakin maju pendidikan
di suatu negara maka semakin majulah negara tersebut. Begitu juga dinegara kita
Indonesia ini, pemerintah selalu mengembangkan kurikulum dan sistem
pendidikan yang berlaku. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk
berkembangya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Pendidikan sebagai peran tertinggi dalam proses pengembangan manusia
yang terus menerus yang senantiasa dihadapkan pada masalah pengembangan
sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, untuk mencapai maksud tersebut
perlu diterapkan suatu sistem manajemen yang memungkinkan keberhasilan
pendidikan. peningkatan mutu pendidikan merupakan proses yang terintegrasi
dengan proses peningkatan kualitas SDM. Menyadari pentingnya proses
peningkatan kualitas SDM, maka pemerintah berupaya mewujudkan tujuan
tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas,
antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi,
perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta
pelatihan guru dan tenaga pendidikan lainnya.2
Pernyataan dari undang-undang tersebut mengingatkan kepada kita bahwa
dengan pendidikan dapat mengembangkan dan membentuk watak, pribadi dan
1 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Ri No. 20 Tahun 2003 tentang fungsi dan
tujuan pendidikan nasional. (Jakarta: 2003). 2 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara,2013) hlm 3.
2
karakter bangsa, serta melalui pendidikan tersebut dapat mencerdaskan bangsa
agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia apabila fungsi dan tujuan pendidikan ini benar-benar terwujud, maka
kepribadian seseorang itu menjadi lebih baik dan sempurna (insan kamil),
menjadi manusia seutuhnya. Disisi lain pengembangan kurikulum juga berperan
dalam evaluasi pendidikan agar lebih maju dan tidak diam ditempat (stagnasi)
artinya mengikuti tuntutan perkembangan zaman.3
Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia sudah mengganti beberapa
kurikulum dari masa ke masa. Dewasa ini, di Indonesia menggunakan kurikulum
2013 yang memberikan banyak perubahan yang mendasar dalam proses
pembelajaran, yaitu pembelajaran yang menitik beratkan pada pembelajaran aktif.
Sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 “Proses Pembelajaran Pada
Satuan Pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”4
Kurikulum 2013 ini difokuskan pada pembentukan kompetensi dari
karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, keterlampilan dan sikap
yang dapat di demonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap
konsep yang dipelajari secara kontekstual. Untuk mencapai tujuan tersebut
menuntut perubahan pada berbagai aspek lain, terutama dalam implementasinya
dilapangan. Pada proses pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa
mencari tahu, sedangkan dalam proses penilaian dari berfokus pada pengetahuan
melalui penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses,
portofolio dan penilaian output secara utuh dan menyeluruh, sehingga
memerlukan penambahan jam pelajaran.
Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan
3 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014) Cet ke-4, hlm 18. 4 Lampiran Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses. Diakses pada tgl 16 Agustus
2019, pukul 20.30.
3
baik pengalaman sendiri maupun dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
pembelajaran menitik beratkan pada dua kegiatan pokok. Pertama, bagaimana
orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan
mengajar. Dari hal tersebut dimaknai bahwa pembelajaran merupakan kondisi
eksternal kegiatan belajar yang antara lain dilakukan oleh guru dalam
mengkodisikan seseorang untuk belajar.5 Selanjutnya dalam pandangan Islam
belajar menjadi salah satu kewajiban untuk memperoleh ilmu pengetahuan dalam
meningkatkan derajat kehidupan manusia. Sebagaimana merujuk dalam al-Qur’an
surah al-Mujadilah ayat 11.
م و ٱلذيه ٱلله يزفع ت و ٱلعلم أهوتهوا ٱلذيه ءامنهوا منكه بما ٱلله درج
١١تعملهون خبيز
…Niscaya Allah akan meningkatkan beberapa derjat kepada orang-orang
beriman dan berilmu. Dan Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S Al-Mujadilah 58:11).
Ilmu yang dimaksudkan ayat tersebut tentu saja tidak hanya berupa ilmu
tetapi juga termasuk ilmu-ilmu umum yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Selain itu ilmu juga harus bermanfaat bagi kehidupan orang banyak disamping
bagi kehidupan diri sendiri. Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, kemampuan
para pendidik dalam mengembangkan kompetensinya untuk membimbing dan
mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya menjadi hal yang sangat penting. Jika
guru memiliki kompetensi-kompetensi dasar dalam menunaikan kewajibannya,
maka harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tentu akan
tercapai.
Jenjang Pendidikan sekolah menengah atas atau SMA merupakan jenjang
tertinggi bagi siswa diusia sekolah. Di masa SMA ini lingkungan pendidikan
menyediakan berbagai macam kesempatan untuk peserta didik melakukan
bermacam kegiatan belajar sehingga peserta didik memperoleh pengalaman
pendidikan lalu ditopang dengan kurikulum 2013 dimana pembelajarannya
berpusat pada keaktifan peserta didik (Student Centered) yang membebaskan
5 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) hlm 4.
4
siswa untuk mengeksporasi dan mencari tahu sendiri masalah atau materi yang
disampaikan oleh guru mata pelajaran. Hal itu diharapkan dengan menggunakan
bermacam-macam metode pembelajaran, peserta didik lebih dapat memahami
materi pembelajaran dengan caranya sendiri, aktif dan menyenangkan sehingga
membuat lingkungan pembelajaran menjadi lebih bermakna, dengan kata lain
guru dapat benar-benar memahami bagaimana cara menerapkan kurikulum 2013
dalam proses belajar mengajar maupun dalam proses administratif. Seperti pada
kenyataannya dilapangan masih ditemukan beberapa guru yang belum memahami
penerapan kurikulum yang sesuai dengan kurikulum 2013.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, proses
pembelajaran menurut kurikulum 2013 adalah suatu proses pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan segala pola
pembelajaran yang didalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa,
artinya guru tidak selalu menjadi pihak yang lebih dominan. Pada pola
pembelajaran ini guru tidak boleh hanya berperan sebagai pemberi informasi
tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang harus
menciptakan situasi mempin, merangsang dan menggerakkan siswa secara aktif.
Mengajar bukanlah suatu aktivitas yang sekedar menyampaikan informasi kepada
siswa melainkan suatu proses yang menuntut perubahan peran seorang guru.
perubahan dari informator menjadi pengelola belajar yang bertujuan untuk
membelajarkan siswa agar terlibat secara aktif sehingga terjadi berubahan-
berubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Menjadi seorang guru atau pendidik selain harus benar-benar paham
terhadap penerapan kurikulum juga setidaknya harus memiliki empat kompetensi
dasar yang menjadi acuan peserta didik, seperti kompetensi personal. Kompetensi
sosial, kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik.6 Dalam hal ini
menuntut kompetensi profesional guru untuk menguasai landasan kependidikan,
bahan pengajaran, penyusunan program pengajaran, pelaksanaan pembelajaran,
dan evaluasi pengajaran, disamping itu guru juga harus menguasai rencana
6 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. (Bandung: Alfabeta,
2013) hlm 6.
5
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran serta media pembelajaran. Kompetensi profesional tersebut terkait
dengan pemahaman seorang guru tentang kurikulum, namun pada kenyataan
dilapangan guru belum sepenuhnya mengembangkan kompetensi profesionalnya
terutama dalam penerepan kurikulum, sehingga penerapan kurikulum disekolah
tersebut belum optimal.
Berdasarkan pengamatan penulis di SMA Negeri 1 Parung diperoleh
informasi bahwa hal ini terlihat dari pemahaman guru tentang kurikulum 2013
yang masih minim. Sebagian guru yang telah menerapkan kurikulum 2013
mengaku belum begitu paham tentang kurikulum 2013. Hal mendasar yang belum
dimengerti guru tentang kurikulum 2013 adalah implementasi mengajar di kelas
menurut kurikulum 2013. Guru hanya mengerti bahwa dalam pembelajarannya
kurikulum 2013 menggunakan metode scientific namun bagaimana metode
scientific itu sendiri juga belum begitu dipahami oleh guru.7
Pengamatan selanjutnya penulis memperoleh informasi bahwa dalam
proses belajar mengajar di kelas masih ditemukan pembelajaran yang bersifat satu
arah yaitu, guru berbicara atau bercerita dan siswa mendengarkan dan mencatat.
Selanjutnya ada beberapa guru dimana salah satunya guru PAI telah
menggunakan metode pembelajaran diskusi, namun dalam penerapannya kurang
efektif karena pembagian kelompok diskusi dilakukan dengan kelompok yang
banyak dan selama kegiatan diskusi tidak didampingi oleh guru. Selain itu dalam
kegiatan pembelajaran tidak ada appersepsi, ice breakhing, pemutaran video yang
berkaitan dengan materi dan lain-lain. Sehingga pada pembelajarannya tidak
dapat memancing rasa ingin tahu siswa lebih dalam mengenai materi yang di
sampaikan. Hal ini menyebabkan ketidak semangatan siswa dalam belajar agama
karena tidak adanya motivasi belajar untuk siswa. Prestasi yang diperoleh pun
kurang baik dengan adanya ketidak efektifan siswa dalam belajar. Dalam situasi
seperti ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran PAI yang dilakukan di
7 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016) hlm 23.
6
sekolah tersebut belum efektif disebabkan oleh rendahnya pemahaman guru
mengenai kurikulum 2013.
Namun dari tahun ke tahun meski sudah berulang kali upaya pemerintah
mengganti kurikulum, yang ditemukan dalam proses belajar mengajar dikelas
masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensial seperti menggunakan
metode ceramah yang hanya memberikan penjelasan-penjelasan mengenai materi
yang diajarkan, dengan cara bercerita lalu siswa mendengarkan dan mencatat apa
yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut membuat siswa tidak semangat dalam
mempejari ilmu agama karena proses belajar mengajarnya masih bersifat
monoton sehingga menyebabkan ketidak efektifan siswa dalam memahami
materi-materi yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini dapat dikatakan proses
pembelajaran, apabila siswa memiliki ketertarikan terhadap materi pelajaran yang
didukung oleh guru dalam menyampaikan materi dengan menggunakan metode
pembelajaran aktif dan menarik, siswa akan tertarik untuk mempelajari materi
pendidikan agama Islam.8 Jika hal itu terpenuhi, maka keberhasilan kegiatan
pembelajan akan mudah tercapai.
Efek dari proses belajar mengajar yang bersifat monoton membuat siswa
menganggap bahwa pelajaran agama merupakan pelajaran yang membosankan.
Padahal pelajaran agama sangat penting untuk siswa usia remaja (SMA), karena
pelajaran agama menjadi pondasi keimanan siswa dalam bertingkah laku di
sekolah maupun di masyarakat. Oleh karena itu menjadi PR bagi para guru PAI,
agar bagaimana pelajaran PAI disekolah dapat berpengaruh dalam kehidupan
sehari-hari bagi para siswa-siswinya. Selanjutnya dimana pembelajaran PAI
bukan hanya sebatas mata pelajaran yang harus ditempuh siswa disekolah, pada
kenyataan yang biasa ditemukan dilapangan, rata-rata siswa usia remaja sudah
kurang antusias dalam mengikuti pengajian atau kegiatan keagamaan lainnya.
Bahkan ada beberapa siswa yang mengaku bahwa mereka hanya mengikuti
pelajaran agama hanya di sekolah saja. Jadi, pelajaran agama Islam disekolah
menjadi satu-satunya pelajaran agama Islam bagi beberapa siswa tersebut.
8 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam 1 Edisi Revisi, (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hlm 11.
7
Dengan adanya kurikulum 2013 yang menitik beratkan kepada siswanya
proses pembelajaran yang aktif, diharapkan siswa dapat lebih memahami apa
yang telah disampaikan oleh guru sehingga setelah siswa mempelajari ilmu agama
dikelas yang diharapkan dapat berdampak positif pada perkembangan agamis
siswa terutama dalam melakukan kegiatan ibadah siswa maupun kegiatan-
kegiatan positif lainnya. Dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran PAI di
sekolah merupakan dasar pendidikan Islam bagi siswa yang ditopang dengan
kegiatan harian siswa maupun kegiatan pencerahan atau siraman rohani lainnya
dan ekstrakulikuler keislaman yang menjadi usaha sadar sekolah untuk
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan yang sesuai dengan Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, untuk menjadikan siswa-
siswi dan lulusannya menjadi insan yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Hal tersebut melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian,
sehingga penulis mengambil judul “Pengaruh Pemahaman Guru PAI Tentang
Kurikulum 2013 Terhadap Efektivitas Pembelajaran PAI Di SMAN 1
Parung”.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian yang ada dalam latar belakang masalah serta
pengamatan awal terhadap efektivitas pembelajaran PAI, dapat di identifikasi
permaslahan yang diteliti adalah:
1. Rendahnya pemahaman guru dalam penerapan kurikulum 2013.
2. Belum optimalnya pelaksanaan kurikulum 2013.
3. Kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan metode pembelajaran
aktif yang sesuai dengan kurikulum 2013.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dikemukakan diatas, maka
masalah yang akan diteliti dibatasi dengan aspek pemahaman guru terhadap
kurikulum 2013.
8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah serta
batasan masalah yang sudah dikemukakan dalam pertanyaan yang mendasar
dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana pemahaman guru mengenai kurikulum 2013 di SMA Negeri 1
Parung?
2. Apakah ada pelatihan atau workshop guru tentang kurikulum 2013 di SMA
Negeri 1 Parung?
3. Adakah pengaruh pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 terhadap
efektivitas pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Parung?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui pemahaman guru mengenai kurikulum 2013 di sekolah.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pelatihan guru tentang kurikulum 2013
di SMA Negeri 1 Parung.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013
terhadap efektivitas pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Parung.
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak sebagai
kajian ilmiah maupun sebagai peningkatan mutu pendidikan, diantaranya :
1. Bagi sekolah atau lembaga pendidikan, diharapkan melalui penelitian ini
dapat memberikan kontribusi yang baik untuk mengetahui bagaimana
keterkaitan antara guru sebagai pelaksana kurikulum dengan efektivitas
pembelajaran PAI di sekolah.
2. Bagi peneliti, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan serta studi kepustakaan dalam bidang pendidikan, sehingga
apabila sudah terjun dilapangan dapat melaksanakan tugas sebagai guru PAI
yang memiliki kompetensi professional dalam menerapkan kurikulum 2013
dan sebagai acuan untuk mengetahui pembelajaran yang efektif.
9
3. Bagi pembaca, diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi
perkembangan ilmu pendidikan serta bahan peningkatan dalam pengetahuan
mengenai kurikulum 2013.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham dalam kamus umum bahasa
Indonesia berarti proses, cara, pembuatan, memahami atau memahamkan.9
Pemahaman merupakan kemampuan mengetahui dan mengingat sesuatu dari
berbagai aspek. Menurut Sudijono:
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai sisi. Seorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih
rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. (Sudijono,
1998: 51).10
Untuk mengukur kemampuan pemahaman kata-kata operasional yang
cocok dipakai antara lain adalah membedakan, menyajikan, mengatur,
menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh,
serta menyimpulkan. Berdasarkan pengertian diatas maka pemahaman
merupakan kemampuan untuk membedakan, menduga, memperluas,
menerangkan, menyimpulkan, memberi contoh, mengklasifikasikan data-data,
fakta-fakta dan konsep-konsep. Sedangkan dalam taksonomi Bloom dikatakan
bahwa pemahaman berada satu tingkat diatas pengetahuan dan lebih tinggi
kualitasnya dibandingkan dengan pengetahuan, “pemahaman adalah ablitet
(kemampuan) untuk menguasai pengertian, pemahaman yang tampak pada
9 Dinas Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002)
edisi 11, hlm 181. 10
Supardi. Kinerja Guru (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2013) hlm 139.
10
11
alih bahan pada suatu bentuk ke bentuk lainnya, penafsiran dan
memperkirakan.11
Pemahaman merupakan suatu konsep yang sering dihubungkan
dengan konsep-konsep lainnya dalah kehidupan. Konsep adalah: ”pengertian
yang disimpulkan data yang memiliki kesamaan ciri-ciri (Mulyono san
Soetjipto, 1982;12). Swsworang yang mengetahui dan dapat memahami suatu
konsep dapat mengenali tanda suatu benda, objek atau fenomena. Konsep
merupakan sarana yang dapat dipergunakan untuk berpikir manusia. Dan
konsep merupakan abstraksi dari kejadian, merupakan ide tentang suatu dalam
pikiran. Konsep mengandung penafsiran dalam penilaian, bukan hanya fakta
yang berdiri sendiri. Konsep dapat membantu mengadakan pembedaan,
penggolongan dan penggabungan dari fakta-fakta disekeliling kita.12
Sudjana membedakan pemahaman ke dalam tiga tingkatan yang meliputi :
a. Pemahaman terjemahan; yang dapat dimasukkan dalam kategori ini antara
lain pengalihan arti bahasa yang satu ke bahasa lain, pengalihan konsep
abstrak menjadi suatu model dan pengalihan konsep-konsep yang
dirumuskan dengan kata-kata dalam grafik.
b. Pemahaman penafsiran, yaitu mengubungkan bagian-bagian terdahulu
dengan diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari
grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan
pokok.
c. Pemahaman ekstrapolasi, dengan pemahaman ekstrapolasi diharapkan
seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan
tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu,
dimensi, kasus ataupun permasalahannya. (Sujana, 1990;24).
Dengan kemampuan pemahaman yang dimiliki seseorang baik
pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran maupun pemahaman
11
Abdul Sani dan Suranto, Profesionalisme Guru Membangun Sekolah Unggul Berkarakter
(Semarang: PT. Sindur Press). Hlm 60. 12
Op.Cit. hlm 140.
12
ekstrapolasi, maka orang tersebut akan dapat menghubungkan fakta, konsep
sederhana sampai pada makhirnya dapat menggeneralisir dan mengambil
kesimpulan.13
2. Kurikulum 2013 (Kurtilas)
a. Definisi Kurikulum
Dalam dunia pendidikan kurikulum bisa diartikan secara sempit
maupun secara luas. Secara sempit kurikulum diartikan sebagai sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di
madrasah atau perguruan tinggi. Kurikulum menjadi hal yang sangat
penting karena merupakan kunci utama untuk mencapai sukses dalam
dunia pendidikan.14
Secara lebih luas kurikulum diartikan tidak terbatas
pada mata pelajaran saja, tetapi lebih luas dari itu15
:
“Kurikulum diartikan sebagai aktivitas apa saja yang dilakukan
sekolah dalam rangka memengaruhi peserta didik dalam belajar
untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya kegiatan
pembelajaran, mengatur strategi dalam pembelajaran, cara
mengevaluasi program pengembangan pembelajaran dan
sebagainya”. (Nurdin dan Basyirudin, 2002: 34)16
Dalam dunia pendidikan kurikulum memegang kedudukan
penting. Hal ini dibuktikan dengan adanya saling keterkaitan antara
pendidikan dan kurikulum khususnya antara teori-teori pendidikan yang
berkembang dengan kurikulum yang dikembangkan. Seiring dengan
perkembangan masyarakat modern, pendidikan lebih banyak
diselenggarakan pada lembaga-lembaga pendidikan dalam bentuk sekolah
atau madrasah. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah mengacu pada
teori-teori kurikulum yang dikembangkan.17
13
Ibid. Supardi. Kinerja Guru. hlm 140. 14
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013. (Surabaya: Kata Pena, 2014)
Cet-2 hlm 3. 15
Ibid, Supardi. Kinerja Guru. hlm 141-142. 16
Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. (Jakarta: Ciputat Press,
2003) hlm 34. 17
Ibid, Supardi. Kinerja Guru. hlm 145.
13
Pengertian kurikulum sebagai suatu rencana mengandung makna
bahwa kurikulum merupakan rencana yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Pengertian kurikulum yang
berkaitan dengan dimensi rencana, di antaranya seperti yang dikemukakan
oleh Taba (1962): A curriculum is a plan for learning; therefore, what is
known about the learning process and the development of the individual
has bearing on the shaping of curriculum. Sementara itu, Sukmadinata
(2006) menyatakan bahwa kurikulum dapat dilihat dalam tiga dimensi,
yaitu sebagai ilmu (curriculum as a body of knowledge), sebagai sistem
(curriculum as a system) dan sebagai rencana (curriculum as a plan).
Dalam kurikulum sebagai ilmu berarti dikaji konsep, landasan, asumsi,
teori, model, praksis, prinsip-prinsip dasar tentang kurikulum. Dalam
kurikulum sebagai sistem dan bidang-bidang lain, komponen-komponen
kurikulum, kurikulum berbagai jalur, jenjang, jenis pendidikan,
manajemen kurikulum dan sebagainya. Dalam kurikulum sebagai rencana,
tercakup macam-macam rencana dan rancangan atau desain kurikulum.
Kurikulum sebagai rencana ada yang bersifat menyeluruh untuk semua
jalur, jenjang dan jenis pendidikan ada pula yang khusus untuk jalur,
jenjang jenis pendidikan tertentu. Mengenai rancangan atau desain
kurikulum ada bermacam-macam, ada desain kurikulum berdasarkan
konsep, tujuanm isi, proses, masalah, kebutuhan pesrta didik, dan lain-
lain. Kurikulum sebagai rancangan juga menyangkut implementasi dan
penggendaliannya.18
Dalam buku Curriculum Alternative Approaches Ongoing Issues
oleh Corlin J.Marsh dan George Wills, memberikan beberapa definisi
kurikulum baik yang berkmakna luas maupun sempit yaitu :
1) Curriculum is such permanent subject as grammar, reading, logic,
rhetoric, mathematics, and the greates books of the Western world that
best embody essential knowledge. (Kurikulum adalah semaca, subjek
18
Herry Widyastono. Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah dari Kurikulum 2004,
2006, ke 2013. (Jakarta: Bumi Aksara, 2015) Cet ke 2 hlm 5.
14
permanen seperti tata bahasa, membaca, logika, retorika, matematika
dan mahakarya dunia yang sangat baik yang membutuhkan
pengetahuan esensial di dalamnya)
2) Curriculum is all the experiences learnesrs have under the guidance of
the school. (Kurikulum adalah seluruh pengalaman pembelajaran yang
didapatkan dibawah bimbingan sekolah)
3) Curriculum is all the experiences that larnes have ini the course of
living. (Kurikulum adalah semua pengalaman yang didapatkan oleh
pembelajar dalam tempaan hidup).19
Selanjutnya kurikulum terdiri dari berbagai komponen yang
meliputi “tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan
silabus” (BS4NP, 2006:30). Sejalan dengan hal tersebut, Subandijah
bependapat bahwa kurikulum sebagai aktivitas dan kegiatan yang
direncanakan dan diprogramkan bagi peserta didik dibawah bimbingan
sekolah, baik di dalam maupun luar sekolah.20
Dengan mengacu pendapat para ahli, sebagaimana dinyatakan
diatas, pemerintah kemudian mendefinisikan kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.21
b. Konsep Dasar Kurikulum 2013
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 tentang SPN). Kurikulum
2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterlampilan
19
Corlin J. Marsh, and George Willis, Curriculum Alternative Approaches, Ongoing Issues, (New
Jersy: Merril Prentice Hall, 2007). P. 9-13. 20
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996)
hlm 2. 21
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat 9.
15
dan sikap peserta didik secara holistik (seimbang).22
Kompetensi
pengetahuan, keterlampilan dan sikap ditagih dalam rapor dan merupakan
penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Kompetensi
pengetahuan peserta didik yang dikembangkan meliputu mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi agar menjadi
pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban.
Kompetensi keterlampilan peserta didik yang dikembangkan meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar dan
mencipta agar menjadi pribadi yang bekemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah konkret dan abstrak. Kompetensi sikap
peserta didik yang dikembangkan meliputi menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, mengamalkan sehingga menjadi pribadi yang
beriman, berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta
dunia dan peradabannya (Kemendikbud, 2013).23
Mengenai konsep kurikulum 2013 secara ringkas dapat dilihat
sebagai berikut.
Kurikulum yang seimbang antara hardskill dan softskill.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) ditentukan sebelum menetapkan
Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian.
Menganalisis jumlah mata pelajaran, kedalaman materi, sesuai dengan
tingkatan pendidikan atau perkembangan peserta didik.
Konsep kurikulum 2013 ini menekankan pada pengembangan
kemampuan dan keterlampilan serta aspek karakter dalam melakukan
tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu.24
Dari kurikulum ini melahirkan pola pembelajaran
22
Op.Cit, Herry Widyastono. hlm 119 23
Ibid, Herry Widyastono. hlm 119. 24
Das Sarilawati dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, SMAN 75 Jakarta, 24 November
2013.
16
tematik-integratif berbasis karakter dengan ruang diagnosis yang sangat
luas antara guru dan peserta didik, sehingga ruang ini memberikan gerak
kebebasan bagi peserta didik untuk lebih mengaktualisasikan potensinya
dan mengkontruksi ilmu pengetahuan, nilai, dan norma serta nilai
normatif-spriritualitasnya. (Loeloek Endah,2013:286).25
Selanjutnya
menurut Daryanto dan Herry Sudjendro, orientasi kurikulum 2013 adalah
terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap
(attitude), keterlampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).26
c. Komponen-Komponen Kurilum 2013
Kurikulum merupakan sebuah sistem dimana didalamnya terdapat
beberapa komponen yang saling terkait dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan mengemukakan bahwa komponen kurikulum terdiri dari :
komponen tujuan, komponen isi dan organisasi baahan pengajaran,
komponen pola dan strategi belajar mengajar, serta komponen evaluasi.
Keempat komponen tersebut diuraikan sebagai berikut.27
1. Komponen tujuan
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka tujuan kurikulum sebenarnya adalah tujuan dari
setiap program pendidikan yang akan ditanamkan pada diri peserta
didik. Dalam menentukan dan merumuskan tujuan kurikulum ada
empat sumber Yang dapat dijadikan landasan yaitu : falsafah bangsa,
strategi pembangunan, hakikat anak didik serta ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Komponen isi kurikulum
Komponen isi atau struktur kurikulum berkenaan dengan
pengetahuan ilmiah dan jenis pengalaman belajar yang akan diberikan
25
A. Sulaiman. Jurnal ISLAMADINA. (Pengambangan Kurikulum 2013 Dalam Paradigma
Pembelajaran Kontemporer) Vol. XVI No 1, 71- 95 Maret 2015. Hlm 77-78. Diakses Sabtu 23 Oktober
pukul 20.10. 26
Daryanto dan Herry Sudjendro, Siap Menyongsong Kurikulum 2013. (Yogyakarta: Gava Media,
2014) hlm 1. 27
Ali Mudofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar
dalam Pendidikan Agama Islam. (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2011) hlm 9.
17
kepada siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan
dengan pengetahuan ilmiah maupun pengalam belajar disesuaikan
dengan tingkat jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat, tuntunan dan kebutuhan masyarakat serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.28
Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam mernacang isi
kurikulum, yaitu29
:
a. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan
sisiwa, artinya sejalan dengan tahap perkembangan anak.
b. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai
dengan tuntunan hidup nyata dalam masyarakat.
c. Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya
mengandung aspek intelektual, moral, sosial dan skills secara
integral.
d. Isi kurikulum harus berisikan bahan pelajaran yang jelas, teori,
prinsip, bukan hanya sekedar informasi yang teorinya masih
samar-samar.30
e. Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan
pendidikan. Ini dikarenakan isi kurikulum berupa program
pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dalam
menghantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Jadi kurikulum tidak hanya berisikan pengetahuan ilmiah berupa
daftar mata pelajaran semata tanpa memperhatikan pengalaman
belajar yang bermakna, justru sebaliknya mata pelajaran itu
28
Yuna Mumpuni Rahayu. Jurnal Logika. (Pengaruh Perubahan Kurikulum 2013 Terhadap
Perkembangan Peserta Didik) Vol XVII No 3 Desember 2016, ISSN : 1978-2560, E-ISSN : 2442-5176.
Diakses Kamis 24 Oktober pukul 20.58.
29 Ibid. hlm 10.
30 Ibid. hlm 11.
18
hanyalah merupakan kemasan pengalaman belajar yang bermakna
yang sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses
pembelajaran disekolah.31
3. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum
Strategi pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk bagi para
pelaksana pendidikan untuk mampu melaksanakan pembelajaran
dengan benar. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam strategi
pelaksanaan kurikulum ini, yaitu: tingkat dan jenjang pendidikan,
proses belajar mengajar yang meliputi metode dan teknik
pembelajaran, media dan sarana yang dibutuhkan, bimbingan dan
penyuluhan, administrasi dan supervise, serta evaluasi dan penilaian
belajar.32
4. Komponen evaluasi kurikulum
Evaluasi kurikulum yang dimaksud adalah menilai suatu
kurikulum sebagai program pendidikan untuk mengetahui efisiensi,
efektivitas, relevansi dan produktivitas program dalam mencapai
tujuan pendidikan. Disamping itu, evaluasi kurikulum dimaksudkan
sebagai feedback terhadap tujuan, materi, metode dan sarana dalam
rangka mengembangkan kurikulum lebih lanjut. Kurikulum sebagai
program pendidikan untuk anak didik dapat dinilai dari sudut sistem.
Kurikulum sebagai sistem dapat diidentifikasi sebagai masukan (input)
program, proses pelaksanaan program, hasil output atau outcome
program dan dampak dari program.33
31
Ibid. Ali Mudofir, hlm 10. 32
Zaharah. Jurnal Rausyan Fikr (Analisis Pemahaman Guru Terhadap Konsep Kurikulum 2013
Dalam Pembuatan Perangkat Pembelajaran) Vol. 9 No. 1 Maret 2015, Diakses Sabtu 26 Oktober pukul
15.30. 33
Ibid. Ali Mudofir, hlm 11-12.
19
d. Landasan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum 2013, dilandasi secara filosofis, yuridis
dan konseptual sebagai berikut.34
1) Landasan Filosofis adalah landasan penyusunan kurikulum yang di
dasarkan pada kerangka berpikir dan hakikat pendidikan yang
sesungguhnya.35
Dalam konteks ini landasan filosofis kurikulum 2013
yaitu :
a. Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam
pembangunan pendidikan.
b. Filosofi pendidikan yang berbasis nilai-nilai luhur, nilai akademik,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
2) Landasan Yuridis adalah suatu landasan yang digunakan sebagai
paying hukum dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum.
Dalam penyusunan kurikulum 2013 ini, landasan yuridis yang
digunakan antara lain :
a. RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan
Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum.
b. PP. No 19 Tahun 2005 tentang STandar Nasional Pendidikan.
c. INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan
metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa
untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.
3) Landasan Konseptual adalah suatu landasan yang didasarkan pada ide
atau gagasan yang di abstraksikan dari peristiwa konkret.36
Dalam
penyusunan kurikulum 2013 ini landasan konseptualnya antara lain :
a. Relevansi Pendidikan (link and match).
b. Kurikulum berbasis kompetensi, dan karakter.
c. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning).
34
E. Mulyasa. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2013) Hlm 64 35
M Fadhilah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA. (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014) hlm 29. 36
Ibid, hlm 30.
20
d. Pembelajaran aktif (student active learning).
e. Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh.37
e. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dan peradaban dunia.38
Sejalan dengan hal itu, E. Mulyasa menjelaskan
bahwa tujuan tersebut ditempuh melalui penguatan sikap keterlampilan
dan pengetahuan.39
f. Prinsip-Prinsip Kurikulum dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu
aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut
peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan
komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Suatu
pembelajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil dengan baik apabila
ia mampu mengubah diri peserta didik dalam arti luas serta mampu
menumbuhkan kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar,
sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama terlibat di
dalam proses pembelajaran itu, dapat dirasakan manfaatnya secara
langsung bagi perkembangan pribadinya.40
g. Fungsi Kurikulum 2013
Kurikulum memiliki berbagai fungsi. Bagi guru, kepala sekolah,
pengawas, orang tua dan peserta didik. Adapun fungsi kurikulum sebagai
berikut (Sanjaya, 2011):
1) Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan
proses pembelajaraan. Proses pembelajaraan yang tidak berpedoman
pada kurikulum tidak akan berjalan dengan sistematis dan efektif,
37
Ibid. E. Mulyasa. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Hlm 64. 38
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013
Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. 39
Ibid. E. Mulyasa. Hlm 65. 40
Ibid. E. Mulyasa. Hlm 66
21
sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan sehingga segala
sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik diarahan untuk
mencapai tujuan. Tanpa kurikulum, dapat dipastikan pembelajaran
tanpa arah dan tujuan.
2) Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun
perencanaan dan program sekolah. Penyusunan karender sekolah,
pengajuan sarana prasarana sekolah kepada Komite Sekolah,
penyusunan berbagai kegiatan sekolah, baik intrakurikuler,
kokurikuler, ekstrakulikuler dan kegiatan-kegiatan lainnya didasarkan
pada kurikulum yang digunakan.
3) Bagi pengawas, kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam
melakukan supervise ke sekolah. Dengan berpedoman pada
kurikulum, pengawas dapat melihat apakah program sekolah, termasuk
pelaksanaan pembelajaraan yang dilakukan oleh guru sudah sesuai
dengan tuntutan kurikulum, bagian-bagian mana yang sudah
dilaksanakan, bagian-bagian mana yang sedang dilaksanakan dan
bagian-bagian mana yang belum dilaksanakan. Dengan demikian,
pegawas bisa memberikan masukan atau saran perbaikan.
4) Bagi orang tua peserta didik, kurikulum sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi penyenggaraan program sekolah dan
membantu putra-putrinya beajar dirumah sesuai dengan program
sekolah. Melalui kurikulum, orang tua dapat mengetahui tujuan yang
harus dicapai peserta didik serta ruang lingkup materi pelajaraan.
5) Bagi peserta didik, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar.
Melalui kurikulum, peserta didik dapat memahami kompetensi apa
yang harus dicapai, baik itu pengetahuan, keterlampilan, maupun
sikap. Ketika memulai pembelajaraan guru memberitahu peserta didik
tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti
pembelajaran, maka peserta didik bisa self-evaluation, melakukan
penilaian diri ketika pembelajaraan sudah selesai. Apa yang harus
22
dilakukannya setelah menguasai kompetensi tertentu dan apa yang
harus dilakukannya apabila dirinya belum menguasainya.
Alexander Inglis (dalam Sanjaya, 2011) mengemukakan enam fungsi
kurikulum untuk peserta didik, yaitu: (1) fungsi penyesuaian; (2) fungsi
integrasi; (3) fungsi diferensiasi; (4) fungsi persiapan; (5) fungsi
pemulihan; dan (6) fungsi diagnostik.41
h. Pengembangan Silabus dalam Kurikulum 2013
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
implementasi kurikulum, yang mencangkup kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta
penilaian autentik berbasis kelas. Silabus juga merupakan penjabaran lebih
rinci dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang menimal
memuat kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standar, metode
pembelajaran dan hasil belajar (learning outcomes) yang harus dimiliki
oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.42
Silabus kurikulum 2013 minimal memuat lima komponen utama,
yakni kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, materi standar,
kegiatan pembelajaran dan penilaian. Silabus ini umumnya sudah
disiapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Pusat Kurikulum (Puskur).
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran
untuk setiap bahan kajian. Pengembangan silabus harus dilakukan secara
sistematis dan mencangkup komponen-komponen yang saling berkaitan
untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dalam
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 dikemukakan bahwa silabus paling
sedikit memuat sepuluh hal sebagai berikut.
1. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/Paket C/Paket Kejuruan.
2. Identitas sekolah meliputi nama satauan pendidikan kelas.
41
Op.Cit, Harry Widyastono. Hlm 9-10. 42
E. Mulyasa. Implementasi Kurikulum 2013 Revisi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2018) hlm 70-71.
23
3. Kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, penegtahuan dan keterlampilan yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
mata pelajaran.
4. Kompetenisi dasar merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterlampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran.
5. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A).
6. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang
relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi.
7. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
8. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
9. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun.
10. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.43
i. Pengembangan RPP dalam Kurikulum 2013
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana
yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran, untuk
mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang telah ditetapkan dan
merupakan komponen penting dari kurikulum 2013 yang
pengembangannya harus dilaksanakan secara professional.
Rencana pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 yang akan
bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, sedikitnya mencakup tiga
kegiatan yaitu : identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar dan
penyusunan program pembelajaran. Selanjutnya rencana pelaksanaan
pembelajaran terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan satu
43
E. Mulyasa. Implementasi Kurikulum 2013 Revisi. Hlm 86-87.
24
sama lain.44
Berdasarkan Pasal 20 pada Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa,
perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan
penilaian hasil belajar.45
Pengambangan rencana pelaksanaan pembelajaran pada prinsipnya
harus memperhatikan perhatian dan karakteristik peserta didik terrhadap
materi standar yang dijadikan bahan kajian. Adapun beberapa prinsip
pengembnagan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam menyukseskan
implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dikemukakan dalam
Permendikbud Nomor 22 tahun 2016, sebagai berikut.46
1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal,
tingkat intelektual, bakat, potensi, minat belajar, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai dan lingkungan peserta didik.
2) Partisipasi aktif peserta didik.
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan
kemandirian.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan,
dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedial.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
44
E. Mulyasa. Implementasi Kurikulum 2013 Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2018) hlm 113. 45
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20. 46
Ibid. hlm 117.
25
kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu kebutuhan
pengalaman belajar.
7) Mengakomondasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas
mata pelajaran, lintas aspek belajar dan keragaman budaya.
8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintigrasi,
sistematis dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
RPP sebagai mana dikemukakan diatas, dalam realisasinya
memerlukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan
jadwal pembelajaran serta pembagian waktu yang digunakan secara
proporsional, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas dan
kelulusan, pencatatan kemajuan belajar pesrta didik, pembelajaran
remedial (remedial teaching), program pengayaan, program percepatan
(akselerasi), peningkatan kualitas pembelajaran, dan pengisian waktu
kosong. Guru professional pun harus mampu mengembangkan renncana
pembelajaran yang baik, logis, dan sistematis karena disamping untuk
melaksanakan pembelajaran, persiapan tersebut mengemban “professional
accountability.” Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki rencana
pembelajaran yang matang sebelum melaksanakan pembelajaran, baik
persiapan tertulis maupun tidak tertulis.47
j. Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013
Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik (ilmiah) dalam
proses pembelajaran menjadi ciri yang khas dalam keberadaan kurikulum
2013. pendekatan Saintifik adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada aktifitas siswa melalui kegiatan mengamati, menanya,
menalar, mencoba dan membuat jejaring pada kegiatan pembelajaran
disekolah.48
Selanjutnya dalam rangka menyukseskan implementasi
kurikulum 2013, terutama dalam membentuk dan menerjemahkan
kompetensi inti dan kompetensi dasar, para guru telah dilatih secara
47
Ibid. hlm 118. 48
Abdul Majid. Pembelajara Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014).
26
bertahap dengan berbagai model dan pendekatan pembelajaran.
Pendekatan yang dilatihkan dan diunggulkan adalah pendeketan saintifik
(saintifik approach).49
Selanjutnya hal ini sejalan dengan yang di jelaskan
oleh Abdul Majid dan Choerul Rochman menyatakan sebagai cirinya
dalam pembelajaran saintifik ini memiliki beberapa proses yang mengacu
pada kompetensi sikap ilmiah, berfikir ilmiah, dan keterlampilan kerja
ilmiah. Proses-proses tersebut antara lain adalah :
1) Mengamati, bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan
konteks situasi nyata yang di hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menanya, hal ini dilakukan sebagai salah satu proses membangun
pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum
dan teori untuk berfikir metakognitif.
3) Mencoba atau mengumpulkan informasi, bermanfaat untuk
meningkatkan siswa memperkuat pemahaman konsep dan prosedur
dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreatifitas dan
keterlampilan procedural.
4) Mengasosiasi, bertujuan untuk membangun kemampuan berfikir dan
bersikap ilmiah, data yang diperoleh di buat klasifikasi, diolah dan
ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik.
5) Mengkomunikasikan, merupakan sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisam, gambar atau sketsa,
diagram atau grafik.50
Proses-proses tersebut di harapkan siswa terlatih untuk berfikir
secara sistematis, kritis dan sesuai prosedur ilmiah, sehingga
menghasilkan proses pembelajaran yang efektif. Sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
49
E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Rosdakarya,2015) hlm
99 50
Abdul Majid dan Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum 2013.
(Bandung: PT Rosdakarya, 2014) . hlm 107.
27
k. Penilaian Autentik
Penialaian autentik merupakan penilaian yang digunakan pada
kurikulum 2013, penilaian autentik adalah proses pengumpulan data
mengenai perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang telah peserta
didik lakukan dengan berbagai metode untuk membuktikan bahwa tujuan
pembelajaran telah tercapai. Penilaian tidak hanya dilakukan dari segi
pengetahuan saja tetapi dari segi sikap dan keterlampilan. Penilaian
autentik ini menjadi pembaharu dari penilaian tradisional, dimana
penilaian ini tidak hanya menilai hasil akhir tetapi menilai segala kegiatan
pembelajaran dikelas maupun di luar kelas yang terperhatikan bagaimana
perkembangannya.51
Penilaian autentik berdasarkan lampiran
Permendikbud no.66 Tahun 2013 mencakup penilaian autentik yang
merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai
dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran serta
hasil yang mencakup 3 aspek penilaian, yaitu sikap, pengetahuan dan
keterlampilan. Penilaian autentik ditekankan pada ranah tersebut sesuai
dengan tujuan pembelajaran.52
3. Efektivitas Pembelajaran PAI
a. Definisi Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektivitas berasal
dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya,
kesannya, manjur dan mujarab serta dapat membawa hasil, berhasil guna
tentang suatu usaha atau tindakan.
Efektivitas dalam proses pembelajaran dibagi menjadi 2 macam
yaitu, efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar murid. Efektivitas
mengajar guru yaitu hal-hal yang menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar
dan mengajar yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik, sedangkan
efektivitas belajar murid yakni hal-hal yang menyangkut dengan
51
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013) Suatu Pendekatan Praktis. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015) hlm 52. 52
Ibid, 54.
28
pencapaian tujuan pembelajaran melalui kegiatan belajar mengajar yang
telah ditempuh.53
Suatu kegiatan dapat dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut
dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang
diinginkan. Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana
dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran
sering kali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran, atau dapat pula
diartikan sebagai ketetapan dalam mengelola situasi.54
b. Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar
dan mengajar. pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang
untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan
kejadian-kejadian ekstrem yang berperan terhadap rangkaian kejadian-
kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian pembelajaran adalah
proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup untuk belajar.
Adapun pengertian pembelajaran menurut para ahli antara lain:55
Menurut Gagne dan Briggs (1979), mengartikan instruction atau
pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedimikan rupa untuk memengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk
membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.
53
Madya Eka Susilo. Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Graila Indonesia, 2002) hlm 62-63. 54
Bambang Warsita. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008) hlm 287. 55
Ni Nyoman Parwati, dkk. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2018) hlm
107-108.
29
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar56
.
Berdasarkan beberapa pendapat menurut para ahli diatas, belajar
dan pembelajaran adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
manusia. Kebutuhan belajar dan pembelajaran dapat terjadi dimana-mana,
misalnya sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Pembelajaran sebagai
suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar, tentunya memiliki unsur-unsur di dalamnya
seperti :
1) Lingkungan fisik
2) Lingkungan sosial
3) Penyajian oleh guru
4) Konten atau materi pembelajaran
5) Proses pembelajaran
6) Produk-produk pembelajaran
Unsur-unsur pembelajaran yang bersifat dinamis yang merujuk pada
dinamika siswa dalam belajar dapat dilihat dari ranag kognitif, afektif dan
psikomotorik yang seharusnya dapat didapatkan dalam proses
pembelajaran. Kondisi eksternal yang berpengaruh pada proses belajar
yang penting untuk dipersiapkan oleh guru meliputi : Bahan ajar, suasana
belajar, media dan sumber belajar, dan guru sebagai subjek pembelar yang
aktif dan menarik perhatian para siswanya.57
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi satu sama lain guna untuk mencapai tujuan
pembelajaran itu sendiri. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri
atas siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium.
Material dalam pembelajaran meliputi buku-buku, audio, video, power
56
Ibid, Ni Nyoman Parwati, dkk. Hlm 109. 57
Ibid, Ni Nyoman Parwati, dkk. Hlm 109
30
point, laptop dan perlengkapan lainnya yang menjadi fasilitas dan
perlengkapan untuk menunjang proses pembelajaran. Adapun prosedur
pembelajaran meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi,
praktik, belajar, ujian dan sebagainya.58
Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di
kelas atau disekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara
berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta
didik.59
Pembelajaran adalah suatu aktivitas (proses) mengajar-belajar yang
didalamnya terdapat dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan
tanggung jawab utama seorang guru atau pengajar adalah mengelola
pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien dan positif.
Pengelolaan pembelajaran itu sendiri mengandung pengertian suatu upaya
untuk mengatur (mengendalikan) aktivitas pembelajaran berdasarkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk menyukseskan tujuan
pembelajaran agar tercapai secara lebih efisien, efektif dan produktif yang
diawali dengan penentuan strategi dan perencanaan dan diakhiri dengan
penilaian.60
c. Prosedur Pembelajaran
Rekayasa proses pembeajaran dapat di desain oleh guru,
sedemikian rupa. Idealnya kegiatan untuk siswa pandai harus berbeda
dengan siswa sedang atau kurang, walaupun untuk memahami satu jenis
konsep yang sama karena setiap siswa mempunyai keunikan masing-
masing. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap pendekatan,
metode dan teknik pembelajaran tidak bisa diabaikan.
Istilah pendekatan, metode dan teknik bukanlah hal yang asing
dalam pembelajaran agama Islam. Dalam Islam kata pendekatan adalah
58
Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) Cet ke-13 hlm 55. 59
Ni Nyoman Parwati, dkk. Hlm 114 60
Hamzah B. Uno, dkk. Pengembangan Kurikulum Rekayasa Pedagogik dalam Pembelajaran.
(Jakarta: PT RajaGrafindo, 2018) hlm 199.
31
Madkhal, metode adalah thariqah dan teknik adalah uslub. Pendekatan
dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat dan
belajar mengajar agama Islam. Metode adalah rencana menyeluruh
tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan
pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adalah kegiatan spesifik
yang diimplementasikan dalam kelas sesuai metode dan pendekatan yang
dipilih.61
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan bersifat
aksiomatis, metode bersifat procedural dan teknik bersifat operasional.62
Pengembangan kegiatan belajar PAI harus diorientasikan pada
fitrah manusia yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad akal dan ruh.
Ketiga dimensi dalam diri manusia tersebut haruslah dipelihara agar
terwujud keseimbangan (tawazun). Untuk mewujudkan keseimbangan
tersebut diperlukan ketepatan dalam menentukkan pendekatan, metode
dan teknik yang digunakan. Dalam pembelajaran PAI, penilihan ketiga hal
tersebut diorientasikan pada pembiasaan, pelatihan dan perenungan yang
dibantu oleh seseorang guru atau pembimbing.63
Dalam melaksanakan
tugas guru dibutuhkan profesionalisme agar tercapai efesiensi dan
efektivitas kerja sehingga guru dituntut untuk berusaha keras dalam
meningkatkan kualitas kerjanya.64
d. Ciri dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran
1) Ciri-Ciri Pembelajaran
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu :
Rencana, ialah penataan ketenagaan, material dan prosedur
yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu
rencana khusus.
61
Fathul Jannah. Jurnal Dinamika Ilmu. (Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional).
Vol. 13 No. 2 Desember 2013. Diakses pada hari Senin 29 Oktobel pukul 10.20. 62
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cet ke-6
hlm 132 63
Ibid. Abdul Majid. hlm 133 64
Imam Wahyudi, Panduan Lengkap Administrasi Guru. (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014) hlm
3.
32
Kesalingtergantungan (interdependence), antara unsur-unsur
sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap
unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan
sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang
hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem
yang dibuat oleh manusia dan sistem alami (natural). Tujuan
utama sistem pembelajaran agar siswa belajar secara efisien
dan efektif.65
Tabel 2.1
Ciri-Ciri Pengajaran dan Pembelajaran
No. Pengajaran Pembelajaran
1. Dilaksanakan oleh mereka yang
berprofesi sebagai pengajar.
Dilaksanakan oleh mereka yang
dapat membuat orang belajar.
2. Tujuannya menyampaikan
informasi kepada pembelajar.
Tujuannya agar terjadi belajar
pada diri siswa atau pembelajar.
3. Merupakan salah satu
penerapan strategi pembelajar-
an.
Merupakan cara untuk
mengembangkan rencana yang
terorganisasi untuk keperluan
belajar.
4. Kegiatan belajar berlangsung
bila ada guru atau pengajar.
Kegiatan belajar dapat
berlangsung dengan atau tanpa
hadirnya guru.66
2) Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan
sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, yaitu sebagai berikut.67
65
Supardi. Kinerja Guru. hlm 66. 66
Op.Cit. Ni Nyoman Parwati, dkk. Hlm 114 67
Ibid, Ni Nyoman Parwati, dkk. Belajar dan Pembelajaran. Hlm 115
33
a. Menarik perhatian (gaining attention), hal yang menimbulkan
minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh,
kontradiksi, atau kompleks.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the
objectives), memberitahukan kemampuan yang harus dikuasi siswa
setelah selesai mengikuti pelajaran.
c. Mengingatkan konsep atau prinsip yang telah dipelajari
(stimulating recall or prior learning), merangsang ingatan tentang
pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk
mempelajari materi baru.
d. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus),
menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah
direncanakan.
e. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance),
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses atau
alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
f. Memperoleh kinerja atau penampilan siswa (eliciting
performance), siswa diminta untuk menunjukan apa yang telah
dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
g. Memberikan umpan balik (providing feedback), memberitahu
seberapa ketepatan performance siswa.
h. Menilai hasil belajar (assessing performance), memberitahukan tes
atau tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan
pembelajaran.
i. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and
transfer), merangsang kemampuan mengingat-ingat dan
mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review
atau mempraktikkan apa yang telah dipelajari.68
68
Ibid, Ni Nyoman Parwati, dkk. Belajar dan Pembelajaran. Hlm 116.
34
e. Ciri-Ciri Pembelajaran yang Efektif
Menurut Eggen dan Kauchak yang dikutip oleh Bambang Wrsita,
ciri-ciri pembelajaran yang efektif yaitu69
:
1) Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya
melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-
kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan
generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
2) Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi
dalam pelajaran.
3) Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada
pengkajian.
4) Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dab tuntunan kepda
peserta didik dalam mengalisis informasi.
5) Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai
dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.
Sedangkan menurut Wottuba dan Wraight yang dikutip oleh Bambang
Warsita menyimpulkan ada tujuh indikator yang menunjukkan
pembelajaran yang efektif yaitu :
1) Pengorganisasian pembelajaran dengan baik
2) Komunikasi secara efektif
3) Penguasaan dan antusiasme dalam mata pelajran
4) Sikap positif terhadap peserta didik
5) Pemberian ujian dan nilai yang adil
6) Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran
7) Hasil belajar peserta didik yang baik.70
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas
pembelajaran dapat terjadi karena adanya persiapan atau perencanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, proses pembelajaran yang
69
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan Dan Aplikasinya (Jakarta: Rineka Cipta,
2008) hlm 289. 70
Ibid, Bambang Warsita. hlm 289-290.
35
menarik dan tidak membosankan serta menghasilkan hasil belajar peserta
didik yang baik.
f. Efektivitas Proses Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang
bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun
bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan
pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta
dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan mereka.
Efektif dalam belajar menurut Makmun yang dikutip oleh Syaiful
Sagala adalah71
:
Bahwa membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar
itu (setidak-tidaknya sampai batas tertentu) relative tetap dan setiap
saat diperlukan dapat diproduksi dan dipergunakan seperti dalam
pemecahan masalah (problem solving) baik ujian ulangan dan
segalanya maupun penyelesaian diri dalam kehidupan sehari-hari
dalam rangka mempertahankan hidupnya. Efektif belajar dapat
ditunjukkan dengan cara sebagai berikut : 1) Tepat waktu, efisien
waktu, 2) Pertanyaan sederhana dapat informasi lengkap, 3) Cepat
penguasaan konsep, 4) Metode tepat sesuai dengan kompetensi
dasar, standar kompetensi, indikator dan 5) irit biaya.
Konsep belajar adalah membangun makna terhadap
pengalaman informasi oleh si pembelajar dan guru atas dasar
pengetahuan yang dimiliki. Makna ini terbangun dari persepsi dan
perasaan pesertad di dalam kegiatan, sehingga mereka belajar
berbuat menggunakan bahasa atau istilah dipahami oleh peserta
didik untuk menggunakan gagasannya, adapun perbedaan yang
menjadikan peserta didik menjadi kreatif dan saling menghargai
pendapat masing-masing.
71
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.(Bandung : Alfabeta,
2009) hlm 164-165
36
Dengan demikian penulis dapat mengemukakan bahwa dalam
proses pembelajaran yang efektif perlu adanya pendekatan dan metode
khusus yang guru kembangkan agar terciptanya iklim pembelajaran yang
kondusif dan menyenangkan.
B. Penelitian Relevan
Sebagai bahan rujukan peneliti dalam melakukan penelitian, seperti yang telah
dilakukan peneliti sebelumnya, yaitu :
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bambang Suryadi72
, dalam
penelitiannya yang berjudul “Kesiapan Guru-Guru Madrasah dalam
Mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan untuk Kurikulum
2013 di Jakarta Selatan” dengan hasil penelitian yang menunjukan
kesiapan guru-guru madrasah dalam standar penilaian implementasi
Kurikulum masih relatif rendah. Penelitian tersebut menggunakan metode
kuantitatif dengan instrument penelitiannya berupa angket.
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurlailah Hafazah73
, dalam
penelitiannya yang berjudul “Persepsi Guru Tentang Penerapan
Kurikulum Berbasis Kompetensi Hubungannya dengan Kinerja Guru di
Madrasah Aliyah Negeri Cipondoh Tangerang” dengan hasil
penelitiannya memiliki 86,7% persepsi positif tentang kurikulum berbasis
kompetensi. Adapun tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui persepsi
guru tentang penerapan kurikulum berbasis kompetensi di Madrasah
Aliyah Negeri Cipondoh Tangerang.
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Mulyanah74
yang berjudul
“Hubungan Pemahaman Tentang KTSP Terhadap Kinerja Guru PAI di
MIS. Mathla’ul Anwar Bojong Abuya, Bogor” dengan hasil
penelitiannya terdapat korelasi positif antara hubungan pemahaman guru
72
Bambang Suryadi, Skripsi : Kesiapan Guru-Guru Nadrasah dalam Mengimplementasikan
Standar Peniliaian Pendidikan untuk Kurikulum 2013 di Jakarta Selatan.(UIN Jakarta, 2014). 73
Nurlailah Hafazah, Skripsi : Persepsi Guru Tentang Penerapan Kurikulum Berbasis
Kompetensi Hubungannya dengan Kinerja Guru di Madrasah Aliyah Negeri Cipondoh Tangerang”.(UIN
Jakarta, 2006). 74
Siti Mulyanah, Skripsi : Hubungan Pemahaman Tentang KTSP Terhadap Kinerja Guru PAI di
MIS. Mathla’ul Anwar Bojong Abuya, Bogor.(UIN Jakarta, 2015).
37
PAI tentang KTSP terhadap Kinerja guru di MIS. Mathla’ul Anwar
Bojong Abuya, Bogor. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan
korelasi product moment sebesar 0.039 (kategori korelasi sedang).
C. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya perubahan dan pengembangan kurikulum sebagai jawaban
terhadap berbagai kritikan kurikulum sebelumnya, serta untuk menjawab
kebutuhan perkembangan zaman. Kurikulum 2013 ini merupakan salah salah
upaya pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan yang didasari oleh
pemikiran tentang tantangan masa depan. Dalam pelaksanannya kurikulum 2013
menjadi salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang
diamatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Selanjutnya dalam dimensi prosesnya kurikulum dapat
dikembangkan oleh lembaga pendidikan baik kepala sekolah maupun guru mata
pelajaran.
Dalam setiap profesi pekerjaan menuntut seseorang untuk menjalankan
profesinya dengan profesioanal, termasuk pekerjaan menjadi seorang pendidik
atau seorang guru, dalam pelaksanaanya disekolah profesi guru harus dilakukan
dengan profesional yang dilaksanakan secara efektif dan efeisien agar tercapai
tujuan yang diharapkan. Selain mengajar seorang guru juga sebagai pemegang
jantungnya pendidikan, sehingga dalam melaksanakan tugasnya guru harus
memiliki kemampuan menyusun hal-hal yang berkaitan dengan administratif
pembelajaran, yang dimaksudkan hal ini adalah kurikulum. Kurikulum yang
berlandaskan menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
penguatan sikap, keterlampilan dan pengtahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini
kompetensi seorang guru akan terlihat dengan baik jika guru tersebut memiliki
pemahaman yang baik tentang kurikulum 2013 sehingga ia akan benar-benar
paham bagaimana cara membuat pembelajaran yang berarti kepada para siswa-
siswinya, seperti paham bagaimana mengkondisikan kebutuhan para siswa-
siswinya mengenai pembelajaran, serta mampu mengembangkan metode
pembelajaran aktif dan mampu menyusun hal-hal administratif pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum 2013.
38
Dengan adanya kurikulum 2013 yang menitik beratkan kepada siswanya
proses pembelajaran yang aktif, diharapkan siswa dapat lebih memahami apa
yang telah disampaikan oleh guru sehingga setelah siswa mempelajari ilmu agama
dikelas yang diharapkan dapat berdampak positif pada perkembangan agamis
siswa terutama dalam melakukan kegiatan ibadah siswa maupun kegiatan-
kegiatan positif lainnya. Pembelajaran PAI menjadi pembelajaran yang sangat
penting di sekolah, karena pelajaran agama menjadi pondasi keimanan siswa
dalam bertingkah laku di sekolah maupun di masyarakat.
Berdasarkan pandangan diatas, pemahaman tentang kurikulum 2013 harus
dimiliki oleh guru agar mereka dapat melaksanakan pembelajaran yang bermakna
sesuai dengan kebutuhan para siswa-siswinya mengenai pembelajaran PAI
disekolah yang aktif dan berkesan, sehingga ada efek positif sikap siswa setelah
mengikuti pelajaran PAI. Jika para siswa merasakan merasa senang dan antusias
dalam melaksanakan pembelajaran PAI maka tercapainya tujuan pendidikan yang
sesuai dengan apa yang menjadi tujuan utama dari pelaksanaan kurikulum 2013.
Oleh karena itu, diharapkan pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013
dapat berpengaruh terhadap proses pembelajaran PAI di kelas serta dapat menjadi
petunjuk untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran, sehingga nantinya akan ada hubungan positif antara pemahaman
guru PAI tentang kurikulum dengan efektivitas pembelajaran PAI.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dasar teori dan kerangka berpikir diatas, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ha : Terdapat korelasi positif yang signifikan antara pemahaman guru PAI
tentang Kurikulum 2013 terhadap Efektivitas Pembelajaran PAI.
Ho : Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara pemahaman guru
PAI tentang Kurikulum 2013 terhadap Efektivitas Pembelajaran PAI
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, penulis mengambil tempat di SMAN 1
Parung Kabupaten Bogor, yang beralamat lengkap di Jln. H Mawi No.17 Rt
13/01, karena SMAN 1 Parung merupakan salah satu SMA Negeri favorit di
wilayah Parung Bogor, sekolah tersebut juga sudah menggunakan kurikulum
2013 sejak tahun 2015 sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan
penelitian tersebut. Penelitian ini dilakukan pada pertengahan semester genap
tahun ajaran 2019/2020, tepatnya bulan November 2019.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif kuantitatif.
Penelitian deskriptif dilakukan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, selanjutnya analisis data
bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan menuturkan dan menafsirkan data
yang berekanaan dengan fakta, keadaan, variabel dan hipotesis yang telah
ditetapkan.75
Untuk memperoleh data, informasi, dan fakta yang mengungkapkan
dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan
wawancara.
Selanjutnya, penulisan dalam skripsi ini mengacu pada buku pedoman
penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari benda yang
nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan
memiliki karakter tertentu dan sama. Suharismi Arikunto mengatakan dalam
bukunya jumlah subjeknya besar (lebih dari 100 orang), dapat diambil antara 10-
75
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2017) cet ke-
25 hlm 8.
39
40
15% atau 20-25% atau lebih.76
Oleh karena itu, peneliti akan mengambil 10%
dari populasi siswa SMA Negeri 1 Parung, yaitu sebanyak 100 orang. Dan
pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.77
Untuk kepentingan penelitian, jumlah populasi siswa-siswi SMA Negeri 1
Parung berjumlah 985 orang, diambil 10% dari jumlah tersebut. Dengan demikian
maka 100 orang yang peneliti targetkan dalam penelitian ini.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga dapat di peroleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiono, 2000).
Sedangkan menurut Nazir variabel penelitian adalah konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai. (M Nazir, 2003).78
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 variabel yaitu :
1. Variabel Independent (X) adalah Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum
2013, penelitian ini menggunakan instrument kuesioner atau angket.
2. Variabel Dependent (Y) adalah Efektivitas pembelajaran PAI, dalam variabel
ini peneliti menggunakan instrumen wawancara dan angket.
Tabel 3.1
Variabel (X) Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum 2013
Variabel Dimensi Indikator
1.Pengembangan
RPP
-Menyebutkan tujuan yang
hendak dicapai dalam
pembelajaran
-Melaksanakan pembelajaran
dengan tepat waktu
76
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2009) hlm 85. 77
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2009). Hlm
85 78
Muslich Ansori dan Sri Iswati, Metodologi Penelitian Kuantitatif . (Surbaya : Airlangga
University Press, 2009). Hlm 56-57.
41
Pemahaman
Guru PAI
Tentang
Kurikulum 2013
2.Pengembangan
Silabus
-Materi yang disampaikan sesuai
dengan KI-KD dan Indikator
-Mengalokasikan materi
pembelajar sesuai dengan
kalender pendidikan
3. Pembelajaran
Saintifik
-Menggunakan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran di
kelas
-Menyebutkan langkah-langkah
pembelajaran saintifik
-Mengamati setiap proses
pembelajaran di kelas
-Menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi
4.Penilaian
Autentik
-Memberikan penilaian yang
sesungguhnya kepada siswa
-Melakukan tes dan praktik untuk
melatih kemampuan siswa
dalam memahami materi
pelajaran
-Melakukan evaluasi berkelanjut-
an pada siswa yang belum
memahami materi pelajaran
5. Evaluasi dan
Pelatihan
Kurikulum 2013
- Pelatihan atau workshop guru
PAI
42
Tabel 3.2
Variabel (Y) Efektivitas Pembelajaran PAI
Variabel Dimensi Indikator
Efektivitas
Pembelajaran PAI
Di SMAN 1
Parung
1.Pengertian
efektivitas
pembelajaran PAI
-Menyebutkan pengertian
efektivitas pembelajaran PAI
-Guru menggunakan bahasa
yang mudah di pahami siswa
2.Ciri-ciri
pembelajaran
efektif
-Menyebutkan pembelajaran
efektif
-Menyebutkan ciri-ciri
pembelajaran yang efektif
-Materi yang disampaikan guru
sesuai dengan KI-KD
3.Penjelasan materi
pengajaran
-Memperhatikan penjelasan
materi pelajaran
-Bertanya saat proses
penjelasan materi
- Guru mampu mengekplorasi
pelajaran dengan kondisi atau
fenomena alam sekitar.
4. Pendekatan atau
strategi belajar
-Ketertiban dalam kegiatan
belajar
-Mengemukakan pendapat
-Mencapai penjelasan yang
disampaikan guru
-Mengikuti proses
pembelajaran
5.Pemanfaatan
media
pembelajaran
-Menggunakan media
pembelajaran
-Menggunakan media
43
atau sumber
belajar
pembelajaran sesuai dengan
materi pembelajaran
-Bersungguh-sungguh dalam
mempelajari sumber belajar
-Siswa menekuni dalam
mempelajari sumber yang
ditentukan oleh guru
6. Penilaian proses -Mengerjakan tugas atau
latihan yang diberikan guru
-Menjawab pertanyaan guru
-Siswa mampu menerapkan
kebaikan dan hal positif yang
disampaikan oleh guru PAI
dalam menjalankan kehidup-
an sehari-hari.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teknik pengukuran. Adapun alat-alat pengukuran yang digunakan peneliti adalah
sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi sebagai salah satu metode atau alat penelitian, yaitu dengan
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan
penelitian dan merupakan alat pengumpulan data dengan cara mendatangi
langsung, mengmati dan mencatat. Observasi ini dilakukan dengan cara
mendatangi sekolah yang menjadi tempat observasi.
2. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan untuk meneliti pemahaman guru PAI tentang
kurikulum 2013 terhadap efektivitas pembelajaran PAI di SMAN 1 Parung
44
menggunakan skala likert yang digunakan untuk melihat atau mengukurpada
penelitian ini. Dalam kuesioner terdapat 30 butir pernyataan, yang terdiri dari
15 butir pernyataan untuk variabel pemahaman guru PAI tentang kurikulum
2013 dan 15 butir pernyataan variabel efektivitas pembelajaran PAI.
Kuesioner tersebut ditunjukan kepada siswa dan siswi SMAN 1 Parung untuk
mengetahui pengaruh pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 terhadap
efektivitas pembelajaran di SMA Negeri 1 Parung.
3. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan
antara pewancara (interviewer) dengan responden atau orang yang diinterviu
(interviewee) dengan tujuan untuk memproleh informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti. Wawancara merupakan cara pngumpulan data yang langsung dari
sumbernya tentang berbagai gejala sosial, baik yang terpendam (latent)
maupun tampak.
4. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian yang berupa catatan, transip, buku, surat kabar,
agenda dan sebagainya. Teknik ini digunakan untuk mencari informasi
tentang profil sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sekolah, dan
nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai untuk menjembatani
antara subjek dan objek secara substansial antara hal-hal teoritis dengan empiris,
antara konsep dengan data, serta sejauh mana data mencerminkan konsep yang
ingin diukur tergantung pada instrument yang substansinya disusun berdasarkan
penjabaran konsep yang dipergunakan untuk mengumpulkan data sehingga lebih
mudah diolah.79
Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, maka digunakan dua
jenis instrumen, yaitu kuesioner dan pedoman wawancara.
79
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. ( Bandung: Refika
Aditama, 2014) hlm 94.
45
1. Kuesioner (angket)
Angket atau kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian
pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Angket ini
diberikan kepala siswa-siswa SMA Negeri 1 Parung untuk mendapatkan
informasi tetang pengaruh pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013
terhadap efektivitas pembelajaran PAI. Selanjutnya angket ini bersifat
tertutup, yaitu jawaban yang diberikan sudah ditentukan terlebih dahulu dan
responden tidak diberikan kesempatan memberikan jawaban lain. Sedangkan
alternatif jawaban digunakan adalah Selalu, Sering, Kadang-Kadang dan
Tidak Pernah.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh data
yang lebih mendalam dan untuk mengkomparasikan data yang diperoleh
melalui angket. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah SMA Negeri 1
Parung Ikhwan Setiawan, S.Pd., guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1
Parung Drs. H Sodikin, M,Si., Fatma Yeni, S.Ag., dan Dendi Suhendar, S.PdI.
3. Uji coba Instrumen
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas dan uji
reliabilitas terlebih dahulu. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul,
selanjutnya dipilihlah butir soal yang valid dan reliabel.
a. Uji validitas
Validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.80
Perhitungan validitas dapat menggunakan rumus korelasi product moment,
yaitu :
rxy = ( ) ( ) ( )
√( ( ) ( ) ) ( ( )( ) )
Keterangan :
R : Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
80
Ibid, Sugiono. Hlm 267
46
N : Jumlah Responden (Number Of Cases)
XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
X2 : Jumlah seluruh skor X
Y2 : Jumlah seluruh skor Y
Dalam penelitian ini uji validitas diujikan siswa-siswa yang
berjumlah 100 orang dengan taraf signifikasi 5% sehingga diperoleh r
tabel = 0,195 untuk mengetahui apakah instrument tersebut valid atau
tidak maka r hitng dibandingkan dengan r tabel dengan kriteria, jika r
hitung lebih besar dari r tabel maka instrument tersebut tidak valid. Hasil
output penelitian ini menggunakan MS.Excel 2010 dan tabulasi data hasil
perhitungan MS.Excel dapat dilihat pada tabel lampiran.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas
data atau temuan.81
Untuk menguji reliabilitas instrumen agar dapat
dipercaya, peneliti menggunakan rumus yang ada pada SPSS versi 2.3.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami
bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tetapi juga oleh orang lain.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis untuk mencari dan mengetahui
presentase setiap data adalah sebagai berikut :
a. Editing, yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diolah. Semua angket
harus diteliti satu persatu tentang kelangkapan dan kebenaran pengisian
angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.
b. Scoring, setelah melalui tahapan editing, maka penulis memberikan skor
terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Dalam menentukan scoring hasil
penelitian untuk pertanyaan masing-masing jawaban diberi nilai sebagai
berikut :
Angka 4 mempunyai arti selalu
Angka 3 mempunyai arti sering
81
Ibid, Sugiono. Hlm 268.
47
Angka 2 mempunyai arti kadang-kadang
Angka 1 mempunyai arti tidak pernah
c. Tabulating adalah memasukkan data pada tabel-tabel terntentu dan mengatur
angka-angka serta menghitungnya.
d. Mengolah data menggunakan SPPS versi 2.3
Dalam rangka menjawab pertanyaan utama penelitian ini, penulis
menggunakan metode statistika karena adanya data berupa angka-angka yang
merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Untuk mengetahui
kecenderungan tiap item jawaban yang dipilih seluruh responden peneliti
menggunakan tabel frekuensi. Rumus yang digunakan :
P =
x 100%
Diketahui:
P = Presentase yang dicari
F = Frekuensi jumlah responden
N = Number of Cases (Jumlah data responden)
Kemudian untuk mengetahui tingkat pemahaman guru PAI tentang
kurikulum 2013 dan efektivitas pembelajaran PAI di SMAN 1 Parung,
peneliti menggunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
1) Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan
mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.
2) Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya
yang diperoleh dari hasil penelitian, yakni dengan menggunakan rumus
mean yaitu :
Mx =
Keterangan :
Mx : Mean atau nilai rata-rata
48
∑X : Jumlah skor pada setiap indikator
N : Banyaknya responden
3) Menentukan kategori, yaitu dengan menggunakan rumus :
x 100%
Tabel 3.3
Skala Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum 2013 dan
Efektivitas Pembelajaran PAI
No. Skor Keterangan
1. > 80% Sangat Baik
2. 61% - 80% Baik
3. 41% - 60 % Cukup
4. < 40 % Tidak Baik
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Syarat yang harus dipenuhi adalah data
berdistribusi normal. Nomalitas data penting karena dengan data yang
berdistribusi normal, maka data tersebut diangkap mewakili populasi.82
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan SPSS dengan metode uji
Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varian populasi
adalah sama atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini
menggunakan rumus yang ada pada SPPS yaitu dengan Analyze-Compare
Means dan One Way Anova. Berikut ini adalah dasar pengambilan
keputusan dalam uji homegenitas.
1) Jika signifikasi < 0,05 maka varian tidak homogeny
82
Duwi Priyatno, Panduan Pratis Olah Data Menggunakan SPSS, (Yogyakarta : Andi Offset,
2017) hlm 85.
49
2) Jika signifikasi > 0,05 maka varian homogen.
c. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui linieritas data, yaitu
apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Uji ini
digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi pearson atau regresi
linear. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity pada
taraf signifikasi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang
linear bila signifikasi (Deviation for linearity) lebih dari 0,05.83
2. Pengujian Hipotesis
Data yang diperoleh dalam penelitian ini, selanjutnya akan diolah dengan
menggunakan analisis statistik dengan menggunakan korelasi product moment
(rxy atay rhitung), guna membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang
berbeda agar dapat diketahui tingkat hubungan antara dua variabel tersebut.
Dengan dasar pengambilan keputusan uji korelasi sebagai berikut :
a. Berdasarkan pedoman derajat hubungan
Rumus yang digunakan dalam mencari angka korelasi dengan
rumus :
rxy = ( ) ( ) ( )
√( ( ) ( ) ) ( ( )( ) )
Keterangan :
rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment
∑X : Jumlah skor dalam sebaran X
∑Y : Jumlah skor dalam sebaran Y
∑XY : Jumah hasil kali skor X dengan skor Y
∑X2 : Jumlah skor yang di kuadratkan dalam sebaran X
∑Y2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
N : Banyaknya subjek (Number of cases)
83
Ibid, Dwi Priyatno. Hlm 95.
50
Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi, maka dapat
dilihat kriteria korelasi koefisien besar “r”, sebagai berikut.84
Tabel 3.4
Koefisien dan Tingkat Hubungan
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
b. Berdasarkan uji t, dengan rumus85
:
t = r √
Kriteria Pengujiannya :
Jika t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak.
Jika t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel maka H0 diterima.
H. Hipotesis Statistik
Berdasarkan hipotesis yang dilakukan yaitu :
H0 : Tidak terdapat pengaruh antara pemahaman guru PAI tentang Kurikulum
2013 terhadap proses pembelajaran PAI di SMAN 1 Parung.
H1 : Terdapat pengaruh antara pemahaman guru PAI tentang Kurikulum 2013
terhadap proses pembelajaran PAI di SMAN 1 Parung..
Kemudian hipotesis statistiknya, yaitu :
1. Ho = rhitung ≤ rtabel
Apabila rhitung lebih kecil dari rtabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak
2. Ha = rhitung ≥ rtabel
Apabila rhitung sama atau lebih besar dari rtabel , maka Ha diterima dan Ho
ditolak.
84
Opcit, Sugiyono. Hlm 184 85
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: PT Alfabeta, 2017)
hlm 184.
51
1. H0 = 0; Tidak terdapat pengaruh antara pemahaman guru PAI tentang
Kurikulum 2013 terhadap efektivitas pembelajaran PAI di SMAN 1 Parung.
H0 ≠ 0; Terdapat pengaruh antara pemahaman guru PAI tentang Kurikulum
2013 terhadap efektivitas pembelajaran PAI di SMAN 1 Parung.
2. Ha = 0; Tidak terdapat pengaruh antara pemahaman guru PAI tentang
Kurikulum 2013 terhadap efektivitas pembelajaran PAI di SMAN 1 Parung.
Ha ≠ 0; Terdapat pengaruh antara pemahaman guru PAI tentang Kurikulum
2013 terhadap efektivitas pembelajaran PAI di SMAN 1 Parung.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
1. Biografi SMA Negeri 1 Parung
SMA Negeri Parung didirikan pada tanggal 01 Juli 1985 berdasarkan SK
Mendikbud No 0601/O/1985. Awalnya SMAN 1 Parung merupakan filial
(kelas Jauh) SMA Negeri 1 Cibinong. Menempati gedung sendiri di Jl Waru
Jaya, Desa Waru Jaya, Kec.Parung sejak tahun 1987. Sampai tahun 2018 telah
meluluskan sebanyak 32 angkatan.
a. Manajemen SMA Negeri 1 Parung
1) Kepala Sekolah : Ikhwan Setiawan M.Pd
2) Wakil Kepala Sekolah :
a) Drs. Sodikin M.si (bidang Kesiswaan)
b) Beni Sanigraha M.Pd (bidang Kurikulum)
c) Hasanudin S.Pd (bidang Sarpus)
3) Kepala Tata Usaha : Hj. Marcia Riyantini, S.Pd
b. Data Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Parung
NPSN : 301020210051 / 20200602
Akreditasi Sekolah : Terakreditasi A
Alamat : Jl. H Mawi No 17 Desa Waru Jaya Kec. Parung
Kab. Bogor 16330
Telepon : (0251) 8542063
E-mail : [email protected]
Website : http://www.sman1parung.sch.id
c. Visi Sekolah
Sesuai amanat Undang-undang (UU) Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2003 tentang, Sistem Pendidikan Nasional. Maka visi SMA
Negeri 1 Parung adalah mewujudkan siswa dan warga sekolah yang,
52
53
“Berakhlak mulia, berkualitas yang berbudaya lingkungan dan
berkarakter kebangsaan serta unggul dalam prestasi, berdasarkan iman
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Melalui peningkatan standar
proses.”
d. Misi Sekolah
SMA Negeri 1 Parung mengemban misi, yaitu:
1) Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama
yang dianut.
2) Membantu pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia.
3) Melaksanakan pembelajaran efektif, inovatif, konsisten dan bermutu.
4) Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat
nasional, regional, dan internasional.
5) Membantu dan mengembangkan potensi peserta didik secara utuh
sebagai masyarakat belajar sepanjang hayat.
6) Memfasilitasi pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki
budaya hidup sehat.
7) Membantu pembentukan peserta didik yang berdisiplin, mandiri dan
bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitarnya.86
e. Data Guru
Tabel 4.1
Data Guru
N0 NAMA GURU
BIDAN
G
TUGA
S
KELAS JML TUGAS
TAMBAH
AN
KET
X XI XII JAM
1
IKHWAN SETIAWAN,
S.Pd
NIP.
196408241988111001
NUPTK
6156742644200023
BIOLOGI 0 0 0 0 Kepala
Sekolah
86
Data SMA Negeri 1 Parung.
54
2
HERYANI FATMAH,
S.Pd
NIP.
196308111988112001
NUPTK
8143741643300043
BIOLOGI 9 0 28 37
Pemb. Waka
Ur.
Kurikulum
Bid. Adm
PBM/ Wali
Kls XII IPA 5
3
Drs. H. SODIKIN, M.Si
NIP.
196011081986031006
NUPTK
7440738641200023
Pend
Agama &
Budi
Pekerti
0 12 15 27
Wakil
Kepala
Sekolah
Bidang
Kesiswaan
4
Hj. ATIH SRI
NISWATI, S.Pd.
NIP.
195902231983032004
NUPTK
3555737639300012
KIMIA 0 24 0 24 Wali Kelas
XI IPA 2
5
Drs. DODI PUJIONO
NIP. 1963
02261989031004
NUPTK
1558741643200022
BAHASA
INDONE
SIA
1
2 16 0 28
Wali Kelas
XI IPS 1
6
Dra. MUSYAROFAH,
M.Pd.
NIP.19670412198811
2002
NUPTK
6744745646300022
BIOLOGI 1
2 28 0 40
Pemb. Waka
Ur.
Kurikulum
Bid.
Penilaian /
Wali Kls XI
IPA 1
7
Dra. HENI RISWANTI
NIP.19640526198703
2003
NUPTK
7858742644300012
BAHASA
INDONE
SIA
4 12 8 24 0
8
Drs. H. JAMALUDIN
NIP .
195810051992031005
NUPTK
6337736636200003
SOSIOL
OGI 0 0 24 24
9
Dra. Hj.MASRUAH
NIP.
196309091990102001
NUPTK
BAHASA
INDONE
SIA
0 0 28 28 Wali kelas
XII IPS 1
55
3241741643300073
10
HEDI
HERYANA,S.Pd.
NIP
.19640624198703100
3
NUPTK
9956742643200012
SEJARA
H 0 8 18 26
Wakil
Kepala
Sekolah
Bidang
Humas
11
Dra. Hj.IYAH
KHOMSIYAH
NIP .
195810081993032002
NUPTK
3340736638300043
BP/ BK 0 35 0 35 216 ssw / 35
jam
12
SALMIAH,S.Pd
NIP.
196007031985032010
NUPTK
1035738640300053
BP/ BK 0 0 35 35
Koordinator
BP/BK 216
siswa / 35
Jam
13
BENI SANIGRAHA,
M.Si.
NIP.
196609271991031010
NUPTK
5259744647200033
FISIKA 0 12 0 12
Wakil
Kepala
Sekolah
Bidang
Kurikulum /
Koordinator
PKB
14
Dra. DEDEH
MINTARSIH
NIP
196905231994122002
NUPTK
3855747648300012
KIMIA 0 0 28 28
Kepala
Laboratoriu
m IPA
15
Hj. SUGIARTI, S.Pd.
NIP.
196808131992012003
NUPTK
7545746649300022
MATEM
ATIKA 0 36 0 36
Wali Kelas
XI IPS 4
16
DEWI SARTIKA, S.Pd.
NIP.19680320199002
2001
NUPTK
MATEM
ATIKA
2
0 4 0 24
56
6652746647300022
17
MUCH. GUNAWAN,
S.Pd. Fis
NIP.
197001111992011001
NUPTK
0443748649200022
FISIKA 1
5 8 0 23
Wali Kelas X
IPA 2
18
TRI
SUSILOWATI,S.Pd.
NIP
.19690302199702200
1
NUPTK
5634747648300002
GEOGR
AFI 0 16 16 32
Wali Kelas
XII IPS 4
19
HASANUDIN,S.Pd
NIP
.19720826199803100
3
NUPTK
1158750652200033
PEND.
SENI &
BUDAYA
0 18 0 18
Wakil
Kepala
Sekolah
Bidang
Sarpras
20
Dra. NENENG
SUMIATI
NIP .
196601161997022002
NUPTK
1348744646300043
BP/BK 4
0 0 0 40
252 ssw / 40
jam
21
Hj. SUHARTI,S.Pd
NIP .
196704061991032003
NUPTK
9738745647300062
PEND.
SENI &
BUDAYA
6 0 18 24 Wali kelas X
IPA 3
22
Ir.SRI NENDAH P.
NIP
.19650129200012200
1
NUPTK
2461743644300022
MATEM
ATIKA 0 0 36 36
Wali Kelas
XII IPA 1
23
YENNI,S.Pd.
NIP.19660111200801
2002
NUPTK
PENJAS
KES
2
7 0 0 27
Wali Kelas X
IPA 1
57
6443744647210040
24
PUJI
RAHMAWATI,S,Si
NIP.19680103200801
2001
NUPTK
1435746648300052
KIMIA 2
1 4 0 25
Wali Kelas X
IPA 5
25
TITIN KUSTINI,S.Pd.
NIP.19810301200801
2009
NUPTK
1633759660300062
PKn 1
0 0 18 28
Wali Kelas X
IPS 4
26
YEYET NURHAYATI,
M.Pd.
NIP
.19780208200801201
1
NUPTK
9540756656300002
BAHASA
INGGRI
S
0 8 18 26 Wali Kelas
XII IPA 3
27
RIONO BASUKI,S.Pd.
M.Pd.
NIP.19810504200902
1002
NUPTK
836759660200032
PENJAS
KES 0 0 27 27
Pembina
OSIS
28
JUITA
WULANDARI,S.Pd.
NIP.19750124200902
2001
NUPTK
8456753654300020
BAHASA
JERMAN
2
7 0 0 27
Kepala
Perpustakaa
n / Wali
Kelas X IPA
4
29
FATMA YENI,S.Ag
NIP.
197702162014052001
NUPTK
8548755657300012
Pend
Agama &
Budi
Pekerti
2
7 0 0 27
Wali Kelas X
IPS 1
30
NURIA AMALIA,S.E
NIP
198208242010012065
EKONO
MI 0 0 28 28
Wali Kelas
XII IPS 3
31 SUMIATI,S.Pd
NUPTK EKONO 2
8 0 29
58
0362749651300053 MI 1
32
DENDI
SUHENDAR,S.Pd I
NUPTK
2936757658200022
Pend
Agama &
Budi
Pekerti
0 15 12 27 Wali Kelas
XI IPA 4
33
KRISTINAWATI,S.Pd
NUPTK
2738757662300002
Prakarya
&
Kewiraus
ahaan
0 0 18 18 Wali Kelas
XI IPS 3
KRISTINAWATI,S.Pd
NUPTK
2738757662300002
EKONO
MI 0 20 0 20
34
HELGA DWI
MARYANTI,S.Pd.
NUPTK
8663756656300002
MATEM
ATIKA 0 4 20 24
Wali Kelas
XII IPA 4
35
ANDI ROHMAN,SPd
NUPTK
9556750653200013
BAHASA
SUNDA
1
8 16 0 34
36
ZULFAN SAPTONO
BAHASA
INGGRI
S
2 10 0 12 Wali Kelas X
IPS 2
ZULFAN SAPTONO
PEND.
SENI &
BUDAYA
1
2 0 0 12
37
EMI MARYANI,S.Pd
BAHASA
INGGRI
S
1
2 0 0 12
Wali Kelas
XI IPA 3
EMI MARYANI,S.Pd
BAHASA
INDONE
SIA
1
2 8 0 20
38 RUDI HERMANTO,
M.Pd.
SEJARA
H 0 18 16 34
Wali Kelas
XI IPA 5
39
SAIDAH
ROSIDAH,S.Ag
NUPTK
7541748648210003
BAHASA
SUNDA 0 2 18 20
Wali Kelas
XII IPS 2
40 TIKA FEBRI
Prakarya
& 0 18 0 18
Wali Kelas
59
LESTIANI,S.Pd Kewiraus
ahaan
XI IPS 2
TIKA FEBRI
LESTIANI,S.Pd
GEOGR
AFI
1
2 0 0 12
41
SUSILAWATI,S.Pd.Fis MATEM
ATIKA
1
6 0 0 16
Wali Kelas
XII IPA 2
SUSILAWATI,S.Pd.Fis FISIKA 0 0 20 20
42 WINDA
SETIOWATI,S.Pd PKn 8 18 0 26
Wali Kelas X
IPS 3
43
WINDA
SETIOWATI,S.Pd
SEJARA
H 8 0 0 8
MUHAMAD ALI,S.Pd MATEM
ATIKA
1
5 12 0 27
44 MARATUS SHOLIKA,
S.Pd.
SEJARA
H
2
2 8 0 30
45 RAMDHANI FAISAL,
S,Pd.
PENJAS
KES 0 27 0 27
46 DEDE WAHYUDI
BAHASA
INDONE
SIA
0 0 0 0
47 DINDA
WIDYASTUTI,S.Pd
Prakarya
&
Kewiraus
ahaan
1
8 0 0 18
48
EFRI YANTHI PUTRI,
S.Pd.
SOSIOL
OGI 0 20 0 20
EFRI YANTHI PUTRI,
S.Pd.
GEOGR
AFI 0 4 0 4
49 IMAS FEBRIANTI
PUTRI, S.Pd
BAHASA
INGGRI
S
4 0 0 4
50
IRMADELA RIZKY
KARIMAH. S.Pd.
Kons.
BP/BK 6 6 18 30 185 ssw 30
Jam
51 SUCI INTAN FITRIA,
S.Pd. BP/BK 6 0 12 18
111 ssw 18
Jam
60
SUCI INTAN FITRIA,
S.Pd.
SOSIOL
OGI
1
8 0 0 18
52 LISA NUR AFIFAH,
S.Pd.
BAHASA
INDONE
SIA
8 0 0 8
f. Data Guru
Tabel 4.2
Data Sertifikasi Guru
TINGKAT
PENDIDIKAN
JUMLAH GURU (ORG) KET
PNS NON PNS TOTAL
S2 / S3 5 1 6
S1 / D4 24 20 44
D2 / D3 1 - 1
Jumlah 30 21 51
g. Siswa SMA Negeri 1 Parung
Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2019/2020 semester
ganjil seluruhnya berjumlah 985 peserta didik. Jumlah peserta didik
terseber dalam rombongan belajar kelas X sebanyak 9 rombongan belajar,
Kelas XI sebanyak 9 rombongan belajar dan kelas XII sebanyak 9
rombongan belajar, dengan rincian sebagai berikut:87
Tabel 4.3
Data Kelas X
KELAS JUMLAH JUMLAH
L P
10 IPA 1 14 22 36
10 IPA 2 12 24 36
87
Data Siswa SMA Negeri 1 Parung.
61
10 IPA 3 16 22 38
10 IPA 4 14 22 36
10 IPA 5 12 24 37
JUMLAH IPA 68 114 182
10 IPS 1 18 20 38
10 IPS 2 19 20 39
10 IPS 3 18 20 38
10 IPS 4 19 20 38
JUMLAH IPS 74 80 153
JUMLAH
TOTAL
136 194 335
Tabel 4.4
Data Kelas XI
KELAS JUMLAH JUMLAH
L P
11 IPA 1 14 22 36
11 IPA 2 11 25 36
11 IPA 3 15 22 37
11 IPA 4 13 24 37
11 IPA 5 14 223 37
JUMLAH IPA 67 116 183
11 IPS 1 14 21 35
11 IPS 2 16 21 37
11 IPS 3 16 21 37
11 IPS 4 15 19 34
JUMLAH IPS 60 83 143
JUMLAH
TOTAL
127 199 326
Tabel 4.5
Data Kelas XII
KELAS JUMLAH JUMLAH
L P
12 IPA 1 13 23 36
12 IPA 2 9 27 36
12 IPA 3 12 24 36
62
12 IPA 4 4 32 36
12 IPA 5 10 26 36
JUMLAH IPA 48 132 180
12 IPS 1 18 19 37
12 IPS 2 16 22 38
12 IPS 3 15 24 35
12 IPS 4 14 21 34
JUMLAH IPS 63 83 144
JUMLAH
TOTAL
111 213 324
h. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Parung
Tabel 4.6
Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Parung
JENIS RUANG
RUANG LUAS
KONDISI RUANG
*)
(JML RUANG) KET
(RUANG
) (M2) B RR RB
R. TEORI/Kelas 27 216 23 4 - 27
LABORATORIUM
IPA 3 326 2 1
-
- 3
PERPUSTAKAAN 1 135
1
- 1
Lab.KOMPUTER 1 120 1 -
- 1
R. BAHASA - - - - - -
R PIMPINAN 1 72 1
1
Ruang Guru 1 120 1
1
Ruang TU 1 90 1
1
Ruang OSIS 1 36
1 1
Ruang UKS 1 12
1 1
63
Ruang BP 1
72 1
Lapangan Olah raga 1 6147 1
i. Program Pembinaan Peserta Didik
1. Bidang Keagamaan
1) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI).
2) Tadarus al-Qur’an atau membaca asmaul husna sebelum memulai
belajar di kelas.
3) Setiap hari jumat pagi diadakan jumsiroh (jumat siraman rohani) di
lapangan sekolah.
4) Penarikan infak dari guru dan siswa seminggu 2 kali.
5) Membiasakan salam antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru.
6) Shalat dzuhur dan shalat ashar berjamaah.
2. Bidang Akademik
1) Program Pesantren Kilat.
2) Program remedial dan pengayaan.
3) Mengadakan Ujian Tengah Semester danUjian Akhir Semester.
4) Mengadakan pelatihan Wali Kelas.
5) Mengadakan pengembangan mutu guru.
6) Mengadakan Try Out Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.
7) Pembinaan Bahasa Inggris.
8) Pembinaan peserta Olimpiade M-IPA.
9) Pengarahan Ujian Nasional.
10) Pembagian raport bayangan.
11) Pembagian raport.
12) Study Tour.
3. Bidang Kesiswaan
1) Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB).
2) Pemilihan Ketua OSIS.
3) Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK).
4) Bakti Sosial (Baksos).
64
5) Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN).
6) Raden Ajeng Kartini Fashion Show (RAISO).
7) Kegiatan-kegiatan/lomba-lomba dari dalam/luar madrasah.
4. Bidang Bimbingan Konseling
1) Bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier.
2) Layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
pembelajaran, konseling perorangan dan kelompok, dan bimbingan
kelompok.
3) Kunjungan rumah dan humas.
4) Psikotes.88
2. Karakteristik Variabel
Karakteristik variabel dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji
reliabilitas dari data angket yang telah dibagikan kepada responden 3 orang guru
PAI.
a. Uji Validitas
Uji validitas ini dibutuhkan agar hasil olahan data yang akan diujikan
benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya. Uji
validitas dalam penelitian ini adalah data dari angket yang telah dibagikan
kepada responden sebanyak 3 orang guru PAI, kemudian untuk mengetahui
tingkat validitas dari suatu instrumen dapat dilihat dari nilai r tabel dan r
hitungnya, jika r hitung lebih besar dari r tabel maka instrument tersebut
tidak valid.
Adapun rumus untuk mencari r tabel adalah :
df = n - 2
Standar kemaknaan r tabel yang diambil oleh peneliti yakni 5%, maka
diketahui df dari sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :
df = 100 - 2
df = 98
Dengan demikian, r tabel dalam penelitian ini adalah 0,195. berikut ini
merupakan hasil perhitungn uji validitas dengan menggunakan SPSS.
88
Data Administrasi SMA Negeri 1 Parung.
65
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Pemahaman Guru PAI
Tentang Kurikulum 2013
No. Butir Soal r hitung r tabel Status
1. Butir Soal 1 0,329 0,195 Valid
2. Butir Soal 2 0,528 0,195 Valid
3. Butir Soal 3 0,406 0,195 Valid
4. Butir Soal 4 0,514 0,195 Valid
5. Butir Soal 5 0,483 0,195 Valid
6. Butir Soal 6 0,566 0,195 Valid
7. Butir Soal 7 0,477 0,195 Valid
8. Butir Soal 8 0,446 0,195 Valid
9. Butir Soal 9 0,385 0,195 Valid
10. Butir Soal 10 0,498 0,195 Valid
11. Butir Soal 11 0,363 0,195 Valid
12. Butir Soal 12 0,490 0,195 Valid
13. Butir Soal 13 0,220 0,195 Valid
14. Butir Soal 14 0,310 0,195 Valid
15. Butir Soal 15 0,025 0,195 Tidak Valid
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa instrumen Pemahaman Guru
PAI tentang kurikulum 2013 yang valid sebanyak 14 instrumen, maka uji
validitas sebagai syarat uji instrumen terpenuhi.
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Efektivitas
Pembelajaran PAI
No. Butir Soal r hitung r tabel Status
1. Butir Soal 16 0,345 0,195 Valid
2. Butir Soal 17 0,323 0,195 Valid
3. Butir Soal 18 0,512 0,195 Valid
66
4. Butir Soal 19 0,369 0,195 Valid
5. Butir Soal 20 0,488 0,195 Valid
6. Butir Soal 21 0,323 0,195 Valid
7. Butir Soal 22 0,434 0,195 Valid
8. Butir Soal 23 0,477 0,195 Valid
9. Butir Soal 24 0,415 0,195 Valid
10. Butir Soal 25 0,344 0,195 Valid
11. Butir Soal 26 0,327 0,195 Valid
12. Butir Soal 27 0,269 0,195 Valid
13. Butir Soal 28 0,380 0,195 Valid
14. Butir Soal 29 0,376 0,195 Valid
15. Butir Soal 30 0,381 0,195 Valid
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semua instrumen Efektivitas
Pembelajaran PAI adalah valid, maka uji validitas sebagai syarat terpenuhi.
b. Uji Reliabilitas
Setelah melakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabelitas
terhadap instrument yang valid. Uji reliabilitas dalam penelitian ini diolah
dengan menggunakan SPSS. Berikut merupakan hasilnya.
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas
Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum 2013
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha Cronbcah’s
Alpha Based on
Standarized Item
N of Item
,692 ,724 16
Sumber data: Primer, diolah pada 13 Desember 2019
67
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas
Efektivitas Pembelajaran
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha Cronbcah’s
Alpha Based on
Standarized Item
N of Item
,680 ,695 16
Sumber data: Primer, diolah pada 13 Desember 2019
Kesimpulannya adalah jika alpha antara 0,70 – 0.90 maka
reliabilitas tinggi. Jika alpha 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat. Jika
alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah. Jika apha rendah, kemungkinan satu
atau beberapa item tidak reliabel. Dari data diatas, terlihat bahwa alpha
0,724 untuk variabel Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum 2013,
maka reliablitas tinggi dan instrument dinyatakan reliabel. Dengan
demikian uji reliabelitas sebagai uji instrumen terpenuhi.
3. Prosentase Hasil Angket Penelitian
Data-data yang diperoleh oleh peneliti mengenai pemahaman guru
PAI tentang kurikulum 2013 terhadap efektivitas pembelajaran ini melalui
instrumen angket, wawancara kepala sekolah, wawancara guru mata pelajaran
PAI dan angket siswa. Pada awalnya peneliti melakukan observasi terlebih
dahulu untuk mengamati lingkungan di sekolah baik dalam pembelajaran PAI
maupun mengamati guru PAI di SMA Negeri 1 Parung. Melalui observasi
tersebut, didapatkan hasil bahwa ketiga guru PAI cenderung memahami
kurikulum 2013 dan ada satu diantara dua guru tersebut kurang mampu
menerjemahkannya, namun dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas secara
keseluruhan sudah cukup baik. Selain guru PAI menunaikan tugas sebagai
seorang pendidik di sekolah, dalam kehidupan masyarakat pun guru PAI
adalah seoarang Ustad-Ustadzah (Da’i), sehingga guru agama tidak diragukan
secara materi ajaran, pengalaman dan segala macam. Melihat hal tersebut,
peneliti merasa cocok untuk melakukan penelitian khususnya mengenai
68
bagaimana cara guru dalam memahami kurikulum 2013 dan bagaimana
efektivitas pembelajaran PAI nya di sekolah tersebut.
Selanjutnya peneliti melakukan penyebaran angket pada siswi-siswa
kelas X, XI, dan XII sesuai dengan teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah 10% dari seluruh siswa-siswa SMA Negeri 1 Parung
yang berjumlah 100 orang. Peneliti memberikan pertanyaan masing-masing
variabel 15 soal. Setelah data diperoleh dari hasil angket yang telah
disebarkan kepada responden, langkah selanjutnya yaitu menghitung hasil
angket yang valid yaitu 14 soal untuk variabel pemahaman guru PAI tentang
kurikulum 2013 dan 15 soal untuk variabel efektivitas pembelajaran PAI
dengan mencari angka prosentase.
a. Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum 2013
Data mengenai pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 yang
menjadi variabel X merupakan data yang diperoleh langsung dari pengisian
instrument penelitian yang berbentuk angket yang disebarkan kepada guru
PAI sebagai responden.
Tabel 4.11
Menyiapkan RPP setiap mengajar
No. Pernyataan
1. Guru menyebutkan tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 38 38%
Sering 54 54%
Kadang-Kadang 8 8%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
2. Guru PAI melaksanakan pembelajaran dengan tepat
waktu
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 55 55%
69
Sering 30 30%
Kadang – Kadang 14 14%
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 54% siswa merasa bahwa
guru sering dan 38% selalu menyebutkan tujuan pembelajaran, sebelum
KBM itu dimulai. Selanjutnya mengenai guru PAI dalam melaksanakan
pembelajaran tepat waktu, sebanyak 67% siswa menjawab selalu dan 26%
siswa menjawab bahwa guru PAI melaksanakan pembelajaran tepat
waktu.
Tabel 4.12
Mengacu pada silabus
No. Pernyataan
1. Materi yang disampaikan oleh guru sesuai dengan KI-
KD dan indikator
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 47 47%
Sering 33 33%
Kadang-Kadang 19 19%
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 100 100%
2. Guru mengalokasikan materi pembelajaran sesuai
dengan kalender pendidikan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 63 63%
Sering 28 28%
Kadang – Kadang 8 8%
Tidak Pernah 1 1%
70
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 33% siswa merasa bahwa
guru sering dan 47% guru selalu menyampaikan materi pembelajaran yang
sesuai dengan KI-KD dan indikator yang mengacu pada silabus dan 8%
skadang-kadang. Sedangkan untuk bagaiman guru PAI dapat
mengalokasikan materi pembelajaran sesuai dengan kalender pendidikan,
siswa-siswa SMA Negeri 1 Parung menyakatan 63% selalu, 28% sering
dan 8% Kadang-kadang. Hal ini membuktikan bahwa guru-guru PAI
sebagaian besar mengacu pada silabus dalam pembelajaran di kelas.
Tabel 4.13
Guru menggunakan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran dikelas
No. Pernyataan
1. Siswa aktif dalam pembelajaran dikelas
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 64 64%
Sering 32 32%
Kadang-Kadang 4 4%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
2. Siswa mengamati setiap proses pembelajaran dikelas
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 56 56%
Sering 38 38%
Kadang – Kadang 6 6%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
71
Dari tabel mengenai siswa aktif dalam pembelajaran dikelas
pernyataan tersebut sebanyak 46% selalu, 38% sering, 14% kadang-
kadang dan 2% tidak pernah. Selain itu siswa juga mengamati setiap
proses pembelajaran dikelas, siswa menyatakan 56% selalu, 38% sering,
6% kadang-kadang. Dari hasil angket tersebut rata-rata siswa menjawab
pernyataan selalu, hal ini menunjukkan bahwa guru PAI di SMA Negeri 1
Parung menggunakan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan
saintifik yang sesuai dengan kurikulum 2013.
Tabel 4.14
Guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Selalu 62 62%
2. Sering 36 36%
3. Kadang – kadang 2 2%
4. Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 62% siswa menyatakan bahwa
guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, yaitu sebanyak
siswa menjawab 62% selalu, 36% sering dan 2% kadang-kadang. Hal ini
sejalan dengan paparan guru PAI bahwa dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas, mereka selalu menggunakan metode pembelajaran
yang bervariatif sesuai dengan kebutuhan siswa-siswinya, seperti halnya
dalam waktu-waktu tertentu ketika sehabis jam shalat dzuhur para siswa
sudah tidak kondusif untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, maka
para guru berupaya bagaimana caranya agar pelajaran itu kondusif salah
satunya adalah dengan metode belajar yang bervariasi.89
89
Wawancara guru PAI
72
Tabel 4.15
Guru menggunakan media dalam proses pembelajaran
No. Pernyataan
1. Guru PAI menggunakan media dalam proses pembelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 82 82%
Sering 16 16%
Kadang-Kadang 2 2%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
2. Media belajar dalam proses pembelajaran sesuai dengan
materi pelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 68 68%
Sering 30 30%
Kadang – Kadang 2 2%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
3. Guru PAI menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 70 70%
Sering 22 22%
Kadang-Kadang 8 8%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas mengenai guru menggunakan media dalam
proses pembelajaran 46% sering, 39% selalu, 13% kadang-kadang dan 2%
tidak pernah. Sedangkan untuk pernyaataan guru menggunakan media
pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran 68% selalu, 30% sering dan
73
2% kadang-kadang. Selanjutnya mengenai guru PAI menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, 60% selalu, 22%
sering dan 18% kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI di
SMA Negeri 1 Parung dalam menggunakan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi pelajaran maupun dapat menggunakannya secara
fungsional.
Tabel 4.16
Mampu berkomunikasi secara aktif terhadap siswa dalam
proses belajar mengajar dikelas
No. Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Selalu 72 72%
2. Sering 26 26%
3. Kadang – kadang 2 2%
4. Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa siswa merasa guru mampu
berkomunhikasi secara aktif dalam proses belajar mengajar dikelas. Hal
ini dapat dilihat dari pernyataan tersebut 72% selalu, 26% sering, dan 2%
kadang-kadang siswa selalu merasa bahwa guru sering dan 38% selalu
menyebutkan tujuan pembelajaran, sebelum KBM itu dimulai.
Tabel 4.17
Guru PAI penilaian autentik dalam pembelajaran
No. Pernyataan
1. Guru PAI memberikan penilaian yang nyata kepada siswa
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 54 54%
Sering 31 31%
Kadang-Kadang 13 13%
Tidak Pernah 2 2%
74
Jumlah 100 100%
2. Guru PAI melakukan tes dan praktik untuk melatih
kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 86 86%
Sering 12 12%
Kadang – Kadang 2 2%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
3. Guru PAI melakukan evaluasi berkelanjutan pada siswa
yang belum memahami materi pelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 67 67%
Sering 26 26%
Kadang-Kadang 7 7%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas mengenai guru PAI menggunakan penilaian
autentik dalam pembelajaran, pernyataan pertama mengenai guru PAI
memberikan penilaian yang nyata kepada siswa 54% menyatakan selalu,
Sedangkan pernyataan guru PAI melakukan tes dan praktik untuk melatih
kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran 86% siswa
menyatakan selalu, selanjutnya pernyataan mengenai guru PAI melakukan
evaluasi berkelanjutan pada siswa yang belum memahami materi pelajaran
67% menyatakan selalu. Hasil angket tersebut rata-rata siswa menjawab
selalu, hal ini menunjukkan bahwa guru PAI dalam mengevaluasi
pembelajaran menggunakan penilaian autentik.
75
Tabel 4.18
Pelatihan atau workshop untuk guru PAI
No. Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Selalu 39 39%
2. Sering 52 52%
3. Kadang – kadang 9 9%
4. Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 52% siswa menyatakan
sering, 39% selalu dan 9% kadang-kadang. Hal ini sejalan dengan paparan
dari guru PAI bahwa kegiatan workshop atau yang disebut IHT (In House
Training) di dalamnya ada pelatihan tentang penerapan kurikulum 2013
dalam pembelajaran, bahkan di datangkan narasumber dari luar, pengawas
kabupaten dan provins. IHT ini dilaksanakan di sekolah, namun selain itu
ada juga pelatihan MGMP yang dilaksanakan oleh dinas dan di tentukakan
tempat pelaksanaannya. Kegiatan-kegiatan pelatihan tersebut bertujuan
untuk menambahkan hal-hal yang dirasa masih kurang dalam penerapan
kurikulum dan pembelajaran disekolah, serta sebagai bahan evaluasi para
guru, khususnya guru PAI.90
Tabel 4.19
Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum 2013 Berdasarkan
Indikator
Variabel
Indikator
Nilai
Harap
(NH)
Nilai Skor
(NS)
x 100%
Ket
Pemaham
an Guru
PAI
Pengembangan
RPP
2x4= 8 7437:100 =
74,37
x100 =
92,296%
Sangat
Baik
Pengembangan 4x4= 7629:100
x100 = Baik
90
Wawancara Guru PAI
76
Tentang
Kurikulu
m 2013
Silabus 16 =76,29 83,575%
Pembelajaran
Saintifik
6x4=
24
6942:100
=69,42
x100 =
89,251%
Sangat
Baik
Penilaian
Auntentik
2x4=8 9645:100
=9,645
x100 =
78,763%
Baik
Evaluasi dan
Pelatihan
Kurikulum
2013
2x4= 8 8222:100
=82,22
x100 =
76,376%
Sangat
Baik
Total 64 439,097:100
= 43,9097
x100
= 68,609%
Sangat
Baik
Dari tabel-tabel tersebut diatas menunjukan bahwa dari rata-rata
hasil jawaban siswa-siswa SMA Negeri 1 Parung menunjukkan bahwa
guru PAI sudah mampu menerjemahkan hal-hal yang berkaitan dengan
kurikulum 2013. Dilihat dari macam-macam prsentase hasil angket rata-
rata diatas 81,817% . Hal ini dapat dikatakan bahwa pemahaman guru PAI
tentang kurikulum 2013 sudah dapat dikatakan sangat baik.
b. Efektivitas Pembelajaran PAI
Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket dan wawancara dengan
guru dan kepala sekolah. yang diberikan kepada guru PAI, kemudian data
tersebut diolah dalam bentuk tabel deskriptif presentase. Data hasil
Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum 2013 variabel X dan efektivitas
pembelajaran PAI variabel Y yang telah diperoleh dapat dideskripsikan
sebagai berikut.
77
Tabel 4.20
Menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh siswa
No. Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Selalu 73 73%
2. Sering 26 26%
3. Kadang – kadang 1 1%
4. Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 83% siswa merasa bahwa
guru selalu menggunakan bahasa yang mudah di pahami dan 26% sering,
hal ini sejalan dengan paparan dari kepala sekolah bahwa ketiga guru PAI
di SMAN 1 Parung sudah cukup komunikatif dalam menyampaikan
pengajaran dikelas dan mampu menerjemahkan KI dan KD.91
Tabel 4.21
Materi pelajaran sesuai dengan KI-KD
No. Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Selalu 56 56%
2. Sering 28 28%
3. Kadang – kadang 13 13%
4. Tidak Pernah 3 3%
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 56% siswa merasa bahwa
guru selalu dan 28% sering menyampaikan materi pelajaran yang sesuai
dengan KI-KD baik dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran maupun
dalam buku pengangan guru dan siswa.
91 Wawancara Kepala Sekolah
78
Tabel 4.22
Siswa terlibat dalam pembelajaran aktif dikelas
No. Pernyataan
1. Siswa mengemukakan pendapat ketika diberikan
kesempatan oleh guru
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 54 54%
Sering 28 28%
Kadang-Kadang 17 17%
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 100 100%
2. Siswa mengajukan pertanyaan saat proses pembelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 61 61%
Sering 22 22%
Kadang – Kadang 16 16%
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 100 100%
3. Siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar
Alternatif Jawaban
Selalu 75 75%
Sering 21 21%
Kadang – Kadang 4 4%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas mengenai siswa mengemukakan pendapat ketika
diberikan kesempatan oleh guru, siswa menyatakan 54% selalu, 28%
sering, 17% kadang-kadang dan 1% tidak pernah, lalu mengenai siswa
mengajukan pertanyaan saat proses pembelajaran di kelas, siswa
79
menyatakan 68% selalu, 22% sering, 16% kadang-kadang dan 1% tidak
pernah. Selanjutnya mengenai siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, siswa menyatakan 75% selalu, 21% sering dan 4% kadang-
kadang. Hal ini menunjukan sebagaian besar siswa dapat terlibat aktif
dalam pembelajaran di kelas.
Tabel 4.23
Guru mengekplorasi pelajaran dengan kondisi atau fenomena
alam sekitar
No. Pernyataan
1. Guru PAI selalu menerangkan materi pelajaran sesuai
dengan kondisi saat ini.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 66 66%
Sering 25 25%
Kadang-Kadang 8 8%
Tidak Pernah 1 1%
Jumlah 100 100%
2. Guru PAI mengekplorasi pelajaran sesuai dengan
fenomena alam sekitar
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 53 53%
Sering 27 27%
Kadang – Kadang 18 18%
Tidak Pernah 2 2%
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas mengenai guru PAI selalu menerangkan materi pelajaran
sesuai dengan kondisi saat ini, siswa menyatakan 66% selalu, 25% sering 8%
kadang-kadang dan 1% tidak pernah. Selanjutnya mengenai guru PAI
mengekplorasi pelajaran sesuai dengan fenomena alam sekitar, siswa
80
menyatakan 53% selalu, 27% sering, 18% kadang-kadang dan 2% tidak
pernah. Dari dua indikator tersebut rata-rata siswa menjawab lebih dari 50%,
artinya guru mengekplorasi pelajaran dengan kondisi atau fenomena alam
sekitar.
Tabel 4.24
Siswa menekuni dalam mempelajari sumber belajar yang
ditentukan oleh guru
No. Pernyataan
1. Siswa mengikuti proses belajar yang sungguh-sungguh
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 58 58%
Sering 33 33%
Kadang-Kadang 9 9%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
2. Siswa mencatat apa yang disampaikan oleh guru
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 86 86%
Sering 12 12%
Kadang – Kadang 2 2%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
3. Siswa menekuni dalam mempelajari pembelajaran PAI
dikelas
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 84 84%
Sering 12 12%
Kadang – Kadang 4 4%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
81
Dari tabel di atas mengenai siswa mengikuti proses belajar yang
sungguh-sungguh 58% selalu, 33% sering, 9% kadang-kadang. Lalu
mengenai siswa mencatat apa yang disampaikan oleh guru 86% selalu,
12% sering dan 2% kadang-kadang. Selanjutnya siswa menekuni dalam
mempelajari pembelajaran PAI di kelas, siswa menyatakan 84% selalu,
12% sering dan 4% kadang-kadang. Hal ini menjukan bahwa sebagian
besar siswa selalu menekuni sumber belajar yang ditentukan oleh guru,
dan pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila siswa mengikuti
pembejaran dengan sungguh-sungguh.
Tabel 4.25
Siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru PAI
No. Pernyataan
1. Siswa memahami setiap materi yang di sampaikan
oleh guru PAI
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 68 68%
Sering 28 28%
Kadang-Kadang 4 4%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
2. Siswa meungerjakan tugas atau latihan yang
diberikan oleh guru
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 72 72%
Sering 25 25%
Kadang – Kadang 3 3%
Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
82
Dari tabel mengenai siswa memahami setiap materi yang di
sampaikan oleh guru PAI 68% selalu, 28 sering dan 4% kadang-kadang.
Selanjutnya mengenai siswa mengerjakan tugas atau latihan yang
diberikan oleh guru 72% selalu, 25% sering dan 3% kadang-kadang. Dari
kedua pernyataan tersebut tidak ada siswa yang menyatakan’tidak pernah’.
Hal ini menunjukan bahwa siswa dapat memahami materi yang di
sampaikan oleh guru PAI di sekolah.
Tabel 4.26
Guru mengingatkan tentang kebaikan dalam kehidupan
sehari-hari
No. Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Selalu 68 68%
2. Sering 27 27%
3. Kadang – kadang 5 5%
4. Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 68% siswa merasa bahwa
guru selalu mengingatkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari pada
setiap proses bembelajaran di kelas dan 27% sering dalam mengingatkan
kebaikan pada kehidupan sehari-hari.
Tabel 4.27
Siswa menerapkan kebaikan dan hal positif yang disampaikan
oleh guru PAI dalam menjalan kehidupan sehari-hari
No. Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Selalu 72 72%
2. Sering 24 24%
3. Kadang – kadang 4 4%
4. Tidak Pernah
Jumlah 100 100%
83
Dari pernyataan mengenai siswa menerapkan kebaikan dan hal
positif yang di sampaikan oleh guru PAI dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari, siswa menyatakan 72% selalu, 24% sering dan 4% kadang-
kadang. Sebagian besar responden menjawab bahwa selalu menerapkan
kebaikan dan hal positif yang di sampaikan oleh guru PAI dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
Tabel 4.28
Siswa merasa bosan saat belajar PAI
No. Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Selalu
2. Sering 1 1%
3. Kadang – kadang 12 12%
4. Tidak Pernah 87 87%
Jumlah 100 100%
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian siswa tidak pernah
merasa bosan saat belajar PAI, yakni sebanyak 82% responden menjawab
tidak pernah, 15% responden menjawab kadang-kadang dan hanya 3%
responden menjawab sering.
Tabel 4.29
Efektivitas Pembelajaran PAI Berdasarkan Indikator
Variabel Indikator
Nilai
Harap
(NH)
Nilai
Skor (NS)
x 100%
Ket
Efektivitas
Pembelajaran
PAI
Guru Mampu
menggunakan
bahasa yang
Mudah di
pahami siswa
4x6=
24
:100 =
8,266
x100 =
92,677%
Sangat
Baik
84
Materi yang
disampaikan
oleh guru
sesuai dengan
KI-KD
6x9=
36
7216:100
=7216
x100 =
86,867%
Sangat
Baik
Guru
mrengekplorasi
pelajaran
dengan kondisi
atau fenomena
alam sekitar.
6x4=
24
1893:100
=18,903
x100
= 83,781%
Sangat
Baik
Siswa
menekuni
dalam
mempelajari
sumber yang
ditentukan oleh
guru.
3x4=12 9645:100
=9,645
x100 =
94,763%
Sangat
Baik
Siswa
menerapkan
kebaikan dan
hal positif yang
disampaikan
oleh guru PAI
dalam
menjalan
kehidupan
sehari-hari
2x4= 8 8516:100
=8,516
x100 =
90,376%
Sangat
Baik
Total 93 763,95:10
0 =76,395
x100
= 82,107%
Sangat
Baik
85
Secara keseluruhan dari angket yang disebarkan kepada siswa-
siswa SMA Negeri 1 Parung, mengenai variabel efektivitas pembelajaran
PAI, jawaban dari masing-masing siswa menunjukan bahwa efektivitas
pembelajaran PAI sudah terlaksana dengan baik, hal ini ditunjukan oleh
rata-rata hasil jawaban dari angket tersebut bahwa pernyataan positif
mengenai efektivitas pembelajaran rata-rata presentasenya melebihi dari
angka 50%. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa prosentase efektivitas
pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Parung sudah terlaksana dengan baik.
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Analisa dilakukan dengan uji prasyarat analisis untuk mengetahui apakah
analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat
analisis dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homegenitas. Uji
prasyarat analisis terpenuhi juka data berdistribusi normal, dan antara variabel X
dan variabel Y memiliki data yang homogen. Jika salah satu prasyarat analisis
tidak terpenuhi, maka pengujian hipotesis tidak dapat dilanjutkan. Uji prasyarat
dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program SPSS.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan
membandingan nilai signifikasinya.
Kriteria pengujiannya yaitu :
a. Jika Sig < 0,05 (5%) maka H ditolak (tidak berdistribusi normal)
b. Jika Sig > 0,05 (5%) maka H diterima (berdistribusi normal)
86
Tabel 4.30
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal
Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 3.55589916
Most Extreme
Differences
Absolute .095
Positive .041
Negative -.095
Test Statistic .095
Asymp. Sig. (2-tailed) .227c
nna. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Kesimpulannya adalah uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-,
Smirnov, dimana data akan dikatakan normal jika nilai signifikasi > 0,05.
Berdasarkan output SPSS di atas, diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,227 >
0,05, maka dapat disimpulkan H diterima dan berdistribusi normal.
Grafik 4.1
Grafik Uji Normalitas
87
Tabel 4.31
Plot Uji Normalitas
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian populasi data,
apakah antara dua kelpmpok atau lebih data memiliki varian yang sama atau
berbeda. Kriteria pengujian sebagai berikut.
a. Jika signifikasi < 0,05 maka varian kelompok data tidak homogen.
b. Jika signifikasi < 0,05 maka varian kelompok data homogen.
Tabel 4.32
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.624 15 79 .806
Berdasarkan output SPSS di atas, diketahui bahwa nilai signifikasi
variabel Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum 2013 (x) dan variabel
88
Efektivitas Pembelajaran PAI (Y), dimana nilai signifikasi 0,806 > 0,05 artinya
data variabel Pemahaman Guru PAI Tentang Kurikulum 2013 (x) dan variabel
Efektivitas Pembelajaran PAI (Y) homogen, karena data tersebut homogen,
maka uji prasyarat terpenuhi. Dengan demikian, data yang diperoleh dalam
penelitian ini dapat dilanjutkan ke analisis lebih lanjut.
3. Uji Linieritas
Analisis uji lineritas memiliki kriteria pengujian sebagai berikut :
a. Jika signifikasi > 0,05 maka terdapat hubungan yang linear antara variabel
X dengan variabel Y.
b. Jika signifikasi < 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear antara
variabel X dengan variabel Y.
Tabel 4.33
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
EFEKTIVITAS
PEMBELAJAR
AN PAI *
PEMAHAMAN
GURU PAI
TENTANG
KURTILAS
Between
Groups
(Combined) 854.986 20 42.749 4.012 .416
Linearity 444.953 1 444.953 4.759 .014
Deviation
from
Linearity
410.034 19 21.581 .225 .206
Within Groups 841.764 9 10.655
Total 1696.750 99
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa signifikasi pada Deviation of
linearity lebih dari 0,05 (0,206 > 0,05). Jika dengan menggunakan r hitung
dan r tabel, dengan nilai r hitung = 0.206 dan r tabel = 0,195 maka 0,206 >
0.195. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara
variabel pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 terhadap
efektivitas pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Parung. Karena data linear,
maka uji prasyarat terpenuhi. Dengan demikian, data yang diperoleh
dalam penelitian ini dapat dilanjutkan ke analisis data lebih lanjut.
89
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Uji Hipotesis Penelitian
Uji analisis korelasi atau asosiasi merupakan pembahasan mengenai
derajat keeratam hubungan antar variabel yang dinyatakan dengan koefesien
korelasi. Pengujian hipotesis ini dilakukan agar dapat mengetahui apakah
pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap akhlak siswa. Dalam penelitian ini pengujian dilakukan
dengan menggunakan program SPSS.
Tabel 4.34
Hasil Uji Regresi Output Model Summary
Model Summaryb
nModel R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .470a
.620 .212 3.362
a. Predictors: (Constant), PEMAHAMAN GURU PAI TENTANG
KURTILAS
b. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI
Dalam regresi sederhana, angka R menunjukkan korelasi
sederhana (korelasi Pearson) antara variabel X terhadap Y. pada angka R
diperoleh 0,470 artinya korelasi antara variabel pemahaman guru PAI tentang
kurikulum 2013 terhadap efektivitas pembelajaran PAI adalah sebesar 0,470.
Hal ini berarti hubungan yang rendah antara variabel X dan variabel Y, karena
nilai R mendekati 0.
R square (R2) atau kuadrat R menunjukkan koefisien determinasi. Angka
ini diubah menjadi bentuk persen, yang menunjukkan persentase sumbangan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2
sebesar
0,820 artinya persentase sumbangan pengaruh variabel pemahaman guru PAI
tentang kurikulum 2013 terhadap efektivitas pembelajaran PAI sebesar 62%.
90
Tabel 4.35
Hasil Uji Regresi dengan Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 24.127 4.422 5.456 .000
PEMAHAMAN
GURU PAI
TENTANG
KURTILAS
.458 .090 .720 5.101 .062
a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI
Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :
a. Merumuskan Hipotesis
H0 = Pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 memberikan
pengaruh yang siginfikan terhadap efektivitas pembelajaran PAI.
Ha = Pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 tidak memberikan
pengaruh yang siginfikan terhadap efektivitas pembelajaran PAI.
b. Menentukan t hitung dan signifikasi
Melalui output di atas diperoleh t hitung sebesar 5,101 dan signifikasi
c. Menentukan t tabel
T tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada signifikasi 5% dengan derajat
kebebasan n - 2 atau 100 - 2 = 98, hasil yang diperoleh untuk t tabel
sebesar 0,195.
d. Kriteria pengujian
Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak.
Jika –t hitung > -t tabel atau t hitung < t tabel maka H0 diterima.
e. Berdasarkan signifikasi
Jika signifikasi > 0,05 maka H0 diterima.
Jika signifikasi < 0,05 maka H0 ditolak.
f. Membuat kesimpulan
91
Nilai t hitung < t tabel (5,101 > 0,195) dan signifikasi lebih besar dari 0,05
(0,62 > 0,05) maka H0 diterima dan Ha di tolak. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 memberikan
pengaruh yang kuat terhadap efektivitas pembelajaran PAI di SMA Negeri
1 Parung.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya di
peroleh bahwa H diterima dan H ditolak. Dengan demikian, diketahui bahwa
pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 memberikan pengaruh yang
kuat terhadap efektivitas pembelajaran PAI pada taraf signifikasn 0,05 (5%).
Nilai korelasi yang di dapat kuat yaitu 0,720 yang artinya korelasi antara
variabel pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 terhadap efektivitas
pembelajaran PAI sebesar 0,720. Hal ini membuktikan hubungan yang kuat.
Adapun presentase mengenai pengaruh variabel pemahaman guru PAI tentang
kurikulum 2013 terhadap efektivitas pembelajaran PAI sebesar 62%
menujukan bahwa efektivitas pembelajaran baik.
Selanjutnya kepala sekolah mengakui bahwa SMA Negeri 1 Parung
telah melaksanakan kurikulum 2013 sejak awal dicanangkannya kurikulum
tersebut oleh pemerintah, bahkan SMA Negeri 1 Parung menjadi sekolah
pertama se-Kabupaten Bogor bagian Utara yang menggunakan kurikulum
2013 (Pilot Project) lalu semenjak pemerintah memberlakukan pilot project
kepala sekolah langsung di lantik, kemudian guru-guru bidang study
diantaranya guru Pendidikan Agama Islam.92
Pelatihan atau workshop Guru PAI dilaksanakan oleh pemerintah atau
Departemen Agama. Adapun pihak sekolah juga melaksanakan IHT (In House
Training) yang setiap awal tahun, setahun dilaksanakan bisa satu kali atau dua
kali. Jadi satu kali dari sekolah dan satu kali dari pemerintah. Tujuan IHT ini
dilaksanakan sebagai penguatan semua hal yang berhubungan dengan
kurikulum 2013, baik dalam teknik penilaian, metode pembelajaran, model-
model pembelajaran, administrasi guru. Selanjutnya workshop dilaksanakan
92 Wawancara Kepala Sekolah.
92
oleh sekolah apabila ada hal-hal yang perlu ditambahkan, contohnya
pembelajaran dengan HOTS, pendekatan saintifik, dan pendekatan STEAM
atau pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran abad 21.93
Dari hasil wawancara dan observasi terlihat bahwa penerapan kurikulum
2013 di SMA Negeri 1 Parung sudah terlaksana dengan baik, ketiga guru PAI
nya pun dapat mengikuti dan selalu menyesuaikan antara tuntutan kurikulum
dengan kebutuhan siswa, artinya pemahaman guru PAI tentang kurikulum
2013 sudah cukup terlaksana dengan baik.94
Sedangkan untuk variabel efektivitas pembelajaran kepala sekolah
memamparkan bahwa efektivitas pembelajaran menjadi hal yang paling
penting untuk para guru dalam memahami kurikulum 2013 baik dalam
pembuatan administrasi pembelajaran seperti RPP, silabus dan guru-guru
harus memahami dengan benar mengenai KI KD karena merujuk pada
kurikulum 2013. Efektivitas pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Parung dapat
dikatakan sudah terlaksana dengan baik bahkan guru-gurunya mampu
mengembangkan pembelajaran, yang bapak lihat ketiga guru PAI disekolah
ini selalu mempunyai hal-hal yang baru atau inovasi baru dalam setiap
mengembangkan KI-KD, seperti pada praktik semakin kesini semakin baik.
Sehingga kepala sekolah dapat menyimpulkan bahwa ketiga guru PAI di
SMAN 1 Parung lebih mampu menerjemahkan pembelajaran pada kurikulum
2013 dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Selain itu juga tidak luput
bahwa dalam pelaksanaannya terjadi beberapa kendala, namun pihak sekolah
pun selalu mengevaluasi bagaimana cara menghadapi kendala-kendala yang
berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum.
Penerapan kurikulum agar terlaksana dengan baik, kembali kepada
gurunya masing-masing untuk bagaimana mau ikut andil dalam perubahan
menjadi yang lebih maju. Dan yang paling penting, kekuatan dalam proses
pembelajarannya karena hal itu memiliki peranan sangat banyak, terserap atau
tidaknya materi pelajaran bergantung pada proses pembelajaran tersebut.
93 Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam.
94 Wawancara Kepala Sekolah.
93
Selanjutnya mulai dari perencanaan sampai evaluasi maka dapat dilaksanakan
dengan benar. Bagaimana guru menggunakan metode, model dan pendekatan,
itu yang menjadi tolak ukur agar guru terus mampu menerjemahkan KI dan
KD dengan tepat. Kepala sekolah mengharapkan bahwa disekolah tersebut
guru-gurunya mau membawa perubahan, artinya program pemerintah dapat
terlaksana dengan baik. 95
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belumlah sempurna dikarenakan
penelitian ini mempunyai keterbatasan, diantaranya :
1. Peneliti hanya melibatkan siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung dalam
penyebarang angket penelitian, bukan pada guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) dikarenakan di sekolah tersebut guru PAI nya hanya
berjumlah tiga orang dan masing-masing guru memegang 1 kelas angkatan,
sehingga menyulitkan peneliti dalam melakukan pengujian validitas instrumen
penelitian.
2. Hanya ada satu faktor yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu mengenai
pemahaman guru tentang kurikulum 2013 dalam mengalisis efektivitas
pembelajaran di SMA Negeri 1 Parung.
95 Wawancara Kepala Sekolah.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pengolahan data yang telah terkumpul dari
hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru PAI tentang
kurikulum 2013 terhadap efektivitas pembelajaran PAI di SMAN 1 Parung,
diantaranya sebagai berikut:
1. Pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Parung
memiliki skala nilai yang baik yaitu 68,609%. Selanjutnya, efektivitas
pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Parung pun memiliki skala nilai yang
baik yaitu 82,107%. Artinya guru PAI mampu menjalankan proses
pembelajaran di kelas dan menerjemahkan KI-KD sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik. guru PAI perlu mempertahankan pemahamannya mengenai
kurikulum 2013 dan juga harus selalu meng-upgrade perkembangan-
perkembangan yang berkaitan dengan kurikulum 2013 melalui pelatihan
atau workshop yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun sekolah.
2. Selanjutnya pelatihan atau vg mengenai kurikulum 2013, dari data yang di
dapatkan oleh hasil wawancara kepala sekolah dan guru PAI di SMA
Negeri 1 Parung, yaitu terdapat pelatihan atau workshop guru baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah maupun sekolah. Pelatihan ini dilaksanakan
pada waktu tahun ajaran maupun di akhir tahun ajaran, adapun pelatihan
ini dilaksanakan untuk mengevaluasi dan penguatan yang berhubungan
dengan kurikulum 2013.
3. Pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 berpengaruh terhadap
efektivitas pembelajaran di SMA Negeri 1 Parung mempunyai pengaruh
yang kuat. Hal ini menunjukan bahwa guru-guru PAI di SMA Negeri 1
Parung cenderung memahami kurikulum 2013, setelah mereka mendapat
pelatihan-pelatihan. Selanjutnya dengan guru memahami kurikulum ini
94
95
dapat menjadikan pembelajaran lebih bermakna kepada peserta didik,
sehingga efektivitas pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
B. Implikasi
Implikasi dalam masalah ini secara keseluruhan, menunjukan bahwa
terdapat pengaruh pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 terhadap
efektivitas pembelajaran PAI. Hal ini mengadung implikasi agar ke depannya
guru dapat memperbaiki dan mengembangkan pemahamannya mengenai
kurikulum 2013 melalui pelatihan baik diluar maupun pelatihan yang di adakan
sekolah. Selain ini efektivitas pembelajaran dapat di tingkatkan melalui prosedur-
prosedur pembelajaran aktif sesuai dengan kurikulum 2013 sehingga menjadi
sangat kuat pengaruhnya dengan pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013.
C. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Guru
Seorang guru selain tugasnya mengajar dan mendidik para siswanya,
disamping itu pula harus mampu mengimplementasikan kurikulum yang di
canangkan oleh pemerintah, seperti mampu menjalankan adminstrasi
pendidikan dan mampu mengoprasikan pembelajaran aktif sesuai dengan
kurikulum 2013 yang di kuatkan oleh pelatihn-pelatihan mengenai kurikulum
2013 baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun sekolah. Kemudian
selain itu guru juga harus mampu membuat pembelajaran yang bermakna,
agar proses pembelajaran menjadi efektif dan selanjutnya terciptanya
efektivitas pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Siswa hendaknya dapat berperan aktif dan bersungguh-sungguh dalam
kegiatan belajar mengajar dikelas agar dapat membantu para guru dalam
menjalankan tugasnya dalam hal menyampaikan materi pembelajaran. Siswa
juga harus mampu mengikuti prosedur pembelajaran yang sesuai dengan
kurikurulum 2013 yang menekankan siswa lebih aktif dalam pelaksanaan
96
pembelajaran, karena siswa yang aktif merupakan salah satu komponen utama
dalam terlaksananya efektivitas pembelajaran di kelas.
3. Bagi pihak sekolah
Bagi pihak sekolah hendaknya dapat terus memfalitasi pelatihan-pelatihan
atau workshop untuk para guru selain pelatihan yang di laksanakan oleh
pemerintah. Karena pelatihan-pelatihan tersebut berfungsi sebagai alat untuk
mengevaluasi hal-hal yang perlu di perbaiki dalam pelaksanaan kurikulum
2013, serta sekolah juga perlu memperhatikan fasilitas-fasilitas yang di
butuhkan oleh guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang bersifat
praktik.
97
DAFTAR PUSTAKA
A. Sulaiman. Jurnal ISLAMADINA. (Pengambangan Kurikulum 2013 Dalam
Paradigma Pembelajaran Kontemporer) Vol. XVI No 1, 71- 95 Maret 2015. Hlm 77-78.
Diakses Sabtu 23 Oktober pukul 20.10
Ansori Muslich dan Sri Iswati, Metodologi Penelitian Kuantitatif . Surbaya :
Airlangga University Press, 2009.
Arikunto Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2009.
B. Uno Hamzah, dkk. Pengembangan Kurikulum Rekayasa Pedagogik dalam
Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo, 2018.
Bambang Suryadi, Skripsi : Kesiapan Guru-Guru Nadrasah dalam
Mengimplementasikan Standar Peniliaian Pendidikan untuk Kurikulum 2013 di Jakarta
Selatan. UIN Jakarta, 2014.
Daryanto dan Herry Sudjendro, Siap Menyongsong Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava Media, 2014.
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Ri No. 20 Tahun 2003
tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional. (Jakarta: 2003).
Dinas Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 2002 edisi 11.
Fadhilah M, Implementasi Kurikulum 2013 dalam SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA.
.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Fathul Jannah. Jurnal Dinamika Ilmu. (Pendidikan Islam Dalam Sistem
Pendidikan Nasional). Vol. 13 No. 2 Desember 2013. Diakses pada hari Senin 29
Oktobel pukul 10.20.
Hamalik Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara,2013)
97
98
Hamalik Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2013 Cet
ke-
J. Marsh Corlin, and George Willis, Curriculum Alternative Approaches, Ongoing
Issues, New Jersy: Merril Prentice Hall, 2007.
Kurniasih Imas dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013. Surabaya: Kata
Pena, 2014.
Lampiran Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses. Diakses pada
tgl 16 Agustus 2019, pukul 20.30
Majid Abdul dan Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: PT Rosdakarya, 2014.
Majid Abdul, Strategi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
Majid Abdul. Pembelajara Tematik Terpadu, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2014
Majid Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009.
Mudofir Ali, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan
Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2011
Mulyasa E., Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT
Rosdakarya,2015
Mulyasa E., Implementasi Kurikulum 2013 Revisi Jakarta: PT Bumi Aksara, 2018.
Mulyasa E., Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014) Cet ke-4
Nurdin Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Ciputat Press, 2003.
99
Nurlailah Hafazah, Skripsi : Persepsi Guru Tentang Penerapan Kurikulum
Berbasis Kompetensi Hubungannya dengan Kinerja Guru di Madrasah Aliyah Negeri
Cipondoh Tangerang”.UIN Jakarta, 2006.
Parwati Ni Nyoman, dkk. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo,
2018.
Sagala Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung : Alfabeta, 2009.
Sagala Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta, 2013.
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69
Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah
Sani Abdul dan Suranto, Profesionalisme Guru Membangun Sekolah Unggul
Berkarakter Semarang: PT. Sindur Press.
Sarilawati Das dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, SMAN 75 Jakarta,
24 November 2013.
Siti Mulyanah, Skripsi : Hubungan Pemahaman Tentang KTSP Terhadap Kinerja
Guru PAI di MIS. Mathla’ul Anwar Bojong Abuya, Bogor.UIN Jakarta, 2015.
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D Bandung: Alfabeta,
2017.
Suharsaputra Uhar, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.
Bandung: Refika Aditama, 2014.
Supardi. Kinerja Guru (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2013)
Suprihatiningrum Jamil, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi &
Kompetensi Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
100
Susilo Madya Eka. Dasar-Dasar Pendidikan, .Jakarta: Graila Indonesia, 2002.
Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam 1 Edisi Revisi, Bandung: Pustaka Setia,
1997.
Warsita Bambang, Teknologi Pembelajaran Landasan Dan Aplikasinya Jakarta:
Rineka Cipta, 2008.
Warsita Bambang. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, Jakarta:
Rineka Cipta, 2008.
Widyastono Herry. Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah dari
Kurikulum 2004, 2006, ke 2013. (Jakarta: Bumi Aksara, 2015
Yuna Mumpuni Rahayu. Jurnal Logika. (Pengaruh Perubahan Kurikulum 2013
Terhadap Perkembangan Peserta Didik) Vol XVII No 3 Desember 2016, ISSN : 1978-
2560, E-ISSN : 2442-5176. Diakses Kamis 24 Oktober pukul 20.58
Zaharah. Jurnal Rausyan Fikr (Analisis Pemahaman Guru Terhadap Konsep
Kurikulum 2013 Dalam Pembuatan Perangkat Pembelajaran) Vol. 9 No. 1 Maret 2015,
Diakses Sabtu 26 Oktober pukul 15.30.
HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
A. Identitas Responden
Nama : Ikhwan Setiawan S.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 14 November 2019
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
B. Pertanyaan dan Jawaban Responden
1. Bagaimana pelaksanaan kurikurulum 2013 di SMAN 1 Parung?
SMAN 1 Parung menggunakan kurikulum 2013, bahkan pada saat pertama
kali pelaksanaan kurikulum 2013. SMAN 1 Parung jadi pilot project (sekolah
pertama yang menggunakan kurikulum 2013) dikabupaten bogor, karena
hanya ditentukan beberapa sekolah yang dipilih oleh pemerintah. Dari awal
kurikulum 2013 dicanangkan oleh pemerintah, SMAN 1 Parung langsung
menggunakan kurikulum tersebut.
2. Menurut bapak apakah pelaksanaan kurikulum 2013 sudah efektif di
SMAN 1 Parung?
Pelaksanaan kurikulum 2013 sudah sangat efektif, dan telah dilaksanakan
pada tahun 2015 dibandingkan dengan sekolah lain yang dihabiskan pada
tahun sekarang.
3. Apakah ada pelatihan atau workshop tentang kurikulum 2013 di SMAN
1 Parung?
Pelatihan atau workshop dilaksanakan oleh pemerintah atau dinas pendidikan
(pengawas) kebijakan dari sana. Adapun pihak sekolah juga melaksanakan
IHT (In House Training) yang setiap awal tahun, setahun bisa satu kali atau
dua kali. Jadi satu kali dari sekolah dan satu kali dari pemerintah. Tujuan IHT
ini dilaksanakan sebagai penguatan semua hal yang berhubungan dengan
kurikulum 2013. Apakah teknik penilaian, model-model pembelajaran,
administrasi guru. jadi workshop dilaksanakan oleh sekilah apabila dirasa ada
yang perlu ditambahkan, contoh harus HOTS, pendekaran saintifik, dan
pendekatan STEAM atau pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran abad
21. Semenjak ada pilot project kepala sekolah langsung dilantik, kemudian
guru-gurunya. Bidang study wajib A dan guru bidang study wajib B, langsung
ada perwakilan.
Guru PAI pelatihannya dilaksanakan oleh Departemen Agama (Depag),
awalnya belum ada tetapi disesuaikan, mata pelajaran PAI mengikuti dari
Sidiknas. Pelaksanaan pelatihan PAI dilaksanakan paling sedikit 1 tahun
sekali, atau sesuai kebutuhan. Selanjutnya pelatihan atau penyuluhan bidang
study, karna yang sekolah imbas setelah pilot project SMA 1 Parung menjadi
induk kelaster dan anggota-anggota disekelilingnya. Kemudian sekolah yang
sudah menjadi anggota akan direkrut menjadi induk kelaster dengan kata lain
sudah memahami kurikulum 2013 yang bertahap atau berjenjang.
4. Bagaimanakah pemahaman guru, terutama guru PAI tentang kurikulum
2013?
Pemahaman guru PAI tentang kurikulum 2013 sudah cukup baik dan bisa
mengikuti, ketiga guru PAI di SMAN 1 Parung mereka selalu menyesuaikan.
5. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran menurut bapak?
Dalam efektivitas pembelajaran hal yang paling penting guru-guru memahami
kurikulum 2013 dengan baik, dalam pembuatan administrasi pembelajaran
seperti RPP, silabus dan guru-guru harus memahami dengan benar mengenai
KI KD karena merujuk pada kurikulum 2013. Pada kurikulum ini lebih
sederhana dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Apabila guru mau
untuk memahami kurikulum 2013 maka lebih baik karena “beban
administrasi” lebih sederhana, dulu lebih banyak sekarang sudah lebih
dipangkas, hanya saja guru-gurunya mau berubah atau tidak, kembali kepada
personal gurunya masing-masing. Kami harapkan disekolah ini khususnya
SMAN 1 Parung, guru-gurunya mau membawa perubahan, artinya program
pemerintah dapat terlaksana dengan baik.
6. Menurut bapak apakah efektivitas pembelajaran, terutama efektivitas
pembelajaran PAI dapat tercapai dengan baik?
Sejauh yang bapak amati, sudah terlaksana denganbaik bahkan guru-gurunya
mampu mengembangkan pembelajaran, yang bapak lihat ketiga guru PAI
disekolah ini selalu mempunyai hal-hal yang baru atau inovasi baru dalam
setiap mengembangkan KI-KD, seperti pada praktik semakin kesini semakin
baik. Contoh yang sering dilakukan yaitu praktek memandikan, mengkafani
dan menyolatkan jenazah, haji dan umroh. Dan yang lebih uniknya dari
antusias anak-anak dalam pembelajaran PAI pada praktik pernikahan, mereka
bekreasi seolah-olah seperti pesta pernikahan sungguhan. Sehinga dapat saya
simpulkan bahwa ketiga guru PAI di SMAN 1 Parung lebih mampu
menerjemahkan pembelajaran dibandingkan dengan sebelumnya.
7. Bagaimanakah usaha sadar sekolah agar efektivitas pembelajaran dapat
tercapai dengan baik?
Agar terlaksana dengan baik, yaa gurunya harus melaksanakan kurikulum
dengan benar, administrasinya benar, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran
dapat dilakukan dengan sebaik mungkin. Lalu dari hasil evaluasi, pengayaan,
remedial, kembali lagi apabula kita melaksanakan semua topoksin guru mulai
dari perencanaan sampai evaluasi maka dapat dilaksanakan dengan benar. Dan
yang paling penting, kekuatan dalam proses pembelajaran karena hal itu
memiliki peranan sangat banyak, terserap atau tidaknya materi pelajaran.
Bagaimana guru menggunakan metode, model dan pendekatan, itu yang
barangkali teman-teman guru terus mampu menerjemahkan KI dan KD
dengan tepat.
HASIL WAWANCARA TERKAIT DENGAN PEMAHAMAN GURU PAI
TENTANG KURIKULUM 2013 TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
PAI DI SMA NEGERI 1 PARUNG
A. Identitas Responden
Nama : Drs. H Sodikin, M.Si
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah/Guru PAI
Hari/Tanggal Wawancara : 11 November 2019
Tempat : Ruang Guru
B. Pertanyaan
8. Bagaimana pelaksaan kurikurulum 2013 dalam pembelajaran PAI di
SMAN 1 Parung?
Pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAN 1 Parung sangat baik, karena
metodenya berpariasi untuk siswa jadi tidak monoton. Baik siswa ataupun
guru itu sangat positif. Yang saya rasakan metode dan penyesuaian dengan
kurikulum 2013 ini. Siswa lebih banyak aktif daripada kurikulum sebelumnya.
Pada saat KTSP siswa tidak banyak aktivitas dalam belajar atau dalam proses
belajar mengajar.
9. Apa pendidikan terakhir yang bapa/ibu miliki?
Pendidikan bapak S2
10. Apakah ada pelatihan atau workshop tentang kurikulum 2013?
Pelatihan untuk guru PAI memang lebih efektif. Hampir setiap bulan sekali (1
tahun 2 kali) difasilitasi oleh pengawas atau Pembina PAI terutama di
kabupaten Bogor ini. Yang saya rasakan hampir setiap 6 bulan sekali pasti
ada. Bahkan kemarin baru ada pelatihan, terakhir di UIKA yang diadakan
khusus guru PAI atau pelatihan-pelatihan guru pendidikan agama Islam. Dan
sebelumnya di SMA Dwiwarna itu seluruh PAI sekabupaten Bogot Utara
(Parung, Gn Sindur, Ciseeng, Tajur Halang dan Jampang) diadakan MGMP
pelajaran PAI. jadi, memang dengan kurikulum 2013 ini, komunikasi antara
guru dan guru-guru PAI itu selalu aktif (terjalin relasi) jadi lebih mendalam
pemahaman tentang PAInya.
11. Menurut bapak/ibu apakah kendala dalam menerapkan kurikulum
2013?
Kendala selalu ada, baik positif maupun negative tapi lebih banyak positifnya
ketimbang negatifnya karena di kurikulum 2013 ini, jelas media-media yang
diperlukan sangat modern sekali, sangat bagus. Salah satunya disetiap
pembelajaran itu diperlukan alat-alat seperti infocus, slide, smartboard, ini
tuntutan juga untuk kurikulum 2013. Makanya pemerintah sangat mendukung
untuk kurikulum 2013 sehingga disetiap sekolah difasilitasi perlatan yang
canggih-canggih dan gurunya pun dituntut untuk lebih baik dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas khususnya mata pelajaran
PAI. Dahulu guru PAI seperti tertinggal kalau sekarang sudah merata,
semuanya bisa menggunakan media-media pembelajaran.
12. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran PAI menurut bapak/ibu?
Efektivitas pembelajaran, seperti penanaman akidah, akhlak dan ibadah sudah
efektif, pelaksanaan jumsiroh dan shalat berjamaah yang juga dalam
pembelajaran al-Qur’an.
13. Apakah efektivitas pembelajaran PAI sudah tercapai atau terlaksana?
Efektivitas pembelajaran sudah terlaksana dengan baik, dalam persen dapat
dikatakan sudah 75 % , selebihnya masih dalam koreksi kami yang bertahap.
14. Apakah dalam pembelajaran PAI bapak/ibu selalu menggunakan metode
pengajaran aktif sesuai dengan kurikulum 2013?
Metode pembelajaran aktif yang kita gunakan seperti pada materi yang kita
bahas, kita minta kepada siswa untuk bisa menjelaskan tentang poin-poin
yang berhubungan dengan materi yang kita bahas. Ketika ada hal yang kurang
pas maka seorang guru tugasnya meluruskan yang tidak pas itu, tetapi
sebelumnya kita gali dulu dari pemahaman siswa seperti apa, bahkan ada
suatu momen kita bagi dalam beberapa kelompok dan tiap-tiap kelompok
dapat mempersentasikan masing-masing setiap kelompoknya.
HASIL WAWANCARA GURU PAI TERKAIT DENGAN PEMAHAMAN GURU
PAI TENTANG KURIKULUM 2013 TERHADAP EFEKTIVITAS
PEMBELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 1 PARUNG
A. Identitas Responden
Nama : Fatma Yeni S.Ag
Jabatan : Guru Pendidikan Islam
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 11 November 2019
Tempat : Ruang Kelas X IPS 4
B. Pertanyaan dan Jawaban Responden
1. Bagaimana pelaksaan kurikurulum 2013 dalam pembelajaran PAI di
SMAN 1 Parung?
Pelaksanaannya sudah baik. Kurikulum 2013 sudah diberlakukan sejak tahun
2015, lalu pelaksanaanya sudah sesuai dengan Permendikbud
2. Apa pendidikan terakhir yang bapa/ibu miliki?
S1 Pendidikan Islam, tetapi sekarang sedang melanjutkan S2 jurusan
managemen pendidikan Islam.
3. Apakah ada pelatihan atau workshop tentang kurikulum 2013?
Ada, selalu ada yang pertama dari sekolah dan yang kedua dari MGMP.
Dilakukan dalam 1 tahun dilaksanakan 2 kali. Di awal ajaran dan
dipertengahan ajaran.
4. Menurut bapak/ibu apakah kendala dalam menerapkan kurikulum
2013?
Kendalanya ada, karena tidak semua siswa yang mampu untuk mencari
informasi, seperti keterbatasan biaya. Contohnya dalam pelajaran IT itu perlu
menggunakan Hp atau laptop. Kendala biaya dan juga dari segi IQ. Dalam
proses beljar mengjar tidak ada kendala. Anak-anak dapat mengikuti apa yang
dicanangkan pada kurikulum 2013.
5. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran PAI menurut bapak/ibu?
Efektivitas pembelajaran, seperti penanaman akidah, akhlak dan ibadah sudah
efektif, pelaksanaan jumsiroh dan shalat berjamaah yang juga dalam
pembelajaran al-Qur’an.
6. Apakah efektivitas pembelajaran PAI sudah tercapai atau terlaksana?
Tercapai sudah, tetapi sudah 70 % disebabkan terbatasnya waktu.
7. Apakah dalam pembelajaran PAI bapak/ibu selalu menggunakan metode
pengajaran aktif sesuai dengan kurikulum 2013?
Selalu menggunakan berbasis IT, dalam setiap pembelajaran.
HASIL WAWANCARA TERKAIT DENGAN PEMAHAMAN GURU PAI
TENTANG KURIKULUM 2013 TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
PAI DI SMA NEGERI 1 PARUNG
A. Identitas Responden
Nama : Dendi Suhendar S.PdI
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 14 November 2019
Tempat : Masjid SMA Negeri 1 Parung
B. Pertanyaan dan Jawaban Responden
1. Bagaimana pelaksaan kurikurulum 2013 dalam pembelajaran PAI di
SMAN 1 Parung?
Cukup bagus, baik selama ini kita mengkolaborasikan kurikulum 2013 dalam
pembelajaran dikelas, pokonya sudah baik.
2. Apa pendidikan terakhir yang bapa/ibu miliki?
S1 Pendidikan Agama Islam
3. Apakah ada pelatihan atau workshop tentang kurikulum 2013?
Ada, bahkan hampir setiap tahun ada IHT (In House Training) di dalamnya
ada pelatihan tentang penerapan kurikulum 2013 dalam pembelajaran, bahkan
di datangkan narasumber dari luar juga, pengawas kabupaten dan provinsi.
Dilaksanakan 1 tahun sekali. MGMP PAI ada, bahkan bulan lalu kita baru saja
melaksanakan (pertemuan) PAI. Dalam MGMP tentu saja dibahas tentang
kurikulum 2013, sesuai dengan tujuannya seperti membedah kurikulum, SKL,
itu tujuan utama dalam MGMP.
4. Menurut bapak/ibu apakah kendala dalam menerapkan kurikulum
2013?
Kendala dalam melaksanakan kurikulum 2013, kendala yang utama itu
biasanya kita, ketersediaan alat-alat yang kita butuhkan, seperti dalam
pembelajaran PAI pasti ada praktik salah satunya praktik mengurusi jenazah.
Agak kerepotan ketika boneka tarsonya yang digunaka sebagai alat peraga
tidak ada (rusak) kondisinya atau dengan praktik lainnya seperti haji dan
umroh itu kita harus bisa membuat miniatur ka’bah.
5. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran PAI menurut bapak/ibu?
Efektivitas pembelajaran PAI, kalau efektivitas secara penyampaian materi
dikelas cukup efektif. Tetapu kalau dalam penerimaannya ke siswa itu
tergantug pada siswanya masing-masing. Memang ada minat siswa yang
berbeda-beda. Ada yang minat di pelajaran agama itu biasanya sangat antusias
pada pelajaran PAI. tetapi ada yang kurang begitu tertarik pada pelajaran PAI
bahkan ada yang belum bisa baca al-Qur’an juga ada. Tetapi secara
keseluruhan sangat efektif.
6. Apakah efektivitas pembelajaran PAI sudah tercapai atau terlaksana?
Efektivitas pembelajaran PAI sudah tercapai, karena kita mengacu pada
silabus dan RPP.
7. Apakah dalam pembelajaran PAI bapak/ibu selalu menggunakan metode
pengajaran aktif sesuai dengan kurikulum 2013?
Iyaa, kami selalu menggunakan pembelajaran aktif seperti dari materi yang
kita bahas, kita minta kepada siswa untuk bisa menjelaskan tentang poin-poin
yang berhubungan dengan materi yang kita bahas. Ketika ada hal yang kurang
pas maka seorang guru tugasnya meluruskan yang tidak pas itu, tetapi
sebelumnya kita gali dulu dari pemahaman siswa seperti apa, bahkan ada
suatu momen kita bagi dalam beberapa kelompok dan tiap-tiap kelompok
dapat mempersentasikan masing-masing setiap kelompoknya. Setelah
didiskusikan, selanjutnya dalam proses belajar mengajar dikelas menggunakan
metode yang berpariasi artinya tidak terpaku hanya pada satu materi saja.
1. Identitas Responden :
Nama :
Kelas :
2. Petunjuk Pengisian.
a. Isilah terlebih dahulu identitas diri sesuai dengan yang tertera pada poin
identitas responden diatas.
b. Bacalah penyataan dengan seksama agar dapat dipahami dengan baik.
c. Mohon dijawab semua soal angket di bawah ini sejujurnya dengan memberi
tanda ceklist (√) pada salah satu kotak jawaban yang sesuai dengan keadaan
yang anda rasakan.
No. Soal Angket Selalu Sering Kadang-
Kadang
Tidak
Pernah
1. Apakah guru PAI menyebutkan
tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai ketika awal kegiatan
KBM
2. Apakah guru PAI melaksanakan
pembelajaran dengan tepat waktu
3. Apakah materi pelajaran yang di
sampaikan oleh guru PAI sesuai
dengan KI-KD dan indikator
4. Apakah guru PAI mengalokasi-
kan materi pembelajaran sesuai
dengan kalender pendidikan
5. Apakah kamu berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran
aktif di kelas
6. Apakah kamu mengamati setiap
proses pembelajaran PAI di kelas
7. Apakah guru PAI menggunakan
metode pembelajaran yang
bervariasi
8. Apakah guru PAI menggunakan
media dalam proses pembelajaran
9. Apakah media belajar yang di
gunakan oleh guru PAI sesuai
dengan materi pelajaran
10. Apakah guru PAI menggunakan
teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional
11. Apakah guru PAI mampu
berkomunikasi secara aktif
terhadap siswa dalam proses
pembelajaran di kelas
12. Apakah guru PAI memberikan
penilaian yang nyata kepas siswa
13. Apakah guru PAI melakukan tes
dan praktik untuk melatih
kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran
14. Apakah guru PAI melakukan
evaluasi berkelanjutan pada siswa
yang belum memahami materi
pelajaran
15. Apakah ada pelatihan atau
workshop untuk guru PAI
16. Apakah guru PAI menyampaikan
materi pelajaran dengan bahasa
yang mudah dipahami siswa
17. Apakah materi yang disampaikan
oleh guru PAI sesuai dengan KI-
KD
18. Apakah kamu mengemukakan
pendapat ketika diberikan
kesempatan oleh guru dalam
pembelajaran PAI di kelas
19. Apakah kamu mengajukan
pertanyaan saat proses
pembelajaran
20. Apakah kamu dapat berperan
aktif dalam kegiatan belajar di
kelas
21. Apakah guru PAI menerangkan
materi pelajaran sesuai dengan
kondisi saat ini
22. Apakah guru PAI mengekplorasi
pelajaran sesuai dengan
fenomena alam sekitar
23. Apakah kamu mengikuti proses
pembelajaran dengan sungguh-
sungguh
24. Apakah kamu mencatat apa yang
disampaikan oleh guru PAI
25. Apakah kamu menekuni dalam
mempelajari sumber belajar yang
ditentukan guru
26. Apakah kamu memahami setiap
materi yang di sampaikan oleh
guru PAI
27. Apakah kamu mengerjakan tugas
atau latihan yang diberikan guru
28. Apakah guru PAI mengingatkan
kebaikan dalam kehidupan
sehari-hari pada proses
pembelajaran di kelas
29. Apakah kamu menerapkan
kebaikan dan hal positif yang di
sampaikan oleh guru PAI dalam
menjalankan kehidupan sehari-
hari
30. Apakah kamu pernah merasa
bosan saat belajar PAI