Upload
phungtram
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PELATIHAN SISWA PEMANTAU JENTIK TERHADAP
PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILANNYA DI SEKOLAH
DASAR KECAMATAN PAMULANG TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.K.M)
Oleh :
Ainia Nurul Aqida
NIM : 1112101000099
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
ii
iii
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Maret 2017
Ainia Nurul Aqida, NIM : 111210100009
Pengaruh Pelatihan Siswa Pemantau Jentik terhadap Pengetahuan, Sikap,
dan Keterampilannya Di Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017
xvii + 83 halaman, 4 bagan, 11 tabel, 12 lampiran
ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
lingkungan di Indonesia. Upaya yang paling tepat untuk memberantas penyakit ini
adalah dengan melakukan pemberantasan jentik nyamuk DBD dengan melibatkan
seluruh lapisan masyarakat, termasuk siswa Sekolah Dasar (SD). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan siswa pemantau jentik terhadap
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang Tahun
2017. Jenis penelitian ini adalah Pre-Experimental dengan desain one group
pretest and posttest. Penelitian dilakukan pada bulan Januari dengan jumlah
sampel 4 SD yang diperoleh dengan cara purposive dan 86 orang siswa pemantau
jentik yang diperoleh dengan cara simple random sampling. Analisis dilakukan
dengan mengunakan Uji Wilcoxon.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata skor
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa pemantau jentik dengan rata-rata
sebelum pelatihan adalah 9,07; 34,23; dan 1,86; sedangkan rata-rata setelah
pelatihan menjadi 11,21; 35,1 dan 3,27. Daya serap individu dan klasikal pada
pelatihan adalah 100%. Berdasarkan uji wilcoxon diperoleh hasil yang signifikan
dengan p-value masing masing sama yaitu 0,000.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara
pelatihan siswa pemantau jentik terhadap pengetahuan, sikap, dan
keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017. Dinas Kesehatan dapat
memberikan pelatihan kepada guru yang bertugas sebagai pengawas di sekolah
masing-masing dan melakukan monitoring kegiatan pemantauan jentik secara
berkala. Selajutnya, guru sebaiknya memberikan bimbingan dan pengawasan
kepada siswanya untuk melakukan pemantauan jentik seminggu sekali.
Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue, Pemantau Jentik, Pemberantasan
DBD, Siswa SD
Daftar Bacaan : 67 (1966-2016)
v
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
ENVIRONMENTAL HEALTH
Undergraduate Thesis, March 2017
Name : Ainia Nurul Aqida, NIM: 1112101000099
The Effect of Training Program on Knowledge, Attitude, and Skill of the
Monitor Larvae Students in Elementary School, Pamulang 2017
xvii + 83 pages, 4 schemes, 11 tables, 12 attachment
ABSTRACT
Dengue Hemorraghic Fever (DHF) is one of the environmental health
problems in Indonesia. The most appropriate to eradicate this disease is by
eradicate DHF mosquito larva involving the entire community, including
elementary school students. The goals of this research is knowing effect of
training program on knowledge, attitude, and skill of the monitor larvae studends
in elementary school, Pamulang 2017. Type of this research is Pre-experimental
with one group pretest and posttest. From the 23 elementary schools, there were 4
schools, who were selected by purposive sampling. Meanwhile, 86 students who
were selected by simple random sampling. Data was analysis by Wilcoxon Test.
We found that there is an increase of average score of knowledge, attitude,
and skill before their training was 9,07; 34,23; and 1,86; and after their training
was 11,21; 35,1 and 3,27. Absorption capacity of individual student and classical
on training programs was 100%. By Wilcoxon test, there was significant result
with p-value = 0,000
Therefore, it can be concluded that there is influence of training monitor
larvae student on knowledge, attitudes, and skills in elementary school, Pamulang
2017. Health Office or Primary Health Care can train teachers who served as the
school’s supervisor to supervising activities of the larva monitoring regularly.
Furthermore, teachers should provide guidance and supervision to their students
for monitoring larvae once a week
Keywords : Dengue hemorraghic fever, larva monitoring, DHF
eradication, elementary students
Refference : 67 (1966-2016)
vi
RIWAYAT HIDUP
Identitas Personal
Nama : Ainia Nurul Aqida
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Jepara, 10 Februari 1993
Alamat Asal : Jambu Timur RT 33 RW 07 Mlonggo Jepara
Jawa Tengah
Nomor Telepon : 085740978220
Alamat email : [email protected]
Program Studi : Kesehatan Masyarakat (Kesehatan Lingkungan)
Pendidikan Formal
SD : MI Raudlatut Thalibin Jambu Sari Mlonggo
Jepara Jawa Tengah Tahun Ajaran 1999 – 2005
SMP : Mts. Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati
Jawa Tengah Tahun Ajaran 2006 – 2009
SMA : MA. Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati
Jawa Tengah Tahun Ajaran 2009 – 2012
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 –
2017
vii
KATA PENGANTAR
السالم عليكن ورحمة هللا وبركاتة
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat dan ridho sehingga melancarkan proses penyelesaian skripsi
ini. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata I Kesehatan Masyarakat
dengan judul “Pengaruh Pelatihan Siswa Pemantau Jentik terhadap
Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilannya di Sekolah Dasar Kecamatan
Pamulang Tahun 2017”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Keluarga besar, khususnya Ibunda yang tidak lelah memberikan semanat
dan dukungannya kepada penulis.
2. Ibu Dewi Utami Iriani, Ph.D dan Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku dosen
pembimbing, dimana keduanya telah bersedia membimbing dan
mengarahkan penulis hingga tersusunnya skrpsi ini.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Kepala Dinas
Pendidikan Kota Tangerang Selatan, Kepala UPT Pendidikan Kecamatan
Pamulang dan Kepala Puskesmas Benda Baru yang sudah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data di wilayah
kerjanya.
4. Kepala Sekolah SDN 01 Benda Baru, SDN 03 Benda Baru, SD Al Zahra
Indonesia, dan SD Taruna Mandiri yang sudah memberikan izin untuk
melakukan pelatihan di sekolahnya.
viii
5. Ibu Sri dari SDN 01 Benda Baru, Ibu Fitri dari SDN 03 Benda Baru, Ibu
Syifa dari SD Al Zahra Indonesia, dan Miss Dian dari SD Taruna Mandiri
yang telah membantu penulis dalam melakukan pelatihan di sekolahnya.
6. Burhanuddin Tryatmodjo, yang telah memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi dan mendampingi penulis selama proses perizinan
hingga selesai
7. Keluarga Besar Pondok Pesantren Raudlaul Ulum Pati Jawa Tengah atas
dukungan dan doa yang diberikan.
8. Keluarga Besar CSSMoRA UIN Jakarta, teman seperjuangan di Program
Studi Kesehatan Masyarakat, khususnya di Peminatan Kesehatan
Lingkungan, dan Sahabat Pelangi yang selalu memberikan dukungannya.
9. Nadhira dan Yola yang telah membantu proses pengumpulan data
10. My sisters from another mother: Kak Faizatul Islamiyah, Luthfi Rofiana,
Aufa Ayuningrum, dan Zahrotul Fitri Mashudah
Permohonan maaf penulis sampaikan jika terdapat kesalahan, baik pada
tata bahasa dan penulisan pada skripsi ini. Segala kritik dan saran yang bersifat
membangun diharapakan dapat meningkatkan kualitas skripsi ini serta untuk
pembelajaran di waktu yang akan datang. Terima kasih. Semoga Allah SWT
selalu membimbing kita semua. Amiin
وبركاتةوالسالم عليكن ورحمة هللا
Jakarta, Maret 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN ................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN................................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 5
D. Tujuan .......................................................................................................... 6
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 6
x
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 6
E. Manfaat ........................................................................................................ 7
1. Manfaat Bagi Sekolah Dasar .................................................................... 7
2. Manfaat Bagi Pemerintah ......................................................................... 7
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................................... 7
F. Ruang Lingkup ............................................................................................. 7
BAB II ..................................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 9
A. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ................................................. 9
1. Definisi ......................................................................................................... 9
2. Penyebab Penyakit Demam Berdarah .......................................................... 9
3. Siklus Penularan Demam Berdarah ........................................................... 10
B. Nyamuk Aedes Aegypti ............................................................................. 11
1. Siklus Hidup Nyamuk ............................................................................ 11
2. Ciri Ciri Nyamuk Aedes ......................................................................... 11
3. Tempat Perkembangbiakan Jentik Nyamuk ........................................... 13
4. Perilaku Nyamuk .................................................................................... 14
C. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue ................................................. 15
1. Pemeriksaan Jentik Berkala .................................................................... 15
2. Pemberantasan Vektor Intensif............................................................... 17
3. Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD.................................................... 18
xi
D. Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Jentik Nyamuk ...................... 19
E. Pelatihan ..................................................................................................... 21
1. Pengertian Pelatihan ............................................................................... 21
2. Tujuan Pelatihan ..................................................................................... 21
3. Langkah-langkah Pelatihan .................................................................... 22
4. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pelatihan ...... 23
F. Metode Pelatihan ........................................................................................ 23
G. Alat Bantu dan Media Pelatihan ................................................................ 24
H. Siswa Pemantau Jentik (wamantik) ........................................................... 25
1. Definisi Siswa Pemantau Jentik (wamantik) .......................................... 25
2. Peran dan Tanggung Jawab Wamantik .................................................. 26
3. Kegiatan Pemantauan Jentik................................................................... 27
4. Pencatatan dan Pelaporan ....................................................................... 28
I. Pengetahuan ............................................................................................... 28
J. Sikap ........................................................................................................... 29
K. Keterampilan .............................................................................................. 29
L. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
30
M. Daya Serap.............................................................................................. 32
N. Kerangka Teori........................................................................................... 35
BAB III.................................................................................................................. 38
xii
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................................ 38
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 38
B. Definisi Operasional................................................................................... 38
C. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 40
BAB IV ................................................................................................................. 41
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 41
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 42
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 42
1. Populasi Penelitian ................................................................................. 42
2. Besar Sampel .......................................................................................... 42
3. Sampel Penelitian ................................................................................... 45
D. Media Pelatihan .......................................................................................... 46
E. Pengumpulan Data ..................................................................................... 46
1. Sumber Data ........................................................................................... 46
2. Metode Pengambilan Data ..................................................................... 46
3. Instrumen Penelitian ............................................................................... 47
4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ............................... 48
F. Prosedur Penelitian..................................................................................... 51
1. Pra Penelitian .......................................................................................... 51
2. Penelitian ................................................................................................ 52
xiii
3. Pasca Penelitian ...................................................................................... 53
G. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 53
1. Pengolahan Data ..................................................................................... 53
2. Analisis Data .......................................................................................... 54
BAB V ................................................................................................................... 56
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 56
A. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Wamantik Sebelum dan
Sesudah Pelatihan Wamantik di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017 .......... 56
B. Gambaran Daya Serap Siswa Pemantau Jentik pada Pelatihan di SD
Kecamatan Pamulang Tahun 2017 .................................................................... 57
C. Daya Serap Klasikal pada Pelatihan Siswa Pemantau Jentik di SD
Kecamatan Pamulang Tahun 2017 .................................................................... 57
D. Pengaruh Pelatihan Siswa Pemantau Jentik Terhadap Pengetahuan, Sikap
dan Keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017 ...................... 58
BAB VI ................................................................................................................. 61
PEMBAHASAN ................................................................................................... 61
A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 61
B. Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan Siswa Pemantau Jentik di
Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017 ............................................ 61
C. Pengaruh Pelatihan terhadap Sikap Siswa Pemantau Jentik di SD
Kecamatan Pamulang Tahun 2017 .................................................................... 68
xiv
D. Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Siswa Pemantau Jentik di
Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017 ............................................ 73
BAB VII ................................................................................................................ 82
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 82
A. SIMPULAN ............................................................................................... 82
B. SARAN ...................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
LAMPIRAN .......................................................................................................... 92
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 Teori S-O-R ........................................................................................ 31
Bagan 2. 2 Kerangka Teori ................................................................................... 37
Bagan 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian................................................................38
Bagan 4. 1 Skema penelitian one group pretest posttest design ................................41
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Daftar Sekolah di Kelurahan Benda Baru ................................................. 43
Tabel 4. 2 Daftar Sekolah Sampel Penelitian............................................................. 44
Tabel 4. 3 Tabel Jumlah Responden Tiap Sekolah .................................................... 45
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Pengetahuan PSN DBD ............................................. 49
Tabel 4. 5 Uji Validitas Sikap Siswa ......................................................................... 50
Tabel 4. 6 Uji Validitas Keterampilan Pemantauan Jentik ........................................ 50
Tabel 4. 7 Uji Reliabilitas Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa ............................ 51
Tabel 5. 1 Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Wamantik di SD
Kecamatan Pamulang Sebelum dan Sesudah Pelatihan Tahun 2017........................56
Tabel 5. 2 Daya Serap pada Siswa Pemantau Jentik di SD Kecamatan Pamulang
Tahun 2017................................................................................................................. 57
Tabel 5. 3 Hasil Uji Normalitas Data Pada Skor Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Wamantik Sebelum dan Sesudah Pelatihan di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017
.................................................................................................................................... 59
Tabel 5. 4 Hasil Uji Wilcoxon Skor Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan
Wamantik Sebelum dan Sesudah Pelatihan di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017
.................................................................................................................................... 60
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ............................................................................... 92
Lampiran 2 Surat Pemberian Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan ........................................................................................................................ 96
Lampiran 3 Surat Pemberian Izin Penelitian Dinas Pendidikan Kota Tangerang
Selatan ........................................................................................................................ 97
Lampiran 4 Izin Penelitian UPT Pendidikan Pamulang ............................................ 98
Lampiran 5 Kerangka Sampel Penelitian ................................................................... 99
Lampiran 6 Slide Presentasi Pelatihan Siswa Pemantau Jentik ............................... 104
Lampiran 7 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ................. 107
Lampiran 8 Hasil Analisis Univariat........................................................................ 110
Lampiran 9 Output Uji Normalitas Data Penelitian ................................................. 112
Lampiran 10 Output Analisis Bivaiat Uji Wilcoxon ............................................... 112
Lampiran 11 Perhitungan Daya Serap Individu ....................................................... 113
Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan ....................................................................... 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi lingkungan hidup di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Berbagai masalah lingkungan seperti ketersediaan air
bersih, perubahan iklim, pencemaran air, tanah, udara, banyaknya timbulan
sampah, sanitasi yang buruk, dan permukiman padat penduduk hampir terjadi
di seluruh wilayah Indonesia (KEMENLHK, 2015).
Banyaknya masalah lingkungan tersebut juga berdampak pada
masalah kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah penyakit demam
berdarah dengue (DBD). DBD merupakan penyakit yang menular melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi masalah kesehatan masyarakat
akibat buruknya kondisi lingkungan dan berdampak serius karena tingginya
endemisitas penyakit dan beban penyakitnya yang sangat tinggi. Tingginya
endemisitas penyakit ini membuat Indonesia menjadi negara dengan kasus
DBD tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2013. Beban penyakit akibat
DBD di Indonesia juga termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara yaitu
mencapai lebih dari US$323 juta (Shepard et al., 2013).
Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan
kasus DBD yang tinggi. Incidence Rate (IR) DBD Provinsi Banten pada
tahun 2015 adalah 25,19 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 1,43%. Sedangkan target IR DBD nasional adalah <49 per
100.000 penduduk dan target CFR adalah <1%. Dibandingkan dengan IR
2
DBD nasional maka IR DBD Banten memang telah melebihi target namun
CFR nya masih sangat tinggi (Kemenkes RI, 2016). Salah satu kota di
Provinsi Banten yang kejadian DBD nya sangat tinggi adalah Kota
Tangerang Selatan. Bahkan, pada tahun 2015 Kota Tangerang Selatan
menjadi kabupaten/kota dengan kejadian tertinggi di Provinsi Banten dengan
702 kasus (BPS Provinsi Banten, 2016).
Puskesmas Benda Baru merupakan salah satu Puskesmas di Kota
Tangerang Selatan yang endemis DBD dan kejadian DBD-nya tinggi. Pada
tahun 2015, kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru adalah 40
kasus, dan naik menjadi 52 kasus pada tahun 2016 (Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan, 2016).
DBD merupakan masalah kesehatan lingkungan yang seringkali
terjadi di daerah permukiman padat penduduk, dan menular di tempat-tempat
umum. Salah satu tempat umum yang dapat menularkan DBD adalah
sekolah. Hal ini juga yang menjadi penyebab sebagian penderita DBD di
Puskesmas Benda Baru adalah anak usia sekolah dasar (SD) (Puskesmas
Benda Baru, 2016). Banyaknya siswa SD yang menjadi penderita DBD
karena sekolah merupakan tempat berkumpulnya orang yang datang dari
berbagai wilayah sehingga memungkinkan untuk terjadinya pertukaran virus
dengue (Kemenkes RI, 2010). Selain itu, waktu menggigit nyamuk Aedes
aegypti juga bertepatan dengan jam belajar mengajar di SD yaitu pada pagi
hari pukul 07.00 sampai dengan 10.00 pagi (Achmadi, 2012). Pada jam
tersebut anak-anak cenderung duduk di dalam ruang kelas dan kaki mereka
3
tersembunyi di bawah meja sehingga menjadi sasaran empuk nyamuk DBD
(Ginanjar, 2007).
Untuk mencegah penularan penyakit DBD, diperlukan suatu upaya
pencegahan yang menyeluruh untuk membentuk lingkungan yang kondusif
dan bersih dari sarang nyamuk DBD dengan melibatkan seluruh instansi
pemerintah dan semua kalangan masyarakat termasuk anak-anak. Hal ini
bukanlah hal yang mudah, sehingga perlu adanya suatu bentuk pendidikan
kesehatan kepada masyarakat agar pengetahuan, sikap, dan praktik
masyarakat terhadap upaya pencegahan penularan penyakit DBD menjadi
baik (Kemenkes RI, 2010). Hal ini diperkuat oleh sebuah studi yang
menyatakan bahwa metode promosi kesehatan merupakan cara yang paling
efektif untuk mengurangi DBD (Siregar et al., 2015).
Pelaksanaan program pencegahan penyakit DBD di daerah endemis
sangat direkomendasikan dengan upaya promosi dan pendidikan kesehatan
melalui anak sekolah pada bulan-bulan sebelum terjadinya KLB. Upaya
promosi dan pendidikan kesehatan ini dapat meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan praktik anak sekolah sehingga anak dapat berperan aktif dalam
meningkatkan pengetahuan keluarga. Dalam sebuah studi disebutkan bahwa
keluarga yang memiliki anak usia sekolah ternyata melakukan pencegahan
2,02 kali lebih baik daripada keluarga yang tidak memiliki anak usia sekolah
(Pujiyanti et al., 2011).
Puskesmas Benda Baru mencanangkan suatu program yaitu siswa
pemantau jentik (wamantik) yang berperan sebagai juru pemantau jentik di
4
sekolah. Pembentukan dan pelatihan wamantik diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik wamantik dalam pemantauan
jentik nyamuk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa
pelatihan pencegahan DBD dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap
pemantauan jentik di Surabaya (Sustini et al., 2012).
Dalam sebuah pelatihan diperlukan suatu indikator untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan.
Indikator tersebut dinamakan daya serap, yang diukur secara individu
maupun klasikal. Pengukuran daya serap ini penting karena untuk
mengetahui siswa tersebut memiliki daya serap yang baik atau tidak. Dengan
daya serap yang baik, wamantik akan lebih mudah memahami materi yang
disampaikan dan peluang keberhasilan kegiatan pemantauan jentik di sekolah
dengan melibatkan wamantik juga semakin besar (Udhmah, 2015).
Keikutsertaan wamantik juga diharapkan dapat meningkatkan angka
bebas jentik (ABJ) di SD karena ABJ di SD yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Benda Baru berdasarkan studi pendahuluan hanya 34,7%, masih
jauh dari target nasional yaitu ≥95%. Hal ini sesuai dengan sebuah studi yang
menyatakan bahwa keberadaan wamantik aktif berpengaruh terhadap
keberadaan jentik nyamuk di SD dan dapat meningkatkan ABJ di SD tersebut
(Andini, 2013).
Berdasarkan latar belakang endemisitas dan tingginya angka kejadian
DBD pada anak SD di Puskesmas Benda Baru, serta rendahnya ABJ di SD di
wilayah kerja Puskesmas Benda Baru, maka peneliti ingin mengetahui
5
pengaruh pelatihan siswa pemantau jentik terhadap pengetahuan, sikap, dan
keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan
yang utama di Indonesia, termasuk di Kota Tangerang Selatan. Pada tahun
2015 kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru adalah 40 kasus
dan naik menjadi 52 kasus pada tahun 2016. Sebagian besar pasien DBD di
Puskesmas Benda Baru merupakan anak SD. Hal ini dapat dikarenakan jam
menggigit nyamuk yang bersamaan dengan jam belajar mengajar pada anak
SD. Untuk menurunkan angka kejadian tersebut, diperlukan upaya
pemberantasan vektor DBD yaitu dengan memberantas jentik nyamuk karena
kepadatan jentik nyamuk menjadi indikator kepadatan nyamuk di wilayah
tersebut.
Pemberantasan jentik nyamuk dapat dilakukan dengan pemberdayaan
siswa SD sebagai wamantik. Wamantik merupakan siswa yang dilatih untuk
melakukan pemantauan jentik di SD. Keberadaan wamantik ini diharapkan
dapat meningkatkan ABJ di SD. Dalam penelitian ini, peneliti ingin
mengetahui pengaruh pelatihan wamantik dengan pengetahuan, sikap, dan
keterampilannya di Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang tahun 2017.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan keterampilan wamantik
sebelum dan sesudah adanya kegiatan pelatihan wamantik di SD
Kecamatan Pamulang tahun 2017?
6
2. Bagaimana gambaran daya serap individu pada pelatihan yang dilakukan
di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017?
3. Bagaimana gambaran daya serap klasikal pada pelatihan yang dilakukan
di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017?
4. Bagaimana pengaruh pelatihan wamantik terhadap pengetahuan, sikap,
dan keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh pelatihan Wamantik terhadap
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang
tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan, sikap dan keterampilan
Wamantik sebelum dan sesudah adanya kegiatan pelatihan wamantik
di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017
b. Diketahuinya gambaran daya serap individu pada pelatihan yang
dilakukan di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017
c. Dketahuinya gambaran daya serap klasikal pada pelatihan yang
dilakukan di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017
d. Diketahuinya pengaruh pelatihan wamantik terhadap pengetahuan,
sikap, dan keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang tahun 2017
7
E. Manfaat
1. Manfaat Bagi Sekolah Dasar
Kegiatan pelatihan jumantik ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan pemantauan jentik pada siswa
sehingga dapat memotivasi siswa dalam melakukan kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan SD. Hal ini juga
dapat meningkatkan kerja sama tim, meningkatkan pengetahuan terhadap
penyakit DBD dan vektor penyebabnya, serta meningkatkan kepedulian
anak sekolah terhadap lingkungannya.
2. Manfaat Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendorong dalam
pelaksanaan kegiatan jumantik pada anak sekolah dan dapat dijadikan
referensi pemegang kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai pengetahuan
tentang pengaruh pelatihan jumantik terhadap pengetahuan, sikap, dan
keterampilan wamantik, dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
eksperimen one group pretest posttest yang dilakukan oleh mahasiswa
jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Jakarta untuk melihat pengaruh
pelatihan jumantik siswa terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan
8
wamantik di Kecamatan Pamulang pada tahun 2017. Penelitian ini
dilaksanakan karena tingginya kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Benda
Baru. Populasi penelitian adalah seluruh SD dan siswa kelas IV dan V SD di
wilayah kerja Puskesmas Benda Baru. Pengambilan data dilakukan pada
November 2016 – Februari 2017 dengan cara penyebaran angket kepada
responden menggunakan kuesioner.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Definisi
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue dan menular melalui gigitan nyamuk yang
ditandai dengan panas (demam) dan disertai dengan perdarahan
(Kemenkes RI, 2014). Dalam referensi lain disebutkan bahwa demam
berdarah atau DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari
empat serotipe virus dari genus Flavivirus yang dikenal dengan virus
dengue. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan disebarkan kepada
manusia melalui nyamuk Aedes aegypti (Novel, 2011)
Dalam modul pengendalian DBD, disebutkan bahwa penyakit
DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam
mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah,
nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan
(petechiae, lebam, atau ruam (purpura). Kadang disertai mimisan, berak
darah, muntah darah dan kesadaran menurun (Ditjen P2PL, 2011).
2. Penyebab Penyakit Demam Berdarah
Penyebab penyakit DBD adalah virus famili Flaviviridae
dengan genus flavivirus. Terdapat empat serotipe virus yang disebut
10
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe virus
ini telah ditemukan diberbagai wilayah Indonesia. Hasil penelitian di
Indonesia menunjukkan bahwa dengue-3 sangat erat kaitannya dengan
kasus DBD berat dan merupakan serotipe paling luas distribusinya
disusul dengan dengue-2, dengue-1, dan dengue-4. Terinfeksinya
seseorang dengan salah satu serotipe tersebut di atas, akan
menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang
bersangkutan (Ditjen P2PL, 2011).
3. Siklus Penularan Demam Berdarah
Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang hidup di dalam dan di sekitar rumah atau
tempat-tempat umum. Proses penularan DBD sebagai berikut (Kemenkes
RI, 2014):
a. DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
betina.
b. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit/
menghisap darah orang yang sakit DBD atau di dalam darahnya
terdapat virus dengue, tapi tidak menunjukkan gejala sakit.
c. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar ke
seluruh tubuh nyamuk, termasuk kelenjar liurnya.
d. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu
akan dipindahkan bersama air liur nyamuk
e. Virus dengue akan menyerang sel pembeku darah dan merusak
dinding pembuluh darah kecil (kapiler), akibatnya terjadi perdarahan
11
dan kekurangan cairan bahkan bisa sampai mengakibatkan renjatan
(syok).
B. Nyamuk Aedes Aegypti
Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes, yaitu nyamuk Aedes
aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Nyamuk jenis ini lebih banyak hidup
di air bersih dan menghisap darah pada pagi dan sore hari (Kemenkes RI,
2014).
1. Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup yang sempurna,
yaitu telur, jentik, kepompong (pupa), dan nyamuk. Masa pertumbuhan
dari telur, jentik, kepompong (pupa), hingga menjadi nyamuk dewasa
adalah sekitar 8 – 12 hari, tergantung dari suhu dan kelembaban. Semakin
tinggi suhu, dan kelembaban semakin cepat masa pertumbuhan nyamuk
(Kemenkes RI, 2014).
2. Ciri Ciri Nyamuk Aedes
a. Telur
Telur nyamuk Aedes aegypti diletakkan satu persatu di atas
permukaan air, biasanya pada dinding bagian dalam kontainer
dipermukaan air. Jumlah telur nyamuk untuk sekali bertelur dapat
mencapai 300 butir dengan ukuran ± 5 mm. Telur tersebut berbentuk
elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lainnya. Pada
kondisi yang buruk, misalnya pada musim kemarau yang panjang,
telur nyamuk tersebut dapat bertahan hingga lebih dari satu tahun.
12
Telur tersebut akan menetas setelah 2 – 3 hari terendam air
(Kemenkes RI, 2014).
b. Jentik
Setelah telur terendam air 2 – 3 hari, selanjutnya menetas menjadi
jentik. Jentik mengalami 4 tingkatan atau stadium yang disebut
dengan instar, yaitu instar I, II, III, dan IV. Waktu pertumbuhan dari
masing-masing stadium adalah jentik instar I selama 1 hari, jentik
instar II selama 1- 2 hari, jentik instar III selama 2 hari, jentik instar
IV selama 2-3 hari. Jentik Aede aegypti di dalam air dapat dikenali
dengan ciri-ciri berukuran 0,5 – 1 cm dan selalu bergerak aktif dalam
air. Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan
permukan air untuk bernapas. Setelah melewati keempat stadium
tersebut jentik berkembang menjadi kepompong (Kemenkes RI,
2014).
c. Kepompong (Pupa)
Kepompong merupakan periode puasa yang membutuhkan 1 -
2 hari. Kepompong berbentuk seperti koma dan lebih pendek
dibandingkan jentik, aktif bergerak dalam air terutama bila terganggu.
Pada tingkat kepompong ini tidak memerlukan makanan, tetapi
memerlukan udara. Dalam waktu 1 - 2 hari perkembangan
kepompong sudah sempurna, maka kulit kepompong pecah dan
nyamuk dewasa muda keluar dan terbang. Pada umumnya nyamuk
13
jantan menetas lebih dahulu dibandingkan nyamuk betina (Kemenkes
RI, 2014).
d. Nyamuk Dewasa
Secara umum, nyamuk Aedes terdiri dari tiga bagian yaitu
kepala, thorax, dan abdomen. Mempunyai dua pasang sayap dan tiga
pasang kaki. Nyamuk Aedes dewasa memiliki ukuran sedang dengan
tubuh berwarna hitam bercak putih. Tubuh dan tungkainya ditutupi
sisik dengan bercak putih. Aedes aegypti di bagian punggung
tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan
kanan berwarna putih, sedangkan Aedes albopictus di bagian
punggung tubuhnya tampak satu garis lurus tebal berwarna putih
(Kemenkes RI, 2014).
Kemampuan terbang nyamuk betina rata – rata 40 meter
maksimal 100 meter namun secara pasif karena faktor angin atau
terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Nyamuk ini dapat
hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah sekitar 1.000
meter dari permukaan laut, di atas ketinggian 1.000 meter dengan
suhu udara terlalu rendah nyamuk tidak dapat berkembang biak
sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk (Kemenkes
RI, 2014).
3. Tempat Perkembangbiakan Jentik Nyamuk
Ada dua jenis tempat perkemangbiakan nyamuk, yaitu:
14
a. Alamiah
Tempat perkembangbiakan alamiah adalah segala sesuatu
yang telah tersedia di lingkungan pemukiman berupa tanaman yang
dapat menampung air jernih sebagai tempat perindukan nyamuk
seperti ketiak daun, tempurung kelapa, lubang bambu, ataupun
pelepah daun (Kemenkes RI, 2014).
b. Buatan
Tempat perkembangbiakan jentik buatan adalah segala sesuatu
yang dibuat oleh manusia dan berfungsi menampung air dan jernih,
yang kemudian digunakan oleh nyamuk Aedes untuk tempat
berkembang biak, seperti bak mandi, ember, dispenser, kulkas, ban
bekas, pot atau vas bunga, kaleng, plastik, dan lain – lain. Tempat
penampungan air tersebut berada di sekitar pemukiman penduduk.
Tempat nyamuk berkembangbiak yang dibuat/disediakan oleh
manusia, seperti tempat penampungan air bersih (bak mandi, ember,
dispenser, kulkas, dan lain – lain), maupun tempat air lainnya yang
ada di sekitar pemukiman penduduk (Kemenkes RI, 2014).
4. Perilaku Nyamuk
a. Perilaku Menghisap Darah
Nyamuk Aedes betina menghisap darah manusia pada waktu
siang hari, dengan puncak kepadatan nyamuk pada jam 08.00 – 10.00
dan jam 15.00-17.00. Nyamuk betina menghisap darah untuk
pematangan telurnya (Kemenkes RI, 2014).
15
b. Perilaku Istirahat
Nyamuk Aedes setelah menghisap darah akan beristirahat
untuk proses pematangan telur, setelah bertelur nyamuk istirahat
untuk kemudian menghisap darah kembali. Nyamuk Aedes aegypti
lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat
bersembunyi di dalam rumah atau bangunan. Termasuk kolong tempat
tidur, kloset, kamar mandi, dan dapur. Selain itu, juga bersembunyi
pada benda benda yang ditemukan di luar rumah, di tanaman atau
tempat berlindung lainnya. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus
jarang ditemukan ditemukan beristirahat di dalam rumah. Kebiasaan
istirahat nyamuk Aedes albopictus adalah di luar rumah, seperti di
tanaman, rerumputan, tanaman kering, dan lain-lain (Kemenkes RI,
2014).
C. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
1. Pemeriksaan Jentik Berkala
Pemeriksaan jentik berkala dilakukan oleh masyarakat yang
menjadi kader yang ditunjuk oleh Puskesmas atau mengajukan diri yang
bertujuan untuk memantau jentik nyamuk penular DBD serta memberikan
penyuluhan dan motivasi untuk melaksanakan PSN-DBD. Kader tersebut
memeriksa tempat-tempat penampungan air yang memungkinkan untuk
menjadi tempat perkembangan jentik nyamuk, kemudian mencatat apakah
terdapat jentik di tempat penampungan air tersebut. Jika ditemukan jentik,
pemilik rumah tersebut diminta untuk melihatnya sendiri, kemudian
16
diberikan motivasi dan penyuluhan terkait gerakan 3M. Kader kemudian
melapor pada pihak Puskesmas dan kemudian pihak Puskesmas
melakukan analisa dengan menghitung kepadatan jentik nyamuk
(Kemenkes RI, 2010).
Ukuran –ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik
nyamuk adalah sebagai berikut (Ditjen P2PL, 2011):
a. Angka Bebas Jentik (ABJ)
Semakin tinggi ABJ di suatu daerah, maka faktor risiko penularannya
semakin rendah. Target nasional untuk ABJ ini adalah ≥95%. Rumus
yang digunakan untuk perhitungan ABJ yaitu:
ABJ=
X 100%
b. House Index (HI)
Rumus untuk menghitung House index adalah sebagai berikut:
HI=
X 100%
Dari rumus tersebut, dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai HI di
suatu daerah, maka risiko penularan penyakit DBD di daerah tersebut
semakin besar. Untuk mengetahui risiko berdasarkan nilai HI dapat
dilihat dari Density Figure. Berikut ini merupakan karegorisasi risiko
dari house index:
1) Risiko penularan rendah jika nilai Density Figure 1 yaitu HI 1-3%
17
2) Risiko penularan sedang jika nilai Density Figure 2 yaitu HI 4-
7%, Density Figure 3 yaitu HI 8-17%, Density Figure 4 yaitu HI
18-28%
3) Risiko penularan tinggi jika nilai Density Figure 5 yaitu HI 29-
37%, Density Figure 6 yaitu HI 38-49%, Density Figure 7 yaitu
HI 50-59%, Density Figure 8 yaitu HI 60-76%, Density Figure 9
yaitu HI >77%.
c. Container Index (CI)
Rumus untuk menghitung container index adalah sebagai berikut:
CI=
X 100%
Semakin besar angka CI di suatu daerah, maka risiko penularan penyakit
DBD di daerah tersebut juga semakin besar.
2. Pemberantasan Vektor Intensif
Untuk menanggulangi penyakit DBD, juga perlu dilakukan
pemberantasan vektor secara intensif. Berikut ini adalah beberapa cara
dalam pemberantasan vektor intensif (Suroso, 2004):
a. Fogging focus
Fogging merupakan penyemprotan dengan insektisida terutama di
daerah rawan terjadi wabah DBD di musim penghujan. Dengan
keterbatasan dana, kegiatan fogging hanya dilakukan bila hasil
penyelidikan epidemiologis betul-betul memenuhi kriteria yaitu di
daerah tersebut telah ada 3 penderita DBD.
18
b. Abatisasi
Abatisasi adalah membunuh jentik-jentik nyamuk dengan bubuk
abate atau penaburan bubuk abate di tempat-tempat penampungan
air. Kegiatan ini dilaksanakan di desa/kelurahan endemis terutama
di sekolah dan tempat-tempat umum. Semua tempat penampungan
air di rumah dan bangunan yang ditemukan jentik nyamuk Aedes
aegypti ditaburi bubuk abate sesuai dengan dosis 1 sendok makan
(10 gram) abate untuk 100 liter air.
c. Penyuluhan dan pergerakan masyarakat dalam PSN DBD
(Gerakan 3M)
Pergerakan masyarakat dalam PSN DBD dilakukan dengan kerja
sama lintas sektor yang dikoordinasikan oleh Kepala
Wilayah/Daerah setempat melalui wabah Pokjanal/Pokja DBD.
Kegiatan ini dilakukan selama 1 bulan, pada saat sebelum
perkiraan peningkatan jumlah kasus yang ditentukan berdasarkan
data kasus bulanan demam berdarah (DBD) dalam 3-5 tahun
terakhir
3. Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD
Pemberantasan DBD dapat dilakukan dengan pemberantasan
sarang nyamuk. Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan dengan 3 cara
(Kemenkes RI, 2010), yaitu:
a. Cara Fisik
Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara fisik dikenal
dengan istilah 3M plus. Kegiatan 3M plus merupakan singkatan
19
dari menguras, menutup, mengubur, dan mengindari gigitan
nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk dan menggunakan
kelambu berinsektisida. Kegiatan menguras dilakukan dengan cara
menguras dan menyikat kamar mandi, bak wc, dan tempat –
tempat penampungan air sekurang – kurangnya dilakukan
seminggu sekali. Kegiatan menutup dilakukan dengan cara
menutup tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan
lain – lain. Sedangkan kegiatan mengubur dilakukan dengan
mengubur, menyingkirkan, atau memusnahkan barang – barang
bekas seperti kaleng, ban, dan lain – lain.
b. Cara Kimia
Pemberantasan jentik nyamuk dengan cara kimia dikenal
dengan istilah larvasidasi, yaitu dilakukan dengan menggunakan
insektisida pembasmi jentik.
c. Cara Biologi
Cara biologi untuk membasmi jentik nyamuk adalah
dengan memelihara ikan pemakan jentik di tempat penampungan
air. Misalnya ikan kepala timah, ikan gupi, dan ikan cupang.
Selain itu dapat pula menggunakan bakteri seperti Bacillus
thuringiensis var. Israeliensis (Bti).
D. Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Jentik Nyamuk
1. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan mempengaruhi keberadaan jentik nyamuk Aedes
aegypti sehingga dapat meningkatkan risiko penularan penyakit DBD.
20
Salah satu kondisi lingkungan yang berpengaruh adalah kelembaban
udara (Yudhastuti & Vidiyani, 2005). Sugito menjelaskan bahwa
kelembaban yang optimal untuk proses pertumbuhan embrio dan
ketahanan tubuh embrio nyamuk adalah 81,5-89,5% (Rahayu et al.,
2013). Faktor lingkungan lain yang berpengaruh adalah keberadaan
saluran air hujan, keberadaan kontainer, keberadaan pot tanaman hias,
mobilitas penduduk, serta kepadatan penduduk (Suyasa et al., 2008).
2. Faktor Perilaku
Perilaku masyarakat berpengaruh terhadap keberadaan jentik nyamuk
Aedes aegypti. Perilaku tersebut berupa pengetahuan dan tindakan dalam
mengurangi atau menekan kepadatan jentik (Yudhastuti & Vidiyani,
2005). Tindakan yang dapat mencegah keberadaan jentik secara
signifikan adalah kegiatan PSN yang dilakukan secara berkala. Kegiatan
PSN dilakukan dengan cara 3M plus pada tempat-tempat yang dapat
menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk (Widagdo et al., 2008).
Selain itu sikap terhadap pencegahan penyakit juga berpengaruh terhadap
keberadaan jentik nyamuk DBD (Nugrahaningsih et al., 2010).
3. Penyuluhan Kelompok tentang DBD
Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi
kesehatan. Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan atau
memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan
kesehatannya (Maulana, 2007). Penyuluhan terkait penyakit DBD dan
cara pemcegahannya yang dilakukan terhadap sekelompok masyarakat
21
berpengaruh terhadap meningkatnya ABJ di wilayah tersebut (Rosidi &
Adisasmita, 2009).
E. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan umum atau keterampilan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan (Sirait, 2006). Dalam pengertian lain disebutkan
bahwa pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang menyangkut
proses belajar, berguna untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang
relatif singkat denan menekankan pada praktik daripada teori, yang
akhirnya diharapkan dapat mengubah pola perilaku (Sukiarko, 2007).
Pelatihan jumantik merupakan salah satu bentuk pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan sebuah kombinasi desain
pengalaman belajar yang dapat membantu individu maupun kelompok
untuk meningkatkan kesehatannya, dengan cara memberikan pengetahuan
atau memengaruhi perilaku mereka (WHO, 2016).
2. Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan secara umum adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, kinerja, dan perilaku individu, kelompok,
maupun organisasi. Selain itu, juga bertujuan agar peserta pelatihan dapat
menguasai pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dilatihkan
dalam program pelatihan sehingga dapat diaplikasikan baik dalam jangka
22
waktu pendek maupun jangka waktu yang lama (Santoso, 2010).
Sedangkan tujuan khususnya adalah peserta mampu memahami
penyebab, cara penularan, tanda-tanda, pertolongan pertama dan cara-cara
pencegahan penyakit DBD, cara-cara melakukan pemeriksaan jentik,
penyuluhan, dan motivasi kepada keluarga dan kelompok masyarakat
(Kemenkes RI, 2014).
3. Langkah-langkah Pelatihan
Pelatihan adalah sebuah aktifitas yang cukup kompleks dan harus
direncanakan dengan matang sehingga dapat menjawab kebutuhan dan
membeikan hasil yang tepat Terdapat 3 tahapan dalam pelaksanaan proses
pelatihan (Santoso, 2010), yaitu :
a. Pra Pelatihan (Pre Training)
Hal-hal yang harus dilakukan saat pra pelatihan adalah melakukan
identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan, merumuskan sasaran
atau tujuan pelatihan, sumber daya yang tersedia, waktu pelatihan,
peserta pelatihan, metode dan media pelatihan, mempersiapkan
materi, serta ketersediaan pemateri
b. Pelaksanaan Pelatihan (On Going Training)
Tahapan ini merupakan waktu pelaksanaan kegiatan pelatihan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada tahapan pertama.
Penyimpangan yang terjadi terhadap apa yang sudah direncanakan
dapat berakibat pada tidak tercapainya kompetensi yang diharapkan.
c. Pasca Pelatihan (Post Training)
23
Tahapan ini merupakan kegiatan penilaian terhadap pelaksanaan
pelatihan yang mencakup penilaian terhadap peserta, pelatih,
pelaksanaan pelatihan, dan pencapaian tujuan pelatihan.
4. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu proses belajar. Menurut Notoatmodjo
(2007), di dalam proses belajar ini terdapat tiga hal yang dapat
mempengaruhi yaitu :
a. Masukan (Input) mencakup sarana dan prasarana, rancangan
proses belajar, peserta pelatihan, pelatih, penyelenggara pelatihan
b. Proses adalah proses pembelajaran yang berjalan selama pelatihan
dilakukan. Pada proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara
faktor peserta pelatihan, pelatih, metode, teknik pelatihan, media,
alat bantu, dan materi yang digunakan dalam pelatihan.
c. Keluaran (Output) adalah hasil belajar itu sendiri atau perubahan
perilaku subjek belajar.
F. Metode Pelatihan
Pelatihan termasuk dalam pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
merupakan upaya unruk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok, atau individu. Selain itu, pendidikan kesehatan juga merupakan
suatu proses yang memiliki masukan dan keluaran. Faktor yang memengaruhi
suatu proses pendidikan kesehatan antara lain, materi yang disampaikan,
pendidik atau petugas yang menyampaikan, metode penyampaiannya dan alat
bantu peraga. Beberapa metode pendidikan yang dapat dilakukan untuk
24
melakukan pendidikan kelompok besar. Yang dimaksud dengan kelompok
besar adalah apabila peserta lebih dari 15 orang. Metode yang dapat
digunakan menurut Notoatmodjo (2007) adalah:
a) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah.
b) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah proses penyajian dari
satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting
dan dianggap hangat di masyarakat
G. Alat Bantu dan Media Pelatihan
Alat bantu pelatihan adalah alat yang digunakan oleh pelatih dalam
menyampaikan bahan pelatihan. Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai
alat peraga karena berfungsi membantu memeragakan sesuatu dalam proses
pelatihan. Penyusunan alat peraga didasarkan pada prinsip pengetahuan yang
ada pada manusia diterima oleh alat indera. Jadi, semakin banyak alat indera
yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin jelas pula
pengetahuan yang diperoleh. Alat peraga inilah yang berfungsi untuk
mengerahkan indera sebanyak mungkin untuk menerima informasi. Panca
indera yang berperan paling banyak dalam menyalurkan informasi ke otak
adalah mata yaitu (75-87%) sedangkan indera lainnya menyalurkan 13-25%
informasi (Maulana, 2007).
25
Terdapat 3 jenis alat bantu (Notoatmodjo, 2007) yaitu:
1. Alat bantu lihat, misalnya gambar, peta, bagan, boneka.
2. Alat bantu dengar, misalnya radio, piringan hitam, dan pita suara.
3. Alat bantu lihat-dengar, misalnya televisi.
Berdasarkan fungsinya, alat bantu dibagi menjadi 3, (Notoatmodjo,
2007) yaitu:
1. Media cetak, misalnya booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik, dan foto
2. Media elektronik, misalnya televisi, radio, video, slide, dan film stripe
3. Media papan (bill board) adala media yang dipasang di tempat-tempat
umum yang diisi dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan. Media ini
juga termasuk pesan yang ditulis di kendaraan umum
H. Siswa Pemantau Jentik (wamantik)
1. Definisi Siswa Pemantau Jentik (wamantik)
Juru pemantau jentik adalah anggota masyarakat yang dilatih oleh
Puskesmas setempat untuk memantau keberadaan dan perkembangan
jentik nyamuk. Sedangkan wamantik adalah siswa sekolah dari berbagai
jenjang pendidikan dasar dan menengah yang telah dibina dan dilatih
sebagai juru pemantau jentik di sekolahnya (Kemenkes RI, 2014).
Sebagian besar wamantik adalah anak SD yang artinya usia
mereka antara 6 -12 tahun. Periode ini dianggap sebagai periode ketika
anak dianggap mulai bertanggungjawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya dan orang lain. Usia
sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan
26
untuk keberhasilan penyesuaian diri kehidupan dewasa dan memperoleh
ketrampilan tertentu (Nuryanti, 2008).
Dalam bidang kesehatan, anak usia sekolah merupakan kelompok
yang sangat rentan terhadap masalah kesehatan. Akan tetapi mereka
merupakan kelompok yang sangat peka terhadap perubahan. Usia anak
sekolah merupakan kelompok yang paling tepat untuk memperoleh
pendidikan kesehatan. Masa tersebut adalah masa dimana anak senang
mempelajari apapun yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu,
melibatkan anak SD dalam kegiatan pemantauan jentik adalah tindakan
yang tepat (Kemenkes RI, 2014). .
2. Peran dan Tanggung Jawab Wamantik
Peran dan tanggung jawab wamantik menurut (Kemenkes RI, 2014)
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan
sekolah secara rutin seminggu sekali
b. Melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan
tempat tinggalnya secara rutin seminggu sekali
c. Membuat catatan/laporan hasil pemantauan jentik dan PSN di
sekolah dan tempat tinggalnya
d. Melaporkan hasil pemantauan jentik kepada guru penanggung
jawab Jumantik-PSN sekolah seminggu sekali menggunakan
formulir hasil pemantauan jentik
e. Melakukan sosialisasi PSN 3M dan pengenalan DBD kepada
rekan-rekan siswa-siswi lainnya
27
f. Berperan sebagai penggerak dan motivator siswa-siswi lainnya
agar mau melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama
di lingkungan sekolah dan tempat tinggalnya
g. Berperan sebagai penggerak dan motivator bagi keluarga dan
masyarakat agar mau melaksanakan pemberantasan sarang
nyamuk terutama di lingkungan tempat tinggalnya.
3. Kegiatan Pemantauan Jentik
Kegiatan pemantauan jentik merupakan bagian penting dalam
kegatan PSN karena kegiatan tersebut dapat mengetahui kepadatan jentik
nyamuk. Pengamatan jentik dapat dilakukan sebagai berikut (Kemenkes
RI, 2014) :
a. Mencari semua tempat perkembangbiakan jentik nyamuk yang
ada di dalam maupun di lingkungan sekolah. Tempat
perkembangbiakan nyamuk di dalam sekolah antara lain tatakan
pot bunga, tatakan dispenser, tatakan kulkas, bak mandi/WC, vas
bunga, dan lain-lain. Sedangkan tempat perkembangan nyamuk di
luar sekolah misalnya tempayan, drum, talang air, tempat
penampungan air hujan/air AC, kaleng bekas, botol plastik, ban
bekas, pelepah talas, pelepah pisang, potongan bambu, plastik, dan
lain-lain.
b. Setelah didapatkan, maka dilakukan penyenteran untuk
mengetahui ada tidaknya jentik.
c. Mencatat ada tidaknya jentik dan jenis kontainer yang diperiksa
pada formulir hasil pemantauan jentik mingguan di sekolah.
28
4. Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan berfungsi untuk menilai
keberhasilan PSN 3M oleh anak sekolah, serta sebagai informasi penting
dalam rangka menghadapi terjadinya serangan DBD. Kegiatan pencatatan
dan pelaporan dilakukan dengan tahapan berikut (Kemenkes RI, 2014):
a. Seminggu sekali siswa melakukan pemantauan jentik dan PSN di
lingkungan sekolah, kemudian melakukan pencatatan hasil
pemantauan jentik jenis ruangan yang dipantau, jenis tempat
perkembangbiakan nyamuk/ penampungan air (kontainer), ada
tidaknya jentik dan kegiatan PSN 3M yang dilakukan pada
formulir hasil pemantauan mingguan di sekolah.
b. Formulir hasil pemantauan jentik mingguan kemudian dilaporkan
setiap minggu ke guru penanggung jawab dan diparaf oleh guru
yang bertanggungjawab.
c. Guru penanggung jawab memeriksa formulir pemantauan
mingguan dan apabila ditemukan jentik nyamuk maka guru wajib
memberikan arahan kepada siswa untuk meningkatkan kegiatan
PSN 3M, kemudian menugaskan petugas kebersihan sekolah
untuk membersihkan lingkungan sekolah, serta diharapkan dapat
melaporkan ke Puskesmas untuk mendapatkan tindakan lebih
lanjut.
I. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan juga merupakan apa
29
yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu hal yang didapat secara formal
maupun informal. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku
sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan
kesehatan. Perilaku kesehatan ini akan berpengaruh pada meningkatnya
indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran pendidikan kesehatan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden
(Notoatmodjo, 2007).
J. Sikap
Sikap adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku
atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan
negatif dari suatu objek rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk
berperilaku. Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Sarwono, 2003). Perasaan positif yang
dimiliki individu terhadap suatu objek psikologis dapat dikatakan sikap
favorable terhadap objek, sedangkan perasaan negatif terhadap suatu objek
psikologis dapat dikatakan unfavorable terhadap objek tersebut (Azwar,
2013).
K. Keterampilan
Keterampilan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Kemendikbud, 2016).
Keterampilan adalah kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan
menggunakan anggota badan dan peralatan yang tersedia. Sementara itu,
30
pelatihan keterampilan merupakan aktivitas utama selama fase implementasi
suatu program kesehatan yang bertujuan untuk membangun dan memelihara
perilaku-perilaku yang sanga penting dalam kelangsungan program
(Sukiarko, 2007). Sedangkan keterampilan wamantik lebih kepada
keterampilan teknis dalam kegiatan pemantauan jentik.
L. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan
Penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas
rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme (Notoatmodjo,
2007). Menurut Hovland et al. (1966), keberhasilan suatu komunikasi dalam
mempengaruhi perubahan perilaku terdiri atas 3 elemen, yaitu sumber
komunikasi (pembicara), kekuatan pesan yang disampaikan, dan respon
audiens. Artinya kualitas dari sumber komunikasi seperti kredibilitas,
kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan
perilaku seseoarang, kelompok atau masyarakat. Selain itu, kemampuan
audiens dalam menangkap dan mengolah pengetahuan yang diperoleh juga
mempengaruhi sikap yang dihasilkan (Wood, 2000). Proses perubahan
perilaku digambarkan sebagai berikut:
1. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima
atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak
berarti stimulus tersebut tidak efektif memengaruhi perhatian individu
dan berhenti di sini. Akan tetapi, bila stimulus diterima oleh
organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut
efektif
31
2. Apabila stimulus tersebut telah mendapat perhatian dari organisme
(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan ke pada
proses berikutnya
3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
(bersikap).
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai edek tindakan dari individu
tersebut (perubahan perilaku).
Proses perubahan perilaku dalam teori Stimulus-Organisme-Respon
(S-O-R) dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2. 1 Teori S-O-R
(Hovland et al., 1966) dan (Wood, 2000)
Sementara itu, pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh
pendidikan, informasi atau media massa, sosial, budaya, dan ekonomi,
Stimulus -Perhatian
-Pegetahuan
-Penerimaan
Reaksi tertutup
(perubahan sikap)
Reaksi Terbuka
(perubahan praktik)
32
lingkungan, pengalaman, dan usia (Budiman, 2013). Sedankan sikap
seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain
yang dianggap penting, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, dan
lembaga agama (Azwar, 2013).
Terdapat 5 faktor yang dapat diidentifikasi berpengaruh positif
terhadap tindakan seseorang dalam bentuk keterampilan (Glanz & Rimer,
2005):
1. Faktor intrapersonal yaitu pengetahuan, sikap, dan keyakinan.
2. Faktor interpersonal yaitu proses hubungan antar manusia dan kelompok
utama yang berpengaruh seperti keluarga dan teman.
3. Faktor institusional seperti peraturan dan kebijakan
4. Faktor kelompok masyarakat seperti norma, standar formal maupun
informal dan organisasi masyarakat
5. Faktor kebijakan publik yaitu adanya kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah yang berhubungan dengan kesehatan untuk mendukung
program kesehatan.
M. Daya Serap
Indikator yang dipergunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar
atau prestasi belajar adalah daya serap baik individu atau klasikal. Daya serap
adalah kemampuan untuk menangkap dan memahami sebuah materi sehingga
peserta didik dapat menjabarkan kembali materi yang diterima dengan benar
dan menjadi tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta
didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru dalam proses
kegiatan belajar mengajar (Udhmah, 2015). Dalam penelitian ini, proses
33
belajar mengajar yang dimaksud adalah kegiatan pelatihan siswa pemantau
jentik.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya serap peserta didik
dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari individu peserta didik seperti
faktor jasmaniah, faktor psikologis, bakat, sikap, kebiasaan, minat, perhatian,
motivasi, dan pengalaman dasar. Sedangkan faktor eksternal terdapat 3 faktor
yaitu faktor keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi. Faktor kedua adalah sekolah
seperti metode mengajar, relasi antar peserta didik, suasana belajar, rasa aman
dalam belajar, dan situasi lingkungan belajar. Faktor yan ketiga adalah
masyarakat seperti teman bergaul (Udhmah, 2015).
Daya serap merupakan faktor yang mempengaruhi usaha yang
dilakukan seseorang. Jika seorang siswa memiliki daya serap yang tinggi
terhadap mata pelajaran tertentu maka ia akan cepat mengerti apa yang
disampaikan oleh guru. Adapun fungsi daya serap (Udhmah, 2015) adalah:
1. Daya serap dapat meningkatkan wawasan dan pola pikir anak
2. Daya serap yang tingi mempengaruhi prestasi anak
3. Daya serap dapat meningkatkan minat belajar
4. Untuk meningkatkan kualitas belajar siswa
Daya serap juga dapat diartikan sebagai ketuntasan belajar.
Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada
siswa dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran atau tujuan pembelajaran,
34
keduanya dapat dianalisis secara perorangan maupun perkelas (Trianto,
2010). Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
( )
( )
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) apabila
proporsi jawaban benar siswa ≥65% dan suatu suatu kelas dinyatakan tuntas
belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥85%
siswa yang telah tuntas belajarnya (Trianto, 2010). Dengan demikian,
persamaan yang digunakan untuk menghitung daya serap klasikal adalah
(Hanafi, 2012) adalah :
( )
Hanafi (2012) mengkategorikan ketuntasan belajar klasikal menjadi 3
kategori yaitu:
a. 85%-100% = Baik
b. 70%-84% = Cukup
c. ≤69% = Kurang
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
daya serap individu merupakan taraf minimal nilai (dalam persentase) yang
harus diperoleh siswa (individu) sehingga siswa dapat dikatakan tuntas pada
saat pelatihan jumantik. Nilai minimal yang harus diperoleh siswa adalah
65%. Sedangkan daya serap klasikal adalah persentase ketuntasan belajar
dalam satu kelas. Hasil dari perhitungan daya serap ini adalah persentase
35
ketuntasan satu kelas, dan selanjutnya dilihat persentase hasil tersebut
termasuk dalam kategori baik, cukup, atau kurang. Jadi, perbedaan antara
daya serap individu dengan daya serap klasikal terletak pada jumlah
subyeknya. Hasil dari daya serap individu adalah diketahuinya persentase
siswa yang tuntas dan tidak tuntas, sedangkan daya serap klasikal adalah
diketahuinya kelas tersebut termasuk kategori baik, cukup, sedang. Jika kelas
tersebut termasuk kategori baik maka kelas tersebut telah tuntas, jika
termasuk kategori cukup dan kurang maka kelas tersebut tidak tuntas.
Manfaat diketahuinya daya serap individu maupun klasikal adalah
untuk tolak ukur proses belajar mengajar. Daya serap yang tinggi akan dapat
membuahkan prestasi individual maupun kelas yang meningkat secara
signifikan. Dalam pelatihan wamantik ini, semakin banyak siswa yang telah
tuntas secara individu, akan menyebabkan semakin baik pula ketuntasan
klasikalnya. Siswa yang secara individu telah tuntas maka dapat diperkirakan
peluang siswa untuk melaksanakan tugas wamantik dengan baik semakin
besar. Demikian juga dengan kelas yang termasuk kategori daya serap baik,
maka kemungkinan pelaksanaan kegiatan jumantik akan baik dan
dilaksanakan dengan tepat (Harsanto, 2007).
N. Kerangka Teori
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk penular penyakit DBD.
Nyamuk ini memiliki siklus hidup yang sempurna yaitu dimulai dari telur,
jentik, kepompong (pupa) dan nyamuk dewasa. Perkembangan dari telur
menjadi jentik memerlukan waktu yang singkat sedangkan waktu dari jentik
menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu 8-12 hari. Keberadaan jentik
36
nyamuk ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban,
keberadaan saluran air, dan tempat penampungan air yang dapat berfungsi
sebagai tempat perkembangbiakan jentik nyamuk. Faktor lainnya adalah
pengetahuan, sikap, penyuluhan kelompok terkait pencegahan penyakit DBD,
dan tindakan pencegahan seperti pemantauan jentik berkala, kegiatan 3M
plus, abatisasi dan keberadaan ikan pemakan jentik.
Keberadaan jentik nyamuk di lingkungan sangat erat kaitannya
dengan perilaku masyarakat. Menurut teori S-O-R perubahan perilaku dapat
dikarenakan adanya stimulus dari luar yang mempengaruhi individu.
Pendidikan kesehatan sebagai salah satu pendekatan terhadap faktor perilaku
kesehatan, maka kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari faktor yang
menentukan perilaku tersebut. Oleh dasar itulah, peneliti pembuat kerangka
teori sesuai bagan 2.1 sebagai berikut:
37
Bagan 2. 2 Kerangka Teori
Azwar (2013), Budiman (2013), Glanz & Rimer (2005), Hovland et al. (1966),
Kemenkes (2010), Nugrahaningsih et al (2010), Trianto (2010), Wood (2000), dan
Yudhastuti & Vidiyani (2005)
Pengetahuan
Faktor Lingkungan
Suhu
Kelembaban
Pencahayaan
Curah Hujan
Kontainer
Saluran Air
Penampungan air
Keberadaan Jentik
Kepadatan Nyamuk
Demam Berdarah
Dengue
Pemantauan jentik
berkala
3M Plus
Abatisasi
Memelihara Ikan
pemakan jentik
Praktik Faktor yang mempengaruhi
perilaku/praktik
Pengetahuan
Sikap
Keyakinan
Norma
Kebijakan
Sikap
Faktor yang
mempengaruhi sikap
Pengalaman pribadi
Pengaruh orang lain
Media massa
Lembaga pendidikan,
lembaga agama
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan
Pendidikan
Media massa
Sosial budaya & ekonomi
Lingkungan
Pengalaman
Usia
Pendidikan kesehatan /
Pelatihan
Faktor eksternal Sarana
prasaranan,
pelatih, peserta
pelatihan,
media, alat
bantu, metode
pelatihan
Daya Serap
Faktor
internal
Jasmaniah,
psikologis,
bakat, minat,
perhatian,
motivasi
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya,
diketahui bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan
jentik nyamuk DBD. Namun, peneliti tidak meneliti semua faktor tersebut.
Faktor lingkungan tidak diteliti karena faktor lingkungan lebih erat kaitannya
dengan keberadaan jentik nyamuk. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan tidak diteliti karena penelitian ini fokus
pada pengaruh yang ditimbulkan oleh pelatihan terhadap pengetahuan, sikap
dan keterampilan pemantauan jentik pada wamantik.
Berikut kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Bagan 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Pelatihan
jumantik
Perlakuan yang
diberikan sebagai upaya
pendidikan tentang
DBD, karakteristik
- - - -
Pelatihan
Keterampilan
Sikap
Pengetahuan
39
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
nyamuk DBD, cara
pencegahan DBD, PSN
DBD, pemantauan jentik
berkala dengan
menggunakan alat bantu
berupa film dan power
point.
2 Pengetahuan Segala sesuatu yang
diketahui responden
tentang DBD, cara
penularan, nyamuk
DBD, kegiatan PSN,
dan tugas wamantik
yang dihitung dengan
menggunakan skoring
Kuesioner Soal pre-
post
Skor nilai
Rasio
3 Sikap Tanggapan atau reaksi
responden tentang
kegiatan PSN dan
tugasnya sebagai
wamantik
Kuesioner Soal pre-
post
Skor nilai Rasio
4 Keterampilan Kecakapan siswa
pemantau jentik dalam
melakukan tugasnya
sebagai jumantik
meliputi memeriksa
tempat
perkembanbiakan jentik,
mencatat dan membuat
laporan
Kuesioner Soal pre-
post
Skor nilai Rasio
5 Daya serap
individu
Seberapa besar
kemampuan siswa
(individu) dalam
menyerap informasi
pada proses pelatihan
Kuesioner Soal Post
test
1. Tuntas
jika daya
serap
individu
≥65%
Interval
40
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
secara keseluruhan yang
dihitung berdasarkan
jumlah skor total yang
diperoleh siswa dibagi
dengan jumlah skor
maksimal dikali 100%
(Trianto, 2010)
2. Tidak
tuntas jika
daya serap
individu
<65%.
6 Daya serap
klasikal
Seberapa besar
kemampuan suatu kelas
dalam menyerap
informasi pada proses
pelatihan secara
keseluruhan yang
dihitung dengan cara
membagi jumlah siswa
yang mempunyai nilai
lebih dari 65 dengan
total siswa dikali 100%
(Hanafi, 2012)
Kuesioner Soal Post-
test
1.85% -
100% = baik
2. 70%-84%
= cukup
3. ≤69% =
kurang
Interval
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh pelatihan siswa
pemantau jentik terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilannya di
Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017.
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dilaksanakan dengan
menggunakan desain penelitian one group pretest posttest. Pada desain ini,
hanya terdapat satu kelompok yang akan dilihat pengaruhnya. Rancangan
penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Bagan 4. 1 Skema penelitian one group pretest posttest design
(Notoatmodjo, 2012)
Keterangan
01 : Pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebelum adanya pelatihan
jumantik
02 : Pengetahuan, sikap, dan keterampilan setelah adanya pelatihan
jumantik
X : Pelatihan jumantik
01 X
Pretest Perlakuan Posttest
02
42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD di wilayah kerja Puskesmas
Benda Baru selama bulan November 2016 – Februari 2017. Pemilihan
wilayah ini didasarkan pada tingginya kasus DBD di wilayah kerja
Puskesmas Benda Baru dengan angka kesakitan yang cenderung naik.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD di wilayah kerja
Puskesmas Benda Baru baik SD Negeri maupun SD Swasta yang
berjumlah 23 sekolah, yaitu SDN Benda Baru I, SDN Benda Baru II,
SDN Benda Baru III, SD Al Zahra Indonesia, SDIT At Taqwa, SD
Taruna Mandiri, MI Mathlaul Anwar, SDN Ciledug Barat, SDN
Bambu Apus I, SDN Bambu Apus II, SD Ciledug Timur, SD Al
Inayah, Teladan School, MI Al Ikhsan, SD Kedaung, SD KP Bulak I,
SD KP Bulak II, SD KP Bulak III, SD Al Fajar, SD Asia Afrika, SD
Yasiska, SD YPMS.
2. Besar Sampel
Sampel dalam penelitan ini adalah siswa SD kelas 4 dan 5. Teknik
pengambilan sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
pengambilan sampel klaster dua tahap. Tahap pertama adalah
penentuan sekolah. Sekolah yang akan dijadikan sampel dipilih dengan
cara purposive yaitu berdasarkan pertimbangan bahwa sekolah tersebut
dipilih sebagai sekolah percobaan oleh Puskesmas Benda Baru.
43
Pemilihan sekolah berdasarkan pada banyaknya kasus DBD yang
terjadi di wilayah tersebut. Dari ketiga kelurahan yang termasuk
wilayah kerja Puskesmas Benda Baru, 59,09% kasus DBD terjadi di
Kelurahan Benda Baru, 31,82% kasus terjadi di Kelurahan Kedaung,
dan 9,09% kasus terjadi di Kelurahan Bambu Apus. Penderita DBD
yang termasuk usia SD sebagian besar berasal dari Kelurahan Benda
Baru, bahkan untuk Kelurahan Bambu Apus, tidak terdapat penderita
DBD dari usia SD.
Di Kelurahan Benda Baru terdapat 8 SD yang masuk dalam
wilayah kerja Puskesmas Benda Baru, antara lain:
Tabel 4. 1 Daftar Sekolah di Kelurahan Benda Baru
No Nama Sekolah (Klaster) Status Ada/ Tidak Ada Kasus
1 SDN Benda Baru 01 Negeri Tidak Ada Kasus
2 SDN Benda Baru 03 Negeri Ada Kasus
3 SD AL –Zahra Indonesia Swasta Ada Kasus
5 SD Taruna Mandiri Swasta Ada Kasus
6 SDN Ciledug Barat Negeri Tidak Ada Kasus
7 SD Mathlaul Anwar Swasta Tidak Ada Kasus
8 SDN Benda Baru 02 Negeri Tidak Ada Kasus
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa di SDN Benda Baru 01,
SDN Benda Baru 02, SDN Ciledug Barat, SD Mathlaul Anwar tidak
terdapat siswa yang pernah menderita DBD, sedangkan SD Benda
Baru 03, SD Taruna Mandiri, dan SD Al Zahra Indonesia terdapat
siswa yang pernah menderita DBD. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini dipilihlah 4 sekolah yang dijadikan sampel penelitian, yaitu:
44
Tabel 4. 2 Daftar Sekolah Sampel Penelitian
No Nama Sekolah (Klaster) Status Jumlah Siswa
1 SDN Benda Baru 01 Negeri 92
2 SDN Benda Baru 03 Negeri 180
3 SD AL –Zahra Swasta 164
5 SD Taruna Mandiri Swasta 31
Berdasarkan tabel 4.2 terdapat 4 sekolah yang menjadi sampel
penelitian, yaitu SDN Benda Baru 01, SDN Benda Baru 03, SD Al
Zahra, dan SD Taruna Mandiri. SDN Benda Baru 01 juga dijadikan
sampel penelitian meskipun tidak ada siswa SD yang menderita DBD.
Hal ini dikarenakan SDN Benda Baru 01 masuk dalam wilayah RW 09
yang menjadi RW dengan kasus DBD tertinggi di Kelurahan Benda
Baru.
Setelah menentukan SD yang akan dilatih, langkah selajutnya
adalah menentukan besar sampel siswa SD yang akan dilatih menjadi
wamantik. Rumus besar sampel yang dipergunakan adalah rumus uji
hipotesis untuk dua rata rata populasi (Lemeshow et al., 1997), yaitu :
[ ]
( ) [ ]
( )
n : Besar sampel
µ0 : Rata-rata pengetahuan sebelum pelatihan pada penelitian sebelumnya
µ1 : Rata-rata pengetahuan sesudah pelatihan pada penelitian sebelumnya
σ : Standar deviasi
α : Tingkat kemaknaan
β : Kekuatan uji
45
Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan adalah penelitian
yang dilakukan oleh (Al-Zufri et al., 2015). Dari hasil tersebut
ditambah 10% sehingga menjadi 43 siswa. Kemudian dikalikan 2
design effect sehingga totalnya menjadi 86 siswa.
3. Sampel Penelitian
Sampel merupakan siswa SD kelas 4 dan 5 di wilayah kerja
Puskesmas Benda Baru yang terpilih secara acak (simple random
sampling). Berdasarkan perhitungan sampel diketahui responden
dalam penelitian ini adalah 86 siswa kelas 4 dan kelas 5 dari 4 SD.
Oleh karena itu, dilakukan perhitungan agar jumlah responden menjadi
proporsional dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4. 3 Tabel Jumlah Responden Tiap Sekolah
No Nama Sekolah (Klaster) Total Siswa Siswa Responden
1 SDN BENDA BARU I 92 14
2 SDN BENDA BARU III 180 32
3 SD AL –ZAHRA 164 30
5 SD TARUNA MANDIRI 31 10
Total 467 86
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui jumlah responden untuk siswa
SDN Benda Baru 01 adalah 14 siswa, SDN Benda Baru 03 adalah 32
siswa, SD Al Zahra adalah 30 siswa, dan SD Taruna Mandiri adalah 10
siswa. Siswa yang menjadi responden dipilih dengan cara acak. Frame
sampling dibuat berdasarkan nomor urut absen siswa kemudian pemilihan
responden dilakukan secara acak sampai mendapat 86 siswa.
46
D. Media Pelatihan
Dalam penelitian ini, media pelatihan yang digunakan adalah media
elektronik dengan alat bantu proyektor. Konten yang dipresentasikan
terdiri dari video pendek berdurasi 15 menit yang berisi tentang gejala
DBD, dan cara pencegahannya. Selain itu, juga terdapat slide yang berisi
informasi tentang karakteristik nyamuk, daur hidupnya, cara
pencegahannya, dan tugas wamantik.
E. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah sumber data primer,
yaitu sumber data yang diperoleh dari hasil survei di lapangan untuk
memperoleh data pengetahuan, sikap, dan keterampilan wamantik
sebelum dan sesudah adanya kegiatan pelatihan jumantik.
2. Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan
yaitu dengan memberikan kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan
terkait pengetahuan, sikap dan ketrampilan wamantik di sekolah yang
menjadi objek penelitian. Pretest dan posttest ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebelum
dan setelah adanya pelatihan. wamantik juga melakukan praktik
pemantauan jentik secara langsung.
47
3. Instrumen Penelitian
a) Kuesioner Penelitian
Kuesioner ini merupakan prestest dan posttest yang
dipergunakan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap
wamantik setelah adanya pelatihan jumantik. Kuesioner
pengetahuan terdiri dari 13 pernyataan dan untuk variabel sikap
terdapat 8 pertanyaan. Sedangkan untuk mengukur
keterampilannya, terdapat 3 aspek utama yang akan diukur sesuai
dengan tugas seorang wamantik, yaitu melakukan pemantauan atau
pemeriksaan jentik, mencatat hasil pemantauan dan membuat
format pelaporan.
Berikut rubrik dalam mengukur keterampilan wamantik:
1. Rubrik penilaian pemantauan atau pemeriksaan jentik terdiri
atas satu aspek yaitu siswa melakukan pemeriksaan atau
pemantauan semua tempat-tempat penampungan air yang ada
di dalam ruangan maupun lingkungan sekolah. Jika siswa
mampu melaksanakan pemeriksaan ini maka akan
mendapatkan 1 poin
2. Rubrik pencatatan hasil pemantauan terdiri atas 3 aspek dan
apabila dilaksanakan maka masing masing aspek mendapatkan
1 poin. Aspek tersebut adalah:
a. Siswa melakukan pencatatan setiap jenis tempat
penampungan air atau kontainer yang ditemukan di ruangan
maupun di lingkungan sekolah.
48
b. Siswa melakukan pencatatan jumlah kontainer yang
ditemukan pada tiap jenis ruangan.
c. Siswa melakukan pencatatan kontainer yang ada jentiknya
dan kontainer yang tidak ada jentiknya.
3. Rubrik pelaporan terdiri atas satu aspek yaitu membuat format
pelaporan berdasarkan hasil pemeriksaan. Format pelaporan
merupakan kesimpulan dari hasil pemeriksaan dan pencatatan
yang terdiri dari jumlah kontainer yang diperiksa dan jumlah
kontainer yang terdapat jentik maupun bebas jentik. Jika siswa
melakukan ini maka mendapatkan 1 poin
Total poin yang ada pada rubrik keterampilan ini jika
dapat dilakukan semua adalah 5 poin. Poin minimal jika tidak
dilakukan semua adalah 0 poin.
4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen yang valid adalah
instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama maka akan
menghasilkan data yang sama. Dalam penelitian ini, instrumen yang
dimaksud adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan, sikap dan
keterampilan wamantik. Kuesioner tersebut disusun sendiri oleh
peneliti sehingga perlu diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan
49
reliabilitasnya. Pengujian ini dilakukan kepada 30 siswa SD di luar
sampel penelitian yaitu SDN Cireundeu 02.
a. Uji Validitas
Untuk menguji validitas suatu instrumen, peneliti
melakukan 3 tahapan, yaitu membuat pertanyaan yang disesuaikan
dengan isi materi yang dipaparkan pada saat pelatihan, kemudian
dengan judgment expert atau pendapat para ahli. Setelah itu,
kuesioner diuji cobakan kepada 30 siswa, dan data yang diperoleh
dianalisis. Analisis yang dilakukan adalah dengan mengkorelasikan
antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan
skor faktor dengan skor total (Sugiyono, 2016). Instrumen
dianggap valid apabila nilai uji memenuhi taraf signifikansi yaitu
lebih besar dari pada nilai r-tabel (Notoatmodjo, 2012). Nilai r
tabel untuk n = 30 adalah 0,361. Pertanyaan dan pernyataan dalam
kuesioner ini dianggap valid apabila nilainya lebih besar dari
0,361.
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Pengetahuan PSN DBD
No Pertanyaan Nilai Uji r Tabel n=30 Status
1 P1 0,715 0,361 Valid
2 P2 0,476 0,361 Valid
3 P3 0,476 0,361 Valid
4 P4 0,590 0,361 Valid
5 P5 0,367 0,361 Valid
6 P6 0,530 0,361 Valid
7 P7 0,592 0,361 Valid
8 P8 0,387 0,361 Valid
9 P9 0,380 0,361 Valid
10 P10 0,423 0,361 Valid
11 P11 0,535 0,361 Valid
50
No Pertanyaan Nilai Uji r Tabel n=30 Status
12 P12 0,633 0,361 Valid
13 P13 0,381 0,361 Valid
Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa semua
pertanyaan untuk variabel pengetahuan memiliki nilai uji lebih
dari nilai r tabel. Oleh karena itu semua pertanyaan adalah valid.
Tabel 4. 5 Uji Validitas Sikap Siswa
No Pernyataan Nilai Uji r Tabel n=30 Status
1 S1 0,445 0,361 Valid
2 S2 0,442 0,361 Valid
3 S3 0,374 0,361 Valid
4 S4 0,438 0,361 Valid
5 S5 0,557 0,361 Valid
6 S6 0,436 0,361 Valid
7 S7 0,698 0,361 Valid
8 S8 0,472 0,361 Valid
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa semua pernyataan
untuk variabel sikap memiliki nilai uji lebih dari nilai r tabel
sehingga semua pernyataan dinyatakan valid.
Tabel 4. 6 Uji Validitas Keterampilan Pemantauan Jentik
No Pernyataan Nilai Uji r Tabel n=30 Status
1 T1 0,495 0,361 Valid
2 T2 0,543 0,361 Valid
3 T3 0,810 0,361 Valid
4 T4 0,717 0,361 Valid
5 T5 0,616 0,361 Valid
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa semua butir untuk
keterampilan pemantauan jentik adalah valid karena nilai uji
lebih besar dari nilai r tabel.
51
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur apakah alat
ukur yang digunakan cukup akurat, stabil, atau konsisten dalam
mengukur apa yang ingin diukur. Koefisien reliabilitas berkisar
antara 0,0 sampai 1,0. Semakin kecil reliabilitas maka semakin
besar error. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indeks
>0,60 (Bahri & Zamzam, 2014). Tabel berikut merupakan hasil uji
reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini :
Tabel 4. 7 Uji Reliabilitas Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa
No Variabel Alpha Cronbach Alpha minimal Status
1 Pengetahuan 0,777 0,6 Reliabel
2 Sikap 0,774 0,6 Reliabel
3 Keterampilan 0,639 0,6 Reliabel
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa semua variabel yang
diuji memiliki alpha lebih dari 0,6 maka dapat kuesioner tersebut
reliabel.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap pra
penelitian, penelitian, dan pasca penelitian. Masing-masing tahap akan
diuraikan sebagai berikut
1. Pra Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pra penelitian adalah
a. Perizinan
Kegiatan perizinan dilakukan kepada Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang
52
Selatan, Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Pamulang, Kepala
UPT Puskesmas Benda Baru, dan Kepala Sekolah masing-masing
SD.
b. Koordinasi
Koordinasi terkait waktu dan tempat pelatihan jumantik dilakukan
langsung oleh peneliti kepada kepala sekolah dan pihak terkait
seperti guru usaha kesehatan sekolah (UKS).
c. Persiapan
Persiapan sebelum penelitian adalah menyiapkan kuesioner
penelitian, dan media pelatihan wamantik yang berupa film dan
power point.
2. Penelitian
Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Pretest terkait gambaran pengetahuan, sikap, dan keterampilan
siswa sebelum adanya pelatihan. Di sini siswa diberi beberapa
pertanyaan terkait penyakit DBD, pencegahanya dan kegiatan
pemeriksaan jentik. Kemudian dilanjutkan kegiatan praktik
sebagai jumantik untuk mengukur ketrampilannya.
2) Pelatihan jumantik dilakukan untuk membekali wamantik
dengan pengetahuan mengenai DBD dan tugas seorang
wamantik yang terdiri dari memantau, mencatat, melaporkan
hasil pemantauan kepada guru penanggung jawab.
3) Post-test terkait gambaran pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa sebelum adanya pelatihan. Di sini siswa
53
diberi beberapa pertanyaan terkait penyakit DBD,
pencegahanya dan kegiatan pemeriksaan jentik. Kemudian
dilanjutkan dengan praktik pemantauan jentik nyamuk di
sekolah.
3. Pasca Penelitian
Setelah kegiatan penelitian selesai, maka dilakukan analisis data yang
telah diperoleh
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara:
a) Data Coding yaitu pemberian tanda atau kode-kode tertentu pada
kuesioner untuk memudahkan pengolahan selanjutnya. Untuk
variabel pengetahuan dan keterampilan jika jawaban yang dberikan
responden benar maka kode yang diberikan adalah 1, dan jika salah
adalah 0. Untuk variabel sikap pemberian skor adalah dalam
rentang 5-1. Semakin baik respon yang diberikan maka skor
semakin tinggi.
b) Data Editing yaitu melakukan pemeriksaan data yang sudah
dikumpulkan (kuesioner).
c) Data Structure dan Data File yaitu membuat template untuk
kuesioner.
d) Data Entry yaitu memasukkan atau menyimpan data dengan
bantuan program komputer.
54
e) Data Cleaning yaitu data yang sudah dimasukkan diperiksa
kembali
2. Analisis Data
Data yang telah diolah tersebut dianalisis dengan menggunakan
software statistik di komputer. Kegiatan analisis data tersebut
dilakukan secara univariat dan bivariat.
a) Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel
independen maupun variabel dependen. Variabel independen
terdiri atas variabel pelatihan jumantik. Sedangkan variabel
dependen adalah pengetahuan, sikap, keterampilan, daya serap
individu dan klasikal pada pelatihan wamantik.
Hasil dari analisis univariat adalah mengetahui mean,
median, nilai maksimal, nilai minimal, standar deviasi pada
variabel pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sedangkan daya
serap individu dihitung dengan mengunakan rumus skor siswa per
skor total dikali 100%. Hasil dari perhitungan daya serap individu
adalah persentase siswa yang tuntas dan siswa yang tidak tuntas.
Sementara, untuk daya serap klasikal dihitung dengan
menggunakan rumus jumlah siswa yang nilainya ≥65% per jumlah
siswa dikali 100%. Hasil perhitungan daya serap klasikal adalah
55
kelas tersebut masuk dalam kategori baik, cukup atau kurang. Jika
termasuk kategori baik maka kelas tersebut telah tuntas.
b) Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan antara sebelum dan sesudah
adanya pelatihan. Data dianalisis dengan bantuan komputer
menggunakan uji statistik Paired Sample t-test jika data
terdistribusi normal atau uji Wilcoxon jika data tidak terdistribusi
normal. Pada penelitian ini skor pengetahuan dan sikap tidak
terdistribusi normal sehingga analisis bivariat menggunakan uji
Wilcoxon.
Uji Wilcoxon digunakan untuk memperoleh perbandingan
skor pengetahuan, sikap dan keterampilan wamantik antara
sebelum dan sesudah pelatihan wamantik. Analisis dilakukan
dengan memperhatikan nilai mean, standar deviasi, nilai median,
minimum, maksimum, serta nilai probabilitas.
56
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Wamantik
Sebelum dan Sesudah Pelatihan Wamantik di SD Kecamatan
Pamulang Tahun 2017
Pengetahuan, sikap, dan keterampilan wamantik mengenai Demam
Berdarah Dengue (DBD) sebelum dan setelah adanya pelatihan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. 1 Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Wamantik di
SD Kecamatan Pamulang Sebelum dan Sesudah Pelatihan Tahun 2017
Variabel Mean SD Min-Max N
Pengetahuan Pretest 9,07 2,034 4-13
86 Post test 11,21 1,595 5-13
Sikap Pretest 34,23 3,639 22-40
86 Posttest 35,17 3,777 26-40
Keterampilan Pretest 1,86 1,086 0-5
86 Posttest 3,27 1,111 1-5
Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa rata-rata skor pretest
pengetahuan adalah 9,07 dan rata-rata skor posttestnya adalah 11,21
Sedangkan rata-rata skor pretest sikap adalah 34,23 dengan rata-rata
skor posttest 35,17. Sementara untuk rata-rata skor keterampilan saat
pretest adalah 1,86 dan saat posttest adalah 3,27.
57
B. Gambaran Daya Serap Individu pada Pelatihan Siswa Pemantau
Jentik di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017
Daya serap siswa pemantau jentik dihitung dengan cara membagi
jumlah skor total siswa dengan jumlah skor maksimal yang diperoleh
dikalikan dengan 100%. Standar minimal daya serap yang harus diperoleh
per individu adalah 65%. Siswa yang memiliki daya serap ≥65% dikatakan
tuntas, dan <65% dikatakan tidak tuntas. Daya serap siswa pada pelatihan
ditunjukkan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 5. 2 Daya Serap pada Siswa Pemantau Jentik di SD Kecamatan
Pamulang Tahun 2017
Keterangan N %
Tuntas 86 100
Tidak Tuntas 0 0
Total 86 100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa semua siswa memiliki daya
serap yang baik terhadap pelatihan yang dilakukan. Hal ini dibuktikan
dengan ketuntasan yang mencapai 100%.
C. Daya Serap Klasikal pada Pelatihan Siswa Pemantau Jentik di SD
Kecamatan Pamulang Tahun 2017
Daya serap klasikal pada pelatihan ini adalah jumlah siswa yang
mendapat nilai minimal 65 per total jumlah siswa, sehingga dihitung
dengan mengunakan persamaan berikut:
58
Berdasarkan perhitungan tersebut, diketahui bahwa daya serap
klasikal pada pelatihan wamantik adalah 100%. Berdasarkan standar
minimal yang telah ditentukan, daya serap klasikal dikatakan baik dan
tuntas jika hasilnya ≥85%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
daya serap klasikal dalam penelitian ini adalah baik dan telah tuntas.
D. Pengaruh Pelatihan Siswa Pemantau Jentik Terhadap Pengetahuan,
Sikap dan Keterampilannya di SD Kecamatan Pamulang Tahun 2017
Untuk mengetahui perubahan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan wamantik digunakan analisis bivariat, yaitu analisis untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel. Pada penelitian ini, variabel
yang dianalisis adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan wamantik
antara sebelum dan sesudah pelatihan. Jenis uji atau test yang digunakan
tergantung pada hasil uji normalitas datanya. Jika data berdistribusi normal
maka jenis uji yang digunakan adalah Paired Sample T-test, jika data tidak
berdistribusi normal maka jenis uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon.
Peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov yaitu uji normalitas untuk sampel lebih dari 50
(Dahlan, 2008). Data dikatakan normal jika nilai probabilitasnya lebih dari
0,05 (p-value > α). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
59
Tabel 5. 3 Hasil Uji Normalitas Data Pada Skor Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Wamantik Sebelum dan Sesudah Pelatihan di SD Kecamatan Pamulang Tahun
2017
Variabel Uji Normalitas Keterangan
Pengetahuan Pretest 0,001 Tidak Terdistribusi Normal
Posttest 0,000 Tidak Terdistribusi Normal
Sikap Pretest 0,094 Terdistribusi Normal
Posttest 0,004 Tidak Terdistribusi Normal
Keterampilan Pretest 0,000 Tidak Terdistribusi Normal
Posttest 0,000 Tidak Terdistribusi Normal
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hanya skor pretest
sikap yang terdistribusi normal dengan p-value 0,094 (>0,05), namun skor
sikap posttest tidak terdistribusi normal sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa data sikap tidak terdistribusi normal. Skor pengetahuan
(pretest dan posttest) skor praktik (prestest dan posttest) tidak terdistribusi
normal karena nilai p-value kurang dari 0,05. Dengan demikian, analisis
bivariat pada penelitian ini menggunakan uji wilcoxon
Uji wilcoxon digunakan untuk memperoleh perbandingan skor
pengetahuan, sikap dan keterampilan wamantik antara sebelum dan
sesudah adanya pelatihan. Analisis dilakukan dengan memperhatikan nilai
mean, median, nilai minimum dan maksimum serta nilai probabilitas (p-
value). Adapun nilai rerata dan simpangan baku tidak dapat mewakili data
karena data tidak terdistribusi normal sehingga nilai tersebut tidak
ditampilkan (Dahlan, 2008). Hasil uji Wilcoxon pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut
60
Tabel 5. 4 Hasil Uji Wilcoxon Skor Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan
Wamantik Sebelum dan Sesudah Pelatihan di SD Kecamatan Pamulang Tahun
2017
Variabel Mean SD Min-Max Pvalue
Pengetahuan Pretest 9,07 2,034 4-13
0,000 Post test 11,21 1,595 5-13
Sikap Pretest 34,23 3,639 22-40
0,000 Posttest 35,17 3,777 26-40
Keterampilan Pretest 1,86 1,086 0-5
0,000 Posttest 3,27 1,111 1-5
Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa berdasarkan uji
statistik Wilcoxon, baik pada pengetahuan, sikap, dan praktik diperoleh
pvalue sebesar 0,000. Dengan demikian, pada alpha 5% terdapat pengaruh
adanya pelatihan terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa di
SD Kecamatan Pamulang tahun 2017.
61
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Selama proses penelitian, terdapat keterbatasan yang dialami oleh
peneliti, yaitu:
1. Pada penelitian ini, peneliti tidak melihat perilaku wamantik,
sehingga setelah adanya pelatihan peneliti tidak dapat memastikan
bahwa wamantik yang telah dilatih akan melakukan tugasnya
dengan rutin setiap seminggu sekali.
2. Peneliti tidak mengontrol variabel yang dapat mempengaruhi
hubungan pelatihan dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
siswa pemantau jentik.
B. Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan Siswa Pemantau
Jentik di Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017
Salah satu strategi untuk merubah perilaku adalah dengan
pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga
menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya seseorang akan berperilaku
sesuai dengan pengetahuan tersebut (Notoatmodjo, 2003). Upaya
pemberian informasi dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan.
Pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk
62
meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun
perubahan sikap seseorang (Santoso, 2010).
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007).
Pada penelitian ini pengetahuan wamantik adalah segala sesuatu yang
diketahui wamantik terkait penyakit DBD, penyebab DBD, gejala
DBD, tempat perkembangbiakan DBD, cara penularan DBD, cara
pencegahan DBD, dan tugas seorang wamantik.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pelatihan
terhadap pengetahuan, peneliti melakukan pengambilan data sebelum
dan sesudah adanya pelatihan. Pelatihan ini dilaksanakan pada hari
yang sama yaitu selama 2 jam atau 120 menit. Pretest dilaksanakan
selama 30 menit sebelum pelatihan, kemudian pelaksanaan pelatihan
selama 60 menit, dan 30 menit berikutnya dipergunakan untuk
posttest. Hal ini untuk menghindari adanya informasi lain selain dari
pelatihan yang dilakukan.
Dari hasil penelitian diketahui terdapat kenaikan rata-rata
pengetahuan antara pretest dan posttest. Peningkatan pengetahuan
tersebut dapat dikarenakan materi yang disampaikan saat pelatihan
dapat dipahami oleh wamantik sehingga saat mendapatkan pertanyaan
terkait materi tersebut, wamantik dapat menjawabnya dengan tepat
sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Hal ini dapat terjadi karena
pertanyaan yang dibuat memang sesuai dengan apa yang disampaikan
saat pelatihan.
63
Dari 13 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan wamantik,
ketika pretest terdapat 4 pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar
oleh >90% wamantik yaitu pertanyan terkait cara penularan penyakit,
jenis nyamuk penular DBD, ciri-ciri nyamuk DBD, dan cara PSN
menguras yang tepat agar telur dan jentik nyamuk terbuang (lampiran
8). Hal ini menunjukkan bahwa materi dasar terkait DBD telah
diketahui oleh wamantik. Pengetahuan dasar terkait DBD ini dapat
diperoleh dari materi pelajaran yang ada di sekolah, informasi dari
orang tua, guru, maupun dari media massa seperti televisi maupun
informasi dari internet. Seperti yang telah kita ketahui, saat ini akses
informasi sangat luas dan siapapun dapat mengaksesnya termasuk
anak-anak.
Materi lain yang diberikan saat pelatihan seperti waktu
mengigit, upaya pencegahan dan pelaksanaan tugas wamantik belum
dapat dijawab dengan tepat oleh wamantik. Bahkan, sebanyak 70,9%
wamantik menjawab salah pada pertanyaan tentang jam menggigit
nyamuk dan 67,4% salah menjawab tentang cara pencegahan. Hal ini
dapat dikarenakan, informasi yang diperoleh wamantik sebelum
pelatihan hanyalah informasi yang paling mendasar tentang nyamuk
DBD.
Sementara itu, pada soal posttest, lebih dari 70% wamantik
telah menjawab dengan benar pada 13 pertanyaan yang diberikan.
Bahkan pada pertanyaan terkait jam mengigit nyamuk, terdapat
64
peningkatan jawaban benar sebesar 48% dan pertanyaan terkait cara
pencegahan terdapat peningkatan jawaban sebesar 40%.
Dari pemaparan tersebut, dapat kita kita simpulkan bahwa
ketika pretest pengetahuan antar wamantik berbeda-beda. Hal tersebut
dapat dikarenakan adanya perbedaan informasi antar wamantik yang
diperoleh sebelum adanya pelatihan. Perbedaan tersebut sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa informasi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang (Budiman, 2013). Perbedaan informasi ini
dapat dikarenakan wamantik berasal dari tingkatan kelas yang berbeda
yaitu kelas 4 dan 5. Kemungkinan besar, wamantik yang berasal dari
kelas 5 lebih mengetahui informasi tentang DBD dibandingkan
wamantik yang berasal dari kelas 4. Informasi dasar terkait nyamuk
DBD kemungkinan besar diperoleh wamantik dari pelajaran di kelas,
dan mungkin juga dari media massa, internet, orang tua, dan guru.
Peningkatan pengetahuan pada wamantik ini juga dikarenakan
pelatihan merupakan suatu bentuk pendidikan kesehatan yang dapat
menyalurkan informasi terkait penyakit DBD kepada wamantik
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mereka. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa promosi kesehatan merupakan
salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Peningkatan pengetahuan juga didukung oleh sifat anak usia
SD yang sangat peka terhadap perubahan. Mereka senang mempelajari
apapun yang ada di sekelilingnya (Nuryanti, 2008). Dengan adanya
65
rasa keingintahuan yang tinggi, maka pemberian pelatihan atau
pendidikan kesehatan kepada siswa SD dan melibatkan mereka dalam
kegiatan pemantauan jentik merupakan suatu hal yang sangat tepat.
Dengan melibatkan mereka dalam kegiatan ini diharapkan mereka
dapat terbiasa hidup sehat sejak dini dan dapat langgeng hingga
dewasa.
Dengan meningkatnya pengetahuan wamantik, diharapkan
dapat meningkatkan kewaspadaan wamantik terhadap penularan
penyakit DBD. Pengetahuan yang rendah menyebabkan kewaspadaan
terdapat penyakit juga rendah yang dapat menyebabkan keberadaan
nyamuk DBD tidak dianggap sebagai ancaman yang serius oleh
wamantik (Pujiyanti & Pratamawati, 2014).
Peningkatan pengetahuan juga dapat disebabkan oleh media
dan alat peraga yang dipergunakan saat pelatihan. Media dan alat
peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah slide dan film yang
dapat memberikan informasi sehingga dapat merubah pengetahuan
wamantik. Media dan alat peraga memiliki andil yang cukup besar
dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) disebutkan bahwa penggunaan
media dapat mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan.
Sedangkan alat peraga dimaksudkan untuk mengerahkan indera
sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga pesan dapat
disampaikan lebih jelas, dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan
tersebut dengan jelas dan tepat.
66
Media yang dipergunakan adalah alat bantu elektonik berupa
slide dan film. Pemilihan ini dilakukan karena siswa SD cenderung
menyukai film karena memiliki tampilan yang bagus dan memiliki
suara sehinga membuat siswa menjadi tertarik. Alat bantu dengan
media audio visual sangat cocok diterapkan karena 75%-87%
pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata, dan
13%-25% lainnya disalurkan melalui indra yang lain (Maulana, 2007).
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih
mempermudah cara penyampaian dan peneriman informasi atau bahan
pendidikan.
Pemilihan metode ceramah dengan media slide dan film pada
penelitian ini kemungkinan besar dapat berpengaruh juga terhadap
perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Jika dijabarkan
maka pelatihan terlaksana selama 60 menit dengan rincian 15 menit
(25%) pemutaran film, 30 menit (50%) penyampaian materi (ceramah)
dengan slide presentasi, dan 15 menit (25%) sisanya dipergunakan
untuk tanya jawab. Media film ditampilkan di awal dengan harapan
dapat menarik perhatian dan minat wamantik untuk dapat mengikuti
pelatihan Setelah pemutaran film selesai dilakukan presentasi dengan
menggunakan slide presentasi yang berisi tentang gambaran umum
DBD, dan pencegahannya. Terdapat pula informasi mengenai cara-
cara melakukan pemantauan jentik dan cara pengisian formulir.
Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab.
67
Ceramah dengan menggunakan media slide sangat cocok untuk
sasaran kelompok dan efektif untuk membahas suatu topik tertentu dan
peserta dapat mencermati materi dengan seksama karena slide dapat
diulang-ulang. Sedangkan film bersifat menghibur namun tetap
edukatif. Perpaduan metode ceramah dan film memberikan pengaruh
yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan hanya menggunakan
salah satu metode (Pandiangan, 2005).
Penggunaan metode ceramah dan film ini senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2008) yang menyatakan
bahwa penyuluhan yang dilakukan dengan metode ceramah dan film
memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap perubahan pengetahuan
dan sikap siswa dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk DBD di
Helvetia. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Santoso et al. (2014) yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat dalam pencegahan filariasis antara sebelum dan sesudah
adanya promosi kesehatan.
Penelitian ini relevan dengan penelitian Sustini et al (2012)
yang menyatakan adanya perubahan nilai rata-rata pada pengetahuan
siswa antara sebelum dan sesudah adanya pelatihan di SD Surabaya.
Demikian pula dengan hasil penelitian Sugiono (2012) yang
menyatakan adanya peningkatan pengetahuan antara sebelum dan
sesudah pelatihan pencegahan DBD di Kartasura. Hasil penelitian
yang sama juga diperoleh Azhar & Zuhriyah (2015) yang menyatakan
68
bahwa terdapat peningkatan pengetahuan siswa SD di Malang.
Berdasarkan hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa terdapat
pengaruh antara pelatihan dengan pengetahuan siswa.
Berdasarkan analisis hubungan, diketahui terdapat pengaruh
yang siginifikan antara pelatihan dengan pengetahuan wamantik. Hal
ini sesuai dengan teori yang dikemukanan oleh Notoatmodjo (2007)
yang menyatakan bahwa dampak jangka pendek pendidikan kesehatan
adalah dapat merubah atau meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan
inilah yang akan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dalam
jangka panjang.
Pengetahuan yang baik diharapkan dapat mempengaruhi
perilaku pencegahan DBD oleh wamantik. Perilaku yang dilandasi
oleh pengetahuan yang baik dapat lebih langgeng dibandingkan
dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Berbekal
pengetahuan yang sudah baik setelah adanya pelatihan, diharapkan
wamantik mampu melakukan upaya pencegahan DBD sejak dini dan
konsisten hingga dewasa nanti (Nuryanti, 2013).
C. Pengaruh Pelatihan terhadap Sikap Siswa Pemantau Jentik di SD
Kecamatan Pamulang Tahun 2017
Sama halnya dengan pengetahuan wamantik, sikap wamantik
juga mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan.
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.
69
Dalam penelitian ini, sikap wamantik yang menjadi objek
pengukuran mencakup reaksi atau respon terhadap kegiatan PSN dan
tugas wamantik di sekolah. Pengukuran sikap dilaksanakan sebanyak
dua kali yaitu sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Terdapat 8 hal
yang diukur yaitu sikap terhadap pernyataan bahwa DBD itu
berbahaya, siswa melakukan pemeriksaan jentik secara mandiri, bak
kamar mandi yang tidak digunakan tidak perlu ditutup, tidak
melaporkan kepada guru ketika menemukan jentik, siswa tidak peduli
jika ada jentik di sekolah, siswa menganjurkan kepada teman-
temannya untuk melakukan PSN di sekolah, tidak wajib menjaga
kebersihan sekolah, dan memakai lotion ketika ke sekolah.
Saat pre test, 26,7% wamantik memiliki sikap yang netral atau
tidak memilih antara setuju dan tidak setuju saat diberi pernyataan
terkait pelaksanaan kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air
yang ada di sekolah yang dapat menjadi tempat berkembangnya jentik
(lampiran 8). Hal ini dapat dikarenakan wamantik tidak mengetahui
yang dimaksud dengan tempat penampungan air dan cara melakukan
pemeriksaan jentik, atau wamantik sebenarnya mengetahuinya, namun
mereka mencari cara aman dalam menjawab. Jika demikian, mungkin
saja mereka masih belum yakin dengan apa yang mereka ketahui.
Setelah diadakan pelatihan sikap siswa terhadap pernyataan
yang diajukan sebagian besar sudah positif atau sesuai yang
diharapkan. Sikap wamantik terhadap pernyataan siswa melakukan
pemeriksaan jentik secara mandiri juga mengalami peningkatan.
70
Peningkatan ini akan berdampak pada pelaksanaan tugas wamantik
karena melakukan pemeriksaan tempat yang mungkin terdapat
jentiknya merupakan salah satu tugas pokok seorang wamantik.
Adanya sikap setuju terhadap pelaksanaan pemeriksaan jentik secara
mandiri diharapkan wamantik dapat berperilaku sesuai dengan sikap
tersebut, yaitu mau untuk melakukan pemeriksaan jentik di sekolahnya
masing-masing.
Adanya peningkatan sikap dapat dikarenakan informasi yang
disampaikan saat pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan pada
wamantik. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo
(2007) diketahui bahwa pengetahuan memiliki peranan yang sangat
penting dalam penentuan sikap seseorang. Sebagian besar wamantik
telah mengetahui bahaya dan cara penanggulangan DBD sehingga hal
ini membuat sikap wamantik dalam pelaksanaan PSN DBD di sekolah
juga meningkat.
Berdasarkan hasil, diketahui bahwa sebagian besar wamantik
sudah memiliki sikap yang baik. Sikap wamantik yang sudah baik
tersebut dapat dikarenakan adanya pengalaman pribadi, adanya
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh media massa,
dan pengaruh lembaga pendidikan (Azwar, 2013). Pengalaman pribadi
wamantik dapat berupa pengalaman menderita penyakit DBD, atau
terdapat keluarga, teman, dan tetangga yang pernah menderita DBD.
Pengalaman terkena penyakit dapat menimbulkan suatu bentuk
kesadaran bahwa penyakit DBD berbahaya dan harus diberantas.
71
Kesadaran akan hal tersebut dapat menimbulkan sikap yang positif
terhadap upaya pencegahan DBD.
Pengaruh orang yang dianggap penting oleh wamantik juga
dapat mempengaruhi sikap, dan biasanya orang penting tersebut adalah
orang tua dan guru. Saat menyampaikan materi pelajaran biasanya
guru menyelipkan pesan tertentu seperti harus menjaga kebersihan
sekolah. Hal ini juga dapat mempengaruhi sikap wamantik. Pengaruh
media massa dapat diperoleh wamantik, salah satunya ketika mereka
menonton televisi. Seringkali di televisi terdapat iklan layanan
masyarakat yang dibuat oleh Departemen Kesehatan. Iklan tersebut
berdurasi cukup singkat namun diputar secara berulang-ulang. Iklan
yang biasanya diputar adalah terkait PSN DBD. Iklan tersebut
disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua
kalangan umur dan mengandung pesan agar kita melakukan kegiatan
PSN DBD agar terhindar dari DBD sehingga wamantik yang melihat
iklan tersebut dapat bersikap positif terhadap kegiatan PSN DBD.
Sedangkan, pengaruh lembaga pendidikan terhadap sikap wamantik
dapat terjadi jika sekolah juga secara rutin memberikan pengumuman
atau melakukan kegiatan yang mendukung PSN DBD di sekolah.
Dari pemaparan tersebut, jelas terlihat bahwa sikap tidak
muncul secara tiba-tiba. Sikap muncul setelah adanya suatu informasi
yang diterima oleh wamantik. Sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan suatu
motif, namun sikap belum termasuk tindakan (Notoatmodjo, 2007).
72
Seperti contoh wamantik menyatakan sikap bahwa mereka akan
melakukan kegiatan pemeriksaan jentik secara mandiri. Dari
pernyatakan sikap tersebut, belum tentu wamantik tersebut akan
melakukan pemeriksaan jentik secara mandiri. Namun, dengan adanya
sikap setuju terhadap pelaksanaan pemantauan jentik, dapat kita
perkirakan bahwa jika diminta melaksanakan pemantauan jentik secara
mandiri siswa tersebut kemungkinan besar bersedia untuk
melaksanakannya. Ketika sikap wamantik memperlihatkan
kecenderungan positif, maka diharapkan dapat diaktualisasikan
terhadap perilaku PSN yang baik pula (Nuryanti, 2013).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Yudianto, et al (2012) yang menyatakan bahwa ada
perbedaan antara sikap mengenai penyakit DBD pada siswa sebelum
adanya stimulasi permainan dengan setelah adanya stimulasi
permainan. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Pulungan
(2008) yang menyatakan bahwa ada peningkatan sikap dokter cilik di
Kota Medan dalam upaya PSN DBD sebelum diberikan penyuluhan
dengan metode ceramah dan media film. Dari sini, dapat kita
simpulkan bahwa pemberian pelatihan dapat meningkatkan sikap
positif siswa terhadap upaya pencegahan DBD.
Peningkatan sikap ini merupakan suatu yang penting karena
dengan adanya sikap seseorang yang cenderung baik terhadap sesuatu
diharapkan dapat menciptakan perilaku yang baik pula. Sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa sikap memiliki kecenderungan
73
hubungan yang kuat dengan perilaku (Robbins & Judge, 2008). Sikap
yang baik dapat meningkatkan praktik siswa dalam kegiatan
pemantauan jentik di sekolah. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa
adanya pengaruh antara sikap dengan perilaku PSN di sekolah
(Nuryanti, 2013).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sugiono (2012) yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan
sikap siswa SDN Wirogunan Kartasura setelah adanya pelatihan
pencegahan DBD. Dalam penelitian lain juga disebutkan terdapat
peningkatan sikap setelah adanya penerapan promosi kesehatan dalam
pencegahan penanggulangan penyakit DBD di Kota Pekanbaru
(Suyanto et al., 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan sikap antara sebelum dan sesudah pelatihan Wamantik.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media ceramah dan film
dapat meningkatkan sikap seseorang. Selain itu, seperti yang kita
ketahui film adalah komunikasi yang bersifat hiburan sehingga
informasi yang disampaikan dapat meningkatkan respon penontonnya
D. Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Siswa Pemantau
Jentik di Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang Tahun 2017
Selain mengukur pengetahuan dan sikap, juga dilakukan
pengukuran keterampilan pemantauan jentik pada siswa dengan cara
praktik saat pelatihan. Dengan dilakukannya praktik pada saat
pelatihan, dapat diketahui sejauh mana pemahaman siswa tentang
tempat-tempat perkembangbiakan jentik nyamuk, cara melakukan
74
observasi jentik, dan kemampuan siswa dalam membuat laporan secara
singkat. Dalam penelitian ini, praktik wamantik dilakukan sebanyak
dua kali yaitu sebelum dan sesudah pelatihan. Objek yang diobservasi
adalah pemeriksaan jentik, pencatatan dan pembuatan format
pelaporan. Objek observasi tersebut merupakan tugas pokok seorang
wamantik.
Pada saat pre test, sebagian besar siswa salah dalam melakukan
pencatatan tempat perkembang biak jentik nyamuk, dan pembuatan
format laporan. Beberapa siswa masih menganggap air yang kotor
merupakan tempat perkembang biakan jentik nyamuk DBD. Pada saat
post test, sebagian besar sudah benar dalam melakukan pencatatan.
Namun, untuk penulisan format pelaporan masih banyak yang tidak
tepat penulisannya. Hal ini dapat dikarenakan, pada saat post test
wamantik telah jenuh dalam melakukan mengisi formulir yang
disediakan, dan dapat pula dikarenakan kurangnya pemahaman materi
yang disampaikan pada saat pelatihan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan pemantauan jentik pada wamantik. Peningkatan
keterampilan tersebut dapat dikarenakan adanya peningkatan
pengetahuan dan sikap wamantik setelah dilaksanakannya pelatihan
(Notoatmodjo, 2007).
Perubahan perilaku yang terjadi ini dapat dikarenakan adanya
proses belajar yang dilakukan dengan pelatihan wamantik. Pelatihan
75
ini meningkatkan pengetahuan, yang dapat menimbulkan kesadaran
dan menyebabkan wamantik berperilaku sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Hal ini didukung oleh penelitian Sari & Kurniawan
(2012) yang menyatakan adanya pengaruh antara pengetahuan dengan
perilaku PSN di Boyolali. Dengan adanya perubahan keterampilan ini
diharapkan praktik PSN di sekolah dapat dilakukan dengan rutin setiap
seminggu sekali.
Praktik PSN yang baik dan dilaksanakan secara rutin dapat
meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah dan meningkatkan ABJ
yang ada di sekolah dan lingkungan tersebut (Nugrahaningsih et al.,
2010). Seperti yang telah kita ketahui, ABJ merupakan indikator
keberhasilan kegiatan PSN di suatu lingkungan. ABJ yang tinggi
diharapkan dapat berpengaruh terhadap penurunan kasus DBD di
wilayah tersebut.
Hasil pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sandi (2012) yang menyatakan bahwa terdapat
kenaikan rata-rata keterampilan antara sebelum dan sesudah
penyuluhan. Keterampilan yang dimiliki diharapkan dapat
menciptakan perilaku wamantik yang baik sehingga dapat
menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari jentik nyamuk
sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian DBD. Hal
ini sesuai dengan tujuan dibentuknya wamantik yaitu untuk
meningkatkan peran serta anak sekolah dalam mendukung upaya
penurunan kasus DBD di Indonesia (Kemenkes RI, 2014).
76
Penyebab lain yang mungkin mempengaruhi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan siswa dalam pelatihan ini adalah daya serap
siswa. Daya serap adalah kemampuan untuk menangkap dan
memahami sebuah materi sehingga peserta didik dapat menjabarkan
kembali materi yang diterima dengan benar dan menjadi tolak ukur
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap
mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Daya serap ini dipergunakan sebagai
indikator keberhasilan belajar atau prestasi belajar (Udhmah, 2015).
Daya serap juga menggambarkan seberapa cepat dan seberapa besar
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan proses pembelajaran
secara keseluruhan (Anas, 2014).
Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa semua siswa
pemantau jentik telah memenuhi standar yang telah ditentukan..
Meskipun demikian, nilai yang diperoleh tetap berbeda-beda, terdapat
wamantik yang memiliki nilai mendekati sempurna dan juga ada
wamantik yang nilainya mendekati batas minimum. Perbedaan tersebut
dapat dikarenakan adanya perbedaan fisiologis, motivasi, keaktifan
siswa, lingkungan belajar, media pembelajaran, dan metode pengajaran
(Yanuari, 2012). Kondisi fisiologis di sini berarti kondisi kesehatan
dan stamina siswa. Siswa yang mengalami kelelahan mungkin akan
memiliki hasil pelatihan yang berbeda jika dibandingkan dengan siswa
yang tidak mengalami kelelahan.
77
Sementara itu, motivasi dalam menerima pelatihan juga
menjadi faktor penentu daya serap. Siswa yang motivasi atau
keinginan belajarnya tinggi akan lebih tertarik menerima pelatihan.
Demikian juga keaktifan siswa menjadi penentu daya serap siwa
karena keaktifan siswa di kelas menunjukkan bahwa siswa tersebut
memperhatikan dan mencoba untuk memahami apa yang disampaikan.
Dengan daya serap individu yang baik maka dapat mendorong
wamantik untuk terus belajar dan ingin tahu lebih dalam mengenai
jumantik (Udhmah, 2015).
Sementara itu, kita juga dapat mengukur daya serap siswa
dalam satu kelas selama pelatihan, yang disebut dengan daya serap
klasikal. Daya serap klasikal dapat diartikan sebagai kemampuan siswa
dalam satu kelas untuk dapat menerima materi yang disampaikan
(Udhmah, 2015). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada
penelitian ini, kelas pelatihan telah memenuhi standar daya serap
klasikal.
Sama halnya seperti daya serap individu, daya serap klasikal
juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah faktor
kondisi kelas (Yanuari, 2012). Kelas yang tenang lebih mudah
dipergunakan untuk belajar daripada kelas yang gaduh karena siswa
akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan. Saat
pelatihan kondisi kelas dibuat senyaman mungkin sehingga
memudahkan siswa untuk menerima informasi yang disampaikan.
78
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Astawan et al.(2015) yang menyatakan bahwa metode demontrasi
dapat meningkatkan daya serap klasikal untuk mata ajar prakarya dan
kewirausahaan. Dengan adanya penyerapan ilmu yang baik dalam
pelatihan tersebut, maka diharapkan siswa tersebut mampu untuk dapat
mempelajari jumantik lebih dalam lagi dan dapat melakukan praktik
sesuai dengan ilmu yang telah diserapnya. Selain itu, dengan daya
serap yang baik, peluang keberhasilan kegiatan pemantauan jentik
yang dilakukan oleh wamantik juga semakin besar (Udhmah, 2015).
Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan, namun dalam penelitian ini dimungkinkan adanya
kejenuhan yang dapat berdampak pada hasil kegiatan pelatihan. Untuk
menghindari adanya kejenuhan yang dialami oleh responden, mungkin
sebaiknya perlu diberikan jeda satu minggu antara kegiatan pelatihan
dan pengambilan data posttest. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Afianto (2014) yang memberikan jeda antara
penyuluhan dan pengambilan data posttest. Pemberian jangka waktu
antara pre – post test juga didukung dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lubis et al. (2013) yang menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh antara pelatihan dengan keterampilan praktik siswa karena
jarak antara praktik dan penyuluhan terlalu dekat.
Penyampai materi pada penelitian ini, merupakan peneliti
sendiri dengan materi yang dibuat berdasarkan teori yang telah ada,
berdasarkan materi dalam penelitian sebelumnya, dan ditambah
79
dengan materi yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi penangkapan materi
oleh karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan
pemateri bukanlah penyuluh profesional meskipun sudah pernah
mendapatkan pelatihan sebelumnya (Notoatmodjo, 2007).
Kegiatan pelatihan wamantik ini merupakan salah satu bentuk
evaluasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mengevaluasi program
yang telah dilakukan oleh Puskesmas Benda Baru. Evaluasi ini
dilakukan untuk mengetahui kemajuan program, dan untuk
memperbaiki efesiensi dan efektivitas pelaksanaan program
(Muninjaya, 2004).
Berdasarkan fakta yang didapatkan dilapangan, tidak semua
sekolah yang telah diberi pelatihan melakukan pelaporan bulanan dan
melakukan pemeriksaan jentik. Bahkan, berdasarkan keterangan guru
UKS pada salah satu sekolah, siswa yang telah dilatih belum pernah
melakukan pemantauan jentik karena baik guru maupun siswa belum
mengetahui cara melakukan pemantauan dan membuat pelaporannya.
Oleh karena itu, agar kegiatan ini dapat berjalan lebih optimal pada
semua sekolah yang telah diberikan pelatihan, perlu adanya
keterlibatan guru dan siswa dalam pemantauan jentik. Selain itu, Dinas
Kesehatan dan UPT Puskesmas juga perlu melakukan kegiatan
pemantauan secara berkala, tidak hanya menunggu laporan dari UKS
namun juga memastikan bahwa wamantik berperan dalam
80
meningkatnya ABJ di sekolah sehingga kegiatan ini dapat
berkesinambungan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Salah satu cara untuk meningkatkan peran guru UKS kegiatan
ini adalah dengan memberikan pelatihan kepada guru sebagai
pemantau dan pembimbing wamantik. Pemberian pelatihan ini sesuai
dengan penelitian Pujiyanti & Pratamawati (2014) yang menyatakan
bahwa guru juga perlu mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan
upaya pengendalian DBD di sekolah. Guru UKS berkewajiban untuk
mengarahkan kegiatan jumantik di sekolahnya minimal seminggu
sekali sesuai dengan daur hidup nyamuk, memberikan bimbingan
teknis kepada wamantik agar wamantik memahami dan melaksanakan
tugasnya dengan baik, serta melakukan rekapitulasi hasil pemantauan
yang dilakukan wamantik kemudian melaporkannya kepada kepala
Puskesmas (Kemenkes RI, 2014).
Dengan demikian, kegiatan seperti ini akan bermanfaat sekali
jika dilaksanakan di setiap sekolah dan dilakukan secara berkala. Hal
ini selain dapat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan
keterampilan wamantik juga dapat bermanfaat bagi kesehatan
lingkungan sekolah. Selain adanya pelatihan, peran guru sebagai
pemantau dan pembimbing juga diperlukan untuk mendorong siswa
melakukan kegiatan pemantauan jentik minimal semingu sekali karena
kegiatan ini tidak dilaksanakan oleh sekolah meskipun sudah
mendapatkan pelatihan sebelumnya.
81
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
terdapat peningkatan kapasitas pengetahuan, sikap dan keterampilan
wamantik antara sebelum dan sesudah pelatihan. Peningkatan
kapasitas ini dapat berpengaruh terhadap peningkatan ABJ dan
penurunan angka kesakitan DBD. Untuk mewujudkannya dibutuhkan
komitmen dari wamantik maupun guru untuk melakukan upaya
pencegahan secara berkesinambungan (Suwanbamrung et al., 2012).
82
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Terdapat peningkatan rata-rata skor pengetahuan, sikap, dan
keterampilan pada siswa pemantau jentik sebelum dan sesudah
pelatihan.
2. Daya serap individu setelah pelatihan adalah 100%
3. Daya serap klasikal setelah pelatihan adalah 100%
4. Terdapat pengaruh adanya pelatihan siswa pemantau jentik
terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilannya dengan nilai p-
value masing masing sama yaitu 0,000.
B. SARAN
1. Bagi Sekolah Dasar
Guru disarankan untuk memberikan bimbingan dan pengawasan
kepada siswanya untuk melakukan pemantauan jentik di rumah dan
di sekolah serta melaporkannya setiap seminggu sekali
2. Bagi Dinas Kesehatan
Perlu adanya program pelatihan seperti ini di sekolah dasar lainnya
di Kecamatan Pamulang karena pelatihan ini terbukti berpengaruh
terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.
83
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang
pengaruh pelatihan siswa pemantau jentik dengan keberadaan
jentik nyamuk di SD sebagai upaya pencegahan DBD.
b. Jika melakukan penelitian dengan one group prestest posttest
disarankan untuk melakukan pengambilan data tidak sekaligus
dalam satu hari untuk menghindari adanya kejenuhan dan
kelelahan pada responden.
c. Disarankan untuk melakukan penelitian komparatif, yaitu
penelitian yang dilakukan untuk membandingkan dua
kelompok dengan membedakan metode atau media
intervensinya, sehingga didapatkan metode atau media
pelatihan yang paling efektif dalam aspek pelatihan Wamantik
di SD.
84
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.F., 2012. Dasar Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta:
Rajawali Press.
Afrianto, D., 2014. Pengaruh Penyuluhan terhadap Penetahuan, Sikap dan
Tindakan Petani Paprika di Desa Kumbo - Pasuruan terkait Pengunaan
Alat Pelindung Diri (APD) Dari Bahaya Pestisidatahun 2014. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Al-Zufri, B.M.N. et al., 2015. Knowledge. Attitite and Practice f Dengue Fever
and Healh Education Programme Among Syudents of Alam Shah
Science School, Cheras, Malaysia. Malaysian Journal of Public Health
Medicine , 15(2), pp.69-74.
Anas, M., 2014. Mengenal Metode Pembelajaran. Pasuruan: CV Pustaka Hulwa.
Andini, A., 2013. Pengaruh Keberadaan Siswa Pemantau Jentik Aktif Dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk di SD Kecamatan Gajahmungkur SEmarang.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Astawan, G., Santiyadnya, N. & Gitakarma, M.S., 2015. Penerapan Metode
Demonstrasi Untuk Meninkatkan Hasil Belaar Prakarya dan
Kewirausahaan Siswa Kelas X BB1 SMA Negeri 4 Singaraja Tahun
Ajaran 2014/2015. e-Journal Jurnal Pendidikan Teknik Elektro
Universitas Pendidikan Ganesha, 4(1), pp.34-43.
Azhar, N.H. & Zuhriyah, L., 2015. Pemberdayaan Siswa Pemantau Jentik dengan
Metode Manga Zone Sebagai Salah Satu Pencegahan Kasus Demam
Berdarah Dengue di Derah Kelurahan Sawo Jajar Kota Malang. Majalah
Kesehatan FKUB Vol 2 No 1 Maret 2015.
85
Azwar, S., 2013. Sikap Manusia ; Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bahri, S. & Zamzam, F., 2014. Model Penelitian Kuantitatif Berbasis SEM -
Amos. Yogyakarta: Deepublish.
BPS Provinsi Banten, 2016. Banten Dalam Angka 2016. Annual Report. Banten:
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten Bidang Integrasi Pengolahan dan
Diseminasi Statistik BPS Provinsi Banten.
Budiman, A.R., 2013. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Dahlan, S., 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat Dilengkapi dengan Penggunaan SPSS Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2016. Data Kegiatan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue di Kota Tangerang Selatan. Annual Report.
Tangerang Selatan: Sub Bidang Pengendalian Penyakit Menular Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
Ditjen P2PL, 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Ginanjar, G., 2007. Demam Berdarah; A Survival Giude. Yogyakarta: B-first.
Glanz, K. & Rimer, B.K., 2005. Theory at A Glance; A Guide For Health
Promotion Practice. 2nd ed. United States: U. S Department of Heath
and Human Services : Public Health Services : National Institute of
Health.
Hanafi, P., 2012. Penerapan Model Cooperative LearningTipe Make A Match
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Universitas
Pendidikan Indonesia.
86
Harsanto, R., 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius.
Hovland, C.I., Janis, I.L. & Kelley, H.H., 1966. Communication and Persuasion;
Psychological Studies of Opinion Change. New Haven : Yale University
Press.
Kemendikbud, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online] Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud (1.9) Available at:
http://kbbi.web.id/terampil [Accessed 22 Maret 2017].
Kemenkes RI, 2010. Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue.
In Kemkes Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. p.3.
Kemenkes RI, 2014. Petunjuk Teknis Jumantik - PSN Anak Sekolah. Jakarta:
Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Annual Report. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
KEMENLHK, 2015. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 2014.
Annual Report. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Lemeshow, S., Hosmer Jr, D.W. & Klar, J., 1997. Besar Sampel dalam Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Lubis, D.S. et al., 2013. Pemberdayaan Siswa SD II Sesetan Dalam Mengurangi
Kasus Penyakit Demam Berdarah di Kelurahan Sesetan Denpasar 2012.
Udayana Mengabdi Volume 12 No 1 Tahun 2013 ISSN 1412-0925,
pp.41-44.
Maulana, H.D.J., 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Muninjaya, A.A.G., 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC.
87
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Adsi
Mahasaty.
Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S., 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novel, S.S., 2011. Ensiklopedia Penyakit Menular dan Infeksi. Yogyakarta:
Familia.
Nugrahaningsih, M., Putra, A. & Aryanti, I.w.R., 2010. Hubungan Faktor
Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk
Penular DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Utara. Ecotrophic
Volume 5 Nomor 02 , pp.93-97.
Nuryanti, L., 2008. Psikologi Anak. Jakarta: Penerbit Indeks.
Nuryanti, E., 2013. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamu di Masyarakat. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol 9 No 1 , pp.15-23.
Pandiangan, T., 2005. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Melalui
Ceramah, Media Audio Visual, Ceramah Plus Audio Visual, pada
Pengetahuan dan Sikap Remaja SLTP di Tapanuli Utara. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Pujiyanti, A. & Pratamawati, D.A., 2014. Pengendalian Vektor Demam Berdarah
Dengue Pada Komunitas Sekolah Dasar Di Kecamatan Tembalang Kota
Semarang. Vektora Volume 6 No 2 OKtober 2014 , pp.46-51.
Pujiyanti, A., Trapsilowati, W., Suwasono, H. & Darwin, A., 2011. Model
Pengendalian Vektor DBD melalui Program Ekstrakulikuler Sekolah
Dasar. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
88
Pulungan, R., 2008. Pengaruh Metode Penyuluhan terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil dalam Pemberantasan Saran
Nyamuk Deman Berdarah (PSN-DBD) di Kecmatan Helvetia Tahun
2007. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Puskesmas Benda Baru, 2016. Data DBD Puskesmas Benda Baru. Benda Baru:
Puskesmas Benda Baru.
Rahayu, Rosvita & Setyaningtyas, 2013. Hubungan Kondisi Lingkungan dan
KOntainer dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aeypti di Daerah
Endemis Demam Berdarah Dengue di Banjarbaju. Jurnal Buski Volume 4
No 3, pp.133-37.
Robbins, S.P. & Judge, T.A., 2008. Perilaku Organisasi Edisi 12. Jakarta:
Salemba Empat.
Rosidi, A.R. & Adisasmita, W., 2009. Hubungan Faktor Penggerakan
Peberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan
Angka Bebas Jentik di Kecamatan Sumber Jaya Kab Majalengka Jawa
Barat. Bandung Medical Jourval Vol 41 No 2 , pp.1-7.
Said, M., Septiharti, D. & Palimbong, d.A., 2015. Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran PKn dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif STAD DI Kelas IV SDN 2 Siney. Jurnal
Kreatif Tadulako Online ISSN 2354-614X, 4(3), pp.30-42.
Santoso, B., 2010. Skema dan Mekanisme Pelatihan ; Panduan Penyelenggaraan
Pelatihan. Jakarta: TERANGI.
Santoso, Taviv, Y., Yahya & Mayasari, R., 2014. Pengaruh Promosi Kesehatan
Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat tentang Filariasis.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 17 No 2 April 2014, pp.167-76.
Sari, W. & Kurniawan, T.P., 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
PSN dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti di Desa Ngresep Kec.
89
Ngemplak Kab. Boyolali. Jurnal Kesehatan Vol. 5 No 1 Juni 2012 ISSN
1979-7621, pp.66-73.
Sarwono, 2003. Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Shepard, D.S., Undurraga, E. & Halasa, Y.A., 2013. Economic and Disease
Burden of Dengue in Southeast Asia. PLOS Neglegted Tropical Disease
Vol 7 Issue 2 e2055. doi:10.1371/journal.pntd.0002055, pp.1-12.
Sirait, J.T., 2006. Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia
dalam Organisasi. Jakarta: PT Grasindo.
Siregar, F.A. et al., 2015. Social and Environmental Determinants of Dengue
Infection Risk in North Sumatera Province, Indonesia. Asian Journal of
Epidemioloy 8 (2) DOI : 10.3923/aje.2015.23.35, 8(2), pp.23-35.
Sugiono, 2012. Pengaruh Pelatihan Pencegahan Demam Berdarah Dengue
terhadap Tingkat pengetahuan dan sikap siswa di SDN Wirogunan I
Kartasuro Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R& D. Bandung: CV
Alfabeta.
Sukiarko, E., 2007. Pengaruh Pelatihan dengan Metode Belajar Berdasarkan
Masalah terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader Gizi dalam
Kegiatan Posyandu. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro.
Suroso, U.A., 2004. Epidemiologi dan Penanggulanan Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) Saat Ini. Jakarta: FK UI.
Sustini, F., Andajani, S. & Atika, 2012. The Training of Wiggler Monitoring of
Primary School Teacher and Student In Surabaya to Improve Eradication
of Dengue Hemorraghic Fever. Folia Medica Indonesia Vol 48 No 1,
pp.28-31.
90
Suwanbamrung, C. et al., 2012. Student Capacity Building of Dengue Prevention
And Control, A Study of an Islamic School, Soutern Thailand. Journal
Health Vol 4 No 7 DOI : 10.4236/health 2012. 47059, pp.366-76.\
Suyanto et al., 2009. Evaluasi Penerapa Promosi Kesehatan Dalam Pencegahan
Penangulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue Melalui erakan 3M
Plus di Kota Pekanbaru. Journal of Environmental Science Volume 3 No
1 Tahun 2009 ISSN 1978-5283, pp.37-45.
Suyasa, I.N.G., Putra, N.A. & Aryanta, I.W.R., 2008. Hubungan Faktor
Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor DBD
di Wilayah Kerja PKM 1 Denpasar. Echotropic Vol 3 No 1 , pp.1-6.
Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Udhmah, A.S., 2015. Studi Komparasi Tentang Daya Serap Belajar PAI Siswa
Lulusn Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Siswa Lulusan Sekolah Dasar
Islam (SDI) di SMP Islam Maryam. Surabaya: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
WHO, 2016. Health Education. [Online] Available at:
www.who.int/topics/health_education/en/ [Accessed 23 November
2016].
Widagdo, L., Husodo, B.T. & Bhiruni, 2008. Kepadatan Jentik Aedes Aegypti
sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk )PSN)
3M Plus di Kelurahan Srondol Wetan Semarang. Makara Kesehatan
Volume 12 No 1 Juni 2008, pp.13-19.
Wood, W., 2000. Attitude Change : Persuasion and Social Influence. Texas :
Departement of Psychology, Texas A&M University.
Yanuari, A., 2012. Faktor yang Mempengaruhi Daya Serap Belajar Siswa dalam
Mata Pelajaran Menggambar Bangunan Gedung di SMK N 1 Seyegan.
91
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Yudhastuti, R. & Vidiyani, A., 2005. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer,
dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes
Aegypti DI Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Volume 1 No 2 , pp.170-82.
Yudianto, A., Mukarromah, I. & Yani, A.L., 2012. Pengaruh Stimulasi Permainan
Ular Tangga Terhadap Perubahan Sikap Siswa Tentang Demam
Berdarah. Prosiding Seminas Competitive Advantage Vol 1 No 2 ISBN
978-602-99020-3-7, pp.1-6.
92
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENGARUH PELATIHAN SISWA PEMANTAU JENTIK
TERHADAP PENGETAHUAN SIKAP DAN KETERAMPILANNYA DI
SEKOLAH DASAR KECAMATAN PAMULANG TAHUN 2016
LEMBAR KESEDIAAN RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salam Sejahterah Bagi Kita Semua.
Kepada Adik-adik dan Ibu Guru, saya mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya atas kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan
dalam kuesioner ini.
Pertama-tama, izinkan kami memperkenalkan diri. Saya, Ainia Nurul
Aqida, mahasiswa semester IX Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian terkait pengaruh pelatihan
siswa pemantau jentik terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilannya di
Sekolah Dasar Kecamatan Pamulang tahun 2016 sebagai skripsi saya.
Untuk itu saya mohon kesediaan Adik-adik untuk ikut serta dalam survei
ini, yaitu sebagai responden. Kami akan menanyakan beberapa hal seputar
identitas adik, pengetahuan adik sehubungan dengan jentik dan penyakit Demam
Berdarah (DBD), dan sikap terhadap pencegahan penyakit. Informasi yang adik
berikan akan bermanfaat sebagai data dalam penelitian saya dan akan kami jaga
kerahasiaanya. Jika adik bersedia, dimohon untuk menandatangani lembar
persetujuan yang telah disediakan.
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini. menyatakan bersedia untuk menjadi
responden dalam survei ini, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya akan
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya.
Tangsel, ................................................
Responden
(.....................................)
Pengumpul Data
(.....................................)
93
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur : tahun. L/P
Kelas :
Nama sekolah :
B. PENGETAHUAN
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang kamu anggap
benar.
No Pertanyaan Kode
1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh:
a. Virus
b. Bakteri
c. Cacing
2
Cara penularan penyakit DBD adalah melalui:
a. Sentuhan tangan
b. Gigitan nyamuk
c. Gigitan cacing
3 Nyamuk yang menyebabkan DBD adalah:
a. Culex
b. Anopheles
c. Aedes Aegypti
4 Tubuh nyamuk yang menyebabkan DBD berwarna :
a. Belang coklat putih
b. Belang hitam coklat
c. Belang hitam putih
5 Nyamuk DBD menggigit manusia pada
a. siang hari (pukul 12.00-15.00)
b. pagi hari (pukul 07.00-10.00)
c. malam hari (18.00-24.00)
6 Gejala khas pada DBD adalah
a. demam mendadak naik turun dan muncul bintik kemerahan
b. demam biasa dan muncul bintik kemerahan
c. demam disertai flu dan batuk
7 Apakah pencegahan yang paling sederhana dan tepat dalam
pemberantasan jentik-jentik nyamuk adalah dengan PSN DBD
di lingkungan sekolah seminggu sekali?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
8 3M plus merupakan pemberantasan sarang nyamuk dengan
cara:
a. Fisik
b. Kimia
c. Biologi
94
No Pertanyaan Kode
9 Tanda-tanda jentik tersebut merupakan jentik nyamuk DBD
adalah:
aselalu bergerak aktif dan berdiri hampir tegak lurus ketika
istirahat
b. selalu diam di atas permukaan air
c. selalu diam di dasar tempat penampungan air
10 PSN adalah kepanjangan dari ..
a. Pemberantasan Sarang Nyamuk
b. Pembasmi Sarang Nyamuk
c. Pembersihan Sarang Nyamuk
11 Bagaimana cara menguras bak kamar mandi yang benar?
a. Membuang airnya dan diberi sabun
b. Membuang airnya dan disikat
c. Membuang air, kemudian diberi sabun dan disikat
12 Apakah bubuk abate diberikan pada tempat penampungan air
yang sulit dikuras
a. ya
b, tidak
c. tidak tahu
13 Apakah tugas seorang siswa pemantau jentik?
a. memeriksa tempat yang kemungkinan terdapat jentik
b. mencatat dan melaporkan hasil pemantauan jentik
c.Melakukan pemantauan jentik, mencatatnya dan
melaporkannya ke guru
C. SIKAP
PETUJUK :
Pada bagian ini, adik kami minta untuk memberi tanda silang (x)
atau centang (v) pada bagian yang paling sesuai dengan adik.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
R : Ragu
No Pertanyaan SS S R TS STS
1 DBD merupakan penyakit yang
berbahaya
2 Saya melakukan pemeriksaan dan
pemantauan jentik secara mandiri
di sekolah
3 Bak air di kamar mandi yang tidak
dipergunakan tidak perlu ditutup
4 Saya tidak melapor ke guru jika
menemukan jentik nyamuk
5 Saya tidak perlu takut jika ada
jentik nyamuk di sekolah
95
No Pertanyaan SS S R TS STS
6 Saya mengajak teman untuk
melakukan kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk di sekolah
7 Saya tidak berkewajiban untuk
menjaga kebersihan lingkungan
sekolah
8 Saya memakai lotion anti nyamuk
saat pergi ke sekolah
D. KETERAMPILAN
Formulir ini di isi ketika melakukan pemeriksaan jentik di sekolah. Jika di
ada ruangan selain yang tercantum di kolom, harap menambahkan pada kertas
kosong di balik ini. Jika ruangan yang ada pada kolom tidak terdapat di sekolah di
kosongi saja.
FORMULIR PRAKTIK PEMANTAUAN JENTIK
No Ruang Nama/Jenis
Kontainer
Jumlah Kontainer Jumlah Total Kontainer
JML (+) JML (-) JML (+) JML (-)
1 Kepala Sekolah
2 Ruang Guru
3 Ruang Kelas
4 Toilet/WC siswa
5 Perpustakaan
6 Ruang UKS
Mengetahui,
(Supervisor Wamantik)
7 Laboratorium
8 Kantin
9 Mushola/Ruang Ibadah
10 Halaman
Keterangan
JML (+) : Jumlah kontainer yang diperiksa dan terdapat jentik
JML (-) : Jumlah kontainer yang diperiksa dan tidak terdapat jentik
96
Lampiran 2 Surat Pemberian Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan
97
Lampiran 3 Surat Pemberian Izin Penelitian Dinas Pendidikan Kota
Tangerang Selatan
98
Lampiran 4 Izin Penelitian UPT Pendidikan Pamulang
99
Lampiran 5 Kerangka Sampel Penelitian
Nama Siswa Sekolah Nama Siswa Sekolah
Alby Syahputra SDN BB 01 Andi Delima Anggraini SD BB 03 Apriliany Wijayanti SDN BB 01 Dimas Kurniawan SD BB 03 Daffa Khairullah SDN BB 01 Fergian Trista Pradana SD BB 03 Dani Ramdzan SDN BB 01 Ivana Ariani SD BB 03 Divia Arti Cahyani SDN BB 01 Jasia Yusuf Tauhan SD BB 03 Fauzan Nur Fadhillah SDN BB 01 Kevin Saputra SD BB 03 Fhutry Nur asiah Meylani SDN BB 01 M Zidan Fahrezi SD BB 03 Fitria Restu Utami SDN BB 01 Miftah Fadhil K SD BB 03 Gadis Nurul Aini SDN BB 01 M Zakky Syaban SD BB 03 Larasati SDN BB 01 M Dwi Surya SD BB 03 M Alfath Akbar Ramadhan SDN BB 01 M Ibnu SD BB 03 M Saputra Ardiansyah SDN BB 01 M Rasya Arfie Kurniawan SD BB 03 Muhammad Farel Rahmansyah SDN BB 01 M Zaidan SD BB 03 Muhammad Fadhillah Wardani SDN BB 01 Nesta Fadila SD BB 03 Muhammad Nur Alvian Muzakki SDN BB 01 Natasya Anindia Fabiana SD BB 03 Muhammad Haris SDN BB 01 Novia Edwina Ehaisani SD BB 03 Muhammad Ilham SDN BB 01 Ryan Andul Jabar SD BB 03 Muhammad Rizkt Maulana SDN BB 01 Rasya Putra Nafais SD BB 03 Nandita Disaputri SDN BB 01 Rifqi Dwi Febrian SD BB 03 Prayoga Saputra SDN BB 01 Wahyudi SD BB 03 Rafiqa Azry SDN BB 01 Sabrina Al Zahra SD BB 03 Selika Nur Azizah SDN BB 01 Sarah Balqis Lathifah SD BB 03 Tari Aprilia SDN BB 01 Meyliana Putri P SD BB 03 Thania Andara Putri SDN BB 01 Chelsea Revania SD BB 03 Yunizar Satria Afrian SDN BB 01 Julie Shofie SD BB 03 Annisa Eka Ramadhani SDN BB 01 Sangga Bekti Wijaya SD BB 03 M Abiyazid Mustomi SDN BB 01 M Rasqi Luthfiano SD BB 03 Anisa Hartati SDN BB 01 Najatunnisa SD BB 03 Alif Karis Munandar SDN BB 01 Abigail Florenzia SD BB 03 Arka Faizar Rahmawan SDN BB 01 Alexa Rachelia SD BB 03 Arya Perdana Nugraha SDN BB 01 Nazwa N A SD BB 03 Indah Sari SDN BB 01 Wisnu Mahardia SD BB 03 Muhammad Fadriansyah SDN BB 01 Umi Aisyah SD BB 03 Muhammad Fikry Ramadhan SDN BB 01 Muhammad Zidan Izzudin SD BB 03 Muhammad Qiromi SDN BB 01 Ali Topan SD BB 03 Muhammad Tio Erlangga SDN BB 01 Annisa Khulkarimah SD BB 03 Nazwa Citra Repalinia SDN BB 01 Akbar Hariri SD BB 03 Riska Ulfah Malidya SDN BB 01 Arya Dwi Saputra SD BB 03 Ryamizara SDN BB 01 Aisha Kinanti SD BB 03 Sabrina Zahra Firmansyah SDN BB 01 Azzahra Vanesha SD BB 03 Sera Randa Yani SDN BB 01 Bintang Rangga Wibisono SD BB 03 Filvia Nurdini SDN BB 01 Diva Oktavia Rahmadania SD BB 03 Suci Setyaningtyas SDN BB 01 Davin Prayoga SD BB 03 Surya Febrianto SDN BB 01 Frizka Zalfada Indah K SD BB 03 Vinka Nazwa Ramadhani SDN BB 01 Fauzan Rizki Mubarak SD BB 03 Wendi Riyanto SDN BB 01 Indra Jaya Purnama SD BB 03 Wisnu Murti SDN BB 01 Handika Putra Nasya SD BB 03 Zahrotussiva Oktaviani SDN BB 01 Julia Syarif SD BB 03
100
Nama Siswa Sekolah Nama Siswa Sekolah
Nadya Margaretha SDN BB 01 Karya Maria Diva SD BB 03 Nabil Sauqi Rahman SDN BB 01 Kasya Sabrina SD BB 03 Deny Mohammad Syaputra SDN BB 01 Khansa irhabasirani Faisa SD BB 03 Anasya Kurrotul Atikah SDN BB 01 Mahdan Syaeban SD BB 03 Elok Fitria Briliantini S SDN BB 01 Malka Radisya Rizki SD BB 03 Muhammad Rafi Ramadhan SDN BB 01 Maulana Rajab Arabani SD BB 03 Navid Akbar Khayri SDN BB 01 Muhamad Aqil SD BB 03 Faja Rojandra Aftar SDN BB 01 Natasya Aura Maulida SD BB 03 AdityaUsman SDN BB 01 M Saytia SDN BB 01
Aditya Maulana SDN BB 01 Nabila asifa SDN BB 01
David Prasetyo SDN BB 01 Novita adel SDN BB 01
Dio Daffa Saputra SDN BB 01 Oval Ade Saputra SDN BB 01
Ferdiansyah Rizky SDN BB 01 Piyansyah SDN BB 01
Havi Aluvius SDN BB 01 Rasya Ramadni SDN BB 01
Ita Yunita SDN BB 01 Risma Afrilianti SDN BB 01
Kawindra Tegar SDN BB 01 Sinta andriyani SDN BB 01
Khaila Rahmawati SDN BB 01 Sivana anggun SDN BB 01
Lesmana Afriansyah SDN BB 01 Suci Oktavia SDN BB 01
Maulana Saputra SDN BB 01 Suci Rahmawati SDN BB 01
Muhammad Ali SDN BB 01 Vera aprilia SDN BB 01
Muhammad Apriza Suherman SDN BB 01 Vivi maulidina SDN BB 01
Muhamad Deni SDN BB 01 Yalesvia SDN BB 01
M Fahmi SDN BB 01 Anggit SDN BB 01
M Khoirul Anam SDN BB 01 Intan Titania SDN BB 01
M Nurrizky SDN BB 01 Farel Juniansyah SDN BB 01
M Rizky SDN BB 01 Glen Kevin SDN BB 01
Aila Honey Assyifa SD Taruna Nabilah Zakiah SD BB 03 Albert Putra SD Taruna Olivia Tri Cahya SD BB 03 Alicia Nabila Zulkifli SD Taruna Raisya Citra Rainy SD BB 03 Alishkya Murdani SD Taruna Rahmawati SD BB 03 Arya Royara Putri SD Taruna Riyan Ardika SD BB 03 Asshjiva Kasihrayya SD Taruna Rafiqi Azizqabus Musadaq SD BB 03 Azzahwa Rafa Ismoyo SD Taruna Syarif Hidayatullah SD BB 03 Bryan Prasetya SD Taruna Sela Rahmawati SD BB 03 Daniel Sanjaya SD Taruna Shabrina Berlianawati SD BB 03 Darrel Athar Nadiv SD Taruna Vikra Naviesa SD BB 03 Ezar Idziro Rediansyah SD Taruna Yudha Setiawan SD BB 03 Farrel Goan SD Taruna Muhammad Adzha SD BB 03 Farrel Tsaqif SD Taruna Haikal Vikra SD BB 03 Felicia Agista SD Taruna Muhammad Rafka SD BB 03 Fransisko SD Taruna Ibnu Naja SD BB 03 Ibram Doffito SD Taruna Adi Bayu Perdhasetuyo SD BB 03 Imam Zakky SD Taruna M Rizki Ardiansyah SD BB 03 Marsha Dwi Andini SD Taruna Ananda Putri Fatiha SD BB 03 Mazaia SD Taruna Adinda Rahmalia Putri SD BB 03 Muhammad Abie Syaputra SD Taruna Bernessa Celesta SD BB 03 M Farrel Syaputra SD Taruna Asri Sulistiani Latifah SD BB 03 Muhammad Octa Reyno SD Taruna Alby Damar Maulana SD BB 03 Putri Amelia Rusli SD Taruna Rila Novita SD BB 03 Qozza Nazira Dahayu SD Taruna Chintya Fitri Anggraini SD BB 03
101
Nama Siswa Sekolah Nama Siswa Sekolah
Razzaq Aditya SD Taruna Diana Novita Sari SD BB 03 Shakira Nailah SD Taruna Desta Aryandicha SD BB 03 Syanina Cahya SD Taruna Dinda Ekasari SD BB 03 Syifa Sylviana SD Taruna Diana Safitri SD BB 03 Jonathan Alexander SD Taruna Dava Nur Fazri SD BB 03 Josua Romeo SD Taruna Evril Najwa Maharani SD BB 03 Al Fath Aziz SD Taruna Faiz Rizqi Al Gifari SD BB 03 Aprilian Dwi Putranto SD BB 03 Galang Ksatria SD BB 03 Andika Evanta SD BB 03 Ilham Ramadhan SD BB 03 Alya Shiffa Azzahra SD BB 03 Indah Suryaningsih SD BB 03 Aulia SD BB 03 Jhenny Rhasya Marchellyy SD BB 03 Alia Elsanianti SD BB 03 Khairil Anam Habib SD BB 03 Audi Nayla Pratiwi SD BB 03 Marisha Hak SD BB 03 Aldila Putri Mahadewi SD BB 03 Muhammad Fariz SD BB 03 Muhammad Fathur Rahman SD BB 03 Nuzulan Azri Aminudin SD BB 03 Muhammad Fauzi SD BB 03 Prayoga Afrizal SD BB 03 Muhammad Risqi Ramadhan SD BB 03 Muhammad Rezki Febrian SD BB 03 Muhammad Farrel Aprilia SD BB 03 Rindi Anggraini SD BB 03 Nabil Ezy Nurmarvin SD BB 03 Salfa Billa Rahman SD BB 03 Naela Aulia Agustina SD BB 03 Szky Dhea Amelia SD BB 03 Nadhira Malika Putri SD BB 03 Nabila Setiawati SD BB 03 Ario Tedjo Harum SD BB 03 Nashya Tryas SD BB 03 Pramudha Bayu Aji Sumarto SD BB 03 Nafa Fitra Kamila SD BB 03 Zahrotul Hayati SD BB 03 Refflina Agustua SD BB 03 Naira Nathania Jasinda SD BB 03 Rizky Arduyan Saputra SD BB 03 Gede Wiriajaya SD BB 03 Rangga Yudho Wijaya SD BB 03 Alma Maulana SD BB 03 Reza Syaputra SD BB 03 Gledis Alka Riviona SD BB 03 Rizki Maulana Faqih SD BB 03 Putri Alya Najla SD BB 03 Syira Nakeisha Gadis SD BB 03 Abigail Zefanya SD BB 03 Syafira Sugyananta SD BB 03 Della Puspita SD BB 03 Syntia Nur Safitri SD BB 03 Risyat Nur Syabani SD BB 03 Silviana Rahmadani SD BB 03 Aditya Warman SD BB 03 Bagas Saputra SD BB 03 Rhiby Rianty SD BB 03 Rafa Aditya A SD BB 03 M Farman Nur Ramadhan SD BB 03 M Sendi Saputra SD BB 03 Nur Maisyaroh SD BB 03 Sinta SD BB 03 Aditya Putra SD BB 03 Andrea Nanda Zafira Al Zahra
Anisa Rahmi Rahmawati SD BB 03 Anindita Nur Latifah Al Zahra Alfath Raka Ilham SD BB 03 Anya Salsabila Rahsya Al Zahra Alifah Rakha Naenan SD BB 03 Azfarandra Rylie Wilmana Al Zahra Arrahma Puri Mulyadi SD BB 03 Daffa Ardatama Ramadhan Al Zahra Ajeng Purnama Putri Melani SD BB 03 Diko Rayhadi Susanto Al Zahra Annisaa Suci Amalia SD BB 03 Fabian Risandi Pasha Al Zahra Azzah Aqelanoya SD BB 03 Fadhlullah Ihsani Muafa Al Zahra Bunga Lestari SD BB 03 Larisa Putri Mumtaz Al Zahra Chayrunisya Syalsabilla SD BB 03 Muhammad Alfarizi Prillio Al Zahra Daniel Valentino Mekel SD BB 03 Muhammad Rizky Akbar Al Zahra Evita Adelia SD BB 03 Nadhira Yaafi Syahputri Al Zahra Elsa Rahmadini SD BB 03 Muhammad Fadli Ardi Al Zahra Dariz Fauzi Daezimal SD BB 03 Muhammad Naufal Prlio Al Zahra
102
Nama Siswa Sekolah Nama Siswa Sekolah
Fadillah Ahmad Syawal SD BB 03 Raditya Nurtanio Rizky D Al Zahra Febri Nugroho SD BB 03 Rameyza Elya Nugroho Al Zahra Firjani Putri Marshela SD BB 03 Rasya Aditya Oktavian Al Zahra Gita Fitriani SD BB 03 Ryani Pavita Rifa Al Zahra Hasbi Alwadi SD BB 03 Sabita Tatyana Tuharin Al Zahra Hani Khairunnisa SD BB 03 Salwa Maryam Aathifah Al Zahra Lola Zahra Dwi Cahya SD BB 03 Sziqiera Veka Suftarama Al Zahra Ikhlas Ari Wahyu SD BB 03 Tanaya Wignya Rubiahsafa Al Zahra Imelda Naifa Ufaira SD BB 03 Ve Layna Langgi Nawarani Al Zahra Jesika Wulan Ramadhani SD BB 03 Alysia Putri Salma Al Zahra Latiefa Cahyaning Ummah SD BB 03 Arfigo Shaquille Syach Al Zahra Muhammad Reza Vahlevy SD BB 03 Ayla Dhafina Heriyanto Al Zahra Muhammad Fajar Satriansyah SD BB 03 Calista Aqilah Putri Al Zahra Muhammad Haris SD BB 03 Dhafir Cannafaro Eka Putra Al Zahra Muhammad Rayhan SD BB 03 Elisha Nabeela Akleema B Al Zahra Muhammad Rafa Al Fajri SD BB 03 Khansa Najla Syakirah Al Zahra Muhammad Tino Setiadi SD BB 03 M Arkam Cesaret Piet Al Zahra Maysa Zahra Aini Shifa SD BB 03 Miqael Dwi Putra Al Zahra Meiva Audry Maharani SD BB 03 Muhammad Parvez Via Al Zahra Naura Tika Zaahira SD BB 03 Muhammad Rasyad Ahyan Al Zahra Naufal Syauqi Abrar SD BB 03 Muhammad Thytran Caesa Al Zahra Najla Nur Shafiyah Al Zahra Rania Hanum Harvani Al Zahra Najwa Nayla Izzati Al Zahra Raya Salsabila Dzulkarnain Al Zahra Nathan Caka Hibban Al Zahra Rayhan Chairul Anam Al Zahra Nayaka Fiqih Maheswara Al Zahra Sakha Syahir Al Zahra Rarasati Azzurra Ayuningtyastuti Al Zahra Abiyyu Dhawydzakwan Al Zahra Rashadiya Salwa Khairunna Al Zahra Adzra Rizqiya Ramdhani Al Zahra Gilbran Zahra Aldebaran Al Zahra Aghnia Septya Ruhama Al Zahra Syafiq Aryasatya Wibowo Al Zahra Akmal Bagas Athallah Al Zahra Syifa Rabbani Rizqi Al Zahra Ananda Nayla Nafisha Al Zahra Talitha Zulfa Salsabila Al Zahra Annisa Nuraini Suseno Al Zahra Amaya Bilqis Harzana Al Zahra Aqila Raihan Abyanza Al Zahra Aqila Aivi Achsan Al Zahra Dzulfiqar Andrewiatmojo Al Zahra Ayasha Naufaliana Al Zahra Faiz Daniswara Purwan Al Zahra Azalia Benita Khairiyah Al Zahra Gissa Rahma Syabilla Al Zahra Carissa Ranti Dewi Al Zahra Gitta Dwi Ariani Al Zahra Damica Mutiara Samaira Al Zahra Mumtaz Tsani Ramadhan Al Zahra Edgar Sahel Al Zahra Nahel Saragossa Al Zahra Ezra Archie Hersony Al Zahra Nailazahwa Syarifah Al Zahra Fairuz Azizah Nafiz Al Zahra Nasywa Azzahra Subroto Al Zahra Farrel Danish Othman Al Zahra Pocut Syassyageza Maryam Al Zahra Jasmine Mahya McRae Al Zahra Priscilla Rasya Ptriarlan Al Zahra Khiaruni Putri Al Zahra Rafi Farrel Biantoro Al Zahra Kinara Vyanka Malakia Al Zahra Rasya Fadhil Arrashy Al Zahra M Athallarafa Dityarifano S Al Zahra Ravanda Alyssa Saleemah Al Zahra Muhammad Busyro Rafael Al Zahra Rifatunnikmah Al Zahra Muhammad Nabil Athaillah Al Zahra Siti Annisa Putri Besar Al Zahra Rafaa Noor Allya Al Zahra Wildan Suhrawardi Al Zahra Raf Jethro Daitano Suyitno Al Zahra Alvito Nadhif Radya Al Zahra Raidhil Akbar Putra Heriyansyah Al Zahra Ameera Larasputi Guswara Al Zahra
103
Nama Siswa Sekolah Nama Siswa Sekolah
Faiz Abdul Halim Al Zahra Annisa Lifazulfianti Al Zahra Fauzia Marchinda Fezavera Al Zahra Aviza Azalia Ihsan Al Zahra Ibnaty Fatimah Mumtazah Al Zahra Azka Alya Fitriani Al Zahra Keisya Ammara Putri Sunandar Al Zahra Dania Ramadianti Anantya Al Zahra Melisha Oktaviana Aisyah Al Zahra Danish Hafid Wibisono Al Zahra Mochammad Rasyid Abdandi Al Zahra Dzaky Alghifary Al Zahra Muhammad Haikal Lutfi Al Zahra Fachri Ghulam Arradhana Al Zahra Nadia Zakira Azzahra Al Zahra Nathan Abighail Rahman Al Zahra Nadila Bulan Syahrina Putri Al Zahra Puspa Ilma Hidayati Al Zahra Orlando Ariel Syeron Al Zahra Puti Nazzura Luthfia Al Zahra Qathansyah Mohammad Al Zahra Rahiel Nikyal Orensku Al Zahra Raddit El Yazid Vabryo Al Zahra Ramyana Ardelia Channdra Al Zahra Raffi Akeyla Arelian Al Zahra Risma Registi Ardia Cahyai Al Zahra Raina Rachel Boekoesoe Al Zahra Tarisya Noor Iqlima Al Zahra Syila Zatiara Sigit Al Zahra Yonita Azalia Putri Al Zahra Amalia Fitria Affandi Al Zahra Nindia Salma Amrullah Al Zahra Anisya Nuraini Al Zahra Rali Jessila Talitha Al Zahra Aqiela Naja Lupita Adhia Al Zahra Revasya Slma Regina Al Zahra Aulia Fadel Abrar Al Zahra Sabrina Azalia Kawai Al Zahra Aufathar Childy Ghifary Al Zahra Tiara Hakim Al Zahra Fajri Muhammad Fahlevi Al Zahra Totilatunie jayanti Al Zahra Ghathfaah Mikhail Syahputra Al Zahra Vina Nailul Izzah Al Zahra Gwency KalonicaKurniawan Al Zahra Aira Angelica Ananda Al Zahra Jemina Anasya Rahman Al Zahra Aryasha Tahta Mahabillah Al Zahra M Bryan Bintang Prasetya Al Zahra Athalia Putra Maysa Al Zahra M Fauzan Rizki Adi Nugraha Al Zahra Bimo Rizki Hestiono Al Zahra Mahya Rizki Abiyu Leksmana Al Zahra Dinna Alya Kamila Susila Al Zahra Muhammad Nabela Sandjaya Al Zahra Fairly Satria Agung Al Zahra Muhammad Zaenal Abidin Al Zahra Falih Dewandra Abiyasa Al Zahra Muhammad Rizki Muharam Al Zahra Gede Galih Wahyu Pratama Al Zahra Nadra Aliya Saajidah Al Zahra Hanifa Afni Maulidya Al Zahra Nasya Qonita Al Zahra Meisya Ayunda Hervianty Al Zahra Radith Rahman Armanda Al Zahra Mirza Raditya Ramadhana Al Zahra Rafa Arifianto Pradipta Al Zahra Muhammad Fawzy Arief Al Zahra Nabila Azzahra Al Zahra Nabil Akmal Ramadhan Al Zahra
104
Lampiran 6 Slide Presentasi Pelatihan Siswa Pemantau Jentik
105
106
107
Lampiran 7 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Output Uji Validitas Pengetahuan
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 Total
P1
Pearson
Correlation
1 ,308 ,308 ,553*
*
,443* ,262 ,380
* ,191 ,213 ,489
*
*
,659** ,431
* ,202 ,774
**
Sig. (2-tailed) ,098 ,098 ,002 ,014 ,162 ,038 ,311 ,258 ,006 ,000 ,017 ,284 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P2
Pearson
Correlation
,308 1 1,00
0**
,557*
*
,695** ,174 ,337 ,199 ,263 ,308 ,308 -,152 ,337 ,594
**
Sig. (2-tailed) ,098 ,000 ,001 ,000 ,359 ,069 ,293 ,161 ,098 ,098 ,424 ,069 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P3
Pearson
Correlation
,308 1,00
0**
1 ,557*
*
,695** ,174 ,337 ,199 ,263 ,308 ,308 -,152 ,337 ,594
**
Sig. (2-tailed) ,098 ,000 ,001 ,000 ,359 ,069 ,293 ,161 ,098 ,098 ,424 ,069 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P4
Pearson
Correlation
,553*
*
,557*
*
,557*
*
1 ,356 ,312 ,079 ,134 ,236 ,302 ,553** ,181 ,342 ,661
**
Sig. (2-tailed) ,002 ,001 ,001 ,053 ,093 ,679 ,481 ,210 ,105 ,002 ,337 ,065 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
108
P5
Pearson
Correlation
,443* ,695
*
*
,695*
*
,356 1 -,018 ,169 ,018 ,094 ,443* ,443
* -,218 ,169 ,465
**
Sig. (2-tailed) ,014 ,000 ,000 ,053 ,925 ,373 ,925 ,619 ,014 ,014 ,247 ,373 ,010
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P6
Pearson
Correlation
,262 ,174 ,174 ,312 -,018 1 ,358 ,205 ,236 ,111 -,040 ,355 ,042 ,494**
Sig. (2-tailed) ,162 ,359 ,359 ,093 ,925 ,052 ,276 ,209 ,560 ,833 ,055 ,825 ,006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P7
Pearson
Correlation
,380* ,337 ,337 ,079 ,169 ,358 1 ,274 ,279 ,202 ,024 ,354 ,068 ,557
**
Sig. (2-tailed) ,038 ,069 ,069 ,679 ,373 ,052 ,143 ,136 ,284 ,901 ,055 ,720 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P8
Pearson
Correlation
,191 ,199 ,199 ,134 ,018 ,205 ,274 1 ,331 -,111 ,040 ,327 -,042 ,432*
Sig. (2-tailed) ,311 ,293 ,293 ,481 ,925 ,276 ,143 ,074 ,560 ,833 ,077 ,825 ,017
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P9
Pearson
Correlation
,213 ,263 ,263 ,236 ,094 ,236 ,279 ,331 1 ,053 ,213 ,000 ,279 ,507**
Sig. (2-tailed) ,258 ,161 ,161 ,210 ,619 ,209 ,136 ,074 ,780 ,258 1,00
0
,136 ,004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P10
Pearson
Correlation
,489*
*
,308 ,308 ,302 ,443* ,111 ,202 -,111 ,053 1 ,489
** ,123 ,202 ,526
**
Sig. (2-tailed) ,006 ,098 ,098 ,105 ,014 ,560 ,284 ,560 ,780 ,006 ,517 ,284 ,003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P11
Pearson
Correlation
,659*
*
,308 ,308 ,553*
*
,443* -,040 ,024 ,040 ,213 ,489
*
*
1 ,277 ,380* ,636
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,098 ,098 ,002 ,014 ,833 ,901 ,833 ,258 ,006 ,138 ,038 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P12
Pearson
Correlation
,431* -,152 -,152 ,181 -,218 ,355 ,354 ,327 ,000 ,123 ,277 1 ,032 ,477
**
Sig. (2-tailed) ,017 ,424 ,424 ,337 ,247 ,055 ,055 ,077 1,000 ,517 ,138 ,866 ,008
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P13
Pearson
Correlation
,202 ,337 ,337 ,342 ,169 ,042 ,068 -,042 ,279 ,202 ,380* ,032 1 ,442
*
Sig. (2-tailed) ,284 ,069 ,069 ,065 ,373 ,825 ,720 ,825 ,136 ,284 ,038 ,866 ,015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Total
Pearson
Correlation
,774*
*
,594*
*
,594*
*
,661*
*
,465** ,494
*
*
,557*
*
,432* ,507
** ,526
*
*
,636** ,477
*
*
,442* 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,001 ,000 ,010 ,006 ,001 ,017 ,004 ,003 ,000 ,008 ,015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
109
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Output Uji Validitas Sikap
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
S1 31,30 9,321 ,445 ,756
S2 31,77 8,668 ,422 ,759
S3 31,37 9,275 ,374 ,765
S4 31,30 9,114 ,438 ,756
S5 31,50 8,259 ,557 ,735
S6 31,20 8,303 ,436 ,759
S7 31,43 7,771 ,698 ,708
S8 31,67 8,161 ,472 ,752
Output Uji Validitas Kuesioner Praktik
Correlations
T1 T2 T3 T4 T5 total
T1
Pearson Correlation 1 ,141 ,250 ,378* ,105 ,495
**
Sig. (2-tailed) ,457 ,183 ,039 ,581 ,005
N 30 30 30 30 30 30
T2
Pearson Correlation ,141 1 ,262 ,053 ,237 ,543**
Sig. (2-tailed) ,457 ,162 ,780 ,208 ,002
N 30 30 30 30 30 30
T3
Pearson Correlation ,250 ,262 1 ,520** ,419
* ,810
**
Sig. (2-tailed) ,183 ,162 ,003 ,021 ,000
N 30 30 30 30 30 30
T4
Pearson Correlation ,378* ,053 ,520
** 1 ,277 ,717
**
Sig. (2-tailed) ,039 ,780 ,003 ,138 ,000
N 30 30 30 30 30 30
T5
Pearson Correlation ,105 ,237 ,419* ,277 1 ,616
**
Sig. (2-tailed) ,581 ,208 ,021 ,138 ,000
N 30 30 30 30 30 30
Total
Pearson Correlation ,495** ,543
** ,810
** ,717
** ,616
** 1
Sig. (2-tailed) ,005 ,002 ,000 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30
110
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Output Uji Reliabilitas Kuesioner
Reliability Statistics
Pengetahuan
Cronbach’s
Alpha
N of Items
,777 13
Reliability Statistics Keterampilan
Cronbach's
Alpha
N of Items
,639 5
Lampiran 8 Hasil Analisis Univariat
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pre_Pengetahuan 86 4 13 9,07 2,034
post_pengetahuan 86 5 13 11,21 1,595
pre_sikap 86 22 40 34,23 3,639
post_sikap 86 26 40 35,17 3,777
pre_keterampilan 86 0 5 1,86 1,086
pst_keterampilan 86 1 5 3,27 1,111
Valid N (listwise) 86
Tabel hasil analisis per pertanyaan
No Pertanyaan
Pre test Post test
Benar Salah Benar Salah
N % n % n % n %
P1 Penyebab DBD 54 62,8 32 37,2 72 83,7 14 16,3
P2 Cara penularan 82 95,3 4 4,7 80 93 6 7,0
P3 Jenis Nyamuk 84 97,7 2 2,3 85 98,8 1 1,2
P4 Ciri fisik nyamuk dbd 85 98,8 1 1,2 84 97,7 2 2,3
P5 Waktu menggigit 25 29,1 61 70,9 67 77,9 19 22,1
P6 Gejala Khas DBD 77 89,5 9 10,5 81 94,2 5 5,8
P7 Pencegahan DBD 54 62,8 32 37,2 74 86,0 12 14
P8 3M Plus 28 32,6 58 67.4 62 72,1 24 27,9
Reliability Statistics Sikap
Cronbach's
Alpha
N of Items
,774 8
111
No Pertanyaan
Pre test Post test
Benar Salah Benar Salah
N % n % n % n %
P9 Ciri jentik DBD 47 54,7 39 45,3 75 87,2 11 12,8
P10 PSN 58 67,4 28 32,6 78 90,7 8 9,3
P11 Menguras 80 93 6 7,0 77 89,5 9 10,5
P12 Abatisasi 50 58,1 36 41,9 61 70,9 25 29,1
P13 Tugas Wamantik 56 65,1 30 34,9 68 79,1 18 20,9
T1 Pemeriksaan 69 80,2 17 19,8 86 100 0 0
T2 Pencatatan jenis
kontainer
64 74,4 22 25,6 73 84,9 13 15,1
T3 Pencatatan jumlah
container
3 3,5 83 96,5 42 48,8 44 51,2
T4 Pencatatan jumlah
jentik
22 25,6 64 74,4 72 83,7 14 16,3
T5 Pelaporan 2 2,3 84 97,7 8 9,3 78 90,7
No Pernyataan Pre test (%) Post test (%)
SS S R TS STS SS S R TS STS
S1 DBD
berbahaya
27,9 39,5 26,7 3,5 2,3 53,5 37,2 9,3 - -
S2 Melakukan
pemeriksaan
jentik
mandiri
36 43 5,8 1,2 - 50 41,9 4,7 3,5 -
S3 Bak yang
tidak
digunakan
tidak perlu
ditutup
1,2 3,5 8,1 43 44,2 - 3,5 7,0 40,7 48,8
S4 Tiidak
melapor ke
guru jika
menemukan
jentik
- 2,3 8 46,5 41,9 - - 7,0 45,3 47,7
S5 Saya tidak
peduli jika
ada jentik
nyamuk di
sekolah
2,3 10,5 16,3 36, 34,9 - 5,8 15,1 36 43,0
S6 Mengajak
teman
70,9 24,4 4,7 - - 67,4 30,2 2,3 - -
S7 Tidak wajib
menjaga
kebersihan
sekolah
1,2 2,3 4,7 33,7 58,1 - - 3,5 34,9 61,6
112
S8 Memakai
lotion ke
sekolah
37,2 37,2 24,4 1,2 - 40,7 41,9 15,1 1,2 1,2
Lampiran 9 Output Uji Normalitas Data Penelitian
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre_Pengetahuan ,131 86 ,001 ,960 86 ,010
post_pengetahuan ,190 86 ,000 ,878 86 ,000
pre_sikap ,088 86 ,094 ,956 86 ,005
post_sikap ,120 86 ,004 ,933 86 ,000
pre_keterampilan ,284 86 ,000 ,858 86 ,000
pst_keterampilan ,242 86 ,000 ,852 86 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 10 Output Analisis Bivaiat Uji Wilcoxon
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
post_pengetahuan -
pre_Pengetahuan
Negative Ranks 3a 12,00 36,00
Positive Ranks 70b 38,07 2665,00
Ties 13c
Total 86
post_sikap - pre_sikap
Negative Ranks 17d 26,24 446,00
Positive Ranks 46e 34,13 1570,00
Ties 23f
Total 86
pst_keterampilan-
pre_keterampilan
Negative Ranks 4g 17,50 70,00
Positive Ranks 66h 36,59 2415,00
Ties 16i
Total 86
a. post_pengetahuan < pre_Pengetahuan
b. post_pengetahuan > pre_Pengetahuan
c. post_pengetahuan = pre_Pengetahuan
d. post_sikap < pre_sikap
e. post_sikap > pre_sikap
f. post_sikap = pre_sikap
g. pst_praktik < pre_praktik
113
h. pst_praktik > pre_praktik
i. pst_praktik = pre_praktik
Test Statisticsa
post_pengetahu
an -
pre_Pengetahu
an
post_sikap -
pre_sikap
pst_praktik -
pre_praktik
Z -7,275b -3,906
b -6,982
b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Lampiran 11 Perhitungan Daya Serap Individu
No Daya Serap Individu (%) No Daya Serap Individu (%)
1 89,6 44 82,7
2 74,1 45 84,4
3 75,8 46 68,9
4 96,5 47 67,2
5 100 48 96,5
6 86,2 49 96,5
7 96,5 50 91,3
8 96,5 51 94,8
9 84,4 52 96,5
10 82,7 53 75,8
11 94,8 54 79,3
12 82,7 55 98,2
13 93,1 56 87,9
14 81,0 57 86,2
15 81,0 58 86,2
16 96,5 59 91,3
17 87,9 60 87,9
18 79,3 61 87,9
19 79,3 62 82,7
20 77,5 63 82,7
21 77,5 64 81,0
22 89,6 65 82,7
23 96,5 66 86,2
24 89,6 67 87,9
25 82,7 68 96,5
26 96,5 69 93,1
114
No Daya Serap Individu (%) No Daya Serap Individu (%)
27 89,6 70 93,1
28 91,3 71 77,5
28 87,9 72 74,1
30 74,1 73 81,0
31 91,3 74 79,3
32 91,3 75 81,0
33 93,1 76 84,4
34 86,2 77 89,6
35 79,3 78 72,4
36 87,9 79 81,0
37 81,0 80 75,8
38 87,9 81 74,1
39 72,4 82 94,8
40 89,6 83 75,8
41 79,3 84 79,3
42 79,3 85 79,3
43 94,8 86 89,6
Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan