Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI
TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN
MENGGOSOK GIGI DI SD INPRES 02 CIREUNDEU
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH
MAFTUHATIN NI’MAH
1113104000028
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1438 H/2017
ii
LEMBAR PERNYATAAN
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Undergraduate, Thesis, June 2017
Maftuhatin Ni’mah
The Effect of Health Education Tooth Package Torwards Toothbrushing’s
Knowledge, Attitude, and Skill in Elementary School 02 Inpes Cireundeu,
Tangerang Selatan.
xix +90 pages +2 picture +2 charts +11 tables +9 appendixes
ABSTRACT
Caries is the high amount of children dental health problem. In elementary school 02
inpres cireundeu south of tangerang, there are 20 students of seven years olds (75% of
the children) have problem in caries. The Dental practice improper can caused caries.
A combination of health education’s methods and tools can be maked as a health
education package. The aim of this study is to know the effect of health education
package in knowledge, attitude and skill of toothbrushing method for children in
elementary school 02 Inpres Cireundeu, south of Tangerang. This health education
package is health education series by giving intervention to respondent using the
speech, poster, sing a song, video, simulation, experiment and picture, giving
intervention to parent using a letter, leaflet and remember card, and giving intervention
to teacher using jargon. This study was using pre exsperiment design one group pretest-
posttest with 27 sample in seven years olds using random sampling. The result of this
study showed that there is a significan effect in knowledge, attitude and skill of
toothbrushing method among pre-test and post test. The increased mean of knowledge,
attitude, and skill scores are 23,33, 23,24 and 31,31. Based on the test result obtained
that the value of knowledge , attitudes and the skill are 0,000 ( p <0,005). So it can be
concluded that the health education package could effect on knowledge, attitudes and
skill of toothbrushing on children in SD inpres 02 Cireundeu, south of Tangerang. It is
expected that health education package can be used for method the next of health
education of children with 7 years old.
Keyword: Health education package , dental health, toothbrushing, Caries
Reference: 57 (2005-2016)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Maftuhatin Ni’mah, NIM : 1113104000028
Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Pengetahuan, Sikap, dan
Tindakan Gosok Gigi di SD Inpres 02 Cireundeu Tangerang Selatan
xix +90 halaman +2 gambar +2 skema +11 tabel +9 lampiran
ABSTRAK
Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang banyak terjadi pada anak. Di
SD Inpes 02 Cireundeu Tangerang Selatan, anak yang berusia 7 tahun dari 20 anak,
75% mengalami karies. Perilaku perawatan gigi yang kurang menyebabkan karies.
Pemberian informasi melalui pendidikan kesehatan bertujuan meningkatkan
pengetahuan, sikap dan tindakan. Kombinasi dari metode dan media pendidikan
kesehatan dapat dijadikan paket pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh paket pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan
tindakan menggosok gigi di SD Inpres 02 Cireundeu Tangerang Selatan. Paket
pendidikan kesehatan ini merupakan rangkaian pendidikan kesehatan dengan
memberikan intervensi kepada responden menggunakan ceramah, poster, menyanyi,
video, simulasi, eksperiment, dan media kertas bergambar, intervensi kepada orang tua
responden diberikan menggunakan media surat untuk wali yang berisi leaflet, kartu
remember dan penjelasan prosedural penelitian serta intervensi kepada guru diberikan
menggunakan jargon. Penelitian ini merupakan pre exsperiment design dengan
rancangan one group pretest posttest dengan sampel 27 anak berumur 7 tahun
menggunakan random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
pengetahuan, kuesioner sikap dan lembar observasi. Analisis menggunakan uji
wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan nilai pengetahuan, sikap
serta tindakan menggosok gigi antara pretest dan posttest. Rata-rata peningkatan
pengetahuan, sikap dan tindakan responden sebesar 23,33, 23,24, dan 31,31. Hasil
analisis menunjukkan nilai signifikan pengetahuan, sikap dan tindakan masing-masing
adalah 0,000 (P<0,005), sehingga dapat disimpulkan paket pendidikan kesehatan
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi.
Keefektifan paket pendidikan kesehatan ini dapat dijadikan satu metode pendidikan
kesehatan selanjutnya untuk siswa/i yang berumur 7 tahun.
Kata Kunci : Paket Pendidikan Kesehatan, Kesehatan gigi, Menggosok gigi, Karies
Daftar Bacaan: 57 (2005-2016)
v
vi
vii
ll
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PENDIDIKAN
1.
2.
2000 - 2001
2001 - 2007
:
:
TK Masyitoh Cebolek Kidul, Kec Margoyoso, Kab Pati
Sekolah Dasar Negeri 01 Cebolek Kidul, Kec Margoyoso, Kab Pati
2. 2007 - 2010 : MTS Darun Najah Ngemplak Kidul, Kec Margoyoso, Kab Pati
3. 2010 - 2013 : MA Darun Najah Ngemplak Kidul, Kec Margoyoso, Kab Pati
4. 2013-
sekarang
: S1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
7. 2016-2017 Sekretaris
Masyarakat Relawan Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Name : Maftuhatin Ni’mah
Alamat : Tanjung Rejo (RT 13, RW 04), Kec. Margoyoso, Kab. Pati
No Hp : +62313721951
Email : [email protected] & [email protected]
TTL : Pati, 28 Desember, 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
FB : Maftuhatin Ni’mah
Instagram : Maftuha_Snaver
1. 2010 - 2011 Bendahara 2
OSIS MA Darun Najah
2. 2011 - 2012 Bendahara 2
OSIS MA Darun Najah
3. 2014 - 2015 Pengurus Asrama Putri Fakultas Kedokteran dan Ilm Kesehatan
5. 2015 - 2016 Ketua Departemen Keamanan, Ketertiban dan Kebersihan
Asrama Putri Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
6. 2016 - 2017 Anggota Departemen Pendidikan dan Penelitian
Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamiin, tiada kata yang indah untuk diucapkan, selain
pujian kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul pengaruh paket
pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan menggosok gigi
di SD Inpres Cireundeu Tangerang Selatan.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan
dan tantangan yang tak terkira, namun berkat pertolonganMu Ya Allah serta bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM.,M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,M.Sc, selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep., Sp.KMB, selaku sekretaris Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS & Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.Kep
x
selaku dosen pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah
meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada saya
selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen di Program Studi Ilmu Keperawatan dan staff akademik Fakultas
Kedokteran dan Ilm Kesehatan terima kasih sebesar-besarnya untuk segala bentuk
jasanya yang telah saya rasakan selama di bangku kuliah ini.
5. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa penuh selama proses
perkuliahan, tanpa beasiswa tersebut saya belum tentu bisa menikmati indahnya
kuliah di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Orang tua saya, Bapak Abdul Muiz dan Ibu Muslikah yang telah dengan tanpa lelah
dan ikhlas mendidik, mencurahkan semua kasih sayang, mendo’akan keberhasilan,
serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil tak terhingga kepada saya.
Tak lupa, Adikku, Nora Shihin dan Imma Lia Nailatuz Zulfa dan seluruh keluarga
tercinta yang selalu memberikan semangat tanpa henti dan putus asa.
7. Muhammad Aqibun Najih yang telah memberikan motivasi, perhatian, dan
berkontribusi langsung dalam pembuatan media dalam pendidikan kesehatan di
penelitian ini.
8. Sahabat terbaikku segenap TOAK PSIK yang tak pernah bosan mengingatkan dan
memberikan support serta berbagi ilmu dalam proses penyelesaian Skripsi ini.
9. Saudara-saudaraku CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman tak terhingga.
xi
10. Keluargaku tercinta angkatan PSIK 2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
senantiasa berbagi suka duka, canda tawa, ilmu dan pengalaman berharga selama
pembelajaran kuliah maupun dalam proses kegiatan lainnya.
11. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran Skripsi ini hingga selesai.
Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT.
senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan saya skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga kita semua
senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang tak
terhingga oleh Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, Juni 2017
Maftuhatin Ni’mah
xii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvii
DAFTAR SKEMA ................................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xix
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8
1. Tujuan Umum ................................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .................................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8
1. Bagi Peneliti ................................................................................................ 9
2. Bagi Responden .......................................................................................... 9
3. Bagi Instansi ............................................................................................... 9
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................................ 9
E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 9
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................... 11
A. Pendidikan Kesehatan .................................................................................. 11
1. Konsep Umum Pendidikan Kesehatan ..................................................... 11
2. Metode Pendidikan Kesehatan.................................................................. 11
3. Media Pendidikan Kesehatan.................................................................... 16
xiii
4. Pendidikan Kesehatan sebagai Proses Perubahan Perilaku ...................... 18
5. Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut ..................................................... 19
B. Konsep Perilaku Kesehatan .......................................................................... 19
1. Batasan Perilaku ....................................................................................... 19
2. Perilaku Kesehatan ................................................................................... 21
3. Domain Perilaku ....................................................................................... 21
4. Determinan Perilaku Kesehatan................................................................ 27
5. Teory Health Belief Model ....................................................................... 29
C. Kesehatan Gigi dan Mulut ............................................................................ 30
1. Perubahan Perkembangan ......................................................................... 30
2. Konsep Umum Kesehatan Gigi dan Mulut ............................................... 30
3. Perawatan Gigi .......................................................................................... 31
D. Anak Usia Sekolah ....................................................................................... 36
E. Penelitian Terkait ......................................................................................... 37
F. Kerangka Teori ............................................................................................. 40
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL . 42
A. Kerangka Konsep ......................................................................................... 42
B. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 43
C. Definisi Operasional ..................................................................................... 44
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................. 46
A. Desain Penelitian .......................................................................................... 46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 46
C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 46
D. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 49
E. Validitas dan Reabilitas ................................................................................ 50
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ......................................................... 52
G. Pengolahan Data ........................................................................................... 60
H. Analisis Data ................................................................................................ 61
I. Etika Penelitian ............................................................................................. 64
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 64
xiv
A. Gambaran Lokasi Penelitian......................................................................... 64
B. Analisis Univariat ......................................................................................... 67
1. Jenis Kelamin Responden ......................................................................... 67
2. Pengetahuan Responden ........................................................................... 67
3. Sikap Responden....................................................................................... 69
4. Tindakan Responden................................................................................. 70
C. Analisis Bivariat ........................................................................................... 71
1. Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Tingkat
Pengetahuan Responden..................................................................................... 71
2. Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Tingkat
Sikap Responden ................................................................................................ 73
3. Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Tindakan
Responden ........................................................................................................... 74
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................... 76
A. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Nilai Pengetahuan
Responden ............................................................................................................... 76
B. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Sikap ....................... 80
C. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan terhadap Tindakan Menggosok Gigi
82
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 86
BAB VII Kesimpulan dan saran ................................................................................. 88
A. Kesimpulan ................................................................................................... 88
B. Saran ............................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 91
xv
DAFTAR SINGKATAN
Keterangan
ADA : American Dental Association
DVD : Digital Versatile Disc
KEMENKES : Kementrian Kesehatan
PHBS : Perilaku Hidup Bersih & Sehat
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SD : Sekolah Dasar
UIN : Universitas Islam Negeri
WHO : World Health Organization
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Kerucut Pengalaman Belajar .................................................................. 17
Gambar 4. 1 Desain Penelitian .................................................................................... 46
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1 Pekembangan Fisiologis Mulut ................................................................. 30
Tabel 3. 1 Definisi Operasional .................................................................................. 44
Tabel 4. 1 Klasifikasi Pertanyaan dalam Kuesioner ................................................... 50
Tabel 4. 2 Tabel Uji Normalitas Data Skor Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Responden ................................................................................................................... 62
Tabel 4. 3 Tabel Uji Normalitas Data Tansformasi Hasil Skor Pengetahuan, Sikap
dan Tindakan Responden ............................................................................................ 63
Tabel 5. 1 Distribusi Jenis Kelamin Responden Penelitian ........................................ 67
Tabel 5. 2 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pengaruh Paket Pendidikan
kesehatan Gigi ............................................................................................................. 68
Tabel 5. 3 Gambaran Sikap Responden terhadap Pengaruh Paket Pendidikan
Kesehatan Gigi ............................................................................................................ 69
Tabel 5. 4 Gambaran Tindakan Responden terhadap Pengaruh Paket Pendidikan
Kesehatan Gigi ............................................................................................................ 70
Tabel 5. 5 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi tehadap Pengetahuan
..................................................................................................................................... 72
Tabel 5. 6 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi tehadap Sikap ........ 73
Tabel 5. 7 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi tehadap Tindakan .. 74
xviii
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2. 1 Kerangka Teori ......................................................................................... 41
Skema 3. 1 Kerangka Penelitian ................................................................................. 42
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Perizinan
Lampian 2 Inform Consent
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 5 Media Pendidikan Kesehatan
Lampiran 6 Uji Validitas & Reliabilitas
Lampiran 7 Uji Univariat
Lampiran 8 Uji Normalitas
Lampiran 9 Uji Bivariat Wilcoxon
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak usia sekolah adalah
kesehatan gigi dan mulut. Hasil survai Riset Kesehatan Dasar 2007 menyatakan
bahwa prevalensi penduduk Indonesia berumur 5-9 tahun yang mempunyai
masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 21,6% dan pada tahun 2013
mengalami peningkatan menjadi 28,9% (RISKESDAS, 2013). Karies dan
penyakit periodontal adalah dua patologi masalah gigi dan mulut terbanyak
yang terjadi dan terdapat pada semua populasi diseluruh umur (Sharda &
Shetty, 2010). Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan menjelaskan masalah
karies gigi termasuk 15 besar dari masalah masyarakat yang mengunjungi
puskesmas setempat (DINKES TANGERANG SELATAN, 2015).
Karies banyak terjadi pada anak. Anak-anak yang mengalami masalah
gigi akan beresiko pada kesehatan mulutnya saat dewasa. Misalnya, apabila
jaringan gigi bagian porsio sentral terinfeksi, kemungkinan, abses yang
ditimbulkan nantinya akan merusak gigi permanen (America’s Pediatric
Dentist, 2013). Gangguan kualitas hidup anak yang menderita karies juga
menimbulkan masalah serius, yaitu adanya rasa sakit dan ketidaknyamanan
pada gigi yang menyebabkan ketidakberdayaan, infeksi kronis & akut, serta
gangguan pola makan dan tidur. Karena masalah gigi tersebut, anak juga
2
berpotensi dilakukannya hospitalisasi sehingga pengeluaran untuk biaya
pengobatan tinggi, serta dapat menyebabkan anak kehilangan jam sekolah dan
hambatan pada proses belajarnya (Çolak, Dülgergil, & Hamidi, 2013). Masalah
kesehatan gigi juga dapat menyebabkan kematian bila infeksinya sudah parah
karena akan mempengaruhi jaringan lain tubuh seperti otak (Dewanti, 2012).
Karies pada anak biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
kerusakan enamel, frekuensi konsumsi gula (permen, coklat, minuman)
kurangnya florida, penyakit kronis, obat-obatan, bernafas dengan mulut dan
kebersihan mulut yang kurang (America’s Pediatric Dentist, 2013).
Pembersihan gigi yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya akumulasi
plak. Akumulasi plak ini merupakan awal mula timbulnya karies (Kadir, 2015).
Salah satu cara menghilangkan plak yaitu dengan menggosok gigi (Pantow,
Warouw, & Gunawan, 2014). Kebiasaan menggosok gigi juga dapat
memengaruhi berat ringannya karies, responden yang menggosok gigi
mempunyai kecenderungan terjadinya karies lebih ringan dibandingkan yang
tidak menggosok gigi (Budisuari & Mikrajab, 2010). Menggosok gigi juga
dapat mencegah terjadinya karies (Watanabe et al., 2014).
Usia 6-8 tahun merupakan usia awal dimana gigi susu mulai berganti
menjadi gigi permanen (Potter & Perry, 2012). Adanya perubahan tersebut, gigi
lebih rentan mengalami kerusakan. Hal ini disebut juga masa gigi campuran.
Pendidikan atau edukasi dalam upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut untuk
mencegah terjadinya kerusakan gigi penting dilakukan (Wong, 2008).
3
Pada anak usia sekolah juga terjadi perubahan peningkatan motorik
maupun kognitif. Usia ini merupakan periode kritis untuk penerimaan latihan
perilaku dan kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat. Terdapat
hubungan antara kemampuan melakukan sikat gigi dengan perkembangan
psikomotor pada anak. Gambaran perilaku menggosok gigi yang baik pada usia
kelas satu masih dalam kategori kurang baik, padahal berdasarkan
perkembangan psikomotornya anak dengan usia tersebut seharusnya sudah
mampu melakukan cara menggosok gigi dengan benar (Prasada, 2016;
Mahmoodi et al., 2014). Rendahnya pengetahuan akan berpengaruh terhadap
perilaku yang kurang. Faktor yang mempengaruhi rendahnya pengetahuan
antara lain karena sumber informasi yang kurang (Dewanti, 2012). Sehingga
penting dilaksanakannya pendidikan kesehatan menggosok gigi pada anak
(Potter & Perry, 2012).
Metode pendidikan kesehatan adalah cara dalam melakukan proses
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat diberikan dengan
menggunakan berbagai macam metode, seperti ceramah, diskusi kelompok,
bermain peran, simulasi, demonstrasi, dll (Fitriani, 2011). Metode pendidikan
kesehatan pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan dalam proses
pendidikan untuk penyampaian pesan kepada sasaran baik individu, kelompok
atau masyarakat (Aisyah, 2010).
Media pembelajaran juga diperlukan agar kegiatan pembelajaran lebih
efektif saat melakukan pendidikan kesehatan (Kholid, 2014). Kombinasi dari
4
metode dan media pendidikan kesehatan dapat dijadikan sebuah paket
pendidikan kesehatan (Putri, 2014). Paket dalam pendidikan kesehatan
diharapkan satu metode dengan metode yang lain dapat saling melengkapi dan
mengatasi kekurangan antar metode.
Ceramah merupakan salah satu metode pendidikan kesehatan yang
biasa digunakan pada kelompok besar baik untuk yang berpendidikan tinggi
maupun rendah (Stošić, 2015). Metode ceramah cenderung membosankan
karena hanya berfokus pada teacher center. Metode ceramah sebaiknya
diselingi alat peraga agar lebih menarik (Anas, 2014). Alat bantu pendidikan
kesehatan sangat berperan penting dalam penangkapan jumlah informasi yang
diberikan. Semakin banyak panca indra yang dilibatkan, informasi yang diserap
otak lebih banyak (Nursalam, 2008).
Penelitian yang dilakukan H. A. Putri (2009) yang berjudul perbedaan
pengaruh media pembelajaran lagu dan slide pada praktik mencuci tangan, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa media lagu lebih efektif dibandingkan
dengan metode slide. Lagu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi
karena didalamnya mengandung lirik yang mudah diingat (Smolinski, 2011).
Kerucut pengalaman belajar edgar dale juga menyebutkan bahwa dengan
mengucapkan sambil mengerjakan materi yang diberikan, dalam kurun waktu
2 minggu, maka ia akan mengingat 90% dari materi yang diterima. Hal tersebut
bisa diaplikasikan ketika menyanyi (Nursalam, 2008).
5
Penelitian yang dilakukan Andriany dkk (2016) tentang perbandingan
efektifitas media penyuluhan poster dan kartun animasi terhadap pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut menyatakan bahwa media poster dan kartun animasi
efektif dalam meningkatkan pengetahuan. Media poster dapat digunakan untuk
pendidikan kesehatan yang berupaya dalam melakukan perubahan secara
kognitif. Media poster ini akan berisi gambar yang dikombinasikan dengan
tulisan dengan tujuan untuk menarik perhatian pembaca (Gilbert, Sawyer, &
McNeill, 2010).
Penelitian yang dilakukan Papilaya & Juliatri 2016, berjudul
perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan
media audio visual tehadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD, hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa media audio visual lebih baik dalam
meningkatkan perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa dibandingkan dengan
media audio. Media audio visual dapat digunakan dalam pelaksanaan
pendidikan kesehatan dalam upaya untuk perubahan kognitif dan juga
memungkinkan untuk perubahan afektif dan psikomotor pada anak (Gilbert et
al., 2010).
Pencapaian pendidikan kesehatan yang berorientasi terhadap kegiatan
praktek dapat disiasati dengan metode simulasi (Gilbert et al., 2010).
Kesempatan anak mencoba secara terpimpin dan mandiri dapat dicapai dengan
metde ini. Hal ini akan membuat anak lebih memiliki makna terhadap proses
pendidikan kesehatan cara menggosok gigi yang diberikan, sehingga mereka
6
lebih mengingat proses yang telah diajarkan. Penelitian yang dilakukan Sari,
dkk (2012) tentang efektivitas metode simulasi dalam ketrampilan menggosok
gigi teknik modifikasi bass dengan ketrampilan dan kebersihan gigi mulut pada
anak MI At-Taufiq kelas V bahwa pendidikan kesehatan dengan metode
simulasi berpengaruh terhadap perubahan tindakan menggosok gigi.
Hasil dari studi pendahuluan melalui observasi di SD Inpres Cireundeu
Tangerang Selatan, didapatkan bahwa pada anak yang berusia 7 tahun dari 20
siswa, 15 anak mengalami karies (75%). Hasil wawancara dari 20 siswa bahwa
sebanyak 13 anak menyatakan bahwa waktu dalam melakukan gosok gigi
setelah mandi pagi dan sore hari (65%). Di samping itu dari hasil wawancara
dengan kepala sekolah SD Inpres menyatakan bahwa belum pernah
dilakukannya pendidikan kesehatan mengenai menggosok gigi sebelumnya.
Peneliti tetarik untuk meneliti tentang pengaruh paket pendidikan
kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan menggosok gigi di
SD Inpres 02 Cireundeu Tangerang Selatan berdasarkan dari latar belakang di
atas.
B. Rumusan Masalah
Kejadian karies di SD Inpres 02 Cireundeu Tangerang Selatan
mencapai 75% sehingga hal ini merupakan masalah serius kesehatan gigi.
Karies menimbulkan berbagai dampak yaitu ketidaknyamanan pada gigi
karena sakit, infeksi kronis & akut, serta gangguan pola makan dan tidur.
7
Karies juga dapat menyebabkan kematian bila infeksinya sudah parah karena
akan mempengaruhi jaringan lain tubuh seperti otak.
Menggosok gigi adalah salah satu perilaku yang dapat mencegah
karies. Gambaran perilaku menggosok gigi pada usia 7 tahun masih dalam
kategori kurang baik. padahal berdasarkan perkembangan psikomotornya
anak dengan usia tersebut seharusnya sudah mampu melakukan cara
menggosok gigi dengan benar. Rendahnya pengetahuan akan berpengaruh
terhadap perilaku yang kurang. Faktor yang mempengaruhi rendahnya
pengetahuan antara lain karena sumber informasi yang kurang sehingga
penting dilakukan pendidikan kesehatan.
Paket pendidikaan kesehatan dalam penelitian ini menggunakan
gabungan dari metode dan media pendidikan kesehatan. Paket pendidikan
kesehatan ini dilaksanakan dengan melakukan intervensi kepada responden,
orang tua responden dan guru. Intervensi kepada responden diberikan
menggunakan ceramah, poster, menyanyi, video, simulasi, eksperiment, dan
media kertas bergambar. Intervensi kepada orang tua responden diberikan
menggunakan media surat untuk wali yang berisi leaflet, kartu remember dan
penjelasan prosedural penelitian. Intervensi kepada guru diberikan
menggunakan jargon. Penelitian sebelumnya menyebutkan metode-metode
tersebut efektif dalam menunjang pengetahuan seseorang. Penggabungkan
metode dan media tesebut dalam paket pendidikan kesehatan ini perlu diteliti
untuk selanjutnya dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tindakan
8
menggosok gigi. Sehingga paket pendidikan kesehatan ini diharapkan lebih
efektif serta masalah karies pada SD tesebut dapat dicegah.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dalakukan untuk mengetahui pengaruh paket
pendidikan kesehatan gigi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan
tindakan menggosok gigi pada anak di SD Inpres Cireundeu Tangerang
Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan responden terhadap menggosok gigi
pada saat pretest dan setelah postest
b. Untuk mengetahui sikap responden terhadap menggosok gigi pada saat
pretest dan setelah postest
c. Untuk mengetahui tindakan responden terhadap menggosok gigi pada
pada saat pretest dan setelah postest
d. Untuk mengetahui pengaruh paket pendidikan kesehatan gigi terhadap
pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi di SD Inpres
Cireundeu Tangerang Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap dari penelitiannya dapat memberikan manfaat:
9
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada penulis
terkait pengaruh paket pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan,
sikap dan tindakan menggosok gigi pada anak di SD inpres Cireundeu
Tangerang Selatan.
2. Bagi Responden
Responden diharapkan dapat terhindar dari masalah karies gigi
dengan cara berperilaku menggosok gigi dengan benar
3. Bagi Instansi
Paket pendidikan kesehatan ini dapat digunakan oleh sekolah dalam
program pencegahan karies.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini nantinya dapat
bermaanfaat menjadi informasi serta rujukan teori yang selanjutnya dapat
diteliti lebih dalam lagi efektifitas paket pendidikan kesehatan ini.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh paket pendidikan
kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi pada
anak di SD Inpres Cireundeu Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan
di SD Inpres Cireundeu Tangerang Selatan pada bulan Februari-Maret 2016.
Jenis penelitian ini ialah Pre Experiment design dengan rancangan pretest dan
10
post test without control. Populasi terdiri dari seluruh siswa SD Inpres
Cireundeu Tangerang Selatan yang berumur 7 tahun.
11
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pendidikan Kesehatan
1. Konsep Umum Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, karena dengan adanya pendidikan kesehatan tersebut diharapkan
adanya kesadaran diri dalam diri individu, kelompok atau masyarakat
sendiri. Tujuan utama dari pendidikan kesehatan ini sendiri adalah untuk
meningkatkan taraf hidup sehat sehingga kesejahteraan masyarakat
meningkat. UU No. 23 tahun 1992 maupun WHO menyatakan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya, sehingga
produktif secara ekonomi maupun secara social, pendidikan kesehatan ini
dapat mendukung semua program kesehatan baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan
maupun program kesehatan lainnya (Mubarak & Chayatin, 2009).
2. Metode Pendidikan Kesehatan
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif
(Simamora, 2009). Metode Ceramah merupakan suatu metode
pendidikan kesehatan yang sering digunakan pada kelompok besar
dengan peserta lebih dari 15 orang dimana sasaran untuk metode ini
baik digunakan untuk yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
Metode ini baik digunakan apabila penceramah atau penyuluh dapat
menguasai materi dengan baik. Alat-alat bantu pengajaran dapat
digunakan misalnya makalah singkat, slide, dan lain sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah:
1) Membuat peserta didik pasif
2) Mengandung unsur paksaan ke peserta didik
3) Mengandung sedikit daya kritis peserta didik
4) Bagi peserta didik yang dengan tipe belajar visual akan lebih
sulit dibanding dengan peserta didik audio
5) Sukar mengendalikan sejauh mana pemahaman peserta
didik
6) Kegiatan pelajaran menjadi verbalisme
7) Jika terlalu lama akan membuat jenuh
Simamora, (2009) menyebutkan bahwa kelebihan metode
ceramah adalah
1) Pendidik mudah menguasai kelas
2) Pendidik mudah menjelaskan banyak materi dengan jumlah
banyak
3) Dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar
4) Mudah dilaksanakan.
b. Metode Audio Visual
Gilbert et al., (2010) menyatakan contoh penggunaan
metode audio visual meliputi DVD, slide presentasion, film, flip
chart, dll. Berikut adalah manfaat dari penggunaan metode audio
visual yaitu
1) Menyediakan beragam pilihan yang dapat digunakan
2) Menjaga perhatian para pendengar
3) Mudah digunakan karena lebih efisien dan ekonomis
4) Dapat disajikan kepada sebagian kelompok atau individu
5) Lebih aman digunakan untuk mengenalkan suatu topik
6) Menyediakan hal-hal yang dapat dijadikan dasar diskusi
selanjutnya
Kerugian metode audio visual
1) Outcame yang diinginkan tidak dapat diprediksi
2) Dapat menyebabkan kebosanan sehingga partisipan
memungkinkan lebih memilih melakukan aktifitas semau
mereka sendiri
3) Meningkatkan banyak pandangan berbeda sehingga harus
disamakan melalui diskusi
c. Metode Simulasi
Simulasi adalah salah satu metode penyuluhan, yang dalam
pelaksanaannya penyuluh dapat melakukan suatu kegiatan belajar
mengajar yang berorientasi pada penghayatan ketrampilan,
aktualisasi dan praktik dalam situasi keseluruhan atau sebagian
merupakan tiruan dari situasi. Metode simulasi merupakan suatu
aktifitas dimana menampilkan beberapa dari kejadian nyata.
Metode ini dirancang dengan suatu percobaan yang digunakan
untuk menjelaskan suatu kondisi tertentu. Dengan metode simulsi,
memungkinkan peserta akan mengobservasi dan mencoba hal
tersebut (Gilbert et al., 2010). Macam-macam metode simulasi
1) Peer Teaching, metode ini digunakan untuk memperoleh
ketrampilan dalam memberikan penyuluhan sebelum terjun ke
situasi yang sebenarnya. Oleh karena itu, biasanya sebelum
terjun pada praktik/ situasi sebenarnya mereka berlatih dengan
temannya untuk menghindari atau mengurangi berbagai
kesalahan dan kekurangan.
2) Sosiodama, yaitu peniruan kejadian atau masalah yang benar-
benar terjadi di masyarakat. Masalah tersebut disusun
sedemikian rupa sehingga memungkinkan masalah yang ada
dalam drama menggambarkan kejadian nyata yang ada.
3) Simulasi games, yaitu situasi yang diciptakan tiruan atau
adanya unsur tidak sebenarnya. Misalnya kader memberikan
penyuluhan memandikan bayi dengan metode simulasi. Alat
pragaan yang digunakan untuk memandikan bayi adalah
boneka.
Berikut ini merupakan keuntungan dari metode simulasi
1) Menyediakan pemahaman yang berdasarkan realita
2) Dapat digunakan dalam untuk materi yang susah dengan
penyelanggaraan yang tetap nyaman dan menarik
3) Dapat dengan menggunakan beragam cara yang beragam
4) Memungkinkan adanya kesempatan berulang pada
pencapaian target skill yang penting dan susah
5) Metode ini memungkinkan sangat potensial untuk strategi
pendidikan kesehatan dalam upaya meningkatan kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Gilbert et al., (2010) menyatakan kerugian dari metode ini adalah
1) Membutuhkan waktu yang banyak
2) Memungkinkan memakan biaya yang mahal
3) Meungkinkan sulit dilaksanakan dalam kelompok besar
Metode simulasi yang digunakan untuk teknik pendidikan
kesehatan menggosok gigi, memungkinkan akan lebih mudah dipahami
karena dilakukan secara bersama-sama dengan meniru dan
mengaplikasikan secara langsung.
3. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan merupakan salah satu unsur input yang
berpengaruh pada pelakanaan pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Alat bantu pendidikan kesehatan merupakan alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan pengarahan pendidikan kesehatan (Fitriani,
2011). Secara garis besar ada 3 macam alat bantu pendidikan, yaitu:
a. Alat bantu lihat
Alat ini berguna untuk menstimulasi indra mata (penglihatan)
saat dilakukan proses pendidikan kesehatan. Contohnya adalah poster
(Kholid, 2014). Poster merupakan suatu tampilan khusus dimana berisi
kombinasi gambar dan tulisan untuk menarik pembaca. Poster
mendukung lingkungan edukatif yang positif dan menekankan pada
anjuran suatu hal. Keuntungan dari media poster adalah (Gilbert et al.,
2010):
1) Menciptakan lingkungan yang positif
2) Dapat digunakan sebagai alat saat pendidikan kesehatan sedang
dilaksanakan
3) Dapat dijangkau semua populasi karena terlihat
4) Bervariasi
Kerugian
1) Membutuhkan ketampilan khusus dalam pembuatannya
2) Menghabiskan banyak waktu
3) Mudah dirusak
b. Alat bantu dengar
Alat ini berguna untuk menstimulasi indra pendengaran saat
proses pendidikan kesehatan.
c. Alat bantu lihat-dengar
Alat ini digunakan untuk menstimulasi indra penglihatan dan
pendengaran sekaligus, misalnya video. Berikut merupakan gambaran
tingkat intensitas alat bantu menurut Edgar Dale (1946):
Gambar 2. 1 Kerucut Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar partisipan dalam kurun waktu 2 minggu, akan
mendapat hal berikut
1) Membaca, ia akan mengingat 10% dari materi yang dibacanya
2) Mendengar, maka ia akan mengingat 20% dari yang
didengarnya
3) Melihat, ia akan mengingat 30% dari apa yang dilihatnya
4) Mendengar dan melihat, maka ia akan mengingat 50% apa yang
telah didengar dan dilihatnya
5) Mengucapkan kata-katanya sendiri, ia akan mengingat 70% dari
apa yang diucapkannya
6) Mengucapkan sambil mengerjakan sendiri suatu materi yang
diberikan maka ia akan mengingat 90% dari materi yang
diterima (Nursalam, 2008).
4. Pendidikan Kesehatan sebagai Proses Perubahan Perilaku
a. Tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu,
kelompok dan masyarakat menuju hal-hal positif secara terencana
melalui proses belajar.
b. Perubahan perilaku mencakup 3 ranah perilaku, yaitu pengetahuan,
sikap dan ketrampilan melalui pendidikan kesehatan. Perilaku yang
sehat dapat didapatkan dari pengetahuan yang baik dari proses
pendidikan kesehatan tersebut ( Mubarak & Chayatin, 2009).
5. Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pendidikan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan dalam sebuah
kelompok maupun secara individu misalnya pada saat perawatan pasien.
Fokus utama dari pendidikan kesehatan gigi dan mulut adalah anjuran untuk
mengurangi konsumsi gula dan mempromosikan efektifitas sikat gigi
dengan penggunaan pasta gigi yang mengandung flourida. Beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa dengan dilakukan pendidikan kesehatan
dapat secara efektif meningkatkan tingkat pengetahuan. Dengan adanya
perubahan pengetahuan diharapkan akan membawa perubahan yang positif
pada perilaku dan upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut (Health
Research Board, 2009).
B. Konsep Perilaku Kesehatan
1. Batasan Perilaku
Perilaku adalah suatu keadaan atau aktifitas organisme/ makhluk
hidup yang bersangkutan. Skiner (1938), seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku
manusia terjadi melalui proses: Stimulus → Organisme → Respons,
sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” (Stimulus-Organisme-
Respons). Selanjutnya, teori Skiners menjelaskan adanya dua jenis respon,
yaitu:
a. Respondent respons atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting
stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
Misalnya: cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata tertutup.
Respon-dent respons juga mencakup perilaku emosional, misalnya
mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang
lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau
reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Misalnya
apabila petugas kesehatan melakukan pekerjaannya dengan baik
sebagai respons terhadap gaji yang cukup. Kemudian pekerjaan yang
baik itu sebagai stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi
kerja yang baik tersbut menjadi reinforcer untuk memperoleh promosi
pekerjaan.
Perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-R” dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku Tertutup, yakni bila respons terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk
perilaku tertutup ini dapat diukur dari pengetahuan dan sikap. Contoh:
ibu hamil tahu pentingnya pemeriksaan kehamilan untuk kesehatan
bayinya dan dirinya (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya
kepada tetangganya tentang tempat pemeriksaan kehamilan (sikap).
b. Perilaku Terbuka, yaitu bila respons terhadap stimulus itu sudah berupa
tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar. Contoh :
anak menggosok gigi setelah makan (Notoatmodjo, 2010).
2. Perilaku Kesehatan
Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner, maka perilaku
kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat sakit, seperti lingkungan, makanan, minuman dan
pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain, perilaku kesehatan adalah
semua aktifitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati, maupun
yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah
atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain,
meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau
terkena masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
3. Domain Perilaku
Perilaku dibedakan menjadi perilaku terbuka dan perilaku tertutup
seperti yang telah diuraikan sebelumya, tetapi perilaku merupakan totalitas
pemahaman dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara
faktor internal dan faktor eksternal. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli
psikologi pendidikan, membedakan perilaku menjadi 3 area, ranah atau
domain yakni, kognitif, afektif dan psikomotor.
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain
oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan
ke dalam tiga ranah perilaku sebagai berikut:
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dll). Dari proses pengindraan sampai menghasilkan
pengetahuan, sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran, dan indra penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap
objek memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya
dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
1) Tahu (Know), yaitu diartikan hanya sebatas recall (memanggil)
memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
Untuk mngukur bahwa orang tahu sesuatu, dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan, misalnya: bagaimana cara mencegah sakit
gigi?
2) Memahami (comprehension), yaitu bukan sekedar tahu tentang
objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang
tersebut harus bisa menginterprestasikan secara benar tentang objek
yang diketahuinya. Misalnya, orang yang memahami cara
mencegah sakit gigi dengan menggosok gigi, dan mampu
menjelaskan mengapa menggosok gigi dapat mencegah sakit gigi.
3) Aplikasi (application), yaitu kemampuan seseorang untuk
menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu
sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut
telah mampu membedakan, memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
Misalnya, dapat membedakan metode menggosok gigi yang baik.
4) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki. Misalnya, dapat
membuat/meringkas kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal
yang dibaca/didengar, dapat membuat kesimpulan atas artikel yang
dibaca.
5) Evaluasi (evaluation), yaitu, kemampuan seseorang untuk
melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Misalnya,
seseorang dapat menilai manfaat menggosok gigi dan sebagainya.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1) Pendidikan: yaitu bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain terhadap suatu hal agar mereka memahami. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah mereka dalam
menerima informasi dan akhirnya banyak pula pengetahuan yang
dimiliki.
2) Pekerjaan: lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara langsung maupun
tidak langsung
3) Umur: bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
apek psikis dan psikologis (mental).
4) Pengalaman: suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Jika pengalaman seseorang baik,
maka dapat menimbulkan kesan yang membekas dan emosi
sehingga membentuk sikap yang positif.
5) Minat: suatu keinginan atau kecenderungan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal
dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
6) Kebudayaan: kebudayaan mempunyai peranan besar terhadap
pembentukan sikap. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk menjaga kebersihan diri seperti menggosok gigi,
maka sangat mungkin masyarakat disana untuk selalu menjaga
kebersihan gigi karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan sikap atau pribadi seseorang.
7) Informasi: kemudahan dalam memperoleh informasi, dapat
membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan
yang baru
(Mubarak, 2007).
b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Seperti halnya pengetahuan, sikap
juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, yaitu sebagai
berikut:
1) Menerima (receiving), yaitu ketika seseorang atau subjek mampu
menerima stimulus yang diberikan.
2) Menanggapi (responding), yaitu memberikan tanggapan atau jawaban
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberi jawaban bila
ditanya, mngerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan tersebut benar atau salah, artinya orang tersebut menerima ide
tersebut.
3) Menghargai (valuing), yaitu memberikan nilai yang positif terhadap
objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, dan
bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk merespons juga
stimulus tersebut.
4) Bertanggung jawab (responsible), yaitu bertanggung jawab atas yang
diyakininya.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Pengukuran sikap dapat dengan ditanyakan bagaimana pendapat atau
pertanyaan kepada responden terhadap suatu objek. Memberikan tanggapan
atau jawaban terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap seseorang.
Pernyataan sikap dapat berisi hal-hal yang positif mengenai objek
sikap, yaitu bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap.
Pernyataan tersebut disebut dengan pernyataan yang favourable.
Sebaliknya, pernyataan sikap juga dapat berisi hal-hal negatif mengenai
objek sikap dan bersifat tidak mendukung atau kontra terhadap objek sikap.
Pernyataan seperti ini disebut pernyataan yang tidak favourable. Suatu
skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri dari pernyataan yang
favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan
demikian, pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua
negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama
sekali (Azwar, 2008).
c. Tindakan/ Praktik (practice)
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, sikap belum tentu
terwujud dalam tindakan, sebab memerlukan faktor lain. Praktik ini dapat
dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu
1) Praktik terpimpin, apabila subjek atau seseorang telah melakukan
sesuatu tapi masih bergantung terhadap panduan. Misalnya, seorang
anak kecil menggosok gigi tetapi masih diingatkan ibunya.
2) Praktik secara mekanisme (mechanism), ketika seorang anak/ secara
otomatis menggosok gigi tanpa disuruh oleh ibunya.
3) Adopsi (adoption), suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.
Misalnya, seorang anak menggosok gigi dengan teknik-teknik yang
benar.
4. Determinan Perilaku Kesehatan
Notoadmojo (2010) menyatakan perilaku seseorang dapat
ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar maupun dari dalam
subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut
determinan. Ada beberapa teori tentang determinan perilaku ini, yaitu
1) Teori Lawrence Green
Green menganalisis bahwa fakor perilaku sendiri ditentukan oleh 3
faktor utama, yaitu
1) Faktor-faktor predisposisi, yaitu faktor-faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain,
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, umur,
motivasi, dan sebagainya.
2) Faktor-faktor pemungkin, merupakan faktor yang memungkinkan
atau memfasilitasi perilaku atau tindakan contoh informasi
kesehatan, puskesmas, peralatan kesehatan.
3) Faktor-faktor penguat, adalah faktor penguat atau yang mendorong
terjadinya perilaku contohnya tokoh masyarakat, guru, orang tua
2) Teori Snehandu B. Karr
Karr mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku
1) Adanya niat seseorang untuk bertindak dengan objek atau stimulus
di luar dirinya.
2) Adanya dukungan dari masyarakat sekitar
3) Ketersediaan informasi terkait dengan tindakan-tindakan yang akan
diambil seseorang
4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil
keputusan
5) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak
(Notoatmodjo, 2010).
5. Teory Health Belief Model
Kholid (2014) menjelaskan bahwa adanya suatu perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan dari keyakinan tentang perilaku kesehatan
yang dianjurkan karena adanya masalah-masalah kesehatan tertentu. Dalam
model ini menjelaskan bahwa hal yang dapat mengubah perilaku kesehatan
dapat terjadi pada empat kondisi berikut:
a. Seseorang percaya bahwa kesehatan mereka dalam keadaan bahaya.
Misalnya ketika seseorang mengalami sakit gigi, maka keadaanya
tersebut akan membawanya pada perilaku untuk mencari pengobatan.
b. Orang yang mempersepsikan bahwa adanya keseriusan potensial akibat
kondisi sakitnya. Misalnya karena sakit, dia akan kehilangan waktu
belajar, pengeluaran ekonominya meningkat, dll.
c. Orang tersebut percaya bahwa dari perilaku kesehatan yang
direkomendasikan lebih menguntungkan daripada ketidaknyamanan
akibat masalah kesehatan karena sakit. Misalnya seseorang yakin bahwa
dengan menggosok gigi dapat mencegah terjadinya sakit gigi karena
mengakibatkan rasa tidak nyaman, tingginya biaya pengobatan, dll.
d. Orang tersebut menerima stimulus untuk merubah perilaku yang lebih
sehat.
C. Kesehatan Gigi dan Mulut
1. Perubahan Perkembangan
Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologis
mempengaruhi kondisi dan penampilan struktur dalam rongga mulut.
Berikut merupakan table perkembangan fisiologis mulut dari tahun ke
tahun.
Tabel 2. 1 Pekembangan Fisiologis Mulut
Tingkat
perkembangan
Perubahan
Bayi Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5 bulan
8 bulan - 6 tahun Dua puluh gigi susu telah ada
6 - 12 tahun Gigi susu digantikan dengan gigi permanen. Gigi
permanen ada pada usia 12 tahun kecuali geraham kedua
dan ketiga
12-18 bulan Semua gigi pemanen telah ada
8 - 40 tahun Geraham ketiga terlihat
Kehamilan Adanya perubahan pada hormonal perempuan
menyebabkan peningkatan reaksi iritasi pada plak gigi,
yang menyebabkan penyakit gingivitis dan meningkatkan
resiko penyakit periodontal hebat
40 - 65 tahun Mulai kehilangan beberapa gigi atau semua gigi
65 tahun atau
lebih
Gigi yang berumur menjadi rapuh, lebih kering, dan
berwarna lebih gelap. Gigi menjadi tidak rata dan
bergerigi, dan patah setelah bertahun-tahun di gosok. Gusi
kehilangan vaskularitas dan elastisitas jaringan, terjadinya
penurunan sensitivitas rasa, penipisan mukosa, dan
penurunan massa dan kekuatan otot mastikasi juga terjadi.
(Potter & Perry, 2012)
2. Konsep Umum Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan mulut memiliki kontribusi yang penting untuk
keseluruhan dari kesehatan tubuh seseorang dan dibutuhkan management,
promosi serta perawatan yang baik. Definisi dari kesehatan mulut secara
umum adalah keadaan dimana kemampuan untuk berbicara, tersenyum,
merasakan, mengunyah, menelan dan mengekspresikan berbagai macam
emosi tidak ada gangguan/ tanpa rasa sakit dan terbebas dari penyakit
(World Dental Federation, 2016). Segala macam keadaan yang di sebut
kesehatan mulut berhubungan dengan kesehatan gigi. Kebersihan mulut
membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir
(Potter & Perry, 2012).
3. Perawatan Gigi
Perawatan gigi tujuannya untuk mempertahankan kebersihan mulut
yang meliputi, oral hygine yaitu tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut
untuk menghindari karies (Nathe, 2016).
a. Menggosok Gigi
1) Cara Menggosok Gigi
Menggosok gigi setiap hari mempunyai peranan penting
dalam menjaga kesehatan mulut seseorang. Menggosok gigi adalah
upaya membersihkan mulut dari partikel-partikel makanan, plak,
dan bakteri & memasage gusi, untuk mengurangi ketidaknyamanan
yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman (Potter &
Perry, 2012). Plak yang terakumulasi di gigi akan mengakibatkan
terbentuknya karang gigi (American Dental Association, 2016).
Menggosok gigi merupakan suatu cara pengangkatan plak harian
secara mekanis (Putri, 2015). Menggosok gigi juga dianggap alat
untuk mengaplikasikan florida secara topikal untuk mencegah
karies (Hall & Novak, 2008). Kebiasaan tidak menyikat gigi
menyebabkan tingginya angka karies pada anak usia 6-12 tahun
(Dwiandhana, 2010).
Rekomendasi menyikat gigi yang dianjurkan oleh ADA adalah sebagai
berikut:
1. Tempatkan sikat gigi pada sudut 45º pada gusi
2. Gerakkan sikat gigi dengan lembut dan bolak-balik
3. Sikat permukaan bukal, labial, lingual, palatal dan permukaan
oklusal
4. Untuk membersihkan bagian dalam perukaan gigi depan,
miringkan sikat secara vertical dan membuat beberapa stroke up
dan stroke down secara vertical
5. Bersihkan lidah dan jagalah bau nafas tetap segar (American
Dental Association, 2005).
2) Frekuensi dan Waktu Menggosok Gigi
Menggosok gigi dengan teliti sedikitnya 4 kali sehari
(setelah makan dan sebelum tidur) adalah dasar hygine mulut yang
efektif. American Dental Association (ADA) menyatakan, menyikat
gigi harus secara teratur, minimal dua kali sehari yaitu pagi hari
setelah sarapan, dan malam hari sebelum tidur (American Dental
Association, 2016). Menyikat gigi sebelum tidur penting karena
selama tidur, aliran saliva hampir berhenti dan tidak ada kapasitas
buffer sehingga pH rongga mulut turun dan kondisi mulut yang
menjadi asam memicu terjadinya karies (Mount, Hume, Ngo, &
Wolff, 2016). Penelitian yang dilakukan Setiyawan (2012) tentang
hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan kejadian
karies di MI Al Istiqomah Tangerang, bahwa terdapat hubungan
antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan kejadian
karies (Setiyawan, 2012). Durasi sikat gigi yang dianjurkan adalah
selama 2 menit (American Dental Association, 2016).
3) Sikat Gigi
Sikat gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan bulunya
cukup kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Bulu halus
yang bundar menstimlasi gusi tanpa menyebabkan perdarahan atau
abrasi. Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan (Potter & Perry, 2012).
Khusus untuk anak gunakan sikat gigi kecil dengan bulu lembut,
membulat, terbuat dari nilon yang pendek dan rata, dan ganti sikat
gigi dengan sering dan segera setelah bulu melengkung dan
berjumbai (Wong, 2008).
4) Pasta Gigi
Pendidikan kesehatan tentang kebersihan gigi dan mulut
harus memasukkan anjuran kebiasaan menyikat gigi dengan pasta
gigi yang mengandung flour (KEMENKES, 2012). Fluoride dalam
jumlah kecil dapat meningkatkan ketahanan struktur gigi terhadap
demineralisasi dan hal tersebut sangat penting, terutama sekali
dalam pencegahan karies. Ketika flourida tersedia dalam siklus
demineralisasi gigi, flourida tersebut menjadi faktor utama yang
dapat mengurangi aktifitas karies (Putri,2015). Penelitian
menunjukkan terdapat hubungan antara efektifitas flour dalam
mencegah karies gigi serta cara menyikat gigi yang benar. Pasta gigi
yang mengandung flour adalah cara aplikasi secara topikal yang
sangat efisien. Berkumur setelah menyikat gigi mengurangi
efektifitas flour karena akan mengurangi jumlahnya di permukaan
gigi sampai konsentrasi di bawah optimal. Kebiasaan tidak
berkumur atau berkumur sekali saja setelah menyikat gigi diikuti
dengan membuang sisa pasta gigi sangat direkomendasikan
(KEMENKES, 2012).
b. Diet
Diet adalah satu hal penting yang menyebabkan resiko karies
terjadi (Hall & Novak, 2008). Untuk mencegah kerusakan gigi, klien
harus mengubah kebiasaan makan, mengurangi karbohidrat, terutama
kudapan manis diantara waktu makan. Makanan manis/ yang
mengandung tepung akan menempel pada permukaan gigi. Jika
memakan makanan manis, klien harus menggosok gigi dalam waktu 30
menit untuk mengurangi aksi plak. Memakan buah yang mengandung
asam & makanan berserat juga mengurangi plak. Kualitas keasaman
makanan mengeliminasi bakteri yang ada pada gigi (Potter & Perry,
2012). Diet pada anak kaitannya dengan kesehatan gigi dan mulut
dengan menjaga makanan & minuman manis dalam jumlahnya,
terutama permen yang lengket, atau permen kunyah, dll. Hindari
makanan yang dapat menimbulkan kudapan yang bersifat manis dan
sering, serta rencanakan dalam mengkonsumsi makanan manis setelah
makan jika anak mempunyai kebiasaan menyikat gigi setelah makan
(Wong, 2008).
c. Mengunjungi Dokter Gigi
Setiap anak harus mengunjungi dokter gigi setelah gigi pertama
permanen tumbuh antara rentan waktu 6 bulan dan paling lambat 1
tahun setelahnya. Hal tersebut akan membantu dalam mengetahui
kesehatan gigi anak. Selain itu, dengan mengunjungi dokter gigi, akan
dilakukan penilaian dimana anak dapat mengetahui potensi gigi tersebut
terhadap karies, meskipun belum timbul manifestasi atau lesi dari
adanya karies tersebut (Peariasamy et al., 2012). Secara umum
mengunjungi dokter gigi minimal 6 bulan sekali (Mansjoer, 2009).
D. Anak Usia Sekolah
Periode anak usia sekolah adalah periode yang dimulai saat anak masuk
sekolah sekitar 6 tahun sampai usia 12 tahun. Mereka akan mengalami
perubahan pertumbuhan & perkembangan. Perkembangan fisik, kognitif,
neuromuskular, psikososial, seiring bertambahnya usia akan meningkat. Pada
perkembangan fungsi neuromuskular, anak usia sekolah akan menjadi lebih
lentur karena koordinasi otot-otot besar meningkat dan kekuatannya dua kali
lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik dasar yaitu berlari, melompat,
menyeimbangkan gerak tubuh, dll. Ketrampillan motorik kasar ini berkembang
lebih baik dibandingkan dengan ketrampilan motorik halus, tetapi kecepatan
berkembang keduanya kira-kira dalam kecepatan yang sama. Kemampuan
meningkatkan motorik halus pada anak-anak membuat mereka sangat mandiri
untuk berpakaian, makan, melakukan kebutuhan personal misalnya menggosok
gigi. Pada anak usia 6-10 tahun, anak akan belajar membersihkan gigi dengan
sikat gigi secara efektif dan mandiri (Wong, 2008).
Perkembangan kognitif pada anak juga ikut meningkat pada usia
sekolah ini. Menurut piaget, usia ini berada dalam tahap operasional konkret,
yaitu anak akan mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan
simbol. Anak-anak usia sekolah semakin mempraktikkan aturan-aturan
berdasarkan fenomena yang dapat diamati, fator pada banyak dimensi dan
pandangan serta menginterprestasikan persepsi-persepsinya berdasarkan teori-
teori yang realistik (Potter & Perry, 2012). Selain itu, anak usia sekolah mampu
mengingat lebih banyak dibandingkan dengan anak prasekolah dan mampu
menghubungkan dengan informasi-informasi yang sebelumnya (Gustian,
2004). Kemampuan kognitif pada masa ini sudah cukup untuk menjadikan
dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir
atau daya nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya dapat dilakukan
dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat atau gagasan atau
penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa
yang terjadi di sekitarnya (Yusuf, 2011).
Pada saat periode sekolah, banyak dilakukan pendidikan kesehatan
tentang kesehatan gigi dan mulut. Ahli Kesehatan gigi menyarankan
dilakukannya pendidikan kesehatan tentang kesehatan gigi dan mulut pada
periode ini (Health Research Board, 2009). Pendidikan kesehatan menggosok
gigi yang benar dapat dilakukan pada periode ini.
E. Penelitian Terkait
1. Penelitian Sari & Sekar dkk (2012) tentang pengaruh pendidikan kesehatan
metode simulasi menggosok gigi teknik modifikasi bass dengan
ketrampilan dan kebersihan gigi mulut pada anak MI At-Taufiq kelas V.
desain. Desain penelitian ini menggunakan pre eksperiment design,
pemilihan sampel dengan purposive sampling pada anak sekolah (usia 10-
12 tahun) di MI AT-Taufiq Lakarsantri Surabaya sebanyak 29 anak.
Pendidikan kesehatan metode simulasi sangat baik dalam merubah perilaku
seseorang. Hal ini ditunjukkan dengan uji statistik mengunakan
wilcoxonsigned rank test adalah p = 0,000, sehingga p ≤ 0,05 maka H0
ditolak artinya pendidikan kesehatan dengan metode simulasi berpengaruh
terhadap perubahan tindakan menggosok gigi. Sedangkan penelitian yang
dilakukan penulis berbeda dalam memilih metode penelitian yaitu metode
paket pendidikan kesehatan dan teknik pengambilan sampel secara simple
random sampling.
2. Andriany dkk (2016) tentang perbandingan efektifitas media penyuluhan
poster dan kartun animasi terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.
Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperiment dengan pendekatan
pre test & post test design dengan teknik pengambilan sampel total
sampling. Jumlah total sampel adalah 42 responden. Hasil penelitian ini
bahwa media poster dan kartun animasi efektif dalam meningkatkan
pengetahuan. Uji analisis dalam penelitian ini menggunakan uji t
berpasangan. Hasil dari uji t berpasangan menunjukkan signifikansi nilai p
yaitu 0,000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang
bermakna tingkat penegetahuan sebelum dan sesudah diberikan media
penyuluhan poster dan kartun animasi. Sedangkan penelitian yang
dilakukan penulis berbeda dalam metode pendidikan kesehatan dalam
penelitian serta desain penelitian.
3. Penelitian Sedangkan penelitian yang dilakukan Papilaya & Juliatri (2016)
berjudul perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media
audio dengan media audio visual tehadap perilaku kesehatan gigi dan mulut
siswa SD. Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperiment dengan
pendekatan pre test & post test design dengan teknik pengambilan sampel
simple random sampling. Jumlah responden 56 siswa. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan perbedaan nilai rerata pada kelompok audio-visual
dengan kelompok audio. Nilai rerata kelompok audio-visual sebesar 46,42
sedangkan nilai rerata kelompok audio sebesar 29,48. Jadi dapat disimpulkan
media audio visual lebih baik dalam meningkatkan perilaku kesehatan gigi
dan mulut siswa dibandingkan dengan media audio. Sedangkan penelitian
yang dilakukan penulis berbeda dalam metode pelaksanaan pendidikan
kesehatan yang dilakukan, serta kategori umur responden pada penelitian.
4. Penelitian yang dilakukan Maziyah (2015) tentang perbedaan perilaku
menyikat gigi pada anak usia 10-11 tahun setelah mendapat pendidikan
kesehatan gigi dan mulut dengan dan tanpa metode teach-back. Penelitian
ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan desain eksperimental.
Besar sampel adalah 30 responden dengan teknik penganbilan sampel
secara random sampling. Hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-
Whitney U-test terhadap perbedaan perilaku, skor plak, dan ketrampilan
menyikat gigi pada kelompok kontrol dan intervensi didapatkan nilai p
maing-masing secara berurutan adalah 0,055 (> 0,050), 0,001 (> 0,050), dan
0,060 (> 0,050) artinya perbedaan bermakna hanya terjadi pada perubahan
plak. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berbeda dalam metode
pendidikan kesehatan yang digunakan, desain penelitian, serta uji analisis
yang digunakan.
F. Kerangka Teori
Kerangka teori dibawah ini mengacu pada tiga teori, (1) teori Gilbert et
al (2010) mengenai metode dan media pendidikan kesehatan sebagai
pencapaian peubahan secara pengetahuan, sikap dan tindakan, dan (2) teori
yang mencakup tiga domain perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) oleh
Benyamin Bloom (1908) yang dikutip dari Notoatmodjo (2008). Berdasarkan
beberapa teori yang dipaparkan diatas, berikut dibawah ini merupakan
kerangka teori dalam penelitian ini :
Skema 2.1 Kerangka Teori dimodifikasi dari Teori Gilbert et al (2010) dan Teori
Benyamin Bloom (1908) yang dikutip dari Notoatmodjo (2008)
Tingkatan Sikap
menggosok gigi
1. Menerima
2. Menaggapi
3. Menghargai
4. Bertanggung
Jawab
Skema 2. 1 Kerangka Teori
Anak Usia 7
Tahun Faktor Pengetahuan:
1. Usia
2. Pendidikan
3. Minat &
kreativasi
4. Pengalaman
5. Motivasi
6. Kebudayaan
lingkungan
sekitar
7. Informasi
(Bloom, 1908)
Tingkatan
Pengetahuan
menggosok gigi
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintetis
6. Evaluasi
Tindakan
menggosok gigi
1. Praktik
Terpimpin
2. Praktik
secara
mekanisme
3. Adopsi
Paket Pendidikan
Kesehatan
Menyanyi,
Simulasi
Poster,
Leaflet,Egg
Eksperiment
Video,
Identifikasi
Kertas
Bergambar
Mencegah
Karies
42
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah sesuatu yang abstrak, logika secara harfiah
yang dapat membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penelitian dengan
body of knowledge (Nursalam, 2008). Berdasarkan teori yang telah diuraikan di
tinjauan teori, maka peneliti memebuat kerangka konsep yang digambarkan
dalam skema, yaitu sebagai berikut
(Variabel Independen)
Paket pendidikan kesehatan gigi
(Variabel Dependen)
Post Test
Pengetahuan, sikap dan
tindakan menggosok gigi
(Variabel Dependen)
Pre Test
Pengetahuan, sikap dan
tindakan menggosok gigi
Skema 3. 1 Kerangka Penelitian
43
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh paket pendidikan
kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi yang
diukur setelah intervensi. Paket pendidikan kesehatan kesehatan merupakan
variabel independen yang yang akan mempengaruhi variabel dependen yaitu
pengetahuan, sikap dan perilaku anak sebelum dilakukannya intervensi dan
setelah dilakukannya intervensi.
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
H1 : Ada pengaruh metode paket pendidikan kesehatan gigi terhadap
pengetahuan menggosok gigi di SD Inpres.
H2: Ada pengaruh metode paket pendidikan kesehatan gigi terhadap sikap
menggosok gigi di SD Inpres
H3: Ada pengaruh metode paket pendidikan kesehatan gigi terhadap tindakan
menggosok gigi di SD Inpres.
44
C. Definisi Operasional
Tabel 3. 1 Definisi Operasional
Variabel
Dependent
Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
a. Pengetahuan Tahu atau tidaknya anak
mengenai pandangannya
tentang masalah umum
kesehatan gigi dan menggosok gigi (waktu,
frekuensi, cara) diet, dan
mengunjungi tenaga
kesehatan
Kuesioner
Kuesioner pengetahuan berisi total
10 butir pertanyaan. Dimana nilai
0= untuk jawaban salah jika
pertanyaan positif & jawaban
benar jika pertanyaan negatif
1= untuk jawaban benar jika
pertanyaan positif & jawaban
salah jika pertanyaan negatif
Skor
a Baik =76-100%
b Cukup=56-75%
c Kurang = < 55%
(Arikunto, 2012)
Ordinal
b. Sikap Respon anak terhadap
pernyataan, pandangannya
mengenai masalah umum
kesehatan gigi dan menggosok gigi (waktu,
frekuensi, cara) diet, dan
mengunjungi tenaga
kesehatan
Kuesioner Kuesioner sikap berisi total 10
butir pernyataan. Nilai
0= jika pernyataan positif jawaban
tidak setuju & pernyataan negatif
jawaban setuju
1 =jika pernyataan positif jawaban
setuju & pernyataan negatif
jawaban tidak setuju
Skor
a Baik =76-100%
b Cukup=56-75%
c Kurang = < 55%
(Arikunto, 2012)
Ordinal
c.Tindakan Kemampuan anak dalam
melakukan tindakan
menyikat gigi dengan benar
Lembar
observasi
Menggunakan lembar
pengamatan berisi 20 butir
0 = Tidak Sempurna
1 = Dilakukan Tidak Sempurna
2 = Dilakukan Sempurna
Skor
a Baik =76-100%
b Cukup=56-75%
c Kurang = < 55%
(Arikunto, 2012)
Ordinal
45
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh paket pendidikan
kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi pada
anak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode Pre Eksperimen One group pretest & posttest design (Nursalam, 2008).
Evaluasi atau post test dilaksanakan sebagai tolok ukur dari intervensi yang
dilaksanakan setelah semua intervensi diberikan. Efektifitas perlakuan dinilai
dengan cara membandingkan nilai pre test dengan post test (Hidayat, 2007).
Bentuk rancangan metode ini adalah sebagai berikut:
Gambar 4. 1 Desain Penelitian
Pretest Intervensi Post Test
O1 A O2
Keterangan:
O1 : Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku anak sebelum intervensi di SD
Inpres
A : Intervensi paket pendidikan kesehatan
O2: Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan anak setelah intervensi di SD
Inpres.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di SD Inpres Cireundeu,
Tangerang Selatan, Banten. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
sampai April 2017.
C. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel
adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2012). Pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan jenis probability sampling dengan menggunakan
teknik random sampling (Hidayat, 2007). Probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama bagi anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel, teknik random sampling artinya
pemilihan sampel yang dilakukan secara acak karena anggota populasi
dianggap homogen (Setiadi, 2007).
Total siswa kelas satu yang menjadi populasi penelitian ini berjumlah
66 anak. Kelas satu dibagi menjadi dua kelas dengan usia yang mendominasi
adalah 7 tahun serta terdapat juga beberapa anak yang berusia 8 tahun.
Responden diperoleh melalui sistem kocokan secara merata pada kedua kelas
tersebut. Responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 29
responden sehingga diamdddbil 15 responden dari kelas A dan 14 responden
dari kelas B.
Pengambilan sampel dimulai dari membuat list nama dan nomor urut,
kemudian semua nomor urut siswa dimasukkan secara random dengan cara
dikocok. Setiap siswa yang keluar pada kocokan diambil sebagai sampel. Dari
29 siswa yang keluar dari kocokan tidak ada yang menolak untuk menjadi
responden.
Kriteria Inklusi
a) Anak warga negara Indonesia
b) Bersedia mengikuti penelitian dengan izin orang tua dan
menandatangani inform consent
Kriteria Eksklusi
a) Anak yang tidak bersedia untuk menjadi responden
b) Anak yang tidak hadir pada saat penelitian
c) Anak yang sedang sakit
Estimasi besar sampel untuk penelitian analitis numerik berpasangan
ditentukan dengan menggunakan rumus (Dahlan, 2009):
n1=n2= [(Zα+ Zβ)S]²
[X1-X2]²
Keterangan:
n : Besar sampel
Zα : Deviat baku beta (derajat kepercayaan 95% = 1,96)
Zβ : Deviat baku beta (derajat kepercayaan 90%= 1,28)
S : Simpang baku dari selisih nilai antar kelompok
X1-X2 : Perbedaan minimal rerata yang dianggap bermakna
Penelitian terdahulu oleh (Maziyah, 2015) tentang perbedaan perilaku
menyikat gigi pada anak usia 10-11 tahun setelah mendapatkan pendidikan
kesehatan gigi dan mulut dengan dan tanpa metode teach-back didapatkan
simpang baku yaitu sebesar 1,037 sedangkan nilai X1= 15,17 & X2 = 14,50.
Jadi setelah dilakukan perhitungan jumlah sampel sebesar
n1= n2 = [(1,96+1,28) 1,037]²
[15,17-14,50]²
n= 25,14
Diperoleh besar sampel minimum adalah 26 (hasil pembulatan dari
25,14). Untuk menghindari droup out peneliti menambahkan 10 % dari
perkiraan besar sampel Maka 26 x 10%= 2,6. Jadi total sampel dalam penelitian
adalah 26+3=29 (3 adalah pembulatan dari 2,6).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam penelitian
untuk pengambilan data. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 3 bagian yaitu 2 kuesioner & lembar observasi. Instrumen penelitian ini
sebelumnya akan dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih dahulu.
Bagian yang pertama adalah kuesioner pengetahuan untuk mengukur
pengetahuan anak tentang menggosok gigi dan perawatan gigi. Kuesioner ini
merupakan kuesioner peneliti yang telah di uji valid dengan menggunakan
pearson product moment dan uji content expert. Kuesioner pengetahuan terdiri
dari 10 pertanyaan pilihan ganda. Pertanyaan terdiri dari pertanyaan dengan
jawaban benar dan pertanyaan dengan jawaban salah. Pertanyaan dengan
jawaban benar terdapat dalam nomor 1,2,3,5,7, dan 8 sedangkan pertanyaan
dengan jawaban salah terdapat dalam nomor 4,6,9, dan 10.
Kuesioner bagian kedua berisi pernyataan tentang sikap mengenai
menggosok gigi dan perawatan gigi. Kuesioner sikap terdiri dari 11 pertanyaan
yang berisi pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif sebanyak 5
pernyataan yang terdapat dalam kuesioner nomor 1,3,4,8 dan 10, sedangkan
pernyataan negatif terdapat dalam nomor 2,5,6,7,9, dan 11.
Bagian ketiga yaitu berupa lembar observasi tentang kemampuan anak
dalam melakukan gosok gigi dengan benar. Lemba observasi ini merupakan
lembar observasi dari penelitian (Rahandini, 2014). Lembar check list aplikasi
tindakan gosok gigi menggunakan berupa check list, apabila langkah tersebut
tidak dilakukan skor 0, jika dilakukan tidak sempurna skor 1, dan jika dilakukan
sempurna skor 2.
Tabel 4. 1 Klasifikasi Pertanyaan dalam Kuesioner
No Variabel Sub Variabel Nomor
1 Pengetahuan
menggosok
gigi
a. Konsep Umum Kesehatan Mulut
dan Gigi
b. Perawatan Gigi
1. Menggosok Gigi
2. Diet
3. Mengunjungi Tenaga
kesehatan
2,8
1,3,4,9,10
6,7
5
2 Sikap
menggosok
gigi
a. Konsep Umum Kesehatan Mulut
dan Gigi
b. Perawatan Gigi
1. Menggosok Gigi
2. Diet
3. Mengnjungi Tenaga
Kesehatan
7,8
1,2,5,6,10,11
4
3,9
E. Validitas dan Reabilitas
Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Suatu alat ukur
dinyatakan valid jika alat tesebut dapat mengukur variabel/sesuatu yang ingin
diukur peneliti (Riyanto, 2011). Pada penelitian ini peneliti melakukan uji
validitas berdasarkan theory relatet validity dengan tipe content validity dan
Uji validitas instrumen dengan teknik korelasi pearson product moment
(Hastono, 2006).
Validitas isi mennjukkan kemampuan item pertanyaan dalam instrumen
mewaliki semua unsur dimensi konsep yang sedang diteliti. Cara melakukan
validitas isi instrument dilakukan dengan cara meminta pendapat pakar bidang
angs edang diteliti. Seorang pakar akan diminta untuk menelaah instrumen dan
menentkan apakah seluruh item pertanyaan telah mencakp isi dari suatu konsep
yang diteliti (Dharma, 2011). Dalam penelitian ini ditelaah oleh satu pakar
keperawatan anak yaitu Ns. Mardiyanti, M.Kep., MDS, dan dua pakar dalam
bidang gigi yaitu drg. Sinta Rosmini dan Resti Hilda Hanifah, AMKG.
Uji validitas instrumen dengan teknik korelasi pearson product moment
dilakukan peneliti setelah uji content validity. Untuk mengetahui validitas suatu
instrumen (dalam hal ini kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi
antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel
(pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara
signifikan dengan skor totalnya. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah
teknik korelasi pearson product moment (Hastono, 2006). Kuesioner
dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel (0,361) (Dahlan, 2012).
Peneliti melakukan uji validitas di SDN 01 Ciputat sebanyak 30 siswa yang
berusia 7 tahun. Uji validitas dengan teknik korelasi pearson product moment
didapatkan bahwa dari 16 kuesioner untuk mengukur pengetahuan, didapatkan
10 pertanyaan yang valid, sedangkan dari 16 pertanyaan variabel sikap
didapatkan 11 pernyataan yang valid. Nilai valid kuesioner pengetahuan yang
dignakan peneliti adalah dalam rentang 0,373* - 0,788**, sedangkan sikap yang
digunakan peneliti dalam rentang 0,373* - 0,858**. Selanjutnya, 5 pertanyaan
dari variabel pengetahuan dan 6 pernyataan dari variabel sikap di buang karena
pertanyaan yang tidak valid sudah diwakili dalam mengukur tingkat
pengetahuan dan sikap dalam penelitian ini.
Setelah semua pertanyaan valid semua, analisis dilanjutkan dengan uji
reliabilitas. Hasil uji reliabilitas diketahui dengan cara; membandingkan nilai r
hasil dengan r tabel. Pertanyaan dinyatakan reliabel jika r alpha lebih besar
dibandingkan dengan r tabel. Nilai reliabel kuesioner variabel pengetahuan
adalah 0,820, sedangkan kuesioner variabel sikap adalah sebesar 0,839.
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
1. Prosedur Administrasi
a. Peneliti mengajukan surat izin dari Fakultas mengenai izin mnegambil
data dan melakukan penelitian di SD Inpres 02 Cireundeu Tangerang
Selatan
b. Peneliti mendapatkan pelatihan tata cara pemeriksaan karies gigi dan
gigi berlubang oleh dokter dan perawat gigi di Puskesmas Pisangan
c. Pengambilan data dilakukan setelah peneliti mendapat izin dari kepala
sekolah sebagai tempat penelitian
d. Peneliti melakukan pengambilan data masalah karies pada anak usia 7
tahun di SD Inpres
e. Peneliti melakukan sosialisasi penelitian kepada pihak sekolah dan
responden yang akan dilibatkan dalam penelitian
f. Calon responden yang terpilih akan dijelaskan oleh peneliti mengenai
prosedur penelitian yaitu: tujuan, manfaat, hak dan kewajiban saat
menjadi responden. Responden yang bersedia kemudian diberikan
inform consent dan lembar penjelasan prosedur penelitian untuk
meminta izin kepada wali responden selanjutnya diminta
menandatanganinya
g. Memberikan pengumuman kepada responden yang telah mendapatkan
izin dari walinya mengenai waktu, tempat dan penyelenggaraan
pendidikan kesehatan
2. Prosedur Sebelum Intervensi
a. Peneliti melakukan breafing prosedur dan materi penelitian kepada
asisten peneliti dan guru yang dilibatkan dalam penelitian
b. Peneliti menyiapkan metode dan media yang akan digunakan dalam
penelitian
c. Peneliti dibantu asisten peneliti dalam mengatur posisi responden
d. Peneliti, dan asisten peneliti mengenalkan diri pada responden
e. Peneliti menjelaskan prosedur kegiatan yang akan dilakukan
3. Prosedur Intervensi
Paket pendidikaan kesehatan dalam penelitian ini menggunakan
gabungan dari metode dan media pendidikan kesehatan. Paket pendidikan
kesehatan ini dilaksanakan dengan melakukan intervensi kepada responden,
orang tua responden dan guru. Intervensi kepada responden diberikan
menggunakan ceramah, poster, menyanyi, video, simulasi, eksperiment,
dan media kertas bergambar. Intervensi kepada orang tua responden
diberikan menggunakan media surat untuk wali yang berisi leaflet, kartu
remember dan penjelasan prosedural penelitian. Intervensi kepada guru
diberikan menggunakan jargon. Hal ini diharapkan adanya perubahan
pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi pada responden setelah
diberikan intervensi tersebut.
Pelaksanaan paket pendidikan kesehatan pada responden ini akan
dilaksanakan dalam waktu 6 hari.
a. Hari pertama, dilaksanakannya pre test, kemudian setelah pelaksanaan
pre test akan diajarkan menyanyikan lagu menggosok gigi disertai
dengan gerakan dan menempelkan poster. Pretest pengetahuan dan
sikap dilaksanakan dengan dibacakan pertanyaan yang ada dalam
kuesioner oleh peneliti langsung. Saat pretest peneliti juga melibatkan
guru dan asisten peneliti sebagai pengawas agar pelaksanaan pretest
kondusif dan menghindari contek-menyontek jawaban. Sedangkan
pelaksanaan pretest tindakan menggosok gigi, peneliti dibantu 2 asisten
peneliti dalam memvideokan praktik menggosok gigi responden dengan
estimasi 3 menit/anak. Poster ditempel di dinding kelas bagian belakang
dengan jumlah 3 poster berukuran A3 (29,3 cm x 42 cm).
b. Hari kedua, akan dilaksanakan serangkaian acara pendidikan kesehatan
dengan menggunakan kombinasi metode dan media pendidikan
kesehatan yaitu metode ceramah dengan poster, metode video, dan
simulasi.
1) Langkah pertama, saat penyuluhan berlangsung, pemateri
menyampaikan materi dengan metode ceramah tentang kesehatan
gigi dengan media poster, hal ini untuk mencapai goal perubahan
pengetahuan. Materi yang disampaikan mengenai perawatan gigi
adalah sebagai berikut
a) Penyebab masalah kesehatan gigi
b) Akibat masalah kesehatan gigi
c) Pentingnya mengogsok gigi
d) Menggosok gigi : waktu & frekuensi menggosok gigi,
penggunaan sikat gigi, cara menggosok gigi, penggunaan
flouride
e) Pengaturan makanan
f) Pemeriksaan gigi ke dokter gigi
2) Responden menyimak materi yang disampaikan dengan melihat
poster yang disediakan. Poster berukuran A0 (84,1 cm x 118,9 cm).
3) Responden dapat menanyakan hal-hal yang kurang jelas atau
kurang di mengerti selama proses penyampaian materi berlangsung
4) Responden dipaparkan video mengenai seseorang yang
mengalami masalah gigi karena tidak melakukan perawatan gigi
dengan baik. Hal ini bertujuan untuk mencapai goal perubahan sikap.
Setelah pemutaran video, akan dilakukan review mengenai isi video
serta akan diberikan waktu untuk beberapa responden menanggapi
isi video tersebut. Video tersebut akan berisi beberapa tema
a) Masalah kesehatan gigi akibat tidak melakukan perawatan
b) Beberapa sikap terhadap perawatan gigi : Cara menyikat gigi
dengan benar, diet, dan mengunjungi dokter gigi
5) Simulasi cara menyikat gigi langsung dilakukan oleh pemateri dan
di ikuti responden secara serentak sambil menyanyikan lagu
menggosok gigi. Sambil melakukan praktek menggosok gigi
responden akan membawa kaca untuk melihat secara langsung cara
menggosok gigi. Dilakukannya simulasi menggosok gigi ini
diharapkan akan berpengaruh terhadap perubahan skill anak dalam
melakukan gosok gigi secara benar.
6) Responden dibagi secara merata dalam 4 kelompok dan dikoordinir
langsung oleh 3 asisten peneliti dan peneliti untuk mempragakan
cara menggosok gigi secara langsung
7) Waktu yang diperlukan dalam proses pembelajaran dari
pendahuluan sampai penutup adalah 60 menit.
c. Hari ketiga
Saat hari ke tiga akan dilaksanakannya menyanyi lagu gosok gigi
bersama dan dilakukannya egg eksperiment observation hal ini
diharapkan agar anak dapat menilai dalam memilih minuman yang
merusak dan menyehatkan gigi. Pelaksanaan egg eksperiment
observation ini responden dibagi menjadi 2 kelompok yang dikoordinir
oleh peneliti dan 1 asisten peneliti. Tiap kelompok mendapatkan 4
sediaan untuk mencoba secara terpimpin egg eksperiment nya. Sebelum
melakukan percobaan anak akan dijelaskan mengenai:
1) Cara perawatan gigi
2) Pentingnya perawatan gigi
3) Minuman yang merusak gigi
Dalam teori disebutkan bahwa stuktur kulit telur matang mirip dengan
struktur enamel gigi anak kecil.
Bahan-bahan yang dibutuhkan
a) 8 telur rebus d) Soda
b) Air e) Gelas plastik
c) Cuka f) Teh
Cara kerja
a) Rebus telur, pastikan kulit telur tidak pecah saat di rebus karena
akan mempengaruhi hasil
b) Setelah telur dingin, bantu anak-anak untuk memasukkan telur ke
dalam gelas plastik, kemudian isi masing-masing gelas plastik
dengan air, soda, cuka dan teh untuk membandingkan
c) Diamkan semalaman untuk menunggu hasilnya (Davala, 2013).
Setelah eksperiment dilakukan, telur yang sudah direbus didiamkan
dan pada saat hari ke empat akan dilakukan observasi kembali dari hasil
percobaan.
d. Hari ke empat
Hari ke empat akan dilaksanakannya menyanyikan lagu menggosok
gigi, kemudian dilakukan observasi dari egg exsperiment dari hari
sebelumnya. Anak-anak akan dijelaskan perbedaan pengaruh masing-
masing sediaan dan dilanjutkan dengan review materi. Peneliti di bantu
oleh 1 asisten peneliti dalam menjelaskan egg eksperiment kepada
seluruh responden.
e. Hari ke lima
Hari ke lima akan dilakukan menyanyikan lagu menggosok gigi secara
bersama sebelum pembelajaran sekolah dimulai serta review tentang
1) Cara perawatan gigi
2) Menggosok gigi (frekuensi, waktu, cara dan menggunakan pasta
gigi yang baik).
Setelah itu responden akan diajak belajar cara mengidentifikasi
makanan penyebab gigi berlubang. Masing-masing responden
diberikan kertas bergambar makanan yang menyehatkan gigi dan
merusak gigi, kemudian responden diminta untuk memilih
menempelkan kertas tersebut di 2 papan kertas yang telah disediakan.
Pada bagian akhir sesi akan diadakan review tentang identifikasi
makanan dan minuman yang menyehatkan dan merusak gigi. Peneliti
dibantu 1 asisten peneliti dalam pelaksanaan identifikasi kertas
bergambar.
f. Hari ke enam
Peneliti dibantu oleh fasilitator dalam melakukan post test dengan
menggunakan metode yang sama seperti pre test sebelumnya dengan
bantan 2 asisten peneliti.
Intervensi yang diberikan kepada orang tua dalam penelitian ini adalah
surat untuk wali. Surat tersebut diberikan pada hari ke-2 penelitian yang
didalamnya berisi penjelasan penelitian, kartu remember menggosok gigi anak
dan leaflet. Leaflet memiliki ukuran A4, sedangkan kartu remember berukuran
3 cm x 7 cm). Adapun isi leaflet adalah sebagai berikut
a. Pentingnya menggosok gigi
b. Menggosok gigi : waktu & frekuensi menggosok gigi, penggunaan sikat
gigi, cara menggosok gigi, dan penggunaan flouride
c. Pengaturan makanan
d. Pemeriksaan gigi ke dokter gigi
Surat untuk wali tersebut juga berisi penjelasan prosedural penelitian
dimana hal ini diharapkan agar wali juga terlibat dalam penelitian ini dengan
cara dapat mengingatkan kepada anaknya (responden) untuk menggosok gigi
dengan benar (frekuensi, cara dan waktu), dan mendukung agar responden
bersedia mengurangi makanan-makanan manis.
Intervensi yang diberikan kepada guru adalah berupa jargon dalam
upaya mendukung peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Terdapat 3 jargon
yang akan di ajarkan. Hal ini diharapkan guru yang bersangkutan dapat
mengingatkan kesehatan gigi dan mulut siswa (responden) dengan jargon
tersebut. Adapun isi dari jargon tersebut adalah waktu yang benar dalam
menggosok gigi, anjuran mengurangi makanan yang manis, serta anjuran ke
dokter gigi. Jargon dipimpin oleh guru dan di ikuti responden minimal 1x
sehari. Adapun jagon yang diajarkan adalah
a) 2x sikat gigi : setelah sarapan, sebelum tidur
b) Makan-makanan manis : No
c) Mengunjungi dokter gigi : 6 bulan sekali
G. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan langkah-langkah
pengelolaan data antara lain sebagai berikut (Hidayat, 2007):
1. Editing yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir
kuesioner; lengkap, jelas (jawaban semua terbaca), relevan, dan konsisten.
2. Coding yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk bilangan. Tujuannya untuk mempermudah saat analisis data,
mempercepat saat (entry) data.
3. Scoring yaitu setiap sub variabel diberikan skor dengan kategori data dan
jumlah butir pertanyaan dari subvariabel yang bersangkutan. Hasil skor
tersebut kemudian dijumlahkan.
4. Entry data yaitu memasukkan data pada program statistik komputer.
5. Cleaning setelah semua data dimasukkan langkah selanjutnya adalah
pengecekan kembali data untuk melihat kemungkinan ada kesalahan-
kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain sebagainya.
H. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dilakukan analisis dalam bentuk
analisis univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap karakteristik responden dan
variabel dependen. Tujuan analisis ini adalah untuk menjelaskan masing-
masing variabel yang diteliti. Analisis data yang berjenis numerik yang
meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan, maka dilakukan dengan tendency
central yaitu dengan mean jika datanya berdistribusi normal, jika data tidak
berdistribusi normal maka dengan median (Hastono, 2006).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara
dua variabel, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Analisis
dalam penelitian ini adalah uji t dependen untuk mengetahui pengaruh paket
pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan
menggosok gigi sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Uji T dependen
digunakan jika data terdistribusi normal, sedangkan Uji wilcoxon
digunakan jika data tidak terdistribusi normal. Data tidak terdistribusi
normal jika p value < α, dan terdistribusi normal jika p value > α (Dahlan,
2008). Skala ukur dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal.
Sebelum dilakukan analisis bivariat peneliti melakukan uji
normalitas terlebih dahulu terhadap data yang ada dengan menggunakan
shapiro-wilk yaitu, uji normalitas untuk sampel yang sedikit (kurang dari
50). Data dikatakan normal jika nilai probibilitas lebih dari 0,05 (P value >
α). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel beikut:
Tabel 4. 2 Tabel Uji Normalitas Data Skor Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Responden
Vaiabel pengetahuan berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat diketahui
bahwa saat pretest data yang didapatkan terdistribusi normal dengan P
value sebesar 0,061 > (0,05), sedangkan skor pengetahuan posttest (0,002
Variabel Uji Normalitas
shapiro-wilk (P-Value)
Keterangan
Pengetahuan Pre-test 0,061 Normal
Post-test 0,002 Tidak Normal
Sikap Pre-test 0,060 Normal
Post-test 0,024 Tidak Normal
Tindakan Pre-test 0,001 Tidak Normal
Post-test 0,002 Tidak Normal
< 0,05) tidak terdistribusi normal. Skor nilai sikap pretest terdistribusi
normal dengan nilai p value 0,060 > (0,05) sedangkan skor posttest tidak
terdistribusi normal (0,024 < 0,05). Nilai skor tindakan pretest (0,001 <
0,05) dan posttest (0,002 < 0,005) sehingga dapat diketahui bahwa data
pada variabel tindakan juga tidak terdistribusi normal. Jadi pada semua data
di atas dari 3 variabel yaitu, pengetahuan, sikap, dan tindakan tidak
terdistribusi normal. Data yang tidak terdistribusi normal dilakukan
tranformasi data dengan tujuan agar data dapat terdistribusi normal. Setelah
dilakukan tansformasi data hasil transformasi data ang diperoleh sebagai
berikut yaitu pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. 3 Tabel Uji Normalitas Data Tansformasi Hasil Skor
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden
Variabel Uji Normalitas
shapiro-wilk (P-
Value)
Keterangan
Pengetahuan Pre-test 0,001 Tidak Normal
Post-test 0,003 Tidak Normal
Sikap Pre-test 0,000 Tidak Normal
Post-test 0,015 Tidak Normal
Tindakan Pre-test 0,044 Tidak Normal
Post-test 0,001 Tidak Normal
Variabel nilai pengetahuan, sikap dan tindakan setelah dilakukan
transformasi data, hasilnya bahwa ketiga data tersebut tidak terdistribusi
normal. Jadi, analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji
wilcoxon.
I. Etika Penelitian
Setiadi (2007) penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek
tidak boleh bertentangan dengan etik. Penelitian yang akan dilakukan harus
mengikuti aturan etik penelitian yaitu adanya persetujuan dari responden.
Bentuk etika penelitian ini adalah:
1. Lembar persetujuan (Inform Concent)
Tujuan dari lembar persetujuan ini agar responden mengetahui
maksud, tujuan dan dampak yang mungkin terjadi selama penelitian. Jika
responden bersedia diikutsertakan dalam penelitian maka responden harus
bersedia menandatangani lembar persetujuan dan akan diteliti oleh peneliti
dengan tetap menghormati hak-haknya sebagai subjek penelitian
2. Kerahasiaan
Peneliti dalam menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi
yang diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai
dokumentasi penelitian.
3. Asas Kemanfaatan
Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko dari
penelitian yang dilakukan yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan
apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko atau dampak
negatif yang akan terjadi. Peneliti akan melaksanakan penelitian sesuai
prosedur yang penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat
semaksimal mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di
tingkat populasi. Penelitian yang dilakukan harus bebas dari penderitaan
yaitu dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan khususnya jika
menggunakan tindakan khusus.
4. Asas Keadilan
Asas keadilan menunjukkan bahwa peneliti harus adil dalam
memberikan perlakuan. Peneliti memperlakukan seseorang secara adil
tanpa membeda-bedakan responden saat penelitian (Setiadi, 2007)
66
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan memaparkan hasil penelitian dari pengaruh paket pendidikan
kesehatan tehadap pengetahuan, sikap dan tindakan siswa di SDN 02 Cireundeu,
Tangerang Selatan, Banten. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari dimulai dari tanggal
18 maret-23 maret (kecuali hari minggu). Jumlah total responden yang mengikuti
penelitian ini adalah 29 responden dengan menggunakan satu kelompok intervensi.
Setelah dilakukan analisis, 3 anak dieliminasi karena tidak mengikuti penelitian ini
secara keseluruhan (tidak masuk sekolah). Sehingga total data yang diolah adalah 27
responden yang telah diberikan intervensi paket pendidikan kesehatan gigi.
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD inpres 02 Cireundeu, Tangerang Selatan,
Banten yang beralamat di Jl. SD Inpes No. 60, Pisangan Barat, Cireundeu,
Tangerang Selatan, Banten. Penelitian ini melibatkan responden yang berumur
7 tahun, sehingga responden terdapat pada kelas satu pada SD tersebut. Pada
penelitian ini akan dilakukan paket pendidikan kesehatan gigi tehadap
pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi pada responden. Pada SD
Inpes 02 Cireundeu belum dilaksanakannya pendidikan kesehatan tentang
kesehatan gigi pada responden yang akan dijadikan penelitian. SD Inpres 02
Cireundeu belum memiliki UKS, selain itu belum adanya kerjaama dari
puskesmas setempat untuk upaya kesehatan gigi. Jadi peneliti melakukan
penelitian di SD tersebut.
B. Analisis Univariat
1. Jenis Kelamin Responden
Distribusi jenis kelamin responden yang terlibat dalam penelitian ini
dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 5. 1 Distribusi Jenis Kelamin Responden Penelitian
Variabel
Jenis Kelamin
N %
Laki-Laki 20 74,1
Perempuan 7 25,9
Total 27 100
Tabel 5.1 tersebut menunjukkan bahwa presentase jenis kelamin
laki-laki lebih besar dari pada perempuan, yaitu laki-laki sebesar 74% (20
orang) dan perempuan 25,9% (7 orang). Responden yang terlibat dalam
penelitian ini didominasi oleh responden laki-laki.
2. Pengetahuan Responden
Perbedaan pengetahuan responden sebelum diberikan paket
pendidikan kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dapat
dilihat dari tabel 5.2 di bawah ini:
Tabel 5. 2 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pengaruh
Paket Pendidikan kesehatan Gigi
Karakteristik
Pengetahuan
Pre Test Post Test
Frekuensi Presentase
(%)
Frekuensi Presentase
(%)
Baik 4 14,8 13 48,1
Cukup 10 37,0 14 51,9
Kurang 13 48,1 - -
Total 27 100 27 100
Penilaian tingkat pengetahuan, diklasifikasikan menjadi 3
kategori yaitu pengetahuan baik, cukup, dan kurang. Tingkat
pengetahuan responden berdasarkan data tersebut sebelum diberikan
paket pendidikan kesehatan gigi, yang termasuk dalam kategori baik
terdapat 4 responden yaitu 14,8%, responden dengan kategori
pengetahuan cukup sebanyak 10 responden yaitu 37,0%, sedangkan
responden dengan kategori pengetahuan kurang lebih besar yaitu
sebanyak 13 responden atau 48%. Saat pretest responden didominasi
oleh kategori pengetahuan yang kurang, sedangkan setelah posttest
tidak ada responden yang memiliki pengetahuan yang kurang.
Tingkat pengetahuan responden diukur kembali dengan soal
yang sama setelah diberikan paket pendidikan kesehatan gigi. Hasilnya
adalah sebanyak 13 responden yaitu 48,1% responden berpengetahuan
baik dan 14 responden atau 51,9% responden berpengetahuan cukup
serta tidak ada responden yang masuk dalam kategori pengetahuan
kurang.
3. Sikap Responden
Perbedaan sikap responden sebelum diberikan paket pendidikan
kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dapat di lihat dari
tabel 5.3 di bawah ini:
Tabel 5. 3 Gambaran Sikap Responden terhadap Pengaruh Paket
Pendidikan Kesehatan Gigi
Karakteristik
Sikap
Pre Test Post Test
Frekuensi Presentase
(%)
Frekuensi Presentase
(%)
Baik - - 8 29,6
Cukup 4 14,8 16 59,3
Kurang 23 85,2 3 11,1
Total 27 100 27 100
Tingkat sikap dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 3
kategori yaitu sikap baik, cukup dan kurang tehadap menggosok gigi.
Tingkat sikap responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan
gigi berdasarkan tabel 5.3, yang termasuk dalam kategori baik tidak ada,
terdapat 4 responden yaitu 14,8% responden dengan kategori sikap yang
cukup, sedangkan sisanya sebanyak 23 responden yaitu 85,2% termasuk
dalam kategori sikap terhadap kesehatan gigi kurang. Sikap responden yang
kurang terhadap kesehatan gigi ditemukan paling besar. Pretest kategori
sikap responden didominasi oleh kategori sikap yang kurang terhadap
menggosok gigi yang benar.
Setelah diberikan paket pendidikan kesehatan gigi, tingkat sikap
responden diukur kembali dengan soal yang sama. Hasilnya adalah
sebanyak 8 responden yaitu 29,6% responden memiliki sikap yang baik dan
16 responden atau 59,3% responden memiliki sikap yang cukup serta 3
responden atau 11,1% yang masih masuk dalam kategori sikap yang
kurang. Presentase responden yang memiliki sikap yang kurang paling
sedikit di antara kedua kategori lainnya.
4. Tindakan Responden
Perbedaan tindakan responden sebelum diberikan paket pendidikan
kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dapat dilihat dari
tabel 5.4 di bawah ini:
Tabel 5. 4 Gambaran Tindakan Responden terhadap Pengaruh Paket
Pendidikan Kesehatan Gigi
Karakteristik
Tindakan
Pre Test Post Test
Frekuensi Presentase
(%)
Frekuensi Presentase
(%)
Baik 2 7,4 21 77,8
Cukup 3 11,1 6 22,2
Kurang 22 81,5 - -
Total 27 100 27 100
Penilaian tindakan responden dalam menggosok gigi,
diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu tindakan baik, cukup dan kurang.
Tingkat tindakan responden berdasarkan tabel 5.4 tersebut sebelum
diberikan paket pendidikan kesehatan gigi yang termasuk dalam kategori
baik 2 responden yaitu 7,4%, terdapat 3 responden yaitu 11,1%, responden
dengan kategori sikap yang cukup, sedangkan sisanya yang mendominasi
adalah sebanyak 22 responden yaitu 81,5% termasuk dalam kategori
tindakan menggosok gigi yang kurang.
Tingkat tindakan responden diukur kembali dengan soal yang sama
setelah diberikan paket pendidikan kesehatan gigi. Hasilnya adalah
tindakan responden dalam menggosok gigi yang benar didominasi oleh
kategori baik yaitu sebanyak 21 responden atau 77,8%% responden dan 6
responden atau 22,2% responden masih memiliki sikap yang cukup dan
responden yang masuk dalam kategori tindakan menggosok gigi yang
kurang baik setelah posttest tidak ditemukan lagi.
C. Analisis Bivariat
1. Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Tingkat
Pengetahuan Responden
Hasil uji wilcoxon pada variabel pengetahuan penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini
Tabel 5. 5 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi
tehadap Pengetahuan
Pengetahuan Mean Standart
Deviasi
(SD)
Min-
Max
P Value Z
Pre Test 55,93 16,701 20-80 0,000 -0,966 Post Test 79,26 14,392 60-100
Kuesioner pengetahuan yang berisi 10 pertanyaan, berdasarkan
tabel 5.5 di atas setelah dilakukan analisis bahwa, nilai rata-rata tingkat
pengetahuan responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan
gigi sebesar 55,93, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan
meningkat menjadi 79,26. Rata-rata pretest dan posttest pengetahuan
mengalami peningkatan sebanyak 23,33 poin. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat peningkatan skor pengetahuan responden terhadap
kesehatan gigi. Standart deviasi saat pretest 16,701 dan setelah posttest
menjadi 14,392. Nilai minimum antara pretest dan posttest memiliki
selisih 40 poin, sedangkan nilai maksimum antara pretest dan posttest
hanya memiliki selisih 20 poin.
Setelah dianalisis menggunakan uji wilcoxon berdasarkan tabel
5.7, bahwa perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah
dilakukan paket pendidikan kesehatan gigi dipeoleh nilai z sebesar -
0,966 dan nilai p value sebesar 0,000 (α < 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa paket pendidikan kesehatan bepengaruh terhadap tingkat
pengetahuan responden. Jadi disimpulkan bahwa pada alpha 5%
terdapat pengaruh paket pendidikan kesehatan yang bermakna
(signifikan) tehadap perubahan pengetahuan responden tentang
kesehatan gigi.
2. Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Tingkat
Sikap Responden
Hasil uji wilcoxon pada variabel sikap penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 5.6 di bawah ini:
Tabel 5. 6 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi tehadap
Sikap
Sikap Mean Standart
Deviasi
(SD)
Min-
Max
P Value Z
Pre Test 46,46 14,774 9-73 0,000 -4,490
Post Test 69,70 10,697 45-91
Kuesioner sikap yang berisi 11 pertanyaan berdasarkan tabel 5.4
tesebut, setelah dilakukan analisis bahwa, nilai rata-rata tingkat sikap
responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan gigi sebesar
46,46, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat
menjadi 69,70. Nilai rata-rata pretest dan posttest tingkat sikap mengalami
kenaikan sebesar 23,24 poin. Standart deviasi saat pretest 14,774 dan
setelah posttest menjadi 10,697. Nilai minimum sikap responden saat
pretest sebesar 9 dan meningkat menjadi 45 saat posttest. Nilai maksimum
pretest sebesar 73 dan meningkat saat posttest menjadi 91.
Setelah dianalisis menggunakan uji wilcoxon berdasarkan tabel 5.6
di atas, bahwa perbedaan tingkat sikap responden sebelum dan sesudah
dilakukan paket pendidikan kesehatan gigi diperoleh nilai z sebesar -4,490
dan nilai p value sebesar 0,000 (α < 0,05) Jadi disimpulkan bahwa pada
alpha 5%, terdapat pengaruh paket pendidikan kesehatan yang bermakna
(signifikan) tehadap perubahan sikap responden tentang kesehatan gigi. Hal
ini menunjukkan bahwa paket pendidikan kesehatan bepengaruh terhadap
tingkat sikap responden.
3. Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap
Tindakan Responden
Hasil uji wilcoxon pada variabel tindakan penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 5.7 di bawah ini
Tabel 5. 7 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi
tehadap Tindakan
Tindakan Mean Standart
Deviasi
(SD)
Min-
Max
P Value Z
Pre Test 47,53 13,476 29-86 0,000 -4,462
Post Test 78,84 5,172 67-86
Kuesioner tindakan yang berisi 21 item cara menggosok gigi
berdasarkan tabel 5.7 di atas, setelah dilakukan analisis bahwa, nilai rata-
rata tindakan responden menggosok gigi sebelum diberikan paket
pendidikan kesehatan gigi sebesar 47,53, sedangkan setelah diberikan
pendidikan kesehatan meningkat menjadi 78,84. Hasil penelitian ini
menunjukkan terdapat peningkatan nilai rata-rata antara pretest dan posttest
sebesar 31,31 poin. Standart deviasi saat pretest 13,476 dan setelah posttest
menjadi 5,172. Nilai minimum tindakan responden saat pretest sebesar 29
dan meningkat menjadi 67 saat posttest. Sedangkan, nilai maksimum saat
petest dan posttest tidak ada peningkatan.
Setelah dianalisis menggunakan uji wilcoxon pada tabel 5.9 bahwa
perbedaan tingkat tindakan menggosok gigi responden sebelum dan
sesudah dilakukan paket pendidikan kesehatan gigi diperoleh nilai z sebesar
-4,462 dan nilai p value sebesar 0,000 (α < 0,05) sehingga dapat
disimpulkan, dengan alpha 5% bahwa paket pendidikan kesehatan ini
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan tindakan dalam
menggosok gigi. Hal ini menunjukkan bahwa paket pendidikan kesehatan
berpengaruh terhadap tingkat tindakan menggosok gigi responden.
76
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pembahasan hasil penelitian mengenai
paket pendidikan kesehatan gigi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan
menggosok gigi di SD Inpes 02 Cireundeu Tangerang Selatan Banten. Pembahasan ini
terdiri atas interpretasi dan diskusi hasil serta keterkaitan amtara hasil penelitian
dengan tinjauan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Bab ini juga menjelaskan
tentang keterbatasan penelitian.
A. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Nilai Pengetahuan
Responden
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
dll) (W. I. Mubarak, 2007). Pada penelitian ini menggunakan bebagai metode
dan media pendidikan kesehatan. Media pendidikan kesehatan merupakan salah
satu unsur input yang berpengaruh pada pelakanaan pendidikan kesehatan
(Notoatmodjo, 2010). Alat bantu pendidikan kesehatan merupakan alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pengarahan pendidikan
kesehatan (Fitriani, 2011). Penelitian ini menggunakan metode paket
pendidikan kesehatan yang menggunakan metode poster, kertas bergambar,
eksperimen, video, simulasi, menyanyi, serta intervensi yang dilakukan ke guru
dan orang tua responden untuk meningkatan pengetahuan responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh paket pendidikan
kesehatan yang bermakna (signifikan) tehadap perubahan pengetahuan
responden tentang kesehatan gigi. Paket pendidikan kesehatan ini dikemas
menggunakan berbagai macam metode dan media. Salah satu media yang
digunakan dalam upaya meningkatkan pengetahuan adalah dengan media
poster serta kertas bergambar. Penelitian yang telah dilakukan Friedman,
Cosby, Boyko, & Turnbull tahun (2009) yang berjudul “effective teaching
strategies and methods of delivery for patient education: evidentiary base”,
salah satu strategi pembelajaran yang diteliti adalah media tulis, bahwa media
tulis effektif untuk strategi pembelajaran sebagai recall informasi dan menarik
perhatian. Hal ini didukung oleh penelitian Andriany dkk (2016) tentang
perbandingan efektifitas media penyuluhan poster dan kartun animasi terhadap
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Hasil dari uji t berpasangan
menunjukkan signifikansi nilai p yaitu 0,000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan
terdapat perbedaan yang bermakna tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah
diberikan media penyuluhan poster.
Poster termasuk dalam ketegori alat bantu lihat. Poster merupakan suatu
tampilan khusus dimana berisi kombinasi gambar. Poster mendukung
lingkungan edukatif yang positif dan menekankan pada anjuran suatu hal.
Sehingga dengan media tersebut anak lebih memahami tentang materi yang
disampaikan (Gilbert et al., 2010), akibatnya terjadi peningkatan nilai posttest.
Menurut teori kerucut pengalaman belajar Edgar, bahwa poster yang
disampaikan dengan metode ceramah termasuk dalam kategori alat bantu
dengar dan lihat. Maka dalam kurun waktu 2 minggu responden akan dapat
mengingat 50% apa yang telah didengar dan dilihatnya. Sehingga
memungkinkan dalam penelitian ini retensi responden terhadap materi yang
didapatkan masih ada (Nursalam, 2008). Untuk menambahkan presentase dari
informasi yang dapat diingat responden dalam menyasar peningkatan
pengetahuan ini peneliti juga menggunakan metode kertas bergambar. Paket
pendidikan kesehatan yang terdiri dari metode dan media pendidikan kesehatan
ini tujuannya agar menstimulasi banyak indra yang digunakan oleh responden
dalam menerima informasi, sehingga retensi informasi tersebut lebih besar
diterima.
Metode kertas bergambar diharapkan dapat memacu responden untuk
mengidentifikasi materi tentang makanan yang menyehatkan dan merusak gigi.
Hal itu sesuai dengan satu teori bahwa dalam mengembangkan daya nalar anak,
dapat dilakukan dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat atau
gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun
peristiwa yang terjadi di sekitarnya (Yusuf, 2011). Penelitian yang dilakukan
Friedman, Cosby, Boyko, & Turnbull tahun (2009) dalam membandingkan
antara keefektifan kombinasi strategi ceramah dan media tulis dengan strategi
ceramah saja ditemukan bahwa kombinasi strategi ceramah dan media tulis
lebih meningkatkan pengetahuan secara signifikan. Sehingga dapat
disimpulkan media tersebut meningkatkan kemampuan kognitif responden
yang dapat dilihat secara objektif dari hasil posttest pengetahuan yang
mengalami peningkatan. Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor predisposisi,
yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, pengalaman, minat, kebudayaan, informasi.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan berdasarakan teori tersebut dalam
penelitian ini adalah informasi dan umur. Faktor informasi mengacu pada
pendidikan kesehatan yang telah diberikan sesuai yang dipaparkan di atas,
sedangkan faktor umur mempengaruhi terhadap kemampuan kognitif anak
(Notoatmodjo, 2010). Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola
pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik (Notoatmodjo, 2008). Responden yang terpilih dalam penelitian ini
adalah siswa yang berumur 7 tahun, dimana anak usia 7-11 tahun secara tahap
perkembangan sudah memasuki tahapan cara berpikir logis, masuk akal, dan
semakin tersosialisasi (mampu mempertimbangkan sudut pandang orang lain
yang berbeda dan sudut pandang mereka sendiri). Kemampuan kognitif pada
masa ini juga sudah cukup untuk menjadikan dasar diberikannya berbagai
kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya.
Kecakapan yang diberikan pada responden dalam penelitian ini adalah berupa
sumber informasi melalui paket pendidikan kesehatan. Hal ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan nilai post test.
B. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus/objek (Notoadmodjo, 2007). Sikap dalam penelitian ini
diukur menggunakan pernyataan sikap yang berisi hal-hal yang positif
mengenai objek sikap, yaitu bersifat mendukung atau memihak pada objek
dalam upaya menjaga kesehatan gigi serta berisi hal-hal negatif mengenai objek
sikap dan bersifat tidak mendukung atau kontra terhadap kesehatan gigi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Pengukuran sikap dapat dengan ditanyakan bagaimana pendapat atau
pertanyaan kepada responden terhadap suatu objek. memberikan tanggapan
atau jawaban terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap seseorang (Azwar, 2008).
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh paket pendidikan
kesehatan terhadap sikap anak dalam menggosok gigi. Hal ini mendukung
penelitian sebelumnya yaitu penelitian Aisyah (2010) bahwa paket pendidikan
kesehatan yang diberikan dapat berpengaruh terhadap perubahan sikap dengan
nilai p value =0,017 sehingga terjadi perbedaan sikap ibu post partum primipara
anatara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Penelitian ini juga
mendukung penelitian Yani, Mudzakkir, & Hardjito (2010) yaitu pendidikan
kesehatan effektif terhadap perubahan nilai sikap responden dengan nilai p
value sebesar 0,000, penelitian tersebut menggunakan alat bantu booklet dan
alat peraga, hal tesebut bertujuan untuk melibatkan indra sebanyak-banyaknya.
Penelitian ini juga menggunakan beberapa metode dan media pendidikan
kesehatan sehingga banyak indra yang terlibat untuk menerima informasi yang
diberikan.
Informasi yang diterima oleh subjek sehingga dapat berpengaruh pada
suatu perubahan sikap membutuhkan pengulangan agar terjadi proses dan
pemahaman dalam diri subjek (Azwar, 2008). Informasi yang diberikan secara
berulang-ulang, memudahkan membantu responden dalam memahami
informasi sehingga responden bisa menentukan sikap yang sesuai tentang
gosok gigi. Penelitian yang dilakukan (Sari, Ulfianana, & Dian, 2012)
menyebutkan bahwa penggunaan metode permainan ular tangga yang
dilakukan secara berulang yaitu sebanyak empat kali dapat menyebabkan
perubahan sikap menggosok gigi yang positif. Hal ini sesuai dengan prosedural
saat dilakukan paket pendidikan kesehatan dengan diberikan informasi yang
berulang-ulang selama 1 minggu sehingga hasil penelitian ini terdapat
perubahan peningkatan sikap anak terhadap menggosok gigi .
Pengetahuan, sikap dan tindakan adalah satu kesatuan. Pengetahuan
merupakan sesuatu yang seseorang ketahui, sikap adalah apa yang telah
seseorang yakini, sedangkan tindakan adalah sesuatu yang mampu orang
lakukan. Sikap adalah tingkatan kedua dalam perilaku. Sikap akan
mempresentasikan kecondongan seseorang terhadap sesuatu untuk bertindak
(Gilbert et al., 2010). Bloom dalam Notoatmodjo (2008) mengungkapkan
bahwa orang akan mengubah sikap, jika ia mampu mengubah komponen
kognitif terlebih dahulu. Informasi yang disampaikan dalam video memberikan
pengaruh pada kemampuan kognitif serta afektif seseorang (Gilbert et al.,
2010). Adanya informasi baru mengenai gosok gigi yang dikemas di dalam
video dapat memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap gosok
gigi responden. Informasi tentang gosok gigi dalam video membawa pesan
persuasif sehingga dapat memberikan dasar yang cukup kuat dalam menilai
suatu hal dan membentuk suatu sikap tertentu. Akibatnya terjadi peningkatan
nilai sikap pada responden.
C. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan terhadap Tindakan Menggosok
Gigi
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh paket pendidikan
kesehatan terhadap tindakan menggosok gigi pada anak. Penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010) bahwa pendidikan
kesehatan gosok gigi dengan metode permainan simulasi ular tangga dapat
meningkatkan nilai aplikasi tindakan gosok gigi pada responden kelompok
perlakuan. Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Pujiyasari, Hartini, & Nurullita (2014) yang menyebutkan
bahwa metode latihan menggosok gigi dapat diterapkan dalam mengajakan
kemandirian anak untuk menggosok gigi. Hal ini sesuai penelitian ini yaitu
adanya metode simulasi dapat mendorong kemandirian karena anak mencoba
praktik secara langsung dalam menggosok gigi serta terpimpin.
Pada anak usia sekolah terjadi perubahan peningkatan motorik maupun
kognitif. Terdapat hubungan antara kemampuan melakukan sikat gigi dengan
perkembangan psikomotor pada anak (Prasada, 2016; Mahmoodi et al., 2014).
Dalam penelitian ini responden yang dilibatkan adalah yang berumur 7 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh paket pendidikan kesehatan
dalam meningkatkan tindakan. Hal ini mendukung teori yang menyebutkan
bahwa berdasarkan perkembangan psikomotornya anak dengan usia tersebut
sudah mampu melakukan cara menggosok gigi dengan benar (Mahmoodi et al.,
2014).
Bermaknanya perubahan tindakan dalam menggosok gigi pada anak
dapat dilihat dari perbedaan perubahan skor antara pretest dan posttest dan
posttest karena dengan adanya pemahaman informasi yang diperoleh. Sejalan
dengan hal tersebut, adanya peningkatan ketrampilan psikomotorik yaitu
perilaku yang terampil dalam kesehatan gigi adalah sebagai hasil dari
pengetahuan dan perubahan sikap (Notoatmodjo,2007). Penelitian yang
dilakukan (Bornstein, Cote, Haynes, Hahn, & Park, 2012) menyebutkan bahwa
faktor predisposisi penting yang membentuk tindakan adalah pengetahuan dan
sikap. Hal ini sesuai penelitian ini, bahwa terdapatnya peningkatan skor
pengetahuan dan sikap, sehingga terjadinya peningkatan skor tindakan.
Peningkatan skor tindakan dalam menggosok gigi yang benar juga dapat
disebabkan karena penggunaan metode pendidikan kesehatan yang beragam.
Metode tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya
sehingga antar metode dapat melengkapi satu sama lain. Seseorang dapat
mempelajari sesuatu dengan lebih baik apabila menggunakan lebih dari satu
indera ketika menerima pendidikan kesehatan, apa yang diingat dari isi
penyuluhan adalah 50% dari apa yang didengar dan dilihat. Semakin banyak
dalam menggunakan penginderaan dalam belajar maka akan semakin baik
(Dinkes, 2008). Penelitian yang dilakukan Obaid (2013) yang berjudul ”the
impact of using multi-sensory approach for teaching students with learning
disabilities” bahwa setelah membandingkan dua kelompok yang diberikan
intervensi multi sensory ( melibatkan visual, audio dan taktil) dengan kelompok
kontrol yang hanya diberikan pengajaan tadisional (ceramah) hasil
penelitiannya bahwa kelompok intervensi antara skor pre test dan post test
terdapat peningkatan skor yang signifikan dibandingkan kelompok kontrol.
Paket pendidikan kesehatan dengan beragam metode dan media pendidikan
kesehatan memungkinkan sangat potensial untuk strategi pendidikan kesehatan
dalam upaya meningkatan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Konsep yang mendasari terbentuknya perilaku adalah pengetahuan dan
tindakan, untuk diwujudkan dalam bentuk perilaku ia harus mengetahui
tindakan yang ia lakukan (Gilbert et al., 2010). Perilaku hidup sehat anak
tentang gosok gigi harus terus terpelihara. Upaya untuk memelihara perilaku
tersebut memerlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti pihak sekolah,
orang tua, dan petugas kesehatan di wilayah tersebut (Sari et al., 2012). Faktor
faktor penguat atau yang mendorong terjadinya perilaku pada anak di antaranya
adalah orang tua dan guru (Notoatmodjo, 2010). Faktor penguat dapat
mendukung alasan untuk terus melakukan kebiasaan tertentu (Gilbert et al.,
2010). Pihak tesebut sebaiknya dilibatkan dalam upaya membentuk kebiasaan
anak yang baik.
Orang tua merupakan role model dalam pelaksanaan perilaku hidup
sehat di rumah. Pengetahuan orang tua sangat penting untuk menunjang
perilaku anak (Bornstein et al., 2012). Penelitian yang dilakukan Miller (2013)
menyebutkan bahwa program edukasi pada orang tua dapat meningkatankan
pengetahuannya. Pengetahuan orang tua yang baik juga berdampak pada
perilaku menjaga kesehatan mulut pada anak yang baik. Paket pendidikan
kesehatan ini peneliti juga melibatkan peran orang tua yaitu dengan diberikan
intervensi pendidikan kesehatan dengan metode leaflet serta peran guru dengan
diberikan intervensi melalui jargon. Penelitian serupa juga dilakukan oleh
(Besha et al., 2016) bahwa setelah dilakukan analisis mengenai faktor penguat
dari tindakan mencuci tangan pada anak bahwa yang melakukan tindakan
mencuci tangan atas dorongan orang tua memiliki presentase tebesar dan
selanjutnya adalah guru. Orang tua dan guru sangat berpengaruh terhadap
tindakan mencuci tangan anak dikarenakan mereka yang tinggal bersama anak
dan cenderung mempengaruhi mereka. Jadi teori tersebut juga mendukung
penelitian ini yaitu dengan dilibatkannya pera orang tua dan guru dalam paket
pendidikan kesehatan.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini melibatkan orang tua responden untuk diberikan intervensi
berupa surat untuk wali serta leaflet dimana peneliti tidak dapat melakukan
follow up secara langsung kepada orang tua responden terkait dengan materi
yang diberikan sehingga memungkinkan informasi dari orang tua responden
menjadi salah satu hal yang menjadikan bias dalam penelitian ini
2. Pengukuran pretest dan posttest tidak dilakukan di hari yang sama, faktor-
faktor konfending mungkin mempengaruhi dalam penelitian ini dalam
tejadinya peubahan pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi
3. Salah satu media poster yang digunakan secara konten berisi tulisan lebih
banyak, padahal terdapat beberapa responden yang kemampuan baca tulisnya
masih kurang. Hal ini menyebabkan media poster kurang menarik responden.
Penempelan media poster yang diletakkan di dinding kelas bagian belakang
dirasa kurang strategis, sehingga jarang untuk dijangkau dan di perhatikan oleh
anak. Sehingga informasi yang diharapkan melalui penempelan media tersebut
kurang efektif.
88
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan paket pendidikan
kesehatan gigi dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata sebesar 55,93,
sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 79,26.
Nilai minimum antara pretest dan posttest meningkat sebesar 60, sedangkan
nilai maksimum antara pretest dan posttest meningkat sebesar 20 poin.
Pengaruh paket pendidikan kesehatan tehadap pengetahuan memiliki nilai
signifikan 0,000, artinya pada nilai alpha 5% tedapat perbedaan yang signifikan
rata-rata skor sebelum dan sesudah intervensi. Sehingga terbukti bahwa paket
pendidikan kesehatan gigi efektif dan memiliki pengaruh yang besar terhadap
pengetahuan menggosok gigi responden.
2. Tingkat sikap responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan gigi
dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata sebesar 46,46, sedangkan setelah
diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 69,70. Nilai minimum
antara pretest dan posttest meningkat sebesar 36, sedangkan nilai maksimum
antara pretest dan posttest meningkat sebesar 18 poin. Pengaruh paket
pendidikan kesehatan tehadap sikap memiliki nilai signifikan 0,000, artinya
pada nilai alpha 5% tedapat perbedaan yang signifikan rata-rata skor sebelum
dan sesudah intervensi. Sehingga terbukti bahwa paket pendidikan kesehatan
gigi efektif dan memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap menggosok gigi
responden.
3. Tindakan responden dalam menggosok gigi yang benar sebelum diberikan
paket pendidikan kesehatan gigi dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata
sebesar 47,53, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat
menjadi 78,84. Nilai minimum antara pretest dan posttest meningkat sebesar
38, sedangkan nilai maksimum antara pretest dan posttest tidak ada
peningkatan. Pengaruh paket pendidikan kesehatan tehadap tindakan
menggosok gigi memiliki nilai signifikan 0,000, artinya pada nilai alpha 5%
tedapat perbedaan yang signifikan rata-rata skor sebelum dan sesudah
intervensi. Sehingga terbukti bahwa paket pendidikan kesehatan gigi efektif
dan memiliki pengaruh yang besar terhadap tindakan menggosok gigi
responden.
B. Saran
1. Bagi responden
Responden diharapkan agar lebih meningkat dalam upaya menjaga
kesehatan gigi. Serta, adanya penelitian ini juga diharapkan agar dapat memicu
terjadinya perilaku yang positif terhadap upaya menjaga kesehatan gigi yaitu
menggosok gigi dengan benar.
2. Bagi Sekolah
SDN 02 Cireundeu Tangerang Selatan diharapkan mampu menjalin
kerjasama kembali dengan puskesmas untuk mengadakan pendidikan
kesehatan gigi secara berkala. Selain itu, guru juga diharapkan memiliki
kemampuan perawatan gigi (menggosok gigi yang benar) karena terbatasnya
tenaga dari puskesmas setempat. Hal tersebut diharapkan agar semua siswa/i
mendapatkan informasi secara menyeluruh tentang kesehatan gigi. Sekolah
juga diharapkan mengaktifkan kembali UKS sebagai wadah dalam upaya
meningkatkan kesehatan sekolah. Paket pendidikan kesehatan ini dapat
dijadikan rujukan pembelajaran yang efektif untuk anak usia 7 tahun.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, sikap
dan tindakan menggosok gigi dengan benar setelah dilakukannya paket
pendidikan kesehatan gigi, untuk selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih
mendalam tentang perubahan perilaku menggosok gigi sebagai kelanjutan dari
3 domain perilaku yang telah diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti
selanjutnya diharapkan menggunakan kelompok pembanding sehingga
pengaruh intervensi akan lebih jelas lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. (2010). Pengaruh Pemberian Paket Pendidikan Kesehatan Perawatan Ibu
Nifas yang Dimodifikasi Terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Post
Partum Primipara dalam Merawat Diri di Paembang.
America’s Pediatric Dentist. (2013). Dangers of Tooth Decay to Young Children. USA:
America’s Pediatric Dentists.
American Dental Association. (2005). How to Brush, 2005.
American Dental Association. (2016). Toothbrushes. Retrieved from
http://www.ada.org/en/science-research/ada-seal-of-acceptance/product-
category-information/toothbrushes
Anas, M. (2014). mengenal Metodologi Pembeajaran. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=o7b5AwAAQBAJ
Azwar, S. (2008). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Besha, B., Guche, H., Chare, D., Amare, A., Kassahun, A., Kebede, E., … Yesuf, A.
(2016). Assessment of Hand Washing Practice and it ’ s Associated Factors among
First Cycle Primary School Children in Arba Minch Town, Ethiopia, 2015, 6(3).
Bornstein, M. H., Cote, L. R., Haynes, O. M., Hahn, C., & Park, Y. (2012). Parenting
Knowledge : Experiental and Sociodemographic Factors in European American
Mothers of Young Children, 46(6), 1677–1693.
https://doi.org/10.1037/a0020677.Parenting
Budisuari, M. A., & Mikrajab, M. A. (2010). Hubungan Pola Makan dan Kebiasaan
Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi dan Mulut (Karies) di Indonesia, (17), 83–
91.
Çolak, H., Dülgergil, Ç., & Hamidi, M. M. (2013). Early Childhood Caries Update: A
Review of Causes, Diagnoses and Treatments. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3633299/
Dahlan, S. M. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Davala, S. (2013). Simple Science Experiment: The Rubber Egg. Metro Family
Magazine.
Dewanti. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi dengan
Perilaku Perawatan Gigi pada Anak Usia Sekolah di SDN Pondok Cina 4 Depok.
Fakultas Ilmu Keperawatan Program Sarjana Reguler Universitas Indonesia.
DINKES TANGERANG SELATAN. (2015). Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan 2015.
Dwiandhana, R. (2010). Faktor-Faktor Resiko Karies pada Anak Usia 6-12 Tahun di
Desa Menes Pandeglang.
Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan. Jogyakarta: Graha Ilmu.
Friedman, A. J., Cosby, R., Boyko, S., & Turnbull, G. (2009). Effective Teaching
Strategies and Methods of Delivery for Patient Education, 26(1), 12–21.
Gilbert, G. G., Sawyer, R. G., & McNeill, E. B. (2010). Health Education: Creating
Strategies for School & Community Health (Third Edit). Uited States of America:
Jones & Bartlett Publisher. Retrieved from
http://books.google.co.za/books?id=cAcY8L5wAVIC
Hall, R., & Novak, A. (2008). Handbook of Pediatric Dentistry (Third edit). Australia:
Mosby Elsevier.
Hastono, S. P. (2006). Analisis Data. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Health Research Board. (2009). Strategies To Prevent Dental Caries in Strategies To
Prevent.
Hidayat, A. (2007). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Kadir, Y. (2015). Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi Anak dengan Status Karies
Gigi Molar Pertama Permanen Murid Kelas III-V SD IT Ar-Rahman Tamalanrea.
KEMENKES. (2012). Pedoman Paket Dasar Pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut di
Puskesmas.
Kholid, A. (2014). Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan
Aplikasinya. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Mahmoodi, P., Salimi, P., Ashtiyani, R., Valaii, N., Azarshab, M., & Shafizadeh, N.
(2014). Assessment of Fine Motor Skills and Tooth Brushing Skills in 5-6 Year
Olds in Tehran. J Res Dent Sci, 11(3), 176–181.
Mansjoer, A. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Ausculapieus.
Maziyah, S. (2015). Perbedaan Perilaku Menyikat Gigi pada Anak Usia 10-11 Tahun
Setelah Mendapatkan Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan dan Tanpa
Metode Teach-Back.
Miller, A. P. (2013). The efficacy of an Oral Health Education Program on Knowledge
in Caregivers of Head Start Children Ages Two to Five, 3(2), 4172.
Mount, G. J., Hume, W. R., Ngo, H., & Wolff, M. (2016). Preservation and Restoration
of Tooth Structure.
Mubarak, W., & Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat: teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, W. I. (2007). Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Nathe, C. N. (2016). Dental Public Health and Research, Contemporary Practice for
the Dental Hygienist.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi (Revisi 201). Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Obaid, M. S. (2013). The Impact Of Using Multi-Sensory Approach For Teaching
Students With Learning Disabilities, 9(1), 75–82.
Pantow, C. B., Warouw, S. M., & Gunawan, P. N. (2014). Pengaruh Penyuluhan Cara
Menyikat Gigi Terhadap Indeks Plak Gigi pada Siswa SD Inpres Lapangan 1.
Peariasamy, K., Marsom, A., Junid, N. Z., Ibrahim, N., Vengadasalam, S.,
Subramaniam, S. D., … Saripudin, B. (2012). Management of Severe Early
Childhood Caries, 60.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (4th ed.).
Jakarta: EGC.
Prasada, I. dewa. (2016). Gambaran Perilaku Menggosok Gii pada Siswa Kelas Satu
dengan Karies Gigi di Wilayah Kerja Puskesmas Rendang Karangasem Bali
Oktober 2014.
Pujiyasari, S., Hartini, S., & Nurullita, U. (2014). Pengaruh Metode LAtihan
Menggosok Gigi Dengan Kemandiian Menggosok Gigi Anak Retadasi Mental
Usia Sekolah, 1–11.
Putri, H. A. (2009). Perbedaan Pengaruh Media Pembelajaran Lagu dan Slide pada
Praktik Mencuci Tangan Ditinjau dari Jenis Kelamin, 116–123.
Putri, M. H. (2015). Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung
Gigi. Jakarta: EGC.
Rahandini, K. (2014). Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Ketrampilan Menyikat
Gigi Setelah Intervensi Video Animasi dan Non Animasi pada Anak Tunagrahita
Ringan.
RISKESDAS. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional
2013. https://doi.org/1 Desember 2013
Sari, E., Ulfianana, E., & Dian, P. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi
dengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga terhadap Perubahan
Pengetahuan, Sikap, dan Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah di SD
Wilayah Paron Ngawi.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jogyakarta: Graha Ilmu.
Setiyawan, R. (2012). Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam
dengan Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di Madrasah Ibtida’iyah Al
Istiqomah Tangerang.
Sharda, A. J., & Shetty, S. (2010). A Comparative Study of Oral Health Knowledge,
Attitude and Behaviour of Non-medical, Para-medical and Medical Students in
Udaipur city, Rajasthan, India. International Journal of Dental Hygiene, 8(2),
101–109.
Simamora, R. (2009). Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Smolinski, K. (2011). Learning Science Using Music, 42–46.
Stošić, L. (2015). The Importance of Educational Technology In Teaching. Retrieved
from http://ijcrsee.com/index.php/ijcrsee/article/view/166/316
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Watanabe, M., Wang, D., Ijichi, A., Shirai, C., Zou, Y., Kubo, M., … Ogino, K. (2014).
The Influence of Lifestyle on the Incidence of Dental Caries among 3-Year-Old
Japanese Children, 12611–12622.
Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (9th ed.). Jakarta: EGC.
World Dental Federation. (2016). FDI’s Definition of Oral Health. Retrieved from
http://www.fdiworldental.org/oral-health/vision-2020/fdis-definition-of-oral-
health.aspx
Yani, E., Mudzakkir, M., & Hardjito, K. (2010). Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan
”Rindu” Terhadap Kesiapan Ibu Merawat Bayi Prematur Setelah Pulang dari
Rumah Sakit di Kediri.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN YTH. Bapak/Ibu
dari.....
Dengan hormat
Bersama ini, saya Maftuhatin Ni’mah, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Ilmu Keperawatan,
memohon kesediaan Ibu untuk mengizinkan putra/i ibu berpartisipasi dalam penelitian
saya yang berjudul “PENGARUH PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI
TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGGOSOK
GIGI DI SD INPRES CIPUTAT” .
Dalam kegiatan ini, anak bapak/ibu akan diberikan penyuluhan terkait dengan
kesehatan mulut, kemudian saya minta untuk mengisi kuesioner serta akan dilihat
ketrampilannya dalam menggosok gigi.
Saya mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk berkenan memberikan izin
kepada putra/i Bapak/Ibu untuk memperlancar jalannya penelitian yang saya lakukan.
Jika bapak/ibu bersedia mengizinkan anak bapak/ibu berpartisipasi dalam penelitian
ini , bapak/ibu diminta untuk menandatangani persetujuan dibawah ini, dan dimohon
lembaran ini dikembalikan kepada saya melalui anak ibu saat dilakukan penyuluhan.
Jika bapak/ibu terdapat hal-hal yang kurang jelas, bapak/ibu dapat
menghubungi kepada Maftuhatin Ni’mah (082313721951)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Usia :
Alamat :
Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang prosedur penelitian ini,
menyatakan bahwa Saya sebagai Wali Murid di SD Inpres akan memberikan ijin untuk
dilakukannya penelitian dan bersedia untuk ikut dalam penelitian yang berjudul
“PENGARUH PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI TERHADAP
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DI SD INPRES
CIPUTAT”.
Demikian surat pernyataan bersedia ikut dalam penelitian ini, saya buat untuk
dipergunakan seperlunya
Ciputat, Maret 2017
( )
LAMPIRAN 3
Nama Responden :
Usia :
Jenis Kelamin :
1. KUESIONER 1
Berilah tanda (√) pada jawaban yang kamu anggap benar
No Pernyataan Benar Salah
1 Jika sering makan coklat tanpa menggosok gigi
dapat menyebabkan gigi berlubang.
√
2 Jika kita tidak membersihkan gigi, maka sisa
makanan akan menempel di gigi dan menjadi plak
√
3 Waktu terbaik menggosok gigi pada pagi hari adalah
setelah makan pagi.
√
4 Menggosok gigi tidak perlu menggunakan pasta
gigi.
√
5 Pemeriksaan gigi sebaiknya setiap 6 bulan sekali √
6 Makan makanan manis adalah makanan yang dapat
menyehatkan gigi.
√
7 Buah-buahan adalah makanan yang dapat
menyehatkan gigi.
√
8 Sakit gigi adalah penyakit yang menular √
9 Menggosok gigi cukup dilakukan saat mandi pagi
dan sore hari
√
10 1 sikat gigi boleh dipakai oleh banyak orang secara
bergantian
√
2. KUESIONER 2
Bacalah dengan teliti pertanyaan dibawah ini, berilah tanda (X) pada jawaban
yang adik anggap paling sesuai
No Pernyataan SETUJU TIDAK
SETUJU
1 Menurut saya, menggunakan pasta gigi yang
mengandung flour penting untuk mencegah
gigi berlubang
√
2 Menurut saya, mengganti sikat gigi setiap 3
bulan sekali tidak penting
√
3 Menurut saya, mengunjungi dokter gigi 6
bulan sekali penting meskipun saya tidak
sakit gigi
√
4 Menurut saya sisa-sisa makanan yang ada di
mulut jika tidak dibersihkan dapat
menyebabkan gigi berlubang.
√
5 Menurut saya, sebelum tidur pada malam
hari sebaiknya menyikat gigi dahulu dan
setelah itu boleh makan lagi.
√
6 Menurut saya, saya lebih suka menggosok
gigi 2x sehari setelah mandi pagi dan sore
hari
√
7 Menurut saya, ketika sakit gigi, saya biarkan
saja hingga sembuh dengan sendirinya.
√
8 Saya tidak mau punya gigi berlubang karena
menimbulkan rasa sakit
√
3. LEMBAR OBSERVASI
No Ketrampilan Pre Test Post Test
0 1 2 0 1 2
1 Mengoles pasta gigi ke sikat gigi
2 Berkumur dengan air
3 Menyikat gigi posterior atas kanan permukaan
bukal
4 Menyikat gigi posterior bawah kanan permukaan
bukal
5 Menyikat gigi posterior atas kiri permukaan
bukal
6 Menyikat gigi posterior bawah kiri permukaan
bukal
7 Menyikat gigi anterior atas permukaan labial
8 Menyikat gigi anterior bawah permukaan labial
9 Menyikat gigi posterior atas kanan permukaan
oklusal
10 Menyikat gigi posterior atas kiri permukaan
oklusal
9 Saat gigi saya sakit saya lebih suka pergi ke
tukang gigi daripada dokter gigi
√
10 Saya tidak mau memakai sikat gigi
bergantian dengan orang lain
√
11 Saya malas menggosok gigi sebelum tidur
karena ngantuk
√
11 Menyikat gigi posterior bawah kiri permukaan
oklusal
12 Menyikat gigi posterior bawah kanan
permukaan oklusal
13 Menyikat gigi anterior atas permukaan palatal
14 Menyikat gigi posterior atas kanan permukaan
palatal
15 Menyikat gigi posterior atas kiri permukaan
palatal
16 Menyikat gigi anterior bawah permukaan lingual
17 Menyikat gigi posterior bawah kanan permukaan
lingual
18 Menyikat gigi posterior bawah kiri permukaan
lingual
19 Menyikat lidah 1x
20 Berkumur 2x dengan air
21 Cuci sikat gigi
Keterangan:
0 = Tidak Sempurna
1 = Dilakukan Tidak Sempurna
2 = Dilakukan Sempurna
Jumlah Skore =
LAMPIRAN 4
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
PENGARUH PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI
TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN
MENGGOSOK GIGI DI SD INPRES 02 CIREUNDEU
TANGERANG SELATAN
Disusun Oleh:
Maftuhatin Ni’mah
NIM 1113104000028
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1438 H/2017 M
Satuan Acara Penyuluhan
Pokok Bahasan : Kesehatan Gigi
Sub Bahasan : Pendidikan Kesehatan tentang Menggosok Gigi pada Anak
Sasaran : Anak yang berusia 7 tahun di SD Inpres Cireundeu Tangerang
Selatan
Hari dan tanggal : Februari-Maret 2017
Waktu : 60 menit dan 45 menit untuk pre test dan post test
Tempat : Ruang Kelas
Metode : Ceramah dan Simulasi
Media : Poster & Video
Narasumber : Maftuhatin Ni’mah
Pertemuan : 1 Kali
A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mendapatkan kegiatan penyuluhan selama 1 x 60 menit tentang
menggosok gigi pada anak maka peserta diharapkan mengetahui pentingnya
menggosok gigi pada anak
2. Tujuan intruksional khusus
Setelah mendapat pembelajaran selama 60 menit diharapkan peseta
mampu:
a. Penyebab masalah kesehatan gigi
b. Akibat masalah kesehatan gigi
c. Pentingnya Perawatan Gigi
d. Cara Perawatan Gigi
e. Menggosok gigi dengan benar
f. Mampu mempraktekkan menggosok gigi dengan benar
B. Materi
Terlampir
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Hari Pertama
No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat dan Media
1 Pembukaan
(07.00-07.10) - Mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan dan
prosedur
- Menyampaikan kontrak waktu
- Melakukan kontrak
penempelan poster
- Menjawab salam
- Mendengarkan
Memperhatikan
10 menit Poster
2 Pretest (07.10-
07.55)
- Melaksanakan pretest dengan
mengisi kuesioner pengetahan dan
sikap yang dibacakan peneliti
- Membagi dalam 3 group yang
dibantu oleh asisten peneliti dalam
pelaksanaan pre test dengan
mempraktikkan langsung tindakan
menggosok gigi
- Melakukan pre test
45 menit Kuesioner
3 Memperkenalkan
lagu menggosok
gigi (07.55-
08.10)
- Manyanyikan lagu menggosok
gigi
- Menyanyikan lagu
menggosok gigi
10 menit Selembaran
kertas yang berisi
lirik lagu
4 Penutup (08.10-
08.15
-Kontrak waktu yang akan datang
-Penutup
-Mendengarkan 5 menit
2 Hari kedua
No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat & Media
1 Pembukaan
(08.00-08.05) - Mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjawab salam
- Mendengarkan
- Memperhatikan
5 menit -
- Menjelaskan tujuan dan
prosedur
- Menyampaikan kontrak waktu
2 Penyampaian
materi (08.05-
08.20)
Menyampaikan materi :
a. Penyebab masalah kesehatan gigi
b. Akibat masalah kesehatan gigi
c. Pentingnya Perawatan Gigi
e. Menggosok gigi dengan benar
f . Pengaturan makanan
g.. Mengunjungi tenaga kesehatan
Mendengarkan dan
memperhatikan
dengan seksama
15 Menit Poster
3 Pemutaran video
(09.05-09-20)
- Memutarkan video
- Mereview isi video
- Menyimak dengan
seksama
-Memberikan
tanggapan isi video
15 menit Proyektor,
Speaker,
Video
4 Simulasi (09.20-
09.45)
Mempragakan cara menyikat gigi - Mengikuti cara
menyikat gigi sambil
menanyi
15 menit Sikat gigi
5 Penutup (09.45-
10.00)
- Memberikan kesimpulan
- Memberikan kesempatan bertanya
- Menutup acara
- Mendengarkan
dengan seksama
- Menanyakan materi
yang tidak difahami
15 menit -
1. Hari ke tiga
No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat dan
Media
1 Pembukaan
(07.00-07.05)
-Mengucapkan salam
-kontrak waktu
-Menjawab salam
-Mendengarkan
5 menit -
2 Menanyikan lagu
menggosok gigi
(07.05-07.10)
-Menanyikan lagu menggosok gigi -Menanyikan lagu
menggosok gigi
5 menit -
3 Melakukan egg
eksperiment
-Membagi respnden ke dalam 2
kelompok
-Melakukan
eksperiment
5 menit 8 telur rebus,
8 gelas aqua
observation
(07.10-07.15)
Masing-masing kelompok
melakukan egg eksperiment
observasion dengan 4 macam
pecobaan
Yaitu telur yang direndam air soda,
air putih, air teh & air cuka
didampingi oleh
penyuluh
plastik, air
soda, air teh,
air cuka
4. Hari ke empat
No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat dan
Media
1 Pembukaan
(07.00-07.03)
-Mengucapkan salam
-kontrak waktu
-Menjawab salam
-Mendengarkan
5 menit -
2 Menanyikan lagu
menggosok gigi &
Review
(07.03-07.08)
-Menanyikan lagu menggosok gigi -Menanyikan lagu
menggosok gigi
5 menit -
3 Mengobsevasi
hasil egg
experiment
observation
(07.08-07.15)
-Menjelaskan hasil dari egg
experiment
-Mendengarkan
penjelasan
5 menit Bahan hari ke
3
5. Hari ke lima
No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat dan
Media
1 Pembukaan
(07.00-07.05)
-Mengucapkan salam
-kontrak waktu
-Menjawab salam
-Mendengarkan
5 menit -
2 Menanyikan lagu
menggosok gigi
(07.05-07.10)
-Menanyikan lagu menggosok gigi -Menanyikan lagu
menggosok gigi
5 menit -
3 Review materi
tentang gigi
Memberikan pertanyaan kepada
siswa
-Menjawab
pertanyaan
5 menit -
4 07.10-07.15 - Memberikan 2 kertas bergambar
makanan kepada responden
- Menempelkan
kertas pada papan
karton yang
disediakan sesuai
kategori makanan
5 menit kertas
bergambar
makanan, dan
papan kertas
karton
6. Hari ke enam
No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat dan
Media
1 Pembukaan
(07.00-07.05)
-Mengucapkan salam
-kontrak waktu
-Menjawab salam
-Mendengarkan
5 menit -
2 Menyanyikan
lagu menggosok
gigi (07.05-
07.10)
-Menanyikan lagu menggosok gigi -Menanyikan lagu
menggosok gigi
5 menit -
3 Post test
07.10-07.55)
- Melaksanakan pretest dengan
mengisi kuesioner pengetahan dan
sikap yang dibacakan peneliti
- Membagi dalam 3 group yang
dibantu oleh asisten peneliti dalam
pelaksanaan pre test dengan
mempraktikkan langsung tindakan
menggosok gigi
- Melakukan post test 45 menit Kuesioner
D. Struktur Ruangan
1. Hari Pertama (Pretest)
2. Hari Kedua
v v
v v
3. Hari Ketiga (Egg Exsperiment)
4. Hari Keempat (Egg Eksperiment Observation)
Meja Meja
Meja
5. Hari Kelima
6. Hari Keenam (Posttest)
Keterangan
E. Evaluasi
Prosedur : Evaluasi pendidikan kesehatan ini dilakukan dengan memberikan
post test
Metode : Metode yang digunakan dalam post test ini adalah dengan mengisi
lembar kuesioner yang diberikan serta mepraktikkan kegiatan gosok gigi setelah
dilakukan intervensi pendidikan kesehatan.
1) Kriteria Evaluasi
Evaluasi struktur
a. SAP sudah siap tiga hari sebelum dilaksanakan kegiatan pendidikan
kesehatan
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dengan sasaran sesuai rencana yaitu H-1 sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan
d. Tempat sudah tersedia sesuai rencana yaitu di kelas 1B
Evaluasi proses
a. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penkes
berlangsung.
b. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti.
: Asisten Peneliti
: Pemateri (Peneliti)
: Guru
: Responden
c. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi.
d. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung.
e. Tanya jawab berjalan dengan baik.
f. Sasaran dapat menerapkan materi yang disampaikan melalui praktik.
Evaluasi hasil
a. Penkes dikatakan berhasil
Responden hadir 93% saat diberikan intervensi paket pendidikan
kesehatan selama 1 minggu
b. 83% peserta dapat meningkat tingkat pengetahuannya setelah
diberikan pendidikan kesehatan
c. 100% peserta mengalami peningkatan nilai sikap setelah diberikan
intervensi pendidikan kesehatan
d. 96% peseta dapat mengalami peningkatan skor tindakan menggosok
gigi
F. Lampiran Materi
1. Penyebab masalah kesehatan gigi
Mulut kita penuh dengan bakteri yang terdapat pada gigi, dalam bentuk
plak, yang berasal dari saliva, maupun sisa-sisa makanan. Bakteri-bakteri tersebut
memakan sisa makanan yang tertinggal pada gigi, kemudian bakteri tersebut akan
memproduksi asam. Asam yang dihasilkan bakteri tersebut yang akan memakan
lapisan email gigi sehingga terbentuk suatu kavitis. Normalnya, ketika asam
menggerogoti email, tidak terasa sakit. Tetapi karena tidak dirawat, asam yang
menimbulkan kavitas tersebut menembus lapisan dentin dan sampai rongga pulpa
dari gigi, sehingga dapat menimbulkan rasa sakit. Kavitas yang tidak dirawat,
dapat menghancurkan lapisan dentin dan pulpa serta dapat mematika syaraf dari
gigi tersebut (Maulani, 2005).
2. Akibat masalah kesehatan gigi
Anak-anak yang mengalami masalah gigi akan beresiko pada kesehatan
mulutnya saat dewasa. Misalnya, apabila jaringan gigi bagian porsio sentral
terinfeksi, kemungkinan, abses yang ditimbulkan nantinya akan merusak gigi
permanen (America’s Pediatric Dentist, 2013). Gangguan kualitas hidup anak
yang menderita karies juga menimbulkan masalah serius, yaitu adanya rasa sakit
dan ketidaknyamanan pada gigi yang menyebabkan ketidakberdayaan, infeksi
kronis & akut, serta gangguan pola makan dan tidur. Karena masalah gigi
tersebut, anak juga berpotensi dilakukannya hospitalisasi sehingga pengeluaran
untuk biaya pengobatan tinggi, serta dapat menyebabkan anak kehilangan jam
sekolah dan hambatan pada proses belajarnya (Çolak et al., 2013). Gigi
merupakan fokus infeksi terjadinya penyakit sistemik, antara lain penyakit ginjal
dan jantung (Budisuari & Mikrajab, 2010). Masalah kesehatan gigi akan
menyebabkan kematian bila infeksinya sudah parah karena akan mempengaruhi
jaringan lain tubuh seperti otak (Dewanti, 2012).
3. Pentingnya Perawatan Gigi
Perawatan gigi tujuannya untuk mempertahankan kebersihan mulut yang
meliputi,oral hygine yaitu tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut untuk
menghindari karies (Nathe, 2016).
4. Cara Perawatan Gigi
a) Menggosok Gigi
1) Cara Menggosok Gigi
Menggosok gigi setiap hari mempunyai peranan penting dalam
menjaga kesehatan mulut seseorang. Menggosok gigi adalah upaya
membersihkan mulut dari partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri
& memasage gusi, untuk mengurangi ketidaknyamanan yang
dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman (Potter & Perry,
2012). Plak yang terakumulasi di gigi akan mengakibatkan
terbentuknya karang gigi (American Dental Association, 2016).
Menggosok gigi merupakan suatu cara pengangkatan plak harian
secara mekanis (M. H. Putri, 2015). Menggosok gigi juga dianggap
alat untuk mengaplikasikan florida secara topikal untuk mencegah
karies (Hall & Novak, 2008). Kebiasaan tidak menyikat gigi
menyebabkan tingginya angka karies pada anak usia 6-12 tahun
(Dwiandhana, 2010).
Rekomendasi menyikat gigi yang dianjurkan oleh ADA adalah
sebagai berikut:
1. Tempatkan sikat gigi pada sudut 45º pada gusi
2. Gerakkan sikat gigi dengan lembut dan bolak-balik
3. Sikat permukaan bukal, labia, lingual, palatal dan permukaan
oklusal
4. Untuk membersihkan bagian dalam perukaan gigi depan,
miringkan sikat secara vertical dan membuat beberapa stroke up
dan stroke down secara vertical
5. Bersihkan lidah dan jagalah bau nafas tetap segar (American
Dental Association, 2005).
2) Frekuensi dan Waktu Menggosok Gigi
Gosok gigi dengan teliti sedikitnya 4 kali sehari (setelah makan dan
sebelum tidur) adalah dasar hygine mulut yang efektif. Menurut American
Dental Association (ADA), menyikat gigi harus secara teratur, minimal dua
kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan, dan malam hari sebelum tidur
(American Dental Association, 2016). Menyikat gigi sebelum tidur penting
karena selama tidur, aliran saliva hampir berhenti dan tidak ada kapasitas
buffer sehingga pH rongga mulut turun dan kondisi mulut yang menjadi asam
memicu terjadinya karies (Mount et al., 2016). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Setiyawan (2012) tentang hubungan kebiasaan menggosok gigi
sebelum tidur dengan kejadian karies di MI Al Istiqomah Tangerang, bahwa
terdapat hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan
kejadian karies (Setiyawan, 2012). Durasi sikat gigi yang dianjurkan adalah
selama 2 menit (American Dental Association, 2016).
3) Sikat Gigi
Sikat gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan bulunya cukup
kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Bulu halus yang bundar
menstimlasi gusi tanpa menyebabkan perdarahan atau abrasi. Sikat gigi harus
diganti setiap 3 bulan (Potter & Perry, 2012). Khusus untuk anak gunakan
sikat gigi kecil dengan bulu lembut, membulat, terbuat dari nilon yang pendek
dan rata, dan ganti sikat gigi dengan sering dan segera setelah bulu
melengkung dan berjumbai (Wong, 2008).
4) Pasta Gigi
Pendidikan kesehatan tentang kebersihan gigi dan mulut harus
memasukkan anjuran kebiasaan menyikat gigi dengan pasta gigi yang
mengandung flour (KEMENKES, 2012). Fluoride dalam jumlah kecil dapat
meningkatkan ketahanan struktur gigi terhadap demineralisasi dan hal
tersebut sangat penting, terutama sekali dalam pencegahan karies. Ketika
flourida tersedia dalam siklus demineralisasi gigi, flourida tersebut menjadi
faktor utama yang dapat mengurangi aktifitas karies (Putri,2015). Penelitian
menunjukkan terdapat hubungan antara efektifitas flour dalam mencegah
karies gigi serta cara menyikat gigi yang benar. Pasta gigi yang mengandung
flour adalah cara aplikasi secara topical yang sangat efisien. Berkumur setelah
menyikat gigi mengurangi efektifitas flour karena akan mengurangi
jumlahnya di permukaan gigi sampai konsentrasi di bawah optimal.
Kebiasaan tidak berkumur atau berkumur sekali saja setelah menyikat gigi
diikuti dengan membuang sisa pasta gigi sangat direkomendasikan
(KEMENKES, 2012).
b) Diet
Diet adalah satu hal penting yang menyebabkan resiko karies terjadi (Hall &
Novak, 2008). Untuk mencegah kerusakan gigi, klien harus mengubah kebiasaan
makan, mengurangi karbohidrat, terutama kudapan manis diantara waktu makan.
Makanan manis/ yang mengandung tepung akan menempel pada permukaan gigi.
setelah memakan makanan manis, klien harus menggosok gigi dalam waktu 30 menit
untuk mengurangi aksi plak. Memakan buah yang mengandung asam & makanan
berserat juga mengurangi plak. Kualitas keasaman makanan mengeliminasi bakteri
yang ada pada gigi (Potter & Perry, 2012). Diet pada anak kaitannya dengan
kesehatan gigi dan mulut dengan menjaga makanan & minuman manis dalam
jumlahnya, terutama permen yang lengket, atau permen kunyah, dll. Hindari makanan
yang dapat menimbulkan kudapan yang bersifat manis dan sering, serta rencanakan
dalam mengkonsumsi makanan manis setelah makan jika anak mempunyai kebiasaan
menyikat gigi setelah makan (Wong, 2008).
c) Mengunjungi Dokter Gigi
Setiap anak harus mengunjungi dokter gigi setelah gigi pertama permanen
tumbuh antara rentan waktu 6 bulan dan paling lambat 1 tahun setelahnya. Hal
tersebut akan membantu dalam mengetahui kesehatan gigi anak. Selain itu, dengan
mengunjungi dokter gigi, akan dilakukan penilaian dimana anak dapat mengetahui
potensi gigi tersebut terhadap karies, meskipun belum timbul manifestasi atau lesi
dari adanya karies tersebut (Peariasamy et al., 2012). Secara umum mengunjungi
dokter gigi minimal 6 bulan sekali (Mansjoer, 2009).
LAMPIRAN 5
YTH. Bapak/Ibu dari wali murid kelas 1
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bersama ini, saya Maftuhatin Ni’mah, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Ilmu Keperawatan, memohon
kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian saya yang berjudul “PENGARUH
PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP,
DAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DI SD INPRES CIPUTAT”.
Sebelumnya saya sudah melakukan penyuluhan kesehatan gigi kepada anak-anak
bapak/ibu, mengajarkan lagu menggosok gigi, mengajak mereka mempraktikkan cara
menggosok gigi dengan benar, mengajak anak ibu/bapak melakukan percobaan observasi
telur, serta belajar mengidentifikasi makanan yang menyehatkan dan merusak gigi. Hal ini
dalam upaya mempelajari kesehatan gigi. Sekiranya bapak/ibu berkenan untuk membantu
mengingatkan kepada anak-anak bapak/ibu untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan
mulutnya dengan cara:
1. Menggosok gigi minimal 2x sehari yaitu sebelum tidur dan setelah sarapan
2. Mengurangi makan-makanan manis seperti: coklat, permen manis, biskuit.
Makanan manis yang di maksud adalah makanan manis kecuali buah-buahan dan
sayur sayuran. Buah-buahan dan sayur sayuran memiliki kandungan yang baik
untuk menguatkan gigi.
3. Mengunjungi dokter gigi 6 bulan sekali untuk mengidentifikasi terjadinya gigi
berlubang
Demikian surat ini saya sampaikan atas perhatiannya dan partisipasinya saya ucapkan
terimakasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hormat Saya
Maftuhatin Ni’mah
1. Media Pendidikan Kesehataan
Poster 1 Poster 2 Poster 3
Poster 1 diakses dari:
https://indonesia.savethechildren.net/sites/indonesia.savethechildren.net/files/library/1%20gosok%20gigi%20copy_.jpg
Media Video merupakan modifikasi dari video yang di akses dari:
https://www.youtube.com/watch?v=Ay5Sfr-1fI8
Sikat, Sikat gigi jangan lupa pastanya
Bulat kiri bulat kanan, bulat juga depan
Sapu atas kiri kanan
Sapu bawah kiri kanan
Lurus atas kiri kanan
Lurus bawah kiri kanan
Sikat juga lidahnya satu kali saja
Lalu kumur dua kali dan buang airnya
mmmmmmmmmmmmdddd
LAMPIRAN 6
1. UJI VALIDITAS & RELIABILITAS PENGETAHUAN & SIKAP
LAMPIRAN 7
Analisis Univariat
Gambaran Rata-Rata Skor Pengetahuan, Sikap Responden Pretest dan Posttest
Gambaran Rata-Rata Skor Tindakan Responden Pretest dan Posttest
Statistics
Nilai_Tindakan_
Pre
Nilai_Tindakan_
Post
N Valid 27 27
Missing 0 0
Mean 47.53 78.84
Median 45.24 80.95
Std. Deviation 13.476 5.172
Minimum 29 67
Maximum 86 86
Nilai_Pengetahuan_
pretest
Nilai_Pengetahuan_
Posttest
Nilai_Sikap_
Pretest
Nilai_Sikap_
Posttest
N Valid 27 27 27 27
Missing 0 0 0 0
Mean 55.93 79.26 46.46 69.70
Median 60.00 70.00 54.55 63.64
Std. Deviation 16.701 14.392 14.774 10.697
Minimum 20 60 9 45
Maximum 80 100 73 91
Deskipsi Frekuensi Pengetahuan, Sikap Responden bedasarkan Kategori
Pengetahuan_pre
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 4 14.8 14.8 14.8
cukup 10 37.0 37.0 51.9
kurang 13 48.1 48.1 100.0
Total 27 100.0 100.0
Pengetahuan_post
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 13 48.1 48.1 48.1
cukup 14 51.9 51.9 100.0
Total 27 100.0 100.0
Sikap_Pre
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid cukup 4 14.8 14.8 14.8
kurang 23 85.2 85.2 100.0
Total 27 100.0 100.0
Sikap_post
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 8 29.6 29.6 29.6
cukup 16 59.3 59.3 88.9
kurang 3 11.1 11.1 100.0
Total 27 100.0 100.0
Deskipsi Frekuensi Pengetahuan, Sikap Responden bedasarkan Kategori
Tindakan_Pre
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 2 7.4 7.4 7.4
cukup 3 11.1 11.1 18.5
kurang 22 81.5 81.5 100.0
Total 27 100.0 100.0
Tindakan_Post
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 21 77.8 77.8 77.8
cukup 6 22.2 22.2 100.0
Total 27 100.0 100.0
LAMPIRAN 8
Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Nilai_Pengetahuan_pretest .176 27 .031 .928 27 .061
Nilai_Pengetahuan_Posttest .259 27 .000 .858 27 .002
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai_Tindakan_Pre .201 27 .007 .850 27 .001
Nilai_Tindakan_Post .288 27 .000 .864 27 .002
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Normalitas Data setelah Transformasi data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Ln1pengetahuan_Pre .253 27 .000 .840 27 .001
Ln2pengetahuan_Post .245 27 .000 .870 27 .003
Ln1Sikap_Pre .220 27 .002 .787 27 .000
Ln2Sikap_Post .210 27 .003 .902 27 .015
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Ln_Tindakan_Pre .149 27 .130 .922 27 .044
Ln_Tindakan_Post .294 27 .000 .853 27 .001
a. Lilliefors Significance Correction
LAMPIRAN 9
Analisis Bivariat (Uji wilcoxson)
Pengetahuan
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Nilai_Pengetahuan_Posttest
- Nilai_Pengetahuan_pretest
Negative Ranks 1a 8.50 8.50
Positive Ranks 22b 12.16 267.50
Ties 4c
Total 27
a. Nilai_Pengetahuan_Posttest < Nilai_Pengetahuan_pretest
b. Nilai_Pengetahuan_Posttest > Nilai_Pengetahuan_pretest
c. Nilai_Pengetahuan_Posttest = Nilai_Pengetahuan_pretest
Test Statisticsb
Nilai_Pengetahu
an_Posttest -
Nilai_Pengetahu
an_pretest
Z -3.966a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sikap
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Nilai_Sikap_Posttest -
Nilai_Sikap_Pretest
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 26b 13.50 351.00
Ties 1c
Total 27
a. Nilai_Sikap_Posttest < Nilai_Sikap_Pretest
b. Nilai_Sikap_Posttest > Nilai_Sikap_Pretest
c. Nilai_Sikap_Posttest = Nilai_Sikap_Pretest
Test Statisticsb
Nilai_Sikap_Post
test -
Nilai_Sikap_Pret
est
Z -4.490a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Tindakan
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Nilai_Tindakan_Post -
Nilai_Tindakan_Pre
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 26b 13.50 351.00
Ties 1c
Total 27
a. Nilai_Tindakan_Post < Nilai_Tindakan_Pre
b. Nilai_Tindakan_Post > Nilai_Tindakan_Pre
c. Nilai_Tindakan_Post = Nilai_Tindakan_Pre
Test Statisticsb
Nilai_Tindakan_
Post -
Nilai_Tindakan_
Pre
Z -4.462a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test