59
PENGARUH LARVASIDA BIJI KEPAYANG (Pangium edule Reinw) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK SKRIPSI Oleh: LAILATUL MUTHOHAROH NPM 4213158 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) LUBUKLINGGAU 2017/2018

PENGARUH LARVASIDA BIJI KEPAYANG Pangium edule Reinw ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENGARUH LARVASIDA BIJI KEPAYAN… · pengaruh larvasida biji kepayang (pangium edule

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH LARVASIDA BIJI KEPAYANG (Pangium edule Reinw)

TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK

SKRIPSI

Oleh:

LAILATUL MUTHOHAROH

NPM 4213158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP – PGRI) LUBUKLINGGAU

2017/2018

PENGARUH LARVASIDA BIJI KEPAYANG (Pangium edule Reinw)

TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

LAILATUL MUTHOHAROH

NPM 4213158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP – PGRI) LUBUKLINGGAU

2017/2018

PERSETUJUAN

Naskah Skripsi oleh Lailatul Muthoharoh NPM 4213158 ini

telah Disetujui Pembimbing untuk Diajukan kepada

Tim Penguji

Disetujui oleh:

Pembimbing Utama,

Fitria Lestari, M.Pd.

NIDN: 0220039001

Pembimbing Pembantu,

Sepriyaningsih, M.Pd.Si

NIDN: 0224099101

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Drajat Friansah, S.Si, M.Pd.

NIDN. 0208028203

PENGESAHAN

Skripsi oleh Lailatul Muthoharoh, NPM 4213158

telah dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi

pada Tanggal 18 Agustus 2017

TIM PENGUJI

Ketua : Fitria Lestari, M.Pd. _________________

Sekretaris : Sepriyaningsih, M.Pd.Si. _________________

Anggota : 1. Linna Fitriani, M.Pd. _________________

2. Reny Dwi Riastuti, M.Pd.Si. _________________

Mengetahui

Ketua STKIP-PGRI Lubuklinggau,

Dr. H. Rudi Erwandi, M.Pd.

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Berjuang memang pahit karena Kesuksesan itu manis

Jikalau orang lain bisa, pasti kita juga bisa asal mau berusaha, berdo’a, dan percayakan

takdir kehidupan hanya pada Allah SWT.

Man Jadda Wajada (siapa yang bersungguh-sungguh maka dapat lah ia)

Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil’alaamiin, sebagai rasa syukur kepada Allah

SWT. Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Kedua orang tua ku tercinta, Ayahandaku “Moh.Rifai” dan ibundaku “Siti Aminah,

S.pdI yang selalu mengiringi perjalananku dengan do’a, dan pengorbanan yang tulus

untukku hanya Allah SWT yang bisa membalaskan segalanya dgn Ridho dan Syurga-Nya.

Aamiin.

Saudara ku tersayang Mas “Ari Nopriyansyah. S.Pd.”yang selalu memberikan dukungan

serta memotivasi dalam setiap langkahku.

Orang tua angkatku Bpk P. Wibowo dan ibu Suryani yang memberi arti Kekeluargaan

kepadaku dan yang telah menjadi kelurga yang terbaik, dan selalu memberikan motivasi

untukku menyelesaikan skripsi ini.

Mbk Kesayanganku “Dyani Tri Wulan Septiani WS, S.Pd.” yang telah menjadi sosok yang

selalu ada dikala sedih dan bahagiaku, selalu memarahiku ketika aku salah, membantuku

menyelasaikan setap tahap skripsiku dari awal hingga akhir, bergadang bersama, tidak

lupa memberi semngat, nasihat dan motivasi kepadaku.

Sahabat sejatiku “Meidia Mertiva & Desi Maryanti” yang mengerti aku dari aku yang

dulu hingga aku yang sekarang dan yang selalu memberikan kebahagiaan

Teman seperjuanganku MBF “Meidia Mertiva, Desi Maryanti,Desi Efriyanti, mbak utin,

Rindi Repolpa”.

Keluarga besar kontarakkan “kak ferry, om Aris, Wisnu, Kak Arta, Siti, Husni, Azizah,

Sifa”yang telah meramaikan hari-hariku.

Sahabat hatiku “Rendi Efendi”semoga kita menjadi orang-orang yang sukses.

Almamaterku tercinta STKIP-PGRI Lubuklinggau.

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lailatul Muthoharoh

NPM : 4213158

Jurusan : Pendidikan MIPA

Prodi : Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium Edule Reinw)

Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul tersebut di atas adalah benar –

benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan kaidah dan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat ilmiah. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

resiko ataupun sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau plagiat dalam karya

ilmiah ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya tulis saya ini.

Lubuklinggau, 2017

Yang membuat pernyataan,

Lailatul Muthoharoh

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw)

Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan MIPA Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP-PGRI) Lubuklinggau. Selama

penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak

yang sangat besar artinya, baik yang berupa moril maupun materil, karena itu

dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rudi Erwandi, M.Pd selaku Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP-PGRI)

Lubuklinggau.

2. Bapak Drajat Friansah, S.Si, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

STKIP-PGRI Lubuklinggau yang telah memberikan pendapat dan saran yang

membangun atas tersusunnya skripsi ini.

3. Bapak Zico Fakhrur Rozi, M.Pd.Si., selaku Ketua Proram Studi Pendidikan

Biologi yang telah memberikan arahan serta nasihatnya.

4. Ibu Fitria Lestari, M.Pd. selaku pembimbing utama dalam penyusunan skripsi

ini yang dengan sabar membimbing dan memberikan pengetahuan tentang

pembuatan skripsi yang baik dan benar.

5. Ibu Sepriyaningsih, M.Pd.Si selaku pembimbing pembantu yang turut

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses

penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Endang Suswati, M.Pd. yang telah bersedia mengizinkan saya menggunkan

Laboratorium Biologi sebagai tempat penlitian.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI

Lubuklinggau yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta membantu

kelancaran studi penulis semasa pendidikan.

8. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dorongan dan semangat

kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa walaupun telah berusaha secara maksimal dalam

penyusunan skripsi ini, masih banyak terdapat kekurangan di berbagai aspek yang

memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan pihak-pihak terkait.

Atas bimbingan dan bantuan yang penulis terima selama ini, semoga semua

pihak yang telah membantu mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

Aamiin

Lubuklinggau, 2017

Lailatul Muthoharoh

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw)

Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk”. Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah

“Adakah Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap

Mortalitas Larva Nyamuk?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

larvasida biji kepayang (Pangium edule Reinw) terhadap mortalitas larva nyamuk.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorim, dengan desain yang digunakan

adalah Rancang Acak Lengkap (RAL). Objek dari penelitian ini ialah Larva

Nyamuk. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi yang dilakukan

dalam pengamatan 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, dan 6 jam setelah perlakuan.

Teknik analisis data dengan langkah-langkah: uji normalitas, uji homogenitas, dan

uji anava satu jalur. Berdasarkan hasil perhitungan Anava Satu Jalur didapat hasil

F0 / F hitung = 4,49 dengan Ftabel 0,01 = 4,43. Maka dapat nyatakan bahwa nilai Fhitung >

Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima menunjukan hasil yang sangat signifikan (α

= 0,01). Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh mortalitas larva nyamuk. . Pada

penghitungan uji lanjuta BNJ didapat Konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10% Larvasida

biji kepayang bahkan dengan kontrol (+) Abate. Jadi dapat dinyatakan bahwa

konsentrasi optimum larvasida biji kepayang pada konsentrasi 7,5%.

Kata Kunci : Larvasida, Biji Kepayang, Mortalitas Larva Nyamuk.

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUUAN PEMBIMBING ................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

D. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

1. Manfaat secara Teoritis ..................................................................... 4

2. Manfaat secara Praktis ...................................................................... 4

F. Definisi Operasional................................................................................ 5

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Deskriptik Teoritik .................................................................................. 7

1. Larvasida ........................................................................................... 7

2. Kepayang (Pangium edule Reinw) ................................................... 8

3. Mortalitas .......................................................................................... 12

4. Larva Nyamuk .................................................................................. 13

B. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 15

C. Kerangka Berfikir.................................................................................... 16

D. Hipotesis .................................................................................................. 17

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 18

B. Objek Penelitian ...................................................................................... 18

C. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 18

D. Alat dan Bahan ........................................................................................ 18

1. Alat .................................................................................................... 18

2. Bahan................................................................................................. 19

E. Prosedur Penelitian.................................................................................. 19

1. Penanganan Sampel .......................................................................... 19

2. Metode Pengujian.............................................................................. 21

F. Pengumpulan Data .................................................................................. 23

G. Analisis Data ........................................................................................... 23

H. Pertanggung Jawaban Penelitian.............................................................. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 30

B. Pembahasan ............................................................................................. 35

C. Keterbatan Penelitian .............................................................................. 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 41

B. Saran ........................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 43

LAMPIRAN........................................................................................................45

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jumlah mL yang digunakan dalam Pembuatan Larvasida Kepayang. 21

Tabel 3.2 Tabel Penolong Uji Barlet................................................................... 24

Tabel 3.3. Analisis Sidik Ragam (Anava Satu Jalur) .......................................... 26

Tabel 4.1 Mortalitas Nyamuk.............................................................................. 30

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium

edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk dan Persentase

Mortalitas Nyamuk................................................................................... 31

Tabel 4.3 Analisis Sidik Ragam (Anava Satu Jalur)........................................... 32

Tabel 4.4 Hasil Uji BNJ (Beda Nyata Jujur)....................................................... 33

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kepayang ......................................................................................... 10

Gambar 2.2 Kepayang Muda .............................................................................. 11

Gambar 2.3 Metamorfosis Sempurna Nyamuk ................................................... 13

Gambar 2.4 Instar Larva Nyamuk ....................................................................... 14

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ........................................................................... 17

Gambar 4.1 Jumlah Hasil Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule

Reinw) Terhadap Mortalitas Larva

Nyamuk............................................... 32

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A

1. Surat Pengajuan Judul ............................................................................. 46

2. Lembar Mohon Bimbingan ..................................................................... 47

3. Lembar Persetujuan Judul ....................................................................... 48

4. Surat Izin Penelitian ................................................................................ 49

5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ....................................... 50

LAMPIRAN B

1. Skema RAL (Rancang Acak Lengkap) ................................................... 51

2. Ulangan Perlakuan .................................................................................. 52

3. Pengenceran Larvasida Biji Kepayang ................................................... 53

4. Catatan Penelitian.................................................................................... 54

5. Lembar Observasi ................................................................................... 61

LAMPIRAN C

1. Uji Normalitas ......................................................................................... 63

2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 66

3. Hipotesis (Anava Satu Jalur) ................................................................... 68

4. Uji BNJ ................................................................................................... 70

5. Persentase Mortalitas Larva Nyamuk ..................................................... 73

LAMPIRAN D

1. Instrumen Penilaian Kelayakan ............................................................... 74

2. Dokumentasi ............................................................................................ 76

3. Lembar Bimbingan .................................................................................. 82

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman yang ditandai dengan pembangunan

permukiman, dibuat pula selokan-selokan sebagai Sistem Pembuangan Air

Limbah (SPAL). Lingkungan semakin berubah menjadi buruk karena

keberadaan genangan-genangan air dari selokan-selokan di perumahan yang

kurang terawat. Bertambah padatnya permukiman dan banyaknya genangan air

dihubungkan dengan peningkatan jumlah nyamuk yang pada akhirnya

menyebabkan kasus akibat gigitan nyamuk yang berkembang di wilayah

permukiman perkampungan (Pujiyanti & Triratnawati, 2011:9-10).

Menurut Sawir (2011:1) kasus kejadian penyakit menular yang

ditularkan oleh nyamuk semakin meningkat dari waktu ke waktu, terutama di

Indonesia. Walaupun pemerintah telah menerapkan berbagai cara untuk

menekan angka kejadian penyakit-penyakit tersebut seperti malaria, demam

berdarah serta filariasis, tetapi kejadiannya masih tinggi.

Salah satunya yang terjadi di tahun 2016, Kota Lubuklinggau masuk

dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) hal itu disebabkan karena pada awal

tahun 2016 sudah ada 3 orang yang meninggal akibat demam berdarah

(Musirawas Ekspres, 2016:1 & 11).

Upaya pengendalian nyamuk telah lama dilakukan, yaitu dengan cara

pengendalian nyamuk yang sering dilakukan diantaranya adalah melakukan

pengelolaan habitat perkembangbiakannya dan pemutusan siklus hidup

nyamuk. Pemutusan siklus hidup nyamuk dapat dilakukan dengan penebaran

1

ikan pemakan larva nyamuk ataupun penebaran larvasida untuk membunuh

larva. Larvasida yang biasa digunakan masyarakat pada umumnya ialah abate

yang merupakan larvasida berbentuk butiran (granule) pembasmi larva nyamuk

nyamuk yang telah lama dikenal oleh masyarakat.

Penggunaan larvasida berbahan dasar kimia yang terus berulang, cepat

atau lambat akan menimbulkan resistensi terhadap organisme sasaran (Shinta

dkk, 2011:111). Penggunaan abate yang intensif dapat menimbulkan

pencemaran dan berdampak negatif bagi manusia, misalnya ketika larvasida

tersebut tertelan oleh manusia dapat mengakibatkan keracunan (Nurhaifah &

Sukesi, 2015:207).

Menurut Mutiara & Novalia (2010:27), penggunaan larvasida kimia

yang kurang bijaksana dan berlangsung secara terus-menerus dapat

menimbulkan dampak negatif antara lain dapat membunuh serangga predator,

parasitoid dan menyebabkan resistensi. Hal ini mendorong para peneliti untuk

mencari alternatif pengendalian larva nyamuk menggunakan bahan alami dari

tumbuhan yang dinilai tidak mudah menyebabkan resisten pada larva nyamuk

dan aman bagi lingkungan (Satria & Prasetyowati, 2012:22).

Menurut Asmaliyah, dkk (2010:2) tumbuhan telah mengembangkan

bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan

mengandung banyak bahan kimia seperti metabolit sekunder yang digunakan

oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu.

Nenek moyang telah memanfaatkan insektisida nabati yang terdapat di

lingkungannya untuk melindungi tanaman dari serangan pengganggunya secara

alamiah. Menurut Asmaliyah, dkk (2010:2) insektisida nabati diartikan sebagai

suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, insektisida nabati

dimasukkan ke dalam kelompok insektisida biokimia karena mengandung

biotoksin. Insektisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami dapat

mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik.

Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan ialah biji kepayang, karena

Menurut Asikin, dkk (2013) biji kepayang mengandung 1.000-2.000 ppm asam

sianida tergantung kondisi biji. Biji yang keras mengandung 2.000 ppm, biji

lunak 1000 ppm, dan biji berair 500 ppm. Pada berbagai percobaan, senyawa

aktif kepayang ialah asam sianida dan piretrin yang dapat mematikan hama

dengan menyerang pusat saraf bila terhirup dan tertelan, piretrin bekerja cepat

membuat pingsan serangga. Namun, sebagian besar serangga biasanya bangun

kembali setelah sempoyongan beberapa saat. Sebab, banyak serangga mampu

menguraikan dan menetralisir piretrin dengan cepat melalui proses

metabolisme dalam tubuhnya. Serangga takluk karena tak mampu mengurai

asam sianida yang lebih kuat (Asikin, dkk. 2013).

Berdasarkan permasalahan dan uraian yang telah di sampaikan maka

perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Larvasida Biji

Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Larvasida Biji Kepayang

(Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk?”.

1

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh larvasida biji

kepayang (Pangium edule Reinw) terhadap mortalitas larva nyamuk.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian serta

untuk membuat penelitian ini lebih terarah, maka masalah yang dikaji dibatasi

pada hal-hal berikut:

1. Mengkaji pengaruh larvasida biji kepayang pada mortalitas (jumlah

kematian) larva nyamuk.

2. Penelitian dilakukan pada segala spesies larva nyamuk.

3. Penelitian ini menggunakan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%

Larvasida Kepayang (biji muda yang berwarna putih) dan diambil sari

patinya, kontrol positif menggunakan (Abate) yang banyak digunakan

masyarakat.

E. Manfaat Penelitian

Setelah hasil penelitian ini didapatkan, penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang diharapkan

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sumber referensi untuk penelitian lanjutan mengenai tumbuhan

kepayang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dibidang ilmu

yang ditekuni.

b. Bagi Masyarakat

Sumber informasi bahwa biji kepayang dapat digunakan sebagai

larvasida sehingga mengurangi resiko penyakit akibat gigitan nyamuk.

c. Bagi Badan Lingkungan Hidup

Bahwa kepayang dapat digunakan sebagai larvasida yang ramah

lingkungan.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadi kesalahpahaman dan penafsiran yang keliru

serta untuk memperoleh batasan yang jelas dari istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Larvasida adalah suatu insektisida pembasmi larva nyamuk yang berbentuk

cairan.

2. Biji kepayang adalah tumbuhan memiliki pohon yang tinggi dan

menghasilkan biji bertempurung keras, biji kepayang semakin muda

semakin lebih baik karena lebih banyak mengandung asam sianida dan

piretrin konsentrasi tinggi digunakan untuk pembunuh serangga.

3. Mortalitas adalah kematian individu (larva nyamuk) dalam populasi yang

menyebabkan kurangnya jumlah populasi. Larva nyamuk dikatakan sudah

mati apabila larva tidak bergerak ketika disentuh, tubuh larva berwarna

putih atau kuning pucat, bentuk tubuh memanjang dan kaku, sebagian

kepala terlepas atau seluruh tubuhnya hancur. Pengamatan terhadap

mortalitas larva nyamuk dilakukan dari waktu: 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam,

5 jam, dan 6 jam. Setiap kali pengamatan, dihitung dan dicatat jumlah larva

yang mati.

4. Larva Nyamuk adalah fase kedua setelah telur, larva nyamuk melewati

empat instar larva. Pada penelitian ini menggunakan segala spesies larva

nyamuk.

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Teoritik

1. Larvasida

Menurut Hasanah (2012:168), insektisida nabati adalah insektisida

yang dibuat dengan memanfaatkan bahan yang ada dilingkungan sekitar

dengan proses pembuatan yang mudah serta murah. Menurut Suroso, dkk

(2012:4) cara kerja insektisida yang digunakan dalam pengendalian nyamuk

dibagi dalam 5 kelompok yaitu, mempengaruhi sistem saraf, menghambat

produksi energi, mempengaruhi sistem endokrin, menghambat produksi

kutikula, dan menghambat keseimbangan air.

Menurut Suroso dkk (2012:45), cara kerja insektisida dalam tubuh

serangga dikenal dengan istilah mode of action dan cara masuk atau mode

of entry. Mode of action adalah cara insektisida memberikan pengaruh

didalam tubuh serangga melalui titik tangkap. Titik tangkap pada serangga

biasanya berupa enzim atau protein. Beberapa jenis insektisida dapat

mempengaruhi lebih dari satu titik tangkap pada serangga. Mode of entry

adalah cara insektisida masuk ke dalam tubuh serangga, dapat melalui

kutikula (racun kontak), alat pencernaan (racun perut), atau lubang

pernafasan (racun pernafasan).

Menurut Suroso dkk (2012:5), penggolongan toksisitas suatu

insektisida dilakukan oleh badan internasional seperti WHO dan EPA

(environmental protection agency) yang merupakan referensi bagi industri

7

insektisida maupun penggunanya. Toksisitas (toxicity) adalah suatu

kemampuan yang melekat pada suatu bahan kimia untuk

menimbulkan”keracunan”/”kerusakan”. Toksisitas biasanya dinyatakan

dalam suatu nilai yang dikenal sebagai dosis atau konsentrasi mematikan

pada hewan coba dinyatakan dengan Lethal Dose (LD) atau Lethal

Concentration (LC).

Larvasida adalah insektisida pembunuh larva nyamuk (Wudianto,

2007:19). Menurut Pestallindo (2014:31), larvasida adalah insektisida

ramah lingkungan yang biasanya berbentuk butiran atau briket yang

digunakan untuk aplikasi pengendalian larva nyamuk Demam Berdarah

Dengue (DBD) maupun Malaria. Adapun Cara pengendalian larva nyamuk

DBD dan Malaria tersebut adalah dengan penebaran butiran/briket produk

larvasida di bak mandi, tempat penyimpanan air yang terbuka, saluran got,

dan tempat lainnya yang dicurigai menjadi tempat perkembangbiakan larva.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai larvasida, dapat

disimpulkan bahwa larvasida adalah suatu insektisida pembasmi larva

nyamuk yang berbentuk butiran (pada umumnya disebut Abate) dan

berbentuk cairan tergantung kebutuhan.

2. Kepayang (Pangium edule Reinw)

Menurut Nurhidayati, dkk (2008:145-146) kepayang memiliki

deskripsi berupa pohon, tahunan, tinggi 18-40 m, tumbuhan ini mulai

bebuah secara terus-menerus mulai umur 15 tahun.

Batang berkayu, bulat, cabang muda berambut, putih kotor. Daun

tunggal, terkumpul pada ujung ranting, bulat telur, ujung runcing, pangkal

tumpul, tepi rata, pertulangan menjari, hijau. Bunga majemuk, bentuk

tandan, kelopak J-2 cm, mahkota panjang 5-8, oval, 1,5-2,5 cm, pangkai

berambut, hijau muda. Buah buni, bulat telur, diameter 10-25 cm, biji keras.

Menurut Asikin, dkk (2013) kepayang merupakan tanaman yang

memiliki pohon yang tinggi dan menghasilkan biji bertempurung keras.

Hanya segelintir yang tahu, kepayang begitu beracun saat masih muda

dengan inti biji putih. Kepayang mengandung asam sianida dan piretrin

konsentrasi tinggi pembunuh serangga. Menurut Wiryadiputra, dkk

(2014:220) kepayang (Pangium edule Reinw) mengandung senyawa asam

sianida, flavanoid dan saponin sehingga berpotensi sebagai insektisida.

Kepayang memiliki nama-nama yang berbeda disetiap daerah,

seperti, Payang (Sumatera, Melayu), Simaung, Kapecong, Lapencuang

(Minangkabau), Picung, Pucung (Sunda), Kluwak, Kluwek (Jawa), Pangi

(Bugis,Toraja) (Wulandari, 2011:124). Berikut merupakan Taksonomi dari

tanaman kepayang (pangium edule Reinw) adalah (Arini, 2012):

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Dycotiledoneae

Ordo : Parietales

Familia : Flacourtiaceae

Genus : Pangium

Species : Pangium edule Reinw.

Riset Yuningsih dari Balai Penelitian Veteriner, Bogor, menyebut

biji kepayang mengandung 1.000-2.000 ppm asam sianida tergantung

kondisi biji. Biji yang keras mengandung 2.000 ppm, biji lunak 1000 ppm,

dan biji berair 500 ppm. Menurut Yuningsih asam sianida dalam jumlah

kecil saja 2,55 ppm dapat mematikan hampir semua spesies hewan dalam

beberapa menit pascakonsumsi. Sementara kadar piretrin pada kepayang

mencapai 5,89% (Asikin dkk, 2013). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1 (a) buah kepayang, (b) biji kepayang yang masih muda,

(c) biji kepayang yang sudah tua

(Sumber :Dokumentasi Pribadi, 2017)

Menurut Asikin, dkk (2013) dari berbagai percobaan itu senyawa

aktif kepayang, asam sianida dan piretrin mematikan hama dengan

menyerang pusat saraf bila terhirup dan tertelan. Piretrin bekerja cepat

membuat pingsan serangga. Namun, sebagian besar serangga biasanya

bangun kembali setelah sempoyongan beberapa saat. Sebab, banyak

serangga mampu menguraikan dan menetralisir piretrin dengan cepat

melalui proses metabolisme dalam tubuhnya. Serangga takluk karena tak

mampu mengurai asam sianida yang lebih kuat. Menurut Wulandari

(2011:124) kandungan racun pada biji yang telah masak lebih sedikit

dibandingkan pada yang belum masak.

a b c

Menurut Sari & Suhartati (2015:27) kulit buah berwarna cokelat

kemerahan dengan permukaan kasar yang mengandung lentisel, buah

kepayang mengandung biji yang jumlahnya banyak dan tersusun rapi pada

poros buah seperti buah cempedak. Buah yang berukuran besar

mengandung biji yang jumlahnya dapat mencapai 30 biji, sedangkan buah

yang berukuran kecil mengandung sekitar 12 biji. Biji berukuran besar,

berwarna kelabu, berbentuk limas dan keras. Pada biji terdapat inti biji

(endosperm) yang banyak mengandung lemak. Buah yang masih segar,

endospermanya berwarna putih, apabila buah sudah disimpan dalam waktu

yang lama, maka warna endosperma berubah menjadi kehitaman. Daging

biji mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin dan sianida.

Adanya tanin menyebabkan daging biji kepayang menjadi coklat. Kulit biji

kasar dengan perikarp setebal 6-10 mm, berkayu dan beralur. Untuk lebih

jelasnya mengenai kepayang muda dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai

berikut:

Gambar 2.2 Kepayang Muda

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

Keefektifan biji kepayang (Pangium edule Reinw) sebagai bahan

pembasmi hama disebabkan adanya asam sianida sebagai hasil hidrolisis

sianogen gynocardine oleh enzim gynocardase yang ditemukan dalam

semua bagian dari tanaman kepayang. Sianida merupakan salah satu jenis

racun yang paling toksik (mematikan), bereaksi cepat dalam tubuh hewan

maupun manusia, dan dapat menyebabkan kematian akut. Pemanfaatan

asam sianida dalam biji kepayang (Pangium edule Reinw) sebagai

insektisida telah dilakukan untuk hama walang sangit, wereng, dan hama

belalang pengganggu tanaman padi. Racun sianida pada kepayang

(Pangium edule Reinw) termasuk racun saraf. Senyawa asam sianida

bekerja mematikan hama dengan menyerang pusat saraf saat serangga bila

terhirup dan tertelan. Asam sianida membuat efek racun perut dan saraf

(Hidayat dkk, 2014:15-16).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai tumbuhan kepayang,

dapat disimpulkan bahwa kepayang adalah tumbuhan yang memiliki pohon

tinggi, biji bertempurung keras, mengandung asam sianida dan piretrin

konsentrasi tinggi pembunuh serangga.

3. Mortalitas

Mortalitas adalah pengurangan cacah individu suatu populasi.

Mortalitas dibedakan atas mortalitas fisiologik dan mortalitas ekologik.

Mortalitas fisiologik (mortalitas minimum) adalah pengurangan anggota

populasi dalam kondisi ideal. Sedangkan mortalitas ekologik adalah

pengurangan individu anggota populasi dalam kondisi ekologinya

(Dharmawan dkk, 2005:97).

Menurut Muhartini (2003:3) mortalitas adalah kematian individu di

dalam populasi. Mortalitas dapat dinyatakan sebagai individu yang mati

didalam kurun waktu tertentu (kematian per waktu) atau sebagai laju jenis

dalam anti satuan dari populasi total.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai mortalitas, dapat

disimpulkan bahwa mortalitas adalah kematian individu dalam populasi

yang menyebabkan kurangnya jumlah populasi.

4. Larva Nyamuk

Menurut Campbell dkk. (2012:262) sama seperti serangga lainnya,

nyamuk mengalami perubahan bentuk atau metamorfosis. Metamorfosis

yang terjadi pada nyamuk sama seperti pada kupu-kupu yaitu metamorfosis

sempurna. Serangga dengan metamorfosis sempurna memiliki tahap-tahap

larva yang terspesialisasi untuk makan dan tumbuh yang dikenal dengan

nama-nama seperti ulat, belatung atau tempayak.

Berikut merupakan Gambar metamorphosis sempurna pada nyamuk

dapat di lihat pada Gambar 2.3 sebagai berikut:

Gambar 2.3 Metamorfosis Sempurna Nyamuk

(Sumber: Okeoma, 2016:100)

Menurut Suwito, dkk (2014:29) Setelah telur terendam 2-3 hari,

selanjutnya menetas menjadi jentik. Larva mengalami 4 tingkatan atau

stadium yang disebut instar, yaitu instar I, II, III dan IV. Larva nyamuk

hidup di air dari 7-14 hari tergantung pada suhu air. Larva mulai memakan

bakteri dan membusuk bahan organik di permukaan air, segera setelah

mereka menetas dari telur. Larva nyamuk menghabiskan sebagian besar

waktu mereka tergantung terbalik di permukaan, mengisap oksigen melalui

siphon tersebut. Siphon ini terletak di dasar perut mereka dan mirip dengan

snorkel. Kuas yang terletak di depan mulut mereka mengumpulkan

makanan. Tahap larva berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa

minggu, di mana larva menumpahkan beberapa lapisan kulit luar mereka,

yang disebut moulting. Hal ini memungkinkan pertumbuhan lebih lanjut

(Deily, 2013).

Berikut merupakan gambar 4 instar pada larva nyamuk dapat dilihat

pada gambar 2.4. Sebagai berikut:

Gambar 2.4 Instar Larva Nyamuk

(Sumber: Okeoma, 2016:100)

Pada perkembangan larva nyamuk mengalami pergantian kulit

sebanyak tiga kali dari instar I, II, III, dan IV. Larva instar I berukuran 1-2

mm, setelah 1 hari berubah menjadi instar II. Ukuran larva instar II adalah

3-3,9 mm. Larva instar II ini, setelah 2-3 hari akan menjadi instar III, yang

memiliki ukuran 5 mm. Baru setelah 2-3 hari lara instar III ini berubah

menjadi instar IV dengan ukuran 7-8 mm (Dinata, 2016:46).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai larva nyamuk, dapat

disimpulkan bahwa larva nyamuk adalah tahap ke dari fase metamorfosis

nyamuk, dimana pada tahap larva mengalami 4 tingkatan atau stadium yang

disebut instar, yaitu instar I, II, III dan IV. Setiap tingkatan memiliki waktu

tumbuh yang berbeda-beda.

B. Penelitian yang Relevan

Yuningsih dan Kartina (2007) melakukan penelitian tentang Efektivitas

Ekstrak Biji Picung (Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas Keong Mas

(Pomacea canaliculate Lamck). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konsentrasi sianida yang mematikan keong mas (100%) mendekati konsentrasi

1% larutan ekstrak biji picung, cukup efektif sebagai mulaskasida.

Hidayat, dkk (2012) melakukan penelitian tentang Penggunaan Ekstrak

Biji Kluwek (Pangium edule Reinw.) Sebagai Insektisida Nabati Terhadap

Mortalitas Kecoak (Blatella germanica L.). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu

penggunaan ekstrak biji kluwek sebagai insektisida nabati dengan konsentrasi

antara 25 g/100 mL akuades, 50 g/100 mL akuades, 75 g/100 mL akuades, 100

g/100 mL akuades dan 125 g/100 mL akuades berpengaruh nyata terhadap

mortalitas kecoak (Blatella germanica L.).

Wiryadiputra, dkk (2014) melakukan penelitian tentang Pengaruh

Ekstrak Tanaman Picung (Pangium edule) sebagai Pestisida Nabati Terhadap

Mortalitas Penggerek Buah Kopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

semakin besar konsentrasi ekstrak biji dan daun picung semakin besar pula

jumlah PBKo yang terbunuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak

daun dan biji picung tidak berbeda nyata dalam potensinya sebagai insektisida

nabati. Perbedaan signifikan tampak antara konsentrasi 1,0%; 2,5%; dan 5,0%

dengan konsentrasi insektisida pembanding karbaril. Pada pengamatan enam

hari setelah perlakuan, baik ekstrak air maupun metanol, hanya dapat

mematikan sekitar 35-40% pada kisaran konsentrasi yang diuji.

C. Kerangka Penelitian

Kerangka berpikir pada penelitian ini ialah dimulai karena kasus

kejadian penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk semakin meningkat

dari waktu ke waktu, terutama di Indonesia. Pemutusan siklus hidup nyamuk

vektor dapat dilakukan dengan penebaran ikan pemakan larva nyamuk ataupun

penebaran larvasida untuk membunuh larva. Larvasida yang biasa digunakan

masyarakat pada umumnya ialah larvasida berbahan dasar kimia, akan

menimbulkan resistensi terhadap organisme sasaran. Salah satu tumbuhan yang

dapat digunakan ialah buah kepayang, karena biji kepayang mengandung 1.000-

2.000 ppm asam sianida yang berpotensi sebagai insektisida nabati (larvasida).

Oleh sebab itu, pada penelitian ini menggunakan kepayang sebagai

bahan dalam penelitian. Pada penelitian ini kepayang dibuat menjadi larvasida

cair dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% dengan kontrol positif

menggunakan abate. Selanjutnya masing masing konsentrasi dimasukan

kedalam wadah perlakuan. Setelah dilakukan perlakuan langkah selanjutnya

ialah dilakukan pengamatan dengan rentan waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5

jam, 6 jam, 12 jam, dan 24 jam. Setiap kali pengamatan, dihitung dan dicatat

jumlah larva yang mati dalam lembar observasi. Setelah mendapatkan data,

dilakukan analisis data dengan menggunakan Anova Satu Jalur, apabila Ha

diterima maka dilakukan perhitungan lanjutan. Hasil akhir dari penelitian ini

ialah ada Pengaruh Larvasida Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap

Mortalitas Larva Nyamuk.

Agar lebih jelasnya dapat dilihat kerangka berpikir dalam penelitian ini

pada gambar 2.4 sebagai berikut:

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Larvasida Biji Kepayang

(Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk”.

Nyamuk menyebabkan banyak penyakit pada manusia

Solusi Larvasida Kepayang

Sianida dan piretrin

Ada Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap

Mortalitas Larva Nyamuk

larvasida berbahan dasar kimia, padahal penggunaan insektisida berbahan

dasar kimia yang terus berulang, cepat atau lambat akan menimbulkan

resistensi terhadap organisme sasaran

Racun sianida pada kepayang (Pangium edule Reinw) termasuk racun

saraf. Senyawa asam sianida bekerja mematikan hama dengan menyerang

pusat saraf saat serangga bila terhirup dan tertelan dan Piretrin bekerja

cepat hanya membuat pingsan serangga.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Menurut

Sugiyono (2014:72) penelitian eksperimen adalah sebagai penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendali. Jadi penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang

bertujuan untuk mengetahui Pengaruh larvasida kepayang (Pangium edule

Reinw) terhadap mortalitas larva nyamuk. Penelitian ini menggunakan uji

kuantitatif kemudian dianalisis dengan One Way Anova dan dilanjutkan

dengan Uji lanjutan.

B. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini ialah larva nyamuk dari semua jenisnya yang

diberi larvasida biji kepayang.

C. Jadwal Penelitian

Waktu dan tempat pelaksanaan yaitu bulan Mei 2017 yang bertempat

di Laboratorium Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau.

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah 1 buah gelas ukur 100

mL, 1 buah gelas kimia 500 mL, telenan, penumbuk, blender, pisau, toples,

18

kain penyaring, pengukur waktu, kaca pembesar, 27 buah cawan petri, 1

mikroskop cahaya, akuarium, dan jaring larva.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 500 mL larvasida

biji kepayang muda, abate, 375 ekor larva nyamuk, dan aquades.

E. Prosedur Penelitian

1. Penanganan sampel

a. Kepayang

Sampel kepayang diperoleh di Lubuklinggau, karena kepayang

masih mudah ditemukan di Lubuklinggau. Tahapan-tahapan pembuatan

larvasida kepayang adalah sebagai berikut:

1) Buah kepayang dikupas, ambil bijinya.

2) Biji buah kepayang tersebut dikupas dan diambil daging yang masih

muda, dihaluskan, penghalusan kepayang dilakukan dengan cara

ditumbuk terlebih dahulu, dan setelah sedikit halus dilanjutkan

dengan cara diblender.

3) Penyaringan, biji buah kepayang yang telah halus disaring dengan

menggunakan kain (pengepresan).

4) Pengemasan, larvasida yang telah dihasilkan disimpan dalam botol

(Wulandari, 2012:41).

b. Penyediaan Larva nyamuk

Sampel larva nyamuk diperoleh dari genangan air yang berisi

larva nyamuk yang sudah dikembangbiakan. Larva nyamuk dalam

pengembangbikannya membutuhkan waktu 1-2 minggu untuk larva

nyamuk instar I-IV dengan semua jenis larva nyamuk. Larva nyamuk

hidup di air dan mengalami masa pertumbuhan (instar) yaitu:

1. Larva instar I, memiliki perubahan perkembangan dalam jangka

waktu kurang lebih 1 hari. Ciri-cirinya yaitu: kecil, panjang 1-2 mm,

warna transparan, duri-duri atau (spinae) pada dada (thorax) sudah

jelas dan corong pernapasan telah aktif.

2. Larva instar II, memiliki perubahan perkembangannya dalam jangka

waktu 1-2 hari. Ciri-cirinya yaitu bertambah besar ukuran 3-3,9 mm,

duri dada sudah jelas dan corong pernapasan sudah berwarna hitam.

Larva instar II mengambil oksigen dari udara, dengan menempatkan

corong udara (shipon) pada permukaan air badan larva berada pada

posisi membentuk sudut, pergerakan tidak terlalu aktif.

3. Larva instar III, memiliki perubahan perkembangannya dalam

jangka waktu 2 hari. Ciri-cirinya yaitu ukuranya lebih besar sedikit

dari larva instar II, 5 mm dan lebih aktif bergerak .

4. Larva instar IV, memiliki perubahan perkembangannya dalam

jangka waktu 2-3 hari. Ciri-cirinya larva paling besar berukuran 7-8

mm, tubuhnya langsing gerak sangat lincah, kepala (chepal), dada

(thorax) dan perut sudah jelas.

Larva nyamuk setiap pergantian instar, larva mengalami pergantian kulit

dan belum bisa dibedakan antara jenis larva jantan dan betina. Larva

nyamuk yang telah dikembangbikan, diambil menggunakan jaring

larva, selanjutnya larva-larva nyamuk yang telah tersedia akan

dimasukkan ke dalam aquarium yang nantinya akan dimasukan ke setiap

wadah perlakuan yang telah disiapkan.

2. Metode pengujian

a. Konversi Konsentrasi

Belum diketahui literatur yang menyatakan konsentrasi

penggunaan larvasida kepayang pada larva nyamuk. Jadi untuk

penelitian ini digunakan konsentrasi yang disesuaikan dengan penelitian

sebelumnya.

Wiryadiputra, dkk (2014) menggunakan konsentrasi 1%, 2,5%

dan 5% insektisida nabati kepayang terhadap mortalitas penggerek kopi.

Pada penelitian tersebut pada konsentrasi 5% hanya 27,5% yang

mengalami kematian. Sehingga dalam penelitian ini menambah

konsentrasi agar dapat meningkatkan mortalitas larva nyamuk. Jadi

dalam penelitian ini menggunakan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan

10%. Cara melakukan pengenceran konsentrasi larvasida kepayang

adalah:

V1 x N1 = V2 x N2

Keterangan:

V1 = Volume dari awal yang dibutuhkan

N1 = Konsentrasi awal

V2 = Volume yang diinginkan

N2 = Konsentrasi yang diinginkan (Manurung, 2015).

Berikut merupakan jumlah mL yang digunakan dalam

pembuatan larvasida kepayang, dapat dilihat pada table 3.1 sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Jumlah mL dan konsentrasi perlakuan yang digunakan

dalam Pembuatan Larvasida Kepayang

No. Ukuran Perlakuan Konsentrai Jumlah

mL

Larvasida

Jumlah mL

Aquades

1 400 mL P1 2,5% 10 mL 390 mL

2 400 mL P2 5% 20 mL 380 mL

3 400 mL P3 7,5% 30 mL 370 mL

4 400 mL P4 10% 40 mL 360 mL

b. Pemberian Perlakuan

Larva nyamuk yang telah tersedia kemudian kemudian

dimasukan kedalam wadah perlakuan masing-masing wadah perlakuan

berisi 15 ekor larva nyamuk. Berikut ini merupakan penentuan jumlah

subjek (ulangan) minimal ditentukan berdasarkan rumus Federer yaitu:

(t-1) (r-1) ≥ 15

Dimana: t = jumlah perlakuan, sedangkan

r = banyak pengulangan pada tiap perlakuan

(Hanafiah, 2003:9)

Jadi untuk penelitian ini, (t-1) (r-1) ≥ 15

(5-1) (r-1) ≥ 15

(4) (r-1) ≥ 15

(r-1) (4) ≥ 15

r ≥ 3,75 (dibulatkan menjadi 4) + 1 = 5

r ≥ 5 kali ulangan

Pada P1 larva nyamuk dimasukan larvasida biji kepayang

sebanyak 2,5%, Pada P2 larva nyamuk dimasukan larvasida biji

kepayang sebanyak 5%, Pada P3 larva nyamuk dimasukan larvasida biji

kepayang sebanyak 7,5%, dan Pada P4 larva nyamuk dimasukan

larvasida biji kepayang sebanyak 10%. Untuk P0+ menggunakan abate

sebagai kontrol. Masing-masing wadah perlakuan berisi 400 mL air dan

larvasida yang sudah digabung dalam wadah perlakuan.

F. Pengumpulan Data

1. Perhitungan Mortalitas Larva Nyamuk

Larva nyamuk dikatakan sudah mati apabila larva tidak bergerak

ketika disentuh, tubuh larva berwarna putih atau kuning pucat, bentuk tubuh

memanjang dan kaku larva, ditandai dengan sebagian kepala terlepas atau

seluruh tubuhnya hancur (Kaihena dkk, 2011:100)

Menurut Utami dan Haneda (2012:211) data kematian dihitung

dalam persen kematian dengan rumus:

Persentase Kematian Larva Nyamuk = Σ Larva Nyamuk Yang mati

Σ Total Larva Nyamukx 100%

Menurut Fauzi dan Marina (2012:9) pengamatan kematian larva

dilakukan pada selang waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 12

jam, dan 24 jam. Pada Penelitian ini pengamatan kematian larva dilakukan

pada selang waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, dan 6 jam. Setiap kali

pengamatan, dihitung dan dicatat jumlah larva yang mati.

G. Analisis Data

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) karena sumber keragaman yang diamati ialah perlakuan dan

galat (Hanafiah, 2003:344). Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian

kemudian dianalisis dengan Anava Satu Jalur.

Sebagai kelompok statistik parametik Anava dikembangkan dari

asumsi-asumsi parametrisitas atau keparametrikan. Berikut merupakan uji

persyaratan yang harus dilakukan:

1. Uji Normalitas

Menurut Supardi (2013:129) uji normalitas dilakukan untuk

mengetahui kenormalan suatu distribusi data. Berikut merupakan langkah-

langkah Uji normalitas menggunakan uji liliefors:

a. Menentukan taraf signifikan, dengan hipotesis yang akan diuji:

H0 = Data berdistribusi normal

H1 = Data berdistribusi tidak normal

b. Lakukan langkah-langkah pengujian normalitas berikut:

1) Data pengamatan Y1, Y2, Y3, …, Yn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,

…, Zn dengan menggunakan rumus: Z1= (𝑌𝑖−Ȳ)

𝑠

(dengan Ȳ dan s masing-masing merupakan rerata simpangan baku).

2) Untuk tiap bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal

baku kemudian dihitung peluang. F(Z1) = P(Z ≤ Z1)

3) Hitung proporsi Z1, Z2, .. Zn dihitung yang lebih kecil atau sama

dengan Z1. S(Z1) = Banyaknya Z1, Z2, …. Zn ≤ Z1

n

4) Hitung selisih F(Z1)–S(Z1) dihitung kemudian menetukan harga

mutlak.

5) Harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut

sebagai harga Lo atau Lhitung.

Untuk menerima atau mengolah hipotesis nol H0 dilakukan dengan

cara membandingkan Lo dengan nilai Lkritis atau Ltabel yang didapat dari tabel

Liliefors (Supardi, 2013:131-132).

2. Uji Homogenitas

Menurut Supardi (2013:142,145-147) pengujian homogenitas

dimaksudkan dalam rangka menguji kesamaan varians kelompok data. Uji

Bartlet (digunakan untuk menguji homogenitas varians lebih dari dua

kelompok data), berikut merupakan langkah yang dapat dilakukan:

a. Menyajikan data hasil pengamatan dibuat dalam bentuk tabulasi data.

b. Menghitung mean dan varian serta derajat kebebasan setiap kelompok

data yang akan diuji homogenitasnya.

c. Sajikan dk dan varian (s2) tiap kelompok sampel dalam tabel sekalian

hitung logaritma dari setiap varian kelompok dan hasil kali dk dengan

logaritma varian dari tiap kelompok sampel. Tabel Uji Barlet dapat

dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Tabel Penolong Uji Barlet Sampel Ke- Dk S1

2 log S12 (dk) log S1

2

A NA- 1 SA2 log SA

2 (n1- 1) log SA2

B NB – 1 SB2 log SB

2 (n2- 1) log SB2

.

K

.

nk – 1

SK2

log Sk2

(nk- 1) log Sk2

Jumlah ∑ =(ni- 1) - - ∑ =(ni- 1) log Si2

d. Hitung varian gabungan dari semua kelompok sampel:

S2 = ∑ ( nᵢ−1)Sᵢ2

∑ ( nᵢ−1)

e. Hitung harga logaritma varian gabungan dan harga satuan Barlet (B),

dengan rumus: B = (log S2) ∑ ( n1-1) = ( log S2) ∑-dk

f. Hitung nilai chi-kuadrat (χ2hitung = (ln 10) (B ∑-dk . log S1

2

g. Tentukan harga chi-kuadrat (χ2tabel), pada taraf nyata dan dk = k-1, yaitu:

χ2tabel = χ(1-α)(k-1)

(dalam hal ini k = banyaknya kelompok sampel)

h. Menguji hipotesis homogenitas data dengan cara membandingkan nilai

χ2hitung dengan χ2

tabel.

Kriteria pengujian adalah:

H0 ditolak jika χ2hitung

> χ2 (1- α) (k-1), atau χ2

hitung > χ2tabel.

H0 diterima jika χ2hitung

< χ2 (1- α) (k-1), atau χ2

hitung < χ2tabel

Apabila homogenitas terbukti maka peneliti dapat melakukan pada

tahap analisis lanjutan.

3. Uji Hipotesis

Menentukan formulasi hipotesis

H0 : µ1 = µ2 = µ3 = µ4 (Semua perlakuan memiliki rata-rata yang bernilai

sama)

H1 : µ1 ≠ µ2 ≠ µ3 ≠ µ4 (Ada perlakuan yang memiliki rata-rata yang bernilai

tidak sama (berbeda)

a. Menentukan taraf nyata (α) dan nilai F tabel

Taraf nyata (α) = 5% = (0,05) dan (α) = 1% = (0,01)

b. Menentukan kriteria pengujian

1) Pada taraf uji 1%, H0 diterima (H1 ditolak) apabila F0 ≤ 4,25 (tidak

sangat signifikan)

2) Pada taraf uji 1%, H0 ditolak (H1diterima) apabila F0>4,25 (sangat

signifikan)

c. Menentukan nilai uji statistik (nilai F0)

JK Total = ΣYT² - (𝛴𝑌)²

𝑛ᴛ

JK Perlakuan = Σ(𝛴𝑌ᵢ)²

𝑛ᵢ−

(𝛴𝑌)²

𝑛ᴛ

JK Galat / Error = JK Total – JK Perlakuan

Keterangan :

k = jumlah perlakuan, n = jumlah pengulangan

Tabel 3.3. Analisis Sidik Ragam (Anava Satu Jalur)

Sumber

Varians

JK

(Jumlah

Kuadrat)

Db

Rerata Jumlah

Kuadrat

(RJK)/Varian

kuadrat

F0 F tabel

Perlakuan JK

Perlakuan k-1

𝐽𝐾 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛

𝑘 − 1 𝑅𝐽𝐾 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛

𝑅𝐽𝐾 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡

F0,05 =

Galat JK Galat nT-k 𝐽𝐾 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡

𝑛ᴛ − 𝑘 F0,01 =

Total JK Total nT-1

(Supardi, 2013:343-344)

Kriteria pengujian:

H0 diterima jika, Fhitung < Ftabel dan H0 ditolak jika, Fhitung > Ftabel.

Jika Fhitung < Ftabel, maka menunjukan hasil yang tidak signifikan atau

dengan kata lain Ho diterima dan HA ditolak. Selanjutnya, apabila terjadi

perbedaan antara perlakuan maka dilakukan perhitungan Koefisien

Keragaman (KK yaitu derajat kejituan dan keandalan hasil yang diperoleh

dari percobaan) untuk menentukan macam uji beda yang sebaiknya dipakai

(Hanafiah, 2003). Koefisien keragaman ini dinyatakan sebagai persen rerata

dari rerata umum percobaan sebagai berikut:

KK = √𝑅𝐽𝐾 𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡

Ȳ 𝑥 100%

dimana Ȳ = rerata seluruh data percobaan

Menurut Hanafiah (2003:41) macam-macam uji beda yang dapat

dipakai, yaitu:

a. Jika KK besar (minimal 10% pada kondisi homogen), uji lanjutan yang

sebaiknya digunakan adalah Duncan, karena uji ini dapat dikatakan

yang paling teliti.

b. Jika KK sedang, (antara 5-10% pada kondisi homogen), uji lanjutan

yang sebaiknya dipakai adalah ui BNT (Beda Nyata Terkecil) karena uji

ini dikatakan juga berketelitian sedang, dan

c. Jika KK kecil, (maksimal 5% pada kondisi homogen), uji lanjutan yang

sebaiknya diapakai adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur) karena uji ini

tergolong kurang teliti).

Apabila distribusi data tidak normal maka disarankan untuk

menggunakan uji statistik non parmetrik, yaitu Uji Kruskal-Wallis. Menurut

Boedijoewono (2001:298) berikut merupakan rumus yang dapat gunakan:

W = 12

n (n+1) x

ΣR²

n - 3 (n+1)

Dimana:

W = Kriteria Kruskal-Wallis

N = n1 + n2 + …… + nk

R = Rangking dari data

H. Pertanggungjawaban Penelitian

Validasi alat penelitian dilakukan untuk melihat kelayakan dan

ketepatan guna alat yang digunakan dalam penelitian sehingga dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan prosedur. Validasi alat penelitian

dilakukan oleh Kepala Laboratorium Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau. Alat

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Gelas ukur 100 mL sebagai tempat mengukur jumlah ml insektisida nabati

yang telah didapat.

2. Gelas kimia 500 mL dan 250 mL sebagai tempat meletakkan insektisida

nabati.

3. Telenan sebagai alat untuk memotong biji buah kepayang.

4. Penumbuk sebagai penghalus awal dalam pembuatan insektisida nabati.

5. Blender sebagai penghalus akhir dalam pembuatan insektisida nabati.

6. Pisau sebagai alat pemotong biji buah kepayang.

7. Toples sebagai tempat perlakuan larva nyamuk.

8. Timbangan sebagai alat untuk mengukur banyaknya jumlah kepayang yang

akan digunakan.

9. Kain penyaring sebagai alat untuk menyaring kepayang yang telah

dihaluskan.

10. Pengukur waktu sebagai alat untuk mengukur waktu dalam pengamatan.

11. Kaca Pembesar sebagai alat untuk larva nyamuk yang telah dilakukan

perlakuan (mati) secara jelas.

12. Jaring larva sebagai alat untuk mengambil larva nyamuk.

13. Akuarium sebagai tempat untuk meletakan larva nyamuk.

14. Mikroskop sebagai alat untuk melihat morfologi larva nyamuk yang telah

mati.

Validasi alat penelitian dilakukan oleh Kepala Laboratorium Pendidikan

Biologi STKIP-PGRRI Lubuklinggau yaitu ibu Endang Suswati, M.Pd. Hasil

validasi yang didapat ialah dengan rata-rata “baik”.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada uji pengaruh larvasida biji kepayang (Pangium edule Reinw)

menggunakan larva nyamuk sebagai hewan percobaan. Larva nyamuk yang

digunakan dalam penelitian ini dikarenakan kasus kejadian penyakit menular

yang ditularkan oleh nyamuk semakin meningkat dari waktu ke waktu, terutama

di Indonesia (Menurut Sawir, 2011:1).

Larva nyamuk yang digunakan adalah segala jenis larva nyamuk, baik

instar I-IV, hal ini dikarenakan masyarakat maupun pemerintah dalam

melakukan upaya pemutusan siklus hidup nyamuk sering melakukan penebaran

ikan pemakan larva nyamuk ataupun penebaran larvasida untuk membunuh

larva. Larvasida yang biasa digunakan masyarakat pada umumnya ialah abate

yang merupakan larvasida berbentuk butiran (granule) pembasmi larva nyamuk

nyamuk yang telah lama dikenal oleh masyarakat.

Biji kepayang dipilih karena Menurut Asikin, dkk (2013) biji kepayang

mengandung 1.000-2.000 ppm asam sianida tergantung kondisi biji. Biji yang

keras mengandung 2.000 ppm, biji lunak 1000 ppm, dan biji berair 500 ppm.

Pada berbagai percobaan, senyawa aktif kepayang ialah asam sianida dan

piretrin yang dapat mematikan hama dengan menyerang pusat saraf bila

terhirup dan tertelan, piretrin bekerja cepat membuat pingsan serangga.

Setelah perlakuan dan dilakukan pengamatan pada jam ke 1 sampai ke

6 didapat jumlah mortalitas nyamuk yang disajikan pada Tabel 4.1 sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Mortalitas Nyamuk

No Pengamatan Mortalitas Nyamuk pada Konsentrasi

2,5 % 5 % 7,5 % 10%

1 Jam ke 1 4 ekor mati 9 ekor mati 9 ekor mati 12 ekor mati

2 Jam ke 2 15 ekor mati 16 ekor mati 18 ekor mati 17 ekor mati

3 Jam ke 3 26 ekor mati 37 ekor mati 36 ekor mati 35 ekor mati

4 Jam ke 4 38 ekor mati 48 ekor mati 41 ekor mati 44 ekor mati

5 Jam ke 5 48 ekor mati 58 ekor mati 61 ekor mati 60 ekor mati

6 Jam ke 6 63 ekor mati 68 ekor mati 70 ekor mati 71 ekor mati

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa setiap jam pengamatan dan

setiap konsentrasi larvasida biji kepayang memiliki hasil yang berbeda-beda

katena data murni dari hasil penelitian. Seperti yang telah dijabarkan, bahwa

pada pengamatan terakhir (6 jam) pada P1 (2,5%) mampu mematikan 63 ekor

larva nyamuk, pada P2 (5%) mampu mematikan 68 ekor larva nyamuk, pada

P3 (7,5%) mampu mematikan 70 ekor larva nyamuk dan pada P4 (10%) mampu

mematikan 71 ekor larva nyamuk. Berarti setiap konsentrasi larvasida biji

kepayang tersebut mampu mematikan larva nyamuk.

Berdasarkan hasil uji pengaruh larvasida biji kepayang (Pangium edule

Reinw) tersebut diperoleh data hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 4.2

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium

edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk dan

Persentase Mortalitas Nyamuk

Perlakuan Jumlah (ΣY) Rata-rata (Ȳ)

Persentase

Mortalitas

Larva

Nyamuk

P0 (+) 75 15 100%

P1 63 12,6 84%

P2 68 13,6 90%

P3 70 14 93%

P4 71 14,2 95%

Σ 347 69,4

Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh bahwa pemberian P1 berpengaruh

sebagai larvasida biji kepayang dengan konsentrasi 2,5% dengan rata-rata 12,6.

Pada saat pengamatan (6 jam setelah perlakuan), larva nyamuk yang berada di

P1 yang mengalami mortalitas sebanyak 67 ekor dari 75 ekor larva nyamuk

yang diberi perlakuan. P2 berpengaruh sebagai larvasida biji kepayang dengan

konsentrasi 5% dengan rata-rata 13,6. Pada saat pengamatan (6 jam setelah

perlakuan), larva nyamuk yang berada di P2 yang mengalami mortalitas

sebanyak 68 ekor dari 75 ekor larva nyamuk yang diberi perlakuan.

P3 berpengaruh sebagai larvasida biji kepayang dengan konsentrasi

7,5% dengan rata-rata 14. Pada saat pengamatan (6 jam setelah perlakuan),

larva nyamuk yang berada di P3 yang mengalami mortalitas sebanyak 70 ekor

dari 75 ekor larva nyamuk yang diberi perlakuan. Serta P1 berpengaruh sebagai

larvasida biji kepayang dengan konsentrasi 2,5% dengan rata-rata 12,6. Pada

saat pengamatan (6 jam setelah perlakuan), larva nyamuk yang berada di P4

yang mengalami mortalitas sebanyak 71 ekor dari 75 ekor larva nyamuk yang

diberi perlakuan.

Pada Uji Normalitas Lilliefors, didapat nilai (terbesar) L0 = 0,1711

dengan α = 0,01 dan n = 25 didapat nilai dari tabel lilliefors didapat Ltabel =

0,200. Karena L0 < Ltabel maka H0 diterima dan dapat disimpulkan data atau

sampel berdistribusi normal. Serta pada Uji Homogenitas Barlet didapat χ2 hitung

< χ2tabel maka H0 diterima dan disimpulkan kelima kelompok data memiliki

varian yang sama atau homogen. Maka selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis (annava satu jalur). Untuk lebih memperjelas dapat dilihat data hasil

penelitian pada gambar 4.2 Jumlah Persentasi Pengaruh Larvasida Biji

Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk.

Gambar 4.2 Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw)

Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk

Berdasarkan perhitungan statistik dengan analisis sidik ragam diperoleh

hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Analisis Sidik Ragam (Anava Satu Jalur)

Sumber

Varians

JK

(Jumlah

Kuadrat)

Db

Rerata Jumlah

Kuadrat

(RJK)/Varian

Kuadrat

Fhitung F tabel

Perlakuan 15,44 4 3,86

4,49

F0,05 = 2,87

Galat atau

Error 17,2 20 0,86 F0,01 = 4,43

Total 32,64 24

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilakukan

perhitungan analisis sidik ragam (Anava Satu Jalur) didapat nilai jumlah

kuadrat, derajat kebebasan, rerata jumlah kuadrat/varian kuadrat, dan F0 / F hitung

11

11,5

12

12,5

13

13,5

14

14,5

15

P0 (+) P1 P2 P3 P4

15

12,6

13,6 1414,2

Jumlah Persentasi Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium

edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk

Rata-rata

Perlakuan

Perlakuan

= 4,49 dengan Ftabel 0,01 = 4,43. Maka dapat nyatakan bahwa nilai Fhitung > Ftabel

maka H0 ditolak dan H1 diterima menunjukan hasil yang sangat signifikan (α =

0,01), serta dapat disimpulkan ada pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium

edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk.

Selanjutnya dilakukan perhitungan Koefisien Keragaman. Menentukan

nilai Koefisien keragaman sebagai berikut:

KK = √𝑅𝐽𝐾 𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡

Ȳ 𝑥 100%

= √0,86

69,4 𝑥 100%

= 1,40%

KK kecil menunjukan (maksimal 5% pada kondisi homogen atau

minimal 10% pada kondisi heterogen), uji lanjutan yang sebaiknya diapakai

adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur) (Hanafiah, 2003:41).

Hasil perhitungan Uji BNJ dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4 Hasil Uji BNJ (Beda Nyata Jujur)

Perlakuan Rata-Rata BNJ (5%) BNJ (1%)

A (P1) 12,6 a a A A

B (P2) 13,6 ab a AB B

C (P3) 14 abc a b ABC B C

D (P4) 14,2 abcd b ABCD C

E (P0+) 15 abcde b ABCDE D

BNJ 1,73 0,74

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%),

atau berbeda tidak sangat nyata (1%).

Pada taraf 5% pengaruh larvasida biji kepayang pada konsentrasi 10%

(P4) hanya berbeda tidak nyata dengan pengaruh larvasida biji kepayang pada

konsentrasi 7,5% (P3), dan P0 (+) dan berbeda nyata dengan konsentrasi 2,5%

(P1) dan 5% (P2).

Pada taraf 1% pengaruh insektisida nabati gadung pada konsentrasi

10% (P1) hanya berbeda tidak sangat nyata dengan pengaruh larvasida biji

kepayang pada konsentrasi 7,5% (P3) dan berbeda sangat nyata dengan P0

(+), konsentrasi 2,5% (P1) dan 5% (P2).

Berdasarkan hasil tabel dapat disimpulkan bahwa perlakuan optimum ada

penelitian ini adalah perlakuan yang dimulai dengan konsentrasi 7,5% karena

tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 10%. Namun hasilnya berbeda sangat

nyata dengan P0 (+).

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan, dapat dijelaskan bahwa

kepayang berpengaruh terhadap mortalitas larva nyamuk. Pada penelitian

menggunakan variabel kontrol positif: Abate (Larvasida Sintetis yang biasa

digunakan) dan menggunakan 500 mL larvasida biji kepayang.

Setiap wadah perlakuan berisi 400 mL aquades beserta larvasida biji

kepayang, masing masing perlakuan memiliki jumlah konsentrasi dan jumlah

larvasida biji kepayang yang berbeda pula. Pada P1 dengan konsentrasi 2,5%

dengan larvasida biji kepayang sebayak 10 mL dan 390 mL aquades sehingga

ukuran dalam toples tersebut sebanyak 400 mL. Pada P2 dengan konsentrasi

5% dengan larvasida biji kepayang sebayak 20 mL dan 380 mL aquades

sehingga ukuran dalam toples tersebut sebanyak 400 mL.

Pada P3 dengan konsentrasi 7,5% dengan larvasida biji kepayang

sebayak 30 mL dan 370 mL aquades sehingga ukuran dalam toples tersebut

sebanyak 400 mL. Pada P4 dengan konsentrasi 10% dengan larvasida biji

kepayang sebayak 40 mL dan 360 mL aquades sehingga ukuran dalam toples

tersebut sebanyak 400 mL.

Pada perhitungan Anava Satu Jalur didapat F hitung = 4,49 dengan Ftabel

0,01 = 4,43. Maka dapat nyatakan bahwa nilai Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan

H1 diterima menunjukan hasil yang sangat signifikan (α = 0,01), serta dapat

disimpulkan ada pengaruh larvasida biji kepayang (Pangium edule Reinw)

terhadap mortalitas larva nyamuk.

Selanjutnya dilakukan perhitungan Koefisien Keragaman. Pada

perhitungan KK didapat KK kecil yaitu 1,40% hal ini menunjukan bahwa uji

lanjutan yang sebaiknya dipakai adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur) (Hanafiah,

2003:41).

Pada taraf 5% pengaruh larvasida biji kepayang pada konsentrasi 10%

(P4) hanya berbeda tidak nyata dengan pengaruh larvasida biji kepayang pada

konsentrasi 7,5% (P3), dan P0 (+) dan berbeda nyata dengan konsentrasi 2,5%

(P1) dan 5% (P2). Pada taraf 1% pengaruh larvasida biji kepayang pada

konsentrasi 10% (P1) hanya berbeda tidak sangat nyata dengan pengaruh

larvasida biji kepayang pada konsentrasi 7,5% (P3) dan berbeda sangat nyata

dengan P0 (+), konsentrasi 2,5% (P1) dan 5% (P2). Dapat disimpulkan bahwa

perlakuan optimum ada penelitian ini adalah perlakuan yang dimulai dengan

konsentrasi 7,5% karena tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 10%. Namun

hasilnya berbeda sangat nyata dengan P0 (+).

Hal ini dikarenakan Kepayang mengandung asam sianida dan piretrin

konsentrasi tinggi pembunuh serangga. Asikin, dkk (2013) kepayang

merupakan tanaman yang memiliki pohon yang tinggi dan menghasilkan biji

bertempurung keras. Hanya segelintir yang tahu, kepayang begitu beracun saat

masih muda dengan inti biji putih. Kepayang mengandung asam sianida dan

piretrin konsentrasi tinggi pembunuh serangga.

Menurut Wiryadiputra, dkk (2014:220) kepayang (Pangium edule

Reinw) mengandung senyawa asam sianida, flavanoid dan saponin sehingga

berpotensi sebagai larvasida. Menurut Yuningsih asam sianida dalam jumlah

kecil saja 2,55 ppm dapat mematikan hampir semua spesies hewan dalam

beberapa menit pascakonsumsi. Sementara kadar piretrin pada kepayang

mencapai 5,89%.

Menurut Asikin, dkk (2013) dari berbagai percobaan itu senyawa aktif

kepayang, asam sianida dan piretrin mematikan hama dengan menyerang pusat

saraf bila terhirup dan tertelan. Piretrin bekerja cepat membuat pingsan

serangga (larva nyamuk). Namun, sebagian besar serangga biasanya bangun

kembali setelah sempoyongan beberapa saat. Sebab, banyak serangga mampu

menguraikan dan menetralisir piretrin dengan cepat melalui proses

metabolisme dalam tubuhnya. Serangga takluk karena tak mampu mengurai

asam sianida yang lebih kuat.

Menurut Djojosumarto (2008) larvasida biji kepayang masuk kedalam

badan larva nyamuk melalui mulut, kemudian masuk kedalam rongga

pencernaan larva nyamuk dan diserap oleh dinding saluran pencernaan.

Selanjutnya, larvasida tersebut terus dibawa oleh cairan tubuh larva nyamuk ke

tempat sasaran yang mematikan (ke susunan saraf serangga).

Hal ini sesuai dengan menurut Suroso dkk (2012:4-5) bahwa

membunuh larva nyamuk menggunakan cara insektisida masuk ke dalam tubuh

serangga, dapat melalui alat pencernaan (racun perut), atau lubang pernafasan

(racun pernafasan). Pada penelitian ini larva nyamuk mati melalui alat

pencernaan yaitu racun perut.

Setelah 24 jam aplikasi insektisida biji kepayang (Pangium edule

Reinw), semakin tidak aktif bergerak dan bayak mengalami kematian, terutama

pada kontrol perlakuan 10%. Larva nyamuk mengalami seperti keracunan. Hal

ini karena kandungan yang ada didalam biji kepayang yaitu priterin bekerja

sebagai racun saraf pusat yang disebut racun axonik yang bekerja secara cepat

1-2 menit setelah digunakan sehingga menghasilkan kehilangan keseimbangan

gerak tubuh (Kazachakova, 2007:19) dan priterin menimbulkan paralisis yang

bersifat sementara. Priterin ini mengikat protein dalam saraf, dalam keadaan

normal protein ini membuka untuk memberikan rangsangan dan menutup untuk

menghentikan sinyal saraf (Susmito Chemical, 2000).

Selain piretrin dalam biji kepayang (Pangium edule Reinw), sianida

juga mampu bekerja mematikan dengan menyerang saraf pusat saat meminum dan

menelanya. Asam sianida membuat efek racun perut. Racun perut membunuh

sasaranya dengan cara masuk kesistem pencernaan melalui makanan menyerang

organ-organ pencernaan dan diserap dinding usus kemudian ditranslokasikan

ketempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif. Racun sianida

yang menuju kepusat saraf kemudian akan disebarkan menuju organ-organ

respirasi dan meracuni sel-sel pada lambung (Sianigan, 2012).

Menurut Sinaga (2009) bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan

larvasida yang diberikan maka semakin rendah persentase larva nyamuk yang

hidup. Berarti semakin tinggi konsentrasi biji kepayang yang diberikan maka

persentase larva nyamuk yang mampu bertahan hidup akan semakin rendah atau

tingginya mortalitas larva nyamuk. Sama seperti halnya larva nyamuk yang

diberikan perlakuan dengan konsentrasi 10% mampu membunuh nyamuk

sebanyak 71 ekor.

Adanya larva nyamuk yang digunakan pada penelitian ialah larva

nyamuk instar I-IV, respon motralitas larva nyamuk sama antara instar I-IV

dikarenakan corong penapasan telah aktif. Larva nyamuk yang mengalami

mortalitas, ini terbukti dengan tanda-tanda terdapat pada larva nyamuk yaitu

sudah apabila sudah mati larva tidak bergerak ketika disentuh, tubuh larva

berwarna putih atau kuning pucat, bentuk tubuh memanjang dan kaku larva,

ditandai dengan sebagian kepala terlepas atau hancur seluruh tubuh larva nyamuk

(Kaihena dkk, 2011:100)

Terdapat beberapa larva nyamuk yang masih hidup setelah 24 jam. Pada

konsentrasi 10% pun tidak semua larva nyamuk mengalami kematian. pada biji

kepayang (Pangium edule Reinw) memiliki senyawa aktif bukan hanya asam

sianida tetapi juga piretrin yang dapat mematikan hama dengan menyerang pusat

saraf bila terhirup dan tertelan, piretrin bekerja cepat membuat pingsan serangga.

Namun, sebagian besar serangga biasanya bangun kembali setelah sempoyongan

beberapa saat. Oleh sebab itu, diperlukan penyemprotan yang berulang. Menurut

Asikin, dkk (2013), kepayang begitu beracun saat masih muda dengan inti biji

putih. Kepayang mengandung asam sianida dan piretrin konsentrasi tinggi

pembunuh serangga, Wiryadiputra, dkk (2014:220) sehingga berpotensi sebagai

Larvasida.

Penelitian larvasida ini membuktikan bahwa dalam 24 jam larvasida bisa

menyebabkan kematian dan harus didukung oleh cara aplikasi yang benar dan dosis

yang cukup tinggi.

C. Keterbatasan Penelitan

Mengingat ketidak sempurnaan penelitian maka keterbatasan dalam

penelitian ini terletak pada:

1. Pada penyediaan semua jenis larva nyamuk, karena larva nyamuk

berukuran sangat kecil, dan sulit untuk membedakan semua spesies larva

nyamuk.

2. Pada saat pemberian perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda harus

dilakukan dengan jarak (waktu) yang berbeda. Hal ini dikarenakan untuk

menghindari kesalahan.

3. Pada saat pengamatan larva nyamuk sulit untuk dilihat dikarenakan warna

air telah berubah menjadi putih susu, dan sulit untuk dihitung mortalitas

larva nyamuk.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, didapat hasil yaitu :

F0 / F hitung = 4,49 dengan Ftabel 0,01 = 4,43. Maka dapat nyatakan bahwa nilai

Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima menunjukan hasil yang

sangat signifikan (α = 0,01), serta dapat disimpulkan ada pengaruh

Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas

Larva Nyamuk. Pada penghitungan uji lanjuta BNJ didapat Konsentrasi

optimumnya yaitu pada konsentarsi 7,5 % larvasida Biji Kepayang, karena

tidak berbeda nyata hasilnya dengan konsentrasi larvasida biji kepayang

lainnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian diatas maka peneliti menyarankan:

1. Bagi penelitilain selanjutnya yang ingin menggunakan biji kepayang

sebagai larvasida yaitu:

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh

larvasida biji kepayang terhadap mortalitas jenis nyamuk

yang lebih spesifik.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam penentuan

konsentrasi yang lebih beragam.

c. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan waktu

pengamatan lebih dari 24 jam.

2. Bagi masyarakat, agar lebih bijak dalam menggunakan bahan alam

yang dapat dijadikan sebagai Larvadia, sehingga tidak merusak

keanekaragaman tumbuhan tersebut dan agar masyarakat turut

membudidayakan.

3. Bagi Badan Lingkungan Hidup, bahwa kepayang dapat digunakan

sebagai larvasida yang ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Arini, D. I. D. 2012. Potensi Pangi (Pangium edule Reinw.) Sebagai Bahan

Pengawet Alami dan Prospek Pengembangannya di Sulawesi utara. Info

BPK Manado, Vol. 2, No. 2, Hal. 103 - 113.

Asmaliyah, Wati, E. E. Utami, S. Mulyadi, K. Yudhistira. & Sari, F. W. 2010.

Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati dan

Pemanfaatannya Secara Tradisional. Kementrian Kehutanan: Booklet.

Asikin, S., Cahyana D., dan Thamrin, M. 2013. Hama pun Mabuk Kepayang.

[Online] http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index. [16 Mei 2016].

Boedijoewono, N. 2001. Pengantar Statistik Ekonomi dan Perusahaan.

Yogyakarta: AMP YKPN.

Campbell, N. A., dkk. 2012. Biologi Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Deily. 2013. Our Objective Is To Study The Life Cycle of A Mosquito. (Online)

http://amrita.olabs.co.in/[11 Januari 2016].

Dharmawan, A. Ibrohim. Tuarita, H. Suwono, H. & Susanto, P. 2005. Ekologi

Hewan. Malang: IKIP Malang.

Dinata, A. 2016. Bersahabat dengan Nyamuk. Bandung: Mujahid Press.

Fauzi, H. & Marina, R. 2012. Potensi Daun Dewa (Gynura pseudochina [L.] Dc.)

Sebagai Larvasida Aedes aegypti (Linn.). Aspirator, Vol. 4 No. 1 Tahun

2012:9.

Hasanah, M. 2012. Daya Insektisida Alami Kombinasi Perasan Umbi Gadung

(Dioscorea hispida Dennst) dan Ekstrak Tembakau (Nicotiana tabacum

L). Jurnal Akademika Kimia, Vol. 1, No. 4, 2012: 166-173.

Hanafiah, A. K. 2003. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo.

Hidayat, dkk. 2014. Penggunaan Ekstrak Biji Kluwek (Pangium edule Reinw.)

Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Mortalitas Kecoak (Blatella

germanica L.). Sainmatika, Vol. 11. No.1, 2014:14-19 .

Kaihena, dkk. 2011. Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.)

Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Anopheles sp dan Culex. Molucca

Medica, Vol. 4, No 1, 2012:88-105

Kazachakova,2007. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan

.Jakarta: Argo Medika Pusat.

Lubuklinggau KLB DBD. 2016. Musirawas Ekspres, 1 dan 11. Terbit 22 Januari

2016.

Manurung, R. 2015. Pengaruh Daya Tolak Perasan Serai Wangi (Cymbopogon

Nardus) Terhadap Gigitan Nyamuk Aedes Aegypti. Jurnal Kesehatan

Lingkungan.

Muhartini, S. 2003. Bahan Ajar: Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada. (Online). Tersedia dari Elisa.ugm.ac.id.

Mutiara, D. & Novalia, N. 2010. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Umbi Gadung

(Dioscorea hispida Dennst) Terhadap Kematian Larva Spodoptera

Litura F. Jurnal Sainmatika, Vol. 7 No.2, 2010:26-32.

Nurhaifah,. D & Sukesi., T. W. 2015. Efektivitas Air Perasan Kulit Jeruk Manis

Sebagai Larasida Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Nasional, Volume 9, No 3:207.

Nurhidayati, dkk. 2008. Pertanian Organik- Suatu Kajian Sistem Pertanian

Terpadu dan Berkelanjutan. Malang: Universitas Islam Malang.

Okeoma, K., M. 2016. Chikungunya Virus. USA: University of Iowa Iowa City.

Pestallindo, R. 2014. Pestisida Pest Control. [Online]

Http://Www.Cvrian.Com/Pestisida%20pest%20control.Html. [12

November 2015].

Pujiyanti, A. & Triratnawati, A. 2011. Pengetahuan dan Pengalaman Ibu Rumah

Tangga Atas Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Jurnal Makara,

Kesehatan, Vol. 15, No. 1:6-14.

Sari, R. & Suhartati. 2015. Pangi (Pangium edule Reinw.) Sebagai Tanaman

Serbaguna dan Sumber Pangan. Info Teknis EBONI Vol. 12 No.1, 2015:

23 – 37.

Satria, W. & Prasetyowati, H. 2012. Daya Larvasida Ekstrak Biji Srikaya (Annona

squamosa) dengan Rentang Waktu Penyimpanan Yang Berbeda

Terhadap Larva Culex Quinquefasciatus. Aspirator 4(1), 2012: 21-26.

Sawir, I. 2011. Kesehatan Lingkungan Dan Epidemiologi: Pembentukan,

Pembinaan dan Pemberdayaan Kelembagaan Sebagai Unsur Strategi

Terpadu Pengendalian Populasi Nyamuk. Seminar Nasional FMIPA –

UT pada tanggal 11 Juli 2011 di UTCC Pondok Cabe.

Shita, dkk. 2011. Efektifitas Larvasida Al Tosid® 1,3 G Terhadap Aedes aegypti di

Laboratorium. Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 39, No.3, 2011: 110 – 118.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suroso, T., dkk. et al. 2010. Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida) Dalam

Pengendalian Vektor. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Susmito Chemical, Pestisida Kanisius, Yogyakarta.

Supardi. 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: Smart.

Utami, S. & Haneda, N. F. 2012. Bioaktivitas Ekstrak Umbi Gadung dan Minyak

Nyamplung Sebagai Pengendali Hama Ulat Kantong (Hampson).

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol.9 No.4:209-218.

Wiryadiputra, dkk. 2014. Pengaruh Ekstrak Tanaman Picung (Pangium edule)

sebagai Pestisida Nabati Terhadap Mortalitas Penggerek Buah Kopi.

PELITA PERKEBUNAN, Vol 30, Nor 3, 2014: 221-222

Wudianto, R. 2007. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wulandari, D. 2001. Informasi Singkat Benih. [Online] www.bpthsulawesi.net. [5

Oktober 2016].

Wulandari, F. T. 2012. Ekstrak Umbi Gadung dan Ekstrak Biji Mimba Sebagai

Bahan Pengawet Kayu Ramah Lingkungan. Media Bina Ilmiah. Vol. 6,

No. 4:41.

Yuningsih, & Kartina, G. 2007. Efektivitas Ekstrak Biji Picung (Pangium edule

Reinw) Terhadap Mortalitas Keong Mas (Pomacea canaliculate

Lamck). Berita Biologi. Volume 8 No 4:307.