18
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG JURNAL Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh TRI ISNAENI 202012070 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SQ3R (SURVEY,

QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

JURNAL

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

TRI ISNAENI

202012070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah
Page 3: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah
Page 4: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah
Page 5: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah
Page 6: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SQ3R (SURVEY,

QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

Tri Isnaeni1, Kriswandani2, Wahyudi3

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 1Mahasiswa pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

2Dosen pendidikan matematika FKIP UKSW, email: [email protected] 3Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

SQ3R terhadap hasil belajar matematika pada kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang sebanyak 214 siswa yang terdiri atas 7 kelas.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling dan diperoleh siswa kelas VII C

sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VII G sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa

masing-masing 30 siswa. Desain penelitian ini menggunakan the randomized control group pretest-

posttest design. Hasil analisis data pretest untuk uji beda rerata menghasilkan signifikansi sebesar 0,517

(lebih dari 0,05), artinya kondisi awal kedua kelompok sampel seimbang, sedangkan hasil analisis data uji

beda rerata untuk posttest menghasilkan signifikansi sebesar 0,003 (kurang dari 0,05) dan rata-rata kelas

eksperimen (77,30) lebih tinggi disbanding kelas kontrol (63,23). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas

VII SMP Negeri 2 Tuntang kabupaten Semarang.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif, SQ3R, hasil belajar matematika

PENDAHULUAN

Matematika sangat penting dalam kehidupan, bahkan setiap hari matematika digunakan

oleh manusia dalam kehidupannya untuk menghitung belanja, mengukur, dan lain sebagainya.

Pentingnya matematika dalam kehidupan manusia, maka matematika perlu dikenalkan kepada

siswa sejak Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Menurut Suherman (2003:253),

matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan mengelola logika, baik secara

kuantitatif maupun berpengaruh secara kualitatif. Lebih lanjut, Soedjadi dalam Sunardi (2013)

mengatakan bahwa secara umum karakteristik matematika meliputi: 1) memiliki objek kajian

yang abstrak; 2) mengacu pada kesepakatan; 3) berpola pikir deduktif; 4) konsisten dalam

sistemnya; 5) memiliki simbol yang kosong dari arti; dan 6) memperhatikan semesta

pembicaraan.

Matematika mempunyai peranan penting sehingga dijadikan sebagai mata pelajaran wajib

di sekolah. Lebih lanjut, Wardhani (2008:8) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut: 1) memahami konsep matematika,

Page 7: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,

akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan

sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; serta 5) memiliki sikap

menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Proses belajar dan mengajar matematika disekolah disebut sebagai pembelajaran

matematika. Hakikat pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan

tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (si pelajar)

melaksanakan kegiatan belajar matematika dan pembelajaran matematika harus memberikan

peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika (Rahayu,

2007). Keterlibatan guru, siswa dan komponen-komponen dalam pembelajaran, maka seorang

guru kiranya mampu memungkinkan terciptanya situasi yang tepat, sehingga memungkinkan

pula terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal tersebut dapat terlaksana

dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah yang disusun berdasarkan kurikulum

(Ibrahim, 2012:36). Sejumlah materi yang harus diselesaikan dalam satu semester atau satu

tahun ajaran membuat guru hanya terfokus pada penyelesaian materi tetapi sering mengabaikan

pemahaman siswa mengenai konsep yang diajarkan. Pembelajaran matematika menjadi terpusat

pada guru sedangkan siswa pasif dan hanya menerima penjelasan guru. Hal ini sesuai dengan

hasil Effendi (2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika masih cenderung

berfokus pada buku teks, masih sering dijumpai guru matematika yang kebiasaan mengajarnya

dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran seperti: menyajikan materi, memberikan

contoh-contoh soal, memberikan latihan soal dan kemudian membahasnya tanpa memperhatikan

pemahaman siswanya. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang

dicapai siswa.

Fakta menunjukkan bahwa hasil belajar matematika merupakan masalah utama dalam

pembelajaran matematika (Suhendra dkk, 2007). Masalah hasil belajar pada pembelajaran

matematika juga dialami oleh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang.

Permasalahan yang terjadi yaitu belum optimalnya hasil belajar matematika siswa. Hal tersebut

diantaranya dapat dilihat dari nilai siswa kelas VII pada ulangan harian materi himpunan yang

hanya mencapai rata-rata 47,69. Tampaklah nilai rerata yang dicapai siswa belum sesuai dengan

Page 8: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

harapan guru dan masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Selain masalah

hasil belajar, proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Tuntang masih menerapkan

model pembelajaran konvensional. Menurut Septiana dkk (2014:71), model pembelajaran

konvensional yakni ditandai dengan ceramah yang diiringi penjelasan, serta pemberian tugas dan

latihan. Disisi lain, siswa mendengarkan, mencatat dan mengerjakan latihan yang diberikan guru,

sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna dan membuat siswa kurang aktif dalam

pembelajaran (Zamroni dalam Rahayu dkk, 2014:49). Oleh karena itu, diperlukan suatu model

pembelajaran yang dapat dijadikan solusi dalam memecahkan permasalahan pembelajaran

matematika di SMP Negeri 2 Tuntang.

Adapun berbagai jenis model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan guru dan salah

satunya adalah Model Pembelajaran Kooperatif. Model ini merupakan salah satu model

pembelajaran yang menggunakan teori dari aliran konstruktivisme yang melihat bahwa hakikat

belajar dipengaruhi oleh pengetahuan awal siswa, sehingga menjadi sangat penting bagi siswa

untuk terlibat secara aktif untuk ikut membangun pengetahuan mereka sendiri (Septiana, dkk

2014:68). Belajar dengan model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk melatih

keterampilan kooperatif siswa agar menghargai orang lain, berani bertanya, mendorong teman

bertanya, berbagi tugas, dan sebagainya. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif sangat

baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat terlibat secara aktif dan bekerjasama mengatasi

tugas yang dihadapinya. Model Pembelajaran Kooperatif terdiri dari beberapa tipe pembelajaran,

yakni Jigsaw, Think-Pair-Share, Numbered Heads Together, Group Investigation, Two Stay Two

Stray, SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review), Tari Bambu, dan lain-lain (Huda, 2014).

Model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R adalah suatu model pembelajaran yang berpusat

pada pembelajar (student centered) karena siswa dituntut berperan aktif untuk menggali dan

memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari (Pratama, 2015).

Model ini juga memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk belajar secara sistematis,

efektif, dan efisien dalam menghadapi berbagai materi ajar (Wijaya, 2015). Lebih lanjut, Nur

dalam Pujawan (2005) menyatakan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R lebih

efisien dipergunakan untuk belajar karena siswa dapat berulang-ulang mempelajari materi ajar

berdasarkan langkah-langkah: (1) mereview bacaan atau materi ajar (survey), (2) membuat

pertanyaan-pertanyaan tentang bacaan (question), (3) membaca/mempelajari bacaan untuk

mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyan yang telah dibuat (read), (4)

membacakan/menuliskan kembali jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka

buat (recite) dan (5) meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada

Page 9: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

langkah kedua dan ketiga (review). Model pembelajaran ini sering digunakan dalam proses

pembelajaran. Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan masing-masing.

Model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R memiliki beberapa kelebihan, yaitu adanya

tahap survey pada awal pembelajaran, hal ini membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang

materi yang akan dipelajari. Adanya 5 tahapan yang dilakukan juga membuat materi yang

dipelajari siswa melekat untuk periode yang lebih lama (Riadi, 2015). Oleh karena itu, model

pembelajaran kooperatif tipe SQ3R berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan ini sesuai

dengan penelitian Suharjati (2013) yang menyatakan hasil belajar matematika siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R dalam pembelajaran

matematika lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan

pembelajaran konvensional. Selain itu juga terdapat penelitian Syamsiah, dkk (2012)

menunjukkan bahwa nilai pemahaman konsep matematis siswa antara kelas eksperimen dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R lebih baik daripada kelas kontrol dengan

pembelajaran konvensional.

Adanya teori tentang model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R dan keberagaman hasil

penelitian menjadi alasan kuat pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

SQ3R terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten

Semarang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental).

Budiyono (2003: 79) mengungkapkan bahwa sebuah penelitian dikatakan eksperimental semu

apabila peneliti tidak memungkinkan untuk memanipulasi dan atau mengendalikan semua

variabel yang relevan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri

2 Tuntang Tahun Ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 214 siswa yang terbagi dalam 7 kelas.

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik cluster random sampling dan didapat dua

kelompok sampel yaitu sebagai kelompok eksperimen yang dikenakan model pembelajaran

kooperatif tipe SQ3R (30 siswa) dan kelompok kontrol yang dikenakan model pembelajaran

konvensional (30 siswa).

Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang digunakan untuk

memperoleh data nilai ulangan harian materi himpunan yang dijadikan data pretest, metode tes

yang digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa, serta metode observasi yang

Page 10: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran.

Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar dan lembar observasi. Instrumen tes hasil

belajar berupa 10 soal uraian yang disusun berdasarkan SK, KD, dan indikator materi. Instrumen

lembar observasi terdiri dari 13 pernyataan yang disusun berdasarkan indikator. Kisi-kisi posttest

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisi-kisi Posttest

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar

Indikator No.

Soal

Memahami

hubungan garis

dengan garis,

garis dengan

sudut, sudut

dengan sudut,

serta

menentukan

ukurannya

Menentukan

hubungan antara

dua garis, serta

besar dan jenis

sudut.

1. Menyebutkan kedudukan dua garis

(sejajar, berhimpit, berpotongan,

bersilangan).

6

2. Mengenal satuan sudut yang sering

digunakan.

1,2

3. Mengukur besar sudut. 3, 5

4. Menyebutkan jenis-jenis sudut. 3, 4

Memahami sifat-

sifat sudut yang

terbentuk jika dua

garis berpotongan

atau dua garis

sejajar

berpotongan

dengan garis lain.

5. Menyebutkan sifat sudut jika dua garis

sejajar dipotong oleh garis ketiga (garis

lain)

7,9

6. Menggunakan sifat-sifat sudut dan garis

untuk menyelesaikan soal

8,10

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal sebelum diberi perlakuan

1. Analisis Deskriptif Nilai Pretest

Analisis hasil belajar awal menggunakan data ulangan harian materi himpunan

(pretest). Hasil analisis deskriptif pretest dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Deskripsi Statistika Nilai Pretest

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Eksperimen 30 7.5 95.0 44.983 19.0347

Kontrol 30 23.0 75.0 47.800 14.0894

Valid N (listwise) 30

Page 11: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa rata-rata nilai pretest kelas kontrol yaitu 47,80 lebih

tinggi dibandingkan kelas eksperimen yaitu 44,983. Selain itu, nilai minimum kelas

kontrol yaitu 23 juga lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu 7,5. Namun demikian,

nilai maksimum kelas kontrol yaitu 75 lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen yang

dapat mencapai 95. Pengkategorian nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kategori Nilai Pretest

No

Interval

Kategori

Eksperimen Kontrol

Jumlah Siswa % Jumlah Siswa %

1 66,67 – 100 Tinggi 4 6,67 4 6,67

2 33,32 – 66,66 Sedang 21 35 21 35

3 0 – 33,31 Rendah 5 8,33 5 8,33

Berdasarkan tiga pengkategorian pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa

baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol masuk dalam kategori sedang dengan

jumlah yang sama yaitu 21 siswa (35%). Adapun yang masuk kategori tinggi dan rendah

berjumlah sama untuk masing-masing kategori. Siswa yang masuk kategori tinggi untuk

kelas eksperimen dan kelas kontrol 4 siswa (6,67%), sedangkan siswa yang masuk

kategori rendah untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol 5 siswa (8,33%).

2. Uji Nomalitas Nilai Pretest

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dan

hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4. Uji ini untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

keduanya menghasilkan nilai signifikansi 0,184 0,05 dan 0,118 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Tabel 4. Uji Normalitas Nilai Pretest

Kelas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Nilai Eksperimen .133 30 .184

Kontrol .143 30 .118

a. Lilliefors Significance Correction

Page 12: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

3. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Pretest

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi

yang variansinya sama atau tidak. Uji homogenitas menggunakan metode Levene’s dan

hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan perhitungan uji beda rerata

Tabel 5 diperoleh hasil taraf signifikansi uji homogenitas kemampuan awal kelas

eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,440 > 0,05 yang berarti dapat disimpulkan

bahwa kedua kelompok tersebut memiliki variansi yang sama atau bersifat homogen.

Tabel 5. Hasil Uji Independent Sampel t-test Nilai Pretest

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-

tailed)

Mean Differenc

e

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Nilai Equal variances assumed

.605 .440 -.651 58 .517 -2.817 4.324 -11.471 5.838

Equal variances not assumed

-.651 53.441 .518 -2.817 4.324 -11.487 5.854

Adapun hasil uji independent sampel t-test dapat dilihat pada Tabel 6. Uji ini

menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,517 > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan

nilai rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa antara siswa yang berada di kelas eksperimen maupun siswa yang berada di kelas

kontrol memiliki kemampuan awal yang seimbang.

B. Kondisi Akhir Setelah diberi perlakuan

1. Analisis Deskriptif Nilai Posttest

Hasil posttest ini dilakukan untuk mengetahui kondisi akhir dari kedua kelas yang

diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Adapun hasil analisis deskriptif untuk

kondisi akhir siswa dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 6. Hasil Deskripsi Statistika Nilai Posttest

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Eksperimen 30 44 100 77.30 16.549

Kontrol 30 30 88 63.23 18.275

Valid N (listwise) 30

Page 13: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

Berdasarkan Tabel 6, diperoleh hasil bahwa nilai maksimum, minimum, rata-rata, standar

deviasi di kelas eksperimen lebih baik daripada kelas control. Hal ini bermakna bahwa

nilai hasil belajar matematika pada kelas eksperimen meningkat setelah diberi perlakuan.

Terlihat bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen yaitu 77,30 dan nilai rerata kelas

kontrol yaitu 63,23. Nilai minimum kelas eksperimen yaitu 44 dan nilai minimum kelas

kontrol yaitu 30. Untuk nilai maksimum kelas eksperimen yaitu 100 dan nilai maksimum

kelas kontrol yaitu 88. Pengkategorian kemampuan awal hasil belajar kelas eksperimen

dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kategori Nilai Posttest

No Interval Eksperimen Kontrol

Jumlah Siswa % Jumlah Siswa %

1 66,67 – 100 23 38,33 16 26,67

2 33,32 – 66,66 7 11,67 13 21,67

3 0 – 33,31 0 0 1 1,67

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol masuk dalam kategori tinggi dengan jumlah siswa

berselisih 7 yaitu 23 siswa atau 38,33% dan 16 siswa (26,67%). Adapun yang masuk

kategori sedang untuk kelas eksperimen 7 siswa atau 11,67% dan kelas kontrol 13 siswa

(21,67%), sedangkan siswa yang masuk kategori rendah untuk kelas eksperimen tidak

ada satupun siswa atau 0% dan untuk kelas kontrol terdapat 1 siswa (1,67%).

2. Uji Normalitas Nilai Posttest

Uji Normalitas dilakukan untuk menguji normalitas dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Uji Normalitas Nilai Posttest

Kelas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Nilai Eksperimen .085 30 .200*

Kontrol .144 30 .112

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 14: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika pada tabel di atas

diperoleh nilai signifikansi uji normalitas untuk kelas eksperimen sama atau lebih dari

0,200 > 0,05 dan untuk kelas kontrol sebesar 0112 > 0,05 artinya hasil belajar

matematika dari kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

3. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Posttest

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang variansinya sama atau tidak. Uji homogenitas menggunakan metode

Levene’s dan hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan perhitungan

uji beda rerata Tabel 9 diperoleh hasil taraf signifikansi uji homogenitas kemampuan

akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,466 > 0,05 yang berarti dapat

disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki variansi yang sama atau bersifat

homogen.

Adapun hasil uji independent sampel t-test dapat dilihat pada Tabel 9. Uji ini

menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,003 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan nilai

rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa.

C. Pembahasan

Hasil independent sampel t-test menunjukkan nilai signifikansi adalah 0,003 < 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai rerata kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Artinya ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R terhadap hasil

Tabel 9. Hasil Uji Independent Sampel t-test Nilai Posttest

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed) Mean

Difference Std. Error Difference

95% Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper

Nilai Equal variances assumed

.539 .466 3.125 58 .003 14.067 4.501 5.056 23.077

Equal variances not assumed

3.125 57.438 .003 14.067 4.501 5.054 23.079

Page 15: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

belajar matematika bagi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang. Hal ini dapat dilihat dari

nilai rerata kelas eksperimen sebesar 77,30 dan nilai rerata kelas kontrol sebesar 66,23.

Tampaklah bahwa nilai rerata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rerata kelas

kontrol.

Faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R lebih baik daripada model pembelajaran

konvensional karena proses yang terjadi pada pembelajaran kooperatif tipe SQ3R. Siswa

dapat bekerjasama, saling termotivasi, bertukar pikiran dalam melakukan proses

pembelajaran di dalam kelas khususnya dengan menggunakan langkah-langkah belajar pada

model pembelajaran kooperatif tiep SQ3R. Selain itu, tahap-tahap pembelajaran yang

dilaksanakan lebih efektif karena model ini mendorong siswa untuk lebih memahami apa

yang dibacanya, terarah pada inti yang ada dalam bacaan, hal ini sesuai dengan teori

Sudrajat (2010), model ini memiliki keunggulan yaitu tingkat pemahaman yang akan

diperoleh dapat lebih mendalam karena membaca dengan aktif dengan demikian, proses

membaca cepat yang dilakukan lebih efisien dan efektif.

Pada awal penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R, siswa belum terbiasa

dan belum mempunyai pengalaman dengan pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R,

sehingga pada awal-awal pembelajaran situasi kelas agak ribut, sebagian besar tugas

kelompok dikerjakan secara individu oleh anggota kelompok yang paling pintar dan

sebagian besar siswa kurang berani mengemukakan gagasan atau menjawab pertanyaan dari

guru. Demikian halnya dengan penelitian Pujawan (2005), ketika awal pembelajaran model

pembelajaran kooperatif tipe SQ3R diterapkan, suasana kelas agak ribut dan kurangnya

motivasi siswa untuk belajar, hal ini terlihat dari masih banyaknya siswa yang tidak

mengerjakan tugas yang terdapat dalam lembar kerja siswa (LKS) dan dalam diskusi atau

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, hanya beberapa siswa yang mau

mengemukakan pendapat atau menjawab. Hal ini disebabkan oleh kurang berani atau

kurangnya rasa percaya diri siswa. Melihat masalah tersebut, guru memberikan arahan

kembali kepada siswa bagaimana seharusnya mereka dalam mengikuti pembelajaran.

Kemudian, dengan berbagai strategi guru berusaha membangkitkan kesadaran dan motivasi

siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dan dalam hal ini guru memberikan perhatian

lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan lembar kerja siswa

(LKS). Serta mendorong siswa yang berkemampuan kurang untuk berpartisipasi aktif dalam

diskusi, dengan memberikan kesempatan bertanya dan menjawab terlebih dahulu, misalnya

Page 16: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

dengan menunjuk siswa sehingga interaksi siswa tidak hanya terbatas pada siswa yang

berkemampuan tinggi.

Kelemahan model pembeajaran kooperatif tipe SQ3R yang ditemukan saat menerapkan

model pembeajaran kooperatif tipe SQ3R di SMP Negeri 2 Tuntang kabupaten Semarang

yaitu bahwa metode ini membutuhkan waktu yang relatif lama dalam pelaksanaannya. Oleh

karena itu guru harus menggunakan waktu seefisien mungkin dalam menerapkan metode ini.

Hal ini sesuai yang di katakan oleh Muhibbinsyah dalam Syamsiah, dkk (2012), bahwa

kekurangan model pembeajaran kooperatif tipe SQ3R yaitu materi yang disajikan hanya

berupa materi bacaan dan kurang efesien untuk kelas yang jumlah siswanya terlalu banyak.

Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R yang masih tergolong baru bagi siswa

di SMP Negeri 2 Tuntang kabupaten Semarang, sehingga dalam pelaksanaannya model

pembelajaran kooperatif tipe SQ3R ini membutuhkan adaptasi tersendiri bagi siswa.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe SQ3R menunjukkan bahwa, siswa sudah mulai terbiasa dalam mengikuti

pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R, Ini terlihat dari keantusiasan siswa setelah

diberikan tugas yang tertuang ke dalam lembar kerja siswa (LKS), kemudian siswa langsung

mengerjakannya sesuai dengan petunjuk tanpa menunggu perintah. Selain itu, model

pembelajaran kooperatif tipe SQ3R ini dapat melatih siwa bekerja dalam kelompok, siswa

berani dan tidak ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapatnya, melatih siswa untuk

berbicara di depan kelas, melatih siswa belajar menghargai pendapat teman lain.

SIMPULAN

Hasil nilai signifikansi uji beda rerata sebesar 0,003 < 0,05 yang berarti terdapat

perbedaan nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dan rata-rata hasil

belajar matematika kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 77,30 dibandingkan kelas kontrol

hanya 66,23. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe SQ3R terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas VII

SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang. Hal ini berarti hasil belajar matematika siswa

yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R lebih baik dibandingkan hasil

belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Page 17: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University

Press.

Effendi, Leo Adhar. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode

Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Repersentasi Dan Pemecahan

Masaah Matematis Siswa SMP. Jurnal penelitian pendidikan. Vol. 13 No. 2, Oktober

2012.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Ibrahim dan Suparni. 2012. Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta:

SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga.

Pratama, Rizki, dkk. 2012. Pengaruh metode SQ3R terhadap Hasil Belajar dan Minat

Membaca di MAN 1 PONTIANAK. Jurnal Penddidikan Kimia FKIP Untan

Pujawan, I Gusti Ngurah. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode

SQ3R dalam meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP.

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No 5 tahun XXXVIII, Juli

20115.

Rahayu, dkk. 2014. Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok. Jurnal

Graha Pendidikan Matematika. Vol. 2, No. 2, Mei 2014: halaman 48-61. Salatiga:

UKSW.

Rahayu, Nurhayati. 2007. Matematika itu Gampang. Jakarta: Transmedia Pustaka

Riadi. 2013. Strategi Belajar SQ3R. Diakses melalui:

http://www.kajianpustaka.com/2013/04/strategi-belajar-sq3r.html Diakses Tanggal 6

Juni 2013 Pukul 21.20

Septiana, dkk. 2014. Perbedaan Prestasi Beajar Matematika Diantara Siswa yang diajar

Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Division

(STAD) dengan Model Pembelajaran Konvensional. Jurnal Graha Pendidikan

Matematika. Vol. 2 No. 2, Mei 2014: halaman 62-82. Salatiga: UKSW.

Sudrajat A. 2010. Perbedaan antara Pendekatan, Metode, Strategi, Model dan Tekhnik

dalam Pembelajaran. http://www.psb psma.org/conten/pengertian-pendekatan- strategi-

metode-teknik-taktik-dan-model- pembelajaran.pdf. Diakses tanggal 19 April 2016

Pukul 16.37

Page 18: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R (Survey ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9871/2/T1_202012070_Full... · dengan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah

Suharjati dkk. 2013. Penerapan Metode Survey, Question, Read, Recite, and Review

(SQ3R) Pada Pembelajaran Matematika SMK Kartika 1-2 Padang. Jurnal Pendidikan

Matematika Universitas Bung hatta

Suhendra. 2007. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:

IMSTEP UPI.

Sunardi. 2013. Pengembangan Karakter Teliti, Konsisten dan Kreatif pada Siswa SMP

Melalui Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education

Berbasis Lesson Study. FKIP Universitas jember.

Syamsiah, dkk. 2012. Penerapan Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and

Review) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar BiologiSiswa Kelas VIIIA

SMP negeri 1 Lamuru Kabupaten Bone. Makasar. Jurnal Sainsmat. Vol. 1 No. 1, Maret

2012: halaman 100-108. Makasar: Universitas Negeri Makasar

Whardani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTS untuk

Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matemtika. Yogyakarta: Depdiknas

Wijaya, Ratih Ayu, dkk. 2015. Penerapan Metode Survey Question Read Recite Review

SQ3R dalam pembelajaran IPA di SMP. Jurnal Pendidikan Fisika IKIP Universitas

Jember. vol. 4 No 1, Juni 2015: halaman 87-92.