Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
1 EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI SIRSAK (Annona muricata L)
SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA Culex sp.
INSTAR III/IV DI CIPUTAT
2 Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kedokteran.
OLEH:
SITI AISHA NABILA FERINA
NIM: 1113103000037
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H/2016 M
l′EPIBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
I)engan ini saya menyatakan bahrva .
Laporan pcnclitian i面 l■tcrupakan hasil karya asii saya yang dit可 ukan
untllk lllelllcnulli salah satu pcrsyaratan inell■ pcroleh gclar strata l di U口 ゞ
Syarif Hidayatullah Jakartra
Scrllua sumber yang saya gtlnakan dalam pcnclitian illi tclah saya
calltulllkan scsuai dcngan kctcntuan yang bcrlaku di URゞ Syarif
Hidayat■lilah∫akarta
Jika di kcmLldian hari tcrbukti bah、 va kava illi bukatl karya asli saya atau
mcftlpakan hasil jiplakan dari ka,a orang lain,lnaka sぃ Fa bcrscdia
lllcncrillla sanksi yang bcrlaku diし「lN SyarifHidayattillah Jakarta
Ciputat, 2 Novertrber 2016
Si」 Aisha Nabila Fcrina
1
つ
“
3
LEⅣIBAR PERSETUJUAN PEⅣ IBIPIIBING
EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI SIRSAK/″ ″θ″″″″rたα″Z)SEBAGAILARVASIDA TERⅡADAP LARVA CttlcLtt INSTAR II1/1V DI CIPUTAT
Laporan Pcnclitiall
Dttukall kepadaProgram Studi Kedoktcran da■ l Profcsi Dokttt Fよ ultas Kedokt釘鑢dan lhu Keschttan llntuk Melnep_ulli Pcttyど 挙an MCmperolcth Gelar Sttana
Kcdokteran(S.Keの
Oleh:
Siti Aisha Nabila Ferina
卜Tl■江.1113103000037
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 2
dr.Ho M.Facl正 zal Achmd,M.Biomed Prof Dro dr.Sttma,SpOG.SH。 (o
NIP.196104161987091001
PROGRAM STUDIICEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAlg DAN ILNIIU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAIIJAKARTA
1438H/2016ヽ4
en Pembimbing
―
´
LEⅣIBAR PENGESAHAN
Laporan Pcnclitian bqjudul EFEKTIVITAS EKST]陶蟻(BIJI SIRSAK“ ″″θ″α
″″rJεα″ Z)SEBAGAI LARVASIDA TERⅡ ADAP LARVA C″ Jの`sP.INSTARII1/1V DI CIPUTAT yang dittukan 01ch Siti Aisha Nabila Fe五 na oヾIM
H13103000037),telah dittikan ddaln sidang di Fakultas Kedokteran dan 1lmuKeschatan pada 2 November 2016.Laporan pcnclitian ini tcl〔 せl ditenma sebagai salah
sttu syartt men■ per01ch gelar Sttana Kcdokteran(S.Kcd)pada PЮ grallll Studi
Kedokeran dan Profesi Dokter.
Jakatta,2 Novelnber 2016
` DEWAN PENGUЛKetua Sidallg
dr.H.III.Fach五zal zttchlnad,M.Biomcd
dr.H.NII,FaclTizal Achmad,Ⅳ l.Blolned
Penguji I
dr.Nurul Hiedayati,Ph.D.
NI]P.197102282008012014
Dekan FKIK UIN
Prof Dr.H.Arif Sumal■ t五,M.KcsNIP,196508081988031002
Pelnbilnbing II
PЮ■Dr.dr.Sar街 狙 a,SpOG.SH。 (DNIP.196104161987091001
Penguji Il
Silヤia Fitrialla Nasution,M.Biomed.
PIⅣIPINAN FAKULTAS
Kaprodi PSKPD
dr.Achmad Zaki,M.Epid,SpOTNIP。 19780507200501 1005
lV
\
Pembimbing
v
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas rahmat, nikmat,
dan ridha-Nya, saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Efektivitas
Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata L) Sebagai Larvasida Larva Culex sp. Instar
III/IV di Ciputat” ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, penelitian ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes. selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta,
2. dr. Achmad Zaky, M.epid, Sp.OT selaku kepala Program Studi
Kedokteran dan Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, serta seluruh dosen di program studi ini yang selalu
membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama saya
menempuh pendidikan kedokteran,
3. dr. H. M. Fachrizal Achmad, M. Biomed dan Prof. Dr. Dr.
Sardjana, SpOG.SH.(K) selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran, serta dengan sabar
membimbing saya dalam menyelesaikan penelitian ini,
4. dr. Flori Ratna Sari, PhD selaku penanggung jawab modul riset
PSKPD 2013 dan yang telah ikut serta dalam membimbing saya
dalam menyelesaikan riset ini,
5. Ibu Silvia Fitrina, M.Biomed selaku penanggung jawab
laboratorium parasit yang telah memberikan izin atas penggunaan
laboratorium dan bimbingan dalam penelitian ini,
6. Teman-teman seperjuangan saya yaitu kelompok Culex sp., Kirana
Widarnani dan Syabila Fanya Maharani, serta seluruh laboran
laboratorium FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
vi
7. Kedua orang tua saya yang telah memberikan banyak kasih sayang,
dukungan dan doa yang menyertai,
8. Teman – teman PSPD 2012 dan 2013 yang dengan suka rela dan
penuh kesabaran dalam membantu saya menyelesaikan penelitian
ini, khususnya kepada kak Apriangga Sastriawan, Iftina Amalia,
Clarissa Maharani, dan Rohman Sungkono,
9. OB FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa dengan
penuh pengertian menunggu kami sampai kami selesai memakai
laboratorium.
Peneliti menyadari bahwa dalam laporan penelitian ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan penelitian ini, walaupun
kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Demikian laporan penelitian ini, akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, 2 November 2016
Siti Aisha Nabila Ferina
vii
ABSTRAK
Siti Aisha Nabila Ferina
EFEKTIFITAS EKSTRAK BIJI SIRSAK (Annona muricata L)
SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA
Culex sp INSTAR III/IV DI CIPUTAT
Culex sp. adalah vektor potensial dari penyakit Filariasis. Pada umumnya
pencegahan Filariasis dilakukan dengan membasmi spesies tersebut menggunakan
insektisida yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan resistensi
Culex sp., serta berdampak buruk bagi lingkungan dan juga kesehatan dari
makhluk hidup sekitarnya. Dari penelitian-penelitian yang ada biji sirsak
disebutkan memiliki manfaat sebagai anti parasitik dan bioinsektisida. Biji sirsak
mengandung acetogenin yang diduga memiliki efek larvasida. Dalam penelitian
ini dilakukan uji untuk mengetahui efek larvasida dari ekstrak biji sirsak (Annona
muricata L) terhadap larva Culex sp. Instar III/IV. Desan penelitian yang
digunakan adalah eksperimental. Ekstrasi biji sirsak menggunakan pelarut etanol.
Dosis eksrak biji sirsak yang diujikan pada uji utama adalah 250 ppm, 500 ppm,
750 ppm, 1000 ppm, 1250 ppm, 1500 ppm, 1750 ppm serta kontrol negatif
dengan aquades dan ethanol. Hasil : Analisa statistik didapatkan bahwa
konsentrasi biji sirsak (Annona muricata L) berpengaruh terhadap kematian larva.
Nilai LC50 adalah 1369,75 ppm. Kesimpulan : biji sirsak (Annona muricata L)
efektif menyebabkan kematian larva instar III dan IV nyamuk Culex sp.
Kata kunci: Annona muricata L, Culex sp., biji, larvasida
viii
ABSTRACT
Siti Aisha Nabila Ferina
THE EFFECTIVENESS OF SOURSOP SEED EXTRACT
(Annona muricata L) AS LARVACIDE OF LARVA
Culex sp. INSTAR III /IV IN CIPUTAT
Culex sp. is a potential vector of Filariasis disease. In general the prevention of
Filariasis disease performed by exterminating the species with insecticides that
contain chemical compound, which can cause resistancy in Culex sp. also harmful
for the environment and for the health of the living beings around it. Many studies
mention about the benefit of soursop seed as anti-parasitic and bioinsecticides.
Soursop seeds contain acetogenin that allegedly has larvacide effect. The purpose
of this study is to know the effect of larvacide from soursop seed extract (Annona
muricata L) to Culex sp. larva instar III/IV. Design of this study is experimental.
The solvent that is used for the extraction of soursop seed is ethanol. The
concentration that are used in this study are 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1000
ppm, 1250 ppm, 1500 ppm, 1750 ppm, negative control group (aquades and
ethanol). Sample for this study are 5 Culex sp. larvas instar III/IV. Result : From
the statistic soursop seed (Annona muricata L) has effect on mortallity of larva.
The LC50 is 1369,75 ppm. Conclusion : Soursop seed (Annona muricata L)
efective in killing the larva instar III and IV Culex sp. mosquito.
Keywords : Annona muricata L, Culex sp., Seed, Larvacide
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GRAFIK xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Hipotesis 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.4.1 Tujuan Umum 3
1.4.2 Tujuan Khusus 3
1.5 Manfaat penelitian 4
1.5.1 Apek Teoritis 4
1.5.2 Aspek Aplikatif 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Culex sp. 5
2.1.1 Perilaku dan Distribusi Culex sp. 5
2.1.2 Habitat 6
x
2.1.3 Klasifikasi 7
2.1.4 Morfologi Culex sp. 8
2.1.5 Siklus Hidup Nyamuk Culex sp. 9
2.2 Sirsak (Annona muricata L) 13
2.2.1 Deskripsi 13
2.2.2 Taksnomi Annona muricata L 15
2.2.3 Pohon 15
2.2.4 Daun 15
2.2.5 Buah 16
2.2.6 Biji 17
2.2.7 Komposisi Makronutrien dan Mikronutrien dalam Biji Sirsak 17
2.2.8 Acetogenin 18
2.3 Kerangka Konsep 19
2.4 Kerangka Teori 19
2.5 Definisi Operasional 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian 22
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 22
3.2.1 Determinasi 22
3.2.2 Ekstraksi dan Pengenceran Ekstrak 22
3.2.3 Perkembangbiakan Larva 22
3.3 Populasi dan Sampel 22
3.3.1 Populasi Penelitian 23
3.3.2 Sampel 23
3.4 Rancangan Penelitian 25
3.5 Alat dan Bahan 26
3.6 Cara Kerja 26
3.6.1 Ekstraksi 26
3.6.2 Pembuatan Larutan Perlakuan 26
3.6.3 Pembagian Kelompok Uji 29
3.6.4 Pemindahan Larva Pada Gelas Perlakuan 29
xi
3.6.5 Pemilihan Larva 30
3.6.6 Pembuangan Limbah Penelitian 30
3.7 Managemen Data 30
3.7.1 Data yang Dikumpulkan 30
3.7.2 Cara Pengumpulan Data 30
3.8 Analisis Data 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 32
4.1.1 Uji Utama 32
4.2 Analisis Data 33
4.2.1 Uji Distribusi Data 33
4.2.2 Uji Varian Data 33
4.2.3 Uji One Way ANOVA 34
4.2.4 Uji Post Hoc Least Significance Difference (LSD) 34
4.2.5 Analisis Probit 35
4.3 Pembahasan 36
4.4 Keterbatasan Penelitian 37
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 38
5.2 Saran 38
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN 45
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan toxicants dalam biji sirsak 17
Tabel 2.2 Komposisi biji sirsak dalam bahan kering 17
Tabel 2.3 Kandungan makronutrien pada biji sirsak dalam mg/100 g 18
Tabel 2.4 Definisi operasional variable 20
Tabel 3.1 Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Biji Sirsak Uji Eksplorasi 27
Tabel 3.2 Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Biji Sirsak Uji Utama 28
Tabel 4.1 Hasil Uji Distribusi Data 33
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Transformasi 33
Tabel 4.3 Hasil Uji Varian Data 34
Tabel 4.4 Hasil Uji Kruskal-Walis 34
Tabel 4.5 Hasil Uji Mann Whitney 35
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik presentase kematian larva Culex sp. pada setiap 32
kelompok konsentrasi dalam 24 jam.
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Nyamuk Dewasa Culex sp. 8
Gambar 2.2 Bagian Posterior Abdomen Larva Culex sp. 8
Gambar 2.3 Nyamuk Culex sp. Betina Bertelur 9
Gambar 2.4 Telur Culex sp. 9
Gambar 2.5 Larva Cuex sp. Instar I,II,III,IV 11
Gambar 2.6 Larva Culex sp. 11
Gambar 2.7 Pupa Culex sp. 12
Gambar 2.8 Daun Sirsak 16
Gambar 2.9 Buah Sirsak 16
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Determinasi Biji Sirsak 45
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Meminjam Alat dan Laboratorium 46
Lampiran 4 Surat Keterangan Pembuatan Ekstrak 47
Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan 48
Lampiran 6 Hasil Output Aplikasi SPSS 50
Lampiran 7 Keterangan Daftar Riwayat Hidup 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencegahan filariasis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex sp.
merupakan hal yang sangat penting dalam menekan peningkatan orang yang
terinfeksi oleh cacing filaria. Salah satu program yang diterapkan dalam
pencegahan adalah pemberantasan nyamuk Culex sp.10
Pemberantasan vektor
nyamuk tersebut umumnya menggunakan bahan-bahan zat kimia atau insektisida
kimia seperti dichlorodiphenyltrichloroethene (DDT), propocur dan produk kimia
lainnya.11
Penggunaan insektisida dalam mengendalikan vektor berdampak buruk
tidak hanya bagi kesehatan manusia, kontaminasi tanaman dan buah-buahan,
pencemaran lingkungan, keseimbangan ekologi tetapi juga dapat menyebabkan
peningkatan resistensi terhadap nyamuk itu sendiri.12,15
Acetogenin pada biji sirsak merupakan senyawa yang dapat menghambat kerja
enzim reduktase ubiquinon Nicotinamida Adenosin Dinukleotida Hidrogen
(NADH) (Complex I) yang dapat menurunkan fungsi mitokondria pada nyamuk
Culex.14
Berdasarkan Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine ekstrak
Annona muricata menyebabkan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan
Annona squamosa terhadap spesies Aedes albopticus dan Culex sp. di
Madagascar. Penelitian yang dilakukan oleh Lala Harivelo Raveloson
Ravaomanarivo et al ini mendapatkan LC50 ekstrak biji sirsak terhadap larva
Culex sp. instar III dibawah 5000 ppm.16
Penelitian Riyanto menyebutkan bahwa
ekstrak biji sirsak pada konsentrasi 1000 ppm dalam 24 jam menyebabkan
kematian larva Culex sp. sebesar 97,5 % dari 40 larva dan dalam 72 jam kematian
larva mencapai 100%.17
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sugeng
Juwono Mardihusodo menunjukkan bahwa dalam 24 jam dengan confidence
limits 95%, infusa biji sirsak 10 % terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus
memiliki LC50 sebesar 6,50 (5,08-7,69) ml %.18
2
Perlunya kewaspadaan terhadap kasus filariasis yang semakin
meningkat setiap tahun dan terbatasnya penelitian mengenai manfaat ekstrak
biji sirsak (Annona muricata L) sebagai larvasida pada larva Culex sp. yang
merupakan vektor potensial menjadi alasan peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul “Efektifitas Ekstrak Biji Sirsak Sebagai Larvasida
Terhadap Larva Culex sp. Instar III/IV”.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah penilitian sebagai
berikut:
1. Apakah ekstrak biji sirsak ( Annona muricata L ) efektif sebagai larvasida
Culex sp. di daerah Ciputat?
2. Berapakah Lethal Concentration 50 % (LC50) dari ekstrak biji sirsak
(Annona muricata L) untuk membunuh larva Culex sp. dalam waktu 24
jam ?
1.3 Hipotesis
Ekstrak biji sirsak (Annona muricata L) efektif sebagai larvasida terhadap
larva Culex sp.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek larvasida yang dimiliki ekstrak biji sirsak
(Annona muricata L) terhadap larva Culex sp.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui berapa LC50 dan LC90 ekstrak biji sirsak
(Annona muricata L) terhadap larva Culex
2. Untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi ekstrak biji
sirsak (Annona muricata L) terhadap mortalitas larva Culex sp.
3. Untuk mengetahui persentase kematian nyamuk pada tiap dosis.
4
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Aspek Teoritis
Memberikan bukti dari penelitian yang dilakukan bahwa ekstrak biji
sirsak (Annona muricata L) berefek larvasida terhadap larva Culex sp.
1.5.2 Aspek Aplikatif
a. Mempergunakan biji sirsak untuk membunuh larva Culex sp. agar
dapat mencegah terjadinya penyakit filariasis di kalangan masyarakat.
b. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa biji sirsak (Annona
muricata L) dapat dijadikan ekstrak untuk larvasida.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Culex sp.
Nyamuk dapat menjadi vektor untuk menularkan suatu penyakit.
Berdasarkan klasifikasinya subfamili nyamuk terbagi menjadi dua yaitu
Cullicinae yang terdiri atas 109 genus dan Anophelinae sebanyak 3 genus.
Dalam banyak kasus vektor utama dari subfamili Culicinae adalah Aedes
sp, Culex sp, dan Mansonia sp, sedangkan famili Anophelinae pada
umumnya Anopheles sp.45
Filariasis dapat disebabkan oleh beberapa spesies nyamuk dalam
lokasi yang berbeda. Di Indonesia saat ini telah diidentifikasi ada 23
spesies yang merupakan vektor potensial filariasis berasal dari genus
Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes dan Armigeres. Di perkotaan Culex
quinquefasciatus merupakan vektor utama filariasis, sedangkan di
pedesaan oleh spesies Anopheles. Spesies lain yang dapat menyebabkan
filariasis bancrofti pada daerah pedesaan yaitu nyamuk Aedes kochi, Cx.
Bitaeniorrhynchus, Cx annulirostris dan Armigeres obsturbans.46, 47
3.1.1 Perilaku dan Distribusi Culex sp.
Culex sp. ditemukan pada negara-negara yang terletak dalam 36o
Lintang utara dan 36o Lintang selatan, di Amerika Utara, Amerika Selatan,
Australia, Asia, Africa, Timur Tengah, dan New Zealand.21
Nyamuk ini
biasanya ditemukan paling banyak populasinya pada musim hujan.22
Nyamuk betina dan jantan Culex sp. mengkonsumsi gula yang berasal dari
tanaman. Sementara setelah kawin nyamuk betina menghisap darah.21
Darah yang dihisap mengandung protein yang dibutuhkan untuk
perkembangan indung telur nyamuk betina dan juga telurnya.24
Culex sp.
6
memiliki sifat highly antrhopophilic yang artinya lebih dominan untuk
menggigit manusia daripada hewan dan juga bersifat nokturnal.23
Selain
itu, nyamuk Culex sp. penghisap darah adalah opportunistic feeders,
dimana pada malam hari akan menghisap darah mamalia atau unggas.21
Aktifitas menggigit Culex sp. berdasarkan ritme sirkadiannya paling tinggi
pada jam 6 sampi 8 malam, dam akan menurun dengan aktifitas terendah
pada jam 3 dan 4 pagi sebelum akhirnya akan meningkat lagi.22
Mosquito dispersal adalah sebuah perilaku nyamuk dimana
menggambarkan penyebaran dari tempat asalnya. Perilaku ini
berhubungan dengan banyaknya suatu populasi nyamuk tersebut dengan
banyaknya suatu penyakit yang hanya ada pada daerah tertentu.
Heterogenitas dari sumber-sumber nyamuk yaitu inang dan tempat
berkembang biak, mempengaruhi mosquito dispersal dan pada akhirnya
dapat berakibat pada populasi nyamuk, paparan manusia terhadap nyamuk
dan juga kemampuan untuk mengntrol transmisi penyakit.24
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dimana
Culex sp tersebar di seluruh wilayah, hampir di semua provinsi.5
Pada
Asia Tenggara beberapa spesies Culex sp adalah organisme penyebar
penyakit seperti Culex gellidus dan Culex tritaeniorhynchus, yang
merupakan vektor utama dari penyakit Japanese encephalitis. Spesies lain
yaitu Culex pipiens quinquefasciatus adalah vektor yang menyebarkan
penyakit filariasis yang ditimbulkan oleh Wuchereria bancrofti.48
Perbedaan makanan diantara beberapa spesies dan populasi yang
berbeda dalam satu spesies merupakan dua hal yang penting dalam
menentukan patogen yang ditransmisikan. Contohnya, Culex
quinquefasciatus yang terdapat di Asia Tenggara umumnya menghisap
darah manusia dan merupakan vektor potensial lymphatic filariasis,
sedangkan di Hawaii lebih dominan mengkonsumsi darah unggas dimana
nyamuk tersebut adalah vektor efisien dari avian malaria.25
2.1.2 Habitat
Nyamuk Culex sp. biasanya ditemukan pada genangan air lokal
yang berada pada jamban, tanah, sumur dangkal dan juga di parit.
7
Biasanya mencari tempat dimana terdapat permukaan yang kaya akan
bahan-bahan organik dan genangan air yang terpolusi, serta wadah-wadah
buatan untuk berkembang biak. Wadah yang memungkinkan menjadi
tempat berkembangbiaknya seperti sumur, septic tank, saluran air dan
tempat kecil lainnya.23
Pada umumnya nyamuk tidak bisa berkembang biak dengan sukses
pada air yang mengalir deras dan hanya bisa jika air tersebut mulai
mengering menjadi dangkal, serta pada sungai yang tenang. Nyamuk
Culex sp. betina yang berada di lab dapat bertelur pada medium dengan
permukaan yang kaya akan bahan-bahan organik.24
Suhu mempunyai dampak yang berbeda bagi beberapa nyamuk.
Fungsi enzim baik dalam tubuh nyamuk, pupa dan larva efisien dalam
batas suhu tertentu, sehingga suhu dari lingkungan sekitarnya sangat
penting bagi kelangsungan hidup mereka. Bagi Culex sp temperatur yang
sangat tinggi akan sangat berbahaya bagi perkembangannya, lebih dari
40oC dengan cepat akan berakibat fatal dan pada akhirnya mati
dikarenakan efek dari panas nya.26
Larva nyamuk Culex sp dapat
berkembang biak pada suhu 27oC sampai 31
oC dengan kelembapan udara
71 % sampai 91%.27
Culex sp berkembang biak pada saluran air atau
genangan air yang kotor dengan pH berkisar antara 6,7 sampai 7,6 bagi
spesies Culex quinquefasciatus, sementara Culex hutchinsoni hidup di air
dengan pH 6,8 sampai 7,6.49
2.1.3 Klasifikasi
2.1.3.1 Taksonomi Culex sp.28
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Sub phyllum : Mandibulata
Classis : Insecta
Sub classis : Pterygota
8
Ordo : Diptera
Sub ordo : Nematocera
Familia : Culicidae
Sub familia : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Culex
2.1.4 Morfologi Culex sp
Beberapa perbedaan dari nyamuk Culex dan Aedes dapat dilihat dari
bagian tubuhnya. Ujung abdomen nyamuk betina Culex tumpul, sementara
Aedes runcing, tanda khas pada Aedes biasanya mencolok dan terang
berwarna hitam putih, sedangkan Culex cokelat kusam, cakar kaki bagian
depan dan belakang dari nyamuk betina Culex tidak bergigi berbeda dengan
Aedes, Pulvillus atau bantalan yang terdapat di kaki nyamuk betina dan
jantan Culex terlihat pada stereo microscope, tetapi Aedes sudah berkurang
fungsi dari pulvillusnya.29
Ukuran nyamuk dewasa Culex sp. berbeda-beda panjangnya dari 3.96
sampai 4.25 mm. Dapat dilihat pada gambar 2.1, nyamuk Culex sp.
berwarna cokelat dengan probosis, toraks, sayap dan kaki lebih tua
warnanya. Kepala Culex spesies ini berwarna cokelat muda. Antena dan
probosis dari nyamuk tersebut panjangnya sama, tetapi ada juga yang
antenanya lebih pendek dari probsis. Flagellumnya mempunyai 13 segmen
yang terdapat sedikit sisik, sementara sisik di toraks sempit dan melengkung
seperti di gambar 2.2.21
Gambar 2.2 Bagian posterior abdomen larva Culex sp.29
Sumber : Arthropod Vectors á Mosquitoes, 2013
Gambar 2.1 Nyamuk Dewasa Culex sp.21
Sumber : Southern House Mosquito Culex
quinquefasciatus ,2009
9
2.1.5 Siklus Hidup Nyamuk Culex sp.
Nyamuk Culex sp. memiliki metamorfosis yang lengkap, dalam
siklus hidupnya terdapat telur, larva (jentik), pupa, dan nyamuk dewasa.30
Metamorfosis nyamuk Culex sp. dari mulai telur sampai menjadi larva
memakan waktu kurang lebih 24 sampai 30 jam21,30
, dari larva menjadi pupa
membutuhkan waktu 3 sampai 4 hari, dan pada akhirnya menjadi nyamuk
dewasa dalam 36 jam. Keseluruhan waktu yang diperlukan dari telur untuk
mencapai nyamuk dewasa yaitu 10 sampai 14 hari.31
Nyamuk betina Culex
sp. bertelur beberapa hari setelah menghisap darah, telur diletakkan di
permukaan air, dipinggir wadah, atau pada tanah yang basah.30
1. Stadium Telur
Nyamuk betina bertelur satu persatu hingga terkumpul 200
sampai 300 telur, melekat dan memberikan gambaran berupa
rakit. Rakit tersebut memiliki panjang ¼ inci dan lebar 1/8 inci.
Gambar 2.3 menunjukkan ketika telur baru keluar tubuh
nyamuk, telur berbentuk panjang dan lonjong, serta berwarna
putih. Akan tetapi setelah satu jam diluar tubuh nyamuk betina
warna telur menjadi gelap seperti pada gambar 2.4. Dalam
hidupnya nyamuk betina dapat menghasilkan telur hingga
tersusun 5 rakit. Telur menetas dalam 24 sampai 30 jam. 24, 31, 32
Gambar 2.3 Nyamuk Culex sp. Betina bertelur29
Sumber : Arthropod Vectors á Mosquitoes, 2013
Gambar 2.4 Telur Culex sp.30
Sumber : Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), 2013
10
2. Stadium Larva
Setelah telur menetas, keluarlah L1 (Larva instar pertama)
dan seterusnya berkembang menjadi L2, L3, dan L4. Terdapat 4
tahap dalam perkembangan larvanya, setiap tahap berkisar 24
sampai 26 jam. Pergantian bentuk dari L1 hingga L4 dengan
proses molting atau pergantian kulit. Umumnya larva-larva ini
makan dengan berenang ke bagian dasar air, tetapi bisa juga di
bagian permukaan. Larva Culex berenang dengan pergerakan
khusus yang dinamakan wrigglers. Makanan larva berupa
mikroorganisme atau bahan-bahan organik yang membusuk
yang terdapat pada air yang mereka tinggali.31
Setiap instar
memiliki ciri-ciri dan ukuran yang berbeda yaitu24, 50
:
a. Instar I
Pada hari ke 1 sampai 2 larva ini berukuran 1 sampai 2 mm
setelah telur menetas. Duri-duri pada dada belum terlihat
jelas dan corong pernapasan atau siphon belum menghitam.
b. Instar II
Pada hari ke 2 sampai 3 sudah tumbuh menjadi intar II yang
berukuran 2,5 sampai 3,5 mm setelah telur menetas. Duri-
duri pada dada masih belum terlihat jelas, sementara siphon
sudah menjadi hitam. Siphon yang menghitam menandakan
pernapasan larva mulai bekerja dengan baik. Larva instar ini
mengambil udara dengan memposisiskan tubuhnya
membentuk sudut terhadap permukaan air dengan siphon
menghadap ke atas.
c. Instar III
Pada hari ke 3 sampai 4 larva mencapai ukuran 4 sampai 5
mm setelar telur menetas. Larva instar III lebih aktif
bergerak dibandingkan instar II.
d. Instar IV
Pada hari ke 4 sampai 6 berukuran 5 sampai 6 mm setelah
telur menetas.
11
Dari gambar 2.5 dapat dilihat perbedaan besar antara instar larva
Culex sp.
Larva Culex sp. mempunyai kepala yang pendek dan
gemuk, serta semakin gelap pada bagian bawahnya seperti yang
dapat dilihat pada gambar 2.6. Pada mulutnya terdapat bulu-bulu
filamen panjang yang berwarna kuning, fungsinya menyaring
bahan-bahan yang masuk. Bagian abdomennya terdapat 8
segmen, pada segmen ke VII terdapat saddle dan siphon. Siphon
merupakan suatu organ berbentuk tabung agar larva dapat
mengambil udara dari permukaan air. Saddle berbentuk seperti
tong yang berada di dekat segmen anal larva.21, 30,50
Gambar 2.6 Larva Culex sp.21
Sumber : Southern House Mosquito Culex quinquefasciatus
Gambar 2.5 Larva Culex sp Instar I,II,III,IV.50
Sumber : Jenis-jenis Larva Nyamuk Di Kelurahan Karah Berombak,
Kecamatan Medan Barat, Kotamadya Medan.
12
3. Stadium Pupa
Pupa merupakan tahapan Culex sp yang bergerak dengan
sangat aktif, akan tetapi tidak mengkonsumsi makanan. Pergerakan
pupa Culex sp dinamakan somersault atau jungkir-balik. Dalam
tahap ini pada tubuh pupa terjadi maturasi organ-organ. Terlihat
dalam gambar 2.7 Tubuh nya menyerupai bentuk koma, dengan
panjang berkisar dari 3,67 sampai 4,01 mm dan lebar dalam ukuran
1, 15 sampai 1,43 mm. Bagian kepala dan toraksnya bergabung yang
disebut cephalothorax, serta bagian abdomen yang melengkung pada
bagian posterior nya sehingga berbentuk seperti koma. Perbedaan
habitat dapat menentukan warna dari cephalothorax pupa, semakin
ke posterior warnanya semakin gelap. Suatu organ dalam tubuh pupa
yang berbentuk tabung menyerupai sebuah terompet, akan melebar
dan menjadi lebih muda warna nya ketika ekstensi dari badan pupa.
Tabung ini terdapat dua buah dan terletak pada toraks pupa. Dengan
trompet di kedua sisi, pupa akan berenang ke permukaan air untuk
mengambil udara. Pada bagian abdomen terdapat 8 segmen dengan
empat segmen pertama berwarna sangat gelap dan semakin terang
menuju ke posterior. Paddle yang berada pada bagian ujung dari
abdomen sangat kuat sehingga mampu memberikan dorongan lebih
ketika berenang, dilengkapi dengan 2 setae pada bagian posterior.
Dalam 36 jam tahapan pupa selesai, sebelum pada akhirnya akan
menjadi nyamuk dewasa.21, 24, 31
Gambar 2.7 Pupa Culex sp.30
Sumber : Mosquito, University of Florida, 2004
13
2.2 Sirsak (Annona muricata L)
2.2.1 Deskripsi
Annona muricata L berada pada daerah tropis dan subtropis,
ditemukan pada semak belukar, padang rumput dan sepanjang jalanan.
Pada umumnya ditanam dan dikelola di taman rumah atau bisa juga di
taman-taman pedesaan yang berada pada daerah gunung berapi atau pulau
batu kapur di dataran tinggi. Annona muricata L tidak ditemukan pada
dataran yang berkarang.
Tanaman ini tersebar luas ke Antigua dan Barbuda, Argentina,
Bahamas, Barbados, Bolivia, Brazil, Chile, Colombia, Cuba, Dominica,
Dominican Republic, Ecuador, French Guiana, Grenada, Guadeloupe,
Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Jamaica, Martinique, Mexico,
Montserrat, Netherlands Antilles, Nicaragua, Panama, Paraguay, Peru,
Puerto Rico, Sri Lanka, St Kitts dan Nevis, St Lucia, St Vincent dan the
Grenadines, Surinam, Trinidad dan Tobago, Uruguay, Venezuela, Virgin
Islands (US), Zanzibar Benin, Cambodia, China, Cote d'Ivoire, Eritrea,
Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Laos, Liberia, Mauritania,
Nigeria, Papua New Guinea, Philippines, Reunion, Senegal, Sierra Leone,
Tanzania, Thailand, Togo, Uganda, US, Vietnam.
Genus dari Annona muricata adalah „Annona‟ yang berasal dari
kata Latin „anon‟ yang artinya produksi tahunan. Pada negara Perancis
mereka menyebut Annona muricata dengan corossol, crosselier,
corossolier, corossel, corossol, épineux, sappadilo ataupun cachiman.
Sementara orang Belanda memberi nama soursap, sorsaka dan juga
zuurzak. Bangsa yang berbahasa Inggris memakai custard apple dan
soursop dalam panggilan spesies tersebut. Negara Spanyol umumnya
menyebut guanábana, sementara Filipin menggunakan nama atti, llabanos,
dan hiayabano. Rian-nam, thurian-khaek, thurian-thet adalah nama nama
sebutan dalam bahasa Thailand. Sedangkan bangsa Vietnam umumnya
menyebut Annona muricata L sebagai mang câùxiêm. Seperti kita ketahui
Annona muricata L di Indonesia dikenal sebagai sirsak.33
14
Tanaman ini dapat tumbuh pada suhu 25oC sampai 30
oC, daerah
yang sangat lembab, dan juga musim panas. Pada suhu dibawah 5oC akan
membuat daun-daun sirsak dan juga batang pada tanamannya rusak, serta
suhu dibawah 3oC akan berakibat fatal bagi tanaman sirsak. Tanaman
sirsak biasanya tumbuh pada tanah liat dengan pH 5.5 sampai 5.6. 33,34
Sirsak tidak hanya dikonsumsi buahnya tetapi dapat juga dijadikan
jus, sherbets, minuman soda, es krim, sirup, nektar ataupun jelly dengan
penambahan gelatin.35,36
Selain itu keseluruhan tanaman dapat digunakan
sebagai obat tradisional untuk melawan berbagai macam penyakit,
terutama kanker dan infeksi parasit. Bagian buah dapat diproses dan
dijadikan obat untuk artritis, neuralgia, diare, disentri, demam, malaria,
infeksi parasit, reumatik, gatal-gatal dan infeksi cacing, juga dapat
meningkatkan produksi susu ibu yang menyusui. Sementara untuk
daunnya bisa diolah dan dipakai untuk menangani cystitis, diabetes, kepala
pusing dan insomnia. Daun sirsak dapat diproses dalam berbagai cara,
biasanya dengan cara tradisional yaitu direbus dan kemudian dijadikan
jamu atau bisa juga dimasak. Biji sirsak yang digiling berguna untuk
pengobatan anthelmintic baik itu untuk cacing atau parasit yang berada di
luar maupun di dalam tubuh.
Terdapat banyak peneliti yang menemukan fungsi-fungsi sirsak
dalam pengobatan dengan menggabungkan komponen-kompenen tertentu.
Penggabungan ethanol dengan daun sirsak menjadi sebuah ekstrak, pada
dosis yang tinggi akan menghambat TNF-α dan IL-1β pada jaringan
dimana akan mengurangi rasa nyeri pada artritis. Ekstrak daun sirsak
dengan ethyl acetate, mampu membuat sel kanker pada usus besar dan
paru-paru apoptosis dengan mithocondrial-mediated pathway. Ekstrak air
daun Annona muricata L menyebabkan regenerasi pada sel β di pulau
pankreas tikus yang mengalami diabetes yang diinduksi streptozotocin.
Buah dari Annona muricata L dapat bertindak sebagai anti-inflamasi, serta
analgesik dengan menghambat mediator-mediator inflamasi dan interaksi
pada jalur opioidergic. Ekstrak air daun Annona muricata L dapat
mempengaruhi mortalitas larva dan telur dari Haemonchus contortus yang
15
merupakan parasit pada gastrointestinal dengan hasil 89.08% dan 84.91%
secara berurutan. Sirsak dapat diolah dan menjadi larvasida untuk
beberapa spesies dalam konsentrasi-konsentrasi tertentu diantaranya
merupakan ekstrak air dan minyak biji sirsak yang dapat mematikan larva
dan nyamuk dewasa dari Aedes albopticus dan Culex quinquefasciatus,
ekstrak ethanol daun sirsak memberikan efek toksik terhadap Culex
quinquefasciatus, serta ekstrak ethanol biji sirsak menyebabkan efek
mematikan pada larva Aedes aegypti.37
Famili Annonaceae ini memiliki
acetogenin yang bersifat larvasida.38
2.2.2 Taksonomi Annona muricata L.39
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Klas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona L
Spesies : Annona muricata L
2.2.3 Pohon
Pohon Annona muricata L. memiliki tinggi 5 sampai 10 m dengan
diameter kurang lebih 15 cm. Batang pohon terlihat lurus dengan kulitnya
yang berwarna coklat keabuan, kasar dan merekah seiring waktu. Akarnya
luas dan superfisial, menjalar hingga melewati mahkota pohon tersebut.33
2.2.4 Daun
Bentuk daun bervariasi dari bulat seperti telur sampai elliptic, yang
dapat dilihat dalam gambar 2.8 dimana daun berbentuk elliptic. Mempunyai
panjang 7.6 sampai 15.2 cm dan lebar 2.5 sampai 7.6 cm. Tekstur daun
kasar, bagian atasnya terlihat mengkilat sementara bagian bawah berambut.
Spesies daun ini tidak mempunyai stipula. Biasanya bagian atas daun
berwarna hijau, sementara bagian bawah lebih pucat warnanya. Mempunyai
16
tangkai yang pendek sepanjang 3 sampai 10 mm. Daun sirsak beraroma kuat
dan menusuk.33
2.2.5 Buah
Buah ini bermacam-macam bentuknya ada yang lonjong,
melengkung, kerucut, hati ataupun bulat seperti telur. Seringkali bentuk
buah asimetris dikarenakan fertilisasi ovula yang tidak sempurna. Ukuran
panjang buah sirsak berkisar dari 15 sampai 35 cm, sementara lebar nya 10
sampai 15 cm. Gambar 2.9 menunjukkan bahwa buah sirsak dikelilingi oleh
duri yang tidak tajam berbentuk pendek dan gemuk, dengan ukuran kurang
lebih 1.5 mm. Ketika belum matang warnanya hijau tua, setelah matang
warnanya menjadi lebih muda. Buah sirsak mempunyai berat sebesar 0.9
sampai 10 kg, rata-rata 4 kg. Bagian dalamnya mengandung daging buah
yang berwarna putih seperti kapas berserat yang berair.33,40,41
Gambar 2.8 Daun Sirsak34
Sumber : Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 2016
Gambar 2.9 Buah Sirsak34
Sumber: Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry,2016
17
2.2.6 Biji
Didalam daging buah sirsak yang putih, berserat dan berair terdapat
biji sirsak yang gundul, gepeng, oval, mengkilat dan berwarna coklat tua.
Dalam satu buah biasanya terdapat 127 sampai 170 biji. Biji berukuran 1
sampai 2 cm panjangnya dengan berat 0.33 sampai 0.59 g.40, 41
Biji sirsak
kaya akan protein dan rendah dalam toxicants (tannins, phytate dan
cyanide), maka dari itu dapat dimanfaatkan oleh manusia dan juga hewan.42
2.2.7 Komposisi Makronutrien dan Mikronutrien dalam Biji Sirsak (Annona
muricata).
Tabel 2.1 : Kandungan Toxicants dalam biji sirsak
Parameter Biji (mg/100g)
Tannin 2.6
Phytate 620.52
Cyanide 3.7
Sumber : Compositional analyses of the seed of sour sop, Annona muricata L., as a
potential animal feed supplement, 2008.
Tabel 2.2 : Komposisi biji sirsak dalam bahan dasar kering.
Parameter Biji (%)
Fat (ether extract) 22.57 ± 0.2
Protein (Nx6.25) 27.34 ± 0.1
Carbohydrate 4.36 ± 0.1
Crude fiber 43.44 ± 0.2
Ash 2.29 ± 0.3
Sumber : Compositional analyses of the seed of sour sop, Annona muricata L., as a
potential animal feed supplement, 2008.
18
Tabel 2.3 : Kandungan makronutrien pada biji sirsak dalam mg/100 g
Parameter Biji (mg/100 g)
Potassium 31.40±0.1
Sodium 29.10±0.2
Kalsium 3.60±0.2
Magnesium 53.30±0.1
Sumber : Compositional analyses of the seed of sour sop, Annona muricata L., as a
potential animal feed supplement, 2008.
2.2.8 Acetogenin
Acetogenin ditemukan oleh Jolad et al., pada tahun 1982, komponen
ini merupakan turunan dari karbon 32 sampai 37 asam lemak rantai panjang
dari berbagai macam percobaan yang dilakukan oleh banyak peneliti, famili
annonaceae dikenal akan aktifitas insektisidanya.44
Acetogenin telah banyak
direview mengenai sumber, biogenesis, isolasi, kandungan kimia, sintesis,
dan bioaktifitasnya. Komponen ini adalah bahan toksik sebagai anti-tumor,
insektisida, acaricidal, anti-fungi, anti parasit dan anti bakteri.45
Tumbuhan
A. Muricata dan A. squamosa ini mengandung acetogenin, alkaloid dan
flavonoid yang merupakan properti insektisida. Annona muricata L dan
Annona squamosa mengandung banyak acetogenin, yang diketahui sebagai
mithocondrial complex I inhibitor. Komponen ini mempengaruhi
mithocondrial electron transport dengan aksi spesifik pada NADH (
Nikotinamida Adenosin Dinukleotida Hidrogen ) : ubiquinone oxireductase
atau complex I. Acetogenin utama pada biji A. Muricata yaitu annonacin
dan pada A. Squamosa adalah squamocin. Kandungan ekstrak biji sirsak
mempengaruhi mortalitas dari tahap larva, pupa dan nyamuk dewasa, serta
menurunkan kesuksesan reproduktif dari nyamuk betina dengan mengurangi
kesuburan dan kemampuan telur dalam penetasan.44
Pada ekstrak biji sirsak digunakan pelarut etanol sebanyak 96 %.
Etanol dipakai karena sifat komponennya polar dan juga mudah didapat.
Senyawa polar tersebut akan mengambil zat-zat aktif yang berada pada biji
19
sirsak yang bersifat polar serta memiliki kesamaan tingkat kepolaran.
Pengambilan komponen-komponen aktif yang dibutuhkan manfaatnya dari
biji sirsak tersebut melalui teknik ekstraksi dengan proses pemisahan. Selain
itu etanol mempunyai titik didih yang rendah yaitu 79oC, sehingga
memerlukan sedikit panas untuk proses pemekatan atau proses penambahan
zat yang terlarut. Etanol juga tidak berbahaya dan tidak beracun sehingga
tidak berefek besar terhadap penelitian ini.51
2.3 Kerangka Konsep
2.4 Kerangka Teori
Ekstrak Biji Sirsak (Annona Muricata L)
Efek Larvasida
Larva Culex sp.Instar III/IV
Larva Culex sp.
mati seluruhnya
Variabel luar tidak
dikendalikan:
Kelembapan
Kesehatan larva
Suhu
Variabel luar
terkendali:
Volume air
Kualitas air
Tempat
perindukan
Kepadatan larva
Usia larva
Ekstrak biji sirsak ditaruh dalam berbagai
konsentrasi pada beberapa wadah
50 % Larva Culex sp. hidup
dan 50 % Larva Culex sp.
mati (LC50)
Larva Culex sp.
masih hidup
semuanya
Efek Larvasida
10 Larva Culex sp.Instar III/IV
dalam setiap wadah
Diamati dalam 24 jam
Larva Culex sp.
masih hidup
semuanya
50 % Larva Culex sp. hidup
dan 50 % Larva Culex sp.
mati (LC50)
Larva Culex sp.
mati seluruhnya
20
2.5 Definisi Operasional Variabel
Tabel 2.4 : Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
1
Konsentrasi
Ekstrak biji
sirsak
(Annona
muricata L)
Biji sirsak yang
telah dicuci dan
dikeringkan,
dihaluskan
dengan
menggunakan
mesin penggiling.
Serbuk biji sirsak
yang telah
digiling
dimaserasi dalam
wadah
menggunakan
pelarut etanol 96
% dengan
perbandingan
1:3.43
Gelas Ukur Ppm Numerik
2
Mortalitas
Larva Culex
sp.
Pengamatan
dilakukan selama
24 jam dimana
larva Culex sp.
Dianggap mati
dengan kriteria
larva tidak
Pengamatan
dengan
loop
Jumlah larva
yang mati Numerik
21
bergerak, larva
tidak merespon
ketika disentuh
bagian sifon atau
servikal, larva
tenggelam, tubuh
larva
membengkok atau
memanjang, larva
berwarna pucat
dan bahkan ada
yang sampai
hancur.43
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian ekperimental karena larva
Culex sp. mendapat perlakuan dengan dimasukkan ke dalam gelas-gelas perlakuan
yang berisi beberapa konsentrasi yang berbeda. Rancangan penelitian ini adalah
the post test only controlled group design. Rancangan ini dipilih karena hanya
dilakukan sekali perlakuan yaitu post test, sementara pretest tidak dilakukan.
Desain penelitian merupakan yang bentuk tes eksperimental yang paling
sederhana, dimana subjek dipilih secara random dan diberi perlakuan, serta ada
kelompok kontrolnya.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Determinasi
Biji sirsak didapatkan dan dideterminasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Bogor untuk memastikan bahwa jenis tanaman yang digunakan
merupakan biji sirsak (Annona muricata L).
3.2.2 Ekstrasi dan Pengenceran Ekstrak
Biji sirsak yang telah dideterminasi kemudian diekstrasi di Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO), kemudian pengenceran
dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2.3 Perkembangbiakan Larva
Larva Culex sp. diambil dari saluran air berupa selokan di Ciputat dan
dikembangbiakkan di lab parasit nyamuk Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
23
3.3.1 Populasi Penelitan
Populasi penelitian adalah larva Culex sp. instar III atau IV dari telur yang
telah menetas setelah dikembangkan dari nyamuk yang telah di rearing pada lab
parasit FKIK UIN. Penggunaan instar III atau IV dikarenakanrelatif stabil
terhadap pengaruh eksternal dan anggota tubuh dari instar III ataupun IV sudah
lengkap berdasarkan standar WHO.
3.3.2 Sampel
a. Kriteria Inklusi
1. Larva Culex sp. yang telah mencapai instar III atau IV,
2. Larva Hidup,
3. Usia larva,
4. Larva yang di rearing di lab parasit FKIK UIN Syarief Hidayatullah.
b. Kriteria Eksklusi
1. Larva Culex sp. instar I dan II,
2. Larva mati sebelum diberikan perlakuan.
c. Besar Sampel
Penentuan besar sampel dihitung dengan rumus Federer.
Keterangan:
n = besar sampel
t = jumlah sekelompok perlakuan
(n-1)(t-1) ≥ 15
(n-1)(9-1) ≥ 15
8n – 8 ≥ 15
24
8n ≥ 23
n ≥ 2,9
n ≥ 3
Rumus diatas menunjukkan bahwa jumlah sampel minimal sebanyak 4 ekor
larva.Berdasarkan WHO direkomendasikan untuk menggunakan larva sebanyak
25 larva.19
Dalam penelitian ini digunakan larva sebanyak 10 ekor dimasukkan
kedalam 6 kontainer. Jumlah sampel diambil dikaitkan jumlah replikasi tiap
kosentrasi yang diteliti. Untuk menegetahui banyaknya replikasi masing –masing
larva dapat menggunakan rumus berikut :
Keterangan :
t : Jumlah perlakuan
r : Jumlah replikasi
(9-1) (r-1) ≥ 15
9r-9 ≥ 15
9r ≥ 24
r ≥ 2,7
r ≥ 3
Disimpulakn bahwa jumlah replikasi atau pengulangan perlakuan paling
sedikit dilakukan sebanyak 3 kali. Sehingga, jumlah seluruh besar sampel
adalah
5 x 3 x 9 = 135
Jumlah seluruh besar sampel adalah 135 larva.
(t-1)(r-1)≥15
Jumlah larva per kontainer x Jumlah replikasi x Jumlah perlakuan
25
c. Cara Pengambilan Sampel
Cara Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan metode purposive
sampling terhadap larva Culex sp. dimana pengambilan sampel diambil
sesuai kriteria inklusi dan ekslusi.
3.4 Rancangan Penelitian
Perkembangbiakan larva
KN K1 K2 K3 K4 K5
Perlakuan selama 24 jam
Hitung jumlah larva yang mati dalam 24 jam
Analisis Data :
Uji distribusi data
Uji varian data
Uji kruskal wallis
Uji Mann whitney
Analisis probit
Rearing nyamuk Culex sp.
Pengambilan nyamuk Culex p.
nyamuk
Larva Culex sp. instar III/IV
Dimasukkan ke dalam ekstrak biji sirsak
26
3.5 Alat dan Bahan
3.5.1 Alat
- Pipet tetes - Gelas beaker
- Gelas ukur 100 cc - Wadah untuk larva
- Kertas saring - Kandang nyamuk
- 30 Gelas plastik - Sumpit
- Kertas label - Kapas kering
- Botol 1,5 L - Wadah untuk air gula
3.5.2 Bahan
- Biji sirsak ( Annona muricata L)
- Ethanol 96%
- Aquades
- Larva Aedes aegypti instar III/IV
- Makanan ikan (fish food) untuk makanan larva
- Gula dan air
3.6 Cara Kerja
3.6.1 Ekstraksi
Satu botol ekstras biji sirsak dari BALITRO mengandung 37,2 g ekstrak biji
sirsak dalam rendeman 7,44%.
3.6.2 Pembuatan Larutan Perlakuan
- Ekstrak biji sirsak ditimbang sebanyak 2.5 g dengan tabung plastik
yang berukuran 15 mL
- 2.5 g ekstrak biji sirsak di larutkan dalam 500 mL aquades
27
- Perlu diingat satuan ppm adalah mg per liter, sehingga 2.5 g/500 mL
dikonversikan menjadi 2500 mg/0.5 L yang berarti 5000 ppm
- 5000 ppm adalah larutan stok yang akan diencerkan menjadi 5
konsentrasi yang berbeda-beda untuk uji eksplorasi yaitu 1000 ppm,
750 ppm, 500 ppm, 250 ppm dan 50 ppm, serta 7 konsentrasi yang
berbeda-beda untuk uji utama yaitu 1750 ppm, 1500 ppm, 1250 ppm,
1000 ppm, 750 ppm, 500 ppm dan 250 ppm
3.6.2.1 Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Biji Sirsak
Uji Eksplorasi
Encerkan ekstrak biji sirsak menjadi 1000 ppm, 750 ppm, 500 ppm, 250
ppm, 50 ppm
Tabel 3.1 : Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Biji Sirsak Uji eksplorasi
Kelompok 1 (K1), 1000 ppm M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 1000 ppm . 400 ml
V1 = 80 ml
Kelompok 2 (K2), 750 ppm M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 750 ppm . 400 ml
V1 = 60 ml
Kelompok 3 (K3), 500 ppm
M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 500 ppm .400 ml
V1 = 40 ml
Kelompok 4 (K4), 250 ppm M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 250 ppm . 400 ml
V1 = 20 ml
Kelompok 5 (K5), 50 ppm
M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 50 ppm . 400 ml
V1 = 4 ml
28
Uji Utama
Tabel 3.2 : Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Biji Sirsak Uji Utama
Kelompok kontrol aquades M1 . V1 = M2 . V2
0 ppm . V1 = 0 ppm . 400 ml
V1 = 0 ml
Kelompok kontrol ethanol M1 . V1 = M2 . V2
35000 ppm . V1 = 5000 ppm . 400 ml
V1 = 57,14 ml
Kelompok 1 (K1), 1750 ppm M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 1750 ppm . 400 ml
V1 = 140 ml
Kelompok 2 (K2), 1500 ppm M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 1500 ppm . 400 ml
V1 = 120 ml
Kelompok 3 (K3), 1250 ppm
M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 1250 ppm .400 ml
V1 = 100 ml
Kelompok 4 (K4), 1000 ppm M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 1000 ppm . 400 ml
V1 = 80 ml
Kelompok 5 (K5), 750 ppm M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 750 ppm . 400 ml
V1 = 60 ml
Kelompok 6 (K6), 500 ppm M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 500 ppm . 400 ml
V1 = 40 ml
Kelompok 7 (K7), 250 ppm M1 . V1 = M2 . V2
5000 ppm . V1 = 250 ppm . 400 ml
V1 = 20 ml
29
3.6.3 Pembagian Kelompok Uji
Uji Eksplorasi
Ekstrak biji sirsak (Annona muricata L ) dengan berbagai konsentrasi
dipindahkan ke dalam 5 gelas plastik dengan 2 kontrol negatif yaitu aquades
dan ethanol yang terdiri dari 5 kelompok
a) Kelompok 1: Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 1000 ppm
b) Kelompok 2 : Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 750 ppm
c) Kelompok 3 : Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 500 ppm
d) Kelompok 4 : Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 250 ppm
e) Kelompok 5 : Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 50 ppm
Ekstrak biji sirsak (Annona muricata L ) dengan berbagai konsentrasi
dipindahkan ke dalam 7 gelas plastik dengan 2 kontrol negatif yaitu aquades
dan ethanol yang terdiri dari 9 kelompok
Uji Utama
f) Kelompok aquades : Tidak mengandung ekstrak biji sirsak
g) Kelompok ethanol : 57,14 ml ethanol ditambahkan aquades 400 ml
h) Kelompok 1: Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 1750 ppm
i) Kelompok 2 : Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 1500 ppm
j) Kelompok 3 : Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 1250 ppm
k) Kelompok 4 : Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 1000 ppm
l) Kelompok 5 : Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 750 ppm
m) Kelompok 6 : Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 500 ppm
n) Kelompok 7 : Ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 250 ppm
Setiap uji percobaan diulang sebanyak 5 kali.
3.6.4 Pemindahan Larva pada Gelas Perlakuan
Larva III dan IV sebanyak 10 larva diukur dan dipindahkan ke
gelas perlakuan yang telah terisi ekstrak biji sirsak dengan berbagai
konsentrasi dengan menggunakan pipet.
30
3.6.5 Pemilihan Larva
Larva instar III/IV dengan usia larva 3-6 hari dan ukuran larva 4-6 mm.24,50
3.6.6 Pembuangan Limbah Penelitian
1. Setelah selesai melakukan penelitian dengan larva Culex sp., larva
tersebut akan dibunuh dengan menggunakan deterjen dan ditunggu
untuk memastikan sampai larva benar-benar mati seluruhnya. Larva-
larva yang mati ditandai dengan tidak adanya pergerakan terhadap
sebuah rangsangan, kemudian dibuang ke dalam kloset.
2. Alat-alat yang telah terpakai selama penelitian dibuang di tempat sampah.
3.7 Managemen Data
3.7.1 Data yang Dikumpulkan
Data yang telah dikumpulkan adalah data primer yang diambil dari
jumlah larva yang mati dalam 24 jam pada setiap konsentrasi ekstrak biji
sirsak (Annona muricata L). Kemudian data tersebut dicatat dalam bentuk
tabel.
3.7.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan cara menghitung jumlah larva yang mati
dalam 24 jam pada masing- masing gelas perlakuan. Larva yang mati adalah
larva yang tenggelam di dasar kontainer dan tidak bergerak jika diberi
rangsangan, meninggalkan larva lain yang bergerak-gerak.43
3.8 Analisis Data
Semua data yang didapatkan dari jumlah larva Culex instar III/IV
yang mati diolah dan dianalisis menggunakan software SPSS. Beberapa uji
statistik yang dilakukan:
31
1. Uji Analisis Varian (One Way ANOVA)
Uji untuk menemukan perbedaan dari jumlah kematian larva Culex
antar kelompok uji.
2. Kruskal-Wallis
Uji alternatif bertujuan jika data tidak berdistribusi normal dan
homogen, untuk menemukan perbandingan perbedaan mean lebih dari
dua kelompok.
3. Mann-Whitney
Uji alternatif bertujuan jika data tidak berdistribusi normal dan
homogen, untuk menemukan perbandingan perbedaan mean antar
kelompok.
4. Analisis Probit
Uji untuk menemukan efek mortalitas ekstrak biji sirsak (Annona
muricata L) terhadap larva Culex yang dinyatakan dalam Lethal
Concentration (LC)
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Uji Utama
Untuk dapat melihat efek biji sirsak terhadap kelangsungan hidup
larva Culex sp. dibutuhkan waktu 24 jam. Berikut angka kematian larva
Culex sp. pada berbagai konsentrasi dalam presentase.
Grafik 4.1 : Grafik presentase kematian larva Culex sp. pada setiap
kelompok konsentrasi dalam 24 jam
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa kematian larva Culex sp.
mulai mengalami kenaikkan pada konsentrasi 250 ppm.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
250ppm
500ppm
750ppm
1000ppm
1250ppm
1500ppm
1750ppm
Persentase
Konsentrasi
Grafik Kematian Larva Culex sp.
Mortalitas larva (%)
33
4.2 Analisis Data
4.2.1 Uji Distribusi Data
Sebelum melakukan uji One Way ANOVA, data yang didapatkan harus
berdistribusi normal. Dengan SPSS 16.0, dilakukan uji normalitas.
Tabel 4.1 : Hasil Uji Distribusi Data
Shapiro-Wilk .
Statistic df Sig.
Kematian 0,924 21 0,104
P value dari hasil tabel diatas adalah 0,104 yang berarti lebih besar
dari 0,50. Menandakan data berdistribusi normal.
4.2.2 Uji Varian Data
Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah sampel kematian larva
Culex sp. yang dipengaruhi oleh berbagai macam konsentrasi mempunyai
varians yang sama.
Tabel 4.2 : Hasil Homogenity Variance
Bberdasarkan hasil yang diperoleh pada test of homogenity of
variances, dimana dihasilkan bahwa probabilitas atau signifikannya adalah
0,598 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
data homogen.
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Kematian 0,782 14 0,598
34
4.2.3 Uji One-Way ANOVA
Setelah diuji distribusinya dan variansinya didapatkan hasil data
berdistribusi normal dan data homogen, sehingga dapat dilakukan uji
Onew-Way ANOVA.
Tabel 4.3 : Hasil Uji One-Way ANOVA
D
i
Nilai signifikannya adalah 0.022 ( p<0,05 ), sehingga disimpulkan bahwa
data berdistribusi normal dan tidak dapat dilakukan uji One Way ANOVA.
Sehingga dilakukan uji alternatif yaitu uji Kruskal-Wills.
4.2.4 Uji Post-Hoc Least Significance Difference (LSD)
Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA pada tabel 4.3 ditemukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan. Kemudian dilanjutkan dengan uji
Post-Hoc LSD untuk melihat perbedaan atara setiap konsentrasi yang
dilakukan, seperti pada tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4 : Hasil Uji Post-Hoc LSD
Mean Square Sig.
Between Groups 2,97 0,022
Within Groups 0,810
Total
Konsentrasi Perbedaan
Rerata
CI 95% P Value
Minimum Maximum
1750 vs 250 2,66667* 1,0910 4,2423 ,003
1750 vs 500 2,00000* ,4244 3,5756 ,017
1750 vs 750 1,33333 -,2423 2,9090 ,091
1750 vs 1000 ,66667 -,9090 2,2423 ,380
1750 vs 1250 ,33333 -1,2423 1,9090 ,657
1750 vs 1500 ,33333 -1,2423 1,9090 ,657
35
4.2.5 Analisis probit
Untuk mengetahui konsentrasi dari ekstrak biji sirsak yang dapat mematikan
larva Culex sp. 50 % selama 24 jam, maka dilakukan uji analisis probit
dengan menggunakan program minitab 17.0. Dari hasil perhitungan analisis
probt didapatkan hasil yang tertera pada tabel 4.6 dibawah ini :
Tabel 4.5 : Hasil uji Analisis Probit
Lethal
concentration
Concentration
(ppm)
95 % Confidence interval
Batas bawah Batas atas
LC50 1369,75 1093,61 1948,61
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak biji sirsak
yang dapat mematikan larva Culex sp. sebesar 50 % adalah 1369,75 ppm
dengan interval 1093,61 ppm dan 1948,61 ppm.
1500 vs 250 2,33333* ,7577 3,9090 ,007
1500 vs 500 1,66667* ,0910 3,2423 ,040
1500 vs 750 1,00000 -,5756 2,5756 ,195
1500 vs 1000 ,33333 -1,2423 1,9090 ,657
1500 vs 1250 0,00000 -1,5756 1,5756 1,000
1250 vs 250 2,33333* ,7577 3,9090 ,007
1250 vs 500 1,66667* ,0910 3,2423 ,040
1250 vs 750 1,00000 -,5756 2,5756 ,195
1250 vs 1000 ,33333 -1,2423 1,9090 ,657
1000 vs 250 2,00000* ,4244 3,5756 ,017
1000 vs 500 1,33333 -,2423 2,9090 ,091
1000 vs 750 ,66667 -,9090 2,2423 ,380
750 vs 250 1,33333 -,2423 2,9090 ,091
750 vs 500 ,66667 -,9090 2,2423 ,380
500 vs 250 ,66667 -,9090 -,9090 ,380
36
4.3 Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan uji ekstrak biji sirsak (Annona muricata L)
sebagai larvasida terhadap larva Culex sp. instar III/IV. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetauhi pengaruh ekstrak biji sirsak terhadap kematian larva Culex sp.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan biji sirsak ayng telah diketahui
memiliki efek anti parasitik dan biolarvasida.
Sampel yang digunakan pada kelompok uji adalah larva Culex sp. Instar
III/IV.Secara morfologi dan fisiologi larva instar III/IV lebih sempurna
dibandingkan larva instar I dan II. Kelengkapan alat tubuh yang dimiliki larva
instar III/IV tersebut yang membuatnya memiliki sistem pertahanan lebih baik.
Sehingga efek yang terjadi terhadap larva instar III/IV akan menggambarkan
sebagaimana terjadi pada larva instar I dan II.52
Pada penelitian ini terdapat 9 kelompok uji dengan konsentrasi yang
berbeda dengan masing-masing kelompok berisi 5 larva dalam 100 ml aquades.
kelompok aquades, kelompok ethanol, konsentrasi I adalah 250 ppm, konsentrasi
II adalah 500 ppm, konsentrasi III adalah 750 ppm, konsentrasi IV adalah 1000
ppm, konsentrasi V adalah 1250 ppm, konsentrasi VI adalah 1500 ppm dan
konsentrasi VII adalah 1750 ppm. Konsentrasi ini diambil berdasarkan kelipatan
dari LC50 1000 ppm yang ditmukan pada uji eksplorasi. Pada kelompok kontrol
aquades dan etanol setelah 24 jam tidak terdapat larva yang mati di semua
ulangan perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat efek larvasida dari
aquades maupun etanol yang dijadikan sebagai pelarut dalam penelitian ini.
Hasil yang didapatkan adalah kematian larva sebesar 0 % pada kontrol
negatif, 60 % pada konsentrasi 1750 ppm, 53,33 % pada konsentrasi 1500 ppm,
53,33% pada konsentrasi 1250 ppm, 46,67% pada konsentrasi 1000 ppm, 33,33%
pada konsentrasi 750 ppm, 20 % pada konsentrasi 500 ppm dan 6,67% pada
konsentrasi 250 ppm.
Berdasarkan hasil statistik yang telah diujikan dari data yang didapatkan
dengan menggunakan uji One Way ANOVA pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa
37
terdapat perbedaan signifikan terhadap 9 kelompok perlakuan. Selanjutnya
dilakukan uji Post-Hoc LSD dan didapatkan adanya perbedaan signifikan antara
kelompok 1750 vs 250, 1750 vs 500, 1500 vs 250, 1500 vs 500, 1250 vs 250,
1250 vs 500 dan 1000 vs 250.
Untuk dapat mengetahui konsentrasi mana yang dapat mematikan larva
sebesar 50 % atau LC50 nya maka dilakukan analisis probit. Berdasarkan tabel 4.5
diketahui bahwa LC50 dari konsentras ekstrak biji sirsak (Annona muricata L)
sebagai larvasida Culex sp. berada pada 1369,75 ppm dengan interval 1093,61
ppm dan 1948,61 ppm.
Kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak biji sirsak adalah annonacin
golongan acetogenin. Mekanisme dari bahan aktif ini yaitu dengan menghambat
rantai pernapasan pada NADH ubiquinone reduktase (complex 1) yang
mengakibatkan penurunan ATP, sehingga secara langsung mengganggu transpor
elektron di mitokondria yang akan memacu apoptosis sel.44
4.4 Keterbatasan Penelitian
1. Tidak ada nya pembimbing untuk melakukan ekstraksi sehingga dengan
waktu yang minimal diharuskan dapat mengerti mengenai hal tersebut.
2. Keterbatasan menggunakan lab dikarenakan jadwal yang bertabrakan
dengan jadwal yang ada pada kegiatan lab tersebut dan juga keterbatasan
waktu.
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian :
1. Ekstrak biji sirsak (Annona muricata L) efektif sebagai larvasida pada
larva Culex sp. instar III dan IV.
2. Konsentrasi yang dapat mematikan larva Culex sp. sebanyak 50 % dalam
waktu 24 jam adalah 1369,75 ppm dengan interval 1093,61 ppm dan
1948,61 ppm.
3. Didapatkan kematian larva sebesar 0 % pada kontrol negatif aquades,0%
pada kontrol negatif ethanol, 60 % pada konsentrasi 1750 ppm, 53,33 %
pada konsentrasi 1500 ppm, 53,33% pada konsentrasi 1250 ppm, 46,67%
pada konsentrasi 1000 ppm, 33,33% pada konsentrasi 750 ppm, 20 %
pada konsentrasi 500 ppm dan 6,67% pada konsentrasi 250 ppm.
5.2 Saran
1. Penelitian ini dapat diuji coba pada larva spesies larva nyamuk lain.
2. Penelitian ini dapat dilakukan mengenai senyawa-senyawa lain yang
terkandung dalam bagian tanaman sirsak selain bijinya.
3. Penelitian ini dapat dikembangkan untuk mengetahui bagaimana dampak
negatif dari penggunaan ekstrak biji sirsak sebagai larvasida.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). Health topic Filariasis (Internet).
(cited 2016 May 26). 2016. Available from:
http://www.who.int/opics/filariasis/en/
2. World Health Organization (WHO). Epidemiology of Lymphatic Filariasis
(Internet). (cited 2016 May 26). 2016. Available from :
http://www.who.int/lymphatic_filariasis/epidemiology/en/
3. World Health Organization (WHO). Lymphatic Filariasis: A Handbook of
Practical Entomology for National Lymphatic Filariasis Elimination
Programmes. Geneva : WHO press. 2013.
4. World Health Organization (WHO). Progress Report 2000-2010 and
Strategic Plan 2010-2020 of the Global Programme to Eliminate
Lymphatic Filariasis. Geneva : WHO press. 2010.
5. Miko Wahyono, Tri Yunis, Purwantyastuti, dkk. “Epidemiologi Filariasis
Indonesia”. Buletin Jendela Epidemiolgi. Vol 1: 1-12. 2010
6. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Menuju Eliminasi
Filariasis 2020. No ISSN 2442-7659. 2015.
7. Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan. Gambaran Umum Kota. Tangerang
Selatan : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2010.
8. Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan. Profil Sanitasi Kota. Tangerang
Selatan : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2008
9. Tadjoedin, Abdullah Hamdani. Gambaran Epidemiologi Filariasis di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2008-2012.(Skripsi). Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta. 2014
10. Ruliansyah, Andir, Wawan Ridwan dan Asep Jajang Kusnandar.. “Efikasi
Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata) Terhadap
Jentik Nyamuk Culex quinquefasciatus”. [Artikel Ilmiah]. Bandung. Vol
1(1) : 46-50. 2009.
11. Tamunan, Freedy Laisto P. Efektivitas Infusa Biji Sirsak (Annona
muricata Linn) Sebagai Larvasida Terhadap Larva Nyamuk Culex.
[Thesis]. Bandung : Universitas Kristen Maranatha Bandung. 2008.
40
12. Fauziah, Rahmi Safarina. Aktifitas Larvasida Campuran Minyak Biji Mete
(Cashew Nut Shell Liquid/CNSL) dan Ekstrak Larut Air Buah Lerak
(Sapindus rarak DC) Terhadap Larva Nyamuk Culex quinquefasciatus.
(Skripsi). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 2013.
13. Ghosh, Anupam, dkk. “Plant Extract as Potential Mosquito Larvacide”.
Indian J Med Res 135: 581-598. 2012.
14. Castillo-Sanchez, Enrique Luis, dkk. Secondary Metabolites of The
Annonaceae Solanaceae adn Meliaceae Families Used as Biological, 445-
452. 2010.
15. Komansilan, Alfarits, dkk. “Isolation and Identification of Biolarvacide
from Soursop (Annona muricata Linn) Seeds to Mosquito (Aedes Aegypti)
Larvae”. International Journal of Engineering and Technology IJET-
INJENS.Vol 12 : 1. 2012.
16. Ganti sm yang lain soalnya sama
17. Riyanto. “Pengaruh Halusan Biji Sirsak (Annona muricata L) Terhadap
Angka Kematian Larva Nyamuk Culex sp. Palembang : Pendidikan
Biologi FKIP Unsri”. Vol 9 (1): 51-61. 2004.
18. Mardihusodo, Sugeng Juwono. Daya Insektisidal Daun dan Biji Anona
Muricata Linn. Terhadap Larva Nyamuk di Laboratorium. Yogyakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 1992.
19. World Health Organization(WHO). Guidelines for Laboratoy and Field
Testing of Mosquito Larvacides. Geneva : WHO Pesticide Evaluation
Scheme (WHOPES). 2005
20. Wurangian, Freddy L. “Determination of Annonacyn Compound by High
Performance Liquid Chromatography on the Extract of Annona Muricata
Linn Seed for Pesticide Formula”. Indo. J. Chem. 5 (3): 215-218. 2005.
21. Hill, Stephanie, C. Roxanne Connelly. Southern House Mosquito Culex
quinquefasciatus Say. Florida : The Institute of Food and Agricultural
Sciences (IFAS). 2016.
22. Mangesh D. Gokhale, Mandar S. Paingankar, dkk. “Comparison of
Biological Attributes of Culex quinquefasciatus (Diptera:Culicidae)
41
Populations from India”. ISRN Entomology. vol 2013, Article ID, 9
halaman. Doi :10.1155?2013?451592. 2013.
23. Bhattacharya, Sajal, Probal Basu. “The Southern House Mosquito, Culex
quinquefaciatus: Profile of a Smart Vector”. Journal of Entomology and
Zoology Studies. 4(2): 73-81. 2016.
24. Manimegalai, K, S.Sukanya. “Biology of the Filarial Vector, Culex
quinquefasciatus (Diptera:Culicidae)”. International Journal of Current
Microbiology and Applied Sciences. 3(4): 718-724. 2014.
25. Farajollahi, Ary, Dina M. Fonseca, dkk. “ Bird Biting Mosquitoes and
Human Disease: A Review of the Role of Culex pipies Complex
Mosquitoes in Epidemiology”. California : Infect Genect Evol. 11(7) :
1577-1585. 2011.
26. Khan, Humayun Reza, Md Mosarraf Hossain. “High Temperature
Treatment on the Eggs of the Mosquito, Culex quinquefasciatus Say and
its Effects on the Subsequent Stages Developed Thereform”. Journal of the
Asiatic Sociiety of Bangladesh, Science. 39(2): 247 – 257. 2013.
27. Manendra, Kumar. “Effect of Temperature and Humidity on Life Cycle
Duration of Culex quinqefasciatus Say (Diptera: Culicidae) at Muzaffarpur
(Bihar), India.” Advances in Bioresearch. Vol 6(6): 103-105. 2015.
28. Novianto, Ikwi Wijaya. Kemampuan Hidup Larva Culex quinquefasciatus
Say. Pada Habitat Limbah Cair Rumah Tangga(Skripsi). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret. 2007.
29. Jupp, Peter. Arthropod Vectors á Mosquitos. South Africa: Common
Creative. 2013.
30. Li, Shujuan, Dawn Gouge, dkk. Mosquitoes. United States : The
University of Arizona. 2004.
31. Mishra, Chirasmita. Culex Mosquito: Vector of Filariasis. India : Odisha
Review. 2014.
32. Rozendaal, Jan A. Vector Control : Methods for Use by Individuals and
Communities. Geneva: WHO. 1997.
42
33. C, Orwa, Mutua A, dkk. Agroforestree Database: A Tree Reference and
Selection Guide Version 4.0. (Cited 2016 October 12). 2009. Available
from: http://www.worldagroforestry.org/af/treedb/
34. Patel, Ms. Sejal, Jayvadan K Patel. “A Review on a Miracle Fruits of
Annona muricata”. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. 5(1):
137-148. 2016
35. Onyechi, Agatha Uchenna, dkk. “Nutrient, Phytochemical Composition
and Sensory Evaluation of Soursp (Annona muricata) Pulp and Drink in
South Eastern Nigeria”. International Journal of Basic & Applied Sciences
IJBAS-IJENS. Vol 1(6):12. 2012.
36. O., Fasakin A., Fehintola E. O., dkk. “Compositional Analyses of the Seed
of Sour Sop, Annona muricata L., as a Potential Animal Feed
Supplement”. Academic Journals of Scientific Research and Essay. Vol
3(10): 521-523. 2008.
37. Moghadamtousi, Soheil Zorofchian, Mehran Fadaeinasab, dkk. “Annona
muricata (Annonaceae): A Review of Its Traditional Uses, Isolated
Acetogenins and Biological Activities”. International Journal of Molecular
Sciences. 16(7): 15625-15658.2015.
38. Abubacker, Maghdu Nainamohamed, Thiagarajan Deepalakshmi, dkk.
“Isolation and Identification of Biolarvacide from Soursop (Annona
muricata Linn.) Aqueous Leaf Extract to Mosquito (Aedes aegypti Linn.)
Larvae”. An International Quarterly Journal of Biology & Life Sciences.
2(2):579-585. 2014.
39. Wagner, W.L, D.R. Harbest, dkk. Flora of The Hawaiian Island Website.
2011. Available from:
http://botany.si.edu/pacificislandbiodiversity/hawaiianflora/index.htm
40. Pinto, A.C. de Q., M.C.R.Cordeiro, dkk. Annona Species. United
Kingdom: International Centre for Underutilised Crops, University of
Southampton.2005
41. Saripalli, Harikrishna Ramaprasad, Prasanna Kumar Dixit. “Studies on
Morphological Featured and Biological Activities of the Genus Annona of
43
Ethiopia, N. E. Africa with a Special Emphasis on Graviola: A Review”.
International Journal of Science and Research. Vol 5(2): 821-827. 2016
42. Singh, D.R., Shrawan Singh, dkk. “Phytochemical Compositin, Antioxiant
Activity and Sensory Evaluation of potential Underutillied Fruit Soursop
(Annona muricata L) In Bay Island.” Journal of the Andaman Science
Association. Vol. 19(1):30-37. 2014.
43. Rahmawati, Elma, M. Thamrin Hidayat, Widowati Budijastuti.
Pemanfaatan Biji Mimba (Azadirachta indica) Sebagai Larvasida Nyamuk
Culex sp. Surabaya : Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya. 2013.
44. Ravaomanarivo, Lala Harivelo Raveloson, Herisolo Andrianiaina
Razafindraleva, dkk. “Efficacy of Seed Extracts of Annona squamosa and
Annona muricata (Annonaceae) for the control of the Aedes albopticus
and Culex quinqufasciatus (Culicidae).” Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine. Vol 4 (10): 798-806. 2014
45. Coloma, Gonzalez Azucena, Ana Guadano, dkk. Selective Action of
Acetogenin Mithocondrial Complex I Inhibitors. Spain: Universidad de
Valencia. 2002.
46. Astuti, M.A.W. Uji Daya Bunuh Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia
speciosa (Blume) Horan.) Terhadap Larva Nyamuk Culex
quinquefasciatus Say. Yogyakarta: Skripsi S1, Fakultas Teknobiologi,
Universitas Atmajaya Jogjakarta. 2011.
47. Ardias, Onny Setiani, dkk. “Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat
yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Sambas.” Vol
11(2): 1-9. 2012.
48. A, Suwito. “Nyamuk (Diptera: Culicidae) Taman Nasional Boganinani
Wartabone, Sulawesi Utara: Keragaman, Status, dan Habitatnya.” Jurnal
fauna tropika. Vol 17(1). 2008.
49. Laksono, Setyo Budi. Karakteristik Habitat Larva Nyamuk Culex sp. di
Beberapa Wilayah Perkotaan. (Skripsi). Bogor: Fakultas Kedokteran
Hewan IPB. 2013.
44
50. Susanti, Dixie Tri. Jenis-Jenis Larva Nyamuk Di Kelurahan Karah
Berombak, Kecamatan Medan Barat, Kotamadya Medan. (Skripsi).
Medan: Universitas Sumatera Utara. 2013.
51. Kholifah, Kholifah. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air Buah
Pare (Momordica charanita L) Terhadap Daya Hambat Penyakit
Edwardsiellosis pada Ikan. (Thesis). Malang: Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. 2014.
52. Azis, T., Febrizky, S., Mario, A.D., “Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap
Persen Yieldalkaloid dari Daun Salam India (Murraya koenigii)”. Teknik
Kimia. Vol 2 (20):1-6. 2014.
53. Kuncoro, Hadi. “Aktifitas Larvasida Ekstrak Daun Tumbuhan Mara
Tunggal (Clausena excavata BURM. F) dan Daun Zodia (Euodia ridleyi
HOCHR) Terhadap Larva Nyamuk Culex sp.” Journal Tropical and
Pharmacy Chem. Vol 2(2): 1-9. 2013.
45
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Biji Sirsak
46
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Meminjam Alat dan Laboratorium
47
Lampiran 3. Surat Keterangan Pembuatan Ekstrak
48
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
Pengambilan larva Culex sp. Penyisihan larva Culex sp. Instar III/IV
Larva Culex sp.instar III/IV Identifikasi larva Culex sp.
Rearing larva dan Blood Feeding Identifikasi nyamuk Culex sp.
49
Identifikasi telur Culex sp. Kelompok perlakuan ekstraksi biji sirsak
50
Lampiran 5. Hasil Output Aplikasi SPSS
Uji Distribusi Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kematian ,182 21 ,066 ,924 21 ,104
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Varian Data
Test of Homogeneity of Variances
Kematian
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,782 6 14 ,598
Uji One Way ANOVA
ANOVA
Kematian
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 17,619 6 2,937 3,627 ,022
Within Groups 11,333 14 ,810
Total 28,952 20
Analisis Probit
Table of Percentiles
Standard 95,0% Fiducial CI
Percent Percentile Error Lower Upper
1 -1160,74 668,797 -4211,56 -318,109
2 -864,222 583,912 -3516,90 -125,507
3 -676,090 530,432 -3076,91 -2,54879
4 -534,565 490,462 -2746,46 90,4804
5 -419,446 458,162 -2478,10 166,585
6 -321,461 430,854 -2250,06 231,740
7 -235,548 407,077 -2050,46 289,216
8 -158,622 385,947 -1872,07 341,008
9 -88,6619 366,881 -1710,15 388,430
10 -24,2633 349,481 -1561,42 432,397
20 454,272 227,903 -473,240 776,116
30 799,329 160,794 260,350 1075,03
40 1094,17 140,899 770,704 1446,91
50 1369,75 166,770 1093,61 1948,61
51
60 1645,33 221,095 1330,14 2536,68
70 1940,16 293,163 1548,32 3200,74
80 2285,22 385,200 1786,48 3995,08
90 2763,76 518,640 2104,55 5108,91
91 2828,16 536,876 2146,78 5259,38
92 2898,12 556,740 2192,55 5422,95
93 2975,04 578,636 2242,77 5602,91
94 3060,96 603,153 2298,73 5804,02
95 3158,94 631,184 2362,41 6033,53
96 3274,06 664,199 2437,07 6303,35
97 3415,58 704,893 2528,63 6635,26
98 3603,72 759,137 2650,06 7076,78
99 3900,24 844,903 2840,90 7773,20
Probability Plot for mortalitas
52
Lampiran 6. Keterangan Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siti Aisha Nabila Ferina
Tempat, Tanggal lahir : Tangerang, 7 Mei 1995
Alamat : Graha raya bintaro jaya anggrek loka blok A5 No.11
No Hp : 081213371995
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. SDI Cikal Harapan 2001-2007
2. SMP Pembangunan Jaya 2007-2010
3. SMA Binus International School Serpong 2010-2013
4. PSKPD FKIK UIN Jakarta 2013-Sekarang