41
PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SUB SEKTOR PERKEBUNAN DI KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH MIRA APRIYA NUGRAH NIM : 07C20101075 Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SUB SEKTOR

PERKEBUNAN DI KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

MIRA APRIYA NUGRAH NIM : 07C20101075

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2014

Page 2: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SUB SEKTOR

PERKEBUNAN DI KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

MIRA APRIYA NUGRAH NIM : 07C20101075

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2014

Page 3: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pedesaan, pemerintah daerah telah mengembangkan

sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan. Arah kebijaksanaan sektor

perkebunan ini adalah melaksanakan perluasan areal perkebunan dengan

menggunakan system Perkebunan Inti Rakyat (PIR) serta memberikan

kesempatan kepada perkebunan swasta. Sub sektor ini dapat menyerap tenaga

kerja, menunjang program permukiman dan mobilitas penduduk serta

meningkatkan produksi dalam negri maupun ekspor nonmigas, Syahza (2005,

h.1).

Kegiatan dalam rangka menunjang kebijaksanaan pemerintah tersebut,

terutama untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat, maka

pemerintah Kabupaten Nagan Raya mengambil kebijaksanaan pengembangan

perkebunan melalui Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) sebagai salah

satu yang dianggap tepat. Perkebunan yang banyak dikembangkan di Kabupaten

Nagan Raya adalah perkebunan kelapa sawit. Untuk sektor perkebunan

pemerintah Kabupaten Nagan Raya menetapkan kelapa sawit sebagai komoditas

unggulan daerah. Kelapa sawit adalah salah satu dari beberapa tanaman palma

penghasil minyak. Berdasarkan data agroklimat, tanaman kelapa sawit sangat

cocok ditanam dan diusahakan sebagai salah satu cabang usaha baik perorangan,

kelompok maupun perusahaan. Kesesuaian agroklimat dan tersedianya lahan

disertai dengan kemudahan-kemudahan regulasi yang ditawarkan oleh Pemerintah

Daerah, tampaknya berhasil mengundang minat investor untuk berusaha kelapa

Page 4: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

2

sawit di Kabupaten Nagan Raya. Kehadiran investor berusaha pada komoditi

kelapa sawit akan memberikan pengaruh signifikan, hal ini ditandai dengan

tingginya animo masyarakat untuk berusaha kelapa sawit di Kabupaten Nagan

Raya.

Perkembangan luas areal/lahan dari tahun ke tahun tampaknya tidak diikuti

oleh sarana pengolahan, sehingga tanaman kelapa sawit rakyat walaupun telah

berproduksi masih kesulitan dalam proses pengolahan dan pemasaran, masyarakat

petani belum memperoleh peluang untuk memanfaatkan potensi ekonomi dalam

kegiatan off farm (kegiatan yang dilakukan disawah, ladang, kebun, kolam, dan

tambak) dan hanya terbatas on farm (kegiatan pertanian yang hanya menitik

beratkan kegiatan pada pasca panen atau pengolahan).

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur untuk menunjukkan

adanya pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan

ekonomi dapat memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi (Sukirno 2006

h,34). Namun pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan

ekonomi yang dicapai oleh suatu daerah, akan tetapi lebih dari itu pembangunan

mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan

dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang strategis

dalam pembangunan.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting dan strategis di

Kabupaten Nagan Raya karena peranannya yang cukup besar dalam mendorong

perekonomian rakyat, terutama bagi petani perkebunan. Hal ini cukup beralasan

karena Kabupaten Nagan Raya memang cocok dan potensial untuk pembangunan

pertanian perkebunan. Dengan luas lahan 27.434 Ha pada tahun 2009

Page 5: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

3

dibandingkan dengan Kabupaten Aceh Barat yang hanya mempunyai luas 4.978

ha. (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nagan Raya, 2013)

Ada beberapa alasan kenapa pemerintah Kabupaten Nagan Raya mengutamakan

kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain:

1. Dari segi fisik dan lingkungan, keadaan Kabupaten Nagan Raya

memungkinkan dikembangkan perkebunan kelapa sawit. Kondisi

Kabupaten Nagan Raya yang relative datar akan memudahkan dalam

pengelolaan dan dapat menekan biaya produksi;

2. Kondisi tanah yang memungkinkan untuk ditanam kelapa sawit akan

membuat produksi lebih tinggi dibandingkan daerah lain;

3. Dari sgi pemasaran hasil produksi Kabupaten Nagan Raya mempunyai

keuntungan, karena letaknya yang strategis dengan pasar yaitu Medan,

4. Berdasarkan hasil yang telah dicapai menunjukkkan bahwa kelapa sawit

memnberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada petani dibandingkan

dengan jenis tanaman perkebunan lainya.

Sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung tenaga kerja

dan sebagian besar penduduk di Kabupaten Nagan Raya tergantung sektor

tersebut. Berdasarkan data Statistik Kabupaten Nagan Raya tahun 2011, jumlah

penduduk Kabupaten Nagan Raya yang bekerja di sektor pertanian (56,82%).

Peranan sektor pertanian yang meliputi pertanian pangan dan hortikultura,

perkebunan, peternakan dan perikanan. Potensi perkebunan di Kabupaten Nagan

Raya tersebar di seluruh Kabupaten Nagan Raya. Daerah ini juga termasuk satu di

antara Kabupaten lain penyandang (lumbung) pangan, terutama padi, palawija,

Page 6: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

4

dan hortikultura. Namun, pada kenyataannya sektor perkebunan juga merupakan

sektor unggulan di Kabupaten Nagan Raya.

Angkatan kerja yang telah bekerja tersebar di sektor-sektor ekonomi yang

ada dan sebagian besar berada di sektor industri, perdagangan, jasa dan keuangan.

Kondisi ini sejalan dengan kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB kabupaten

Nagan Raya. Peningkatan investasi akan meningkatkan kesempatan kerja dan

peningkatan upah akan menurunkan kesempatan kerja. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan

2000. Data diambil dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 atau selama 10

tahun. Hal ini dikarenakan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun

tertentu sebagai dasar, dimana dalam perhitungan ini digunakan tahun 2000.

PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur

ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

ekonomi dari tahun ke tahun. Dengan demikian, PDRB merupakan indikator

untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam

memanfaatkan sumber daya yang ada dan dapat digunakan sebagai perencanaan

danpengambilankeputusan. Sumber: http://www.damandiri.or.idfile dwiharyonoip

bab3.pdf diakses 23 Juli 2012.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis ingin

meninjau tentang “Pengaruh Luas Lahan Kelapa Sawit terhadap Produk

Domestik Regional Bruto Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Nagan

Page 7: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

5

Raya”.Penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapakah besar pengaruh luas lahan kelapa sawit terhadap PDRB sub sektor

perkebunan di Kabupaten Nagan Raya dari tahun 2003-2012.

1.3 TujuanPenelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisis pengaruh luas lahan kelapa sawit terhadap PDRB sub sektor

perkebunan di Kabupaten Nagan Raya dari tahun 2003-2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, manfaat yang ingin dicapai dengan

diadakannya penelitian ini dijabarkan dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Penulis

Sebagai wacana dalam mengembangkan teori-teori yang pernah di peroleh selama

perkuliahan.

2. Lingkungan Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi bagi

peneliti-peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dengan masalah yang

sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pemerintah Daerah atau pihak lain

Hasil penelitian dan analisa yang dapat, diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan masukan tentang pengaruh luas lahan kelapa sawit terhadap PDRB sub

Page 8: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

6

sektor perkebunan di Kabupaten Nagan Raya.

1.5 Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penyusunan dalam penelitian ini makasistematika

yang dipergunakan terdiri dari 5 (lima) bab yaitu :

Bagian pertama pendahuluan, pada bagian ini penulis mengemukakan

pokok bahasan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

Bagian kedua menguraikan tentang pengertian sektor perkebunan, dan

hipotesis.

Bagian ketiga menguraikan tentang populasi dan sampel, data penelitian,

jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, model analisis data dan definisi

operasional variable dan pengujian hipotesis.

Bagian keempat menguraikan tentang hasil dan pembahasan meliputi

statistik deskriptif variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan

hasil penelitian.

Bagian kelima menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran.

Page 9: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produk Domestik Regional Bruto

Menurut Mankiw (2000, h.287) menjelaskan bahwa secara umum PDRB

dapat dihitung berdasarkan harga konstan atau berdasarkan harga berlaku. PDRB

menurut harga konstan adalah merupakan ukuran kemakmuran ekonomi yang

dihasilkan tidak dipengaruhi oleh perubahan harga.Tolak ukur dari keberhasilan

pembangunan ekonomi suatu daerah diantaranya adalah PDRB daerah tersebut

dan pertumbuhan penduduk yang bermuara pada tingkat kesempatan kerja. PDRB

menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam

dan faktor- faktor produksi. PDRB juga merupakan jumlah dari nilai tambah yang

diciptakan dari seluruh aktivitas ekonomi suatu daerah atau sebagai nilai produksi

barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah atau sebagai nilai produksi

barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah. Mengambil analisis makro

Produk Domestik Regional bruto.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah. Pertumbuhan tersebut dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya infrastruktur ekonomi. PDRB

adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam

wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan

menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan

Page 10: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

8

menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada

satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.

PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran

struktur ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dengan demikian, PDRB merupakan

indikator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam

memanfaatkan sumber daya yang ada, dan dapat digunakan sebagai perencanaan

dan pengambilan keputusan (Sukirno 2006, h. 35). Ada beberapa konsep definisi

yang perlu diketahui :

1. Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Pasar

PDRB atas dasar harga pasar merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari

seluruh sector perekonomian didalam suatu wilayah dalam periode tertentu,

biasanya satu tahun, yang dimaksud dengan nilai tambah adalah selisih nilai

produksi dengan biaya.

2. Produk Domestik Regional Neto atas Dasar harga Pasar

PDRN atas dasar harga pasar merupakan PDRB yang dikurangi

dengan penyusutan. Penyusutan dikeluarkan dari PDRB oleh karena susutnya

barang modal selama berproduksi.

3. Produk Domestik Regional Neto atas Dasar Biaya Faktor

PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar dikurangi

dengan penyusutan. Penyusutan dikeluarkan dari PDRB oleh karena susutnya

barang modal selama produksi.

Page 11: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

9

4. Pendapatan Regional

PDRN atas dasar biaya faktor merupakan jumlah balas jasa faktor- faktor produksi

dalam proses produksi, dan tidak seluruhnya menjadi milik suatu daerah/wilayah

karena termasuk pula didalamnya pendapatan penduduk wilayah lain. Demikian

sebaliknya, PDRN tersebutharus pula ditambah dengan pendapatan yang

diperoleh daerah lain. Bila pendapatan penduduk yang masuk dan keluar dapat

dicatat dengan pendapatan neto antar wilayah/daerah didapatkan pendapatan

regional (Produk Regional Bruto). Karena sulitnya memperoleh data pendapatan

masuk dan keluar suatu wilayah maka PDRN atas dasar biaya faktor diasumsikan

sama dengan pendapatan regional atau pendapatan neto.

5. Pendapatan Regional Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan pendapatan yang diterima oleh masing-

masing perkepala penduduk. Pendapatan perkapita tersebut dihasilkan dengan

membagi pendapatan regional/produk regional neto dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun.

6. ProdukDomestikdanProduk Regional

Ada perbedaan pengertian dalam literature ekonomi mengenai produk

domestik dengan produk regional. Kenyataan menunjukan bahwa sebagian

kegiatan produksi yang dilakukan disuatu daerah, beberapa faktor produksinya

berasal dari wilayah/ daerah lain seperti tenagakerja, mesin dan modal. Sehingga

nilai produksi di wilayah atau domestik tidak sama dengan pendapatan yang

diterima oleh penduduk tersebut, yang pada akhirnya menimbulkan perbedaan

antara produk domestic dan produk regional. Produk regional merupakan produk

domestik yang ditambahkan pendapatan yang mengalir kedalam wilayah tersebut,

Page 12: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

10

kemudian dikurangi pendapatan yang mengalir keluar wilayah. Sehingga dapat

dikatakan produk regional pada dasarnya merupakan produk yang betul-betul

dihasilkan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki penduduk dalam wilayah

yang bersangkutan.

7. Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan

Pendapatan regional atas dasar harga konstan didapat melalui

operasi pengurangan Pendapatan regional atas dasar harga berlaku dengan

perkembangan inflasi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap

tahun.

Menurut Jhingan (2007, h. 16) PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah

nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sector

perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud nilai tambah bruto adalah nilai

produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Nilai tambah

bruto mencakup komponen-komponen factor pendapatan (upah dan gaji, bunga,

sewa, tanah dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Jadi,

menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkannya,

akan menghasilkan produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar.

2.1.1. Produk Domestik dan Produk Regional

Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang

beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya

berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut, merupakan “Produk

Page 13: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

11

Domestik” daerah bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya

kegiatan produksi tersebut merupakan “Pendapatan Domestik”.

Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang

digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain atau

dari luar negeri, demikian juga sebaliknya faktor produksi yang dimiliki penduduk

daerah tersebut dapat ikut serta dalam proses produksi di daerah lain atau di luar

negeri. Hal ini menyebabkan nilai produk domestik yang timbul di suatu daerah

tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah tersebut.

Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar daerah (termasuk juga

dari dan ke luar negeri) yang pada umumnya berupa upah/gaji, bunga, deviden

dan keuntungan maka timbul perbedaan antara Produk Domestik dan Produk

Regional.Produk Regional adalah Produk Domestik ditambah dengan pendapatan

yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi dengan pendapatan yang

dibayarkan keluar daerah/negeri tersebut. Akan tetapi untuk mendapatkan angka-

angka tentang pendapatan yang mengalir keluar dan masuk ke suatu daerah (yang

secara nasional dapat diperoleh dari neraca pembayaran luar negeri) masih sangat

sulit saat ini, hingga Produk Regional ini belum dapat d ihitung. Untuk sementara

dalam perhitungan ini Produk Regional dianggap sama dengan “Produk Domestik

Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor”.Bila Pendapatan Regional ini

dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di region tersebut, maka d ihasilkan

Pendapatan Per KapitaSumber:http://infostatntb.wordpress.com/pengertian-pdrb-2.

Page 14: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

12

2.1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Pasar

Angka Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar dapat

diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (Gross Value Added) yang

timbul dari seluruh sektor ekonomi di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai

tambah bruto adalah nilai lebih yang timbul setelah melalui suatu proses produksi

atau nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara. Nilai tambah bruto

disini mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga,

sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung netto. Dengan

menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan

nilai tambah bruto dari seluruh sektor, akan diperoleh Produk Domestik Regional

Bruto Atas Dasar Harga Pasar.Sumber:http://infostatntb.wordpress.com/pengertian-pdrb-2

Sedangkan menurut Tarigan (2006, h. 18) PDRB atas harga pasar adalah

jumlah nilai tambah bruto (Gross Value added) yang timbul dari seluruh sector

perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah

nilai produksi (Output) dikurangi dengan biaya antara (Intermediate cost). Nilai

tambah bruto mencakup komponen- komponen faktor pendapatan (Upah, Gaji,

Bunga, Sewa Tanah, dan Keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

Jadi, dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan

menjumlahkannya, akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto atas

dasar harga pasar.

2.1.3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor

Perbedaan antara konsep biaya faktor dengan harga pasar adalah karena

adanya pajak tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah dan subsidi yang

diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung yang

Page 15: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

13

dibayar oleh perusahaan terdiri dari iuran wajib ke pemerintah yang diberlakukan

sebagai biaya untuk kegiatan produksi. Pajak tidak langsung ini termasuk segala

jenis pajak yang dikenakan atas kegiatan produksi, penjualan, pembelian atau

penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan. Suatu perusahaan/usaha dapat

membayar pajak tidak langsung kepada Pemerintah Daerah maupun ke

Pemerintah Pusat.

Pajak Tidak Langsung ini meliputi pajak penjualan, bea ekspor, cukai dan

lain- lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseorangan. Pajak tidak

langsung dan subsidi mempunyai pengaruh terhadap harga barang-barang. Pajak

berpengaruh menaikkan harga sedangkan subsidi menurunkan harga. Pajak tidak

langsung neto diperoleh dari pajak tidak langsung dikurangi subsidi. Produk

Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar dikurangi pajak tidak langsung

neto, hasilnya adalah Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya

Faktor.Sumber:http://infostatntb.wordpress.com/pengertian-pdrb-2.

2.1.4. Ringkasan Agregat PDRB

Dari uraian di atas, maka konsep-konsep yang dipakai dalam Produk

Domestik Regional Bruto adalah sebagai berikut :

a. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar (GRDP at Market

Prices)

b. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Harga Pasar (NRDP at Market

Price) dikurangi pajak tidak langsung neto

c. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor (NRDP at Factor

Cost) ditambahkan pendapatan neto yang mengalir dari / ke daerah lain.

Page 16: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

14

d. Pendapatan Regional (Regional Income) dikurangi pajak pendapatan

perusahaan (Cooperate Income Tax), keuntungan yang tidak dibagikan

(Undistributed Profit), iuran kesejahteraan sosial (Social Security

Contribution) ditambah transfer yang diterima oleh rumah tangga, bunga neto

atas bunga pemerintah.

e. Pendapatan Orang – Seorang (Personal Income) dikurangi pajak rumah

tangga, transfer yang dibayarkan rumah tangga.

f. Pendapatan Yang Siap Dibelanjakan (Disposible Income). Sumber:

http://infostatntb.wordpress.com/pengertian-pdrb-2

2.2 Sub Sektor Perkebunan

Menurut Daniel, (2004, h. 16) berikut dapat dikemukakan tiga alasan utama

mengapa sektor perkebunan perlu dibangun lebih dulu guna dapat menunjang

perkembangan industri. Pertama, barang-barang hasil industri memerlukan

dukungan daya beli masyarakat. Umumnya pembeli barang-barang hasil industri

sebagian besar berada dalam lingkungan sektor perkebunan. Untuk memenuhi

kebutuhan hidup dan juga memenuhi kebutuhan peralatan dan bahan untuk usaha

di sektor perkebunan diperlukan barang hasil industri. Oleh karena itu, masyarakat

sektor ini harus ditingkatkan lebih dulu pendapatannya yang bisa dilakukan

melalui kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, ataupun rehabilitasi.

Disamping itu, untuk membangun pabrik-pabrik yang modern dan efisien

diperlukan ukuran minimum, yaitu luas produksi yang optimal, karenanya

diperlukan kelompok masyarakat yang lebih luas dengan daya beli yang memadai.

Artinya, pengembangan industri juga harus mempertimbangkan keberadaan

Page 17: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

15

masyarakat dan sektor perkebunannya sendiri yang suatu saat juga berfungsi

sebagai pemasok bahan baku.

Kedua, untuk menekan ongkos produksi dari komponen upah dan gaji

diperlukan tersedianya bahan-bahan makanan yang murah dan terjangkau,

sehingga upah dan gaji yang diterima dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan

pokok buruh dan pegawai. Keadaan ini bisa tercipta bila produksi hasil pertanian

terutama pangan dapat ditingkatkan sehingga harganya lebih rendah dan

terjangkau oleh daya beli.

Ketiga, industri membutuhkan bahan baku yang berasal dari sektor

perkebunan, karena itu produksi bahan-bahan industri memberikan basis bagi

pertumbuhan itu sendiri. Keadaan ini bisa tercipta sedemikian rupa sehingga

merupakan suatu siklus dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Dalam memacu pertumbuhan ekonomi, sektor perkebunan bisa disebutkan

sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan sektor industri. Tidak

bisa tidak sebagai daerah berkembang PEMDA (Pemerintah Daerah) harus

memberikan perhatian yang lebih, dana pembangunan yang cukup bagi

pengembangan dan pemacuan pertumbuhan sektor perkebunan, kalau tidak mau

terlambat bangkit dalam bidang industri. Hubungan sinergis dan saling

menguntungkan sektor perkebunan dengan sektor industri, dan juga dengan sektor

lainnya memerlukan analisis dan pertimbangan yang tidak hanya dari segi teknis

saja tetapi juga harus mencakup sosial dan ekonomisnya Mubyarto, (2000, h. 6).

Menurut Jhingan, (2007, h.142) masyarakat tradisional diartikan sebagai

“suatu masyarakat yang strukturnya berkembang di sepanjang fungsi produksi

berdasarkan ilmu dan teknologi pra-Newton dan sebagai hasil pandangan pra-

Page 18: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

16

Newton terhadap dunia fisika. Ini tidak berarti bahwa dalam masyarakat seperti

itu sama sekali tidak terjadi perubahan ekonomi. Sebenarnya banyak tanah dapat

digarap, skala dan pola perdagangan dapat diperluas, manufaktur dapat dibangun

dan produktivitas pertanian dapat ditingkatkan sejalan dengan peningkatan

penduduk dan pendapatan nyata.

Selanjutnya perkembangan di sektor perkebunan dapat pula menunjang

perkembangan di sektor industri. Kenaikan produktivitas di sektor perkebunan

akan memperluas pasar untuk berbagai kegiatan industri. Kenaikan pendapatan

petani akan memperluas pasar industri barang-barang konsumsi, kenaikan

produktivitas perkebunan akan memperluas pasar untuk industri- industri

penghasil input pertanian modern seperti mesin pertanian dan pupuk kimia.

Kenaikan pendapatan disektor perkebunan dapat pula menjadi sumber biaya

pengeluaran pemerintah, yaitu dengan mengenakan pajak atas sektor perkebunan.

Akhirnya, sumbangan lain dari kemajuan sektor perkebunan terhadap

pembangunan adalah untuk menciptakan tabungan yang dapat digunakan oleh

sektor lain, terutama sektor industri, sehingga mempertinggi tingkat penanaman

modal di sektor-sektor lain tersebut.

Faktor yang menyebabkan perubahan struktur ekonomi, antara lain:

a. Produksi sektor pertanian mengalami perkembangan yang lebih lambat

ketimbang perkembangan produksi nasional, sedangkan

b. Tingkat pertambahan produksi sektor industri lebih cepat daripada tingkat

pertambahan produksi nasional, dan

c. Tidak adanya perubahan dalam peranan sektor jasa dalam produksi nasional

berarti bahwa tingkat perkembangan sektor jasa adalah sama dengan tingkat

Page 19: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

17

perkembangan produksi nasional. Perubahan struktur ekonomi yang demikian

disebabkan oleh sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya, yaitu apabila

pendapatan naik, elastisitas permintaan yang diakibatkan oleh perubahan

pendapatan (income elasticity of demand) adalah rendahuntuk konsumsi atas

bahan-bahan makanan. Sedangkan permintaan terhadap bahan-bahan pakaian,

perumahan, dan barang-barang konsumsi hasil industri keadaannya adalah

sebaliknya.

Kedua, perubahan struktur ekonomi seperti yang digambarkan di atas

disebabkan pula oleh perubahan teknologi yang terus-menerus berlangsung.

Perubahan teknologi yang terjadi dalam proses pembangunan akan

menimbulkan perubahan struktur produksi yang bersifat compulsory dan

inducive.

Hasil perkebunan lainnya tidak dijual berupa barang mentah ke luar

daerah. Nilai tambah yang dihasilkan dari sektor industri tentu akan memberikan

pengaruh positif pada sektor-sektor perekonomian yang lainnya, sehingga akan

meningkatkan nilai PDRB, selain itu juga akan mampu menyerap tenaga kerja

yang lebih banyak lagi. Hasilnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat

Nagan Raya pada khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya Sumber :

PDRB Kabupaten Nagan Raya 2011.

Melalui berbagai upaya pengembangan, baik yang dilakukan oleh

perkebunan besar, proyek-proyek pembangunan maupun swadaya masyarakat,

perkebunan kelapa sawit telah berkembang sangat pesat. Komposisi pengusaha.

Kelapa sawit juga mengalami perubahan, yaitu dari sebelumnya hanya

perkebunan besar, tetapi saat ini telah mencakup perkebunan rakyat. Produktivitas

Page 20: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

18

perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Nagan Raya relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan di Kabupaten Aceh Barat. Selain faktor kesesuaian lahan

yang lebih baik juga usaha perkebunan di Kabupaten Nagan Raya telah lebih dulu

berkembang. Saat ini sumber benih kelapa sawit tergabung dalam Forum

Komunikasi Produsen Benih Kelapa Sawit. Forum ini beranggotakan 7 produsen

benih kelapa sawit, yaitu PPKS, PT. Socfindo, PT. Lonsum, PT. Dami Mas, PT.

Tunggal Yunus, PT. Bina Sawit Makmur dan PT. Tania Selatan.

Selain ini industri hilir dengan bahan baku minyak sawit telah berkembang

dengan sangat pesat. Salah satu produk industri hilir adalah oleokimia. Oleokimia

adalah bahan kimia yang berasal atau dikembangkan dari minyak dan lemak

nabati dan juga hewani. Produksi utama minyak yang digolongkan dalam

oleokimia adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metilester, dan

gliserin. Bahan-bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan

baku industri, termasuk industri kosmetik dan aspal.

Asam lemak minyak sawit dapat dihasilkan dari proses hidrolis. Asam lemak

yang dihasilkan kemudian dihidrogenasis, lalu didestilasi, dan selanjutnya

difraksinasi sehingga dihasilkan asam-asam lemak murni. Asam-asam lemak

tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan pelunak untuk industri

makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat.

2.3 Luas Lahan

Luas lahan merupakan ukuran kecocokan suatu lahan untuk digunakan,

termasuk untuk sektor perkebunan. Oleh karena itu, sebelum memulai

penanaman, alangkah baiknya bila telebih dahulu melakukan evaluasi terhadap

lahan yang akan digunakan. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai sumberdaya

Page 21: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

19

lahan. Bisa didapatkan informasi yang jelas mengenai seluk beluk lahan sesuai

dengan yang dibutuhkan dari hasil penelitian akan segera diketahui data-data

mengenai berbagai aspek sumber datanya, baik yang mencakup agroklimat, sifat

fiosik dan kimia tanah, sampai kendala-kendala yang mungkin ada. Dengan

demikian, bisa diketahui antisiserta teknik-teknik budidaya yang harus dilakukan

apabila dibutuhkan perbaikan-perbaikan untuk mengoptimalkan penggunaan

lahan (Wahyudi 2008, h. 63). Luas lahan yang selalu digunakan dalam skala

usaha perkebunan tradisional karena komunitas yang ditanam oleh petani

tradisional. Dengan demikian pedoman luas lahan juga secara otomatis mengacu

pada nilai modal, aset dan tenaga kerja. Kebun karet,sawit, Kopi, Kakao (coklat),

juga bisa menggunakan acuan luas lahan untuk menentukan skala usahanya. Sifat

biologi tanah belum menjadi pertimbangan dalam melakukan penilaian luas lahan,

karena hubungannya belum banyak diketahui secara pasti. Secara tidak langsung

sifat tersebut mempengaruhi pertumbuhan tanaman Tumpal (2006, h. 7).

Pengembangan usaha pembangunan kelapa sawit membutuhkan ketersediaan

lahan yang luas, tenaga kerja yang cukup, modal dan sarana serta prasarana yang

memadai. Kabupaten Aceh Barat masih memiliki lahan yang cukup luas untuk

pengembangan perkebunan kelapa sawit. Pengembangan agribisnis kelapa sawit

kedepan lebih diprioritaskan pada upaya rehabilitasi dan peremajaan untuk

meningkatkan produktivitas kebun kelapa sawit, disamping terus melakukan

perluasan.

Upaya rehabilitasi perlu dilakukan untuk meningkatkan untuk meningkatkan

potensi kebun yang sudah ada melalui perbaikan bahan tanaman dengan teknologi

sambung sampingg ataupun penyulaman dengan bibit unggul. Tetapi apabila

Page 22: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

20

upaya rehabilitasi tidak memungkinkan, maka perbaikan potensi kebun dapat

dilakukan melalui peremajaan. Kedua kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas kebun-kebun sawit petani yang telah dibangun. Sementara itu

perluasan areal perlu didukung dengan peyediaan bibit unggul dan dukungan

teknologi budidaya maju, sehingga produktivitas kebun yang berhasil dibangun

cukup tinggi. Denggan melakukan berbagai upaya perbaikan tersebut maka

perluasan areal perkebunan sawit diharapkan terus berlanjut.

2.4 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang penelitian, berlandasan teoritis maka penulis

mencoba mengemukakan hipotesa, yang merupakan kesimpulan sementara dari

penelitian ini : Diduga ada pengaruh luas lahan kelapa sawit terhadap PDRB sub

sektor perkebunan di Kabupaten Nagan Raya.

Page 23: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

III. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh pengaruh luas lahan kelapa

sawit terhadap sub sektor perkebunan di Kabupaten Nagan Raya terhadap PDRB

sejak tahun 2003 sampai dengan 2012 selama 10 tahun.

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya.

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian dengan

menggunakan data sekunder yang bersifat time series dari tahun 2003 sampai

dengan tahun 2012 yang dipublikasikan oleh instansi : Badan Pusat Statistik

(BPS) Kabupaten Nagan Raya.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Studi Pustaka (Library Research)

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara

membaca buku –buku, situs web, dan literatur lainnya baik yang diwajibkan

maupun yang dianjurkan yang berhubungan dan ada kaitannya dengan

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Page 24: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

22

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang

berupa catatan, transkip, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi akan

digunakan untuk mencari data kuantitatif yang berupa jumlah luas lahan dan

PDRB sektor perkebunan di Kabupaten Nagan Raya.

3.3 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linear sederhana, analisis korelasi, koefisien determinasi, yang dihitung

menggunakan SPSS.

1. Analisis Regresi Linear Sederhana

Y = a + bX+ e ………… (1)

Keterangan :

Y = PDRB sub sektor perkebunan

X = Luas lahan sawit

a = intersep

e = error term

2. Koefisien korelasi pearson (r)

Untuk melihat bentuk korelasi antar variabel dengan persamaan regresi

tersebut maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu. Menurut Hasan

(2009, h.61) rumus mencari korelasi pearson adalah :

a. Koefisien Penentu (KP)

Analisa ini digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan

variabel bebas (X) luas lahan sawit terhadap variabel terikat (Y) PDRB sub sektor

Page 25: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

23

perkebunan. koefisien penentu (KP) merupakan kuadrat dari nilai koefisien

korelasi.

Rumus koefisien determinasi menurut (Duwi 2010, h. 81)

Kp = r2 x 100%

Dimana:

Kp = Besarnya koefisien penentu (determinasi)

r = koefisien korelasi

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan batasan yang diberikan pada

variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi variabel yang digunakan

dalam model analisis adalah sebagai berikut :

1. Produk Domestik Regional Bruto sektor perkeubunan (Y) adalah merupakan

nilai dari seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat di Nagan

Raya suatu wilayah (region) pada kurun waktu 2003-2012 diukur dalam juta

rupiah.

2. Luas lahan sawit (X) Luas Lahan adalah keseluruhan lahan yang dijadikan

sektor perkebunan setiap tahunnya yang diukur dalam (Ha).

3.5 Pengujian Hipotesis

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis parameter rata-rata bila sampel

berukuran kecil (n≤30) dan ragam populasi tidak diketahui menurut Hasan (2002,

h.42)

Page 26: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

24

2

2

1 r

rntt

Keterangan :

n = jumlah sample

r = koefisien korelasi

Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Ho ; β = 0, variabel independen secara parsial tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

b. H1 ; β ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

a. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel maka dengan sendirinya Ho

ditolak, dan H1 diterima (tingkat signifikan 5 %).

b. Apabila t tabel lebih besar dari pada t hitung maka dengan sendirinya H1

ditolak, dan Ho diterima (tingkat signifikan 5 %).

Page 27: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto di Kabupaten Nagan Raya

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan seluruh

nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu wilayah dala kurun waktu satu

tahun. PDRB didapat dengan cara mengalikan jumlah barang dan jasa yang

dihasilkan tersebut dengan harganya. Apabila harga yang dipakai merupakan

harga berlaku pada tahun tersebut maka didapatlah PDRB atas dasar harga

berlaku. Akan tetapi apabila harga yang digunakan adalah harga pada tahun

2000 maka didapatlah PDRB atas dasar Harga konstan tahun 2000.

PDRB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan

menunjukkan kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2010, PDRB Kabupaten

Nagan Raya atas dasar harga berlaku adalah senilai 2.768.869,21 juta

rupiah. Bahkan sepanjang tahun 2012, nilai tambah Kabupaten Nagan Raya

mencapai 3.005.627,38 juta rupiah.

PDRB tersebut masih dipengaruhi oleh kenaikan harga (inflasi).

Untuk melihat kenaikan produksi suatu wilayah digunakanlah PDRB harga

konstan. Kenaikan produksi tersebut disebut pertumbuhan ekonomi.

Kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan akan menyebabkan

pertumbuhan ekonomi bernilai positif (meningkat). Demikian pula

sebaiknya. Jauhnya perbedaan antara PDRB harga berlaku dan harga

konstan tahun 2000 mengindifikasikan bahwa kenaikan harga dalam

Kabupaten Nagan Raya tergolong tinggi. BPS.Sumber : PDRB Kabupaten

Nagan Raya 2007-2012.

Page 28: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

25

Tabel 1 Peranan Berbagai Sektor di Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2003-2006 (Persen) Atas Dasar Harga Berlaku

No Sektor PDRB (Persen)

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1

2

3

4

5

6

7

Pertanian

Tanaman Bahan Makanan

Tanaman Perkebunan

Peternakan

Kehutanan

Perikanan

Bukan sektor pertanian

51,49

15,41

16,81

8,86

7,84

2,57

48,51

53,98

14,31

23,11

7,38

6,60

2,58

46,02

59,39

17,99

23,13

7,59

6,76

3,91

40,61

61,19

18,44

23,74

8,69

6,44

3,88

38,81

64,44

19,38

27,90

8,68

6,02

2,45

35,56

63,76

19,12

26,99

8,71

6,53

2,41

36,24

61,88

18,41

26,45

8,65

5,90

2,47

38,12

60,42

17,80

26,58

8,42

5,12

2,49

39,58

58,78

17,11

26,61

8,01

4,57

2,48

41,22

57,27

16,38

26,49 7,74

4,27

2,40

42,73

Total (1+7) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, PDRB Kabupaten Nagan Raya Tahun 2007-2012.

Page 29: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

25

Sektor ekonomi yang juga memberikan kontribusi relatif besar

terhadap pembentukan nilai PDRB Kabupaten Nagan Raya pada periode

2007-2012 adalah sektor perkebunan dan subsektor tanaman bahan

makanan, masing-masing sebesar 26,49 persen dan 16,38 persen. Kontribusi

yang diberikan sektor ini relatif menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2007

sektor ini 19,38 persen. Sektor ekonomi lainnya yang ikut memberikan

kontribusi relatif besar terhadap PDRB Kabupaten Nagan Raya periode

2007-2012 adalah sektor pertanian dan bukan sektor pertanian.

4.2 Luas Lahan Tanaman Perkebunan Kelapa sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting dan strategis di

Kabupaten Nagan Raya karena peranannya yang cukup besar dalam mendorong

perekonomian rakyat, terutama bagi petani perkebunan. Hal ini cukup beralasan

karena Kabupaten Nagan Raya memang cocok dan potensial untuk pembangunan

pertanian perkebunan. Dengan luas lahan perkebunan 45.065,54 Ha pada tahun

2012 dibandingkan dengan Kabupaten Aceh Barat yang hanya mempunyai luas

4.978 ha. (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nagan Raya, 2013).

Sebelum memulai penanaman, alangkah baiknya bila telebih dahulu

melakukan evaluasi terhadap lahan yang akan digunakan. Evaluasi ini bertujuan

untuk menilai sumberdaya lahan. Bisa didapatkan informasi yang jelas mengenai

seluk beluk lahan sesuai dengan yang dibutuhkan dari hasil penelitian akan segera

diketahui data-data mengenai berbagai aspek sumber datanya, baik yang

mencakup agroklimat, sifat fiosik dan kimia tanah, sampai kendala-kendala yang

mungkin ada. Dengan demikian, bisa diketahui antisipasi serta teknik-teknik

budidaya yang harus dilakukan apabila dibutuhkan perbaikan-perbaikan untuk

Page 30: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

26

mengoptimalkan penggunaan lahan Wahyudi (2008, h. 63). Luas lahan yang

selalu digunakan dalam skala usaha pertanian tradisional karena komunitas yang

ditanam oleh petani tradisional. Dengan demikian pedoman luas lahan juga secara

otomatis mengacu pada nilai modal, aset dan tenaga kerja.

Perkembangan luas areal/lahan dari tahun ke tahun tampaknya tidak diikuti

oleh sarana pengolahan, sehingga tanaman kelapa sawit rakyat walaupun telah

berproduksi masih kesulitan dalam proses pengolahan dan pemasaran, masyarakat

petani belum memperoleh peluang untuk memanfaatkan potensi ekonomi dalam

kegiatan off farm (kegiatan yang dilakukan disawah, ladang, kebun, kolam, dan

tambak) dan hanya terbatas on farm (kegiatan pertanian yang hanya menitik

beratkan kegiatan pada pasca panen atau pengolahan).

Tabel 2

Data input PDRB Sub Sektor Perkebunan Menurut Lapangan Usaha dan Jumlah Luas Lahan Kelapa Sawit di Kabupaten Nagan Raya

No Tahun PDRB

(Juta Rupiah)

Y

Luas Lahan Sawit

(Hektar)

X

1 2003 1.566.945.900 12.747

2 2004 2.606.948.300 12.747

3 2005 2.910.682.400 13.022

4 2006 4.151.424.400 13.022

5 2007 5.317.454.300 13.427

6 2008 617.505.000 14.052

7 2009 6.281.877.800 27.328

8 2010 6.760.301.600 37.444

9 2011 7.368.385.500 38.649

10 2012 7.961.188.900 39.742

Sumber :Badan Pusat Statistik Nagan Raya dalam angka, Kabupaten

Nagan Raya,2013.

Page 31: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

27

Pada Tabel tersebut tampak bahwa perluasan areal perkebunan yang begitu

pesat umumnya dilakukan petani, sehingga perkebunan rakyat telah mendominasi

perkebunan di Kabupaten Nagan Raya. Perkebunan rakyat di Nagan Raya

meliputi perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa, biji kopi, kakao, pala, kemiri,

sagu, aren, kunyit, nilam, pinang, kapuk/randu, kelapa hibrida, cengkeh, lada,

jahe,dan tebu.

4.3 Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Nagan Raya

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dihitung untuk mengetahui total

produksi barang dan jasa suatu daerah pada suatu periode tertentu. Yang

dimaksud dengan produksi adalah aktifitas suatu usaha menggunakan ‘input’

untuk memproduksi ‘output’. PDRB merupakan neracamakro ekonomi yang

dihitung secarakonsisten dan terintegrasi dengan berdasar pada konsep, definisi,

klasifikasi dan cara penghitungan yang telah disepakati secara internasional.

Perubahan nilai PDRB dari waktu kewaktu terjadi karena dua hal, yaitu terjadinya

perubahan harga barang dan jasa atau karena terjadinya perubahan volume.

Penggunaan harga yang berlaku pada periode yang telah lalu menghasilkan PDRB

atas harga konstan. PDRB atas harga konstan disebut sebagai PDRB volume atau

PDRB real. Dan untuk mengetahui peningkatan PDRB Kabupaten Nagan Raya

dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :

Page 32: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

28

Tabel 3 PDRB Atas Harga Berlaku, Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2007-2012 (Juta Rupiah)

No Tahun PDRB

1 2007 1.905.992,36

2 2008 2.229.262,54

3 2009 2.375.115,21

4 2010 2.543.017,89

5 2011 2.768.869,21

6 2012 3.005.627,38

Sumber:Badan Pusat Statistik, PDRB Kabupaten Nagan Raya

2007-2012.

Berdasarkan tabel 4 memberikan gambaran bahwa setiap tahun PDRB

Kabupaten Nagan Raya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tahun

2009 Kabupaten Nagan Raya memiliki PDRB 2.375.115,21 pada tahun 2010

meningkat menjadi 2.543.017,89 hal ini disebabkan karena pembangunan di

Kabupaten Nagan Raya terus mengalami kemajuan. Dan pada tahun 2012 PDRB

Kabupaten Nagan Raya mencapai 3.005.627,38 meningkat dari tahun

sebelumnya.

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis

Analisis pengaruh luas lahan terhadap PDRB sektor perkebunan di

Kabupaten Nagan Raya. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

luas lahan kelapa sawit terhadap PDRB sub sektor perkebunan di

Kabupaten Nagan Raya, analisis ini akan diwujudkan dengan pengolahan

Page 33: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

29

data melalui program sttistik komputer SPSS 17. (Dapat dilihat pada

lampiran 2).

4.4 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Hasil penelitian deskriptif variabel penelitian disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4

Descriptive Statistics

Sumber : Hasil Regresi (diolah 2013).

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa variabel PDRB sektor

Perkebunan (Y) 2.18780 dan mean 5.1100 dengan jumlah data (N) menyatakan

jumlah diservasi yang masing-masing sebanyak 10 tahun. Variabel Luas Lahan

Kelapa sawit (X) 12.14500 dan mean 22.2180.

Untuk melihat pengaruh variabel PDRB sub sektor perkebunan terhadap luas

lahan kelapa sawit dibuat dengan menggunakan beberapa analisis dan uji t sebagai

berikut :

a. Analisis koefisien Korelasi

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara PDRB sub sektor

perkebunan dan luas lahan kelapa sawit, maka dapat menggunakan koefisien

korelasi.

Descriptive Statistics

No Variabel Mean Std. Deviation N

1 PDRB 5.1100 2.18780 10

2 L.Lahan 22.2180 12.14500 10

Page 34: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

30

Tabel 5 Korelasi PDRB dan Luas Lahan Kelapa Sawit

Sumber: Hasil Regresi (diolah 2043).

Dari pengolahan SPSS, koefisien korelasi diperoleh R = 0,811 secara positif

menjelaskan terdapat hubungan yang kuat antara PDRB sub sektor perkebunan

(Y) dan Luas lahan kelapa sawit (X) dengan keeratan hubungan 81,1 %.

b. Analisa Koefisien Determinasi

Pengaruh PDRB terhadap variabel luas lahan di Kabupaten Nagan Raya,

dengan menggunakan analisis ini secara kongkret dilakukan terhadap koefisien

determinasi. Adapun koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui

dengan penggunaan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS versi

17.0 . pada tabel output model summary diperoleh nilai koefisien determinasi (R)

sebesar 0,811 atau 81,1%. Disajikan pada tabel dibawah ini:

Correlations

No PDRB L.Lahan

1 Pearson Correlation PDRB 1.000 .811

L.Lahan .811 1.000

2 Sig. (1-tailed) PDRB . .002

L.Lahan .002 .

3 N PDRB 10 10

L.Lahan 10 10

Page 35: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

31

Tabel 6 Model Ringkasan Luas lahan kelapa Sawit dan PDRB Sub Sektor

Perkebunan

Sumber: Hasil Regresi (diolah 2014).

a. Predictors: (Constant), Luas lahan

b. Dependent Variable: PDRB

Menurut Sogiyono (2007), dalam (Duwi, 2010 h. 65) pedoman untuk

memberikan interprestasi koefisien korelasi (R) adalah sebagai berikut:

0,00 - 0,199 = Sangat rendah

0,20 - 0,399 = Rendah

0,40 - 0,599 = Sedang

0,60 - 0,799 = Kuat

0,80 - 1,000 = Sangat kuat

Adapun koefisien determinasi dari penelitian ini dapat diketahui dengan

penggunaan rumus perhitungan sebagai berikut :

Koefesien determinasi = r2 × 100%

Koefesien determinasi = (0,811)2 × 100%

Koefesien determinasi = 65,7%

Model Summaryb

Model R R Square

A

djusted R Square

Std. Error

of the Estimate

Durbin-Watson

1

. .811a

..658

..615

1.35721

.607

2

Page 36: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

32

Berdasarkan nilai koefisien korelasi yang diperoleh yakni sebesar 0,811

(lampiran 2) maka dapat disimpulkan bahwa nilai tersebut berada diantara 0,80 –

1,000 artinya bahwa hubungan yang terjadi sangat kuat antara PDRB sub sektor

perkebunan dan luas lahan sawit di Kabupaten Nagan Raya. Dari perhitungan

diatas diperoleh koefesien determinasi (R2) sebesar 65,7% yang berarti bahwa

variabel luas lahan kelapa sawit ikut berpengaruh terhadap PDRB sub sektor

perkebunan di Kabupaten Nagan Raya, sebesar 65,7% sedangkan sisanya 34,3%

dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.

Model Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant)

L.Lahan

.1863638.195

146115.186

91.019.015

3.637

Berdasarkan hasil penghitungan regresi linear sederhana maka

persamaannya sebagai berikut :

Y = 1863638.195 + 146 X

Dari hasil persamaan regresi linear sederhana diatas dapat dijelaskan bahwa

nilai konstanta diperoleh sebesar 1863638.195, hal ini dapat diartikan bahwa jika

variabel luas lahan sawit diasumsikan adalah = 0, maka sub sektor perkebunan

(Y) nilainya adalah 1863638.195. Koefisien regresi yang diperoleh dari variabel

independen yang bernilai positif artinya adalah terjadi hubungan yang positif

antara variabel independen dan variabel dependen, atau dengan kata lain semakin

naik variabel independen maka semakin naik pula variabel dependennya.

Page 37: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

33

Pembuktian bahwa variabel PDRB sub sektor perkebunan berpengaruh

terhadap variabel luas lahan kelapa sawit di Kabupaten Nagan Raya dilakukan

pengujian tersendiri secara partial dengan uji t pada jumlah kepercayaan (level of

confidence 95 %) yaitu :

Variabel PDRB sub sektor perkebunan thitung sebesar 1.999 lebih kecil dari

ttabel 2,015 artinya secara partial variabel PDRB sub sektor perkebunan tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel luas lahan kelapa sawit di Kabupaten

Nagan Raya.

Variabel Luas lahan kelapa sawit thitung sebesar 3.923 lebih besar dari ttabel

2,015 artinya secara partial variabel Luas lahan berpengaruh signifikan terhadap

variabel PDRB sub sektor perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Nagan Raya.

4.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian variabel PDRB sub sektor perkebunan

mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap luas lahan kelapa

sawit. Hasil ini mengindifikasikan meskipun PDRB sub sektor perkebunan

mengalami fluktuasi, tiap tahunnya dalam kurun waktu tahun 2003 sampai dengan

2012. Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan di Kabupaten Nagan Raya ikut

mempengaruhi PDRB sub sektor perkebunan di Kabupaten Nagan Raya, tetapi

juga dipengaruhi oleh faktor- faktor lain misalnya sektor pertanian, dan bukan

sektor pertanian.

Perkembangan luas areal/lahan dari tahun ke tahun tampaknya tidak diikuti

oleh sarana pengolahan, sehingga tanaman kelapa sawit rakyat walaupun telah

berproduksi masih kesulitan dalam proses pengolahan dan pemasaran, masyarakat

petani belum memperoleh peluang untuk memanfaatkan potensi ekonomi dalam

Page 38: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

34

kegiatan off farm (kegiatan yang dilakukan disawah, ladang, kebun, kolam, dan

tambak) dan hanya terbatas on farm (kegiatan pertanian yang hanya menitik

beratkan kegiatan pada pasca panen atau pengolahan).

Page 39: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dilapangan maka

penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Peningkatan PDRB sub sektor perkebunan di Kabupaten Nagan Raya sangat

dipengaruhi oleh luas lahan kelapa sawit.

b. Koefisien regresi yang diperoleh dari variabel independen yang bernilai

positif artinya adalah terjadi hubungan yang positif antara variabel

independen dan variabel dependen, atau dengan kata lain semakin naik

variabel independen maka semakin naik pula variabel dependennya.

c. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan program SPSS, koefisien

korelasi diperoleh R = 65,7 secara positif menjelaskan terdapat hubungan

antara variabel PDRB sub sektor perkebunan dan luas lahan kelapa sawit

dengan keeratan hubungan 65,7%.

d. Variabel PDRB sub sektor perkebunan thitung sebesar 1.999 lebih kecil dari

ttabel 2,015 artinya secara partial variabel PDRB sub sektor perkebunan tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel luas lahan kelapa sawit di

Kabupaten Nagan Raya.

e. Variabel Luas lahan kelapa sawit thitung sebesar 3.923 lebih besar dari ttabel

2,015 artinya secara partial variabel Luas lahan berpengaruh signifikan

terhadap variabel PDRB sub sektor perkebunan kelapa sawit di Kabupaten

Nagan Raya.

Page 40: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

36

5.2. Saran

Adapun saran yang perlu di perhatikan kepada Pemerintah Daerah

(PEMDA) yakni antara lain:

a. Perlu adanya dukungan dari Pemerintah Daerah terutama Pemerintah

Kabupaten Nagan Raya baik dukungan berupa moril maupun materil untuk

membantu perkebunan rakyat meningkatkan luas lahan dan produksi.

b. Untuk meningkatkan produksi dan mutu perkebunan di Kabupaten nagan

Raya sebaiknya dilakukan pengarahan atau penyuluhan kepada para pekebun,

agar hasil panen lebih baik mutu dan kualitasnya.

c. Kepada peneliti berikutnya yang meneliti terkait dengan penelitian dengan

permasalahan ini, disarankan agar dapat mengaitkan variabel lain selain dari

luas lahan di Kabupaten Nagan Raya, sehingga perkembangan penelitian

akan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Page 41: PENGARUH LUAS LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUK …repository.utu.ac.id/177/1/BAB I_V.pdf · kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: 1. Dari segi fisik dan lingkungan,

DAFTAR PUSTAKA

BPS. Nagan Raya Dalam Angka. 2010. KabupatenNagan Raya

Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT.Bumi Aksara. Jakarta.

Duwi, Priyanto. 2010. Paham analisa statistik data dengan SPSS. Cetakan 1.

Mediakom. Yogyakarta

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nagan Raya, 2013. Hasan, Iqbal. 2009. Analisis data penelitian dengan statistik . PT. Bumi Aksara.

Jakarta.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok materi Statistik-. Edisi kedua. PT. Bumi Aksara.Jakarta.

Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi Pembangunan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi ketiga. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Spillane, James J, Dr. SJ. 2000. Komoditi Kakao, peranannya dalam perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.

Syahza, Almasdi. 2005. Kelapa Sawit: Pengaruhnya Terhadap Ekonomi Regional

Daerah Riau. Penelitian Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.

Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi regional Teori dan Aplikasi edisi

revisi.Cetakan ke-tiga. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Tim Bina karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Cokelat. CV.YRAMA WIDYA.

Bandung.

Tumpal H.S. Siregar dkk. 2006. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Coklat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.

Mankiw,Gregoby. 2000. Pengantar Ekonomi Jilid 1 edisi 1. Erlangga. Jakarta

Wahyudi. T, PanggabeanTR, Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao .Penebar

Swadaya. Jakarta

Http://infostatntb.wordpress.com/pengertian-pdrb-2/ diakses 28 April 2012

Http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian diakses 28 April 2012.

Http://www.damandiri.or.id/file/dwiharyonoipbbab3.pdf diakses 23 Juli 2012.