Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage Terhadap
Earning Per Share Pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
OLEH :
MUHAMMAD FATURINALDI
NIM. 141310249
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2018
i
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui pengaruh variabel
Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage secara
parsial terhadap Earning Per Share. Data yang digunakan dalam penelitian adalah
data sekunder, yang diperoleh dari BEI yaitu laporan keuangan dari tahun 2014-
2016. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 48 perusahaan jasa
sub sektor properti dan real estate yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2014-2016. Teknik pemilihan sampel menggunakan metode purposive
sampling dan diperoleh 41 perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate
yang digunakan sebagai sampel. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda.
Bedasarkan hasil analisis data, secara parsial Operating Leverage tidak
berpengaruh terhadap Earning Per Share, Financial Leverage juga tidak
berpengaruh terhadap Earning Per Share, dan Combination Leverage juga tidak
berpengaruh terhadap Earning Per Share. Hasil uji simultan menunjukan bahwa
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Earning Per Share dibuktikan
dengan nilai signifikan F sebesar 0,988. Nilai R-Square sebesar 0,001
menunjukan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen adalah sebesar 0,1% dan sisanya sebesar 99,9% dijelaskan oleh
variabel lain di luar model penelitian.
Kata kunci : Operating Leverage, Financial Leverage, Combination Leverage,
Earning Per Share.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya, sehingga dengan izin-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Operating Leverage, Financial Leverage, dan
Combination Leverage Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Jasa
Sub Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Penulisan skripsi ini disusun sebsagi salah satu syarat yang harus
dikerjakan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini
peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Helman Fachri, SE, MM, selaku Rektor Universitas
Muhammadiayah Pontianak.
2. Bapak Samsuddin, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammdiyah Pontianak.
3. Bapak Dedi Hariyanto, SE, MM, selaku wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Pontianak.
4. Bapak Fenni Supriadi, SE, MM, selaku ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Pontianak.
iii
5. Bapak Edy Suryadi, SE, MM, selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk dan nasehat yang sangat berharga dalam
penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir.
6. Ibu Heni Safitri, SE, MM, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk dan motivasi kepada peneliti sampai penelitian ini
selesai.
7. Seluruh Dosen dan Citivas Akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang
telah membantu dan membimbing peneliti sampai pada akhirnya
menyelesaikan skripsi ini.
8. Terimakasih yang tidak terhingga secara khusus peneliti sampaikan kepada
Ibunda dan Ayahanda tercinta Ibu Susniwati dan Bapak Eddy Suryadi yang
selalu senantiasa mendoakan, memberikan semangat, nasehat serta bantuan
moril dan materil kepada peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya
kepada keduanya. Serta kepada seluruh keluarga besar tercinta yang telah
banyak membantu, memfasilitasi, memberikan dukungan dan doa dalam
pembuatan skripsi ini. Semoga amal baik dari semuanya mendapatkan balasan
yang lebih baik dari Allah SWT.
9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Pontianak kelas 01 Angkatan 2014,
teman-teman di the cool 3, dan teman-teman mabar di WCD serta seluruh
teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah ikhlas membagikan
iv
segala ilmu dan waktunya yang bermanfaat dan dapat membantu penulis
seama menempuh pendidikan di Program Studi Manajemen.
Peneliti menyadari skirpsi ini masih terdapat banyak keterbatasan serta
kelemahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
positif demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga pada akhrinya skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan bisa dikembangkan lebih lanjut.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pontianak, Agustus 2018
Peneliti
Muhammad Faturinaldi
NIM. 141310249
i
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of variable Operating
Leverage, Financial Leverage and partial leverage leverage on Earning Per Share.
The data used in the study is secondary data, obtained from the IDX, namely the
financial statements from 2014-2016. The population used in this study amounted
to 48 service companies in the property and real estate sub-sectors that are still
listed on the Indonesia Stock Exchange in the 2014-2016 period. The sample
selection technique uses purposive sampling method and obtained 41 service
companies in the property and real estate sub-sectors used as samples. The data
analysis technique used is multiple linear regression analysis.
Based on the results of data analysis, partially Operating Leverage had no
effect on Earning Per Share, Financial Leverage did not affect Earning Per Share,
and Combination Leverage did not affect Earning Per Share. Simultaneous test
results show that the regression model can be used to predict Earning Per Share as
evidenced by a significant value of F of 0.988. R-Square value of 0.001 shows
that the ability of independent variables in explaining the variation of the
dependent variable is 0.1% and the remaining 99.9% is explained by other
variables outside the research model.
Keywords : Operating Leverage, Financial Leverage, Combination Leverage,
Earning Per Share.
i
ii
iii
iv
v
Daftar Isi
Abstark .......................................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar isi ........................................................................................................v
Daftar Tabel .................................................................................................. vii
Daftar Gambar .............................................................................................. ix
Daftar Lampiran ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Permasalahan .................................................................. 12
C. Pembatasan Masalah ....................................................... 13
D. Tujuan Peneltian ............................................................. 13
E. Manfaat Penelitian .......................................................... 14
F. Kerangka Pemikiran ........................................................14
G. Metode Penelitian ........................................................... 17
1. Jenis Penelitian ..........................................................17
2. Teknik Pengumpulan Data ........................................ 17
3. Populasi dan Sampel ................................................. 17
4. Alat Analisis Data ..................................................... 20
5. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 21
6. Analisis Regresi Linier Berganda ............................. 24
7. Koefisien Determinasi (R2) ....................................... 25
8. Koefisien Korelasi Berganda .................................... 25
9. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) .................................. 26
10. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) .......................................27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Keuangan .................................................... 29
B. Laporan Keuangan .......................................................... 29
C. Pasar Modal .................................................................... 30
D. Bursa Efek ....................................................................... 32
E. Sektor .............................................................................. 33
F. Leverage .......................................................................... 34
G. Operating Leverage ........................................................ 35
H. Financial Leverage ......................................................... 36
I. Combination Leverage .................................................... 37
J. Earning Per Share .......................................................... 38
vi
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ........................ 40
B. Sektoral Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ......... 41
1. Pertanian ................................................................... 41
2. Pertambangan ............................................................ 42
3. Industri Dasar dan Kimia .......................................... 42
4. Aneka Industri ........................................................... 42
5. Industri Barang Konsumsi ........................................ 43
6. Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan ........ 43
7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi ..................... 43
8. Keuangan .................................................................. 44
9. Perdagangan Jasa dan Investasi ................................ 44
C. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ...................... 44
D. Profil Perusahaan ............................................................ 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan Operating Leverage .................................... 76
B. Perhitungan Financial Leverage ..................................... 84
C. Perhitungan Combination Leverage ............................... 89
D. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 92
1. Uji Normalitas ........................................................... 92
a. Data Outlier ......................................................... 93
2. Uji Autokorelasi ........................................................ 96
3. Uji Multikolinieritas ..................................................97
4. Uji Heteroskedastisitas ..............................................98
5. Uji Linieritas ............................................................. 99
6. Analisis Regresi Linier Berganda ............................. 100
7. Koefisien Determinasi (R2) ....................................... 101
8. Koefisien Korelasi Berganda .................................... 102
9. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) .................................. 103
10. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) .......................................104
11. Interpretasi Hasil Penelitian ...................................... 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................... 108
B. Saran ............................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 111
LAMPIRAN .................................................................................................114
vii
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate ....... 4
Tabel 1.1 Lanjutan ........................................................................................ 5
Tabel 1.2 Data Penjualan .............................................................................. 7
Tabel 1.2 Lanjutan ........................................................................................ 8
Tabel 1.3 Data Earning Before Interest and Tax (EBIT) ............................. 9
Tabel 1.3 Lanjutan ........................................................................................ 10
Tabel 1.4 Data Earning Per Share ................................................................ 11
Tabel 1.4 Lanjutan ........................................................................................ 12
Tabel 1.5 Jumlah sampel penelitian .............................................................. 19
Tabel 1.5 Lanjutan ........................................................................................ 19
Tabel 1.6 Tabel Hubungan antar variabel ..................................................... 26
Tabel 3.1 Sektor dan Jumlah emiten ............................................................. 41
Tabel 4.1 Persentase Perubahan EBIT .......................................................... 77
Tabel 4.1 Lanjutan ........................................................................................ 78
Tabel 4.2 Persentase Perubahan Penjualan ................................................... 79
Tabel 4.2 Lanjutan ........................................................................................ 80
Tabel 4.3 Data Degree Of Operating Leverage ............................................ 82
Tabel 4.3 Lanjutan ........................................................................................ 83
Tabel 4.4 Persentase Perubahan Earning Per Share ................................... 85
Tabel 4.4 Lanjutan ........................................................................................ 86
Tabel 4.5 Data Degree Of Financial Leverage ............................................. 87
Tabel 4.5 Lanjutan ........................................................................................ 88
Tabel 4.6 Data Degree Of Combination Leverage ....................................... 90
Tabel 4.6 Lanjutan ........................................................................................ 91
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas pertama ....................................................... 92
viii
Tabel 4.8 Hasil Uji Data Outlier ................................................................... 93
Tabel 4.8 Lanjutan ........................................................................................ 94
Tabel 4.8 Lanjutan 2 ..................................................................................... 95
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas kedua ...........................................................95
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 96
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas .......................................................... 97
Tabel 4.12 Hasil Uji Heteroskedasitas .......................................................... 98
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ......................................100
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................... 102
Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Korelasi Berganda ...................................... 102
Tabel 4.16 Hasil Uji Pengaruh Simultan (Uji F) .......................................... 103
Tabel 4.17 Hasil Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ............................................... 104
ix
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran .................................................................. 16
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ................................ 45
Gambar 4.1 Hasil Uji Linieritas .................................................................... 99
x
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Tabel Distribusi T Statistika ...................................................... 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang
cepat perkembangannya, ini terlihat semakin banyaknya anggota bursa
yang tercatat selamat 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan,
seperti pada 2014 anggota bursa efek sebanyak 509 perusahaan, meningkat
pada tahun 2015 sebanyak 525 perusahaan, dan pada 2016 jumlah
perusahaan anggota bursa sebanyak 539 perusahaan, juga dapat dilihat dari
perubahan kapitalisasi pasarnya yang terus bertambah dari tahun ke tahun.
Terdapat 9 sektor di Bursa Efek Indonesia, yaitu sektor Pertanian,
Pertambangan, Industri Dasar dan Kimia, Aneka Industri, Industri Barang
Konsumsi, Property, Real Estate dan Konstruksi Bangunan, Infrastruktur,
Utilitas dan Transportasi, Keuangan, dan Perdagangan, Jasa dan Investasi.
Bursa Efek Indonesia menjadi wadah bagi pasar modal sebagai
alternatif perusahaan antara lain, dana yang dapat dihimpun berjumlah
besar, dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana
selesai, tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam
pengelolaan dana atau perusahaan, solvabilitas perusahaan tinggi sehingga
memperbaiki citra perusahaan, dan ketergantungan emiten terhadap bank
menjadi lebih kecil.
Saham (stock) telah menjadi alternatif yang menarik bagi investor
untuk investasi mereka dan merupakan salah satu instrumen pasar
2
keuangan yang paling populer. Saham telah menambah pilihan bagi
investor lokal, yang sebelumnya hanya menginvestasikan uangnya di
lembaga perbankan.
Meningkatnya persaingan saat ini menuntut setiap perusahaan
untuk mampu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi dan menuntut
setiap perusahaan untuk dapat melakukan pengelolaan terhadap fungsi-
fungsi yang ada dalam perusahaan sehingga dapat lebih unggul dalam
persaingan yang dihadapi. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana
untuk menjalankan bisnisnya, apapun bentuk bidang usaha yang
dijalankan oleh perusahaan tersebut dalam setiap kegiatan operasionalnya
selalu memanfaatkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki secara
optimal untuk memperoleh keuntungan dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan dan menjaga kelangsungan hidup usahanya dengan cara
meningkatkan nilai perusahaan.
Riyanto (2001:209) menyatakan bahwa “Pemenuhan dana tersebut
berasal dari sumber intern (internal source) maupun dari sumber ekstern
(external source)”. Dana yang berasal dari sumber intern adalah dana yang
terbentuk atau dihasilkan oleh perusahaan sendiri yaitu laba ditahan dan
depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang
berasal dari kreditur, pemilik dan pengambil bagian dalam perusahaan.
Modal dari kreditur merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan
yang sering disebut juga modal asing.
3
Properti merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari manusia
tidaklah lepas dari sektor ini dan yang paling penting adalah rumah atau
apartemen tempat ia tinggal. Properti khususnya perumahaan merupakan
kebutuhan papan yang merupakan salah satu kebutuhan dasar (primer)
manusia, disamping kebutuhan akan pangan dan sandang, sehingga setiap
orang harus berhubungan dengan sektor properti yang satu ini, pada
kondisi perekonomian yang sedang terjadi semua orang harus memiliki
rumah tempat ia tinggal untuk memenuhi salah satu kebutuan utamanya.
Industri sektor properti mengandung risiko tinggi, hal ini
disebabkan pembiayaan atau sumber dana utama sektor ini pada umumnya
diperoleh melalui kredit perbankan, sementara sektor ini beroperasi
dengan dengan menggunakan aktiva tetap berupa tanah dan bangunan.
Meskipun tanah dan bangunan dapat digunakan untuk melunasi hutang
tetapi aktiva tersebut tidak dapat dikonversikan ke dalam kas dalam waktu
yang singkat, sehingga banyak pengembang (developer) tidak dapat
melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan.
Permasalahan utama yang sering dialami oleh perusahaan properti
ialah dimana melonjaknya harga produk tersebut diakibatkan lahan yang
tersedia semakin terbatas beragam produk properti diantaranya rumah,
perhotelan, pertokoan, dan gedung lainnya akibat permintaan konsumen
yang terlalu tinggi. Pertumbuhan sektor dari industri properti dapat
dijadikan salah satu tolak ukur untuk menilai pertumbuhan ekonomi suatu
4
negara. Sektor ini sangat tergantung kondisi ekonomi. Jika inflasi tinggi,
bunga kredit naik, maka penjualan menurun. Setelah sektor perbankan,
sektor ini paling terdampak apabila suku bunga naik. Kenaikan tingkat
suku bunga di suatu negara dapat mendorong terjadinya pengalihan dana
dari mata uang dengan tingkat bunga rendah ke mata uang dengan tingkat
bunga yang lebih tinggi. (https://finance.detik.com).
Adapun daftar perusahaan jasa sub sektor Properti dan Real Estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tanggal Initial Public Offering
(IPO) dapat dilihat di tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1
Bursa Efek Indonesia
Perusahaan Jasa (Sub Sektor Properti dan Real Estate)
Periode 31 Desember 2017
No Kode Nama Perusahaan Tanggal IPO
1 ARMY Armidian Karyatama Tbk 21-Jun-2017
2 APLN Agung Podomoro Land Tbk 11-Nop-2010
3 ASRI Alam Sutera Reality Tbk 18-Des-2007
4 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk 14-Jan-2008
5 BCIP Bumi Citra Permai Tbk 11-Des-2009
6 BEST Bekasi Fajar Indusrial Estate Tbk 10-Apr-2012
7 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 14-Jul-2015
8 BIPP Bhuawanatala Indah Permai Tbk 23-Okt-1995
9 BKDP Bukit Darmo Property Tbk 15-Jun-2007
10 BKSL Sentul City Tbk 28-Jul-1997
11 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk 06-Jun-2008
12 COWL Cowell Development Tbk 19-Des-2007
13 CTRA Ciputra Development Tbk 28-Mar-1994
14 DART Duta Anggada Realty Tbk 08-Mei-1990
15 DILD Intiland Development Tbk 04-Sep-1991
16 DMAS Puradelta Lestari Tbk 29-Mei-2015
5
Tabel 1.1 (Lanjutan)
17 DUTI Duta Pertiwi Tbk 02-Nop-1994
18 ELTY Bakrieland Development Tbk 30-Okt-1995
19 EMDE Megapolitan Development Tbk 12-Jan-2011
20 FORZ Forza Land Indonesia Tbk 28-Apr-2017
21 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk 30-Jun-2000
22 GAMA Gading Development Tbk 11-Jul-2012
23 GMTD Gowa Makassar Tourism Development Tbk 11-Des-2000
24 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk 10-Okt-2007
25 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk 23-Des-2011
26 JPRT Jaya Real Property Tbk 29-Jun-1994
27 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 10-Jan-1995
28 LCGP Eureka Prima Jakarta Tbk 13-Jul-2007
29 LPCK Lippo Cikarang Tbk 24-Jul-1997
30 LPKR Lippo Karawaci Tbk 28-Jun-1996
31 MDLN Modernland Realty Tbk 18-Jan-1993
32 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 10-Jul-2009
33 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 12-Jun-2015
34 MTLA Metropolitan Land Tbk 20-Jun-2011
35 MTSM Metro Realty Tbk 08-Jan-1992
36 NIRO Nirvana Development Tbk 13-Sep-2012
37 OMRE Indonesia Prima Property Tbk 22-Agu-1994
38 PPRO PP Properti Tbk 19-Mei-2015
39 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 15-Jun-1992
40 PUDP Pudjiati Prestige Tbk 18-Nop-1994
41 PWON Pakuwon Jati Tbk 19-Okt-1989
42 RBMS Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk 19-Des-1997
43 RDTX Roda Vivatex Tbk 14-Mei-1990
44 RODA Pikko Land Development Tbk 22-Okt-2001
45 SCBD Dadanayasa Arthatama Tbk 19-Apr-2002
46 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk 12-Okt-1995
47 SMRA Summmarecon Agung Tbk 07-Mei-1990
48 TARA Sitara Propertindo 11-Jul-2014
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017
Dari tabel 1.1, menunjukan daftar emiten sub sektor Properti dan
Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per 31 Desember 2017
yaitu sebanyak 48 emiten.
6
Menurut Brigham dan Houston (2006:36), “Penggunaan hutang
akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham, dan juga
mengakibatkan perubahan harga saham perusahaan”. Hutang yang
digunakan oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan modal suatu
perusahaan dapat mempengaruhi Earning Per Share bagi pemilik
perusahaan dan juga berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Hutang tersebut bisa berupa hutang operasi (operating leverage) dan
hutang keuangan (financial leverage).
Earnings Per Share sangat penting untuk diperhitungkan bagi
investor yang akan menginvestasikan dananya dalam bentuk saham.
Perhitungan Earnings Per Share dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
mengevaluasi prospek sebuah saham. Semakin besar jumlah saham yang
beredar, maka peluang untuk meraup Earnings Per Share juga akan
semakin besar, sebaliknya semakin kecil jumlah saham yang beredar,
maka peluang untuk meraup Earnings Per Share juga akan semakain
kecil. Earnings Per Share dapat dipengaruhi oleh kinerja keuangan
perusahaan dimana dalam penelitian ini menggunakan variabel Operating
Leverage yang diproksikan menggunakan Degree of Operating Leverage,
Financial Leverage yang diproksikan menggunakan Degree of Financial
Leverage dan Combination Leverage yang diproksikan menggunakan
Degree of Combination Leverage. Untuk menghitung Operating Leverage,
Financial Leverage dan Combination Leverage dibutuhkan beberapa data
yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, seperti data Earning
7
Before Interest and Tax (EBIT), data penjualan dan data Earning Per
Share dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016.
Adapun data penjualan atau sales perusahaan jasa sub sektor
Properti dan Real Estate pada tahun 2013 sampai 2016 dapat dilihat pada
Tabel 1.2 berikut ini :
Tabel 1.2
Bursa Efek Indonesia
Data Penjualan (Sales)
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Periode 31 Desember 2013 – 31 Desember 2016
NO Kode
Emiten
Penjualan (Dalam Jutaan Rupiah)
2013 2014 2015 2016 Rata - Rata
1 APLN 4.901.191 5.296.565 5.971.581 6.006.952 5.544.072
2 ASRI 3.684.761 3.630.914 2.783.700 2.715.689 3.203.766
3 BAPA 40.154 45.436 24.144 34.023 35.939
4 BCIP 179.872 215.987 170.737 227.824 198.605
5 BEST 1.333.134 839.637 686.981 824.408 921.040
6 BIPP 57.596 98.673 111.644 113.883 95.449
7 BKDP 11.385 107.391 60.101 52.413 57.823
8 BKSL 961.988 712.472 559.801 1.206.575 860.209
9 BSDE 5.741.264 5.613.890 6.209.574 6.521.770 6.021.625
10 COWL 330.837 566.385 583.329 570.072 512.656
11 CTRA 5.077.062 6.340.242 7.514.286 6.739.315 6.417.726
12 DART 829.383 1.287.984 842.706 754.737 928.703
13 DILD 1.510.005 1.827.944 2.200.900 2.276.459 1.953.827
14 DUTI 1.604.535 1.543.419 1.686.812 2.019.459 1.713.556
15 ELTY 3.200.099 1.579.947 1.395.604 1.688.248 1.965.975
16 EMDE 225.135 311.280 325.314 330.445 298.044
17 FMII 50.720 44.485 238.861 402.073 184.035
18 GAMA 124.065 154.188 119.811 53.678 112.936
19 GMTD 301.085 316.639 319.045 290.019 306.697
20 GPRA 518.770 565.400 416.124 429.023 482.329
21 GWSA 31.550 176.001 83.739 141.440 108.183
22 JRPT 1.315.680 1.936.340 2.150.207 2.381.023 1.945.813
8
Tabel 1.2 (Lanjutan)
23 KIJA 2.739.598 2.799.065 3.139.920 2.931.015 2.902.400
24 LCGP 70.359 144.288 41.672 21.545 69.466
25 LPCK 1.327.909 1.802.970 2.120.553 1.544.898 1.699.083
26 LPKR 6.666.214 11.655.042 8.910.178 10.537.827 9.442.315
27 MDLN 1.739.441 2.725.007 2.849.685 2.360.531 2.418.666
28 MKPI 999.233 1.154.895 2.094.491 2.564.831 1.703.363
29 MTLA 854.974 1.117.732 1.089.217 1.143.372 1.051.324
30 MTSM 39.096 20.978 23.588 24.809 27.118
31 NIRO 263.490 245.386 505.051 263.634 319.390
32 OMRE 252.661 247.296 262.235 242.237 251.107
33 PLIN 1.393.191 1.521.681 1.644.546 1.659.204 1.554.656
34 PUDP 95.024 84.605 136.480 144.017 115.032
35 PWON 3.029.797 3.872.273 4.625.053 4.841.105 4.092.057
36 RBMS 20.545 49.251 16.970 17.945 26.178
37 RDTX 418.119 431.415 422.254 406.873 419.665
38 RODA 640.033 685.034 1.055.923 514.177 723.792
39 SCBD 2.730.845 963.242 1.041.197 1.042.958 1.444.561
40 SMDM 329.307 416.619 577.756 494.723 454.601
41 SMRA 4.093.789 5.756.983 5.623.561 5.397.949 5.218.071
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017
Dari tabel diatas menunjukan bahwa perusahaan dengan nilai rata-
rata penjualan tertinggi yaitu terdapat pada perusahaan PT. Lippo
Karawaci Tbk dengan kode emiten LPKR dengan nilai rata-rata sebesar
Rp9.442.315.000.000. Sedangkan nilai rata-rata penjualan terendah yaitu
terdapat pada perusahaan PT. Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk dengan
kode emiten RBMS dengan nilai rata-rata sebesar Rp26.178.000.000.
Adapun data Earning Before Interest and Tax perusahaan jasa sub
sektor Properti dan Real Estate pada tahun 2013 sampai 2016 dapat dilihat
pada Tabel 1.3 berikut ini :
9
Tabel 1.3
Bursa Efek Indonesia
Earning Before Interest and Tax (EBIT)
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Periode 31 Desember 2013 – 31 Desember 2016
No Kode
Emiten
EBIT (Dalam Jutaan Rupiah)
2013 2014 2015 2016 Rata - Rata
1 APLN 1.177.175 938.383 1.138.920 960.933 1.053.853
2 ASRI 1.081.775 1.385.766 758.957 591.353 954.463
3 BAPA 6.794 7.115 1.332 1.961 4.301
4 BCIP 34.845 42.054 14.630 60.785 38.079
5 BEST 811.535 393.882 214.526 340.510 440.113
6 BIPP 115.248 25.047 130.633 33.408 76.084
7 BKDP -57.792 14.667 -22.787 -24.226 -22.535
8 BKSL 640.129 39.131 62.046 562.390 325.924
9 BSDE 3.278.954 3.997.294 2.362.081 2.065.442 2.925.943
10 COWL 76.611 206.079 -137.598 12.501 39.398
11 CTRA 2.147.368 1.843.149 1.885.084 1.325.727 1.800.332
12 DART 241.451 495.034 240.176 233.675 302.584
13 DILD 528.467 436.255 419.201 299.286 420.802
14 DUTI 854.167 700.022 671.879 844.375 767.611
15 ELTY -36.702 481.470 -757.227 -556.834 -217.323
16 EMDE 30.002 45.095 61.268 67.279 50.911
17 FMII -2.604 4.433 171.450 296.952 117.558
18 GAMA 25.772 54.380 10.314 3.815 23.570
19 GMTD 107.122 120.729 119.428 87.506 108.696
20 GPRA 130.517 93.319 73.831 47.331 86.250
21 GWSA 154.311 577.116 1.269.144 215.111 553.921
22 JRPT 631.664 733.661 876.618 1.027.479 817.356
23 KIJA 204.165 498.442 345.057 512.499 390.041
24 LCGP 11.811 24.684 1.307 7.946 11.437
25 LPCK 665.682 861.026 930.517 549.870 751.774
26 LPKR 1.924.830 3.323.959 1.284.830 1.557.747 2.022.842
27 MDLN 2.548.597 714.210 960.109 550.569 1.193.371
28 MKPI 464.484 437.955 890.259 1.199.799 748.124
29 MTLA 291.879 315.607 242.005 321.897 292.847
30 MTSM 576 -10 -2.311 -605 -588
31 NIRO 27.521 -87.370 -5.259 -8.568 -18.419
10
Tabel 1.3 (Lanjutan)
32 OMRE -871 109.767 239.089 316.304 166.072
33 PLIN 134.545 370.233 272.322 397.530 293.658
34 PUDP 29.360 16.478 31.357 26.424 25.905
35 PWON 1.331.191 2.609.233 1.425.142 1.780.254 1.786.455
36 RBMS -12.956 9.550 -228 -152 -947
37 RDTX 231.714 233.052 256.034 257.364 244.541
38 RODA 407.176 517.435 467.146 64.428 364.046
39 SCBD 1.903.572 170.846 202.116 170.825 611.840
40 SMDM 42.353 44.324 76.808 20.293 45.945
41 SMRA 1.319.425 1.618.174 1.066.009 616.140 1.154.937
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017
Dari tabel diatas menunjukan bahwa dari 41 perusahaan, nilai rata-
rata Earning Before Interest and Tax tertinggi yaitu terdapat pada
perusahaan PT. Bumi Serpong Damai Tbk dengan kode emiten BSDE
dengan nilai rata-rata sebesar Rp2.925.943.000.000. Sedangkan nilai rata-
rata Earning Before Interest and Tax terendah yaitu terdapat pada
perusahaan PT. Bakrieland Development Tbk dengan kode emiten ELTY
dengan nilai rata-rata sebesar (RP217.323.000.000) atau rugi
217.325.000.000.
Sedangkan data Earning Per Share pada perusahaan jasa sub
sektor Properti dan Real Estate pada tahun 2013 sampai 2016 dapat dilihat
pada tabel 1.4 berikut ini :
11
Tabel 1.4
Bursa Efek Indonesia
Earning Per Share (EPS)
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Periode 31 Desember 2014 – 31 Desember 2016
NO Kode
Emiten
Earning Per Share (dalam rupiah)
2013 2014 2015 2016 Rata-Rata
1 APLN 45,38 47,99 54,47 45,84 48,42
2 ASRI 45,27 59,90 34,82 25,97 41,49
3 BAPA 7,59 10,65 1,82 2,51 5,64
4 BCIP 22,86 21,34 2,63 34,57 20,35
5 BEST 77,35 40,57 21,97 34,86 43,69
6 BIPP 36,01 6,48 33,40 257,80 83,42
7 BKDP -8,66 1,05 -4,13 -4,24 -3,99
8 BKSL 19,27 1,30 1,79 16,28 9,66
9 BSDE 166,07 217,53 122,17 105,86 152,91
10 COWL 10,00 33,95 -36,68 -4,81 0,61
11 CTRA 93,20 118,30 122,96 75,90 102,59
12 DART 57,55 129,91 56,59 61,08 76,28
13 DILD 31,80 41,72 40,43 28,69 35,66
14 DUTI 409,11 379,27 362,68 454,41 401,37
15 ELTY -5,34 10,91 -16,69 -12,59 -5,93
16 EMDE 10,15 13,44 18,29 19,54 15,35
17 FMII -2,92 0,89 58,62 101,77 39,59
18 GAMA 2,05 4,72 0,50 0,12 1,85
19 GMTD 904,54 1181,83 1167,00 885,98 1034,84
20 GPRA 24,91 21,42 17,04 10,99 18,59
21 GWSA 18,51 22,02 162,02 26,94 57,37
22 JRPT 39,73 51,97 63,26 74,03 57,25
23 KIJA 5,19 19,47 16,38 21,08 15,53
24 LCGP -4,74 3,10 -1,29 1,17 -0,44
25 LPCK 848,59 1212,82 1314,64 775,57 1037,90
26 LPKR 69,01 135,85 44,38 53,18 75,60
27 MDLN 195,62 56,75 69,69 40,00 90,51
28 MKPI 385,54 456,75 938,24 1264,90 761,36
29 MTLA 31,79 40,80 31,35 41,35 36,32
30 MTSM -8,92 -4,70 -20,09 -10,16 -10,97
31 NIRO 0,40 -6,02 -1,26 -1,41 -2,07
32 OMRE -13,69 61,35 -13,26 182,46 54,21
33 PLIN 11,42 100,91 78,79 204,40 98,88
12
Tabel 1.4 (Lanjutan)
34 PUDP 82,74 43,04 83,73 69,55 69,76
35 PWON 23,60 53,97 29,08 36,97 35,90
36 RBMS -42,80 9,20 -9,44 -20,55 -15,90
37 RDTX 737,46 865,47 953,36 967,30 880,90
38 RODA 27,72 38,08 35,29 4,50 26,40
39 SCBD 528,14 39,60 47,97 101,11 179,20
40 SMDM 5,55 9,23 15,77 4,28 8,71
41 SMRA 75,96 96,18 73,76 41,94 71,96
Rata - Rata 166,09 182,45 190,17 191,31 -
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017
Dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Earning Per Share
(EPS) tertinggi terdapat pada perusahaan PT. Lippo Cikarang Tbk dengan
kode emiten LPCK dengan nilai rata-rata sebesar Rp1037,90. Sedangkan
nilai rata-rata Earning Per Share (EPS) terendah terdapat pada perusahaan
PT. Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk dengan kode emiten RBMS dengan
nilai rata-rata sebesar Rp-15,90 atau rugi Rp15,90.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin mengadakan
penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Operating Leverage,
Financial Leverage dan Combination Leverage Terhadap Earning Per
Share Pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah Operating Leverage,
Financial Leverage dan Combination Leverage berpengaruh terhadap
13
Earning Per Share pada perusahaan jasa sub sektor Properti dan Real
Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak menyimpang dari permasalahan yang
ditetapkan, maka penulis membatasi permasalahan yaitu :
1. Variabel yang digunakan dalam penelitiatian ini yaitu Operating
Leverage yang diproksikan dengan Degree of Operating Leverage,
Financial Leverage yang diproksikan dengan Degree of Financial
Leverage dan Combination Leverage yang diproksikan dengan Degree
of Combination Leverage.
2. Objek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti
dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia periode 31 Desember 2017
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data dalam laporan
keuangan periode 31 Desember 2013 sampai dengan 31 Desember
2016.
D. Tujuan Peneltian
Berdasarkan permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Operating
Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage berpengaruh
terhadap Earning Per Share pada perusahaan jasa sub sektor Properti dan
Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
14
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Bagi penulis hasil penilitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman dalam rangka penerapan ilmu yang
penulis peroleh selama perkuliahan serta dapat menambah
pengetahuan mengenai Operating Leverage, Financial Leverage dan
Combination Leverage serta penggunaanya.
2. Bagi Investor
Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination
Leverage dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan
investasi dengan cara melihat kinerja keuangan perusahaan dalam
menggunakan biaya tetap dan biaya varibelnya dan juga melihat
perusahaan dalam memanfaatkan hutang untuk meningkatnya
penjualan perusahaan.
3. Bagi Almamater
Penelitian ini diharapkan akan menjadi tambahan pengetahuan dan
acuan bagi penelitian berikutnya.
F. Kerangka Pemikiran
Operating Leverage menurut Irawati (2006:173) merupakan :
“Penggunaan aktiva dengan biaya tetap yang bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup biaya tetap dan
variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas”.
15
Financial Leverage menurut Warsono (2003:217) : “Sebagai
penggunaan potensial biaya-biaya keuangan tetap untuk meningkatkan
pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak terhadap EPS”.
Combination Leverage menurut Sartono (2008:267) : “Terjadi
apabila perusahaan memiliki baik Operating Leverage maupun Financial
Leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi
pemegang saham biasa”.
Earning Per Share menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:195) :
“Rasio yang menunjukan bagian laba untuk setiap saham yang diperoleh
investor”.
Penelitian yang dilakukan oleh Fahmi (2014) yang berjudul
“Pengaruh Financial Leverage, Operating Leverage dan Total Asset
Turnover terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Oil and Gas dan
Coal Mining yang ada di Bursa Efek Indonesia”, menyimpulkan bahwa
secara bersama-sama atau simultan Financial Leverage, Operating
Leverage dan Total Aset Turnover berpengaruh signifikan terhadap
Earning Per Share (EPS). Sedangkan secara parsial Financial Leverage
berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share, Operating Leverage
berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share, sedangkan Total
Asset Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013) berjudul
“Analisis Pengaruh Operating Leverage dan Financial Leverage Terhadap
Earning Per Share (EPS) Di Perusahaan Properti Yang Terdaftar DI BEI
16
(2007-2011)”, menyimpulkan bahwa secara simultan Operating Leverage
dan Financial Leverage berpengaruh positif terhadap Earning Per Share.
Secara parsial Operating Leverage tidak berpengaruh terhadap Earning
Per Share, sedangkan Financial Leverage berpengaruh terhadap Earning
Per Share.
Kerangka pemikiran dalam penulisan ini dapat digambarkan secara
sistematis sebagai berikut:
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Keterangan :
X1 : Operationg Leverage
X2 : Financial Leverage
X3 : Combination Leverage
Y : Earning Per Share (EPS)
X1
Y
X2
X3
17
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013:35) : “Metode kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan”. Penelitian ini banyak dituntut
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut serta penampilan dari hasilnya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dengan teknik dokumentasi yaitu
meneliti dan mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh penulis dalam
melakukan penelitian seperti data nama perusahaan, kode emiten dan
tanggal Initial Public Offering (IPO), data Earning Before Interest and
Tax (EBIT), data penjualan atau sales, dan data Earning Per Share
(EPS).
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2013:148) populasi adalah : “Wilayah
generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek, yang
18
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 48 emiten.
b. Sampel
Menurut Sugiyono (2013:149) sampel adalah bagian dari
jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Syarat
umum dalam pengambilan sampel suatu populasi adalah sampel
harus mewakili populasi dan harus dalam bentuk kecil. Sampel
dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor properti dan
real estate yang sudah dan masih tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2014-2016. Teknik pengambilan sampel dengan
purposive sampling, yaitu dengan pengambilan sampel
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud
adalah:
1) Perusahaan jasa sub sektor Properti dan Real Estate yang sudah
dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2013-2016.
2) Perusahaan jasa sub sektor Properti dan Real Estate yang
melakukan Initial Public Offering (IPO) sebelum tahun 2014.
Untuk jumlah sampel dapat dilihat di tabel 1.5 berikut ini :
19
Tabel 1.5
Jumlah Sampel Penelitian
Perusahaan Sub Sektor Properti dan Real Estate
No Nama Perusahaan
Kriteria sampel
Emiten masih
terdaftar
Melakukan IPO sebelum tahun 2014
1 Armidian Karyatama Tbk -
2 Agung Podomoro Land Tbk
3 Alam Sutera Reality Tbk
4 Bekasi Asri Pemula Tbk
5 Bumi Citra Permai Tbk
6 Bekasi Fajar Indusrial Estate Tbk
7 Binakarya Jaya Abadi Tbk -
8 Bhuawanatala Indah Permai Tbk
9 Bukit Darmo Property Tbk
10 Sentul City Tbk
11 Bumi Serpong Damai Tbk
12 Cowell Development Tbk
13 Ciputra Development Tbk
14 Duta Anggada Realty Tbk
15 Intiland Development Tbk
16 Puradelta Lestari Tbk -
17 Duta Pertiwi Tbk
18 Bakrieland Development Tbk
19 Megapolitan Development Tbk
20 Forza Land Indonesia Tbk -
21 Fortune Mate Indonesia Tbk
22 Gading Development Tbk
23 Gowa Makassar Tourism Development Tbk
24 Perdana Gapura Prima Tbk
25 Greenwood Sejahtera Tbk
26 Jaya Real Property Tbk
27 Kawasan Industri Jababeka Tbk
28 Eureka Prima Jakarta Tbk
29 Lippo Cikarang Tbk
30 Lippo Karawaci Tbk
31 Modernland Realty Tbk
32 Metropolitan Kentjana Tbk
20
Tabel 1.5 (Lanjutan)
33 Mega Manunggal Property Tbk -
34 Metropolitan Land Tbk
35 Metro Realty Tbk
36 Nirvana Development Tbk
37 Indonesia Prima Property Tbk
38 PP Properti Tbk -
39 Plaza Indonesia Realty Tbk
40 Pudjiati Prestige Tbk
41 Pakuwon Jati Tbk
42 Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk
43 Roda Vivatex Tbk
44 Pikko Land Development Tbk
45 Danayasa Arthatama Tbk
46 Suryamas Dutamakmur Tbk
47 Summmarecon Agung Tbk
48 Sitara Propertindo -
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017
Dari tabel 1.5 di atas, dapat simpulkan bahwa jumlah sampel
sebanyak 41 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel, yaitu perusahaan
yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan perusahaan yang
melakukan Initial Public Offering (IPO) dibawah tahun 2014.
4. Alat Analisis Data
a. Menghitung Operating Leverage
- Persentase perubahan EBIT =
- Persentase perubahan Sales =
- Degree of Operating Leverage (DOL) =
(Kamaludin dan Rini Indriani, 2012:96)
21
b. Menghitung Financial Leverage
- Persentase perubahan EPS =
- Degree of Financial Leverage (DFL) =
(Kamaludin dan Rini Indriani, 2012:103)
c. Menghitung Combination Leverage
Degree of Combination Leverage (DCL) =
(Manahan P. Tampubolon, 2013:54)
5. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011:60): “Uji normalitas data dilakukan
sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang
diajukan”. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi
distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam
penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-
model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi
normal. Uji normalitas juga bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Untuk mendeteksi normalitas yaitu dengan salah satu alat
statistik yang dikenal dengan uji One Sample Kolmogorv-Smirnov
Test. Seperti diketahui bahwa uji T dan uji F mengansumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil.
22
Maka hipotesis yang akan diuji :
Ho : b1 = 0, Data tidak berdistribusi normal.
Ha : b1≠ 0, Data berdistribusi normal.
Jika nilai sig. > 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai sig. < 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Uji Autokorelasi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode −1
(sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan terdapat
problem autokorelasi. Akibat yang terjadi pada penaksiran-
penaksiran apabila metode kuadrat terkecil diterapkan pada data
yang mengandung autokorelasi adalah varian dari taksiran terkecil
akan bias ke bawah atau underestimeted. Akibat yang lain adala
peramalan (prediksi) akan menjadi lebih efisien. Dengan kata lain
prediksi yang dilakukan atas dasar penaksiran kuadrat terkecil akan
keliru, karena prediksi tersebut mempunyai varian-varian besar.
Pengujian autokorelasi pada model regresi dilaksanakan dengan
Uji Run Test. Dasar acuan pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi:
a. Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 terdapat autokorelasi.
b. Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 tidak terdapat autokorelasi.
23
c. Uji Multikolinearitas
Artinya variabel independent yang satu dengan yang lain
dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara
sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada
tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai
Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program
SPSS 24.0. Nilai umum yang bisa dipakai adalah nilai Tolerance>
0,1 atau nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
atau pengamatan ke pengamatan lain. Penelitian ini menggunakan
metode uji Park untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas. Uji Park ini dikembangkan oleh Park pada
tahun 1966 pengujian ini dilakukan dengan meregesikan nilai
logresidual kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel
independennya. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan untuk
menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu jika nilai t
hitung < t tabel atau nilai Sig. > 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.
e. Uji Linieritas
Uji Linieritas bertujuan untuk mengetahui antara variabel
bebas dan variabel terikat harus bersifat linier. Menurut Santoso
24
(2009:346) : “Asumsi ini menyatakan bahwa seharusnya hubungan
antara satu variabel dependen dengan variabel independen bersifat
linier. Linier disini dapat diartikan hubungannya positif atau
negatif”. Pada penelitian ini uji linieritas menggunakan grafis
scatter plot antara satu variabel dependen dengan variabel
independen. Jika indikasi arah hubungan positif atau negatif,
asumsi terpenuhi. Namun, jika arah tidak jelas, asumsi tidak
terpenuhi.
6. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh
secara kuantitatif dari suatu perubahan kejadian (variabel X) terhadap
kejadian lainnya (variabel Y). Adapun persamaan regresi berganda
dalam penelitian ini dituliskan sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3
Keterangan:
Y : Earning Per Share
α : Konstanta
β1 : Koefisien regresi 1
β2 : Koefisien regresi 2
β3 : Koefisien regresi 3
X1 : Operating Leverage
X2 : Financial Leverage
X3 : Combination Leverage
25
7. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Dinyatakan dalam persentase yang nilainya berkisar antara
0 < R2 < 1. Nilai R
2 yang kecil berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Jika koefisien determinasi
sama degan nol, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
8. Koefisien Korelasi Berganda
Analisis korelasi dilakukan dalam rangka menguji hipotesis
asosiatif, yaitu dugaan hubungan antar variabel dalam populasi melalui
data hubungan variabel dalam sampel. Rumus untuk menghitung
koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Ry.x1.x2.x3 : Korelasi berganda antara variabel X1, X2 dan X3
secara bersama-sama dengan variabel Y
ryx1 : Korelasi product moment antara X1 dengan Y
ryx2 : Korelasi product moment antara X2 dengan Y
ryx3 : Korelasi product moment antara X3 dengan Y
rx1x2 : Korelasi product moment antara X1 dengan X2
26
rx1x3 : Korelasi product moment antara X1 dengan X3
rx2x3 : Korelasi product moment antara X2 dengan X3
(Suharyadi dan Purwanto, 2011:217)
Tabel 1.6
Tabel Hubungan Antar Variabel
Nilai Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0.20 - 0,399 Rendah
0.40 - 0.599 Cukup Kuat
0.60 - 0.799 Kuat
0.80 - 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Riduwan (2010:228)
9. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F merupakan uji koefisien regresi yang secara bersama-sama
untuk menguji signifikan pengaruh X1 (Operating Leverage), X2
(Financial Leverage) dan X3 (Combination Leverage) terhadap Y
(Earning Per Share).
Langkah-langkah untuk melakukan uji F sebagai berikut :
Menentukan Hipotesis :
Ho : b1 = 0, Operating Leverage, Financial Leverage dan
Combination Leverage tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Earning Per Share.
Ha : b1 ≠ 0, Operating Leverage, Financial Leverage dan
Combination Leverage mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Earning Per Share.
Jika nilai sig. > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika nilai sig. < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
27
Rumus Uji statistik F ditunjukkan untuk mengetahui apakah semua
variabel dependen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap variabel independen. Rumus
untuk mencari nilai F adalah sebagai berikut (Widarjono, 2005:88):
10. Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Langkah-langkah untuk melakukan uji t sebagai berikut :
Menentukan Hipotesis :
a. Operating Leverage :
Ho : b1 = 0, Operating Leverage secara individual tidak mempunyai
pengaruh terhadap Earning Per Share.
Ha : b1 ≠ 0, Operating Leverage secara individual mempunyai
pengaruh terhadap Earning Per Share.
b. Financial Leverage :
Ho : b2 = 0, Financial Leverage secara individual tidak mempunyai
pengaruh terhadap Earning Per Share.
Ha : b2 ≠ 0, Financial Leverage secara individual mempunyai
pengaruh terhadap Earning Per Share.
c. Combination Leverage :
Ho : b3 = 0, Combination Leverage secara individual tidak
mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share.
28
Ha : b3 ≠ 0, Combination Leverage secara individual mempunyai
pengaruh terhadap Earning Per Share.
Jika nilai signifikan ≥ 0,05 maka Ha ditolak. (koefisien regresi tidak
signifikan). Artinya secara parsial Operating Leverage, Financial
Leverage dan Combination Leverage tidak mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap Earning Per Share.
Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka Ha diterima (koefisien regresi
signifikan). Artinya secara parsial Operating Leverage, Financial
Leverage dan Combination Leverage terdapat pengaruh secara
signifikan terhadap Earning Per Share.
Rumus uji statistik T ditunjukkan untuk menunjukkan apakah masing-
masing variabel dependen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara parsial terhadap variabel independen. Rumus untuk
mencari nilai t hitung adalah sebagai berikut (Suharyadi dan Purwanto,
2011:229) :
29
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Keuangan
Menurut Kamaludin dan Rini Indriani (2012:1) : “Manajemen
keuangan yaitu masalah investasi sebagai pengalokasian dana, masalah
bagaiman memperoleh dana, dan bagaimana pengelolaan dana agar dapat
menciptakan dan meningkatkan nilai manfaat bagi perusahaan”. Adapun
definisi manajemen keuangan menurut Sartono (2008:6) : “Manajemen
keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan
dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi atau
pembelanjaan secara efisien”.
Manajemen keuangan dapat juga dipandang sebagai suatu
manajemen yang mempelajari fungsi-fungsi dengan tujuan untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Agar tujuan tercapai maka manajer
keuangan harus dapat menjalankan fungsi-fungsi dari manajemen dengan
baik.
B. Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan meliputi ikhtisar-ikhtisar yang
menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas serta
perubahan ekuitas sebuah organisasi dalam periode waktu tertentu. Tiap
ikhtisar tersebut dibuat dalam satu format sendiri secara terpisah.
Definisi laporan keuangan menurut Kamaludin dan Rini Indriani
(2012:34) : “Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses
30
pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkutan”. Adapun definisi laporan
keuangan menurut Sadeli (2000:18) : “Adalah laporan tertulis yang
memberikan serta hasil yang dicapai selama periode tertentu”.
C. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Definisi pasar modal menurut Samsul (2006:43) : “Tempat atau
sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen
keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun”. Adapun
definisi pasar modal menurut Brigham dan Houston (2010:190) :
“Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk utang jangka
menengah dan jangka panjang serta saham perseroan”. Sedangkan
desinisi pasar modal menurut Darmaji dan Fakhruddin (2012:1) :
“Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan
berinvestasi”. Definisi pasar modal Tampubolon (2013:6) : “Pasar
modal (Capital Market) adalah pasar tempat pertemuan antara pencari
dana (emiten) dan penanam modal (investor) untuk melakukan
transaksi”.
Menurut Samsul (2006:43) tujuan dan manfaat pasar modal dapat
dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu :
a. Sudut Pandang Negara
Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakan
perekonomian negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi
beban negara. Negara memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk
mengatur bidang perekonomian tetapi tidak harus memiliki
perusahaan sendiri. Jika kegiatan ekonomi dapat dilaksanakan oleh
31
pihak swasta, maka negara tidak perlu ikut campur agar tidak
membuang-buang biaya.
Di negara yang sudah maju, pasar modal merupakan sarana
utama dalam pembangunan perekonomiannya. Negara maju tidak
butuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tetapi butuh usaha
swasta yang profesional yang tercermin dalam pasar modal.
b. Sudut Pandang Emiten
Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan
modal. Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan
biaya yang lebih murah dan hal itu hanya bisa diperoleh di pasar
modal. Modal pinjaman dalam bentuk obligasi jauh lebih murah
daripada kredit jangka panjang perbankan. Meningkatkan modal
sendiri jauh lebik baik daripada meningkatkan modal pinjaman,
khususnya untuk menghadapi persaingan yang semakin tajam di era
globalisasi.
Perusahaan yang pada awalnya memiliki utang lebih tinggi
daripada modal sendiri dapat berbalik memiliki modal sendiri yang
lebih tinggi daripada utang apabila memasuki pasar modal. Jadi
pasar modal merupakan sarana untuk memperbaiki struktur
permodalan perusahaan.
c. Sudut Pandang Masyarakat
Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan
uangnya. Investasi yang semula dilakukan dengan bentuk deposito,
emas, tanah, atau rumah sekarang dapat dilakukan dalam bentuk
saham dan obligasi. Jika investasi dalam bentuk rumah atau atau
tanah butuh uang ratusan juta rupiah, maka investasi dalam bentuk
efek dapat dilakukan dengan dengan dana di bawah Rp. 5 (lima)
juta. Jadi pasar modal merupakan sarana yang baik untuk
melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi
kebanyakan masyarakat. Jika pasar modal berjalan baik, jujur,
pertumbuhannya stabil, dan harganya tidak terlalu bergejolak, maka
sarana itu akan mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat. Akan
tetapi, dalam kenyataannya pasar modal di Indonesia jatuh bangun,
banyak terjadi penipuan harga, dan ada kasus Bank Duta, Bank
Pikko, serta banyaknya emiten yang dikeluarkan dari bursa atau
delisting sehingga mencerminkan bahwa pasar modal itu tidak
dikelola dengan baik.
2. Jenis – Jenis Pasar Modal
Menurut Tandelilin (2010:13) Pasar modal di Indonesia terbagi
dalam dua jenis, yaitu : (1) Pasar Perdana, dalam pasar inilah untuk
pertama kalinya perusahaan menjual sekuritasnya, dan proses itu
disebut dengan istilah Initial Public Offering (IPO) atau penawaran
umum, atau dapat juga dikatakan pasar perdana terjadi pada saat
perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk
32
pertama kalinya. (2) Pasar Sekunder, setelah sekuritas emiten dijual di
pasar perdana, selanjutnya sekuritas emiten tersebut kemudian bisa
diperjualbelikan oleh dan antar investor di pasar sekunder. Dengan
adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan
sekuritas untuk mendapatkan keuntungan.Oleh karena itu, pasar
sekunder memberikan likuiditas kepada investor, bukan kepada
perusahaan. Perdagangan di pasar sekunder dapat dilakukan di dua
jenis pasar, yaitu : (a) Pasar Lelang (Auction Market), pasar sekunder
yang lelang adalah pasar sekuritas yang melibatkan proses pelelangan
(penawaran) pada sebuah lokasi fisik. Transaksi antara pembeli dan
penjual menggunakan perantara (broker) yang mewakili masing-
masing pihak pembeli dan penjual. (b) Pasar Negosiasi (Negotiated
Market), pasar negosiasi terdiri dari jaringan berbagai dealer yang
menciptakan pasar tersendiri di luar jaringan lantai bursa bagi
sekuritas, dengan cara membeli dan menjual dari investor”.
3. Instrumen Pasar Modal
Menurut Sjahrial (2009:19) : “Instrumen yang ada di pasar modal
yaitu efek yang terdiri dari saham, obligasi dan obligasi konversi, bukti
right, dan waran. Kegiatan di pasar modal adalah membeli produk
(instrumen) yang diperdagangkan di pasar modal dengan harapan
memperoleh return di masa yang akan datang”.
Adapun menurut Tandelilin (2010:30) : Pasar modal merupakan
pasar bagi instrumen finansial jangka panjang. intrumen yang
dimaksud adalah semua surat berharga yang di perdagangkan di bursa.
Intrumen pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak dikenal
dengan sebutan sekuritas. Sekuritas (securities), atau juga disebut efek
atau surat berharga, merupakan aset finansial (financial aset)
menyatakan klaim keuangan.
D. Bursa Efek
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:41) : “Bursa efek adalah
lembaga/perusahaan yang menyelenggarakan/menyediakan fasilitas sistem
(pasar) untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar berbagai
33
perusahaan/perorangan yang terlibat dalam tujuan perdagangan efek
perusahaan-perusahaan yang telah tercatat di bursa efek”.
Menurut UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 : “Bursa efek adalah
pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan saran untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek diantara mereka”.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:42) tugas bursa efek
terdiri dari 2 hal, yaitu:
1) Tugas bursa efek sebagai fasilitator
a. Menyediakan sarana perdangangan efek.
b. Mengupayakan likuiditas instrumen, yaitu mengalirnya dana secara
cepat pada efek-efek yang dijual.
c. Menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat.
d. Memasyarakatkan pasar modal, untuk menarik calon investor dan
perusahaan go public.
e. Menciptakan instrumen dan jasa baru.
2) Tugas bursa efek sebagai SRO (Self Regulatory Organizations)
a. Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa.
b. Mencegah praktik transaksi yang dilarang melalui pelaksanaan
fungsi pengawasan.
c. Ketentuan bursa efek mempunyai kekuatan hukum yang mengikat
bagi pelaku pasar modal.
E. Sektor
Menurut Bursa Efek Indonesia terdapat 9 sektor di Bursa Efek
Indonesia, yaitu:
1) Pertanian adalah sektor utama dalam Bursa Efek Indonesia, yang
dimana sektor ini merupakan penghasil bahan baku yang diperoleh
dari hasil bumi berupa perkebunan, peternakan, dan perikanan.
2) Pertambangan juga termasuk sektor utama dalam Bursa Efek
Indonesia, yang dimana sektor ini merupakan penghasil bahan baku
yang diperoleh dari eksploitasi bumi / barang tambang berupa
barubara, minyak bumi dan gas, logam dan mineral lainnya.
3) Industri Dasar dan Kimia adalah sektor industri dan manufaktur dalam
Bursa Efek Indonesia, yang dimana sektor industri dasar dan kimia
adalah sektor yang memproduksi produk berupa, semen, keramik,
porselen dan kaca, logan dan sejenisnya, kimia, plastik dan kemasan,
pakan ternak, serta kayu dan pengolahannya.
34
4) Aneka Industri adalah sektor industri dan manufaktur dalam Bursa
Efek Indonesia, yang dimana sektor ini memproduksi produk berupa,
otomotif dan komponennya, tekstil dan garmen, alas kaki, kabel, dan
elektronika.
5) Industri Barang Konsumsi adalah sektor industri dan manufaktur
dalam Bursa Efek Indonesia, yang dimana sektor ini memproduksi
produk berupa, makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan
keperluan rumah tangga, serta peralatan rumah tangga.
6) Property, Real Estate dan Konstruksi Bangunan adalah sektor jasa
dalam Bursa Efek Indonesia, yang dimana sektor ini menghasilkan jasa
berupa, perumahan, perhotelan, serta kontruksi dan bangunan
7) Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi adalah sektor jasa dalam Bursa
Efek Indonesia, yang dimana sektor ini menghasilkan jasa berupa,
energi, infrastruktur transportasi, telekomunikasi, transportasi, serta
konstruksi non-bangunan.
8) Keuangan adalah sektor jasa dalam Bursa Efek Indonesia, yang
dimana sektor ini menghasilkan jasa berupa, perbankan, lembaga
pembiayaan, perusahaan efek, serta asuransi.
9) Perdagangan, Jasa dan Investasi adalah sektor jasa dalam Bursa Efek
Indonesia, yang dimana sektor ini menghasilkan jasa berupa,
perdagangan barang besar, eceran, restoran, hotel dan pariwisata,
advertising, printing dan media, kesehatan, jasa komputer, serta
perusahaan investasi.
F. Leverage
Hadirnya leverage dalam struktur modal sebuah perusahaan
menandakan perusahaan tersebut menghimpun pendanaan dari luar
perusahaan dengan harapan meningkatkan laba perusahaan kedepannya.
Leverage adalah suatu tingkat kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aktiva dan atau dana yang mempunyai beban tetap (hutang
dan atau saham istimewa) dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan
untuk memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan.
Definisi leverage menurut Sartono (2008:257) : “Leverage adalah
penggunaan aset dan sumber dana (source of funds) oleh perusahaan yang
memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan
35
keuntungan potensial pemegang saham”. Adapun definisi leverage
menurut Sudana (2011:165) : “Leverage merupakan penggunaan aset atau
dana yang kemudian akibat dari penggunaan dana tersebut perusahaan
harus mengeluarkan biaya tetap atau membayar beban tetap”. Dan definisi
Leverage menurut Sutrisno (2012:217) : “Rasio Leverage menunjukan
seberapa besar kebutuhan dana perusahaann dibelanjai dengan hutang”.
Sedangkan menurut Sawir (2005:13) “Rasio Leverage mengukur tingkat
solvabilitas, rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut
pada saat itu likuidasi”.
Berdasarkan definisi di atas, bahwa leverage merupakan
penggunaan dari sejumlah asset atau dana oleh suatu perusahaan dimana
dalam penggunaan asset tersebut perusahaan harus mengeluarkan beban
biaya tetap, dan penggunaan dari asset tersebut ditujukan agar dapat
meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham.
G. Operating Leverage
Operating leverage menurut Irawati (2006:173) : “Penggunaan
aktiva dengan biaya tetap yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan
yang cukup untuk menutup biaya tetap dan variabel serta dapat
meningkatkan profitabilitas”. Adapun definisi operating leverage menurut
Syamsuddin (2001:107) : “Operating Leverage adalah kemampuan
perusahaan di dalam menggunakan fixed operating cost untuk
memperbesar pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap earning
36
before interest and taxes (EBIT)”. Teori tersebut menjelaskan Operating
Leverage adalah suatu penggunaan aktiva yang menimbulkan beban tetap
operasional.
Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi yang
tinggi dikatakan menggunakan operating leverage yang tinggi. Dapat
dikatakan, Degree of Operating Leverage (DOL) untuk perusahaan
tersebut tinggi. Perubahan penjualan yang kecil akan mengakibatkan
perubahan pendapatan yang tinggi (lebih sensitif). Jika perusahaan
mempunyai Degree of Operating Leverage yang tinggi, tingkat penjualan
yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi. Tetapi sebaliknya,
jika tingkat penjualan turun secara signifikan, perusahaan tersebut akan
mengalami kerugian.
Adapun kegunaan dari operating leverage yaitu untuk mengukur
perubahan atau penjualan terhadap keuntungan operasi perusahaan.
Operating leverage sebagai alat untuk mengukur perubahan laba operasi
sebagai akibat perubahan penjualan, sehingga perusahaan dapat
mengetahui keuntungan operasi perusahaan.
H. Financial Leverage
Financial leverage terjadi akibat penggunaan sumber dana yang
berasal dari hutang, sehingga menyebabkan perusahaan harus menanggung
hutang serta dibebani oleh biaya bunganya.
Financial leverage menurut Warsono (2003:217) : “Sebagai
penggunaan potensial biaya-biaya keuangan tetap untuk meningkatkan
37
pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak terhadap EPS”.
Adapun definisi financial leverage menurut Sartono (2008:263) :
“Penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan beranggapan
bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada
beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia
bagi pemegang saham”.
Financial leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban
finansial yang bersifat tetap (fixed financial charges) yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan. Perusahaan menggunakan dana dengan
beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan
(favorable financial leverage) atau efek yang positif kalau pendapatan
yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban
tetap dari penggunaan dana tersebut. Sebaliknya financial leverage itu
merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan tidak dapat
memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban
tetap yang harus dibayar.
Bedasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
finacial leverage merupakan usaha memperbesar efek perubahan atas laba
sebelum bunga dan pajak atau Earning Before Interests and Taxes (EBIT)
terhadap Earning Per Share atau pendapatan per saham.
I. Combination Leverage
Combination leverage adalah pengaruh perubahan penjualan
terhadap laba setelah pajak untuk mengukur secara langsung efek
38
perubahan penjualan terhadap perubahan laba rugi pemegang saham
dengan Degree of Combination Leverage (DCL) yang di defenisikan
sebagai persentase perubahan pendapatan per lembar saham sebagai akibat
persentase perubahan penjualan. Menurut Sartono (2008:267) :
“Combination leverage terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating
leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan
keuntungan bagi pemegang saham biasa”. Adapun definisi combination
leverage menurut Syamsuddin (2011:120) : “Combination Leverage
merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan biaya tetap
operasional dan biaya tetap finansial untuk memperbesar pengaruh
perubahan volume penjualan terhadap pendapatan per lembar saham”.
J. Earning Per Share
Earning per share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat
keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Adapun definisi Earning
per share menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:195) : “Rasio yang
menunjukan bagian laba untuk setiap saham yang diperoleh investor”.
Adapun definisi Earning Per Share menurut Widoatmodjo (2007:102) :
“Earning Per Share adalah rasio pendapatan setelah pajar dengan jumlah
saham beredar”.
Earnings Per Share yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan
yang baik, dan hal ini tentu saja akan menarik minat para pemegang saham
dan calon pemegang saham, akan tetapi nantinya tidak semua laba dalam
39
operasi perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham, karena
hal ini akan diputuskan berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham
tentang kebijakan pembagian dividen.
Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa Earning Per Share (EPS) adalah rasio untuk mengukur keuntungan
yang diterima dari setiap per lembar saham nya.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Secara historis, bursa efek telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada 1912 di Batavia. Bursa efek ketika itu didirikan
oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial
atau VOC. Meskipun bursa efek telah ada sejak 1912, perkembangan dan
pertumbuhan bursa efek tidak berjalan seperti diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan bursa efek mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik
Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek
tidak dapat berjalan normal.
Jumlah perusahaan di Bursa Efek Indonesia yang memperoleh
pernyataan efektif menawarkan saham dan obligasi kepada masyarakat
umum dari 1977 sampai dengan 15 Februari 2018 sebanyak 568 emiten
dan diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang di dasarkan klasifikasi industri
yang di tetapkan oleh NEJ yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange
Industrial Classification). Adapun sektor dan jumlah emiten dapat dilihat
pada tabel 3.1:
41
Tabel 3.1
Bursa Efek Indonesia
Sektor dan Jumlah Emiten
2018
SEKTOR JUMLAH EMITEN
Pertanian 21
Pertambangan 41
Industri Dasar dan Kimia 69
Aneka Industri 43
Industri Barang Konsumsi 44
Property, Real Estate dan Konstruksi Bangunan 64
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 60
Keuangan 95
Perdagangan, Jasa dan Investasi 129
TOTAL 566
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2018
Bursa Efek Indonesia bersama seluruh pelaku pasar modal terus
mempersiapkan diri demi meningkatkan daya saing di tingkat regional.
Persiapan meliputi seluruh aspek pasar modal, yaitu aspek infrastruktur,
aspek penawaran dan aspek permintaan. Persaiapan dan pengembangan
terbaru yang dilakukan oleh BEI adalah mengembangkan pelaporan
perusahaan tercatat dan anggota bursa dengan berbasis Extensible Bussines
Reporting Language (EBRL).
B. Sektoral Yang Terdaftar dperi Bursa Efek Indonesia
1. Pertanian
Sektor Pertanian memiliki 5 sub-sektor yang terdaftar, diantaranya
sub-sektor tanaman pangan berjumlah 1 perusahaan, sub-sektor
perkebunan berjumlah 16 perusahaan, sub-sektor perternakan belum
42
ada perusahaan yang terdaftar, sub-sektor perikanan berjumlah 3
perusahaan, sub-sektor kehutanan belum ada perusahaan yang
terdaftar, dan terdapat 1 perusahaan di sub-sektor lainnya.
2. Pertambangan
Sektor Pertambangan memiliki 4 sub-sektor yang terdaftar,
diantaranya sub-sektor batubara berjumlah 22 perusahaan, sub-sektor
minyak dan gas bumi berjumlah 7 perusahaan, sub-sektor logam dan
mineral lainnya berjumlah 10 perusahaan, dan sub-sektor batu-batuan
berjumlah 2 perusahaan.
3. Indutri Dasar dan Kimia
Sektor Industri Dasar dan Kimia memiliki 8 sub-sektor yang
terdaftar, diantaranya sub-sektor semen berjumlah 6 perusahaan, sub-
sektor keramik, porselin dan kaca berjumlah 7 perusahaan, sub-sektor
logam dan sejenisnya berjumlah 16 perusahaan, sub-sektor kimia
berjumlah 11 perusahaan, sub-sektor plastik dan kemasan berjumlah
14 perusahaan, sub-sektor pakan ternak berjumlah 4 perusahaan, sub-
sektor kayu dan pengolahannya berjumlah 2 perusahaan, dan sub-
sektor pulp dan kertas berjumlah 9 perusahaan.
4. Aneka Industri
Sektor Aneka Industri memiliki 6 sub-sektor yang terdaftar,
diantaranya sub-sektor mesin dan alat berat berjumlah 3 perusahaan,
sub-sektor otomotif dan komponen berjumlah 13 perusahaan, sub-
sektor tekstil dan garment berjumlah 18 perusahaan, sub-sektor alas
43
kaki berjumlah 2 perusahaan, sub-sektor kabel berjumlah 6
perusahaan, dan sub-sektor elektonika berjumlah 1 perusahaan.
5. Industri Barang Konsumsi
Sektor Industri Barang Konsumsi memiliki 5 sub-sektor yang
terdaftar, diantaranya sub-sektor makanan dan minuman berjumlah 18
perusahaan, sub-sektor rokok berjumlah 4 perusahaan, sub-sektor
farmasi berjumlah 11 perusahaan, sub-sektor kosmetik dan keperluan
rumah tangga berjumlah 6 perusahaan, dan sub-sektor peralatan rumah
tangga berjumlah 4 perusahaan, serta terdapat 1 perusahaan di sub-
sektor lainnya.
6. Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan
Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan memiliki 2
sub-sektor yang terdaftar, diantaranya sub-sektor property dan real
estate berjumlah 48 perusahaan dan sub-sektor kontruksi dan
bangunan berjumlah 16 perusahaan.
7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi memiliki 5 sub-
sektor yang terdaftar, diantaranya sub-sektor energi berjumlah 7
perusahaan, sub-sektor jalan tol, bandara, pelabuhan dan sejenisnya
berjumlah 3 perusahaan, sub-sektor telekomunikasi berjumlah 5
perusahaan, sub-sektor transportasi berjumlah 35 perusahaan, dan sub-
sektor kontruksi non bangunan berjumlah 10 perusahaan.
44
8. Keuangan
Sektor Keuangan memiliki 4 sub-sektor yang terdaftar, diantaranya
sub-sektor bank berjumlah 43 perusahaan, sub-sektor lembaga
pembiayaan berjumlah 17 perusahaan, sub-sektor perusahaan efek
berjumlah 12 perusahaan, dan sub-sektor asuransi berjumlah 14
perusahaan, serta terdapat 9 perusahaan di sub-sektor lainnya.
9. Perdagangan Jasa dan Investasi
Sektor Perdagangan Jasa dan Investasi memiliki 8 sub-sektor yang
terdaftar, diantaranya sub-sektor perdagnan besar barang produksi
berjumlah 37 perusahaan, sub-sektor perdagangan eceran berjumlah 25
perusahaan, sub-sektor hotel, restoran dan pariwisata berjumlah 25
perusahaan, sub-sektor advertising printing media berjumlah 15
perusahaan, sub-sektor kesehatan berjumlah 5 perusahaan, sub-sektor
jasa komputer dan perangkat lainnya berjumlah 6 perusahaan, sub-
sektor perusahaan investasi berjumlah 10 perusahaan, dan sub-sektor
perdagangan lainnya berjumlah 6 perusahaan.
C. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Struktur Organisasi di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada
gambar 3.1 berikut ini :
45
Gambar 3.1
Bursa Efek Indonesia
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2018
Berdasarkan struktur organisasi di atas maka diperlukan suatu
sistem pembagian tugas/kerja (Job Description) BEI yaitu sebagai berikut:
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) merupakan organ
Kepatuhan Anggota
Bursa
Direktur Pengawas
Trasaksi dan
Kepatuhan
Direktur
Pengembangan
Direktur Teknologi
Informasi dan
Manajemen Resiko
Direktur
Perdagangan dan
Pengaturan Anggota
Bursa
Direktur Penilaian
Perusahaan
Direktur Keuangan
dan Sumber Daya
Manusia
Penilaian
Perusahaan 1
Penilaian
Perusahaan 2
Penilaian
Perusahaan 3
Manajemen Informasi
dan Pengembangan
Emiten
Privatisasi, Start – up,
SME, dan Foreign
Listing
Operasional
Perdagangan
Pendukung
Perdagangan
Pengaturan dan
Pemantauan
Anggota Bursa
Pengawasan
Transaksi
Riset dan
Pengembangan
Pengembangan
Investor
Pengembangan
Wilayah
Pengembangan
Calon Emiten
Operasional
Teknologi Informasi
Perencanaan dan
Pengembangan
Teknologi Informasi
Project Management
Office – Teknologi
Informasi
Manajemen Resiko
Keuangan
Akuntansi
Sumber Daya
Manusia
Umum
Dewan Komisaris
Direktur Utama Proyek Khusus
Hukum
Strategic Management Office
Sekretaris Perusahaan
Komunikasi Perusahaan
Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS)
Satuan Pemeriksa Internal
46
yang memiliki kewenangan khusus yang tidak diberikan kepada
Dekom atau Direksi terkait penetapan keputusankeputusan penting
yang berhubungan dengan kebijakan Bursa.
2. Dewan Komisaris
Bertanggung jawab atas pengawasan dan pengarahan Direksi
dalam. mengelola Bursa sehari-hari. Dekom bertugas mengarahkan
pengelolaan tersebut sesuai dengan visi dan misi Bursa yang telah
digariskan, serta kebijakan dan panduan tata kelola perusahaan yang
berlaku, dalam rangka mengupayakan pertumbuhan nilai jangka
panjang yang berkesinambungan bagi segenap pemangku kepentingan.
3. Direktur Utama
Bertanggung jawab untuk mengkordinasikan para Direktur serta
kegiatan-kegiatan Satuan Pemeriksa Internal.
a. Divisi Hukum
1) Bertanggung jawab untuk memastikan produk hukum yang
akan dikeluarkan oleh perseroan sesuai dengan kaidah-kaidah
hukum yang berlaku dan kepentingan perseroan terlindungi
dalam hubungan kerjasama atau kontraktual antara perseroan
dengan pihak lain.
2) Memastikan pemberian pendapat hukum sebagai legal advisor
atas permasalahan hukum berkenaan dengan produk hukum
yang telah diberlakukan oleh perseroan.
47
b. Satuan Pemeriksa Internal
1) Bertanggung jawab sebagai quality assurance terhadap
pelaksanaan pencapaian sasaran perusahaan dengan
mempertimbangan aspek efektifitas dan efisiensi melalui
pemeriksaan berkala maupun insidentil terhadap kegiatan
internal organisasi.
2) Bertanggung jawab atas pemantauan kegiatan tindak lanjut dari
rekomendasi yang dibangun berdasarkan hasil pemeriksaan
internal yang dilakukan.
c. Sekretaris Perusahaan, bertanggung jawab atas tersedianya rencana
kerja perusahaan dan terciptanya kerjasama serta komunikasi yang
harmonis dan efektif antara direksi dengan stakeholder lainnya
dalam rangka mencapai tujuan serta meningkatkan citra
perusahaan.
4. Direktur Penilaian Perusahaan
Bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan:
- Penilaian pendahuluan perusahaan
- Pencatatan perusahaan
- Penilaian keterbukaan perusahaan
- Penelaahan aksi korporasi perusahaan dan
- Pembinaan emiten (termasuk edukasi perusahaan).
48
a. Divisi Penilaian Perusahaan – Sektor Riil
1) Evaluasi pendahuluan calon emiten sampai dengan pencatatan
saham di Bursa.
2) Evaluasi atas rencana pencatatan saham tambahan sampai
dengan pencatatan saham di bursa.
3) Pemantauan kepatuhan perusahaan tercatat terhadap peraturan
yang berlaku.
4) Penyebaran informasi perusahaan tercatat kepada publik.
5) Pembuatan dan penyempurnaan prosedur dan peraturan
pencatatan sesuai dengan perkembangan pasar modal untuk
meningkatkan kualitas dan integritas perusahaan sektor riil
yang mencatatkan saham.
b. Divisi Penilaian Perusahaan – Sektor Jasa, bertanggung jawab
untuk mengkoordinasikan dan melaksanakan:
1) Evaluasi pendahuluan calon emiten sampai dengan pencatatan
saham di Bursa termasuk ETF.
2) Evaluasi atas rencana pencatatan saham tambahan sampai
dengan pencatatan saham di Bursa
3) Pemantauan kepatuhan perusahaan tercatat terhadap peraturan
yang berlaku.
4) Pengelolaan dan pemutakhiran database emiten termasuk
corporate action.
49
5) Pembuatan dan penyempurnaan prosedur dan peraturan
pencatatan sesuai dengan perkembangan pasar modal untuk
meningkatkan kualitas dan integritas perusahaan sektor riil
yang mencatatkan saham.
c. Divisi Penilaian Perusahaan – Surat Utang, bertanggung jawab
untuk mengkoordinasikan dan melaksanakan:
1) Proses Evaluasi pendahuluan calon emitan penerbit surat utang
sampai dengan pencatatan di Bursa, baik efek surat utang,
sukuk maupun EBA.
2) Pemantauan kepatuhan perusahaan tercatat terhadap peraturan
yang berlaku.
3) Penyebaran informasi perusahaan tercatat kepada publik.
4) Pembinaan perusahaan tercatat (termasuk pemberian sanksi).
5) Penyempurnaan prosedur dan peraturan pencatata sesuai
dengan perkembangan pasar modal untuk meningkatkan
kualitas dan integritas perusahaan sektor riil dan jasa yang
mencatatkan surat utang.
5. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa
Bertanggung jawab atas kegiatan operasional perdagangan saham,
perdagangan informasi pasar (data feed), perdagangan surat utang dan
derivatif serta pelaporan transaksi surat utang dan pengelolaan
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan anggota bursa dan partisipan.
50
a. Divisi Perdagangan Saham
1) Bertanggung jawab untuk menyelenggarakan perdagangan
saham setiap hari bursa dengan melakukan koordinasi kegiatan
pengembangan dan operasional perdagangan saham.
2) Bertanggung jawab atas kegiatan pengembangan dan
operasional penyebaran data dan informasi.
b. Divisi Perdagangan Surat Utang
1) Bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan operasional
perdagangan surat utang dan derivatif, penyempurnaan,
pengembangan sistem dan sarana pasar perdagangan surat
utang dan derivatif sehingga tercipta pasar surat utang.
2) Bertanggung jawab untuk memastikan terselenggaranya
kegiatan pelaporan surat utang, penyempurnaan,
pengembangan sistem dan sarana pelaporan surat utang
sehingga tercipta sistem pelaporan surat utang yang teratur dan
efisien.
c. Divisi Keanggotaan, bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi
calon angota Bursa dan partisipan, pemantauan, pembinaan,
pengembangan, penegakan disiplin anggota bursa serta membantu
anggota bursa dan partisipan untuk membentuk, memiliki dan
menjaga kredibilitas serta integritas di pasar modal.
51
6. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan
Bertanggung jawab untuk memastikan dan mengkoordinasikan
kegiatan pengawasan dan analisis terhadap aktivitas perdagangan efek
di bursa untukmewujudkan perdagangan efek yang teratur dan wajar,
sehingga dapat menjaga integritas dan kredibilitas bursa efek dan pasar
modal.
a. Divisi Pengawasan Transaksi, bertanggung jawab untuk
memastikan dan mengkoordinasikan kegiatan pengawasan dan
analisis terhadap aktivitas perdagangan efek di bursa untuk
mewujudkan perdagangan efek yang teratur dan wajar.
b. Divisi Kepatuhan Anggota Bursa, bertanggung jawab untuk
memastikan kepatuhan anggta bursa terhadap peraturan
perundangundangan yang berlaku dibidang pasar modal termasuk
pengendalian internal melalui kegiatan pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan sewaktu-waktu guna meminimalisasi risiko yang
mungkin timbul terhadap nasabah, anggota bursa, dan industri
pasar modal.
7. Direktur Pengembangan
Bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan:
- Pengelolaan riset pasar modal dan ekonomi
- Pengembangan produk dan usaha
- Kegiatan pemasaran
- Kegiatan edukasi dan sosialisasi.
52
a. Divisi Riset
1) Bertanggung jawab untuk mengolah dan menyajikan data
statistik perdagangan, emiten dan anggota bursa, melakukan
analisis pasar untuk mencapai efisiensi dan pengembangan
bursa serta mengelola data historis perdagangan dan publikasi
rutin lainnya.
2) Bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pengelolaan
Pusat Referensi Pasar Modal.
b. Divisi Pengembangan Usaha, bertanggung jawab atas
pengembangan produk-produk bursa dan kegiatan pengembangan
pasar untuk meningkatkan likuiditas pasar dan daya saing.
c. Divisi Pemasaran, bertanggung jawab dalam merencanakan,
mengembangkan dan mengimplementasikan strategi pemasaran,
edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat luas dalam rangka
mencari dan menambah investor dalam emiten.
8. Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Resiko
Bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan:
- Pengembangan solusi bisnis teknologi informasi
- Operasional teknologi informasi
- Manajemen risiko.
a. Divisi Operasional Teknologi Informasi, bertanggung jawab atas
perncanaan, implementasi, operasi, kepatuhan kebijaan,
pengawasan, evaluasi dan pemeliharaan kinerja infrastruktur
53
berbasis teknologi secara efektif dan efisien sesuai dengan visi,
misi dan strategi BEI.
b. Divisi Pengembangan Solusi Bisnis Teknologi Informasi,
bertanggung jawab untuk memastikan berjalannya kegiatan
perencanaan, evaluasi, pengembangan dan pemutakhiran sistem
aplikasi dan infrastruktur teknologi informasi.
c. Divisi Manajemen Risiko
1) Memastikan perencanaan, pengukuran, monitoring
pengelolaan dan pengendalian risiko di dalam organisasi
secara sistematis dan terintegrasi.
2) Bertanggung jawab dalam membangun strategi dan
implementasi penerapan good corporate governance (GCG) di
dalam organisasi.
9. Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia
Bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan,
pengelolaan keuangan perusahaan, pengelolaan dan pengembangan
Sumber Daya Manusia, dan pengelolaan administrasi dan kegiatan
umum lainnya.
D. Sub-Sektor Properti dan Real Esate
Pada sub-sektor properti dan real estate terdapat 48 perusahaan
yang terdaftar pada sektor tersebut. Terdapat beberapa alasan mengapa
perusahaan-perusahaan tersebut termasuk dalam golongan sub-sektor
properti dan real estate:
54
- Awal mula berdirinya perusahaan bergerak pada bidang
properti dan real estate.
- Pendapatan terbesar pada perusahaan tersebut berasal dari
bisnis di bidang properti dan real estate.
E. Profil Perusahaan
1. PT. Agung Podomoro Land Tbk
PT. Agung Podomoro Land Tbk (APLN) didirikan tanggal 30 Juli
2004 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2004. Kantor
pusat APLN beralamat di APL Tower, Jl. Letjen S. Parman Kav. 28,
Jakarta Barat 11470, Indonesia. Pada tanggal 1 Nopember 2010,
APLN memperoleh pernyataan efektif Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham APLN (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 6.150.000.000 saham dengan nilai nominal
Rp100,- per saham serta harga penawaran Rp365,- per saham. Pada
tanggal 11 Nopember 2010, saham tersebut telah dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia.
2. PT. Alam Sutera Realty Tbk
PT. Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) didirikan dengan nama PT
Adhihutama Manunggal tanggal 3 November 1993 dan mulai
melakukan kegiatan operasional dengan pembelian tanah dalam tahun
1999. Kantor pusat ASRI terletak di Wisma Argo Manunggal, Lt. 18,
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 22, Jakarta 12930, Indonesia. Pada
tanggal 7 Desember 2007, ASRI memperoleh pernyataan efektif dari
55
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
ASRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.142.000.000 saham
dengan nilai nominal Rp100,- per saham dan harga penawaran sebesar
Rp105,- per saham. Pada tanggal 18 Desember 2007, saham tersebut
telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
3. PT. Bekasi Asri Pemula Tbk
PT. Bekasi Asri Pemula Tbk (BAPA) didirikan tanggal 20 Oktober
1993 dan mulai melakukan kegiatan komersial sejak tahun 2004.
Kantor pusat BAPA beralamat di Gedung Tomang Tol Lt. 2, Jalan
Arjuna Nomor 1, Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat 11470,
Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 2007, BAPA memperoleh
pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham BAPA (IPO) kepada masyarakat sebanyak
150.000.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham serta
harga penawaran Rp150,- per saham. Saham-saham tersebut telah
dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 14 Januari 2008.
4. PT. Bumi Citra Permai Tbk
PT. Bumi Citra Permai Tbk (BCIP) didirikan 03 Mei 2000 dan
mulai melakukan kegiatan usaha secara komersial pada 2003. Kantor
pusat BCIP berlokasi di Jl. Kramat Raya No.32-34, Senen, Jakarta
Pusat 10450, Indonesia. Pada tanggal 30 Nopember 2009, BCIP
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham BCIP (IPO) kepada masyarakat
56
sebanyak 500.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham
dengan harga penawaran Rp110,- per saham, dan disertai 245.000.000
Waran seri I dan periode pelaksanaan mulai dari 11 Juni 2010 sampai
dengan 10 Desember 2012 dengan harga pelaksanaan sebesar Rp110,-
per saham. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Desember 2009.
5. PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk
PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) didirikan tanggal 24
Agustus 1989 dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1989.
Kantor pusat BEST berkedudukan di Kawasan Industri MM 2100, Jl.
Sumatera, Cikarang Barat, Bekasi 17520 dengan kantor perwakilan di
Wisma Agro Manunggal Lt. 10, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 22,
Jakarta Selatan 12930, Indonesia. Pada tanggal 29 Maret 2012, BEST
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BEST (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 1.765.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per
saham saham dengan harga penawaran Rp170,- per saham disertai
dengan Waran Seri I yang diberikan secara cuma-cuma sebagai
insentif sebanyak 882.500.000 dengan pelaksanaan sebesar Rp200,-
per saham. Setiap pemegang saham Waran berhak membeli satu saham
perusahaan selama masa pelaksanaan yaitu mulai tanggal 10 Oktober
2012 sampai dengan 10 April 2015. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 April 2012.
57
6. PT. Bhuawanatala Indah Permai Tbk
PT. Bhuawanatala Indah Permai Tbk (BIPP) didirikan 21
Desember 1981 dengan nama PT Bandung Indah Plaza. Kantor pusat
BIPP beralamat di Graha BIP Lt. 6, Jl. Gatot Subroto Kav. 23, Jakarta
12930, Indonesia. Pada tanggal 29 Juni 1991, Perusahaan memperoleh
pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas I (PUT I)
dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak
24.000.000 saham. Saham-saham PUT I dicatatkan pada Bursa Paralel
Indonesia pada tanggal 2 September 1991. Pada tanggal 23 Oktober
1995, BIPP mulai memindahkan pencatatan sahamnya dari Bursa
Paralel Indonesia ke Bursa Efek Indonesia.
7. PT. Bukit Darmo Property Tbk
PT. Bukit Darmo Property Tbk (BKDP) didirikan 12 Juli 1989
dengan nama PT Adhibaladika dan beroperasi secara komersial mulai
tahun 2003. Kantor pusat BKDP berdomisili di Jalan Khairil Anwar
No. 21, Surabaya 60241, Indonesia. Pada tanggal 07 Juni 2007, BKDP
memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham BKDP (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 2.000.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham
dengan harga penawaran Rp120,- per saham dan disertai
1.400.000.000 Waran seri I dan periode pelaksanaan mulai dari 15
Januari 2008 sampai dengan 14 Juni 2010 dengan harga pelaksanaan
58
sebesar Rp135,- per saham. Saham dan Waran Seri I tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Juni
2007.
8. PT. Sentul City Tbk
PT. Sentul City Tbk (BKSL) didirikan 16 April 1993 dengan nama
PT Sentragriya Kharisma dan memulai kegiatan komersialnya sejak
tahun 1995. Kantor pusat BKSL berlokasi Gedung Menara Sudirman,
Lantai 25, Jl.Jend.Sudirman Kav.60, Jakarta 12190, Indonesia di
kantor operasional berdomisili di Sentul City Building, Jl. MH.
Thamrin Kavling 8, kawasan perumahan Sentul City, Bogor 16810,
Indonesia. Pada tanggal 30 Juni 1997, BKSL memperoleh pernyataan
efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham BKSL (IPO) kepada masyarakat sebanyak
400.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga
penawaran Rp500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 Juli 1997.
9. PT. Bumi Serpong Damai Tbk
PT. Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) didirikan 16 Januari 1984
dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1989. Kantor pusat
BSD City terletak di Sinar Mas Land Plaza, BSD Green Office Park,
Tangerang. Proyek real estat BSDE berupa Perumahan Bumi Serpong
Damai yang berlokasi di Kecamatan Serpong, Kecamatan Legok,
Kecamatan Cisauk dan Kecamatan Pagedangan, Propinsi Banten. Pada
59
tanggal 28 Mei 2008, BSDE memperoleh pernyataan efektif dari
BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
BSDE (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.093.562.000 dengan nilai
nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp550,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 06 Juni 2008.
10. PT. Cowell Development Tbk
PT. Cowell Development Tbk (COWL) didirikan tanggal 25
Maret 1981 dengan nama PT Internusa Artacipta dan memulai
kegiatan operasi komersialnya sejak 1981. Kantor pusat Cowell
berlokasi di Graha Atrium. Lantai 6. Suite 6.01A. Jalan Senen Raya
No. 135. Jakarta Pusat. Pada tanggal 10 Desember 2007, COWL
memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham COWL (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 250.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham
dengan harga penawaran Rp130,- per saham dan disertai sebanyak
150.000.000 Waran Seri I. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Desember 2007.
11. PT. Ciputra Development Tbk
PT. Ciputra Development Tbk (CTRA) didirikan 22 Oktober 1981
dengan nama PT Citra Habitat Indonesia dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1984. Kantor pusat CTRA berlokasi di
Ciputra World 1 DBS Bank Tower Lantai 39, Jl. Prof. DR. Satrio Kav.
60
3-5, Jakarta 12940, Indonesia. Pada tanggal 18 Februari 1994, CTRA
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham CTRA (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 50.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp5.200,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 Maret
1994.
12. PT. Duta Anggada Realty Tbk
PT. Duta Anggada Realty Tbk (DART) didirikan tanggal 30
Desember 1983 dengan nama PT Duta Anggada Inti Pratama dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1984. Kantor pusat
DART berlokasi di Gedung Chase Plaza, Lantai 21, Jalan Jenderal
Sudirman Kav. 21, Jakarta, sedangkan proyek apartemen, perkantoran
dan pusat perbelanjaan berlokasi di Jakarta dan Bali. Pada tahun 1990,
DART memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DART (IPO)
Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.500,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 08 Mei 1990.
13. PT. Intiland Development Tbk
PT. Intiland Development Tbk (DILD) didirikan tanggal 10 Juni
1983 dan memulai kegiatan usaha komersialnya sejak 01 Oktober
61
1987. Kantor pusat DILD beralamat di Intiland Tower, Lantai
Penthouse, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 32, Jakarta 10220, Indonesia.
Pada tanggal 02 Agustus 1991, DILD memperoleh pernyataan efektif
dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham DILD (IPO) kepada masyarakat sebanyak 12.000.000 dengan
nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.500,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 04 September 1991.
14. PT. Duta Pertiwi Tbk
PT. Duta Pertiwi Tbk (DUTI) didirikan tanggal 29 Desember 1972
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1981. Kantor
pusat DUTI beralamat di Gedung ITC Mangga Dua Lt. 8, Jalan
Mangga Dua Raya, Jakarta. Pada tanggal 26 September 1994, DUTI
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham DUTI (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 25.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp3.150,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 02
Nopember 1994.
15. PT. Bakrieland Development Tbk
PT. Bakrieland Development Tbk (ELTY) didirikan dengan nama
PT Purilestari Indah Pratama pada tanggal 12 Juni 1990 dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat ELTY
62
berlokasi di Gedung Wisma Bakrie 1 Lantai 6 dan 7, Jalan H.R.
Rasuna Said Kav. B1, Jakarta Selatan. Pada tanggal 13 Oktober 1995,
ELTY memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) Perusahaan
kepada masyarakat sebanyak 110.000.000 dengan nilai nominal
Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp625,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 30 Oktober 1995.
16. PT. Megapolitan Development Tbk
PT. Megapolitan Development Tbk (EMDE) didirikan tanggal 10
September 1976 dan memulai aktivitas usaha komersialnya sejak tahun
1978. EMDE berdomisili di Bellagio Residence, Jl. Kawasan Mega
Kuningan Barat Kav. E4 No.3, Kuningan Timur, Setia Budi, Jakarta
Selatan 12950, Indonesia. Pada tanggal 30 Desember 2010, EMDE
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham EMDE (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 850.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham
dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Januari
2011.
17. PT. Fortune Mate Indonesia Tbk
PT. Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII) didirikan tanggal 24 Juni
1989 dalam rangka Penanaman Modal Asing “PMA” dan memulai
63
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1989. Kantor pusat FMII
terletak di Gedung Gozco, Lantai 3, Jln. Raya Darmo No. 54-56,
Surabaya 60265, Indonesia. Pada tanggal 15 Mei 2000, FMII
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham FMII (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 66.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan
harga penawaran Rp500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juni 2000.
18. PT. Gading Development Tbk
PT. Gading Development Tbk (GAMA) didirikan tanggal 18
Desember 2003 dengan nama PT Artha Asia Pratama dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2009. Kantor pusat GAMA
beralamat di Gedung Office 8, Lt. 5 Unit E-F, SCBD Lot 28, Jl. Jend
Sudirman Kav.52-53, Jakarta Selatan 12190, Indonesia. Pada tanggal
29 Juni 2012, GAMA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-
LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GAMA (IPO)
kepada masyarakat sebanyak 4.000.000.000 dengan nilai nominal
Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp105,- per saham dan
disertai 2.000.000.000 Waran seri I dan periode pelaksanaan mulai dari
11 Januari 2013 sampai dengan 16 Juli 2015 dengan harga pelaksanaan
sebesar Rp105,- per saham. Saham dan Waran Seri I tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Juli 2012.
64
19. PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk
PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) didirikan
tanggal 14 Mei 1991 dengan nama PT Gowa Makassar Tourism
Development Corporation dan memulai kegiatan usaha komersialnya
pada tanggal 21 Juni 1997. Kantor pusat GMTD berlokasi di Jalan
Metro Tanjung Bunga Mall GTC GA-9 No. 1B Tanjung Bunga,
Makassar 90134, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pada tahun 2000,
GMTD memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GMTD (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 35.538.000 dengan nilai nominal Rp500,- per
saham dengan harga penawaran Rp575,- per saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11
Desember 2000.
20. PT. Perdana Gapura Prima Tbk
PT. Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA) didirikan tanggal 21 Mei
1987 dengan nama PT Perdana Gapura Mas dan memulai kegiatan
usaha komersialnya pada tahun 1994. Kantor pusat GPRA terletak di
The Bellezza, Permata Hijau, Jl. Arteri Permata Hijau No. 34, Jakarta
12210. Pada tanggal 02 Oktober 2007, GPRA memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham GPRA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 962.000.000 dengan
nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp310,- per
saham dan disertai dengan penerbitan 192.400.000 Waran Seri I.
65
Saham Waram Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 10 Oktober 2007.
21. PT. Greenwood Sejahtera Tbk
PT. Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) didirikan tanggal 16 April
1990 dan memulai aktivitas usaha komersialnya sejak tahun 2010.
Kantor pusat Greenwood berlokasi di Gedung TCC Batavia-Tower
One Lantai 45, Jl. K.H. Mas Mansyur Kav. 126, Tanah Abang, Jakarta
Pusat 10220, Indonesia. Pada tanggal 14 Desember 2011, Perusahaan
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham GWSA (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 1.600.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham
saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23
Desember 2011.
22. PT. Jaya Real Property Tbk
PT. Jaya Real Property Tbk (JPRT) didirikan tanggal 25 Mei 1979
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1980. Kantor
pusat Jaya Property terletak di CBD Emerald Blok CE/A No. 1,
Boulevard Bintaro Jaya Tangerang 15227, Banten dan proyek
berlokasi di Jakarta dan Tangerang. Pada tanggal 02 Juni 1994, JRPT
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham JRPT (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 35.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
66
dengan harga penawaran Rp5.200,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 29 Juni
1994.
23. PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk
PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) didirikan tanggal 12
Januari 1989 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tanggal
1989. Kantor pusat Jababeka berdomisili di Menara Batavia, Lantai 25,
Jln. K.H. Mas Mansyur Kav. 126, Jakarta 10220, Indonesia. Pada
tanggal 05 Desember 1994, KIJA memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
KIJA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 47.000.000 dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp4.950,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 10 Januari 1995.
24. PT Eureka Prima Jakarta Tbk
PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP) didirikan tanggal 17 Mei
2004 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2004.
Kantor pusat LCGP berdomisili di Equity Tower, Lantai 19, suite 19B
SCBD Lot.9, Jl. Jendral Sudirman Kavling 52-53, Jakarta 12190,
Indonesia. Pada tanggal 29 Juni 2007, LCGP memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham LCGP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 300.000.000 dengan
nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp125,- per
67
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 13 Juli 2007.
25. PT. Lippo Cikarang Tbk
PT. Lippo Cikarang Tbk (LPCK) didirikan tanggal 20 Juli 1987
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tanggal 20 Mei 1989.
Kantor pusat LPCK berdomisili di Easton Commercial Center, Jalan
Gunung Panderman Kav. 05, Lippo Cikarang, Bekasi 17550,
Indonesia. Pada tanggal 27 Juni 1997, LPCK memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham LPCK (IPO) kepada masyarakat sebanyak 108.588.000 dengan
nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp925,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 24 Juli 1997.
26. PT. Lippo Karawaci Tbk
PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) didirikan tanggal 15 Oktober
1990 dengan nama PT Tunggal Reksakencana. Kantor pusat LPKR
terletak di Jl. Boulevard Palem Raya No. 7, Menara Matahari Lantai
22-23, Lippo Karawaci Central, Tangerang 15811, Banten, Indonesia.
Pada tanggal 03 Juni 1996, LPKR memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
LPKR (IPO) kepada masyarakat sebanyak 30.800.000 dengan nilai
nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp3.250,- per
68
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 28 Juni 1996.
27. PT. Modernland Realty Tbk
PT. Modernland Realty Tbk (MDLN) didirikan tanggal 12
Nopember 1983 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1989. Kantor pusat MDLN terletak di Green Central City, Commercial
Area, Lantai 5, Jalan Gajah Mada No. 188, Jakarta Barat 11120,
Indonesia. Pada tanggal 18 Desember 1992, MDLN memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham MDLN (IPO) kepada masyarakat sebanyak
22.800.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp4.650,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Januari 1993.
28. PT. Metropolitan Kentjana Tbk
PT. Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) didirikan 29 Maret 1972
dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1975. Kantor pusat
MKPI berlokasi di Jalan Metro Duta Niaga Blok B5 Pondok Indah,
Jakarta Selatan. Pada tanggal 29 Juni 2009, MKPI memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham MKPI (IPO) kepada masyarakat sebanyak
95.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga
penawaran Rp2.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Juli 2009.
69
29. PT. Metropolitan Land Tbk
PT. Metropolitan Land Tbk (MTLA) didirikan tanggal 16 Pebruari
1994 dan mulai beroperasi secara komersial pada Desember 1994.
Kantor pusat Metland beralamat di Gedung Ariobimo Sentral Lt. 10,
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-2 Kav. 5, Jakarta 12950 – Indonesia. Pada
tanggal 09 Juni 2011, MTLA memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
MTLA kepada masyarakat sebanyak 1.894.833.000 dengan nilai
nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp240,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Juni 2011.
30. PT. Metro Realty Tbk
PT. Metro Realty Tbk (MTSM) didirikan 07 Februari 1980 dengan
nama PT Melawai Indah Plaza dan mulai beroperasi secara komersial
pada tahun 1982. Kantor pusat MTSM berlokasi di Gedung Metro
Pasar Baru, Lt. 10, Jl. H Samanhudi, Jakarta 10710 – Indonesia. Pada
tanggal 30 Nopember 1991, MTSM memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
MTSM (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.500.000 dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp5.000,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 08 Januari 1992.
70
31. PT. Nirvana Developmnt Tbk
PT. Nirvana Development Tbk (NIRO) didirikan tanggal 18
Desember 2003 dengan nama PT Adipura Artha Pratama dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2009. Kantor pusat NIRO
beralamat di Gedung Office 8, Lantai 33, SCBD Lot 28, Jln. Jend.
Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan 12190, Indonesia. Pada tanggal
31 Agustus 2012, NIRO memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
NIRO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 6.000.000.000 dengan nilai
nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp105,- per
saham dan disertai dengan 4.200.000.000 Waran I, yang diberikan
secara cuma-cuma sebagai insentif bagi pemegang saham dengan
harga pelaksanaan waran Rp 110 dengan periode pelaksanaan mulai
tanggal 13 Maret 2013 sampai dengan 11 September 2015. Saham dan
Waran I ini dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal
13 September 2012.
32. PT. Indonesia Prima Property Tbk
PT. Indonesia Prima Property Tbk (OMRE) didirikan dengan nama
PT Triyasa Tamihan pada 23 April 1983 dan mulai beroperasi secara
komersial pada bulan April 1983. Kantor pusat OMRE berlokasi di
Gedung Capital Place, Lantai 5, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 18,
Jakarta 12710, Indonesia. Pada tanggal 29 Juni 1994, OMRE
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
71
Penawaran Umum Perdana Saham OMRE (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 35.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp2.050,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 22 Agustus
1994.
33. PT. Plaza Indonesia Property Tbk
PT. Plaza Indonesia Property Tbk (PLIN) didirikan dengan nama
PT Bimantara Eka Santosa pada 05 Nopember 1983 dan mulai
beroperasi secara komersial pada tahun 1990. Kantor pusat PLIN The
Plaza Office Tower Lt. 10, Jl. MH. Thamrin Kav. 28-30, Jakarta Pusat.
Pada tanggal 02 Mei 1992, PLIN memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
(IPO) PLIN kepada masyarakat sebanyak 35.000.000 dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp4.950,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 15 Juni 1992.
34. PT. Pudjiati Prestige Tbk
PT. Pudjiati Prestige Tbk (PUDP) didirikan dengan nama PT
Pudjiadi Prestige Limited pada tanggal 11 September 1980 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1981. Kantor pusat
PUDP terletak di Jayakarta Tower lt. 21 Jl. Hayam Wuruk 126 Jakarta.
Pada tanggal 28 September 1994, PUDP memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
72
Saham PUDP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 26.000.000 dengan
nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp2.500,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Nopember 1994.
35. PT. Pakuwon Jati Tbk
PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON) didirikan tanggal 20 September
1982 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada bulan Mei 1986.
Kantor Jakarta Pakuwon terletak di Gandaria 8 Office Tower, Lantai
32, Jl. Sultan Iskandar Muda 8, Jakarta Selatan 12240, Indonesia dan
kantor Surabaya berlokasi di Eastcoast Center Lt. 5, Pakuwon Town
Square, Pakuwon City, Jl. Kejawan Putih Mutiara No. 17, Surabaya
60112, Indonesia. Pada tanggal 22 Agustus 1989, PWON memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham (IPO) PWON kepada masyarakat sebanyak
3.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp7.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09 Oktober 1989.
36. PT. Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk
PT. Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk (RBMS) didirikan 22 Mei
1985 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Februari 1994.
Kantor pusat RBMS berlokasi di Gedung Ribens Autocars, Jl. R.S.
Fatmawati No. 188, Jakarta Selatan. Pada tanggal 04 Desember 1997,
RBMS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
73
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham RBMS (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 70.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per
saham dengan harga penawaran Rp500,- per saham dan disertai Waran
Seri I sebanyak 27.500.000. Saham dan Waran Seri I tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Desember
1997.
37. PT. Roda Vivatex Tbk
PT. Roda Vivatex Tbk (RDTX) didirikan 27 September 1980 dan
mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1983. Kantor pusat
RDTX berlokasi di Menara Standard Chartered Lt. 32 Jl. Prof. Dr.
Satrio No. 164 Jakarta Selatan sedangkan pabrik berlokasi di Jl.
Pahlawan Km 1, Citeureup, Bogor. Pada tanggal 03 April 1990, RDTX
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham RDTX (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 1.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan
harga penawaran Rp7.500,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Mei
1990.
38. PT. Pikko Land Development Tbk
PT. Pikko Land Development Tbk (RODA) didirikan 15 Oktober
1984 dengan nama PT Roda Panggon Harapan dan mulai beroperasi
secara komersial pada tahun 1995. Kantor pusat RODA berlokasi di
Sahid Sudirman Residence Lt. 3 Jl. Jend. Sudirman No. 86, Jakarta
74
Pusat. Pada tanggal 28 September 2001, RODA memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham RODA (IPO) kepada masyarakat sebanyak
150.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga
penawaran Rp120,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 22 Oktober 2001
39. PT. Danayasa Arthatama Tbk
PT. Danayasa Arthatama Tbk (SCBD) didirikan 01 April 1987 dan
mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1989. Kantor pusat
SCBD berlokasi di Gedung Artha Graha, Lantai 12, Kawasan Niaga
Terpadu Sudirman (KNTS), Jalan Jenderal Sudirman Kavling 52-53,
Jakarta Selatan. Pada tanggal 28 Maret 2002, SCBD memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham SCBD (IPO) kepada masyarakat sebanyak
100.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga
penawaran Rp500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 April 2002.
40. PT. Suryamas Dutamakmur Tbk
PT. Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) didirikan 21 September
1989 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1993. Kantor
pusat SMDM berlokasi di Sudirman Plaza Business Complex, Plaza
Marein Lt. 16, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 76-78, Jakarta 12910,
Indonesia. Pada tanggal 18 September 1995, SMDM memperoleh
75
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham (IPO) SMDM kepada masyarakat sebanyak
80.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga
penawaran Rp850,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Oktober 1995.
41. PT. Summarecon Agung Tbk
PT. Summarecon Agung Tbk (SMRA) didirikan tanggal 26
November 1975 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1976. Kantor pusat SMRA berkedudukan di Plaza Summarecon, Jl.
Perintis Kemerdekaan Kav. No. 42, Jakarta 13210, Indonesia. Pada
tanggal 1 Maret 1990, SMRA memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana SMRA
kepada masyarakat sebanyak 6.667.000 saham dengan nilai nominal
Rp1.000,- per saham dan harga penawaran Rp6.800 per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 07 Mei 1990.
76
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan Operating Leverage
Dalam melakukan perhitungan Operating Leverage ada beberapa
perhitungan yang harus dihitung terlebih dahulu. Menurut Kamaludin dan
Rini Indriani (2012:96) cara perhitungan Operating Leverage yang
diproksikan menggunakan Degree Of Operating Leverage (DOL) sebagai
berikut:
1. Menghitung Persentase Perubahan Earning Before Interest and
Tax (EBIT)
Rumus menghitung persentase perubahan Earning Before Interest and
Tax (EBIT):
Seperti contoh pada PT. Agung Podomoro Land Tbk, mencari
persentase perubahan dari EBIT tahun 2014:
EBIT2014 = Rp938.383.000.000
EBIT2013 = Rp1.177.175.000.000
∆EBIT2014 = -20,28%
Berdasarkan perhitungan diatas, persentase perubahan EBIT tahun
2014 pada PT Agung Podomoro Land Tbk sebesar -20,28%, yang
artinya adalah EBIT tahun 2014 lebih kecil dari pada EBIT tahun
77
2013, sehingga persentase perubahan EBIT pada tahun 2014
menunjukan bahwa terjadi penurunan EBIT pada tahun 2014 sebesar
20,28%.
Untuk mengetahui hasil perhitungan persentase perubahan dari
EBIT perusahaan lainnya dapat dilihat secara lengkap pada tabel
berikut:
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Persentase Perubahan Earning Before Interest and Tax
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Periode 2014 – 2016
No Kode
Emiten
∆EBIT (Dalam Persen)
2014 2015 2016 Rata-Rata
1 APLN -20,28 21,37 -15,63 -4,73
2 ASRI 28,10 -45,23 -22,08 -13,07
3 BAPA 4,72 -81,28 47,22 -9.78
4 BCIP 20,68 -65,21 315,48 90,32
5 BEST -51,46 -45,53 58,73 -12,75
6 BIPP -78,27 412,55 -74,43 86,62
7 BKDP -125,38 -255,36 6,31 -124,81
8 BKSL -93,89 58,56 806,41 257,03
9 BSDE 21,91 -40,91 -12,56 -10,52
10 COWL 168,99 -66,77 -109,08 -2,29
11 CTRA -14,17 2,27 -29,67 -13,86
12 DART 105,02 -51,48 -2,71 16,94
13 DILD -17,45 -3,91 -28,60 -16,65
14 DUTI -18,05 -4,02 25,67 1,20
15 ELTY -1411,83 -257,28 -26,46 -565,19
16 EMDE 50,31 35,86 9,81 31,99
17 FMII -270,24 3767,58 73,20 1190,18
18 GAMA 111,00 -81,03 -63,01 -11,01
19 GMTD 12,70 -1,08 -26,73 -5,04
20 GPRA -28,50 -20,88 -35,89 -28,42
21 GWSA 273,99 119,91 -83,05 103,62
78
Tabel 4.1 (Lanjutan)
22 JRPT 16,15 19,48 17,21 17,61
23 KIJA 144,14 -30,77 48,52 53,96
24 LCGP 108,99 -94,70 507,96 174,08
25 LPCK 29,34 8,07 -40,91 -1,17
26 LPKR 72,69 -61,35 21,24 10,86
27 MDLN -71,98 34,43 -42,65 -26,73
28 MKPI -5,71 103,28 34,77 44,11
29 MTLA 8,13 -23,32 33,01 5.94
30 MTSM -101,74 23010,00 -73,82 7611,48
31 NIRO -417,47 -93,98 62,92 -149,51
32 OMRE -12702,41 117,81 32,29 -4184,10
33 PLIN 175,17 -26,44 -45,98 34,25
34 PUDP -43,88 90,30 -15,73 10,23
35 PWON 96,01 -45,38 24,92 25,18
36 RBMS -173,71 -102,39 -33,33 -103,14
37 RDTX 0,58 9,86 0,52 3,65
38 RODA 27,08 -9,72 -86,21 -22,95
39 SCBD -91,02 18,30 -15,48 -29,40
40 SMDM 4,65 73,29 -73,58 1,45
41 SMRA 22,64 -34,12 -42,20 -17,89
Sumber : Data Olahan, 2017
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata persentase
perubahan dari EBIT terbesar adalah pada PT. Metro Realty Tbk
dengan kode emiten MTSM yaitu sebesar 7611,48%, sedangkan nilai
rata-rata persentase perubahan dari EBIT terkecil yaitu pada PT.
Indonesia Prima Property Tbk dengan kode emiten OMRE sebesar -
4184,10%.
2. Menghitung Persentase Perubahan Penjualan (Sales)
Rumus menghitung persentase perubahan penjualan (sales)
79
Seperti contoh pada PT. Agung Podomoro Land Tbk, mencari
persentase perubahan dari Sales tahun 2014:
SALES2014 = Rp5.296.565.000.000
SALES2013 = Rp4.901.191.000.000
∆SALES2014 = 8,07%
Berdasarkan perhitungan diatas, persentase perubahan Sales
tahun 2014 pada PT Agung Podomoro Land Tbk sebesar 8,07%, yang
artinya adalah Sales tahun 2014 lebih besar dari pada Sales tahun 2013,
sehingga persentase perubahan Sales tahun 2014 menunjukan bahwa
terjadi peningkatan Sales pada tahun 2014 yaitu sebesar 8,07%.
Untuk mengetahui hasil perhitungan persentase perubahan
sales atau penjualan perusahaan lainnya dapat dilihat secara lengkap
pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Persentase Perubahan Penjualan (Sales)
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Periode 2014 – 2016
No Kode
Emiten
∆Penjualan (Dalam Persen)
2014 2015 2016 Rata-Rata
1 APLN 8,07 12,74 0,59 7,13
2 ASRI -1,46 -23,33 -2,44 -9,08
3 BAPA 13,15 -46,86 340,92 102,40
4 BCIP 20,08 -20,95 33,43 10,85
5 BEST -37,02 -18,18 20,00 -11,73
6 BIPP 71,32 13,14 2,00 28,79
80
Tabel 4.2 (Lanjutan)
7 BKDP 843,27 -44,03 -12,79 262,15
8 BKSL -25,93 -21,43 115,54 22,73
9 BSDE -2,22 10,61 5,03 4,47
10 COWL 71,20 2,99 -2,27 23,97
11 CTRA 24,88 18,52 5,03 16,14
12 DART 55,29 -34,57 -10,44 3,43
13 DILD 21,05 20,40 3,43 14,96
14 DUTI -3,81 9,29 19,72 8,4
15 ELTY -50,63 -11,67 20,97 -13,78
16 EMDE 38,26 4,51 1,58 14,78
17 FMII -12,29 436,95 68,33 164,33
18 GAMA 24,28 -22,29 -55,20 -17,74
19 GMTD 5,16 0,76 -9,10 -1,06
20 GPRA 8,99 -26,40 3,10 -4,77
21 GWSA 457,85 -52,42 68,90 158,11
22 JRPT 47,17 11,04 10,73 22,98
23 KIJA 2,17 12,18 -6,65 2,57
24 LCGP 105,07 -71,12 -48,30 -4,78
25 LPCK 35,77 17,61 -27,15 8,74
26 LPKR 74,84 -23,55 18,27 23,19
27 MDLN 56,66 4,57 -17,16 14,69
28 MKPI 15,58 81,36 22,46 39,80
29 MTLA 30,73 -2,55 4,97 33,15
30 MTSM -46,34 12,44 5,18 -9,57
31 NIRO -6,87 105,82 -47,80 17,05
32 OMRE -2,12 6,04 -7,62 -1,23
33 PLIN 9,22 8,07 0,89 6,06
34 PUDP -10,96 61,31 5,52 18,62
35 PWON 27,81 19,44 4,67 17,31
36 RBMS 139,72 -65,54 5,74 26,63
37 RDTX 3,18 -2,12 -3,64 -0,86
38 RODA 7,03 54,14 -51,30 3,29
39 SCBD -64,73 8,09 0,17 -18,82
40 SMDM 26,51 38,68 -14,37 16,94
41 SMRA 40,63 -2,32 -4,01 11,43
Sumber : Data Olahan, 2017
81
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata persentase
perubahan dari penjualan atau sales terbesar adalah pada PT. Bukit Darmo
Property Tbk dengan kode emiten BKDP yaitu sebesar 262,15%,
sedangkan nilai rata-rata persentase perubahan dari penjualan atau sales
terkecil yaitu pada PT. Roda Vivatex Tbk dengan kode emiten RDTX
sebesar -0,86%.
Cara perhitungan Operating Leverage yang diproksikan
menggunakan Degree Of Operating Leverage (DOL) sebagai berikut:
Seperti contoh pada PT. Agung Podomoro Land Tbk, mencari
Operating Leverage yang diprosikan menggunakan Degree Of Operating
Leverage tahun 2014:
∆EBIT 2014 = -20,28%
∆SALES 2014 = 8,07%
DOL2014 = -2,51%
Berdasarkan perhitungan diatas nilai DOL pada tahun 2014 yaitu
sebesar -2,51%, hal ini menunjukan bahwa setiap 8,07% perubahan
volume Sales/penjualan pada tahun 2014 akan mempengaruhi persentase
perubahaan EBIT yang diperoleh pada tahun 2014 sebesar -2,51%.
82
Untuk mengetahui hasil perhitungan Operating Leverage yang
diproksikan menggunakan Degree Of Operating Leverage pada
perusahaan lainnya dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Degree Of Operating Leverage
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Periode 2014 – 2016
No Kode
Emiten
DOL (Dalam Persen)
2014 2015 2016 Rata-Rata
1 APLN -2,51 1,68 -26,38 -9,07
2 ASRI -19,23 1,94 9,04 -2,75
3 BAPA 0,36 1,73 1,15 1,08
4 BCIP 1,03 3,11 9,43 4,52
5 BEST 1,39 2,50 2,93 2,27
6 BIPP -1,10 32,07 -37,11 -2,05
7 BKDP -0,15 5,80 -0,49 1,72
8 BKSL 3,62 -2,73 6,98 2,62
9 BSDE -9,87 -3,85 -2,50 -5,41
10 COWL 2,37 -55,77 48,05 -1,78
11 CTRA 56,94 0,12 2,88 19,98
12 DART 1,90 1,49 0,26 1,22
13 DILD -0,83 -0,19 -8,34 -3,12
14 DUTI 4,74 -0,43 1,30 1,87
15 ELTY 27,88 22,04 -1,26 16,22
16 EMDE 1,31 7,95 6,21 5,16
17 FMII 21,99 8,62 1,07 10,56
18 GAMA 4,57 3,63 1,14 3,11
19 GMTD 2,46 -1,42 2,94 1,33
20 GPRA -3,17 0,79 -11,58 -4,65
21 GWSA 0,60 -2,29 -1,20 -0,96
22 JRPT 0,34 1,76 1,60 1,23
23 KIJA 66,42 -2,53 -7,30 18,86
24 LCGP 1,04 1,33 -10,52 -2,72
25 LPCK 0,82 0,46 1,51 0,93
26 LPKR 0,97 2,60 1,16 1,58
27 MDLN -1,27 7,53 2,48 2,91
83
Tabel 4.3 (Lanjutan)
28 MKPI -0,37 1,27 1,55 0,82
29 MTLA 0,26 9,14 6,64 5,35
30 MTSM 2,20 1,85 -14,25 -3,4
31 NIRO 60,77 -0,89 -1,32 19,52
32 OMRE 5991,70 19,50 -4,24 2002,32
33 PLIN 19,00 -3,28 51,67 22,46
34 PUDP 4,00 1,47 -2,85 0,87
35 PWON 3,45 -2,33 5,34 2,15
36 RBMS -1,24 1,56 -5,81 -1,83
37 RDTX 0,18 -4,65 -0,14 -1,54
38 RODA 3,85 -0,18 1,68 1,78
39 SCBD 1,41 2,26 -91,06 -29,13
40 SMDM 0,17 1,89 5,12 2,39
41 SMRA 0,56 14,71 10,52 8,60
Sumber : Data Olahan, 2017
Berdasarkan tabel diatas nilai rata-rata DOL tertinggi yaitu pada
PT. Indonesia Prima Property Tbk dengan kode emiten OMRE yaitu
sebesar 2002,32%, sedangkan nilai rata-rata DOL terendah yaitu pada PT.
Dadayanasa Arthatama Tbk dengan kode emiten SCBD yaitu sebesar -
29,13%.
Jika Degree of Operating Leverage perusahaan semakin besar,
maka semakin besar fluktuasi naik turunnya laba operasi terhadap
perubahan volume penjualan. Semakin tinggi operating leverage
perusahaan, maka semakin tinggi pula sensitivitas Earning Before Interest
and Tax terhadap tingkat penjualan. Apabila terjadi perubahan pada
tingkat Earning Before Interest and Tax akan mempengaruhi tingkat
Earning Per Share.
84
B. Perhitungan Financial Leverage
Dalam melakukan perhitungan Financial Leverage ada beberapa
perhitungan yang harus dihitung terlebih dahulu. Menurut Kamaludin dan
Rini Indriani (2012:103) cara menghitung Financial Leverage yang
diproksikan menggunakan Degree Of Financial Leverage (DFL) sebagai
berikut:
1. Menghitung Persentase Perubahan Earning Per Share (EPS)
Rumus menghitung persentase perubahan Earning Per Share
Seperti contoh pada PT. Agung Podomoro Land Tbk, mencari
persentase perubahan dari Earning Per Share tahun 2014:
EPS2014 : Rp47,99
EPS2013 : Rp45,38
∆EPS2014 = 5,75%
Berdasarkan perhitungan diatas, persentase perubahan Earning
Per Share tahun 2014 pada PT Agung Podomoro Land Tbk sebesar
5,75%, yang dimana maksudnya adalah Earning Per Share tahun 2014
lebih besar dari pada Earning Per Share tahun 2013, sehingga
persentase perubahan Earning Per Share tahun 2014 menunjukan
bahwa terjadi peningkatan Earning Per Share pada tahun 2014 yaitu
sebesar 5,75%.
85
Untuk mengetahui hasil perhitungan persentase perubahan EPS
perusahaan lainnya dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Persentase Perubahan Earning Per Share (EPS)
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Periode 2014 – 2016
No Kode
Emiten
∆Earning Per Share
(Dalam Persen)
2014 2015 2016 Rata-Rata
1 APLN 5,75 13,50 -15,84 1,14
2 ASRI 32,32 -41,87 -25,42 -11,66
3 BAPA 40,32 -82,91 37,91 -1,56
4 BCIP -6,65 -87,67 1214,45 373,38
5 BEST -47,55 -45,85 58,67 -11,58
6 BIPP -82,00 415,43 671,86 335,10
7 BKDP -112,12 -493,33 2,66 -200,93
8 BKSL -93,25 37,69 809,50 251,31
9 BSDE 30,99 -43,84 -13,35 -8,73
10 COWL 239,50 -208,04 -86,89 -18,48
11 CTRA 26,93 3,94 -47,06 -5,40
12 DART 125,73 -56,44 7,93 25,74
13 DILD 31,19 -3,09 -29,04 -0,31
14 DUTI -7,29 -4,37 25.29 -5,83
15 ELTY -304,31 -252,98 -24,56 -193,95
16 EMDE 32,41 36,09 6,83 25,11
17 FMII -130,48 6486,52 73,61 2143,22
18 GAMA 130,24 -89,41 -76,00 -11,72
19 GMTD 30,65 -1,25 -24,08 1,77
20 GPRA -14,01 -20,45 -35,50 -23,32
21 GWSA 18,96 635,78 -83,37 190,46
22 JRPT 30,81 21,72 17,02 23,18
23 KIJA 275,14 -15,87 28,69 95,99
24 LCGP -165,40 -141,61 -190,7 -165,90
25 LPCK 42,92 8,39 -41,00 3,44
26 LPKR 96,85 -67,33 19,83 16,45
27 MDLN -70,99 22,80 -42,60 -30,26
28 MKPI 18,47 105,42 34,82 52,90
86
Tabel 4.4 (Lanjutan)
29 MTLA 28,34 -23,16 31,90 12,36
30 MTSM -47,31 327,45 -49,43 76,90
31 NIRO -1605,00 -79,07 11,90 -557,39
32 OMRE -548,14 -121,61 -1476,00 -715,25
33 PLIN 783,62 -21,92 159,42 307,04
34 PUDP -47,98 94,54 -16,93 9,88
35 PWON 128,69 -46,12 27,13 36,57
36 RBMS -121,49 -202,61 117,69 -68,80
37 RDTX 17,36 10,15 1,46 9,66
38 RODA 37,37 -7,33 -87,25 -19,07
39 SCBD -92,5 21,14 110,78 13,14
40 SMDM 66,31 70,85 -72,86 21,43
41 SMRA 26,62 -23,31 -43,14 -13,28
Sumber : Data Olahan, 2017
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata persentase
perubahan dari Earning Per Share terbesar adalah pada PT. Fortune Mate
Indonesia dengan kode emiten FMII yaitu sebesar 2143,22%, sedangkan
nilai rata-rata persentase perubahan dari Earning Per Share terkecil yaitu
pada PT. Indonesia Prima Property Tbk dengan kode emiten OMRE
sebesar -715,25%.
Cara perhitungan Financial Leverage yang diproksikan
menggunakan Degree Of Financial Leverage (DFL) sebagai berikut:
Seperti contoh pada PT. Agung Podomoro Land Tbk, mencari
Operating Leverage yang diprosikan menggunakan Degree Of Financial
Leverage tahun 2014:
∆EPS 2014 = 5,74%
87
∆EBIT 2014 = -20,28%
DFL2014 = -0,28%
Berdasarkan perhitungan diatas nilai DFL pada tahun 2014 yaitu
sebesar -0,28%, hal ini menunjukan bahwa setiap -20,28% perubahan
volume Earning Before Interest and Tax pada tahun 2014 akan
mempengaruhi persentase perubahan Earning Per Share yang diperoleh
pada tahun 2014 sebesar -0,28%.
Untuk mengetahui hasil perhitungan Financial Leverage yang
diproksikan menggunakan Degree Of Financial Leverage pada perusahaan
lainnya dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Degree Of Financial Leverage
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Periode 2014 – 2016
No Kode
Emiten
DFL (Dalam Persen)
2014 2015 2016 Rata-Rata
1 APLN -0,28 0,63 1,01 0,45
2 ASRI 1,15 0,92 1,15 1,07
3 BAPA 8,54 1,02 0,80 3,45
4 BCIP -0,32 1,34 3,85 1,62
5 BEST 0,92 1,01 1,00 0,98
6 BIPP 1,05 1,01 -9,03 -2,32
7 BKDP 0,89 1,93 0,42 1,08
8 BKSL 0,99 0,64 1,00 0,88
9 BSDE 1,41 1,07 1,06 1,18
10 COWL 1,42 3,11 0,80 1,78
11 CTRA -1,90 1,73 1,59 0,47
12 DART 1,20 1,10 -2,93 -0,21
13 DILD -1,79 0,79 1,01 0,01
88
Tabel 4.5 (Lanjutan)
14 DUTI 0,40 1,09 0,98 0,82
15 ELTY 0,21 0,98 0,93 0,71
16 EMDE 0,64 1,01 0,70 0,78
17 FMII 0,48 1,72 1,00 1,07
18 GAMA 1,17 1,10 1,21 1,16
19 GMTD 2,54 1,16 0,90 1,53
20 GPRA 0,49 0.98 0,99 0,74
21 GWSA 0,07 5,30 1,00 2,12
22 JRPT 1,42 1,11 0,99 1,17
23 KIJA 1,91 0,51 0,59 1,00
24 LCGP -1,52 1,49 -0,37 -0,13
25 LPCK 1,46 1,04 1,00 1,17
26 LPKR 1,33 1,10 0,93 1,12
27 MDLN 0,99 0,66 1,00 0,88
28 MKPI -3,23 1,02 1,00 -0,40
29 MTLA 3,48 0,99 0,97 1,81
30 MTSM 0,46 0,01 0,67 0,38
31 NIRO 3,84 0,84 0,19 1,62
32 OMRE 0,04 -1,03 -45,71 -15,57
33 PLIN 4,47 0,83 -3,47 0,61
34 PUDP 1,09 1,05 1,08 1,07
35 PWON 1,34 1,02 1,09 1,15
36 RBMS 0,70 1,98 -3,53 -0,28
37 RDTX 29,93 1,03 2,81 11,26
38 RODA 1,38 0,75 1,01 1,05
39 SCBD 1,02 1,15 -7,16 -1,66
40 SMDM 14,26 0,97 0,99 5,41
41 SMRA 1,17 0,68 1,02 0,96
Sumber : Data Olahan, 2017
Berdasarkan tabel diatas nilai rata-rata DFL tertinggi yaitu pada
PT. Roda Vivatex Tbk dengan kode emiten RDTX yaitu sebesar 11,26%,
sedangkan nilai rata-rata DFL terendah yaitu pada PT. Indonesia Prima
Property Tbk dengan kode emiten OMRE yaitu sebesar -15,57%.
89
Degree of Financial Leverage memiliki pengaruh yang tinggi
untuk mengasilkan Earning Per Share. Jika Degree of Financial Leverage
semakin tinggi, maka akan menghasilkan Earning Per Share yang tinggi
pula, dan juga sebaliknya jika Degree of Financial Leverage semakin
rendah, maka Earning Per Share yang dihasilkan juga akan semakin
rendah.
C. Perhitungan Combination Leverage
Dalam melakukan perhitungan Combination Leverage ada
beberapa perhitungan yang harus dihitung terlebih dahulu. Menurut
Manahan P. Tampubolon (2013:54) cara menghitung Combination
Leverage yang diproksikan menggunakan Degree Of Combination
Leverage (DCL) sebagai berikut:
Seperti contoh pada PT. Agung Podomoro Land Tbk, mencari
Combination Leverage yang diprosikan menggunakan Degree Of
Combination Leverage tahun 2014:
∆EPS 2014 = 5,74%
∆SALES 2014 = 8,07%
DCL2014 = 0,71%
Berdasarkan perhitungan diatas nilai DCL pada tahun 2014 yaitu
sebesar 0,71%, hal ini menunjukan bahwa setiap 8,07% perubahan volume
90
Sales/penjualan pada tahun 2014 akan mempengaruhi persentase
perubahan Earning Per Share yang diperoleh pada tahun 2014 sebesar
0,71%.
Untuk mengetahui hasil perhitungan Combination Leverage yang
diproksikan menggunakan Degree Of Combination Leverage pada
perusahaan lainnya dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Degree Of Combination Leverage
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Periode 2014 – 2016
No Kode
Emiten
DCL (Dalam Persen)
2014 2015 2016 Rata-Rata
1 APLN 0,71 1,06 -26,85 -8,36
2 ASRI -22,14 1,79 10,42 -3,31
3 BAPA 3,07 1,77 0,11 1,65
4 BCIP -0,33 4,18 36,33 13,39
5 BEST 1,28 2,52 2,93 2,24
6 BIPP -1,15 31,61 335,93 122,13
7 BKDP -0,13 11,20 -0,21 3,62
8 BKSL 3,60 -1,76 7,01 2,95
9 BSDE -13,96 -4,13 -2,65 -6,91
10 COWL 3,36 -69,58 38,28 -9,31
11 CTRA 1,08 0,21 -9,35 -2,69
12 DART 2,27 1,63 -0,76 1,05
13 DILD 1,48 -0,15 -8,47 -2,38
14 DUTI 1,91 -0,47 1,28 0,91
15 ELTY 6,01 21,68 -1,17 8,84
16 EMDE 0,85 8,00 4,32 4,39
17 FMII 10,62 14,84 1,08 8,85
18 GAMA 5,36 4,01 1,38 3,58
19 GMTD 5,94 -1,64 2,65 2,32
20 GPRA -1,56 0,77 -11,45 -4,08
21 GWSA 0,04 -12,13 -1,21 -4,43
91
Tabel 4.6 (Lanjutan)
22 JRPT 0,65 1,97 1,59 1,40
23 KIJA 126,79 -1,30 -4,31 40,39
24 LCGP -1,57 1,99 3,95 1,46
25 LPCK 1,20 0,48 3,95 1,88
26 LPKR 1,29 2,86 1,08 1,74
27 MDLN -1,25 4,99 2,48 2,07
28 MKPI 1,19 1,29 1,55 1,34
29 MTLA 0,92 9,08 6,42 5,47
30 MTSM 1,02 26,32 -9,54 5,93
31 NIRO 233,62 -0,75 -025 69,29
32 OMRE 258,56 -20,13 193,70 144,04
33 PLIN 84,99 -2,72 179,12 87,13
34 PUDP 4,38 1,54 -3,07 0,95
35 PWON 4,63 -2,37 5,81 2,69
36 RBMS -0,87 3,09 20,50 7,57
37 RDTX 5,46 -4,79 -0,40 0,09
38 RODA 5,31 -0,13 1,70 2,29
39 SCBD 1,43 2,61 651,65 218,56
40 SMDM 2,50 1,83 5,07 3,13
41 SMRA 0,65 10,05 10,76 7,15
Sumber : Data Olahan, 2017
Berdasarkan tabel diatas nilai rata-rata DCL tertinggi yaitu pada
PT. Dadanayasa Arthatama Tbk dengan kode emiten SCBD yaitu sebesar
218,56%, sedangkan nilai rata-rata DCL terendah yaitu pada PT. Cowell
Development Tbk dengan kode emiten COWL yaitu sebesar -9,31%.
Degree of Combination Leverage mengukur keseluruhan risiko
perusahaan baik risiko bisnis maupun risiko financial. Bagi investor yang
ingin menanamkan dananya pada perusahaan akan melihat Degree of
Combination Leverage dalam hubungnnya untuk menentukan tingkat
keuntungan yang dimintanya. Apabila Degree of Combination Leverage
92
nya tinggi maka risikonya tinggi maka investor akan meminta keuntungan
yang tinggi.
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data
dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang
baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut
adalah data yang memiliki distribusi normal. Uji normalitas juga
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk mendeteksi
normalitas yaitu dengan salah satu alat statistik yang dikenal dengan
uji One Sample Kolmogorv-Smirnov Test. Hasil perhitungan uji
normalitas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 123
Normal Parametersa,b
Most Extreme
Differences
Mean ,0000000
Std. Deviation 300,74731720
Absolute ,341
Positive ,341
Negative -,277
Test Statistic ,341
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
Sumber : Data Olahan/2018
93
Pada tabel 4.7 menunjukan bahwa semua data terdistribusi tidak
normal dengan asymp. sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 artinya data
berdistribusi tidak normal. Untuk mengubah data menjadi normal
maka peneliti akan menggunakan uji outlier untuk mengetahui data
outlier, agar dapat dihapus sehingga menghasilkan normalitas yang
lebih baik.
a. Uji Outlier
Menurut Ghozali (2012:41) : “Data outlier adalah data yang
memiliki karakteristik unik terlihat sangat berbeda jauh dari
observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai
ekstrim”. Adapun menurut Sufren dan Natanael (2013:51) : “Data
outlier ini harus dihapus dari pengamatan. Adapun batasan kurva
normal adalah memiliki nilai Z-score dengan rentang -2,5 sampai
dengan 2,5. Batasan nilai tersebut cenderung menghasilkan
normalitas yang lebih baik”.
Berikut adalah daftar data sampel yang dihapuskan karena
memiliki data outlier dengan nilai Z-score diluar rentang -2,5
sampai dengan 2,5, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8
Daftar Sampel Dengan Data Oulier
NO Nomor
Sampel
Daftar Sampel Yang Dihapus Nilai Z-score diluar
rentang -2,5 sampai 2,5 Kode Emiten Tahun
1 2 ASRI 2014 -2,73249
2 3 BAPA 2014 3,88688
3 9 BSDE 2014 2,75140
4 11 CTRA 2014 3,83131
94
Tabel 4.8 (Lanjutan)
5 12 DART 2014 2,68106
6 13 DILD 2014 -2,57485
7 14 DUTI 2014 5,30709
8 15 ELTY 2014 3,36055
9 17 FMII 2014 2,59876
10 19 GMTD 2014 3,45092
11 23 KIJA 2014 4,85223
12 24 LCGP 2014 -4,02625
13 25 LPCK 2014 3,55390
14 26 LPKR 2014 2,84920
15 28 MKPI 2014 2,88779
16 29 MTLA 2014 4,16384
17 31 NIRO 2014 2,79346
18 32 OMRE 2014 10,99499
19 33 PLIN 2014 3,18766
20 37 RDTX 2014 2,75052
21 40 SMDM 2014 6,84736
22 47 BIPP 2014 3,90247
23 51 COWL 2015 -4,24414
24 55 DUTI 2015 5,04494
25 56 ELTY 2015 2,16670
26 58 FMII 2015 2,68574
27 60 GMTD 2015 3,40163
28 61 GPRA 2015 9,35255
29 62 GWSA 2015 4,27853
30 66 LPCK 2015 3,89228
31 69 MKPI 2015 2,64140
32 71 MTSM 2015 2,66865
33 73 OMRE 2015 -4,24661
34 78 RDTX 2015 2,69165
35 82 SMRA 2015 2,80264
36 83 APLN 2016 -3,08320
37 86 BCIP 2016 3,75152
38 88 BIPP 2016 4,11909
39 92 COWL 2016 3,19435
40 94 DART 2016 -3,67680
41 96 DUTI 2016 2,87048
42 101 GMTD 2016 6,06243
43 102 GPRA 2016 -2,82753
44 106 LCGP 2016 -2,60053
95
Tabel 4.8 (Lanjutan 2)
45 107 LPCK 2016 5,24582
46 110 MKPI 2016 3,72698
47 113 NIRO 2016 -2,88307
48 114 OMRE 2016 -4,58572
49 115 PLIN 2016 3,45372
50 118 RBMS 2016 -4,25678
51 119 RDTX 2016 2,73798
52 121 SCBD 2016 8,20988
Sumber : Data Olahan, 2018
Pada tabel 4.8 diatas dapat dilihat setelah dilakukan uji
outlier, terdapat 52 data sampel yang harus dihapuskan dikarenakan
memiliki nilai Z-score diluar rentang -2,5 sampai dengan 2,5. Dan
hasil uji normalitas setelah dilakukan uji outlier dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 71
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
31,14265252
Most Extreme
Differences
Absolute ,080
Positive ,080
Negative -,060
Test Statistic ,080
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c
Sumber : Data Olahan, 2018
96
Pada tabel 4.9 diatas menunjukan data yang terdistribusi
normal dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200 > 0,05 artinya data
terdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode −1 (sebelumnya). Jika terjadi
autokorelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Run Test dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 terdapat autokorelasi.
b. Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 tidak terdapat autokorelasi.
Hasil uji autokorelasi dengan Uji Run Test dapat dilihat melalui tabel
berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardiz
ed Residual
Test Valuea
-106,27084
Cases < Test Value 61
Cases >= Test Value 62
Total Cases 123
Number of Runs 63
Z ,091
Asymp. Sig. (2-tailed) ,927
a. Median
Sumber : Data Olahan, 2018
97
Berdasarkan pada tabel 4.10 menunjukan tidak ada gejala
autokorelasi yang terjadi. Hal ini disimpulkan dari nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) sebesar 0,927 > 0,05. Jadi secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa tidak ada masalah autokorelasi.
3. Uji Multikolinieritas
Artinya variabel independent yang satu dengan yang lain dalam
model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau
mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala
multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor) melalui program SPSS 24.0. Nilai umum
yang bisa dipakai adalah nilai tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 10,
maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinieritas
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 143,902 28,751
OL -,013 ,053 -,024 ,922 1,085
FL ,481 2,728 ,016 ,960 1,041
CL -,031 ,379 -,008 ,887 1,127
a. Dependent Variable : Earning Per Share
Sumber : Data Olahan, 2018
Berdasarkan tabel 4.11 diatas hasil perhitungan nilai tolerance
menujukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai < 0,10
98
dan hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukan hal yang sama tidak
ada satu variabel independen yang memiliki nilai > 10. Jadi dapat
disimpulkan tidak ada multikolinieritas antar variabel independen
dalam model regresi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau
pengamatan ke pengamatan lain. Penelitian ini menggunakan metode
uji Park untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan untuk
menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu nilai t hitung < t
tabel atau nilai Sig. > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. Hasil pengujian yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.12
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 9,826 ,267 36,776 ,000
Lnx1 -,315 ,169 -,296 -1,864 ,066
Lnx2 ,231 ,183 ,144 1,261 ,212
Lnx3 ,097 ,192 ,079 ,504 ,616
a. Dependent Variable: Lnei2
Sumber : Data Olahan, 2018
99
Berdasarkan tabel 4.12 diatas menunjukan dari ketiga regresi
diatas, dapat dilihat masing-masing nilai t hitung dan dibandingkan
dengan t tabel pada DF N-3 yaitu dalam hal ini t pada DF 120 dan
batas kritis 0,05 dua sisi. Sebagian besar nilai t hitung < t tabel, maka
tidak ada gejala heteroskedastisitas. Nilai t tabel adalah 1,657,
sedangkan nilai t hitung adalah -1,864, 1,261 dan 0,504. Dan dapat
dilihat nilai Sig. > 0,05 maka tidak ada gejala heteroskedastisitas.
5. Uji Linieritas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang
digunakan sudah benar atau tidak. Uji linieritas dapat dilakukan
dengan melihat gambar diagram pancar (scatter diagram) dengan
kriteria bahwa apabila plot titik-titik mengikuti pola tertentu maka
berarti tidak linier dan sebaliknya apabila plot titik-titik tidak mengikut
pola tertentu maka berarti linier. Berikut ini hasil uji liniertitas dengan
gambar grafik:
Gambar 4.1
Hasil Uji Linieritas
100
Dari gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa plot titik-titik tidak
mengikut pola tertentu dikarena plot titik-titik di atas bergerak tidak
menentu, dari bawah bagian bawah garis miring, lalu naik ke atas
kemudian turun kembali ke bawah dan terakhir bergerak naik ke atas
lagi.
6. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh
secara kuantitatif dari suatu perubahan kejadian (variabel X) terhadap
kejadian lainnya (variabel Y). Hasil perhitungan uji regresi linier
berganda dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.13
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 143,902 28,751 5,005 ,000
OL -,013 ,053 -,024 -,252 ,801
FL ,481 2,728 ,016 ,176 ,860
CL -,031 ,379 -,008 -,081 ,935
a. Dependent Variable: EPS
Sumber : Data Olahan, 2018
Dari tabel di atas, dapat diketahui persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut :
Y = 143,902 – 0,013X1 + 0,481X2 - 0,031X3
Model persamaan regresi yang dapat dituliskan dari hasil tersebut
dalam bentuk persamaan regresi standardized adalah sebagai berikut :
101
1) Nilai konstanta (α) sebesar 143,902 menjelaskan apabila
Operating Leverage, Financial Leverage, dan Combination
Leverage sama dengan nol, maka pengaruh terhadap Earning Per
Share adalah sebesar 143,902.
2) Nilai Operating Leverage sebesar -0,013 menunjukan bahwa
apabila Operating Leverage meningkat sebesar satu satuan maka
pengaruh terhadap Earning Per Share akan turun sebesar 0,013.
3) Nilai Financial Leverage sebesar 0,481 menunjukan bahwa
apabila Financial Leverage meningkat sebesar satu satuan maka
pengaruh terhadap Earning Per Share akan naik sebesar 0,481.
4) Nilai Combination Leverage sebesar -0,031 menunjukan bahwa
apabila Combination Leverage meningkat sebesar satu satuan
maka pengaruh terhadap Earning Per Share akan turun sebesar
0,031.
7. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat pada tabel berikut :
102
Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,033a ,001 -,024 304,51465
a. Predictors: (Constant), CL, FL, OL
b. Dependent Variable: EPS
Sumber : Data Olahan, 2018
Dari tabel 4.14 dapat diketahui hasil uji R Square pada penelitian
ini diperoleh nilai sebesar 0,001. Hal ini menunjukan bahwa Earning
Per Share di pengaruhi oleh variabel independen sebesar 0,1% sisanya
sebesar 99,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
8. Koefisien Korelasi Berganda
Analisis korelasi dilakukan dalam rangka menguji hipotesis
asosiatif, yaitu dugaan hubungan antar variabel dalam populasi melalui
data hubungan variabel dalam sampel. Hasil perhitungannya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Korelasi Berganda
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,033a ,001 -,024 304,51465
a. Predictors: (Constant), CL, FL, OL
b. Dependent Variable: EPS
Sumber : Data Olahan/2018
103
Dari tabel di atas dapat dilihat R (korelasi) yang diperoleh sebesar
0,033 hal ini berarti bahwa hubungan antara Operationg Leverage,
Financial Leverage dan Combination Leverage terhadap Earning Per
Share sebesar 0,033 yang berarti memiliki hubungan yang sangat
rendah.
9. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F merupakan uji koefisien regresi yang secara bersama-sama
untuk menguji signifikan pengaruh X1 (Operating Leverage), X2
(Financial Leverage) dan X3 (Combination Leverage) terhadap Y
(Earning Per Share). Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada tabel
berikut :
TABEL 4.16
Hasil Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
ANNOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 11916,994 3 3972,331 ,043 ,988b
Residual 11034771,760 119 92729,174
Total 11046688,750 122
a. Dependent Variable: EPS
b. Predictors: (Constant), CL, FL, OL
Sumber : Data Olahan, 2018
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara bersama-sama variabel
independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 0,043
serta memiliki nilai probabilitas (sig) sebesar 0,988 yang lebih besar
dari 0,05, artinya dapat dikatakan variabel Operating Leverage,
104
Financial Leverage, dan Combination Leverage secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap Earning Per Share.
10. Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing
atau secara parsial variabel independen atau Operating Leverage,
Financial Leverage dan Combination Leverage terhadap variabel
dependen atau Earning Per Share. Hasil perhitungan uji t dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.17
Hasil Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 143,902 28,751 5,005 ,000
OL -,013 ,053 -,024 -,252 ,801
FL ,481 2,728 ,016 ,176 ,860
CL -,031 ,379 -,008 -,081 ,935
a. Dependent Variable: EPS
Sumber : Data Olahan, 2018
Dari tabel 4.17 menunjukan hasil uji pengaruh parsial (Uji t)
menghasilkan nilai sig. yang akan diinterpretasikan sebagai berikut:
1) Hasil dari uji t (parsial) antara variabel Operating Leverage (X1)
terhadap variabel Earning Per Share (Y) menunjukan nilai
signifikan (sig) sebesar 0,801 > 0,05 berarti Operating Leverage
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share
secara parsial.
105
2) Hasil dari uji t (parsial) antara variabel Financial Leverage (X2)
variabel Earning Per Share (Y) menunjukan nilai signifikan (sig)
sebesar 0,860 > 0,05 berarti Financial Leverage tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share secara parsial.
3) Hasil dari uji t (parsial) antara variabel Combination Leverage
(X3) terhadap variabel Earning Per Share (Y) menunjukan nilai
signifikan (sig) sebesar 0,935 > 0,05 tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Earning Per Share secara parsial.
11. Interpretasi Hasil Penelitian
a. Pengaruh Operating Leverage Terhadap Earning Per Share
Hasil uji t untuk Operating Leverage menunjukan nilai t
sebesar -0,252 dengan tingkat signifikan sebesar 0,801 > 0,05,
sehingga hasil penelitian ini menunjukan bahwa Operating
Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Earning
Per Share. Berdasarkan teori menyatakan Operating Leverage
mempengaruhi tingkat penjualan dan laba sebelum bunga dan
pajak, tetapi tidak berpengaruh secara langsung terhadap Earning
Per Share. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putra (2013) yang menyatakan bahwa secara
parsial Operating Leverage tidak berpengaruh terhadap Earning
Per Share.
106
b. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Earning Per Share
Hasil uji t untuk Financial Leverage menunjukan nilai t
sebesar 0,176 dengan tingkat signifikan sebesar 0,860 > 0,05.
Berdasarkan teori menyatakan Financial Leverage terjadi akibat
penggunaan sumber dana berasal dari hutang, Financial Leverage
dikatakan baik jika perusahaan memperoleh pendapatan lebih
besar dari penggunaan hutang tersebut, tetapi jika perusahaan
tidak dapat memperoleh pendapatan lebih besar dari penggunaan
hutang tersebut dapat menyebabkan perusahaan mengalami gagal
bayar, sehingga Financial Leverage dapat dikatakan merugikan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Financial Leverage tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Earning Per Share dan
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013)
yang menyatakan bahwa secara parsial Financial Leverage
berpengaruh positif terhadap Earning Per Share. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa teori yang mengatakan Financial Leverage
dikatakan merugikan, dikarenakan perusahaan tidak dapat
memperoleh pendapatan yang lebih besar dan perusahaan
mengalami gagal bayar, hal ini menyebabkan perusahaan tidak
dapat meningkatkan profitabilitasnya, hal ini sejalan dengan hasil
penelitian ini yang menunjukan bahwa Financial Leverage tidak
berpengaruh terhadap Earning Per Share pada perusahaan sektor
properti dan real estate.
107
c. Pengaruh Combination Leverage Terhadap Earning Per Share
Hasil uji t untuk Combination Leverage menunjukan nilai t
sebesar -0,081 dengan tingkat signifikan sebesar 0,935 > 0,05.
Bedasarkan teori menyatakan Combination Leverage terjadi
apabila perusahaan memiliki baik Operating Leverage maupun
Financial Leverage dalam usahanya untuk meningkatkan
keuntungan bagi pemegang saham biasa. Hal ini dapat dilihat dari
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, bahwa secara
parsial Operating Leverage dan Financial Leverage tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Earning Per Share,
sehingga membuat Combination Leverage juga ikut tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Earning Per Share.
108
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh Operating
Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage terhadap
Earning Per Share pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real
Estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2016
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai Koefisien Determinasi (R Square) sebesar 0,001 atau 0,1%. Hal
ini menunjukan bahwa variabel Operating leverage, Financial
Leverage, dan Combination Leverage secara bersama-sama mampu
mempengaruhi Earning Per Share sebesar 0,1% dan nilai R (korelasi)
yang diperoleh sebesar 0,033 hal ini berarti bahwa hubungan antara
Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage
terhadap Earning Per Share sebesar 0,033 yang berarti memiliki
hubungan yang sangat rendah.
2. Hasil uji F menunjukan nilai F hitung sebesar 0,043 serta memiliki
nilai probabilitas (sig) sebesar 0,988 yang lebih besar dari 0,05, artinya
dapat dikatakan variabel Operating Leverage, Financial Leverage dan
Combination Leverage secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap Earning Per Share.
3. Hasil uji t menunjukan bahwa Operating Leverage tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Earning Per Share, hal ini ditunjukan
109
dengan koefisien regresi yang diperoleh yaitu sebesar -0,013 dan t
hitung sebesar -0,252 dengan probabilitas tingkat kesalahan sebesar
0,801 lebih besar dibandingkat tingkat signifikan yang diharapkan
yaitu lebih dari 0,05. Financial Leverage juga tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Earning Per Share, hal ini ditunjukan
dengan koefisien regresi yang diperoleh sebesar 0,481 dan t hitung
sebesar 0,176 dengan probabilitas tingkat kesalahan sebesar 0,860
lebih besar dibandingkan tingkat signifikan yang diharapkan yaitu
lebih dari 0,05. Combination Leverage juga tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Earning Per Share, hal ini ditunjukan dengan
koefisien regresi yang diperoleh sebesar -0,031 dan t hitung sebesar
0,081 dengan probabilitas tingkat kesalahan sebesar 0,935 lebih besar
dibandingkan tingkat signifikan yang diharapkan yaitu lebih besar dari
0,05.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas pada penelitian ini, maka dapat
disimpulkan beberapa saran sebegai berikut :
1. Bagi investor yang ingin berinvestasi pada saham, perlu
memperhatikan faktor lain selain ketiga variabel yang diteliti oleh
peneliti dikarenakan terbukti ketiga variabel tersebut tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada Perusahaan Jasa
Sub Sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
110
2. Bagi peneliti dengan topik sejenis perlu dilakukan penambahan
variabel lainnya, selain Operating Leverage, Financial Leverage, dan
Combination Leverage sehingga hal ini akan mampu menjelaskan
secara umum Earning Per Share di Bursa Efek Indonesia.
3. Penelitian ini memiliki nilai R Square
sebesar 0,1% berarti masih ada
99,9% pengaruh dari variabel independen yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah
variabel dan periode penelitian, seperti, ROE, Rasio Profitabilitas dan
Total Asset Turnover. Sehingga diperoleh daya prediksi yang lebih
baik.
111
Daftar Pustaka
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Edisi Kesepuluh. Cetakan Pertama. Erlangga, Jakarta.
______________________________________. 2010. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.
Britama. 2017. Data Sejarah dan Profil Perusahaan (On Line) tersedia di
www.britama.com.
Bursa Efek Indonesia. 2017. Data Laporan Keuangan Tahunan (On Line) tersedia
di http://www.idx.co.id.
_________________. 2018. Data Sektor Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia
(On Line) tersedia di http://www.idx.co.id.
Darmadji, T dan Fakhruddin, H. M. 2006. Pasar Modal Di Indonesia. Edisi
Kedua. Salemba Empat, Jakarta.
_______________________________. 2012. Pasar Modal Di Indonesia. Edisi
Ketiga. Salemba Empat, Jakarta.
Detik Finance. 2016. Dampak Suku Bunga Terhadap Sektor Properti dan
Perbankan (On Line) tersedia di http://finance.detik.com.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 19. Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Pustaka, Bandung.
Kamaludin, Rini Indriani. 2012. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Cetakan
Kedua. Mandar Maju, Bandung.
Putra, Indo Ratmana. 2013. Analisis Pengaruh Operating Leverage dan Financial
Leverage Terhadap Earning Per Share (EPS) Di Perusahaan Properti Yang
Terdaftar di BEI (2007-2011). Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 01 (01), 1-11.
Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta,
Bandung.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BEP,
Yogyakarta.
Sadeli, Lili M. 2000. Dasar-Dasar Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta.
Saham Ok. 2017. Data Emiten Perusahaan Jasa Sub Sektor Property dan Real
Estate (On Line) tersedia di https://www.sahamok.com.
112
Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Potofolio. Erlangga,
Jakarta.
Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik Dengan SPSS.
PT. Elex media Komputindo, Jakarta.
Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori, dan Aplikasi. BPFE
Yogyakarta, Yogyakarta.
Sawir, Agnes. 2005. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. PT Gramedia Pustata Utama, Jakarta.
Seputar Forex. 2018. Data Jumlah Emiten (On Line) tersedia di
www.seputarforex.com.
Sjahrial, Dermawan 2009. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Mitra
Wacana Media, Jakarta.
Sudana, I. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktek.
Erlangga, Jakarta.
Sufren, Natanael. 2013. Mahir Menggunakan SPSS secara Otodidak. Elex
Media Computindo, Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Alfabeta, Bandung.
Suharyadi dan Purwanto. 2011. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Edisi Kedua. Salemba Empat, Jakarta.
Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Cetakan
Kedelapan. Ekonisia, Yogyakarta.
Syamsudin, Lukman. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Tiga. Mitra Wacana
Media. Jakarta.
_________________. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Tampubolon, Manaham P. 2013. Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media,
Jakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Kanisius, Jakarta.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 tentang Bursa Efek. Lembaran Negara RI
Tahun 1992, No. 115. Sekretariat Negara, Jakarta.
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketiga. Cetakan
Pertama. Bayumedia Publishing, Malang.
113
Widarjono, Agus. 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis. Ekonisia, Yogyakarta.
Widoatmodjo, Sawidji. 2007. Cara Sehat Investasi Di Pasar Modal. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
114
Lampiran 1
Tabel Distribusi T Statistika
Pr
df
0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
81 0.67753 1.29209 1.66388 1.98969 2.37327 2.63790 3.19392
82 0.67749 1.29196 1.66365 1.98932 2.37269 2.63712 3.19262
83 0.67746 1.29183 1.66342 1.98896 2.37212 2.63637 3.19135
84 0.67742 1.29171 1.66320 1.98861 2.37156 2.63563 3.19011
85 0.67739 1.29159 1.66298 1.98827 2.37102 2.63491 3.18890
86 0.67735 1.29147 1.66277 1.98793 2.37049 2.63421 3.18772
87 0.67732 1.29136 1.66256 1.98761 2.36998 2.63353 3.18657
88 0.67729 1.29125 1.66235 1.98729 2.36947 2.63286 3.18544
89 0.67726 1.29114 1.66216 1.98698 2.36898 2.63220 3.18434
90 0.67723 1.29103 1.66196 1.98667 2.36850 2.63157 3.18327
91 0.67720 1.29092 1.66177 1.98638 2.36803 2.63094 3.18222
92 0.67717 1.29082 1.66159 1.98609 2.36757 2.63033 3.18119
93 0.67714 1.29072 1.66140 1.98580 2.36712 2.62973 3.18019
94 0.67711 1.29062 1.66123 1.98552 2.36667 2.62915 3.17921
95 0.67708 1.29053 1.66105 1.98525 2.36624 2.62858 3.17825
96 0.67705 1.29043 1.66088 1.98498 2.36582 2.62802 3.17731
97 0.67703 1.29034 1.66071 1.98472 2.36541 2.62747 3.17639
98 0.67700 1.29025 1.66055 1.98447 2.36500 2.62693 3.17549
99 0.67698 1.29016 1.66039 1.98422 2.36461 2.62641 3.17460
100 0.67695 1.29007 1.66023 1.98397 2.36422 2.62589 3.17374
101 0.67693 1.28999 1.66008 1.98373 2.36384 2.62539 3.17289
102 0.67690 1.28991 1.65993 1.98350 2.36346 2.62489 3.17206
103 0.67688 1.28982 1.65978 1.98326 2.36310 2.62441 3.17125
104 0.67686 1.28974 1.65964 1.98304 2.36274 2.62393 3.17045
105 0.67683 1.28967 1.65950 1.98282 2.36239 2.62347 3.16967
115
106 0.67681 1.28959 1.65936 1.98260 2.36204 2.62301 3.16890
107 0.67679 1.28951 1.65922 1.98238 2.36170 2.62256 3.16815
108 0.67677 1.28944 1.65909 1.98217 2.36137 2.62212 3.16741
109 0.67675 1.28937 1.65895 1.98197 2.36105 2.62169 3.16669
110 0.67673 1.28930 1.65882 1.98177 2.36073 2.62126 3.16598
111 0.67671 1.28922 1.65870 1.98157 2.36041 2.62085 3.16528
112 0.67669 1.28916 1.65857 1.98137 2.36010 2.62044 3.16460
113 0.67667 1.28909 1.65845 1.98118 2.35980 2.62004 3.16392
114 0.67665 1.28902 1.65833 1.98099 2.35950 2.61964 3.16326
115 0.67663 1.28896 1.65821 1.98081 2.35921 2.61926 3.16262
116 0.67661 1.28889 1.65810 1.98063 2.35892 2.61888 3.16198
117 0.67659 1.28883 1.65798 1.98045 2.35864 2.61850 3.16135
118 0.67657 1.28877 1.65787 1.98027 2.35837 2.61814 3.16074
119 0.67656 1.28871 1.65776 1.98010 2.35809 2.61778 3.16013
120 0.67654 1.28865 1.65765 1.97993 2.35782 2.61742 3.15954
Kata kunci :
Operating Leverage,
Financial Leverage,
Combination Leverage,
Earning Per Share
rr oo
Jurnal Produktivitas 7 (2018)
JURNAL PRODUKTIVITAS Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Pontianak
www.openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/jp
Pengaruh Operating Leverage, Financial Leverage, dan Combination Leverage Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Muhammad Faturinaldi
Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Pontianak, Indonesia
I N F O A R T I K E L A B S T R A C T
The purpose of this study was to determine the effect of variable Operating
Leverage, Financial Leverage and partial leverage leverage on Earning Per Share.
The data used in the study is secondary data, obtained from the IDX, namely the
financial statements from 2014-2016. The population used in this study amounted to
48 service companies in the property and real estate sub-sectors that are still listed on
the Indonesia Stock Exchange in the 2014-2016 period. The sample selection
technique uses purposive sampling method and obtained 41 service companies in the
property and real estate sub-sectors used as samples. The data analysis technique
used is multiple linear regression analysis. Based on the results of data analysis,
partially Operating Leverage had no effect on Earning Per Share, Financial Leverage
did not affect Earning Per Share, and Combination Leverage did not affect Earning
Per Share. Simultaneous test results show that the regression model can be used to
predict Earning Per Share as evidenced by a significant value of F of 0.988. R-
Square value of 0.001 shows that the ability of independent variables in explaining
the variation of the dependent variable is 0.1% and the remaining 99.9% is explained
by other variables outside the research model.
1. Pendahuluan
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang cepat perkembangannya, ini terlihat semakin
banyaknya anggota bursa yang tercatat selamat 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan, seperti pada 2014 anggota bursa
efek sebanyak 509 perusahaan, meningkat pada tahun 2015 sebanyak 525 perusahaan, dan pada 2016 jumlah perusahaan
anggota bursa sebanyak 539 perusahaan, juga dapat dilihat dari perubahan kapitalisasi pasarnya yang terus bertambah dari
tahun ke tahun.
Meningkatnya persaingan saat ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi
dan menuntut setiap perusahaan untuk dapat melakukan pengelolaan terhadap fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan
sehingga dapat lebih unggul dalam persaingan yang dihadapi. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana untuk
menjalankan bisnisnya, apapun bentuk bidang usaha yang dijalankan oleh perusahaan tersebut dalam setiap kegiatan
operasionalnya selalu memanfaatkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki secara optimal untuk memperoleh
keuntungan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan menjaga kelangsungan hidup usahanya dengan cara meningkatkan
nilai perusahaan.
Properti merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dalam melaksanakan aktivitasnya
sehari-hari manusia tidaklah lepas dari sektor ini dan yang paling penting adalah rumah atau apartemen tempat ia tinggal.
Properti khususnya perumahaan merupakan kebutuhan papan yang merupakan salah satu kebutuhan dasar (primer) manusia.
Industri sektor properti mengandung risiko tinggi, hal ini disebabkan pembiayaan atau sumber dana utama sektor ini pada
umumnya diperoleh melalui kredit perbankan, sementara sektor ini beroperasi dengan dengan menggunakan aktiva tetap
berupa tanah dan bangunan. Meskipun tanah dan bangunan dapat digunakan untuk melunasi hutang tetapi aktiva tersebut tidak
dapat dikonversikan ke dalam kas dalam waktu yang singkat, sehingga banyak pengembang (developer) tidak dapat melunasi
hutangnya pada waktu yang telah ditentukan.
*Kontak penulis
E-mail: [email protected]
http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/jp
M.uhammad Faturinadi Jurnal Produktivitas 7 (2018) 2. Metode Penelitian
2.1 Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013:35) : “Metode kuantitatif
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”. Penelitian ini banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari hasilnya.
2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan teknik
dokumentasi yaitu meneliti dan mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh penulis dalam melakukan penelitian seperti data
nama perusahaan, kode emiten dan tanggal Initial Public Offering (IPO), data Earning Before Interest and Tax (EBIT), data
penjualan atau sales, dan data Earning Per Share (EPS).
2.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang berjumlah 48 emiten. Sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 41 emiten.
2.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitan dalam penelitian ini ada 2 yaitu, Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini terdapat 3
variabel bebas yaitu, Operating Leverage, Financial Leverage, dan Combination Leverage sedangkan Variabel terikat
(dependent variable) dalam penelitian ini adalah Earning Per Share.
2.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menghitung operating leverage, financial leverage,
combination leverage, uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji linieritas, analisis
regresi linier berganda, koefisien determinasi (R2), koefisien korelasi berganda, uji F, dan uji t
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian,
dan diperoleh hasil:
Tabel 1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 71
Normal Parametersa,b
Mean 0,0000000
Std. Deviation 31,14265252
Most Extreme
Differences
Absolute 0,080
Positive 0,080
Negative -0,060
Test Statistic 0,080
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c
Pada tabel diatas menunjukan data yang terdistribusi normal dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200 > 0,05 artinya data
terdistribusi normal.
3.2 Uji Autokorelasi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode −1 (sebelumnya).
M.uhammad Faturinadi Jurnal Produktivitas 7 (2018)
Tabel 2. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardiz
ed Residual
Test Valuea
-106,27084
Cases < Test Value 61
Cases >= Test Value 62
Total Cases 123
Number of Runs 63
Z 0,091
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,927
a. Median
Berdasarkan pada tabel diatas menunjukan tidak ada gejala autokorelasi yang terjadi. Hal ini disimpulkan dari nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,927 > 0,05. Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah autokorelasi.
3.3 Uji Multikolinieritas
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor) melalui program SPSS 24.0.
Tabel 3. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 143,902 28,751
OL -0,013 0,053 -0,024 0,922 1,085
FL 0,481 2,728 0,016 0,960 1,041
CL -0,031 0,379 -0,008 0,887 1,127
a. Dependent Variable : Earning Per Share
Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan nilai tolerance menujukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai <
0,10 dan hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai >
10. Jadi dapat disimpulkan tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
3.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
atau pengamatan ke pengamatan lain.
Tabel 4. Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 9,826 0,267 36,776 0,000
Lnx1 -0,315 0,169 -0,296 -1,864 0,066
Lnx2 0,231 0,183 0,144 1,261 0,212
Lnx3 0,097 0,192 0,079 0,504 0,616
a. Dependent Variable: Lnei2
Berdasarkan tabel 4.12 diatas menunjukan dari ketiga regresi diatas, dapat dilihat masing-masing nilai t hitung dan
dibandingkan dengan t tabel pada DF N-3 yaitu dalam hal ini t pada DF 120 dan batas kritis 0,05 dua sisi. Sebagian besar nilai t
M.uhammad Faturinadi Jurnal Produktivitas 7 (2018)
hitung < t tabel, maka tidak ada gejala heteroskedastisitas. Nilai t tabel adalah 1,657, sedangkan nilai t hitung adalah -1,864,
1,261 dan 0,504. Dan dapat dilihat nilai Sig. > 0,05 maka tidak ada gejala heteroskedastisitas.
3.5 Uji Linieritas
Gambar 1. Uji Linieritas
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa plot titik-titik tidak mengikut pola tertentu dikarena plot titik-titik di atas bergerak
tidak menentu, dari bawah bagian bawah garis miring, lalu naik ke atas kemudian turun kembali ke bawah dan terakhir bergerak
naik ke atas lagi.
3.5 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan kejadian (variabel
X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y).
Tabel 5. Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 143,902 28,751 5,005 0,000
OL -0,013 0,053 -0,024 -0,252 0,801
FL 0,481 2,728 0,016 0,176 0,860
CL -0,031 0,379 -0,008 -0,081 0,935
a. Dependent Variable: EPS
Dari tabel di atas, dapat diketahui persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = 143,902 – 0,013X1 + 0,481X2 - 0,031X3
Model persamaan regresi yang dapat dituliskan dari hasil tersebut dalam bentuk persamaan regresi standardized adalah sebagai
berikut :
1) Nilai konstanta (α) sebesar 143,902 menjelaskan apabila Operating Leverage, Financial Leverage, dan
Combination Leverage sama dengan nol, maka pengaruh terhadap Earning Per Share adalah sebesar 143,902.
2) Nilai Operating Leverage sebesar -0,013 menunjukan bahwa apabila Operating Leverage meningkat sebesar
satu satuan maka pengaruh terhadap Earning Per Share akan turun sebesar 0,013.
3) Nilai Financial Leverage sebesar 0,481 menunjukan bahwa apabila Financial Leverage meningkat sebesar
satu satuan maka pengaruh terhadap Earning Per Share akan naik sebesar 0,481.
4) Nilai Combination Leverage sebesar -0,031 menunjukan bahwa apabila Combination Leverage meningkat
sebesar satu satuan maka pengaruh terhadap Earning Per Share akan turun sebesar 0,031.
3.6 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen.
M.uhammad Faturinadi Jurnal Produktivitas 7 (2018)
Tabel 6. Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,033a 0,001 -0,024 304,51465
a. Predictors: (Constant), CL, FL, OL
b. Dependent Variable: EPS
Dari tabel diatas dapat diketahui hasil uji R Square pada penelitian ini diperoleh nilai sebesar 0,001. Hal ini menunjukan
bahwa Earning Per Share di pengaruhi oleh variabel independen sebesar 0,1% sisanya sebesar 99,9% dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
3.7 Koefisien Korelasi Berganda
Analisis korelasi dilakukan dalam rangka menguji hipotesis asosiatif, yaitu dugaan hubungan antar variabel dalam populasi
melalui data hubungan variabel dalam sampel.
Tabel 7. Koefisien Korelasi Berganda (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,033a 0,001 -0,024 304,51465
a. Predictors: (Constant), CL, FL, OL
b. Dependent Variable: EPS
Dari tabel di atas dapat dilihat R (korelasi) yang diperoleh sebesar 0,033 hal ini berarti bahwa hubungan antara Operationg
Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage terhadap Earning Per Share sebesar 0,033 yang berarti memiliki
hubungan yang sangat rendah.
3.8 Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F merupakan uji koefisien regresi yang secara bersama-sama untuk menguji signifikan pengaruh X1 (Operating
Leverage), X2 (Financial Leverage) dan X3 (Combination Leverage) terhadap Y (Earning Per Share).
Tabel 8. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
ANNOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 11916,994 3 3972,331 0,043 0,988b
Residual 11034771,760 119 92729,174
Total 11046688,750 122
a. Dependent Variable: EPS
b. Predictors: (Constant), CL, FL, OL
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 0,043 serta memiliki nilai probabilitas (sig) sebesar 0,988
yang lebih besar dari 0,05, artinya dapat dikatakan variabel Operating Leverage, Financial Leverage, dan Combination Leverage
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Earning Per Share.
3.9 Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing atau secara parsial variabel independen atau Operating
Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage terhadap variabel dependen atau Earning Per Share.
M.uhammad Faturinadi Jurnal Produktivitas 7 (2018)
Tabel 9. Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 143,902 28,751 5,005 0,000
OL -0,013 0,053 -0,024 -0,252 0,801
FL 0,481 2,728 0,016 0,176 0,860
CL -0,031 0,379 -0,008 -0,081 0,935
a. Dependent Variable: EPS
Dari tabel diatas menunjukan hasil uji pengaruh parsial (Uji t) menghasilkan nilai sig. yang akan diinterpretasikan sebagai
berikut:
1) Hasil dari uji t (parsial) antara variabel Operating Leverage (X1) terhadap variabel Earning Per Share (Y)
menunjukan nilai signifikan (sig) sebesar 0,801 > 0,05 berarti Operating Leverage tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Earning Per Share secara parsial.
2) Hasil dari uji t (parsial) antara variabel Financial Leverage (X2) variabel Earning Per Share (Y) menunjukan
nilai signifikan (sig) sebesar 0,860 > 0,05 berarti Financial Leverage tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Earning Per Share secara parsial.
3) Hasil dari uji t (parsial) antara variabel Combination Leverage (X3) terhadap variabel Earning Per Share (Y)
menunjukan nilai signifikan (sig) sebesar 0,935 > 0,05 tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Earning
Per Share secara parsial.
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage
terhadap Earning Per Share pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2014-2016 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai Koefisien Determinasi (R Square) sebesar 0,001 atau 0,1%. Hal ini menunjukan bahwa variabel Operating
leverage, Financial Leverage, dan Combination Leverage secara bersama-sama mampu mempengaruhi Earning Per
Share sebesar 0,1% dan nilai R (korelasi) yang diperoleh sebesar 0,033 hal ini berarti bahwa hubungan antara Operating
Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage terhadap Earning Per Share sebesar 0,033 yang berarti
memiliki hubungan yang sangat rendah.
2. Hasil uji F menunjukan nilai F hitung sebesar 0,043 serta memiliki nilai probabilitas (sig) sebesar 0,988 yang lebih
besar dari 0,05, artinya dapat dikatakan variabel Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Earning Per Share.
3. Hasil uji t menunjukan bahwa Operating Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Earning Per Share, hal
ini ditunjukan dengan koefisien regresi yang diperoleh yaitu sebesar -0,013 dan t hitung sebesar -0,252 dengan
probabilitas tingkat kesalahan sebesar 0,801 lebih besar dibandingkat tingkat signifikan yang diharapkan yaitu lebih
dari 0,05. Financial Leverage juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Earning Per Share, hal ini ditunjukan
dengan koefisien regresi yang diperoleh sebesar 0,481 dan t hitung sebesar 0,176 dengan probabilitas tingkat kesalahan
sebesar 0,860 lebih besar dibandingkan tingkat signifikan yang diharapkan yaitu lebih dari 0,05. Combination Leverage
juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Earning Per Share, hal ini ditunjukan dengan koefisien regresi yang
diperoleh sebesar -0,031 dan t hitung sebesar 0,081 dengan probabilitas tingkat kesalahan sebesar 0,935 lebih besar
dibandingkan tingkat signifikan yang diharapkan yaitu lebih besar dari 0,05.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa saran sebegai berikut :
1. Bagi investor yang ingin berinvestasi pada saham, perlu memperhatikan faktor lain selain ketiga variabel yang diteliti
oleh peneliti dikarenakan terbukti ketiga variabel tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Earning Per
Share pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi peneliti dengan topik sejenis perlu dilakukan penambahan variabel lainnya, selain Operating Leverage, Financial
Leverage, dan Combination Leverage sehingga hal ini akan mampu menjelaskan secara umum Earning Per Share di
Bursa Efek Indonesia.
3. Penelitian ini memiliki nilai R Square sebesar 0,1% berarti masih ada 99,9% pengaruh dari variabel independen yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel dan periode penelitian,
seperti, ROE, Rasio Profitabilitas dan Total Asset Turnover. Sehingga diperoleh daya prediksi yang lebih baik.
M.uhammad Faturinadi Jurnal Produktivitas 7 (2018) Daftar Pustaka Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Cetakan Pertama. Erlangga,
Jakarta.
______________________________________. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.
Britama. 2017. Data Sejarah dan Profil Perusahaan (On Line) tersedia di www.britama.com.
Bursa Efek Indonesia. 2017. Data Laporan Keuangan Tahunan (On Line) tersedia di http://www.idx.co.id.
_________________. 2018. Data Sektor Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia (On Line) tersedia di http://www.idx.co.id.
Darmadji, T dan Fakhruddin, H. M. 2006. Pasar Modal Di Indonesia. Edisi Kedua. Salemba Empat, Jakarta.
_______________________________. 2012. Pasar Modal Di Indonesia. Edisi Ketiga. Salemba Empat, Jakarta.
Detik Finance. 2016. Dampak Suku Bunga Terhadap Sektor Properti dan Perbankan (On Line) tersedia di
http://finance.detik.com.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Pustaka, Bandung.
Kamaludin, Rini Indriani. 2012. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. Mandar Maju, Bandung.
Putra, Indo Ratmana. 2013. Analisis Pengaruh Operating Leverage dan Financial Leverage Terhadap Earning Per Share (EPS)
Di Perusahaan Properti Yang Terdaftar di BEI (2007-2011). Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 01 (01), 1-11.
Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta, Bandung.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BEP, Yogyakarta.
Sadeli, Lili M. 2000. Dasar-Dasar Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta.
Saham Ok. 2017. Data Emiten Perusahaan Jasa Sub Sektor Property dan Real Estate (On Line) tersedia di
https://www.sahamok.com.
Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Potofolio. Erlangga, Jakarta.
Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik Dengan SPSS. PT. Elex media Komputindo, Jakarta.
Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori, dan Aplikasi. BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Sawir, Agnes. 2005. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT Gramedia Pustata Utama,
Jakarta.
Seputar Forex. 2018. Data Jumlah Emiten (On Line) tersedia di www.seputarforex.com.
Sjahrial, Dermawan 2009. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Sudana, I. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktek. Erlangga, Jakarta.
Sufren, Natanael. 2013. Mahir Menggunakan SPSS secara Otodidak. Elex Media Computindo, Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Suharyadi dan Purwanto. 2011. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Edisi Kedua. Salemba Empat, Jakarta.
Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Cetakan Kedelapan. Ekonisia, Yogyakarta.
Syamsudin, Lukman. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Tiga. Mitra Wacana Media. Jakarta.
_________________. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tampubolon, Manaham P. 2013. Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Kanisius, Jakarta.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 tentang Bursa Efek. Lembaran Negara RI Tahun 1992, No. 115. Sekretariat Negara, Jakarta.
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Bayumedia Publishing, Malang.
Widarjono, Agus. 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia, Yogyakarta.
Widoatmodjo, Sawidji. 2007. Cara Sehat Investasi Di Pasar Modal. Elex Media Komputindo, Jakarta.