Upload
nguyendung
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PELAKSANAAN CORPORATE GOVERNANCE DAN
PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORTING TERHADAP
CREDIT RATING
Dien Amallia Wijayani
Drs. P. Basuki Hadiprajitno, MBA., MS. Acc., Akt
ABSTRACT
Credit rating reflects emiten condition related to its obligation. Credit rating is used
to assess the default risk of emiten’s obligation. This study aims to examine the association
between corporate governance and sustainability reporting to credit rating. This study
replicated prior study conducted by Overheu and Cotter (2009). Sample used in this study is
different from Overheu and Cotter (2009) which were only obligations of nonfinancial
company.
Population consists of obligations that have credit rating 2008-2010 assessment from
Pefindo. Sample was collected based on purposive sampling. Sample used in this study is 60
obligations. Credit rating data was collected from Pefindo official website dan companies
official website. The corporate governance assesment data was collected from IICG website
and SWA magazines. While, sustainability reporting data used was the corporate social
responsibility disclosure, collected from the annual report and scored by GRI. Data was
analysed with multiple regression.
The result of this study indicates that neither corporate governance perception index
or corporate social responsibility disclosure has significant association with credit rating
assesment.
Keyword : Corporate Governance, Sustainability Reporting, Corporate Social
Responsibility, Credit Rating
PENDAHULUAN
Kemampuan perusahaan melunasi pinjaman menjadi faktor penentu yang digunakan
oleh lenders untuk memberikan pinjaman. Kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan-
perusahaan besar seperti Enron dan Lehman Brothers memicu perusahaan untuk lebih
memperhatikan keadaan keuangan perusahan sebelum mengeluarkan keputusan investasi.
Credit rating merupakan salah satu indikator yang menunjukkan seberapa baik perusahaan
dalam mengelola permasalahan ekonomi yang dialami perusahaan tersebut. Credit rating
perusahaan dapat memberikan informasi mengenai keadaan perusahaan terutama mengenai
pembayaran pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan. (Business Credit Service, 2009).
Lembaga pemeringkat kredit atau juga disebut dengan credit rating agency (CRA)
adalah suatu perusahaan yang menerbitkan peringkat kredit bagi para penerbit obligasi. Agen
pemeringkat berfungsi sebagai perantara informasi dan berperan dalam memperbaiki efisiensi
pasar modal dengan meningkatkan transparansi sekuritas, sehingga dapat mengurangi
asimetri informasi antara investor dan penerbit obligasi.
Penilaian credit rating dilakukan oleh perusahaan pemeringkat kredit yang
independen. Di Indonesia, perusahaan pemeringkat kredit tersebut adalah PT Pefindo
(Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating Indonesia. Pemeringkat kredit
menilai dan mengevaluasi sekuritas utang perusahaan yang diperdagangkan secara umum,
dalam bentuk peringkat maupun perubahan peringkat obligasi, dan selanjutnya diumumkan
ke pasar (Zuhrohtun dan Baridwan, 2005).
Pendirian Pefindo dilatarbelakangi oleh inisiatif dari Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) dan bank sentral (Bank Indonesia). Inisiatif pendirian Pefindo merupakan respon
atas peraturan Bapepam tentang permintaan rating utang (debt) dan obligasi terdaftar yang
dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat independen (Pefindo, 2009). Berdasarkan pada
keputusan direksi PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) No: Kep-01/PEF-DIR/I/2010
tentang kode etik perseroan PT Pefindo, Pefindo menjamin bahwa peringkat suatu
perusahaan atau surat utang dihasilkan melalui suatu analisis yang mendalam terhadap
seluruh informasi yang diketahui dan relevan dengan menggunakan metodologi
pemeringkatan yang telah dipublikasi.
Tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) menjadi poin yang
cukup penting bagi perusahaan untuk mendapatkan image dan penilaian yang baik dari para
stakeholders, investor, lembaga keuangan dan pemerintah. pelaksanaan corporate
governance yang efektif memberikan sinyal keunggulan tata kelola perusahaan. Pelaksanaan
corporate governance yang efektif mengandung arti bahwa perusahaan memiliki pengawasan
yang baik, dan menunjang stabilitas perusahaan dan pasar, memacu tingkat kepercayaan
investor, dan menurunkan perceived risk. (Overheu dan Cotter, 2009).
Good Corporate Governance dimungkinkan pula memberikan pengaruh terhadap
risiko kegagalan kredit (default risk) dan kualitas pengungkapan informasi. Good Corporate
Governance mengurangi kemungkinan kegagalan kredit (mengurangi default risk),
meningkatkan kualitas pengungkapan informasi perusahaan yang relevan (menurunkan
information risk) dan dengan cara demikian, menurunkan cost of debt (Ashbaugh, et al.,
2006).
Selain pengungkapan mengenai corporate governance, isu akuntansi mengenai
sustainability management sedang marak diperbincangkan. Pengimplementasian dari
sustainability management adalah dengan corporate social responsibility (CSR). Perusahaan
tidak hanya mencari profit, tetapi juga mengupayakan bagaimana menyalurkan profit tersebut
sehingga masyarakat bisa meraih manfaatnya.
Perusahaan diperbolehkan menggunakan corporate social responsibility dan
sustainability reporting sebagai alat analisis reputation risk management (Bebbington et.al.,
2008). Deegan (2002) dalam Overheu dan Cotter (2009) menyatakan bahwa perusahaan bisa
saja menggunakan corporate social and environmental (sustainability) reporting untuk
melegitimasi bermacam aspek perusahaan. Manajemen yang proactive melaporkan
sustainability perusahaan akan mendapatkan image positif dari masyarakat. Perusahaan yang
memiliki mengungkapkan informasi lebih tentang sustainability perusahaan akan mengalami
pembedaan di antara perusahaan yang tidak menginformasikan sustainability.
KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Credit Rating
Sebelum melakukan pembelian atas obligasi, salah satu faktor yang harus
diperhatikan oleh investor ialah credit rating. Peringkat obligasi (credit rating) merupakan
skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan (Linandarini, 2010). Skala ini
menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi investor. Tingkat keamanan dalam
pembelian obligasi meliputi dua poin penting yaitu kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga dan melunasi pokok pinjaman secara tepat waktu. Semakin tinggi
peringkat, semakin menunjukkan bahwa obligasi tersebut terhindar dari risiko default.
Definisi rating menurut Andreas Gottschling (2006) ialah penilaian mengenai
legalitas dan keadaan ekonomi pada masa kini dan masa depan konsumer yang disimbolkan
dengan menggunakan kode huruf seperti AAA, BB, CC, dan sebagainya. Penilaian ini dapat
digunakan untuk mengurangi terjadinya asimetri informasi, menentukan probability of
default (kemungkinan kegagalan kredit), menentukan harga, me-manage credit portfolio, dan
sebagai pemenuhan atas peraturan pemerintah (Bapepam) mengenai permintaan rating utang
(debt) dan obligasi terdaftar yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat independen.
Dipandang dari sisi penerbit obligasi, pemeringkatan obligasi memberikan manfaat
dalam analisis keuangan perusahaan dan pengambilan keputusan perusahaan. Pemeringkatan
obligasi dijadikan sebagai indikator default (kegagalan kredit) yang memiliki pengaruh
langsung dan terukur terhadap penetapan tingkat bunga obligasi dan biaya modal perusahaan.
Selanjutnya, pemeringkatan obligasi akan memberikan alarm bagi perusahaan dalam
mengeluarkan keputusan penerbitan obligasi baru. Obligasi yang masuk dalam peringkat
(level) bawah memberikan petunjuk bahwa obligasi baru belum dapat diterbitkan. Peringkat
obligasi (credit rating) mencerminkan keadaan penghutang (perusahaan penerbit obligasi)
dan kemungkinan apa yang dapat dan akan dilakukan sehubungan hutang yang dimiliki,
sehingga dapat dikatakan bahwa credit rating mencoba mengukur risiko default emiten
sehubungan dengan kondisi yang akan dialami emiten dalam hal pemenuhan kewajiban
keuangan (gagal bayar).
Di sisi lain, bagi investor, adanya agen pemeringkat akan membantu dalam
memberikan informasi investasi mengenai kemampuan emiten dilihat dari aspek ekonomi
dan keuangan. Hal ini dapat meminimalisasi asimetri informasi bagi investor. Pemeringkatan
dari tiap obligasi yang dilakukan oleh agen pemeringkat (rating agencies) memberikan
gambaran tentang kredibilitas (creditworthiness) dan mempengaruhi penjualan obligasi yang
bersangkutan (Fabozzi, 2000).
Credit rating perusahaan ditentukan oleh penilaian agen pemeringkat kredit mengenai
kemungkinan distribusi arus kas masa depan kepada bondholders, yang berkaitan dengan
aliran kas masa depan perusahaan. (Ashbaugh, et al., 2006). Credit rating menunjukkan
kelayakan kredit perusahaan (creditworthiness). Kelayakan kredit ditentukan oleh penilaian
atas kecukupan (sufficiency) aliran kas perusahaan di masa depan untuk menutup debt costs
dan principal payment.
Penentuan tingkat skala tersebut memperhitungkan beberapa variabel yang
mempengaruhi peringkat obligasi. Investor dapat menggunakan jasa agen pemeringkat yang
memberikan jasa penilaian terhadap obligasi yang beredar untuk mendapatkan informasi
mengenai peringkat obligasi, yang merupakan petunjuk tentang kualitas investasi obligasi
yang diminati.
Peringkat obligasi diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang independen. Di
Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat sekuritas utang, yaitu PT Pefindo (Pemeringkat
Efek Indonesia) dan Kasnic Credit Rating Indonesia. Lembaga pemeringkat tersebut
membantu investor dalam memberikan informasi investasi mengenai kemampuan ekonomi
dan finansial penerbit (issuer) obligasi. Peringkat obligasi menunjukkan kualitas kredit
perusahaan penerbit. Semakin tinggi peringkat yang diperoleh, semakin baik kualitas kredit.
Secara umum, peringkat obligasi dibagi menjadi dua kelompok tingkatan, yaitu investment
grade (AAA-BBB (S&P)) dan non-investment grade atau speculative grade (BB+-D (S&P)).
Apabila obligasi berada dalam investment grade, obligasi tersebut tergolong memiliki
peringkat tinggi (high grade) yang mencerminkan risiko kredit yang rendah (high
creditworthiness). Sebaliknya, apabila obligasi memiliki peringkat yang termasuk dalam non-
investment grade, obligasi tersebut merupakan obligasi berperingkat rendah (low grade) yang
mencerminkan risiko kredit yang tinggi (low creditworthiness).
Pefindo menerapkan metodologi penilaian terhadap sektor perusahaan, lembaga
keuangan dan perusahaan asuransi yang menitikberatkan pada risiko industri, risiko bisnis
dan risiko keuangan.
Dalam melakukan pemeringkatan obligasi, Pefindo memiliki prosedur pemeringkatan
yang baku. Prosedur tersebut berisi langkah-langkah yang dilakukan Pefindo sebelum
menerbitkan credit rating perusahaan.
Corporate Governance Perception Index
Corporate Governnace Perception Index (CGPI) merupakan riset dan pemeringkatan
penerapan GCG perusahaan di Indonesia. Pelaksanaan CGPI dilandasi oleh pemikiran
tentang pentingnya mengetahui sejauh mana perusahaan telah menerapkan good corporate
governance. Penilaian CGPI didasarkan pada prisip dasar transparency, accountability,
responsibility, independency, dan fairness. Keenam prinsip ini diukur dengan enam cakupan
penilaian, meliputi:
1. Komitmen terhadap tata kelola perusahaan.
2. Hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan.
3. Perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham.
4. Peran stakeholders dalam tata kelola perusahaan.
5. Pengungkapan dan transparansi.
6. Tanggung jawab dewan komisaris dan dewan direksi.
Praktek Good Corporate Governance yang diterapkan oleh perusahan dapat
diasumsikan sebagai salah satu cara yang efektif dalam mencegah ataupun menyelesaikan
masalah keagenan yang mengancam hubungan manajemen dan para pemangku kepentingan
dalam perusahaan tersebut. Adanya indikasi peningkatan kepercayaan yang ditimbulkan dari
pengungkapan corporate governance menciptakan adanya hubungan antara pelaksanaan
corporate governance dan penilaian credit rating.
Tata kelola manajemen perusahaan dikatakan baik dengan menilai ketercapaian
prinsip-prinsip corporate governance. Tata kelola keuangan dan prospek perusahaan akan
dapat diestimasi melalui analisis pelaksanaan corporate governance. Kepercayaan investor
mengenai kondisi perusahaan inilah yang dapat diindikasikan sebagai faktor pemicu sebuah
perusahaan menerima peringkat kredit yang baik.
Berdasar pada penjelasan di atas, dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan corporate
governance menjadi faktor dalam penilaian credit rating. Sehingga dapat diperoleh rumusan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Corporate Governance Perception Index berhubungan positif dengan
Credit Rating.
Sustainability Reporting
Perusahaan akan menghadapi bermacam-macam faktor yang mendukung ataupun
menghalangi tercapainya going concern perusahaan. Faktor-faktor tersebut muncul sebagai
perwujudan dari berbagai risiko dan beragam peluang yang tercipta akibat kondisi sosial,
lingkungan maupun ekonomi terkini. Hal ini tentunya menjadi stimulator para manajemen
perusahaan untuk memenangkan setiap persaingan yang timbul dan siap menghadapi
berbagai risiko dan peluang agar perusahaan tetap bisa mencetak laba dan menjalankan
kegiatan manajemen secara seimbang.
Menurut Anis Chariri (2009), bisnis yang dibangun haruslah menguntungkan tidak
hanya bagi perusahaan tetapi bermanfaat juga bagi manusia/pekerja, dan lingkungannya.
Atas dasar ide ini muncullah konsep sustainability management, atau corporate social
responsibility, atau corporate citizenship. Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan
mengimplementasikan sustainability management. Alasan tersebut didasarkan pada manfaat
yang diyakini dapat diperoleh dari praktik tersebut, yaitu : (1) Untuk menunjukan kepedulian
sosial terhadap masyarakat dan lingkungan, (2) bagi stakeholders, membangun kepercayaan,
dan memperkuat hubungan serta komunikasi, (3) mengurangi risiko korporat dan melindungi
nama baik (reputasi), (4) Analisis investasi bagi investor (Socially Responsible
Invesment/SRI), (5) Menghasilkan daya saing yang tinggi dalam perolehan kapital/pinjaman,
SDM, dan pemasok.
Perusahaan menggunakan pelaporan CSR atau sustainability reporting untuk
mengungkapkan kegiatan-kegiatan sosial perusahaan sehingga masyarakat mengetahui secara
rinci pelaksanaan sustainability development perusahaan. Salah satu manfaat dari
pengungkapan sustainability report atau CSR adalah untuk meningkatkan kepercayaan
stakeholders’, sehingga muncullah kemungkinan bahwa pengungkapan CSR perusahaan akan
meningkatkan credit rating perusahaan. Seperti yang diketahui, pemeringkatan kredit
perusahaan diindikasikan memiliki hubungan dengan tingkat kepercayaan investor.
H2 : Credit Rating berhubungan positif dengan corporate social responsibility
disclosure.
METODE PENELITIAN
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Variabel dependen
Terdapat satu variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu peringkat obligasi
(credit rating) perusahaan. Credit rating yang digunakan adalah credit rating
yang dikeluarkan oleh Pefindo.
Dalam penelitian ini, tiap rating yang diterima akan dikonversikan berdasar pada
tabel nilai berikut ini.
Tabel 2.1.1
Credit Rating
Peringkat Peringkat Indeks
Highest Grade idAAA 18
High Grade idAA+ 17
idAA 16
idAA- 15
Upper Medium Grade idA+ 14
idA 13
idA- 12
Medium Grade idBBB+ 11
idBBB 10
idBBB- 9
Lower Medium Grade idBB+ 8
idBB 7
idBB- 6
Speculative Grade idB+ 5
idB 4
idB- 3
Poor Standing idCCC 2
Selective Default idSD 1
In Default idD 0
Sumber: Pefindo
2. Variabel independen
Terdapat dua variabel independen dalam penelitian ini, yaitu corporate
governance perception index (CGPI) dan corporate social responsibility
disclosure (CSRD). corporate governance perception index dikeluarkan oleh
IICG (Indonesia Institute of Corporate Governance). Sedangkan, Sustainability
reporting dalam penelitian ini, diukur dengan melakukan penilaian Corporate
Social Responsibility (CSR) atau sustainability report dengan menggunakan
kriteria baku yang telah dikeluarkan oleh GRI (Global Reporting Initiative). Nilai
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
���� � ��� ���
79
3. Variabel kontrol
Terdapat dua variabel kontrol dalam penelitian ini, yaitu ukuran perusahaan (size)
dan leverage. Ukuran perusahaan (SIZE) diukur dengan menghitung log natural
jumlah aset yang dimiliki perusahaan. Sedangkan, leverage diukur dengan
membagi jumlah utang dengan total aset yang dimiliki perusahaan.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh obligasi yang
mendapatkan pemeringkatan kredit 2008-2010 oleh Pefindo. Pemilihan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu metode mengumpulkan
sampel yang sesuai kriteria yang telah ditentukan. Adapun beberapa kriteria sampel
penelitian ini, yaitu :
1. Obligasi yang diterbitkan selama tahun 2010 – 2008.
2. Obligasi yang mendapatkan pemeringkatan oleh Pefindo.
3. Obligasi diterbitkan oleh perusahaan yang menyajikan laporan tahunan dalam
mata uang rupiah.
4. Obligasi diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki penilaian CGPI.
5. Memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa
laporan peringkat kredit (credit rating) yang dikeluarkan oleh Pefindo, laporan tahunan
(annual report), dan laporan CGPI oleh IICG. Laporan peringkat kredit (credit rating),
diperoleh dari database dan website resmi Pefindo. Laporan tahunan (annual report)
merupakan rekaman historis mengenai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Laporan
tahunan (annual report) diperoleh dari Pojok BEI Fakultas Ekonomi UNDIP, website resmi
BEI, dan website resmi perusahaan. Sedangkan, data penilaian CGPI diperoleh dari website
resmi majalah SWA dan website resmi IICG. Data sekunder lainnya diperoleh dari
penelitian-penelitian sebelumnya, artikel, buku teks, dan referensi lain.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi dan pustaka yang diperoleh di perpustakaan, Indonesian Capital Market
Directory (ICMD), website resmi SWA, website resmi IICG, website resmi BEI, website
resmi perusahaan, website resmi Pefindo, dan Pojok BEI Fakultas Ekonomi UNDIP. Data
kepustakaan yang dikumpulkan berupa konsep-konsep dan teori-teori yang dapat digunakan
untuk penelitian ini didapat dari buku, dokumen, jurnal, dan sebagainya.
Metode Analisis
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan variabel-
variabel dalam penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nilai rata-rata (mean), minimum, dan maksimum untuk menggambarkan variabel-variabel.
Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik seharusnya memenuhi asumsi-asumsi yang disyaratkan
berikut ini, yaitu bebas dari uji autokorelasi, uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji
heteroskedastisitas.
Uji Regresi
Dalam penelitian ini analisis regresi yang digunakan adalah regresi berganda
(multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independent terhadap variabel dependen. Analisis regresi berkenaan dengan studi
ketergantungan satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas atau penjelas,
dengan tujuan mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel
dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Analisis ini juga mengukur
kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen. Model yang diajukan dalam penelitian ini,
yaitu:
PEFRATEt+1 = αααα + ββββ1CGPIt + ββββ2CSRDt + ββββ3SIZEt + ββββ4LEVt + µµµµt
Dimana :
PEFRATE = credit rating / Peringkat obligasi umum
α = konstanta
CGPI = corporate governance perception index
CSRD = corporate social responsibility disclosure
SIZE = ukuran perusahaan
LEV = leverage
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh obligasi perusahaan yang mendapatkan
penilaian peringkat obligasi untuk tahun 2008-2010 dari Pefindo. Obligasi perusahaan yang
mendapatkan pemeringkatan obligasi dari Pefindo berjumlah 362 obligasi. Sampel penelitian
dipilih dengan cara purposive sampling. Hasil ringkas mengenai jumlah sampel penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Penentuan Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Obligasi yang memiliki penilaian credit
rating untuk tahun 2008-2010 oleh Pefindo
362 obligasi
Obligasi yang perusahaan penerbitnya tidak
mendapat penilaian tata kelola (CGPI) oleh
IICG
(301 obligasi)
Obligasi yang perusahaan penerbitnya
memiliki penilaian CGPI oleh IICG
61 obligasi
Obligasi yang perusahaan penerbitnya tidak
menyajikan laporan tahunan
(0 obligasi)
Obligasi yang perusahaan penerbitnya
menyajikan laporan tahunan
61 obligasi
Obligasi yang perusahaan penerbitnya tidak
memiliki informasi lengkap
(0 obligasi)
Obligasi yang perusahaan penerbitnya
memiliki informasi lengkap
61 obligasi
Total sampel penelitian 61 obligasi
Sumber: Pefindo dan diolah
Sampel penelitian ini didapat dari data sampel selama 3 tahun dengan rincian jumlah sampel
untuk setiap tahun sebagai berikut.
Tabel 4.2
Sampel Penelitian
No. Keterangan 2007 2008 2009
Jumlah (jumlah obligasi)
1 Bank Mandiri Tbk 1 2 2 5
2 Bank Negara Indonesia Tbk 2 2 4
3 Bank OCBC NISP Tbk 4 4
4 Bank Permata Tbk 2 2
5 BFI Finance Indonesia 3 3
6 Bank Pembangunan Daerah DKI 6 4 10
7 PT Jasamarga Tbk 2 2
8 PT Bukit Asam Tbk 1 1
9 PT Elnusa Tbk 1 1
10 PT Adhi Karya Tbk 6 3 9
11 PT Bakrieland Development Tbk 5 3 8
12 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 2 2
13 PT Indosat Tbk 8 8
14 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk 2 2
Jumlah 5 37 19 61
Sumber: Pefindo dan diolah
Beberapa obligasi yang telah memiliki peringkat dimungkinkan untuk mendapatkan
upgrade peringkat. Dalam rentang waktu 2008-2010, empat obligasi sampel penelitian ini
mengalami upgrade peringkat. Adapun keterangan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.3
Daftar Upgrade Peringkat
Bank Negara Indonesia Tbk AA- ---> AA
AA- ---> AA
PT Jasamarga Tbk AA- ---> AA
AA- ---> AA
Sumber: Pefindo dan diolah
Pada laporan yang dipublikasikan, Pefindo juga akan menampilkan obligasi yang
sedang berada dalam review penilaian rating. Dalam penelitian ini, terdapat tiga obligasi
yang sedang berada dalam penilaian ulang (under review). Ketiga obligasi tersebut berasal
dari dua perusahaan. Berikut ini rincian obligasi tersebut.
Tabel 4.4
Obligasi Berstatus Under Review
Bank OCBC NISP Tbk 2
PT Bukit Asam Tbk 1
Sumber: Pefindo dan diolah
Penelitian ini juga meneliti corporate governance perception index (CGPI), corporate
social responsibility disclosure index (penilaian sesuai GRI), ukuran perusahaan dan rasio
leverage. Salah satu kriteria yang harus dimiliki sampel penelitian ini adalah keberadaan
penilaian CGPI. Untuk sampel penelitian ini, rician perusahaan penerbit obligasi disertai
dengan nilai CGPI adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5
Skor CGPI Sampel Penelitian
No. Keterangan 2007 2008 2009
1 Bank Mandiri Tbk 88,66 90,07 90,65
2 Bank Negara Indonesia Tbk 79,46 81,74
3 Bank OCBC NISP Tbk 75,82
4 Bank Permata Tbk 78,85
5 BFI Finance Indonesia 81,53
6 Bank Pembangunan Daerah DKI 80,3 76,61
7 PT Jasamarga Tbk 81,62
8 PT Bukit Asam Tbk 81,74
9 PT Elnusa Tbk 81,74
10 PT Adhi Karya Tbk 82,07 81,54
11 PT Bakrieland Development Tbk 62,62 76,93
12 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 57,53
13 PT Indosat Tbk 82,53
14 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk 88,67
Sumber: IICG dan diolah
Dari tabel tersebut, skor CGPI sampel penelitian ini sebagian besar memiliki kriteria
“terpercaya” (skor 70-84) dan “sangat terpercaya” (skor 85-100). Skor CGPI terendah dalam
penelitian ini dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk dan PT Bakrieland
Development Tbk pada tahun 2008. Kedua perusahaan ini masuk dalam kriteria “cukup
terpercaya” karena skor CGPI yang diperoleh berada di dalam kisaran 55-69.
Indeks corporate social responsibility disclosure (CSRD) diperoleh dengan
melakukan analisis esensi dari laporan CSR dalam annual report berdasar pada kriteria GRI
(Global Reporting Initiatives). Hasil dari penilaian tiap kriteria dibandingkan dengan jumlah
total kriteria GRI (x/79). Adapun rincian penilaian CSRD penelitian ini adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.6
Penilaian CSRD
No Keterangan KE KL KPTKPL KHAM KM KTJP Jml
Indeks
(x/79)
2007
1 Bank Negara Indonesia Tbk 3 4 5 0 1 0 13 0,164556962
2 Bank Permata Tbk 2 1 5 0 1 0 9 0,113924051
3 Bank Mandiri Tbk 4 0 5 0 1 0 10 0,126582278
2008
4 Bank OCBC NISP Tbk 4 0 5 0 1 1 11 0,139240506
5 BFI Finance Indonesia Tbk 5 0 5 0 1 0 11 0,139240506
6 PT Indosat Tbk 3 3 1 0 1 0 8 0,101265823
7
PT Pembangunan Jaya
Ancol Tbk 3 1 5 0 1 0 10 0,126582278
8
PT Bakrieland Development
Tbk 3 8 3 0 2 0 16 0,202531646
9 PT Bukit Asam Tbk 4 7 6 1 1 0 19 0,240506329
10 Bank Mandiri Tbk 4 2 5 0 0 0 11 0,139240506
11 PT Adhi Karya Tbk 2 2 0 0 1 1 6 0,075949367
12
Bank Pembangunan Daerah
DKI 5 0 6 0 0 0 11 0,139240506
2009
13
Bank Pembangunan Daerah
DKI 5 0 6 0 0 0 11 0,139240506
14 Bank Mandiri Tbk 4 0 5 0 1 0 10 0,126582278
15 Bank Negara Indonesia Tbk 4 5 5 0 1 0 15 0,189873418
16 PT Jasamarga Tbk 3 3 5 0 1 0 12 0,151898734
17 PT Elnusa Tbk 5 5 6 0 1 1 18 0,227848101
18 PT Adhi Karya Tbk 4 4 4 0 1 0 13 0,164556962
19
PT Bakrieland Development
Tbk 2 8 7 0 1 0 18 0,227848101
20
PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk 2 1 6 0 0 1 10 0,126582278
Sumber: Annual Report dan diolah
Keterangan:
KE : Kinerja Ekonomi
KL : Kinerja Lingkungan
KPTKPL : Kinerja Praktek Tenaga Kerja dan Pekerjaan yang Layak
KHAM : Kinerja Hak Asasi Manusia
KM : Kinerja Masyarakat
KTJP : Kinerja Tanggung Jawab Produk
Dari tabel di atas, pengungkapan CSR dalam annual report dapat dikatakan masih
rendah. Esensi yang ada di laporan CSR tersebut belum memenuhi sebagian besar kriteria
yang diajukan oleh GRI. Hal ini dimungkinkan karena ketidaktahuan atau rendahnya
pengetahuan perusahaan mengenai aspek-aspek pengungkapan CSR yang dibakukan.
Analisis Data
Statistik Deskriptif
Untuk variabel Pefindo rate, corporate governance perception index, corporate social
responsibility disclosure index, ukuran perusahaan,dan leverage, dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
PEFRATE 61 11.00 18.00 13.9836
CGPI 61 57.530 90.650 79.12459
CSRD 61 .0759 .2405 .151276
SIZE 61 27.9172 33.6089 30.679431
LEV 61 .0467 .9412 .715074
Valid N (listwise) 61
Sumber: output SPSS
Nilai 14 (A+) pada rata-rata peringkat obligasi ini mengindikasikan bahwa rata-rata
penerbit obligasi memiliki kapasitas kuat untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka
panjang jika dibandingkan secara relatif dengan penerbit obligasi lain. Nilai rata-rata skor
CGPI ini mengindikasikan bahwa rata-rata penerbit obligasi memiliki praktek pelaksanaan
corporate governance yang baik. Nilai CGPI 79,12 tergolong dalam predikat “terpercaya”.
Hal ini berarti rata-rata penerbit obligasi memiliki kebijakan dan tata kelola perusahaan yang
memenuhi pedoman pelaksanaan corporate governance di Indonesia. Nilai rata-rata
pengungkapan CSRD penerbit obligasi memiliki nilai yang cukup rendah karena skala
penilaian berkisar pada 0-1. Hasil uji deskripsi ini menunjukkan bahwa secara umum, aspek-
aspek penilaian CSRD yang dibakukan oleh GRI (Global Reporting Initiative) belum
terpenuhi oleh pelaporan perusahaan.
Dilihat dari rata-rata ukuran perusahaan sampel, penelitian ini melibatkan perusahaan
penerbit obligasi yang memiliki jumlah aset yang relatif besar. Hasil rata-rata yang
menunjukkan angka 71,51% mengindikasikan rata-rata perusahaan sampel memiliki rasio
leverage yang cukup besar karena lebih dari 50% kegiatan operasional perusahaan dibiayai
dengan hutang.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai Z sebesar 1,220 dengan
nilai Asymp. Sig. 0,102. Nilai Asymp. Sig. lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
persamaan regresi dalam penelitian ini memenuhi uji normalitas.
Uji Autokorelasi
Untuk jumlah sampel 61, variabel bebas sebanyak 4, nilai DU sebesar 1,727 dan DL
sebesar 1,444 (dilihat pada tabel Durbin-Watson). Nilai DW adalah 0,870, nilai ini
dibandingan dengan nilai tabel yaitu DU dan DL. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa
terjadi autokorelasi positif karena 0<DW<DL.
Tabel 4.8
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .805a .648 .623 1.44231 .870
a. Predictors: (Constant), CSRD, CGPI, LEV, SIZE
b. Dependent Variable: PEFRATE
Sumber: output SPSS
Salah satu cara untuk mengatasi problem autokorelasi ini adalah dengan
menambahkan variabel lag terhadap variabel terikat pada model pengujian penelitian ini.
Modifikasi ini secara otomatis mengubah jumlah sampel dan variabel bebas yang diteliti.
Sampel penelitian ini menjadi sejumlah 60 obligasi dan variabel bebas bertambah satu
menjadi 5 variabel. Uji autokorelasi setelah modifikasi ini adalah sebagai berikut
Tabel 4.9
Uji Autokorelasi setelah Perbaikan Data
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .894a .800 .782 1.10034 1.510
a. Predictors: (Constant), LAG_PEFRATE, LEV, CSRD, CGPI, SIZE
b. Dependent Variable: PEFRATE
Sumber: output SPSS
Untuk jumlah sampel 60, variabel bebas sebanyak 5, nilai DU sebesar 1,727 dan DL
sebesar 1,408 (dilihat pada tabel Durbin-Watson). Nilai DW adalah 1,510, nilai ini kemudian
dibandingan dengan nilai tabel yaitu DU dan DL. Dilihat bahwa nilai D-W statistik berada di
daerah ragu-ragu. Hasil uji ini menunjukkan bahwa 1,408<1,510<1,727, atau DL<DW<DU,
sehingga pengujian tidak dapat disimpulkan dan penelitian dinyatakan layak untuk dipakai.
Uji Multikolinieritas
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas, semua variabel memiliki nilai tolerance lebih
dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Hal ini berarti persamaan regresi dalam penelitian ini
terbebas dari problem multikolinearitas atau dalam model persamaan regresi ini tidak di
temukan adanya kolerasi antar variabel bebas.
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil pengamatan pada grafik scatterplot, tidak ada pola tertentu yang
terbentuk. Titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam persamaan regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil Regresi dan Uji Hipotesis
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Regresi Linear
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -8.984 3.997 -2.248 .029
CGPI .025 .026 .081 .965 .339 .521 1.919
CSRD .977 5.374 .015 .182 .856 .534 1.872
SIZE .395 .169 .248 2.334 .023 .328 3.050
LEV -.641 .872 -.062 -.735 .465 .516 1.939
LAG_PEFRATE .659 .103 .647 6.424 .000 .366 2.735
a. Dependent Variable: PEFRATE
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .894a .800 .782 1.10034 1.510
a. Predictors: (Constant), LAG_PEFRATE, LEV, CSRD, CGPI, SIZE
b. Dependent Variable: PEFRATE
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.12
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 261.603 5 52.321 43.214 .000a
Residual 65.380 54 1.211
Total 326.983 59
a. Predictors: (Constant), LAG_PEFRATE, LEV, CSRD, CGPI, SIZE
b. Dependent Variable: PEFRATE
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.13
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -8.984 3.997 -2.248 .029
CGPI .025 .026 .081 .965 .339 .521 1.919
CSRD .977 5.374 .015 .182 .856 .534 1.872
SIZE .395 .169 .248 2.334 .023 .328 3.050
LEV -.641 .872 -.062 -.735 .465 .516 1.939
LAG_PEFRATE .659 .103 .647 6.424 .000 .366 2.735
a. Dependent Variable: PEFRATE
Sumber: Output SPSS
Pembahasan
Hubungan Corporate Governance Perception Index dengan Credit Rating
Hasil uji statistik t pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel corporate
governance perception index memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,339 pada α = 0,05. Hal
ini berarti bahwa secara statistis, variabel corporate governance perception index tidak
berpengaruh signifikan dengan credit rating perusahaan. Dengan demikian hipotesis 1
ditolak.
Pada penelitian ini, penilaian corporate governance perception index sebagai ukuran
dari pelaksanaan corporate governance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap credit
rating. Penilaian CGPI resmi dikeluarkan oleh instansi IICG. Penilaian dilakukan pada
perusahaan yang meminta untuk dinilai penerapan corporate governance-nya.
Penilaian menyeluruh mengenai corporate governance yang diindikasikan secara
signifikan memiliki pengaruh positif terhadap credit rating tidak terbukti pada penelitian ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian CGPI mengenai kondisi perusahaan tidak bisa
menjadi indikator untuk menilai risiko investasi. Perusahaan yang mendapatkan nilai tinggi
dalam CGPI tidak serta merta memperoleh credit rating tinggi pula.
Selain itu, penilaian CGPI yang tinggi bukan berarti investor tidak perlu lagi
melakukan analisis mendalam mengenai obligasi yang akan dibeli. Investor tetap harus
mengikuti perkembangan kebijakan manajemen penerbit obligasi untuk mengamankan
keuntungan.
Hubungan Corporate Social Responsibility Index dengan Credit Rating
Hasil uji statistik t pada penelitian ini menunjukkan bahwa corporate social
responsibility disclosure index memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,856 pada α = 0,05. Hal
ini berarti bahwa secara statistis, variabel corporate social responsibility disclosure index
tidak berpengaruh signifikan terhadap credit rating perusahaan. Dengan demikian hipotesis 2
ditolak.
Penelitian mengenai pengaruh CSR terhadap peringkat obligasi, hingga saat ini, masih
jarang ditemukan di Indonesia. Penelitian terdahulu mengenai CSR masih hanya dikaitkan
dengan kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Begitu pula dengan penelitian yang terjadi
di luar Indonesia. Hasil penelitian Overheu dan Cotter (2009) mengungkapkan bahwa
menjamurnya pelaporan corporate social tidak berarti meningkatnya kualitas pelaporan CSR
itu sendiri. Senada dengan hasil penelitian tersebut, penelitian ini mengungkapkan bahwa
merebaknya pelaporan CSR di Indonesia tidak diikuti dengan pemerhatian terhadap kualitas
pelaporan CSR yang telah dibakukan oleh GRI. Dari pengindeksian CSR yang dilakukan
penelitian ini, kualitas pelaporan CSR tergolong rendah karena kurangnya informasi detail
mengenai kegiatan CSR perusahaan yang diilhami oleh kriteria-kriteria GRI.
Hasil penelitian ini tidak memberikan pembenaran mengenai kemungkinan yang
diungkapkan Bebbington, et. al. (2008) bahwa perusahaan dimungkinkan untuk
menggunakan pelaporan CSR atau sustainability reporting sebagai sarana meningkatkan
reputation risk management.
Penelitian ini juga tidak membuktikan bahwa pengungkapan CSR yang disampaikan
kepada Pefindo mendapatkan respon positif berupa kenaikan peringkat obligasi perusahaan
pelaku CSR. Pelaporan CSR yang memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan dengan
pelaporan CSR perusahaan lain tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap credit
rating yang dimiliki. Indeks pengungkapan CSR yang lebih baik tidak bisa dijadikan jaminan
bagi perusahaan untuk mendapatkan credit rating yang lebih baik pula. Hal ini juga berarti
pengungkapan CSR tidak bisa dijadikan indikator dalam analisis investasi bagi investor.
Hasil penelitian ini juga tidak bisa membuktikan bahwa pengungkapan CSR bisa
digunakan oleh perusahaan dalam mendapatkan kepercayaan pihak eksternal dalam hal
penilaian investasi.
Hubungan Variabel Kontrol dengan Credit Rating
Hasil uji statistik t pada penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan sebagai
variabel kontrol penelitian ini memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,023 pada α = 0,05.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Keown (2005) dalam Rahmi (2007) yang
menyatakan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dan peringkat obligasi.
Ukuran perusahaan yang besar akan berbanding lurus dengan penilaian credit rating. Hal ini
diindikasikan bahwa ukuran perusahaan menjadi jaminan bagi investor mendapatkan
pengembalian investasinya. Pemeringkat kredit dinilai menjadikan ukuran perusahaan
sebagai faktor yang mendukung perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutangnya.
Hasil uji statistik t pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa leverage sebagai
variabel kontrol penelitian ini memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,465 pada α = 0,05. Hal
ini berarti bahwa secara statistis, leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap credit rating
perusahaan. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Magreta dan Poppy (2009)
yang mengungkapkan variabel leverage tidak signifikan berpengaruh pada peringkat obligasi.
Simpulan, Keterbatasan, dan Saran
Corporate Governance Perception Index yang digunakan sebagai ukuran pelaksanaan
corporate governance tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap credit rating. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Overheu dan Cotter (2009), tetapi memiliki beberapa
perbedaan dengan penelitian lain sebelumnya. Hal ini diindikasikan dikarenakan tidak semua
elemen corporate governance perception index memiliki pengaruh terhadap peringkat
obligasi. (Juniarti dan Sentosa, 2009).
Corporate Social Responsibility Disclosure yang diukur dengan indeks GRI tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap credit rating. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Overheu dan Cotter (2009). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pelaporan
CSR yang dilakukan perusahaan belum memenuhi standar GRI.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang kemungkinan berpengaruh
terhadap hasil penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih kurang.
Penelitian mengenai sustainability reporting yang dikaitkan dengan credit rating masih
jarang dilakukan sehingga penelitian pembanding dalam penelitian ini dinilai masih kurang.
Analisis pengungkapan sustainability dalam penelitian ini menggunakan hanya berasal dari
annual report dan website resmi perusahaan. Hasil penelitian ini tidak dapat digunakan
sebagai komparasi hasil penelitian Overheu dan Cotter (2009). Hal ini dikarenakan
penggunaan sampel penelitian ini yang menggunakan sampel obligasi perusahaan keuangan
dan nonkeuangan, sementara Overheu dan Cotter (2009) hanya menggunakan sampel
perusahaan keuangan.
Saran yang diberikan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya adalah penelitian
selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar, sehingga didapatkan hasil yang
dapat digeneralisasi. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai salah satu pembanding untuk penelitian sejenis. Penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan sumber data lain seperti hasil wawancara dengan pihak manajemen perusahaan
atau kuesioner untuk mengetahui keterangan lengkap program CSR perusahaan. Penelitian
selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel penelitian dari perusahaan keuangan atau
nonkeuangan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Ashbaugh-Skaife, H., Collins, D.W. & LaFond, R., (2006), “The Effects of Corporate
Governance on Firms� Credit Ratings”, Journal of Accounting and Economics, Vol.
42, Issue 1/2, pp. 203-243
Badan Pengawas Pasar Modal. 1994. Keputusan Nomor tentang Pendirian Credit Rating
Agency. Jakarta.
Bebbington, K.J., Larrinaga-Gonzales, C. & Moneva, J. (2008), “Corporate social reporting
and reputation risk management”, Accounting, Auditing and Accountability Journal,
Vol.21, No. 3, 2008, pp. 337-362
Bussiness Credit Service. 2009. “Benefit Of Good Credit”. http://google.com, diakses tanggal
3 Januari 2010.
Chariri, Anis. 2009. “Sustainability Reporting”. http://google.com, diakses pada 6 Januari
2011.
Christina James-Overheu and Julie Cotter. 2009. “Corporate Governance, Sustainability, and
The Assessment of Default Risk”, Asian Journal of Finance & Accounting, Vol. 1,
No. 1:E1
Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review. The
Academy of management Review (Jan): 57-74.
FitchRatings, 2004. Credit Policy Special Report, “Evaluating Corporate Governance: The
Bondholders’ Perspective”, New York. http://google.com, diakses pada 6 januari
2011.
FCGI. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Jilid I. FCGI,Edisi ke-3.
FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II. FCGI. Edisi ke-2.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm : Managerial
Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure”. http://google.com, diakses
tanggal 23 Desember 2010.
Magreta dan Poppy Nurmayanti. 2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prediksi
Peringkat Obligasi Ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Nonakuntansi”. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi. Vol.11 No.3(Des, 2009).
Pemeringkat Efek Indonesia. 2009. “PT Pefindo”, http://new.pefindo.com, diakses pada 29
Desember 2010.
Pemeringkat Efek Indonesia. 2009. Kode Etik Perusahaan PT Pefindo. Jakarta.
Pemeringkat Efek Indonesia. 2010. Keputusan Pefindo Nomor Kep-01/Pef-Dir/I/2010
tentang Kode Etik Perseroan PT Pefindo. Jakarta.
Pemeringkat Efek Indonesia. 2010. Keputusan Pefindo Nomor Kep-16/Pef-Dir/I/2010
tentang Penyempurnaan Kode Etik Perseroan PT Pefindo. Jakarta.
Standard & Poor’s. 2002. “Standard & Poor’s Corporate Governance Scores: Criteria,
Methodology and Definitions”. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Wanadjaja, Timotheus Lesmana. 2008.” Memanusiakan Korporasi”. Akuntan Indonesia :
CSR, Voluntary or Mandatory?. edisi 12/Tahun II/Oktober 2008