23
MAKALAH PENDEKATAN SISTEM NILAI TUKAR DALAM MENGATASI KRISIS DI INDONESIA Untuk Melengkapi Tugas Kelompok Mata Kuliah Makro Ekononomi Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012 Disusun Oleh: Sandhy Alief Fitriawan 1106035184 MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA SALEMBA, JUNI 2012

Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

MAKALAH

PENDEKATAN SISTEM NILAI TUKAR DALAM MENGATASI

KRISIS DI INDONESIA

Untuk Melengkapi Tugas Kelompok Mata Kuliah Makro Ekononomi

Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012

Disusun Oleh:

Sandhy Alief Fitriawan 1106035184

MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS INDONESIA

SALEMBA, JUNI 2012

Page 2: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………………………………………………………..…………… ............. .ii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. ..............iii

DAFTAR TABEL…………...………… ............................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................... .v

I. Pendahuluan……………………………… ...................................................................... 1 I.1 Latar Belakang…………………………………… ................................................. 1

I.2 Perumusan Masalah.………………………………................................................. 2

II. Tinjauan Pustaka …………………………...................................................................... 3

II.1 Nilai Tukar……………………...………………………. ....................................... 3

II.2 Sistem Nilai Tukar……..………………………………...………….. .................... 5

III. Pembahasan …………………………………………… ................................................ 6

III.1 Opsi Nilai Tukar Mengambang Terkendali…………………………… ............. 6

III.2 Opsi Nilai Tukar Mengambang Bebas………………………………… ........... 10 III.3 Kondisi Aktual………………………………………………………… ........... 13

IV. Kesimpulan …………………………………........ ........................................................ 14

DAFTAR ACUAN………………………………………….. ............................................. 16

Page 3: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Nilai Tukar Rp/USD………………………………….…………..... 1

2. Gambaran Arus Uang………………………………………….... 10 3. Gambaran Pertumbuhan Cadangan Devisa Negara…...................... 12

4. Gambaran Kurs Transaksi -USD………………………………. 13

Page 4: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kondisi ekonomi makro Indonesia………….………………….. 7

2. Kondisi perkembangan ekonomi di seluruh sektor di Indonesia…………………………………………………………

12

Page 5: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Perbandingan Kurs Bebas dengan Kurs Tetap… 17

2 Perbandingan Nilai Perekonomian pada Pra Krisis, Krisis,

dan Pasca Krisis………………..........................................

18

Page 6: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

1

I. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 merupakan salah satu

krisis ekonomi terparah sepanjang sejarah negara Indonesia. Hal ini terlihat jelas melalui

penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang ditutup pada level Rp 4.850/dollar AS pada

tahun 1997 dan meluncur dengan cepat ke level Rp 13.800/dollar AS pada 22 Januari 1998.

sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.

Sumber: data bank Indonesia

Krisis ini secara langsung menghancurkan hal-hal yang telah dicapai melalui peningkatan

pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 19901. Sebelum krisis terjadi, Indonesia terkenal

sebagai negara yang sangat aktif meminjam dollar dalam jumlah besar, terutama oleh perusahaan-

perusahaan nasional dalam melakukan transaksi bisnisnya. Hal ini dilakukan karena target pasar

dari produsen Indonesia adalah pasar dalam negeri yang notabenenya menggunakan rupiah.

Pembelian bahan baku dengan dollar tentunya akan menguntungkan ketika rupiah menguat

terhadap dolar, dan pada kenyataannya praktek ini bekerja baik untuk perusahaan tersebut hingga

akhir tahun 1996 dimana pada masa itu Indonesia menerapkan kebijakan nilai tukar mengambang

terkendali. Kebijakan tersebut dianggap sebagai kebijakan yang sangat menguntungkan pada saat

itu karena rupiah memiliki nilai yang stabil dan hal tersebut memerperkuat kepercayaan investor

terhadap Indonesia.

Krisis ekonomi tahun 1997 telah mengubah kondisi tersebut. Bank Indonesia (BI) pada

tanggal 14 Agustus 1997 terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing,

khususnya dollar AS2. BI tidak lagi melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menopang

nilai tukar rupiah, sehingga nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar semata. Kebijakan tersebut

memperparah penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (depresiasi lebih dari 80 persen).

Akan tetapi, di sisi lain kebijakan ini dianggap telah berhasil menstabilkan nilai tukar rupiah

1 Lepi T. Tarmidi. 2008. Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran. Pp2 2 www.bi.go.id/sejarahmoneterperiode19831987.pdf

Page 7: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

2

dengan cepat menjadi sekitar Rp 8.000 awal Mei 1999 sehingga tidak menyebabkan

krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Kondisi di atas telah menggambarkan bahwa pemerintah Indonesia

mengambil langkah ekstrim dengan mengubah kebijakan nilai tukar pada saat

terjadinya krisis ekonomi 1997. Kebijakan tersebut di satu sisi telah menyebabkan

efek negatif yaitu memperbesar hutang negara dan hutang swasta. Tercatat pada

Maret 1998, total hutang luar negeri Indonesia mencapai 138 milyar dollar AS3.

Nilai hutang tersebut semakin membebani keuangan pemerintah mengingat

deperesiasi rupiah yang tinggi yang berarti telah terjadi lonjakan beban hutang yang

tinggi. Hal tersebut semakin diperparah karena sekitar 72,5 milyar dollar AS

merupakan hutang swasta yang dua pertiganya bersifat jangka pendek dan sekitar 20

milyar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998. Sementara pada saat itu

cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 milyar dollar AS. Kondisi ini tidak hanya

mempersulit negara Indonesia tetapi juga perusahaan-perusahaan nasional yang

sebelumn ya telah diuntungkan dengan sistem nilai tukar tetap. Hutang perusahaan-

perusahaan tersebut menjadi terlalu besar untuk dibayarkan dalam jangka pendek.

Kebijakan nilai tukar mengambang di sisi lain ternyata memiliki efek positif

bagi perekonomian Indonesia. Secara tidak langsung, kebijakan ini telah melakukan

seleksi alam terhadap perusahaan-perusahaan nasional yang tidak memiliki kinerja

yang baik dan memiliki rasio hutang yang terlalu besar. Kebijakan ini pula

meningkatkan kepercayaan terhadap kekuatan nilai tukar rupiah yang sebenarnya

dimana level Rp 2.450 per dollar telah dianggap terlalu tinggi pada masa itu oleh

pasar. Kondisi-kondisi tersebut mempercepat stabilitas ekonomi di Indonesia yang

ditujukkan melalui stabilitas rupiah menjadi sekitar Rp 8.000 pada Mei 1999. Pada

saat itu Indonesia dianggap telah berhasil keluar dari krisis dan memulai awal

sejarah perekonomian baru.

I.2. Perumusan Masalah

Latar belakang di atas menjelaskan bahwa kebijakan nilai tukar

mengambang merupakan solusi yang sukses diterapkan oleh pemerintah negara

Indonesia dalam mengatasi krisis ekonomi 1997. Akan tetapi, solusi tersebut

memberikan efek negatif yang cukup besar dan terus berpengaruh pada perkenomian

Indonesia hingga sekarang. Hal ini menimbulkan banya pertanyaan karena jika

3 http://tikaambigu2.blogspot.com/2011/04/krisis-ekonomi-indonesia-1998.html

Page 8: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

3

dilihat secara kasat mata, pemerintah Indonesia seharusnya dapat mengambil

kebijakan lain yang lebih menguntungkan dengan tetap memberlakukan nilai tukar

mengambang terkendali yang lebih berpihak kepada sektor riil.

Maka permasalahan dalam kasus ini adalah:

1. Apakah sistem nilai tukar mengambang terkendali tidak dapat dipertahankan

pada saat krisi ekonomi tahun 1997-1998?

2. Apakah perubahan kebijakan menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas

merupakan hal yang menguntungkan bagi Indonesia?

II. Tinjauan Pustaka

II.1 Nilai Tukar

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau

nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya4. Kenaikan nilai tukar

mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing. Penurunan nilai tukar

uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang asing.

Terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai

tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing5. Faktor-faktor tersebut

adalah :

a. Laju inflasi relatif

Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk

barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga

perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang

sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Misalnya, jika

Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup

tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis

permintaan terhadap barang dagangan relatif mengalami penurunan.

b. Tingkat pendapatan relatif

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar

mata uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri. Laju

4 Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga: Jakarta. Pp99 5 Madura, J. 2003. International Financial Management. Prentice Hall International Inc: New York.

Page 9: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

4

pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing.

Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing

relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia.

c. Suku bunga relatif

Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih

menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Terjadinya

penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang

semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga di dalam dan di

luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di dalam atau di luar negeri.

Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan

kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.

d. Kontrol pemerintah

Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam

melalui usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing dan perdagangan

luar negeri serta intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata

uang. Adapun alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah

untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik dan sesuai di dalam

batas-batas yang telah ditentukan serta mengatasi gangguan yang bersifat sementara.

e. Ekspektasi

Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi

atau nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas

bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai

contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa

menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena memperkirakan nilai Dollar

akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar Dollar

dalam pasar.

Page 10: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

5

II.2 Sistem Nilai Tukar

Sistem nilai tukar di dunia saat ini terbagi empat6

1. Sistem kurs tetap.

Dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan

turut campur secara aktif dalam pasar valuta asing dengan membeli atau menjual

valuta asing jika nilainya menyimpang dari standar yang telah ditentukan. Dalam

sistem ini, nilai tukar suatu mata uang dipatok terhadap satu atau beberapa mata

uang asing. kurs tukar biasanya konstan atau diizinkan berfluktuasi hanya dalam

batasan yang sangat sempit. Jika kurs tukar mulai bergerak terlalu besar, maka

pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaganya tetap dalam batasan yang

diizinkan. Perubahan nilai tukar dilakukan oleh otoritas moneter melalui mekanisme

devaluasi atau revaluasi. Kelebihan sistem ini adalah terbatasnya ruang gerak untuk

berspekulasi. Ada pun kelemahan sistem ini yaitu kurangnya fleksibilitas mata uang

jika terjadi perubahan-perubahan dalam pasar internasional. Selain itu, otoritas

moneter harus memiliki cukup dana untuk menjaga kestabilan nilai tukar mata

uangnya.

2. Sistem kurs mengambang bebas.

Dalam sistem ini nilai tukar suatu mata uang diambangkan terhadap mata

uang - mata uang asing. Dengan demikian, perubahan nilai tukar ditentukan oleh

mekanisme pasar, tanpa harus melibatkan campur tangan otoritas moneter.

Kelebihan sistem ini adalah fleksibilitasnya yang tinggi dalam melakukan

penyesuaian terhadap kondisi pasar. Selain itu otoritas moneter tidak perlu

mempunyai cadangan dana untuk menjaga kestabilan nilai tukar mata uangnya.

adapun kelemahan dari sistem ini adalah sangat besarnya peluang untuk berspekulasi,

sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan nilai tukar. Dalam sistem ini, nilai kurs

tukar ditentukan oleh tekanan pasar tanpa adanya intervensi pemerintah. Keuntungan

dari sistem ini adalah masalah dari negara lain (seperti inflasi dan tingkat

pengangguran) tidak akan merambat (contagion effect). Selain itu, bank sentral dan

pemerintah tidak perlu terus menjaga dan mempertimbangkan kurs tukar dalam

mengimplementasikan berbagai kebijakan. Kerugiannya adalah bagi negara yang

mengalami masalah akan mendapat tekanan yang lebih berat. Sistem ini merupakan

6 Pemana, Christian. 2011.

http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=552:sistem-nilai-

tukar&catid=40:mnc-a-kurs. Diakses tanggal 27 Mei 2012

Page 11: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

6

kebalikan dari sistem kurs tetap.

3. Sistem kurs mengambang terkendali.

Kebanyakan sistem kurs yang digunakan negara-negara saat ini berada diantara

sistem kurs tetap dan sistem kurs mengambang bebas, yaitu sistem kurs

mengambang terkendali. Komponen sistem kurs mengambang bebas ditunjukkan

oleh kurs tukar yang diizinkan berfluktuasi pada basis harian tanpa adanya batasan

resmi. Komponen sistem kurs tetap ditunjukkan oleh pemerintah yang dapat

melakukan intervensi untuk mencegah mata uangnya bergerak terlalu jauh pada arah

tertentu. Sistem ini dapat dinyatakan sebagai penggabungan antara sistem nilai kurs

tetap dan sistem kurs mengambang. Dalam sistem ini nilai tukar suatu mata uang

diambang dalam suatu batas yang disebut rentang intervensi. Otoritas moneter akan

melakukan tindakan stabilisasi (intervensi) manakala nilai tukar mata uangnya telah

melampaui nilai-nilai batas yang ditetapkan. Kelebihan sistem ini adalah

fleksibilitasnya yang cukup tinggi dalam melakukan penyesuaian terhadap

perubahan kondisi pasar. Adapun kelemahan sistem ini yaitu perlunya otoritas

moneter memiliki cadangan dana yang cukup untuk menjaga kestabilan nilai tukar

mata uangnya.

4. Sistem kurs terikat.

Sistem ini mengikat nilai mata uang suatu negara ke satu atau lebih mata

uang asing. Nilai mata uang negara tersebut kemudian menjadi tetap dalam unit mata

uang asing yang diikat, namun nilainya akan bergerak sejalan dengan nilai mata

uang asing yang diikat terhadap mata uang asing lainnya. Umumnya sistem ini

digambarkan melalui penyatuan mata uang dalam zona perikatan seperti euro.

III. Pembahasan

III.1. Opsi Nilai Tukar Mengambang Terkendali

Opsi nilai tukar mengambang terkendali diterapkan oleh Indonesia secara

bersamaan dengan kebijakan devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33 %.

Kebijakan ini dianggap sebagai dasar bagi kemajuan ekonomi Indonesia hingga era

1990. Hal ini di gambarkan melalui kondisi ekonomi makro yang semakin membaik

seperti dapat dilihat pada tabel 1.

Page 12: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

7

Sumber: data bank Indonesia

Kebijakan nilai tukar ini memberikan kemampuan lebih bagi pemerintah

untuk melakukan pergerakan sesuai dengan kondisi pasar melalui intervensi moneter

sehingga akan memberikan kepastian yang lebih baik bagi para eksportir dari

importir tentang besarnya nilai tukar yang berlaku dalam suatu periode. Di samping

itu, sistem ini juga menghemat energi BI dalam melakukan pengawasan dan

intervensi yang ketat seperti pada sistem nilai tukar tetap yang diberlakukan

sebelumnya. Sistem nilai tukar mengambang terkendali pada dasarnya merupakan

sistem yang menggabungkan kelebihan sistem nilai tukar tetap dan mengambang

bebas sehingga seharusnya menjadi sistem alternatif yang dapat berjalan dengan baik

pada zaman modern seperti sekarang.7. Akan tetapi hal ini tidak terbukti di Indonesia.

Kegagalan sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia adalah

karena kegagalan pengawasan dari pemerintah8. Sistem ini memang mengurangi

energi pengawasan, tetapi hal tersebut harus diikuti oleh peraturan yang jelas akan

batasan-batasan tertentu yang harus dicapai agar kondisi ekonomi tetap kondusif.

Batasan tersebut tidak hanya kepada nominal nilai tukar semata tetapi faktor-faktor

yang mepengaruhi seperti inflasi, hutang, cadangan modal dan ekspektasi.

Kegagalan pengawasan terbesar dapat terlihat dari penurunan neraca berjalan dan

7 Pemana, Christian. 2011.

http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=552:sistem-nilai-

tukar&catid=40:mnc-a-kurs. Diakses tanggal 27 Mei 2012 8 Lepi T. Tarmidi. 2008. Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran. Pp5

Page 13: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

8

neraca modal pemerintah (tabel 1). Di sisi lain neraca modal asing (PMA) terus

meningkat yang berarti tingginya aliran masuk mata uang asing di Indonesia. Hal ini

merupakan kondisi yang sangat berbahaya bila terjadi gelombang negatif ekonomi

dari luar yang sangat besar.

Indonesia memang telah gagal meprediksi terjadinya gelombang resesi, akan

tetapi hal tersebut tidak terlepas dari kelemahan sistem nilai tukar mengambang

terkendali itu sendiri. Sistem ini tidak dapat mencegah spekulasi valas. Kebijakan

pada era 1990 yang membebaskan aliran masuk sebagai dukungan terhadap

penanaman modal asing menjadi salah satu penyebab munculnya spekulan-spekulan

valas, terlebih hal ini dilakukan oleh perusahaan nasional9. Kondisi pada saat itu

mengizinkan, masyarakat untuk bebas membuka rekening valas di dalam negeri atau

di luar negeri. Valas bebas diperdagangkan di dalam negeri, sementara rupiah juga

bebas diperdagangkan di pusat-pusat keuangan di luar negeri. Hal ini menjadikan

kondisi keuangan yang riskan akan perubahan nilai tukar. Akan tetapi, kepercayaan

penggunaan pola ini sangat tinggi pada saat itu karena tingginya pertumbuhan

ekonomi dan kebijakan pemerintah yang mendukung dalam menjaga stabilitas nilai

tukar.

Kelemahan sistem nilai tukar mengambang terkendali di atas menutupi nilai

tukar nyata rupiah di pasar. Rupiah sebenarnya mungkin tidak berada pada level

Rp2.450/ US dollar pada saat itu. Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah,

berkisar antara 2,4% (1993) hingga 5,8% (1991) antara tahun 1988 hingga 199610

,

yang berada di bawah nilai tukar nyatanya, menyebabkan nilai rupiah secara

kumulatif sangat overvalued11

. Ditambah dengan kenaikan pendapatan penduduk

dalam nilai US dollar yang naiknya relatif lebih cepat dari kenaikan pendapatan

nyata dalam Rupiah, dan produk dalam negeri yang makin lama makin kalah

bersaing dengan produk impor. Nilai Rupiah yang overvalued berarti juga proteksi

industri yang negatif. Akibatnya harga barang impor menjadi relatif murah dan

produk dalam negeri relatif mahal, sehingga masyarakat memilih barang impor yang

kualitasnya lebih baik. Akibatnya produksi dalam negeri tidak berkembang, ekspor

menjadi kurang kompetitif dan impor meningkat. Nilai rupiah yang sangat

overvalued ini sangat rentan terhadap serangan dan permainan spekulan, karena

9 Iskandar dan Wijoyo, Santoso. 1999. Pengendalian Kebijakan Moneter dalam Sistem Nilai Tukar

yang Fleksibel. Buletin Ekonomi dan Pebankan Spetember 1999. Pp 6

10 Data bank Indonesia 11 Lampiran 1

Page 14: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

9

tidak mencerminkan nilai tukar yang nyata

Kondisi-kondisi di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang

dialami Indonesia sebenarnya menyimpan resiko yang besar sebagai akibat

kegagalan penerapan sistem nilai tukar mengambang terkendali. Kemajuan yang

dicapai melalui sistem tersebut juga secara tidak langsung juga menutupi

fundamental perekonomian Indonesia yang lemah dari sisi peraturan ekonomi seperti

perbankan dan ekspor impor. Hal tersebut menimbulkan kepercayaan diri yang

tinggi pada pemerintah untuk mengembangkan perekonomian Indonesia sehingga

menghasilkan kebijakan moneter yang tidak sesuai dengan kondisi nyata. Kebijakan

tersebut mendukung perusahaan-perusahaan nasional untuk meningkatkan kinerja

usahanya dan melakukan hutang lebih banyak. Kondisi tersebut menjadikan

keruntuhan ekonomi Indonesia ketika terjadi gelombang krisis yang besar pada

tahun 1997. Hutang pemerintah dan swasta meningkat hingga hampir sepuluh kali

lipat12

pada saat itu. Hutang tersebut menjadikan kondisi ekonomi menjadi tidak

kondusif dan memaksa banyak perusahaan untuk tutup atau mengalami

kebangkrutan sehingga kredit bank macet. Kegagalan pemabayaran yang terjadi

pada saat krisis membuat sektor perbankan kesulitan dalam mengatur neraca

keuangannya sehingga likuiditas di Indonesai turun drastis. Kondisi ini

mengakibatkan turunnya kepercayaan investor. Pada saat itu, banyak investor yang

memilih opsi untuk keluar dari Indonesia13

. Langkah ini juga diikuti oleh para

spekulan untuk membeli dollar AS agar nilai kekayaan tidak merosot dan kemudian

mengkonversinya untuk menarik keuntungan. Hal tersebut dimungkinkan karena

tidak adanya aturan jaminan valas dan investasi yang mengikat sehingga

memperparah kepercayaan pasar terhadap nilai tukar rupiah.

Pada saat kondisi di atas terjadi, sistem nilai tukar mengambang terkendali

menunjukkan kelemahan lainnya yaitu pemerintah sebagai otoritas moneter harus

menggunakan cadangan dana atau devisa untuk untuk menjaga kestabilan nilai tukar

mata uang rupiah. Cadangan devisa merupakan simpanan mata uang asing oleh

bank sentral dan otoritas moneter dalam beberapa mata uang cadangan seperti dolar,

euro, atau yen. Cadangan ini digunakan untuk menjamin kewajiban negara yaitu

mata uang lokal yang diterbitkan dan cadangan berbagai bank yang disimpan di bank

sentral oleh pemerintah atau lembaga keuangan. Akan tetapi rasio hutang yang tinggi,

12 Lepi T. Tarmidi. 2008. Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran. Pp6 13 http://tikaambigu2.blogspot.com/2011/04/krisis-ekonomi-indonesia-1998.html

Page 15: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

10

jangka waktu pembayaran yang pendek dan cadangan devisa yang terus berkurang

membuat hutang tersebut tidak dapat ditutupi oleh pemerintah Indonesia. Tanpa

adanya cadangan devisa yang cukup, Indonesia tidak dapat mencetak uang,

melakukan transakasi dan aktivitas moneter. Apabila hal tersebut dibiarkan, maka

akan terjadi kesulitan likuiditas yang berkepanjangan sehingga membuat jatuhnya

perbankan di Indonesia secara keseluruhan dan pada akhirnya kebangkrutan nrgara.

Kebangkrutan negara seperti yang terjadi di Yunani pada tahun 2008 merupakan hal

yang sanagt dihindari oleh seluruh negara. Kita dapat mengambil contoh yang terjadi

di Polandia pada tahun 1990 pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali

tetap dilakukan pada saat krisis terjadi. Gambar 2 menunjukkan bahwa arus uang di

masyarakat terus menurun dan terjadi penurunan nilai tukar yang sangat tinggi.

Sesuai dengan sistem nilai tukar yang dianut, besamya tingkat pengendalian terhadap

nilai tukar akan herpengaruh terhadap perilaku nilai tukar negara tersebut. Semakin

tinggi tingkat fleksibilitas nilai tukar (semakin kecil tingkat pengendalian nilai

tukar), semakin sulit memprediksi pergerakan nilai tukar tersebut dan hal tersebut

akan mendorong penggunaan cadangan devisa yang besar dalam upaya

pengendaliannya. Kondisi Polandia ini akan terjadi di Indonesia apabila sistem nilai

tukar mengambang terkendali tetap dipertahankan sehingga pemerintah menetapkan

sistem nilai tukar mengambang bebas dalam langkah menyelamatkan devisa negara.

Sumber: www.economonitor.com

III.2. Opsi Nilai Tukar Mengambang Bebas

Sistem nilai tukar mengambang bebas merupakan opsi yang dilakukan oleh

Indonesia dalam menyelamatkan kondisi keuangan negara terutama dalam hal devisa.

Hal ini terjadi karena pemerintah sebagai otoritas moneter tidak lagi melakukan

Page 16: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

11

intervensi kebijakan pengendalian sehingga tidak ada devisa yang terpakai.

Kebijakan ini harus dilakukan untuk menghindari kebangrutan dan sebagai upaya

agar pemerintah memiliki dana yang cukup untuk menggerakkan kegiatan

perekonomian di dalam negara. Cadangan devisa yang baik akan mendukung

kebebasan dalam melakukan kegiatan ekspor impor perusahaan baik dalam hal

kebutuhan barang mentah maupun hasil produksi. Selain itu cadangan devisa yang

baik juga akan meningkatkan kepercayaan negara lain akan pembayaran pinjaman

luar negeri sehingga tidak terjadi tekanan pembayaran dan menjadikan keuangan

negara lebih likuid. Cadangan devisa juga dapat menjadi indikator kesehatan

perekonomian suatu negara.

Langkah perubahan sistem nilai tukar yang diberlakukan oleh pemerintah

telah memberikan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dalam pertumbuhan

cadangan devisa negara (gambar 3). Pertumbuhan cadangan devisa yang tinggi ini

diakibatkan pertumbuhan ekonomi yang baik di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi

terjadi karena meningkatnya daya saing ekspor di pasar. Hal ini terjadi karena sistem

nilai tukar mengambang bebas mengkondisikan nilai tukar rupiah yang lebih

kompetitif untuk pasar ekspor dimana harga produk yang lebih terjangkau dan sesuai

dengan kondisi nyata perekonomian di Indonesia. Kondisi ini meningkatkan

kepercayaan investor untuk kembali ke Indonesia dan juga memperkuat stabilitas

nilai tukar rupiah di pasar. Selain itu, sistem ini juga menjadikan kebijakan moneter

lebih efektif14

karena setiap perubahan dalam nilai tukar rupaiah akan ditanggapi

secara responsif di pasar sehingga membuat nilai tukar rupiah di pasar mendekati

nilai nyatanya. Hal ini terbukti dari pengembalian stabilitas rupiah yang cepat (dalam

9 bulan) yaitu diakui oleh pasar pada level sekitar Rp 8000/ US dollar dan kemudian

berada pada level stabil sekitar Rp 9000/ US dollar dalam kurun waktu berikutnya.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah lebih cepat mengalami stabilisasi

dibandingkan negara-negara yang telah mengalami krisis sebelumnya yaitu Meksiko

dan Argentina (4 tahun) serta Yunani (2 tahun)15

.

14

Arsyad, Nurjaman. 1998. Memilih Sistem Nilai Kurs Yang Tepat. Jurnal Panutan Bisnis no.2

November 1998. Pp. 3 15 http://en.wikipedia.org/wiki/Economic_crisis

Page 17: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

12

Sumber : data bank Indonesia

Selain keuntungan di atas, sistem ini telah memberikan kekuatan lebih

kepada nilai tukar rupiah dalam menghadapi gelombang krisis yang terjadi pada

tahun 2007. Hal ini tidak terlepas dari kelebihan sistem nilai tukar mengambang

bebas yaitu lebih tahan terhadap faktor krisis dari luar bahkan mengisolasi

perekonomian dari gangguan eksternal. Kondisi ini juga didukung oleh fundamental

ekonomi yang lebih baik sebagai langkah perbaikan dari krisis 1997. Kesuksesan

mengatasi krisis 2007 diperlihatkan melalui peningkatan yang stabil di seluruh

sektor ekonomi Indonesia di mana hal ini dapat dilihat pada tabel 2.

Sumber: data bank Indonesia

Page 18: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

13

Walaupun telah menberikan keuntungan pada sisi pemerintah, sistem ini

dikenal memberikan efek negatif kepada sektor swasta. Sistem ini membuat nilai

tukar rupiah mengalami apresiasi dan deperesiasi secara rutin dimana hal tersebut

dapat dilihat pada gambar 4. Volatilitas rupiah yang cukup tinggi setiap tahunnya

akan menggangu stabilitas perekonomian di dalam negeri. Volatilitas rupiah akan

menyulitkan sektor swasta dalam beraktivitas karena tidak adanya jaminan kepastian

dalam perubahan struktur biaya. Kondisi ini akan membatasi upaya sektor swasta

untuk mengembangkan usahanya dan akan berkibat pada penurunan kinerja yang

akan mengakibatkan turunya ekspor impor. Tanpa adanya dukungan kebijakan

moneter yang sesuai bukan tidak mungkin hal ini akan menjadi dasar bagi turunnya

kinerja perekonomian nasional.

Sumber: data bank Indonesia

III.3. Kondisi Aktual

Secara teori, dalam sistem nilai tukar mengambang bebas kebijakan moneter

akan semakin efektif khususnya apabila diikuti oleh mobilitas kapital secara

internasional semakin sempurna16

. Setiap terjadi tekanan nilai tukar Rupiah sebagai

efek kebijakan moneter akan disesuaikan melalui pengaruh suku bunga terhadap

aliran modal dan pengaruh perubahan nilai tukar Rupiah terhadap penawaran ekspor

dan permintaan impor. Melalui mekanisme tersebut, neraca transaksi berjalan

berfungsi sebagai alat mekanisme penyesuaian yang penting sehingga overall

Balance of Payment (BOP) selalu dalam ekuilibrium.

16

Iskandar dan Wijoyo, Santoso. 1999. Pengendalian Kebijakan Moneter dalam Sistem Nilai

Tukar yang Fleksibel. Buletin Ekonomi dan Pebankan Spetember 1999. Pp 2

Page 19: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

14

Walaupun demikian, fleksibilitas kebijakan moneter dalam sistem nilai tukar

Rupiah yang mengambang bebas sebenarnya memerlukan sensivitas yang tinggi

antara suku bunga domestik terhadap aliran modal internasional dan keeratan

hubungan negatif antara nilai tukar Rupiah dengan suku bunga serta elatisitas yang

tinggi antara perubahan nilai tukar Rupiah dengan penawaran ekspor dan permintaan

impor. Selain itu, nilai tukar Rupiah yang fleksibel dan stabil juga harus tetap dijaga

agar tidak memberikan tekanan pada harga-harga domestik.

Berdasarkan kondisi tersebut, sebenarnya pemerintah Indonesia tidak

melakukan sistem nilai tukar mengambang bebas secara penuh. Pemerintah

melakukan intervensi agar kondisi rupaih tetap stabil dalam batas-batas yang

digambarkan dalam asumsi anggaran pembelajaan negara (APBN) setiap tahunnya.

Akan tetapi, intervensi tersebut tidak akan mengurangi devisa negara. Pemerintah

Indonesia melakukan intervensi melalui berbagai aturan seperti suku bunga, aturan

deposito, ketentuan minimum penanaman modal, batas maksimum jaminan

simpanan, aturan kepemilikan luar negeri dan batasan sektor ekonomi yang dapat

dilakukan oleh pihak asing. Faktor utama pengendalian tersebut adalah suku bunga.

Oleh karena itu, pengendalian moneter dilakukan dengan menggunakan suku bunga

sebagai sasaran operasional dengan inflasi melalui suku bunga overnight, suku

bunga deposito, suku bunga SBI lelang, dan suku bunga kredit. Hal-hal tersebut

dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai rupiah dalam sistem nilai tukar

mengambang bebas dan telah berhasil menjadikan perekonomian Indonesia menjadi

lebih baik17

IV. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan ini adalah

1. Sistem nilai tukar mengambang bebas merupakan langkah terpaksa yang diambil

oleh pemerintah Indonesia pada krisis ekonomi tahun 1997 sebagai akibat

berkurangnya cadangan devisa secara drastis dan sistem ini berhasil

meningkatkan perekonomian Indonesia dengan dukungan kendali yang baik yang

dilakukan oleh pemerintah.

2. Sistem nilai tukar mengambang terkendali memiliki kelebihan dalam mendukung

kemajuan perekonomian negara Indonesia bila dijalankan dengan penetapan

batas-batas kendali yang terukur secara teliti.

17 Lampiran 2

Page 20: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

15

DAFTAR ACUAN

Lepi T. Tarmidi. 2008. Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan

Saran. Pp2.

Anonim. n.d. www.bi.go.id/sejarahmoneterperiode19831987.pdf (27 Mei 2012,

pukul 20.08 WIB).

Anonim. n.d. http://tikaambigu2.blogspot.com/2011/04/krisis-ekonomi-indonesia-

1998.html (27 Mei 2012, pukul 20.20 WIB).

Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga: Jakarta. Pp99.

Madura, J. 2003. International Financial Management. Prentice Hall International

Inc: New York.

Pemana, Christian. 2011.

http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=552:si

stem-nilai-tukar&catid=40:mnc-a-kurs. (28 Mei 2012, pukul 17.15 WIB).

Pemana, Christian. 2011.

http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=552:si

stem-nilai-tukar&catid=40:mnc-a-kurs. (28 Mei 2012, pukul 19.40 WIB).

Lepi T. Tarmidi. 2008. Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan

Saran. Pp5.

Iskandar dan Wijoyo, Santoso. 1999. Pengendalian Kebijakan Moneter dalam Sistem

Nilai Tukar yang Fleksibel. Buletin Ekonomi dan Pebankan Spetember 1999.

Pp6.

Data Bank Indonesia

Lepi T. Tarmidi. 2008. Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan

Saran. Pp6

Anonim. n.d. http://tikaambigu2.blogspot.com/2011/04/krisis-ekonomi-indonesia-

1998.html (28 Mei 2012, pukul 20.37 WIB).

Arsyad, Nurjaman. 1998. Memilih Sistem Nilai Kurs Yang Tepat. Jurnal Panutan

Bisnis no.2 November 1998. Pp3.

Anonim. n.d. http://en.wikipedia.org/wiki/Economic_crisis (28 Mei 2012, pukul

21.28 WIB).

Iskandar dan Wijoyo, Santoso. 1999. Pengendalian Kebijakan Moneter dalam Sistem

Nilai Tukar yang Fleksibel. Buletin Ekonomi dan Pebankan Spetember 1999.

Pp2.

Page 21: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

16

Lampiran 1

Page 22: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

17

Lampiran 2

Page 23: Pengaruh Nilai Tukar Indonesia

14