17
1 Universitas Indonesia PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG KONSUMEN BLACK HOUSE CAFÉ ADE ANGGRAENI, TUTIE HERMIATI Ilmu Administrasi, Administasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh kondisi interior terhadap minat beli ulang konsumen pada Black House Cafe. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 140 pengunjung Black House Café dengan menggunakan metode non-probability sampling serta teknik purposive. Instrument penelitian inimenggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan linear regression. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa general interior memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap minat beli ulang sebesar 52.7%. Kondisi interior memiliki pengaruh terhadap minat beli ulang sebesar 27.8% dan sisanya sebesar 72.2% dipengaruhi oleh faktor lain. Kata kunci : Kondisi Interior; Minat Beli Ulang Abstract. The objective of this research is to analyze how the effect of general interior toward repurchase intention. This research applied quantitative approach. The sample of this research is 140 visitor Black House Café, collected using non-probability sampling and purposive technique. This research used questionnaire as research instrument and analyzed with linear regression. This result of this research indicate that general interior have a quite strong correlation toward repurchase intention equal to 52.7%. General interior effect repurchase intention equal to 27.8%, and the residue equal to 72.2% effected by some other factor. Key words : General Interior; Repurchase Intention ___________________________________________________________________________ 1. PENDAHULUAN Bidang usaha kuliner restoran dan café merupakan salah satu bidang usaha yang masih bertahan dan bahkan berkembang serta merupakan pilihan yang tepat di dalam kondisi perekonomian Indonesia dan perkembangan jumlah penduduk. Menurut Marsum (1999), usaha food service atau restoran digemari karena adanya alasan berikut: 1. Potensi pasar sangat besar dan akan selalu berkembang. Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

1

Universitas Indonesia

PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG KONSUMEN BLACK HOUSE CAFÉ

ADE ANGGRAENI, TUTIE HERMIATI

Ilmu Administrasi, Administasi Niaga

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh kondisi

interior terhadap minat beli ulang konsumen pada Black House Cafe. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 140 pengunjung

Black House Café dengan menggunakan metode non-probability sampling serta teknik

purposive. Instrument penelitian inimenggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan

linear regression. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa general interior memiliki

hubungan yang cukup kuat terhadap minat beli ulang sebesar 52.7%. Kondisi interior

memiliki pengaruh terhadap minat beli ulang sebesar 27.8% dan sisanya sebesar 72.2%

dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata kunci :

Kondisi Interior; Minat Beli Ulang

Abstract. The objective of this research is to analyze how the effect of general interior toward

repurchase intention. This research applied quantitative approach. The sample of this research

is 140 visitor Black House Café, collected using non-probability sampling and purposive

technique. This research used questionnaire as research instrument and analyzed with linear

regression. This result of this research indicate that general interior have a quite strong

correlation toward repurchase intention equal to 52.7%. General interior effect repurchase

intention equal to 27.8%, and the residue equal to 72.2% effected by some other factor.

Key words :

General Interior; Repurchase Intention

___________________________________________________________________________

1. PENDAHULUAN

Bidang usaha kuliner restoran dan café merupakan salah satu bidang usaha yang masih

bertahan dan bahkan berkembang serta merupakan pilihan yang tepat di dalam kondisi

perekonomian Indonesia dan perkembangan jumlah penduduk.

Menurut Marsum (1999), usaha food service atau restoran digemari karena adanya

alasan berikut:

1. Potensi pasar sangat besar dan akan selalu berkembang.

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 2: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

2

2. Alat-alat penghidang makanan, sistem, kontrol, serta pertolongan fisik lainnya yang telah

berkembang selain akan membuat bisnis restoran akan semakin mudah dan lancar, serta

semakin menguntungkan.

3. Dengan meningkatnya travel, banyak waktu luang serta berbagai hal yang mengakibatkan

keadaan tertentu yang menambah alasan untuk makan diluar, akan mengakibatkan pasar

pelayanan makanan menjadi semakin besar pula.

4. Harga makanan yang menjadi lebih tingi merupakan kesempatan yang baik untuk

mendapatkan uang.

Bisnis kuliner di Jakarta semakin ketat, pertumbuhan bisnis kuliner semakin

berkembang dari waktu ke waktu, hal ini dapat dilihat dari banyaknya ragam bisnis restoran

yang mulai bermunculan yang tersebar di Indonesia khususnya Jakarta.

Tabel 1 Presentase Sebaran Wilayah Restoran se-Jawa dan Bali

Daerah Kontribusi jumlah restoran (%)

Jakarta 26,1%

Jawa Barat 12,4%

Jawa Timur 10,1%

Jawa Tengah 8,6%

Yogyakarta 3,7%

Bali 12,3%

Sumber : www.binaukm.com

Dari data Tabel 1 dapat dilihat bahwa Jakarta merupakan sentra pertumbuhan industri

restoran dan rumah makan terbesar yang memiliki kontribusi sebesar 26,1%. Seiring dengan

semakin berjamurnya resto dan café di Jakarta, timbul pertanyaan apa yang paling penting

untuk membuat suatu café tersebut diingat oleh pengunjung serta selalu bisa membuat

pengunjung datang kembali? Seiring dengan meningkatnya speciality store, maka pebisnis

kuliner harus menggunakan langkah baru untuk menarik kesadaran konsumen atas produk

yang dijual.

Salah satu strategi yang digunakan untuk menarik minat beli ulang kosumen yaitu

dengan membuat kondisi interior yang baik sehingga menimbulkan keputusan pembelian

konsumen akan produk yang ditawarkan. Melalui kondisi kompetitif ini, maka pebisnis harus

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 3: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

3

mampu merencanakan interior umum dengan bentuk dan konsep baru serta ide-ide kreatif

sehingga dapat menjadi stimuli untuk masuk kedalam toko, yang berlanjut pada proses minat

pembelian oleh pengunjung.

Black House Café merupakan salah satu resto dan café yang tidak hanya mengutamakan

varian produk tetapi memiliki keunggulan dalam mendesain interior toko nya. Black House

Café sangat mementingkan suasana toko dengan tujuan mempengaruhi konsumen untuk

melakukan perilaku yang diinginkan. Perilaku konsumen ini berupa keinginan untuk datang

kembali, melakukan word of mouth yang positif, keinginan untuk tinggal lebih lama,

keinginan untuk berbelanja lebih dari perkiraan. Oleh karena itu Black House Café membuat

7 konsep area yang bertujuan untuk menyuguhkan pelanggan pada sesuatu yang unik dan

berbeda, dimana pada Black House Café pelanggan dapat memilih sendiri konsep area yang

mereka inginkan dan sesuai dengan karakter mereka.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, pokok permasalahan

mengenai kondisi interior pada Black House Café, maka tujuan dari penulisan penelitian ini

adalah untuk menganalisis pengaruh kondisi interior terhadap minat beli ulang konsumen

pada Black House Cafe.

2. TINJAUAN TEORITIS

2.1 Servicescape

Booms and Bitner (1981) mendefinisikan servicescape sebagai lingkungan dimana jasa

di produksi dan lingkungan dimana penjual dan konsumen berinteraksi, dipadukan dengan

komoditi berwujud yang memfasilitasi performa atau komunikasi jasa tersebut.

Dalam penelitian lebih lanjut, Bitner (1992) menggunakan istilah servicescape. Definisi

servicescape menurut Bitner adalah lingkungan fisik yang dibuat oleh manusia, bukan

lingkungan alami atau sosial.

Bitner (1992) mengemukakan tipologi servicescape berdasarkan dua dimensi utama,

yaitu pemakaian servicescape dan kompleksitas fisik servicescape. Pemakaian servicescape

mengacu pada siapa yang melakukan tindakan dalam servicescape (pelanggan, karyawan atau

keduanya). Dari pemakaian servicescape, organisasi jasa dapat dibedakan menjadi 3 kategori,

yaitu:

a. Self service, dimana pelanggan melakukan sebagian besar aktivitas dan hanya sedikit

keterlibatan karyawan.

b. Jasa interpersonal, pelanggan dan karyawan terlibat dalam servicescape.

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 4: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

4

c. Remote services, keterlibatan pelanggan dalam servicescae minim atau tidak ada sama

sekali.

2.2 Store Atmosphere (Suasana Toko)

Atmosphere adalah usaha untuk menciptakan lingkungan pembelian yang dapat

menghasilkan efek emosional tertentu yang dapat mempengaruhi kemungkinan berbelanja

konsumen (Kotler, 1973). Menurut Booms dan Bitner (1981), atmosfer berhubungan dengan

style dan tampilan dari lingkungan fisik dan elemen experiental lain yan dirasakan konsumen

dalam tempat service diberikan.

Menurut Lovelock (2004), dalam pemasaran jasa, service environment memiliki

peranan yang penting karena dapat menentukan persepsi konsumen terhadap positioning suatu

ritel. Service environment juga dapat mempengaruhi behavior konsumen terhadap suatu ritel

dan produk atau jasa yang ditawarkan ritel tersebut. Menurut Bitner (1990), setting fisik da[at

mempengaruhi kepuasan akhir pelanggan terhadap suatu layanan. Goal pemasaran dapat

dipengaruhi dengan desain dari physical setting (Crosby et al, 1990).

Matilla (2001) mengemukakan bahwa hal-hal utama yang menjadi pertimbangan

konsumen dalam memilih sebuah restoran adalah kualitas (baik kualitas produk maupun

pelayanan) dan atmosphere atau physical environment dari restoran tersebut. Physical

environment mempengaruhi perilaku konsumen dan persepsi kualitas mereka pada suatu

restoran. Physical environment dapat dijadikan alasan oleh konsumen untuk berada lebih lama

dalam suatu restoran. Selain menu yang ditawarkan dan pelayanan yang diberikan, physical

environment juga merupakan salah satu pertimbangan konsumen untuk mengunjungi kembali

suatu restoran (Wakefield dan Blodgett, 1996).

Pentingnya lingkungan fisik bervariasi tergantung pada penyedia jasa dan

komunitasnya. Kotler (1973) menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat menjadi alat

pemasaran yang penting dalam beberapa situasi, meliputi:

a. Situasi dimana produk dikonsumsi atau dibelanjakan secara langsung dan penyedia jasa

memilki kontrol terhadap lingkungan fisiknya. Dalam hal ini, lingkungan fisik

merupakan bagian dari total produk.

b. Perbedaan harga antara penyedia jasa yang satu dengan yang lain kecil, sehingga

physical surrounding dapat menjadi differentiator dari pesaing.

c. Produk ditujukan untuk kelas sosial atau grup pembeli dengan lifestyle tertentu sehingga

desain lingkungan fisikinya dapat disesuaikan dengan segmen pasar yang dituju.

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 5: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

5

Berman dan Evans (2001:604), membagi dimensi store atmosphere menjadi 4 elemen,

sebagai berikut:

1. Exterior (store front, marquee, entrancesm display windows, height of building, size of

building, visibility, uniqueness, surrounding stores, surrounding areas, parking,

congestion).

2. General Interior (flooring, colours, lighting, scent and sounds, fixtures, wall textures,

temperature, width of aisles, dressing facilities, vertical transportation, dead areas,

personnel, self-services, merchandise, prices, cash register placement, technology,

cleanliness).

3. Store layout (allocation of space for selling; merchandise; personnel and customer,

product groupings, traffic flow, space, department locations, arrangements within

department).

4. Interior (point-of-purchase) displays (assortment, theme setting, ensemble, rack &

cases, cut cases and dump bins, poster; signs; and cards, mobiles, electronic).

Pada kesempatan kali ini, peneliti hanya menggunakan salah satu dimensi yang

dipaparkan oleh Berman dan Evans (2001) yaitu dimensi general interior (kondisi interior),

karena mengacu pada literatur banyak konsumen yang melakukan keputusan pembelian

berdasarkan interior poit-of-purchase display, sehingga peneliti ingin mengetahui apakah ada

pengaruhnya pada general interior (kondisi interior). Dan peneliti berpendapat bahwa apabila

seorang pelanggan datang ke sebuah café, mereka akan lebih aware pada environment yang

ada didalam café tersebut. Black House Café merupakan resto dan café yang dirancang untuk

memaksimalkan visual merchandising, dimana penggunaan warna, tekstur dinding,

perabotan, pencahayaan, musik merupakan kombinasi tanpa batas. Visual merchandising

yang digunakan oleh Black House Café sangat mewakili visi dan misi dari café itu sendiri.

Sehingga dalam hal ini peneliti memilih general interior (kondisi interior) karena sesuai oleh

objek.

Peneliti hanya menggunakan 8 elemen yaitu pencahayaan, pewarnaan, aroma & suara,

perabotan, tekstur dinding, temperatur, karyawan, dan kebersihan sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya pada objek dan keadaan yang pelanggan bisa nilai melalui 5 alat indera manusia

yaitu mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit (panca indera) sehingga para pelanggan bisa

memberikan penilaian pada saat penyebaran kuesioner. Karena beberapa elemen pada elemen

lain yang tidak digunakan seperti lebar jalan, alat transportasi vertikal, dead areas, barang dan

jasa, tingkat harga dan etalase tabel, penempatan kasir, dan tekonologi tidak dapat dilihat

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 6: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

6

langsung oleh para konsumen sehingga penilaian akan susah untuk dilakukan dan juga ada

yang tidak sesuai dengan keadaan pada objek maka elemen tersebut tidak digunakan.

2.2.1 General Interior (Kondisi Interior)

Ketika pelanggan berada di dalam sebuah toko, terdapat banyak elemen yang

mempengaruhi persepsi mereka. Di Black House Café suasana di desain dengan sangat

menarik dengan menggunakan desain interior yang unik pada ketujuh konsep yang diusung

pada masing-masing area. Alunan musik yang tenang, pencahayaan yang menyanjung,

pramusaji yang ramah, suasana dan desain interior yang memanjakan mata serta menyanjung

hati. Black House Café berambisi untuk menciptakan sebuah pengalaman yang menarik

secara visual, sensual, spiritual, intelektual.

Elemen-elemen dari general interior terdiri dari:

a. Flooring (Tata Letak Lantai)

Penentuan jenis lantai (kayu, keramik, karpet), ukiran, desain dan warna lantai penting

karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka

lihat.

b. Colors and lighting (Pewarnaan dan Pencahayaan)

Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup dan mengarahkan atau menarik

perhatian konsumen ke daerah tertentu dan toko konsumen yang berbelanja akan tertarik

pada sesuatu yang paling terang yang berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya yang

baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat produk-produk yang ditawarkan

terlihat lebih menarik, dan berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya

serta penggunaan warna harus tepat atau sesuai dengan ruangan karena masing-masing

warna memiliki arti. Warna yang cerah juga dapat meningkatkan suasana hati atau mood

menjadi lebih senang.

Terdapat 4 tujuan pencahayaan, yaitu café dan restoran membutuhkan pencahayaan yang

mendukung privasi saat menyantap makanan, pencahayaan berperan penting dalam

pembentukan mood atau atmosfer ruangan restoran, pencahayaan yang tepat juga dapat

mempengaruhi tampilan makanan sehingga makanan dapat membangkitkan selera, dan

dibutuhkan tingkat pencahayaan yang cukup untuk mengenali makanan dan membaca

menu serta mencegah pelayanatau pengunjung agar tidak tersandung (www.scribd.com).

c. Scent and Sound (Aroma dan Suara)

Tidak semua toko memberikan layanan ini, tetapi jika layanan ini dilakukan akan

memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen, khususnya konsumen yang ingin

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 7: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

7

menikmati suasana yang santai dengan menghilangkan kejenuhan, kebosanan maupun

stress. Sambil berbelanja konsumen yang dihadapkan pada musik yang keras akan

menghabiskan lebih sedikit waktu berbelanja. Lain halnya apabila mereka dihadapkan

pada musik yang lembut. Sebuah restoran dapat menggunakan aroma makanan untuk

merangsang atau meningkatkan selera makan seseorang.

d. Fixtures (perabotan toko)

Memilih peralatan penunjang dan cara penyusunan barang harus dilakukan dengan baik

agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena barang-barang tersebut berbeda

bentuk, karakter, maupun harganya, sehingga penempatannya pun berbeda. Dengan

bantuan peralatan penunjang dan cara penyusunan yang berbeda dapat diciptakan kesan

atau image yang berbeda pula.

e. Wall Texture (tekstur dinding)

Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat membuat

dinding terlihat lebih menarik. Desaininterior.me.com mengungkapkan, selain mengecat

dinding dengan cat dinding terdapat varasi lain yang dapat digunakan untuk mendesain

sebuah restoran, salah satunya dengan menggunakan wallpaper, karena wallpaper dapat

merupakan pilihan paling praktis dan mudah untuk membuat tampilan menarik pada

dinding diruangan anda.

f. Temprature (suhu udara)

Pengelola toko harus mengatur suhu udara di dalam ruangan. Jangan terlalu panas atau

dingin. Jika memasang AC mereka harus mengatur jumlah AC yang dipasang yang mana

harus disesuaikan dengan luas atau ukuran toko. Mereka juga harus mengatur di bagian

toko mana saja AC dipasang sehingga pelanggan merasa nyaman. Jika tidak memasang

AC, maka mereka perlu memperhatikan masalah penggunaan jendela untuk pertukaran

udara.

g. Personal (karyawan)

Karyawan yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, dan mempunyai pengetahuan yang

cukup mengenai produk yang dijual akan meningkatkan citra perusahaan dan loyalitas

konsumen dalam memilih toko itu sebagai tempat untuk berbelanja.

Lovelock (2004), mengatakan penilaian pelanggan terhadap jasa dapat sangat dipengaruhi

interaksi pribadinya dengan lingkungan fisik, bisnis, karyawan, dan bahkan pelanggan

lainnya. Lovelock menambahkan, servicescape memiliki empat dimensi, salah satunya

adalah dimensi interpersonal (seperti penampilan anggota staf dan bagaimana mereka

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 8: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

8

berinteraksi dengan pelanggan). Masing-masing dimensi mempunyai implikasi terhadap

kualitas jasa yang dipahami.

h. Cleanliness (kebersihan)

Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk berbelanja di toko.

Pengelola toko harus mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan kebersihan toko

walaupun eksterior dan interior baik apabila tidak dirawat kebersihannya pelanggan akan

merasa tidak nyaman dan akan menimbulkan penilaian yang negatif dari konsumen.

2.3 Minat Beli Ulang (Repurchase Intention)

Mowen dan Minor (1998), setelah konsumen menerima dan merasakan manfaat

ataupun nilai suatu produk, konsumen tersebut sudah memiliki perilaku loyal, rasa puas dan

komitmen terhadap produk itu dimana pada akhirnya dapat menimbulkan tujuan untuk

membeli ulang produk itu di masa yang akan datang

Dodds, Monroe, dan Grewal, (1991) Jika seseorang menginginkan produk dan merasa

tertarik untuk memiliki produk tersebut maka mereka berusaha untuk membeli produk

tersebut, selain itu faktor yang lainnya adalah rekomendasi dari pihak lain sangatlah penting

karena dapat mempengaruhi seseorang untuk terjadinya proses pembelian

Hawkin et al (1998), konsumen yang merasa puas dan menjadi pelanggan yang

berkomitmen juga dapat menjadi sumber rekomendasi positif (positive word of mouth) bagi

konsumen lainnya terhadap merek tersebut.

Berbagai macam definisi dari minat beli ulang akan dielaborasi untuk mengukur

variabel minat beli ulang dalam penelitian ini. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu pernyataan bahwa konsumen akan datang kembali ke Black House Cafe, konsumen

akan datang ke Black House Cafe lebih sering lagi, konsumen akan merekomendasikan Black

House Cafe kepada orang lain, dan konsumen akan menceritakan pengalaman yang dirasakan

pada saat datang ke Black House Cafe kepada orang lain.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengamati, mengumpulkan

informasi, mencari penjelasan, dan menyajikan analisis hasil penelitian. Berdasarkan tujuan

penelitian, penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang menjelaskan

bagaimana sebuah fenomena sosial terjadi. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini merupakan

penelitian murni, penelitian murni juga mencakup penelitian yang dilakukan dalam kerangka

akademis seperti skripsi, tesis, atau disertasi (Prasetyo & Jannah, 2005). Berdarakan waktu

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 9: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

9

pelaksanaan penelitian ini adalah penelitian cross-sectional, yakni penelitian yang

mengobservasi pada suatu waktu tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu

yang berbeda untuk diperbandingkan. Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah

konsumen yang melakukan kunjungan pada Black House Cafe sebanyak ≥ 2 kali dalam

jangka waktu kurang dari 3 bulan, agar memori yang konsumen miliki mengenai Black House

Café masih tertanam. Sampel pada penelitian ini adalah pengunjung Black House Cafe pada

area Flower dan Candy baik laki-laki maupun perempuan. Besar sampel yang akan digunakan

dalam penelitian adalah 140 responden, jumlah ini ditetapkan menurut Malhotra (2005:368-

369), bahwa sampel atau responden dengan jumlah populasi yang tak terbatas paling sedikit

empat atau lima kali jumlah sub variabel yang diteliti. Teknik penarikan sampel yang peneliti

gunakan adalah Sampel Non-Probabilita, teknik ini dapat digunakan jika peneliti tidak

memiliki kerangka sampel yang memadai (Prasetyo & Jannah, 2005). Peneliti melakukan

penarikan sampel dengan cara menunggu datang nya seorang pelanggan yang menghabiskan

waktunya di area yang peneliti teliti, yaitu Candy dan Flower area lalu pemberian kuesioner

dilakukan.

Gambar 1. Metode Penelitian

Kondisi interior (x) adalah variabel independen yang juga merupakan variabel sebab,

sedangkan minat beli ulang (y) adalah variabel dependen yang merupakan variabel akibat.

Hipotesis merupakan penjelasan sementara mengenai suatu gejala, tingkah laku, atau kejadian

yang telah atau akan terjadi yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris.

H0: Tidak Terdapat pengaruh Kondisi Interior terhadap minat beli ulang konsumen

H1: Terdapat pengaruh Kondisi Interior terhadap minat beli ulang konsumen

Kondisi

Interior

Minat Beli

Ulang

Kondisi

Interior

Minat Beli

Ulang

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 10: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

10

4. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4. 1 Kondisi Interior

Grafik 1. Nilai rata-rata variabel Kondisi Interior

Sumber: hasil pengolahan data menggunakan SPSS 21 for Mac

Pada grafik 1 dapat dilihat perbandingan di setiap indikator sesuai dengan jumlah mean

dari indikator terbesar hingga mean terendah. Mean tertinggi terdapat pada dimensi

kebersihan indikator ketiga “kebersihan merupakan faktor penting bagi saya” sebesar 4.59.

Hal ini didasari karena restoran atau café merupakan bisnis kuliner yang harus

memperhatikan kebersihan, kebersihan juga merupakan strategi jangka panjang yang sering

digunakan oleh restoran untuk terus bersaing ke dalam industri. Menurut penelitian, lebih dari

50% keracunan makanan pada sebuah restoran adalah karena makanan yang disimpan terlalu

lama atau dengan cara yang tidak betul. Sebagian besar karena cara penyajiannya yang kurang

higienis dan hidangan tidak dimasak dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya

penjagaan kebersihan (www.bisnesrestoran.com).

Setelah itu, mean tertinggi kedua terdapat pada dimensi perabotan indikator pertama

“perabotan toko memberikan kesan suasana yang berbeda dari café lain” sebesar 4.32.

Tampilan toko yang diberikan oleh Black House Café mempunyai konsep yang baik sehingga

dalam pemilihan furniture pun disesuikan dengan konsep. Dapat dilihat dari pemilihan kursi

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 11: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

11

dan meja yang berbeda dari café lain yang biasa menggunakan sofa dan meja, namun pada

area Candy & Flower yaitu dengan menggunakan meja dan kursi taman. Sehingga

memberikan kesan tersendiri bagi para konsumen. Kreasi desain perabot untuk café dan resto

yang unik dan diminati pengunjung saat ini trennya adalah menciptakan cluster dan grup

pengunjung yang ditata dengan pencahayaan dan background yang terlihat cozy atau nyaman.

Desain furnitur café dan resto tidak lagi untuk menggunakan meja dan kursi biasa karena

pengunjung saat ini lebih menyukai café dan resto yang menyajikan suasana berbeda seperti

disesuikan dengan minat dan karakter pengunjung kafe dan resto tersebut (bisnis-usaha.com).

Pada grafik 4.10 juga dapat dilihat dimensi terendah pada penelitian ini terdapat pada

dimensi aroma dan suara indikator pertama “terdapat aroma yang menstimulus/merangsang

selera makan” sebesar 3.31. Barry dan Berman (2011), mengungkapkan aroma dan suara

mempengaruhi suasana hati pelanggan dan berkontribusi pada atmosfer. Sebuah restoran

dapat menggunakan aroma makanan untuk meningkatkan nafsu makan orang. Namun

memang pada kenyataannya, di Black House Café tidak adanya aroma makanan yang dapat

meningkatkan nafsu makan. Di Black House Café terdapat aroma yang menyegarkan ruangan

seperti wewangian untuk mencegah adanya bau tidak sedap sehingga dapat memberikan

kenyaman kepada pengunjung. Tidak adanya aroma makanan di dukung oleh penempatan

kitchen atau ruang dapur yang tertutup dan berada dibelakang. Sehingga aroma makanan

tersebut tidak tercium.

4.2 Minat Beli Ulang

Grafik 2. Nilai rata-rata variabel Minat Beli Ulang

Sumber: hasil pengolahan data menggunakan spss 21 for Mac

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 12: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

12

Pada grafik 2 dapat dilihat rata-rata tertinggi pada variabel minat beli ulang terdapat

pada indikator pertama “akan datang kembali” sebesar 4.23. hal tersebut didukung oleh

dengan terciptanya rasa puas dan senang yang dirasakan pengunjung. Efek dari kepuasan

pelanggan dalam jangka waktu yang lama akan berdampak terhadap loyalitas konsumen,

sehingga pada akhirnya akan memiliki pengaruh positif terhadap laba perusahaan. Jika

konsumen merasa puas maka konsumen akan melakukan perilaku yang menguntungkan

perusahaan. Tingkat kepuasan yang dirasakan oleh konsumen terhadap hasil kerja penjual jasa

juga akan berdampak terhadap word-of-mouth yang dilakukan oleh konsumen. Jika konsumen

puas maka biasanya konsumen akan memberikan referensi terhadap teman atau kenalan agar

datang ke retailer tersebut dan menggunakan jasa penjual jasa tersebut. Sebaliknya jika

konsumen merasa tidak puas, maka konsumen akan melakukan word-of-mouth negatif yang

berupa anjuran untuk tidak datang ke retailer tersebut atau tidak menggunakan jasa penjual

jasa tersebut (Analisis Keterhubungan Antara Kepuasan, Kesetiaan, dan Komunikasi Word of

Mouth Dalam Sektor Jasa, Jurnal).

Nilai mean terendah terdapat pada indikator kedua “akan datang lebih sering kembali”

sebesar 3.63. Banyaknya resto dan café di Ibu Kota membuat pengunjung mempunyai banyak

pilihan tempat untuk menghabiskan waktu dengan teman maupun kerabat dekat. Menurut data

terakhir di Disparbud DKI Jakarta jumlah restoran, bar, pusat jajan dan kafetaria se DKI

Jakarta mencapai 3523. Dari jumlah itu di Jakarta Timur terdapat 180 tempat usaha, dengan

rincian 162 restoran, 13 bar, 4 pusat jajanan, dan 1 kafe (www.jakarta.go.id). Peluang

konsumen untuk datang ke tempat yang sama berkurang, karena banyaknya pilihan yang

dapat ditawarkan kepada konsumen. Dan keinginan konsumen dalam mencari pengalaman

yang baru atau suasana yang baru tergolong tinggi, namun tidak menutup kemungkinan

konsumen akan datang kembali ke tempat yang pernah mereka kunjungi.

4.3 Analisis Regresi Linear

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengukuran pengaruh kondisi interior terhadap

minat beli ulang. Variabel kondisi interior sebagai variabel independent terdiri dari delapan

dimensi yaitu pewarnaan, pencahayaan, aroma dan suara, perabotan, tekstur dinding,

temperatur, karyawan, dan kebersihan. Sedangkan variabel minat beli ulang sebagai variabel

dependent memiliki empat indikator dalam penelitian yaitu saya akan datang kembali, saya

akan datang lebih sering lagi, saya akan merekomendasikan kepada orang lain dan saya akan

menceritakan pengalaman kepada orang lain. Pada penelitian ini dapat diketahui kekuatan

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 13: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

13

hubungan antar variabel dengan angka koefisien sebesar 0.527 menunjukkan kekuatan

hubungan antar variabel pada penelitian ini adalah sedang. Angka koefisien tersebut bertanda

positif yang memiliki arti bahwa hubungan antar variabel adalah searah. Angka R Square atau

koefisien determinasi sebesar 0.278. Berarti, 27,8% minat beli ulang konsumen Black House

Café dipengaruhi oleh kondisi interior. Sisanya 72.2% minat beli ulang dipengaruhi oleh

faktor lain.

4.4 Pembahasan Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini terdapat sebuah hipotesis utama yang akan diuji. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan nilai signifikasi yang terdapat pada tabel ANOVA hasil

regresi. Batasan nilai signifikasi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah 0.05. Ketika

nilai signifikasi berada dibawah 0.05 maka Ho ditolak, sedangkan apabila nilai signifikasi

berada di atas 0.05 maka Ho diterima. Hipotesis utama dalam penlitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara kondisi interior terhadap minat beli ulang pada

konsumen Black House Café

Ha : Terdapat pengaruh antara kondisi interior terhadap minat beli ulang pada konsumen

Black House Café

Berdasarkan hasil penelitian, nilai signifikasi menunjukkan nilai 0.000 yang berarti Ho

ditolak dan Ha diterima, hal ini dapat dilihat pada tabel. Jadi, terdapat pengaruh antara

pengaruh variabel kondisi interior dengan variabel minat beli ulang konsumen Black House

Café.

4.5 Pembahasan Coefficients

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel

dependen dapat dilihat melalui nilai t pada tabel coefficients. Jika t hitung ≤ t kritis maka Ha

ditolak, dan jika t hitung > t kritis maka Ha diterima. Selain itu, dapat pula dilihat berdasarkan

probabilitas (signifikansi) pada tabel coefficients. Jika probabilitas > 0.05 maka Ha ditolak,

dan jika probabilitas ≤ 0.05 maka Ha diterima.

Nilai pada tabel di atas menggambarkan untuk melihat besarnya pengaruh antara kedua

variabel pada penelitian ini. Uji t berguna untuk menguji signifikansi koefisien regresi (b),

berpengaruh nyata terhadap minat beli ulang. Dari hasil uji t yang digunkan untuk melihat

signifikansi konstanta dari setiap variabel independen, dapat dilihat bahwa variabel

independen (bebas) berpengaruh secara signifikansi (nilai di atas +1.67 atau di bawah -1.67).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, variabel kondisi interior mempunyai nilai t

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 14: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

14

sebesar 7.289. Oleh karena itu, nilai tersebut telah melewati persyaratan yang diharuskan

sehingga diambil kesimpulan bahwa Ha diterima.

Cara lain yang dapat membuktikan Ha diterima adalah dengan melihat nilai pada kolom

signifikansi. Nilai yang dipersyaratkan dimana nilainya 0.000 < 0.05 maka Ha diterima,

begitu pula sebaliknya. Pada penelitian ini terdapat nilai sebesar 0.000, yang berarti bahwa

terdapat pengaruh yang signifkan antara variabel kondisi interior terhadap minat beli ulang

pada konsumen Black House Café.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini berupaya untuk mengetahui pengaruh kondisi interior terhadap minat beli

ulang konsumen pada Black House Café. Kondisi interior merupakan variabel independen

dan minat beli ulang merupakan variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kondisi interior berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen pada Black House Café,

dengan korelasi antar variabel yang cukup kuat yaitu dengan nilai 0.527. Melalui hasil

penelitian ini diketahui bahwa pengaruh yang terbentuk antara kondisi interior dengan minat

beli ulang konsumen pada Black House Café adalah sebesar 27.8%. Sisanya 72.2% minat beli

ulang dipengaruhi oleh faktor lain. Peneliti menilai faktor lain yang dapat mempengaruhi

minat beli ulang adalah rasa, harga yang ditawarkan, lingkungan sekitar, tempat yang tidak

begitu ramai, biaya parkir yang murah, kebersihan yang terjaga, serta dalam mengukur

kondisi interior peneliti tidak menggunakan semua dimensi yang ada hal ini juga berpengaruh

terhadap hasil.

5.2 Saran

Meningkatkan kinerja karyawan dalam melayani setiap pengunjung yang datang ke

dalam café. Aspek-aspek kinerja yang harus diperhatikan antara lain kualitas kerja, ketepatan,

inisiatif, kemampuan dan komunikasi. Selain itu, lebih meningkatkan promosi seperti

mengadakan program diskon, bekerja sama dengan kartu kredit, memaksimalkan media sosial

dengan membuat website sehingga konsumen bisa dapat mengeksplor lebih mengenai Black

House Café mengenai produk hingga konsep yang ditawarkan. Dengan demikian dapat

memberikan pertimbangan yang lebih komprehensif dan lebih bermanfaat bagi pihak

manajemen Black House Café dalam penentuan strategi yang tepat dalam mempengaruhi

minat beli ulang khususnya.

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 15: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

15

Walaupun mayoritas konsumen menyatakan bahwa variabel kondisi interior dapat

dinilai berkategori baik, namun masih banyak konsumen yang menyatakan pendapat ragu-

ragu. Jawaban ragu-ragu bisa mengarah pada pendapat bahwa variabel dinilai kurang baik

tapi mereka enggan menjawab demikian. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya masih

banyak hal yang perlu dibenahi oleh Black House Cafe, terutama mencakup variabel kondisi

interior demi pengembangan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Peneliti juga menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian objek

lebih mendalam, karena objek Black House Café merupakan objek yang unik dan menarik

untuk diteliti dan masih dapat di eksplorisasi lebih lanjut.

Kepustakaan

Babbie, E. 1992. The Practice of Social Research. Belmont: Wadsworth.

Berman, B. & Evans, J.R. 2001. Retail Management a Strategic Approach (8th ed). USA:

Prentice Hall International, Inc.

Cresweel, John W. 1994. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Method

Approaches (2th ed). USA.

Hair, Joseph F, Jr., William C. Black, Barry J. Babin & Rolph E. Anderson. 2007.

Multivariate Data Analysis (7th ed). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Howard, John A. 1996. Consumer Behavior in Marketing Strategy. New Jersey: Prentice

Hall.

Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jakarta: Indeks.

Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Lamb, Charles., Hair, Joseph F., McDaniel, Carl. 2001. Pemasaran. Jakarta: PT. Salemba

Emban Raya.

Lidyawatie, S. 1998. Perilaku Konsumen; Aplikasi dalam Bisnis dan Pemasaran. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Levy, Michael. & Witz, Borton A. 2001. Retailing Management (4th ed). New York: Mc.

Graw Hill.

Lovelock, James. 2004. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Malhotra. 2005. Riset Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mowen, John C. 1995. Consumer Behavior. Englewood Cliffs: Prentice Hall International,

Inc.

Mowen, John C. & Minor, Michael. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 16: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

16

Neuman, William Laurance. 2006. Social Research Methods; Qualitative and Quantitative

Approaches. USA.

Peter, J. Paul, & Jerry C, Olson. 1999. Perilaku Pelanggan dan Strategi Pemasaran. Edisi 4.

Jakarta: Erlangga.

Rusdian. 1999. Manajemen Perilaku Konsumen. Jakarta: Salemba Empat.

Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie Lazar. 1997. Consumer Behavior; Motivation Research

(Marketing). Upper Saddle River: Prentice Hall International, Inc.

Simamora, Henry. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.

Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.

Sutisna & Pawitra. 2001. Perilaku Konsumen dan Konsumen Pemasaran. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Suwarman, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia.

Swasta, Basu. & Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Banzai, Anita. 2012. Pengaruh Store Image, Product Signatureness, dan Quality Variation

Terhadap Repurchase Intention Produk Private Black Label Melalui Quality Perception

di Carrefour Surabaya. Jurnal Manajemen. Vol. 1, No. 1.

Baker, J., Grewal, D., Parasuraman, A. 1994. The Influence of Store Environment on Quality

Inferences and Store Image. Journal of the Academy of Marketing Science 22(4) 328-

339.

Bitner, Mary J. 1992. Servicescape: The Impact of Physical Surrounding on Customer and

Employees. Journal of Marketing 56(4) 57-71.

Cobb-Walgren, J, Cathy., Ruble, Cynthia A., and Donthu, Naveen. 1995. Brand Equity,

Brand Preference, and Purchase Intention. Journal of Advertising. Vol. 24, No. 3.

Cooper, W. 1981. Ubiquitous Halo. Psychological Bulletin 90 218-224.

Kotler, Philip. 1913. Atmospherics as a Marketing Tool. Journal of Retailing 49 (4) 48-64.

Meldarainda, Resti & Lisan, Henky. 2010. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli

Konsumen Pada Resort Café Atmosphere Bandung. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.

17, No. 2.

Schlooser. 1998. Applying the Functional Theory of Attitudes to Understanding the Influence

of Store Atmosphere on Store Inferences. Journal of Consumer Psychology 7 (4) 345-

369.

Setyaningsih, Rahmawati., M, Suyudi., S, Harry. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ekuitas Merek Untuk Meningkatkan Minat Beli Ulang (Studi Kasus

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013

Page 17: PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG

Universitas Indonesia

17

Pada Kedai Kopi DOME di Surabaya). Jurnal Studi Managemen dan Organisasi. Vol. 4,

No.2.

Sridhar, Samu., H, Krisnan., Sanker, Robert, Smith E. 1999. Using Advertising Alliances for

New Product Introduction: Interaction Between Product Complementary and

Promotional Strategies. Journal of Marketing.

Thamrin, Sylvia Denada. 2003. Analisis Pengembangan Minat Beli Ulang Dalam Proses

Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Produk Xon-Ce di Surabaya. Jurnal Sains

Pemasaran Indonesia. Vol. 2, No. 2.

Dr. Yalcin, Muge & Dr. Kocamaz, Tuncay. 2003. The Effects of Store Atmosphere Attributes

on Store Loyalty Intentions of Hypermarket/Supermarket Customers. University of

Marmara, Istanbul, Turkey.

Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013