Upload
dokhanh
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
SKRIPSI
Pengaruh motivasi, lingkungan belajar dan metode pembelajaran terhadap presatasi
belajar akuntansi siswa kelas XI ilmu social SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010
Disusun oleh :
Titis Cahya Buana
X.7406049
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi yang sangat cepat serta perkembangan jaman yang
semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut
adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga pendidikan dituntut untuk berperan
aktif dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan secara optimal guna
mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan daya
saing lulusan guna menghadapi ketatnya persaingan dan tantangan dunia kerja.
Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut
adalah pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi
sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. UU Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa; tujuan pendidikan nasional
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (UU Sisdiknas : 2003).
Sekolah Menengah Atas (SMA) mempunyai tujuan yaitu menciptakan
atau menyiapkan peserta didik agar mempunyai kemampuan untuk melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu Perguruan Tinggi. Salah satu usaha
yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah meningkatkan prestasi
belajar siswa. Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan tolok ukur utama yang
digunakan untuk melihat keberhasilan seseorang. Prestasi belajar siswa adalah
hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas serta
kegiatan pembelajaran di sekolah. Usaha untuk mencapai keberhasilan dalam
bidang pendidikan ini bukan hanya merupakan tanggung jawab dari sekolah
3
semata, melainkan juga seluruh masyarakat termasuk di dalamnya adalah guru,
peserta didik dan orang tua.
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik yang berasal dari diri siswa (faktor internal) maupun dari luar siswa
(faktor eksternal). Faktor internal diantaranya adalah minat, bakat, motivasi,
tingkat intelegensi. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah faktor metode
pembelajaran dan lingkungan. Adapun yang termasuk lingkungan disini adalah
lingkungan sekolah. Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang menentukan
berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar.
Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar (Sardiman, 2006:75). Motivasi adalah
semangat yang timbul dari dalam diri untuk berkembang dan lebih baik. Menurut
Mudjiono, 2002:20,“motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar”.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar
baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa
sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa.
Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa
terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa yang sangat termotivasi
untuk belajar akan memberikan dampak yang baik terhadap prestasi belajar atau
hasil belajar yang akan dicapai.
Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi belajar
adalah faktor lingkungan, hal ini karena lingkungan merupakan suatu komponen
sistem yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Dalam penelitian
ini kondisi lingkungan sekolah dan keluarga menjadi perhatian karena faktor ini
sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa yang sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar, karena sekolah adalah tempat serta wahana kegiatan dan
proses pendidikan berlangsung. Di sekolah nilai-nilai kehidupan ditumbuhkan dan
dikembangkan agar dapat memberikan manfaat bagi para siswa. Oleh karena itu,
sekolah menjadi wahana yang sangat berpengaruh dominan bagi pembentukan
4
sikap, perilaku, dan prestasi seorang siswa. Lingkungan sekolah yang kondusif
akan mendukung proses kegiatan belajar mengajar dan kegiatan ekstrakulikuler.
Selain lingkungan sekolah, lingkungan keluarga juga berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar siswa, karena kelurga adalah lingkungan yang
paling dekat dengan siswa. Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah didalam keluarga, karena
banyak waktu dan kesempatan bagi anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan
keluarga. Perjumpaan dan interaksi tersebut sangat besar pengaruhnya bagi
pembinaan perilaku, aktivitas, dan belajar untuk berprestasi bagi seseorang.
Seiring dengan perkembangan jaman, dalam kenyataannya tidak terasa telah
terjadi pergeseran fungsi dan peranan orang tua terhadap pendidikan anaknya,
karena kebanyakan para orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya
pada sekolah. Padahal seharusnya orang tua memberikan perhatian dan semangat
belajar yang lebih, karena waktu untuk belajar di rumah lebih banyak daripada di
sekolah. Orang tua justru seharusnya yang lebih bertanggung jawab terhadap
perkembangan anaknya.
Selain lingkungan belajar, faktor eksternal yang juga mempengaruhi
prestasi belajar siswa adalah faktor metode pembelajaran. Seorang guru dituntut
untuk menguasai berbagai metode pembelajaran, dengan melalui model
pembelajaran yang digunakan akan memberikan nilai tambah terhadap anak
didiknya. Namun, salah satu metode yang masih berlaku dan masih banyak
digunakan oleh para guru adalah metode pembelajaran konvensional metode ini
sebenarnya sudah tidak layak lagi digunakan sepenuhnya dalam proses
pembelajaran dan perlu diubah. Tapi untuk mengubah metode pembelajaran ini
sangat susah untuk guru, karena guru harus memiliki kemampuan dan
keterampilan menggunakan metode pembelajaran yang lainnya.
Banyak kita temukan di lapangan bahwa selama ini pembelajaran
akuntansi didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositorinya.
Disamping itu, guru jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam
tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran
logis yang lebih tinggi seperti kemampuan menguji atau memperlihatkan suatu
5
konsep, dengan cara ini membiasakan siswa untuk malas berfikir dan menganalisa
suatu permasalahan yang timbul, karena siswa terbiasa diberikan materi yang
sudah tersedia, sehingga mengakibatkan semangat dan motivasi siswa untuk
berkembang menjadi kurang.
Guru sebagai pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan sekaligus
pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial dan untuk
menjalankan peran tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan
dan wawasan yang luas yang nantinya akan diajarkan kepada siswa. Seorang guru
dalam menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang sesuai dengan
keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti
pelajaran yang diajarkan. Dengan variasi metode dapat meningkatkan bermacam-
macam hal, seperti prestasi belajar, semangat, dan motivasi belajar.
Mata pelajaran Akuntansi di SMA merupakan salah satu mata pelajaran
yang harus dikuasai oleh siswa jurusan Ilmu Sosial walaupun masih sangat dasar
yaitu mengenai siklus akuntansi. Siklus akuntansi merupakan proses pencatatan,
pengelompokkan, pengikhtisaran, serta penyusunan laporan keuangan baik di
dalam perusahaan jasa, dagang maupun koperasi. Metode pembelajaran akuntansi
adalah cara maupun pendekatan yang dipergunakan dalam menyajikan atau
menyampaikan materi pelajaran akuntansi, yang membutuhkan kasabaran,
kecermatan, serta ketelitian dan kepahaman, untuk itu guru dituntut untuk tidak
hanya menyampaikan materi secara lisan atau ceramah saja tetapi harus memilih
metode yang dapat melatih siswa belajar mengalami, misalnya dengan diskusi,
praktek komputer akuntansi, memperbanyak latihan mengerjakan soal. Selama ini
guru di dalam menyampaikan materi pelajaran akuntansi dengan ceramah secara
lisan dan dengan menjelaskan materi di papan tulis.
SMA Negeri 7 Surakarta merupakan salah satu SMA favorit di Surakarta,
tetapi walaupun sebagai salah satu sekolah favorit, prestasi para siswa SMA
Negeri 7 Surakarta masih kurang baik. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi
belajar dari para siswa, selain itu masih banyak siswa yang kurang aktif dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang
diperolehnya tanpa mengkomunikasikan dengan siswa lain. Lingkungan sekolah
6
SMA Negeri 7 Surakarta yang letaknya sangat dekat dengan jalan raya
menyebabkan proses kegiatan belajar mengajar sedikit terganggu karena
keramaian jalan dan getaran suara kendaraan. Faktor lain yang menyebabkan
prestasi belajar di SMA Negeri 7 kurang baik adalah para guru masih
menggunakan metode yang masih belum tepat dalam melaksanakan pembelajaran.
Bertolak dari uraian diatas, penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Motivasi, Lingkungan Belajar dan Metode
Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial
SMA Negeri 7 Surakarta “. Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 7
Surakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Pada umumnya prestasi belajar akuntansi masih rendah. Hal ini mungkin
disebabkan karena kurangnya motivasi belajar dari siswa itu sendiri. Selain itu,
banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan
hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan
dengan siswa lain sehingga pemahaman terhadap materi bahasan yang
dipelajari masih kurang.
2. Letak SMA Negeri 7 Surakarta yang dekat dengan jalan raya menyebabkan
lingkungan belajar tersebut kurang kondusif. Lingkungan belajar yang kurang
kondusif juga menyebabkan rendahnya prestasi belajar para siswa.
3. Banyak guru yang masih menggunakan metode konvensional dalam
melaksanakan pembelajaran, sehingga rendahnya prestasi belajar akuntansi
siswa disebabkan karena kurang tepatnya pemilihan metode pembelajaran yang
sesuai dengan topik bahasan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan
dilaksanakan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal – hal berikut :
7
1. Motivasi belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah motivasi yang
berasal dari dalam (faktor internal) yaitu minat, bakat dan tingkat intelegensi
dan motivasi yang berasal dari luar (faktor eksternal) yaitu lingkungan
(keluarga, pergaulan, teman, sekolah) dan metode pembelajaran.
2. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan belajar di sekolah dan di
rumah yang kondusif, yaitu yang dapat mendukung prestasi belajar siswa
termasuk sarana yang disediakan dan kenyamanan lingkungan belajar.
3. Metode pembelajaran yang akan dibahas adalah metode pembelajaran yang
paling sesuai dengan materi pembelajaran akuntansi di SMA Negeri 7
Surakarta.
4. Prestasi belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah nilai hasil belajar
(rapor) kelas XI IPS semester gasal TA. 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka
permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut :
1 Adakah pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap prestasi
belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta ?
2 Adakah pengaruh yang signifikan antara lingkungan belajar terhadap prestasi
belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta ?
3 Adakah pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran terhadap
prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7
Surakarta ?
4 Adakah pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar, metode
pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga terhadap prestasi
belajar akuntansi pada siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui seberapa besar motivasi belajar akuntansi siswa kelas XI
Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta.
8
2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan belajar siswa kelas XI Ilmu
Sosial SMA Negeri 7 Surakarta.
3. Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran apakah yang digunakan
oleh guru akuntansi dalam pembelajaran pada siswa kelas XI Ilmu Sosial
SMA Negeri 7 Surakarta, sehingga memberikan kemudahan, kejelasan,
ketuntasan, kenyamanan bagi para siswa
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi
belajar, metode pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga
terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA
Negeri 7 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penulis ingin mengetahui hubungan yang sebenarnya antara beberapa
faktor yang diteliti dengann prestasi belajar yang didapat pada hasil akhir serta
ingin menambah wawasan dan pengetahuan tentang penelitian tersebut.
2. Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk lebih menumbuhkan motivasi
siswa dalam pembelajaran akuntansi.
b. Dapat memberikan masukan atau bahan pertimbangan bagi guru dalam
menetukan metode pembelajaran yang paling tepat dan paling sesuai sehingga
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan prestasi belajar
siswa.
c. Dapat digunakan oleh sekolah sebagai peningkatan kualitas dan mutu
pendidikan dengan lebih menjaga dan memelihara lingkungan belajar agar
selalu kondusif.
d. Memotivasi para orang tua untuk lebih ikut berpartisipasi dalam usaha
pembelajaran dan pendidikan anak.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakekat Pendidikan
Manusia adalah makhluk yang bisa berkembang dan berproduksi. Proses
produksi manusia tidak hanya secara kuantitatif, tetapi juga harus secara kualitif.
Perkembangan manusia untuk bisa menjadi lebih baik dan lebih berkualitas
dibutuhkan upaya humanisasi, ada pendapat mengatakan bahwa salah satu upaya
untuk menjadikan manusia lebih baik adalah melalui proses pendidikan.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, jadi dalam kehidupannya
dia selalu berinteraksi dengan manusia yang lainnya karena upaya humanisasi
manusia melalui proses pendidikan melibatkan banyak manusia lainnya. Di rumah
yang berperan besar dalam proses pendidikan adalah orang tua, sedangkan di
sekolah yang berperan dalam proses pendidikan adalah guru, dan di masyarakat
yang berperan dalam proses pendidikan adalah teman pergaulan, selain itu, faktor
individu juga berperan untuk menentukan hasil dari upaya pendidikan tersebut.
Dalam membicarakan pendidikan maka kita akan mengenal filsafat
pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari gagasan kita tentang manusia.
Hakekat pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagian
pendidikan. Melihat pendidikan dan prosesnya dengan manusia, pendidikan
adalah sebagai suatu cara memanusiakan manusia menjadi manusia dewasa dalam
makna yang seutuhnya, artinya dia menjadi riil manusia yang mampu
menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia.
Menurut Freire hakekat pendidikan adalah membebaskan. Freire
mengungkapkan bahwa pendidikan haruslah mencermati realitas sosial,
pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan teknik pengajaran bagi anak didik.
Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar dengan menggunakan
proyektor dan kecanggihan sarana lainnya yang ditawarkan sesuatu kepada
peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun.
10
Pendidikan berupaya memberikan bantuan membebaskan manusia di
dalam kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan yang penuh dengan
kebodohan, ketertindasan oleh golongan yang kuat, kaya terhadap yang lemah,
miskin sehingga makin terasa menderita. Hal senada diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantara, bahwa pendidikan seharusnya memerdekakan, dalam pengertian
sederhana secara leksikal pendidikan adalah suatu proses pembebasan untuk
membuat manusia lebih manusiawi. Manusiawi berarti manusia yang lebih
manusia yang keluar dari ketertindasan dan kebodohan, memiliki derajat yang
sama dengan yang lain (duduk sama rendah berdiri sama tinggi).
Di Indonesia berdasarkan UU no.2 Tahun 1989 disebutkan bahwa
pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. Komponen Proses Belajar Mengajar
Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia, dimana di
dalamnya terjadi proses membudayakan dan memberadabkan manusia. Agar
terbentuk manusia yang berbudaya dan beradab, maka diperlukan transformasi
kebudayaan dan peradaban.
Komponen dalam proses belajar mengajar terdiri dari masukan, keluaran
dan umpan balik. Masukan dalam proses pendidikan adalah siswa dengan segala
karakteristik dan keunikannya. Untuk memastikan keunikan dan karakteristik
siswa yang akan masuk dalam transformasi, diperlukan evaluasi terhadap
masukan. Unsur-unsur transformasi dalam proses pendidikan meliputi :
a. Pendidikan dan personal lainnya (guru)
b. Isi pendidikan
c. Teknik/metode
d. Sistem evaluasi
e. Sarana pendidikan dan sistem administrasi.
11
Guru sebagai pendidik melakukan proses belajar mengajar berdasarkan
pada kurikulum yang berlaku, selain itu guru juga menyusun desain intruksional
untuk membelajarkan siswa, sedangkan siswa sebagai pembelajar di sekolah
memiliki kepribadian, pengalaman dan tujuan. Siswa mengalami perkembangan
jiwa, sesuai asas emansipasi diri menuju keutuhan dan kemandirian, karena siswa
yang belajar mengalami proses dan meningkatkan kemampuan mentalnya.
Keluaran dari proses pendidikan adalah siswa yang semakin berbudaya
dan beradab sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk mengetahui dan
menetapkan apakah siswa telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan lembaga
pendidikan atau belum, diperlukan kegiatan evaluasi.
Umpan balik dalam proses pendidikan adalah segala informasi yang
berhasil diperoleh selama proses pendidikan yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk perbaikan masukan dan transformasi yang ada dalam proses.
Adapun umpan balik yang akurat sebagai hasil evaluasi yang akurat akan
memudahkan kegiatan perbaikan proses pendidikan.
3. Motivasi Belajar Akuntansi
a. Pengertian Motivasi Dalam kehidupan sehari-hari istilah motivasi sering digunakan untuk
menunjukkan semangat dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Akan
tetapi, makna atau arti lengkapnya masih sering dikacaukan dengan istilah-
istilah lain yang hampir mirip baik cara mengucapkan maupun ejaannya.
Seperti motif yang terdapat dalam bidang seni lukis, yang berarti tema atau
motion yang terdapat dalam bidang film, yang berarti gerak.
Masalah motivasi adalah masalah yang paling berpengaruh didalam
dunia pendidikan, bila kita berbicara tentang motivasi, biasanya hal-hal yang
menjadi pusat perhatian adalah faktor-faktor apakah yang menjadi pendorong
orang untuk melakukan sesuatu dan mengapa seseorang melakukan sesuatu.
Dengan adanya motivasi siswa dalam belajar, dapat diketahui seberapa besar
minat dan semangat siswa dalam melakukan aktivasnya belajarnya. Namun
12
dalam kenyataannya motivasi belajar yang dimiliki siswa itu bervariasi karena
motivasi tersebut merupakan perbedaan individual.
Motivasi secara umum diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul dari
diri seorang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Peranan motivasi ini
sangat besar dalam mengerahkan seseorang dalam bertingkah laku. Proses
timbulnya motivasi didukung adanya kebutuhan seseorang yang belum
terpenuhi. Motivasi menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.
Mc.Donald (dalam Oemar Hamalik,2001:158) mendefinisikan motivasi
adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam definisi ini
terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu:
1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-
perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di
dalam sistem neuropisiologis dalam organism manusia, misalnya karena
perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga
perubahan energi yang tidak diketahui.
2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan, yaitu ingin melakukan
sesuatu yang mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan
suatu emosi, kemudian suasana emosi ini dapat menimbulkan kelakuan
yang bermotif. Perubahan ini mungkin boleh terjadi dan mungkin juga
tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan, tingkah laku atau sikap.
Seseorang merasa hasil belajarnya rendah, padahal dia memiliki buku
pelajaran yang lengkap, dia merasa memiliki cukup waktu, tetapi dia kurang
baik mengatur waktu belajar. Waktu belajar yang digunakan tidak
memadahi untuk memperoleh hasil belajar yang baik, dan oleh karena itu
dia harus mau mengubah cara-cara belajarnya. dorongan ini ditimbulkan
oleh perasaan.
3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan, pribadi yang
bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah satu tujuan.
13
Berdasarkan pendapat Mc.Donald tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah daya penggerak yang menyebabkan dan mendorong
seseorang untuk melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan atau motif.
b. Pengertian Motivasi Belajar
Seseorang siswa SMA yang setiap hari berangkat ke sekolah tentunya
mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan seorang siswa akan berhasil dalam
belajar kalau dalam dirinya terdapat keinginan dan kemauan untuk belajar.
Keinginan untuk belajar merupakan prinsip pertama dalam kegiatan pendidikan
dan pengajaran, dan keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut
motivasi belajar, namun harus benar dilakukan atau dilaksanakan setiap saat
secara terjadwal.
Jika dihubungkan dengan motivasi dalam belajar, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang menyebabkan dan mendorong
seseorang untuk melakukan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
keterampilan maupun pengalaman. Motivasi mendorong minat belajar untuk
tercapainya suatu tujuan, maka siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena
termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan dalam jabatan, menjadi
politikus dan memecahkan masalah (H. Martinis Yamin, 2006:173).
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Seseorang
Keinginan untuk maju dan untuk berkembang tidak selalu dapat dilalui
dan dijalani dengan mudah, tetapi ada hal yang dapat mempengaruhi dan
mungkin juga dapat menghalangi seseorang untuk mencapai tujuan. Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu
aktivitas disebut sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang. Asri
Laksmi R (1998:41) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi, yaitu:
14
a. Faktor internal, yaitu yang berasal dari individu sendiri antara lain minat,
bakat, intelegensi, tujuan individu dan lain-lain.
b. Faktor eksternal, yaitu yang berasal dari luar individu, seperti lingkungn
sosial, lingkungan keluarga, lingkungan tempat kerja dan lain-lain.
Agar motivasi individu dapat berkembang secara optimal, selain
dukungan kedua faktor tersebut di atas, kegiatan yang akan dilakukan
hendaknya :
a. Mempunyai nialai personal bagi individu tersebut
b. Hasilnya sangat bermanfaat bagi orang lain
c. Individu mempunyai keyakinan mampu meraihnya
d. Tugas yang dikerjakan tidak terlalu sulit atau resiko yang diambil tidak
terlalu besar
e. Hasil yang didapatkan sesuai dengan yang dikerjakan atau dilakukan.
d. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Motivasi
Menurut Wyner (dikutip oleh Haditomo,1998) menyebutkan cirri-ciri
individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah sebagai
berikut:
a. Menunjukkan aktivitas yang berprestasi
b. Menunjukkan ketekunan dan tidak putus asa dalam menghadapi kegagalan
c. Memilih tugas-tugas tingkat kesulitan yang sedang-sedang.
Menurut McClelland (dikutip dari Gipson,1998) dalam risetnya
menggambarkan bahwa orang-orang yang berprestasi tinggi dalam masyarakat
adalah:
a. Mereka yang memiliki berprestasi tinggi lebih suka menetapkan sendiri
tujuan prestasinya
b. Lebih suka menghindari tujuan prestasi yang mudah dan sukar karena
mereka lebih suka tujuan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
c. Lebih menyukai balikan (feed-back) yang cepat dan efisien mengenai
prestasi mereka
d. Senang dan bertanggung jawab memecahkan setiap masalah.
15
Heckhausen (dikutip Malayani,1982) mengemukakan ada enam sifat
individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, sifat-sifat tersebut
adalah:
a. Lebih mempunyai kepercayaan diri dalam menjalankan tugas yang
berhubungan dengan prestasi
b. Mempunyai sikap yang berorientasi ke masa depan dan lebih dapat
menangguhkan pemuasan untuk dapat menjalankan penghargaan (reward)
pada waktu kemudian
c. Memilih tugas yang kesukarannya sedang
d. Tidak suka membuang-buang waktu
e. Menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi dengan kemampuan
sendiri.
f. Lebih tangguh dalam suatu tugas.
Dari pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
pandangan mereka tidak jauh berbeda dan semuanya memliki gambaran bahwa
individu yang memiliki motivasi akan selalu bekerja keras, tangguh, tidak
mudah putus asa, berorientasi kemasa depan, menyukai tugas yang memiliki
tingkat kesukaran sedang, menyukai balikan yang cepat dan efisien mengenai
prestasinya serta mandiri. Selain itu juga bertanggung jawab dalam
memecahkan masalah serta efektif dan efisien dalam upaya mencapai
tujuannnya.
e. Macam-macam Motivasi
Motivasi berkaitan dengan berbagai masalah dan situasi, dalam bahasan
ini, motivasi yang akan dibahas berhubungan dengan motivasi dalam proses
belajar. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang yang menimbulkan
keinginan dan hasrat untuk belajar, sehingga tujuan yang diinginkan dapat
tercapai.
16
Berdasarkan analisa dan pembatasan masalah yang akan diteliti, motivasi
yang akan dibahas pada pokoknya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
motivasi belajar intrinsik dan dan motivasi belajar ekstrinsik. Penjelasan dari
kedua motivasi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi belajar intrinsik pada dasarnya adalah motif-motif yang
menjadi aktif, yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap siswa atau individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu, motif ini sering disebut motif murni.
Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan belajar, maka yang dimaksud
dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung
di dalam aktivitas bealajar itu sendiri. Aktivitas belajar didalam motivasi
intrinsik dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri
dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya.
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi
orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi
tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah
belajar, karena tanpa belajar tidak mungkin mendapatkan pengetahuan.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar, sehingga dapat dikatakan sebagai
bentuk motivasi yang didalamnya ada aktivitas belajar yang dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan kegiatan belajar itu sendiri.
Perlu ditegaskan disini bahwa bukan berarti motivasi ekstrinsik ini
tidak baik dan tidak perlu, sebab kemungkinan keadaan siswa itu dinamis
dan berubah-ubah. Dorongan dari dalam diri sendiri untuk berkembang
menjadi lebih baik tidak ada, sehingga harus ada dorongan dari luar.
17
f. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa. Dalam pembahasan ini akan dijelaskan beberapa upaya, yaitu
yang berhubungan dengan prinsip-prinsip belajar, unsur-unsur dinamis belajar,
pemanfaatan pengalaman, dan pengembangan cita-cita. Upaya-upaya tersebut
adalah:
1) Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.
Prinsip belajar ada bermacam-macam, menurut beberapa ahli, ada
empat aliran psikologi tentang belajar, yaitu aliran behavioristik, kognitif,
humanistic dan gestalt. Masing-masing aliran ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan, disamping itu masing-masing teori tidak sama kecocokannya
untuk menaggulangi materi yang berbeda. Guru wajib mengetahui dan
mengkaji semua teori itu guna mengantisipasi anak didik yang
membutuhkannya.
2) Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar.
Kemampuan guru akan terlihat dalam usahanya menumbuhkan
motivasi, menyajikan materi pelajaran, memilih serta menggunakan alat
bantu, mengusahakan agar suasana belajar tetap kondusif serta menangani
kondisi siswa.
3) Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman
Pengajaran tidak akan behasil dengan baik jika tidak memanfaatkan
pengalaman yang sudah dimiliki, hal ini dapat berupa bahan apersepsi untuk
mempermudah penjelasan.
4) Mengembangkan cita-cita.
Kriteria tentang orang-orang terkenal atau para tokoh yang berhasil
perlu dijelaskan kepada siswa guna memberikan harapan-harapan yang
dapat diperoleh dengan usaha yang keras. Dengan demikian guru akan
18
memberikan penguatan atau motivasi bagi siswa untuk belajar dan bekerja
keras.
4. Lingkungan Belajar
a. Macam-macam Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar adalah lingkungan tempat proses belajar berlangsung
baik di sekolah maupun di rumah, lingkungan belajar sangat berpengaruh
terhadap prestasi yang akan dicapai oleh siswa dari belajar. Perbedaan dari
kedua lingkungan belajar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Lingkungan Belajar di Sekolah
Lingkungan belajar di sekolah adalah keadaan sosial maupun non
sosial yang berada didalam sekolah, yang termasuk dalam lingkungan
belajar di sekolah yaitu:
a) Gedung sekolah dan letaknya
Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, sehingga daya tampung
gedung sekolah kurang dapat memenuhi syarat yang mengakibatkan
siswa duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas, sehingga mereka tidak
dapat belajar dengan baik. Selain itu, letak sekolah yang terlalu strategis
sehingga terlalu ramai menyebabkan siswa tidak dapat berkonsentrasi
dengan baik pada waktu belajar.
b) Alat-alat belajar
Alat-alat dan perlengkapan pelajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlancar siswa dalam proses belajarnya, jika siswa mudah
menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan lebih
mudah dan giat.
c) Keadaan cuaca dan waktu belajar
Cuaca dan waktu yang tepat akan membantu siswa lebih konsentrasi,
apabila ruangan kelas siswa terlalu panas atau dingin akan dapat
mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar. Waktu belajar dapat
dilakukan pagi hari, siang, sore atau malam hari sesuai dengan keadaan
19
situasi masing- masing siswa. Apabila suatu saat siswa terpaksa masuk
sekolah di siang hari, yang seharusnya siswa istirahat tetapi harus masuk
sekolah, hal ini akan membuat belajar mereka tidak dapat efektif,
sebaliknya bagi siswa yang masuk pagi hari akan lebih dapat menerima
pelajaran dengan baik.
d) Lingkungan sosial sekolah
Seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu
menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri
tauladan yang baik khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin belajar
dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan
belajar siswa.
2) Lingkungan Belajar di Rumah
Lingkungan belajar di rumah pada dasarnya tidak lepas dari peran
kedua orang tua untuk memotivasi, memberi semangat, perhatian dan kasih
sayang kepada siswa itu sendiri. Perlu disadari bahwa waktu belajar di
sekolah tidaklah lama jika dibandingkan dengan rumah, sehingga orang tua
lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan studi anaknya. Lingkungan
belajar di rumah dapat dibedakan menjadi:
a) Rumah dan letaknya
Kondisi atau keadaan rumah yang sempit atau berantakan serta
perkampungan yang padat dan tidak memiliki sarana umum untuk
kegiatan remaja (seperti lapangan voly) akan mendorong siswa untuk
berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas untuk
dikunjungi.
b) Lingkungan sosial keluarga
Orang tua dan keluarga siswa lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar siswa, misalnya sifat-sifat orang tua dan praktik pengelolaan
keluarga, ketergantungan keluarga, jumlah keluarga (letak rumah) dapat
20
memberi dampak yang baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan
hasil belajar yang dicapai siswa.
c) Lingkungan sosial masyarakat
Lingkungan sosial masyarakat termasuk tetangga di sekitar
perkampungan tempat tinggal siswa, yang kondisinya serba kekurangan
akan mempengaruhi belajar siswa, sehingga lingkungan masyarakat yang
banyak memiliki kegiatan menyebabkan siswa aktif dan sibuk dalam
kegiatan tersebut sehingga mengabaikan kegiatan belajarnya.
d) Lingkungan sosial teman
Teman-teman sepermainan siswa yang tidak sekolah dan menganggur
akan sangat mempengaruhi aktivitas ketekunan belajar siswa. Siswa akan
kesulitan dalam menemukan teman belajar dan berdiskusi atau
meminjam alat-alat belajar yang belum dia miliki.
b. Lingkungan Belajar yang Kondusif
Sehubungan dengan pentingnya kondisi lingkungan belajar saat
berlangsungnya proses belajar mengajar, dalam implementasi kurikulum 2004,
para ahli menyarankan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan
akademik, baik secara fisik maupun non fisik. Lingkungan fisik merupakan
kondisi belajar yang harus didukung oleh berbagai sarana dan prasarana yang
relevan dan memadah, sedangkan lingkungan non fisik lebih cenderung dengan
keadaan ataupun suasana lingkungan belajar tersebut. Lingkungan non fisik
memiliki peran yang besar juga dalam mempengaruhi kondisi belajar, terutama
pengaturan lingkungan belajar, penampilan, sikap guru, hubungan harmonis
antara guru dengan peserta didik, hubungan peserta didik dengan guru dan
sesama peserta didik itu sendiri, serta organisasi dan bahan pembelajaran
secara tepat sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.
Soedomo (dalam Mulyasa;2005:15) menggaris bawahi bahwa “Semakin
menyenangkan tatanan lingkungan fisik, akan memberi dampak positif bagi
21
proses belajar”. Lingkungan belajar harus mendapat perhatian yang besar,
karena lingkungan mempengaruhi situasi belajar, siswa tidak akan merasa
nyaman,aman dan tentram belajar manakala kondisi lingkungan yang tidak
mendukung, seperti letak sebuah sekolah, kebersihan sekolah, sirkulasi udara,
tata ruang dan suasana belajar.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan lingkungan belajar tidak
hanya lingkungan belajar di sekolah saja, tetapi juga termasuk didalamnya
adalah lingkungan belajar di keluarga atau rumah. Lingkungan belajar di
sekolah maupun lingkungan belajar di keluarga menyumbangkan pengaruh
yang besar terhadap keberhasilan prestasi belajar siswa.
Lingkungan belajar di sekolah yang kondusif menurut Mulyasa
(2005:16-17) dapat dikembangkan melalui berbagai layanan, sebagai berikut:
1. Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat
dalam melakukan tugas pembelajaran sehingga akan membangkitan nafsu
dan semangat belajar siswa yang kemudian menimbulkan rasa betah belajar
di sekolah.
2. Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang
berprestasi, atau berprestasi rendah.
3. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, aman dan nyaman
bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal.
4. Menciptakan kerjasama, saling menghargai, baik antara peserta didik
maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran.
5. Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan
pembelajaran.
6. Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama
antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai
fasilitator dan sebagai sumber belajar.
7. Mengembangkan system evaluasi belajar dan pembelajaran yang
menekankan pada evaluasi diri sendiri (self evaluation).
22
5. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional,
metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan,
memberi contoh dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan
tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai dan dapat digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Menurut H. Marini S Yamin (2006:153) “Metode pembelajaran
merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh,
dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Macam-macam Metode Pembelajaran
Ada bermacam-macam jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan
oleh seorang guru dalam menyampaikan meteri kepada siswa, tergantung
bagaimana guru tersebut dapat menguasai metode pembelajaran yang akan
digunakannya. Semakin guru tersebut menguasai metode yang akan digunakan,
maka semakin baik hasil yang akan diperoleh dari proses belajar mengajar
tersebut. Menurut H. Marini S Yamin (2006:154) jenis-jenis metode yang
dapat digunakan tersebut anatara lain adalah:
1) Metode Ceramah
2) Metode Demonstrasi dan Eksperimen
3) Metode Tanya Jawab
4) Metode Penampilan
5) Metode Diskusi
6) Metode Studi Mandiri
7) Metode Pembelajaran Terprogram
8) Metode Latihan Bersama Teman
9) Metode Simulasi,dll
23
c. Metode Pembelajaran yang Dapat Digunakan Oleh Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru dihadapkan untuk memilih metode-
metode dari sekian banyak metode yang telah ditemukan oleh para ahli
sebelum ia menyampaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan oleh pengajar
dalam memilih metode pembelajaran secara tepat dan akurat adalah sebagai
berikut:
1) Tujuan pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru
dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan
meteri pelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang
hendak dicapai pada akhir pengajaran serta kemampuan yang harus
dimiliki oleh siswa, sasaran tersebut dapat dicapai dengan
menggunakan metode-metode pembelajaran maupun pendekatan
pembelajaran tepat, relevan
2) Pengetahuan awal siswa
Pada awal sebelum guru masuk ke kelas memberikan materi pelajaran
kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan, yaitu
mengetahui pengetahuan awal siswa. Untuk dapat mengetahui
pengetahuan awal siswa, guru dapat melakukan preetes tertulis atau
tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal
siswa, guru dapat menyususn strategi memilih metode pembelajaran
yang tepat untuk siswa.
3) Jumlah siswa
Idealnya metode yang guru terapkan di dalam kelas melalui
pertimbangan jumlah siswa yang hadir, memang ada ratio guru dan
siswa agar proses belajar mengajar dapat efektif, ukuran kelas
24
menentukan keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan
penyampaian materi.
4) Alokasi waktu dan sasaran penunjang
Metode pembelajaran harus disesuaikan dengan alokai waktu, metode
yang akan dipergunakan telah dirancang sebelumnya sesuia dengan
alokasi waktu, termasuk didalamnya perangkat penunjang
pembelajaran. Perangkat penunjang pembelajaran tersebut dapat
dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti transparan,
chart, video, film, dan sebagainya.
5) Pengalaman dan kewibawaan pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman dalam mengajar,
semakin lama seorang guru dalam mengajar, maka semakin
berpengalaman. Disamping seorang guru harus berpengalaman dalam
mengajar, guru juga harus berwibawa karena kewibawaan merupakan
kelengkapan mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena dia
berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang
akademik maupun sosialnya.
6. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian prestasi belajar yang dikemukakan oleh para ahli sangat
bervariasi, hal tersebut dikarenakan latar belakang dan sudut pandang yang
berbeda-beda dari para ahli terebut. Kata prestasi dapat diartikan sebagai hasil
yang telah dicapai. Dalam pengertian ini prestasi merupakan suatu usaha yang
telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksanaan usaha tersebut.
Sedangkan kata belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan
oleh individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan
(aspek kognitif), sikap (aspek afektif), keterampilan (aspek psikomotorik),
25
pada diri individu tersebut berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu atau dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi
belajar merupakan suatu hasil usaha yang dicapai oleh seseorang dalam
penguasaan pengetahuan, sikap serta keterampilan berkat pengalaman dan
latihan yang dinyatakan dalam perubahan tingkah laku.
Zainal Arifin (1990:3) menyatakan bahwa,”Prestasi belajar merupakan
suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia, karena sepanjang
rentang hidup manusia, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang
kemampuannya masing-masing”.
Sedang Sutratinah Tirtinegoro. (2001:43) mengatakan bahwa,”Prestasi
belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan
mengetahui prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas,
apakah anak tersebut tergolong anak pandai, sedang atau kurang. Prestasi anak
ini dinyatakan dalam simbol, kata, huruf atau kalimat yang mencerminkan hasil
yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar yang
dinyataakan dalam betuk angka, huruf, maupun symbol, dalam penelitian ini
prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi yang dicapai oleh seorang siswa merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Pengenalan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam membantu siswa
mencapai prestasi belajar yang setinggi-tinginya. Faktor-faktor yanag dapat
mempengaruhi prestasi belajar yang dimaksud seperti yang dikemukakan oleh
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:130-131):
1) Faktor Internal, meliputi: a) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun
perolehan. Yang termasuk faktor ini misalnya adalah penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
26
b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas faktor intelektif, meliputi kecerdasan dan bakat, serta faktor kecakapan nyata seperti prestasi yang dimiliki dan faktor non intelektif seperti unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik dan psikis 2) Faktor Eksternal meliputi:
a) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan kelompok.
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
c) Faktor fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim d) Faktor spiritual dan keagamaan.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa sangat penting bagi siswa, guru,
orang tua ataupun sekolah. Prestasi belajar penting karena sebagai hasil dari
proses belajar mengajar. Zaenal Arifin (1990:3-4) mengemukakan bahwa
prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain adalah:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik.
7. Mata Pelajaran Akuntansi
Salah satu definisi akuntansi yang menurut penulis paling relevan saat ini
adalah yang dikemukakan oleh American Accounting Association, yaitu
“Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian (pengkajian), pengukuaran
dan pengkomunikasian informasi ekonomi untuk membantu para pemakai
informasi dalam membuat pendapat-pendapat serta keputusan-keputusan”.
(Terjemahan definisi akuntansi dari A Statement of Basic Accounting Theory,
American Accounting Association).
27
Selain pengertian tersebut, menurut AICPA (American Institute of
Cerified Publik Accounting) dalam bukunya Agus Suranto, S.Pd (2005:2)
menyatakan bahwa “Akuntansi adalah seni dari pencatatan, penggolongan,
peringkasan dengan cara tertentu dan dalam nilai uang terhadap kinerja atau
transaksi yang paling sedikit atau sebagian bersifat keuangan dan penafsiran
terhadap hasil-hasilnya.
Pengertian akuntansi begitu luas karena mencakup berbagai bidang
spesialisasi. Akuntansi mencakup semua informasi yang digunakan untuk
mengambil keputusan dari kegiatan tata buku, akuntansi merupakan salah satu
bagian dari mata pelajaran ekonomi yang dipelajari di program khusus IPS.
Permasalahan ekonomi, dalam konteks IPS yang dipelajari oleh siswa kelas XI
IPS adalah bagian dari upaya manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan yang
tak terbatas dengan sumber daya yang terbatas.
Mata pelajaran akuntansi ini adalah salah satu mata pelajaran yang
diberikan kepada siswa SMA Negeri 7 Surakarta yang duduk di kelas XI IPS.
Mata pelajaran ini sering dianggap sulit oleh siswa karena untuk
mempelajarinya membutuhkan ketelitian, keuletan, keterampilan serta
kemampuan menghitung dan pemikiran yang lebih banyak dibandingkan
dengan mata pelajaran yang lainnya.
Ilmu akuntansi sebagai mata pelajaran wajib bagi siswa kelas XI IPS,
materi yang dijarkan di SMA Negeri 7 Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Akuntansi dan Sistem Informasi
b. Dasar Hukum dan Pelaksanaan Akuntansi
c. Struktur Dasar Akuntansi
d. Silkus Akuntansi Perusahaan Dagang
e. Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa
Mata pelajaran akuntansi SMA berfungsi mengembangkan pengetahuan
dan kemampuan siswa untuk beraktivitas, caranya adalah dengan mengenali
berbagai peristiwa ataupun kejadian dalam akuntansi, seperti transaksi jual
beli, laporan keuangan perusahaan, memahami konsep dan teori sederhana
28
serta berlatih memecahkan masalah ekonomi sehari-hari, baik yang terjadi di
lingkungan masyarakat sekitar maupun lingkungan yang lebih luas. Dengan
demikian diharapkan mata pelajaran akuntansi yang diberikan kepada siswa
dapat menjadi bekal pengetahuan bagi siswa dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang ada.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang motivasi belajar, lingkungan belajar, metode
pembelajaran dan prestasi belajar telah dilakukan oleh beberapa peneliti,
diantaranya adalah :
Penelitian yang dilakukan oleh Sutarti (2002) dengan judul “Hubungan
Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi
Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas III SLTP Negeri
17 Surakarta Tahun Ajaran 2000/2001”, tujuan penelitian tersebut adalah untuk
mengetahui seberapa besar : (1) Hubungan status sosial ekonomi orang tua
dengan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ; (2) Hubungan motivasi
belajar degan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ; (3) Hubungan status
sosial ekonomi orang tua dan motivasi secara bersama-sama dengan prestasi
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III SLTP Negeri 17 Surakarta Tahun
Ajaran 2000/2001.
Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif sedangkan teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi regresi ganda.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ; (1) Ada hubungan
positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi
belajar (pada taraf signifikansi 5%). (2) Ada hubungan positif dan signifikan
antara motivasi belajar dengan prestasi belajar (pata taraf signifikansi 5%).
(3)Ada hubungan positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua
dan motivasi belajar secara bersama dengan prestasi belajar (pada taraf
signifikansi 5%).
29
Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Dina (2007)
dengan judul “Hubungan Antara Kedisplinan dan Motivasi Belajar Dengan
Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Colomadu
Tahun Ajaran 2006/2007”, tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui
seberapa besar : (1) Hubungan positif dari kedisiplinan belajar, khususnya
pelajaran akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Colomadu TA 2006/2007. (2) Hubungan positif dari motivasi belajar
dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Colomadu
TA 2006/2007. (3) Hubungan positif dari kedisiplinan belajar dan motivasi
belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI
IPS SMA Negeri 1 Colomadu TA 2006/2007.
Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif sedangkan teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi regresi ganda.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ; (1) Ada hubungan
positif dan signifikan antara kedisiplinan dengan prestasi belajar (pada taraf
signifikansi 5%). (2) Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi
belajar dengan prestasi belajar (pata taraf signifikansi 5%). (3)Ada hubungan
positif dan signifikan antara kedisiplinan belajar dan motivasi belajar secara
bersama dengan prestasi belajar (pada taraf signifikansi 5%).
Melihat penelitian yang dilakukan oleh Sutarti dan Dina diatas terdapat
beberapa kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis saat ini.
Persamaan itu diantaranya terletak pada permasalahan yang dibahas yakni
motivasi dan prestasi belajar serta kesamaan kajian teori yang digunakan.
Teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi dan
regresi ganda seperti yang digunakan peneliti sebelumnya karena sama-sama
mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Perbedaannya
terletak pada objek tempat penelitian.
30
C. Kerangka Berpikir
Bertolak dari tinjauan pustaka diatas, maka dapat dibuat suatau kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Prestasi belajar akuntansi adalah hasil belajar yang dicapai dalam proses
belajar akuntansi sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran serta
tingkah laku. Prestasi belajar akuntansi dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah motivasi belajar, lingkungan belajar dan metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Motivasi adalah semangat yang mendorong siswa tersebut untuk giat
belajar, oleh karena itu motivasi penting untuk dapat meningkatkan prestasi
belajar. Motivasi yang dimiliki seorang siswa berbeda-beda tergantung masing-
masing siswa tersebut. Motivasi yang dimiliki siswa untuk belajar dapat
berasal dari dalam dirinya sendiri (internal) maupun yang berasal dari luar
(eksternal). Motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri berkaitan erat dengan
minat, bakat, tingkat intelegensi. Jika seorang siswa memiliki minat atau
keinginan serta termotivasi untuk belajar, untuk mendapatkan hasil prestasi
belajar yang memuaskan tidaklah sulit. Sedangkan faktor yang berasal dari
luar, diantaranya adalah lingkungan belajar dan peran guru. Guru mempunyai
peran tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga mempunyai peran penting untuk
membangkitkan semangat siswa dalam belajar serta memberikan dorongan
kepada siswa untuk belajar.
Lingkungan belajar merupakan faktor pendukung tercapainya prestasi
belajar yang memuaskan. Lingkungan belajar merupakan tempat siswa dalam
melakukan segala aktivitas belajarnya baik dalam lingkungan sekolah maupun
lingkungan rumah yang dalam hal ini peran orang tua juga sangat
mempengaruhi. Lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman akan
memberikan pengaruh tersendiri bagi para siswa ketika melakukan proses
belajar. Kenyamanan lingkungan belajar di sekolah akan membuat para siswa
bisa selalu berkonsentrasi dalam belajar karena kenyamanan lingkungan belajar
di sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan prestasi
31
belajar. Hal lain yang dapat mendukung adalah sarana dan prasarana yang
disediakan oleh sekolah. Sarana dan prasarana yang memadahi akan
memudahkan siswa dalam melakukan aktivitas, sehingga diharapkan proses
belajar dapat mencapai tujuan yang maksimal yaitu prestasi belajar yang
memuaskan. Selain itu lingkungan belajar di rumah juga tidak kalah
pentingnya bagi keberhasilan belajar siswa, karena orang tua mempunyai
peranan yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar anak didik. Hal ini
tentunya dibutuhkan kerja sama antara pihak orang tua dengan sekolah
sehingga akan terjadi interaksi yang baik, yang nantinya akan memberikan
dampak yang baik juga terhadap hasil yang ingin dicapai.
Metode mengajar merupakan faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan prestasi belajar siswa yang optimal. Metode mengajar itu sangat
bervariasi, sehingga guru dapat memilih dan menggunakan metode mengajar
yang sesuai dengan materi pelajaran agar tujuan pengajaran dapat tercapai.
Dalam memilih metode, guru harus jeli dan mampu memilih metode yang
paling tepat diterapkan dalam penyampaian materi kepada siswa, sehingga
penjelasan dari materi pelajaran tersebut dapat diterima oleh para siswa. Selain
itu, pemilihan metode juga harus memperhatikan kemampuan siswa. Jangan
sampai seorang guru memaksakan kehendaknya untuk memilih dan
menggunakan suatu metode pembelajaran yang dirasa sulit untuk diterima oleh
siswanya hanya karena alasan guru tersebut tidak bisa menggunakan metode
yang lain. Hal ini akan membuat materi pelajaran yang disampaikan tidak
dapat diterima oleh siswa dan dampaknya adalah tujuan belajar tidak dapat
tercapai dan selanjutnya akan berdampak juga terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa, lingkungan tempat belajar siswa,
serta metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh seorang guru
sangat berperan dalam menentukan hasil serta prestasi belajar siswa.
Dari pemikiran-pemikiran diatas, maka dapat digambarkan kerangka
berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
32
1
4
2 3
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Keterangan :
X1 : Motivasi belajar
X2 : Lingkungan belajar
X3 : Metode pembelajaran
Y : Prestasi belajar
: Garis hubungan
C. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan analisa kerangka pemikiran di atas
dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
a. Ada pengaruh positif antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi
siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta T.A 2009/2010.
b. Ada pengaruh positif antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta T.A 2009/2010.
c. Ada pengaruh positif antara metode pembelajaran terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta T.A 2009/2010.
d. Ada pengaruh positif antara motivasi belajar, lingkungan belajar dan metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI Ilmu
Sosial SMA Negeri 7 Surakarta T.A 2009/2010.
X1
X2
X3
Y
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penalitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Surakarta kelas XI IPS
semester gasal tahun ajaran 2009-2010
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Surakarta dengan dasar
pertimbangan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri 7
Surakarta.
b. SMA Negeri 7 memiliki data yang memadai untuk dilakukan penelitian
mengenai pengaruh motivasi, lingkungan dan metode terhadap hasil belajar.
c. SMA Negeri 7 Surakarta merupakan salah satu SMA unggulan di Surakarta,
sehingga hasil dari penelitian ini bisa dimanfaatkan untuk pengembangan yang
lebih lanjut baik secara teknis maupun non teknis.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang digunakan dalam penelitian
dari penyusunan perencanaan sampai pada perbanyakan laporan penelitian. Sesuai
dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis, maka waktu penelitian yang
diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini kurang lebih 6 ( enam ) bulan, yang
dimulai pada bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010, dengan
jadwal pelaksanaan sebagai berikut :
34
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penyususnan Skripsi
Tahun 2009-2010 Kegiatan
Sept Okt Nov Des Jan Feb
1. Tahap Perencanaan
a. Pengajuan Judul
b. Menyusun Proposal
c. Mengurus Ijin
d. Menyusun Instrumen
e. Melaksanakan Try Out
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data
b. Menyusun dan Mengolah Data
3. Menyusun Laporan
B. Metode Penelitian
Suatu penelitian ilmiah dilakukan bertujuan untuk memecahkan
permasalahan yang sedang dikaji. Agar tujuan tersebut dapat tercapai diperlukan
suatu metode, cara atau teknik agar hasil yang diperoleh benar-benar dapat
35
dipertanggungjawabkan. Winarno Surakhmad ( 1998:131 ) memberikan
pengertian metode sebagai berikut “ Metode merupakan cara utama yang
digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa
dengan mempergunakan teknik seta alat-alat tertentu “.
Sedangkan pengertian penelitian menurut Sutrisno Hadi (2001:63) “
Research adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan
metode-metode ilmiah “. Berdasarkan pengertaian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah.
Sesuai dengan permasalahan yang penulis kemukakan dimuka, maka
penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan mendaptkan
informasi mengenai fenomena-fenomena atau situasi yang aktual/ada pada saaat
penelitian berlangsung. Selain itu metode deskriptif juga dapat diartikan sebagai
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Penyelidikan ini tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada
pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan intrepetasi tentang
arti data tersebut.
Menurut Hadari Nawawi (1995: 64) metode deskriptif dapat digolongkan
menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu: (a) Survey (Survey Studies), (b) Studi Hubungan
(Interrelationship Studies), (c) Studi Perkembangan (Development Studies).
Selanjutnya, mengacu pada pendapat diatas, maka ada beberapa macam penelitian
yang bisa diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif, yaitu: (a) Studi Kasus
(Cause Studies), (b) Studi Sebab Akibat dan Perbandinngan (Causal Comparative
Studies), (c) Studi Korelasi (Correlation Studies).
Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan
menghubungkan antara tiga variabel bebas dengan satu variabel terikat. Jenis
36
penelitiannnya adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini, variabel bebas
yang dimaksud adalah motivasi, lingkungan belajar dan metode pembelajaran,
sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar siswa.
Metode deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
meneliti sekelompok manusia, untuk membuat gambaran secara sistematis,
factual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki. Hal ini sesuai dengan cirri-ciri pokok metode penelitian
yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1998:140) sebagai berikut:
1. Penelitian deskriptif lebih memusatkan pada pemecahan masalah-masalah yang
ada pada saat sekarang.
2. Data yang terkumpul mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalaisa.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Suharsimi Arikunto (2002:108) menyatakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian”, sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi ini dapat terdiri dari manusia,
benda-benda, tumbuhan, hewan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa XI IPS SMA Negeri 7
Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
2. Sampel
Dalam penelitian, tidak selalu perlu untuk meneliti semua subyek dalam
populasi, karena selain membutuhkan biaya yang besar juga memerlukan waktu
yang lama. Untuk itu dengan mengambil sebagian subyek suatu populasi atau
sering disebut dengan pengambilan sampel diharapkan hasil penelitian yang
didapatkan sudah dapat menggambarkan populasi yang bersangkutan. Sesuai
dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002:109) bahwa “Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti”. Hasil penelitian dari sampel ini akan digunakan
37
untuk melakukan generalisasi terhadap populasi yang ada. Dari populasi yang ada
didapatkan dua kelas sebagai sampel dari kelas XI yang ada di SMA Negeri 7
Surakarta yaitu kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam pengambilan sampel perlu dipergunakan teknik-teknik
pengambilan sampel agar sampel yang diperoleh benar-benar menggambarkan
keadaan populasi yang sebenarnya. Menurut Sutrisno Hadi (2001:76) “Sampling
adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel”.
Selanjutnya teknik sampling menurut Sutrisno Hadi (2001:76-78) adalah
sebagai berikut:
a. Secara random sampling dapat ditempuh dengan: 1) Cara undian 2) Cara ordinal 3) Cara randomisasi dari table bilangan random
b. Secara non random sampling dapat ditempuh dengan: 1) Sample Proportional Sample 2) Stratified Sample 3) Purposive Sample 4) Quota Sample 5) Double 6) Area Probability Sample 7) Cluster Sample
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik purposive sampling. Purposive sampling digunakan karena sampel yang
akan digunakan ditentukan berdasarkan alasan dan pertimbangan tertentu, dalam
hal ini adalah berdasarkan prestasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang obyektif,dipercaya dan akurat dari
beberapa sumber yang telah ditentukan, maka diperlukan teknik pengumpulan
data. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:126-133) terdapat beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu:
1) Metode Test 2) Metode Kuesioner/Angket 3) Metode Interview 4) Metode Observasi
38
5) Metode Dokumentasi
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
metode kuisioner dan dokumentasi.
1. Kuesioner atau Angket
Definisi angket sama dengan definisi kuesioner. Suharsimi Arikunto
(2002:202) mendefinisikan “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui”.
Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
Suharsimi Arikunto (2002:128) mengemukakan:
Kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangnya: 1). Dipandang dari cara menjawabnya, maka ada:
a) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan pada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri
b) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih
2). Dipandang dari jawaban yang diberikan ada: a) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang orang lain b) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang
orang lain 3). Dipandang dari bentuknya, maka ada:
a) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup
b) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka c) Chek list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan
tanda check (v) pada kolom yang sesuai. d) Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan yang diikuti
oleh kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk mengumpulkan
data yang berhubungan dengan motivasi belajar, lingkungan belajar dan metode
pembelajaran. Berdasarkan pembagian angket diatas maka untuk mendapatkan
data yang berhubungan dengan variabel tersebut dipergunakan angket tertutup
langsung dengan bentuk rating scale.
39
Alasan penulis menggunakan angket tertutup langsung sebagai teknik
pengumplan data adalah untuk memudahkan dalam memberikan penilaian
terhadap pernyataan-pernyataan karena jawabannya sudah tersedia dan untuk
menggali/merekam informasi secara langsung dari orang yang bersangkutan yang
lebih tau tentang dirinya sendiri dan juga memudahkan penelitian.
Langkah-langkah pembuatan angket menurut Sanapsiah Faisal (1999:30)
adalah sebagai berikut:
1) Menyusun matrik spesifikasi data 2) Menyusun angket 3) Try out (uji coba) angket 4) Revisi angket 5) Memperbanyak angket 6) Menggunakan angket sebagai alat pengumpul data
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dapat dijelaskan langkah-
langkah pembuatan angket sebagai berikut:
1) Menyusun Matrik Spesifikasi Data
Matrik spesifikasi data berguna untuk melihat atau
memperjelas permaslahan yang akan dituangkan dalam angket, antara
lain batasan konsep yang akan diteliti serta variabel-variabel yang
akan diidentifikasi. Variabel-variabel yang perlu diidentifikasi dan
diukur adalah:
a) Variabel bebas pertama yaitu motivasi belajar
b) Variabel bebas kedua yaitu lingkungan belajar
c) Variabel bebas ketiga yaitu metode pembelajaran
Variabel terikat (Y) yaitu prestasi belajar siswa tidak perlu
diukur. Hal ini dikarenakan prestasi belajar sebagai variabel terikat
sudah terdapat data yang valid dan tidak perlu diubah.
Batasan konsep yang akan diteliti disini adalah indikator-
indikator yang terdapat di dalam tiap-tiap variabel bebas. Sehubungan
dengan variabel bebas yang akan diteliti dengan menggunakan angket
dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa, lingkungan belajar
siswa dan metode pembelajaran, maka tiga variabel inilah yang akan
40
dijabarkan menjadi butir-butir dalam angket. Dari variabel-variabel
tersebut, dapat diidentifikasi indikator-indikatornya. Berdasarkan
indikator-indikator kemudian disusun angket, berikut adalah
indikator-indikator dari motivasi belajar, lingkungan belajar dan
metode pembelajaran:
a) Variabel bebas pertama (X1) yaitu motivasi belajar, indikatornya
adalah:
1) Perubahan tenaga dan semangat dalam diri seseorang.
2) Motivasi ditandai adanya dorongan efektif.
3) Motivasi untuk mecapai tujuan.
4) Prestasi siswa yang tinggi.
5) Rasa puas atas keberhasilan yang telah ditargetkan.
6) Rasa puas dan sukses ditentukan oleh diri sendiri lepas dari
pengaruh orang lain.
b) Variabel bebas kedua (X2) yaitu lingkungan bealajar, indikatornya
adalah:
1) Tempat melakukan aktivitas berlajar.
2) Lingkungan belajar yang kondusif.
3) Lingkungan belajar yang mendukung proses belajar mengajar.
4) Tempat yang strategis dan bersih.
5) Kedisiplinan yang berlaku di dalam lingkungan belajar tersebut.
6) Peraturan dalam lingkungan belajar yang telah ditetapkan.
c) Variabel bebas ketiga (X3) yaitu metode pembelajaran,
indikatornya adalah:
1) Cara menyampaikan materi pelajaran.
2) Media yang digunakan dalam proses penyampaian materi
pelajaran.
3) Kecakapan guru dalam menguasai metode pembelajaran.
4) Kenyamanan siswa dalam menerima meteri pembelajaran
dengan mengguanakan metode tersebut.
5) Pencapaian tujuan pembelajaran.
41
6) Keberhasilan siswa dengan menggunakan metode tersebut.
2) Menyusun Angket
Menyusun angket berarti membuat item-item pertanyaan
dan pernyataan, membuat pedoman dan petunjuk pengisian angket
dan membuat surat pengantar. Prosedur yang ditempuh dalam
pengisian angket adalah :
a) Menyusun kisi-kisi angket
Kisi-kisi angket diperlukan untuk melihat atau memperjelas
permasalahan yang akan dituangkan dalam angket serta untuk
mempermudah merekapitulasi data.
42
Tabel 2.KISI-KISI ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA
No. Item Jml Prediktor Indikator
Positif Negatif
1. Motivasi adalah
perubahan tenaga
di dalam diri atau
pribadi seseorang
yang ditandai oleh
dorongan efektif
dan reaksi-reaksi
dalam mencapai
tujuan.
2. Motivasi belajar
siswa adalah daya
penggerak dari
dalam diri siswa
demi penghargaan
kepada diri sendiri.
a. Perubahan tenaga dan
semangat dalam diri
seseorang.
b. Motivasi ditandai dengan
dorongan efektif.
c. Motivasi untuk mencapai
tujuan.
a. Prestasi siswa yang tinggi.
b. Rasa puas atas keberhasilan
yang telah ditargetkan.
c. Rasa puas dan sukses
ditentukan oleh diri sendiri
dan lepas dari pengaruh
orang lain.
2,7,15,
21
3,5,9,
18
24,30
10,11,
17,26
23,27
8
16,29
1,13
4,12
14,19,
20
22,28
6,25
6
6
4
7
4
3
JUMLAH 17 13 30
43
Tabel 3.KISI-KISI ANGKET LINGKUNGAN BELAJAR
No. Item Jml Prediktor Indikator
Positif Negatif
1. Lingkungan belajar
adalah tempat untuk
melakukan aktivitas
proses belajar yang
mendukung kegiatan
belajar.
2. Lingkungan belajar
adalah suatu tempat
yang mendukung
kegiatan belajar yang
memiliki peraturan
kedisiplinan.
a. Tempat melakukan aktivitas
belajar.
b. Tempat yang strategis dan
bersih.
c. Lingkungan belajar yang
kondusif.
d. Lingkungan belajar yang
mendukung proses belajar
mengajar.
a. Kedisiplinan yang berlaku
didalam lingkungan belajar
tersebut.
b. Peraturan dalam lingkungan
belajar yang telah
ditetapkan.
1,23
2,3,5,9
6,7,19
4,10,12,
13,14,
26,27
15,17,
29,30
16,28
22,24
8,21
11,20,
25
18
4
4
5
10
5
2
JUMLAH 22 8 30
44
Tabel 4.KISI-KISI ANGKET METODE PEMBELAJARAN
No. Item Jml Prediktor Indikator
Positif Negatif
1. Metode pembelajaran
adalah segala sesuatu
yang digunakan oleh
guru untuk
menyampaikan materi
pelajaran.
2. Metode pembelajaran
adalah cara guru
menyampaikan serta
menguraikan dan
memberi latihan
kepada siswa untuk
mencapai tujuan
tertentu.
a. Cara menyampaikan materi
pelajaran.
b. Media yang digunakan
dalam proses penyampaina
materi pelajaran.
a. Kecakapan guru dalam
menguasai metode
pembelajaran.
b. Kenyamanan siswa dalam
menerima materi
pembelajaran dengan
menggunakan metode
tersebut.
c. Pencapaian tujuan
pembelajaran.
6,11,22
1,23,25
3,20,26,
27
5,9,14,
16,19,
21,28
7,8,15,
17,30
2
4,29
2,12,18
10,13
3
4
6
10
7
JUMLAH 22 8 30
b) Menyusun angket
Angket yang akan dibagikan kepada responden dapat
disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Membuat surat pengantar yang berfungsi mengantarkan angket
yang dikirim kepada responden sehingga mereka tahu siapa
45
pengirim angket, mengapa serta bagaimana responden harus
mengisi angket tersebut.
2) Membuat pedoman atau pejunjuk pengisian angket yang berisi
penjelasan tentang bagaimana cara pengisian angket sehingga
responden dapat mengisi angket dengan benar dan tidak terdapat
kekeliruan.
3) Membuat item pertanyaan yang mengacu pada variabel
penelitian dan sekaligus disertai alternatif jawabannya.
4) Membuat skoring atau penilaian angket untuk skala sikap pada
variabel-variabel yang menjadi pokok bahasan pada penelitian
ini.
Pemberian skor penialaian angket atau kuesioner dalam
penelitian ini berpedoman pada skala Likert (Bimo Walgito,1995:79),
dimana responden diminta untuk menyatakan sikapnya dalam lima
katagori jawaban, yaitu:
a) Sangat Setuju (Strongly Approve) b) Setuju (Approve) c) Tidak mempunyai pendapat (Undecide) d) Tidak Setuju (Disapprove) e) Sangat Tidak Setuju ( Strongly Disapprove)
Dalam penelitian ini peneliti memodifikasi opsi jawaban
tersebut diatas dengan maksud agar jawaban yang ditawarkan kepada
responden sesuai dengan pertanyaan dan informasi yang peneliti
butuhkan. Modifikasi jawaban tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sangat Setuju (SS) atau Selalu (SL)
b. Setuju (S) atau Sering (SR)
c.Tidak mempunyai pendapat atau Ragu-ragu (RR)
d. Tidak Setuju (TS) atau Jarang (JR)
e. Sangat Tidak Setuju (STS) atau Tidak Pernah (TP)
Dalam menskor angket ada dua kriteria penilaian, yaitu
pernyataan positif atau pernyataan negatif. Pernyataan positif, kriteria
bobot penilaiannya adalah sebagai berikut:
46
Alternatif Jawaban BobotPenilaian
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Untuk pernyataan negatif, kriteria bobot penilaiannya
adalah sebagai berikut:
Alternatif Jawaban Bobot Penilaian
Sangat Setuju 1
Setuju 2
Ragu-ragu 3
Tidak setuju 4
Sangat Tidak Setuju 5
3) Try Out (Uji Coba) angket
Sebelum angket digunakan untuk mengumpulkan data yang
sebenarnya, maka angket perlu diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba
ngket ini penulis lakukan pada siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 7
Surakarta. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur
yang dibuat telah memenuhi validitas dan reliabilitas.
a) Uji Validitas
Suharsimi Arikunto (2002:144) mengemukakan “Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
dan kesahihan suatu instrument”. Dari pendapat tersebut, validitas
menunjukkan bahwa suatu instrument dikatakan valid atau sahih
atau mempunyai tingkat validitas yang tinggi atau sebaliknya dan
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap
data dari variabel yang diteliti secara tepat.
47
Dalam penelitian ini butir instrumen dikatakan valid jika
validator setuju dengan semua kriteria yang ditentukan sehingga
butir telah sesuai/cocok dengan semua kriteria yang ditentukan.
Kriteria yang dimaksud meliputi: kesesuaian butir soal dengan
pokok bahasan, kesesuaian butir soal dengan kisi-kisi, soal tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar, kalimat soal mudah
dipahami, dan item soal tidak memberikan interprestasi ganda.
Untuk mencari validitas menggunakan rumus korelasi
product moment, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi
Arikunto (2002:146), yaitu:
( )( )( )( ) ( )( )å åå åå åå
---
-=
2222xy
YYnXXn
YXXYnr
Keterangan :
xyr : indeks konsistensi internal butir ke-i
n : banyak subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i (dan subyek uji coba)
Y : total skor (dari subyek uji coba)
Soal dikatakan konsisten jika rxy ≥ 0,3 dan jika rxy < 0,3
maka soal dikatakan tidak konsisten dan harus dibuang.
b) Uji Reliabilitas
Menurut Suharmi Arikunto (2006:86) “Bahwa reliabilitas
berhubungan dengan masalah kepercayaan”. Sedangkan menurut
Budiyono (2003:65),”Suatu instrument disebut reliabel apabila
hasil pengukuran dengan instrument tersebut dilakukan pada orang
yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang
berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang
sama atau pada waktu yang berlainan.
48
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa uji
reliabilitas adalah hasil pengukuran dengan instrument yang
dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan untuk
mendapatkan hasil yang dpat dipercaya. Untuk menguji reliabilitas
instrument, digunakan rumus Alpha yaitu:
r11 =
Keterangan:
r11 : Reliabilitas item
k : Banyaknya item
:Jumlah varians skor tiap-tiap item
: Varians total
4) Revisi Angket
Dalam tahap ini dari hasil uji coba angket dijadikan dasar
untuk merevisi angket. Revisi angket ini dilakukan dengan jalan
menghilangkan item-item pertanyaan yang tidak valid atau item-item
pertanyaan yang tidak valid didrop out/dibuang selama masih ada
instrument yang mewakilinya.
5) Memperbanyak angket sebanyak responden yang akan digunakan
6) Menggunakan angket sebagai alat pengumpul data
2. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan jalan menyebar angket dan observasi belum
cukup untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Untuk itu peneliti juga
menggunakan teknik dokumentasi, yang digunakan untuk memperoleh data guna
mendapatkan informasi secara tertulis.
Suharsimi Arikunto (2002:134) mengemukakan “Dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya”.
49
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode dokumentasi untuk
memperoleh data tentang prestasi belajar akuntansi. Teknik dokumentasi ini
diperlukan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar mata pelajaran
akuntasi. Dari data ini nilai hasil tes siswa kelas XI IPS semester I ajaran
2009/2010.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui bahwa data yang akan
diolah dan dianalisis dalam keadaan normal. Uji normalitas keempat variabel
penelitian dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat sebagimana yang telah
diungkapkan oleh Sudjana (1996:273):
X2 =
Dimana:
X2 : Chi-Kuadrat
fo : Frekuensi yang diperoleh dari observasi
fh : Frekuensi yang diharapkan
b. Uji Lineritas dan Keberartian
Uji Lineritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan linier
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Menurut Sudjana (1996:315-332)
rumus yang digunakan adalah:
JK (T) = S Y2
JK (a) =
b =
50
JK(b/a) = b [SXY-
JK (S) = JK(T)-JK(a)-JK(b/a)
JK (G) = S [SY2- ]
JK (TC) = JK (S)- JK(G)
dk (TC) = k-2
dk(G) = n-k
KT(TC) =
KT(G) =
Fhitung =
Jika F hitung < F tabel maka model linear yang diambil benar-benar cocok,
tetapi jika F hitung > F tabel maka model linear yang diambil tidak cocok
c. Uji Independensi
Uji independensi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara dua vaktor variabel. Bila kedua faktor tidak ada hubungannya, maka
faktor tersebut independen. Begitu juga sebaliknya, jika kedua faktor tesebut
berhubungan, maka faktor tersebut dependen. Rumus yang digunakan untuk uji
independensi antara X1, X2 dan X3 adalah rumus korelasi product moment dari
Karl Pearson menurut Sudjana (2001:47) yaitu:
( )( )( )( ) ( )( )å åå åå åå
---
-=
YYnXXn
YXXYnr
222xy
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
X : Skor item
Y : Skor total
51
n : Banyaknya subyek
Setelah harga rhitung ditentukan, kemudian dikonsultasikan dari rtabel pada
taraf signifikansi 5% dan = 40. Maka keputusan X1 adalah jika jika rhitung < rtabel
dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut independen, sebaliknya jika rhitung >
rtabel maka dapat disimpulkan variabel tersebut dependen.
2. Uji Hipotesis
Sumber data yang telah diperoleh terdiri dari variabel-variabel dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengujian hipotesis pertama dan kedua
1) Variabel bebas :
- Motivasi belajar (X1)
- Lingkungan belajar (X2)
- Metode pembelajaran (X3)
2) Variabel terikat: Prestasi belajar akuntansi (Y)
Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment, menurut Suharsimi
Arikunto (2002:146) yaitu:
( )( )( )( ) ( )( )å åå åå åå
---
-=
YYnXXn
YXXYnr
222xy
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
X : Skor item
Y : Skor total
n : Banyaknya subyek
Apabila harga rhitung > rtabel , maka terdapat hubungan antara
variabel X dan Y. Sebaliknya jika harga rhitung < rtabel , maka tidak terdapat
hubungan antara variabel X dan Y. Kriteria tingkat korelasi menurut
Winarno Surakhmad (1998:302), yaitu:
52
0,00 sampai 0,20 = Korelasi rendah sekali
0,20 sampai 0,40 = Korelasi rendah
0,40 sampai 0,70 = Korelasi cukup
0,70 sampai 0,90 = Korelasi tinggi
0,90 sampai 1,00 = Korelasi tinggi sekali
b. Pengujian hipotesis ketiga
Menurut Sudjana (1996:349) untuk menguji hipotesis ketiga digunakan
teknik analisis korelasi dan regresi ganda, dengan langkah-langkag sebagai
berikut:
1) Menentukan persamaan garis regresi ganda
Ŷ = aO+ a1 X1 + a2 X2 + a3 X3
Dimana:
Ŷ : nilai kriterium yang dicari
ao : bilangan konstanta
a1 : koefisien prediktor 1
a2 : koefisien prediktor 2
a3 : koefisien prediktor 3
X1 : prediktor 1
X2 : prediktor 2
X3 : prediktor 3
Sedangkan rumus yang digunakan untuk mencari koefisien ao, a1, a2, a3
adalah sebagai berikut:
ao = Ŷ - a1 X1 - a2 X2 - a3 X3
a1 =
53
a2 =
a3 =
2) Menentukan koefisien korelasi ganda
Menghitung koefisien korelasi antara X1 (Motivasi belajar), X2
(Lingkungan belajar) dan X3 (Metode pembelajaran) terhadap Y (Prestasi
belajar siswa), dengan rumus sebagai berikut:
Ry123 =
Dimana:
Ry123 : koefisien korelasi antara X1, X2, X3 dan Y
: Koefisien X1
: Koefisien X2
: Koefisien X3
X1Y : Jumlah produk antara X1 dan Y
X2Y : Jumlah produk antara X2 dan Y
X3Y : Jumlah produk antara X3 dan Y
Y2 : Jumlah kuadrat Y
3) Uji keberartian koefisien korelasi ganda
Uji keberartian dengan uji F ini dilakukan untuk mengetahui
siknifikansi korelasi antara variabel dependen Y dengan variabel-variabel
dependennya dan untuk meyakinkan apabila regresi (bentuk linier) yang
didapat ada artinya bila dipakai untuk membuat suatu kesimpulan mengenai
54
pertautan sejumlah variabel yang diteliti. Rumus yang digunakan menurut
Sudjana (1996:385) adalah:
F =
Keterangan :
F : Harga F garis regresi
n : Ukuran sample
k : Banyaknya variabel bebas
R: Koefisien korelasi antara kriterium dengan predictor-prediktornya
(variabel bebas dengan variabel terikat)
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Umum
a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 7 Surakarta
SMA N 7 Surakarta yang berdiri megah dan strategis di Jalan Mr. Muh. Yamin No. 79 Surakarta, merupakan salah satu sekolah milik pemerintah yang lahir dan berkembang seiring dengan perkembangan waktu. Berikut ini uraian sejarah berdirinya SMA Negeri 7 Surakarta yang melalui beberapa periode, yaitu:
1. Periode I
Pada bulan Juli 1984 SMA Negeri 7 Surakarta berdiri dengan gedung yang masih menginduk di SMA Negeri 3 Surakarta. Siswa-siswanya masuk siang dan guru pengajar juga guru SMA Negeri 3 Surakarta, sebagai kepala sekolah untuk yang pertama kalinya (Alm.) Soeyono, B.A.
2. Periode II
Mulai tahun 1985, Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta dijabat oleh (Alm.) Drs. Soewandhi.
3. Periode III
Pada tanggal 22 Januari 1986, SMA Negeri 7 Surakarta menempati gedung baru yang terletak di Jalan Mr. Muh. Yamin No. 79 Surakarta dan menjadi SMA Negeri 7 Surakarta dengan Surat Keputusan No. 0558/C/1984 tanggal 20 November 1984. Pada saat itu memiliki 6 kelas, yaitu 3 ruangan untuk kelas I dan 3 ruangan untuk kelas II, tahun berikutnya bertambah 3 kelas, sehingga jumlahnya menjadi 9 kelas. Dari tahun ke tahun SMA Negeri 7 Surakarta terus berkembang dan mulai tahun 1996, sekolah ini mempunyai 20 ruang kelas yang terdiri dari 7 kelas untuk kelas I, 7 kelas untuk II dan 6 kelas untuk kelas III, serta memiliki ruang guru seluas 200 m2. Mulai tahun 1997 sampai 2001 sekolah ini mempunyai 22 ruang kelas yang terdiri dari 7 kelas I dari IA sampai IG, 7 kelas untuk kelas IIA sampai IIG, dan 7 kelas untuk kelas III yaitu (III IPA 1-2, III IPS 1 sampai dengan IPS 5) serta ruang khusus pelajaran agama. Dari tahun 2001 sampai sekarang sekolah ini memiliki 24 ruang kelas yang terdiri 8 ruang kelas untuk kelas X, 8 ruang kelas
56
XI dan 7 ruang kelas untuk kelas XII (3 kelas IA dan 5 kelas IS) dan 1 ruang khusus pelajaran agama.
4. Periode IV
Bulan Januari 1992, Drs. Soewandhi selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta pada waktu itu pensiun, dan dirangkap oleh Drs. Sri Waloejo Mangundikoro, kepala sekolah SMA N 3 Surakarta sejak 21 Januari 1993 sampai 1 September 1993. Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta dijabat Ibnu Soewarsa, BA (alm.) dan mulai 1 September 1993 sampai bulan Desember 1993 Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta diampu oleh Widagdo, BA kepala SMA N 2 Surakarta.
5. Periode V
Bulan Januari 1994 terjadi pergantian kepala sekolah yang semula dijabat oleh Widagdo, BA diserahkan kepada Bapak Soekiman sampai tanggal 28 Juli 1995. Dengan adanya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 7 tahun 1994 maka nama SMA berganti menjadi SMU termasuk SMA Negeri 7 Surakarta. Kemudian sejak tanggal 28 Juli 1995 kepala sekolah SMA Negeri 7 Surakarta dijabat oleh Bapak Ignatius Sutaryo sampai tahun 1997.
6. Periode VI
Pada tanggal 12 April 1997 kepala sekolah SMA Negeri 7 Surakarta dijabat oleh Drs. Sediyono, MM alm. Kemudian pada tanggal 10 Oktober 1998 Drs. Supardi Saraswoto dilantik di kota Semarang dan pada tanggal 7 April 1999 Drs. Supardi Saraswoto menjabat sebagai kepala sekolah SMA Negeri 7 Surakarta.
7. Periode VII
Pada tanggal 7 Agustus 2002 jabatan kepala sekolah dipegang oleh Drs. Edy Pudiyanto sampai pada 6 November 2007 dan sampai saat itu SMA Negeri 7 Surakarta telah memiliki 24 ruang kelas yaitu kelas X berjumlah 8 kelas, dan 4 kelas untuk kelas XI IA, 4 kelas untuk kelas XI IS. Untuk kelas XII sendiri terdiri dari 8 kelas yaitu 3 kelas untuk kelas XII IA, 5 kelas untuk kelas XII IS.
8. Periode VIII
Pada tanggal 16 November 2007 jabatan kepala sekolah dipegang oleh Dra. Hj. Endang Sri Kusumaningsih, M.Pd sampai sekarang dan sampai saat ini SMA Negeri 7 Surakarta telah memiliki 24 ruang kelas yaitu kelas X berjumlah 9 kelas, dan 4 kelas untuk kelas XI IPA, 5 kelas untuk kelas XI IPS. Untuk kelas XII sendiri
57
terdiri dari 9 kelas yaitu 4 kelas untuk kelas XII IPA, 5 kelas untuk kelas XII IPS, serta terdapat juga 3 ruangan baru yang saat ini belum digunakan. Ruangan ini terletak dilantai 2.
b. Keadaan Lingkungan SMA Negeri 7 Surakarta
SMA Negeri 7 Surakarta terletak di Jalan Muh. Yamin 79 Tipes Kodya Surakarta. SMA Negeri 7 Surakarta terletak di tengah kota dengan batas-batas sebagai berikut :
Ÿ Timur : Perkampungan penduduk
Ÿ Selatan : Lembaga Pendidikan Pratama Mulia
Ÿ Barat : Jalan Bhayangkara
Ÿ Utara : Jalan Muh. Yamin / Asrama Polisi
58
Gambar 1 Lokasi sekolah
1. Kondisi Lingkungan Sekolah
a. Kebersihan
Kebersihan lingkungan sekolah di SMA Negeri 7 Surakarta
sudah baik, hal ini dapat dilihat dari kondisi kelas, ruang guru, halaman
sekolah, dan tempat-tempat lain. Siswa bertanggungjawab terhadap
kebersihan kelasnya masing-masing, sikap tanggung jawab itu dapat
ditunjukkan dengan adanya pembagian jadwal piket di tiap-tiap kelas.
Sedangkan penjaga sekolah bertanggung jawab terhadap kebersihan
tempat-tempat umum seperti kamar mandi, aula, halaman sekolah dan
lain-lain.
b. Kerapian
Kerapian di SMA Negeri 7 Surakarta ini dapat dilihat lapangan
parkir tempat kendaraan bermotor yang ditata dengan rapi, tempat parkir
guru dan siswa sudah terpisah, kerapian juga dapat dilihat pada
pengaturan taman. Seragam sekolah pun merupakan bentuk kerapian
Asrama
Jalan Bhayangkara SMA N 7 Surakarta
LB. PRATAMA MULIA
Kampung
Jalan Muh. Yamin
Perkampungan penduduk
S
U
B T
59
yang terpancar dari SMA Negeri 7 Surakarta, karena untuk menegakkan
kedisiplinan juga, siswa wajib mengenakan seragam yang rapi, lengkap
dan sopan.
c. Ketenangan
Letak SMA Negeri 7 Surakarta yang berada di tepi jalan raya
dan berada di tengah kota menjadikan suasana belajar kurang kondusif
karena suara kendaraan yang lalu lalang, kendaraan yang lewat dapat
terdengar dari dalam kelas, terutama kelas yang berada di gedung sebelah
barat.
d. Keamanan
Kondisi keamanan di SMA Negeri 7 Surakarta cukup baik, hal
ini dapat dilihat dari adanya penjagaan baik oleh penjaga sekolah
maupun penjaga parkir, dan Satpam yang selalu berada di Pos pada saat
jam sekolah.
e. Ketertiban
Secara umum, ketertiban di SMA Negeri 7 Surakarta sudah
berjalan dengan baik, hal ini ditunjukkan oleh siswa-siswi yang selalu
tertib mengenakan seragam sesuai harinya, untuk hari Senin dan Selasa,
mengenakan seragam OSIS dengan badge OSIS, adapun untuk hari Rabu
dan Kamis siswa mengenakan seragam OSIS dengan badge SMA N 7
Surakarta, siswa mengenakan seragam batik pada hari Jum’at dan untuk
hari Sabtu mengenakan seragam Pramuka. Ketertiban pun tercermin dari
siswa-siswi maupun guru dan karyawan yang datang tepat waktu.
Sedangkan kondisi fisik sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:
Luas tanah 7700 m2 yang terdiri dari:
1. Tanah untuk bangunan sekolah : 3531 m2
2. Tanah untuk bangunan penjaga sekolah : 124 m2
3. Tanah untuk lapangan olahraga : 487 m2
4. Tanah untuk parkir : 1300 m2
5. Tanah untuk kebun : 294 m2
6. Tanah untuk halaman : 228 m2
60
7. Tanah untuk taman : 736 m2
Tabel 5.Luas bangunan lain:
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Lab. Fisika
Lab. Kimia
Lab. Biologi
Kantor TU
Ruang BP3
Gudang Alat
Perpustakaan
Ruang UKS
Ruang BK
Ruang Stensil
Ruang Serba Guna
Masjid
Gudang Olah raga
154 m2
154 m2
80 m2
127 m2
12 m2
20 m2
18 m2
80 m2
24 m2
108 m2
250 m2
12 m2
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Ruang Kepsek
Ruang Tamu
Ruang OSIS
Ruang Koperasi
Ruang Komputer
Ruang Transit
R. Ketrampilan
Ruang Guru
Gapura
Ruang Satpam
Bak Air
Ruang Ganti
WC Kepsek
35 m2
40 m2
30 m2
36 m2
42 m2
21 m2
51 m2
200 m2
14 m2
12 m2
6 m2
16 m2
6 m2
Bangunan lain:
1. WC Guru : 16 m2
2. WC Siswa Putra : 24 m2
3. WC Siswa Putri : 24 m2
4. Tempat Parkir : 486 m2
5. Bangunan Seleser : 1189 m2
6. Pagar : 360 m2
7. Bangunan Tempat Tinggal
a. Ruang Penjaga : 85 m2
b. . Ruang Ganti : 36 m2
8. Monumen : 1,5x1,5 m2
Uraian diatas merupakan gambaran umum tentang kondisi luas
tanah yang ditempati SMA Negeri 7 Surakarta. Berikut ini dipaparkan
61
kondisi sarana baik fisik maupun non fisik yang mendukung proses belajar
mengajar di SMA Negeri 7 Surakarta.
2. Sarana Fisik
Sarana fisik yaitu semua bentuk ruang yang menunjang
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Sarana itu antara lain :
Tabel 6. Daftar sarana fisik
NO SARANA JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11
12
13
14
15
Ruang kelas
Ruang tata usaha
Ruang kepala sekolah
Laboratorium IPA
Laboratorium komputer
Laboratorium bahasa
Ruang guru
Perpustakaan
Aula
PPL
Ruang BP/BK
Ruang UKS
Koperasi
Masjid / mushola
Kamar mandi
27
1
1
3
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
10
3. Sarana Non Fisik
Ada dua golongan yaitu:
a. Bentuk bukan materi
Berupa administrasi dan media cetak (surat kabar dan majalah).
b. Bentuk materi yang bukan ruang
Yaitu berupa alat olahraga, alat tulis menulis, alat kebersihan, alat
kesenian, alat ketrampilan, komputer, printer, scanner, alat ketrampilan
62
memasak, peralatan praktikum kimia, peralatan praktikum fisika,
peralatan praktikum biologi, serta bahan-bahan praktikum
Selain itu masih ada sarana non fisik yang dapat menunjang
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang ada di tiap kelas, antara lain:
a. OHP
SMA Negeri 7 Surakarta menyediakan OHP untuk setiap kelas. Hal ini
untuk mengefektifkan kegiatan belajar mengajar di kelas.
b. LCD
SMA Negeri 7 Surakarta menyediakan LCD untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar di kelas.
c. Kipas angin
d. Papan White Board
Sama seperti OHP, papan white board juga tersedia di tiap-tiap kelas. Hal
ini menjadikan suasana belajar lebih kondusif karena tidak menimbulkan
polusi seperti pada penggunaan papan tulis
e. Televisi Berwarna dilengkapi dengan VCD Player
Sarana dan media yang disediakan di SMA Negeri 7 Surakarta sangatlah
lengkap. Di setiap ruang kelas pun di sediakan televisi, disamping
sebagai media pembelajaran (dengan adanya VCD Player, dan telah
banyak tersedianya CD-CD pembelajaran, sehingga anak mengalami
variasi pembelajaran), televisi tersebut juga dapat digunakan sebagai
sarana hiburan sewaktu istirahat.
f. Sarana belajar lainnya seperti penggaris, penghapus, penggaris segitiga
dan lainnya.
g. Adanya dinding panjat (wall climbing), lapangan basket dan lapangan
tennis, sangatlah menunjang kegiatan ekstrakulikuler untuk anak-anak
pecinta alam dan pecinta olahraga. SMA Negeri 7 Surakarta berupaya
untuk memberikan fasilitas guna mengembangkan minat dan bakat
mereka sehingga anak-anak pun dapat menyalurkannya.
2. Deskripsi Data Khusus
63
Agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian, maka data yang penulis peroleh dari analisis data akan disajikan secara terperinci. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini melibatkan empat variabel yang terdiri dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang pertama adalah motivasi (XI), variabel bebas yang kedua adalah lingkungan belajar (X2) dan variabel bebas yang ketiga adalah metode pembelajaran (X3), sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar akuntansi (Y). Deskripsi data khusus dalam penelitian ini dapat dijelaskan secara terperinci sebagai berikut:
a. Motivasi (X1)
Data tentang motivasi diperoleh dari skor hasil pengolahan data angket yang telah diisi oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
64
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi
Interval Kelas Batas Nyata
x f fx x2 fx2
82 - 87 87,5 84,5 5 422,5 7140,25 35701,25
88 - 93 93,5 90,5 9 814,5 8190,25 73712,25
94 - 99 99,5 96,5 12 1158 9312,25 111747
100 - 105 105,5 102,5 5 512,5 10506,25 52531,25
106 - 111 111,5 108,5 14 1519 11772,25 164811,5
112 - 117 117,5 114,5 9 1030,5 13110,25 117992,25
118 - 123 123,5 120,5 6 723 14520,25 87121,5
60 6180 74551,75 643617
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui kelas interval dari data motivasi yang frekuensinya tertinggi terletak antara 106-111 dan yang terendah antara 422,5. Rata-rata (mean) data sebesar 103 dengan standar deviasi sebesar 11,00077. Median bernilai 104 dan modus mempunyai nilai 106.
Dari data distribusi frekuensi yang berdasarkan hasil angket tersebut dapat disimpulkan pada interval kelas 82-87 dengan rata-rata interval kelas 84,5, frekuensi yang muncul sebanyak 5 dan ini merupakan frekuensi motivasi yang terendah, hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya motivasi siswa dalam belajar sehingga prestasi belajar siswa kurang baik. Sedangkan pada interval kelas 106-111, frekuensi yang muncul sebanyak 14 dan merupakan frekuensi motivasi yang paling tinggi. Dengan adanya motivasi yang tinggi dari siswa untuk belajar maka hasil prestasi belajar akan baik.
Data distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
65
5
9
12
5
14
9
6
02468
101214
82-87 88-93 94-99 100-105 106-111 112-117 118-123
Interval kelas
Gambar 2. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi.
Berdasarkan grafik histogram distribusi frekuensi motivasi diatas, maka dapat dijelaskan bahwa motivasi yang dimiliki oleh siswa satu dengan yang lain dalam belajar sangat berbeda, hal ini sesuai dengan bentuk diagram yang menggambarkan perbedaan frekuensi motivasi antar interval kelas.
b. Lingkungan Belajar (X2)
Data tentang lingkungan belajar diperoleh dari skor hasil pengolahan data angket yang telah diisi oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Variabel Lingkungan Belajar
66
Interval Kelas Batas Nyata
x f fx x2 fx2
77 - 83 83,5 80 6 480 6400 38400
84 - 90 90,5 87 10 870 7569 75690
91 - 97 97,5 94 13 1222 8836 114868
98 - 104 104,5 101 12 1212 10201 122412
105 - 111 111,5 108 8 864 11664 93312
112 - 118 118,5 115 6 690 13225 79350
119 - 125 125,5 122 5 610 14884 74420
60 5948 72779 598452
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui kelas interval dari data lingkungan belajar yang frekuensinya tertinggi terletak antara 91-97 dan yang terendah antara 119-125. Rata-rata (mean) data sebesar 99,0666667 dengan standar deviasi sebesar 12,17370. Median bernilai 98 dan modus mempunyai nilai 88.
Dari data distribusi frekuensi yang berdasarkan hasil angket tersebut dapat disimpulkan pada interval kelas 119-125 dengan rata-rata interval kelas 125,5, frekuensi yang muncul sebanyak 5 dan ini merupakan frekuensi lingkungan belajar yang terendah, hal ini mungkin disebabkan karena lingkungan tempat siswa belajar kurang mendukung sehingga menghambat dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Sedangkan pada interval kelas 91-97, frekuensi yang muncul sebanyak 13 dan merupakan frekuensi lingkungan belajar yang paling tinggi. Lingkungan belajar yang mendukung proses belajar akan memberikan pengaruh yang baik terhadap prestasi belajar karena proses belajar dapat berjalan optimal dengan adanya dukungan dari lingkungan yang baik serta sarana yang memadahi.
Data distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
67
6
10
1312
86
5
02468
101214
77-83 84-90 91-97 98-104 105-111 112-118 119-125
Interval kelas
Gambar 3. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar
Berdasarkan grafik histogram distribusi frekuensi lingkungan belajar diatas, maka dapat dijelaskan bahwa lingkungan sanagt berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar siswa, bukan hanya lingkungan sekolah saja melainkan lingkungan rumah. Keragaman situasi dan kondisi lingkungan belajar yang berbeda-beda dari masing-masing siswa menyebabkan prestasi belajar siswa yang satu dengan yang lain tidak sama.
c. Metode Pembelajaran (X3)
Data tentang metode pembelajaran diperoleh dari skor hasil pengolahan data angket yang telah diisi oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
68
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Metode Pembelajaran
Interval Kelas Batas Nyata
x F fx x2 fx2
87 - 92 92,5 89,5 6 537 8010,25 48061,5
93 - 98 98,5 95,5 12 1146 9120,25 109443
99 - 104 104,5 101,5 12 1218 10302,25 123627
105 - 110 110,5 107,5 16 1720 11556,25 184900
111 - 116 116,5 113,5 6 681 12882,25 77293,5
117 - 122 122,5 119,5 5 597,5 14280,25 71401,25
123 - 128 128,5 125,5 3 376,5 15750,25 47250,75
60 6276 81901,75 661977
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui kelas interval dari data metode pembelajaran yang frekuensinya tertinggi terletak antara 105-110 dan yang terendah antara 123-128. Rata-rata (mean) data sebesar 104,916667 dengan standar deviasi sebesar 9,48378. Median bernilai 104,5 dan modus mempunyai nilai 109.
Dari data distribusi frekuensi yang berdasarkan hasil angket tersebut dapat disimpulkan pada interval kelas 123-128 dengan rata-rata interval kelas 125,5, frekuensi yang muncul sebanyak 3 dan ini merupakan frekuensi metode pembelajaran yang terendah, hal ini mungkin disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurang sesuai dan tidak bervariasi sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan pada interval kelas 105-110, dengan rata-rata 107,5 frekuensi yang muncul sebanyak 16 dan merupakan frekuensi metode pembelajaran yang paling tinggi, hal ini akan memberikan pengaruh baik pada hasil prestasi belajar siswa.
Data distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
69
6
12 12
16
6 53
02468
10121416
87-92 93-98 99-104 105-110 111-116 117-122 123-128
Interval kelas
Gambar 4. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Metode Pembelajaran
Berdasarkan grafik histogram distribusi frekuensi metode pembelajaran diatas, maka dapat dijelaskan bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan meteri pelajaran berdampak terhadap hasil belajar siswa.
d. Prestasi Belajar Akuntansi (Y)
Data tentang prestasi belajar akuntansi diperoleh dari skor hasil pengolahan data angket yang telah diisi oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar
Interval Kelas Batas Nyata
x f fx x2 fx2
68 - 70 70,5 69 10 690 4761 47610
70
71 - 73 73,5 72 10 720 5184 51840
74 - 76 76,5 75 10 750 5625 56250
77 - 79 79,5 78 14 1092 6084 85176
80 - 82 82,5 81 9 729 6561 59049
83 - 85 85,5 84 3 252 7056 21168
86 - 88 88,5 87 4 348 7569 30276
60 4581 42840 351369
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui kelas interval dari data prestasi belajar yang frekuensinya tertinggi terletak antara 77-79 dan yang terendah antara 83-85. Rata-rata (mean) data sebesar 76,317 dengan standar deviasi sebesar 5,48184. Median bernilai 76,5 dan modus mempunyai nilai 68. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa rata-rata berkisar dengan nilai 76,317, hal ini sesuai dengan frekuensi nilai yang sering muncul yaitu dengan frekuensi sebesar 14.
Pada rata-rata kelas interval 84, frekuensi yang muncul hanya 3, diartikan bahwa prestasi belajar akuntansi siswa belum bisa optimal, masih sedikit siswa yang mendapatkan nilai baik, hal ini dikarenakan motivasi siswa dalam belajar masih sangat rendah, selain itu faktor lingkungan dan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar juga ikut memberikan pengaruh.
Data distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
71
10 10 10
14
9
34
02468
101214
68-70 71-73 74-76 77-79 80-82 83-85 86-88
Interval kelas
Gambar 5. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum data dianalisis maka terhadap data tersebut harus dilakukan pengujian persyaratan analisis sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residu terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan rumus chi-kuadrat maka diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Data Motivasi (X1)
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diketahui nilai 2tabelc
dengan dk = 4 (k – 3 = 7 – 3) pada taraf signifikan 5% adalah sebesar 9,488, 2tabelc
> 2hitungc atau 9,488 > 8,088196. Sehingga nilai-nilai pada variabel X1 terdistribusi
secara normal.
b. Data Lingkungan Belajar Siswa (X2)
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diketahui nilai 2tabelc
dengan dk = 4 (k – 3 = 7 – 3) pada taraf signifikan 5% adalah sebesar 9,488, 2tabelc >
72
2hitungc atau 9,488 > 7,853327. Sehingga nilai-nilai pada variabel X2 terdistribusi
secara normal.
c. Data Metode Belajar (X3)
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diketahui nilai 2tabelc
dengan dk = 4 (k – 3 = 7 – 3) pada taraf signifikan 5% adalah sebesar 9,488, 2tabelc
> 2hitungc atau 9,488 > 6,052238. Sehingga nilai-nilai pada variabel X3 terdistribusi
secara normal.
d. Data Prestasi Belajar Akuntansi (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diketahui nilai 2tabelc
dengan dk = 4 (k – 3 = 7 – 3) pada taraf signifikan 5% adalah sebesar 9,488, 2tabelc >
2hitungc atau 9,488 > 6,875397. Sehingga nilai-nilai pada variabel Y terdistribusi secara
normal.
2. Uji Linieritas
Pada penelitian ini menganalisis tiga variabel bebas, yaitu motivasi (X1),
lingkungan belajar (X2) dan metode (X3) dan satu variabel terikat yaitu prestasi belajar akuntansi (Y). Oleh karena itu dalam pengujian persyaratan linieritas ini dilakukan tiga kali uji linieritas antara variabel bebas dan variabel terikat, yaitu uji linieritas antara motivasi dengan prestasi belajar, uji linieritas antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar dan uji linieritas antara metode pembelajaran dengan prestasi belajar.
a. Uji Linieritas antara Motivasi dan Prestasi Belajar
73
Berdasarkan uji linieritas yang telah dilakukan antara variabel bebas (X1) dengan variabel terikat (Y), maka diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan Uji Linieritas Dan Keberartian Regresi X1 dengan Y
JK (G) = ( )
å å å÷÷
ø
ö
çç
è
æ-
iX ni
YY
2
2
= 590,67
b = ( )( )( )å å
å å-
-22 XXn
YXYXn
i
ii
= ( )( )( )2618064368060
4579618047318760
-´-´
= 0,217087
JK (b/a) = ( )( )
ïþ
ïýü
ïî
ïíì
-å åån
YXYXb i
i
= ( )( )
þýü
îíì -
6045796180
4731870,217087
= 336,4846
JK (a) = ( )
n
Y2å
= ( )
604579 2
= 349454
JK (T) = å 2Y
= 351227
74
JK (S) = JK (T) – JK (a) – JK (b/a)
= 351227 – 349454 – 336,4846 = 1436,499
JK (TC) = JK (S) – JK (G)
= 1436,499 – 590,67 = 845,83
dk (TC) = k – 2
= 34 – 2 = 32
dk (G) = n – k
= 60 – 34 = 26
dk reg = 1
dk (S) = n – 2
= 60 – 2 = 58
KT (TC) = ( )( )TCdk TCJK
= 32
845,83 = 26,43225
KT (G) = ( )( )Gdk GJK
= 26
590,67 = 22,71795
KT reg = JK (b/a)
75
= 336,4846
KT res = ( )( )SdkSJK
= 58
1436,499 = 24,76722
F hitung (1) = ( )( )GKTTCKT
= 22,7179526,43225
= 1,163496
F hitung (2) = res
reg
KT
KT
= 24,76722336,4846
= 13,58588
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (1) = 1,163496. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (1) pada dk (TC);dk (G) = 32;26 dan taraf signifikan 5% sebesar 1,90. Karena Fhitung (1) < Ftabel (1) atau 1,163496 < 1,90, berarti antara X1 dengan Y linier.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (2) = 13,58588. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (2) pada dkreg;dk (S) = 1;58 dan taraf signifikan 5% sebesar 4,02. Karena Fhitung (1) > Ftabel (1) atau 13,58588 > 4,02, berarti antara X1 dengan Y signifikan atau uji prasyaratnya terpenuhi sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi dapat mempengaruhi prestasi belajar.
b. Uji Linieritas antara Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar
76
Berdasarkan uji linieritas yang telah dilakukan antara variabel bebas (X2) dengan variabel terikat (Y), maka diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan Uji Linieritas Dan Keberartian Regresi X2 dengan Y
JK (G) = ( )
å å å÷÷
ø
ö
çç
è
æ-
iX ni
YY
2
2
= 401,33
b = ( )( )( )å å
å å-
-22 XXn
YXYXn
i
ii
= ( )( )( )2594459759660
4579594445621060
-´-´
= 0,295495
JK (b/a) = ( )( )
ïþ
ïýü
ïî
ïíì
-å åån
YXYXb i
i
= ( )( )
þýü
îíì -
6045795944
4562100,295495
= 763,4814
JK (a) = ( )
n
Y2å
= ( )
604579 2
= 349454
JK (T) = å 2Y
77
= 351227
JK (S) = JK (T) – JK (a) – JK (b/a)
= 351227 – 349454 – 763,4814 = 1009,502
JK (TC) = JK (S) – JK (G)
= 1009,502 – 401,33 = 608,17
dk (TC) = k – 2
= 34 – 2 = 32
dk (G) = n – k
= 60 – 34 = 25
dk reg = 1
dk (S) = n – 2
= 60 – 2 = 58
KT (TC) = ( )( )TCdk TCJK
= 33
608,17 = 18,42935
KT (G) = ( )( )Gdk GJK
= 25
401,33 = 16,05333
78
KT reg = JK (b/a)
= 763,4814
KT res = ( )( )SdkSJK
= 58
1009,502 = 17,40521
F hitung (1) = ( )( )GTTCT
KK
= 16,0533318,42935
= 1,148008
F hitung (2) = res
reg
KT
KT
= 17,40521763,4814
= 43,86512
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (1) = 1,148008. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (1) pada dk (TC);dk (G) = 33;25 pada taraf signifikan5% sebesar 1,92. Karena Fhitung (1) < Ftabel (1) atau 1,148008 < 1,92, antara X2 dengan Y linier.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (2) = 43,86512. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (2) pada dkreg;dk (S) = 1;58 pada taraf signifikan 5% sebesar 4,02. Karena Fhitung (1) > Ftabel (1) atau 43,86512 > 4,02, dengan demikian antara X2 dengan Y signifikan atau uji prasyaratnya terpenuhi, sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar.
c. Uji Linieritas antara Metode Belajar dan Prestasi Belajar
79
Berdasarkan uji linieritas yang telah dilakukan antara variabel bebas (X3) dengan variabel terikat (Y), maka diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan Uji Linieritas Dan Keberartian Regresi X3 dengan Y
JK (G) = ( )
å å å÷÷
ø
ö
çç
è
æ-
iX ni
YY
2
2
= 610,08
b = ( )( )( )å å
å å-
-22 XXn
YXYXn
i
ii
= ( )( )( )2629566575760
4579629548239860
-´-´
= 0,373985
JK (b/a) = ( )( )
ïþ
ïýü
ïî
ïíì
-å åån
YXYXb i
i
= ( )( )
þýü
îíì -
6045796295
4823980,373985
= 742,2047
JK (a) = ( )
n
Y2å
= ( )
604579 2
= 349454
JK (T) = å 2Y
80
= 351227
JK (S) = JK (T) – JK (a) – JK (b/a)
= 351227 – 349454 – 742,2047 = 1030,779
JK (TC) = JK (S) – JK (G)
= 1030,779 – 610,08 = 420,70
dk (TC) = k – 2
= 31 – 2 = 29
dk (G) = n – k
= 60 – 31 = 29
dk reg = 1
dk (S) = n – 2
= 60 – 2 = 58
KT (TC) = ( )( )TCdk TCJK
= 29
420,70 = 14,50674
KT (G) = ( )( )Gdk GJK
= 29
610,08 = 21,03736
81
KT reg = JK (b/a)
= 742,2047
KT res = ( )( )SdkSJK
= 58
1030,779 = 17,77205
F hitung (1) = ( )( )GTTCKT
K
= 21,0373614,50674
= 0,68957
F hitung (2) = res
reg
KT
KT
= 17,77205742,2047
= 41,76248
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (1) = 0,68957. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (1) pada dk (TC);dk (G) = 29;29 pada taraf signifikan 5% sebesar 1,85. Karena Fhitung (1) < Ftabel (1) atau 0,68957 < 1,85, berarti antara X3 dengan Y linier.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (2) = 41,76248. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (2) pada dkreg;dk (S) = 1;58 pada taraf signifikan 5% sebesar 4,02. Karena Fhitung (1) > Ftabel (1) atau 41,76248 > 4,02, berarti antara X3 dengan Y signifikan atau uji prasyaratnya terpenuhi, sehingga dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar.
3.Uji Independensi
82
Dari hasil perhitungan independensi diperoleh nilai 21XXr = 0,231987672.
Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung < rtabel atau 0,231987672 < 0,254, berarti tidak terdapat hubungan antara X1 dengan X2 (X1 dan X2 saling Independen). Dari hasil
perhitungan independensi X1 dengan X3 diperoleh nilai 21XXr = 0,223543391. Hasil
tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung < rtabel atau 0,223543391 < 0,254, berarti tidak terdapat hubungan antara X1 dengan X3 (X1 dan X3 saling Independen). Sedangkan hasil
perhitungan dari independensi antara X2 dengan X3 diperoleh nilai 21XXr =
0,179739582. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung < rtabel atau 0,179739582 < 0,254, berarti tidak terdapat hubungan antara X2 dengan X3 (X2 dan X3 saling Independen).
C. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Pertama , Kedua dan Ketiga
a. Menentukan Hubungan antara Variabel X1 dan Y
Untuk mencari hubungan ini, maka digunakan analisis korelasi sederhana untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif antara motivasi dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS semester gasal SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai YXr1
= 0,435642524. Hasil tersebut
dikonsultasikan dengan nilai rtebel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung > rtabel atau 0,435642524 > 0,254, berarti terdapat hubungan positif antara X1 dengan Y.
b. Menentukan Hubungan antara Variabel X2 dan Y
Untuk mencari hubungan ini, maka digunakan amalisis korelasi sederhana untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS semester gasal SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai YXr1
= 0,656216143, hasil tersebut
dikonsultasikan dengan nilai rtebel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung > rtabel atau 0,656216143 > 0,254, berarti terdapat hubungan positif antara X2 dengan Y.
83
c. Menentukan Hubungan antara Variabel X3 dan Y
Untuk mencari hubungan ini, maka digunakan amalisis korelasi sederhana untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif antara metode dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS semester gasal SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai YXr3
= 0,647007804. Hasil tersebut
dikonsultasikan dengan nilai rtebel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung > rtabel atau 0,647007804 > 0,254, berarti terdapat hubungan positif antara X3 dengan Y.
2. Pengujian Hipotesis Keempat
Untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif antara motivasi, lingkungan belajar, dan metode degan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS semester gasal SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 digunakan analisis korelasi ganda dan regresi ganda.
a. Menentukan Persamaan Garis Regresi Ganda
Model hubungan yang dimaksud antara variabel X1,X2 dan X3 ditunjukkan dalam persamaan garis regresi ganda sebagai berikut :
321
^
316018,0264205,0149259,01,613469 XXXY +++=
b. Menentukan Koefisien Korelasi Ganda
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga ry = 0,8692422, hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai r table dengan N=60 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,254. Karena rhitung > rtabel atau 0,8692422 > 0,254, berarti terdapat hubungan positif dan signifikan antara XI,X2, dan X3 dengan Y.
c. Menentukan Keberartian Koefisien Korelasi Ganda
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat keberartian koefisien korelasi dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 124,09092 dan Ftabel = 2,78 pada taraf signifikan
84
5%. Karena Fhitung > Ftabel atau 124,09092 > 2,78. Maka dapat dikatakan bahwa hipotesis alternatif diterima dan koefisien korelasi adalah signifikan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri siswa karena adanya semangat dan rangsangan dari dalam siswa itu sendiri. Tetapi pada kenyataannya motivasi belajar ini timbul bukan karena adanya suatu kebutuhan untuk meningkatkan prestasi sehingga menjadi lebih baik melainkan belajar karena ingin mendapatkan hadiah, pujian dari orang tua dan bahkan untuk menghindari hukuman. Jadi motivasi belajar ini dilakukan siswa hanya sebagai simbol, tetapi bukan untuk tujuan yang sebenarnya.
Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh positif antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010”, teruji kenenarannya karena rhitung > rtabel atau 0,435642524 > 0,254. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dan pengaruh positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
2. Hubungan Antara Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Lingkungan belajar adalah lingkungan tempat proses belajar berlangsung baik di sekolah maupun di rumah, lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap prestasi yang akan dicapai oleh siswa dari proses belajar yang dilakukan. Sehubungan dengan pentingnya kondisi lingkungan belajar saat berlangsungnya proses belajar mengajar, maka lingkungan belajar yang kondusif dan akademik baik secara fisik maupun non fisik hendaknya dapat diwujudkan. Semakin menyenangkan tatanan lingkungan fisisk, maka akan member dampak positif bagi proses belajar, karena dengan begitu prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.
Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh positif antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 “, teruji kebenarannya karena rhitung > rtabel atau 0,656216143 > 0,254. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dan pengaruh positif antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
85
3. Hubungan Antara Metode Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan member latihan tentang isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada bermacam-macam jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi kepada siswa, tergantung bagaimana guru tersebut dapat menguasai metode pembelajaran yang akan digunakannya atau tidak. Semakin guru tersebut menguasai metode yang akan digunakan dalam mengajar, maka semakin baik hasil yang akan diperoleh dari proses belajar mengajar tersebut.
Seorang guru yang hanya menguasai satu metode dan hanya metode tersebut yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran, maka akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa. Hal ini menimbulkan rasa malas bagi siswa untuk mengikuti pelajaran yang akhirnya memberikan dampak yang kurang baik terhadap hasil prestasi belajar siswa.
Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh positif antara metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010”, teruji kebenarannya karena rhitung > rtabel atau 0,647007804 > 0,254. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dan pengaruh positif antara metode pembelajaran dengan prestasi belajar akuntansi.
4. Hubungan Antara Motivasi, Lingkungan Belajar dan Metode Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Proses belajar mengajar yang dilalui siswa berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan, hal ini perlu dilakukan secara teratur dan disiplin. Keberhasilan proses belajar mengajar tidak akan terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya baik intern maupun ekstern. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa tersebut adalah motivasi, karena peranan motivasi menentukan segala tindakan manusia demikian juga dalam aktivitas belajar yang didukung oleh kesadaran untuk mencapai hasil atau tujuan yang diharapkan. Selain motivasi, faktor lingkungan belajar dan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga berpengaruh terhadap prestasi belajar, hal ini bukan hanya lingkungan belajar di sekolah saja melainkan juga lingkungan belajar di rumah yaitu keluarga.
Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh positif antara motivasi belajar, lingkungan belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 teruji kebenarannya karena Fhitung > Ftabel atau 124,09092 > 2,78. Hal ini menunjukkan
86
adanya hubungan dan pengaruh positif antara motivasi, lingkungan belajar serta metode pembelajaran dengan prestasi belajar akuntansi.
87
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasannya maka dapat dibuat
kesimpulan penelitian sebagai berikut:
e. Ada pengaruh positif antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi
siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
Artinya, motivasi yang dimiliki oleh siswa untuk belajar akuntansi baik yang
berasal dari dalm dirinya sendiri maupun motivasi yang berasal dari luar itu
mempengaruhi dan berdampak terhadap hasil prestasi belajar akuntansi.
f. Ada pengaruh positif antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran
2009/2010. Artinya, lingkungan belajar baik sekolah maupun lingkungan
belajar di rumah mempengaruhi proses belajar yang akhirnya berpengaruh
terhadap prestasi belajar, hal ini termasuk juga dengan sarana dan prasarana
yang tersedia didalam lingkungan belajar tersebut.
g. Ada pengaruh positif antara metode pembelajaran terhadap prestasi belajar
akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran
2009/2010. Artinya, metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh
seorang guru akuntansi dalam menyampaikan materi pelajaran berpengaruh
terhadap prestasi belajar akuntansi siswa di akhir pembelajaran.
h. Ada pengaruh positif antara motivasi belajar, lingkungan belajar dan metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI Ilmu
Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Artinya, prestasi
belajar akuntansi dapat ditingkatkan dengan adanya motivasi belajar dari para
siswa itu sendiri, lingkungan yang mendukung beserta sarana dan
prasarananya, serta pemilihan metode yang tepat dalam penyampaian materi.
88
B. IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikaji mengenai
implikasi teoritis dan implikasi praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai dasar pengembangan
penelitian selanjutnya, karena masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar Akuntansi. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembuktian bahwa
prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun
faktor dari luar dan prestasi belajar tersebut dapat ditingkatkan dengan
menghilangkan faktor-faktor penghambat tersebut.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian dapat digunakan oleh guru, orang tua maupun siswa. Bagi guru
perlu untuk menerapkan metode mengajar yang bervariasi supaya siswa tidak merasa
jenuh dan bosan. Bagi orang tua perlu mengkoordinasikan dan memperhatikan aktivitas
siswa agar kemampuan akademis yang ada selalu terlatih. Bagi siswa hendaknya selalu
memiliki motivasi dalam belajar sehingga melakukan aktivitas belajar tidak dengan
terpaksa sehingga mendapatkan hasil yang maksmal
C. SARAN
Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan pada kesimpulan dan
implikasi penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Siswa
89
a. Bagi siswa hendaknya meningkatkan semangatnya dalam belajar sehingga bisa
mendapatkan prestasi yang baik.
b. Siswa hendaknya meningkatkan kemandirian dalam belajarnya sehingga tidak
menggantungkan kepada orang lain.
c. Kegiatan belajar siswa tidak hanya dilakukan di sekolah, oleh karena itu siswa
diharapkan mampu belajar secara aktif dan mandiri sehingga dapat diperoleh
prestasi belajar yang optimal.
2. Guru
a. Guru hendaknya selalu memberikan penguatan positif kepada siswa untuk
melakukan belajar mandiri sehingga siswa dapat mencapai prestasi belajar lebih
baik.
b. Guru hendaknya menguasai metode pembelajaran lebih dari satu, sehingga siswa
tidak bosan dalam kegiatan proses belajar mengajar dan hasil pembelajaran dapat
optimal.
3. Sekolah
a. Sekolah hendaknya selalu meningkatkan dan melengkapi sarana serta
prasarana yang dapat menunjang peningkatan prestasi belajar siswa.
b. Sekolah hendaknya meningkatkan pemeliharaan lingkungan belajar yang dapat
mendukung berlangsungnya proses belajar yang maksimal.
4. Orang Tua
a. Orang tua hendaknya juga ikut melakukan pengawasan terhadap siswa ketika belajar
di rumah .
b. Orang tua hendaknya memacu semangat siswa untuk belajar.
c. Orang tua hendaknya memberikan sarana belajar melengkapi kebutuhan belajar siswa
sehingga siswa dapat belajar lebih optimal.
90